DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA MELALUI
RUMAH BUDAYA INDONESIA DI BELANDA PERIODE
2016-2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Purwo Agung Nugroho
11141130000063
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020/1441 H
iv
ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui
Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017. Fokus dalam penelitian ini
adalah upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui pelaksanaan kegiatan Rumah
Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 yang diluncurkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2015. Metode yang
digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode kualitatif. Penelitian skripsi ini
menggunakan metode pencarian data berdasarkan data primer berupa wawancara
dengan Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
Belanda, Bapak Din Wahid, dan perwakilan Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Bapak Darwin
Tampubolon dan Bapak Gentur Adi Utama. Sedangkan data sekunder berupa kajian
pustaka. Penelitian skripsi ini dianalisis berdasarkan konsep hubungan internasional,
yaitu konsep diplomasi kebudayaan dan konsep nation branding. Berdasarkan
kerangka pemikiran tersebut menunjukkan bahwa diplomasi kebudayaan Indonesia
melalui Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 melaksanakan
program-program melalui spektrum pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kesenian
yang sesuai dengan tiga fungsi Rumah Budaya Indonesia yaitu Culture Learning,
Culture Expression, dan Advocacy and Promotion yang membantu meningkatkan
branding dan promosi Indonesia di Belanda melalui kegiatan kebudayaan.
Melalui kegiatan-kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda seperti
Pengajaran Bahasa Indonesia, Pengajaran Musik Gamelan, Festival Sangasari,
Wastra Indonesia,dan ikut di Festival TongTong Fair yang bertujuan untuk
mempromosikan keberagaman budaya Indonesia sekaligus memberi impresi positif
dalam upaya meningkatkan pemahaman keberagaman budaya Indonesia di Belanda.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan Rumah Budaya Indonesia juga membantu Pemerintah
Indonesia dalam datangnya turis asal Belanda, karena kegiatan Rumah Budaya
Indonesia mempunyai sasaran para warga Belanda menjadi agen secara tidak
langsung yang akan membantu mempromosikan Indonesia di Belanda. Ikatan sejarah
yang kuat dengan Indonesia menjadikan salah satu alasan Indonesia meluncurkan
Rumah Budaya Indonesia di Belanda, dan Belanda merupakan negara dengan jumlah
wisatawan yang cukup besar untuk datang ke Indonesia. Oleh karena itu, skripsi ini
membahas lebih lanjut mengenai kegiatan kebudayaan Rumah Budaya Indonesia
periode 2016-2017. Diharapkan upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui
Rumah Budaya Indonesia di Belanda dapat menjadi contoh bagi negara lain yang
memiliki keragaman budaya yang dapat dieksplorasi menjadi salah satu pilihan
dalam berdiplomasi.
Kata Kunci : Indonesia, Belanda, Diplomasi Kebudayaan, Rumah Budaya
Indonesia, Kebudayaan.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrrahim, segala puji dan syukur selalu penulis ucapkan
kepada Allah SWT atas segala rakhmat dan nikmatnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam tak lupa dihaturkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis telah melibatkan beberapa pihak yang
sangat membantu dalam banyak hal. Oleh sebab itu, disini penulis sampaikan rasa
terima kasih sedalam-dalamnya kepada :
1. ALLAH SWT, terimakasih atas rahmat dan kehendakmu sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.
2. Orang tua Penulis, Bapak Sumber Raharjo dan Ibu Paryanti yang selalu
memberikan dukungan tiada henti secara moril dan materil. Adik-adik
penulis, Puji Shinta Tiara Vani, dan Bayu Andy Nur Cahya serta Arini
Rohmawati yang selalu sabar menemani bersama sejak 2013,
3. Abi-abi dari sekolah SBBS maupun Kharisma Bangsa yang memberikan doa
dan semangat untuk penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini,
4. Bapak Ahmad Alfajri, M.A, selaku Ketua Program Studi Hubungan
Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Bapak Febri Dirgantara Hasibuan selaku Dosen
Pembimbing penulis yang telah membimbing dalam penyusunan skripsi ini
hingga selesai dan menyetujui permohonan penyusunan skripsi,
vi
5. Segenap jajaran staff dan dosen Program Studi HI UIN Jakarta yang telah
memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis, terima
kasih atas segala ilmu yang telah diberikan selama masa perkuliahan,
6. Sahabat Geng Jongjot dari awal kuliah hingga selamanya, yaitu Darma Adi
Nugroho, Gema Al Wutsqo, Misbahun Ahadin, Prayoga Zaenal Saputra, Arief
Hadityo yang selalu membantu dan mengajarkan penulis dalam persahabatan,
7. Sahabat yang sudah menjadi lingkaran keluarga sendiri, Alief Fahmil Umam,
Dio, Arjuna Yoga Pratama, Dhamar Adi Nugroho, Adit Pete, Rizki Zagat
Herlambang, dan Deni Eka Prabowo yang selalu membantu penulis dalam
semangat untuk hidup mandiri dan berani mengambil resiko dalam hidup,
8. Teman-teman tercintah penulis sejak SMA, Ilham Bachtiar Sani, Galih
Radito, Rosyid, dan Umam, terima kasih atas dukungan semangat dan
bantuan ilmu selama penulis mengerjakan skripsi ini dan juga untuk menjadi
bagian terindah dalam kehidupan perkuliahan penulis,
9. Teman-teman penulis semasa kuliah yang tidak pernah berpindah kelas, anak-
anak HI kelas B yaitu, Aden, Yoga, Darma, Gema, Tiyok, Arman, Mia, Rifda,
Byan, Zahra, Jaka, Khirana, Aisyah, Devina, Ahda, Bella, Dina, Lia, Yaqub,
Nanda, Aldi, Andika, Cesa, Putri, Sakhna, Tami, Wina, dan Wirda, terima
kasih telah mewarnai kehidupan perkuliahan penulis dan menjadikan penulis
sebagai KM, kalian seumur hidup yang takkan pernah penulis lupakan,
vii
10. Teman-teman pembina asrama di Sekolah Kharisma Bangsa Tangerang
Selatan, terimakasih atas dukungan dan segala doa yang diberikan kepada
penulis,
11. Teman-teman penulis semasa kuliah lainnya, anak-anak HI angkatan 2014,
anak-anak FISIP angkatan 2014, teman-teman KKN, terima kasih telah
mewarnai kehidupan perkuliahan penulis yang takkan pernah penulis lupakan.
Penulis berharap segala dukungan dan bantuan ini mendapatkan balasan dari
Allah SWT. Terakhir, Penulis juga menyadari banyaknya kekurangan dari skripsi ini.
Oleh karena itu saran dan masukan untuk skripsi ini dapat disampaikan melalui email
penulis, yaitu [email protected] skripsi ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi setiap pembacanya dan bagi perkembangan studi Ilmu
Hubungan Internasional.
Jakarta, 26 Desember 2019
Purwo Agung Nugroho
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ............................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 7
E. Kerangka Konseptual ............................................................. 11
1. Konsep Diplomasi Kebudayaan ................................... 11
2. Nation Branding ........................................................... 13
F. Metode Penelitian................................................................... 16
G. Sistematika Penulisan ............................................................ 18
BAB II KEBUDAYAAN SEBAGAI INSTRUMEN NATION BRANDING
INDONESIA MENJADI TUJUAN WISATAWAN BELANDA
A. Informasi Kebudayaan Indonesia ........................................... 21
B. Pelestarian dan pengelolaan Warisan Kebudayaan
Indonesia ................................................................................ 27
BAB III RUMAH BUDAYA INDONESIA DI DUNIA
A. Informasi Rumah Budaya Indonesia .................................... 35
B. Rumah Budaya Indonesia di Belanda sebagai Diplomasi
Kebudayaan Indonesia di Belanda ......................................... 38
ix
BAB IV ANALISA PELAKSANAAN DIPLOMASI KEBUDAYAAN
INDONESIA MELALUI RUMAH BUDAYA INDONESIA DI BELANDA
TAHUN 2016-2017
A. Upaya-upaya Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui Program
Kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda Periode 2016-
2017 ........................................................................................ 43
1. Diplomasi Kebudayaan melalui Pendidikan ................. 44
a. Berkolaborasi dengan Indonesia Nederland Youth
Society (INYS) ......................................................... 44
b. Bekerjasama dengan Museum Volkenkunde dan Het
Gamelan Huis ........................................................... 46
2. Diplomasi Kebudayaan melalui Ilmu Pengetahuan ...... 48
a. Festival Sangasari .................................................... 48
b. Wastra Indonesia ...................................................... 50
3. Diplomasi kebudayan melalui Kesenian ...................... 53
B. Sasaran dan Capaian Program Kegiatan Rumah Budaya Indonesia
di Belanda periode 2016-2017 ............................................... 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 68
B. Saran ....................................................................................... 72
Daftar Pustaka .................................................................................................. xiv
Lampiran ......................................................................................................... xxi
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1. Nation Branding Hexagon dari Simon Anholt ................................ 14
Gambar IV.A.1 Lomba Pidato................................................................................ 46
Gambar IV.A.2. Tarian Sangasari.......................................................................... 50
Gambar IV.A.3. Wastra Indonesia ........................................................................ 53
Gambar IV.A.4 Pembukaan Tong Tong Fair ....................................................... 55
xi
DAFTAR TABEL
Tabel II.A.1. Daftar Elemen Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Ditetapkan
UNESCO................................................................................................................... 30
Tabel III.B.1. Kesepakatan Kerjasama Indonesia-Belanda ................................ 41
Tabel IV.B.1. Kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda tahun 2016 ....... 58
Tabel IV.B.2. Kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda tahun 2017 ....... 59
Tabel IV.B.3. Distribusi Pengeluaran Wisatawan Belanda Tiap Kunjungan,
2015-2016
(US$)................................................................................................................. 63
Tabel IV.B.4. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Tahun 2015
Melalui 19 Pintu Masuk Utama ............................................................................. 64
Tabel IV.B.5. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Tahun 2016
Melalui 19 Pintu Utama Indonesia ........................................................................ 65
Tabel IV.B.6. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Tahun 2017
Melalui 19 Pintu Masuk Utama Indonesia ........................................................... 66
xii
DAFTAR SNGKATAN
RBI Rumah Budaya Indonesia
WDB Warisan dan Diplomasi Budaya
BPNB Badan Pelestarian Nilai Budaya
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
UNESCO United Nations Educational, Scientific and Cultural Organizations
UU Undang-Undang
WBTB Warisan Budaya Tak Benda
Kemendikbud Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
WNA Warga Negara Asing
TA Technical Arrangement
MoU Momerandum of Understanding
LoI Letter of Intent
INYS Indonesia Nederland Youth Society
TTF Tong Tong Fair
KBRI Kedutaan Besar Republik Indonesia
BPS Badan Pusat Statistik
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil wawancara dengan Darwin Tampubolon dan Gentur Adi
Utama dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia
Lampiran 2 Hasil wawancara dengan Din Wahid dari Atase Pendidikan dan
Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia Den Haag
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Penelitian ini akan membahas tentang diplomasi kebudayaan Indonesia melalui
program Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017. Indonesia
memiliki beragam budaya yang berasal dari warisan suku dan masyarakat yang
mempunyai tingkat kreativitas yang tinggi dalam bidang kesenian dan kebudayaan,
sehingga keragaman ini menciptakan warisan kebudayaan kebendaan maupun
warisan tak benda. Keragaman warisan budaya ini telah dicatat dan ditetapkan oleh
Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
dibantu oleh Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Pencatatan dan penetapan warisan kebudayaan ini dilakukan sebagai upaya
perlindungan, pelestarian, dan sebagai sarana promosi dan diplomasi budaya
Indonesia di tingkat internasional. Pemajuan dan penyelematan pada aset warisan
budaya ini dilakukan demi menjaga identitas bangsa yang mampu mencegah klaim
budaya dari negara lain. Kurangnya kesadaran pemajuan kebudayaan dan klaim
budaya dari negara lain akan berakibat kurangnya pengetahuan generasi Indonesia
mendatang tentang keragaman budaya milik Indonesia dan menghambat jalannya
diplomasi budaya Indonesia di tingkat internasional. Akibat peristiwa tersebut
Indonesia melakukan ratifikasi Konvensi United Nations Educational, Scientific
2
and Cultural Organization (UNESCO) tahun 2003 mengenai Perlindungan
Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) melalui Peraturan
Presiden (PP) nomor 78 tahun 2007, tentang pengesahan konvensi untuk
Perlindungan Warisan Takbenda (WBTB).1
Pelestarian dan pengelolaan Warisan kebudayaan Indonesia sudah
diamanatkan oleh konstitusi, menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat
(1) menyatakan: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Sejalan dengan UUD 1945 Pasal 32 ayat
(1), Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya yang mempunyai tujuan melakukan pelestarian kebudayaan Indonesia
sebagai bentuk dinamis untuk mempertahankan keberadaan ekspresi budaya dan
meningkatkan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia dengan cara
melindungi, mengembangkan, memanfaatkan, membina budaya Indonesia, dan
tugas untuk memajukan kebudayaan Indonesia. 2
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) meluncurkan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pendidikan
1 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Menuju Warisan Budaya Dunia: Proses Penetapan
Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) dan Warisan Dunia (World Heritage)
Indonesia oleh UNESCO“ di akses dari, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-
warisan-budaya-dunia-proses-penetapan-warisan-budaya-tak-benda-intangible-cultural-heritage-
dan-warisan-dunia-world-heritage-indonesia-oleh-unesco/
di akses pada 2 Agustus 2019. 2 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019”, di akses dari,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/02/Renstra-Ditjenbud-Baru.pdf di
akses pada 11 Oktober 2019.
3
dan Kebudayaan tahun 2015-2019 yang di dalamnya berisi tentang pelestarian dan
pemajuan kebudayaan yang kemudian akan dilanjutkan sebagai bentuk diplomasi
budaya Indonesia ke tingkat internasional.3 Tantangan Kemendikbud dalam
menghadapi peningkatan promosi dan diplomasi budaya terealisasikan dengan
berdirinya Rumah Budaya Indonesia (RBI). RBI merupakan pusat kekayaan
budaya nasional yang menjadi wadah atau ruang publik dalam rangka membangun
ikatan (budaya), peningkatan citra, apresiasi terhadap masyarakat internasional
terhadap Indonesia, dan serta meningkatkan karya budaya dan pertukaran
pemangku budaya sebagai sarana diplomasi budaya di dunia internasional.4
Rumah Budaya Indonesia (RBI) dibangun di 10 negara strategis bagi Indonesia
seperti Belanda, Amerika Serikat, Timor Leste, Australia, Jepang, Korea Selatan,
Prancis, Jerman, Singapura, dan Turki.5 Kemendikbud berharap berdirinya RBI di
sepuluh negara yang strategis ini agar menjadi pusat jaringan seluruh budaya
Indonesia, organisasi, konservatori, maupun universitas-universitas yang memiliki
bidang studi budaya Indonesia.6
Belanda yang diyakini sebagai negara strategis bagi Indonesia hingga RBI
didirikan disana disebabkan hubungan bilateral yang telah berjalan cukup lama.
3 Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud” di akses dari,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/02/Renstra-Ditjenbud-Baru.pdf di
akses pada 15 Agustus 2019 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”, di akses dari, https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-
kemdikbud/rencana-strategis-renstra di akses pada 15 Agustus 2019. 5 Rumah Budaya Indonesia Singapura, “Rumah Budaya Indonesia di SIngapura”, di akses dari,
https://rumahbudayaindonesia.sg/ di akses pada 18 Agustus 2019. 6 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”, di akses dari, https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-
kemdikbud/rencana-strategis-renstra di akses pada 15 Agustus 2019.
4
Hubungan ini dimulai dengan berbagai perundingan dan aktivitas yang intens.
Setelah pengakuan Belanda, hubungan diplomatik antara Indonesia dan Belanda
terus meningkat dalam bermacam aspek, contohnya ialah meningkatnya intensitas
kunjungan pejabat tinggi dari Belanda maupun Indonesia. Dalam perkembangan
diplomasi Indonesia dengan Belanda, lahir inisiatif kerjasama bertajuk Joint
Declaration on Comprehensive Partnership yang ditandatangani pada 22
November 2013.7 Fungsi kerjasama ini untuk menyediakan kerangka kerja dalam
kerjasama pariwisata yang berkelanjutan yang meliputi bidang pendidikan, ilmu
pengetahuan, seni budaya, teknologi, industri pariwisata dan kesehatan.8
Munculnya diplomasi baru yang mempengaruhi kebijakan luar negeri satu
negara akibat dari keterlibatan masyarakat luas di luar peran pemerintah.
Keterlibatan masyarakat luas atau publik membawa dampak positif dalam
mencapai kepentingan suatu negara.9 Diplomasi menggunakan instrumen
kebudayaan atau dalam bahasa inggris disebut Cultural Diplomacy lahir sebagai
salah satu opsi bagi Indonesia menjalankan hubungan diplomatisnya dengan
Belanda.10 Rumah Budaya Indonesia di Belanda dibangun berkat adanya kerjasama
antara Pemerintah Indonesia yang diwakili Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Den
Haag dengan Pemerintah Belanda melalui Dutch Culture. RBI berdiri juga berkat
7 The Embassy of The Republic of Indonesia The Hague, “Dutch Prime Minister Visit to
Indonesia: Version 2.0 of the Bilateral Relationship”, di akses dari,
http://new.indonesia.nl/index.php/en/all-category/84-asean-multilateral/532-dutch-prime-minister-
visit-to-indonesia-version-2-0-of-the-bilateral-relationship di akses pada 9 Desember 2018. 8 The Embassy of The Republic of Indonesia The Hague, “Dutch Prime Minister Visit to
Indonesia: Version 2.0 of the Bilateral Relationship”, di akses dari,
http://new.indonesia.nl/index.php/en/all-category/84-asean-multilateral/532-dutch-prime-minister-
visit-to-indonesia-version-2-0-of-the-bilateral-relationship di akses pada 9 Desember 2018. 9 Sukawarsini Djelantik, “Diplomasi Publik”, Analisis CSIS Vol.33 No.3, (Jakarta: 2004),74. 10 Kirsten Bound. “culture is central component of international relations”, di akses dari,
https://www.demos.co.uk/files/Cultural_diplomacy_-_web.pdf di akses 10 Agustus 2019.
5
inisiatif Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Wiendu Nuryanti melihat
sudah banyak rumah budaya atau pusat budaya yang berdiri di Indonesia maka
Indonesia juga perlu mendirikan rumah budaya di negara lain. Belanda telah
memiliki kelembagaan pusat budaya di Indonesia yang bernama Erasmus Huis
yang menjadi pusat pembelajaran kebudayaan Belanda sejak tahun 197011.
