Download - Epi Lepsi
TUGAS KEPERAWATAN NEUROBEHAVIOR
SDL ( Self Direction Learning )
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM DAN EPILEPSI
Disusun Oleh :
NAMA : Mochammad Cholid Hanafi
NIM : 131511123053
KELAS : AJ1/B18
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2016
KONSEP TEORI EPILEPSI
A. DefinisiEpilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh
terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan dan berkala (Harsono, 2007).
Epilepsi adalah gejala kompleks dan banyak gangguan berat dari fungsi otak dengan karakteristik kejang berulang. Keadaan ini dapat dihubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan berlebihan, hilangnya tonus otot atau gerakan, serta gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi, dan persepsi. Status epileptikus (aktivasi kejang lama yang akut) merupakan suatu rentetan kejang umum yang terjadi tanpa perbaikan kesadaran penuh di antara serangan (Muttaqin, 2008).
Kesimpulannya epilepsi adalah gangguan kompleks sistem saraf pusat (SSP) dengan karakteristik adanya kejang.
B. Etiologi1) Pra Lahir-genetika
Kesalahan metabolisme herediter seperti penyakit penimbunan glikogen dan fenilketonuria. Anomali otak kongenital seperti porensefali, infeksi dalam rahim seperti rubella, penyakit cytomegalo virus, meningo-ensefalolitis dan toksoplasmosis.
2) PerinatalTrauma kelahiran, infeksi, hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan hipokalsemia.
3) Paska LahirTermasuk meningitis, trauma, ensefalitis, ensefalopati (misalnya keracunan timah hitam, gangguan elektrolit berat, neoplasma dan kelainan degeneratif SSP.
Menurut Mansjoer (2003) , penyebab epilepsi yaitu :1) Idiopatik
Sebagian epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.2) Faktor Herediter
Ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberosa, neurofibromatosis, fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3) Faktor GenetikPada kejang demam dan breath holding spell.
4) Kelainan Kongenital OtakAtrofi, porensefali
5) Gangguan MetabolikPenurunan konsentrasi glukosa darah (Hipoglikemia), hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia
6) InfeksiAdang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan selaputnya, toksoplamosis.
7) TraumaCedera kepala, kontusio cerebri, hematoma subaraknoid, hematoma subdural.
8) Neoplasma dan selaputnyaTumor otak yang jinak (benigna) lebih sering mengakibatkan epilepsi dibaning tumor ganas. Hal ini didapatkan pada sekitar 25-40 % penderita tumor otak.
9) KeracunanTimbal (Pb), kamper (kapur barus), air.
Faktor PresipitasiFaktor presipitasi ialah faktor yang mempermudah terjadinya serangan, yaitu :1) Faktor sensori
Cahaya, bunyi-bunyi yang mengejutkan, air panas.2) Faktor sistenis
Demam, penyakit infeksi, obat-obatan tertentu (misal fenotiazin), hipoglikemia dan kelelahan fisik.
3) Faktor mentalStress, gangguan emosi.
4) HaidPenelitian menduga bahwa perubahan keseimbangan hormon semasa haid ikut berperan dalam mencetuskan serangan.
C. KlasifikasiAda dua golongan utama epilepsi, yaitu serangan parsial atau fokal yang mulai pada
suatu tempat tertentu di otak, biasanya di daerah korteks serebri; dan serangan umum yang mencakup seluruh korteks serebri dan diensefalon.1. Epilepsi parsial
Dapat bermanifestasi dengan gejala- gejala dasar ataupun kompleks. Epilepsi parsial dengan gejala- gejala dasar adalah yang mencakup gejala- gejala motorik atau sensorik.a. Pada epilepsi parsial sederhana
Hanya satu jari atau tangan yang bergetar atay mulut dapat tersentak tidak terkontrol.
b. Epilepsi parsial kompleks Melibatkan gangguan fungsional serebral pada tingakt yang lebih tinggi seperti proses ingatan dan proses berpikir, individu tetap tidak bergerak atau bergerak secara otomatis tetapi tidak tepat dengan waktu dan tempat, atau mengalami emosi berlebihan yaitu takut, marah, kegirangan, atau peka rangsangan.
