perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAPORAN TUGAS AKHIR
GAMBARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO HAULING
DI PT TELEN ORBIT PRIMA SITE BUHUT KAPUAS, KALIMANTAN TENGAH
Prakosa Sandi Yuda
R.0009078
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
GAMABARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO HAULING DI PT TELEN ORBIT PRIMA SITE BUHUT KAPUAS
KALIMANTAN TENGAH
Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)
Tujuan : Hauling merupakan kegiatan pengangkutan atau lalu lintas batubara yang memiliki potensi bahaya yang tinggi. Sehingga penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah Metode : Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif dengan menggambarkan penerapan Manajemen Risiko Hauling. Data diperoleh dengan observasi, wawancara dan buku-buku referensi. Hasil : Alur proses kegiatan hauling meliputi perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal Processing Plant), dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP, dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP, dump truck antri di CPP menunggu loading, proses loading batubara ke unit dump truck, perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung, dump truck memasuki jembatan timbang, dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung, dump truck dumping di stockpile port Paring Lahung, dan parkir unit dump truck pada saat pergantian shift. Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang Simpulan : Prosedur Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks, identifikasi bahaya, penilaian risiko (analisa dan evaluasi risiko), pengendalian risiko, komunikasi dan konsultasi, pemantauan dan tinjauan ulang. Penerapan Manajemen Risiko Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) karena belum melibatkan semua pihak dalam hal ini belum melibatkan pekerja yang terlibat langsung dalam pekerjaan tersebut baik dalam identifikasi bahaya maupun penilaian risiko dan belum dikomunikasikan sepenuhnya kepada semua pihak yang terkait. Kata Kunci : Penerapan Manajemen Risiko Hauling *) Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRACT
DESCRIPTION OF IMPLEMENTATION ABOUT RISK MANAGEMENT HAULING IN TELEN ORBIT PRIMA Co BUHUT SITE, DISTRIC KAPUAS,
CENTRAL KALIMANTAN
Prakosa Sandi Yuda*), Sumardiyono*), dan Hardjanto*)
Objective : Hauling is procces for transport coal and have high risk. This report for know about procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan. Method : The examination use descriptif method with describe implementation about Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Data get from observation, interview and book literture. Results : The hauling road began from dump truck from parking area to stockpile CPP (Coal Processing Plant), dump truck enter and out loading point area (clean), dump truck entrance and out loading point area (after wash), dump truck wait loading in CPP, loading coal process to dump truck, traveller dump truck from stockpile CPP to Paring Lahung Port, dump truck enter weightbridge, dump truck enter stockpile Pring Lahung Port, dump truck dumping in stockpile Paring Lahung Port, dump truck parking when change shift. Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review. Conclusion : Procedure Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Distric Kapuas, Central Kalimantan is specific contecs, hazard identification, risk assesment (analysis and evaluation risk), control of risk, comunication and consultation, monitoring and review. Implementation Risk Management Hauling in Telen Orbit Prima Co. Buhut Site, Kapuas, Central Java not match with Procedure of aspect and impact Occupational Safety and Health Enviroment (002-SHD-201) because not participation all employes, for specification not participation with employes in hauling road for hazard identification or risk assesment and not to full comunicate to all employes. Key Word : Penerapan Manajemen Risiko Hauling *) Occupational Health And Safety Diploma Program, Medical Faculty,
Sebelas Maret University.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang selalu tercurahkan kepada hamba-Nya sehingga penulis bisa menyusun laporan khusus Gambaran Penerapan Manajemen Risiko Hauling Di PT Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di Program Studi D. III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Zaenal Arifin Adnan, dr, Sp.PD-KR-FINASIM, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret sekaligus Pembimbing I dalam penyusunan laporan ini.
3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok selaku Pembimbing II dalam penyusunan laporan ini.
4. Ibu Yeremia R.A, S.Sos, M.Kes selaku Penguji dalam penyusunan laporan ini, terima kasih telah memberikan saran atas kekurangan dalam laporan ini.
5. Ibu Hartati selaku Human Capitalist, Comdev dan GA Manager PT. Telen Orbit Prima.
6. Bapak Yayan Rudianto selaku Kepala Teknik Tambang PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah menerima penulis untuk melaksanakan magang di PT. Telen Orbit Prima ini.
7. Bapak Agus Eddy Suryadi selaku Pembimbing Lapangan dan Head Departement Safety And Health PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini.
8. Bapak A. Purnomo Budiarto selaku Pembimbing Lapangan dan Head Departement Hauling And Port PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini.
9. Bapak Ahmad Nurhakim, selaku Safety and Health Supervisor PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
10. Bapak Irman Fardiansyah, selaku Safety and Health Supervisor PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas Kalimantan Tengah yang telah membimbing dalam penyusunan laporan ini, terima kasih banyak atas bantuan dan bimbingannya.
11. Mas Ananto, mas Reza, mas Septian, mas Dinar, Gege, Segah, mas Udin, mas Rubi terima kasih atas bantuan dan bimbingannya selama di site.
12. Seluruh keluarga besar PT. Telen Orbit Prima Site Buhut Kapuas, Kalimantan Tengah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
bantuan, bimbingan dan sambutan hangat yang diberikan selama penulis melaksanakan program magang.
13. Bunda, Kakak-kakakku dan segenap keluarga besarku terimakasih atas untaian doa, dukungan dan curahan kasih sayangnya yang tiada hentinya mengalir untuk penulis.
14. Devi Roselia terima kasih atas perhatian dan dukungannya. Tahun depan pasti akan segera menyusul.
15. Teman-teman kontrakan Aminudin Arsyad, Lukman Hanafi, Yusuf Andriana Agil, Yusuf Hartaka yang selalu memberikan tawa, terima kasih atas doanya.
16. Segenap keluarga besar angkatan 2009, bangga menjadi bagian dari kalian. 17. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan hingga laporan ini
bisa terselesaikan. Penulis menyadari dalam penulisannya laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
Surakarta, Juni 2012 Penulis, Prakosa Sandi Yuda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................... iii ABSTRAK .................................................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v DAFTAR ISI ................................................................................................. vii DAFTAR TABEL ......................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah................................................................... 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4 D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka..................................................................... 6 B. Kerangka Pemikiran ............................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................ 32
A. Metode Penelitian .................................................................. 32 B. Lokasi Penelitian .................................................................... 32 C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ..................................... 32 D. Sumber Data ........................................................................... 32 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 33 F. Pelaksanaan ............................................................................ 34 G. Analisis Data........................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 36
A. Hasil Penelitian ....................................................................... 36 B. Pembahasan ............................................................................ 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 82
A. Simpulan ................................................................................. 82 B. Saran ....................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85 LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Kemungkinan .............................................................................. 25
Tabel 2. Nilai Keparahan ................................................................................... 19
Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP menuju
Stockpile CPP ...................................................................................... 44
Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar
Loading Poin CPP (after wash) ........................................................... 45
Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan Keluar
Loading Poin CPP (clean) ................................................................... 45
Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di CPP
Menunggu Loading ............................................................................. 46
Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian Batubara ke Unit
.............................................................................................................. 47
Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut
ke Port Paring Lahung ......................................................................... 48
Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Jembatan
Timbang .............................................................................................. 50
Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk Port
Paring Lahung ..................................................................................... 51
Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping Port Paring
Lahung ................................................................................................. 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
Tabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir Pada Saat
Pergantian Shift .................................................................................... 53
Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP Menuju Stockpile CPP ........... 55
Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP
(after wash) ........................................................................................... 56
Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan Keluar Loading Point CPP
(clean) ................................................................................................... 57
Tabel 16. Pengendalian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu Loading ............ 58
Tabel 17. Pengendalian Risiko Pengisian Batubara ke Unit ............................... 59
Tabel 18. Pengendalian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port Paring
Lahung ................................................................................................. 61
Tabel 19. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang .................. 66
Tabel 20. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung ................. 67
Tabel 21. Pengendalian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung ................... 69
Tabel 22. Pengendalian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian Shift .............. 70
Tabel 23. Tindakan Pengendalian Aspek Penting ............................................... 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Teori Domino ................................................................................... 16
Gambar 2. Teori Gunung Es .............................................................................. 22
Gambar 3. Matrik Risiko .................................................................................... 27
Gambar 4. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Selesai Magang
Lampiran 2. Presensi Magang
Lampiran 3. Jadwal Kegiatan Orientasi Departemen
Lampiran 4. Kebijakan Enviroment, Health, Safety & Community Development
Lampiran 5. Form Daftar Hadir Meeting Presentasi Mahasiswa UNS
Lampiran 6. Surat Permohonan Observasi Mahasiswa Magang
Lampiran 7. EHS & CSR Committe Structure
Lampiran 8. Emergency Response Team Organization Structure
Lampiran 9. Hazard Identification & Risk Assesment (HIRA) Hauling
Lampiran 10. Form Inspeksi Hauling Road
Lampiran 11. Form Surat Pernyataan Disiplin Karyawan (SPDK)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan yang semakin maju menuntut kita untuk berusaha
memajukan industri yang mandiri dalam rangka mewujudkan era
industrialisasi. Proses industri yang maju ditandai dengan mekanisme dan
modernisasi semua sektor industri. Oleh karena itu penggunaan mesin-mesin
dan instalasi modern serta bahan berbahaya semakin meningkat. Dalam
melakukan proses pekerjaan selalu melibatkan faktor manusia, mesin dan
bahan serta melalui tahap-tahap proses memiliki resiko bahaya dengan tingkat
resiko yang berbeda-beda yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut
disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktivitas kerja
di tempat kerja. Sumber-sumber bahaya tersebut dapat berdampak pada
tenaga kerja maupun lingkungan perusahaan, sehingga diperlukan
perlindungan terhadap pekerja dimana merupakan aset perusahaan yang
sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat
keselamatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal termasuk juga
terhadap lingkungan.
Permasalahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja hampir melanda
semua sektor industri sehingga perlu adanya tindakan pencegahan untuk
masalah tersebut. Oleh sebab itu setiap perusahaan perlu menerapkan suatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
manajemen untuk mengelola keselamatan kerja karyawannya sesuai dengan
isi kebijakan perusahaan. Salah satu dampak akibat timbulnya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja ialah kerugian bagi perusahaan. Baik itu
kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kondisi ini diakibatkan
karena masih kurangnya kesadaran dan pemahaman kalangan usaha di
Indonesia akan pentingnya aspek K3 sebagai salah satu unsur untuk
meningkatkan daya saing antar industri. Di industri pertambangan yang
memiliki poetensi bahaya yang besar haruslah memiliki suatu sistem dalam
mengelola sumber bahaya agar sumber bahaya tersebut bisa di kendalikan.
Sebagai salah satu perusahaan pertambangan PT Telen Orbit Prima harus bisa
mengelola dan mengendalikan potensi bahaya yang terdapat di area kerja agar
mencegah timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Salah satu
upaya untuk mengendalikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja adalah
mengidentifikasi faktor-faktor atau sumber-sumber bahaya di tempat kerja
serta melakukan penilaian risiko serta dilakukan upaya pengendalian yang
memadai. Dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja terdapat cara untuk
mengidentifikasi atau menganalisa dan mengevaluasi faktor-faktor bahaya
ditempat kerja. Salah satu caranya adalah melaksanakan manajemen resiko,
yaitu analisa keselamatan kerja atau lebih dikenal dengan istilah Identifikasi
Bahaya dan Penilaian Risiko.
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komprehensif,
terencana dan terstruktur dalam suatu kesisteman yang baik (Ramli, 2009).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Manajemen risiko K3 berkaitan dengan bahaya dan risiko yang ada di
tempat kerja yang dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Jika tidak
dikendalikan risiko K3 dapat mengancam kelangsungan usaha. Sehingga
manajemen risiko merupakan alat untuk melindungi perusahaan dari setiap
kemungkinan yang merugikan.
Manajemen risiko di area Hauling PT Telen Orbit Prima akan
mempermudah dalam menginformasikan risiko dan bahaya yang ada dalam
pekerjaan di Hauling, serta dapat digunakan untuk mengkaji atau
mempelajari ulang apabila terjadi kecelakaan. Dengan adanya manajemen
risiko Hauling, tenaga kerja dapat bekerja secara aman dan efisien,
mengetahui bahaya yang ada dalam pekerjaan dan tindakan pengendaliannya,
serta dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja. Oleh karena itu berdasarkan latar belakang
masalah tersebut penu Penerapan Manajemen
Risiko Hauling di PT. Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, didapatkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana identifikasi bahaya dan penilaian risiko pada kegiatan Hauling
di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?
