75
BAB IV
LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK
MENINGKATKAN MOTIVASI REMAJA
PERTENGAHAN DALAM MELANJUTKAN STUDI KE
PERGURUAN TINGGI
A. Penerapan Layanan Bimbingan Kelompok Untuk
Meningkatkan Motivasi Remaja Pertengahan Dalam
Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi
Peneliti menggunakan layanan bimbingan kelompok
untuk meningkatkan motivasi remaja dalam melanjutkan studi
ke perguruan tinggi di Kampung Cireundeu Cikadongdong
karena dengan bimbingan kelompok, para remaja dapat
bersama-sama mengemukakan pendapat mereka tentang
sesuatu dan membicarakan topik-topik penting seputar
motivasi melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan
mengembangkan nilai-nilai tentang hal tersebut dan
mengembangkan langkah bersama untuk memecahkan
permasalahan yang dibahas didalam kelompok tersebut.
76
Diantara ragam teknik bimbingan kelompok adalah
pendekatan secara kelompok, karena bimbingan kelompok
lebih kepada pencegahan terhadap suatu masalah (preventif).
Mengadakan pendekatan kepada anak adalah suatu kegiatan
yang tidak gampang karena membutuhkan kemampuan,
keterampilan, pemahaman, keuletan dari seorang
pembimbing, serta data-data yang cukup lengkap yang
meliputi latar belakang kehidupan, potensi atau kemampuan
yang dimiliki, rencana, dan cita-cita yang diharapkan di hari
depan mereka.1
Bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang
dihadapi beberapa murid mempunyai kesamaan atau saling
mempunyai hubungan serta mereka mempunyai kesediaan
untuk dilayani secara kelompok. Akan tetapi, jika klien
keberatan masalahnya diketahui orang lain (selain konselor),
bimbingan kelompok seyogianya tidak dilakukan, melainkan
perlu dilayani secara individu (meskipun masalahnya relatif
sama dengan klien yang lain). Oleh karena itu, selain masalah
1 Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok (Bandung: PT
Refika Aditama 2009), hlm. 4
77
yang timbul tersebut dihadapi oleh banyak murid, faktor
kesediaan klien itu sendiri akan ikut menentukan bentuk
layanan bimbingan kelompok. Bimbingan kelompok memang
akan efektif sepanjang memenuhi persyaratan tersebut. Selain
itu, bimbingan kelompok sering dilakukan dalam rangka
uasaha-usaha yang bersifat preventif.2
Dalam menggunakan metode layanan bimbingan
kelompok peneliti menggunakan asas-asas bimbingan dan
konseling yang dijadikan dasar pertimbangan kegiatan
bimbingan kelompok. Para pengkaji mata kuliah bimbingan
dan konseling mengemukakan beberapa asas dalam
bimbingan konseling. Diantaranya adalah Ferdy Pantar dan
Wawan Junaedi sebagaimana dikutip oleh Anas Salahudin
menguraikan secara panjang lebar tentang asas-asas tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut:3
2 Siti Hartinah. Konsep Dasar Bimbingan Kelompok, ............hlm. 5
3 Anas Salahudin. Bimbingan dan Konseling (Bandung: CV Pustaka
Setia 2010), hlm. 40-42
78
1. Asas Kerahasiaan
Asas yang menuntut dirahasiakannya segenap data
dan keterangan siswa (klien) yang menjadi sasaran
layanan ini, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh
diketahui orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing
(konselor) berkewajiban memelihara dan menjaga semua
data dan keterangan itu sehingga kerahasiannya benar-
benar terjamin.
2. Asas Kesukarelaan
Asas yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan siswa (klien) mengikuti/menjalani
layanan/kegiatan yang diperuntukkan baginya. Guru
pembimbing (konselor) berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
3. Asas Keterbukaan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang
menjadi sasaran layanan/kegiatan bersikap terbuka dan
tidak berpura-pura, baik dalam memberikan keterangan
79
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai
informasi dan materi dari luar yang berguna bagi
pengembangan dirinya. Guru pembimbing (konselor)
berkewajiban mengembangkan keterbukaan siswa (klien).
Agar siswa (klien) mau terbuka, guru pembimbing
(konselor) terlebih dahulu bersikap terbuka dan tidak
berpura-pura. Asas keterbukaan ini bertalian erat dengan
asas kerahasiaan dan kesukarelaan.
4. Asas Kegiatan
Asas yang menghendaki agar siswa (klien) yang
menjadi sasaran layanan dapat berpartisipasi aktif dalam
penyelenggaraan/kegiatan bimbingan. Guru pembimbing
(konselor) harus mendorong dan memotivasi siswa untuk
aktif dalam setiap layanan/kegiatan yang diberikan
kepadanya.
5. Asas Kemandirian
Asas yang menunjukkan pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yaitu siswa (klien) sebagai
80
sasaran layanan/kegiatan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri,
dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya,
mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta
mewujudkan diri sendiri. Guru pembimbing (konselor)
hendaknya mampu mengarahkan segenap layanan
bimbingan dan konseling bagi berkembangnya
kemandirian siswa.
6. Asas Kekinian
Asas yang menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling, yakni permasalahan
yang dihadapi siswa/klien adalah dalam kondisi sekarang.
