Download - Gangguan Pergerakan Akibat Obat Ppt
GANGGUAN PERGERAKAN AKIBAT OBAT
(Clinical Science Session)
Oleh :Tresa Pratiwi (0518011079)
Maria Christine A.A (0618011024)Arlentina B.S (0718011047)Cherrya A.A (0718011049)
Pembimbing :dr. Woro Pramesti, Sp. KJ.
SMF ILMU KESEHATAN JIWARUMAH SAKIT JIWA PUSAT PROVINSI LAMPUNG
BANDAR LAMPUNGJANUARI 2012
PENDAHULUAN
Antipsikotik atau neuroleptik adalah obat psikotropika yang bekerja mengatasi gejala-gejala gangguan psikotik.
Penggolangan obat antipsikotik
Golongan Antipsikotik Atipikal
Golongan Antipsikotik Tipikal
PEMBAHASAN
jangka panjangTerapi antipsikotik efek samping
Sindrom ekstrapiramidal
(EPS)
suatu gejala atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang
dari medikasi antipsikotik golongan tipikal
Adanya gangguan transmisi di korpus striatum yang mengandung banyak reseptor D1 dan D2 dopamin
menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal.
Letak dari ekstrapimidal adalah terutama di formatio retikularis dari pons dan medulla
EPIDEMIOLOGI
Reaksi distonia akut terjadi pada kira-kira 10% pasien, biasanya pada pria muda.
Tardive dyskinesia berupa gerakan involunter otot seperti mulut, rahang, umumnya terjadi akibat penggunaan antipsikotik golongan
tipikal jangka panjang.
Sekitar 20-30% pasien telah menggunakan antipsikotik tipikal dalam kurun waktu 6 bulan atau lebih, berkembang menjadi tardive
dyskinesia.
Sindrom parkinson (akinesia, tremor, bradikinesia) umumnya timbul 1-3 minggu setelah pengobatan awal, lebih sering pada dewasa
muda, dengan perbandingan perempuan : laki-laki = 2:1
ETIOLOGI
Sindrom ekstrapiramidal terjadi akibat pemberian obat antipsikotik yang menyebabkan adanya gangguan keseimbangan antara
transmisi asetilkolin dan dopamine pusat.
Obat-Obat Antipsikotik dan Efek Samping Gejala Ekstrapiramidalnya
PATOFISIOLOGI
Susunan ekstrapiramidal terdiri atas korpus striatum, globus palidus, inti-inti talamik, nukleus subtalamikus, subtansia nigra,
formatio retikularis batang otak, serebelum berikut dengan korteks motorik tambahan, yaitu area 4, area 6 dan area 8.
Korpus striatum merupakan penerima tunggal dari serabut-serabut segenap neokorteks, maka lintasan sirkuit tersebut
dinamakan sirkuit striatal yang terdiri dari sirkuit striatal utama (principal) dan 3 sirkuit striatal penunjang (asesorik).
Sirkuit striatal prinsipal tersusun dari tiga mata rantai, yaitu:
(a) hubungan segenap
neokorteks dengan korpus striatum serta globus palidus
(b) hubungan korpus
striatum/globus palidus dengan
thalamus
(c) hubungan thalamus
dengan korteks area 4 dan 6
Sirkuit striatal asesorik
Sirkuit striatal asesorik ke-1 merupakan sirkuit yang
menghubungkan stratum-
globus palidus-talamus-striatum
Sirkuit-striatal asesorik ke-2
adalah lintasan yang
melingkari globus palidus-
korpus subtalamikum-globus palidus
Sirkuit asesorik ke-3,
yang dibentuk oleh
hubungan yang
melingkari striatum-subtansia
nigra-striatum
Pada pasien skizofrenia dan pasien dengan gangguan psikotik lainnya terjadi disfungsi pada sistem dopamin sehingga
antipsikotik tipikal berfungsi untuk menghambat transmisi dopamin di jaras ekstrapiramidal dengan berperan sebagai inhibisi
dopaminergi yakni antagonis reseptor D2 dopamin.
Gangguan jalur striatonigral dopamin menyebabkan depresi fungsi motorik sehingga bermanifestasi sebagai sindrom ekstrapiramidal. Beberapa neuroleptik tipikal (seperti haloperidol, fluphenazine) merupakan inhibitor dopamin ganglia basalis yang lebih poten dan sebagai akibatnya menyebabkan efek samping gejala ekstrapiramidal yang lebih menonjol.
GEJALA KLINIS
Gejala ekstrapiramidal
distonia
tardive dyskinesia
akatisia
Sindrom Parkinson
Reaksi Distonia
Merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula
berlangsung lama, biasanya menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal.
Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan
yang tidak biasa hingga opistotonus (melibatkan seluruh otot tubuh).
