9
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
1.1.1 Minat Berkunjung Ulang
Minat beli kembali di definisikan sebagai purchase intention yaitu keinginan
yang kuat untuk membeli kembali (Fullerton dan Taylor dalam Basiya dan Rozak,
2012). Menurut Miller, Glawter, dan Primban dalam Basiya dan Rozak (2012)
mendefinisikan purchase intention adalah keadaan mental seseorang yang
mencerminkan rencana untuk melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu
tertentu. Definisi ini diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku.
Penerapannya dalam riset terhadap definisi purchase intention adalah pelanggan
akan melakukan tindakan pembelian kembali diwaktu yang akan datang sebagai
respon langsung dari perilaku paska pembelian dalam jangka waktu tertentu.
Purchases intention dalam hubungannya dengan kunjungan wisatawan dalam
pembelian jasa pariwisata disebut sebagai behavior attention to visit.
Pengembangan konseptualisasi model hubungan antara kualitas pelayanan yang
dirasakan, nilai layanan, dan kepuasan serta pengaruh relatifnya terhadap perilaku
minat beli (Basiya dan Rozak, 2012).
1.1.2 Pengertian Pariwisata
Pariwisata yang memegang peran penting dalam pembangunan negara
didukung oleh sumber daya alam dan budaya harus dikelolah dengan manajemen
yang baik. Diamati dari pemanfaatan sumber dayanya terhadap pengembangan
pariwisata, pariwisata juga berperan penting dalam kemajuan perekonomian
10
nasional dan regional. Baik sebagai pemasukan devisa negara maupun sumber
lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pariwisata harus dikembangkan dan
diarahkan untuk lebih meningkatkan rasa cinta tanah air dan menananmkan nilai-
nilai luhur disamping untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.
Menurut Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang
dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang
didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.
1.1.3 Unsur-unsur Pariwisata
Menurut James J. Spillane dalam Dwi Hary Baskoro (2013), ada lima unsur
industri pariwisata yang sangat penting, yaitu:
1. Attractions (daya tarik)
Attractions dapat digolongkan menjadi site atractions dan event attractions.
Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang
tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun
binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang
berlangusng sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah
seperti festivalfestival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.
2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)
Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena
fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan
wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat
dibutuhkan fasilitas penginapan. Jenis fasilitas penginapan ditentukan oleh
11
persaingan, setidaknya fasilitas yang ditawarkan harus sama dengan fasilitas yang
tersedia di tempat persaingan di pasar yang sama. Jenis fasilitas penginapan juga
ditentukan oleh jenis angkutan yang digunakan oleh wisatawan, misalnya
perkembangan lapangan pesawat terbang sering menciptakan kebutuhan hotel-
hotel yang bermutu. Selain itu ada kebutuhan akan Support Industries yaitu toko
souvenir, laundry, pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk
kegiatan).
3. Infrastructure (infrastruktur)
Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada
infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi dibawah dan diatas
tanah dari suatu wilayah atau daerah, bagian penting dari infrastruktur pariwisata
termasuk:
a. Sistem pengairan
b. Jaringan komunikasi
c. Fasilitas kesehatan
d. Sumber listrik dan energi
e. Sistem pembuangan kotoran/air
f. Jalan-jalan/jalan raya
Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan,
maka dengan sendirinya akan mendorong perkembangan infrastruktur. Dalam
kasus lain hal yang sebaliknyalah yang berlaku, perkembangan infrastruktur perlu
untuk mendorong perkembangan pariwisata, infrastruktur dari suatu daerah
sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawab maupun rakyat yang juga tinggal
12
disana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan
atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang
cocok bagi perkembangan pariwisata.
4. Transportations (transportasi)
Dalam pariwisata, kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat
dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan
pariwisata, transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan
suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala
pariwisata, yang menyebabkan pergerakan seluruh roda industri pariwisata mulai
dari tempat sang wisatawan tinggal menuju tempat dimana obyek wisata berada
sampai kembali lagi ke tempat asal.
