KONSISTENSI HARIAN KOMPAS
DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN BAHASA
JURNALISTIK
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
HANA FUTARI
NIM: 1112051100024
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H/2017 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Maret 2017
Hana Futari
i
ABSTRAK
Hana Futari
Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik
Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam berita di surat kabar.
Selain untuk menyampaikan informasi, bahasa juga memiliki fungsi edukasi kepada masyarakat. Dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar media
cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia. Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa, informasi yang disampaikan oleh media tidak tersampaikan dengan baik.
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Bahasa
jurnalistik memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dipatuhi dalam menulis berita. Sebagai media cetak dengan jumlah pembaca 2.000.000 jiwa, Harian Kompas memiliki pengaruh besar dalam penyebaran bahasa tulis. Apabila Harian
Kompas terbukti melanggar pedoman bahasa jurnalistik berarti pembaca harian tersebut terbohongi dari segi bahasa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan mayor dan minor. Pertanyaan mayornya bagaimana penggunaan bahasa jurnalistik pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas? Pertanyaan minornya pedoman
apakah yang digunakan Harian Kompas dalam penulisan berita? Kemudian Apabila terdapat pelanggaran bahasa jurnalistik, mengapa masih terdapat
pelanggaran terhadap pedoman bahasa jurnalistik? Paradigma penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan
pendekatan kualitatif. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10
pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Metode penelitian menggunakan analisis 10 pedoman bahasa jurnalistik
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hasil dari penelitian ini menunjukkan, dari 114 kalimat dari berita Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan yang diteliti, terdapat 59 kalimat yang melanggar
pedoman bahasa jurnalistik. Ini berarti, Harian Kompas khususnya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak konsisten dalam mengimplementasikan bahasa
jurnalistik pada penulisan berita. Hal menarik dari penelitian ini, Harian Kompas menyatakan bahwa
stylebook yang digunakan Harian Kompas relevan dengan 10 pedoman bahasa
jurnalistik PWI, namun dalam penulisan berita masih ditemukan pelanggaran-pelanggaran. Mengenai pelanggaran-pelanggaran tersebut, Harian Kompas
menjelaskan pelanggaran masih dilakukan dengan alasan untuk mempertegas kalimat dalam berita dan membuat berita menjadi lebih dimengerti pembaca. Kata kunci: bahasa jurnalistik, surat kabar, Persatuan Wartawan Indonesia, Harian
Kompas, pendidikan dan kebudayaan.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang tak pernah
henti melimpahkan rahmat, serta taufik dan hidayah-Nya sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Tidak lupa Shalawat serta salam
penulis junjungkan kepada nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillahi rabbil’alamin penulis ucapkan, akhirnya skripsi yang
berjudul “Konsistensi Harian Kompas dalam Mengimplementasikan
Bahasa Jurnalistik” ini terselesaikan. Dalam kesempatan ini, secara
khusus peneliti ingin menyampaikan ucapan terimaksih yang tak terhingga
kepada kedua orangtua peneliti, Ibunda R.Rinna Sufarina dan Ayahanda
Drs. Moh. Husen Susanto yang telah memperjuangkan pendidikan,
memberikan kasih sayang serta memanjatkan untaian doa yang tak pernah
putus untuk anak-anaknya. Semoga mereka selalu diberikan kesehatan dan
selalu dalam lindungan Allah SWT.
Peneliti menyadari dalam penyelesaian skripsi ini, banyak bantuan
dan dorongan semangat dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta,
Dr. H. Arief Subhan, M.A. Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr.
Suparto, M.Ed, Ph.D. Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum,
Dr.Roudhonah, M.Ag. Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Dr. Suhaimi, M.Si.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si dan Sekretaris,
Dra. Hj Musfirah Nurlaily, M.A yang banyak memberikan
iii
kemudahan, masukan, dan solusi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing skripsi, Drs. Helmi Hidayat, M.A yang telah
berkenan meluangkan waktu, memberi arahan dan sangat sabar
dalam membimbing peneliti sehingga skripsi ini selesai dengan
baik dan bermanfaat.
4. Narasumber penelitian, Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas, Nasrullah Nara atas bantuannya dalam
melengkapi syarat penelitian ini.
5. Segenap Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat kepada
peneliti sejak awal perkuliahan hingga selesai.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah membantu peneliti mengurus administrasi
selama perkuliahan dan penelitian skripsi.
7. Kakak-kakak kandung, Lia Aprilia, Muhamad Dhany Hambali dan
Moch. Fuji Hanafi yang selalu memberikan kasih sayang serta
dukungan kepada peneliti.
8. Sahabat sejak SMP hingga saat ini Theresia Novita Dwi
Puspitasari yang telah menemani, membantu, dan memotivasi
peneliti sekaligus menjadi kompetitor peneliti dalam
menyelesaikan skripsi. Selamat telah lulus terlebih dahulu sebelum
peneliti menyelesaikan skripsi.
9. Teman-teman dekat peneliti, Deby Novia, Rista Dwi Septiani dan
Corri Prestita Ishaya yang telah berbagi ilmu, motivasi, inspirasi
serta hiburan kepada peneliti. Semoga tali silaturahmi kami tetap
terjalin.
10. Seluruh staf Seeties Indonesia yang telah memberikan kesempatan
peneliti mendapatkan pengalaman internship di bidang mobile
iv
application selama tiga bulan dan untuk teman-teman sesama
internshiper Azmy, Fadelia, Syifa, Hilya, Tofik, dan Andre.
11. Seluruh teman-teman Jurnalistik A 2012 (JKA27). Semoga tali
silaturhmi di antara kami tidak putus walaupun sudah tidak berada
dalam satu kelas.
12. Teman-teman Jurnalistik 2012, Azmy, Eva, Kak Rahma, Lilis,
Qori, dan kawan-kawan yang tidak bisa penulis sebutkan satu per
satu. Kalian bukan hanya sekedar teman tetapi juga keluarga.
Semoga dimanapun kalian berada, kalian sukses dengan jalan
masing-masing
13. Semua pihak yang telah memberi kontribusi dalam penyelesaian
skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu, namun
hal ini tidak mengurangi rasa hormat dan ucapan terimakasih
peneliti.
Akhir kata, peneliti hanya dapat mengucapkan terimakasih atas
bantuan mereka dan semoga bantuan yang telah diberikan kepada peneliti,
baik berupa dukungan ilmu, dan doa mendapat balasan yang setimpal dari
Allah SWT. Peneliti menyadari skripsi ini masih belum mencapai
kesempurnaan, namun peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak, khususnya mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 22 Maret 2017
Hana Futari
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah ................................................................ 4
2. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis ............................................................. 5
2. Manfaat Praktis .................................................................. 5
E. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian .......................................................... 6
2. Pendekatan Penelitian ........................................................ 7
3. Metodologi Penelitian ........................................................ 7
4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 8
vi
5. Teknik Analisis Data .......................................................... 9
6. Subjek dan Objek Penlitian .............................................. 10
7. Waktu dan Tempat Penelitian .......................................... 10
F. Tinjauan Pustaka .................................................................. 10
G. Sistematika Penulisan .......................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Ruang Lingkup Bahasa
1. Bahasa .............................................................................. 13
2. Fungsi Bahasa .................................................................. 15
B. Bahasa Jurnalistik
1. Pengertian Bahasa Jurnalistik .......................................... 18
2. Pedoman Bahasa Jurnalistik ............................................ 21
3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik ...................................... 24
4. Fungsi Paragraf Jurnalistik .............................................. 30
C. Media Massa Cetak
1. Pengertian Media Massa Cetak ........................................ 31
2. Surat Kabar ...................................................................... 32
3. Karakteristik Surat Kabar ................................................. 34
4. Spesifikasi Surat Kabar .................................................... 34
5. Pengertian Berita .............................................................. 35
vii
6. Komposisi Berita ............................................................. 38
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis .............................. 40
B. Profil Harian Kompas
1. Profil dan Sejarah Harian Kompas.................................... 43
2. Visi Kompas ..................................................................... 44
3. Misi Kompas .................................................................... 46
C. Profil Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan .......................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Bahasa Jurnalistik Pada Berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Edisi Juli 2016 ................................................ 49
1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I ............................... 50
2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II ............................. 64
3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III ............................ 78
4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV ............................ 95
B. Temuan Kesalahan Kalimat pada Berita ............................ 109
C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas ............................................. 123
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................ 128
B. Saran ................................................................................... 130
viii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 132
LAMPIRAN ............................................................................................ 136
ix
DAFTAR TABEL
1. Tabel I Judul berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016 di
Harian Kompas ............................................................................ 49
2. Tabel II Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 50
3. Tabel III Analisis bahasa jurnalistik berita II Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 2 Juli 2016 .............................................................. 64
4. Tabel IV Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 4 Juli 2016 .............................................................. 78
5. Tabel V Analisis bahasa jurnalistik berita Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan 1 Juli 2016 .............................................................. 95
6. Tabel VI Temuan Kesalahan pada Kalimat Berita .................... 109
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 5 Transkrip Wawancara Penelitian
Lampiran 6 Dokumentasi Wawancara
Lampiran 7 Dokumentasi Teks Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli
2016 Harian Kompas
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Surat kabar sebagai media cetak sangat mengandalkan kualitas tulisan dan
penggunaan bahasa untuk menyampaikan informasi. Dalam surat kabar, bahasa
merupakan hal yang sangat penting. Selain untuk menyampaikan informasi,
bahasa memiliki fungsi edukasi untuk pembaca. Melalui bahasa yang digunakan,
pembaca dapat mengetahui bahasa yang benar dan yang seharusnya digunakan.
Ini karena apa yang dibaca akan diserap dan menjadi kosakata yang akan
digunakan oleh pembaca tersebut. Selain itu, dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar media cetak turut andil dalam menjaga tatanan Bahasa Indonesia.
Bahkan, penggunaan bahasa dapat mencerminkan kredibilitas dari media cetak.
Apabila media cetak tidak mengindahkan bahasa jurnalistik, informasi
yang disampaikan oleh media tersebut tidak tersampaikan dengan baik kepada
seluruh kalangan masyarakat. Tidak semua masyarakat memahami apa yang
disampaikan oleh surat kabar tersebut sehingga dapat menyebabkan multitafsir.
Selain itu, jika surat kabar tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar, salah
satu fungsi edukasi pada media berkurang. Padahal, media merupakan sesuatu
yang dilihat dan menjadi model bagi masyarakat. Jika media sebagai model bagi
2
masyarakat tidak turut andil dalam menjaga tatanan bahasa, bagaimana
masyarakat bisa menerapkan penggunaan bahasa yang baik dan benar. Maka dari
itu, media sebagai model untuk masyarakat harus turut andil dalam menjaga
tatanan bahasa yang baik dan benar.
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia dan
Komposisi, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang terdapat
dalam media cetak. Dengan fungsi tersebut, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan
mudah dipahami oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga
sebagian besar masyarakat dapat menikmati isi dari informasi yang disampaikan.
Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah patuh pada norma-
norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar dan
pilihan kata yang cocok.1
Sementara itu, AS Haris Sumadiria dalam buku Bahasa Jurnalistik
Indonesia mengemukakan 17 ciri utama bahasa jurnalistik yakni sederhana,
singkat, padat, lugas, jelas, jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal,
menghindari kata tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan diksi yang
tepat, mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis dan
tunduk kepada kadah etika.2
Sedangkan Kunjana Rahardi dalam buku Asyik Berbahasa Jurnalistik
menyebutkan terdapat lima ciri bahasa jurnalistik yakni komunikatif, spesifik,
hemat kata, jelas makna dan tidak mubazir dan tidak klise.3 Ciri-ciri bahasa
1 Rosihan Anwar, Jurnalistik Indonesia dan Komposisi (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), h.4.
2 Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.17-20.
3 Kunjana Rahardi, Asyik Berbahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Santusta, 2006), h. 18.
3
jurnalistik tersebut harus dipatuhi oleh surat kabar dalam menyampaikan
informasi karena surat kabar dalam menyampaikan informasinya melalui tulisan
dan dibaca oleh semua kalangan masyarkat. Dengan demikian, bahasa harus
dimengerti oleh semua pembaca. Selain itu, faktor pengetahuan bahasa setiap
orang berbeda-beda karena itu harus diberlakukannya bahasa jurnalistik.
Dalam penggunaan bahasa, salah satu surat kabar di Indonesia yakni
Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di Indonesia
mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui perhitungan jika satu koran
dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi pembaca Harian Kompas
perharinya mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca.4 Kompas tidak hanya koran
dengan oplah terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara.
Harian Kompas memiliki 10 rubrik, salah satunya yaitu rubrik pendidikan
dan kebudayaan. Sesuai dengan nama rubrik pendidikan dan kebudayaan, sudah
semestinya berita yang disajikan mendidik para pembaca termasuk dari segi
bahasa. Bahasa yang digunakan dalam berita di rubrik tersebut harus
menggunakan bahasa yang baik dan benar karena apa yang dibaca oleh pembaca
akan diserap dan menjadi kosakata yang digunakan oleh pembaca.
Apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas sebagai
media cetak terbesar di Indonesia sudah menggunakan bahasa sesuai kaidah
bahasa jurnalistik yang telah ditentukan? Dalam penelitian ini, peneliti akan
meneliti mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Apakah di rubrik ini masih terdapat penggunaan
4 PT. Kompas Media Nusantara, “Tentang Kompas,” diakses pada 25 Juni 2016 dari
http://profile.print.kompas.com/profil/
4
bahasa yang tidak mengindahkan kaidah Bahasa Jurnalistik Indonesia? Sudah
sepatutnya surat kabar dalam penulisan berita mengindahkan bahasa jurnalistik
yang sudah ditentukan. Melalui penelitian ini, akan terlihat bagaimana
penggunaan bahasa pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Dari latar belakang yang telah peneliti sampaikan, peneliti tertarik untuk
menganalisis bahasa jurnalistik pada surat kabar. Dari sini peneliti mengangkat
judul pada penelitian ini adalah “Konsistensi Harian Kompas dalam
Mengimplementasikan Bahasa Jurnalistik”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Agar penelitian ini lebih fokus, penelitian ini dibatasi hanya dengan
menganalisis penulisan Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang mengacu
pada pedoman pemakaian bahasa dalam pers yang ditetapkan oleh Persatuan
Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978. Objek penelitian
terfokus pada Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas edisi Juli
2016.
2. Rumusan Masalah
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah mengenai aturan atau
kaidah baku bahasa jurnalistik berita Harian Kompas. Oleh sebab itu, maka
muncul rumusan masalah:
1. Bagaimana implementasi bahasa jurnalistik di rubrik Pendidikan
dan Kebudayaan harian Kompas edisi Juli 2016?
5
2. Apakah pedoman bahasa jurnalistik yang digunakan oleh Harian
Kompas pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli
2016?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Kompas
menerapkan bahasa jurnalistik dalam Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan. Jika
terdapat ketidaksesuaian, bagaimana jenis ketidaksesuaian tersebut berdasarkan
karakteristik bahasa jurnalistik yang mengacu pada Pedoman Penggunaan Bahasa
pada Pers yang telah ditetapkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Agar mahasiswa dapat mengimplementasikan bahasa jurnalistik dalam
tiap menulis dan mengolah setiap berita. Mengingat bahwa bahasa jurnalistik
merupakan bagian dari keilmuan dalam bidang jurnalisme.
2. Manfaat Praktis
Agar penelitian ini dapat memberi kontribusi positif dalam penulisan
berita dan dapat menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan bagi
praktisi, wartawan, maupun pihak yang berminat dalam dunia jurnalistik.
Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan masukan untuk
menambah wawasan bagi wartawan, praktisi dan pihak-pihak yang terlibat
dalam struktur redaksional surat kabar Harian Kompas.
6
E. Metodologi Penlitian
1. Paradigma Penelitian
Paradigma dalam penelitian adalah basis kepercayaan utama dari
sistem berpikir penelitian untuk melakukan penelitiannya. Hal tersebut berupa
sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang
mengarahkan cara berpikir yang membawa konsekuensi praktis perilaku,
interprestasi, dan kebijakan dalam memilih masalah penelitian. Paradigma
penelitian bisa menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan apa
yang seharusnya dikemukakan, dan kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam
menafsirkan jawaban penelitian yang diperoleh.5
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah Paradigma
Konstruktivis. Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang memandang
ilmu komunikasi sebagai analisis sistematis terhadap aksi pemberian makna
sosial melalui pengamatan langsung terhadap perilaku sosial dalam latar para
pelaku sosial memelihara dunia sosial mereka. Pada paradigma ini yang
dimaksud komunikasi adalah ketika pesan yang disampaikan komunikator
dapat dipahami oleh komunikan dan mereka mengkonstruksi pesan tersebut
berdasarkan rujukan yang dimiliki.6keseharian yang alamiah agar mampu
memahami dan menafsirkan bagaimana
5 Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada Senin, 19
Desember 2016 pukul 22.13 dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/ fmenu_2.1.htm 6 Universitas Islam Indonesia, Paradigma Penelitian Komunikasi , diakses pada Senin, 19
Desember 2016 pukul 22.30 dari
http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradigma%20penelit ian%20%5Bcompat
ibility%20mode%5D.pdf
7
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif sendiri adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan cara-
cara lain dari kuantitatif (pengukuran)7.
Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti menggunakan
konsep bahasa jurnalistik untuk membedah data-data yang telah
dikumpulkan. Konsep tersebut juga merupakan instrumen penelitian dalam
pembahasan di Bab IV. Konsep tersebut adalah pedoman pemakaian bahasa
dalam pers yang telah ditentukan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
bahasa jurnalistik yang digunakan berita di rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Teori Bahasa Jurnalistik dalam penelitian ini
menggunakan 10 Pedoman Pemakaian Bahasa dalam Pers yang dikeluarkan
oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978.
Kesepuluh pedoman ini juga menjadi instrumen penilaian saat pembahasan di
Bab IV.
Dalam menjabarkan hasil penelitian, peneliti menggunakan metode
penelitian studi dokumentasi atau teks dan metode analisis deskriptif. Studi
dokumen atau teks merupakan kajian dari bahan dokumen yang tertulis
seperti buku teks, surat kabar, majalah, surat-surat, naskah, artikel dan
sejenisnya untuk dianalisisis, diinterprestasikan, digali untuk menentukan
7 Djunaidi Ghony, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan Grounded
(Surabaya:Bina Ilmu, 2007), h.11.
8
tingkat pencapaian pemahaman tehadap topi tertentu dari sebuah bahan atau
teks tersebut8.
Metode analisis deskriptif adalah metode mendeskripsikan secara
mendalam subjek penelitian. Menurut Rachmat Kriyantono dalam bukunya
Metode Riset Komunikasi, jenis analisis deskriptif bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-
sifat populasi atau objek tertentu9. Jenis deskriptif ini peneliti gunakan untuk
memberikan gambaran mengenai penggunaan bahasa jurnalistik di Harian
Kompas.
4. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi Teks
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk
mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh
pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap
informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi di
sini diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung wacana
yang terdapat dalam media cetak surat kabar Kompas. Dalam hal ini,
observasi teks yang dimaksud adalah teks-teks dalam Berita Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas
8 Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah Dipahami (Yogyakarta:
Pustaka Baru Press, 2014), h.23).
9 Rachmat Kriyanto, Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public
Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran (Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup, 2006), h.69.
9
b. Dokumentasi
Dokumentasi atau studi dokumen adalah pengumpulan data
yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Dokumen-dokumen yang
dimaksud adalah data-data yang diteliti salah satunya dengan
mengliping surat kabar tersebut dari berita-berita yang sudah diambil
setiap edisinya.
c. Wawancara
Wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi
secara mendalam tentang sebuaah isu atau tema yang diangkat dalam
penelitian. Atau, merupakan proses pembuktan terhadap informasi
atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya.10 Dalam hal ini peneliti mewawancarai Editor Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
5. Teknik Analisis Data
Setelah semua data terkumpul, peneliti menganalisis data ke dalam
kata kata dengan membandingkan atau mencari kesesuaian dengan pedoman
bahasa jurnalistik. Peneliti juga mengkonstruksi teks berita kemudian
memasukkan data tersebut ke dalam tabel beserta analisisnya. Tabel
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana bahasa yang digunakan dalam
berita utama apakah terdapat ketidaksesuaian dengan pedoman bahasa
jurnalistik menurut Persatuan Pers Indonesia (PWI).
10
V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian (Yogyakarta:Pustaka Baru Press, 2014), h.31.
10
6. Subjek dan Objek Penelitian
Menurut Suharsmi Arikunto subjek penelitian adalah subjek yang
dituju oleh peneliti.11 Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah Harian
Kompas edisi Juli 2016. Sedangkan Objek penelitian dalam penelitian ini
adalah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan harian Kompas.
7. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung sejak Juni 2016 setelah seminar proposal
dilakukan sampai Maret 2017. Tempat penelitian berlokasi di Gedung
Kompas Gramedia Jalan Palmerah Selatan 26-28. Jakarta Pusat 10270 dengan
melakukan wawancara langsung kepada editor rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan dan mencari data-data yang berkaitan dengan penelitian. Selain
itu, untuk keperluan referensi, peneliti mencari data di Perpustakaan Fakultas
Ilmu Dakwah dan Komunikasi, dan Perpustakaan Utama Universitas Islam
Negeri Jakarta.
F. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan peneliti terhadap beberapa tulisan, buku, dan lainnya
pada perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi juga
perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis menemukan
beberapa judul skripsi yang memiliki kesamaan, antara lain :
1. Analsis Bahasa Jurnalistik Berita Utama Surat Kabar Republika Edisi
Desember 2008 ditulis oleh Aris Takomaladi. Penelitian ini berbeda
dari segi objek dan metode penelitian serta rujukannya. Skripsi Aris
membahasa penggunaan bahasa jurnalistik berita utama di Harian
11
Suharsmi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka Cipta,
1992), h.122.
11
Republika edisi Desember 2008 dan menggunakan rujukan bahasa
jurnalistik menurut Kunjana Rahardi.
2. Penerapan Bahasa Jurnalistik pada Berita Utama “Straight News” di
Surat Kabar “Radar Bekasi” Edisi 1-5 Oktober 2012 ditulis oleh
Eneng Khairunnisa. Penelitian ini berbeda dari segi subjek, objek dan
metodologi penelitiannya, skripsi Eneng membahasa penggunaan
bahasa jurnalistik berita utama di Harian Radar Bekasi edisi Oktober
2012. Penelitian ini menggunakan rujukan tujuh ciri bahasa
jurnalistik.
3. Analisis Diksi Gorys Keraf pada Features di Rubrik Nasional Podium
Harian Republika ditulis oleh Fauziah Muslimah. Penelitian ini
berbeda dari segi subjek, objek dan metodologi penelitiannya. Skripsi
Fauziah membahas tentang penggunaan diksi features di Rubrik
Nasional Podium Harian Republika. Penelitian ini menggunakan teori
diksi Gorys Keraf.
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latat belakang masalah, pembatasan
dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian,
tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS. Bab ini, membahas mengenai teori mengenai
bahasa, teori bahasa jurnalistik ruang lingkup bahasa jurnalistik, yang terdiri dari
pengertian bahasa jurnalistik, ciri bahasa jurnalistik, ketentuan bahasa jurnalistik
dan 10 pedoman yang dikemukakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia..
