12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Going Concern
1. Pengertian Going Concern
Menurut WikipediaGoing concern atau kelangsungan usaha adalah prinsip
dasar dalam penyusunan laporan keuangan. Selain itu Going Concern adalah
dimana entitas (perusahaan) biasanya dilihat sebagai berkelanjutan dalam bisnis di
masa mendatang. Dimana pentingnya perusahaan melakukan perlunya likuidasi,
penghentian perdagangan atau mencari perlindungan dari kreditur sesuai dengan
undang-undang atau peraturan untuk menjaga supaya tetap going concern..11
Sedangkan menurut SPAPGoing Concern adalah suatu keadaan di mana
perusahaan dapat tetap beroperasi dalam jangka waktu ke depan, dimana hal ini
dipengaruhi oleh keadaan financial dan non financial. Kegagalan mempertahankan
going concern dapat mengancam setiap perusahaan, terutama diakibatkan oleh
manajemen yang buruk, kecurangan ekonomis dan perubahan kondisi ekonomi
makro seperti merosotnya nilai tukar mata uang dan meningkatnya inflasi secara
tajam akibat tingginya tingkat suku bunga..12
11Liestyowati, Indahnya Belajar Akuntansi, http://akuntan-si.blogspot.com
12SPAP,PSA 30 SA Seksi 341.1, www.google.com
12
13
Jadi berdasarkan definisi – definisi tentang going concern maka dapat
disimpulkan bahwa going concern adalah suatu keadaan dimana perusahaan
sebagai entitas bisnis dapat beroperasi dalam jangka waktu kedepan yang
dipengaruhi oleh keadaan finansial dan non finansial dan tidak akan dilikuidasi
dalam jangka pendek.
B. Pengendalian Internal
1. Pengertian Pengendalian Internal
Perusahaan dengan jaringan usaha yang luas serta memiliki banyak
karyawan akan menimbulkan suatu kesulitan tersendiri bagi manajemen dalam
menjalankan usaha yang sehat dan memiliki resiko usaha yang kecil. Oleh karena
itu pengendalian internal adalah satu hal yang wajib dijalankan oleh manajemen
dan semua jajaran karyawan di dalam perusahaan untuk memperkecil segala resiko
yang mungkin ada dan menghindari adanya kesalahan – kesalahan ataupun
penyimpangan – penyimpangan yang ditimbulkan oleh resiko tersebut.
14
COSO (the Committee of Sponsoring Organizations) mendefinisikan
pengendalian internal sebagai berikut :
“Internal control is a process, affected by entity’s board of directors,
management and other personnel, designed to provide reasonabel assurance
regarding the achievement of objectives in the following categories ; effectiveness
and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with
applicable laws and regulations.”13.
Hery dalam bukunya auditing 1 mendefinisikan pengendalian internal
sebagai berikut :
“Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan kepastian yang layak bagi manajemen, bahwa
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Manajemen memiliki tiga
tujuan umum dalam merancang pengendalian internal yang efektif, yaitu
keandalan laporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, serta ketaatan pada
hukum dan peraturan.”14
Berdasarkan definisi – definisi pengendalian internal diatas maka dapat
diambil kesimpulan bahwa pengendalian internal adalah suatu prosedur yang
dijalankan oleh manajemen dan seluruh karyawan yang berada dalam suatu
13Amin Widjaja Tunggal, Intisari Internal Auditing, Harvarindo, Jakarta, 2012, Hal.70 14 Hery, Auditing 1 : Dasar-dasar pemeriksaan akuntansi, Kencana, Jakarta, 2011, Hal. 87
15
organisasi untuk menjaga dan melindungi semua aktiva yang dimiliki organisasi
dalam rangka mencapai tujuan pengendalian internal, yaitu : efektifitas dan
efisiensi operasi, realibilitas pelaporan keuangan, dan kesesuaian dengan aturan
dan regulasi yang ada.
2. Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Elder, Beasley, Arens dan Jusuf terdapat tiga tujuan umum
diselenggarakannya sistem pengendalian internal dalam suatu perusahaan, yaitu15 :
a. Keandalan laporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan bagi
para investor, kreditor, dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki
tanggung jawab hukum maupun profesional untuk menyakinkan bahwa
informasi disajikan sesuai dalam ketentuan dalam pelaporan seperti misalnya
GAAP. Tujuan pengendalian internal yang efektif terhadap laporan keuangan
adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini.
b. Efisiensi dan Efektifitas kegiatan operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan
sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan
sasaran yang dituju perusahaan. Sebuah tujuan penting atas pengendalian
tersebut adalah akurasi informasi keuangan dan nonkeuangan mengenai
15Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.316
16
kegiatan perusahaan yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan oleh
pars pengguns laporan
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
Perusahaan publik, perusahaan nonpublik, maupun organisasi nirlaba
diharuskan untuk mematuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan.
Beberapa aturan ada yang terkait dengan akuntasi secara tidak langsung,
misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil. Sedang
yang terkait erat dengan akuntansi, msalnya peraturan pajak penghasilan dan
kecurangan.
3. Komponen Pengendalian Internal
COSO menjelaskan 5 komponen pengendalian internal yang dirancang
dan diterapkan manjemen untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa
tujuan-tujuan pengendaliannya dapat tercapai. Komponen pengendalian internal
COSO terdiri dari hal-hal berikut16 :
a. Lingkungan Pengendalian ( Control Environment )
Lingkungan pengendalian merupakan payung dari keempat komponen
pengendalian lainnya. Tanpa adanya lingkungan pengendalian yang efektif,
keempat komponen yang lain tidak mungkin menghasilkan suatu
pengendalian internal yang efektif, tanpa mempertimbangkan kualitasnya.
16Randal J.Elder, Mark S.Beasley, Alvin A.Arens dan Amir Abadi Jusuf, Op.Cit, Hal.321
17
Lingkungan pengendalian terdiri dari tindakan, kebijakan dan prosedur
yang menggambarkan keseluruhan sikap manajemen, direksi, dan pemilik dari
suatu entitas atas pengendalian internal tersebut terhadap suatu entitas.
Subkomponen pengendalian yang sangat penting untuk memahami dan
menilai lingkungan pengendalian adalah sebagai berikut :
1) Integritas dan Nilai Etika
Integritas dan nilai-nilai etika merupakan produk dari standar etika dan
sikap sebuah entitas, sebagaimana dengan seberapa baik hal tersebut
dikomunikasikan dan diterapkan dalam praktiknya. Integritas dan nilai-
nilai etika mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau
mengurangi insentfi dan godaan yang dapat mendorong personil untuk
terlibat dalam perilaku yang tidak jujur, ilegal atau tidak etis.
2) Komitmen terhadap Kompetensi
Kompetensi merupakan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan yang bertujuan untuk mencapai tugas-tugas yang
mendefinisikan tugas setiap orang. Komitmen terhadap kompetensi
mencakup pertimbangan manajemen terhadap tingkat kompetensi untuk
pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat kompetensi tersebut
diterjemahkan ke dalam pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.
3) Partisipasi Dewan Direksi dan Komisaris atau Komite Audit
Keberadaan dewan direksi dan komisaris sangat penting bagi tata
kelola perusahaan yang baik karena tanggung jawab utama mereka adalah
18
untuk meyakinkan bahwa manajemen telah melakukan pengendalian
internal dan proses pelaporan keuangan yang tepat. Sebuah dewan
komisaris yang efektif harus independen terhadap manajemen, dan
anggotanya harus terus terlibat dalam mengkaji aktivitas manajemen.
Meskipun dewan mendelegasikan tanggung jawab pengendalian internal
pada manajemen, namun dewan harus secara berkala menilai pengendalian
tersebut. Selain itu, suatu dewan yang aktif sering kali mampu mengurangi
kemungkinan terjadinya pengabaian pengendalian yang ada oleh
manajemen.
4) Filosofi Manajemen dan Gaya Operasi
Manajemen melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukannya,
memberikan sinyal yang sangat jelas kepada karyawan mengenai
signifikasi pengendalian internal.
5) Struktur Organisasi
Struktur organisasi suatu entitas mendefinisikan jalur tanggung jawab
dan otoritas yang ada. Dengan memahami struktur organisasi suatu entitas
maka kita dapat mempelajari manajemen dan elemen-elemen fungsional
bisnis serta persepsi mengenai bagaimana pengendalian diterapkan.
6) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia
Aspek pengendalian internal yang paling penting adalah personel. Jika
karyawan kompeten dan dapat dipercaya, pengendalian lainnya dapat
ditiadakan, dan laporan keuangan yang andal masih dapat dihasilkan.
19
Orang yang tidak kompeten dan tidak jujur dapat membuat sistem menjadi
kacau meskipun terdapat berbagai pengendalian yang diterapkan. Orang-
orang yang jujur dan efisien mampu bekerja dengan kinerja yang sangat
baik meskipun hanya terdapat sedikit pengendalian yang mendukung
mereka.
b. Penilaian Risiko
Penilaian risiko untuk laporan keuangan merupakan identifikasi dan
analisis manajemen terhadap risiko yang relevan terhadap penyusunan laporan
keuangan. Sebagai contoh, jika perusahaan sering menjual produk dengan
harga dibawah biaya persediaan karena adanya perubahan teknologi yang
sangat pesat, sangat penting bagi perusahaan untuk menerapkan pengendalian
yang tepat untuk mengatasi salah saji persediaan.
c. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur, selain yang
telahdimasukkan dalam keempat komponen lainnya, yang membantu untuk
meyakinkan bahwa tindakan-tindakan yang penting telah dilakukan untuk
mengatasi risiko dalam mencapai tujuan organisasi. Terdapat kemungkinan
terdapat banyak aktivitas pengendalian pada setiap entitas, termasuk
pengendalian secara manualdan pengendalian secara otomatis
Aktivitas pengendalian tersebut umumnya termasuk ke dalam salah satu
dari kelima jenis pengendalian berikut , yaitu :
20
1) Pemisahan Tugas yang Memadai
Terdapat beberapa panduan untuk pemisahantugas yang memadai untuk
mencegah kesalahan maupun kecurangan yang sangat signifikan bagi para
auditor.
a) Pemisahan tugas penyimpanan aset dari tugas pencatatan. Untuk
mencegah terjadinya penggelapan aset perusahaan, orang yang
menyimpan aset secara temporer atau permanen tidak boleh
bertanggung jawag terhadap pencatatan aset tersebut. Dengan
mengizinkan satu orang utnuk menlaukan kedua fungsi tersebut akan
meningkatkan resiko bahwa orang tersebut akan mengambil aset untuk
kepentingan pribadi dan menyesuaikan pencatatannya untuk menutupi
pencurian tersebut.
b) Pemisahan tugas otorisasi transaksi dari tugas penyimpanan aset.
Sangat disarankan untuk mencegah orang yang melakukan otorisasi
transaksi untuk memiliki kendali terhadap aset yang terkait, untuk
mengurangi kemungkinan penggelapan aset.
c) Pemisahan tugas sistem informasi dari departemen pengguna. Ketika
tingkat kompleksitas sistem teknologi informasi meningkat, pemisahan
otorisasi, pencatatan, dan penyimpanan sering kali menjadi tidak jelas.
Untuk mengkompensasi potensi tumpang tindih tugas tersebut, sangat
penting bagi perusahaan untuk memisahkan fungsi-fungsi utama
21
terkait informasi teknologi dengan fungsi departemen-departemen
penggunanya.
2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas.
Setiap transaksi harus diotorisasi dengan tepat jika pengendalian ingin
memuaskan. Jika setiap orang dalam suatu organisasi dapat memperoleh
atau pun mengeluarkan aset semau mereka, maka akan terjadi kerusuhan
besar. Otorisasi dapat berupa otorisasi umum dan khusus. Pada otorisasi
umum, manajemen membuat kebijakan dan para bawahan diinstruksikan
untuk menerapkan otorisasi umum ini dengan menyetujui semua transaksi
dalam batas yang telah ditetapkan dalam kebijakan perusahaan. Otorisasi
khusus diterapkan pada setiap transaksi khusus. Untuk beberapa transaksi,
manajemen lebih cenderung untuk melakukan otorisasi terhadap setiap
transaksi.
3) Dokumen dan catatan yang memadai.
Dokumen dan catatan yang merupakan objek fisik dimana transaksi
dimasukkan dan diikhtisarkan. Hal tersebut menyangkut beragam unsur
seperti faktur penjualan, faktur pembelian, catatan tambahan, jurnal
penjualan, dan kartu kehadiran karyawan. Banyak diantara dokumen dan
catatan yang tersebut yang disimpan dalam arsip komputer hingga
dokumen tersebut dicetak.
4) Pengendalian fisik atas aset dan catatan-catatan.
22
Untuk menjaga pengendalian internal yang memadai, aset dan ctatan
harus dilindungi. Jika aset dibiarkan tanpa dilindungi, aset tersebut dapat
dicuri. Jika catatan tidak dilindungi dengan memadai, catatan tersebut
dapat dicuri, dirusak, atau hilang, yang akan mengakibatkan gangguan
yang serius dalam proses pencatatan dan operasi usaha. Ketika suatu
perusahaan sudah sangat komputerisasi, maka peralatan komputer
program-program, dan arsip datanya harus dijaga. Arsip data merupakan
catatan mengenai perusahaan. Dan jika rusak, memakan biaya rekonstruksi
yang sangat mahal atau bahkan tidak dapat direkonstruksi sama sekali.
5) Pengecekan terhadap pekerjaan secara independen.
Kategori terakhir aktivitas pengendalian adalah penelaahan saksama dan
terus menerus atas keempat komponen lain, yang sering kali disebut
pengecekan independen atau verifikasi internal. Kebutuhan akan
pengecekan independen muncul karena pengendalian internal cenderung
berubah sepanjang waktu, kecuali sering dilakukan penelaahan. Personel
sangat mungkin lupa atau tidak sengaja tidak mengikuti prosedur, atau
mereka menjadi sembrono kecuali jika ada seseorang yang mengawasi dan
mengevaluasi pekerjaan mereka. Tanpa mempertimbangkan kualitas
pengendalian, para personel dapat membuat kesalahan atau melakukan
kecurangan.
23
d. Informasi dan Komunikasi
Tujuan dari sistem informasi dan komunikasi akuntansi suatu entitas
adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi-
transaksi yang terjadi dalam suatu entitas dan untuk menjaga akuntabilitas
aset-aset yang terkait. Sebuah sistem informasi dan komunikasi akuntansi
memiliki beberapa subkomponen, biasanya membentuk suatu kelompok
transasksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, pembelian dan
lain-lain. Untuk setiap kelompok transaksi, sistem akuntansi harus memenuhi
keenam tujuan audit terkait. Untuk memahami rancangan sistem informasi
akuntansi, auditor menentukan;
1) kelompok-kelompok transaksi utama suatu entitas.
2) bagaimana transaksi-transaksi tersebut dimulai dan dicatat.
3) catatan akuntansi apa yang muncul dan sifat mereka.
4) bagaimana sistem dapat menangkap kejadian-kejadian lain
yang berpengaruh signifikan dalam laporan keuangan, seperti
penurunan dalam nilai aset.
5) Sifat dan perincian proses pelaporan keuangan yang diikuti,
termasuk prosedur untuk memasukkan transaksi-transaksi dan
penyesuaian-penyesuaian dalam buku besar.
e. Pengawasan
24
Aktivitas pengawasan berkaitan dengan penilaian yang berjalan atau
penilaian berkala atas kualitas pengendalian internal oleh manajemen untuk
menentukan bahwa pengendalian dijalankan sesuai dengan tujuannya dan
dimodifikasi jika diperlukan jika terjadi perubahan kondisi. Informasi yang
dinilai berasal dari berbagai sumber, termasuk studi atas pengendalian internal
yang sudah ada, laporan internal auditor, laporan pengecualian atas aktivitas
pengendalian, laporan dari regulator misalnya dari regulator perbankan,
umpan balik dari personel operasi, keluhan-keluhan dari pelanggan mengenai
biaya penagihan. Untuk beberapa perusahan, biasanya perusahaan besar,
departemen audit internal merupakan fungsi penting untuk melakukan
pengawasan efektif. Agar menjadi efektif, pengendalian internal fungsi
pengendalian internal harus dijalankan oleh staf yang independen dari
departemen operasi maupun dari departemen akuntansi dan melaporkan
langsung kepada otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, apakah pada
manajemen puncak ataupun pada komite audit dari dewan direksi..
