Attanwir Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
SUSUNAN PENGURUS
Penanggung Jawab
Hanafi
Mitra Bestari
Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)
Heli Ihsan (UPI Bandung)
Redaktur
Siti Choirotul Ula
Riza Multazam Luthfy
Penyunting
Moh. Muhajir
Redaktur Pelaksana
Nur Idam Laksono
Sekretariat
Abd. Hafid
Alamat Redaksi
Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191
“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir
Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf
pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.
PENGANTAR REDAKSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga
atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.
Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa kegiatan pengabdian
masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap
ilmu pengetahuan, Jurnal Attanwir berusaha memberikan kontribusi ilmiah dengan
menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di
Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian, hal ini akan membuka
wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap pembaca, baik
kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.
Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan
datang.
Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Redaksi
DAFTAR ISI
Pelatihan Kewirausahaan Pembuatan Anyaman Daur Ulang
di Desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro
Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro
1
Pelatihan Kewirausahaan Tata Boga Warga Kedung Adem
di Balai Latihan Kerja Bojonegoro
Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro
14
Pelatihan Kewirausahaan Kreasi Sulam Pita di Desa Woro
Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro
M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro
24
Pendampingan Pembuatan Laporan Keuangan Koperasi Wanita SINDORA
di Desa Tengger Kecamatan Ngasem Bojonegoro
Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro
31
Pelatihan Kewirausahaan Kerajinan Bunga dari Klobot Jagung
di Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro
Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro
37
Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan pada
LPKS Aksmi Husada Utama Bojonegoro
Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro
46
Pelatihan Kewirausahaan Aneka Kerajinan Brungki / Akar Bambu
di Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro
Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro
58
Pelatihan Kewirausahaan Aneka Olahan Ketela Pohon
di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro
70
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
1
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN PEMBUATAN ANYAMAN DAUR
ULANG DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN
BOJONEGORO
Aris Zulianto
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pelatihan ini ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha.
Khususnya para Ibu Rumah Tangga di desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten
Bojonegoro. Sehingga dari pengabdian ini akan meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan masyarakat terutama kaum ibu dan remaja putri dari rumah tangga
tentang nilai ekonomi dari sampah, memperluas wawasan mereka tentang
ketrampilan yang dapat diciptakan dari sampah plastik serta meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan dan kreatifitas mereka dalam berwirausaha mengelola
sampah plastik bekas menjadi berbagai bunga yang bermanfaat dan bernilai jual
untuk menambah penghasilan rumah tangga.
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode ceramah dan
penyuluhan,diskusi,demonstrasi dan pelatihan.Adapun hasil dari pengabdian ini
adalah dapat memotivasi perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang
menganggur untuk meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan
dapat mengaplikasikan pada berbagai macam jenis bunga lainnya yang bernilai jual
dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah. Disamping itu pelatihan ketrampilan
bunga plastik ini dapat menjadi bekal bagi peserta memberikan peluang untuk
membuka usaha sendiri atau kelompok dalam rangka membantu meningkatkan
pendapatan keluarga dan meningkatkan jiwa berwiraswasta (mandiri) sekaligus
membantu pemerintah mencari solusi pemecahan masalah pengangguran dan
persoalan kebersihan dankesehatan.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Anyaman Daur Ulang Sampah Plastik
ABSTRACT
This training is intended primarily for people who want to be entrepreneurs.
Especially the housewives in Ngampel village, Kapas, Bojonegoro. So that from
this dedication will increase the knowledge and skills of the community, especially
mothers and young women from the household about the economic value of waste,
broaden their horizons about skills that can be created from plastic waste and
increase their knowledge, skills and creativity in managing used plastic waste
become a variety of useful and selling interest to increase household income.
The method used in this service is the method of lecture and counseling,
discussion, demonstration and training. As for the results of this service is to
motivate women from unemployed households and young women to improve their
abilities and knowledge and can apply to various other types of flowers which is
worth selling and the market has bright prospects. Besides this plastic flower skills
training can be a provision for participants to provide opportunities to open their
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
2
own business or group in order to help increase family income and improve the
spirit of self-employment (independent) while helping the government find
solutions to solve unemployment problems and hygiene and health problems.
Keywords: Entrepreneurship, Woven Plastic Waste Recycling
LATAR BELAKANG
Salah satu kekuatan suatu produk kerajinan adalah tingkat kesulitan
pembuatannya, kalau tidak dikatakan sebagai kekuatan utama. Kualitas produk yang
baik menentukan laku tidaknya produk tersebut di pasaran. Sekedar desain yang baik
saja tidak cukup untuk bertahan lama di pasar karena bagaimanapun juga desain
mudah ditiru. Tetapi rahasia proses produksi bagaimana suatu produk dibuat hanya
diketahui oleh pembuatnya.
Pelatihan ini merupakan pelatihan kecakapan hidup yang bertujuan
memberikan keterampilan bagi masyarakat baik individu maupun kelompok,
sehingga mampu mengembangkan dirinya dan pada saatnya mampu meningkatkan
kapasitas ekonomi dirinya sendiri maupun keluarga. Pelatihan ini didesain secara
terpadu dengan mengkombinasikan antara teori dan praktek. Dengan demikian
dijamin peserta mampu memproduksi kerajinan.
Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh
Dosen STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Pelatihan
ini ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para
Ibu Rumah Tangga di desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan dan ketrampilan
Anyaman Daur Ulang Sampah plastik kepada kelompok Ibu-ibu rumah tangga dan
remaja putri di desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro,sehingga
dapat meningkatkan kemampuannya. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini
diharapkan memotivasi perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang
menganggur untuk meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan
dapat mengaplikasikan pada berbagai macam jenis bunga lainnya yang bernilai jual
dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
3
TINJAUAN PUSTAKA
Kewirausahaan
Priyanto (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang
ada didalam jiwa seseorang,masyarakat dan organisasiyang karenanya akan
dihasilkan berbagai macam aktivitas (sosial, politik, pendidikan),usaha dan bisnis.
Kewirausahaan dalam islam Departemen Agama Republik Indonesia (2009)
menyebutkan bahwa konteks kewiraushaan dalam islam tertera pada Al-Qur’an
Surat An-nisa’ (4) ayat 29 yang berbunyi :
كان بكم عن تراض منكم ول تقتلوا أنفس يا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكون تجارة كم إن الل
ا رحيم
Artinya: “Hai orang -orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan
harta sesamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah SWT adalah maha penyayang kepadamu.”
Karakteristik wirausaha menurut Sukardi (1991) sebagai berikut:
1) Sifat Instrumental, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selau
memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk mencapai tujuan
pribadi dalam berusaha.
2) Sifat Prestatif ; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu
tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai
sebelumnya.
3) Sifat Keluwesan bergaul : menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha
untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar manusia.
4) Sifat Kerja Keras : menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam situasi
kerja,tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.
5) Sifat Keyakinan Diri : menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada
kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan memiliki
kecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi.
6) Sifat Pengambilan Resiko : menunjukkan bahwa wirausaha selalu
memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan
dalam mencapai tujuan berusaha.
7) Sifat Sewa Kendali : menunjukkan bahwa wirausaha dalam menghadapi
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
4
berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi,batas -
batas kemampuan dalam berusaha.
8) Sifat Inovatif : menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati berbagai
masalah dalam berusaha dengan cara – cara baru yang lebih bermanfaat.
9) Sifat Kemandirian : menunjukkan bahwa wira usaha selalu mengembalikan
perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.
Daur Ulang Sampah Plastik
Sampah
Sampah adalah limbah padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola supaya tidak membahayakan
bagi lingkungan dan melindungi investasi pembangunan.
Pada dasarnya sampah tersebut merupakan sisi dari segala aktivitas yang
dilakukan manusia dan hewan. Awalnya sampah yang dibuang tersebut bukan
merupakan masalah yang berarti, tapi pada masa sekarang ini permasalahan
limbah padat telah melampaui ambang batas toleransi lingkungan dan telah
mencemari air, udara dan tanah.
Berangkat dari pandangan tersebut sehingga sampah dapat dirumuskan
sebagai bahan sisa dari kehidupan sehari-hari masyarakat. Sampah yang harus
dikelola tersebut meliputi sampah yang dihasilkan dari :
1. Rumah tangga
2. Kegiatan komersial: pusat perdagangan, pasar, pertokoan, hotel, restoran,
tempat hiburan.
3. Fasilitas sosial : rumah ibadah, asrama, rumah tahanan/penjara, rumah
sakit, klinik, puskesmas.
4. Fasilitas umum: terminal, pelabuhan, bandara, halte kendaraan umum,
taman, jalan.
Pada umumnya sampah yang ditimbulkan dari masyarakat hanya dibuang
dan dipindahkan ke tempat pembuangan akhir dengan cara ditimbun tanpa
memilah terlebih dahulu antara sampah organik dan sampah anorganik (plastik).
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
5
Gambar 2.1. Paradigma Lama (Juju Badung, 2012)
Paradigma pada Gambar 2.1 yang seharusnya dirubah dari sekarang, sebelum
sampah dibuang ke tempat pembuangan untuk di timbun, seharusnya ada pemilahan
dan pengolahan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan
akhir, dengan bertujuan agar sampah yang tidak bisa terurai (plastik) tidak ikut
terbuang ke tempat pembuangan akhir seperti paradigma Gambar 2.2 sebagai
berikut.
Gambar 2.2. Paradigma Baru
Jenis sampah pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut :
1. Sampah Organik
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau
yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah
rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik, misalnya sampah dari
Pengolahan
Bank Sampah
Sumber Sampah Pewadahan Pemilahan
Diangkut Ke TPA
Diaplikasikan
Sesuai Fungsinya
Dibuang dan Ditimbun
Sampah Organik
Sampah Anorganik
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
6
dapur, sisa tepung dan sayuran.
2. Sampah Anorganik
Sampah Anorganik berasal dari sumber daya alam tak terbarui seperti
mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak
terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian zat anorganik secara
keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga, misalnya berupa botol minuman, botol minyak, pembungkus makanan dan
kantong plastik.
Plastik
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses penggabungan beberapa molekul
sederhana melalui proses kimia menjadi besar (polimer). Plastik merupakan
senyawa polimer yang unsur penyusun utamanya adalah karbon dan hidrogen
(Surono, 2013). Untuk membuat plastik, salah satu bahan baku yang sering
digunakan adalah naptha, yaitu bahan yang dihasilkan dari penyulingan minyak
bumi atau gas alam.
Plastik merupakan material yang berbahan dasar polimer, contohnya adalah
polipropylene (PP), polyvynil chloride (PVC), high density polyethylene (HDPE),
low density polyethylene (LDPE), polyester thermoplastic (PETE), dan polystyrene
(PS). Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifat- sifat yang
dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan baku utama
diperlukan juga bahan additive. Penggunaan bahan additive ini beraneka ragam
tergantung pada bahan baku yang digunakan dan mutu produk yang akan
dihasilkan. Berdasarkan fungsinya, maka bahan tambahan dikelompokkan
meliputi : UV, bahan penstabil (stabilizer). UV berfungsi mencegah kerusakan
akibat pengaruh sinar matahari. Bahan penstabil (stabilizer) berfungsi untuk
mempertahankan produk dari kerusakan baik selama proses pembuatan, dalam
penyimpanan maupun aplikasi produk.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
7
METODE PELAKSANAAN
a) Metode Kegiatan
Kegaiatan ini merupakan kegaiatan yang menghasilkan suatu produk maka
metode yang digunakan adalah pertama ,30% teori berupa ceramah,disertai contoh
– contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek langsung
cara mengubah sampah plastik menjadi berbagai macam bunga , diantaranya
bunga mawar, bunga teratai, kecubung, anggrek, kamboja, dan bunga lainnya.
Metode yang diterapkan pada metode ini juga disebut metode kursus,
dimana dalam mengajarkan keterampilan ini diberikan dalam bentuk-bentuk
berikut:.
Materi -materi keterampilan menbuat bunga plastik antara lain:
Perkenalan peralatan yang digunakan ( plastik bekas, gunting,
lem bakar, rotan, lilin, dsb.
Pengetahuan tentang pilihan dan kombinasi warna
Pengetahuan tentang, melipat berbagai tingkat kelopak bunga dan daun
merangkai bunga
Pengetahuan tentang menggunting kelopak dan daun
Pengetahuan tentang merangkai kelopak bunga dan daun
Pengetahuan tentang merangkai kuntum bunga untuk berbagai posisi
tempat( bunga meja, bunga sudut atau bunga tengah)
Diharapkan setelah mempelajari semua pelatihan keterampilan ini baik teori
maupun praktek peserta pelatihan dapat terbuka wawasannya serta dapat
menggunakan hasil pelatihan keterampilan ini untuk berwira usaha.
b) Subyek Kegiatan
Sasaran pelatihan adalah para ibu -ibu rumah tangga dan remaja putri desa
Sambiroto Ngampel Kapas kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk dilatih membatik.
A. RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan.Tempat
kegiatan dibalai desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.Adapun
Jadawal kegiatan sebagai berikut :
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
8
No Kegiatan Bulan ke-
1 2 3
1. Pembuatan proposal x x
2. Pendataan peserta x x x
3. Persiapan x x x
4. Pelaksanaan x x
5. Pembuatan Laporan x x
B. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
Pengangguran, mengurangi tingakt kemiskinan dengan memanfaatkan sumber daya
local yang selama ini tidak digunakan secara optimal dan cenderung terbuang begitu
saja sebagai sampah dan dianggap sebagai barang yang tidak berguna untuk
kemudian ditambah nilai gunanya tanpa menambah biaya yang besar dan dapat
dimanfaatkan bagi penggunaan sehari- hari atau untuk dijual guna menambah
penghasilan rumah tangga. Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metode yang digunakan. Yaitu empat tahap, yang
terdiri dari: tahap persiapan, tahap pelaksanaan pelatihan, tahap evaluasi dan tahap
pembuatan laporan.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan antara lain: persiapan materi/modul
dan studi literatur, mengunjungi lokasi kegiatan, koordinasi dan mengurus
periizinan ke kantor kecamatan dan Lurah dan ketua kelompok masyarakat untuk
menyesuaikan jadwal pelaksanaan, tempat pelaksanaan, peserta dan hal lain-lain
yang terkait dengan kegiatan ini. Dalam tahap ini juga dilakukan survey penentuan
peserta, penyebaran undangan, penyusunan modul dan penyiapan bahan presentasi,
serta menghubungi pihak dinas terkait. Hal ini dilakukan agar peserta benar- benar
dapat menerima manfaat dari pelatihan ini sekaligus meminta calon peserta untuk
mengumpulkan kantong plastik bekas sebagai bahan dasar membuat bunga plastik,
sekaligus dapat menjamin pasar dari hasil keterampilan ini nantinya jika ada dari
peserta yang berminat untuk mengembangkannya.Tahap persiapan ini dilakukan
pada bulan I (pertama) kegiatan pengabdian.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
9
Dalam menentukan peserta, pelaksana berkoordinasi dengan ketua
kelompok Ibu PKK setempat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Peserta
yang ikut dalam pelatihan ini berasal dari nama yang diserahkan oleh Ketua
kelompok dan juga melalui wawancara langsung kepada calon peserta. Hal ini
bertujuan agar sasaran yang ingin dicapai dalam pengabdian ini dapat tercapai
dengan semaksimal mungkin. Jumlah peserta yang ditargetkan mengikuti
pelatihan ini berjumlah 20 orang, tetapi dalam realisasinya dihadiri kurang lebih
dari 30 orang, ini menunjukkan antusias yang tinggi dari masyarakat yang
berminat untuk mengikuti keterampilan membuat bunga dari kantong plastik ini.
Penyebaran undangan dilakukan oleh ketua.
Agar kegiatan pelatihan ini terkontrol sesuai dengan tujuan dan sasaran
kegiatan maka disusun modul pelatihan, yang berfungsi sebagai panduan dalam
memberikan memberikan pengertian dan pemahaman tentang pengelolaan sampah
dan keterampilan membuat bunga plastik dari plastik bekas serta contoh – contoh
hasil berbagai bentuk bunga seperti bunga mawar, bunga teratai, bunga kamboja,
dan jenis lainnya.
Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan keterampilan membuat bunga dari plastik bekas dan
penyuluhan tentang pengelolaan sampah ini dilaksanakan Tatap muka dilakukan
seminggu sekali mengingat waktu yang tersedia bagi peserta hanya bisa pada hari
sabtu atau minggu saja. Dalam pelaksanaan kegiatan ini kami dibantu oleh satu
orang relawan yang ahli dibidang merangkai bunga dari kecamatan kapas untuk
mempermudah pengenalan dasar menggunting kelopak bunga dan daun serta
berbagai jenis rangkaian bunga sesuai tempat yang diinginkan. karena waktu
yang tersedia adalah hari libur, maka pelaksanaan pengabdian dilakukan dirumah
salah seorang warga yang bersedia mengingat jumlah peserta diluar target.
Pada tahap ini digunakan dua metode, yaitu metode ceramah dan diskusi,
dan metode pelatihan. Metode ceramah dan penyuluhan bertujuan memberikan
pengertian dan pemahaman tentang pentingnya keterampilan dan menumbuhkan
jiwa kewirausahaan bagi peserta untuk menumbuhkan semangat mandiri dan
mampu melihat peluang usaha dalam keterampilan pemanfaatan limbah plastik
rumah tangga ini, Disamping itu kita juga memperkenalkan seorang yang ahli
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
10
dibidang merangkai bunga ini dan telah berhasil dalam bisnis ini, bahkan sudah
menjadi produsen berbagai macam bunga plastik ini.
Pada Metode pelatihan, setiap peserta diberikan peralatan seperti: plastik
bekas yang sudah dibersihkan, gunting, lampu minyak tanah, lem bakar, rotan
serta alat- alat lain yang dibutuhkan. Pada tahap pertama peserta dilatih membuat
pola dasar kelopak bunga dan daun, tahap ini membutuhkan waktu satu sampai
dua kali pertemuan karena tidak semua peserta dengan mudah dapat memahami
pembuatan pola ini.Tahap berikutnya adalah merangkai kelopak bunga dan daun
untuk jenis bunga yang paling sederhana pada berbagai ukuran, Untuk tahap ini
juga diperlukan waktu satu hari.
Tahap akhir dari pelatihan ini adalah merangkai kuntum bunga pada
berbagai jenis posisi, disini peserta harus mampu menggabungkan semuabunga
dan menyusunya sesuai ukuran yang dikehendaki, sekaligus diajarkan cara
menvariasikan bunga berdasarkan warna dan jenis.Tahap ini membutuhkan waktu
2 hari.
Tahap Evaluasi
Setelah tahap pelatihan keterampilan membuat bunga dari plastil limbah rumah
tangga ini selesai satu minggu kemudian kami mengunjungi lokasi pelatihan dan
melihat bahwa sudah banyak bunga plastik di rumah-rumah warga dengan
berbagai jenis bunga yang berhasil mereka ciptakan .
Dari pengamatan kami, hampir 100 persen peserta telah mampu membuat
bunga plastik, bahkan mereka juga sudah dapat mengkombinasikan warna yang
sesuai dengan selera pasar. Meskipun demikian peserta masih perlu untuk
mengembangkan lebih lanjut dengan melatih kemampuan mereka dalam
merancang pola untuk jenis bunga lainnya yang sesuai dengan permintaan pasar
dan untuk diaplikasikan pada bentuk- bentuk lain.
Ketika ditanya kapada pesarta tentang keinginan mereka untuk menjadikan
keterampilan ini sebagai usaha sampingan, sebagian besar sangat berminat,
bahkan sudah menjadikannya sebagai usaha sampingan. Informasi yang
menggembirakan juga kami terima dari peserta, bahwa dari permintaan untuk
bunga plastik ini terus meningkat.Jadi pada tahap Evaluasi ini dinilai umpan balik
atas kegiatan yang telah dilakukan dan mendorong adanya produktivitas di masa
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
11
mendatang. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kualitas proses pelaksanaan
kegiatan dan output kegiatan yaitu sejauh mana kegiatan yang telah dilakukan
merubah pikiran dan aktivitas khalayak sasaran berkenaan dengan peningkatan
keterampilan melalui membuat bunga plastik sebagai upaya mengurangi
pengangguran, pengentasan kemiskinan dan sekaligus menjaga kebersihan di Kota
Bojonegoro Tercinta ini.
