Download - cestoda darah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cestoda yang hidup pada jaringan vertebrata dan invertebrata adalah bentuk larva.
Spesies yang termasuk dalam cestoda darah dan jaringan adalah Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Multiceps serialis, Taenia solium, dan Spirometra mansoni.
Parasit tersebut dapat menimbulkan berbagai infeksi yang berdampak buruk bagi kesehatan
manusia. Infeksi yang disebabkan oleh parasit tersebut menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang perlu diperhatikan. Echinococcus granulosus dan Echinococcus
multilocularis dapat menyebabkan infeksi echinococcis. Echinococcosis Cystic (CE atau
penyakit hidatidosa) adalah infeksi zoonosis yang disebabkan oleh tahap larva dari cacing
pita Echinococcus granulosus. Sejak pertengahan 1980-an, sejumlah program pencegahan
dan pengendalian untuk mengurangi infeksi Echinococcus granulosus telah dilaksanakan di
wilayah ini. Program-program ini telah menyebabkan penurunan yang cukup besar dalam
infeksi CE pada manusia dan hewan. Namun demikian, penyakit ini masih merupakan
masalah kesehatan yang serius di banyak daerah yang terkena dampak. Sebuah survei
terbaru menunjukkan tingkat CE pada manusia di kisaran 1,1 - 3,4 kasus per 105 orang per
tahun, dalam kombinasi dengan domba atau lembu prevalensi CE hingga 23% (WHO,
2009).
Daerah dengan endemisitas Echinococcus granulosus tinggi terletak di Amerika
Selatan bagian selatan, pantai Mediterania, bagian selatan dari bekas Uni Soviet, Timur
Tengah, Asia selatan-barat, Afrika utara, Australia, Selandia Baru, Kenya dan Uganda. Di
Dataran Tinggi Tibet misalnya, kista telah ditemukan di 6,6% penduduk. Di Argentina
selatan 26,7 kasus per 100.000 ditemukan. Di beberapa daerah Eropa tengah sekitar 40-
75% dari populasi rubah merah terinfeksi dengan Echinococcus multilocularis. Di St
Lawrence Island, Alaska, hingga 100% dari rubah arktik terinfeksi. Di Gansu, sebuah
provinsi di Cina, 8,8% dari populasi manusia ditemukan seropositif (WHO,2011).
B. TujuanPenyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui klasifikasi dari cestoda parasit darah dan jaringan.
1
2. Mengetahui morfologi cestoda parasit darah dan jaringan.
3. Mengetahui epidemiologi dan distribusi geografis cestoda parasit darah dan
jaringan.
4. Mengetahui siklus hidup cestoda parasit darah dan jaringan.
5. Mengetahui patologi penyakit yang disebabkan oleh cestoda parasit darah dan
jaringan.
6. Mengetahui cara pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh
cestoda parasit darah dan jaringan.
2
BAB II
ISI
Cacing pita termasuk subkelas cestoda, kelas cestoidea, filum platyhelminthes.
Cacing dewasanya menempati saluran usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrata. Bentuk badan cacing dewasa memanjang menyerupai pita,
biasanya pipih dorsoventral, tidak mempunyai alat pencernaan atau saluran vaskular dan
biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebu proglotid yang bila dewasa berisi alat
reproduktif jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi sebuah alat pelekat,
disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan kait-kait. Spesies penting yang dapat
menimbulkan kelainan pada manusia umumnya adalah : Diphyllobothrium latum,
Hymenolepis nana, Echinococcus granulosus, Echinococcus multilocularis, Taenia
saginata, dan Taenia solium. Manusia merupakan hospes cestoda ini dalam bentuk :
A. Cacing dewasa, untuk spesies Diphyllobothrium latum, Taenia saginata, Taenia
solium, Hymenolepis nana, Hymenolepis diminuta, Dipylidium caninum.
B. Larva, untuk spesies Diphyllobothrium sp, Taenia solium, Hymenolepis nana,
Echinococcus granulosus, Multiceps.
Sifat-sifat umum dari cestoda antara lain:
1. Badan cacing dewasa terdiri atas :
a. Skoleks, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat, dilengkapi dengan
batil isap atau dengan lekuk isap.
b. Leher, yaitu tempat pertumbuhan badan.
c. Strobila, yaitu badan yang terdiri atas segmen-segmen yang disebut proglotid.
Tiap proglotid dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina yang
lengkap sehingga disebut hermafrodit.
2. Telur dilepaskan bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus.
3. Embrio di dalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh
menjadi bentuk infektif dalam hospes perantara.
3
Cestoda yang hidup pada jaringan vertebrata dan invertebrata adalah bentuk larva.
Spesies yang termasuk dalam cestoda darah dan jaringan adalah Echinococcus granulosus,
Echinococcus multilocularis, Multiceps serialis, Taenia solium, dan Spirometra mansoni.
A. Echinococcus granulosus
A.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Species : Echinococcus granulosus
A.2. Morfologi
Gambar Echinococcus granulosus dewasaCacing dewasa hidup di dalam usus muda anjing, serigala, anjing ajag, coyote,
anjing hutan, jarang pada kucing, dan pada carnivora lainnya. Hospes-hospes ini mendapat
cacing pita dewasa karena makan berbagai alat dalam dari herbivora yang mengandung
stadium kistanya dengan protoscolex yang berjumlah besar. Cacing ini adalah cacing pita
yang berukuran 2,5 sampai 9,0 mm dan penting di bidang kedokteran.
Skoleks yang bulat mempunyai rostellum yang menonjol dengan mahkota rangkap
dua yang terdiri dari 30 sampai 36 kait-kait dan empat batil isap yang menonjol. Cacing
hanya mempunyai satu proglotid imatur, satu proglotid matur, dan satu proglotid gravid.
4
Proglotid pertama diantara ketiga proglotid mengandung alat kelamin yang belum matang,
proglotid tengah yang lebih panjang mengandung alat reproduksi yang sudah lengkap, dan
proglotid yang terakhir atau yang gravid mengandung uterus di tengah dengan 12 sampai
15 cabang melebar dengan kira-kira 500 telur. Telurnya 30-38 mikron, menyerupai telur
Taenia lainnya. Cacing ini dapat hidup selama kira-kira 5 bulan, walaupun mungkin hidup
lebih dari setahun. Cacing ini tidak menganggu hospes anjing kecuali peradangan catarrhal
pada usus selama infeksi berat.
