GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYAPADA MASA NIFAS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KATOBU
TAHUN 2016
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan
di Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Oleh :
Wa Ode Yudiana
PSW.B.2013.IB.0154
YAYASAN PENDIDIKAN SOWITE
AKADEMI KEBIDANAN PARAMATA RAHA
KABUPATEN MUNA
2016
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas tentang Tanda Bahaya pada Masa Nifasdi Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah
Akademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
Raha, Agustus 2016Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis ini telah disetujui dan diperiksa oleh Tim Penguji Karya Tulis IlmiahAkademi Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna
TIM PENGUJI
1. Sutriawati, SKM., M.Kes (……………………………….)
2. La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes (……………………………….)
3. Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb (……………………………….)
Raha, Juli 2016Pembimbing I Pembimbing II
La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes Bd. Rahmaniar Meirani, S.Keb
Mengetahui,Direktur Akbid Paramata RahaKabupaten Muna
Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes
RIWAYAT HIDUP
IDENTITAS DIRI
Nama : Wa Ode Yudiana
NIM : PSW.B.2013.IB.00154
Tempat / Tanggal Lahir : Raha, 07 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / Bangsa : Muna / Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl Poros Kolaka – Kendari, Keamatan Tirawuta,
kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara
PENDIDIKAN
1. SD : SDN 1 Poni-poniki 2006
2. SMP : SMPN 1 Tirawuta 2009
3. SMA : SMAN 1 Tirawuta 2012
4. Sejak tahun 2013 mengikuti Pendidikan Diploma III Kebidanan di Akademi
Kebidanan Paramata Raha Kabupaten Muna yang direncanakan selesai pada
tahun 2016.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan berkat, hidayat dan karunia serta anugerah-Nya sehingga Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dengan judul “Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Tanda Bahaya
Pada Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna Tahun
2016”.
Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang tiada henti ingin penulis
hantarkan kepada Bapak La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes selaku pembimbing 1
sekaligus Ketua Yayasan Pendidikan Sowite Kabupaten Muna
danBd.Rahmaniar,S.Keb selaku pembimbing II atas segala bimbingan, waktu,
motivasi, dukungan moral maupun materil serta nasehat yang tidak ternilai harganya
bagi penulis.
Penulisan KTI ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini dengan segala kerendehan hati perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Ibu Rosminah Mansyarif, S.Si.T., M.Kes selaku Direktur Akademi Kebidanan
Paramata Raha Kabupaten Muna.
2. Ibu Sutriawati, S.KM., M.Kes selaku penguji Karya Tulis Ilmiah atas bimbingan
yang sangat berharga, keikhlasan, petunjuk dan semangat yang Ibu berikan,
semuanya sungguh sangat berguna bagi penulis.
3. Seluruh jajaran dosen dan staff Akademi Kebidanan Paramata Raha yang telah
memberikan petunjuk dan bimbingan selama mengikuti pendidikan dan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Orang tua tercinta Ayah Laode Raisi Dabu dan Ibu Rida, A.Ma,Pd, saudara-
saudariku yang telah memberikan segala dukungan baik moral maupun materil,
doa, pengorbanan, ketulusan, pengertian serta cinta kasih yang tidak pernah
berhenti kepada penulis selama mengikuti pendidikan hingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat penulis selesaikan.
5. Sahabatku Nure, yanni, erah, ima,ihsan dan semua pihak yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu persatu ,terimakasih atas dukungan berupa motivasi selama
menempuh perkuliahan di Akbid paramata Raha.
Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu, tegur, sapa dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini senan tiasa dan akan penulis terima dengan
senang hati. Sebagai Akhir, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Raha, Agustus 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul…………………………………………………………………. i
Lembar Persetujuan……………………………………………………………. ii
Lembar Pengesahan……………………………………………………………. iii
Riwayat Hidup…………………………………………………………………. iv
Kata Pengantar…………………………………………………………………. v
Daftar Isi……………………………………………………………………….. vi
Daftar Tabel……………………………………………………………………. vii
Daftar Gambar………………………………………………………………….viii
Pernyataan……………………………………………………………………......ix
Intisari…………………………………………………………………………... x
BAB I Pendahuluan..................................................................................... … 1
A. Latar Belakang .............................................................................. … 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... … 4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... … 4
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ … 5
BAB II Tinjauan Pustaka............................................................................. .... 6
A. Telaah Pustaka .............................................................................. … 6
B. Landasan Teori.............................................................................. … 29
C. Kerangka Konsep .......................................................................... … 30
D. Pertanyaan Penelitian ................................................................... … 30
BAB III Metode Penelitian............................................................................ … 31
A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................... … 31
B. Subjek Penelitian........................................................................... … 31
C. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... … 31
D. Identifikasi Variabel Penelitian..................................................... …32
E. Defenisi Operasional ..................................................................... … 32
F. Instrumen Penelitian...................................................................... … 33
G. Cara Analisis Data......................................................................... …33
H. Jalannya Penelitian............................................................................. 35
BAB IV Hasil Penelitian………………………………………………………. 36
A. Gambaran Lokasi Penelitian……………………………………….. 36
B. Hasil Penelitian…………………………………………………….. 38
C. Pembahasan………………………………………………………… 43
BAB VKesimpulan dan Saran……………………………………………….. 50
A. Kesimpulan………………………………………………………… 50
B. Saran……………………………………………………………….. 51
Daftar Pustaka………………………………………………………………… 52
Lampiran
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam karya tulis ilmiah ini tidak terdapat
karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, disepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah dan tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Raha, Agustus 2016
Penulis
INTISARI
Wa Ode yudiana (PSW.B.2013.IB.00154) “Gambaran Pengetahuan Ibu NifasTentang Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Di wilayah Kerja Puskesmas KatobuTahun 2016” dibawah bimbingan La Ode Muhlisi,A.Kep.,M.Kes dan Bd.Rahmaniar Meirani, S.KebLatar Belakang: Berdasarkan survey awal pada Ibu- ibu nifas diwilayah kerjaPuskemas Katobu banyak yang tidak mengetahui dengan baik perawatan pada masanifas, misalnya saja tindakan ibu nifas yang membungkus perutnya dengan stagendengan alasan agar perut ibu tidak melar dikemudian hari padahal hal tersebut dapatmengganggu kontraksi uterusnya, lalu membatasi ibu untuk mengkonsumsi ikandengan alasan dapat menimbulkan alergi atau luka jahitan akan bau amis padahalikan banyak mengandung protein yang sangat baik untuk perbaikan jaringan- jaringanyang rusak akibat proses persalinan. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Munatahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas Katobu ibu nifas sebanyak 610 orang (DinkesKab. Muna, 2016)Metode Penelitian: Menggunakan jenis penelitian Deskriptif yaitu penelitian yangdilakukan untuk menggambarkan suatu kondisi atau fenomena yang terjadi padasuatu kelompok subjek tertentu, tanpa membuat kesimpulan yang bersifat sebabakibat. Pengambilan sampel menggunakan acidental SamplingHasil Penelitian: Tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar54,84%,tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar43,33%,tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar 13responden (43,33%).Kesimpulan: Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifasdi wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 yang mempunyai pengetahuanberdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar54,84%, berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurangsebesar 43,33%, berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategorikurang sebesar 43,33%.
