48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan
Berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu di kenal sebagai Bank Negara
Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh
pemerintah Indonesia. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat
pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan pemerintah Indonesia, yakni
ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30
Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya hingga kini,
tanggal tersebut di peringati sebagai Hari Keuangan Nasional.
Menyusul penunjukkan De Javache Bank yang merupakan warisan
dari pemerintah Belanda sebagai bank sentral pada tahun 1949, Pemerintah
membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank
sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan sebagai bank pembangunan,
dan kemudian diberi hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses
langsung untuk transaksi luar negeri.
Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status
Bank Negara Indonesia di ubah menjadi bank komersial milik pemerintah.
Perusahaan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan luas bagi sektor
usaha nasional.
49
Sesuai dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai
bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi
digunakan mulai akhir 1968. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI
berubah menjadi PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk , sementara
keputusan untuk menjadi perusahaan public diwujudkan melalui penawaran
saham perdana di pasar modal pada tahun 1996.
Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan
kemajuan lingkungan sosial budaya serta teknologi di cerminkan melalui
penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke
masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap
perbankan kualitas kinerja secara terus menerus.
Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai
digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik,
setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI'
dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' - digunakan
dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank
nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada akhir tahun 2011, Pemerintah Republik Indonesia memegang
60% saham BNI, sementara 40% saham selebihnya dimiliki oleh pemegang
saham publik baik individu maupun institusi, domestik dan asing.
Saat ini, BNI adalah bank terbesar ke-4 di Indonesia berdasarkan total
aset, total kredit maupun total dana pihak ketiga. Kapabilitas BNI untuk
50
menyediakan layanan jasa keuangan secara menyeluruh didukung oleh
perusahaan anak di bidang perbankan syariah (Bank BNI Syariah),
pembiayaan (BNI Multi Finance), pasar modal (BNI Securities), dan asuransi
(BNI Life Insurance).
Dengan total aset senilai Rp 299,1 triliun dan lebih dari 23.639
karyawan pada akhir tahun 2011, BNI mengoperasikan jaringan pelayanan
yang luas mencakup 1.364 outlet domestik dan 5 cabang luar negeri di New
York, London, Tokyo, Hong Kong dan Singapura, 6.227 unit ATM milik
sendiri, serta fasilitas Internet banking dan SMS banking yang memberikan
kemudahan akses bagi nasabah.
Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya,
BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta
senantiasa menjadi kebanggaan negara.
4.1.2. Visi dan Misi
Visi BNI
Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan
Terdepan dalam Layanan dan Kinerja
Misi BNI
Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada
seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice).
51
Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor.
Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk
berkarya dan berprestasi.
Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan
sosial.
Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan
yang baik.
4.1.3. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Bank BNI
Organisasi Bank BNI merupakan suatu pengumpulan unit kegiatan
kantor desa, kantor wilayah dan kantor cabang yang masing-masing unit
tersebut di dukung pula oleh sub-sub unit di bawahnya, misalnya : kelompok,
bagian, dan unit-unit lainnya. Dan organisasi Bank BNI memiliki struktur
organisasi fungsional, dimana dalam bentuk organisasi seperti sekelompok
pegawai bertanggung jawab kepada seorang atasan yang mengepalai bidang
kegiatan yang bersangkutan. Untuk memperoleh gambaran yang jelas
tentang hubungan komando, koordinasi dan kegiatan dari masing-masing
bagian yang terdapat dalam suatu organisasi maka diperlukan adanya suatu
uraian tugas (job description). Uraian tugas tersebut akan menggambarkan
sejauh mana wewenang dan tanggung jawab mempunyai hubungan erat
52
dengan struktur pengendalian intern guna mendukung tercapainya tujuan
perusahaan yang tercermin dalam struktur organisasi.