Pembukaan Rumah Budaya Indonesia ini bertekad akan membantu promosi
dan impresi terhadap kebudayaan Indonesia, dan menjadi salah satu sarana untuk
memikat calon wisatawan asal Belanda untuk datang dan menikmati pariwisata
Indonesia. Rumah Budaya Indonesia di Belanda melaksanakan upaya promosi
kebudayaan dengan menjalankan program dan kegiatan yang melaui upaya
pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kesenian. Masyarakat Belanda akan
mendapatkan informasi masyarakat Indonesia berbudaya, keragaman suku dan seni
budaya yang melekat di Indonesia, dan bagaimana dahulu nenek moyang mereka
bisa berada di Indonesia. RBI dapat menjadi salah satu faktor bagi datangnya
wisatawan Belanda, mengingat Belanda merupakan salah satu negara asal Eropa
yang sering datang ke Indonesia.12
Selain menjadi wadah apresiasi, promosi, dan sarana berdiplomasi budaya,
Rumah Budaya Indonesia telah menggelar berbagai program dan kegiatan sejak
didirikannya pada tahun 2015, termasuk: Peluncuran forum diskusi bertajuk
“Indonesia Now”; Festival Sangasari di Leiden tahun 2016; Festival Wastra di Den
11 Netherlands and You, “Erasmus Huis”, di akses dari, https://www.netherlandsandyou.nl/your-
country-and-the-netherlands/indonesia/culture/erasmu-huis di akses pada 19 Agustus 2019. 12 Badan Pusat Statistik, “Jumlah Kunjungan Wisman ke Indonesia” di akses dari
https://bps.go.id/pressrelease.html?katsubjek=16&Brs%5Btgl_rilis_ind%5D=&Brs%5Btahun%5D
=&yt0=Cari di akses pada 2 Agustus 2019
6
Haag tahun 2017.13 Telah adanya program dan kegiatan yang dihasilkan oleh
Rumah Budaya Indonesia di Belanda, dimana target, sasaran, dan capaian tersebut
merupakan hasil dari diplomasi Indonesia di Belanda dengan tujuan meningkatkan
impresi positif tentang kebudayaan Indonesia dan mempromosikan kebudayaan
Indonesia yang secara langsung maupun tidak langsung turut serta membantu
promosi pariwisata Indonesia. Diplomasi kebudayaan yang dilakukan Indonesia
melalui Rumah Budaya Indonesia diharapkan membuka peluang capaian kerja
lainnya.
B. Pertanyaan Penelitian
Berlandaskan pernyataan masalah penelitan ini, maka pertanyaan penelitian ini
adalah “Bagaimana upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui program
Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan peneltian, diantaranya:
1. Mengetahui upaya-upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui program
dan kgiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017.
2. Mengetahui lebih lanjut dari diplomasi kebudayaan sebagai langkah
promosi kebudayaan dan pemajuan kebudayaan Indonesia.
13 Kementerian Luar Negeri ,“Wastra Indonesia 2017”, di akses dari,
https://www.kemlu.go.id/thehague/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Wastra-Indonesia-
2017.aspx di akses pada 19 Agustus 2019.
7
3. Mengetahui dampak dari peran Rumah Budaya Indonesia di Belanda bagi
langkah mendapatkan impresi baik dari masyarakat Belanda.
Penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Memberikan wawasan lebih luas mengenai diplomasi kebudayaan yang
dilakukan oleh Indonesia di Belanda.
2. Memberikan pandangan mengenai Rumah Budaya Indonesia yang berada
di luar negeri khususnya di Belanda dengan segala program dan kegiatan
untuk menaikkan kemajuan kebudayaan nasional.
3. Memberikan andil terhadap Ilmu Hubungan Internasional telebih dalam
memberikan pandangan terkait diplomasi kebudayaan yang dilakukan
Indonesia dalam membangun citra dan kepentingan budaya Indonesia.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat berbagai literatur yang dapat membantu penulisian penelitian ini
dalam mengkaji terkait Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui Rumah Budaya
Indonesia di Belanda periode 2016-2017. Dengan adanya beberapa rujukan literatur
terdahulu akan memberikan kontribusi sebagai referensi bagi penelitian ini.
Pertama, karya skripsi dari Lorenzo Anugrah Mahardhika, mahasiswa jurusan
hubungan internasional, Universitas Khatolik Parahyangan tahun 2016 yang
berjudul “Upaya-upaya Diplomasi budaya Belanda melalui Erasmus Huis di
Indonesia 2013-2015”. Dalam penelitian ini, Lorenzo memfokuskan apa saja upaya
diplomasi budaya yang dilakukan oleh Belanda melalui Erasmus Huis dari
8
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan dalam usaha mereka untuk
mempromosikan kebudayaan Belanda di Indonesia dalam rentang tahun 2013
hingga 2015.14
Menurut Lorenzo, Belanda merupakan salah satu negara yang menggunakan
keragaman budayanya untuk berdiplomasi. Melalui Erasmus Huis, Belanda
berharap untuk memperkuat hubungan baik dengan Indonesia dan mengubah
pandangan Belanda sebagai kaum penjajah. Persepsi masyarakat Indonesia menurut
Belanda masih dinaungi stereotype bahwa Belanda adalah kaum penjajah yang
mengambil kekayaan Indonesia, dan Pemerintah Belanda melalui program
International Cultural Policy menggaet Erasmus Huis sebagai alat berdiplomasi
kebudayaan di Indonesia. Kegiatan yang diselenggarakan Erasmus Huis ini
bertujuan untuk memperkenalkan sekaligus mempromosikan kebudayaan Belanda
kepada publik Indonesia.
Peneliti memilih literatur ini dikarenakan berangkat dari pada dasarnya setiap
negara memiliki kepentingan nasional masing-masing, termasuk Belanda sendiri.
Belanda perlu untuk memperbaiki citra nasionalnya kepada Indonesia maupun
publik internasional bahwa Belanda dapat melakukan kegiatan berhubungan antar
negara dengan santai yakni melalui kebudayaan. Belanda melakukan ini demi
membuat opini masyarakat Indonesia maupun Pemerintah Indonesia terhadap
Belanda menjadi lebih baik, dan hubungan antar negara tersebut menjadi kian
mesra dan dapat menghasilkan kerjasama yang saling menguntungkan.
14 Lorenzo Anugrah Mahardhika. “Upaya-upaya diplomasi budaya Belanda melalui Erasmus Huis
di Indonesia 2013-2015”. (Skripsi S1 Mahasiswa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Khatolik Parahyangan, Bandung 2016).
9
Perbedaan antara penelitian Lorenzo Anugrah Mahardhika dengan penelitian
ini terletak pada fokus penelitian yang diteliti, dimana penelitian ini lebih berfokus
kepada diplomasi budaya Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Belanda
tahun 2016-2017, sedangkan penelitian Lorenzo Anugrah Mahardhika lebih
berfokus upaya-upaya diplomasi budaya Belanda melalui Erasmus Huis di
Indonesia 2013-2015.
Kedua, penelitian yang menjadi tinjauan pustaka adalah sebuah penelitian dari
Wahyuni Kartikasari yang berjudul “The Role of Anime and Manga in Indonesia-
Japan Cultural Diplomacy”. Pada penelitian tersebut, Kartikasari memberikan
gambaran mengenai budaya pop Jepang terutama anime dan manga menjadi alat
diplomasi budaya jepang di Indonesia.
Kartikasari juga menjabarkan bagaimana kecanggihan komunikasi di zaman
moderen dapat memfasilitasi proses untuk proses untuk mengenal satu sama lain di
berbagai penjuru dunia. Perkembangan komunikasi itu dimanfaatkan untuk sarana
soft diplomacy di Indonesia. Dengan masuknya film kartun jepang, hingga tokoh
kartun Doraemon menjadi duta diplomasi kebudayaan jepang di Indonesia.
Faktanya, bukan hanya kartu jepang saja yang diterima baik di Indonesia,
diantaranya makanan, pakaian, hingga seluruh elemen negara Jepang telah diterima
dengan baik oleh masyarakat Indonesia khsusunya kalangan pemuda. Nilai historis
akan adanya kolonisasi Jepang di Indonesia menjadi salah satu faktor mengapa
masyarakat Indonesia tidak asing akan kehadiran budaya Jepang..
Berdasarkan penelitian yang disusun oleh Kartikasari, terdapat kesamaan
dalam hal upaya pemerintah melakukan diplomasi kebudayaan. Namun, Kartikasari
10
tidak membahas tentang adanya rumah budaya Jepang di Indonesia, melainkan
memakai peran anime dan manga yang menjadi sarana berdiplomasi kebudayaan
di Indonesia. Perbedaan penelitian yang ada dalam penelitian ini berada pada
aktivitas rumah budaya menjadi sarana pemerintah untuk berdiplomasi
kebudayaan.
Ketiga, literatur yang dijadikan tinjauan pustaka ialah artikel yang berjudul
“Cultural Diplomacy as Public Relations in an Indonesian Consulate in Australia”
oleh Titi Nur Vidyarini dan Danielle Brady. Vidyarini dan Brady meneliti
kesamaan ikatan antara hubungan masyarakat dan diplomasi kebudayaan dalam
usaha Konsulat Jenderal Indonesia di Perth, Australia. Pada jurnal ini menunjukkan
Konsulat Jenderal Indonesia bekerja sama dengan organisasi masyarakat indonesia
dengan menggunakan Balai Bahasa Indonesia di Perth.
Balai Bahasa Indonesia menurut Vidyarini dan Brady merupakan aktor
internasional yang melakukan diplomasi kebudayaan atas nama Indonesia. Unsur-
unsur penting pertukaran budaya yang terjadi dalam interaksi Konsulat Jenderal
Indonesia di Perth telah menemukan bahwa budaya adalah bentuk hubungan
masyarakat, dan promosi kegiatan secara kultural berbasis menggunakan praktik
komunikasi membuat sarana berkomunikasi dengan publik.
Literatur milik Vidyarini dam Brady mempunyai perbedaan dengan penelitian
ini. Vidyarini dan Brady membahas bagaimana komunikasi publik Australia
dengan representasi Pemerintah Indonesia (Konsulat Jenderal Indonesia di Perth)
akan tumbuh dan mendukung upaya promosi dalam bentuk formal dari pemerintah
pusat. Sedangkan penelitian ini akan melihat peran dari Rumah Budaya Indonesia
11
yang tak hanya menjadi aktor promosi budaya, tetapi juga menjadi pusat wadah
kebudayaan bagi semua kalangan baik masyarakat Indoensia sendiri maupun
masyarakat Belanda dan menjadi pusat pembelajaran di Belanda.
E. Kerangka Konseptual
Penelitian ini akan menggunakan dua konsep dalam menganalisis
permasalahan yang diangkat, yaitu konsep diplomasi kebudayaan, dan nationl
branding. Dengan menggunakan dua konsep tersebut, penelitian ini akan melihat
lebih dalam bagaimana diplomasi kebudayaan Indonesia melalui rencana strategis
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan terkait Rumah Budaya Indonesia di
Belanda untuk membangun citra dan kepentingan nasional di Belanda.
1. Konsep Diplomasi Kebudayaan
Diplomasi kebudayaan merupakan turunan dari konsep diplomasi publik.
Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari mendefinisikan diplomasi kebudayaan
sebagai upaya suatu negara untuk memperjuangkan kepentingannya melalui
spektrum kebudayaan, seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan
kesenian, ataupun secara propaganda yang dalam pengertian konvensional dapat
dianggap sebagai bukan politik, ekonomi, ataupun militer.15
Diplomasi Kebudayaan berangkat dari fakta budaya merupakan sesuatu yang
bersifat universal dan mampu melintasi batas, walaupun setiap negara mempunyai
ciri khas budaya yang berbeda dengan negara lainnya, pertukaran budaya antar
15 Tulus Warsito dan Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan Konsep dan Relevansi Bagi
Negara Berkembang: Studi Kasus Indonesia, (Yogyakarta: Ombak, 2007), 4.
12
negara di dunia dapat dikatakan sebagai salah satu cara agar masyarakat di negara
lain dapat lebih mengenal, menghormati kebudayaan satu sama lain.
Kebudayaan tidak akan mungkin terpisahkan dengan adanya kesenian.
Merujuk pada pemikiran koentjaraningrat, seni adalah sebagai bagian dari
kebudayaan.16 Seni adalah hasil dari kebudayaan, karena seni dihasilkan melalui
aktivitas manusia yang berhubungan dalam rangkaian kebudayaan. Rumah Budaya
Indonesia selaku pusat, rumah, wadah, ataupun miniatur kebudayaan Indonesia
melalui rangkaian-rangkaian programnya melakukan pertunjukkan seni yang
mengandung kebudayaan Indonesia di dalamnya.
Konsep diplomasi kebudayaan juga didefinisikan oleh Kirsten Bound sebagai
berikut:
Diplomasi kebudayaaan berpendapat bahwa hari ini, lebih dari sebelumnya,
budaya memiliki peran penting dalam hubungan internasional. Cabang dari
diplomasi publik kian meluas,berhubungan dan manusiawi bahwa budaya
memiliki: sarana untuk memahami orang lain, dan aspek kehidupan dengan nilai
bawaan yang kita nikmati dan cari. Pertukaran budaya memberi kita kesempatan
untuk menghargai poin kesamaan dan, di mana ada perbedaan, untuk memahami
motivasi dan manusia yang mendasari mereka. Ketika politik identitas semakin
meningkat pengaruh pada pertukaran domestik dan internasional, atribut-atribut ini
membuat budaya menjadi forum penting untuk negosiasi dan media bertukar
dalam mencari solusi bersama.17
16 Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 26. 17 Kirsten Bound, Rachel Briggs,John Holden and Samuel Jones. Cultureis a centralcomponent
ofinternationalrelations. It’s time to unlockits full potential. (London: Demos. 2007)
13
Kebudayaan cukup efektif sebagai media diplomasi, karena kebudayaan
memiliki unsur-unsur universal dimana unsur-unsurnya terdapat dalam semua
kebudayaan bangsa-bangsa di dunia. Selain itu juga kebudayaan bersifat
komunikatif, yang mudah dipahami, bahkan oleh masyarakat yang memiliki latar
belakang budaya berbeda. Kebudayaan juga dapat lebih mendekatkan bangsa yang
satu dengan lainnya. Sifat-sifat positif dari kebudayaan inilah yang bisa membuka
jalan bagi tercapainya tujuan diplomasi kebudayaan18.
2. Nation Branding
Nation Branding menurut Simon Anholt seorang ahli Nation Branding
menyatakan bahwa Nation Branding merupakan sebuah upaya suatu negara untuk
mempromosikan negaranya dengan menentukan visi yang kompetitif dan menarik.
Nation branding ini berisi visi konstruk simbolik yang menekankan pada sifat
positif, menarik, mudah diingat, unik, relevan dan berkualitas dari negara tersebut
sehingga komunikasi ke negara lain menjadi lebih mudah.19
Anholt menyatakan bahwa aset penting untuk meningkatkan suatu identitas
kompetitif suatu negara adalah citra negara dan reputasi internasionalnya. Anholt
juga menyatakan bahwa potensi sebuah negara dapat terkelola secara optimal
dengan mengembangkan enam elemen yang terdapat pada Nation Brand Hexagon
18Andris,dhitra, “Misi Kebudayaan Sebagai Alat Diplomasi Budaya
(Kajian IOV Indonesia)”, di akses dari, http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-
content/uploads/sites/46/2013/10/andris-dhitra_diplomasi-budaya_kerja-sama-internasional_misi-
kebudayaan-sebagai-diplomasi-budaya-kajian-iov-indonesia.pdf di akses 5 Desember 2018 19 Simon Anholt. “Nations-Brands of the twenty-first Century”. Journal of Brand Management. Vol.
5 : No. 6. 199. 395-406.
14
dalam penelitiannya yaitu : ekspor (export), pemerintahan (governance),
kebudayaan dan warisan budaya (culture and heritage), masyarakat (people),
pariwisata (tourism), Investasi dan imigrasi (Investment and immigration). Dari
Nation Brand Hexagon milik Anholt ini terlihat bahwa peran kebudayaan
merupakan salah satu elemen penting dalam upaya branding sebuah negara.20
Sumber: Nations-Brands of the twenty-first Century, Simon Anholt, 2007
a. Dimensi Goverment: kemampuan negara dalam menjaga dan menunjukkan
kualitas tata kelola pemerintahan dan keadilan hukum bagi para
penduduknya. Dimensi ini dibangun oleh dua faktor yang
mempengaruhinya seperti: government effectiveness dan rule of law.
b. Dimensi Culture and Heritage: kemampuan negara dalam menjaga,
mengelola, dan mengembangkan sektor warisan dan budaya negara dari
peninggalan masa lalu dan juga budaya masa kini dapat dilihat dan
20 Simon Anholt. Competitive Identity. (Basingstoke : Palgrave Macmillan. 2007).32.
Gambar I. 1 Nation Branding Hexagon dari Simon Anholt
15
dinikmati oleh masyarakat internasional dengan balutan kreatifitas dan tetap
menjaga penghormatan terhadap warisan budaya asal.
c. Dimensi Exports: kemampuan negara dalam mengemas produk ekspor akan
mempengaruhi nilai jual dan besarnya kuantitas permintaan atas barang
tersebut. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor seperti: local supplier
quality, production process sophistication,dan value chain breadth.
d. Dimensi Tourism: kemampuan negara dalam mengelola, mengemas,dan
mempromosikan sektor pariwisata. Dimensi ini dibangun oleh faktor-faktor
yang mempengaruhinya yaitu: quality of tourism infrastructure,
attractiveness of natural assests, quality of air transport infrastructure,dan
visa requirement.
e. Dimensi Investment and Immigration: kemampuan negara dalam mengelola
dan menjaga lingkungan investasi dinegaranya. Dimensi ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti: market size, bussiness impacton FDI,dan
quality of overall infratstructure.
f. Dimensi People: kemampuan negara untuk meningkatkan dan menjaga
kualitas masyarakat. Masyarakat yang berkualitas akan berdampak pada
persepsi masyarakat internasional mengenai skills, abilities, value,
culture,dan behaviour dari sumberdaya manusianya. Dimensi ini dibangun
oleh faktor-faktornya seperti qualityof human resources.
16
Dalam skripsi ini, konsep Nation Branding digunakan untuk menjelaskan
pentingnya Branding bagi sebuah negara, terutama bagi Indonesia pada dimensi
kultur dan warisan budayanya (Culture and Heritage) yang memang telah diakui
dunia mempunyai keanekaragaman budaya yang menarik. Terkait dalam hal ini,
Indonesia merasa perlu untuk meningkatkan impresi positif budayanya demi
meningkatkan pemahaman lebih dalam atau awareness tentang kebudayaan
Indonesia ke masyarakat Belanda melalui acara dan fasilitas Rumah Budaya
Indonesia di Belanda.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penjelasan terkait jenis penelitian kualitatif juga dijelaskan oleh Michael
Quinn dimana ia menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang menggunakan kata – kata sebagai penjabaran dari objek yang
diteliti.21 Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif analitis, yaitu menjelaskan
mengenai kasus yang akan dibahas dalam penelitian dan bertujuan mendapatkan
deskripsi terhadap variabel dalam pokok masalah melalui interpretasi yang tepat,
yaitu interpretasi berdasarkan konsep dan teori.22
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan sumber data primer dan
sumber data sekunder. Sumber data primer merupakan data penelitian yang
didapatkan secara langsung dari sumber asli, seperti wawancara, survei maupun
21 Michael Quinn Patton. Metode Evaluasi Kualitatif. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), 2. 22 H. Abdurrahman & Soejono. Metode Penelitian : Suatu Pemikiran dan Penerapan. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2005). 21
17
kuesioner. Sedangkan sumber data sekunder merupakan data penelitian yang
didapatkan secara tidak langsung seperti bersumber dari buku fisik, buku online,
jurnal, laporan dari internet, serta sumber-sumber yang kredibel. Kemudian, teknik
pengumpulan data lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen.
