1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 yang
dikutip oleh Herman Zaini tentang Guru dan Dosen: “guru adalah seorang
pendidik profesional yang mempunyai tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, pada jalur
pendidikan formfal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.1
Dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dijelaskan bahwa
sorang guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga pendidik yang profesional
mulai dari jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan
Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih, dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana
belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik,
1Herman Zaini dan Muhtarom, Komptensi Guru PAI, (Palembang: Rafah Press, 2014), hlm.
17
2
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif,
dan iniovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.2
Guru merupakan faktor utama dan penentu keberhasilan pembelajaran, juga
keberhasilan implementasi kebijakan, usaha-usaha inovatif atau demokratisasi
pendidikan. Dalam pembelajaran guru dan murid merupakan dua subjek yang
berinteraksi dan membentuk atau menentukan kualitas pembelajaran.3 Guru adalah
faktor penentu atau kunci keberhasilan suatu pembelajaran, serta keberhasilan
implementasi kebijakan dan usaha-usaha inovatif atau demokratisasi pendidikan.
Dalam keseluruhan proses pendidikan khususnya di sekolah, guru memegang
peranan yang paling utama. Perilaku guru dalam proses pendidikan akan
memberikan pengaruh dan warna yang kuat bagi pembinaan perilaku dan
kepribadian siswa. Untuk itulah seorang guru seharusnya memiliki kemampuan
dan kecakapan dalam pelaksanaan tugas-tugasnya sesuai dengan standar guru yang
profesional dan memiliki komptensi yang sempurna dalam profesinya sebagai
pendidik, seperti yang telah digambarkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 yang
dikutip oleh Syaiful Sagala tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat 10, disebtukan
kompetensi adalah seperangkat pengertahuan, keterampilan, dan perilaku yang
2Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 19 3Jejen Musfah, Redesain Pendidikan Guru: Teori, Kebijakan dan Pratik, (Jakarta: Kencana,
2015), hlm. 18
3
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.4
Prihal tenaga pengajar dengan kinerjanya adalah menyangkut seluruh aktivitas
yang ditunjukan oleh tenaga pengajar dalam tanggung jawabnya sebagai orang
yang mengemban suatu amanat dan tanggung jawab untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan dan memandu peserta didik dalam mental-spritual
maupun fisik biologis.5
Suryo Subroto mengatakan bahwa yang di maksud kinerja guru dalam
proses belajar mengajar adalah kesanggupam atau kecakapan para guru dalam
menciptakan suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup segi kognitif, efektif, dan psikomotorik sebagai upaya mempelajari
sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap evaluasi dan tindak lanjut
agar tercapai tujuan pengajaran.6
Berkenaan dengan standar kinerja guru, menurut Pet A. Sahertian yang
dikutip oleh rusman menjelaskan bahwa, standar kinerja guru itu berhubungan
dengan kualitas guru dalam menjalankan tugasnya seperti: (1) Bekerja dengan
siswa secara individual; (2) Persiapan dan perencanaan pembelajaran; (3)
4Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 23 5Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: Gaung Persada, 2010), hlm. 87
6Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 19
4
Pendayagunaan media pembelajaran; (4) melibatkan siswa dalam berbagai
pengalaman belajar; (5) Kepemimpinan yang aktif dari guru.7
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Pasal 52 ayat 1 mencakup kegiatan pokok yaitu: merencanakan pembelajaran,
melaksanakan pembelajaran, menilai hasilo pembelajaran, membimbing dan
melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas-tugas tambahan yang melekat
pada pelakasanaan tugas-tugas pokok.8 Misalnya dalam hal merencanakan
pembelajaran; guru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja
sekolah/madrasah. Melaksanakan pembelajaran; merupakan kegiatan interaksi
edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan
tatap muka. Menilai hasil pembejaran; adalah serangkaian kegiatan untuk
memproleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar
peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Tugas-
tugas ini merupakan tanggung jawab yang dimiliki oleh guru, baik yang berstatus
pegawai negeri sipil atau yang berstatus guru honorer.9
Jadi dapat disimpulkan, kinerja guru merupakan wujud nyata dari pelaksanaan
tugas-tugas pokok mereka. Semakin baik pelaksanaan tugas-tugas yang dilakukan
maka semakin terlihat bentuk dari kinerja yang sebagai mana mestinya dimiliki
7Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 51 8Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, Pedoman
Pelaksaan Tugas Guru dan Pengawasan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2009), hlm. 6 9Akmaluddin, Perbandingan Kinerja Guru Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di SMAN 1
Tambang Kabupaten Kampar, (Pekanbaru: Skripsi, 2010), hlm. 5
5
oleh setiap guru yang berstatus sebagai guru pegawai negeri sipil maupun guru
yang berstatus guru honorer.