Gambar telur Echinococcus granulosus
A.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Echinococcus granulosus
5
Telur dikeluarkan bersama tinja anjing atau carnivora lainnya. Bila telur tertelan
oleh hospes perantara yang sesuai seperti kambing, domba, babi, onta, juga manusia,
maka embrio yang dikeluarkan menembus dinding usus, masuk ke dalam saluran limfe atau
vena kecil di mesentrium, dan dengan aliran darah di bawa ke berbagai bagian tubuh
terutama hati, paru, otak, ginjal, limpa, otot, tulang, dan lain-lain. Bila tidak dirusak oleh sel
fagosit, kait-kaitnya menghilang, embrio tersebut mengalami vesikulasi di tengah, dan
dalam waktu lima bulan menjadi kista hidatid dengan ukuran diameter kira-kira 10mm.
Bila kista hidatid ini termakan anjing, maka kista ini akan mengeluarkan protoscolex yang
berkembang di usus halus menjadi cacing dewasa.
Manusia juga dapat mengandung stadium kista Echinococcus granulosus yang
sangat merugikan tetapi tidak turut serta dalam lingkaran hidupnya yang lengkap karena
organ-organ tubuh yang mengandung parasit tidak dimakan oleh anjing sebagai hospes
definitifnya. Kista hidatid pada manusia ada tiga bentuk :
1) unilokuler,
2) di dalam tulang (osseous) dan
3) alveoler pada Echinococcus multilocularis.
Kista yang unilokuler adalah bentuk yang paling banyak ditemukan pada manusia
dan binatang golongan rendah. Kista unilokuler tumbuhnya perlahan-lahan dan
memerlukan beberapa tahun untuk perkembangannya. Pada manusia, kista yang
perkembangannya sudah sempurna , bila tidak dipengaruhi oleh tekanan, mempunyai
bentuk yang kurang lebih bulat, dan biasanya mempunyai ukuran diameter 1 sampai 7 cm
tetapi dapat mencapai 20 cm. Bagian-bagian kista antara lain:
1) Lapisan kutikulum di sebelah luar untuk memperkuat, berlapis, tidak berinti,
terbuat dari hyalin, tebalnya 1 mm.
2) Lapisan germinativum di sebelah dalam, berinti, tebalnya kira-kira 22-25
mikron.
3) Cairan steril yang kuning muda atau tidak berwarna yag menyebabkan
tegangnya membran-membran yang membatasinya.
4) Kapsul perindukan (brood capsule) yang hanya mempunyai lapisan
germinativum dan mengandung protoskoleks.
6
5) Kista sekunder yang serupa kista primer.
Kutikulum sebelah luar yang elastis, yang disekresi oleh lapisan germinativum,
memungkinkan masuknya bahan makanan, tetpi menahan zat-zat yang merugikan parasit.
Bila pecah, lapisan tersebut berkontraksi, dengan demikian memudahkan penyebaran isi
kista. Lapisan dalam lapisan germinativum interna penuh dengan kapsul perindukan yang
kecil, menonjol dan berada dalam berbagai stadium perkembangan. Bilamana gelembung-
gelembung ini membesar, pada lapisan dalamnya tumbuh tunas-tunas kecil bulat yang
menjadi protoskoleks. Bila kapsul perindukan pecah, protoskoleks masuk ke dalam cairan
kista hidatid dimana protoskoleks ini dikenal sebagai ‘hidatid sand’. Sebuah kista fertil
rata-rata mengandung 2 juta protoskoleks, yang bila dimakan oleh anjing akan menjadi
sejumlah cacing pita dewasa yang tidak terhitung dalam waktu kira-kira 7 minggu. Kista
hidatid yang tidak mengandung kapsul perindukan dan protoskoleks disebut kista steril atau
acephalocyst.
Protoskoleks bila dimakan hospes definitif akan mengalami evaginasi di dalam usus
dan tumbuh menjadi cacing pita dewasa dan bila kista pecah di dalam hospes perantara
protoskoleks tumbuh menjadi kista sekunder. Kista sekunder endogen dengan dinding tipis
yang transparan tumbuh di dalam cairan kista dan kadang-kadang dapat membentuk kista
tertier (granddaughter cysts). Pertumbuhan kista hidatid di dalam tulang mengikuti saluran
di dalam tulang dengan erosi dari jaringan tulang dan invasi kedalam rongga medula.
Struktur tulang lambat laun diinfiltrasi oleh zat seperti agar dan diganti dengan kista kecil
semisolid dengan sedikit atau tanpa cairan dan tanpa scolex. Kista tulang paling banyak
ditemukan di ujung proksimal daripada tulang panjang, ilium, vertebrata, dan tulang rusuk.
A.4. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Parasit ini ditemukan di Australia selatan, Afrika, Amerika Selatan, Eropa, RRC,
Jepang, Filipina dan negara-negara Arab. Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini disebut
echinococcosis, penyakit hidatid, atau kista hidatid. Daerah dengan endemisitas tinggi di
Amerika Selatan bagian selatan, pantai Mediterania, bagian selatan dari bekas Uni Soviet,
Timur Tengah, Asia selatan-barat, Afrika utara, Australia, Selandia Baru, Kenya dan
Uganda. Di Dataran Tinggi Tibet misalnya, kista telah ditemukan di 6,6% penduduk. Di
Argentina selatan 26,7 kasus per 100.000 ditemukan (WHO, 2011).
7
Echinococcosis yang ada pada manusia tergantung pada hubungan erat antara
manusia dan anjing yang mengandung parasit. Orang kristen di Libanon kira-kira dua kali
lebih banyak menderita infeksi penyakit hidatid daripada orang Islam di Libanon. Hal ini
menunjukan bahwa kepercayaan orang muslim akan keharaman anjing menyebabkan
derajat infeksi yang lebih rendah.