2. Bagaimana prosedur manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen
Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
3. Bagaimana penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen
Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko serta pengendalian
bahaya pada kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas
Kalimantan Tengah
2. Mengetahui prosedur manajemen risiko Hauling yang ada di PT Telen
Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
3. Mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada di PT
Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Bagi Peneliti
a. Dapat mengetahui kondisi bahaya dan penilaian risiko pada
kegiatan Hauling di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan
Tengah
b. Dapat mengetahui penerapan manajemen risiko Hauling yang ada
di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah
2. Bagi Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja
a. Menambah wawasan Program Diploma III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja dalam upaya meningkatkan kualitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
mahasiswa, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas
dan mampu bersaing di dunia kerja.
b. Menambah kepustakaan tenatang Kesehatan dan Keselamatan
Kerja, khususnya mengenai penerapan Manajemen Risiko Hauling
di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan secara
teoritis yang berarti bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi, khususnya mengenai Manajemen Risiko Hauling di
PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
Menurut Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 1 ayat 1 yang dimaksud tempat kerja adalah tiap ruangan atau
lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja
bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk
tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat
kerja tersebut. Oleh karena pada tiap tempat kerja terdapat sumber bahaya
maka pemerintah mengatur keselamatan kerja baik di darat, di tanah, di
permukaan air, di dalam air, maupun udara yang berada di wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Ketentuan tersebut berlaku dalam
tempat kerja dimana :
a. Dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat
menimbulkan kecelakaan, kebakaran atau peledakan;
b. Dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut,
atau disimpan bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah
terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
c. Dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk
bangunan pengairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan
sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
d. Dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan,
pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya,
peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;
e. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam
atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau mineral
lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar
perairan;
f. Dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di
darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di
udara;
g. Dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga,
dok, stasiun atau gudang;
h. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda dan pekerjaan lain di
dalam air;
i. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau
perairan;
j. Dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi
atau rendah;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
k. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah,
kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok,
hanyut atau terpelanting;
l. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lubang;
m. Terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap,
uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau
getaran;
n. Dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;
o. Dilakukan pemancaran, penyiaran atau penerimaan radio, radar,
televisi, atau telepon;
p. Dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau
riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;
q. Dibangkitkan, dirubah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau
disalurkan listrik, gas, minyak atau air;
r. Diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan rekreasi
lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.
2. Sumber Bahaya
Bahaya (Hazard) adalah suatu keadaan yang memungkinkan atau
berpotensi terhadap terjadinya kecelakaan berupa cidera, penyakit,
kematian, kerusakan atau kemampuan melaksanakan fungsi operasional
yang telah ditetapkan (Tarwaka, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Secara umum bahaya digolongkan menurut jenisnya sebagai berikut:
a. Bahaya fisik yang meliputi kebisingan, intensitas penerangan,
temperatur ekstrim baik panas maupun dingin, getaran yang
berlebihan, radiasi dan sebagainya
b. Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, dan bahan kimia lainnya.
Bahan-bahan tersebut meliputi bahan yang bersifat racun, merusak,
mudah terbakar, penyebab kanker dan oksidator.
c. Bahaya biologi yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di
lingkungan kerja seperti virus, bakteri, dan jamur yang dapat
menyebabkan penyakit akibat kerja seperti alergi, infeksi dan berbagai
penyakit lainnya.
d. Bahaya mekanis meliputi terpukul, terbentur, terjepit, tersandung,
kejatuhan peralatan atau benda yang berada di lingkungan kerja.
e. Bahaya ergonomik yaitu bahaya yang disebabkan oleh
ketidaksesuaian interaksi antara manusia, peralatan dan lingkungan
yang berkaitan dengan tata letak yang salah, desain pekerjaan yang
tidak sempurna, dan manual handling yang tidak sesuai.
f. Bahaya psikologis yaitu bahaya yang dapat berhubungan atau
menyebabkan timbulnya kodisi psikologis pekerja yang berpengaruh
terhadap pekerjaan, seperti bekerja dibawah tekanan, hubungan atasan
yang tidak harmonis, dan waktu kerja yang berlebihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Setiap sektor industri memiliki potensi bahaya yang berbeda-beda
yang tentunya dapat menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan ada faktor penyebab yang dapat ditentukan
dan dikendalikan. Sumber-sumber bahaya diantaranya berasal dari:
a. Manusia/Pekerja
Manusia merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
timbulnya suatu kecelakaan kerja. Bahkan ada suatu pendapat bahwa
akhirnya langsung atau tidak langsung semua kecelakaan adalah
dikarenakan faktor manusia. Kesalahan itu mungkin saja dibuat oleh
perencana pabrik, oleh kontraktor yang membangunnya, pembuat
mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan
). Selain itu bahaya yang
ditimbulkan dari pekerja lebih disebabkan oleh pengetahuan yang
kurang, kondisi fisik yang tidak memenuhi syarat, sikap kerja yang
tidak nyaman dan tidak aman.
b. Peralatan
Peralatan kerja mempunyai peranan penting dalam memicu timbulnya
bahaya karena peralatan yang tidak cocok, perangkat peralatan yang
rusak, pearalatan yang tidak lengkap dan tidak adanya sertifikasi dari
peralatan. Oleh karena itu penggunaan peralatan harus terlebih dahulu
di periksa apakah sesuai prosedur atau tidak. Dalam industri
digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya. Apabila
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
tidak dipergunakan dengan semestinya serta tidak dilengkapi dengan
alat pelindung dan pengaman, peralatan itu bisa menimbulkan
macam-macam bahaya seperti :
1) Kebakaran
2) Sengatan listrik
3) Ledakan
4) Cidera
Agar peralatan ini aman dipakai maka perlu pengaman yang telah
diatur oleh peraturan-peraturan di bidang keselamatan kerja.
c. Material/Bahan
Tiap-tiap bahan/material mempunyai risiko bahaya dengan tingkat
yang berbeda-beda sesuai sifat bahan yaitu:
1) Mudah terbakar
2) Mudah meledak
3) Menimbulkan alergi
4) Menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringn tubuh
5) Menyebabkan kanker
6) Bersifat racun
7) Radioaktif
Selain resiko bahaya yang berbeda-beda, intensitas atau tingkat
bahayanya juga berbeda. Ada yang tingkat bahayanya sangat tinggi
dan ada pula yang rendah, misalnya dalam hal bahan beracun, ada
yang sangat beracun yang dapat menimbulkan kematian dalam kadar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
rendah dan dalam tempo yang singkat dan ada pula yang kurang
berbahaya. Disamping itu pengaruhnya ada yang segera dapat dilihat
(akut) tetapi ada juga yang pengaruhnya baru diketahui setelah
bertahun-tahun (kronis). Sedangkan tingkat bahaya yang ditimbulkan
akan tergantung pada :
1) Bentuk atau energi yang dikandung
2) Kuantitas paparan bahan tersebut
3) Lama sesorang terpapar
d. Proses / Cara Kerja
Bahaya dari proses kerja dapat membahayakan kejiwaan orang itu
sendiri dan orang lain di sekitarnya. Cara kerja yang demikian antara
lain:
1) Cara angakat angkut apabila dilakukan dengan cara yang salah
dapat berakibat cidera dan yang paling sering adalah cidera pada
tulang punggung.
2) Cara kerja yang mengakibatkan hamburan debu dan serbuk logam,
percikan api serta tumpahan bahan berbahaya.
3) Pemakaian alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara
memakai yang salah.
e. Lingkungan Kerja
Bahaya dari lingkungan kerja, dapat digolongkan atas berbagai jenis
bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja maupun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja serta penurunan tingkat
produktivitas.
Bahaya-bahaya tersebut adalah :
1) Bahaya yang bersifat fisik seperti bising, getaran, pencahayaan
yang kurang, suhu yang terlalu panas ataupun terlalu dingin,
radiasi.
2) Bahaya yang bersifat kimia yang berasal dari bahan-bahan yang
digunakan maupun bahan yang dihasilkan selama produksi
3) Bahaya biologik diseabakan oleh virus, bakteri, dan gangguan
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja.
4) Bahaya yang bersifat psikologis seperti gangguan jiwa yang dapat
terjadi karena lingkungan sosial tempat kerja yang tidak sesuai dan
menimbulkan ketegangan jiwa pada karyawan, seperti keharusan
mencapai target produksi yang terlalu tinggi di luar kemampuan,
hubungan atasan dan bawahan yang tidak serasi.
5) Bahaya yang bersifat ergonomi semisal karena beban kerja yang
berat, ketidaksesuaian mesin dan pekerja.
3. Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki
dan sering kali tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian baik
waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Oleh
karena itu kecelakaan mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1) Tidak diduga semula, oleh karena dibelakang peristiwa kecelakaan
tidak terdapat unsur kesengajaan dan perencanaan
2) Tidak diinginkan atau diharapkan karena setiap peristiwa
kecelakaan selalu disertai kerugian baik fisik maupun mental
3) Selalu menimbulkan kerugian dan kerusakan yang sekurang-
kurangnya menyebabkan gangguan proses kerja (Tarwaka, 2008).
Adapun kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang berhubungan
dengan hubungan kerja pada perusahaan. Hal ini dapat berarti
bahwa kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh pekerjaan atau
pada waktu melakukan pekerjaan. Selain itu kecelakaan pada
tenaga kerja yang terjadi pada saat perjalanan ke dan dari tempat
kerja juga digolongkan dalam kecelakaan kerja (Suma'mur, 1996).
b. Kalsifikasi Kecelakaan
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut International Labour
Organization (ILO) dalam Tarwaka, 2008 adalah sebagai berikut :
1) Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
2) Klasifikasi menurut agen penyebabnya
3) Klasifikasi menurut jenis luka dan cederanya
4) Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Pertambangan Dan Energi
Nomor 555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kerja Pertambangan Umum pasal 39 yang menyebutkan bahwa
kecelakaan tambang harus memenuhi 5 (lima) unsur sebagai berikut :
1) Benar benar terjadi;
2) Mengakibatkan cidera pekerja tambang atau orang yang diberi izin
oleh Kepala Teknik Tambang;
3) Akibat kegiatan usaha pertambangan;
4) Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cidera atau
setiap saat orang yang diberi izin dan
5) Terjadi di dalam wilayah kegiatan usaha pertambangan atau
wilayah proyek.
c. Pencegahan Kecelakaan
Pencegahan kecelakaan kerja pada umumnya adalah upaya untuk
mencari penyebab dari suatu kecelakaan dan bukan mencari siapa
yang salah (Tarwaka, 2008). Pencegahan kecelakaan merupakan
upaya untuk menghambat terjadinya suatu kecelakaan dengan mencari
sumber kecelakaan. Cara penelusuran penyebab kecelakaan sesuai
dengan urutan Domino yang digunakan pada cara berpikir modern
dalam perinsip pencegahan kecelakaan. Teori ini menyatakan bahwa
kecelakaan tidak datang dengan sendirinya, teapi ada serangkaian
peristiwa sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan
tersebut. Terjadinya kecelakaan merupakan hasil dari tindakan dan
kondisi yang tidak arnan dan kedua hal tersebut selanjutnya akan
tergantung pada seluruh macam faktor. Gabungan dari berbagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
faktor inilah dalam kaitan urut-urutan tertentu akan menyebabkan
kecelakaan. Hal ini seperti rangkaian kartu domino, kartu-kartu
tersebut diumpamakan sebagai faktor penyebab kecelakaan. Bila salah
satu kartu jatuh akan menjatuhkan kartu lain secara beruntun, ini
dapat dicegah dengan memindahkan salah satu kartu. Pemindahan
kartu dapat diartikan sebagai proses menghilangkan salah satu
dari faktor penyebab kecelakaan yang menjadi prinsip pencegahan
kecelakaan.
