EFEKTIVITAS PENERAPAN BUDAYA LITERASI TERHADAP
HASIL BELAJAR IPS MURID KELAS IV SD INPRES JONGAYA 1
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeroleh Gelar Sarjana
Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh MUHAMMAD SYADILLAH
NIM 10540 9650 15
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
Scanned with CamScanner
iii
Scanned with CamScanner
iv
Scanned with CamScanner
v
Scanned with CamScanner
vi
vi
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Keberhasilan itu berawal dari mimpi,
Mimpi dan impian akan berubah menjadi suatu kenyataan yang
Penuh dengan do’a dan usaha yang keras
Ingatlah slalu bahwa niat dan tekad yang lebih penting dari faktor
apapun lainnya untuk menentukan kesuksesan dan
keberhasilanmu
Ku persembahkan karya ini untuk orangtua tercinta
Yang telah membesarkan, mendidik dan mengorbankan jiwa
Raganya untuk penulis Buat saudara-saudaraku tersayang serta
Sahabat-sahabatku dan semua orang yang selama ini
telah mendukung penulis dalam
mewujudkan harapannya menjadi kenyataan
vii
ABSTRAK
MUHAMMAD SYADILLAH. 2019. Efektivitas Penerapan Budaya Literasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Murid Kelas IV SD Inpres Jongaya 1. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hj. Hidayah Quraisy dan Pembimbing II Hj. Muliani Azis.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Apakah penerapan budaya literasi efektif terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen jenis pre-experiment the one group pretest posttest. Tujuannya untuk memperoleh data tentang efektivitas penerapan Budaya Literasi terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1. Budaya literasi adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis dan berbicara. Hasil hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan budaya literasi efektif terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1. Populasi dalam penelitian ini adalah murid kelas IV sebanyak 44 murid, sampel ditarik dengan menggunakan tehnik simple random sampling yang berjumlah 22 orang, sedangkan tehnik pengumpulan datanya menggunakan tehnik observasi, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data statistik deskriptif dan analisis data statistik inferensial dengan uji t.
Setelah menganalisis data penulis menemukan bahwa penerapan budaya literasi efektif terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1 hal ini dibuktikan dari hasil nilai yang diperoleh yaitu 9,89 lebih besar dari nilai yaitu 2,080 atas dasar signifikan 5% diambil dari nilai hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas penerapan budaya literasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat meningkatkan hasil belajar murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
Kata Kunci : Efektivitas, Budaya Literasi, Hasil Belajar IPS
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas izin dan petunjuk Allah SWT. Karena
berkat Rahmat, Taufik, dan Hidayah dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “Efektivitas
Penerapan Budaya Literasi Terhadap Hasil Belajar Murid SD Inpres
Jongaya 1”.
Disadari sejak awal hingga akhir, bahwa dalam penyusunan skripsi ini
tidak luput dari berbagai hambatan dan tantangan. Tewujudnya skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing
penulis, baik tenaga, ide-ide, maupun pemikiran sehingga skripsi dapat
terselesaikan. Taklupa pula penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
kedua orang tuaku yaitu Ayahanda Muh Saleh dan Ibunda tercinta Suhrah Anwar,
atas segala pengorbanan dan perjuangan yang tiada batas yang telah berjuang,
berdo‟a, mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam
proses pencarian ilmu. Begitu pula, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. Hj. Hidayah Quraisy, M.Pd. Selaku pembimbing I
dan Dra. Hj. Muliani Azis, M.Si. selaku pembimbing II yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membantu, membimbing, memberi petunjuk, saran
dan selalu memberi dorongan dan motivasi kepada penulis sejak awal penyusunan
proposal hingga selesainya skripsi ini.
ix
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada bapak :
Prof Dr. H. Abdul Rahman Rahim, SE., MM. Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar, Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, Aliem Bahri, S. Pd., M. Pd.,
Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah
Makassar, Ma‟ruf, S.Pd.,M.Pd., Penasehat Akademik, serta Dosen Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah
membimbing dan membekali ilmu pengetahuan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan, sehingga penulis dapat melakukan penelitian skripsi ini dan
menyelesaikan studi dengan baik.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada
Kepala Sekolah SD Inpres Jongaya 1 yakni ibu Dra. Hj. Darmawati atas izinya
untuk melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpinnya. Demikian pula,
kepada guru kelas IV ibu Ernawati, S.Pd atas arahan dan bimbingan yang
diberikan penulis dalam melaksanakan penelitian, Guru SD Inpres Jongaya 1 yang
ikut membantu kelancaran penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada “Indo Sada” yang telah membantu dan menemani penulis mulai dari
melaksanaan Pemantapan Profesi Keguruan (P2K), penyusunan proposal, hingga
sekarang dalam tahap menyelesaikan skripsi, teman-teman seperjuanganku yang
selalu menemani dalam suka dan duka, sahabat-sahabatku “Hula-Hula Pappuda”
serta rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Angkatan
2015 Khususnya kelas C atas segala kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya
kepada penulis.
x
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa
mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritikan
tersebut bersifat membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak
akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan dapat memberi
manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amiin
Makassar, 30 Agustus 2019
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................. iii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................. iv
SURAT PERJANJIAN ................................................................................ v
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vi
ABSTRAK .................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ........................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .................................................................. 8
1. Hasil Penelitian Relevan ............................................ 8
2. Pengertian Efektivitas ................................................ 9
xii
3. Budaya Literasi .......................................................... 12
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ............ 21
5. Belajar dan Hasil Belajar ........................................... 33
B. Kerangka Pikir ................................................................. 37
C. Hipotesis Penelitian .......................................................... 38
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ....................................................... 40
1. Jenis Penelitian ........................................................... 40
2. Desain Penelitian ........................................................ 40
B. Populasi dan Sampel ........................................................ 41
1. Populasi ...................................................................... 41
2. Sampel ........................................................................ 41
C. Defenisi Operasional Variabel ......................................... 42
D. Instrumen Penelitian......................................................... 43
E. Tehnik Pengumpulan Data ............................................... 43
F. Tehnik Analisis Data ........................................................ 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................ 48
B. Pembahasan ..................................................................... 60
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................... 63
B. Saran ................................................................................ 63
xiii
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 65
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Tahapan Kegiatan Literasi Sekolah ......................................................... 17
3.2 Penarikan sampel Penelitian .................................................................... 41
3.3 Distribusi dan Frekuensi Kategori Hasil Belajar (Pretest atau Posttest) .. 45
3.4 Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar ............................................................ 46
4.1 Skor Nilai Pre-test .................................................................................... 48
4.2 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) Pretest ................................ 49
4.3 Tingkat Hasil Belajar Pretest ................................................................... 51
4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPS ............................................................ 51
4.5 Skor Nilai Post-test .................................................................................. 54
4.6 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test ..................... 55
4.7 Tingkat Hasil Belajar Post-test ................................................................ 56
4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPS ............................................................ 57
4.9 Analisis Skor Pre-test dan Post-test ......................................................... 59
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Pikir ......................................................................................... 38
3.1 Desain Penelitian One Group Pretest- Posttest ........................................ 40
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
2. Soal Pre-test dan Post-test
3. Analisis Nilai
4. Daftar Nilai Muird SD Inpres Jongaya 1
5. Absen Murid SD Inpres Jongaya 1
6. Analisis Data Aktivitas Murid SD Inpres Jongaya 1
7. Dokumentasi
8. Lembar Observasi
9. Persuratan
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
(Scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya,
menalar, mencoba, membentuk jejaring. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum
pembaharuan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Perubahan itu tentunya dimaksudkan untuk menjadikan
pendidikan menjadi lebih baik. Pemahaman akan kurikulum 2013 bagi guru,
masih sangatlah kurang sehingga belum semua sekolahan mengaplikasikan
Kurikulum 2013 di sekolahannya. Selain pemahamannya yang kurang terhadap
Kurikulum 2013 masih ada beberapa masalah dalam mengaplikasikan Kurikulum
2013, sehingga perlu adanya pemecahan masalah-masalah agar penggunaan
Kurikulum 2013 dalam pembelajaran di kelas lebih baik lagi.
Proses pembelajaran kurikulum 2013 dilakukan secara tematik dengan
menggabungkan mata pelajaran dalam satu kali pertemuan. Kurikulum 2013
menuntut murid untuk aktif dalam pembelajaran karena dalam kurikulum 2013
murid yang mencari tahu sendiri informasi. Sedangkan guru hanya sebagai
fasilitator dalam kelas. Oleh karena itu perlu ditingkatkan minat murid untuk
membaca. Membaca merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Semua
proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Namun, pada kenyataannya
masih banyak guru yang tidak menerapkan literasi dalam proses pembelajaran.
2
2
Pada hal dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)
Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti luhur kepada peserta
didik dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Menjelaskan
bahwa GLS merupakan upaya menyeluruh yang melibatkan seluruh warga
sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai
bagian ekosistem pendidikan
Setiap tingkatan pendidikan seharusnya menerapkan GLS, terutama pada
tingkat sekolah dasar. Adanya budaya literasi disekolah mampu membantu murid
mendapatkan pengetahuan yang luas dan informasi-informasi terkait mata
pelajaran. Salah-satu mata pelajaran yang wajib diajarkan ditingkat sekolah dasar
yaitu mata pelajaran IPS. IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) merupakan salah satu
mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, yang
berhubungan dengan isu-isu sosial dan kewarganegaraan, serta menggambarkan
kemajemukan aspek-aspek dari kehidupan sosial manusia di masyarakat. Untuk
itulah diperlukannya pembelajaran IPS diajarkan di jenjang pendidikan formal,
dengan harapan murid nantinya memiliki pengetahuan, keterampilan, dan juga
memahami nilai-nilai kehidupan untuk dapat menghayati serta menyadari
kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, hambatan, dan persaingan.
Menurut Wahab (Gunawan, 2011:21) menyatakan tujuan pembelajaran
IPS di sekolah tidak lagi semata-mata untuk memberi pengetahuan dan menghafal
sejumlah fakta dan informasi akan tetapi lebih dari itu. Para siswa selain
diharapkan memiliki pengetahuan mereka juga dapat mengembangkan
3
keterampilannya dalam berbagai segi kehidupan dimulai dari keterampilan
akademiknya sampai pada keterampilan sosialnya.
Berkaitan karateristik yang ditampilkan dalam pemaparan mengenai IPS
sudah seharusnya guru mampu mengidentifikasi strategi, metode, maupun model
pembelajaran seperti apa yang harus diterapkan dalam pembelajaran IPS.
Pemilihan rancangan pembelajaran seharusnya mengarah pada pengembangan
minat murid untuk belajar, menggugah rasa ingin tahu, dan memupuk kemauan
murid untuk menemukan sendiri hal-hal baru, sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pembelajaran IPS. Tetapi realita yang terjadi masih jauh
dari yang diharapkan. Dalam proses pembelajaran khususnya IPS guru lebih
banyak menggunakan pembelajaran konvensional. Artinya guru mentransformasi
ilmu pengetahuannya masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab saja,
sehingga pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan membuat siswa
menjadi pasif dalam pembelajaran.
Kesempatan ini peneliti melakukan observasi di SD Inpres Jongaya 1
sebagai objek penelitian, peneliti juga pernah melaksanakan magang 3 di sekolah
tersebut sehingga sudah mengetahui situasi proses belajar mengajar dan kondisi
sekolah tersebut yang kemudian dilanjutkan dengan penelitian skripsi. Fakta
tersebut juga ditemukan pada saat observasi awal dan wawancara guru kelas IV
pada tanggal 14 januari 2019 yang dilakukan pada siswa kelas IV SD Inpres
Jongaya 1 dalam pembelajarannya belum menggunakan model pembelajaran yang
menarik, guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional saja yaitu
ceramah sehingga tidak ada daya tarik bagi murid untuk berkonsentrasi pada
4
pelajaran. Kebiasaan guru bertindak sebagai pemberi informasi mengembangkan
budaya belajar yang menerima dengan pengembangan berfikir pada tingkat
hafalan. Materi yang disampaikan oleh guru kurang menarik, selain itu guru
kurang komunikatif ketika dalam mengajar untuk meningkatkan kreatifitas siswa,
hal ini mengakibatkan respon siswa masih rendah tidak aktif, kreatif, dan berfikir
kritis, dengan kata lain hasil belajar murid dalam pembelajaran IPS rendah.
Pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diperoleh informasi
bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diperolah siswa kurang
dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 75. Rendahnya hasil belajar
murid terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) disebabkan oleh
beberapa factor, antara lain : (1) faktor guru, (2) tidak mengoptimalkan sumber-
sumber bacaan yang ada, (3) sumber bacaan yang disiapkan kurang menarik
perhatian siswa, (4) kurangnya sosialisasi tentang Gerakan Literasi Sekolah, dan
(5) kurangnya motivasi tentang pentingnya budaya membaca
Salah satu model pembelajaran yang efektif dan efisien adalah model
pembelajaran literasi. Secara tradisional, literasi dipandang sebagai kemampuan
membaca dan menulis. Menurut Abidin (2015:9) menyatakan model
Pembelajaran Literasi merupakan model pembelajaran yang mengutamakan
penggunaan kemampuan berbahasa pada proses pembelajarannya. Kemampuan
berbahasa tersebut berkaitan dengan konteks, budaya, dan media, wujud dasar dari
model pembelajaran literasi ini adalah keterampilan berbahasa yang meliputi
keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan berbicara dan
keterampilan menyimak.