5. Hospitality (keramahtamahan)
Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal
memerlukan kepastian jaminan keaman khususnya untuk wisatawan asing yang
memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.
Situasi yang kurang aman mengenai makanan, air, atau perlindungan
memungkinkan orang menghindari berkunjung ke suatu lokasi. Maka kebutuhan
dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta
keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan
merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.
1.1.4 Sadar Wisata
Sadar Wisata adalah pemahaman mendalam dan kesadaran pemikiran untuk
menjadi tuan rumah yang baik dari seseorang atau kelompok yang terwujud dari
13
sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan pariwisata. Program
Sadar Wisata dapat ditingkatkan melalui pembinaan, workshop yang menyangkut
penerapan Sadar Wisata dan peningkatan citra obyek wisata.
Pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki tujuan: meningkatkan kadar
pemahaman masyarakat tentang pariwisata, bertanggung jawab berperan serta
dalam mencapai sasaran pengembangan pariwisata. Menggalang sikap dan prilaku
menjadi tuan rumah yang baik, menerapkan sapta pesona dalam kehidupan sehari-
hari sehingga mutu dan citra obyek wisata semakin meningkat.
Sapta pesona adalah tujuh unsur atau kondisi yang dapat meningkatkan daya
tarik pariwisata, yaitu:
1. Aman
Menciptakan keadaan lingkungan dan suasana yang membuat seseorang
merasa tentram, tidak merasa takut atas keselamatan jiwa dan raga, serta bebas
dari tindak pidana, kekerasan, dan ancaman, misalnya pencopetan, penipuan,
penjarahan dan pemerkosaan. Wajib mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku.
2. Tertib
Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap
orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur,
rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi
kehidupan masyarakat. Seperti pemberian informasi yang benar dan tidak
membingungkan.
3. Bersih
Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan
14
suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, corat-coret, penyakit dan
pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-
tempat yang bersih dan sehat. Seperti pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi
dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap dan lain sebagainya.
4. Sejuk
Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan
sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berbeda
di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya
ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya.
5. Indah
Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan
sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai sagi, seperti dari
sagi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi
dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah
selalu berjalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan
hidup baik berupa ciptaan Tuhan YME maupun hasil karya manusia. Karena itu
kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh
umat manusia.
6. Ramah Tamah
Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik
hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita
ataupun tidak tegas dalam menentukan suatu keputusan atau sikap. Ramah,
15
merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu
menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah
tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita
pelihara terus.
7. Kenangan
Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan
seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat
berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak
menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan
wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah
yang indah dan menyenangkan. Seperti cendramata yang mungil yang
mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa adn dengan
harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau
kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat.
1.1.5 Teori Berbasis Sumber Daya
Teori RBV (Resources Based View) memandang perusahaan sebagai
kumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Perbedaan
sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan
memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV (Resources
Based View) yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang
dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.
16
Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan
keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN adalah
sebagai berikut :
a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai
strategis pada perusahaan.
b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan
menjadi potensi perusahaan.
c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan
kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang
sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber
daya tersebut.
d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat
disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.
Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslissom (1997,18)
mengatakan, terdapat beberapa model penting yang ditunjukkan untuk
menggambarkan input strategis bagi langkah suatu perusahaan, dan salah satu
diantaranya adalah model berbasis sumber daya untuk profitabilitas tinggi. Pada
Gambar 1 dijelaskan model ini mengansumsikan bahwa tiap organisasi
merupakan kumpulan sumber daya dan kemampuan unik yang merupakan dasar
untuk memperoleh sumber daya yang berbeda serta mengembangkan
kemampuannya yang unik. Karenanya seluruh perusahaan bersaing dalam industri
tertentu mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan strategis yang
sama. Model ini juga mengansumsikan bahwa sumber daya tidak terlalu mudah
17
berpindah antar perusahaan. Perbedaan dalam sumber daya, yang tidak mungkin
didapatkan atau ditiru perusahaan lain, serta cara penggunaannya merupakan
dasar keunggulan bersaing.
Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang,
modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat.
Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,
yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi.
Satu jenis sumber daya saja mungking tidak dapat menghasilkan keunggulan
bersaing yang berkesinambungan, misalnya sepotong mesin canggih hanya dapat
menjadi sumber daya yang relevan secara strategis jika digunakan bersama aspek
operasi lainnya (seperti pemasaran dan pekerjaan pegawai).
Gambar 1
Model Berbasis Sumber Daya Untuk Profitabilitas Tinggi
Sumber: Reverensi Michael A. Hitt & R. Duane Irland & Robert E. Hoslissom
(1997:18)
1. Mengidentifikasikan sumber daya
perusahaan. Mempelajari kekuatan dan kelemahannya dibanding dengan
pesaing
2. Menentukan kemampuan perusahaan apa yang dimiliki sehingga
memungkinkan perusahaan untuk
lebih baik dari pada pesaingnya
3. Tentukan sumber daya dan
kemampuan perusahaan dalam hal
keunggulan bersaing yang
berkesinambungan
4. Memilih strategi yang terbaik yang
memungkinkan perusahaan
mengeksplorasi sumber daya dan kemampuan relatif terhadap peluang
dalam lingkungan eksternal
5. Profitabilitas perusahaan tinggi
dan mencapai laba diatas rata-rata
Keunggulan Bersaing Yang Berkesinambungan
Kemampuan perusahaan untuk mengungguli
pesaingnya dalam profitabilitas
Pemilihan dan Penerapan Strategi
Tindakan yang diambil untuk memperoleh laba yang
tinggi
Profitabilitas Tinggi
Mencapai laba diatas rata-rata
Sumber Daya
Input bagi proses produksi perusahaan
Kemampuan
Kapasitas sekumpulan sumber daya yang terintegrasi
18
Melalui kombinasi dan integrasi sekelompok sumber daya dapat mencapai
keunggulan bersaing. Kemampuan adalah kapasitas sekumpulan sumber daya
untuk secara integratif melakukan suatu tugas atau aktiivitas. Kemampuan adalah
hasil dari suatu kelompok sumber daya terintegrasi. Tidak seluruh sumber daya
dan kemampuan perusahaan memiliki potensi seagai dasar keunggulan bersaing
yang berkesinambungan. Potensi ini direalisasikan apabila sumber daya dan
kemampuan tersebut berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat
digantikan. Sumber daya (istilah sumber daya juga mencakup kemampuan) adalah
berharga hanya jika memungkinkan perusahaan menggunakan kesempatan dan
atau menetralisir ancaman dalam lingkungan eksternalnya; Sumber daya disebut
langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun
yang mungkin ada, Sumber daya disebut tak dapat ditiru apabila perusahaan lain
tidak dapat memperolehnya, serta tidak dapat digantikan jika tidak memiliki
equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria tersebut dipenuhi, sumber daya
dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagi dasar
keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis, dan kemampuannya untuk
mendapat laba diatas rata-rata.
Trisna Eka Putri, I.A dan N. M. Ariani (2011) dalam skripsinya yang berjudul
“Penerapan Sadar Wisata dan Penguatan Citra Wisata Melalui Penanaman
Tanaman Upakara di Kerambitan Kabupaten Tabanan” menyatakan bahwa Sadar
Wisata adalah pengertian yang mendalam pada orang, seorang atau sekelompok
orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung
pengembangan pariwisata. Jadi pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki
19
tujuan: meningkatkan kadar pemahaman masyarakat tentang peranan pariwisata
bertanggung jawab berperan serta dalam mencapai sasaran pengembangan
pariwisata, menggalang sikap dan prilaku masyarakat untuk menjadi tuan rumah
yang baik.