Menurut Robert C. Bogdan seperti yang dikutip Sugiyono, dokumen merupakan
catatan peristiwa yang telah terjadi, baik berbentuk tulisan, gambar, maupun karya
monumental dari seseorang.23 Dokumen yang dijadikan rujukan dalam penelitian
ini di antaranya adalah dokumen berupa “Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019” yang diakses dari situs Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan
mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara kepada responden yang
kemudian jawaban-jawabannya dicatat dan direkam.24
Penelitian ini melakukan wawancara kepada tokoh tertentu yang dinilai
memahami konteks diplomasi kebudayaan Indonesia. Wawancara akan ditujukan
kepada beberapa responden.
Wawancara pertama ditujukan kepada Staff Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan. Kedua, wawancara
juga ditujukan kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik
Indonesia di Den Haag. Kedua responden wawancara dipilih berdasarkan informasi
23 Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Alfabeta, 2005), 82. 24 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, (Bogor :Ghalia
Indonesia, 2002), 85.
18
yang dibutuhkan terkait penelitian ini, yaitu terkait Rumah Budaya Indonesia serta
bentuk diplomasi kebudayaan Indonesia menggunakan sarana Rumah Budaya
Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
Terdapat beberapa urutan dalam sistematika penulisan penelitian ini, yakni
disusun kedalam lima bab, yaitu :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka, kerangka teoritis,
metode penelitian, serta sistematika penulisan pada bab-bab selanjutnya dalam
penelitian ini.
BAB II : PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA UNTUK
MEMPERKUAT PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN
Dalam bab kedua akan dibahas mengenai sektor kebudayaan dari Indonesia,
mulai dari pencatatan dan penetapan warisan budaya. Serta Rencana Strategis dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam rangka
pengelolaan dan pelestarian warisan kebudayaan Indonesia untuk mempertahankan
keberadaan ekspresi budaya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan
memanfaatkannya yang sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 Ayat
(1).
19
BAB III : RUMAH BUDAYA INDONESIA SEBAGAI BENTUK
DIPLOMASI KEBUDAYAAN INDONESIA DI BELANDA
Dalam bab ketiga membahas mengenai Rumah Budaya Indonesia khususnya
Rumah Budaya Indonesia di Belanda, bukti kerjasama antara Indonesia dengan
Belanda dalam hal kebudayaan. Promosi kebudayaan di luar negeri dengan
mendirikan Rumah Budaya Indonesia sebagai upaya diplomasi budaya agar
memiliki impresi positif dan pemahaman lebih dalam tentang budaya Indonesia.
Sebagaimana negara yang mempunyai beragam kebudayaan, Indonesia ingin
memfasilitasi upaya beberapa budayawan di luar negeri, dan memanfaatkan budaya
sebagai promosi negaranya.
BAB IV : PROSES PELAKSANAAN DIPLOMASI KEBUDAYAAN
INDONESIA MELALUI RUMAH BUDAYA INDONESIA DI BELANDA
PERIODE 2016-2017
Bab ini berisi tentang pelaksanaan Rumah Budaya Indonesia di Belanda. Peran
apa saja yang dilakukan Rumah Budaya Indonesia di Belanda, hingga kegiatan apa
saja yang dihasilkan dari diplomasi kebudayaan Indonesia di Belanda tahun 2016-
2017. Terkait hal ini, analisis Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui Rumah
Budaya Indonesia di Belanda 2016-2017 telah melakukan upaya memperjuangkan
kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan seperti pendidikan, ilmu
pengetahuan, dan kesenian. Dalam pelaksanaannya juga dilihat sasaran dan capaian
apa saja yang telah dilakukan Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-
2017.
20
BAB V : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan serta saran terkait
masalah penelitian yang diteliti. Adapaun dalam bab ini dilampirkan pula daftar
pustaka yang berguna dalam mencari sumber informasi yang diteliti dalam
penelitian ini.
21
BAB II
PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA INDONESIA UNTUK
MEMPERKUAT PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN
Bab II skripsi ini akan dibahas mengenai informasi keberagaman budaya
Indonesia, mulai dari pencatatan dan penetapan warisan budaya. Serta Rencana
Strategis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam
rangka pengelolaan dan pelestarian warisan kebudayaan Indonesia untuk
mempertahankan keberadaan ekspresi budaya dengan cara melindungi,
mengembangkan, dan memanfaatkannya yang sesuai dengan Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 32 Ayat (1).
A. Informasi Kebudayaan Indonesia
Kebudayaan secara etimologi berasal dari bahasa sanksekerta buddhayah
yaitu akal, budi ataupun pikiran.25 Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah
keseluruhan sistem tindakan, pemikiran,dan ciptaan manusia untuk rancangan
kehidupan bermasyarakat dengan belajar.26
Munculnya kebudayaan bukan berasal dari turunan biologis, kebudayaan
dapat diperoleh melalui cara belajar dan bertujuan manusia tersebut menjadi sebuah
anggota dari masyarakat. Hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan,
Robert Harry Lowie seorang antropolog juga menjelaskan bahwa kebudayaan
25 Santri Sahar, Pengantar Antropologi: Integrasi Ilmu Dan Agama (Makassar: Cara Baca,
2015), 98. 26 Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 26.
22
merupakan segenap kegiatan yang didapat dari individu dari masyarakat, layaknya
adat-istiadat, kepercayaan, pola makan, norma-norma artistik, keahlian yang
diperoleh bukan karena hasil kreasi pribadi melainkan warisan masa lampau yang
dapat melalui pendidikan formal atau informal.27 Mayoritas perbuatan manusia itu
sebuah kebudayaan, luasnya bidang kebudayaan menimbulkan adanya telaahan
mengenai apa sebenarnya esensi kebudayaan tersebut.
Perbedaan pendapat akan arti dari kebudayaan mewarnai gagasan para ahli
kebudayaan, akan tetapi para ahli ini sepakat bahwa kebudayaan merupakan
keseluruhan perbuatan manusia yang telah terintegrasi. Unsur-unsur kebudayaan
terdapat pada setiap aspek lingkungan dari semua manusia dimanapun berada.
Koentjaraningrat menyusun tujuh unsur kebudayaan yang bersifat universal
berdasarkan pendapat dari para ahli antropologi. Tujuh unsur menurut
Koentjaraningrat adalah sistem pengetahuan, bahasa, organisasi sosial, sistem
peralatan hidup (teknologi), sistem religi, sistem kesenian,dan sistem mata
pencaharian hidup.28
Kebudayaan merupakan studi budidaya manusia atau karya, rasa,dan karsa
manusia dalam perkembangannya dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor tersebut
adalah:29
27 Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 26. 28 Wahyuni, Perilaku Beragama Studi Sosiologi Terhadap Asimilasi Agama dan Budaya Di
Sulawesi Selatan (Makassar: Alauddin University Press, 2013), 39-41. 29 Tulus Warsito, Antropogi Budaya (Yogyakarta: Ombak, 2012), 56-59.
23
1. Faktor ras
Menurut teori, terdapat ras yang superior dan inferior. Ras superior ini
adalah ras yang mampu menciptakan kebudayaan, karena ditopang oleh
kekuatan dari ras tersebut. Ras inferior adalah ras yang hanya mampu
mempergunakan budaya yang ada dan menurut saja.
2. Faktor lingkungan strategis
Lingkungan strategis dihubungkan dengan keadaan tanah, iklim, suhu
udara, dimana manusia itu tinggal, karena lingkungan alam sangat
mempengaruhi terciptanya kebudayaan daerah tertentu.
3. Faktor perkembangan teknologi
tingkatan teknologi merupakan faktor yang terpenting kehidupan modern
saat ini. Semakin tinggi tingkat teknologi manusia, pengaruh lingkungan
geografis terhadap perkembangan kebudayaan semakin berkurang.
Semakin tinggi tingkat teknologi suatu bangsa semakin tinggi pula tingkat
kebudayaan, oleh karena teknologi suatu bangsa dapat dengan mudah
mengatasi lingkungan alam.
4. Faktor hubungan antar bangsa
Hubungan antar bangsa mempunyai pengaruh yang sangat besar
terhadap kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peristiwa-
peristiwa:
a. Penetration pasifique atau masuknya kebudayaan secara damai.
Perembesan kebudayaan ini terjadi karena adanya kaum imigran yang
pindah menjadi penduduk suatu negara lain. Mereka membawa kebudayaan yang
24
masuk dan diterima oleh negara tersebut tanpa menimbulkan kekacauan atau
perpecahan masyarakat yang menerima.
b. Akulturasi
Proses gabungan antara beberapa unsur kebudayaan local dengan
kebudayaan asing yang datang melebur menjadi kebudayaan sendiri, akulturasi
juga dapat dikatakan sebagai pertemuan dari unsur kebudayaan yang berbeda dari
luar menjadi kebudayaan yang baru.
c. Difusi kebudayaan
Yaitu penyebaran penyebaran ciri budaya (ide, gaya, agama, teknologi,
bahasa, dan lain-lain) antar individu, baik dalam satu budaya atau dari satu budaya
ke budaya lain.
d. Culture creisse
Merupakan perkawinan antara dua unsur budaya di suatu tempat yang
berada diluar kedua tempat kebudayaan tersebut.
e. Faktor sosial.
Terdiri dari kumpulan masyarakat dan interaksi sosial diantara warga
yang membentuk suatu ciri-ciri dan watak dari masyarakat tersebut. Relasi anggota
masyarakat dengan sesamanya akan mempunyai pengaruh terhadap kebudayaan.
25
f. Faktor religi
Suatu kepercayaan atau keyakinan yang dimiliki oleh masyarakat dan
diyakini sejak lama maka akan sulit hilang dengan begitu saja. Penghilangan suatu
bentuk kebiasaan yang dipeluk akan dibutuhkan usaha keberanian.
g. Faktor prestige
Faktor yang bersifat individual yang dikagumi di dalam kehidupan sosial.
h. Faktor mode
Faktor yang bersifat bukan motif ekonomi, melainkan hasil budaya pada
saat tertentu. Faktor ini bersifat temporer sebagai siklus yang terus menerus.
Terkait dengan kebudayaan yang dimiliki Indonesia, keanekaragaman
budaya yang ada di Indonesia ini diwariskan oleh beberapa faktor diantaranya
adalah disebabkan oleh keberagaman suku di Indonesia dan tingkat kreativitas yang
tinggi dalam bidang kesenian dan kebudayaan, sehingga menciptakan warisan
kebudayaan kebendaan maupun warisan kebudayaan tak benda. Warisan
kebudayaan kebendaan adalah hasil karya manusia baik yang dapat dipindahkan
maupun tidak dapat dipindahkan. Sedangkan warisan kebudayaan tak benda adalah
budaya yang dapat ditangkap oleh panca indera selain indera peraba serta warisan
budaya yang abstrak atau tidak dapat ditangkap oleh panca indera, misalnya adalah
konsep-konsep ilmu budaya, berbagai macam warisan kebudayaan tak benda yang
dimiliki oleh Indonesia seperti Kesenian Tari Piring dari Sumatra Barat, Reog
Ponorogo dari Jawa Timur, Tari Tor-Tor dari Sumatra Utara, dan Tari Pendet dari
Bali.
26
Wilayah Indonesia yang terbagi atas 3000 pulau yang tersebar disuatu
daerah ekuator sepanjang kurang lebih 3000 mil dari timur ke barat dan lebih dari
1000 mil dari utara ke selatan, merupakan faktor yang mempengaruhi terciptanya
pluralitas suku bangsa di Indonesia. Kesatuan suku bangsa tercipta dari ikatan-
ikatan emosional yang mempersatukan sejumlah orang, mereka pada umumnya
memiliki bahasa dan warisan kebudayaan yang sama. Lebih dari itu, mereka pada
umumnya mereka mengembangkan kepercayaan bahwa mereka memiliki asal-usul
keturunan yang sama, satu kepercayaan yang seringkali didukung oleh mitos-mitos
yang hidup di masyarakat.
Adanya kontak antar kebudayaan yang berlangsung lama sejak nenek
moyang bangsa Indonesia yang datang sebagai imigran telah memaksa mereka
menetap di Indonesia. Perubahan besar yang terjadi dalam kebudayaan yang
disebabkan oleh kontak antar budaya ini terjadi apabila ada kelompok-kelompok
yang memeiliki kebudayaan yang berbeda saling berhubungan secara langsung dan
intensif. Kontak kebudayaan yang seringkali disebut sebagai akulturasi budaya ini
tidak mengakibatkan perubahan total pada kebudayaan yang bersangkutan, hal ini
disebabkan karena ada unsur-unsur kebudayaan yang masih bertahan, masyarakat
tentu ada yang menerima sebagian atau mengadakan penyesuaian dengan unsur-
unsur kebudayaan yang baru.
Sejarah panjang perjalanan hidup masyarakat Indonesia ditindakan dengan
banyaknya berhubungan dengan masyarakat asing seperti Tiongkok, Portugis,
Inggris, Persia, Arab, India, Belanda, dan Jepang. Keberadaan dari masyarakat
27
asing ini banyak meninggalkan unsur-unsur kebudayaan yang kemudian beberapa
darinya diadopsi dalam budaya lokal.
B. Pelestarian dan Pengelolaan Warisan Kebudayaan Indonesia
Pelestarian dan pengelolaan Warisan kebudayaan Indonesia sudah
diamanatkan oleh konstitusi, menurut Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat
(1) menyatakan: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya.” Di dalam UUD 1945 ini nampak bahwa
tugas yang diemban Indonesia adalah untuk memajukan kebudayaan Indonesia.
Sejalan dengan UUD 1945, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya, pelestarian kebudayaan Indonesia sebagai bentuk dinamis untuk
mempertahankan keberadaan ekspresi budaya dan meningkatkan kontribusi budaya
Indonesia di tengah peradaban dunia dengan cara melindungi, mengembangkan,
memanfaatkan, membina budaya Indonesia.30
Kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari identitas suatu negara. Kebudayaan
sendiri yang membuat suatu negara dikenali oleh publik negara lain. Kebudayaan
juga bisa menjadi komoditi ekonomi suatu negara. Kebudayaan telah lama
digunakan sebagai instrumen untuk menyebarkan pengaruh suatu negara ke negara
lainnya. Pertukaran kebudayaan merupakan hal yang wajar terjadi dalam interaksi
30 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Rencana Strategis Direktorat Jenderal Kebudayaan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019”, di akses dari,
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/wp-content/uploads/2019/02/Renstra-Ditjenbud-Baru.pdf di
akses pada 11 Oktober 2019.
28
manusia sehingga kebudayaan sering dipandang sebagai sesuatu yang taken for
granted dalam kaitannya dengan hubungan antarnegara. Masyarakat lebih berfokus
pada kekuatan ekonomi maupun militer sebagai kekuatan untuk mempengaruhi
negara lain maupun mendapatkan legitimasi di dunia internasional. Terlebih lagi,
hasil yang diperoleh dalam diplomasi melalui kebudayaan tidak bisa segera dilihat.
Walaupun diplomasi melalui kebudayaan terlihat merupakan suatu investasi
jangka panjang yang tidak bisa diprediksikan hasilnya, tetapi hubungan yang
terbentuk melalui kebudayaan relatif dapat bertahan melewati dinamika hubungan
diplomatik antarnegara, karena diplomasi kebudayaan mempunyai aktor yang
berperan dalam diplomsi kebudayaan tidak terbatas kepada negara saja, namun
dengan aktor-aktor non-negara seperti swasta dan individu yang bergerak di bidang
seni dan kebudayaan. Individu ini secara sengaja maupun tidak sengaja menjadi
agen diplomasi kebudayaan negara yang melakukan diplomasi kebudayaan, yang
tidak langsung membantu mengenalkan atau membuat publik internasional tertarik
untuk mengetahui kebudayaan negara tersebut. Selain untuk mengenalkan negara
kepada publik internasional, kebudayaan juga digunakan untuk membentuk citra
baik suatu negara. Kebudayaan, bersama dengan kekuatan ekonomi dan politik baik
secara langsung maupun tidak langsung memproyeksikan citra suatu negara di mata
publik internasional.
Sejak tahun 2009 hingga tahun 2017, Direktorat Warisan dan Diplomasi
Budaya (WDB), Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud bertugas pokok
dan fungsi melakukan pencatatan dan penetapan warisan budaya tak benda
Indonesia, karya budaya yang telah dicatat sejumlah 7.241 dari 34 Provinsi.
29
Pencatatan dilakukan oleh bantuan dari Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB)
yang mempunyai wilayah kerja masing-masing yaitu BPNB Aceh, BPNB Sumatera
Barat, BPNB Kepulauan Riau, BPNB Kalimantan Barat, BPNB Jawa Barat, BPNB
Yogyakarta, BPNB Bali, BPNB Sulawesi Utara, BPNB Maluku, BPNB Sulawesi
Selatan, dan BPNB Papua.31 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya juga telah
menetapkan sebanyak 594 karya budaya tak benda. 32 Kegiatan penetapan dan
pencatatan ini dilakukan sebagai upaya untuk pelindungan dan pelestarian budaya
Takbenda yang ada di Indonesia. Kegiatan ini melibatkan semua pihak seperti
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Setiap orang, dan Masyarakat Hukum Adat.
Dengan begitu kepedulian masyarakat akan pentingnya Pelestarian Warisan
Budaya Takbenda Indonesia akan semakin meningkat.
Upaya perlindungan kreativitas dan keberagaman budaya Indonesia sejalan
dengan upaya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam melindungi budaya
diseluruh dunia dengan membentuk Konvensi melalui UNESCO untuk
Perlindungan Warisan Budaya Takbenda (Convention for the Safeguarding of the
Intangible Cultural Heritage) tahun 2003.33 Konvensi UNESCO tahun 2003
mendefiniskan Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) bahwa
31 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Warisan Budaya Tak Benda” di akses dari,
http://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/formulir-warisan-budaya-tak-benda/ di akses pada 2 Agustus
2019. 32 Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, “Penetapan Warisan Budaya Tak Benda” di akses dari,
https://www.kemdikbud.go.id/main/uploads/default/documents/Penetapan_WBTB_Indonesia_201
7.pdf di akses pada 2 Agustus 2019 33 Kemdikbud, “Menuju Warisan Budaya Dunia: Proses Penetapan Warisan Budaya Tak Benda
(Intangible Cultural Heritage) dan Warisan Dunia (World Heritage) Indonesia oleh UNESCO “ di
akses dari, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-warisan-budaya-dunia-proses-
penetapan-warisan-budaya-tak-benda-intangible-cultural-heritage-dan-warisan-dunia-world-
heritage-indonesia-oleh-unesco/ di akses pada 2 Agustus 2019
30
Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) mempunyai arti
berbagai praktek, respresentasi, pengetahuan, ekspresi, keterampilan yang diakui
oleh kelompok, komunitas,dan perorangan sebagai bagian dari warisan budaya
mereka.
Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) bagi
masyarakat, kelompok, dan perorangan memberikan rasa identitas dan
keberlanjutan, membantu mereka memahami dunianya dan memberikan makna
pada kehidupan dan cara mereka hidup bermasyarakat. Sumber dari keragaman
budaya dan bukti nyata dari potensi kreatif umat manusia, Warisan Budaya
Takbenda (Intangible Cultural Heritage) secara terus-menerus diciptakan oleh
para penerusnya, karena warisan ini dipraktikan dan disampaikan dari
individu ke individu lain dan dari generasi ke generasi.
Indonesia memiliki banyak warisan budaya seperti ini (Intangible Cultural
Heritage), akan tetapi hingga saat ini Kemendikbud melalui Direktorat WDB belum
berhasil melaksanakan pencatatan warisan budaya tak benda secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Hambatan akan pencatatan ini dikarenakan kurang
melibatkan unsur kelompok sosial, komunitas, dan perseorangan yang menggiati
kegiatan kebudayaan.
Pemajuan dan penyelematan pada aset warisan budaya demi memiliki
identitas bangsa yang mampu mencegah klaim budaya dari negara lain merupakan
ide luhur dari pencatatan warisan budaya Indonesia ini. Selain upaya pencatatan
warisan budaya takbenda, pemerintah Indonesia ini juga telah meratifikasi
31
Konvensi UNESCO tahun 2003 mengenai Perlindungan Warisan Budaya
Takbenda (Intangible Cultural Heritage) melalui Peraturan Presiden (PP) nomor
78 tahun 2007, tentang pengesahan konvensi untuk Perlindungan Warisan
Takbenda (WBTB).34
Upaya Indonesia sejauh ini telah menuju kearah lebih baik, sebab melalui
konvensi UNESCO tahun 2003, UNESCO menetapkan Wayang, dan Keris sebagai
Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage) Indonesia pada tahun
2008, Batik 2009, dan Angklung 2010, Tari Saman 2011, Tas Rajut Multifungsi
Noken 2012, Tiga Genre Tari Tradisional dari Bali 2015,dan Seni dari Pembuatan
Kapal Pinisi dari Sulawesi Selatan 2017.
Tabel II. 1 Daftar Elemen Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Ditetapkan
UNESCO
DAFTAR ELEMEN WARISAN BUDAYA TAKBENDA INDONESIA
YANG DITETAPKAN UNESCO
NOMOR TAHUN
DITETAPKAN
DAFTAR REPRESENTATIF WARISAN
BUDAYA TAKBENDA INDONESIA
1 2008 WAYANG INDONESIA DAN KERIS
INDONESIA
2 2009 BATIK INDONESIA
3 2010 ANGKLUNG
4 2011 TARI SAMAN
5 2012 TAS RAJUT MULTIFUNGSI NOKEN
6 2015 TIGA GENRE TARI TRADISIONAL BALI
7 2017 SENI PEMBUATAN KAPAL PINISI DARI
SULAWESI SELATAN
Sumber : Warisan Budaya TakBenda UNESCO, 2018
34 Kementerin Pendidikan dan Kebudayaan, “Menuju Warisan Budaya Dunia: Proses Penetapan
Warisan Budaya Tak Benda (Intangible Cultural Heritage) dan Warisan Dunia (World Heritage)
Indonesia oleh UNESCO“ di akses dari, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/menuju-
warisan-budaya-dunia-proses-penetapan-warisan-budaya-tak-benda-intangible-cultural-heritage-
dan-warisan-dunia-world-heritage-indonesia-oleh-unesco/
di akses pada 2 Agustus 2019.
32
Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia telah diakui oleh masyarakat
internasional hingga beberapa kebudayaan Indonesia telah terdaftar di UNESCO.
Telah banyak berita mengenai publik internasional terpesona dan begitu mencintai
aneka ragam budaya indonesia ini, dan menjadikan publik internasional ingin
mempelajari kesenian dari kebudayaan Indonesia. Namun, dengan adanya
pengakuan akan kecintaan kepada kebudayaan Indonesia oleh masyarakat
internasional, Indonesia patut memberikan perhatian lebih dalam perlindungan dan
pelestarian kebudayaan ini. Indonesia patut mengupayakan dua hal tersebut untuk
mencegah adanya pengakuan dari negara lain. Dengan dua hal ini pula
memantapkan jati diri bangsa serta memperjelas asal usul karya budaya yang
terdapat di wilayah negara Indonesia.
Terganggunya upaya Indonesia dalam hal menarik masyarakat internasional
melalui promosi kebudayaan karena tindakan pengakuan kebudayaan oleh negara
lain menyebabkan Indonesia sulit menarik minat masyarakat internasional
khususnya Belanda untuk menikmati, mempelajari budaya Indonesia. Hal ini
disebabkan karena kurangnya melibatkan unsur komunitas budaya, kelompok
sosial, dan perseorangan yang menggiati kebudayaan nasional, seperti pengawasan
cagar budaya dan promosi budaya Indonesia di luar negeri. Akibatnya tentu akan
menghambat kebudayaan Indonesia maupun Indonesia sendiri untuk dikenal oleh
masyarakat internasional, dan bukan tidak mungkin akan berdampak kepada turis
asing yang berkunjung ke Indonesia.
Adanya tindakan pengakuan kebudayaan Indonesia dari negara lain
membuat pemerintah mempunyai sebuah gagasan, bahwa Kemendikbud tahun
33
2012 menggagas berdirinya pusat kebudayaan Indonesia yang bernama Rumah
Budaya Indonesia dalam menghindari klaim negara lain sekaligus untuk berperan
aktif dalam mempromosikan budaya Indonesia untuk meningkatkan branding
negara Indonesia, apresiasi, dan menjalin persahabatan melalui kebudayaan dengan
masyarakat Internasional terhadap Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selaku aparatur
negara yang memiliki misi dan tujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan
diplomasi budaya yang efektif dan produktif. Kemendikbud melihat bahwa belum
adanya sarana diplomasi budaya Indonesia di luar negeri pada saat itu dan telah
banyak negara yang memiliki sarana diplomasi budaya di Indonesia menjadikan hal
ini sebagai acuan bagi Kemendikbud untuk membangun Rumah Budaya Indonesia.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, 2012, Wiendu Nuryanti mengatakan
bahwa tidak adanya rumah budaya di luar negeri membuat diplomasi budaya
Indonesia menjadi lemah, hal tersebut akan berdampak kepada pembangunan citra
positif Indonesia di dunia Internasional.
Pusat kebudayaan telah lama digunakan sebagai instrumen diplomasi. Pusat
kebudayaan yang dimaksud tidak selalui mempunyai bentuk Lembaga, tetapi lebih
kepada kehadiran tempat yang memungkinkan publik lokal mengakses kebudayaan
negara yang bersangkutan. Negara-negara mulai melihat pusat kebudayaan sebagai
cara yang efektif dan halus dalam mengembangkan pengaruh di suatu negara. Hal
ini menjadi perhatian khusus terutama Indonesia di awal abad 20 ini.
34
Belanda secara sejarah adalah negara yang pernah mempunyai hubungan
yang cukup panjang dengan Indonesia. Belanda masuk ke Indonesia pada awal
1596 saat Cornelius De Houtman datang daratan Indonesia sehingga Belanda
hingga masa kemerdekaan Indonesia lebih mudah menyebarkan pengaruh
kebudayaan di Indonesia. Begitu lamanya Belanda berada di Indonesia
meninggalkan bangunan-bangunan kuno khas negeri Belanda beserta kebudayaan
yang nyatanya dilestarikan oleh bangsa Indonesia juga mendasari dibangunnya
pusat kebudayaan Belanda di Indonesia yang bernama Erasmus Huis pada tahun
1970. Erasmus Huis merupakan pusat kebudayaan negara asing pertama di
Indonesia. Branding yang ditunjukkan oleh Belanda melalui Erasmus Huis dengan
segala kegiatan di dalamnya akan memberikan dampak positif bagi masyarakat
Indonesia bagaimana kejadian masa lalu yang penuh dengan konflik akan meredam
diakibatkan oleh kegiatan-kegiatan yang bersifat halus seperti bahasa dan
kebudayaan.
Oleh sebab itu, Indonesia akan coba menerapkan pula pusat kebudayaan
Indonesia yang bernama Rumah Budaya Indonesia di Belanda guna mendapatkan
perhatian masyarakat Belanda bagaimana Indonesia tidak dipandang hanya sebagai
jajahan pada masa lalu. RBI dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Belanda
juga akan bekerjasama dengan pemerintah Belanda untuk menyelenggarakan
kegiatan kebudayaannya sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia yang
selaras dengan strategi kebudayaan Indonesia.
35
BAB III
RUMAH BUDAYA INDONESIA SEBAGAI BENTUK DIPLOMASI
KEBUDAYAAN INDONESIA DI BELANDA
Bab III skripsi ini akan diberikan penjelasan mengenai upaya pemerintah
Republik Indonesia mendirikan Rumah Budaya Indonesia khususnya di Belanda.
Pada bagian awal akan dibahas mengenai Rumah Budaya Indonesia sebagai pusat
budaya dan sebagai alat diplomasi kebudayaan Indonesia di Belanda, selanjutnya
dibahas lebih mendalam mengenai kesepakatan kerjasama antara pemerintah
Indonesia dan Belanda dalam membangun kerjasama kebudayaan, serta bagaimana
Rumah Budaya Indonesia sebagai alat promosi untuk masyarakat Belanda agar
mendapatkan impresi positif terkait budaya Indonesia setelah mengikuti beberapa
agenda yang dibuat oleh Rumah Budaya Indonesia di Belanda.
A. Informasi Rumah Budaya Indonesia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia meluncurkan
sebuah konsep diplomasi budaya yang bernama Rumah Budaya Indonesia. ”Rumah
Budaya Indonesia” adalah ruang publik untuk memperkenalkan kekayaan budaya
bangsa Indonesia kepada dunia dalam rangka meningkatkan citra, apresiasi dan
membangun ikatan (budaya) masyarakat internasional terhadap Indonesia.35
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggagas
Rumah Budaya Indonesia (RBI) yang dibangun di sepuluh negara strategis bagi
35 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”, di akses dari, https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-
kemdikbud/rencana-strategis-renstra di akses pada 15 Agustus 2019.
36
Indonesia seperti Belanda, Amerika Serikat, Timor Leste, Australia, Jepang, Korea
Selatan, Prancis, Jerman, Singapura, dan Turki.36 Dinamakan sebagai rumah
budaya, karena Pemerintah Indonesia berharap supaya warga negara asing ini akan
berasa familiar dan merasakan bahwa tempat ini seperti wadah budaya negara
mereka sendiri dan tidak terikat dengan formalitas akan peraturan yang ketat.
Kemendikbud berharap berdirinya RBI di sepuluh negara yang strategis ini agar
menjadi pusat jaringan seluruh budaya Indonesia, organisasi, konservatori, maupun
universitas-universitas yang memiliki bidang studi budaya Indonesia.37
Rumah Budaya Indonesia memiliki tiga fungsi. Fungsi pertama merupakan
sebagai pembelajaran kebudayaan Indonesia (Culture Learning). Warga Negara
Asing (WNA) ataupun warga negara Indonesia yang berada di negara tersebut dapat
belajar kebudayaan Indonesia di RBI. Beberapa kegiatan pelestarian seni dan
budaya yang dilaksanakan RBI seperti workshop wastra kain Indonesia, festival
kuliner, musik tradisional, tarian tradisional, dan sastra bahasa.
Fungsi kedua, yaitu wadah ekspresi kebudayaan Indonesia (Culture
Expression), yang biasanya dilakukan dengan memperkenalkan warisan budaya
Indonesia melalui festival kebudayaan Indonesia, seperti pertunjukan musik
tradisional, penampilan wayang (shadow puppet), pameran batik, film Indonesia,
dan pertunjukan sastra Indonesia, pasar bazaar Indonesia, pameran keris,
pertunjukan tari tradisional, pertunjukan seni bela diri tradisional.
36 Rumah Budaya Indonesia Singapura, “Rumah Budaya Indonesia di Singapura”, di akses dari,
https://rumahbudayaindonesia.sg/ di akses pada 18 Agustus 2019. 37 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, “RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN”, di akses dari, https://www.kemdikbud.go.id/main/tentang-
kemdikbud/rencana-strategis-renstra di akses pada 15 Agustus 2019.
37
Fungsi ketiga, yaitu RBI sebagai wadah pemajuan kebudayaan dan promosi
Indonesia (Advocacy and Promotion). Rumah Budaya Indonesia sebagai tempat
pengembangan citra budaya Indonesia yang dapat dijangkau dan dikenal berskala
warga internasional dan warga negara Indonesia yang berada di luar negeri,
terutama untuk memperkuat pengakuan internasional dan penghargaan ikon budaya
Indonesia (warisan budaya benda dan tak benda), seperti diskusi tentang budaya
Indonesia dan potensi/tantangan untuk mengembangkan Rumah Budaya Indonesia.
Rumah Budaya Indonesia juga menjadi sebuah wadah dalam mempromosikan
Indonesia melalui kebudayaannya membawa warga negara asing melihat skala
kecil Indonesia dengan keanekaragaman budayanya dan menarik agar warga negara
asing itu tertarik akan Indonesia.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang diwakili oleh Darwin
Tampubolon yang saat itu menjabat Kepala Seksi Diplomasi Luar Negeri dan Staf
Ahli Wamen, Agatya Wenantyawati menghadiri diseminasi RBI Belanda di kota
Den Haag pada November 2012. Sebanyak 113 orang menghadiri kegiatan ini,
mereka yang datang memberikan pendapat dan masukan demi kemajuan pusat
budaya Indonesia ini. Para peserta yang hadir dalam acara ini memiliki beragam
latar belakang pekerjaan, seperti adalah masyarakat Indonesia, penggiat seni dan
budaya, dan rekan-rekan media. Diseminasi RBI Belanda tersebut juga
dimaksudkan sebagai langkah rintisan dan pematangan konsep terkait dengan
rencana pengembangan RBI di negara-negara strategis lain, dalam hal ini di
Belanda, RBI ini dibangun di Den Haag pada tahun 2015 yang akan terintegrasi
38
dengan KBRI di Belanda di bawah naungan Atase Pendidikan dan Kebudayaan
KBRI Belanda di Den Haag.
B. Rumah Budaya Indonesia di Belanda sebagai Diplomasi
Kebudayaan Indonesia di Belanda
Indonesia sangat menghargai kerjasama budaya dengan Belanda. Hal ini
tidak terlepas dari ikatan historis antara kedua negara serta Indonesia ingin ikut
dalam hal pelestarian warisan budaya bersama Belanda seperti halnya yang telah
disebutkan oleh UNESCO. Rumah Budaya Indonesia di Belanda diresmikan pada
tanggal 25 Juni 2015 di Amsterdam, RBI dibangun berkat kerjasama kebudayaan
antara Indonesia dan Belanda yang telah ada sejak tahun 1968.38 Kesepakatan
kerjasama tersebut menjadi salah satu latar belakang berdirinya sebuah pusat
kebudayaan milik Belanda yang bernama Erasmus Huis Indonesia tahun 1970.
Pusat kebudayaan ini membuka babak baru kerjasama lintas budaya yang
disepakati Belanda dan Indonesia atas kelanjutan dari adanya Erasmus Huis yang
ada di Indonesia. Setelah saat itu, kembali Presiden Indonesia Susilo Bambang
Yudhoyono dan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte menyepakati kerjasama Joint
Declaration on Comprehensive Partnership bersama Belanda yang membahas
kerjasama bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, seni budaya, teknologi, industri
pariwisata dan kesehatan.39
38 Andrzej Jakubowski, State Succession in Cultural Property. (Oxford: Oxford University Press,
2015), 125. 39 The Embassy of The Republic of Indonesia The Hague, 9 Desember 2013, “Dutch Prime Minister
Visit to Indonesia: Version 2.0 of the Bilateral Relationship”, di akses dari,
http://new.indonesia.nl/index.php/en/all-category/84-asean-multilateral/532-dutch-prime-minister-
visit-to-indonesia-version-2-0-of-the-bilateral-relationship di akses pada 15 Agustus 2019.
39
Belanda terkenal akan pengelolaan perpustakaan dan kearsipan di dunia.
Belanda mempunyai dua perpustakaan yang banyak menyimpan arsip dan buku
Indonesia peninggalan terdahulu. Para peneliti yang berasal dari Indonesia ataupun
yang sedang mempelajari tentang Indonesia kerap kali mengunjungi perpustakaan
yang ada di kota Leiden, Belanda ini.40 Perpustakaan dari Leiden ini memiliki
koleksi berbagai buku, naskah, rekaman audio-visual, brosur, pamflet, majalah dan
koran tua, sketsa, peta, surat-surat, foto,dan kearsipan Indonesia.
Koleksi dari beberapa museum dan perpustakaan di Belanda ini
memperlihatkan bahwa Belanda merupakan sebuah bangsa menghargai sejarah
yang tertuang dalam koleksi arsip, buku dan dokumen budaya negaranya.
Penghargaan seperti itu yang membedakan isi perpustakaan di negara seperti
Belanda dengan Indonesia. Menurut Darwin, Sekretaris Direktorat Warisan dan
Diplomasi Budaya Kemdikbud, kelemahan pemerintah Indonesia adalah kurangnya
akan bibiliografi sumber-sumber seperti teks, naskah, surat berita, majalah, pamflet,
brosur, foto, materi audio-visual.41 Darwin menambahkan, kesepakatan kerjasama
dengan Belanda mengenai pendidikan dan kebudayaan adalah bekerjasama dalam
pengelolaan kearsipan museum dan perpustakaan, karena Indonesia memiliki
keunggulan dalam keberagaman seni dan budaya, dan Indonesia mempunyai arsip
dari zaman VOC dan membuat ini sebagai tawaran kepada Belanda bahwa
40 Bonnie, Triyana, “Universitas Leiden Resmikan Koleksi Asia Terbesar di Dunia”, di akses dari,
https://historia.id/kultur/articles/universitas-leiden-resmikan-koleksi-asia-terbesar-di-dunia-v548g
di akses pada 10 Februari 2019. 41 Wawancara dengan Darwin Tampubolon selaku Kepala Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 11 Desember 2018.
40
Indonesia dan Belanda harus melakukan kerjasama restorasi dan inventarisasi
bahan arsip zaman VOC.