Gambar 1. Teori Domino ( Frank Bird JR, 1967) Berdasarkan gambaran tersebut prinsip pencegahan kecelakaan
yang diperoleh menurut Teori Domino antara lain, yaitu :
1) Kurangnya Kontrol
Kurangnya kontrol merupakan urutan pertama menuju terjadinya
kecelakaan yang dapat mengakibatkan kerugian. Kontrol
merupakan salah satu fungsi utama dari manajemen yaitu :
Planning, Organizing, dan Controling. Seorang manajer
pofesional mengetahui dan melaksanakan program keselamatan
1 2 3 4 5
Tidak memadai: -standar program -pemenuhan standar
Kurangnya kontrol
Faktor pribadi Faktor pekerjaan
Penyebab dasar
Tindakan tidak aman Kondisi tidak aman
Penyebab langsung
Kontak dengan energi atau bahan
Kejadian
Manusia Harta Benda proses
Kerugian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dan pengendalian kerugian, dimana terdapat standar,
perencanaan dan pengorganisasian untuk mencapai standar,
pengukuran kinerja sendiri dan orang lain, evaluasi hasil dan
kebutuhan serta mengadakan koreksi untuk perbaikan kinerja dan
apabila fungsi ini tidak dilaksanakan, perusahaan tidak akan
mendapatkan bahwa keselamatan kerja dapat mempertinggi
profit. Adapun yang menjadi penyebab kurangnya kontrol adalah:
a) Program tidak ada atau kurang memadai,
b) Standar program tidak ada atau kurang memadai,
c) Pemenuhan standar kurang memadai.
2) Penyebab Dasar
Adalah penyebab nyata yang dibelakang atau melatarbelakangi
penyebab langsung yang mendasari terjadinya kecelakaan, terdiri
dari dua unsur :
a) Faktor personal/pribadi yaitu kurang pengetahuan,
keterampilan, kurang pengarahan, problem fisik dan mental
b) Faktor pekerjaan yaitu kepemimpinan dan pengawasan yang
tidak memadai, standar kerja yang tidak cukup, alat dan
peralatan kurang memadai, pemeliharaan yang tidak memakai
standar pembelian yang kurang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3) Penyebab Langsung
Adalah tindakan tidak aman dan kondisi tidak aman yang secara
langsung menyebabkan kecelakaan yang biasanya dapat dilihat
dan dirasakan.
Penyebab langsung terdiri dari dua unsur yaitu :
a) Unsafe action (tindakan tidak aman) yaitu merupakan tindakan
berbahaya dari para tenaga kerja yang mungkin
dilatarbelakangi oleh berbagai sebab antara lain :
(1) Kekurangan pengetahuan dan keterampilan (lack of
knowledge and skill)
(2) Ketidakmampuan untuk bekerja secara normal
(Inadequate Capability)
(3) Ketidakfungsian tubuh karena cacat yang tidak nampak
(bodilly defect)
(4) Kelelahan dan kejenuhan
(5) Sikap dan tingkah laku yang tidak aman
(6) Kebingungan dan stres karena prosedur kerja yang baru
dan belum dipahami
(7) Belum menguasai/belum trampil dengan peralatan atau
mesin-mesin baru
(8) Penurunan konsentrasi dari pekerja saat melakukan
pekerjaan
(9) Sikap masa bodoh dari tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
(10) Kurang adanya motivasi kerja dari tenaga kerja
(11) Kurang adanya kepuasan kerja
(12) Sikap kecenderungan mencelakai diri sendiri.
b). Unsafe condition (kodisi tidak aman) yaitu kondisi tidak aman
yang berasal dari :
(1) Mesin, peralatan serta pesawat yang sudah tua ataupun
rusak
(2) Bahan kimia berbahaya
(3) Lingkungan serta tempat kerja yang terlalu panas, bising,
berdebu serta penerangan yang kurang
(4) Tenaga kerja yang kurang berpengalaman atau terampil
(5) Hubungan antar pekerja yang kurang harmonis
(6) Kondisi ekonomi dan politik yang bisa mengganggu
konsentrasi
4) Insiden
Insiden yang mengakibatkan cedera fisik atau kerusakan harta
benda, tipe kecelakaan kerja antara lain : terbentur, terjatuh,
terjepit, terperangkap, terpeleset, panas, dingin, radiasi,
kebisingan, kontak dengan bahan berbahaya dan beban kerja yang
berlebih.
5) Kerugian
kerugian yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
a) Kerusakan
b) Kekacauan organisasi
c) Keluhan dan kesedihan
d) Kelainan dan cacat
e) Kematian
Pada umumnya kerugian akibat kecelakaan kerja cukup besar dan
dapat mempengaruhi upaya peningkatan produktivitas kerja
perusahaan (Tarwaka, 2008).
Secara garis besar kerugian akibat kecelakaan kerja dapat
dikelompokan menjadi :
a) Kerugian/biaya Langsung (direct cost)
Suatu kerugian yang dapat dihitung secara langsung dari mulai
terjadinya peristiwa sampai tahap rehabilitasi, seperti :
(1) Penderitaan tenaga kerja yang mendapatkan kecelakaan
dan juga keluarganya
(2) Biaya pertolongan pertama pada kecelakaan
(3) Biaya pengobatan dan perawatan
(4) Biaya angkut dan biaya rumah sakit
(5) Biaya kompenasi pembayaran asuransi kecelakaan
(6) Upah selama tidak mampu bekerja
(7) Biaya perbaikan peralatan yang rusak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
b). Kerugian/biaya Tidak Langsung (indirect cost)
Kerugian berupa biaya yang dikeluarkan dan meliputi suatu
yang tidak terlihat pada waktu atau beberapa waktu setelah
terjadinya kecelakaan, biaya tidak langsung ini diantaranya
mencakup:
(1) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja yang mendapat
kecelakaan
(2) Hilangnya waktu kerja dari tenaga kerja lain, seperti rasa
ingin tahu dan rasa simpati serta setia kawan untuk
membantu dan memberikan pertolongan pada korban,
mengantar ke rumah sakit
(3) Terhentinya proses produksi sementara, kegagalan
pencapaian target, kehilangan bonus
(4) Kerugian akibat kerusakan mesin, perkakas atau peralatan
kerja lainnya
(5) Biaya penyelidikan kecelakaan
(6) Mengatur dan menunjuk tenaga kerja lain untuk
meneruskan pekerjaan dari tenaga kerja yang menderita
kecelakaan
(7) Biaya merekrut dan melatih tenaga kerja baru
Pada umunya kita terfokus pada kerugian langsung, padahal
pada kenyataannya kerugian atau biaya-biaya yang tidak
langsung dan terselubung jauh lebih besar da mempunyai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dampak yang lebih luas. Hal ini dapat dilihat dari
dimana puncak gunung es yang nampak hanya
sebagian kecil dibandingkan dengan bagian gunung es yang
terpendam di dalamnya dan belum kelihatan pada saat
kejadian. Dengan demikian jelas bahwa disamping kerugian
langsung akibat kejadian kecelakaan, kerugian yang tidak
langsung harus mendapatkan perhatian yang serius karena
sangat mempengaruhi kelangsungan proses produksi
perusahaan secara keseluruhan (Tarwaka, 2008), seperti tersaji
pada gambar di bawah ini.
A B
Gambar 2. Teori Gunung Es (Sumber: Bird and German, 1990)
Keterangan A : Biaya Langsung B : Biaya Tidak Langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Sebagai contoh suatu perusahaan mengalami kecelakaan kerja,
misalkan tabrakan antar unit di area kerja. Menurut teori
gunung es dampak dari kecelakaan tersebut ialah timbulnya
biaya langsung seperti biaya pertolongan pertama pada korban,
biaya pengobatan dan perawatan rumah sakit. Sedangkan
untuk biaya tidak langsungnya terdiri atas hilangnya waktu
kerja, terhentinya proses produksi sementara akibat timbulnya
kecelakaan, kerugian akibat kerusakan unit, biaya investigasi
kecelakaan, biaya mencari dan merekrut tenaga kerja baru.
4. Manajemen Risiko
a. Pengertian
Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk
mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara
komprehensif, terencana dan tersrtuktur dalam suatu kesisteman yang
baik (Ramli, 2009). Manajemen risiko merupakan suatu proses atau
perencanaan identifikasi, penilaian, dan prioritas risiko diikuti dengan
koordinasi dan aplikasi ekonomis sumber daya yang ada untuk
mengurangi, memonitor, dan mengendalikan probabilitas dan atau
dampak dari tingkat keparahan atau untuk memaksimalkan realisasi
peluang. Risiko bisa terjadi dikarenakan adanya peluang terjadinya
insiden yang akan berpengaruh terhadap tujuan dan risiko terukur dari
kemungkinan terjadi dan konsekwensi yang ditimbulkan (AS/NZS
4360,1995) dalam Ramli, 2009.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b. Tahap Manajemen Risiko
1) Penentuan konteks
Langkah awal mengembangkan manajemen risiko adalah
menentukan konteks yang diperlukan karena manjemen risiko
sangat luas dan bermacam-macam aplikasinya salah satu
diantaranya adalah manajemen risiko K3. Untuk manajemen risiko
K3 sendiri juga diperlukan penentuan konteks yang akan
dikembangkan misalnya menyangkut risiko kesehatan kerja,
kebakaran, hygine dan industri.
2) Identifikasi Bahaya
Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi bahaya yang
terdapat dalam suatu kegiatan atau proses. Ada 3 pertanyaan yang
dapat dipakai sebagai pendahuluan
a) Apakah ada sumber untuk menimbulkan cedera?
b) Target apa saja yang terkena/terpengaruh bahaya?
c) Bagaimana mekanisme cedera/loss dapat timbul?
Alat bantu yang yang dapat digunakan untuk mengidntifikasi
bahaya di tempat kerja diantaranya observasi, inspeksi, pemantauan
(monitoring), audit, kuisioner, data statistik, wawancara dengan
pekerja, HAZOP (Hazard Operability Study).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3) Penilaian Risiko
a) Analisa Risiko
Analisa risiko dilakukan dengan mempertimbangkan 2 aspek
penting yaitu kemungkinan (probability), keparahan (severity).
Keduanya berbanding lurus dengan nilai resiko itu sendiri,
artinya semakin tinggi nilai kemungkinan dan keparahan maka
nilai resikopun semakin tinggi.
(1) Kemungkinan (probability)
PT Telen Orbit Prima menetapkan 5 skala kualitatif untuk
mewakili nilai kemungkinan terjadinya kecelakaan sesuai
tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Nilai Kemungkinan
Nilai Description Description Frekuensi Probabilitas
terjadi 1 Jarang Kejadian
hanya terjadi dalam kondisi luar biasa
Terjadi dalam kasus khusus
< 10%
2 Kemungkinan kecil
Kejadian dapat terjadi suatu kali
Terjadi setiap 10 tahun
10 - 20%
3 Sedang Kejadian terjadi dalam beberapa kasus
Terjadi setiap 3 tahun
20 - 55%
4 Kemungkinan terjadi
Hampir selalu terjadi
Terjadi setiap tahun
55 - 90%
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
5 Hampir pasti terjadi
Selalu terjadi
Terjadi setiap saat
90 - 100%
Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011
(2) Keparahan (severity)
Severity menunjukan tingkat keparahan yang harus diderita
jika kecelakaan benar-benar terjadi, baik terhadap manusia,
alat dan lingkungan. Nilai severity yang ditetapkan PT
Telen Orbit Prima dalam operasi bisnisnya dapat dilihat
dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2. Nilai keparahan
No Deskripsi Nilai uang Kesehatan & Keselamatan
1 Tidak
penting
< Rp. 100
ribu
Tidak ada luka / Tidak ada
gangguan kesehatan
2 Ringan Rp 100
ribu
Rp 1 juta
Luka ringan / Gangguan
kesehatan ringan
3 Sedang Rp. 1 juta
Rp. 10 juta
Luka LTI s/d Permanen /
Dampak kesehatan jangka
pendek / Occupational Illness
4 Berat Rp. 10 juta
Rp. 100
juta
Fatalitas tunggal atau luka
menyebabkan cacat / dampak
kesehatan jangka panjang /
Occupational Illness
5 Bencana > Rp. 100
juta
Multiple fatality
Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
QUALITATIVE RISK ANALYSIS LEVEL OF RISK
5 A lm o st C ert ain M
5 H
10 H
15 E
20 E
25
4 L ik e ly L
4 M
8 H
12 H
16 E
20
3 M o d er ate L 3 M 6 M 9 H 12 H 15
2 U n lik ely L
2 L
4 M
6 M
8 H
10
1 R ar e L
1 L
2 L
3 L
4 M
5
1 In s ig n if ica nt
2 M in o r
3 M o d er ate
4 M a jo r
5 C at a st ro p h ic
IM PA C T R A TIN G
b) Evaluasi Risiko
Setelah dilakukan penilaian risiko dengan bantuan tabel-tabel
diatas, kemudian dilakukan evaluasi risiko untuk menentukan
risiko yang dapat diterima dan risiko yang tidak dapat diterima
atau aspek penting dengan mempertimbangkan tindakan
pengendalian sebelumnya. Jika risiko dapt diterima maka
aktivitas dapat diteruskan. Jika risiko termasuk aspek penting,
perlu dilakukan langkah pengendalian untuk menekan tingkat
risiko.