Risiko mendapat infeksi pada orang yang memiliki anjing adalah 21 kali lebih besar
daripada orang yang tidak memelihara anjing. 10% dari Armenia yang menderita infeksi
biasanya memperbolehkan anjingnya tidur bersama di tempat tidurnya. Persentase anjing
yang menderita infeksi di negara-negara peternak di seluruh dunia adalah 20 sampai 50%
dan tergantung pada makanan anjing yang terdiri dari sisa-sisa daging yang mengandung
parasit dan bangkai. Frekuensi kista hidatid di negeri-negeri itu berbeda-beda, tetapi
mencapai 30% atau lebih pada domba dan ternak, dan 10% pada babi. Di negeri-negeri
tertentu kambing, unta, dan kerbau menderita infeksi. Ternak tidak merupakan bahaya
besar sebagai sumber infeksi, karena kistanya kebanyakan steril. Frekuensi infeksi pada
manusia tinggi di negeri-negeri peternak dimana hubungan dengan anjing adalah erat. Di
Amerika Utara relatif hanya ada beberapa kasus autochton yang dilaporkan tetapi pada
tahun-tahun terakhir telah ditemukan echinococcosis pada orang indian di Canada dan
Alaska. Di Canada rusa besar dan caribou merupakan hospes perantara, dan serigala
merupakan hospes definitif yang terpenting. Orang indian menginfeksi anjing mereka
dengan memberikan paru-paru rusa besar dan caribou sebagai makanan, dan sebaliknya
anjing menginfeksi manusia (Brown, H.W., 1979).
Infeksi lebih sering terjadi pada anak-anak yang mempunyai kebiasaan tidak
higienis. Terdapat sedikit perbedaan antara frekuensi infeksi pada pria dan wanita.
Penularan terjadi dengan menelan telurnya, terutama infeksi dari tangan ke mulut. Manusia
mendapat telur pada tangannya dari tangan atau dari bulu anjing yang mengandung parasit
ini atau dari anjing yang tidak menderita infeksi tersebut , tetapi yang bulunya
terkontaminasi karena berguling-guling di tanah yang di kotori oleh tinja anjing. Telurnya
mati dengan cepat oleh sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup berbulan-bulan di
tempat-tempat lembab dan teduh. Dengan demikian infeksi mungkin di dapat dari air dan
8
sayur mayur. Cairan pencernaan anjing merusak oncosfer, maka anjing jarang mendapat
infeksi dengan kistanya.
A.5. Patologi
Patologi pada manusia tergantung pada letak kista. Distribusi kista pada manusia
adalah didalam hepar termasuk invasi peritoneum sekunder 66%, paru-paru 22%, ginjal
3%, tulang 2%, otak 1%, dan jaringan lain 6% (otot, limpa, mata, jantung, kelenjar
thyroid). Kista unilokuler menimbulkan reaksi peradangan pada jaringan sekitarnya yang
membuat lapisan jaringan ikat yang mengelilingi kista. Erosi pada pembuluh darah
menyebabkan perdarahan, dan torsi pada omentum menyebabkan kontriksi vaskuler. Sel-
sel jaringan di sekitarnya, tergantung pada kepadatan jaringan, mengalami atrofi dan
nekrosis tekanan bila kistanya bertambah besar (Brown, H.W., 1979).
Gejalanya dapat dibandingkan dengan gejala tumor yang tumbuh perlahan-lahan,
tergantung pada letak kista hidatid. Di dalam abdomen kista menimbulkan rasa tidak enak
yang makin bertambah, tetapi tidak tampak gejala sampai kista telah mencapai ukuran yang
besar. Kista memiliki pengaruh yang luas pada alat-alat dalam. Kista di dalam hati pada
hakekatnya adalah yang terpenting. Lebih dari tiga perempat bagian ditemukan di lobus
kanan, kebanyakan dekat permukaan bawah, sehingga meluasnya ke bawah ke dalam
rongga perut. Kista di lengkung hepar tumbuh perlahan-lahan, bahkan menetap selama 30
tahun sebelum menimbulkan gejala nyata. Tekanan pada saluran empedu dapat
menyebabkan ikterus obstruktif.
Pecahnya suatu kista menyebabkan terlepasnya protoscoleks, potongan membran
germinativum, kapsul perindukan dan kista sekunder, yang mungkin sampai ke jaringan
lain melalui darah atau karena penyebaran langsung dan pertumbuhan menjadi kista
sekunder. Kista pecah karena batuk, ketegangan otot, pukulan, aspirasi dan tindakan
pembedahan. Setelah kista pecah selama 2 sampai 5 tahun tidak tampak gejala
echinococcosis sekunder. Kista hepar biasanya pecah ke dalam rongga perut akan tetapi
juga mengeluarkan cairan ke dalam kandung empedu, saluran empedu, atau rongga pleura.
Pecahnya kista primer dari jantung kanan menyebabkan metastase ke dalam paru-paru dan
dari jantung kiri metastase ke otak, limpa, ginjal, hati, dan alat lain. Kista peribronchial
yang mengeluarkan cairan ke dalam bronchus sekali-kali mungkin sembuh spontan, tetapi
9
pada kebanyakan kasus pecahnya kista tidak seluruhnya dan akibatnya adalah batuk yang
biasanya disertai gejala alergi dan sputumnya mengandung darah berbuih, lendir, cairan
hidatid dan potongan membran.
Infeksi sekunder dengan Salmonella atau bakteri patogen mungkin terjadi. Gejala-
gejala ini yang lebih sering ditemukan adalah hemoptisis ringan, batuk, dispnea, sakit dada
yang tidak tetap, palpitasi, tachycardia, dan gatal-gatal. Didalam otak tumor ini
menimbulkan gejala tekanan intracranial dan epilepsi jackson. Kista ginjal menyebabkan
sakit yang intermiten, hematuria dan disfungsi ginjal dan jika kista pecah bahan hidatid
ditemukan didalam urine. Kista limpa menyebabkan sakit dan tulang-tulang iga menonjol,
sedangkan daerah-daerah yang pada perkusi memberikan bunyi pekak dan resonansi
ditemukan pada kista pelvis.
Derajat kematian lebih tinggi pada kista sekunder dan kista dengan infeksi sekunder
daripada kista primer tanpa komplikasi. Bila kista pecah keluarnya cairan dapat
menimbulkan manifestasi alergi, biasanya dalam bentuk urtikaria dan pruritus. Pecahnya
kista dapat disertai demam yang tidak teratur, gangguan gastrointestinal, sakit perut,
dispnea, cyanosis, syncope, delirium dan mania. Bila tiba-tiba banyak bahan hidatid masuk
kedalam pembuluh darah maka penebalan dapat mengakibatkan gejala anafilaksik yang
berat bahkan kematian yang tiba-tiba.
