6
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. GIZI DAN TUMBUH KEMBANG BAYI
Ilmu gizi didefinisikan sebagai suatu cabang ilmu yang mempelajari
hubungan antara makanan yang di makan dengan kesehatan tubuh yang
diakibatkan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya (Kristiyanasari weni,
2010). Zat gizi (Nutrients) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk
melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan
memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan
(Sulistiyoningsih Hariyani, 2011).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan
penggunaan zat-zat gizi (Sulistyoningsih Hariyani, 2011). Berdasarkan
pengertian di atas status gizi adalah keadaan dimana tubuh sebagai akibat
konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Selama kehamilan akan
memicu perubahan baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Adanya
perubahan tersebut akan sangat mempengaruhi kebutuhan gizi ibu hamil yang
betujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan dan perkembangan janin
(Sulistyoningsih Hariyani, 2011).
Status gizi anak baduta (bawah dua tahun) menurut Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dapat diukur berdasarkan umur, berat badan
(BB) dan panjang badan (PB). Berat badan anak baduta ditimbang
menggunakan timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, sedangkan
panjang badan diukur menggunakan alat ukur panjang badan dengan presisi
0,1 cm. Variabel BB dan PB anak baduta disajikan dalam bentuk tiga indeks
antropometri, yaitu BB/U, PB/U, dan BB/PB. Untuk menilai status gizi anak
baduta, maka angka berat badan dan panjang badan setiap anak baduta
dikonversikan dalam nilai terstandar (Z-score) menggunakan baku
antropometri anak balita WHO 2005. Selanjutnya berdasarkan nilai Z-score
dari masing-masing indikator tersebut ditentukan status gizi anak baduta
dengan batasan sebagai berikut :
7
1. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U:
Gizi Buruk : Z-score < -3,0
Gizi Kurang : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0
Gizi Baik : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
Gizi Lebih : Z-score > 2,0
2. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator PB/U:
Sangat pendek : Z-score < -3,0
Pendek : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0
Normal : Z-score ≥ -2,0
3. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/PB:
Sangat kurus : Z-score < -3,0
Kurus : Z-score ≥ -3,0 s/d Z-score < -2,0
Normal : Z-score ≥ -2,0 s/d Z-score ≤ 2,0
Gemuk : Z-score > 2,0
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
didapat hasil prevalensi status gizi berdasarkan BB/U di Provinsi Lampung
pada anak usia 0-23 bulan : gizi buruk 2,7%, gizi kurang 10,2%, gizi baik
84,7%, dan gizi lebih 2,4% dari total jumlah anak tertimbang 1.181 anak.
Hasil prevalensi status gizi berdasarkan PB/U pada anak umur 0-23 bulan :
sangat pendek 12,2%, pendek 15,2%, normal 72,6% dari total jumlah anak
tertimbang 1.144 anak. Sedangkan hasil prevalensi status gizi berdasarkan
BB/PB pada anak umur 0-23 bulan : sangat kurus 4,9%, kurus 6,9%, normal
79,2%, gemuk 8,9% dari total jumlah anak tertimbang 879 anak.
Menurut Nursalam et al. (2009), berat badan dapat diperkirakan
dengan menggunakan rumus Behman : Rumus Perkiraan Berat Badan
Behman
a) Usia 3-12 bulan
(usia dalam bulan + 9) : 2 = BB ideal (dalam kg)
Contoh:
Bayi berusia 4 bulan akan memiliki BB ideal sebagai berikut:
(4 + 9) : 2 = 6.5 kg
8
b) Usia 1-6 tahun
(usia dalam tahun x 2) + 8 = BB ideal (dalam kg)
Contoh:
Anak berusia 3 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut:
(3 x 2) + 8 = 14 kg
c) Usia 7-12 tahun
(usia dalam tahun x 7 - 5) : 2 = BB ideal (dalam kg)
Contoh:
Anak berusia 9 tahun akan memiliki BB ideal sebagai berikut:
(9 x 7 - 5) : 2 = 29 kg
Bayi-bayi yang lahir dengan berat badan rendah, biasanya akan lebih
cepat bertambah berat badannya seakan mengejar ketinggalannya, dan pada
saat usianya mencapai 5 bulan maka beratnya mencapai 6 kg. Bayi yang besar
pada waktu lahir sering tumbuh lambat, selama 3 bulan pertama berat badan
bayi rata-rata 70 gram/bulan. Pada usia 4-6 bulan berat badannya bertambah
600 gram/bulan. Pada usia 7-9 bulan pertambahan berat badannya hanya 400
gram saja perbulan. Pada usia 10-12 bulan pertambahan berat badannya rata-
rata 300 gram perbulan atau 3 kali berat badan saat lahir. Pertambahan berat
badan pada tahun kedua hanya 200-250 gram/bulan saja. Pertambahan ini akan
sangat dipengaruhi oleh banyaknya makanan dan keaktifan pencernaan, jenis
makanan dan lain-lain (Soetjiningsih, 2001).
Tabel 1
9
1. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Bayi
a. Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir
proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik yang
terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan
kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan
yang normal dan patologik, jenis kelamin, dan suku (Sinta B, 2019).
b. Faktor Prenatal
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu hamil yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun
pada waktu sedang hamil, lebih sering menyebabkan bayi BBLR
(berat badan lahir rendah) atau lahir mati dan jarang menyebabkan
cacat bawaan. Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, mudah
terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.
2) Faktor mekanis
Trauma dan cairan air ketuban yang kurang dapat menyebabkan
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan. Demikian pula pada
posisi janin pada uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi
panggul, tortikolis congenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
3) Toksin atau zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-
zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin,
methadion, obat-obat anti kanker. Demikian pula dengan ibu hamil
yang perokok berat atau peminum alkohol kronis dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya.
