EFEKTIFITAS PEMBINAAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU DI SMP NEGERI 227 PEJATEN BARAT
JAKARTA SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi
Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh :
AHMAD HAWARY
NIM :104018200690
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2011
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul “Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan” diajukan kepada Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah
dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada tanggal 1 Juni 2011 dihadapan
dewan penguji. Karena itu penulis berhak memperoleh gelar S1 (S.Pd) dalam
bidang Kependidikan Islam, program studi Manajemen Pendidikan.
Jakarta, Juni 2011
Panitia Ujian Munaqasah
Tanggal TTD
Ketua Panitia
Drs. Rusydy Zakaria, M. Ed M.Phil ………….………… ………………..……
NIP. 195 60530 198503 1 002
Sekretaris
Fauzan, MA ………………………… …………….............
NIP. 19761107 200701 1 013
Penguji I
Drs. Mujahid, Ak M. SC ………………………… ……………………..
NIP. 194 70714 196510 1 001
Penguji II
Dr. Muhammad Arif, M.Pd ………………………… ……………………..
NIP. 197 00606 199702 1 002
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A
NIP. 19571005 198703 1 003
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Bismillahirrohmanirrohim
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Ahmad Hawary
NIM : 104018200650
TTL : Jakarta, 02 Oktober 1986
Program Studi : Manajemen Pendidikan
Jurusan : Kependidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Muarif SAM M.Pd
2. Dra. Manerah
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Strata (SI) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,10 Juni 2011
Penulis
Ahmad Hawary
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Tiada kata yang pantas penulis ungkapkan selain Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya menuju jalan
yang diridhai oleh Allah .
Skripsi ini disusun sebagai salah satu tugas akademis di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dalam mencapai gelar Sarjana
Pendidikan (S.Pd). Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya
bahwa skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak, oleh karena
itu penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan memberikan motivasi maupun dorongan materil. Ucapan terima kasih
khususnya penulis sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Drs. Rusydy Zakaria M. Ed. M. Phil. Ketua Jurusan Kependidikan Islam
,serta Fauzan MA Sekretaris Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Mu’arif SAM, M. Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan
memberikan ilmunya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Dra. Manerah, Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan saran
produktif dan kritik membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Drs. H. Nurochim, MM, Dosen Penasehat Akademik
6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kependidikan Islam Program Studi
Manajemen Pendidikan, atas ilmu dan pengalaman yang telah diberikan
selama penulis kuliah.
7. Kepala SMP Negeri 227 Pejaten Barat Pasar Minggu Jakarta Selatan Drs.
H. Abu Bakar Idris M. Pd, Bapak dan Ibu guru serta seluruh staff SMP
Negeri 227, atas kesempatan dan informasi yang telah diberikan selama
penulis melakukan penelitian.
8. Pengelola perpustakaan utama dan perpustakaan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, terima kasih atas buku-bukunya yang telah
dipinjamkan kepada penulis sebagai pedoman dalam kajian teori yang
penulis susun dalam skripsi ini.
9. Ayahanda tercinta H. Abdul Rahman HS dan Ibunda Hj. Muliah, yang
telah berjuang tanpa mengenal lelah untuk mengasuh, mendidik,
mendo’akan dan berkorban baik moril maupun materil. Terima kasih atas
semua jasa-jasa beliau.
10. Abu Sufyan, Wahyudin, Fadilah, Badriah, Ayatullah, Ahmad Fauzan
(Kakak) Ibnu Jauzi, Rika Azizah (Adik tercinta) yang senantiasa
mendo’akan dan memberi semangat pada penulis, terima kasih atas semua
do’a dan dukungannya.
11. Semua teman-teman seperjuangan Jurusan Kependidikan Islam angkatan
2004, khususnya Maria Ulfa, Muhammad Nurulah, Hari Saputra,
Anggriawan Pranata, Lukman, Muhammad Irfan Arofah, Shandi Irawan,
Abdul Rohim, Fadli Hasan, dan Muhammad Faisal yang selalu kompak
dan semangat baik dalam suka maupun duka.
Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT membalas
amal baik mereka.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya
bagi penulis dan umunya bagi pembaca sekalian.
Alhamdulillahirobbilalamin
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 4 Mei 2011
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................... iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah................................................. 6
D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru ......................... 9
2. Syarat-syarat Profesi Guru ................................................ 18
3. Urgensi Kompetensi Profesional Guru ............................. 23
B. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional guru ........ 25
2. Tujuan Pembinaan Profesional Guru ................................. 26
3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi .......................27
Profesional Guru
4. Ruang Lingkup dan Metode Pembinaan Kompetensi
Profesional Guru ................................................................ 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 40
B. Responden ............................................................................. 40
C. Metode Penelitian ................................................................. 40
D. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 41
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 42
F. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 45
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 46
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah ................................................................... 47
2. Visi dan Misi ..................................................................... 49
B. Pembinaan Kompetensi Professional Guru Oleh Pihak
Sekolah ................................................................................... 52
1. Pembinaan Keterampilan Mengajar ................................. 52
2. Pembinaan Kemampuan Mengajar ................................... 53
3. Pembinaan Disiplin Kerja Guru ........................................ 53
4. Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja Guru ..................... 54
C. Tingkat Keefektifan Pembinaan Kompetensi Profesional
Guru ....................................................................................... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 65
B. Saran ...................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 68
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Kisi-kisi Instrumen Penelitian ..................................................... 43
Tabel 2 : Klasifikasi Nilai Rentang Interval .............................................. 47
Tabel 3 : Skor pernyataan no 1 ................................................................... 55
Tabel 4 : Skor pernyataan no 2 ................................................................... 55
Tabel 5 : Skor pernyataan no 3 ................................................................... 55
Tabel 6 : Skor pernyataan no 4 ................................................................... 55
Tabel 7 : Skor pernyataan no 5 ................................................................... 56
Tabel 8 : Skor pernyataan no 6 ................................................................... 56
Tabel 9 : Skor pernyataan no 7 ................................................................... 56
Tabel 10 : Skor pernyataan no 8 ................................................................... 56
Tabel 11 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Keterampilan Mengajar
Guru 56
Tabel 12 : Skor pernyataan no 9 ................................................................... 57
Tabel 13 : Skor pernyataan no 10 ................................................................. 57
Tabel 14 : Skor pernyataan no 11 ................................................................. 57
Tabel 15 : Skor pernyataan no 12 ................................................................. 58
Tabel 16 : Skor pernyataan no 13 ................................................................. 58
Tabel 17 : Skor pernyataan no 14 ................................................................. 58
Tabel 18 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kemampuan Mengajar Guru 58
Tabel 19 : Skor pernyataan no 15 ................................................................. 59
Tabel 20 : Skor pernyataan no 16 ................................................................. 59
Tabel 21 : Skor pernyataan no 17 ................................................................. 60
Tabel 22 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Disiplin Kerja Guru .............. 60
Tabel 23 : Skor pernyataan no 18 ................................................................. 61
Tabel 24 : Skor pernyataan no 19 ................................................................. 61
Tabel 25 : Skor pernyataan no 20 ................................................................. 61
Tabel 26 : Skor pernyataan no 21 ................................................................. 61
Tabel 27 : Skor pernyataan no 22 ................................................................. 61
Tabel 28 : Skor pernyataan no 23 ................................................................. 62
Tabel 29 : Skor pernyataan no 24 ................................................................. 62
Tabel 30 : Skor pernyataan no 25 ................................................................. 62
Tabel 31 : Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja Guru .......... 62
Tabel 32 : Rekapitulasi Persentase Pembinaan Kompetensi Profesional
Guru ............................................................................................ 63
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat
ABSTRAK
Ahmad Hawary, 104018200650 Efektifitas Pembinaan Kompetensi
Profesional Guru Di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan
untuk mengetahui efektifitas pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah
dalam membina kompetensi profesional guru yang meliputi dimensi-dimensi
pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru, pembinaan terhadap
kemampuan mengajar guru, pembinaan terhadap disiplin kerja guru, dan
pembinaan terhadap kepuasan kerja guru.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif analitis, yaitu
penelitian dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah, tetapi tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data
utama dari penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah telah melakukan
pembinaan secara baik terhadap kompetensi professional guru yang meliputi
keterampilan mengajar, kemampuan mengajar, disiplin kerja, dan kepuasan kerja.
Dari ke-empat dimensi tersebut, hanya dimensi pembinaan kemampuan mengajar
yang masih tergolong cukup, sedangkan dimensi lainnya berkatagori sangat
efektif.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut direkomendasikan kiranya kepala
sekolah perlu meningkatkan hubungan atau interaksi yang baik dengan guru, perlu
meningkatkan pembinaan kemampuan mengajar guru. Selain itu hendaknya guru
dapat melaksanakan dan merencanakan prosedur pembelajaran yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang sangat penting dan
bermanfaat bagi pertumbuhan serta perkembangan sebuah negara. Karena
pendidikan ini pula, setiap negara dapat mempersiapkan sumber daya manusia
yang memiliki daya saing tinggi (kompetitif) di dunia. Pendidikan menjadi
perhatian khusus di setiap negara. Seperti halnya Jepang meski memiliki
sumber daya alam yang terbatas, tetapi tercatat sebagai negara termaju di
bidang ekonomi. Hal ini disebabkan karena mutu sumber daya manusia yang
berkualitas dan bermutu tinggi. Keberhasilan tersebut ada karena
pemerintahannya menaruh prioritas yang utama terhadap penyelenggaraan
sistem persekolahan, mulai dari jenjang pendidikan tingkat dasar sampai
pendidikan tinggi.
Bangsa Indonesia pun telah menyadari akan pentingnya pendidikan sebagai
modal utama dalam mempersiapkan sumber daya manusia, yang kelak akan
memiliki peran penting dalam pembangunan nasional. Sungguh ironis jika
sebuah bangsa besar seperti Indonesia yang kaya akan sumber daya alam,
tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang mampu mengolah
kesemua itu menjadi modal pembangunan dan memajukan bangsa yang telah
merdeka 64 tahun yang lalu.
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, guru menduduki peranan yang
strategis sehingga diperlukan kelayakan mengajar pada jenis dan jenjang
pendidikan tertentu. Data tahun 2000/2001 menunjukkan bahwa terdapat
49,49 % guru SD yang layak jika mengacu pada kualifikasi mengajar minimal
D-2, Sedangkan sebanyak 50, 31 % dinilai tidak layak. Pada tingkat SMP
yang dinilai layak dengan kualifikasi mengajar SMP minimal D-3 terdapat
33,67 % yang dinilai tidak layak. Persentase ini bisa lebih besar lagi lantaran
sekarang ditetapkan guru SMP harus memiliki kualifikasi S-1.1
Menyadari pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang
merupakan kesatuan dari peningkatan mutu pendidikan, maka pemerintah
beserta masyarakat terus berupaya mewujudkan peningkatan mutu pendidikan
melalui berbagai usaha seperti pengembangan dan perbaikan kurikulum,
pembenahan sistem evaluasi, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan,
pengadaan dan pengembangan materi pembelajaran, serta peningkatan
kompetensi guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui pelatihan. Dalam
arti sederhana untuk meningkatkan sumber daya manusia Indonesia, maka
terlebih dahulu bangsa Indonesia harus meningkatkan mutu pendidikan
dengan mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan potensi, kebutuhan
dan harapan masyarakat.
Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan sumber daya manusia
(SDM) pendidik yang memliki kualifikasi kompetensi profesional, agar dapat
memberikan kontribusi yang menguntungkan bagi terselenggaranya
pendidikan. Proses belajar mengajar membutuhkan tenaga pengajar yang
profesional untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Berkaitan dengan
keberhasilan proses belajar mengajar tentunya tidak lepas dari berbagai faktor
yang melatarbelakangi, diantaranya sarana dan prasarana yang memadai,
bobot kurikulum, terutama sumber daya kepala sekolah, guru dan karyawan
dalam mengelola, mendidik, membimbing serta mengarahkan siswa dalam
proses belajar mengajar.
1 Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi, Dari Guru Konvensional Menuju Guru
Profesional, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2009), Cet. Ke – 1, h. 22
Sekolah sebagai wadah (organisasi) yang menyelenggarakan pelayanan
kegiatan pendidikan kepada masyarakat tentunya harus ditangani oleh orang-
orang yang tepat dibidangnya. Di samping itu dengan melihat tujuan
organisasi sekolah yang sangat penting, maka hendaknya kualitas SDM
sekolah perlu diperhatikan dengan baik. Hal ini karena dalam pendidikan yang
diselenggarakan oleh sekolah itulah kualitas hidup bangsa dipertaruhkan.
Untuk kepentingan sekolah memiliki guru yang profesional dan efektif
merupakan kunci keberhasilan proses belajar mengajar. Guru yang profesional
adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.2 Itu
berarti bahwa guru bukan hanya memperoleh pendidikan formal tetapi juga
harus menguasai berbagai strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar
mengajar serta menguasai landasan kependidikan.
