Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Arsitektur di seluruh Indonesia memiliki keanekaragaman dan berbagai jenis dengan
berbagai model bentuk serta ukuran yang beragam. Salah satu bentuk arsitektur Indonesia adalah
rumah adat dan rumah tradisional. Rumah adat dan rumah tradisional merupakan jenis arsitektur
warisan yang dimiliki setiap wilayah di Indonesia yang memiliki ciri khas dan model tersendiri
sehingga menimbulkan karakter dari suatu daerah.
Rumah adat atau rumah tradisional sangat mudah kirta jumpai di berbagai wilayah
diseluruh Indonesia, rumah adat dan rumah tradisional seakan menjadi wadah atau sarana dan
tempat berkumpul serta bersosialisasi antar keluarga dan suku adat. Selain difungsikan sebagai
tempat berkumpul, rumah adat juga digunakan sebagai tempat ritual dan melakukan upacara
keagamaan pada saat tertentu. Dalam satu rumah adat dengan rumah adat lainnya memiliki
fungsi yang berbeda, mulai dari tempat tidur keluarga, tempat melakukan aktifitas keagaaan
hingga rapat serta musyawarah antar warga.
Namun seiring berkembangnya jaman serta kemajuan teknologi membuat pola piker
masyarakat ikut berubah sehingga tidak sedikit rumah adat di Indonesia yang mulai ditinggalkan
oleh warganya, alasannya adalah karena tuntutan pekerjaan dan kebutuhan hidup menuntut
masyarakat harus meninggalkan rumah adatnya, tetapi masih banyak pula rumah adat di
Indonesia yang mengalami perkembangan dan perubahan dari jaman dulu hingga pada masa
sekarang (masa kini) hal ini tentu membuat kesan yang berbeda dan memiliki daya Tarik
tersendiri bagi wisatawan yang ingin mempelajari kebudayaan suatu wilayah.
Rumah adat yang akan saya bahas adalah rumah adat Kalimantan Tengah ( rumah
betang dan rumah adat Nusa Tenggara Barat (Dalam Loka Samawa) kedua bangunan ini masih
tetap ada hingga saat ini namun sangat banyak mengalami perubahan yang berasal dari fisik
bangunan maupun dari non fisik yang dapat berupa fungsi. Rumah betang adalah rumah adat
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 2
khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat
Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya menjadi pusat pemukiman suku Dayak.
Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari
kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh
Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan-bangunan istana
yang telah dibangun di tanah tersebut sebelumnya karena telah lapuk dimakan usia bahkan
hangus terbakar. Istana-istana itu diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana
Gunung Setia. Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata yakni dalam yang berarti istana atau
rumah-rumah di dalam istana dan loka yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka
bermakna istana tempat tinggal raja.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah
1. Apa yang disebut dengan rumah betang?
2. Bagaimana perkembangan rumah betang hingga saat ini?
3. Apa yang disebut dengan rumah dalam loka samawa?
4. Bagaimana perkembangan rumah dalam loka samawa?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
metodelogi penelitian adalah
a. Agar dapat mengetahui lebih jelas mengenai rumah betang
b. Agar dapat mengetahui rumah adat betang masa kini
c. Agar dapat menjelaskan rumah dalam loka samawa
d. Agar dapat mengetahui rumah adat dalam loka samawa pada saat ini
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 3
1.4 Sistematika Penulisan
Penyusunan laporan disusun secara sistematis dengan menjadikannya beberapa bagian,
yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan dari makalah ini
BAB II PEMBAHASAN
Bab ini menguraikan tentang pembahasan mengenai penjelasan rumah adat betang dan
rumah dalam loka samawa serta mampu mengetahui kondisinya saat ini
BAB III PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil keseluruhan makalah dan saran untuk lampiran
dari makalah ini.