4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin
adalah somamotropin, hormon plasenta, hormon tiroid, insulin dan
10
peptide-peptida lain dengan aktivitas mirip insulin. Cacat bawaan
sering terjadi pada ibu diabetes yang tidak mendapat pengobatan,
umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35 tahun, defesiensi
yodium pada waktu hamil.
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau
cacat bawaan lainnya. Sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki
dapat mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.
6) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah
TORCH (Toxoplasmosis. Rubella, Cytomegalovirus, Herpes
Simplex). Sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat
menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela, malaria, lues,
HIV, polio, campak, dan virus hepatitis.
7) Stress
Stress yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan
kejiwaan dan lain-lain.
8) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,
hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
9) Anoksia Embrio
Menurunnya oksigenjanin melalui gangguan pada plasenta atau tali
pusat, menyebabkan berat badan lahir rendah.
c. Faktor Postnatal
1) Lingkungan biologis
a) Ras: Pertumbuhan somatic juga dipengaaruhi oleh ras/suku
bangsa.
b) Jenis kelamin: Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit
dibandingkan anak perempuan tetapi belum diketahui secara
pasti penyebabnya.
11
c) Umur: Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh
karena itu masa itu anak mudah sakit dan mudah terkena
kurang gizi. Disamping itu masa balita merupakan dasar
pembentukan kepribadian anak.
d) Gizi: Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang anak berebeda dengan orang dewasa karena makanan
bagi anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan dimana
pengaruhi oleh ketahanan makanan keluarga.
e) Perawatan kesehatan: Perawatan kesehatan yang teratur dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan akan menunjang
tumbuh kembang anak.
f) Kepekaan terhadap penyakit: Dengan memberikan imunisasi
maka diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang
sering menyebabkan cacat atau kematian.
g) Penyakit kronis: Anak yang mengalami penyakit menahun
akan terganggu perkembangan, dan pendidikannya, disamping
itu anak menjadi mudah stress akan penyakitnya.
h) Fungsi metabolisme: Karena danya perbedaan yang mendasar
pada proses metabolisme pada berbagai umur maka kebutuhan
akan berbagai nutrien harus didasarkan perhitungan yang tepat.
i) Hormon: Hormone yang berpengaruh pada tumbuh kembang
natara lain adalah somamotropin, tiroid, hormone seks, insulin
dan hormone yang dihasilkan kelenjar adrenal.
2) Faktor fisik
a) Cuaca: Musim kemarau yang panjang dapat berdampak pada
tumbuh kembang anak akibat gagalnya panen banyak anak
menderita kurang gizi.
b) Sanitasi: Sanitasi lingkungan memiliki peran cukup dominan
dalam penyediaan lingkungan yang mendukung kesehatan
anak dan tumbuh kembangnya. Kebersihan diri dan lingkungan
yang kurang akan menyebabkan anak mudah sakit
12
c) Keadaan rumah: Struktur bangunan, ventilasi, cahaya, dan
kepadatan hunian
d) Radiasi: Tumbuh kembang anak dapat terganggu karena danya
radiasi tinggi.
3) Faktor Psikososial
a) Stimulasi: Merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulus teratur lebih
cepat berkembang dari pada yang kurang/tidak mendapat
stimulus.
b) Motivasi belajar: Motivasi belajar dapat ditumbulkan secaraa
dini, dengan memberikan lingkungan yang kondusif untuk
belajar misalnya lingkungan sekolah yang tidak terlalu jauh,
suasana yang menyenangkan.
c) Ganjaran atau hukuman yang wajar: Ganjaran akan
menimbulkan motivasi yang besar dan kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah lakunya jadi jika anak berbuat benar
berilah ganjaran sepeerti pujian, ciuman, atau tepuk tangan.
d) Kelompok sebaya: Untuk proses sosialisasi dengan
lingkungannya anak memerlukan teman sebaya. Tetapi
perhatian orang tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan
siapa anak bergaul.
e) Stress: Stress juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak
misalnya akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, dan
nafsu makan menurun
f) Sekolah: Dengan adanya program pemerintah yang
memikirkan perkembangan anak sejak dini dengan mulai
digalakkannya pendidikan anak usia dini maka, diharapkan
generasi penerus akan lebih baik lagi
13
B. PIJAT BAYI
1. Bayi
Masa bayi dibagi menjadi 2 periode, yaitu masa neonatal, umur 0
sampai 28 hari.Pada masa ini terjadi adaptasi terhadap lingkungan dan
terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ.
Masa neonatal dibagi menjadi 2 periode yaitu masa neonatal dini, umur 0-
7 hari, masa neonatal lanjut, umur 8-28 hari, masa post (pasca) neonatal,
umur 29 hari sampai 11 bulan. Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang
pesat dan proses pematangan berlangsung secara terus menerus terutama
meningkatnya fungsi sistem saraf. (Muchtar, 2016). Menurut Kemenkes
balita adalah anak yang berusia 0 - 59 bulan. Sedangkan batita adalah Anak
yang berusia 0 - 35 bulan.
Masa bayi adalah masa keemasan sekaligus masa kritis
pertumbuhan dan perkembangan. Disebut masa keemasan karena masa
bayi berlangsung sangat singkat. Sedangkan disebut masa kritis karena
pada masa ini bayi sangat peka terhadap lingkungan dan membutuhkan
asupan gizi serta stimulasi yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Stimulasi atau rangsangan yang baik yang umum
dilakukan orang tua untuk bayi adalah stimulasi taktil dalam bentuk pijat
bayi (Andriana, 2013).
2. Pengertian Pijat Bayi
Pijat bayi merupakan salah satu cara yang menyenangkan untuk
menghilangkan ketegangan dan perasaan gelisah terutama pada bayi.