Adapun kondisi masa lampau dan masa depan dilihat
sebagai dampak dan memiliki keterkaitan dengan apa
yang ada dan diperbuat siswa (klien) pada saat sekarang.
7. Asas Kedinamisan
Asas yang menghendaki agar isi layanan terhadap
sasaran layanan siswa (klien) hendaknya selalu bergerak
81
maju, tidak monoton, dan terus berkembang serta
berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
8. Asas Keterpaduan
Asas yang menghendaki agar berbagai layanan
dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang
dilakukan oleh guru pembimbing maupun pihak lain,
saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Dalam hal ini,
kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak yang
terkait dengan bimbingan dan konseling menjadi amat
penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
9. Asas Kenormatifan
Asas yang menghendaki agar seluruh layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan padan
norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan-kebiasaan yang
berlaku. Bahkan, lebih jauh lagi layanan/kegiatan
bimbingan dan konseling ini harus dapat meningkatkan
82
kemampuan siswa (klien) dalam memahami, menghayati,
dan mengamalkan norma-norma tersebut.
10. Asas Keahlian
Asas yang menghendaki agar layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar
kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini, para pelaksana
layanan kegiatan bimbingan dan konseling lainnya
hendaknya merupakan tenaga yang benar-benar ahli
dalam bimbingan dan konseling. Profesionalitas guru
pembimbing (konselor) harus terwujud, baik dalam
penyelenggaraan jenis-jenis layanan dan kegiatan
bimbingan dan konseling maupun dalam penegakan kode
etik bimbingan dan konseling.
11. Asas Alih Tangan Kasus
Asas yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling secara tepat dan tuntas atas suatu permasalahan
siswa (klien) dapat mengalihtangankan kepada pihak yang
83
lebih ahli. Guru pembimbing (konselor) dapat menerima
alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain. Demikian
pula, sebaliknya guru pembimbing (konselor), dapat
mengalihtangankan kasus kepada pihak yang lebih
kompeten, baik yang berada didalam lembaga sekolah
ataupun di luar sekolah.
12. Asas Tut Wuri Handayan
Asas yang menghendaki agar pelayanan
bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat
menciptakan suasana mengayomi (memberikan rasa
aman), mengembangkan keteladanan, memberikan
rangsangan dan dorongan, serta kesempatan yang seluas-
luasnya kepada siswa (klien) untuk maju.
Kedua belas asas bimbingan dan konseling
tersebut pada dasarnya menegaskan bahwa para konselor
merupakan para ahli yang memiliki kemampuan untuk
membimbing kliennya, baik secara ikhlas maupun lebih
baik, terutama berkaitan dengan persoalan mentalitas
84
klien, baik dalam mengahadapi lingkungannya maupun
orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Dalam proses kegiatan layanan bimbingan
kelompok, peneliti mencoba untuk memberikan dukungan
motivasi kepada remaja pertengahan di Kampung
Cireundeu Cikadongdong untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi dan diharapkan terjadi perubahan ke arah
yang lebih baik. Selain itu peneliti menggunakan terapi
Rational Emotive Therapy (RET) untuk menunjang proses
bimbingan kelompok. Rational Emotive Therapy (RET)
bertujuan untuk memperbaiki dan mengubah sikap,
persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan klien
yang irrasional menjadi rasional, sehingga, ia dapat
mengembangkan diri dan mencapai realisasi diri yang
optimal. Menghilangkan gangguan emosional yang dapat
merusak diri seperti: benci, takut, rasa bersalah, cemas,
was-was, marah, sebagai akibat berpikir yang irrasional,
dan melatih serta mendidik klien agar dapat menghadapi
kenyataan hidup secara rasional dan membangkitkan
85
kepercayaan diri, nilai-nilai, dan kemampuan diri. Dari
berbagai teknik Rational Emotive Therapy (RET) peneliti
menggunakan 3 teknik diantaranya diskusi, Homework
assignment (metode tugas) dan Bibliografi (memberi
bahan bacaan).4
Teknik diskusi, peneliti memilih cara diskusi
karena diikuti oleh beberapa anggota, seperti sekelas
siswa. Dipimpin oleh guru (konselor) atau siswa.
Pembicaraan berkisar persoalan bersama, seperti yang
dihadapi peneliti dan remaja pertengahan yang ada di
Kampung Cireundeu Cikadongdong adalah kurangnya
motivasi remaja untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi.
Teknik Homework assignment (metode tugas),
dengan peneliti memberikan tugas kepada anggota.
Berupa materi yang akan disampaikan pada setiap
pertemuan. Anggota yang ditugaskan harus mencari
materi tersebut lalu mempresentasikan dan berdiskusi
4 Sofyan S. Willis. Konseling Keluarga (Familiy Counseling)
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.111
86
bersama-sama saat bimbingan kelompok. Saat diskusi
berlangsung anggota kelompok dapat menyiapkan materi
diskusi, memberikan pendapat, bertanya atau memberikan
jawaban. Contoh metode tugas seperti menuliskan apa
cita-cita mereka, apa motivasi mereka untuk melanjutkan
studi ke perguruan tinggi dan lain sebagainya.
