8
BAB II
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR
SISWA MTS NU 02 AL MA’ARIF BOJA
A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Pada dasarnya motivasi merupakan suatu hal yang sangat penting
dalam kehidupan manusia, dimana motivasi erat kaitannya dengan perbuatan
atau perilaku manusia. Oleh karena itu, dalam melaksanakan aktifitas perlu
disertai dengan motivasi.
Untuk lebih jelasnya, penulis kemukakan berupa pengertian tentang
motivasi, antara lain :
a. Menurut Mc Donald, adalah :
“Motivation is an energy change within the person charactirized by
effective arausal an anticipatory goal roaction” 1
(Motivasi adalah perubahan energi, dalam diri seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan).2
b. Menurut Sardiman A. M. Motivasi adalah, serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, dan bila ia tidak suka maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan tidak suka itu.3
c. Menurut Drs. Ngalim Purwanto MP. Motivasi yaitu suatu usaha yang
disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku
seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga
mencapai hasil tujuan tertentu.4
1 Frederick J. Mc Donald, Education of Psychology (USA, Worth Publishing, 1959) hal : 77 2 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, PT. Asdi Mahasatya, 2002) hal : 114 3 Sardiman, A. M., Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, Rajawali Pers, 1992) hal : 75 4 M. Ngalim Purwanto, M. P., Psikologi Pendidikan, (Bandung, Rosda Karya, 2000) hal : 73
9
d. Menurut Musthofa Fahmi :
عيارة عن قوة داحلية موجهة، وتقصد بذالك انه ينشاء داخل الفرد
كنتجة مباشرة لحبرته في الحياة“Motivasi merupakan ungkapan yang berupa dorongan terhadap sesuatu yang disengaja, yang timbul dengan sendirinya, serta berhubungan dengan keadaan di dalam kehidupan.”5
Keberadaan motivasi sangat penting dalam belajar. Karena motivasi
dapat menimbulkan minat anak didalam belajar (reinforcement). Apabila
semakin tepat motivasi yang diberikan serta bentuk motivasi yang diberikan
tersebut dapat diterima anak dengan baik, maka motivasi itu akan
merangsang anak didalam mencapai suatu tujuan tertentu. Motivasi dalam
hal ini adalah dapat sebagai modal dasar didalam suatu keberhasilan maupun
kegagalan seseorang.
Sebagaimana sabda Rosul
وعن امير المؤمنين ابى حفصعمربن الخطاب رضي اهللا عنه قال:
سمعت رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم يقول: انما االعمال بالنيات
وانما لآل امرئى مانو ﴿روه البخار ومسلم﴾“Dari Amirul Mu`minin, Abi Hafesh, Umar Bin Khathab r,a., telah berkata, Sesungguhnya sahnya semua amal itu tergantung pada niat. Dan sesungguhnya pada setiap orang itu tergantung menurut apa yang diniatkannya”6 (H.R.Bukhari Muslim)
Apabila seseorang ingin belajar di sekolah atau madarasah khususnya
sebagai lembaga pendidikan pilihannya harus disertai dan memiliki motivasi
tertentu. Sehingga nantinya ia semakin mengerti tujuan, maksud dari dirinya
serta kebutuhan apa yang harus ia penuhi selama belajar di lembaga
pendidikan pilihannya, yang dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah. Karena
motivasi atau niat dalam hal ini adalah merupakan titik tolak permulaan
dalam segala amal, pekerjaan, perjuangan serta perbuatan-perbuatan setiap
5 Musthofa Fahmi, Psikologi Ta’lim, (Darl Masnah Li Thoba’ah, Mesir, tth) halaman : 136 6 Abi Abdillah, Muhammad Ismail, Ibnu Ibrahim, Ibnu Al Mughairah, Ibnu Baizabah Al Bukhori Al
Jaizi, Shahih Bukhori, (Dar Al Kutub Al Almiah, Beirut Libanon, Juz 1, 1992) hal : 3
10
manusia tidak terkecuali seorang siswa. Disamping niat itu merupakan
ukuran yang akan menentukan tentang berhasil dan tidaknya suatu perilaku
atau perbuatan dan sebaliknya.
Adapun hakikat niat itu sendiri adalah, keadaan sifat yang tumbuh
dalam hati manusia yang mampu menggerakkan atau mendorongnya untuk
melakukan suatu tindakan tidak terkecuali dalam tindakan yang berbentuk
perilaku dalam belajar. Dalam belajar motivasi atau niat itu, dapat
meggerakkan organisasi dan mengarahkan tindakan, serta memiliki tujuan
belajar yang dirasakan berguna bagi kehidupan individu. Dengan motivasi itu
perilaku seseorang akan tampak. Jika yang dimaksud disini adalah motivasi
masuk di madrasah, maka perilaku yang ditunjukkan adalah perilakunya
dalam belajar. Sebagai mana yang dikatakan Hilgard dan Russel bahwa
motivasi merupakan bagian dari learning.7
Pernyataan tersebut mengindikasikan bahwa dalam proses
pembelajaran motivasi mempunyai peranan yang sangat penting.
Sebagaimana yang dikatakan S. Nasution bahwa “Motivation is an essential
condition of learning”8. Dikatakan pula oleh Wasti Sumanto, adanya
motives atau motif-motif menimbulkan need. Maksudnya ketika seseorang
mendapatkan motivasi tertentu maka orang itu berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut. Oleh karena motives dipandang sebagai wujud khusus
dari proses motivasi dan need diartikan sebagai keadaan yang menimbulkan
motivasi9. Yang kurang lebih dapat digambarkan sebagai berikut:
Meskipun para ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang
motivasi dan seberapapun definisi tersebut, namun esensinya menuju pada
maksud yang sama. Yaitu motivasi merupakan “suatu kekuatan (power) atau
daya (energy) atau tenaga yang bersifat dari dalam diri individu yang mampu 7 Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, (Malang, Rineka Cipta, 1983) hal : 206 8 S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mngajar, (Bandung, Sem Mars, 1995) hal : 36 9 Wasty Sumanto, Op. Cit hal 200
11
menggerakkan, mendorong, mengarahkan serta menimbulkan rangsangan
untuk melakukan tindakan atau perilaku demi mewujudkan atau mencapai
tujuan dan kebutuhan yang diinginkan”.