Pijatan lembut akan membantu mengendurkan otot-ototnya sehingga bayi
menjadi tenang dan tidurnya nyenyak. Bayi yang diberikan pemijatan akan
lebih lelap ketika tidur, sedangkan pada waktu bangun daya konsentrasinya
akan lebih penuh. Pemenuhan kebutuhan tidur bayi yang dilakukan melalui
teknik pemijatan disebabkan oleh adanya peningkatan kadar sekresi
serotonin yang dihasilkan pada saat pemijatan Sentuhan lembut pada bayi
merupakan sarana ikatan yang indah antara bayi dan orang tuanya (Roesli,
2013).
14
Di Indonesia sendiri bukti sejarah pijat bisa dilihat di relief-relief
candi Borobudur. Tidak hanya di Borobudur, pada abad 8-9 Candi Budha
di Jawa Tengah juga terdapat ukiran yang menggambarkan tentang pijat.
Dilihat dari segi sejarahnya, pijat tradisional Indonesia juga dipengaruhi
oleh seni penyembuhan dan pengobatan dari India dan Cina. Agama Hindu
tiba di Indonesia sekitar 400 tahun SM dengan pendeta Hindu yang
memperkenalkan obat India yang menggunakan minyak wangi untuk pijat
serta obat obatan yang terbuat dari tanaman. Kemudian, perjalanan biksu
Buddha membawa pengetahuan tentang pengobatan Cina. Kemudian
dilanjutkan dari tradisi Kerajaan Majapahit. Selama periode ini pijat
berevolusi demi relaksasi dan kecantikan juga untuk penyembahan. Dari
semua bukti sejarah yang ada menjelaskan kepada kita bahwa pijat
digunakan untuk sarana penyembuhan dengan metode relaksasi untuk
melemaskan otot-otot yang kaku. Pijat berbeda dengan urut, pijat
dimaksudkan hanya untuk melemaskan otot-otot yang kaku saja sedangkan
urut digunakan untuk mengobati cedera yang lebih serius seperti patah
tulang. (Syaukani, Aulia. 2015)
Pijat melibatkan kerja dan gerak pada tubuh dengan tekanan yang
terstruktur, tidak terstruktur, stasoner atau gerakan dengan tekanan,
gerakan dengan getaran, bisa dilakukan secara manual atau dengan
bantukan alat. Pijat dapat dilakukan denga tangan, jari, siku, lutut, lengan,
kaki atau perangkat pemijatan lainnya. Pemijatan dapat memberikan
relaksasi, perasaan tenak, bisa menjadi aktivitas rekreasi, dsb. Dalam
pelaksanannya pijat bisa dilakukan sambil berbaring di meja pijat, duduk
di kursi pijat, berbaring diatas tikar, ditempat tidur ataupun di lantai.
Adapun juga jenis pijat diair, pijat ini biasa dilakukan dengan berendam
atau mengambang dikolam dengan air hangat. Subjek pijat mungkin bisa
sepenuhnya memakan pakian, sebagian berpakaian ataupun tidak
berpakaian. (Wong, Cathy. 2015)
3. Mekanisme Dasar Pijat Bayi
Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi
adalah penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. pencatatan
15
mekanisme belum diketahui. Walaupun demikian, beberapa pakar sudah
mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan
jawabannya. Diajukan beberapa mekanisme untuk menerangkan
mekanisme dasar pijat bayi, antara lain sebagai berikut : Beta Endorphin
mempengaruhi mekanisme pertumbuhan, penelitian mengungkapkan
bahwa pijatan akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Tahun 1989, Scanberg dari Duke University Medical School
melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini menemukan bahwa
jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya terganggu akan
mengakibatkan hal-hal berikut : penurunan enzim ODC (Ornihine
decarboxylase), yaitu suatu enzim yang menjadi petunjuk peka pada
pertumbuhan sel dan jaringan, penurunan dan pengeluaran hormone
pertumbuhan. Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi mekanisme
penyerapan makanan, penelitian Field dan Scanberg (1989) menunjukkan
bahwa bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus Nervus Vegus (saraf
otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan
gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan jadi lebih
baik. Aktivitas Nervus Vagus meningkatkan volume ASI, penyerapan
makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus
menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu pada
ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak di produksi. Seperti diketahui,
ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta.
4. Manfaat Pijat Bayi
Dewasa ini,para pakar telah dapat membuktikan secara ilmiah
tentang apa yang telah lama dikenal manusia, yaitu terapi sentuh dan pijat
pada bayi mempunyai banyak manfaat. Terapi sentuh, terutama pijat
menghasilkan perubahan fisiologis yang menguntungkan dan dapat diukur
secara ilmiah. Manfaatnya antara lain sebagai berikut :
a. Efek biokimia dan fisik yang positif
Efek biokimia dari pijat, antara lain menurunkan kadar hormon stress
(catecholamine) dan meningkatkan kadar serotin selain efek biokimia,
pijatan memberikan efek fisik/klinis yaitu antara lain meningkatkan
16
jumlah dan sitotoksisitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami),
mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah
dan pernapasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan,
meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan
ketenangan, meningkatkan kesiagan, membuat tidur lelap, mengurangi
rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan
hubungan batin antara orang tua dan bayinya (bonding), meningkatkan
volume air susu.