Kata kunci: pengetahuan ibu nifas,pengetahuanKepustakaan : 10 kepustakaan (2009-2014).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian dan kesakitan akibat komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas
saat ini di dunia masih sangat tinggi. Pada tahun 2007 setiap 1 menit di dunia
seorang ibu meninggal dunia. Dengan demikian dalam 1 tahun ada sekitar 600.000
orang ibu meninggal saat melahirkan. Sedangkan di Indonesia dalam 1 jam terdapat
2 orang ibu meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas (Ide
Bagus, 2009).
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu pasca melahirkan
(sarwono prawirohardjo,2009). Masa nifas merupakan masa yang rawan karena ada
beberapa risiko yang mungkin terjadi pada masa nifas, antara lain : tanda bahaya pada
masa nifas, pre-eklampsia/eklampsia, perdarahan post partum, depresi masa nifas,
dan infeksi masa nifas. Diantara resiko tersebut ada dua yang paling sering
mengakibatkan kematian pada ibu nifas, yakni infeksi dan perdarahan. Adapun
penyebab langsung yang berkaitan dengan kematian ibu adalah komplikasi pada
kehamilan, persalinan, dan nifas tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.
Kematian ibu pada masa nifas biasanya disebabkan oleh infeksi nifas (10%), ini
terjadi karena kurangnya perawatan pada luka, perdarahan (42%) (akibat robekan
jalan lahir, sisa placenta dan atonia uteri), eklampsi (13%), dan komplikasi masa
nifas (11%) (Siswono, 2009). Banyak ibu nifas yang mengalami masalah bahaya
masa nifas, yang tidak diketahui atau terdeteksi oleh tenaga kesehatan. Penyebab
tidak di ketahuinya masalah bahaya masa nifas yaitu kurangnya pengetahuan ibu
nifas. Dimana yang mempengaruhi pengetahuan dari ibu nifas yaitu faktor
(pendidikan, usia, pekerjaan, informasi, pengalaman, lingkungan, sosial ekonomi,
sosial budaya) dan juga konseling dari tenaga kesehatan selama kehamilan dan
setelah persalinan (Notoadmodjo, 2009).
Agar tidak terjadi masalah pada saat masa nifas petugas kesehatan seharusnya
melakukan pengawasan yang intensif pada pasien pasca melahirkan apabila pasien
tersebut masih dalam perawatan di rumah sakit seperti melakukan kunjungan ulang 2-
6 jam pasca melahirkan untuk mendeteksi adanya perdarahan dan komplikasi lainnya
yang berhubugan dengan masa nifas, namun apabila pasien telah diperbolehkan
pulang, petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada pasien tentang tanda-
tanda bahaya masa nifas agar pasien dapat mengerti dan memahami bahwa hal
tersebut harus membutuhkan tindakan segera di Rumah sakit, serta menganjurkan
pasien kontrol sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk mengetahui sub involusi
telah berjalan dengan baik serta untuk mendeteksi secara dini adanya suatu
komplikasi.
Asuhan masa nifas sangat di perlukan dalam periode masa nifas karena masa
nifas merupakan masa kritis untuk ibu dan bayi. Dengan demikian di perlukan suatu
upaya untuk mencegah terjadinya suatu masalah tanda bahaya masa nifas. Untuk itu
di perlukan suatu peran serta dari masyarakat terutama ibu nifas untuk memiliki
pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas. Selain itu juga di perlukan peran
serta dari tenaga kesehatan dengan memberikan konseling selama kehamilan, setelah
persalinan, dan melakukan kunjungan rumah yaitu KN.1 dan KN.2 sesuai standart
pelayanan. Dari upaya tersebut di harapkan dapat mengetahui dan mengenal secara
dini tanda-tanda bahaya masa nifas, sehingga bila ada kelainan dan komplikasi dapat
segera terdeteksi (Prawirohardjo, 2009).
Kemudian ibu juga sering mengalami masalah-masalah pada masa nifas yang
timbul akibat ketidaktahuannya, misalnya ibu menahan urinenya karena takut akan
robek kembali jahitan pada alat genetalianya, nyeri pada abdomen yang kadang-
kadang ibu beranggapan bahwa hal tersebut abnormal padahal nyeri tersebut akibat
involusi uterus, pembengkakan mamae sehingga menjadi mastitis oleh karena
ketidaktahuan ibu tentang teknik menyusui ataupun perawatan mammae pada masa
nifas, selain itu rendahnya tingkat pendapatan ekonomi dan pendidikan keluarga dan
masih banyak praktek lokal yang sangat merugikan ibu seperti memiliki pantang
makanan tertentu seperti ikan, telur, cumi-cumi, udang, kepiting yang sebenarnya
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme ibu serta sebagai cadangan
energi untuk proses persalinan dan laktasi. (Rukiah A.Y, 2011) .
Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Muna tahun 2016 di wilayah kerja
Puskesmas Katobu ibu nifas sebanyak 610 orang (Dinkes Kab. Muna, 2016)
Berdasarkan survey awal pada Ibu- ibu nifas diwilayah kerja Puskemas
Katobu banyak yang tidak mengetahui dengan baik perawatan pada masa nifas,
misalnya saja tindakan ibu nifas yang membungkus perutnya dengan stagen dengan
alasan agar perut ibu tidak melar dikemudian hari padahal hal tersebut dapat
mengganggu kontraksi uterusnya, lalu membatasi ibu untuk mengkonsumsi ikan
dengan alasan dapat menimbulkan alergi atau luka jahitan akan bau amis padahal
ikan banyak mengandung protein yang sangat baik untuk perbaikan jaringan- jaringan
yang rusak akibat proses persalinan.
Berdasarkan uraian menunjukan bahwa masih rendahnya tingkat pengetahuan
ibu tentang tanda bahaya masa nifas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa
nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian “Bagaimanakah pengetahuan ibu nifas tentang tanda
bahaya pada masa nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi pengetahuan ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa
nifas di wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat tahu
tentang tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas Katobu
tahun 2016
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat
paham tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas Katobu
tahun 2016
c. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu nifasberdasarkan tingkat
aplikasi tentang tanda bahaya pada masa nifas diwilayah kerja Puskesmas
Katobu tahun 2016
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu sumber informasi dalam
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan dan bahan kepustakaan sekaligus
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Peneliti
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan D3 kebidanan dan
merupakan proses belajar untuk mengetahui tanda bahaya pada masa nifas
b. Manfaat Bagi Institusi
Manfaat bagi institusi adalah sebagai bahan acuan untuk memberikan penilaian
akhir kepada mahasiswa yang akan menyelesaikan studi, khususnya di akademi
kebidanan paramata.
c. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai salah satu bahan referensi bagi peneliti selanjutnya
d. Manfaat bagi Masyarakat
Sebagai bahan informasi kepada masyarakat terutama masalah tanda bahaya
pada masa nifas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telah Pustaka
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran placenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu. Masa nifas
(puerperium) adalah di mulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat –
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira – kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Prawirohardjo (2009), tujuan asuhan masa nifas :
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
2) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian masa nifas kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana.
c. Periode Masa Nifas
Menurut Rukiyah Ai(2011), nifas di bagi dalam 3 periode :
1) Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri
dan berjalan-jalan. Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh
bekerja setelah 40 hari.
2) Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3) Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat
sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan, atau tahunan.
d. Perubahan-Perubahan Fisiologis masa nifas
1) Perubahan uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi
umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul, setelah 2 minggu kembali pada
ukuran sebelum hamil) (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2006)
2) Lochea
Adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina selama
puerperium,ada beberapa jenis lochea, yakni :
1. Lochea Rubra ( Cruenta)
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel darah
desidua (Desidua yakni selaput tenar rahim dalam keadaan hamil), venix
caseosa (yakni palit bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam
noda dan sel-sel epitel yang mnyelimuti kulit janin), lanugo (yakni bulu
halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium (yakni isi usus janin
cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus dan air ketuban
berwarna hijau).
2. Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir. Ini terjadi pada hari ke 3-
7 pasca persalinan
3. Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
4. Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
5. Lochea Purulenta
Ini terjadi karena infeksi, keluarnya cairan seperti nanah berbau busuk.
6. Locheohosis
Lochea yang tidak lancar keluarnya.
3) Perubahan vagina dan perineum
a) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul vugae (lipatan-lipatan atau
kerutan-kerutan) kembali.
b) Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan perineum tidak sering
dijumpai. Mungkin ditemukan setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering
terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar, robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum.
c) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya.Robekan perineum umumnya terjadi di
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat,
sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu
bawah panggul dengan ukuran yang lebih besar dan pada sirkumfarensia
suboksipito bregmatika.Bila ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomy
(penyayatan mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi)
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik Perubahan pada sistem
pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak.Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan
yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan, hemorroid,
laserasi jalan lahir.Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit
atau makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat ditolong dengan
pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksan yang lain
(Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari, 2009,p.80).
d) Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung
pada 1) keadaan/status sebelum persalinan 2) Lamanya partus kalla II yang
dilalui 3) Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009, p.80).
e) Perubahan tanda-tanda vital
1) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit,
antara 37,2ºC-37,5°C. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari
aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari kedua sampai
hari-hari berikutnya, harus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
2) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali per menit, yakni
pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini
terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
3) Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg.Tekanan darah tersebut bisa meningkat
dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.
4) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.tidak lain karena ibu
dalam kedaan pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat
postpartum (>30x per menit) mungkin karena ikutan tandatanda syok
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati (2009)
f) Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Perubahn peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.Tanggung
jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir.Dorongan serta perhatian
anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai
berikut (Suherni,Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009,
1) Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan.Periode ini berlangsung dari hari pertama
sampai kedua setelah melahirkan.Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama
pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan
yang dialaminya dari awal sampai akhir
2) Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada
fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidakmampuan dan tanggung jawab
dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah
tersinggung dan gampang marah.
3) Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase ini
berlangsung 10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya.
e. Kunjungan Masa Nifas
Menurut Prawirohadjo (2009) paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas
dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
1) 6 - 8 jam setelah melahirkan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan rujuk bila
perdarahan berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
2) 6 (enam) hari setelah melahirkan (persalinan)
a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
3) 2 (dua) minggu setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan baik (normal) uterus berkontraksi,
fundus dibawah umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tanda penyuIit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari hari.
4) 6 (enam) minggu setelah persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu atau bayi alami.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini.
