EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN
PASCA KEMOTERAPI KANKER PAYUDARA USIA 18-44 TAHUN
DI RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG PERIODE 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kurnia Yogyanti
NIM : 148114101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA PASIEN
PASCA KEMOTERAPI KANKER PAYUDARA USIA 18-44 TAHUN
DI RSUP DOKTER KARIADI SEMARANG PERIODE 2015-2016
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Kurnia Yogyanti
NIM : 148114101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat,
rahmat, dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Evaluasi Penggunaan Antibiotika pada Pasien Pasca Kemoterapi
Kanker Payudara Usia 18-44 tahun di RSUP Dokter Kariadi Semarang
Periode 2015-2016” dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati
ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi Semarang yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian ini.
3. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. selaku dosen
pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan,
saran, kritikan serta dukungan kepada penulis dari awal proses penyusunan
proposal hingga skripsi ini selesai dengan baik.
4. Ibu Dr. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran selama proses penyelesaian skripsi.
5. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran selama proses penyelesaian skripsi.
6. Ibu Sri Hartati Yuliani, Apt. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRAK
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara
yang tumbuh tanpa terkendali sehingga dapat menyebar ke jaringan atau organ di
dekat payudara. Kemoterapi merupakan salah satu modalitas terapi pada penyakit
kanker, namun memiliki efek samping myelosuppression yang dapat meningkatkan
risiko terjadinya infeksi pada pasien kanker. Selain itu, tumor padat juga dapat
mempengaruhi pasien terhadap infeksi berkaitan dengan faktor anatomi. Oleh
karena itu, pasien kanker memerlukan antibiotika sebagai terapi untuk mencegah
maupun mengatasi infeksi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil
pasien serta mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika menurut NCCN
Clinical Practice Guidelines (2016) dan beberapa literatur lain. Penelitian ini
merupakan penelitian observasional deskriptif dengan rancangan penelitian case
series yang menggunakan data retrospektif. Kriteria inklusi dalam penelitian ini
adalah wanita dengan diagnosis utama kanker payudara, pasca kemoterapi, terdapat
data hematologi, dan berusia 18-44 tahun pada tahun 2015 atau 2016, sedangkan
kriteria eksklusinya adalah rekam medis dengan data yang tidak lengkap. Hasil
penelitian menunjukkan, dari 35 kasus yang dianalisis, sebanyak 17 kasus (48,57%)
masih menggunakan antibiotika secara tidak rasional dan 18 kasus (51,43%)
menggunakan antibiotika secara rasional.
Kata Kunci : antibiotika, kanker payudara, kemoterapi, evaluasi penggunaan
antibiotika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
ABSTRACT
Breast cancer is a malignant tumor which is formed from breast cells that
grow uncontrollably, thus it can spread between the tissues or organs near the
breast. Chemotherapy is one of the therapeutic modalities in cancer, but it has side
effects of myelosuppression that can increase the risk of infection in cancer patients.
In addition, solid tumors can also affect patients toward infections related to
anatomical factors. Therefore, cancer patients need antibiotics as a therapy to
prevent or treat infection. The aim of this study was to determine the profile of the
patients and evaluate the rationality of antibiotic use according to NCCN Clinical
Practice Guidelines (2016) and some other literature. This research was an
observational descriptive research with case series research design using
retrospective data. The inclusion criteria in this study were women with a major
diagnosis of breast cancer, post-chemotherapy, there were haematological data,
and 18-44 years of age in 2015 or 2016, meanwhile the exclusion criteria were
medical records with incomplete data. The results showed that of the 35 cases
analyzed, 17 cases (48,57%) were still using antibiotics irrationally and 18 cases
(51,43%) had been using antibiotics rationally.
Keywords : antibiotic, breast cancer, chemotherapy, evaluation of antibiotic use
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................... vi
PRAKATA .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
METODE PENELITIAN .................................................................................... 3
Jenis dan rancangan penelitian ...................................................................... 3
Instrumen penelitian ...................................................................................... 3
Jalannya penelitian ........................................................................................ 3
Definisi operasional ...................................................................................... 5
Ethical Clearance.......................................................................................... 6
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 6
Profil pasien .................................................................................................. 6
Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika ............................................. 9
Obat-obatan lain yang digunakan bersamaan dengan antibiotika ................. 15
KESIMPULAN ................................................................................................... 18
SARAN ............................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 19
LAMPIRAN ........................................................................................................ 21
BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Profil pasien ........................................................................................... 8
Tabel II. Golongan dan jenis antibiotika yang ditemukan dalam penelitian…….. 9
Tabel III. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien pasca
kemoterapi kanker payudara usia 18-44 tahun di RSUP Dr. Kariadi
Semarang Periode 2015-2016 ................................................................ 13
Tabel IV. Analisis SOAP terhadap kerasionalan penggunaan antibiotika pada
pasien pasca kemoterapi kanker payudara usia 18-44 tahun di RSUP Dr.
Kariadi Semarang Periode 2015-2016 ................................................... 14
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian ......................................................................... 22
Lampiran 2. Ethical Clearance ............................................................................ 23
Lampiran 3. Instrumen penelitian ........................................................................ 24
Lampiran 4. Check list hasil analisis kerasionalan penggunaan antibiotika ........ 26
Lampiran 5. Distribusi obat-obatan selain antibiotika yang ditemukan dalam
penelitian ......................................................................................... 27
Lampiran 6. Nilai rujukan pada pemeriksaan hematologi di RSUP Dr. Kariadi
Semarang ......................................................................................... 29
Lampiran 7. Daftar zat aktif obat dengan nama dagang....................................... 30
Lampiran 8. Antibiotika empiris yang diberikan kepada pasien neutropenia
berdasarkan acuan Treatment of Febrile Neutropenia and Prophylaxis
in Hematologic Malignancies : A Critical Review and Update (2014
......................................................................................................... 31
Lampiran 9. Nilai leukosit dan absolute neutrophil count (ANC) pasien ........... 32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Kanker payudara adalah tumor ganas yang terbentuk dari sel-sel payudara
yang tumbuh dan berkembang tanpa terkendali sehingga dapat menyebar di antara
jaringan atau organ di dekat payudara atau ke bagian tubuh lainnya. Kanker
payudara adalah kanker paling umum kedua di dunia dan merupakan kanker yang
paling sering di antara perempuan dengan perkiraan 1,67 juta kasus kanker baru
yang didiagnosis pada tahun 2012. Kasus kanker payudara lebih banyak terjadi di
daerah kurang berkembang (883000 kasus) dibandingkan daerah yang lebih maju
(794000 kasus) (Kemenkes RI, 2016). Pada tahun 2013, kanker payudara
merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi kedua di Indonesia setelah
kanker serviks yaitu 0,5‰ (0,5/1000), dengan prevalensi tertinggi terdapat di
Yogyakarta yaitu sebesar 2,4‰ (2,4/1000) (Kemenkes RI, 2016).
