Download - BAB II Teori Promosi Kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Malaria
1. Pengertian
Malaria baik akut maupun kronik adalah penyakit yang disebabkan oleh
protozoa dari genus plasmodium. Ada empat spesies plasmodium yang dapat
menyebabkan malaria pada manusia yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium
vivax, plasmodium malariae dan plasmodium ovale, dimana trasmisi protozoa
ini ke manusia dilakukan oleh nyamuk betina dari genus Anopheles. Meskipun
demikian transmisi juga dapat terjadi melalui inokulasi langsung dari darah
yang terinfeksi seperti pada transfusi, jarum suntik atau kongenital (Virtual
Naval Hospital, 2005).
Centers for Disease Control and Prevention Department of Health and
Human Service U.S.A (CDC) (2005) menyatakan malaria adalah penyakit serius
dan fatal yang disebabkan oleh parasit yang menginfeksi manusia yang terdiri
atas empat jenis yaitu plasmodium falcifarum, plasmodium vivax, plasmodium
ovale dan plasmodium malariae.
WHO (2006) menyebutkan malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh parasite dan ditularkan dari orang ke orang dengan perantaraan
nyamuk. Penyakit ini sesungguhnya dapat dicegah dan diobati namun telah
menyebabkan kematian lebih dari satu juta jiwa dimana sebagian besar adalah
anak-anak yang hidup di Afrika setiap tahunnya.
.
8
9
2. Penyebab
Menurut Layne dkk (2006) malaria disebabkan oleh parasit-parasit
protozoa dari genus plasmodium (dalam filum apicomplexa) dan ditransmisikan
oleh vektor yang menyebabkan malaria pada manusia adalah nyamuk
anopheles betina. Plasmodium falcifarum adalah parasit yang menyebabkan
80% kasus malaria dan 90% penyakit malaria yang disebabkan oleh
plasmodium tersebut berakhir dengan kematian.
Crutcher dan Hoffman (2005) menyatakan infeksi malaria disebabkan
oleh protozoa dari genus plasmodium falcifarum. Plasmodium yang
menyebabkan penyakit malaria pada manusia adalah plasmodium falcifarum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae sedangkan
spesies lainnya menginfeksi binatang melata, burung dan mamalia lainnya.
Penyebarannya pada manusia oleh gigitan nyamuk betina dari genus
anopheless.
3. Transmisi Malaria pada Manusia
Manusia terjangkit penyakit malaria karena gigitan nyamuk anopheles
betina. Nyamuk tersebut menginjeksikan sporozoit malaria muda ke dalam
darah penderita dan melalui pembuluh darah, parasit tersebut sampai di hati
dimana mereka akan tumbuh ke fase perkembangan selajutnya. Dalam 6-9 hari,
parasit akan meninggalkan hati dan masuk keperedaran darah kembali dan
menginvasi sel darah merah, menyelesaikan tahap pertumbuhan dan kemudian
memperbanyak diri dengan sangat cepat. Jumlah parasit di dalam sel darah
meningkat sampai sel darah pecah dan melepaskan ribuan parasit ke peredaran
10
darah penderita. Parasit tersebut kemudian menyerang sel darah merah lainnya
dan siklus infeksi berulang yang menyebabkan timbulnya tanda dan gejala
malaria. Bila penderita digigit oleh nyamuk yang tidak terinfeksi maka nyamuk
tersebut menghisap cukup banyak parasit dari pembuluh darah yang
mengkibatkan terinfeksinya nyamuk tersebut oleh parasit malaria. Parasit
melewati beberapa fase pertumbuhan di dalam tubuh nyamuk sebelum akhirnya
berpindah tempat dan menginfeksi manusia lainnya melalui gigitan nyamuk
sehingga siklus penyakit malaria terulang kembali.
Transmisi lain dari parasit malaria ke tubuh manusia dapat terjadi dengan
cara transfusi darah dari penderita malaria atau menggunaka jarum suntik yang
telah terkontaminasi darah dari penderita malaria (CDC, 2005).
