17
BAB II
PEMAHAMAN PROYEK
2.2 Pengertian Proyek
Lifestyle Center merupakan salah satu jenis shopping mall yang telah mengalami
peningkatan makna dan fungsi jika dibandingkan dengan mall tradisional pada umumnya.
Menurut International Council of Shopping Centres (ICSC) Lifestyle Center merupakan
sebuah “pusat khusus” yang memiliki toko khusus rantai nasional kelas menengah sampai
atas dengan tempat makan dan hiburan dalam suasana luar ruangan1, dengan luasan dari
lifestyle center sendiri pada dasarnya lebih kecil daripada mall secara umum. Konsep dari
bangunan ini merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang memiliki suasana pedestrian dan
lanskap yang asri serta merupakan penggabungan antara fungsi hiburan / rekreasi dan juga
retail (Ogden, 2005). Fokus daripada desainnya tertuju pada visualisasi bangunan dan
pembentukkan suasana sebagai daya tarik utama sehingga dapat memberikan kenyamanan
spasial bagi pengunjung.
Tipologi Lifestyle Center merupakan “sebuah tipologi mall terbuka yang mewadahi mix use
shopping & leisure amenities yang melayani skala distrik, mewadahi kegiatan publik dan
mengakomodir kebutuhan ruang hijau” (LabdoPranowo, 2014). Target dari Lifestyle Center
sendiri ialah masyarakat sub-urban dan juga menjangkau masyarakat urban, ditinjau dari
tren desain pada preseden yang telah terbangun. Michael Beyard dari Urban Land Institute
(ULI) melihat desain Lifestyle Center sebagai pergeseran dari arsitektur modern ke
arsitektur yang mengutamakan kenyamanan. Oleh karenanya, pembentukkan suasana
terbuka seperti pencahayaan alami, penghawaan, akses visual dari dalam ke luar serta
sirkulasi yang terintegrasi dengan suasana lanskap menjadi sebuah hal yang dapat
dimanfaatkan untuk membentuk kenyamanan tersebut.
Menurut Beyard, desain pada Lifestyle Center menjual bangunan yang menjulang tinggi
dengan membuat atrium ataupun desain ceiling yang tinggi. Selain itu terdapat juga trotoar
yang berbatu, pencahayaan yang hangat serta implementasi desain art deco, sehingga
1 https://theconversation.com/lifestyle-centers-reinvented-communities-or-dressed-up-shopping-malls-
36752, diakses pada 9 Desember 2020.
18
membuat keunikan pada desain dan menjadi pembeda dengan pusat perbelanjaan yang
lain.
2.2 Tipologi Proyek
Dalam perancangan diperlukan beberapa kajian yang menjadi acuan dalam mendesain
bangunan. Proyek Lifestyle Center merupakan jenis bangunan yang dapat diklasifikasikan
dengan menggunakan pendekatan tipologi dari pusat perbelanjaan yang memiliki fungsi
serupa dalam kegiatan jual – beli. Dalam tipologi proyek tidak hanya membahas mengenai
klasifikasi dan tipologi bentuk, terdapat juga tinjauan pada beberapa aspek diantaranya
struktur, sirkulasi dan utilitas yang akan dibahas lebih lanjut.
2.2.1 Tinjauan Struktur
Dalam perencanaan sebuah bangunan haruslah diikuti dengan perencanaan struktur yang
terdiri dari bagian-bagian yang menyusun terbentuknya bangunan tersebut. Struktur
tersebut haruslah memiliki kekuatan, kekokohan, dan kestabilan dalam memikul beban
berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Jenis struktur bangunan umumnya terdiri dari struktur
bawah (sub structur) dan struktur atas (upper structure).
Sub Structure
Pekerjaan struktur bawah diantaranya terdiri dari pekerjaan pondasi, galian tanah, pile
cap dan sloof, raft foundation (pada basement), retaining wall, waterproofing, urug tanah
dan pemadatan. Terdapat dua jenis pondasi yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam.