Setiap sekolah perlu meningkatkan atau membina sumber daya pendidik
dan kependidikan, yang bertujuan untuk mendayagunakan tenaga pendidik
dan tenaga kependidikan yang efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan. Sehubungan dengan
itu, fungsi personalia yang harus dilakukan oleh pimpinan adalah melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pelatihan pengembangan,
kompensasi, penilaian, pemberhentian dan mengupayakan terwujudnya tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan yang profesional.
Guru merupakan jabatan profesi memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan
ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian tersebut.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru
profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa
pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan.3
2 Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan Perundang-
undangan, (Bandung : Fokusmedia, 2006), cet. Ke-1, h.7 3 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), Cet.
Ke-8 h. 5.
Tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik adalah membantu dan
mendidik siswa untuk mencapai kedewasaan seluruh ranah kejiwaan. Untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya itu, guru berkewajiban
merealisasikan segenap upaya yang mengarah pada pengertian membantu dan
membimbing siswa dalam melapangkan jalan menuju perubahan positif
seluruh ranah kejiwaannya. Dalam hal ini yang paling utama dalam memberi
bantuan dan bimbingan itu adalah mengajar. Peran guru diharapakan dapat
menciptakan pendidikan yang membebaskan masyarakat dari keterpurukan,
kemiskinan dan berbagai krisis yang tengah melanda seluruh elemen bangsa
ini.
Mengingat guru sebagai tenaga profesional, maka dituntut untuk memiliki
sejumlah kompetensi profesional. Kompetensi itu dapat dicapai dengan baik,
jika guru yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat yang ditinjau dari
kualifikasi pendidikan. Standar kompetensi profesional guru merupakan
ukuran yang ditetapkan bagi seorang guru dalam menguasai seperangkat
kemampuan agar layak menduduki salah satu jabatan fungsional guru sesuai
dengan bidang tugas dan jenjang pendidikannya. Kemampuan yang dimaksud
adalah berkaitan dengan penguasaan proses pembelajaran, penguasaan
pengetahuan, dan jabatan jabatan fungsional. Mengenai jabatan fungsional
guru merujuk pada kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab,
wewenang, dan hak seorang guru yang dalam melasanakan tugas berdasarkan
pada keahlian atau keterampilan tetentu yang bersifat mandiri. Berdasarkan
paparan di atas dapat dinyatakan, bahwa kompetensi profesional seorang guru
merupakan seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh guru searah
dengan kebutuhan pendidikan di sekolah (kurikulum), tuntutan masyarakat
dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peran kompetensi profesional guru sangat penting, karena kompetensi
seorang guru memiliki andil yang cukup besar dalam meningkatkan kualitas
mutu pendidikan di sekolah. Jika seorang guru tidak memiliki kompetensi
dalam segi keilmuan maupun kemampuan-kemampuan lainnya maka sekolah
dalam hal ini kepala sekolah wajib memberikan pembinaan-pembinaan yang
sifatnya untuk melengkapi, menggali, dan mengevaluasi setiap kemampuan-
kemampuan dasar yang diperlukan oleh sekolah tersebut.
Saat ini pemerintah telah memperbaiki tingkat kesejahteraan guru melalui
perbaikan tunjangan profesi. Namun, upaya perbaikan kesejahteraan guru ini
tidak dibarengi dengan perbaikan tiga kompetensi lain yang dibutuhkan oleh
guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, dan kompetensi sosial.
Akibatnya banyak guru yang kini memiliki perilaku tidak mencerminkan
pribadi seorang guru.
Kompetensi profesi yang berimbas pada diberlakukannya tunjangan
profesi seorang guru telah memberikan kontribusi besar pada peningkatan
kesejahteraan guru. Namun peningkatan kesejahteraan ini cenderung tidak
dibarengi dengan perbaikan kepribadian, kemampuan, dan hubungan sosial
seorang guru. Akhirnya timbul kesan bahwa yang lebih diperbaiki dari
seorang guru adalah materi, kekayaan, bukan kompetensi guru tersebut.
Saat ini terdapat fenomena-fenomena kasus guru yang tidak tepat waktu
atau terlambat hadir di sekolah, guru yang tidak mampu menguasai kelas, serta
akhir-akhir ini banyak guru yang terlibat perkelahian dan tindak kejahatan
kriminal. Kasus ini terjadi akibat kurangnya kompetensi pedagogik dan
kompetensi kepribadian guru. Mereka merasa sudah berkompeten terhadap
profesinya dan terkesan tidak memperdulikan aturan-aturan yang ada di
sekolah. Selain itu mereka tidak bisa tampil lembut, sejuk, berwibawa, dan
melindungi siswa. Jadi kompetensi kepribadian hanya menjadi aturan semu
belaka.
Kompetensi kepribadian dan pedagogik serta sosial harus menjadi
perhatian utama dalam hal rekruitman guru dan pembinaan-pembinaan yang
sifatnya jangka panjang oleh sekolah. Pasalnya, tidak semua orang yang pintar
dalam ilmu pengetahuan, lulusan S-2 dan S-3, selalu tepat menjadi guru.
Inilah kesalahan yang terjadi dalam praktik rekruitmen maupun bentuk-bentuk
pembinaan yang kurang konsisten oleh sekolah. Selain itu pula tingkat
pengawasan ataupun supervisi yang rendah dapat mempengaruhi tingkat
kompetensi guru sehingga sangat mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah
tersebut.
Beberapa fenomena yang disebutkan di atas juga terjadi di SMP Negeri
227 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Berdasarkan pengamatan pendahuluan dan
wawancara dengan salah seorang guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat
Jakarta Selatan, diperoleh gambaran bahwa masih terdapat guru yang tidak
tepat waktu hadir di sekolah, belum menguasai komputer sebagai sarana
pembelajaran maupun pendukung dalam proses belajar mengajar. Dalam
pembinaan sumber daya yang telah ada di sekolah, ada indikasi para guru
belum maksimal dalam menjalankan tugas profesinya.
Melihat pentingnya sekolah dalam membina kompetensi guru, maka
penulis ingin mengangkat fenomena yang terjadi di sekolah tersebut melalui
skripsi dengan judul “Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah,
maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Masih terdapat guru yang belum maksimal untuk terpenuhinya standar
kompetensi pendidik, baik kompetensi pedagogik, kepribadian,
kompetensi sosial maupun kompetensi profesional.
2. Kurangnya penguasaan dalam penggunaan sarana dan prasarana
pembelajaran sehingga proses belajar mengajar berjalan kurang efektif.
3. Masih belum maksimalnya kesadaran akan penggunaan waktu yang efektif
dalam mengajar guru.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya masalah-masalah yang teridentifikasi dan supaya
pembahasan masalah dalam skripsi ini terfokus dan tersusun dengan baik,
serta sesuai dengan keterbatasan penulis dalam hal waktu, tenaga dan biaya,
maka perlu ada pembatasan masalah. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
maka penelitian ini dibatasi masalahnya pada pembinaan kompetensi
profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakan bentuk-bentuk pembinaan kompetensi profesional guru
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan
b. Bagaimanakah Efektifitas pembinaan kompetensi profesional guru di
SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pembinaan kompetensi profesional
guru yang dilakukan oleh kepala sekolah di SMP Negeri 227 Pejaten
Barat Jakarta Selatan.
2. Untuk mengetahui efektifitas pembinaan kompetensi profesional guru
oleh kepala sekolah di SMP Negeri 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Bagi penulis, penelitian ini sebagai informasi baru yang berguna untuk
meningkatkaan mutu dan profesionalisme dalam mengelola sistem
pendidikan. Sehingga dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan di
bidang manajemen pendidikan.
2. Bagi lembaga pendidikan, penelitian ini dapat memberi ide atau
gagasan dalam upaya melakukan inovasi pengembangan dalam
pembinaan kompetensi profesional guru dalam peningkatan mutu
pendidikan. Serta untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan dan
kelemahan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya di
SMP 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan, umumnya lembaga pendidikan
di Indonesia
3. Bagi para pembaca, yaitu sebagai bahan rujukan dalam mengelola
pendidikan khususnya yang berkaitan dengan pembinaan sumber daya
manusia pendidikan yang profesional dan berkompetensi tinggi.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Kompetensi Profesional Guru
Kata kompetensi berasal dari bahasa inggris competence sama
dengan being competent dan competent sama dengan having ability,
power, authority, skill, knowledge, attitude, etc. yang artinya
mempunyai kemampuan, kekuatan, kewenangan, kemampuan,
pengetahuan, dan sikap. 4
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi berarti
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu.5
Menurut Barket and Stone seperti yang dikutip oleh Moh Uzer
Usman, “kompetensi adalah descriptive of qualitative nature or
teacher behavior appear to be entairly meaningfull. Kompetensi
merupakan gambaran dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.6
Sedangkan menurut Charles E Johnson, competency as a rational
performance with satisfactorily meet the objective for a desire
condition. Yang berarti kompetensi merupakan perilaku yang rasional
4 Prof. Dr. H. Hamzah B. Uno, M.pd, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Bumi
Aksara, 2007) Cet. Ke-1 Hal. 62 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet Ke-2, h.453 6 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda
1997), Cet. Ke-8, h.14
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi
yang diharapkan.7
Pengertian kompetensi guru (teacher competency) adalah
seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru
agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.8
Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat
penulis simpulkan bahwa kompetensi merupakan kualifikasi
seseorang, baik yang sifatnya kualitatif maupun kuantitatif dalam
melaksanakan profesi berdasarkan pendidikan yang dimiliki secara
profesional dan bertanggung jawab.
Menurut para ahli, kata “profesional” memiliki beragam definisi,
definisi yang pertama mengatakan “profesional” khusus dalam bidang
olahraga dan seni, ada kata “pemain bayaran” dan ada pula “pemain”
amatir. Jadi pemain bayaran dipergunakan untuk “profesional” orang-
orang yang melakukan kegiatan ini mendapat upah atau bayaran. Di
samping itu kita juga mengenal pemain “amatir”, yaitu orang-orang
yang melakukan kegiatan ini hanya untuk kesenangan saja, bukan
untuk mencari uang.9
Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi
(UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen).10
Dalam buku “menjadi guru profesional” disebutkan bahwa istilah
profesional berarti a vocation in which professed knowledge of some
7 , Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda
1997), Cet. Ke-8, h.14 8 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007) h. 55 9 Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd., Profesionalisasi Guru dan Implementasi
KTSP, (Jakarta : Gaung Persada Press 2007) Cet. Ke-2 Hal. 13 10
, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2007) h. 45
department of learning or science is use in it’s application to the
affair of other in the practice of an art founded upon it. Ungkapan
tersebut mengandung makna bahwa suatu pekerjaan yang bersifat
profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara sengaja
harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum.
Atas dasar kepentingan itu ternyata profesional berbeda dengan
pekerjaan lainnya, karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan
keahlian khusus dalam melaksanakan profesinya.
Kata profesional dalam buku “menjadi guru profesional”
disebutkan bahwa profesional adalah : (1) bersangkutan dengan
profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya,
dan (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.11
Dalam buku Bimbingan dan Konseling diterangkan bahwa
profesional menunjuk atas dua hal, Pertama orang yang menyandang
suatu profesi; misalnya sebutan dia seorang profesional, Kedua
penampilan seseorang yang sesuai dengan profesinya.12
Kata profesional menurut Dr. Nana Sudjana seperti yg dikutip oleh
Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa “Profesional berasal dari
kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata benda yang berarti
orang yang mempunyai keahlian seperti guru, dokter, hakim,
pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus
dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain”.13
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
profesional yang dimiliki seseorang harus bertitik tolok atas
pendidikan dan pelatihan dibidang tertentu sesuai pekerjaan yang
11
Syarifuddin Nurdin, Prof.Dr.H.,“Guru Profesional dan Implementasi
Kurikulum” (Jakarta, Ciputat Press, 2005) cet. Ke-3 h.13 12
Prayitno, M.Sc.Ed.Prof Dr., Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1999) cet. Ke-1 h.339 13
, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997),
Cet. Ke-8, h.14
dimiliki secara terus menerus agar seseorang dapat mengembangkan
diri baik kompetensi maupun sikap profesional sehingga dapat
mencapai keberhasilan yang diharapkan.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3)
butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Pendidikan.14
Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan
mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap
cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan
siswa termasuk didalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan
media pembelajaran untuk menjamin efektifitas pembelajaran. Dengan
demikian seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus,
kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru.
“A teacher is person charged with the responsibility of helping others
to learn and behave in new different way” (James M. Cooper, 1990).15
Itulah sebabnya guru adalah pekerjaan yang professional, yang
membutuhkan kemampuan khusus dari hasil pendidikan yang
dilaksanakan oleh lembaga pendidikan keguruan.
Adapun ciri-ciri pokok bahwa guru sebagai pekerjaan
profesional:16
a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara
mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-
lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya
didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
14
Standar Nasional Pendidikan (Jakarta : CV Eko Jaya, 2006) Cet. Ke-1 Hal. 74 15
Wina Sanjaya, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek
pengembangan kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media
grup, 2008) cet.1, h.273-274 16
, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek pengembangan
kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media grup, 2008) cet.1,
h.275
b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang
tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga
antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan
secara tegas.
c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan
kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui
oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang
akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat
penghargaan yang diterimanya.
d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki
dampak sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat memiliki
kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang
ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.
