5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.1.1 Pengertian Ergonomi
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonsia tahun 2015, Ergonomi
adalah penyerasian antara pekerja, jenis pekerjaan, dan lingkungan. Tata kerja
akan berpengaruh pada hasil produksinya. Ergonomi juga dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari tentang hubungan di antara manusia, mesin yg
digunakan, dan lingkungan kerjanya. Ergonomi disebut dengan human factor
karena di dalam International Ergonomic Asosiation, ergonomi membutuhkan
studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas dan lingkungan kerja saling
berinteraksi. Tujuan utama dalam ergonomi yaitu menyesuaikan suasana kerja
dengan manusianya (Nurmianto, 2008).
2.1.2 Tujuan Ergonomi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tujuan utama dari dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai
karena terdapat korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas
kerja atau perusahaan berdasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut :
1. Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya pekerjaan harus
dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Lingkungan dan cara yang dimaksud meliputi diantaranya tekanan
panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan,
penyerasian manusia dan mesin, dan pengekonomisan usaha.
6
2. Biaya dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang
meningkat jumlahnya oleh karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh
bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan sangat mahal misalnya meliputi
pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin,
peralatan dan bahan akibat kecelakaan, terganggunya pekerjaan dan cacat yang
menetap. Untuk mencapai tujuannya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) juga
harus mempelajari ilmu-ilmu yang berkaitan erat dengannya seperti ergonomi,
psikologi industri, toksiologi industri, dan lain sebagainya (Suma’mur, 2014).
2.2 Aktifitas Manual Material Handling
Pengertian manual material handling menurut Industrial Accident
Prevention Association tahun 2008 yaitu suatu pekerjaan mengangkat, membawa,
mendorong, menarik, menurunkan dan menaikkan bahan dengan tangan . Tugas
pekerjaan ini sering disebut sebagai manual material handling. Staf yang
mengangkat atau melakukan bahan lain menangani tugas-tugas mungkin berisiko
untuk cedera karena pekerjaannya. Cedera ini dapat dicegah dengan mendesain
ulang pekerjaan dan berlatih teknik penanganan yang aman.
Mengengkat beban merupakan pekerjaan yang termasuk dalam
kategori manual material handling atau penanganan material secara manual,
dimana pekerjaan ini mengharuskan pekerja untuk mengeluarkan tenaga yang
besar untuk pushing (mendorong), pulling (menarik), holding (memegang),
dan carrying (mengangkut atau membawa).
Manual material handling memiliki persentase yang cukup besar
(peringkat ketiga) sebagai pekerjaan yang paling banyak menimbulkan kecelakaan
pada tahun 2008 di Inggris (Fit3, 2010).
7
(Fit3 worker survey, 2010) Gambar 2.1 Persentase Pekerjaan yang Paling Banyak Menimbulkan Cedera Tahun 2008
(Health and Safety Executive, 2013)
Gambar 2.2 Estimasi Jumlah Kasus Self-reported MSDs yang mempengaruhi punggung
tahun 2009-2012
Gambar 2.2 diatas menjelaskan bahwa estimasi kecelakaan kerja karena
mengangkut beban adalah yang paling tinggi mempengaruhi punggung. Low back
pain adalah MSDs berkenaan dengan punggung manusia. Beban angkat
dari porter dalam melakukan kegiatannya sehari-hari adalah antara 20-60 kg,
8
padahal beban angkat maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Menteri
Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. Per. 01/MEN/1978 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Penebangan dan Pengangkutan Kayu
untuk menghindari kecelakaan kerja dapat dilihat pada Tabel 2.1.
(Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Koperasi No. Per. 01/MEN/197)
Tabel 2.1 Beban maksimum yang diperbolehkan untuk diangkut
2.2.1 Teknik Mengangkat,Membawa, dan Meletakkan Beban
Mengangkat, membawa, dan meletakkan beban adalah pekerjaan yang
membutuhkan tenaga. Ketika anda mengangkat dan membawa dengan cara yang
salah, Anda dapat membuat punggung anda berakhir dengan cedera. Untuk
menghindari kecelakaan kerja seperti itu. Berikut adalah teknik yang berguna
tentang cara mengangkat dan membawa benda dengan benar dan aman :
1. Anda harus selalu melindungi tangan dan kaki anda dengan mengenakan Alat
Pelindung Diri yang sesuai.
2. Selalu gunakan otot perut anda untuk membantu pinggang di saat mengangkat.
3. Periksa bawaan anda dan pastikan sudah didistribusikan secara merata serta
tidak menonjol atau memiliki tonjolan tajam.