2. Tanda-Tanda Bahaya Masa Nifas
Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/
komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan atau
tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu (Prawirohardjo, 2009)
Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut :
a) Perdarahan Post Partum
Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml dalam masa
24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2009)
Menurut waktu terjadinya di bagi atas 2 bagian :
1) Perdarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama adalah atonia
uteri, retensio placenta, sisa placenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak
dalam 2 jam pertama.
2) Perdarahan post partum sekunder (Late Post Partum Hemorrhage) yang
terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5 sampai 15 post
partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa placenta
(Prawirohardjo, 2009).
Menurut Manuaba (2009), perdarahan post partum merupakan penyebab
penting kematian maternal khususnya di negara berkembang.
Faktor-faktor penyebab perdarahan post partum adalah :
1) Grandemultipara.
2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun.
3) Persalinan yang di lakukan dengan tindakan : pertolongan kala uri sebelum
waktunya, pertolongan persalinan oleh dukun,persalinan dengan tindakan
paksa, persalinan dengan narkosa.
b) Lochea yang berbau busuk (bau dari vagina)
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa
nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran darah dan lendir
waktu menstruasi dan berbau anyir (cairan ini berasal dari bekas melekatnya
placenta).
Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rukiyah A.Y, 2011) :
1) Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-
sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca
persalinan.
2) Lochea sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke
3-7 pasca persalinan.
3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu.
5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
6) Lochiostasis: lochea tidak lancar keluarnya
Apabila pengeluaran lochea lebih lama dari pada yang disebutkan di atas
kemungkinan adanya :
1) Tertinggalnya placenta atau selaput janin karena kontraksi uterus yang kurang
baik.
2) Ibu yang tidak menyusui anaknya, pengeluaran lochea rubra lebih banyak
karena kontraksi uterus dengan cepat.
3) Infeksi jalan lahir, membuat kontraksi uterus kurang baik sehingga lebih lama
mengeluarkan lochea dan lochea berbau anyir atau amis.
Bila lochea bernanah dan berbau busuk, disertai nyeri perut bagian bawah
kemungkinan diagnosisnya adalah metritis. Metritis adalah infeksi uterus setelah
persalinan yang merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu. Bila
pengobatan terlambat atau kurang adekuat dapat menjadi abses pelvik, peritonitis,
syok septik (Rustam Mochtar, 2009).
c) Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu)
Involusi adalah keadaan uterus mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat
rahim dari 1000 gram saat setelah bersalin, menjadi 40-60 mg 6 minggu
kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu di sebut sub-involusi
(Bahiyatun, 2009).
Faktor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus,
endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2009). Pada pemeriksaan
bimanual di temukan uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya, fundus
masih tinggi, lochea banyak dan berbau, dan tidak jarang terdapat pula
perdarahan (Prawirohardjo, 2009).
Pengobatan di lakukan dengan memberikan injeksi Methergin setiap hari di
tambah dengan Ergometrin per oral. Bila ada sisa plasenta lakukan kuretase.
Berikan Antibiotika sebagai pelindung infeksi (Prawirohardjo, 2009).
d) Nyeri pada perut dan pelvis
Tanda-tanda nyeri perut dan pelvis dapat menyebabkan komplikasi nifas
seperti : Peritonitis. Peritonitis adalah peradangan pada peritonium, peritonitis
umum dapat menyebabkan kematian 33% dari seluruh kematian karena infeksi.
Menurut Walyani Elisabeth (2009) gejala klinis peritonitis dibagi 2 yaitu :
1) Peritonitis pelvio berbatas pada daerah pelvis
Tanda dan gejalanya demam, nyeri perut bagian bawah tetapi keadaan umum
tetap baik, pada pemeriksaan dalam kavum daugles menonjol karena ada
abses.
2) Peritonitis umum
Tanda dan gejalanya: suhu meningkat nadi cepat dan kecil, perut nyeri tekan,
pucat muka cekung, kulit dingin, anorexsia, kadang-kadang muntah.
e) Pusing dan lemas yang berlebihan
Menurut Manuaba (2009), pusing merupakan tanda-tanda bahaya pada
nifas, pusing bisa disebabkan oleh karena tekanan darah rendah (Sistol 160
mmHg dan distolnya 110 mmHg. Pusing dan lemas yang berlebihan dapat juga
disebabkan oleh tanda bahaya pada masa nifas bila kadar haemoglobin.
Lemas yang berlebihan juga merupakan tanda-tanda bahaya, dimana
keadaan lemas disebabkan oleh kurangnya istirahat dan kurangnya asupan kalori
sehingga ibu kelihatan pucat, tekanan darah rendah (sistol)
f) Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
Dalam beberapa hari setelah melahirkan suhu badan ibu sedikit baik
antara 37,20C-37,80C oleh karena reabsorbsi benda-benda dalam rahim dan
mulainya laktasi, dalam hal ini disebut demam reabsorbsi. Hal itu adalah
normal.
Namun apabila terjadi peningkatan melebihi 380C beturut-turut selama
2 hari kemungkinan terjadi infeksi. Infeksi nifas adalah keadaan yang
mencakup semua peradangan alat-alat genetalia dalam masa nifas (Ambarwati
E, 2010).
3. Pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil rasa keingintahuan
manusia terhadap sesuatu dan hasrat untuk meningkatkan harkat hidup
sehingga kehidupan menjadi lebih baik dan nyaman yang berkembang
sebagai upaya untuk memenuhi kebutuha manusia baik dimasa sekarang
maupun dimasa depan. Pengetahuan hanya sekedar menjawab pertanyaan
what misalnya apa alam, apa manusia, apa air dan lainnya (Putri Ariani, A,
2014)
b. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif yang mempunyai 6 tingkatan yaitu :
1) Know (Tahu)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di
pelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu
merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari antara lain
dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan
sebagainya (Puti Ariani, 2014)
2) Comprehension (Memahami)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretaskan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)
3) Application (Aplikasi)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)
4) Analysis (Analisis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi/objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, seperti dapat
menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,
mengelompokkan dan sebagainya (Puti Ariani, 2014)
5) Synthesis (Sintesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan/menghubungkan bagan-bagan didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya, dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan
yang telah ada (Puti Ariani, 2014)
6) Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi iniberkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi/penilaian terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu
didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau mengguankan
kriteria - kriteria yang telah ada (Puti Ariani, 2014)
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan
wawancara/angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di
ukur dari subjek penelitian/responden. Kedalaman pengetahuan yang
ingin kita ketahui/kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-
tingkatan diatas. (Puti Ariani, 2014)
c. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010), cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua yakni cara tradisional atau non
ilmiah yakni tanpa melalui penelitian ilmiah dan cara modern atau cara ilmiah
yakni melalui proses penelitian. Lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari:
a) Cara coba – salah ( Trial and Error)
Cara ini dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban apabila seseorangmenghadapi
persoalan atau masalah upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-
coba. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan
tersebut tidakberhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah
tersebut dapat terpecahkan(Puti Ariani, 2014)
b) Secara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak
disengaja oleh orang yang bersangkutan.
c) Cara kekuasaan atau otoritas
Kehidupan sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan
tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa melalui penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya
terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada
masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah diterima dari sumbernya
sebagai kebenaran yang mutlak.
Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal maupun informal. Para pemuka agama,
pemegang pemerintahan dan lain sebagainya. Dengan kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegangotoritas,
yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baiktradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan
atau ilmuwan(Puti Ariani, 2014)
d) Berdasarkan pengalaman sendiri
Pengalaman adalah guru terbaik demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksud bahwa pengalaman itumerupakan sumber
pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal
ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa
yang lalu(Puti Ariani, 2014)
e) Cara akal sehat ( common sense)
Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan
teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman
merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk
mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan(Puti Ariani, 2014)
f) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang
diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima
dan diyakini oleh pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari
apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini
diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil
usaha penalaran atau penyelidikan manusia.
g) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepatsekali
melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya
karena kebenaran ini tidak menggunakan cara yang rasional dan yang
sistematis.
h) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan perkembangan kebudayaan umat
manusia cara manusia berfikir ikut berkembang. Dari sini manusia
mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan
pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang
dikemukan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui
pernyataan-pernyataan yang khusus kepada yang umum dinamakan
induksi sedangkan deduksia adalah pembuatan kesimpulan dari
pernyataan-pernyataan umum ke khusus(Puti Ariani, 2014)
i) Induksi
Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari
pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum. Hal ini
berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut
berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra
kemudian disimpulkan kedalam suatu konsep yang memungkinkan
seseorang untuk memahami suatu gejala.
j) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berpikir deduksiberlaku
bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum padakelas tertentu,
berlaku juga kebenarannya pada semua persitiwa yang terjadi pada setiap
yang termasuk dalam kelas itu.
2) Cara ilmiah atau modern
Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan pada dewasaini lebih
sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau
metodologi penelitian (research metodology). Cara ini dikembangkan oleh
Francis Bacon yang mengembangkan metode berpikir induktif kemudian
dikembangkan oleh Deobold van Dallen yang menyatakan bahwa dalam
memperoleh kesimpulandilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan
membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan objek
yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok :
a) Segala sesuatu yang positif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada
saat dilakukan pengamatan.
c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala-gejala yang
berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.
d) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
(1) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan
rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di
pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non
formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.
Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan perilaku
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari
obyek yangdiketahui, akan menumbuhkan perilaku makin positif
terhadap obyek tersebut (Puti Ariani, 2014)
(2) Mass media / informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate
impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-
pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
(3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
(4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun social. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik
ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.
(5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masalalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil
keputusan yang merupakanmanifestasi dari keterpaduan menalar secara
ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.
(6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang
usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini
3) Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto, 2006 penetahuan seseoarng dapat diketahui dan di
interpresatsikan dengan skala yang bersifat yaitu kualitatif :
a) Pengetahuan baik, jika persenatse jawaban 76% - 100%
b) Pengetahuan cukup, jika persenatse jawaban 56% - 75%
c) Pengetahuan kurang, jika persenatse jawaban < 55% (Putri Ariani, A,
2014)
B. Landasan Teori
Tanda-tanda bahaya masa nifasadalah suatu tanda yang abnormal yang
mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas,
apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu.
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari
sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan
yang telah di terima.
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang di ketahui dan dapat menginterpretaskan materi tersebut secara
benar.
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya.Dengan pengukuran pengetahuan :
a. Pengetahuan baik, jika persenatse jawaban 76% - 100%
b. Pengetahuan cukup, jika persenatse jawaban 56% - 75%
c. Pengetahuan kurang, jika persenatse jawaban < 55% (Putri Ariani, Ayu, 2014)
C. Kerangka Konsep
Gambar I. Kerangka Konsep
Keterangan :
: Variabel yang diteliti (Variabel Independent)
: Variabel Dependent
: Hubungan antar Variabel
D. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat tahu tentang
tanda bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?
2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat paham tentang
tanda bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?
3. gambaran pengetahuan ibu nifas berdasarkan tingkat aplikasi tentang tanda
bahaya pada masa nifas diwilayah Kerja Puskesmas Katobu tahun 2016?
Tahu
Memahami Ibu nifas
Aplikasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rencana Penelitian
Jenis Penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif yaitu
suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang
suatu keadaan secara objektif.