Kompetensi profesional merupakan kompetensi atau kemampuan
yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan.
Kompetensi ini merupakan aspek yang sangat penting, karena
langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Dalam
tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini.
Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini
diantaranya :
a. Kemampuan untuk menerapkan landasan kependidikan baik
filosofis, psikologis, sosiologis. Landasan-landasan kependidikan
adalah sejumlah disiplin ilmu yang wajib dialami oleh para guru,
yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Agar sekolah mampu berperan
sebagai perintis, penggerak, dan pengaruh pembangunan
masyarakatnya, agar siswa mampu menginvestasikan seluruh
perolehan belajarnya untuk perkembangan lebih lanjut. Visi
keilmuan dan aplikasinya member jaminan mutu kerja guru yang
efektif dan efisien. Guru yang menguasai dasar keilmuan dengan
mantap akan dapat member jaminan bahwa siswanya belajar
sesuatu yang bermakna dari guru yang bersangkutan.
b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham
tentang tahapan perkembangan siswa, memahami strategi
pembelajaran individual dan melaksanakan pembelajaran individu.
Guru sangat berperan dalam perkembangan peserta didiknya untuk
mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat,
kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik
tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam
kaitan ini guru harus memprhatikan peserta didik secara individu,
karena antara satu peserta didik dengan yang lainnya memiliki
perbedaan yang sangat mendasar.
c. Kemampuan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang
studi yang diajarkannya. Sebelum guru tampil di depan kelas untuk
mengelola interaksi belajar mengajar. Dengan modal menguasai
bahan, guru akan dapat menyampaikan materi pelajaran dengan
sistematis.
d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan
strategi pembelajaran. Guru dituntut untuk mengorganisasikan
berbagai jenis metodelogi dan strategi pembelajaran diantaranya :
ceramah, diskusi, lisan dan sebagainya. Menggunakan
perpustakaan dalam pembelajaran serta menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar.
e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan
sumber belajar. Kemampuan merancang media merupakan salah
satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok
akan memudahkan proses pembelajaran sehingga pada gilirannya
tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Perkembangan
teknologi menuntut setiap guru untuk mengikuti perkembangan
teknologi mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi informasi
memungkinkan setiap guru dapat menggunakan berbagai pilihan
media yang dianggap cocok.
f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Sebagai
kegiatan yang bertujuan untuk menilai kebrhasilan siswa, evaluasi
memegang peran yang sangat penting. Sebab melalui evaluasi guru
dapat menentukan apakah siswa yang diajarnnya sudah memiliki
kompetensi yang telah ditetapkan., sehingga mereka layak
diberikan program pembelajaran baru, atau malah sebaliknya siswa
belum dapat mencapai standar minimal, sehingga perlu diberi
penjelasan lagi dari guru. Disamping itu, untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, evaluasi itu sebaiknya dilakukan bukan
hanya terhadap hasil evaluasi proses belajar akan tetapi juga pada
proses belajar. Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap
proses belajar pada dasarnya evaluasi terhadap keterampilan
intelektual secara nyata.
g. Kemampuan dalam menyusun program pembelajaran. Penyusunan
program pembelajaran akan bermuara pada rencana pelaksanaan
pembelajaraan (RPP), sebagai produk program pembelajaran
jangka pendek, yang mencakup komponen program kegiatan
belajar dan proses pelaksanaan program. Komponen ini mencakup
kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan
sumber belajar, waktu belajar, dan daya dukung lainnya. Disini
guru harus biasa menyusun program pembelajaran seoptimal
mungkin sehingga dapat melaksanakan program pembelajaran.
h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang,
misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan
penyuluhan. Secara operasional guru dituntut cakap atau mampu
bekerja sama secara terorganisasi dalam pengelolaan sekolah,
berperan standar dalam tugasnya, mematuhi aturan-aturan yang
menunjang dalam pencapaian tujuan pendidikan sekolah. Dan guru
berperan sebagai pembimbing adalah membantu siswa untuk
mengenali serta untuk menerima diri beserta potensinya, membantu
siswa untuk menentukan pilihan-pilihan tepat dalam hidupnya,
membantu siswa agar berani menghadapi masalah hidupnya secara
bertanggung jawab. Guru harus memberi saran, jalan, solusi,
pendapat, arahan untuk peserta didik. 17
Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus
dimiliki dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utama seorang
guru yaitu mengajar. Seorang guru harus memahami jenis-jenis materi
pembelajaran. Beberapa hal penting yang harus dimiliki guru adalah
kemampuan menjabarkan materi standar dalam kurikulum. Untuk
kepentingan tersebut guru harus mampu menentukan secara tepat
materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
Kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan
materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut
Hasan sedikitnya mencakup validitas, keberartian, relevansi,
kemenarikan dan kepuasan.18
a. Vadiditas atau tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan
materi guru harus yakin bahwa materi yang diberika telah diuji
kebenarannya. Artinya guru harus menghindari memberikan materi
(data, dalil, teori, konsep, dan sebagainya) yang sebenarnya masih
dipertanyakan atau diperdebatkan. Hal ini untuk menghindari salah
konsep, salah tafsir, atau salah pemakaian.
b. Keberartian atau tingkat kepentingan materi tersebut dikatikan
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Materi standar
yang diberikan harus relevan dengan keadaan dan kebutuhan anak
didik, sehingga bermanfaat bagi kehidupannya.
c. Relevansi (relevance) dengan tingkat kemampuan peserta didik,
artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah dan disesuaikan
dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan dilapangan
17
, Kurikulum dan pembelajaran, teori dan praktek pengembangan
kurikulum tingkat satuan pedidikan, (Jakarta: kencana prenada media grup, 2008) cet.1, h.
278 18
E. Mulyasa, standar kompetensi dan sertifikasi guru, (bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. 1, h. 139
pekerjaan serta masyarakat pengguna saat ini dan yang akan
datang.
d. Kemenarikan (interest) pengertian menarik disini bukan hanya
sekedar menarik perhatian peserta didik pada saat mempelajari
suatu materi pelajaran. Lebih dari itu materi yang diberikan
hendaknya mampu memotivasi peserta didik sehingga peserta didik
mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan
keterampilan lebih lanjut dan lebih mendalam dari apa yang
diberikan melalui proses belajar mengajar di sekolah.
e. Kepuasan (satisfaction), kepuasan yang dimaksud merupakan hasil
pembelajaran yang diperoleh peserta didik bermanfaat bagi
kehidupannya, dan peserta didik dapat bekerja dengan
menggunakan dan mengamalkan ilmu tersebut.
Guru yang memiliki kompetensi harus mampu memilih serta dapat
mengelompokkan materi pembelajaran yang akan disampaikannya
kepada peserta didik sesuai dengan jenisnya. Tanpa kompetensi
tersebut seorang guru dapat dipastikan akan menghadapi berbagai
kesulitan dalam membentuk kompetensi peserta didik bahkan akan
gagal dalam melaksanakan pembelajaran.
Dari berbagai penjelasan mengenai kompetensi dan profesional,
maka pengertian kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik dalam memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional
pendidikan.
2. Syarat-syarat Profesi Guru
Untuk mengetahui seseorang layak atau tidak dalam suatu
profesinya, maka diketahui terlebih dahulu apa saja yang menjadi
syarat-syarat sebagai profesional. Dengan syarat ini seorang guru
dapat diprediksi kelayakan dan keprofesionalannya untuk
melaksanakan dan mengembangkan tugasnya secara optimal dan
efektif.
Ngalim Purwanto, MP. menjelaskan persyaratan khusus tentang
menjadi guru yang baik sebagai berikut:
a. Berijazah
b. Sehat jasmani
c. Takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baik
d. Bertanggung jawab
e. Berjiwa Nasional19
Moh. Uzer Usman dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional”
menjelaskan persyaratan khusus profesional, seperti yang dikutip oleh
yaitu sebagai berikut:
a. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep teori
ilmu pengetahuan yang mendalam
b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai
dengan profesinya.
c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai
d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari
pekerjaan yang dilaksanakannya
e. Memungkinkan perkembangan sejalan dinamika kehidupan20
N.A. Ametembun sebagaimana dikutip oleh Durati Waesani
mengklasifikasikan syarat profesi kepada dua kategori, yaitu syarat
primer dan syarat sekunder21
masing-masing kategori tersebut
memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
a. Syarat primer terbagi ke dalam dua kategori:
Pertama, syarat yang berhubungan dengan unsur mendidik
sebagai transfer of values, yaitu:
1) Syarat Personality, yaitu syarat yang menyangkut
kepribadian seseorang menjadi guru meliputi; kesehatan fisik
(tubuh), kesehatan psikis, kesehatan jasmani-rohani dan
integrasi pribadi.
2) Syarat Morality, yaitu syarat yang menyangkut masalah
(moral).
19
M. Purwanto Ngalim, MP. Drs., Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1989) cet. Ke-5. H.171 20
, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda 1997),
Cet. Ke-8, h.15 21
Durati Waesani, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2
Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005)
hal. 15-16
3) Syarat Religiusitas, yaitu syarat yang berhubungan dengan
norma-norma bagaimana yang dianut oleh seorang guru.
Kedua, Syarat primer yang berhubungan dengan interaksi
proses belajar mengajar sebagai transfer of knowledge dan skill,
yaitu
1) Syarat profesional, yaitu syarat yang berhubungan dengan
keahlian dibidang keguruan yang meliputi;
a) Pengetahuan (Knowledge) dibidang keguruan dan
pendidikan baik yang bersifat umum (general education)
maupun yang bersifat khusus (special education)
b) Keterampilan (skill) dibidang keguruan, termasuk pula
kemampuan dalam manajemen pengelolaan kelas.
b. Syarat Sekunder, yaitu syarat formal, wewenang seseorang
menjadi guru yang berupa surat keputusan (SK) ijazah dari
instansi yang berwewenang.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk
dapat profesional seorang guru harus memiliki berbagai syarat-syarat
kelengkapan dan kelayakan bagi guru, baik syarat primer yang
mengandung unsur mendidik sebagai transfer of values dan unsur
sebagai proses belajar mengajar sebagai transfer of knowledge dan
skill dalam proses belajar mengajar maupun dalam lingkungan
sekolah dan masyarakat yang dapat menjadi titik tolok seorang guru
yang profesional dan cukup mampu menjadi contoh tauladan dalam
menjalankan tugas belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang
diinginkan.
Aminuddin Rasyad Sebagai mana dikutip oleh Durati Waesani
menyatakan bahwa untuk mampu mengembangkan tugas profesional,
sebagai guru tanpa memandang tingkat dan jenis sekolah yang
dihadapinya, sangat dituntut menghayati kompetensi guru atau
Competency Based Teacher Assessment (CBTA). Yaitu sebagai
berikut :
a. Perangkat Kompetensi Profesi Akademik
1) Kemampuan menguasai materi pendidikan dan pengajaran
yang akan disajikan (mastery of subject matters).
2) Kemampuan mengelola kelas (Managing The Classroom).
3) Kemampuan mengelola proses belajar mengajar (Managing
The Teaching Learning Process).
4) Kemampuan mengelola dan melaksanakan dasar-dasar
kependidikan (Managing The Base of Education).
5) Kemampuan memberikan bimbingan konseling (Managing
The Guidance And Conseling).
6) Kemampuan mengelola dan melaksanakan administrasi
(Managing The School Administration).
7) Kemampuan menggunakan berbagai media dan sumber
belajar (Managing The Media And Teaching Learning
Resources).
8) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
(Managing The Teaching Learning Program).
b. Perangkat kompetensi kepribadian, meliputi :
1) Mengembangkan dan mengaplikasikan sifat-sifat terpuji.
2) Mengembangkan dan mengaplikasikan iman taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
3) Mengembangkan sikap jiwa altruistis.
4) Mengembangkan kemampuan bergaul dengan sesama
secara kolegial.
5) Kemampuan mengembangkan sikap membedakan
pelayanan kepada anak didik.
6) Kemampuan mengembangkan sikap cinta profesi. 22
Perangkat kompetensi di atas ditambahkan lagi oleh beliau, harus
ditunjang dengan kemampuan mempergunakan berbagai metode
mengajar sesuai dengan jenis pokok bahasan dan tujuan.
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi
profesional akademik yang menjamin kemampuan seorang guru dalam
berkomunikasi secara interaktif dengan siswa, serta masyarakat secara
baik, serta mempunyai konsep dan teori ilmu pendidikan yang
mendalam seperti pengetahuan tentang metode dalam proses belajar
mengajar. Sehubungan dengan hal tersebut seorang guru tidak terlepas
dari kompetensi kepribadian yang mampu mengaplikasikan
kepribadiannya kearah pertumbuhan dan pengembangan sehingga bisa
beradaptasi dengan berbagai perkembangan dunia pendidikan dan
tercapainya tujuan yang diinginkan bersama.
