Download - Bab 1-3makalah Komunikasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi interpersonal antara perawat dengan pasien
merupakan hal yang penting oleh para perawat yang bekerja di rumah sakit
khususnya ruang rawat inap. Berdasarkan penelitian bahwa lebih dari 80
% waktu yang digunakan untuk berkomunikasi, 16 % untuk membaca dan
4 % untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam komunikasi
merupakan kiat yang sukses bagi tenaga kesehatan.
Kecerdasan emosi seseorang berpengaruh besar terhadap
komunikasi interpersonal seseorang. Orang yang cerdas akan
mengendalikan emosinya, memotivasi diri, empati dan hubungan sosial
dalam melakukan komunikasi dengan orang lain. Dengan adanya
kemampuan memotivasi diri dan mengenali orang lain, sehingga mampu
melakukan komunikasi interpersonal yang baik dengan keluarga pasien
Komunikasi Interpersonal (komunikasi antarpribadi) mempunyai keunikan
karena selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan
proses psikologis selalu mengakibatkan keterpengaruhan. Komunikasi
antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima
oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung. Pada
hakekatnya komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara seorang
komunikator dengan komunikan. Jenis komunikasi tersebut dianggap
paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau prilaku manusia
berhubung prosesnya yang dialogis.
Berdasarkan pengalaman dilapangan upaya komunikasi
interpersonal dapat memberikan kontribusi yang cukup bermakna bagi
peningkatan status kesehatan apabila dilakukan secara komprehensif pada
instansi yang terkait. Peningkatan kinerja dalam hal komunikasi
interpersonal akan mendorong kinerja sumber daya manusia secara
keseluruhan dan memberikan feed back yang tepat terhadap perubahan
perilaku yang direfleksikan dalam kenaikan produktivitas. Berdasarkan
latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk membahasnya dalam
bentuk makalah yang berjudul “Komunikasi Perawat dan Klien”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dari makalah
Komunikasi Perawat-Klien yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa saja komponen dalam komunikasi ?
3. Bagaimana seorang perawat melakukan komunikasi dengan
pasiennya ?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari makalah
Komunikasi Perawat-Klien adalah :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi.
2. Mengetahui apa saja komponen dalam komunikasi.
3. Mengetahui tatalaksana seorang perawat berkomunikasi dengan
pasien.
D. Manfaat
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Komunikasi Keperawatan pada STIKes Mitra Kencana Tasikmalaya pada
khusus nya diharapkan dapat membantu pembaca dalam meningkatkan
pengetahuan tentang komunikasi perawat-klien pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses
pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa
melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua
arah
B. Komponen dalam komunikasi:
1. Sender (pemberi pesan): individu yang bertugas mengirimkan pesan.
2. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa
berbentuk pesan yang diterima maupun pesan yang sudah
diinterpretasikan.
3. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan.
Pesan akan efektif bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si
pengirim pesan.
4. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan
cara ditulis, diucapkan, diraba, dicium. Contoh: catatan atau surat
adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman (dicium),
dan lain-lain.
5. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali
kepada pengirim pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan
balik merupakan proses yang kontinyu karena memberikan respons
pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.
C. Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya
dua orang atau dalam kelompok kecil. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan
keputusan, dan pertumbuhan personal.
1. model komunikasi interpersonal
Model komunikasi di atas dimulai dengan pikiran dan perasaan
pengirim pesan yaitu dunia intra-psikis dan pengetahuan bahwa pikiran
dan perasaan ini harus diubah menjadi sandi ke dalam perilaku (pesan)
jika mereka ingin dikeluarkan dari dunia internal dan berkomunikasi
deangan orang lain (penerima). Pesan dalam bentuk tanda-tanda dan
symbol verbal maupun non-verbal perlu disampaikan dalam berbagai
cara agar indra penerima dapat merasakannya. Dengan indra ini,
penerima mengubah sandi dan menafsirkan isi pesan. Pikiran dan
perasaanya belum tentu sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan
pengirim. Pada interaksi manapun, penerima pesan mempunyai pikiran
dan perasaan yang akan diubah dalam bentuk sandi menurut caranya
sendiri dan dikirim kembali ke pengirim awal. Dengan demikian
terjadi komunikasi dua arah.