B. Subyek Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas di Wilayah kerja
Puskesmas Katobu bulan Agustus tahun 2016 sebanyak 52 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah Ibu nifas yang di Wilayah kerja Puskesmas
Katobu tahun 2016sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan teknik Acidental sampling . Sampel penelitian menggunakan data
primer dan Data sekunder. Data primer yaitu data ibu nifas yang akan dikunjungi
oleh penulis berdasarkan data primer. Data primer yaitu data ibu nifas di wilayah
kerja Puskesmas Katobu tahun 2016 yang tertulis di register ibu KIA
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2016
2. Tempat
Penelitian telah dilaksanakan di Puskesmas Katobu,Kabupaten Muna
D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel dependent dalam penelitian ini adalah Ibu nifas . Sedangkan varabel
independen adalah pengetahuan ibu berdasarkan tingkat tahun, paham, aplikasi
E. Defenisi Operasional dan kriteria Obyektif
Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif dapat disajikan dalam bentuk tabel 1
Tabel 1.Defenisi Operasional dan Kriteria Obyektif
No Variabel DefinisiOperasional
Kriteria Obyektif Alatukur
Skala
1. DependentIbu nifas
Ibu – ibu nifasyang tercatat dibuku register ibunifas
2 IndependentTingkat tahu
Apabila ibusekedar tahu atauhanya mengingattentang tandabahaya masa nifas
Baik : jika persentase 76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase <56 %
Kuisioner Ordinal
Tingkatpemahaman
Apabila ibu tahudan dapatmenjelaskandengan benartentangTandabahaya masa nifas
Baik : jika persentase 76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jikaprosentase < 56 %
Kuisioner Ordinal
Tingkataplikasi
Apabila ibu dapatmengaplikasikantentangTandabahaya masa nifas
Baik : jika persentase76–100 %Cukup : jika persentase56–75 %Kurang : jika prosentase <56 %
Kuisioner Ordinal
F. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah kuisioner
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data (data processing) ini terdiri dari 3 (tiga) jenis kegiatan,
yakni :
a. Memeriksa data (Editing Data)
Memeriksa data hasil pengumpulan data, yang berupa daftar
pertanyaan, kartu, buku dan lain-lain. Kegiatan ini meiputi hal-hal berikut:
1) Perhitungan dan penjumlahan
Adalah menghitung lembaran-lembaran kuisioner atau daftar
pertanyaan yang telah diisi dan kembali. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
mengetahui apakah jumlahnya telah sesuai dengan jumlah yang disebarkan
atau ditentukan.
2) Koreksi
Yang termasuk kegiatan koreksi ini adalah untuk melihat hal-hal
sebagai berikut :
a) Memeriksa kelengkapan data
b) Memeriksa kesinambungan data
c) Memeriksa keseragaman data
b. Memberi Kode (Coding Data)
Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data
hasil penelitian dianggap sangat perlu untuk disederhanakan agar supaya pada
saat pengolahan data dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara untuk
menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah dengan memberikan
simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang sudah diklasifikasikan.
c. Tabulasi Data (tabulating)
Yang dimaksud dengan tabulasi data, yakni menyusun dan
mengorganisir data sedemikian rupa, sehingga akan dapat dengan mudah
untuk dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik. Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara manual
elektronis/komputerisasi (Putri Ariani, A, 2014)
2. Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat yaitu untuk
mendeskripsikan kategori sampel terkait dengan variabel penelitian dalam bentuk
presentase dengan menggunakan rumus statistik:
P = fn x 100%Keterangan :
P = Persentase
f = Jumlah jawaban yang benar
n = Jumlah soal (Putri Ariani, A, 2014)
H. Jalannya Penelitian
a. Tahap Persiapan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan mempersiapkan/mengurus izin penelitian
kepada institusi dan melaporkannya sebelum memulai kegiatan pengumpulan data
di lapangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaannya dimulai dengan mencatat semua hasil dari data yang diperoleh di
lapangan dengan menggunakan teknik accidental sampling.
c. Tahap Pengolahan Data
Data yang dikumpulkan kemudian diolah, dianalisis dan disajikan secara
deskriptid sederhana dalam bentuk narasi, tabel dan gambar.
d. Tahap Penulisan Laporan
Pada tahap ini disajikan laporan sebagai tahap akhir penulisan ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum letak geografis
1. Letak Geografis
Secara astronomis Puskesmas Katobu terletak dibagian Selatan Muna.
Secara geografis katobu terletak dibagian selatan garis khatulitistiwa, memanjang
dari Utara ke Selatan di antara 4,490 – 4500 lintang Selatan dan membentang dari
Barat ke Timur diantara masyarakat di Kecamatan Katobu
1) Letak teritorial
a) Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Laiworu
b) Sebelah selatan berbatasan dengan Selat Buton
c) Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Duruka
d) Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan watopute
2) Wilayah kerja
Wilayah kerja puskesmas meliputi kelurahan Raha I, Kelurahan Laende,
Kelurahan Raha II, Kelurahan Mangga Kuning, Kelurahan Butung – Butung,
Kelurahan Watonea, Kelurahan Wamponiki, dan Kelurahan Raha III dengan
Luas daratan 12,88 km2
2. Demografis
Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Katobu tahun 2015 sebesar
7.771 jiwa terdiri dari 14,299 jiwa laki – laki, dan 15.735 jiwa perempuan.
Adapun sarana pelayanan dan tenaga kesehatan sebagi berikut :
1) Sarana pelayanan
Sarana pendukung pelayanan kesehatan di Puskesmas katobu terdiri
dari Puskesmas Pembantu 1 buah, posyandu 29 pos, kendaraan roda 4 1 unit,
dan kendaraan roda dua ada 6 unit.
2) Tenaga kesehatan
Pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas katobu memiliki
beberapa tenaga kesehatan berbagai profesi seperti tenaga medis, paramedis
perawat, paramedis non perawat, tata usaha dan sopir. Tenaga medis terdiri
dari 3 orang dokter Umum dan 2 orang dokter Gigi. Tenaga paramedis
perawat 9 orang bidan, perawat 20 orang dan gizi 4 orang. Tenaga paramedis
non perawat terdiri dari kesling 3 orang, analisis 3 orang, lulusn SPK 3 orang,
farmasi 2 orang, dan lulusn FKM 4 orang. Tenaga tata usaha terdiri dari
tenaga ahli computer 4 orang dan sopir 1 orang.