Lenwi Maya Tati Tanjung (2011) dalam skripsinya yang berjudul
“Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten
Padang Lawas Utara : Studi Candi Portibi” menyatakan bahwa Portibi merupakan
suatu daerah atau kawasan yang memiliki potensi, baik untuk dikembangkan
menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Padang Lawas Utara.
Portibi mempunyai daya tarik berupa peninggalan bersejarah yang sangat
autentik, memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, merupakan peninggalan agama
Budha yang dipadukan dengan agama Hindu dari India. Terdapat tiga bangunan
berupa 3 candi yang tidak berjauhan dan memiliki kesejajaran pada stupa-stupa
nya.
Disayangkan pemerintah daerah Kabupeten Padang Lawas Utara kurang
memperhatikan kawasan Candi yang sanagat potensial. Percandian ini sudah
menjadi kawasan wisata, tapi tidak berkembang, karena hanya dijadikan objek
wisata di saat hari-hari besar saja, misalnya hari raya dan ini di kelola penduduk
sekitar berganti-gantian tiap tahunnya, tergantung desa manakah yang sanggup
untuk memborong tiket yang disediakan. Sangat disayangkan peninggalan sejarah
ini di anggur-anggurkan, pemeritah memeng kurang peka akan potensi wisata
yang daerah mereka miliki sehingga banyak sekali hal-hal yang menjadi simpang
siur dikarenakan sejarah candi tersebut mulai tidak diketahui kebenarannya.
20
Padahal apabila pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah lebih jeli
melihat aset pariwisata ini, tentu pasti menjadi pemasukan khas pemerintah daerah
dan masyarakat setempat. Harapannya kedepan Pemerintah Daerah maupun
masyarakat setempat kawasan Candi Portibi bersama-sama berkontribusi untuk
kawasan candi yang sangat potensial ini.
Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal
diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pihak pengelolah Masjid
Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek
wisata Masjid Agung Jawa Tengah.
1.1.6 Teori Mill
Menurut Mill (2000) dimana produk pariwisata itu sendiri dibagi menjadi 3
(tiga) yaitu:
1. Atraksi (Kemenarikan)
Mill (2000) mengatakan “ Attractions, yaitu semua yang menjadi daya tarik
mengapa wisatawan tertarik datang dan berkunjung pada suatu Daerah Tujuan
Wisata (DTW) ”.
2. Fasilitas (Suasana Fisik)
Mill (2000) mengatakan facilities of the tourism destination. Bila accessibility
fungsinya memberi kemudahan untuk berkunjung, maka dalam hal ‘facilities’
fungsinya adalah memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara
waktu di DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang dikunjungi. Fasilitas merupakan
21
faktor yang secara nyata mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk
yang ditawarkan.
3. Aksesibilitas
Mill (2000) mengatakan “ accessibities of the tourism destination, yaitu
semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang
berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).
2.1.7 Daya Tarik Wisata (Destination Attraction)
Produk wisata merupakan sebuah paket yang tidak hanya tentang keindahan
atau eksotisme suatu tempat wisata, tapi dalam arti yang lebih luas. produk wisata
mencakup daya tarik, fasilitas dalam saat berwisata, dan juga akses menuju tempat
wisata tersebut (Ali, 2012).
Menurut Basiya dan Rozak (2012), daya tarik tempat tujuan wisata
merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata.
Menurutnya destinasi wisata dikelompokkan menjadi empat daya tarik, yaitu :
1. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam
daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.
2. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang
meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur
modern, arkeologi.
3. Daya tarik wisata yang dikelola khusus(managed visitor attractions), yang
meliputitempat peninggalan kawasan industiseperti yang ada di Inggris,
Theme Park diAmerika, Darling Harbour di Australia.
22
4. Daya tarik wisata budaya (culturalattraction) yang meliputi teater,
musium,tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempatreligius, peristiwa-
peristiwa khusus seperti festival dan drama bersejarah(pageants), dan
heritage seperti warisan peninggalan budaya.
5. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata.
