Download - Bab II Ghiya Sdh
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep pengetahuan
1. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya) ( Notoatmodjo, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis
besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni:
a. Tahu (know):
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau
mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-
pertanyaan misalnya : apa tanda-tanda anak yang kurang gizi, (dsb).
b. Memahami (comprehension):
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan
penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M
9
(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan
mengapa harus menutup, menguras, dan menimbun tempat-tempat
penampungan air tersebut.
c. Aplikasi (application) :
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi lain. Misalnya seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat
perencanaan program kesehatan ditempat ia bekerja atau dimana saja,
orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah
membuat proposal penelitian dimana saja.
d. Analisis (analysis) :
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram
(bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.
e. Sintesis (synthesis):
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau melakukan suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen
10
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation) :
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat.
2. Cara Memperoleh Pengetahuan.
Menurut Soekidjo Notoadmojo, 2010. ada beberapa cara untuk
memperoleh pengetahuan, yaitu :
a. Cara Coba Salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula,
maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan ke empat dan seterusnya, sampai masalah
tersebut dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode
trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/coba-
coba.
11
b. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kejadian-
kejadian dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi-ke
generasi berikutnya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut
berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas, otoritas
pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli pengetahuan.
c. Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,
pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh pengetahuan.
d. Melalui Jalan Pikiran
Sejalan dengan umat manusia, cara berpikir manusia ikut
berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan
penalaranya dalam memperoleh pengetahuannya. dengan kata lain,
dalam memperoleh pengetahuan manusia telah menggunakan jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.
12
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang
lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa
semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka
menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya
akan semakin banyak.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan
aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan
fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran,
perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri
baru.
d. Minat
Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni
suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih
mendalam.
13
e. Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, orang cenderung berusaha
melupakan pengalaman yang kurang baik. Pengalaman baik dapat
membentuk sikap positif dalam kehidupannya.
f. Kebudayaan lingkungan sekitar
Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau
sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan
dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap
kita.
g. Informasi
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat
seseorang memperoleh pengetahuan yang baru (Mubarak, 2011).
B. Konsep dasar persalinan
1. Pengertian persalinan
Menurut Mochtar (1998), persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi (janin+uri), yang dapat hidup kedunia luar, dari rahim melalui
jalan lahir atau dengan jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
14
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala tanpa komplikasi
baik ibu maupun janin (Hidayat dan Sujiatini, 2010).
Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu,
persalinan buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan
terjadi tidak dengan sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan
normal bila tidak ada penyulit (Hidayat dan Sujiatini, 2010).
2. Beberapa istilah yang ada hubungannya dengan persalinan: (Hidayat dan
Sujiatini, 2010).
a. Menurut cara persalinan
1). Persalinan biasa (normal) disebut juga partus spontan, adalah proses
lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan
alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.
2). Persalinan luar biasa (abnormal) ialah persalinan pervaginam dengan
bantuan alat-alat melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
b. Menurut tua (umur) kehamilan:
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable) - berat janin dibawah 1000gr-tua kehamilan
dibawah 28 minggu.
15
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada
kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi premature, berat
janin antara 1000-2500gr.
3) Partus maturus atau atrem (cukup bulan) adalah partus pada
kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2500gr.
4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus taksir, janin disebut post matur.
5) Partus presipatatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin
dikamar mandi, diatas becak, dsb.
6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi
sefalopelvik.
7) Partus imaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin
viable atau berat janin kurang dari 1000g atau kehamilan dibawah
28 minggu.
c. Gravida dan para:
1) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil.
2) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama
kalinya.
3) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup (viable).
16
4) Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan
bayi hidup untuk pertama kali.
5) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan
bayi viable beberapa kali (sampai 5 kali).
6) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali
atau lebih hidup atau mati.
3. Tahapan persalinan
a. Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat
sampai pembukaan lengkap. Kala 1 dibagi dalam 2 fase : fase laten (Ø
serviks 1 – 3 cm – dibawah 4 cm) membutuhkan waktu 8 jam, fase
aktif (Ø serviks 4 – 10 cm/lengkap), membutuhkan waktu 6 jam.
b. Kala II atau kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai
lahirnya bayi. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan
satu jam pada multi.
c. Kala III atau kala uri : dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
d. Kala IV atau kala pengawasan : kala dimulai dari saat lahirnya
plasenta sampai 2 jam pertama post partum.