5
Model pembelajaran literasi merupakan konsep belajar yang membantu
guru untuk dapat mengaitkan materi pelajaran dengan situasi di dunia nyata
melalui sebuah literatur atau bacaan yang menarik. Selain itu, dengan model
pembelajaran literasi ini juga dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan
meningkatkan minat baca murid hingga nantinya membaca menjadi sebuah
budaya. Dengan diterapkannya model pembelajaran literasi diharapkan dapat
meningkatkan kreatifitas berfikir murid dalam menemukan informasi dan konsep-
konsep pada mata pelajaran IPS sehingga hasil belajar murid akan meningkat.
Berdasarkan uraian terdahulu, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Efektivitas Penerapan Budaya Literasi terhadap hasil
belajar IPS murid SD Inpres Jongaya 1”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah Bagaimanakah penerapan budaya literasi efektif terhadap hasil belajar
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan dari penulisan proposal ini adalah : untuk memperoleh data tentang
efektivitas penerapan budaya literasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
6
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui Efektivitas Penerapan
Budaya Literasi Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SD Inpres
Jongaya 1.
2. Manfaat Praktis
Manfaat secara praktisnya adalah sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
Dengan model pembelajaran literasi seorang siswa dapat
meningkatkan kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif merupakan
kemampuan yang berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan
teknologi. Dengan ranah kognitif tersebut siswa dapat memecahkan
masalah, menambah rasa percaya diri pada siswa, dan siswa juga memiliki
kemampuan secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu
keterampilan.
b. Bagi Guru
1) Sebagai bahan masukan dalam usaha peningkatan hasil belajar IPS
2) Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengetahui model
pembelajaran yang bervariasi yang dapat memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
7
3) Dapat menjadi bahan informasi bagi guru tentang pentingnya model
pembelajaran dalam mengajar sehingga siswa tidak merasa bosan dalam
mengajar.
c. Bagi Sekolah
Dengan penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi
sekolah dalam rangka perbaikan teknik pembelajaran yang bervariasi
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan menunjang tercapainya
target kurikulum sesuai dengan diharapkan.
8
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Penelitian Relevan
Berikut ini dikemukakan penelitian yang relevan dengan membahas
permasalahan yang sesuai dengan penelitian ini, yaitu:
a. Hasil penelitan yang dilakukan oleh Yunitha Fajarwati (2012:82), dalam
penelitian yang berjudul : Pengaruh Kemampuan Literasi Informasi
Terhadap Prestasi Belajar Murid SMAN 1 Depok. Dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat pengaruh kemampuan literasi informasi terhadap
prestasi belajar murid.
Persamaan penelitian ini adalah terletak pada variabel independentnya yang
sama-sama membahas tentang budaya literasi, sedangkan perbedaanya
terletak pada variabel dependentnya, dimana penelitian di atas menggunakan
variabel prestasi belajar murid sedangkan pada penelitian ini penulis
menggunakan Hasil Belajar IPS.
b. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Arista Sari (2017), dalam penelitian
yang berjudul : Pengaruh Model Pembelajaran Literasi Sebagai Budaya
Sekolah Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model
9
pembelajaran literasi berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi
pengetahuan pada mata pelajaran IPS.
Persamaan penelitian ini adalah terletak pada variabel independentnya yang
sama-sama membahas tentang budaya literasi, sedangkan perbedaannya
terletak pada variabel dependentnya, dimana penelitian diatas menggunakan
penguasaan kompetensi pengetahuan ips sedangkan pada penelitian ini
penulis menggunakan Hasil Belajar IPS.
Kesimpulan dari skripsi ini adalah dengan menerapkannya budaya literasi
dapat meningkatkan Hasil Belajar IPS, dari kedua penelitian diatas persamaan
dari penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan budaya
literasi dalam proses pembelajaran,
2. Pengertian Efektivitas
Memaknai efektifitas setiap orang memberi arti yang berbeda sesuai sudut
pandang dan kepentingan masing-masing dalam kamus bahasa Indonesia.
Mulyono (Mirawaty: 2010:6) dikemukakan bahwa: “efektif berarti ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, dan kesannya) manjur atau mujarab dapat membawa
hasil”, jadi efektifitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melakukan
tugas, dengan sasaran yang dituju.
Efektifitas berasal dari kata “efektif”. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, efektif berarti dapat memberikan hasil; ada pengaruhnya; ada
akibatnya; ada efeknya. Sedangkan efektivitas berarti: keadaan berpengaruh hal
berkesan, keberhasilan usaha atau tindakan.
10
Sadiman (Hasrianti, 2014:8) mengatakan bahwa keefektifan pembelajaran
adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
Ekosusilo (Nursiawati, 2012:6) mengemukakan bahwa efektifitas adalah
suatu keadaan yang menunjukkan sejauh mana apa yang sudah direncanakan
dapat tercapai. Semakin banyak rencana yang dapat dicapai, berarti semakin
efektif pula kegiatan tersebut.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa efektifitas
pembelajaran adalah suatu keadaan yang menunjukan sejauh mana keberhasilan
yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.
Adapun indikator efektifitas dalam penelitian ini adalah:
a. Ketuntasan Belajar
Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dilihat dari keberhasilan murid
dalam belajar atau dengan kata lain ketuntasan belajar murid diukur dengan tes
hasil belajar. Tes tersebut dimaksudkan untuk mengukur tingkat penguasaan
murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1 terhadap materi yang diperoleh setelah
mengalami proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Ketuntasan hasil
belajar dapat dilihat dari hasil belajar yang telah mencapai ketuntasan individual
dan klasikal, yakni siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Kriteria hasil belajar murid sebagai acuan efektifitas pembelajaran pada penelitian
ini adalah apabila jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM ≥ 75%.
b. Aktivitas Murid dalam Kegiatan Pembelajaran
11
Aktivitas belajar IPS adalah proses komunikasi antara murid dan guru
dalam lingkungan kelas baik proses akibat dari hasil interaksi murid dan guru atau
murid dengan murid sehingga menghasilkan perubahan akademik, sikap, tingkah
laku, dan keterampilan yang dapat diamati melalui perhatian murid, kesungguhan
murid, kedisiplinan murid, keterampilan murid dalam bertanya/menjawab.
Murid dikatakan aktif di kelas apabila:
1. Kegiatan belajar menarik minat murid
2. Semua murid terlibat dalam belajar
3. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja teman
4. Mendorong rasa ingin tahu murid untuk bertanya
5. Mendorong murid untuk berpikir dan bekerja sama
c. Aktivitas Guru dalam Mengelolah Pembelajaran
Proses pembelajaran dikatakan efektif jika pelaksanaannya berjalan
dengan baik. Dimana guru mampu menciptakan suasana belajar yang baik, proses
pembelajaran yang mampu menarik perhatian murid sehingga muridpun dapat
menyerap pelajaran dengan baik pula. Aktivitas guru mengelolah pembelajaran
yang dinilai adalah aktvitas guru dalam melaksanakan setiap tahap-tahap
pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung. Pengelolaan pembelajaran
dikatakan efektif jika aktivitas guru dalam mengelolah pembelajaran minimal
telah mencapai kriteria baik.
d. Respon Murid Terhadap Pembelajaran
Respon murid merupakan salah satu kriteria suatu pembelajaran dikatakan
efektif atau tidak. Respon murid dibagi dua, yaitu respon positif dan respon
12
negatif. Respon murid yang positif merupakan tanggapan perasaan senang,
setuju, atau merasakan ada kemajuan setelah pelaksanaan suatu model,
pendekatan, dan metode pembelajaran, sedangkan respon murid yang negatif
adalah sebaliknya.
3. Budaya Literasi
a. Pengertian Budaya Literasi
Kegiatan literasi selama ini identik dengan aktifitas membaca dan menulis.
Menurut kamus bahasa inggris (literacy adalah kemelekan huruf atau kemampuan
membaca). Namun, Deklarasi pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi juga
mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga
bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa,
dan budaya. ( UNESCO, 2013 dalam pengesti, dkk 2016 :7).
Faisah, dkk (2016:2) budaya literasi adalah kemampuan mengakses,
memahami dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktifitas
antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan berbicara. Sedangkan
Trini Hariyati (2014:2),budaya literasi adalah kebereksaraan, yaitu kemampuan
menulis dan membaca, budaya literasi dimaksudkan untuk melakukan kebiasaan
berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya
apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan
karya. Alwasilah (2005:121) merumuskan tiga indikator yang menunjukkan
masyarakat berbudaya literat. Pertama, seseorang disebut literat apabila ia
memiliki pengetahuan dan keterampilan pokok untuk melibatkan segala kegiatan
dilingkungan literatnya. Kedua, pengetahuan dan keterampilan literat itu
13
diperlukan untuk berperan secara efektif dalam kelompok dan masyarakatnya.
Yang diperlukan di sini adalah implementasi dari keterampilannya tersebut untuk
ikut berpartisipasi dalam upaya membangun masyarakat. Ketiga, seorang literat
memiliki kemampuan membaca, menulis, aritmatika, untuk memfasilitasi
pembangunan diri dan masyarakatnya.
Menurut Besnier (Alfi syahriani, 2010) menyatakan bahwa.
“Key Concept in Language and Culture sebagai „communication though visually decoded inscription, rather thn though auditory and gestured channels‟, Literasi adalah komunikasi melalui inskripsi yang terbaca secara visual, bukan melalui saluran pendengaran dan isyarat. Inskripsi visual di sini termasuk di dalamnya adalah bahasa tulisan yang dimediasi dengan alphabet, aksara”.
b. Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Gerakan literasi sekolah adalah salah satu usaha pemerintah di bidang
pendidikan untuk mewujudkan masyarakat yang literasi. Beberapa pakar
pendidikan merumuskan pengertian gerakan literasi sekolah (GLS) sebagai
berikut:
1. Wiedarti, dkk (2016;7). Gerakan literasi sekolah (GLS) merupakan suatu
usaha atau kegiatan yang bersifat partisipasif dengan melibatkan warga
sekolah (murid, guru, kepala sekolah, komite sekolah, orang tua/wali
murid, murid), akademisi, penerbit, media massa, masyarakat (toko
masyarakat yang dapat merepresentasikan keteladanan, dunia usaha, dll), dan
pemangku kepentingan dibawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan kebudayaan.
14
c. Tujuan Budaya Literasi Sekolah
Menurut DIKJEN pendidikan dasar dan menengah kementrian pendidikan
dan kebudayaan (Wiedarti, dkk. 2016:5). Budaya literasi sekolah memiliki dua
tujuan utama yaitu tujuan umum dan khusus sebagai berikut :
1) Tujuan Umum
Menumbuh kembangkan budi pekerti murid melalui pembudayaan ekosistem
literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerak Literasi Sekolah agar mereka
menjadi pembelajar sepanjang hayat.
2) Tujuan Khusus
a) Menumbuh kembangkan budaya literasi di sekolah.
b) Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.
c) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah
anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.
d) Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku
bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.
d. Prinsip-Prinsip Literasi Sekolah
Menurut Beers (2009:31), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi
sekolah menekan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang dapat
diprediksi. Tahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis
15
saling beririsan antar tahap perkembangan. Memahami tahap perkembangan
literasi murid dapat membantu sekolah untuk menulis strategi pembiasaan
dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai kebutuhan perkembangan mereka.
2) Program literasi yang baik bersifat berimbang. Sekolah yang menerapkan
program literasi berimbang menyadari bahwa tiap murid memiliki kebutuhan
yang berbeda. Oleh karena itu, strategi membaca dan jenis teks yang dibaca
perlu divariasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan. Program
literasi yang bermakna dapat dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan
karya ragam teks, seperti karya sastra untuk anak dan remaja.
3) Program literasi terintegrasi dengan kurikulum. Pembiasaan dan
pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua
mata pelajaran sebab pembelajaran mata pelajaran apapun membutuhkan
bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan
profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata
pelajaran.
4) Kegiatan membaca dan menulis dilakukan kapanpun. Misalnya, „menulis
surat kepada presiden‟ atau „membaca untuk ibu‟ merupakan contoh-contoh
kegiatan literasi yang bermakna.
5) Kegiatan literasi mengembangkan budaya lisan. Kelas berbasis literasi yang
kuat diharapakan memunculkan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi
tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga perlu
membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir
16
kritis dapat diasah. Murid perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan
pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan.
6) Kegiatan literasi perlu mengembangkan kesadaraan terhadap keberagaman.
Warga sekolah perlu menghargai perbedaan melalui kegiatan literasi di
sekolah bahan bacaan untuk murid perlu merefleksikan kekayaan budaya
Indonesia agar mereka dapat terpajang pada kegiatan pengalaman
multicultural.
e. Tahap Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
Seperti yang terdapat di dalam buku induk gerakan literasi sekolah
(Wiedarti, dkk.(2016:27-28). Tiga tahap tersebut adalah tahap pembiasaan,
pengembangan dan pembelajaran.
a) Tahap ke-1: pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem
sekolah. Pembiasaan ini bertujuan untuk menumbuhkan minat terhadap
bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah.
Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan
kemampuan literasi murid.
b) Tahap ke-2 pengembangan minat baca untuk meningkatkan kemampuan
literasi. Kegiatan literasi pada tahap ini bertujuan mengembangkan
kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman
pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif
melalui kegiatan menanggapi bacaan pengayaan
c) Tahap ke-3: pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi. Kegiatan literasi
pada tahap pembelajaran bertujuan mengembangkan kemampuan memahami
17
teks dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi , berpikir kritis, dan
mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif melalui kegiatan
menanggapi teks buku bacaan pengayaan dan buku pelajaran. Dalam tahap ini
ada tagihan yang sifatnya akademis (terkait dengan mata pelajaran). Kegiatan
membaca pada tahap ini untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 2013 yang
mensyaratkan murid membaca buku nonteks pelajaran yang dapat berupa
buku tentang pengetahuan umum, kegemaran, minat khusus, atau teks
multimodal, dan juga dapat dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu
sebanyak 6 buku bagi murid SD, 12 buku bagi murid SMP, dan 18 buku bagi
murid SMA/SMK. Buku laporan kegiatan membaca pada tahap pembelajaran
ini disediakan oleh wali kelas.
Tabel 2.1 Tahap Kegiatan Literasi Sekolah
1 2
TAHAPAN KEGIATAN
PEMBIASAAN
(Belum diberi
perlakuan)
1. Lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran melalui
kegiatan membacakan buku dengan
nyaring (read aloud) atau seluruh
warga sekolah membaca dalam hati
(sustained silent reading).
2. Membangun lingkungan fisik sekolah
yang kaya literasi, antara lain: (1)
menyediakan perpustakaan, sudut
18
baca, dan area baca yang nyaman; (2)
pengembangan sarana lain (UKS,
Kantin, Kebun sekolah); dan (3)
penyediaan koleksi teks cetak, visual,
digital, maupun multimodal yang
mudah diakses oleh seluruh warga
sekolah; (4) pembuatan bahan kaya
teks (print-rich materials)
PENGEMBANGAN
1. Lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran melalui
kegiatan membacakan buku dengan
nyaring, membaca dalam hati,
membaca bersama, dan atau membaca
terpandu diikuti kegiatan lain dengan
tagihan non-akademik, contoh:
membuat peta cerita (story map),
menggunakan graphic organizers,
bincang buku.
2. Mengembangkan lingkungan fisik,
sosial, afektif sekolah yang kaya
literasi dan menciptakan ekosistem
sekolah yang menghargai keterbukaan
19
dan kegemaran terhadap pengetahuan
dengan berbagai kegiatan, antara lain:
(a) memberikan penghargaan kepada
capaian perilaku positif, kepedulian
sosial, dan semangat belajar murid;
penghargaan ini dapat dilakukan pada
setiap upacara bendera hari senin dan
atau peringatan lain; (b) kegiatan-
kegiatan akademik lain yang
mendukung terciptanya budaya
literasi di sekolah (belajar di kebun
sekolah, belajar di lingkungan luar
sekolah, wisata perpustakaan
kota/daerah dan taman bacaan
masyarakat, dll.)
3. Pengembangan kemampuan literasi
melalui kegiatan di perpustakaan
sekolah/perpustakaan kota/daerah
atau taman bacaan masyarakat atau
sudut baca kelas dengan berbagai
kegiatan, antara lain: (a) membacakan
buku dengan nyaring, membaca
dalam hati membaca bersama (shared
20
reading), membaca terpandu (guided
reading), menonton film pendek dan
atau membaca teks visual/digital
(materi dari internet; (b) murid
merespon teks (cetak/visual/digital),
fiksi dan nonfiksi.
1 2
PEMBELAJARAN
(Diberi perlakuan )
1. Lima belas menit membaca setiap hari
sebelum jam pelajaran melalui kegiatan
membacakan buku dengan nyaring,
membaca dalam hati, membaca
terpandu diikuti kegiatan lain dengan
tagihan non-akademik dan akademik.
2. Kegiatan literasi dalam pembelajaran,
disesuaikan dengan tagihan akademik
di kurikulum 2013.
3. Melaksanakan berbagai strategi untuk
memahami teks dalam semua mata
pelajaran (misalnya, dengan
menggunakan graphic organizers).
Menggunakan lingkungan fisik, sosial
21
afektif, dan akademik disertai beragam
bacaan (cetak, visual, auditori, digital)
yang kaya literasi di luar buku teks
pelajaran untuk memperkaya
pengetahuan dalam mata pelajaran.
(Sumber: Desain Induk Gerakan Literasi Sekolah, 2016:29-30)
4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Pengertian Pembelajaran
Hamzah Uno (2011:54) berpendapat bahwa pembelajaran dapat diartikan
sebagai suatu proses interaksi antara peserta belajar dengan pengajar atau
instruktur dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk pencapaian
tujuan belajar tertentu. Sedangkan Syaiful Sagala (2008:43) menyatakan bahwa
pembelajaran ialah membelajarkan murid menggunakan asas pendidikan maupun
teori belajar sehingga merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah mengajarkan oleh pihak
guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh murid.
Menurut Syaiful Sagala (2009:61) pembelajaran adalah “membelajarkan
siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan
penentu utama keberhasilan pendidikan”. Pembelajaran merupakan proses
komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan pihak guru sebagai pendidik,
sedangkan belajar oleh murid. Menurut Corey pembelajaran adalah suatu proses
dimana lingkungan seeorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan ia
22
turut serta dalam tingkah laku dalam kondisi khusus atau menghasilkan respon
terhadap situasi tertentu. Menurut Oemar Hamalik (2010:239) pembelajaran
adalah “suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi tercapainya
tujuan pembelajaran”. Dari teori-teori yang dikemukakan banyak ahli tentang
pembelajaran, Oemar Hamalik mengemukakan 3 (tiga) rumusan yang dianggap
lebih maju, yaitu:
1. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasikan lingkungan untuk menciptakan
kondisi belajar bagi murid.
2. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan murid untuk menjadi warga
masyarakat yang baik.
3. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan
masyarakat sehari-hari.
b. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Puskur (2008:4) Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bahan
kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan
modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan,
Keterampilan sejarah, geografi, antropologi, dan ekonomi. Nursid Samaatmadja
(2008:1) mengemukakan bahwa “Secara mendasar pengajaran ilmu pengetahuan
sosial (IPS) berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah
laku dan kebutuhannya”. Ilmu pengetahuan sosial (IPS) berkenaan dengan cara
manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan materinya, memenuhi
23
kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber yang ada
dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, dan lain
sebagainya yang mengatur serta mempertahankan kehidupan masyarakat.
Menurut Winataputra (2010:132), bahwa Pendidikan IPS adalah suatu
penyederhanaan ilmu-ilmu sosial, ideologi negara dan disiplin ilmu lainnya serta
masalah-masalah sosial terkait yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah
dan psikologis untuk tujuan pendidikan pada tingkat dasar menengah.
Menurut Sapriya (2008:9), bahwa Pendidikan IPS adalah penyederhanaan
atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humonaria, serta kegiatan dasar
manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.
Menurut Somantri (2001:103), bahwa Pendidikan IPS adalah
penyederhanaan adaptasi, seleksi dan modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu
sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis-psikologis
untuk tujuan institusional pendidikan dasar dan menengah dalam kerangka
mewujudkan tujuan pendidikan nasional yang berdasarkan pancasila.
Menurut Prof. Nu‟man Soemantri yang dikemukakan dalam Forum
Komunikasi II Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia
(HISPIPSI) sekarang dirubah menjadi Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu-Ilmu
Sosial Indonesia, disingkat (HISPISI) Pendidikan IPS adalah persekolahan dan
pendidikan IPS perguruan tinggi
c. Tujuan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
24
Dalam Permendiknas No.20 Tahun 2006 tentang standar isi menyatakan
bahwa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar murid
memiliki kemampuan sebagai berikut 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan
dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, 2) Memiliki kemampuan dasar
untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan
keterampilan dalam kehidupan sosial, 3) Memiliki komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, 4) Memiliki kemampuan
berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk,
di tingkah local, dan global. Menurut Hasan dalam (Supriya, dkk 2005:5) tujuan
pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kategori, yaitu pengembangan intelektual murid, pengembangan dan rasa
tanggung jawab sebagai anggota masyarakat dan bangsa, serta pengembangan diri
murid sebagai pribadi. Selanjutnya menurut Martorella (Supriya, dkk 2005:8)
mengemukakan tujuan utama dari pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di
SD adalah untuk mengembangkan pribadi “warga Negara yang baik” (good
citizen).
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik
akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu
yang berkaitan. Di tingkat SD/MI, mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan:
25
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan, dan memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan
berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional,
dan global.
Sedangkan menurut para ahli tujuan pembelajaran IPS adalah :
Tujuan Pembelajaran IPS menurut Kosasih Djahiri (H Sapriya dkk, 2009: 13)
adalah sebagai berikut :
1. Membina peserta didik agar mampu mengembangkan pengertian/
pengetahuan berdasarkan generalisasi serta konsep ilmu tertentu maupun
yang bersifat interdispliner / komprehensif dari berbagai cabang ilmu.
2. Membina peserta didik agar mampu mengembangkan dan mempraktekkan
keanekaragaman keterampilan studi, kerja dan intelektualnya secara pantas
dan tepat sebagaimana diharapkan ilmu-ilmu sosial
3. Membina dan mendorong peserta didik untuk memahami, menghargai dan
menghayati adanya keanekaragaman dan kesamaan kultural maupun
individual
26
4. Membina peserta didik kearah turut mempengaruhi nilai-nilai
kemasyarakatan serta juga dapat mengembangkan, menyempurnakan nilai-
nilai yang ada pada dirinya
5. Membina peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan
kemasyarakatan baik sebagai individu maupun sebagai warga negara.
Adapun tujuan pembelajaran menurut Susanto. A dalam Mutakin (1998:145)
merumuskan tujuan pembelajaran IPS di sekolah, sebagai berikut :
1. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
2. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan
metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat
digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.
3. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di
masyarakat.
4. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil
tindakan yang tepat.
5. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun
masyarakat.
27
Jadi dari berbagai tujuan pembelajaran menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS mencakup tiga aspek yaitu kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dengan ketiga aspek tersebut bertujuan untuk membina
peserta didik agar dapat mengembangkan ketiga aspek itu kedalam kehidupan
dimasyarakat.
d. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
Nursalam dan Suardi (2018:11) Keberhasilan suatu proses pembelajaran
dapat diukur berdasarkan ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan sejak
awal kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran perlu adanya interaksi
antara dua belah pihak yaitu pengajar (guru) dan siswa karena tugas guru
tidak hanya memberikan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi
mengusahakan agar konsep-konsep yang diajarkan dapat tertanam dalam ingatan
siswa.
Hamid Hasan, dkk (2009:18) menyatakan bahwa, sebaiknya pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mampu mempersiapkan, membina, dan
membentuk kemampuan murid yang menguasai pengetahuan, sikap, nilai, dan
kecakapan dasar yang diperlukan bagi kehidupan di masyarakat. Kualitas dan
keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan
guru dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran.
e. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar
28
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) diharapkan mampu
mengembangkan aspek pengetahuan dan pengertian (Knowledge and
understanding), aspek sikap dan nilai (attitude dan value), dan aspek keterampilan
(skill), Depdiknas (2006) menyebutkan tujuan institusional penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dasar menurut kurikulum 2006 (KTSP) adalah :
1. Mendidik murid agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan
pancasila yang mampu membangun dirinya sendiri serta ikut bertanggung
jawab terhadap pembangunan bangsa.
2. Memberikan bekal kemampuan yang diperlukan murid untuk melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
3. Memberikan bekal kemampuan dasar untuk hidup di masyarakat dan
mengembangkan diri sendiri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan,
lingkungannya.
4. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global.
Landasan penyusunan kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD tidak
lepas dari Pendidikan Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan pada Pancasila UUD 1945 yang mengamanatkan upaya untuk
kehidupan serta agar pemerintah mengusahakan penyelenggaran satu sistem
pengejaran nasional yang diatur dengan undang-undang.
Menurut Saidiharjo (2005:109) menyatakan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) merupakan program pendidikan yang berupaya mengembangkan
pemahaman murid tentang bagaimana manusia sebagai individu dan kelompok
29
hidup bersama dan berintraksi dengan lingkungannya baik fisik maupun sosial.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) bertujuan agar murid mampu
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan sosial, yang berguna bagi
kemajuan dirinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
f. Karakteristik Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Berkaitan dengan keadaan di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang
dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3), yaitu :
1. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
2. Suka memuji diri sendiri
3. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak
penting
4. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
5. Suka meremehkan orang lain
Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6), yaitu :
1. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
2. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
3. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
4. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
30
Pendapat lain tentang Karakteristik IPS yang dikemukan oleh A Kosasih
Djahiri. Karakteristik pembelajaran IPS menurut A Kosasih Djahiri (H.Sapriya
dkk 2009:8) sebagai berikut :
1. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya
(menelaah fakta dari segi ilmu).
2. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu
saja, melainkan bersifat komprehensif (meluas/dari ilmu sosial dan
lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu)
digunakan untuk menelaah satu masalah / tema
3. Mengutamakan peran aktif peserta didik melalui proses belajar inquiri agar
peserta didik mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analisis.
4. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan / menghubungkan
bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan
kehidupan nyata dimasyarakat, pengalaman, pemasalahan, kebutuhan
kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun
budayanya
5. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil
(mudah berubah), sehingga titik berat pembelajaran adalah terjadi proses
internalisasi secara mantap dan aktif pada diri peserta didik agar memiliki
kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasalahan kehidupan nyata
pada masyarakat
6. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayat hubungan antar manusia
dan keterampilannya
31
7. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai
dan keterampilannya.
8. Berusaha untuk memuaskan setiap peserta didik yang berbeda melalui
program maupun pembelajaran dalam arti memperhatikan minat peserta
didik dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan
kehidupannya.
9. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan
prinsip-prinsip karakteristik (sifat dasar) dan pendekatan-pendekatan yang
menjadi ciri IPS itu sendiri.
Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi
atau terpadu. Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari ilmu-
ilmu sosial yang dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu
(Lilim Sadeli, 1989:21).
g. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara
individu dan masyarakat dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS
digali dari segala aspek kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena
itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya
merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak pada kenyataan. Menurut
Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
32
1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara
dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
2. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan
antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai
yang terjauh.
4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang
tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
5. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan,
pakaian, permainan dan keluarga.
Dengan demikian masyarakat dan lingkungannya, selain menjadi sumber
materi IPS sekaligus juga menjadi laboratoriumnya. Pengetahuan konsep, teori-
teori IPS yang diperoleh anak di dalam kelas dapat dicocokkan dan dicobakan
sekaligus diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat.
h. Strategi Pembelajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagian besar adalah didasarkan
pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan : anak (diri sendiri),
keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum
33
seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment
Curriculum” (mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-
tama dikenalkan atau perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan
lingkungan terdekat atau diri sendiri. Selanjutnya secara bertahap dan sistematis
bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari lingkaran tersebut, kemudian
mengembangkan kemampuannya untuk menghadapi unsur-unsur dunia yang lebih
luas.
Dari pendapat tersebut terlihat bahwa karakteristik pembelajaran IPS
merupakan pengabungan dari teori ilmu sosial dengan fakta yang memiliki sifat
komprehensif melalui proses belajar Kooperatif maka pembelajaran akan lebih
dimengerti karena siswa belajar dengan bantuan LKS secara berdiskusi dengan
teman kelompoknya guna menemukan dan memahami konsep pembelajaran IPS
tersebut.
5. Belajar dan Hasil Belajar
a. Pengertian Belajar
Beberapa pakar pendidikan mendefinisikan belajar sebagai berikut:
1. Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2013:2) belajar adalah perubahan
disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas.
Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan secara alamiah.
34
2. Travers (Agus Suprijono, 2013:2) belajar adalah proses menghasilkan
penyesuaian tingkah laku.
3. Cronbach (Agus Suprijono, 2013:2), learning is shown by a change in
behavior as a result of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman).
4. Harold spears (Agus Suprijono, 2013:2), learning is to of observe, to read,
to imitate, to try something them selves, to lisen, to follow direction.
(Dengan kata lain bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru,
mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu).
5. Geoch (Agus Suprijono, 2013:2), learning is change in performance as a
result of practice. (Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil
latihan).
6. Morgan (Agus Suprijono, 2013:2), learning is any relatively permanent
change in behavior that is a result of past experience.( Belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari
pengalaman).
b. Prinsip Belajar
Berikut adalah prinsip-prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2013:4-5):
pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai
hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2. Countinue atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
35
3. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4. Positif atau berakumulasi.
5. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6. Permanen atau tetap, sebagaimana dikatakan oleh Witting, belajar sebagai
any relatively permanent change in an organism’s behavioral repertoire
that occurs as a result of experience.
7. Bertujuan dan terarah.
8. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari
berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman.Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara murid dan lingkungannya. William Burton
mengemukakan bahwa a good learning situation consist of a rich an varied series
of learning experience unified around and vigorous purpose and carried on in
interaction with a rich varied and provocative environment.
c. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Agus Suprijono (2013:5), hasil belajar adalah pola-
pola perbuat, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne Agus Suprijono (2013:5), hasil belajar
berupa:
36
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik
terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan
manipulasi symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan
lambang. keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi,
kemampuan analitis-analitis fakta konsep dan mengembangkan prinsip-
prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan
melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecapakan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifinya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah
dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkai gerak jasmani
dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan
menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Bloom (Agus Suprijono, 2013;6-7), hasil belajar mencakup kemampuan
efektif, kognitif dan psikomotorik. Dominan kognitif adalah Knowledge
(pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan
hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan
37
baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization
(organisasi), characterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi
initiatory, pre-reotine, dan rountized. Psikomotor juga mencakup keterampilan
produktif, teknik , fisik, sosial, manajerial, dan intelektual. Sementara menurut
Iindegren (Agus suprijono, 2013;7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan,
informasi,pengertian, dan sikap. Menurut Slameto (Agus suprijono, 2013;2)
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Sudjana (2011;20)
hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar murid pada hakikatnya adalah perubahan
mencakup bidang kognitif, afektif dan berorientasi pada proses belajar mengajar
yang dialami murid).
B. Kerangka Pikir
Belajar adalah suatu proses yang dilakukan manusia untuk mendapatkan
suatu hasil dalam interaksi aktif dengan lingkungannya, sehingga dengan interaksi
aktif dan saling bertukar informasi dapat terjadi perubahan-perubahan yang
relative dan berbekas. Suasana belajar yang dapat menciptakan lingkungan agar
siswa dapat saling membantu sehingga dapat saling memenuhi kebutuhannya
salah satunya adalah penerapan budaya literasi. Budaya literasi ini merupakan
salah satu alternatif pengajaran yang dapat memberikan suasana baru dalam
38
kegiatan belajar mengajar. Budaya literasi merupakan kebiasaan berpikir yang
diikuti oleh sebuah proses membaca, menulis yang pada akhirnya apa yang
dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) membutuhkan pemahaman
dalam mempelajarinya, diharapkan murid mampu menguasai materi yang
diberikan oleh guru, sehingga untuk dapat menguasai materi pelajaran tersebut
secara baik maka guru harus bisa merubah suasana belajar yang menyenangkan,
dengan hadirnya budaya literasi (kebiasaan membaca) ini para murid dapat
menguasai materi yang diajarkan. Upaya tersebut dalam rangka memenuhi
kebutuhan murid untuk melihat seluruh potensi siswa dalam bentuk kebiasaan
membaca, menulis, dan berkomunikasi.
Keberhasilan prestasi didik dalam belajar dapat diukur dengan hasil belajar
yang diperoleh selama mengikuti proses kegiatan belajar-mengajar. Perolehan
hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IV SD Inpres Jongaya 1 sudah
cukup baik. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Tes
Pretest
Belum Menggunakan
Budaya Literasi
Pembelajaran IPS
Menggunakan Budaya
Literasi
Tes
Posttest
39
Gambar 2.1 Alur Kerangka Pikir
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,
dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang
diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2017:96).
Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai efektif
atau tidaknya penerapan budaya literasi terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV
SD Inpres Jongaya 1, hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
: Penerapan Budaya Literasi efektif terhadap hasil belajar IPS murid kelas
IV SD Inpres Jongaya 1
Penerapan Budaya Literasi tidak efektif terhadap hasil belajar IPS murid
kelas IV SD Inpres Jongaya 1
Hasil belajar
IPS
Temuan
40
40
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Sugiyono, (2017 : 110). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen,
yaitu jenis pre-Experimental Design. Desain ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh
terhadap terbentuknya variabel terikat. Jadi hasil eksperimen yang merupakan
variabel bebas. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel control, dan
sampel dipilih secara random.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimental dengan jenis
One-Group-Pretest-Posttest Design. Dalam penelitian ini hasil perlakuan dapat
dilihat sebagai berikut.
Gambar 3.1
Desain Penelitian (Sugiyono, 2017:111)
Keterangan :
O1 :Tes Awal (Pretest)
O1 X O2
41
O2 :Tes Akhir (Posttest)
X : Perlakuan dengan menggunakan Budaya Literasi
Model eksperimen ini melalui sebagai berikut :
a. Memberikan Pretest dan Posttest untuk mengukur variabel terikat (hasil
belajar) dan variabel bebas sebelum perlakuan dilakukan dan sesudah
perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2017:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
dari obyek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Siswa
1 IV A 11 orang 11 orang 22 orang
2 IV B 11 orang 11 orang 22 orang
Jumlah 22 orang 22 orang 44 orang
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
2. Sampel
Sampel adalah sebagian anggota/elemen dari populasi yang mewakili
karakteristik populasi tersebut (Sugiyono,2017:118). Dalam penarikan sampel
penelitian menggunakan teknik Purposive sampling yaitu teknik sampling non
random sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara
42
menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
menjawab permasalahan penelitian.
Tabel 3.2 penarikan sampel penelitian
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Sampel
1 IV A 11 orang 11 orang 22 orang
Berdasarkan tabel penarikan sampel diatas, sampel dalam penelitian ini
adalah murid kelas IV yang berjumlah 22 orang, terdiri dari 11 orang laki-laki
dan 11 orang perempuan.
C. Defenisi Operasional Variabel
Instrumen yang digunakan untuk memasukkan apa saja yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut
(Sugiyono, 2017:60). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel bebas (Independen) dan variabel Terikat (Dependen).
1. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah Budaya Literasi. Budaya
literasi adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara cerdas
dengan kebiasaan membaca, menulis. Terdapat 3 tahapan pelaksanaan
Gerakan Literasi sekolah yaitu, pembiasaan, pengembangan,
pembelajaran. Tahapan yang dimaksud penulis adalah gerakan Literasi
ditahap pembelajaran dimana murid akan diperkenalkan untuk membaca
buku-buku pelajaran yang berkaitan dengan pelajaran IPS adapun materi
pada pembelajaran IPS yang digunakan yaitu tentang Perjuangan Para
Pahlawan lebih khususnya Perjuangan Raja Purnawarman.
43
2. Variable terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS. Hasil
belajar IPS yang diperoleh murid kelas IV, Semester 1, Tahun Ajaran
2019-2020 dengan memperhatikan perubahan murid secara nyata dalam
proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pengajaran dengan
menggunakan Budaya Literasi. Nilai hasil belajar murid akan disesuaikan
dengan KKM yaitu 75 yang di tentukan oleh SD Inpres Jongaya 1
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Tes Hasil Belajar, bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa
soal-soal pilihan ganda sebanyak 10 nomor dengan pilihan 4 jawaban, tes ini
menuntut murid untuk memilih jawaban yang benar diantara jawaban yang
telah disediakan. dan soal isian sebanyak 10 nomor, tes ini menuntut murid
untuk memberikan jawaban singkat dari pertanyaan yang telah disediakan.
b. Lembar observasi/lembar pengamatan untuk melihat aktivitas murid kelas IV
selama proses belajar mengajar berlangsung. Instrument ini digunakan untuk
mengelola aktivitas murid dalam pembelajaran. Lembar observasi ini berisi
item-item yang akan diamati pada saat proses pembelajaran berlangsung.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini
adalah tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest), adapun langkah-langkah
(prosedur) pengumpulan data yang akan di gunakan sebagai berikut :
44
1) Tes Awal (pretest)
Tes awal dilakukan sebelum tretmen, pretest dilakukan untuk mengetahui
kemampuan murid pada pembelajaran IPS yang dimiliki sebelum
diterapkannya Budaya Literasi.
2) Treatment (Pemberian Perlakuan)
Dalam hal ini penelitian menerapkan budaya literasi pada pembelajaran
IPS.
4) Setelah Treatmen
Tindakan selanjutnya adalah posttest untuk mengetahui pengaruh
penerapan Budaya Literasi
5) Lembar Observasi Aktivitas Murid
Lembar observasi aktvitas murid digunakan untuk memperoleh data
tentang aktivitas murid selama proses pembelajaran dengan diterapkannya
Budaya Literasi.
F. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini ada dua teknik analisis data yang digunakan yaitu
teknik analisis statistik deskriptif dan teknik analisis inferensial, diantarannya
yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Data Statistik Deskriptif
Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data
yang diperoleh diantaranya penentuan nilai statistik deskriptif, penentuan kategori
hasil belajar dan penentuan distribusi presentase ketentuan. Berikut adalah rumus
yang digunakan dalam analisis data statistik deskriptif.
45
a. Penentuan Nilai Statistik Hasil Belajar
Nilai statistik yang dimaksud meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai
rata-rata, standar deviasi. Penentuan nilai Statistik Deskriptif dilihat dari nilai.
1) Rata-rata murid (mean)
= ∑
b. Penentuan Kategori Hasil Belajar
Penentuan kategori hasil belajar dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Nilai =
%
Tabel 3.3.Distribusi dan frekuensi kategori hasil belajar (pretest atau posttest)
No Interval Nilai Kategori
1. 0 – 54 Sangat rendah
2. 55 – 64 Rendah
3. 65 – 74 Sedang
4. 75 – 84 Tinggi
5. 85 – 100 Sangat tinggi
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
c. Penentuan Distribusi Presentase Ketuntasan
Kriteria ketuntasan minimum murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1 yang
ditentukan oleh sekolah yaitu 75 dari skor ideal 100.