4. Pengujian Pengendalian
Menurut Mulyadi dalam memenuhi standar auditing kedua, perlu
dibedakan antara prosedur pemahaman atau pengendalian (test of control). Dalam
pelaksanaan standar tersebut pelaksanakan prosedur pemahaman pengendalian
intern dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi tentang desain
pengendalian intern dan informasi apakah desain tersebut dilaksanakan. Di
25
samping itu pelaksanaan standar tersebut juga harus dilakukan pengujian terhadap
efektivitas pengendalian intern dalam mencapai tujuan tertentu yang telah
ditetapkan. Pengujian ini disebut dengan istilah pengujian kepatuhan (compliance
test) atau disebut dengan pengujian pengendalian (test of control).17
Untuk menguji kepatuhan terhadap pengendalian internal dapat dilakukan
dengan 2 macam pengujian, yaitu :
a. Pengujian adanya kepatuhan terhadap pengendalian internal
Untuk menentukan apakah informasi mengenai pengendalian yang
dikumpulkan benar-benar ada dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
Pengujian transaksi dengan cara mengikuti pelaksanaan transaksi
tertentu, dan pengujian transaksi tertentu yang telah terjadi dan yang
telah dicatat.
b. Pengujian tingkat kepatuhan terhadap pengendalian internal
Dalam pengujian pengendalian terhadap pengendalian internal tidak
hanya berkepentingan terhadap eksistensi unsur-unsur pengendalian
internal namun juga berkepentingan terhadap tingkat kepatuhan
terhadap pengendalian internal.
17Mulyadi, Op.Cit, Hal. 198-200
26
5. Dokumentasi informasi tentang pengendalian internal yang berlaku
Menurut Mulyadi ada tiga cara yang biasanya digunakan untuk
mendokumentasikan informasi mengenai pengendalian internal yang berlaku
dalam perusahaan18 :
a. Kuesioner pengendalian internal baku (standard internal control
questionnaire)
Kuesioner pengendalian internal baku merupakan cara yang banyak
dipakai dalam mendokumentasikan informasi pengendalian internal.
Kuesioner pengendalian internal baku ini disusun untuk dapat
diterapkan dalam berbagai macam perusahaan dan biasanya dibuat
untuk tiap-tiap siklus kegiatan perusahaan, misalnya siklus
pendapatan, siklus pembelian, siklus penggajian dan pengupahan, dan
siklus kas. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di dalamnya disusun
sedemikian rupa sehingga jawaban yang diharapkan hanya terdiri dari
“ya”, “tidak”, dan “tidak relevan”. Jika jawaban-jawaban yang
diperoleh sebagian besar “ya” berarti pengendalian internal perusahaan
berjalan dengan baik, jika jawabannya sebagian besar “tidak” berarti
pengendalian internal klien lemah.
Berikut adalah contoh kuesioner pengendalian internal baku (SICQ)
menurut Sukrisno Agus19 :
18Mulyadi, Op.Cit, Hal. 200-201
27
Tabel 2.1
Contoh ICQ Penjualan dan Piutang
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
PENJUALAN
1. Apakah perusahaan menggunakan daftar
harga (price list) ? √
2. Apakah penyimpangan dari daftar harga
harus disetujui oleh pejabat perusahaan yang
berwenang ?
√
3. Apakah perusahaan mempunyai pedoman
pemberian potongan secara tertulis ?
√
4. Apakah untuk setiap penjualan diminta surat
pesanan (purchase order) dari pembeli ?
√
5. Apakah order pembelian dari pembeli harus
disetujui oleh pejabat perusahaan yang
berwenang mengenai harga, syarat kredit, dan
syarat lainnya ?
√
19Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Praktikum Audit Seri Dua, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta, 2008, Hal. 43 – 48
28
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
6. Apakah digunakan formulir pesanan
penjualan yang diberi nomor urut cetak
(prenumbered) ?
√
7. Apakah setiap pengiriman barang didasarkan
pada surat jalan – SJ (delivery order – DO) ? √
8. Apakah SJ :
a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut
tercetak (prenumbered) ?
b. Hanya orang tertentu yang berhak
mengotorisasi?
c. Barang yang dikirim terlebih dahulu
dicocokan dengan SJ ?
d. Bagian akuntansi cukup mengawasi
urutan SJ dan isinya ?
e. Langsung dikirim kepada pembuat
faktur?
f. Dikaitkan dengan faktur untuk menjamin
SJ telah dibuatkan fakturnya ?
√
√
√
√
√
√
29
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
9. Apakah faktur penjualan :
a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut
tercetak (prenumbered) ?
b. Bagian akuntansi cukup mengawasi
urutan faktur ?
c. Bagian akuntansi memeriksa ketepatan :
1) Jumlah kuantitas yang dikirim ?
2) Harga ?
3) Perhitungan ?
4) Syarat kredit ?
√
√
√
√
√
√
10. Apakah faktur yang batal tersimpan untuk
pemeriksaan ? √
11. Apakah fungsi penjualan terpisah dari :
a. Bagian keuangan ?
b. Bagian akuntansi ?
c. Bagian penyimpanan ?
√
√
√
30
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
12. Apakah penjualan tersebut di bawah ini
prosedurnya sama dengan penjualan kredit :
a. Penjualan tunai ?
b. Penjualan cash on delivery (COD) ?
c. Penjualan kepada karyawan ?
d. Penjualan barang rusak ?
√
√
√
√
13. Bila “Tidak”, apakah prosedur cukup
menyakinkan bahwa :
a. Hasil penjualan diterim dengan baik ?
b. Dibukukan sebagaimana seharusnya ?
√
√
14. Apakah nota kredit :
a. Terkontrol dengan pemberian nomor urut
tercetak ?
b. Diotorisasi oleh orang tertentu ?
c. Blanko yang belum digunakan terkontrol
dengan baik ?
√
√
√
15. Apakah dibuat daftar formulir – formulir :
a. Pesanan penjualan
√
31
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
b. Surat jalan ?
c. Faktur ?
d. Nota kredit ?
√
√
√
16. Bila “Iya”, apakah dicatat secara mutakhir
(up to date) ? √
17. Retur penjualan :
a. Apakah harus mendapatkan persetujuan
pejabat perusahaan yang berwenang ?
b. Apakah dibuat berita acara penerimaan
kembali barang ?
c. Apakah barang yang dikembalikan
dibukukan dalam :
1) Kartu gudang ?
2) Buku persediaan ?
d. Apakah bagian akuntansi mencocokkan
nota kredit dengan berita acara
penerimaan kembali barang ?
√
√
√
√
√
18. Apakah sistem informasi penjualan meliputi :
32
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
a. Anggaran penjualan ?
b. Grafik tren penjualan ?
c. Laporan tertulis penjualan ?
d. Penjelasan atas penyimpangan –
penyimpangan ?
√
√
√
√
19. Apakah prosedur penjualan tampak cukup
efisien ?
√
PIUTANG
20. Apakah dibuat kartu piutang ?
Bila “Ya” :
a. Apakah secara bulanan atau kuartalan
diadakan pencocokan saldo akun kontrol
(buku besar piutang) dengan kartu
piutang ?
b. Apakah pengamanan fisik kartu piutang
cukup ?
c. Apakah hanya orang tertentu yang
√
√
√
33
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
memegangnya ? √
21. Apakah pencatatan di kartu piutang :
a. Sering bergilir ?
b. Terpisah dari yang mengerjakan buku
besar ?
√
√
22. Apakah akun piutang per pelanggan secara
periodik diteliti mengenai :
a. Pelanggan yang sering terlambat ?
b. Bukti adanya salah pembebanan ?
c. Bukti adanya pelunasan sebagian –
sebagian ?
d. Bukti adanya penghapusan yang tidak
dilaporkan ?
e. Sesuatu ketidaklaziman ?
√
√
√
√
√
23. Apakah setiap bulan dikirimkan rekening
koran (statement of account) kepada
pelanggan ?
Bila “Ya” :
√
34
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
a. Dicocokkan dengan kartu piutang oleh
orang yang tidak berhubungan dengan
penerimaan uang, pengeluaran uang dan
nota kredit ?
b. Terkontrol atas kemungkinan diubah
sebelum dikirim
c. Diposkan/dikirim oleh orang lain dan
bukan petugas administrasi piutang ?
√
√
√
24. Apakah perselisihan dengan pelanggan
ditangani oleh bagian kredit atau atasan atau
orang lain yang dikuasakan dan tidak
dilakukan oleh kasir atau petugas
administrasi piutang ?
√
25. Bila perusahaan memberikan potongan yang
lebih besar dari biasanya, apakah harus
mendapatkan persetujuan khusus dari pejabat
perusahaan yang berwenang ?