Darwin melanjutkan, dari kerjasama itu akan memunculkan kemungkinan
kerjasama yang dilakukan kedua negara tersebut di bidang kebudayaan. Salah
satunya adalah Indonesia melalui Kemdikbud aktif dalam kegiatan misi budaya ke
Belanda dengan membuat Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Belanda berkat
adanya kerjasama antara Pemerintah Indonesia yang diwakili Kuasa Usaha Ad
Interim KBRI Den Haag dengan Pemerintah Belanda melalui Dutch Culture.
Rumah Budaya Indonesia dibangun berkat usaha Pemerintah Indonesia untuk
mendapatkan legitimasi dan menyelamatkan kebudayaan Indonesia.42
Jika diamati, dalam upaya diplomasi kebudayaan ini, Belanda merupakan
negara yang sangat strategis untuk Indonesia. Hal ini diperkuat oleh Indonesia
karena adanya beberapa faktor.43 Yang pertama, hubungan Indonesia dan Belanda
yang telah mempunyai hubungan diplomatis sejak lama. Yang kedua, Belanda
adalah negara strategis di Eropa untuk Indonesia dalam mepromosikan negara
Indonesia, dan Belanda menjadi jembatan bagi Indonesia dalam memenuhi
kepentingan nasionalnya. Yang Ketiga adalah faktor yang dialami generasi zaman
sekarang dengan generasi Belanda zaman dahulu. Pelajar atau peneliti asal Belanda
42 Wawancara dengan Darwin Tampubolon selaku Kepala Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 11 Desember 2018.
43 Wawancara dengan Darwin Tampubolon selaku Kepala Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 11 Desember 2018.
41
ingin mengetahui lebih banyak bagaimana masyarakat Belanda pada zaman dahulu
dapat “menyentuh tanah” Indonesia. dalam artikel, dan buku sejarah telah
dijelaskan bagaimana hubungan Indonesia-Belanda sejak zaman dahulu, namun
peneliti dan pelajar ini ingin melihat dengan sudut pandang mereka sendiri dan
membandingkannya dengan apa yang sudah disajikan dalam literatur. Beberapa
faktor itu kemudian menjadi argumen pendukung mengapa Belanda dipilih sebagai
misi kebudayaan dan pemajuan kebudayaan di Belanda.
Kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan naskah kerjasama yaitu
Technical Arrangement (TA), Memorandum of Understanding (MoU) bidang
kebudayaan, dan Letter of Intent (LoI) yang ditandatangani oleh Menteri
Pendidikan, Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan Belanda Jet Bussemaker dengan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy.44
Tabel III. 1 Kesepakatan Kerjasama Indonesia-Belanda
Tahun
Kesepakatan
Kerjasama Indonesia-
Belanda
Hasil kesepakatan kerjasama
1968 Economic Cooperation
and Cultural
Cooperation
Pengembalian harta budaya yang
dipindahkan dari Indonesia
Pertukaran bahan arsip budaya
sejak zaman kolinialisme
Cikal bakal didirikannya
Erasmus Huis di Indonesia
2013 The Joint Declaration
on a Comprehensive
Partnership
Kerjasama pengembangan
ekonomi,sosial,dan budaya tahun
2020
2017 Kerjasama Pendidikan
Kejuruan Dan
Kebudayaan
Pengelolaan arsip dan museum
44 Hamzah, “Indonesia dan Belanda Perkuat Kerjasama Pendidikan Kejuruan dan Kebudayaan”,
di akses dari, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/indonesia-dan-belanda-perkuat-kerjasama-
pendidikan-kejuruan-dan-kebudayaan/ di akses pada 12 Februari 2019.
42
Persiapan Rumah Budaya
Indonesia (RBI) di Belanda
menjadi pusat aktivitas budaya.
Pertukaran pelajar melalui
Beasiswa Seni Budaya Indonesia
Sumber: Atase Pendidikan dan Kebudayaan, KBRI Den Haag, 2019.
Hasil kerjasama melalui MoU, TA, dan LoI ini diharapkan dapat
memperluas skala promosi Indonesia khususnya di Belanda dan membuka
kerjasama di sektor sistem pendidikan dan kebudayaan yang lebih luas lagi maupun
menjadi pemicu kerjasama dibidang lainnya. Dalam hal kerjasama kebudayaan
Indonesia dengan Belanda, Selain menjadi wadah apresiasi, promosi, dan sarana
berdiplomasi budaya, Rumah Budaya Indonesia telah menggelar berbagai kegiatan
sejak didirikannya pada tahun 2015, mulai yang sifatnya kontinu maupun yang
situasional tergantung tema yang akan di bawakan, termasuk: Pelatihan Bahasa
Indonesia, pelatihan tari, pelatihan musik gamelan, peluncuran forum diskusi
bertajuk “Indonesia Now”; festival Sangasari di Leiden tahun 2016; festival Wastra
di Den Haag tahun 2017.45
45 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Wastra Indonesia 2017”, di akses dari
https://www.kemlu.go.id/thehague/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Wastra-Indonesia-
2017.aspx di akses 19 Agustus 2019.
43
BAB IV
Analisa Pelaksanaan Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui Rumah
Budaya Indonesia di Belanda 2016-2017
Dalam bab IV ini akan menjelaskan pelaksanaan diplomasi kebudayaan
Indonesia melalui Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017. Dalam
penelitian ini akan dibahas sasaran dan capaian diplomasi kebudayaan oleh RBI di
Belanda yang sesuai dengan upaya dalam memperjuangkan kepentingan citra
budaya dan promosi Indonesia di Belanda.
Implikasi proses pelaksanaan diplomasi kebudayaan Indonesia melalui
Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 akan dibahas menjadi dua
sub bab utama. Pertama, melihat upaya diplomasi kebudayaan Indonesia melalui
program kegiatan yang dilakukan Rumah Budaya Indonesia di Belanda yang sesuai
dengan konsep diplomasi kebudayaan dalam memperjuangkan pendidikan, ilmu
pengetahuan,dan kesenian. Kedua, melihat efektifitas dari sasaran dan capaian
program kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 yang
meningkatkan citra budaya Indonesia secara ekspresif dan menarik.
A. Upaya Diplomasi Kebudayaan Indonesia melalui Program Kegiatan
Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 dalam
memperjuangkan citra budaya dan promosi di Belanda
44
1. Diplomasi Kebudayaan melalui Pendidikan
Sesuai dari tiga fungsi Rumah Budaya Indonesia yaitu culture learning,
culture expression, dan advocacy and promotion, RBI menjalankan fungsi
pembelajaran bagi WNA ataupun warga negara Indonesia yang berada di negara
tersebut sekaligus melaksanakan kegiatan-kegiatan melestarikan warisan seni
budaya Indonesia. Dalam pelaksanaan kegiatan RBI di Belanda ada dua program
yang saat ini masih berkelanjutan dari awal mula berdirinya RBI di Belanda yaitu:
a. Berkolaborasi dengan Indonesia Nederland Youth Society (INYS)
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag melalui Rumah Budaya
Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Nederland Youth Society (INYS) untuk
membangun koneksi dengan para pemuda-pemuda dari Indonesia maupun Belanda
yang tertarik dengan Indonesia maupun Belanda. Indonesia Nederland Youth
Society (INYS) adalah organisasi nirlaba yang diinisiasi oleh kaum muda yang
bertujuan untuk mempererat hubungan pemuda Belanda dan Indonesia dengan satu
sama lain dan dengan peluang terkait negara Indonesia.46
INYS juga membuka kelas bahasa Indonesia dan Bahasa Belanda untuk 25
orang tiap semesternya. Tujuan dari adanya kelas bahasa ini agar para pelajar lebih
menguatkan koneksi, memberikan pembekalan akan pentingnya bahasa Indonesia
atau bahasa Belanda sebagai penghubung kerjasama dengan masyarakat Indonesia
maupun Belanda. INYS juga sering melaksanakan workshop public speaking demi
46 Indonesia Nederland Youth Society, “Introduction”, di akses dari,
:http://www.inys.org/about/introduction/ di akses pada 14 Februari 2019.
45
memahami teknis dalam berhubungan sosial lintas budaya ini. Tiap tahunnya INYS
bersama RBI mengadakan lomba pidato bagi penutur asing yang diseleksi dari 150
orang peserta hingga sampai 15 yang akan lolos ke babak penentuan.
Lomba pidato ini telah diselenggarakan dari tahun 2015 di Den Haag,
Belanda. Lomba pidato bahasa Indonesia bagi penutur asing yang dilaksanakan di
19 negara yaitu Belanda, Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jepang, Perancis,
Malaysia, Filipina, Myanmar, Singapura, Thailand, Tiongkok, India, Jerman,
Mesir, Papua Nugini, Turki, Timor Leste, dan Arab Saudi.47 Tujuan
diselenggarakan lomba ini supaya peserta memiliki pengalaman dan pemahaman
akan pentingnya bahasa Indonesia sebagai sarana terjalinnya kerjasama antara
Indonesia dengan negara lain.
Para pemenang Lomba Pidato yang berasal dari Belanda akan mendapatkan
hadiah berupa kesempatan menghadiri upacara peringatan ulang tahun
kemerdekaan Republik Indonesia, dan mengunjungi tempat wisata di Indonesia
beserta tiket pesawat dari Amsterdam ke Jakarta pulang-pergi. Para agen ini
mendapatkan kesempatan berlibur di tempat wisata di Indonesia dan berkesempatan
menghadiri peringatan Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana
Merdeka, Jakarta.
Capaian dari adanya program pengajaran Bahasa Indonesia ini adalah para
pemuda ini menjadi agen promosi kebudayaan Indonesia. Para peserta memang
47 Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, “Lomba Pidato Indonesia bagi Penutur Asing”,
di akses dari, https://www.kemlu.go.id/thehague/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Lomba-
Pidato-Bahasa-Indonesia.aspx di akses pada 17 Februari 2019.
46
menjadi salah satu target yang strategis, karena mereka mempunyai jiwa-jiwa yang
kritis terhadap segala hal dan dapat mempresentasikan Indonesia. Kegiatan ini
Indonesia mempromosikan kepada masyarakat negara asal pemenang dan
mempermudah promosi Indonesia ke luar negeri. Promosi yang secara langsung
masuk dari mulut ke mulut atau publik lebih efektif dan lebih menarik minat
wisatawan yang akan datang, karena para agen diplomasi publik ini akan
mengatakan apa adanya sesuai dengan apa yang mereka lihat dan rasakan sendiri.
Gambar IV. 1 Lomba Pidato
Sumber: Kemlu.go.id – Lomba Pidato Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing Tahun 2016
b. Bekerjasama dengan Museum Volkenkunde dan Het Gamelan Huis
Rumah Budaya Indonesia di Belanda juga bekerjasama dengan Museum
Volkenkunde, Leiden, Belanda setiap hari minggu mengadakan latihan Gamelan
Bali bagi pengunjung yang datang ke museum. Sasaran program ini adalah
beberapa pengunjung museum yang didominasi oleh anak-anak sekolah yang mau
belajar dan mengetahui sisi kebudayaan Indonesia. Program pembelajaran musik
tradisional ini mampu menarik 20 orang tiap tahunnya. Kegiatan ini tidak hanya
berlatih saja tiap minggunya, para anggota Gamelan Bali dari museum volkenkunde
47
juga menampilkan pertunjukkan ini saat ada workshop kebudayaan yang diadakan
di museum tersebut.
Tidak hanya bekerjasama dengan Museum Volkenkunde, saat ini RBI
bekerjasama juga Het Gamelan Huis untuk mengajar masyarakat terutama kaum
muda Belanda untuk belajar Gamelan Jawa dan Bali.48
Sanggar kebudayaan gamelan yang berada di Amsterdam ini juga
mempunyai kelas-kelas dalam mengajarkan gamelan khas Indonesia. Berbeda
dengan pembelajaran gamelan di Museum Volkenkunde, Het Gamelan Huis juga
membuka kelas untuk orang-orang dewasa yang ingin belajar gamelan tersebut.
Setidaknya ada 139 orang yang telah menjadi pelajar di sanggar gamelan ini. Salah
satu penggiat gamelan, Michiel Niemantsverdriet mengungkapkan bahwa gamelan
mengajarkannya pada makna gotong-royong atau kebersamaan. Michiel yang
berprofesi sebagai guru gamelan di Het Gamelan Huis ini mengajar beberapa murid
sekolah dasar ini mengajarkan kepada muridnya bahwa gamelan mempunyai
simfoni dan nilai filosofis yang terkandung di dalam kebudayaan Indonesia. Rumah
Budaya Indonesia membantu para murid ini untuk tidak ragu belajar kebudayaan
Indonesia, apabila perlu mereka dapat belajar langsung ke sumbernya di Indonesia
untuk mendapatkan ilmu yang orisinil.
Capaian kegiatan RBI dalam pembelajaran gamelan ini adalah para murid
ini mengadakan acara yang berada di Festival Tong-Tong Fair 2017. Para murid
48 Wawancara dengan Din Wahid selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Den Haag yang
dilaksanakan langsung di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Jakarta (PPIM) pada tanggal 5
Desember 2018.
48
yang mengikuti pembelajaran gamelan yang berasal dari Belanda ini secara tidak
langsung mengapresiasi adanya kebudayaan Indonesia dan menjadikan pemajuan
kebudayaan Indonesia di tengah peradaban dunia yang selaras dengan Undang-
Undang Dasar 1945.
2. Diplomasi Kebudayaan melalui Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan memang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan. Ilmu
pengetahuan merupakan suatu sistem yang terangkai dari pengetahuan yang berasal
dari studi, pengamatan, dan percobaan untuk menentukan kenyataan dan prinsip
tentang hal yang sedang dipelajari. Rumah Budaya Indonesia menyuguhkan
beberapa program kebudayaan untuk memberikan pengetahuan tentang Indonesia
yang dapat dipelajari maupun dinikmati. Program-program itu meliputi :
a. Festival Sangasari 2016
Penduduk lokal cukup antusias memadati Museum Volkenkunde, Leiden,
Belanda pada 22 hingga 23 Oktober 2016, tempat diselenggarakannya Festival
Sangasari. Perhelatan budaya Indonesia hasil kerjasama antara KBRI Den Haag
melalui program Rumah Budaya Indonesia di Belanda dengan sanggar tari
Dwibhumi. Nama festival yang digunakan dalam perhelatan ini merujuk kepada
sembilan gaya tarian Bali yang telah ada dalam catatan UNESCO sebagai warisan
budaya tak benda.49 Festival Sangasari yang menyasar 200 pengunjung tiap harinya
datang menyaksikan festival sangasari yang diadakan di Museum Volkenkunde,
49 Kedutaan Besar Republik di Den Haag, “Apresiasi Masyarakat Belanda pada Festival Sangasari
di Leiden” diakses pada 17 Februari 2019, Tersedia di: https://www.kemlu.go.id/thehague/id/berita-
agenda/berita-perwakilan/Pages/Festival-Sangasari-di-Leiden.aspx
49
Leiden ini menampilkan sembilan tarian Bali, kerajinan tangan, gamelan khas Bali,
dan workshop Kebudayaan ini ramai dikunjungi oleh masyarakat Belanda.
Selain memiliki tujuan apresiasi dan promosi seni-budaya Indonesia di
Belanda, Festival Sangasari syarat akan makna edukasi dan pemajuan kebudayaan.
Festival yang diapresiasi Duta Besar Republik Indonesia di Den Haag, I Gusti
Agung Wesaka Puja yang menurutnya dapat menjadi salah satu program promosi
Indonesia ke Belanda khususnya bagi pariwisata Bali. Duta Besar yang berasal dari
Bali ini juga mengatakan bahwa sangasari adalah tarian yang telah beliau ketahui
sejak kecil dan beberapa tarian yang semula hanya pengiring dari ritual keagamaan
dan upacara adat, sekarang dibawanya tarian tradisional ke kancah internasional
telah menambah fungsinya kepada yang lebih umum seperti pementasan edukasi
kebudayaan ke masyarakat luar. Perhelatan budaya Indonesia khususnya Bali masih
disukai oleh masyarakat Belanda, terbukti dengan antusiasme tinggi pengunjung
yang datang di Festival Sangasari ini. Duta Besar RI untuk Belanda berharap bahwa
adanya festival ini, wisatawan Belanda yang akan berwisata ke Indonesia
khususnya Bali akan naik jumlahnya dan dapat bersaing dengan wisatawan asing
lainnya seperti Australia dan Jerman.
Berkat terselenggaranya Festival ini, perwakilan musem Volkenkunde,
Anne Marie Worle memberikan penghargaan yang sangat tinggi kepada KBRI Den
Haag melalui Rumah Budaya Indonesia bahwa penyelenggaraan Festival Sangasari
menambah khazanah seni-budaya Indonesia yang disajikan museum Volkenkunde
sehingga masyarakat Belanda mempunyai pengetahuan lebih dan mengenal lebih
jauh kebudayaan Indonesia khususnya budaya Bali tersebut.
50
Didukung pula oleh Sanggar Tari Ayu Bulan, sebuah sanggar tari pimpinan
Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik, seorang maestro tari Bali ini menampilkan
beragam tarian khas Bali selama penyelenggaraan festival. Tidak hanya tarian,
dalam festival ini terdapat pula ceramah, presentasi dan diskusi serta workshop tari.
Acara pembuka diawali oleh penampilan musik tradisional bali Gamelan
Baleganjur oleh Banjar Suka-Duka. Selama dua hari pengunjung diberikan
berbagai pilihan workshop untuk memilih sesuai minatnya yang berupa pelatihan
tari, dan beberapa kerajinan tangan khas Bali, serta pemutaran film dokumenter.
Capaian Rumah Budaya Indonesia dari Festival Sangasari ini
Sumber: kemlu.go.id – Festival Sangasari 2016
b. Wastra Indonesia 2017
Keberagaman budaya Indonesia yang digaungkan oleh Pemerintah
Republik Indonesia bukanlah hanya fiktif belaka, terbukti pada 24 hingga 25 Juli
2017, RBI Belanda menggelar seminar Wastra Indonesia. Wastra merupakan
sebuah kata dari bahasa sanksekerta yang mempunyai arti kain atau tekstil. Wastra
Gambar IV. 2 Tarian Sangasari
51
juga diartikan sebagai kain tradisional dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak
kurang dari 320 peserta seminar terdiri atas tamu-tamu undangan terhormat dari
Duta Besar, kalangan diplomatik, perancang busana asal Belanda, pecinta maupun
pengamat fashion, pencinta batik, kalangan akademisi, media massa pebisnis,dan
publik hadir dan mengikuti acara yang bertemakan kain tekstil tradisional dari
Indonesia.50
Pagelaran kain tradisional yang diadakan Grote Kerk, Den Haag ini terdiri
atas penampilan tari dan lagu, seminar, pameran kain tradisional serta peragaan
busana dengan tujuan bahwa kain Indonesia sebagai suatu produk tekstil yang patut
dikenal oleh masyarakat internasional. Kain seperti batik, endek, dan songket
Indonesia ini tidak hanya berupa benda yang dipakai saja, namun ada makna dan
nilai didalamnya. Beberapa kain dari Indonesia ini mempunyai sejarah yang
menarik untuk dibahas, layaknya dari asal-usul kain, cara pembuatan, dan
kegunaannya. Wastra yang dahulunya hanya dapat digunakan untuk upacara adat,
sekarang dengan pesatnya informasi dan kebutuhan promosi kebudayaan menjadi
dapat dipakai dalam hal yang lebih luas.