46
Tabel 3.4.Kriteria Ketuntasan Hasil Belajar (Kriteria Ketuntasan Minimum)
Nilai Kriteria
< 75 Tidak Tuntas
≥ 75 Tuntas
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
Berdasarkan tabel diatas bahwa murid yang memperoleh nilai ≥ 75
dinyatakan tuntas dalam mengikuti proses belajar mengajar dan murid yang
memperoleh nilai <75 maka murid dinyatakan tidak tuntas dalam mengikuti
proses belajar mengajar.
Presentase ketuntasan belajar dapat diperoleh dengan rumusan berikut :
Skor tersebut merupakan ketetapan dari sekolah tersebut.
1) Untuk menghitung presentase (%) ketuntasan,
% ketuntasan =∑
∑ x 100 %
2) Untuk menghitung persentase ketidak tuntasan, menggunakan rumus :
% ketidak tuntasan =∑
∑ x 100 %
2. Analisis Data Statistik Inferensial
Tahap analisis data terakhir yaitu pengujian hipotesis dengan
menggunakan T-test (pretest-postest) uji beda mean data berpasangan. Uji ini
digunakan untuk menguji signifikan kondisi sebelum dan setelah perlakuan. Jenis
47
data yang digunakan harus berskala interval atau rasio. Untuk menentukan nilai
tempiric penelitian menggunakan rumus (Sugiyono,2017:73).
t =
√∑
( )
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pretest dan posttest
X1 = Hasil belajar sebelum perlakuan (Pretest)
X1 = Hasil belajar setelah perlakuan (Posttest)
D = Deviasi masing-masing subjek
∑ = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek pada sampel
1. Menentukan nilai dk = n-1
Menentukan nilai dengan mencari menggunakan tabel
distribusi t dengan taraf signifikan
2. Kriteria pengujian
a). Jika t Hitung > t Tabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, berarti efektivitas
penerapan budaya literasi, ada perbedaan hasil belajar sebelum dan
setelah diterapkannya budaya literasi pada mata pelajaran IPS.
b). Jika t Hitung < t Tabel maka Ho diterima, berarti efektivitas penerapan
budaya literasi, tidak ada perbedaan hasil belajar sebelum dan setelah
diterapkannya budaya literasi pada mata pelajaran IPS
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil Pretest Sebelum Menggunakan Budaya Literasi
Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV SD
Inpres Jongaya 1
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SD Inpres
Jongaya 1 mulai bulan Agustus 2019, maka diperoleh data-data yang
dikumpulkan melalui instrument tes sehingga dapat diketahui kemampuan
belajar murid kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial SD
Inpres Jongaya 1.
Data perolehan skor hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Kelas IV
SD Inpres Jongaya 1, dapat diketahui sebagai berikut :
Tabel. 4.1 Skor Nilai Pre-test
No Nama Murid Nilai
1 Sitti Fatimah 57
2 Aisyah Nur Ramadhani 57
3 Faiqah Ramadhani 60
4 Muh Rezky Hidayah 77
5 Imam Faturrahman 80
6 Cika Hafisah 77
7 Muh Arya 77
8 Muh Farel 43
9 Muh Habib 60
10 Muh Habil 60
49
11 Muh Iqbal 80
12 Muh Kaysan Lutfi Ali 77
13 Muhammad Damar Abri 60
14 Muhammad Syahril 63
15 Nur Afifah 77
16 Nur Fadillah 63
17 Nur Hairanti 53
18 Ri Astuti Jayadi 60
19 Riski Saputra 60
20 Saskia Dahlan 77
21 Suci Ramadhani 60
22 Wifqa Ainun Nabila Sp 63 Sumber : SD Inpres Jongaya 1
Cara mencari mean (rata-rata) nilai Pretest dari murid kelas IV SD
Inpres Jongaya 1. Dapat dilihat melalui tabel dibawah ini :
Tabel 4.2 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) Pretest
X F F.X
43 1 43
53 1 53
57 2 114
60 7 420
63 3 189
77 6 462
80 2 160
50
Jumlah 22 1441
Sumber : Perhitungan mean Pretest
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai dari ∑ = 1441
sedangkan nilai n sendiri adalah 22. Oleh karena itu, dapat diperoleh nilai
rata-rata (mean) sebagai berikut:
= ∑
=
= 65,5
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata
dari hasil belajar murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1, sebelum penerapan
Budaya Literasi yaitu 65,5. Adapun dikategorikan pada pedoman
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan
murid dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.3 Tingkat Hasil Belajar Pretest
No Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori Hasil Belajar
1 0 – 54 2 10% Sangat Rendah
2 55 – 64 12 54% Rendah
3 65 – 74 0 0% Sedang
4 75 – 84 8 36% Tinggi
5 85 – 100 0 0% Sangat Tinggi
Jumlah 22 100%
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
51
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar pada tahap pretest dengan menggunakan
instrument test dikategorikan sangat rendah yaitu 10%, rendah 54%,
sedang 0%, tinggi 36%, sangat tinggi 0%,. Melihat dari hasil presentase
yang ada dapat dikatakan bahwa tingkat hasil belajar murid sebelum
diterapkan budaya literasi tergolong rendah.
Tabel 4.4 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPS
No Nama Lengkap L/P (Pre-
test)
Keterangan (Post-
test)
Keterangan
1 Sitti Fatimah P 57 Tidak Tuntas 87 Tuntas
2 Aisyah Nur
Ramadhani
P 57 Tidak Tuntas 87 Tuntas
3 Faiqah
Ramadhani
P 60 Tidak Tuntas 90 Tuntas
4 Muh Rezky
Hidayah
L 77 Tuntas 93 Tuntas
5 Imam
Faturrahman
L 80 Tuntas 87 Tuntas
6 Cika Hafisah P 77 Tuntas 90 Tuntas
7 Muh Arya L 77 Tuntas 83 Tuntas
8 Muh Farel L 43 Tidak Tuntas 70 Tidak Tuntas
9 Muh Habib L 60 Tidak Tuntas 87 Tuntas
10 Muh Habil L 60 Tidak Tuntas 70 Tidak Tuntas
11 Muh Iqbal L 80 Tuntas 87 Tuntas
12 Muh Kaysan Lutfi
Ali
L 77 Tuntas 83 Tuntas
13 Muhammad
Damar Abri
L 60 Tidak Tuntas 83 Tuntas
52
14 Muhammad
Syahril
L 63 Tidak Tuntas 83 Tuntas
15 Nur Afifah P 77 Tuntas 90 Tuntas
16 Nur Fadillah P 63 Tidak Tuntas 87 Tuntas
17 Nur Hairanti P 53 Tidak Tuntas 83 Tuntas
18 Ri Astuti Jayadi P 60 Tidak Tuntas 87 Tuntas
19 Riski Saputra L 60 Tidak Tuntas 83 Tuntas
20 Saskia Dahlan P 77 Tuntas 87 Tuntas
21 Suci Ramadhani P 60 Tidak Tuntas 70 Tidak Tuntas
22 Wifqa Ainun
Nabila Sp
P 63 Tidak Tuntas 87 Tuntas
Jumlah 1441 1854
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
Skor Kategori Frekuensi %
0 ≥ x < 75 Tidak Tuntas 14 64 %
75 ≥ x ≤ 100 Tuntas 8 36 %
Jumlah 22 100 %
Sumber : SD Inpres Jongaya 1
Apabila Tabel 4.4 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid yang ditentukan oleh peneliti
yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (75) ≥ 64
%, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1, belum
memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara klasikal dimana murid
yang tuntas hanya 36%.
53
2. Deskripsi Hasil Belajar Post-test Setelah Menggunakan Budaya
Literasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial Murid
Kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
Selama Penelitian berlangsung terjadi perubahan terhadap kelas
setelah diberikan perlakuan. Perubahan tersebut berupa hasil belajar yang
datanya diperoleh setelah diberikan post-test. Perubahan tersebut dapat
dilihat dari data berikut ini.
Data perolehan skor hasil belajar murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1,
setelah penerapan Budaya Literasi.
Tabel. 4.5 Skor Nilai Post-test
No Nama Murid Nilai
1 Sitti Fatimah 87
2 Aisyah Nur Ramadhani 87
3 Faiqah Ramadhani 90
4 Muh Rezky Hidayah 93
5 Imam Faturrahman 87
6 Cika Hafisah 90
7 Muh Arya 83
8 Muh Farel 70
9 Muh Habib 87
10 Muh Habil 70
11 Muh Iqbal 87
12 Muh Kaysan Lutfi Ali 83
13 Muhammad Damar Abri 83
14 Muhammad Syahril 83
54
15 Nur Afifah 90
16 Nur Fadillah 87
17 Nur Hairanti 83
18 Ri Astuti Jayadi 87
19 Riski Saputra 83
20 Saskia Dahlan 87
21 Suci Ramadhani 70
22 Wifqa Ainun Nabila Sp 87 Sumber : Nilai Post-test
Cara mencari mean (rata-rata) nilai post-test dari murid kelas IV SD Inpres
Jongaya 1.
Tabel 4.6 Perhitungan untuk mencari mean (rata-rata) nilai post-test
X F F.X
70 3 210
83 6 450
87 9 720
90 3 225
93 1 90
Jumlah 22 1695
Sumber : perhitungan mean post-test
Berdasarkan data hasil post-test di atas dapat diketahui bahwa nilai
dari ∑ = 1695 dan nilai n sendiri 22. Kemudian dapat diperoleh nilai
rata-rata (mean) sebagai berikut :
55
= ∑
=
= 77,04
Berdasarkan hasil perhitungan di atas maka diperoleh nilai rata-rata
dari hasil belajar murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1, setelah penerapan
Budaya Literasi yaitu 77,04 dari skor ideal 100.
Adapun dikategorikan pada pedoman Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (Depdikbud), maka keterangan murid dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.7 Tingkat hasil belajar Post-test
No Interval Nilai Frekuensi Persentase (%) Kategori Hasil Belajar
1 0 – 54 - 0 % Sangat Rendah
2 55 – 64 - 0 % Rendah
3 65 – 74 3 14% Sedang
4 75 – 84 6 27% Tinggi
5 85 – 100 13 59% Sangat Tinggi
Jumlah 22 100%
Sumber : hasil belajar post-test
Berdasarkan data yang dapat dilihat pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar murid pada tahap post-test dengan
menggunakan instrument test dikategorikan sangat tinggi yaitu 59%, tinggi
27%, sedang 14%, rendah 0%, sangat rendah 0%. Melihat dari hasil
56
persentase yang ada dapat dikatakan bahwa hasil belajar murid dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) setelah menggunakan Budaya
Literasi telah berhasil.
Tabel 4.8 Deskripsi Ketuntasan Belajar IPS
Skor Kategori Frekuensi %
0 ≥ x < 75 Tidak Tuntas 3 14 %
75 ≥ x ≤ 100 Tuntas 19 86 %
Jumlah 22 100 %
Sumber : Ketuntasan belajar IPS
Apabila tabel 4.8 dikaitkan dengan indikator kriteria ketuntasan hasil
belajar murid yang ditentukan oleh peneliti yaitu jika jumlah murid yang
mencapai atau melebihi nilai KKM 75 ≥ 86%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) murid kelas IV SD
Inpres Jongaya 1, telah memenuhi kriteria ketuntasan hasil belajar secara
klasikal karena murid yang tuntas adalah 86%.
3. Pengaruh Budaya Literasi Terhadap Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial Murid Kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
Sesuai dengan hipotesis penelitian yakni “Penerapan budaya literasi
efektif terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1,
maka teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah
teknik statistik inferensial dengan menggunakan uji – t.
Tabel 4.9 Analisis skor Pre-test dan Post-test
No X1 (Pre-test) X2 (Post-test) d= X2 – X1 d2
57
1 57 87 30 900
2 57 87 30 900
3 60 90 30 900
4 77 93 16 256
5 80 87 7 49
6 77 90 13 169
7 77 83 6 36
8 43 70 27 729
9 60 87 27 729
10 60 70 10 100
11 80 87 7 49
12 77 83 6 36
13 60 83 23 529
14 63 83 20 400
15 77 90 13 169
16 63 87 24 576
17 53 83 30 900
18 60 87 27 729
19 60 83 23 529
20 77 87 10 100
21 60 70 10 100
22 63 87 24 576
1441 1854 413 9461
Sumber : skor pre-test dan post-test
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :
1. Mencari harga “Md” dengan menggunakan rumus :
58
Md = ∑
=
= 19
2. Mencari harga “ ∑ ” dengan menggunakan rumus :
∑ = ∑ (∑ )
= 9461 ( )
= 9461
= 9461 – 7753
= 1708
3. Menentukan harga t Hitung dengan menggunakan rumus :
t =
√∑
( )
t =
√
( )
t =
√
t =
√
t =
t = 9,89
4. Menentukan harga ttabel
59
Untuk mencari t Tabel peneliti mengggunakan tabel distribusi t
dengan taraf signifikan = 0,05 dan dk = N – 1 = 22 - 1 = 21 maka
diperoleh ttabel =2,080
Setelah diperoleh tHitung =9,89 dan tTabel = maka diperoleh tHitung
>tTabel atau 9,89 > 2,080. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ditolak dan diterima. Berarti bahwa penerapan budaya literasi
efektif terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
B. Pembahasan
Hasil pengujian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu,
diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunitha Fajarwati
(2012:82) yang menyatakan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan,
sehingga kegiatan penelitian yang dilakukan melalui Penerapan Budaya
Literasi terhadap Hasil Belajar IPS meningkat. Selain itu, penelitian yang
dilakukan oleh Arista Sari (2017) mengatakan bahwa terdapat peningkatan
hasil belajar murid kelas V setelah diterapkannya model pembelajaran
literasi terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS. Dengan
menerapkannya budaya literasi murid lebih tertarik dan lebih mudah
mengerti.