. Penggolongan nilai risiko
di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai berikut:
Gambar 3. Matrik Risiko Sumber : PT Telen Orbit Prima, 2011
4) Pengendalian Risiko
Dapat dipastikah bahwa semua tenaga kerja tidak menginginkan
kecelakaan atau mengalami kerusakan pada harta benda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kebanyakan tenaga kerja dengan sadar melakukan hal-hal yang
menyerempet bahaya, meskipun mereka tidak menginginkan
terjadinya kecelakaan. Berkaitan dengan risiko K3 pengendalian
Risiko dilakukan dengan mengurangi kemungkinan atau keparahan
dengan mengikuti hirarki sebagai berikut (Ramli, 2009) :
a). Eliminasi
Eliminasi adalah teknik pengendalian dengan menghilangkan
sumber bahaya misalnya lubang jalan ditutup, ceceran minyak
dibersihkan. Cara itu sangat efektif karena sumber bahaya di
eliminasi sehingga potensi risiko dapat dihilangkan. Karena
itu, teknik ini menjadi pilihan utama dalam hirarki
pengendalian risiko.
b). Substitusi
Substitusi adalah teknik pengendalian bahaya dengan
mengganti alat, bahan, sistem atau prosedur yang berbahaya
dengan yang lebih aman atau lebih rendah bahayanya,
misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi
diganti dengan bahan kimia lain yang lebih aman.
c) Enginering Control (Pengendalian Teknis)
Sumber bahaya biasanya berasal dari peralatan atau sarana
teknis yang ada dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian
bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain,
penambahan peralatan dan pemasangan peralatan pengaman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
d) Pengendalian Administrasi
Pengendalian dengan cara administrasi dapat dilakukan
misalnya dengan rotasi kerja, waktu istirahat, cara kerja atau
prosedur kerja yang lebih aman dan nyaman.
e) Alat Pelindung Diri (APD)
Pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya adalah dengan
memakai alat pelindung diri misalnya helm, sarung tangan,
sepatu pelindung, dan alat pelindung lainnya
Dalam melakukan pengendalian risiko, maka dapat ditentukan jenis
pengendalian dengan mempertimbangkan tingkat paling atas dari
hirarki pengendalian, jika tingkat atas tidak dapat dipenuhi maka
melakukan upaya tingkat pengendalian selanjutnya, demikian
seterusnya sehingga pengendalian risiko kecelakaan dilakukan
berdasarkan hirarki pengendalian.
5) Komunikasi dan Konsultasi
Memberikan informasi kepada pekerja mengenai risiko yang ada di
tempat kerja, meminta saran kepada pekerja yang terlibat langsung
di area kerja tentang idntifikasi bahaya. Setelah itu memastikan
pekerja memahami dan menerima strategi pengendalian yang
ditetapkan.
6) Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Setelah rencana tindakan pengendalian risiko dilakukan maka
selanjutnya perlu dipantau ulang apakah tindakan tersebut sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
efektif atau belum. Bentuk pemantauannya antara lain inspeksi,
pemantauan lingkungan, dan audit. Selain itu fungsi pengawas
operasional juga termasuk salah satu cara pemantauan dan tinjauan
ulang apakah penerapan manjemen risiko benar-benar telah
dilaksanakan sepenuhnya ataukah belum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 4. Kerangka Pemikiran
Tempat kerja (Hauling)
Sumber Bahaya
Lingkungan Manusia Metode/ Cara kerja
Material/ Bahan
Mesin / Peralatan
Faktor & Potensi Bahaya
Manajemen Risiko 1. Identifikasi Bahaya
2. Penilaian Resiko (analisa
dan evaluasi risiko)
3. Pengendalian Risiko
4. Komunikasi dan
Konsultasi
5. Pemantauan dan Tinjauan
Ulang
Zero accident
Menekan kerugian
accident
Kerugian
Tidak Terlaksana
Terlaksana
Evaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
memberikan gambaran penerapan manajemen risiko Hauling di PT Telen
Orbit Prima. Penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan
mendeskripsikan atau menggambarkan hal-hal yang menjadi obyek penelitian
sejelas-jelasnya dan lebih menekankan pada fakta.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Telen Orbit Prima tepatnya di jalur hauling dari
desa Buhut Kabupaten Kapuas ke Paring Lahung Kabupaten Barito Utara
Provinsi Kalimantan Tengah.
C. Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Yang menjadi objek penelitian adalah kegiatan Hauling di PT Telen Orbit
Prima Kapuas Kalimantan Tengah
D. Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan data-data sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari melakukan observasi ke
tempat kerja/lapangan dan wawancara tenaga kerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data perusahaan serta
literatur lain sebagai sumber data dan Perpustakaan Diploma III Hiperkes
dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung mengenai proses
Hauling serta tindak lanjut yang dilakukan dalam rangka memperbaiki
manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima.
2. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari standar parameter pelaksanaan manajemen
risiko Hauling yang berlaku di PT Telen Orbit Prima, referensi-referensi
dan buku-buku yang berhubungan dengan manajemen risiko.
3. Wawancara
Yaitu dengan melakukan wawancara dengan penanggung jawab area
Hauling di departemen Hauling and Port PT Telen Orbit Prima dan safety
untuk mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan program
pelaksanaan manajemen risiko hauling.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
4. Kuisioner
Yaitu dengan membuat kuisioner yang ditujukan kepada tenaga kerja
untuk mengetahui peranan tenaga kerja dalam penerapan manajemen
risiko hauling.
F. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan sebelum magang adalah mengajukan proposal
permohonan magang di bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
Head Office PT Telen Orbit Prima Jakarta, disamping itu persiapan yang
dilakukan adalah mempelajari kepustakaan yang berhubungan dengan
manajemen risiko.
2. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 16 Maret 2012 sampai
dengan tanggal 15 Mei 2012, adapun kegiatan yang dilakukan selama
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Diberdayakan membantu menyelesaikan pekerjaan yang ada
b. Melakukan diskusi dengan departemen Hauling and Port dan Safety
Health Departemen tentang manajemen risiko K3 Hauling di PT Telen
Orbit Prima
c. Melakukan review IBPR Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima
d. Melakukan observasi dan wawancara kepada para operator untuk
mengetahui kondisi dan karakteristik bahaya pada saat melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
pekerjaan yang berpotensi terhadap timbulnya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja.
e. Melakukan pengumpulan data sekunder dari Safety Health Departemen
dan Hauling and port Departemen berkaitan dengan program
pelaksanaan manajemen risiko Hauling
3. Tahap Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari perusahaan dikumpulkan, dianalisa, dibahas dan
disusun sehingga dapat digunakan sebagai bahan penulisan laporan.
G. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian akan dibahas dan dianalisa mengenai prosedur
dan penerapan manjemen risiko terhadap setiap proses yang dilakukan pada
kegiatan Hauling dan cara kerja yang diterapkan sebagai upaya pencegahan
kecelakaan kerja di PT Telen Orbit Prima berdasarkan Prosedur Identifikasi
Aspek dan Dampak LK3 (002-SHD-201) yang didalamnya mengacu ISO
14001 elemen 4.3.1, OHSAS 18001 elemen 4.3.1 Perencanaan untuk
Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko, SMK3 (Permenaker
No.Per-05/MEN/1996) elemen 3.3 Identifikasi Bahaya, Penilaian dan
Pengendalian Risiko, Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor
555.K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Hauling
PT Telen Orbit Prima merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang pertambangan batubara, dimana di dalam aktivitas produksinya
terdapat banyak faktor dan potensi bahaya yang dapat menyebabkan
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja. Oleh karena itu untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan juga timbulnya penyakit akibat
kerja, PT Telen Orbit Prima melakukan Identifikasi Bahaya dan Penilaian
Risiko atau Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA).
Hauling merupakan kegiatan pemindahan/pengangkutan batubara dari
stockpile area CPP menuju port atau dermaga yang terletak di Paring
Lahung, dan pengangkutannya menggunakan Dump Truck. Alur proses
pada kegiatan Hauling meliputi :
a. Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal
Processing Plant)
b. Dump truck masuk dan keluar area loading point (clean) CPP
c. Dump truck masuk dan keluar area loading point (after wash) CPP
d. Dump truck antri di CPP menunggu loading
e. Proses loading batubara ke unit dump truck
f. Perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring Lahung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
g. Dump truck memasuki jembatan timbang
h. Dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung
i. Dump truck dumping di stockpile port Paring Lahung
j. Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift
2. Manajemen Risiko
Proses manajemen risiko Hauling di PT Telen Orbit Prima adalah sebagai
berikut:
a. Penentuan Konteks
Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan konteks yang
diperlukan, dalam hal ini yang diambil adalah manajemen risiko untuk
aktivitas Hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima. Aktivitas ini
merupakan aktivitas rutin yang dilakukan setiap hari yang dibagi
menjadi 2 shift kerja. Kegiatan hauling yang dilakukan adalah
kegiatan hauling batu bara dari CPP (coal processing Plant) Buhut
menuju port Paring Lahung yang selanjutnya akan dikirim ke Teluk
Timbau menggunakan kapal tongkang dari port Paring Lahung.
b. Identifikasi Bahaya
Proses identifikasi bahaya dilakukan dengan cara observasi langsung
dan bersama narasumber (orang yang terlibat langsung dalam kegiatan
produksi terutama kegiatan hauling). Proses identifikasi bahaya
dilakukan dengan cara membagi seluruh kegiatan operasi atau
pekerjaan menjadi beberapa aktivitas. Identifikasi bahaya dapat dilihat
secara terpisah pada kegiatan kerja, mencakup bahaya terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
manusia, alat kerja dan lingkungan kerja. Beberapa tipe bahaya yang
di temukan untuk memudahkan identifikasi bahaya di area Hauling
PT Telen Orbit Prima antara lain:
1) Bahaya biologi yang meliputi bakteri, jamur, serangga, tumbuhan
dan binatang
2) Bahaya fisik yang meliputi bising, getaran, pencahayaan, radiasi
3) Bahaya kimia yang meliputi debu, asap, gas, kabut
4) Bahaya ergonomi yang meliputi stres kerja, kelelahan, dan beban
kerja
5) Bahaya mekanis yang meliputi permesinan dan peralatan kerja
6) Bahaya lingkungan sekitar yang meliputi kemiringan jalan, jalan
bergelombang, cuaca yang kurang mendukung, berlumpur
7) Bahaya psikososial yang meliputi tekanan dari atasan dan
hubungan interpersonal antar pekerja.
8) Bahaya tingkah laku yang meliputi ketidakpatuhan terhadap aturan
yang ada, kurang ahli dalam bidangnya, status pekerja baru yang
belum mampu adaptasi.