Elemen-elemen daya tarik tempat tujuan wisata merupakan pilihan
pengunjung dan yang mendorong bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan
wisata. Daya tarik tempat tujuan wisata ini terdiri dari :
1. Daya tarik wisata alam yang meliputi pemandangan alam daratan,
pemandangan alam lautan, pantai, iklim, dan ciri kas geografis lainnya dari
tempat tujuan wisata.
2. Daya tarik wisata berupa bangunan-bangunan yang meliputi bangunan-
bangunan dengan arsitektur modern, arsitektur bersejarah, monumen,
promenades, taman dan kebun, convention center, arkeologi, manage visitor
attractions generally, lapangan golf, toko-toko khusus, dan themed
retailareas.
3. Daya tarik wisata budaya yang meliputi history and folklore, religion and art,
teater, musik, tari-tarian (dance) dan entertainment lainnya, museum, dan
peristiwa-peristiwa khusus sepertifestival dan drama bersejarah(pageants).
4. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup, bahasa penduduk di tempat tujuan
wisata, serta kegiatan sehari-hari. Produk jasa dikatakan berkualitas atau
tidak berkualitas tergantung padapersepsi individu (konsumen) dalam
menginterpretasikan jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Menurut Koskela
23
(2002) kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap evaluasi atribut produk,
kinerja atribut, dan upaya meningkatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan
untuk mencapai pelanggan yang baik pada berbagai situasi. Sedangkan
persepsi didefinisikan sebagai proses di mana individu memilih,
mengorganisir dan menginterpretasikan stimuli (rangsangan) di dalam
gambaran tentang dunia yang masuk akal dan berarti (Schiffman dan
Kanuk, 2000). Keputusan konsumen didasarkan pada persepsi bukan pada
kualitas secara realitas.
Suatu produk tidak hanya memiliki mutu bila produk tersebut hanya menahan
produk bebasnya saja, namun mutu dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti daya
tarik (attractiveness), daya tahan (maintainability) dan mudah dalam penggunaan
(ease of use) dan pada khususnya suatu produk harus memuaskan keinginan dari
konsumen (Kotler, 2000:112) yaitu dapat memenuhi segala ekspektasi konsumen
terhadap sebuah produk.
Basiya dan Rozak ( 2012) menyatakan bahwa daya tarik tempat wisata
merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata.
Lebih lanjut Witt (1994) mengelompokkan destinasi wisata menjadi 4 daya
tarik, yaitu :
1. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam
daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.
2. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang
meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur modern,
arkeologi.
24
3. Daya tarik wisata yang dikelola khusus (managed visitor attractions), yang
meliputi tempat peninggalan kawasan industi seperti yang ada di Inggris,
Theme Park di Amerika, Darling Harbour di Australia.
4. Daya tarik wisata budaya (cultural attraction) yang meliputi teater, musium,
tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempat religius, peristiwa-peristiwa
khusus seperti festival dan drama bersejarah (pageants), dan heritage seperti
warisan peninggalan budaya.
5. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata.
Penelitian yang dilakukan oleh Basiya R dan Hasan A R (2012)
menyimpulkan bahwa daya tarik wisata alam (natural attraction), daya tarik
wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya
(cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) masing-
masing memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap kepuasan pengunjung.
Basiya R dan Hasan A R (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa
kualitas daya tarik wisata alam (natural attraction), kualitas daya tarik wisata
berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya
(cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) memiliki
hubungan langsung dan positif terhadap minat berkunjung ulang para pengunjung.