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU 43/1999 Pegawai Negeri Sipil merupakan warga
negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diberikan tugas dalam suatu jabatan
negeri, atau diberikan tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.10
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
guru Honorer adalah guru yang tidak digaji sesuai dengan guru tetap, tetapi digaji
sesuai dengan jumlah jam pelajaran yang sudah dipakai untuk mengajar.11
Guru
mempunyai status kepegawaian yang berbeda, yaitu guru Pegawai Negeri Sipi
(PNS) yang sudah diangkat oleh negara dan guru Honorer yang belum diangkat
oleh negara. Akan tetapi mempunyai tujuan dan tanggung jawab yang sana yaitu
mamjukan pendidikan di Indonesia serta mencerdaskan anak bangsa. Guru PNS
maupun Guru Honorer harus menjalankan profesinya sebagai pendidik dan
pengajar yang profesional sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah.
Dilihat dari pengamatan pada saat Magang II pada tahun 2017 dan Magang III
pada bulan september 2018 lalu,serta melakukan observasi pada tanggal 21 Januari
2019 penulis menemukan gejala-gejala yang nampak sebagai berikut:
10
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 ayat 1 No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai
Negeri Sipil 11
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi 3)
6
1. Sebagian guru PNS dalam melaksanakan proses pembelajaran sudah
memanfaatkan teknologi sebagai media pembelajaran, sedangkan guru honorer
masih ada yang tidak menggunakan teknologi sebagai media pembelajaran.
2. Sebagian guru PNS jarang melakukan evaluasi dan motivasi di akhir
pembelajaran, sedangkan sebagian guru honorer sudah melakukan evaluasi dan
motivasi di akhir pembelajaran.
3. Kemampuan guru memimpin di dalam kelas, sebagian guru PNS sudah
melaksanakan dengan baik pada saat proses pembelajaran berlangsung mampu
mengendalikan kelas dan mengelola kelas, sedangkan di saat guru honorer
mengajar keadaan kelas tidak kondusif.
Meskipun secara garis besar dapat kita lihat bahwa kesejahteraan yang
diberikan pemerintah kepada guru-guru PNS lebih baik jika kita bandingkan
dengan guru honorer, namu dengan demikian guru PNS maupun guru Honorer
memilki tanggung jawab dan memiliki tuntunan yang sama dalam hal mendidik.
Dengan kata lain antara guru PNS dan guru Honorer merupakan tenaga pendidik
yang sama-sama memiliki kewajiban dan tanggung jawab sesuai dengan profesi
mereka sebagai guru. Berdasarkan penjelasan diatas, diketahui bahwa antara guru
PNS dan Honorer mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang sama dalam
kinerja mengajarnya walaupun ada perbedaan dari segi kesejahteraannya. Maka
dari itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan
Kinerja Mengajar Guru Pegawai Negeri Sipil dan Guru Honorer di Madrasah
Aliyah Al Fatah Palembang”.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang
teridentifikasi yaitu:
1. Masih kurangnya pemanfataan media oleh sebagian guru PNS dan sebagian
guru honorer pada proses pembelajaran.