Evaluasi terhadap peningkatan keterampilan ini dilakukan untuk tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek evaluasi lebih bersifat
kualitatif, dilakukan pada akhir pelaksanaan pelatihan dengan cara menilai
kehadiran peserta serta out put yang merela hasilkan setelah pelatihan. Hal ini
bertujuan untuk melihat sejauh mana pelatihan dapat diserap oleh peserta
pelatihan. Kehadiran peserta pada pelatihan ini hampir 100%, yang artinya peserta
telah bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan dan termotivasi dengan pelatihan
ini.
Evaluasi jangka panjang lebih ditujukan pada hal yang bersifat kuantitatif
sesuai dengan indikator evaluasi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
yaitu peserta mampu menambah pendapatan dari keterampilan ini dilihat dari
jumlah peserta pelatihan yang menjalankan usaha dibidang keterampilan bunga
plastik setelah menguasai keterampilan ini.
C. PENUTUP
Kesimpulan
1. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka memperluas
kesempatan kerja salah satunya adalah melalui pelatihan keterampilan seperti
pengabdian masyarakat ini yang berbentuk pelatihan keterampilan. Untuk dapat
tercapainya tujuan jangka pendek dan jangka panjang, pelatihan tersebut haruslah
berkelanjutan, yaitu setelah memberikan keterampilan pada kelompok perempuan
rumah tangga miskin tersebut kemudian diikuti oleh pembinaan managemen
usaha dan solusi mengembangkan usaha untuk itu perlu , perencanaan, dievaluasi
secara terus-menerus, sehingga dalam jangka panjang bunga plastik ini dapat
berkembang di daerah ini.
2. Pelatihan keterampilan bunga plastik ini dapat memotivasi perempuan dari
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
12
rumah tangga miskin dan remaja putri yang menganggur untuk meningkatkan
kemampuannya dan pengetahuan mereka dalam pengembangan pola, warna dan
dapat mengaplikasikan pada berbagai macam jenis bunga lainnya yang bernilai
jual dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah.
3. Pelatihan keterampilan bunga plastik ini dapat menjadi bekal bagi peserta
memberikan peluang untuk membuka usaha sendiri atau kelompok dalam rangka
membantu meningkatkan pendapatan keluarga..
4. Meningkatkan jiwa berwiraswasta (mandiri) dengan memanfaatkan ilmu yang
diperoleh dari pelatihan ini, sekaligus membantu pemerintah untuk mencari solusi
pemecahan masalah pengangguran dan persoalan kebersihan dan kesehatan.
Saran
Dari kegiatan pelatihan ini saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:
1. Agar pelatihan ini tercapai tujuan yang diharapkan, baik peserta maupun
pelaksana harus dapat bekerja sama dan bersungguh-sungguh dalam
pelaksanaan program- program pelatihan serta menciptakan program pelatihan
yang berkesinambungan, mulai dari memberikan pelatihan keterampilan,
pembinaan kelompok, managemen dan membantu permodalan dan mencarikan
peluang pasar agar persoalan terkait dengan kemiskinan dapat dituntaskan.
2. Bagi pemerintah daerah, dalam hal ini tingkat korong dan Kecamatan
disarankan untuk dapat melanjutkan program ini dengan melakukan
pembinaan lebih lanjut dan untuk mengatasi kendala modal yang mereka
hadapi dengan melakukan kerja sama dengan instansi terkait, seperti dinas
perdagangan dan perindustrian agar perempuan dari rumah tangga miskin ini
yang sudah mempunyai keterampilan sulaman pita ini dapat menjadikan
keterampilan ini sebagai usaha untuk membantu meningkatkan ekonomi rumah
tangga mereka..
DAFTAR PUSTAKA
Adhar Sigh, Ram, 2006, Penelitian Sampah Plastik untuk Kontruksi Jalan Raya,
New Delhi.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
13
Arie S, 2008, Aspek Inovasi Dalam Implementasi 3 R Sampah: Kajian Dalam
Perspektif Intitusional.
Ari Suryanto, Dody dkk, 2005, Kajian Potensi Ekonomis Dengan Penerapan 3R
pada Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kota Depok.
Aryanti, dkk, 2000, Peran Serta Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah di
Lingkungan Perumahan, Vol 16 N0 2. Jurnal Puslitbangkim, Jakarta.
BPS, Kota Padang Dalam Angka, 2010 DKP Kota Padang, 2010.
Dessler, Garry. 2001. Human Resources Manajement, Graha Indonesia, Jakarta.
Damanhuri, E dkk 1989, Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia, Pus Lit
Bang. Pemukiman Dept PU-LPM ITB.
Enviromental servisec program (ESP) DKI, 2006, Modul Pelatihan Pengelolaan
Sampah Berbasis Masyarakat.
E.HSU, Cm. Kuo, 2004, Recycling Rates of Waste Home Appliances in Taiwan.
Ellina S. Pandebesie, 2005, Teknik Pengelolaan Sampah, Surabaya.
Hadjrachman, Ranupandjo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia I, Penerbit
Karunika, Jakarta.
Handoko, T. Hani. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
BPFE, Jokyakarta.
Hardjana, Agus. 2001. Training Sumber Daya Manusia yang Efektif, Konisius
Jokyakarta.
Hadjrachman, Ranupandjo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia I, Penerbit
Karunika, Jakarta.
Handoko, T. Hani. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
BPFE, Jokyakarta..
Raymond Torres, 2007. Unemployment measure, World Bank.
Tri Sambodo, 2007. Prospek Perekonomian Indonesia, Pusat Penelitian Ekonomi
LIPI M.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
14
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN TATA BOGA WARGA KEDUNG ADEM
DI BALAI LATIHAN KERJA BOJONEGORO
Eryul Mufidah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan dalam hal: kue kering manis. Pelatihan ini ditujukan terutama untuk
masyarakat yang ingin berwirausaha khususnya para Ibu Rumah Tangga dan remaja
putri di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro. Sehingga dari pengabdian
ini akan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan masyarakat terutama kaum ibu
dan remaja putri dari rumah tangga tentang nilai ekonomi dari tata boga.
Metode yang digunakan dalam pengabdian ini adalah metode ceramah dan
penyuluhan,diskusi,demonstrasi dan pelatihan.Adapun hasil dari pengabdian ini
adalah dapat memotivasi perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang
menganggur untuk meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan
dapat mengaplikasikan pada berbagai macam jenis Kue kering lainnya yang bernilai
jual dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah.
Hasil pelaksanaan pelatihan adalah:1) Peserta pelatihan telah menguasai ketrampilan
membuat aneka produk olahan kue kering, 2) Peserta pelatihan telah
menguasai ketrampilan membuat kemasan aneka olahan kue kering
dengan sentuhan kue kering yang aman dan menarik dan, 3) Peserta pelatihan telah
menguasai ketrampilan dalam menetapkan harga jual dan memasarkan
produk aneka olahan kue kering. Secara keseluruhan pelaksanaan
pelatihan cukup berhasil karena peserta pelatihan mampu menguasai materi
pelatihan baik dari aspek pengetahuan maupunketrampilan lebih dari 70% sesuai
yang ditargetkan.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Aneka Olahan Kue Kering
ABSTRACT
This service activity aims to increase knowledge and skills in terms of: sweet
pastries. This training is intended primarily for people who want to be
entrepreneurs, especially housewives and young women in Kedungadem
District, Bojonegoro District. So from this dedication will increase the
knowledge and skills of the community, especially mothers and young women
from the household about the economic value of cooking.
The method used in this service is the method of lecture and counseling,
discussion, demonstration and training. As for the results of this service is to
motivate women from households and young women who are unemployed to
improve their abilities and knowledge and can apply to various types of
pastries others that are worth selling and the market has bright prospects.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
15
The results of the training are: 1) Training participants have mastered the
skills to make various processed pastry products, 2) Training participants
have mastered the skills to make various processed pastries packaging with a
safe and interesting touch of pastries and, 3) Training participants have
mastered deep skills set selling prices and market various processed pastry
products. Overall the implementation of the training was quite successful
because the training participants were able to master the training material
both in terms of knowledge and skills more than 70% as targeted.
Keywords: Entrepreneurship, Various Processed Pastries
LATAR BELAKANG
Kondisi ekonomi yang kurang stabil menyebabkan banyak perusahaan yang
mengurangi pekerjanya. Untuk mendapatkan pekerjaan kembali dibutuhkan
keterampilan terlebih yang tidak mengusai keterampilan sama sekali. Keterampilan
bisa dikuasai karena belajar atau otodidak Keterampilan yang sudah banyak
dimanfaatkan dan banyak menghasilkan penghasilan adalah keterampilan memasak.
Sebagai contoh disepanjang jalan-jalan yang ada di Bojonegoro banyak usaha
makanan yang didirikan baik itu yang sifatnya permanen atau warung tenda. selama
manusia membutuhkan makanan maka usaha boga akan tetap marak.
Dahulu keterampilan memasak hanya dipandang dengan sebelah mata karena
dianggap tidak potensial, akan tetapi dengan kondisi perekonomian sekarang ini
peluang membuka usaha yang paling cepat untuk mendapatkan penghasilan adalah
dari usaha boga. Oleh karena itu banyak ditawarkan berbagai macam kursus mulai
dari masakan daerah, oriental, kontinental sampai patiseri dengan biaya kursus yang
sangat mahal terutama bagi masyarakat pedesaan. Guna memenuhi keinginan
masyarakat pedesaan tentang dunia boga maka diadakan program pengabdian pada
masyarakat. Pengabdian yang dilaksanakan di desa Bimomartani Ngemplak Sleman
dengan materi pelatihan pembuatan kue kering.
Tujuan pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan dapat membuat kue kering
dengan berbagai teknik, memvariasi bentuk, bahan dan penampilan kue kering,
sampai pada pengemasan dan diharapkan nantinya sampai pada penjualan.
Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh Dosen
STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Pelatihan ini
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
16
ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para Ibu
Rumah Tangga di desa Ngampel Kecamatan Kapas Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan dan ketrampilan tata boga
kepada kelompok Ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri di Kecamatan
Keduungadem Kabupaten Bojonegoro, sehingga dapat meningkatkan
kemampuannya. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan memotivasi
perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang menganggur untuk
meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan dapat mengaplikasikan
pada berbagai macam jenis kue kering lainnya yang bernilai jual dan pasarnya
mempunyai prospek yang cerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Dasar Teori
Kue kering adalah kue manis yang kecil, kebanyakan adonan kue kering
banyak diambil dari adonan cake dengan mengurangi jumlah telur, susu, dan jumlah
cairan yang digunakan. Adonan ini memudahkan dalam pencampuran, pembentukan
kue sehingga tetap teguh pada saat ditaruh dalam loyang. Sebelum membuat kue
kering terlebih dahulu harus menguasai tentang bahan-bahan untuk membuat kue
kering. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kue kering adalah:
1. Tepung terigu
Tepung terigu berasal dari biji gandum yang mengandung gluten. Gluten adalah
protein yang tidak larut dalam air dan mempunyai sifat elastis. Tepung terigu yang
cocok digunakan untuk membuat kue kering adalah yang mempunyai kandungan
protein 8-10%.
Tepung terigu yang banyak beredar dipasaran sangat banyak jenisnya dengan
berbagai merk agar tidak keliru membeli tepung terigu dibawah ini penggolongan
tepung terigu berdasarkan kadar proteinnya..
Kadar
Protein Merk
Fungsi Dalam Produk Sifat
11-13% Cakra kembar
emas
Untuk semua jenis
makanan/ roti yang
Genggam kuat
terigu dengan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
17
(tinggi) Cakra kembar
Kereta kencana
emas
membutuhkan proses
peragian seperti : roti
tawar, donat, roti
Perancis, roti hamburger,
roti hotdog, roti manis,
roti Perancis (baquette),
bakpao, bika ambon
tangan lalu buka
hasilnya tepung
berserakan, tidak
menggumpal
10-11%
(sedang)
Segitiga biru
Piramida
Kereta kencana
Kendi
Roda biru
Angsa kembar
Tepung ini mempunyai
sifat multi guna artinya
biasa digunakan di dalam
rumah tangga seperti kue
basah, gorengan, mie,
macam biskuit dan
wafer.
Dengan cara yang
sama akan
menghasilkan
tepung agak
menggumpal
8-9%
(rendah)
Kunci biru
Roda biru
Lencana merah
Semar
Gunung bromo
Jenis makanan yang
tidak membutuhkan
gluten tinggi, seperti
produk kue-kue kering,
biscuit dan wafer
Dengan cara yang
sama akan
menghasilkan
tepung
menggumpal
menjadi satu
2. Gula
Gula yang digunakan sebaiknya adalah gula halus karena lebih mudah dalam
pengadukan dengan lemak. Penggunaan gula pasir dalam kue kering akan
menjadikan kue kering menyebar secara maksimum selama proses pembakaran
dan kristal gula menyebabkan hasil yang keras.
3. Lemak
Lemak yang paling baik adalah lemak dengan kandungan air rendah dan tanpa
rasa. Lemak yang digunakan untuk membuat kue kering adalah butter, margarine
atau campuran keduanya. Untuk mendapatkan kue yang lezat dapat menggunakan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
18
butter (berasal dari lemak hewani) tentu harganya jauh lebih mahal sedangkan
mergarine berasal dari lemak tumbuhan dengan harga yang lebih murah.
4. Telur
Penggunaan telur dalam pembuatan kue kering hanya dibutuhkan bagian
kuningnya saja karena kuning telur membuat kue kering lebih renyah, empuk dan
menambah warna pada kue kering, jika putih telur digunakan dalam pembuatan
kue kering akan menghasilkan kue yang keras kecuali lidah kucing.
Klasifikasi Kue Kering
Berdasarkan teknik pembentukan kue kering dapat dibedakan menjadi tujuh tipe.
1. Drop Cookies
Drop cookies adalah kue kering yang teknik pembentukannya dengan
menggunakan dua buah sendok. Contoh kue kering yang menggunakan teknik ini
adalah macaron, havermout cookies.
2. Bagged Cookies
Bagged cookies adalah kue kering yang menggunakan teknik semprot, adapun alat
yang digunakan adalah spet dan papping bag. Jenis kue kering yang termasuk
dalam teknik ini adalag semprit, lidah kucing, maringue cookies,
3. Rolled Cookies
Rolled cookies merupakan kue kering yang diselesaikan dengan cara digulung dan
kemudian dipotong dengan menggunakan pisau kue kering. Kue kering yang
termasuk dalam teknik ini adalah Rainbow cookies, almond butter, nut cookies
4. Molded Cookies
Molded cookies dibentuk dengan menggunakan tangan tanpa bantuan cetakan,
seperti kaastengels
5. Ice box Cookies
Merupakan kue kering yang krispi dan tipis karena dibuat dengan menggunakan
kadar lemak yang tinggi dan melalui proses penyimpanan dalam almari es selama
beberapa saat bahkan sampai beberapa hari. Kue kering yang menggunakan teknik
ini adalah ice box cookies, domino cookies, spicy cookies.
6. Bar cookies
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
19
Bisa juga disebut lentreng cookies, teknik yang digunakan adalah mencetak
adonan dalam loyang kemudian dibakar setelah matang panas-panas langsung
dipotong-potong. Jenis kue kering yang menggunakan teknik ini adalah yanhagel
cookies.
7. Decorated Cookies
Decorated adalah kue kering yang sudah matang kemudian dihias dengan glazur,
coklat dan hiasan lainnya.
Tips Membuat Kue Kering
Membuat kue kering membutuhkan ketelitian dan ketelatenan oleh karena itu
perlu diperhatikan tips-tips di bawah ini.
Timbang bahan dengan menggunakan timbangan yang akurat dan tepat.
Untuk mendapatkan hasil kue yang renyah, sangrai tepung terigu hingga kering
atau jemur dibawah terik matahari
Jangan mengocok mentega terlalu lama, tujuannya agar adonan tidak terlalu
lembek dan susah dicetak. Cukup kocok beberapa saat, asal semua bahan
tercampur rata.
Ingin kue kering yang renyah dan tidak melebar? Cobalah mengganti kuning
telur mentah dengan kuning telur rebus yang disaring (agar halus) dengan jumlah
yang sama. Kemudian olah seperti petunjuk resep.
Agar kue tidak menjadi keras perhatikan teknik menguleninya. Caranya, remas
perlahan adonan kue dengan jari-jari perlahan saja dan jangan ditekan terlalu
keras. Lebih baik adonan kue diaduk dengan menggunakan sendok kayu. Ingat!
Jangan uleni adonan terlalu lama
Jika adonan kue terlalu lembek, jangan menambahkan tepung lagi. Cobalah
membungkusnya dengan plastik, kemudian masukan dalam kulkas. Diamkan
beberapa 1-2 jam hingga adonan agak mengeras dan bisa dicetak
Untuk mendapatkan kue kering yang tidak terlalu melebar cara mengoles
mentega pada loyang jangan terlalu tebal.
Jika kue kering menggunakan buah kering sebagai penambah rasa atau hiasan,
cuci dulu, lalu tiriskan. Hal ini untuk menghindari agar kue kering tampil
menarik tanpa ada buah kering yang terlihat gosong.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
20
Saat mencetak di atas loyang, beri jarak antar kue, agar ketika kue mengembang,
hasilnya tetap bagus dan tidak saling melekat.
Modal utama membuat kue kering adalah ketelatenan, karena agak njelimet dan
makan waktu. Untuk itu, buatlah kue kering jauh hari sebelum Lebaran atau
Natal agar Anda punya waktu untuk hal lain saat mendekati hari yang dinanti.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan ini merupakan kegaiatan yang menghasilkan suatu produk maka
metode yang digunakan adalah pertama ,30% teori berupa ceramah,disertai contoh –
contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek langsung cara
membuat kue kering berbagai macam kue kering , diantaranya havermout cookies,
nut cookies, semprit dan lidah kucing.
Sasaran pelatihan adalah para ibu -ibu rumah tangga dan remaja putri di
kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk dilatih membuat kue kering.
RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan. Tempat
kegiatan di balai Latihan kerja kabupaten Bojonegoro. Adapun Jadawal kegiatan
sebagai berikut :
No Kegiatan Bulan ke-
1 2 3
1. Pembuatan
proposal
x x
2. Pendataan peserta x x x
3. Persiapan x x x
4. Pelaksanaan x x
5. Pembuatan
Laporan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
21
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun pelaksanaan kegiatan ini dilakukan sesuai dengan tahapan kegiatan
dan metode yang digunakan. Yaitu empat tahap, yang terdiri dari: tahap persiapan,
tahap pelaksanaan pelatihan, tahap evaluasi dan tahap pembuatan laporan.
Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ini yang dilakukan antara lain: persiapan materi/modul
dan studi literatur, mengunjungi lokasi kegiatan, koordinasi dan mengurus
periizinan ke kantor kecamatan dan Lurah dan ketua kelompok masyarakat untuk
menyesuaikan jadwal pelaksanaan, tempat pelaksanaan, peserta dan hal lain-lain
yang terkait dengan kegiatan ini. Dalam tahap ini juga dilakukan survey penentuan
peserta, penyebaran undangan, penyusunan modul dan penyiapan bahan presentasi,
serta menghubungi pihak dinas terkait. Hal ini dilakukan agar peserta benar- benar
dapat menerima manfaat dari pelatihan ini sekaligus dapat menjamin pasar dari hasil
keterampilan ini nantinya jika ada dari peserta yang berminat untuk
mengembangkannya. Tahap persiapan ini dilakukan pada bulan I (pertama) kegiatan
pengabdian.
Agar kegiatan pelatihan ini terkontrol sesuai dengan tujuan dan sasaran
kegiatan maka disusun modul pelatihan, yang berfungsi sebagai panduan dalam
memberikan memberikan pengertian dan pemahaman tentang pembuatan kue
kering.
Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan pelatihan keterampilan membuat bunga dari plastik bekas dan
penyuluhan tentang pembuatan kue kering ini dilaksanakan Tatap muka dilakukan
seminggu sekali mengingat waktu yang tersedia bagi peserta hanya bisa pada hari
sabtu atau minggu saja. Dalam pelaksanaan kegiatan ini kami dibantu oleh satu
orang relawan yang ahli dibidang tata boga dari kecamatan kedungadem untuk
mempermudah pengenalan dasar membuat adonan kue kering dan cara
pengemasannya. Pelaksanaan pengabdian dilakukan di Balai latihan kerja
Bojonegoro.
Pada tahap ini digunakan dua metode, yaitu metode ceramah dan diskusi,
dan metode pelatihan. Metode ceramah dan penyuluhan bertujuan memberikan
pengertian dan pemahaman tentang pentingnya keterampilan dan menumbuhkan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
22
jiwa kewirausahaan bagi peserta untuk menumbuhkan semangat mandiri dan
mampu melihat peluang usaha dalam keterampilan tata boga , Disamping itu kita
juga memperkenalkan seorang yang ahli dibidang merangkai ahli kue dan telah
berhasil dalam bisnis ini, bahkan sudah menjadi produsen berbagai macam kue
kering.
Pada metode pelatihan, setiap peserta diberikan peralatan seperti: baskom,
oven, cetakan kue serta alat- alat lain yang dibutuhkan. Pada tahap pertama peserta
dilatih membuat adonan kue, pencetakan kue dan pemanggangan, tahap ini
membutuhkan waktu satu sampai dua kali pertemuan karena tidak semua peserta
dengan mudah dapat memahami pembuatan adonan ini.Tahap berikutnya adalah
merangkai mengemas kue yang menarik. Untuk tahap ini juga diperlukan waktu
satu hari. Tahap akhir dari pelatihan ini adalah memasarkan hasil kue ke konsumen
dengan cara membuat acara bazar.Tahap ini membutuhkan waktu 2 hari.
Tahap Evaluasi
Dari pengamatan kami, hampir 70 persen peserta telah mampu membuat kue
kering. Meskipun demikian peserta masih perlu untuk mengembangkan lebih lanjut
dengan melatih kemampuan mereka dalam merancang jenis kue kering lainnya yang
sesuai dengan permintaan pasar.
Ketika ditanya kapada pesarta tentang keinginan mereka untuk menjadikan
keterampilan ini sebagai usaha sampingan, sebagian besar sangat berminat, bahkan
sudah menjadikannya sebagai usaha sampingan.Jadi pada tahap Evaluasi ini dinilai
umpan balik atas kegiatan yang telah dilakukan dan mendorong adanya
produktivitas di masa mendatang. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kualitas
proses pelaksanaan kegiatan dan output kegiatan yaitu sejauh mana kegiatan yang
telah dilakukan merubah pikiran dan aktivitas khalayak sasaran berkenaan dengan
peningkatan keterampilan melalui membuat bunga plastik sebagai upaya
mengurangi pengangguran, pengentasan kemiskinan di Kota Bojonegoro tercinta
ini.
Evaluasi terhadap peningkatan keterampilan ini dilakukan untuk tujuan
jangka pendek dan jangka panjang. Pada jangka pendek evaluasi lebih bersifat
kualitatif, dilakukan pada akhir pelaksanaan pelatihan dengan cara menilai
kehadiran peserta serta out put yang merela hasilkan setelah pelatihan. Hal ini
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
23
bertujuan untuk melihat sejauh mana pelatihan dapat diserap oleh peserta pelatihan.
Kehadiran peserta pada pelatihan ini hampir 100%, yang artinya peserta telah
bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan dan termotivasi dengan pelatihan ini.
Evaluasi jangka panjang lebih ditujukan pada hal yang bersifat kuantitatif
sesuai dengan indikator evaluasi yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
yaitu peserta mampu menambah pendapatan dari keterampilan ini dilihat dari
jumlah peserta pelatihan yang menjalankan usaha dibidang keterampilan tata boga
kue kering setelah menguasai keterampilan ini.
PENUTUP
Pelatihan ini menghasilkan kesimpulan berikut:
1. Pelatihan keterampilan tata boga kue kering ini dapat memotivasi perempuan dari
rumah tangga dan remaja putri yang menganggur untuk meningkatkan
kemampuannya dan pengetahuan mereka dalam pengembangan pola, warna dan
dapat mengaplikasikan pada berbagai macam jenis bunga lainnya yang bernilai
jual dan pasarnya mempunyai prospek yang cerah.
2. Pelatihan keterampilan tata boga kue kering ini dapat menjadi bekal bagi peserta
memberikan peluang untuk membuka usaha sendiri atau kelompok dalam rangka
membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
3. Meningkatkan jiwa berwiraswasta (mandiri) dengan memanfaatkan ilmu yang
diperoleh dari pelatihan ini, sekaligus membantu pemerintah untuk mencari solusi
pemecahan masalah pengangguran dan persoalan kebersihan dan kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Siti Hamidah, 1996, Patiseri, Diktat Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga
IKIP Yogyakarta.
Yasa Boga, 1997, Terampil Membuat Kue Kering, PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
24
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN KREASI SULAM PITA DI DESA WORO
KECAMATAN KEPOHBARU KABUPATEN BOJONEGORO
M. Ali Nur Huda
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini betujuan untuk: (1)
memberikan pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita (2)
mengetahui tanggapan warga Desa Woro Kecamatan Kepohbaru dalam
pelatihan menghias kain dengan tekik sulam pita. Metode kegiatan
pengabdian masyarakat ini menggunakan metode ceramah, demontrasi,
metode tanya jawab serta pelatihan membuat sapu tangan yang dihias
dengan teknik sulam pita. Pelatihan ini melibatkan melibatkan ibu-ibu
rumah tangga di Desa Woro yang berjumlah 31 orang. Hasil kegiatan
pengabdian pada masyarakat ini adalah pelatihan menghias kain dengan
teknik sulam pita dinyatakan berhasil karena ibu-ibu bisa melaksanakan
dan membuat sulam pita pada kain (sapu tangan) dengan baik dan mereka
hadir 100% dan mereka sangat antusias mengikuti pelatihan menghias
kain dengan teknik sulam pita.
Kata Kunci: Menghias Kain, Sulam Pita, Pelatihan Kewirausahaan
ABSTRACT
This Community Service activity aims to: (1) provide training in decorating
fabric with ribbon embroidery techniques (2) knowing the responses of
residents of Woro Village, Kepohbaru Subdistrict, in training to decorate the
fabric with ribbon embroidery techniques. This community service activity
method uses lecture method, demonstration, question and answer method and
training to make handkerchiefs decorated with ribbon embroidery techniques.
The training involved 31 housewives in 31 Woro Villages. The results of
community service activities were training in cloth decorating with ribbon
embroidery techniques declared successful because mothers could carry out
and make ribbon embroidery on cloth (handkerchiefs) well and they were
present at 100% and they were very enthusiastic in participating in cloth
decorating with embroidery techniques tape.
Keywords: Fabric Decorate, Ribbon Embroidery, Entrepreneurship Training
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
25
LATAR BELAKANG
Dewasa ini Departemen Pendidikan Kebudayaan (Depdikbud) giat-giatnya
mencanangkan konsep ketrampilan hidup (life skill) pada jenjang pendidikan formal
yang ada di negeri ini. Ketrampilan hidup adalah kecakapan yang dimiliki seseorang
untuk mampu menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar sesuai
dengan kondisi lingkungan mereka masing-masing. Ketrampilan merupakan bekal
yang sangat berharga di masa yang akan datang bagi setiap anak karena manusia
yang terampil selalu dapat mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan riil dalam
kehidupannya. Dengan demikian seseorang yang mempunyai ketrampilan hidup
yang tinggi akan berpeluang besar untuk mendapat keuntungan yang tidak sedikit di
masa yang akan datang.
Ketrampilan hidup di bidang busana khususnya kerajinan tangan merupakan
ketrampilan yang luwes diterapkan di dalam berbagai keadaan. Ketrampilan ini
dapat sebagai sarana atau modal untuk menjalankan usaha di bidang ketrampilan
tangan. Di masa pembangunan sekarang nilai ekonomi semakin berperan, maka
kerajinan tangan dipandang sebagai aset yang menguntungkan untuk dikembangkan.
Dengan kata lain, kerajinan tangan dipandang memiliki potensi ekonomi dalam
perdagangan dan dunia pariwisata. Oleh karena itu, kegiatan kerajinan ini
digalakkan dan diharapkan mampu meningkatkan devisa negara, sekaligus dapat
memperluas lapangan kerja dan meningkatkan peran ibu-ibu rumah tangga sebagai
peningkatan perekonomian rumah tangga (keluarga).
Pada sisi lainnya, ibu-ibu rumah tangga sangat membutuhkan berbagai
ketrampilan khususnya bidang busana (kerajinan tangan) mengingat mereka
tergolong sumber daya manusia yang berusia produktif. Kurangnya ketrampilan
menghias kain dengan teknik sulam pita yang berorientasi pasar (siap jual),
sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk menunjang bidang
tersebut. Adapun program pelatihan yang akan diberikan adalah keterampilan
menghias kain dengan teknik sulam pita. Dipilihnya pita sebagai bahan utama
dalam pembuatan sulaman pita karena pita mudah didapat dan harganya tidak
terlalu mahal, sedangkan penerapan teknik sulam pita yaitu menghias sapu tangan
dengan menggunakan beberapa teknik tusuk hias.
Adapun respon ataupun tanggapan ibu-ibu rumah tangga di Desa Woro
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
26
sebagai peserta terhadap kegiatan pelatihan sangat positif dan antusias. Hal ini
ditunjukkan dengan keaktifan ibu-ibu dalam mengikuti pelatihan dan mereka
mengharapkan bisa kembali diberikan pelatihan yang sejenis. Oleh sebab itu untuk
dapat memiliki sejumlah ketrampilan pada ibu-ibu rumah tangga pada umumnya,
maka diperlukan sejumlah pelatihan ketrampilan yaitu: (a) mengidentifikasi bahan
sulam pita siap jual, menghitung kebutuhan bahan utuk terwujudnya hasil, (b)
mempersiapkan bahan untuk membuat bahan, (c) menghias kain dengan teknik
sulam pita.Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan
”Pelatihan Kewirausahaan Kreasi Sulam Pita Di Desa Woro Kecamatan Kepohbaru
Kabupaten Bojonegoro”.
KERANGKA PELAKSANAAN PELATIHAN
Pemecahan Masalah
Permasalahan yang ada berupa kondisi ekonomi Bangsa Indonesia saat ini,
bukanlah hal yang mudah untuk memperoleh pekerjaan, apalagi bagi keluarga yang
memiliki keterbatasan finansial yang menyebabkan tingkat perekonomian dan
pendapatan keluarga mereka rendah. Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang
rumit, jika para anggota keluarga tersebut tidak dipersiapkan untuk mencari peluang
di dunia usaha, dengan kata lain berwirausaha mandiri. Sedangkan lingkungan
sekitar banyak terdapat alat-alat menjahit yang belum dipergunakan secara optimal.
Oleh karena itu sudah seharusnya perguruan tinggi melalui penerapan
Dharma ke 3 yaitu Pengabdian Pada Masyarakat memberikan kontribusi untuk
memecahkan persoalan tersebut. Realisasi pemecahan masalah terhadap kerangka
pemecahan masalah dilakukan melalui peningkatan ketrampilan dalam pelatihan
menghias kain dengan teknik sulam pita yang siap jual yang mampu menumbuhkan
jiwa wirausaha. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan para ibu-ibu rumah tangga
dapat menerapkan berbagai ketrampilan yang akan diberikan, dan selalu menggali
ide baru untuk berinovasi dalam berkarya. Selanjutnya dengan penguasaan
wawasan dan ketrampilan tersebut para ibu-ibu rumah tangga untuk mandiri, dan
menjadi insan yang produktif.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam
tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
27
Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi kegiatan
dipilih di Desa Woro Kecamatan Kepohbaru. Jenis kegiatan berupa pelatihan
menghias kain dengan teknik sulam pita. Tahap pelaksanaan berupa penyajian
materi secara teori dilanjutkan dengan menghias kain dengan teknik sulam pita
(menghias sapu tangan), dan pengawasan terhadap anak-anak yang mengerjakan
menghias kain yang dibuat sesuai dengan instruksi instruktur, contoh yang ada
bahkan ibu-ibu rumah tangga bisa berkreasi sesuai dengan keinginannya. Tahap
yang terakhir adalah evaluasi akhir dan pelaporan.
Metode Kegiatan
Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam
bentuk pelatihan keterampilan melalui ceramah, demontrasi, tanya jawab dan
pelatihan dilaksanak selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan
kegiatannya:
1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum tentang
sulam pita, alat dan bahan, serta macam-macam tusuk yang digunakan.
2. Demontrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai
proses pembuatan sulaman pita yang diterapkan pada sapu tangan.
3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi
oleh kedua metode di atas.
4. Pelatihan pembuatan menghias kain dengan teknik sulam pita ditujukan kepada
ibu-ibu rumah tangga dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan.
5. Evaluasi hasil akhir
PEMBAHASAN
Pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita pada anak asuh di Desa
Woro Kecamatan Kepohbaru. Kegiatan dimulai pukul 08.30 sampai dengan pukul
12.00 WIB. Kegiatan diawali dengan mengumpulkan peserta di ruang aula yang
sekaligus sebagai tempat pelatihan. Target peserta adalah 31 orang ibu rumah tangga
yang tercatat sebagai warga Desa Woro di Kecamatan Kepohbaru.
Kegiatan yang pertama adalah menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan
bahan-bahan yang digunakan dalam sulam pita, alat-alat yang digunakan serta
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
28
fungsinya, tusuk-tusuk hias yang digunakan, cara membuat kreasi benda fungsional
melalui metode ceramah. Persiapan alat dan bahan, adapun bahan yang digunakan
dalam pelatihan menghias kain dengan sulam pita adalah sebagai berikut: pita Pita
merupakan bahan dasar dalam menyulam. Pita tersedia dalam berbagai variasi
berdasarkan jenis dan ukurannya. Ada berbagai macam pita berdasarkan jenis
bahannya (Rosa Amelia, 2008) yaitu: pita satin, pita organdi, benang sulam, kain
tetoron polos/tidak bermotif. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam pelatihan
ini adalah jarum sulam jenis chenille jarum ini mempunyai ukuran besar dan lubang
yang lebar, digunakan untuk pita yang berukuran lebar. Pemidangan digunakan
untuk membentang kain agar memudahkan penarikan pita. Gunting digunakan untuk
menggunting benang dan pita saat menyulam. Tudung jahit/cincin jari gunanya
untuk melindungi jari dari tusukan ujung jarum pada saat menyulam dengan tangan.
Pembuka Jahitan/Pendedel digunakan untuk memdedel apabila ada hasil jahitan atau
sulaman yang kurang bagus atau salah. Karbon jahit gunanya untuk menjiplak motif
ke kain. Pensil digunakan untuk menjiplak desain hiasan ke atas kain yang akan
disulam. Kertas digunakan untuk membuat motif atau pola yang akan diciptakan
pada kain. Macam-macam tusuk hias yang digunakan adalah tusuk tikan jejak, tusuk
veston, tusuk rantai, tusuk balut, tusuk rantai terbuka, tusuk flanel, tusuk benang
sari, tusuk kretan, tusuk datar, dan lain-lain.
Selanjutnya kegiatan pelatihan dengan mendemontrasikan cara-cara
pembuatan sulam pita. Ibu-ibu rumah tangga dikelompokkan menjadi 3 kelompok
agar memudahkan dalam pengajaran. Kegiatan perkelompok menghias sapu tangan
dengan sulam pita. Sulam pita yang dibuat sesuai dengan desain yang sudah
disediakan atau sesuai dengan kreasi masing-masing. Adapun langkah- langkah
dalam pembuatan sulam pita adalah, menyiapkan alat dan bahan, membuat desain
motif sulaman, menjiplak motif di kain dengan menggunakan karbon jahit, memilih
pita sesuai dengan desain, mulai kegiatan menyulam dan finising. Ibu-ibu rumah
tangga yang sudah selesai menghias kain diberikan kesempatan untuk membuat lagi
sulaman sesuai dengan kreasi masing-masing.
Tahap terakhir adalah evaluasi, ibu-ibu rumah tangga yang sudah selesai
membuat sulaman pita pada saputangan diharapkan untuk mengumpulkan hasil
karyannya dan instruktur menilai dan memberikan masukan untuk kesempurnaan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
29
dari hasil karya siswa. Adapun hal-hal yang dievaluasi adalah persiapan dan
pemilihan bahan, pengukuran dan persiapan bahan, penggunaan peralatan yang
benar, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir yang
dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan, menata peralatan setelah selesai
kegiatan, kreatifitas sulan pita, kerapian sulam pita dan kombinasi sulam pita.
Hasil kegiatan pelatihan pembuatan kreasi benda fungsional dari kain flanel
secara umum dapat dikatakan berhasil karena ibu-ibu rumah tangga Desa Woro bisa
membuat dan menyelesaikan sulam pita pada saputangan. Menghias kain dengan
teknik sulam pita yang dibuat sesuai dengan harapan instruktur, ibu-ibu dengan baik
melaksanakan pelatihan, dan mengikuti arahan instruktur. Ibu-ibu mengerjakan
dengan baik sesuai dengan langkah-langkah dan contoh yang disipakan instruktur.
Produk-produk yang dibuat diharapkan dapat dikembangkan ke media yang lainnya,
misalnya mengias kain dengan teknik sulam pita di busana maupun lenan rumah
tangga. Adapun sebagai krieria acuan dalam penilaian produk yang dibuat adalah
Persiapan (Pemilihan bahan, pengukuran, penyiapan alat), penggunaan peralatan
yang benar, ketepatan langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir
yang dipresentasikan menurut kreteria yang diharapkan, menata peralatan setelah
selesai kegiatan, kreatifitas sulam pita, kerapian sulam pita, kombinasi warna sulam
pita. Pelatihan ini memberikan manfaat kepada ibu-ibu rumah tangga Desa Woro
sebagai lahan untuk berwirausaha, karena ibu-ibu memiliki ketrampilan dalam
sulam pita yang bisa diterampak atau digunakan untuk menghias benda-benda baik
itu lenan rumah tangga, busana, maupun kain.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan di atas, maka dapat
disimpilkan sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kegiatan pelatihan menghias kain dengan teknik sulam pita
pada ibu-ibu rumah tangga warga Desa Woro Kecamatan Kepohbaru sudah
terlaksana dengan baik. Ibu-ibu rumah tangga menghias sapu tangan dengan
teknik sulam pita. Dilihat dari aspek Persiapan (Pemilihan bahan,
pengukuran, penyiapan alat), penggunaan peralatan yang benar, ketepatan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
30
langkah-langkah membuat sulam pita, kesesuaian hasil akhir yang
dipresentasikan menurut kriteria yang diharapkan, menata peralatan setelah
selesai kegiatan, kreatifitas sulam pita, kerapian sulam pita, kombinasi
warna sulam pita
2. Tanggapan ibu-ibu rumah tangga Desa Woro Kecamatan Kepohbaru
terhadap pelaksanaan kegiatan pelatihan menghias kaian dengana teknik
sulam pitan ini sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari idikator kehadiran ibu-
ibu rumah tangga mencapai 100% dari target, dan selama kegiatan
berlangsung mereka sangat antusias mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir kegitan.
DAFTAR PUSTAKA
Angendari Diah, dkk. 2014. Desain dan Dekorasi Tekstil. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Hamidin. 2011. Seni Berkarya dengan Sulam Benang. Pustaka Widyatama.
Yogyakarta.
Indri A dan Benda D. 2012. Sulam Pita Demedia Putra. Jakarta.
