BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009
mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-
anak. Pada tahun 2030, jumlah perokok diperkirakan terus meningkat dan
sebagian besar adalah orang-orang dari kalangan negara berkembang.
Menurut Report on Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2008, jumlah
perokok di dunia mencapai 1,3 milyar orang. China menduduki peringkat
pertama negara dengan perokok terbesar di dunia sebanyak 30%, diikuti
dengan India 11,2%, Indonesia berada di peringkat ketiga sebanyak 4,8%,
kemudian Rusia dan Amerika masing – masing dengan prosentase 4,8%
dan 4,5%. Report on the Global Tobacco Epidemic WHO tahun 2013
menyebutkan bahwa prevalensi perilaku merokok orang dewasa per hari
yang diambil selama tahun 2011, China menunjukkan jumlah perokok
sebanyak 23%, India 12% dan Indonesia 29%.
Riset Kesehatan Dasar Nasional (RISKESDAS, 2010)
menyebutkan bahwa rata - rata jumlah batang rokok yang dihisap tiap hari
oleh lebih dari separuh perokok di Indonesia adalah 1-10 batang dan
sekitar 20% sebanyak 11-20 batang per hari. Prevalensi berikutnya yang
merokok rata - rata 21-30 batang per hari dan lebih dari 30 batang per hari
masing - masing sebanyak 4,7% dan 2,1%. Penduduk yang merokok 1- 10
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
batang per hari paling tinggi dijumpai di Maluku (69,4%), disusul oleh
Nusa Tenggara Timur (68,7%), Bali (67,8%), DI Yogyakarta (66,3%), dan
Jawa Tengah (62,7%).
Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen otot jantung sehingga terbukti merupakan salah satu faktor risiko
yang terbesar untuk kematian mendadak melalui Penyakit Jantung
Koroner (PJK). Risiko terjadinya PJK ini meningkat 2-4 kali pada perokok
dibandingkan dengan bukan perokok.
Asap rokok mengandung banyak racun yang berbahaya bagi
kesehatan, yaitu lebih dari 4.000 macam racun yang 69 di antaranya
bersifat karsinogenik yaitu zat yang menyebabkan kanker bagi manusia.
Asap rokok sama berbahayanya bagi perokok pasif maupun bagi perokok
aktif itu sendiri. Beberapa zat paling dominan adalah tar dan nikotin.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih
dari 120 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 80 mmHg (Muttaqin,
2012). Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah
dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Menurut WHO, hipertensi merupakan peningkatan tekanan
sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan
diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg. Hipertensi
dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-100
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya 105 dan 114
mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan diastoliknya karena
dianggap lebih serius dari pada peningkatan sistolik (Sujono, 2011).
Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan angka prevalensi hipertensi
secara nasional (25,8%), jika dibanding hasil riskesda tahun
2007 (31,7/1000) menunjukkan adanya penurunan angka prevalensi,
namun hal ini tetap perlu di waspadai mengingat hipertensi
merupakan salah satu faktor risiko penyakit degeneratif antara lain
penyakit jantung, stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya.
Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami hipertensi
hanya 1/3 yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data
menunjukkan hanya 0,7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi
minum obat Hipertensi. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
penderita Hipertensi tidak menyadari menderita Hipertensi ataupun
mendapatkan pengobatan.
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik
menyebabkan komplikasi seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner,
Diabetes, Gagal Ginjal dan Kebutaan. Stroke (51%) dan Penyakit Jantung
Koroner (45%) merupakan penyebab kematian tertinggi. Kerusakan organ
target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak
terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target
antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada
pembuluh darah arteri perifer itu sendiri.