1. Pondasi Dangkal
Jenis pondasi dangkal digunakan apabila kedalaman masuk ke tanah relatif dangkal atau
dekat dengan permukaan tanah. Contohnya:
a. Pondasi Telapak
Pondasi ini berbentuk seperti telapak kaki dan terbuat dari beton bertulang yang
mampu menahan beban secara terpusat.
b. Pondasi Rakit (Raft Foundation)
Pondasi rakit umumnya dapat digunakan pada bangunan yang memiliki ruang - ruang
bawah tanah, digunakan untuk mendistribusikan beban kolom agar memiliki tekanan
19
yang tersebar lebih merata. Prinsip dari pondasi ini sendiri adalah bahwa satu
bangunan dapat menggunakan satu pondasi telapak untuk menopang beban kolom
yang ada. (Lumy, 2016).
2. Pondasi Dalam
Sedangkan pondasi dalam digunakan apabila letak tanah dasar yang cukup dalam.
Berikut ini merupakan beberapa jenis dari pondasi dalam:
a. Pondasi Bored Pile
Merupakan bentuk pondasi yang dibangun pada kedalaman tertentu, dibuat dengan
cara membuat lubang yang dibor dengan alat khusus sampai kedalaman yang telah
diukur kemudian memasukkan casing dan rangka besi yang telah dirakit kemudian
dilakukan pengecoran pada lubang tersebut.
b. Pondasi Tiang Pancang
Penggunaan pondasi tiang pancang dapat digunakan pada proyek yang didirikan pada
daerah dengan kondisi tanah yang cukup untuk memikul beban yang bekerja pada
lapisan dengan kedalaman lebih dari 8 meter ataupun pada kondisi tanah dengan daya
dukung yang rendah. Terdapat beberapa jenis pondasi tiang pancang, ada tiang
pancang beton bertulang, tiang pancang beton prategang, dan cast in place pile.
(Utomo, 2011).
Upper Structure
Beberapa pekerjaan yang terkait dengan struktur atas adalah pembuatan kolom, pelat
lantai, shearwall atau core wall dan pekerjaan atap (skylight).
a. Kolom
Terdapat tiga jenis kolom beton bertulang (Dipohusodo, 1994), diantaranya :
1. Kolom dengan pengikat sengkang lateral.
2. Kolom dengan pengikat spiral.
3. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat
dengan gelagar baja profil atau pipa pada arah memanjang, tanpa diberi batang
tulangan pokok memanjang.
20
b. Balok
Balok juga merupakan jenis pekerjaan beton bertulang dapat digunakan pada jenis
bangunan dengan bentuk dasar segiempat, segitiga, maupun lingkaran. Namun,
terdapat sistem pembalokkan yang lebih variatif pada bangunan dengan bentuk massa
lingkaran yakni, pembalokan arah grid dan pembalokan arah radial (Dewayanti et al.,
2013).
Pembalokkan Arah Grid Pembalokkan Arah Radial
Tabel 1. Jenis Pembalokan
(Sumber: Analisis Pribadi, 2020)
c. Pelat Lantai
Pelat lantai berfungsi untuk menahan beban dari lantai yang ada diatasnya. Terdapat
beberapa bahan yang dapat digunakan pada pelat lantai adalah pelat lantai yumen,
pelat lantai kayu, dan pelat lantai beton (Lestari, 2014).
d. Dinding Geser
Dinding geser atau shear wall merupakan struktur balok kantilever tipis yang berfungsi
untuk menahan gaya lateral, yang umumnya diletakkan disamping sirkulasi vertical
seperti lift atau tangga. Penerapan shear wall menjadi sebuah alternative pada gedung
bertingkat yang memiliki ketinggian kurang dari 20 lantai, sementara pada gedung
yang terdiri dari 20 lantai merupakan sebuah struktur yang sudah menjadi sebuah
keharusan sebagai pengendali lendutan (Pranata & Yunizar, 2019).