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rumah Adat Kalimantan Tengah (Rumah Betang)
Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak terutama di daerah hulu sungai yang biasanya
menjadi pusat pemukiman suku Dayak
2.1.1 Ciri-ciri rumah betang
Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa
mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang
yang tingginya sekitar 3-5 meter.Biasanya Betang dihuni oleh 100-150 jiwa, Betang dapat
dikatakan sebagai rumah suku, karena selain di dalamnya terdapat satu keluarga besar yang
menjadi penghuninya dan dipimpin pula oleh seorang Pambakas Lewu.Bagian dalam betang
terbagi menjadi beberapa ruangan yang bisa dihuni oleh setiap keluarga.
Gambar 2.1 Rumah Adat Betang Jaman Dulu
Sumber : https://dayantiblogs.files.wordpress.com/2012/05/rumah-
betang-ojung-batu_articleimage.jpg
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 5
Pada suku Dayak tertentu, pembuatan rumah Betang atau rumah panjang haruslah
memenuhi beberapa persyaratan berikut diantaranya pada hulunya haruslah searah dengan
matahari terbit dan sebelah hilirnya ke arah matahari terbenam.Hal ini dianggap sebagai
simbol dari kerja keras untuk bertahan hidup mulai dari matahari terbit hingga
terbenam.Semua suku Dayak, terkecuali suku Dayak Punan yang hidup mengembara, pada
mulanya berdiam dalam kebersamaan hidup secara komunal di rumah betang/rumah
panjang, yang lazim disebut Lou, Lamin, Betang, dan Lewu Hante.Betang memiliki
keunikan tersendiri. Keunikan dari rumah betang bisa dijelaskan sebagai berikut
Rumah betang bentuknya memanjang serta terdapat sebuah tangga dan pintu masuk
ke dalam betang.Tangga sebagai alat penghubung pada betang dinamakan hejot.Betang
yang dibangun tinggi dari permukaan tanah dimaksudkan untuk menghindari hal-hal yang
meresahkan para penghuni betang, seperti menghindari musuh yang dapat datang tiba-tiba,
binatang buas, ataupun banjir yang terkadang datang melanda.Hampir semua betang dapat
ditemui di pinggiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan.
Bangunan betang biasanya berukuran besar, panjangnya dapat mencapai Betang di
bangun menggunakan bahan kayu yang berkualitas tinggi, yaitu kayu ulin, selain memiliki
kekuatan yang bisa berdiri sampai dengan ratusan tahun, kayu ini juga anti rayap.
Pada halaman depan betang biasanya terdapat balai sebagai tempat menerima tamu
maupun sebagai tempat pertemuan adat. Pada halaman depan betang selain terdapat balai
juga dapat dijumpai sapundu. Sapundu merupakan sebuah patung atau totem yang pada
umumnya berbentuk manusia yang memiliki ukiran-ukiran yang khas. Sapundu memiliki
fungsi sebagai tempat untuk mengikatkan binatang-binatang yang akan dikurbankan untuk
prosesi upacara adat. Terkadang terdapat juga patahu di halaman betang yang berfungsi
sebagai rumah pemujaan.
Pada bagian belakang dari betang dapat ditemukan sebuah balai yang berukuran
kecil yang dinamakan tukau yang digunakan sebagai gudang untuk menyimpan alat-alat
pertanian, seperti lisung atau halu.Pada betang juga terdapat sebuah tempat yang dijadikan
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 6
sebagai tempat penyimpanan senjata, tempat itu biasa disebut bawong. Pada bagian depan
atau bagian belakang betang biasanya terdapat pula sandung.
2.1.2 Makna dan Nilai
Rumah Panjang/Rumah Betang bagi masyarakat Dayak tidak saja sekedar ungkapan
legendaris kehidupan nenek moyang, melainkan juga suatu pernyataan secara utuh dan
konkret tentang tata pamong desa, organisasi sosial serta sistem kemasyarakatan, sehingga
tak pelak menjadi titik sentral kehidupan warganya. Sistem nilai budaya yang dihasilkan
dari proses kehidupan rumah panjang, menyangkut soal makna dari hidup manusia; makna
dari pekerjaan; karya dan amal perbuatan; persepsi mengenai waktu; hubungan manusia
dengan alam sekitar; soal hubungan dengan sesama.Dapat dikatakan bahwa rumah betang
memberikan makna tersendiri bagi masyarakat Dayak. Rumah betang adalah pusat
kebudayaan mereka karena di sanalah seluruh kegiatan dan segala proses kehidupan berjalan
dari waktu ke waktu.