b. Meningkatkan berat badan
Pijat bayi yang beberapa tahun terakhir mulai diteliti pengaruh dan
manfaatnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan bayi ternyata
telah dipraktikkan di Indonesia sejak lama. Pijat bayi merupakan terapi
dalam bentuk stimulasi sentuh yang mempengaruhi fungsi fisiologis
dan biokimia tubuh bayi. Penelitian yang telah dilakukan oleh Field
pada tahun 2011 dan 2012 membuktikan bahwa terdapat peningkatan
berat badan sebanyak 20% pada bayi yang dilakukan pemijatan
dibandingkan dengan yang tidak diberi perlakuan. Mekanisme yang
mendasarinya adalah pijat bayi meningkatkan aktivitas nervus vagus
serta menstimulasi aktivitas hormon IGF-1, gastrin, dan insulin yang
berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi. Penelitian yang
dilakukan di Indonesia oleh Sukarja tahun 2012 juga membuktikan
bahwa terdapat peningkatan berat badan bayi yang signifikan setelah
dilakukan pijat bayi. Mekanisme yang mendasarinya adalah konsep
neuroendokrin, yakni pijatan menstimulasi saraf parasimpatis dan saraf
otonom yang berfungsi merangsang motilitas usus dan pengeluaran
hormon-hormon penyerapan seperti gastrin dan insulin.
c. Meningkatkan pertumbuhan
Scanberg (1989) melakukan penelitian pada tikus dan menemukan
bahwa tanpa dilakukan rangsangan raba/taktil pada tikus telah terjadi
penurunan hormon pertumbuhan.
d. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap
17
Penelitian Lilik M, dkk 2014 mengatakan bahwa pijat bayi berpengaruh
pada kuatitas tidur bayi, tidur bayi merupakan bagian penting untuk
perkembangan bayi karena pada saat inilah terjadi repair neural-brain
dan terjadi pertumbuhan hormon kurang lebih 75%. Kebutuhan tidur
bayi harus terpenuhi agar tidak berpengaruh terhadap
perkembangannya, salah satu cara untuk membantu bayi tetap sehat
adalah dengan melakukan pijat bayi. Terjadinya penigkatan tidur bayi
karna pemijatan dipengaruhi karna hormon serotonim. Serotonim
merupakan zat tansmittter utama yang serta merta ada ketika
pembentukan tidur yang menekan otak.
e. Membina ikatan kasih sayang orang tua dan anak (bonding)
Pijatan pada bayi akan merangsang hormon oksitosin. Hormon ini bisa
menimbulkan rasa nyaman dan kasih saying sehingga tercipta ikatan
tali psikologis yang kuat antara bayi dengan ibunya. Oleh karena itu,
setiap sentuhan yang bayi rasakan akan ditangkap sebagai bentuk kasih
sayang dari ibunya (Galenia, 2019).
f. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cyntia Mersmann (2000), ibu yang memijat
bayinya mampu memproduksi ASI perah lebih banyak dibandingkan
kelompok kontrol. Pada saat menyusui bayinya, mereka merasa
kewalahan karena ASI terus menerus menetes dari payudara yang tidak
disusukan. Selain itu, pijat bayi akan membuat bayi cepat lapar.
Semakin banyak bayi menyusui, maka produksi ASI semakin
meningkat. Ini karena proses produksi ASI berlaku hukum supply and
demand. Artinya, semakin banyak ASI dikeluarkan, semakin banyak
pula yang diproduksi. Begitupula sebaliknya (Roesli, 2008)
g. Sentuhan ibu akan membuat bayi merasa nyaman
Sentuhan dan pijat bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan
adanya kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan
perasaan aman bagi bayi. Laporan tertua tentang seni pijat untuk
pengobatan tercatat di papyrus Ebes, yaitu catatan kedokteran pada
masa mesir kuno. Di India juga ditemukan Ayurveda, buku kedokteran
18
tertua (sekitar 1800 sebelum masehi) yang menuliskan tentang pijat,
diet, dan olahraga, sebagai cara penyembuhan utama masa itu. Selain
itu, sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di Cina dari Dinasti Tang
meyakini bahwa pijat adalah salah satu dari empat teknik pengobatan
yang penting.
h. Sentuhan akan merangsang peredaran darah dan menambah energi
Pijat bayi akan memperlancar peredaran darah dan membantu
menguatkan otot-otot bayi. Sebuah penelitian membuktikan bahwa bayi
premature yang diberi pijatan mengalami kenaikan berat badan dua kali
lipat dari pada bayi yang tidak diberi pijatan. Selain itu, mereka juga
telah terbukti lebih aktif dan tanggap sehingga mampu bebas dari
perawatan rumah sakit lebih cepat pula (Galenia, 2019).
5. Pelaksanaan Pemijatan Bayi
Pijat bayi dapat dilakukan sedini mungkin setelah bayi dilahirkan,
sehingga bayi segera mendapatkan manfaat yang besar dari terapi tersebut.
Pijat bayi dapat dilakukan di pagi hari atau malam sebelum tidur, sehingga
efek relaksasi yang dihasilkan dapat membantu bayi tidur lebih nyenyak.
Pakailah minyak zaitun atau baby oil sebagai pelicin. Awali pemijatan
dengan sentuhan kemudian secara bertahap tambahkan tekanan yang
disesuaikan dengan usia di bayi. Pemijatan dimulai dari kaki, ini akan
memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum
bagian lain dari tubuhnya disentuh. Karena itu, urutan pijat bayi dianjurkan
dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada
bagian punggung. Bila bayi menangis cobalah untuk menennagkan dulu
sebelum pemijatan dilanjutkan. Jika bayi menangis makin keras pemijatan
sebaiknya ditunda atau dihentikan dulu. (Roesli, 2001)
Sebelum melakukan pemijatan perhatikanlah hal-hal berikut, antara
lain : tangan harus bersih dan hangat, hindari agar kuku dan perhiasan tidak
mengakibatkan goresan pada kulit bayi, ruang untuk memijat diupayakan
hangat dan tidak pengap, bayi tidak selesai makan atau sedang tidak lapar,
secara khusus menyediakan waktu untuk tidak diganggu minum selama 15
menit guna melakukan seluruh tahap-tahap pemijatan, duduklah pada
19
posisi yang nyaman dan tenang, baringkan bayi diatas permukaan kain
yang lembut, rata dan bersih, siapkanlah handuk, popok, baju ganti, dan
minyak bayi (baby oil), serta mintalah izin pada bayi sebelum melakukan
pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil
mengajaknya bicara (Wicak, 2008).