2. Indikator Motivasi
Motivasi merupakan keadaan atau kondisi kejiwaan (rohani)
seseorang. Motivasi tidak dapat diamati secara langsung dari luar melalui
aktifitas-aktifitas luar (tingkah laku) yang tampak dari gejala adanya motivasi
tersebut. Sebagaimana yang ditulis oleh Arno F. Wittig bahwa, “motivation
as any condition that initiates, guides and maintains a response. The motive
property cannot be observed directly.10 Motivasi adalah keadaan yang berupa
pikiran-pikiran, tujuan dan tanggapan terhadap beberapa keadaan sekitar dan
keberadaannya tidak dapat diamati.
Abin Syamsudin Makmun mengidentifikasi beberapa istilah sebagai
indikator motifasi tersebut, antara lain :
a. Frekuensi yang dilakukan waktu tertentu.
b. Persistensi (ketetapan dan kelekatannya pada tujuan).
c. Ketabahan, keuletan, dan kemampuannya dalam menghadapi rintangan
dan kesulitan untuk mencapai tujuan.
d. Devosi (pengabdian) dan pengorbanan (uang, waktu, tenaga).
e. Tingkatan aspirasinya (maksud, tujuan cita-cita, sasaran) yang hendak
dicapai.
f. Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan (positif atau negatif).
g. Tingkatan klasifikasi prestasi atau hasil yang dicapai (memuaskan atau
tidak, banyak atau sedikit)11.
Melalui indikator-indikator itulah motivasi diharapkan dapat
terdeteksi dan diukur. Dan dalam penelitian ini memfokuskan pada
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
10 Arno F. Wittig, Psychology of Learning (USA, Mc Graw Hill, 1981) hal : 218 11 Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Kependidikan, (Bandung, Remaja Rosda Karya, 2000) hal :
37
12
belajar menuju pada tujuan yang dikehendaki siswa yaitu tercapai sebuah
cita-cita yang terwujud melalui perilaku belajarnya.
3. Macam-Macam Motivasi
Beberapa teori yang telah dibahas sebelumnya menyatakan bahwa
motivasi menempati posisi penting dalam kegiatan belajar siswa. Dengan
motivasi hasil belajar menjadi optimal. Karena motivasi mengembangkan
aktifitas dan inisiatif, mengarahkan tujuan, memelihara ketekunan, dan
keuletan dalam kegiatan belajar.
Ada banyak macam dan jenis motivasi dilihat dari berbagai sudut
pandang, diantaranya :12
a. Motivasi dilihat dasar pembentuknya
1) Motivasi motif bawaan
Yaitu motif yang dibawa sejak lahir. Yaitu motif yang ada tanpa
dipelajari seperti dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dan
sebagainya.
2) Motif yang dipelajari
Motif ini sering disebut motif yang diisyaratkan sosial, sebab
manusia hidup dalam lingkungan sosial, sehingga motivasi itu
terbentuk. Contoh dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu, dan
dorongan untuk mengajar sesuatu di masyarakat. Sebab dengan
kemampuan berhubungan kerjasama dalam masyarakat tercapai
suatu kepuasan diri. Disamping itu menambah jenis motif ini.
a) Cognitive motives
b) Self expression (penampilan diri)
c) Self enhancement (kemajuan diri)
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Wood Worth dan Marquis
1) Motif atau kebutuhan organisme. Kebutuhan untuk minum, makan,
bernafas, dan lain-lain.
12 Sardiman A. M., Op. Cit hal 86 – 90
13
2) Motif darurat yaitu motif yang timbul dari luar seperti dorongan
untuk menyelamatkan diri, membalas, dan lain-lain.
3) Motif objektif. Motif ini muncul karena untuk menanggapi
kehidupan luar secara selektif, menyangkut kebutuhan untuk
eksplorasi, menaruh minat, dan manipulasi.
c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah
Yang termasuk motivasi jenis jasmaniah misalnya refleks, instink,
otomatis, dan nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah yaitu
kemauan. Kemauan terbentuk melalui empat momen yaitu momen
timbulnya alasan, dipilih putusan, dan kemauan.
d. Motivasi instrinsik (dari dalam diri pribadi seseorang)
Ada beberapa pendapat tentang pengertian motivasi instrinsik,
diantaranya :
1) Sumadi Suryabrata tentang motivasi instrinsik lebih sederhana yaitu
“motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar”13.
2) Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar, Drs. Syaiful Bahri
Djamarah berpendapat bahwa motivasi instrinsik adalah motof-
motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang
dari luar14. Karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk
melakukan sesuatu. Sebagai contoh apabila siswa ingin belajar,
maka sebelum belajar dan dalam belajarnya sudah ada keinginan
untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung dalam bahan pelajaran.
Kedua hal tersebut lebih erat kaitannya dengan minat dan pengalaman.
Minat merupakan kesadaran seseorang bahwa sesuatu objek baik
seseorang, soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
Seorang siswa yang sedang belajar tanpa memahami kedua hal tersebut
kegiatan belajarnya akan sulit berhasil. Sehingga motivasi instrinsik
dalam hal ini adalah keadaan dalam diri anak (siswa) yang mendorong,
menggerakkan, dan membangkitkan siswa itu sendiri untuk belajar.
13 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rajawali, 1992) hal : 72 14 Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit hal : 115
14
e. Motivasi ekstrinsik
Motivasi (dorongan) belajar seorang siswa tidaklah mesti dari dalam
dirinya –bersifat instrinsik– tetapi ada kalanya untuk membangkitkan
semangat belajar siswa tersebut yang membutuhkan dorongan (motivasi)
dari luar dirinya. Pada saat itulah peranan motivasi ekstrinsik
dibutuhkan. Alasannya ketiadaan motivasi baik instrinsik maupun
ekstrinsik dapat menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam
pembelajaran baik di rumah maupun di sekolah.
Menurut para ahli, motivasi ekstrinsik diantaranya :
1) Menurut Drs Syaiful Bahri Djamarah motivasi ekstrinsik adalah
motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya rangsangan
dari luar15.
2) Menurut Abin Syamsudin Makmun motivasi ekstrinsik adalah
“motivasi yang timbul dan berkembang sejalan dari datangnya dari
lingkungan”16.