2. Masih ada sebagian guru PNS dan sebagian guru honorer yang belum
sepenuhnya menguasai kelas
3. Adanya dampak perbedaan Status antara guru PNS dan guru honorer
4. Masih kurangnya persiapan dari sebagian guru PNS dan sebagian guru Honorer
dalam mengajar
5. Pelaksaan pembelajaran yang di lakukan sebagian guru honorer tidak kondusif
6. Masih kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi oleh
sebagian guru PNS dan sebagian guru honorer
C. Batasan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini terarah, tidak menyimpang dan meluas dari
yang akan dibahas, peneliti memberikan batasan masalah tentang kinerja mengajar
guru PNS dan honorer dan perbandingan kinerja mengajar antara guru PNS dan
guru honorer dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan salah satu indikator
penilaian kinerja guru.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah
sebagi berikut:
8
1. Bagaimana kinerja guru pegawai negeri sipil di MA Al Fatah Palembang?
2. Bagaimana kinerja guru honorer di MA Al Fatah Palembang?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan antara kinerja guru pegawai negeri sipil
dan guru honorer di MA Al Fatah Palembang?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan diatas, maka tujuan yang ingin diperoleh dari
hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kinerja guru pegawai nnegeri sipil di MA Al Fatah
Palembang
2. Untuk mengetahui kinerja guru honorer di MA Al Fatah Palembang
3. Untuk mengetahui perbandingan antara kinerja guru pegawai negeri sipil dan
guru honorer di MA Al Fatah Palembang
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini memberikan masukan yang berguna bagi perbaikan sistem
pembelajaran dengan meningkatkan kinerja mengajar guru sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan diharapkan ada tindak lanjut dari hasil
penelitian ini untuk bekal bagi semua guru ataupun calon guru, guru PNS
maupun guru honorer.
2. Manfaat Praktis
9
a. Kepala sekolah, sebagai masukan bagi kepala sekolah dalam upayanya untuk
meningkatkan kinerja pegawai
b. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat membuat guru memahami tentang
pentingnya kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran
c. Bagi peneliti, dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan agar kedepannya bisa mewujudkan pembelajaran yang
berkualitas dan menjadi guru yang berkualitas
G. Tinjauan Pustaka
Untuk melaksakan penelitian ini, peneliti berpijak pada penelitian yang telah
dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya, yang peneliti anggap relevan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan.
Akmaluddin (2010) jurusan Kependidikan Islam Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau Pekan Baru dalam skripsinya yang berjudul
“Perbandingan Kinerja Guru Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di SMAN 1
Tambang Kabupaten Kampar”, bahwa hasil analisis yang beliau lakukan adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara kinerja guru Pegawai Negeri Sipil dan
guru Honorer di SMAN 1 Tambang Kabupaten Kampar. Makna lain dari
analisisnya adalah masalah tinggi rendahnya kinerja guru tidak ditentukan oleh
status guru, apakah guru PNS atau Honor. Masing-masing memiliki kesempatan
yang sama menampilkan kinerja yang terbaik. Beliau juga menyimpulkan bahwa
meskipun tingkat kesejahteraan ytang diberikan kepada guru PNS di SMAN 1
10
Tambang Kabupaten Kampar lebih baik daripada guru Honorer, namun keduanya
meliki tugas-tugas dan tanggung jawab yang sama.12
Selviana Anggraini dalam Jurnal Pemerintahan Integratif yang berjudul
“Perbandingan Etos Kerja dan Produktivitas Kerja Antara Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Honorer (Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Timur)”, hasil penelitianya menunjukan bahwa ketepatan waktu turun
kerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) krang baik, karena masih terlambat dengan
berbagai macam alasan, seperti jarak rumah yang jauh dari kantor, mengurus
rumah dan mengantar anak sekolah. Sedangkan ketepatan waktu turun kerja
Pegawai Honorer sudah baik, karena bisa mengatur waktu dan selalu turun kerja
tepat waktu. Tanggung jawab pekerjaan yang dimiliki Pegawai Negeri Sipil (PNS)
masih kurang bertanggung jawab, karena apabila diberikan tugas atau pekerjaan
masih sering menunda, meminta bantuan, bahkan melimpahkan kepada bawahan.