Kista tulang menimbulkan reaksi pseudotuberculosis dengan sel raksasa benda
asing. Didalam diaphysis, kista menyebabkan destruksi trabekel, nekrosis dan fraktur
spontan dengan penebalan korteks dan perubahan bentuk jaringan yang pertumbuhannya
tidak sempurna. Pertumbuhan kista tulang yang perlahan-lahan dan dahsyat membuat
diagnosis sukar, dan letak kista tersebut sering pada tempat dimana pengeluaran dengan
cara pembedahan tidak mungkin.
A.6. Pencegahan dan Pengendalian
Tindakan pencegahan harus ditujukan untuk mengurangi penularan dengan parasit
dewasa pada anjing dan dengan larvanya pada kambing dan babi. Di daerah endemi anjing
harus dijauhkan dari pejagalan dan tidak boleh diberi makan sisa pejagalan yang tidak
dimasak dahulu, sisa dari binatang yang dipotong harus disteril, anjing berkeliaraan harus
dimusnahkan. Semua anjing harus diberi pencegah taeniasis sekali atau dua kali setahun. Di
10
Islandia terbukti cara ini efektif untuk melenyapkan penyakit ini. Makanan harus dibuat
secara bersih, dan di tempat-tempat tertentu sayur-mayur dan air minum harus dimasak.
Penduduk harus diberi penerangan tentang cara penularan, diperingatkan tentang bahaya
hubungan erat dengan anjing dan diberi pelajaran tentang higiene perseorangan.
Pengobatan kista hidatid unilokuler yang mudah dicapai adalah dengan cara
pembedahan, lokalisasi kista menetapkan tindak pembedahan mana yang tepat. Kemoterapi
dan sinar rontgen tidak efektif. Sedapat-dapatnya kista harus dikeluarkan, akan tetapi
hubungan yang erat dengan jaringan sekitarnya sering menyukarkan pengeluarannya.
Pengeluaran cairan kista dan penggantiannya dengan formalin 10% untuk mendapat
konsentrasi akhir sebesar 2% akan mematikan protoskoleks dan membran germinativum.
Bila kistanya besar atau ada infeksi sekunder atau penutupannya tidak memungkinkan,
marsupialisasi adalah tindakan yang dianjurkan. Kista primer di dalam otak memerlukan
tindakan operasi, tetapi kista sekunder tidak dapat dibedah. Kista paru-paru harus
dikeluarkan bila mungkin. Perlu bertindak hati-hati untuk mencegah pecahnya kista dan
keluarnya cairan ke dalam jaringan. Gejala alergi harus diobati dengan epinefrinatau obat
antihistamin. Pengobatan untuk kista yang tidak dapat dibedah atau yang sekunder dan
multipel di Amerika Selatan adalah dengan terapi biologi yang berdasarkan suntikan
dengan antigen cairan hidatid.
B. Echinococcus multilocularis
B.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Echinococcus
Species : Echinococcus multilocularis
B.2. Morfologi
11
Gambar Echinococcus multilocularis dewasa
Cacing dewasa mempunyai bentuk yang hampir sama dengan Echinococcus
granulosus, tetapi ukurannya lebih kecil yaitu 1,2-3,7 mm. Cacing dewasa hidup di rongga
usus halus anjing yang mendapat infeksi bila memakan binatang pengerat. Skoleks yang
bulat mempunyai rostellum yang menonjol dengan mahkota rangkap dua yang terdiri dari
30 sampai 36 kait-kait dan empat batil isap yang menonjol. Cacing ini sedikit menghasilkan
protoskoleks.Kista berupa hidatid alveolaris mempunyai ciri membran berlapis tipis,
berlubang seperti bunga karang, terdapat zat seperti agar.Cacing hanya mempunyai satu
proglotid imatur, satu proglotid matur, dan satu proglotid gravid. Proglotid pertama
diantara ketiga proglotid mengandung alat kelamin yang belum matang, proglotid tengah
yang lebih panjang mengandung alat reproduksi yang sudah lengkap, dan proglotid yang
terakhir atau yang gravid mengandung uterus di tengah dengan 12 sampai 15 cabang
melebar dengan kira-kira 500 telur. Telurnya 30-38 mikron, menyerupai telur Taenia
lainnya.
Gambar telur Echinococcus multilocularis
B.3. Siklus Hidup
12
Gambar siklus hidup Echinococcus multilocularis
Siklus hidup Echinococcus multilocularis hampir sama dengan Echinococcus
granulosus hanya saja hospes perantaranya yang berbeda. Telur dikeluarkan bersama tinja
anjing atau carnivora lainnya. Bila telur tertelan oleh hospes perantara yang sesuai seperti
mencit lading, tupai tanah atau manusia maka embrio yang dikeluarkan menembus dinding
usus, masuk ke dalam saluran limfe atau vena kecil di mesentrium, dan dengan aliran darah
di bawa ke berbagai bagian tubuh terutama hati, paru, otak, ginjal, limpa, otot, tulang, dan
lain-lain. Bila tidak dirusak oleh sel fagosit, kait-kaitnya menghilang, embrio tersebut
mengalami vesikulasi di tengah, dan dalam waktu lima bulan menjadi kista hidatid dengan
ukuran diameter kira-kira 10mm. Bila kista hidatid ini termakan anjing atau kucing, maka
kista ini akan mengeluarkan protoscolex yang berkembang di usus halus menjadi cacing
dewasa.
B.4. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Penyebaran cacing ini sampai di Balkan, Rusia, Siberia, Alaska, Australia, Selandia
Baru. Di indonesia parasit ini tidak ditemukan. Kista alveolaris adalah stadium larva
Echinococcus multilocularis. Cacing pita dewasa ditemukan pada anjing hutan dan kucing
13
dan kistanya pada mangsanya yaitu tikus dan mencit. Anjing merupakan sumber infeksi
yang potensial untuk manusia bila anjing makan binatang mengerat.