3) S. Nasution mengemukakan pendapatnya tentang motivasi ekstrinsik
bahwa tujuan-tujuan itu terletak di luar perbuatan itu sendiri17.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
motivasi ekstrinsik dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal dan keadaan yang
datang dari luar diri siswa yang mendapat dorongan semangat dan keinginan
anak untuk belajar.
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami
perkembangan. Artinya terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan
psikologis siswa. Sehingga dapat diketahui bahwa motivasi belajar ada dalam
diri siswa.
15 Ibid, hal : 117 16 Abin Syamsudin Makmun, Op. Cit hal : 29 17 S. Nasution, Op. Cit hal : 82
15
Adapun faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah adanya
kebutuhan, adanya kemajuan pada diri siswa, dan adanya aspirasi atau cita-
cita.
a. Adanya kebutuhan
Apabila kebutuhan terpenuhi, telah dipuaskan, aktifitas akan berkurang
atau lenyap dan akan timbul kebutuhan-kebutuhan baru. Seorang anak
akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasakan suatu kebutuhan
yang berasal dari dalam diri siswa. Semisal adanya siswa mempelajari
sebuah pelajaran, ia ingin mengetahui bagaimana cara mencari volume
sebuah bangun. Keinginan untuk mengetahui ini dapat menjadi
pendorong yang kuat bagi anak untuk belajar membaca. Hal ini dapat
berarti bahwa kebutuhannya ingin mengetahui cara atau rumus itu bisa
terpenuhi. Sebagaimana yang dikatakan Nasution, MA. yang berjudul
Diktaktik Asas-Asas Belajar Mengajar, disebutkan bahwa
“Dissatisfaction is an essential element in motivation” (ketidak-
seimbangan adalah komponen yang paling esensial dalam motivasi)18.
b. Adanya kemajuan pada diri siswa
Keinginan untuk mengetahui lebih dalam terhadap sesuatu menjadi
pendorong untuk mengembangkan diri agar lebih berguna dan
bermanfaat. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya terhadap diri
sendiri akan membuat siswa tumbuh minat, karena ia merasakan adanya
kebutuhan itu dan mengapa ia mempelajari hal tersebut. Hal ini akan
mengurangi atau mengesampingkan hal-hal yang tidak ada hubungan
dengan usahanya dalam mewujudkan tujuannya tersebut. Hasil
belajarpun juga lebih efektif dan efisien.
c. Adanya aspirasi atau cita-cita
Cita-cita dalam bahasa arabnya “himmah” (ةهم) diartikan sebagai
kemauan dari niatan yang baik19. Timbulnya cita-cita diikuti oleh
18 Ibid, hal : 74 19 Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia, (Surabaya, Pustaka Progresif, 1997) hal : 1519
16
perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa, dan nilai-nilai kehidupan.
Timbulnya cita-cita juga diikuti oleh perkembangan kepribadian20.
Keinginan berlangsung sesaat atau dalam waktu yang singkat, sedangkan
kemauan dapat berlangsung waktu yang lama. Kemauan telah disertai
dengan perhitungan akal yang sehat. Cita-cita berlangsung dalam waktu
yang lama bahkan sepanjang hayat. Cita-cita akan memperkuat motivasi
belajar instrinsik maupin ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita-cita
akan mewujudkan aktualisasi diri.
Meskipun pada hakekatnya motivasi instrinsik yang menentukan
tumbuhnya dorongan belajar anak, tetapi dalam prakteknya, adakalanya
tumbuhnya dorongan internal itu harus dirangsang oleh suatu objek atau
keadaan yang sifatnya eksternal (dari luar diri siswa). Sebagaimana
halnya dengan timbulnya motivasi instrinsik, maka motivasi ekstrinsik
juga dapat ditimbulkan dari berbagai rangsangan luar, antar lain :
1) Dorongan dari luar (orang atau bukan orang)
2) Adanya kompetisi, persaingan, dan kerjasama
3) Adanya ganjaran dan hukuman
5. Peranan dan Ciri-Ciri Motivasi dalam Belajar
Dorongan atau motivasi besar maknanya bagi perbuatan belajar
seseorang, tanpa mendorong kekuatan belajar itu lemah. Bahkan mungkin
lama sekali tidak dilakukan21, sebab motivasi inilah yang mendorong
seseorang untuk berdisiplin dan bekerja keras guna mencapai apa yang
dicita-citakan.
Seorang siswa akan memperoleh hasil belajar secara optimal kalau
ada motivasi. Karena motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha
belajar para siswa. Untuk itulah motivasi memiliki peran. Fungsi urgen
dalam belajar sebagai berikut22.
20 Dimyati dan Mudjiyono, Op. Cit hal : 97 21 Sardiman A. M., Op. Cit hal : 84 22 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Jakarta, Grafika, 2003) hal : 161
17
a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor
yang melepaskan energi.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
c. Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan.
d. Mendorong usaha dan pencapaian prestasi23.
Fungsi yang menduduki posisi penting ini karena selain menjadi
pendorong dan pengaruh perbuatan seseorang, motivasi juga menjadi
penyeleksi perbuatan-perbuatan mana yang harus dikerjakan dan perbuatan-
perbuatan mana yang harus ditinggalkan dalam pencapaian tujuan yang
diinginkan disamping sebagai pencetak prestasi. Karena adanya motivasi
akan dapat mengembangkan aktifitas, ketekunan, dan keuletan dalam suatu
pembelajaran. Sehingga hasil belajar menjadi optimal sebab seseorang yang
memiliki motivasi akan memiliki ciri-ciri sebagai berikut.24
a. Tekun menghadapi tugas dan dapat bekerja terus menerus dalam waktu
yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.
d. Lebih senang bekerja sendiri.
B. PERILAKU BELAJAR
1. Pengertian Perilaku
Untuk memberikan gambaran tentang apa yang dimaksud “perilaku
belajar” penulis akan mengemukakan terlebih dahulu tentang pengertian
perilaku. Merskipun secara spesifik para ahli tidak membicarakan perilaku
atau tingkah laku manusia. Namun tingkah tingkah laku manusia biasanya
menjadi pembicaraan yang sangat menarik perhatian masyarakat, terurtama
dalam kaitannya dengan segala jiwa.
