TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH
Oleh: Ngadimun Hd
I. Pendahuluan
Guru dan mulai jadi calon guru agar dapat melatih dirinya tentang cara
menulis yang baik dan benar, dalam arti sesuai kaidah-kaidah penulisan karya
ilmiah. Jika terjadi tulisan siswa masih belum masuk nominasi dalam setiap lomba
KIR, banyak jelek tata tulis dan tata bahasanya, tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia baku, ini merupakan indikasi belum berhasilnya guru mengajarkan
teknik penulisan ilmiah kepada siswanya. Kondisi ini mungkin disebabkan gurunya
sendiri hanya menyuruh, memberi tugas dan belum dapat memberi contoh-contoh
tentang teknik penulisan yang baik dan benar. Maka agar dipahami oleh semua
guru dan para calon guru bahwa untuk bekal melatih penulisan karya ilmiah, harus
memiliki keterampilan menulis yang memadai. Bahkan untuk keperluan
pengembangan kemampuan profesional guru, mereka agar juga membekali dirinya
terampil menulis dalam arti luas, yaitu dapat membuat karya tulis ilmiah.
Secara sportif mari kita akui, kemampuan guru dalam membuat karya tulis
ilmiah saat ini masih rendah, ini antara lain terlihat masih sedikitnya karya guru
yang dimuat di media cetak. Maka jangan tunggu hari esok, mulai sekarang saja
mari kita coba untuk mulai menulis. Lalu, dilanjutkan dengan segera mengajak
kepada sebanyak mungkin siswa untuk mulai berlatih menulis.
Berdasarkan uraian di atas maka guru sebagai agen pembaharuan, perlu
menyiapkan anak didiknya untuk siap bersaing secara ketat di era globalisasi. Guna
memenuhi tuntutan ini, guru, calon guru, apalagi guru pembina Karya Ilmiah
Remaja (KIR) agar dapat ditingkatkan dan meningkatkan kemampuannya dalam
membuat karya tulis ilmiah. Selanjutnya, mari kita kembangkan diri kita dan
membina para siswa yang berpotensi menyusun Karya Ilmiah Remaja (KIR), agar
pada diri mereka terjadi proses belajar melakukan pengkajian, meneliti dan
melaporkan pemecahan masalah aktual yang telah dilakukan, semoga.
II. KETERAMPILAN YANG PERLU DIMILIKI PENULIS
Jangan masih juga belum tahu, sebenarnya jenis keterampilam apa saja yang
perlu dimiliki oleh setiap penulis karya ilmiah?. Beberapa di antaranya ialah:
*) Disajikan pada diskusi Guru Pembina KIR SMP Kota Bandar Lampung, Tgl. 18 Mei 2004.**) Dosen FKIP Universitas Lampung
A. Membuat karya tulis ilmiah, tidak sulit
Jika disebutkan ‘keterampilan menulis’, bukan berarti hanya
berhubungan dengan cara atau teknik yang digunakan untuk melakukan
pekerjaan menulis agar diperoleh bentuk tulisan yang rapih. Dalam pengertian
yang luas, ‘keterampilan menulis’ bukan sekedar kecakapan menuliskan huruf
atau angka secara indah. Keterampilan menulis agar mencakup kemampuan
(1) menuangkan buah pikiran dan isi hatinya ke dalam tulisan yang baik dan
benar; dan (2) melakukan karya tulis ilmiah, dapat berupa artikel, hasil
penelitian ilmiah, kajian ilmiah, atau karya tulis ilmiah lainnya.
Banyak orang mengatakan bahwa membuat karya tulis ilmiah, yaitu
yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, adalah sulit. Sebenarnya
tidak demikian, jika kita memiliki jiwa yang optimistis, bukan pesimistis. Mari
kita ikuti motto yang mengatakan bahwa orang yang optimis akan memandang
sesuatu itu sulit tetapi sangat mungkin untuk dapat dilakukan, tentunya jika
mau berusaha mempelajari, menanyakan jika belum paham, melakukan latihan
agar dapat melakukannya. Jangan diikuti kata orang pesimistis yang
mengatakan bahwa sesuatu itu mungkin dapat dilakukan, tetapi sangat sulit,
lalu enggan bertanya, tidak mau mencoba dan melakukan latihannya, apalagi
terbawa oleh perasaan takut salah dan malas yang berkepanjangan.
Memang pada awalnya sering muncul pertanyaan-pertanyaan dari dalam
diri sendiri, yang nadanya menyurutkan dorongan (motivasi) dan kemauan
yang mulai timbul. Berbagai pertanyaan itu, misalnya “kapan saya akan mulai
menulis”, dapatkah saya menulis yang baik, bahan-bahan apa dan bagaimana
saya mengumpulkannya?”, dan pertanyaan-pertanyaan lain yang senada.
Menulis tidak dimonopoli oleh mereka yang mempunyai bakat menulis saja,
mereka yang tidak mempunyai bakatpun jika mau berlatih, dapat saja hasil
tulisannya lebih baik daripada yang berbakat tetapi tidak dikembangkan.
Untuk memberi dorongan kepada mereka yang masih ragu-ragu untuk mulai
menulis, Imam Syafe’i (1988) memberikan dorongan sbb.
“Menulis adalah keterampilan yang dapat dipelajari. Berbakat menulis saja, tanpa mau berusaha belajar tentu tidak menjamin seseorang akan menjadi penulis yang baik. Seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai kesempatan untuk menjadi penulis. Tinggallah
2
kesungguh-sungguhannya dalam belajar menulis yang lebih banyak menentukan keberhasilannya menjadi seorang penulis”
Among Kurnia Ebo (1995:13) juga memberi dorongan kepada kita sbb.
Sebenarnya setiap orang terpelajar (termasuk guru), bisa menulis artikel atau tulisan ilmiah populer. Tetapi kenyataannya, mengapa tidak semua orang terpelajar, bahkan sarjana sekalipun, bisa menulis artikel? Jawabannya sangat sederhana, karena tidak semua orang terpelajar memiliki kebiasaan menulis artikel atau tidak memiliki kebiasaan menulis. Berapa ratuspun teori teknis menulis artikel dipelajari, ia takkan pernah bisa menulis artikel jika tak pernah memaksa diri secara terus-menerus untuk menulis.
B. Teknik Penulisan
1. Memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik
Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dinyatakan mulai berlaku
sejak tanggal 17 Agustus 1972. Tetapi diberbagai media cetak ternyata
masih sering dijumpai kesalahan penggunaan bahasa Indonesia, umumnya
dikarenakan penulis yang kurang cermat, seperti penggunaan istilah yang
kurang tepat, pemenggalan kata yang tidak mengindahkan kaidah
pemenggalan kata, dan sebagainya. Kondisi ini masih sering mengundang
datangnya kritik yang ditujukan kepada para guru. Maka berbagai upaya
yang perlu dilakukan adalah: (1) periksa kembali secara cermat tulisan
Anda oleh Anda sendiri, (2) suruh orang lain juga memeriksa (menelaah)
tulisan Anda, (3) banyak baca tulisan penulis yang telah baik, dan (4) hal
yang masih belum jelas, konsultasikan dengan pakar atau KBBI.
Perbaiki kalimat berikut (Lomba PIR, 1991:37-38).- Kawasan Pantai Senggigi sampai akhir tahun 1990 terdapat SD sebanyak
7 buah.- Dan jika memungkinkan juga, dapat diungkap sampai sejauh mana
penyakit malaria . . . .
2. Pelajari teknik penulisan baku
Punyai keterampilan menulis dengan komputer secara memadai karena ini
akan menunjang diperolehnya tulisan yang baik. Berikut ini dikemukakan
beberapa di antaranya.
3
a. Ukuran kertas
Penggunaan kertas untuk penulisan karya ilmiah antara lain dengan
ketentuan sebagai berikut,
1) ukuran kertas: A4 (21 cm x 29,7 cm), ada yang menentukan kertas
ukuran kuarto: 21,5 cm x 28 cm atau (Letter 8,5” x 11”),
2) jenis kertas: HVS 80 gram atau 70 gram, kertas sampul: buffalo, dan
3) warna kertas: putih, kecuali untuk sampul sesuai ketentuan khusus
b. Jenis huruf
Pengetikan dengan komputer pemilihan huruf dapat dilakukan secara lebih
rinci, untuk naskah dapat menggunakan huruf times new roman 12. Perlu
dipahami, mana pengetikan dilakukan pengetikan miring (Italic), tebal
(Bold), superscript atau subscript, simbol-simbol matematika, dan masih
banyak ketentuan lainnya.
c. Margin dan Spasi
1) Margin adalah jarak antara huruf dengan tepi kertas. Biasanya
digunakan pola 4-3-3-3, artinya margin kiri 4 cm, sedangkan margin
atas, bawah dan kanan 3 cm. Judul bab diketik berjarak 6 cm dari tepi
atas kertas.
2) Spasi, pengaturannya sebagai berikut.
- satu spasi untuk penulisan tabel, kutipan, judul, judul tabel/ gambar,
bibliografi, abstrak, dan daftar pustaka.
- dua spasi untuk pengetikan naskah secara umum, atau sesuai ketentuan
khusus.
- tiga spasi untuk pengetikan antara naskah dengan tabel atau gambar,
antar tabel atau antar gambar.
- empat spasi untuk pengetikan antara nama penulis pada abstrak dengan
baris pertama naskah, antara kata “daftar tabel” dengan baris pertama
judul tabel, antara kata “daftar gambar” dengan baris pertama judul
gambar, antara judul bab atau sub bab dengan naskah.
4
d. Penomoran halaman, bab dan bagian-bagiannya
1) Secara umum nomor halaman ditulis di sudut kanan atas tanpa diapit
dengan tanda apapun, berjarak 1 spasi di atas margin atas dan 3 cm
dari tepi kanan kertas.
2) Halaman bab baru tidak diberi nomor, tetapi dihitung; atau diletakkan
di bawah tengah, jika nomor lainnya di kanan atas.
3) Mulai halaman pendahuluan sampai daftar pustaka diberi nomor
halaman dengan angka 1 dan seterusnya, sebelum halaman penda-
huluan diberi nomor angka Romawi kecil mulai dari angka i dan
seterusnya.
Penomoran Bab dan bagian-bagiannya (nomorisasi) dapat menggunakan
satu jenis pola di antara dua alternatif berikut.
BAB IA. ...............
1 ...............a. ...............
1) ...............a) ...............
(1) ...............(a) ...............
atau dapat menggunakan pola seperti berikut ini,
1. ...............1.1 ...............
1.1.1 ...............1.1.1.1 ...............
a. ...............b. ............... (setelah lebih dari empat angka, penomoran agar menggunakan huruf)
Penulis dapat memilih satu diantara keduanya, yang terpenting agar
konsisten (taat azas atau ajek) dalam menggunakannya. Masih banyak
ketentuan lain yang mengatur tentang tata-tulis dalam penulisan karya tulis
ilmiah, pembaca disarankan agar mempelajari hal tersebut dari buku-buku
sumber lainnya.
5
C. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah
Berbagai pengarang buku penelitian ilmiah menyajikan kaidah-kiadah
penulisan yang saling berbeda. Namun secara umum mereka sebenarnya
mempunyai kesamaan pendapat. Berikut ini dikemukakan sekedar contohnya.
1. PENULISAN JUDUL:
Suharsimi (1991:28) mengemukakan bahwa judul penelitian agar
mencakup: sifat dan jenis penelitian, objek penelitian, subjek penelitian,
lokasi dan waktu penelitian.
Perlu diperhatikan pula tentang:
a. Mencerminkan jenis penelitian dan permasalahan yang akan diteliti;
b. Kejelasan dan kemenarikan judul penelitian;
c. Tingkat keringkasan dan kemudahan untuk dipahami; dan
Perbaiki judul berikut!
“Pemberdayaan Sampah di Lingkungan Sekolah Menjadi Pupuk Organik”
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
1. Penjelasan adanya kesenjangan antara keadaan yang ada atau te-
lah terjadi (sebenarnya) dengan sesuatu yang diharapkan;
2. Mengungkap fakta berupa data empiris yang menunjukkan adanya
masalah; dan
3. Penjelasan pentingnya masalah yang akan dikaji dalam penelitian;
4. Pada kalimat terakhir biasanya ditulis “Berdasarkan uraian di atas
maka perlu dilakukan penelitian yang berjudul . . . . . . . .
B. Rumusan Masalah (hal yang dipertanyakan)
1. Dirumuskan dalam bentuk kalimat pertanyaan;
2. Mempertanyakan hubungan atau perbedaan variabel-variabel
penelitian; dan
3. Mengarah pada pengajuan hipotesis (jika diperlukan).
6
Cermati, perbaiki rumusan masalah berikut!
Apakah pemanfaatan sampah dengan cara mendaur ulang dapat
meningkatkan kreatifitas, keterampilan, dan wawasan siswa?
C. Tujuan Penelitian (jawaban yang dicari)
1. Harus sinkron dengan rumusan masalah, ini penting;
2. Jika rumusan masalah ada dua, tujuan penelitian juga dua;
3. Menghubungkan variabel-variabel penelitian; dan
4. Harus sinkron dengan rumusan hipotesis (jika ada hipotesis)
D. Manfaat atau Kegunaan Penelitian
1. Manfaat secara teoretis, yakni dapat menambah khasanah pengeta-
huan dalam bidang yang dikaji.