Di daerah Baravia-tyrol, Jura, Rusia, Sieria, dan Alaska kistanya ditemukan pada
manusia dan sekali-sekali pada ternak. Cacing dewasa baru-baru ini telah diaporkan pada
anjing hutan di Dakota Utara. Kistanya tidak terbatas dengan jaringan sekitarnya karena
membran berlapis sangat tipis. Kista adalah bahan berlubang seperti bunga karang yang
terdiri dari ruangan-ruangan kecil yang tidak teratur dan berisi zat seperti agar. Ruangan-
ruangan terpisah satu dengan lainnya oleh jaringan ikat. Pada manusia kistanya biasanya
steril dan mungkin mengalami nekrosis sentral bahkan kalsifikasi di waktu melanjutkan
pertumbuhannya di pinggir. Pertumbuhannya seperti neoplasma dan metastasis terjadi
karena meluas secara langsung atau melalui darah atau limfe. Kistanya paling sering
ditemukan di dalam hati. Manusia mungkin mendapat infeksi karena makan tumbuh-
tumbuhan mentah yang terkontaminasi dengan tinja anjing hutan, kucing, atau anjing yang
mengandung parasit, dengan demikian menelan telur yang tumbuh menjadi kista. Di
Alaska, infeksi terjadi karena tinja anjing penarik pengeretan. Pembedahan memberikan
harapan satu-satunya untuk pengobatan, tetapi ekstirpasi jaringan kista secara keseluruhan
adalah sukar (Brown, H.W., 1979) .
Distribusi Echinococcus multilocularis terbatas pada belahan bumi utara. Di
Amerika Utara parasit ditemukan di sub daerah Kutub Utara dari Alaska dan Kanada dan di
beberapa negara bagian utara Amerika Serikat. Parasit juga ditemukan di Eropa pusat dan
timur dan di Asia di bekas Uni Soviet, Turki, Irak, India utara, Jepang dan Cina tengah. Di
beberapa daerah Eropa tengah sekitar 40-75% dari populasi rubah merah terinfeksi dengan
Echinococcus multilocularis. Di St Lawrence Island, Alaska, hingga 100% dari rubah
arktik terinfeksi. Di Gansu, sebuah provinsi di Cina, 8,8% dari populasi manusia ditemukan
seropositif (WHO,2011).
B.5. Patologi
Kista hidatid tumbuh seperti tumor ganas. Skoleks tersebar ke seluruh tubuh
sehingga gejalanya lebih berat daripada hidatidosis yang disebabkan oleh Echinococcus
granulosus.
B.6. Pencegahan dan Pengendalian
14
Tindakan pencegahan harus ditujukan untuk mengurangi penularan dengan parasit
dewasa pada anjing dan dengan larvanya pada kambing dan babi. Di daerah endemi anjing
harus dijauhkan dari pejagalan dan tidak boleh diberi makan sisa pejagalan yang tidak
dimasak dahulu, sisa dari binatang yang dipotong harus disteril, anjing berkeliaraan harus
dimusnahkan. Semua anjing harus diberi pencegah taeniasis sekali atau dua kali setahun. Di
Islandia terbukti cara ini efektif untuk melenyapkan penyakit ini. Penduduk harus diberi
penerangan tentang cara penularan, diperingatkan tentang bahaya hubungan erat dengan
anjing dan diberi pelajaran tentang higiene perseorangan.
Pengobatan kista hidatid unilokuler yang mudah dicapai adalah dengan cara
pembedahan, lokalisasi kista menetapkan tindak pembedahan mana yang tepat. Kemoterapi
dan sinar rontgen tidak efektif. Sedapat-dapatnya kista harus dikeluarkan, akan tetapi
hubungan yang erat dengan jaringan sekitarnya sering menyukarkan pengeluarannya.
Pengeluaran cairan kista dan penggantiannya dengan formalin 10% untuk mendapat
konsentrasi akhir sebesar 2% akan mematikan protoskoleks dan membran germinativum.
Bila kistanya besar atau ada infeksi sekunder atau penutupannya tidak memungkinkan,
marsupialisasi adalah tindakan yang dianjurkan. Kista primer di dalam otak memerlukan
tindakan operasi, tetapi kista sekunder tidak dapat dibedah. Kista paru-paru harus
dikeluarkan bila mungkin. Perlu bertindak hati-hati untuk mencegah pecahnya kista dan
keluarnya cairan ke dalam jaringan. Gejala alergi harus diobati dengan epinefrinatau obat
antihistamin. Pengobatan untuk kista yang tidak dapat dibedah atau yang sekunder dan
multipel di Amerika Selatan adalah dengan terapi biologi yang berdasarkan suntikan
dengan antigen cairan hidatid.
C. Taenia solium
C.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophyllidea
Family : Taeniidae
Genus : Taenia
15
Species : Taenia solium
C.2. Morfologi
Gambar Taenia solium dewasa
Gambar skoleks Taenia solium
Cacing pita Taenia solium berukuran panjang kira-kira 2-4 meter dan kadang-
kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia saginata, terdiri dari skoleks,
leher dan strobila, yang terdiri dari 800-1000 ruas proglotid. Skoleks yang bulat berukuran
kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2
baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah. Seperti Taenia saginata, strobila
terdiri dari rangkaian proglotid yang belum dewasa (imatur), dewasa (matur) dan
mengandung telur (gravid). Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasa sama dengan
Taenia saginata kecuali jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150-200 buah. Bentuk
proglotid gravid mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Jumlah cabang
uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya
bergantian selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila secara tidak beraturan. Proglotid
gravid berisi kira-kira 30.000-50.000 buah telur.
16
Stadium larva Taenia solium disebut Cysticercus cellulosae dan infeksi pada
manusia disebut Cysticercosis cellulosae. Sistiserkus matang adalah kista jernih yang bujur
dengan skoleks jenuh yang menonjol kedalam, yang mempunyai empat batil isap dan satu
lingkaran kait-kait. Biasanya kista ini dikelilingi oleh lapisan jaringan ikat hospes yang
kuat, akan tetapi didalam cairan mata (humor vitreum) dan dalam piameter atau ventrikel
otak, kista ini mungkin tidak terbungkus. Kista mencapai ukuran terbesar dalam waktu kira-
kira 10 minggu. Kista berbentuk bujur, dan mempunyai ukuran diameter kira-kira 5 mm,
tetapi didalam otak kista mungkin tumbuh menjadi besar dengan ukuran diameter beberapa
cm.
C.3. Siklus Hidup
Gambar siklus hidup Taenia solium
Seperti pada Taenia saginata, telurnya keluar melalui celah robekan pada proglotid.