23 Sardiman A. M., Op. Cit hal : 85 24 Ibid hal : 83
18
Tingkah laku secara etimologi diartikan sebagai perilaku atau
perbuatan yang dilakukan seseorang. Seorang ahli psikologi bernama James
drever memberikan definisi sebagai berikut. Bahwa perilaku adalah
“Behavior is the total response, motor and glandular wich an organism
makes to any situation wich if faced”25
“Tingkah laku adalah keseluruhan tanggapan, gerak, dan kelenjar yang dibuat
oleh organisme pada situasi yang dihadapinya”.
Adapun reaksi yang terjadi adalah yang dilakukan manusia atau
hewan yang muncul dan dapat dilihat atau diamati yang terwujud dalam
gerkan (sikap) tidak saja badan atau ucapan. Tingkah laku diartikan sebagai
perilaku yang dilakukan seseorang, ia berupa tanggapan, atau reaksi individu
terhadap rangsangan atau lingkungan dalam kaitannya dengan belajar.
Sehingga perilaku belajar ini berupa aktifitas, sikap, sifat peserta didik baik
yang tampak sebagai reaksi yang berhubungan dengan masalah belajar.
2. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan beberapa pengertian belajar
menurut beberapa ahli.
a. W.S. Winkel mengatakan bahwa belajar pada manusia adalah suatu
aktifitas mental psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu bersifat relatif dan
berbekas26.
b. Cliford T. Morgan “Learning is relatively permanent change in
behaviour or that is result of past experience”27 (Belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang merupakan hasil
pengalaman yang lalu). 25 James Drever, The Penguin Dictionary of Psychology, (New York, Penguin Book, tth) hal : 28 26 W. S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta, Gramedia, 1990) hal : 53 27 Cliford T. Morgan, Introduction to Psychology, (USA, Mc Graw Gill Book Company, tth) hal :
187
19
c. Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985) dalam bukunya Educational
Psychology : The teaching learning process, berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif28.
d. Sholeh Abdul Aziz dan Abdul Majid
ان التعلم هو تغير فى ذهن المتعلم يطرأ على خبرة سا بقة فيحدث فيها
تفيرا جد يدا“Belajar adalah suatu perubahan didalam pemikiran siswa yang keluar dari pengalaman terdahulu, kemudian menimbulkan perubahan baru dalam pemikiran siswa”29.
Definisi-definisi tersebut tidak ada yang sama persis antara yang satu
dan yang lainnya, namun ada beberapa hal yang sama dan dapat disimpulkan
sebagai berikut :
a. Belajar merupakan sebuah proses yang bertahap yaitu suatu urutan atau
kemajuan yang mengarahkan pada suatu sasaran atau tujuan.
b. Dalam belajar terjadi perubahan baik mencakup kecakapan atau
kemampuan, sikap, nilai, perilaku, dan sebagainya. Dengan kata lain
perubahan tersebut meliputi 3 aspek (Kognitif, Afektif, Psikomotorik).
c. Perubahan yang terjadi tersebut bersifat relatif menetap (konstan) dan
membekas.
d. Perubahan tersebut dicapai baik melalui latihan dan pengalaman seperti
melalui membaca, mendengar, meniru, mengamati, mengalami sendiri
dan lain-lain.
3. Ciri-Ciri Belajar
Secara teoritis, kadang belajar diartikan sebagi perubahan tingkah laku
yang terjadi pada seseorang. Sebelum mengarah pada perubahan tingkah laku
dalam belajar, akan dikemukakan ciri-ciri belajar. Adapun ciri-ciri dari
belajar diantaranya adalah, sebagai berikut :
28 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung, Rosda Karya, 2000) hal : 90 29 Shaleh Abdul Madjid dan Abdul Aziz Abdul Madjid, Attarbiyatul wa Turuqul Tadris, (Makkah,
Darul Ma’arif, 1996) hal : 169
20
a. Belajar adalah suatu proses aktif, dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara peserta didik dan lingkungan.
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi peserta didik.
Tujuan tersebut akan menuntun pada tujuan-tujuan selanjutnya.
c. Belajar adalah bersifat efektif, karena didasari oleh dorongan (motivasi)
yang murni dan bersumber dari dalam diri individu.
d. Belajar adalah penuh hambatan dan rintangan, sehingga peserta didik
harus sanggup mengatasinya.
e. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan, sehingga belajar disini benar-benar merupakan proses mencapai
tujuan, yang merupakan suatu langkah atau prosedur yang benar serta
merupakan pengalaman yang berasal dari motivasi individu dan juga
masyarakat.
Dalam kaitannya dengan belajar,atau dalam hal ini perilaku belajar
akan dikemukakan ciri-ciri atau karakteristik dari perilaku belajar. Diantara
ciri-ciri perubahan yang khas yang menjadi karakteristik dalam perilaku
belajar adalah :30
a. Perubahan itu intensional dalam arti pengalaman/praktek, latihan itu
disadari/disengaja, dilakukan secara kebetulan. Dengan demikian
perubahan karena kematangan atau penyakit tidak dipandang secara
kebetulan.
b. Perubahan itu bertambah dalam arti sesuai denagn yang diharapkan
(normatif) atau kriteria keberhasilan baik dipandang dari segi peserta
didik, (tingkat abilitas dan bakat khususnya tugas perkembangan) dan
sebagainya, maupun dari segi guru maupun (tuntutan masyarakat tingkat
dewasa sesuai dengan standar kulturnya).
c. Perubahan itu efektif dalam arti mempunyai pengaruh dan makna tertentu
bagi pelajar yang bersangkutan, serta fungsional dalam arti perubahan,
dengan perubahan hasil belajar yang relatif tetap dan jika setiap saat
30 Muhibbin Syah, Op. Cit hal : 107
21
diperlukan dapat direduksi. Seperti, pemecahan masalah baik dalam ujian,
ulangan dan penyesuaian diri dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka
memperhatikan kelangsungan hidup.
d. Perubahan itu bertujuan atau terarah dalam arti, segala tingkah laku yang
terjadi itu karena tujuan yang ingin dicapai sehingga perubahannya
terarah dan benar-benar disadari misalnya, seseorang yang belajar
mengetik, sebelumnya dapat menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai
dengan belajar mengetik atau tingkatan mana yang telah dicapainya.
e. Peruabahan itu bersifat sementara artinya seluruh tingkah laku yang
terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kemampuan
seorang anak dalam memainkan alat musik biola setelah belajar tidak
akan hilang apalagi jika terus dipergunakan atau dilatih.
f. Perubahan yang terjadi bersifat positif dan afektif artinya, perbuatan
dalam belajar selalu bertambah dan bertujuan memeperoleh sesuatu yang
lebih baik daripada sebelumnya. Semakin sering berusaha dalam belajar
maka semakin baik perubahannya. Dikatakan aktif karena terjadi
berdasarkan usaha belajar individu sendiri.
g. Perubahan dalam belajar mencakup keseluruhan aspek dalam bertingkah
laku. Artinya individu tersebut mengalami perubahan dalam sikap,
kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, pola pikir dan apresiasi. Sehingga
proses belajar yang selama ini ia lakukan dan lalui itu benar-benar telah
berakar dalam diri individu tersebut.