6. Kontra Indikasi Pijat
Kontra indikasi pijat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu kontra
indikasi lokal (local contraindication) dan kontra indikasi mutlak (absolute
contraindication) dan sementara. Kontra indikasi lokal berarti pasien hanya
mendapatkan terapi pijat di area-area tubuh tertentu diluar area bermasalah,
seperti pada kasus infeksi jamur kronis, lepuh, memar, kolitis, crohn’s
disease, cystitis, ulkus dekubitus, hernia, dan lain-lain. Sedangkan kontra
indikasi mutlak merupakan kondisi dimana pasien tidak boleh menerima
pijatan. Kondisi ini meliputi deep vein thrombosis (DVT), sirosis hati,
hipertensi tak terkendali, obstruksi usus, gagal ginjal, limfangitis,
miokarditis, perikarditis, embolisme pulmoner, SARS, sinkope dan TBC.
Sedangkan kontra indikasi sementara adalah cacar air, dermatitis kontak
(jika luas), demam, campak jerman, gout (selama fase akut), hepatitis,
hipertensi (kecuali dikendalikan oleh obat, diet atau olahraga) influenza
(flu), kutu, lupus, campak, mononucleosis, gondongan, pneumonia, cedera
atau operasi baru, scabies, dan tonsilitis (Brownell, 2008). Brownell,
Daniel J. (2008). Massage contra indication.
Sedangkan Menurut Julianti (2017) ada beberapa kondisi bayi yang
tidak boleh untuk dilakukan pemijatan, yaitu: Bayi demam, Kelainan
jantung bawaan, dan ada luka terbuka.
7. Syarat-Syarat Diperbolehkan Melakukan Pijat Bayi
a. Bayi dalam keadaan sehat, tidak sakit.
b. Bayi tidak dalam keadaan lapar.
c. Bayi yang sudah selesai minum susu sekitar satu jam yang lalu.
d. Jangan sekali-kali memaksa bayi bila terlihat ia sedang tidak ingin
dipijat.
e. Buka seluruh baju bayi.
20
f. Gunakan baby oil untuk memudahkan pijat bayi.
8. Waktu yang Dianjurkan untuk Memijat
a. Pagi hari sebelum memulai aktivitas
Melakukan pemijatan pada pagi hari menjelang mandi adalah karena
alasan kepaktrisan. Sebab, sisa-sisa minyak pijat akan lebih mudah
dibersihkan. Selain itu, pemijatan pada pagi hari memberikan nuansa
ceria bagi bayi. Hal ini dapat dijadikan pendidikan bagi si kecil untuk
menyambut hari dengan optimis dan penuh syukur.
b. Pemijatan dilakukan 15 menit setelah bayi makan
Pemijatan segera setelah makan dapat menyebabkan gangguan
perncernaan, bahkan muntah. Hal ini terjadi karena lambung masih
belum siap digoncang dan gerak peristaltik masih berlangsung untuk
mengantar makanan ke saluran pencernaan.
c. Malam hari
Pemilihan waktu menjelang tidur sangat baik. Sebab, setelah
pemijatan, biasanya bayi akan santai dan mengantuk. Tidurnya pun
akan menjadi sangat efektif.
9. Persiapan Sebelum Memijat
a. Tangan harus dalam keadaan bersih.
b. Jangan gunakan perhiasan diarea tangan dan pergelangan tangan atau
daerah yang terkena kontak saat pemijatan.
c. Potonglah kuku agar tidak terjadi goresan ketika memijat.
d. Bayi dalam keadaan tenang
e. Luangkan waktu 15 menit, jangan diganggu oleh aktivitas yang lain.
f. Cari dan sediakan posisi serta tempat yang nyaman dan amakn untuk
melakukan pijat bayi.
g. Siapkan peralatan yang dibutuhkan, antara lain : babi oil, handuk, baju
ganti, dsb.
h. Baringkan bayi di atas kasur atau matras yang rata dan bersih.
i. Siapkan handuk, popok, baju ganti, dan minyak bayi (baby oil).
j. Mintalah izin kepada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara
membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara.
21
10. Yang Harus Dilakukan selama Pemijatan
a. Memandang mata bayi yang dipijat
b. Bernyanyi atau memutarkan musik yang dapat menenangkan bayi
c. Awali dengan sentuhan lembut , kemudian secara bertahap tambahkan
tekanan pada sentuhan yang dilakukan khususnya apabila anda sudah
merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang dilakukan.
d. Sebelum dilakukan pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion yang
lembut sesering mungkin.
e. Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih
menerima apabila dipijat pada daerah kaki, dengan demikian akan
memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat
sebelum bagian lain dari badannya disentuh.
f. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi anda. Jika bayi
menangis, cobalah untuk menenangkan sebelum melanjutkan
pemijatan. Jika bayi menangis lebih keras, hentikan pemijatan karena
mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah
mengantuk dan sangat ingin tidur.
g. Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa
segar dan bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun,
kalau pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan
air hangat agar bersih dari minyak bayi.
11. Hal-Hal yang Tidak Dianjurkan
a. Memijat bayi langsung setelah selesai makan
b. Membangunkan bayi yang sedang tidur untuk melakukan pemijatan
c. Memijat pada saat bayi menangis atau dalam keadaan tidak mau
dipijat
d. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi. (Roesli, 2008)
12. Perhatikan Cara Memijat Sesuai Usia Bayi
a. Usia 0-1 bulan, bayi yang baru saja lahir dapat langsung dipijat, namun
gerakan memijat hanya dengan gerakan-gerakan halus, jangan lakukan
pemijatan didaerah perut sebelum tali pusar lepas.