12
BAB III GAMBARAN UMUM SURAT KABAR HARIAN KOMPAS. Bab ini
berisi sosiologi penggunaan penyebaran bahasa, logika bahasa, profil harian
kompas dan profil rubrik pendidikan dan kebudayaan.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Bab ini berisi tentang temuan
dan analisis mengenai penggunaan bahasa jurnalistik pada enam berita rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan edisi Juli 2016 Harian Kompas menggunakan
pedoman bahasa jurnaistik yang dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia
(PWI) dan penggunaan bahasa jurnalistik yang digunakan Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan
BAB V PENUTUP. Bab ini berisi keimpulan dari penelitian serta saran terhadap
penelitian.
Daftar Pustaka
Lampiran
13
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA KONSEP
A. Ruang Lingkup Bahasa
1. Bahasa
Bahasa merupakan cermin kebudayaan suatu suku bangsa. Ada pula
yang mengatkan bahwa bahasa merupakan jantung kebudayaan suatu bangsa.
Pemimpin redaksi majalah kebudayaan Basis (Yogyakarta), Dick Hartoko,
mengatakan, dalam bahasa terungkap sistem dan lambang yang dipakai oleh
bangsa yang bersangkutan.1
Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk
berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang
berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh
pemakainya. Sistem tersebut mencakup unsur-unsur berikut:
1. Sistem lambang yang bermakna dan dapat dipahami oleh
masyarakat pemakainya.
2. Sistem lambang tersebut bersifat konvensional yang ditentukan
oleh masyarakat pemakainya berdasarkan kesepakatan.
3. Lambang-lambang tersebut bersifat abiter (kesepakatan) digunakan
secara berulang dan tetap.
4. Sistem lambang tersebut bersifat terbatas tetapi produktif. Artinya,
dengan sistem yang sederhana dan jumlah aturan yang terbatas
1 Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010),
h.213.
14
dapat menghasilkan jumlah kata, frasa, klausa, kalimat pragraf
dan wacana yang tidak terbatas jumlahnya.
5. Sistem lambang bersifat unik, khas dan tidak sama dengan
lambang bahasa lain.
6. Sistem lambang dibangun berdasarkan kaidah yang bersifat
universal. Hal ini memungkinkan bahwa suatu sistem bisa sama
dengan bahasa lain.1
Sementara itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan
pengertian bahasa ke dalam tiga batasan, yaitu sistem lambang bunyi
berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang disepakati (arbiter) dan
konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan
perasaan dan pikiran. Selain itu, perkataan-perkataan yang dipakai oleh suatu
bangsa. Kemudian yang terakhir percakapan yang baik, sopan santun, tingkah
laku yang baik.2
Menurut Bloch dan Trager melalui buku Filsafat Bahasa, bahasa
sebagai sistem simbol-simbol bunyi yang arbiter yang dipergunakan oleh
suatu kelompok sosial sebagai alat untuk berkomunikasi. Serupa dengan
Bloch dan Tragrer, Joseph Bram mengatakan bahwa bahasa adalah suatu
sistem yang berstruktur dari simbol-simbol bunyi abirter yang dipergunakan
oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu sama lain.3
1 Widjono Hs, Bahasa Indonesia (Jakarta:Grasindo, 2012), h.20
2 Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai
Pustaka, 1988), cet.ke-1, h.66-67 3 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22.
15
2. Fungsi Bahasa
Menurut Gorys Keraf, fungsi bahasa dapat diturunkan dari dasar dan
motif itu sendiri. Dasar dan motif pertumbuhan bahasa itu dalam garis
besarnya adalah;4
1. Alat untuk menyatakan ekspresi diri
Sebagai alat untuk menyatakan ekspresi diri, bahasa
menyatakan secara terbuka segala sesuatu yang tersirat di dalam
dada, sekurang-kurangnya untuk memaklumkan keberadaan
individu. Unsur-unsur yang mendorong ekspresi diri antara lain:
agar menarik perhatian orang lain, dan keinginan untuk
membebaskan diri dari semua tekanan emosi.
2. Alat komunikasi
Komunikasi merupakan akibat yang lebih jauh dari
ekspresi diri. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri
tidak diterima atau dipahami oleh orang lain. Dengan
komunikasi kita dapat menyampaikan semua yang kita rasakan,
pikirkan, dan kita ketahui kepada orang-orang lain. Melalui
komunikasi dapat mempelajari dan mewarisi pula semua yang
pernah dicapai oleh nenek moyang, serta apa yang dicapai oleh
orang-orang sezaman. Sebagai alat komunikasi, bahasa
merupakan saluran perumusan maksud, melahirkan perasaan
dan memungkinkan menciptakan kerja sama dengan warga.
Bahasa mengatur berbagai macam aktivitas kemasyarakatan,
4 Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.3-
7.
16
merencanakan dan mengarahkan masa depan. Bahasa juga
memungkinkan manusia menganalisis masa lalu untuk memetik
hasil-hasil yang berguna bagi masa kini dan masa yang akan
datang.
3. Alat mengadakan integrasi dan adaptasi sosial
Selain sebagai salah satu unsur kegian dalam kebudayaan,
bahasa memungkinkan manusia untuk memanfaatkan
pengalaman, memperlajari dan mengambil bagian dalam
pengalaman-pengalaman itu serta belajar berkenalan dengan
orang-orang lain. Anggota masyarakat hanya dapat dipersatukan
secara efisien melalui bahasa. Bahasa sebagai alat komunikasi,
memungkinkan setiap orang untuk merasa dirinya terikat dengan
kelompok sosial yang dimasukinya, melakukan semua kegiatan
kemasyarakatan, menghindari konflik, untuk memperoleh
efisiensi yang setinggi-tingginya. Ia memungkinkan integrasi
yang sempurna bagi tiap individu dengan masyarakatnya.
Melalui bahasa, setiap anggota masyarakat perlahan-lahan
belajar mengenal segala adat-istiadat, tingkah laku, dan tata-
krama masyarakatnya. Bahasa mencoba menyesuaikan diri
dengan semua melalui bahasa. Seorang pendatang baru dalam
sebuah masyarkat pun harus melakukan hal yang sama. Bila
ingin hidup dengan tentram dan harmonis, maka harus
menyesuaikan dirinya dengan masyarakat itu.
17
4. Alat mengadakan kontrol sosial
Semua kegiatan sosial akan berjalan dengan baik karena
dapat diatur dengan mempergunakan bahasa. Semua tutur
pertama-tama dimaksudkan untuk mendapatkan tanggapan.
Seorang pemimpin akan kehilangan wibawa, bila bahasa yang
dipergunakan untuk menyampaikan instruksi atau penerangan
kepada bawahannya, adalah bahasa yang kacau dan tak teratur.
Sedangkan P.W.J. Nababan, seorang linguis Indonesia, membagi
fungsi bahasa sebagai komunikasi dalam kaitannya dengan masyarakat dan
pendidikan menjadi empat fungsi, yaitu fungsi kebudayaan, fungsi
kemasyarakatan, fungsi perorangan dan fungsi pendidikan.5
Fungsi kebudayaan dari bahasa adalah sebagai sarana perkembangan
kebudayaan, sedangkan, fungsi kemasyarakatan bahasa menunjukkan
peranan khusus suatu bahasa dalam kehidupan masyarakat. Nababan
mengklarifikasi fungsi kemasyarakatan bahasa ke dalam dua bagian yaitu
berdasarkan ruang lingkup dan berdasarkan bidang pemakaian. Pertama
mengandung “bahasa nasional” dan “bahasa kelompok”. Bahasa nasional
berfungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, lambang identitas
bangsa; alat penyatuan berbagai suku bangsa dengan berbagai latar belakang
sosial budaya dan bahasa dan sebagai alat yang menghubungkan antar daerah
dan antarbudaya. Kemudian, bahasa kelompok ialah bahasa yang digunakan
oleh kelompok yang lebih kecil dari suatu bangsa, seperti suku bangsa atau
5 P.W.J. Nababan, Sosiolinguistik Suatu Pengantar (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1991), h.38.
18
suatu daerah subsuku, sebagai lambang identitas kelompok dan alat
pelaksanaan kebudayaan kelompok itu.
Klarifikasi fungsi bahasa golongan ketiga, yaitu fungsi perorangan,
Nababan menjelaskan dengan mendasarkan pada hasil kajian Haliday (1976)
yang telah membuat klarifikasi kegunaan pemakaian bahasa atas dasar
observasi yang terus menerus terhadap penggunaan bahasa.
Terakhir, fungsi pendidikan dari bahasa, didasarkan pada banyaknya
penggunaan bahasa dalam pendidikan dan pengajaran, mencakup empat
fungsi yaitu fungsi intergratif, fungsi instrumental, fungsi kultural dan fungsi
penalaran.
Dari fungsi-fungsi yang diungkapkan di atas, bahasa meningkatkan
martabat manusia. Karena itu manusia sampai kapanpun tidak akan bisa
melepaskan diri dari adanya bahasa sebagai suatu yang harus ada.6
B. Bahasa Jurnalistik
1. Pengertian Bahasa Jurnalistik
Bahasa pers atau bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan
oleh pers. Bahasa pers merupakan bahasa ragam resmi baku karena itu bahasa
pers harus tunduk pada aturan atau kaidah bahasa yang berlaku. Bahasa pers
merupakan bahasa tulis sehingga harus menggunakan bahasa tulis baku.
Sebagai ragam bahasa tulis yang baku, maka bahasa pers harus tunduk
kepada kaidah bahasa yang dibakukan yaitu kaidah tata bahasa dan kaidah
ejaan serta tanda baca. Selain itu, harus menggunakan kata atau istilah yang
sama maknanya dengan yang telah ditetapkan dalam kamus. Dengan
6 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.26.
19
demikian, bahasa yang digunakan oleh pers menjadi bahasa yang dapat
dipahami oleh umumnya masyarakat pemakai bahasa. 7
Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas
tidaknya informasi yang disampaikan kepada khalayak sangat ditentukan oleh
benar tidaknya bahasa yang dipakai. Penggunaan bahasa yang baik dan benar
sangat menentukan sampainya informasi itu kepada khalayak secara jelas.
Sebaliknya, bahasa yang kacau dalam menyampaikan informasi akan
menyulitkan khalayak untuk memahami informasi tersebut.8
Dalam menyampaikan informasi, surat kabar menggunakan bahasa
secara tertulis. Bahasa di dalam media massa ibarat nyawa, terutama bagi
media cetak. Tanpa bahasa, media massa cetak tidak akan bermakna apa-apa.
Bahasa menjadi media bagi kalangan pers untuk memotret peristiwa dan
peradaban bangsa.9
Karena itu, dunia pers atau jurnalistik harus menggunakan bahasa
yang baik dan benar agar khalayak dapat memahami informasi yang
disampaikan dengan mudah. Selain itu, dunia pers juga memiliki kaidah-
kaidah bahasa agar bahasa yang digunakan dalam menyamapikan informasi
lebih mudah dipahami dan tidak membosankan khalayak. Prinsip bahasa
jurnalistik yaitu harus jelas, padat, ringkas dan lugas.
Menurut Rosihan Anwar dalam bukunya Bahasa Jurnalistik Indonesia
dan Komposisi, bahasa jurnalistik adalah ragam bahasa yang digunakan oleh
wartawan. Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu singkat, padat,
7 J.S. Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia II (Jakarta: Gramedia, 1992), h.61.
8 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h.118.
9 Eni Setiati, Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi Tugas
Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2005), h.85-86.
20
sederhana, lancar, jelas, lugas dan menarik. Bahasa jurnalistik harus
didasarkan pada bahasa baku. Bahasa jurnalistik tidak dapat menghiraukan
kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga harus memperhatikan ejaan yang
benar.10
Rosihan Anwar menambahkan, bahasa jurnalistik merupakan bahasa
komunikasi massa sebagai tampak dalam harian-harian dan majalah-majalah.
Dengan fungsi yang demikian itu, bahasa jurnalistik haruslah jelas dan mudah
dibaca oleh pembaca dengan ukuran intelek yang minimal, sehingga sebagian
besar masyarakat yang dapat membaca dapat menikmati isi dari informasi
yang disampaikan. Walaupun demikian, bahasa jurnalistik yang baik haruslah
sesuai dengan norma-norma tata bahasa yang antara lain terdiri atas susunan
kalimat yang benar dan pilihan kata yang cocok.11
Begitu pula menurut pakar bahasa JS Badudu, bahasa jurnalistik harus
singkat, padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat
tersebut harus dipenuhi oleh bahasa jurnalistik mengingat media massa
dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat yang tidak semua tingkat
pengetahuannya sama. Orang tidak harus menghabiskan waktunya hanya
untuk membaca surat kabar. Bahasa jurnalistik harus lugas, tetapi jelas, agar
mudah dipahami. Orang tidak perlu mengulang-ulang apa yang dibacanya
karena ketidakjelasan bahasa yang digunakan dalam surat kabar tersebut.12
Kemudian, menurut Daryl L. Frazel dan George Tuck, dua pakar pers
Amerika dalam Principles of Editing, A Comprehensive Guide for Student
and Journalist, Pembaca berharap, apa yang dibacanya dalam media massa
10
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi (Yogyakarta:Media Abadi, 2004), h.3. 11
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.4. 12
Rosihan Anwar, Bahasa Jurnalistik dan Komposisi, h.2.
21
bisa dimengerti tanpa bantuan pengetahuan khusus. Pembaca berharap,
wartawan dapat menjelaskan ilmu pengetahuan kepada mereka yang bukan
ilmuwan, perihal hubungan-hubungan internasional kepada mereka yang
bukan diplomat, dan masalah-masalah politik kepada para memilih yang
awam (to explain science to no scienctist, international relations to
nondiplomats, and politics to ordinary voters).13
Selain itu, menurut Wojowasito, bahasa jurnalistik yang baik harus
sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain terdiri dari susunan kalimat
yang benar dan pilihan kata yang cocok. Anton M. Moeliono seorang
konsultan Pusat Bahasa mengatakan bahwa laras bahasa jurnalistik tergolong
ragam bahasa baku.14
Dari pengertian-pengertian tentang bahasa jurnalistik di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahasa jurnalistik adalah bahasa yang digunakan oleh
media massa dalam menulis berita. Bahasa jurnalistik harus singkat, padat,
lugas, menarik dan mengindahkan kaidah tata bahasa. Bahasa jurnalistik juga
harus menggunakan kata-kata serta kalimat-kalimat yang dimengerti oleh
seluruh lapisan masyarakat.
2. Pedoman Bahasa Jurnalistik
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) pada 10 November 1978 di
Jakarta mengeluarkan sepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam pers.
Kesepuluh pedoman ini berbicara tentang pemakaian ejaan, singkatan dan
akronim, imbuhan, pemakaian kalimat pendek, ungkapan klise, kata mubazir,
kata asing dan istilah teknis, dan tiga aspek bahasa jurnalistik.
13
A.M Dewabrata, Kalimat Jurnalistik, Panduan Mencermati Penulisan Berita (Jakarta: Penerbit
Buku Kompas, 2004), h.23. 14
Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007), h.1.
22
Berikut kutipan lengkap kesepuluh pedoman pemakaian bahasa dalam
pers itu:15
1. Wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Hal ini juga harus
diperhatikan oleh para korektor karena kesalahan paling menonjol
dalam surat kabar ini ialah kesalahan ejaan.
2. Wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan atau
akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia
harus menjelaskan dalam tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut supaya tulisannya dapat dipahami oleh khalayak ramai.
3. Wartawan hendaknya tidak menghilangkan imbuhan, bentuk awal
atau prefiks. Pemenggalan kata awalan me dapat dilakukan dalam
kepala berita mengingat ketrbatasan ruangan. Akan tetapi
pemenggalan jangan sampai dipukulratatakan sehingga merembet
pula ke dalam tubuh berita.
4. Wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.
Pengutaraan pikirannya logis, tertatur, lengkap dengan kata pokok,
sebutan, dan kata tujuan (subjek, predikat, objek). Menulis dengan
induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata
mudah membuat kalimat tidak dapat dipahami, lagi pula prinsip
yang harus dipegang ialah “satu gagasan utnuk satu ide dalam satu
kalimat”.
15
HS Haris Sumadiria,Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.193
23
5. Wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau
stereotype yang sering dipakai dalam transisi berita seperti kata-
kata sementara itu, dapat ditambahkan, perlu diketahui, dalam
rangka. Dengan demikian dia menghilangkan monotoni (keadaan
atau bunyi yang selalu sama saja), dan sekaligus dia menerapkan
ekonomi kata atau penghematan bahasa.
6. Wartawan hendaknya menghilangkan kata mubazir seperti adalah
(kata kerja kopula), telah (penujuk masa lampau), untuk (sebagai
terjemah to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of
dalam hubungan milik), bahwa (sebagai kata sambung) dan bentuk
jamak yang tidak perlu diulang.
7. Wartawan hendaknya mendisiplinkan pikirannya supaya jangan
campur aduk satu kalimat bentuk pasif (di) dengan bentuk aktif
(me).
8. Wartawan hendaknya menghindari kata-kata asing dan istilah-
istilah yang terlalu teknis ilmiah dalam berita. Kalaupun terpaksa
menggunakannya, maka satu kali harus dijelaskan pengertian dan
maksudnya.
9. Wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa.
10. Wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik ialah bahasa yang
komunikatif dan spesifik sifatnya, dan karangan yang baik dinilai
dari tiga aspek yaitu isi, bahasa, dan teknik persembahan.
24
3. Karakteristik Bahasa Jurnalistik
Bahasa jurnalistik surat kabar harus tunduk kepada kaidah atau
prinsip-prinsip umum bahasa jurnalistik dan juga memiliki ciri-ciri yang
sangat khusus atau spesifik. Hal inilah yang membedakan bahasa jurnalistik
surat kabar dengan bahasa jurnalistik majalah, bahasa jurnalistik radio, bahasa
jurnalistik bahasa jurnalistik televisi dan bahasa jurnalistik media online.
Berhubung pedoman bahasa jurnalstik di atas terlalu umum, maka akan
dijabarkan lagi karateristik bahasa jurnalistik menurut para ahli.
Dalam buku Bahasa Jurnalistik, AS Haris Sumadiria mengemukakan
17 ciri utama bahasa jurnalistik yang berlaku untuk surat kabar. Ciri-ciri
bahasa jurnalistik tersebut, yakni sederhana, singkat, padat, lugas, jelas,
jernih, menarik, demokratis, populis, logis, gramatikal menghindari kata
tutur, menghindari kata dan istilah asing, pilihan kata (diksi) yang tepat,
mengutamakan kalimat aktif, menghindari kata atau istilah teknis, dan tunduk
kepada kaidah etika. Berikut penjelasannya :16
1. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau
kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak
pembaca yang sangat heterogen. Contoh dari kalimat sederhana
yaitu:
Pemerintah perlu merubah drastis kelembagaan dan tata kelola
penyelenggaraan haji agar kualitas pelayanan publik bagi jeaah
dapat meningkat.
16
AS Haris Sumadirian, Bahasa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2006), h.15.
25
Kata “merubah drastis” sebenarnya dapat diubah menjadi
“reformasi”, namun kata “merubah drastis” lebih sederhana dan
lebih banyak diketahui oleh khalayak.
2. Singkat
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah, tidak bertele-tele,
tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang
sangat berharga. Contoh dari kalimat singkat yaitu:
Tersangka membunuh korban dengan cara memukul wajah korban
berulang-ulang.
3. Padat
Menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam buku
Teknik Jurnalistik, padat dalam bahasa jurnalistik berarti sarat
informasi. Contoh dari kalimat padat yaitu:
Badan Pemeriksa Keuangan menemukan indikasi kerugian negara
Rp. 191,3 miliar dalam pembelian lahan Yayasan Kesehatan
Sumber Waras seluas 3,64 hektar.
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa
membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi pebedaan
persepsi dan kesalahan konklusi. Contoh kalimat lugas yaitu:
Tersangka membunuh korban dengan cara menembak dada
korban.
26
5. Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya. Tidak baur dan kabur
serta kalimat sesuai dengan kaidah subjek-predikat-objek-
keterangan (SPOK). Contoh kalimat jelas yaitu:
Pelaku menyimpan sabu kristal di dalam pipa baja.
S P O K
6. Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif
seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisisi wacana,
kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak
memiliki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu beruta atau
laporan kecuali fakta, kebenaran, kepentingan publik. Dalam
bahasa kiai, jernih berarti bersikap berprasangka baik dan sejauh
mungkin menghidari prasangka buruk. Menurut orang komunikasi,
jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif dan
menolak pola pikir negatif. Contoh kalimat jernih yaitu:
Gubernur non-aktif DKI Jakarta diduga menistakan agama.
7. Menarik
Bahasa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu
membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca, memicu
selera baca, serta membuat orang yang tertidur, terjaga seketika.
Contoh kalimat menarik yaitu:
Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Rohadi, panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Utara.
27
8. Demokratis
Salah satu ciri yang menonjol dari bahasa jurnalistik adalah
demokratis. Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal
tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa
dan pihak yang disapa. Bahasa jurnalistik menekanknan aspek
fungsional dan komunal, sehingga sama sekali tidak dikenal
pendekatan feudal. Contoh kalimat demokratis adalah:
Joko Widodo menyapa para pedagang di pasar tradisional.
9. Populis
Bahasa jurnalistik harus merakyat, artinya diterima dan diakrabi
oleh semua lapisan masyarakat. Contoh kalimat populis yaitu:
Kegiatan ini merupakan penerapan dari peraturan daerah.
10. Logis
Logis berarti apapun yang terdapat dalam kata, istilah, kalimat, atau
paragraf jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan
dengan akal sehat. Contoh kalimat logis yaitu:
Dia mengajarkan Bahasa Inggris.
11. Gramatikal
Gramatikal berarti kata istilah, atau kalimat apapun yang dipakai
dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata
bahasa baku. Contoh kalimat gramatikal yaitu:
Ia mengatakan, presiden menyetujui anggaran pendidikan
dinaikan menjadi 25 persen dari total APBN dalam lima tahun ke
depan.
28
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapn sehari-
sehari secara informal. Kata tutur ialah kata yang hanya
menekankna pada pengertian, sama sekali tidak pemperhatikan
masalah struktur dan tata bahasa. Contoh kalimat yang
menghindari kata tutur yaitu:
Pegawai Penyelidik PPPAT berkata, lokasi popular ikan lomah
berkumpul dan bermigrasi ke hulu.
13. Menghindari kata dan istilah-istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau didengar. Pembaca atau pendengar
harus tahu arti dan makna setiap kata yang dibaca dan didengarnya.
Berita atau laporan yang yang banyak diselipi kata-kata asing,
selain tidak informatif dan komunikatif, juga sangat
membingungkan. Contoh kalimat yang menghindari kata dan
istilah asing yaitu :
Acara tersebut dihadiri Menteri Kesehatan.
14. Pilihan diksi yang tepat
Pilihan kata atau diksi yang tidak tepat dalam setiap kata
jurnalistik, bisa menimbulkan akibat fatal, pilihan katau atau diksi
jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh jalinan kata itu.