4. Manifestasi Klinis
Fauci dkk (2008) malaria merupakan penyakit yang umum menjadi
penyebab demam di negara-negara beriklim tropik. Gejala pertama malaria
tidak spesifik seperti merasa kurang sehat, sakit kepala, lemah,
ketidaknyamanan abdomen, nyeri otot diikuti dengan demam yang merupakan
gejala umum pada penyakit karena infeksi virus. Sakit kepala pada malaria
meskipun dapat bertambah berat tidak diikuti dengan kekakuan leher atau
fotofobia seperti penyakit meningitis. Demikian halnya dengan nyeri otot pada
malaria, meskipun sangat menonjol namun tidak seberat demam berdarah dan
otot tidak menjadi lemah seperti leptospirosis atau tifus. Gejala lain yang umum
dapat ditemukan yaitu nausea dan hipotensi ortostatik. Gejala klasik malaria
dimana penderita mengalami demam menggigil, kedinginan, kekakuan dengan
11
interval teratur umum dikarenakan infeksi oleh plasmodium vivax atau
plasmodium oval. Demam pertama kali sering tidak teratur terutama malaria
yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum, temperatur dapat mencapai 400C
atau lebih terutama bila mengenai anak-anak dan orang dewasa yang tidak
memiliki imunitas, diikuti dengan takhikardia dan terkadang penurunan
kesadaran. Semua jenis malaria dapat menyebabkan kejang bila mengenai anak-
anak, namun biasanya kejang yang terjadi pada malaria dihubungkan dengan
malaria yang disebabkan oleh plasmodium falcifarum yang dapat memicu
gangguan serebral. Manifestasi klinis yang telah diuraikan sebelumnya
merupakan gejala klinis yang tampak pada malaria akut, sedangkan pada pasien
dengan malaria tanpa komplikasi infeksi, bisa dijumpai ketidak normalan
pemeriksaan fisik selain demam, kelemahan, anemia ringan atau pada beberapa
kasus terjadi pembengkakan limfa. Anemia biasa ditemukan pada anak-anak di
daerah yang memiliki transmisi malaria stabil (sepanjang waktu), khususnya
daerah dengan resistansi obat antimalaria. Pembesaran limfa pada individu
nonimun yang menderita malaria akut, baru dapat dipalpasi beberapa hari
kemudian, namun pembesaran tersebut juga dapat ditemukan pada inividu sehat
yang tinggal di daerah endemis malaria yang menggambarkan infeksi berulang.
Limfa yang sedikit membesar juga merupakan hal yang umum pada anak-anak.
Pasien dewasa yang tampak sedikit kuning ketika menderita malaria adalah hal
yang biasa dan umum terjadi pada malaria karena plasmodium falcifarum yang
akan hilang sendiri 1-3 minggu. Penderita malaria tidak mengalami kemerahan
pada kulit (rash) seperti tampak pada pasien septikemia meningokokus, tifus,
demam tifus, atau pasien yang menderita reaksi obat. Petekie di kulit atau
12
lapisan mukus membran-seperti gambaran pasien leptospirosis-sangat jarang
berkembang pada malaria falciparum berat.
Lebih lanjut Fauci dkk (2008) menyatakan bahwa pada malaria
falcifarum yang berat maka akan timbul gejala seperti tampak pada tabel
berikut ini :
Tabel 2.1 Manifestasi Malaria Falcifarum Berat
No Tanda Manifestasi 1 Utama (mayor)
Malaria serebral Gagal melokalisasi tau merespon secara tepat to rangsangan yang hebat ; Koma menetap setelah 30 menit mengalami kejang umum.
Asidosis pH arteri < 7.25 atau kadar bikarbonat ≤ 15 mmol/L; Kadar laktat vena ≥ 5 mmol/L; yang dimanifestasikan dengan kesulitan bernafas yang hebat yang biasa disebut dengan "distress pernafasan"
Normokromik berat, Normositik anemia.
Hematokrit ≤ 15% atau Hb ≤ 50 g/L (<5 g/dL) dengan kadar parasitemia ≥100,000/L
Gagal ginjal Output urine output (dalam 24 jam) ≤ 400 mL pada orang dewasa atau <12 mL/kg BB pada anak-anak ; Tidak membaik meskipun telah dilakukan tindakan rehidrasi ; kadar kreatinin ≥ 265 mol/L (>3.0 mg/dL).
Edem pulmonal/adult respiratory distress syndrome
Edema pulmonal nonkardiogenik, sering memburuk bila terjadi overhidrasi.
Hypoglycemia Kadar glukosa plasma ≤ 2.2 mmol/L (≤ 40 mg/dL)
Hypotensi/shock Tekanan darah systolik ≤50 mmHg pada anak-anak usia 1–5 tahun atau < 80 mmHg pada orang dewasa ; temperatur kulit berbeda ≥10°C; dan pengisian kapiler darah >2 detik.