22
b. Usia 1-3 bulan, lakukan pemijatan dengan gerakan yang halus disertai
dengan tekanan ringan dengan waktu yang singkat.
c. Usia 3 bulan-3 tahun, lakukan pemijatan dengan seluruh gerakan
disertai dengan tekanan, dan waktu pemijatan yang semakin meningkat.
13. Urutan Teknik Pijat Bayi
a. Pemijatan Pada Kaki
1) Pijatlah jari-jarinya satu persatu dengan gerakan memutar
menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan yang lembut pada
ujung jari.
Gambar 1
2) Pijat telapak kaki dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai
dari tumit kaki menuju jari-jari.
Gambar 2
3) Tekan-tekanlah jari menggunakan kedua ibu jari secara bersamaan
di seluruh permukaan telapak kaki (Pressure Point).
23
Gambar 3
4) Pijat punggung kaki dari pergelangan kaki kearah jari-jari
menggunakan kedua ibu jari.
Gambar 4
5) Memeras pergelangan kaki bayi dengan menggunakan jari-jari
(Ankle Circles).
6) Peganglah kaki bayi pada pergelangan kaki, gerakkan tangan
secara bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal paha (Perahan
Swedia).
Gambar 5
7) Setelah semua dilakukan, rapatkan kedua kaki bayi dan letakkan
tangan pada pantat dan pangkal paha kemudian usap dengan
tekanan lembut kedua kaki bayi dari paha kearah pergelangan kaki.
24
Gambar 6
b. Pemijatan pada Perut
1) Lakukan gerakan dari atas ke bawah pertu bergantian dengan
tangan kanan dan kiri seperti mengayuh sepeda.
Gambar 7
2) Letakkan kedua ibu jari di samping kanan kiri pusar, gerakkan ibu
jari kearah tepi perut kanan kiri.
3) Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari
perut sebelah kanan bawah., keatas, kemudian kembali kedaerah
kanan bawah. Kemudian gunakan tangan kanan untuk membuat
gerakan setengah lingkaran mulai dari bagian kanan bawah perut
bayi sampai bagian kiri perut bayi. Kedua gerakan ini dilakukan,
secara bersama-sama. Saat tangan kiri di atas tangan kanan
membuat gerakan setengah lingkaran diatasnya. Tangan kiri selalu
membuat bulatan penuh sedangkan tangan kanan membuat
gerakan setengah lingkaran.
25
Gambar 8
4) Pijat perut bayi mulai bagian kiri atas ke bawah dengan
menggunakan jari-jari tangan kanan memberntuk huruf I.
kemudian pijatlah dari kanan atas pertu bayi ke kiri atas kemudian
ke kiri bawah seperti membentuk huruf L terbalik. Setelah itu mulai
dari kanan bawah ke atas kemudian ke kiri, dilanjutkan ke bawah
dan berakhir kiri bawah, gerakan ini membentuk huruf U.
Gambar 9
5) Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan
ke bagian kiri perut bayi dengan gerakan seperti berjalan.
Gambar 10
c. Pemijatan pada Dada
1) Buat gerakan yang menggambarkan jantung, letakkan ujung jari
kedua telapak tangan anda ditengah dada bayi, lalu buat gerakan ke
26
atas sampai ke bawah leher, kemudian disamping di atas tulang
selangka kemudian ke bawah membuat bentuk jantung dan
kembali ke ulu hati.
Gambar 11
2) Buatlah gerakan diagonal seperti gambar kupu-kupu yaitu mulai
dengan tanga kanan membuat gerakan memijat menyilang dari
tangah dada kearah bahu kanan dan kembali ke ulu hati, kemudian
dengan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.
Gambar 12
d. Pemijatan pada Tangan
1) Pijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.
Gambar 13
2) Pijat lembut jari bayi satu-persatu menuju arah ujung dengan
gerakan memutar akhiri dengan tarikan lembut pada ujung jari.
27
3) Telapak tangan dipijat dengan menggunakan kedua ibu jari, dari
pergelangan tangan ke daerah ibu jari.
4) Letakkan tangan bayi diantar kedua tangan kita, kemudian dengan
lembut usap punggung tangannya dari pergelangan tangan kearah
ketiak.
Gambar 14
5) Peras sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari
telunjuk.
6) Gerakan tangan kanan dan kiri secara bergantian mulai dari
pergelangan tangan ke arah pundak.
Gambar 15
7) Menggunakan kedua tangan peras dan putar secara bersamaan
lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke pergelangan
tangan.
8) Pegang lengan bayi bagian bahu dengan kedua telapak tangan
bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kea
rah pergelangan tangan/ jari-jari.
28
Gambar 16
e. Pemijatan pada Wajah
1) Pijat pada derah dahi terlebih dahulu, tengah dahi keluar
kesamping kanan dan kiri seolah menyetrika dahi atau membuka
buku, lalu gerakan ke bawah ke daerah pelipis dan buatlah
lingkaran-lingkaran kecil kemudian gerakkan ke dalam melalui
daerah pipi di bawah mata.
2) Pijat daerah sekitar mulut, gerakan seolah-olah membuat bayi
tersenyum.
Gambar 17
3) Kemudian ke dagu, setelah itu dengan jari-jari kedua tangan buat
lingkaran kecil didaerah rahang.