Teknik Bibliografi (memberi bahan bacaan),
peneliti mencoba untuk memberi buku bacaan yang sesuai
dengan masalah yang sama yaitu memotivasi remaja
pertengahan untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
1) Langkah-langkah Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok terbagi menjadi 4
tahap yaitu tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan
pengakhiran.5 Adapun langkah-langkah bimbingan
kelompok yang peneliti terapkan sebagai berikut:
5 Achmad Juntika Nurihsan. Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling (Bandung: Refika Aditama 2005), hlm. 18-21.
87
1.2 Tabel Langkah-langkah Bimbingan Kelompok
NO
Tahapan-tahapan
Bimbingan
Kelompok
Peneliti sebagai pemimpin
kelompok
Remaja pertengahan
sebagai anggota
kelompok
1
Pembentukan
1. Pemimpin kelompok
menjelaskan pengertian dan
tujuan bimbingan
kelompok
2. Pemimpin kelompok
menjelaskan cara-cara dan
asas-asas bimbingan
kelompok
3. Saling memperkenalkan
dan mengungkapkan diri
4. Permainan
penghangatan/pengakraban
1. Agar anggota
memahami pengertian
dan tujuan bimbingan
kelompok
2. Agar anggota
mengetahui cara-cara
dan asas-asas
bimbingan kelompok
3. Agar angggota satu
sama lain lebih saling
mengenal
4. Melakukan simulasi
agar anggota merasa
nyaman saat proses
bimbingan kelompok
1. Pemimpin kelompok
menjelaskan kegiatan yang
1. Agar proses bimbingan
terarah maka anggota
88
2
Peralihan
akan ditempuh pada tahap
berikutnya
2. Pemimpin kelompok
menawarkan atau
mengamati apakah para
anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada
tahap selanjutnya
3. Meningkatkan kemampuan
keikutsertaan anggota
harus memahami
setiap tahapannya
2. Meyakinkan anggota
agar lebih siap dalam
kegiatan bimbingan
kelompok
3. Mengarahkan anggota
agar lebih
meningkatkan
kemampuan
keikutsertaan dalam
proses bimbingan
kelompok
3
Kegiatan
1. Pemimpin kelompok
mengemukakan suatu
masalah atau topik tentang
motivasi remaja
pertengahan dalam
melanjutkan studi ke
perguruan tinggi
2. Tanya jawab antara
1. Anggota mengetahui
masalah atau topik
tentang motivasi
remaja pertengahan
dalam melanjutkan
studi ke perguruan
tinggi
2. Anggota harus aktif
89
pemimpin kelompok dan
anggota tentang hal-hal
yang belum jelas yang
menyangkut masalah
3. Anggota membahas
masalah atau topik tersebut
secara mendalam dan
tuntas
4. Kegiatan selingan
dalam proses
bimbingan kelompok
3. Anggota harus betul
memahami masalah
atau topik tersebut
4. Simulasi agar anggota
tidak jenuh selama
proses bimbingan
kelompok berlangsung
4
Pengakhiran
1. Pemimpin kelompok
menyampaikan kesan dan
hasil kegiatan bimbingan
kelompok
2. Pemimpin kelompok
menyampaikan pesan dan
harapan serta membahas
kegiatan selanjutnya
1. Anggota kelompok
ikut menyampaikan
kesan setelah
mengikuti kegiatan
bimbingan kelompok
2. Anggota kelompok
bersama-sama
merencanakan
kegiatan selanjutnya
2) Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Dalam kegiatan bimbingan kelompok peneliti
menggunakan teknik diskusi kelompok. Topik
90
pembahasan yang disampaikan dalam bimbingan
kelompok mencakup di bidang pendidikan agar remaja
pertengahan di Kampung Cireundeu Cikadongdong
termotivasi untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Saat pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
berlangsung tidak hanya peneliti yang menyampaikan
materi melainkan anggota pun menjadi pemateri pada
pertemuan ke 5, pemimpin kelompok menugaskan 1
anggota yaitu RRS untuk memaparkan materi yang telah
disiapkan oleh peneliti.