3. Karakteristik Responden
a. Pendidikan Responden
Distribusi responden menurut pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas
Katobu Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.
Sumber: Data Primertus Agustus, 2016Gambar 2. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016
Berdasarkan gambar 2, responden terbanyak berpendidikan SMA sebesar
(40%), selanjutnya pendidikan SMP sebesar (30%), dan responden dengan
pendidikan terendah SD sebesar (17%), pendidikan perguruan tinggi sebesar
(12%).
b. Umur responden
Distribusi responden menurut umur di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.
30%
17%40%
13%SD
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
Sumber: Data Primer Agustus, 2016Gambar 3. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016
Berdasarkan gambar 3, responden terbanyak berumur antara 21-30 tahun
yaitu sebesar (47%), selanjutnya umur 30 -40 tahun sebesar (43%), dan responden
berumur >40 tahun yang sebesar (7%), dan responden berumur < 20 tahun yang
sebesar (3%)
c. Pekerjaan responden
Distribusi responden menurut pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Kabupaten Muna tahun 2016 dilihat pada grafik berikut.
3%
47%43%
7%
<20
21-30
31-40
>40
Sumber: Data Primer, 2016Gambar 4. Grafik Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu di
Wilayah Kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna tahun 2016
Berdasarkan gambar 4 , pekerjaan responden terbanyak pada IRT sebesar
(50%) selanjutnya pekerjaan wiraswasta sebesar (33%), dan responden dengan
pekerjaan honorer sebesar (10%) dan PNS sebesar (7%)
C. Hasil Penelitian
Setelah data primer tersebut di kumpulkan kemudian di lakukan
pengelompokan sesuai dengan tujuan penulisan selanjutnya disajikan dalam
bentuk analisis univariat.
Analisis univariat dilakukan untuk menggambarkan semua variabel yang di
teliti dengan cara mendiskripsikan tiap variabel penelitian yang selengkapnya
disajikan dalam bentuk tabel.
50%
7%10%
33%IRT
PNS
Honorer
Wiraswasta
1) Tingkat Tahu
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat tahu responden tentang Gambaran
pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di wilayah kerja
Puskemas Katobu tahun 2016hal ini dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Tahuterhadap Tanda Bahaya Masa Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Tingkat tahu Frekuensi (f) Persentase ( % )
Kategori baik 5 16,67%Kategori cukup 10 33,33%Kurang 15 50%
Jumlah(n) 30 100 %
Sumber : Data primer, Agustus2016
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa dari 30responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan
kategori kurang sebesar 15 responden (50%), pengetahuan kategori cukup sebesar
10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 5 responden
(16,67%).
2) Tingkat Paham
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat paham responden tentang
Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di
wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 hal ini dapat dilihat pada Tabel 3
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan TingkatPaham terhadap Tanda Bahaya Masa Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas KatobuTahun 2016
Tingkat Paham Frekuensi (f) Persentase ( % )
Kategori baik 7 23,33%Kategori cukup 10 33,33%Kurang 13 43,34%
Jumlah(n) 30 100
Sumber : Data primer, Agustus 2016
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan
kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup
sebesar 10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 7
responden (23,33%).
3) Tingkat Aplikasi
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat aplikasi responden tentang
Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di
wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016 hal ini dapat dilihat pada Tabel 4
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Berdasarkan Tingkat Tahuterhadap Tanda bahaya masa nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Katobu
Tahun 2016
Tingkat Aplikasi Frekuensi (f) Persentase ( % )
Kategori baik 6 20%Kategori cukup 11 36,67%Kurang 13 43,33%
Jumlah(n) 30 100
Sumber : Data primer, Agustus 2016
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan
kategori cukup sebesar 11 responden (36,67%) dan pengetahuan kategori baik
sebesar 6 responden (20%).
B. Pembahasan
1. Tingkat Tahu
Hasil dari penelitian menunjukkan Tabel 2 bahwa dari 30responden yang
mempunyai berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang
sebesar 15 responden (54,84%), pengetahuan kategori cukupsebesar 10 responden
(33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 5 responden (16,67%).
Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif yang mempunyai 6 tingkatan salah satunya adalah tingkat tahu di artikan
sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk
kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima.
Oleh sebab itu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa responden tahu tentang apa yang di pelajari antara lain
dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.
Agar tidak terjadi masalah pada saat masa nifas petugas kesehatan seharusnya
melakukan pengawasan yang intensif pada pasien pasca melahirkan apabila pasien
tersebut masih dalam perawatan di rumah sakit seperti melakukan kunjungan ulang 2-
6 jam pasca melahirkan untuk mendeteksi adanya perdarahan dan komplikasi lainnya
yang berhubugan dengan masa nifas, namun apabila pasien telah diperbolehkan
pulang, petugas kesehatan memberikan penyuluhan kepada pasien tentang tanda-
tanda bahaya masa nifas agar pasien dapat mengerti dan memahami bahwa hal
tersebut harus membutuhkan tindakan segera di Rumah sakit, serta menganjurkan
pasien kontrol sesuai dengan jadwal yang ditentukan untuk mengetahui sub involusi
telah berjalan dengan baik serta untuk mendeteksi secara dini adanya suatu
komplikasi.
Hal ini sesuai dengan hasil yang penelitian yang didapat oleh peneliti
bahwa pengetahuan yang terbanyak pada kategori kurang sebesar (50%).
Kemudian dilihat dari pendidikan responden kebanyakan memiliki pendidikan
terakhir hanya sampai SMA.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Putri Ariani(2014) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang,yaitu kebiasaan. Faktor
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Selain itu juga menurut Notoadmojo (2007) bahwa yang mempengauhi
pengetahuan adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seeresponden makin mudah responden tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, kategori baik dari responden lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan
yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan
pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
responden tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seresponden yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wulandari
(2010) dengan judul pengetahun ibu tentang persiapann persalinan di BPS Iken
Hara Banten.Dari hasil penelitian bahwa dari 40 rsponden sebagian besar
berpengetahunkurang (43,33%), pengetahuan kategori cukup (26,67%) dan
pengetahuan kategori baik (16,67%).