Salah satu pengobatan yang diberikan kepada pasien kanker adalah
kemoterapi, yang bekerja dengan cara melenyapkan sel kanker menggunakan obat-
obatan sitostatika. Kemoterapi memiliki efek samping myelosuppression, yaitu
suatu kondisi dengan aktivitas sumsum tulang menurun, sehingga menyebabkan
rendahnya eritrosit, leukosit, dan platelet (Anonim, 2018b). Bagi pasien yang
menerima kemoterapi, terjadi peningkatan risiko infeksi karena rendahnya jumlah
sel darah putih (neutropenia) yang disebabkan oleh efek toksik dari kemoterapi
pada sumsum tulang (Gafter-Gvili et al., 2014). Neutropenia adalah kelainan pada
sel darah yang ditandai dengan jumlah sel neutrofil yang rendah, yaitu nilai
Absolute Neutrophil Count (ANC) <500 sel/mm3, dengan rentang normal adalah
2000-7000 sel/mm3. Ketika nilai ANC <1000 sel/mm3, risiko terjadinya infeksi
meningkat (Curry, 2015; Newburger dan Dale, 2013; Baden et al., 2016). Tumor
padat dapat mempengaruhi pasien terhadap infeksi, yang berkaitan dengan faktor
anatomi. Tumor yang tumbuh secara tidak terkendali dapat meningkatkan suplai
darah sehingga menjadi nekrosis, kemudian membentuk nidus yang berkontribusi
terhadap infeksi (Baden et al., 2016). Peningkatan leukosit melebihi batas normal
(leukositosis) juga sering dialami pasien setelah menerima siklus pertama
kemoterapi. Hal ini pun menyebabkan meningkatnya angka kematian pada pasein
kanker. Leukositosis didefinisikan dengan peningkatan leukosit >11000/µl
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
(Connolly et al., 2010). Jumlah leukosit normal berdasarkan data yang tertera pada
rekam medis adalah 3600-11000/µl (lampiran 6). Risiko terhadap infeksi
meningkat bila jumlah leukosit <1000/µl, sedangkan kondisi leukositosis dapat
disebabkan karena infeksi (Anonim, 2018c; Atmadja, Kusuma, dan Dinata, 2016).
Oleh karena hal tersebut, diperlukan antibiotika sebagai terapi pada pasien kanker
untuk mencegah maupun mengatasi infeksi.
Antibiotika dibagi menjadi 3 berdasarkan fungsinya, yaitu antibiotika
sebagai profilaksis, empiris, dan definitif. Antibiotika profilaksis digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi. Antibiotika empiris digunakan pada infeksi yang
belum diketahui jenis bakteri penyebab dan pola kepekaannya, namun
menunjukkan tanda-tanda infeksi. Tujuan dari pemberian antibiotika empiris adalah
untuk eradikasi atau penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi
penyebab infeksi, sebelum diperoleh hasil pemeriksaan mikrobiologi. Antibiotika
definitif digunakan pada infeksi yang diketahui jenis bakteri penyebab dan pola
kepekaannya. Tujuan dari pemberian antibiotika definitif adalah eradikasi atau
penghambatan pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi,
berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi (Kemenkes RI, 2011a). Pemberian
antibiotika yang tidak tepat pada pasien kanker dapat menyebabkan resistensi
antibiotika. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi penggunaan antibiotika untuk
memastikan bahwa penggunaannya tepat sehingga resistensi antibiotika dapat
dihindari.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil pasien serta
mengevaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien pasca kemoterapi
kanker payudara usia 18-44 tahun di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Dokter Kariadi Semarang berdasarkan acuan yang digunakan penulis.
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kerasionalan
penggunaan antibiotika pada pasien pasca kemoterapi kanker payudara usia 18-44
tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang tahun 2015-2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
METODE PENELITIAN
Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional deskriptif dengan
rancangan penelitian case series yang bersifat retrospektif. Data yang diambil
bersumber dari rekam medis pasien. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara
populasi yakni semua data rekam medis pasien kanker payudara tahun 2015-2016
diambil, kemudian dipilih data yang memenuhi kriteria inklusi peneliti. Kriteria
inklusi dalam penelitian ini adalah pasien wanita dengan diagnosis utama kanker
payudara, telah menjalani kemoterapi, terdapat data hematologi, dan berusia 18-44
tahun pada tahun 2015 atau 2016. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah
rekam medis dengan data yang tidak lengkap.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar pengambilan data yang
digunakan untuk mencatat data pasien dari rekam medis meliputi profil dan
pengobatan yang diterima pasien (lampiran 3).
Jalannya Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2017 hingga Januari 2018
dengan menelusuri rekam medis pasien di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Ditemukan
sebanyak 163 kasus kanker payudara yang menjalani kemoterapi selama periode
2015-2016, dan sebanyak 35 kasus dari 163 kasus tersebut memenuhi kriteria
inklusi. Dari 35 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 13 kasus
membutuhkan antibiotika karena mengalami leukositosis atau neutropenia,
berkaitan dengan kemungkinan adanya infeksi. Dari 13 kasus yang membutuhkan
antibiotika, hanya 7 kasus yang mendapat antibiotika dalam terapinya.
Kasus yang memenuhi kriteria inklusi dicatat pada lembar pengambilan
data yang telah disiapkan sebelumnya. Selanjutnya, dari rekam medis tersebut,
dicatat profil pasien meliputi nomor rekam medis, nama inisial, usia, tanggal masuk
dan keluar rumah sakit, stadium, riwayat kanker dalam keluarga, komplikasi, dan
penyakit penyerta. Selain profil pasien, juga dicatat informasi-informasi penting
lainnya, yaitu keluhan yang dirasakan pasien saat masuk rumah sakit; tanda-tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
vital; hasil pemeriksaan hematologi; diagnosis utama dan diagnosis sekunder; serta
terapi yang diberikan selama pasien menjalani rawat inap.
Setelah semua data atau informasi yang ada dalam rekam medis dicatat,
kemudian dilakukan pengelompokkan data pada aspek profil pasien dan obat-
obatan yang digunakan. Profil pasien yang dikelompokkan yakni usia pasien
(dibagi menjadi 5 kelompok usia), stadium kanker, riwayat kanker dalam keluarga
(ada/tidak ada), komplikasi, dan penyakit penyerta. Obat-obatan yaitu antibiotika
dan obat-obat lain yang digunakan bersamaan dengan antibiotika, dikelompokkan
menurut golongan dan jenisnya, serta dihitung besar penggunaannya. Selanjutnya,
dilakukan analisis kerasionalan terhadap penggunaan antibiotika dari rekam medis
pasien. Aspek kerasionalan penggunaan antibiotika yang dianalisis yakni terkait
ketepatan indikasi, pemilihan obat/antibiotika, dosis, interval waktu pemberian, dan
penilaian kondisi pasien berdasarkan acuan yang digunakan. Acuan yang
digunakan adalah Modul Penggunaan Obat Rasional (Kemenkes RI, 2011b),
National Comprehensive Cancer Network (NCCN) Clinical Practice Guideline :
Prevention and Treatment of Cancer-Related Infections (Baden et al., 2016),
Treatment of Febrile Neutropenia and Prophylaxis in Hematologic Malignancies:
A Critical Review and Update (Villafuerte-Gutierrez et al., 2014), America
Thoracic Society Consensus Guideline on the Management of Community-Acquired
Pneumonia in Adults (Mandell et al., 2007), BPOM: Informatorium Obat Nasional
Indonesia (2015), dan BPOM: Pusat Informasi Obat Nasional (2015).
Metode yang digunakan adalah SOAP, yaitu subjective, objective,
assessment, dan plan. Subjective berisi data mengenai keluhan yang dirasakan
pasien. Objective merupakan data yang dapat diukur dan dikonfirmasi
kebenarannya, misalnya data laboratorium, tekanan darah, suhu tubuh, dan lain-
lain. Assessment berisi analisa permasalahan berdasarkan data subjective dan
objective yang telah diperoleh sebelumnya. Plan merupakan rekomendasi atau
rencana ke depan untuk menyembuhkan maupun memperbaiki kondisi pasien
berdasarkan assessment yang telah dibuat, serta dapat menjadi rekomendasi untuk
penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Definisi Operasional
1. Kasus adalah rekam medis pasien wanita dengan diagnosis utama kanker
payudara dan telah menjalani kemoterapi.
