ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA 9 BULAN DAN 7 BULAN
(INFANT) DENGAN BRONKHOPNEUMONIA DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUANG NUSA INDAH ATAS RSUD
dr. SLAMET GARUT
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli
Madya Keperawatan (A.Md.Kep) Pada Prodi DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung
Oleh
AMIRA OKTA DHEA
AKX.15.008
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG
2018
v
ABSTRAK
Latar Belakang Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian adalah
penyakit infeksi saluran pernafasan bawah, yang bersifat akut atau kronis. salah satu penyakit
infeksi saluran pernafasan adalah bronchopneumonia, berdasarkan data yang di dapat di
ruang Nusa Indah RSUD dr. Slamet Garut bronchopneumonia (BHP) dengan jumlah pasien
sebanyak 1.317 orang (10,1%) mencapai peringkat ke-4 dalam 10 penyakit terbesar.
Bronchopnemonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada bayi dan anak, walau pun terdapat juga
terjadi pada semua usia, Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
broncopneumonia adalah peradangan sering dijumpai pada anak anak Tujuan: Mampu
melakukan pengkajian, menganalisadata, merumuskan diagnosa, penyusun perencanaan dan
melaksanakan tindakan dari hasil pengkajian terhadap klien : bronchopneumonia dengan
tindakan keperawatan pola napas tidak efektif Metode: studi kasus yaitu untuk
mengeksplorasi suatu masalah/fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. Studi Kasus ini dilakukan
pada dua orang pasien Bronchopneumonia dengan masalah keperawatan Hasil ketidak
efektifan pola nafas : Setelah dilakukan asuhan keperawatan dengan memberikan intervensi
keperawatan, masalah keperawatan ketidak efektifan pola nafas pada kasus 1 dan kasus 2
dapat teratasi pada hari ke 3. Diskusi : pasien dengan masalah keperawatan ketidak efektifan
pola nafas selalu memiliki respon yang sama pada setiap pasien Bronchopneumonia hal ini
dipengaruhi oleh kondisi atau status kesehatan klien sebelumnya. Sehingga perawat harus
melakukan asuhan yang komprehensif untuk menangani masalah keperawatan pada setiap
pasien.
ABSTRACT
Background Infectious diseases in Indonesia that cause death is a disease of lower
respiratory tract infection, which is acute or chronic. one of respiratory tract infections is
bronchopneumonia, based on data that can be in room Nusa Indah RSUD dr. Slamet Garut
bronchopneumonia (BHP) with a total of 1,317 people (10.1%) reaches the 4th rank in 10
major diseases. Bronchopnemonia is an inflammation of the pulmonary parenchyma caused
by a bacterial or viral infection. This disease is common in infants and children, although it
also occurs at all ages, From some of these conclusions can be concluded broncopneumonia
is an inflammation often found in children Objective: Ability to conduct assessment, analyze,
formulate diagnoses, compilers planning and implement actions of the results client
assessment: bronchopneumonia with ineffective breathing nursing methods Method: case
study is to explore a problem / phenomenon with detailed constraints, have deep data
retrieval and include various sources of information. This case study was conducted on two
patients with bronchopneumonia with nursing problems. Result of ineffectiveness of breath
pattern: After nursing care by giving nursing intervention, nursing problems ineffective
breath pattern in case 1 and case 2 can be resolved on day 3. Discussion: patient with the
problem of ineffective nursing pattern breath always has the same response in every patient
Bronchopneumonia this is influenced by condition or health status of previous client. So the
nurse must do a comprehensive care to handle nursing problems in each patient.
Keyword : Bronchopneumonia, ketidak efektifan pola nafas
Daftar Pustaka : 8 buku (2008-2016) 4 jurnal (2013-2015)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran sehingga dapat
menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak
Usia 9 Bulan Dan 7 Bulan (Infant) Dengan Bronchopneumonia Dengan Masalah
Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di Rsud Dr. Slamet Garut”
dengan sebaik – baiknya.
Maksud dan tujuan penyusunan karya tulis ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas akhir dalam menyelesaikan program Studi Diploma III Keperawatan di
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan karya tulis ini, terutama kepada :
1. H. Mulyana, SH, M,Pd, MH.Kes, selaku Ketua Yayasan Adhi Guna Bhakti
Kencana Bandung.
2. Rd. Siti Jundiah, S.Kp.,M.kep, selaku Ketua STIKes Bhakti Kencana Bandung.
3. Tuti Suprapti, S.Kp.,M.kep selaku ketua Program Studi Diploma III Keperawatan
STIKes Bhakti Kencana Bandung.
4. Angga Satria P, S.Kep., Ners. M.Kep selaku Pembimbing Utama yang telah
membimbing dan memotivasi selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
5. Drs. Rachwan H,Mkes selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing
dan memotivasi selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
6. dr. H. Maskut Farid MM. Selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum Daerah dr.
Slamet Garut yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menjalankan tugas akhir perkuliahan ini.
7. Yuli S.Kep.,Ners selaku CI Ruangan Marjan Bawah yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan motivasi dalam melakukan kegiatan selama praktek
keperawatan di RSUD dr. Slamet Garut.
vii
8. Staf dosen dan karyawan program studi DIII Keperawatan Konsentrasi Anestesi
dan Gawat Darurat Medik.
9. Kepada mereka yang selalu menjadi panutan penulis, yaitu Ayahanda tercinta
Alkendi dan Ibunda tercinta Nila wati yang selalu memberikan semangat,
dukungan dan motivasi baik secara moril maupun material, Serta kepada adik
tersayang Firzadhiona Sultan dan Kenny Maulana Sultan beserta seluruh
keluarga besar yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk penulis.
10. Teman sekaligus orang terdekat Dali R, ALAMAHOY, dan uni, devita, seli,
resti, deon, sity, alma, aat, anna, heffy , Aziz, yang selalu memberi semangat serta
menghambat saat penulis mulai lelah, yang selalu ada saat sedih maupun senang
dan ikut membantu penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan XI tahun 2015 yang bersama-sama berjuang
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
12. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari dalam penyusunan karya tulis ini masih banyak kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya
membangun guna penulisan karya tulis yang lebih baik.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Bandung, 30 April 2018
AMIRA OKTA DHEA
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Lembar Pernyataan......................................................................................... ii
Lembar Persetujuan....................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ...................................................................................... iv
Kata Pengantar ............................................................................................... v
Abstract ........................................................................................................vii
Daftar Isi........................................................................................................viii
Daftar Gambar..............................................................................................xii
Daftar Tabel ................................................................................................xiii
Daftar Bagan ............................................................................................... xiv
Daftar Singkatan .......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 5
C. Tujuan ...................................................................................................... 5
1. Tujuan Umum .................................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................................... 6
1. Teoritis ............................................................................................... 6
2. Praktis................................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 7 A. Konsep Penyakit ...................................................................................... 7
1. Definisi............................................................................................... 7
2. Anatomi Fisiologi .............................................................................. 8
3. Etiologi............................................................................................. 15
4. Klasifikasi ........................................................................................ 16
5. Patofisiologi ..................................................................................... 17
6. Komplikasi ....................................................................................... 21
7. Penatalaksanaan…………………………………………………….22
8. Pemeriksaan penunjang…………………………………………….23
B. Konsep Tumbuh Kembang Pada Anak Usia Infant (0-12 Bulan).......... 24
1. Definisi Tumbuh Kembang.............................................................. 24
2. Hospitalisasi Pada Anak................................................................... 32
C. Konsep Asuhan Keperawatan ................................................................ 35
1. Pengkajian ........................................................................................ 35
2. Analisa Data ..................................................................................... 49
3. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 49
4. Intervensi dan Rasionalisasi Keperawatan....................................... 50
5. Implementasi Keperawatan.............................................................. 50
ix
6. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 51
D. Terapi Pemberian Oksigenasi Pada Pasien Gangguan Pola Nafas ........ 53
....................................................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 55 A. Desain..................................................................................................... 55
B. Batasan Istilah ........................................................................................ 56
C. Partisipan/ Responden/ Subyek Penelitian............................................. 57