2. Kejang umum (Grand Mall)Melibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi. Mungkin ada kekakuan pada seluruh tubuh diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (kontraksi tonik- klonik umum).
D. PatofisiologiMenurut Harsono (2007), sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi). Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter seperti GABA (gamma-aminobutiric acid dan glutamat) melalui sel-sel
saraf (neuron) ke organ- organ tubuh lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas, mengganggu sistem ini sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang yang merupakan salah satu ciri epilepsi.
Gambar : Neurotransmiter
Sumber: Muttaqin (2008)
Idiopatik, herediter, trauma kelahiran, infeksi perinatal, meningitis , dll
Ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf
Hambatan mobilitas fisik
System saraf
petitmal
Hilang tonus otot EPILEPSY
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Perubahan proseskeluarga
Ketidakmampuan koping keluarga
Defisiensi pengetahuan
Gang. Integrasi sensori Hipoksia
Obstruksi trakheobronkial
Hilang kesadaranSpasme otot pernapasan
HDR
Gangguan perkembangan
Gangguan respiratoriGangguan neurologis
Penyakit kronik Psikomotor Grandmal
Gangguan Perfusi CerebralRisiko cidera
Pengobatan,Keperawatan,keterbatasan
Ketidakmampuan keluarga mengambil tindakan yang tepat
Keadaan lemah dan tidak sadar
Gangguan Citra Tubuh Perubahan penampilan fisik saat kerjang
Kontraksi tidak sadar yang mendadak
Aktivitas kejang
MylonikAkimetis
WOC EPILEPSI
E. Manifestasi KlinisMenurut Commision of Classification and Terminology of The International League Against Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai berikut :1. Epilepsi Parsial (Fokal, Lokal)
Epilepsi Parsial Sederhana; sawan parsial dengan kesadaran tetap normal.a. Dengan Gejala Motorik
1) Fokal motorik tidak menjalarEpilepsi terbatas pada satu bagian tubuh saja
2) Fokal motorik menjalarEpilepsi dimulai satu bagian tubuh dan menjalar luas ke daerah lain. Disebut juga epilepsi Jackson (epilepsi lobus temporalis). Umumnya hampir terjadi pada semua pasien dengan struktur otak, serangan umumnya dimulai pada tangan, kaki, dan muka diakhiri dengan seizure grandmal.
3) VersifEpilepsi disertai gerakan memutar kepala, mata, tubuh.
4) PosturalEpilepsi disertai lengan dan tungkai kaku dalam sikap tertentu.
5) Disertai gangguan fonasiSawan disertai arus bicara yang terhenti atau pasien mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu.
a. Dengan gejala somatosensoris atau sensasi spesialEpilepsi disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima pancaindera dan bangkitan yang disertai vertigo.1) Somatosensori
Timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum2) Visual
Terlihat cahaya3) Auditorius
Terdengar sesuatu4) Olfaktorius
Terhidung sesuatu5) Gustatorius
Terkecap sesuatu6) Disertai vertigo
b. Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (sensasi epigastrium, pucat, berkeringat, piloereksi, dilatasi pupil)
d. Dengan gejala psikis1) Disfasia
Gangguan bicara misalnya mengulang suatu kata atau bagian kalimat.2) Demensia
Gangguan proses ingatan misalnya merasa seperti sudah mengalami, mendengar, melihat, atau sebaliknya tidak pernah mengalami.
3) KognitifGangguan orientasi waktu, merasa diri berubah.
4) Afektif Merasa sangat senang, susah, marah, takut.
5) Ilusi6) Halusinasi kompleks
2. Epilepsi Parsial kompleks / Psikomotora. Serangan parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran
Kesadaran mula-mula baik kemudian baru menurun.b) Dengan automatisme
Gerakan-gerakan perilaku yang timbul dengan sendirinya, misalnya menelan-nelan, berjalan, berbicara, dan lain-lain.
c) Dengan penurunan kesadaran sejak seranganKesadaran menurun sejak permulaan serangan.
