49
BAB III
METODE PERENCANAAN
3.1 Diagram Alir
Perencanaan abutment, pilar dan pondasi tiang pancang dilaksanakan
berdasarkan diagram alir pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Diagram Alir
50
50
3.1.1 Pengumpulan Data
Langkah pertama yang dilakukan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah
pengumpulan data perencanaan. Sumber data diperoleh dari PT. PP (Persero) Tbk.
pada proyek pembangunan Jalan Tol Gempol – Pasuruan. Data yang diperlukan
untuk perencanaan abutment, pilar, dan pondasi tiang pancang pada jembatan
Kawisrejo antara lain data umum proyek, data tanah boring log dan standart
penetration test, data teknis proyek, mutu bahan, dan data wilayah gempa.
1. Data Umum proyek
Nama Proyek : Jalan Tol Gempol – Pasuruan
Lokasi Proyek : Kabupaten Pasuruan
Pemilik Proyek : PT. Transmarga Jatim Pasuruan
Konsultan Pengawas : PT. Multi Phi Beta
PT. Tata Guna Patria
PT. Eskapindo Matra Kso
Kontraktor Pelaksana : PT. PP (Persero) Tbk.
2. Data Teknis Proyek
Nama Jembatan : Jembatan Overpass Kawisrejo
Lokasi : Desa Kawisrejo, Kecamatan Rejoso,
Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur
(Gambar 3.4)
Panjang Bentang : 74,20 meter
Lebar Jembatan : 7,00 meter
Struktur Utama Jembatan : Beton Prategang
Beton abutmen dan pilar : cast in place concrete
Beton Pondasi tiang pancang : Pre-cast concrete
Exsisting layout dan potongan memanjang jembatan dapat dilihat pada Gambar 3.2
dan Gambar 3.3
53
Gambar 3.4 Lokasi Proyek Pembangunan Jembatan Overpass kawisrejo
3. Mutu Bahan
a. Beton
Beton ready mix yang digunakan langsung dari batching plant
Waskita Beton Precast.
Kolom, footing, dan wing wall abutment, f’c = 30 Mpa
Pondasi tiang pancang menggunakan Prestressed Concrete Spun
Pile dari produk PT. Wika Beton (Gambar 3.5)
b. Besi Beton
Mutu baja BJTD 40 (fy) = 400 Mpa (tegangan leleh baja)
55
4. Data Tanah Boring Log dan Standart Penetration Test
Sesuai dengan hasil data Boring Log dan Standart Penetration Test (SPT) pada
Gambar 3.6 dan Gambar 3.7, kondisi tanah struktur bawah adalah tanah lanau
kelempungan.
Gambar 3.6 Boring log dan standart penetration test pada Abutment A1
56
Gambar 3.7 Boring log dan standart penetration test pada Pilar P1
5. Data Wilayah Gempa
Data wilayah gempa untuk menentukan nilai percepatan spektra dapat
ditentukan melalui peta gempa dari SNI 2833:2016 (Gambar 3.8 s/d Gambar 3.10)
atau menggunakan bantuan aplikasi Desain Spektra Indonesia (Gambar 3.11) yang
dapat diakses melalui link dibawah ini:
(puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011)
57
Gambar 3.8 Peta percepatan puncak di batuan dasar (PGA) untuk probabilitas
terlampaui 7% dalam 75 tahun
Gambar 3.9 Peta respon spektra percepatan 0,2 detik (Ss) di batuan dasar untuk
probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun
58
Gambar 3.10 Peta percepatan respon spektra 1 detik (S1) di batuan dasar untuk
probabilitas terlampaui 7 % dalam 75 tahun
Gambar 3.11 Grafik percepatan respon spektra dengan bantuan aplikasi Desain
Spektra Indonesia
Untuk menentukan nilai percepatan spektrum (Tabel 3.1) menggunakan
bantuan aplikasi Desain Spektra Indonesia yang bisa diakses melalui link:
59
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011). Sesuai dengan