Berdasarkan hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan rumus
uji t, dapat diketahui bahwa tHitung sebesar 9,89. Dengan frekuensi (dk)
sebesar 22 – 1 = 21, pada tarap signifikansi 5% diperoleh tTabel = 2,080.
Oleh karena tHitung > tTabel pada taraf singnifikansi 0,05, maka hipotesis nol
( ) ditolak dan hipotesis alternative ( ) diterima yang berarti bahwa
60
penerapan Budaya Literasi efektif mempengaruhi hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS).
Hasil analisis diatas yang menunjukkan adanya keefektifan penerapan
Budaya Literasi terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, sejalan
dengan hasil observasi yang dilakukan. Berdasarkan hasil observasi
terdapat perubahan pada murid dimana pada awal kegiatan pembelajaran
ada beberapa murid yang melakukan kegiatan lain atau bersikap cuek
selama pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat pada pertemuan
pertama murid yang melakukan kegiatan lain sebanyak 10 murid,
sedangkan pada pertemuan terakhir hanya 5 murid yang melakukan
kegiatan lain pada saat guru menjelaskan materi. Pada awal pertemuan,
hanya sedikit murid yang aktif pada saat pembelajaran berlangsung. Akan
teteapi sejalan dengan diterapkannya Budaya Literasi murid mulai aktif
pada setiap pertemuan.
Hasil observasi menunjukkan banyaknya jumlah murid yang menjawab
pada saat diajukan pertanyaan dan murid yang mengajukan diri untuk
mengerjakan soal dipapan tulis. Murid juga mulai aktif dan percaya diri
untuk menanggapi jawaban dari murid lain sehingga murid yang lain ikut
termotivasi untuk mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran yang
menyenangkan membuat murid tidak lagi keluar masuk pada saat
pembelajaran berlangsung.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial yang
diperoleh serta hasil observasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
61
bahwa penerapan Budaya Literasi Efektif terhadap hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) pada murid kelas IV SD Inpres Jongaya 1.
62
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian di kelas IV SD Inpres Jongaya 1 dengan
menerapkan Budaya Literasi terhadap hasil belajar mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) murid, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan
Budaya Literasi efektif terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SD Inpres
Jongaya 1. Hasil nilai tHitung yang diperoleh yaitu 9,89 lebih besar dari nilai
tTabel yaitu 2,080. Atas dasar signifikan 5% diambil dari nilai belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS). Adapun data yang diperoleh secara umum yang
membuktikan bahwa hasil belajar IPS setelah menggunakan Budaya Literasi
dikategorikan tinggi. Hal ini ditunjukkan dari perolehan persentase hasil belajar
murid yaitu sangat tinggi 59%, tinggi 27%, sedang 14%, rendah 0%, dan
sangat rendah 0%.
B. Saran
Dari hasil penelitian, diajukan beberapa saran dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan, antara lain :
1. Disarankan kepada guru khususnya pada Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) agar lebih antusias dalam menerapkan Budaya Literasi dalam
pembelajaran dapat lebih bermakna.
2. Bagi peneliti yang berminat mengembangkan lebih lanjut penelitian
ini, diharapkan mencermati keterbatasan penelitian ini, sehingga
penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini.
63
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Yunus. 2015. Pembelajaran Multiliterasi. Bandung : Refika Aditama
Alwasilah, A. chaedar, 2005.Pokoknya Menulis. Bandung:PT. Khiar Buku Utama.
Beers. 2009. A Principals Guide to Literacy Instruction. New York. GuilFord
Press.
Faisah, Dewi, dkk., 2016. Penduan Gerakan Literasi Sekolah DiSekolah Dasar.
Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Fajarwati, Yunita. 2012. Pengaruh Kemampuan Literasi Informasi Terhadap prestasi Belajar SMAN 1 Depok. Skripsi FIB UI. Tidak terbit.
Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS. Bandung : Alfabeta
Hamalik, Oemar. (2010). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Hasrianti. 2014. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung : PT Refika Aditama.
Mulyono Tjokrodikaryo. (1986). Perencanaan Pelaksanaan Pengajaran IPS. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Mutakin, Awan. (1998) Model Pembelajaran IPS. Jakarta : P3MTK-Ditjen Dikti.
Mukminan. 1996. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: P3G IKIP.
Puskur. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial.Bandung: Alfabeta.
Somantri, Nu‟man. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi
Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung : PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosda Karya.
Saidihardjo. 2005. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. FIP IKIP. Yogyakarta.
Lili M. Sadeli dkk.,1986, Konsep Dasar Ilmu Pengetahua Sosial.Universitas Terbuka, Jakarta.
64
Syaiful Sagala. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta
Sumaatmadja, Nursid. 2008. Materi Pokok Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial. Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.
Supriya, (2009). Pendidikan IPS : Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.
Sudjana, Nana. 2011. Teknologi Pengajaran. Jakarta: Sinar baru Algensindo.
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: pusat pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran di SD. Jakarta:
Kencana prenada media group.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R &D.
Bandung:Alfabeta.
Sari, Arista. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Literasi Sebagai Budaya
Sekolah Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas V. Pangeran Diponegoro.
Suardi, Moh. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA.
Uno, Hamzah. 2008. Model pembelajaran menciptakan proses belajar
mengajarnya yang efektif dan kreatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
UNESCO. 2013. Literacy, a UNESCO Perspectice. New York : United Nations
Educational, Scientific, and cultural organization.
Winataputra, Udin.S, dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPS SD. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wiedarti, Pangesti., dkk. 2016. Design Induk Gerakan Literasi Sekolah. Jakarta:
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
65
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Permendiknas Nomor 2o Tahun 2006, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Http://Sdm.Data.Kemdikbud.Go.Id
Hamid Hasan. 2009. Pembelajaran pendidikan IPS di sekolah dasar. Tersedia
online di http://www.pembelajaran.wordpress.com/. Diakses Tanggal 7 Februari 2018 pukul 16.20 WITA.
Haryati, Trini. 2014. Membangun Budaya Literasui Dengan Pendekatan Kultural Di Komunitas Adat. Tersedia Online di http://www.triniharyanti.id/2014/02/membangun-budaya-literasi-dengan.html. Diakses pada Tanggal 6 februari 2018 pukul 11.51 WITA.
Permendikbud. 2005. Nomor 23 Tahun 2015, Penumbuhan Budi Pekerti luhur
kepada peserta didik dengan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Http://Sdm.Data.Kemdikbud.Go.Id
Sapriya (2008). Pengertian IPS. Diambil dari:
http://lalabudianti.blogspot.com/2011/12/kajian-ips-pada-tingkat-sekolah dasar.html. Diakses tanggal 2 april 2015 pukul 09:35 WIB.
Syahrani, Alfi. 2010. Optimalisasi Budaya Literasi di Kalangan Maha murid
Upaya Meretas Komunikasi Global. Tersedia online di https://uiuntukbangsa.files.wordpress.com/2016/06/optimalisasi-budaya-literasi-di-kalangan-mahamurid-upaya-meretas-komunikasi-global-alfi-syahriyani.pdf. Diakses Tanggal 7 februari 2018 pukul 16.57 WITA
64
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
LAMPIRAN 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Satuan Pendidikan : SD Inpres Jongaya 1
Kelas / Semester : IV (Empat) / 1
Tema 5 : Pahlawanku
Sub Tema 1 : Perjuangan Para Pahlawan
Pembelajaran : 1
Alokasi Waktu : 1 x Pertemuan (6 x 35 menit)
A. KOMPETENSI INTI (KI)
KI 1 : Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangga.
KI 3 : Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
KI 4 : Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR (KD) & INDIKATOR
Bahasa Indonesia
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Menggali pengetahuan baru yang didapat dari teks nonfiksi
3.7.1 Menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang diajukan berdasarkan teks.
4.7 Menyampaikan pengetahuan baru dari teks nonfiksi ke dalam tulisan dengan bahasa sendiri
4.7.1 Menceritakan kembali isi teks berdasarkan jawaban yang ada.
IPA
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.7 Memahami sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera penglihatan
3.7.1 Mengidentifikasi sifat-sifat cahaya dan keterkaitannya dengan indera penglihatan dalam kehidupan sehari-hari.
4.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan dan/ atau
4.7.1 Melaporkan hasil percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat cahaya
dalam bentuk tulisan.
IPS
Kompetensi Dasar (KD) Indikator Pencapaian Kompetensi
3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu, Buddha dan Islam serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini di lingkungan daerah setempat.
3.4.1 Menyebutkan peninggalan kerajaan masa Hindu,Buddha dan Islam pada masa kini dan pengaruhnya bagi mastarakat di wilayah setempat.
4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan Hindu, Buddha dan Islam serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini di lingkungan daerah setempat.
4.4.1 Membuat laporan peninggalan kerajaan masa Hindu,Buddha dan Islam pada masa kini dan pengaruhnya bagi masyarakat di wilayah setempat dalam bentuk peta pikiran.
Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) Jujur
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca teks tentang Raja Purnawarman, murid mampu menjawab pertanyaan dengan benar.
Setelah menjawab pertanyaan berdasarkan teks, murid mampu menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan bahasanya sendiri secara rinci.
Setelah mengamati gambar, murid mampu mengidentifikasi peninggalan kerajaan di masa Hindu, Budha dan Islam serta pengaruhnya bagi wilayah setempat dengan benar.
Setelah berdiskusi, murid mampu mengomunikasikan peninggalan kerajaan di masa Hindu, Budha dan Islam dan pengaruhnya di wilayah setempat dengan menggunakan peta pikiran.
Setelah melakukan percobaan tentang cahaya , murid mampu menyimpulkan sifat-sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan dengan benar.
Setelah melakukan percobaan tentang cahaya, murid mampu menulis laporan tentang sifat cahaya dan hubungannya dengan penglihatan dengan rinci dan benar.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Menceritakan kembali isi teks dengan Bahasa sendiri
Mengidentifikasi peninggalan sejarah masa Hindu, Budha dan Islam serta pengaruhnya bagi masyarakat sekitar
Menyampaikan laporan percobaan tentang cahaya
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Tematik dan Saintifik
Metode : Permainan/simulasi, diskusi, tanya jawab, penugasan dan ceramah
F. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan Mengajak semua murid berdo‟a menurut agama dan
keyakinan masing-masing, dilanjutkan dengan
Guru memberikan salam dan mengajak berdoa. (Integritas : membiasakan sikap santun, religius dan hormat)
Melakukan komunikasi tentang kehadiran murid.
Mengajak berdinamika dengan tepuk kompak/dinamika dan lagu yang relevan.
Guru menyiapkan fisik dan psikhis anak dalam mengawali kegiatan pembelajaran serta menyapa anak.
Menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
10 menit
Inti Mengamati
Sebelumnya guru menempelkan gambar seorang anak yang membantu kakek menyeberang jalan.
Murid diminta untuk mengamati gambar yang ada pada buku pelajaran. Guru memberi waktu sekitar tiga menit. (Kegiatan literasi)
Guru meminta pendapat murid tentang kejadian yang ada di dalam gambar. Guru membuat kesimpulan bahwa anak tersebut memiliki sikap kepahlawanan yaitu berkorban untuk membantu orang lain yang membutuhkan.
Guru menyampaikan informasi kepada murid bahwa mereka akan banyak belajar tentang nilai-nilai kepahlawanan dari Raja-Raja di masa Hindu, Budha dan Islam.
Menanya
Setiap murid kemudian menjawab pertanyaan yang ada dan mendiskusikan jawabannya di kelompok masing-masing. (Mandiri : menumbuhkan rasa ingin tahu)
Guru membimbing diskusi, berjalan berkeliling dari
35 menit x 30 JP
kelompok satu ke kelompok lain untuk memastikan bahwa setiap anggota berpartisipasi aktif.
Guru mengajak satu atau dua murid untuk menyampaikan hasil diskusinya, lalu memberi penguatan kepada seluruh murid mengenai jawaban yang diharapkan. Guru dapat memberi kesempatan kepada seluruh murid untuk memberikan komentar dari jawaban yang ada. Guru tidak menjawab langsung namun memberi kesempatan kepada murid lain untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya. Guru dapat menguatkan jawaban-jawaban yang ada. (Integritas : kejujuran, keteladanan, kesantunan)
Mengamati
Guru melanjutkan kegiatan dengan meminta murid membaca teks tentang Raja Purnawarman dalam hati.
Menanya
Setiap murid diminta untuk menjawab pertanyaan dan secara klasikal guru membahas jawabannya. Seorang murid bisa diminta untuk menyampaikan jawaban dan murid lain bisa mempertanyakannya. (Mandiri : menumbuhkan rasa ingin tahu)
Murid kemudian memperbaiki jawabannya apabila perlu. Berdasarkan jawaban tersebut, setiap murid kemudian menceritakan kembali isi bacaan dengan memperhatikan fakta-fakta yang ada, runtut dan menggunakan ejaan yang benar.
Guru menyampaikan rubrik penilaiankepada murid.