Rumah betang memang bukan sebuah hunian mewah dengan aneka perabotan
canggih seperti yang diidamkan oleh masyarakat modern saat ini.Rumah betang cukuplah
dilukiskan sebagai sebuah hunian yang sederhana dengan perabotan seadanya. Namun,
dibalik kesederhanaan itu, rumah betang menyimpan sekian banyak makna dan sarat akan
nilai-nilai kehidupan yang unggul. Tak dapat dipungkiri bahwa rumah telah menjadi simbol
yang kokoh dari kehidupan komunal masyarakat Dayak. Dengan mendiami rumah betang
dan menjalani segala proses kehidupan di tempat tersebut, masyarakat Dayak menunjukkan
bahwa mereka juga memiliki naluri untuk selalu hidup bersama dan berdampingan dengan
warga masyarakat lainnya. Mereka mencintai kedamaian dalam komunitas yang harmonis
sehingga mereka berusaha keras untuk mempertahankan tradisi rumah betang ini.Harapan
ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan setiap kepentingannya
dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam pikiran religio-magis,
yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan kedudukan serta hak hidup
yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 7
Rumah betang selain sebagai tempat kediaman juga merupakan pusat segala
kegiatan tradisional warga masyarakat. Apabila diamati secara lebih seksama, kegiatan di
rumah panjang menyerupai suatu proses pendidikan tradisional yang bersifat non-formal.
Rumah betang menjadi tempat dan sekaligus menjadi sarana yang efektif bagi masyarakat
Dayak untuk membina keakraban satu sama lain. Di tempat inilah mereka mulai
berbincang-bincang untuk saling bertukar pikiran mengenai berbagai pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan satu sama lain. Hal seperti itu bukanlah sesuatu yang sukar
untuk dilakukan, meskipun pada malam hari atau bahkan pada saat cuaca buruk sekalipun,
sebab mereka berada di bawah satu atap.
Demikianlah pengalaman, pengetahuan dan keterampilan diwariskan secara lisan
kepada generasi penerus.Dalam suasana kehidupan rumah panjang, setiap warga selalu
dengan sukarela dan terbuka terhadap warga lainnya dalam memberikan petunjuk dan
bimbingan dalam mengerjakan sesuatu.Kesempatan seperti itu juga terbuka bagi kelompok
dari luar rumah panjang.
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan
budaya tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya
perlu diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat
mempertahankan rumah betang mereka.
Masyarakat Dayak memiliki naluri untuk selalu hidup bersama secara
berdampingan dengan alam dan warga masyarakat lainnya. Mereka gemar hidup damai
dalam komunitas yang harmonis sehingga berusaha terus bertahan dengan pola kehidupan
rumah betang. Harapan ini didukung oleh kesadaran setiap individu untuk menyelaraskan
kepentingannya dengan kepentingan bersama. Kesadaran tersebut dilandasi oleh alam
pikiran religio-magis, yang menganggap bahwa setiap warga mempunyai nilai dan
kedudukan serta hak hidup yang sama dalam lingkungan masyarakatnya.
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 8
Dengan mempertahankan rumah betang, masyarakat Dayak tidak menolak
perubahan, baik dari dalam maupun dari luar, terutama perubahan yang menguntungkan
dan sesuai dengan kebutuhan rohaniah dan jasmaniah mereka.