Dari beberapa perubahan yang terjadi pada peserta didik sebagai
manifestasi perilaku belajar ini dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku
tersebut merupakan respon peserta didik pada tindak mengajar dan tindak
pembelajaran dari pendidik, karena pada dasarnya perilaku yang terjadi pada
peserta didik merupakan hasil proses belajar yang berupa perilaku yang tidak
dikehendaki dan yang dikehendaki. Hanya saja perilaku-perilaku yang
dikehendaki diperkuat melalui latihan, pengulangan dan aplikasi.
Terbentuknya perilaku belajar yang terjadi merupakan hasil dari
motivasi peserta didik sendiri yang berupa keinginan, kemampuan serta
22
kecakapannya dalam mengolah dan memanfaatkan apa yang diperoleh dalam
proses belajar yang mana kesemuanya itu membudaya pada peserta didik.
Bahkan dapat terjadi semacam rasa tanggung jawab pada diri sendiri bahwa
hal tersebut merupakan hal atau tugas yang harus dilaksanakan sebagai
konsekuensinya menjadi pelaku belajar yang baik dalam institusi pendidikan
(Madrasah).
C. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi
antar berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor
intern) maupun dari luar diri (faktor ekstern).
Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,
misalnya dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, begitu juga dengan
belajar. Prestasi berarti hasil yang telah dicapai oleh seseorang atau dalam hal
ini adalah seorang siswa.
Menurut istilah, prestasi adalah bukti kebenaran keberhasilan usaha
yang dicapai31 yang dalam hal ini sesuatu yang diperoleh seseorang setelah
melakukan aktivitas belajar. Prestasi belajar juga berarti hasil yang telah
dicapai sebagai akibat dari adanya kegiatan peserta didik kaitannya dengan
belajarnya.32
Untuk memperoleh prestasi belajar yang diharapkan, maka ada
kriteria untuk menentukan tingkat keberhasilan atau prestasi belajar, yaitu :
a. Kriteria ditinjau dari sudut prosesnya
b. Kriteria ditinjau dari sudut hasilnya yang dicapai.33
Dengan kriteria tersebut artinya bukan berarti mengejar hasil yang
setinggi-tingginya sampai mengabaikan prosesnya, tetapi keduanya harus
dicapai bersama-sama secara seimbang, sebab suatu hasil itu sendiri
ditentukan oleh proses sebelumnya.
31 W.S. Winkel, Op.cit, hal : 162 32 Syaifudin Azwar, Tes Prestasi (Yogyakarta, Liberty, 1992) hal : 13 33 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (bandung Rosda Karya, 1991) hal : 22
23
Prestasi belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa melalui tes
yang kemudian dimasukkan ke dalam buku raport yang di dalamnya
menyangkut tiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
sebagai tolok ukur keberhasilannya.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Apabila belajar diartikan sebagi serangkaian kegiatan jiwa dan raga
untuk mendapatkan suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor, maka perubahan yang terjadi
itu adalah sebagai akibat dari kegiatan yang dilakukan individu.
Untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk “perubahan” harus
melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh dari dalam individu maupun
dari luar individu, dan faktor-faktor ini tidak dapat dilihat secara psikologis,
kecuali jika seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar.
Secara keseluruhan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses belajar
adalah dibagi menjadi tiga macam34.
a. Faktor internal
Merupakan keadaan atau kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
Merupakan faktor yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk
mental atau psikologis yang ikut menentukan berhasil tidaknya anak
didik dalam belajar. Faktor internal ini meliputi dua aspek, yakni faktor
yang bersifat fisiologis dan faktor yang bersifat psikologis.
1) Faktor yang bersifat fisisologis
Faktor fisiologis pada umumnya sangat mempengaruhi terhadap
kemampuan belajar seseorang. Kondisi jasmani yang sehat,
tegangan otot-otot, sendi-sendi, serta organ-organ tubuh yang sehat
mempengaruhi semangat, intensitas siswa dalam mengikuti
pelajaran. Sebab orang yang dalam keadaan sehat jasmaninya akan
berlainan belajarnya dengan orang yang dalam keadaan kelelahan.
34 Muhibbin Syah, Op. Cit hal : 130
24
Untuk dapat berhasil dalam belajar seseorang harus dalam kondisi
organ-organ yang baik, terutama dalam kesehatan panca indera
pendengaran dan penglihatan.karena keduanyalah yang akan
menyerap informasi dan pengetahuan yang disajikan dalam kelas
sebagai bentuk keberhasilan dalam belajar.
2) Faktor yang bersifat psikologis
Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal
yang utama dalam menentukan intensitas belajar anak didik. Karena
pada dasarnya belajar adalah proses psikologis. Sehingga keadaan
apapun dalam diri siswa yang bersifat psikologis akan berpengaruh
dalam belajar. Meskipun banyak faktor yang bersifat psikologis,
namun hanya ada beberapa saja yang dianggap esensial dalam
mempengaruhi proses belajar seseorang.
a) Kecerdasan
Pada hakekatnya, semakin meningkat umur seseorang, semakin
dewasa pula cara bertindaknya, baik yang berbentuk sikap, sifat,
tindakan, maupun pola pikirnya. Hal ini mengindikasikan
adanya hubungan yang erat antara kecerdasan dengan umur.
