105
Gambar 4.15 Layar Preview
Halaman ini berisi gambar boarding pass yang dicetak. Dengan menekan tombol finish
maka user telah selesai menggunakan layanan electronic check-in.
106
4.4 Hasil dan Evaluasi Pengukuran
Pengukuran dari hasil rancangan sistem electronic check-in dilakukan pada Lab
Litbang Sistem Komputer dengan asumsi keadaan jaringan yang kami buat ideal dengan
jaringan Garuda Indonesia pada bandara. Khusus untuk pengukuran coverage area kami
lakukan langsung di bandara International Soekarno-Hatta. Evaluasi pengukuran
dilakukan terhadap sistem yang dirancang dengan didukung oleh komponen-komponen
dasar dari sistem electronic check-in ini. Jarinngan Local Area Network (LAN) yang
digunakan merupakan jaringan yang aktif. Evaluasi yang dilakukan pada sistem ini
terbagi atas 6 bagian utama, yaitu evaluasi sistem electronic check-in, evaluasi titik
coverage jaringan nirkabel, evaluasi kinerja jaringan, evaluasi keamanan jaringan,
perencanaan kapasitas bandwidth, dan evaluasi aplikasi electronic check-in.
4.4.1 Evaluasi Sistem Electronic Check-In
Dalam evaluasi ini kami membandingkan sistem kami dengan sistem sejenis dan
melakukan simulasi kinerja sistem kami terhadap sistem checkin yang sedang berjalan.
4.4.1.1 Perbandingan Dengan Sistem Sejenis
Dari hasil pengamatan di lapangan kami menemukan sistem sejenis yaitu
Lufthansa Self Check-In System. Untuk mengevaluasi sistem maka kami
membandingkannya dengan sistem yang dimiliki oleh Lufthansa tersebut.
107
Tabel 4.3 Perbandingan dengan Lufthansa Self Check-In System
Elektronik Check-In Nirkabel Lufthansa Self Check-In System
Media Input Keyboard Smart Card ReaderOutput Data Report ke Airline Database Report ke Airline DatabaseOutput Fisik Ada, Kertas Boarding Pass Tidak AdaMedia Akses Wireless 802.11b Kabel Ethernet
Fleksibel Ya, karena tidak memerlukaninstalasi secara fisik
Tidak, karena diperlukan instalasisecara fisik
Berbasis Web Ya YaBahasa Pemograman ASP.NET JavaTampilan baik padaBrowser
Internet Exploler 5.5 atau versiyang lebih tinggi
Semua Browser
Input Data KodeBooking, PilihanNama,PilihanSeat
KodeBooking, PilihanNama,PilihanSeat
Dirancang dapatmelakukan proseskeimigrasian
Tidak Tidak
Memungkinkan selama masihdalam jangkauan AP
Mobilitas Tidak Memungkinkan
Perlu AplikasiPendukung WebBrowser
Ya, Hanya di Server yaitu .Net
Framework
Ya, Di Client dan Server yaitu
Java Virtual Machine
Dirancang dapatmelakukan pembayaranpajak bandara, fiskal,dll
Tidak Ya
Dirancang dapatmelakukan prosesbagasi
Tidak Ya
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sistem check-in yang dirancang memiliki
keunggulan dari segi mobilitas dan fleksibiltas. Output fisik yang dihasilkan sistem
electronic check-in juga masih berupa kertas boarding pass sebab proses gate pada
bandara-bandara di seluruh indonesia masih divalidasi secara manual dengan
menggunakan boarding pass. Hal ini berbeda dengan kondisi bandara di Jerman (negara
asal dari airline Lufthansa) yang proses gate-nya sudah dilakukan secara otomatis
108
dengan menggunakan smart card. Begitu juga dengan proses bagasi yang sudah
diotomatisasi menggunakan barcode dan RFID.
Karena mengunakan bahasa pemograman java maka tampilan web dari sistem
Check-In Lufthansa baik pada semua browser tetapi client memerlukan instalasi Java
Virtual Machine, berbeda dengan ASP.NET yang tidak memerlukan instalasi apapun di
client.
Di Jerman, pembayaran airport tax, fiskal, dll dapat dilakukan dengan
menggunakan kartu kredit sehingga Lufthansa mengintegrasikan fitur ini ke dalam
sistemnya. Pembayaran airport tax, fiskal, dll dilakukan dengan credit card reader
dalam sistem Lufthansa. Sedangkan di Indonesia proses pembayaran airport tax dan
fiskal masih menggunakan uang tunai.