√
26. Apakah koreksi atas faktur dan penghapusan
35
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
piutang harus disetujui pejabat perusahaan
yang berwenang ?
Sebutkan siapa ? Bapak Daniel
√
27. Apakah bukti untuk penagihan atas piutang
yang telah dihapuskan selalu diamankan
untuk mencegah penyalahgunaan ?
√
28. Apakah secara periodik dibuat analisis umur
piutang (aging analysis) dan yang sudah lama
jatuh tempo ditindaklanjuti ?
√
29. Apakah terdapat kebijakan manajemen
tentang penghapusan piutang ?
√
30. Apakah untuk penagihan dibuatkan kuitansi ?
Bila “Ya” :
a. Apakah kuitansi tersebut memiliki nomor
urut tercetak ?
b. Apakah kuitansi dibuat setelah diperiksa
lebih dahulu ke masing – masing saldo
piutang ?
√
√
√
√
36
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
c. Apakah bagian akuntansi memerhatikan
urutan nomornya ?
31. Apakah penerimaan berupa cek mundur/giro
(post dated cheque) diberikan ke bagian
akuntansi ?
√
32. Apakah hasil penagihan langsung diserahkan
kepada kasir dalam waktu yang tidak terlalu
lama dan dalam jumlah yang seharusnya
diterima ?
√
33. Apakah pada cek mundur yang diterima telah
dicantumkan nama perusahaan/klien ? √
34. Apakah bagian akuntansi mengadakan jurnal
khusus untuk penerimaan cek mundur ? √
A. Kelemahan – kelemahan lain yang tidak tercantum pada pernyataan diatas :
B. Catatan lain :
37
Y = Ya T = Tidak
TR = Tidak Relevan
Y T TR
C. Kesimpulan penelitian ( Baik, Sedang, Buruk ) ?
D. Revisi kesimpulan penelitian (lampirkan alasannya)
Sumber : Sukrisno Agoes, Estralita Trisnawati, Praktikum Audit Seri Dua, Buku Satu, Salemba Empat, Jakarta,
2008, Hal. 43 – 48
b. Uraian tertulis (written description)
Informasi tentang pengendalian internal dapat dikumpulkan dengan
cara membuat uraian tertulis mengenai arus transaksi, catatan-catatan
yang diselenggarakan, dan pembagian tanggung jawab yang ada di
perusahaan. Uraian tertulis ini biasanya berisi identitas karyawan yang
melaksanakan suatu fungsi dan uraian terperinci cara pelaksanaan
fungsinya. Biasanya pembuatan uraian tertulis dilakukan jika terdapat
38
pengendalian internal yang bersifat unik, yang tidak tercakup di dalam
kuesioner pengendalian internal baku.
c. Bagan alir sistem (system flowchart)
Dengan cara ini suatu sistem digambarkan dengan menggunakan
simbol-simbol tertentu. Simbol-simbol tertentu yang dapat digunakan
untuk mendeskripsikan pengendalian internal di dalam perusahaan.
Penggunaan cara ini memungkinkan untuk menilai secara cepat
mengenai efektif atau tidaknya pengendalian internal dan menghindari
review secara rinci terhadap uraian tulisan dan jawaban yang terdapat
dalam kuesioner pengendalian internal baku.
6. Pengendalian Internal yang Baik atas Transaksi Penjualan
Penjualan sebagai salah satu transaksi utama di dalam perusahaan
memegang peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perusahaan.
Setiap penyimpangan yang terjadi di dalam transaksi penjualan akan menimbulkan
risiko yang berpotensi menimbulkan kerugian bagi perusahaan, oleh karena itu
harus dilakukan pengamanan terhadap aktivitas penjualan untuk mengantisipasi
risiko-risiko tersebut. Pengamanan efektif yang bisa dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan menerapkan pengendalian internal yang memadai untuk mengawasi
transaksi penjualan tersebut.
Bagan arus penjualan kredit menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul
Auditing adalah sebagai berikut :
39
Bagian Order Penjualan
∩
Ke
Customer
Gambar 2.1 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit
Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 44
Mulai
Menerima order dari customer
Surat order
Membuat surat order pengiriman
dan faktur
9 8
7 6
5 4
3
2 1
Surat order pengiriman
1 2 3
4
7 Surat order pengiriman
A
6
T
2 1
Surat order pengiriman
Mencatat tgl pengiriman pada
surat order pengiriman lembar
9
2
1 Surat order pengiriman
7
40
Bagian Kredit Bagian Gudang Bagian Pengiriman
diserahkan
kepada
perusahaan
angkutan umum
Gambar 2.2 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )
Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 45
3
7 Surat order pengiriman
(credit copy)
Memeriksa status kredit
Memberi otorisasi
kredit
7 Surat order pengiriman
(credit copy)
4
1 Surat order pengiriman
Menyiapkan barang
Menyerahkan barang
1 Surat order pengiriman
Kartu gudang
5
5
1 Surat order pengiriman
Bersamaan dengan barang
2
5 4
3 2
Surat order pengiriman
Menempel surat order pengiriman pada
pembungkus barang
1
Menyerahkan barang kepada perusahaan
angkutan umum
5 4
3 2
1 Surat order pengiriman
6
N
Ditempelkan pada pembungkus barang sebagai slip pembungkus
Bersamaan dengan barang
41
Bagian Penagihan Bagian Piutang
Dikirim ke
wiraniaga
Dikirim ke
Customer
Gambar 2.3 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )
Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 46
2
7
1 Surat order pengiriman
Membuat faktur
5
4
3 2
1 Faktur
penjualan
8 9 10
8
Surat muat 2
SOP 1
Faktur penjualan
Buku pembantu piutang
N
42
Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum
RKPD = Rekap kos produk yang dijual
Gambar 2.4 Bagan Alir Sistem Penjualan Kredit ( Lanjutan )
Sumber : Mulyadi,Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 47
9
3 Faktur
penjualan
Buku pembantu persediaan
Membuat rekapitulasi
kos penjualan
Secara periodik
N
Rekapitukasi kos produk yang dijual
Membuat bukti
memorial
RKPD
Bukti memorial
1
1
4 Faktur
penjualan
Jurnal penjualan
N
Selesai
1
RKPD
Bukti memorial
Jurnal umum N
43
7. Pengendalian Internal yang Baik atas Retur Penjualan
Menurut Mulyadi pengendalian internal yang baik atas retur penjualan
dapat dijalankan sebagai berikut20 :
a. Penggunaan formulir memo kredit yang bernomor urut tercetak
b. Adanya pertanggungjawaban penggunaan formulir memo kredit yang
bernomor urut tercetak tersebut
c. Tanda tangan otorisasi atas memo kredit dari yang berwenang
d. Kesesuaian informasi yang dicantumkan dalam memo kredit dengan informasi
yang tercantum dalam dokumen pendukung
e. Kelengkapan dokumen pendukung memo kredit ( laporan penerimaan barang)
f. Tanda tangan otorisasi atas dokumen pendukung dari yang berwenang
g. Ketelitian pencatatan informasi yang tercantum dalam memo kredit ke dalam
buku pembantu piutang dan jurnal umum
Bagan arus mengenai retur penjualan menurut Mulyadi dalam bukunya
Auditing adalah sebagai berikut :
20Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 60
44
Bagian Order Bagian Penerimaan
Penjualan Barang Bagian Gudang
LPB = Laporan
Penerimaan
Barang
Gambar 2.5 Bagan Alir Sistem Retur Penjualan
Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 58
Mulai
Menerima pemberitahuan retur penjualan
Membuat memo kredit
LPB 1
2 Memo kredit
1
1
2 1
Memo kredit
Menerima & memeriksa
barang
Membuat laporan penerimaan
barang
2 LPB 1
2 1
Memo kredit
3 2
Bersamaan dengan penyerahan barang ke bagian gudang
2
2 LPB
Kartu gudang N
45
Bagian Piutang Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum
Kepada
customer
Gambar 2.6 Bagan Alir Sistem Retur Penjualan ( Lanjutan )
Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, 2009, Hal. 59
3
LPB 1 2
1 Memo kredit
Buku pembantu piutang
4
4
LPB 1
2 Memo kredit
Mengisi kos barang
LPB 1 2
Memo kredit
Buku pembantu persediaan
5
5
LPB 1
2 Memo kredit
Jurnal retur penjualan N
Selesai
46
8. Pengendalian Internal yang Baik atas Piutang Usaha
Menurut Hery dalam bukunya yang berjudul Auditing 1 pengendalian
internal terhadap piutang usaha sesungguhnya bertujuan untuk melihat
pengamanan yang efektif dan efisien terhadap piutang usaha, yang terdiri dari
pengamanan penerimaan kas, pemisahan tugas dan pencatatan akuntansi yang
akurat.21 Semua pengendalian internal ini adalah bentuk tindakan preventif atas
keselamatan nilai piutang usaha yang dimiliki perusahaan dari penyimpangan yang
dilakukan oleh karyawan, keterlambatan pembayaran piutang usaha dan
kemungkinan piutang tidak tertagih.