Sedangkan pegawai Honorer bertanggung jawab dalam pekerjaan, saat
mendapatkan pekerjaan atau tugas segera diselesaikan sendiri, tidak menunda atau
menumpuk pekerjaan.Tingkat absesnsi kehadiran Pegawai Negeri Sipil (PNS)
kerang baik, sering melakukan perizinan untuk kepentingan yang bersifat pribadi
pada saat jam kerja.Sedangkan Pegawai Honorer memiliki tingkat absesi
kehadiran yang baik, tidak pernah melaukakn perizinan.Tingkat perolehan hasil
Pegawai Negeri Sipil (PNS) cukup baik, menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan
12
Akmaluddin, Perbandingan Konerja Guru Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di SMAN 1
Tambang Kabupaten Kampar, (Pekanbaru: Skripsi, 2010), hlm. 5
11
perintah dan selesai dengan waktu yang telah ditentukan.Sedangkan Pegawai
Honorer memiliki tingkat perolehan hasil yang baik, mampu menyelsaikan
pekerjaan lebih banyaj dari yang ditargetkan, dan selesai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kualitas yang dihasilkan dalam pekerjaan Pegawai Negeri Sipil (PNS)
baik, drngan banyaknya pekerjaan yang diberikan, hal ini semakin menunjuk
kualitas dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), serta pelayanan yang baik dan tidak ada
komplain. Sedangkan Pegawai Honorer memilki kualitas bekerja kurang baik,
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan bidangnya saja dalam artian hanya
menguasai bidang itu saja, hal ini dikarenakan pengalaman yang masih terbatas.
Mood dapat mempengaruhi kualitas kerja Pegawai Honorer, apabila mood kurang
baik maka kualitas kerjapun akan menurun. Pelayanan yang diberikan kurang
dibuktikan dengan adanya komplain. Waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan antara Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai
Hjonorer sudah baik, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pekerjaan bersifat situasional, diakrenakan pekerjaan memilki tingkat kesulitan
yang berbeda.13
Nur Aisyah T (2017) Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Alauddin
Makaassar dalam skripsinya yang berjudul “Perbedaan Persepsi Kinerja Guru
PNS dan Non PNS pada Sekolah Dasar Negeri di Desa Saotengga Kabupaten
sinjai” bahwa hasil dari analisis beliau diperoleh kesimpulan yaitu bahwa,
13
Selviana Anggraini, Perbandingan Etos Kerja dan Produktivitas Kerja Antara Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (Studi Kasus di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Timur, ( Kalimantan: eJournal Pemerintahn Integratif, 2018), hlm. 53-54
12
berdasarkan uji t test yang dilakukan menunjukan nilai signifikan 0,144 sehingga
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima Karena nilai sig> α (0,144>0,05) Artinya
hipotesis yang diajukan diterima, yaitu tidak ada perbedaan persepsi kinerja yang
signifikan antara guru PNS dan guru Non PNS pada Sekolah Dasar Negeri di Desa
Saotengga, yang menjadi perbedaannya hanyalah status, gaji serta jaminan pensiun
(jaminan hari tua). Bahwa dari segi gaji guru PNS lebih besar daripada pegawai
Non PNS, dan untuk pegawai Non PNS tidak mendapatkan jaminan hari tua.14
H. Kerangka Teori
Sebagai dasar pemikiran penelitian ini lebih dahulu akan dikemukakan
kerangka teori dengan masalah yang akan dibatasi. Kerangka teori merupakan
dasar berpikir untuk mengkaji suatu masalah guna memperoleh kebenaran dalam
suatu penelitian.