D. Lokasi dan Waktu .................................................................................. 57
E. Pengumpulan Data ................................................................................. 57
F. Uji Keabsahan Data................................................................................ 60
G. Analisa Data ........................................................................................... 61
H. Etik Penulisan KTI................................................................................. 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 64
A. Hasil ....................................................................................................... 64
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data............................................... 64
2. Pengkajian ........................................................................................ 65
3. Analisa Data ..................................................................................... 73
4. Diagnosa........................................................................................... 76
5. Perencanaan...................................................................................... 76
6. Pelaksanaan ...................................................................................... 78
7. Evaluasi ............................................................................................ 79
B. Pembahasan............................................................................................ 81
1. Pengkajian ........................................................................................ 81
2. Diagnosa Keperawatan..................................................................... 82
3. Intervensi Keperawatan.................................................................... 84
4. Implementasi Keperawatan.............................................................. 85
5. Evaluasi Keperawatan...................................................................... 85
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 88
A. Kesimpulan ............................................................................................ 86
B. Saran....................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Anatomi Sistem Pernapasan...................................................... 8
Gambar 2.2. Struktur Anatomi Saluran Pernapasan Bawah ........................ 10
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Denver Development Screning Test ............................................ 27
Tabel 2.2 Keterangan Pemberian Imunisasi pada Anak .............................. 40
Tabel 4.1.Identitas ....................................................................................... 65
Tabel 4.2 Riwayat Penyakit ......................................................................... 65
Tabel 2. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran ................................................ 66
Tabel 4.1 Pola Aktivitas............................................................................... 67
Tabel 4.2 Riwayat Imunisasi........................................................................ 68
Tabel 4.3 Pertumbuhan Dan Perkembangan................................................ 69
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik ........................................................................ 69
Tabel 4.5 Data psikologi ............................................................................ 72
Tabel 4.6 Pemeriksanaan Diagnostik ........................................................... 73
Tabel 4.7 Pengobatan ................................................................................... 73
Tabel 4.8 Analisa Data................................................................................. 73
Tabel 4.9 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 76
Tabel 4.10 Perencanaan ............................................................................... 76
Tabel 4.11 Pelaksanaan............................................................................... 78
Tabel 4.12 Evaluasi ...................................................................................... 79
xii
DAFTAR BAGAN
Gambar 2.1 Patofisiologi Bronchopneumonia ............................................ 21
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AGD : analisa gas darah
AIDS : Aquired Immunodeficiency Sndrome
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BCG : Bacillus Calmette Guerin
BB : Berat Badan
Cm : Centimeter
CHF : Congestive heart failhure
DHF : Dengue Heamorhagic Fever
DDST : Denver Development Screening Test
PB : Panjang Badan
LILA : Lingkar Lengan Atas
WHO : World Health Organization
GDA : Gula Darah Acak
LDE : Laju Endap Darah
Cm : Centimeter
DPT : Difteri Perfusis Tetanus
GCS : Glasgow Coma Scale
ROM : Range Of Motion
IVFD : Intra Vennes Fluid Drip
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
IGD : Instalasi Gawat Darurat
Kg : Kilogram
TT : Tetanus Toksoid
Mg : Miligram
Ml : Mililiter
xiv
ADL : Activity Daily Living
TTV : Tanda Tanda Vital
O₂ : oksigen
HB : haemoglobin
RR : Respirasi Rate
CO₂ : karbondioksida
PCO₂ : tekanan karbondioksida
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian
adalah penyakit infeksi saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun
bawah, yang bersifat akut atau kronis. Infeksi saluran nafas akut (ISPA) ialah
infeksi akut yang dapat terjadi disertai tempat saluran nafas dan adneki selnya
(telinga tengah, cavum pleura, dan paraanalisis). Gangguan pada sistem
pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi
pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
pada sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala-gejala
serta gangguan yang relatif ringan sampai bronkopneumonia berat, salah satu
penyakit infeksi saluran pernafasan adalah bronchopneumonia (Ngastiyah,
2009).
Masalah kesehatan merupakan salah satu masalah utama negara
berkembang termasuk indonesia sebanyak 80% penyakit pada anak berkaitan
dengan infeksi saluran pernapasan. Salah satu penyakit infeksi saluran
pernapasan tersebut adalah bronchopneumonia yang merupakan pembunuh
utama di indonesia. (William, 2012)
2
Menurut WHO (world Healt Organization) angka kematin balita pada
tahun 2013 masih tinggi mencapai 6,3 juta jiwa kematian balita tertinggi
terjadi di negara berkembang sebanyak 92% atau 29.000 balita/hari. Kematian
balita sebagian besar disebabkan oleh penyakit menular seperti
bronchopneumonia (15%), diare (9%), dan malaria (7%). WHO
memperkirakan pada tahun 2013, ada 935.000 balita meninggal karena
bronchopneumoni. Kematian balita karena bronchopneumonia berat berkisar
antara 7%-13%. Berdasarkan penelitian menyatakan bahwa orang yang
terkena bronchopneumonia berat berisiko 20,274% mengalami kematian.
Selain itu bronchopneumonia lebih banyak terjadi di negara berkembang
(82%) dibandingkan negara maju (0,05%), kematian karena
bronchopneumonia di Indonesia pada tahun 2013 berada pada urutan ke-8
setelah India (174.000), Nigeria (121.000), pakistan(71.000), DRC (48.000),
Ethiopia (35.000), China (33.000), Angola (26.000), dan Indonesia (22.000).
(WHO 2013).
Target ke empat dari millenium developmet goals (MDGs) di
Indonesia adalah menurunkan dua per tiga kematian balita antara tahun 1990
sampai 2015 dari 97 menjadi 32 kematian balita terhenti. Jika tren ini
berlanjut, maka Indonesia belum dapat mencapai tujuan MDGs Berdasarkan
data yang di dapatkan dari profil kesehatan provinsi jawa barat pada tahun
2012, pola penyakit penderita rawat inap rumah sakit provinsi jawa barat,
sebanyak 9.486 ( 8,92%) bayi berumur 0-1 tahun menderita pneumonia.
3
Berdasarkan data tersebut, angka kejadian pneumonia menduduki peringkat 5
dari 20 besar penyakit di provinsi jawa Barat. ( kementrian kesehatan
RI,2010;Unicef,2013).
Adapun data yang diperoleh dari catatan medical record RSUD dr.
Selamet Garut priode januari 2017 sampai dengan Desember 2017 di
dapatkan 10 besar penyakit di ruang rawat inap RSUD dr. Slamet Garut yaitu
Thalasemia dengan jumlah pasien sebanyak 1.828 orang (14%), congestive
heart faihre (CHF) dengan jumlah pasien seban(CHF) dengan jumlah pasien
sebanyak 1.772 orang (13,6%), aspiksia dengan jumlah pasien sebanyak 1.691
orang (12,9%), Bronchopneumonia (BHP) dengan jumlah pasien sebanyak
1.317 orang (10,1%), diare dengan jumlah pasien sebanyak 1.313 orang
(10%), stroke infark dengan jumlah pasien sebanyak 1.128 orang (8,6%), TB
paru dengan jumlah pasien sebanyak 1.114 orang (8,5%), thypoid dengan
jumlah pasien sebanyak 996 (7,6%),BBLR dengan jumlah pasien sebanyak
937 orang (7,2%), anemia dengan jumlah pasien sebanyak 929 orang (7,1%).
(sumber: Data medical record RSUD dr.slamet Garut 2016).
Berdasarkan data-data yang diproleh angka kejadian
bronchopneumonia mencapai peringkat ke-4 dalam 10 penyakit terbesar
RSUD dr. Slamet Garut sehingga penulis mengangkat masalah tentang
ketidak efektifan pola nafas di dengan tindakan keperawatan terapi oksigen
kepada pasien gangguan pola nafas.
4
Berdasarkan data di atas, penyakit brhonchopneumonia memerlukan
tindakan keperawatan untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar
manusia seperti pemenuhan kebutuhan pemberian terapi oksigen pada pasien
yang mengalami gangguan pola napas tidak efektif melalui pemberian
tindakan keperawatan dengan menggunakan proses pelayanan kesehatan,
secara edukatif yaitu memberikan pelayanan kesehatan terkait pengertian,
tanda gejala, penatalaksanaan medis dan komplikasi. Preventif yaitu upaya
pencegahan untuk meminimalkan kan terjadi komplikasi seperti Atelectasis,
Episema, Abses paru, Infeksi sistemik, Endocarditis, Menginitis. serta
mendapatkan penanganan yang tepat dan akurat dengan pemberian O₂ 2
lt/menit sesuai kebutuhan. Dalam upaya kuratif yaitu perawat memberikan
tindakan keperawatan sesuai dengan masalah dan respon dari pasien.
Sedangkan dalam upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengobatan yang
sesuai kepada pasien sehingga mencegah terjadinya komplikasi yang tidak di
inginkan. Karena pada Bronchopneumonia akan menyebabkan pemenuhan
kebutuhan oksigennya tidak terpenuhi seperti sesak nafas, penumpukan
sekret, hipoksia, batuk berdahak dan bisa menyebabkan kematian.
Maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut menjadi sebuah
kaya tulis ilmiah yang berjudul : “ Asuhan Keperwatan Anak Dengan
Bronkhopneumonia Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif Diruang Nusa Indah Atas Rsud Dr. Slamet Garut ”.
5
B. Rumah masalah
1. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
brhonchopneumonia dengan tindakan keperawatan pola nafas tidak efektif
di RSUD dr.Slamet Garut ?
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Penulis mendapatkan pengamalan yang nyata dalam melaksanakan
asuhan keperawatan secara komprehensif dengan pendekatan proses
keperawatan kepada klien dengan : bronchopneumonia dengan
masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD
dr.Slamet Garut
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian dan menganalisadata dari hasil
pengkajian terhadap klien : Mampu merumuskan diagnosa
keperawatan terhadap klien dengan :bronchopneumonia dengan
tindakan keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif di RSUD
dr.Slamet Garut
b. Mampu menyusun perencanaan yang ingin dicapai dan menyusun
langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi pada klien dengan
: bronchpneumonia dengan tindakan keperawatan bersihan jalan napas
tidak efektif di RSUD dr.Slamet Garut
6
c. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan :
bronchopneumonia dengan tindakan keperawatan bersihan jalan napas
tidak efektif di RSUD dr.Slamet Garut
D. Mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan pada klien dengan :
bronchopneumonia dengan tindakan keperawatan bersihan jalan napas tidak
efektif di RSUD dr.Slamet Garut
E. Manfaat
1) Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan keperawatan khususnya keperawatan anak mengenai
penanganan bronchopneumonia yang terjadi pada anak
2) Manfaat praktis
a) Bagi peneliti
Dapat memperluas wawasan dan memberikan pengalaman langsung
bagi peneliti selanjutnya dalam melaksanakan 5 peneliti selanjutnya
dalam melaksanakan 5 peneliti serta mengaplikasikan berbagai teori
dan konsep mengenai bronchopneumonia
b) Bagi responden
Meningkatkan kemampuan (pengetahuan dan prilaku) ibu mengenai
penanganan bronchopneumonia pada anak
c) Bagi masyarakat
7
Menambah informasi pada masyarakat khususnya ibu, tentang
penanganan bronchopneumonia pada anak
d) Bagi institusi
Sebagai suatu referensi untuk bahan penelitian serta dapat digunakan
sebagai langkah awal untuk penelitian
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang di tandai
dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispneu, nafas cepat dan dangkal,
muntah diare, batuk kering dan produktif ( Hidayat 2012).
Bronchopnemonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus. Penyakit ini umum terjadi pada
bayi dan anak, walau pun terdapat juga terjadi pada semua usia (marni,
2014).
Bronkopneumonia merupakan peradangan parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, ataupun benda asing yang ditandai
dengan gejala panas tinggi, gelisah, dispnea, napas cepat dan dangkal,
muntah, diare, serta batuk kering dan produktif (Dewi Wulandari 2016).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan
broncopneumonia adalah peradangan pada prenkim paru yang di
sebabkan oleh bakteri, virus, jamur yang ditandai dengan gejala panas
tinggi, dispneu, nafas cepat dan dangkal yang sering dijumpai pada anak
anak
9
2. Anatomi dan fisiologi
sistem pernapasan merupakan saluran penghantar udara yang terdiri
dari beberapa organ dasar seperti hidung, faring, laring, trakea, bronkus,
dan paru-paru.
Sumber : http://www.aktifbelajar.com diakses
Gambar 2.1
Anatomi sistem pernapasan
a. Sistem pernafaan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri dari hidung , faring dan
laring yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan
melembabkan udara yang dihirup.
1) Hidung
10
Hidung terbagi atas 2 nostaril yang merupakan pintu
masuk menuju rongga hidung adalah dua kanal sempit yang
satu dengan lainnya dipisahkan oleh septum. Dinding rongga
hidung di lapis semu. Mukosa tersebut menyaring,
menghangatkan, dan melembabakan udara yang masuk melalui
hidung. (Muttaqin, 2014).
2) Faring
Merupakan pipa yang memiliki dua otot, mulai dasar
terngkorak sampai esopagus, terletak di belakang hidung
(nosafaring). Faring terdiri atas nasofaring ,orofaring, dan
laringofaring. Nasofaring hanya untuk jlan udara, faring juga
berfngsi untuk jalan udara dan makanan, tetapi tidak pada saat
yang bersamaan. Orofaring berada di belakang mulut.
Sedangkan laringofaring adalah paling bawah laring, bagian
anterior menuju laring dan bagian posterior menuju esophagus
(muttaqin 2014)
3) Laring
Laring ( tenggorok) terletak di antara faring dan
treakea. Berdasarkan letak vertebra servikalis, laring berada
diruas ke-4 atau ke-5 dan berakhir di vertebra servikalisasi ruas
ke-6 laring disususun oleh ligament dan otot rangka pada
11
tulang hyoid di bagian atas dan trakea dibawahnya (muttaqin,
2014)
Menurut syarifudin (2010), laring terdiri dari 5 tulang rawan
anatara lain:
a) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun
b) Kartilago arireanoid (2 buah) yang berbentuk beker
c) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cicin
d) Kartilago epiglottis (1 buah)
b. Sistem pernapasan bagian bawah
Sumber : (muttaqin, 2014)
Gambar 2.2
Saluran pernapasan bagian bawah
12
1) Trakea
Trakea adalah sebuah tabung yang berdiametes 2,5 cm
dengan panjang 11 cm. Trakea terletaksetelah laring dan
memanjang kebawah dengan vertebra torakalis ke-5. Ujung
trakea bagian bawah bercabang menjadi dua kiri dikenal
sabagai karina (carina). Trake tersusun atas 15-20 kartilago
hialin berbentuk huruf C yang melekat pada dinding trakea dan
berfungsi untuk melindungi jalan udara (muttaqin, 2014)
2) Bronkus
Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trekea.
Bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan arahnya vertikal
dengan trakea. Sebaiknya brokus kiri lebih panjang, lebih
sempit, dan sudutnya pun lebih runcing.
Bronkus terminalis disebut juga penghantar udara karena
fungsi utamanya adalah menghantarkan udara ke tempat
tertukaran gas di paru. Setelah bronkus terminalis terdapat pula
asinus yang merupakan unit fungsional paru sebagai tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri atas bronkiolus rpiratorius dan
duktus alveolaris yang seluhnya dibatasi alveoli dan sakus
terminalis yang merupakan struktur akhir paru (muttaqin,2014)
13
3) Paru-paru
Paru-paru merupakan ebuah alat tumbuh yang sebagian
besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa, alveoli).
Gelembung alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Oada lapisan ini terjadi pertukaran udara O2 masuk ke dalam
daran dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembng
paru-paru ini ±700.000.000 buah (paru-paru kanan dan kiri).
Paru kanan terdiri dari 3 lobus yaitu, lobus pulmo dekstra
superior, lobus medial, dan lobus inferior. Dan paru kiri terdiri
lobus superior dan lobus inferior.
4) Otot- otot pernapasan
Otot-otot pernapasan merupakan sumber kekuatan
untuk menghembuskan udara. Diagfragma (dibantu oleh otot-
otot yang dapat mengangkat tulang rusuk dan tulang dada)
merupakan otot utama yang ikut berperan meningkatkan
volume paru (muttaqin, 2014)
Saat inspirasi, otot sternokleidomastoideus, otot skalenes, otot
pektoralis minor, otot serratus anterior, dan otot interkostalis
sebelah luar mengalami kontraksi sehingga menekan
diagfragma ke bawah dan mengangkat rongga dada untuk
membantu udara masuk ke dalam paru-paru.
14
Pada fase ekspirasi, otot transversal dada, otot interkostalis
sebelah dalam, dan otot abdominal mengalami kontraksi,
sehingga mengangkat diagfragma dan menarik rongga dada
untuk mengeluarkan udara dari paru (muttaqin, 2014)
c. Fisiologi sistem pernapasan
Pernapasan respirasi adalah peristiwa m
enghirup udara dari luar yang mengandung oksigen kedalam
tubuh (inspirasi) serta mengeluarkan udara yang mengandung
karbondioksida sisa oksidasi keluar tubuh (ekspirasi) (syafudidin,
2010).
