Download - dapus saponin, kenikir
-
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KENIKIR (Cosmos caudatus kunth) TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN PENCERNAAN, HATI
DAN KOLESTEROL DAGING AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus)
___SKRIPSI___ INDAH IRFAI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
-
i
RINGKASAN
Indah Irfai. D24070059. 2012. Efektivitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) Terhadap Bobot Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus). Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr.Ir. Rita Mutia, M.Agr. Pembimbing Anggota : Dr.Ir. Didid Diapari, M.Si.
Kolesterol merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit arterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah, yang membuat pembuluh darah menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di dalamnya. Salah satu upaya untuk mengatasi tingginya kadar kolesterol pada produk yang dihasilkan unggas adalah dengan penggunaan bahan alami (herbal) sebagai pakan imbuhan. Kenikir mengandung saponin yang dapat menurunkan kolesterol. Selain itu, kenikir juga mengandung senyawa antioksidan yang berfungsi untuk menetralisir senyawa radikal bebas dalam tubuh ayam kampung.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pengaruh pemberian kenikir yang dicampur pada ransum terhadap bobot badan akhir (g), bobot karkas (g), bobot relatif hati (%), bobot relatif organ pencernaan (%), kolesterol karkas (%), dan persentase karkas (%) ayam kampung.
Penelitian ini dilakukan di kandang pemuliaan ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Sebanyak 60 ekor ayam kampung umur 6 minggu dibagi ke dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan (5 ekor/kandang). Perlakuan pakannya terdiri atas P0 (kontrol, tanpa kenikir), P1 (pemberian 1% kenikir), P2 (pemberian 2% kenikir) dan P3 (pemberian 3% kenikir). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam dengan software SPSS versi 13.00. Perlakuan yang memberikan pengaruhn nyata terhadap peubah yang diamati akan dilakukan uji lanjut least significance difference (LSD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan kenikir berpengaruh nyata (P
-
ii
ABSTRACT
Efektivity of Kenikir (Cosmos caudatus kunth) to the Carcass Weight, Digesstive Organ, Heart, and Cholesterol of Native Chicken (Gallus gallus domesticus)
I. Irfai, R. Mutia and D. Diapari
Cholesterol is one of the main causes of the disease as atherosclerosis, the process of calcification and hardening of artery walls, which makes blood vessels to narrow and block blood flow in it. One effort to overcome the high levels of cholesterol in poultry products with the use of natural materials (herbs) as affixes chicken feed. Kenikir contains saponin to reduce cholesterol. Kenikir also contains antioxidants to neutralize free radicals in poultry. The purpose of this experiment was to study effectivity of kenikir (Cosmos caudatus kunth) in diet on final body wight (g), carcass weight (g), relative digesstive organ (%),carcass cholesterol (%), and carcass percentage (%) native chicken. Sixty birds of native chickens (6 week of age) were randomly assigned to four dietary treatment with three replications (5 birds/replication). The treatment diet were P0 as control, P1, P2, and P3 diets contained 1%, 2%, and 3% kenikir. There were significant effect of on average percentage of carcass cholesterol levels compared with control.
Keywords: herbs, kenikir, cholesterol, digesstive organ, saponin
-
iii
EFEKTIFITAS PEMBERIAN KENIKIR (Cosmos caudatus kunth) TERHADAP BOBOT KARKAS, ORGAN PENCERNAAN, HATI
DAN KOLESTEROL DAGING AYAM KAMPUNG (Gallus gallus domesticus)
INDAH IRFAI
D24070059
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
-
iv
Judul : Efektifitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) terhadap Bobot Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)
Nama : Indah Irfai
NIM : D24070059
Menyetujui,
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota (Dr.Ir.Rita Mutia, M.Agr) (Dr.Ir.Didid Diapari, M.Si) NIP : 19630917 198803 2 001 NIP : 19620617 199002 1 001
Mengetahui, Ketua Departemen,
Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
(Dr. Ir. Idat Galih Permana, M.Sc.Agr) NIP : 19670506 199103 1 001
Tanggal Ujian : 31 Januari 2013 Tanggal Lulus :
-
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Indah Irfai, dilahirkan
pada tanggal 28 November 1989 di Jakarta. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan
Bapak Acun Rifai dan Ibu Suhaemi.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun
1995 di Sekolah Dasar Negeri Kukupu 1 Kota Bogor
dan diselesaikan pada tahun 2001. Pendidikan lanjutan
tingkat pertama dimulai pada tahun 2001 dan
diselesaikan pada tahun 2004 di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama Negeri 5 Kota Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Atas Plus YPHB Kota Bogor pada tahun 2004 dan diselesaikan pada
tahun 2007.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan pada tahun 2008. Penulis aktif dalam
Organisasi Mahasiswa Daerah Keluarga Mahasiswa Bogor di IPB sebagai sekretaris,
periode 2007-2008.
Bogor, Januari 2013
Indah Irfai
D24070059
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga dapat menuangkan hasil pikiran dalam tulisan yang berupa skripsi yang
berjudul Efektifitas Pemberian Kenikir (Cosmos caudatus kunth) terhadap Bobot
Karkas, Organ Pencernaan, Hati dan Kolesterol Daging Ayam Kampung (Gallus
gallus domesticus). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian
kenikir terhadap karkas, organ pencernaan, dan kolesterol daging ayam kampung.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan bulan September
2011 di kandang pemuliaan ternak untuk pemeliharaan ayam kampung, Departemen
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor dan Analisis Kolesterol dilakukan di Laboratorium Terpadu,
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan kenikir dalam
ransum terhadap kolesterol daging ayam kampung. Kandungan saponin pada kenikir
diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol daging ayam kampung. Saponin pada
kenikir diharapkan dapat meningkatkan bobot karkas dan mengoptimalkan fungsi
kerja organ pencernaan dan hati.
Skripsi ini memuat informasi tentang kandungan nutrien kenikir dan
pengaruhnya terhadap bobot karkas, organ pencernaan, hati dan kandungan
kolesterol daging ayam kampung. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai
pihak agar menjadi lebih baik. Penulis juga berharap skripsi ini dapat memberikan
informasi baru dalam dunia peternakan dan bermanfaat bagi penulis sendiri maupun
pembaca pada umumnya.
Bogor, Januari 2013
Indah Irfai
D24070059
-
vii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ................................................................................................. i
ABSTRACT .................................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang .................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................ 1
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 2
Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus) .. 2 Kenikir (Cosmos caudatus kunth) ... 3 Karkas Ayam Kampung .. 4 Hati dan Organ Pencernaan Ayam Kampung ..................................... 4 Kolesterol ............................................................................................ 7 Absorbsi dan Ekskresi Kolesterol ... 8
MATERI DAN METODE .............................................................................. 9
Lokasi dan Waktu ............................................................................... 9 Materi .. 9
Ayam Kampung .. 9 Persiapan Kandang .. 9 Sanitasi Kandang . 9 Pakan ... 9
Prosedur ... 10 Pembuatan Crumbel Kenikir ... 10 Adaptasi Pemberian Pakan .. 10 Pemberian Air Minum . 11 Pengukuran Hati dan Organ Pencernaan . 11
Pengukuran Kadar Kolesterol . 11 Pelaksanaan Penelitian 11
Rancangan dan Analisis Data .. 12
-
viii
Peubah yang Diamati .. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 15
Analisis Proksimat Pakan .................................................................... 15 Pemberian Kenikir terhadap Bobot Hati dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu .......................................................
16
Persentase Bobot Hati ............................................................. 17 Persentase Bobot Proventrikulus ............................................. 18 Persentase Bobot Kantong Empedu ........................................ 18 Persentase Bobot Pankreas ...................................................... 18 Persentase Bobot Rempela ...................................................... 19 Persentase Bobot Usus Halus dan Seka .................................. 19
Pemberian Kenikir terhadap Bobot Badan Akhir, Bobot Karkas dan Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu ...........................
20
Bobot Badan Akhir ................................................................. 20 Bobot Karkas dan Persentase Karkas ...................................... 21 Kolesterol Karkas .................................................................... 21
KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 24
Kesimpulan ............................................................................. 24 Saran ........................................................................................ 24
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 30
-
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Kandungan Nutrien Kenikir (As Feed) ......... 15
2. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian (As Feed) .. 16
3. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Relatif Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu ................................
17
4. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Akhir, Bobot Karkas dan Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu....................
20
-
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pembuatan Tepung Kenikir ... 10
2. Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu yang Diberi Kenikir ...............................................................................................