Peragaan koleksi dari beberapa desainer mendapatkan apresiasi sambutan
yang baik dari para hadirin. Desainer-Desainer wastra Indonesia ini menghadirkan
busana-busana untuk empat musim sehingga cocok dipakai oleh masyarakat
Internasional khususnya Belanda. Heidemaria Gurer, Duta Besar Austria untuk
50 Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, “Wastra Indonesia 2017” di akses dari,
https://www.kemlu.go.id/thehague/id/berita-agenda/berita-perwakilan/Pages/Wastra-Indonesia-
2017.aspx di akses pada 19 Februari 2019.
52
Kerajaan Belanda hadir bersama putrinya takjub dengan pagelaran ini, pagelaran
yang berisikan pula penampilan tari dan musik tradisional Indonesia membuat
kagum Duta Besar Austria ini.
Publik Belanda juga mengapresiasi acara ini, Laera Peeters seorang pemilik
toko fashion daring asal Rotterdam ini mengatakan bahwa koleksi yang ditampilkan
semuanya bagus, dan cocok untuk dipakai di Belanda. Lara juga menambahkan
bahwa, acara yang tidak hanya memperlihatkan koleksi pakaian Indonesia namun
di isi seminar juga dapat menambah ilmu lebih tentang kain asal Indonesia ini.
Pada acara seminar, peserta mendapatkan wawasan baru tentang
keanekaragaman tekstil Indonesia, dan disuguhi pula tarian tradisional Indonesia.
Profesor Bambang Hari Wibisono, penggagas acara dan mantan atase pendidikan
dan kebudayaan (Atdikbud) KBRI Den Haag mengatakan bahwa serangkaian acara
Wastra Indonesia ini berpotensi untuk mempromosikan kekayaan budaya
Indonesia, dan membuka peluang menjalin kerjasama antara pengrajin wastra, dan
desainer wastra dengan pebisnis di Belanda.
53
Sumber: Kemlu.go.id – Wastra Indonesia 2017
3. Diplomasi Kebudayaan melalui Kesenian
Kebudayaan tidak akan mungkin terpisahkan dengan adanya kesenian.
Merujuk pada pemikiran koentjaraningrat, seni adalah sebagai bagian dari
kebudayaan.51 Seni adalah hasil dari kebudayaan, karena seni dihasilkan melalui
aktivitas manusia yang berhubungan dalam rangkaian kebudayaan. Rumah Budaya
Indonesia selaku pusat, rumah, wadah, ataupun miniatur kebudayaan Indonesia
melalui rangkaian-rangkaian programnya melakukan pertunjukkan seni yang
mengandung kebudayaan Indonesia di dalamnya. Fungsi kesenian dapat masuk
kedalam pendidikan, maupun ilmu pengetahuan. Beberapa program diatas telah
mencakup kesenian itu sendiri. RBI Belanda mengikuti festival kebudayaan Asia-
Eropa terbesar di Belanda yakni:
51 Rafael Raga Maran, Manusia Dan Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar
(Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 26.
Gambar IV. 3 Wastra Indonesia 2017
54
a. Festival Tong-Tong Fair 2017
Rumah Budaya Indonesia dan KBRI Den Haag Bekerja sama mengikuti
Tong-Tong Fair (TTF) ke-59 tahun 2017. TTF adalah festival Eurasia (budaya
Asia-Eropa) terbesar di Eropa. Festival yang dahulu bernama Pasar Malam Besar
ini berdiri oleh kesadaran para keturunan Eropa-Indonesia yang dahulu tinggal di
Indonesia dan ingin melestarikan kebudayaan campurannya setelah migrasi besar
pada awal kemerdekaan negara Republik Indonesia.52 Festival kebudayaan yang
diakui oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dan Indonesia ini merupakan Festival
kebudayaan yang ramai dikunjungi oleh masyarakat Belanda maupun dari negara
Eropa lainnya.
Pemerintah Republik Indonesia melalui KBRI Den Haag dan Rumah
Budaya Indonesia dalam festival ini mempunyai konsep promosi Indonesia melalui
one shop information, konsep yang bertujuan untuk pengunjung supaya bisa
mengakses informasi mengenai pariwisata Indonesia, update informasi tanah air,
perkembangan ekonomi Indonesia, peluang bisnis dan investasi, hingga urusan
dalam keimigrasian. TongTong Fair tiap tahun sukses menjadi magnet publik
Belanda. Belanda merupakan negara yang banuyak dihuni para diaspora Indonesia,
dan festival ini mengobati rasa kangen masyarakat yang mempunyai ikatan dengan
Indonesia. Rumah Budaya Indonesia juga menyuguhkan acara demo masakan khas
52 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Festival Tong Tong 2017 Obati Kerinduan pada
Indonesia” di akses dari, https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-perwakilan/Pages/Festival-Tong-
Tong-2017.aspx di akses pada 19 Februari 2019.
55
Indonesia seperti, kolak, bubur ketan hitam, dadar gulung, dan aneka gorengan di
Bengkel Tong Tong bersama KBRI Den Haag. 53
Masyarakat Belanda mempunyai ikatan kuat berkat faktor sejarah masa lalu
dengan Indonesia, beberapa warga Belanda yang masih mempunyai ikatan dengan
Indonesia menjadikan Festival ini sebagai wadah nostalgia mereka. Minat
masyarakat Belanda untuk kembali berkunjung ke Indonesia dan memiliki keluarga
di Indonesia menjadi sasaran Pemerintah Republik Indonesia untuk melaksanakan
kepentingan nasionalnya agar masyarakat Belanda berwisata ke Indonesia.
Partisipasi RBI di festival ini bukan sekedar mengobati kerinduan, namun juga
untuk menarik masyarakat Belanda terutama yang belum pernah datang ke
Indonesia agar berkunjung dan menikmati keindahan kebudayaan Indonesia.
Sumber: kemlu.go.id – Festival Tong Tong 2017
53 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Festival Tong Tong 2017 Obati Kerinduan pada
Indonesia” diakses pada 17 Februari 2019, Tersedia di: https://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-
perwakilan/Pages/Festival-Tong-Tong-2017.aspx
Gambar IV. 4 Pembukaan Tong Tong Fair 2017
56
B. Sasaran dan Capaian Program Kegiatan Rumah Budaya Indonesia di
Belanda periode 2016-2017
Rumah Budaya Indonesia di Belanda mempunyai program kegiatan yang
ikut serta membantu dalam keberhasilan peningkatan nation branding yang
dilakukan Indonesia yaitu meningkatkan citra identitas budaya Indonesia dan
awareness di Belanda. Sasaran dan capaian dari program kegiatan Rumah Budaya
Indonesia di Belanda periode 2016-2017 dapat dilihat dari salah satu indikator
nation brand hexagon milik Simon Anholt yang mengembangkan kebudayaan dan
warisan budaya (culture and heritage). Efektifitas dari program kegiatan Rumah
Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017 dapat dilihat dari sasaran dan
capaian yang telah dilakukan.
Sasaran dan capaian dalam hal ini diartikan bagaimana aktivitas dari
kegiatan yang dilakukan Rumah Budaya Indonesia di Belanda atas promosi
kebudayaan dan impresi positif dan meningkatnya perhatian dari masyarakat
Belanda terhadap kebudayaan Indonesia. Pembukaan Rumah Budaya Indonesia di
Belanda berdasarkan kepada arah kebijakan dan rencana strategis Direktorat
Jenderal Kebudayaan Kemendikbud dalam mendukung agenda prioritas
pembangunan 9 (nawacita 9) yang memperkuat restorasi nasional di bidang
kebudayaan.
Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya,
pelestarian budaya diartikan sebagai upaya dinamis untuk mempertahankan
keberadaan ekspresi budaya dengan melindungi, mengembangkan, dan
57
memanfaatkan kebudayaan. Rumah Budaya Indonesia di Belanda telah
melaksanakan ketiga ekspresi budaya tersebut dengan melaksanakan program
kegiatan yang bermanfaat bagi kebudayaan nasional Indonesia.
Adanya program kegiatan Rumah Budaya Indonesia selama tahun 2016
hingga 2017 tersebut juga membantu para aktivis atau penggiat kebudayaan
Indonesia untuk menyalurkan beberapa kegiatan yang di dalamnya terkandung
unsur pemajuan dan promosi kebudayaan Indonesia. Rumah Budaya Indonesia di
Belanda yang dibangun dengan fleksibel, yang dimaksud adalah Rumah Budaya
Indonesia bukan hanya pusat wadah kebudayaan namun juga menjadi sebuah
program yang dapat dilaksanakan di beberapa tempat tanpa ada keterbatasan
tempat. Rumah Budaya Indonesia seperti elemen yang dapat bergabung dengan
aktivitas-aktivitas kebudayaan maupun promosi Indonesia di luar negeri.
Dalam kurun waktu dua tahun, Rumah Budaya telah menyelenggarakan
beberapa program kegiatan yang berkelanjutan maupun kegiatan yang insidental.
Dalam pelaksanaan program-program RBI di Belanda, KBRI Den Haag juga
berkoordinasi dengan pemerintah Belanda baik ditingkat pusat maupun di tingkat
daerah. Beberapa kegiatan yang berkelanjutan seperti pelatihan tari, pelatihan
gamelan, pelatihan Bahasa Indonesia untuk penutur asing, lomba pidato Bahasa
Indonesia, festival Indonesia tiap tahunnya diadakan oleh Rumah Budaya Indonesia
di Belanda. Adanya peningkatan minat dari masyarakat Belanda untuk mengikuti
58
program kegiatan RBI di periode 2016-2017 membawa dampak positif terhadap
promosi dan impresi kebudayaan Indonesia54
Terkait rincian sasaran dan capaian yang didapatkan Rumah Budaya
Indonesia periode 2016-2017, di bawah ini akan dilampirkan tabel yang didapatkan
dari data Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia
untuk Kerajaan Belanda di Den Haag mengenai sasaran dan capaian program
kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode 2016-2017.
Promosi dan impresi positif terkait keragaman budaya dapat menjadi salah
satu faktor kepada naiknya jumlah kunjungan pariwisata negara. Faktor-faktor
tersebut seperti kemudahan visa Indonesia, peningkatan status keamanan Indonesia,
kemudahan memilih maskapai penerbangan,dan memperlakukan calon wisatawan
dengan cara menyuguhkan berbagai ragam kebudayaan dan kesenian supaya
tertarik dengan destinasi wisata di Indonesia. Rumah Budaya Indonesia di Belanda
menjalankan program dan kegiatan yang menyuguhkan keindahan Indonesia
melalui seni dan budaya yang mengedepankan citra budaya yang luhur dan
menarik.
Program dan kegiatan yang memajukan kebudayaan sekaligus promosi
kebudayaan akan mendapatkan hasil dari impresi baik dari calon wisatawan. Setiap
negara berupaya meningkatan kualitas pariwisatanya demi meningkatkan
54 Wawancara dengan Gentur Adi Utama selaku Staff Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 9 Januari 2019.
59
kedatangan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke negaranya dengan cara
positif, menarik, mudah diingat, unik, relevan dan berkualitas.
Meskipun bukan menjadi faktor utama program dan kegiatan ini saja dalam
hal menarik wisatawan mancanegara, tetapi promosi keanekaragaman budaya yang
dibalut dengan program dan kegiatan kebudayaan melalui Rumah Budaya
Indonesia dapat membantu pemerintah terkait dalam hal ini Kementerian Pariwisata
Indonesia menarik wisatawan mancanegara. Adanya wisatawan mancanegara ini
tentu akan menguntungkan bukan hanya dalam segi ekonomi yang nampak, namun
dalam segi apresiasi dan impresi baik terhadap Indonesia beserta keanekaragaman
budaya yang dimiliki.
Program dan kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda secara tidak
langsung memberikan dampak positif terhadap jumlah kenaikan turis Belanda ke
Indonesia dari 172.371 wisatawan di tahun 2015 menjadi 200.811 di tahun 2016.55
Rata-rata pengeluaran wisatawan Belanda per-kunjungan di tahun 2015 sebesar
1.593,75 Dollar Amerika Serikat, dan jumlah ini meningkat di tahun 2016 sebesar
1.860,08 Dollar Amerika Serikat. Pengeluaran dari wisatawan Belanda ini meliputi
biaya perjalanan, transportasi lokal, paket tur lokal, penerbangan domestik, pesiar,
hiburan, makanan-minuman, cinderamata, belanja, kesehatan, pemandu wisata,
pendidikan, dan lain-lain.
55 Badan Pusat Statistik, “Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara”; tersedia di :
https://www.bps.go.id/publication/2018/09/14/77480cacdb0a39aba3de84ce/statistik-kunjungan-
wisatawan-mancanegara-2017.html diunduh pada 18 Februari 2019.
60
Terkait dengan jumlah wisatawan Belanda tersebut, Rumah Budaya
Indonesia ikut membantu dalam mempromosikan kebudayaan dan kesenian yang
bersinergi dengan pemerintah terkait, yakni Kementerian Pariwisata RI dalam
membuat program bagi peningkatan wisatawan asing ke Indonesia. Sinergitas
antara Kemenpar dengan Kemendikbud melalui RBI ini mengacu kepada UU
Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, bahwa mempertahankan ekspresi
budaya dengan cara memanfaatkan kebudayaan. Pemanfaatan budaya yang
dimaksud adalah pendayagunaan ekspresi budaya untuk kepentingan sebesar-
besarnya kesejahteraan rakyat dengan tetap mempertahankan kelestariannya
dengan melakukan peningkatan manfaat ekonomi dari ekspresi budaya,
peningkatan manfaat diplomasi dari ekspresi budaya dan peningkatan ketahanan
budaya nasional.
Direktorat Jenderal Imigrasi dan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
memberikan informasi terkait kedatangan wisatawan asal Belanda sebelum dan
setelah partisipasi program dan kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda yang
diolah kembali oleh Asisten Deputi Penelitian dan Pengembangan Kebijakan
Pariwisata Kemenpar Republik Indonesia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik
Republik Indonesia, pada tahun 2015 wisatawan mancanegara asal Belanda yang
berkunjung ke Indonesia berjumlah 172.371 wisatawan, sedangkan di tahun 2016
jumlahnya naik menjadi 200.811, dan ditahun berikutnya angka wisatawan asal
Belanda naik kembali menjadi 210.426 yang berkunjung ke Indonesia.
Meningkatnya jumlah wisatawan Belanda ke Indonesia, berdampak dari berbagai
faktor yang salah satunya adalah partisipasi promosi dan impresi baik dari program
61
dan kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda mempunyai efek yang baik
terhadap peningkatan jumlah turis Belanda yang berwisata ke Indonesia.56
Rumah Budaya Indonesia menarik perhatian masyarakat Belanda untuk
menyaksikan pertunjukan ataupun fasilitas yang disediakan di RBI Belanda. “RBI
Belanda bekerjasama dengan pemerintah terkait dan para pelaku kebudayaan
Indonesia untuk memberikan sajian yang menarik perhatian masyarakat Belanda,
dan sasarannya agar mereka (orang Belanda) memberikan impresi positif terhadap
kebudayaan dari negara lain yang mempunyai kelebihan-kelebihan lain yang belum
pernah dilihat mereka. Tertariknya masyarakat Belanda yang menyaksikan program
dan kegiatan yang dilakukan RBI sedikitinya membantu dalam minat ingin
berkunjung ke Indonesia dan menikmati budaya Indonesia langsung dari asalnya.57
Tabel IV.B.3. Distribusi Pengeluaran Wisatawan Belanda Tiap Kunjungan,
2015-2016 (US$)
Distribusi Pengeluaran Wisatawan Belanda per
Kunjungan (US $)
TAHUN 2015 2016
Akomodasi 44,64 43,83
Makanan dan Minuman 20,39 19,85
Cinderamata 6,6 6,61
Belanja 6,81 7,43
Transport Lokal 7,91 9,22
56 Wawancara dengan Gentur Adi Utama selaku Staff Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 9 Januari 2019.
57 awancara dengan Gentur Adi Utama selaku Staff Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat
Diplomasi Budaya Luar Negeri Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan yang dilaksanakan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
pada tanggal 9 Januari 2019.
62
Paket Tur Lokal 2,08 2,05
Penerbangan Domestik 2,67 1,7
Pesiar 1,8 2,49
Hiburan 3,61 3,14
Kesehatan dan Kecantikan 1,97 2,42
Pemandu Wisata 0,49 0,35
Pendidikan 0,28 0,22
Lainnya 0,75 0,69
Sumber : Badan Pusat Statistik indonesia, 2017
Tabel IV.B.4. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Tahun
2015 Melalui 19 Pintu Masuk Utama Indonesia
JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN BELANDA
KE INDONESIA JANUARI - DESEMBER 2015
MELALUI 19 PINTU MASUK UTAMA
JANUARI 11.121
FEBRUARI 11.579
MARET 11.430
APRIL 10.708
MEI 11.670
JUNI 11.408
JULI 27.423
AGUSTUS 17.499
SEPTEMBER 17.225
OKTOBER 16.418
NOVEMBER 12.506
DESEMBER 12.999
TOTAL 171.986
Sumber : Kementerian Pariwisata RI, 2015
Tabel IV.B.5. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Tahun
2016 Melalui 19 Pintu Utama Indonesia
JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN
BELANDA KE INDONESIA JANUARI -
63
DESEMBER 2016 MELALUI 19 PINTU MASUK
UTAMA
JANUARI 12.542
FEBRUARI 12.197
MARET 12.831
APRIL 16.039
MEI 13.907
JUNI 12.406
JULI 30.552
AGUSTUS 21.065
SEPTEMBER 19.785
OKTOBER 17.896
NOVEMBER 13.512
DESEMBER 13.181
TOTAL 195.913
Sumber : Kementerian Pariwisata RI, 2016
Tabel IV.B.6. Jumlah Kedatangan Wisatawan Belanda ke Indonesia Melalui
19 Pintu Masuk Utama Indonesia pada 2017
JUMLAH KEDATANGAN WISATAWAN
BELANDA KE INDONESIA JANUARI -
DESEMBER 2017 MELALUI 19 PINTU MASUK
UTAMA
JANUARI 12.703
FEBRUARI 12.202
MARET 11.789
APRIL 17.441
MEI 15.148
JUNI 14.123
JULI 34.525
AGUSTUS 22.927
SEPTEMBER 20.951
OKTOBER 18.120
NOVEMBER 12.295
DESEMBER 13.620
TOTAL 205.844
Sumber : Kementerian Pariwisata RI, 2017
64
Secara khusus, pelaksanaan Rumah Budaya Indonesia di Belanda ini sesuai
dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia tahun 2014-2019 dengan memperjuangkan kepentingan promosi dan
pemajuan kebudayaan Indonesia yang selaras dengan nation branding Indonesia
melalui kebudayaan. RBI di Belanda adalah bagian dari nation branding Indonesia
di Belanda dengan cara memberikan awareness terhadap kebudayaan dan warisan
budaya Indonesia ke masyarakat Belanda. Menurut Din Wahid, Atase Pendidikan
dan Kebudayaan KBRI Den Haag, Rumah Budaya Indonesia tiap tahun
memperkuat dan mendukung acara yang diadakan para masyarakat Indonesia
maupun Belanda di tiap-tiap kota di Belanda. Esensi RBI ini bukan seperti rumah
yang menetap, namun rumah yang dimaksud adalah wadah bagi orang-orang yang
menggeluti kebudayaan dan cinta akan kebudayaan Indonesia. Meskipun idealnya
akan menetap dalam kota di Belanda layaknya seperti Erasmus Huis yang telah
lama berdiri di Indonesia.