Pola pemukiman rumah betang erat hubungannya dengan sumber-sumber
makanan yang disediakan oleh alam sekitarnya, seperti lahan untuk berladang, sungai yang
banyak ikan, dan hutan-hutan yang dihuni binatang buruan. Namun dewasa ini,
ketergantungan pada alam secara bertahap sudah mulai berkurang. Masyarakat Dayak telah
mulai mengenal perkebunan dan peternakan. Rumah betang menggambarkan keakraban
hubungan dalam keluarga dan pada masyarakat.
Meski terbilang sangat sederhana dan jauh dari kesan mewah, rumah betang
tetaplah menjadi hunian yang bernilai tinggi bagi masyarakat Dayak. Oleh karena itu
sangat penting kiranya bagi kita untuk mencermati lebih jauh pandangan masyarakat Dayak
mengenai rumah betang yang tercermin dalam beberapa aspek berikut ini: Pertama, aspek
penghunian.Rumah betang merupakan struktur multi-keluarga permanen dan terutama
berfungsi sebagai tempat tinggal utama di samping rumah pondok di ladang.
Kedua, aspek hukum dan hak milik.Rumah panjang mempunyai aspek
kepemilikan yang jelas.Terutama adalah hak kepemilikan semua keluarga secara bersama
menguasai semua tanah diwilayah rumah panjang.Hak wilayah rumah panjang merupakan
hak sekunder, sedangkan hak primer dipegang oleh tiap-tiap keluarga atau kelompok
keluarga kecil yang memiliki ikatan kekerabatan.Rumah betang juga merupakan unit
peradilan yang sangat penting.Acap kali pertikaian antar anggota rumah betang dapat
diselesaikan oleh tetua adat secara internal. Satu hal yang menonjol adalah wewenang
seseorang atau satu keluarga tertentu relatif kecil, yang jauh lebih penting adalah
wewenang rumah panjang secara keseluruhan. Hal itu disebabkan adanya egalitarisme yang
kuat dalam masyarakat Dayak.
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 9
Ketiga, aspek ekonomi.Rumah panjang memegang peranan penting dalam
distribusi arus tenaga kerja dan hasil kerja antarkeluarga. Pemakaian tenaga kerja tambahan
dari keluarga lain, merupakan kunci dari sistem perladangan yang mereka jalankan.
2.1.3 Perkembangan Rumah Betang Masa Kini
Pada masa kini rumah betang sudah mengalami banyak sekali perubahan,
perubahan-perubahan yang banyak terjadi dapat dilihat dari segi fungsi rumah tersebut,
selain fungsi rumah betang juga berubah pada filosofi dan makna serta perubahan yang ada
pada bahan yang digunakan untuk membuat rumah ini.
Saat ini rumah betang sangat sulit ditemukan dukalimantan, hal ini disebabkan
oleh tidak pedulinya masyarakat Indonesia mengenai sejarah dan rumah tradisional yang
dimiliki oleh suku dayak tersebut. Banyak masyarakat yang lebih memilih untuk
menggunakan rumah minimalis atau bangunan tinggi untuk tempat tinggal mereka.
Bangunan rumah betang saat ini sudah mulai beralih fungsi, pada awalnya rumah
betang yang dulunya difungsikan sebagai tempat tinggal untuk keluarga besar maupun
untuk upacara keagamaan sekarang sudah memiliki banyak fungsi. Di Kalimantan terdapat
satu rumah betang yang dialih fungsikan sebagai monument bersejarah, monument ini
banyak dikunjungi oleh wisatawan dalam maupun luar negeri. Selain sebagai monument
bersejarah, rumah betang kini hanya difungsikan sebagai tempat upacara keagamaan tanpa
dihuni oleh keluarga maupun masyarakat. Namun banyak juga masyarakat yang masih
bertahan tinggal di rumah betang tersebut tanpa terpengaruh oleh dunia luar.