Rosa Amelia. 2008. Cantik dengan Sulam Pita. Hikmah (PT Kawan Pustaka):
Jakarta.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
31
PENDAMPINGAN PEMBUATAN LAPORAN KEUANGAN
KOPERASI WANITA SINDORA
DI DESA TENGGER KECAMATAN NGASEM BOJONEGORO
Mifta Hulaikah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Kurangnya kemampuan pengurus dan pengawas koperasi dalam membuat laporan
keuangan koperasi membuat informasi keuangan koperasi tidak mencerminkan
keadaan yang sebenarnya. Hal ini dapat membuat anggota kurang tepat dalam
mengartikan kondisi keuangan koperasi. Laporan keuangan merupakan salah satu
bentuk tanggungjawab pengurus kepada anggota, sehingga dalam pembuatannya
harus mengikuti proses dan aturan yang benar. Sasaran dari kegiatan pendampingan
pembuatan laporan keuangan koperasi adalah pengurus dan pengawas yang
berjumlah enam orang, hal ini dilakukan agar tetap terjaga keberlanjutanya pada saat
regenerasi. Hasil yang dicapaiadalah berupa pembenahan laporan keuangan dari
yang semula menjadi laporan keuangan yang benar sesuai peraturan yang berlaku.
Keterampilan pengurus dalam membuat laporankeuangan juga menngkat. Saran
yang dapat diberikan kepada pengurus dan pengawas koperasi adalah agar selalu
mengupdate aturan-aturan yang baru, seperti aturan perpajakan, dan menjaga
keberlangsungan pengelolaan keuangan koperasi agar dapat menjaga kepercayaan
anggota.
Kata Kunci: Laporan Keuangan, Koperasi Wanita.
ABSTRACT
The lack of capacity of the cooperative management and supervisors in making
cooperative financial statements makes cooperative financial information do not
reflect the actual situation. This can make members less precise in interpreting the
cooperative's financial condition. The financial report is one form of the
responsibility of the management to the members, so that in its manufacture must
follow the correct process and rules. The target of the mentoring activities for the
making of the financial statements of cooperatives is the management and
supervisors totaling six people, this is done in order to maintain continuity during
regeneration. The results achieved are in the form of improving the financial
statements from the original ones into the correct financial statements in accordance
with applicable regulations. The skills of the management in making financial
reports also increased. The advice that can be given to cooperative managers and
supervisors is to always update new rules, such as taxation rules, and maintain the
continuity of cooperative financial management in order to maintain members' trust.
Keywords: Financial Report, Women's Cooperative.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
32
LATAR BELAKANG
Latar belakang pendidikan yang rendah membuat pengurus Koperasi
Wanita SINDORA, Ds. Tengger, Kec. Ngasem, Bojonegoro kesulitan dalam
menyelanggarakan pembuatan laporan keuangan koperasi dengan benar. Selama ini
laporan keuangan dibuat tanpa melalui proses penjurnalan, yaitu hanya dengan
menggunakan buku kas. Laporan Sisa Hasil Usaha Koperasi dibuat tanpa
memperhitungkan biaya pajak yang dibayarkan koperasi, hal ini membuat SHU yang
dibagikan kepada anggota belum dipotong biaya pajak. Biaya pajak koperasi
diambilkan dari biaya operasional lain. Pemisahan akun juga belum dilakukan,
pendapatan dari luar usaha dan dari usaha masih dijadikan satu. Laporan keuangan
harus dibuat secara professional sebagai bentuk tanggungjawab pengurus kepada
anggota. Salah satu upaya tersebut adalah melalui pengembangan dari sistem
informasi yang diperlukan, merumuskan standar akuntansi keuangan untuk koperasi
dalam penyusunan laporan keuangannya.1 Laporan kuangan yang disusun tidak
berdasarkan pada standar dan prinsip yang berlaku dapat menyesatkan
penggunanya.2 Dibutuhkan pendampingan dalam pembuatan laporan keuangan,
mulai dari proses penjurnalan, buku besar, hingga sampai pada laporan keuangan
jadi. Laporan keuangan koperasi ada tiga yaitu, Neraca, Laporan Perhitungan Sisa
Hasil Usaha, dan Laporan Ekuitas.
TINJAUAN PUSTAKA
SAK ETAP
Di Indonesia sendiri telah dibuat stadar akuntansi yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan pelaku koperasi, yaitu SAK ETAP. Disahkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan pada tahun 2009 dan mulai berlaku efektif per 1 Januari 2011.
Penggunaan SAK ETAP adalah ditujukan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
1 Nurdita, Raflesia. 2012. “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tnpa
Akuntabilitas Publik pada Koperasi yang Ada di Kota Dumai.” Skripsi. Pekanbaru: Universitas Riau. 2 Putro, Sigit. 2013. “Penerapan SAK ETAP pada Perkoperasian”. Dalam Penyajian Laporan
Keuangan pada Koperasi Karyawan Yodium Farma, PT Kimia Farma Tbk, Plant Watudakon. Skripsi.
Surabaya: Universitas 17 Agustus 1945.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
33
yakni entitas yang: 1) Tidak memiliki akuntabilitas publik yang signifikan 2) entitas
yang menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal.3
Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah laporan ringakas dari suatu proses pencatatan dari
transaksi transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan
Menurut PSAK No. 27 tahun 2007, laporan keuangan koperasi terdiri atas: Laporan
Perhitungan Sisa Hasil Usaha, Neraca, Laporan Arus Kas dan Laporan promosi
ekonomi anggota. Perhitungan Sisa Hasil Usaha adalah sisa hasil usaha merupakan
pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi dengan biaya
penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang
bersangkutan.
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Permasalahan bermula dari ketidaksempurnaan laporan keuangan yang
dibuat oleh pengurus Koperasi. Hal ini berdampak pada kesalahan dalam perhitungan
beberapa asset dan sisa hasil usaha koperasi, dan sisa hasil usaha yang dibagikan
kepada anggota. Meskipun tidak signifikan, namun laporan keuangan yang disusun
berdasarkan ketentuan mencerminkan perkembangan pengelolaan koperasi kearah
yang lebih professional. Hal ini juga akan berdampak pada peningkatan kemampuan
sumber daya manusia. Kerangka pemecahan masalah dapat ditabelkan sebagai
berikut:
Tabel 1 Dampak, Permasalahan dan Solusi
Dampak Permasalahan Solusi
Laporan Keuangan tidak
sesuai standar SAK
ETAP
Biaya pajak belum
masuk pada Laporan
Perhitungan Sisa Hasil
Minimnya pengetahuan
pengurus akan laporan
keuangan koperasi
Tidak tersosialisasikan
peraturan mengenai
laporan keuangan
Pemberian informasi
tentang peraturan
laporan keuangan yang
baru dengan materi
yang mudah dicerna
oleh pengurus
3 Rudiantoro dan Siregar. 2012. “Kualitas Laporan Keuangan UMKM serta Prospek Implementasi
SAK ETAP.” Banda Aceh: Jurnal Akuntansi Keuangan Indonesia.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
34
Usaha
Sisa Hasil Usaha yang
diterima oleh anggota
koperasi belum dipotong
oleh biaya pajak
Asset Koperasi tidak
mencerminkan jumlah
yang seharusnya
koperasi
Kurangnya penyuluhan
dan pelatihan dari pihak
terkait
Pendampingan
pembuatan laporan
keuangan koperasi
Pembenahan kesalahan
penyususnan laporan
keuangan
Khalayak Sasaran
Sasaran dari kegiatan ini adalah seluruh pengurus beserta pengawas Koperasi
Wanita SINDORA, Ds Tengger, Kec. Ngasem, Bojonegoro. Meskipun pembuatan
Laporan Keuangan adalah tanggungjawab Bendahara, namun seluruh pengurus dan
pengawas diikutkan agar ketika regenerasi Laporan Keuangan tetap sesuai peraturan
yang berlaku. Jumlah peserta kegiatan pendampingan adalah sebagai berikut:
Tabel 2 Jumlah Peserta Kegiatan
Jabatan Jumlah
Pengurus (Ketua)
Pengurus (Sekretaris)
Pengurus (Bendahara)
Pengawas 1
Pengawas 2
Pengawas 3
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1 orang
1orang
Total 6 orang
Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
Kegiatan ini dimulai dengan pemberian penyuluan tentang laporan keuangan,
khsusunya tentang peraturan terbaru yang berkaitan, seperti besarnya biaya pajak,
pemisahan pendapatan koperasi dan diluar koperasi, pemisahan asset, dan
sebagainya. Kemudian, dilanjutkan dengan pendampingan pembuatan laporan
keuangan untuk tahun buku yang bersangkutan. pengerjaan laporan keuangan
dilakukan oleh pengurus dan dibantu oleh pengawas. Evaluasi kegiatan dilakukan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
35
pasca kegiatan, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada pengurus untuk
praktik membuat laporan keuangan triwulan. Evaluasi juga dilakukan dengan sesi
tanya jawab kepada pengurus dan pengawas.
HASIL YANG DICAPAI
Pembenahan Laporan Keuangan
Pasca pendampingan, pengurus dan pengawas Koperasi mampu membuat
Laporan Keuangan sesuai dengan standar yang berlaku. Biaya pajak telah
dibebankan sebagaimana mestinya, yaitu 10% dari pendapatan koperasi dan 1% dari
SHU. SHU anggota telah diperhitungkan sesuai dengan rumus yang benar. Berikut
rincian pembenahan atas laporan keuangan sebelumnya.
Tabel 3 Pembenahan Laporan Keuangan
Sebelum Pendampingan Pasca Pendampingan
Biaya Pajak masuk dalam biaya
operasional sebelum SHU
Perhitungan SHU anggota belum
dibebankan biaya pajak
Tidak ada biaya penyusutan asset
yang dibebankan
Tidak ada pemisahan pendapatan
Biaya pajak telah dibebankan pada
SHU sebelum pajak
Perhitungan SHU telah dipotong
biaya pajak
Biaya penyusutan dihitung dan
ditetapkan sebesar 5% tiap tahun
Pendapatan usaha dan luar usaha
telah dipisah
Ketrampilan Pembuatan Laporan Keuangan
Pengurus dan pengawas yang awalnya tidak memiliki pengetahuan tentang
bagaimana laporan keuangan yang benar, pasca pendampingan telah mengetahui
akun apa yang perlu dibenahi. Pengurus dan pengawas juga telah mampu membuat
laporan keuangan tahunan sesuai dengan standar yang berlaku. Evaluasi terhadap
keterampilan ini dilakukan dengan mencoba membuat laporan keuangan triwulanan
untuk tahun yang bersangkutan. hasilnya pengurus dan pengawas telah selesai
menyusun laporan keuangan tersebut tanpa merasa kesulitan.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
36
PENUTUP
Kegiatan pendampingan dapat menjadi salah satu alternatif tindakan atas
permasalahan koperasi wanita yang terjadi di lapangan, yaitu kesalahan dalam
pembuatan laporan keuangan. Kegiatan pendampingan akan memberikan manfaat
dan tepat sasaran mengingat tingkat pendidikan pengurus koperasi mayoritas rendah.
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya pengurus dan pengawas koperasi tetap
menjaga keberlanjutan laporan keuangan ini meskipuntelah mengalami regenerasi,
sehingga kepercayaan anggota tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting. Jakarta: Salemba Empat.
Baswir, Revrisond. 2007. Koperasi Indonesia. Ed. 3. Yogyakarta: BPFE UGM.
Nurdita, Raflesia. 2012. “Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tnpa Akuntabilitas Publik pada Koperasi yang Ada di Kota Dumai”. Skripsi.
Pekanbaru: Universitas Riau.
Putro, Sigit. 2013. “Penerapan SAK ETAP pada Perkoperasian”. Dalam Penyajian
Laporan Keuangan Pada Koperasi Karyawan Yodium Farma, PT Kimia
Farma Tbk, Plant Watudakon. Skripsi. Surabaya: Universitas 17Agustus 1945
Rudiantoro dan Siregar. 2012. “Kualitas Laporan Keuangan UMKM serta Prospek
Implementasi SAK ETAP”. Banda Aceh: Jurnal Akuntansi Keuangan
Indonesia.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
37
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN KERAJINAN BUNGA DARI KLOBOT
JAGUNG DI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN BOJONEGORO
Mundhori
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kreatifitas mereka dalam
berwirausaha mengelola klobot jagung menjadi berbagai bunga yang bermanfaat dan
bernilai jual untuk menambah penghasilan rumah tangga.Disamping itu pelatihan
ketrampilan bunga dari klobot jagung ini dapat menjadi bekal bagi peserta
memberikan peluang untuk membuka usaha sendiri atau kelompok dalam rangka
membantu meningkatkan pendapatan keluarga dan meningkatkan jiwa
berwiraswasta (mandiri) sekaligus membantu pemerintah mencari solusi pemecahan
masalah pengangguran dan persoalan kebersihan dankesehatan.
Dengan demikian, harapan pengabdian kepada masyarakat ini dapat ikut
berpartisipasi memberdayakan peningkatan Sumber Daya Manusia dibidang
pendidikan melalui sosialisasi pengetahuan dan keterampilan pembuatan kreasi kulit
jagung khas Bojonegoro (Kelobot Art) dengan teknik merangkai, kolase, dan
menganyam.Metode yang digunakan adalah metode presentasi, tanya jawab, metode
demonstrasi dan praktek.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Kreasi Bunga.
ABSTRACT
To increase their knowledge, skills and creativity in entrepreneurship managing
klobot corn into various flowers that are useful and worth selling to increase
household income. Besides that, flower skills training from klobot corn can be a
provision for participants to provide opportunities to open their own business or
group in order to help increase family income and improve the spirit of self-
employment (independent) while helping the government find solutions to solve
unemployment problems and hygiene and health problems.
Thus, the hope of community service can participate in empowering the improvement
of Human Resources in the field of education through the dissemination of
knowledge and skills in making creations of typical Bojonegoro corn skin (Kelobot
Art) with stringing, collage and weaving techniques. The method used is
presentation method, ask answer, demonstration method and practice.
Keywords: Entrepreneurship, Flower Creation
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
38
LATAR BELAKANG
Salah satu kekuatan suatu produk kerajinan adalah tingkat kesulitan
pembuatannya, kalau tidak dikatakan sebagai kekuatan utama. Kualitas produk yang
baik menentukan laku tidaknya produk tersebut di pasaran. Sekedar desain yang baik
saja tidak cukup untuk bertahan lama di pasar karena bagaimanapun juga desain
mudah ditiru. Tetapi rahasia proses produksi bagaimana suatu produk dibuat hanya
diketahui oleh pembuatnya.
Pelatihan ini merupakan program kewirausahaan yang dilakukan oleh Dosen
STAI ATTANWIR dalam rangka pengabdian pada masyarakat. Pelatihan ini
ditujukan terutama untuk masyarakat yang ingin berwirausaha. Khususnya para Ibu
Rumah Tangga di Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro.
Berdasarkan data dan permasalahan yang ada, maka dapatlah dirumuskan
sebagai berikut: Bagaimana cara memberikan pengetahuan dan ketrampilan bunga
dari klobot jagung kepada kelompok Ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri di
Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro,sehingga dapat meningkatkan
kemampuannya. Setelah selesai mengikuti pelatihan ini diharapkan memotivasi
perempuan dari rumah tangga dan remaja putri yang menganggur untuk
meningkatkan kemampuannya dan pengetahuan mereka dan dapat mengaplikasikan
pada berbagai macam jenis bunga lainnya yang bernilai jual dan pasarnya
mempunyai prospek yang cerah.
TINJAUAN PUSTAKA
Kewirausahaan
Priyanto (2009) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu yang
ada didalam jiwa seseorang,masyarakat dan organisasiyang karenanya akan
dihasilkan berbagai macam aktivitas (sosial, politik, pendidikan),usaha dan bisnis.
Kewirausahaan dalam islam Departemen Agama Republik Indonesia (2009)
menyebutkan bahwa konteks kewiraushaan dalam islam tertera pada Al-Qur’an
Surat An-nisa’ (4) ayat 29 yang berbunyi :
كان بكم أكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكون تجارة عن تراض منكم ول تقتلوا أنفس يا أيها الذين آمنوا ل ت كم إن الل
ا رحيم
Artinya: “Hai orang -orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
39
harta sesamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh
dirimu, sesungguhnya Allah SWT adalah maha penyayang kepadamu.”
Karakteristik wirausaha menurut Sukardi (1991) sebagai berikut:
1) Sifat Instrumental, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi
selau memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk
mencapai tujuan pribadi dalam berusaha.
2) Sifat Prestatif ; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi selalu
tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang dicapai
sebelumnya.
1. Sifat Keluwesan bergaul : menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha
untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar
manusia.
2. Sifat Kerja Keras : menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam
situasi kerja,tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.
3. Sifat Keyakinan Diri : menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada
kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan memiliki
kecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai situasi.
4. Sifat Pengambilan Resiko : menunjukkan bahwa wirausaha selalu
memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan kegiatan
dalam mencapai tujuan berusaha.
5. Sifat Sewa Kendali : menunjukkan bahwa wirausaha dalam menghadapi
berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi,batas -
batas kemampuan dalam berusaha.
6. Sifat Inovatif : menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati berbagai
masalah dalam berusaha dengan cara – cara baru yang lebih bermanfaat.
7. Sifat Kemandirian : menunjukkan bahwa wira usaha selalu mengembalikan
perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
40
METODE PELAKSANAAN
Metode Kegiatan
a. Metode presentasi, digunakan untuk menyampaikan materi yang berupa
teori pembuatan kreasi bunga dari kulit jagung dalam bentuk ppt dan video
tutorial.
b. Metode tanya jawab, digunakan untuk memberikan kesempatan bagi peserla
yang belum jelas dalam pemahamannya.
c. Metode demonstrasi; digunakan untuk memperagakan teknik membuat
berbagai bentuk dan jenis bunga.
d. Metode Latihan/Praktek, digunakan untuk latihan/praktek membuat kreasi
bunga dari kulit jagung (Klobot Art) berupa berbagai jenis bunga mawar,
bunga aster, bunga sedap malam, kembang sepatu, membuat hiasan buku
harian, dan sebagainya
e. Metode diskusi, digunakan pada waktu setelah dilakukan evaluasi hasil
praktek peserta pelatihan.
Subyek Kegiatan
Sasaran pelatihan adalah para ibu -ibu rumah tangga dan remaja putri di
kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk dilatih kreasi bunga dari klobot jagung.
RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan.Tempat
kegiatan dibalai latihan kerja Kabupaten Bojonegoro.Adapun Jadawal kegiatan
sebagai berikut :
No Kegiatan Bulan ke-
1 2 3
1. Pembuatan
proposal
x x
2. Pendataan
peserta
x x x
3. Persiapan x x x
4. Pelaksanaan x x
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
41
5. Pembuatan
Laporan
x x
Ada dua tahap evaluasi yang akan dilakukan dalam pelatihan pengabdian
ini, yaitu:
1. Evaluasi pada akhir pelatihan, yang dimaksudkan untuk mengetahui tingkat
pemahaman dan keterampilan peserta, dengan menilai hasil praktek adapun
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut
A = 85% -
100% = sangat baik
B = 70% - 84% = baik
C = 60% - 69% = cukup
D = 0% - 59% = kurang
2. Evaluasi pada akhir pelatihan, untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan
pengabdian pada masyarakat yang dilakukan oleh tim pengabdian. Pelaksanaan
Pengabdian Kepada Masyarakat berupa pelatihan keterampilan, melalui 3 tahap
yaitu persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Adapun rincian kegiatan yang
dilaksanakan yaitu:
1. Tahap Persiapan;
a. Perizinan
b. Persiapan materi ,bahan, alat, petunjuk praktek.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Pertemuan I : Pembukaan dan penyampaian materi teori dan praktek.
b. Pertemuan II : Praktek membuat klobot art untuk membuat berbagai
jenis bunga,danhiasan pada buku harian, membuat bingkai foto dari kuli
jagung, tempat pensil, dan sebagainya.
c. Pertemuan III : Penyelesaian dilanjutkan evaluasi hasil dan penutupan.
Dalam rangka memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi pada uraian di
atas maka metode kegiatan pengabdian kepada masyarakat dilakukan oleh tim
pengabdian adalah berbentuk penyampaian informasi dan pelatihan.