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
Jumlah penduduk berisiko (> 18th) yang dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 5.292.052 atau 20,16
persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 611.358 orang
atau 11,55 persen dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan
jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar
11,85 persen, lebih tinggi dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16
persen. Hipertensi terkait dengan perilaku dan pola hidup. Pengendalian
hipertensi dilakukan dengan perubahan perilaku antara lain
menghindari asap rokok, diet sehat, rajin aktifitas fisik dan tidak
mengkonsumsi alkhohol. Di kabupaten Banyumas mendapati presentasi
hipertensi pada usia >18 tahun sebanyak 26,15% lebih tinggi dibanding
kabupaten Purbalingga yang hanya 9,02% dan di bawah Kabupaten
Wonosobo yang mencapai 85,93%.
Hipertensi esensial merupakan 95% dari kasus hipertensi
(Yogiantoro, 2007). Studi menunjukkan bahwa sistem saraf simpatis
memainkan peran penting dalam patogenesis penyakit hipertensi, yaitu
terjadinya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (DeQuattro dan
Feng, 2002). Aktivitas simpatis dapat diuji dengan menggunakan cold
pressor test (CPT). CPT dilakukan dengan mengukur respon tekanan darah
(TD) terhadap stimulus dingin yang diberikan selama percobaan. Uji ini
digunakan untuk mendeteksi penyakit hipertensi sejak dini. Respon
hiperreaksi selama CPT dapat memprediksi risiko terhadap penyakit
hipertensi di masa depan (Rajashekar et al., 2003).
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
Cold Pressor Test adalah salah satu pemeriksaan yang dapat
digunakan untuk uji saring adanya kecenderungan hipertensi (Sharon,
2009). Cold Pressor Test (CPT) adalah uji beban jantung dengan cara
merendam salah satu tangan ke dalam air es selama dua menit tanpa
diangkat untuk melihat kenaikan tekanan darah akut sebagai perlawanan
terhadap ejeksi dari ventrikel kiri dalam sistem arteri sistemik yang
berakibat terjadinya peningkatan akut dari afterload.
Peningkatan selama tekanan darah selama CPT dapat disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain peningkatan aktivitas system saraf
simpatis, vasokontriksi, dan perasaan nyeri selama perendaman di dalam
air es. Tekanan darah dipengaruhi oleh dua factor yaitu aliran darah dan
tekanan perifer vaskuler. aliran darah tubuh dipengaruhi oleh curah
jantung, denyut jantung, dan volume darah itu sendiri. Rangsangan dingin
terhadap tangan yang dicelupkan di air es menimbulkan stimulus pada
saraf simpatis jantung yang menyebabkan adanya vasokontraksi pada
pembuluh darah. Vasokontraksi pembuluh darah menyebabkan
meningkatnya nilai tekanan darah.
Selain hal tersebut, nyeri selama perendaman air es juga
berpengaruh terhadap naiknya tekanan darah pada CPT. Nyeri menyebkan
rangsangan terhadap system saraf otonom yang dapat meningkatkan
denyut jantung. Secara teori tekanan darah sisitol dan diastole mengalami
peningkatan saat tangan dimasukkan ke dalam air es, hal ini sesuai dengan
mekanisme tubuh manusia. saat tubuh berada pada kondisi temperature
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
yang relative rendah pembuluh darah akan menyempit (vasokontraksi).
Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20mm/g dan
tekanan diastolic lebih dari 15mm/g dari tekanan basal
maka merupakan termasuk golongan hiperreaktor yang memiliki
potensi hipertensi di masa mendatang, apabila kenaikan tekanan darah
kurang dari angka tersebut maka digolongkan hiporeaktor yang merupakan
kenaikan yang masih dianggap normal dan kemungkinan untuk terjadinya
hipertensi di masa mendatang adalah kecil.