22
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Akhir ..................... 31
2. Analisis Ragam Bobot Karkas ... 31
3. Analisis Ragam Persentase Karkas......... 32
4. Analisis Ragam Persentase Hati 32
5. Analisis Ragam Persentase Proventrikulus ... 33
6. Analisis Ragam Persentase Kantong Empedu ... 33
7. Analisis Ragam Persentase Pankreas 34
8. Analisis Ragam Persentase Rempela . 34
9. Analisis Ragam Persentase Duodenum . 35
10. Analisis Ragam Persentase Jejenum . 35
11. Analisis Ragam Persentase Ileum . 36
12. Analisis Ragam Persentase Seka ... 36
13. Analisis Ragam Kadar Kolesterol . 37
-
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam kampung merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara oleh
masyarakat karena relatif murah dan mudah pemeliharaannya. Ayam juga
merupakan salah satu ternak sebagai sumber protein hewani sehingga banyak
masyarakat di Indonesia yang mengkonsumsi sumber protein hewani yang berasal
dari ternak ini. Produk utama yang dihasilkan oleh ayam umumnya adalah telur dan
daging, namun pada kenyataannya banyak faktor yang menjadi kendala dalam
mengkonsumsi produk tersebut, salah satunya adalah kandungan kolesterol.
Kolesterol merupakan salah satu penyebab utama terjadinya penyakit
arterosklerosis, yaitu proses pengapuran dan pengerasan dinding pembuluh darah,
yang membuat pembuluh darah menjadi sempit dan menghalangi aliran darah di
dalamnya. Upaya menurunkan kelebihan kolesterol dalam tubuh banyak dilakukan
orang dengan cara merubah pola konsumsi makan dan menghindari makanan yang
berlemak. Selain itu, untuk mengurangi kelebihan kolesterol dalam tubuh dapat
dilakukan dengan mengkonsumsi makanan rendah kolesterol.
Penggunaan herbal dalam pakan menjadi salah satu alternatif dalam
penyediaan produk unggas yang lebih sehat. Kenikir merupakan tanaman herbal
yang berasal dari Meksiko. Kenikir mengandung saponin, flavonoida dan polifenol
disamping minyak atsiri. Saponin merupakan zat aktif yang diduga dapat
menurunkan kadar kolesterol daging ayam. Penambahan kenikir dalam ransum
diharapkan dapat menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan bobot karkas pada
ayam kampung. Penggunaan daun kenikir diharapkan tidak akan menimbulkan
residu yang berbahaya dan tidak memiliki efek samping yang merugikan pada
produk ternak sehingga aman untuk dikonsumsi manusia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pemberian kenikir
terhadap karkas, organ pencernaan, dan kolesterol daging ayam kampung.
-
2
TINJAUAN PUSTAKA
Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)
Pada umumnya ayam kampung dipelihara secara ekstensif, dibiarkan
berkeliaran di halaman rumah, lapangan kebun dan tempat-tempat lain disekitar
kampung atau pemukiman, karena tempat hidup dan makannya disebut ayam
kampung. Ayam kampung merupakan ayam populer di Indonesia, karena cara
pemeliharaannya tidak membutuhkan persyaratan yang sulit, mempunyai daya tahan
terhadap penyakit yang cukup baik serta telah beradaptasi dengan keadaan
lingkungannya (Prilajuarti, 1990).
Menurut Mansjoer (1985), ayam kampung diduga berasal dari dua spesies
ayam hutan yaitu Gallus bankiva dan Gallus varius, ayam kampung merupakan
ayam asli Indonesia selain mempunyai nenek moyang ayam hutan merah (Gallus
gallus lenaeus) dan ayam hutan abu-abu (Gallus sonnerati tomnick), juga
mempunyai nenek moyang ayam hutan hijau (Gallus varius shaw) yang banyak
terdapat di Pulau Jawa dan sekitarnya. Ayam kampung memiliki jarak genetik paling
dekat dengan ayam hutan merah (Gallus gallus javanicus) dibandingkan dengan
jarak genetik terhadap ayam hutan hijau (Gallus varius). Taksonomi ayam kampung
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animal
Fillum : Chordata
Subfillum : Vertebrata
Kelas : Aves
Subkelas : Neornithes
Ordo : Galliformes
Subordo : Neognatae
Famili : Phasianidae
Genus : Gallus
Spesies : Gallus domesticus
Ayam kampung merupakan tipe ayam yang kecil dengan pertumbuhan yang
lambat dan konversi makanan menjadi produk protein esensial yang juga rendah
(Cahyono, 2002). Kebutuhan gizi ayam kampung pada umur 0-8 minggu adalah
energi 2900 kkal/kg, protein 18%-19%, serat kasar 4%-5% dan lemak kasar 4%-5%.
-
3
Kebutuhan gizi ayam kampung pada umur 8-12 minggu adalah energi 2900 kkal/kg,
protein 16%-17%, serat kasar 4%-5% dan lemak kasar 4%-7% (Zainuddin, 2006).
Kenikir (Cosmos caudatus kunth)
Kenikir berasal dari Meksiko, merupakan herba satu tahun, batang tegak,
percabangan tidak banyak dan tingginya 0,1-1,0 m. Daun menyirip gasal, tajuk daun
kedua sisi berjumlah 5-9 cm dan bergerigi, didekat tepi daun terdapat bintik-bintik
kelenjar bulat. Bunga kenikir merupakan bunga majemuk berwarna kuning, orange
atau kombinasi antara keduanya. Bongkol bunga bertangkai panjang dan ujung
tangkalnya membesar. Pembalut bunga berbentuk lonceng, terdapat 8-13 punggung
membujur yang dibatasi oleh alur yang cukup dalam dengan panjang 1,5-2,5 cm dan
lebar 1,2-1,7 cm. Bunga bagian tepi berbentuk pita kuning, bagian tengah berbentuk
tabung (Steenis et al., 1978). Menurut Tjitrosoepomo (2007), taksonomi kenikir
adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Campanulatae
Famili : Compositae
Kenikir mengandung saponin, flavonoida dan polifenol disamping minyak
atsiri (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991). Penelitian yang dilakukan oleh Lotulung
et al. (2005), menunjukkan bahwa daun kenikir mengandungsenyawa yang memiliki
daya antioksidan yang cukup tinggi, dengannilai IC50 sebesar 70 mg/L. Ekstrak
metanolik daun kenikir mengandung flavonoid dan glikosida kuersetin.
Saponin adalah suatu senyawa seperti sabun yang apabila dicampur dengan
air dapat menurunkan tegangan permukaan cairan. Saponin memiliki gugus kimia
glikosida yang biasanya dapat menyebabkan hemolisa eritrosit. Saponin yang
bersifat toksin disebut sapotoksin yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam
serum (Fuglie, 2001).
Lebih jauh disebutkan bahwa fungsi lain dari saponin adalah sebagai
antifungal, antibakteri, immunostimulator/immunomodulator. Saponin juga ternyata
dapat meningkatkan permeabilitas dinding usus sehingga proses penyerapan kembali
nutrien yang penting untuk tubuh berlangsung lebih baik dan juga menghambat
-
4
aktifitas dari enzim urease sehingga pembentukan ammonia dapat dikurangi. Saponin
juga merupakan salah satu feed additive yang potensial mempengaruhi performa
ayam potong karena fungsinya terhadap system kekebalan tubuh ayam (Abas et al.,
2001).
Saponin adalah senyawa surfaktan, dari berbagai hasil penelitian
disimpulkan, saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan
antikarsinogenik. Sifat hipokolesterolemik dimulai ketika saponin yang dicerna yang
berasal dari makanan kemudian membentuk molekul besar yang disebut micelles dan
bersama garam empedu secara signifikan mereduksi kolesterol serum dan terjadi
peningkatan ekskresi feses dan garam empedu sejalan dengan penghambatan absorbs
kolesterol (Steenis et al., 1978).
Karkas Ayam Kampung
Karkas merupakan bagian tubuh tanpa bulu, darah, kaki, kepala serta organ
dalam.Karkas meningkat seiring dengan meningkatnya umur dan berat badan (Daud,
2005). Menurut Soeparno (1992) faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi laju
pertumbuhan dan komposisi tubuh yang meliputi distribusi berat, komposisi kimia
dan komponen karkas.Selain itu nutrisi, umur dan laju pertumbuhan juga dapat
mempengaruhi berat karkas dan berat karkas biasanya meningkat sesuai dengan
meningkatnya berat hidup ayam. Kualitas karkas dan daging dipengaruhi oleh faktor
sebelum dan sesudah pemotongan. Faktor yang menentukan adalah berat karkas,
jumlah daging yang dihasilkan dan kualitas dari daging yang bersangkutan.
Hati dan Organ Pencernaan Ayam Kampung
Hati
Hati merupakan organ yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme
lemak, karbohidrat, zat besi, fungsi detoksifikasi serta berperan dalam metabolisme
dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984). Dari lambung dan usus halus, sebagian
besar pakan yang diserap masuk kedalam vena portal menuju hati, suatu kelenjar
terbesar di dalam tubuh. Hati terdiri dari dua lobus besar yang mempunyai fungsi
utama hati dalam pencernaan dan absorbsi adalah produksi empedu (Suprijatna et al.,
2005). Arief (2000) melaporkan bahwa bobot hati ayam kampung adalah 2,70%-
-
5
3,46% (umur enam minggu) dan 2,10%-2,54% (umur 12 minggu) dari bobot hidup.
Persentase hati ayam berkisar antara 1,7%-2,8% dari berat hidup (Putnam, 1991).
Empedu
Empedu terletak pada kantung empedu yang terdiri dari dua saluran yang
mentransfer empedu dari hati ke usus halus (North & Bell 1990; Ressang, 1984).