4. Periksa lajur yang akan anda lewati untuk memastikan bahwa tidak ada benda-
benda yang akan membuat anda tersandung dan jatuh.
5. Gunakan lutut sebagai tumpuan, baik dalam mengambil maupun menurunkan
benda. Jangan membungkuk atau memutar tubuh Anda sambil membawa benda.
9
Sumber : UC Safety Spotlight is published by UC Office of the President w © 2013
Regents of the University of California) Gambar 2.3 teknik mengangkat dan membawa beban yang benar
6. Pastikan berat beban sesuai dengan kemampuan anda dan membuat anda
nyaman saat membawanya. Minta bantuan rekan jika beban terlalu besar atau
terasa berat untuk diangkat oleh satu orang.
7. Angkat dengan benar dan pastikan pijakan anda kuat. Jaga punggung tetap
lurus, tanpa melengkung atau membungkuk. Pusatkan tubuh Anda di atas kaki,
dapatkan pegangan yang baik pada objek dan tarik hingga dekat dengan anda.
Angkat dengan kaki anda, bukan punggung.
8. Jika anda perlu untuk mengubah jalur, putar badan beserta kaki anda dan
jangan hanya memutar punggung Anda saja.
9. Untuk benda yang berada di tempat tinggi, gunakan tangga yang kokoh untuk
mencapai beban tersebut. Dekatkan rak ke tubuh anda, geser, dan ambil. Lakukan
semua pekerjaan dengan lengan dan kaki, bukan punggung.
10
10. Benda yang berada di bawah rak dan lemari membutuhkan perawatan ekstra.
Tarik benda ke arah anda sebelum anda mengangkat. Gunakan kaki anda untuk
menambah daya angkat (Kananga, 2013).
Pengangkatan dan pemindahan beban secara manual apabila tidak
dilakukan secara benar akan menimbulkan kecelakaan dalam kerja. Kecelakaan
industri (industrial accident) yang disebut sebagai over exertion-lifting and
carrying yaitu kerusakan jarigan tubuh yang diakibatkan oleh beban angkat yang
berlebihan. Jika tubuh manusia mengangkat suatu beban, maka seluruh tubuh
akan mengalami semacam ketegangan. Otot tubuh pada dasarnya berfungsi untuk
menegakkan tubuh manusia dan jika otot ini diberi beban tambahan maka otot
tubuh akan menegang dan pembuluh darah mengecil, akibatnya orang tersebut
akan merasa letih. Jika hal ini dibiarkan akan mengakibatkan kecelakaan kerja
yang membahayakan keselamatan dan kesehatan pekerja. Ketegangan yang
diderita otot tubuh akan semakin berat jika beban yang diterima semakin berat dan
terjadi berulang (repetitive) serta cara pengangkatan yang tidak benar (Santiasih I,
2013).
2.2.2 Masa Kerja
Masa kerja adalah lama seseorang melakukan pekerjaan dalam waktu
tertentu. Nilai Ambang Batas yang selanjutnya disingkat NAB adalah standar
faktor bahaya di tempat kerja sebagai kadar/intensitas rata-rata tertimbang waktu
(time weighted average) yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan
penyakit atau gangguan kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak
melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (Iskandar, 2011).
11
Menurut Santiasih tahun 2013 berdasar hasil penelitiannya bahwa jam
kerja responden berdasarkan hasil kuesioner pada 60 orang pekerja packing
(100%) untuk perharinya bekerja selama 8 jam, dimulai dari pukul 07.00-15.00
WIB. Pekerja bekerja 6 hari dalam seminggu dengan waktu istirahat selama lebih
kurang 30 menit dalam sehari.
2.3 Anatomi Fisiologi Tulang belakang
2.3.1 Anatomi tulang belakang
Menurut kamus kedokteran Dorland, edisi 28 tahun 2014 menjelaskan
bahwa anatomy adalah ilmu tentang struktur organisme hidup dalam anatomy
dipelajari pula osteo atau bahasa latin dari tulang dan osteology adalah ilmu yang
mempelajari atau studi ilmiah tentang tulang. Tulang manusia terdiri dari 206
kerangka tulang dengan pembagian 80 kerangka tulang axis dan 126 kerangka
tulang appendicular (tulang penyusun tubuh) yaitu extremitas atas dan bawah.