C. Konsep Dasar Sectio Caesaria
1. Pengertian sectio caesaria
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina: atau
17
sectio caesaria adalah histerotomia untuk melahirkan janin dalam rahim
(Mochtar, 1998).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Prawirohardjo, 2007).
Sectio caesaria adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan
membuat sayatan pada dinding perut.
2. Istilah dalam Sectio Caesaria
a. Sectio caesaria primer (efektif)
Dari semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara
sectio caesaria, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya pada
panggul sempit (CV kecil dari 8 cm).
b. Sectio caesaria sekunder
Dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu kelahiran biasa (partus
percobaan), bila tidak ada kemajuan persalinan atau partus percobaan
gagal, baru dilakukan sectio saesaria.
c. Sectio caesaria ulang (repeat caesarean section)
Ibu pada kehamilan yang lalu mengalami sectio caesaria (previous
caesarean section) dan pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio
caesaria ulang.
d. Sectio caesaria histerektomi (caesarean section hysterectomy)
18
Adalah suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio
caesaria, langsung dilakukan histerektomi oleh karena sesuatu
indikasi.
e. Operasi Porro (porro operation)
Adalah suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri
(tentunya janin sudah mati), dan langsung dilakukan histerektomi,
misalnya pada keadaan infeksi rahim yang berat (Mochtar, 1998).
3. Jenis-jenis operasi sectio caesaria
Menurut Mochtar (1998), ada 3 jenis sectio caesaria:
a. Abdomen (sectio caesaria abdominalis)
1) Sectio caesaria transperitonealis:
Sectio caesarea klasik atau corporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri.
Kelebihan :
a) Mengeluarkan janin lebih cepat.
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
Kekurangan :
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak
ada repritonealisasi yang baik.
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
19
2) Sectio caesarea ismika atau profunda atau low cervical:
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada
segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
a) Penjahitan luka lebih mudah.
b) Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus kerongga periotoneum.
d) Perdarahan kurang.
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan rupture uteri
spontan kurang/lebih kecil.
Kekurangan :
a) Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan uterine putus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak.
b) Keluhan pada kandung kemih postoperative tinggi.
3) Sectio caesarea ekstra peritonealis.
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominalis.
4) Vagina (sectio caesarea vaginalis).
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan
sebagai berikut:
20
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning.
b) Sayatan melintang (tranfersal) menurut kerr.
c) Sayatan huruf T (T-incition).
4. Indikasi : (Mochtar, 1998)
a. Placenta previa sentralis dan lateralis (posterior)
b. Panggul sempit
Holmer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias
naturalis ialah CV= 8 cm. panggul dengan CV= 8cm dapat dipastikan
tidak dapat melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan
sectio caesarea. CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus
percobaan, baru setelah gagal dilakukan sectio caesarea sekunder.
c. Disproporsi sefalo-pelvik yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dan panggul.
d. Ruptura uteri mengancam.
e. Partus lama (prolonged labor)
f. Partus tak maju (obstructed labor)
g. Distosia serviks
h. Pre-eklamsi dan hipertensi
i. Malpresentasi janin:
1) Letak lintang :
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat:
21
a) Bila ada kesempitan panggul, maka sectio caesaraea adalah
cara yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup
dan besar biasa.
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong
dengan sectio caesarea, walau tidak ada perkiraan panggul
sempit.
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong
dengan cara-cara lain.
2) Letak bokong
Sectio caesarea dianjurkan pada letak bokong bila ada:
a) Panggul sempit
b) Primigravida
c) Janin besar
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-
cara lain tidak berhasil
4) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
5) Gemelli, menurut Eastman sectio caesarea dianjurkan:
a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
b) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
c) Distosia oleh karena tumor
d) Gawat janin, dan sebagainya.
22
5. Komplikasi : (Mochtar, 1998)
a. Infeksi puerperal (nifas)
1) Ringan : dengan kenaikan suhu tubuh beberapa hari saja
2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai
dehidrasi dan perut sedikit kembung.