Monang Sitorus (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atraksi,
Fasilitas dan Aksesibilitas Terhadap Nilai Pelanggan dan Citra Objek Wisata
Danau Toba di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara” menyatakan
bahwa atraktivitas dan fasilitas objek wisata dipinggiran Danau Toba Kabupaten
Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara sesuai tanggapan pengunjung berada pada
25
kategori menarik namun kurang memadai seperti tenaga pemandu pariwisata
masih kurang profesional, kondisi penginapan dan kondisi rumah makan/restoran
yang masih dirasakan kurang. Secara parsial atraktivitas memiliki pengaruh yang
lebih besar terhadap nilai pengunjung, artinya kontribusi terhadap nilai maupun
terhadap citra yang dirasakan oleh pengunjung lebih tinggi. Atraksi, Fasilitas,
Aksesibilitas berpengaruh positif signifikan terhadap citra objek wisata Danau
Toba Di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara.
Sopyan (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Daya
Tarik Wisata Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang
Pengunjung Dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening (Studi
Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu)” menyatakan bahwa Hasil analisis
deskriptif menunjukkan bahwa daya tarik wisata, kualitas pelayanan, kepuasan
pengunjung, dan minat berkunjung ulang pengunjung Cagar Budaya Gedung
Lawang Sewu tergolong sedang. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
variabel kepuasan pengunjung berpengaruh positif terhadap minat berkunjung
ulang (hipotesis 1 diterima), variabel daya tarik berpengaruh positif terhadap
kepuasan pengunjung (hipotesis 2 diterima), variabel kualitas pelayanan
berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (hipotesis 3 diterima), variabel
daya tarik berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang (hipotesis 4
diterima), variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat
berkunjung ulang pengunjung (hipotesis 5 diterima).
Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal
diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
26
H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid Agung
Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata
Masjid Agung Jawa Tengah.
2.1.8 Surplus Konsumen
Surplus konsumen dalam artian Jarak disini adalah memperkirakan nilai
tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh
para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin
jauh Jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah
permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat
dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut
dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang
dikeluarkan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa wisatawan mendapatkan
surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar
atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki
oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah
dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut
(Suparmoko, 2000:117).
Jarak pada penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu Jarak mutlak dan Jarak dalam
arti relatif. Jarak mutlak yaitu Jarak yang dapat ditung dengan jelas dengan satuan
(km), sedangkan Jarak dalam artian relatif adalah Jarak yang jauh dapat menjadi
dekat karena menggunakan berbagai macam pilihan transportasi darat, laut, udara
yang membuat Jarak yang jauh menjadi dekat dan cepat untuk sampai ke objek
wisata.
27
Fanita Osha Tazkia, Banatul Hayati (2012) dalam skripsinya yang berjudul
“Analisis Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Kalianget, Kabupaten
Wonosobo Dengan Pendekatan Travel Cost” menyatakan bahwa Distance (Jarak)
mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah permintaan secara
statistik.
Bramantyo Wicaksono (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Biaya Perjalanan (Travel Cost), Biaya Perjalanan Ke Objek Wisata Lain, Umur,
Penghasilan Perbulan, Dan Jarak Terhadap Permintaan Pengunjung Objek Wisata
Pantai Widuri Kabupaten Pemalang” menggunakan metode analisis regresi linier
berganda dengan jumlah kunjungan individu sebagai variabel dependen dan lima
variabel sebagai variabel independen yaitu variabel biaya perjalanan ke Pantai
Widuri, biaya perjalanan ke obyek wisata lain ( Pantai Blendung ), penghasilan
perbulan, umur, dan Jarak. Hasil penelitian menyatakan empat variabel
berpengaruh siginifikan terhadap jumlah permintaan pariwisata ke pantai Widuri,
biaya perjalanan ke objek wisata lain ( pantai Blendung ), penghasilan perbulan,
umur, dan Jarak. Sedangkan variabel biaya perjalanan ke Pantai Widuri tidak
berpengaruh terhadap jumlah permintaan pariwisata ke Pantai Widuri.
Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal
diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang harus ditempuh para
wisatawa menuju objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah terhadap
Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata Masjid Agung Jawa
Tengah.