Upaya-upaya diplomasi kebudayaan yang dilakukan oleh Rumah Budaya
Indonesia yang telah dijabarkan dapat dikatakan cukup berhasil.
Jika dihubungkan dengan konsep nation branding milik anholt, bahwa
Indonesia memanfaatkan instrumen kultur dan warisan kebudayaan (culture and
heritage) untuk membangun komunikasi yang efektif dan efisien dengan aktor lain.
Majunya zaman dan peralihan isu-isu dalam hubungan internasional, membuat
negara melakukan upaya membranding negaranya menggunakan unsur
kebudayaan, dikarenakan akses yang sangat melimpah dan mudahnya masyarakat
internasional menjadi agen diplomasi bagi tiap negaranya.
65
Indonesia memiliki beberapa unsur yang kuat dalam upaya ingin melakukan
pencapaian nation brandingnya yang berupa pemajuan kebudayaan dan
kepentingan ekonomi melalui promosi pariwisata Indonesia. Diplomasi melalui
kebudayaan atau yang dapat disebut sebagai diplomasi budaya Indonesia ditujukan
ke masyarakat Belanda. Belanda menjadi target Indonesia melakukan diplomasi
kebudayaan karena Belanda adalah mitra dagang kedua terbesar di Eropa bagi
Indonesia. Beberapa faktor mengapa Belanda dipilih sebagai negara yang dituju
karena faktor sejarah, dan Belanda ahli dalam ilmu kepustakaan, dan kearsipan.
Kehadiran Indonesianist, diaspora Indonesia,dan para penggiat kebudayaan
Indonesia-Belanda yang menjadi agen Indonesia secara tidak langsung
mempermudah diplomasi publik Indonesia melalui diplomasi kebudayaan kian
mudah.
Pemerintah Republik Indonesia melakukan diplomasi kebudayaan lewat
RBI Belanda ini dapat disimpulkan mempunyai tiga langkah. Tiga macam langkah
itu antara lain penandatanganan kerjasama sebagai dasar legal hubungan kerjasama
Indonesia-Belanda, melaksanakan kegiatan melalui Rumah Budaya Indonesia, dan
pemberian beasiswa. Upaya yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia
melalui Rumah Budaya Indonesia (RBI) untuk meningkatkan kesadaran atau
awareness akan pemajuan kebudayaan Indonesia sesuai yang dijelaskan pada
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
tahun 2014-2019, dan kegiatan yang dilakukan RBI ini menjadi pemicu kerjasama
kelanjutan antara Indonesia-Belanda. RBI juga dapat menjadi “kiblat” masyarakat
Belanda yang belajar tentang kebudayaan Indonesia dan juga bisa mendapatkan
66
beasiswa kebudayaan ke Indonesia. Pemberian beasiswa ini secara tidak langsung
menjadi agen bagi Indonesia dalam mempromosikan seluk beluk tentang Indonesia
saat mereka telah lulus.
Pemerintah Republik Indonesia tidak akan berhasil jika tidak ada agen-agen
dari publik yang membantu. RBI bersama agen-agen ini yang berisikan diaspora,
indonesianist, dan budayawan ini melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berupa
festival dan seminar mengenai kebudayaan Indonesia. Indonesia sebagai salah satu
negara berkembang di dunia harus pintar dalam mengambil sikap dalam pencapaian
nasionalnya di hubungan internasional.
Pemanfaatan kebudayaan yang beragam menjadi pilihan bagi Indonesia
dalam melaksanakan hubungan dengan aktor lain. Keanekaragaman budaya ini
tidak menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling maju dalam pemanfaatan
kebudayaannya. Indonesia berbenah untuk meningkatkan kualitas dalam
manajemen kebudayaan, hingga muncul Rancangan Undang-Undang pemajuan
kebudayaan. Dalam isi Rancangan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan ini
Indonesia mampu berpartisipasi dan berpengaruh di konstelasi internasional.58
Memang parameter kenaikan pariwisata Indonesia atas wisatawan asal
Belanda menuju ke nilai positif, hanya saja tidak dikatakan secara spesifik nilainya.
RBI sebagai brand awareness bagi masyarakat Belanda, bagaimana kehadiran
budaya Indonesia dan promosi di dalamnya dapat terus digaungkan ke Belanda.
58 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Undang-undang Pemajuan Kebudayaan”, di akses
dari, https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditkt/wp-content/uploads/sites/6/2017/06/UU-Pemajuan-
Kebudayaan-RI-nomor-5-tahun-2017.pdf di akses pada 8 Januari 2019.
67
Nation branding Indonesia melalui RBI di Belanda ini mengakuisisi dalam tahap
memasukkan informasi-informasi yang positif kepada benak masyarakat Belanda.
Dengan segala pelaksanaan kegiatan Rumah Budaya Indonesia di Belanda periode
2016-2017 yang menyasar target masyarakat Belanda dari semua kalangan, secara
tidak langsung sebagai agen diplomasi yang memberi informasi dan menyarankan
Indonesia kepada masyarakat Belanda yang belum mengunjungi Indonesia dan
mempromosikan kebudayaan Indonesia dengan cara apa yang dia pakai, atau apa
yang dia lakukan. Menurut penelitian ini, pelaksanaan kegiatan Rumah Budaya
Indonesia di Belanda periode 2016-2017 berjalan efektif.
68
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Indonesia mempunyai keberagaman budaya yang terbuat dari keragaman suku
bangsa dan etnis. Kemampuan imajinatif dan kreatif suku bangsa dan etnis di
Indonesia dalam kebudayaan dan kesenian, menciptakan warisan-warisan budaya
benda dan warisan tak benda. Keberagaman budaya yang dimiliki Indonesia telah
diakui oleh masyarakat internasional hingga UNESCO. Adanya UUD 1945 Pasal
32 Ayat 1, dan Undang-Undang Cagar Budaya yang melahirkan Rancangan
Undang-undang Pemajuan Kebudayaan melindungi adanya pengakuan kebudayaan
oleh negara lain. Hal ini juga perlu dilakukan supaya pendaataan asal muasal
budaya di wilayah Indonesia dapat teroganisir .
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggagas
berdirinya pusat kebudayaan Indonesia yang bernama Rumah Budaya Indonesia
dalam menghindari klaim negara lain sekaligus untuk berperan aktif dalam
mempromosikan budaya dan memberikan citra baik Indonesia untuk meningkatkan
branding negara Indonesia dengan menjalankan program dan kegiatan yang positif,
menarik, mudah diingat, unik, relevan dan berkualitas sehingga dalam menjalin
persahabatan melalui kebudayaan dengan masyarakat Internasional terhadap
Indonesia menjadi lebih baik.
69
Kebudayaan telah lama digunakan sebagai instrumen untuk menyebarkan
pengaruh suatu negara ke negara lainnya. Pertukaran kebudayaan merupakan hal
yang wajar terjadi dalam interaksi manusia sehingga kebudayaan sering dipandang
sebagai sesuatu yang taken for granted dalam kaitannya dengan hubungan antar
negara. Kebudayaan menjadi salah satu faktor bahwa Indonesia dapat
memanfaatkan keadaan ini untuk keperluan berdiplomasi dengan negara lain.
Selain perlu diperkenalkan kepada generasi Indonesia mendatang, masyarakat
internasional juga patut dikenalkan budaya Indonesia yang sejalan dengan upaya
peningkatan citra dan apresiasi budaya, dan membangun ikatan (budaya)
masyarakat internasional melalui konsep diplomasi kebudayaan yang bernama
“Rumah Budaya Indonesia”.
Kemendikbud menggagas Rumah Budaya Indonesia (RBI) di sepuluh negara
strategis yang salah satunya di Belanda. Rumah Budaya Indonesia di Belanda
dibangun berkat adanya kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan
Pemerintah Belanda melalui Dutch Culture. Alasan Indonesia menggunakan rumah
budaya sebagai berdiplomasi berlandaskan bahwa Belanda dengan Indonesia telah
menjalin ikatan historis yang cukup lama, dan di Belanda ada Indonesianis dan
diaspora Indonesia yang mencintai dan tertarik akan kebudayaan Indonesia,
sehingga mereka dapat menjadi agen diplomasi kebudayaan Indonesia secara tidak
langsung.
Indonesia menerapkan Rumah Budaya Indonesia di Belanda guna
mendapatkan perhatian masyarakat Belanda bagaimana Indonesia tidak dipandang
hanya sebagai jajahan pada masa lalu, dan generasi masa muda Belanda belum
70
mengetahui bagaimana Indonesia adalah negara yang strategis bagi Belanda. RBI
dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan di Belanda juga bekerjasama dengan
pemerintah Belanda, dan mendukung kegiatan yang dilakukan penggiat
kebudayaan di Belanda untuk menyelenggarakan kegiatan kebudayaannya
sekaligus mempromosikan pariwisata Indonesia yang selaras dengan strategi
kebudayaan Indonesia.
Rumah Budaya Indonesia di Belanda mempunyai ciri yang unik untuk
melaksanakan kegiatan kebudayaan Indonesia. RBI di Belanda bersifat fleksibel
dalam melaksanakan kegiatan kebudayaannya, RBI di Belanda melaksanakan
kegiatan kebudayaan di tempat yang berbeda. Hal ini dilakukan agar promosi
Indonesia akan menyebar di Belanda dan tidak hanya ada di pusat kota besar di
Belanda. Selain sebagai strategi diplomasi publik dalam melakukan penetrasi
budaya Indonesia di Belanda, Rumah Budaya Indonesia ini juga berfungsi sebagai
forum untuk beberapa kebudayaan.
Pelaksanaan diplomasi kebudayaan oleh RBI di Belanda telah
menghasilkan upaya dalam memperjuangkan kepentingan citra dan promosi
pariwisata Indonesia di Belanda yaitu dibidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kesenian. Upaya melalui pendidikan ini seperti halnya pengajaran Bahasa Indonesia
untuk penutur asing lalu dipraktikkan dengan menggelar lomba pidato bagi penutur
asing yang bekerjasama dengan INYS sebuah organisasi pemuda-pemuda
Indonesia-Belanda. Kegiatan belajar bermain musik gamelan khas Indonesia
dengan bekerjasama dengan Het Gamelan Huis dan museum volkenkunde. Upaya
melalui Ilmu pengetahuan seperti pelaksanaan program festival sangasari. Festival
71
Sangasari syarat akan ilmu, dikarenakan nama festival yang diambil dari salah satu
tarian di Bali yang telah diakui oleh dunia dan dicatat dalam UNESCO sebagai
warisan budaya Indonesia. Dalam festival ini pula diadakan serangkaian acara
berupa latihan tari, workshop bertema kebudayaan maupun berbagai bentuk
kerajinan tangan khas Bali, serta pemutaran film dokumenter.
Pelaksanaan program dan kegiatan RBI di periode 2016-2017 telah
menghasilkan sasaran, capaian, dan target yang juga membantu pemerintah terkait,
seperti membantu Kemenpar dalam mempromosikan pariwisata Indonesia dan
ingin menaikkan jumlah wisatawan asal Belanda ke Belanda. Beberapa faktor
memang mempengaruhi naiknya wisatawan Belanda ke Indonesia di tahun 2016
hingga 2017, salah satunya adalah mempromosikan pariwisata melalui aktivitas
budaya. Upaya diplomasi kebudayaan oleh RBI di Belanda ini setidaknya
memberikan dampak, bahwa promosi Indonesia melaui kebudayaan di Belanda
sangat dilakukan dengan serius. Program dan kegiatan Rumah Budaya Indonesia di
Belanda telah berdampak positif membantu Kemenpar terhadap masuknya
wisatawan Belanda ke Indonesia dari 172.371 wisatawan di tahun 2015 menjadi
200.811 di tahun 2016.59 Meskipun bukan menjadi faktor utama dalam
menjalankan promosi pariwsata Indonesia, namun program dan kegiatan RBI di
bidang kebudayaan merupakan ide luhur atas investasi diplomasi publik Indonesia
di Belanda.
59 Badan Pusat Statistik, “Statistik Kunjungan Wisatawan Mancanegara”; tersedia di :
https://www.bps.go.id/publication/2018/09/14/77480cacdb0a39aba3de84ce/statistik-kunjungan-
wisatawan-mancanegara-2017.html diunduh pada 18 Februari 2019.
72
B. Saran
Indonesia dan Belanda sama-sama mempunyai ikatan kuat secara historis
hingga menyebabkan adanya persilangan, akulturasi, maupun resapan budaya yang
masih terjaga hingga kini. Rumah Budaya Indonesia mungkin akan lebih efektif
dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya pemanfaatan dan pemajuan
kebudayaan jika dapat meniru atau menerapkan yang baik bagaimana rumah
budaya negara lain itu dapat berkembang dan dapat berdiri secara mandiri layaknya
Goethe Institut Jerman atau Erasmus Huis. Kemandirian ini akan dapat membantu
jika RBI akan membuat program-program yang menarik dan pendanaan yang
cukup, sehingga upaya diplomasi kebudayaan Indonesia lebih mendapatkan
perhatian lebih di luar negeri.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Al-Rodhan, Dr. Nayef R.F. Definitions of Globalization : A Comprehensive Overview
and Proposed Definition. Geneva Centre for Security Policy. 2016.
Anholt, Simon. Competitive Identity. Basingstoke : Palgrave Macmillan. 2007.
Creswell, John W. Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Design. California : Safe Publications. 1998.
Froot, Kenneth A. Foreign Direct Investment. Chicago: University of Chicago Press.
1993.
Hasyim, M. Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta : Peneliti UI. 1995.
Kusudianto, Hadinoto. Perencanaan dan Pengembangan Destinasi Pariwisata.
Jakarta: UI Press. 1996.
Leonard, Mark. Diplomacy by Other Means. London : The Foreign Policy Centre.
2002.
Mas’oed, Mochtar. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta :
LP3ES. 1994.
Melissen, Jan. Public Diplomacy Between Theory and Practice. In : J. Noya (ed). The
Present and Future of Public Diplomacy : A European Perspective. California :
Rand Corporation. 2006.
Narimawati, Umi. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif, Teori dan
Aplikasi. Bandung: Agung Media. 2008.
Salvatore, Dominick. International Economics: 5 th. Edition. 1997.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
2008.
Tuch, H.N. Communicating with the world : U.S Public Diplomacy Overseas. New
York, NY : St. Martin’s. 1990.
Yoeti, Oka. A. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa. 1983.
xv
Jurnal
Anholt, Simon. “Nations-Brands of the twenty-first Century”. Journal of Brand
Management. Vol. 5 : No. 6. 1998.
Best, Steve & Anthony J. Nocella II, “Defining Terrorism” Animal Liberation
Philosophy and Policy Journal, 2:1-18, 2004 (jurnal online); di akses dari
http://www.drstevebest.org/DefiningTerrorism.pdf ; di akses pada 22 Maret
2018.
International Fact Finding Mission (Report). Terrorism and Human Rights in the
Philippines Fighting Terror or Terrorizing. Philippine Alliance of Human
Rights Advocates (PAHRA), nternational Rehabilitation Council for Torture
Victims (IRCT) and International Federation for Human Rights. 2008.
National Consortium for the Study of Terrorism and Responses to Terrorism. Global
Terrorism Index 2014 : Measuring and Understanding the Impact of Terrorism.
University of Maryland : A Center of Excellence of the U.S. Department of
Homeland Security. 2014.
Volcic, Zala & Mark Andrejevic. Nation branding in the era of commercial
nationalism: International Journal of Communication 5. Queensland :
University of Queensland, Centre for Critical and Cultural Studies. 2011.
Wang, Jay. Public Diplomacy and Global Business. London : Journal of Business
Strategy, Vol. 27 Iss : 3. 2006.
Yee, F. Woo.“Nation Branding : What is being branded?”. Journal of Vacation
Marketing. 2006. Vol. 12 : No. 1.
Situs dan Artikel Resmi
Bangko Sentral Ng Pilipinas, “Philippines - Foreign Direct Investment”, di akses
dari, http://www.bsp.gov.ph/publications/media.asp?id=4630 di akses pada 16
April 2018.
Department of State of United States of America, “Security Message for U.S.
Citizens : Updated Travel Warning for the Philippines”, di akses dari,
https://www.osac.gov/pages/ContentReportDetails.aspx?cid=15691 di akses
pada 5 Juni 2018.
xvi
Department of Tourism of the Philippines, “Visitor Arrivals to the Philippines by
Country of Residence”, di akses dari, http://e-
services.tourism.gov.ph:8080/didcs/Static%20Documents/dec2013table_2.pdf
di akses pada 11 Februari 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “Visitor Arrivals to the Philippines by
Country of Residence”, di akses dari, http://e-
services.tourism.gov.ph:8080/didcs/Static%20Documents/dec2014_table2.pdf
di akses pada 11 Februari 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “Visitor Arrivals to the Philippines in
January – December 2016”, di akses dari, http://e-
services.tourism.gov.ph:8080/didcs/Static%20Documents/Dec2016_table2.pdf
di akses pada 11 Februari 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “Visitor Arrivals to the Philippines in
January – December 2017”, di akses dari, http://e-
services.tourism.gov.ph:8080/didcs/Static%20Documents/dec2017_table2.pdf
di akses pada 11 Februari 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “The Dot hailed the positive impact of the
successful hosting of the Miss Universe 2016”, di akses dari
http://web.tourism.gov.ph/news_features/taps_mis_u.aspx di akses pada 21
Februari 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “DOT eyes Hosting Miss U in PH”. 2016,
di akses dari,
http://www.tourism.gov.ph/Pages/20160813DOTeyeshostingMissUinPH.aspx
di akses pada 11 Maret 2018.
Department of Tourism - Philippines, “Miss U Booth PHL Tourism”, di akses dari
http:///www.tourism.gov.ph/Pages/20160715MissUtoboostPHLtourismSecretar
yTeo.aspx di akses pada 11 Maret 2018.
Department of Tourism of the Philippines, “Tourist Arrivals for the Philippines”, di
akses dari, http://web.tourism.gov.ph/news_features/dot_high.aspx di akses
pada 30 Mei 2018.