Adapun materinya terdiri dari teori dan praklek. Materi tersebut secara garis
besar dirinci sebagai berikut :
1. Bahan dan Alat
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
42
a. Kulit Jagung
b. Pewarna Tekstil: Warna hijau, kuning, orange, merah muda, merah, dan lain-
lain.
c. Pewarna Alam: kulit secang (memberi warna merah), kunyit (memberi warna
kuning), dan daun mangga (memberi warna hijau).
d. Gunting dan satu gulung batang kawat lunak (1 meter) dipotong menjadi 10 cm
atau batang lidi.
e. Klorotif
f. Lem Tembak dan lem kayu
g. Kompor Listrik
h. Polyfoam dan benang
2. Tahap pengerjaan bunga mawar dengan kulit jagung
a. Membuat desain pola makhota bunga mawar.
b. Mencetak pola mahkota bunga mawar.
c. Menggunting kelobot jagung dengan mengikuti pola bentuk makhota yang
dibuat.
d. Merapikan bagian sisi paling bawah dari kulit jagung.
e. Melipat menjadi dua bentuk pola yang sudah dibentuk sebelumnya.
f. Melipat dengan arah vertikal kemudian gunting untuk mendapat bentuk yang
sama.
g. Gulung dari bagian ujung kelobot yang telah digunting,hingga mendapatkan
pola bentuk radial/spiral
h. Ambil satu batang kawat. Untuk menempelkan bentuk radial kelopak, pada
batang kawat.
i. Kemudian tempelkan dengan mengguna-kan lem tembak.
j. Menempelkan pola mahkota bungasatu persatu mulai dari kelipatan ganjil yang
paling kecil (3,5, dan7).
k. Lapisi bagian kawat/lidi dengan klorotif.
l. Tempelkan pola daun yang sudah jadi pada bagian batang kawat/lidi, kemudian
lapisi kembali dengan klorotif.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
43
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan ini membahas:
1. Mengkaji hasil yang dicapai oleh para peserta yaitu 75% berhasil dengan
kriteria baik, maksudnya pemahaman peserta tentang pengertian tujuan dan teknik
sudah baik, dan dari aspek teknik penyelesaian,keindahan dan kecepatan juga baik.
Sedangkan hasil 25% dari peserta yang memperoleh kriteria cukup,ibu –ibu
rumah tangga dan remaja putri pada umumnya aspek kecepatan dan kerapihan belum
dapat melakukannya dengan baik, artinya 25% dari peserta tersebut kerjanya harus
membutuhkan bimbingan yang lebih khusus dan belum dapat membuat Klobot Art
dengan rapi dan proporsi.
2. Pelaksanaan kegiatan ini, tim pengabdian tidak banyak mengalami hambatan yang,
berarti. Hal ini disebabkan penyelenggaraan ini dilakukan pada pertemuan rutin
antara tim pengabdi dengan pihak komponen balai latihan kerja dan pemerintah
kecamatan Gondang kabupaten Bojonegoro. Selain itu, peserta merasa membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan membuat kreasi Klobot Art dengan teknik merangkai,
kolase, dan anyam, untuk menciptakan ruang kelas, mading sekolah, maupun ruang
kantor agar lebih indah dengan adanya karya seni dari kulit jagung. Hal ini
ditunjukkan jumlah peserta yang konsisten sesuai dengan kesepakatan yaitu 24 orang
pihak pemerintah kecamatan Gondang dan Balai Latihan kerja Bojonegoro juga
sangat menunjang baik penyiapan fasilitas tempat, Tetapi ada sedikit kendala yang
menghambat jalannya pelaksanaan ini, antara lain waktu yang terbatas, sehingga
siswa/i maupun guru tidak bisa menyelesaikan hasil karya mereka dalam waktu
sehari dan dilanjutkan dihari berikutnya.
3. Faktor pendorong yang mempengaruhi kelancaran pclaksanaan kegiatan ini
adalah keinginan peserta untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Selain
itu, pegawai kecamatan gondang kabupaten bojonegoro ikut sebagai peserta
pelatihan sehingga memacu peserta yang lain untuk lebih semangat dan aktif.
Hasil pengabdian kepada masyarakat dijabarkan dalam 3 aspek, yakni: kehadiran
peserta, partisipasi dan kesungguhan peserta serta hasil praktek/latihan.
1. Kehadiran peserta
Sasaran yang dilibatkan dalam kegiatan ini adalah ibu – ibu rumah tangga dan remaja
putri dikecamtan Gondang Kabupaten Bojonegoro. Pada pelaksanaan kegiatan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
44
jumlah peserta yang hadir sesuai dengan kesepakatan yaitu 24 peserta.Selama 3 hari
pertemuan kehadiran 100% atau tidak ada yang absen.
2. Partisipasi dan kesungguhan peserta Paritisipasi dan kesungguhan peserta
dapat dikatakan baik. Hal ini terlihat dari kesungguhan peserta dalam mengikuti
kegiatan, demonstrasi maupun melakukan praktek.
2. Tahap Pelaksanaan
. Hasil pelatihan keterampilan membuat kreasi bunga, bingkai foto, dan
sebagainya dengan teknik rangkai, kolase, dan anyam. Berdasarkan hasil pengamatan
selama pelaksanaan dan pemantauan {TOT (Monitoring)} yang telah dilaksanakan
diperoleh hasil :
a. Peserta pelatihan sangat antusias saat diberikan materi teori baik berupa video
atau ppt, bahan, alat-alat yang digunakan untuk membuat Klobot Art dengan
teknikrangkai,kolase, dan anyam.Hal ini terlihat dari, diskusi antara tim pengabdi
dengan peserta.dan hasil karya Klobot Art yang dibuat para ibu –ibu dan remaja
putri.
b. Praktek yang dilakukan adalah membuat kreasi bunga dari kulit jagung
berupa bunga mawar, bunga aster,bingkai photo, hiasan buku harian dengan teknik
merangkai, kolase, dan menganyam. Para siswa/i yang didampingi oleh masing-
masing guru, yang mana sesuai dengan waktu yang telah disepakati peserta, dapat
menyelesaikan membuat Klobot Art dengan teknik merangkai, kolase, dan
menganyam dimana penerapannya pada kreasi bunga, mading sekolah, vas bunga,
bingkai foto, dan hiasan buku harian.
PENUTUP
Kesimpulan
Pelatihan tentang pengetahuan dan keterampilan membuat kreasi kulit jagung
(Klobot Art) dengan teknik merangkai, kolase, dan menganyam melalui metode
presentasi, tanya jawab, demonstrasi oleh tim pengabdian, maka para peserta dapat
mengenal dan memahami materi pelatihan. Selain itu, baik ibu – ibu dan remaja putri
dikecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro melalui metode latihan / praktek dapat
membuat mempraktekkan membuat berbagai kreasi Klobot Art berupa kreasi jenis
bunga, vas, bross, hiasan buku harian, bingkai foto, dan sebagainya dengan teknik
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
45
merangkai, kolase, dan meng- anyam dengan hasil 75% peserta berhasil dengan
kriteria baik dan 25% peserta berhasil dengan kriteria cukup.
Saran
Saran yang dapat diajukan berdasarkan hasil kegiatan adalah kepada ibu –ibu
dan remaja putri diwilayah kecamtan Gondang kabupaten Bojonegoro agar
menyampaikan dan menyebarluaskan pengetahuan dan keterampilan yang telah
diperoleh kepada masyarakat sekitarnya dengan pelatihan membuat Klobot Art
(kreasi kulit jagung) berupa pengembangan produk yang berbeda dari yang
dibibimbing oleh Tim Pengabdi seperti membuat dompet, tas, dan lain sebagainya
dengan teknik yang sama yaitu merangkai, kolase, dan menganyam. Kemudian,
hendaknya pelatihan tersebut dapatlah sebagai dasar pengetahuan dan keterampilan,
yang selanjutnya dapat ditekuni dan dikembangkan menjadi salah satu altenatif untuk
membuka usaha dengan berwirausaha.
DAFTAR PUSTAKA
Aryanti, dkk, 2000, “Peran Serta Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah di
Lingkungan Perumahan”, Jurnal Puslitbangkim Jakarta Vol 16 No 2.
BPS, 2010, Kota Padang dalam Angka, 2010 DKP Kota Padang.
Dessler, Garry, 2001, Human Resources Manajement, Jakarta: Graha Indonesia.
Damanhuri, E dkk 1989, Pengkajian Laju Timbulan Sampah di Indonesia, Pus Lit
Bang. Pemukiman Dept PU-LPM ITB.
Hadjrachman, Ranupandjo. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia I, Jakarta:
Penerbit Karunika.
Hardjana, Agus. 2001. Training Sumber Daya Manusia yang Efektif, Yogyakarta:
Kanisius.
Handoko, T. Hani. 1991. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia,
Yogyakarta: BPFE..
Tri Sambodo, 2007. Prospek Perekonomian Indonesia, Pusat Penelitian Ekonomi
LIPI M.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
46
PENDAMPINGAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA LPKS
AKSMI HUSADA UTAMA BOJONEGORO
Nurul Fitriandari
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pendampingan penyusunan laporan keuangan merupakan kegiatan penting
yang bertujuan untuk memperbaiki pembukuan perusahaan ke depannya
sehingga dapat menyajikan laporan keuangan perusahaan sesuai standar
akuntansi yang berlaku. Kegiatan ini sekaligus memberi penyegaran kepada
staf keuangan perusahaan untuk melakukan pembinaan pembukuan dan
penyusunan laporan keuangan kepada calon-calon tenaga administratif yang
akan dilatih oleh LPKS Aksmi Husada Utama Bojonegoro ke depannya.
Penyusunan laporan keuangan adalah proses akhir dari penyusunan laporan
keuangan perusahaan yang kegiatannya tidak dapat dipisahkan dengan
kegiatan operasional perusahaan.
Kata Kunci: Pendampingan penyusunan laporan keuangan.
ABSTRACT
Assistance in the preparation of financial statements is an important activity that
aims to improve the bookkeeping company in the future so as to present the
company's financial statements in accordance with applicable accounting standards.
This activity also gives refresher to the company's finance staff to conduct
bookkeeping and preparation of financial statements to prospective administrative
personnel who will be trained by LPKS Aksmi Husada Utama Bojonegoro in the
future. Preparation of financial statements is the final process of the preparation of
corporate financial statements whose activities can not be separated with the
company's operational activities.
Keywords: Assistance in the preparation of financial statements.
LATAR BELAKANG
Pengawasan terhadap aksi-aksi korporasi perlu dilakukan untuk menjaga
stabilitas sistem keuangan. Dimana hal ini dapat dilakukan dengan penyampaian
laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor eksternal. Dalam menjaga stabilitas
sistem keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berulang kali menghimbau pada
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
47
para penikmat informasi keuangan agar lebih berhati-hati dalam memberikan
penyaluran dana karena adanya kemungkinan risiko kredit.
Manajemen keuangan dalam sebuah instansi diperlukan untuk mengatur
pengeluaran dan pemasukan. Manajemen keuangan merupakan cara preventif atau
pencegahan terjadinya krisis keuangan sekaligus menjaga kestabilan sistem
keuangan. Salah satu upaya untuk bisa mengendalikan keuangan, diperlukan suatu
keberanian untuk melakukan kontrol agar usaha tetap berjalan sementara kebutuhan
intern usaha juga terpenuhi. Untuk memudahkan pengawasan, perusahaan harus
disiplin dan bijak dalam mendayagunakan uangnya, dan perlu dilakukan pencatatan
untuk setiap penerimaan maupun pengeluaran. Karena dengan adanya catatan
keuangan ini dapat diketahui semua rincian dan rangkuman penerimaan dan
penggunaan uang.
Oleh karena itu, manajer keuangan perusahaan perlu diberikan edukasi
mengenai penyusunan laporan keuangan yang tepat dan sesuai dengan standar
akuntansi berlaku umum. Hal ini diperlukan karena tenaga keuangan mampu
memahami bagaimana menyusun laporan keuangan yang baik. Tenaga keuangan
juga perlu belajar membiasakan diri untuk menjadi tenaga kerja yang teliti, cekatan,
berhati-hati, dan dapat dipercaya, selain hanya mampu menyusun laporan keuangan
semata.
Edukasi penyusunan laporan keuangan bermanfaat untuk meminimalisir
resiko kesalahan dalam pencatatan laporan keuangan. Edukasi manajemen keuangan
juga akan memberikan pemahaman kepada tenaga keuangan mengenai pentingnya
pengelolaan keuangan yang baik. Tenaga keuangan juga akan memahami manakah
yang merupakan kebutuhan (needs) dan manakah yang merupakan keinginan (wants)
sehingga dapat menyusun daftar kebutuhan anggaran seoptimal mungkin sesuai
dengan skala prioritas yang tepat. Edukasi manajemen keuangan perusahaan ini akan
untuk mencegah terjadinya pengeluaran yang berlebihan hingga mengakibatkan
hutang usaha yang terlalu tinggi. Edukasi yang diberikan secara terus-menerus dan
intensif pastinya dapat merubah pola perilaku individu yang konsumtif. Kualitas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh tenaga-tenaga administrasi perusahaan pun
dapat dijadikan sebagai pendeskripsian keadaan keuangan perusahaan secara nyata.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
48
Kegiatan pendampingan masyarakat ini dilakukan untuk membantu lembaga
LPKS Aksmi Husada Utama dalam menciptakan calon-calon administrastif yang
paham dan mahir menyusun laporan keuangan serta paham bagaimana cara
menganalisis kinerja perusahaan melalui laporan keuangannya. Kegiatan
pendampingan ini juga guna mendukung tindakan pengendalian keuangan usaha
melalui pemantauan dan pemisahaan pengeluaran untuk keperluan usaha yang lebih
produktif, bukan konsumtif. Hingga pada akhirnya, terciptanya sumber-sumber daya
keuangan yang terampil dan menguasai kompetensi bidang manajerial sebagai bekal
mereka sebelum terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Laporan Keuangan
Pada dasarnya, laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau
aktivitas perusahaan tersebut.4 Laporan keuangan merupakan informasi yang dapat
dipakai untuk pengambilan keputusan, mulai dari investor atau calon investor sampai
dengan manajemen perusahaan itu sendiri. Laporan keuangan pada akhirnya akan
memberikan informasi keuangan perusahaan, meliputi profitabilitas, risiko, timing
aliran kas, dimana kesemuanya akan mempengaruhi harapan pihak-pihak yang
berkepentingan.5
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah salah satu bentuk informasi yang penting bagi perusahaan,
berkaitan hubungan perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
data-data yang menjelaskan pendeskripsian dari kondisi keuangan perusahaan.
4 Munawir, 2008, Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi, Cetakan Kedua, Yogyakarta:
Liberty, hal. 2. 5 Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2005, Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, Cetakan
Pertama, Yogyakarta: YKPN, hal. 69.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
49
Adapun pengklasifikasian jenis laporan keuangan ke dalam dua macam
laporan keuangan utama yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, yaitu Neraca dan
Laporan Laba-Rugi.6
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu
organisasi pada suatu periode tertentu. Neraca perusahaan ini disusun
berdasarkan persamaan dasar akuntansi, yaitu bahwa kekayaan atau aktiva (asets)
sama dengan kewajiban (liabilities) ditambah modal saham (stock equities)
2. Laporan Laba-Rugi
Laporan rugi-laba adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil
usaha yang dicapai selama periode tertentu. Laba rugi bersih adalah selisih antara
pendapatan total dengan biaya atau pengeluaran total. Pendapatan mengukur
aliran masuk asset bersih (setelah dikurangi utang) dari penjualan barang atau
jasa.
Oleh karena itu, untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan beserta
hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan perlu adanya analisis terhadap laporan
keuangan dari perusahaan yang bersangkutan. Analisis laporan keuangan merupakan
alat untuk memperoleh informasi tentang posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga data yang telah diperoleh dapat
diperbandingkan atau dianalisa lebih lanjut agar memperoleh data untuk mendukung
keputusan yang akan diambil.7
Suatu analisis laporan keuangan perusahaan pada dasarnya karena ingin
mengetahui tingkat profitabilitas dan tingkat risiko atau tingkat kesehatan suatu
perusahaan.8 Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan
merupakan perhitungan terhadap kemungkinan keadaan keuangan perusahaan di
masa depan sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan di dalamnya.
6 Warsono, 2005, Manajemen Keuangan Buku 1: Keputusan Keuangan Jangka Panjang, Yogyakarta:
Universitas Gajah Mada, hal. 25-26. 7 Munawir, Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi, hal. 34. 8 Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim. Analisis Laporan Keuangan, hal. 5.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
50
Laporan Keuangan Usaha
Laporan keuangan adalah laporan yang berisikan mengenai informasi kinerja
keuangan selama periode tertentu serta posisi kekayaan, hutang dan modal
perusahaan pada waktu tertentu. Informasi tersebut digunakan oleh pihak intern dan
pihak ekstern perusahaan. Bagi pihak intern, laporan keuangan berguna untuk
menilai kinerja keuangan perusahaan selama satu periode pencatatan yang kemudian
dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan bisnis
berikutnya. Keputusan ini mencakup, misalnya, pengembangan pasar, efisiensi biaya
dan pembelian, menambah sarana produksi, dan lain-lain.9
Sedangkan bagi pihak ekstern, laporan keuangan digunakan salah satunya
untuk menilai kelayakan usaha sebagai dasar pemberian kredit pinjaman modal
untuk perusahaan. Laporan keuangan dapat dibuat secara mingguan, bulanan,
triwulanan, tahunan, ataupun kapan saja sesuai dengan keperluan pihak-pihak yang
berkepentingan. Perusahaan yang baik, minimal akan membuat laporan keuangan
minimal secara bulanan. Laporan keuangan utama yang biasanya dibuat oleh suatu
bisnis adalah laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas.10
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Bagi para pelaku bisnis pada umumnya kurang memperhatikan kegiatan
pembukuan keuangan untuk usahanya. Mereka menganggap bahwa belum perlu
dilakukan pencatatan apalagi pembukuan. Terkadang kegiatan pembukuan
dipandang sebagai beban tambahan yang dianggap kurang bermanfaat, bahkan dirasa
hanya membuang-buang waktu saja. Hal ini disebabkan adanya pandangan bahwa
kegiatan pembukuan itu rumit.
Pada umumnya mereka mengandalkan ingatannya untuk menghitung berapa
banyak uang yang akan dibelanjakan atau hasil perolehan penjualannya. Mereka
lebih mementingkan berapa uang diterima dan berapa uang harus dibelanjakan saja.
Tetapi terkadang kesulitan untuk mengetahui secara rinci tentang penggunaan uang
hasil usahanya. Demikian juga mereka sering mengalami kesulitan untuk mengetahui
9 Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 2004, Fundamental of Financial Management, Ninth
Edition, United States of America: Horcourt College, hal. 26. 10 Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hal.11.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
51
perhitungan keuntungan usaha.
Menurut mereka yang paling penting fisik uang dan catatan keuangan bagi
mereka. Kalaupun mereka mempunyai catatan biasanya hanya nota/ bukti
pembayaran saja, sedang lainnya mereka tidak mengusahakan. Akibatnya, tenaga
keuangan yang digunakan pada para pelaku bisnis cenderung kurang terlatih dalam
menyusun laporan keuangan. Oleh karena itu, sebelum tindakan pendampingan
penyusunan laporan keuangan ini dilakukan, maka terlebih dahulu para calon tenaga
keuangan akan diajak untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari penyusunan laporan
keuangan secara akurat dan tepat.
Realisasi Pemecahan Masalah
Pada dasarnya kegiatan penyusunan laporan keuangan merupakan usaha untuk
mendokumentasikan seluruh kegiatan transaksi penerimaan maupun pengeluaran
uang yang pada akhirnya dapat diketahui kondisi keuangan usaha. Sehingga dengan
kegiatan penyusunan laporan keuangan, para pelaku bisnis dapat mengetahui berapa
kekayaan usahanya, jumlah utang, jumlah piutang, serta jumlah nilai barang sediaan.
Para pelaku bisnis perlu menyadari bahwa kemampuan untuk mengingat, sebagai
manusia memiliki keterbatasan. Keterbatasan kemampuan mengingat ini bisa
disebabkan karena kelelahan, sakit, kesibukan karena banyaknya pekerjaan sehingga
tidak bisa konsentrasi. Dengan demikian keterbatasan tersebut dapat diatasi dengan
membuat catatan-catatan atau tepatnya membuat laporan keuangan secara akurat,
sesuai dengan bukti-bukti transaksi keuangan yang ada. Penyusunan laporan
keuangan dapat dilakukan dengan cara sederhana hingga cara terumit, namun tetap
teruji kebenaran data-data keuangan yang tersaji di dalamnya.
Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan penyusunan laporan keuangan
adalah membantu untuk mencatat secara detail semua transaksi keuangan yang
dilakukan suatu badan usaha, membantu untuk melakukan monitoring semua barang
dan jasa yang dimiliki badan usaha, membantu upaya untuk melakukan analisa
apakah usahanya sehat atau tidak, membantu pemilik untuk melakukan evaluasi atau
tindakan korektif terhadap kinerja tenaga keuangannya, serta mengembangkan sikap
keterbukaan dengan menjunjung tinggi budaya kejujuran.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
52
Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para calon tenaga kerja di
bidang keuangan dari berbagai daerah di Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya yang
tergabung sebagai peserta didik pada LPKS Aksmi Husada Utama Bojonegoro pada
program Administrasi Perkantoran dan Financial Banking, khususnya bagi calon
tenaga kerja keuangan yang akan diterjunkan on the job training ke beberapa instansi
perkantoran/ perusahaan.
Metode yang Digunakan (Tahapan Kegiatan)
Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode Partisipatif, yaitu melakukan
kegiatan dalam bentuk pemberian penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana
melakukan penyusunan keuangan pada badan usaha umumnya. Kegiatan penyuluhan
penyusunan laporan keuangan usaha ini dilaksanakan dengan metode ceramah dan
setelah itu dilakukan tahapan mentoring sehingga para calon tenaga keuangan dapat
menyusun laporan keuangan sederhana seperti laporan laba rugi dan arus kas. Selain
itu, calon tenaga keuangan diberikan materi tambahan tentang tata cara membaca
atau menganalisis laporan keuangan.
Adapun rencana kegiatannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut, hingga akhirnya keseluruhan tahapan dapat terlaksana keseluruhan.
1. Observasi dan wawancara penggalian data
2. Program edukasi penyusunan laporan keuangan
3. Demonstrasi dan mentoring penyusunan laporan keuangan
4. Evaluasi pendampingan
5. Pelaporan kegiatan
HASIL YANG DICAPAI
Keterampilan Penyusunan Laporan Keuangan
Para peserta pendampingan penyusunan laporan keuangan terdorong menjadi
terampil dan terbiasa menyusun laporan keuangan, khususnya mengenai laporan
pembukuan berpasangan. Pembukuan berpasangan adalah praktik standar untuk
pencatatan transaksi keuangan. Proses pembukuan hanya meliputi pencatatan
transaksi-transaksi ke dalam berbagai jurnal dan pemberian klasifikasi kode perkiraan
buku besar (yaitu pengumpulan data keuangan mentah). Hal ini akan menjadi dasar
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
53
untuk sistem akuntansi yang mengumpulkan dan mengorganisir data mentah menjadi
informasi yang berguna.
Sistem ini didasarkan pada konsep bahwa suatu bisnis dapat dijabarkan
dengan menggunakan beberapa variabel atau rekening, yang masing-masing
menjelaskan satu aspek dari bisnis tersebut dari sudut moneter. Setiap transaksi
memiliki ‘efek ganda’ yang akan dijelaskan selanjutnya.
Adapun rincian materi pengabdian masyarakat tentang penyusunan laporan
keuangan sebagai berikut.
1. Sistem untuk Menganalisis Transaksi
Tentukan :
a. Akun apa yang terpengaruh?
b. Akun tersebut mengalami kenaikan/penurunan?
c. Kenaikan/penurunan dicatat sebagai debit/ kredit?
2. Transaksi :
a. Kejadian ekonomi
b. Dilakukan oleh perusahaan
c. Aktivitas normal perusahaan
d. Periode tetentu
3. Bukti Transaksi :
a. Kwitansi
b. Faktur
c. Kertas Bon
d. Perjanjian-perjanjian kontrak kerja
e. Kebenaran Bukti Transaksi :
1) Kebenaran Material
2) Kebenaran Formal
4. Aturan Saldo Debit/Kredit: Akun-akun Neraca
DEBET KREDIT
Akun aset Kenaikan (+) Penurunan (-)
Akun kewajiban Penurunan(-) Kenaikan (+)
Akun ekuitas pemilik modal Penurunan(-) Kenaikan (+)
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
54
Akun-akun Laba Rugi
Akun pendapatan Penurunan(-) Kenaikan (+)
Akun biaya Kenaikan (+) Penurunan(-)
Jurnal
Menjurnal: proses pencatatan dari dokumen transaksi ke buku harian.
• Proses pencatatan atau menjurnal dapat dilakukan per hari atau per
kejadian atau berdasarkan waktu yang ditetapkan .
• Setiap pos dalam laporan keuangan disebut akun
• Akun dimasukkan dalam buku besar
• Sekelompok akun untuk suatu entitas bisnis disebut buku besar.
• Daftar akun dalam buku besar disebut bagan akun.
• Jurnal merupakan catatan akuntansi yang pertama sehingga sering
disebut The Books of Original Entry.
Buku Besar
• Buku Besar Umum digunakan untuk mengklasifikasikan perkiraan/ akun
sesuai dengan jenisnya
• Penting diselenggarakan untuk mengetahui kondisi saldo per jenis akun
• Jumlah buku besar tergantung kebutuhan perusahaan dan penamaannya
sesuai dengan jenis akun
Neraca Saldo
• NS perlu dibuat sebelum perusahaan menyajikan laporan keuangan
• NS perlu disajikan untuk mempermudah penyesuaian yang akan
dilakukan, tujuannya
• Untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kesalahan pencatatan mulai
dari saat menjurnal bukti transaksi sampai dengan memposting ke neraca
saldo
• Dikatakan neraca saldo karena memuat saldo-saldo akun yang berasal
dari buku besar umum
5. Koreksi Kesalahan
a. Cara Kerja Fungsi Mendeteksi
b. Membandingkan jumlah debit dan kredit yang terdapat pada neraca saldo.
c. Debit = kredit (tidak terjadi kesalahan dalam proses pencatatan)
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
55
d. Debit ≠ kredit (terjadi kesalahan dalam proses pencatatan)
Ditelusur :
Proses pemindahan saldo buku besar umum ke neraca saldo
Posting dari buku harian umum ke buku besar umum
Dokumen sumber ke buku harian umum (menjurnal)
6. Bentuk kesalahan:
a. Salah catat angka
b. Salah penempatan akun
c. Kesalahan penting atau tidaknya tergantung materialitas
d. Kesalahan dapat ditemukan:
1) Dengan melakukan prosedur audit
2) Secara tidak sengaja atau kebetulan
3) Dengan memeriksa neraca saldo
7. Macam-macam kesalahan
a. Kesalahan yang berdampak pada ketidaksamaan jumlah debit dan kredit
pada neraca saldo
b. Kesalahan yang berdampak pada kesamaan jumlah debit dan kredit pada
neraca saldo
c. Kesalahan yang berdampak pada ketidaksamaan jumlah debit dan kredit
1) Salah dalam menyajikan neraca saldo
Salah menjumlahkan angka pada kolom debit dan kredit
Salah mencatat angka saldo akun ke neraca saldo
Salah memasukkan saldo akun ke kolom yang seharusnya
Salah karena terdapat akun yang tidak dimasukkan
2) Salah Saldo Akun
Salah menghitung Saldo akun
Saldo ditempatkan pada akun yang salah
3) Salah posting
Salah memasukkan jumlah ke akun
Salah mendebit dan mengkredit saat posting
Mengabaikan posting debit dan kredit
d. Kesalahan yang berdampak pada kesamaan jumlah Debit dan Kredit:
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
56
1) Transaksi tidak tercatat
2) Mencatat jumlah yang sama didebit dan kredit, tetapi salah
3) Mencatat transaksi yang sama dua kali
4) Posting yang sama debit dan kredit
8. Mengoreksi kesalahan
Kesalahan dan prosedur perbaikannya :
a. Salah jurnal, namun belum diposting : mencoret kesalahan dan
mencantumkan akun atau jumlah yang benar
b. Jurnal benar, namun salah posting : mencoret kesalahan dan membuat
posting yang benar
c. Salah jurnal, sudah diposting : buat jurnal yang benar dan posting jurnal
perbaikannya
Selanjutnya hasil pembukuan tersebut akan dilanjutkan dalam penyusunan
laporan keuangan yang diawali dari Neraca, Laporan Laba/Rugi, Laporan Perubahan
Modal, hingga laporan arus kas (cash flow) perusahaan. Laporan keuangan
merupakan laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi
perusahaan terkini maksudnya adalah keadaan keuangan perusahaan pada tanggal
tertentu (untuk neraca) dan periode tertentu (untuk laporan laba rugi). (Kasmir,
2012:23)
Adapun melalui penyusunan laporan keuangan ini para calon-calon tenaga
administrative yang menjadi peserta pelatihan ini mampu menguasai hal-hal berikut
ini.
1. Mampu memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva
2. Mampu memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal
3. Mampu memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan
4. Memahami pemberian informasi tentang jumlah biaya dan jenis barang
5. Memahami pemberian informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi
terhadap aktiva, pasiva, dan modal perusahaan
Data yang ditampilkan dalam laporan keuangan merupakan kombinasi dari
fakta yang telah dicatat (recorded fact) dan pendapat pribadi (personal judgment),
dimana keduanya berdasarkan prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi.
Dengan demikian, pelatihan penyusunan laporan keuangan ini dapat mempermudah
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
57
pihak-pihak ekstern maupun intern suatu badan usaha tertentu untuk mendapatkan
informasi secara akurat tentang kinerja manajemen dalam suatu periode usaha.
PENUTUP
Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan oleh Instruktur Pendamping
Lapangan saat calon-calon tenaga keuangan dilepas di berbagai instansi/ perusahaan.
Indikator keberhasilannya adalah para calon tenaga keuangan yang menjadi peserta
pendampingan penyusunan laporan keuangan dapat melakukan pengelolaan
keuangan usaha dengan mengetahui bagaimana menghitung kebutuhan investasi baik
itu investasi pada modal kerja dan investasi pada aktiva tetap beserta sumber
pendanaannya, serta mampu menyusun laporan keuangan sederhana seperti laporan
laba rugi dan laporan arus kas di sektor usaha yang dijalani oleh masyarakat.
Program kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut, dan pada akhirnya
dapat megembangkan keterampilan para calon tenaga keuangan menjadi sumber daya
administratif yang tak hanya mampu mengoperasikan perangkat komputer semata,
melainkan mengembangkan kompetensi mereka dengan lembaga-lembaga/ instansi
yang memberikan peluang berkarir di dalamnya. Dengan kata lain, kegiatan ini dapat
mengurangi angka pengangguran dan menekan tingkat kemiskinan, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. and Joel F. Houston, 2004, Fundamental of Financial
Management, Ninth Edition, United States of America: Horcourt College.
Hanafi, Mamduh dan Abdul Halim, 2005. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua,
Cetakan Pertama, Yogyakarta: YKPN.
Kasmir, 2012, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Munawir, 2008, Analisa Laporan Keuangan Perusahaan Asuransi, Cetakan Kedua,
Yogyakarta: Liberty.
Warsono, 2005, Manajemen Keuangan Buku 1: Keputusan Keuangan Jangka Panjang, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
58
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN
ANEKA KERAJINAN BRUNGKI / AKAR BAMBU
DI KECAMATAN KANOR KABUPATEN BOJONEGORO
Riza Multazam Luthfy
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pelatihan kewirausahaan aneka kerajinan brungki atau akar bambu yang di gelar di
Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro bertujuan untuk menggali potensi dan
kreativitas masyarakat sekaligus memunculkan alternatif baru dalam upaya
menemukan sumber ekonomi lokal. Yang menjadi sasaran pelatihan ini adalah
masyarakat peserta pelatihan kewirausahaan yang dilaksanakan oleh Tim Dosen
Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro,
khususnya kaum perempuan yang sudah berumah tangga. Hasil pelatihan
membuahkan hasil yaitu: (1) Memunculkan jenis usaha baru. (2) Menginisiasi
kemasan yang menarik. (3) Menciptakan merk berkarakter. (4) Melakukan
pendampingan produksi merk. (5) Menggelar monitoring dan evaluasi secara
berkala.
Kata Kunci: Pelatihan kewirausahaan.
.
ABSTRACT
The entrepreneurship training of various “brungki” or bamboo root crafts
held in Kanor, Bojonegoro, aims to explore the potential and creativity of
the community as well as create new alternatives to find local economic
resources. The target of this training is the community of entrepreneurship
trainees conducted by the Shariah Economic Lecturer Team of Islamic High
School (STAI) Attanwir Bojonegoro, especially women who already
married. The results of the training resulted in: (1) Bringing new business
types. (2) Initiating attractive packaging. (3) Creating a characterized
brand. (4) Conducting production of brand. (5) Performing regular
monitoring and evaluation.
Keywords: The training of entrepreneurship.
LATAR BELAKANG
Wirausaha merupakan solusi tepat yang digunakan untuk menyelesaikan
problem pengangguran dan kemiskinan di Indonesia. Dengan berbekal ijazah tanpa
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
59
kecakapan entrepreneurship, lulusan perguruan tinggi belum tentu terserap oleh
peluang kerja yang tersedia. Saat ini, ketika Amerika Serikat memiliki 11,5 hingga
12 persen, Singapura 7 persen serta Cina dan Jepang 10 persen, wirausaha Indonesia
baru mencapai 0,24 persen dari total 238 juta jiwa. Dengan demikian, negeri ini
membutuhkan sekitar 4 juta wirausaha baru.
Padahal di Indonesia, ada sekitar 700 ribu orang sarjana baru setiap tahunnya.
Indonesia sebenarnya memiliki kemampuan melipatgandakan pertumbuhan ekonomi,
mengatrol pendapatan total maupun perkapita, menurunkan angka pengangguran dan
kemiskinan jika mampu meningkatkan jumlah wirausaha sukses dengan pemanfaatan
teknologi. Sayangnya, pengangguran masih cukup menghantui lulusan perguruan
tinggi, termasuk di kota-kota besar. Mengutip Pradewo (2016), tingkat pengangguran
terbuka di Ibukota tercatat 306.230 orang atau 5,77 persen dari seluruh angkatan
kerja sebanyak 5,31 juta orang. Kendati turun, namun jumlah pengangguran di
Jakarta menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia dan berada di atas rata-rata
nasional yang sebesar 5,5 persen.
Fenomena membludaknya pengangguran dan minimnya lapangan pekerjaan
terkadang rentan memunculkan ide oleh orang-orang tertentu untuk membangun
sebuah usaha atau berwirausaha tanpa harus bergantung dengan lapangan pekerjaan
yang ada. Orang-orang tersebut berusaha keras menciptakan lapangan pekerjaan
secara mandiri. Menurut Coulter (dalam Nurhidayah, 2014) “kewirausahaan sering
dikaitkan dengan proses, pembentukan atau pertumbuhan suatu bisnis baru yang
berorientasi pada pemerolehan keuntungan, penciptaan nilai, dan pembentukan
produk atau jasa baru yang unik dan inovatif”.
Perkembangan zaman membuat generasi muda mampu berinovasi. Pada
zaman modern, tidak hanya orang-orang dewasa yang berani memulai bisnis. Kini,
banyak muncul generasi muda yang sudah berani melangkah untuk memulai usaha
mereka dan tidak sedikit pula yang dapat meraih kesuksesan di usia muda. Banyak
bermunculan usaha-usaha yang ternyata dipelopori oleh kaum muda yang notebene
masih menempuh bangku pendidikan. Entah itu usaha makanan, fashion, motivator
dan lain sebagainya. Mereka mulai berfikir untuk menghasilkan keuntungan sendiri
tanpa harus bekerja untuk orang lain. Dengan banyaknya wirausahawan baru tanpa
sadar dapat mengurangi jumlah pengangguran dimasyarakat.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
60
Penduduk Indonesia pun tidaklah asing dengan sebutan wirausaha atau
wirausahawan sebagai pelaku. Tidak sedikit pula masyarakat yang lebih memilih
untuk mendirikan usaha mereka sendiri daripada menggantungkan kehidupan mereka
dengan bekerja sebagai karyawan swasta maupun negeri. Dengan tekat dan keuletan
segala macam peluang dapat dijadikan sebuah usaha yang menghasilkan pundi-pundi
keuntungan. Tergantung bagaimana mereka dapat memanfaatkan peluang tersebut
serta memanfaatkan waktu, tenaga dan uang untuk bisa menjadi seorang pengusaha
sukses.
Berdasarkan latar belakang sebagaimana disebutkan di atas, masalah yang
dikaji dalam tulisan ini adalah: “Bagaimana model pelatihan kewirausahaan yang
efektif dalam rangka memberdayakan kaum perempuan di desa?” Merujuk pada
permasalahannya, tujuan penulisan laporan pengabdian masyarakat adalah
tersedianya model pelatihan kewirausahaan yang efektif dalam rangka
memberdayakan masyarakat Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan seringkali diartikan sebagai sebuah kegiatan atau pekerjaan melatih
untuk memperoleh kemahiran ataupun kecakapan yang dikaitkan dengan pekerjaan
tertentu.11 Sementara itu, pelatihan kewirausahaan adalah kegiatan untuk
meningkatkan pengetahuan, sikap, serta keterampilan tentang kewirausahaan bagi
kelompok masyarakat tertentu. Hal ini dilakukan supaya mereka mengenali,
berminat, serta mampu menjadi wirausahawan tangguh. Dalam bukunya berjudul
Pembelajaran Partisipatif, Sudjana (2007) menjelaskan bahwa upaya pemberdayaan
melalui kegiatan-kegiatan belajar di masyarakat berorientasi pada terwujudnya
peningkatan kualitas hidup bagi diri sendiri atau keluarganya hingga masyarakat
sebagai satuan sosial yang lebih luas.
Pada dasarnya, pelatihan kewirausahaan dilakukan agar masyarakat memiliki
keterampilan mengambil keputusan dan mengambil risiko yang moderat, dan bukan
atas dasar kebetulan belaka. Bersifat energetik, khususnya dalam bentuk berbagai
kegiatan inovatif. Mengetahui hasil-hasil dari berbagai keputusan yang diambilnya,
11 Ihat Hatimah, dkk. 2007, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta: Universitas
Terbuka, hal. 4.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
61
dengan tolok ukur satuan uang sebagai indikator keberhasilannya. Mampu mengatasi
kemungkinan di masa depan. Memiliki kemampuan berorganisasi, yaitu bahwa
seseorang wirausaha memiliki kemampuan keterampilan, kepemimpinan dan
manajerial.
Sampai sekarang belum ada terminologi yang persis sama tentang
kewirausahaan (enterpreneurship). Secara epistemologis kewirausahaan merupakan
suatu nilai yang diperlukan untuk menilai suatu usaha (start up phase) atau suatu
proses dalam mengerjakan suatu yang baru (creative) dan sesuatu yang berbeda
(innovatif). Drucker, P.F. (1994) berpendapat bahwa kewirausahaan adalah “ability
to create the new and different”, suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan berbeda. Kewirausahaan diartikan yang sama dengan enterpreneurship
dalam bidang usaha. Kewirausahaan secara sederhana sering diartikan sebagai
prinsip atau kemampuan wirausaha”.12
Lebih lanjut Drucker, P.F. (1994) mengemukakan bahwa kewirausahaan akan
tampak menjadi sifat, watak, dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang
mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia
usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.13 Wirakusumo (1997) menyatakan
bahwa “enterpreneurship is he bone of economy, kewirauasahaan merupakan
pengendali saraf pusat perekonomian atau sebagai tail bone of economy yaitu
pengendali perekonomian suatu bangsa”.
Secara lebih rinci Bygrave (1994) mengartikan “enterpreneur as the person
who destroyes the existing economic order by introducing new products and
services, by creating new forms of organization, or by exploting new raw
materials”.14 Pada intinya enterpreneur atau kewirausahaan diartikan sebagai orang
yang mengganti tatanan ekonomi dengan mengenalkan hasil dan layanan,
menciptakan organisasi baru atau menggali bahan-bahan mentah yang baru. Hal ini
berarti kewirausahaan menyangkut upaya seseorang untuk memperbaiki ekonomi
melalui pengenalan produk, pengelolaan dan penggalian sumber-sumber baru untuk
keperluan ekonomi.