3. Epilepsi Umum (Konvulsif / Non Konvulsif)a. Epilepsi Lena (Absence) atau Petit Mal
Kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, maka tampak membengong, bola mata dapat memutar ke atas, tak ada reaksi bila diajak bicara. Biasanya berlangsung selama ¼ - ½ menit dan sering dijumpai pada anak.
b. Epilepsi Lena tak khas1) Gangguan tonus yang lebih jelas2) Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak jelas.
c. Epilepsi MioklonikTerjadi kontraksi mendadak, sebentar dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot-otot. Sekali atau berulangg-ulang dan dijumpai pada semua umur.
d. Epilepsi KlonikTidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelenjot. Dijumpai sekali pada anak.
e. Epilepsi TonikTidak ada komponen klonik, otot-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak.
f. Epilepsi Tonik-klonikKeadaan ini dimulai secara mendadak disertai kehilangan kesadaran. Sering dijumpai pada umur diatas balita. Kejang berlangsung kira-kira 15-30 detik. Biasanya diawali dengan aura (peringatan akan terjadi serangan lebih lanjut).
F. Pemeriksaan Penunjang1. Elektroensefalogram (EEG)
a) TujuanDapat membuktikan fokal atau gangguan disfungsi otak akibat lesi organic melalui pengukuran aktivitas listrik dalam otak.
b) Pada epilepsy pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi bangkitan. Didapatkan hasil berupa gelombang epilepsy form discharge sharp wave spike and wave.
c) Pemeriksaan EEG harus dilakukan secara berkala karena kira-kira 8-12 % pasien epilepsi mempuntai rekaman EEG yang normal.
2. Pemeriksaan Radiologis a) Foto tengkorak
Untuk mengetahui kelainan tulang tengkorak, destruksi tulang, kalsifikasi intrakranium yang abnormal (yang disebabkan oleh penyakit dan kelainan), juga tanda peningkatan TIK seperti pelebaran sutura, erosi sela tursika, dan sebagainya.
b) Pneumoensefalografi dan ventrikulografi Dilakukan atas indikasi tertentu untuk melihat gambaran system ventrikel, sisterna, rongga subaraknoid serta gambaran otak.
c) ArteriografiUntuk mengetahui pembuluh darah di otak; apakah ada pernjakan (neoplasma, hematom abses), penyumbatan (thrombosis, peregangan, hidrosefalus) atau anomali pembuluh darah.
d) Pemeriksaan Pencitraan Otak MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang berguna untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri dan mendeteksi kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil.
e) Pemeriksaan laboratoriumDilakukan atas indikasi untuk memastikan adanya kelainan sistemik seperti hipoglikemi dan hiponatremia.
G. Komplikasi Menurut Turana (2006), komplikasi dari epilepsi adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Memoria) Fenomena “tip of tounge”
Penderita tahu kata yang ingin diucapkan, tapi tidak terpikir olehnya.b) Checking
Harus kembali memerikaa hal-hal yang dilakukan.c) Sering lupa dimana meletakkan barang
Lesi pada otak adalah penyebab utama gangguan memori pada epilepsi, karena lesi pada lobus temporal mempunyai hubungan dengan fungsi belajar.
2. Gangguan KognitifPada anak, gangguan berbahasa lebih sering terjadi pada anak. Kejang berulang pada anak berhubungan dengan penurunan fungsi intelek. Dapat juga disebabkan oleh obatantiepilepsi.
3. Penurunan Fungsi Memori VerbalDisebabkan oleh operasi yaitu paska operasi epilepsi.
4. Keterbatasan Interaksi SosialHal itu terjadi pada epilepsi lobus frontal, karena peranan korteks prefrontal yang berperan dalam fungsi emosi, perilaku hubungan interpersonal. Apabila terganggu dapat mengakibatkan keterbatasan interaksi sosial.
5. Status Epileptikus6. Kematian
H. Penatalaksanaan1. Penataksanaan Medikamentosa Menurut Mansjoer, (2000) :
Tujuan pengobatan adalah mencegah timbulnya epilepsi tanpa mengganggu kapasitas fisik dan intelek pasien.