e. Atap
Pada struktur atap terdiri dari rangka atap serta material penutup atap. Rangka atap
berfungsi untuk menopang atau menahan beban dari penutup atap. Bahan rangka
atap umumnya adalah balok kayu atau baja yang sering disebut kuda-kuda. Sedangkan
21
pada material penutup atap terdapat bebrapa jenis yang dapat digunakan diantaranya
seperti genteng, genteng pvc, genteng berbahan seng, genteng kayu ulin, genteng
bitumen, genteng beton, genteng berbahan metal serta yang bermaterial kaca seperti
skylight (Noorlaelasari, 2010).
2.2.2 Tinjauan Sirkulasi
Sistem sirkulasi pada bangunan digolongkan menjadi dua yaitu horizontal dan vertikal, yang
dapat digunakan sebagai jalur lalu lalang bagi pengguna mall (Antana & Ryan, 2016);
a. Sirkulasi Horizontal
Terdapat dua jenis jalur sirkulasi horizontal yaitu koridor dan konveyor dimana jenis
sirkulasinya memiliki kemiringan tidak lebih dari 10%.
1. Konveyor
Konveyor dijadikan sebagai alat transportasi yang cepat dan efisien , merupakan
sebuah alat angkut suatu barang tertentu untuk kapasitas kecil sampai besar.
2. Koridor
Merupakan sebuah lorong yang menghubungkan suatu gedung dan gedung yang lain.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam merancang koridor adalah:
Urutan yang logis baik dalam ukuran ruang, bentuk dan arah.
Pencapaian yang mudah dan langsung dengan arak sependek mungkin.
Aman, persilangan arus sirkulasi sesedikit mungkin atau dihindari sama sekali.
Cukup terang.
b. Sirkulasi Vertikal
Sirkulasi vertikal adalah sebuah moda transportasi untuk mengangkat barang dari lantai
bawah ke atas atau sebaliknya2. Terdapat tiga jenis sirkulasi vertikal yang akan dibahas
yaitu, lift dan eskalator.
1. Lift
Salah satu jenis sirkulasi vertikal yang pada umumnya digunakan pada gedung-gedung
bertingkat serta dapat digunakan untuk mengangkut barang ataupun orang. Terdapat
22
tiga jenis lift Passenger Elevator, Dumbwaiter, dan Elevator Service dengan masing-
masing fungsi yang berbeda. Passenger Elevator yang merupakan lift penumpang
khusus untuk mengangkut manusia, Dumbwaiter adalah elevator yang digunakan
untuk mengangkut barang, sedangkan Elevator Service merupakan elevator yang dapat
digunakan untuk mengangkut barang dan manusia. Komponen lift pada dasarnya
terbagi menjadi empat bagian utama, Komponen di Ruang Mesin, Komponen di Ruang
Luncur (Hoistway), Komponen di Kereta / Car Lift, dan Komponen di Luar Ruang Luncur
pada tiap lantai.
Bagian-bagian elevator terdiri dari:
1. Rangka
2. Ruang penumpang
(Car-L lift)
3. Box Controller
4. Motor Utama
5. Car Call
6. Hall Call
7. Pulley
8. Counter Weight
9. Rail
10. Penggulung
Gambar 2. Bagian-Bagian Lift 11. Gear Penggulung
Sumber: (Antana & Ryan, 2016)
23
2. Eskalator
Gambar 2.1. Eskalator
Sumber: (Archdaily, 2015)
Contoh lain dari sirkulasi vertikal adalah escalator yang dapat digunakan untuk
mengangkut orang, umumnya escalator terdiri dari beberapa anak tangga yang dapat
berjalan dengan otomatis.