Proses pernapasan terbagi atas tiga bagian, yaitu ventilasi,difusi
gas, dan transpotasi gas (muttaqin, 2014).
1) Ventilasi
Ventilasi adalah proses dimana terjadi pertukaran okesigen
dari atmosfer kedalam alveoli dan sebaliknya, dari alveoli ke
atmosfer. Ventilasi di pengaruhi oleh beberapa faktor :
a) Faktor pertama, adanya perbedaan tekanan atmosfer
dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah
tempat, maka tekanan udara semakin tinggi.
b) Faktor kedua, kemampuan thorak dan paru pada alveoli
dalam melaksanakan ekspansi.
15
c) Faktor ketiga, jalan napas yang dimulai dari hidung sampai
alveoli yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya
sangat dipengaruhi oleh system saraf otonom, terjadinya
rangsangan simpatis dapat menyebabkan rekalsasi,
sehingga datap terjadinya vasodilatasi.
d) Faktor keempat, kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan konraksi sehingga dapat vasokonrtiksi atau
penyempitan.
e) Faktor kelima, adanya reflek baruk dan muntah, peran
mucus seiiaris sebagai penangkal benda asing yang
mengandung interveron dapat mengikat virus.
f) Faktor keenam, (compliance) dan recoil yaitu kemampuan
paru dapat berkembang yang dapat dipengahuri surfaktan
yang terdapat pada lapisan alveoli, berfungsi menurunkan
tegangan permukaan dan masih ada sisa udara sehingga
tidak terjadi kolaps.
Pusat pernapasan yaitu medulla ablongata dan pons pun
dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO₂ memiliki
kempauan untuk merangsang pusat pernapasan. Peningkatan
CO₂ dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang
16
pusat pernapasan, apabila PCO₂ ≤ 80 mmHg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan. (marni, 2014).
2) Difusi
Difusi gas merupakan pertukaran antara O₂ di alveoli
dengan kapiler paru dan CO₂ di kapiler paru dengan alveoli.
Proses pertukaran mempengaruhi oleh beberapa fakrot, yaitu :
pertama, luasnya permukaan paru, kedua tabal membran
respirasi. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O₂ ,
seperti yang terjadi O₂ dari alveoli kedalam darah, hal ini
terjadi Karena tekanana O₂ dalam rongga aveoli lebih tinggi
di bandiingkan tekanan O₂ dalam darah vena pulmonaris
(masuk dalam darah berdifusi) dan PCO₂ dalam arteri
pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat,
afinitas gas yaitu kamampuan untuk saling menembus atau
saling mengikat Hb (Marni, 2014).
3) Transportasi gas
Transportasi gas merupakan proses transportasi O₂
kapiler ke jaringan tubuh dan CO₂ jaringan tubuh ke kapiler.
Transportasi gas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
diantaranya curah jantung (cardiac autput), kondisi pembulu
darah, eritrosit dan haemoglobin. Pada proses transportasi, O₂
17
akan berkaitan dengan Hb menentukan oksihemoglobin (97%)
dan larutan plasma (3%). Kemudian pada transportasi CO₂
akan berkitan dengan Hb menentukan karbominohemoglobin
(30%) dan larutan plasma (5%), kemudian sebagian menjadi
HCO₃ berada pada darah (65%) (marni, 2014)
3. Etiologi
Penyebab tersering pneumonia yang sering terjadi pada anak
adalah S. pneumoniae .virus yang ditemukan pada anak <5 tahun dan
respiratory syncytial virus (RSV) merupakan penyebabkan pneumonia
meliputi adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus.
Mycoplasma pneumonia dan chlamydia pneumonia lebih sering
ditemukan pada anak >10 tahun. Sementara itu, bakteri yang paling
sering ditemukan pada apus tenggorokan pasien usia 2-59 bulan
adalah streptococcus pneumonia, staphylococcus aureus,dan
hemophilus influenzae.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan angka kejadian dan derajat
pneumonia adalah defek anatomi bawaan, imunodefisiensi, polusi,
GERD( gastroesophageal reflux disease), aspirasi, gizi buruk, berat
badan lahir rendah, tidak mendapat ASI, imunisasi tidak lengkap,
terdapat anggota keluarga serumah yang menderita batuk, dan kamar
tidur yang terlalu padat (chris tanto 2014)
18
4. Klasifikasi
Pneumonia diklasifikasikan berdasarkan ciri radiologis dan gejala
klinis sebagai berikut :
1) Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda paneumonia laboris
dengan opasitas lobus atau lobularis.
2) Pneumonia atipikal, ditandai dengan gangguan respirasi yang
meningkat lambat dengan gambaran infiltrate paru bilateral yang
difusi.
3) Pneumonia aspirasi, sering pada bayi dan anak. (Dahlan, 2001)
Klasifikasi pneumonia berdasarkan kuman penyebab adalah sebagai
berikut :
1) Pneumonia bakteralis/ topikal, dapat terjadi pada semua usia,
beberapa kuman tedensi menyerang semua orang yang peka, misal :
a) Klebisiela pada orang alkoholik.
b) Stapilokokus pada influenza.
2) Pneumonia atipikal, sering mengenai anak dan dewasa mudan dan
disebabkan oleh mycoplasma dan clamidia.
3) Pneumonia karena virus, sering terjadi pada bayi dan anak
4) Pneumonia karena jamur, sering disertai infeksi sekunder terutama
pada orang dengan daya tahan lemah dan pengobatan lebih sulit.
(Riyandi,2011)
19
Klasifikasi pneumonia berdasarkan prediksi infeksi adalah sebagai
berikut:
1) Pneumonia laboris mengenal satu lobus dan lebih, disebabkan
karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda asing, proses
keganasan.
2) Broncopneumonia, adanya bercak-bercak infiltrate pada paru yang
disebabkan oleh virus atau bakteri. (dewi wulandari 2016)
5. Patofisiologi
Broncopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab bronchopneumonia yang masuk ke
saluran pernapasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus dan
jaringan sekitarnya. Inflamasi pada bronkus ditandai adanya penumpukan
sekret, sehingga terjadinya demam, batuk produktif, ronchi positif, dan
mual. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk satu proses
peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu:
a. Stadium I (4-12 jam pertama/ kongesti)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangn permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi.
b. Stadium II/ hipatisasi (48 jam berikutnya)
20
Disebut hipatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi sel
darah merah, eksudat dan fibrin yang di hasilkan oleh penjamu (host)
sebagai sebagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi
padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit, dan cairan,
sehingga warna paru merah dan pada perabaan seperti hepar, pada
stadium ini udara alveoli tidak ada tau sangat minimal sehingga anak
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam
c. Stadium III/ hepatisasi kelabu (3-4 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah
putih mengkolonisasi daerah paru yang trinfeksi. Pada saat ini endapan
fibrin terakumulasi diseluruh daerah yang cedera dan terjadi
fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit,
warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami konghesti.
d. Stadium IV/ resolusi (7-11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon
imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semual. Inflamasi pada bronkus di tandai adanya penumpukan sekret,
21
sehingga terjadinya demam, batuk produktif, ronchi positif, dan mual
(wijayaningsih,2013).
Virus, Jamur, bakteri, protozoa
Masuk alveoli
Kongesti (4-2 jam) eksudat dan seruos masuk alveoli
hepatitis merah (48 jam) paru-paru penumpukan
tampak merah dan bergranula karena cairan di
SDM dan leukosit DMN mengisi alveoli dalam alveoli
Hepatitis kelabu (3-8 hari) paru-paru
tampak kelabu karena leukosit dan fibrin
mengalami konsulidasi didalam alveoli
PMN konsulidasi jaringan paru
Berkeringat metabolisme meningkat
Compliacnce paru menurun
sputum kental
mual muntah
resti terhadap
penyebaran
infeksi
Peningkatan
suhu tubuh
Nyeri pleuritik
Gangguan
pertukaran gas
Resti kekurangan volume cairan
Resti nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
Gangguan pola suplay O2 menurun
nafas
22
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada bronchopneumonia, antar lain:
a. Atelectasis adalah perkembangan paru yang tidak sempurna ata kolaps
akibat kurangnya mobilisasi atau batuk hilang. Atelektasis terjadi
akibat penyumbatan saluran udara pada bronkus atau bronkiolus
sehingga menyebabkan alveolus kurang berkembang atau bahkan tidak
berkembang yang akhirnya akan menjadi kolaps.