Perdarahan/disseminated intravascular coagulation
Perdarahan signifikan dari gusi, hidung, dan saluran pencernaan atau terjadi disseminated intravascular coagulation
Kejang Lebih dari 2 kali kejang umum dalam 24 jam ; tanda dari berlanjutnya kejang terkadang tidak terlalu tampak (contohnya kejang tonik-klonik pada mata tanpa diikuti dengan diikuti dengan anggota tubuh atau wajah).
Hemoglobinuriaa
Urin secara makroskopik berwarna hitam, coklat atau merah ; tidak ada hubungannya dengan efek obat oksidan serta defek sel darah
13
merah (seperti adanya defisiensi G6PD)
Lanjutan Tabel 2.1
No Tanda Manifestasi 2 Lain-lain
Tidak sadar (Impaired consciousness/arousable)
Tidak dapat duduk atau berdiri tanpa bantuan
Rasa lelah yang ekstrim (Extreme weakness)
Prostration; tidak mampu duduk tanpa bantuanb
Hyperparasitemia Kadar parasitemia ≥ 5% pada pasien yang nonimun (>20% pada setiap pasien)
Kuning (Jaundice) Kadar bilirubin serum ≥ 50 mmol/L (≥ 3.0 mg/dL) jika dikombinasikan dengan kejadian lain dari disfungsi organ vital.
Keterangan :
aHemoglobinuria dapat terjadi pada malaria tanpa komplikasi.
bPasien anak-anak masih biasanya masih mampu untuk duduk.
5. Komplikasi Malaria
Ferandez (2009) menyebutkan penyakit infeksi malaria dapat
menyebabkan berbagai komplikasi pada penderitanya, yang sebagia besar
disebabkan oleh plasmodium falcifarum, seperti :
a. Koma (serebral malaria)
Koma yang didefinisikan sebagai perubahan status mental atau kejang
multipel dengan plasmodium falcifarum dalam darah dan merupakan
penyebab tersering kematian pada penderita malaria. Komplikasi ini adalah
yang paling berbahaya karena meskipun diobati 15% anak dan 20% orang
dewasa yang mengalaminya berakhir dengan kematian.
b. Kejang
14
c. Gagal ginjal
Sebanyak 30% penderita dewasa yang tidak immun dan terinfeksi
plasmodium falcifarum mengalami gagal ginjal akut.
d. Hemoglobinuria (Black Water Fever)
e. Noncardiogenic pulmonary edema
Komplikasi ini sebagian besar diderita oleh wanita hamil yang terifeksi
plasmodium malaria dan 80% diantaranya menyebabkan kematian.
f. Hypoglycemia
Hypoglycemia sering terjadi pada anak-anak dan wanita hamil namun
seringkali diagosa susah untuk ditegakkan selama tanda-tanda pelepasan
epinefrin tidak ada dan pasien mengalami stupor.
g. Asidosis laktat
Komplikasi ini terjadi ketika microvaskulature (pembuluh darah halus)
tersumbat oleh plasmodium falcifarum. Jika level laktat vena mencapai
45 mg/dl, prognosis yang buruk sangat mungkin terjadi.
h. Hemolisis
Hemolisis menghasilkan anemia berat dan ikterus pada tubuh.
i. Perdarahan (coagulopathy)
Komplikasi ini terjadi karena adanya coagulopathy (kelainan dalam
pembekuan darah).
6. Pengobatan Malaria
15
Pengobatan malaria harus dilakukan secara tepat. Menurut Fauci dkk
(2008) ketika seorang pasien yang berasal dari daerah dengan infeksi malaria
mengalami demam, pemeriksaan laboratorium harus dilakukan untuk
menegakkan diagnosa dan mengidentifikasi spesies parasit yang menginfeksi.
Pemeriksaan darah harus diulang setiap 12-24 jam selama 2 hari jika
kecurigaan terhadap malaria tinggi sedangkan hasil pemeriksaan apusan darah
pertama negatif. Pemeriksaan lain yang dpat dilakukan adalah deteksi antigen
cepat dengan kartus tes. Pasien dengan malaria berat atau tidak dapat
mengkonsumsi obat secara oral harus diberikan antimalaria secara parenteral.