Penelitian Scheiner et al.menunjukkan adanya aktivitas yang tinggi
dari sistem saraf simpatis, penurunan adaptasi, dan tertundanya pemulihan
TD setelah stres atau tekanan yang diberikan pada responden normotensi
RGH (+) (Scheiner et al., 2003). Penelitian tentang respon pembuluh darah
arteri terhadap CPT pada pasien prehipertensi ditemukan bahwa CPT
dapat menurunkan pengembangan arteri karotis dan brakialis. Selain itu,
CPT dapat menurunkan kekuatan tekanan nadi pada prehipertensi. Saraf
sensorik aferen memicu aktivasi simpatik sistemik yang menyebabkan
vasokonstriksi yang ditandai. Hasilnya adalah tekanan nadi yang
meningkat (normal adalah 40mmHg), karena pelepasan katekolamin.
Tekanan yang meningkat ini mengisi ventrikel ke tingkat yang lebih
tinggi, namun volume stroke menurun karena peningkatan afterload.
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
B. Perumusan Masalah
Jumlah penduduk berisiko (> 18th) yang dilakukan pengukuran
tekanan darah pada tahun 2016 tercatat sebanyak 5.292.052 atau 20,16
persen. Dari hasil pengukuran tekanan darah, sebanyak 611.358 orang
atau 11,55 persen dinyatakan hipertensi/tekanan darah tinggi. Berdasarkan
jenis kelamin, persentase hipertensi pada kelompok perempuan sebesar
11,85 persen, lebih tinggi dibanding pada kelompok laki-laki yaitu 11,16
persen. Di kabupaten Banyumas mendapati presentasi hipertensi pada usia
>18 tahun sebanyak 26,15% lebih tinggi dibanding kabupaten Purbalingga
yang hanya 9,02%. Hipertensi esensial merupakan 95% dari kasus
hipertensi (Yogiantoro, 2007). Studi menunjukkan bahwa sistem saraf
simpatis memainkan peran penting dalam patogenesis penyakit hipertensi,
yaitu terjadinya peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (DeQuattro
dan Feng, 2002). Aktivitas simpatis dapat diuji dengan menggunakan cold
pressor test (CPT). CPT dilakukan dengan mengukur respon tekanan darah
(TD) terhadap stimulus dingin yang diberikan selama percobaan. Uji ini
digunakan untuk mendeteksi penyakit hipertensi sejak dini. Respon
hiperreaksi selama CPT dapat memprediksi risiko terhadap penyakit
hipertensi di masa depan (Rajashekar et al., 2003).
Bagaimana respon tekanan darah pada perokok aktif dan perokok
pasif yang diberikan Cold Pressor Test (CPT) sebagai pendeteksi
hipertensi?
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan Umum
Untuk Mengetahui Respon Tekanan Darah Dengan Pemberian
Cold Pressor Test (CPT) Pada Perokok Aktif dan Perokok Pasif
Sebagai Pendeteksi Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk Mengetahui Gambaran Karakteristik Responden Mahasiswa
Program Studi Keperawatan S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Di
Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
b. Untuk Mengetahui Gambaran respon tekanan darah sistolik
sesudah diberikan Cold Pressor Test (CPT) pada perokok aktif dan
perokok pasif sebagai pendeteksi hipertensi.
c. Untuk Mengetahui Gambaran respon tekanan darah diastolik
sesudah diberikan Cold Pressor Test (CPT) pada perokok aktif dan
perokok pasif sebagai pendeteksi hipertensi.
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Skripsi ini sebagai acuan untuk dapat digunakan sebagai data dasar
untuk penelitian selanjutnya.
2. Bagi Perokok Aktif dan Perokok Pasif
Dapat memberikan informasi bagi perokok aktif dan perokok pasif
manfaat serta dampak yang akan muncul.
3. Bagi Institusi Pelayanan
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi Respon
Tekanan Darah Dengan Pemberian Cold Pressor Test (Cpt) Pada
Perokok Aktif dan Perokok Pasif.
4. Bagi Peneliti yang Lain
Sebagai tambahan referensi untuk penelitian lebih lanjut dalam
mengembangkan ilmu keperawatan.