Contoh kalimat memiliki diksi yang tepat yaitu:
Sang pembimbing rohani bernama Hasan Makarim.
29
15. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalyak
pembaca dibanding kalimat pasif. Kalimat aktif lebih memudahkan
pengertian dan memperjelas pemahaman. Contoh kalimat aktif
yaitu:
Berdasarkan data Badan Nasional Penganggulangan Bencana,
bencana alam menewaskan 154 orang.
16. Menghindari kata atau istilah teknis
Bahasa jurnalistik ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik
harus sederhana, mudah dipahami dan ringan dibaca. Salah satu
cara untuk itu ialah dengan menghindari penggunaan kata atau
istilah-istilah teknis. Contoh kalimat yang tidak menggunakan
istilah teknis yaitu : kerja sama satu program ini bisa
menghasilkan efek berlipat ganda.
17. Tunduk kepada kaidah etika
Salah satu fungsi utama pers adalah edukasi. Fungsi ini bukan saja
harus tercermin pada materi isi berita, laporan, gambar, dan artikel-
artikelnya, melainkan juga harus tampak pada bahasanya. Pada
bahasa tersimpul etika. Bahasa tidak saja mencerminkan pikiran
seseorang tetapi sekaligus juga menunjukkan etika orang itu.
Sebagai guru bangsa dengan fungsi sebagai pendidik, pers wajib
menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku.
Bahasa pers harus baku, benar, dan baik. Dalam etika berbahasa,
pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, vulgar,
30
sumpah serapah. Pers juga tidak boleh menggunakan kata-kata
porno dan berselera rendah lainnya dengan maksud untu
membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
Contoh kalimat yang tunduk kepada kaidah etika yaitu:
Sejumlah PSK Gang Dolly masih beroprasi.
4. Fungsi Paragraf Jurnalistik
Paragraf jurnalistik mempunyai fungsi yang amat mendasar dalam
sebuah karangan atau karya jurnalistik. Secara singkat, dalam konteks tulis-
menulis atau karang mengarang dalam wadah pers atau jurnalistik, sosok
paragraf jurnalistik memiliki sejumlah fungsi yang amat penting, yaitu
sebagai berikut.17
1. Media pengungkapan ide, penyampaian gagasan, pengungkapan
pikiran, penyampaian fakta pokok, yang semuanya mempunyai
nilai dan kadar jurnalistik.
2. Memudahkan pembaca media massa cetak untuk memahami jalan
pikiran sang jurnalis atau yang menuliskan karya jurnalistik.
3. Media bagi jurnalis untuk mengembangkan jalan pikiran dan
pengungkapan gagasannya dalam laras bahas pers atau ragam
bahasa jurnalistik
4. Media mengawali, mengisi, mengembangkan, dan menutup
pengungkapan gagasan atau pemikiran secara keseluruhan dalam
konteks tulisan jurnalistik atau tulisan di media massa.
17
Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik (Yogyakarta: Ghalia Indonesia, 2011), h.128.
31
C. Media Massa Cetak
1. Pengertian Media Massa Cetak
Media cetak adalah proses menghasilkan tulisan dalam berbagai
macam dan aneka bentuk sesuai dengan maksud dan tujuannya. Dalam proses
produksi tersebut terjadi komunikasi antarmanusia, sehingga media cetak
tidak hanya sebatas alat saja, tetapi juga memiliki fungsi sebagai sarana
komunikasi massa.18
Media cetak tergolong jenis media massa yang paling populer. Media
cetak merupakan media komunikasi yang bersifat tertulis atau tercetak. Jenis
media cetak yang beredar di masyarakat sangat beragam. Secara garis besar,
media cetak dapat diklasifikasikan menjadi surat kabar, tabloid dan majalah.19
Sejak awal perubuhannya hingga saat ini, media cetak telah
mengalami berbagai perubahan yang amat besar. Dari sisi perwajahannya,
speisfikasi bahasanya, kualitas pesan-pesannya dan lain sebagainya semua
telah berubah dengan perubahan masyarakat dan kemajuan teknologi
pendukungnya.20
Peran media cetak sangatlah penting, sehingga sulit dibayangkan
negara-bangsa (nation-state) modern bisa hadir tanpa keberadaannya. Selama
berabad-abad media cetak menjadi satu-satunya alat pertukaran dan
penyebaran informasi, gagasan dan hiburan, yang sekarang ini dilayani oleh
aneka media komunikasi. Selain menjadi alat utama menjangkau publik,
18
R. Masri Sareb Putra, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi (Jakarta: Graha
Ilmu, 2007), h.6. 19
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pnegantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 20
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik (Ciputat: Logos Wacana Ilmu,
1999), h.88.
32
media cetak juga menjadi sarana utama untuk mempertemukan para pembeli
dan penjual.21
2. Surat Kabar
Surat kabar adalah media komunikasi yang berisi informasi aktual dari
berbagai aspek kehidupan seperti politik, ekonomi, sosial, kriminal, budaya,
seni, olahraga dan sebagainya. Surat kabar merupakan media massa tertua
sebelum ditemukan film, radio, dan televisi. Surat kabar lebih menitik
beratkan pada penyebaran informasi (fakta atau peristiwa) agar diketahui
publik.22
Menurut Onong Uchjana Effendy surat kabar adalah lembaran
tercetak yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat, dengan ciri-ciri
terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa atau aktual, mengenai
apa saja dan dari mana saja di seluruh dunia yang mengandung nilai untuk
diketahui khalayak pembaca.23
Sementara itu, Kurniawan Junaedhi mengemukakan surat kabar
adalah sebutan untuk penerbitan pers yang masuk dalam media massa
tercetak, berupa lembaran berisi berita-berita, karangan-karangan, dan iklan.
Surat kabar diterbitkan secara berkala serta diedarkan secara umum. Isi dari
surat kabar pun harus aktual dan harus bersifat universal. Maksudnya,
pemberitaannya harus bersangkut paut dengan manusia dari berbagai
golongan dan kalangan. Menurut jenisnya surat kabar dibagi menjadi berkala
harian dan surat kabar berkala mingguan. Surat kabar juga dapat digolongkan
menjadi surat kabar khusus dan surat kabar umum. Surat kabar khusus adalah
21
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.17. 22
Indah Suryawati, Jurnalistik Suatu Pengantar (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), h.40. 23
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi (Bandung: Mandar Maju, 1989), h.241.
33
surat kabar yang membawakan suara partai politik atau menjadi terompet
partai politik yang disokongnya, sedangkan surat kabar umum adalah surat
kabar yang tidak membawakan suara partai, atau golongan tertentu dalam
masyarakat. Isi pembertaannya pun tidak mewakili suara partai atau golongan
tertentu.24
Menjelang abad ke-20, dunia persuratkabaran mampu meraih
kredibilitas yang lebih baik melalui pembentukan suatu organisasi
profesional. Pada awal abad ini, pengaruh individu dalam pers semakin
rontok dan berubah menjadi bentuk perusahaan semakin besar. Secara
bertahap perubahan itu terjadi hingga surat kabar tumbuh membentuk press
association yang cukup besar. Di sini, kelangsungan pers ditunjang pula oleh
kekuatan ekonomi yang terus berpacu mengikuti perkembangan zaman.
Sekian tahun lalu, keberadaan surat kabar dianggap segera berakhir.
Kalaupun surat kabar dapat bertahan setelah adanya televisi, dapat dinilai
surat kabar tidak akan banyak berpengaruh terhadap khalayak. Pandangan ini
memiliki alasan karena banyak surat kabar di kota-kota besar terpaksa gulung
tikar. Namun sejak tahun 1970, koran terbukti mampu bertahan meskipun
prosesnya memang tidak mudah. Sekalipun surat kabar gagal bertahan, surat
kabar yang mampu menyajikan pelayanan baru, khususnya di daerah
pinggiran kota berhasil menyelamatkan diri. Pada awal tahun 1970-an,
volume aneka koran yang beredar naik pesat dibandingkan sepuluh tahun
lalu. 25
24
Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1991), h.257. 25
William L.Rivers, Media Massa & Masyarakat Modern (Jakarta: Kencana, 2003), h.20.
34
3. Karakteristik Surat Kabar
Dalam buku Dasar-dasar Jurnalistik karya Hoeta Soehoed, Karl
Batwizh mengemukakan terdapat lima karakteristik dari surat kabar yaitu:26
1. Publisitas : Surat kabar diterbitkan untuk publik dan
masyarakat umum.
2. Periodisitas : Surat kabar terbit pada waktu yang telah
ditentukan sebelumya. Periode terbit, jarak dan waktu antara dua
terbitan bersifat tetap dan teratur.
3. Aktualitas : Isi dari surat kabar aktual, belum pernah dimuat
sebelumnya
4. Universalitas : Isi dari surat kabar tidak mengenai satu persoalan
saja.
5. Kontinuitas : Isi dari surat kabar berkesinambungan.
4. Spesifikasi Surat Kabar
Surat kabar dapat diklasifikasikan berdasarkan frekuensi penerbitan,
sirkulasi, format isi, dan kelas sosial pembacanya. Sebagai berikut penjelasan
singkatnya:27
1. Frekuensi Pemberitaan: Surat kabar dibedakan menjadi dua, yaitu
surat kabar harian dan surat kabar mingguan
2. Sirkulasi: Surat kabar adalah media komunikasi massa yang
menjangkau khalayak regional, nasional, maupun lokal.
3. Format isi: format sebuah surat kabar harus disusaikan dengan
rubrik-rubrik yang ada di dalamnya.
26
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP, 2003), h.11. 27
Kasali Rhenald,Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia (Jakarta: Pustaka
Utama Grafiti), 1992, h.101.
35
4. Kelas sosial budaya: berdasarkan kelas sosial pembacanya, surat
kabar dibedakan menjadi dua jenis yaitu High BrowNewspaper dan
BoulevardNewspaper. High BrowNewspaper adalah surat kabar
untuk golongan menengah sampai golongan atas, sedangkan
BoulevardNewspaper adalah surat kabar untuk golongan menengah
sampai golongan bawah.
5. Pengertian Berita
Belum ada definisi berita secara universal. Untuk memperkuat
penyajian atas peristiwa apa yang sedang kita pantau dan bagaimana
menyajikannya, reporter pencari berita harus mempunyai definisi sendiri
mengenai lingkup pekerjaannya.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, berita adalah cerita atau
keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Menurut Dean
Lyle Spencer berita adalah suatu kejadian nyata yang dapat menarik perhatian
sebagaian dari pembaca. Adapula pengertian berita menurut William S
Maulsby yaitu suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-
fakta yang mempunya arti penting dan baru terjadi, yang dapat menarik
perhatian para pembaca surat kabar.28
Dalam buku Here’s the News yang dihimpun oleh Paul De Maeseneer,
berita didefinisikan sebagai informasi tentang kejadian yang baru, penting,
dan bermakna (significant), yang berpengaruh pada para pendengarnya serta
relevan dan layak dinikmati oleh mereka. Definisi berita tersebut
28
Imam Suhirman, Menjadi Jurnalis Masa Depan (Bandung: Dimensi Publisher, 2005), h.1
36
mengandung unsur-unsur Baru dan penting, Bermakna dan berpengaruh,
Menyangkut hidup orang banyak, Relevan dan menarik. 29
Berita (news) merupakan sajian utama sebuah media massa di
samping opini (views). Tidak ada rumusan tunggal mengenai pengertian
berita. Bahkan, menurut Earl English dan Clarence Hach News is difficult to
be define, because it involves many variable factors. Berita sulit
didefinisikan, sebab ia mencakup banyak faktor variable.
Sedangkan Romli mendefinisikan berita sebagai laporan peristiwa
yang memiliki nilai berita. Nilai berita yaitu aktual, faktual, penting dan
menarik.30 Selain itu, Hoeta Soehoet mengemukakan definisi berita sebagai
berikut:31
1. Berita adalah keterangan menganai sebuah peristiwa atau isi
pernyataan manusia.
2. Berita bagi seseorang adalah keterangan mengenai peristiwa/isi
pernyataan manusia yang perlu untuk mewujudkan filsafat
hidupnya
3. Berita bagi surat kabar adalah keterangan mengenai peristiwa/isi
pernyataan yang diperlukan bagi pembacanya untuk mewujudkan
filsafat hidupnya.
Namun demikian, banyak pakar komunikasi mencoba merumuskan
definisi berita, dengan penekanan yang berbeda terhadap unsur yang
dikandung sebuah berita. Nothclife seorang pakar komunikasi Inggris
29
Helena Olii, Berita dan Informasi (Jakarta: Indeks, 2007), h.25. 30
Mondry, Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), h.133. 31
Hoeta Soehoed, Dasar-dasar Jurnalistik, h.23.
37
menekankan pengertian berita pada unsur “keanehan” atau ketidaklaziman,
sehingga menarik perhatian dan rasa ingin tahu.
Sementara itu, Micthel V. Charnley mengemukakan pengertian berita
yang lebih lengkap dan layak dijadikan acuan. Ia mengatakan, berita adalah
laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian yang faktual, penting, serta
menyangkut kepentingan mereka.
Dari pengertian tersebut, kita melihat terdapat empat unsur yang harus
dipenuhi oleh sebuah berita sekaligus menjadi karakteristik utama sebuah
berita dapat dipublikasikan di media massa. Berita memiliki empat unsur
yaitu cepat, nyata, penting dan menarik. Keempat unsur ini yang dikenal
dengan nilai-nilai berita. 32
Berita dapat dibedakan dari beberapa segi yakni segi sifat kejadian,
cakupan isi, dan bentuk penyajian. Dari ketiga faktor tersebut masih dapat
diklasifikasikan kembali. Dilihat dari segi sifat kejadiannya berita dibedakan
antara berita yang terduga, seperti perayaan hari nasional, dan berita tak
terduga seperti ledakan bom, kebakaran, kecelakaan lalu lintas dan
semacamnya. Jika dilihat dari segi cakupan isinya, berita terbagi pada berita
politik, ekonomi, kebudayaan, pendidikan, hukum, seni, agama, kriminal,
militer, olahraga, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya. Berita
juga dapat dibedakan dari bentuk penyajiannya seperti berita langsung
(spotnews), berita komprehensif (comprehensive news) dan feature.
32
Asep Syamsul M Romli, Jurnalistik Praktis (Bandung: Rosda, 2005), h.3-6.
38
6. Komposisi Berita
Berita dalam surat kabar memiliki komposisi yang membangun berita
tersebut. Komposisi dalam berita terdiri dari judul berita, teras berita (lead),
tubuh berita (isi berita) dan penutup berita. Berita yang baik haruslah
memiliki empat komposisi tersebut.
Judul berita merupakan hal yang urgen dalam berita karena judul
mewakili isi berita itu sendiri. Judul yang baik akan menarik perhatian
khalayak pembaca. Setiap media memiliki aturan dan prisinsip tersendiri
dalam menulis judul berita. Kekhasan prinsip dalam merumuskan judul berita
itu yang akan membuat media bersangkutan dapat diterima oleh pasar dengan
baik atau tidak. Koran-koran nasional lazimnya cenderung akan merumuskan
judul-judul beritanya secara standar.33
Dalam suatu berita, judul dimaksudkan untuk mempromosikan berita
tersebut. Biasanya judul dibuat semenarik mungkin sehingga dapat
menimbulkan dan meningkatkan keinginan khalayak untuk membaca berita
tersebut. Selain untuk mempromosikan berita, judul berfungsi sebagai cara
memperkenalkan isi berita kepada khalayak pembaca.
Selanjutnya adalah teras berita atau lead. Teras berita adalah paragraf
pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan
berita.34 Teras berita berisi bagian berita yang paling mendapat perhatian
33
Kunjana Rahardi, Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media (Depok: Gramata Publishing,
2010), h.134. 34
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006),h.126.
39
dalam penulisan berita karena teras berita merupakan pintu gerbang yang
mengantarkan pada isi, atau sebagai jembatan antara judul dan isi.35
Kekuatan berita terletak pada lead. Jika leadnya bagus, maka
khalayak akan terus membaca. Selain itu lead merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkannya. Agar memenuhi
rasa ingin tahu pembacanya secara cepat, lead disusun sedemikian rupa yang
dirumuskan sebagai 5W+1H (What, Who, When, Where, Why, dan How).
Dengan demikian baik pembaca, pendengar, ataupun penonton akan segera
tahu mengenai persoalan pokok dari sebuah peristiwa yang dilaporkannya.36
Setelah lead atau teras berita, terdapat pula tubuh berita atau isi berita.
Tubuh berita merupakan bagian isi berita yang berda setelah judul, baris
tanggal dan teras berita. Tubuh berita berisi paparan lengkap mengenai fakta
sebuah peristiwa, pernyataan, atau pendapat. Biasanya isi berita berupa
penjelasan lebih terperinci dari lead.
Setelah isi berita, terdapat penutup berita. Penutup berita merupakan
bagian akhir dari struktur penulisan berita yang berperan penting. Akhir
kalimat dalam struktur penulisan berita merupakan penguat tulisan yang
bersanding dengan judul, lead, dan body keseluruhan laporan.37
35
Suhaemi, Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009),
h.41-44 36
Kustadi Suhandang, Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode Etik
(Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia, 2004), h.120. 37
Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature (Bandung: Simbiosa
Rekatama Media, 2006), h.119.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Penyebaran dan Pengaruh Bahasa Tulis
Sering terdapat anggapan bahwa surat kabar merupakan perusak bahasa.
Anggapan ini merupakan anggapan yang dilihat dari satu sisi saja tanpa melihat
sisi surat kabar yang sangat berjasa mengembangkan bahasa. Dalam masyarakat
modern, surat kabar merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Melalui surat kabar,
masyarakat mendapatkan informasi yang dibutuhkan.1
Keakraban antara surat kabar dan masyarakat membuat bahasa yang
digunakan surat kabar akan diserap oleh pembaca. Tidak semua pembaca surat
kabar merupakan orang yang ahli dalam bahasa. Oleh karena itu, jika surat kabar
menggunakan bahasa yang salah, besar kemungkinan hal tersebut berpengaruh
pada bahasa yang digunakan pembaca. Pembaca secara sengaja atau tidak meniru
penggunaan bahasa surat kabar tersebut.2
Karena itu, media berperan sangat penting dalam menyebarluaskan bahasa.
Padahal, media merupakan sesuatu yang setiap hari dilihat oleh masyarakat, tidak
terkecuali media cetak. Sebagai model yang selalu dilihat masyarakat, sudah
semestinya media cetak mencontohkan sesuatu yang baik dan benar seperti hal
nya dalam tulisan. Tulisan dalam media cetak yang dilihat oleh masyarakat akan
diserap dan menjadi kosakata yang akan digunakan masyarkat sehingga apabila
terdapat
1 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10.
2 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, (Jakarta: Gramedia, 1994), h.10.
41
tulisan dalam media cetak yang tidak sesuai, maka hal tersebut juga yang akan
diserap oleh masyarakat.
Kesalahan paling mencolok dari media massa dan kemudian diikuti
masyarakat adalah pemakaian kata. Masyarakat yang kurang begitu
memperhatikan bahasa pasti tidak terlalu peduli dengan penggunaan kata yang
benar. Hal yang sama terjadi pada kesalahan pada struktur kalimat. Masyarakat
mencontohkan penggunaan kalimat dari media massa yang agak kurang
bertanggung jawab. Dengan begitu banyak sekali orang yang membuat kalimat
tanpa subjek, memulai kalimat dengan kata depan, terbawanya struktur bahasa
lisan dalam bahasa tulis.1
Surat kabar dan majalah merupakan sarana pembinaan bahasa. Kekuatan
surat kabar terletak pada penggunaan bahasa secara terampil dalam
menyampaikan informasi, opini, dan hiburan. Sarana yang digunakan dalam
komunikasi antara surat kabar dan masyarakat yaitu melalui bahasa tulis.2
Peran surat kabar dan majalah dalam membina bahasa dapat bersifat
positif, dapat juga bersifat negatif. Apabila bahasa yang digunakan oleh pers
adalah bahasa yang baik dan terpelihara, tentu pengaruh terhadap pembaca pun
baik. Akan tetapi, apabila bahasa yang digunakan pers itu bahasa yang tidak
terpelihara, bahasa yang tidak baik dalam segi struktur kata dan kalimat, tentulah
pengaruh terhadap masyarakat sifatnya negatif.3
1 Tri Ardi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik (Yogyakarta: Andi, 2007), h.8.
2 J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 1985), h.135.
3 J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia , h.135.
42
Masyarakat menuntut lebih dari pers sebagai lembaga yang diakui
memiliki peranan yang besar dalam pembinaan bahasa. Bahasa yang digunakan
pers adalah bahasa tulis yang setiap hari dibaca oleh masyarakat. Bahasa tulis
dapat dilihat selamanya oleh pembaca berbeda dengan bahasa lisan yang hanya
sepintas didengar oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pembaca yang kurang
menguasai kaidah bahasa mudah dipengaruhi oleh bahasa yang dibaca dalam surat
kabar. Pembaca meniru bukan hanya bahasa yang benar, melainkan pula bahasa
yang salah. Itu sebabnya penyebaran bahasa yang digunakan pers lebih
berpengaruh terhadap masyarakat dibanding penyebaran melalui media lain.4
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Harian Kompas sebagai objek
penelitian. Harian Kompas merupakan surat kabar dengan oplah terbesar di
Indonesia. Oplah surat kabar ini mencapai 530.000 eksemplar setiap hari. Melalui
perhitungan jika satu koran dibaca oleh empat orang, maka dapat diprediksi
pembaca Harian Kompas per hari mencapai lebih dari 2.000.000 pembaca. Jika
Harian Kompas menggunakan bahasa yang tidak sesuai, berarti sebanyak
2.000.000 masyarakat Indonesia yang membaca Harian Kompas terbohongi.
Bahasa tulisan yang salah tersebut selanjutnya akan diteruskan dalam penggunaan
sehari-hari dan dapat menjadi kebiasaan. Hal ini dapat berdampak pada rusaknya
tatanan bahasa.
Bahasa Indonesia dalam surat kabar khususnya surat kabar nasional sudah
mengalami kemajuan dibanding belasan atau puluhan tahun lalu, namun tidak
berarti bahwa bahasa tersebut sudah tidak ada kesalahan. Seorang wartawan harus
berusaha meningkatkan penguasaan dan kemampuan berbahasa Indonesia,
4 J.S Badudu, Cakrawala Bahasa Indonesia , h.136.
43
khususnya bahasa tulis. Bahasa merupakan alat utama wartawan untuk
menjalankan tugasnya.5
Di samping kekurangan dalam segi bahasa yang masih terdapat dalam
surat kabar, harus diakui bahwa surat kabar memiliki peranan yang penting dalam
pengembangan Bahasa Indonesia. Wartawan yang baik juga turut serta dalam
membina bahasa yang baik karena jasa mereka dalam penyebaran Bahasa
Indonesia.6
B. Profil Harian Kompas
1. Profil dan Sejarah Harian Kompas
Menjelang tahun 1965 suhu politik di Indonesia memanas ketika
Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan kegiatan sepihak, bahkan
menyuarakan perlu dibentuk angkatan kelima untuk menghadapi alat-alat
keamanan Negara yang sah, ABRI. Dengan dalih landreform PKI melakukan
penyerobotan tanah milik negara. Aksi serupa ini ditulis oleh “Harian
Rakyat” sebagai adil dan patriotik. Awal tahun 1965 Panglima TNI-AD
Letjen Ahmad Yani menelpon rekannya sekabinet, Drs. Frans Seda. Ahmad
Yani melemparkan ide untuk menerbitkan koran melawan pers komunis.