3. Travelator
Gambar 2.2. Travelator
Sumber: (Travelator - Sharp Lifs & Escalator, n.d.), 2020
Pada hakikatnya eskalator, serta travelator memiliki fungsi atau kegunaan yang sama
yakni untuk memindahkan orang / barang dari satu lantai ke lantai berikutnya di dalam
suatu gedung. Namun travellator umumnya merupakan transportasi yang diprioritaskan
bagi orang dengan barang bawaan di dalam trolley, sedangkan escalator untuk orang
dengan barang bawaan yang dijinjing.
24
2.2.3 Tinjauan Utilitas
Utilitas bangunan merupakan sebuah kelengkapan yang harus dimiliki dalam suatu
bangunan. Beberapa ruang lingkup yang termasuk dalam utilitas bangunan antara lain:
a. Sistem Plumbing Air Bersih, Air Kotor dan Limbah
- Sistem Penyediaan dan Plumbing Air Bersih
Dalam memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu bangunan, dapat diperoleh dari
beberapa sumber diantaranya adalah:
1. PDAM
2. Sumber Sendiri, berupa sumur artesistant
3. Gabungan PDAM dan Sumber Sendiri.
Sedangkan sistem distribusi pemipaan air bersih pada bangunan tinggi dibagi menjadi
dua jenis yaitu:
1. Sistem Up Feed
Gambar 2.3. Sistem Up Feed
Sumber: (Up Feed System , 2020)
Pada sistem ini menggunakan pipa distribusi yang disambungkan langsung dari pipa
utama pada tangki bawah melalui pompa. Oleh karenanya, pada sistem ini sangat
mengandalkan kekuatan dari pompa yang akan memberikan tekanan sepenuhnya
kepada pipa distribusi untuk disalurkan. Hal tersebut juga menjadi kendala, sehingga
sistem ini hanya digunakan pada bangunan dengan ketinggian tertentu, dikarenakan
kekuatan pipa yang juga terbatas (Iqbal, 2015).
25
2. Sistem Down Feed
Gambar 2.4. Sistem Down Feed
Sumber: (Down Feed System, 2020)
Pada sistem down feed, air terlebih dahulu ditampung pada ground tank, yang
kemudian dipompa ke upper tank, baru selanjutnya akan disalurkan ke seluruh
bangunan melalui pipa distribusi. Sistem tangka atap ini umumnya lebih efisien
karena pompa tidak akan bekerja secara terus menerus, serta ketersediaan air bersih
akan selalu ada (Iqbal, 2015).
- Sistem Pembuangan, Plumbing Air Kotor dan Limbah
Sistem pembuangan air kotor diklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Klasifikasi menurut jenis air buangan
2. Klasifikasi menurut cara pembuangan, teridiri dari sistem terpisah & sistem
campuran
3. Klasifikasi menurut letaknya
4. Klasifikasi menurut cara pengaliran.
Untuk elemen sistem pembuangan sendiri, terdiri dari:
1. Pipa pembuangan
2. Lubang pembersih dan bak control
3. Perangkap dan Interseptor
4. Bak ekualisasi (Sum Pit)
5. Pompa Air Limbah
26
b. Sistem Penghawaan Udara
Proses penghawaan merupakan suatu tahap pertukaran udara dalam bangunan yang
berfungsi untuk mengatur temperatur udara baik melalui sistem yang terbuka maupun
menggunakan bantuan alat mekanis. Oleh karenanya terdapat dua jenis sistem penhawaan
udara yakni, penghawaan alami dan penghawaan buatan. Namun pada kasus proyek
bangunan bertingkat seperti mall, yang terletak di area komersil, diperlukan bantuan alat
untuk dapat memaksimalkan aliran udara sehingga lebih efisien (Susanta & Arsitektur, 2015).
1. Penghawaan Alami, tidak melibatkan mesin,
2. Penghawaan Buatan, melibatkan mesin penurun suhu ruangan seperti AC.
Jenis – jenis ac yang umumnya digunakan adalah:
1. AC Window
Merupakan jenis ac yang cukup popular pada awal kemunculannya, jenis ini memiliki
instalasi yang cukup memakan waktu serta biaya karena pada saat pemasangannya
perlu membobok bagian dinding ruangan pada bangunan.