Suprijatna et al. (2005) mengatakan bahwa empedu penting dalam proses penyerapan
lemak pakan dan ekskresi limbah produk, seperti kolesterol dan hasil sampingan
degradasi hemoglobin. Warna kehijauan empedu disebabkan karena produk akhir
destruksi sel darah merah, yaitu biliverdin dan bilirubin. Volume empedu tergantung
pada 1) aliran darah, 2) status nutrisi unggas, 3) pydikonsumsi, dan 4) sirkulasi
empedu enterohepatik. Empedu berfungsi sebagai penetral kondisi asam dari saluran
usus dan dapat mengawali pencernaan lemak dengan membentuk emulsi (Amrullah,
2004).
Pankreas
Pankreas terletak diantara lengkungan duodenum pada usus halus yang
bertanggung jawab pada sekresi enzim pencernaan dan sekresi hormon ( Mc Donald
et al., 2002). Sturkie (2000) menyatakan bahwa pankreas adalah organ berwarna
merah yang berada diantara lipatan duodenum yang berfungsi mensekresikan
amilase, lipase, protease, enzim proteolitik, dan sodium bikarbonat untuk membantu
pencernaan karbohidrat, protein dan lemak. Berat pankreas ayam dewasa berkisar
antara 2,5-4,0 gram.
Rempela
North dan Bell (1990) menyatakan bahwa rempela disebut juga lambung
(gizzard/ventrikulus) yang terletak antara proventikulus dan usus halus bagian atas.
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa rempela memiliki dua pasang otot yang
sangat kuat sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa
permukaan gizzardsangat tebal, tetapi secara tetap tererosi. Partikel makanan yang
berukuran besar akan cepat dipecah. Pada rempela juga mengandung bahan-bahan
yang mudah terkikis seperti pasir, karang dan kerikil. Partikel makanan yang
berukuran besar akan segera dipecah menjadi partikel-partikel yang sangat kecil
(secara mekanik) sehingga bisa masuk ke saluran pencernaan. Fungsi rempela adalah
-
6
untuk menggiling dan menghancurkan makanan menjadi partikel-partikel yang lebih
kecil dan biasanya dibantu oleh grit (Nesheim et al., 1979). Berat rempela adalah
1,6%-2,3% dari berat hidup (Putnam, 1991).
Usus Halus
Usus halus terbagi atas tiga bagian yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
Duodenum merupakan bagian pertama dari usus halus yang letaknya amat dekat
dengan dinding tubuh dan terikat pada mesentri yang pendek yaitu inesoduodenum.
Jejenum dengan mudah dapat dipisahkan dengan duodenum yang letaknya kira-kira
bermula pada posisi ketika mesentri mulai terlihat memanjang (pada duodenum
mesentrinya pendek). Jejenum dan ileum letaknya bersambungan dan tidak ada batas
yang jelas diantaranya. Bagian terakhir dari usus halus adalah ileum yang
bersambungan dengan usus besar (Frandson, 1992).
Usus halus pada ternak adalah organ penting dalam pencernaan yang
berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi bahan pakan. Usus halus mempunyai jutaan
benjolan kecil yang disebut vili dan melalui vili tersebut bahan pakan diserap dan
masuk ke dalam sel darah (Gillespie, 2004). Gillespie (2004) menambahkan bahwa
vili terletak di dinding usus dan merupakan kunci dari penyerapan karena vili dapat
meningkatkan luas permukaan usus, vili juga dapat menyerap air dan melarutkan
mineral ke dalam sel darah.
Seka
Sekum pada unggas terdapat diantara ileum dan kolon.Pada ayam terdapat
dua buah sekum yang terletak pada batas antara ileum dan kolon (Sturkie &
Griminger, 1976). Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa dalam keadaan normal
panjang setiap seka sekitar 15 cm. Pada unggas dewasa yang sehat, seka berisi pakan
lembut yang keluar masuk. Akan tetapi, tidak ada bukti mengenai peran serta dalam
pencernaan.Hanya sedikit air diserap, sedikit karbohidrat dan protein dicerna berkat
bantuan beberapa bakteri. Nickle et al. (1977) menyatakan bahwa villi sekum lebih
pendek daripada villi usus halus, mengandung banyak kripta dan folikel limfoid serta
sel-sel limfoid. Kolon dan rectum pada unggas relative pendek dan berhubungan
langsung dengan kloaka serta mengandung villi yang pendek, sel goblet dan sedikit
kripta.
-
7
Kolesterol
Kolesterol adalah suatu sterol hewani dan menyusun 17% bahan kering otak
(Tillman et al., 1986) serta terdapat dalam semua sel hewani, sehingga tersebar luas
dalam tubuh. Kolesterol merupakan zat alami yang terdapat dalam tubuh diperlukan
dalam proses-proses penting dalam tubuh. Kebutuhan kolesterol dalam tubuh
sebagian besar dipenuhi melalui sintesa kolesterol dalam tubuh dan dibentuk di
dalam hati (Piliang & Djojosoebagio 2006; Frandson 1992). Mayes (2003)
menyatakan bahwa sedikit lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari
sintesis (sekitar 700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari.
Kolesterol berbeda dengan komponen lemak lain karena memiliki struktur
cincin. Sterol mempunyai nukleus dengan 4 buah cincin saling berhubungan, tiga
diantaranya masing-masing mengandung 6 atom karbon sedang cincin ke-4
mengandung 5 atom karbon (Piliang dan Djodjosoebagio, 2006). Kolesterol
merupakan senyawa yang berdasar pada nukleus sterol yang dapat dimodifikasi
dengan penambahan rantai samping untuk membentuk kolesterol.Zat ini berperan
dalam penyakit vaskuler dan kardiak pada manusia. Kenaikan kadar kolesterol dalam
darah merupakan suatu faktor resiko terjadinya aterosklerosis. Aterosklerosis
merupakan kondisi penebalan pembuluh darah yang bisa mengakibatkan
penyumbatan bahkan penyempitan pada arteri sehingga dapat berakibat fatal.
Kolesterol banyak ditemukan pada produk hewani, sedangkan pada produk nabati
mengandung fitosterol (Frandson, 1992).
Menurut Muchtadi et al. (1993), kolesterol di dalam tubuh manusia dapat
berasal dari dua sumber yaitu dari makanan dan biosintesis de novo. Kolesterol yang
berasal dari makanan memegang peranan penting, karena merupakan sterol utama di
dalam tubuh manusia serta komponen permukaan sel dan membran intraseluler.
Kolesterol banyak terdapat pada struktur otak dan system syaraf pusat, tetapi sedikit
di bagian dalam membran mitokondria.
Biosintesis de novo kolesterol terjadi pada hampir semua sel (kecuali sel
darah merah yang telah rusak), tetapi biosintesis terbesar terjadi pada hati, usus,
korteks adrenal dan jaringan reproduksi. Jika jumlah kolesterol dari makanan kurang,
maka sintesis kolesterol di dalam hati dan usus meningkat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan dan organ lainnya. Kolesterol yang telah disintesis secara de
-
8
novo diangkat dari hati dan usus menuju jaringan peripheral dalam bentuk
lipoprotein. Sebaliknya, jika jumlah kolesterol di dalam makanan meningkat maka
sintesis kolesterol di dalam hati dan usus menurun. Dengan demikian, laju sintesis
kolesterol de novo berhubungan dengan jumlah kolesterol yang berasal dari makanan
(Muchtadi et al., 1993).
Absorbsi dan Ekskresi Kolesterol
Menurut Mayes et al. (1983) bahwa kolesterol dalam tubuh berupa kolesterol
eksogen dan kolesterol endogen. Kolesterol eksogen yang masuk ke dalam tubuh
berasal dari makanan dan sebaliknya, kolesterol endogenus dibentuk sendiri oleh sel-
sel tubuh, terutama di dalam hati. Di dalam tubuh tidak dapat dibedakan antara
kolesterol yang berasal dari sintesis dalam tubuh dan kolesterol yang berasal dari
makanan. Dinding usus halus akan menyerap kolesterol tersebut. Dalam sel mukosa
usus halus, ester kolesterol, trigliserida dan fosfolipid disintesis kembali dan
dibungkus dengan protein untuk selanjutnya disekresikan dalam bentuk kilomikron.
Sintesis kolesterol yang paling aktif terjadi dalam hati, usus halus, kelenjar adrenal
dan organ reproduksi.
Jalur utama pembuangan kolesterol dari tubuh (200-300 mg/hari) melalui
konversi oleh hati menjadi asam empedu, yaitu asam kholat dan chenodeoxy cholic
yang berikatan dengan glisin dan taurin membentuk garam empedu. Senyawa ini
disekresikan di dalam empedu, bersama-sama dengan kolesterol bebas akan dialirkan
melalui saluran empedu ke dalam duodenum. Sekitar 98% dari asam empedu
diabsorbsi ulang (reabsorbsi) oleh hati melalui sirkulasi. Di dalam hati, asam empedu
diekskresi dan disekresi kembali ke dalam empedu. Di dalam empedu ini terdapat
2.000-3.000 mg asam empedu yang akan selalu mengalami daur ulang. Asam
empedu yang tidak diserap, didegradasi dalam usus besar dan diekskresi di dalam
feses. Jalur minor untuk pembuangan kolesterol (40 mg/hari) dilakukan melalui
sintesis hormone steroid. Sekitar 1 mg/hari diekskresi dalam urin dan sekitar 50
mg/hari diekskresi sebagai keringat atau hilang melalui rambut atau kulit (Muchtadi
et al., 1993).