Tabel: Obat pilihan berdasarkan jenis epilepsiNo Bangkitan Jenis Obat1. Fokal / Parsal
SederhanaKompleksTonik-klonik Umum
CBZ, PB, PTHCBZ, PB, PTH, VALCBZ, PB, PTH, VAL
2. UmumTonik-klonikMioklonikAbsena / Petit mal
CBZ, PB, PTH, VALCLON, VALCLON, VAL
Keterangan:CBZ : KarbamazepinCLON : KlonazepanVAL : Asam ValproatPHT : FenitolPB : Fenobarbital
2. Terapi BedahTujuan operasi adalah meningkatkan kualitas hidup, dan bukan hanya menghilangkan kambuhnya serangan. Berbagai jenis operasi yang dapat dilakukan, diantaranya angkat jaringan sakit di lobus frontal dan tempat lain. Ada pula jenis operasi untuk menghilangkan atau mencegah kambuhnya serangan misalnya memotong korpus kolosom.
3. Terapi Keperawatan Selama kejang, tujuan perawat adalah untuk mensegah cedera pada pasien. Cakupan perawat bukan hanya mencegah atau meminimukan cedera terhadap pasien, antara lain:
a. Selama Kejang1) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari penonton yang ingin tahu
(pasien yang mempunyai aura atau penanda ancaman kejang).2) Tidak boleh menginggalkan pasien sendirian.3) Mengamankan pasien di lantai, jika memungkinkan.4) Melindungi kepala dengan bantalam untuk mencegah cedera kepala (dari
membentur permukaan keras).5) Lepaskan pakaian yang ketat.6) Singkirkan semua perabot yang dapat mencederai pasien selama kejang.7) Jika pasien di tempat tidur, singkirkan bantal dan tinggikan pagar di tempat tidur.8) Jika aura mendahului kejang, masukan spatel lidah yang diberi bantalan diantara
gigi, untuk mengurangi lidah atau pipi tergigit.9) Jangan berusaha untuk membuka rahang yangterkatup pada keadan spasme untuk
memasukkan sesuatu. Gigi patah dan cedera pada bibir dan lidaj dapat terkadi karena tindakan ini.
b. Setelah Kejang1) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah aspirasi, yakinkan bahwa
jalan nafas paten.2) Biasanya terjadi periode ekonfusi setelah kejang grandmal.3) Periode apneu pendek dapat terjadi selama atau secara tiba-tiba setelah kejang.4) Pasien pada saat bangun, harus diorientasikan terhadap lingkungan.5) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang, coba untuk menangani
situasidenegan pendekatan yang lembut dan member restrein yang lembut.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KLIENDENGAN EPILEPSI
A. Dasar Data Pengkajian Pasien Menurut Doengoes, 2000 : 1. Aktivitas/Istirahat
Gejala :Keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas/ bekerja yang ditimbulkan oleh diri sendiri / orang terdekat/ pemberi asuhan kesehatan atau orang lain.Tanda:Perubahan tonus/kekuatan otot. Gerakan involunter otot ataupun sekelompok otot.
2. Sirkulasi Gejala:
Iktal: Hipertensi, peningkatan nadi, sianosis. Posiktal : tanda vital normal atau deperesi dengan penurunan nadi dan pernapasan.
3. Integritas Ego Gejala: Stressor eksternal/internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan.
Peka rangsangan : perasaan tidak ada harapan / tidak berdaya. Perubahan dalam berhubungan.Tanda:Pelebaran tentang respons emosional.
4. EliminasiGejala : Inkontinensia episodic.Tanda :Iktal : peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter. Posiktal : Ototrelaksasi yang mengakibatkan inkontinensia ( baik urine/fekal ).
5. Makanan/CairanGejala : Sensitivitas terhadap makanan, mual/muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang.TandaKerusakan jaringan lunak/ gigi (cedera selama kejang). Hiperplasi gingival (efek samping pemakaian Dilantin jangka panjang ).