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
E. Peneltian Terkait
1. Perbandingan Cold Pressor Test Mahasiswa Dengan Dan Tanpa
Riwayat Genetik Hipertensi
Maimun Syukri, Razi Suangkupon Siregar, Putri Irmayani
Penelitian Scheiner et al. menunjukkan adanya aktivitas
yang tinggi dari sistem saraf simpatis, penurunan adaptasi, dan
tertundanya pemulihan TD setelah stres atau tekanan yang
diberikan pada responden normotensi RGH (+) (Scheiner et al.,
2003).
Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan TD yang
bermakna setelah perlakuan CPT pada kelompok dengan riwayat
genetik hipertensi (RGH (+)) yang dibandingkan dengan kelompok
tanpa riwayat genetik hipertensi (RGH (-)). Selama perlakuan CPT,
kelompok RGH (+) mengalami peningkatan TD yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok RGH (-) (Rajashekar et al., 2003).
Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
rata-rata TDS dan TDD yang bermakna sebelum CPT pada
masing-masing kelompok berdasarkan uji t tidak berpasangan (p =
0,732; 0,628). Hasil penelitian kami sesuai dengan penelitian
sebelumnya (Sarosa et al., 2009; Verma et al., 2005). Hal ini
disebabkan oleh perbedaan jalur genetik yang berpengaruh
terhadap TD pra CPT dan TD post CPT. Hal ini membuktikan
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
bahwa terdapat gen yang berbeda dan bekerja terpisah satu sama
lain dalam regulasi TD pra CPT dan TD post CPT (Luft, 2001; Mei
et al., 2008). Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan rata-rata TDS dan TDD yang bermakna 30 detik setelah
CPT pada masing-masing kelompok berdasarkan uji t tidak
berpasangan (p = 0,015; 0,000). Hasil penelitian kami sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Garg et al., 2010; Mei et al., 2009;
Rajashekar et al., 2003), tetapi berbeda dengan penelitian lain
(Sarosa et al., 2009). Perbedaan TD segera setelah CPT antara
kelompok RGH (+) dan RGH (-) dipengaruhi oleh faktor genetik.
Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Luft bahwa gen fenotip
yang diwariskan dari orang tua antara lain yaitu, sistem saraf
simpatis dan sistem RAA. Gen yang terkait dengan TDS berikatan
dengan lokus AT1 (Luft, 2001). Selanjutnya, stimulasi reseptor
AT1 mengakibatkan AT2 endogen mengaktifkan sistem saraf
simpatis (Anita et al., 2005).
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
2. Perbandingan Tekanan Darah Pada Mahasiswa Dengan/Dan Tanpa
Riwayat Hipertensi Di Keluarga Setelah Melalui Pembebanan old
Pressor Test
Muh. Anwar Hafid
Hasil penelitian ini diperoleh dari pengukuran tekanan
darah secara langsung setelah subjek penelitian dipaparkan dengan
cold pressor test untuk mengetahui perbedaan tekanan darah
setelah pemaparan cold pressor test antara mahasiswa dengan dan
tanpa riwayat hipertensi di keluarga. pembebanan CPT kepada
responden yang memiliki riwayat Hiperetensi nampak memiliki
fluktuasi yang tajam,peningkatan tertinggi pada saat detik ke 90
pada tekanan darah sistol mencapai 22 mmHg, sedangkan pada
tekanan darah diastol mencapai 15 mmHg. bahwa pembebanan
CPT kepada responden yang tidak memiliki riwayat Hiperetensi
nampak memiliki peningkatan tertinggi pada saat detik ke 60 pada
tekanan darah sistol mencapai 16 mmHg, sedangkan pada tekanan
darah diastol mencapai 12 mmHg, peningkatan tersebut jauh lebih
rendah dibandingkan dengan responden yang memiliki riwayat
hipertensi, bahkan fluktuasi tekanan darah pada kelompok tanpa
riwayat hipertensi tidak terjadi secara tajam.