Fungsi tulang, antara lain sebagai berikut :
1. melindungi organ vital
2. penghasil sel darah
3. menyimpan/mengganti sumsum tulang dan phospat
4. alat gerak pasif
5. perlekatan otot
6. memberi bentuk tubuh
7. menjaga atau nmenegakkan tubuh
tulang belakang termasuk klasifikasi dari kerangka axial yaitu pada bagian aksis
atau sumbu badan. Pembagian tulang belakang (Columna Vertebralis) yaitu :
1. Vertebrae cervicales
12
2. Vertebrae thoracales
3. Vertebrae lumbales
4. Vertebrae sacrales
5. Vertebrae coccygeales
Anatomi tulang belakang tidak tertuju pada klasifikasi tulang saja, kita
tahu bahwa ada otot atau musculus yang melekat dalam tulang yang berfungsi
untuk mendukung tulang, melindungi tulang, dan pergerakan tubuh juga
memproduksi jaringan sel dalam tubuh (Djauhari, 2011).
Terdiri atas 26 tulang yang masing masing dari tulangnya bersendi dengan
tulang diatas dan dibawahnya sehingga memudahkan dalam pergerakan tulang.
Tulang belakang manusia atau dapat disebut osteo. Vertebrae yang memiliki
macam yaitu os. Vertebrae cervicales (1-6), os. Vertebrae Thoracales (1-12), os.
Vertebrae lumbales (lumbar) (1-5), os. Vertebrae sacrales (1-5), dan os.
Vertebrae coccyx (1), memiliki 4 fungsi utama yaitu :
1. mensupport untuk menegakkan tubuh
2. menahan beban kepala
3. membantu mentransfer berat tulang axial ke extremitas, terdapat dua buah
extremitas manusia yaitu extremitas atas dan bawah. Extremitas atas
disebut dengan extremitas superior dan extremitas bawah disebut
extremitas inferior
4. melindungi medulla spinalis (Djauhari, 2011)
13
(Pearson Education, 2009)
Gambar 2.4 Anatomi Tulang belakang manusia
Dalam Kamus Saku Dorland edisi 25 tahun 2012 terdapat pengertian
myology adalah study atau gambaran ilmiah otot dan struktur asesori (bursa dan
selubung sinovial). Pengertian myologi menurut Djauhari tahun 2011 pada
bukunya menyatakan bahwa Myo artinya otot (musculus) dan logos artinya ilmu.
Myologi adalah ilmu yang mempelajari tentang otot yang merupakan alat gerak
aktif. Otot rangka yaitu otot volunter atau otot yang berkontraksi karena perintah
dan secara sadar. Otot lurik atau otot ranga dipelihara oleh saraf motorik
melakukan gerakan secara sadar dan bisa dikontrol. Untuk melakukan gerakan
atau kontraksi otot rangka memerlukan energi yang banyak. Perlekatan otot
rangka terdapat pada tulang dan kulit, sel otot panjang serta merupakan sel
polinukleated yaitu memiliki inti sel lebih dari satu.
14
Tujuan ilmu faal adalah menjelaskan berbagai faktor fisik dan kimiawi
yang bertanggung jawab atas asal ususl perkembangan, dan kemajuan hidup.
fisiologi manusia menjelaskan karakteristik spesifik dan mekanisme pada tubuh
manusia yang membuatnya menjadi makhluk hidup (Guyton and Hall, 2012).
Fisiologi otot rangka sebagai alat penggerak aktif pada tulang belakang
dan ada beberapa mekanisme umum kontraksi otot yaitu :
1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke
ujungnya pada serabut otot.
2. Terjadi sekresi asetilkolin (substansi neurotransmitter)
3. Asetilkolin bekerja pada daerah setempat untuk membuka kanal atau
gerbang
4. Ion Natrium berdifusi ke bagian dalam membran serabut otot dengan
berjalan di sepanjang serabut saraf
5. Potensial aksi menimbulkan depolarisasi membran otot, dimana retikulum
sarkoplasma melepaskan ion kalsium yang telah tersimpan dalam
retikulim sarkoplasma.