Struktur organisasi suatu bank harus mencerminkan secara jelas
pembagian kerja dalam bank tersebut. Semua kegiatan yang diberikan
kepada unit-unit kerja merupakan bagian-bagian yang secara terpadu
diarahkan untuk mencapai tujuan bank dan bukan untuk mencapai tujuan
setiap unit kerja secara terpisah.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk telah memiliki uraian tugas
dan tanggung jawab secara tertulis. Berikut adalah uraian tugas dan
tanggung jawab pada bagian atau divisi yang memiliki hubungan dengan
sistem pemberian kredit, uraian tugas dan tanggung jawab tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Komisaris
Komisaris diangkat oleh pemerintah sebagai pemegang saham untuk
bertindak sebagai wakil pemerintah di Bank BNI, dengan tugas utamanya
adalah sebagai pengawasan terhadap kebijakan direksi dalam menjalankan
usaha Bank BNI dan memberi nasehat kepada direksi.
Komisaris bertanggung jawab kepada pemegang saham, menerapkan
struktur dan prosedur untuk meyakinkan bahwa komisaris dapat berfungsi
secara independen dari direksi. Dalam hal ini tanggung jawab komisaris
adalah sebagai berikut :
53
- Menyetujui strategi, rencana kerja dan anggaran Bank BNI dan
mengevaluasi pelaksanaannya.
- Mengevaluasi dan menyetujui rencana investasi, usulan akuisisi,
penjualan perusahaan anak dan aliansi strategis dengan batasan nilai
tertentu.
- Memberikan masukan mengenai kebijakan pengendalian risiko Bank BNI
dan mengevaluasi pelaksanaannya. Memastikan bahwa Bank BNI telah
mematuhi semua peraturan hukum yang berlaku dan standar
transparansi.
- Meneliti, menelaah dan menandatangani laporan tahunan Bank BNI yang
disusun oleh direksi.
- Memastikan bahwa Bank BNI telah menerapkan sistem kontrol yang
memadai, terutama dalam pengendalian risiko, finansial dan kepatuhan.
- Mengajukan nominasi calon anggota direksi dan komisaris kepada
kementerian BUMN apabila diminta.
2. Direksi
Direksi dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan
menteri keuangan bertindak sebagai wakil pemerintah. Direksi bertanggung
jawab kepada komisaris sebagai wakil pemerintah. Peran dan tanggung
jawab direksi adalah sebagai berikut :
- Mengangkat dan memberhentikan karyawan serta memberikan
penghargaan dan sanksi.
54
- Bertanggung jawab atas pengoperasian dan usaha Bank BNI dan
menentukan arah Bank BNI dan menyusun perencanaan dan anggaran
Bank BNI termasuk rencana lain yang terkait dengan pengoperasian dan
usaha Bank BNI.
- Menetapkan, mengembangkan dan memelihara identitas perusahaan
(corporate identity).
- Mengembangkan kemampuan Bank BNI dibidang sumber daya manusia,
manajemen pengetahuan (knowledge management) dan teknologi
informasi.
- Mengembangkan sistem akuntansi yang berdasarkan pada asas
pengendalian intern, khususnya dalam pemisahan fungsi pengurusan,
pencatatan, penyimpanan dan pengawasan.
3. Satuan Pengawas Intern
a) Membantu direksi dalam mengawasi jalannya seluruh unit organisasi
sesuai dengan prosedur peraturan kebijaksanaan-kebijaksanaan
direksi.
b) Memberikan pertimbangan kepala direksi untuk pemutusan-
pemutusan kasus kecurangan yang ditemukan didalam unit-unit
organisasi.
55
c) Membantu segenap unit organisasi dalam memperbaiki dan
meluruskan kegiatan yang tidak sesuai dengan peraturan serta
kebijaksanaan yang berlaku.
4. Divisi Korporasi
a) Membantu direksi dalam pengelolaan debitur-debitur yang berskala
whole sale
b) Mengembangkan debitur-debitur whole sale yang ada dan mencari
debitur-debitur baru dalam pengembangan kredit Bank BNI.