1. Pengertian Kinerja Guru
Menurut August W. Smith yang dikutip oleh Surya Dharma, kinerja
adalah performance is output devies from processes, human otherwise, artinya
kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan manusia. Dari pendapat di
atas dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan wujud perilaku seseorang
atau organisasi dengan orientasi prestasi.15
Berkaitan dengan kinerja guru,
wujud perilaku yang dimaksudkan adalah kegiatan guru dalam proses
14
Nur Aisyah T, Perbedaan Persepsi Kinerja Guru PNS dan Non PNS pada Sekolah Dasar
Negeri di Desa Saotengga Kabupaten sinjai, (akassar: Skripsi, 2017), hlm. 58 15
Surya Dharma, Penilaian Kinerja Guru, (Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan, 2008),
hlm. 20
13
pembelajaran, yaitu, bagaimana seorang guru merencanakan pembelajaran,
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan menilai hasil belajar.16
Istilah kinerja berasal dari kata job performance/actual permance
(prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Jadi
menurut bahasa kinerja bisa diartikan sebagai prestasi yang nampak sebagai
bentuk keberhasilan kerja pada diri seseorang. Keberhasilan kerja juga
ditentukan dengan pekerjaan serta kemampuan seseorang pada bidang
tersebut.17
Kinerja guru atau prestasi kerja (performance) merupakan hasil yang
dicapai guru-guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya yang dibebankan
kepadanya yang didasarkan atas kecapan pengalaman dan kesungguhan atas
penggunaan waktu. Kinerja guru akan baik jika guru telah melaksanakan unsur-
unsur yang terdiri atas kesetiaan dan komitmen yang tinggi pada tugas
mengajar, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran kedisiplinan dalam
mengajar dan tugas-tuigas lain, kreativitas dalam pelaksanaan pengajaran, kerja
sama dengan warga sekolah, kepemimpinan yang menjadi panutan siswa,
kepribadian yang baik, jujur dan objektif dalam membimbing siswa serta
tanggung jawab terhadap tugasnya.18
16
Rusman, Model-model Pembelajaran: mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 50 17
A. Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: PT. Rosda,
2000), hlm. 67 18
Tabrani Rusyan, Etos Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru, (Jakarta: PT.
Intermidasi, 2008), hlm. 18
14
Berkaitan dengan pengertian mengajar guru, menurut Hasibuan yang
dikutip oleh Lia Tresna & Sobandi dalam jurnalnya mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.19
Menurut Rodriguez, Capeller & Garcia yang dikutip oleh Lia Tresna &
Sobandi, kinerja mengajar guru adalah penampilan kerja guru dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam memberikan bimbingan
belajar yang berisi pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah pada
peningkatan prestasi peserta didik.20
Kinerja mengajar guru yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan seorang guru dalam melakukan
tugasnya yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik sesuai
dengan tujuan yang telah dirumuskan.
2. Kriteria Kualitas Kinerja Guru
Kualitas kinerja guru dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar Kualifikasi
Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa standar Komptensi Guru
dikembangkan secara utuh dari empat komptensi utama, yaitu Komptensi
19
Lia Tresna Yulianingsih, Sobandi, Kinerja Mengajar Guru Sebagai Faktor Determinan
Prestasi Belajar Siswa, Jurnal Pendidikan Manajemen, 2017. Hlm. 51 20
Ibid., hlm. 52
15
Pedagogik, Kepribadian, Sosial, dan Profesional. Keempat kompetensi tersebut
terintegrasi dalam kinerja guru.21
3. Indikator Kinerja Guru
Secara operasional selanjutnya indikator penilaian kinerja guru dalam hal
ini pun dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di kelas, yaitu sebagai
berikut:22
a. Perencanaan Guru dalam Program Kegiatan Pembelajaran
Kemampuan guru dalam hal ini dapat dilihat dari cara atau proses
penyusunan program kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
b. Pelaksanaan Kegiatan Peembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan
pendidikan yang ditandai adanya kegiatan pengelolaan kelas, pengguanaan
media dan sumber belajar, dan pengguanaan metode dan strategi
pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan tugas dan tanggung jawab
guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya menuntut kemampuan guru.