4.4.1.2 Simulasi Hipotetis Kinerja Check-in Nirkabel Terhadap Antrian Untuk dapat mengevaluasi perbaikan yang dapat dilakukan oleh sistem
elektronik check-in yang dibuat dibandingkan dengan check-in yang sedang berjalan
dalam mengurangi antrian diperlukan percobaan di bandara secara langsung, tetapi
karena kendala perizinan tidak memungkinkan hal ini dapat dilakukan. Oleh karena itu
kami melakukan simulasi secara hipotesis yang dapat menggambarkan secara umum,
dengan beberapa asumsi antara lain:
1. Rata-rata waktu check-in adalah 1 menit per orang, baik untuk check-in nirkabel
maupun check-in yang sedang berjalan.
2. Luas counter area check-in untuk satu jurusan penerbangan adalah lebar 4 meter,
yang hanya dapat menampung 2 counter.
109
3. Dipasang 10 check-in nirkabel counter di sekitar area counter jurusan penerbangan
tersebut
4. Calon penumpang sudah familiar dengan peralatan komputer seperti pada mesin
ATM.
5. Jumlah kapasitas pesawat 150 penumpang (Boeing 737-400).
6. Penumpang datang bersamaan waktunya.
Perbandingan waktu antrian adalah sebagai berikut:
Sistem check-in yang sedang berjalan:
menit752counter
1menitpenumpang150=
⊗
Sistem check nirkabel:
menit1510counter
1menitpenumpang150=
⊗
Dari hasil diatas, dapat dilihat bahwa antrian dapat berkurang sangat significant
dengan menambah jumlah counter tanpa menambah besar area check-in. Penambahan
atau pengurangan jumlah check-in nirkabel dapat disesuaikan dengan keperluan.
4.4.2 Evaluasi Coverage Jaringan Nirkabel
Evaluasi coverage dilakukan dengan mengukur besar sinyal di beberapa titik
yang dirancang untuk ditempatkan access point pada Terminal E dan F lantai 2 Bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Langkah-langkah percobaan pengukuran ini adalah
sebagai berikut:
110
a) Menempatkan Acces Point di titik-titik yang sesuai dengan perancangan.
b) Pengukuran sinyal ini dilakukan dengan cara membawa Notebook mengelilingi
Terminal E dan F Lantai 2 Bandara International Soekarno-Hatta. Pengukuran
dilakukan menggunakan Intel Pro Set, dibawah ini adalah contoh gambar hasil
pengukuran
Gambar 4.16 Contoh Statistic Hasil Pengukuran
c) Mencatat besar nilai link quality dan signal strength pada titik-titik lokasi yang
ditunjukkan pada peta di bawah ini:
111
Gambar 4.17 Peta Trial Coverage Area Access Point 1
Gambar 4.18 Peta Trial Coverage Area Access Point 2
112
Hasil pengukuran sinyal untuk mengetahui seberapa besar coverage area dari
Access Point yang dipasang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran Trial Coverage
Access Point 1
Point Signal Quality(%) Signal Strength (%)
a1 0 0
a2 20 0
a3 60 36
a4 80 51
a5 20 0
a6 0 0
Access Point 2
Point Signal Quality(%) Signal Strength (%)
b1 0 0
b2 20 0
b3 60 34
b4 80 51
b5 60 32
b6 20 0
b7 0 0
Dari hasil pengukuran diatas daerah yang seharusnya dapat dicover oleh acces
point tidak tercover. Hal ini disebabkan oleh interferensi dari dua buah access point yang
113
ada di terminal E dan F. Kesimpulan ini didapat setelah melakukan scanning access
point semua access point yang terdapat di terminal E dan F.
Gambar 4.19 Hasil Scanning
Hasil scanning diatas dengan menggunakan Intel Pro Set memperlihatkan bahwa
dalam area yang akan dicover sudah terdapat dua buah access point lain. Kedua Access
Point tersebut menggunakan channel 1 dan 6. Hal ini jelas mempengaruhi pengukuran
yang juga memakai channel 1 untuk access point 1 dan channel 6 untuk access point 2
karena adanya interferensi dari kedua access point tersebut. Untuk mengatasi masalah
ini maka harus dilakukan mekanisme pengaturan channel di terminal E dan F.
4.4.3 Evaluasi Kinerja Jaringan
Kinerja jaringan di evaluasi dengan cara membandingkan waktu respon dari Web
Server dan DNS Server tanpa menggunakan RRAS. Selain itu juga dibandingkan media
akses melalui wireless dengan media akses melalui kabel.