2. Manfaat secara praktis, misalnya untuk perbaikan dan
pengembangan sesuatu.
3. Menarik dan memotivasi peneliti lain untuk melakukan penelitian
lanjutan atau hal-hal lain yang berkaitan yang perlu diteliti.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Teknik Penulisan Kajian Pustaka
1. Kepustakaan (teori, pendapat, dan hasil penelitian) yang disajikan
berkaitan variabel-vareiabel penelitian dan masalah yang dikaji.
2. Kepustakaan (teori, pendapat, dan hasil penelitian) diorganisir
secara logis.
3. Menempatkan kepustakaan (teori, pendapat, dan hasil penelitian
tersebut sebagai acuan kerangka pikir.
4. Mengutip hasil penelitian-penelitian yang relevan dan
menghubungkan hasil penelitian-penelitian tersebut dengan
penelitian yang dikaji. Ada dua jenis kutipan, yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Punyai keterampilan
mengutip secara benar.
5. Tidak boleh kutipan dari internet terlalu banyak, teknis penulisan
sumber kutipan dari internet, misalnya: isi kutipan ……………
7
http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-
langkah-langkah-umum.html, diakses tanggal 20 November 2014
B. Kerangka Pikir
1. Menjelaskan argumentasi peneliti untuk menghubungkan variabel-
variabel penelitian (pada umumnya hubungan variabel bebas atau
independen dengan variabel terikat atau dependen).
2. Menyatakan adanya dugaan hubungan antara variabel-variabel
penelitian (variabel independen dan variabel dependen).
C. Merumuskan Hipotesis (jika diperlukan), rumusan hipotesis perlu:
1. Menjawab permasalahan yang tertuang dalam rumusan masalah;
2. Mendasarkan pada kerangka pikir; dan
3. Dapat dibuat dalam hipotesis statistik.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan tempat penelitian
1. Menjelaskan tempat dan daerah penelitian;
2. Menjelaskan mulai dan berakhirnya pelaksanaan penelitian;
3. Adanya jadwal penelitian yang memuat rincian kegiatan
penelitian;
B. Populasi dan sampel
1. Jelaskan jumlah populasi (jika terhingga) dan karakteristik
populasi yang digunakan dalam penelitian
2. Lakukan teknik penentuan sampel (teknik sampling) secara
benar, yaitu dengan acak (random) atau tidak dengan acak (non
random)
C. Desain atau pendekatan penelitian diklasifikasi menjadi dua
kelompok (Suharsimi, 1991:73), yaitu: non eksperimen dan
eksperimen.
1. Non eksperimen mencakup: penelitian kasus (case studies),
penelitian komparatif, penelitian korelasi, dan historis.
8
2. Sedangkan desain eksperimen atau penelitian yang dilakukan
dengan memberikan perlakuan (treatment), yaitu: eksperimen
murni (true experiment) dan kuasi eksperimen (quasi
experiment)
D. Instrumen Penelitian
Secara garis besar instrumen penelitian dibagi atas: tes dan non
tes. Tes digunakan untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan kompetensi, misalnya: prestasi belajar, kecerdasan (IQ),
kemampuan awal, dsb. Sedangkan non tes digunakan untuk
mendapatkan data non kompetensi, misalnya: minat, motivasi, sikap,
persepsi, dsb. Instrumen non tes seperti: angket, wawancara, check-
list, observasi, dsb. Instrumen yang baik harus memenuhi persyaratan
tertentu. Instrumen yang berbentuk tes, syarat yang harus dipenuhi
meliputi: (1) taraf kesulitan butir tes, (2) daya pembeda, (3) validitas,
dan (4) reliabilitas tes. Sedangkan instrumen yang berbentuk non-tes
diperlukan syarat: (1) validitas, dan (2) reliabilitas.
Pada artikel, misalnya yang mengangkat topik aplikasi
teknologi, pada metode penelitian dititik beratkan pada uraian
tentang prosedur kerja. Namanya prosedur kerja, maka perlu
dikemukakan langkah-langkah kerja suatu kegiatan secara rinci, dan
akan lebih baik jika disertai diagram atau gambar-gambar untuk
memperjelas pemahaman pembaca. Untuk keperluan ini, peneliti
agar menguasai program komputer secara lebih baik, misalnya
penggunaan program page maker, scanner untuk penampilan foto,
dsb.
E. Analisis Data
Analisis terhadap data yang terkumpul dilakukan sesuai dengan
desain penelitiannya, yaitu:
1. Jika penelitian tidak mengemukakan hipotesis (hanya dengan
anggapan dasar) maka dilakukan analisis deskriptif atau analisis
kualitatif.
9
2. Jika penelitian mengemukakan hipotesis maka perlu dilakukan uji
hipotesis dengan analisis statistik, sesuai dengan jenis peneli-
tiannya. Untuk keperluan penelitian oleh siswa SMP, cara ini
belum diperlukan.
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian tiada lain merupakan data yang telah terkumpul dan
telah dianalisis. Jika menggunakan analisis deskriptif, data telah disa-
jikan ke dalam bentuk tabel atau grafik; dan jika menggunakan
analisis statistik, telah diperoleh hasil analisisnya.
B. Pembahasan, adalah pekerjaan memaknai hasil penelitian yang selan-
jutnya digunakan sebagai dasar membuat kesimpulan hasil penelitian.
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan disusun berdasarkan pembahasan atas hasil penelitian,
ditulis dengan nomorisasi, dan singkat tetapi mengandung makna
yang padat.
B. Saran
Saran ditulis ditujukan kepada berbagai pihak terkait atau peneliti lain
agar dapat melakukan penelitian lanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta.
------------------. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
-------------. (1995). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
Kurnia Ebo, Among. (1995). Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia UGM.
10
Sudjana, Nana. (1987).Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Thesis-Disertasi, Sinar Baru, Bandung.
Sukamto. (1996). Materi Semiloka Penulisan Artikel dalam Jurnal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Syafi’ie, Imam. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti.
LAMPIRAN
Lampiran perlu dibuat untuk menempatkan hal-hal yang diperlukan untuk
menunjukkan kebenaran kepada pembaca tentang tabel-tabel, gambar, atau foto-foto.
Ini semua diletakkan pada lampiran karena jika dimuat dalam bab-bab sebelumnya
akan tidak efisien karena memakan tempat terlalu banyak.
-------------------------------------
Khusus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)A. PERUMUSAN MASALAH
1. Perumusan masalah agar dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
2. Rumusan masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya3. Mengajukan alternatif tindakan yang akan diambil dan hasil positif
yang diantisipasi.
B. CARA PEMECAHAN MASALAH1. Uraikan pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab
masalah yang diteliti2. Cara pemecahan masalah telah menunjukkan akar penyebab
permasalahan dan bentuk tindakan (action) yang ditunjang dengan data yang lengkap dan baik.
C. METODE PENELITIAN1. Uraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.2. Kemukakan obyek, latar waktu dan lokasi penelitian secara jelas. 3. Prosedur dirinci dari perencanaan-tindakan-observasi/evaluasi-
refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklis. 4. Tunjukkan siklus-siklus kegiatan penelitian. Jumlah siklus diusahakan
lebih dari satu siklus, meskipun harus diingat juga jadwal kegiatan belajar di sekolah per semester.
Daftar Pustaka
Sugiyono, Metodologi Penelitian Bisnis, Penerbit CV Alfabeta, Bandung, 1999.
11
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial Dasar-dasar dan Aplikasi, Rajawali Pers, Jakarta, 1989.
Fred N. Kerlinger, Asas-asas Penelitian Behavioral, Gadjah Mada University Press, 1990.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Rineka Cipta, 1991.
McMillan, J.H. & Schumacher, S. Research in Education A concept Introduction (ed, ke-3). Glemview, IL. Scott, Foresman and Co, 1989.
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981.
Nana Sidjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Makalah, Skripsi, Thesis-Disertasi, Sinar Baru, Bandung 1987.
12
a. Untuk hubungan dua variabel digunakan teknik korelasi, untuk data
interval dan atau rasio digunakan korelasi product moment (г),
sedangkan untuk data ordinal digunakan korelasi tata jenjang (rho), Untuk
data nominal dapat digunakan koefisien contingensi (c) melalui khi
kuadrat.
b. Untuk perbedaan dua variabel yang menyatakan variabel salah satu lebih
tinggi dari variabel yang lain, jika datanya berskala interval dan atau rasio
digunakan uji perbedaan rata-rata uji-t. Sedangkan jika datanya berskala
nominal atau ordinal dapat digunakan khi kuadrat.
c. Untuk interaksi variabel, terutama untuk data interval dapat digunakan
analisis varian (Anava) dengan F tes.
d. Untuk menguji sumbangan atau kontribusi dari variabel yang satu
terhadap variabel lainnya sehingga dapat memprediksi variabel yang satu
atas variabel lainnya digunakan regresi linier.
3. kk
13
BAB II KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JABATAN GURU
(Pertemuan ke 3 - 5)
SASARAN BELAJAR
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :
1. menjelaskan tata tulis dalam penulisan karya ilmiah dalam segi ukuran kertas
(paper size), jenis huruf, spasi (line spacing), margin, dan penomoran
halaman dan bab/sub bab;
2. menjelaskan format halaman sampul (cover), daftar isi, daftar tabel, dan daftar
gambar, serta cara penulisan kutipan, penyajian tabel-tabel dan gambar-
gambar dalam penulisan diktat;
3. membuat kutipan dari berbagai buku sumber dalam penulisan diktat, dan
menuliskan daftar pustaka dengan benar;
4. menjelaskan ruang lingkup karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan
penghargaan angka kreditnya;
5. menulis diktat mata pelajaran di SD; dan
6. membuat out line buku pelajaran, modul, dan karya terjemahan.
PENDAHULUAN
Pada Bab I telah dipelajari penulisan huruf-huruf dan kata dengan tulisan tangan
secara benar, baik di buku maupun di papan tulis. Namun, jika belum tuntas, agar
terus diupayakan secara serius. Semboyannya, jangan jadi guru jika tulisan Anda
belum memenuhi standar minimal, dan ini merupakan prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya. Pada Bab II ini Anda memasuki teknik penulisan
karya ilmiah, jangan masih banyak terjadi kesalahan penulisan kosa kata dan
penyusunan paragraf. Pahami dan latihlah diri Anda untuk dapat menguasai
secara baik materi Bab II ini.
14
1. Ketentuan Umum Pengetikan
a. Ukuran kertas
Penggunaan kertas untuk penulisan karya ilmiah antara lain dengan
ketentuan sebagai berikut,
a) ukuran kertas kuarto : 21,5 cm x 28 cm (Letter 8,5” x 11”)
b) jenis kertas: HVS 80 gram, dan kertas sampul: buffalo, dan
c) warna kertas: putih, kecuali untuk sampul sesuai ketentuan khusus
b. Jenis huruf
1) Pengetikan dengan mesin ketik, untuk naskah dapat menggunakan
huruf pika (kapasitas 10 huruf per inci), dan untuk pengetikan tabel
atau keterangan gambar dapat digunakan huruf elit (kapasitas 12
huruf per inci) atau huruf mini (kapasitas 14 huruf per inci).
2) Pengetikan dengan komputer pemilihan huruf dapat dilakukan secara
lebih rinci, untuk naskah dapat menggunakan huruf times new roman,
atau Courier New ukuran 10 untuk program Word Star dan ukuran 12
untuk program Windows. Keunggulan pengetikan dengan komputer
antara lain dapat dilakukan pengetikan miring (Italic), tebal (Bold),
dan simbol-simbol matematik, dan masih banyak variasi dan
kemudahan lainnya.
c. Margin dan Spasi
1) Margin adalah jarak antara huruf dengan tepi kertas. Biasanya
digunakan pola 4-3-3-3, artinya margin kiri 4 cm, sedangkan margin
atas, bawah dan kanan 3 cm. Judul bab diketik berjarak 6 cm dari tepi
atas kertas. Untuk memudahkan pengontrolan margin, pengetikan
15
dengan mesin ketik agar menggunakan pola yang diletakkan pada
lembar kedua.
2) Spasi, pengaturannya sebagai berikut:
- satu spasi untuk penulisan tabel, kutipan, judul, judul tabel/
gambar, bibliografi, abstrak, dan daftar pustaka.
- dua spasi untuk pengetikan naskah secara umum.
- tiga spasi untuk pengetikan antara naskah dengan tabel atau gam-
bar, antar tabel atau antar gambar.
- empat spasi untuk pengetikan antara nama penulis pada abstrak
dengan baris pertama naskah, antara kata “daftar tabel” dengan
baris pertama judul tabel, antara kata “daftar gambar” dengan baris
pertama judul gambar, antara judul bab atau sub bab dengan
naskah.
Penyetelan spasi, selain melihat petunjuk angka spasi, cekingnya
adalah jika rol mesin ketik diputar dua klek artinya satu spasi, tiga
klek adalah satu setengah spasi, dan seterusnya.
d. Penomoran halaman, bab dan bagian-bagiannya
4) Secara umum nomor halaman ditulis di sudut kanan atas tanpa
diapit dengan tanda apapun, berjarak 1 spasi di atas margin
atas dan 3 cm dari tepi kanan kertas.