c. Evaluasi dalam Kegiatan
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditunjukan untuk
mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses
pembelajaran yang telah dilakukan. Pendekatan atau cara yang dapat
21
Rusman, Model-model Pembelajaran: mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hlm. 53 22
Ibid., hlm. 75-78
16
digunakan untuk melakukan evaluasi/penialaian hasil belajar adalah melalui
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
4. Pegawai Negeri Sipi (PNS) dan Tenaga Honorer
a. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
Menurut Pasal 1 ayat 1 UU 43/1999 Pegawai Negeri Sipil merupakan
warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang telah
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diberikan tugas dalam
suatu jabatan negeri, atau diberikan tugas negara lainnya, dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.23
b. Tenaga Honorer
Pada peraturan pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 mendefinisikan
pegawai honorer pada pasal 1 ayat (1) bahwa “ Tenaga Honorer adalah
seorang yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian atau pejabat lain
dalam pemerintah untuk melaksanakan tugas pemerintahan atau
penghasilannya menjadi beban APBN atau APBD.24
23
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 ayat 1 No. 43 Tahun 1999 tentang Pegawai
Negeri Sipil 24
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1) tentang Tenaga
Honorer
17
I. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.25
Adapun variabel dalam penelitian ini adalah:
X1 : Kinerja Mengajar Guru PNS
X2 : Kinerja Mengajar Guru Honorer
J. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal
yang didefinisikan serta dapat diamati.26
Kedudukan definisi operasional dalam
suatu penelitian sangat penting, karena dengan adanya definisi akan memudahkan
pembaca dan penulis itu sendiri dalam memberikan gambaran atau batasan tentang
pembahasan dari masing-masing variabel. Istilah yang perlu dijelaskan adalah
sebagai berikut:
Kinerja guru adalah kemampuan dasar mengajar dan kecakapan guru dalam
melakukan kegiatan pembelajaran. Kinerja guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas, kemampuannya akan terwujud apabila memiliki
keterampilan dan motivasi yang memadai. Seperti yang terdapat pada indikator
penilaian kinerja guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dimana kegiatan
pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang ditandai
25
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 61 26
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.29
18
adanya kegiatan pengelolaan kelas, pengguanaan media dan sumber belajar, dan
pengguanaan metode dan strategi pembelajaran. Semua tugas tersebut merupakan
tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam pelaksanaannya
menuntut kemampuan guru.
Guru PNS adalah guru yang telah dilantik dan diangkat sebagai pegawai oleh
pemerintah.Sedangkan guru yang belum diangkat sebagai pegawai oleh
pemerintah adalah Guru Honorer.
K. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara tujuan penelitian yang diturunkan
dari kerangka pemikirian yang telah dibuat dan merupakan pernyataan tentative
tentang hubungan antara beberapa variabel atau lebih.27
Dalam penelitian ini
didasarkan dengan sebuah hipotesis sebagai berikut:
Ha: Terdapat perbandingan yang signifikan antara kinerja mengajar guru PNS dan
guru honorer
Ho: tidak terdapat terdapat perbandingan yang signifikan antara kinerja mengajar
guru PNS dan guru honorer
L. Metodologi Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan dan dalam penyampaian tujuan,
pembahasan ini akan dibagi menjadi beberapa bab dan dibagi lagi atas beberapa
sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
27
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press,
2014), hlm. 87
19
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif kuantitatif, karena
penelitian akan mengambarkan sekaligus menganalisis bagaimana kinerja
mengajar guru PNS dan guru honorer. Oleh karena itu perlu gambaran yang
komprehensif untuk menjelaskan sehingga memberikan konstribusi yang baik
pada sekolah itu sendiri.karena jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian
yang memaparkan analisis penelitiannya dengan angka dan menggunakan
perhitungan statistik dalam menganalisisnya.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
jenis data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka diperoleh dari hasil
penelitian yang meliputi hasi angket dan observasi yang dinyatakan dalam
angka-angka. Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa data yang
menunjukan angka atau jumlah yang berkenaan dengan bagaimana kinerja
mengajar guru PNS dan guru honorer yang menjadi objek penelitian.