Frans Seda menanggapi ide itu dan membicatakan dengan Ignatius Josef
Kasimo sesama rekan di Partai Katolik dan dengan rekannya, pemimpin
majalah Intisari, Petrus Kanisius Ojong dan Jakob Oetama.7
PK. Ojong dan Jacob Oetama kemudian menggarap ide tersebut dan
mempersiapkan penerbitan koran. Semula nama yang dipilih yaitu “Bentara
5 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12.
6 J.S Badudu, Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II, h.12.
7 Company Profile, Harian Kompas
44
Rakyat”, namun atas usul Soekarno koran tersebut diberi nama “Kompas”
yang memiliki makna pemberi arah dan jalan dalam mengarungi lautan atau
hutan rimba. Maka jadilah nama Harian Kompas. Harian Kompas pertama
kali terbit empat halaman pada tanggal 28 Juni 1965 dengan motto “Amanat
Hati Nurani Rakyat”8
Saat ini, Kompas berkantor pusat di Jakarta. Kompas diterbitkan oleh
PT Kompas Media Nusantara yang merupakan bagian dari kelompok usaha
Kompas Gramedia (KG). Harian Kompas menjadi satu-satunya surat kabar
yang mampu menjangkau 33 provinsi di penjuru Indonesia.9 Kompas
merupakan surat kabar dengan oplah terbesar yaitu mencapai 530.000 setiap
hari dengan 2 juta lebih pembaca yang tersebar di seluruh provinsi di
Indonesia. Sebagian besar oplah Harian Kompas beredar di Jabodetabek
sebanyak 66%. 10
2. Visi Kompas
Dalam visinya, Kompas bertujuan mengedukasi dan memberikan
manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan informasi dengan
menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan bahasa. Kompas sangat
urgen terhadap pengembangan bahasa. Hal ini tertera pada visinya yang
meyatakan11:
8 Company Profile, Harian Kompas.
9 Data Litbang Bisnis Kompas tahun 2013.
10 Company Profile, http://profile.print.kompas.com/profil/ diakses pada Jumat 20 Januari 2017
pukul 00.59. 11
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
45
“Menjadi Institusi yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan
Masyarakat Indonesia yang Demokratis dan Bemartabat serta Menjunjung
Tinggi Asas dan Nilai Kemanusiaan”12
Dalam visi tersebut, terdapat kata bemartabat, yang dimaksud dengan
bemartabat yaitu, menjadi organisasi yang bermanfaat di mata masyarkat.
Bemartabat di sini juga berkaitan dengan bahasa karena seseorang dikatakan
bemartabat apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia
berbahasa.13
Dalam kiprahnya di industri pers “Visi Kompas” berpartisipasi
membangun masyarakat Indonesia baru berdasarkan Pancasila melalui prinsip
humanism transcendental (persatuan dalam perbedaan) dengan menghormati
individu dan masyarakat adil dan makmur. Secara lebih spesifik bisa
diuraikan sebagai berikut:14
a. Kompas adalah lembaga pers yang bersifat umum dan terbuka.
b. Kompas tidak melibatkan diri dalam kelompok-kelompok tertentu
baik politik, agama, sosial, ekonomi atau golongan
c. Kompas secara aktif membuka dialog dan berinteraksi positif
dengan segala kelompok.
d. Kompas adalah koran nasional yang berusaha mewujudkan aspirasi
dan cita-cita bangsa.
12
Company Profile Harian Kompas 13
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 14
Company Profile Harian Kompas
46
e. Kompas bersifat luas dan bebas dalam pandangan yang
dikembangkan tetapi selalu memperhatikan konteks struktur
kemasyarakatan dan pemerintahan yang menjadi lingkungan.
3. Misi Kompas
Layaknya Visi Kompas, Misi Kompas pun mengedepankan
pengembangan bahasa. Bahasa ibarat alat yang digunakan untuk
menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas adalah bahasa
jurnalistik. Pesan dapat disampaikan kepada masyarakat apabila alat yang
digunakan berupa bahasa sudah baik dan pas.15
Hal ini tertera pada misi Kompas yang menyatakan, “Menginspirasi
dan Merespon Dinamika Masyarakat Secara Profesional, Sekaligus Memberi
Arah Perubahan (Trend Setter) dengan Menyediakan dan Menyebarluaskan
Informasi Tepercaya”16
Kompas berperan serta ikut mencerdaskan bangsa, menjadi nomor
satu dalam semua usaha di antara usaha-usaha lain yang sejenis dalam kelas
yang sama. Hal tersebut dicapai melalui etika usaha bersih dengan melakukan
kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lain. Hal ini dijabarkan dalam lima
sasaran operasional:17
a. Kompas memberikan informasi yang berkualitas dengan ciri :
cepat, cermat, utuh, dan selalu mengandung makna.
b. Kompas memiliki bobot jurnalistik yang tinggi dan terus
dikembangkan untuk mewujudkan aspirasi dan selera terhormat
15
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 16
Company Profile Harian Kompas 17
Company Profile Harian Kompas
47
yang dicerminkan dalam gaya kompak, komunikatif dan kaya
nuansa kehidupan dan kemanusiaan.
c. Kualitas informasi dan bobot jurnalistik dicapai melalui upaya
intelektual yang penuh empati dengan pendekatan rasional,
memahami jalan pikiran dan argumentasi pihak lain, selalu
berusaha mendudukan persoalan dengan penuh pertimbangan
tetapi tetap kritis dan teguh pada prinsip.
d. Berusaha menyebarkan informasi seluas-luasnya dengan
meningkatkan tiras.
e. Untuk dapat merealisasikan visi dan misi Kompas harus
memperoleh keuntungan dari usaha, namun, keuntungan yang
dicari bukan sekedar demi keuntungan itu sendiri tetapi
menunjang kehidupan layak bagi karyawan dan pengembangan
usaha sehingga mampu melaksanakan tanggung jawab sosial
sebagai perusahaan.
C. Profil Rubik Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan dan Kebudayaan merupakan salah satu rubrik yang dimiliki
Harian Kompas. Rubrik ini terletak di halaman 11-12 pada setiap edisi. Rubrik ini
berisi berita mengenai pendidikan dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan
orang banyak, mengedukasi masyarkat, kebijakan pendidikan nasional,
momentum tentang pendidikan dan kebudayaan, fasilitas, sarana, regulasi dan
Undang-undang Pendidikan mengena pendidikan. Berita yang diterbitkan harus
48
membangun pluralisme atau menghargai keanekaragaman masyarakat, merawat
nasionalisme dan membangun karakter bangsa.18
Semenjak awal berdiri, Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik sendiri
dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena pada saat pertama terbit, koran
belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar 1980 barulah terbentuk Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan di Harian Kompas.19
Latar belakang berdirinya Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan tidak
terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi pendiri Harian Kompas. Pendiri
Harian Kompas, Jacob Oetama merupakan seorang guru. Jacob Oetama ingin
mengedukasi masyarakat melalui koran dan sebagai jalannya membuat Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan ini merupakan dedikasi Jacob Oetama kepada masyarkat. Sementara
itu, kebudayaan berkaitan dan tidak bisa terlepas dari pendidikan sehingga
terbentuklah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.20
18
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 19
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 20
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
49
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Bahasa Jurnalistik pada Berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas Edisi Juli 2016
Pada Juli 2016 terdapat empat berita di Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas yang akan peneliti analisis. Bahasa jurnalistik
keenam berita ini akan dibahas sesuai dengan 10 pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Berikut adalah keenam berita
di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas:
Tabel 1. Judul Berita Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Juli 2016
No. Judul Berita Waktu Terbit
1 101 PTS Ditutup Jumat, 1 Juli 2016
2 PTS Tutup Karena Kurang
Mahasiswa
Sabtu, 2 Juli 2016
3 Perguruan Tinggi Swasta Butuh
Pendampingan
Senin, 4 Juli 2016
4 Cegah Titipan Industri Penyiaran Jumat, 15 Juli 2016
50
1. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita I
Berita pertama berjudul 101 PTS Ditutup Tak Sanggup Penuhi Syarat
Layanan Pendidikan, Jumat 1 Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang penutupan
101 perguruan tinggi swasta oleh Kemristek dan Dikti karena dinilai tak
sanggup memenuhi syarat layanan pendidikan. Judul berita ini sudah
menggunakan bahasa jurnalistik yang cukup baik dan tidak melanggar
pedoman bahasa jurnalistik.
Selanjutnya, temuan analisis naskah berita berlandaskan 10 pedoman
bahasa jurnalistik PWI akan penulis deskripsikan dalam bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 2. Analisis bahasa jurnalistik berita I Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 1 Juli 2016
Paragraf Berita Analisis
Lead Sebanyak 101 perguruan
tinggi swasta yang sempat
masuk dalam daftar
pembinaan/nonaktif
bersama 243 perguruan
tinggi lainnya oleh
Kementrian Riset,
Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
akhirnya diputuskan
Pada lead ini terdapat dua kesalahan.
Pertama, kalimat dalam lead ini
terlalu panjang. Ini melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
empat yang menyatakan bahwa,
wartawan hendaknya menulis
dengan kalimat-kalimat pendek.
Sedangkan kalimat ini, mengandung
28 kata dalam satu kalimat. Menulis
dengan induk kalimat dan anak
51
untuk ditutup kalimat yang mengandung banyak
kata dapat menyebakan kalimat tidak
dapat dipahami. Semestinya kalimat
ini diubah menjadi:
101 perguruan tinggi swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan.
Perguruan tinggi tersebut sempat
masuk dalam daftar
pembinaan/nonaktif bersama 243
perguruan tinggi lainnya.
Kedua, kalimat ini mengandung kata
mubazir, yaitu “untuk”. Ini
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyataakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Kata “untuk” merupakan
salah satu kata mubazir. Ini karena
ada atau tidak kata “untuk”, makna
kalimat tetap sama. Semestinya
kalimat ini diubah menjadi
“… perguruan tinggi lainnya oleh
52
Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendikan Tinggi akhirnya
diputuskan ditutup”
Dengan demikian, kalimat pada lead
seharusnya diubah menjadi :
101 perguruan tinggi swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan.
Perguruan tinggi tersebut sempat
masuk dalam daftar
pembinaan/nonaktif bersama 243
perguruan tinggi lainnya.
1 Perguruan tersebut
dianggap tidak sanggup
memenuhi berbagai syarat
untuk membenahi
layanan pendidikan
kepada masyarakat.
Pada paragraf pertama terdapat kata
“untuk”. Dalam kalimat ini, kata
“untuk” merupakan kata mubazir ini
karena jika kata “untuk” dihilangkan
tidak mengubah makna kalimat
bahkan membuat kalimat menjadi
lebih panjang. Dengan demikian
Kompas melanggar pedoman nomor
enam yang menyatakan wartawan
hendaknya menghilangkan kata
53
mubazir. Seharusnya kalimat diubah
menjadi :
Perguruan tersebut dianggap tidak
sanggup memenuhi berbagai syarat
membenahi layanan pendidikan
kepada masyarakat.
2 Dalam acara jumpa awak
media di Jakarta, Rabu
(29/6) malam, bertajuk
Pemaparan Kinerja
Semester 1 Tahun 2006 di
Kementrian Riset,
Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi,
Menristek dan Dikti
Muhammad Nasir
mengatakan, peningkatan
mutu pendidikan tinggi di
Indonesia harus jadi
komitmen bersama
penyelenggara perguruan
tinggi negeri dan swasta.
Pada paragraf kedua, kalimat terlalu
panjang. Kalimat ini mengandung 46
kata dalam satu kalimat. Menulis
dengan induk kalimat dan anak
kalimat yang mengandung banyak
kata dapat menyebakan kalimat tidak
dapat dipahami. Dengan demikian
Kompas melanggar pedoman nomor
empat yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya menulis
dengan kalimat-kalimat pendek.
Kalimat seharusnya diubah menjadi :
Dalam acara jumpa awak media di
Jakarta, Rabu (29/6) malam,
Menristek dan Dikti Muhammad
Nasir mengatakan, peningkatan
mutu pendidikan tinggi di Indonesia
harus jadi komitmen bersama
54
penyelenggara perguruan tinggi
negeri dan swasta. Acara jumpa
awak media tersebut bertajuk
Pemaparan Kinerja Semester 1
Tahun 2006, diselenggarakan di
Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
3 “Tindakan tegas dilakukan
pemerintah terhadap
institusi ataupun orang-
orang yang berupaya
melanggar ketentuan
dalam upaya mewujudkan
pendidikan tinggi bermutu
yang dapat meningkatkan
daya saing bangsa,” ujar
Nasir.
Pada paragraf ketiga, terdapat kata
“upaya” sebanyak dua kali dalam
satu kalimat. Hal ini menjadikan
kata “berupaya” sebagai kata
mubazir. Kalimat lebih tepat jika
kata “berupaya” dihilangkan.
Dengan demikian Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah
menjadi :
“Tindakan tegas dilakukan
pemerintah terhadap institusi
ataupun orang-orang yang
melanggar ketentuan dalam upaya
55
mewujudkan pendidikan tinggi
bermutu yang dapat meningkatkan
daya saing bangsa,” ujar Nasir.
4 Ia mencontohkan, di
Universitas Negeri
Manado yang melakukan
pelanggaran dalam
membuka kelas jauh,
pihaknya sudah
memberikan sanksi
kepada tiga orang. Mereka
diberhentikan dari jabatan
fungsional.
Pada paragraf keempat, terdapat kata
“melakukan pelanggaran” padahal,
kata tersebut cukup dituliskan
“pelanggar”. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman nomor enam
yang menyatakan wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Dengan demikian kalimat
dapat diubah menjadi :
Ia mencontohkan, di Universitas
Negeri Manado, pihaknya sudah
memberikan sanksi kepada tiga
orang pelanggar yang membukaan
kelas jauh. Mereka diberhentikan
dari jabatan fungsional.
5 Pemalsuan ijazah S-2
sorang dosen di PTN itu
juga ditindak tegas. “Kami
memberikan tindakan
tegas kepada PTN dan
PTS yang tidak memenuhi
Pada paragraf lima terdapat kata
“itu” padahal kata tersebut kurang
tepat untuk kalimat tersebut. Kata
yang cocok untuk menggantikan
kata “itu” adalah kata “tersebut”.
Kalimat seharusnya berbunyi:
56
ketentuan untuk menjamin
kualitas pendidikan
tinggi,” kata Nasir.
Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen
di PTN tersebut juga ditindak tegas.
Dengan demikian Kompas melakukan
pelanggaran terhadap pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
dimaksud dalam hal ini berhubungan
dengan diksi atau pemilihan kata.
6 Direktur Jendral
Kelembagaan Ilmu
Pengetahuan, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi
Patdono Suwignjo
menjelesakan, pada tahun
ini ada 243 PT yang
awalnya dinontaktifkan di
Pangkalan Data Penelitian
Tinggi (PDPT). Setelah
diberi kesempatan
menjalani pembinaan oleh
tim yang dibentuk
Kemristek dan Dikti, pada
Pada paragraf keenam di kalimat kedua,
terdapat kata “diberi kesempatan”,
Padahal kata tersebut cukup
dituliskan “berkesempatan”. Hal ini
membuat kalimat menjadi mubazir
sedangkan pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam menyatakan
bahwa wartawan hendaknya
menghilangkan kata mubazir.
kalimat seharusnya diubah menjadi :
Setelah berkesempatan menjalani
pembinaan oleh tim yang dibentuk
Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni
lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif
57
29 Juni lalu ditetapkan
112 PTS sudah aktif
kembali.
kembali.
7 Sebanyak 15 PTS masih
terus dibina oleh
Kemristek dan Dikti,
Koordinator Perguruan
Tinggi Swasta (Kopertis),
serta Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia.
Sedangkan 15 PTS yang
dibawahi Kementrian
Agama belum diketahui
kemajuannya.
Pada paragraf ketujuh, terdapat kata
“sedangkan” di awal kalimat,
seharusnya kata “sedangkan” tidak
boleh diletakan di awal kalimat. Hal
ini berarti Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Kalimat seharusnya diubah menjadi :
Sebanyak 15 PTS masih terus
dibina oleh Kemristek dan Dikti,
Koordinator Perguruan Tinggi
Swasta (Kopertis), serta Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia,
sedangkan 15 PTS yang dibawahi
Kementrian Agama belum diketahui
kemajuannya.
.
8 “Ada 101 PTS yang
ditutup. Sebagian besar
Pada paragraf ini, kalimat kedua
tidak lengkap sehingga kalimat
58
dengan keputusan
sendiri berkirim surat
untuk mengajukan
penutupan. Alasannya
tidak sanggup untuk
melanjutkan lagi
penyelenggaraan PT
sesuai dengan ketentuan,”
tutur Patdono.
menjadi tidak jelas apa maksud yang
ditutup di kalimat tersebut. Setelah
kata “penutupan” seharusnya
ditambah kata “perguruan tinggi
mereka”. Hal ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hedaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Kalimat tersebut
seharusnya diubah menjadi :
Sebagian besar dengan keputusan
sendiri berkirim surat untuk
mengajukan penutupan perguruan
tinggi mereka.
Pada kalimat ketiga, seharusnya
setelah kata “alasannya” dituliskan
kata “mereka” karena jika tidak ada
kata “mereka”, maka tidak ada
subjek dari kalimat tersebut. Dengan
demikian, Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan. Kalimat tersebut
seharusnya diubah menjadi :
59
Alasannya, mereka tidak sanggup
untuk melanjutkan lagi
penyelenggaraan PT sesuai dengan
ketentuan,” tutur Patdono.
9 Menurut Patdono, PT
yang tidak dapat
memenuhi rasio antara
dosen dan mahasiswa 1
berbanding 100 atau lebih
awalnya diberi
kesempatan berbenah
hingga akhir 2015. Namun
gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN
dan PTS sehingga diberi
kelonggaran waktu hingga
akhir Juni ini.
Pada paragraf kesembilan terdapat
kata “diberi kesempatan” kata
tersebut merupakan kata mubazir
karena cukup dituliskan
“berkesempatan”. Dengan demikian,
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Kalimat tersebut
seharusnya diubah menjadi:
Menurut Patdono, Perguruan Tinggi
yang tidak dapat memenuhi rasio
antara dosen dan mahasiswa 1
berbanding 100 atau lebih, awalnya
berkesempatan berbenah hingga
akhir 2015.
Pada kalimat kedua, sesuai dengan
kaidah bahasa seharusnya setelah
60
kata “namun” terdapat tanda (,).
Selain itu, kalimat tersebut juga
tidak memiliki subjek. Ini berarti
dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Kalimat
jurnalistik haruslah jelas dan
memiliki pola S-P-O-K. Dengan
demikian kalimat tersebut menjadi :
Namun, gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS
sehingga semua perguruan tinggi
tersebut diberi kelonggaran waktu
hingga akhir Juni ini.
10 “Ada permintaan supaya
tenggat diundur lagi, tapi
kami tetap menetapkan
akhir Juni. Setelah ini
kami akan audit PT yang
masih bermasalah soal
rasio antara dosen dan
Pada paragraf kesepuluh, di kalimat
ketiga terdapat kata “dari”.
Penggunaan kata “dari” pada kalimat
ini tidak tepat dan sebaiknya
dihilangkan karena ada atau tidak
ada kata “dari” tidak mengubah arti
kalimat. Ini berarti dalam kalimat ini
61
mahasiswa. Jika dari hasil
audit tidak menunjukkan
tanda-tanda untuk
memperbaiki diri, sanksi
akan diberikan.
Sebaliknya, yang berniat
memperbaiki, termasuk
dengan memanfaatkan
kebijakan soal nomor
induk dosen khusus, akan
kami berikan
kesempatan,” ujar
Patdono.
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Selain itu, di kalimat yang
sama, kalimat tersebut tidak
memiliki objek sehingga kalimat
tidak lengkap. Ini berarti pada
kalimat ini, Kompas juga melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa,
khususnya kejelasan kalimat.
Dengan demikian kalimat
seharusnya diubah menjadi:
Jika hasil audit tidak menunjukkan
tanda-tanda mereka untuk
memperbaiki diri, sanksi akan
diberikan.
11. Sesuai dengan ketentuan,
rasio dosen dan
mahasiswa untuk bidang
Ilmu Pengetahuan Alam
Pada paragraf kesebelas, terdapat
kata “adalah”. Kata tersebut
merupakan kata mubazir karena jika
tidak ada kata tersebut kalimat sudah
62
adalah 1 berbanding 30.
Adapun untuk Ilmu
Pengetahuan Sosial 1
berbanding 45.
jelas. Dengan demikian dalam
kalimat ini Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
enam, yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan
kata mubazir. Kalimat seharusnya
diubah menjadi :
Sesuai dengan ketentuan, rasio
dosen dan mahasiswa untuk bidang
Ilmu Pengetahuan Alam 1
berbanding 30.
12 Terkait nasib mahasiswa
di PT yang ditutup, ujar
Patdono, pihaknya
meminta agar yayasan
mengalihkan mahasiswa
ke PTS terdekat.
Kemristek dan Dikti juga
turun tangan untuk bisa
membantu peralihan
mahasiswa yang terdata di
PDPT agar dapat
menyelesaikan studinya.
Pada paragraf keduabelas, terdapat
kata “ujar”, “pihaknya” dan “agar”,
padahal dalam kalimat ini kata-kata
tersebut merupakan kata mubazir
karena jika tidak ada kata-kata
tesebut kalimat sudah jelas. Ini
berarti dalam kalimat ini, Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir.
Masih pada kalimat yang sama,
63
kalimat tersebut tidak lengkap.
Seharusnya setelah kata
“mahasiswa” diperjelas dengan
ditambah kata “mereka”. Ini berarti
Kompas dalam kalimat ini
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dengan
demikian, kalimat seharusnya diubah
menjadi :
Terkait nasib mahasiswa di PT yang
ditutup, Patdono meminta yayasan
mengalihkan mahasiswa mereka ke
PTS terdekat.
Selain itu, pada kalimat kedua
terdapat kata “studinya”. Dalam
kalimat ini, kata tersebut tidak tepat
karena menunjukan studi seseorang,
padahal yang dimaksud kalimat
tersebut menunjukan studi orang
banyak. Dengan demikian dalam
kalimat ini Kompas melanggar
64
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
yang dilanggar yaitu penggunaan
diksi. Seharusnya kalimat diubah
menjadi:
Kemristek dan Dikti juga turun
tangan untuk bisa membantu
peralihan mahasiswa yang terdata di
PDPT agar dapat menyelesaikan
studi mereka.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita I
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Jumat, 1 Juli 2016 halaman
11, terdapat 12 paragraf yang terdiri dari 24 kalimat yang telah dianalsis.