b. Empiema toraris adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) di dalam
rongga pleura yang dapat setempat ata mengisi seluruh anggota pleura
c. Abses paru adalah pengumpulan pus pada jaringan paru yang
meradang. Pada pneumonia yang memberat akan menyebabkan abses
paru seringya pada pneumonia aspirasi yan disebabkan oleh
mikoorganisme anaerob.
d. Efusi pleura yaitu terjadinya pengumpulan sejulmah cairan bebas
dalam rongga pleura.
e. Menginitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Menginitis
disebabkan oleh yang sejenis oleh pneumonia seperti pneumococcus,
E. coli, Meningococcus. Pada pneumonia, bakteri masuk ke saluran
pernapasan bagian bawah dan menyerang pembulu darah dan masuk
ke otak sehingga menyebabkan radang selaput otak ( Ngastiyah, 2014)
23
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bronchopneomonia adalah sebagai berikut :
a. Penatalaksanaa Keperawatan
Seringkali pasien pneomonia yang dirawat di rumah sakit datang
sudah dalam keadaan payah, sangan dispnea, pernapasan cuping
hidung, sianosis dan gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan
ialah :
1) Menjaga kelancaran pernapasan
2) Kebutuhan istirahat
3) Kebutuhan nutrisi/cairan
4) Mengontrol suhu tubuh
5) Mencegah komplikasi
6) Kurangnya pengetahuan orangtua mengenai penyakit
b. Penatalaksanaa Medis
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Akan
tetapi, karena hal itu perlu waktu, dan pasien perlu terapi secepatnya
maka biasanya diberikan :
1) Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis disebabkan oleh streptokokus.
Pada umumnya tidak diketahui penyebabnya, maka secara praktis
24
dipakai : kombinasi pensilin prokain 50.000-100.000kl/kg/24 jam
IM.
2) Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukran gas yang tidak
adekuat. Ventilasi mekanik mungkin diperlukan jika nilai normal
GDA tidak dapat dipertahankan. (Dewi Wulandari dan Meira
Erawati, 2016)
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bronchopneomonia adalah sebagai berikut:
a. Foto thoraks
Pada foto thoraks bronchopneomonia terdapat bercak-bercak infiltrat
pada satu atau beberapa lobus.
b. Laboratorium
Leukositosit dapat mencapai 15.000-40.000 mm³ dengan pergeseran ke
kiri.
c. GDA
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat
dan penyakit paru yang ada.
d. Analisa gas darah arteri bisa menunjukan asidosis metabolik dengan
atau tanpa retensi CO₂ .
e. LED meningkat
f. WBC (white blood cell) biasanya kurang dari 20.000 cell mm³
g. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
25
h. Bilirubin mungkin meningkat
i. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sistoplasmik. (Dewi Wulandari
dan Meira Erawati, 2016)
B. Konsep Tumbuh Kembang Anak
1. Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah
banyak) sel – sel tubuh dan juga disebabkan oleh bertambah besarnya sel.
Adanya multiplikasi dan bertambah besarnya ukuran sel menandakan
pertambahan secara kuantitatif. Pertumbuhan lebih ditekankan pada
pertambahan ukuran fisik seseorang menjadi lebih besar lebih matang
bentuknya seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan, dan lingkar
kepala (Rekawati, dkk 2013 : 35).
a. Pertumbuhan Anak Usia Infant (0-12bulan)
1) Berat badan anak usia infant (0-12bulan)
Berat badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang
terpenting untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
anak karena berat badan sensitif terhadap perubahan walaupun
sedikit. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau penurunan
26
semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain tulang, otot, lemak,
cairan tubuh, dan lain-lain. Selain itu, dipakai untuk memeriksa
kesehatan anak pada semua kelompok umur, misalnya apakah anak
dalam keadaan normal dan sehat. Selain itu, berat badan juga biasa
digunakan untuk menentukan dasar perhitungan dosis obat
(Soetjiningsih, 2015 : 99).
Rumus dari Behrman (1992) yang dikutip oleh Soetjiningsih
(2015), sebagai berikut :
a) Berat badan lahir rata – rata 3, 25 kg
b) Berat badan usia 2 – 12 bulan, mengguanakan rumus :
Untuk menentukan umur anak dalam bulan, bila lebih 15 hari
dibulatkan ke atas, sedangkan kurang atau sama dengan 15 hari di
hilangkan.
2) Panjang Badan
Panjang badan merupakan ukuran antropometri kedua
terpenting. Selain itu, panjang badan merupakan indikator yang
baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk
perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan
dan lingkar lengan atas.
27
Seperti halnya berat badan, panjang badan juga dapat diperkirakan
berdasarkan rumus dari Behrman (1992) yang dikutip oleh
Soetjiningsih (2015) sebagai berikut :
a) Perkiraan panjang lahir = 50 cm
b) Pada tahun pertama peertumbuhansekitar 1,25cm/bulan
, bila usia lebih enam bulan dibulatkan keatas, bila enam bulan
kurang dihilangkan (Soetjiningsih, 2015 : 100).
3) Lingkar Kepala
Ukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menafsir
pertumbuhan otak. Pertumbuhan ukuran lingkar kepala umumnya
mengikuti pertumbuhan otak, sehingga apabila ada hambatan atau
gangguan pertumbuhan lingkar kepala, pertumbuhan otak juga
biasanya terhambat.
Secara normal, pertambahan ukuran lingkar kepala setiap tahap
relatif konstan dan tidak dipengaruhi faktor ras, bangsa dan letak
geografis. Saat lahir, ukuran lingkar kepala normalnya 34 – 35 cm.
Pada tahun pertama, lingkar kepala bertambah tidak lebih dari 5 cm.
Pada dua tahun pertama, pertumbuhan otak relatif pesat. setelah itu,
sampai usia 18 tahun lingkar kepala hanya bertambah ± 10 cm
(Rekawati, 2013).
28
4) Lingkar Lengan Atas
Ukuran lingkar lengan atas mencerminkan pertumbuhan
jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh oleh keadaan cairan
tubuh dan berguna untuk menilai keadaan gizi dan pertumbuhan anak
prasekolah. Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat. Saat
lahir, lingkar lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama
menjadi 16 cm. Selanjutnya, tidak banyak berubah sampai usia tiga
tahun (Rekawati, 2013 : 40).
5) Lingkar Dada
Saat lahir, diameter transversal dan anteroposterior hampir
sama yaitu sekitar 34 – 35 cm sehingga bentuk dadanya seperti
silinder. Dengan bertambahnya usia, ukuran diameter transversal
menjadi lebih besar dibanding diameter anteroposterior (Rekawati,
2013)
2. Perkembangan
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan struktur/ fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur, serta dapat diperkirakan dan
diramalkan sebagai hasil proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ –
organ, dan sistem terorganisasi. Aspek perkembangan ini sifatnya kualitatif,
29
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing- masing bagian tubuh
(Rekawati, dkk 2013).
Menilai perkembangan anak dapat menggunakan DDST (Denver
Development Screning Test) untuk memenuhi semua persyaratan yang
diperlukan untuk metode skrining yang baik yang dapat digunakan bagi anak
usia 0 – 72 bulan. DDST digunakan berdasarkan perkembangan, motorik
kasar, motorik halus, pengamatan, bicara dan sosialisasi dapat dilihat dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Denver Development Screning Test
lengan dan dan kaki berusaha
Usia Gerakan Gerakan Halus Pengamatan Bicara Sosialisasi
Kasar 0-4 Mampu Mampu Anak mampu Mampu Mampu
bulan menumpu bermain dengan mengamati mendengar suara tersenyum dengan kedua kedua tangan mainan kertas diremas pada
dan bemain bibir ibunya sambil
mengangkat
kepala 8 Mampu bulan duduk sendiri
dan mengambil
Mampu menggengam balok mainan dengan seluruh permukaan
tangan
Mampu memperhatikan dan mencari mainan yang jatuh
mengeluarkan air
liur Mampu mengeluarkan
da…da…
Mampu bermain
suara Ma…ma… ciluk… ta…ta… baaaa
posisi
ongkong-
ongkong 12 Mampu bulan berdiri sendiri
Mampu mengambil
Dapat menunjukan roda
Mampu mengucap
Mampu satu memberika
dan berjalan benda kecil mobil-mobilan kata atau lebih n mainan
dengan dengan ujung (anak laki-laki) dan tahu artinya pada ibu
berpegangan ibu jari dan dan menunjukan
30
telunjuk boneka (anak atau bapak
perempuan) 18 Mampu Mampu Mampu menutup Mampu Mampu
bulan berlari tanpa menyusun tiga gelas mengucapkan 10 menyebutk jatuh balok mainan kata atau lebih an
dan tahu artinya namanya
bila
ditanya
24 Mampu bulan melompat
dengan dua kaki
Mampu membuka botol dengan memutar
Dapat menyebutkan bagian tubuh dengan kalimat
dua kata
Mampu Mampu 6 menjawab meniru
kegiatan orang
sekaligus tutupnya dewasa
36 Mampu turun bulan tangga
Mampu meniru garis tegak,
Mampu memberi nama warna
Mampu bertanya dengan
dimana?