Berdasarkan hasil uji normalitas data, baik pada mahasiswa
yang memiliki riwayat hipertensi maupun yang tidak memiliki
riwayat hipertensi di keluarga, menunjukkan p value di bawah nilai
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
signifikan 0,05 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data tidak
berdistribusi normal, maka dilakukan uji non-parametrik, yaitu uji
wilcoxon dan uji mann whitney. Didapatkan bahwa hasil uji
wilcoxon menunujukkan terdapat perbedaan tekanan darah sistolik
dan diastolik sebelum dan setelah CPT pada kelompok dengan
riwayat hipertensi dalam keluarga (p<0,05). Adapun pada
kelompok mahasiswa tanpa riwayat hipertensi di keluarga, hasil uji
wilcoxon menunujukkan untuk tekanan darah sistolik terdapat
perbedaan sebelum dan setelah CPT (p<0,05), sedangkan pada
tekanan darah diastolik tidak terdapat perbedaan tekanan darah
sebelum dan setelah CPT (p>0,05).
3. Central Integration and Neural Control Of Blood Pressure During
The Cold Pressor Test: A Comparison Between
Hydrochlorothiazide And Aliskiren
Sara S. Jarvis, Yoshiyuki Okada, Benjamin D. Levine & Qi Fu
Individu dengan hipertensi dan simpatetik sedang
menghadapi kejadian kardiovaskuler. Penghambat renin baru
sementara diuretic tiazid adalah obat kelas satu yang digunakan
untuk pengobatan dengan aliskiren (ALSK) atau
hydrichlorothiazide (HCTz) akan mengubah tekanan darah (BP)
dan otot saraf simpatis (MSNA). Pengobatan dengan meminum
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
obat anti hipertensi ini menurunkan tekanan darah tetapi tidak
berhasil menurunkan respon terhadap CPT.
4. Reduced Sympathoneural Responses To The Cold Pressor Test In
Individuals With Essential Hypertension And In Those Genetically
Predisposed To Hypertension
No Support for the “Pressor Reactor” Hypothesis of Hypertension
Development
Elisabeth Annie Lambert and Markus Peter Schlaich
Menguji pengaruh predisposisi genetik terhadap hipertensi
dan usia pada respon saraf simpatis terhadap CPT.
Heterogenitas pengatamatan tergantung pada faktor-faktor
seperti jenis stress, aktivitas, riwayat hipertensi pada
keluarga sabagai faktor resiko yang signifikan untuk
kejadian hipertensi.
• Perbedaan
a. Menguji pengaruh presdiposisi genetic terhadap
hipertensi dengan dilakukan CPT
b. Membandingkan respon saraf simpatis dan usia dengan
dilakukan CPT
• Persamaan
Ingin mengetahui respon tekanan darah dengan dilakukan
CPT
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
5. Cold Pressor Test as a Predictor of Hypertension
Douglas L. Wood, M.D., Sheldon G. Sheps, M.D., Lila R. Elveback,
Ph.D., And Alexander Schirger, M.D.
• Ringkasan
Dilakukan penelitian pada anak-anak 53 laki-laki dan 41
anak perempuan dengan usia rata-rata 11,5 tahun, 23 anak
laki-laki terus menunjukan respon yang belebihan terhadap
rangsangan dingin ekternal sehingga menjadi kelompok
hiperraktor. Sedangkan 21 anak sebelumnya sudah menjadi
normoreaktor telah menjadi hipereaktor. Sedangakan yang
lainnya dilakukan tes dingin tambahan dan menujukan
normoreaktor. Tidak ada perebedaan yang signifikan dalam
tes tekanan lateral atau basal. Ada kecenderungan yang
berbeda untuk tingkat tekanan darah sebelum
meningkat.dari 48 hiperreaktor, 14 memiliki tekanan darah
antara 140 dan 160 mmHg sistolik dan 90 dan 100 mmHg
diastolik (stratum 1), dan 20 memiliki rekaman tekanan
darah lebih dari 160/100 mmHg (stratum 2). Sebaliknya
hanya 10 responden normoreaktor yang memiliki
peningkatan tekanan darah normal 140-160/90 sampai 100
mmHg dan 8 responden memiliki hipertensi melebihi
160/100 mmHg. 15dari 48 hiperreaktor menerima terapi nti
hipertensi.