2. AC Floor Standing
Jenis ini memiliki bentuk portable sehingga dapat praktis digunakan dimana saja.
Umumnya AC ini digunakan untuk beberapa acara seperti gathering, pesta, dll.
Meskipun jenis ini tidak memerlukan instalasi yang rumit namun tetap memiliki
kekurangan seperti suara bising yang cukup mengganggu.
3. AC Split Wall
AC Split Wall terdiri dari dua bagian yaitu indoor dan outdoor, umumnya digunakan
pada bangunan seperti perumahan, kantor, atau sekolah.
4. AC Sentral
Jenis AC Sentral umumnya dapat ditemukan di lingkungan perkantoran, perhotelan,
dan juga mall – mall besar. Terdapat ruangan khusus untuk menempatkan mesin
pemroses, meskipun jenis ini cukup efektif dalam menjangkau banyak ruangan,
namun udara dingin yang dihasilkan tidak dapat diatur kenyamanannya.
5. AC Split Duct
Jenis AC ini banyak digunakan dalm gedung perkantoran dan juga pusat
perbelanjaan. AC Split Duct menggunakan sistem ducting dalam proses
pendistribusian udara, terdapat pengatur suhu yang dapat dikontrol pada satu titik.
6. AC Cassette
27
AC Cassette banyak digunakan di tempat seperti perkantoran, pemasangan AC ini
biasanya diletakkan diatas plafon. Sehingga suhu udara dalam ruangan dapat diatur
sangat cepat.
7. AC VRV
Merupakan jenis AC yang dikenal cukup banyak dipilih masyarakat, memiliki sistem
kerja yang dapat diatur perubahannya. Sistem AC VRV telah dilengkapi dengan
teknologi komputerisasi dan juga kompresor inverter.
8. AC Inverter
Merupakan jenis ac split yang menggunakan teknologi inverter dalam mengatur
proses pendinginannya.
c. Sarana Proteksi Kebakaran
Dalam pengadaan sebuah bangunan gedung perlu diperhatikan adanya sistem proteksi guna
meminimalisasi dan menanggulangi kejadian kebakaran. Penyediaan prasarana dan sarana
proteksi kebakaran terdiri dari peralatan yang terpasang untuk tujuan sistem proteksi aktif,
maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan terhadap bahaya
kebakaran untuk tujuan sistem proteksi pasif (Hartono, 2017).
- Sistem proteksi kebakaran aktif:
1. Detektor Asap
2. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
3. Sistem Hidran
4. Sistem Springkler
5. Alarm Kebakaran Otomatis
- Sistem proteksi kebakaran pasif:
1. Sarana Evakuasi dan Alat Bantu Evakuasi
2. Sistem Pemisah Bangunan Resiko Kebakaran Tinggi (Kompartementasi)
2.2.4 Tinjauan Struktur Organisasi Mall
28
Struktur organisasi umumnya digambarkan dalam sebuah chart / diagram yang berisikan
rantai penyusun perusahaan. Berikut ini merupakan contoh struktur organisasi pada salah
satu mall di Indonesia (Lippo Plaza Jogja).
Gambar 2.5. Diagram Struktur Organisasi
(Sumber: Rahma, 2020)
Diagram diatas menunjukkan alur perintah sebagai acuan kerja berdasarkan jabatan
yang dimiliki oleh masing-masing karyawan.
2.3 Studi Preseden
Agar dapat lebih memahami mengenai bangunan lifestyle center, maka dilakukan studi
preseden pada beberapa proyek sejenis yang sudah terbangun. Studi terkait yang dilakukan
mencakup profil proyek, fasilitas bangunan, serta concept & design solution yang akan
membahas mengenai inovasi yang dilakukan dalam menangani masalah desain dan
kemudian akan disimpulkan berdasarkan masing-masing kelebihan bangunan.