Telur tersebut bila termakan oleh hospes perantara yang sesuai, maka dindingnya dicerna
dan embrio heksakan keluar dari telur, menembus dinding usus dan masuk ke saluran getah
bening atau darah. Embrio heksakan kemudan ikut aliran darah dan menyangkut di jaringan
otot babi. Embrio heksakan cacing gelembung (sistiserkus) babi, dapat dibedakan dari
cacing gelembung sapi, dengan adanya kait-kait di skoleks yang tunggal. Cacing
gelembung yang disebut sistiserkus selulose biasanya ditemukan pada otot lidah, punggung
17
dan pundak babi. Hospes perantara lain kecuali babi adalah monyet, onta, anjing, babi
hutan, domba, kucing, tikus dan manusia. Larva tersebut berukuran 0,6-1,8 cm. Bila daging
babi yang mengandung larva sistiserkus dimakan oleh manusia, dinding kista dicerna,
skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus halus seperti
yeyunum. Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan melepaskan proglotid
dengan telur. Hospes definitif cacing ini adalah manusia, sedangkan hospes perantaranya
adalah manusia dan babi. Manusia yang dihinggapi cacing dewasa Taenia solium, juga
menjadi hospes perantara cacing ini.
C.4. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Taenia solium adalah kosmopolit, akan tetapi tidak akan ditemukan dinegara-negara
Islam. Cacing tersebut banyak ditemukan di negara-negara yang mempunyai banyak
peternakan babi dan ditempat daging babi banyak disantap seperti di Eropa (Gzech,
Slowakia, Kroatia, Serbia), Amerika Latin, Cina, India, Amerika Utara dan juga di
beberapa daerah di Indonesia antara lain di Irian Jaya, Bali dan Sumatra Utara.
Manusia mungkin mendapat kista dari telur dengan cara:
1. Menelan makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja mannusia yang
mengandung parasit.
2. Penularan melalui mulut karena tangan kotor yang mengandung cacing dewasa.
3. Autoinfeksi interna karena muntahan telur kedalam lambung karena anti peristaltik.
Kira-kira 25% dari penderita yang mempunyai kista menceritakan bahwa pernah
mengandung cacing dewasa pada suatu waktu. Sistiserkosis pada manusia mungkin lebih
sering terjadi dari pada yang diperlihatkan oleh angka frekuensi yang rendah yang
dilaporkan, karena bannyak infeksi tidak ditemukan. Penyakit ini adalah penyakit orang
dewasa dan lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita. Penyakit ini berhubungan
dengan lingkungan yang tidak sehat dan kebersihan perseorangan yang kurang.
Frekuensi telah menurun di negara maju karena pemeriksaan daging yang ketat,
kebersihan yang lebih baik dan fasilitas sanitasi yang lebih baik. Distribusi sistiserkosis
sebanding dengan distribusi Taenia solium. Di Ethiopia, Kenya dan Republik Demokratik
Kongo sekitar 10% dari populasi terinfeksi, di Madagaskar bahkan 16% (WHO, 2011).
C.5. Patologi
18
Sistiserkosis yang seringkali multiple bahkan jumlahnya sampai beribu-ribu dapat
tumbuh didalam tiap jaringan atau alat tubuh manusia. Tempat yang paling sering
dihinggapi adalah otot bergaris dan otak, tetapi juga mungkin dijaringan subkutis, mata,
jantung, paru-paru dan peritoneum. Kista yang sedang tumbuh menimbulkan reaksi
peradangan terhadap benda asing yang mengakibatkan terbentuknya kapsul fibrosis. Bila
larva yang dapat hidup sampai 5 tahun mati, maka jumlah cairan kista bertambah dan
terdapat reaksi jaringan yang hebat terhadap protein yang toksik. Parasit yang
berdegenerasi biasanya mengalami perkapuran. Patologinya bergantung pada jaringan yang
diserang dan jumlah sistiserkus. Invasi diotak dan mata menyebabkan kerusakan berat,
sedangkan dijaringan subkutis dan di otot bergaris akibatnya hanya sedikit.
Selama stadium invasi mungkin tidak ada gejala prodromal atau hanya sakit otot
ringan dan suhu badan yang meninggi sedikit. Toleransi otot dan jaringan subkutis terhadap
sistiserkus adalah baik dan bahkan pada infeksi berat pun mungkin tidak ada gejala. Ada
rasa sakit di otot-otot, terutama dibagian belakang leher, lemah, rasa capai, kejang otot,
berat badan menurun, dan gelisah. Didalam otot ada degenerasi dan atrofi langsung
disekitar parasit. Biasanya ada eosinofili yang tidak tentu derajatnya.
Manifestasi berat daripada penyakit ini terjadi pada sistiserkosis otak, biasanya
disertai dengan sistiserkosis umum yang tidak diketahui. Sistiserkus ada di korteks serebri,
selaput otak, ventrikel, dan kadang-kadang didalam substansi otak. Sistiserkus biasanya
ditemukan di dekat permukaan otak di lobus frontalis dan parietalis dan sepanjang arteri
serebri tengah. Sekali-sekali sistiserkus ditemukan di daerah oksipital dan di serebelllum.
Terdapat edema dan tekanan otak tetapi masih ada toleransi yang relatif bila parasit masih
hidup. Pembentukan kapsul merupakan akibat dari proliferase neuroglia dan sel-sel
jaringan granulasi dengan perubahan vaskuler. Neuroganglion dan sel saraf menunjukkan
perubahan karena tekanan atau toksin. Parasit ini kemudian diserap atau diganti oleh
jaringan ikat yang menyebabkan manifestasi epilepsi pada stadium lebih lanjut. Kadang-
kadang terjadi perkapuran dan penyerapan sebagian dari parasit. Kejadian nyata biasanya
tidak timbul selama 5-8 tahun bahkan sampai 20 tahun, sampai kematian parasit
menimbulkan reaksi peradagan toksik.
19
Gejala lebih dini disebabkan tekanan kista dan penyumbatan cairan serebrospinal,
tetapi penderita menunjukkan gejala dalam waktu satu tahun bila sistiserkus letaknya di
daerah yang menguasai fungsi mototrik. Manifestasi lambat yang paling menonjol adalah
serangan epilepsi tipe jackson yang berulang-ulang secara tidak teratur yang dihubungkan
dengan larva yang mengalami fibrosis dan telah mati atau mengalami perkapuran. Periode
dimana kesadaran hilang tanpa adanya kejang mungkin merupakan manifestasi tunggal.