114
Ping Web Server
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
10 30 50 80 100
300
500
800
1000
3000
5000
8000
1000
030
000
5000
060
000
6550
0
Data (bytes)
Rou
nd T
rip T
ime
(ms)
via RRAS (Wireless)
Direct (Wireless)
via RRAS (Cable)
Direct (Cable)
Gambar 4.20 Evaluasi Kinerja Web Server
Waktu respon Web Server terhadap mobile counter diukur dengan menggunakan
perintah ping. Hasil dari pengukuran dapat dilihat pada grafik diatas. Terlihat pada
grafik bahwa semakin besar data maka waktu respon akan semakin lama. Waktu respon
Web Server melalui RRAS tidak jauh berbeda dengan koneksi langsung tanpa
menggunakan RRAS, tetapi waktu respon Web Server apabila diakses dengan
menggunakan media wireless sangat jauh lebih lama dibanding dengan menggunakan
media kabel. Disamping itu waktu respon dengan menggunakan media wireless lebih
stabil dibandingkan dengan menggunakan media wireless.
115
Ping DNS & DHCP Server
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
10 30 50 80 100
300
500
800
1000
3000
5000
8000
1000
030
000
5000
060
000
6550
0
Data (bytes)
Rou
nd T
rip T
ime
(ms)
via RRAS (Wireless)
Direct (Wireless)
via RRAS (Cable)
Direct (Cable)
Gambar 4.21 Evaluasi Kinerja DNS dan DHCP Server
Hasil pengukuran terhadap DNS dan DHCP Server juga tidak jauh berbeda
dengan hasil pengukuran terhadap Web Server.
4.4.4 Evaluasi Keamanan Jaringan
Firewall pada RRAS Server diaktifkan agar lalu lintas data yang diteruskan oleh
RRAS Server hanya data VPN.
116
Gambar 4.22 Scanning Port sebelum Firewall diaktifkan
Dari gambar diatas dapat dilihat sebelum firewall diaktifkan banyak port yang
terbuka. Hal ini sangat berbahaya karena port yang terbuka tersebut dapat dijadikan
celah untuk masuk oleh penyusup.
117
Gambar 4.23 Scanning Port setelah Firewall diaktifkan
Setelah Firewall diaktifkan port yang dibuka hanya satu yaitu port yang
dipergunakan untuk melewatkan lalu lintas data VPN. Dari gambar diatas terlihat bahwa
port yang dibuka ialah port 1723 untuk lalu lintas data VPN tipe PPTP.
4.4.5 Perencanaan Kapasitas Bandwidth
Dari hasil analisa menggunakan Ethereal-Network Protocol Analyzer didapat
bahwa tiap detiknya satu buah user menggunakan bandwith rata-rata sebesar 0,263
Mbps.
118
Gambar 4.24 Kapasitas Bandwidth
Maka secara matematis dapat dihitung total user yang dapat mengakses sistem
secara simultan adalah
11 Mbps ÷ 0,263 Mbps = 41
11 Mbps didapat dari jumlah bandwidth maksimal 802.11b
Jadi dapat dikatakan bahwa sistem dapat menangani 41 user yang mengakses
sistem secara simultan. Jumlah ini cukup untuk mengantisipasi penambahan mobile
counter sewaktu waktu puncak.
4.4.6 Evaluasi Aplikasi Electronic Check-In
Pada aplikasi electronic check-in ini kami melakukan evaluasi terhadap
penanganan error yang sering terjadi pada saat implementasi, evaluasi user interface dan
respon pengguna. Evaluasi respon pengguna dilakukan dengan tujuan sebagai bahan
masukan untuk mengetahui tingkat keefektifan dari aplikasi yang dibuat, selain itu juga
untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi didalamnya. Sehingga hasil
evaluasi dapat digunakan untuk menyempurnakan sistem electronic check-in ini dan
untuk tahap perkembangan berikutnya.
119
4.4.6.1 Evaluasi Penanganan Error pada Aplikasi
Penangangan error yang di evaluasi adalah penanganan error pada proses
otentikasi, proses agreement, dan proses seating.
Proses Otentikasi
Proses Otentikasi pada sistem ini adalah dengan menggunakan nomor booking
yang didapat penumpang pada saat pembelian tiket. Terkadang terjadi kesalahan yang
dilakukan penumpang pada proses otentikasi, seperti belum memasukkan nomor
booking, salah memasukkan nomor booking, dan melakukan check-in lebih dari satu
kali.
Jika nomor booking belum ditulis ke dalam kolom booking number maka akan
keluar tulisan seperti pada gambar berikut.
Gambar 4.25 Layar Check-In – Pesan Error 1