5) Halaman bab baru tidak diberi nomor halaman, tetapi dihitung;
atau diletakkan di bawah tengah, jika nomor lainnya di kanan
atas.
6) Mulai halaman pendahuluan sampai daftar pustaka diberi
nomor halaman dengan angka 1 dan seterusnya, sebelum
16
halaman pendahuluan diberi nomor angka Romawi kecil mulai
dari angka i dan seterusnya.
Penomoran Bab dan bagian-bagiannya dapat menggunakan satu jenis
pola di antara dua alternatif berikut.
BAB IA. ...............
1 ...............a. ...............
1) ...............a) ...............
(1) ...............(a) ...............
atau dapat menggunakan pola seperti berikut ini,
1. ...............1.1 ...............
1.1.1 ...............1.1.1.1 ...............
a. ...............b. ............... (setelah lebih dari empat angka, penomoran agar menggunakan huruf)
Penulis dapat memilih satu diantara keduanya, yang terpenting agar
konsisten (taat azas atau ajek) dalam menggunakannya. Masih banyak
ketentuan lain yang mengatur tentang tata-tulis dalam penulisan karya tulis
ilmiah, pembaca disarankan agar mempelajari hal tersebut dari buku-buku
sumber lainnya.
2. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru
Terlebih dahulu perlu dipahami, apakah yang dimaksud dengan
pengembangan profesi jabatan guru? Dalam buku Pedoman Penyusunan
Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dikemukakan seperti berikut :
17
Pengembangan Profesi adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk meningkatkan mutu baik bagi proses belajar-mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud, 1997:2).
Ruang lingkup karya tulis ilmiah di bidang pendidikan dalam pengembangan
profesi jabatan guru dikelompokkan menjadi:
1. Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.
2. Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidanag pendidikan.
3. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebar luaskan melalui media massa.
4. Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah.
5. Buku pelajaran atau modul. 6. Diktat pelajaran. 7. Karya penerjemahan buku pelajaran/karya ilmiah yang bermanfaat bagi
pendidikan (Depdikbud, 1997:4).
Perlu kita pahami bahwa besarnya angka kredit yang diberikan terhadap
karya tulis ilmiah seperti terlihat pada Tabel 3 di halaman berikut.
18
Tabel 3. Jenis Karya Tulis Ilmiah dan Angka Kreditnya
Unsur : Pengembangan ProfesiSub Unsur : Melaksanakan Kegiatan Karya
Tulis/Karya Ilmiah di Bidang PendidikanButir :
Ukuran Penilaian AngkaKredit
a. Karya Ilmiah hasil penelitian, pengkajian survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan yang dipu-blikasikan1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional2) Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depar-
temen yang bersangkutan
setiap karya 12,5
6
b. Karya ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey dan atau evaluasi di bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di per-pustakaan sekolah1) Dalam bentuk buku2) Dalam bentuk makalah
setiap karya 84
c. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang dipublikasikan1) Dalam bentuk buku yang diterbitkan dan
diedarkan secara nasional2) Dalam majalah ilmiah yang diakui oleh
departemen yang bersangkutan
setiap karya 8
4d. Karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah
hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumen-tasikan di perpustakaan sekolah1) Dalam bentuk buku2) Dalam bentuk makalah
setiap buku 73,5
e. Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa
setiap tulisan yang merupakan satu-kesatuan 2
f. Menyampaikan prasaran berupa tinjauan, gagasan, atau ulasan ilmiah dalam pertemuan ilmiah
setiap kali2,5
g. Buku pelajaran atau modul1) Bertaraf nasional2) Bertaraf provinsi
setiap buku 53
h. Diktat pelajaran setiap diktat 1i. Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah
yang bermanfaat bagi pendidikanSetiap buku/kar-ya ilmiah 2,5
Sumber : Lampiran VIII Keputusan Mendikbud No. 25/1995 tgl.8-3-95 (Depdikbud, 1995:186-188)
19
Memperhatikan ruang lingkup karya ilmiah di bidang pendidikan di atas,
antara jenis satu dengan lainnya mempunyai tingkatan berbeda. Sebaiknya
guru agar memulai berlatih membuat karya tulis dari yang lebih mudah
(sederhana) menuju kepada yang lebih sulit. Misalnya, guru dapat berlatih
membuat diktat pelajaran terlebih dahulu, terus meningkat membuat tulisan
ilmiah populer (artikel) yang dapat dimuat di media massa, baru dilanjutkan
dengan membuat prasaran (makalah). Tahap berikutnya dapat berlatih
melakukan penelitian sederhana yang dilaporkan dalam bentuk karya tulis
ilmiah hasil penelitian, atau bagi yang menguasai bahasa asing dapat
menerjemahkan buku pelajaran dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia.
Berikut ini akan dikemukakan ketentuan pembuatan karya tulis ilmiah secara
satu-persatu.
3. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru
a. Karya ilmiah dalam bentuk buku
Karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dapat berupa diktat, buku pelajaran,
modul, dan karya terjemahan. Agar karya tulis tersebut dapat diberikan
penghargaan angka kredit sesuai dengan Tabel 2 di atas, penulisannya agar
mengacu kepada kriteria penilaian yang telah ditentukan. Dalam buku
Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan
(Depdikbud, 1997:63-63) dikemukakan sebagai berikut
1) Diktat Pelajaran
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran yang dipersiapkan
guru untuk mempermudah atau memperkaya materi yang disampaikan
dalam proses belajar-mengajar. Persyaratan yang harus dipenuhi dalam
penyusunan diktat pelajaran adalah agar isinya berhubungan dengan
20
tugas guru yang bersangkutan, sesuai dengan kurikulum, dan telah
disetujui serta disahkan oleh kepala sekolahnya. Guru SD sebagai guru
kelas, dapat membuat diktat pelajaran sejumlah mata pelajaran yang
diajarkan, dan setiap diktat memperoleh angka kredit masing-masing 1
poin.
Rambu-rambu yang perlu dipedomani dalam menyusun diktat ialah,a) biasanya diktat disusun untuk keperluan mengajarnya sendiri,b) jika diperbanyak, hanya diedarkan secara terbatas,c) ruang lingkup isi diktat terbatas hanya untuk beberapa kali pertemuan
(bila buku minimal mencakup satu catur wulan, dan d) kumpulan diktat setelah disempurnakan, dapat disusun dalam bentuk
buku pelajaran (Depdikbud, 1995:43)
Penyusunan diktat pelajaran minimal memuat hal-hal seperti berikut.
Bagian Pendahuluan meliputi:- Daftar isi- Kata pengantar, berupa penjelasan tentang tujuan diktat tersebut
Bagian isi memuat:- Judul Bab atau topik bahasan- Tujuan pembahasan topik bahasan- Uraian isi pelajaran- Penjelasan teori- Sajian contoh-contoh- Tugas atau soal latihan
Bagian Penunjang:- Daftar Pustaka
2) Buku pelajaran atau modul
Isi buku atau modul agar asli (bukan bajakan), dan sesuai dengan
kurikulum yang berlaku. Buku pelajaran yang bertaraf nasional agar
disetujui dan disahkan oleh Direktorat Sarana Pendidikan Ditjen
Dikdasmen, Depdikbud. Sedangkan buku pelajaran atau modul yang
21
bertaraf propinsi agar disetujui dan disahkan oleh Kepala Kanwil
Depdikbud di provinsinya, serta digunakan di seluruh sekolah pada
propinsi yang bersangkutan. Jika guru telah sampai kemampuannya pada
menyusun buku pelajaran, perlu dipahami bagaimana penguasaan teknik
penyusunannya, agar karya karya yang dihasilkan ‘benar’ dan
bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas hasil belajar. Juga perlu
memenuhi persyaratan untuk memperoleh angka kredit bidang
pengembangan profesi guru. Kerangkanya, minimal memuat hal-hal
seperti berikut:
Bagian Pendahuluan:- Kata Pengantar (memuat penjelasan tujuan buku pelajaran)- Daftar Isi- Petunjuk penggunaan buku
Bagian Isi:- Judul Bab dan topik bahasan - Tujuan Pembelajaran Khusus- Uraian isi pelajaran dan penjelasan teori- Sajian contoh-contoh- Ringkasan isi pelajaran- Soal latihan
Bagian Penunjang:- Daftar Pustaka- Lampiran-lampiran
3) Karya Terjemahan
Karya terjemahan ialah mengalih bahasakan buku pelajaran atau karya
ilmiah yang sesuai dengan kurikulum atau bermanfat bagi pendidikan,
dari bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia atau sebaliknya, dan dari
bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia dan sebaliknya. Karya ilmiah
22
ini agar disahkan kebenarannya oleh organisasi profesi atau sekurang-
kurangnya di tingkat kabupaten/kota.
RINGKASAN
Pemahaman dan keterampilan menulis, dalam tata penulisan agar memperhatikan
ukuran kertas, jenis huruf, spasi, margin, dan nomorisasi. Keterampilan dalam
teknik penulisan karya ilmiah perlu mematuhi: penulisan format halaman sampul
(cover), daftar isi, daftar tabel, dan daftar gambar, serta cara penulisan kutipan,
penyajian tabel-tabel, gambar-gambar, dan daftar pustaka dengan benar. Selain
karya tulis dalam bentuk penelitian sederhana, karya tulis untuk jabatan guru juga
mencakup: karya tulis ilmiah dalam bentuk buku, diktat mata pelajaran, modul,
dan karya terjemahan. Sudahkah Anda menguasai materi tersebut di atas? Anda
perlu mereview penguasaan Bab II, agar tidak menemui kesulitan dalam
melanjutkan mempelajari materi Bab III.
TUGAS LATIHAN
1. Diskusi kelas tentang ruang lingkup karya tulis ilmiah dalam bentuk buku dan
penghargaan angka kreditnya.
2. Dalam kelompok, mahasiswa membuat diktat untuk mata pelajaran yang
sesuai dengan pembagian masing-masing, lalu didiskusikan dalam kelas.
3. Membuat out line buku pelajaran, modul, dan karya terjemahan.
23
BAB IIIKARYA TULIS ILMIAH POPULER
(Pertemuan ke 6 - 7)
SASARAN BELAJAR
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat:
1. membedakan berbagai jenis karya tulis ilmiah populer;
2. menjelaskan dan membuat out line karya tulis ilmiah populer;
3. membuat karya tulis ilmiah populer (dalam kerja kelompok) dan mendis-
kusikannya dalam kelas; dan
4. memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk diusulkan di
mass media daerah atau ibukota.
PENDAHULUAN
Karya tulis ilmiah populer disebut juga artikel ilmiah merupakan salah satu jenis
karya ilmiah yang dihargai dengan angka kredit untuk jabatan guru. Melatih diri
membuat karya tulis ilmiah populer merupakan latihan awal untuk menyusun
karya ilmiah dalam bentuk penelitian sederhana. Jika Anda dapat mematuhi
kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah populer maka akan memperoleh banyak
pengalaman untuk membuat karya penelitian sederhana. Jangan bosan mencoba,
kalau sekali atau dua kali masih salah atau belum baik. Anda dikatakan sudah
berhasil menyusun karya tulis ilmiah populer yang baik, indikatornya mudah
saja, yaitu jika karya tulis ilmiah populer Anda sudah dimuat di mass media cetak
daerah atau ibukota. Mula-mula lakukan latihannya secara bersama dengan
kawan sejawat, untuk saling tukar pikiran dalam menuangkan ide-ide, semoga
Anda berhasil.
24
1. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer
Karya tulis ilmiah dalam bentuk tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan
yang disebar luaskan melalui media massa, juga sering disebut artikel.
Apakah yang dimaksud dengan artikel ? Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI), artikel ialah karya tulis lengkap di majalah, surat kabar,
dan sebagainya (Depdikbud, 1990:49). Ditinjau dari isinya, tulisan ilmiah
populer ada berbagai jenis, misalnya tentang ekonomi, teknik, elektronika,
pendidikan dan sebagainya. Kadar ilmiah dari setiap jenis tulisan ilmiah
populer banyak ditentukan oleh latar belakang pendidikan, wawasan dan
tentunya pengalaman menulis dari setiap penulisnya. Misalnya, tulisan ilmiah
populer di bidang pendidikan selayaknya banyak ditulis oleh guru atau
pendidik, karena merekalah orang-orang yang memiliki wawasan luas dan
mempunyai banyak pengalaman tentang proses pendidikan di lapangan.
Pada tingkatan ini (menulis artikel) penulis dituntut agar dapat mengerahkan
kemampuan menulis yang lebih baik dibandingkan dengan menyusun diktat
pelajaran. Namun Among Kurnia Ebo (1995:13) memberi dorongan kepada
penulis seperti berikut:
Sebenarnya setiap orang terpelajar (termasuk guru), bisa menulis artikel atau tulisan ilmiah populer. Tetapi kenyataannya, mengapa tidak semua orang terpelajar, bahkan sarjana sekalipun, bisa menulis artikel? Jawabannya sangat sederhana, karena tidak semua orang terpelajar memiliki kebiasaan menulis artikel atau tidak memiliki kebiasan menulis. Berapa ratuspun teori teknis menulis artikel dipelajari, ia takkan pernah bisa menulis artikel jika tak pernah memaksa diri secara terus-menerus untuk menulis.
2. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah Populer
Slamet Soeseno dalam buku Teknik Penulisan Ilmiah Populer dalam Among
Kurnia Ebo (1995:17) mengemukakan lima langkah pokok penulisan artikel,
25
yaitu penelaahan tema, memilih pola penggarapan, pengumpulan petunjuk
literatur (daftar pustaka), pengumpulan informasi paling aktual, dan
pembuatan catatan, barulah mulai menulis. Among Kurnia Ebo (1995:17)
mengemukakan langkah-langkah yang lebih sederhana dan rinci, yang intinya
seperti berikut:
Pertama, memilih topik, artinya memilih pokok permasalahan yang akan
disoroti, seperti tentang agama, pendidikan, politik, budaya, ekonomi, dan
sebagainya. Agar dipilih satu topik saja untuk satu artikel.
Kedua, menentukan tema. Setelah topik dipilih, lalu diteruskan dengan
menetapkan tema, karena tema adalah penyempitan dari topik. Tema
merupakan pikiran dasar, landasan cerita yang langsung menunjuk kepada
aspek-aspek permasalahan, yang dijabarkan ke dalam pembahasan dari awal
sampai akhir. Pembahasan agar jangan menyimpang dari tema sebagai relnya.
Contoh, tema yang dapat dikembangkan oleh guru SD, yaitu tentang:
IKIP, PGRI, dan Kesejahteraan Guru. (Suparlan, Republika: 25
Nopember 1995).
Nasib Guru. (M. Amien Rais, Republika: 28 Nopember 1996).
Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM. (Ngadimun Hd, Lampung
Post: 4 Agustus 1997).
Guru Masa Depan. (Sunanto, Buletin Dinas P dan K Tk.I Lampung:
Februari 1998).
Upaya meningkatkan gairah belajar siswa menjelang Ebtanas. Belum
dibuat
Ketiga, mengumpulkan bahan, artinya sebelum kita mulai menulis terlebih
dahulu perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan, data atau keterangan yang
diperlukan sebagai bahan atau data pendukung tulisan yang akan disusun.
Bahan-bahan yang perlu dikumpulkan berkaitan dengan tema di atas, misalnya
26
buku-buku tentang kiat belajar, keterangan-keterangan orang tua siswa, data
yang menggambarkan ketatnya persaingan merebut bangku di SLTP Negeri.
Keempat, membuat kalimat judul. Setelah topik, tema ditelaah secara jelas,
sambil mengumpulkan bahan-bahan, sebelum memulai membuat outline (draf
tulisan) sebaiknya ditetapkan dahulu kalimat judul. Ini akan digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan langkah-langkah berikutnya. Namun dapat saja
setelah penulisan berakhir, kalimat judulnya perlu dirubah.
Kelima, memilih pola penggarapan, artinya model pembahasan yang
digunakan dalam menulis artikel. Menurut Slamet Soeseno dalam Among
Kurnia Ebo (1995:19) mengemukakan lima pola artikel, yang intinya sbb.
a. pola pemecahan masalah, artinya penulis mengemukakan saran pemecahan
atau alternatif pemecahan suatu permasalahan,
b. pola pendapat dan alasan pemikiran, artinya pendapat dan pemikiran
penulis tentang suatu hal yang memerlukan pendapat publik,
c. pola kronologis, yaitu tulisan tentang jalannya peristiwa yang dikemukakan
secara kronologis (runtut) menurut waktu kejadian,
d. pola pembandingan, artinya penulis membanding-bandingkan antara dua
atau lebih hal, dengan tujuan untuk diketahui aspek untung-ruginya, atau
baik-buruknya, dan
e. pola abstraksi-deskripsi, artinya penulis mengabstraksikan dan menggam-
barkan suatu peristiwa yang dituangkan ke dalam bentuk tabel, grafik-
grafik yang disertai penjelasan-penjelasan, dengan tujuan agar pembaca
mudah memahami tentang sesuatu.
Penulis dimungkinkan menggunakan lebih dari satu pola sekaligus, jika
memang diperlukan untuk membuat lebih menarik atau lebih meyakinkan
kadar ilmiah dari suatu karya tulis.
27
Keenam, membuat garis besar atau kerangka karangan (outline). Garis besar
atau kerangka karangan dibuat agar dapat digunakan sebagai pedoman tentang
aspek-aspek apa saja yang akan dibahas. Apa-apa yang perlu dikemukakan
dan bagaimana menyusun kalimat-kalimat pendahuluan, agar pembaca tertarik
ingin mengetahui isi artikel. Pada bagian isi hal apa dulu yang perlu
dikemukakan, dilanjutkan dengan hal-hal apa dan akhirnya apa-apa yang perlu
dikemukakan pada bagian penutup. Bagi orang yang telah terbiasa menulis,
outline hanya dibuat sekedarnya saja, bahkan ada yang langsung menulis.
Sekedar contoh, outline dengan tema ‘Bagaimana Seharusnya Menafsirkan
NEM’, seperti berikut ini.
Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM Judul
Pendahuluan- Isu di masyarakat tentang pembicaraan NEM di awal tahun ajaran Pendahuluan- Pengertian NEM
Bagaimana seharusnya menafsirkan NEM ?- Oleh Kepala Sekolah, Guru, dan Instansi terkait- Orangtua-pun perlu tahu menafsirkan NEM
Upaya peningkatan kualitas tamatan SD- Perlu program yang jelas- Ditentukan oleh usaha bersama dan terpadu
Beberapa pihak yang menentukan akan sejauh mana kualitas murid tamatan SD - Pengawas Isi- Kepala Sekolah- Guru kelas- Orang tua siswa
Kesimpulan - Kesimpulan pembahasan di atas, dan penekanan dengan kata-kata kunci
Kesimpulan
28
Ketujuh, memulai atau membuka karangan. Bagi penulis pemula, sering
mengalami kesulitan saat memulai mengarang. Hanya untuk membuka
karangan sering dilakukan sampai berjam-jam, bingung apa yang akan ditulis
terlebih dahulu, yaitu yang enak dan dapat menarik perhatian pembaca.
Among Kurnia Ebo (1995:19-20) memberi alternatif bahwa beberapa jenis
intro (pembuka) tulisan yang dapat digunakan antara lain intro: statemen,
abstraksi, analogi, narasi, deskripsi, cuplikan kata mutiara atau karya sastra,
sapaan langsung, atau intro pertanyaan. Tinggal memilih mana yang disukai
dan sesuai dengan tema tulisan.
Kedelapan, membangun dan menutup karangan. Setelah penulis berhasil
membuka suatu tulisan, selanjutnya gagasan-gagasan berikutnya mudah terus
mengalir. Penulis tinggal menyusun dari kalimat ke kalimat dalam satu alenia,
dan dari alenia ke alenia, tentunya jika dapat tetap berpedoman kepada outline.
Dimungkinkan setelah penulisan berjalan, perlu merubah outline karena ada
yang tidak sesuai. Dalam menutup tulisan, pembaca diajak kepada kesimpulan
dari semua yang dikemukakan dalam pembahasan sehingga setelah selesai
membaca suatu tulisan, dapat memperoleh kesan atau memahami inti
permasalahannya.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tulisan ilmiah populer (artikel) agar
tidak keluar dari spesialisasi keahlian kita masing-masing. Satu contoh, guru
SD tulisannya dengan topik seputar pendidikan SD, yang berpendidikan S1
Bahasa Indonesia agar selalu memilih topik seputar bahasa Indonesia. Sebab
jika menyimpang, resikonya tidak dapat diperhitungkan untuk memperoleh
angka kredit di bidang pembinaan profesi. Mass media cetak siap menampung
tulisan kita, baik itu surat kabar, majalah atau buletin. Jika diperlukan, dalam
buku Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa (Among Kurnia Ebo,
29
1995:74-75) dimuat 49 alamat lengkap surat kabar dan tabloid yang terbit di
Indonesia.
RINGKASAN
Karya tulis ilmiah populer merupakan salah satu jenis karya ilmiah yang dihargai
dengan angka kredit. Mematuhi kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah populer
akan memperoleh banyak pengalaman untuk membuat karya penelitian
sederhana. Indikator Karya ilmiah populer yang baik jika bisa dimuat di mass
media cetak daerah atau ibukota. Lakukan langkah-langkah penyusunannya
secara cermat, yaitu: memilih topik, menentukan tema, mengumpulkan bahan,
membuat kalimat judul, memilih pola penggarapan, membuat garis besar atau
kerangka karangan (outline), memulai atau membuka karangan, membangun dan
menutup karangan.
TUGAS LATIHAN
1. Mahasiswa berlatih membuat out line karya tulis ilmiah populer.
2. Dalam kelompok, mahasiswa membuat karya tulis ilmiah populer dan
mendiskusikannya dalam kelas.
3. Mahasiswa memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk
diusulkan di mass media cetak daerah atau ibukota.
30
BAB IVTEKNIK PENELITIAN SEDERHANA BAGI JABATAN GURU
(Pertemuan ke 8 - 12)
SASARAN BELAJAR
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat :
1. Membedakan antara pengertian penelitian tindakan kelas, penelitian deskriptif,
dan penelitian evaluasi.
2. Menjelaskan karakteristik penelitian tindakan kelas
3. Menyusun satu proposal secara kelompok dengan jenis penelitian sesuai tugas
masing-masing kelompok.
4. Memperbaiki proposal masing-masing kelompok berdasarkan masukan dalam
diskusi kelas.
PENDAHULUAN
Pada bab ini Anda diajak untuk memahami berbagai jenis penelitian ilmiah. Namun,
selanjutnya jenis penelitian yang akan diperdalam dalam mempelajarinya adalah
penelitian tindakan kelas (PTK). Dimulai dari memahami pentingnya guru perlu
melakukan PTK, dilanjutkan dengan berlatih menyusun usulan (proposal) dan
melakukan penelitian PTK akhirnya guru akan memperoleh manfaat bagi
peningkatan mutu pembelajaran. Jika mutu pembelajaran meningkat, diharapkan
akan berdampat terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa. Di samping akan
tercapainya tujuan tersebut, dari hasil PTK tersebut guru juga akan memperoleh
penghargaan angka kredit dari unsur pengembangan profesi, semoga.
1. Jenis-jenis Penelitian Ilmiah
Terlebih dahulu perlu dikemukakan apakah yang dimaksud dengan ‘penelitian
ilmiah’ itu. Banyak hal dan aspek yang perlu dipelajari, jika kita ingin memiliki
kemampuan untuk dapat memahami seluk-beluk dan melakukan penelitian ilmiah.
31
Dalam uraian berikut ini dikemukakan Menurut Kerlinger (1990:17) penelitian
ilmiah adalah penyelidikan yang sistematis, terkontrol, empiris dan kritis, tentang
fenomen-fenomen alami, dengan dipandu oleh teori dan hipotesis-hipotesis
tentang hubungan yang dikira terdapat antara fenomen-fenomen itu. Batasan lain
mengemukakan bahwa penelitian merupakan suatu kegiatan pengkajian terhadap
suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan metode ilmiah, bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan ilmiah dari hal yang dipermasalahkan (Depdikbud,
1995:12). Memperhatikan batasan di atas, disimpulkan bahwa penelitian adalah
kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah, untuk mencari
jawaban atas suatu permasalahan.
Jenis penelitian apakah yang dapat dilakukan guru SD? Dalam buku Pedoman
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Depdikbud, 1995:70-71) dikemukakan bahwa
jenis penelitian seperti penelitian historis, penelitian deskriptif, penelitian
pengembangan, penelitian kasus dan penelitian lapangan, penelitian korelasi,
penelitian sebab-akibat, penelitian eksperimen sungguhan, penelitian eksperimen,
dan penelitian tindakan kelas (PTK). Memperhatikan kemampuan guru SD dalam
membuat karya ilmiah, diprediksikan belum dapat melaksanakan semua jenis
penelitian tersebut di atas. Mengingat kepentingannya untuk meningkatkan output
tamatan SD, agar diprioritaskan pada jenis penelitian tindakan kelas dan
penelitian deskriptif. Perlu dipahami bahwa langkah kerja penelitian untuk
memperoleh angka kredit pengembangan bagi jabatan guru perlu mendapat
bimbingan dan penilaian dari ahli di bidang penelitian pendidikan. Banyak buku-
buku penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan pekerjaan
penelitian, seperti Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang pendidikan
dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru oleh Depdikbud, Prosedur
Penelitian, dan Manajemen Penelitian keduanya oleh Suharsismi Arikunto. Untuk
32
penelitian behavioral dapat merujuk buku Asas-asas Penelitian Behavioral oleh
Kerlinger Fred N (terjemahan), Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Buku I-IV masing-masing disusun oleh Suyanto, Sudarsono, F.X., Sumarno, dan
Noeng Muhajir, dan masih banyak lagi lainnya. Jika mau mempelajari berbagai
buku yang memberikan tuntunan cara melakukan penelitian, mendiskusikannya
bersama teman sejawat, dan tidak segan-segan bertanya kepada para ahli di bidang
penelitian serta mau melakukan latihan-latihan, maka guru SD-pun dapat memiliki
keterampilan meneliti yang memadai. Penelitian yang dianjurkan bagi guru untuk
pengembangan profesinya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau
Classroom Action Research (CAR).