5. Divisi Sumber Daya Manusia
a) Merencanakan sistem kepegawaian Bank BNI yang menyangkut
sistem penerimaan pegawai, penggajian, pensiunan, sistem imbalan
dan perencanaan kepegawaian Bank BNI.
b) Membuat sistem dan melaksanakan pelatihan sesuai dengan
kebutuhan Bank BNI, baik untuk pelatihan manajemen
(pengembangan karir) maupun untuk pelatihan perbankan.
Memberikan pembinaan kepada pegawai untuk lebih meningkatkan
penghayatan budaya kerja perusahaan.
6. Divisi Manajemen Risiko
a) Membantu direksi dalam pengendalian sistem perkreditan Bank BNI.
b) Membantu portepel perkreditan Bank BNI dan mengusulkan kepada
direksi langkah-langkah yang akan diambil untuk meningkatkan
portepel perkreditan di Bank BNI.
56
c) Mengelola debitur-debitur koorporasi bermasalah dan mencarikan
jalan keluar untuk perbaikannya.
d) Menyelesaikan permasalahan debitur macet dalam upaya untuk
memperluas kredit.
7. Divisi Manajemen Risiko Kredit
a) Memberikan keputusan kredit untuk kredit yang merupakan
kewenangan pemimpin divisi, wakil pemimpin divisi atau pemimpin
Manajemen Risiko Kredit.
b) Melakukan evaluasi terhadap hasil analisa yang tertuang dalam
perangkat aplikasi kredit dan melakukan identifikasi operasi
perkreditan yang tidak compliance terhadap sistem dan prosedur.
c) Melakukan penelitian terhadap kemungkinan adanya kelemahan
kebijakan.
8. Divisi Hukum
a) Menetapkan peraturan kebijakan dan prosedur hukum baik yang
bersifat kredit maupun non kredit.
b) Menangani perkara antara Bank BNI dengan pihak lain dan
mencarikan jalan keluar untuk penyelesaian.
57
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Trend (Trend Description)
a. Non Performing Loan (Variabel X1)
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT
Bank Negara Indonesia, Tbk didapatkan informasi tentang perkembangan
Non Performing Loan Tahun 2000-2011 yang dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1
Perkembangan Non Performing Loan (NPL)
Tahun X1
Non Performing Loan (%)
2000 24.90
2001 19.54
2002 5.06
2003 5.69
2004 4.60
2005 13.70
2006 10.47
2007 8.18
2008 4.96
2009 4.68
2010 4.28
2011 3.60 (Sumber : Data diolah)
Dari tahun 2000 hingga tahun 2004, angka NPL mempunyai
kecenderungan menurun dari angka 24,90% hingga 4,60%. Setelah
mengalami penurunan pada tahun 2004, angka rasio NPL naik drastis hingga
mencapai angka 13,70% pada tahun 2005. Kemudian untuk tahun 2006
58
hingga tahun 2011 NPL kembali bergerak turun hingga mencapai angka
3,60%. Selama 4 (empat) tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 sampai tahun
2011 dapat disimpulkan bahwa rasio NPL perbankan pada PT Bank Negara
Indonesia, Tbk semakin baik.
Perkembangan NPL dalam bentuk grafik adalah seperti di bawah ini:
Grafik 4.1
Perkembangan Non Performing Loan (NPL)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan grafik 4.1 di atas, Non Performing Loan (NPL) pada PT
Bank Negara Indonesia, Tbk menunjukkan kondisi yang tidak stabil. Dimana
risiko kredit perusahaan dari tahun 2000-2004 mengalami penurunan.