2. Penyakit penyerta adalah diagnosis sekunder pasien kanker payudara yang
tercatat pada rekam medis di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
3. Potensial infeksi adalah suatu keadaan pada pasien mengalami neutropenia
(ANC <500 sel/mm3) atau memiliki jumlah leukosit <1000/µl.
4. Infeksi adalah suatu keadaan pada pasien memiliki jumlah leukosit >11000/µl.
5. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika adalah menilai dan mengkoreksi
tata cara dalam memberikan terapi antibiotika yang tepat, yang akan diberikan
kepada pasien untuk menyembuhkan atau memperbaiki kondisi pasien meliputi
indikasi, golongan dan jenis, dosis, interval waktu pemberian, dan penilaian
kondisi pasien.
6. Profil pasien meliputi nomor rekam medis, nama inisial, usia, tanggal masuk
dan keluar rumah sakit, stadium, riwayat kanker dalam keluarga, komplikasi,
dan penyakit penyerta.
7. Data hematologi adalah jumlah neutrofil dan leukosit.
8. Tepat indikasi yaitu antibiotika diberikan bila terdapat tanda infeksi atau
peningkatan risiko terjadinya infeksi, dilihat dari adanya peningkatan nilai
leukosit dari batas normal atau neutropenia.
9. Tepat pemilihan antibiotika yaitu antibiotika dipilih berdasarkan sensitifitas
bakteri dan menggunakan literatur Treatment of Febrile Neutropenia and
Prophylaxis in Hematologic Malignancies : A Critical Review and Update
(Villafuerte-Gutierrez et al., 2014); National Comprehensive Cancer Network
Clinical Practice Guidelines in Oncology (Baden et al., 2016); dan Infectious
Diseases Society of America/America Thoracic Society Consensus Guideline on
the Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults (Mandell et al.,
2007).
10. Tepat dosis yaitu dosis antibiotika yang diberikan merupakan dosis optimal dan
disesuaikan dengan kondisi pasien, serta menggunakan literatur Pusat Informasi
Obat Nasional (BPOM, 2015) dan Treatment of Febrile Neutropenia and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Prophylaxis in Hematologic Malignancies : A Critical Review and Update
(Villafuerte-Gutierrez et al., 2014).
11. Tepat interval waktu pemberian dianggap sesuai karena pemberian obat
terhadap pasien rawat inap di rumah sakit diberikan sesuai jadwal konsumsi
obat pada masing-masing pasien.
12. Tepat penilaian kondisi pasien yaitu pemberian antibiotika perlu
memperhatikan kondisi pasien karena respon tiap individu terhadap efek obat
beragam.
13. Pengobatan antibiotika disebut “rasional” apabila pasien tidak memiliki risiko
infeksi dan tidak menerima antibiotika.
Ethical Clearance
Penelitian dilakukan setelah mendapat izin dari Direktur SDM dan
Pendidikan RSUP Dr. Kariadi Semarang, dan prosedur yang digunakan telah
disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan nomor surat
KE/FK/0972/EC (lampiran 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Pasien
Profil pasien yang dicatat dalam penelitian ini meliputi usia, stadium,
riwayat kanker dalam keluarga, komplikasi, dan penyakit penyerta. Kanker
payudara umumnya lebih banyak diderita pada wanita usia di atas 50 tahun yang
berkaitan dengan faktor hormonal pasca menopause, namun juga dapat diderita
pada wanita yang berusia <50 tahun atau bahkan pada usia yang lebih muda lagi.
Hal ini dapat berkaitan dengan adanya riwayat kanker dalam keluarga dan juga
faktor pola hidup.
Pada penelitian Anders et al. (2009), dari semua pasien wanita yang
terdiagnosa kanker payudara, lebih dari 40% berada pada rentang usia 40 tahun,
20% berada pada rentang usia 30 tahun, dan sedikit lebih dari 2% pada rentang usia
20 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa kanker payudara lebih banyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
menyerang wanita pada usia 40 tahunan. Pada penelitian ini, kejadian tertinggi
kanker payudara berada pada rentang usia 40-44 tahun yaitu sebesar 54,29% dan
terendah berada pada rentang usia 18-24% yaitu 0% (tabel I). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kejadian kanker payudara meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Penelitian Surakasula, Nagarjunapu, dan Raghavaiah (2014)
menyebutkan bahwa risiko perkembangan kanker payudara meningkat seiring
bertambahnya usia wanita. Selain itu, kejadian kanker payudara dinyatakan
memiliki persentase lebih besar pada usia 40 tahunan, dibandingkan pada usia 20
atau 30 tahun (Anders et al., 2009).
Dari 35 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, terdapat 3 kasus (8,57%)
yang memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga, sedangkan 32 kasus
(91,43%) lainnya tidak memiliki riwayat kanker payudara dalam keluarga (tabel I).
Riwayat kanker payudara dalam keluarga (terutama ibu, saudara perempuan)
merupakan salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko kanker
payudara (Sirait, Oemiati, dan Indrawati, 2009).
Terdapat 3 penyakit penyerta yaitu pneumonia, asma, dan diabetes melitus
tipe 2 dan 7 komplikasi yaitu leukopenia, trombositopenia, malnutrisi, anemia,
leukositosis, trombositosis, dan neutropenia yang ditemukan dalam penelitian ini.
Komplikasi yang umumnya dapat memperparah kondisi pasien adalah malnutrisi,
leukositosis, neutropenia, dan anemia. Malnutrisi yang dialami pasien diatasi
dengan pemberian natrium klorida 0,9% secara intravena selama pasien dirawat
inap. Pasien yang mengalami neutropenia berpotensi untuk mengalami infeksi
sehingga perlu diberikan terapi antibiotika profilaksis untuk mencegah terjadinya
infeksi, sedangkan antibiotika empiris atau definitif diberikan pada pasien yang
mengalami infeksi.
Kondisi anemia diatasi dengan pemberian packed red blood cell (PRBC)
yang disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Anemia ditandai dengan menurunnya
kadar hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit dari nilai normal. Anemia dapat
disebabkan karena beberapa hal, diantaranya penurunan produksi dari eritrosit,
adanya peningkatan destruksi dari eritrosit, dan kehilangan darah (Rodgers et al.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2012). Secara ringkas, profil pasien dalam penelitian ini dirangkum pada tabel I
dibawah ini.
Tabel I. Profil Pasien
Profil n (35) % (100)
Distribusi usia pasien
18-24 0 0
25-29 2 5,7
30-34 6 17,1
35-39 8 22,8
40-44 19 54,3
Stadium kanker
I 1 2,8
II 8 22,8
III 5 14,3
IV 9 25,7
Tidak diketahui 12 34,3
Riwayat kanker dalam keluarga
Ada 3 8,6
Tidak ada 32 91,4
Komplikasi
Leukopenia 3 8,6
Trombositopenia 3 8,6
Malnutrisi 2 5,7
Anemia 19 54,3
Leukositosis 12 34,3
Trombositosis 9 25,7
Neutropenia 1 2,8
Penyakit penyerta
Community-Acquired
Pneumonia 1 2,8
Asma 1 2,8
DM tipe 2 1 2,8
Pada 19 kasus (54,28%) dalam penelitian ini, mengalami anemia dan
beberapa diantaranya dengan kondisi kanker yang sudah bermetastasis ke tulang.