Perkembangan pola pikir dari hal yang sifatnya konkret ke yang
abstrak tidak bisa dipisahkan dari perkembangan intelegensinya
yang dalam hal ini adalah dilakukan oleh otak. Otaklah yang
merupakan organ tubuh yang paling utama dalam setiap aktifitas
individu. Ia merupakan menara pengontrolnya. Mampu tidaknya
seseorang khususnya siwa dalam menerima pelajaran tergantung
pada otak. Diakui atau tidaknya, intelegensi ikut menentukan
keberhasilan seseorang. Sebagaimana yang dikatakan M.
Dalyono dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa seseorang
yang memiliki intelegensi baik (IQ tinggi) umumnya mudah
belajar dan hasilnyapun cenderung baik35.
35 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Rineka Cipta, 1997) hal : 56
25
b) Minat
Minat menurut Slameto adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang
menyuruh36. Ia merupakan penerimaan terhadap sesuatu yang
menyangkut diri sendiri dengan sesuatu yang lain yang
tergantung oleh pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi,
serta kebutuhan. Sejauh yang diketahui minat dapat
mempengaruhi kualitas dalam pencapaian suatu hasil belajar
anak didik dalam berbagai bidangnya. Anak didik yang
mempunyai minat besar terhadap mata pelajaran tertentu, maka
dalam menghadapi materi yang disampaikan ia akan
bersungguh-sungguh serta memusatkan perhatian yang intensif
terhadap materi tersebut. Ia giat dalam belajarnya sehingga
mencapai prestasi sesuai dengan yang diinginkan.
c) Bakat
Selain intelegensi, bakat merupakan faktor yang mempunyai
peranan terhadap proses belajar seseorang. Dalam diri setiap
orang sudah terdapat bakat masing-masing, karena bakat
merupakan kemampuan potensial yang dimiliki. Untuk
menciptakan, menghasilkan sesuatu di masa yang akan datang.
Dalam kehidupan sekolah anak didik yang memiliki bakat
tertentu, misalnya olah raga. Umumnya prestasi mata pelajaran
yang lain juga baik. Keunggulan dalam salah satu bidang,
apakah bidang bahasa, matematika, seni, merupakan hasil
interaksi dari bakat tersebut. Disamping faktor lingkungan,
minat maupun motivasi pribadi, keberadaan bakat yag telah ada
ini akan memudahkan siswa dalam menerima informasi,
pengetahuan, keterampilan yang berhubungan dengan bidang
tersebut, sehingga hasilnyapun akan baik. Sehubungan dengan
36 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta, Rineka Cipta, 1995) cet. III
hal : 180
26
hal di atas, bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi
belajar bidang-bidang tertentu yang berlanjut pada perilaku
belajar sehari-harinya dalam kehidupan sekolah. Hal ini
memberikan informasi bahwa pemaksaan kehendak kepada
anak didik pada hal yang tidak diingini menjadi yang diinginkan
adalah tidak dibenarkan karena akan berpengaruh terhadap
kinerja akademik dan prestasi belajarnya.
d) Motivasi
Motivasi menurut S. Nasution, M.A. adalah kondisi psikologis
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu37. Ia
merupakan kondisi internal organisme baik manusia maupun
binatang yang akan mendorong untuk berbuat sesuatu.
Terlaksana atau tidaknya suatu perbuatan tergantung
motivasinya. Dalam perkembangannya motivasi dapat
meningkatkan hasil belajar. Adanya motivasi ini menjadi
pemecahan dalam peningkatan kualitas hasil belajar. Yakni
semangat untuk belajar bertambah. Hal ini dipandang masuk
akal, sebagaimana yang diungkapkan oleh Ngalim Purwanto,
bahwa banyak bakat anak tidak berkembang karena tidak
diperolehnya motivasi yang tepat38. Jika anak didik dalam
belajar benar-benar memperoleh motivasi yang tepat, maka
lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil
yang tidak terduga, dikarenakan kuat lemahnya motivasi belajar
seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, maka
dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh
tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita maupun
dari luar diri.
37 S. Nasution, Op. Cit hal : 8 38 Ngalim Purwanto, Op. Cit hal : 8
27
e) Kemampuan kognitif
Dalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan yang sangat
dikenal dan diakui oleh para ahli pendidikan, yakni ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif harus
dikuasai oleh anak didik, karena penguasaan pada tingkatan ini
menjadi dasar pada ilmu pengetahuan. Penguasaan ini meliputi
persepsi, mengingat, dan berpikir. Jika ketiga istilah ini mampu
dikuasai oleh anak didik, maka anak didik itu akan mampu
menghasilkan gagasan yang berkualitas sebagai hasil belajar.
Semakin banyak pikiran (ide-ide) dan gagasan yang semakin
kaya dan luaslah alam pikiran kognitifnya. Dan dalam hal ini
perlu dikembangkan melalui kegiatan belajar yang
dimanifestasikan dalam perilaku belajar di sekolah.
b. Faktor eksternal
Sebagaimana faktor internal yang mempunyai dua macam yakni
fisiologis dan psikologis, dalam faktor eksternal juga terdiri dari dua
macam, yakni faktor lingkungan sosial dan faktor non lingkungan
sosial39.
Lingkungan adalah bagian dari kehidupan anak didik. Di sinilah anak
didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang bernama
ekosistem. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindarkan diri dari
lingkungan seperti ini baik sosial maupun non sosialnya. Interaksi dari
lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi mengisi kehidupan anak
didik. Keduanya mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap
belajar anak didik disekolah ia yang menentukan berhasil tidaknya,
terganggu tidaknya, serta mampu tidaknya siswa menyerap ilmu-ilmu
yang diajarkan.
1) Lingkungan sosial
Lingkungan sosial ini dapat berbentuk, sebagai berikut
39 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2003) hal : 233
28
a) Lingkungan belajar
Hambatan terhadap kemajuan studi atau belajar tidak saja
bersumber dari diri siswa itu sendiri, tetapi kemungkinannya
bersumber pada kondisi lingkungan yang kurang mendukung
terhadap belajar anak. Misalnya kondisi lingkungan belajar yang
banyak orang sehingga suasananya gaduh, sarana atau prasarana
yang kurang lengkap menjadikan suasana belajar menjadi tidak
representif, kurikulum dan kedisiplinan terhadap segala tata
tertib yang kurang baik juga mempengaruhi belajar, disamping
guru, staf administrasi, serta teman-teman sekelaspun dapat
dikategorikan sebagai lingkungan yang dapat menghambat
jalannya belajar. Dan lingkungan belajar yang baik adalah yang
didalamnya selalu terjadi interaksi yang berkesinambungan
antara guru, peserta didik, suasana kelas, dan perlengkapan
pelajaran yantg memadai.
b) Lingkungan keluarga
Faktor keluarga yang dapat mempengaruhi belajar diantaranya,
cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak, seperti
pengertian orang tua, latar belakang, kebudayaan dan keadaan
ekonomi keluarga40.