2. Dalam melakukan proses komunikasi interpersonal dipengaruhi oleh
beberapa hal terhadap isi pesan dan sikap penyampaian pesan antara
lain:
a. Perkembangan. Pada prinsipnya dalam berkomunikasi yang perlu
diperhatikan adalah siapa yang diajak berkomunikasi. Maka dalam
berkomunikasi isi pesan dan sikap menyampaikan pesan harus
disesuaikan apakah yang kita ajak bicara adalah anak-anak, remaja,
dewasa atau usia lanjut. Pasti akan berbeda dalam berkomunikasi
b. Persepsi. Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu
kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman.
Kadangkala persepsi merupakan suatu hambatan kita dalam
berkomunikasi. Karena apa yang kita persepsikan belum tentu
sama dengan yang dipersepsikan oleh orang lain.Nilai. Nilai adalah
standar yang mempengaruhi perilaku sehingga sangat penting bagi
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyadari nilai seseorang.
c. Latar belakang budaya. Gaya berkomunikasi sangat dipengaruhi
oleh faktor budaya. Budaya inilah yang akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi.
d. Emosi. Emosi adalah perasaan subjektif tentang suatu peristiwa.
Dalam berkomunikasi kita harus tahu emosi dari orang yang akan
kita ajak berkomunikasi. Karena emosi ini dapat menyebabkan
salah tafsir atau pesan tidak sampai.
e. Pengetahuan. Komunikasi akan sulit dilakukan jika orang yang
kitan ajak berkomunikasi memiliki tingkat pengetahuan yang
berbeda. Untuk itu maka kita harus bisa menempatkan diri sesuai
dengan tingkat pengetahuan yang kita ajak bicara
f. Peran. Gaya komunikasi harus di sesuaikan dengan peran yang
sedang kita lakukan. Misalnya ketika kita berperan membantu
pasien akan berbeda ketika kita berperan atau berkomunikasi
dengan tenaga kesehatan yang lain.
g. Tatanan interaksi. Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika
dilakukan dalam lingkungan yang menunjang. Kalau tempatnya
bising, ruangan sempti, tidak leluasa untuk berkomunikasi dapat
mengakibatkan ketegangan dan tidak nyaman.
3. komunikasi interpersonal dalam keperawatan
a. komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam
pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi
secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide
atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi,
dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal
dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespo
secara langsung.
Komunikasi verbal yang efektif harus
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan
langsung. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara
lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh
bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang
bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan
pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa
dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
2) Perbendaharaan kata
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan
kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat
menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah
yang dimengerti klien.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata
yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran,
perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan,
terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi
dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan bicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan
keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan
pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin
akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang
menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Selaan perlu
digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi
waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami
arti kata.. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar
apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu
untuk diulang.
5) Waktu dan relevansi
Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi
waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara
akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan
waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal
akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan
dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu
pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam
memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan
Deane (1988) melaporkan bahwa humor merangsang produksi
catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,
meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi
ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan
humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi
ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
b. komunikasi non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan
katakata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari
pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat
pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-
verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi
suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati pada:
1) Metakomunikasi.
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada
hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan
dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam
pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap
pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan Personal.
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama
yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan
pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan
puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry,
1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan
kepribadian, status sosial, pekrjaan, agama, budaya dan konsep
diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat
menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan
fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap
pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap klien
mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang
perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat
untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat tidak
memenuhi citra klien.
3) Intonasi (Nada Suara).
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap
arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang dapat secara
langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud
untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
4) Ekspresi wajah.
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama
yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik,
bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang
mempertahankan kontak mata selama pembicaraan diekspresikan
sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan untuk
menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak
memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh
karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat
tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan
dalam keadaan sejajar.
5) Sikap tubuh dan langkah.