9. Pengendalian Internal yang Baik atas Piutang yang Tidak Tertagih
Pengendalian internal dalam transaksi atas piutang yang tidak tertagih
sangat diperlukan di dalam pengelolaan piutang usaha perusahaan karena ini
berhubungan dengan transaksi pencadangan kerugian piutang dan transaksi
penghapusan piutang. Pengendalian internal tersebut menurut Mulyadi adalah
sebagai berikut22 :
a. Penggunaan formulir bukti memorial yang bernomor urut tercetak
b. Adanya pertanggungjawaban penggunaan formulir bukti memorial yang
bernomor urut tercetak tersebut
c. Tanda tangan otorisasi atas bukti memorial dari yang berwenang 21Hery, Pengantar Akuntansi 1, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2012, Hal.215-216
22Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 70
47
d. Kesesuaian informasi yang dicantumkan dalam bukti memorial dengan
informasi yang tercantum dalam dokumen pendukungnya (daftar umur piutang)
e. Kelengkapan dokumen pendukung bukti memorial
f. Tanda tangan otorisasi atas dokumen pendukung dari yang berwenang
g. Ketelitian pencatatan informasi yang tercantum dalam bukti memorial ke dalam
buku pembantu biaya dan jurnal umum
Contoh bagan arus mengenai pencadangan dan penghapusan piutang tidak
tertagih menurut Mulyadi adalah sebagai berikut :
48
Bagian Piutang Bagian Akuntansi Biaya Bagian Akuntansi Umum
DUP = Daftar
Umur Piutang
Gambar 2.7 Bagan Alir Sistem Pencadangan Kerugian Piutang
Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 72
Mulai
Membuat daftar umur piutang
DUP
Membuat bukti memorial
DUP
Bukti memorial
1
1
DUP Bukti memorial
Buku pembantu biaya
2
2
DUP Bukti memorial
Jurnal umum
Buku besar N
49
Manager yang Bagian
Berwenang Bagian Kredit Bagian Piutang Akuntansi umum
SKPP = Surat
Keputusan
Penghapusan
Piutang
Gambar 2. 8 Bagan Alir Sistem Penghapusan Piutang
Sumber : Mulyadi, Auditing buku 2, Salemba Empat, Jakarta, 2009, Hal. 73
Mulai
Membuat SK penghapusan
piutang
SKPP
1
1
SKPP
Membuat bukti
memorial
SKPP
Bukti memorial
2
1
SKPP
Bukti memorial
Buku pembantu piutang
3
3
SKPP
Bukti memorial
Jurnal umum
Buku besar
N
50
C. Penjualan
1. Pengertian Penjualan
Penjualan secara umum dapat diartikan sebagai pertukaran produk berupa
barang atau jasa dari produsen ke konsumen, dimana konsumen akan
menyerahkan sejumlah uang seharga dari produk barang atau jasa yang diserahkan
oleh produsen yang pembayarannya bisa dilakukan secara tunai maupun kredit.
Definisi penjualan menurut James M. Reeve dalam bukunya Pengantar
akuntansi buku 1 menyatakan bahwa :
“Penjualan (sales) adalah total jumlah yang dibebankan pada pelanggan
atas barang terjual, baik penjualan kas maupun kredit. Baik retur dan potongan
penjualan, maupun diskon penjualan dikurangkan dari penjualan untuk
menghasilkan penjualan bersih ”23.
Menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., dalam bukunya
yang berjudul Akuntansi Jilid 1 menyatakan bahwa definisi penjualan adalah
sebagai berikut:
“Jumlah yang diperoleh perusahaan dari menjual persediaan barang dagang
disebut sebagai pendapatan penjualan (sales revenue) yang sering kali disingkat
sebagai penjualan (sales)24”.
23James M. Reeve, Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf,
dan Chaerul D. Djakman,Pengantar Akuntansi - Adaptasi Indonesia buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2009,Hal.280
24Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436
51
Dari definisi – definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa penjualan
adalah total jumlah yang dibebankan perusahaan pada pelanggan atas persediaan
barang dagang atau jasa yang terjual, baik dilakukan secara tunai maupun kredit.
2. Klasifikasi Transaksi Penjualan
Ditinjau dari cara pembayarannya, penjualan dapat dikelompokkan
menjadi 2 (dua) yaitu25 :
a. Penjualan Tunai
Penjualan tunai adalah penjualan yang direalisasikan dengan penerimaan
kas pada saat penjualan.
b. Penjualan Kredit
Penjualan kredit adalah penjualan yang direalisasikan dengan timbulnya
tagihan atau piutang kepada pihak pembeli.
3. Fungsi yang Terkait dalam Penjualan
Fungsi yang terkait dalam transaksi penjualan menurut Mulyadi dalam
bukunya Auditing adalah sebagai berikut26 :
a. Fungsi Penjualan
Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menerima surat order dari pembeli, mengedit order dari pembeli untuk
menambahkan informasi yang belum ada pada surat order tersebut (seperti 25L.M. Samryn, Pengantar Akuntansi , Edisi satu, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, Hal. 245 - 246
26Mulyadi, Op.cit, Hal. 40
52
spesifikasi barang dan rute pengiriman), meminta otorisasi kredit, menentukan
tanggal pengiriman dan dari gudang mana barang akan dikirim, dan mengisi
surat order pengiriman. Fungsi ini juga bertanggung jawab untuk membuat
“back order” pada saat diketahui tidak tersedianya persediaan untuk
memenuhi order dari pembeli dan memo kredit untuk retur penjualan. Dalam
sistem penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat faktur
penjualan tunai yang memungkinkan fungsi penerimaan kas menerima kas
dari pembeli dan yang merupakan perintah kepada fungsi pengiriman untuk
menyerahkan barang kepada pembeli.
b. Fungsi Kredit
Fungsi ini berada di bawah fungsi keuangan yang dalam transaksi
penjualan kredit, bertanggung jawab untuk meneliti status pembeli dan
memberikan otorisasi pemberian kredit kepada pembeli. Karena hampir
semua penjualan dalam perusahaan manufaktur merupakan penjualan kredit,
maka sebelum order dari pembeli dipenuhi, harus lebih dahulu diperoleh
otorisasi penjualan kredit dari fungsi kredit. Fungsi ini juga bertanggung
jawab untuk membuat bukti memorial atas dasar surat keputusan direktur
keuangan untuk penghapusan piutang yang sudah tidak dapat ditagih.
c. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyimpan barang dan menyiapkan
barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang ke fungsi
pengiriman
53
d. Fungsi Pengiriman
Dalam sistem penjualan kredit, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyerahkan barang atas dasar surat order pengiriman yang diterimanya dari
fungsi penjualan. Fungsi ini bertanggung jawab untuk menjamin bahwa tidak
ada barang yang keluar dari perusahaan tanpa ada otorisasi dari yang
berwenang. Dalam sistem penjualan tunai, fungsi ini bertanggung jawab untuk
menyerahkan barang kepada pembeli yang telah melunasi harga barang.
e. Fungsi Penagihan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membuat dan mengirimkan faktur
penjualan kepada pembeli, serta menyediakan copy faktur bagi kepentingan
pencatatan transaksi penjualan oleh fungsi pencatatan piutang, fungsi
akuntansi biaya, fungsi akuntansi umum.
f. Fungsi Pencatatan Piutang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat piutang yang timbul dari
transaksi penjualan kredit, mencatat berkurangnya piutang karena transaksi
retur penjualan, penerimaan kas dari piutang, penghapusan piutang yang tidak
tertagih, dan membuat serta mengirimkan pernyataan piutang kepada para
pembeli.
g. Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat kos produk jadi yang dijual
dalam buku pembantu persediaan dan mencatat kos produk jadi yang
dikembalikan oleh pembeli dalam transaksi retur penjualan.