22
, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2
Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005)
hal 16-17
Dalam buku “Pengetahuan Didaktik Kurikulum Proses
Manajemen” mengutarakan syarat-syarat profesinya, yaitu :
persyaratan fisik, psikis mental, moral dan intelektual.23
a. Persyaratan Fisik
Seorang guru harus memiliki jasmani yang sehat dan tidak
mempunyai penyakit menular yang dapat mengganggu terhadap tugas
dan tanggung jawabnya, karena guru yang berpenyakit menular
dikhwawatirkan sangat membahayakan kesehatan siswa, di samping
itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar, dan
yang perlu kita ingat bahwa kesehatan badan dapat mempengaruhi
semangat kerja.
b. Persyaratan Psikis
Maksudnya yaitu sehat rohaninya dan tidak mengalami gangguan
jiwa atau penyakit syaraf, yang tidak memungkinkan dapat
menunaikan tugasnya dengan baik, selain itu juga diharapkan
memiliki bakat dan minat keguruan
c. Persyaratan Mental
Seorang guru harus memiliki sikap mental yang baik terhadap
profesi keguruan, mencintai, mengabdi, berdedikasi pada tugas
jabatannya, bermental pancasila, dan bersikap hidup demokratis sesuai
dengan rumusan dasar dan tujuan pendidikan sebagaimana yang
tercantum di dalam UUD 1945 dan Undang-undang pokok
pendidikan.
d. Persyaratan Moral
Seorang guru harus memiliki sifat susila dan budi pekerti yang
luhur. Maksudnya yaitu setiap calon guru dan pendidik adalah mereka
yang sanggup berbuat kebajikan, serta bertingkah laku yang bias
dijadikan suri teladan bagi orang-orang dan masyarakat sekitarnya.
e. Persyaratan Intelektual
23
Team Didaktika Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, “Pengetahuan Didaktika
Kurikulum Proses Belajar Mengajar” (Jakarta: Raja Grafindo, 1989) cet. Ke-4, h.9-10
Maksudnya yaitu seorang guru harus memiliki pengetahuan,
keterampilan yang tinggi serta menguasai konsep dan materi serta
memperdalam pengetahuan dan pengalamannya. Ngalim Purwanto
menjelaskan bahwa salah satu syarat yang harus dimiliki oleh guru
adalah berkelakuan baik, sifat-sifat yang baik diantaranya adalah:
1) Adil.
2) Percaya dan suka kepada murid-muridnya.
3) Sabar dan rela berkorban.
4) Memiliki wibawa terhadap anak-anak.
5) Penggembira
6) Bersikap baik terhadap guru-guru lain.
7) Bersikap baik kepada masyarakat.
8) Benar-benar menguasai mata pelajarannya.
9) Suka kepada mata pelajaran yang diberikannya.
10) Berpengetahuan luas.24
Bertitik tolok pada keterangan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa seorang guru harus memiliki syarat-syarat profesional yang
meliputi syarat fisik, psikis, mental, moral dan intelektual. Sebagai
seorang guru harus memiliki jasmani yang sehat mempunyai etika dan
tingkah laku yang baik atau memiliki sikap susila. Seorang guru juga
harus memiliki pengetahuan yang tinggi serta menguasai konsep serta
materi tentang pelajaran. Sebagaimana hal tersebut guru juga harus
memiliki sifat-sifat yang baik, dari berbagai syarat-syarat ini bisa
menunjang kompetensi profesional guru sehingga dalam pelaksanaan
tugas nanti guru mampu melaksanakan fungsinya secara maksimal.
3. Urgensi Kompetensi Profesional Guru
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal
balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam proses belajar mengajar tersirat adanya satu kesatuan
24
, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 1989) cet. Ke-10. H.175
kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang
mengajar. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif
dan efisien, maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting
dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, sudah selayaknya guru mempunyai
berbagai kompetensi yang berkaitan dengan tugas dan
tanggungjawabnya. Dengan kompetensi tersebut, maka akan
menjadikan guru profesional, baik secara akademis maupun non
akademis.
Masalah kompetensi guru merupakan hal urgen yang harus dimiliki
oleh setiap guru dalam jenjang pendidikan apapun. Guru yang
terampil mengajar tentu harus pula memiliki pribadi yang baik dan
mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat. Kompetensi
guru sangat penting dalam rangka penyusunan kurikulum. Ini
dikarenakan kurikulum pendidikan haruslah disusun berdasarkan
kompetensi yang dimiliki oleh guru. Tujuan, program pendidikan,
sistem penyampaian, evaluasi, dan sebagainya, hendaknya
direncanakan sedemikian rupa agar relevan dengan tuntutan
kompetensi guru secara umum. Dengan demikian diharapkan guru
tersebut mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab sebaik
mungkin.25
Dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa,
kompetensi guru berperan penting. Proses belajar mengajar dan hasil
belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur
dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh
kompetensi guru yang mengajar dan membimbing para siswa. Guru
yang berkompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga
belajar para siswa berada pada tingkat optimal. 26
25
Prof.Dr. Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi, (Jakarta: Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4, h-36 26
, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta:
Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4, h-36
Menurut Nana Sudjana agar tujuan pendidikan tercapai, yang
dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka
guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara
kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:
a. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan
intelektual.
b. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang
sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-
hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.
c. Kompetensi perilaku atau performance, yaitu kemampuan guru
dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.27
B. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
1. Pengertian Pembinaan Kompetensi Profesional guru
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai
Pustaka menjelaskan bahwa Pembinaan berarti proses, perbuatan, cara
membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.28
Pembinaan guru berarti sebagai serangkaian usaha bantuan kepada
guru, terutama bantuan yang berwujud layanan profesional yang
dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah dan pengawas serta
Pembina lainnya, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar
siswa.29
Secara lebih luas pembinaan dapat diartikan sebagai upaya,
pengendalian secara profesional terhadap semua unsur (mencakup
peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara, staf dan pelaksana, bahan
27
, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-1
Hal.67-68 28
, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Jaya, 1989)
cet.ke-2 h.117 29
Ali Imron “Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.12
dan alat atau material, biaya dan perangkat lainnya), agar unsur
tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk
mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya dan berhasil guna.30
Pembinaan juga dapat diartikan sebagai upaya memelihara dan
membawa sesuatu keadaan sebagaimana aslinya.31
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pembinaan kompetensi profesional guru adalah serangkaian bantuan
yang berwujud layanan profesional, dimana layanan tersebut diberikan
oleh orang ahli (kepala sekolah, pemilik sekolah, pengawas dan ahli
lainnya) kepada guru dengan maksud agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan dapat tercapai dengan baik.
2. Tujuan Pembinaan Profesional Guru
Program pembinaan profesionalisme guru yang dilakukan pada
dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan dan membina guru agar
memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas profesinya, dedikasi
yang tinggi, serta kemampuan berdisiplin yang baik.
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari latihan atau pembinaan
yang diselenggarakan oleh suatu organisasi atau lembaga pendidikan,
adalah :
a. Meningkatkan pengetahuan (knowledge), kemampuan (abiliaty)
dan keterampilan (skill) guru dalam menjalankan tugasnya masing-
masing.
b. Menanamkan pengetahuan yang sama mengenai suatu tugas dalam
kaitannya dengan yang lain untuk mewujudkan tujuan sekolah yang
hendak dicapai.
c. Mengusahakan kemampuan dan keterampilan yang sesuai dengan
situasi dan kondisi.
d. Menumbuhkan minat dan perhatian guru terhadap tugas masing-
masing.
30
Djuju Sudjana “Manajemen Program Pendidikan”, (Bandung : Falah
Production, 2000) cet, ke-3 h.223 31
Djuju Sudjana Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung :
Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) cet. ke-1 h.157
e. Memupuk keberanian berfikir kreatif dan berpartisipasi dalam
diskusi.
f. Mengembangkan karier guru.32
Secara umum pembinaan kompetensi profesional guru bertujuan
mengembangkan situsi belajar mengajar yang lebih baik, melalui
usaha peningkatan profesional mengajar, menilai kemampuan seorang
guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing
guna membantu mereka dalam melakukan perbaikan dan bila mana
diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk
diperbaiki. Tujuan dari pembinaan kompetensi profesional adalah
untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam proses dan
hasil belajar melalui pemberian bantuan yang bercorak layanan
profesional kepada guru.33
Dalam rumusan lebih rinci Djajadsastra mengemukakan tujuan
pembinaan guru adalah : memperbaiki tujuan mengajar guru dan
belajar siswa, memperbaiki materi (bahan) dan kegiatan belajar
mengajar, memperbaiki metode dengan\cara mengorganisasi kegiatan
belajar mengajar, memperbaiki penilaian atas media, ,memperbaiki
penilaian proses belajar mengajar dan hasilnya, memperbaiki
pembimbingan seswa atau kesulitan belajarnya, dan memperbaiki
sikap guru atas tugasnya.34
Dengan adanya pembinaan yang telah disebutkan diatas maka
tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki efektifitas
kerja seorang guru dalam mencapai hasil kerja yang telah ditetapkan
sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Sehingga guru tersebut dapat menjadi seorang yang profesioal dalam
melaksanakan tugasnya.
32
, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2
Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005)
hal. 29-30 33
, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2
Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta, 2005)
hal. 30 34
, “Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.10
3. Fungsi dan Prinsip Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
Menunjuk pada tujuan pembinaan kompetensi profesional yang
telah dipaparkan di atas dapat diidentifikasikan fungsi-fungsi
pembinaan guru. Fungsi-fungsi tersebut meliputi : memelihara
program pengajaran sebaik-baiknya, menilai dan memperbaiki faktor-
faktor yang mempengaruhi hal belajar ,memperbaiki situasi belajar
anak-anak .
Melalui supervisi atau pembinaan kompetensi profesional guru
juga berfungsi untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan
pertumbuhan guru-guru ,mengkoordinasi semua usaha sekolah,
memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman
guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas
dan penilaian secara terus menerus, menganalisis situasi belajar
mengajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru,
mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru. Oleh karena itu fungsi pembinaan kompetensi guru
adalah menumbuhkan iklim bagi perbaikan proses dan hasil belajar
melalui serangkaian upaya pembinaan terhadap kemampuan guru
dalam mewujudkan layanan profesional.
Agar pembinaan kompetensi profesional guru tersebut dapat
dilakukan dengan baik, maka perlu dipedomani dengan prinsip-prinsip
pembinaan guru. Yang dimaksud dengan prinsip adalah sesuatu yang
harus dipedomani dalam suatu aktivitas.
Depdikbud (1986) mengemukakan prinsip-prinsip pembinaan guru
sebagai berikut :
a. Dilakukan sesuai dengan kebutuhan guru.
b. Hubungan antara guru dengan pembina didasarkan atas kerabat
kerja.
c. Pembina ditunjang sifat keteladanan dan terbuka.
d. Dilakukan secara terus menerus.
e. Dilakukan melalui berbagai wadah yang ada.
f. Diperlancar melalui peningkatan koordinasi dan sinkronisasi
horizontal dan vertical baik tingkat pusat maupun daerah.35
Oleh karena itu berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan
bahwa pembinaan kompetensi profesional guru berfungsi untuk
menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang
masing-masing. Selain itu pula prinsip-prinsip yang harus dipedomani
dalam pembinaan kompetensi guru tersebut harus berdasarkan prinsip
ilmiah, demokratis, kooperatif, konstruktif, kreatif, tidak memaksa,
dan tidak menakut-nakuti.
4. Ruang Lingkup dan Metode Pembinaan Kompetensi Profesional
Guru
Berdasarkan undang-undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen pada bagian kelima dalam pasal 32 terdapat aspek-aspek
pokok pembinaan dan pengembangan diantaranya :
a. Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan
pengembangan profesi karier.
b. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
c. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui jabatan fungsional.
d. Pembinaan dan pengembangan karier guru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi penugasan, kenaikan pangkat,
dan promosi.36
Dalam buku “Profesi Keguruan” dijelaskan bahwa dalam rangka
meningkatkan mutu profesional maupun mutu layanan guru harus pula
meningkatkan sikap keprofesionalannya melalui pengembangan sikap
35
,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.13-14 36
, Guru dan Dosen, (Bandung : Fokusmedia , 2006), cet. Ke-1,
h.17
kompetensi profesional guru melalui pendidikan pra-jabatan maupun
pendidikan dalam jabatan.37
Pendidikan pra-jabatan sangat perlu dilakukan untuk mencetak
individu menjadi qualified baik dari segi keterampilan, teori, tingkah
laku, sopan santun, moral, etika, dan sebagainya. Pendidikan selama
dalam jabatan, pengembangan sikap seorang ketika menjadi guru apa
yang didapat dala pendidikan pra-jabatan harus diimplementasikan
dan diaplikasikan dalam wujud yang real sebagai keseharian yaitu
sebagai seoarang guru yang profesional.