-
9
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Juli sampai dengan bulan
September 2011, bertempat di kandang pemuliaan ternak, Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor. Analisis Proksimat dilakukan di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Bagian Ilmu dan
Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan Analisis
Kolesterol dilakukan di Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Nutrisi dan
Teknologi Pakan, Institut Pertanian Bogor.
Materi
Ayam Kampung (Gallus gallus domesticus)
Penelitian ini menggunakan 60 ekor ayam kampung berumur 6 minggu.
Ayam kampung ditempatkan pada 12 kandang yang terbagi kedalam 4 taraf
perlakuan dengan 3 ulangan (5 ekor/kandang).
Persiapan Kandang
Jumlah kandang yang disediakan 2 unit, masing-masing kandang terdiri atas
6 unit kandang kecil dengan ukuran 75 x 50 x 45 cm. Setiap kandang dibuat 3
tingkat, masing-masing tingkatan terdiri atas 2 kandang kecil dan 1 unit penampung
kotoran yang dapat dikeluarkan. Tiap kandang kecil terdapat pintu yang berfungsi
untuk memasukkan atau mengeluarkan ayam, tempat pakan, pakan dan tempat
minum. Kandang ditempatkan di ruangan dengan jendela kaca.
Sanitasi Kandang
Bahan yang digunakan untuk sanitasi adalah kapur dan air bersih. Dosisnya
500 g kapur untuk 1 L air bersih. Air kapur dioles dengan menggunakan kuas ke
seluruh bagian kandang dan lantai ruangan kandang.
Pakan
Pakan yang diberikan adalah campuran pakan komersil untuk broiler starter
dan dedak dengan perbandingan 1:1 ditambah kenikir sesuai perlakuan. Ada empat
macam perlakuan yang akan diuji, yaitu P0 = pakan komersil : dedak 1:1 (tanpa
-
10
pemberian kenikir, ransum kontrol), P1 = 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = 2 g
kenikir dalam 100 g ransum dan P3 = 3 g kenikir dalam 100 g ransum.
Prosedur
Pembuatan Crumble Kenikir (Cosmos caudatus kunth)
Kenikir diberikan dalam bentuk crumble. Crumble dibuat dengan mencampur
tepung kenikir, dedak dan CPO dengan perbandingan 12% : 85% : 3%. Kenikir
dibeli dari Pasar Anyar dilayukan selama 12 jam, kemudian dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 60OC selama 48 jam. Kenikir yang sudah kering digiling di
Laboratorium Industri Pakan, hasil gilingan diayak dengan menggunakan mash
ukuran #8. Tepung kenikir, dedak dan CPO dicampur dan dihomogenkan kemudian
dicetak menjadi crumble.
Gambar 1. Alur Pembuatan Tepung Kenikir
Adaptasi Pergantian Pakan
Pakan diberikan secara ad libitum. Pakan yang diberikan pada hari pertama
penelitian adalah 100% pakan komersil. Hari kedua, pakan diberikan 75% pakan
komersil + 25% pakan perlakuan. Hari ketiga, pakan diberikan 50% pakan komersil
+ 50% pakan perlakuan. Hari keempat, pakan diberikan 25% pakan komersil + 75%
Daun Kenikir
Dikeringkan
Daun Kering
Dilayukan selama 12 jam
Oven suhu 60 OC selama 48 jam
Digiling dan diayak
Tepung Kenikir
-
11
pakan perlakuan. Hari kelima sampai penelitian selesai, pakan diberikan 100% pakan
perlakuan.
Pemberian Air Minum
Air minum diberikan secara ad libitum. Tempat air minum dibersihkan dua
kali dalam sehari, yaitu pada pagi dan sore hari.
Pengukuran Hati dan Organ Pencernaan
Untuk menentukan bobot relatif hati dan organ pencernaan dilakukan
penimbangan bobot badan ayam. Ayam yang diambil sebagai sampel berumur 9
minggu sebanyak 3 ekor/perlakuan. Kemudian dilakukan pembedahan dan
penimbangan bobot organ hati, proventikulus, kantong empedu, rempela, pankreas,
duodenum, jejenum, ileum dan seka. Hasil penimbangan bobot organ tersebut dibagi
dengan bobot badan masing-masing ayam sebelum dipotong, sehingga didapatkan
persen bobot relatif organ hati, proventikulus, empedu, rempela, pankreas,
duodenum, jejenum, ileum dan seka.
Pengukuran Kadar Kolesterol
Data kolesterol karkas diambil pada akhir minggu kesembilan, pada daging
bagian paha bawah kemudian digiling sampai daging hancur dan homogen,
kemudian dianalisa dengan menggunakan metode Liebermen Burchrad (Kliener dan
Dotti, 1962).
Pelaksanaan Penelitian
Ayam kampung yang datang terlebih dahulu diberikan praperlakuan selama
24 jam, agar mengurangi stress akibat perjalanan. Setelah itu ayam kampung
ditimbang untuk mengetahui bobot awal. Kemudian sebanyak 60 ekor ayam
kampung umur 6 minggu dibagi secara acak ke dalam empat perlakuan. Masing-
masing perlakuan terdiri dari tiga ulangan, sehingga ada 12 unit kandang kecil
percobaan dan masing-masing unit kandang kecil terdiri dari 5 ekor ayam kampung.
Pemberian pakan dan air minum diberikan ad libitum. Ayam kampung
ditimbang untuk mengetahui pertambahan bobot badan setiap seminggu sekali, dan
penimbangan pakan sisa untuk mengetahui pakan yang dikonsumsi. Pada akhir
penelitian ternak ayam kampung diambil tiga ekor pada masing-masing unit
-
12
percobaan secara acak untuk dipotong, sehingga jumlah ayam kampung yang
dipotong sebanyak 36 ekor.
Rancangan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 taraf
perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan pakannya sebagai berikut :
P0 = Pakan komersil:dedak 1:1 (tanpa pemberian kenikir, ransum kontrol)
P1 = 1 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung
P2 = 2 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung
P3 = 3 g kenikir dalam 100 g ransum ayam kampung
Model matematis yang digunakan adalahYij = + Ai + Eijk Keterangan :
Yij = Respon percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
= Rataan umum
Ai = Pengaruh perlakuan ke-i
Eij = Galat percobaan pengaruh acak perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam dengan software SPSS versi
13.00. Perlakuan yang memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati
dilakukan uji lanjut least significance deifference LSD.
Peubah yang Diamati
Beberapa peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah :
1. Bobot Badan (g) Penimbangan bobot badan dilakukan pada awal minggu keenam dan pada
akhir minggu kesembilan.Bobot badan diukur dengan menggunakan timbangan
digital satu desimal.
2. Bobot Karkas (g) Bobot karkas adalah bobot tubuh setelah dipotong, dikurangi bulu, kepala,
kaki (shank), alat pencernaan, dan organ-organ tubuh bagian dalam.
3. Kolesterol Karkas (mg/100 g) Kolesterol karkas diukur dari daging paha dengan metode Liebermen
Burchrad. Sebanyak 0,1 g sampel dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge kemudian
ditambahkan campuran alkohol : heksan 3:1 sebanyak 8 ml, dan diaduk hingga
-
13
bercampur dengan baik. Pengaduk dibilas dengan alkohol : heksan 3:1 sebanyak 2 ml
lalu disentrifuge dengan kecepatan 3.000 rpm selama 10 menit. Supernatan
dipindahkan kedalam gelas beker 100 ml dan diuapkan pada penangas air sampai
kering. Residu diuapkan dengan kloroform (sedikit demi sedikit) sambil dituangkan
kedalam tabung berskala (sampai volume 5 ml), ditambahkan 2 ml acetic anhidrida
dan 0.2 ml H2SO4 pekat (pa) sebanyak 2 tetes. Selanjutnya divortex dan disimpan
selama 15 menit didalam ruang gelap selama 25 menit. Lalu dilakukan pembacaan
absorbansinya dengan menggunakann spektrofotometer pada panjang gelombang
420 nm dengan standar yang digunakan = 0,4 mg/ml. Nilai kolesterol diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Absorbans sampel 100
Kolesterol (mg/100g)= x 0,4 x Absorbans standar berat sampel
4. Persentase Karkas (%) Persentase karkas dihitung berdasarkan perbandingan antara bobot karkas
dengan bobot hidup ayam kampung pada akhir penelitian dikalikan 100%.
5. Persentase Bobot Hati (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot hati dengan bobot hidup ayam
kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
6. Persentase Bobot Pankreas (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot pankreas dengan bobot hidup ayam
kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
7. Persentase Bobot Kantong Empedu (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot empedu dengan bobot hidup ayam
kampung dikalikan dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat.