28
Alfattory Rheza Syahrul (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh
Daya Tarik, Fasilitas Dan Aksesibilitas Terhadap Keputusan Wistawan Asing
Berkunjung Kembali Ke Aloita Resort Di Kab. Kep. Mentawai” menyatakan
bahwa Daya Tarik (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan
asing berkunjung. Fasilitas (X2) berpengaruh signifikan terhadap wisatawan asing
untuk berkunjung dan Aksesibilitas (X3) berpengaruh signifikan terhadap
keputusan wisatawan asing berkunjung .
Dhita Triana Dewi (2010) dalam skripsinya berjudul “Analisis Kunjungan
Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang” Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data primer dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat
analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan
jumlah kunjungan sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yaitu
variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis (Rp), variabel fasilitas,
variabel permainan, variabel penghasilan rata-rata per bulan (Rp) dan variabel
jarak (km).
Setelah dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik, hasilnya menunjukkan
data terdistribusi normal dan tidak diperoleh suatu penyimpangan. Berdasarkan
hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh nilai F hitung sebesar 21,272 dengan
signifikansi F sebesar 0.000. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05
diperoleh nilai F tabel sebesar 2,31, maka F hitung (21,272) > F tabel (2,31), atau
signifikansi F sebesar 0,000 menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa ke lima variabel independen yaitu harga tiket di obyek wisata
lain yang sejenis, fasilitas, permainan, penghasilan rata-rata per bulan dan jarak
29
secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan obyek
wisata Water Blaster diterima. Secara parsial variabel fasilitas, permainan,
penghasilan rata-rata per bulan dan jarak berpengaruh signifikan, sedangkan
variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis tidak berpengaruh
signifikan. Dari ke lima variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya
terhadap jumlah kunjungan wisatawan adalah variabel permainan. Dengan nilai t
hitungsebesar 5,406 dan probabilitas signifikasi sebesar 0,000.
Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal
diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata,
Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali
pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.
Suwarti, SE. M.Par. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh
Daya Tarik Wisata Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pantai Cahaya Lumba-
Lumba Kendal” Analisis yang digunakan adalah uji T-test dan F-test hasil nilai T-
test pada masing-masing ini indikator atau unsur car and natural beauty sebesar
2,62, Variatif sebesar 5,597, scarcity sebesar 4,534, Wholeness sebesar 4,083≥
Ttabel1661 dan sigifikansi 0,00. Terdapat pengaruh daya tarik wisata terhadap
minat kunjung wisata pantai cahaya lumba-lumba Kendal. Dan unsur Variatif
yang paling berpengaruh terhadap Daya Tarik Wisata Pantai Cahaya Lumba-
lumba Kendal.
Irma Dwiyanti (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atribut
Produk Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan (Studi Pada Batu Night
30
Spectacular Kota Batu)” Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen
penelitian ini berupa uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Uji
hipotesis dilakukan menggunakan uji t. Teknik analisis data menggunakan analisis
regresi linier berganda. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa variabel
kepuasan wisatawan (Y) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel destination
attractions (X1) sebesar 0,394 daripada variabel lain yaitu destination facilities
and services (X2) sebesar 0,014, accessibilities to the destinations (X3) sebesar
0,026, image of the destinations (X4) sebesar 0,203, dan price to the customers
(X5) sebesar 0,338. Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh atribut produk
wisata sebesar 47,5% terhadap kepuasan wisatawan.
Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal
diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.
H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan
Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid
Agung Jawa Tengah.
1.2 Kerangka Pemikiran
SADAR
WISATA
KEMENARIKAN
FASILITAS
JARAK
MINAT
BERKUNJUNG
KEMBALI
H1
H2
H3
H4
31
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah
pustaka (yaitu berdasarkan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan
jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas dan
perumusan masalah yang telah dijabarkan maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pengelolah Masjid Agung
Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid
Agung Jawa Tengah.
H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid
Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata
Masjid Agung Jawa Tengah.
H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang ditempuh pengunjung
menuju Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali
pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.
H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata,
Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali pada
objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.
H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan
Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid
Agung Jawa Tengah.