Untuk menjadi guru yang profesional perlu adanya pembinaan
yang harus dilakukan oleh kepala sekolah yang bersangkutan. Karena
kepala sekolah memiliki wewenang untuk mensupervisi dan
melakukan pembinaan-pembinaan terhadap guru di sekolah yang
dipimpinnya tersebut. Berikut diantaranya merupakan ruang lingkup
dalam pembinaan kompetensi profesional guru meliputi :
a) Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru38
b) Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru39
c) Pembinaan terhadap disiplin kerja guru40
d) Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru.41
Adapun dari keempat aspek pembinaan profesional guru di atas
dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru, merupakan
pembinaan terhadap kecakapan dalam menyelesaikan tugas mengajar
guru yang meliputi persiapan guru ketika mengajar di kelas, perlunya
keterampilan dasar dalam menjelaskan bahan pengajaran, perlunya
37
Soetjipto Prof. dan Rafles Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta
dan Depdikbud, 2007), cet.ke-3 ,h.54 38
,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.122 39
,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.166 40
,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.181 41
,“Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995),
h.209
diadakan tanya jawab bagi guru dan siswa saat KBM, memberikan
penguatan dalam penyampaian materi pelajaran di kelas, melakukan
bimbingan kepada siswa, menjelaskan materi secara terperinci, dan
perlunya keterampilan dalam mengelola kelas dengan baik.
Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru, merupakan
pembinaan terhadap kesanggupan, kecakapan, ataupun kekuatan diri
sendiri dalam mengajar yang mencakup kemampuan merecanakan
pengajaran, kemampuan melaksanakan prosedur pengajaran, dan
kemampuan melaksanakan hubungan atau interaksi yang baik dengan
siswa.
Pembinaan terhadap disiplin kerja guru, yaitu hadir tepat waktu
dalam menjalankan tugas mengajar, bertingkah laku sesuai dengan
kode etik keguruan, serta mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.
Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru, antara lain menjalin
kerjasama dengan semua pihak yang terkait, kesempatan untuk
mengembangkan karier atau potensi, perasaan nyaman selama bekerja,
pelayanan kesejakteraan bagi guru dan hak masing-masing individu,
dan melibatkan guru dalam memutuskan suatu kebijakan.
Dalam pembinaan profesionalisme guru perlu adanya latihan dan
pengembangan yang dirancang untuk meningkatkan prestasi kerja,
mengurangi absensi, serta memperbaiki kepuasan kerja. Adapun
metode pokok yang digunakan diantaranya yaitu :
a. Metode praktis (On The Job Training)
b. Teknik-teknik presentasi informasi dan metode-metode
simulasi (Off The job training).42
Adapun penjelasan kedua metode di atas sebagai berikut :
a. On-The-Job Training
Merupakan metode latihan yang paling banyak digunakan.
Menurut suhendra “ metode On-the-Job (pelatihan di tempat kerja)
merupakan suatu bentuk pembekalan yang dapat mempercepat proses
42
T. Hani Handoko, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Ed. II,
(Yogyakarta : BPFE, 2001), Cet. Ke-15, h. 110
pemindahan pengetahuan dan pengalaman kerja atau transfer of
knowledge dari karyawan senior ke junior”.43
Para pegawai senior yang bertugas untuk membimbing para
pegawai baru diharapkan memperlihatkan suatu contoh-contoh
pekerjaan yang baik, dan memperlihatkan penanganan suatu pekerjaan
yang jelas dan konkret, yang akan dikerjakan oleh pegawai baru
tersebut segera setelah pelatihan berakhir.
Bentuk lain dari metode on-the-job adalah “metode rotasi
pekerjaan. Metode ini umumnya dilakukan pegawai-pegawai yang
sudah lama. Kemudian akan dipindahkan tugasnya baik secara vertikal
(dipromosikan) maupun secara horizontal (ke bagian atau tugas lain
yang sederajat dengan pekerjaan sekarang).44
Metode rotasi pekerjaan dapat membantu para pegawai untuk
mempertahankan tujuan-tujuan karier mereka sebelum menduduki
suatu jabatan baru, dan juga memperluas cakrawala pandang bagi para
pegawai.
Keuntungan dari metode ini adalah sangat ekonomis, karena tidak
perlu membiayai trainers, tidak perlu menyediakan peralatan dan
ruangan khusus, para karyawan baru belajar mengerjakan suatu
pekerjaan dan segera dapat mengetahui apakah pekerjaannya itu benar
atau salah.
Sebagai suatu jabatan yang harus dapat menjawab tantangan
perkembangan zaman, jabatan guru harus selalu dikembangkan dan
dimutakhirkan.
b. Off-the-Job Training
Pembinaan atau pelatihan dengan menggunakan metode ini berarti
guru sebagai peserta pelatihan ke luar sementara dari kegiatan atau
43
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :
UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1, h.68 44
Soekidjo Notoatmojo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h.40
pekerjaannya. Kemudian mengikuti pelatihan, dengan menggunakan
teknik-teknik belajar mengajar seperti lazimnya. Pada umumnya
metode ini mempunyai dua macam teknik, yakni :
1. Teknik presentasi informasi
Yang dimaksud dengan teknik ini adalah menyajikan
informasi, yang tujuannya mengintroduksikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan baru kepada setiap peserta pelatihan.
Termasuk kedalam teknik ini, antara lain :
a) Ceramah biasa, di mana pengajar (pelatih) bertatap muka
langsung dengan peserta. Peserta diklat pasif
mendengarkan.
b) Teknik diskusi, di mana informasi yang akan disajikan
disusun di dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dan tugas-
tugas yang harus dibahas dan didiskusikan oleh peserta
aktif.
c) Teknik pemodelan perilaku (behavior modeling), ialah salah
satu cara mempelajari atau meniru tindakan (perilaku)
dengan mengobservasi dan meniru model-model.45
2. Metode-metode simulasi
Simulasi adalah suatu penentuan karakteristik atau perilaku
tertentu dari dunia riil sedemikian rupa sehingga, para peserta
diklat dapat merealisasikan seperti keadaan sebenarnya.
Metode-metode simulasi ini mencakup :
a) Simulator alat-alat, seperti alat-alat peraga yang
menunjang proses belajar mengajar (sesuai dengan
materi pelajaran)
b) Studi kasus di mana para peserta diklat diberikan suatu
kasus, kemudian dipelajari dan didiskusikan antar para
peserta diklat.
45
, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h. 37
c) Permainan peranan (role playing). Dalam cara ini para
peserta diminta untuk memainkan (berperan) bagian-
bagian dari berbagai karakter.
d) Teknik di dalam keranjang (in basket). Metode ini
dilakukan dengan memberikan kepada peserta latihan
suatu keranjang yang penuh dengan bermacam-macam
persoalan yang harus diatasi. Kemudian peserta latihan
diminta untuk memecahkan masalah-masalah tersebut
sesuai dengan teori dan pengalaan yang dimiliki, mulai
dari perencanaan sampai dengan evaluasinya.46
c. Diklat Sebagai Metode Pembinaan Kompetensi Guru
Pembinaan kompetensi guru tidak cukup dengan bekal yang
didapat dari pendidikan terakhir guru, tetapi harus selalu
dikembangkan sesuai dengan perkembangan keadaan, ilmu
pengetahuan, kurikulum yang tentu saja akan berpengaruh pada
pendidikan. Kualitas pendidikan di negara kita sebagai negara
berkembang masih sangat rendah. Hal ini disebabkan antara lain oleh :
ketersediaan guru yang belum memadai baik secara kualitas maupun
kuantitas, kesejahteraan guru yang masih rendah, fasilitas belajar
belum tersedia secara mencukupi, dan biaya operasional pendidikan
yang belum disediakan secara memadai.
Guru merupakan salah satu komponen penentu keberhasilan
program pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan maka
harus mengacu pada peningkatan kompetensi guru. Pendidikan dan
pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan kompetensi guru.
Karena pendidikan dan pelatihan dapat memberikan manfaat tidak
saja member pengalaman baru dan memantapkan hasil belajar serta
keterampilan para peserta diklat, tetapi juga berfungsi
46
, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT Rineka
Cipta, 2003), Cet. Ke-3,h. 38-39
mengembangkan kemampuan berfikir guna memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi dalam melakukan tugas yang dibebankan
kepada peserta diklat.
Pendidikan dan pelatihan dapat membantu cara pembelajaran yang
lebih efektif dna lebih mendorong serta memperluas motivasi dan
wawasan peserta diklat dalam melakukan tugas sekarang dan masa
yang akan dating. Artinya bahwa wahana yang tepat untuk
memasyarakatkan dan menginformasikan segala perkembangan baru
yang terjadi melalui pendidikan dan pelatihan yang
berkesinambungan.
Adapun tempat penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
tergantung pada kebutuhan dan kemampuan suatu organisasi, dan
pada dasarnya pendidikan dan pelatihan dapat dilaksanakan dengan
berbagai cara antara lain :47
1. Pendidikan dan pelatihan yang dilakukan sendiri.
Yaitu pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh sekolah
dengan instruktur dari orang dalam sendiri. Diklat ini dapat
menggunakan ruang kelas yang dimiliki oleh sekolah tersebut
atau menyewa tempat diluar lingkungan sekolah tetapi dalam
hal penyelenggaraannya tetap menjadi tanggung jawab sekolah.
2. Pendidikan dan pelatihan dengan tenaga pengajar dari luar.
Pendidikan dan pelatihan ini sering disebut “in house training”
yaitu pelatihan yang diadakan oleh sekolah dengan materi dan
pengajar yang berasal dari lembaga diklat luar. Diklat ini
dianggap penting oleh sekolah, tetapi disiplin ilmu dan tenaga
pengajarnya tidak dimiliki oleh sekolah sehingga harus
didatangkan dari luar sekolah. Oleh karena itu sekolah
mengadakan kerja sama dengan lembaga diklat dari luar yang
sudah berpengalaman.
47
Gauzali Saydam, Built in Training Jurus Jitu Mengembangkan
Profesionalisme SDM, (Jakarta :Remaja Rosdakarya, 2006), h.73
d. Lesson study sebagai metode pembinaan kompetensi guru
Guru memiliki kewajiban dan keharusan mampu mengembangkan
pengetahuan dan keterampilannya dalam mengajar. Banyak cara atau
jalan yang dapat ditempuh guna guru memiliki keempat kompetensi
utama (kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial).
Berikut beberapa model dalam pembinaan profesi dalam menciptakan
guru professional antara lain 48
:
1. Program peningkatan kualifikasi pendidikan guru minimal S-
1/D-4
2. Program pendidikan lanjut melalui program penyetaraan dan
sertifikasi
3. Program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi (PTBK)
4. Program supervisi pendidikan
5. Program pemberdayaan MGMP (musyawarah guru mata
pelajaran)
6. Forum symposium guru
7. Program pelatihan tradisional lainnya
8. Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah
9. Berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah
10. Melakukan penelitian (khususnya PTK)
11. Program magang
12. Mengikuti berita aktual dari media
13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi
14. Menggalang kerjasama dengan teman seprofesi
Dari uraian keempat kompetensi utama yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan
kompetensi professional disertai point-point yang menunjukkan
48
A. A. Agung Gede Agung, “Pengembangan Kompetensi Guru dalam Upaya
Meningkatkan Kemampuan Profesionalismenya”, dari http://arief-
nugrohothebest.blogspot.com/2009/12/pengembangan-kompetensi-guru-dalam.html, 29
Maret 2011
kompetensi itu. Point-point dari kompetensi guru menjadi standar
mengenai pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki seorang
guru.
Lesson study merupakan kerja kolektif sekelompok guru (atau
anggota MGMP), bisa dengan mahasiswa dan dosen. Pembuatan
rencana pembelajaran dikerjakan secara bersama-sama,
diimplementasikan dengan menunjuk salah satu anggota sebagai guru
model, guru lain dan pakar bertindak sebagai observer, kemudian dari
hasil observasi tersebut dianalisis (melalui tahapan reflecting) secara
bersama-sama.
Lesson study dapat dipandang sebagai model pembinaan guru
dalam meningkatkan profesionalitas karena pada tahap penyusunan
perencanaan (planning) sekelompok guru dan seorang pakar
berdiskusi tentang :
1. Kondisi dan lingkungan siswa serta fasilitas yang tersedia
2. Rumusan kompetensi apa yang harus dimiliki siswa serta
merumuskan indikator-indikator pencapaiannya
3. Penentuan materi pelajaran yang berkenaan, antara lain :
a) Pokok-pokok materi dan uraian masing-masing pokok
materi
b) Urutan sajian materi pelajaran
c) Sajian materi yang disesuaikan dengan lingkungan siswa
atau materi lokal yang berkaitan dengan life skill selain itu
juga yang berkaitan dengan keimanan atau keagamaan
d) Pemilihan atau penyususnan soal-soal latihan, soal-soal
yang berkaitan dengan problem solving dalam rangka
penyusunan lembar kerja siswa (LKS) dan soal-soal untuk
tes formatif.