Lingkungan keluarga banyak mempengaruhi keberhasilan anak
didalam belajarnya. Karena kondisi keluarga yang harmonis
memungkinkan dapat mendukung belajar si anak, sehingga
dapat memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan
sebaliknya jika keadaan keluarga kurang mendukung belajar
anak, maka yang akan diperoleh tidak akan memuaskan.
Sebagaimana masalah keluarga yang dapat mempengaruhi
keberhasilan belajar anak misalnya, kemampuan ekonomi
40 Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta, Rineka Cipta, 1991) hal : 82 – 84
29
keluarga, masalah rindu kampung (bagi yang kost), kurangnya
kontrol keluarga, perhatian, dan motivasi orang tua.
Keluarga yang terdiri dari orang tua dan keluarga, siswa itu
sendiri adalah yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan
belajar anak didik. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan
keluarga, masalah keluarga akan memberi pengaruh baik atau
buruk terhadap kegiatan belajar yang dicapai oleh anak didik.
2) Lingkungan non sosial
Manusia adalah makhluk homo socius, semacam makhluk yang
tidak dapat hidup bersama satu sama lainnya. Kehidupan dalam
kebersamaan serta saling membutuhkan akan melahirkan interaksi
sosial. Saling memberi dan menerima adalah hal yang ada dalam
kehidupan sosial, tidak terkecuali anak didik, iapun tidak dapat
melepaskan diri dari ikatan sosial. Sistem sosial yang ada akan
mengikat anak didik dan harus dipatuhi. Demikian juga di sekolah.
Peraturan dan tata tertib sekolah harus dipatuhi. Adapun faktor-
faktor yang termasuk dalam lingkungan ini adalah gedung sekolah,
geografis, rumah tinggal, keluarga anak didik, alat-alat belajar,
keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa41.
Lingkungan sosial yang dalam hal ini berada di luar sekolah ternyata
sisi kehidupannya juga mendatangkan problem tersendiri bagi
kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah
yang dekat dengan hiruk-pikuk lalu lintas akan menimbulkan
kegaduhan kelas. Jika hal ini terjadi, bagaimana anak didik dapat
berkosentarasi dengan baik bila ada gangguan yang selalu ada di
sekitarnya. Meskipun pada umumnya masyarakat tidak akan
menghalangi kemajuan anak didik bahkan mereka sangat
membutuhkan tenaga yang cakap dan terampil untuk membentuk
41 Ibid hal : 138
30
masyarakat yang berkualitas, siap pakai dan bernilai positif untuk
memajukan bangsa.
3. Pengaruh Motivasi Belajar dan Perilaku Belajar terhadap Prestasi
Belajar Siswa
Peserta didik yang memiliki motivasi yang kuat dalam mengkaji suatu
ilmu atau belajar di sebuah lembaga pendidikan akan berbeda dengan anak
yang memiliki motivasi yang lemah dalam belajar. Motivasi sangat
diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar
tidak akan mungkin melakukan aktifitas belajar. Hal itu menunjukkan bahwa
sesuatu yang akan dilakukan itu tidak menyentuh kebutuhannya, karena
setiap yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang
tertentu selama hal itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Motivasi
diakui sebagai dasar penggerak yang mendorong aktifitas belajar seseorang.
Dalam kesehariannya ia akan senantiasa melakukan aktifitas belajar. Tenaga
pendorongnya senantiasa mengarahkan dan mengatur gerak belajar karena
aktifitas tersebut merupakan kegiatan yang melibatkan unsur jiwa dan raga.
Dikarenakan motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk
dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk
melakukan dengan tindakan tertentu. Maka ia juga bisa berbentuk usaha-
usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu
tergerak melakukan sesuatu. Hal tersebut dilakukan karena ingin mencapai
tujuan yang dikehendakinya. Misalnya jika ia telah memilih lembaga
pendidikan sebagai tempat belajarnya maka ia akan melakukan apa yang
tekah menjadi peraturan, tata tertib serta segala konsekuensi dengan sebaik-
baiknya.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat strategis dalam aktifitas
seseorang. Tidak seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi
berarti tidak ada kegiatan belajar. Rasa optimisme dalam belajar, usaha
menghasilkan prestasi, dan kebutuhan untuk belajar tidak akan pernah ada.
Motivasi adalah mencakup fenomena yang mencakup operasi dari
dorongan perangsang yang menyebabkan individu melakukan kegiatan untuk
31
mencapai tujuan tertentu sedangkan perilaku anak didik dalam belajar adalah
tingkah laku anak didik dalam suasana belajar agar mencapai hasil yang
optimal yang disebut prestasi belajar dalam sikap, apresiasi, pola pikir,
keterampilan, dan kebiasaan. Perilaku belajar dan prestasi belajar senantiasa
berkaitan dengan motivasi adanya keinginan untuk belajar dan hasil belajar
berupa nilai raport didasari motivasi. Baik yang timbul dari dalam individu
maupun luar individu. Timbulnya dorongan dari individu diharapkan dapat
menjamin kelangsungan hidup dan memberikan arah pada kegiatan belajar
sehingga tujuan yang dikehendaki peserta atau anak didik tercapai.
Motivasi seseorang atau dalam hal ini peserta didik akan
mengarahkan untuk senantiasa beruasaha semaksimal mungkin agar tercapai
apa yang diinginkan dan yang diharapkan. Motivasi inilah yang mendorong
untuk berdisplin dan bekerja keras demi mencapai apa yang dicita-citakan
yang dapat berupa nilai yang baik.
Firman Allah dalam surat An Najm, 39
وا ن ليس لال نسان اال ما سعى
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”42.
Perilaku belajar dan hasil belajar itu salah satunya dipengaruhi oleh
motivasi belajar disamping minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,
ketekunan, faktor fisik, dan psikis43.