6. Kalsium menarik filamen aktin dan miosin sehingga bergesekan dan
menimbulkan proses kontraksi
7. Setelah kurang dari satu detik, kalsium dipompa kembali ke dalam
retukulum sarkoplasma oleh pompa membran kalsium. Hal demikian
terjadi hingga ada potensial aksi otot yang baru datang lagi. Pengeluaran
ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan otot berhenti berkontraksi
(Guyton and Hall, 2012)
15
Sumber energi dari kontraksi otot adalah ATP. Jumlah ATP dalam serabut
otot kira – kira empat miliar. Ada beberapa aksi otot dan macam kontraksi seperti
yang dijelaskan oleh Djauhari tahun 2011 dalam bukunya yaitu enam macam
kontraksi dapat terjadi pada otot adalah sebagai berikut :
1. Isometrik : panjang otot tetap, tonis meningkat
2. Isotonik : tonus tetap, otot memendek
3. Tetanik : kontraksi terus menerus
4. Ritmik : kontraksi terjadi berirama
5. Kontraktur : pemendekan otot permanen akibat kerusakan
struktur otot
6. Insufisiensi otot : aktif atau pasif
2.4 Low Back Pain (nyeri punggung bawah)
2.4.1 Pengertian low back pain
Low Back Pain (LBP) adalah sindroma klinik yang ditandai gejala utama
nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang punggung bagian bawah,
yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di atas lipat
bokong bawah (gluteal inferior fold), tulang lumbar 5 sampai sacral 1, dengan
atau tanpa nyeri pada tungkai (Basuki K, 2009). Nyeri yang timbul pada
punggung bawah biasanya dirasakan seperti nyeri tajam atau tumpul menyebar
atau terlokalisir. Dapat terbatas hanya di garis tengah, bisa menyebar ke
sekitarnya setinggi muskulus gluteus dan bila mengiritasi nervus ischiadikus maka
akan timbul nyeri radikular. Spasme otot belakang dan terbatasnya gerakan juga
umum ditemukan. Trigger point dapat diraba di daerah muskulus erektor spinalis
16
atau yang lainnya (seperti quadratus lumborum). Spasme muskulus psoas mayor
dan hamstring jarang ditemukan (Samara D, 2006).
(National Institute of Occupational Safety and Health, 2014)
Gambar 2.5 posisi tulang belakang pada saat mengangkat beban
LBP terjadi karena biomekanik vertebra lumbal akibat perubahan titik
berat badan dengan kompensasi perubahan posisi tubuh dan akan menimbulkan
nyeri. Ketegangan (strain) otot dan keregangan (sprain) ligamentum tulang
belakang merupakan salah satu penyebab utama low back pain akumulasi trauma
dalam jangka panjang seringkali ditemukan di tempat kerja. Kebanyakan kasus
LBP atau nyeri punggung bawah terjadi dengan faktor predisposisi kerja
berlebihan, penggunaan kekuatan otot berlebihan, ketegangan otot, cedera otot,
ligamen, maupun diskus yang menyokong tulang belakang (Roupa et al., 2008).
Di Indonesia angka kejadian pasti dari LBP tidak diketahui, namun diperkirakan,
angka prevalensi LPB bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Masalah LBP pada
pekerja pada umumnya dimulai pada usia dewasa muda dengan puncak prevalensi
pada kelompok usia 45-60 tahun dengan sedikit perbedaan berdasarkan jenis
17
kelamin (Widiayanti, at all, 2009). Menurut penelitian Indri S, tahun 2013
menyatakan bahwa pada umumnya keluhan sistem muskuloskeletal mulai
dirasakan pada usia kerja yaitu 25-65 tahun. Keluhan mencapai puncaknya
biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat
sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah
baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya
keluhan otot meningkat.Terjadinya LBP atau nyeri punggung bawah karena ada
tekanan pada susunan saraf tepi yang terjepit pada area tulang belakang.
Penyebabnya bisa karena trauma mekanik akut, trauma yang berkepanjanganan.
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP) tahun 2012, yang
termasuk dalam LBP terdiri dari Lumbar Spinal Pain, Sacral Spinal Pain,
Lumbosacral Pain yaitu nyeri di daerah 1/3 bawah daerah lumbar spinal pain dan
1/3 atas daerah sacral spinal pain.
(A.D.A.M. Medical Encyclopedia,2014)
Gambar 2.6 Lokasi LBP pada vertebrae
Low back pain sering menjadi kronis, menetap atau kadang berulang kali
dengan memerlukan biaya yang tinggi dalam penanganannya sehingga tidak boleh
dipandang sebelah mata. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa
2%-5% dari karyawan di negara industri tiap tahun mengalami Nyeri Punggung
18
Bawah dan 15% dari absenteisme di industri baja serta industri perdagangan
disebabkan karena LBP. Data statistik Amerika Serikat memperlihatkan angka
kejadian sebesar 15%-20% per tahun. Sebanyak 90% kasus nyeri punggung bukan
disebabkan oleh kelainan organik, melainkan oleh kesalahan posisi tubuh dalam
bekerja. LBP menyebabkan lebih banyak waktu hilang dari pada pemogokan kerja
sebanyak 20 juta hari kerja karenanya (Muheri,2010). Sudah banyak diketahui
bahwa berbagai faktor psikologis dan faktor sosial dapat meningkatkan resiko
LBP. Riset menunjukkan bahwa usia, tekanan, stress terhadap tanggung jawab,
ketidakpuasan dalam bekerja, tekanan mental di tempat kerja, dan
penyalahgunaan obat dapat menempatkan seseorang pada risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami LBP yang kronis (Basuki, 2009).