54
h. Fungsi Akuntansi Umum
Fungsi ini bertanggung jawab mencatat transaksi penjualan kredit dan
penjualan tunai dalam jurnal penjualan, dan transaksi retur penjualan,
pencadangan kerugian piutang, dan penghapusan piutang dalam jurnal umum.
i. Fungsi Penerimaan Barang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima barang yang berasal dari
transaksi retur penjualan.
4. Dokumen yang Digunakan dalam Transaksi Penjualan
Dokumen yang digunakan dalam transaksi penjualan kredit dibagi menjadi
dua golongan : dokumen sumber ( source documents ), yaitu dokumen yang
dipakai sebagai dasar pencatatan ke dalam catatan akuntansi, dan dokumen
pendukung (corroborating documents atau dokumen penguat ), yaitu dokumen
yang membuktikan validitas terjadinya transaksi. Berbagai dokumen yang
digunakan dalam transaksi penjualan kredit sebagai berikut27 :
a. Surat order pengiriman merupakan dokumen penting untuk memproses
penjualan kredit kepada pembeli. Berbagai tembusan surat order pengiriman
terdiri dari :
27Mulyadi, Op.cit, Hal. 41
55
1) Surat Order Pengiriman
Dokumen ini merupakan lembar pertama surat order pengiriman yang
memberikan otorisasi kepada fungsi pengiriman untuk mengirimkan jenis
barang dengan jumlah dan spesifikasi seperti yang tertera diatas dokumen
tersebut.
2) Tembusan Kredit (Credit Copy)
Merupakan dokumen yang digunakan untuk memperoleh status kredit
pembeli dan untuk mendapatkan otorisasi penjualan kredit dari fungsi
pemberi otorisasi kredit.
3) Surat Pengakuan (Acknowledgment Copy)
Dokumen ini dikirimkan oleh fungsi penjualan kepada pembeli untuk
memberitahu bahwa ordernya telah diterima dan dalam proses pengiriman.
4) Surat Muat (Bill of Loading)
Tembusan surat muat ini merupakan dokumen yang digunakan sebagai
bukti penyerahan barang dari perusahaan kepada angkutan umum. Surat
muat ini biasanya dibuat 3 ( tiga ) lembar, kedua lembar untuk perusahaan
angkutan umum, dan satu lembar disimpan oleh perusahaan setelah
ditandatangani oleh wakil perusahaan angkutan umum tersebut.
5) Slip Pembungkus (Packing Slip)
Dokumen ini ditempelkan pada pembungkus barang untuk memudahkan
fungsi penerimaan pembeli mengidentifikasi barang – barang yang
diterimanya.
56
6) Tembusan Gudang (Warehouse Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang dikirim ke fungsi
gudang untuk menyiapkan jenis barang dengan jumlah seperti yang
tercantum didalamnya, agar menyerahkan barang tersebut ke fungsi
penerimaan, dan untuk mencatat barang yang dijual dalam kartu gudang.
7) Arsip Pengawasan Pengiriman (Sales Order Follow up Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan oleh
fungsi penjualan menurut tanggal pengiriman yang dijanjikan. Jika fungsi
penjualan telah menerima tembusan surat order pengiriman dari fungsi
pengiriman yang merupakan bukti telah dilaksanakan pengiriman barang,
arsip pengawasan pengiriman ini kemudian diambil dan dipindahkan ke
arsip order pengiriman yang telah dipenuhi. Arsip pengawasan pengiriman
merupakan sumber informasi untuk membuat laporan mengenai pesanan
pembeli yang belum dipenuhi.
8) Arsip Indeks Silang (Cross Index File Copy)
Merupakan tembusan surat order pengiriman yang diarsipkan secara
alfabetik menurut nama pembeli untuk memudahkan menjawab pertanyaan
– pertanyaan dari pembeli mengenai status pesanan.
b. Faktur penjualan merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk
mencatat timbulnya piutang. Berbagai tembusan faktur penjualan terdiri dari :
57
1) Faktur Penjualan (Customer’s Copies)
Dokumen ini merupakan lembar pertama yang dikirim kepada pembeli.
Jumlah lembar faktur penjualan yang dikirim kepada pembeli adalah
tergantung dari permintaan pembeli.
2) Tembusan Piutang (Account Receivable Copy)
Merupakan tembusan faktur penjualan yang dikirimkan ke fungsi
pencatat piutang sebagai dasar untuk mencatat piutang dalam buku
pembantu piutang.
3) Tembusan Jurnal Penjualan (Sales Journal Copy)
Merupakan tembusan yang dikirimkan ke fungsi akuntansi umum
sebagai dasar untuk mencatat transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan.
4) Tembusan Analisa (Analysis Copy)
Merupakan tembusan yang dikirim ke fungsi akuntansi biaya sebagai
dasar untuk menghitung kos produk yang dijual yang dicatat dalam buku
pembantu persediaan, untuk analisis penjualan, dan untuk perhitungan
komisi wiraniaga (salesperson)
5) Tembusan Wiraniaga (Salesperson Copy)
Dikirimkan kepada wiraniaga untuk memberitahu bahwa order dari
pembeli yang lewat ditangannya telah dipenuhi sehingga
memungkinkannya menghitung komisi penjualan yang menjadi haknya.
58
5. Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Penjualan
Dalam kegiatan penjualan terdapat catatan akuntansi sebagai berikut28 :
a. Jurnal Penjualan
Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi untuk
mencatat transaksi penjualan kredit berdasarkan dokumen sumber faktur
penjualan. akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi
penjulan kredit adalah :
Piutang Usaha XXX
Penjualan XXX
b. Jurnal Umum
Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini digunakan untuk
mencatat kos produk yang dijual berdasarkan dokumen bukti memorial.
Akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi retur
penjualan adalah :
Harga Pokok Produk yang dijual XXX
Persediaan Produk XXX
c. Buku Pembantu Piutang
Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi sebagai buku
pembantu yang digunakan untuk mencatat bertambahnya piutang kepada
pembeli tertentu berdasarkan dokumen sumber faktur penjualan.
28Mulyadi, Op.cit, Hal. 43
59
d. Buku Pembantu Persediaan
Dalam transaksi penjualan kredit, catatan ini berfungsi sebagai buku
pembantu yang digunakan untuk mencatat kos produk jadi tertentu yang
dijual berdasarkan dokumen sumber faktur penjualan.
e. Buku Besar
Akun buku besar yang terkait dalam siklus penjualan adalah : piutang
usaha, penjualan, harga pokok produk yang dijual, dan persediaan produk
jadi.
6. Perlakuan Akuntansi atas Penjualan
Beberapa syarat jual beli yang biasa terdapat dalam dunia usaha diuraikan
Soemarso S.R dalam buku Akuntansi suatu pengantar sebagai berikut29:
a. Loko Gudang
Pada syarat jual beli ini pembeli menanggung biaya pengiriman barang
dari gudang penjual ke gudang sendiri. Bagi penjual, begitu barang telah
dipindahkan ke truk atau kereta api yang disewa pembeli untuk mengangkut
barang tersebut ke gudangnya, maka penjualan dapat diakui dan dicatat dalam
pembukuan.
29Soemarso S.R, Akuntansi Suatu Pengantar, Edisi Kelima, Salemba Empat, Jakarta, 2002, Hal.175
60
b. Franco Gudang
Kebalikan dari syarat loko gudang adalah franco gudang. Pada syarat ini,
penjual menanggung biaya pengiriman sampai ke gudang pembeli. Penjualan
diakui bila barang telah sampai di gudang pembeli.
7. Retur dan Potongan Penjualan
a. Retur Penjualan
Barang yang dijual dapat dikembalikan oleh pembeli karena kerusakan
atau alasan – alasan lain. Apabila penjualan retur dihubungkan dengan
penjualan kredit, penjual akan mengirimkan nota kredit. Nota ini
menerangkan jumlah yang dikurangkan dari akun pembeli serta alasan yang
menyertainya.Akibat dari retur penjualan adalah berkurangnya penjualan dan
berkurangnya uang kas atau piutang usaha30.
Retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian barang
dari pembeli. Pengembalian barang oleh pembeli harus diotorisasi oleh fungsi
penjualan dan diterima oleh fungsi penerimaan.
b. Potongan Penjualan
Transaksi perdagangan selalu melibatkan dua pihak yaitu pihak pembeli
sebagai pihak penerima barang dan penjual sebagai pihak yang menyerahkan
barang. Sebelum transaksi terjadi kedua belah pihak harus mencapai
30Soemarso S.R, Op.cit, Hal. 184
61
kesepakatan mengenai harga dari barang-barang yang diperjualbelikan beserta
syarat-syarat lainnya, termasuk di dalamnya mengenai potongan penjualan.