Layanan bimbingan kelompok yang diberikan
sebanyak 6 kali pertemuan dengan alokasi waktu 30 menit
setiap kali pertemuan. Pertemuan mulai dilaksanakan
pada tanggal 2 November 2018 sampai tanggal 7
Desember 2018, seminggu sekali pada hari Jum’at jam
13.30 WIB sampai dengan selesai, dan dengan materi dan
jadwal pertemuan sesuai dengan kesepakatan bersama
seperti pada tabel berikut:
91
1.3 Tabel Pelaksanaan Layanan Bimbingan
Kelompok
NO
Pertemuan
Topik
Pembahasan
Alokasi
Waktu
Bentuk Kegiatan
1
1
2 November
2018
Pendidikan
30
Menit
Diskusi menjelaskan tentang
pengertian pendidikan, tujuan
pendidikan, dan manfaat
pendidikan
Diskusi menjelaskan alasan
kenapa harus melanjutkan studi
ke perguruan tinggi
Merefleksikan hasil diskusi
Evaluasi
Penugasan
2 2
9 November
2018
Motivasi 30
Menit
Diskusi menjelaskan pengertian
Motivasi
Merefleksikan hasil diskusi
92
Evaluasi
Penugasan
3
3
16
November
2018
Cita-cita
30
Menit
Diskusi menjelaskan tentang
pengertian cita-cita
Peran sebagai generasi muda
penerus Bangsa
Merefleksikan hasil diskusi
Evaluasi
Penugasan
4
4
23
November
2018
Bangun Potensi Diri
30
Menit
Diskusi menjelaskan tentang
pengertian potensi
Diskusi menjelaskan
bagaimana mencari potensi
yang ada didalam diri kita
Merefleksikan hasil diskusi
Evaluasi
93
Penugasan
5
5
30
November
2018
Strategi Masuk Ke
Perguruan Tinggi
30
Menit
Diskusi menjelaskan tentang
pengertian perguruan tinggi
Diskusi menjelaskan bagaimana
cara agar masuk ke perguruan
tinggi
Merefleksikan hasil diskusi
Evaluasi
Penugasan
6
6
7 Desember
2018
Info Beasiswa
30
Menit
Diskusi menjelaskan tentang
Beasiswa
Merefleksikan hasil diskusi
Evaluasi
Pesan dan Kesan
94
B. Hasil Metode Layanan Bimbingan Kelompok Untuk
Meningkatkan Motivasi Remaja Pertengahan Dalam
Melanjutkan Studi Ke Perguruan Tinggi di Kampung
Cireundeu Cikadongdong
Hasil dari kegiatan layanan bimbingan kelompok
perlu dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk
kemajuan para peserta, dan kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan bimbingan kelompok.6 Selain
melakukan diskusi dan wawancara dengan remaja
pertengahan peneliti juga melakukan observasi. Peneliti
memaparkan secara deskriptif hasil observasi yang telah
dilakukan selama proses bimbingan kelompok
berlangsung dan setelah diberikan layanan bimbingan
kelompok.
6 Achmad Juntika Nurihsan. Strategi Layanan Bimbingan dan
Konseling................, hlm. 21
95
1. Pengamatan Proses Layanan Bimbingan
Kelompok
Hasil observasi yang telah dilakukan selama
proses layanan bimbingan kelompok berlangsung
bertujuan untuk melihat keaktifan dan kemajuan
responden atau remaja Kampung Cireundeu
Cikadongdong dalam mengikuti kegiatan layanan
bimbingan kelompok dan melihat peningkatan motivasi
remaja pertengahan dalam melanjutkan studi ke perguruan
tinggi. Berikut adalah pemaparan hasil pengamatan dalam
proses layanan bimbingan kelompok.
a. Pertemuan 1
Pada pertemuan pertama tanggal 2 November
2018 pukul 13.30 topik pembahasan disampaikan oleh
pemimpin kelompok atau peneliti, materi yang
dibahas yaitu tentang pendidikan. Pada pertemuan ini
responden atau remaja masih menjadi anggota yang
pasif padahal setiap harinya mereka bertemu di
sekolah, pada pertemuan ini peneliti menerapkan
96
teknik konseling yakni perilaku attending, dimana
peneliti memperkenalkan identitas diri begitupun
sebaliknya responden atau remaja memperkenalkan
identitas dirinya seperti menyebutkan nama lengkap,
usia, alamat rumah, pekerjaan orang tua dan
sebagainya.
Hal ini dimaksudkan untuk menjalin
keakraban dan membangun kepercayaan antara
peneliti dengan anggota atau responden. Hanya 2
responden yang menanggapi penjelasan materi tentang
pendidikan yaitu SGA dan RRS yang lainnya hanya
menjadi pendengar dengan merespon senyum atau
mengatakan iya dan tidak, mungkin masih merasa
canggung atau malu.
Agar dinamika kelompok lebih hidup saat
diskusi maka, pertemaun ke 5 akan disampaikan oleh
anggota agar anggota dapat mengemukakan ide serta
gagasannya, maka pemimpin kelompok memilih RRS
untuk menyampaikan materi yang telah disiapkan oleh
97
pemimpin kelompok. Dan di akhir penyampaian
materi pemimpin kelompok menyampaikan bahwa
dipertemuan selanjutnya pemimpin kelompok akan
memberikan tugas kepada setiap anggota dan tugas
tersebut akan dikumpulkan saat itu juga.
Untuk tugas di pertemuan pertama ini anggota
diminta untuk menuliskan 5 alasan mengapa mereka
harus melanjutkan studi ke perguruan tinggi dan juga
5 alasan mengapa mereka harus memilih bekerja. Pada
setiap akhir sesi pertemuan pemimpin kelompok
mencoba untuk mengevaluasi kegiatan tersebut, untuk
pertemuan pertama kali ini pemimpin memberikan
evaluasi agar anggota lebih aktif ketika layanan
bimbingan kelompok berlangsung seperti bertanya
apabila anggota belum begitu paham tentang materi,
memberikan jawaban ketika anggota yang lain
bertanya kepadanya, dan lain sebagainya.
98
b. Pertemuan 2
Pertemuan kedua tanggal 9 November 2018,
dinamika mulai terjalin cukup baik walaupun belum
terlihat terlalu kompak satu dengan yang lainnya.