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep
diri dan keadaan fisik. Perawat dapat mengumpilkan informasi
yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa
sakit, obat, atau fraktur.
6) Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan
perawat-klien, namun harus memperhatikan norma sosial.
Sentuhan dengan berjabat tangan ketika berkenalan dapat
mendekatkan diri kita kepada pasien. Konsep sentuhan yang
terapeutik adalah dengan menggunakan sikap terbuka dalam
membatu pasien yang mengalami sakit atau memerlukan bantuan.
c. Hubungan perawat pasien
Empat phase hubungan perawat pasien yang berkatian dengan
tanggungjawab dan tugas perawat kesehatan terhadap pasien adalah :
1) Orientasi ( orientation ), pada phase ini seorang perawat harus
mampu menangkap bahwa pasien ingin mencari kesembuhan
penyakitnya dan dia mempercayakan dirinya dirawat oleh
perawat. Dengan pengenalan.
2) Indetifikasi ( identification ), interaksi perawat – pasien
hendaknya berbasis pada kepercayaan, penerimaan, pengertian,
relasi yang saling membantu.
3) Eksploitasi ( exploitation ), interrrelasi perawat – pasien, akan
menumbuhkan pengertian pasien terhadap proses system asuhan,
sehingga pasien mempunyai keterlibatan aktif yang muncul dari
dirinya karena ingin cepat sembuh dari sakitnya. Aspek lain
pasien dapat ditimbulkan pengertian, dan kesadaran self – care,
sehingga peran perawat dan pasien dalam proses keperawatan
untuk mencapai penyembuhan terjadi dengan baik ( kolaborasi ).
4) Resolusi ( resolution ). Harapan, kebutuhan pasien dapat
diketahui melalui hubungan kesetaraan perawat – pasien dengan
menggunakan komunikasi efektif. Harapan, kebutuhan pasien
merupakan data yang menjadi arah tindakan apa yang perlu
dilakukan terhadap pasiennya Phase yang keempat ini sering kali
disebut dengan phase terminasi.
Faktor yang mempengaruhi hubungan perawat-pasien yang berkualitas
1) Kehangatan dan ketulusan
Bersikap hangat dan tulus bukanlah suatu keterampilan praktis
tetapi suatu kerangka pikiran yang di dalamnya terdapat
penerimaan dan penghargaan pada keunikan setiap pribadi.
Untuk mencapainya, diperlukan penciptaan suatu kondisi
dimana pasien merasa aman, terjadi saling pemahaman dalam
pendapat serta pikiran. Penerimaan pada pasien dapat
dilakukan dengan mendengarkan keluh kesahnya secara penuh.
Ini adalah karakteristik dari situasi pasien yang dating untuk
meminta tolong, menjadi sadar bahwa perawat memahami
perasaannya dan siap untuk membantunya.
2) Pemahaman yang empatik
Empati adalah merasakan perasaan orang lain, tetapi tidak sama
dengan mengalami pengalaman itu sendiri. Dalam
keperawatan, empati dapat berarti mempersepsikan dunia
sebagaimana pasien mempersepsikannya. Empati bukanlah
simpati untuk situasi atau dilemma seseorang tetapi sebuah
kemampuan untuk merefleksikan sebuah objektif perasaan dari
pasien, yang tidak diungkapkan secara lisan
3) Perhatian positif yang tak bersyarat
Perawat harus berfokus pada pemahaman mereka tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan pasien, bukan
hanya pada persepsi dari dirinya sendiri atau dari orang lain.
Memiliki perhatian positif yang tidak bersyarat terhadap
pasien, termasuk di dalamnya mengakui suatu kebaikan pada
diri pasien tersebut
4) Sifat konkrit
Konsep tentang sifat konkrit berhubungan dengan pengertian
yang saling menguntungkan dan akurat tentang perbendaharaan
kata yang digunakan oleh pasien, terutama dalam
menggambarkan emosinya. Misal : Kata ‘sedih’ dan ‘senang’
bersifat subjektif. Perawat perlu memperjelas arti kata itu
secara perseorangan dengan si pasien untuk dapat menangkap
isi pembicaraan.