2. Penelitian Tindakan Kelas
Dikemukakan oleh Wardani, dkk.(2003:1.4-1.6) bahwa yang dimaksud dengan
penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan guru di dalam kelasnya
melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya agar hasil
belajar siswa meningkat. Adapun karakteristik PTK paling tidak terlihat adanya
ciri-ciri sebagai berikut.
a. Guru menyadari bahwa praktik pembelajaran yang selama ini dilakukan di
kelas ada yang perlu diperbaiki. Misalnya, metode pembelajaran yang kurang
tepat, tidak menggunakan alat bantu mengajar, pemberian tugas yang kurang
efektif, dan sebagainya.
b. Guru menemukan sendiri permasalahan itu melalui refleksi diri (self-refelctive
inquiry). Dalam melakukan refleksi diri, guru disarankan mengajukan
pertanyaan kepada diri sendiri tentang:
1) Apakah penjelasan saya terlalu cepat atau bahkan hanya sedikit
2) Apakah saya sudah memberi contoh secara jelas?
33
3) Apakah saya sudah memberi tugas latihan dan memberi umpan balik
secara rutin? Dan sebagainya.
c. PTK hanya terfokus pada penelitian perilaku guru dan siswa dalam interaksi
pembelajaran di kelas.
d. PTK untuk memperbaiki mutu pembelajaran di kelas, dengan tujuan agar
prestasi dan hasil belajar siswa meningkat secara bertahap melalui beberapa
siklus.
e. Sistematika PTK minimal agar mencakup hal-hal seperti berikut.
SISTEMATIKA PTK
A. Judul PenelitianB. Bidang IlmuC. Latar Belakang MasalahD. Rumusan Masalah E. Tujuan Penelitian -------- BAB IF. Manfaat PenelitianG. Kerangka Konseptual (Kajian Pustaka) ------------------------------- BAB II
H. Metode Penelitian, memuat:
1. Waktu dan Tempat Penelitian 2. Populasi dan Sampel3. Perencanaan Tindakan dan Cara Melaksanakannya4. Jadwal Kegiatan ------- BAB III
5. Personalia (Tim Peneliti)6. Biaya Penelitian
I. Hasil Penelitian dan Pembahasan -------------------------------------- BAB IVJ. Simpulan dan Saran ------------------------------------------------------BAB V
A. Judul Penelitian
Dengan membaca kalimat judul, pembaca dapat memperoleh gambaran umum
tentang suatu penelitian. Penulisan kalimat judul agar memuat:
34
1. sifat atau jenis penelitian,
2. objek yang diteliti,
3. subjek penelitian,
4. tempat atau daerah penelitian, dan
5. waktu penelitian.
Judul suatu penelitian: “Peningkatan Penguasaan Konsep Ilmu Pengetahuan
Sosial oleh Siswa Kelas VI SD Sukamaju Kecamatan Sukamakmur Tahun
Pelajaran 2001/2002”. Judul tersebut apakah telah memuat unsur yang perlu
ada, kita lihat dengan menjawab pertanyaan di bawah ini.
1. Jenis penelitiannya? Peningkatan Penguasaan Konsep2. Konsep apa? Ilmu Pengetahuan Sosial
3. Oleh siapa? oleh Siswa Kelas VI
4. Tempatnya dimana? di SD Sukamaju Kecamatan Sukamakmur
5. Kapan waktunya? Tahun Pelajaran 2001/2002
B. BIDANG ILMU
Tentang bidang ilmu cukup ditulis bidang ilmu peneliti, untuk guru SD adalah
“Ilmu Pendidikan”
C. Latar Belakang Masalah
Maksud latar belakang masalah adalah hal-hal yang melatar-belakangi perlunya
dilakukan suatu penelitian. Uraian pada latar belakang masalah agar memuat hal-
hal seperti berikut.
1. Issu yang sedang berkembang di lembaga pendidikan sekolah dasar,
misalnya: penguasaan konsep ilmu pengetahuan sosial rendah, kemampuan
membaca siswa SD rendah, keterampilan menulis siswa SD perlu diperbaiki,
motivasi belajar siswa, dan sebagainya.
35
2. Data pendukung pentingnya suatu penelitian perlu dilakukan. Untuk
memperoleh data pendukung, terlebih dahulu perlu dilakukan studi
pendahuluan, misalnya:
a. Rerata nilai Ebtanas IPS selama lima tahun terakhir lebih rendah daripada
mata pelajaran lainnya, maka perlu dilakukan PTK dengan merubah cara
belajar, metode mengajar, dan atau melengkapi alat bantu;
b. Setelah dilakukan penilaian dalam praktik membaca ternyata kemampuan
membaca siswa rendah atau umumnya lambat, maka agar dicari cara
untuk meningkatkan keterampilan mebaca. Atas dasar ini perlu dilakukan
penelitian tindakan kelas.
3. Pentingnya suatu penelitian dilakukan. Pemecahan masalah harus benar-benar
penting bagi guru kelas/guru mata pelajaran serta bermakna dan bermanfaat
bagi peningkatan mutu pembelajaran, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan mengemukakan issu yang
berkembang dan didukung data lapangan yang objektif maka peneliti dapat
mengusulkan agar dilakukan suatu penelitian untuk memecahkan masalah
tersebut. Penelitian tersebut diharapkan akan dapat menguak penyebab
terjadinya suatu masalah dan merencanakan bentuk tindakan yang perlu
dilakukan, lalu dilaksanakanlah PTK.
36
D. Rumusan Masalah
Atas dasar latar belakang masalah, yang perlu ditulis dalam rumusan masalah
adalah identifikasi masalah, lalu dilakukan perumusan masalah poin demi poin
secara jelas. Dalam melakukan identifikasi masalah, perlu dikemukakan enam
pertanyaan (FX. Sudarsono:1996), yaitu seperti berikut.
1. Masalah apa yang menjadi keprihatinan Anda? (guru, KS, pengawas);2. Mengapa Anda memprihatinkan masalah itu?;3. Menurut pikiran Anda, apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah?;4. Bukti-bukti apa yang dapat dikumpulkan agar dapat membantu membuat
penilaian tentang masalah yang terjadi? studi pendahuluan;5. Bagaimana Anda mengumpulkan bukti-bukti tersebut?6. Bagaimana Anda melakukan pengecekan terhadap kebenaran dan keakuratan
tentang apa yang terjadi?
Sekedar contoh, misalnya identifikasi suatu masalah seperti berikut.
1. Rendahnya nilai ujian apakah disebabkan oleh metode mengajar yang digunakan
guru selama ini hanya berkisar penggunaan metode ceramah, siswa diberi tugas
rumah tetapi tindak lanjutnya masih belum efektif. Ini ditandai dengan belum
dilibatkannya orang tua atau wali siswa dalam penyelesaian pekerjaan rumah
siswa, pekerjaan rumah tidak diperiksa dan tidak diberi umpan balik.
2. Motivasi belajar sebagian siswa dalam menghafal dan memahami konsep IPS
terlihat rendah. Apakah penyebabnya karena siswa banyak yang senang bermain
play station, juga pengawasan orang tua yang banyak terlihat masih lemah untuk
menangkal penyebab rendahnya motivasi belajar siswa. Atau rendahnya nilai
ujian disebabkan oleh alat bantu yang kurang memadai, bahkan guru tidak pernah
menggunakan alat bantu dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.
Maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
37
1. Apakah rendahnya nilai ujian mata pelajaran IPS disebabkan oleh penggunaan
metode mengajar yang digunakan guru kurang efektif? (identifikasi masalah
nomor 1)
2. Apakah rendahnya nilai ujian mata pelajaran IPS disebabkan oleh rendahnya
motivasi belajar? (identifikasi masalah nomor 2)
E. Tujuan Penelitian
Pada tujuan penelitian memuat rumusan singkat dengan menggunakan kalimat
operasional tentang tujuan-tujuan yang hendak dicapai atau temuan yang akan
diperoleh dengan dilakukannya penelitian ini. Rumusan tujuan terkait erat dengan
rumusan masalah karena tujuan penelitian pada dasarnya akan mencari
pemecahan masalah yang ada. Pada rumusan tujuan penelitian, dapat diawali
dengan kalimat seperti berikut. Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. untuk memperoleh data sejauhmana kontribusi penggunaan metode mengajar
yang diperbaiki terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata
pelajaran IPS di kelas …
2. untuk memperoleh data sejauhmana peranan meningkatnya motivasi belajar
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS di kelas …
38
F. Manfaat Penelitian
Yang dimaksud dengan manfaat penelitian adalah jika penelitian ini sudah selesai
dilakukan, apakah manfaat yang dapat dirasakan oleh berbagai pihak, misalnya
bagi siswa, guru, pengawas atau bagi dinas pendidikan. Juga perlu dijelaskan
manfaat apa yang akan didapat oleh masing-masing pihak. Dalam penyusunan
usulan (proposal) penelitian, uraian azas manfaat yang tegas dan jelas
memperoleh bobot penilaian yang tinggi. Ini dengan pertimbangan, jangan suatu
penelitian hanya berakhir pada selesainya penyusunan laporan saja. Seharusnya
hasil penelitian benar-benar bermanfaat bagi pemecahan suatu masalah dan juga
benar-benar bermanfaat bagi pihak-pihak lain.
Sekedar contoh penulisan manfaat penelitian, yaitu seperti berikut. Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:
a. Siswa kelas …. , yang akan dapat memperoleh kesempatan melakukan
belajar secara sistematis, akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar
mereka;
b. Guru kelas, dapat digunakan sebagai bekal dasar untuk mengembangkan
kompetensi profesionalnya;
c. Kepala sekolah, digunakan sebagai dasar melakukan pembinaan kepada guru-
guru lain yang belum melakukan peningkatan mutu pembelajaran di
kelasnya;
d. Pengawas, merupakan masukan yang dapat digunakan sebagai dasar
melakukan supervisi kelas.
2. Penyusunan Proposal
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam pekerjaan penelitian adalah
menyusun proposal penelitian, yang terdiri dari: Bab I memuat latar belakang
permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, bab II memuat
kajian pustaka, dan bab III memuat metode penelitian. Untuk memperoleh
koreksi dan masukan atas proposal yang disusun, perlu diseminarkan yang
39
dihadiri para ahli di bidang ilmu yang dibahas. Selanjutnya, pengumpulan data
dilakukan, dan diakhiri dengan penyusunan laporan hasil penelitian.
Proposal penelitian mempunyai fungsi sangat penting, karena merupakan
perencanaan kerja penelitian yang mencakup tentang apa-apa dan bagaimana
melakukan kerja penelitian dari awal sampai akhir. Sehubungan dengan hal ini
Suharsimi Arikunto (1993:10) mengemukakan bahwa proposal yang sudah
mengandung isi sistimatika penelitian yang akan dilakukan sebagai “cermin”
dari kualitas penelitian yang akan dilakukan. Tentang penyusunan proposal
penelitian, beberapa pakar penelitian mengemukakan hal-hal yang relatif sama,
seperti oleh Sanapiah Faisal (1982:45-75), Suharsismi Arikunto (1993:9-25),
dan Ruseffendi (1994:10-26). Mereka kemukakan, secara umum proposal
penelitian agar berisi latar belakang dan rumusan permasalahan, tujuan dan
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan metode penelitian.
Bagaimana menyusun proposal yang baik, dapat dilihat dengan menjawab
kata-kata kunci berikut (Suryanto,1991:11-13).
(1) Rumusan judul: apakah mencerminkan masalah yang akan dipecahkan?, (2) latar belakang: apakah memuat penjelasan, pentingnya penelitian itu dilakukan?, (3) rumusan masalah: apakah telah dirumuskan dengan singkat dan spesifik berdasarkan adanya kesenjangan, (4) rumusan tujuan: apakah telah dirumuskan dengan jelas?, (5) kajian pustaka: apakah cukup relevan dengan masalahnya?, (6) kerangka teoritis: apakah hipotesis telah di dasari dengan kerangka teoritis yang nalar?, (7) hipotesis: apakah telah dirumuskan sesuai dengan masalah penilitian?, (8) rancangan penelitian: apakah terinci jelas dan sesuai dengan masalah penelitian?, (9) responden: apakah ditentukan dengan prosedur yang jelas dan tepat?, (10) instrumen dan pengumpulan data: apakah cara pengumpulan data direncanakan dengan rinci?, (11) tehnik analisis data: apakah telah dipilih sesuai dengan skala pengukuran?.
Pekerjaan pengumpulan data, pengolahan, dan analisis data agar dilakukan
secara konsisten dengan perencanaan yang telah dituangkan dalam proposal.
40
Hasil penelitian disusun secara cermat, sistematis, memenuhi kaidah yang
ditentukan, dan ditulis dalam bentuk laporan hasil penelitian.
Berikut ini dikemukakan penjelasan setiap komponen proposal dan penulisan
laporan hasil penelitian tindakan kelas.
a. Isi bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, dan manfaat penelitian.
1) Latar Belakang Masalah
Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam latar belakang masalah adalah
menjelaskan mengapa permasalahan itu perlu diteliti, apa pentingnya
permasalahan itu diteliti, atau kesenjangan apakah yang terjadi terhadap
sesuatu sehingga perlu diteliti. Tentang kesenjangan, pengertiannya
‘adanya perbedaan antara keadaan yang ideal atau yang seharusnya
terjadi dengan kenyataan yang ada.