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini
sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama.
Penanganannya adalah dengan pemberian cairan, elektrolit dan
antibiotika yang adekuat dan tepat.
b. Perdarahan, disebabkan karena:
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Antonia uteri
3) Perdarahan pada plasenta bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.
D. Resiko persalinan
1. Resiko persalinan normal: (Manuaba, 2007)
a. Persalinan prematur.
23
b. Persalinan dengan berat bayi lahir rendah.
c. Persalinan lahir mati.
d. Persalinan dengan induksi.
e. Persalinan plasenta manual.
f. Persalinan dengan perdarahan postpartum
g. Persalinan dengan tindakan (ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, letak
sungsang, versi ekstraksi operasi SC).
2. Saat inpartu:
Persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian serius karena
pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus
(perinatal):
a. Keadaan resiko tinggi dari sudut ibu:
1) Ketuban pecah dini.
2) Infeksi intrauterin.
3) Persalinan lama melampaui batas waktu perhitungan partograf
WHO.
4) Persalinan terlantar.
5) Ruptur uteri iminen.
6) Ruptur uteri.
7) Persalinan dengan letak janin (sungsang, kelainan posisi kepala,
letak lintang).
24
8) Distosia karena tumor jalan lahir, distosia bahu bayi, dan bayi yang
besar.
9) Perdarahan antepartum (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
sinus marginalis, dan ruptur vasa previa).
b. Keadaan resiko tinggi ditinjau dari sudut janin. Pecah ketuban disertai
perdarahan (pecahnya vasa previa), air ketuban warna hijau, atau
prolaps funikuli.
1) Dismaturitas.
2) Makrosomia.
3) Infeksi intrauterin.
4) Gawat janin.
5) Pembentukan kaput besar.
c. Keadaan resiko tinggi postpartum.
1) Persalinan dengan retensio plasenta.
2) Atonia uteri postpartum.
3) Persalinan dengan robekan perineum yang luas, robekan serviks,
vagina, dan ruptur uteri.
3. Resiko persalinan secara sectio caesarea
Menurut (Maulana, 2010), resiko persalinan sacara sectio caesarea dibagi
menjadi :
a. Resiko jangka pendek
1) Infeksi pada bekas jahitan
25
Infeksi luka akibat persalinan caesar beda dengan luka persalinan
normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat,
sedangkan luka operasi caesar lebih besar dan berlapis-lapis.
Untuk diketahui, ada sekitar 7 lapisan mulai dari kulit perut
sampai dinding rahim, yang setelah operasi selesai, masing-
masing lapisan dijahit tersendiri. Jadi bisa ada 3-5 lapis jahitan.
Bila penyembuhan luka tidak sempurna, kuman akan lebih mudah
menginfeksi sehingga luka menjadi lebih parah. Bukan tidak
mungkin dilakukan penjahitan ulang.
2) Infeksi rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya,
misalnya mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim
pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam
operasi tidak cukup kuat.
3) Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena
pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran
sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan
yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya
mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.
4) Cedera pembuluh darah
26
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko
mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat, kadang cedera
terjadi pada penguraian pembuluh darah yang lengket. Ini adalah
salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan
caesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.
5) Cedera pada kandung kemih
Kandung kemih letaknya melekat pada dinding rahim. Saat
operasi caesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu
dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih
yang cedera tersebut.
6) Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun,
darah yang hilang lewat operasi caesar dua kali lipat dibandingkan
lewat persalinan normal.
7) Air ketuban masuk kepembuluh darah
Selama operasi caesar berlangsung, pembuluh darah terbuka. Ini
memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban kedalam
pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru,
terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan
pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian
mendadak.
27
8) Pembekuan darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus dibagian kaki
atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir keparu-paru,
terjadilah embolus.
9) Kematian saat persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada
operasi caesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian
umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang
tak ditangani secara cepat.
10) Kelumpuhan kandung kemih
Usai operasi caesar, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air
kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh).
Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung
kemih terpotong.