b. Sumber Data
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua
macam yaitu:
1) Sumber data primer
20
Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari
individu-individu yang diteliti.28
Dalam penelitian ini sumber data primer
dikumpulkan langsung dari lokasi penelitian, yaitu responden guru PNS
dan guru honorer.
2) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang sudah tersedia atau data
yang diterbitkan oleh pihak lain. Dalam penelitian ini, data sekunder
bersifat penunjang, yaitu data yang berbentuk dokumen, buku-buku dan
literatur-literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
3. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.29
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh guru PNS dan honorer di sekolah MA Al
Fatah Palembang. Jumlah keseluruhan guru yang mengajar di MA Al Fatah
Palembang adalah 31. Jumlah guru yang berstatus sebagai guru PNS adalah
sebanyak 12 orang dan guru yang berstatus Honorer sebanyak 19 orang,
Karena total tenaga pengajar berjumlah 31 orang, maka sangat dimungkinkan
penelitian ini tidak memakai teknik sampel, dengan kata lain penelitian ini
dapat disebut dengan penelitian populasi. Hal ini juga bertujuan agar penelitian
28
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 23 29
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 117
21
ini terhindar dari sedikit banyak kekeliruan yang mungkin terjadi dalam
menarik kesimpulan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian
lapangan, yaitu terjun langsung di lokasi penelitian untuk mendapatkan data
yang diperlukan dengan menggunakan teknik:
a. Observasi
Observasi adalah melakukan pengamatan terhadap sumber data. Di
dalam penelitian, peneliti harus menjadikan siapa dan apa yang diobservasi,
bagaimana cara melakukan observasi, dimana dilakukan observasi. Hal-hal
yang diobservasi harus sesuai dengan masalah penelitian.30
Jadi dapat
disimpulkan, observasi merupakan cara mengumpulkan data melalui
pengamatan langsung oleh penelitian terhadap objek yang akan diteliti.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan penelitian dengan pengamatan
langsung ke lapangan untuk mengetahui secara objektif dan konkret
mengenai kinerja mengajar guru PNS dan guru honorer di MA Al Fatah
Palembang.
b. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh sejumlah informasi dari responden dalam arti laporan tentang
30
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2014), hlm. 56
22
pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.31
Sejumlah pertanyaan disebarkan
kepada guru-guru PNS maupun Honorer untuk mendaptkan data.
c. Dokumentasi
Metode Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, translip, buku, surat kabar, majalah, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.32
Teknik dokumentasi digunakan untuk
mendapatkan data tentang gambaran umum lokasi penelitian.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.33
Karena penelitian ini bersifat
komparasi yang bertujuan membandingkan keadaan, fenomena-fenomena dan
analisa dengan menggunakan kalimat-kalimat yang dipisah-pisahkan, dan
bersifat kuantitatif yang berwujud angka-angka hasil perhitungan atau
pengukuran dapat diproses dengan dengan cara dijumlahkan dan dibandingkan
31
Ridwan, “Skala Pengukuran Vriabel-Variabel Penelitian”,(Bandung: Alfabeta, 2008), Hlm.