Kriteria diagnostik dan riset untuk distonia akut akibat neuroleptik menurut DSM-IV adalah sebagai berikut:
Posisi abnormal atau spasme otot kepala, leher, anggota gerak, atau batang tubuh yang berkembang dalam beberapa hari setelah memulai atau menaikkan dosis medikasi neuroleptik (atau setelah menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati gejala ekstrapiramidal).
a. Satu (atau lebih) tanda atau gejala berikut yang berkembang berhubungan dengan medikasi neuroleptik:1. Posisi abnormal kepala dan leher dalam hubungannya dengan tubuh (misalnya tortikolis)2. Spasme otot rahang (trismus, menganga, seringai)3. Gangguan menelan (disfagia), bicara, atau bernafas (spasme laring-faring, disfonia)4. Penebalan atau bicara cadel karena lidah hipertonik atau membesar (disartria, makroglosia)5. Penonjolan lidah atau disfungsi lidah6. Mata deviasi ke atas, ke bawah, ke arah samping (krisis okulorigik)7. Posisi abnormal anggota gerak distal atau batang tubuh.
b. Tanda atau gejala dalam kriteria A berkembang
dalam tujuh hari setelah memulai atau dengan cepat menaikkan dosis medikasi
neuroleptik, atau menurunkan medikasi yang digunakan untuk mengobati
(atau mencegah) gejala ekstrapiramidal akut
(misalnya obat antikolinergik).
c. Gejala dalam kriteria A tidak diterangkan lebih baik oleh gangguan mental (misalnya gejala katatonik pada skizofrenia). Tanda-tanda bahwa gejala lebih baik diterangkan oleh gangguan mental dapat berupa berikut : gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik atau tidak sesuai dengan pola intervensi farmakologis (misalnya tidak ada perbaikan setelah menurunkan neuroleptik atau pemberian antikolinergik).
d. Gejala dalam kriteria A bukan karena zat nonneuroleptik atau kondisi neurologis atau medis umum. Tanda-tanda bahwa gejala adalah karena kondisi medis umum dapat berupa berikut : gejala mendahului pemaparan dengan medikasi neuroleptik, terdapat tanda neurologis fokal yang tidak dapat diterangkan, atau gejala berkembang tanpa adanya perubahan medikasi.
Akatisia
Manifestasi berupa keadaan gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak, atau rasa gatal pada otot.
Manifestasi klinis berupa perasaan subjektif kegelisahan (restlessness) yang panjang, dengan gerakan yang gelisah,
umumnya kaki yang tidak bisa tenang.
Sindrom Parkinson
Faktor risiko antipsikotik menginduksi parkinsonism adalah peningkatan usia, dosis obat, riwayat parkinsonism
sebelumnya, dan kerusakan ganglia basalis.
Terdiri dari akinesia, tremor, dan bradikinesia.
Tardive Dyskinesia
Disebabkan oleh defisiensi kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor dopamin di putamen kaudatus.
Merupakan manifestasi gerakan otot abnormal, involunter, menghentak, balistik, atau seperti tik mempengaruhi gaya
berjalan, berbicara, bernafas, dan makan yang kadang mengganggu.
Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan umum yakni dengan mulai menurunkan dosis antipsikotik, kemudian pasien diterapi dengan antihistamin seperti difenhidramine, sulfas atropine atau antikolinergik seperti trihexyphenidil (THP), 4-6 mg per hari selama 4-6 minggu.
Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan-lahan, yaitu 2 mg setiap minggu, untuk melihat apakah pasien telah mengembangkan suatu toleransi terhadap efek samping sindrom ekstrapiramidal ini. Dosis antipsikotik diturunkan hingga mencapai dosis minimal yang efektif.
DIAGNOSA BANDING
Sindrom ekstrapiramidal dapat didiagnosis banding sebagai berikut:
1. Sindroma putus obat2. Parkinson disease
3. Tetanus4. Gangguan gerak ekstrapiramidal primer
5. Distonia primer
PROGNOSIS
Prognosis pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang akut akan lebih baik bila gejala langsung dikenali dan
ditanggulangi.
Sedangkan prognosis pada pasien dengan sindrom ekstrapiramidal yang kronik lebih buruk, pasien dengan
tardive diskinesia hingga distonia laring dapat menyebabkan kematian bila tidak diatasi dengan cepat.
KOMPLIKASI
Gangguan gerak yang dialami penderita akan sangat mengganggu sehingga menurunkan kualitas penderita dalam beraktivitas dan gaangguan gerak saat berjalan dapat menyebabkan penderita terjatuh dan mengalami
fraktur. Pada distonia laring dapat menyebabkan asfiksia dan kematian.
TERIMA KASIH ...