Dari segi bentuk bangunan,bangunan betang juga mengalami berubahan pada
masa kini, rumah betang yang dulu terlihat panjang dan sangat lebar yang ampu dihuni
ratusan orang, namun pada saat ini rumah betang cenderung terlihat lebih kecil dan sempit,
namun untuk ketinggian rumah betang yang sekarang cenderung terlihat lebih tinggi karena
pada jaman dulu di bawah panggung tersebut difungsikan sebagai tempat memelihara
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 10
ternak namun pada masa kini lahan dibawah panggung sudah dialihfungsikan sebagai
tempat untuk kendaraan bermotor.
Dari segi estetika juga mengalami perubahan, pada jaman dulu rumah betang
hanya dibuat seadanya oleh masyarakat dan pada saat ini rumah betang sudah mengalami
perubahan pada warna yang cenderung lebih cerah, selain itu bentuk atap rumah betang
saat ini sudah bangyak mengalami perubahan, untuk bahan utama rumah ini masih tetap
menggunakan kayu, namun kayu yang digunakan sudah cenderung berkualitas kurang baik
karena kayu sudah sangat suit untuk ditemukan.
Untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat, masyarakat Kalimantan harus
tetap dapat menjaga dan melestarikan rumah betang. Walaupun banyak mengalami
perubahan secara fisik maupun non fisik namun setidaknya rumah betang harusu tetap ada
dan dilestarikan karena rumah tradisional merupakan ciri khas daerah tersebut dan tidak
ada di daerah lain. Untuk melakukan hal ini harus ada campur tangan dari pemerintah
untuk mengingatkan masyarakat betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan untuk dijaga.
Gambar 2.2 Rumah Adat Betang Masa Kini
http://3.bp.blogspot.com/-
tI6sH63TuCA/Tcf2MIxFvmI/AAAAAAAAACg/2SuggQHSg6s/s1600/Betang-Ojung-Batu-House-
3.jpg
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 11
2.2 Rumah Adat Nusa Tenggara Barat ( Dalam Loka Samawa)
Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari
kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh
Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan-bangunan istana
yang telah dibangun di tanah tersebut sebelumnya karena telah lapuk dimakan usia bahkan
hangus terbakar. Istana-istana itu diantaranya Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana
Gunung Setia. Dalam Loka sendiri berasal dari dua kata yakni dalam yang berarti istana atau
rumah-rumah di dalam istana dan loka yang berarti dunia atau tempat. Jadi, Dalam Loka
bermakna istana tempat tinggal raja.
2.2.1 Bentuk Bangunan
Dalam Loka memiliki luas 696,98 m2 dengan 2 bangunan kembar yang ditopang
oleh 98 tiang kayu jati dan 1 buah tiang pendek (tiang guru) yang terbuat dari pohon
cabe. Secara keseluruhan jumlah tiang penopang adalah 99 tiang yang melambangkan 99
sifat Allah (asmaul husna). Bangunan dalam loka menghadap ke selatan atu tepatnya ke
arah Bukit Sampar dan alun-alun kota. Pertama kali memsuki istana akan ditemukan
Gambar 2.3 Rumah Adat Dalam Loka Samawa
Sumber : http://lombok.panduanwisata.id/files/2013/06/Istana-Dalam-
Loka-Sumbawa.jpg
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 12
susunan tangga yang menjadi ssatu-satunya jalan masuk ke istana. Tangga ini
menyimbolkan bahwa siapapun harus menghormati raja. Hal ini tercermin dari keharusan
membungkuk bagi siapapun yang melewati tangga ini. Di dalam komplek Dalam Loka
terdapat dua bangunan kembar yang diberi nama Bala Rea atau graha besar. Bangunan
ini tersusun dari beberapa bagian yang memiki fungsi masing-masing.