Gambar 18
29
4) Dengan menggunakan ujung-ujung jari berikan pijatan lembut
pada daerah telinga dan pipi kemudian gerakan ke arah
pertengahan dagu ke bawah dagu.
f. Pemijatan pada Punggung
1) Tengkurapkan bayi melintang di depan anda dengan kepada
disebelah kiri dan tangan disebelah kanan anda. Pijatlah dengan
gerakan maju mundur dengan kedua telapak tangan disepanjang
punggung bayi, dari bawah leher sampai ke pantat bayi, kemudian
kembali lagi ke leher.
Gambar 19
2) Dengan jari-jari kedua tangan anda, buatlah gerakan melingkar
kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah sebelah tangan
dan kiri tulang punggung sampai ke pantat. Mulai dengan
lingkaran-lingkaran kecil hingga makin besar.
Gambar 20
3) Tekankan dengan lembut kelima jari tangan kanan pada punggung
bayi anda, gerakkan ke arah bawah.
g. Gerakan Peregangan
1) Silangkan tangan dikedua dada kemudian luruskan kembali kedua
tangan ulangi 4-5 kali.
30
2) Silangkan kedua kaki keatas sehingga mata kaki kanan dan kiri
bertemu, kemudian kembalikan ke posisi semula ulangi 4-5 kali.
3) Tekuk lutut kaki menuju arah perut, ulangi 4-5 kali.
14. Menurut Gichara (2006) ada dua aspek dalam tubuh bayi yang dipengaruhi ketika
pemijatan berlangsung, yaitu :
a. Aspek emosional yang meliputi:
1) Menanamkan rasa percaya diri, bebas dan aman, serta seimbang
2) Menanamkan kepercayaan antara orang tua dan anak
3) Mengurangi hormon Kortisol (pemicu stres) dalam aliran darah atau
menjaga kestabilannya selama pemijatan
4) Merangsang produksi hormon Endokrin (pereda rasa sakit) sehingga
menimbulkan rasa nyaman pada bayi
5) Menjaga kedekatan antara orang tua dan bayi lewat kontak fisik, seperti
kontak mata, mencium, membelai lembut, mengusap, dan mengajaknya
berbicara.
b. Aspek fisik yang meliputi :
1) Melancarkan pencernaan dan pembuangan sehingga bayi terangsang
untuk menyusui dengan baik
2) Menghindari sembelit, kolik dan diare
3) Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
4) Meningkatkan hormon-hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh
kelenjar Pituitari
5) Melancarkan aliran darah dalam tubuh sehingga timbul rasa hangat pada
tangan dan kaki
6) Merileksasikan otot-otot dan melenturkan persendian terutama saat bayi
meregangkan tubuh untuk memulai lebih banyak gerakan fisiknya
7) Membantu menghilangkan sel-sel mati dan membuang racun-racun tubuh
melalui kulit
8) Melancarkan pernafasan seperti: mengurangi lendir, mengatasi batuk, flu,
infeksi pada telinga, dan gangguan pada hidung.
C. KEWENANGAN BIDAN TERHADAP KASUS TERSEBUT
Wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan terdapat dalam Undang-
Undang No. 4 Tentang Kebidanan Tahun 2019 pada pasal 46 yaitu :
31
2. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. pelayanan kesehatan ibu;
b. pelayanan kesehatan anak;
c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana;
d. pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
e. pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
3. Tugas Bidan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
secara bersama atau sendiri.
4. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
Sedangkan tugas bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap anak di atur dalam Undang-Undang No.4 Tentang Kebidanan Tahun
2019 pada pasal 50 yang berbunyi “Dalam menjalankan tugas memberikan
pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 ayat (1)
huruf b, Bidan berwenang:
a. memberikan Asuhan Kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita, dan anak
prasekolah;
b. memberikan imunisasi sesuai program Pemerintah Pusat;
c. melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita, dan anak
prasekolah serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang,
dan rujukan; dan
d. memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan.”
Pelimpahan kewenangan bidan diatur dalam PMK No. 28 Tentang Izin
dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 22 yang berbunyi : “Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara
mandat dari dokter.”
32
Sedangkan yang dimaksud dalam penugasan dari pemerintah tersebut
telah diatur dalam pasal 25 ayat (1) dalam PMK No. 28 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan yang berbunyi : “Kewenangan berdasarkan
program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a,
meliputi:
a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat kontrasepsi
bawah kulit;
b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;
c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan;
d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan
anak sekolah;
g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya;
h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
i. melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;”
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.23
tahun 2014 Tentang Upaya Perbaikan Gizi menyebutkan bahwa salah satu
sasaran dari strategi Kementerian Kesehatan adalah seluruh Keluarga Sadar
Gizi (KADARZI), sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengembangan Desa Siaga. KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu
keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik secara
terus menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud minimal adalah:
1. Menimbang berat badan secara teratur.
33
2. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lahir sampai umur
enam bulan (ASI eksklusif).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.
Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan gizi di
tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI
adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing dan memberikan
kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi masalah
gizi yang dialami. Mendampingi keluarga sasaran bertujuan agar:
a. Membawa balitanya datang ke posyandu secara teratur setiap bulan.
b. Membawa balita yang menderita gizi buruk, Bawah Garis Merah (BGM)
pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau yang tidak naik berat badannya 2
kali berturut-turut (2T) serta balita sakit ke Poskesdes/Puskesmas untuk
dirujuk.
c. Memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6 (enam) bulan.
d. Makan aneka ragam makanan.
e. Menggunakan garam beryodium.
f. Minum suplemen gizi bagi balita, ibu hamil dan ibu nifas sesuai anjuran.
Sasaran pendampingan adalah keluarga yang bermasalah gizi
diutamakan keluarga yang mempunyai balita dan ibu hamil dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Balita yang mengalami gizi buruk.