Setelah peneliti menganalisis berita tersebut, terdapat tiga pelanggaran
pedoman bahasa jurnalistik masing-masing pedoman nomor empat sebanyak
satu kalimat, nomor enam sebanyak sembilan kalimat dan pedoman nomor
sembilan sebanyak lima kalimat.
2. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita II
Berita kedua berjudul PTS Tutup karena Kurang Mahasiswa terbit 2
Juli 2016 di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 11. Berita ini berisi
65
tentang Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menutup
perguruan tinggi swasta. Penutupan dilakukan karena proses perkuliahan
sudah tidak berjalan selama beberapa semester. Judul berita ini lebih baik
dipersingkat menjadi Kurang Mahasiswa, PTS ditutup.
Selanjutnya, berita tentang di tutupnya Perguruan Tinggi Swasta
tersebut akan dianalisis berdasarkan 10 pedoman bahasa jurnalistik Persatuan
Wartawan Indonesia. Untuk memudahkan menganalisis, analisis akan
dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 3. Analisis bahasa jurnalis tik berita II Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 2 Juli 2016
Paragraf Berita Analisis
Lead Perguruan tinggi swasta
yang ditutup oleh
Kementrian Riset,
Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
umumnya secara
sukarela mengajukan
permintaan penutupan.
Alasannya, proses
perkuliahan sudah tidak
berjalan selama beberapa
semester dan mereka
tidak bisa memperoleh
mahasiswa baru.
Pada lead ini di kalimat pertama
terdapat kata “penutupan”. Kata
“penutupan” dan “permintaan”
sama-sama kata benda sehingga
terjadi penumpukan kata benda.
Dengan demikian pada kalimat ini
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Pada kalimat ini,
kaidah tata bahasa yang dimaksud
adalah pemilihan diksi. Seharusnya,
kata “penutupan” diganti dengan
66
“ditutup” agar tidak terjadi
penumpukan kata benda. Seharusnya
kalimat diubah menjadi :
Perguruan tinggi swasta yang
ditutup oleh Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
umumnya secara sukarela
mengajukan permintaan ditutup.
1 Kepala seksi
Kelembagaan Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) Wilayah III
DKI Jakarta Sri Mastuti
mengatkan, pihaknya
sudah memberikan
kesempatan perguruan
tinggi swasta (PTS)
bermasalah tersebut
waktu untuk berbenah.
“Akan tetapi, pada
akhirnya para pengurus
PTS memilih untuk
Pada kalimat pertama di paragraf
pertama terdapat kata “waktu”.
Dalam kalimat ini, kata “waktu”
merupakan suatu redundansi
(tindakan menggunakan kata, frasa,
dan lain-lain, yang berulang. Padahal
pengulangan tersebut tidak perlu)1
sehingga kata “waktu” merupakan
kata mubazir. Dengan demikian
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Seharusnya kata tersebut
1 Merriam Webster, Redundancy, diakses pada Senin, 13 Februari2017 melalui
https://www.merriam-webster.com/dictionary/redundancy.
67
menghentikan
operasionalnya. Mereka
datang ke Kopertis III
dengan membawa surat
permohonan penutupan,”
ujarnya ketika ditemui di
Jakarta, Jumat (1/7).
dihilangkan. Kalimat seharusnya
diubah menjadi:
Kepala seksi Kelembagaan
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta
Sri Mastuti mengatkan, pihaknya
sudah memberikan kesempatan
perguruan tinggi swasta (PTS)
bermasalah tersebut berbenah.
Pada kalimat kedua, terdapat kata
“untuk”. Kata “untuk merupakan
kata mubazir karena ada atau
tidaknya kata tersebut tidak
mengubah makna kalimat. Dengan
demikian pada kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Kata “untuk” seharusnya
dihilangkan. Dengan demikian
kalimat seharusnya diubah menjadi:
Akan tetapi, pada akhirnya para
68
pengurus PTS memilih
menghentikan operasionalnya.
2 Salah satu PTS yang
sudah ditutup adalah
Akademi Sekretaris dan
Manajemen (ASM)
Purnama yang didirikan
pada 1971. Menurut
Ketua Yayasan Purnama,
Aminudin Tinit, ketika
dihubungi secara
terpisah, lembaga
pendidikan tersebut
sudah tidak mendapat
mahasiswa baru selama
lima tahun terakhir.
Praktis, tak ada kegiatan
operasional. “Setiap
tahun, yang tertarik
mendaftar hanya satu-
dua orang,” katanya.
Pada kalimat keempat di paragraf
kedua, susunan kalimat tidak tepat,
seharusnya susunan kalimat ditulis:
“Setiap tahun hanya satu-dua orang
yang tertarik mendaftar” karena jika
susunan kata seperti berita tersebut
tidak ada kata yang disifati dari kata
tertarik sehingga kalimat tidak jelas..
Dengan demikian pada kalimat ini
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Kalimat
seharusnya diubah menjad:
“setiap tahun, hanya satu-dua orang
yang tertarik untuk mendaftar”
3 Aminudin menjelaskan,
sejak lima tahun lalu para
dosen di ASM Purnama
Pada paragraf ketiga, terdapat dua
kalimat yang melanggar pedoman
bahasa jurnalistik. Pertama, di
69
satu persatu
mengundurkan diri dan
pindah bekerja di tempat
lain hingga akhirnya
tidak ada yang tersisa.
Menurut dia, Yayasan
Purnama sudah berupaya
melakukan pembenahan
pengelolaan. Mereka
juga menggiatkan
promosi agar para
lulusan SMA sederajat
dan orang yang berhak
mengambil pendidikan
lanjut mau mendaftar ke
ASM Purnama. Akan
tetapi, hasilnya nihil.
kalimat pertama terdapat kata
mubazir yaitu “akhirnya”. Ada atau
tidak kata “akhirnya” tidak
mengubah arti kalimat. Dengan
demikian hal ini bertentangan
dengan pedoman bahasa jurnalistik
nomor lima yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan
kata mubazir. Seharusnya kalimat ini
diubah menjadi:
Aminudin menjelaskan, sejak lima
tahun lalu para dosen di ASM
Purnama satu persatu mengundurkan
diri dan pindah bekerja hingga tidak
ada yang tersisa.
Kedua, di kalimat ketiga terdapat
kata “mau”. Kata “mau” merupakan
kata tutur. Menggunakan kata tutur
bukanlah karakteristik bahasa
jurnalistik dan melanggar pedoman
bahasa jurnalistik nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Seharusnya
70
kalimat ditulis :
Mereka juga menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat dan
orang yang berhak mengambil
pendidikan lanjut ingin mendaftar ke
ASM Purnama.
4 “keputusan untuk
menutup ASM Purnama
adalah hal yang sangat
logis,” tuturnya. Di
samping itu, Kementrian
Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
(Kemristek dan Dikti)
juga mengeluarkan
aturan pembenahan
perguruan tinggi
sehingga menutup ASM
Purnama adalah salah
satu bentuk kepatuhan
terhadap aturan.
Pada kalimat pertama di paragraf
keempat terdapat kata “untuk”
padahal dalam kalimat ini kata
“untuk” merupakan kata mubazir
karena jika tidak ada kata tersebut
makna kalimat tetap sama. Ini berarti
dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. seharusnya kata “untuk”
dihilangkan dalam kalimat. Dengan
demikian kalimat seharusnya diubah
menjadi:
keputusan menutup ASM Purnama
adalah hal yang sangat logis,”
tuturnya.
71
5 Serupa dengan ASM
Purnama, Sekolah Tinggi
Ilmu Administrasi
Yayasan Pembina
Pendidikan Administrasi
Niaga dan Negara (STIA
Yappann) juga
mengajukan
permohonan penutupan
dengan alasan tidak ada
kegiatan operasional
karena jumlah
mahasiswa yang
melamar semakin
berkurang. Menurut
Mastuti, mahasiswa
Yappann yang tersisa
pindah ke PTS lain. Saat
ini mereka sedang dalam
proses mengurus
dokumen akademis.
Pada paragraf kelima, terdapat dua
kata mubazir. pertama, di kalimat
pertama terdapat kata “permohonan”
padahal sebelum kata tersebut
terdapat kata “mengajukan”
sehingga kata “permohonan:
menjadi mubazir dan harus
dihilangkan. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. kalimat seharusnya diubah
menjadi:
…(STIA Yappann) juga mengajukan
penutupan dengan alasan…
Kedua, di kalimat kedua terdapat
kata “sedang” padahal dalam kalimat
tersebut juga terdapat kata “saat ini”,
sehingga kata “sedang” merupakan
kata mubazir pada kalimat tersebut
karena sama-sama menunjukan
waktu yang sama. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
72
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Kalimat seharusnya diubah
menjadi:
Saat ini mereka dalam proses
mengurus dokumen akademis.
6 Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (STKIP)
Suluh Bangsa ditutup
paksa karena terbukti
melakukan jual-beli
ijazah serta pelaksanaan
wisuda tanpa
pemberitahuan kepada
Kemristek dan Dikti.
Diselidiki lebih lanjut,
dari ratusan mahasiswa
yang diwisuda, hanya 50
orang yang namanya
masuk ke dalam laporan
Kopertis.
Pada kalimat pertama di paragraf
keenam terdapat kata “pelaksanaan”
seharusnya kata tersebut ditulis
“melaksanakan” karena kata
“pelaksanaan” merupakan kata
benda sedangkan seharusnya pada
kalimat ini diikuti kata kerja. Ini
berarti pada kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilang yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini
tata bahasa yang dimaksud adalah
pemilihan kata atau diksi. Dengan
demikian kalimat seharusnya diubah
menjadi:
73
… melakukan jual-beli ijazah serta
melaksanakan wisuda tanpa
pemberitahuan serta melaksanakan
wisuda tanpa …
Pada kalimat kedua, terdapat kata
“diselidiki lebih lanjut” padahal kata
tersebut merupakan ungkapan klise
dan harus dihilangkan. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor lima yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menjauhkan diri dari
ungkapan klise atau stereotype.
Dengan demikian kalimat yang
benar adalah:
Dari ratusan mahasiswa yang
diwisuda, hanya 50 orang …
Ketiga, masih di kalimat kedua,
terdapat kata “namanya” padahal
sebelum kata tersebut terdapat kata
“50 orang” sedangkan partikel “nya”
menunjukan hanya satu orang. Ini
berarti Kompas melanggar pedoman
bahasa jurnalistik nomor sembilan
74
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa.
Seharusnya partikel “nya” diubah
menjadi “mereka” sehingga kalimat
yang benar:
hanya 50 orang nama mereka yang
masuk laporan Kopertis.
7 “Penyelidikan
membuktikan bahwa dari
50 orang tersebut,
beberapa nama tak cocok
dengan nomor induk
mahasiswa yang ada di
Pangkalan Data
Pendidikan Tinggi
(PDPT),” kata Mastuti.
Serupa dengan
Yappann, mahasiswa
STKIP Suluh Bangsa
yang terdaftar di PDPT
dan masih aktif kuliah
sedang dalam proses
perpindahan ke PTS lain.
Pada kalimat kedua di paragraf
ketujuh terdapat kata “serupa dengan
Yappann” padahal kata itu diikuti
dengan “mahasiswa STIKIP” kedua
kata ini tidak setara. Maka dari itu,
kata pertama harus diubah menjadi
“serupa dengan mahasiswa
Yappann”. Hal ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Kalimat ini
seharusnya diubah menjadi:
Serupa dengan mahasiswa Yappann,
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa …
75
8 Selain PTS yang resmi
ditutup, Kopertis III juga
melakukan soft-delete,
yaitu menghapus nama-
nama PTS yang
“menghilang” dari
masyarakat. Terdapat 10
PTS di DKI Jakarta yang
masuk kategori tersebut.
Pada paragraf kedelapan Kompas
tidak melanggar pedoman bahasa
jurnalistik.
9 Mastuti memaparkan,
PTS-PTS ini sebelumnya
aktif. Namun, selama
beberapa tahun terakhir,
mereka tidak pernah
mengirim kabar kepada
Kopertis III. Kopertis
juga tidak bisa
menghubungi mereka
karena nomor kontak
yang terdaftar sudah
tidak aktif. Pengurusnya
juga tidak diketahui
keberadaannya.
Pada kalimat ketiga di paragraf
sembilan, kalimat tersebut tidak
padu. Ini berarti Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Seharusnya kalimat yang benar:
Keberadaan pengursnya juga tidak
diketahui.
10 Ketika petugas Kopertis Pada kalimat pertama di paragraf
76
mendatangi alamat PTS
tersebut, gedungnya
sudah beralih fungsi. Ada
yang menjadi sekolah,
gedung perkantoran,
bahkan ada yang kosong.
kesepuluh terdapat kata
“gedungnya” padahal kata tersebut
cukup ditulis “gedung”. Dengan
demikian dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Seharusnya
kalimat yang benar :
… alamat PTS tersebut, gedung
sudah berlaih fungsi.
11 Ia mengungkapkan,
Kopertis III masih
memberikan kesempatan
bagi para pengurus PTS
yang masuk dalam daftar
soft-delete untuk segera
datang menghadap dan
membicarakan jalan
keluar yang ditempuh.
Jika mereka tetap ingin
menjalankan kegiatan
sebagai lembaga
Pada kalimat kedua di paragraf
kesebelas terdapat kata “melakukan
pembinaan” padahal kata tersebut
cukup dituliskan “membina”. Ini
berarti dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
mubazir. Seharusnya kalimat ditulis:
… Kopertis bersedia membina
mereka.
77
pendidikan, Kopertis
bersedia melakukan
pembinaan. Jika mereka
memilih ditutup,
Kopertis akan
melakukan secara resmi.
Selain itu, di kalimat ketiga, terdapat
kata “melakukan”. Kata
“melakukan” di kalimat ini tidak
jelas. Ini berarti Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam kalimat ini seharusnya kata
“melakukan” diganti dengan
“mengabulkan permintaan mereka”
karena sebelumnya, terdapat kata
“jika mereka memilih ditutup”.
Kalimat ini seharusnya ditulis:
… Kopertis akan mengabulkan
permintaan mereka secara resmi.
12 Ketua Umum Pengurus
Pusat Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia
(Aptisi) M Budi
Djatmiko mengatakan,
penutupan 101 PTS
merupakan langkah tegas
yang didukung Aptisi.
Pada paragraf keduabelas Kompas
tidak melanggar pedoman bahasa
jurnalistik.
78
13 “Kami memang
meminta kepada
pemerintah supaya ada
kesempatan untuk
dibina terlebih dahulu
jika ada PTS yang
bermasalah. Ternyata
ada 101 dari 243 PTS
yang menyatakan tidak
sanggup, ya, lebih baik
ditutup saja,” ujar Budi
yang juga Ketua Pembina
Yayasan Universitas
Narotama Surabaya.
Pada kalimat pertama di paragraf
ketigabelas, kalimat tidak teratur.
Seharusnya kalimat ditulis:
“Kami memang meminta kepada
pemerintah jika ada PTS yang
bermasalah agar diberi pembinaan
terlebih dahulu.”
Ini berarti dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita II
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Sabtu, 2 Juli 2016, terdapat 13
paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing
pedoman nomor lima sebanyak satu kalimat, nomor enam sebanyak tujuh
kalimat dan pedoman nomor sembilan sebanyak sembilan kalimat.
3. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita III
Berita ketiga berjudul Perguruan Tinggi Swasta Butuh
Pendampingan, terbit Senin 4 Juli 2016, di rubrik Pendidikan dan
79
Kebudayaan Harian Kompas halaman 12. Berita ini berisi tentang perguruan
tinggi yang membutuhkan dampingan dari pemerintah untuk meningkatkan
mutu layanan pendidikan. Penulisan judul ini sudah sesuai dengan pedoman
bahasa jurnalistik.
Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman
bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 4. Analisis bahasa jurnalistik berita III Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 4 Juli 2016
Paragraf Berita Analisis
Lead Peningkatan mutu
layanan pendidikan juga
menjadi komitmen
penyelenggaraan dan
pimpinan perguruan
tinggi swasta. Untuk itu,
perguruan tinggi swasta
pun butuh kesempatan
memperbaiki diri melalui
pendampingan yang
sungguh-sungguh dari
pemerintah dan asosiasi
perguruan tinggi swasta.
Pada kalimat pertama, terdapat kata
“layanan”. Dalam kalimat ini,
seharusnya kata “layanan” berbunyi
“pelayanan” karena kata
“pelayanan” berarti proses
melayani, sedangkan kata “layanan”
lebih merujuk pada hasil dari
pelayanan. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
tata bahasa yang dilanggar yaitu
mengenai pemilihan kata atau diksi.
80
Selain itu, dalam kalimat ini terdapat
kata “juga”. Dalam kalimat ini kata
“juga” seharusnya tidak digunakan
karena kata itu tidak berfungsi
sebagai kata sambung dua kalimat
yang setara. Ini berarti dalam
kalimat ini Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, tata bahasa yang
dilanggar adalah pemilihan kata atau
diksi. Seharusnya, kata “juga”
diganti dengan “salah satu”. Selain
itu, kalimat tersebut juga tidak logis.
Pada kalimat tersebut, kata
“penyelenggaraan” diseterakan
dengan “pimpinan perguruan tinggi
swasta” padahal, dua kata tersebut
tidak setara. Kata “penyelenggaraan”
merujuk pada suatu kegiatan dan
“pimpinan perguran tinggi swasta
merujuk pada orang. Hal ini
81
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sebisa mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
dimaksud di sini yaitu logika bahasa
(struktur paralel).2 Dengan
demikikan kalimat seharusnya
berbunyi:
Peningkatan mutu pelayananan
pendidikan menjadi salah satu
komitmen penyelenggaraan dan
pelaksanaan yang dilakukan
pimpinan perguruan tinggi swasta.
1 Demikian dikemukakan
Ketua Umum Pengurus
Pusat Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia
(Aptisi) M Budi
Djatmiko di Jakarta,
akhir pekan lalu. Dia
mengatakan, penutupan
101 PTS yang tidak
Pada kalimat pertama di paragraf
pertama, terdapat kata “akhir pekan”
namun tidak diikuti dengan tanggal.
Dalam berita seharusnya dituliskan
waktu yang jelas karena bila koran
sudah dalam keadaan terpisah-pisah,
masih dapat diketahui kapan
peristiwa tersebut terjadi. Dengan
demikian kalimat seharusnya
2 http://tanja.portalbahasa.com/apa-yang-dimaksud-dengan-struktur-paralel/
82
mampu memenuhi
ketentuan pemerintah
meskipun diberi
kesempatan masuk dalam
pembinaan merupakan
langkah tegas yang
didukung Aptisi.
berbunyi:
Demikian dikemukakan Ketua
Umum Pengurus Pusat Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia
(Aptisi) M Budi Djatmiko di Jakarta
(2/7).
2 “Kami dari Aptisi
memang meminta
kepada pemerintah
supaya ada kesempatan
untuk dibina terlebih
dulu jika ada PTS yang
bermasalah. Ternyata
ada 101 PTS dari 243
PTS yang menyatakan
tidak sanggup, ya lebih
baik ditutup saja,” ujar
Budi, yang juga Ketua
Pembina Yayasan
Universitan Narotama
Surabaya.
Pada kalimat pertama di paragraf
kedua, terdapat kata “kepada”. Pada
kalimat ini, seharusnya tidak
menggunakan kata “kepada” karena
kalimat ini merupakan kalimat
intransitif sehingga tidak
memerlukan kata “kepada”. Ini
berarti pada kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Dengan demikian
seharusnya kalimat berbunyi:
… meminta pemerintah supaya ada
kesempatan dibina terlebih dulu jika
ada PTS …
83
3 Menurut Budi, Aptisi pro
pada kualitas pendidikan
tinggi. Akan tetapi ,
berikan kesempatan
kepada PTS untuk
memperbaiki melalui
pendampingan oleh
Kementrian Riset,
Teknologi, dan Aptisi
secara sungguh-
sungguh.
Pada kalimat kedua di paragraf
ketiga, kalimat tidak lengkap.
Kalimat tersebut tidak memiliki
subjek dan objek dan kalimat ini
merupakan kalimat perintah. Dalam
bahasa jurnalistik tidak
diperkenankan menggunakan
kalimat perintah. Ini berarti pada
kalimat ini Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sebisa
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
yang dilanggar yaitu kalimat harus
jelas dan memiliki pola S-P-O-K.
Selain itu, pada kalimat ini terdapat
kata mubazir yaitu “akan tetapi” kata
ini seharusnya cukup ditulis dengan
“tetapi”. Ini berarti, Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor enam yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menghilangkan kata
84
mubazir. Dengan demikian kalimat
yang benar adalah:
Tetapi seharusnya Aptisi
memberikan kesempatan kepada
PTS untuk memperbaiki kualitas
melalui pendampingan oleh …
4 “Yang jauh lebih penting
apa solusinya? Bukan
hanya saling
menyalahkan. PTS butuh
uluran tangan pemerintah
untuk mengejar kualitas.
Beda dengan PTN yang
umumnya lebih
berkualitas karena
semuanya dibiayai
pemerintah,” ujar
Budi.
Pada kalimat pertama paragraf
keempat, terdapat kata “yang” di
awal kalimat. Padahal kata “yang”
tidak boleh diletakkan di awal
kalimat. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Seharusnya
kalimat yang benar adalah :
Jauh lebih penting apa solusinya?
Bukan hanya saling menyalahkan.
Kemudian, pada kalimat keempat,
kalimat tidak lengkap karena tidak
memiliki subjek sehingga kalimat
tidak jelas. Dengan demikian
kalimat yang benar seharusnya
85
berbunyi:
PTS beda dengan PTN yang
umumnya lebih berkualitas karena
semuanya dibiayai pemerintah,” ujar
Budi
5 Budi menambahkan,
PTN mestinya lebih
diarahkan untuk
mencapai PT berkelas
dunia, mengembangkan
riset dan inovasi, serta
banyak mengembangkan
program S-2 dan S-3.
Selain itu, juga fokus
meningkatkan
pendidikan tinggi di
daerah terpencil dan
terluar serta kawasan
Indonesia timur.
“Jangan kebalikannya,
malah fokus
mengembangkan S-1.
Yang ini sebenarnya bisa
diperkuat oleh PTS,” ujar
Pada kalimat kedua di paragraf
kelima, kalimat tidak lengkap karena
tidak memiliki subjek. Ini berarti
pada kalimat ini Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya sedapat
mungkin menaati kaidah tata bahasa.
Dalam hal ini, kaidah tata bahasa
yang dilanggar adalah kejelasan
kalimat. Padahal dalam karakter
bahasa jurnalistik kalimat harus jelas
yakni memiliki pola S-P-O-K. Maka
dari itu, kalimat yang tepat adalah:
Selain itu, PTN juga fokus
meningkatkan pendidikan tinggi di
daerah terpencil dan terluar serta
kawasan Indonesia timur.
Selain itu, terdapat kata “yang” di
86
Budi. awal kalimat. Penggunaan kata
“yang” di awal kalimat merupakan
suatu kesalahan tata bahasa. Hal ini
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Seharusnya kalimat diubah
menjadi:
Hal ini sebenarnya bisa diperkuat
oleh PTS, ujar Budi.