8. Persentase Bobot Rempela (%) Diperoleh dari pembagian antara bobot rempela yang sudah dibuang isinya
dengan bobot hidup ayam kampung dikalikan dengan 100% .
-
14
9. Persentase Bobot Usus Halus (%) Usus yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong.
Diperoleh dari pembagian antara bobot usus dengan bobot hidup ayam kampung
dikalikan dengan 100% .
10. Persentase Bobot Seka (%) Seka yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot kosong.
Diperoleh dari pembagian antara bobot seka dengan bobot hidup ayam kampung
dikalikan dengan 100% .
11. Persentase Bobot Proventrikulus (%) Proventrikulus yang sudah dibersihkan dari isinya ditimbang sebagai bobot
kosong. Diperoleh dari pembagian antara bobot proventikulus dengan bobot hidup
ayam kampung dikalikan dengan 100% .
-
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat Pakan
Kandungan nutrien kenikir yang dianalisis di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan (INTP, Fakultas Peternakan, IPB) tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Nutrient Kenikir (As Feed)
Kandungan Zat Nutrisi Jumlah Bahan Kering (%) 88,38
Abu (%)
10,56
Protein Kasar (%)
22,81
Serat Kasar (%)
22
Lemak Kasar (%) 1,92
Beta-N (%) 31,09
Energi Bruto (kkal/kg)
Saponin (%)
2844,97
2,2
Kenikir mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri.
Saponin bersifat hipokolesterolemik, imunostimulator, dan antikarsinogenik. Sifat
hipokolesterolemik dimulai ketika saponin yang dicerna yang berasal dari makanan
kemudian membentuk molekul besar yang disebut micelles dan bersama garam
empedu secara signifikan mereduksi kolesterol serum dan terjadi peningkatan
ekskresi kolesterol feses dan garam empedu sejalan dengan penghambatan absorbsi
kolesterol.
Pakan sangat dibutuhkan oleh ternak untuk memenuhi kebutuhan zat-zat
makanan yang diperlukan untuk hidup pokok, produksi, reproduksi dan
pertumbuhan. Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan bahan kering, abu, protein
kasar, serat kasar dan lemak kasar relatif sama pada setiap perlakuan. Hasil ini
menjadikan penambahan kenikir tidak mengubah kandungan nutrisi pakan. Hal
tersebut disebabkan level pemberian kenikir yang rendah, yaitu 1%, 2% dan 3% saja.
Namun penambahan CPO pada pembuatan pakan penelitian membuat kandungan
lemak kasar menjadi meningkat.
-
16
Kandungan nutrien pakan diperoleh dari analisis proksimat. Hasil analisis
proksimat pakan penelitian tercantum pada Tabel 2.
Kebutuhan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi untuk ayam
kampung umur 0-8 minggu masing-masing 18%-19%, 4%-5%, 4%-5% dan 2900
kkal/kg. Kebutuhan protein kasar, serat kasar, lemak kasar dan energi untuk ayam
kampung umur 8-12 minggu masing-masing 16%-17%, 4%-5%, 4%-7% dan 2900
kkal/kg (Zainuddin, 2006). Tabel 2 menunjukkan bahwa kandungan nutrisi pakan
yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan ayam kampung menurut Zainuddin
(2006). Rendahnya kadar protein kasar dan tingginya kadar serat kasar disebabkan
pemberian dedak sebesar 50%. Pemberian 50% dedak mengacu pada kondisi di
masyarakat dengan pemeliharaan semi intensif.
Pemberian Kenikir terhadap Bobot Relatif Hati, Pankreas, Rempela dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu
Kabir et al. (2004) mengatakan bahwa perhitungan bobot relatif suatu organ
dilakukan untuk mengetahui fungsi suatu organ. Dalam penelitian ini yang dimaksud
dengan organ pencernaan adalah proventikulus, kantong empedu, pankreas, rempela,
duodenum, jejunum, ileum dan seka. Semua dikonversi dalam persen dari bobot
hidup dan dapat dilihat pada Tabel 3.
Pada Tabel 3 tampak bahwa pemberian kenikir sampai 3% dalam ransum
tidak mempengaruhi bobot relatif organ pencernaan. Bobot organ pencernaan setiap
perlakuan secara keseluruhan masih dalam batas bobot normal. Bobot organ-organ
Tabel 2. Hasil Analisis Proksimat Pakan Penelitian (As Feed)
Perlakuan BK Abu PK SK LK Beta-N Energi Bruto
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (kkal/kg)
P0 86,77 8,41 16,39 10,59 6,56 44,84 2828,64
P1 86,84 8,39 16,42 10,75 6,79 44,49 2855,57
P2 86,92 8,38 16,46 10,91 7,03 44,15 2882,49
P3 87,00 8,36 16,50 11,07 7,26 43,80 2909,42 Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir
dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, LK= Lemak Kasar, Beta-N= Bahan ekstrak tanpa Nitrogen
-
17
dalam tersebut dapat bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan
aktivitas hewan (Ressang, 1984).
Persentase Bobot Hati
Hati merupakan organ tubuh yang paling penting sebagai penyaring zat-zat
makanan sebelum makanan tersebut dialirkan ke seluruh tubuh dan diserap kembali
oleh darah, selain itu hati juga sebagai tempat cadangan glikogen, memproduksi
cairan empedu dan menyaring zat yang bersifat racun. Rataan bobot hati berkisar
(2,18%-3,17%) dan menunjukkan perbedaan. Menurut Putnam (1991) persentase hati
ayam berkisar antara 1,70%-2,80% dari bobot hidup.
Menurut McLelland (1990), hati yang mengalami kelainan diperlihatkan
dengan ukuran hati yang membesar, pembentukan empedu yang gagal dan kadar
lemak yang tinggi. Bobot hati meningkat apabila terdapat benda asing yang masuk ke
dalam tubuh sehingga hati bekerja lebih keras dalam upaya untuk menyerang benda
asing tersebut. Spector (1993) menyatakan bahwa kelainan hati biasanya ditandai
dengan pembengkakan dan penebalan salah satu lobi pada hati dan hal tersebut dapat
menyebabkan peningkatan bobot hati. Saponin yang terkandung dalam pakan
membantu kerja hati dalam detoksifikasi racun dengan menghambat dan membunuh
bakteri penghasil racun di saluran pencernaan, sehingga darah yang membawa
Tabel 3. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Relatif Hati, Pankreas, Rempela dan Organ Pencernaan Ayam Kampung Umur 9 Minggu
Perlakuan
Peubah P0 P1 P2 P3
hati (%) 3,17 0,96 2,37 0,33 2,18 0,42 2,63 0,65
kantong empedu (%) 0,08 0,02 0,06 0,03 0,06 0,05 0,08 0,05
pankreas (%) 0,29 0,01 0,26 0,04 0,29 0,04 0,26 0,02
rempela (%)
proventrikulus (%)
3,08 0,27
0,58 0,08
3,33 0,25
0,61 0,03
3,28 0,39
0,49 0,05
3,15 0,54
0,55 0,11
duodenum (%) 0,81 0,06 0,82 0,16 0,76 0,11 0,69 0,09
jejenum (%) 1,33 0,31 1,04 0,18 1,14 0,11 1,09 0,23
ileum (%) 0,76 0,14 0,71 0,13 0,68 0,09 0,73 0,20
seka (%) 0,50 0,07 0,46 0,04 0,44 0,06 0,42 0,08
Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum
-
18
nutrien yang mengalir dari saluran pencernaan melewati hati sudah tidak
mengandung racun. Saponin merupakan zat yang dapat meningkatkan permeabilitas
membran sehingga terjadi hemolisis sel bakteri. Dinding sel bakteri akan pecah atau
lisis apabila saponin berinteraksi dengan sel bakteri (Robinson, 1995).
Persentase Bobot Proventrikulus
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak
memberikan pengaruh terhadap persentase bobot proventikulus (P>0,05). Rataan
persentase bobot proventikulus yang dihasilkan berkisar antara 0,49%-0,61%.
Pemberian kenikir dalam ransum tidak meningkatkan kerja proventrikulus dalam
mengekskresikan enzim-enzim pencernaan karena adanya zat aktif saponin.
Proventikulus berukuran lebih kecil, jauh lebih tebal dibanding esopagus dengan pH
lebih rendah dan mensekresikan enzim-enzim pencernaan lebih banyak. Disini
berlangsung pencernaan enzimatis (Amrullah, 2004).
Persentase Bobot Kantong Empedu
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak
memberikan pengaruh terhadap persentase bobot kantong empedu (P>0,05). Rataan
persentase bobot kantong empedu yang dihasilkan berkisar antara 0,06%-0,08% dari
bobot hidup.
Pemberian tepung kenikir yang mengandung saponin dalam ransum tidak
berpengaruh terhadap fungsi kerja empedu dalam mengekskresikan kolesterol dan
membentuk emulsi lemak dengan bantuan asam-asam empedu yang disekresikan
oleh hati. Cairan empedu adalah suatu cairan garam berwarna kuning kehijauan yang
mengandung kolesterol, fosfolipid, lesitin serta pigmen empedu. Garam-garam
empedu (garam natrium dan kalium) adalah unsur-unsur terpenting dari cairan
empedu, karena unsur-unsur itulah yang berperan dalam pencernaan dan penyerapan
kolesterol.