4. Pemilihan metode atau strategi pembelajaran inovatif yang
menyenangkan dan memotivasi dalam proses belajar siswa
5. Pemilihan media atau alat peraga pembelajaran dan
pengadaannya
6. Petujuk guru dalam praktek-praktek pembelajarannya
7. Penentuan indikator-indikator proses pembelajaran yang
dikatakan berhasil
8. Model rencana pembelajaran (RP) atau satuan acara
pembelajaran (SAP)49
.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Lesson study
memberikan sumbangan terhadap pembinaan keprofesionalan guru,
yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan lesson
study yang memungkinkan guru untuk :
1. Memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari
pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi
2. Mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang
dapat dikembangkan
3. Memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok yang
diajarkan
4. Memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan
dicapai berkaitan dengan siswa
5. Merancang pembelajaran secara kolaboratif
6. Mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah
laku siswa
7. Mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat atau penuh
daya, dan
8. Melihat hasil pembelajaran sendiri melalui siswa dan kolega
Jadi pembinaan kompetensi profesional guru dapat disimpulkan
sebagai serangkaian bantuan yang berwujud layanan profesional,
dimana layanan tersebut diberikan oleh orang ahli (kepala sekolah,
49
Lesson Study, “Sebuah Model Pembinaan Guru “ dari :
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/24/lesson-study-%E2%80%93-sebuah-
model-pembinaan-guru/,17 juli 2009
pemilik sekolah, pengawas dan ahli lainnya) kepada guru dengan
maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar
sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai dengan
baik. Dengan adanya pembinaan dapat memperbaiki serta
meningkatkan efektifitas kerja seorang guru untuk mencapai hasil
yang maksimal, sehingga dapat dikategorikan profesional dalam
melaksanakan tugasnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 227 Pejaten Barat, yang
berlokasi Jl. Masjid Al Fajri Kelurahan Pejaten Barat Kec. Pasar Minggu
Jakarta Selatan. Proses penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari
perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba instrumen penelitian yang
dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti
penelitian, rentang waktu yang dibutuhkan secara keseluruhan selama 2 (dua)
bulan, mulai pada bulan November 2010 sampai bulan Januari 2011, dengan
jadwal kegiatan sebagai berikut:
1. Observasi lapangan tanggal 29 November 2010
2. Wawancara tanggal 3 Januari
3. Penyebaran angket dari tanggal 23 Desember 2010 sampai tanggal 3
Januari 2011
B. Responden
Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah kepala sekolah dan
guru SMP Negeri 227 Pejaten Barat yang berjumlah 36 orang guru.
C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu penelitian
dengan cara menganalisis data yang diarahkan untuk menjawab rumusan
masalah, tidak untuk menguji hipotesis. Dengan demikian data utama dari
penelitian ini dapat diketahui dengan jelas dari analisis deskriptif.50
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh dan mengumpulkan data, penulis menggunakan tiga
teknik, yaitu:
1. Wawancara
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepala sekolah
guna mendapat informasi tentang upaya yang dilakukan oleh pihak
sekolah/kepala sekolah dalam pembinaan kompetensi profesional guru di
SMPN 227 Pejaten Barat Jakarta Selatan. Untuk melakukan wawancara
dibuat pedoman wawancara sebagaimana terlampir.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dimaksudkan untuk memperkuat data yang diperoleh
dari hasil wawancara. Adapun dokumen yang dibutuhkan terkait dengan
penelitian ini adalah dokumen tentang kegiatan pembinaan kompetensi
profesional guru yang telah dilakukan oleh pihak sekolah/kepala sekolah.
3. Angket
Angket digunakan untuk memperoleh data tentang tingkat keefektifan
pembinaan kompetensi professional guru yang dilakukan oleh kepala
sekolah. Angket disebarkan kepada seluruh guru SMPN 227 Pejaten Barat
Jakarta Selatan pada semester genap tahun pelajaran 2010/2011 yang
berjumlah 36 orang.
Angket disusun dalam bentuk pernyataan dengan 4 alternatif jawaban
dengan bobot sebagai berikut:
1) Alternatif Jawaban A diberi Skor 4
2) Alternatif Jawaban B diberi Skor 3
3) Alternatif Jawaban C diberi Skor 2
4) Alternatif Jawaban D diberi Skor 1
50
Sugiono Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet. Ke-16
Hal. 11
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Wawancara
Untuk mendapatkan hasil wawancara secara eksplisit dan agar terarah
maka digunakan instrument wawancara yang terdiri dari :
a) Pembinaan Keterampilan Mengajar
1) Untuk membina kompetensi guru program apa saja yang telah
dilaksanakan di sekolah ini?
2) Apa saja yang bapak prioritaskan terhadap para guru dalam
meningkatkan keterampilan guru dalam mengajar?
3) Apa yang menjadi hambatan dalam pembinaan keterampilan
mengajar guru?
4) Bagaimana keefektifan pelaksanaan pembinaan kompetensi
profesional guru di SMP 227 Pejaten Barat, khususnya dalam
meningkatkan mutu pembelajaran?
b) Pembinaan Kemampuan Mengajar
1) Bagaimanakah Bapak membimbing guru dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, bisakah Bapak contohkan!
2) Apakah Bapak melakukan monitoring kepada guru dalam proses
pembelajaran?
3) Pernahkah Bapak mengikutsertakan guru-guru dalam pendidikan dan
pelatihan (DIKLAT) untuk para guru bidang studi?
c) Pembinaan Disiplin Kerja
1) Bagaimanakah cara Bapak membina disiplin kerja para guru?
2) Apakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam
membina disiplin kerja guru?
d) Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja
1) Apakah sekolah memfasilitasi para guru untuk mengembangkan
kompetensi profesionalnya melalui studi lanjut, pelatihan, penataran
dan sejenisnya?
2) Bagaimanakan cara bapak dalam menyediakan pelayanan
kesejahteraan bagi guru dan hak masing-masing individu?
2. Instrumen Angket
Adapun instrumen angket yang digunakan untuk memperoleh data
mengenai efektifitas pembinaan kompetensi profesional guru di SMPN 227
Pejaten Barat Jakarta Selatan dibuat dalam bentuk non test. Jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup, dengan jawaban sudah
disediakan oleh peneliti sehingga responden tinggal memilih. Berikut ini
adalah kisi-kisi instrumen penelitian yaitu :
Tabel 1
Kisi-kisi Instrumen Penelitian
N
o Variabel Dimensi Indikator Butir Soal
1 Efektifitas
Pembinaan
Kompetensi
Profesional
Guru
Pembinaan
terhadap
keterampilan
mengajar guru
Mengarahkan guru
agar dapat
mempersiapkan
materi
pembelajaran yang
akan disampaikan
di kelas
Mengarahkan guru
agar memiliki
keterampilan dasar
dalam menjelaskan
bahan pengajaran
Mengarahkan guru
dalam
menggunakan
metode
pembelajaran
1, 2, 3,
4, 5
6, 7
Pembinaan
terhadap
kemampuan
mengajar guru
Pembinaan
terhadap
disiplin kerja
guru
Pembinaan
secara bervariasi
Mengarahkan guru
agar selalu
memberikan
penguatan pada
saat penyampaian
materi pelajaran di
kelas
Memberikan acuan
kepada guru dalam
merencanakan
pembelajaran
Memberikan dasar
kemampuan dalam
melaksanakan
prosedur
pengajaran
Mengarahkan guru
agar hadir tepat
waktu dalam
menjalankan tugas
mengajar
Memberikan acuan
kepada guru
tentang bertingkah
laku sesuai dengan
kode etik keguruan
Mengarahkan para
8
9, 10, 11
12, 13, 14
15, 16
17
terhadap
kepuasan
kerja guru
Guru agar dapat
menjalin kerjasama
dengan semua
pihak yang terkait
Memberikan
pelayanan
kesejahteraan bagi
guru dan hak
masing-masing
individu
Memberi
kesempatan kepada
para guru dalam
mengembangkan
karier, potensi serta
kualifikasi.
18, 19
20, 21, 22
23, 24, 25
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap berikutnya
adalah pengolahan data. Pada tahap ini data dikumpulkan dan diperiksa untuk
melihat kesesuaian yang terjadi di SMPN 227 Pejaten Barat lalu dilakukan
tahap pengkodean, dan pemasukan data (entry data) agar data dapat
dimengerti dengan baik.
Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
Editing atau mengedit artinya membersihkan atau memeriksa kembali
jawaban responden, apakah setiap pertanyaan dijawabnya; kalau dijawab,
apakah cara menjawabnya sesuai dengan yang diharapkan.
2. Coding (pengkodean)
Merupakan cara membuat kode atau member tanda agar mudah memeriksa
jawaban.
3. Tabulating
Memasukkan data ke dalam table melalui proses tally atau menghitung
frekuensi
4. Skoring (penilaian)
Pada tahap skoring ini peneliti memberi nilai pada data sesuai dengan skor
yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden.
5. Membuat interpretasi
hasil pengolahan data dalam bentuk pernyataan verbal; sesuai dengan
permasalahan.51
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan agar data yang terkumpul itu
dapat dianalisa kemudian diambil kesimpulan.
Data yang diperoleh dari hasil wawancara akan ditampilkan terlebih
dahulu beserta analisisnya oleh peneliti. Selanjutnya data yang diperoleh dari
hasil angket akan ditampilkan kemudian dalam tiga tahap, yaitu: tampilan tiap
butir soal, tampilan tiap dimensi, dan tampilan keseluruhan data. Untuk
mengetahui tingkat keefektifan pembinaan kompetensi professional guru,
pertama-tama terlebih dahulu ditentukan skor ideal/kriterium. Skor ideal
adalah skor yang ditetapkan dengan asumsi bahwa setiap responden memberi
jawaban dengan skor tertinggi. Selanjutnya untuk menjawab pertanyaan
keefektifan pembinaan kompetensi professional dapat dilakukan dengan cara
membagi jumlah skor hasil penelitian dengan skor ideal52
.
Untuk mengetahui setiap butir pernyataan maka hasil angket akan
dideskripsikan lebih rinci dengan menghitung nilai setiap butir pernyataan
dalam instrumen, sehingga dapat diketahui mana yang mendapat nilai rendah,
nilai tinggi dan nilai rata-rata.
51
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta : PT Ciputat Press, 2006) Cet. Ke-1
Hal. 91 52
Sugiono Metode Penelitian Administrasi …… Hal. 204
Untuk menentukan tingkat keefektifan tiap butir/dimensi digunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 2
Klasifikasi nilai rentang interval
Klasifikasi Persentase Mean
Efektif 76 % - 100 %
Cukup Efektif 51 % - 75 %
Kurang Efektif 26 % - 50 %
Tidak Efektif 0 % - 25 %
Perhitungan klasifikasi nilai rentang interval di atas diperoleh dengan
menggunakan skala rasional dengan jarak perbandingan rata-rata 25 %.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah
1. Profil Sekolah
SMP Negeri 227 Jakarta, pada saat ini merupakan sekolah yang cukup
diminati, dengan prestasi yang diperoleh saat ini baik akademik maupun non
akademik bersaing ketat dengan beberapa sekolah tetangga yang berprestasi
pula di tingkat DKI baik negeri maupun swasta.
Kondisi geografis sekolah ini terletak dekat lingkungan komplek /
perumahan asrama Brimob, Bank Niaga, MA, Bapenas dan lain-lain. Akses
kendaraan mudah ditempuh, berada di Kecamatan Pasar Minggu, lingkungan
sekolah cukup tenang, aman dan hijau dengan pepohonan.
Kondisi pendidikan saat ini di SMP 227 yang masih terus berkembang
banyak hal yang harus ditingkatkan, diantaranya ;
a. PBM : Penggunaan media, metoda dan strategi pembelajaran CTL
belum maksimal, Penggunaan LCD, DVD dan TV di kelas untuk
pembelajaran belum maksimal (baru 20%)
b. Guru : Yang berpendidikan S1 baru mencapai 92,3 % masih ada 3
orang guru yang belum S1
c. Sarana Prasarana : Memiliki Ruang Laboratorium IPA yang Memadai
tetapi ketersediaan alat baru mencapai 60 %, Ruang Laboratoium
Komputer baru seukuran ruang kelas dengan komputer masih pentium
2 dan belum milik sekolah (sewa), Laboratorium bahasa baru untuk
kapasitas 22 orang dengan peralatan masih belum lengkap (sewa),
belum memiliki ruang kesenian dan ruang multi media.
d. Prestasi Akademik : Kelulusan 100 % setiap tahun, dengan rata rata
nilai selalu diatas rata rata DKI, setiap tahun selalu meningkat yang
diterima di SMA/SMK Negeri
e. Prestasi Nonakademik : Rata rata baru mencapai juara di tingkat
Jaksel
f. Kurikulum : KTSP sudah diterapkan di kelas VII dan VIII, untuk
kelas IX mulai diterapkan tahun pelajaran 2007/2008, dengan sistem
penilaian bervariasi tetapi belum sepenuhnya melaksanakan sesuai
tuntutan KTSP
g. Manajemen Sekolah : Menerapkan MBS yang sinergis
h. Pembiayaan : Saat ini bersumber pada BOP, BOS dan block grant
Secara lebih jelas biodata SMPN 227 Pejaten Barat dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
2. Visi dan Misi
Visi : Tangguh dalam IPTEK, Teguh dalam IMTAK, kreatif, Inovatif dan
kompetitif.