Penurunan pada tahun 2004 disebabkan oleh adanya kemampuan debitur
dalam melunasi pokok pinjaman dan bunga kredit yang berdampak pada
peningkatan laba perusahaan, sehingga posisi bank dilihat dari segi
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
NPL
59
penggunaan asset semakin baik. Sementara pada tahun 2005, NPL
mengalami kenaikan sebesar 13,70% dibandingkan tahun 2009 sebesar
4,60%. Non Performing Loan (NPL) mencerminkan risiko kredit, semakin
tinggi NPL mengakibatkan semakin tinggi tunggakan bunga kredit yang
berpotensi menurunkan pendapatan bunga serta penurunan laba
perusahaan.
b. Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (Variabel X2)
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan PT
Bank Negara Indonesia, Tbk didapatkan informasi tentang perkembangan
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Tahun 2000-
2011 yang dapat dijelaskan melalui tabel 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Perkembangan BOPO
Tahun X2
BOPO (%)
2000 98.43
2001 89.39
2002 84.75
2003 95.01
2004 78.82
2005 84.88
2006 76.64
2007 79.40
2008 67.73
2009 67.81
2010 75.99
2011 72.60
(Sumber : Data diolah)
60
Pada pergerakan rasio BOPO, dimana perolehan BOPO dari tahun
2000 sampai 2011 tidak menentu arahnya atau bisa dikatakan berfluktuasi.
Fluktuasi pada rasio BOPO berkisar pada poin 98,43% untuk yang tertinggi
yaitu pada tahun 2000 hingga poin 67,73% untuk yang terendah yaitu pada
tahun 2008. Ditahun 2010 rasio BOPO 75,99% bergerak turun menjadi
72,60% pada tahun 2011.
Untuk lebih jelasnya, data perkembangan BOPO PT. BNI, Tbk ini juga
dapat dilihat dari grafik berikut ni :
Grafik 4.2
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional
Sumber : Data di Olah
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
BOPO
61
Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, BOPO pada PT Bank Negara
Indonesia, Tbk Periode 2000 sampai dengan 2011 menunjukkan kondisi
berfluktuatif. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
perusahaan dari tahun 2000-2002 mengalami penurunan. Sementara pada
tahun 2002-2003 mengalami peningkatan sebesar 95,01%. Peningkatan ini
disebabkan tingginya biaya dana yang dihimpun oleh bank serta rendahnya
pendapatan bunga yang diperoleh dari penanaman dana, sehingga
peningkatan biaya operasional ini akan berdampak terhadap kinerja
keuangan bank dan laba perusahaan. Pada tahun 2003-2011 Biaya
Operasional terhadap Pendapatan Operasional mengalami trend menurun
yaitu sebesar 72,60% di tahun 2011. Hal ini disebabkan oleh adanya
kegiatan operasional bank yang dilakukan secara efisien sehingga laba yang
dihasilkan bank meningkat.
c. Return On Asset (Variabel Y)
Berdasarkan data sekunder diperoleh informasi tentang Perkembangan
Return On Asset (ROA) PT. Bank Negara Indonesia, Tbk yang dapat
dijelaskan melalui tabel 4.3 berikut ini :
62
Tabel 4.3
Perkembangan Return On Asset
Tahun Y
ROA (%)
2000 0.27
2001 1.42
2002 2.04
2003 0.77
2004 2.41
2005 1.61
2006 1.82
2007 0.81
2008 0.98
2009 1.48
2010 2.49
2011 2.90
Sumber : data diolah
Jika dilihat dari tabel di atas, pergerakan ROA selama tahun 2000-
2011 juga mengalami fluktuasi. Pada tahun 2003, ROA mengalami
penurunan hingga 0,77% dibandingkan dengan tahun 2002 yaitu 2.04%.
Kemudian ROA naik lagi menjadi 2,41 pada tahun 2004. Tetapi hal itu tidak
berlangsung lama karena pada tahun 2005 ROA menurun. Penurunan ROA
terjadi sampai tahun 2008 yaitu sebesar 0.98%. Di tahun 2009 ROA sebesar
1,48% bergerak naik hingga 2,90% pada tahun 2011.
Selanjutnya untuk lebih memudahkan dalam menganalisis,
perkembangan ROA dapat dilihat dari grafik berikut ini :
63
Grafik 4.3
Return On Asset (ROA)
Sumber : Data diolah
Berdasarkan Grafik 4.3 di atas, ROA pada PT Bank Negara Indonesia,
Tbk selama tahun 2000-2011 mengalami trend kenaikan. Kondisi ini
menunjukkan tingkat pengembalian asset perusahaan dari tahun 2000-2002
mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan rendahnya risiko kredit bank serta
tingginya pendapatan bunga yang diperoleh dari penanaman dana bank.