Suatu contoh, Matematika dianggap pelajaran sulit oleh siswa, karena
pelajaran ini didominasi oleh lambang-lambang sehingga tingkat
abstraksinya lebih tinggi dibandingkan pelajaran lainnya. Salah satu cara
untuk mengantisipasi kesulitannya adalah dengan mengkonkritkan pokok
bahasan melalui alat peraga. Untuk keperluan ini diperlukan belajar
melalui berbuat sendiri, sehingga pemahaman siswa terhadap matematika
akan lebih baik. Dengan adanya alat peraga dapat meningkatkan minat
dan perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan, dapat mengetahui
sesuatu konsep secara nyata serta dapat menghindarkan pengajaran
verbalisme. Ada guru saat mengajar di kelas rendah belum menggunakan
alat peraga yang tepat. Di samping belum terbiasa menggunakannya,
41
karena keterbatasan waktu dan fasilitas serta keberadaan guru itu sendiri.
Guru SD adalah guru kelas yang mengajar semua mata pelajaran, ini
suatu hal yang tidak dapat diabaikan. Berdasarkan hasil pengamatan dan
wawancara yang dilakukan dengan kepala sekolah dan guru-guru di
SD ..........., diperoleh informasi tentang masih kurangnya usaha
memberikan perhatian dan dorongan kreativitas siswa dalam penggunaan
alat peraga. Memperhatikan gejala-gejala tersebut, ini merupakan
permasalahan yang perlu dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian
tindakan kelas yang berjudul "Upaya guru menggunakan alat peraga
untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar
matematika di kelas II SD ............................ tahun 1997".
2) Rumusan Masalah
Sebelum berbicara tentang bagaimana menuliskan rumusan masalah,
terlebih dahulu perlu dipahami apakah ciri-ciri masalah yang baik.
Ruseffendi (1994:14) mengemukakan bahwa masalah dikatakan baik jika
memiliki ciri-ciri (a) dapat diteliti, artinya masalah itu dapat dipecahkan
atau diperoleh jawabannya melalui pengumpulan dan pengolahan data;
(b) memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan; (c)
sesuai dengan kemampuan peneliti, juga ditinjau dari waktu, biaya, dan
ruang lingkupnya; dan (d) ada teori yang mendukung. Adapun rumusan
masalah umumnya dikemukakan dalam bentuk kalimat pertanyaan,
tetapi ada juga dalam bentuk pernyataan. Rumusan masalah dapat lebih
dari satu, jika memang sesuai dengan ruang lingkupnya. Sesuai topik di
atas, contoh rumusan masalahnya jika dalam bentuk kalimat pertanyaan,
sebagai berikut.
42
Sejauhmana upaya guru untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui
penggunaan alat peraga dalam proses belajar-mengajar matematika di
kelas II SD ...................... ?
Jika dalam bentuk kalimat pernyataan, rumusan masalah tersebut sebagai
berikut.
Penelitian ini akan mencari jawaban tentang sejauhmana upaya guru
untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui penggunaan alat peraga
dalam proses belajar-mengajar matematika di kelas II SD . . . . .
3) Tujuan Penelitian
Rumusan tujuan penelitian tidak perlu uraian, tuliskan saja secara poin
per poin yang menjadi tujuan dilakukannya suatu penelitian. Suatu
contoh, seperti berikut.
Penelitian ini bertujuan untuk,
a) melihat sejauhmana upaya guru dalam PBM Matematika di kelas II;
dan
b) melihat sejauhmana manfaat upaya guru dalam menggunakan alat
peraga dapat memotivasi, mendorong kegiatan berfikir, dan
mengembangkan bakat siswa dalam PBM Matematika.
4) Manfaat Penelitian
Sebutkan secara rinci pihak-pihak yang dapat mengambil manfaat
terhadap hasil penelitian yang dilakukan, dan bentuk manfaat yang
diperolahnya. Contohnya:
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi,
a) semua guru SD dalam usaha meningkatkan kreativitas siswa melalui
alat peraga, dalam pelaksanaan PBM Matematika;
43
b) semua siswa SD, terbantu dalam memahami mata pelajaran
Matematika,
c) kepala sekolah, digunakan sebagai masukan dalam membina dan
mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar Matematika.
b. Isi Bab II : Kajian Pustaka
Hal-hal yang perlu diuraikan dalam kajian pustaka atau kajian teori ini ialah
kerangka acuan teori yang berkaitan dengan permasalahan, atau ringkasan
dan tinjauan teori-teori dari berbagai buku yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti. Uraian kajian teori dibuat secara sistematis, paling
tidak memuat hal-hal sebagai berikut.
a) Membahas teori-teori yang berhubungan dengan variabel-variabel
penelitian, disertai pendapat peneliti berdasarkan analisis berbagai teori
tersebut;
b) Pengkajian hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan terdahulu oleh
berbagai peneliti (jika ada), dikaitkan dengan variabel dan masalah
penelitian yang sedang dilakukan; dan
c) Hipotesis penelitian, rumusannya diperoleh berdasarkan kesimpulan
pemikiran deduksi dari uraian kajian pustaka. Istilah ‘hipotesis’
merupakan gabungan dari kata ‘hipo’ artinya ‘di bawah’ dan ‘tesis’
artinya ‘kebenaran’ Secara keseluruhan ‘hipotesis’ berarti ‘di bawah
kebenaran’, kebenaran yang masih berada pada tingkat bawah (belum
tentu benar) dan menjadi kebenaran jika telah dibuktikan melalui hasil
penelitian (Suharsimi, 1993:57).
Pendapat lain mengatakan kriteria hipotesis yang baik agar (a) menyatakan
hubungan antar dua variabel atau lebih, (b) dirumuskan berdasarkan
44
landasan teori yang relevan, (c) dapat diuji, dan variabelnya dapat diukur,
dan (d) rumusannya singkat dan jelas (Borg dan Gall dalam Daramiyati
Zuchdi (1996:5). Hipotesis dapat juga diartikan sebagai suatu ‘kesimpulan
sementara’ dari seorang peneliti, yang dirumuskan berdasarkan analisis
berbagai teori dan temuan dari hasil penelitian. Dengan pertimbangan untuk
memudahkan (tidak membebani) guru SD dalam memahami prosedur
penelitian pada tahap pertama, berikut ini hanya akan dikemukakan contoh
rumusan hipotesis penelitian tindakan kelas
Sekedar contoh draf tinjauan pustaka dengan topik di atas adalah berikut,
A. Kreativitas berfikir
1. Kreativitas berfikir merupakan pola berfikir atau ide-ide,
2. Kreativitas berfikir siswa merupakan hal yang perlu diperhatikan guru
(Conny S, 1984): kreativitas merupakan proses berfikir dimana siswa
berusaha menemukan hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban,
metode baru dalam memecahkan masalah.
3. Upaya Meningkatkan Kreativitas
a. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata,
b. Menggunakan alat bantu dalam mengajar,
c. Menggunakan variasi dalam mengajar, dan
d. Melibatkan siswa dalam PBM
B. Fungsi Alat Peraga
1. Jika menggunakan alat peraga
Pelajaran menjadi lebih konkrit, mendorong siswa belajar lebih baik; dan
menciptakan situasi belajar yang bervariasi dan menyenangkan.
2. Upaya Mengembangkan Kreativitas guru
a. Membuat alat peraga yang dapat dimanipulatif;
45
b. Membuat alat peraga yang menarik perhatian;
c. Menumbuhkan pemikiran siswa teratur dan kontinue , dan
d. Mendorong belajar lebih giat
C. Kerangka Pikir
Guru dituntut meningkatkan kreativitas siswa dalam PBM. Jika tidak
berusaha dengan baik, maka tujuan yang diharapkan tidak tercapai.
46
D. Hipotesis
"Jika guru mau berupaya meningkatkan kreativitas siswa dengan melalui
alat peraga, maka hasil belajar dalam PBM Matematika dapat
ditingkatkan".
c. Isi Bab III : Metode Penelitian
Isi bab ini memuat metode dan prosedur penelitian. Pada jenis penelitian
pada umumnya terdiri dari beberapa sub bab yaitu,
1) model penelitian,
2) daerah dan waktu penelitian,
3) populasi dan sampel penelitian,
4) instrumen (alat) yang digunakan untuk mengumpulkan data disesuaikan
dengan jenis datanya, dan
5) analisis data.
Isi Bab III ini (Depdikbud, 1995:26) mengemukakan sebagai berikut.
1. Tujuan khusus (atau tujuan operasional) penelitian yang menjabarkan tujuan umum penelitian menjadi tujuan yang lebih operasional guna mengarahkan pelaksanaan penelitian.
2. Metode dan rancangan penelitian, berisi uraian tentang metode pelaksanaan penelitian dan rancangan pelaksanaannya. Rancangan penelitian juga mengemukakan gambaran umum cara dan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pengamatan dan pengukuran agar dapat diperoleh data dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya.
3. Populasi dan sampel, yang membahas karakteristik populasi, besar dan cara pengambilan sampel, serta upaya-upaya lain yang dilakukan penetapan dan pengambilan sampel.
4. Instrumen penelitian, memaparkan macam, bentuk serta cara penggunaan instrumen yang akan dipakai pada pelaksanaan pengumpulan data. (Jenis-jenis metode pengumpulan data misalnya dengan angket, checklist, observasi, field note, dokumentasi, tes, dan lainnya). Diuraikan pula tingkat kesahihan dan keterpercayan instrumen yang dipakai.
5. Pengumpulan dan analisis data, menguraikan jadual, personil, cara, dan hasil-hasil lain sehubungan dengan pengumpulan dan analisis data.
47
Uraian teknik anailsis yang belum terlalu umum, perlu dijelaskan pada sub bab ini.
Khusus pada penelitian tindakan kelas, pada Bab III ini di tambahkan dengan
mengemukakan langkah-langkah atau siklus atau putaran yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian. Sekedar contoh, dikemukakan seperti berikut.
1) Rancangan
PTK dilakukan 3 putaran , setiap putaran menggunakan alat peraga yang
ditetapkan disetiap putaran dan bentuk-bentuk modifikasinya. Tindakan
yang dilakukan guru dalam mengajarkan pokok bahasan pecahan
menggunakan alat peraga (batang kuesionaire, benda modifikasi kartu
domino, bangun geometris, benda-benda konkrit) yang dimanipulatif oleh
siswa kelas II. Hasil tindakan setiap putaran diobservasi, dipantau
sejauhmana pemahaman setelah belajar dengan alat peraga yang berbeda
disetiap putaran dan hasil refleksinya. Refleksi setiap putaran dalam PTK
ini merupakn kegiatan tindak lanjut dari putaran sebelumnya. Kegiatan
kelompok yang diperkecil jumlahnya dapat memperbaiki hasil belajar.
2) Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas dan terikat, yang menjadi
variabel bebas yaitu PBM matematika, dan yang menjadi variabel terikat
yaitu kreativitas siswa yang muncul melalui alat peraga.
3) Populasi dan Sampel
Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas II SD
................. berjumlah ....... orang. Semua anggota populasi dijadikan sampel
(sampel total), maka tidak diperlukan teknik pengambilan sampel.
4) Insrumen alat pengumpul data
Instrumen dalam PTK ini adalah pedoman wawancara, observasi, alat
pemantauan implementasi di lokasi dan di kelas, atau tes hasil belajar yang
48
digunakan ditiap putaran Tes dalam bentuk soal yang akan digunakan, diuji
cobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas II di kelas lainnya.
5) Teknik pengumpulan data dan analisis
Data dalam PTK ini dikumpulkan melalui wawancara, observasi, diskusi,
tanya jawab, dan nilai hasil belajar matematika di kelas II. Teknik
pengumpulan data melalui dokumentasi, hasil belajar. Untuk melihat
keberhasilan PTK ini, guru membuat soal sesuai dengan putaran yang
dilakukan. Setelah nilai hasil belajar diperoleh, maka nilai akan dianalisis
dengan teknik deskriptif kuantitatif.
6) Cara Penafsiran dan Penyimpulan
Cara penafsiran hasil penelitian ini adalah pencapaian hasil belajar yang
dapat melampaui rerata ideal disetiap putaran dihitung dengan prosentase
dan melihat hasil rerata kelas disetiap putaran. Penyimpulan hasil PTK dapat
dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif, menyimpulkan berdasarkan
jumlah siswa yang mendapat nilai di atas rerata ideal disebut penyimpulan
secara kuantitatif. Penyimpulan berdasarkan kemajuan hasil belajar
berdasarkan rerata kelas disetiap putaran disebut penyimpulan secara
kualitatif.
49
RINGKASAN
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah,
untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan. Dilakukannya PTK diharapkan
dapat memecahkan permasalahan yang masih terjadi dalam pembelajaran di kelas.
PTK agar dapat memperbaiki mutu pembelajaran di kelas, akhirnya agar prestasi dan
hasil belajar siswa meningkat.
Penyusunan proposal bertolak dari adanya permasalahan yang perlu dipecahkan.
Permasalahan adalah suatu kondisi yang terjadi dan tidak sesuai dengan yang
diinginkan. Proposal penelitian agar memuat: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian teori, dan metode penelitian. Jika
demikian maka proposal akan berfungsi sebagai pedoman pelaksanaan penelitian.