Di bagian depan bangunan terdapat ruangan bernama Lunyuk Agung yang
berfungsi sebagai tempat musayawarah, resepsi atau acara pertemuan lainnya. Di sebelah
Lunyuk Agung terdapat ruangan yang bernama Lunyuk Mas, fungsinya adalah sebagai
ruangan khusus untuk permaisuri, istri-istri menteri dan staf penting kerajaan ketika
dilangsungkan upacara adat. Ada juga yang disebut Ruang Dalam sebelah barat, ruangan-
ruangan ini hanya disekat oleh kelambu fungsinya adalah sebagai tempat shalat, di
sebelah utaranya merupakan kamar tidur permaisuri dan dayang-dayang. Ruang Dalam
sebelah timur terdiri dari empat kamar dan diperuntukan bagi putra/putri raja yang sudah
berumah tangga di ujung utara ruangan ini adalah kamar pengasuh rumah tangga istana.
Di bagian belakang Bala Rea terdapat ruang sidang, pada malam hari ruangan ini
dijadikan tempat tidur para dayang. Kamar mandi terletak di luar ruangan induk yang
memanjang dari kamar peraduan raja hingga kamar permaisuri.
Dan yang terakhir adalah Bala Bulo berada di samping Lunyuk Mas, terdiri atas
dua lantai, lantai pertama berfungsi sebagai tempat bermain putra/putri raja dan lantai
kedua berfungsi sebagai tempat permaisuri dan istri para bangsawan saat menyaksikan
pertunjukan di lapangan istana. Di luar komplek ini terdapat kebun istana (kaban alas),
gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan tempat untuk lonceng
istana. Bangunan ini dibangun dari bahan kayu jati yang didatangkan dari hutan jati
imung dan atap terbuat dari seng yang didatangkan dari singapura. Arsitek dari bangunan
ini adalah Imam Haji Hasyim.
Dalam Loka disusun oleh bangunan kembar yang disokong atau ditahan oleh 98
pilar kayu jati dan 1 pilar pendek (pilar guru) yang dibuat dari pohon cabe. Jumlah dari
seluruh tiang penyokong adalah 99 tiang yang mewakili 99 sifat Allah dalam Al-Qur’an
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 13
(Asmaul Husna). Di Dalam Loka ini terdapat ukiran-ukiran yang merupakan ukiran khas
daerah Pulau Sumbawa atau disebut lutuengal yang digunakan untuk ornamen pada kayu
bangunannya. Ukiran khas Pulau Sumbawa ini biasanya motif bunga dan juga motif
daun-daunan.
Istana dalam loka dibangun mengarah ke selatan yaitu ke Bukit Sampar dan alun-
alun kota dan hanya memiliki satu pintu masuk utama melalui tangga depan dan pintu
samping melalui tangga kecil. Tangga depan yang dimiliki Dalam Loka tidak seperti
tangga pada umumnya, tangga ini berupa lantai kayu yang dimiringkan hingga
menyentuh tanah dan lantai kayu tersebut ditempeli oleh potongan kayu sebagai penahan
pijakan Bala Rea atau graha besar adalah dua bangunan identik yang terdapat di dalam
rumah adat Dalam Loka yang setiap bangunannya memiliki fungsi.
Gambar 2.4 lutuengal-ukiran khas pulau Sumbawa
Sumber : Google Search
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 14
Pada bagian dalam bangunan terdapat beberapa ruangan yaitu, Lunyuk Agung,
Lunyuk Mas, Ruang Dalam, dan Ruang Sidang. Lunyuk Agung berada pada bagian
depan bangunan yang difungsikan untuk ruang bermusyawarah, pernikahan, pertemuan
atau acara kerajaan. Lunyuk Mas adalah ruangan utama untuk permaisuri, istri para
menteri dan staf penting kerajaan saat upacara adat. Ruang Dalam sebelah barat disekat
oleh kelambu yang digunakan untuk tempat sholat, di sebelah utara adalah kamar tidur
permaisuri. Ruang Dalam sebelah timur memiliki empat kamar khusus untuk keturunan
raja yang sudah menikah dan di sebelah utara adalah kamar pengasuh rumah tangga
istana. Ruang sidang terletak di bagian belakang Bala Rea, namun pada malam harinya
digunakan oleh para dayang sebagai kamar tidur. Sedangkan kamar mandi terletak di luar
ruangan utama yang memanjang dari kamar raja hingga kamar permaisuri.