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan anemia yang dialami pasien. Sel kanker
yang bermetastase ke tulang secara langsung menekan proses pembentukan eritrosit
(hematopoiesis) melalui infiltrasi sumsum tulang, hal ini memicu terjadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pembentukan sitokin yang menyebabkan penyerapan zat besi sehingga menurunkan
produksi eritrosit (Rodgers et al., 2012).
Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Antibiotika
Dari 35 kasus yang memenuhi kriteria inklusi, ada 7 kasus (20%) yang
memperoleh terapi antibiotika. Antibiotika yang ditemukan ada 3 golongan dan 5
jenis, yaitu golongan sefalosporin generasi I (sefadroksil) dan generasi III
(seftriakson dan seftazidim), antibiotika anaerob (metronidazol), dan
fluorokuinolon (levofloksasin). Golongan dan jenis antibiotika yang ditemukan
dalam penelitian ini secara ringkas dirangkum pada tabel II dibawah ini.
Tabel II. Golongan dan Jenis Antibiotika yang ditemukan dalam Penelitian
No Antibiotika
Kegunaan No.
Data Golongan Jenis
1
Sefalosporin generasi
III + antibiotika
anaerob
Seftriakson +
metronidazol n.a 1
2 Sefalosporin generasi
III Seftriakson n.a 6
3
Fluorokuinolon dan
sefalosporin generasi
III
Levofloksasin dan
seftazidim
Definitif dan
empiris 20
4 Fluorokuinolon Levofloksasin n.a 21
5 Sefalosporin generasi I Sefadroksil n.a 26
6 Sefalosporin generasi
III Seftriakson Empiris 27
7 Sefalosporin generasi
III Seftriakson Empiris 35
Keterangan: n.a, not applicable
Antibiotika profilaksis yang digunakan pada pasien dewasa dengan kanker
dan neutropenia yang diinduksi kemoterapi adalah golongan fluorokuinolon (Baden
et al., 2016). Penentuan infeksi berdasarkan data laboratorium yakni jumlah
leukosit. Pasien dengan jumlah leukosit <1000/µl merupakan kondisi potensial
infeksi, sedangkan pasien dengan jumlah leukosit yang tinggi atau leukositosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(>11000/µl) dapat disebabkan karena infeksi (Anonim, 2018c; Atmadja, Kusuma,
dan Dinata, 2016). Untuk pasien yang berpotensi terinfeksi, diberikan terapi
antibiotika profilaksis untuk mencegah terjadinya infeksi, sedangkan pada pasien
yang sudah terinfeksi dapat diberikan antibiotika empiris atau definitif (Kemenkes
RI, 2011a). Penentuan penggunaan antibiotika empiris atau definitif didasarkan
pada dilakukan atau tidaknya uji kultur bakteri. Aspek kerasionalan penggunaan
antibiotika yang dianalisis yaitu tepat indikasi, tepat pemilihan antibiotika, tepat
dosis, tepat interval waktu pemberian, dan tepat penilaian kondisi pasien.
Aspek kerasionalan penggunaan antibiotika yang dianalisis yakni terkait
ketepatan indikasi, pemilihan obat/antibiotika, dosis, interval waktu pemberian, dan
penilaian kondisi pasien.
Indikasi
Tepat indikasi dilihat dari ada atau tidaknya indikasi infeksi
berdasarkan hasil pemeriksaan leukosit, sehingga menentukan apakah seorang
pasien butuh antibiotika atau tidak. Terdapat 14 kasus tidak tepat indikasi, yaitu
10 kasus indikasi tanpa obat dan 4 kasus obat tanpa indikasi.
Pada kategori indikasi tanpa obat, sebanyak 9 kasus menunjukkan
kondisi leukositosis pada hasil pemeriksaan hematologi. Hal ini menunjukkan
bahwa pasien mengalami infeksi, sehingga membutuhkan terapi antibiotika
empiris. Dalam terapinya, pasien tidak mendapatkan terapi antibiotika, maka
perlu diberikan. Plan yang dapat direkomendasikan adalah memberikan terapi
antibiotika empiris (dapat dilihat pada lampiran 8) untuk mengatasi infeksi dan
periksa jumlah leukosit secara berkala. Pada satu kasus lain, menunjukkan
bahwa pasien mengalami neutropenia karena nilai ANC <500 sel/mm3. Pasien
tersebut rentan terhadap infeksi, sehingga perlu diberikan terapi antibiotika
profilaksis, yaitu levofloksasin dari golongan fluorokuinolon. Dalam terapinya,
pasien tidak mendapatkan terapi antibiotika, maka perlu diberikan. Plan yang
direkomendasikan adalah berikan levofloksasin, pantau tanda-tanda infeksi, dan
periksa jumlah leukosit secara berkala.
Pada kategori obat tanpa indikasi (nomor data 1, 6, 21, 26), pasien
mendapatkan terapi antibiotika yaitu masing-masing seftriakson dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
metronidazol, seftriakson, levofloksasin, serta seftriakson dan sefadroksil.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hematologi, jumlah leukosit pasien tersebut
berada dalam batas normal (tidak menunjukkan tanda-tanda infeki), sehingga
pasien belum membutuhkan antibiotika. Plan yang direkomendasikan adalah
tunda pemberian antibiotika, pantau tanda-tanda infeksi, dan periksa jumlah
leukosit secara berkala.
Pemilihan obat/antibiotika
Pada kasus dengan nomor data 20, memiliki diagnosis sekunder
pneumonia komuniti dan asma. Pasien mendapat terapi antibiotika levofloksasin
500 mg/hari dan seftazidim 1 g/8 jam. Berdasarkan hasil uji kultur bakteri, pada
sputum pasien positif terdapat Streptococcus pneumoniae. Streptococcus
pneumoniae merupakan salah satu patogen penyebab Community-Acquired
Pneumonia (CAP). Pemilihan levofloksasin untuk pasien yang terinfeksi bakteri
Streptococcus pneumoniae kurang tepat. Levofloksasin diindikasikan untuk
CAP namun sebagai terapi lini kedua. Obat ini aktif terhadap organisme gram
positif dan gram negatif, serta memiliki aktivitas yang lebih besar terhadap
pneumokokus dibandingkan siprofloksasin (IONI, 2015). Antibiotika yang
disarankan untuk CAP berkaitan dengan patogen Streptococcus pneumoniae
jenis penicillin-nonresistant yaitu amoksisilin dengan dosis 500-1000 mg tiap 8
jam (Mandell et al., 2007; BPOM, 2015b). Plan yang direkomendasikan adalah
diskusikan kepada dokter terkait hal tersebut, dan sarankan untuk mengganti
levofloksasin ke antibiotika yang lebih disarankan yaitu amoksisilin.
Pada dua kasus lainnya, pasien mendapatkan antibiotika seftriakson.