Jika terdapat keraguan adanya resistensi organisme terhadap obat maka harus
dipertimbangkan adanya keadaan resistens. Tes kerentanan terhadap antimalaria
apat dilakukan meskipun cara ini tidak selalu tersedia dan hasilnya seringkali
terlalu lambat untuk memutuskan pilihan pengobatan. Beberapa obat untuk
pengobatan oral telah tersedia dan pilihan obat tergantung dari sensitifitas
parasit yang menginfeksi. Walaupun terdapat kejadian resisitensi plasmodium
vivax terhadap kloroquin (di sebagian Indonesia, Ocenia, Asia Timur dan
Selatan serta Amerika Tengah dan Selatan), kloroquin tetap merupakan terapi
pilihan untuk malaria pada manusia yang tergolong jinak (infeksi yang
disebabkan plasmodium oval, vivax dan malariae) kecuali di Indonesia dan
Papua New Guinea, dimana tingkat resistensi obat tinggi ditemukan.
7. Pencegahan Malaria
Tindakan pencegahan penyakit malaria menurut Fauci dkk (2008) terdiri
atas beberapa langkah yaitu :
a. Proteksi personal untuk melawan malaria.
16
Mengurangi frekwensi gigitan nyamuk di daerah yang tergolong
daerah dengan infeksi malaria sangat penting. Hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara mencegah kontak dengan nyamuk pada waktu puncak nyamuk
mencari makanan (biasanya waktu petang dan subuh) dan sepanjang
malam menggunakan obat anti nyamuk yang mengandung DEET (10-35%)
atau pirakardin (jika tidak tahan terhadap DEET), pakaian berlengan
panjang, dan menggunakan kelambu yang telah beri insektisida.
Penggunaan kelambu yang telah diberi pyrethroid akan menurunkan
insiden malaria di daerah dimana nyamuk menggigit di dalam ruangan
pada malam hari dan hal ini telah dibuktikan menurunkan mortalitas di
dawrah barat dan timur Afrika.
b. Kemoprofilaksis
Rekomendasi penggunaan profilaksis tergantung dari pengetahuan
akan obat yang paling sensitif terhadap plasmodium yang terdapat di
daerah tersebut kemungkinan mengalami infeksi malaria. Jika hal ini tidak
diketahui atau tidak terdapat ketentuan, maka obat yang efektif untuk
melawan keresistenan terhadap plasmodium falcifarum harus digunakan
(seperti atovaquone-proguanil (Malarone), doxycycline, mefloquine, atau
primaquine). Kemoprofilaksis meskipun demikian tidak selalu dapat
diandalkan, dan kecurigaan terhadap malaria tetap harus ada sebagai
differensial diagnosis pada demam yang dialami pasien yang melakukan
perjalanan ke daerah endemi malaria walaupun pasien telah mengkonsumsi
obat profilaksis anti malaria.
17
Profilaksis malaria harus diberikan pada beberapa kondisi untuk
meminimalkan infeksi malaria yaitu :
1) Wanita hamil yang melakukan perjalanan ke daerah dengan kejadian
malaria tinggi harus diingatkan akan resiko menderita malaria. Seluruh
wanita hamil yang terdapat di daerah endemik malaria harus didorong
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur ke klinik
antenatal setempat. Obat yang disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil
yang akan pergi ke daerah yang tergolong resisten terhadap obat
malaria adalah mefloquine ; obat ini umumnya aman untuk kehamilan
trimester dua dan tiga. Penggunaan profilaksis antimalaria telah
menurunkan mortalitas pada anak-anak usia 3-4 bulan di daerah
endemi malaria meskipun demikian ini belum merupakan pilihan yang
ekonomis bagi banyak negara. Alternatif lain yaitu dengan
memberikan pengobatan dosis intermiten (intermittent preventive
treatment/IPT) menunjukkan hal yang menjanjikan bagi penggunaan
yang lebih luas pada bayi, anak-anak dan wanita hamil. Bayi yang
lahir dari ibu yang tidak imun di daerah endemi malaria harus
mendapatkan profilaksis malaria sejak lahir.
2) Wisatawan harus mengkonsumsi obat anti malaria sebagai pencegahan
selama 2 hari sampai 1 atau 2 minggu sebelum hari keberangkatan
sehingga rekasi bila reaksi yang tidak diinginkan timbul dapat segera
dideteksi dan terapi antimalaria lain dapat diberikan. Profilaksis
antimalaria harus dikonsumsi secara rutin selama 4 minggu setelah
wisatawan meninggalkan daerah endemi malaria, kecuali bila telah
18
mengkonsumsi obat atovaquone-proguanil atau primaquine karena
obat ini dapat dengan signifikan melawan infeksi malaria pada saat
plasmodium berada di hati sehingga dikonsumsi hanya 1 minggu
setelah bepergian.
B. Konsep Perilaku
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan,
yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung, dan yang disebut
perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon
serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004).