Efek potensi bahaya mencakup dampak terhadap manusia, alat kerja
dan lingkungan kerja. Asumsi yang digunakan ialah asumsi terparah
yang mungkin terjadi sebagai akibat keceakaan, namun tetap dalam
batasan yang logis dan realistis. Potensi bahaya yang mungkin atau
bisa terjadi pada kegiatan hauling antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
1) Perjalanan dump truck dari parkir menuju stockpile CPP (Coal
Processing Plant)
a) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan
tergelincir
b) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau
senggolan
2) Dump truck memasuki area loading point (after wash) CPP
a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada
unit dump truck
b) Jalan licin yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan
tergelincir
c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau
senggolan antar unit
d) Jalur sempit yang dapat menimbulkan senggolan dan tabrakan
3) Dump truck memasuki area loading point (clean) CPP
a) Kondisi jalan yang lembek yang bisa menimbulkan amblas pada
unit dump truck
b) Jalan licin dapat menyebabkan tabrakan, senggolan dan
tergelincir
c) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau
senggolan antar unit
d) Jalur sempit yang dapat menimbulkan senggolan dan tabrakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Dump truck antri di CPP menunggu loading
a) Tempat atau front loading yang agak sempit yang berpotensi
menimbulkan tabrakan atau senggolan
b) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan atau
senggolan
c) Kondisi jalan yang lembek bisa menyebabkan unit amblas
5) Proses loading batubara ke unit dump truck
a) Debu yang bisa mengganggu pandangan dan mengganggu
kesehatan
b) Kurang penerangan di area loading yang dapat menyebabkan
tabrakan, senggolan, dan menabrak tumpukan batubara
c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan
pekerjaannya yang dapat menyebabkan senggolan vessel dengan
bucket unit WA
d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan atau
senggolan
e) Proses pengisian yang berlebihan yang dapat menyebabkan
material jatuh
f) Kebocoran hidrolik pada unit loader yang dapat menyebabkan
benturan dan pencemaran
g) Kebocoran tangki BBM yang dapat menyebabkan kebakaran
dan pencemaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
6) Perjalanan dump truck dari stockpile CPP menuju Port Paring
Lahung
a) Debu yang mengganggu penglihatan, gangguan kesehatan dan
menimbulkan keluhan dari masyarakat sekitar
b) Operator yang mengalami kelelahan namun tetap memaksakan
untuk bekerja yang dapat menimbulkan tabarakan, terguling dan
menabarak tanggul
c) Emisi gas buang yang bisa menimbulkan pencemaran gas buang
d) Misscomunication yang dapat menimbulkan tabrakan
e) Simpangan jalur yang berpotensi menimbulkan tabrakan atau
senggolan
f) Hujan dapat menyebabkan longsor dan jalan licin
g) Penyiraman water truck yang menyebabkan jalan licin
h) Pohon kering yang bisa tumbang ke jalur hauling
i) Unit dump truck yang berjalan beriringan yang dapat
menyebabkan tabrakan dan senggolan
j) Jalur lembek yang bisa menyebabkan amblas
k) Menelepon ketika mengendarai unit yang dapat menyebabkan
tabrakan, terguling, dan tergelincir
l) Merokok yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan
m) Overspeed yang dapat menyebabkan tabrakan
n) Jalan bergelombang yang dapat menyebabkan unit terguling
o) Jalur sempit yang dapat menyebabkan tabrakan dan senggolan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
p) Tikungan tajam dan curam yang dapat menyebabkan tabrakan
dan terguling
q) Penerangan yang kurang pada malam hari yang dapat
menyebabkan terguling dan terperosok
r) Rambu yang tidak terlihat yang dapat menyebabkan unit
menabrak tanggul (bundwall)
s) Blind spot (pandangan terbatas) yang dapat menyebabkan
tabrakan dan senggolan
t) Parkir di tempat yang tidak ditentukan yang dapat menyebabkan
tertabarak oleh unit lain
7) Dump truck memasuki jembatan timbang
a) Misscomunication yang dapat menyebabkan senggolan dan
tabrakan
b) Debu yang dapat mengganggu kesehatan
c) Penerangan yang kurang yang dapat menyebabkan tabrakan
antar unit ketika masuk dan keluar jembatan timbang
d) Jalan bergelombang yang dapat menyebabkan ban unit dump
truck meletus
e) Jalan lembek yang bisa menyebabkan amblas
f) Operator menuruni unit ketika menyerahkan docket di jembatan
timbang yang dapat menyebabkan terjatuh dan terpeleset
g) Kebisingan di ruang genset yang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
8) Dump truck memasuki stockpile port Paring Lahung
a) Debu dan asap yang mengganggu kesehatan dan gangguan jarak
pandang
b) Material lembek yang bisa menyebabkan amblas
c) Operator mengalami kelelahan namun tetap melakukan
pekerjaannya yang dapat menyebabkan tabrakan, senggolan,
terguling, dan menabarak tumpukan batubara
d) Misscomunication yang dapat menyebabkan tabrakan dan
senggolan
e) Tumpukan tinggi yang dapat menyebabkan longsor
f) Penerangan area stockpile yang dapat menyebabkan tabrakan
dan senggolan
9) Dump truck dumping di stockpile port Paring Lahung
a) Vessel lupa diturunkan yang dapat menyebabkan unit terguling
dan rebah
b) Vessel tidak bisa turun yang dapat menyebabkan unit terguling
dan rebah
c) Tailgate tidak bisa membuka yang dapat menyebabkan unit
terguling dan rebah
10) Parkir unit dump truck pada saat pergantian shift
a) Hujan yang bisa menimbulkan longsor di area parkir dump truck
di km 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
b) Area parkir kurang aman karena dekat dengan tanjakan yang
dapat menyebabkan tabrakan
c) Operator menuruni dan menaiki unit yang dapat menyebabkan
operator terjatuh ataupun terpeleset.
c. Penilaian risiko
Berikut hasil penilaian dan evaluasi risiko dari bahaya yang telah
teridentifikasi:
1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP
Tabel 3. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Area Parkir CPP
menuju Stockpile CPP
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 1.1 Jalan licin
1.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
3 3 9 Ya
1.2 Misscomunication
1.2.1 Tabrakan, senggolan
5 3 15 Tidak
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Tabel 4. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan
keluar loading point CPP (after wash)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 2.1 Jalan licin
2.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
3 3 9 Ya
2.1.2 menabrak pos checker
3 2 6 Ya
2.2 Jalan lembek
2.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas
3 3 9 Ya
2.3 Misscomunication
2.3.1 Tabrakan, senggolan
5 2 10 Tidak
2.4 Jalur sempit
2.4.1 Tabrakan, senggolan
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)
Tabel 5. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Masuk dan
keluar loading point CPP (after clean)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 3.1 Jalan licin
3.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
3 3 9 Ya
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2.1.2 menabrak pos checker
3 2 6 Ya
3.2 Jalan lembek
3.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas
3 3 9 Ya
3.3 Misscomunication
3.3.1 Tabrakan, senggolan
5 2 10 Tidak
3.4 Jalan sempit
3.4.1 Tabrakan, senggolan
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
4) Antrian DT di CPP menunggu loading
Tabel 6. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Antrian DT di
CPP Menunggu Loading
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 4.1 Tempat agak sempit
4.1.1 Tabrakan, senggolan, terperosok
4 2 8 Ya
4.2 Misscomunication
4.2.1 Tabrakan, senggolan
5 2 10 Tidak
4.3 Jalan lembek
4.3.1 Amblas 3 3 9 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
5) Pengisian batubara ke unit DT
Tabel 7. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pengisian
Batubara ke Unit DT
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 5.1 Debu 5.1.1 Pandangan
terbatas 2 4 8 Ya
5.1.2 Gangguan kesehatan
3 3 9 Ya
5.2 Penerangan
5.2.1 Tabrakan, senggolan, menabrak tumpukan batubara
3 2 6 Ya
5.3 Kelelahan
5.3.1 Senggolan vessel dengan bucket WA
4 4 16 Tidak
5.4 Mis komunikasi
5.4.1 Tabrakan, senggolan, benturan
5 2 10 Tidak
5.5 Overload
5.5.1 Material jatuh 1 4 4 Ya
5.6 Kebocoran hidrolik unit WA
5.6.1 Benturan, pencemaran
4 2 8 Ya
5.7 Kebocoran tangki BBM
5.7.1 Kebakaran, pencemaran
5 2 10 Tidak
5.8 Manuver (DT maju dan DT mundur)
5.8.1 senggolan, tabrakan, benturan
3 3 9 Ya
5.9 Manuver unit WA
5.9.1 senggolan, tabrakan, benturan
3 3 9 Ya
Sumber : Data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
6) Perjalanan dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Tabel 8. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Perjalanan Dari
CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 6.1 Debu 6.1.1 Tabrakan
akibat penglihatan terhalang debu, menabrak tanggul
4 2 8 Ya
6.1.2 Gangguan kesehatan
3 3 9 Ya
6.1.3 Complain/keluhan masyarakat sekitar
3 3 9 Ya
6.2 Kelelahan
6.2.1 Tabrakan, terguling, menabrak tanggul
4 4 16 Tidak
6.3 Emisi gas buang
6.3.1 Pencemaran udara
3 3 9 Ya
6.4 Misscomunication
6.4.1 Tabrakan 5 2 10 Tidak
6.5 Simpangan jalur
6.5.1 Tabrakan, senggolan
4 3 12 Tidak
6.6 Unit beriringan
6.6.1 Tabrakan, senggolan
4 3 12 Tidak
6.7 Hujan
6.7.1 Longsor
3
3
9
Ya
6.7.2 Jalan licin 3 4 12 Tidak
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 6.8 Penyiraman water truck
6.8.1 Jalan licin 3 3 9 Ya
6.9 Pohon tumbang
6.9.1 Unit menabarak pohon yang tumbang
4 2 8 Ya
6.10 Jalur lembek
6.10.1 Amblas 2 4 8 Ya
6.11 Menelepon (melakukan aktifitas lain)
6.11.1 Tabrakan, terguling, tergelincir
4 4 16 Tidak
6.12 Merokok (melakukan aktifitas lain)
6.12.1 Gangguan kesehatan
3 3 9 Ya
6.13 Overspeed
6.13.1 Tabrakan 4 4 16 Tidak
6.14 Jalur sempit seperti di jembatan
6.14.1 Tabrakan, senggolan
4 2 8 Ya
6.15 Jalan bergelombang
6.15.1 Terguling 4 2 8 Ya
6.16 Tikungan tajam
6.16.1 Tabrakan, terguling
4 3 12 Tidak
6.17 Penerangan malam hari
6.17.1 Terperosok, terguling
4 2 8 Ya
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
6.18 rambu yang tidak terlihat
6.18.1 menabrak tanggul (bundwall)
3 3 9 Ya
6.19 blind spot (pandangan terbatas)
6.19.1 tabrakan dan senggolan
3 3 9 Ya
6.20 parkir di tempat yang tidak ditentukan
6.20.1 tertabrak unit lain
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
7) DT masuk jembatan Timbang
Tabel 9. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk
Jembatan Timbang
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 7.1 Misscomunication
7.1.1 Senggolan, tabrakan
5 2 10 Tidak
7.2 Debu
7.2.1 Gangguan kesehatan
3 3 9 Ya
7.2.2 Tabrakan akibat penglihat an terhalang debu
4 2 8 Ya
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
7.3 Penerangan malam hari
7.3.1 Tabrakan antar unit DT ketika masuk dan keluar jembatan timbang, terperosok
4 2 8 Ya
7.4 Jalan bergelombang
7.4.1 Ban unit DT meletus
3 2 6 Ya
7.4.2 Unit rebah, 3 2 6 Ya
7.5 Jalan lembek
7.5.1 Amblas 3 3 9 Ya
7.6 Operator menyerah kan docket
7.6.1 Terjatuh, terpeleset, terjepit pintu
2 3 6 Ya
7.7 kebisingan genset
7.7.1 Gangguan pendengaran
2 4 8 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
8) Unit DT masuk Port Paring Lahung
Tabel 10. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit DT Masuk
Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 8.1 Debu /Asap
8.1.1 Tabrakan akibat gangguan penglihatan yang terbatas
3 2 6 Ya
8.1.2 Gangguan kesehatan
3 3 9 Ya
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
8.2 Material lembek
8.2.1 amblas 3 3 9 Ya
8.3 Kelelahan
8.3.1 Tabrakan, senggolan, terguling, menabrak tumpukan batubara
4 4 16 Tidak
8.4 Misscomunication
8.4.1 Tabrakan, senggolan
5 3 15 Tidak
8.5 Tumpukan tinggi
8.5.1 Longsor 3 2 6 Ya
8.6 penerangan yang kurang (malam hari)
8.6.1 senggolan dan tabrakan
4 2 8 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
9) Dumping di Port Paring Lahung
Tabel 11. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Dumping
Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 9.1 Vessel lupa diturunkan
9.1.1 Rebah 2 1 2 Ya
9.2 Vessel tidak bisa turun
9.2.1 Rebah 2 3 6 Ya
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
9.3 Tailgate tidak bisa membuka
9.3.1 Rebah, terguling
4 3 12 Tidak
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
10) Parkir unit DT pada saat pergantian shift
Tabel 12. Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Unit Parkir
Pada Saat Pergantian Shift
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Resiko saat ini C P Risk Diterima
/Tidak 10.1 Hujan (area parkir PT SAM km 32)
10.1.1 Longsor 4 2 8 Ya
10.2 Area parkir tepat dekat dengan tanjakan
10.2.1 Tabrakan 4 2 8 Ya
10.3 Menaiki dan menuruni unit
10.3.1 Terpeleset , terjatuh
2 3 6 Ya
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
C : Consequence (Tingkat Keparahan)
P : Probability (Tingkat Kekerapan)
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
d. Pengendalian Risiko
Setelah Hazard Identification and Risk Assesment (HIRA) atau
Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko dibuat, selanjutnya dibuat
register tindakan perbaikan dari data HIRA yang sudah direview
sebagai rencana pengendalian untuk risiko yang tidak dapat diterima
atau aspek penting, sedangkan untuk risiko yang diterima tidak dibuat
register namun hanya dilakukan monitoring. Rencana tindakan
pengendalian yang direncanakan harus dapat dipastikan akan
mengurangi nilai risiko menjadi risiko yang bisa diterima, karena
rencana tindakan pengendalain tersebut akan dijadikan dasar sebagai
aktivitas baru yang dilakukan untuk mengurangi risiko di area
hauling. Tindakan pengendalian yang akan digunakan menggunakan
prinsip hirarki pengendalian risiko yang meliputi Eliminasi,
Substitusi, Pengendalian Teknik, Pengendalian Administratif dan Alat
Pelindung Diri (APD) yang dilakukan secara berurutan sesuai dengan
urutan pengendalian risiko. Berikut merupakan pengendalian risiko
hauling yang ada di PT Telen Orbit Prima :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Area parkir CPP menuju stockpile CPP
Tabel 13. Pengendalian Risiko Area Parkir CPP menuju Stockpile
CPP
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
1.1 Jalan licin 1.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
1.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, adanya pembatasan kecepatan yaitu 20 km/jam, operator menerima info dari GL jalan hauling apakah jalur tersebut layak/aman apakah tidak
pengurangan penyiraman water truck pada pagi hari
1.1.1.2 operator menerima info dari GL jalan hauling apakah jalur tersebut layak/aman apakah tidak.