Mengamati
Untuk menambah pemahaman murid tentang Raja-Raja di Nusantara serta peninggalan dan pengaruhnya terhadap masyarakat, guru mengajak murid untuk mengamati gambar.
Guru memberi contoh bahwa peninggalan bukan hanya benda bersejarah saja tetapi juga pemikiran atau nilai-nilai yang bisa mempengaruhi hidup masyarakat, misalnya Raja Purnawarman memiliki nilai melindungi orang lain, dalam hal ini rakyatnya. Nilai tersebut dimiliki oleh beberapa tokoh di sekitar mereka dan mempengaruhi kehidupan masyarakat. (Kegiatan literasi)
Mengekplorasi (mengumpulkan informasi)
Guru meminta murid untuk memberikan beberapa contoh sikap kepahlawanan dari Raja-Raja tersebut yang terlihat di sekitar mereka.
Murid menuliskan nilai-nilai perjuangan atau peninggalan lainnya dari para raja yang mempengaruhi masyarakat atau daerah di mana mereka tinggal. Tulisan bisa memuat semangat perjuangan, nilai pendidikan, ajaran positif, maupun benda-benda bersejarah.
Karena kegiatan berikutnya adalah percobaan, guru sebaiknya mempersiapkan perlengkapan percobaan sebelum kelas dimulai. Perlengkapan dikelompokkan berdasarkan kelompok.
Mengasosiasi
Guru meminta satu perwakilan untuk mengambil perlengkapan percobaan.
Murid dan guru membuat kesepakatan tentang percobaan agar kegiatan bisa berjalan dengan baik.
Kelompok melakukan percobaan sesuai dengan prosedur yang ada pada buku pelajaran. (Gotong royong: kerjasama, solidaritas, saling menolong)
Setiap murid mencatat hasil percobaan pada tabel yang telah disiapkan.
Mengkomunikasikan
Di akhir laporannya murid menuliskan kesimpulan. Murid menyampaikan hasil laporannya di kelompok masing-masing dan perwakilan bisa menyampaikannya di depan kelas. Guru menambah informasi yang dibutuhkan sebagai penguatan. (Gotong royong: kerjasama, solidaritas, saling menolong)
PENGAYAAN
Mintalah murid untuk membuat peta pikiran setelah membaca teks Raja Purnawarman.
REMEDIAL
Murid yang belum memahami sifat cahaya dapat
melakukan percobaan ulang.
Mintalah murid untuk memahami langkah-langkah kegiatan percobaan satu persatu. Lakukan kegiatan setahap demi setahap.
Penutup Murid dan Guru bersama sama merangkum materi pembelajaran
Murid dan Guru merefliksi kegiatan pembelajaran
Guru memberikan gambaran mengenai kegiatan pembelajaran pertemuan berikutnya
Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan membaca doa. (Integritas : membiasakan sikap santun, religius dan hormat)
15 menit
G. PENILAIAN PEMBELAJARAN
1. Diskusi
Saat murid melakukan diskusi tentang peta pikiran mengapa penting menjaga kelestarian dan sumber daya alam.
Berilah tanda centang () pada bagian yang memenuhi kriteria.
Kriteria Sangat Baik
(skor 4) Baik
(skor 3) Cukup (skor 2)
Perlu Pendampingan
(skor 1)
Mendengarkan Selalu
mendengarkan teman yang sedang berbicara
Mendengarkan teman yang berbicara namun sesekali masih perlu diingatkan.
Masih perlu diingatkan untuk mendengarkan teman yang sedang berbicara.
Sering diingatkan untuk mendengarkan teman yang sedang berbicara namun tidak mengindahkan
Komunikasi non verbal (kontak mata, bahasa tubuh, postur, ekspresi wajah, suara)
Merespon dan
menerapkan komunikasi non verbal dengan tepat.
Merespon dengan tepat terhadap komunikasi non verbal yang ditunjukkan teman.
Sering merespon kurang tepat terhadap komunikasi non verbal yang ditunjukkan teman.
Membutuhkan bantuan dalam memahami bentuk komunikasi non verbal yang ditunjukkan teman.
Partisipasi (menyampaikan ide, perasaan,
Isi pembicaraan
menginspirasi teman. Selalu mendukung dan
Berbicara dan
menerangkan secara rinci, merespon
Berbicara dan menerangkan secara rinci,namun terkadang
Jarang berbicara selama proses diksusi
pikiran) memimpin lainnya saat
sesuai dengan topik.
merespon kurang sesuai dengan topik.
berlangsung.
Penilaian (Skoring): Total Nilai Murid
x 10 Total Nilai Maksimal
Nilai (Skoring : 3 + 2 + 1 6
x 10 = 5 12 12
2. Bahasa Indonesia
Tulisan murid dinilai dengan menggunakan rubrik.
Berilah tanda centang () pada bagian yang memenuhi kriteria.
Kriteria Sangat Baik
(skor 4) Baik
(skor 3) Cukup (skor 2)
Perlu Pendampingan
(skor 1)
Topik cerita Topik cerita
disampaikan dengan benar
Topik cerita
disampaikan mendekati benar
Topik cerita
disampaikan namun kurang benar
Topik cerita tidak
disampaikan
Alur cerita Alur cerita
disampaikan dengan lengkap dan runtut.
Alur cerita
disampaikan dengan lengkap namun tidak runtut.
Sebagian besar
alur cerita disampaikan dengan runtut.
Sebagian kecil
alur cerita disampaikan dan tidak runtut.
Ejaan Seluruh tulisan
memiliki ejaan yang benar
Sebagian besar
tulisan memiliki ejaan yang
benar
Sebagian kecil
tulisan memiliki ejaan yang
benar
Tulisan tidak
menggunakan ejaan yang
benar
Fakta pendukung
Fakta pendukung
yang disampaikan seluruhnya
sesuai dengan isi cerita
Fakta
pendukung yang disampaikan sebagian besar sesuai denga nisi cerita
Fakta
pendukung yang disampaikan sebagian kecil sesuai denga nisi cerita
Fakta yang
disampaikan tidak sesuai cerita
Penilaian (Skoring): Total Nilai Murid
x 10 Total Nilai Maksimal
Nilai (Skoring : 4 + 4 + 3 + 3 14
x 10 = 8,75 16 16
3. IPS
Tugas dinilai dengan cek lis
Kriteria Ada Tidak ada
Memuat minimal 2 benda peninggalan sejarah
Menyebutkan minimal 2 ajaran positif yang diwariskan raja-raja
Menyebutkan minimal 2 nilai-nilai sikap kepahlawanan yang diwariskan para raja
Menyebutkan pengaruh dari peninggalan raja-raja terhadap masyarakat setempat
4. IPA
Laporan IPA dinilai dengan rubrik
Berilah tanda centang () pada bagian yang memenuhi kriteria.
Kriteria Sangat Baik
(skor 4) Baik
(skor 3) Cukup (skor 2)
Perlu Pendampingan
(skor 1)
Penerapan
Konsep
Memperlihatkan
pemahaman konsep dengan menunjukkan bukti pendukung dan menyampaikan
pemahaman inti dari konsep yang sedang dipelajari dengan benar.
Memperlihatkan pemahaman konsep dengan menunjukkan bukti pendukung namun perlu bantuan saat menyampaikan pemahaman inti dari konsep yang yang sedang dipelajari .
Memperlihatkan pemahaman konsep dengan menunjukkan bukti yang terbatas dan penyampaian pemahaman inti dari konsep tidak jelas.
Perlu bimbingan saat menyampaikan bukti dan pemahaman inti dari konsep yang dipelajari.
Komunikasi Hasil percobaan
disampaikan dengan jelas serta objektif
Hasil percobaan
disampaikan dengan jelas
Hasil percobaan
disampaikan dengan jelas
Hasil
percobaan disampaikan dengan kurang
dengan didukung data penunjang.
dan didukung sebagian data penunjang.
namun hanya didukung sebagian kecil data penunjang.
jelas dan
tanpa data penunjang.
Prosedur dan
strategi
Seluruh data
dicatat, langkah kegiatan dilakukan secara sistematis dan strategi yang digunakan membuat percobaan berhasil.
Seluruh data
dicatat, langkah kegiatan dilakukan secara sistematis dan namun masih membutuhkan bimbingan dalam menemukan strategi agar percobaan berhasi.
Sebagian besar
data dicatat, langkah kegiatan
dan strategi dilakukan secara sistematis setelah mendapat bantuan guru.
Sebagian kecil
data dicatat, langkah kegiatan tidak sistematis dan strategi yang dipilih tidak tepat.
Kesimpulan Seluruh
kesimpulan percobaan disampaikan dengan memuat data penunjang dan tepat.
Kesimpulan
percobaan disampaikan dengan memuat data penunjang dan tepat.
Kesimpulan
percobaan disampaikan dengan memuat data.
Kesimpulan
percobaan disampaikan dengan memuat data namun kurang tepat.
Penilaian (Skoring): Total Nilai Murid
x 10 Total Nilai Maksimal
Nilai (Skoring : 4 + 3 + 3 + 2 12
x 10 = 7,5 16 16
5. Catatan Anekdot untuk mencatat sikap (Jujur)
No Sikap Belum terlihat
Mulai terlihat
Mulai berkembang
Membu-daya
Ket.
1 Disiplin
2 Teliti
3 Tanggungjawab
dst
H. SUMBER DAN MEDIA PEMBELAJARAN
Buku Guru dan Buku Murid, Cetakan Ke-4 (Edisi Revisi), Tema 5 : Pahlawanku, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: 2017.
Percobaan IPA : setiap kelompok membutuhkan 3 karton tebal
- 1 lilin , 1 senter, 1 gelas, 1 lampu senter, 2 cermin datar, 1 pensil.
- 1 isolasi untuk seluruh kelas untuk menempel karton sehingga bisa berdiri tegak.
Gambar seorang anak yang sedang membantu kakek menyeberang jalan
Makassar, Agustus 2019
Guru Kelas IV Peneliti
Ernawati, S.Pd Muhammad Syadillah
NIP. 19740505 200502 2 007 NIM.10540965015
Mengetahui
Kepala Sekolah SD Inpres Jongaya 1
Dra. Hj. Darmawati
NIP. 19611215 198203 2 010
MATERI PEMBELAJARAN
1. Menceritakan kembali isi teks dengan Bahasa sendiri
2. Mengidentifikasi peninggalan sejarah masa Hindu, Budha dan Islam serta
pengaruhnya bagi masyarakat sekitar
3. Menyampaikan laporan percobaan tentang cahaya
IPS
1
PRE TEST
DAN
POST TEST
LAMPIRAN 2
Soal Pre Test
Nama :
Kelas :
INSTRUMEN PENELITIAN
Nama Sekolah : SD Inpres Jongaya 1
Kelas / Semester : IV (Empat) / 1
Tema : Pahlawanku
Sub Tema 1 : Perjuangan Para Pahlawan
Pembelajaran : 1
Petunjuk Mengerjakan:
1. Tulislah nama dan kelas pada kolom yang telah disediakan. 2. Bacalah soal dengan cermat dan teliti. Kerjakan dahulu soal yang kamu anggap lebih
mudah. 3. Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan. 4. Dilarang membuka catatan, dan bekerjasama dengan teman.
A. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Dibawah ini adalah jasa dari Raja Purnawarman, kecuali . . .
a. Memberantas bajak laut
b. Membangun Sungai Gangga di Cirebon
c. Membuat jalan anyer
d. Memperbaiki sungai Cupu
2. Raja Purnawarman mulai memerintah kerajaan Tarumanegara pada tahun . . .
a. 393 M
b. 325 M
c. 395 M
d. 359 M
3. Berikut adalah sikap yang harus dimiliki seorang pahlawan kecuali . . .
a. Ikhlas
b. Gigih
c. Pantang menyerah
d. Pengecut
4. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan . . .
a. Tarumanegara
b. Kutai Kartanegara
c. Sriwijaya
d. Majapahit
5. Usaha Raja Purnawarman diantaranya . . .
a. Memperbaiki aliran sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung
b. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cupu
c. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cisadane
d. Memperbaiki aliran sungai Cupu dan sungai Ciliwung
6. Pada masa siapakah kerajaan Tarumanegara mengalami puncak kejayaannya . . .
a. Mulawarman
b. Suryawarman
c. Linggawarman
d. Purnawarman
7. Contoh kegiatan masyarakat yang dapat menumbuhkan dan menjaga rasa persatuan dan
kesatuan di lingkungan sekitar rumah adalah . . .
a. membersihkan halaman masing-masing
b. melihat demo memasak
c. kerja bakti membersihkan got
d. mengikuti lomba di tingkat RT
8. Sikap yang dilakukan Raja Purnawarman dalam menjaga persatuan dan kesatuan
rakyatnya adalah . . .
a. Membuat saluran air
b. Memperluas kerajaan
c. Membangun istana
d. Menyerang kerajaan lain
9. Kegiatan siswa yang dapat menumbuhkan dan menjaga rasa persatuan dan kesatuan di
sekolah adalah . . .
a. Belajar bersama di rumah teman
b. Bekerjasama saat ulangan
c. Melaksanakan piket kelas
d. Mencontek jawaban teman
10. Salah satu contoh bahwa Raja Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan
rakytanya adalah . . .
a. memerintah kerajaan dengan waktu yang lama
b. memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon
c. menyerang bangsa penjajah
d. sangat ditakuti musuhnya
B. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
1. Sungai yang dibangun oleh Raja Purnawarman adalah . . .
2. Apa tujuan Raja Purnawarman membuat saluran air . . .
3. Purnawarman adalah raja terkenal dari kerajaan . . .
4. Sebagai wujud kecintaan rakyatnya kepada raja purnawarman, telapak kakinya
diabadikan dalam bentuk prasasti yang dikenal sebagai prasasti . . .