Hasil pemeriksaan leukosit, menunjukkan kadar leukosit berada diatas normal
(leukositosis) yang mengindikasikan bahwa pasien mengalami infeksi, sehingga
membutuhkan terapi antibiotika empiris. Seftriakson bukan termasuk antibiotika
empiris yang diberikan pada pasien infeksi, sehingga kasus ini termasuk dalam
kategori tidak tepat pemilihan antibiotika. Plan yang direkomendasikan adalah
konfirmasikan kepada dokter terkait hal tersebut, dan sarankan untuk mengganti
antibiotika seperti pada lampiran 8, serta periksa jumlah leukosit secara berkala.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Dosis
Pada kasus dengan nomor data 20, pasien juga mendapat antibiotika
seftazidim yang digunakan untuk mengatasi infeksi pasca kemoterapi (pasien
mengalami leukositosis). Pemilihan seftazidim sudah tepat, namun dosis yang
diberikan kurang. Berdasarkan pemeriksaan leukosit yang dilakukan satu hari
pasca kemoterapi, pasien mengalami leukositosis dan terapi seftazidim langsung
diberikan pada hari itu juga. Dua hari kemudian, pasien kembali diperiksa kadar
leukositnya dan hasil menunjukkan bahwa penurunan kadar leukosit tidak
signifikan. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena kurangnya dosis antibiotika
yang diberikan. Seharusnya seftazidim diberikan dengan dosis 2 g/8 jam
(Villafuerte-Gutierrez et al., 2014) (lampiran 8), tetapi pasien hanya diberikan
dengan dosis 1 g/8 jam. Plan yang direkomendasikan adalah tingkatkan dosis
seftazidim menjadi 2 g/8 jam agar target jumlah leukosit segera tercapai serta
periksa jumlah leukosit secara berkala.
Interval waktu pemberian
Interval waktu pemberian antibiotika sudah tepat, semua antibiotika
diberikan sesuai dengan aturan pemakaian dosis yang tertera pada rekam medis
pasien.
Penilaian kondisi pasien dan lama pemberian
Sebelum memutuskan pemberian terapi kepada pasien, kondisi pasien
perlu diperhatikan karena respon tiap individu terhadap efek obat berbeda-beda
(Kemenkes, 2011c). Penilaian kondisi pasien dilihat berdasarkan adanya respon
alergi terhadap antibiotika, uji sensitivitas kuman, serum kreatinin, serta SGOT
dan SGPT. Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya respon alergi terhadap
antibiotika pada pasien. Dari 35 kasus, tidak terdapat data laboratorium
mengenai nilai serum kreatinin, SGOT, dan SGPT, sehingga peneliti tidak dapat
menilai kondisi pasien dari keadaan ginjal dan heparnya.
Lama pemberian antibiotika dilihat berdasarkan data hematologi yaitu
nilai leukosit pasien. Lama pemberian antibiotika tidak dapat dianalisis karena
pemeriksaan leukosit pasien rata-rata hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat
awal masuk rumah sakit, sehingga tidak dapat melihat status infeksi yang dialami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
pasien. Ringkasan mengenai evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika
dirangkum pada tabel III dibawah ini.
Tabel III. Evaluasi kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien pasca
kemoterapi kanker payudara usia 18-44 tahun di RSUP Dr. Kariadi
Semarang periode 2015-2016
n=35 Antibiotika Ketepatan Dosis Ketepatan
antibiotika
Nomor
Data Butuh Pakai Besar Frekuensi Lama
Pakai
antibiotika
(7)
4 Tidak Ya Tepat
(21) Tepat n.a Tepat (21)
1, 6,
21, 26
3 Ya Ya Tidak
tepat Tepat n.a
Tidak
tepat
20, 27,
35
Tidak
pakai
antibiotika
(28)
10 Ya Tidak n.a n.a n.a n.a
2, 10,
12, 13,
16, 17,
19, 22,
24, 31
18 Tidak Tidak n.a n.a n.a n.a
3, 4, 5,
7, 8, 9,
11, 14,
15, 18,
23, 25,
28, 29,
30, 32,
33, 34
Keterangan: n.a, not applicable
Masalah terapi pada kasus didokumentasikan menggunakan metode SOAP
(Subjective, Objective, Assessment, dan Plan). Subjective berisi data mengenai
keluhan yang dirasakan pasien. Objective merupakan data yang dapat diukur dan
dikonfirmasi kebenarannya, misalnya data laboratorium, tekanan darah, suhu
tubuh, dan lain-lain. Assessment berisi analisa permasalahan berdasarkan data
subjective dan objective yang telah diperoleh sebelumnya. Plan merupakan
rekomendasi atau rencana ke depan untuk menyembuhkan maupun memperbaiki
kondisi pasien berdasarkan assessment yang telah dibuat, serta dapat menjadi
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. Berikut merupakan ringkasan analisis
SOAP terhadap kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien pasca kemoterapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
kanker payudara usia 18-44 tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2015-2016.
Tabel IV. Analisis SOAP terhadap kerasionalan penggunaan antibiotika pada pasien pasca kemoterapi kanker payudara
usia 18-44 tahun di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 2015-2016
Kriteria Analisis SOAP
No. Data S O A P
Tepat
indikasi
Indikasi
tanpa obat
(10 kasus)
Nyeri payudara
kiri, perut, dan
tulang, serta
konstipasi, mual,
sesak nafas, nafsu
makan menurun
9 kasus
leukositosis dan
1 kasus
neutropenia
9 kasus butuh
antibiotika
empiris dan 1
kasus butuh
antibiotika
profilaksis
Beri antibiotika
yang sesuai
2, 10, 12, 13,
16, 17, 19, 22,
24, 31
Obat tanpa
indikasi (4
kasus)
Nyeri payudara
kanan dan
punggung, mual,
sesak nafas,
cemas
Leukosit pasien
dalam batas
normal
Belum butuh
antibiotika
Tunda pemberian
antibiotika 1, 6, 21, 26
Tepat
pemilihan
antibiotika
Tidak tepat
pemilihan
antibiotika
(3 kasus)
Nyeri payudara,
punggung, dan
kaki, serta lemas,
sesak nafas,
lemas, batuk,
tidak nafsu makan
Leukositosis
Antibiotika yang
digunakan tidak
tepat
Ganti antibiotika
sesuai yang
disarankan
20, 27, 35
Tepat dosis
Dosis
kurang (1
kasus)
Nyeri punggung,
sesak nafas,
lemas, dan batuk
Leukositosis Dosis yang
diberikan kurang
Tingkatkan dosis
sesuai yang
disarankan
20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Obat-obatan Lain yang digunakan Bersamaan dengan Antibiotika
Obat-obatan lain selain antibiotika yang ditemukan dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi 7 golongan, yaitu antineoplastik/sitostatika, obat saluran
cerna, analgesik, antiinflamasi, antimual dan -muntah, antihipertensi, dan
suplementasi gizi. Daftar obat-obatan selain antibiotika beserta golongan, jenis, dan
distribusinya yang ditemukan dalam penelitian dirangkum pada lampiran 5.
Antineoplastik/sitostatika
Antineoplastik/sitostatika digunakan untuk menghancurkan sel-sel
kanker dalam tubuh pasien. Penggunaan obat-obatan antikanker dapat
menimbulkan efek samping yakni penekanan aktivitas sumsum tulang. Sumsum
tulang merupakan bagian tubuh yang paling rentan terhadap efek samping
kemoterapi. Kemoterapi dapat berpengaruh langsung pada sumsum tulang yang
mengakibatkan supresi hematopoiesis, sehingga terjadi penurunan pada sel-sel
darah (anemia, leukopenia, neutropenia, dan/atau trombositopenia) (Budiana
dan Febiani, 2017). Semua pasien dalam penelitian ini mendapatkan obat
antineoplastik (100%). Obat antineoplastik/sitostatika yang ditemukan pada
penelitian ini adalah doksorubisin (Adriamycin®), epirubisin, siklofosfamid,
ifosfamid (Holoxan®), paklitaksel (Paxus®), dosetaksel (Taxotere®), kapesitabin
(Xeloda®), vinorelbin (Navelbine®), trastuzumab (Herceptin®), karboplatin,
cisplatin, 5-fluorourasil (Fluracedyl®), dan bleomisin.