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
• Perbedaan
a. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu yang cukup
lama dan berulang-ulang
b. Responden pada anak-anak usia 11.5 tahun dan
dilakukan pada anak-anak laki-laki dan perempuan.
• Persamaan
Melakukan CPT untuk mendeteksi hipertensi pada usia 17-
25 tahun.
6. Cardiovascular Reactivity to the Cold Pressor Test as a Predictor of
Hypertension
Marilyn S. Menkesf, Karen A. Matthews, David S. Krantz, Ulf
Lundberg, Lucy A. Mead, Bahjat Qaqish, Kung-Yee Liang,
Caroline B. Thomas, and Thomas A. Pearson
• Ringkasan
Reaktifitas kardiovakuler terhadap stress dihipotesiskan
menjadi penanda untuk penyakit kardiovaskuler neurologik.
Status hipertensi (membutuhkan terapi obat) dengan
kejadian hipertensi kumulatif pada usia 44 tahun. Resiko
kelebihan yang terkait dengan reaktivitas tekanan darah
sistolik tidak jelas sampai usia 20 tahun dan yang
mengalami hipertensi sebelum usia 45 tahun. Sehingga
dilakukan uji CPT pada berbagai usia dan ditemukan terjadi
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
perubahan tekanan darah dan CPT dapat digunakan sebagai
pendeteksi hipertensi.
• Perbedaan
CPT dilakukan dalam berbagai usia seperti usai anak
sekolah, usia 20 tahun dan usia 45 tahun.
• Persamaan
Melakukan CPT untuk mendeteksi dini hipertensi.
7. The Comparison Cold Pressor Test On Students With And Without
History Of Genetic Hypertension
Maimun Syukri1, Razi Suangkupon Siregar2, Putri Irmayani
• Ringkasan
Hipertensi terkait erat dengan peningkatan aktivitas
sistem saraf simpatis. Aktivitas simpatis dapat diuji dengan
cold pressor test (CPT). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan CPT mahasiswa pria dengan
riwayat genetik hipertensi (RGH (+)) dan tanpa riwayat
genetik hipertensi (RGH (-).
Tiga puluh detik setelah CPT, terdapat perbedaan
TDS dan TDD yang bermakna antara kelompok RGH (+)
yang dibandingkan dengan kelompok RGH (-). Lima menit
setelah CPT, tidak terdapat perbedaan TDS yang bermakna,
namun terdapat perbedaan TDD yang bermakna lima menit
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018
setelah CPT antara kedua grup. Di samping itu, tidak
terdapat perbedaan DJ yang bermakna baik sebelum, 30
detik setelah dan lima menit setelah CPT antara kedua grup.
Pemulihan TDS dan TDD terjadi dalam waktu lima menit.
Keadaan ini menunjukkan bahwa CPT dapat digunakan
sebagai metode deteksi dini hipertensi dengan mengukur
TD.
• Perbedaan
a. Tidak ditemukan perbedaan perubahan tekanan darah
antara mahasiswa dengan keturuanan hipertensi atau
tidak pada 30 detik pertama.
b. Dilakukan pada mahasiswa yang memiliki keturunan
hipertensi dan yang tidak memiliki keturunan hipertensi.
• Persamaan
Sama-sama mencari perubahan tekanan darah dengan di
lakukan CPT
Pemberian Cold Pressor..., Novita Januar Setiyani, Fakultas Ilmu KEsehatan UMP, 2018