2. Balita gizi buruk pasca rawat inap.
3. Balita BGM.
4. Balita yang tidak naik berat badannya 2 kali berturut-turut.
5. Ibu hamil yang sangat kurus atau Kurang Energi Kronis (KEK).
6. Ibu hamil yang mengalami gejala kurang darah (anemia) yaitu pucat,
lesu, cepat lelah dan mudah mengantuk.
7. Ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan.
34
Adapun tenaga yang terlibat dalam persiapan pendampingan keluarga
adalah Tim Puskesmas yang terdiri dari pimpinan Puskesmas, Bidan
koordinator dan Tenaga Pelaksana Gizi (TPG); Penyuluh kesehatan, Bidan
Poskesdes; Kader Poskesdes; dan Kepala Desa/Lurah. Dalam kegiatan
persiapan tingkat Puskesmas, peran TPG adalah:
1. Menyelenggarakan pertemuan dengan bidan Poskesdes untuk persiapan
penyelenggaraan pendampingan meliputi : pendataan sasaran, penetapan
jumlah kader pendamping, tata cara pemilihan kader pendamping.
2. Merencanakan dan menyiapkan pelatihan kader pendamping (peserta,
tempat dan peralatan/perlengkapan pelatihan, dll). Pelatihan akan
dilaksanakan setelah kegiatan persiapan tingkat desa selesai.
D. HASIL PENELITIAN TERKAIT
Penelitian yang telah dilakukan oleh Field pada tahun 2011 dan 2012
membuktikan bahwa terdapat peningkatan berat badan sebanyak 20% pada
bayi yang dilakukan pemijatan dibandingkan dengan yang tidak diberi
perlakuan. Mekanisme yang mendasarinya adalah pijat bayi meningkatkan
aktivitas nervus vagus serta menstimulasi aktivitas hormon IGF-1, gastrin, dan
insulin yang berpengaruh terhadap peningkatan berat badan bayi. Penelitian
yang dilakukan di Indonesia oleh Sukarja tahun 2012 juga membuktikan bahwa
terdapat peningkatan berat badan bayi yang signifikan setelah dilakukan pijat
bayi. Mekanisme yang mendasarinya adalah konsep neuroendokrin, yakni
pijatan menstimulasi saraf parasimpatis dan saraf otonom yang berfungsi
merangsang motilitas usus dan pengeluaran hormon-hormon penyerapan
seperti gastrin dan insulin.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Touch Research Institute di
Miami, Amerika Serikat, juga menguatkan hal tersebut dengan hasil penelitian
yang mengungkapkan bahwa bayi yang dipijat sejak lahir akan meningkat berat
badannya sebesar 47%. Pijat mempengaruhi system saraf dari tepi sampai
pusat. Tekanan pada reseptor saraf dikulit akan menyebabkan pelebaran vena,
arteri dan kapiler sehingga akan menghambat penyempitan, melemaskan
keteganganotot, melambatkan detak jantung dan meningkatkan gerakan usus
35
disaluran cerna. Menurut Rosalina (2015) pijat juga memberi dampak
pemacuan saraf vagus yang berhubungan dengan system perut besar dan me-
rangsang pengeluaran hormon penyerapan sehingga makanan dalam hal ini
ASI lebih cepat terserap dan bayi akan merasa cepat lapar sehingga akan lebih
banyak masukan nutrisi dan akhirnya akan menambah berat badan.
Dieter pada tahun 2003 meneliti efek dari 5 hari terapi pijat pada berat
badan dan perilaku bangun dari bayi dirumah sakit dan menyimpulkan bahwa
bahkan 5 hari terapi pijat yang efektif dalam meningkatkan berat badan. Hal
ini telah menunjukkan bahwa neonates yang memperoleh berat badan lebih,
menghabiskan lebih banyak waktu tidur, yang mungkin telah memungkinkan
mereka lebih banyak waktu untuk mencerna. Menanggapi temuan ini, Diego
pada tahun 2008 mengeksplorasi teori bahwa tekanan sedang pada pijat
merangsang aktivitas vagal (aktivasi saraf vagal merupakan indeks
parasimpatis aktivasi sistem saraf), yang mengarah ke peningkatan pelepasan
hormone pencernaan dan peningkatan motalitias lambung. Hormon gastrin
akan merangsang pengeluaran insulin, asam khidroklorida, pepsinogen, enzim
pankreas, mukus, peningkatan aliran empedu hati dan merangsang motilitas
lambung. Hormon gastrin juga mempermudah relaksasi reseptif lambung
(relaksasi sementara) sehingga lambung dapat menambah volumenya dengan
sangat mudah tanpa peningkatan tekanan. Pengeluaran insulin akan
mempermudah untuk memetabolisme glukosa. Sekresi asam hidroklorida,
pepsinogen, enzim pankreas, peningkatan aliran empedu hati akan
mempermudah pencernaan makanan. Saat makanan sampai pada duodenum
maka akan merangsang pengeluaran cholecystokinin, hal ini akan merangsang
motilitas usus. Sehingga dengan adanya peningkatan motilitas lambung dan
usus akan mempermudah pencampuran, pendorongan makanan dan
penyerapan nutrisi menjadi lebih baik (Rangey,PY., Megha Sheth, 2014 ).
36
KERANGKA TEORI
BAYI
Perkembangan Pertumbuhan
TB BB LILA Lingkar
Stimulasi/Rangsang Vitamin/Suple
PIJAT BAYI
Peningkatan
Tonus Nervus
Vagus
Beta
Endorpin
Aktivitas
Nervus
Vagus
Gelombang Teori
Peningkatan
Kadar Enzim
Peristaltik
Meningkat
Peningkatan
Penyerapan
Gastrin
dan Insulin
Pengosongan
Lambung cepat
Cepat Lapar
Frekuensi
Konsumsi
Meningkat
Penyerapan
zat nutrient
lebih baik
Peningkatan Berat Badan
Sumber : Anggun Primanta (2016)