Obat saluran cerna
Pemberian obat saluran cerna dimaksudkan untuk mencegah stress
ulcer pada pasien rawat inap. Pemberiannya sebelum kemoterapi dimaksudkan
untuk mengurangi asam lambung yang dapat menyebabkan gejala seperti rasa
terbakar di perut (heartburn) (Shead et al., 2016). Obat saluran cerna yang
ditemukan pada penelitian ini adalah ranitidin dan omeprazol, namun yang lebih
banyak digunakan adalah ranitidin. Semua pasien dalam penelitian ini
menggunakan salah satu dari dua obat tersebut, namun ada juga yang
menggunakan keduanya. Pemberiannya ada yang sebelum kemoterapi, pasca
kemoterapi, dan sebelum hingga pasca kemoterapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Analgesik dan antiinflamasi
Analgesik dan antiinflamasi yang diberikan bertujuan untuk meredakan
rasa nyeri yang dirasakan pasien. Kebanyakan dari pasien dalam penelitian ini
merasakan nyeri pada payudara akibat penyakit kanker yang dialami dengan
berbagai macam skala nyeri yang berbeda-beda pada setiap pasien. Pada
beberapa pasien dengan kanker yang telah menyebar ke tulang, rasa nyeri juga
dirasakan hingga ke tulang. Rasa nyeri tersebut menimbulkan rasa tidak nyaman
pada pasien sehingga perlu diatasi dengan pemberian obat analgesik atau
antiinflamasi. Analgesik yang ditemukan pada penelitian ini adalah golongan
analgesik non-opioid yaitu parasetamol dan asam mefenamat; analgesik opioid
yaitu tramadol, hidromorfon hidroklorida (Jurnista®), dan morfin sulfat; agonis
α-2 yaitu klonidin; serta natrium metamizol. Antiinflamasi yang digunakan
adalah golongan antiinflamasi non-steroid (AINS) yaitu ketorolak; antiinflamasi
steroid yaitu metilprednisolon dan deksametason. Metilprednisolon yang
diresepkan bersama dengan terapi penyakit neoplastik bertujuan untuk
meringankan penyakit neoplastik itu sendiri (Anonim, 2018a). Pemberian
metilprednisolon bersama dengan obat antineoplastik digunakan pada pasien
dengan nomor data 20, dimana pasien tersebut merasakan nyeri pada punggung.
Pada penelitian ini, antiinflamasi yang lebih sering digunakan adalah
deksametason.
Anti-mual dan –muntah
Anti-mual dan –muntah digunakan untuk mengatasi mual dan muntah
yang dialami pasien. Mual dan muntah merupakan efek samping yang umum
terjadi akibat penggunaan obat-obatan kemoterapi. Penelitian Shead et al (2016)
menyebutkan bahwa mual dan muntah dapat disebabkan beberapa hal, yakni
karena penyakit kankernya sendiri, masalah kesehatan yang disebabkan kanker,
dan pengobatan kanker, salah satunya adalah kemoterapi. Pada penelitian ini,
anti-mual dan -muntah yang digunakan adalah golongan antagonis serotonin (5-
HT3) yaitu ondansetron; steroid adrenokortikal yaitu deksametason;
benzodiazepin yaitu alprazolam; dan antiemetik yaitu metoklopramid dan
difenhidramin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Antihipertensi
Antihipertensi yang diberikan pada pasien kanker payudara ditujukan
untuk pasien yang mengalami peningkatan tekanan darah yang bertujuan untuk
menormalkan tekanan darah pasien. Antihipertensi yang digunakan adalah
golongan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACEi) yaitu captopril;
Angiotensin Receptor Blocker (ARB) yaitu valsartan; Calcium Channel Blocker
(CCB) jenis dihidropiridin yaitu amlodipin; Cardioselective Beta Blocker yaitu
bisoprolol; diuretik jenis aldosterone antagonist yaitu spironolakton dan diuretik
jenis loop yaitu furosemid. Pasien nomor data 20 mengalami tekanan darah
tinggi yaitu 170/110 mmHg, sehingga perlu diberikan antihipertensi untuk
menormalkan tekanan darah pasien.
Suplementasi gizi
Pasien kanker yang mendapat kemoterapi atau radiasi, sering
mengalami mual, muntah, diare, dan menurunnya nafsu makan sehingga terjadi
penurunan berat badan. Untuk menghindari hal-hal tersebut, maka asupan
vitamin dan mineral tampaknya penting diberikan, namun ternyata tidak selalu
penting diberikan. Pemberian asupan vitamin dan mineral pada pasien kanker
masih kontroversial, karena hasil yang didapatkan pada tiap penelitian berbeda-
beda. Pada penelitian dengan skala besar, pemberian asupan vitamin dan mineral
pada pasien kanker menunjukkan hasil yang positif terhadap outcome, namun
pada penelitian lain menunjukkan hasil yang negatif (Anonim, 2013).
Meskipun belum ada bukti kuat yang menunjukkan outcome positif dari
pemberian suplemen vitamin kepada pasien kanker, tidak ada salahnya jika
diberikan bila efeknya dapat memperingan kondisi pasien. Asupan gizi yang
diberikan berupa vitamin B kompleks, vitamin C, vitamin B6 (piridoksin),
vitamin B12 (sianokobalamin) kepada 6 pasien. Pasien nomor data 5, 9, 10, 16,
dan 17 mendapat vitamin B kompleks; pasien nomor data 16 dan 17 mendapat
vitamin C, pasien nomor data 7 mendapatkan vitamin B6 dan B12.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
KESIMPULAN
Pasien yang paling banyak terkena kanker payudara adalah pasien dengan usia
40-44 tahun; dengan stadium kanker yang tersering adalah stadium IV; proporsi
pasien yang memiliki riwayat kanker dalam keluarga lebih kecil dibandingkan
yang tidak memiliki; komplikasi yang tersering adalah anemia; dan ditemukan
tiga penyakit penyerta.
Hasil penelitian menunjukkan, dari 35 kasus yang dianalisis, sebanyak 17 kasus
(48,57%) masih menggunakan antibiotika secara tidak rasional dan 18 kasus
(51,43%) menggunakan antibiotika secara rasional. Ketidakrasionalan tersebut
antara lain 40% tidak tepat indikasi yang terbagi menjadi dua yaitu 10 kasus
(28,57%) indikasi tanpa obat dan 4 kasus (11,43%) obat tanpa indikasi; 3 kasus
(8,57%) tidak tepat pemilihan antibiotika; dan 1 kasus (2,86%) tidak tepat dosis.
Ketidakrasionalan dalam penggunaan antibiotika tersebut terjadi karena tidak
memenuhi kriteria kerasionalan penggunaan antibiotika.
SARAN
Perlu adanya peningkatan pada pemeriksaan hematologi pasien, sehingga
kadar leukosit dapat dipantau secara berkala terkait dengan analisis lama
penggunaan antibiotika. Disarankan untuk menggunakan pedoman pengobatan
yang berlaku di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
DAFTAR PUSTAKA
Anders, C.K., Johnson, R., Litton, J., Phillips, M., Bleyer, A., 2009. Breast Cancer
Before Age 40 Years. National Institutes of Health, 36 (3), 1-2.
Anonim, 2013. Suplementasi Vitamin pada Pasien Kanker. Kalbemed,
http://www.kalbemed.com/News/tabid/229/id/5436/Suplementasi-
Vitamin-pada-Pasien-Kanker.aspx, accessed 23 February 2018.