Mampu bermain
dengan kaki garis datar dan menggunakan bersama
bergantian lingkaran kata apa, siapa, teman tanpa
berpegangan 48 Mampu bulan melompat
Mampu memegang
kaki di ujung jari tempat
Mampu menghitung
dengan cara menunjuk
Mampu menggunakan
Mampu bermain
dengan satu pensil dengan balok mainan kalimat lengkap dengan teman satu permainan
bulan berdiri dengan
tanda titik dan satu kotak
menggambar orang
60 Mampu Mampu meniru Mampu Mampu bercerita Mampu dan bermakna bermain
bersama kaki selama 6 teman dan
detik mengikuti urutan
permainan
Sumber : Soetjiningsih, 2015.
31
3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Menurut Wulandari (2016), fakor – faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan pada anak yaitu:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan faktor pertumbuhan yang dapat
diturunkan yaitu suku, ras, dan jenis kelamin. Faktor genetik
merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Yang termasuk
faktor genetik adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik
yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara
positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor
genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang, gangguan
pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik juga faktor
lingkungan yang kurang memadai.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya
potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
Lingkungan ini merupakan lingkungan bio psiko sosial yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir
hayatnya. Faktor lingkungan ini terdiri dari:
32
1) Faktor lingkungan yang mempengaruhi anak pada waktu masih di
dalam kandungan (faktor prenatal), terdiri dari:
a) Gizi Ibu pada Waktu Hamil
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan mempengaruhi pertumbuhan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin / Zat Kimia
Aminoprotein dan obat kontrasepsi dapat menyebabkan
kelainan kongenital seperti palatoskisis.
d) Endokrin
Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.
e) Radiasi
Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin.
f) Infeksi
33
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH dan
PMS.
g) Psikologis
Kehamilan yang diinginkan, perilaku salah/kekerasan mental
pada ibu hamil dan lain-lain.
h) Imunitas
Rhesus ABO inkompabilitas sering menyebabkan abortus,
kerm ikterus, hydrops fetails atau lahir mati
i) Anoksia Embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi
plasenta yang menyebabkan pertumbuhan terganggu.
2) Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
setelah lahir (faktor postnatal), terdiri dari:
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit Kronis/Kelainan Kongenital
Tubercolosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi pertumbuhan jasmani
c) Lingkungan fisik dan kimia
34
Sanitas lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar
matahari, paparan sinar radioaktifn, zat kimia serta mempunyai
dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan lingkungan sekitar.
e) Endokrin
Gangguan hormon misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak memgalami hambatan pertumbuhan.
f) Sosio-Ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan akan
menghambat pertumbuhan anak.
g) Lingkungan Pengasuh
Pada lingkungan pengasuh, interaksi ibu dan anak sangat
mempengaruhi tumbuh dan kembang anak.
h) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan, khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak
dan lain-lain.
i) Obat – obatan
Pemakaiaan kortikosteroid dalam jangka lama akan
menghambat pertumbuhan, demikian hal nya dengan
35
pemakaiaan obat perangsang terhadap susunan saraf pusat yang
menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan.
4. Hospitalisasi pada Anak Usia (0 - 12 bulan)
Anak membutuhkan perawatan yang kompeten untuk meminimalisasi
efek negatif dari hospitalisasi dan mengembangkan efek yang positif.
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan yang
berencana/darurat sehingga mengharuskan anak untuk tinggal dirumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah.
Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat mengalami berbagai
kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukan dengan pengalaman
yang sangat traumatik dan penuh dengan stres. Perasaan yang sering muncul
yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah. Perawatan anak di rumah
sakit memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasanya aman.
Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkan anak adalah menangis dan
tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan (Wulandari, 2016).
a. Stresor Umum pada Hospitalisasi
1) Rasa takut, berusaha memahami tentang penyebab penyakit, rasa
takut ditunjukkan dengan ekspresi verbal dan non verbal.
2) Ansietas, paham alasan dipisahkan tetapi masih butuh keberadaan
orangtua dan lebih peduli terhadap rutinitas sekolah dan teman-
teman.
36
3) Tidak berdaya, anak marah dan frustasi, lama imobilisasi
dihubungkan dengan menarik diri, bosan, perasaan antipati. Anak
sensitif terhadap kehilangan kontrol emosi dengan menunjukan
sikap menangis karena akibat pengobatan.
4) Gangguan citra diri, anak sensitif terhadap perubahan tubuh, dapat
mengalihkan rasa nyeri dengan mengalihkan perhatian.
b. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hospitalisasi pada Anak
1) Berpisah dengan orngtua dan sparing
2) Fantasi – fantasi, tentang kegelapan, monster, pembunuhan, dan
binatang buas diawali dengan yang asing
3) Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan
4) Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit
5) Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian
.
c. Pendekatan yang digunakan dalam Hospitalisasi Anak
1) Pendekatan Empirik
Pendekatan empirik digunakan dengan menanamkan kesadaran diri
terhadap pata personil yang terlibat dalam hospitalisasi. Metode
pendekatan empirik menggunakan strategi, yaitu :
37
a) Melalui dunia pendidikan yang ditanamkan secara dini kepada
peserta didik.
b) Melalui penyuluhan atau sosialisasi yang diharapkan
meningkatnya kesadaran diri mereka sendiri dan peka terhadap
lingkungan sekitar.
2) Pendekatan melalui Metode Permainan.
Metode permainan merupakan cara alamiah bagi anak untuk
mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak disadari.
Kegiatan yang dilakukan sesuai keinginan sendiri untuk
memperoleh kesenangan. Bermain merupakan kegiatan
menyenangkan yang di nikmati anak berupa kegiatan fisik,
intelektual, emosi, sosial, dan perkembangan mental.
Prinsip bermain dirumah sakit adalah sebagai berikut:
a) Tidak membutuhkan banyak energy
b) Waktunya singkat
c) Mudah dilakukan dan aman
d) Kelompok umur
e) Tidak bertentangan dengan terapi
a. Manajemen asuhan keperawatan anak usia balita dengan hospitalisasi
meliputi:
1) Berikan asuhan keperawatan yang konsisten
2) Menyani atau berbicara dengan bayi
38
3) Sentuh, pegang, dan gendong bayi dan terus berinteraksi selama
pprosedur pengobatan
4) Anjurkan orang tua untuk selalu ada disamping bayi saat dilakukan
prosedur
5) Biarkan makanan yang membuat rasa aman dan nyaman
6) Dekatkan dengan mainan favoritnya
C. Konsep asuhan keperawatn
Proses keperawatan adalah serangkaian tindakan sistematis
berkesinambungan untuk melaksanakan tindakan keperawatan serta
mengevaluasi keberhasilan dari tandakan yang dilakukan. Proses keperawatan
terdiri dari lima tahap yaitu : pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi. Beroriantasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi
ketergantungan dan saling berhubungan (Rohman, 2012).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah awal interaksi anatara perawat dngan pasien.
Dengan pengkajian akan didapatkan data yang nantinya akn mendukung
proses perwatan dan pengobatan. Dengan pengkajian yang baik dan benar,
kita akan mendapatkan data yang sangat bermanfaat untuk peningkatan atau
kesinambungan klien (marni, 2014)
Dibawah ini pengkajian yang dilakukan sebagai berikut :
a. Pengumpulam data
39
Pengumpulan data merupakan proses yang berisi status kesehtan klien,
kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan perawatan juga hasil
konsultasi dari medis dan profesi kesehatan lainnya (Nursalam, 2013).
1) Identitas klien
a) Identitas anak
Pada klien yang perlu di kaji : nama lengkap, nama panggilan,
usia dan tempat lahir, jenis kelamin, agama, anak ke-, suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal dilakukan pengkajian, nomor
medical record, diagnose medis, alamat.
b) Identitas keluarga terditi dari Ayah, Ibu, Wali
Identitas penanggung jawab mencangkup : nama, alamat, usia,
hubungan dengan klien, pendidikan ayah, dan pendidikan ibu.
2) Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit
Alasan yang membuat anak atau klien dating rumah sakit.