12 Drucker, P.F, 1994, Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principle, New York: Harper
Business, hal. 27. 13 Ibid. 14 Alma. B, 2007, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta, hal. 22.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
62
Zimmerer, T.W. (1996) mendefinisikan kewirausahaan adalah “applying
creativity and innovation to slove the problems and to exploit opportunities that
people face everyday”.15 Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan
keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk memanfaatkan
peluang yang ada setiap hari. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas,
keinovasian, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja
keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. “... creativity is the ability to
develop new ideas and to dicover new ways of looking at problems and
opportunities” (kreativitas adalah kemampuan untuk mengenmbangkan ide-ide baru
dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang. “...inovation is the ability apply creative solutions to those problems and
opportunities to enhance or to enrich people’slive”. (Inovasi adalah sebagai
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-
persoalan dan peluang untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup).
Sejalan dengan pendapat Levitt dalam Zimmerer (1996) dikemukakan bahwa
kreativitas adalah ‘thingking new things” sedangkan keinovasian adalah ‘doing new
things’.16 Jadi keberhasilan wirausaha akan tercapai apabila berpikir dan melakukan
sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru.
Dari pandangan para ahli di atas, dapat dikemukakan bahwa kewirausahaan adalah
suatu kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku inovatif yang dijadikan
dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, dan proses dalam
menghadapi tantangan hidup.
Dengan memperhatikan definisi-definisi kewirausahaan di atas, maka
kewirausahaan yang dimaksud bagi masyarakat adalah kegiatan usaha baru atau
peningkatan dan pengembangan usaha yang mereka miliki sebagai hasil pelatihan
yang diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari yang berguna sebagai
penopang keluarga. Berwirausaha adalah memadukan kepribadian (yang mencakup
antara lain keimanan dan ketaqwaan, pengetahuan, teknologi dan keterampilan, sikap
dan nilai) keuangan, dan sumber daya yang ada dalam lingkungan untuk
mendapatkan keuntungan.
15 Zimmerer, T. W., & Norman, M. S. 1996, Entrepreneurship And The New Venture Formation. New
Jersey: Prentice-Hall International, Inc, hal. 51. 16 Ibid.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
63
Pendidikan luar sekolah dapat membina dan mengembangkan kewirausahaan
melalui dua pendekatan, yaitu:
1. Mengintegrasikan materi pelajaran kewirausahaan ke dalam
kurikulum/program dalam satuan dan jenis pendidikan luar sekolah.
Kewirausahaan dapat dijadikan materi pokok atau tambah dalam
pendidikan keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan
sejenis, seperti pelatihan, penyuluhan, dan pusat magang. Demikian pula
kewirausahaan dapat diintegrasikan ke dalam pendidikan umum,
keagamaan, kedinasan, jabatan kerja, dan kejuruan/keterampilan.
2. Kewirausahaan menjadi program pendidikan tersendiri. Program ini
dilakukan melalui pendidikan penyadaran diri (conscientization) bagi
masyarakat, dan dapat pula dalam bentuk satuan pendidikan khusus
seperti kelompok belajar, kursus, pelatihan, dan magang tentang
kewirausahaan. Demikian pula bahwa kewirausahaan sebagai program
mandiri ini dapat dilakukan melalui pendidikan kader, pendidikan massa,
dan/atau pendidikan perluasan.
Dalam hubungannya dengan kewaspadaan mental serta kepekaan dalam
memilih bidang usaha, para dosen yang diterjunkan ke tengah masyarakat hendaknya
mampu mengusahakan langkah-langkah sedemikian rupa, sehingga tidak terjadi
kemacetan-kemacetan pelaksanaan usaha masyarakat. Salah satu upaya untuk
menghindari kemacetan usaha ekonomi suatu perkumpulan tertentu atau kemacetan
usaha ekonomi dalam suatu wilayah pengembangan tertentu, maka, perlu ditentukan
jenis usaha yang difokuskan pada bidang tertentu. Dengan perkataan lain, peluang
memperoleh penghasilan yang lebih besar antara lain ditentukan oleh keseriusan
dalam menekuni satu bidang usaha.
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Terdapat kecenderungan bahwa sebagian masyarakat kurang memperhatikan
urgensi, fungsi, serta manfaat digelarnya pelatihan kewirausahaan oleh perguruan
tinggi. Apalagi, dalam realitasnya, beberapa perguruan tinggi terbukti belum mampu
menunjukkan sumbangsihnya dalam kehidupan masyarakat. Prestasi perguruan
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
64
tinggi dalam mendorong dan mencetak orang-orang yang sukses dalam bidang
kewirausahaan masih belum sepenuhnya memuaskan. Tak heran apabila sebagian di
antara mereka menganggap bahwa diadakannya pelatihan sejenis kurang
berpengaruh terhadap kehidupan. Itulah mengapa, banyak kalangan memandang
dengan sebelah mata. Pelatihan kewirausahaan dinilai kurang bermanfaat dalam
usaha menambah penghasilan, mengatrol status sosial, serta memperbaiki taraf
hidup.
Pola pikir masyarakat salah satunya dibentuk oleh formalitas yang dikukuhan
melalui kurikulum pendidikan rupanya juga berimbas pada. Industrialisme yang
merasuk pada bidang pendidikan membuat ijazah seolah menjadi syarat vital bagi
diperolehnya pekerjaan atau jabatan tertentu. Mereka akhirnya cenderung bersikap
pesimistis terhadap segala bentuk pelatihan. Persepsi masyarakat yang lebih
mengutamakan ijazah sebagai produk pendidikan formal menghambat kemauan
mereka untuk membekali diri dengan pengetahuan melalui jalan pelatihan. Padahal,
mengantongi ijazah tidak berarti mempunyai potensi yang cukup untuk menggali
sumber ekonomi yang potensial di masyarakat. Bermacam pengetahuan yang belum
diperoleh dari bangku sekolah dan kuliah bisa didapatkan lewat pelatihan. Di sinilah
pentingnya pelatihan kewirausahaan bagi masyarakat.
Oleh karena itu, kesadaran mengenai pentingnya pelatihan kewirausahaan bagi
masyarakat Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro perlu dibangun. Dalam rangka
membangun ekonomi rakyat, terutama golongan menengah ke bawah, diperlukan
upaya mendorong mereka untuk menyukai dunia wirausaha. Melalui pelatihan inilah,
masyarakat setempat diharapkan mempunyai motivasi yang kuat untuk
mengembangkan diri melalui wirausaha. Bagaimanapun, pembangunan akan lebih
berhasil jika ditunjang oleh para wirausahawan yang sukses dalam menjalankan
berbagai macam usahanya.
Kewirausahaan merupakan potensi pembangunan, baik dalam kuantitas
maupun kualitasnya. Dalam konteks inilah, wirausaha menemukan relevansinya.
Dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas dan industri 4.0, rakyat Indonesia
dituntut bukan hanya meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni,
melainkan juga mempersiapkan dan membuka lapangan kerja baru. Dalam era
modernisasi dan globalisasi, dua tuntutan ini merupakan kebutuhan vital dan sangat
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
65
mendesak.
Untuk membuka lapangan kerja baru secara lebih intens dan efektif, maka
diperlukan pelatihan kewirausahaan bagi beberapa komponen masyarakat. Padahal,
suatu pelatihan kewirausahaan tidak akan berjalan dengan maksimal tanpa adanya
manajemen. Hal ini dikarenakan, kekuatan, pengetahuan, serta kemampuan manusia
pada dasarnya sangat terbatas. Adapun kebutuhannya sehari-hari seolah tidak
terbatas. Maka dengan adanya pelatihan kewirausahaan, diharapkan mereka mampu
mengatasi problematika kehidupan, terutama ekonomi.
Realisasi Pemecahan Masalah
Pelatihan kewirausahaan aneka kerajinan brungki yang diadakan oleh Tim
Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
dengan Riza Multazam Luthfy, S.H., M.H. selaku ketuanya bermaksud memompa
segenap kalangan masyarakat untuk terjun dalam dunia wirausaha. Sehingga dengan
kegiatan ini, masyarakat dapat menerapkannya untuk merancang sumber ekonomi
baru. Dengan demikian, pelatihan bukan hanya dimaksudkan untuk membekali
masyarakat dengan ilmu baru. Bagi mereka yang sudah memiliki kesibukan atau
pekerjaan, menjual aneka kerajinan tangan berbahan brungki merupakan usaha
sampingan yang menjanjikan hasil finansial yang menguntungkan.
Perlu adanya kesadaran masyarakat Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro
tentang kuatnya persaingan ekonomi hingga wilayah pedalaman. Kondisi demikian
menuntut mereka untuk membekali diri dengan beraneka soft skill. Mengingat, bekal
inilah yang bakal membantunya dalam upaya memecahkan masalah keuangan serta
memenuhi ketubuhan hidup sehari-hari. Di samping agar membuahkan hasil
maksimal, pemilihan terhadap satu bidang juga berdasarkan pertimbangan bahwa
hari-hari ini kebutuhan pembuatan kerajinan tangan cukup melimpah.
Banyak bidang yang membutuhkan kerajinan tangan demi melancarkan
misinya. Melihat kondisi ini, Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro menilai bahwa kerajinan tangan berbahan
brungki merupakan pasar yang perlu digarap secara serius. Dalam lingkup
Bojonegoro, kerajinan tangan yang dihasilkan dari bahan alami merupakan usaha
yang memberikan hasil materi yang memuaskan. Meski terdapat banyak usaha
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
66
kerajinan tangan yang telah berdiri di berbagai tempat, namun usaha kerajinan
tangan berbahan brungki belum banyak dijumpai.
Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah kaum perempuan yang
sudah berumah tangga di desa Samberan, Palembon, Sedeng, Caruban, dan
Sumberwangi di Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Penetapan ketentuan ini
berdasarkan pertimbangan bahwa perempuan memiliki ketelatenan dalam
menghasilkan kerajinan tangan. Adapun penentuan orang-orang yang sudah nikah
sebagai peserta pelatihan ini berdasarkan pertimbangan bahwa di sela-sela mengurus
rumah tangga, mereka dapat memperoleh penghasilan sampingan. Bagi peserta
tambahan lainnya, pelatihan ini merupakan sarana menambah pengetahuan ekonomi
dan wirausaha yang barangkali tidak didapatkan melalui kurikulum pendidikan
formal.
Dalam penyelenggaraan kegiatan ini, Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro sengaja memilih masyarakat di
lima desa yang disebutkan di atas, dikarenakan kawasan tersebut merupakan
kawasan agraris dengan potensi alam yang luar biasa, terutama brungki. Selama ini,
brungki belum diberdayakan secara maksimal lantaran terbatasnya pengetahuan
masyarakat tentang budi daya brungki. Selain itu, lima desa yang dimaksud
merupakan kawasan strategis yang menghubungkan antara satu kecamatan dengan
kecamatan lainnya. Sayang apabila kondisi geografis ini kurang dimanfaatkan
dengan baik, terutama dalam rangka peningkatan sumber daya manusia di desa
sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal.
Metode yang Digunakan
Metode kegiatan ini adalah dengan ceramah dan diskusi yang akan dilakukan
oleh staf dosen yang memahami bidang ilmu ekonomi manajemen, khususnya
berkaitan dengan kewirausahaan. Masyarakat dibekali dengan pelatihan tentang
bagaimana berwirausaha dengan baik, efektif, serta menggali sumber ekonomi. Di
samping itu, kegiatan ini juga menggunakan metode partisipatif, sehingga peserta
dapat langsung mempraktikkan pengetahuan yang diperoleh. Selain itu, mereka juga
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
67
diberi kiat jitu mempromosikan hasil kerajinan tangan berbahan brungki.
Jika kebutuhan dana dirasa merupakan hal penting untuk merangsang untuk
memulai kegiatan usaha masyarakat, diusahakan diberikan bantuan dana seadanya.
Yang nantinya akan dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap perkembangan dana
dan usaha yang dilakukan, jika hasilnya memuaskan akan diberikan bantuan dana
atau dicarikan sponsor dana dari pihak swasta. Sehingga nantinya hasilnya ingin
dicapai adalah rasa ingin mencoba dari kader lain, melihat kesuksesan dari penerima
bantuan yang telah sukses mengelola dana bantuan dan menjalankan usaha (efek
panutan/contoh).
Adapun rencana kegiatannya dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai
berikut, hingga akhirnya keseluruhan tahapan dapat terlaksana dengan maksimal:
6. Observasi dan wawancara penggalian data
7. Program edukasi kewirausahaan secara umum
8. Demonstrasi pembuatan kerajinan tangan berbahan brungki
9. Evaluasi pendampingan
10. Pelaporan kegiatan
HASIL YANG DICAPAI
Pelatihan kewirausahaan aneka kerajinan brungki yang diselenggarakan oleh
Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir
Bojonegoro di Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro membuahkan hasil yaitu:
a. Memunculkan jenis usaha baru
Kegiatan yang dilakukan dengan cara melihat potensi usaha yang dapat
dimunculkan dari daerah lokasi mitra berasal. Tim melihat dan
memberikan rekomendasi kepada ibu rumah tangga untuk dapat lebih
mengutamakan pengembangan kerajinan tangan berbahan brungki.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mendatangi langsung kader dan
menemukan kader yang sudah memiliki usaha atau punya riwayat
usaha.Adapun kader yang dapat dilatih dengan didampingi sebanyak dua
puluh dua orang dalam pelatihan kewirausahaan dan merk.
b. Menginisiasi kemasan yang menarik
Kegiatan ini dilakukan dengan menggelar kegiatan pelatihan desain
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
68
kemasan yang dilakukan selama dua hari. Tim menyampaikan materi-
materi berkaitan dengan kemasan yang cocok untuk kerajinan tangan.
Kemudian tim juga akan mengajak masyarakat untuk mendesain sendiri
merek dan kemasan yang akan digunakan sebagai branding.
c. Menciptakan merk berkarakter
Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, serta simulasi
yang melibatkan peran aktif semua peserta. Materi-materi yang akan
disampaikan antara lain yaitu bagaimana membuat merk yang menjual.
Pada akhir sesi, mitra diharapkan mengetahui standarisasi kemasan yang
baik.
d. Melakukan pendampingan produksi merk
Kegiatan yang dilakukan antara lain tim berkunjung untuk memfasilitasi
pembuatan merek, tim mengecek kelayakan merk usaha yang dirancang
sendiri dan dibantu oleh konsultan desain. Kegiatan ini berlangsung
selama dua.
e. Menggelar monitoring dan evaluasi secara berkala
Evaluasi akan dilakukan secara bertahap yaitu meliputi evaluasi
perencanaan, proses pelaksanaan dan output. Proses pelaksanaan
dikatakan berhasi apabila persiapan yang dilakukan sesuai dengan
kebutuhan pelaksanaan kegiatan dan peserta yang hadir dalam kegiatan
penyuluhan dan demonstrasi sekitar 80% dari target. Sedangkan evaluasi
output akan dilakukan dengan mengadakan pretest sebelum kegiatan
diadakan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta sebelum kegiatan
penyuluhan, dan posttest dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta
terhadap materi yang diberikan dan peningkatan pengetahuan peserta
tentang arti penting kewirausahaan dalam peningkatan taraf hidup
masyarakat.
PENUTUP
Peningkatan kualitas hidup melalui pelatihan kewirausahaan aneka kerajinan
brungki yang diselenggarakan di beberapa desa Kecamatan Kanor Kabupaten
Bojonegoro, khususnya para ibu rumah tangga, memperoleh respons yang positif.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
69
Para warga masyarakat yang mengikuti pelatihan tersebut dan di akhir pelatihan
memperoleh pengetahuan tentang bagaimana mengolah, mempercantik dan
mempromosikan bermacam kerajinan tangan yang dihasilkan dari brungki. Dengan
modal pengetahuan ini, mereka memperoleh kesempatan untuk mandiri atau
kelompok untuk mengembangkan apa yang ada di sekitarnya. Bagaimanapuan,
selama ini, brungki banyak tersedia di lahan-lahan warga di belakang rumah dan di
samping area persawahan.
Pelatihan ini menjadi media pembelajaran dan komunikasi antar warga untuk
senantiasa menambah wawasan, merubah paradigma berpikir, serta memperoleh
penghasilan secara mandiri dan kreatif. Dengan melakukan aktivitas budidaya
brungki muncul banyak kesempatan untuk saling berbagi informasi tentang
pemasarannya ke publik.
Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang memberdayakan masyarakat
khususnya perempuan memiliki arti bagi perubahan cara berpikir kelompok ibu-ibu.
Tindak lanjut kegiatan ini perlu diikuti dengan pendampingan oleh tokoh masyarakat
misalnya pengurus PKK khususnya pengembangan jiwa kewirausahaan dalam
kegiatan yang terintegrasi dengan program kerja PKK RT, RW setempat. Hal ini
digunakan untuk menjamin kelangsungan pola kegiatan yang memberdayakan kaum
ibu untuk turut meningkatkan kualitas hidup melalui pola makan yang sehat dalam
kebersamaan perumahan yang lebih kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B, 2007, Kewirausahaan, Bandung: Alfabeta.
Drucker, P.F, 1994, Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principle, New
York: Harper Business.
D. Sudjana, 2000, Strategi Pembelajaran, Bandung: Falah Production.
Hatimah, Ihat, dkk. 2007, Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan, Jakarta:
Universitas Terbuka.
Zimmerer, T. W., & Norman, M. S. 1996, Entrepreneurship And The New Venture
Formation. New Jersey: Prentice-Hall International, Inc.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
70
PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN ANEKA OLAHAN KETELA POHON DI
KECAMATAN KEDUNGADEM KABUPATEN BOJONEGORO
Sugito
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pelatihan olahan ketela pohon inovatif dan kreatif berupa Berbagai jenis olahan kue
yang bahan dasarnya singkong ini memberikan warga di Kecamatan Kedungadem
Kabupaten Bojonegoro yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
wawasan dan pengetahuan baru tentang olahan lain singkong. Dengan melimpahnya
bahan baku utama, yaitu singkong, di Kedungadem.
Metode pelaksanaan pengabdian di Kecamatan Kedungadem Kabupaten Bojonegoro
untuk memberdayakan potensi ketela pohon yang dihasilkan. Pencapaian hasil
kegiatan ini adalah 1) Anggota Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kec.
Kedungadem memperoleh pemahaman dan pengalaman untuk diversifikasi olahan
ketela pohon, serta pengemasan dan pelabelan produk pangan, 2) Perbaikan
manajemen Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kec. Kedungadem melalui struktur
organisasi, pembukuan sederhana dan pemahaman strategi pemasaran dan promosi
melalui media sosial (blog), 3) didukung penyediaan sarana dan prasarana kegiatan.
Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kec. Kedungadem menghasilkan laporan
kegiatan, blog promosi produk Kelompok Usaha Bersama (KUBE) kec.
Kedungadem, artikel dan poster.
Kata Kunci: Kewirausahaan, Aneka Olahan Ketela Pohon
LATAR BELAKANG
Kecamatan Kedungadem memiliki luas 14.515,31 Ha, terdiri dari 23 Desa, 95
Dusun, 164 RW, dan 598 RT yang membawahi sekitar 26.127 KK. Jumlah penduduk
Kecamatan Kedungadem pada Juli 2016 sebanyak 83.723 jiwa, terdiri dari 41.505
jiwa laki-laki dan 42.218 jiwa perempuan. Mata Pencaharian penduduk Kecamatan
Kedungadem sebagian besar adalah petani. Pemanfaatan lahan di Kecamatan
Kedungadem untuk lahan pertanian adalah seluas 8.700,83 Ha, untuk lahan
perkebunan seluas 200,83 Ha, untuk lahan peternakan seluas 15,50 Ha, untuk lahan
perikanan seluas 0,50 Ha, untuk lahan kehutanan seluas 3.576,27 Ha, pekarangan
seluas 790,24 Ha, sisanya untuk bangunan lain seluas 2.033,06 Ha.
Ketela pohon atau singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok
masyarakat Indonesia selain padi dan sagu. Rasanya yang enak dan sangat
mengenyangkan membuatnya menjadi bahan makanan pokok yang baik. Pemerintah
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
71
pun terus melakukan sosialisasi untuk menekan konsumsi padi dan menggantinya
dengan singkong, sagu, jagung, atau kentang.