lokasi pembangunan proyek jembatan Overpass kawisrejo, diperoleh nilai sebagai
berikut:
PGA = 0,355 Ss = 0,698
S1 = 0,281 FPGA = 1,036
FA = 1,304 Fv = 2,874
SDS = 0,607 SD1 = 0,539
Ts = 0,889 T0 = 0,178
𝐴𝑆 = 𝐹𝑃𝐺𝐴 × 𝑃𝐺𝐴 = 1,036 × 0,355 = 0,368
Tabel 3.1 Percepatan Respon Spektra pada Tanah Lunak
(http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/result)
T (Detik) SA (g) T (Detik) SA (g)
0 0,243 2,389 0,217
0,178 0,607 2,489 0,208
0,889 0,607 2,589 0,201
0,889 0,545 2,689 0,193
0,989 0,495 2,789 0,187
1,089 0,454 2,889 0,180
1,189 0,418 2,989 0,175
1,289 0,388 3,089 0,169
1,389 0,362 3,189 0,164
1,489 0,339 3,289 0,159
1,589 0,319 3,389 0,155
1,689 0,301 3,489 0,150
1,789 0,286 3,589 0,146
1,889 0,271 3,689 0,142
1,989 0,258 3,789 0,139
2,089 0,246 3,889 0,135
2,189 0,236 4 0,135
2,289 0,226
60
3.1.2 Perhitungan Pembebanan Struktur Atas Jembatan
Langkah selanjutnya adalah menghitung beban struktur atas jembatan.
Beban yang dihitung antara lain beban mati yang terdiri dari berat sendiri struktur
atas dan beban mati tambahan, beban hidup (beban lalu lintas) yang terdiri dari
beban lajur, beban truk, dan beban akibat gaya rem, beban lingkungan yang terdiri
dari beban angin dan beban gempa. Kemudian dilakukan kombinasi beban umum
dalam batas layanan dan ultimit.
3.1.3 Perencanaan Dimensi Abutment
Langkah selanjutnya adalah merencanakan dimensi abutment yang sesuai
dengan lebar dan tinggi jembatan. Perencanaan awal dimensi abutment ini
dilakukan dengan cara coba – coba. Kemudian dilakukan kontrol terhadap stabilitas
geser, stabilitas guling, dan stabilitas daya dukung tanah dengan faktor keamanan
(FK) lebih dari 1,5 pada kondisi normal dan faktor keamanan (FK) lebih dari 1,2
pada kondisi gempa. Jika hasilnya aman maka bisa dilanjutkan ke langkah gambar
kerja, namun jika tidak aman maka perlu direncakan pondasi pada abutment.
3.1.4 Perencanaan Pondasi Tiang Pancang Abutment
Perencanaan pondasi tiang pancang pada abutment dilakukan ketika kontrol
stabilitas abutment tidak aman. Yang pertama kali dilakukan adalah merencanakan
dimensi pondasi tiang pancang, kemudian menghitung kuat dukung 1 pondasi,
selanjutnya dapat ditentukan jumlah pondasi yang diperlukan sesuai dengan gaya
aksial yang akan ditumpu oleh pondasi. Kemudian dilakukan kontrol terhadap daya
dukung ijin kelompok tiang, kontrol terhadap penurunan kelompok tiang
(penurunan segera dan penurunan konsolidasi), dan kontrol terhadap tegangan. Jika
kontrol aman bisa dilanjutkan menggambar detail, jika tidak aman dilakukan
perencanaan ulang untuk pondasi tiang pancang.
3.1.5 Perencanaan Pilar dan Pondasi tiang Pancang
Langkah selanjutnya adalah merencanakan pilar jembatan. Tidak jauh
berbeda dengan perencanaan abutment, langkah awal yang dilakukan adalah
61
merencanakan dimensi pilar yang terdiri dari pier head, badan pilar, pile cap, dan
pondasi tiang pancang. Kemudian dilakukan kontrol terhadap daya dukung ijin,
kontrol terhadap penurunan (penurunan segera dan penurunan konsolidasi), dan
kontrol terhadap tegangan. Jika kontrol aman bisa dilanjutkan menggambar detail,
jika tidak aman dilakukan perencanaan ulang untuk pilar dan pondasi tiang
pancang.