29
2.3.1 Minami-Machida Grandberry Park (2019)
Gambar 2.6. Siteplan Grandberry Park
Sumber: (aasarchitecture, 2017)
a. Profil Proyek
Nama Proyek : Minami Machida Grandberry Park
Lokasi : Jepang
Luas Proyek : 70.000 m2
Arsitek : Laguarda Low Architect
Status : Completion 2019
Minami Machida Park merupakan sebuah kawasan taman yang terintegrasi dengan
Minami-Machida Station. Di dalam kawasan taman ini terdapat sebuah area mall
terbuka yakni Grandberry Park Mall, sebuah pandangan baru mengenai bangunan
lifestyle center yang direnovasi sejak 2017-2019. Mall yang memiliki luasan kurang
lebih 22 hektar ini merupakan proyek dari Tokyu Corp, yang berlokasi sekitar 30
menit dari pusat Kota Tokyo. Bangunan ini tidak hanya digunakan untuk sebuah mall
biasa namun juga sebagai pusat kegiatan komunitas dalam berkumpul dan
bersosialisasi.
b. Fasilitas Bangunan
Mall ini memiliki dua area bangunan, Gathering Market dan Wonder Theater.
Gathering Market dilengkapi dengan berbagai macam retail yang memenuhi
kebutuhan sehari-hari, terdapat sekitar 241 toko yang menjual barang-barang
30
diantaranya seperti makanan dan minuman, baju, souvenir, alat elektronik, toko
olahraga dan lainnya, sedangkan pada Wonder Theater dilengkapi dengan fasilitas
seperti bioskop dan museum, salah satunya yakni Snoopy Museum. Setiap bangunan
dilengkapi dengan area hidden parking dan rooftop garden yang juga menjadi daya
tarik tersendiri bagi bangunan serta menciptakan lansekap buatan yang dapat
digunakan sebagai fasilitas publik sebagai area bersantai.
Gambar 2.7. Fasilitas Grandberry Park
Sumber: (Grandberry Park, n.d.), 2020
Setengah dari kawasan Grandberry Mall merupakan area terbuka hijau yang langsung
terintegrasi dengan Machida Park. Area taman tersebut juga dimanfaatkan sebagai
ruang hijau yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memenuhi kegiatan
olahraga, tempat bermain, serta area bersantai seperti Sports Field, Tennis Court,
Playground of Forest, Playground of Star, Four Season Terrace, dan lain sebagainya.
c. Concept and Design Solution
Open Air Mall
Gambar 2.8. Koridor Terbuka Grandberry Park
Sumber: (Grandberry Park | Shopping in Machida, Tokyo, 2019)
31
Desain Grandberry Mall ini mengusung konsep Open Air Mall dimana kawasan
bangunan mall ini memiliki area koridor yang terbuka. Area koridor sendiri
terhubung dengan fasilitas publik seperti taman, kolam, pedestrian, serta ruang
duduk publik.
Memanfaatkan Kontur Eksisting
Gerbang masuk kawasan mall ini terdapat di area stasiun kereta api yang
dihubungkan dengan anak tangga. Desain lansekapnya sendiri memanfaatkan
potensi tapak yang ada dimana terdapat perbedaan level pada kontur yang
kemudian dijadikan sebagai solusi untuk membagi zoning oleh perancang.
Implementasi Infrastruktur Hijau
Gambar 2.9. Green Roof
Sumber: (Grandberry Park | Shopping in Machida, Tokyo, 2019)
Solusi lain yang diberikan oleh Laguarda Low Architect adalah meningkatkan area
dengan menggunakan green roof diatas area ritel, hal tersebut menciptakan transisi
yang baik sehingga terbentuk sebuah ruang yang menghubungkan pedestrian ke
ruang terbuka hijau dengan menawarkan pemandangan gunung fuji yang indah. Area
perkerasan dilengkapi dengan trotoar permeable dan juga bioswales yang dapat
membantu dalam penyerapan air hujan serta mengurangi potensi genangan air.