Nyeri punggung bawah banyak dikeluhkan oleh tenaga kesehatan dengan
besar prevalensi selama satu tahun di negara barat 36,2–57,9%, sedangkan di
negara Asia adalah 36,8–69,7%.2- 5. Beberapa penelitian melaporkan faktor
risiko LBP pada tenaga kesehatan di negara barat antara lain adalah usia, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, bekerja penuh waktu, body mass index (BMI), lama
bekerja di keperawatan, frekuensi mengangkat beban berat, unit keperawatan,
beban kerja, dan juga dukungan sosial yang rendah (Patrianingrum dkk, 2009).
LBP merupakan suatu gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis, pada
beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis patologisnya dengan ketepatan
yang tinggi, namun sebagian besar kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung
lama (Wagiu, 2012).
19
(©Agasthiyar Guru Siddha Hospital, India, 2015)
Gambar 2.7 kelainan yang menyebabkan LBP
International Association for the Study of Pain (IASP) juga membagi LBP
ke dalam :
1. Low Back Pain Akut, telah dirasakan kurang dari 3 bulan.
2. Low Back Pain Kronik, telah dirasakan sekurangnya 3 bulan.
3. Low Back Pain Subakut, telah dirasakan
minimal 5-7 minggu, tetapi tidak lebih dari 12 minggu.
2.4.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi low back pain
Menurut penelitian Basuki (2009) beberapa faktor yang mempengaruhi
LBP antara lain :
1. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi terjadinya LBP pada
karyawan tambang operator alat berat adalah penggunaan static vehicle, yang
berarti semakin sering operator menggunakan static vehicle, maka akan semakin
besar kemungkinan terkena LBP.
2. Faktor kebiasaan olah raga merupakan faktor yang juga mempengaruhi
terjadinya LBP pada karyawan tambang operator alat berat, yang berarti semakin
20
jarang operator melakukan aktivitas olah raga maka akan semakin besar
kemungkinan terkena LBP.
3. Faktor stres kerja saat ini juga mempengaruhi terjadinya LBP pada karyawan
tambang operator alat berat, yang berarti semakin sering seorang operator
mengalami stres kerja, maka akan semakin besar kemungkinan terkena LBP.
4. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor umur dengan kejadian
LBP.
5. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor obesitas dengan kejadian
LBP.
6. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara faktor kebiasaan merokok
dengan kejadian LBP.
(sumber : http://www.alamy.com/stock-photo-low-back-pain.2015) Gambar 2.8 anatomi tulang belakang dengan keluhan low back pain
2.4.2 Tatalaksana Low Back Pain
2.4.2.1 Terapi Non-Farmakologis
Terapi fisik Setelah serangan LBP berlangsung antara dua sampai enam
minggu, atau terjadi rekurensi-rekurensi berikutnya, maka dapat dipertimbangkan
penggunaan terapi fisik sebagai tatalaksana. Beberapa spesialis tulang belakang
21
bahkan mempertimbangkan terapi fisik lebih dini, terutama apabila nyerinya berat
untuk mengurangi nyeri punggung bawah, memperbaiki fungsi, dan memberikan
edukasi berupa program pemeliharaan untuk mencegah kekambuhan. Teradapat
berbagai macam bentuk terapi fisik. Pada fase akut, terapis mungkin akan fokus
pada upaya mengurangi nyeri menggunakan terapi fisik pasif (modalitas). Terapi
jenis ini disebut terapi pasif karena dikerjakan pada pasiennya. Selain terapi pasif,
terapi fisik aktif (olahraga) juga diperlukan untuk merehabilitasi tulang belakang.
Secara umum, program latihan pasien perlu melingkupi hal-hal berikut ini:
Penguatan Untuk menguatkan otot belakang, stabilisasi lumbar
selama 15 sampai 20 menit setiap hari atau jenis latihan lain yang
diresepkan sebaiknya dilakukan tiap hari. Latihan aerobic low-
impact.
Latihan aerobic Low impact (seperti jalan kaki, bersepeda atau
berenang) sebaiknya dilakukan 30 sampai 40 menit tiga kali dalam
seminggu, berselingan dengan latihan penguatan otot. Bahkan
pasien dengan jadwal yang padat dapat menjalani regimen latihan
yang meliputi peregangan, penguatan, dan latihan aerobic.
Terapi fisik Pasif (modalitas)
modalitas sering digunakan untuk mengurangi nyeri punggung bawah.
Modalitasmodalitas ini sangat bermanfaat untuk mengurangi nyeri punggung
bawah akut (misalnya serangan nyeri yang hebat dan melumpuhkan) biasanya
menggunakan modalitas pasif yaitu :
Kompres hangat/dingin Kompres hangat/dingin mudah didapat
dan merupakan modalitas yang paling sering digunakan. Masing-
22
masing berguna untuk mengurangi spasme otot dan inflamasi.
Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan
hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin.
Keduanya dapat digunakan secara bergantian. Umumnya kompres
digunakan selama 10-20 menit setiap dua jam, dan lebih
bermanfaat pada beberapa hari pertama serangan nyeri.
Iontophoresis merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
Steroid diletakkan pada permukaan kulit, dan kemudian dialirkan
aliran listrik yang akan menyebabkan steroid tersebut untuk
bermigrasi ke bawah kulit. Steroid tersebut kemudian
menimbulkan efek anti inflamasi pada daerah yang menyebabkan
nyeri. Modalitas ini terutama efektif dalam mengurangi serangan
nyeri akut (Hadian Rahim, Priharto, 2012).
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan
dalam dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang
menembus sampai jaringan lunak dibawahnya. Ultrasound
terutama berguna dalam menghilangkan serangan nyeri akut dan
dapat mendorong terjadnya penyembuhan jaringan.
Terapi aktif (latihan) biasanya diperlukan untuk merehabilitasi
tulang belakang dan membantu mengurang nyeri. Lebih penting
lagi, suatu rutinitas latihan yang memberikan pasien cara untuk
menghindari kekambuhannyeri punggung bawah dan mengurangi
intensitas serta durasi serangan nyeri di kemudian hari. Secara
umum, program latihan pasien perlu meliputi peregangan (seperti
23
peregangan hamstring), penguatan otot (seperti latihan stabilisasi
dinamik lumbal), dan latihan aerobic low impact (seperti berjalan,
bersepeda atau berenang).
Peregangan Hampir semua orang dapat merasakan manfaat dari
peregangan jaringan lunak – otot, ligament, dan tendon – di
seputar tulang belakang. Tulang belakang dan otot, ligament, serta
tendon yang melekat padanya dirancang untuk bergerak, sehingga
pembatasan pada gerakan ini dapat memperberat rasa nyeri. Pasien
dengan nyeri kronis mungkin akan memerlukan peregangan
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk
memobilisasi tulang belakang dan jaringan lunaknya, namun pada
akhirnya dapat merasakan manfaat berupa hilangnya rasa nyeri
dan peningkatan daya gerak. Otot hamstring tampaknya memiliki
peran yang penting dalam nyeri punggung bawah, karena pasien
yang mengalami nyeri punggung bawah cenderung memiliki otot
hamstring yang tegang, demikian juga sebaliknya. Tidak diketahui
secara pasti mana yang timbul terlebih dahulu, namun jelas bahwa
ketegangan pada hamstring akan menghambat gerak pada pelvis
dan dapat menimbulkan posisi yang memperberat tekanan pada
tulang belakang bagian bawah. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa peregangan otot hamstring dapat membantu
mengurangi intensitas nyeri punggung bawah pasien dan frekuensi
rekurensi. Latihan peregangan rutin melibatkan penekanan untuk
meregang otot hamstring selama 30 sampai 45 detik, satu sampai
24
dua kali sehari. Tekanan pada otot perlu dilakukan secara merata
dan tidak boleh disertai dengan pemijatan karena pemijatan dapat
memicu respon spasme pada otot yang sedang diregang. Otot
hamstring dapat diregang dengan berbagai cara. Pilihan metode
peregangan otot hamstring dari yang paling mudah sampai paling
sulit meliputi:
1. Teknik paling umum adalah dengan membungkuk, dengan
tungkai yang relative lurus dan tangan berupaya untuk menggapai
jari kaki, kemudian bertahan pada posisi ini.
2. Apabila pendekatan ini tidak dapat ditolerir, tarikan pada
punggung dapat dikurangi dengan duduk di kursi meyangga kaki
pada kursi lain dihadapannya sehingga tungkai dalam posisi lurus.
Kemudian dilakukan upaya menyentuh jari kaki. Peregangan
dapat dilakukan bergantian pada sisi kiri dan kanan.
3. Teknik yang paling ringan adalah untuk berbaring pada
lantai dan menarik tungkai kea rah dada dan kemudian
meluruskannya dengan bantuan handuk kecil yang dikaitkan pada
tumit. Metode ini dilakukan bergantian pada sisi kanan dan kiri.
4. Pilihan lain yang ringan adalah dengan berbaring di lantai,
dengan bokong ditempelkan pada dinding. Kaki dinaikkan pada
dinding dan kemudian berusaha meluruskan sendi lutut.
Dilakukan peregangan bergantian pada kedua sisi.