Topik pembahasan disampaikan oleh pemimpin
kelompok atau peneliti sendiri, materi yang dibahas
yaitu tentang motivasi didalam materi tersebut
pemimpin kelompok mencoba untuk meyakinkan
anggota kelompok bahwa setiap orang bisa
melanjutkan studi ke perguruan tinggi jika didalam
dirinya terdapat keyakinan dan motivasi.
Pada pertemuan kedua ini anggota SGA dan U
mulai mencoba bertanya dan mengungkapkan
pendapatnya didepan anggota yang lainnya walaupun
terlihat jelas masih malu-malu, dan tidak lupa
pemimpin kelompok memberikan tugas kepada
anggota kelompok, dan untuk tugas pada pertemuan
kedua yaitu untuk menuliskan 10 kata-kata positif
untuk dirinya sendiri dan motivasi melanjutkan studi
99
ke perguruan tinggi. Untuk evaluasi pertemuan kedua
kali ini yaitu pemimpin kelompok memberikan
masukan kepada anggota untuk lebih menghargai
waktu ke depannya.
c. Pertemuan 3
Pertemuan ketiga yaitu pada tanggal 16
November 2018 dengan materi cita-cita, pemimpin
kelompok mencoba menjelaskan pengertian cita-cita
terlebih dahulu kepada anggota kelompok dan
selanjutnya membahas tentang peran remaja sebagai
penerus bangsa. Pada pertemuan kali ini kelompok
sudah terlihat baik karena semua anggota kelompok
datang tepat waktu, dan proses layanan bimbingan
kelompok berjalan dengan lancar karena pemimpin
dan anggota kelompok sudah terbuka dan akrab satu
sama lain. Dan juga di pertemuan kali ini pemimpin
mengingatkan kembali kepada anggota tentang asas
kerahasiaan dalam proses layanan bimbingan
kelompok, dan jika ada di antara anggota kelompok
100
tersebut mempunyai masalah atau hal yang sangat
penting maka anggota lain tidak boleh memberitahu
kepada orang lain cukup dalam kelompok itu saja.
Saat diskusi M dan SNS memberikan
pertanyaan kepada anggota yang lain, dan yang
menjawab pertanyaan SNS adalah U sehingga pada
pertemuan ini interaksi sudah berjalan sangat baik,
disamping pertemuan setiap hari Jum’at pemimpin
kelompok atau peneliti juga menanyakan kabar
mereka atau menanyakan apa kegiatan di sekolah
setiap harinya di group WahatsApp dan antusias
anggota kelompok sangat baik, tujuan pemimpin
kelompok membuat group WhatsApp adalah agar
terjalinnya kekeluargaan satu dengan lainnya.
Pada pertemuan ketiga tugas yang diberikan
pemimpin kelompok kepada anggota adalah untuk
menuliskan mimpi dan cita-cita anggota kelompok
dan menempelkannya di tempat yang mudah terlihat
setiap harinya. Evaluasi untuk pertemuan ketiga
101
adalah agar anggota kelompok lebih bisa memahami
karakter anggota lainnya karena ketika sesi diskusi
berlangsung anggota M bertanya mengenai
keseriusannya dalam berwirausaha, dan anggota U
menjawab pertanyaan M dengan menyepelekannya
dan itu membuat M sedikit murung dan tidak
semangat untuk mengikuti diskusi pada pertemuan
ketiga.
d. Pertemuan 4
Pada pertemuan keempat pada tanggal 23
November 2018 suasana kelompok semakin
menyenangkan dan kompak mungkin karena
intensitas percakapan antara pemimpin kelompok dan
anggota kelompok sangat baik di dalam group
WhatsApp tersebut setiap harinya. Diskusi berjalan
lancar sesuai yang diharapkan oleh pemimpin
kelompok dan anggota kelompok.
Topik yang dibahas adalah bangun potensi
diri, pemimpin dan anggota kelompok membahas
102
tentang topik pembahasan tersebut, sehingga pada saat
refleksi masing-masing anggota dapat memberikan
potensi apa saja yang dimiliki oleh masing-masing
anggota kelompok. Dalam pertemuan ke 4 pemimpin
kelompok memberikan tugas yaitu untuk menuliskan
minimal 5 potensi diri yang ada pada diri mereka.
Potensi yang dimiliki SGA yaitu (berbisnis,
bernyanyi, memasak), sedangkan RRS yaitu
(berwirausaha, tekun, pintar berkomunikasi), M yaitu
(melukis, tari, menyanyi), adapula potensi yang
dimiliki SNS adalah (menari dan melukis) dan U
adalah (sepak bola, tenis meja dan mengaji). Evaluasi
pada pertemuan keempat bersangkutan dengan
kegiatan seminggu yang lalu yang dilakukan oleh
anggota, yaitu pemimpin mencoba untuk memberikan
motivasi kepada anggota untuk lebih bisa memilih
pergaulan disekitar mereka.
103
e. Pertemuan 5
Pada pertemuan kelima pada tanggal 30
November 2018, anggota sangat semangat dalam
mengikuti layanan bimbingan kelompok, mungkin
karena salah satu dari mereka yaitu RRS akan
menyampaikan materi yang sudah di siapkan oleh
pemimpin kelompok yaitu topik pembahasannya
adalah strategi masuk ke perguruan tinggi,7 di materi
kali ini SGA dan SNS mulai bertanya tentang
keinginannya untuk melanjutkan studi ke perguruan
tinggi akan tetapi terhambat oleh ekonomi keluarga,
diskusi berjalan sangat baik terlihat dari mereka yang
sangat semangat untuk berdiskusi dengan
menyampaikan pendapatnya masing-masing.