7. Neurosensori Gejala: Sakit kepala, aktivitas kejang berulang pingsang, pusing, riwayat trauma kepala, anoksia dan infeksi serebal. Adanya aura ( rangsangan visual, auditorius, area halusinogenik ). Posiktal : kelemahan, nyeri otot, area parestese/paralisis.Tanda:Karakteristik kejang: Fase prodormal : adanya perubahan pada reaksi emosi atau respons afektif yang tidak menentu yang mengarah pada fae aura dalam beberapa
8. Nyeri/KetidaknyamananGejala:Sakit kepala, nyeri otot/punggung pada periode posiktal. Nyeri abnormal paroksismal selama fase iktal ( mungkin terjadi selama kejang fokal/parsial tanpa mengalami penurunan kesadaran ).Tanda:Sikap/tingkah laku yang berhati-hati. Perubahan pada tonus otot. Tingkah laku distraksi atau gelisah.
9. PernapasanGejalaFase iktal : gigi mengatup, sianosis, pernapasan menurun/ cepat: peningkatan sekresi mucus. Fase posiktal : apnea.
10. Keamanan Gejala: Riwayat terjatuh/ trauma, frakutr. Adanya alergi. Tanda: Trauma pada jaringan lunak/ekimosis. Penurunan kekuatan/tonus otot secara
menyeluruh.11.Interaksi Sosial Gejala: Masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau lingkungan sosialnya.
Pembatasan/ penghindaran terhadap kontak social.
a) Kejang umum :1) Tonik-tonik ( Grand Mal )
kekakuan dan postur menjejak, mengerang, penurunan kesadaran, pupil dilatasi, inkontinensia urine/fekal, pernapasan stridor (ngorok), saliva keluar secara berlebihan, dan mungkin juga lidahnya tergigit.
2) Absen ( petit mal )Periode gangguan kesadaran dan atau melamun ( tak sadar lingkungan ) yang diawali pandangan mata menerawang sekitar 5-30 detik saja, yang dapat terjadi 100 kali setiap harinya, terjadinya kejang pada motorik minor mungkin bersifat akinetik hilang gerakan ), mioklonik( kontraksi otot secara berulang ), atau atonik ( hilangnya tonus otot ).
b) Posiktal Amnesia terhadap peristiwa kejang, tidak bingung, dapat melakukan kembali aktivitas.c) Kejang parsial ( kompleks ) :
Lobus psikomotor/ temporal : pasien umumnya tetap sadar, dengan reaksi seperti bermimpi, melamun, berjalan-jalan, peka rangsang, halusinasi, bermusuhan atau takut. Dapat menunjukangejala motorik involunter ( seperti merasakan bibir ) dan tingkah laku yang tampak bertujuan tetapi tidak sesuai ( involunter/ automatisme ) dan termasuk kerusakan penyesuaian, dan pada pekerjaan, kegiatan bersifat antisosial.
d) PostikalHilangnya memori terhadap peristiwa yang terjadi, kekacauan mental ringan sampai sedang.
e) Kejang parsial ( sederhana ) :Jacksonian/ motorik fokal ; sering didahului oleh aura, sekitar 2-15 menit. Tidak ada konvulsif dan terjadi gangguan sementara pada bagian tertentu yang dikendalikan oleh bagian otak yang terkena ( seperti lobus frontal (disfungsi motorik); parietal (terasa baal, kesemutan ), lobus oksipital ( cahaya terang, sinar lampu ), lobus posterotemporal ( kesulitan dalam berbicara ). Konvulsi ( kejang ) dapat mengenai seluruh tubuh atau bagian tubuh yang mengalami gangguan yang terus berkembang. Jika dilakukan restrein selama kejang, pasien mungkin akan melawan dan memperlihatkan tingkah laku yang tidak kooperatif,
f) Status epileptikus :Aktivitas kejang yang terjadi terus-menerus dengan spontan atau berhubungan dengan gejala putus antikonvulsan tiba-tiba dan fenomena metabolic lain.