Persentase Bobot Pankreas
Bobot pankreas hasil penelitian berkisar 0,26%-0,29% dari bobot hidup, dan
tidak menunjukkan adanya perbedaan antar perlakuan (P>0,05). Bobot pankreas ini
masih berada pada kisaran normal sekitar 0,25%-0,40% dari bobot hidup (Sturkie,
-
19
2000). Salah satu fungsi pankreas adalah menghasilkan enzim-enzim lipolitik,
amilolitik dan proteolitik (Pilliang dan Djojosoebagio, 2006).
Pemberian tepung kenikir yang mengandung saponin dalam ransum tidak
menurunkan fungsi pankreas dalam mensekresikan enzim pencernaan. Organ ini
adalah sebuah kelenjar yang mensekresikan sari cairan yang kemudian masuk ke
dalam duodenum melewati saluran pankreas dimana enzim-enzimnya membantu
pencernaan pati, lemak dan protein.
Persentase Bobot Rempela (Gizzard)
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak
memberikan pengaruh terhadap persentase bobot rempela (P>0,05). Rataan
persentase bobot rempela yang dihasilkan berkisar antara 3,08%-3,33% dari bobot
hidup. Hasil ini lebih tinggi daripada yang dilaporkan Putnam (1991) yaitu 1,6%-
2,3% dari bobot hidup. Amrullah (2004) menyatakan bahwa bobot rempela
dipengaruhi oleh modifikasi ukuran, pengaturan jenis ransum, dan fase pemberian
pakan. Apabila ransum yang diberikan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi,
maka kerja rempela akan semakin berat dan dapat memperbesar ukuran dan bobot
rempela. Dalam hal ini, penambahan dedak dengan konsentrasi yang tinggi sebesar
50% tesebut yang menyebabkan kandungan serat kasar dalam ransum tinggi.
Dedak padi mengandung serat yang sulit untuk dicerna (20% atau lebih
silika). Bila dedak padi mengandung banyak kulit, maka kadar protein berkurang dan
kadar serat kasarnya bertambah.
Persentase Bobot Usus Halus dan Seka
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian kenikir tidak
memberikan pengaruh terhadap persentase bobot usus halus dan seka (P>0,05).
Rataan persentase bobot duodenum yang dihasilkan berkisar antara 0,69%-
0,82% dari bobot hidup. Rataan persentase bobot jejunum yang dihasilkan berkisar
antara 1,04%-1,33% dari bobot hidup. Rataan persentase bobot ileum yang
dihasilkan berkisar antara 0,68%-0,76% dari bobot hidup. Amrullah (2004)
menyatakan bahwa perubahan usus yang semakin berat dan panjang diikuti juga
dengan jumlah vili usus dan kemampuan sekresi enzim-enzim pencernaan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, diduga bahwa pemberian kenikir tidak
menyebabkan adanya gangguan fungsi usus halus dalam penyerapan nutrisi. Daya
-
20
serap nutrisi pada usus halus dipengaruhi oleh luas permukaan bagian usus halus
(lipatan, vili, dan mikrovili) (Ensminger, 1992).
Rataan persentase bobot seka yang dihasilkan berkisar antara 0,42%-0,50%
dari bobot hidup. Pemberian kenikir tidak mempengaruhi bobot seka ayam kampung.
Menurut Zubair et al. (1996) bahwa seka mempunyai fungsi yang beragam
diantaranya mendegradasi serat (selulosa) dengan bantuan mikroorganisme, sintesis
vitamin dengan bantuan mikroorganisme dan meningkatkan respon imunologi ayam
kampung yang mengakibatkan meningkatnya bobot organ tersebut.
Pemberian Kenikir terhadap Bobot Badan Akhir, Bobot Karkas dan Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu
Bobot badan akhir, bobot karkas, persentase karkas dan kadar kolesterol pada
ayam kampung setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
Bobot Badan Akhir
Salah satu dari ukuran keberhasilan suatu usaha peternakan adalah bobot
badan akhir karena akan menentukan harga jual ternak yang juga akan
mempengaruhi pendapatan peternak.
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa semua perlakuan menunjukkan pengaruh
yang tidak signifikan (P>0,05) terhadap bobot badan akhir ayam kampung.
Perlakuan P3 (pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum) memperlihatkan
nilai bobot badan akhir yang lebih tinggi 720,0527,84g/ekor dengan standar deviasi
yang rendah diantara perlakuan P1, P2 dan P3. Ditinjau dari segi biologis, hal ini
Tabel 4. Pengaruh Pemberian Kenikir Terhadap Bobot Akhir, Bobot Karkas dan Kadar Kolesterol Ayam Kampung Umur 9 Minggu
Peubah Perlakuan
P0 P1 P2 P3
Bobot akhir(g/ekor)
Bobot karkas (g)
Persentase karkas (%)
Kolesterol karkas (mg/100 g)
742,3737,70
466,056,51
62,634,47
38,140,81c
713,3636,60
430,6745,79
60,598,44
34,980,38b
673,6514,08
384,017,69
56,992,11
32,160,42a
720,0527,84
444,3353,46
61,707,12
31,861,17a
Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum Nilai dengan superskrip yang berbeda pada baris yang sama dari masing-masing peubah, berbeda nyata (P
-
21
dapat disebabkan oleh saponin dalam kenikir sebagai senyawa antibakteri. Menurut
Robinson (1995), saponin dalam konsentrasi rendah mampu menghambat
pertumbuhan bakteri patogen, sehingga penyerapan zat-zat makanan menjadi lebih
sempurna dan saluran pencernaan ayam kampung dapat bekerja secara optimal.
Bobot Karkas dan Persentase Karkas
Kecepatan pertumbuhan merupakan faktor yang penting dalam menilai mutu
suatu ransum yang dimanfaatkan oleh seekor ayam, akan tetapi pada akhirnya yang
lebih penting lagi adalah berapa banyak daging dapat dihasilkan dari sejumlah
ransum yang dikonsumsi itu. Persentase bobot karkas merupakan gambaran dari
produksi daging seekor ternak.
Pemberian kenikir seperti yang tertera pada Tabel 4 memperlihatkan
pengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap bobot karkas dan persentase karkas. Namun
demikian bobot karkas dan persentase karkas tertinggi dicapai oleh perlakuan P3
(penambahan kenikir 3%) sebesar 444,3353,46g/ekor dan 61,707,12%. Bobot
karkas dan persentase terendah diperoleh pada perlakuan P2 (pakan mengandung 2 g
kenikir dalam 100 g ransum) yaitu sebesar 384,017,69 g dan 56,992,11%.
Persentase bobot karkas cenderung semakin kecil dengan semakin rendahnya bobot
badan akhir sedangkan semakin tinggi bobot badan maka semakin besar pula
persentase karkas yang diperoleh. Data ini mengindikasikan bahwa penambahan
kenikir cenderung mengurangi pemanfaatan bahan makanan untuk pertumbuhan
bulu, kaki dan kepala ayam dimana bagian tersebut dihilangkan untuk mendapat
karkas.
Koleterol Karkas
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan kenikir memberikan
pengaruh yang signifikan (P
-
22
mengandung 1 g kenikir dalam 100 g ransum) dan perlakuan P2 (pakan mengandung
2 g kenikir dalam 100 g ransum).
Penurunan kolesterol karkas pada perlakuan P3 yang cukup besar dikarenakan
penambahan kenikir yang mengandung saponin. Saponin mampu menurunkan
konsentrasi kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi
kolesterol karena interaksi saponin dengan kolesterol merupakan kompleks yang
tidak larut. Saponin dapat menghambat pembentukan micelle di usus tempat
terjadinya penyerapan asam empedu yang salah satu fungsinya untuk melarutkan
kolesterol melalui saluran empedu ke dalam usus, sehingga pada akhirnya kolesterol
tubuh menurun. Ukurannya yang besar sehingga tidak dapat diserap oleh saluran
pencernaan dan langsung dikeluarkan melalui feses (Francis et al, 2002).
Keterangan : P0 = Pakan kontrol tanpa pemberian kenikir, P1 = Pakan mengandung 1 g
kenikir dalam 100 g ransum, P2 = Pakan mengandung 2 g kenikir dalam 100 g ransum, P3 = Pakan mengandung 3 g kenikir dalam 100 g ransum
Gambar 2. Kadar kolesterol ayam kampung umur 9 minggu yang diberi kenikir
Proses pencernaan lemak pada ternak nonruminansia dimulai di usus halus oleh
lipase pankreas dan garam empedu. Trigliserida didehidrogenasi menjadi asam
lemak bebas, 2-monigliserida dan gliserol. Monigliserida dan asam lemak serta
garam empedu membentuk micelle untuk dapat diserap melalui brush border pada
dinding usus halus. Walaupun garam empedu dipakai pada pembentukan micelle,
ternyata diserap tidak dalam waktu yang sama dengan penyerapan lemak. Garam
empedu diserap di daerah ileum sedangkan micelle (lemak) diserap di duodenum dan
28
30
32
34
36
38
40
P0 P1 P2 P3
Kandungan Kolesterol
Karkas (mg/100g)
Perlakuan
34,980,38b
32,160,42a
38,140,81c
31,861,17a
-
23
jejunum bagian atas. Gliserol dan asam lemak rantai pendek diserap langsung dan
tersalurkan melewati vena portal. Micelle yang terserap selanjutnya mengalami
pemecahan lagi menjadi asam lemak yang rantainya 10 dan 2-monogliserida. Melalui
jalur monogliserida zat ini diresintesis lagi di usus halus menjadi trigliserida.