32
Fasad Dinamis
Fasad bangunan mall dibuat dari material yang cukup bervariasi, hal tersebut
didasarkan pada fleksibilitas yang dapat menyesuaikan ciri khas dari masing-masing
retail dengan tetap mengedepankan identitas ke dalam etalase.
2.3.2 Mega Foodwalk
Gambar 2.9.1. Mega Foodwalk
Sumber: (Archdaily, 2018)
a. Profil Proyek
Nama Proyek : Mega Foodwalk
Lokasi : Tambon Bang Kaeo, Thailand
Luas Proyek : 58.000 m2
Arsitek : FOS
Status : Terbangun Tahun 2018
Mega Foodwalk merupakan proyek perluasan di kompleks perbelanjaan
Megabangna. Bangunan ini dirancang semi-outdoor serta dirancang dengan
integrasi desain lansekap dan teknik yang inovatif. Terdiri dari dua bangunan
utama, yakni gedung parkir dan mall yang berbentuk letter U.
b. Fasilitas Bangunan
Bangunan mall ini dilengkapi fasilitas yang mendukung kegiatan interaksi sosial
seperti amfiteater dengan tempat duduk yang difinishing kayu, serta ruang
33
komunal yang menghadirkan fitur-fitur alam seperti tanaman dan juga air. Koridor
yang semi terbuka pada bagian tengah plaza membuat suasana area perbelanjaan
terasa luas karena memiliki ceiling yang tinggi dan juga melindungi dari berbagai
macam cuaca. Terdiri dari 45 retail yang terbagi pada setiap lantainya.
Gambar 2.9.2. Perspektif Mega Foodwalk
Sumber: (Archdaily, 2018)
c. Concept and Design Solution
Topografi “Lembah”
Gambar 2.9.3. Plaza Mega Foodwalk
Sumber: (Archdaily, 2018)
34
Konsep ini digunakan oleh perancang untuk dapat merespon kondisi site eksisting
yang naik turun sehingga dimanfaatkan untuk menghadirkan pedestrian atau jalan
setapak dengan kemiringan cukup landai, sehingga seperti merasakan jalan di
“perbukitan” namun tetap user friendly yang dapat dilalui pengguna difabel.
User Based Landscape
Gambar 2.9.4. Koridor Mega Foodwalk
Sumber: (Archdaily, 2018)
Desain lansekap dalam bangunan menghadirkan suasana alam yang dilengkapi
dengan vegetasi di sekitar jalan setapak, serta air mancur dengan elevasi yang
berbeda.
“Big Roof”
Gambar 2.9.5. Atap Mega Foodwalk
Sumber: (Archdaily, 2018)
35
Untuk merespon iklim tropis pada bangunan publik terbuka yang memiliki
halaman luas serta taman maka arsitek membuat rancangan atap yan dapat
meng-cover keseluruhan bagian tersebut. Bahan atap adalah campuran antara
panel polikarbonat padat transparan dan panel surya, yang dapat mengontrol
volume sinar matahari cukup untuk tanaman di taman tetapi tidak menyebabkan
terlalu banyak panas yang didapat oleh pengguna.
2.2.3 Cihampelas Walk
Gambar 2.9.6. Fasad Cihampelas Walk
Sumber: (Ciwalk, n.d.), 2020
a. Profil Proyek
Nama Proyek : Cihampelas Walk
Lokasi : Jl. Cihampelas No.160, Cipaganti, Kecamatan
Coblong, Kota Bandung, Jawa Barat 40131
Luas Proyek : 35.000 m2
Arsitek : Fauzan Noe’man
Status : Terbangun Tahun 2003
Cihampelas Walk merupakan kawasan one stop shopping yang terletak di Bandung.
CiWalk dibagi dalam tiga area yang terpisah dan spesifik. Area utama mall berada di
sebuah bangunan tiga lantai yang terletak di bagian tengah. Fasadnya berupa
lengkung warna-warni dipagari pohon-pohon tinggi yang rimbun.