Pada anak dengan bronchopneumonia, biasanya dating kerumah
sakit dengan keluhan demam (39°-40°C) yang disertai dengan
menggigil hingga kejang, sesak disertai dengan pernapasan cuping
hidung, sianosis sekitar hidung serta nyeri pada daerah dada.
b) Keluhan utama
40
Keluhan utama menjelaskan keluhan yang terjadi saat dikaji.
Pada anak dngan bronchopneumonia adalah sesak napas dan
batuk.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang keluhan
utama klien menggunakan metode PQRST, yaitu :
P : provoking incident, menilai apakah ada peristiwa yang
menjadi faktor pencetus atau faktor penyebab. Bila keluhan
batuk yang menjadi masalah utama, maka harus dicari faktor
pencetus yang menimbulkan batuk misalnya seperti menghirup
asap, banyaknya sekret menumpuk saluran pernapasan, adanya
benda asing/tumor di jalan napas.
Q : quality or quantity, kualitas dari masalah yang dirasakan /
digambarkan klien sering berbeda-berda. Masalah batuk klien
yang perlu medapat perhatian adalah berap lama batuk diderita,
apakah batuk disertai dengan sputum yang purulent, dan
bagaimana kualitas dari septum yang keluar
R : region, apakah rasa sakit yang dikeluhkan dapat reda, pakah
rasa sakitnya menjalar atau menyebar, dan dimana sakitnya
terjadi.
S : severity (scale)of pain, seberapa besar keluhan utama yang
dirasakan klien , dapat berdasarkan skala nyeri/gradasi dank
41
lien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.
T : time, kapan keluhan lebih sering muncul, berapa lama
biasanya keluhan muncul/ berlangsung, dan apakah keadaan
bertambah buruk pada malam hari atau siang hari ( muttaqin,
2014).
d) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu menjelaskan tentang riwayat
perawatan rumah sakit, alergi, penyakit kronis, dan riwayat oprasi
yang pernah di alami klien sebelumnya. Selain itu juga
menjelaskan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita klien
yang ada hubungannya dengan penyakit yang sekarang seperti
riwayat panas, batuk, pilek, atau penyakit serupa. Pengonatan yang
pernah dijalani dan riwayat alergi.
e) Riwayat kesehatan keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga dalam gangguan system
pernapasan merupakan hal yang mendukung keluhan penderita,
perlu divari riwayat keluarga yang dapat memberikan predisposisi
keluhan seperti adanya riwayat sesak napas, batuk dalam jangka
waktu yang lama, dan batu darah dari generasi terdahulu. Apakah
keluarga yang menderita penyakit diabetes mellitus dan tekanan
42
darah tinggi, kedua penyakit tersebut juga akan mendukung/
memperberat keluhan penderita (muttaqin, 2014).
3) Riwayat kemahilan dan persalinan
a) Riwayat kehamilan
Ibu perlu ditanyakan apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil seperti infeksi Toksoplasma, Other disease, Rubella,
Cytomegalo virus, dan herpes simplex virus II (TORCH), berat
badan tidak bertambah saat hamil, pre-eklamsi, dan lain-lain.
Demikian juga dengan pemeriksaan kehamilannya, apakah
dipantau secara berkala. Kehamilan resiko tinggi yang tidak
ditangani dengan benar atau tidak terdeteksi, dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin yang berdampak pada
kehidupan selanjutnya. Dengan mengetahui prenatal, dapat
diperkirakan keadaan anaknya setelah lahir.
b) Riwayat kelahiran
Perlu ditanyakan kepada ibu cara kelahiran anaknya apakah
secara normal atau dengan tindakan, serta bagaimana keadaan anak
waktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila
kelahirannya mengalami gangguan ( misalnya, kelhiran dengan
tindakan forceps, vacuum, atau ibu mengalami partus lama), maka
dapat tengganggu juga perumbuhan dan perkembanganya.
43
4) Riwayat Imunisasi
a) Imunisasi
Riwayat imunisasi pada usia Inflant (0-12 bulan), menanyakan
tentang ( usia klien pada saat di imunisasi, jenis imunisasi) dan
reaksi yang di harapkan dan catatan alasan anak belum mendapat
imunisasi bila ada. Catat imunisasi yang diberikan yaitu imunisasi
BCG,DPT 1, DPT 2, DPT3, Polio 1, Polio 2, Polio 3, Polio 4,
Hepatitis B 3x, Campak bahkan Hib apabila sudah pernah
mendapatkannya.
Tabel 2.2
Keterangan Pemberian Imunisasi pada Anak
No Vaksin Keterangan pemberian
1 Hepatitis B Hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan padaumur 1 dan 3-6 bulan
2 Polio Polio diberikan pada saat kunjungan pertama.
3 BCG (Bacilus Calmet
Guirtnet)
Diberikan sejak lahir.
4 DPT (difteri pertusis Diberikan pada umur > 6 minggu, dan diberikan
tetanus) kembali pada umur 18 bulan, 5 tahun dan 12
tahun
5 Hib Diberikan umur 2 bulan dengan interval 2 bulan
44
6 Campak Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan dan
campak 2 diberikan pada usia 6 Tahun.
7 MMR Diberikan pada 12 bulan
8 PVC Diberikan pada umur 2,4,6 bulan dan umur 1
tahun
9 Influenza Umur < 8 tahun yang mendapat vaksin influenza
pertama kali harus mendapat 2 dosis dengan
interval minimal 4 minggu
10 Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada umur < 2 tahun di
berikan sebanyak dua kali dengan interval 6-12
bulan
11 Typhoid Diberikan pada umur 2 tahun dan diulangi setiap
3 tahun
12 Dt/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke 5 ( dT atau
TT ) diberikan kepada anak untuk medapatkan
imunitas selama 25 tahun. DT atau TT diberikan
pada umur 10 tahun.
13 Varisela Diberikan pada umur 10 tahun
Sumber: Fida dan Maya, 2012:59
5) Riwayat tumbuh kembang
a) Pertumbuhan
45
Untuk menentukan pertumbuhan fisik anak, perlu dilakukan
pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri yang
dilakukan dalam pemeriksaan pertumbuhan adalah berat badan,
panjang badan, dan lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan
lingkar dada baru digunakan bila dicurigai adanya gangguan pada
anak.
b) Perkembangan
Riwayat perkembangan pada anak di kaji sesuai dengan usia
klien. Aspek pengkajian mencangkup:
Personal social, motoric, halus, bahasa, dan motorik kasar.
6) Pola kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi
Asupan nutrisi paling utama bayi adalah Air Susu Ibu (ASI)
selama 6 bulan pertama, sampai bayi diperbolehkan memperoleh
makanan pendamping ASI umai usia 4 bulan. Asupan susu
formula bervariasi pada setiap bayi, tetapi asupan rata-rata 113
gram enam kali perhari dalam 1 bulan samapai 119 gram kali
perhari selama 6 bulan saat makanan dapat dikenalkan.
b) Pola eliminasi
46
Kaji kebiasaan BAB/ hari, konsistensi, frekuensi serta warna
BAK baik dalam frekuensi, jumlah serta warna dan keluhan pada
saat berkemih.
Konsistensi dan warna feses tergantung pada apa yang bayi makan.
Pada semua bayi, perubahan kualitas defekasi bayi sajalan dengan
dipergunakan makanan padat. Pada klien dengan
bronchopneumonia penderita sering mengalami penurunan
produksi urin akibat perpindahan cairan melalui proses evaporasi
karena demam.
c) Pola istirahat dan tidur
Kaji kebiasaan tidur siang dan malam baik mulai tidur, jumlah
jam tidur kebiasaan anak menjelang tidur (minum susu, mendengar
cerita dan lain-lain).
Bayi dengan usia 1 bulan sampai 1tahun memerlukan waktu tidur
14 jam/ hari. Data yang sering muncul pada anak yang menderita
bronchopneumonia yaitu anak mengalami sulit tidur karena sesak
napas, penampilan anak terlihat lemah, sering menguap, mata
merah, dan anak juga sering meguap, mata merah, dan anak juga
sering menangis pada malam hari karena ketidaknyamanan
tersebut.
d) Pola aktivitas bermain
47
Kaji pola aktivitas klien sebelum sakit dan selama sakit.