1.2 Misscomunication
1.2.1 Tabrakan, senggolan
1.2.1.1 Penggunaan chanel hauling ketika berada di area parkir
penambahan rambu peringatan penggunaan chanel
Sumber : Data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2) Masuk dan keluar loading point CPP (after wash)
Tabel 14. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading
point CPP (after wash)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
2.1 Jalan licin
2.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
2.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan
maintenance jalan lebih diperhatikan
2.1.2 menabrak pos checker
2.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, koordinasi dan komunikasi dengan checker
melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift
2.2 Jalan lembek 2.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas
2.2.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan
melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift
2.3 Misscomunication
2.3.1 Tabrakan, senggolan
2.3.1.1 Penggunaan chanel CPP 1
pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel CPP 1
2.4 Jalur sempit 2.4.1 Tabrakan, senggolan
2.4.1.1 Penggunaan dua jalur terpisah yaitu antara unit masuk dan unit keluar
checker ikut mengarahkan ketika ada unit masuk dan keluar
Sumber : Data Sekunder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
3) Masuk dan keluar loading point CPP (clean)
Tabel 15. Pengendalian Risiko Unit Masuk dan keluar loading
point CPP (after clean)
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
3.1 Jalan licin
3.1.1 Tabrakan, senggolan, tergelincir
3.1.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan
maintenance jalan lebih diperhatikan
3.1.2 menabrak pos checker
3.1.2.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan, koordinasi dan komunikasi dengan checker
melakukan maintenance jalan ketika pergantian shift
3.2 Jalan lembek 3.2.1 Senggolan, tergelincir, amblas
3.2.1.1 Operator DT mengemudikan unitnya dengan pelan-pelan
3.3 Misscomunication
3.3.1 Tabrakan, senggolan
3.3.1.1 Penggunaan chanel CPP 1
pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel CPP 1
3.4 Jalan sempit 3.4.1 Tabrakan, senggolan
3.4.1.1 Saling komunikasi ketika keluar masuk loading point (clean)
pembuatan dua jalur terpisah antara unit masuk dan unit keluar misalnya dengan
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
membuat median
Sumber : Data Sekunder
4) Antrian DT di CPP menunggu loading
Tabel 16. Pengendalian Risiko Antrian DT di CPP Menunggu
Loading
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
4.1 Tempat agak sempit
4.1.1 Tabrakan, senggolan, terperosok
4.1.1.1 Saling komunikasi apabila hendak melakukan manuver
Penambahan pengawas untuk mengawasi antrian DT, penyediaan ruang antrian yang memadai
4.2 Misscomunication
4.2.1 Tabrakan, senggolan
4.2.1.1 Penggunaan chanel CPP 1 ketika antri di area stockpile menunggu loading
Pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel misalnya "PASTIKAN ANDA MENGGUNAKAN CHANEL CPP 1"
4.3 Jalan lembek 4.3.1 Amblas
4.3.1.1 Unit WA memadatkan jalur dengan menekan nekan dengan bucket
maintenance jalan lebih diperhatikan dan dilakukan secara berkala
Sumber : Data Sekunder
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5) Pengisian batubara ke unit DT
Tabel 17. Pengendalian Risiko Pengisian Batubara ke Unit DT
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
5.1 Debu 5.1.1 Pandangan terbatas
5.1.1.1 Penyiraman dengan water truck
dilakukan monitoring dan pengukuran kadar debu terutama yang diterima oleh operator WA, pemeriksaan kesehatan khusus terhadap operator unit
5.1.2 Gangguan kesehatan
5.1.2.1 Penggunaan masker oleh operator WA
5.2 Penerang an
5.2.1 Tabrakan, senggolan, menabrak tumpukan batubara
5.2.1.1 Adanya megalamp di CPP dan lampu dari unit WA
penambahan intensitas penerangan semisal menambah jumlah lampu untuk mencegah cepatnya kelelahan mata
5.3 Kelelahan
5.3.1 Senggolan vessel dengan bucket WA
5.3.1.1 Adanya operator WA cadangan ketika shift malam, penerapan fatique manajemen
program fatique manajaemen lebih intensif, pemenuhan gizi kerja yang baik
5.4 Misscomunication
5.4.1 Tabrakan, senggolan, benturan
5.4.1.1 Penggunaan chanel CPP 1 ketika melakukan loading di CPP
penempatan satu orang pengawas di area stockpile, pemeriksaan dan perawatan radio agar komunikasi tetap lancar dan penggunaan seperlunya
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
5.5 Overload
5.5.1 Material jatuh
5.5.1.1 Pelaksanaan loading ke DT maksimal 3 bucket kemudian dipadatkan dengan menekan nekan bucket dan dilakukan perapian
penempatan pengawas untuk kegiatan loading batubara ke unit DT
5.6 Kebocoran hidrolik unit WA
5.6.1 Benturan, pencemar an
5.6.1.1 Pelaksanaan P2H, inspeksi rutin
Pembuatan prosedur penanganan kebocoran hidrolik unit loader
5.7 Kebocoran tangki BBM
5.7.1 Kebakaran, pencemar an
5.7.1.1 Pelaksanaan P2H, penyediaan alat pemadam api ringan di tiap unit, diseputaran terdapat water tank dilengkapi dengan water canon
pelatihan dan training penanggulangan kebakaran bagi operator, memasukan insiden kebakaran ke dalam ERP
5.8 Manuver (DT maju dan DT mundur)
5.8.1 senggolan, tabrakan, benturan
5.8.1.1 Komunikasi antar unit, penggunaan klakson yaitu 1 kali klakson jika akan menghidupkan unit, 2 kali klakson untuk maju, dan 3 kali klakson untuk mundur
pemasangan stiker dalam kabin unit mengenai informasi klakson unit
5.9 Manuver unit WA
5.9.1 senggolan, tabrakan, benturan
5.9.1.1 Komunikasi antar unit, penggunaan klakson yaitu 1 kali klakson proses loading selesai, dan adanya alarm ketika unit WA ketika berjalan mundur
Sumber : Data Sekunder
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
6) Perjalanan dari CPP Buhut ke Port Paring Lahung
Tabel 18. Pengendalian Risiko Perjalanan Dari CPP Buhut ke Port
Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
6.1 Debu 6.1.1 Tabrakan akibat penglihat an terhalang debu, menabrak tanggul
6.1.1.1 Penyiraman dengan water truck
penyiraman water truck secara berkala dan penambahan waterfill di sepanjang jalur hauling untuk mempermudah water truck dalam pengisian air
6.1.2 Gangguan kesehatan
6.1.2.1 penggunaan APD masker
6.1.3 keluhan masyara kat sekitar
6.1.3.1 Penyiraman dengan water truck
6.2 Kelelahan
6.2.1 Tabrakan, terguling, menabrak tanggul
6.2.1.1 Disediakan parking bay sebagai tempat istirahat kemudian operator DT melapor ke atasannya bahwa dia mengalami kelelahan
penambahan parking bay di sepanjang jalur hauling sehingga mempermudah operator untuk beristirahat ketika mengalami kelelahan, fatique manajemen lebih diperhatikan
6.3 Emisi gas buang
6.3.1 Pencemar an udara
6.3.1.1 Pelaksanaan maintenance setiap 7000 km
Pembuatan SOP perawatan unit
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
6.4 Misscomunication
6.4.1 Tabrakan
6.4.1.1 Penggunaan chanel hauling ketika dalam perjalanan
Pemasangan rambu peringatan untuk memastikan operator menggunakan chanel radio Hauling semisal setiap 5 km di pasang 1 rambu peringatan penggunaan chanel radio hauling
6.5 Simpang an jalur
6.5.1 Tabrakan, senggolan
6.5.1.1 Penggunaan sarana komunikasi dimaksimalkan/interaksi antar unit seperlunya
pemasangan cermin cembung pada beberapa persimpangan yang belum memiliki rambu STOP
6.5.1.2 Adanya pemasangan rambu STOP, dan rambu berikan jalan jika akan memasuki jalur Hauling TOP
pengadaan pos security di persimpangan
6.6 Unit beriringan
6.6.1 Tabrakan, senggolan
6.6.1.1 Menjaga jarak unit beriringan yaitu 50 m antar unit untuk sarana dan DT
patroli dan pengawasan semisal meminta bantuan security yang ada di sepanjang jalur hauling untuk selalu mengingatkan agar tetap menjaga jarak antar unit saat beriringan
6.7 Hujan 6.7.1 Longsor
6.7.1.1 Pemasangan rambu-rambu rawan longsor di titik titik tertentu
monitoring dan inspeksi berkala
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
6.7.2 Jalan licin
6.7.2.1 Operator mengurangi kecepatan di area yang licin
Unit berhenti operasi
6.7.2.2 Operator menghentikan aktivitasnya dan memparkir unit di area yang aman
6.8 Penyiram an water truck
6.8.1 Jalan licin
6.8.1.1 Operator mengurangi kecepatan di area yang licin
penyiraman water truck tidak berlebihan dan pada pagi hari untuk dikurangi intensitas penyiraman water truck
6.9 Pohon tumbang
6.9.1 Unit menabarak pohon yang tumbang
6.9.1.1 Adanya rambu-rambu peringatan pohon kering
monitoring pohon kering dan penambahan rambu peringatan pohon kering di sepanjang jalur hauling
6.10 Jalur lembek
6.10.1 Amblas
6.10.1.1 Dilakukan penscruban dengan grader kemudian dipadatkan dengan compactor
maintenance secara berkala baik shift 1 maupun 2, terlebih setelah turun hujan
6.11 Menele pon (melaku kan aktifitas lain)
6.11.1 Tabrakan, terguling, tergelincir
6.11.1.1 Pemberlakuan sanksi 9 lubang pada kimper
jika ingin menelepon (darurat)/menyala kan rokok segera parkir unit di area aman (misal parking bay) dan meminta ijin ke atasan bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
6.12 Merokok (melaku kan aktifitas lain)
6.12.1 Gangguan kesehatan
*belum ada tindakan pengendalian
pemasangan poster/stiker kesehatan tentang bahaya merokok, pembuatan program berhenti merokok bagi tenaga keja yang ingin berhenti merokok
6.13 Overspeed
6.13.1 Tabrakan
6.13.1.1 Penerapan speedlimiter pada beberapa unit
pemasangan speedlimiter pada semua unit/ pemasangan alarm speed
6.13.1.2 Operasi speedgun pada area area tertentu
sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya overspeed di jalur hauling, pemasangan poster atau sepanduk tentang bahaya overspeed di jalur hauling
6.14 Jalur sempit seperti di jembatan
6.14.1 Tabrakan, senggolan
6.14.1.1 Adanya rambu untuk mendahulukan unit DT yang bermuatan
penempatan rambu lebih diperhatikan karena beberapa rambu tersebut kurang terlihat dan beberapa area juga belum terpasang rambu tersebut
6.15 Jalan bergelom bang
6.15.1 Terguling
6.15.1.1 Pemasangan rambu untuk menurunkan kecepatan dan memindahakan ke transmisi yang lebih rendah
maintenance secara berkala baik shift 1 maupun 2, terlebih setelah turun hujan
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
6.16 Tikungan tajam
6.16.1 Tabrakan, terguling
6.16.1.1 Pemasangan rambu pengurangan kecepatan dan membunyikan klakson unit DT
pemberian cermin cembung di tikungan tajam agar pengendara bisa melihat kendaraan yang berasal dari arah sebaliknya
6.17 Penerang an malam hari
6.17.1 Terpero sok, terguling
6.17.1.1 Pemasangan rambu arah jalan dari bahan reflektor