Potongan penjualan merupakan salah satu cara yang digunakan perusahaan
untuk menarik minat pembeli untuk melakukan transaksi pembelian.
Potongan penjualan adalah potongan terhadap harga penjualan yang telah
disetujui apabila pembayaran dilakukan dalam jangka waktu yang lebih cepat
dari jangka waktu kredit, potongan penjualan adalah potongan tunai
dipandang dari sudut penjual.
Ada 2 (dua) macam bentuk potongan penjualan dalam transaksi
penjualan, yaitu31 :
1) Potongan Tunai
Potongan tunai ( cash discount ) adalah potongan harga yang diberikan
apabila pembayaran dilakukan lebih cepat dari waktu kredit. Potongan
tunai dapat dinyatakan dengan 2/10, n/30 yang berarti pembayaran yang
dilakukan dalam waktu 10 hari setelah penerimaan barang, diberi potongan
tunai 2% dari harga faktur, sedangkan batas waktu pembayaran terakhir
pada hari ke 30 setelah penyerahan barang.
2) Potongan Perdagangan
Bentuk lain dalam pemberian potongan ialah potongan perdagangan.
Potongan ini diberikan karena perbedaan cara penjualan atau perbedaan
pembeli yang dilayani. Jadi adanya pengurangan harga jual kotor yang 31Soemarso S.R, Op.cit, Hal. 176
62
diberikan kepada pembeli tertentu sesuai dengan kebijakan manajemen
perusahaan. Contohnya suatu perusahaan dapat memberikan potongan
sebesar 25% apabila penjualan dilakukan dengan tunai dan potongan
sebesar 20% apabila penjualan dilakukan dengan kredit.
8. Fungsi yang Terkait dalam Transaksi Retur Penjualan
Berbagai fungsi yang terkait dalam melaksanakan transaksi retur penjualan
adalah sebagai berikut32:
a) Fungsi Penjualan
Dalam transaksi retur penjualan, fungsi ini bertanggung jawab untuk
memberikan otorisasi retur penjualan dengan dokumen memo kredit.
b) Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab atas penyimpanan kembali barang yang
diterima dari retur penjualan setelah barang tersebut diperiksa oleh fungsi
penerimaan. Barang yang diterima dari transaksi retur penjualan ini dicatat
oleh fungsi gudang dalam kartu gudang.
c) Fungsi Piutang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat berkurangnya piutang
karena transaksi retur penjualan.
32Mulyadi, Op.cit, Hal. 56
63
d) Fungsi Akuntansi Biaya
Fungsi ini bertanggung jawab mencatat bertambahnya biaya atas produk
yang dijual dalam buku pembantu persediaan.
e) Fungsi Akuntansi Umum
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transaksi retur penjualan
dalam jurnal umum.
f) Fungsi Penerimaan Barang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima barang yang berasal dari
transaksi retur penjulan.
9. Dokumen yang Digunakan dalam Transaksi Retur Penjualan
Dua dokumen penting yang digunakan dalam transaksi retur penjualan
adalah33 :
a) Memo Kredit
Dokumen ini dibuat oleh fungsi penjualan untuk memberikan otoriasi
kepada fungsi penerimaan barang untuk menerima barang yangi penerimaan
barang untuk menerima barang yang dikembalikan oleh pembeli. Dokumen
ini merupakan dokumen sumber bagi pengkreditan akun piutang dan
pendebitan akun retur penjualan. tembusan dokumen ini dikirimkan kepada
pembeli sebagai pemberitahuan pengurangan utangnya kepada perusahaan.
33Ibid
64
b) Laporan Penerimaan Barang
Merupakan dokumen pendukung yang melampiri memo kredit. Dokumen
ini dibuat oleh fungsi penerimaan barang sebagai bukti telah diterimanya
kembali barang yang telah dijual dalam transaksi retur penjualan. dokumen ini
merupakan dokumen pendukung memo kredit yang dibuat sebagai dasar
pencatatan berkurangnya piutang.
10. Catatan Akuntansi yang Digunakan dalam Transaksi Retur Penjualan
Catatan akuntansi yang digunakan dalam transaksi retur penjualan
adalah34:
a) Jurnal Umum
Dalam transaksi retur penjualan, catatan ini digunakan untuk mencatat
transaksi retur penjualan berdasarkan dokumen memo kredit. Akun yang
didebit dan dikredit dalam pencatatan transaksi retur penjualan adalah :
Penjualan XXX
Piutang Usaha XXX
Akun yang didebit dan dikredit dalam pencatatan harga pokok produk
yang dijual adalah :
Persediaan Produk yang Dijual XXX
Harga Pokok Produk yang Dijual XXX
34Ibid
65
b) Buku Pembantu Piutang
Catatan ini berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk
mencatat berkurangnya piutang kepada pembeli tertentu berdasarkan
dokumen sumber memo kredit.
c) Buku Pembantu Persediaan
Catatan ini berfungsi sebagai buku pembantu yang digunakan untuk
mencatat kos produk tertentu yang dikembalikan oleh pembeli berdasarkan
dokumen sumber memo kredit.
d) Buku Besar
Akun buku besar yang terkait dalam transaksi retur penjualan adalah :
piutang usaha, persediaan produk, penjualan, kos produk yang dijual.
D. Piutang
1. Pengertian Piutang Usaha
Piutang secara umum dianggap sebagai suatu perkiraan yang timbul akibat
penjualan barang atau jasa secara kredit kepada pembeli, dengan kata lain,
perusahaan memberikan kesempatan kepada pembeli untuk menunda pembayaran
selama jangka waktu tertentu setelah transaksi sehingga menimbulkan tagihan
dimasa yang akan datang.
Definisi piutang menurut Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr.
dalam bukunya Akuntansi jilid 1 adalah :
66
“Piutang usaha (account receivable), yang disebut juga piutang dagang
(trade receivable) adalah jumlah yang harus ditagih dari pelanggan”.35
Definisi piutang menurut Reeve dan rekan-rekan dalam bukunya Pengantar
Akuntasi Adaptasi Indonesi adalah sebagai berikut :
“Piutang mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain,
termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain ”.36
Dari definisi – definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Piutang usaha
merupakan jumlah yang harus ditagihkan kepada pihak ketiga yang timbul dari
kegiatan jual beli di perusahaan yang direalisasikan kemudian.
2. Klasifikasi Jenis – Jenis Piutang
Ada beberapa jenis piutang menurut Charles T. Horngren dan Walter T.
Harrison Jr, yaitu37:
a. Piutang Usaha
Piutang usaha (account receivable), yang disebut juga piutang dagang
(trade receivable) adalah jumlah yang harus ditagih dari pelanggan. Piutang
usaha berperan sebagai akun pengendali karena mengiktisarkan total piutang
b. Wesel Tagih 35Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436 36James M. Reeve, Carl S. Warren, Jonathan E. Duchac, Ersa Tri Wahyuni, Gatot Soepriyanto, Amir Abadi Jusuf,
dan Chaerul D. Djakman,Pengantar Akuntansi - Adaptasi Indonesia buku 1, Salemba Empat, Jakarta, 2009,Hal.437
37Charles T. Horngren dan Walter T. Harrison Jr., Akuntansi jilid 1 , Edisi tujuh, Erlangga, Jakarta, 2007, Hal. 436
67
Wesel tagih bersifat lebih formal ketimbang piutang usaha, karena juga
memasukkan beban bunga. Dalam wesel tagih, debitor berjanji untuk
membayar kreditor suatu jumlah tertentu pada tanggal tertentu di masa depan
- tanggal jatuh tempo (maturity date). Sebuah dokumen tertulis yang dikenal
sebagai surat promes (promiss note)berperan sebagai bukti . Wesel tagih yang
jatuh tempo dalam waktu satu tahun kurang merupakan aktiva lancar,
sementara yang jatuh temponya melebihi satu tahun merupakan aktiva jangka
panjang.
c. Piutang Lainnya
Piutang lain – lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika
piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu
tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar dan
dilaporkan di bawah judul investasi. Piutang lain – lain meliputi piutang
bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.