Pemimpin kelompok juga menceritakan
tentang info beasiswa yang pernah didapatkannya
ketika duduk di semester 2, dan setelah sharing
tentang info beasiswa diskusi di tutup oleh RRS dan
7 Mujang Kurnia, Semua Bisa Kuliah! (Banten: Penerbit Media
Karya, 2017), hlm. 64
104
diskusi diambil alih oleh pemimpin kelompok, untuk
pemberian tugas kali ini anggota untuk menuliskan
tempat kuliah dan jurusan apa yang mereka inginkan
jika mereka diberi kesempatan untuk kuliah beserta
alasannya. Evaluasi pada pertemuan keenam kali ini
yaitu pemimpin kelompok memberikan pesan kepada
anggota untuk lebih berani menyampaikan
argumennya.
f. Pertemuan 6
Pertemuan keenam pada tanggal 7 Desember
2018 adalah pertemuan terakhir untuk kegiatan
layanan bimbingan kelompok, dengan topik
pembahasan info beasiswa di perguruan tinggi yang
disampaikan oleh pemimpin kelompok. Anggota aktif
saat berdiskusi dan berjalan lancar sesuai topik
pembahasan. Dalam pertemuan ini pemimpin
kelompok mencoba menggali permasalahan yang
dialami oleh anggota terkait keinginannya untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Anggota pun
105
dapat mencerna dan memotivasi diri sendiri dengan
cara mengambil intisari dari cerita inspirasi yang
berjudul “Sang Pemulung Yang Beruntung” berbagai
pendapat diungkapkan oleh anggota terkait cerita
inspirasi tersebut.
Setelah itu, beberapa anggota menanyakan apa
saja persyaratan untuk bisa mendapatkan beasiswa
Bidikmisi, karena menurut mereka sekolah tempat
mereka menuntut ilmu atau guru tidak pernah
memberikan info apapun mengenai adanya beasiswa
di perguruan tinggi. Dalam tahap akhir ini pemimpin
kelompok mengevaluasi kegiatan layanan bimbingan
kelompok dan terlihat adanya perubahan ke arah
yang lebih baik terlihat adanya motivasi untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi, anggota
menanyakan informasi perguruan tinggi dengan
ekspresi wajah yang semangat, anggota aktif bertanya
bagaimana teknis masuk kuliah, apa saja persyaratan
106
untuk daftar kuliah, dan apa saja yang harus mereka
persiapkan.
Melihat anggota yang aktif, pemimpin
kelompok terus memberikan arahan dan motivasi
untuk anggota agar keinginannya bukan hanya sekedar
aktif bertanya tetapi juga dapat diterapkan yaitu untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Di pertemuan
kali ini pemimpin kelompok tidak memberikan tugas
kepada anggota kelompok dikarenakan ini pertemuan
terakhir dan diganti dengan pesan dan kesan selama
mereka mengikuti layanan bimbingan kelompok dan
pada pertemuan terakhir pemimpin kelompok
berpesan kepada anggota kelompok untuk terus
semangat belajar dan meraih cita-cita dan tidak
terpengaruh oleh teman sebayanya yang apabila
melakukan hal yang kurang baik, dan memberikan
solusi mengenai faktor penghambat melanjutkan studi
ke perguruan tinggi yang mereka rasakan diantaranya:
107
Memberikan penjelasan kepada responden untuk
memahami tujuan dari belajar
Memberikan masukan kepada orang tua responden
untuk terus memotivasi anaknya, karena dukungan
atau motivasi keluarga terutama orang tua sangat
penting. Contoh kecil adalah mengingatkan anak
untuk meluangkan waktu belajar di malam hari
Memberikan informasi kepada responden jika di
setiap perguruan tinggi terdapat beasiswa
contohnya beasiswa Bidikmisi, beasiswa
Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan bagi
calon mahasiswa yang tidak mampu secara
ekonomi dan memiliki potensi akademik yang
baik.
Memberikan nasihat kepada responden untuk lebih
mempersiapkan dengan baik apabila responden
ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi,
contoh lebih giat dalam belajar jika responden
108
ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi yang
mereka inginkan
Memberikan nasihat kepada responden untuk bisa
membatasi pergaulan mereka dengan benar dan
tidak mengikuti teman mereka apabila itu
menunjukkan pada kegiatan yang kurang
bermanfaat
2. Pengamatan Setelah Layanan Bimbingan
Kelompok
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, setelah
diberikan layanan bimbingan kelompok sebanyak 6 kali
kepada remaja pertengahan di Kampung Cireundeu
Cikadongdong, terdapat peningkatan motivasi pada
remaja. Adapun peningkatan motivasi remaja, dapat
dilihat dari tiga indikator tersebut, sebagai berikut
1) Pendidikan
Dari beberapa pertanyaan yang telah
ditanyakan oleh peneliti kepada responden, maka
peneliti mengamati responden seberapa meningkatnya
109
kepedulian terhadap pendidikan. Setelah diberikan
layanan bimbingan kelompok kesadaran remaja
terhadap dunia pendidikan cukup baik, karena remaja
menyadari bahwa pendidikan merupakan hal yang
sangat penting dan mereka mengetahui bahwasanya
menuntut ilmu itu adalah sebuah keharusan, dengan
pendidikan yang baik pula bisa memperbaiki dan
bahkan meningkatkan kualitas kehidupan diri sendiri,
keluarga bahkan lingkungan sekitar.
Kesadaran terhadap dunia pendidikan juga
dapat di lihat dari responden U yang sebelum
mendapatkan layanan bimbingan kelompok sering
bolos ketika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
berlangsung alasannya adalah jenuh di kelas dan
ngantuk. Ketika proses layanan bimbingan kelompok
berlangsung pada pertemuan pertama peneliti
mencoba untuk fokus terhadap responden U yang
sering bolos, maka peneliti meminta U untuk
menghilangkan kegiatan bolos. Peneliti mencoba
110
untuk memberikan nasihat bahwa mereka sekarang
duduk di kelas 3 Madrasah Aliyah maka seharusnya
mereka belajar lebih giat menjelang UAS (Ujian
Akhir Semester) dan UN (Ujian Nasional) dan tidak
membolos ketika KBM (Kegiatan Belajar Mengajar)
berlangsung.
Setelah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok sebanyak 2 kali U mengakui bahwa dirinya
sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan hal
yang tidak baik dan merasa kasihan kepada orang
tuanya yang telah membiayai U untuk sekolah, dan U
sudah tidak membolos lagi ketika KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar) berlangsung walaupun diajak oleh
teman-temannya, dan lebih memilih bermain sepak
bola dengan temannya yang lain, biasanya U dan
teman-temannya bolos ketika istirahat berlangsung
dan tidak kembali ke kelas, dan pengakuan tersebut
juga dibenarkan oleh teman-temannya yang mengikuti
kegiatan layanan bimbingan kelompok seperti SGA,
111
M, RRS dan SNS. U juga berjanji untuk tidak bolos
walaupun kegiatan layanan bimbingan kelompok telah
selesai. Dan mereka sepakat pada saat kegiatan
layanan bimbingan kelompok untuk lebih
meningkatkan kesadarannya terhadap dunia
pendidikan.
Pada dasarnya di dalam kelompok ini anggota
atau responden merupakan siswa yang berprestasi
disekolah, diantaranya RRS mendapatkan peringkat 1
di kelas X, XI, SGA peringkat 2, M peringkat 3.
Sehingga dengan adanya layanan bimbingan
kelompok ini mereka semakin giat dalam belajar dan
responden yang lain termotivasi untuk meningkatkan
kualitas belajarnya. Hal ini terlihat dari hasil evaluasi
ke 2, aktivitas responden ketika malam hari setelah
Sholat Isya yang biasanya digunakan untuk bermain
HP (Handphone), game atau menonton TV
(Television), mereka mengubah kebiasaan tersebut
dengan membaca buku pelajaran atau mengerjakan PR
112
(Pekerjaan Rumah) terlebih dahulu dan setelahnya
barulah mereka menonton TV (Television) atau
bermain HP (Handphone).
2) Motivasi Melanjutkan Studi Ke Perguruan
Tinggi
Peningkatan dalam indikator motivasi
melanjutkan studi ke perguruan tinggi setelah
mendapatkan layanan bimbingan kelompok sudah
cukup baik dibandingkan sebelum mendapatkan
layanan bimbingan kelompok, peneliti mencoba untuk
memberikan nasihat kepada remaja untuk berfikir
secara rasional dengan melihat kondisi lingkungan
Kampung Cireundeu Cikadongdong bahwa mereka
yang tidak melanjutkan sekolah mayoritas menjadi
petani atau bekerja sebagai buruh bahkan tidak
bekerja, sedangkan persaingan dalam mencari
pekerjaan akan semakin sulit jika hanya memiliki
ijazah MA (Madrasah Aliyah).
113
Perkembangan zaman akan terus maju dengan
semakin canggihnya teknologi maka tidak bisa
dipungkiri jika di tahun yang akan datang semua
pabrik atau industri menggunakan teknologi atau
mesin yang terbaru dan tidak membutuhkan tenaga
manusia seperti saat sekarang. Maka dari pada itu
mengapa kita harus melanjutkan sekolah atau kuliah
adalah jelas untuk mengasah kemampuan yang kita
miliki.
Sebelum melakukan layanan bimbingan
kelompok atau pada pertemuan perdana yang ingin
melanjutkan studi ke perguruan tinggi hanya 1 orang
yaitu RRS dan yang lainnya memilih untuk bekerja
alasannya beragam mulai dari faktor ekonomi, malas
belajar dan lain sebagainya. Setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok sebanyak 6 kali
pertemuan, peneliti mencoba untuk menanyakan
kembali kepada remaja apakah setelah mendapatkan
layanan bimbingan kelompok mereka termotivasi
114
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, dan
berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan terhadap
5 responden, terlihat adanya perubahan kognitif atau
pola pikir yang baik yang ditunjukkan dengan
perubahan persepsi mengenai motivasi untuk
melanjutkan studi ke perguruan tinggi. Seperti
responden SGA, M, SNS, dan U yang menyadari
bahwa pendidikan itu penting dan salah satunya
adalah melanjutkan kuliah.