penambahan rambu dari bahan reflektor di beberapa area sepanjang jalur hauling
6.18 Rambu yang tidak terlihat
6.18.1 menabrak tanggul (bundwall)
6.18.1.1 pelaksanaan patroli rambu, menyingkirkan sesuatu yang menghalang rambu
Patroli rambu lebih rutin
6.19 blind spot (pandang an terbatas)
6.19.1 tabrakan antar unit
6.19.1.1 untuk area blindspot diberi median sepanjang 100 meter dan pemasangan rambu kecepatan 40 km/jam
Pemasangan rambu peringatan memasuki area blindspot
6.20 parkir di tempat yang tidak ditentukan
6.20.1 tertabrak unit lain
6.20.1.1 pemasangan lampu hazard dan pemasangan traffic cone
Sosialisasi tentang prosedur parkir di tempat yang tidak ditentukan
Sumber : Data Sekunder
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
7) DT masuk jembatan Timbang
Tabel 19. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Jembatan Timbang
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat ini
Usulan Pengendalian
7.1 Misscomuni cation
7.1.1 Senggolan, tabrakan
7.1.1.1 Penggunaan chanel hauling ketika memasuki jembatan timbang
Pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel misalnya "PASTIKAN ANDA MENGGUNA KAN CHANEL HAULING"
7.2 Debu 7.2.1 Gangguan kesehatan
7.2.1.1 Penyiraman dengan water truck
Penambahan waterfill
7.2.2 Tabrakan akibat penglihatan terhalang debu
7.2.2.1 Penyiraman dengan water truck
Penambahan waterfill
7.3 Jembatan timbang sempit
7.3.1 Unit jatuh, merusak timbangan
7.3.1.1 Memasang rambu batas kecepatan yaitu 5 km/jam
7.3 Penerangan malam hari
7.3.1 Tabrakan antar unit DT ketika masuk dan keluar jembatan timbang, terperosok
7.3.1.1 Pengadaan penerangan buatan di area jembatan timbang
Penambahan penerangan buatan di sekitar jembatan timbang
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
7.4 Jalan bergelombang
7.4.1 Ban unit DT meletus
7.4.1.1 Melakukan P2H unit DT
monitoring secara berkala kondisi jalan masuk dan keluar jembatan timbang
7.4.2 Unit rebah,
7.4.2.1 Maintenance jalan sekitar jembatan timbang
7.5 Jalan lembek
7.5.1 Amblas
7.5.1.1 Maintenance jalan sekitar jembatan timbang
Dilakukan pengecekan kondisi jalan semisal setiap 6 jam
7.6 Operator menyerahkan docket
7.6.1 Terjatuh, terpeleset, terjepit pintu
7.6.1.1 Penggunaan tiga titik tumpu ketika menaiki unit dan menuruni unit
pengawasan terhadap para operator yang turun dari unit tanpa menggunakan APD seperti helm dan sepatu
7.7 Kebisingan genset
7.7.1 Gangguan pendengaran
7.7.1.1 Penempatan ruang genset yang terisolasi/terpisah dengan ruang operator jembatan timbang
Dilakukan pengukuran dan monitoring tingkat kebisingan secara berkala
Sumber : Data Sekunder
8) Unit DT masuk Port Paring Lahung
Tabel 20. Pengendalian Risiko Unit DT Masuk Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
8.1 Debu/Asap 8.1.1 Tabrakan akibat gangguan penglihatan yang
8.1.1.1 Penyiraman dengan water truck
monitoring dan pengukuran kadar debu yang di terima oleh operator WA, pemeriksaan kesehatan khusus
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
terbatas
bagi operator unit
8.1.2 Gangguan kesehatan
8.1.2.1 Penggunaan APD masker pada operator DT dan WA
8.2 Material lembek
8.2.1 amblas
8.2.1.1 Unit WA memadatkan jalur dengan menekan nekan dengan bucket
8.3 Kelelahan 8.3.1 Tabrakan, senggolan, terguling, menabrak tumpukan batubara
8.3.1.1 Dumpingman mengingatkan melalui radio dan terus berkomunikasi dengan unit DT yang masuk ke stockpile Paring Lahung
mengurangi makanan yang berlemak tinggi yang dapat mempercepat timbulnya kelelahan
8.4 Misscomunication
8.4.1 Tabrakan, senggolan
8.4.1.1 Penggunaan chanel hauling harus selalu standby
Pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel misalnya "PASTIKAN ANDA MENGGUNAKAN CHANEL HAULING"
8.5 Tumpukan tinggi
8.5.1 Longsor
8.5.1.1 Dumpingman mengatur agar kemiringan tumpukan sudutnya tidak terlalu tegak
Mengurangi tumpukan batubara yang tinggi
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
8.6 penerangan yang kurang (malam hari)
8.6.1 senggolan dan tabrakan
8.6.1.1 adanya penerangan buatan dari megalamp stockpile
Penambahan penerangan buatan
Sumber : Data Sekunder
9) Dumping di Port Paring Lahung
Tabel 21. Pengendalian Risiko Unit Dumping Port Paring Lahung
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
9.1 Vessel lupa diturunkan
9.1.1 Rebah 9.1.1.1 Komunikasi dengan dumpingman mengingatkan bahwa vessel belum diturunkan
Penambahan pengawas di sekitar area dumping
9.2 Vessel tidak bisa turun
9.2.1 Rebah 9.2.1.1 Komunikasi dengan dumpingman, unit parkir di area aman dan dilakukan maintenance unit (breakdown)
Perawatan berkala dan pengecekan kondisi unit setiap pergantian shift
9.3 Tailgate tidak bisa membuka
9.3.1 Rebah, terguling
9.3.1.1 Dumpingman mengkomunikasikan ke operator untuk berhenti dumping sampai ada bantuan datang
inspeksi unit secara berkala, pemberian training behaviour dan pembuatan ceklist kondisi unit pada saat pergantian shift
Sumber : Data Sekunder
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
10) Parkir unit DT pada saat pergantian shift
Tabel 22. Pengendalian Risiko Unit Parkir Pada Saat Pergantian
Shift
Bahaya Kondisi yang tidak diinginkan
Kontrol yang sudah ada saat
ini
Usulan Pengendalian
10.1 Hujan (area parkir PT SAM km 32)
10.1.1 Longsor
10.1.1.1 adanya rambu area rawan longsor
Pengawasan terhadap kemiringan tanah agar tidak mudah longsor
10.2 Area parkir tepat dekat dengan tanjakan
10.2.1 Tabrakan
10.2.1.1 Adanya rambu pengurangan kecepatan
Penambahan rambu keluar masuk kendaraan ketika akhir shift
10.3 Menaiki dan menuruni unit
10.3.1 Terpeleset , terjatuh
10.3.1.1 Penggunaan tiga titik tumpu ketika menaiki unit dan menuruni unit
Sosialisasi mengenai pentingnya penggunaan APD ketika keluar dari unit
Sumber : Data Sekunder
e. Konsultasi dan Komunikasi
Setelah diketahui penilaian risiko dan tindakan pengendaliannya maka
selanjutnya dilakukan komunikasi hasil HIRA tersebut. Sebelum
supervisor masing-masing departemen mengkomunikasikannya,
terlebih dahulu dilakukan penyusunan daftar aspek penting yang
mendapat persetujuan dari masing-masing Head Departemen dan
Safety and Health Departement sesuai instruksi
002-SHD-302). Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Head Departemen dan Safety memeriksa register tindakan perbaikan
yang sudah dibuat. Hasil penilaian dan pengendalian risiko harus
dikomunikasikan pada semua pihak terkait baik internal maupun
eksternal perusahaan. Akan tetapi dalam pelaksanaannya belum
terlaksana dengan baik karena hasil manjemen risiko belum
dikomunikasikan secara menyeluruh ke semua pihak.
f. Pemantauan dan Tinjauan Ulang
Untuk pembaruan dokumen HIRA dilakuan minimal setiap satu
tahun sesuai dengan prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3
(002-SHD-201). Penilaian residu dilakukan setelah adanya tindakan
pengendalian lanjutan. Hasil analisa bahaya dilaporkan melalui
melalui hazard report, inspeksi, dan patroli yang selanjutnya
digunakan sebagai bahan untuk melakukan tinjauan ulang terhadap
hasil HIRA yang telah disusun.
B. Pembahasan
1. Penentuan Konteks
Dalam penentuan konteks langkah pertama yang dilakukan ialah
menetapkan konteks penerapan manajemen risiko yang akan
dijalankan agar proses pengelolaan risiko pada kegiatan hauling tidak
salah arah dan tepat sasaran. PT Telen Orbit Prima juga telah
menyediakan prosedur-prosedur yang berkaitan dengan kegiatan
hauling yang meliputi Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak LK3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
(002-SHD-201), Prosedur Loading Batubara ke Dump Truck di ROM
dan Stockpile (078-CHD-303), Prosedur Jalan dan Lalu Lintas
Tambang (028-SHD-226),dan Prosedur Pengoperasian Kendaraan
(013-SHD-212). Dengan adanya prosedur-prosedur ini maka bisa
diketahui tentang standar prosedur hauling yang aman. Dengan
demikian pelaksanaan penentuan konteks sudah sesuai dengan
Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) PT Telen Orbit Prima Kapuas
Kalimantan Tengah.
2. Identifikasi Bahaya
Proses identifikasi bahaya yang dilakukan dalam review HIRA
dilakukan oleh supervisor departemen terkait dan safety, serta kurang
melibatkan dan mengikutsertakan pekerja atau operator. Dalam proses
manajemen risiko untuk mengidentifikasi bahaya diarea kerja semua
pihak harus dilibatkan sesuai dengan porsinya masing-masing dan
lingkup kegiatannya. Misalnya untuk melakukan identifikasi bahaya
pada suatu area kerja perlu dimintakan saran dan masukan dari para
pekerja yang setiap saat terlibat atau mengetahui kondisi bahaya yang
dapat terjadi dalam kegiatannya. Sehingga penerapan identifikasi
bahaya belum sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek
dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-
SHD-201) PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah karena
dikhawatirkan masih ada bahaya yang belum teridentifikasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
3. Penilaian Risiko
Untuk menentukan penilaian risiko PT Telen Orbit Prima
mengaitkan dua aspek yaitu dampak (consequency) dan kemungkinan
(probability). Akan tetapi penilaian risiko hanya dilakukan oleh
supervisor departemen yang diketahui oleh kepala departemen dan
EHSMR. Untuk tenaga kerja atau operator yang terlibat langsung
belum sepenuhnya diikutkan karena sebagian besar operator belum
mengerti tentang penilaian risiko. Di dalam manajemen risiko semua
pihak harus dilibatkan sesuai dengan porsinya masing-masing dan
lingkup kegiatannya. Sehingga penerapan penilaian risiko belum
sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201)
PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
4. Pengendalian Bahaya
Setelah risiko dianalisa dan dievaluasi, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan pengendalian dan membuat register tindakan
perbaikan untuk risiko yang tidak dapat diterima atau aspek penting,
sedangkan untuk risiko yang dapat diterima hanya dilakukan
monitoring. Berdasarkan prosedur manjemen risiko hasil analisa dan
evaluasi risiko dapat ditentukan apakah suatu risiko dapat diterima
atau tidak. Jika risiko dapat diterima tentunya belum diperlukan
langkah pengendalian lebih lanjut, cukup dengan pemantauan dan
monitoring berkala dalam pelaksanaan operasi. Misalnya dalam hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
bahaya jalan yang lembek yang ada di sepanjang jalur hauling,
tindakan pengendalian yang sudah dilakukan adalah dilakukan
penscruban dengan menggunakan unit grader yang kemudian
dipadatkan dengan unit compactor.