Anonim, 2018a. Methylprednisolone. Dexa Medica, http://www.dexa-
medica.com/our-product/searchs/Methylprednisolone, accessed 25
January 2018.
Anonim, 2018b. NCI Dictionary of Cancer Terms: Myelosuppression. National
Cancer Institute, https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-
terms/def/myelosuppression, accessed 11 April 2018.
Anonim, 2018c. The Complete Blood Count: A Guide for Patients with Cancer.
University of Iowa Hospitals and Clinics, https://uihc.org/health-
library/complete-blood-count-guide-patients-cancer, accessed 26 January
2018.
Atmadja, A.S., Kusuma, R., Dinata, F., 2016. Pemeriksaan Laboratorium untuk
Membedakan Infeksi Bakteri dan Infeksi Virus. Kalbe Medical Portal, Vol
43 (6), 458.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2015a. Antiinflamasi Nonsteroid (AINS).
Pusat Informasi Obat Nasional, http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-10-otot-
skelet-dan-sendi/101-obat-reumatik-dan-gout/1011-antiinflamasi-
nonsteroid-ains, accessed 28 March 2018.
Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2015b. Amoksisilin. Pusat Informasi Obat
Nasional, http://pionas.pom.go.id/monografi/amoksisilin, accessed 21
May 2018.
Baden, L.R., Swaminathan, S., Blouin, G., Camins, B., Casper, C., Cooper, B.,
2016. Prevention and Treatment of Cancer-Related Infections. National
Comprehensive Cancer Network Clinical Practice Guidelines in
Oncology, 43, 49, 74.
Budiana, I.N.G., Febiani, M., 2017. Febrile Neutropenia pada Pasien Pasca-
kemoterapi. Indonesian Journal of Cancer, 11 (2), 78.
Connolly, G.C., Khorana, A.A., Kuderer, N.M., Culakova, E., Francis, C.W.,
Lyman, G.H., 2010. Leukocytosis, Thrombosis, and Early Mortality in
Cancer Patients Initiating Chemotherapy. Elsevier, 126 (2), 2-4.
Curry, C.V., 2015. Differential Blood Count. Medscape,
https://emedicine.medscape.com/article/2085133-overview#a1 accessed
23 January 2018.
Fernandes, V., Alfaro, T.M., Baptista, J.P., Regateiro, F.S., Fradinho, F., Cordeiro,
C.R., 2017. Severe Ketorolac-Induced Asthma Diagnosed by Chest
Computed Tomography. Journal of Thoracic Disease, 9 (16), 1569.
Gafter-Gvili, A., Fraser, A., Paul, M., Vidal, L., Lawrie, T.A., Wetering, M.D.,
Kremer, L.C.M., Leibovici, L., 2014. Antibiotics to Prevent Bacterial
Infections Due to Chemotherapy in Cancer Patients with a Low White
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Blood Cell Count and No Fever. Cochrane Database of Systematic
Reviews, Issue 3, 248.
Informatorium Obat Nasional Indonesia (IONI), 2015. Kuinolon. Infeksi,
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/516-kuinolon,
accessed 27 March 2018.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011a. Pedoman Umum Penggunaan
Antibiotik. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
2406/MENKES/PER/XII/2011, 2-15.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011b. Modul Penggunaan Obat
Rasional. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan, 3-8.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011c. Pedoman Pelayanan
Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016. Bulan Peduli Kanker Payudara.
Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1-7.
Mandell, L.A., Wunderink, R.G., Anzueto, A., Bartlett, J.G., Campbell, G.D.,
Dean, N.C., Dowell, S.F., File, T.M., Musher, D.M., Niederman, M.S.,
Torres, A., Whitney, C.G., 2007. Infectious Diseases Society of
America/America Thoracic Society Consensus Guideline on the
Management of Community-Acquired Pneumonia in Adults. Infectious
Diseases Society of America, Vol 44, Suppl 2, 51.
Newburger, P,E., Dale, D.C., 2013. Evaluation and Management of Patients with
Isolated Neutropenia. Elsevier, 50 (3), 1-2.
Rodgers, G.M., Becker, P.S., Blinder, M., Cella, D., Khan, A.C., Cleeland, C.,
Coccia, P., 2012. Cancer- and Chemotherapy- Induced Anemia. Journal of
The National Comprehensive Cancer Network, 10 (5), 629.
Shead, D.A., Hanisch, L.J., Corrigan, A., Clarke, R., Kidney, S., 2016. Nausea and
Vomiting. Washington: National Comprehensive Cancer Network, 12-16.
Sirait, A.M., Oemiati, R., Indrawati, L., 2009. Hubungan Kontrasepsi Pil dengan
Tumor/Kanker Payudara di Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia, 59
(8), 349.
Surakasula, A., Nagarjunapu, G.C., Raghavaiah, K.V., 2014. A Comparative Study
of Pre and Post Menopausal Breast Cancer: Risk Factors, Presentation,
Characteristics, and Management. Journal of Research in Pharmacy
Practice, 3 (1), 12.
Villafuerte-Gutierrez, P., Villalon, L., Losa, J.,E, Henriquez-Camacho, C., 2014.
Treatment of Febrile Neutropenia and Prophylaxis in Hematologic
Malignancies : A Critical Review and Update. Hindawi Publishing
Corporation, 1–9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Lampiran 1. Surat izin penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Lampiran 2. Ethical Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Lampiran 3. Instrumen penelitian (halaman 1)
A. Data Pasien
No. Data
Nama Inisal
No. Rekam Medis
Usia Tahun Bulan
Jenis Kelamin P
Diagnosis
Stadium
Tanggal Masuk RS
Tanggal Keluar RS
Riwayat Kanker dalam Keluarga
B. Subjektif
Keluhan yang dirasakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 3. Instrumen penelitian (halaman 2)
C. Objektif
Tanda-tanda Vital
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Tgl. Pemeriksaan
Suhu (0C)
Tekanan Darah (mmHg)
Nadi (x/menit)
RR (x/menit)
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Nilai Nilai Normal Tgl. Pemeriksaan
D. Penatalaksanaan Terapi
No Nama Obat Golongan Dosis Rute Lama Waktu
Pemberian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Lampiran 4. Check list hasil analisis kerasionalan penggunaan antibiotika
No Nomor RM Antibiotika
Hasil Analisis Kerasionalan Penggunaan Antibiotika
Tidak Tepat Indikasi Tidak Tepat
Pemilihan
Antibiotika
Tidak Tepat
Dosis (dosis
kurang) Indikasi tanpa
obat
Obat tanpa
indikasi
1 C607667 (1) Seftriakson dan
metronidazol
2 C566917 (2)
3 C590044 (6) Seftriakson
4 C540752 (10)
5 C512581 (12)
6 C514921 (13)
7 C528370 (16)