6 Ketua Umum Asosiasi
Badan Penyelenggaraan
Perguruan Tinggi Swasta
Indonesia (ABPPTSI)
Thomas Suyatno
mengatakan,
penyelenggara PTS
mendukung komitmen
pada mutu dan
menyambut baik adanya
pembinaan yang
ditawarkan Kemristek
dan Dikti untuk
Pada paragraf keenam, tidak
terdapat pelanggaran bahasa
jurnalistik yang dilakukan Kompas.
87
mewujudkan PTS yang
berkualitas.
7 “Arah menuju kualitas
itu mulai jelas.
Setidaknya sudah
digagas pertemuan
tripartit dengan susana
dialogis yang rutin antara
Kemenristek dan Dikti,
ABPPTSI, serta Aptisi
untuk membahas
berbagai tantangan yang
dihadapi PTS supaya bisa
mengikuti ketentuan
dalam memberikan
layanan pendidikan
tinggi,” ujar Thomas.
Pada paragraf ketujuh, tidak
terdapat pelanggaran bahasa
jurnalistik yang dilakukan Kompas.
8 Menurut Thomas,
ABPPTSI pun
mendukung pemerintah
agar memberikan izin
pendirian PTS hanya
kepada penyelenggara
yang benar-benar mampu
Pada paragraf kedelapan, tidak
terdapat pelanggaran bahasa
jurnalistik yang dilakukan Kompas.
88
memenuhi ketentuan.
Sebaliknya terhadap
penyelenggara yang
memang tidak
menunjukkan
komitmennya
memberikan layanan
yang baik, pihaknya
mendukung ada tindakan
tegas dari pemerintah,
termasuk penutupan.
9 Terkait batas waktu
pemenuhan rasio dosen
dan mahasiswa yang
ditetapkan akhir Juni,
ABPPTSI dan Aptisi
meminta pemerintah
untuk tetap memberikan
kelonggaran. Itu karena
pemenuhan dosen
memang menjadi salah
satu tantangan
sebagian besar PTS.
Pada kalimat kedua di paragraf
kesembilan, kalimat tidak lengkap.
Pada kalimat ini ditulis “itu karena
pemenuhan dosen memang menjadi
salah satu tantangan …” kalimat
tersebut tidak logis dan tidak jelas
apa yang harus dipenuhi dari dosen.
Dalam kalimat tersebut seharusnya
ditulis “pemenuhan jumlah dosen”.
Ini berarti Kompas melanggar
pedoman nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
89
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
tata bahasa yang dilanggar adalah
kalimat logis. Dengan demikian,
kalimat yang benar seharusnya
berbunyi :
Itu karena pemenuhan jumlah dosen
….
10 “Dosen yang S-1 masih
banyak. Ada yang sulit
untuk S-2 karena
program S-2 nya
terbatas, seperti bidang
kesehatan. Selain itu,
tidak semua PTS mampu
membiayai kuliah
dosennya karena
keterbatasan finansial.
Kondisi riil ini perlu
dipahami juga oleh
pemerintah,” ujar Budi.
Pada kalimat pertama, kalimat tidak
lengkap. Pada kalimat tersebut
terdapat kata “yang”, dalam kalimat
ini, kata tersebut tidak menunjuk arti
apa-apa. Kalimat tersebut
seharusnya berbunyi :
“Dosen dengan level S-1 masih
banyak …”.
Ini berarti Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan yang menyatakan
wartawan hendaknya menaati kaidah
tata bahasa. Dalam kalimat ini,
kaidah tata bahasa yang dilanggar
yaitu kejelasan kalimat.
Selanjutnya pada kalimat kedua
tedapat kata “nya”. seharusnya kata
90
dihilangkan karena dalam kalimat
ini, kata tersebut tidak memiliki arti
apa-apa. Ini berarti dalam kalimat
tersebut Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
enam yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya menghilangkan
kata mubazir. Dengan demikian
kalimat yang bernar berbunyi:
… karena program S-2 terbatas …
Selain dua kesalahan di atas, masih
terdapat satu kesalahan pada
paragraf ini. Pada kalimat ketiga,
terdapat partikel “nya” di kata
“dosen”. Padahal seharusnya,
partikel “nya” diubah menjadi kata
“mereka” karena kalimat ini
menunjuk banyak orang. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Selain itu, masih pada
kalimat yang sama, terdapat kata
91
“finansial”. Kata tersebut merupakan
istilah-istilah teknis, padahal dalam
pedoman bahasa jurnalistik nomor
delapan menyatakan bahwa
wartawan hendaknya menghindari
kata-kata asing dan istilah-istilah
yang terlalu teknis ilmiah dalam
berita. Kata tersebut dapat diubah
menjadi “ekonomi” Kalimat ini
seharusnya berbunyi:
… mampu membiayai kuliah dosen
mereka karena keterbatasan
ekonomi…”
Serupa dengan kesalahan
sebelumnya, pada kalimat keempat,
terdapat kata “riil”. Kata tersebut
juga merupakan istilah teknis.
Seharusnya kata tersebut diubah
menjadi “nyata”.
11 Sementara itu, Thomas
menyatakan masih ada
sejumlah aturan yang
belum sinkron untuk
pengajuan dosen dengan
Pada kalimat pertama di paragraf ini
terdapat tanda titik dua (:). Tanda
titik dua tersebut diartikan sebagai
“banding”. Hal ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
92
nomor induk khusus
(NIDK) yang bisa
dipakai dalam
perhitungan rasio dosen :
mahasiswa. Aturan
teknis yang masih
membingungkan ini
membuat pengajuan
NIDK dari PTS
terhambat.
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan wartawan hendaknya
sedapat mungkin menaati kaidah tata
bahasa. Seharusnya, tanda titik dua
dituliskan saja dengan kata
“berbanding” karena jika dituliskan
dengan tanda titik dua, dapat
menjadi multi tafsir karena tanda
titik dua dapat digunankan untuk
banyak arti. Kalimat seharusnya
diubah menjadi:
Sementara itu, Thomas menyatakan
masih ada sejumlah aturan yang
belum sinkron untuk pengajuan
dosen dengan nomor induk khusus
(NIDK) yang bisa dipakai dalam
perhitungan rasio dosen berbanding
mahasiswa.
12 Direktur Jendral Sumber
Daya Ilmu Pengetahuan,
Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi
Kemenristek dan Dikti
Ali Ghufron Mukti
Pada kalimat pertama di paragraf ke
duabelas, kalimat belum lengkap,
seharusnya sebelum kata “periode”
terdapat kata depan yang
menunjukkan waktu, yaitu “Pada”.
Ini berarti pada kalimat ini Kompas
93
mengatakan, periode
Januari –Juni 2016 sudah
ada 567 dosen ber-
NIDK. Dukungan untuk
peningkatan pendidikan
dosen ke S-2 dan S-3
untuk tahun ini tersedia
bagi 2.300 dosen dengan
beasiswa Lembaga
Pengelola Dana
pendidikan.
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Tata bahasa yang dimaksud
di sini yaitu kejelasan kalimat. Pada
kalimat ini, kalimat yang benar
berbunyi:
… Ali Ghufron Mukti mengatakan,
pada periode Januari –Juni 2016
sudah ada 567 dosen …
Masih pada kalimat yang sama, pada
kalimat ini terdapat awalan (prefiks)
yang mengawali akronim. Padahal,
dalam tata bahasa dilarang
menggunakan awalan di depan
akronim yang menggunakan huruf
kapital. Ini berarti pada kalimat ini,
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Kalimat ini seharusnya
berbunyi :
94
… ada 567 dosen yang memiliki
NIDK.
Selanjutnya, pada kalimat kedua,
sebaiknya kalimat diubah menjadi
kalimat aktif karena bahasa
jurnalistik harus mengutamakan
kalimat aktif. Dengan demikian,
kalimat berbunyi:
Dukungan untuk meningkatkan
pendidikan …
Masih pada kalimat yang sama, pada
kalimat ini terdapat penggalan
kalimat “ke S-2 dan S-3”, kalimat
tidak lengkap. Pada kalimat ini
seharusnya, ditulis “ke jenjang S-2
dan jenjang S-3”. Pada kalimat ini
berarti, Kompas melanggar pedoman
bahasa jurnalistik nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya menaati kaidah tata
bahasa. Tata bahasa yang dimaksud
pada kalimat ini yaitu kejelasan
kalimat. Dengan demikian, kalimat
yang benar berbunyi:
95
… pendidikan dosen ke jenjang S-2
dan jenjang S-3 untuk tahun ini
tersedia …
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita III
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit Senin, 4 Juli 2016, terdapat 12
paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing
pedoman nomor sembilan sebanyak 14 kalimat, nomor enam sebanyak satu
kalimat, dan nomor delapan sebanyak satu kalimat.
4. Analisis Bahasa Jurnalistik Berita IV
Berita keempat berjudul Cegah Titipan Industri penyiaran Uji
Kelayakan Calon Anggota KPI Segera Digelar, terbit Jumat 15 Juli 2016, di
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan halaman 12. Berita ini berisi tentang uji
kelayakan para calon anggota KPI yang akan dilaksanakan Senin 18 Juli
2016.
Selanjutnya, analisis bahasa jurnalistik berita berdasarkan 10 pedoman
bahsa jurnalistik PWI yang dideskripsikan dengan bentuk tabel. Berikut
analisisnya:
Tabel 5. Analisis bahasa jurnalistik berita IV Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan 15 Juli 2016
Paragraf Berita Analisis
Lead Senin pekan depan,
Komisi I DPR menggelar
Pada kalimat pertama dalam lead
ini, terdapat kata “Komisi Penyiaran
96
uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 27
calon anggota Komisi
Penyiaran Indonesia
periode 2016-2019.
Sembilan komisioner
KPI yang terpilih
diharapkan memiliki
ketegasan, intergritas,
dan tidak bisa “didikte”
oleh industri penyiaran.
Indonesia” seharusnya setelah kata
tersebut dituliskan akronim di dalam
tanda kurung “(KPI)” karena pada
kalimat seterusnya berita ini
menggunakan kata “KPI” untuk
menyebut “Komisi Penyiaran
Indonesia”. Sesuai dengan pedoman
bahasa jurnalistik nomor dua yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya membatasi diri dalam
singkatan atau akronim. Kalaupun
harus menulis akronim, maka satu
kali ia harus menjelaskan dalam
tanda kurung kepanjangan akronim
tersebut agar tulisan dapat dipahami
oleh khalayak. Maka dari itu,
seharusnya kalimat berbunyi:
Senin pekan depan, Komisi I DPR
menggelar uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 27 calon anggota
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
periode 2016-2019.
1 Pengamat penyiaran
sekaligus pengajar
Pada kalimat ketiga di paragraf ini,
terdapat kata “melakukan hal sama”
97
Universitas Indonesia,
Ade Armando,
menegaskan, dalam uji
kelayakan dan
kepatutuan jangan
sampai pertimbangan
dipakai DPR sekadar
berifat politis. “selama
ini DPR sudah
membuktikan bagaimana
memilih anggota Komisi
Pemberantasan Korupsi
yang independen dan
berintegritas, juga
anggota Komisi
Pemilihan Umum yang
berintegritas. Kami
berharap DPR juga
melakukan hal sama
dalam pemilihan anggota
KPI karena peran
penyiaran sama vitalnya
dengan pemilihan umum
dan perang anti
kata ini tidak lengkap dan kata yang
benar adalah “melakukan hal yang
sama”. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dalam hal ini,
tata bahasa yang dilanggar yaitu
kejelasan kalimat. Kalimat yang
jelas adalah kalimat yang lengkap
sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Selain itu, masih dalam kalimat yang
sama, terdapat kata “anti korupsi”
padahal kata yang benar yaitu
“antikorupsi”. Dengan demikian,
dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor satu yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya secara konsekuen
melaksanakan Pedoman Ejaan
Bahasa Indonesia yang
disempurnakan. Dengan demikian,
98
korupsi,” ucapnya,
Kamis (14/7), di Jakarta.
kalimat yang benar berbunyi:
“… DPR juga melakukan hal yang
sama dalam pemilihan anggota KPI
karena peran penyiaran sama
vitalnya dengan pemilihan umum
dan perang antikorupsi,”…
2 Menurut Ade,
pertimbangan politis
dalam pemilihan
sembilan komisioner KPI
benar-benar harus
dikesampingkan. Yang
dibutuhkan sekarang
adalah anggota KPI yang
tegas, berintegritas, dan
independen atau tidak
bisa diintervensi oleh
industri penyiaran.
Pada kalimat kedua di paragraf
kedua, terdapat kata “yang” di awal
kalimat. Peletakan kata “yang” di
awal kalimat merupakan suatu
kesalahan. Ini berarti, Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan wartawan hendaknya
sedapat mungkin menaati kaidah tata
bahasa. Seharusnya kalimat diubah
menjadi:
Apa yang dibutuhkan sekarang
adalah anggota KPI yang tegas,
berintegritas, dan independen atau
tidak bisa diintervensi oleh industri
penyiaran.
3 Menurut data Media
Scene 2014/2015, belanja
Pada kalimat ketiga di paragraf ini
terdapat kata “calon-calon”
99
iklan televisi di Indonesia
pada 2015 mencapai Rp
83,824 triliun. “Televisi
adalah bisnis dengan
nilai ekonomi luar biasa
sehingga mereka pasti
berkepentingan terhadap
anggota KPI yang
akomodatif terhadap
pemodal. DPR harus
sangat hati-hati dengan
calon-calon anggota KPI
yang dekat dengan
industri penyiaran,”
ujarnya.
sebaiknya kata tersebut diubah
menjadi “para calon”. Hal ini
berkaitan dengan pemilihan diksi
pada kalimat. Dengan demikian
kalimat lebih baik ditulis:
“… DPR harus sangat hati-hati
dengan para anggota KPI yang
dekat dengan industri penyiaran,”…
4 Pengalaman
menunjukkan, di setiap
pemilihan anggota KPI
industri penyiaran selalu
berusaha memasukkan
nama-nama yang
akomodatif.
Kecenderungan seperti
ini sangat berbahaya
Pada paragraf keempat, kalimat
sudah benar. Dengan demikian
Kompas tidak melanggar pedoman
bahasa jurnalistik
100
karena efeknya ke depan
sangat serius terhadap
nasib bangsa.
5 Pertaruhan kualitas sosok
komisioner KPI sangat
penting karena anggota
baru KPI nanti akan
menentukan
perpanjangan izin
penyelenggaraan
penyiaran 10 televisi
swasta. Selain itu,
mereka juga akan terlibat
dalam penyusunan
revisi Undang-undang
Penyiaran.
Pada kalimat kedua di paragraf ini,
terdapat kata “penyusunan”. Kata
tersebut seharusnya diubah
“menyusun” karena dalam bahasa
jurnalistik sebaiknya menggunakan
kalimat aktif. Kalimat aktif lebih
mudah dipahami khalayak serta
memudahkan pengertian dan
memperjelas pemahaman. Ini berarti
dalam kalimat ini Kompas
melanggar pedoman nomor sembilan
yang menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dengan
demikian kalimat sebaiknya
berbunyi:
… mereka juga akan terlibat dalam
menyusun revisi Undang-undang
Penyiaran.
6 “Selama ini kita tahu, Pada kalimat pertama di paragraf
101
peranan setiap fraksi
DPR turut menentukan
siapa yang terpilih di KPI
nanti. Namun, yang
terpenting dari
semuanya, jangan
sampai proses pemilihan
ini terpengaruh
kepentingan pemodal
atau pemilik industri
penyiaran,” ucapnya.
keenam, terdapat kata “peranan”
padahal kata yang benar adalah
“peran”. Kata “peran” berarti tugas.
Dalam kalimat ini, Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Tata bahasa yang
dimaksud di sini yaitu pemilihan
diksi atau kata yang tepat. Dengan
demikian, kalimat ini seharusnya
berbunyi:
“Selama ini kita tahu, peran setiap
fraksi …”
Selanjutnya pada kalimat kedua,
terdapat kata “jangan”. Kalimat yang
berawalan kata “jangan” merupakan
bentuk kalimat perintah, sedangkan
pada bahasa jurnalistik tidak
diperkenankan menggunakan kata
perintah. Dengan demikian, kata
“jangan” seharusnya diubah
menjadi:
102
“hendaknya pemerintah sampai
proses pemilihan ini tidak
terpengaruh kepentingan modal”.
Pada kalimat ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan.
7 Direktur Remotivi
Muhamad Heychael
mengatakan, yang perlu
ditekankan dalam proses
pemilihan anggota KPI
ini adalah transparansi.
“Transparansi akan
membuat publik percaya
kepada siapa pun yang
kelak terpilih. Siapa pun
akan mendapat dukungan
publik kalau prosesnya
transparan. Karena itu,
proses penilaian,
indikator, dan bagaimana
hasilnya nanti tentu
publik ingin tahu,”
ujarnya.
Pada paragraf ketujuh, terdapat dua
pelanggaran pedoman bahasa
jurnalistik. Pertama, pada kalimat
pertama, terdapat kata “yang” yang
diletakkan setelah tanda koma “,”.
Padahal, kata “yang” tidak dapat
diletakkan setelah tanda koma.
Dengan demikian, pada kalimat ini,
Kompas melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dengan
demikian, kalimat seharusnya
berbunyi:
… mengatakan, hal yang perlu
ditekankan dalam proses …
Kedua, masih di kalimat pertama.
103
Dalam kalimat tersebut terdapat kata
“pemilihan” seharusnya kata
tersebut diubah menjadi “memilih”.
Pada dasarnya bahasa jurnalistik
mementingkan kalimat aktif karena
kalimat aktif lebih mudah dipahami
dan dan disukai oleh khalayak. Ini
berarti pada kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan. Kalimat
ini seharusnya berbunyi:
… dalam proses memilih anggota
KPI ini adalah transparansi.
8 Heychael berharap
anggota Komisi I DPR
benar-benar mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
serius untuk menguji
kompetensi para calon
anggota KPI dan tidak
berhenti pada penilaian
riwayat hidup semata.
Lebih jauh, rekam jejak
setiap calon mesti digali
Paragraf kedelapan sudah memenuhi
pedoman bahasa jurnalistik sehingga
tidak ada kesalahan dalam penulisan.
104
agar terlihat kompetensi,
independensi, dan visi-
misi mereka ke depan.
9 Muncul dugaan bahwa
dalam uji kelayakan dan
kepatutuan, DPR akan
memilih sembilan
komisioner KPI dengan
logika representasi.
Menurut Heychael,
jangan sampai logika
seperti ini diterapkan
karena pemilihan
anggota KPI berbeda
dengan lembaga-
lembaga lainnya, seperti
Dewan Pers.
Pada paragraf kesembilan, terdapat
dua kesalahan bahasa jurnalistik.
Pertama pada kalimat kedua di
paragraf kesembilan, terdapat
“pemilihan” seharusnya kata
tersebut diubah menjadi “memilih”.
Pada dasarnya bahasa jurnalistik
mementingkan kalimat aktif karena
kalimat aktif lebih mudah dipahami
dan dan disukai oleh khalayak. Ini
berarti pada kalimat ini Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan. Kalimat
ini seharusnya berbunyi:
… logika seperti ini diterapkan
karena memilih anggota KPI
berbeda …
Kedua, masih pada kalimat yang
sama. Pada kalimat ini terdapat
ketidaksesuaian penulisan yang
terjadi pada penyetaraan antara kata
105
anggota KPI dengan lembaga-
lembaga lainnya. Dalam kalimat ini
seharusnya anggota KPI disetarakan
dengan anggota lembaga-lembaga
lain. Hal ini yang disebut dengan
konstruksi paralel. Dengan
demikian, pada kalimat ini, Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa. Dengan
demikian, kalimat seharusnya
berbunyi:
karena pemilihan anggota KPI
berbeda dengan anggota lembaga-
lembaga lainnya, seperti Dewan
Pers.
10 “KPI adalah lembaga
yang mewakili publik
sehingga elemen-elemen
yang mewakili KPI harus
benar-benar diuji
kompetnesinya. Mereka
Pada paragraf kesepuluh, terdapat
tiga kata yang harus dikoreksi.
Pertama, pada kalimat pertama
terdapat kata “kompetensinya”
padahal yang dimaksudkan di
kalimat ini adalah kompetensi orang-
106
yang dipilih haruslah
orang yang kompeten
dan memiliki komitmen.
Jangan sampai DPR
berpikir dengan logika
representasi,” katanya.
orang, maka pada kalimat ini
seharusnya kata “kompetensinya”
diubah menjadi “kompetensi
mereka”. Ini berarti Kompas
melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang
menyatakan bahwa wartawan
hendaknya sedapat mungkin menaati
kaidah tata bahasa.
Kedua, pada kalimat kedua terdapat
kata “orang”. Kata “orang”
menunjuk pada satu orang, padahal
dalam kalimat ini yang dimaksudkan
adalah lebih dari satu orang, maka
seharusnya kata “orang” diubah
menjadi “orang-orang”. Ini berarti
Kompas melanggar pedoman nomor
sembilan.
Ketiga, masih pada kalimat yang
sama terdapat kata “kompeten”,
padahal kata yang tepat adalah
“berkompetensi” yang berarti
memiliki kompetensi. Ini berarti
pada kalimat ini, Kompas melanggar
107
pedoman bahasa jurnalistik nomor
sembilan mengenai tata bahasa. Tata
bahasa yang dimaksud pada kalimat
ini yaitu pemilihan diksi atau kata
yang tepat. Dengan demikian,
kalimat seharusnya berbunyi:
… haruslah orang-orang yang
berkompetensi dan memiliki
komitmen.
11 Dari 27 nama calon
anggota KPI yang
diserahkan pansel
kepada Komisi I DPR,
terdapat beberapa nama
calon yang masih bekerja
di industri penyiaran.
Meski demikian, ada
pula beberapa calon yang
tidak memiliki latar
belakang pekerjaan atau
kegiatan di bidang
penyiaran.
Pada kalimat pertama di paragraf
kesebelas, terdapat kata “pansel”,
kata tersebut merupakan akronim
dari panitia seleksi, namun tidak
dijelaskan kepanjangannya. Tidak
semua pembaca paham kepanjangan
dari “pansel”. Dengan demikian,
pada paragraf ini Kompas melanggar
pedoman bahasa jurnalistik nomor
dua yang menyatakan bahwa
wartawan hendaknya membatasi diri
dalam singkatan atau akronim.
Kalaupun harus menulis akronim,
maka satu kali harus dijelaskan
kepanjangannya. Seharusnya kalimat
108
diubah menjadi:
… calon anggota KPI yang
diserahkan pansel (panitia seleksi)
kepada Komisi I DPR …
12 Sebanyak 27 calon
anggota KPI yang akan
menjalani uji kelayakan
dan kepatutan adalah
Ade Bujaerimi, Afrianto
Korga, Agung Suprio,
Agus Sudibyo, Arif Adi
Kuswardono, Cecep
Suryadi, Dewi Setyarini,
H Obsatar Sinaga,
Hardly Stefano Fenelon
Pariela, Ignatius
Haryanto, M Hariman
Bahtiar, Mathilda Agnes
Maria Wowor, Maulana
Arief, Maulana Isnarto,
Mayong Suryo Laksono,
Mega Ratna Juwita,
Muhammad Shalahuddin
Paragraf keduabelas sudah
memenuhi pedoman bahasa
jurnalistik sehingga tidak ada
kesalahan dalam penulisan.