Sebelum melalui membran basal untuk diteruskan ke sistem limphatikus, dibentuk
kilomikron yang merupakan gabungan trigliserida (86%), protein, kolesterol,
phospholipida dan vitamin larut lemak. Bentuk ini disebut Low Density Lipoprotein
yang merupakan bentuk transportasi lemak dalam tubuh (Mayes, 2003).
Penelitian tentang penggunaan senyawa saponin atau tanin dari bahan tanaman
untuk menurunkan kolesterol juga telah banyak dilaporkan. Dong et al. (2007)
melaporkan bahwa pemberian polysavone (ekstrak alfafa), yang merupakan senyawa
sejenis saponin, efektif mengurangi deposisi lemak abdominal dan meningkatkan
imunitas tanpa berpengaruh negatif terhadap performa ayam broiler. Mekanisme
kerja tanin atau saponin dalam menurunkan kolesterol diketahui melalui beberapa
cara antara lain dengan menghambat absorpsi kolesterol atau dengan meningkatkan
ekresi kolesterol melalui feses.
-
24
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemberian kenikir sampai
level 3% tidak berpengaruh terhadap persentase organ hati, proventikulus, empedu,
rempela, pankreas, duodenum, jejenum, ileum, seka dan bobot karkas tetapi efektif
menurunkan kolesterol karkas.
Saran
Perlu dilakukan penelitian dengan taraf pemberian kenikir yang lebih tinggi
utuk mengetahui efektivitas kenikir terhadap bobot karkas dan kualitas daging ayam
kampung.
-
25
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas berkat
dan kuasa-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Rasa syukur disampaikan
karena dalam penyusunan skripsi ini, penulis dapat menyelesaikannya sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Rita Mutia, M.Agr. dan Dr. Ir.
Didid Diapari, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan
waktunya untuk memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam
pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga
penulis haturkan kepada Prof. Dr. Ir. Iman Rahayu HS, MS. dan Dr. Ir. Asep
Sudarman, M.Rur.Sc. yang telah bersedia menjadi penguji sidang serta Dr. Sri
Suharti, S.Pt. M.Sc dan Ir. Dwi Margi Suci, MS selaku panitia sidang yang telah
banyak memberikan masukan, saran dan pemahaman dalam penyelesaian skripi ini.
Ucapak terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda tercinta Acun Rifai
dan Ibunda Suhaemi atas segala doa, dukungan, semangat dan pengorbanannya.
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada suamiku tercinta Angga Pramitha dan
adikku Leo Rifai yang terus memberikan semangat bagi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan satu penelitian Wesley
Maylander Siagian atas kerjasama selama penelitian. Terima kasih kepada teman-
teman INTP 44 dan IPB atas kebersamaan yang telah tercipta, semoga tali
silaturahmi kita tetap terjalin.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah menjadi
bagian dari perjalanan selama jadi mahasiswa Fakultas Peternakan, IPB atas segala
dukungan dan sarannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2013
Penulis
-
26
DAFTAR PUSTAKA
Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Seri Beternak Mandiri. Lembaga Satu Gunungbudi. Bogor.
Arief, D. A. 2000. Evaluasi ransum yang menggunakan kombinasi pollard dan duckweed terhadap persentase berat karkas, bulu, organ dalam, lemak abdominal, panjang usus dan sekum ayam kampung. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Cahyono, B. 2002.Ayam Buras Pedaging.Cetakan ke-6. Penebar Swadaya, Jakarta. Dalcon. 2001. The phytogenik solution for a profitable poultry fattening.
http//www.delcon.com. [28 Januari 2012]. Daud, M. 2005. Performan dan kualitas karkas ayam pedaging yang diberi probiotik
dan prebiotik dalam ransum. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Diwyanto, K., H. Resnawati, M. Sabrani, & Sumarni. 1979. Evaluasi produksi daging dan ayam jantan final stock tipe dwiguna. Proceding Seminar Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Lembaga Penelitian Peternakan, Bogor.
Dong, X. F., W. W. Gao, J. M. Tong, H. Q. Jia, R. N. Sa, & Q. Zhang. 2007. Effect of polysavone (Alfalfa extract) on abdominal fat deposition and immunity in broiler chickens. Poult. Sci. 76 :236-241.
Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science (Animal Agriculture Series). 3rd Edition. Interstate Publishers, Inc. Danville, Illinois.
Francis, G., Z. Kerem, H. P. S. Makkar, & K. Becker. 2002. The Biological action of saponins in animal system. British Journal of Nutrition. 3: 400-405.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Edisi ke-4. Terjemahan: Srigandono B, Praseno K. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Fuglie, L. 2001. The Miracle Tree: The Multiple Attributes of Moringa. Dakar, Senegal.
Gillespie, R. J. 2004. Modern Livestock and Poultry Production.7th Edition.Inc. Thomson Lerning, Washington D.C.
Harborne, J. B. 1998. Phytochemical Methods: A Guide to Modern Technique on Plant Analysis. 3rd Edition. Kluwer Academic Publishers, New York.
Kabir, S. M. L, M. M. Rahman, & M. B. Rahman. 2004. The dynamic of probiotics on growth performance and immune respone in broiler. J. Anim. Sci. 79: 112-118.
Kliener, I. S., & L. B. Dotti. 1962. Laboratory Instruction in Biochemistry. 6th Edition. Mosby, New York.
Leeson, S. & J. D. Summers. 2001. Commercial Poultry Nutrition. 4th Edition. University Books. Guelph, Ontario.
-
27
Lotulung, P. D. N., Minarti, & L. B. S. Kardono. 2005. Penapisan Aktivitas Antibakteri, Antioksidan dan Toksisitas Terhadap Larva Udang Artemia salina EkstrakTumbuhan Asteraceae, Abstrak, Pusat Penelitian Kimia LIPI.
Mansjoer, S. S. 1985. Pengkajian sifat-sifat produksi ayam kampung serta persilangannya dengan ayam Rhode Island Red. Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Mayes, P. A., R. K. Murray, D. K. Granner, & V. W Rodwell. 1997. Biokimia Harper. 24th Edition. Terjemahan: Hartono, A. Penerbit Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Mc Donald, P., R. A. Edwards, J. F. D. Greenhalg, & C.A. Morga. 2002. Animal Nutrition. 6th Edition. Imprint Pearson Education Prontice Hill. Harlow, England.
McLelland, J. 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy.Wolfe Publishing Ltd. London, England.
Muchtadi, D., N. S. Palupi, & M. Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Nabib, R. 1987. Patologi Khusus Veteriner. Edisi Ke-3. Bagian Patologi Fakultas Kedokteran Hewan. FKH IPB, Bogor.
Nesheim, M. C., R. E. Austic, & L. E. Card. 1979. Poultry Production. 8th Edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
Nickel, R. A., Schummer, E. Seiferle, W. G. Siller, & P. H. L. Wight. 1977. Anatomy of Domestic Bird. Verlag Paul Parey, Berlin.
North, M. O. & D. D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Chapman and Hall, New York.
Piliang, W. G. & S. Djojosoebagio. 2006. Fisiologi Nutrisi .Volume ke-1. Institut Pertanian Bogor (IPB)-Press, Bogor.
Prilajuarti, A. 1990.Produksi dan Kualitas Telur A yam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Putnam P. A. 1991. Handbook of Animal Science. CAB International, London. Rasdi, N. H., O. Samah, A. Sule & Q. U. Ahmed. 2010. Antimicrobial studies of
Cosmos caudatus kunth (Compositae). J. Med. Plant. Res. 4(8): 669-673. Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Percetakan Bali, Bali.
Retnoadiati, N. 2001. Persentase berat karkas, organ dalam dan lemak abdomen ayam broiler yang diberi ransum berbahan baku tepung kadal (Mabouya multifacaata Kuhl). Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tingkat Tinggi, Edisi Ke-6. Terjemahan: K. Padmawinata. Institut Teknologi Bandung Press, Bandung.
Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Prees, Yogyakarta.
-
28
Spector, W. G. 1993. Pengantar Patologi Umum. Terjemahan. Edisi ke-3. Gadjah Mada University Prees, Yogyakarta.
Steenis, C. G. 1978. Flora. P.T. Pradnya Paramita, Jakarta.
Sturkie, P. D. & P. Griminger. 1976. Blood: Physical Characteristics, Formed Elements, Hemoglobin and Coagulation. Dalam: Sturkie, P.D (Editor). Avian Physiology. Heidelberg, Berlin.