25
Seiring dengan waktu, otot hamstring akan memanjang, sehingga
mengurangi beban pada daerah pinggang. Peregangan sebaiknya tidak dilakukan
bersamaan dengan latihan lain, karena latihan-latihan tersebut tidak dapat
dilakukan setiap hari. Agar peregangan menjadi bagian dari regimen harian, maka
sebaiknya melakukan peregangan setiap pagi saat bangun dari tempat tidur dan
sesaat sebelum tidur (Hadian Rahim, Priharto, 2012).
(Sumber : http://health.thefuntimesguide.com/2014) Gambar 2.9 stretching (latihan peregangan tubuh) perbaikan keluhan low back pain
2.4.2.2 Tatalaksana Farmakologi
Saat ini tersedia berbagai jenis obat-obatan bebas dan obat-obatan terbatas
yang dapat berguna untuk mengurangi rasa nyeri dan mengatasi gejala-gejala lain
yang terkait selama suatu serangan nyeri punggung bawah sedang berada dalam
26
perbaikan. Perhatian pada penatalaksanaan nyeri merupakan komponen penting
dalam kesembuhan pasien, karena nyeri punggung bawah akut dan kronis dapat
menimbulkan depresi, kesulitan tidur, dan kesulitan untuk berolahraga serta
meregang. Hal ini dapat menimbulkan serangan baru dan memperlama kondisi
nyeri punggung bawah. Terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan
untuk mengurangi nyeri punggung bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan
anti inflamasi non steroid (OAINS). Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan
mekanisme yang berbeda, sehingga keduanya dapat digunakan secara bersamaan.
Untuk jangka waktu yang pendek, obat-obatan terbatas (seperti obat-obatan
antinyeri narkotik dan relaksan otot) dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri
atau komplikasi lain yang terkait. Golongan obat yang lain (seperti obat-obatan
antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat berguna mengurangi sensasi
nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang. Penggunaan obat-
obatan apapun selalu disertai dengan risiko, efek samping dan interaksi obat, dan
dengan demikian perlu adanya konsultasi dengan ahli medis sebelum memulai
penggunaan obat-obatan apapun. Pasien harus sangat berhati-hati dengan
penggunaan obatobatan apabila mereka sedang menjalani pengobatan lain atau
mengidap penyakit tertentu (seperti diabetes). Meskipun beberapa risiko dan efek
samping utama dipaparkan disini, namun pasien harus selalu membaca label dan
leaflet pada kemasan obat serta berkonsultasi dengan dokter untuk memahami
secara utuh mengenai risiko, efek samping, dan interaksi obat. (Hadian Rahim,
Priharto, 2012)
27
(Sumber : www. Dailymed.nlm.nih.gov.com) Gambar 2.10 struktur kimia obat anti inflamasi non steroid
2.5 Aktifitas Perkebunan kopi di Indonesia
Banyaknya lahan perkebunan kopi di Indoneisa menjadikan perkebunan
kopi sebagai komoditas perkebunan yang memegang peranan penting dalam
perekonomian Indonesia. Menurut Pedoman Teknis Penerapan Standar
Perkebunan Besar/Rakyat Berkelanjutan Indonesia Tahun 2014, komoditas ini
diperkirakan menjadi sumber pendapatan utama tidak kurang dari 1,84 juta
keluarga yang sebagian besar mendiami kawasan pedesaan di wilayah-wilayah
terpencil. Selain itu, komoditas ini juga berperan penting dalam penyediaan
lapangan kerja, salah satunya pekerjaan sebagai buruh pengnagkut hasil
perkebunan kopi. penyerapan tenaga kerja dibidang usaha perkopian sebagian
besar masih pada sub sektor perkebunan, sedangkan pada sub sektor industri
pengolahan masih sedikit. Sehingga tidak menutup kemungkinan trauma akibat
kerja akan terjadi, terutama pada perkebunan dengan menerapkan manual
material handling
28
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2014) Gambar 2.11 Aktifitas perkebunan kopi
Pada tahun 2010 luas areal kebun kopi mencapai 1.162.810 ha dengan
produksi 686,92 ton dan volume ekspor 433.595 ton atau setara dengan US$
814.311.000. Komposisi kepemilikan perkebunan kopi di Indonesia didominasi
oleh Perkebunan Rakyat (PR) dengan porsi 96% dari total areal di Indonesia, dan
yang 2% sisanya 16 merupakan Perkebunan Besar Negara (PBN) serta 2%
merupakan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Hal ini juga berarti bahwa
keberhasilan perkopian Indonesia secara langsung akan memperbaiki
kesejahteraan petani. Pada era globalisasi ini, pelaksanaan pembangunan
perkebunan di Indonesia seharusnya tidak hanya menitikberatkan pada aspek
ekonomi, akan tetapi juga memperhatikan aspek-aspek kelestarian lingkungan
hidup dan pemberdayaan masyarakat sehingga diharapkan akan mampu
meminimalkan terjadinya kerusakan lingkungan hidup maupun permasalahan
sosial. Bentuk pendekatan dan implementasinya harus bersifat multi sektoral dan
holistik yang berorientasi pada hasil nyata yakni: (1) Adanya peningkatan
29
ekonomi masyarakat; (2) Pemanfaatan sumber daya lokal dan pelestarian
lingkungan hidup; (3) Penerapan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan;
serta (4) Pemerataan akses dan keadilan bagi masyarakat dari generasi ke generasi
(syafiudin, 2015).