Indikator :
1. Unggul dalam nilai akademik selalu meningkat setiap tahun.
2. Unggul dalam prestasi nonakademik melalui pembinaan bakat
siswa/ekstrakurikuler yang optimal.
3. Unggul dalam mengembangkan teknologi dan informasi untuk
memberikan pelayanan pendidikan yang optimal.
4. Unggul dalam keimanan dan ketakwaan, teguh dalam menjalankan
kehidupan beragama.
5. Unggul dalam mengembangkan daya kreasi dan inovasi pendidikan
sehingga mampu berkompetisi
Misi :
1. Mengembangkan standar isi (kurikulum)
2. Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi tenaga
kependidikan
3. Mengembangkan proses pembelajaran
4. Mengembangkan fasilitas (sarana dan prasarana ) pendidikan
5. Meningkatkan mutu akademik dan mutu nonakademik untuk
mencapai standar kompetensi lulusan
6. Meningkatkan mutu kelembagaan dan manajemen untuk mencapai
standarpengelolaan
7. Mengembangkan standar pembiayaan pendidikan
8. Mengembangkan standar penilaian
Tujuan :
1. Melaksanakan pengembangan kurikulum
2. Meningkatkan profesionalisme dan kompetensi pendidik dan
tenaga kependidikan
3. Melaksanakan pengembangan pemetaan standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator dan aspek
4. Melaksanakan pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) kependidikan
5. Melaksanakan peningkatan kompetensi guru dan tenaga tata
usaha
6. Melaksanakan monitoring dan evaluasi oleh kepala sekolah
terhadap kinerja sekolah, guru dan tata usaha
7. Melaksanakan pengembangan model pembelajaran
8. Melaksanakan pembelajaran CTL
9. Melaksanakan pengembangan strategi pembelajaran
10. Melaksanakan pengembangan bahan dan sumber pembelajaran
11. Melaksanakan pengembangan media pembelajaran
12. Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan
13. Melaksanakan penataan lingkungan sebagai pusat komunitas
belajar
14. Melaksanakan pengembangan standar pencapaian ketuntasan
kompetensi
15. Meningkatkan standar kelulusan setiap tahun
16. Mengembangkan nilai nilai keagamaan, seni dan olah raga
melalui lomba lomba akademik dan nonakademik (porseni, loketa
dll)
17. Melaksanakan pengembangan uji kompetensi siswa atau uji
coba dalam rangka peningkatan standar nilai
18. Melaksanakan pengembangan administrasi sekolah
19. Melaksanakan implementasi manajemen berbasis sekolah
(MBS)
20. Melaksanakan pengembangan sekolah menuju ketercapaian
SPM
21. Mengadakan jaringan informasi akademik di internal sekolah
22. Membuat jaringan kerja secara horisontal dan vertikal
23. Melaksanakan inovasi dalam pelayanan pendidikan
dengan moving class semester
24. Melaksanakan pengembangan Income Generating Activities
25. Melaksanakan penggalangan partisipasi masyarakat
26. Melaksanakan pendayagunaan potensi dan lingkungan sekolah
untuk pengembangan standar biaya pendidikan
27. Melaksanakan pengembangan sistem penilaian
28. Melaksanakan pengembangan perangkat model model
penilaian pembelajaran
29. Melaksanakan implementasi model evaluasi pembelajaran
melalui ; ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, ulangan kenaikan kelas, ujian nasional dan ujian sekolah
30. Melaksanakan pengembangan instrumen atau perangkat soal
soal untuk berbagai evaluasi
B. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru Oleh Pihak Sekolah
1. Pembinaan Keterampilan Mengajar
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dapat mengemukakan
beberapa bentuk-bentuk pembinaan keterampilan mengajar guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya dalam membina dan
mengembangkan kompetensi profesional guru, sekolah mengikut sertakan
guru-guru dalam MGMP, studi banding, dan workshop yang ada kaitannya
dengan kompetensi guru. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat memahami dan
menguasai kompetensi pedagogik yang meliputi penguasaan materi pelajaran,
kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi
pembelajaran, kemampuan dalam penguasaan kelas, dan kemampuan dalam
mengembangkan kurikulum dan silabus.
Selama menbina keterampilan mengajar hampir tidak ada hambatan,
namun hanya motivasi guru untuk mengembangkan keterampilan
mengajarnya perlu ditingkatkan sehingga guru diharapkan selalu mampu
mengembangkan keterampilan mengajarnya sesuai dengan minat dan
bakatnya masing-masing.
Menurut pendapat kepala sekolah, tingkat keefektifan pelaksanaan
pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP 227 Pejaten Barat sangat
efektif, karena terlihat dari apa yang telah diikuti dalam Diklat atau workshop
kemudian diaplikasikan atau dilaksanakan dalam proses pembelajaran di
sekolah, namun disesuaikan dengan kondisi waktu serta sarana dan prasarana
yang ada baik ditinjau dari segi kurikulum maupun media dan metodologi
pembelajaran.
2. Pembinaan Kemampuan Mengajar
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dapat mengemukakan
beberapa bentuk-bentuk pembinaan kemampuan mengajar guru yang
dilakukan oleh kepala sekolah diantaranya kepala sekolah selalu membimbing
guru dalam menjalankan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi
kelas satu kali dalam satu semester, kepala sekolah juga memonitoring guru
dalam penyusunan RPP, Silabus, program semester dan program tahunan.
Pelaksanaan monitoring sebisa mungkin dilakukan dalam satu semester untuk
setiap guru. Selain itu pula kepala sekolah selalu mengikut sertakan para guru
dalam kegiatan diklat untuk menjamin terlaksananya sertifikasi guru (PLPG).
Menurut pendapat kepala sekolah, tingkat keefektifan pelaksanaan
pembinaan ini pun sudah sangat efektif. Hal ini terlihat dari apa yang telah
diikuti dalam Diklat atau workshop kemudian diaplikasikan atau dilaksanakan
dalam proses pembelajaran di sekolah, yang disesuaikan dengan kondisi
waktu serta sarana dan prasarana yang ada baik ditinjau dari segi kurikulum
maupun media dan metodologi pembelajaran.
3. Pembinaan Disiplin Kerja Guru
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dapat mengemukakan
beberapa bentuk-bentuk pembinaan disiplin kerja guru yang dilakukan oleh
kepala sekolah diantaranya dalam membina disiplin kerja para guru kepala
sekolah selalu memberikan contoh yang baik dalam berdisiplin seperti hadir
minimal 30 menit sebelum jam masuk sekolah, menyelesaikan pekerjaan tepat
waktu, dan menegur dengan halus apabila ada guru yang kurang disiplin agar
bertanggung jawab terhadap segala tingkah laku agar sesuai dengan kode etik
keguruan maupun norma-norma yang berlaku.
Adapun faktor pendukung dan penghambat dalam membina disiplin
kerja guru yaitu Faktor-faktor yang mendukung dalam membina disiplin kerja
seperti peraturan yang sangat jelas yang mengatur tentang disiplin cukup dapat
dimengerti dengan baik oleh seluruh komponen sekolah, adanya budaya malu
jika Terlambat tidak hanya dimaksudkan kepada siswa saja namun juga
berlaku untuk guru. Sedangkan yang menjadi penghambat dalam membina
disiplin kerja guru hanya motivasi yang pasang surut kadang menjadi kendala.
4. Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja
Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dapat mengemukakan
beberapa bentuk-bentuk pembinaan terhadap kepuasan kerja guru yang
dilakukan oleh Pihak sekolah dalam hal ini Kepala sekolah SMPN 227 Pejaten
Barat dalam membina dan memberikan kepuasan kerja guru selalu
memfasilitasi para guru untuk mengembangkan kompetensi profesionalnya
melalui studi lanjut, pelatihan, penataran dan sejenisnya, yaitu melalui
pelatihan-pelatihan, Workshop, dan sebagainya. Serta memfasilitasinya dalam
bentuk biaya (Transport) ketika mengikuti Workshop diluar sekolah.
Adapun cara kepala sekolah dalam menyediakan pelayanan
kesejahteraan bagi guru dan hak masing-masing individu yaitu dengan selalu
berlaku adil bagi setiap guru karena setiap guru memiliki hak yang sama untuk
mendapatkan kesejahteraannya. “Sebisa mungkin saya akan membantu para
guru untuk dapat memperoleh haknya, dan selalu menyediakan informasi yang
berguna untuk meningkatkan kesejahteraan para guru”. Demikian menurut
kepala sekolah.
C. Tingkat Keefektifan Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
Dalam analisis data, penulis memberikan makna terhadap data hasil
wawancara maupun angket dengan cara mengelompokan setiap dimensi-
dimensi sebagai berikut :
1. Pembinaan Keterampilan Mengajar
Pada dimensi pembinaan keterampilan mengajar guru terdapat 8
pernyataan dimana hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Penyediakan buku-buku bacaan yang dapat mengembangkan pengetahuan
guru agar lebih terampil menjelaskan materi pembelajaran.
Tabel 4
Memotivasi guru agar memperkaya sumber-sumber rujukan yang dapat
memperkaya materi pelajaran.
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 126 0,875 87 % Sangat
Efektif
Tabel 5
Membantu guru dalam melakukan analisis materi pelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan diajarkan.
Tabel 6
Mengarahkan guru dalam pemberian contoh dan ilustrasi yang ada
hubungannya dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Tabel 7
Mengarahkan guru dalam memberikan penjelasan agar menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh siswa.
Tabel 8
Mengarahkan guru agar melakukan variasi dalam cara mengajar.
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 123 0,854 85 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 136 0,944 94 % Sangat
Efektif
Skor Ideal (SI) Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 127 0,881 88 % Sangat Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 128 0,888 89 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 123 0,854 85 % Sangat
Efektif
Tabel 9
Mengarahkan guru agar melakukan variasi dalam penggunaan media dan
alat pengajaran.
Tabel 10
Mengarahkan guru agar memberikan penguatan dalam pembelajaran yang
dapat merangsang dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
Tabel 11
Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Keterampilan Mengajar Guru
Berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa pembinaan keterampilan
mengajar yang dilakukan oleh pihak sekolah/kepala sekolah sangat efektif
dengan perolehan skor 86%. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah telah
melakukan pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru dengan
memberikan pelatihan dalam pengembangan kurikulum kepada guru
walaupun tidak sering dilakukan karena keterbatasan waktu dan dana yang
diperlukan untuk mengadakan pelatihan tersebut, serta mengarahkan guru
untuk membuat program tahunan sekolah di awal tahun pembelajaran agar
semua program yang ingin diaplikasikan di sekolah tersusun sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
2. Pembinaan Kemampuan Mengajar
Pada dimensi pembinaan kemampuan mengajar guru terdapat 6
pernyataan dimana hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 124 0,861 86 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 108 0,75 75 % Cukup
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
1152 995 0,863 86 % Sangat Efektif
Tabel 12
Memberikan pengarahan tentang pembuatan RPP sesuai dengan KTSP.
Tabel 13
Mewajibkan guru untuk membuat RPP sebelum proses pembelajaran.
Tabel 14
Mengoreksi RPP yang dibuat oleh sebelum proses pembelajaran.
Tabel 15
Memberikan contoh dalam melaksanakan prosedur pembelajaran yang baik.
Tabel 16
Mengarahkan guru agar dapat mengorganisasi waktu, siswa dan fasilitas
belajar dengan baik.
Tabel 17
Mengadakan pelatihan metode pembelajaran PAKEM (Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 108 0,75 75 % Cukup
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 103 0,715 71 % Cukup
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 104 0,722 72 % Cukup
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 117 0,812 81 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 101 0,701 70 % Cukup
Efektif
Tabel 18
Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kemampuan Mengajar Guru
Berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa pembinaan keterampilan
mengajar yang dilakukan oleh pihak sekolah/kepala sekolah cukup efektif
dengan perolehan skor 74%. Artinya bahwa kepala sekolah telah melakukan
pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru dengan selalu membina dan
mengembangkan kemampuan para guru agar dapat memahami dan menguasai
kompetensi pedagogik yang meliputi kemampuan penguasaan materi
pelajaran, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan
strategi pembelajaran, kemampuan dalam penguasaan kelas, dan kemampuan
dalam mengembangkan kurikulum dan silabus. Kepala sekolah juga selalu
membimbing guru untuk lebih meningkatkan penguasaan materi pelajaran
yang dimiliki dengan cara memotivasi guru untuk lebih banyak membaca
buku yang dapat menunjang pengetahuan walaupun pada kenyataanya masih
terdapat guru yang belum dapat memanfaatkan fasilitas yang ada dengan
maksimal.
3. Pembinaan Terhadap Disiplin
Pada dimensi pembinaan disiplin guru terdapat 3 pernyataan dimana
hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :
Tabel 19
Menginstruksikan agar guru dapat hadir tepat waktu minimal sebelum
pembelajaran dimulai.