Sturkie, P. D. 2000. Avian Physiology. Edisi ke-15. Spinger-Verlag, New York.
Suprijatna, E. , U.Atmomarsono, & R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sutardi. 1997. Peluang dan Tantangan Pengembangan Ilmu-ilmu Nutrisi Ternak. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Nutrisi Ternak. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsuhidayat, S. S & J. R. Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ke-2. Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Tillman, A. D., H. Hartadi , S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, & S. Lebdosoekodjo. 1986. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan Spermatophyta. Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Zainuddin, D. 2006. Teknik penyusunan ransum dan kebutuhan gizi ayam lokal.Kerjasama Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Zubair A. K., C. W. Fersberg, & S. Leeson. 1996. Effect of Dietary Fat, Fiber and Monensin on Caecal Activity in Turkeys. Poult. Sci. 29: 124-131.
-
29
LAMPIRAN
-
30
Lampiran 1. Analisis ragam bobot akhir
Lampiran 2 Analisis ragam bobot karkas
ANOVA
10834.917 3 3611.639 1.707 .24216923.333 8 2115.41727758.250 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 466.0000 56.50664 32.62412 325.6297 606.3703 423.00 530.003 430.6667 45.79665 26.44071 316.9015 544.4319 394.00 482.003 384.0000 17.69181 10.21437 340.0511 427.9489 368.00 403.003 444.3333 53.46338 30.86710 311.5229 577.1437 386.00 491.00
12 431.2500 50.23422 14.50137 399.3327 463.1673 368.00 530.00
P0P1P2P3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
7376.380 3 2458.793 2.633 .1227469.341 8 933.668
14845.721 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 742.3667 37.70120 21.76680 648.7117 836.0216 719.46 785.883 713.3600 36.60269 21.13258 622.4339 804.2861 686.94 755.143 673.6533 14.08137 8.12988 638.6733 708.6334 659.46 687.623 720.0533 27.84328 16.07532 650.8868 789.2199 699.78 751.80
12 712.3583 36.73705 10.60507 689.0167 735.6999 659.46 785.88
P0P1P2P3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah bawahInterval atas
95% interval dari rataan
Minimum Maximum
-
31
Lampiran 3 Ananlisis ragam persentase karkas
Lampiran 4 Analisis ragam persentase hati
ANOVA
1.650 3 .550 1.361 .3223.232 8 .4044.882 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 3.16767 .957948 .553072 .78799 5.54734 2.286 4.1873 2.37333 .328026 .189386 1.55847 3.18820 2.074 2.7243 2.18000 .415484 .239880 1.14788 3.21212 1.837 2.6423 2.62667 .646735 .373393 1.02009 4.23325 2.123 3.356
12 2.58692 .666229 .192324 2.16362 3.01022 1.837 4.187
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
54.821 3 18.274 .499 .693292.804 8 36.600347.625 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 62.63300 4.468286 2.579766 51.53316 73.73284 58.607 67.4403 60.59621 8.439406 4.872494 39.63156 81.56085 52.176 69.0543 56.99721 2.109700 1.218036 51.75642 62.23799 54.609 58.6083 61.70271 7.124737 4.113469 44.00388 79.40154 55.160 69.294
12 60.48228 5.621590 1.622813 56.91049 64.05407 52.176 69.294
R0R1R2R3Total
ulangann rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
-
32
Lampiran 5 Analisis ragam persentase proventikulus
Lampiran 6 Analisis ragam persentase empedu
ANOVA
.001 3 .000 .198 .895
.015 8 .002
.016 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .07700 .017349 .010017 .03390 .12010 .062 .0963 .05867 .026558 .015333 -.00731 .12464 .028 .0743 .06600 .048508 .028006 -.05450 .18650 .017 .1143 .08367 .064632 .037315 -.07689 .24422 .035 .157
12 .07133 .038367 .011076 .04696 .09571 .017 .157
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
.022 3 .007 1.278 .346
.045 8 .006
.067 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .58200 .079542 .045924 .38441 .77959 .495 .6513 .60567 .033005 .019055 .52368 .68766 .569 .6333 .49300 .051264 .029597 .36565 .62035 .445 .5473 .54667 .111733 .064509 .26911 .82423 .431 .654
12 .55683 .077838 .022470 .50738 .60629 .431 .654
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
-
33
Lampiran 7 Analisis ragam persentase pankreas
Lampiran 8 Analisis ragam persentase rempela
3 3.07633 .273396 .157845 2.39718 3.75549 2.761 3.2473 3.33100 .249241 .143899 2.71185 3.95015 3.120 3.6063 3.28500 .391198 .225858 2.31321 4.25679 2.865 3.6393 3.14933 .542517 .313222 1.80165 4.49702 2.526 3.515
12 3.21042 .342967 .099006 2.99251 3.42833 2.526 3.639
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
.002 3 .001 .872 .495
.007 8 .001
.010 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .29567 .013051 .007535 .26325 .32809 .282 .3083 .26500 .037987 .021932 .17064 .35936 .222 .2943 .28900 .039887 .023029 .18991 .38809 .243 .3143 .26333 .023288 .013445 .20548 .32118 .247 .290
12 .27825 .030067 .008680 .25915 .29735 .222 .314
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
-
34
Lampiran 9 Analisis ragam persentase duodenum
Lampiran 10 Analisis ragam persentase jejunum
3 1.33233 .311856 .180050 .55764 2.10703 1.063 1.6743 1.03733 .178763 .103209 .59326 1.48141 .887 1.2353 1.14500 .108807 .062820 .87471 1.41529 1.058 1.2673 1.09233 .231595 .133712 .51702 1.66765 .857 1.320
12 1.15175 .220990 .063794 1.01134 1.29216 .857 1.674
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
.031 3 .010 .854 .503
.096 8 .012
.126 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .80800 .056710 .032741 .66713 .94887 .744 .8523 .82367 .156033 .090086 .43606 1.21127 .654 .9613 .76133 .106350 .061401 .49715 1.02552 .695 .8843 .69367 .094744 .054700 .45831 .92902 .609 .796
12 .77167 .107171 .030938 .70357 .83976 .609 .961
R0R1R2R3Total
ulangan Rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
.125 3 .042 .286 .8341.168 8 .1461.294 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
-
35
Lampiran 11 Analisis ragam persentase ileum
Lampiran 12 Analisis ragam persentase seka
ANOVA
.009 3 .003 .143 .931
.174 8 .022
.183 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .75567 .144500 .083427 .39671 1.11463 .627 .9123 .71133 .131081 .075680 .38571 1.03696 .583 .8453 .67900 .088792 .051264 .45843 .89957 .619 .7813 .72900 .202527 .116929 .22590 1.23210 .545 .946
12 .71875 .129065 .037258 .63675 .80075 .545 .946
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
ANOVA
.148 3 .049 1.012 .436
.389 8 .049
.537 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
-
36
Lampiran 13 Analisis ragam kadar kolesterol
ANOVA
51.524 3 17.175 29.464 .0032.332 4 .583
53.856 7
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
i
2 38.13850 .809637 .572500 30.86420 45.41280 37.566 38.7112 34.98900 .379009 .268000 31.58374 38.39426 34.721 35.2572 32.15800 .415779 .294000 28.42238 35.89362 31.864 32.4522 31.85750 1.166019 .824500 21.38123 42.33377 31.033 32.6828 34.28575 2.773743 .980666 31.96684 36.60466 31.033 38.711
P0P1P2P3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataanr
Minimum Maximum
ANOVA
.013 3 .004 .976 .451
.035 8 .004
.047 11
perlakuanerror Total
JK db KT F Sig.
3 .50433 .075142 .043383 .31767 .69100 .432 .5823 .46333 .039552 .022835 .36508 .56159 .440 .5093 .43667 .064439 .037204 .27659 .59674 .377 .5053 .41767 .077371 .044670 .22547 .60987 .372 .507
12 .45550 .065640 .018949 .41379 .49721 .372 .582
R0R1R2R3Total
ulangan rataan Std. Deviasi Std. Error Interval bawah Interval atas
95% Interval dari rataan
Minimum Maximum
-
37
Kadarkolesterol
3.149500 * .763484 .048 .04147 6.257535.980500 * .763484 .005 2.87247 9.088536.281000 * .763484 .004 3.17297 9.38903-3.149500* .763484 .048 -6.25753 -.041472.831000 .763484 .067 -.27703 5.939033.131500 * .763484 .049 .02347 6.23953-5.980500* .763484 .005 -9.08853 -2.87247-2.831000 .763484 .067 -5.93903 .27703
.300500 .763484 .977 -2.80753 3.40853-6.281000* .763484 .004 -9.38903 -3.17297-3.131500* .763484 .049 -6.23953 -.02347-.300500 .763484 .977 -3.40853 2.80753
(J) ulanganP1P2P3P0P2P3P0P1P3P0P1P2
(I) perlakuan P0
P1
P2
P3
LSD
rataan
(I-J) Std. Error Sig. Interval bawah Interval atas Interval
Rataan menunjukkan berbeda nyata (P