Kemudian pada tahun 2003 walaupun mengalami penurunan sebesar 0,77%
yang disebabkan oleh adanya peningkatan risiko kredit dan tidak efisiennya
kegiatan operasional bank yang kemudian berdampak pada penurunan laba
perusahaan, namun di tahun 2004-2011 Return On Asset kembali naik
hingga 2,90% pada tahun 2011. Dengan mengetahui seberapa besar tingkat
pengembalian asset ini, maka para debitur ataupun investor akan tertarik
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
ROA
64
untuk menanamkan modalnya pada PT Bank Negara Indonesia, sehingga
Laba perusahaan akan meningkat dan kinerja keuangan pun semakin baik.
4.2.2. Pengujian Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Suatu data dapat dikatakan berdistribusi normal jika memenuhi
persyaratan nilai p-value (sig.) > α (Nugroho, 2005). Berdasarkan hasil
pengolahan data seperti ditunjukkan pada tabel di bawah ini diperoleh bahwa
masing-masing variabel memiliki nilai p-value (sig.) > 0,05, sehingga dapat
disimpulkan seluruh variabel penelitian yang meliputi variabel Non Performing
Loan (NPL), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
dan Return On Asset (ROA) telah memenuhi persyaratan normalitas.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
NPL BOPO ROA
N 12 12 12
Normal Parametersa Mean 9.1383 78.2042 2.1158
Std. Deviation 6.88118 9.40109 .58932
Most Extreme
Differences
Absolute .275 .199 .135
Positive .275 .199 .135
Negative -.210 -.192 -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .953 .691 .466
Asymp. Sig. (2-tailed) .323 .727 .982
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data diolah
65
Untuk melihat apakah variabel berdistribusi normal seperti
dikemukakan oleh Ghozali (2005) yang menyatakan bahwa ada dua cara
untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu
dengan analisis grafik dan uji statistik. Untuk mendeteksi apakah variabel
pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak dilakukan dengan
analisis grafik.
Hasil uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik dapat
dilihat pada Gambar 4.1 di bawah ini :
Sumber : Data di Olah
Pada gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik berada di sekitar garis
diagonal (tidak menyebar dari garis diagonal).
66
b. Uji Multikolinearitas
Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa seluruh
variabel memiliki nilai VIF kurang dari 10, hal ini berarti bahwa seluruh
variabel penelitian terbebas dari masalah multikolinieritas. Berikut ini
adalah hasil pengolahan data :
Tabel 4.4
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.056 1.425 3.549 .006
NPL -.023 .028 -.271 -.824 .431 .393 2.544
BOPO -.035 .021 -.557 -1.693 .125 .393 2.544
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah
Berdasarkan table 4.4 di atas, pada kolom Collinearity Statistic tidak
satu pun nilai VIF dari variabel yang lebih dari 10, sehingga diasumsikan
tidak terjadi multikolinieritas.
67
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari data pengamatan yang satu
kepengamatan yang lain. Salah satu cara untuk mendeteksi
heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik scatter plot, apakah titik
membentuk pola tertentu. Jika titik-titik pada grafik tersebut membentuk pola
tertentu, maka terdapat heteroskedastisitas, namun jika titik-titik pada grafik
menyebar tanpa membentuk pola, maka diasumsikan bahwa tidak terdapat
heteroskedastisitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2
Berikut ini :
Sumber : Data diolah
68
Dari Gambar 4.2 di atas, tidak terlihat pola yang terbentuk dari titik-
titik, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat
heteroskedastisitas.
4.2.3. Pengujian Hipotesis
a) Pengujian Secara Parsial (Uji t)
Berdasarkan tabel 4.5 di bawah ini, dijelaskan tentang hasil pengujian
secara parsial tentang pengaruh dari variable NPL dan BOPO terhadap ROA
pada PT. Bank Negara Indonesia, Tbk.