B. Analisa Data
No Sign & Symptom Etiology Problem1. DS:
Ibu klien mengatakan anaknya kesusahan saat bernapasDO: Pasien tampak sesak RR 28 bpm Nadi 98 bpm Terdapat buih disekitar mulut Ekstremitas tampak sianosis
Spasme otot pernapasan
Bersihan napas tidak efektif
2. DS:Keluarga mengatakan pasien mempunyai penyakit epilepsi, keluarga mengatakan sangat cemas dengan epilepsi yang diderita pasien serta tidak tahu apakah yang harus dilakukan untuk dapat menyembuhkan anaknyaDO: Kelularga terlihat cemas Ekspresi wajah tampak takut
dan bingung
Proses penyakit epilepsy
Defisiensi pengetehuan
3. DS:Ibu klien mengatakan anaknya terlihat lemah dan sering terjadi kejang secara mendadakDO:Anak terlihat lemahPucatEkstremitas terlihat lemah
Gangguan integrasi sensori
Resiko cedera
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot pernapasan
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit epilepsy
3. Resiko cidera berhubungan dengan gangguan integrasi sensori
D. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme otot pernafasan
NOC:
1. Respiratory status : Ventilation
2. Respiratory status : Airway patency
3. Aspiration ControlSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 Jam pasien menunjukkan keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan kriteria hasil :
A. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
B. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien
1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning.
2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
3. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam
4. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
8. Monitor status hemodinamik
9. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
10. Anjurkan pasien untuk mengosongkan mulut dari benda / zat tertentu / gigi
tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
C. Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab.
D. Saturasi O2 dalam batas normal
E. Foto thorak dalam batas normal
palsu untuk menghindari rahang mengatup jika kejang terjadi tanpa ditandai gejala awal
11. Letakkan pasien dalam posisi miring atau datar
12. Tanggalkan pakaian pada daerah leher, dada dan abdomen
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Defisit Pengetahuan
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi.
NOC:
1. Kowlwdge : disease process
2. Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil:
A.Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan
B. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar
C. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya
NIC :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.
3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat
4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat
5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat
6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10.Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
Risiko cedera berhubungan dengan gangguan integrasi sensori
NOC:
1. Knowledge: Personal Safety
2. Safety Behavior: Fall Prevention
3. Safety Behavior =: Fall occurance
4. Safety Behavior: Physical Injury
5. Tissue Integrity: Skin and Mucous Membran
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….klien tidak mengalami trauma dengan kriteria hasil:
- pasien terbebas dari trauma fisik
NIC:
Environmental Management safety
1. Identifikasi faktor lingkungan yang memungkinkan resiko terjadinya cedera
2. Pantau status neurologis setiap 8 jam
3. Jauhkan benda-benda yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera pada pasien saat terjadi kejang
4. Pasang penghalang tempat tidur pasien
5. Letakkan pasien di tempat datar dan rendah
6. Tinggal bersama pasien dalam beberapa lama setelah kejang
7. Menyiapkan kain lunak untuk mencegah terjadinya gigitannya lidah saat terjadi kejang
8. Tanyakan pasien bila ada perasaan yang tidak biasa yang dialami beberapa saat sebelum kejang
9. Berikan obat anti konvulsan sesuai advice dokter
10. Anjurkan pasien untuk memberitahu jika merasa ada sesuatu yang tidak biasa sebagai permulaan terjadinya kejang
11. Berikan informasi pada keluarga tentang tindakan yang harus dilakukan selama pasien kejang
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marlynn E.2000.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta:EGC.
Harsono.2007.Epilepsi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Manjoer, Arif.2003.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3Jilid 2.Jakarta:Media Aesculapius FKUI
Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gannggua Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Yuana, I., Bahtera, T., & Wijayahadi, N. (2010). Korelasi Kadar Seng Serum dan Bangkitan Kejang Demam. Oktober, 2010. Universitas Diponogoro Semarang, Bagian Farmakologi Klinik Fakultas Kedokteran. http://saripediatri.idai.or.id /pdfile/12-3-3.pdf