Dalam kaitannya hubungan antara motivasi seorang peserta didik
terlepas dari apakah itu dorongan dari dalam dengan luar individu tersebut
memberikan pengaruh yang jelas, nyata, dan erat terhadap perilaku
belajarnya. Karena salah satu faktor psikis yang mempunyai kegiatan belajar
adalah minat orang yang belajar terhadap suatu pelajaran. Sebab semangat
tidaknya seseorang dalam belajar belum tentu ia tidak mampu atau tidak
dapat. Akan tetapi boleh jadi disebabkan oleh besar kecilnya minat yang ada
pada dirinya yang dapat berupa motivasi. Kemampuan peserta didik dalam
42 Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung, Gema Risalah Press, 1992) hal : 874 43 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Belajar Mengajar, (Bandung, Sinar Baru, 1991) Hal : 39
32
memberikan opini, menerima materi dengan baik, serta berpikiran maju
merupakan bentuk-bentuk perilaku belajar. Adapun perilaku belajar seperti
ini tentunya lahir dari individu yang mengerti dan mengetahui hakekat dari
belajar, tujuan belajar, dan proses belajar yang dijalaninya karena tradisi dan
bahkan juga karakter (perilaku) yang dapat diciptakan melalui latihan dan
pembiasaan44. Ketika hal tersebut sudah biasa dilakukan maka akan menjadi
habit45 bagi yang melakukannya sulit untuk ditinggalkan.
Hal tersebut akan dapat memberikan pemahaman dan pengertian
bahkan mungkin usaha yang keras bagi para siswa, guru maupun steak holder
yang lain untuk menuingkatkan kualitas demi tercapainya sebuah cita-cita
maupun tercapainya suatu tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
Firman Allah dalam Q.S. Ar Ra`du ayat 11:
ان اهللا اليغيرما بقوم حتى يغيرواما با نفسهم (د ع ر لا : ١١)Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada mereka sendiri. (Q.S. Ar Ra’d : 11)46
Dalam tafsirnya Al Maraghi memberikan penjelasan bahwa Allah
tidak akan mengubah sesuatu, apa yang ada pada suatu kaum, berupa ni’mat
dan kesehatan, lalu mencabutnya dari mereka sehingga mereka mengubah
apa yang ada pada diri mereka sendiri, seperti kezaliman sebagian mereka
terhadap sebagian yang lain dan kejahatan yang menggerogoti tatanan
masyarakat serta menghancurkan umat. Seperti bibit penyakit yang
menghancurkan individu.47 Dalam kaitannya dengan prestasi belajar adalah
adanya penyakit malas dan tidak bersemangat dengan belajar. Apabila
peserta didik dalam dirinya sudah tidak ada keinginan, harapan, maupun
kebutuhan dalam tindak belajar, maka belajarpun menjadi tidak optimal. Ia
tidak menyadari terhadap tindakan yang ia lakukan. Perilakunya berjalan
begitu saja tanpa ada tujuan, sehingga hasil belajar yang berupa prestasi pun
tidak dapat optimal diperoleh, bahkan tidak pernah diperoleh. Prestasi yang 44 H. Qodri Azizy, Pendidikan untuk Membangun Etika Sosial, (Jakarta, Aneka Ilmu, 2002) hal : 146 45 Ibid hal : 147 46 Al Qur’an dan Terjemah, Op.cit hal : 370 47 Ahmad Musthofa Al Maraghi, Tafsir Al Maraghi (Darl Ulum, 1974) Juz 13 Cet ke III hal : 83
33
seharusnya menjadi tujuan akhirnya tidak pernah ada, dan hal ini akan
menjadi faktor utama penghambat seseorang dalam mencapai cita-cita
melalui perilaku belajar dan motivasi belajar.
D. PENELITIAN YANG RELEVAN
Untuk memperjelas posisi penulis dalam penelitian ini, perlu ditinjau
beberapa buku yang penulis jadikan sebagai acuan dan pijakan dalam penelitian
ini.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aeni Luluk Baroroh yang berjudul
“ Pengaruh motivasi terhadap hasil belajar agama Islam siswa kelas II SMP di
SLTP N 01 Brangsong Kendal Th 2003 – 2004” adalah bertujuan untuk
mengetahui kondisi seseorang itu sangat mempengaruhi tingkah laku beragama
seseorang, motivasi mempengaruhi hasil belajar pada mata pelajaran agama
Islam, dan pola belajar yang ada dilaksanakan juga mempengaruhinya.
Yang kedua adalah penelitian yang dilakukan oleh Alex Burhanudin yang
berjudul “ Hubungan antara motivasi dengan prestasi siswa program paket B di
Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kendal Tahun 2000 – 2001” di dalamnya
peneliti mengupas tentang pengaruh motivasi untuk mencapai belajar di SKB
yaitu sebuah lokasi pendidikan yang dikhususkan bagi mereka yang mengalami
putus sekolah dimana tentu saja kondisi kejiwaan siswa di Sekolah Lanjutan
Tingkat Pertama khususnya Madrasah Tsanawiyah pada umumnya. Karena siswa
yang telah mengalami Droup Out, memiliki pengalaman kehidupan belajar dan
kematangan yang berbeda dari siswa yang tidak pernah Droup Out sebelumnya.
Untuk itu jelas bahwa skripsi yang penulis bahas ini merupakan karya
yang baru, karena penulis bermaksud untuk mendapatkan keterangan tentang
bagaimana motivasi seorang siswa untuk melanjutkan sekolah di Madrasah
Tsanawiyah setelah dinyatakan tamat dari Sekolah Dasar dan sejauh mana
pengaruh motivasi dalam diri siswa itu terhadap perilaku belajarnya.
Dengan demikian skripsi yang penulis bahas ini merupakan kajian yang
baru dan jauh dari plagiator kecuali buku-buku yang dijadikan referensi oleh
penulis.
34
E. Pengajuan Hipotesis
Merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai
terbukti melalui data yang terkumpul.48 Dengan kata lain hipotesis adalah
kesimpulan sementara yang masih perlu di uji kebenarannya.
1. Terdapat pengaruh positif antara motivasi belajar di madrasah
terhadap prestasi belajar
2. Terdapat pengaruh antara positif perilaku belajar terhadap prestasi
belajar
48 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Bandung, Bina Aksara, 1991) hal : 67