2. Tingkat paham
Hasil penelitian dari tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan
kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup
sebesar 10 responden (33,33%) dan pengetahuan kategori baik sebesar 7
responden (23,33%).
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Tri Kurniati (2012) memahami
diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
di ketahui dan dapat menginterpretaskan materi tersebut secara benar. Responden
yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tingkat pemhmn
terbanyak pada kategori kurang yaitu 13 responden (43,33%) hal ini dikarenakan
informasi – informasi yang didapat dari Puskesmas Katobu, responden masih
kurang paham yang berkaitan dengan tanda bahaya masa nifas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemhmn seseorang, menurut
Notoadmojo (2007), yaitu usia. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan
pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula
daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin memkategori baik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan
demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
respondenusia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk
membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal
dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
Namun dari hasil yang didapatkan peneliti tidak sejalan dengan teori yang
dikemukakan karena hasil penelitian berdasarkan umur 21-30 tahun yaitu sebesar
(47%), selanjutnya umur 30-40 tahun sebesar (43%), dari umur responden
sebenarnya merupakan umur yang bisa memberikan pengetahuan yang baik untuk
tanda bahaya masa nifas sesuai yang dikemukakan oleh Notodamodjo (2007)
namun yang didapat oleh peneliti terbanyak pada pengetahuan kategori kurang
sebesar 13 responden (43,33%). Hal ini juga disebabkan oleh pendidikan
responden yang kebanyakan hanya sampai pada SMA.
Menurut Notoadmojo (2007) bahwa yang mempengauhi pengetahuan
adalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seeresponden makin mudah responden tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan
informasi, kategori baik dari responden lain maupun dari media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana
diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka responden tersebut akan
semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa responden
yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
3. Tingkat Aplikasi
Hasil dari penelitian tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
mempunyai pengetahuan berdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada
pengetahuan kategori kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan
kategori cukup sebesar 11 responden (36,67%) dan pengetahuan kategori baik
sebesar 6 responden (20%).
Berdasarkan teori yang di kemukakan oleh Putri Ariani (2014) bahwa
aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau pengunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Cahyonoputra (2009) bahwa salah
satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan responden adalah informasi.
Informasi yang diperoleh kategori baik dari pendidikan formal maupun nonformal
dapat memberikan mempengaruhi jangka pendek (Immediate impact) sehingga
mengahasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan berbagai media massa
untuk seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain – lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan responden.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yulianti
(2015) dengan judul pengetahun ibu tentang tanda bahaya masa nifas di BPM
Grobogan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Bersasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di paparkan sebelumnya
maka, dapat disimpulkan bahwa :
1. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di
wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai pengetahuan
berdasarkan tingkat tahu terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesar
54,84%, pengetahuan kategori cukupsebesar 33,33% dan pengetahuan kategori
baik sebesar 16,67%.
2. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di
wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai pengetahuan
berdasarkan tingkat paham terbanyak pada pengetahuan kategori kurang sebesarr
43,33%, pengetahuan kategori cukup sebesar 33,33% dan pengetahuan kategori
baik sebesar 23,33%.
3. Gambaran pengetahuan Ibu nifas tentang tanda bahaya pada masa nifas di
wilayah kerja Puskemas Katobu tahun 2016yang mempunyai
pengetahuanberdasarkan tingkat aplikasi terbanyak pada pengetahuan kategori
kurang sebesar 13 responden (43,33%), pengetahuan kategori cukup sebesar
36,67% dan pengetahuan kategori baik sebesar 20%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi tenaga kesehatan
Kepada petugas kesehatan Puskesmas Katobu lebih meningkatkan lagi edukasi
kepada ibu hamil untuk lebih mengetahui tentang tanda bahaya masa nifas. Di
harapkan kepada peneliti selanjutnya agar penelitian ini di jadikan pedoman dan
perlu adanya sosialisasi atau informasi tentang masa nifas kepada setiap
responden (sampel).
2. Bagi masyarakat
Bagi masyarakat khususnya ibu hamil diharapkan untuk meningkatkan
pengetahuannya secara mandiri tidak hanya bergantung pada tenaga kesehatan,
yaitu dengan cara mencari informasi tentang tanda bahaya masa nifas dasar pada
media cetak seperti buku, majalah, dan lain-lain ataupun media elektronik dan
bisa juga bertanya pada responden yang tua atau responden yang lebih
pengalaman.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi pihak yang tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut diharapkan
agar bisa mengkaji lebih dalam mengenai sikap dan perilaku ibu berdasarkan
tingkat pengetahuanya agar dapat dikategorikan apakah tingkat pengetahuanya
kategori baik di ikuti pula oleh sikap patuh dalam setiap penyuluhan yang
diadakan oleh puskesmas
DAFTAR PUSTAKA
Ariani putri (2014)AplikasimetodologipenelitianKebidanandanKesehatanReproduksi.Jakarta :NuhaMedika
Bagus, I.(2009). Komplikasi Nifas.Jakarta : EGC Elisabeth W. (2009). Buku Ajar Bidan1 . Jakarta: Trans Info Media
Elisabeth W. (2009).Buku Ajar Bidan 1 . Jakarta: Trans Info Media
Manuaba, SuryasaputraSKD.,Manuaba, Chandaranita., Manuaba, Fajar., Manuaba,IBG. (2010) Buku Ajar Ginekologi.Jakarata : EGC
Nugroho, T. (2010) Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta: NuhaMedika
Nursalam, (2016) MetodologiPenelitianIlmukeperawatan.Jakarta :SalembaMedika
Prawiroharjdo, S (2009). Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rukiyah, AY. (2011) AsuhanKebidanan III Nifas.Jakarta : Trans Info Media
Siswono, (2009).Kehamilan, Persalinan, Dan Nifas.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Suherni, dkk.(2006). Asuhan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.