8 C527930 (17)
9 C514714 (19)
10 C526323 (20) Seftazidim dan
levofloksasin
11 C510216 (21) Levofloksasin
12 C531364 (22)
13 C538734 (24)
14 C537075 (26) Sefadroksil
15 C551775 (27) Seftriakson
16 C523488 (31)
17 C534167 (35) Seftriakson
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 5. Distribusi obat-obatan selain antibiotika yang ditemukan dalam
penelitian
Kelompok Golongan Jenis n (35) % (100)
Antineoplastik
/ sitostatika
Anthracyclines
Doksorubisin
(Adriamycin®) 9 25,71
Epirubisin 9 25,71
Alkylating agents
Siklofosfamid 14 40
Ifosfamid
(Holoxan®) 1 2,86
Cisplatin 2 5,71
Karboplatin 1 2,86
Microtubule
inhibitors
Paklitaksel
(Paxus®) 8 22,86
Dosetaksel
(Taxotere®) 11 31,43
Antimetabolites
Kapesitabin
(Xeloda®) 2 5,71
5-fluorourasil
(Fluracedyl®) 5 14,28
Vinca alkaloid Vinorelbin
(Navelbine®) 1 2,86
Anti-HER2 Trastuzumab
(Herceptin®) 3 8,57
Bleomisin 1 2,86
Obat saluran
cerna
Antagonis
Reseptor-H2 Ranitidin 33 94,28
Proton Pump
inhibitor (PPI) Omeprazol 4 11,43
Analgesik
Non-opioid
Parasetamol /
asetaminofen 5 14,28
Asam mefenamat 5 14,28
Opioid
Tramadol 2 5,71
Hidromorfon
hidroklorida
(Jurnista®)
1 2,86
Morfin sulfat 8 22,86
Agonis α-2 Klonidin 1 2,86
Natrium
metamizol 1 2,86
Antiinflamasi
Non steroid Ketorolak 6 17,14
Steroid Metilprednisolon 1 2,86
Deksametason 32 91,43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Anti-mual dan
-muntah
Antagonis
serotonin (5-
HT3)
Ondansetron 34 97,14
Steroid
adrenokortikal Deksametason 34 97,14
Benzodiazepin Alprazolam 1 2,86
Antiemetik Metoklopramid 3 8,57
Difenhidramin 24 68,57
Antihipertensi
Angiotensin
Converting
Enzyme inhibitor
(ACEi)
Captopril
1 2,86
Angiotensin
Receptor Blocker
(ARB)
Valsartan 1 2,86
Calcium Channel
Blocker
(dihidropiridin)
Amlodipin 1 2,86
Beta Blocker
(cardioselective) Bisoprolol 1 2,86
Diuretik
(aldosterone
antagonist)
Spironolakton 1 2,86
Diuretik (loop) Furosemid 1 2,86
Suplementasi
gizi
Vitamin B
kompleks 5 14,28
Vitamin C 2 5,71
Piridoksin (B6) 1 2,86
Sianokobalamin
(B12) 1 2,86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 6. Nilai rujukan pada pemeriksaan hematologi di RSUP Dr. Kariadi
Semarang
Pemeriksaan Nilai Rujukan
Hb 12-15 g/dL
Hct 35-47 %
RBC 4,4-5,9 juta/µl
MCH 27-32 pg
MCV 76-96 fL
MCHC 29-36 g/dL
WBC 3600-11000/µl
Trombosit 150-400 ribu/µl
RDW 11,6-14,8 %
MPV 4-11 fL
Keterangan: Hb, hemoglobin; Hct, hematocrit; RBC, red blood cell; MCH,
mean corpuscular hemoglobin; MCV, mean corpuscular volume; MCHC,
mean corpuscular hemoglobin concentration; WBC, white blood cell; RDW,
red cell distribution width; MPV, mean platelet volume
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 7. Daftar zat aktif obat dengan nama dagang
Nama Dagang Komposisi
Adriamycin® Doksorubisin
Taxotere® Dosetaksel
Naprodox® Doksorubisin
Holoxan® Ifosfamid
Uromitexan® Mesna
Diflucan® Flukonazol
Jurnista® Hidromorfon Hidroklorida
Minosep® Klorheksidin Glukonat
Dulcolax® Bisakodil
Laxadine® Fenolftalein, parafin cair, gliserin
Leucogen® Filgrastim
Novalgin® Natrium Metamizol
Bondronat® Asam Ibandronat
Retaphyl® Teofilin
Pulmicort® Budesonid
Herceptin® Trastuzumab
Xeloda® Kapesitabin
Navelbine® Vinorelbin
Zometa® Asam Zoledronat
Fluracedyl® 5-fluorourasil
Paxus® Paklitaksel
Kalnex® Asam Traneksamat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Lampiran 8. Antibiotika empiris yang diberikan kepada pasien neutropenia
berdasarkan acuan Treatment of Febrile Neutropenia and Prophylaxis in
Hematologic Malignancies : A Critical Review and Update
a. Antibiotika empiris intravena yang diberikan pada pasien neutropenia
Monoterapi Two Drugs Regimen
Piperacillin-tazobactam Piperacillin-tazobactam + amikacin
Imipenem-cilastatin Imipenem-cilastatin + amikacin
Meropenem Meropenem + amikacin
Ceftazidime Ceftazidime + amikacin
Cefepime Cefepime + amikacin
b. Dosis antibiotika empiris intravena yang diberikan pada pasien neutropenia
Antibiotika Dosis Antibiotika Dosis
Amikacin 15-20 mg/kg/hari Meropenem 1-2 g/8 jam
Gentamicin 5-7 mg/kg/hari Vancomycin 15-20 mg/kg/12
jam
Tobramycin 5-7 mg/kg/hari Linezolid 600 mg/12 jam
Piperacillin-
tazobactam
3,375 g/500 mg
tiap 8 atau 6 jam Daptomycin 6 mg/kg/hari
Ceftazidime 2 g/8 jam Teicoplanin 0,4-1,2 g/6 jam
Cefepime 2 g/8 jam Ciprofloxacin 400 mg tiap 8
atau 12 jam
Imipenem-
cilastatin
1 g tiap 8 atau 6
jam Levofloxacin 500-750 mg/hari
(Villafuerte-Gutierrez et al., 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 9. Nilai leukosit dan absolute neutrophil count (ANC) pasien
No. Data Leukosit (/µl) ANC (sel/mm3)
1 10200 -
2 19400 -
3 6810 -
4 4800 -
5 5600 -
6 3700 -
7 6800 -
8 7400 -
9 6330 -
10 758 69
11 4680 -
12 19500 -
13 12700 -
14 8400 -
15 9000 -
16 11100 -
17 12400 -
18 7080 -
19 14400 -
20 8600, 15330, 12780 -
21 5590, 6600 -
22 13900, 16300 -
23 4540 -
24 13500 -
25 8840 -
26 3490 2540
27 8930, 8340, 10200, 8980, 10300, 12100 -
28 4640, 4100 -
29 9800 -
30 5911 -
31 13500, 15400, 21400 -
32 10300 -
33 3680 -
34 3300 -
35 13300, 12200, 10600, 7230 -
Keterangan : Nilai normal leukosit 3600-11000/µl; ANC 2000-7000 sel/mm3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Evaluasi Penggunaan
Antibiotika pada Pasien Pasca Kemoterapi Kanker
Payudara di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
2015-2016” bernama Kurnia Yogyanti, lahir di
Samarinda, 6 Juli 1997. Penulis merupakan anak
sulung dari pasangan Suparno dan Srini Budiarti.
Penulis menempuh pendidikan formal di TK Kenari
Palaran (2001-2002), SD Negeri 003 Palaran (2002-
2008), SMP Negeri 14 Samarinda (2008-2011), dan
SMA Negeri 6 Samarinda (2011-2014). Penulis
melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma pada tahun 2014. Selama masa perkuliahan, penulis terlibat dalam
beberapa kepanitiaan, yaitu koordinator divisi dana dan usaha malam keakraban
Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) 2016, anggota divisi dana dan
usaha Tiga Hari Temu Akrab Farmasi (TITRASI) 2016, anggota divisi hubungan
masyarakat Future Pharmacist in Action (FACTION) 2016, serta masih banyak
kegiatan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI