69
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Umum SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
4.1.1 Profil Sekolah
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga adalah
lembaga pendidikan Kristen yang terletak di Jalan
Jenderal Sudirman No. 111b Salatiga, Jawa Tengah.
Sekolah ini berada di bawah naungan Yayasan
Pendidikan Eben Haezer yang berdiri sejak tahun
1954. SMP Kristen 2 Eben Haezer adalah sekolah
swasta yang memiliki akreditasi A dan merupakan
salah satu sekolah favorit di Kota Salatiga. Selain itu
sekolah tersebut merupakan sekolah piloting yang
ditunjuk oleh pemerintah sebagai salah satu sekolah
percontohan implementasi Kurikulum Pendidikan
Tahun 2013 di Kota Salatiga.
Pada tahun 2016 SMP Kristen 2 Eben Haezer
membuat sebuah program yang bernama Brilliant
Class Program (BCP). Program ini dikhususkan bagi
peserta didik yang memiliki kemampuan akademik di
atas rata-rata yang ditempatkan dalam sebuah kelas
untuk dipersiapkan dalam mengikuti lomba-lomba
akademik seperti lomba olimpiade sains atau lomba
cerdas cermat yang diselenggarakan di dalam
70
maupun di luar kota (Sumber: wawancara kepala
sekolah pada 11 Oktober 2016).
Selain program peningkatan akademik,
sekolah juga menyediakan berbagai macam kegiatan
sebagai wadah pengembangan diri dan kreativitas
siswa di SMP Kristen 2 Eben Haezer berupa kegiatan
ekstrakurikuler yang mencakup kegiatan kerohanian
(ibadah mingguan, retreat), keolahragaan (bola
basket, bulutangkis, futsal, tarung derajat), kesenian
(membatik, fotografi, paduan suara, band,
drumband, menari), kepemimpinan (Latihan Dasar
Kepemimpinan Siswa atau LDKS, pramuka) dan
Kelompok Ilmiah Siswa (KIS).
Kegiatan ekstrakurikuler ini bertujuan untuk
mengembangkan potensi, kemampuan, minat, bakat,
kepribadian, kerjasama dan kemandirian peserta
didik secara optimal untuk mendukung pencapaian
tujuan pendidikan. Segala aktivitas kegiatan
ekstrakuriler di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
berada di bawah binaan dan pengawasan guru yang
telah diberikan tugas oleh kepala sekolah.
Dalam meningkatkan pemantauan terhadap
aktivitas yang dilakukan peserta didik di sekolah,
SMP Kristen 2 Eben Haezer telah memasang CCTV di
setiap ruangan dan halaman sekolah yang dapat
71
dipantau langsung dari ruang kepala sekolah. Selain
itu sekolah juga telah dilengkapi dengan microphone
yang terhubung di masing-masing ruangan di
sekolah untuk memudahkan penyampaian informasi
antar seluruh warga sekolah.
SMP Kristen 2 Eben Haezer juga telah banyak
mengukir prestasi baik di tingkat Kota maupun
Provinsi diantaranya adalah juara kedua OSN mata
pelajaran IPS Tingkat Kota Salatiga tahun 2015,
juara kedua OSN mata pelajaran Matematika
Tingkat Kota Salatiga, Juara pertama Natural Science
Olympiade (NSO UNES) se-Jawa Tengah dan juara
ketiga POPDA Basket Tingkat Karisidenan Semarang.
Untuk terus mempertahankan eksistensi
sekolah, SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga setiap
tahunnya harus menghadapi persaingan dalam
menjaring murid baru dengan 30 sekolah di Salatiga
yang terdiri dari 11 SMP Negeri dan 19 SMP Swasta.
Sedangkan untuk wilayah kecamatan tingkir, SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus bersaing
dengan 3 sekolah yaitu SMP Anak Terang, SMPN 8
Salatiga dan SMP Sudirman 2 Tingkir Salatiga dan
salah satu dari sekolah tersebut, yaitu SMP Anak
Terang yang dikenal dengan nama Bethany School
menjadi kompetitor bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer
72
Salatiga. SMP Anak Terang merupakan sekolah
swasta yang berada di bawah naungan Yayasan Anak
Terang Indonesia. Sekolah ini berdiri pada tahun
2013 namun telah menjadi salah satu sekolah
swasta favorit di Salatiga. Pada tahun 2016, SMP
Anak Terang berhasil meraih peringkat pertama SMP
swasta se-Kota Salatiga dan peringkat kedua seluruh
SMP di kota Salatiga dalam meraih hasil Ujian
Nasional.
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga juga
harus menghadapi persaingan dengan salah satu
sekolah swasta favorit di kota Salatiga yaitu SMP
Kristen Satya Wacana. Sekolah ini berada di bawah
naungan Yayasan Perguruan Tinggi Kristen Satya
Wacana (YPTKSW) yang telah berdiri sejak tahun
1985. SMP Kristen Wacana juga telah memperoleh
banyak prestasi baik dibidang akademik maupun
non akademik diantaranya Juara I Siswa Berprestasi
Putra tingkat Kota Salatiga tahun 2011 dan mewakili
Salatiga ke tingkat Provinsi, Finalis Olimpiade
Penelitian Siswa Tingkat Jawa Tengah tahun 2011,
dan Juara I pada ajang Junior Basketball League
(JRBL) Putri di Solo pada tahun 2015.
73
4.1.2 Visi, Misi dan Tujuan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
1. Visi
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memiliki
visi unggul dalam prestasi yang berwawasan
iptek berdasarkan iman Kristen dan nilai moral
yang berkembang dalam masyarakat.
2. Misi
Adapun misi dari SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga adalah:
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap nilai-nilai
ajaran agama kristen dan memiliki budi pekerti
luhur.
b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan
secara efektif untuk mengoptimalkan potensi
akademik yang dimiliki siswa.
c. Menumbuhkan semangat untuk berprestasi bagi
semua warga sekolah.
d. Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan
lulusan yang berakhlak, kreatif, berprestasi,
berwawasan iptek dan dan lingkungan.
e. Mengkondisikan warga sekolah untuk
berdisiplin dan berbudi pekerti luhur lewat
keteladanan sikap dan perilaku serta tindakan.
74
f. Menyelenggarakan bimbingan dan pelatihan
untuk berprestasi dibidang akademik, seni dan
olahraga
g. Mengembangkan budaya kompetitif bagi siswa
dalam upaya peningkatan keterampilan hidup
h. Menciptakan lingkungan sekolah yang tertib,
bersih, indah dan nyaman
3. Tujuan
Dalam rangka menggenapi visi dan misi sekolah,
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
menetapkan tujuan sekolah yaitu:
a. Semua peserta didik mampu melakukan ibadah
secara rutin dan khusus kepada Tuhan Yang
MahaEsa
b. Memiliki kepedulian sosial yang tinggi di
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat
c. Pada akhir tahun pelajaran 2016/2017, sekolah
dapat meningkatkan perolehan Nilai hasil Ujian
Nasional GSA ( gain score achievement ) 0,02
(7,87 naik menjadi 7,89 )
d. Meraih kejuaraan baik dibidang akademik
maupun non akdemik di tingkat Kota/Kab dan
Provinsi
e. 100% siswa dapat melanjutkan kejenjang yang
lebih tinggi
75
f. Mampu menjuarai berbagai lomba baik di
tingkat kota, propinsi, maupun nasional
g. Mampu menerapkan teknologi informasi dalam
pembelajaran
h. Mampu menyelenggarakan suasana belajar yang
kondusif, nyaman, dan menyenangkan
4.1.3 Data Peserta Didik
Gambaran mengenai peserta didik dapat
dilihat pada tabel 4.1 berikut:
Table 4.1 Data Peserta Didik
No. Tahun
Jumlah Siswa
Total
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
1 2010/2011 84 71 62 217
2 2011/2012 82 81 66 229
3 2012/2013 94 80 78 252
4 2013/2014 99 91 78 252
5 2014/2015 76 97 93 266
6 2015/2016 92 75 100 267
7 2016/2017 85 93 76 254
Sumber: Data Kesiswaan SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga, diolah
Tabel 4.1 memberikan informasi bahwa
penerimaan jumlah siswa baru setiap tahunnya
bersifat fluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari jumlah
siswa baru yang diterima oleh sekolah selalu berbeda
76
setiap tahunnya bahkan mengalami penurunan.
Pada tahun 2010/2011 jumlah siswa baru yang
diterima sebanyak 84 siswa lalu mengalami
penurunan menjadi 82 siswa pada tahun
2011/2012. Selanjutnya penerimaan murid baru
mengalami peningkatan pada tahun 2012/2013 dan
pada tahun 2013/2014. Di tahun berikutnya sekolah
mengalami penurunan penerimaan jumlah siswa
baru yang cukup drastis yaitu hanya dapat
menjaring 76 siswa meskipun di tahun 2015/2016
sekolah kembali dapat menjaring 92 siswa baru
siswa. Harapan untuk menjaring 100 siswa baru
pada tahun 2016/2017 ternyata tidak tercapai.
Sekolah yang berhasil meluluskan 100 siswa hanya
dapat menjaring 85 siswa untuk tahun ajaran baru
dan ini merupakan suatu dilema bagi sekolah karena
tidak dapat mempertahankan jumlah input agar
sebanding dengan jumlah output lulusan. (Sumber:
Wawancara Kepala Sekolah pada 11 Oktober 2016).
77
4.1.4 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Gambaran mengenai jumlah pendidik dan
tenaga kependidikan beserta kualifikasinya dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2 Data Kualifikasi Akademik Guru SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga
Tabel 4.2 menginformasikan bahwa jumlah tenaga
pendidik di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
berjumlah 21 orang yang terdiri dari 12 guru tetap
yayasan, guru tidak tetap berjumlah 6 orang dan
guru pegawai negeri sipil yang diperbantukan
sebanyak 3 orang. Kualifikasi tenaga pengajar di
sekolah tersebut juga sudah memenuhi standar
kualifikasi dari pemerintah yaitu telah bergelar
sarjana (S1) bahkan terdapat 3 guru yang telah
bergelah master (S2).
No Jabatan Pendidikan
Jumlah S2 S1 D3 D2 D1 SMA/K
1 Kepala Sekolah 1 1
Tenaga Pendidik
2 a. Guru Yayasan 3 9 12
3 b. Guru DPK 3 3
4 c. GTT 6 6
5 Total 21
6 Tenaga
Kependidikan 1 1 1 3
78
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Sesuai dengan desain penelitian dan
pengembangan yang telah dipaparkan dalam sub bab
3.2 Desain Penelitian, dalam penelitian ini terdapat
enam tahapan yang dilakukan. Tahapan tersebut
meliputi 1) Potensi dan Masalah, 2) Pengumpulan
Data, 3) Desain Produk 4) Validasi Desain, 5) Revisi
Desain, 6) Uji Coba Produk (Uji Kelayakan) dan 7)
Revisi Produk. Hasil yang diperoleh pada masing-
masing tahap adalah sebagai berikut:
4.2.1 Potensi dan Masalah
Tahap pertama yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menganalisis potensi dan
masalah yang ada di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga melalui wawancara mendalam, observasi
dan studi dokumentasi. Wawancara dilakukan pada
bulan September hingga pertengahan bulan Oktober
2016 terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah
bidang kurikulum dan kesiswaan, bidang sarana dan
prasarana, dan guru BK sekolah. Selanjutnya
observasi dan studi dokumentasi dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap dan
menunjang hasil wawancara.
79
Berdasarkan hasil studi pendahuluan
tersebut, maka diperoleh hasil bahwa potensi yang
dimiliki sekolah antara lain: potensi pertama yaitu
kemampuan akademik yang baik. Hal ini terlihat dari
hasil wawancara dengan guru BK yang
mengungkapkan bahwa:
Sekolah memang tidak menyaring murid baru tiap
tahunnya dan tidak ada standar nilai yang ditetapkan
seperti yang dilakukan kebanyakan sekolah. Namun,
selalu ada murid yang memiki kecerdasan istimewa
yang masuk ke sekolah tiap tahunnya dan saat ini
ditempatkan ke dalam sebuah kelas yang disebut BCP (Brilliant Class Program) dengan tujuan untuk
mempersiapkan mereka mengikuti lomba-lomba
akademik seperti OSN, cerdas cermat, dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).
Hal ini juga didukung dengan pernyataan
bidang sarana dan prasarana bahwa:
Sekolah memiliki program yang di sebut kelas BCP yang bekerjasama dengan dosen UKSW untuk
mempersiapkan siswa-siswa yang memiliki
kemampuan akademik yang bagus dalam mengikuti
lomba-lomba seperti olimpiade, lomba mata pelajaran dan lain-lain. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).
Pernyataan senada juga disampaikan oleh
bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:
Untuk peningkatan akademik siswa ada program BCP yang dilakukan oleh sekolah tahun ini dalam
mempersiapkan para siswa mengikuti lomba-lomba akademik. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
80
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga
mendukung hal tersebut dengan mengungkapkan
bahwa:
Di sekolah ada kelas BCP yang bertujuan untuk
mempersiapkan anak-anak mengikuti lomba-lomba
akademik. Anak-anak ini diseleksi dari kelas 7 – 9 dan
diberikan tambahan khusus setelah pulang sekolah. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Kepala sekolah pun mempertegas hal tersebut
dengan mengungkapkan:
Siswa di sini meskipun beragam dari sisi akademiknya
karena saat masuk tidak ada tes untuk mereka,
namun di antara mereka selalu ada anak yang
berbakat yang mampu bersaing dengan sekolah-
sekolah lain baik dalam bidang akademik mau pun non
akademik. Mereka ditempatkan ke dalam kelas BCP yang diadakan tiap minggu sekali tiap hari kamis
setelah pulang sekolah selama 2 jam pada pukul 01.30 – 15.30. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).
Dari hasil wawancara tersebut yang kemudian
didukung dari hasil observasi mengenai kegiatan
BCP pada hari Kamis setelah pembelajaran sekolah
dilaksanakan dan dari studi dokumen mengenai data
prestasi akademik siswa disimpulkan bahwa SMP
Kristen 2 Eben Haezer memiliki potensi yang baik
dari sisi akademik siswa. Para siswa yang telah
terseleksi dari kelas 7 hingga kelas 9 dikelompokkan
ke dalam sebuah kelas yang disebut Briliant Class
Program (BCP). Para siswa ini dipersiapkan untuk
meningkatkan reputasi dan daya saing sekolah
81
melalui lomba-lomba akademik yang diikuti tiap
tahunnya.
Potensi kedua yang dimiliki sekolah adalah
kualitas tenaga pengajar yang handal. Hal ini terlihat
dari wawancara dengan guru BK yang
mengungkapkan bahwa:
Guru-guru memiliki kemampuan dan kinerja yang baik
dimana ada beberapa guru sudah menjadi instruktur
kurtilas bahkan ditingkat nasional untuk melatih guru-guru di sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).
Pernyataan di atas juga didukung oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum yang
mengungkapkan:
Sekolah saat ini menjadi sekolah pilotting untuk
pelatihan kurikulum 2013 dari pemerintah. Terdapat
dua sekolah imbas yaitu SMPN 8 dan SMP Lab
sehingga dua sekolah ini sering ke sekolah untuk
belajar. Beberapa guru juga sudah menjadi instruktur kurtilas dan telah mendapatkan pelatihan di luar kota.
Selain itu ada satu guru yang menjadi instruktur nasional sebagai guru pembelajar. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Hal senada juga terlihat dari hasil wawancara
kepala sekolah yang mengungkapkan:
SDM sekolah juga sudah sangat baik, kemarin ada
satu guru menjadi instruktur nasional sebagai guru
pembelajar, beberapa guru juga menjadi pendamping tim kurikulum 2013 mementori guru-guru di sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).
82
Hasil wawancara di atas menginformasikan
bahwa tenaga pengajar di SMP Kristen 2 Eben Haezer
memiliki kualitas yang sangat baik. Sekolah yang
ditunjuk dari pemerintah sebagai sekolah pilotting
untuk menjalankan kurikulum pendidikan 2013
memiliki beberapa tenaga pengajar yang handal yang
telah menjadi instruktur untuk melatih guru-guru di
sekolah-sekolah lain terkait implementasi kurikulum
pendidikan 2013. Hasil wawancara tersebut juga
didukung dari studi dokumen terhadap Salinan
Keputusan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor:
022/H/KR/2015 menetapkan SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga menjadi sekolah rintisan penerapan
kurikulum 2013. Selanjutnya dari laporan hasil
kegiatan pelatihan kurikulum 2013 oleh SMP Kristen
2 Salatiga pada tahun 2015/2016 ditemukan bahwa
terdapat dua guru yang telah menjadi instruktur
dalam pelatihan kurikulum 2013 di tingkat
kabupaten/kota. Hal ini membuktikan bahwa
sekolah memiliki potensi yang baik dari segi kualitas
tenaga pengajar.
83
Potensi ketiga yang dimiliki oleh sekolah
adalah daya juang karyawan yang tinggi. Potensi ini
terlihat dari hasil wawancara dengan wakil kepala
sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan
bahwa:
Guru-guru saat ini memberikan tambahan pelajaran
untuk siswa yang nilainya di bawah KKM di jam ke nol
(06.15-07.00) selama 4 hari setiap minggunya. Selain
itu, guru-guru juga selalu menawarkan dan membuka
pintu rumah untuk anak-anak yang ingin belajar tambahan khususnya jika mendekati ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh wakil
kepala sekolah bidang kesiswaan yang
mengungkapkan bahwa:
Siswa di sekolah ini mendapat tambahan mata
pelajaran untuk anak-anak yang nilainya masih di
bawah kkm pada jam ke nol (6.15-06.55) dan juga
pengayaan atau tambahan pelajaran untuk kelas 9
diadakan pada jam ke nol untuk persiapan ujian nasional. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa daya
juang guru-guru untuk melayani peserta didik tinggi.
Guru-guru tanpa dibayar pun rela memberikan
pelajaran tambahan di pagi hari bahkan merelakan
diri tanpa dibayar untuk membimbing para siswa
yang ingin belajar tambahan setelah proses
pembelajaran di sekolah. Hal tersebut juga di
dukung dari observasi yang dilakukan mengenai
84
pemberian jam tambahan pada pagi hari untuk siswa
yang masih kesulitan dalam pelajaran dan juga studi
dokumen mengenai jadwal pemberian pelajaran
tambahan serta RKAS Tahun 2016/2017 yang
menjelaskan bahwa untuk meningkatkan hasil
belajar siswa maka dilakukan pemberian pelajaran
tambahan untuk 8 mata pelajaran bagi siswa kelas
VII dan VIII yang mengalami kesulitan dalam
penguasaan materi dan juga bagi siswa kelas IX
untuk persiapan ujian sekolah dan nasional selama
4 hari dalam seminggu.
Selanjutnya potensi keempat yang dimiliki
oleh sekolah adalah komitmen dan loyalitas
karyawan. Hal ini terlihat dari hasil wawancara
dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:
Terdapat beberapa kegiatan jika harus melibatkan
guru-guru tidak menjadi masalah. Kemarin ada 3
kegiatan yang dilakukan bersamaan dalam minggu yang sama yaitu live ini, study tour dan perkemahan
dan semua dapat dilakukan dengan baik. Sejauh ini
juga saya melihat guru-guru tetap setia bekerja di tempat ini sampai pensiun. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Hal demikian juga disampaikan oleh bidang
sarana dan prasarana yang mengungkapkan bahwa:
Tingkat komitmen dan loyalitas pegawai di tempat ini
tinggi. Sejauh ini belum ada pewagai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 6 Oktober 2016).
85
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa
loyalitas dan komitmen guru-guru dalam
menjalankan tugas dan fungsinya baik. Guru-guru
memiliki komitmen dalam menjalankan setiap
kegiatan sekolah meskipun gaji yang diberikan masih
minim dan juga tetap setia di ladang pekerjaan
mereka hingga pensiun. Hal ini didukung dari studi
dokumen yang dilakukan terhadap data tenaga
pendidik dan kependidikan di SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga dimana ditemukan 2 guru yang telah
menyelesaikan masa kerja mereka karena telah
mencapai usia pensiun pada tahun 2015/2016.
Potensi kelima yang dimiliki oleh sekolah
adalah sarana pembelajaran berbasis IT dan internet.
Hal ini terlihat dari wawancara dengan bidang sarana
dan prasarana sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Sekolah ini sudah dilengkapi dengan cctv dan LCD di
tiap kelas dan ada WIFI sekolah sehingga diharapkan
guru-guru dapat lebih terbantu dalam mengajar. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh wakil
bidang kesiswaan bahwa:
Fasilitas sekolah khususnya dalam pembelajaran sudah baik. Kelas-kelas sudah dilengkapi dengan LCD, CCTV bahkan WIFI sekolah. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
86
Kepala sekolah juga menegaskan hal tersebut
dengan mengungkapkan bahwa:
Sarana prasarana sekolah sudah mendukung
khususnya dalam PBM sudah berbasis IT, kelas-kelas sudah diperlengkapi dengan LCD dan WIFI. (Sumber:
wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa sarana sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran sudah baik. Dari observasi mengenai
sarana dan prasaran sekolah dan juga studi
dokumen terhadap data inventarisasi sarana dan
prasarana sekolah ditemukan bahwa sekolah
memang sudah memfasilitasi LCD, CCTV di masing-
serta menyediakan Hot Spot area di sekolah untuk
mendukung proses belajar mengajar agar dapat
berjalan lebih optimal.
Potensi keenam yang dimiliki oleh sekolah
adalah dukungan dan keterlibatan orangtua yang
tinggi terhadap kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari
wawancara dengan kepala sekolah yang
mengungkapkan bahwa:
Relasi dan keterlibatan orang tua dengan sekolah
sangat baik dan bisa dibilang menjadi potensi yang unggul. Jika sekolah memiliki kegiatan maka orang tua
melalui wadah POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan
Guru) ini pasti akan membantu sekolah. Pada kegitan live ini sekolah, orang tua yang berprofesi sebagai
dokter terlibat sukarela memberikan pengobatan gratis
kepada masyarakat sekitar. Selain itu POSG juga akan membuka stand untuk menggalang dana dalam acara
87
Bazaar sekolah sebagai bentuk partisipasi dalam membantu kegiatan sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh wakil
bidang kesiswaan bahwa:
Sekolah memiliki paguyuban orang tua yang
dinamakan POSG yang bertujuan untuk menjembatani program-program sekolah dengan orang tua sehingga
memiliki pemahaman yang sama. Kegiatan-kegiatan
yang akan diadakan sekolah tersebut biasanya selalu
mendapat respon yang positif dari orang tua bahkan
mereka selalu mau terlibat membantu dalam
menfasilitasi kegiatan sekolah seperti halnya menyediakan mobil untuk membantu trasportasi anak.
Tahun ini dalam program live ini sekolah, ada orang
tua yang berprofesi sebagai dokter bersedia untuk
memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada
masyarakat. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan
pada 3 Oktober 2016).
Selanjutnya wakil kepala sekolah bidang
kurikulum sekolah juga mendukung hal tersebut
dengan mengungkapkan bahwa:
Sekolah memiliki POSG yang sudah berjalan sangat baik. Salah satu contohnya untuk live in bulan ini ada
kerjasama dengan orang tua yang berprofesi sebagai
dokter untk mengadakan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat sekitar tempat anak-anak live in.
Orang tua juga sangat aktif terlibat dalam kegiatan-
kegiatan sekolah seperti memberi pelatihan atau menjadi motivator sukarela di kegiatan LDKS. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Senada pernyataan tersebut bidang sarana
dan prasarana sekolah mempertegas dengan
mengungkapkan bahwa:
88
Sekolah memiliki wadah untuk berkomunikasi dengan
orang tua mengenai kegiatan-kegiatan apa saja yang
akan sekolah lakukan yang disebut POSG. Paguyuban orang tua ini selalu mendukung kegiatan-kegiatan
sekolah dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa peran
orang tua melalui wadah POSG (Paguyuban Orang
Tua Siswa dan Guru) sangat berdampak bagi
terlaksananya kegiatan-kegiatan sekolah. Dari
observasi yang dilakukan pada kegiatan Bazaar
sekolah pada bulan oktober 2016 serta studi
dokumen mengenai kegiatan wacana warsa
(graduation) siswa kelas sembilan tahun 2015/2016
ditemukan bahwa orang tua melalui wadah POSG
memang membantu sekolah baik dalam bentuk dana
maupun tenaga dan memiliki keterlibatan yang
sangat baik dalam menunjang terlaksananya
kegiatan sekolah. Hal ini menjadi potensi bagi
sekolah untuk dapat terus dipertahankan sehingga
apa yang menjadi tujuan sekolah yaitu agar tercipta
kepedulian sosial yang tinggi baik di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat dapat tercapai.
Potensi ketujuh yang dimiliki oleh sekolah
adalah memiliki dua sekolah dasar yaitu SD Kristen
3 & 4 Eben Haezer Salatiga yang menjadi supplier
89
murid baru tiap tahunnya. Hal ini didukung dengan
pernyataan kepala sekolah yang mengungkapkan
bahwa:
YPE memiliki 2 SD yaitu SD kristen 3 dan 4 dimana
sekitar 70% - 80% persen muridnya masuk ke SMP kristen 2.” (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 3 Oktober 2016).
Pernyataan ini juga didukung oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum yang
mengungkapkan:
Sekolah juga puji Tuhan memiliki dua sekolah dasar
yaitu SD Kristen 3 dan 4 yang sebagian besar
lulusannya masuk ke SMP Kristen 2 tiap tahunnya.” (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
observasi yang dilakukan terhadap keberadaan
kedua SD tersebut serta dari studi dokumen yang
dilakukan terhadap data peserta didik SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga ditemukan bahwa potensi yang
penting yang dimiliki oleh SMP Kristen 2 Eben
Haezer saat ini adalah dua sekolah dasar yaitu SD
Kristen 3 dan SD Kristen 4 yang merupakan
penyumbang murid terbesar bagi sekolah tiap
tahunnya.
Selanjutnya dalam wawancara dengan kepala
sekolah, bidang kurikulum, bidang sarana
prasarana, guru BK dan bendahara sekolah
90
ditemukan permasalahan yang cukup signifikan
yaitu belum adanya rencana strategis sekolah
sebagai patokan dalam menyusun program tahunan
sekolah untuk mencapai visi, misi serta tujuan
sekolah. Hal ini menjadi sumber masalah belum
berjalannya pengelolaan dan kegiatan sekolah
dengan maksimal. Permasalahan mengenai belum
adanya rencana strategis sekolah terlihat dari
wawancara dengan kepala sekolah yang
mengungkapkan bahwa:
Sekolah memang belum memiliki rencana strategis
untuk saat ini dan masih dalam proses penggodokan karena butuh melibatkan banyak data pendukung. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).
Hal ini juga didukung oleh wakil bidang
kurikulum bahwa:
Untuk rencana strategis sekolah yang empat tahunan
itu setahu saya masih dalam proses penyusunan dan
yang dijalankan selama ini masih berupa program
tahunan sekolah yang mengacu pada program tahunan sebelumnya. Tetapi idealnya harus ada untuk menjadi
acuan tiap tahunnya agar visi misi sekolah dapat tercapai. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Senada dengan itu wakil kepala sekolah
bidang kesiswaan juga mempertegas hal tersebut
dengan mengungkapkan bahwa:
Selama ini saya belum melihat rencana strategis empat
tahunan sekolah, namun kita lagi mencoba untuk
91
menggarap itu. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
Hal tersebut juga didukung oleh bendahara
sekolah dengan mengunkapkan bahwa:
Sekolah saat ini memiliki acuan program yang disebut RKAS atau Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah yang
merupakan turunan dari RKT atau Rencana Kerja
Tahunan. Untuk acuan RKT tersebut sepengetahuan saya
harusnya dari RKJMS atau Rencana Kerja Jangka
Menengah Sekolah. Namun selama ini yang terlihat di
sekolah adalah hanya rencana kerja tahunan saja sedangkan untuk rencana kerja menengah empat atau lima tahun itu belum ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).
Dari wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa rencana strategis sekolah atau yang identik
dengan rencana jangka menengah sekolah belum
ada. Dari studi dokumen yang dilakukan terkait
rencana kegiatan sekolah ditemukan bahwa selama
ini sekolah masih berpatokan pada rencana kerja
tahunan yang diperbaharui setiap tahunnya. Sekolah
belum memiliki rencana strategis yang menjadi
acuan dalam pencapaian visi, misi dan tujuan
sekolah untuk kurun waktu tertentu sehingga hal ini
memberikan beberapa dampak permasalahan yang
ditemukan dilapangan yaitu:
Pertama, jumlah tenaga pengajar di sekolah
masih terbatas dan perlu adanya penambahan SDM.
92
Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang kurikulum
bahwa:
Tenaga SDM sekolah masih sangat kurang, guru-guru
banyak merangkap mengajar seperti guru IPA
merangkap mengahar prakarya, guru bahasa inggris
mengajar bahasa jawa dan rata-rata jumlah jam perminggunya lebih dari 25 jam. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil
bidang kesiswaan yang mengungkapkan bahwa:
Permasalahan yang ada di sekolah saat ini adalah
jumlah SDM kita masih sangat terbatas mengingat kegiatan-kegiatan sekolah sangat banyak. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
Selanjutnya hal ini dipertegas oleh kepala
sekolah dengan mengungkapkan bahwa:
Dari jumlah SDM juga kita memang terbatas. Terlihat
saat pelajaran ekstrakurikuler dimana terdapat sangat
banyak siswa yang berminat pada ekskul tertentu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut yang didukung
dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data
jadwal mengajar guru-guru di sekolah, ditemukan
bahwa sekitar tujuh guru diantaranya guru IPA dan
guru bahasa Inggris merangkap mengajar di luar dari
bidang pengajaran mereka. Selain itu, observasi yang
dilakukan terhadap kegiatan ekstrakurikuler seperti
basket memang memiliki satu tenaga pengajar dari
luar yang menghandle kurang lebih 55 siswa (putra
93
dan putri). Ektrakurikuler band pun terkendala
dalam keterbatasan alat dimana jumlah siswa yang
mengikuti ekstrakurikuler tersebut sekitar 22 siswa.
Kedua, belum adanya laboran sekolah. Hal ini
disampaikan oleh wakil bidang kurikulum bahwa:
Sekolah saat ini tidak memiliki laboran yang
mengurusi Lab sehingga guru seringkali kelabakan
saat akan mengadakan eksperimen dengan siswa
karena harus mempersiapkan alat dan bahan sendiri, mencuci alat, merapikan dsb. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
observasi dan studi dokumen terhadap data tenaga
pendidik dan kependidikan ditemukan bahwa
laboran sekolah memang belum ada dan selama ini
kegiatan praktikum di handle oleh guru mata
pelajaran masing-masing
Ketiga, upah karyawan masih minim. Hal ini
disampaikan oleh guru BK dalam hasil wawancara
yang mengungkapkan bahwa:
Hal lain yang sering menjadi perbincangan di sekolah
adalah sangat minimnya gaji yang diberikan yayasan
kepada pegawainya dibandingkan dengan sekolah-sekolah lain. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).
Hal serupa juga disampaikan oleh wakil
bidang kurikulum yang mengungkapkan bahwa:
Di sekolah ini guru-gurunya kebanyakan double job dalam artian ada yang mengajar lebih dari satu mata
pelajaran sehingga butuh persiapan yang lebih
94
sedangkan gaji yang diberikan oleh yayasan masih sangat kurang. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Pernyataan ini juga dipertegas oleh bendahara
sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Gaji karyawan di sekolah ini masih di bawah UMR
Salatiga. Hal ini sudah sering dibicarakan dengan yayasan namun belum mendapat jawaban. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).
Hal senada juga didukung oleh bidang sarana
dan prasarana sekolah yang mengungkapkan
bahwa:
Permasalahan lain yang memang masih sering
diusulkan ke pihak yayasan adalah gaji yang diberikan
masih sangat kurang sehingga kadang masih sering menjadi pembicaraan di dalam rapat sekolah. (Sumber: wawancara bagian sarpras pada 27 September 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen terhadap slip gaji salah seorang guru
di sekolah yang sudah mengajar lebih dari 10 tahun
ditemukan bahwa gaji guru masih sangat minim dan
belum mencapai standar UMR Salatiga.
Keempat, image sekolah mahal di mata
masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh wakil bidang
kesiswaan bahwa:
Uang SPP siswa di sekolah ini tergolong tinggi yaitu
sekitar 400an ribu per bulannya sehingga membuat
orang tua siswa khususnya yang memiliki anak yang
bukan berasal dari sekolah YPE kurang antusias untuk menyekolahkan ke tempat ini. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
95
Hal tersebut juga didukung oleh bendahara
sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Image sekolah mahal di mata masyarakat dimana SPP
sekolah tiap bulannya itu berkisar Rp. 385.000 s/d Rp.
420.000 (tergantung bulan masuknya) dan UPP sekolah Rp. 4.500.000. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
studi dokumen terhadap biaya sekolah dan RKAS
tahun 2016/2017 ditemukan bahwa biaya sekolah di
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang
berkisar antara Rp. 385.000 – Rp. 420.000
tergantung pada waktu kapan calon siswa baru
mendaftar. Semakin cepat calon siswa tersebut
mendaftar maka biaya SPP sekolah pun lebih ringan.
Kelima, perpustakaan sekolah yang belum
memadai. Hal ini diungkapakan oleh wakil kepala
sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:
Buku-buku di Library juga masih sangat kurang
menunjang karena berisi kebanyakan buku paket,
sedangkan buku fiksi, non fiksi dan buku referensi masih sangat minim. Kondisi ruangan di library juga masih pengap dan panas. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Senada dengan itu bendahara sekolah juga
sependapat dengan mengungkapkan:
Yang masih kurang di sekolah ini adalah
perpustakaannya. Dari segi buku, tata ruang dan
akses masih kurang. Buku-buku kebanyakan buku
paket sedangkan buku referensi masih sangat kurang.
96
Buku-bukunya banyak yang sudah tua sehingga perlu
ada penambahan buku fiksi, non fiksi dan referensi. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah
yang mengungkapkan bahwa:
Saat ini sekolah masih menggarap perbaikan sarana dan prasarana perpustakaan dan elengkapan penyediaan referensi buku-bukunya. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
observasi terhadap perpustakaan SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga, ditemukan bahwa ruang
perpustakaan memang masih belum kondusif, buku-
buku yang tersedia pun kebanyakan buku paket
pelajaran dan juga masih terdapat buku-buku cerita
yang sudah sangat lama.
Keenam, keterbatasan biaya anggaran sekolah
yaitu kenaikan maksimal 10% dari total anggaran di
tahun sebelumnya. Hal ini diungkapkan dari hasil
wawancara dengan wakil bidang kesiswaan yang
mengungkapkan bahwa:
Dana yang diperbolehkan untuk sekolah sangat
terbatas tiap tahunnya yaitu hanya diperbolehkan naik
10% dari biaya tahun lalu sedangkan kadang kegiatan yang dirancang lebih dari dana yang diberikan. (Sumber: wawancara bagian kesiswaan pada 3 Oktober
2016).
97
Bendahara sekolah juga sependapat dengan
hal ini dengan mengungkapkan:
Permasalahan yang terjadi sekarang adalah standar
pengeluaran dana dari yayasan yang sangat rendah.
Sekolah kurang bisa leluasa melakukan kegiatan-
kegiatan tambahan karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen yang dilakukan terhadap RKAS
sekolah pada tahun 2014/2015 dan 2016/2017
ditemukan bahwa adanya keterbatasan anggaran
yang sudah menjadi kebijakan dari yayasan yaitu
sekolah hanya diperbolehkan menaikkan anggaran
setiap tahunnya berkisar antara 10% hingga15% dari
total anggaran tahun lalu.
Ketujuh, penurunan pencapaian nilai UN
tahun 2016. Permasalahan ini terlihat dari ungkapan
wakil kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:
Rata-rata nilai Ujian Nasional yang diperoleh selama ini cukup memuaskan. Tetapi tahun ini sekolah
mengalami penurunan pencapaian nilai rata-rata UN
dimana sekolah turun posisi ke enam dari seluruh SMP di Salatiga. (Sumber: wawancara bagian kurikulum pada 3 Oktober 2016 Hal tersebut juga disampaikan oleh kepala
sekolah yang mengungkapkan:
Pencapaian nilai UN tahun ini mengalami penurunan,
sekolah berada di posisi ke enam untuk seluruh SMP di salatiga. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 Oktober 2016).
98
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen terhadap hasil Ujian Nasional siswa
ditemukan bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga memang mengalami penurunan pencapaian
nilai UN dimana pada tahun 2015 sekolah mampu
meraih peringkat ke dua sekota salatiga untuk
SMP/MTS, kini turun ke peringkat ke enam pada
tahun 2016.
Dari data yang telah dipaparkan tersebut
dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang
muncul terkait belum adanya rencana strategis
sebagai acuan dalam merancang program sekolah
tiap tahunnya menimbulkan beberapa permasalahan
di lapangan yaitu: (1) jumlah tenaga pengajar di
sekolah masih terbatas, (2) belum adanya laboran
sekolah, (3) Gaji karyawan yang minim, (4) image
sekolah yang mahal, (5) perpustakaan sekolah yang
belum memadai, (6) keterbatasan biaya anggaran
sekolah dan (7) penurunan pencapaian nilai UN
tahun 2016.
Setelah identifikasi potensi dan masalah
dilakukan, maka tahapan selanjutnya adalah
pengumpulan data.
99
4.2.2 Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data dilakukan
dengan tujuan untuk menggali informasi yang lebih
dalam dan mendapatkan data yang lebih akurat
terkait permasalahan yang ada. Permasalahan
sekolah yang ditemukan pada tahapan pertama akan
ditinjau ke dalam tujuh aspek sumber daya dan
kapabilitas sekolah yang diharapkan beberapa
permasalahan tersebut dapat dipecahkan melalui
penyusunan rencana strategis berbasis modal
sumber daya sekolah (RBV). Ke tujuh aspek sumber
daya ini meliputi (1) sumber daya finansial, (2)
sumber daya fisik, (3) sumber daya manusia, (4)
sumber daya organisasional, (5) sumber daya
teknologi, (6) sumber daya inovasi dan kreativitas
dan (7) reputasi sekolah.
Pengumpulan data dilakukan melalui
wawancara, observasi dan studi dokumentasi.
Wawancara dilakukan dengan kepala sekolah, wakil
kepala sekolah bidang kurikulum dan kesiswaan,
bidang sarana dan prasarana dan bendahara
sekolah. Wawancara ini bertujuan untuk
mendapatkan informasi dan data-data mengenai
tujuh aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah.
Selanjutnya dilakukan juga wawancara dengan
100
beberapa kepala sekolah kompetitor SMP Kristen 2
Eben Haezer Salatiga yaitu SMP Kristen
Laboratiorium Satya Wacana dan SMP Anak Terang
(Bethany school). Wawancara terhadap kompetitor
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga ini dilakukan
untuk mendapatkan data dalam menunjang analisis
yang dilakukan terhadap sumber daya dan
kapabilitas SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Selanjutnya observasi dan studi dokumentasi
dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih
lengkap untuk menunjang hasil wawancara.
Berikut dipaparkan mengenai sumber daya
dan kapabilitas yang dimiliki SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga.
a. Sumber Daya Finansial
Dari hasil wawancara mengenai sumber daya
finansial sekolah diperoleh data bahwa dana
operasional sekolah berasal dari dana BOS dan dana
Yayasan. Dana BOS ini terdiri dari dua yaitu dari
APBN dan APBD kota. Selain itu terdapat juga dana
OSIS dan dana sumbangan kasih dari sekolah-
sekolah yang datang promosi ke SMP Kristen 2. Dana
ini merupakan dana kas sekolah yang khusus
digunakan untuk membantu penyelenggaraan
kegiatan operasional kegiatan siswa di sekolah.
101
Anggaran sekolah setiap tahunnya didasarkan
pada RKAS yang disusun pada akhir semester dua
untuk diajukan kepada Yayasan. Selama ini sekolah
tidak pernah kekurangan dana atau melakukan
peminjaman dana ke pihak ketiga karena seluruh
kegiatan sekolah selama satu tahun selalu dapat
terlaksana dengan adanya bantuan dana BOS dan
dana Yayasan. Hal ini disampaikan oleh bendahara
sekolah dalam hasil wawancara bahwa:
Sekolah tidak pernah melakukan peminjaman uang ke pihak ketiga. Selama ini event yang dilakukan sekolah
mengacu ke RKAS sekolah. Dana operasional sekolah
berasal dari dana BOS dari pemerintah dan dana
Yayasan. Selain itu ada juga dana OSIS yang diperoleh
dari uang persembahan ibadah mingguan siswa dan
persembahan tali kasih dari sekolah-sekolah menengah atas yang datang promosi ke sekolah. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Selama saya di sini sejak tahun 2006, sekolah belum pernah meminjam dana ke pihak ketiga untuk
melaksanakan operasional sekolah. Sumber dana
sekolah berasal dari dana BOS pemerintah dan dan
Yayasan dan selama ini dana BOS itu selalu lancar.
Sekolah juga tidak pernah mengalami minus anggaran
dan semua kegiatan sekolah berjalan sesuai dengan RKAS dalam satu tahun. (Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).
Selanjutnya dari studi dokumentasi yang
dilakukan terhadap rencana kegiatan anggaran
sekolah (RKAS) tahun 2016/217, ditemukan bahwa
102
besaran dana BOS APBN yang diterima oleh sekolah
per tahunnya adalah Rp. 254.000.00 dan BOS APBD
kota sebesar Rp. 10.835.000. Sedangkan dana
yayasan yang diterima oleh sekolah sebesar Rp.
989.963.000 dimana dana ini termasuk dana
operasional sekolah dan gaji karyawan selama satu
tahun.
Peran orang tua juga sangat dirasakan oleh
sekolah khususnya dalam membantu kegiatan
sekolah. Tahun lalu orang tua melalui wadah POSG
(Paguyuban orang tua siswa dan guru) berinisiatif
membantu mengadakan kegiatan wacana warsa
yaitu penamatan siswa kelas sembilan yang
diselenggarakan di sebuah hotel di salatiga. Hal ini
diungkapkan oleh bendahara sekolah bahwa:
Peran orang tua sangat besar bagi sekolah, tahun
kemarin dana kegiatan wacana warsa sekolah yang
diadakan di hotel sebagian besar dari POSG karena dana yayasan terbatas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Hal senada juga didukung dari pernyataan
kepala sekolah bahwa:
Kadang kegiatan sekolah itu dibantu oleh orang tua
siswa lewat POSG. Contohnya tahun kemarin saat
wacana warsa yaitu penamatan siswa kelas IX. Sekolah
merencanakan kegiatan tersebut dilakukan di internal
sekolah saja sesuai dengan dana yang sudah
dianggarkan oleh yayasan. Namun orang tua berinisiatif untuk menanggung kekurangan dana yang
ada agar acara terebut dapat diadakan di hotel.
103
(Sumber: wawancara kepala sekolah sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen mengenai laporan kegiatan wacana
warsa sekolah tahun 2015/206 ditemukan bahwa
memang peran orang tua dalam membantu sekolah
khususnya dalam bentuk dana dan fasilitas untuk
mendukung kegiatan sekolah agar menjadi lebih
optimal sangat besar dan hal ini merupakan
keuntungan bagi sekolah karena memiliki komunitas
orang tua siswa yang sangat partisipatif.
Permasalahan yang cukup signifikan juga
dirasakan oleh pihak sekolah terkait pendanaan
sekolah tiap tahunnya yaitu adanya pembatasan
anggaran oleh pihak Yayasan. Rencana anggaran
yang disusun oleh sekolah tiap tahunnya hanya
diperbolehkan mengalami kenaikan maksimal 10%
dari total anggaran kegiatan sekolah di tahun
sebelumnya sehingga hal ini membuat sekolah agak
kesulitan dalam merancang program-program baru
untuk sekolah. Hal ini terlihat dari wawancara
dengan bendahara sekolah yang mengungkapkan
bahwa:
Anggaran sekolah tiap tahunnya itu dibatasi oleh
yayasan yaitu hanya diperbolehkan naik 10% dari
anggaran tahun sebelumnya sehingga sekolah kurang
bisa leluasa melakukan kegiatan-kegiatan tambahan
104
karena dana yang diperbolehkan oleh yayasan hanya
boleh 7% - 10% dari total anggaran di tahun sebelumnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Hal tersebut juga didukung dari wawancara
dengan kepala sekolah yang mengungkapkan:
Semua dana baik SPP maupun UPP siswa itu semua terpusat ke Yayasan. Sekolah selama satu tahun akan
membuat rencana kegiatan dan anggaran yang
dituangkan ke dalam RKAS lalu anggaran yang telah
selesai di rancang akan diajukan ke yayasan. Namun
dana yang diajukan ini sudah di batasi oleh yayasan yaitu kenaikan 10% dari anggaran tahun lalu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen terhadap RKAS sekolah pada tahun
2015/2016 dan tahun 2016/2017 ditemukan bahwa
sekolah memang mengalami keterbatasan dalam
menaikkan anggaran sekolah tiap tahunnya yang
disebabkan kebijakan dari Yayasan sehingga hal ini
membuat sekolah kesulitan dalam membuat
program-program baru ataupun kegiatan yang
membutuhkan dana yang cukup besar untuk tahun
berikutnya.
b. Sumber Daya Fisik
Data yang diperoleh dari hasil wawancara
yang telah dilakukan terkait sumber daya fisik
sekolah yaitu sekolah telah memiliki sarana dan
prasarana yang telah memenuhi standar pelayanan
105
minimal sekolah. SMP Kristen 2 Eben Haezer telah
memilki WIFI sekolah serta LCD di tiap ruang kelas
untuk menunjang proses pembelajaran agar lebih
optimal. Selain itu sekolah juga telah memasang
CCTV di tiap ruang kelas dan halaman sekolah
untuk memudahkan pemantauan kegiatan yang
terjadi di sekolah dan microphone di tiap ruangan
untuk memudahkan koordinasi.
Fasilitas lain berupa lapangan basket yang
multifungsi, perpustakaan, laboratorium dan ruang
multimedia juga telah disediakan oleh sekolah untuk
memfasilitasi para siswa dalam belajar. Saat ini juga
sekolah sedang membangun Gedung Olah Raga
(GOR) yang diharapkan dapat beroperasi secepatnya.
Namun perlu adanya perawatan secara berkala
terkait sarana yang ada di sekolah untuk menjaga
agar barang-barang tersebut tetap optimal untuk
digunakan. Hal ini sesuai dengan wawancara yang
dilakukan dengan bidang sarana dan prasarana yang
mengungkapkan:
Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah saat ini
ada lapangan yang dapat digunakan untuk bermain
basket atau futsal, LCD ditiap kelas, mircophone di
tiap ruangan, CCTV di 14 tempat termasuk di masing-
masing kelas, ada juga laboratorium, ruang multimedia, dan perpustakaan. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 4 Oktober 2016).
106
Hal senada juga disampaikan oleh kepala
sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Sarana dan prasaran sekolah sudah menunjang dan
sudah memenuhi standar pelayanan minimal dari
pemerintah. Guru-guru juga sudah difasilitasi dengan
LCD ditiap ruangan, WIFI sekolah, Laboratorium dan sebagainya. GOR masih dalam proses penyelesaian
sehingga diharapkan ketiga GOR ini selesai, kegiatan
anak-anak khususnya dalam bidang olahraga dapat
lebih optimal. Namun yang menjadi permasalahan
adalah perlu adanya perbaikan untuk beberapa LCD di
ruang kelas dan penambahan kuota WIFI karena cenderung lambat untuk mengakses internet. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut terlihat bahwa
sekolah sudah memfasilitasi guru-guru dan peserta
didik dengan baik. Sarana dan prasarana untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar sudah
disediakan oleh sekolah. Hal ini juga didukung dari
observasi yang dilakukan terhadap sarana dan
prasarana sekolah serta studi dokumentasi terhadap
inventarisasi sarana dan prasarana sekolah
ditemukan bahwa sekolah memang sudah dilengkapi
dengan fasilitas lapangan basket, lapangan volley,
media pembelajaran (LCD projector di setiap kelas),
laboratorium komputer berbasis internet (dilengkapi
AC), laboratorium bahasa berbasis IT (dilengkapi AC),
ruang multimedia (dilengkapi AC), perpustakaan,
laboratorium IPA, ruang musik, kafetaria, ruang
konseling, CCTV di setiap ruang kelas dan beberapa
107
titik area sekolah dan hot spot (WIFI) dalam
mengoptimalkan proses kegiatan belajar dan
mengajar di kelas. Namun, diperlukan adanya
perawatan dan pengecekan secara berkala terhadap
sarana dan prasarana sekolah sehingga kualitas
pengajaran di kelas yang berbasis IT dapat terus
dipertahankan.
c. Sumber Daya Manusia
Dari hasil wawancara mengenai sumber daya
sekolah diperoleh data bahwa tenaga pengajar di
sekolah sudah bergelar sarjana bahkan ada tiga guru
yang sudah bergelar master. Selain itu guru-guru
juga telah mengajar sesuai dengan bidang yang
diampuh namun rata-rata guru di sekolah masih
merangkap mengajar mata pelajaran yang lain. Hal
ini terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah
yang mengungkapkan bahwa:
Syarat minimal untuk tenaga pengajar sudah terpenuhi. Guru-guru sudah bergelar sarjana dan ada
tiga guru yang sudah bergelar master. Guru-guru di
sekolah 95% berasal dari lulusan UKSW dan sudah
mengajar sesuai dengan bidangnya masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Wakil kepala sekolah bidang kurikulum juga
sependapat dengan pernyataan tersebut dengan
mengungkapkan:
108
Guru-guru di sekolah sudah memenuhi kualifikasi
semua bahkan sudah ada guru yang sudah S2. Guru-
guru juga sudah mengajar sesuai bidangnya masing-
masing namun tetap ada tambahan tanggungjawab
yang diberikan di luar bidang yang diampuh. Salah
satu contohnya guru bahasa inggris merangkap mengajar bahasa jawa. (Sumber: wawancara kepala
sekolah pada 17 Oktober 2016).
Hal demikian juga disampaikan oleh bidang
sarana dan prasarana sekolah bahwa:
Tingkat pendidikan guru-guru di sini sudah sarjana
semua dan sudah ada guru yang S2. Guru-guru juga
sudah mengajar sesuai bidangnya namun tetap
memiliki tambahan mengajar mata pelajaran di luar
bidangnya seperti contohnya guru IPA tetapi juga mengajar prakarya. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung
dengan studi dokumen yang dilakukan terhadap data
tenaga pendidik dan kependidikan serta data
mengenai beban mengajar guru SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga ditemukan bahwa terdapat 14 guru
tetap YPE, 4 guru tidak tetap, 3 guru PNS
diperbantukan. Dari data tersebut juga ditemukan
bahwa terdapat 3 guru yang sudah bergelas S2 dan
18 guru lainnya telah bergelar S1. Selanjutnya
ditemukan juga terdapat sekitar 7 guru yang
mengajar dua mata pelajaran di luar dari bidang
keahliannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa guru-guru di SMP Kristen 2 Eben Haezer
109
Salatiga sudah berkualifikasi Sarjana dan Master.
Namun yang menjadi permasalahan adalah guru-
guru tersebut juga dituntut untuk dapat mengajar
mata pelajaran yang lain di luar dari bidang keahlian
mereka.
Hubungan antar SDM di sekolah pun baik
dan harmonis, serta tingkat adaptasi, loyalitas dan
komitmen pegawai cukup tinggi. Hal ini terlihat dari
dari pernyataan kepala sekolah bahwa:
Hubungan antar karyawan di sekolah serta tingkat adaptasi guru-guru cukup baik. Minggu kemarin ini
kita memiliki tiga kegiatan yang dilakukan secara
bersamaan yaitu live in kelas IX, study tour kelas VIII
dan perkemahan kelas VII dan semua dapat berjalan
dengan baik. Selama ini sepengetahuan saya tidak ada
guru yang mendundurkan diri bahkan rata-rata mereka pensiun di tempat ini. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Hal tersebut juga didukung oleh wakil kepala
sekolah bidang kurikulum yang mengungkapkan:
Loyalitas dan komitmen guru-guru sangat tinggi dan
tidak pernah hitung-hitungan. Guru-guru di tempat ini
tanpa dibayar pun rela memberikan tambahan mata
pelajaran di rumah bagi siswa-siswa yang membutuhkan. (Sumber: wawancara wakasek kurikulum sekolah pada 3 Oktober 2016).
Hal demikian juga disampaikan oleh bidang
sarana dan prasarana sekolah bahwa:
Tidak ada gap antar karyawan dan guru. Contohnya
tiap ada kegiatan, karyawan juga selalu dilibatkan seperti diikutsertakan dalam kegiatan live in,
perkemahan, study tour dan lain sebagainya. Sejauh ini
110
setiap kebijakan bisa dijalankan dengan baik di
sekolah. Tingkat komitmen dan loyalitas pegawa juga
di sekolah ini tinggi dan sejauh ini belum ada pegawai yang saya lihat mengundurkan diri. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
observasi pada kegiatan sekolah yaitu perayaan Dies
Natalis Sekolah melalui kegiatan Bazaar dan
observasi terhadap kegiatan pelajaran tambahan
pada pukul 06.15 pagi ditemukan bahwa hubungan
antar pegawai di sekolah terjalin dengan baik dalam
menjalankan kegiatan tersebut, komitmen guru-guru
juga tinggi dimana guru-guru datang tepat waktu ke
sekolah. Selain itu, dari studi dokumen yang
dilakukan terhadap data pendidik dan kependidikan,
ditemukan bahwa loyalitas karyawan di SMP Kristen
2 Eben Haezer cukup tinggi mengingat tidak ada
karyawan yang mengundurkan diri bahkan
ditemukan 2 guru yang setia melayani di sekolah
hingga pensiun.
Pengembangan SDM sekolah dilakukan
melalui pelatihan in house training rutin yang
diadakan tiap tahun pada akhir semester satu di
bulan desember dengan mengundang para pakar
pendidikan dari LPMP semarang, Universitas Negeri
Semarang dan dari Dinas pendidikan kota Salatiga.
111
Guru-guru di sekolah juga mendapatkan pelatihan
implementasi kurikulum pendidikan tahun 2013 dari
pemerintah tiga kali dalam satu semester dan aktif
dalam mengikuti MGMP tiap bulannya untuk
pengembangan profesionalisme mereka. Hal ini
terlihat dari wawancara dengan kepala sekolah yang
mengungkapkan bahwa:
Pengembangan SDM sekolah rutin dilaksanakan setiap
tahunnya pada bulan desember dalam bentuk in house training dengan mendatangkan motivator atau pakar di
bidang pendidikan dari LPMP semarang dan dinas
pendidikan kota salatiga terkait implementasi kurtilas atau peningkatan profesionalisme guru. Guru-guru
juga difasilitasi untuk mengikuti MGMP tiap bulannya.
Pemerintah rutin mengadakan pelatihan terkait
implementasi kurtilas di sekolah karena sekolah kita adalah sekolah pilotting dan tahun ini dilakukan tiga
kali dalam satu semester. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:
Workshop dari pemerintah diadakan tiga kali dalam
satu semester mengenai kurtilas dengan
mendatangkan instruktur dari provinsi di sekolah.
Sedangkan dari internal sekolah sendiri pelatihan
guru-guru diadakan tiap tahun di akhir semester satu dengan mendatangkan trainer dari UNES dan LPMP
semarang. Untuk tahun kemarin pelatihan diadakan di
luar kota selama tiga hari dan tahun ini disepakati untuk diadakan di sekolah saja. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
112
Selanjutnya pernyataan tersebut juga
disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang
kesiswaan bahwa:
Workshop atau pelatihan guru-guru untuk
pengembangan diri dilakukan tiap tahunnya di bulan
desember. Kegiatan ini biasa dilakukan di luar sekolah
dengan mendatangkan nara sumber dari luar. Materi yang utama dikembangkan ada dua yaitu spiritual dan akademik/profesionalisme. (Sumber: wawancara wakasek bidang kesiswaan pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut yang didukung dari
studi dokumen terhadap laporan kegiatan workshop
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga pada tahun
2015/2016 dan dari surat yang dikeluarkan oleh
sekolah, ditemukan bahwa bahwa sekolah memang
rutin mengadakan pelatihan kepada guru guru tiap
tahunnya mengenai peningkatan profesionalisme
guru ataupun terkait implementasi kurikulum
pendidikan tahun 2013 (kurtilas).
Kegiatan workshop sekolah pada tahun
2015/2016 dilaksanakan pada tanggal 14-16
Desember 2015 bertempat di Taman Eden 1
Kaliurang, Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk
mereview, merevisi dan membuat RKS, RKAS, RKT,
KKM, RPP dan memotivasi pendidik dalam sisi
spiritualitas dan etos kerja. Selanjutnya, workshop
tersebut juga melibatkan seluruh pendidik dan
113
tenaga kependidikan di sekolah dan juga
mengundang Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan
Olahraga Kota Salatiga, KABID Dikdas-Disdikpora
Kota Salatiga, Kepala Seksi Kurikulum SMP Kota
Salatiga, Pendeta Listijabudi, Ph.D, Ketua Penguru
YP Eben Haezer GKI Salatiga, Pengawas SMP Kota
Salatiga, dan Ketua Komite SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga.
Permasalahan mengenai SDM sekolah yang
dirasakan oleh SMP Kristen 2 Eben Haezer selain
dari upah pegawai yang sangat rendah adalah belum
adanya pengembangan atau pelatihan PTK untuk
guru-guru di sekolah. Hal ini dinyatakan oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum bahwa:
Untuk penghasilan rata-rata sekolah jika dibandingkan
dengan UMR dan rata-rata gaji PNS masih sangat di
bawah. Permasalahan lain adalah meskipun sekolah menjadi pilotting untuk kurtilas namun sekolah belum
memfasilitasi guru-guru untuk pelatihan penulisan PTK. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut yang selanjutnya
didukung dari studi dokumen terhadap kegiatan
tahunan sekolah sekolah tahun 2015/2016 dan
rencana kegiatan sekolah tahun 2016/217
ditemukan bahwa sekolah memang belum
memfasilitasi guru untuk pelatihan penelitian
114
tindakan kelas (PTK). Padahal dari data yang telah
terkumpul, guru-guru di sekolah memiliki kualitas
yang baik dan juga sarana dan prasarana sekolah
yang menunjang. Oleh karena itu diperlukan adanya
optimalisasi kompetensi guru-guru di sekolah saat
ini.
d. Sumber Daya Organisasional
Data yang diperoleh dari hasil wawancara
terkait sumber daya organisasional sekolah yaitu
pertama struktur pelaporan yang dilakukan oleh
sekolah terbagi dalam dua bagian yaitu pelaporan ke
dinas pendidikan dan ke pihak yayasan. Selain itu
terdapat juga sistem pealporan internal yang
diberikan ke kepala sekolah oleh masing-masing
ketua panitia kegiatan sekolah. Hal ini terlihat dari
wawancara dengan wakil kepala sekolah bidang
kurikulum yang mengungkapkan bahwa:
Pelaporan formal yang dilakukan oleh sekolah ada dua
yaitu pelaporan ke Dinas pendidikan dan ke Yayasan.
Untuk kurikulum sendiri kebanyakan sistem
pelaporannya ke Dinas pendidikan sedangkan ke
yayasan biasanya menyangkut nilai anak, prestasi siswa dan jumlah murid baru. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
115
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh
bendahara sekolah bahwa:
Untuk pelaporan terkait finance sendiri ada pelaporan
bulanan ke yayasan mengenai dana yang digunakan
sekolah beserta rinciannya kemudian ditandatangani
oleh kepala sekolah. Untuk pelaporan ke Diknas dilakukan setiap triwulan terkait penggunaan Dana BOS sesuai pentnjuk teknis yang ada. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Hal ini juga dipertegas oleh kepala sekolah
yang mengungkapan bahwa:
Pelaporan yang dilakukan sekolah selama ini ada dua
yaitu ke dinas pendidikan dan juga ke Yayasan. Untuk
internal sekolah juga ada pelaporan yang diberikan
dari masing-masing ketua kegiatan yang saya sudah tunjuk di awal tahun ajaran. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
studi dokumen yang dilakukan terhadap laporan
sekolah memang ditemukan bahwa sekolah
melaksanakan pelaporan rutin ke dinas tiap
semesternya dan juga setiap kegiatan yang telah
dilakukan oleh sekolah dituangkan ke dalam laporan
pertanggungjawaban yang diserahkan ke Yayasan.
Kedua, sistem perencanaan yang dilakukan
sekolah mengacu ke RKAS tahunan sekolah yang
dirancang bersama guru-guru penanggung jawab
tiap standar dari 8 standar nasional pendidikan di
semester dua setelah evaluasi diri sekolah dilakukan.
116
Hal ini disampaikan oleh wakil bidang kurikulum
bahwa:
Sistem perencanaan sekolah mengacu ke RKAS yang
disusun dengan guru-guru. Jadi guru-guru ini sudah
dibagi di awal tahun ajaran dan masing-masing sudah memiliki tanggung jawab terkait 8 SNP itu. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh bendahara
sekolah bahwa:
Sistem perencanaan kegiatan dan anggaran sekolah
dilakukan setiap tahun di akhir semester dua dalam
bentuk rapat dengan semua guru yang juga menjadi
penanggungjawab tiap standar nasional pendidikan.
Dalam rapat ini semua saran, kritik, dan masukan akan dicatat untuk menjadi pertimbangan dalam pembuatan RKAS tahun berikutnya. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
kepala sekolah yang mengungkapkan:
Sistem perencanaan yang dilakukan sekolah mengacu
ke penyusunan RKAS yang diadakan pada bulan juni
sebelum tahun ajaran baru dimulai. Tiap tahun kita ada evaluasi diri sekolah (EDS) yang dijadikan acuan penyusunan kegiatan RKAS tersebut. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
studi dokumen terhadap rencana kegiatan dan
anggaran sekolah tahun 2016/2017 dan dari hasil
laporan pelaksanaan kegiatan di sekolah, ditemukan
bahwa setiap kegiatan yang dilakukan oleh SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga memang selalu
117
mengacu kepada anggaran dan rencana kegiatan
sekolah dalam RKAS yang dibuat setiap tahunnya
yang didasarkan kepada 8 standar nasional
pendidikan.
Ketiga, sistem koordinasi yang dilakukan
sekolah dalam bentuk rapat yaitu rapat di tingkat
struktural yang melibatkan kepala sekolah bersama
waka kurikulum dan kesiswaan yang dilakukan
sesuai dengan kebutuhan, rapat bersama pekarya
yang juga tidak terjadwal dan disesuaikan dengan
kebutuhan, rapat dengan seluruh guru-guru
dilakukan rutin sebulan sekali dan rapat
keseluruhan guru dan staf sekolah di akhir tahun.
Selain itu sekolah juga memfasilitasi microphone
yang terhubung di tiap ruangan di kelas untuk
memudahkan koordinasi antar guru, staf dan siswa.
Hal ini diungkapkan oleh wakil kepala sekolah
bidang kurikulum bahwa:
Sistem koordinasi di sekolah sendiri itu ada koordinasi
tingkat struktural dalam bentuk rapat yang melibatkan
bagian kurikulum, kesiswaan dan kepala sekolah.
Koordinasi di tingkat struktural ataupun dengan guru-
guru ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak ada jadwal rutin tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. (Sumber: wawancara wakasek bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
118
Hal senada juga disampaikan oleh bendahara
sekolah bahwa:
Sistem koordinasi di sekolah biasanya menggunakan
microphone yang dipasang disetiap ruangan sehingga
memudahkan koordinasi. Selain itu ada juga rapat bulanan dengan guru-guru. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
kepala sekolah yang mengungkapkan bahwa:
Kita memiliki rapat koordinasi yang rutin diadakan
sebulan sekali dengan guru-guru. Selebihnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Jika saya perlu maka
saya akan mengadakan rapat baik bersama waka,
pekarya atau pun karyawan. Untuk guru sendiri kalau
misalnya ada sesuatu yang perlu untuk saya sampaikan biasanya akan saya kumpulkan di pagi hari. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
bidang sarana dan prasarana sekolah yang
mengungkapkan:
Guru-guru ada rapat rutin setiap bulannya dengan
kepala sekolah sedangkan untuk staf atau pekarya ada
juga rapat setiap bulan atau dua bulan sekali. Untuk rapat bersama keseluruhan itu ada di akhir tahun atau di pertengahan semester. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan
bahwa terdapat tiga hal yang dilakukan oleh sekolah
terkait sumber daya organisasional yaitu (1) struktur
pelaporan baik internal maupun external sekolah, (2)
sistem perencanaan yang mengacu ke RKAS tahunan
119
sekolah, (3) sistem koordinasi yang terdiri dari rapat
di tingkat struktural, rapat bulanan guru, rapat staf
dan pekarya dan rapat keseluruhan guru dan staf
yang belum terjadwal rutin serta koordinasi melalui
microphone yang terhubung di tiap ruangan di
sekolah.
e. Sumber Daya Teknologi
Sumber daya teknologi yang digunakan
sekolah adalah komputer, wifi sekolah, CCTV, LCD
dan ruang multimedia untuk menunjang
pembelajaran. Guru-guru juga sudah dapat
mengoperasikan teknologi yang ada mesikpun belum
seluruh guru dapat memanfaatkannya. Hal ini
disampaikan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum bahwa:
Sekolah sudah memiliki komputer, ruang multimedia,
WIFI, CCTV, dan microphone yang terhubung dengan
ruangan di sekolah untuk memudahkan komunikasi.
Menurut saya dDari segi kemampuan menjalankan teknologi sebagian besar guru-guru sudah mampu apalagi sudah menjadi guru sasaran. (Sumber: wawancara waka bidang kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh
bidang sarana prasarana sekolah yang
mengungkapkan bahwa:
Saat ini sekolah sudah memiliki WIFI, CCTV, ruang
multimedia, dan LCD. Selain itu ada juga microphone
di tiap kelas untuk memudahkan koordinasi. Untuk
120
tingkat pengetahuan pegawai sendiri dalam
menjalankan teknologi seperti komputer itu sebagian
besar sudah bisa dan sudah dimanfaatkan dalam pembelajaran di kelas. (Sumber: wawancara sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
Hal senada juga disampaikan oleh bendahara
sekolah bahwa:
Teknologi yang digunakan sekolah saat ini cukup
lengkap. Sekolah sudah menyediakan WIFI, CCTV,
LCD, ruang multimedia. Untuk pemanfaatan dan
pengopreasian teknologi ini, saya kira belum semua
karyawan dapat memanfaatkannya, terlihat dari beberapa guru yang sudah senior yang masih kesulitan
dn juga masih ada karyawan yang belum
memanfaatkan fasilitas WIFI dalam kelas tetapi sebagian besar sudah dapat memanfaatkan. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 4 Oktober 2016).
Kepala sekolah juga mempertegas hal ini
dengan mengungkapkan:
Di sekolah sudah ada CCTV, WIFI sekolah, lab
multimedia, LCD dan lain sebagainya. Tingkat pengetahuan guru-guru dalam memanfaatkan
teknologi ini sudah baik meskipun belum 100%. Untuk
operasional dasar seperti Ms. Word, Power point,
memutar video sudah mampu tapi lebih dari itu masih ada yang beberapa yang belum mampu. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Selain itu sekolah juga belum memiliki
operator khusus dalam mengoptimalkan teknologi
yang ada di sekolah sehingga web sekolah belum
berjalan dengan optimal dan juga belum tersedianya
web guru-guru mata pelajaran yang dapat
memudahkan berinterkasi dengan siswa dalam
121
pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Hal ini
disampaikan oleh kepala sekolah bahwa:
Web sekolah sudah ada namun web untuk guru-guru
mata pelajaran itu belum ada. Pengelolaan web sekolah juga belum optimal hingga saat ini. (Sumber:
wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil
bidang kurikulum sekolah yang mengungkapkan
bahwa:
Untuk hak paten dalam menciptakan teknologi sendiri
belum ada karena SDM juga menurut saya belum memadai. Website guru-guru juga sampai saat ini belum ada. (Sumber: wawancara waka bidang
kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut serta didukung dari
studi dokumen terhadap data inventaris alat dan
barang dan pengecekan terhadap website sekolah,
ditemukan bahwa sekolah saat ini sudah memiliki
sumber daya teknologi yang cukup lengkap. Namun,
masih diperlukan solusi strategi untuk peningkatan
sumber daya teknologi ini seperti pengoptimalisasian
web sekolah, pengadaan web guru-guru mata
pelajaran dan peningkatan kemampuan sumber daya
manusia dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
122
f. Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas
Berdasarkan hasil wawancara mengenai
sumber daya inovasi dan kapabilitas sekolah,
diperoleh data bahwa sekolah belum memiliki tim
pengembangan inovasi dan kreativitas. Sekolah
sesungguhnya sudah memiliki tim pengembang
sekolah secara struktural namun belum optimal
bekerja. Selama ini sekolah memberikan
tanggungjawab kepada masing-masing guru untuk
mengembangkan inovasi dalam pembelajaran
masing-masing. Selain itu guru-guru juga difasilitasi
dengan adanya pengajuan alat atau bahan yang
diperlukan terkait pembelajaran yang akan
dilakukan tiap bulannya. Jika budget yang
dibutuhkan cukup besar maka usulan tersebut akan
dimasukkan ke dalam rencana anggaran sekolah
untuk tahun berikutnya.
Inovasi yang dilakukan sekolah sudah ada
yaitu pembentukan KIS (Karya Ilmiah Siswa),
program literacy dan tahun ini sekolah membuat
program BCP (Brilliant Class Program). Hal ini
diungkapkan oleh wakil kepala sekolah bidang
kurikulum bahwa:
Tim pengembang sekolah sendiri sudah ada namun
masih secara struktural dan belum berjalan optimal. Selama ini inovasi dan kreativitas diserahkan ke guru
123
masing-masing. Inovasi yang sudah dilakukan sekolah
sejauh ini adalah dibentuknya program literacy, kelas
karya ilmiah siswa (KIS) dan program BCP. Untuk program literacy atau budaya membaca sendiri jujur
belum optimal karena masih diselang-seling dengan
kegiatan lain setiap minggunya seperti senam dan jumat bersih. (Sumber: wawancara waka bidang
kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Hal demikian juga disampaikan oleh bidang
sarana dan prasarana sekolah bahwa:
Sekolah belum memiliki tim pengembangan inovasi
dikarenakan jumlah SDM sangat terbatas. Kalau dari fasilitas sebenarnya sudah memenuhi untuk
menunjang keberadaan tim inovasi dan kreativitas ini.
Bahkan jika membutuhkan sesuatu pun terkait hal ini
juga bisa langsung mengajukan ke yayasan. Namun
tim inovasi dan kreativitas ini belum ada di sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
Selanjutnya dari wawancara dengan kepala
sekolah juga disampaikan hal serupa yaitu:
Sekolah belum memiliki tim khusus untuk
pengembangan inovasi dan kreativitas sekolah. Yang
kita punya sekarang itu tim pengembang sekolah tetapi
juga belum optimal berjalan, masih cuma sebatas
terbentuk saja. Selama ini yang berhubungan dengan inovasi atau kreativitas dalam pembelajaran itu diserahkan ke guru masing-masing. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 17 Oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
studi dokumen yang dilakukan terhadap data
struktural sekolah dan data mengenai job desc.
tenaga pendidik dan kependidikan, ditemukan
bahwa sekolah saat ini sudah memiliki tim
124
pengembang sekolah namun belum berjalan. Sekolah
juga belum memiliki tim khusus untuk inovasi dan
kreativitas sekolah padahal sarana dan prasarana
sekolah sudah menunjang untuk diadakannya tim
ini. Inovasi di sekolah selama ini sepenuhnya
diserahkan kepada guru-guru mata pelajaran dan
hal ini belum optimal berjalan.
g. Reputasi
Data yang diperoleh dari wawancara
menunjukkan bahwa sekolah telah terus berupaya
menciptakan reputasi sekolah yang baik di mata
masyarakat. Hal-hal yang sudah dilakukan oleh
sekolah tiap tahunnya adalah dengan mengadakan
program live in yang disertai dengan bakti sosial
masyarakat, study tour, Bazaar sekolah yang berisi
kegiatan pentas seni, lomba dan sekaligus
perkenalan sekolah ke masyarakat dengan
mengundang SD, SMP dan SMA di Salatiga, ikut
serta dalam kegiatan Chistmas parade bersama
seluruh gereja-gereja di salatiga, Open house yang
mengundang SD di salatiga sekaligus mengadakan
lomba-lomba, aksi sosial ke masyarakat dalam
menyambut Natal, kunjungan ke PPA di salatiga dan
memberikan beasiswa bagi anak-anak yang
125
berprestasi. Hal tersebut diungkapkan oleh kepala
sekolah bahwa:
Sekolah selama ini mengadakan banyak kegiatan mulai dari Bazaar, program live in dan study tour. Try out
juga diadakan sekolah dengan mengundang anak-anak
SD di salatiga. Selain itu ada pawai dalam kegiatan
Chistmas parade bersama seluruh gereja-gereja, Open house khusus mengundang anak-anak SD sekaligus
mengadakan lomba. Sekolah juga memiliki tim paduan
suara yang pelayanan ke gereja-gereja tiap bulannya.
Selain itu sekolah juga berkunjung ke kelompok-
kelompok PPA dan menjaring anak-anak yang memiliki prestasi yang bagus dan memberikan bantuan finansial berupa beasiswa bagi anak yang kesulitan. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11Oktober 2016).
Pernyataan tersebut juga didukung oleh wakil
kepala sekolah bidang kurikulum yang
mengungkapkan bahwa:
Menurut saya pribadi reputasi sekolah saat ini sudah
baik. Tiap sekolah mengadakan aksi sosial ke
masyarakat, melibatkan orang tua juga saat ada
kegiatan sekolah, dan juga ada kunjungan ke PPA dan panti asuhan. Yayasan juga memiliki program untuk
membantu anak yang kurang mampu yaitu GOTA (gerakan orang tua asuh). (Sumber: wawancara waka kurikulum pada 3 Oktober 2016).
Selanjutnya bidang sarana dan prasarana
sekolah juga menyampaikan hal serupa bahwa:
Sekolah setiap tahun mengadakan Bazaar yang
mengundang sekolah-sekolah lain dari SD, SMP SMA
untuk ikut berpartisipasi. Selain itu di akhir-akhir semester tim paduan suara anak berserta guru
pendamping akan ke gereja-gereja untuk pelayanan sekaligus promosi sekolah. (Sumber: wawancara bidang sarpras sekolah pada 6 Oktober 2016).
126
Selain itu sekolah juga sering melibatkan
orang tua dalam setiap kegiatan sekolah. Saat ini
sekolah telah membentuk tim yang dinamakan POSG
(Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru) sebagai
wadah dalam berkomunikasi dengan orang tua. Hal
tersebut disampaikan oleh guru BK yang
mengungkapkan bahwa:
Orang tua sangat mendukung setiap kegiatan yang dilakukan oleh sekolah yang diwadahi melalui program POSG di sekolah. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).
Hal serupa juga disampaikan oleh bidang
sarana dan prasarana sekolah bahwa:
Sekolah memiliki tim POSG (Paguyuban Orang Tua
Siswa dan Guru) yang selalu dilibatkan dalam kegiatan yang dilakukan oleh sekolah seperti kegiatan live in, bazaar, aksi sosial dan lain sebagainya. (Sumber: wawancara bidang sarpras pada 27 September 2016).
Senada degan itu bendahara sekolah juga
mendukung pernyataan dengan mengungkapkan:
Orang tua melalui POSG sangat koperatif dan terlibat
membantu dalam setiap kegiatan sekolah baik dari segi dana maupun fasilitas. (Sumber: wawancara bendahara sekolah pada 1 oktober 2016).
Selanjutnya kepala sekolah juga mempertegas
pernyataan tersebut dengan mengungkapkan:
Keterlibatan POSG dalam sekolah sangat aktif. Jika
sekolah memiliki kegiatan maka orang tua melalui
wadah POSG ini pasti akan membantu sekolah. Hal ini merupakan kelebihan sekolah karena memiliki orang
tua yang sangat peduli akan pendidikan anak di
127
sekolah dan sangat mendukung kegiatan-kegiatan di sekolah. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 oktober 2016).
Dari wawancara tersebut yang juga didukung
dari observasi kegiatan sekolah serta studi dokumen
mengenai laporan kegiatan sekolah ditemukan
bahwa sekolah memang telah menjalankan kegiatan
tahunan seperti live in di thekelan, study tour di
pabrik gula Sondokoro, pabrik teh gunung Subur,
dan museum Sangiran, kegiatan Natal yang
didalamnya terdapat aksi sosial dengan memberikan
bingkisan kepada Polisi yang bertugas tiap pagi di
jalan-jalan sekitar sekolah serta bantuan bahan
pokok ke panti asuhan, perayaan Dies Nataliz
melalui kegiatan Bazaar dan Pentas Seni yang
mengundang SD dan SMP di kota Salatiga.
Disamping itu, dari studi dokumen terhadap
rencana kegiatan dan anggaran sekolah ditemukan
bahwa memang terdapat anggaran bantuan beasiswa
berupa subsidi SPP bagi siswa yang berprestasi baik
akademik maupun non akademik dan siswa yang
kurang mampu tiap tahunnya. Dari data tersebut
terlihat bahwa terdapat sembilan siswa yang
mendapat bantuan subsidi SPP yang berjumlah Rp.
10.800.000 per tahun dan terdapat 88 siswa kurang
128
mampu yang mendapat bantuan subsidi SPP sebesar
Rp. 52.800.000 per tahun.
Sekolah juga aktif dalam mengikuti lomba-
lomba baik dalam bidang akademik maupun non
akademik di dalam ataupun di luar kota untuk dapat
mempertahankan reputasi sekolah di masyarakat.
Hal ini diungkapkan oleh guru BK bahwa:
Para siswa di sekolah sangat aktif mengikuti lomba-lomba dan telah meraih banyak juara di kompetisi baik
akademik maupun non akademik seperti tahun
kemarin mendapat Juara 1 lomba paduan suara dan
juga Juara 3 lomba karya tulis ilmiah yang bersaing dengan SMA dan Mahasiswa se-Jawa Tengah. (Sumber: wawancara guru BK pada 21 September 2016).
Hal senada juga didukung oleh kepala
sekolah yang menungkapkan bahwa:
Anak-anak di tempat ini selalu mengikuti lomba-lomba
baik dalam bidang akademik mau pun non akademik
yang tidak hanya di lingkungan salatiga saja tetapi
sering mengikuti lomba-lomba di luar kota seperti
lomba di UNES, UNY, Magelang. Tahun kemarin
paduan suara kita mendapat Juara 1 lomba di Karangturi. Tim basket sekolah untuk 4 tahun terakhir
juga sering mendapat Juara. Prestasi terbaik tim
basket sekolah saat ini adalah masuk kategori Junio
Junior Basketball League (JRBL) Indonesia tingkat SMP. (Sumber: wawancara kepala sekolah pada 11 oktober 2016).
Dari wawancara tersebut dan didukung dari
studi dokumen terhadap data prestasi akademik
maupun non akademik dari bidang kesiswaan
ditemukan bahwa memang siswa-siswi di SMP
129
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga selalu berpartisipasi
dalam kegiatan lomba-lomba akademik maupun non
akademik dan mampu bersaing dengan sekolah-
sekolah lain baik di dalam kota maupun di luar kota.
Hal ini terbukti dari beberapa prestasi yang telah
diraih oleh sekolah sehingga mampu menunjukkan
daya saingnya di masyarakat.
h. Identifikasi Sumber Daya dan Kapabilitas Sekolah
Dari data yang telah dipaparkan sebelumnya,
selanjutnya dilakukan Analisis mengenai sumber
daya internal dan kapabilitas SMP Kristen 2 Eben
Haezer Salatiga yang diharapkan dapat menjadi
sumber keunggulan kompetitif berkelanjutan bagi
sekolah. Berikut merupakan hasil identifikasi
sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki sekolah
didasarkan pada tujuh aspek sumber daya internal
yang meliputi: (1) sumber daya finansial, (2) sumber
daya fisik, (3) sumber daya manusia, (4) sumber daya
organisasional, (5) sumber daya teknologi, (6) sumber
daya inovasi dan kreativitas, dan (7) reputasi.
130
Sumber Daya dan Kapabilitas Finansial Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Kapasitas sekolah dalam menghasilkan dana
internal Dana Yayasan untuk operasional sekolah
Dana BOS
Kapasitas memperoleh dana bantuan dari
POSG
Kapasitas memberikan beasiswa bagi siswa yang kurang mampu
Kapabilitas
Kemampuan sekolah dalam mengelola dana
internal
Kemampuan sekolah dalam mengelola dana
BOS
Kemampuan pengadaan dan pembelian
barang Kemampuan pengambilan keputusan
pembelian barang
Sumber Daya Dan Kapabilitas Fisik
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Lapangan untuk menunjang kegiatan
olahraga Ruang multimedia dan laboratorium
Ruang kelas berbasis IT
Ruang perpustakaan dan buku penunjang
Akses ke skolah mudah
Lokasi sekolah strategis
Kapabilitas
Kemampuan penyimpanan alat-alat / barang Kemampuan merawat sarana dan prasarana
sekolah
Kemampuan memperbaiki saran dan
prasarana yang rusak
Kecepatan penanganan keluhan terkait
sarana dan prasarana sekolah Kemampuan menggunakan sarana dan
prasarana sekolah
Kemampuan peningkatan atau pengadaan
sarana dan prasarana yang baru
131
Sumber Daya Dan Kapabilitas SDM
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Tingkat pendidikan tenaga pengajar yang sudah
S1 dan S2
Kualitas dan kemampuan karyawan
Loyalitas dan komitmen karyawan
Motivasi karyawan
Hubungan harmonis dan kerjasama yang baik
Tingkat adaptasi karyawan
Penelitian dan publikasi ilmiah
Workshop di luar kota setiap tahun yang
melibatkan LPMP, UNES, Dinas Pendidikan dan
pakar Spiritualitas
Study tour
Pelatihan PTK guru-guru
Kapabilitas
Kemampuan dalam meningkatkan
profesionalisme karyawan
Kemampuan dalam meningkatkan kualifikasi
karyawan
Kemampuan dalam merekrut karyawan baru
Kemampuan mempertahankan karyawan
Kemampuan menciptakan hubungan dan
kerjasama tim yang solid
Kemampuan dalam menggaji dan meningkatkan
gaji karyawan
Kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah
132
Sumber Daya Dan Kapabilitas Organisasional
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Perencanaan kerja Sekolah
Perencanaan anggaran sekolah
Supervisi kepala sekolah
Penetapan ketua panitia pada setiap kegiatan di
awal tahun ajaran
Rapat struktural antara kepala sekolah,
kurikulum dan kesiswaan
Rapat kurikulum, TU dan Bendahara
Rapat bulanan guru-guru
Memiliki 2 SD sebagai supplier murid baru tiap
tahun
Kapabilitas
Kemampuan membuat perencanaan sekolah
Kemampuan mengontrol kegiatan-kegiatan
sekolah
Kemampuan berkoordinasi antar karyawan
Kemampuan mengelola kegiatan sekolah
Sumber Daya Dan Kapabilitas Teknologi
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
free WIFI di sekolah
CCTV di tiap ruang kelas
LCD di tiap ruang kelas
Microphone yang terhubung ke tiap ruangan
Website sekolah
Website guru-guru mata pelajaran
Sistem anggaran online
Kapabilitas
Kemampuan menggunakan teknologi
Kemampuan membuat website
Kemampuan menciptakan teknologi baru
133
Sumber Daya Dan Kapabilitas Inovasi dan Kreativitas
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Tim pengembang inovasi dan kreativitas
Briliant class program (BCP)
Karya Ilmiah Siswa (KIS)
Kapabilitas Kemampuan penelitian dan pengembangan
inovasi
Kemampuan menyediakan pendamping yang
profesional untuk BCP
Kemampuan menyediakan pendamping yang
profesional untuk KIS
Reputasi
Jenis Sumber keunggulan kompetitif
Sumber
Daya
Sekolah pilotting implementasi kurikulum
pendidikan 2013
POSG (Paguyuban Orang Tua Siswa dan Guru)
GOTA (Gerakan Orang Tua Asuh) dari Yayasan
Study Tour siswa, guru & staff ke bali dua tahun
sekali
Program live in
Aksi sosial sekolah melalui OSIS
Bazar sekolah
Open house sekolah
Bulan bahasa
Pelayanan ke PPA dan gereja-gereja
Aktif dalam lomba-lomba akademik dan non
akademik di dalam maupun di luar kota
Memiliki media sosial sekolah (Facebook,
Instagram atau WhatsApp)
Kapabilitas Kemampuan promosi sekolah
Kemampuan berkoordinasi dengan orang tua
Kemampuan menciptakan reputasi sekolah di
masyarakat
134
a. Analisis Resources Based View dengan
kerangka VRIO
Sumber daya dan kapabilitas yang dimiliki
oleh sekolah saat ini belum tentu dapat dijadikan
sebagai sebuah keunggulan bagi sekolah dalam
meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan. SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus mampu
menciptakan sumber daya dan kapabilitas yang
memiliki perbedaan dengan sekolah-sekolah pesaing
lainnya sehingga mampu menciptakan keunggulan
kompetitif bagi sekolah. Penggunaan uji kerangka
VRIO dalam resource based view akan membantu
sekolah dalam menilai sumber daya dan kapabilitas
yang dimiliki sehingga mampu menghasilkan
keunggulan kompetitif berkelanjutan. Berikut
merupakan hasil pengujian sumber daya dan
kapabilitas sekolah menggunakan analisis uji
kerangka VRIO.
135
Tabel 4.3 Analisis Sumber Daya Sekolah Dengan Kerangka VRIO
SUMBER DAYA
SEKOLAH
KRITERIA IMPLIKASI
KOMPETITIF V R I O
S1
Kapasitas sekolah
dalam
menghasilkan
dana internal
Yes No No Yes Kesetaraan
S2
Kapasitas dana
Yayasan untuk operasional
sekolah
Yes No No Yes Kesetaraan
S3
Kapasitas
memperoleh dana
BOS
Yes No No Yes Kesetaraan
S4
Kapasitas
memperoleh dana bantuan dari
POSG
Yes No No Yes Kesetaraan
S5
Kapasitas
memberikan
beasiswa bagi
siswa yang
kurang mampu
Yes No No Yes Kesetaraan
S6 Lapangan olahraga
Yes No No Yes Kesetaraan
S7 Ruang multimedia
dan laboratorium Yes No No Yes Kesetaraan
S8 Ruang kelas
berbasis IT Yes No No Yes Kesetaraan
S9
Ruang
perpustakaan dan
buku penunjang
Yes No No No Kesetaraan
S10 Akses ke sekolah mudah
Yes No No Yes Kesetaraan
S11
Lokasi sekolah
yang cukup
strategis
Yes No No Yes Kesetaraan
S12
Tingkat
pendidikan tenaga
pengajar yang sudah S1 dan S2
Yes No No Yes Kesetaraan
136
SUMBER DAYA SEKOLAH
KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O
S13
Kualitas dan
kemampuan
karyawan
Yes Yes No Yes Keunggulan
Sementara
S14 Loyalitas dan komitmen
karyawan
Yes Yes No Yes Keunggulan Sementara
S15 Motivasi
karyawan Yes Yes No Yes
Keunggulan
Sementara
S16
Hubungan
harmonis dan
kerjasama yang baik antar
karyawan
Yes No No Yes Kesetaraan
S17 Tingkat adaptasi
karyawan Yes No No Yes Kesetaraan
S18 Penelitian dan
publikasi ilmiah No No No No Kelemahan
S19
Workshop di luar
kota setiap tahun
yang melibatkan LPMP, UNNES,
Dinas Pendidikan
dan pakar
Spiritualitas
Yes Yes No Yes Keunggulan
Sementara
S20 Pelatihan PTK
guru-guru No No No No Kelemahan
S21 Perencanaan
kerja sekolah Yes No No No Kesetaraan
S22 Perencanaan
anggaran sekolah Yes No No Yes Kesetaraan
S23 Supervisi kepala
sekolah Yes No No Yes Kesetaraan
S24
Rapat penetapan
ketua panitia
pada setiap
kegiatan di awal tahun ajaran
Yes No No Yes Kesetaraan
S25
Rapat struktural
antara kepala
sekolah,
kurikulum dan
kesiswaan
Yes No No Yes Kesetaraan
137
SUMBER DAYA SEKOLAH
KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O
S26
Rapat kurikulum,
TU dan
Bendahara
Yes No No Yes Kesetaraan
S27 Rapat bulanan guru-guru
Yes No No Yes Kesetaraan
S28
Memiliki 2 SD sebagai supplier
murid baru tiap
tahun
Yes Yes Yes Yes Keunggulan
Berkelanjutan
S29 free WIFI di
sekolah Yes No No Yes Kesetaraan
S30 CCTV di tiap
ruang kelas Yes No Yes Yes Kesetaraan
S31 LCD di tiap ruang kelas
Yes No No Yes Kesetaraan
S32
Microphone yang
terhubung ke tiap
ruangan
Yes No No Yes Kesetaraan
S33 Website sekolah Yes No No No Kesetaraan
S34
Website guru-
guru mata
pelajaran
No No No No Kelemahan
S35 Sistem anggaran online
No No No No Kelemahan
S36
Tim pengembang
inovasi dan
kreativitas
No No No No Kelemahan
S37 Briliant Class
Program (BCP) Yes No No Yes Kesetaraan
S38 Karya Ilmiah
Siswa (KIS) Yes No No Yes Kesetaraan
S39
Sekolah pilotting
implementasi kurikulum
pendidikan 2013
Yes Yes No Yes Kunggulan Sementara
S40
POSG (Paguyuban
Orang Tua Siswa
dan Guru)
Yes No No Yes Kesetaraan
S41
GOTA (Gerakan
Orang Tua Asuh) dari Yayasan
Yes No No Yes Kesetaraan
138
SUMBER DAYA SEKOLAH
KRITERIA IMPLIKASI KOMPETITIF V R I O
S42
Study Tour siswa,
guru & staff ke
bali dua tahun
sekali
Yes Yes Yes Yes Keunggulan
Berkelanjutan
S43 Program live in Yes No No Yes Kesetaraan
S44 Aksi sosial sekolah melalui
OSIS
Yes No No Yes Kesetaraan
S45 Bazar sekolah Yes Yes Yes Yes Keunggulan
Berkelanjutan
S46 Open house
sekolah Yes Yes No Yes
Keunggulan
Sementara
S47 Bulan bahasa Yes No No Yes Kesetaraan
S48 Pelayanan ke PPA
dan gereja-gereja Yes No No Yes Kesetaraan
S49
Aktif dalam lomba-lomba
akademik dan
non akademik di
dalam maupun di
luar kota
Yes No No Yes Kesetaraan
S50
Memiliki media sosial sekolah
(Facebook,
Instagram atau
Whats App)
Yes No No Yes Kesetaraan
139
Tabel 4.4 Analisis Kapabilitas Sekolah dengan
Kerangka VRIO
KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI
KOMPETITIF V R I O
K1
Kemampuan
sekolah dalam
mengelola dana
internal
Yes No No Yes Kesetaraan
K2
Kemampuan sekolah dalam
mengelola dana
BOS
Yes No No Yes Kesetaraan
K3
Kemampuan
pengadaan dan
pembelian barang
Yes No No Yes Kesetaraan
K4
Kemampuan pengambilan
keputusan
pembelian barang
Yes No No Yes Kesetaraan
K5
Kemampuan
penyimpanan alat-
alat / barang
Yes No No Yes Kesetaraan
K6
Kemampuan
merawat sarana dan prasarana
sekolah
Yes No No No Kesetaraan
K7
Kemampuan
memperbaiki
sarana dan
prasarana yang rusak
Yes No No No Kesetaraan
K8
Kecepatan
penanganan
keluhan terkait
sarana dan
prasarana sekolah
No No No No Kelemahan
K9
Kemampuan menggunakan
sarana dan
prasarana sekolah
Yes No No Yes Kesetaraan
140
KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI
KOMPETITIF V R I O
K10
Kemampuan
peningkatan atau
pengadaan sarana
dan prasarana yang
baru
Yes No No Yes Kesetaraan
K11
Kemampuan dalam meningkatkan
profesionalisme
karyawan
Yes Yes No Yes Sementara
K12
Kemampuan dalam
meningkatkan
kualifikasi karyawan
No No No No Kelemahan
K13
Kemampuan dalam
merekrut karyawan
baru
Yes No No No Kesetaraan
K14
Kemampuan
mempertahankan
karyawan
Yes No No No Keserataan
K15
Kemampuan
menciptakan hubungan dan
kerjasama tim yang
solid
Yes No No Yes Kesetaraan
K16
Kemampuan dalam
menggaji dan
meningkatkan gaji karyawan
No No No No Kelemahan
K17
Kemampuan
meneliti dan
publikasi ilmiah
No No No No Kelemahan
K18
Kemampuan
membuat
perencanaan kerja
dan anggaran sekolah
Yes No No Yes Kesetaraan
K19
Kemampuan
mengontrol
kegiatan-kegiatan
sekolah
Yes No No Yes Kesetaraan
141
KAPABILITAS SEKOLAH KRITERIA IMPLIKASI
KOMPETITIF V R I O
K20
Kemampuan
berkoordinasi antar
karyawan
Yes No No Yes Kesetaraan
K21
Kemampuan
mengelola kegiatan
sekolah
Yes No No Yes Kesetaraan
K22
Kemampuan
menggunakan
teknologi
Yes No No Yes Kesetaraan
K23
Kemampuan
membuat dan
mengelola website
Yes No No No Kesetaraan
K24
Kemampuan
menciptakan teknologi baru
No No No No Kelemahan
K25
Kemampuan
penelitian dan
pengembangan
inovasi
No No No No Kelemahan
K26
Kemampuan
menyediakan pendamping yang
profesional untuk
BCP
Yes No No Yes Kesetaraan
K27
Kemampuan
menyediakan
pendamping yang
profesional untuk KIS
Yes No No Yes Kesetaraan
K28 Kemampuan
promosi sekolah Yes No No Yes Kesetaraan
K29
Kemampuan
berkoordinasi
dengan orang tua
Yes No No Yes Kesetaraan
K30
Kemampuan
menciptakan reputasi sekolah di
masyarakat
Yes No No Yes Kesetaraan
142
b. Analisis hasil uji VRIO untuk memperoleh kekuatan dan kelemahan sekolah
Setelah dilakukan uji analisis VRIO terhadap
sumber daya dan kapabilitas sekolah, selanjutnya
diadakan analisis mengenai sumber daya dan
kapabilitas yang menjadi kekuatan atau kelemahan
bagi sekolah.
Tabel 4.5 Analisis Hasil Uji VRIO Terhadap Kekuatan dan
Kelemahan Sekolah
Sumber Daya
Kelemahan
Kekuatan
(kesetaraan kompetitif)
Kekuatan
(keunggulan kompetitif sementara)
Kekuatan
(keunggulan Kompetitif
berkelanjutan
Finansial
S1, S2, S3,
S4, S5, K1, K2, K3, K4,
Fisik K8
S6, S7, S8,
S9, S10, K5, K6, K7, K9,
K10
SDM S18, S20, K12, K16,
K17
S12, S16, S17, K11, K13, K14,
K15
S13, S14, S15, S19
Organisasi
onal
S21, S22, S23, S24, S25, S26,
S27, K18, K19, K20,
K21
S28
Teknologi S34, S35,
K24
S29, S30,
S31, S32, S33, K22,
K23
Inovasi dan Kreativitas
S36, K25 S37, S38, K26, K27
Reputasi
S40, S41, S43, S44, S47, S48, S49, S50,
K28, K29, K30
S39, S46 S42, S45
143
Berdasarkan analisis dari hasil uji VRIO
terhadap sumber daya dan kapabilitas sekolah, maka
diperoleh hasil bahwa SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga memiliki 3 kekuatan kompetititf
berkelanjutan yaitu: (1) memiliki 2 SD sebagai
supplier murid baru setiap tahunnya yaitu SD
Kristen 3 dan SD Kristen 4; (2) kegiatan study tour ke
bali bersama guru, staf dan seluruh siswa tiap dua
tahun sekali; (3) Bazaar sekolah.
Sekolah juga memiliki 6 kekuatan tetapi hanya
bersifat sementara yaitu: (1) kualitas dan
kemampuan karyawan, (2) loyalitas dan komitmen
karyawan, (3) Motivasi Karyawan, (4) Workshop di
luar kota setiap tahun yang melibatkan LPMP,
UNNES, Dinas Pendidikan dan pakar Spiritualitas,
(5) Sekolah pilotting implementasi kurikulum
pendidikan 2013, (6) Open house sekolah.
Dari hasil analisis pada tabel 4.3 ditemukan
juga 11 kelemahan sekolah yang terdiri dari 5
kelemahan pada aspek sumber daya sekolah dan 6
pada aspek kapabilitas sekolah. Sumber daya yang
menjadi kelemahan bagi sekolah meliputi: (1)
penelitian dan publikasi ilmiah; (2) pelatihan PTK
guru-guru; (3) website guru-guru mata pelajaran; (4)
sistem anggaran online; (5) Tim pengembang inovasi
144
dan kreativitas. Sedangkan kapabilitas yang menjadi
kelemahan bagi sekolah sekolah meliputi: (1)
kecepatan penanganan keluhan terkait sarana dan
prasarana sekolah; (2) Kemampuan dalam
meningkatkan kualifikasi karyawan; (3) kemampuan
dalam menggaji dan meningkatkan gaji karyawan; (4)
kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah; (5)
kemampuan menciptakan teknologi baru; (6)
kemampuan penelitian dan pengembangan inovasi.
Selanjutnya sumber daya dan kapabilitas sekolah
lainnya juga merupakan kekuatan sekolah tetapi
bersifat setara dengan sekolah-sekolah lain yang
berarti bahwa sekolah-sekolah pesaing juga memiliki
sumber daya dan kapabilitas yang sama.
4.2.3 Desain Produk
Setelah mengidentifikasi kekuatan dan
kelemahan sekolah yang dilakukan melalui teknik
analisis Resource Based View (RBV) dengan uji
kerangka VRIO, maka langkah selanjutnya adalah
menyusun desain produk berupa strategi berbasis
Resourse Based View (RBV) untuk menciptakan
keunggulan bersaing SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga. Strategi yang disusun dapat dilihat pada
4.4 berikut.
145
Tabel 4.4 Strategi berbasis RBV untuk menciptakan keunggulan kompetitif SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
No. Sumber Daya Strategi Program
1 Finansial Peningkatan pengelolaan keuangan melalui perencanaan anggaran secara periodik (tahunan) sebagai dasar pengendalian operasional sekolah
Peningkatan pemberian beasiswa untuk siswa yang kurang mampu
Perumusan kebutuhan anggaran tiap divisi standar nasional pendidikan
Perencanaan anggaran pembelian barang kebutuhan sekolah
Perencanaan anggaran perawatan dan perbaikan barang
Perancanaan anggaran persediaan barang
Peningkatan jumlah penerima beasiswa dengan pemberian bantuan melalui subsidi silang
2 Fisik Pembaharuan dan pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah
secara periodik (tahunan) dalam peningkatan aktivitas pembelajaran
Pengaadaan analisis dan seleksi terhadap kebutuhan sarana pembelajaran
Peningkatan akses dan sarana perpustakaan
Inventarisasi sarana dan prasarana yang dimiliki terkait
perawatan, perbaikan atau penggantian
Analisis terhadap materi pelajaran yang membutuhkan penyediaan alat atau media
Seleksi menurut skala prioritas terhadap alat atau bahan yang pengadaannya mendesak
146
No. Sumber Daya Strategi Program
Fisik
Pembuatan sistem perpustakaan berbasis digital yang bekerja sama dengan UKSW
Fakultas TI untuk memudahkan para siswa mengakses buku yang diinginkan Penambahan buku-buku (referensi, fiksi, non fiksi) untuk menambah
daya tarik minat baca siswa
3 SDM Pengembangan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara berkala dan terencana
Peningkatan jumlah SDM sekolah dengan membuat sistem rekrutmen karyawan
Penetapan sistem reward berbasis prestasi kinerja
tenaga pendidik
Pelatihan mengenai penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala
Pelatihan PTK untuk meningkatkan praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi pengelolaan pendidikan
Profesional Development (PD) tenaga pendidik dan kependidikan yang dibutuhkan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja
A Community Of Transformed Servants (ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan hubungan antar tenaga pendidik
147
No. Sumber Daya Strategi Program
SDM Perekrutan karyawan dengan menggunakan metode data job description dan job spesification dalam proses rekrutmen
Penentuan besaran
reward yang dapat diberikan sesuai dengan kreativitas dan ide yang dihasilkan karyawan yang berdampak pada peningkatan kinerja Evaluasi secara berkala terhadap produktivitas tenaga pendidik dan kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang dihasilkan
4 Organisasional Peningkatan sistem koordinasi dalam
memaksimalkan
penyampaian informasi kepada pendidik dan tenaga kependidikan
Pengadaan analisis dan evaluasi terhadap kebutuhan dan harapan siswa di SD Kristen 3 dan SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen 2
Pembentukan subject leader pada
masing-masing bidang mata pelajaran
Pembuatan
information board untuk mempermudah penyampaian informasi dan efesiensi waktu
Evaluasi berupa pemberian kuesioner kepada murid-murid kelas 6 SD YPE
148
No. Sumber Daya Strategi Program
Organisasional terkait kebutuhan dan harapan akan keberadaan SMP Kristen 2
5 Teknologi Peningkatan
website sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa dan orang
tua sekaligus memperluas jangkauan promosi sekolah
Peningkatan sistem perencanaan dan pengontrolan anggaran melalui sistem SOB (School
Online Budgetting) yang dapat diakses oleh seluruh pihak sekolah dan orang tua
Peningkatan jaringan internet untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah
Peningkatan sistem ujian dan penilaian sekolah melalui sistem COBA
(Computer Based Assignments) dan ORASI (Online
Grading System)
Pembuatan web
sekolah yang dipadukan dengan agenda bulanan siswa dan bidang
mata pelajaran untuk mengoptimalkan informasi mengenai jadwal, kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya
Pembuatan sistem SOB (School Online Budgetting) yang bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI untuk mempermudah perencanaan dan pengecekan anggaran serta bentuk transparansi kepada seluruh
warga sekolah dan orang tua
Peningkatan jaringan wifi sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran berbasis IT di sekolah
Peningkatan proses penilaian dan efisiensi penggunaan kertas dengan membuat sistem
149
No. Sumber Daya Strategi Program
Teknologi COBA (Computer Based Assignments) dan
ORASI (Online
Grading System) yang bekerjasama
dengan UKSW Fakultas TI
6 Inovasi dan Kreativitas
Pembentukan tim pengembang inovasi dan kreativitas sekolah
Peningkatan budaya membaca secara berkala melalui kegiatan
Book Weeks Peningkatan minat,
motivasi serta menciptakan sekolah yang menyenangkan
melalui penyelenggaraan kegiatan Spirit Week secara berkala
Peningkatan wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui
penyelenggaraan ICP (Inspiration
Class Program)
Pembentukan tim pengembang inovasi dan kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang kurikulum, guru komputer dan sains yang bekerjasama /berkolaborasi dengan UKSW fakultas FKIP, Elektro dan atau
FTI untuk menentukan perencanaan inovasi dalam meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa di sekolah
Penyelenggaraan
program Book Weeks yang di rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk meningkatkan minat baca dan wawasan akan budaya Indonesia
Penyelenggaraan program Spirit Week untuk
menciptakan sekolah yang menyenangkan.
150
No. Sumber Daya Strategi Program
Inovasi dan Kreativitas
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk bersekolah serta menciptakan
hubungan yang lebih erat antar guru dan siswa
Penyelenggaraan program ICP (Inspiration Class Program) yang
berkolaborasi dengan orang tua siswa sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang dunia kerja
7 Reputasi Peningkatan hubungan antar sekolah-sekolah di salatiga melalui penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi sekolah.
Peningkatan kegiatan kebersamaan
antara tenaga pendidik dan
kependidikan, siswa dan orang tua
Peningkatan hubungan dengan sekolah-sekolah di lingkungan sekitar serta kegiatan promosi sekolah melalui kegiatan internal yaitu Bazaar sekolah yang dirangkai dengan Expo
Pendidikan dan
Open House Kegiatan STPD
(Students,
Teachers, Parents Day) secara berkala untuk meningkatkan hubungan antar pihak sekolah, guru dan siswa
151
No. Sumber Daya Strategi Program
Reputasi Peningkatan hubungan dan komunikasi antar pihak sekolah
dengan orang tua Peningkatan
kegiatan pembelajaran berbasis dunia luar
Peningkatan kegiatan aksi sosial ke masyarakat
Peningkatan komunikasi dengan menggunakan
jejaring sosial seperti WA,
Facebook, Instagram dan atau BBM)
Pembuatan School News secara berkala yang berisi tentang kegiatan siswa di sekolah baik akademik maupun non akademik, testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah, testimony guru dan lain sebagainya.
Pelaksanaan pembelajaran berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti live in,
study tour) Pelaksanaan
kegiatan aksi sosial dengan masyarakat melalui program CCS (Christian
Community Servants)
Pada aspek sumber daya finansial sekolah,
strategi yang disarankan adalah pertama,
peningkatan pengelolaan keuangan melalui
perencanaan anggaran secara periodik (tahunan)
sebagai dasar pengendalian operasional sekolah.
152
Strategi ini diharapkan dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan beberapa program yaitu: (a)
melakukan perumusan kebutuhan anggaran tiap
divisi standar nasional pendidikan; (b) melakukan
perencanaan anggaran pembelian barang kebutuhan
sekolah; (c) melakukan perencanaan anggaran
perawatan dan perbaikan barang; (d) melakukan
perancanaan anggaran persediaan barang.
Perencanaan anggaran tersebut bagi sekolah dapat
memberikan manfaat yaitu sebagai kerangka kerja
strategis, alat untuk meneliti perkembangan
anggaran kegiatan, pengawasan terhadap kondisi
keuangan, dan sebagai evaluasi untuk perbandingan
keuangan sekolah tiap periode.
Selain itu, strategi kedua yang disarankan
adalah peningkatan pemberian beasiswa untuk siswa
yang kurang mampu. Strategi ini dapat dilakukan
melalui program subsidi silang untuk menambah
kuota jumlah penerima beasiswa bagi siswa yang
kurang mampu. Subsidi silang ini dilakukan dengan
menaikkan jumlah SPP siswa dari ekonomi kelas
atas untuk selanjutnya disubsidi ke siswa yang
kurang mampu. Program ini disarankan untuk
dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak orang tua
pada saat pendaftaran siswa baru sehingga tidak
153
terjadi kesalahpahaman karena adanya perbedaan
jumlah uang SPP. Program subsidi silang ini juga
dapat merekontruksi image sekolah yang mahal di
mata masyarakat dan membuka kesempatan bagi
siswa-siswa yang kurang mampu untuk menikmati
pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.
Pada aspek sumber daya fisik sekolah, strategi
yang disarankan adalah pertama pembaharuan dan
pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah
secara periodik (tahunan) dalam peningkatan
aktivitas pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai
melalui program inventarisasi sarana dan prasarana
yang dimiliki untuk dilakukan perawatan, perbaikan
atau penggantian. Dengan adanya program
inventarisasi ini akan membantu bidang sarana dan
prasarana sekolah untuk memantau dan mengecek
kondisi alat atau pun barang di sekolah.
Inventarisasi ini diharapkan dilakukan tiap 3 bulan
sekali yang bekerjasama dengan wali-wali kelas
untuk pendataan barang yang ada.
Selain itu, strategi kedua yang disarankan
yaitu pengadaan analisis dan seleksi terhadap
kebutuhan sarana pembelajaran. Strategi ini dapat
dicapai melalui program seleksi sarana maupun
prasarana sekolah menurut skala prioritas terhadap
154
alat atau bahan yang pengadaannya mendesak.
Selanjutnya strategi ketiga adalah peningkatan akses
dan sarana perpustakaan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan (a) membuat sistem perpustakaan
berbasis digital yang bekerja sama dengan UKSW
Fakultas TI untuk memudahkan para siswa
mengakses buku yang diinginkan; (b) mengadakan
penambahan buku-buku (referensi, fiksi, non fiksi)
untuk menambah daya tarik dan minat baca siswa.
Pada aspek sumber daya manusia, strategi
yang disarankan adalah pertama, pengembangan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara
berkala dan terencana. Strategi ini dapat dilakukan
melalui program (a) mengadakan pelatihan mengenai
penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala; (b)
mengadakan pelatihan PTK untuk meningkatkan
praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi
pengelolaan pendidikan; (c) mengadakan profesional
development tenaga pendidik dan kependidikan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja; (d) membuat
program A Community Of Transformed Servants
(ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan
hubungan antar tenaga pendidik. Program ACTS
adalah program yang dapat dilakukan 2 bulan sekali
oleh sekolah di minggu ke empat dengan berbagai
155
kegiatan seperti seminar pendidikan kristen, out
bound, ibadah, sharing perbidang mata pelajaran,
pelatihan bidang mata pelajaran dan sebagainya
yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
tenaga pendidik dalam mengajar ataupun
menemukan solusi dalam memecahkan masalah
dalam pengajaran di kelas. Strategi kedua adalah
peningkatan jumlah SDM sekolah dengan membuat
sistem rekrutmen karyawan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan program perekrutan karyawan
menggunakan metode data job description dan job
spesification dalam proses rekrutmen. Job description
merupakan sebuah pernyataan tertulis mengenai apa
yang dikerjakan oleh calon karyawan, bagaimana hal
terebut dilakukan dan mengapa hal tersebut
dilakukan. Job description ini meliputi tugas dan
tanggungjawab yang diperlukan dari pekerjaan
tersebut. Sedangkan job specification adalah sebuah
pernyataan mengenai kualifikasi yang harus dimiliki
oleh calon karyawan seperti tingkat pendidikan,
keterampilan dan kemampuan yang dimiliki.
Selanjutnya strategi ketiga adalah penetapan sistem
reward berbasis prestasi kinerja pendidik. Strategi ini
dapat dilakukan dengan beberapa progam kegiatan
yaitu: (a) menentukan besaran reward yang dapat
156
diberikan sesuai dengan kreativitas dan ide yang
dihasilkan karyawan yang berdampak pada
peningkatan kinerja, (b) melakukan evaluasi secara
berkala terhadap produktivitas tenaga pendidik dan
kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji
dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang
dihasilkan.
Pada aspek sumber daya organisasional,
strategi yang disarankan adalah pertama,
peningkatan sistem koordinasi dalam
memaksimalkan penyampaian informasi kepada
pendidik dan tenaga kependidikan. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menyelenggarakan program
seperti: a) membentuk subject leader pada masing-
masing bidang mata pelajaran, (b) membuat
information board untuk mempermudah
penyampaian informasi dan efesiensi waktu.
Subject leader adalah ketua dari guru-guru
bidang mata pelajaran yang dipilih oleh kepala
sekolah yang memiliki kompetensi dan kinerja yang
baik serta memiliki jiwa kepemimpinan. Subject
leader akan bertanggungjawab terhadap kegiatan
pada bidang mata pelajarannya seperti menjamin
penyelesaian program semester, program tahunan,
sillabus mata pelajaran, memimpin sharing pada
157
kegiatan ACTS untuk menemukan solusi terkait
permasalahan dalam kelas, memantau kemajuan
dan target ketercapaian tujuan pembelajaran
masing-masing guru mata pelajaran dan menyusun
serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan terkait bidang
mata pelajaran. Sedangkan Informastion Board
adalah papan informasi yang dipasang di ruang
guru, kantor ataupun di depan ruang kepala sekolah
untuk mempermudah penyampaian informasi antar
tenaga pendidik dan kependidikan.
Selain itu, strategi kedua yang disarankan
adalah pengadaan analisis dan evaluasi terhadap
kebutuhan dan harapan siswa di SD Kristen 3 dan
SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen 2. Strategi ini
dapat dilakukan dengan mengadakan evaluasi
berupa pemberian kuesioner kepada murid-murid
kelas 6 SD YPE terkait kebutuhan dan harapan akan
SMP yang diinginkan. Hal ini bertujuan sebagai
evaluasi dan untuk memetakan keingingan dan
harapan calon siswa terhadap sekolah sehingga
nantinya diharapkan para siswa SD Kristen 3 dan SD
Kristen 4 dapat terjaring 100% melanjutkan studi ke
SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Pada aspek sumber daya teknologi, strategi
yang disarankan adalah pertama, peningkatan
158
website sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa
dan orang tua sekaligus memperluas jangkauan
promosi sekolah. Strategi ini dapat dicapai dengan
membuat web sekolah yang dipadukan dengan
agenda bulanan siswa dan bidang mata pelajaran
untuk mengotimalkan informasi mengenai jadwal,
kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya. Web
sekolah disarankan dapat dipadukan dengan web
untuk guru-guru mata pelajaran sehingga
memudahkan siswa dan orang tua melihat informasi
yang tidak hanya seputar kegiatan dan foto-foto
kegiatan sekolah tetapi juga dapat memantau jadwal
dan agenda siswa di kelas tiap bulannya, materi yang
akan dipelajari perbulannya dan jadwal tes untuk
tiap mata pelajaran setiap bulannya. Strategi kedua
adalah peningkatan sistem perencanaan dan
pengontrolan anggaran melalui sistem SOB (School
Online Budgetting) yang dapat diakses oleh seluruh
pihak sekolah dan orang tua. Strategi ini dapat
dicapai dengan bekerjasama dengan UKSW Fakultas
TI dalam membuat sistem SOB (School Online
Budgetting) sehingga mempermudah proses
pembuatan perencanaan dan pengecekan anggaran
sekolah. Selain itu sebagai bentuk transparansi
kepada seluruh warga sekolah dan orang tua dalam
159
meningkatkan kepercayaan mereka terhadap sekolah
terkait pengelolaan anggaran yang tepat sasaran.
Strategi ketiga adalah peningkatan jaringan internet
untuk mengoptimalkan proses pembelajaran di
sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan
meningkatkan jaringan wifi sekolah untuk
mengoptimalkan pembelajaran berbasis IT. Hal ini
dimaksudkan untuk memaksimalkan waktu
pembelajaran di kelas yang menggunakan internet
serta menjaga kenyamanan para siswa dalam belajar.
Strategi keempat adalah peningkatan sistem ujian
dan penilaian sekolah melalui sistem COBA
(Computer Based Assingments) dan ORASI (Online
Grading System). Strategi ini dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI dengan
membuat sistem COBA (Computer Based
Assingments) dan ORASI (Online Grading System)
yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan guru-
guru khususnya wali kelas melakukan penilaian dan
pembuatan raport, efisiensi biaya kertas dan fotocopy
soal dan mengurangi penggunaan kertas tiap
tahunnya (paper less).
Pada aspek sumber daya inovasi dan
kreativitas, strategi yang disarankan adalah pertama,
160
pembentukan tim pengembang inovasi dan
kreativitas sekolah. strategi ini dapat dilakukan
dengan membentuk tim pengembang inovasi dan
kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang
kurikulum, guru komputer dan sains yang
bekerjasama/berkolaborasi dengan pihak UKSW
fakultas FKIP, Elektro dan atau TI untuk
menentukan perencanaan inovasi dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa
di sekolah. Strategi kedua adalah peningkatan
budaya membaca secara berkala melalui kegiatan
Book Weeks. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan program Book Weeks yang di
rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk
meningkatkan minat baca dan wawasan akan
budaya Indonesia. Program Book Weeks adalah
program literacy yang dilakukan di semester satu
dimana selama dua minggu di bulan tertentu seluruh
warga sekolah (murid, guru, kepala sekolah, TU dan
pekarya) akan menyediakan waktu selama 15 menit
tiap harinya untuk membaca. Panita akan
menentukan masing-masing satu buku yang akan
dibaca di tiap grade kemudian menyediakan form
untuk menuliskan rangkuman bacaan di hari
terakhir. Selanjutnya di hari terakhir akan ada
161
gallery walk antar kelas mengenai pementasan isi
buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat berupa role
play per kelas, pembuatan komik, panggung boneka,
story telling dipadukan dengan kostum yang
mendukung dan sebagainya. Strategi ketiga adalah
peningkatan minat, motivasi serta sekolah yang
menyenangkan melalui penyelenggaraan kegiatan
Spirit Week secara berkala. Strategi ini dapat dicapai
dengan menyelenggarakan program Spirit Week
untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan,
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk
bersekolah serta menciptakan hubungan yang lebih
erat antar guru dan siswa. Program ini dapat
diselenggarakan sebulan sekali ataupun tiga bulan
sekali di minggu ke empat dimana sekolah akan
menetapkan satu tema yang disepakati tiap harinya
selama satu minggu seperti kartun, sport, dongeng,
pantai, abad pertengahan, film, pahlawan super,
mesir, luar angkasa, pekerjaan, pahlawan, dan
sebagainya. Seluruh siswa dan guru akan
mengenakan pakean tersebut ke sekolah dan
melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan
di kelas. Di akhir kegiatan panitia akan memilih dan
mengumumkan kostum terbaik untuk guru dan
siswa. Strategi ke empat adalah peningkatan
162
wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui
penyelenggaraan ICP (Inspiration Class Program).
Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan program ICP (Inspiration Class
Program) yang berkolaborasi dengan orang tua siswa
sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang
dunia kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan tiap tiga
bulan sekali di hari sabtu pada minggu ke dua
dimana sekolah akan berkolaborasi dengan orang
tua untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman
akan pekerjaan tertentu. Orang tua yang berpofesi
sebagai dosen, dokter atau pun pengusaha dapat
berbagi ilmu di kelas ini sehingga sejak dini para
siswa dapat memahami akan pekerjaan-pekerjaan
yang ada dan dapat menentukan cita-cita mereka
sejak dini serta lebih mendalami pelajaran tertentu
yang berkaitan dengan cita-cita mereka ke depannya.
Pada aspek reputasi sekolah, strategi yang
disarankan adalah pertama, peningkatan hubungan
antar sekolah-sekolah di salatiga melalui
penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi
sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan
program Bazaar sekolah yang dapat dirangkai
dengan Expo Pendidikan dan Open House. Bazaar
sekolah dijalankan dengan mengundang sekolah-
163
sekolah lain untuk ikut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan lomba baik SD maupun SMP.
Sedangkan Expo Pendidikan adalah penyelenggaraan
pameran hasil karya siswa dan inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah.
Selanjutnya Open house adalah kegiatan untuk
mengundang sekolah-sekolah dasar di salatiga untuk
berkunjung melihat proses pembelajaran ataupun
kegiatan yang ada di SMP Kristen 2. Kegiatan ini
dapat dilakukan pada hari yang berbeda dalam satu
minggu menyambut kegiatan Bazaar sekolah-sekolah
YPE untuk lebih memfokuskan setiap kegiatan dan
ajang promosi sekolah lebih optimal. Strategi kedua
adalah peningkatan kegiatan kebersamaan antara
tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan orang
tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan STPD (Students,
Teachers, Parents Day) secara berkala setiap akhir
semester untuk meningkatkan hubungan antar
pihak sekolah, guru dan siswa. Kegiatan ini dapat
berupa cerdas cermat keluarga, lomba antar
keluarga, games dan lain sebagainya. Strategi ketiga
adalah peningkatan hubungan dan komunikasi antar
pihak sekolah dengan orang tua. Strategi ini dapat
dilakukan dengan program (a) memaksimalkan
164
komunikasi antar pihak sekolah dan orang tua
dengan menggunakan jejaring sosial seperti WA,
Facebook, Instagram dan atau BBM, (b) membuat
School News secara berkala tiap tiga bulan sekali di
minggu pertama yang berisi tentang kegiatan siswa
di sekolah baik akademik maupun non akademik,
testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah,
testimony guru, prestasi siswa, kegiatan OSIS,
kegiatan guru dan orang tua dan lain sebagainya.
Strategi keempat adalah peningkatan kegiatan
pembelajaran berbasis dunia luar. Strategi ini dapat
dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran
berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti
kegiatan live in dan study tour. Selanjutnya strategi
kelima adalah peningkatan kegiatan aksi sosial ke
masyarakat. Strategi ini dapat dilakukan dengan
melaksanakan kegiatan aksi sosial dengan
masyarakat melalui program CCS (Christian
Community Servants). Program CCS adalah program
kegiatan bagi OSIS dan juga bagi guru untuk
melakukan kegiatan sosial ke masyarakat. Kegiatan
CCS ini dapat dilakukan pada bulan desember dan
april dengan melakukan pelayanan kepada anak-
anak di panti asuhan, panti jompo dan lembaga
permasyarakatan (LAPAS).
165
4.2.4 Validasi Desain Produk Rencana Strategis Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga
Setelah melalui tahap desain produk, tahapan
selanjutnya adalah validasi desain produk berupa
draft renstra berbasis resource based view (RBV) SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga oleh tiga orang pakar
yaitu pakar di bidang renstra Prof. Dr Slameto, M.Pd
dan Dr. Wasitohadi, M.Pd dan pakar dibidang
manajemen strategik yaitu Lieli Suharti Harmanto,
M.M.,Ph.D. Validasi dari pakar tersebut memberikan
hasil sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Slameto, M.Pd.
Berdasarkan validasi terhadap draft desain
produk rencana strategis terdapat beberapa hal
yang perlu ditambahkan yaitu landasan filosofis
dan Juknis Implementasi program.
2. Dr. Wasitohadi, M.Pd
Berdasarkan validasi terhadap draft desain
produk rencana strategis terdapat beberapa
perbaikan mengenai tata tulis dan konsistensi
penulisan keterkaitan antara RBV, VRIO
framework dengan sustainable competitive
advantage. Selanjutnya saran dari validator
yaitu membuat jadwal program operasional.
166
3. Lieli Suharti, M.M., Ph.D
Berdasarkan validasi terhadap draft desain
produk rencana strategis terdapat beberapa
catatan yaitu langkah-langkah dalam
melakukan analisis untuk menghasilkan produk
rencana strategis dengan pendekatan RBV
sudah sesuai. Namun perlu diberikan tambahan
yaitu penjelasan mengenai profil SMP Kristen 2
dan memaparkan gambaran sekolah yang
menjadi pesaing dekat dari SMP Kristen 2.
4.2.5 Revisi Desain Produk Rencana Strategis Berbasis Resource Based View (RBV) SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga
Tahapan selanjutnya adalah perbaikan
terhadap hasil desain rencana strategis. Perbaikan
desain rencana strategis meliputi penambahan
landasan filosofi pada Bab 1 dan Juknis pelaksanaan
program yang disertakan pada bagian lampiran
Renstra. Perbaikan lainnya yaitu memperjelas
keterkaitan antara RBV, VRIO framework dengan
sustainable competitive advantage pada Bab 3 dan
pembuatan kalender program operasional yang
disertakan pada bagian lampiran Renstra.
Selanjutnya, penambahan profil SMP Kristen 2 Eben
167
Haezer Salatiga dan gambaran sekolah pesaing pada
Bab 2 Rensta.
4.2.6 Uji Coba Produk
Tahap selanjutnya yaitu uji coba produk.
Tahap ini berupa uji kelayakan produk yang
dilakukan melalui FGD (focus group discussion). FGD
diadakan pada tanggal 6 Desember 2016 yang
dihadiri oleh pakar dan praktisi pendidikan yaitu
Prof. Dr. Slameto, M.Pd, Dr. Bambang Suteng
Sulasmono, M.Si dan Dr. Bambang Ismanto, M.Si,
stakeholder yaitu Kepala Sekolah beserta dua orang
guru SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
Hasil yang diperoleh dari forum FGD yaitu
terdapat beberapa catatan perbaikan pada rencana
strategis sekolah berbasis RBV yang meliputi:
1. Penambahan strategi pada sumber daya
finansial sekolah terkait penyusunan rencana
kegiatan dan anggaran sekolah bersama pihak
Yayasan
2. Penambahan informasi prestasi akademik dan
non akademik siswa sebagai sumber
keunggulan sekolah.
168
3. Penambahan informasi mengenai sumber daya
fisik sekolah berupa pembangunan GOR
sebagai sumber keunggulan sekolah.
4. Perbaikan pada sumber daya manusia aspek
motivasi yang merupakan sumber keunggulan
bagi sekolah.
5. Perbaikan isu strategis pada aspek pelatihan
PTK bagi guru di SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga.
6. Penambahan gambar model RBV analisis VRIO
pada isi Renstra yang disesuaikan dengan
gambar cover depan Renstra.
7. Penambahan kunci keberhasilan implementasi
rencana strategis bagi kepala sekolah.
8. Mengubah jenis renstra dari spesifik menjadi
generik sehingga dapat bermanfaat bagi
sekolah-sekolah lain khususnya sekolah
swasta dalam menyusun rencana strategis
sekolah berbasis resource based view (RBV).
Selain itu akan mempermudah untuk publikasi
ilmiah ke depannya.
169
4.2.7 Revisi Produk
Tahapan terakhir adalah perbaikan terhadap
produk rencana strategis berbasis resource based
view SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga. Perbaikan
produk rencana strategis sekolah adalah tindak
lanjut dari hasil uji coba kelayakan produk yang
dilakukan pada tahap sebelumnya. Perbaikan
rencana strategis berbasis resource based view (RBV)
SMP Kristen 2 terdiri dari perbaikan yang dilakukan
dalam Bab II Renstra yaitu penambahan gambar
model RBV analisis VRIO yang disesuaikan dengan
cover depan rencana strategis sekolah. Kemudian
pada Bab V Renstra ditambahkan faktor-faktor atau
kunci keberhasilan implementasi rencana strategis
bagi SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga sehingga
produk dari rencana strategis berbasis resource
based view (RBV) ini dapat diterapkan di sekolah.
Perbaikan berikutnya dilakukan pada Bab III
rencana strategis berbasis resource based view (RBV)
SMP Kristen 2 yang meliputi: (1) Perbaikan pada
sumber daya manusia aspek motivasi guru yang
sebelumnya menjadi sumber daya keunggulan yang
bersifat setara menjadi menjadi sumber daya
keunggulan kompetitif sementara bagi sekolah. (2)
Perbaikan isu strategis pada kalimat belum adanya
170
pelatihan PTK dan publikasi ilmiah bagi guru-guru
menjadi belum optimalnya pelatihan PTK dan
publikasi ilmiah bagi guru-guru SMP Kristen 2 Eben
Haezer.
Perbaikan juga dilakukan pada Bab IV
Renstra meliputi: (1) Pada sumber daya finansial:
Penambahan strategi penyusunan rencana kegiatan
dan anggaran sekolah melalui rapat koordinasi
bersama pihak Yayasan, kepala sekolah dan guru
setiap akhir tahun. (2) Pada sumber daya fisik
sekolah: penambahan strategi peningkatan sarana
dan prasarana olahraga melalui program
pembangunan gedung olahraga (GOR). (3) Pada
reputasi sekolah: penambahan strategi peningkatan
prestasi akademik dan non akademik siswa melalui
program brilliant class dan pembentukan klub-klub
prestasi berupa kegiatan ekstrakurikuler sekolah.
Perbaikan terakhir yaitu mengubah jenis
rencana strategis sekolah dari spesifik menjadi
generik dengan mengubah identitas dari SMP Kristen
2 Eben Haezer Salatiga menjadi Magister Manajemen
Pendidikan UKSW. Selanjutnya dilakukan juga
perbaikan pada isi renstra yaitu penghapusan data-
data sekolah karena bersifat rahasia yang bertujuan
untuk menjaga kerahasiaan data sekolah dari
171
kompetitor saat renstra dipublikasikan. Pengalihan
rencana strategis dari spesifik ke generik ini
didasarkan pada pertimbangan akan manfaat bagi
sekolah-sekolah yang ada khususnya sekolah
swasta, sehingga diharapkan rencana strategis
berbasis resource based view (RBV) yang disusun ini
dapat digunakan sebagai dasar penyusunan rencana
strategis sekolah.
4.3 Pembahasan
Pembahasan lebih lanjut dalam pada bagian
ini dilakukan untuk menjelaskan hasil analisis dan
menjawab rumusan masalah penelitian yaitu
menyusun rencana strategis berbasis resource based
view (RBV) SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
4.3.1 Analisis Perencanaan Strategis
Analisis yang digunakan dalam penyusunan
rencana strategis sekolah adalah analisis RBV
dengan uji kerangka VRIO. Perencanaan strategis
didasarkan pada tujuh aspek sumber daya dan
kapabilitas sekolah yang meliputi (1) sumber daya
finansial, (2) sumber daya fisik, (3) sumber daya
manusia, (4) sumber daya organisasional, (5) sumber
daya teknologi, (6) sumber daya inovasi dan
172
kreativitas dan (7) reputasi sekolah (Barney &
Hesterly, 2008: 74; Grant, 2010: 121-127).
a. Sumber Daya Finansial
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas finansial sekolah yang menjadi
sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu
kapasitas sekolah dalam menghasilkan dana
internal, dana yayasan untuk operasional sekolah,
dana bos, kapasitas memperoleh dana bantuan dari
posg, kapasitas memberikan beasiswa bagi siswa
yang kurang mampu, kemampuan sekolah dalam
mengelola dana internal, kemampuan sekolah dalam
mengelola dana bos, kemampuan pengadaan dan
pembelian barang dan kemampuan pengambilan
keputusan pembelian barang.
Setelah dilakukan analisis dengan uji
kerangka VRIO ditemukan bahwa sumber daya dan
kapabilitas finansial hanya membawa kesetaraan
kompetitif, yang berarti bahwa sumber daya dan
kapabilitas finansial sekolah saat ini tidak memiliki
ciri khas yang membedakannya dengan sekolah
kompetitor karena sekolah-sekolah kompetitor pun
memiliki sumber daya dan kapabilitas yang serupa.
173
Jika sekolah gagal dalam menggunakan ataupun
memanfaatkan sumber daya ini, maka akan
membawa sekolah ke dalam sebuah competitive
disadvantage atau ketidakunggulan kompetitif
(Barney, 2007: 150).
Pengelolaan sumber daya finansial sekolah
yang baik akan membantu sekolah untuk
menghasilkan kinerja keuangan yang maksimal. Hal
ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Widiasto (2014: 439) bahwa pengelolaan
keuangan yang baik dapat dilakukan melalui
pembentukan perencanaan anggaran secara periodik
guna mengawasi pelaksanaan kegiatan dan sebagai
dasar pengendalian operasional organisasi dalam hal
ini sekolah.
Kepala sekolah sebagai manager keuangan
sekolah harus mampu mengadakan perencanaan,
penganggaran, pengelolaan dan pengendalian secara
baik dan benar sehingga dapat mengelola aset
sekolah secara efektif dan efisien sehingga program
dan tujuan sekolah dapat tercapai (Van Horne, 2007:
5).
174
b. Sumber Daya Fisik
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas fisik sekolah yang menjadi sumber
keunggulan kompetitif bagi sekolah diantaranya
adalah lapangan untuk menunjang kegiatan
olahraga, ruang multimedia dan laboratorium, ruang
kelas berbasis IT, ruang perpustakaan dan buku
penunjang, akses ke skolah mudah, lokasi sekolah
strategis, kemampuan penyimpanan alat-alat/
barang, kemampuan merawat sarana dan prasarana
sekolah, kemampuan memperbaiki saran dan
prasarana yang rusak, kecepatan penanganan
keluhan terkait sarana dan prasarana sekolah,
kemampuan menggunakan sarana dan prasarana
sekolah, kemampuan peningkatan atau pengadaan
sarana dan prasarana yang baru. Namun setelah
dilakukan analisis dengan uji kerangka VRIO
ditemukan bahwa sumber daya dan kapabilitas fisik
sekolah hanya membawa kesetaraan kompetitif,
bahkan ditemukan sebuah kelemahan dalam
pengelolaan sumber daya fisik ini yaitu dalam hal
penanganan keluhan terkait sarana dan prasarana
sekolah.
175
Sekolah saat ini belum memiliki ciri khas
yang membedakannya dengan sekolah kompetitor
pada aspek sumber daya fisik. Sehingga apabila
sekolah gagal dalam menggunakan ataupun
memanfaatkan sumber daya ini, maka akan
membawa sekolah ke dalam sebuah competitive
disadvantage atau ketidakunggulan kompetitif.
Pengelolaan sumber daya fisik sekolah dengan
baik akan membantu meningkatkan performa siswa
dalam mencapai prestasi, meningkatkan kehadiran
dan meningkatkan sikap siswa untuk belajar serta
meningkatkan efektivitas mengajar. Hal ini didukung
oleh penelitian yang dilakukan oleh Aloga (2014: 638)
yang menyatakan bahwa ketika sumber daya fisik
sekolah dikelola dengan baik, maka tidak hanya
berdampak pada peningkatan praktek mengajar yang
baik tetapi juga memfasilitasi dan merangsang minat
belajar siswa. Selanjutnya, ketika sumber daya fisik
sekolah dikelola dengan buruk, maka dapat
menghambat praktek pengajaran dan mengakibatkan
“stagnan” pada kegiatan dan minat belajar siswa.
176
c. Sumber Daya Manusia
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas pada aspek SDM sekolah yang
menjadi sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah
diantaranya adalah tingkat pendidikan tenaga
pengajar yang sudah S1 dan S2, kualitas dan
kemampuan karyawan, loyalitas dan komitmen
karyawan, motivasi karyawan, hubungan harmonis
dan kerjasama yang baik, tingkat adaptasi karyawan,
penelitian dan publikasi ilmiah, workshop di luar
kota setiap tahun yang melibatkan LPMP, UNES,
Dinas Pendidikan dan pakar Spiritualitas, study tour,
pelatihan PTK guru-guru, kemampuan dalam
meningkatkan profesionalisme karyawan,
kemampuan dalam meningkatkan kualifikasi
karyawan, kemampuan dalam merekrut karyawan
baru, kemampuan mempertahankan karyawan,
kemampuan menciptakan hubungan dan kerjasama
tim yang solid, kemampuan dalam menggaji dan
meningkatkan gaji karyawan, kemampuan meneliti
dan publikasi ilmiah.
Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO
diidentifikasi bahwa terdapat sumber daya yang
menjadi kekuatan yang menjadi sumber keunggulan
177
kompetitif sementara bagi sekolah yaitu kualitas dan
kemampuan karyawan, loyalitas dan komitmen
karyawan, motivasi karyawan, workshop yang
melibatkan LPMP, Dinas Pendidikan, dan Pakar
Spiritualitas setiap tahunnya. Sumber daya yang
menjadi keunggulan kompetitif sementara bagi
sekolah ini menjadi sebuah penggerak awal
keunggulan apabila sekolah berhasil
memanfaatkannya dengan baik melalui strategi-
strategi yang tepat di dalam sekolah. Tipe dari
sumber daya atau kapabilitas ini digolongkan ke
dalam kekuatan dan kompetensi khas bagi sekolah
(organizational strength and distinctive competence)
(Barney, 2007: 151).
Dari hasil uji analisis kerangka VRIO juga
ditemukan beberapa sumber daya dan kapabilitas
fisik yang menjadi kelemahan bagi sekolah,
diantaranya adalah minimnya pelatihan mengenai
PTK dan publikasi ilmiah, rendahnya kemampuan
dalam meningkatkan kualifikasi karyawan, menggaji
ataupun menaikkan gaji karyawan, dan rendahnya
kemampuan meneliti dan publikasi ilmiah.
Sumber daya manusia merupakan aset yang
penting dan kunci utama yang tidak dapat
dilepaskan dalam sekolah karena menjadi pelaksana
178
strategi dan penentu perkembangan dan pencapaian
tujuan sekolah. Mathis dan Jackson (2006: 3)
mengatakan bahwa SDM merupakan faktor yang
penting untuk dikelola denga optimal karena
berhubungan dengan penggunaan bakat manusia
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan
organisasi. Selanjutnya Sani (2012: 8) mengatakan
bahwa sumber daya manusia adalah perwakilan dari
sebuah aset organisasi yang dapat menjadi sebuah
sumber keunggulan kompetitif karena SDM biasanya
sulit untuk ditiru oleh para kompetitor dan bahkan
sulit untuk diganti oleh organisasi dalam hal ini
sekolah. Oleh karena itu strategi peningkatan
sumber daya manusia yang baik sangat diperlukan
untuk mengembangkan modal yang berharga ini.
d. Sumber Daya Organisasional
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas organisasional yang menjadi sumber
keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu
perencanaan kerja sekolah, perencanaan anggaran
sekolah, supervisi kepala sekolah, penetapan ketua
panitia pada setiap kegiatan di awal tahun ajaran,
rapat struktural antara kepala sekolah, kurikulum
179
dan kesiswaan, rapat kurikulum, tu dan bendahara,
rapat bulanan guru-guru, memiliki 2 SD sebagai
supplier murid baru tiap tahun, kemampuan
membuat perencanaan sekolah, kemampuan
mengontrol kegiatan-kegiatan sekolah, kemampuan
berkoordinasi antar karyawan, kemampuan
mengelola kegiatan sekolah.
Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO
terhadap sumber daya dan kapabilitas organisasional
sekolah ini, diidentifikasi bahwa terdapat satu
sumber daya yang menjadi sumber keunggulan
kompetitif berkelanjutan bagi sekolah yaitu memiliki
2 SD pendukung murid baru tiap tahunnya yaitu SD
Kristen 3 dan SD Kristen 4 Eben Haezer. Sekolah
harus mampu mempertahankan suatu keunggulan
kompetitif ini selama kurun waktu tertentu saja
sebab para sekolah saingan dapat saja meniru dan
mendesak keunggulan tersebut. Sebuah sekolah
harus berjuang untuk meraih keunggulan kompetitif
yang berkelanjutan dengan cara (1) terus menerus
beradaptasi pada perubahan dalam tren, kegiatan
eksternal, kemampuan dan kompetensi serta sumber
daya internal; (2) efektif merumuskan, menerapkan,
dan menilai berbagai strategi yang semakin
menguatkan faktor-faktor tersebut (David, 2010: 13).
180
Selain itu sumber daya dan kapabilitas
organisasional lainnya yang dimiliki oleh sekolah
pada hanya membawa kesetaraan kompetitif bagi
sekolah dimana sekolah belum memiliki ciri khas
yang mampu membedakannya dengan sekolah
kompetitor sehingga apabila sekolah gagal dalam
menggunakan ataupun memanfaatkan sumber daya
organisasional ini, maka akan membawa sekolah ke
dalam sebuah competitive disadvantage atau
ketidakunggulan kompetitif sama halnya pada aspek
sumber daya finansial dan sumber daya fisik
sekolah.
Sumber daya organisasional adalah atribut
yang dimiliki oleh kelompok individu dalam sebuah
organisasi yang berkaitan dengan bagaimana sebuah
organisasi dalam hal ini sekolah membangun
struktur pelaporan, perencanaan, dan sistem
koordinasi atau informasi yang baik (Barney &
Heterly, 2008: 75). Pengelolaan sumber daya
organisasional ini menentukan bagaimana sebuah
strategi nantinya diimplementasikan di sekolah.
Kazlauskaitė & Bučiūnienė (2008: 79) mengatakan
bahwa sumber daya organisasional yang
dimanfaatkan dengan memadukannya dengan modal
intelektual dan perlengkapan yang baik akan
181
berdampak pada pengembangan kemampuan
sekolah yang dapat dilihat sebagai sumber
keunggulan kompetitif.
e. Sumber Daya Teknologi
Sumber daya teknologi merupakan suatu
studi, perancangan, pengembangan, implementasi,
dukungan atau manajemen sistem informasi
berbasis komputer. Pemanfaatan sumber daya
teknologi yang tepat bertujuan untuk memecahkan
masalah, membuka kreativitas, dan meningkatkan
efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan
(Sutarman, 2009: 13).
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi, diidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas teknologi yang dapat menjadi sumber
keunggulan kompetitif bagi sekolah yaitu free wifi di
sekolah, CCTV di tiap ruang kelas, LCD di tiap ruang
kelas, microphone yang terhubung ke tiap ruangan,
website sekolah, website guru-guru mata pelajaran,
sistem anggaran online, kemampuan menggunakan
teknologi, kemampuan membuat website,
kemampuan menciptakan teknologi baru.
Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO
ditemukan bahwa terdapat tiga kelemahan sekolah
182
dalam hal pengelolaan website guru-guru mata
pelajaran, sistem anggaran online dan kemampuan
dalam menciptakan teknologi baru. Selain itu,
sumber daya dan kapabilitas teknologi sekolah
lainnya hanya mampu memberikan kesetaraan
kompetitif bagi sekolah. Oleh karena itu, sekolah
harus mampu menciptakan strategi-strategi yang
baru dalam mengembangkan sumber daya teknologi
agar dapat menghasilkan sumber daya yang menjadi
kompetensi khas bagi sekolah yang tidak dimiliki
oleh kompetitor lainnya, yang dapat membawa
sekolah meraih keunggulan komptetitif. Pengelolaan
teknologi ini tidak hanya terbatas pada pada lingkup
manajemen pembelajaran tetapi juga dikembangkan
pada peningkatan manajemen informasi di sekolah
(Sulasmono, 2015: 14).
f. Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas
Hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi mengidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas inovasi dan kreativitas yang menjadi
sumber keunggulan kompetitif bagi sekolah
diantaranya adalah briliant class program (BCP),
karya ilmiah siswa (KIS), kemampuan penelitian dan
pengembangan inovasi, kemampuan menyediakan
183
pendamping yang profesional untuk BCP,
kemampuan menyediakan pendamping yang
profesional untuk KIS. Namun setelah dilakukan
analisis uji kerangka VRIO ditemukan bahwa
terdapat dua kelemahan sekolah pada sumber daya
ini yaitu belum adanya tim pengembang inovasi dan
kreativitas sekolah dan rendahnya kemampuan
penelitian dan pengembangan inovasi. Selanjutnya
sumber daya lainnya hanya membawa kesetaraan
kompetitif bagi sekolah.
Pengelolaan sumber daya inovasi dan
kreativitas sekolah melalui penciptaan ide-ide baru
melalui program-program yang unggul sangat
dibutuhkan untuk menjaga eksistensi dan
menciptakan kompetensi khas sekolah dalam meraih
keunggulan kompetitif. Fontana (2009:20) juga
menjelaskan bahwa inovasi dan kreativitas dapat
juga dilakukan melalui cara-cara baru dalam
pengaturan kerja dalam sebuah sekolah untuk
mendorong dan mempromosikan keunggulan
kompetitif. Inti dari inovasi sendiri adalah kebutuhan
untuk memperbaiki atau mengubah suatu produk,
proses atau pun jasa. Inovasi organisasi mendorong
individu untuk berpikir secara mandiri serta kreatif
dan dapat menerapkan pengetahuannya untuk
184
menghadapi tantangan internal maupun eksternal.
Oleh karena itu nilai, pengetahuan dan pembelajaran
dalam menciptakan inovasi dan kreativitas sangatlah
penting.
g. Reputasi
Reputasi adalah sumber daya yang tidak
berwujud (intangible asset) dan merupakan faktor
penting untuk menjaga kelangsungan sebuah
sekolah dan loyalitas konsumen (peserta didik).
Reputasi juga biasanya diartikan sebagai akumulasi
dari persepsi dan pendapat tentang sekolah yang
berada dalam pikiran pemangku kepentingan.
Sebuah sekolah akan menikmati reputasi yang baik
pada saat performa atau kinerjanya secara konsisten
memenuhi atau melampaui harapan dari para
pemangku kepentingan (Nova, 2011:306).
Baik ataupun buruknya sebuah reputasi
sekolah ditentukan pada kualitas pemikiran strategi
dan komitmen manajemen sekolah untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu diperlukan
juga sebuah sinergi dan keterampilan dari SDM dan
pihak masyarakat (orang tua) terkait program-
program yang akan direalisasikan. Cabral (2012: 2)
juga menjelaskan bahwa kinerja dari sebuah
185
organisasi dalam hal ini sekolah bergantung pada
reputasinya. Demikian pula sebaliknya, reputasi
tersebut juga dipengaruhi oleh usaha dalam sebuah
sekolah untuk mempertahankan dan meningkatkan
reputasi tersebut. Dengan kata lain, sekolah yang
lebih banyak memanfaatkan sumber daya dalam
meningkatkan reputasinya lebih mungkin untuk
meraih kejutan reputasi positif (positive reputation
shock).
Dari hasil wawancara, observasi dan studi
dokumentasi mengidentifikasi beberapa sumber daya
dan kapabilitas reputasi sekolah yang menjadi
sumber keunggulan kompetitif, diantaranya adalah
menjadi sekolah pilotting implementasi kurikulum
pendidikan 2013, POSG (Paguyuban Orang Tua
Siswa dan Guru), GOTA (Gerakan Orang Tua Asuh)
dari Yayasan, study tour siswa, guru & staff ke bali
dua tahun sekali, live in, aksi sosial sekolah melalui
OSIS, Bazaar sekolah, open house sekolah, bulan
bahasa, pelayanan ke PPA dan gereja-gereja,
keaktifan mengikuti lomba-lomba akademik dan non
akademik di dalam maupun di luar kota, memiliki
media sosial sekolah (Facebook, Instagram atau
WhatsApp), kemampuan promosi sekolah,
kemampuan berkoordinasi dengan orang tua,
186
kemampuan menciptakan reputasi sekolah di
masyarakat.
Setelah dilakukan analisis uji kerangka VRIO
ditemukan dua sumber daya yang membawa sekolah
meraih keunggulan kompetitif berkelanjutan yaitu
study tour ke Bali bersama seluruh siswa, guru dan
staf yang diadakan 2 tahun sekali, dan Bazaar
sekolah yang dirangkai dengan pameran pendidikan
tiap tahun sekali. Para sekolah kompetitor yang ingin
meniru sumber daya ini akan menghadapi sebuah
kelemahan biaya yang signifikan sehingga sumber
daya ini digolongkan ke dalam kekuatan sekolah
dengan kompetensi khas berkelanjutan (sustainable
distintive competence) (Barney, 2007: 151).
Selanjutnya, sama halnya pada sumber daya
keunggulan kompetitif berkelanjutan yang
ditemukan pada sumber daya organisasional, SMP
Kristen 2 Eben Haezer Salatiga harus mampu
mempertahankan suatu keunggulan kompetitif ini
selama kurun waktu tertentu sebab para sekolah
saingan dapat saja meniru keunggulan tersebut.
Sekolah harus berjuang untuk meraih keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan dengan cara terus
menerus beradaptasi pada perubahan dalam tren,
kegiatan eksternal, kemampuan dan kompetensi
187
serta efektif merumuskan, menerapkan, dan menilai
berbagai strategi yang semakin menguatkan faktor-
faktor tersebut (David, 2010: 13).
Selain itu, dari hasil analisis uji kerangka
VRIO ditemukan juga dua sumber daya yang menjadi
keunggulan kompetitif sementara sedangkan sumber
daya lainnya hanya membawa kesetaraan kompetitif
bagi sekolah. Sumber daya yang menjadi keunggulan
kompetitif sementara bagi sekolah ini meliputi:
sekolah pilotting implementasi kurikulum pendidikan
tahun 2013 dan program kegiatan open house
sekolah. Seperti halnya pada aspek SDM, sumber
daya reputasi sekolah ini menjadi sebuah penggerak
awal keunggulan apabila sekolah berhasil
memanfaatkannya dengan baik melalui strategi-
strategi yang tepat di dalam sekolah. Sehingga
sumber daya ini dikelompokkan menjadi kekuatan
dan kompetensi khas bagi sekolah.
188
4.3.2 Rencana Strategis Berbasis Resource Based View SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga
Melihat hasil analisis RBV dengan uji
kerangka VRIO terhadap sumber daya dan
kapabilitas sekolah, maka disusunlah sebuah
rencana strategis yang bertujuan untuk mengatasi
kelemahan yang dialami oleh sekolah dan
mengoptimalkan sumber daya yang menjadi
kekuatan yang dimiliki oleh sekolah saat ini.
Rencana strategis ini didasarkan pada tujuh
aspek sumber daya dan kapabilitas sekolah meliputi
(1) sumber daya finansial, (2) sumber daya fisik, (3)
sumber daya manusia, (4) sumber daya
organisasional, (5) sumber daya teknologi, (6) sumber
daya inovasi dan kreativitas dan (7) reputasi sekolah
(Barney & Hesterly, 2008: 74; Grant, 2010 : 121-
127).
a. Rencana Strategis pada Sumber Daya Finansial Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya finansial sekolah adalah pertama, peningkatan
pengelolaan keuangan melalui perencanaan
anggaran secara periodik (tahunan) sebagai dasar
pengendalian operasional sekolah. Strategi ini dapat
dilakukan dengan menyelenggarakan beberapa
189
program yaitu: (a) melakukan perumusan kebutuhan
anggaran tiap divisi standar nasional pendidikan; (b)
melakukan perencanaan anggaran pembelian barang
kebutuhan sekolah; (c) melakukan perencanaan
anggaran perawatan dan perbaikan barang; (d)
melakukan perancanaan anggaran persediaan
barang. Perencanaan anggaran tersebut bagi sekolah
dapat memberikan manfaat yaitu sebagai kerangka
kerja strategis, alat untuk meneliti perkembangan
anggaran kegiatan, pengawasan terhadap kondisi
keuangan, dan sebagai evaluasi untuk perbandingan
keuangan sekolah tiap periode. Selanjutnya strategi
kedua yang disarankan adalah peningkatan
pemberian beasiswa untuk siswa yang kurang
mampu. Strategi ini dapat dilakukan melalui
program subsidi silang untuk menambah kuota
jumlah penerima beasiswa bagi siswa yang kurang
mampu. Subsidi silang ini dilakukan dengan
menaikkan jumlah SPP siswa dari ekonomi kelas
atas untuk selanjutnya disubsidi ke siswa yang
kurang mampu. Program ini disarankan untuk
dibicarakan terlebih dahulu dengan pihak orang tua
pada saat pendaftaran siswa baru sehingga tidak
terjadi kesalahpahaman karena adanya perbedaan
jumlah uang SPP. Program subsidi silang ini juga
190
dapat merekontruksi image sekolah yang mahal di
mata masyarakat dan membuka kesempatan bagi
siswa-siswa yang kurang mampu untuk menikmati
pendidikan yang sama dengan siswa lainnya.
Selain itu, strategi yang ketiga adalah
penyusunan rencana kegiatan dan anggaran sekolah
melalui rapat bersama pihak Yayasan, Kepala
sekolah dan guru. Kegiatan ini menjadi sebuah
wadah dalam koordinasi dan transparansi dari pihak
Yayasan kepada pihak sekolah untuk bersama-sama
mengetahui kondisi anggaran yang ada dan sekaligus
menjadi wadah untuk mengenal kondisi Yayasan
sehingga diharapkan tercipta sebuah pemahaman
yang sama sebagai pertimbangan bagi pihak sekolah
dalam menyusun rencana kegiatan dan anggaran
sekolah di tahun ajaran berikutnya.
b. Rencana Strategis pada Sumber Daya Fisik
Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya fisik sekolah adalah pertama pembaharuan dan
pemeliharaan fasilitas sarana dan prasarana sekolah
secara periodik (tahunan) dalam peningkatan
aktivitas pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai
melalui program inventarisasi sarana dan prasarana
yang dimiliki untuk dilakukan perawatan, perbaikan
191
atau penggantian. Dengan adanya program
inventarisasi ini akan membantu bidang sarana dan
prasarana sekolah untuk memantau dan mengecek
kondisi alat atau pun barang di sekolah.
Inventarisasi ini diharapkan dilakukan tiap 3 bulan
sekali yang bekerjasama dengan wali-wali kelas
untuk pendataan barang yang ada.
Selain itu, strategi kedua yaitu pengadaan
analisis dan seleksi terhadap kebutuhan sarana
pembelajaran. Strategi ini dapat dicapai melalui
program seleksi sarana maupun prasarana sekolah
menurut skala prioritas terhadap alat atau bahan
yang pengadaannya mendesak. Selanjutnya strategi
ketiga adalah peningkatan akses dan sarana
perpustakaan. Strategi ini dapat dilakukan dengan
(a) membuat sistem perpustakaan berbasis digital
yang bekerja sama dengan UKSW Fakultas TI untuk
memudahkan para siswa mengakses buku yang
diinginkan; (b) mengadakan penambahan buku-buku
(referensi, fiksi, non fiksi) untuk menambah daya
tarik dan minat baca siswa. Selanjutnya strategi yang
ketiga adalah peningkatan sarana dan prasarana
olahraga melalui program pembangunan gedung
olahraga (GOR). Melalui pembangunan gedung baru
ini diharapkan dapat menjadi keunggulan kompetitif
192
tersendiri bagi sekolah dan menjadi daya tarik bagi
masyarakat dalam peningkatan jumlah pendaftaran
murid baru di SMP Kristen 2 Eben Haezer Salatiga.
c. Rencana Strategis pada Sumber Daya
Manusia Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya manusia adalah pertama, pengembangan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan secara
berkala dan terencana. Strategi ini dapat dilakukan
melalui program (a) mengadakan pelatihan mengenai
penelitian dan publikasi ilmiah secara berkala; (b)
mengadakan pelatihan PTK untuk meningkatkan
praktik pembelajaran di sekolah dan efisiensi
pengelolaan pendidikan; (c) mengadakan profesional
development tenaga pendidik dan kependidikan
berdasarkan hasil evaluasi kinerja; (d) membuat
program A Community Of Transformed Servants
(ACTS) untuk mengembangkan profesionalisme dan
hubungan antar tenaga pendidik. Program ACTS
adalah program yang dapat dilakukan 2 bulan sekali
oleh sekolah di minggu ke empat dengan berbagai
kegiatan seperti seminar pendidikan kristen, out
bound, ibadah, sharing perbidang mata pelajaran,
pelatihan bidang mata pelajaran dan sebagainya
yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme
193
tenaga pendidik dalam mengajar ataupun
menemukan solusi dalam memecahkan masalah
dalam pengajaran di kelas. Selanjutnya, strategi yang
kedua adalah peningkatan jumlah SDM sekolah
dengan membuat sistem rekrutmen karyawan.
Strategi ini dapat dilakukan dengan program
perekrutan karyawan menggunakan metode data job
description dan job spesification dalam proses
rekrutmen. Job description merupakan sebuah
pernyataan tertulis mengenai apa yang dikerjakan
oleh calon karyawan, bagaimana hal terebut
dilakukan dan mengapa hal tersebut dilakukan. Job
description ini meliputi tugas dan tanggungjawab
yang diperlukan dari pekerjaan tersebut. Sedangkan
job specification adalah sebuah pernyataan mengenai
kualifikasi yang harus dimiliki oleh calon karyawan
seperti tingkat pendidikan, keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki. Selanjutnya strategi
ketiga adalah penetapan sistem reward berbasis
prestasi kinerja pendidik. Strategi ini dapat
dilakukan dengan beberapa progam kegiatan yaitu:
(a) menentukan besaran reward yang dapat diberikan
sesuai dengan kreativitas dan ide yang dihasilkan
karyawan yang berdampak pada peningkatan
kinerja, (b) melakukan evaluasi secara berkala
194
terhadap produktivitas tenaga pendidik dan
kependidikan sebagai pertimbangan kenaikan gaji
dan pengembangan karir berdasarkan kinerja yang
dihasilkan.
d. Rencana Strategis pada Sumber Daya
Organisasional Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya organisasional adalah pertama, peningkatan
sistem koordinasi internal untuk memaksimalkan
penyampaian informasi kepada pendidik dan tenaga
kependidikan. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan program seperti: a) membentuk
subject leader pada masing-masing bidang mata
pelajaran, (b) membuat information board untuk
mempermudah penyampaian informasi dan efesiensi
waktu. Subject leader adalah ketua dari guru-guru
bidang mata pelajaran yang dipilih oleh kepala
sekolah yang memiliki kompetensi dan kinerja yang
baik serta memiliki jiwa kepemimpinan. Subject
leader akan bertanggungjawab terhadap kegiatan
pada bidang mata pelajarannya seperti menjamin
penyelesaian program semester, program tahunan,
sillabus mata pelajaran, memimpin sharing pada
kegiatan ACTS untuk menemukan solusi terkait
permasalahan dalam kelas, memantau kemajuan
195
dan target ketercapaian tujuan pembelajaran
masing-masing guru mata pelajaran dan menyusun
serta mengevaluasi kegiatan-kegiatan terkait bidang
mata pelajaran. Sedankan informastion board adalah
papan informasi yang dipasang di ruang guru, kantor
ataupun di depan ruang kepala sekolah untuk
mempermudah penyampaian informasi antar tenaga
pendidik dan kependidikan. Selanjutnya, strategi
kedua adalah pengadaan analisis dan evaluasi
terhadap kebutuhan dan harapan siswa di SD
Kristen 3 dan SD Kristen 4 terhadap SMP Kristen.
Strategi ini dapat dilakukan dengan mengadakan
evaluasi berupa pemberian kuesioner kepada murid-
murid kelas 6 SD YPE terkait kebutuhan dan
harapan akan SMP yang diinginkan. Hal ini
bertujuan sebagai evaluasi dan untuk memetakan
keingingan dan harapan calon siswa terhadap
sekolah sehingga nantinya diharapkan para siswa SD
Kristen 3 dan SD Kristen 4 dapat terjaring 100%
melanjutkan studi ke SMP Kristen 2 Eben Haezer
Salatiga.
e. Rencana Strategis pada Sumber Daya Teknologi Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya teknologi adalah pertama, peningkatan website
196
sekolah sebagai sarana informasi bagi siswa dan
orang tua sekaligus memperluas jangkauan promosi
sekolah. Strategi ini dapat dicapai dengan membuat
web sekolah yang dipadukan dengan agenda bulanan
siswa dan bidang mata pelajaran untuk
mengoptimalkan informasi mengenai jadwal,
kegiatan, tugas dan materi tiap bulannya. Web
sekolah disarankan dapat dipadukan dengan web
untuk guru-guru mata pelajaran sehingga
memudahkan siswa dan orang tua melihat informasi
yang tidak hanya seputar kegiatan dan foto-foto
kegiatan sekolah tetapi juga dapat memantau jadwal
dan agenda siswa di kelas tiap bulannya, materi yang
akan dipelajari perbulannya dan jadwal tes untuk
tiap mata pelajaran setiap bulannya. Selanjutnya,
strategi kedua adalah peningkatan sistem
perencanaan dan pengontrolan anggaran melalui
sistem SOB (School Online Budgetting) yang dapat
diakses oleh seluruh pihak sekolah dan orang tua.
Strategi ini dapat dicapai dengan bekerjasama
dengan UKSW Fakultas TI dalam membuat sistem
SOB (School Online Budgetting) sehingga
mempermudah proses pembuatan perencanaan dan
pengecekan anggaran sekolah. Selain itu sebagai
bentuk transparansi kepada seluruh warga sekolah
197
dan orang tua dalam meningkatkan kepercayaan
mereka terhadap sekolah terkait pengelolaan
anggaran yang tepat sasaran. Strategi ketiga adalah
peningkatan jaringan internet untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah.
Strategi ini dapat dilakukan dengan meningkatkan
jaringan wifi sekolah untuk mengoptimalkan
pembelajaran berbasis IT. Hal ini dimaksudkan
untuk memaksimalkan waktu pembelajaran di kelas
yang menggunakan internet serta menjaga
kenyamanan para siswa dalam belajar. Strategi
keempat adalah peningkatan sistem ujian dan
penilaian sekolah melalui sistem COBA (Computer
Based Assingments) dan ORASI (Online Grading
System). Strategi ini dapat dilakukan dengan
bekerjasama dengan UKSW Fakultas TI dengan
membuat sistem COBA (Computer Based
Assingments) dan ORASI (Online Grading System)
yang bertujuan untuk mengoptimalkan sumber daya
yang dimiliki sekolah sehingga memudahkan guru-
guru khususnya wali kelas melakukan penilaian dan
pembuatan raport, efisiensi biaya kertas dan fotocopy
soal dan mengurangi penggunaan kertas tiap
tahunnya (paper less).
198
f. Rencana Strategis pada Sumber Daya Inovasi dan Kreativitas Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek sumber
daya inovasi dan kreativitas adalah pertama,
pembentukan tim pengembang inovasi dan
kreativitas sekolah. strategi ini dapat dilakukan
dengan membentuk tim pengembang inovasi dan
kreativitas yang terdiri dari kepala sekolah, bidang
kurikulum, guru komputer dan sains yang
bekerjasama/berkolaborasi dengan pihak UKSW
fakultas FKIP, Elektro dan atau TI untuk
menentukan perencanaan inovasi dalam
meningkatkan kualitas pelayanan kepada para siswa
di sekolah. Strategi kedua adalah peningkatan
budaya membaca secara berkala melalui kegiatan
Book Weeks. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan program Book Weeks yang di
rangkai dengan kegiatan Bulan Bahasa untuk
meningkatkan minat baca dan wawasan akan
budaya Indonesia. Program Book Weeks adalah
program literacy yang dilakukan di semester satu
dimana selama dua minggu di bulan tertentu seluruh
warga sekolah (murid, guru, kepala sekolah, TU dan
pekarya) akan menyediakan waktu selama 15 menit
tiap harinya untuk membaca. Panita akan
199
menentukan masing-masing satu buku yang akan
dibaca di tiap grade kemudian menyediakan form
untuk menuliskan rangkuman bacaan di hari
terakhir. Selanjutnya di hari terakhir akan ada
gallery walk antar kelas mengenai pementasan isi
buku yang dibaca. Kegiatan ini dapat berupa role
play per kelas, pembuatan komik, panggung boneka,
story telling dipadukan dengan kostum yang
mendukung dan sebagainya. Strategi ketiga adalah
peningkatan minat, motivasi serta sekolah yang
menyenangkan melalui penyelenggaraan kegiatan
Spirit Week secara berkala. Strategi ini dapat dicapai
dengan menyelenggarakan program Spirit Week
untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan,
meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk
bersekolah serta menciptakan hubungan yang lebih
erat antar guru dan siswa. Program ini dapat
diselenggarakan sebulan sekali ataupun tiga bulan
sekali di minggu ke empat dimana sekolah akan
menetapkan satu tema yang disepakati tiap harinya
selama satu minggu seperti kartun, sport, dongeng,
pantai, abad pertengahan, film, pahlawan super,
mesir, luar angkasa, pekerjaan, pahlawan, dan
sebagainya. Seluruh siswa dan guru akan
mengenakan pakean tersebut ke sekolah dan
200
melangsungkan pembelajaran yang menyenangkan
di kelas. Di akhir kegiatan panitia akan memilih dan
mengumumkan kostum terbaik untuk guru dan
siswa. Strategi ke empat adalah peningkatan
wawasan siswa terhadap dunia kerja melalui
penyelenggaraan ICP (Inspiration Class Program).
Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan program ICP (Inspiration Class
Program) yang berkolaborasi dengan orang tua siswa
sebagai wadah menambah wawasan siswa tentang
dunia kerja. Kegiatan ini dapat dilakukan tiap tiga
bulan sekali di hari sabtu pada minggu ke dua
dimana sekolah akan berkolaborasi dengan orang
tua untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman
akan pekerjaan tertentu. Orang tua yang berpofesi
sebagai dosen, dokter ataupun pengusaha dapat
berbagi ilmu di kelas ini sehingga sejak dini para
siswa dapat memahami akan pekerjaan-pekerjaan
yang ada dan dapat menentukan cita-cita mereka
sejak dini serta lebih mendalami pelajaran tertentu
yang berkaitan dengan cita-cita mereka ke depannya.
g. Rencana Strategis pada Aspek Reputasi Sekolah
Strategi yang dirumuskan pada aspek reputasi
sekolah adalah pertama, peningkatan hubungan
201
antar sekolah-sekolah di salatiga melalui
penyelenggaraan kegiatan internal dan promosi
sekolah. Strategi ini dapat dilakukan dengan
program Bazaar sekolah yang dapat dirangkai
dengan Expo Pendidikan dan Open House. Bazaar
sekolah dijalankan dengan mengundang sekolah-
sekolah lain untuk ikut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan lomba baik SD maupun SMP.
Sedangkan Expo Pendidikan adalah penyelenggaraan
pameran hasil karya siswa dan inovasi-inovasi yang
dilakukan oleh siswa maupun guru di sekolah.
Selanjutnya Open house adalah kegiatan untuk
mengundang sekolah-sekolah dasar di salatiga untuk
berkunjung melihat proses pembelajaran ataupun
kegiatan yang ada di SMP Kristen 2. Strategi kedua
adalah peningkatan kegiatan kebersamaan antara
tenaga pendidik dan kependidikan, siswa dan orang
tua. Strategi ini dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan kegiatan STPD (Students,
Teachers, Parents Day) secara berkala setiap akhir
semester untuk meningkatkan hubungan antar
pihak sekolah, guru dan siswa. Kegiatan ini dapat
berupa cerdas cermat keluarga, lomba antar
keluarga, games dan lain sebagainya. Strategi ketiga
adalah peningkatan hubungan dan komunikasi antar
202
pihak sekolah dengan orang tua. Strategi ini dapat
dilakukan dengan program (a) memaksimalkan
komunikasi antar pihak sekolah dan orang tua
dengan menggunakan jejaring sosial seperti WA,
Facebook, Instagram dan atau BBM, (b) membuat
School News secara berkala tiap tiga bulan sekali di
minggu pertama yang berisi tentang kegiatan siswa
di sekolah baik akademik maupun non akademik,
testimony siswa mengenai kehidupan di sekolah,
testimony guru, prestasi siswa, kegiatan OSIS,
kegiatan guru dan orang tua dan lain sebagainya.
Strategi keempat adalah peningkatan kegiatan
pembelajaran berbasis dunia luar. Strategi ini dapat
dilakukan dengan melaksanakan pembelajaran
berbasis pengalaman dengan dunia luar seperti
kegiatan live in dan study tour. Strategi kelima adalah
peningkatan prestasi akademik dan non akademik
siswa melalui brilliant class program dan kegiatan
ekstrakurikuler sekolah. Strategi keenam adalah
peningkatan kegiatan aksi sosial ke masyarakat
melalui program CCS (Christian Community
Servants). Program CCS adalah program kegiatan
pelayanan bagi OSIS dan guru dengan melakukan
asksi sosial ke masyarakat seperti panti asuhan pada
bulan Desember dan April tiap tahun.