5. Bercorak agama apakah dikerajaan Tarumanegara . . .
6. Apa yang terjadi jika raja purnawarman tidak memerintah kerajaan Tarumanegara. . .
7. Kerajaan apa yang merupakan kerajaan Hindu tertua di pulau jawa. . .
8. Pada abad ke berapa kerajaan Tarumanegara berdiri. . .
9. Kerajaan tarumanegara terletak di provinsi. . .
10. Keruntuhan kerajaan tarumanegara terjadi pada abad ke. . .
Kunci Jawaban
A. Pilihan Ganda
1. C. membuat jalan anyer
2. C. 395 M
3. D. Pengecut
4. A. Tarumanegara
5. B. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cupu
6. D. Purnawarman
7. C. kerja bakti membersihkan got
8. A. Membuat saluran air
9. C. Melaksanakan piket kelas
10. B. memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon
B. Isian
1. Sungai Gangga dan Sungai Cupu
2. Untuk kesejahteraan rakyatnya
3. Tarumanegara
4. Prasasti Ciaruteun
5. Hindu
6. maka rakyatnya akan menderita
7. Tarumanegara
8. Abad ke 4
9. Jawa barat
10. Abad ke 7
Soal Pos Test
Nama :
Kelas :
INSTRUMEN PENELITIAN
Nama Sekolah : SD Inpres Jongaya 1
Kelas / Semester : IV (Empat) / 1
Tema : Pahlawanku
Sub Tema 1 : Perjuangan Para Pahlawan
Pembelajaran : 1
Petunjuk Mengerjakan:
5. Tulislah nama dan kelas pada kolom yang telah disediakan. 6. Bacalah soal dengan cermat dan teliti. Kerjakan dahulu soal yang kamu anggap lebih
mudah. 7. Silanglah (X) salah satu dari jawaban A, B, C dan D pada lembar jawaban yang sudah
disediakan. 8. Dilarang membuka catatan, dan bekerjasama dengan teman.
C. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
11. Salah satu contoh bahwa Raja Purnawarman sangat memperhatikan kesejahteraan
rakytanya adalah . . .
e. memerintah kerajaan dengan waktu yang lama
f. memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon
g. menyerang bangsa penjajah
h. sangat ditakuti musuhnya
12. Pada masa siapakah kerajaan Tarumanegara mengalami puncak kejayaannya . . .
e. Mulawarman
f. Suryawarman
g. Linggawarman
h. Purnawarman
13. Contoh kegiatan masyarakat yang dapat menumbuhkan dan menjaga rasa persatuan dan
kesatuan di lingkungan sekitar rumah adalah . . .
e. membersihkan halaman masing-masing
f. melihat demo memasak
g. kerja bakti membersihkan got
h. mengikuti lomba di tingkat RT
14. Kegiatan siswa yang dapat menumbuhkan dan menjaga rasa persatuan dan kesatuan di
sekolah adalah . . .
e. Belajar bersama di rumah teman
f. Bekerjasama saat ulangan
g. Melaksanakan piket kelas
h. Mencontek jawaban teman
15. Sikap yang dilakukan Raja Purnawarman dalam menjaga persatuan dan kesatuan
rakyatnya adalah . . .
e. Membuat saluran air
f. Memperluas kerajaan
g. Membangun istana
h. Menyerang kerajaan lain
16. Raja Purnawarman memerintah di Kerajaan . . .
e. Tarumanegara
f. Kutai Kartanegara
g. Sriwijaya
h. Majapahit
17. Berikut adalah sikap yang harus dimiliki seorang pahlawan kecuali . . .
e. Ikhlas
f. Gigih
g. Pantang menyerah
h. Pengecut
18. Usaha Raja Purnawarman diantaranya . . .
e. Memperbaiki aliran sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung
f. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cupu
g. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cisadane
h. Memperbaiki aliran sungai Cupu dan sungai Ciliwung
19. Raja Purnawarman mulai memerintah kerajaan Tarumanegara pada tahun . . .
e. 393 M
f. 325 M
g. 395 M
h. 359 M
20. Dibawah ini adalah jasa dari Raja Purnawarman, kecuali . . .
e. Memberantas bajak laut
f. Membangun Sungai Gangga di Cirebon
g. Membuat jalan anyer
h. Memperbaiki sungai Cupu
D. Isian
Isilah titik-titik dibawah ini dengan jawaban yang tepat !
11. Purnawarman adalah raja terkenal dari kerajaan . . .
12. Sebagai wujud kecintaan rakyatnya kepada raja purnawarman, telapak kakinya
diabadikan dalam bentuk prasasti yang dikenal sebagai prasasti . . .
13. Bercorak agama apakah dikerajaan Tarumanegara . . .
14. Sungai yang dibangun oleh Raja Purnawarman adalah . . .
15. Apa tujuan Raja Purnawarman membuat saluran air . . .
16. Kerajaan tarumanegara terletak di provinsi. . .
17. Pada abad keberapa kerajaan tarumanegara berdiri. . .
18. Keruntuhan kerajaan tarumanegara terjadi pada abad ke. . .
19. Kerajaan apa yang merupakan kerajaan Hindu tertua di pulau jawa. . .
20. Apa yang terjadi jika raja purnawarman tidak memerintah kerajaan tarumanegara. . .
Kunci Jawaban
C. Pilihan Ganda
11. B. memperbaiki aliran sungai Gangga di daerah Cirebon
12. D. Purnawarman
13. C. kerja bakti membersihkan got
14. C. Melaksanakan piket kelas
15. A. Membuat saluran air
16. A. Tarumanegara
17. D. Pengecut
18. B. Memperbaiki aliran sungai Gangga dan Sungai Cupu
19. C. 395 M
20. C. membuat jalan anyer
D. Isian
11. Tarumanegara
12. Prasasti Ciaruteun
13. Hindu
14. Sungai Gangga dan Sungai Cupu
15. Untuk kesejahteraan rakyatnya
16. Jawa barat
17. Abad ke 4
18. Abad ke 7
19. Tarumanegara
20. Maka rakyatnya akan menderita
ANALISIS NILAI
LAMPIRAN 3
HASIL ANALISIS NILAI
No Nama Siswa X1 (Pre-test) X2 (Post-test) d= X2 – X1 d2
1 Sitti Fatimah
57 87 30 900
2 Aisyah Nur Ramadhani
57 87 30 900
3 Faiqah Ramadhani
60 90 30 900
4 Muh Rezky Hidayah
77 93 16 256
5 Imam Faturrahman
80 87 7 49
6 Cika Hafisah
77 90 13 169
7 Muh Arya
77 83 6 36
8 Muh Farel
43 70 27 729
9 Muh Habib
60 87 27 729
10 Muh Habil
60 70 10 100
11 Muh Iqbal
80 87 7 49
12 Muh Kaysan Lutfi Ali
77 83 6 36
13 Muhammad Damar Abri
60 83 23 529
14 Muhammad Syahril
63 83 20 400
15 Nur Afifah
77 90 13 169
16 Nur Fadillah
63 87 24 576
17 Nur Hairanti
53 83 30 900
18 Ri Astuti Jayadi
60 87 27 729
19 Riski Saputra
60 83 23 529
20 Saskia Dahlan
77 87 10 100
21 Suci Ramadhani
60 70 10 100
22 Wifqa Ainun Nabila Sp
63 87 24 576
1441 1854 413 9461
DAFTAR NILAI
LAMPIRAN 4
DAFTAR NILAI MURID
SD INPRES JONGAYA 1
TAHUN PELAJARAN 2019/2020
KELAS : IV A
SEMESTER : 1 Ganjil
No
Nama Murid
L/P
Nilai
Pre-test Post-test
1 Sitti Fatimah P 57 87
2 Aisyah Nur Ramadhani P 57 87
3 Faiqah Ramadhani P 60 90
4 Muh Rezky Hidayah L 77 93
5 Imam Faturrahman L 80 87
6 Cika Hafisah P 77 90
7 Muh Arya L 77 83
8 Muh Farel L 43 70
9 Muh Habib L 60 87
10 Muh Habil L 60 70
11 Muh Iqbal L 80 87
12 Muh Kaysan Lutfi Ali L 77 83
13 Muhammad Damar Abri L 60 83
14 Muhammad Syahril L 63 83
15 Nur Afifah P 77 90
16 Nur Fadillah P 63 87
17 Nur Hairanti P 53 83
18 Ri Astuti Jayadi P 60 87
19 Riski Saputra L 60 83
20 Saskia Dahlan P 77 87
21 Suci Ramadhani P 60 70
22 Wifqa Ainun Nabila Sp P 63 87
Rata-Rata 1441 1854
ABSEN MURID
LAMPIRAN 5
DAFTAR HADIR MURID
SD INPRES JONGAYA 1
TAHUN PELAJARAN 2019-2020
KELAS : IV A
SEMESTER : 1 Ganjil
No
Nama Murid
L/P PERTEMUAN KE
1 2 3 4 5 1 Sitti Fatimah P
2 Aisyah Nur Ramadhani P
3 Faiqah Ramadhani P
4 Muh Rezky Hidayah L
5 Imam Faturrahman L
6 Cika Hafisah P S S
7 Muh Arya L
8 Muh Farel L
9 Muh Habib L
10 Muh Habil L
11 Muh Iqbal L
12 Muh Kaysan Lutfi Ali L
13 Muhammad Damar Abri L
14 Muhammad Syahril L
15 Nur Afifah P
16 Nur Fadillah P
17 Nur Hairanti P
18 Ri Astuti Jayadi P
19 Riski Saputra L
20 Saskia Dahlan P
21 Suci Ramadhani P S S
/
22 Wifqa Ainun Nabila Sp P S
ANALISIS DATA
LAMPIRAN 6
HASIL ANALISIS DATA AKTIVITAS MURID
Aktivitas Murid
Jumlah Murid yang Aktif pada pertemuan ke -
%
Kategori
1 2 3 4 5 Murid yang hadir pada saat pembelajaran
19 P R E T E S T
22 22 P O S T T E S T
21% Aktif
Murid yang tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi
13 7 4 8% Aktif
Murid yang memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi
9 15 18 14% Aktif
Murid yang menjawab pertanyaan guru baik secara lisan maupun tulisan
5 8 10 7,6% Aktif
Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung
4 6 8 6% Aktif
Murid yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal dipapan tulis
4 7 9 6,6% Aktif
Murid yang mengerjakan soal dengan benar
8 10 13 10,3% Aktif
Murid yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada akhir pembelajaran
4 5 7 5,3% Aktif
Rata-rata 78,8 %
LAMPIRAN 7
DOKUMENTASI
DOKUMENTASI
SD INPRES JONGAYA 1
Pemberian Pretest (Tes Awal)
Proses Belajar mengajar dengan menggunakan penerapan Budaya Literasi
Mengerjakan Soal Posttest
LAMPIRAN 8
LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS MURID
Petunjuk Pengisian
Amatilah hal-hal yang menyangkut aktivitas murid selama kegiatan pembelajaran
berlangsung, kemudian isilah lembar pengamatan dengan prosedur sebagai berikut :
1. Pengamatan dilakukan kepada murid sejak guru memulai pembelajaran.
2. Pengamatan menghitung murid yang melakukan aktivitas yang diharapkan
kemudian menuliskan dikolom jumlah murid yang yang aktif setiap
pertemuan.
3. Kategori keaktifan murid dikatakan aktif jika jumlah murid yang melakukan
kegiatan yang diharapkan >50 %.
4. Kategori pengamatan keaktifan murid ditulis dikolom kategori yang tersedia.
Aktivitas Murid
Jumlah Murid yang Aktif pada pertemuan ke -
%
Kategori
1 2 3 4 5 Murid yang hadir pada saat pembelajaran
Murid yang tidak memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi
Murid yang memperhatikan pada saat guru menjelaskan materi
Murid yang menjawab pertanyaan guru baik secara lisan maupun tulisan
Murid yang bertanya pada saat proses pembelajaran berlangsung
Murid yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal dipapan tulis
Murid yang mengerjakan soal dengan benar
Murid yang mampu menyimpulkan materi pembelajaran pada akhir pembelajaran
Rata-rata
Makassar, Agustus 2019
Observer
Muhammad Syadillah
LAMPIRAN 9
PERSURATAN
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
Scanned with CamScanner
RIWAYAT HIDUP
MUHAMMAD SYADILLAH, Lahir di Pulau Kulambing, 10
November 1997. Anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan
Ayahanda Alm. Muh Saleh dan Ibunda Suhrah Anwar. Penulis
mulai menempuh pendidikan formal dan terdaftar sebagai siswa
di SD Negeri 6/36 Pulau Kulambing dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang
sama penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama yaitu SMP
Negeri 2 Pangkajene dan tamat pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan
pendidikan pada SMA Negeri 1 Pangkajene dan tamat pada tahun 2015. Pada
tahun 2015 penulis melanjutkan pendidikan dan terdaftar sebagai salah satu
mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta pada Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis menyelesaikan
Program Studi Strata satu (S1) dengan meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
pada tahun 2020