Sistiserkus diberbagai bagian otak menimbulkan berbagai macam gejala motorik vokal,
sensorik dan mental. Ada gejala tumor otak, meningitis, encepalitis, hidrocepalus, dan
sklerosis diseminata. Paresis yang kadang-kadang timbul, penglihatan yang menghilang,
sakit kepala yang tiba-tiba, muntah dan mental yang terganggu merupakan gejala yang
utama. Gejala yang paling mencolok adalah gejala psikologi misalnya kekacauan, cepat
marah, tidak dapat tidur, ketakutan, kewibawaan yang berubah. Tekanan intracranial yang
meninggi mungkin menyebabkan edema papil dan atrofi mata. Jenis larva racemosa yang
bercabang dan tidak mempunyai kapsul dan terletak di rongga subarachnoidal dan plexsus
chorioidea menimbulkan gejala penyakit otak yang menyeluruh. Cairan spinal tidak
mungkin menunjukkan perubahan terus menerus yang khas. Ada tekanan yang meninggi,
jumlah sel bertambah, jumlah limfosit bertambah dan sel berinti satu yang besar, presentase
sel eosinofil yang berbeda-beda dan berkurangnya glukosa. Kira-kira 10% dari penderita
dengan sistiserkosis otak menunjukkan eosinofili didalam darah.
Didalam mata sistiserkus yang biasanya hanya satu, terletak di bawah retina atau di
bawah humor vitreum. Sistiserkus yang berwarna kelabu dan tidak mempunyai vitrae
didalam cairan vitreum terus-menerus berubah bentuk. Selain rasa tidak enak seringkali
kerusakan hanya sedikit, tetapi kadang-kadang retina lepas, cairan vitreum menjadi keruh,
parasit dikelilingi oleh eksudat peradangan , dan iris meradang. Penderita mengalami rasa
sakit di dalam mata, tampak kilatan cahaya, bentuk-bentuk besar dalam lapangan
pandangan, dan penglihatan menjadi kabur dan menghilang. Kematian parasit
menyebabkan iridocycelitis. Terlibatnya otot jantung menyebabkan tachycardi, dispenea,
syncope, dan bisinng jantung abnormal.
C.6. Pencegahan dan Pengendalian
Pemberantasan infeksi Taenia solium terdiri dari:
20
1. Pengobatan orang yang mengandung parasit.
Pengobatan penyakit taeniasis solium digunakan prazikuantel. Untuk sistiserkus
digunakan obat prazikuantel, albendazol, atau dilakukan pembedahan.
2. Sanitasi.
Di daerah endemi tinja manusia tidak boleh dibuang ke tempat-tempat yang
dimasuki babi.
3. Pemeriksaan daging babi.
Pemeriksaan daging babi oleh pemerintah mengurangi infeksi pada manusia di
negeri-negeri dimana babi dimakan mentah atau setengah matang, tetapi sistem
pemeriksaan yang mana pun tidak dapat memastikan kebebasan dari infeksi.
4. Memasak dan mengolah daging babi dengan sebiak-baiknya.
Sistiserkus akan mati dengan pemanasan pada 45-50o C, tetapi daging babi harus
dimasak paling sedikit selama setengah jam untuk tiap pound atau sampai berwarna kelabu.
Sistiserkus akan mati pada suhu dibawah -2o C tetapi pada 0o C sampai -2o C ia hidup
selama hampir 2 bulan, dan pada suhu kamar ia hidup selama 26 hari. Mendinginkan pada
suhu -10o C selama 4 hari atau lebih adalah cara yang efektif. Mengasinkan dengan garam
tidak selalu berhasil.
D. Spirometra mansoni
D.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
Class : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Family : Diphyllobothriidae
Genus : Spirometra
Species : Spirometra mansoni
D.2. Morfologi
21
Gambar Spirometra mansoni dewasa
Panjang cacing dapat mencapai 9 m. Tubuhnya terdiri dari segmen-segmen yang
disebut proglotida ( lebih dari 4000 ) yang berisi testes dan folikel, daerah leher pendek dan
memiliki sepasang celah penghisap. Larva berupa plerocercoid. Larva sparganum berwarna
putih, keriput, berbentuk pita dan memperlihatkan gerakan otot yang jelas. Telur Spirometra
mansoni berukuran lebih kecil daripada telur Diphyllobothrium latum . Telur Spirometra
mansoni berbentuk elips dan memiliki operkulum yang menonjol dan berbentuk kerucut.
Gambar proglotid gravid Gambar proglotid matur
Gambar telur Spirometra mansoni
D.3. Siklus Hidup
22
Gambar siklus hidup Spirometra mansoni
Telur dikeluarkan melalui lubang uterus proglotid gravid dan ditemukan dalam
tinja. Pada suhu yang sesuai telur menetas dalam waktu 9-12 hari setelah sampai di air.
Embrio didalam embriofor yang bersilia keluar melalui lubang operkulum. Korasidium
bersilia yang berenang bebas dimakan dalam waktu 1-2 hari oleh binatang yang termasuk
copepoda seperti Cyclops dan Diaptomus. Dalam hospes perantara ini larva kehilangan
silianya, menembus dinding dengan bantuan kait-kaitnya dan sampai kerongga badan.
Disini larva tersebut bertambah besar dari 55 sampai 550 mikron dan dibentuk larva
proserkoid yang memanjang.
Bila copepoda yang mengandung larva ini dimakan oleh hospes perantara II yaitu
bebagai macam binatang kecil, ular, dan katak, maka larva proserkoidnya akan menembus
dinding usus ikan dan masuk ke rongga badan dan alat-alat dalam, jaringan lemak dan
jaringan ikat serta otot-otot. Dalam waktu 7-30 hari larva ini berubah menjadi larva
pleroserkoid atau sparganum yaitu larva yang berbentuk seperti kumparan dan terdiri dari
pseudosegmen, dengan ukuran 10-20 x 2-3 mm. Bila hospes perantara II tersebut dimakan
hospes definitif, misalnya anjing, kucing dan karnivora liar maka sparganum di rongga usus
halus tumbuh menjadi cacing dewasa dalam waktu 3-5 minggu.
23
D.4. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Parasit ini ditemukan di Asia timur dan tenggara, Jepang, Vietnam, dan dalam
jumlah kecil di Afrika, Eropa, Australia serta Amerika utara dan selatan. Manusia
mendapat sparganosis karena menelan cyclops yang mengandung proserkoid yang terdapat
pada air minum, memakan kodok, ular, atau binatang pengerat yang mengandung
pleroserkoid ataupun karena luka di kulit ditembus oleh pleroserkoid yang berasal dari
obtat yang ditempelkan dan yang terbuat dari daging kodok, ular atau binatang berdarah
panas yang mengandung parasit.