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2014) Gambar 2.12 Aktifitas buruh angkut perkebunan kopi
Areal perkebunan kopi di Kabupaten Jember tersebar pada 28 kecamatan
dengan luas areal pada tahun 2006 adalah sebesar 5.474,17 ha dan dengan jumlah
produksi sebesar 16.628,21 kw. Areal perkebunan kopi yang terluas di Kabupaten
Jember adalah di Kecamatan Silo yaitu sebesar 2.192,23 ha. Rata-rata umur
pekerja tani kopi rakyat yang memenerapkan manual material handling adalah
antara umur 30 - 45 tahun, dengan ratarata jumlah anggota keluarga sebanyak 3 –
4 orang. Sedangkan rata-rata pendidikan formal yang pernah tempuh adalah 8 –
10 tahun dengan pengalaman bekerja sebagai buruh kopi selama 13 – 19 tahun
(Choiri A, sunartomo A F, 2011 ).
30
2.6 Manual Material Handling Terhadap Keluhan Low Back Pain
Manual material handling yaitu melakukan pekerjaan dengan manual
tanpa alat bantu. Melakukan gerakan mengangkat, menmbawa, dan meletakkan
dengan anggota tubuh sehingga seringkali kesalahan sikap tubuh dalam
melakukan pekerjaan membuat trauma fisik dan dapat mengalami keluhan nyeri
pada bagian punggung bawah. Hasil penelitian Zamna (2007) yang menyatakan
bahwa LBP adalah salah satu gangguan muskuloskeletal yang disebabkan oleh
aktivitas tubuh salah, kebanyakan orang sering melupakan masalah posisi tubuh
dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada penelitian Bunga N, 2014 didapatkan
bahwa pekerjaan ibu rumah tangga merupakan kelompok yang paling banyak
menderita LBP. Hal ini bisa disebabkan karena banyak melakukan aktivitas tubuh
yang salah. Sesuai dengan Sikap yang tidak baik dapat membuat tubuh menjadi
cepat lelah, ketegangan otot dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Pekerjaan dan
aktivitas berat juga dapat menyebabkan LBP seperti mengangkat, menarik,
mendorong, memutar pinggang, terpeleset, duduk dalam jangka waktu lama,atay
terpapar getaran yang lama (Jonaedi, 2007).
Penelitian yang dilakukan oleh Fathoni tahun 2009 yang melakukan
penelitian tentang adanya hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri
punggung bawah atau LBP. Rata-rata masa kerja responden adalah 9,28 tahun
dimana masa kerja responden terendah adalah 1 tahun sedangkan masa kerja
tertinggi responden adalah 20 tahun. Sebagai salah satu faktor risiko terjadi
keluhan nyeri punggung bawah yang mungkin bisa mempengaruhi hasil
penelitian, Fathoni (2009) melakukan uji korelasi antara masa kerja dengan
keluhan nyeri punggung bawah. Dari hasil uji korelasi didapatkan nilai p=0,018
31
karena p< 0,05 sehingga dalam penelitian ini faktor masa kerja responden
memiliki hubungan dengan keluhan LBP (Fathoni,2009).
(National Institute of Occupational Safety and Health, 2014) Gambar 2.13 Manual material handling oleh pekerja
Dalam penelitian Halimah tahun 2009 menyatakan bahwa angka kejadian
LBP di Amerika Serikat mencapai sekitar 5% dari orang dewasa. Bahkan dalam
satu penelitian dikatakan bahwa, kurang lebih 60%-80% individu setidaknya
pernah mengalami LBP dan itu terjadi pada usia 45-60 tahun. Pada penderita
dewasa tua, LBP dapat mengganggu aktifitas sehari-hari pada 40 % penderita dan
gangguan tidur pada 20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari
pertolongan medis dan 25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih
lanjut dan masalah LBP ini merupakan masalah kesehatan utama.