Ketela pohon, ubi kayu, atau singkong (manihot utilissima) sendiri adalah perdu
tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas
sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Perdu,
bisa mencapai 7 meter tinggi, dengan cabang agak jarang. Akar tunggang dengan
sejumlah akar cabang yang kemudian membesar menjadi umbi akar yang dapat
dimakan. Ukuran umbi rata-rata bergaris tengah 2–3 cm dan panjang 50–80 cm,
tergantung dari klon/kultivar. Bagian dalam umbinya berwarna putih atau kekuning-
kuningan. Umbi singkong tidak tahan simpan meskipun ditempatkan di lemari
pendingin. Gejala kerusakan ditandai dengan keluarnya warna biru gelap akibat
terbentuknya asam sianida yang bersifat meracun bagi manusia. Umbi ketela pohon
merupakan sumber energi yang kaya karbohidrat namun sangat miskin protein.
Sumber protein yang bagus justru terdapat pada daun singkong karena mengandung
asam amino metionina [Wikipedia, 2015].
Dilihat dari manfaatnya, tanaman ketela pohona atau singkong mempunyai
banyak keunggulan karena semua bagian tanaman ketela pohon/singkong
mempunyai manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa manfaat ketela pohon
atau singkong antara lain:
a. Pucuk serta daunnya yang masih muda dan lunak mengandung protein, lemak,
karbohidrat, vitamin A dan B1, dapat dipergunakan sebagai makanan ternak
(kambing, sapi, ulat sutera dan lain-lain) setelah layu. Jika telah direbus dan diurap
akan menjadi sayuran yang lezat dan nikmat. Daun ketela pohon/singkong yang baru
dipetik mengandung banyak Asam Hidrocyan (HCN) sehingga beracun. Karena itu,
sebelum dikonsumsi daun ketela pohon atau singkong harus dilayukan terlebih
dahulu atau direndam untuk mengurangi kadar racun HCN-nya.
b. Batangnya dapat digunakan untuk bibit atau kalau sudah kering bisa digunakan
sebagai kayu bakar.
c. Bonggolnya (pangkal pokok batang) baik pula untuk kayu bakar.
d. Akarnya dapat tumbuh menjadi umbi yang dapat diolah menjadi gaplek atau
berbagai makanan olahan lainnya.
Apabila dilihat dari kandungan gizinya, ketela pohon/singkong mempunyai
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
72
kandungan gizi yang cukup lengkap yang dibutuhkan oleh tubuh. Tabel berikut
memberikan informasi tentang komposisi kandungan gizi pada ketela
pohon/singkong maupun berbagai olahannya [Handayani dan Sundari, 2016].
Tabel 1. Komposisi Kandungan Gizi Ketela Pohon atau Singkong
Dengan segala manfaat yang dikandungnya, singkong pun sering diolah menjadi
olahan lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Singkong biasa diolah menjadi
berbagai jenis produk industri. Bukan hanya pangan, melainkan juga kosmetik, obat-
obatan, bahan baku kertas, dan energi. Perekayasa bidang teknologi pangan dari
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Aton Yulianto, awal pekan ini,
memaparkan, teknologi hidrolisis dikembangkan 20 tahun untuk mengurai zat pati
menjadi glukosa yang mengandung rantai unsur karbon dan hidrogen. Unsur ini juga
ada dalam minyak bumi.
Di Jerman dan Jepang, kata Aton, pemanfaatan bahan selulosa menjadi
bioetanol mulai menggeser penggunan minyak bumi di industri. Peneliti di Institut
Pertanian Bogor dan Universitas Jember berhasil menerapkan teknik fermentasi
menggunakan bakteri asam laktat. Hasilnya, singkong yang diolah menjadi irisan
tipis dapat terurai menjadi tepung modified cassava flour (mocaf).
Tepung ini bisa digunakan untuk membuat aneka jenis makanan, seperti kue,
roti, mie, dan bakso. "Selain untuk pangan, bahan baku singkong setidaknya bisa
dihasilkan 13 turunan produk untuk berbagai keperluan. Selain mocaf dan gula cair,
juga dihasilkan biokerosin dan bioetanol," ujar Endy menguraikan.
Gula cair dari singkong kini mulai banyak dikonsumsi untuk keperluan diet.
Kandungan kalori gula cair rendah sehingga aman bagi penderita diabetes dan
mereka yang diet rendah gula.Saat ini, bahan baku singkong 85 persen diolah
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
73
menjadi pati, sisanya menjadi mocaf. Menurut Aton, permintaan terhadap pati
singkong besar karena dapat menjadi bahan baku kertas. Belakangan ini, pati
singkong diolah menjadi vitamin C. Pabrik vitamin C dari singkong dibangun di
Lamongan, Jawa Timur [Zakiya, 2012].
Memperhatikan paparan di atas, penulis pun berinisiatif memberikan semuah
pelatihan industri mikro dan wirausaha dalam jangka panjang. Penulis melakukan
sebuah pelatihan pengolahan singkong menjadi aneka olahan kue kepada KUBE
(Kelompok Usaha Bersama) di Kecamatan Kedungadem kabupaten Bojonegoro.
Warga KUBE (Kelompok Usaha Bersama) di Kecamatan Kedungadem belum
memiliki wawasan dan pengetahuan tentang inovasi baru dan kreatif untuk olahan
berbahan baku singkong.
Selain sebagai berbagi wawasan dan pengetahuan mengenai produk inovatif dan
kreatif berbahan baku singkong, pelatihan olahan singkong ini juga lebih jauh lagi
penulis harapkan bisa dilanjutkan dan dikembangkan oleh warga kedua dusun.
Secara tidak langsung, warga kecamatan mendapatkan wawasan kewirausahaan yang
diharapkan akan diterapkan di dunia nyata dan menjadikan bola-bola singkong keju
sebagai komoditi perdagangan.
Adapun permasalahan pada KUBE (Kelompok Usaha Bersama) di kecamatan
Kedungadem yang mendapat prioritas untuk dilakukan dalam kegiatan ini adalah:
1. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengolahan ketela pohon menjadi
produk pangan yang berkualitas, dalam pemilihan bahan, proses produksi, proses
pengemasan dan pelabelan produk yang tepat, sehingga usaha ini menjadi industri
rumah tangga yang berkualitas.
2. Perbaikan manajemen KUBE (Kelompok Usaha Bersama) di kecamatan
Kedungadem melalui struktur organisasi ang menguraikan tugas dan tanggung jawab
anggota KUBE, meningkatkan kemampuan pembukuan sederhana agar mampu
menentukan harga jual dan memperoleh keuntungan yang wajar, memberi
pemahaman tentang strategi pemasaran (marketing program) untuk memperluas
pemasaran dan merebut pangsa pasar, serta meningkatkan promosi melalui media
sosial dan kerjasama dengan instansi terkait..
3. Melengkapi kebutuhan peralatan sebagai penunjang aktivitas produksi yang
masih terbatas, misalnya oven, mixer, dan bahan-bahan pangan untuk praktik yang
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
74
menunjang pelaksanaan kegiatan.
4. Sebagai tindak lanjut kegiatan dilakukan pendampingan yang dilakukan
berkala secara langsung (datang ke desa) ataupun melalui media komunikasi, serta
pemanfaatan blog untuk promosi produk ketela pohon.
TINJAUAN PUSTAKA
Kewirausahaan
Priyanto (2009: 61-62) menyatakan bahwa kewirausahaan merupakan sesuatu
yang ada di dalam jiwa seseorang, masyarakat dan organisasiyang karenanya akan
dihasilkan berbagai macam aktivitas (sosial, politik, pendidikan),usaha dan bisnis.
Kewirausahaan dalam islam Departemen Agama Republik Indonesia (2009)
menyebutkan bahwa konteks kewiraushaan dalam islam tertera pada Al – Qur’an
Surat An-nisa’ (4) ayat 29 yang berbunyi :
ا أنفسكم إن الله ن تجارة عن تراض منكم ول تقتلويا أيها الذين آمنوا ل تأكلوا أموالكم بينكم بالباطل إل أن تكو
كان بكم رحيما
Artinya : Hai orang -orang yang beriman,janganlah kamu saling memakan harta
sesamu dengan jalan yang batil,kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu,dan janganlah kamu membunuh
dirimu,sesungguhnya ALLAH SWT.adalah maha penyayang kepadamu.
Karakteristik wirausaha menurut Sukardi (1991), sebagai berikut :
1) Sifat Instrumental, menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi
selau memanfaatkan segala sesuatu yang ada dilingkungannya untuk
mencapai tujuan pribadi dalam berusaha.
2) Sifat Prestatif ; menunjukkan bahwa wirausaha dalam berbagai situasi
selalu tampil lebih baik, lebih efektif dibandingkan dengan hasil yang
dicapai sebelumnya.
3) Sifat Keluwesan bergaul : menunjukkan bahwa wirausaha selalu berusaha
untuk cepat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi hubungan antar
manusia.
4) Sifat Kerja Keras : menunjukkan bahwa wirausaha selalu terlibat dalam
situasi kerja,tidak mudah menyerah sebelum pekerjaan selesai.
5) Sifat Keyakinan Diri : menunjukkan bahwa wirausaha selalu percaya pada
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
75
kemampuan diri, tidak ragu-ragu dalam bertindak bahkan memiliki
kecenderungan untuk melibatkan diri secara langsung dalam berbagai
situasi.
6) Sifat Pengambilan Resiko : menunjukkan bahwa wirausaha selalu
memperhitungkan keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan
kegiatan dalam mencapai tujuan berusaha.
7) Sifat Sewa Kendali : menunjukkan bahwa wirausaha dalam menghadapi
berbagai situasi selalu mengacu pada kekuatan dan kelemahan pribadi,batas
-batas kemampuan dalam berusaha.
8) Sifat Inovatif : menunjukkan bahwa wirausaha selalu mendekati berbagai
masalah dalam berusaha dengan cara – cara baru yang lebih bermanfaat.
9) Sifat Kemandirian : menunjukkan bahwa wira usaha selalu mengembalikan
perbuatannya sebagai tanggung jawab pribadi.
METODE PELAKSANAAN
Metode Kegiatan
Solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dan
terkait dengan target luaran yang telah ditetapkan adalah:
Persiapan kegiatan dilakukan untuk menyesuaikan produk olahan yang diminati
peserta, waktu pelaksanaan dan tempat untuk melaksanakan kegiatan, serta
penyediaan sarana dan prasana untuk praktik. Peralatan praktik olahan ketela pohon
dan bahan praktik disediakan terlebih dahulu agar pelaksanaan pelatihan berjalan
lancar dan efisien, seperti oven, alat pengemas (impulse sealer), mixer, dan peralatan
pendukung lainnya.
Sebelum diberikan pelatihan dan pendampingan pengolahan produk, masyarakat
diberikan berbagai penyuluhan agar tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan ini bisa
tercapai. Pertama kali yang diberikan kepada masyarakat adalah memberikan
penyuluhan mengenai potensi hasil komoditi perkebunan mereka yang bisa
menghasilkan berbagai olahan industri rumah tangga yang inovatif dan bercitarasa
tinggi. Penyuluhan juga disertai dengan contoh pengusaha-pengusaha yang sukses
mengolah ketela pohon menjadi berbagai olah makanan. Selain itu, diberikan pula
penyuluhan mengenai kiat- kiat sukses menjadi seorang enterprenuer.
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
76
Setelah itu dilanjutkan dengan pelatihan dan pendampingan berbagai keterampilan.
Tenaga ahli dari jurusan tataboga dengan dibantu oleh dua orang mahasiswa
memberikan pelatihan dan pendampingan berupa pengolahan berbagai jenis
makanan dengan memanfaatkan umbi ketela pohon. Diupayakan untuk menciptakan
cita rasa yang lain dari yang lain agar bisa cepat merebut pangsa pasar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Terdapat beberapa kendala yang dialami penulis dalam pelatihan ini. Seperti
penyesuaian waktu untuk berkumpulnya warga yang sangat sulit karena banyak
warga yang berladang sejak pagi hingga sore hari. Dan kendala kurangnya minat
warga dalam berwirausaha. Di luar kendala, penulis mendapat banyak kemudahan
pelatihan ini, seperti bahan baku utama yang banyak terdapat di kecamatan, KUBE
dari desa kedungadem sangat antusias. Dengan olahan ketela pohon ini, dan
beberapa warga yang bersedia meminjamkan dapur serta perabotannya untuk
praktik pelatihan pengolahan singkong.
Sehingga, secara keseluruhan, pelatihan ini berjalan baik dan lancar. Penulis
hanya perlu melakukan sedikit komunikasi dan penyesuaian dengan kegiatan
pribadi serta kemasyarakatan warga KUBE dikecamatan Kedungadem.Adapun
pelatihan dan praktik dengan materi olahan ketela pohon (singkong) sebagai
berikut:
1) Tepung singkong (Resep 1 terlampir)
Proses pembuatan tepung, sangat sederhana karena dibuat dari cacah yang sudah
diproduksi di desa Cempaga, caranya cacah ditepung (diselip) dan diayak halus.
Tepung singkong sudah disiapkan
2) Stick Singkong (Kue Bawang Singkong), keistimewaannya kue kering ini terbuat
dari bahan utama singkong dengan aroma daun jeruk purut.
3) Chiffon Cake Singkong, adalah cake ringan yang empuk terbuat dari tepung
singkong, rasanya gurih dan manis dengan aroma pandan.
4) Brownies cup singkong merupakan kue dengan rasa coklat yang berbentuk cup
(cetakan kecil), untuk lebih menarik dapat diberi taburan meises diatasnya.
5) Kripik singkong merupakan irisan tipis ketela pohon yang diberi bumbu dan
digoreng, sehingga rasanya gurih dan renyah. Kripik ini memiliki daya simpan lebih
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
77
dari satu bulan.
6) Stick singkong disebut juga kue bawang singkong, kue kering gurih ini dibuat dari
ketela pohon segar yang dikukus, dihaluskan, dibumbui dan dibentuk seperti stick
atau ranting, kemudian digoreng. Kue kering ini memiliki daya simpan lebih dari
satu bulan.
7) Penyuluhan mengenai manajemen operasional dan pemasaran hasil produk industri,
pengelolaan usaha kecil, pengembangan pangsa pasar dan strategi untuk
meningkatkan pendapatan juga menjadi prioritas. Penyuluhan ini diharapkan dapat
menciptakan efektivitas kinerja untuk mencapai keuntungan kompetitif dengan biaya
lebih rendah dan pelayanan lebih baik disampaikan oleh tim ahli dari jurusan
ekonomi akuntansi. Penyuluhan mengenai strategi pemasaran, diakhiri dengan
diskusi untuk menyepakati strategi pemasaran pada usaha KUBE agar mempercepat
pemasaran. Selanjutnya untuk memperluas jangkauan pasar, dibuka sistem keagenan
baik secara offline maupun online bagi konsumen yang tertarik memasarkan produk
ketela pohon. Strategi berikutnya adalah pemasaran dilakukan secara langsung ke
minimarket, toko-toko, warung, maupun online melalui blog.
Untuk menunjang kegiatan tersebut, diberikan pelatihan penggunaan jejaring sosial
dan pemanfaatan blog Kelompok KUBE kecamatan Kedungadem. Pembuatan blog
difasilitasi oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik Informatika.
8) Simulasi desain label dan kemasan dipandu oleh tenaga ahli dari jurusan Teknik
Informatika. Sedangkan pembuatan kemasan dipandu oleh instruktur tata boga.
Kemasan dan label dibuat sesuai dengan standar, yaitu dengan adanya brand, alamat
produksi, masa kedaluwarsa produk, menonjolkan sisi keunggulan dengan sajian
gurih, lezat, bergizi dan mutu terjamin, berat bersih dan adanya jaminan produk yang
ditawarkan aman dikonsumsi. Sistem packing yang sederhana, tetapi menarik minat
konsumen untuk membeli produk tersebut karena konsumen merasa aman dan
nyaman mengkonsumsi hasil produk.
9) Membentuk pola kemitraan yang dikembangkan antara KUBE Kecamatan
Kedungadem dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bojonegoro.
Pemerintah daerah berkepentingan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif,
bagi industri kecil dan menengah maupun industri rumah tangga, pengembangan
daya saing,, sehingga diharapkan produk- produk sektor industri kecil mampu
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
78
bersaing di pasar global. Strategi promosi kerjasama ini melalui berbagai pameran
UKM yang sering diadakan pemerintah daerah atau ormas tertentu. Melalui berbagai
pameran Kube Kecamatan Kedungadem bisa mengenalkan produk- produknya
kepada khalayak ramai, dan membuka peluang yang lebih besar untuk
mengembangkan usaha tersebut.
Partisipasi mitra dalam pelaksanaan program adalah
1. Kehadiran anggota KUBE pada saat jadwal pelaksanaan penyuluhan atau pelatihan
tiba.
2. Penyediaan tempat untuk pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan kepada anggota
KUBE.
3. Membagi anggota KUBE menjadi beberapa bagian, yaitu bagian produksi, bagian
pemasaran, bagian pembelian, bagian keuangan, dan bagian pembukuan.
4. Pemberian fasilitas yang menunjang pemakaian peralatan vacuum friying
dan peralatan yang disediakan oleh tim pengabdian, yaitu listrik dan air.
5. Sebagai pelaksana yang paling aktif dalam kegiatan pelatihan pengolahan bahan
baku.
6. Menetapkan strategi pemasaran berdasarkan musyawarah dengan anggota
7. Menetapkan design kemasan yang akan digunakan dalam hasil olahan berbagai
produk.
8. Mengemas produk yang sudah jadi untuk dikemas dalam kemasan yang sudah
diberikan design.
9. Menetapkan harga pokok penjualan dan harga jual berdasarkan target penjualan yang
ditentukan.
10. Melaksanakan tes rasa produk pada warung-warung di sekitar desa untuk menilai
respon konsumen terhadap produk baru tersebut.
11. Membuat iklan di media masa, radio dan pada akun jejaring sosial yang sudah
dibuatkan oleh tim pengabdian.
12. Menawarkan produk dan berupaya menjalin kerjasama dengan perusahaan
supermarket, minimarket, pedagang di pasar-pasar tradisional, toko grosir cemilan,
dan pusat oleh- oleh khas Bojonegoro.
13. Bersama-sama dengan tim pengabdian, membentuk pola kemitraan dengan Dinas
Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bojonegoro sebagai salah satu upaya
Jurnal Attanwir Vol. 2 No. 1 April 2016
79
untuk mempromosikan produk ke luar wilayah.
Melalui pelatihan ini, warga di Kecamatan Kedungadem Kabupaten
Bojonegoro yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) pun
mendapatkan wawasan baru mengenai olahan ketela pohon yang inovatif dan kreatif.
Berbagai jenis olahan kue yang bahan dasarnya singkong ini pun menjadi komoditi
perdagangan yang menguntungkan walaupun harus dengan usaha yang sedikit lebih
berat.
PENUTUP
Pelatihan olahan ketela pohon inovatif dan kreatif berupa Berbagai jenis
olahan kue yang bahan dasarnya singkong ini memberikan warga di Kecamatan
Kedungadem Kabupaten Bojonegoro yang tergabung dalam Kelompok Usaha
Bersama (KUBE) wawasan dan pengetahuan baru tentang olahan lain singkong.
Dengan melimpahnya bahan baku utama, yaitu singkong, di kedungadem,
pelatihan ini akan sangat bermanfaat bagi warga kedungadem. Lebih jauh, dengan
usaha yang sedikit lebih berat, olahan singkong ini bisa menjadi komoditi
perdagangan baru bagi warga kecamatan Kedungadem.
DAFTAR PUSTAKA
Gisslen, Wayne, 2007, Professional Cooking, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Handayani, Sugiharti Mulya dan Sundari, Mei Tri. 2015, “Pemberdayaan Wanita
Tani Melalui Pembuatan Keripik Belut Daun Singkong di Kecamatan
Jumantono”, Kabupaten Karanganyar, Jurnal DIANMAS. Universitas Negeri
Surakarta.
McCalman, M., Gibbons, D., dan Potter, C.. 2005, Chese: A Connoisseur’s Guide to
the World’s Best. New York.