11) Hematoma
Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. jika ini
terjadi, selaput disamping rahim akan membesar membentuk
kantung akibat pengumpulan darah yang terus menerus.
Akibatnya fatal, yaitu kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga
bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat resiko
perdarahan pada operasi caesar lebih tinggi, resiko hematoma pun
lebih besar.
28
12) Usus terpilin
Operasi caesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus.
Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi
usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya keposisi
semula. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.
13) Keracunan darah
Keracunan darah pada operasi caesar dapat terjadi karena
sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang diawal
kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air
ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan
didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk
karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk kepembuluh darah
ketika operasi berlangsung, dan menyebar keseluruh tubuh.
Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.
b. Resiko jangka panjang
1) Masalah psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi
caesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa
memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pasca
persalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa
mengalami reaksi stres pascatrauma berupa mimpi buruk, kilas
balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah
29
psikologis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah
tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa
muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.
2) Pelengketan organ bagian dalam
Penyebab perlengketan organ bagian dalam pasca operasi caesar
adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah.
Terjadilah perlengketan yang menyebabkan rasa sakit pada
panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan
hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi caesar lagi
perlengketan bisa menimbulkan kesulitan teknis hingga melukai
organ lain, seperti kandung kemih atau usus.
3) Pembatasan kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi caesar hanya
boleh melahirkan tiga kali. Kini dengan teknik operasi yang lebih
baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu, bahkan sampai
lima kali. Tapi resiko dan komplikasinya makin berat.
c. Resiko persalinan selanjutnya
1) Sobekan jahitan rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi caesar, yaitu
jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan
dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa
30
sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi
caesar, makin tinggi resiko terjadinya sobekan.
2) Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga
sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam
(sampai kemiometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim
karena plasenta mengeras. Resikonya terjadi plasenta ini bisa
meningkat karena operasi caesar.
3) Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi
caesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume
ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun
berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua,
pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan
darah terus menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat.
Jika pembedahan dilakukan hati-hati, bayi bisa tersayat dibagian
kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.
4) Masalah pernapasan
Bayi yang lahir lewat operasi caesar cenderung mempunyai
masalah pernapasan, yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi
karena bayi tak menjalani tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir
31
alami sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah
pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.
5) Angka APGAR rendah
Angka apgar adalah angka yang mencerminkan kondisi umum
pada menit pertama dan menit kelima. Rendahnya angka apgar
merupakan efek anastesi dan operasi caesar, kondisi bayi yang
stres saat menjelang lahir, atau bayi yang tak distimulasi
sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal.
Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi caesar butuh
perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan yang lebih tinggi
dibandingkan bayi lahir normal.
E. Konsep dasar sikap
1. Pengertian sikap
Sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang
yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam
lingkungannya. Sikap merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu
stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang
berhadapan dengan objek tersebut. Ini berarti menunjukkan kesetujuan atau
ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu
(Mubarak, 2011).
Alport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen
utama yaitu kepercayaan/keyakinan (ide dan konsep), kehidupan
32
emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan
kecenderungan untuk bertindak (trend to behave) ketiga komponen
tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Sedangkan sikap dikaitkan dengan pendidikan adalah sikap atau
tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan
(Mubarak, 2011).
Sikap adalah juga respon tertutup seseorang terhadapa stimulus atau
objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang-tidak senang, setuju tidak setuju, baik-tidak baik,
dan sebagainya). Campbell (1950) mendefinisikan sangat sederhana,
yakni: “An individual’s attitude is syndrome of response consistency with
regard to object.” Jadi jelas, disini dikatakan bahwa sikap itu suatu
sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek,
sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala
kejiwaan yang lain (Notoatmodjo, 2010).
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan, bahwa
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap
belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi
merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup
(Notoatmodjo, 2010).
33
2. Komponen pokok sikap :
Menurut alport (1954) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu:
a. Kepercayaan/keyakinan, ide dan konsep terhadap objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi orang terhadap objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak.
3. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkat-tingkat
berdasarkan intesitasnya, sebagai berikut:
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima
stimulus yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi disini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valving)
Menghargai diartikan subjek, atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab
terhadap apa yang telah diyakininya.