D.5. Patologi
Pada manusia larva dapat ditemukan disetiap bagian tubuh terutama didalam dan
sekitar mata, didalam jaringan subkutia dan otot toraks, abdomen dan paha. Di daeah
inguinal dan di alat-alat dalam dari pada toraks. Sparganum dapat bermigrasi melalui
jaringan. Larva yang memanjang dan berkontraksi didalam matriks yang berlendir
menyebabkan edema peradangan dari jaringan sekitarnya, yang menimbulkan rasa nyeri.
Larva yang telah mengalami degenerasi menyebabkan peradangan setempat yang hebat dan
nekrosis. Akan tetapi tidak menyebabkan pembentukan jaringan ikat. Orang yang
menderita infeksi dapat menunjukkan indurasi lokal “giant urtikaria” yang periodik,
sembab, dan eritem disertai dengan menggigil, panas badan, dan eosinofili yang tiba-tiba.
Infeksi mata yang relatif sering terjadi di Asia tenggara, menimbulkan konjungtivitis yang
disertai edema dan rasa sakit dengan lakrimasi dan petosis. Prognosis tergantung daripada
lokalisasi parasit dan pengeluarannya yang berhasil atau tidak. Sparganosis miliaris
mempunyai prognosis buruk.
D.6. Pencegahan dan Pengendalian
Di daerah endemi, air minum perlu dimasak atau disaring dan daging hospes
perantara dimasak dengan sempurna. Cara yang dipakai untuk pengobatan dengan
menggunakan daging kodok pada daerah mukosa-kutan yang meradang sebaiknya dicegah.
E. Multiceps serialis
E.1. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Platyhelminthes
24
Class : Cestoda
Ordo : Cyclophylidea
Family : Taeniidae
Genus : Multiceps
Species : Multiceps serialis
E.2. Morfologi
Gambar Multiceps serialis dewasa
Cacing dewasa berukuran 40-60 cm, mempunyai skoleks, dengan rostelum yang
berkait-kait dengan 22-32 kait-kait yang besar dan kecil tersusun dalam dua lingkaran
Hidupnya di rongga usus halus anjing. Memiliki kelenjar vitelin berbentuk elips dan bagian
anterior konkaf atau cekung. Larva cacing ini biasanya tunggal, walaupun sebanyak 20 ekor
pernah ditemukan pada seorang bayi. Kista yang berbentuk bujur sampai berbentuk seperti
sosis berukuran sampai 20 mm atau lebih, mengandung banyak skoleks kecil yang
menonjol ke dalam, yang timbul dari dinding germinativum.
E.3. Siklus Hidup
Telur cacing ditemukan dalam tinja anjing atau carnivora lainnya. Telur atau
proglotid gravid tersebut bila termakan oleh hospes perantara yang sesuai maka onkosfer
menetas dalam usus hospes perantara dan masuk jaringan tubuh dan berkembang terutama
di otak dan sumsum tulang belakang. Di sini larva berubah menjadi coenurus, yaitu
gelembung yang mempunyai banyak skoleks. Hospes perantara cacing ini adalah ternak
(domba, kambing, dan herbivora lainnya), kadang-kadang juga manusia. Bila hospes
perantara yang mengandung coenurus dimakan oleh hospes definitif yaitu anjing atau
karnivora lainnya maka akan berkembang menjadi cacing dewasa di dalam usus halus.
25
Gambar siklus hidup Multiceps serialis
E.4. Epidemiologi dan Distribusi Geografis
Penyebaran parasit ini kosmopoolit, terutama di negeri yang banyak peternakan
dombanya. Infeksi pada manusia terjadi dengan menelan telur yang terdapat pada tinja
anjing.
E.5. Patologi
Parasit ini dapat menyebabkan gejala otak misalnya seperti kesulitan dalam
berbicara (afasia), lumpuh anggota badan (paraplegia), hemiplegia dan muntah-muntah.
Gejala- gejala yang memerlukan beberapa tahun untuk menjadi nyata, tergantung dari
lokalisasi yang tepat dari coenurus tersebut. Biasanya ada gejala-gejala kenaikan tekanan
intracranium, termasuk kehilangan kesadaran, kejang-kejang, anestesi sementara, paresis,
kadang-kadang diplopi, jalan terhuyung-huyung.
26
E.6. Pencegahan dan Pengendalian
Di daerah endemi untuk pencegahan diperlukan perlindungan makanan dan tangan
terhadap tinja anjing. Makanan dan minuman yang dikonsumsi jangan sampai
terkontaminasi tinja anjing dan menjaga kebersihan tubuh khususnya harus terhindar dari
tinja anjing.
27
BAB III
KESIMPULAN
Spesies yang termasuk dalam cestoda darah dan jaringan adalah Echinococcus
granulosus, Echinococcus multilocularis, Multiceps serialis, Taenia solium, dan
Spirometra mansoni. Hospes definitif adalah anjing, kucing, dan hewan-hewan karnifora
lainnya. Hospes perantaranya adalah domba, kambing, hewan herbivora lainnya dan
manusia. Penyebaran banyak ditemukan di negara-negara yang penduduknya menyayangi
hewan karnivora domestik dan penduduk yang beternak hewan herbivor. Cacing dewasa
mirip Taenia sp hanya ukurannya lebih kecil. Gejala klinis disebabkan oleh stadium kista
dan larva yang ada dalam jaringan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Harold W. 1979. Dasar Parasitologi Klinis Edisi III. PT Gramedia, Jakarta.
Bulletin of the World Health Organization. 2009. Analysis of the economic impact of cystic
echinococcosis in Spain. http://www.who.int/bulletin/volumes/88/1/09-066795/en/,
diakses tanggal 8 April 2011.
Gandahusada, Srisasi,dkk. 2004. Parasitologi Kedokteran Edisi III. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
Prianto, Juni L., P.U., Tjahaya dan Darwanto. 1994. Atlas Parasitologi Kedokteran. PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Staf Pengajar FKUI. 1998. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Balai Penerbit FKUI,
Jakarta.
WHO. 2011. Taeniasis/cystiserkosis. http://www.who.int/zoonoses/diseases/taeniasis/en/,
diakses tanggal 8 April 2011.
WHO. 2011. Cystic Echinococcosis and Multilocular Echinococcosis.
http://www.who.int/zoonoses/diseases/echinococcosis/en/, diakses tanggal 8 April
2011.
29