Hasil risiko menunjukan bahwa peringkat risiko dikategorikan
risiko sedang (medium) sehingga dapat diterima perusahaan. Karena
itu belum diperlukan tindakan pengendalian lebih lanjut, perusahaan
cukup melakukan pemantauan berkala di tempat kerja untuk
memastikan apakah ada efek yang tidak diinginkan. Sebaliknya jika
tingkat risiko termasuk tinggi (high) atau sangat tinggi (Ekstrim) maka
risiko ini tidak dapat diterima atau termasuk dalam kategori aspek
penting karena mengandung risiko tinggi terhadap keselamatan kerja.
Dengan demikian pelaksanaan pengendalian bahaya sudah sesuai
dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) PT Telen Orbit
Prima Kapuas Kalimantan Tengah. Berikut merupakan register
tindakan pengendalian bahaya yang termasuk dalam kategori aspek
penting :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 23. Tindakan Pengendalian Aspek Penting
Ketidak sesuaian
Hirarki pengendalian
Pengendalian Yang Sudah
Ada
Usulan Pengendalian
E S EC
A P
Misscomunication ketika perjalanan dari area parkir DT CPP menuju area stockpile CPP
V Penggunaan chanel hauling ketika berada di area parkir unit DT
Pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel misalnya "PASTIKAN ANDA MENGGUNAKAN CHANEL HAULING"
V
sosialisasi dan training penggunaan radio bagi tenaga kerja baru
V
perawatan dan maintenance radio secara berkala
Misscomunication ketika masuk dan keluar loading point CPP (after wash dan clean)
V Penggunaan chanel CPP 1 ketika memasuki area loading point
Pemasangan rambu tambahan peringatan penggunaan chanel misalnya "PASTIKAN ANDA MENGGUNAKAN CHANEL CPP 1"
Misscomunication ketika DT mengantri di CPP menunggu loading
V Penggunaan chanel CPP 1 ketika antri di area stockpile menunggu loading
Penambahan pengawas untuk mengawasi antrian DT, penyediaan ruang antrian yang memadai
Kelelahan operator unit WA
V Penyediaan operator cadangan pada shift malam, penerapan fatique manajemen
program fatique manjaemen lebih intensif
V
pemenuhan gizi kerja yang seimbang
bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Ketidak sesuaian
Hirarki pengendalian
Pengendalian Yang Sudah
Ada
Usulan Pengendalian
E S EC
A P
Misscomunication pada saat loading batubara ke unit DT
V Penggunaan chanel CPP 1 ketika melakukan loading di CPP
penempatan satu orang pengawas di area stockpile, pemeriksaan fungsi radio agar komunikasi tetap lancar
Kebocoran tangki BBM ketika loading batubara
V Pelaksanaan P2H secara rutin
memasukan insiden kebakaran akibat kebocoran tangki ke dalam ERP
V Penyediaan alat pemadam api ringan pada tiap unit
pelatihan dan training penanggulangan kebakaran kepada para operator
V di seputaran CPP terdapat water tank yang dilengkapi dengan water canon
Inspeksi dan perawatan water tank secara berkala
Kelelahan operator DT
V Disediakan parking bay sebagai tempat istirahat kemudian operator DT melapor ke atasannya bahwa dia mengalami kelelahan
penambahan parking bay di sepanjang jalur hauling sehingga mempermudah operator untuk beristirahat ketika mengalami kelelahan
bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Ketidak sesuaian
Hirarki pengendalian
Pengendalian Yang Sudah
Ada
Usulan Pengendalian
E S EC
A P
Misscomunication di area jalur hauling
V Penggunaan chanel hauling ketika dalam perjalanan
Pemasangan rambu peringatan untuk memastikan operator menggunakan chanel radio Hauling semisal setiap 5 km di pasang 1 rambu peringatan penggunaan chanel radio hauling
Simpangan jalur di sepanjang jalur hauling
V Penggunaan sarana komunikasi dimaksimal kan/ interaksi antar unit seperlunya
pemasangan cermin cembung pada beberapa persimpangan seperti di persimpangan Johnlin, Asmin, KM 17 dan KM 3
V Adanya pemasangan rambu STOP, dan rambu berikan jalan jika akan memasuki jalur Hauling TOP
pengadaan pos security di persimpangan
Unit beriringan
V Menjaga jarak unit beriringan yaitu 50 m antar unit untuk sarana dan DT
patroli dan pengawasan semisal meminta bantuan security yang ada di sepanjang jalur hauling untuk selalu mengingatkan agar tetap menjaga jarak antar unit saat beriringan
V adanya rambu peringatan jarak beriringan bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Ketidak sesuaian
Hirarki pengendalian
Pengendalian Yang Sudah
Ada
Usulan Pengendalian
E S EC
A P
Jalan licin karena hujan
V Operator mengurangi kecepatan di area yang licin
Unit berhenti beroperasi
V Operator menghentikan aktivitasnya dan memparkir unit di area yang aman
melakukan aktivitas lain Menelepon / menyalakan api rokok
V Pemberlakuan sanksi 9 lubang pada kimper (menelepon)
jika ingin menelepon /menyalakan rokok segera parkir unit di area aman (misal parking bay) dan meminta ijin ke atasan, pembuatan program berhenti merokok bagi tenaga kerja yang ingin berhenti merokok
Overspeed V Penerapan speedlimiter pada beberapa unit
pemasangan speedlimiter pada semua unit/ pemasangan alarm speed
V Operasi speedgun pada area area tertentu
sosialisasi dan penyuluhan tentang bahaya overspeed di jalur hauling
V
pemasangan poster atau sepanduk tentang bahaya overspeed di jalur hauling bersambung
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Ketidak sesuaian
Hirarki pengendalian
Pengendalian Yang Sudah
Ada
Usulan Pengendalian
E S EC
A P
Tikungan tajam
V Pemasangan rambu pengurangan kecepatan dan membunyi kan klakson unit
pemberian cermin cembung di tikungan tajam agar pengendara bisa melihat kendaraan yang berasal dari arah sebaliknya
Kelelahan operator ketika memasuki stockpile Paring Lahung
V Dumpingman mengingatkan melalui radio dan terus ber komunikasi dengan unit DT yang masuk ke stockpile Paring Lahung
mengurangi makanan yang berlemak tinggi yang dapat mempercepat timbulnya kelelahan
Tailgate unit DT tidak bisa membuka
V Dumpingman mengkomunikasikan ke operator untuk berhenti dumping sampai ada bantuan datang
inspeksi unit secara berkala, training behaviour dan pembuatan ceklist kondisi unit pada saat pergantian shift
Sumber : Data Sekunder
Keterangan :
E : Elimination
S : Subtitution
EC : Enginering Control
A : Administration
P : PPE (Personal Protectif Equipment)
sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
5. Konsultasi dan Komunikasi
Komunikasi hasil manajemen risiko belum sepenuhnya dilakukan
dengan baik. Komunikasi hasil manajemen risiko hanya dilakukan
pada saat induksi dan hanya sekilas saja. Berdasarkan prosedur
manajemen risiko hasil penilaian dan pengendalian risiko harus
dikomunikasikan pada semua pihak terkait baik internal maupun
eksternal organisasi. Data tersebut harus diperbaharui sesuai dengan
perkembangan pengendaliannya. Komunikasi yang ada dapat berupa
edaran, spanduk, poster, petunjuk praktis, buku pedoman atau panduan
kerja. Komunikasi harus mudah dipakai dan dipahami oleh semua
pihak sehingga perlu dirancang sesuai sasaran yang diinginkan. Untuk
pekerja dengan tingkatan pendidikan yang rendah aspek manajemen
risiko harus dikomunikasikan dengan bahasa yang praktis, sederhana
dan mudah dimengerti. Untuk tingkat yang lebih tinggi dan khusus
komunikasi manajemen risiko dapat dilakukan dalam bahasa dan ruang
lingkup yang lebih rinci. Dengan demikian mereka dapat memahami
apa risiko yang ada dalam kegiatan, tingkat risiko dan dampak yang
ditimbulkannya serta strategi untuk mengendalikannya. Berarti
pelaksanaan komunikasi dan konsultasi belum sepenuhnya sesuai
dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) PT Telen Orbit
Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
6. Pemantauan dan Tinjauan Ulang
PT Telen Orbit Prima selalu melakukan pemantauan dan tinjauan
ulang terhadap manajemen risiko yang sudah ada. Pembaharuan
dokumen HIRA akan dilakukan jika terjadi perubahan internal dan
atau eksternal perusahaan minimal satu tahun. Hasil analisa bahaya
yang dilaporkan melalui hazard report, inspeksi, patroli dan media
lainnya digunakan sebagai bahan untuk melakukan tinjauan ulang
terhadap hasil HIRA yang telah disusun. Dengan demikian tindakan
yang telah dilakukan sudah sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek
dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(002-SHD-201) PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data yang dilakukan maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan mengenai penerapan manajemen risiko hauling
di PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah adalah sebagai berikut:
1. Proses Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko pada kegiatan hauling di
PT Telen Orbit Prima Kapuas Kalimantan Tengah meliputi penyusunan
HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment) dimana dalam penilaian
risiko yang digunakan di PT Telen Orbit Prima adalah perkalian antara
keparahan (consequence) dan kekerapan (probability) sesuai dengan
Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (002-SHD-201).
2. Prosedur manajemen risiko yang ada di PT Telen Orbit Prima Kapuas
Kalimantan Tengah meliputi penentuan konteks (persiapan), identifikasi
bahaya, penilaian risiko (analisa risiko dan evaluasi risiko), pengendalian
bahaya, konsultasi dan komunikasi, pemantauan dan tinjauan ulang. Hal
ini sesuai dengan Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970
Tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 (a) mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan Permenaker No.Per-05/MEN/1996 elemen 3.3 Identifikasi
Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
3. Penerapan manajemen risiko hauling di PT Telen Orbit Prima belum
sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Identifikasi Aspek dan Dampak
Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (002-SHD-201) yaitu:
a. Dalam proses manajemen risiko belum melibatkan semua pihak dalam
hal ini belum melibatkan pekerja yang terlibat langsung dalam
pekerjaan tersebut baik dalam identifikasi bahaya maupun penilaian
risiko
b. Hasil manajemen risiko belum sepenuhnya dikomunikasikan ke semua
pihak
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah di sampaikan, maka peneliti dapat
menyampaikan saran sebagai berikut :
1. Dalam proses identifikasi bahaya dan penilaian risiko serta
pengendaliannya melibatkan semua pihak terkait, terutama pekerja
yang terlibat langsung dalam kegiatan hauling.
2. Hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko dikomunikasikan kepada
semua pihak baik berupa edaran, petunjuk praktis, dan media
komunikasi lainnya seperti pemberian papan informasi bahaya dan
jumlah kecelakaan di jalur hauling per 10 KM agar tenaga kerja yang
menggunakan jalur tersebut mengetahui informasi kondisi hauling dan
selalu waspada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
3. Sebaiknya dilakukan pemberian informasi dan komunikasi K3 di
sepanjang jalur hauling dengan cara pembuatan baliho, spanduk dan
poster K3 dispanjang jalur hauling sesuai dengan Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 5/MEN/1996 lampiran 3.2.1 Komunikasi K3.
4. Sebaiknya dilakukan sosialisasi matrik risiko yang ada di PT Telen
Orbit Prima kepada seluruh tenaga kerja misalnya dengan
memasukannya ke dalam materi safety talk setiap minggu.
5. Dilakukan monitoring Behaviour Based Safety (BBS) kepada tenaga
kerja dengan cara pemberian motivasi kepada tenaga kerja misalnya
dengan memberikan reward kepada tenaga kerja yang peduli terhadap
K3 di jalur hauling.
6. Memberikan pengertian yang jelas mengenai identifikasi bahaya dan
penilaian risiko dengan cara melakukan pelatihan kepada para tenaga
kerja yang terlibat dalam proses hauling sesuai dengan Keputusan
Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 555.K/26/M.PE/1995
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum pasal
28 (pendidikan dan pelatihan).