Experience Philippines Organization, “About the Philippines” di akses dari,
http://experiencephilippines.org/about-the-philippines-department-of-tourism/
di akses pada 1 Maret 2018.
xvii
Lee Hudson Teslik – Council on Foreign Relations, “Nation Branding Explained”, di
akses dari, https://www.cfr.org/backgrounder/nation-branding-explained di
akses pada 25 Februari 2018.
Philippines Government Website, “About the Philippines”, di akses dari,
https://www.gov.ph/about-the-philippines/ di akses pada 3 Januari 2018.
Philippines Government Website, “Memorandum Circuler no.13”, di akses dari
http://www.officialgazette.gov.ph/downloads/2016/12dec/20161228-MC-13-
RRD.pdf di akses pada 11 Maret 2018.
Philippines Government Website, “DFA LAUNCHES: A Handbook on Philippines
Public Diplomacy”, di akses dari, https://www.dfa.gov.ph/dfa-releases/11137-
dfa-launches-a-handbook-on-philippine-public-diplomacy di akses pada 30 Mei
2018.
Philippines Information Agency, “DOT Leads Miss Universe Inter-agency team”, di
akses dari http://www.news.pia.gov.ph/article/view/1141483621462/dot-leads-
miss-universe-inter-agency-team-#sthash.tUGGQf6L.dpuf di akses pada 11
Maret 2018.
Philippines National Statistical Coordination Board, “Philippines – Foreign Direct
Investment (2016)”, di akses dari,
https://tradingeconomics.com/philippines/foreign-direct-investment di akses
pada 24 Maret 2018.
Philippines Statistics Authority, “Contribution of Tourism to the Philippines
economy”, di akses dari https://psa.gov.ph/tourism-satellite-accounts-press-
releases di akses pada 8 Maret 2018.
Philippines Statistics Authority, “Tourists Arrivals to the Philippines in 1993-1994”,
di akses dari http://nap.psa.gov.ph/sexystats/2012/SS20120606_tourism.asp di
akses pada 14 April 2018.
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan.
UNDP - Philippines, “About the Philippines”, di akses dari,
http://www.ph.undp.org/content/philippines/en/home/countryinfo.html di akses
pada 31 Januari 2018.
World Bank, “International Tourism, Number of Arrivals”, di akses dari,
https://data.worldbank.org/indicator/ST.INT.ARVL?locations=PH&year_high_
desc=true di akses pada 1 Maret 2018.
xviii
World Bank, “Philippines - Foreign Direct Investment”, di akses dari,
https://data.worldbank.org/indicator/BX.KLT.DINV.CD.WD?end=2016&locati
ons=PH&start=2010&year_high_desc=true di akses pada 24 Maret 2018.
Situs Berita Online:
Almendral, Aurora. “Philippines feels force of China Travel Warning”, di akses dari,
http://www.bbc.com/news/world-asia-29684938 di akses pada 11 Februari
2018.
CNN Philippines Staff, “Duterte still against Steve Harvey Hosting Miss Universe
2016”, di akses dari, http://cnnphilippines.com/lifestyle/2016/09/01/Miss-
Universe-2016-Steve-Harvey-Duterte.html di akses pada 8 Januari 2018.
De la Paz, Chrisee and Pia Ranada, “Confirmed : Miss Universe Pageant to be held
in PH – DOT”, di akses dari, https://www.rappler.com/life-and-
style/specials/miss-universe/129242-miss-universe-pageant-manila di akses
pada 18 Maret 2018.
Entrepreneur Staff, “Miss Universe hosting expected to boost growth of tourism
sector”, di akses dari http://www.entrepreneur.com.ph/news-and-events/miss-
universe-tourism-a36-20160720 di akses pada 11 Maret 2018.
Gore, Leada. “Does Donal Trump Own Miss Universe? Presidents History with
pageant”, di akses dari
http://www.al.com/news/index.ssf/2017/01/does_donald_trump_own_miss_uni.
html di akses pada 11 Maret 2018.
Lowe, Aya. “In Philippines, An Obsession with beauty Pageants”, di akses dari
http://www.channelnewsasia.com/news/asiapacific/in-philippines-an-obsession-
with-beauty-pageants-7550960 di akses pada 9 Maret 2018.
Lu, Monet. “Newsflash : Miss Universe 2016 to be held in the Philippines”, di akses
dari http://asianjournal.com/lifestyle/newsflash-miss-universe-2017-to-be-held-
in-the-philippines-2/ di akses pada 21 Februari 2018.
Mary Grace Pardin, “Philippines Target for Foreign Direct Investment on 2017”, di
akses dari, https://www.philstar.com/business/2018/03/13/1796077/fdi-reach-
record-1005-billion-2017-bsp di akses pada 30 Mei 2018.
Miss Universe Organization, “About Miss Universe”, di akses dari
http://www.65thmissuniverse.com/documents/partners_media_launch_fact_she
et_111716.pdf di akses pada 9 Maret 2018.
xix
Miss Universe Organization, “Press Release. : The Annual Miss Universe
Campetion”, di akses dari
http://www.65thmissuniverse.com/launch_press_kit_11172016.html di akses
pada 11 Maret 2018.
Montano, Isabella. “Philippines to Host Miss Universe 2016”, di akses dari,
http://cnnphilippines.com/lifestyle/2016/07/28/Miss-Universe-2016-
Philippines.html di akses pada 3 Januari 2018.
Montano, Isabella. “Miss Universe 2016 in Philippines”, di akses dari
http://cnnphilippines.com/lifestyle/2016/07/28/Miss-Universe-2016-
Philippines.html di akses pada 21 Februari 2018.
Morallo, Audrey. “Philippines is 12th Country most affected by terrorism”, di akses
dari, https://beta.philstar.com/headlines/2017/11/16/1759556/philippines-12th-
country-most-affected-terrorism di akses pada 10 Februari 2018.
NVC, “Penculikan Wanita China dan Filipina”, di akses dari,
https://news.detik.com/internasional/d-2596234/2-bulan-diculik-militan-abu-
sayyaf-wanita-china-dan-filipina-dibebaskan di akses pada 5 Juni 2018.
Pageonthology Staff, “Australia bids to Host 2017’s Miss Universe pageant” di akses
dari http://www.pageanthology101.com/2017/02/australia-bids-to-host-2017s-
miss.html di akses pada 9 Maret 2018.
S.E, Richard. “Special Report : Philippines Tourism, a tough sell?” di akses dari,
http://travel.cnn.com/explorations/escape/philippines/whats-problem-
philippine-tourism-918924/ di akses pada 20 Januari 2018.
Simpson, Leah. “2016 Philippines will host Miss Universe for the first time in 22
years”, di akses dari http://me.popsugar.com/celebrity/Philippines-Host-Miss-
Universe-2016-42110811 di akses pada 11 Maret 2018.
Sun Star Staff, “Blast Hit Davao City Malls”, di akses dari,
http://www.sunstar.com.ph/breaking-news/2013/09/17/blasts-hit-davao-city-
malls-303669 di akses pada 5 Juni 2018.
Wn Staff, “The 65th Miss Universe Pageant in Manila, Philippines Officially
launched Announced to public”, di akses dari http://www.wn.com/the-
65th_miss_universe_pageant_in_manila,philippines_officially_launched_annou
nced_to_public di akses pada 11 Maret 2018.
xx
Zailo, “How important is tourism to the Philippines economy” di akses dari
http://boholchronicle.com.ph/2015/10/18/how-important-is-tourism-to-the-
philippine-economy/ di akses pada 11 Maret 2018.
xxi
Lampiran 1
Hasil Wawancara dengan Darwin Tampubolon dan Gentur Adi Utama
(Kepala Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat Diplomasi Budaya Luar Negeri
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia)
(Anggota Seksi Diaspora Budaya Subdirektorat Diplomasi Budaya Luar Negeri
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia)
Selasa, 9 Januari 2019, pukul 10.00 - 11.00 WIB
Bertempat di Gedung E Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia
(Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman,
Senayan, Jakarta Pusat. 10270)
Pertanyaan Wawancara di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI:
1. Pada tahun 2012 telah diseminasi Rumah Budaya Indonesia di Belanda,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mempunyai program rencana strategis demi pemajuan dan promosi
kebudayaan Indonesia di Belanda, apa faktor yang melatarbelakangi
xxii
terpilihnya Rumah Budaya Indonesia didirikan di Belanda dan apakah
adanya perbedaan spesifik dengan dibangunnya RBI di Belanda dengan
RBI di negara lain?
Proses adsnya RBI ini memang dimulai dari 2012 saat diseminasi RBI di
Belanda, RBI di Belanda belum mempunyai Gedung sendiri namun dikelola
oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI di Den Haag. Beberapa
program RBI yang di inisiasi oleh Direktorst Jenderal Kebudaan
Kemendikbud RI bersifat strategis, yakni: 1. Mengirim tim kesenian langsung
dari Indonesia 2. mengirim materi informasi kebudayaan seperti buku,
pedoman kebudayaan.
Mengirim koki, pelatih gamelan, dan tari. Rencana strategis ini bersifat
berkoordinasi dengan Badan Ekonomi Kreatif RI dan Biro Perencaan
Kebudayaan Luar Negeri Kemendikbud RI, karena RBI di Belanda saat ini
masih dalam tahap perintisan yang mana diartikan sebagai program yang
perlu koordinasi dengan badan-badan terkait, nilai luhurnya akan dibuat
menjadi program yang mandiri yang dananya tidak hanya bersumber dari
pemerintah layaknya pusat budaya milik Jerman (Goethe Institut), dan
Belanda (Erasmus Huis). Pemilihan RBI di Belanda secara historis masih
kental dengan Indonesia, dan masyarakat Belanda yang sekarang belum
paham akan adanya ikatan historis ini yang menimbulkan adanya missing link
generasi lama dengan generasi baru. Mereka menganggap Indonesia seperti
yang dahulu yang terbelakang. Padahal sudah ada perubahan dan misi ini
xxiii
untuk pengenalan lebih baik, agar mereka merasa punya pemahaman secara
keseluruhan karena mereka lebih mudah untuk berinteraksi. Karena dengan
pendekatan sektor kebudayaan, akan mempermudah pendekatan di sektor lain
(perdagangan, pariwisata). Program RBI mencoba agar masuk terlebih dahulu
karena citra kebudayaan akan mencerminkan Indonesia lebih baik dari segi
kultur dan masyarakatnya agar mempermudah sektor lainnya.
2. Ide munculnya RBI di Belanda karena adanya faktor historis dan
munculnya diaspora dan indonesianis yang ada di Belanda. Adakah
sinergitas antara Rumah Budaya Indonesia selaku wadah kebudayaan
Indonesia dengan para publik dalam melaksanakan program dan
kegiatan di dalamnya?
Adanya faktor historis ini juga memunculkan masyarakat keturunan
Indonesia-Belanda, dan di Belanda juga banyak masyrakat Indonesia asli yang
datang untuk belajar atau bekerja di Belanda. Mereka yang datang ke Belanda
bisa disebut dengan diaspora dan ada satu lagi masyarakat internasional
khususnya dari Belanda yang mencintai atau memiliki minat dengan studi
Indonesia yang kita sebut dengan Indonesianis. Indonesianis dan Diaspora
Indonesia ini telah lama ada di Belanda sebelum RBI muncul di Belanda.
Mereka telah lebih dahulu mengupayakan promosi kebudayaan Indonesia di
Belanda. Tugas RBI juga membantu mereka yang mempromosikan
kebudayaan dan Indonesia secara menyeluruh agar tidak terlalu membebani.
xxiv
Sinergitas akan promosi kebudayaan ini memudahkan dalam melakukan
program dan kegiatan yang menyita waktu dan alokasi.
3. Adanya sinergitas diantara kementerian yang ada di Indonesia, salah
satunya adalah bekerjasama dengan Kemenpar RI dalam menjalankan
promosi pariwisata di Belanda, dalam tiap tahun Kemenpar berusaha
untuk menaikkan jumlah wisatawan dari Belanda, apakah yang
melatarbelakangi Kemenpar dan Kemendikbud melalui kebudayaan
untuk menaikkan wisatawan asal Eropa khususnya Belanda?
Dalam data kami, Kemenpar bekerjasama dengan Kemendikbud berkat
adanya persetujuan dari Kemenko PMK yang menginstruksikan bahwa
pariwisata tidak akan berhasil dalam promosinya apabila kebudayaan tidak
dibawa langsung dalam pelaksanaannya, Belanda mempunyai nilai strategis
dalam bidang pariwisata karena adanya faktor penerbangan langsung yang
menguntungkan wisatawan, dan Belanda menjadi pintu utama Indonesia
masuk ke pasar Eropa. Kemendikbud atau RBI di Belanda mendapatkan
keuntungan dalam mempromosikan kebudayaan dan impresi baik terhadap
kebudayaan Indonesia di ajang bursa wisata di Belanda. Memang diplomasi
kebudayaan itu adalah sebuah investasi yang tidak dapat dihitung atau dilihat
langsung hasilnya. RBI dengan segala diplomasi kebudayaannya
memudahkan kementerian terkait dalam melaksanakan kepentingannya di
Belanda. Kepentingan bukan hanya segi ekonomi saja namun dari segi
xxv
impresi atau citra baik sebuah negara dapat ditaruhkan dari kebudayaan yang
dimiliki oleh suatu negara.
4. Untuk memajukan kebudayaan dan sarana diplomasi kebudayaan,
Rumah Budaya Indonesia memiliki beberapa program dan kegiatan di
tahun 2016-2017 yang menarik pengunjung di berbagai acara yang
digelar, apakah program dan kegiatan dari RBI ini menjadi faktor
bertambahnya kunjungan wisatawan Belanda ke Indonesia?
Bisa dikatakan begitu bisa dikatakan tidak namun tidak ini adalah tidak secara
langsung. Kenapa dibilang begitu, karena proses promosi dan pemajuan
kebudayaan merupakan sebuah integritas bersama dengan Lembaga
Pemerintahan terkait, seperti Kementerian Pariwisata, Bekraf, maupun
Kementerian Luar Negeri. Kementerian Pariwisata tidak dapat begitu saja
untuk mempromosikan pariwisatanya hanya dengan narasi-narasi yang
menarik, namun harus ada visualisasi yang menarik pula, disitu munculnya
peran RBI dalam membantu proses promosi pariwisata Indonesia sekaligus
mencapai kepentingan dari RBI yaitu memajukan kebudayaan dan promosi
kebudayaan yang sesuai dalam aspek legal kita yaitu UUD 1945 Pasal 32
Ayat 1, dan UU Cagar Budaya yang kedepannya juga melalui UU Pemajuan
Kebudayaan tahun 2017. Adanya proses integrasi antara badan terkait,
kementerian pariwisata tanpa budaya tidak dapat berdiri sendiri, karena roh
dari adanya pariwisata adalah kebudayaan. RBI tanpa adanya Kemenlu juga
tidak dapat menjalankan aktivitasnya secara masif tanpa adanya kerjasama
xxvi
Kemenlu dengan Pemerintah negara terkait. Jadi dapat dikatakan RBI
membantu Kemenpar dalam proses promosi pariwisata namun bukan hanya
RBI saja yang menjadi faktor utamanya.
xxvii
Lampiran 2
Hasil Wawancara dengan Din Wahid
(Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk
Belanda)
Kamis, 14 Februari 2019, pukul 08.00 - 08.30 WIB
Bertempat di Gedung Pusat Pengkajuan Islam dan Masyarakat (PPIM)
(Kampus 2 UIN Jakarta, Jalan Kertamukti No.5, Cirendeu, Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan, Banten. 15419)
Pertanyaan Wawancara di Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat:
1. Rumah Budaya Indonesia telah berdiri di 10 negara strategis menurut
Indonesia di tahun 2016, apakah ada perbedaan yang spesifik antara RBI
di Belanda dengan RBI yang ada di negara lain?
Secara konsep RBI di Belanda dengan RBI dengan negara lain itu sama,
namun secara pelaksanaannya berbeda, karena seni dan budaya Indonesia di
Belanda sudah cukup terkenal dan sudah banyak pameran kebudayaan disana.
RBI di Belanda menjembatani beberapa pelaksanaan atau implementasinya
disesuaikan kepada target di Belanda yakni adanya minat pemuda-pemuda
yang ingin mempelajari Indonesia secara khusus kebudayaan Indonesia.
xxviii
2. Telah banyak program dan kegiatan RBI di Belanda yang dijalankan,
namun apakah setelah adanya program dan kegiatan RBI ini
memunculkan capaian selanjutnya atau hasil kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Belanda dalam bidang
kebudayaan?
RBI juga melaksanakan program beasiswa untuk masyrakat Belanda,
terhitung 10 orang pertahun diberangkatkan ke Indonesia untuk mengikuti
Beasiswa Seni Budaya Indonesia, dan membantu para seniman baik dari
Indonesia maupun Belanda untuk menyelenggarakan pentas seni dan budaya
yang mana adanya legal hukum yaitu Joint Declaration on Comprehensive
Partnership. Kerjasama antara Pemerintah Belanda berjalan baik, dan
Pemerintah Belanda melalui dinas kebudayaannya juga memberikan saran
kepada para seniman atau para penggiat kebudayaan dari Belanda apabila
ingin menyelenggarakan kegiatan di Indonesia dapat lebih mudah terlaksana
berkat hasil kerjasama yang sudah dilaksanakan dengan RBI.
3. Telah banyak program dan kegiatan yang dilaksanakan RBI di Belanda
di tahun 2016-2017, beberapa kegiatan itu berlangsung kontinu atau
setiap tahunnya terus diadakan dan ada kegiatan yang sifatnya insidental
tergantung kepentingan yang akan dicapai oleh RBI, apakah ada
sasaran, target, dan capaian yang dihasilkan oleh program dan kegiatan
RBI di belanda?
xxix
Program dan kegiatan RBI di Belanda memang telah berlangsung sejak
awalnya RBI di belanda ini berdiri, namun untuk sasaran, capaian maupun
target, saya tidak bisa memberikan langsung dalam waktu ini karena ada data
yang tersimpan di pusat, di Den Haag. Memang di tahun 2016-2017 saya
belum menjabat sebagai atdikbud di Belanda, namun semua kegiatan sudah
tercatat disana. Kegiatan yang bersifat insidental merupakan hasil dari
kerjasama dengan pemerintah di Indonesia, seperti bekerjasama dengan
Kemenpar dalam Vacantie Beurs atau bursa wisata. Kemenpar mempunyai
target untuk menaikkan jumlah wisatawan asing khususnya Belanda, dalam
data kita melihat bahwa Belanda adalah negara yang strategis untuk
Indonesia. Tugas RBI yaitu membantu dan mendukung pariwisata Indonesia
agar mempunyai banyak minat, dengan cara mempromosikan kebudayaan dan
kesenian di Indonesia untuk menarik wisatawan asal Belanda datang ke
Indonesia dengan aspek kebudayaan Indonesia yang menjadi daya tariknya.