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 109 0,756 76 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
864 642 0,743 74 % Cukup
Efektif
Tabel 20
Menegur guru yang hadir tidak tepat waktu.
Tabel 21
Menjadi contoh dalam berperilaku sesuai dengan kode etik guru
Tabel 22
Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Disiplin Kerja Guru
Berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa pembinaan terhadap disiplin
kerja guru yang dilakukan oleh pihak sekolah/kepala sekolah sangat efektif
dengan perolehan skor 82%. Hal ini berarti bahwa kepala sekolah telah
melakukan pembinaan terhadap disiplin dan kinerja para guru dengan selalu
mengevaluasi kinerja guru dalam rapat bulanan sekolah, dan dalam
pengevaluasian kinerja guru tersebut kepala sekolah selalu memberikan
peringatan kepada guru yang kinerjanya kurang maksimal dalam proses
pembelajaran. Selain itu juga kepala sekolah selalu berusaha memberikan
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 100 0,694 70 % Cukup
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 122 0,847 85 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 133 0,923 92 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
432 355 0,821 82 % Sangat
Efektif
contoh teladan yang baik bagi para bawahannya dengan mengutamakan
disiplin yang ketat melalui hadir tepat waktu dan selalu menghadiri rapat
sekolah. Dan sejauh ini kepala sekolah sudah sangat tepat menjadi teladan
yang baik di SMP Negeri 227 pejaten barat.
4. Pembinaan Kepuasan Kerja
Pada dimensi pembinaan disiplin guru terdapat 3 pernyataan dimana
hasil penghitungan angketnya adalah sebagai berikut :
Tabel 23
Menjaga hubungan baik antara semua guru dan karyawan.
Tabel 24
Mengarahkan guru dan karyawan agar tercipta komunikasi yang baik.
Tabel 25
Peduli terhadap peningkatan kesejahteraan guru.
Tabel 26
Melakukan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru.
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 122 0,847 85 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 118 0,819 82 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 128 0,888 89 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 124 0,861 87 % Sangat
Efektif
Tabel 27
Memberikan pelatihan tentang pengembangan kurikulum kepada guru.
Tabel 28
Memberikan pelatihan dengan instruktur dari orang dalam sendiri.
Tabel 29
Mengadakan pelatihan dengan pengajar dari lembaga diklat luar.
Tabel 30
Memfasilitasi guru untuk mengikuti pelatihan yang diadakan instansi lain.
Tabel 31
Rekapitulasi Pembinaan Terhadap Kepuasan Kerja Guru
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 124 0,861 87 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 118 0,819 81 % Sangat
Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 125 0,868 87 % Sangat Efektif
Skor Ideal (SI) Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
144 107 0,743 74 % Sangat Efektif
Skor Ideal
(SI)
Skor Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
1152 966 0,838 84 % Sangat
Efektif
Berdasarkan hasil angket, diketahui bahwa pembinaan terhadap kepuasan
kerja guru yang dilakukan oleh pihak sekolah/kepala sekolah sangat efektif
dengan perolehan skor 82%. Artinya bahwa kepala sekolah telah melakukan
pembinaan terhadap kepuasan kerja. Hal ini pun sesuai dengan hasil
wawancara penulis dengan kepala sekolah, bahwa kepala sekolah SMPN 227
Pejaten Barat pun selalu memotivasi dan mengikutsertakan guru-guru dalam
pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) agar menjamin terlaksananya sertifikasi
guru (PLPG). Serta memfasilitasi para guru untuk mengembangkan
kompetensi profesionalnya melalui studi lanjut, pelatihan, penataran dan
sejenisnya melalui pelatihan-pelatihan, Workshop, dan sebagainya. Serta
memfasilitasikannya dalam bentuk biaya (Transport) ketika mengikuti
Workshop diluar sekolah. Selain itu kepala sekolah telah mampu membangun
iklim kerjasama yang baik antara kepala sekolah, guru, serta karyawan secara
kekeluargaan dan selalu memotivasi satu sama lain. Sehingga para guru dapat
merasa nyaman dan puas dalam bekerja.
Tabel 32
Rekapitulasi Persentase Efektifitas Pembinaan Kompetensi Profesional Guru
di SMP Negeri 227 Pejaten Barat
N = 36
No Dimensi Skor
Ideal (SI)
Skor
Perolehan
(SP)
SP : SI % Kriteria
1
Pembinaan terhadap
keterampilan
mengajar guru
1152 995 0,863 86 % Sangat
Efektif
2
Pembinaan terhadap
kemampuan mengajar
guru
864 642 0,743 74 % Cukup
Efektif
3
Pembinaan terhadap
disiplin kerja guru
432 355 0,821 82 % Sangat
Efektif
4 Pembinaan terhadap
kepuasan kerja guru 1152 966 0,838 84 %
Sangat
Efektif
TOTAL 3600 2958 3,265 326
Sangat
Efektif
RATA-RATA PERSENTASE 0,815 81,5
Dari tabel di atas dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas pembinaan
kompetensi profesional guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat termasuk
dalam kategori “Sangat Efektif”, karena dari hasil rekapitulasi persentasenya
mencapai rata-rata 81,5 %, dan rata-rata tersebut diperoleh dari penghitungan
menurut dimensinya masing-masing.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian sebgaimana dijelaskan pada bab IV, dapat
dipaparkan beberapa temuan sebagai berikut: :
1. Bahwa bentuk-bentuk pembinaan terhadap kompetensi profesional guru
yang meliputi :
a. Pembinaan terhadap keterampilan mengajar guru sangat efektif yang terbukti
dari data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa
sebesar 86 % kepala sekolah membina keterampilan mengajar guru. Hal ini
pun senada dengan hasil wawancara dengan kepala sekolah bahwa
pembinaan keterampilan mengajar guru di SMP Negeri 227 Pejaten Barat
sangat efektif, karena terlihat dari apa yang telah diikuti dalam Diklat atau
workshop kemudian diaplikasikan atau dilaksanakan dalam proses
pembelajaran di sekolah, namun disesuaikan dengan kondisi, waktu, serta
sarana dan prasarana yang ada baik ditinjau dari segi kurikulum maupun
media dan metodologi pembelajaran.
b. Pembinaan terhadap kemampuan mengajar guru cukup efektif. Hal ini
terbukti dari data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan
bahwa sebesar 74 % kepala sekolah membina kemampuan mengajar guru.
Namun hal ini tidak senada dengan pendapat kepala sekolah yang
menyatakan bahwa pelaksanaan pembinaan terhadap kemampuan mengajar
guru sangat efektif. Kepala sekolah menyatakan bahwa pembinaan terhadap
kemampuan mengajar guru dilakukan secara efektif oleh kepala sekolah
dengan membimbing guru dalam proses pembelajaran dengan melakukan
supervisi selama satu kali dalam satu semester, serta memonitoring guru
dalam penyusunan RPP, silabus, program semester dan program tahunan.
c. Pembinaan terhadap disiplin kerja guru sangat efektif. Hal ini terbukti dari
data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar
82% kepala sekolah membina disiplin mengajar guru. Senada dengan hasil
tersebut bahwa hasil wawancara dengan kepala sekolah pun menyatakan
bahwa pembinaan terhadap disiplin kerja guru sangat efektif. Ini terlihat dari
cara kepala sekolah membina disiplin kerja guru dengan selalu memberikan
contoh yang baik dengan hadir minimal 30 menit sebelum jam masuk
sekolah.
d. Pembinaan terhadap kepuasan kerja guru sangat efektif. Hal ini terbukti dari
data hasil penghitungan angket yang telah penulis lakukan bahwa sebesar
84% kepala sekolah membina kepuasan mengajar guru. Senada dengan hasil
tersebut bahwa hasil wawancara dengan kepala sekolah dalam pembinaan
terhadap kepuasan kerja guru sangat efektif. Hal ini terlihat dari kepedulian
kepala sekolah dengan memfasilitasi para guru untuk mengembangkan
kompetensinya melalui studi lanjut, pelatihan, penataran dan sebagainya.
2. Berdasarkan temuan-temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala
SMPN 227 Jakarta Selatan telah melakukan pembinaan kompetensi
profesional guru secara efektif sehingga guru-guru di sekolah tersebut
mampu meningkatkan kompetensi profesionalnya yang pada gilirannya
akan mempengaruhi kemampuannya dalam mengelola pembelajaran.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, terdapat dimensi pembinaan
yang belum efektif, yaitu pada pembinaan kemampuan mengajar guru. Oleh
karena itu, ada beberapa catatan yang dijadikan sebagai saran bagi pihak
sekolah maupun guru, sebagai berikut:
1. Untuk Kepala Sekolah
a. Dalam upaya pembinaan terhadap kemampuan mengajar agar memberikan
pengarahan tentang pembuatan RPP sesuai dengan KTSP, mewajibkan guru
untuk membuat RPP, mengoreksi RPP yang dibuat oleh sebelum proses
pembelajaran, dan mengarahkan guru agar dapat mengorganisasi waktu,
siswa dan fasilitas belajar dengan baik.
b. Lebih meningkatkan kegiatan pembinaan dan pengembangan terutama
terhadap kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan
bidang studi yang diajarkan terhadap para guru. Selain itu melalui
pembinaan dan pengembangkan diharapkan dapat memberikan motivasi dan
dukungan kepada guru agar memiliki antusias dan minat yang tinggi untuk
lebih banyak membaca buku yang dapat mengembangkan pengetahuannya,
serta harus lebih banyak menyediakan dan mengembangkan buku-buku
penunjang pengetahuan guru yang selalu dibutuhkan dalam proses
pembelajaran.
c. Lebih banyak mengadakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan
pengembangan, mengundang narasumber yang berkompeten, serta jika guru
merasa kesulitan dalam memilih metode yang akan diterapkan dalam proses
pembelajaran agar dapat membantu guru dalam menentukan metode
pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi yang akan diajarkan.
2. Kepada guru agar terus berusaha meningkatkan kemampuan dalam proses
pembelajaran, seperti selalu membaca buku yang dapat menunjang
pengetahuan, memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia, mengikuti
pelatihan-pelatihan yang diadakan, mengaplikasikan berbagai metode
pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan bidang studi yang diajarkan
dan kemajuan teknologi serta informasi yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rizali, Satria Dharma, Indra Djati Sidi, Dari Guru Konvensional Menuju
Guru Profesional, (Jakarta : Kompas Gramedia, 2009), Cet. Ke – 1
B. Uno, Hamzah, Profesi Keguruan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2007) Cet. Ke-1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet Ke-3
Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, (Jakarta : PT Ciputat Press, 2006) Cet.
Ke-1
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi,
(Jakarta: Bumi Aksara,2006), Cet Ke-4
Handoko, T. Hani, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Ed. II,
(Yogyakarta : BPFE, 2001), Cet. Ke-15
Http://Arief-Nugrohothebest.Blogspot.Com/2009/12/Pengembangan-Kompetensi-
Guru-Dalam.Html
Http://Pembelajaranguru.Wordpress.Com/2008/05/24/Lesson-Study-
%E2%80%93-Sebuah-Model-Pembinaan-Guru/
Imron, Ali, “Pembinaan Guru di Indonesia”, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1995)
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2007)
Mulyasa, E., Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. 1
Ngalim, M. Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 1989) cet. Ke-5
Notoatmojo, Soekidjo, Pengembangan Sumber Daya Manusia, (Jakarta : PT
Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3
Nurdin, Syarifuddin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Jakarta,
Ciputat Press, 2005) cet. Ke-3
Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
1999) cet. Ke-1
Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2008) cet.1
Saydam, Gauzali, Built in Training Jurus Jitu Mengembangkan Profesionalisme
SDM, (Jakarta :Remaja Rosdakarya, 2006)
Soetjipto dan Rafles Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta dan
Depdikbud, 2007), cet.ke-3
Standar Nasional Pendidikan (Jakarta : CV Eko Jaya, 2006) Cet. Ke-1
Sudjana, Djuju, Manajemen Program Pendidikan, (Bandung : Falah Production,
2000) cet, ke-3
, Pengantar Manajemen Pendidikan Luar Sekolah, (Bandung :
Nusantara Press-Yayasan Islam Nusantara, 1992) cet. ke-1
Sugiono Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : PT Alfa Beta, 2008), Cet.
Ke-16
Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :
UIN Jakarta press, 2006), Cet. Ke-1
Team Didaktika Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, “Pengetahuan Didaktika
Kurikulum Proses Belajar Mengajar” (Jakarta: Raja Grafindo, 1989)
cet. Ke-4
Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dan Himpunan Peraturan Perundang-
undangan, (Bandung : Fokusmedia, 2006), cet. Ke-1
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional,(Bandung: PT Remaja Rosda
1997), Cet. Ke-8
Waesani, Durati, Pembinaan Kompetensi Profesional Guru di SMP Negeri 2
Ciputat, (Jakarta: Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Jakarta, 2005)
Yamin, Martinis, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, (Jakarta : Gaung
Persada Press 2007) Cet. Ke-2