Tabel 4.5
Data Hasil Koefisien Regresi
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 5.056 1.425 3.549 .006
NPL -.023 .028 -.271 -.824 .431 .393 2.544
BOPO -.035 .021 -.557 -1.693 .125 .393 2.544
a. Dependent Variable:
ROA
Berdasarkan tabel di atas maka bentuk persamaan regresi linier
berganda dalam penelitian ini adalah :
Ŷ= 5,056 + -0,023 X1 + -0,035 X2.
69
Berdasarkan data hasil SPSS (Statistical Product Service Solution) di
atas, yang menyatakan persamaan regresi tentang Pengaruh Non
Performing Loan dan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional terhadap
Return On Asset, maka hasil pengujian hipotesis menunjukkan persamaan
Ŷ= 5,056 + -0,023 X1 + -0,035 X2. Hal ini berarti bahwa Constant sebesar
5,056 menyatakan bahwa setiap peningkatan satu satuan variabel X1 (NPL)
akan meningkatkan variabel Y (ROA) sebesar -0,023. Demikian halnya
dengan peningkatan satu satuan variabel X2 (BOPO) akan meningkatkan
variabel Y (ROA) sebesar -0,035 dengan anggapan bahwa variabel bebas
lain besarnya konstan.
Selanjutnya untuk menguji apakah terdapat pengaruh dari dua variabel
X dalam penelitian ini (NPL dan BOPO) maka harus dibandingkan nilai thitung
dengan ttabel. Jika dalam penelitian ini thitung > ttabel, maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Sebaliknya apabila nilai thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha
ditolak. Untuk membandingkannya, nilai ttabel pada alpha 5% atau 0,05
adalah sebesar -2,200. Secara parsial hasil pengujian hipotesis dapat dilihat
pada tabel di atas dengan variabel X1 hasil thitung (-0,824) > ttabel(-2,200).
Selanjutnya untuk variabel X2 diperoleh nilai thitung (-1,693) > ttabel (-2,200).
Dengan demikian Ha diterima dan Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat
pengaruh yang signifikan antara Non Performing Loan dan Biaya
Operasional/Pendapatan Operasional terhadap Return On Asset.
70
b) Pengujian Secara Simultan
Pengujian hipotesis secara bersama-sama (simultan) untuk kedua
variabel X terhadap variabel Y dilakukan dengan uji F yakni dengan
membandingkan nilai dari Fhitung dengan Ftabel. Hal ini dapat dilihat dari
tabel 4.6 berikut ini :
Tabel 4.6
Uji Statistik F (F-test)
ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 2.360 2 1.180 7.275 .013a
Residual 1.460 9 .162
Total 3.820 11
a. Predictors: (Constant), BOPO, NPL
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai Fhitung (7,275) >
nilai Ftabel (3,982), sehingga secara simultan (bersama-sama) dapat
disimpulkan bahwa variabel NPL dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap
ROA. Atau dengan kata lain, dalam penelitian ini peneliti menerima Ha dan
menolak Ho.
Berikut ini ditunjukkan seberapa besar pengaruh dari kedua variabel X
terhadap variabel Y dalam penelitian ini seperti pada tabel berikut :
71
Tabel 4.7
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .786a .618 .533 .40277 2.486
a. Predictors: (Constant), BOPO, NPL
b. Dependent Variable: ROA
Sumber : Data diolah
Dari tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi
(R Square) sebesar 0,618 atau 61,80%. Hal ini berarti bahwa variabel
dependen yaitu Return On Asset (Y) dapat dijelaskan oleh variabel
independen NPL (X1) dan BOPO (X2) sebesar 61,80%. Sedangkan sisanya
sebesar 38,20 dijelaskan oleh variabel independen lainnya yang tidak
termasuk dalam penelitian ini.