Menurut Ensiklopedi Amerika, sebagaimana dikutip oleh Notoatmodjo
(2005), perilaku diartikan sebagai suatu aksi-reaksi organisme terhadap
lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
menimbulkan reaksi, yakni yang disebut rangsangan. Berarti rangsangan tertentu
akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu.
Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang,
yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor
internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah
kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom (1908),
seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu kedalam 3 (tiga)
domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif yang dapat diukur dengan
pengetahuan, afektif yang dapat diukur dengan sikap dan psikomotor yang dapat
diukur dengan keterampilan (Notoatmodjo, 2005).
19
Perilaku kesehatan pada hakekatnya adalah respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yaitu stimulus
dan respon. Sedangkan respon manusia terhadap stimulus tersebut terbagi dua
yaitu yang bersifat pasif (mengetahui, bersikap dan mempersepsikan tentang
penyakit dan rasa sakit), serta yang bersifat aktif yaitu tindakan yang dilakukan
sehubungan dengan penyakit dan rasa sakit tersebut (Notoatmodjo, 2005).
C. Promosi Kesehatan
1. Pengertian
Promosi kesehatan adalah tindakan yang tidak hanya terbatas pada upaya
pencegahan penyakit atau motivasi untuk meningkatkan kesehatan yang
bersumber dari rasa takut atau keadaan yang mengancam namun mencakup
seluruh perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan keadaan yang berpotensi
mengganggu kesehatan serta menerapkannya disepanjang kehidupan (Tomey
dan Alligood, 2002).
Promosi kesehatan menurut Pender dkk (2002) yang dikutip Kozier dkk
(2004) adalah perilaku yang dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mengaktualisasikan potensi kesehatan manusia. Promosi
kesehatan dapat dianjurkan terhadap seluruh tingkatan usia, dan status
kesehatan.
2. Promosi Kesehatan terhadap Malaria
Promosi kesehatan yang diharapkan dilakukan oleh seluruh keluarga di
Indonesia meliputi tindakan pemberantasan perkembangan jentik nyamuk
dengan menerapkan perilaku seperti
20
D. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Promosi Kesehatan (Health-Promoting
Behaviors)
Pender dkk (2002) seperti dikutip Kozier dkk (2004) menyatakan bahwa
penerapan perilaku promosi kesehatan dipengaruhi oleh berbagai hal dengan
berbagai tingkatan sebelum perilaku tersebut menjadi kegiatan yang dilaksanakan
secara terus-menerus. Hal yang mempengaruhi ditahapan awal atau paling dasar
meliputi karakteristik dan pengalaman-pengalaman (individual characteristic and
experiences), di tahapan selanjutnya kedua faktor tersebut akan mempengaruhi
kesadaran terhadap perilaku khusus dan faktor yang berpengaruh (behavior-
specific cognition and affect), dan ditahapan terakhir yaitu perilaku yang
diadaptasi (behavior outcome) berupa perilaku promosi kesehatan.
1. Karakteristik-karakteristik individual dan pengalaman-pengalaman (individual
characteristic and experiences).
Karakteristik individu dan pengalaman-pengalaman sebagai tahap awal yang
mempengaruhi penerapan perilaku promosi kesehatan merupakan faktor
personal yang unik dan pengaruhnya tergantung dari target perilaku promosi
kesehatan yang ingin dilaksanakan. Hal ini menggambarkan fleksibilitas dari
promosi kesehatan yang memberikan keleluasan bagi perawat untuk memilih
karakteristik dan pengalaman yang berhubungan dalam penerapan perilaku
promosi kesehatan yang diharapkan. Faktor yang tergolong dalam tahap ini
21
meliputi berbagai faktor-faktor personal dan keadaan terdahulu terkait dengan
perilaku.
a. Faktor-faktor personal (personal factors)
1) Karakteristik biologi yang didalamnya mencakup umur, kekuatan,
keseimbangan, status pubertas, status menopause, kapasitas aerobik, dan
lain-lain.
2) Karakteristik psikologi yang didalamnya mencakup rasa percaya diri,
motivasi diri, kemampuan personal, kesadaran terhadap status kesehatan
dan definisi kesehatan bagi individu tersebut.