Seperti responden SGA yang merupakan siswi
berprestasi di kelasnya yang awalnya berpandangan
sangat sulit baginya untuk melanjutkan kuliah karena
faktor ekonomi keluarga dan ayahnya hanya seorang
buruh, dan cita-citanya adalah bisa kuliah di
Universitas terbaik di Indonesia setelah adanya
layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan
motivasi remaja dalam melanjutkan studi ke
perguruan tinggi SGA merubah pola pikirnya,
walaupun SGA belum bisa kuliah di Universitas yang
115
SGA inginkan, tetapi SGA tetap semangat untuk
melanjutkan kuliah hal ini terbukti dengan SGA dan
orang tuanya mulai bertanya jurusan yang ada di UIN
SMH Banten dan biaya semester dan apa saja berkas
yang harus dipersiapkan apabila SGA ingin
mendapatkan beasiswa Bidikmisi.
Pada responden RRS, pada awal pertemuan
RRS sudah ada keinginan untuk melanjutkan studi ke
perguruan tinggi dan RRS dengan dibantu saudaranya
akan melanjutkan studi perguruan tinggi di UIN
Bandung dengan mendaftar beasiswa Bidikmisi.
Responden M dan SNS, pada pertemuan pertama tidak
ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi tetapi
setelah mendapatkan layanan bimbingan kelompok
dan informasi terkait banyaknya beasiswa yang
disediakan oleh pemerintah maupun lembaga lain, M
dan SNS ingin mencoba mendaftar kuliah di
UNSERA dengan jurusan yang sama yaitu Perbankan.
116
Sedangkan responden U juga terlihat adanya
perubahan, yang awalnya U sering bolos di kelasnya
dan tidak ingin melanjutkan studi ke perguruan tinggi,
tetapi setelah mendapatkan layanan bimbingan
kelompok U sudah tidak bolos dan merasa termotivasi
untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi tetapi U
ingin kuliah dengan uang hasil jerih payahnya sendiri.
U mempunyai cita-cita yaitu ingin kuliah di
STAIKHA Petir.
Dalam proses yang sudah dilakukan peneliti
menunjukan bahwa pendekatan layanan bimbingan
kelompok untuk meningkatkan motivasi remaja
pertengahan dalam melanjutkan studi ke perguruan
tinggi efektif diterapkan. Peneliti juga menyarankan
agar responden mencari info melalui HP (Handphone)
yang lebih mudah mereka jangkau atau dengan cara
yang lain untuk mencari info mengenai perguruan
tinggi yang ada di Indonesia serta info beasiswa. Jadi,
untuk bisa kuliah, sebenarnya sangat banyak peluang
117
dan kesempatan sehingga tidak ada alasan untuk kita
tidak bisa kuliah.
Setelah melakukan kegiatan layanan
bimbingan kelompok sebanyak enam kali pertemuan,
peneliti meminta responden untuk mengungkapkan
kesan, pesan dan harapan yang mereka rasakan setelah
mengikuti proses kegiatan layanan bimbingan
kelompok. Berdasarkan hasil kegiatan layanan
bimbingan kelompok ada beberapa kesan serta pesan
yang di ungkapkan oleh responden, yaitu kegiatan
layanan bimbingan sangat bermanfaat karena dapat
menambah wawasan mereka mengenai topik yang
dibahas seperti pendidikan, info beasiswa dan
perguruan tinggi.
Selain itu, mereka dapat lebih kompak dengan
teman-temannya adapun harapan yang mereka
ungkapkan adalah agar mereka dapat melanjutkan
studi ke perguruan tinggi dan bisa menerapkan apa
yang mereka dapatkan dalam kegiatan layanan
118
bimbingan kelompok untuk diri sendiri, keluarga dan
lingkungan mereka khususnya remaja di Kampung
Cireundeu Cikadongdong. Tindak lanjut setelah
melaksanakan kegiatan layanan bimbingan kelompok
yaitu peneliti mengajak responden untuk terus
menjaga kekompakan satu dengan lainnya walaupun
kegiatan layanan bimbingan telah selesai.
1.1 Tabel Motivasi Responden Melanjutkan Studi Ke
Perguruan Tinggi
Sebelum Dan Setelah Layanan Bimbingan Kelompok
NO NAMA
(Inisial)
MOTIVASI
MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN
TINGGI SETELAH LULUS MA
Sebelum
Bimbingan
Kelompok
Setelah Bimbingan
Kelompok
Ragu
Tidak
Termotivasi
Tidak
Termotivasi
Termotivasi
1 SGA - -
2 RRS - - -
3 M - -
4 SNS - -
5 U - -
119
NO NAMA
(Inisial)
MOTIVASI
MELANJUTKAN STUDI KE PERGURUAN
TINGGI SETELAH LULUS MA
Sebelum
Bimbingan
Kelompok
Setelah Bimbingan
Kelompok
Ragu
Tidak
Termotivasi
Tidak
Termotivasi
Termotivasi
1 SGA - - -
2 M - - -
3 SNS - - -
4 RRS - - -
5 U - - -