4.3. Pembahasan Penelitian
Perkreditan merupakan usaha utama perbankan. Dimana rata-rata
jumlah harta bank di banyak Negara maju dan berkembang terikat dalam
bentuk kredit. Dengan semakin meningkatnya penyaluran kredit, salah satu
permasalahan yang sering dihadapi bank adalah kredit bermasalah atau
dalam istilah perbankan disebut Non Performing Loan (NPL). Untuk
menghindari kredit bermasalah ini maka Penyaluran kredit harus lebih efektif
dan efisien. Untuk mengetahui seberapa efektif penyaluran kredit bank maka
72
digunakan rasio BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional).
Dengan mengetahui besarnya kredit bermasalah dan tingkat efisiensi
pada suatu bank, hal ini dapat menjadi standar untuk mengukur kinerja
perusahaan. Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menggunakan rasio
profitabilitas (Return On Asset). Semakin besar ROA semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi
bank dari segi penggunaan aset.
Berdasarkan rumusan masalah pada Bab I, maka peneliti melakukan
uji t (Pengujian secara parsial) dan uji F (Pengujian secara Simultan). Pada
pengujian secara individual, menunjukkan bahwa variabel Non performing
Loan (NPL) secara individual berpengaruh signifikan terhadap Return on
asset (ROA). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama diterima. NPL
mencerminkan risiko kredit, dimana semakin kecil NPL akan menyebabkan
naiknya pendapatan bunga sehingga laba perusahaan meningkat.
Sebaliknya tingginya NPL akan mengakibatkan naiknya tunggakan bunga
kredit yang berpotensi turunnya pendapatan bunga sehingga laba
perusahaan ikut menurun. Dengan demikian hasil penelitian ini membuktikan
adanya pengaruh yang signifikan antara Non Performing Loan (NPL)
terhadap Return on asset (ROA) dan telah didukung dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh Anggrainy Putri Ayuningrum (2011).
73
Dalam pengujian secara individual (parsial), menunjukkan bahwa
variable Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
secara individual berpengaruh signifikan terhadap Return on asset (ROA),
Maka hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima. BOPO merupakan rasio
yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya. BOPO yang kecil menunjukkan
bahwa semakin kecil BOPO menunjukkan bahwa biaya operasional bank
lebih kecil dari pendapatan operasionalnya sehingga hal tersebut
menunjukkan bahwa manajemen bank sangat efisien dalam menjalankan
aktivitas operasionalnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Ahmad Buyung Nusantara (2009) yang menunjukkan hasil
adanya pengaruh yang signifikan BOPO terhadap ROA.
Dari hasil pengujian secara bersama-sama (uji F), hasil penelitian
menunjukkan bahwa Fhitung 7,275 > Ftabel 3,982. Secara simultan
menunjukkan bahwa variabel Non Performing Loan, Biaya Operasional
terhadap Pendapatan Operasional berpengaruh signifikan terhadap Return
On Asset. Hal ini berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Melihat fenomena ini,
variabel Non Performing Loan dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional dapat dijadikan pertimbangan bagi investor untuk mengetahui
atau memprediksi tingkat pengembalian asset (laba) perusahaan guna
pengambilan keputusan investasi.
74
Berdasarkan uji koefisien determinasi (R Square) Return On Asset
dapat dijelaskan sebesar 0,618 atau sebesar 61,80% oleh NPL dan BOPO.
Sedangkan sisanya sebesar 38,20 dijelaskan oleh variabel independen
lainnya yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti Loan Deposit Ratio
(LDR), Capital Adecuacy Ratio (CAR) dan Net Interest Margin (NIM) . Angka
ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan laba perusahaan yang
disebabkan oleh menurunnya risiko kredit dan semakin efisiennya kegiatan
operasional bank sehingga tingkat pengembalian asset meningkat. Dengan
mengetahui seberapa besar tingkat pengembalian asset ini, maka para
debitur ataupun investor akan tertarik untuk menanamkan modalnya pada PT
Bank Negara Indonesia, sehingga laba perusahaan akan meningkat dan
kinerja keuangan pun semakin baik.