TUGAS LATIHAN
1. Diskusi kelas tentang perbedaan pengertian penelitian tindakan kelas,
penelitian deskriptif, dan penelitian evaluasi.
2. Mahasiswa menyusun satu proposal secara kelompok dengan jenis penelitian
sesuai tugas masing-masing kelompok.
3. Mahasiswa memperbaiki proposal masing-masing kelompok berdasarkan
masukan dalam diskusi kelas.
50
BAB VMENYUSUN LAPORAN HASIL PENELITIAN
(Pertemuan ke 13 - 16)
SASARAN BELAJAR
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat:
1. menyusun dan melakukan uji coba alat pengumpul data
2. melakukan pengumpulan data
3. melakukan analisis data.
4. menyusun laporan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis
PENDAHULUAN
1. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang terkumpul dari setiap variabel disajikan dalam bentuk tabel-tabel atau
grafik-grafik. Pada buku Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah (Depdikbud,
1995:26-27) isi Bab IV ini dikemukakan sebagai berikut.
a. Jabaran variabel penelitian, yang berupa penulisan kembali variabel-variabel penelitian guna mengarahkan pemaparan hasil penelitian.
b. Hasil penelitian yang berupa pengungkapan dan pemaparan semua hasil pengamatan besaran-besaran variabel dalam berbagai bebtuk seperti tabulasi data dan bentuk lainnya. Namun hanya tabel-tabel penting saja dimasukkan dalam sub bab ini, tabel-tabel pendukung sajikan pada lampiran.
c. Pengujian hipotesis, dituliskan bila memang penelitian anda bertujuan untuk menguji hipotesis. Di sini (bila diperlukan) dipaparkan perhitungan yang dilakukan dalam usaha menguji hipotesis, serta jelaskan hasilnya.
d. Diskusi (pembahasan) hasil penelitian, mengungkapkan pandangan peneliti tentang hasil penelitian yang didapatnya. Dalam mendiskusikan, umumnya mengacu atau berlandaskan hal-hal yang diungkapkan pada bab permasalahan (Bab I). Uraian diskusi ini selanjutnya akan merupakan argumentasi dari kesimpulan dan saran hasil penelitian.
Contoh sebagian isi Bab IV hasil PTK seperti berikut.
51
a. Penelitian putaran I, penetapan konsep alat peraga yang akan digunakan untuk
pengenalan konsep pecahan. Alat peraga yang digunakan adalah batang
kuesionaire. Kegiatan yang dilakukan adalah pemahaman, penggunaan, dan
memanipulatif alat peraga. Pembelajaran yang dilakukan adalah pembelajaran
makro. (Kemukakan nilai prestasi hasil belajar, setelah dilakukan evaluasi dan
berikan pembahasan/ulasannya). Refleksi dilakukan untuk menganalisis
kelemahan yang ditemui, lalu merencanakan penggunaan alat peraga pada
kegiatan belajar berikutnya, yaitu dengan: memodifikasi, dan menambah
jumlahnya, siswa pandai membantu yang kurang pandai).
b. Putaran II, melihat gejala yang muncul setelah putaran I dilakukan, maka pada
putaran ini alat peraga yang dibuat guru dan siswa perlu memodifikasi, dan
akan digunakan dalam kegiatan belajar kelompok. Alat peraga dibuat dari
kertas karton berwarna putih, merah, hijau muda, dan ungu. Kegiatan belajar
kelompok bertujuan agar setiap siswa yang mampu, dapat membantu siswa lain
yang kurang. (Kemukakan peningkatan hasil belajar siswa secara kuantitaif dan
atau secara kualitatif, uraikan pembahasan/ ulasannya). Setelah diamati dan
refleksi dari hasil kegiatan belajar dalam putaran ini, kalau belum semua siswa
aktif menggunakan alat peraga, maka diperlukan perbaikan bentuk kegiatan
belajar pada putaran III. Bentuk modifikasi alat praga pada putaran ini adalah
kartu model domino.
c. Penelitian putaran III, siswa diberi tugas membuat alat peraga di rumah masing-
masing yang akan digunakan pada kegiatan belajar berikutnya. Alat peraga
yang dibuat misalnya, model-model bangun geometris berbentuk persegi
panjang, persegi, dan lingkaran. Kegiatan siswa untuk memahami penjumlahan
dan pengurangan pecahan yang berpenyebut sama seperti satu per dua, satu per
tiga, dan satu perempat, siswa menggunakan alat peraga yang bisa
52
dimanipulatif di kelompok-kelompok kecil. Alat peraga terbuat dari kertas atau
kertas karton manila yang dipetak-petakkan dengan ukuran setiap petak 5 X 5
Cm.
Ternyata hasil belajar pada putaran ini dapat ditingkatkan karena dalam
proses pembelajaran menggunakan alat peraga yang dibuat siswa sendiri,
sehingga timbul kesan siswa senang memanipulatifnya (kemukakan data dan
uraikan pembahasannya).
Sekedar contoh hasil penelitian di salah satu SD di Kodya Bandar Lampung, data
yang terkumpul dianalisis secara deskriptif kuantitatif, hasilnya seperti
dikemukakan pada halaman berikut.
53
Tabel 4. Kesimpulan Deskripsi Nilai pada Setiap Putaran
No Alat PeragaRerat
a
Simpang
an
Baku
Nilai Siswa ( % )Jumla
h> Rerata <
Rerata1. Sebelum
menggunakan alat peraga
4,3 1,9 44,44 % 56,56 %
100 %
2. Batang kuesionaire 5,6 2,1 58,33 % 41,67 %
100 %
3. Modifikasi alat peraga 6,1 1,8 50,00 % 50,00 %
100 %
4. Benda Geometris 6,3 1,9 41,67 % 58,33 %
100 %
Berikut ini dikemukakan contoh suatu pembahasan hasil penelitian.
Sebelum PTK dilaksanakan nilai matematika diambil, yang mendapat nilai di
atas rerata kelas 44,44% atau 16 orang dan di bawah rerata kelas 55,56% (20
orang). Sedangkan nilai rerata kelasnya adalah 4,3. Hasil belajar matematika
sebelum PTK ini dilakukan, diperoleh nilai rerata kelas di bawah rerata ideal,
yaitu 0,7. Sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas rerata ideal ada 27,78%
(10 orang), dan yang mendapat nilai di bawah rerata ideal ada 72,22%. Karena
hasil belajar siswa di bawah rerata ideal jumlahnya lebih besar jika
dibandingkan dengan nilai di atas rerata ideal, maka perlu dilakukan perbaikan
pengajaran di kelas II ini.
Pada akhir putaran pertama, nilai rerata kelas dapat ditingkatkan dari 4,3
menjadi 5,6 berarti naik sebesar 1,3. Siswa yang memperoleh nilai di atas rerata
kelas ada 58,33 % (21 orang), sedang yang mendapat nilai di bawah rerata kelas
ada 41,67% (15 orang). Kalau dilihat pencapaian nilai di atas, yang mendapat
nilai di atas rerata ideal ekuivalen dengan pencapaian nilai di atas rerata kelas.
Kalau dilihat perkembangan sebelum menggunakan alat peraga, yang mendapat
54
nilai di atas rerata ideal ada 10 orang, setelah putaran pertama, meningkat
menjadi 21 orang atau bertambah 11 orang. Kemajuan hasil belajar ini
meningkat sebesar 35,11 %.
Pada putaran kedua, menggunakan modifikasi batang kuesionaire dan model
kartu domino. Hasilnya, nilai tujuh ke atas ada 50% (18 orang), sedangkan di
bawah rerata kelas ada 50% (18 orang). Nilai di atas rerata ideal ada 75% (27
orang). Ini berarti penggunaan alat peraga tersebut, dapat meningkatkan hasil
belajar sejumlah 16,67% (9 orang). Melihat peningkatan hasil belajar ini,
semakin dapat dipahami bahwa dengan penggunaan alat peraga yang
dimodifikasi, diperoleh hasil belajar yang lebih baik. Kalau dilihat dari rerata
sebelum putaran kedua dilakukan, rerata kelas dalam pembelajaran dengan
menggunakan alat peraga batang kuesionaire yang dimodifikasi dan kartu
model domino, naik sebesar 0,5.
Pada putaran ketiga, alat peraga yang digunakan adalah bangun-bangun
geometris dan benda-benda nyata di sekitarnya. Yang mendapat nilai di atas
rerata kelas adalah 41,67% (15 orang), di atas rerata ideal 69,44% (25 orang).
Ini berarti penggunaan alat peraga pada putaran ini, siswa yang dapat meningkat
hasil belajarnya sejumlah 27,77% (10 orang). Melihat peningkatan hasil belajar
tesebut, maka semakin dapat dipahami bahwa dengan penggunaan alat peraga
yang lebih konkrit, dapat diperoleh hasil belajar lebih baik. Kalau dilihat dari
rerata sebelum PTK putaran ketiga, rerata kelas dalam pembelajaran dengan alat
peraga bangun geometris dan benda-benda konkrit di sekitarnya, naik sebesar
0,2.
Setelah penelitian tindakan kelas dilakukan tiga putaran, ternyata penggunaan
alat peraga cukup efektif atau diperoleh peningkatan sebesar 47,44%. Kalau
55
dilihat peningkatannya, sebelum putaran pertama sampai dengan putaran ketiga,
diperoleh peningkatan rerata kelas sebesar 2,04.
2. Isi Bab V: Simpulan dan Saran
Rumusan kesimpulan agar disusun dengan kalimat yang efisien (tidak masih
berupa uraian panjang-lebar). Dengan membaca simpulan, pembaca agar dapat
memahami tentang hasil penelitian yang dilakukan seorang peneliti. Saran atau
rekomendasi sangat diperlukan untuk perbaikan berbagai pihak, dan peneliti
yang mempunyai perhatian dengan masalah yang penelitiannya telah dilakukan
sebelumnya. Secara ringkas bagaimana merumuskan simpulan dan saran
adalah seperti berikut.
a. Simpulan yang merangkum semua hasil penelitian, yang diuraikan pada Bab IV. Disarankan sajian ini berurutan yang merupakan urutan jawaban dari rumusan masalah yang diajukan.
b. Saran-saran, diungkapkan agar berdasarkan atau berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Satu saran agar didahului dengan uraian yang merupakan argumentasi dari saran yang diajukan. saran tersebut dapat ditujukan kepada pemerintah atau lembaga atau kelompok masyarakat, dan dapat berupa saran penelitian lanjutan, anjuran penggunaan hasil penelitian, peninjauan peraturan sehubungan dengan hasil penelitian, atau lainnya (Depdikbud, 1995: 27).
Contoh simpulan hasil suatu penelitian.
SIMPULAN DAN SARAN/REKOMENDASI
1. Simpulan Temuan-temuan PTK
Penggunaan alat peraga untuk setiap putaran PTK dapat memberikan kontribusi
terhadap kreativitas siswa dengan naiknya rerata nilai hasil belajar matematika
di kelas II secara bertahap disetiap putaran. Pada putaran pertama, alat peraga
yang digunakan adalah batang kuesionaire dan modifikasi bentuk batang
dengan garis pembatas warna hitam, terjadi peningkatan rerata kelas sebesar
56
1,3. Putaran kedua, alat peraga yang digunakan adalah modifikasi batang
kuesionaire dibuat dari kertas karton yang dipetak-petakkan dan kartu model
domino ,rerata kelas naik 0,5 , dan putaran ketiga, alat peraga yang digunakan
adalah bangun geometris dan benda-benda konkrit, rerata kelas naik 0,24.
2. Kesimpulan hasil pembahasan
Dalam PTK ini dapat memperkecil jumlah siswa yang sangat kurang
pemahamannya menjadi kurang disetiap putaran. Dilihat peningkatan rerata
kelas selama tiga putaran, PTK ini ternyata rerata hasil belajar matematika naik
sebesar 2,04. Keefektivan penggunaan alat peraga dari putaran pertama sampai
ketiga adalah 47,44%.
3. Rekomendasi
a. Rekomendasi untuk kebijakan kepada:
(1) Guru kelas, meliputi (a) PTK dapat dipakai menjadi wahana
pengembangan profesional guru. Gurulah yang paling memahami
realitas kelas dan cara-cara menghadapinya, dengan mengkaji resep-
resep dari luar secara kritis, (b) melaku-kan dokumentasi kelas dan
siswa, tentang akademik maupun non akademik. Bahan-bahan ini sangat
membantu dalam memahami setiap permasalahan yang timbul. Mereka
perlu diajak bermusyawarah tentang penggunaan alat peraga yang sesuai
dengan tingkatan kelas dan pokok bahasannya. Setiap tahapan penggu-
naan alat peraga perlu dicermati, agar dapat memberikan informasi
akurat, dan (c) kegiatan perbaikannya dapat dilakukan dalam arena PTK.
(2) Kepala Sekolah, meliputi (a) ia dapat menjadikan dirinya sebagai motor
penggerak perbaikan di sekolahnya secara nyata. Program sekolah dan
kegiatan guru dapat dikembangkan dengan pola PTK secara kolaboratif
partisipatoris, meminta dukungan orang tua secara kolaboratif dalam
57
konteks belajar tertentu, dan (b) Kepala SD agar melakukan pemantauan
kegiatan guru untuk melihat kemungkinan kesulitan di kelas,
mendiskusikannya dengan kolega untuk ditangani bersama.