3. Manajemen Piutang Usaha
Menurut Ahmad Syafi’i Syakur manajemen piutang yang efektif sangat
diperlukan agar tidak banyak terjadi kerugian akibat piutang yang tidak dapat
68
ditagih dan kerugian yang timbul akibat penyalahgunaan piutang oleh karyawan,
dan juga bagaimana pemanfaatan piutang sebagai sumber pendanaan.38
Kerugian ekonomis yang ditimbulkan piutang yang tidak dapat ditagih
tidak hanya sebesar nilai nominal piutang tersebut, melainkan juga meliputi
kerugian akibat hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan (opportunity
cost) sebesar tingkat laba investasi dari piutang yang tidak bisa ditagih tersebut.
Sedangkan kerugian ekonomis yang timbul akibat keterlambatan penerimaan
piutang hanya meliputi kerugian atas hilangnya kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari pemanfaatan ekonomis dari piutang.
Hal tersebut terjadi karena piutang usaha biasanyaberupa suatu tagihan
kepada pembeli yang tidak disertai dengan dokumen yang mempunyai kekuatan
hukum yang dapat memaksa pembeli untuk melakukan pembayaran. Oleh
karenanya piutang ini sangat riskan terhadap kemungkinan tidak terbayar
dikarenakan berbagai hal. Oleh karenanya dalam melakukan penjualan secara
kredit perusahaan harus memperhatikan beberapa hal yang terkait dengan pembeli,
karena kesalahan dalam memutuskan dilakukannya penjualan kredit dapat
menimbulkan resiko kegagalan dalam pengumpulan piutang dikemudian hari. Hal
– hal penting yang harus diperhatian antara lain39 :
38Ahmad Syafi’i Syakur, Intermediate Accounting,AV Publisher, Jakarta, 2009, Hal 94
39Ibid
69
a. Character, karakter merupakan sifat dasar atau tabiat dari seseorang yang
sangat menentukan pola pikir dan pola tindakannya. Karakter pembeli yang
akan melakukan pembelian kredit harus betul – betul dijadikan referensi.
b. Criterion, kriteria lebih sebagai ukuran atau skala atau golongan pembeli,
apakah dia termasuk pelanggan tetap atau bukan, apakah dia termasuk
pelanggan kecil, menengah atau besar. Termasuk apakah perusahaan pelanggan
dalam keadaan sehat atau tidak.
c. Commitment, komitmen menyangkut tanggung jawab seseorang terhadap setiap
apa yang telah disepakati, pernah tidaknya seorang pembeli mengingkari suatu
kesepakatan merupakan ukuran penting tingkat komitmen pembeli yang
bersangkutan.
d. Credibility, kredibilitas menunjukkan tingkat kepercayaan terhadap seseorang.
Kepercayaan ini dapat terbentuk dari pengetahuan tentang Capital (modal) dan
Capacity (kemampuan) pembeli untuk memenuhi kewajibannya.
e. Credit amount, pemberian kredit kepada seorang pembeli perlu ditetapkan batas
maksimumnya, pemberian kredit kepadanya tidak diperbolehkan melebihi batas
maksimumnya yang dihitung dengan memperhatikan keempat karakteristik
sebelumnya.
4. Piutang yang Tidak Tertagih
Dari sekian banyak pembeli mungkin ada diantaranya yang mungkin tidak
dapat melakukan kewajibannya untuk membayar utang – utangnya kepada
70
perusahan, misalnya pembeli yang dinyatakan pailit oleh pengadilan. Piutang
kepada pembeli yang bermasalah demikian ini yang kemudian dinyatakan sebagai
piutang yang tidak dapat ditagih. Terhadap piutang yang tidak dapat ditagih ini
harus dihapuskan dari saldo piutang sehingga piutang dapat dilaporkan menurut
nilai wajarnya, yaitu sebesar nilai piutang yang dapat ditagih. Terdapat dua metode
yang dapat digunakan untuk penghapusan piutang, yaitu40 :
a. Metode Penghapusan Langsung (Direct Write Off Method)
Metode penghapusan ini umumnya digunakan oleh perusahaan yang relatif
baru berdiri, yang belum mempunyai cukup data – data historis tentang piutang
– piutangnya, atau perusahaan yang sebagian kecil saja dari penjualannya yang
dilakukan secara kredit. Pada perusahaan – perusahaan besar atau perusahaan
yang sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang sudah memiliki
data – data historis tentang piutang – piutangnya, penggunaan metode ini dirasa
kurang dapat memberikan informasi yang tepat bagi pengguna laporan
keuangan.
Penghapusan secara langsung tidak memerlukan dilakukannya estimasi
kerugian penghapusan piutang pada setiap akhir periode. Pencatatan terhadap
piutang yang dihapuskan dilakukan langsung pada saat dinyatakan suatu
piutang harus dihapuskan karena suatu hal. Jurnal yang terkait dengan
penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :
40Ahmad Syafi’i Syakur, Op.cit, Hal. 97
71
1) Jurnal saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan
Kerugian penghapusan piutang XXX
Piutang usaha XXX
2) Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai
piutang yang akan dibayar oleh pembeli, maka :
a) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali pada periode yang sama dengan
saat dihapuskannya, maka jurnalnya :
Piutang usaha XXX
Kerugian penghapusan piutang XXX
b) Bila dinyatakan dapat ditagih kembali setelah tutup buku, maka
jurnalnya :
Piutang usaha XXX
Laba dari piutang diketemukan kembali XXX
b. Metode Penyisihan atau Cadangan (Allowance Method)
Metode ini lebih sesuai digunakan oleh perusahaan – perusahaan besar
atau yang sebagian besar penjualannya dilakukan secara kredit, yang
mempunyai data – data historis tentang piutangnya. Pemakaian metode ini
mengharuskan dilakukannya estimasi pada setiap akhir periode akuntansi
terhadap kemungkinan piutang – piutang yang tidak dapat ditagih dalam
periode akuntansi yang akan datang. Sebesar nilai piutang yang diestimasi tidak
dapat ditagih tersebut sudah boleh dianggap sebagai kerugian. Jurnal - jurnal
yang terkait dengan penghapusan piutang menurut metode ini antara lain :
72
1) Jurnal saat dilakukan estimasi adanya piutang yang mungkin tidak dapat
ditagih :
Kerugian penghapusan piutang XXX
Cadangan penghapusan piutang XXX
2) Saat dinyatakan suatu piutang harus dihapuskan karena suatu hal :
Cadangan penghapusan piutang XXX
Piutang usaha XXX
3) Bila suatu piutang yang telah dihapuskan dinyatakan kembali sebagai
piutang yang akan dibayar oleh pembeli, maka jurnalnya :
Piutang usaha XXX
Cadangan penghapusan piutang XXX
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan untuk melakukan
estimasi dalam penghapusan piutang, yaitu41 :
1) Pendekatan Persentase Penjualan
Pendekatan persentase penjualan menandingkan biaya dengan
pendapatan karena hal itu mengaitkan beban pada periode di mana
penjualan tercatat. Penyisihan untuk piutang tak tertagih adalah akun
penilaian dan dikurangkan dari piutang usaha pada neraca. Jumlah beban
piutang tak tertagih dan kredit yang berkaitan pada akun penyisihan tidak
41Kieso Weygandt Warfield, Akuntansi Intermediate, Edisi 12, Erlangga, 2008, Hal. 352
73
dipengaruhi oleh setiap saldo yang saat ini dalam akun penyisihan. Karena
estimasi beban piutang tak tertagih berhubungan dengan akun nominal
(penjualan), dan setiap saldo dalam akun penyisihan diabaikan, maka
metode ini sering kali disebut sebagai pendekatan laporan laba rugi.
Karenanya, penandingan biaya dengan pendapatan secara tepat akan
tercapai.
2) Pendekatan Persentase Piutang
Berdasarkan pengalaman masa lalu, sebuah perusahaan dapat
mengestimasikan persentase piutang beredarnya yang tidak akan tertagih,
tanpa mengidentifikasi piutang tertentu. Proedur ini menyediakan estimasi
yang cukup akurat menyangkut nilai piutang yang dapat direalisasi, tetapi
tidak sesuai dengan prinsip penandingan biaya dan pendapatan. Tujuan dari
metode ini adalah melaporkan nilai realisasi bersih piutang dalam neraca,
oleh karena itu pendekatan ini disebut dengan pendekatan neraca.
74
E. Kerangka Pikir Penelitian
Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.9 Kerangka Pikir Penelitian Sumber : Penulis
Penjualan Kredit
Piutang Usaha
SOP
Hasil
Kesimpulan dan Saran
Teori PT. Banjar Kencanasakti
Internal Control Questionnaires (ICQ)
Pengendalian Internal
Pengendalian InternalMenurut COSO
Analisa Skala Guttman
Pembahasan