5) Kesegeraan
Sifat segera mengacu pada situasi yang sedang terjadi, bukan
pada masa lalu atau masa datang. Misal : ketika pasien
mengungkapkan perasaan tentang pemeriksaan terakhir, kita
perlu menanggapinya tentang hasil pemeriksaan saat itu, bukan
pada perasaannya sebelum pemeriksaan dilakukan.
6) Konfrontasi
Konfrontasi berarti perlawanan/pertentangan terhadap suatu
hal. Terkadang orang membuat generalisasi tentang kejadian,
orang, dan perasaan. Untuk membantu pasien, mungkin kita
perlu meng-konfrontasi mereka, mengajak mereka untuk
menemukan kebenaran. Misal : Kasus dimana lansia yang sakit
dibawa ke RS, beliau berpendapat bahwa RS adalah tempat
dimana orang meninggal dan bukan untuk membaik. Untuk
meningkatkan motivasi pasien, perawat memberikan ke-
optimisan pada pasien bahwa mereka akan sembuh. Hal itu
melalui konfrontasi.
Caring , menurut Watson (1979) ada sepuluh faktor yang dilakukan
perawat kepada pasien :
1) Sharing artinya perawat senantiasa berbagi pengalaman dan
ilmu atau berdiskusi dengan kliennya.
2) Laughing, artinya senyum menjadi modal utama bagi seorang
perawat untuk meningkatkan rasa nyaman klien.
3) Crying artinya perawat dapat menerima respon emosional diri
dan kliennya.
4) Touching artinya sentuhan yang bersifat fisik maupun
psikologis merupakan komunikasi simpatis yang memiliki
makna (Barbara, 1994)
5) Helping artinya perawat siap membantu dengan asuhan
keperawatannya
6) Believing in others artinya perawat meyakini bahwa orang lain
memiliki hasrat dan kemampuan untuk selalu meningkatkan
derajat kesehatannya.
7) Learning artinya perawat selalu belajar dan mengembangkan
diri dan keterampilannya.
8) Respecting artinya memperlihatkan rasa hormat dan
penghargaan terhadap orang lain dengan menjaga kerahasiaan
klien kepada yang tidak berhak mengetahuinya.
9) Listening artinya mau mendengar keluhan kliennya
10) Doing artinya melakukan pengkajian dan intervensi
keperawatan serta mendokumentasikannya
11) Feeling artinya perawat dapat menerima, merasakan, dan
memahami perasaan duka , senang, frustasi dan rasa puas klien.
12) Accepting artinya perawat harus dapat menerima dirinya
sendiri sebelum menerima orang lain
BAB III
KESIMPULAN
Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi atau proses
pemberian arti sesuatu antara dua atau lebih orang dan lingkungannya bisa
melalui simbol, tanda atau perilaku yang umum, dan biasanya terjadi dua
arah. Komponen yang terdapat didalamnya, meliputi : sender, receiver,
pesan, media, dan umpan balik.
Sebagai penatalaksanaannya perawat dapat berkomunikasi dengan
klien nya dengan menggunakan komunikasi interpersonal, dimulai dengan
pikiran dan perasaan pengirim pesan yaitu dunia intra-psikis dan
pengetahuan bahwa pikiran dan perasaan ini harus diubah menjadi sandi
ke dalam perilaku (pesan) jika mereka ingin dikeluarkan dari dunia
internal dan berkomunikasi deangan orang lain (penerima). Pesan dalam
bentuk tanda-tanda dan symbol verbal maupun non-verbal perlu
disampaikan dalam berbagai cara agar indra penerima dapat
merasakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Pramawaty, 2010, Komunikasi Interpersonal Dalam Keperawatan,
https://nishapramawaty.wordpress.com/, diakses 28 Oktober 2015.
Rossi, 2012, Pengaruh Komunikasi Interpersonal Petugas PKMRS terhadap
Kepuasan Pasien Rawat Inap di BLU RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh, http://repository.usu.ac.id/ diakses 1 November 2015.