(3) PGSD: (a) pengajar di PGSD perlu dibekali kemampuan mengenali
fenomena di SD dan kecenderungannya, yang positif atau negatif.
Pengaruh masyarakat sekitar dan kemungkinan dampaknya bagi perilaku
belajar siswa, perlu dikuasai, dan (b) mahasiswa praktikan perlu dibekali
kemampuan keguruan yang cukup, seperti menemukan masalah di kelas,
cara mengatasi dan memprediksi hasilnya.
(4) Jajaran Kanwil Depdikbud meliputi, (a) Kanwil dalam penyusunan daftar
usulan kegiatan, perlu mencantumkan kegiatan PTK, agar kepala SD
dan guru dapat melaksanakan kegiatan PTK secara efektif untuk mewu-
judkan peningkatan mutu pendidikan, (b) Kandep Dikbud kecamatan,
perlu mengambil langkah nyata untuk mendorong kegiatan perbaikan
pengajaran oleh guru-guru dan kepala sekolah secara kolaboratif. (c)
perlu disediakan media komunikasi untuk menyampaikan pengalaman
guru, dengan mengefektifkan forum KKG atau KKKS. Penyampai
makalah tentang inovasi metodologi pengajaran, dapat memperoleh
kredit poin kenaikan pangkat, dan (d) perlu disusun peta sekolah, berisi
informasi tentang SD-SD yang memiliki kemampuan memanipulatif alat
peraga matematika, menuliskan gagasan baru, dan kemampuan
melakukan penelitian tindakan kelas. Akhirnya PTK dapat dilakukan
secara lancar dan berkesinambungan.
b. Rekomendasi untuk Penelitian Lebih Lanjut
Untuk penelitian lebih lanjut dapat dilakukan penelitian
58
(1) Dengan jumlah sekolah yang lebih banyak, agar dapat membuat
generalisasi lebih luas.
(2) Dengan melihat kreativitas siswa lebih jauh, seperti motivasi,
meningkatkan minat dan perhatian di kelas tinggi.
Satu kalimat kunci yang perlu diperhatikan dalam memupuk kemauan dan
kemampuan membuat karya tulis ilmiah adalah memupuk ‘rasa tanggap’ terhadap
kesenjangan dan ‘mengungkap’ untuk mencari jawabnya dalam latihan kegiatan
penelitian. Bagi peneliti pemula tidak usah khawatir berbuat salah (asal usaha
maksimal telah dilakukan), karena bukan efektivitas hasil penelitian yang menjadi
tujuan utama, tetapi yang diutamakan adalah berlatih memenuhi prosedur kegiatan
penelitian penelitian ilmiah. Diharapkan dari waktu-kewaktu peneliti pemula di
bidang pendidikan akan menjadi peneliti yang baik, dalam arti dari hasil
penelitiannya dapat memberikan kontribusi (sumbangan positif) bagi dunia
pendidikan.
D. TUGAS LATIHAN
1. Mahasiswa berlatih dalam kelompok menyusun dan melakukan uji coba alat
pengumpul data
2. Mahasiswa berlatih menganalisis hasil uji coba alat pengumpul data
3. Mahasiswa berlatih menyusun laporan hasil penelitian berdasarkan hasil
analisis data.
59
DAFTAR PUSTAKA
Among Kurnia Ebo. (1995). Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa. Yogyakarta: Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia UGM.
Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
-------------. (1991). Penjelasan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru Dalam Lingkungan Depdikbud. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
-------------. (1993). Keputusan Bersama Mendikbud dan Kepala BAKN Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional dan Angka Kreditnya. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
-------------. (1995). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.
IKIP Yogyakarta. (1996). Materi Pelatihan Pemula Bagi Guru-guru SD, SLTP, SMU, dan SMK se-DIY. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Imam Syafi’ie. (1988). Retorika dalam Menulis. Jakarta: Dirjen Dikti.
Ruseffendi. (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sanapiah Faisal. (1982). Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Soedarsono, F.X. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku II. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Suharsimi Arikunto. (1991). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
------------------. (1993). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Sukamto. (1996). Materi Semiloka Penulisan Artikel dalam Jurnal. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Sumarno. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku III. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Suryanto, dkk. (1991). Kesalahan-kesalahan Umum dalam Usulan Penelitian Dosen IKIP Yogyakarta. Yogyakarta: Pusat Penelitian IKIP Yogyakarta.
Suwarsih Madya. (1994). Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.
Suyanto. (1996). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Buku I. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.
Wardani I.G.A.K, Wihardit Kuswaya, dan Nasoetion Noehi. (2003). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
60
KETERAMPILAN MENULIS(Buku Ajar)
OlehNgadimun Hd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNILABANDAR LAMPUNG
2004
61
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................KATA PENGANTAR ........................................................................................DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I. KETERAMPILAN MENULIS DAN KARYA TULIS ILMIAH ........
A. Membuat Karya Tulis Ilmiah Tidak Sulit ......................................B. Apakah Guru Perlu Memiliki Keterampilan Menulis? ..................C. Mengapa Kita Tidak Mulai Berlatih Menulis Sejak Sekarang? .....D. Dari Mana Kita Harus Memulai Menulis? .....................................E. Penulis Perlu Memiliki Kemampuan Berbahasa Indonesia
yang Baik dan Benar ......................................................................
BAB II. KARYA TULIS ILMIAH UNTUK JABATAN GURU .....................
A. Ketentuan Umum Pengetikan ........................................................B. Ruang Lingkup Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru .........................C. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah Jabatan Guru ......................
BAB III. KARYA TULIS ILMIAH POPULER .................................................
A. Pengertian Karya Tulis Ilmiah Populer ..........................................B. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah Populer .................................
BAB IV. TEKNIK PENELITIAN SEDERHANA BAGI JABATAN GURU . .
A. Jenis Penelitian Ilmiah ...................................................................B. Penyusunan Proposal .....................................................................
BAB V. LAPORAN HASIL PENELITIAN .......................................................
A. Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................................................B. Simpulan dan Saran .......................................................................C. Rekomendasi ..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................
62
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., karena taufiq dan
hidayah-Nya maka penulisan buku ajar ini dapat selesai. Buku ini diberi judul “Buku
Ajar Mata Kuliah Keterampilan Menulis”
Pada edisi pertama ini, penulis menyadari bahwa isinya masih belum memuat
teknik penulisan karya ilmiah dalam skup yang luas. Ini dengan pertimbangan agar
calon guru SD sebagai penulis atau peneliti pemula tidak enggan mempelajarinya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka beberapa contoh konkrit dikemukakan
dengan tujuan agar penulis/peneliti pemula mudah untuk mencerna dan
mengaplikasikan dengan topik atau permasalahan mereka.
Sistematika penulisannya, Bab I memuat konsep keterampilan menulis dalam
arti sempit dan luas, serta pengenalan tentang karya tulis ilmiah kaitannya dengan
angka kredit jabatan guru di bidang pengembangan profesi (kelompok III). Dalam
bab ini juga dikemukakan sekedar motivasi (dorongan) kepada calon/guru SD, untuk
mau mulai berlatih menulis sejak sekarang juga. Bab II, memberikan informasi
tentang ruang lingkup karya tulis ilmiah yang perlu dibuat oleh rekan-rekan guru,
untuk memperoleh angka kredit yang diperlukan sebagai persyaratan memasuki
jabatan Guru Pembina Tk.I (IV/b). Bab III, memuat tentang karya tulis ilmiah
populer. Bab IV memuat tentang teknik penelitian sederhana bagi jabatan guru, dan
Bab V memuat tentang cara menyusun laporan hasil penelitian, dilengkapi dengan
petunjuk tentang bagaimana menulis proposal sampai laporan hasil penelitian, yang
dirinci selangkah demi selangkah disertai contoh-contohnya secara singkat.
Kritik konstruktif sangat penulis harapkan, dan diucapkan terima kasih.
Semoga buku kecil ini ada manfaatnya bagi para pengguna.
Bandar Lampung, 3 Februari 2004
Penulis,
63
KETERAMPILAN MENULIS
Oleh: Ngadimun Hd.
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNILABANDAR LAMPUNG2004
Tabel 5. Daftar Frekuensi Komulatif Alat Tabel 6. Daftar Frekuensi Komulatif Peraga Batang Kuesionaire Alat Peraga yang Dimodifikasi
Digunakan di lingkungan sendiri,dilarang mengcpy tanpa seizin penulis
64
Nilai Hasil
Belajar
Frekuensi
Komulatif
Nilai Hasil
Belajar
Frekuensi
Komulatif
10 0 10 0
9 2 9 2
8 7 8 6
7 15 7 18
6 21 6 27
5 25 5 29
4 28 4 31
3 33 3 35
2 36 2 36
Tabel 7 Daftar Frekuensi Komulatif Alat Tabel 8.Daftar Frekuensi Komulatif sebe Peraga Bangun Geometris lumMenggunakan Alat Peraga
Nilai Hasil
Belajar
Frekuensi
Komulatif
Nilai Hasil
Belajar
Frekuensi
Komulatif
10 1 9 0
9 6 8 2
8 9 7 5
7 15 6 10
6 25 5 16
5 29 4 24
65
4 33 3 30
3 36 2 33
2 0 1 36
Secara pribadi, di samping itu, untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat
jabatan guru, untuk menduduki jabatan Guru Pembina Tk.I (IV/b) sampai dengan
Guru Utama (IV/e) diwajibkan memperoleh angka kredit dari bidang
pengembangan profesi. Pada petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional guru dan
angka kreditnya dikemukakan bahwa standar prestasi kerja Guru Pembina sampai
Guru Utama selain diperoleh dari bidang proses belajar-mengajar juga agar
ditambah dengan angka kredit dari bidang pengembangan profesi (Depdikbud,
1993:6). Ketentuan secara rinci seperti dikemukakan dalam petunjuk
pelaksanaannya seperti pada Tabel 1 berikut.
3. Mengapa kita tidak mulai berlatih menulis sejak sekarang juga ?
Salah satu penyakit yang sering hinggap dan akan menghambat kemajuan adalah
sering mengulur-ulur waktu, menunda-nunda pekerjaan. Untuk jenis penyakit
atau kebiasaan buruk ini agar ditangkal dengan tindakan lakukan/selesaikan
sesuatu itu hari ini juga jika memang dapat, jangan tunggu hari esok, karena
besok mungkin akan datang sesuatu lain yang juga perlu diselesaikan. Jangan
tunggu sampai semua orang sudah pandai menulis, mulailah belajar menulis dari
hari ini juga, jika masih ada kesalahan adalah hal yang wajar, sebab tidak akan
pandai jika takut akan datangnya kesalahan, asalkan kesalahan itu tak disengaja.
4. Dari mana saya harus memulai menulis ?
Prinsip-prinsip belajar antara lain mengatakan bahwa mulailah belajar dari yang
mudah baru mengarah kepada yang sulit-sulit, mulailah dari yang sederhana
menuju ke arah yang rumit. Dapat saja dimulai dari membuat karangan sebelum
membuat artikel. Berikutnya membuat makalah hasil penelitian atau suatu ulasan,
66
dan yang kadarnya lebih sulit membuat karya tulis ilmiah hasil penelitian. Pada
bab-bab berikut akan dibahas secara rinci bagaimana guru harus membuat karya
tulis ilmiah dalam kaitannya dengan pengembangan kemampuan profesinya.
4. Apabila memperhatikan isi rumusan hipotesis, kemungkinannya adalah
sebagai berikut:
e. Untuk hubungan dua variabel digunakan teknik korelasi, untuk data
interval dan atau rasio digunakan korelasi product moment (г),
sedangkan untuk data ordinal digunakan korelasi tata jenjang (rho),
Untuk data nominal dapat digunakan koefisien contingensi (c) melalui
khi kuadrat.
f. Untuk perbedaan dua variabel yang menyatakan variabel salah satu
lebih tinggi dari variabel yang lain, jika datanya berskala interval dan
atau rasio digunakan uji perbedaan rata-rata uji-t. Sedangkan jika
datanya berskala nominal atau ordinal dapat digunakan khi kuadrat.
g. Untuk interaksi variabel, terutama untuk data interval dapat digunakan
analisis varian (Anava) dengan F tes.
Untuk menguji sumbangan atau kontribusi dari variabel yang satu terhadap variabel lainnya sehingga dapat memprediksi variabel yang satu atas variabel lainnya digunakan regresi linier.
SEKEDAR MELIHAT KEMBALI BAHASA TULIS KITA
A. Penulisan Kata
1. a. terima kasih b. terimakasih2. a. matapelajaran b. mata pelajaran3. a. fisik b. pisik4. a. efektifitas b. efektivitas5. a. propinsi b. provinsi6. a. Kecamatan Kemiling b. kecamatan Kemiling7. a. Hormat kepada Guru b. Hormat kepada guru8. a. ada dua, yaitu: b. ada dua yaitu :9. a. Agar Saudara melakukan … b. Agar saudara melakukan …10. a. hypotesis b. hipotesis11. a. analisa b. analisis12. a. variabel b. fariabel13. a. sampel penelitian b. sempel penelitian14. a. Pada bab II ini … b. Pada Bab II ini …15. a. Data-data b. data
67
16. a. Apakah ada? b. Apakah ada ?
68