36
b. Fasilitas Bangunan
Mall Ciwalk menjadi salah satu ikon Kota Bandung yang digemari anak-anak, kaula
muda serta keluarga.
Gambar 2.9.7. Foodcourt Cihampelas Walk Sumber: (Ciwalk, n.d.), 2020
Lebih dari 100 retail mencakup kebutuhan fashion, kafe, restoran, foodcourt,
bioskop, games dan playground yang ada pada mall ini. Seperti mall pada umumnya,
bangunan utama pada Cihampelas Walk memiliki atrium untuk memaksimalkan sinar
matahari yang masuk dan untuk sirkulasi udara. Sedangkan dua area lain
mendampingi bangunan utama di sisi kiri dan kanannya dengan konsep open
air (terbuka). Area sebelah kanan bangunan atau lebih dikenal dengan nama Young
Street terdiri dari gerai dan toko untuk anak-anak muda. Sementara area kiri yang
berada di kontur lebih rendah dan sering disebut dengan Broadway lebih ditujukan
untuk para pengunjung dewasa.
c. Concept and Design Solution
Green Architecture
Desain bangunan Cihampelas Walk yang kosmopolitan menurut beberapa
artikel terinspirasi dari mall yang ada di Kanada dan Singapura, konsep dari
desainnya sendri mengusung tema Green Architecture dimana 2/3 dari area
konstruksi dibangun untuk ruang terbuka hijau, hal tersebut didasari oleh
37
prinsip sang arsitek yang sangat menjunjung tinggi keberadaan alam sehingga
tidak akan merusak kontur exsisting.
Gambar 2.9.8. Denah Ciwalk
Sumber: (Ciwalk, n.d.), 2020
Hidden Parking
Konsep selanjutnya yakni hidden mall yang ditujukan bagi pengguna kendaraan,
dimana tempat parkir outdoor digantikan menjadi parkir basement agar
mengurangi dampak kemacetan di kawasan Cihampelas.
Skywalk
Gambar 2.9.9. Denah Ciwalk
Sumber: (Ciwalk, n.d.), 2020
Adanya skywalk dibuat melingkar untuk menghubungkan antara bangunan yang
terpisah dan juga mempertemukan antar tenant satu dan lainnya, sehingga
tercipta area pedestrian yang seolah melayang.
38
2.4 Kesimpulan Studi Tipologi dan Preseden
Dari tinjauan yang telah dilakukan, terdapat beberapa hal yang dapat menginspirasi dalam
mendesain bangunan. Kesimpulan tersebut dapat di satukan dalam bentuk poin – poin
sebagai berikut:
1. Dalam kajian Tinjauan Struktur, Sirkulasi, dan Utilitas beberapa aspek yang terkait dengan
perancangan Lifestyle Center adalah adanya ketentuan mengenai bagian pondasi yang cocok
digunakan dengan batasan ketinggian lantai tertentu, sirkulasi vertical yang tepat untuk
menunjang fasilitas bangunan, serta bagan utilitas yang merupakan hal terpenting dalam
pengadaan kebutuhan Lifestyle Center.
2. Dari ketiga preseden, poin terpenting terdapat pada konsep-konsep yang diangkat menjadi
ciri khas dari setiap bangunannya.
3. Grandberry Mall memiliki konsep design solution yang berkaitan dengan Arsitektur Hijau.
4. Mega Foodwalk Thailand menghadirkan solusi desain melalui perasaan kenyamanan pada
pengguna bangunan dengan menggunakan tipologi bentukan dari alam serta solusi untuk
daerah tropis dengan menggunakan panel surya.
5. Cihampelas Walk yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang cukup terkenal di
Indonesia memiliki solusi desain yang juga memperhatikan faktor kenyamanan serta eksisting
terhadap lahan, yang diwujudkan dengan membentuk pola bangunan yang mengikuti kontur
dari lahan.