3) Karakteristik sosiokultural yang didalamnya mencakup etnik, ras,
kemampuan menyesuaikan diri, pendidikan, serta status sosial ekonomi.
b. Keadaan terdahulu terkait dengan perilaku (prior related behavior)
mencakup pengalaman sebelumnya , pengetahuan, dan ketrampilan dalam
melaksanakan tindakan promosi kesehatan. Individu yang pernah
menerapkan tindakan yang tergolong promosi kesehatan dan merasakan
manfaat dari pelaksanaan tindakan tersebut maka seterusnya akan
menerapkan perilaku promosi kesehatan. Sebaliknya pada individu yang
mengalami hambatan untuk menerapkan perilaku promosi kesehaan akan
mengingat rintangan yang terjadi pada dirinya yang menimbulkan dampak
negatif bagi penerapan perilaku dimaksud.
22
2. Kesadaran terhadap perilaku khusus dan keadaan yang mempengaruhi meliputi
keadaan seperti :
a. Kesadaran terhadap perilaku khusus
1) Pemahaman akan keuntungan dari tindakan (perceived benefits of
action) adalah outcome yang merupakan antisipasi positif hasil dari
perilaku sehat.
2) Pemahaman akan hal-hal yang menghambat (perceived barriers to
action) adalah antisipasi, imaginasi, atau keadaan nyata serta harga yang
harus dibayar individu dalam mewujudkan perilaku sehat.
3) Pengertian akan kemampuan diri melakukan hal-hal yang
menguntungkan (perceived self-efficacy) adalah kemampuan individu
untuk membuat keputusan mengatur serta mengeksekusi perilaku
promosi kesehatan. Pengertian ini dipengaruhi oleh kesadaran terhadap
hal-hal yang mengambat penerapan perilaku promosi kesehatan.
b. Keadaan yang mempengaruhi
1) Afek yang timbul terkait aktifitas (activity-related affect). Keadaan ini
dideskripsikan sebagai perasaan subjektif baik positif atau negatif yang
terjadi sebelum, selama, dan yang mengikuti perilaku didasarkan oleh
stimulus dari perilaku itu sendiri. Aktifitas ini dipengaruhi oleh perceived
self-efficacy yang berarti semakin positif perasaan subjektif semakin besar
perasaan terhadap manfaat yang akan diperoleh. Dilain pihak peningkatan
perasaan terhadap manfaat dapat menghasilkan pengaruh positif di
kemudian hari.
23
2) Pengaruh interpersonal (interpersonal influences). Pengaruh ini adalah
kesadaran akan perilaku, kepercayaan atau sikap terhadap sesuatu.
keadaan yang tercakup didalamnya meliputi norma (harapan signifikan
terhadap sesuatu), dukungan sosial (peralatan dan dukungan emosi), serta
contoh atau model (pengalaman belajar melalui observasi sesuatu
terhadap perilaku nyata). Sumber utama yang memberikan pengaruh
interpersonal adalah keluarga, teman sebaya, dan tenaga kesehatan.
3) Pengaruh situasional (situasional influences) adalah persepsi dan
kesadaran pribadi terhadap setiap situasi atau kontek yang dapat
memfasilitasi atau merintangi perilaku. Keadaan yang termasuk pengaruh
situasional yaitu pilihan yang tersedia, karakteristik individu
bersangkutan, gambaran estetik dari lingkungan yang dapat mendukung
penerapan perilaku promosi kesehatan.
E. Konsep Keluarga
1. Pengertian
Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang atau
lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan emosional dimana
setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing sebagai bagian
dari keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di
bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes 1988,
dalam Effendy 1998).
24
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
kebudayaan (Baylon & Maglaya, 1989).
2. Tugas-Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Menurut Baylon & Maglaya (1989), tugas-tugas keluarga dalam
bidang kesehatan adalah :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya.
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kesehatan kepada anggota keluarganya yang sakit
dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang
terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-
lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-
fasilitas kesehatan yang ada.
Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki atau mengabaikan masalah kesehatan dalam kelompoknya
sendiri. Hampir setiap masalah kesehatan mulai dari awal sampai pada
penyelesaiannya akan dipengaruhi oleh keluarga. Keluarga juga berperan
dalam pengambilan keputusan dalam perawatannya. Keluarga mempunyai
peran utama dalam pemeliharan kesehatan seluruh anggota keluarganya.
25
Keluarga mempengaruhi lingkup hirarki kebutuhan Maslow, yaitu: kebutuhan
fisiologi, keamanan dan kenyamanan, dicintai dan rasa memiliki harga diri
serta aktualisasi diri. Peran dari anggota keluarga akan mengalami perubahan,
bila salah satu anggota keluarganya menderita sakit (Gaffar, 1999).