25 32
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), hlm. 62 33
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan „‟Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D‟‟,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 335
23
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentasi.34
Dalam penelitian
ini terdapat dua sampel (X1 dan X2), di mana sampel yang satu dengan sampel
yang lain tidak saling berkorelasi. Rumus yang digunakan sebagi berikut:35
√( )
( )
(
)
Keterangan:
T : Nilai t yang dihitung
: Nilai rata-rata Variabel X1
: Nilai rata-rata variabel X2
: Simpangan baku X1
: Simpangan baku X2
n : Jumlah sampel
Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi
perbedaan antara kinerja mengajar guru PNS dan guru honorer di MA Al
Fatah Palembang. Untuk menentukan kualitas mengajar guru PNS dan
Honorer baik secara individual maupun kelompok maka akan ditentukan skor
rata-rata hasil jawaban dengan klasifikasi sebagai berikut:
1. 2.60 – 3.0 (kinerja mengajar tergolong tinggi)
2. 1.60 – 2.9 (kinerja mengajar tergolong sedang)
3. 0.50 – 1.59 (kinerja mengajar tergolong rendah)
34
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2007), hlm. 14 35 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan „‟Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D‟‟,
(Bandung: Alfabeta, 2013), hlm. 335
24
M. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah pembahasan dan dalam penyampaian tujuan,
pembahasan ini akan dibagi menjadi beberapa bab dan dibagi lagi atas beberapa
sub bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, identifikasi masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan
pustaka, kerangka teori, variabel penelitian, definisi operasional, metodologi
penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II Landasan Teori bab ini fokus berisikan pada semua teori-teori secara
umum mengenai kualitas guru, guru mengajar, guru PNS dan guru honorer dalam
melaksanakan pembelajaran.
BAB III Gambaran Umum Tempat Penelitian bab ini fokus pada keadaan
lokasi penelitian, yang meliputi tentang gambaran umum lokasi penelitian
mengenai sejarah berdirinya dan letak geografis, visi dan misi, struktur
organisasi.
BAB IV Analisi Data berisi pemaparan tentang kinerja mengajar guru PNS dan
guru honorer
BAB V Penutup pada bab ini meliputi kesimpulan dan saran
25
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini Selviana. 2018. Perbandingan Etos Kerja dan Produktivitas Kerja Antara
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Honorer (Studi Kasus di Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur). Kalimantan: eJournal
Pemerintahn Integratif.
Aisyah Nur T. 2017. Perbedaan Persepsi Kinerja Guru PNS dan Non PNS pada
Sekolah Dasar Negeri di Desa Saotengga Kabupaten sinjai. Makassar: Skripsi.
Akmaluddin.2010. Perbandingan Kinerja Guru Pegawai Negeri Sipil dan Honorer di
SMAN 1 Tambang Kabupaten Kampar. Pekanbaru: Skripsi.
Arikunto Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pedekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Darwis Amri. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Islam. (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.
Dharma Surya. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga
Kependidikan.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi 3)
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. 2009.
Pedoman Pelaksaan Tugas Guru dan Pengawasan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
26
Margono. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Musfah Jejen. 2015. Redesain Pendidikan Guru: Teori, Kebijakan dan Pratik.
Jakarta: Kencana.
Prabu A. Anwar Mangkunegara. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung:
PT. Rosda.
Ridwan. 2008. “Skala Pengukuran Vriabel-Variabel Penelitian”. Bandung: Alfabeta.
Rusman.2012. Model-model Pembelajaran: mengembangkan Profesionalisme Guru.
Jakarta: Rajawali Pers.
Rusyan Tabrani. 2008. Etos Kerja Dalam Meningkatkan Produktivitas Kinerja Guru,
Jakarta: PT. Intermidasi.
Sagala Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabeta.
Subroto Suryo. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet.
Sujarweni Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian, Cet. Ke-1. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
27
Suryabrata Sumardi. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tresna Lia Yulianingsih, Sobandi. 2017. Kinerja Mengajar Guru Sebagai Faktor
Determinan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2005 Pasal 1 ayat (1). Tentang
Tenaga Honorer.
Undang-Undang Republik Indonesia Pasal 1 ayat 1 No. 43 Tahun 1999. Tentang
Pegawai Negeri Sipil.
Yamin Martinis. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta: Gaung Persada.
Zaini Herman dan Muhtarom. 2014. Komptensi Guru PAI. Palembang: Rafah Press.