Gambar 2.5 Bagian Depan Bangunan
Sumber : Google search
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 15
Dan yang terakhir adalah Bala Bulo yang memiliki dua tingkat dan berada di
samping Lunyuk Mas. Tingkat pertama adalah tempat permainan keturunan raja dan
tingkat kedua adalah tempat permaisuri dan istri para bangsawan saat menyaksikan
pertunjukan di lapangan istana. Anak tangga menuju tingkat dua berjumlah 17 anak
tangga. Jumlah tersebut mewakili 17 rukun sholat. Di luar komplek ini terdapat kebun
istana (kaban alas), gapura atau tembok istana (bala buko), rumah jam (bala jam) dan
tempat untuk lonceng istana. Lonceng pada istana ini ukurannya sangat besar dan berasal
dari Belanda. Pada masa itu, lonceng ini dibunyikan oleh seorang petugas setiap waktu,
sehingga seluruh penduduk dapat mengetahui waktu saat itu.
Gambar 2.6 sisi samping bangunan
Sumber : google search
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 16
2.2.2 Bahan Bangunan
Bahan baku pembangunan istana pada masa itu sebagaian besar didatangkan dari
pelosok desa di sekitar istana. Kayu jati berukuran besar berasal dari hutan Jati Timung
sedangkan atapnya yang terbuat dari seng berasal dari Singapura. Bangunan istana yang
kini digunakan sebagai Museum Daerah Sumbawa ini sarat akan pesan filosofis yakni
‘adat barenti ko syara’, syara’ barenti ko kitabullah’. Artinya adalah semua aturan adat
istiadat maupun nilai-nilai dalam sendi kehidupan harus bersemangatkan pada syariat
Islam. Itu sebabnya, bangunan Istana Dalam Loka menyatu dengan Masjid Nurul Huda.
Gambar 2.7 bagian dalam bangunan
Sumber : google search
Kondisi Masa Kini Arsitektur Rumah Betang dan Rumah Dalam Loka Samawa 17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Rumah betang adalah rumah adat khas Kalimantan yang terdapat di berbagai penjuru
Kalimantan dan dihuni oleh masyarakat Dayak
Ciri-ciri Rumah Betang yaitu yaitu bentuk panggung dan memanjang.Panjangnya bisa
mencapai30-150 meter serta lebarnya dapat mencapai sekitar 10-30 meter, memiliki tiang yang
tingginya sekitar 3-5 meter.
Rumah betang yang tersisa pada masyarakat Dayak merupakan contoh kehidupan budaya
tradisional yang mampu bertahan dan beradaptasi dengan lingkungan. Kiranya perlu
diungkapkan lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Dayak dapat
mempertahankan rumah betang mereka.
Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka merupakan peninggalan bersejarah dari
kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Rumah istana Sumbawa atau Dalam Loka
merupakan peninggalan bersejarah dari kerajaan yang berlokasi di kota Sumbawa Besar. Bahan
baku pembangunan istana pada masa itu sebagaian besar didatangkan dari pelosok desa di sekitar
istana. Kayu jati berukuran besar berasal dari hutan Jati Timung sedangkan atapnya yang terbuat
dari seng berasal dari Singapura.
3.2 Saran
Untuk melestarikan kebudayaan dan adat istiadat, masyarakat Kalimantan maupun pada
rumah Dalam Loka Samawa harus tetap dapat menjaga dan melestarikan rumah adat. Walaupun
banyak mengalami perubahan secara fisik maupun non fisik namun setidaknya rumah adat harus
tetap ada dan dilestarikan karena rumah tradisional merupakan ciri khas daerah tersebut dan
tidak ada di daerah lain. Untuk melakukan hal ini harus ada campur tangan dari pemerintah
untuk mengingatkan masyarakat betapa pentingnya tradisi dan kebudayaan untuk dijaga.