109
Muyo Hadi Purnomo,
Nuning Rodiyah,
Nurhasnah, Redemptus
Kristiawan, Renaldi
Zein, Riyanto Gozali,
Sudjarwanto Rahmat
Muh Arifin, Surokim,
Ubidillah, dan Yuliandre
Darwis.
Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa pada berita IV
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan yang terbit 15 Juli 2016, terdapat 12
paragraf yang telah dianalsis. Setelah peneliti menganalisis berita tersebut,
terdapat tiga pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik masing-masing
pedoman nomor dua sebanyak dua kalimat, nomor sembilan sebanyak
sembilan kalimat, nomor satu sebanyak satu kalimat.
B. Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita
Tabel 6. Daftar Temuan Kesalahan Kalimat dalam Berita
No. Kalimat dalam Berita Kalimat Setelah Dikoreksi
1. Sebanyak 101 perguruan tinggi
swasta yang sempat masuk dalam
daftar pembinaan/nonaktif bersama
243 perguruan tinggi lainnya oleh
101 perguruan tinggi swasta
diputuskan ditutup oleh Kementrian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan.
Perguruan tinggi tersebut sempat
110
Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi akhirnya
diputuskan untuk ditutup
masuk dalam daftar
pembinaan/nonaktif bersama 243
perguruan tinggi lainnya.
2. Perguruan tersebut dianggap tidak
sanggup memenuhi berbagai syarat
untuk membenahi layanan
pendidikan kepada masyarakat.
Perguruan tersebut dianggap tidak
sanggup memenuhi berbagai syarat
membenahi layanan pendidikan
kepada masyarakat.
3. Dalam acara jumpa awak media di
Jakarta, Rabu (29/6) malam,
bertajuk Pemaparan Kinerja
Semester 1 Tahun 2006 di
Kementrian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi, Menristek dan
Dikti Muhammad Nasir
mengatakan, peningkatan mutu
pendidikan tinggi di Indonesia
harus jadi komitmen bersama
penyelenggara perguruan tinggi
negeri dan swasta.
Dalam acara jumpa awak media di
Jakarta, Rabu (29/6) malam,
Menristek dan Dikti Muhammad
Nasir mengatakan, peningkatan mutu
pendidikan tinggi di Indonesia harus
jadi komitmen bersama
penyelenggara perguruan tinggi
negeri dan swasta. Acara jumpa awak
media tersebut bertajuk Pemaparan
Kinerja Semester 1 Tahun 2006,
diselenggarakan di Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi.
4. “Tindakan tegas dilakukan
pemerintah terhadap institusi
ataupun orang-orang yang
“Tindakan tegas dilakukan
pemerintah terhadap institusi ataupun
orang-orang yang melanggar
111
berupaya melanggar ketentuan
dalam upaya mewujudkan
pendidikan tinggi bermutu yang
dapat meningkatkan daya saing
bangsa,” ujar Nasir.
ketentuan dalam upaya mewujudkan
pendidikan tinggi bermutu yang dapat
meningkatkan daya saing bangsa,”
ujar Nasir.
5. Ia mencontohkan, di Universitas
Negeri Manado yang melakukan
pelanggaran dalam membuka
kelas jauh, pihaknya sudah
memberikan sanksi kepada tiga
orang.
Ia mencontohkan, di Universitas
Negeri Manado, pihaknya sudah
memberikan sanksi kepada tiga orang
pelanggar yang membukaan kelas
jauh,
6. Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen
di PTN itu juga ditindak tegas.
Pemalsuan ijazah S-2 sorang dosen di
PTN tersebut juga ditindak tegas.
7. Setelah diberi kesempatan
menjalani pembinaan oleh tim yang
dibentuk Kemristek dan Dikti, pada
29 Juni lalu ditetapkan 112 PTS
sudah aktif kembali.
Setelah berkesempatan menjalani
pembinaan oleh tim yang dibentuk
Kemristek dan Dikti, pada 29 Juni
lalu ditetapkan 112 PTS sudah aktif
kembali.
8. … Tinggi Swasta Indonesia.
Sedangkan 15 PTS yang dibawahi
Kementrian Agama belum
diketahui kemajuannya.
… Tinggi Swasta Indonesia,
sedangkan 15 PTS yang dibawahi
Kementrian Agama belum diketahui
kemajuannya.
112
.
9. Sebagian besar dengan
keputusan sendiri berkirim surat
untuk mengajukan penutupan.
Sebagian besar dengan keputusan
sendiri berkirim surat untuk
mengajukan penutupan perguruan
tinggi mereka.
10. Alasannya tidak sanggup untuk
melanjutkan lagi penyelenggaraan
PT sesuai dengan ketentuan,” tutur
Patdono.
Alasannya, mereka tidak sanggup
untuk melanjutkan lagi
penyelenggaraan PT sesuai dengan
ketentuan,” tutur Patdono.
11. Menurut Patdono, PT yang tidak
dapat memenuhi rasio antara dosen
dan mahasiswa 1 berbanding 100
atau lebih awalnya diberi
kesempatan berbenah hingga akhir
2015.
Menurut Patdono, Perguruan Tinggi
yang tidak dapat memenuhi rasio
antara dosen dan mahasiswa 1
berbanding 100 atau lebih, awalnya
berkesempatan berbenah hingga akhir
2015.
12. Namun gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS
sehingga diberi kelonggaran waktu
hingga akhir Juni ini.
Namun, gejala kekurangan dosen
ternyata terjadi di PTN dan PTS
sehingga semua perguruan tinggi
tersebut diberi kelonggaran waktu
hingga akhir Juni ini.
13. Jika dari hasil audit tidak Jika hasil audit tidak menunjukkan
113
menunjukkan tanda-tanda untuk
memperbaiki diri, sanksi akan
diberikan.
tanda-tanda mereka untuk
memperbaiki diri, sanksi akan
diberikan.
14. Sesuai dengan ketentuan, rasio
dosen dan mahasiswa untuk bidang
Ilmu Pengetahuan Alam adalah 1
berbanding 30.
Sesuai dengan ketentuan, rasio dosen
dan mahasiswa untuk bidang Ilmu
Pengetahuan Alam 1 berbanding 30.
15. Terkait nasib mahasiswa di PT
yang ditutup, ujar Patdono,
pihaknya meminta agar yayasan
mengalihkan mahasiswa ke PTS
terdekat.
Terkait nasib mahasiswa di PT yang
ditutup, Patdono meminta yayasan
mengalihkan mahasiswa mereka ke
PTS terdekat.
16. Kemristek dan Dikti juga turun
tangan untuk bisa membantu
peralihan mahasiswa yang terdata
di PDPT agar dapat menyelesaikan
studinya.
Kemristek dan Dikti juga turun tangan
untuk bisa membantu peralihan
mahasiswa yang terdata di PDPT agar
dapat menyelesaikan studi mereka.
17. Perguruan tinggi swasta yang
ditutup oleh Kementrian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
umumnya secara sukarela
mengajukan permintaan
Perguruan tinggi swasta yang ditutup
oleh Kementrian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi umumnya
secara sukarela mengajukan
permintaan ditutup.
114
penutupan.
18. Kepala seksi Kelembagaan
Koordinasi Perguruan Tinggi
Swasta (Kopertis) Wilayah III DKI
Jakarta Sri Mastuti mengatkan,
pihaknya sudah memberikan
kesempatan perguruan tinggi
swasta (PTS) bermasalah tersebut
waktu untuk berbenah
Kepala seksi Kelembagaan
Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta
(Kopertis) Wilayah III DKI Jakarta
Sri Mastuti mengatkan, pihaknya
sudah memberikan kesempatan
perguruan tinggi swasta (PTS)
bermasalah tersebut berbenah.
19. “Setiap tahun, yang tertarik
mendaftar hanya satu-dua
orang,” katanya.
“setiap tahun, hanya satu-dua orang
yang tertarik untuk mendaftar”
20. Aminudin menjelaskan, sejak lima
tahun lalu para dosen di ASM
Purnama satu persatu
mengundurkan diri dan pindah
bekerja di tempat lain hingga
akhirnya tidak ada yang tersisa.
Aminudin menjelaskan, sejak lima
tahun lalu para dosen di ASM
Purnama satu persatu mengundurkan
diri dan pindah bekerja hingga tidak
ada yang tersisa.
21. Mereka juga menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat
dan orang yang berhak mengambil
pendidikan lanjut mau mendaftar
Mereka juga menggiatkan promosi
agar para lulusan SMA sederajat dan
orang yang berhak mengambil
pendidikan lanjut ingin mendaftar ke
115
ke ASM Purnama. ASM Purnama.
22. “keputusan untuk menutup ASM
Purnama adalah hal yang sangat
logis,” tuturnya.
keputusan menutup ASM Purnama
adalah hal yang sangat logis,”
tuturnya.
23. Serupa dengan ASM Purnama,
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Yayasan Pembina Pendidikan
Administrasi Niaga dan Negara
(STIA Yappann) juga mengajukan
permohonan penutupan dengan
alasan tidak ada kegiatan …
Serupa dengan ASM Purnama,
Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi
Yayasan Pembina Pendidikan
Administrasi Niaga dan Negara
(STIA Yappann) juga mengajukan
penutupan dengan alasan tidak ada
kegiatan…
24. Saat ini mereka sedang dalam
proses mengurus dokumen
akademis.
Saat ini mereka dalam proses
mengurus dokumen akademis.
25. … Suluh Bangsa ditutup paksa
karena terbukti melakukan jual-beli
ijazah serta pelaksanaan wisuda
tanpa pemberitahuan kepada
Kemristek dan Dikti.
… Suluh Bangsa ditutup paksa
karenta terbukti melakukan jual-beli
ijazah serta melaksanakan wisuda
tanpa pemberitahuan serta
melaksanakan wisuda tanpa
pemberitahuan kepada Kemristek dan
Dikti.
116
26. Diselidiki lebih lanjut, dari
ratusan mahasiswa yang diwisuda,
hanya 50 orang yang namanya
masuk ke dalam laporan Kopertis.
Dari ratusan mahasiswa yang
diwisuda, hanya 50 orang nama
mereka yang masuk laporan Kopertis.
27. Serupa dengan Yappann,
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa
yang terdaftar di PDPT dan masih
aktif kuliah sedang dalam proses
perpindahan ke PTS lain.
Serupa dengan mahasiswa Yappann,
mahasiswa STKIP Suluh Bangsa yang
terdaftar di PDPT dan masih aktif
kuliah sedang dalam proses
perpindahan ke PTS lain.
28. Pengurusnya juga tidak
diketahui keberadaannya.
Keberadaan pengursnya juga tidak
diketahui.
29. Ketika petugas Kopertis
mendatangi alamat PTS tersebut,
gedungnya sudah beralih fungsi.
Ketika petugas Kopertis mendatangi
alamat PTS tersebut, gedung sudah
berlaih fungsi.
30. Jika mereka tetap ingin
menjalankan kegiatan sebagai
lembaga pendidikan, Kopertis
bersedia melakukan pembinaan.
Jika mereka tetap ingin menjalankan
kegiatan sebagai lembaga pendidikan,
Kopertis bersedia membina mereka.
31. Jika mereka memilih ditutup,
Kopertis akan melakukan secara
resmi.
Jika mereka memilih ditutup, Kopertis
akan mengabulkan permintaan
mereka secara resmi.
117
32. Kami memang meminta kepada
pemerintah supaya ada
kesempatan untuk dibina
terlebih dahulu jika ada PTS
yang bermasalah. Ternyata ada
101 dari 243 PTS yang
menyatakan tidak sanggup, ya,
lebih baik ditutup saja,” ujar Budi
yang juga Ketua Pembina Yayasan
Universitas Narotama Surabaya.
“Kami memang meminta kepada
pemerintah jika ada PTS yang
bermasalah agar diberi pembinaan
terlebih dahulu. Ternyata ada 101 dari
243 PTS yang menyatakan tidak
sanggup, ya, lebih baik ditutup saja,”
ujar Budi yang juga Ketua Pembina
Yayasan Universitas Narotama
Surabaya.”
33. Peningkatan mutu layanan
pendidikan juga menjadi komitmen
penyelenggaraan dan pimpinan
perguruan tinggi swasta.
Peningkatan mutu pelayananan
pendidikan menjadi salah satu
komitmen penyelenggaraan dan
pelaksanaan yang dilakukan pimpinan
perguruan tinggi swasta.
34. Demikian dikemukakan Ketua
Umum Pengurus Pusat Asosiasi
Perguruan Tinggi Swasta Indonesia
(Aptisi) M Budi Djatmiko di
Jakarta, akhir pekan lalu.
Demikian dikemukakan Ketua Umum
Pengurus Pusat Asosiasi Perguruan
Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) M
Budi Djatmiko di Jakarta (2/7).
35. “Kami dari Aptisi memang
meminta kepada pemerintah
supaya ada kesempatan untuk
“Kami dari Aptisi memang meminta
pemerintah supaya ada kesempatan
dibina terlebih dulu jika ada PTS yang
118
dibina terlebih dulu jika ada PTS
yang bermasalah.
bermasalah.
36. Akan tetapi , berikan
kesempatan kepada PTS untuk
memperbaiki melalui
pendampingan oleh Kementrian
Riset, Teknologi, dan Aptisi
secara sungguh-sungguh.
Tetapi seharusnya Aptisi memberikan
kesempatan kepada PTS untuk
memperbaiki kualitas melalui
pendampingan oleh Kementrian Riset,
Teknologi, dan Aptisi secara
sungguh-sungguh.
37. “Yang jauh lebih penting apa
solusinya? Bukan hanya saling
menyalahkan.
“Jauh lebih penting apa solusinya?
Bukan hanya saling menyalahkan.
38. Beda dengan PTN yang
umumnya lebih berkualitas
karena semuanya dibiayai
pemerintah,” ujar Budi.
PTS beda dengan PTN yang
umumnya lebih berkualitas karena
semuanya dibiayai pemerintah,” ujar
Budi
39. Selain itu, juga fokus
meningkatkan pendidikan tinggi
di daerah terpencil dan terluar
serta kawasan Indonesia timur.
Selain itu, PTN juga fokus
meningkatkan pendidikan tinggi di
daerah terpencil dan terluar serta
kawasan Indonesia timur.
40. Yang ini sebenarnya bisa diperkuat
oleh PTS,” ujar Budi.
Hal ini sebenarnya bisa diperkuat oleh
PTS, ujar Budi.
119
41. Itu karena pemenuhan dosen
memang menjadi salah satu
tantangan sebagian besar PTS.
Itu karena pemenuhan jumlah dosen
memang menjadi salah satu
tantangan sebagian besar PTS.
42. “Dosen yang S-1 masih banyak. “Dosen dengan level S-1 masih
banyak . Ada yang sulit untuk S-2
karena program S-2 terbatas, seperti
bidang kesehatan.
43. Ada yang sulit untuk S-2 karena
program S-2 nya terbatas, seperti
bidang kesehatan.
Ada yang sulit untuk S-2 karena
program S-2 terbatas, seperti bidang
kesehatan.
44. Selain itu, tidak semua PTS mampu
membiayai kuliah dosennya karena
keterbatasan finansial.
Selain itu, tidak semua PTS mampu
membayai dosen mereka karena
keterbatasan ekonomi
45. Kondisi riil ini perlu dipahami juga
oleh pemerintah,” ujar Budi.
Kondisi nyata ini perlu dipahami juga
oleh pemerintah,” ujar Budi.
46. Sementara itu, Thomas menyatakan
masih ada sejumlah aturan yang
belum sinkron untuk pengajuan
dosen dengan nomor induk khusus
(NIDK) yang bisa dipakai dalam
perhitungan rasio dosen :
Sementara itu, Thomas menyatakan
masih ada sejumlah aturan yang
belum sinkron untuk pengajuan dosen
dengan nomor induk khusus (NIDK)
yang bisa dipakai dalam perhitungan
rasio dosen berbanding mahasiswa.
120
mahasiswa.
47. Direktur Jendral Sumber Daya
Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Kemenristek
dan Dikti Ali Ghufron Mukti
mengatakan, periode Januari –Juni
2016 sudah ada 567 dosen ber-
NIDK.
Direktur Jendral Sumber Daya Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Kemenristek dan
Dikti Ali Ghufron Mukti mengatakan,
pada periode Januari –Juni 2016
sudah ada 567 dosen yang memiliki
NIDK.
48. Dukungan untuk peningkatan
pendidikan dosen ke S-2 dan S-3
untuk tahun ini tersedia bagi 2.300
dosen dengan beasiswa Lembaga
Pengelola Dana pendidikan.
Dukungan untuk meningkatkan
pendidikan dosen ke jenjang S-2 dan
jenjang S-3 untuk tahun ini tersedia
49. Senin pekan depan, Komisi I DPR
menggelar uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 27 calon
anggota Komisi Penyiaran
Indonesia periode 2016-2019.
Senin pekan depan, Komisi I DPR
menggelar uji kelayakan dan
kepatutan terhadap 27 calon anggota
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
periode 2016-2019.
50. Kami berharap DPR juga
melakukan hal sama dalam
pemilihan anggota KPI karena
DPR juga melakukan hal yang sama
dalam pemilihan anggota KPI karena
peran penyiaran sama vitalnya dengan
121
peran penyiaran sama vitalnya
dengan pemilihan umum dan
perang anti korupsi,”
pemilihan umum dan perang
antikorupsi,”
51. Yang dibutuhkan sekarang adalah
anggota KPI yang tegas,
berintegritas, dan independen atau
tidak bisa diintervensi oleh industri
penyiaran.
Apa yang dibutuhkan sekarang adalah
anggota KPI yang tegas, berintegritas,
dan independen atau tidak bisa
diintervensi oleh industri penyiaran.
52. Selain itu, mereka juga akan
terlibat dalam penyusunan revisi
Undang-undang Penyiaran.
Selain itu, mereka juga akan terlibat
dalam menyusun revisi Undang-
undang Penyiaran.
53. “Selama ini kita tahu, peranan
setiap fraksi DPR turut menentukan
siapa yang terpilih di KPI nanti.
“Selama ini kita tahu, peran setiap
fraksi DPR turut menentukan siapa
yang terpilih di KPI nanti.”
54. Namun, yang terpenting dari
semuanya, jangan sampai proses
pemilihan ini
terpengaruhkepentingan pemodal
atau pemilik industri penyiaran,”
ucapnya.
“hendaknya pemerintah sampai proses
pemilihan ini tidak terpengaruh
kepentingan modal”.
122
55. Direktur Remotivi Muhamad
Heychael mengatakan, yang perlu
ditekankan dalam proses
pemilihan anggota KPI ini adalah
transparansi.
Direktur Remotivi Muhamad
Heychael mengatakan, hal yang perlu
ditekankan dalam proses memilih
anggota KPI ini adalah transparansi.
56. Menurut Heychael, jangan sampai
logika seperti ini diterapkan karena
pemilihan anggota KPI berbeda
dengan lembaga-lembaga lainnya,
seperti Dewan Pers.
Menurut Heychael, jangan sampai
logika seperti ini diterapkan karena
memilih anggota KPI berbeda dengan
memilih anggota lembaga-lembaga
lainnya, seperti Dewan Pers.
57. “KPI adalah lembaga yang
mewakili publik sehingga elemen-
elemen yang mewakili KPI harus
benar-benar diuji kompetnesinya.
“KPI adalah lembaga yang mewakili
publik sehingga elemen-elemen yang
mewakili KPI harus benar-benar diuji
kompetensi mereka.
58. Mereka yang dipilih haruslah
orang yang kompeten dan
memiliki komitmen. Jangan sampai
DPR berpikir dengan logika
representasi,” katanya.
Mereka yang dipilih haruslah orang-
orang yang berkompetensi dan
memiliki komitmen. Jangan sampai
DPR berpikir dengan logika
representasi,” katanya
59 Dari 27 nama calon anggota KPI
yang diserahkan pansel kepada
Komisi I DPR, terdapat beberapa
calon anggota KPI yang diserahkan
pansel (panitia seleksi) kepada
Komisi I DPR
123
nama calon yang masih bekerja di
industri penyiaran.
C. Penggunaan Bahasa Jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti paparkan pada sub-bab
sebelumnya, terlihat bahwa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas
masih belum konsisten dalam mengimplementasikan bahasa jurnalistik. Harian
Kompas masih melakukan pelanggaran pedoman bahasa jurnalistik poin 1, 2, 4, 5,
6, 8 dan 9.
Pada sub-bab ini peneliti juga akan menghubungkan temuan dan teori
mengenai bahasa dan fungsi bahasa. seperti sudah dijelaskan bahwa bahasa
merupakan sistem lambang yang arbiter (disepakati) yang digunakan oleh
kelompok sosial untuk berkomunikasi. Ini berarti, bahasa yang digunakan harus
dipahami oleh komunikator dan komunikan atau dalam media bahasa harus
dipahami oleh media dan pembaca. Selain itu, bahasa dibentuk melalui
kesepakatan. Dalam hal ini, kesepakatan antara Persatuan Wartawan Indonesia
dengan media Harian Kompas.3 Bahasa juga memiliki empat fungsi yaitu sebagai
alat menyatakan ekspresi, alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial.4
Selain melakukan analisis bahasa jurnalistik pada empat berita di Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti juga melakukan wawancara
3 Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.22.
4 Gorys Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Flores: Nusa Indah, 2001), h.3-
7.
124
dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan, Nasrullah Nara.
Dalam wawancara tersebut peneliti mendapatkan beberapa hal yang penting untuk
menjawab pertanyaan penelitian.
Menurut Nasrullah Nara, berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas menggunakan stylebook yang sudah ditetapkan oleh Kompas.
Stylebook tersebut relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Harian Kompas juga menggunakan teori 10
elemen jurnalisme yang dikemukakan Bill Kovach. Selain itu, bahasa yang
digunakan Harian Kompas harus santun, menghormati keanekaragaman dan tidak
sembrono dalam menulis kalimat dalam berita.5 Pernyataan ini selaras dengan
teori bahasa yang menyatakan bahwa bahasa merupakan alat komunikasi yang
bersifat arbiter (disepakati). Hal ini terjadi pada pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh PWI. Pedoman bahasa jurnalistik tersebut merupakan pedoman
yang dibuat oleh suatu lembaga dan disepakati oleh media cetak, salah satunya
Kompas yang menyatakan bahwa stylebook Harian Kompas relevan dengan
pedoman bahasa jurnalistik PWI.
Mengenai stylebook Harian Kompas yang relevan dengan pedoman bahasa
jurnalistik PWI, peneliti masih menemukan pelanggaran-palanggaran dalam berita
Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas. Mengenai pelanggaran-
pelanggaran tersebut Nasrullah Nara menjelaskan, berita di Rubrik Pendidikan
dan Kebudayaan Harian Kompas mengutamakan penulisan berita dengan kalimat
pendek, tetapi pada berita yang menyangkut kebijakan pemerintah tidak dapat
menggunakan kalimat yang sederhana karena jika kalimat disederhanakan, maka
5 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
125
makna kalimat tersebut berbeda. Jadi, dengan sangat terpaksa berita menggunakan
kalimat yang panjang.6
Kalimat yang panjang dapat menyulitkan pembaca untuk memahami
makna kalimat padahal dalam bahasa terdapat fungsi bahasa sebagai alat
komunikasi. Apabila kalimat dalam berita terlalu panjang dan menyulitkan
pembaca memahami makna kalimat dalam berita, maka komunikasi antara Harian
Kompas dan pembaca tidak berjalan dengan baik sehingga fungsi bahasa sebagai
alat komunikasi yang bersifat arbiter tidak terlaksana.
Berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas terkadang
masih menggunakan ungkapan klise karena ungkapan klise yang digunakan pada
berita tersebut bertujuan untuk mempertegas penulisan. Contohnya kata
“diselidiki lebih lanjut” ini mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari
penyelidikan lebih lanjut.7 Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI
merupakan pedoman yang dibuat dan disepakati oleh suatu lembaga. Pihak Harian
Kompas juga telah menyatakan bahwa stylebook yang digunakan harian Kompas
relevan dengan pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh PWI, namun
dalam prakteknya penulisan berita di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih tidak mengikuti pedoman bahasa jurnalistik. Dalam hal ini, fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan baik,
namun fungsi bahasa sebagai kontrol sosial tidak berjalan baik.
Mengenai penggunaan kata mubazir yang masih digunakan dalam berita,
Nasrullah mengatakan kadangkala kata-kata mubazir tersebut perlu digunakan
6 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 7 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
126
untuk mempertegas kalimat dan menjelaskan konteks kalimat. Jika kata yang
digunakan tidak terlalu mubazir dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan,
maka kata mubazir tersebut digunakan dalam penulisan berita. Intinya, terkadang
ada tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat agar pembaca
paham dengan berita tersebut.8 Sama seperti bagian sebelumnya, dalam hal ini ini
fungsi bahasa sebagai alat komunikasi dan alat menyatakan ekspresi berjalan
dengan baik karena pelanggaran pada poin ini dimaksudkan agar pembaca lebih
memahami isi berita, namun fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial dan kontrol
sosial tidak berjalan dengan baik karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman
bahasa jurnalistik yang sudah disepakati.
Dalam penulisan berita, terkadang Harian Kompas masih menggunakan
kalimat ilmiah dan akronim yang tidak dijelaskan kepanjangannya, namun kata
ilmiah dan akronim yang digunakan adalah kata yang sudah lazim digunakan
masyarakat. Standar yang digunakan dalam kata yang bersifat ilmiah atau tidak
adalah jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak, maka kata tersebut dapat
digunakan. Contohnya kata “finansial”, “riil” dan “pansel” kedua kata ini sudah
tidak asing dikalangan masyarakat.9 Dalam hal ini, fungsi bahasa sebagai alat
menyatakan ekspresi sudah terlaksana, namun fungsi sebagai alat komunikasi,
tidak terlaksana karena Harian Kompas masih menggunakan kalimat teknis dan
ilmiah, sedangkan tidak semua masyarakat memahami kata-kata teknis dan
ilmiah. Fungsi bahasa sebagai intergrasi sosial juga tidak terlaksana karena kata-
kata tersebut bukan kata yang umumnya digunakan. Selain itu, fungsi kontrol
8 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas. 9 Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
127
sosial juga tidak terlaksana karena Harian Kompas tidak mengikuti pedoman
bahasa jurnalistik sebagai pedoman yang telah disepakati.
Mengenai pelanggaran tentang kaidah tata bahasa, Nasrullah mengakui
kesalahan bahasa yang dilakukan dan kesalahan ini dapat menjadi masukan bagi
Kompas Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk
memperbaiki penulisan berita di Harian Kompas.10 Dalam hal ini, fungsi bahasa
sebagai alat untuk menyatakan ekspresi sudah terlaksana. Sementara itu, fungsi
bahasa sebagai alat komunikasi, intergrasi sosial dan kontrol sosial tidak
terlaksana dengan baik
10
Wawancara Pribadi dengan Editor Bahasa Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Nasrullah Nara, Senin (20/2) di Kantor Redaksi Harian Kompas.
128
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian berupa analisis bahasa jurnalistik pada berita
di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan dan wawancara kepada Editor Rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas, peneliti mendapat kesimpulan
bahwa penggunaan bahasa jurnalistik di Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas tidak konsisten terhadap pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh Persatuan Wartawan Indonesia. Buktinya, dari 114 kalimat yang
peneliti analisis, terdapat 59 kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik.
Berikut penjelasannya
1. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor
satu yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya secara konsekuen
melaksanakan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia.
2. Terdapat dua kalimat tidak mematuhi pedoman bahasa jurnalistik nomor
dua yang menyatakan wartawan hendaknya membatasi diri dalam
singkatan atau akronim. Dalam pelanggaran ini terdapat akronim-akronim
yang tidak dijelaskan kepanjangannya.
3. Terdapat satu kalimat yang melanggar pedoman bahasa jurnalistik nomor
empat yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menulis dengan
kalimat-kalimat pendek. Mengenai hal ini, Editor Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan menanggapi bahwa Kompas mengutamakan kalimat-kalimat
pendek. Namun, jika berita tersebut berisi tentang kebijakan pemerintah,
maka kalimat pada berita tersebut tidak dapat dipendekan.
129
4. Selanjutnya peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa
jurnalistik yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya menjauhkan diri
dari ungkapan klise atau stereotype. Mengenai hal ini, Editor Kompas
menyatakan bahwa kalimat klise kadangkala dibutuhkan untuk
mempertegas proses penulisan berita.
5. Kemudian peneliti juga menemukan 17 kalimat yang melanggar pedoman
bahasa jurnalistik nomor enam yang menyatakan wartawan hendaknya
menghilangkan kata mubazir. Mengenai penggunaan kata mubazir, Editor
menyatakan kalau kalimat mubazir kadangkala diperlukan untuk
menjelaskan konteks kalimat kepada pembaca.
6. Selain itu, peneliti menemukan satu kalimat melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor delapan yang menyatakan wartawan hendaknya
menghindari kata-kata asing dan istilah-istilah teknis. Mengenai
penggunaan istilah-istilah teknis, Editor menyatakan jika kata-kata teknis
tersebut sudah lazim digunakan oleh masyarakat, maka kata tersebut dapat
digunakan untuk penulisan berita.
7. Terakhir peneliti menemukan 37 kalimat yang melanggar pedoman bahasa
jurnalistik nomor sembilan yang menyatakan bahwa wartawan hendaknya
sedapat mungkin menaati kaidah tata bahasa. Dalam pelanggaran pedoman
bahasa jurnalistik nomor sembilan, pedoman yang sering dilanggar yakni
mengenai pemilihan diksi yang tidak tepat, kalimat yang tidak logis dan
kalimat yang tidak terstruktur. Menurut Editor Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan, inilah yang menjadi temuan peneliti yang dapat menjadi
130
masukan bagi Kompas. Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu
acuan untuk memperbaiki penulisan berita.
B. Saran
Dalam penelitian ini, penulis memiliki beberapa saran untuk pekerja media
cetak, khususnya Harian Kompas dan untuk mahasiswa jurnalistik, yaitu:
1. Dengan oplah dan pembaca terbanyak di Indonesia, hendaknya wartawan
Harian Kompas lebih mengindahkan pedoman bahasa jurnalistik dalam
penulisan berita,.
2. Hendaknya wartawan Harian Kompas membatasi diri dalam singkatan
atau akronim jika harus menulis akronim, setidaknya kepanjangan akronim
tersebut dijelaskan minimal satu kali.
3. Hendaknya Wartawan Harian Kompas dalam menulis berita menggunakan
kalimat-kalimat pendek. Jika kalimat tersebut tidak bisa disederhanakan,
alangkah baiknya kalimat tersebut dibuat menjadi dua kalimat atau lebih.
4. Hendaknya wartawan Harian Kompas dapat menghilangkan kata-kata
mubazir yang tidak perlu digunakan dalam penulisan kalimat.
5. Hendaknya wartawan Harian Kompas lebih memperhatikan kaidah tata
bahasa yang meliputi struktur kalimat, pemilihan diksi dan logika kalimat
karena peneliti menemukan pelanggaran ini yang paling sering ditemukan.
6. Terakhir untuk mahasiswa jurnalistik, khususnya di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, hendaknya menemukan penelitian-penelitian
131
terdekat dahulu. Kadangkala sesuatu yang terdekat luput untuk dijadikan
penelitian. Misalnya bahasa jurnalistik, bahasa jurnalistik sangat penting
dalam penulisan berita tetapi jarang penelitian yang meneliti bahasa
jurnalistik. Peneliti berharap, di kemudian hari penelitian mengenai media
massa lebih berkembang dari penelitian-penelitian sebelumnya dan
tercipta pemikiran baru mengenai penelitian.
132
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan. Bahasa Jurnalistik dan Komposisi. Yogyakarta: Media
Abadi. 2004.
Arikunto, Suharsmi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Rineka Cipta. 1992.
Badudu, J.S. Cakrawala Bahasa Indonesia II. Jakarta: Gramedia. 1992.
---------------- Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1985.
---------------- Inilah Bahasa Indonesia yang Benar II. Jakarta: Gramedia. 1994.
Barus, Sedia Willing. Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita. Jakarta:
Erlangga. 2010.
Dewabrata, A.M. Kalimat Jurnalistik. Panduan Mencermati Penulisan Berita.
Jakarta: Kompas. 2004.
Effendy, Onong Uchjana. Kamus Komunikasi. Bandung: Mandar Maju. 1989.
Ghony, Djunaidi. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif: Prosedur, Teknik dan
Grounded. Surabaya: Bina Ilmu.2007.
Hidayat, Asep Ahmad. Filsafat Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2006.
Hs, Widjono. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. 2012.
Junaedhi, Kurniawan. Ensiklopedia Pers Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama. 1991.
Keraf , Gorys. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Flores: Nusa
Indah. 2001.
133
Kriyanto, Rachmat. Metodologi Riset Komunikasi : Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi,
Komunikasi Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
2006.
Masri, R. Sareb Putra. Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memroduksi.
Jakarta: Graha Ilmu. 2007
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktek Jurnalistik . Bogor: Ghalia
Indonesia. 2008.
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik . Ciputat: Logos
Wacana Ilmu. 1999.
Nababan, P.W.J. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama. 1991.
Olii, Helena. Berita dan Informasi. Jakarta: Indeks. 2007.
Rahardi, Kunjana. Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali
Masalahnya. Yogyakarta: Santusta. 2006.
---------------- Bahasa Jurnalistik. Yogyakarta: Ghalia Indonesia. 2011.
--------------- Dasar-dasar Penyuntingan Bahasa Media. Depok: Gramata
Publishing. 2010.
Rhenald, Kasali. Manajemen Periklanan: Konsep dan Aplikasinya di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. 1992.
Rivers, William L. Media Massa & Masyarakat Modern. Jakarta: Kencana. 2003.
Sarwoko, Tri Ardi. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik . Yogyakarta: Andi. 2007.
Setiati, Eni. Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Strategi Wartawan Menghadapi
Tugas Jurnalistik. Yogyakarta: Andi. 2005.
Soehoed, Hoeta. Dasar-dasar Jurnalistik. Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta
IISIP. 2003.
134
Suhaemi, Rulli Nasrullah. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2009.
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik Seputar Otganisasi, Produk, & Kode
Etik. Jakarta:Yayasan Nuansa Cendikia. 2004.
Suhirman , Imam. Menjadi Jurnalis Masa Depan. Bandung: Dimensi Publisher.
2005.
Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis dan Mudah
Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. 2014.
Sumadiria, Haris. Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rekatama Media. 2006.
Suryawati, Indah. Jurnalistik Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia. 2011.
Syamsul, Asep. M Romli. Jurnalistik Praktis. Bandung: Rosda. 2005.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia. 2005.
Kamus
Dapertemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.1988. cet.ke-1
Berita Koran
ELN. 101 PTS Ditutup. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas.
Jumat 1 Juli 2016.
DNE. ELN. PTS Tutup Karena Kurang Mahasiswa. Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Sabtu 2 Juli 2016.
ELN. Perguruan Tinggi Butuh Pendampingan. Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan Harian Kompas. Senin 4 Juli 2016.
ABK. Cegah Titipan Industri Penyiaran. Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
Harian Kompas. Jumat 15 Juli 2016.
135
Artikel Internet
Company Profile. http://profile.print.kompas.com/profil/. Artikel diakses pada
Jumat 20 Januari 2017 pukul 00.59.
PT. Kompas Media Nusantara. Tentang Kompas. Artikel diakses pada 25 Juni
2016 dari http://profile.print.kompas.com/profil/
Universitas Islam Indonesia. Paradigma Penelitian Komunikasi. Artikel diakses
pada Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.30 dari
http://communication.uii.ac.id/images/PERKULIAHAN/paradigma
%20penelitian%20%5Bcompatibility%20mode%5D.pdf
Universitas Terbuka, Filsafat, Paradigma, dan Jenis Penelitian, diakses pada
Senin, 19 Desember 2016 pukul 22.13 dari
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma5104/5104%20jadi/fmenu
_2.1.htm
LAMPIRAN-LAMPIRAN
TRANSKRIP WAWANCARA PENELITIAN SKRIPSI
Nama Narasumber : Nasrullah Nara
Jabatan : Editor Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan / Wakil Kepala
Desk Humaniora
Waktu Wawancara : Jumat, 17 Maret 2017 Pukul 18.15 - 19.05 WIB
Tempat Wawancara : Lantai 3 Gedung Kantor Kompas Gramedia (Kantor
Redaksi)
1. Mengenai Visi Kompas yang menyatakan bahwa “Menjadi Institusi
yang Memberikan Pencerahan bagi Perkembangan Masyarakat
Indonesia yang Demokratis dan Bermartabat serta Menjunjung Tinggi
Asas dan Nilai Kemanusiaan”. Apa yang dimaksud dengan kata
bemartabat? Apakah ada hubungannya dengan penggunaan bahasa
jurnalistik?
Definisi dari bemartabat itu mulia dan berharga di masyarakat. Mengapa
berharga di masyarkat? Karena Kompas bertujuan mengedukasi dan
memberikan manfaat kepada masyarakat dengan cara menyebarkan
informasi dengan menjelaskan duduk perkara, serta dalam penulisan
bahasa.
Bemartabat adalah bagaimana orang itu bermanfaat, menjadi organisasi
yang bermanfaat di mata masyarkat. Tentu saja bemartabat di sini
berkaitan dengan bahasa jurnalistik karena seseorang dikatakan bemartabat
apabila Ia menghargai bahasanya dan seberapa jauh ia berbahasa.
Bahasa jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa yang memiliki azas
yang harus dijunjung tinggi dan mengharuskan menyampaikan informasi
dengan baik dan benar secara sederhana, menghemat ruang dan waktu
karena orang membaca berita dengan buru-buru, tergesa-gesa. Dengan
memberikan informasi yang terstruktur orang menjadi paham. Bahasa
jurnalistik memiliki prinsip tersendiri seperti singkat, padat, sederhana,
lugas.
2. Mengenai Misi Kompas, apakah dalam Misi tersebut Kompas
mengedepankan bahasa jurnalistik dalam menuliskan berita?
Tentu saja, bagaimana kita dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat
kalau alat yang kita pakai tidak pas. Bahasa ibarat alat yang digunakan
untuk menyampaikan pesan. Semua yang ditulis dalam koran kompas
adalah bahasa jurnalistik.
3. Apakah semenjak kali pertama diterbitkan, Kompas sudah mempunyai
rubrik Pendidikan dan Kebudayaan?
Semenjak awal berdiri, Kompas sudah menerbitkan berita tentang
Pendidikan dan Kebudayaan, hanya saja saat itu belum memiliki rubrik
sendiri dan masih bersatu dengan berita-berita lain karena memang pada
saat pertama terbit, koran belum menerapkan sistem perubrikan. Sekitar
1980-an Koran baru menerapkan sistem perubrikan.
Rubrikasi dilakukan untuk mengelompokkan berita agar pembaca dengan
mudah mengetahui halaman-halaman dari berita yang ingin Ia baca.
Secara internal manejemen, sistem perubrikan memberikan kemudahan
untuk mengatur dan mengelola yang mengisi halaman tersebut.
4. Bagaimana latar belakang terbentuknya rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan?
Saya pikir ini tidak terlepas dari latar belakang pekerjaan atau profesi
pendiri Harian Kompas. Pendiri Harian Kompas, Jacob Oetama awalnya
adalah seorang guru, jadi Jacob Oetama ingin mengajar masyarakat
melalui koran dan sebagai jalannya Ia membuat Rubrik Pendidikan dan
Kebudayaan. Selain itu, pendirian Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini
sebagai dedikasi kepada masyarkat. Pendidikan berkaitan dan tidak dapat
dipisahkan dari Kebudayaan. Perlu diingat bahwa tidak begitu banyak
media yang memiliki rubrik Pendidikan dan Kebudayaan.
5. Mengapa rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ditempatkan di halaman
11-12 ? Apakah ada korelasi antara letak rubrik dengan jumlah
pembaca?
Itu hanya faktor teknis saja. Semua berita di koran Kompas itu penting,
mulai dari halaman awal sampai halaman akhir. Tidak ada korelasi antara
letak rubrik dengan jumlah pembaca. Hanya saja, pada halaman satu
merupakan berita-berita pilihan. Konten berita pada halaman satu dapat
diambil dari rubrik mana saja asalkan berita tersebut terbaik. Adakalanya,
Berita Pendidikan dan Kebudayaan pun terdapat di halaman pertama.
Tidak ada pertimbangan mengenai rubrik penting dan tidak penting.
Semua kami anggap penting.
6. Bagaimana gambaran umum pembaca kompas?
Menurut company profile Kompas tahun 2013, distribusi oplah Kompas
tahun 2013 menjangku 33 provinsi di Indonesia. Pembaca di Pulau Jawa
mencapai 87% dan di luar Pulau Jawa 13%.
Berdasarkan jenis kelamin, pembaca Harian Kompas mayoritas adalah
wanita dengan presentase 70% sedangkan pria 30%.
7. Apakah rubrik Pendidikan dan Kebudayaan memiliki pengaruh
terhadap oplah Kompas?
Kami tidak pernah mengukur apakah Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan
memiliki pengaruh terhadap oplah Kompas yang pasti menteri atau pejabat
sering menjadikan koran kami sebagai rujukan kebijakan.
8. Apa saja kriteria yang menjadikan berita layak diterbitkan pada rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan?
Berita yang layak untuk diterbitkan di rubrik ini adalah berita pendidikan
dan kebudayaan yang menyangkut kepentingan orang banyak. Berita pada
rubrik ini haruslah mengedukasi masyarakat, membangun pluralisme,
merawat nasionalisme dan membangun karakter bangsa.
9. Apakah setiap berita yang ditulis oleh wartawan sudah pasti
diterbitkan?
Tidak juga, semua berita disleksi. Berita yang diutamakan adalah
menyangkut kebijakan pendidikan nasional, berita yang menyangkut
momentum mengenai pendidikan dan kebudayaan dan kepentingan orang
banyak. Apa yang dimaksud pendidikan adalah fasilitas, sarana, regulasi
dan Undang-undang Pendidikan.
10. Dalam penulisan berita, apakah berita mutlak ditulis oleh wartawan?
Lalu, bagaimanakah proses berita dari pencarian berita hingga
penerbitan berita?
Berita mutlak ditulis oleh wartawan dan wartawan juga mengedit
tulisannya sendiri. Jadi prosesnya dari wartawan menulis dan mengedit
bahasanya sendiri, kemudian editor mengedit mengenai peletakan
halaman, selanjutnya diserahkan kepada penyelaras bahasa untuk
dilakukan penyintingan bahasa.
11. Apakah Harian Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita? Jika
ada, pedoman apa yang digunakan Kompas?
Tentu saja Kompas memiliki SOP dalam penulisan berita. Setiap koran
punya stylebook masing-masing Salah satunya penulisan berita harus
mencakup rumus 5W1H, what ,who, when, where, why dan how.
Dalam penulisan berita Kompas harus santun juga menghormati
keanekaragaman dan tidak sembrono dalam menulis kalimat dalam berita.
Selain itu juga menggunakan teori 10 elemen jurnalisme yang
dikemukakan Bill Kovach.
12. Bagaimana tanggapan mengenai pedoman bahasa jurnalistik yang
dikeluarkan oleh PWI?
Bagus sekali PWI dapat mengeluarkan pedoman bahasa jurnalistik.
Kurang lebih pedoman ini juga yang digunakan oleh Kompas. Style book
Kompas relevan dengan Pedoman bahasa jurnalistik yang dikeluarkan oleh
PWI.
13. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih
ditemukan kalimat yang terlalu panjang? Bagaimana style book Kompas
dalam mengatur jumlah kata dalam satu kalimat?
Dalam penulisan berita, Kompas pasti mengutamakan kalimat sependek
mungkin, tetapi pada berita Pendidikan dan Kebudayaan yang menyangkut
kebijakan pemerintah, kalimat tidak dapat disederhanakan karena jika
disederhanakan, makna kalimat tersebut menjadi berbeda dan rusak
maknanya jadi, dengan sangat terpaksa menggunakan kalimat yang
panjang.
14. Mengapa pada berita di rubrik Pendidikan dan Kebudayaan masih
ditemukan ungkapan klise seperti kata “diselidiki lebih lanjut”?
Kalimat klise yang digunakan pada berita tersebut bertujuan untuk
mempertegas bahwa berita merupakan hasil dari penyelidikan lebih lanjut.
Kata “diselidiki lebih lanjut” itu menegaskan bahwa berita tersebut
wartawan melakukan proses penyelidikan lebih lanjut.
15. Mengapa masih banyak ditemukan kata mubazir di berita rubrik
Pendidikan dan Kebudayaan Harian Kompas?
Kata mubazir kadang kala diperlukan untuk mempertegas kalimat dan
menjelaskan konteks kalimat. Kata yang digunakan tidak terlalu mubazir
dan tidak mengganggu bahasa yang digunakan. Intinya, terkadang ada
tambahan kata untuk menegaskan dan memperjelas kalimat.
16. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih ditemukan kata yang terlalu ilmiah tanpa dijelaskan
maknanya seperti kata “finansial” dan “riil”? Bagaimana style book
Kompas dalam penulisan istilah ilmiah?
Ini merupakan bahasa yang sudah digunakan sehari-hari dan sudah umum.
Kedua kata ini sudah menjadi umum sehingga dapat digunakan dalam
penulisan berita. Standar yang kita gunakan dalam kata yang bersifat
ilmiah atau tidak yaitu jika kata tersebut sudah diketahui orang banyak,
maka kata tersebut tidak terlalu ilmiah dan dapat digunakan.
17. Mengapa pada berita rubrik Pendidikan dan Kebudayaan Harian
Kompas masih ditemukan kalimat yang tidak menaati kaidah tata
bahasa seperti yang saya temukan terdapat kata “sedangkan” diawal
kalimat ?
Ini merupakan temuan kamu yang dapat menjadi masukan bagi Kompas.
Temuan-temuan tersebut akan menjadi salah satu acuan untuk
memperbaiki penulisan.
Dokumentasi Wawancara