Bia sanya pada anak yang sakit sulit untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan perkembangannya. Pada nak yang
menderita bronchopneumonia aktivitasnya tampak menurun
dampak dari kelemahan fisik dan lebih banyak minta digendong
orang tuanya atau bedrest.
e) Pola personal hygine
Pengkajian dilakukan dengan menanyakan frekuensi mandi,
menyikat gigi, keramas, gunting kuku sebelum sakit dan data
dihubungkan dengan kemampuan untuk merawat diri yang sudah
dapat dilakukan oleh klien
7) Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) berupa suhu, tekanan
darah, respirasi, dan nadi. Nilai normal tanda-tanda vital pada anak
dapat dilihat dalam table dibawah ini :
b) Pemeriksaan fisik (Head To Toe)
(1) Kepala
Amati bentuk dan kesimetrisan kepala, fontanel sudah tertutup
atau belum, kebersihan kepala klien, apakah ada pembesaran
48
kepala, apakah ada lesi pada kepala, pada klien bronkopneumonia
akan ditemukan rambut mudah rontok karena kekurangan nutrisi,
rambut tampak kotor dan lengket akibat peningkatan suhu.
(Sujono Riyadi, 2013)
(2) Mata
Mata Perhatikan apakah jarak mata lebar atau lebih kecil, amati
kelopak mata terhadap penetapan yang tepat, periksa alis mata
terhadap kesimetrisan dan pertumbuhan rambutnya, amati
distribusi dan kondisi bulu matanya, periksa warna
konjungtiva, dan sclera, pupil isokor atau anisokor,, lihat
apakah mata tampak cekung atau tidak serta amati ukuran iris
apakah ada perdangan atau tidak. Pada klien dengan
bronkopneumonia akan ditemukan kondisi konjungtiva tampak
pucat akibat intake nutrisi yang tidak adekuat. (Sujono
Riyadi,2013).
(3) Hidung
Amati ukuran dan bentuk hidung, akan Nampak
pernafasan cuping hidung, kadang terjadi sianosi pada ujunng
hidung, lakukan palpasi setiap sisi hidung untuk menentukan
apakah ada nyeri tekan atau tidak. Pada klien
49
bronkopneumonia ditemukan pernapasan cuping hidung dan
produksi secret, adnaya sianosis. (Sujono Riyadi,2013).
(4) Mulut
Periksa bibir terhadapr warna, kesimetrisan,
kelembaban, pembengkakan, lesi, periksa gusi lidah dan
palatum terhadap kelembaban dan perdarahan, amati adanya
bau, periksa lidah terhadap gerakan dan bentuk, periksa gigi
terhadap jumlah, jenis keadaan, amati reflek sucking sucking
dan rooting. Pada klien bronkopneumonia, sianosis di
sekeliling mulut, terdapat sputum yang sulit dikeluarkan.
(Sujono Riyadi, 2013)
(5) Telinga
Periksa penempatan dan poisis telinga, amati
penonjolan atau pendataran telinga, periksa struktur telinga
luar dan ciri-ciri yang tidak normal, periksa saluran telinga luar
terhadap hygiene. Lakukan penarikan apakah ada nyeri atau
tidak dilakukan palpasi pada tulang yang menonjol di belakang
telinga untuk mengetahui adanya nyeri tekan atau tidak, pada
klien bronkopneumonia terjadi otitis media bersamaan dengan
pneumonia atau setelahnya karena tidak diobati. (Sujono
Riyadi,2013).
(6) Leher
50
Gerakan kepala dan leher klien dengan ROM yang
penuh, periksa leher terhadap pembengkakan, lipatan kulit
tambahan dan distensi vena, lakukan palpasi pada trakea dan
kelenjar tiroid.
(7) Dada
Amati kesimetrisan dada terhadap retraksi atau tarikan
dinding dada kedalam, amati jenis pernapasan, amati gerakan
pernapasan dan lama inspirasi serta ekspirasi, lakukan perkusi
diatas sela iga, bergerak secara simetris atau tidak dan lakukan
auskultasi lapangan paru, amati apakah ada nyeri di sekitar
dada, suara nafas terdengar ronchi, kalau ada pleuritis
terdengar suara gesekan pleura pada tempat lesi, kalau ada
efusi pleura suara nafas melemah. Pada klien
bronkopneumonia akan ditemukan ronchi atau wheezing dan
kemungkinan terdapat retraksi dinding dada. (Sujono
Riyadi,2013).
(8) Abdomen
Periksa konturs abdomen ketika sedang berdiri atau
berbaring terlentang, simetris atau tidak, periksa warna dan
keadaan kulit abdomen, amati turgor kulit. Lakukan auskultasi
terhadap bising usus serta perkusi pada semua area abdomen.
Pada klien bronkopneumonia akan ditemukan ekspansi kuman
51
melalui pembuluh darah yang masuk kedalam saluran
pencernaan dan mengakibatkan infeksi sehingga terjadi
peningkatan peristaltic usus. (Sujono Riyadi,2013).
(9) Genetalia dan Anus
Periksa kulit sekitar daerah anus terhadap kemerahan
dan ruam, kaji kebersihan sekitar anus dan genetalia, inspeksi
adanya tanda-tanda penmbengkakan, periksa anus terhadap
tanda-tanda fisura, hemoroid dan polip.
(10)Punggung dan Bokong
Periksa kelainan punggung apakah terdapat skoliosis,
lordosis, kifosis. Pada klien bronkopneumonia akan ditemukan
bayi ronchi saat dilakukan auskultasi pada paru bagian
belakang dan ketidaksimetrisan pergerakan thoraks saat di
palpasi. (Sujono Riyadi,2013).
(11) Ekstermitas
Kaji bentuk kesimetrisan bawah dan atas, kelengkapan
jari, apakah terdapat sianosis pada ujung jari. Adanya atrofi
dan hipertrofi otot, masa otot tidak simertis, tonus otot
meningkat, rentang gerak terbatas, kelemahan otot, gerakan
abnormal seperti tremor distonia, edema, tanda kernig positif
(nyeri bila kaki diangkat dan dilipat), turgor kulit tidak cepat
kembali setelah dicubit kulit kering dan pucat, amati apakah
52
ada klabing pinger. Pada klien dengan bronkopneumonia akan
ditemukan sianosis pada ujung jari, biasanya CRT kembali
lebih dari 2 detik. (Sujono Riyadi,2013).
8) Data psikologi
Hal-hal yang perlu dikaji dalam data psikososial untuk
memudahkan dalam menentukan intervensi diantaranya :
a) Data Psikologi Klien
Pada saat dilakukan pengkajian, klien merasakan gelisah dan
menangis.
b) Data Psikologi Keluarga
Pada saat dilakukan pengkajian kepada klien, keluarga klien
tampak tenang dan terlihat cemas dengan kondisi klien saat ini.
c) Data Sosial
Klien kebih banyak diam, tidak suka bermain, ketakutan
terhadap orang lain meningkat.
d) Data Spiritual
Nilai spiritual meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
e) Data Hospitalisasi
Setiap akan dilakukan pemeriksaan dan diberikan tindakan
medis klien langsung menang
2. Analisa data
53
Analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep, teori, prinsip, asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi
klien. Analisa data dilakukan melalui pengesahan data, pengelompokan
data, membandingkan data, menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan klien. (Nursalam,2008).
3. Diagnose keperwatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan
respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi
actual/potensial) dari individu atau kelompok dimana perawtan secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, dan
mengubah. (Nikmatur,2012).
Pada bronkopneumonia dapat ditemuka diagnosa keperawatan
menurut (Dewi Wulandari,2016) :
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan obstruksi saluran
pernapasan.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli.
d. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
54
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
demam dan proses infeksi, mual dan muntah.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, batuk
berlebihan dan dispnea.
g. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan evaporasi tubuh, kurangnya intake cairan.
4. Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah di identifikasi dalam
diagnosis keperawatan. (Nikmatur,2012).
Proses perencanan keperawatan meliputi penetapan tujuan perawatan,
penetapan criteria hasil, pemilihan intervensi yang terpat, dan rasionalisasi
dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawatan.
5. Pelaksanaan
Implementasi merupakan realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan
sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru. (Nikmatur,2012).
Ada beberapa tahap dala tindakan keperawatan, yakni sebagai berikut:
55
a. Persiapan, tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut perawat
untuk mengevaluasi hasil yang teridentifikasi pada tahap
perencanaan.
b. Intervensi, focus tahap pelaksanaan tindakan dari perencanaan
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan
tindakan keperawatan meliputi tindakan independen, dependen,
dan interdependen.
Dokumentasi, pelaksanaan tindakan keperawatam harus di ikuti oleh
pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses
keperawatan
6. Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan
keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan criteria hasil yang
dibuat pada tahap perencanaan. (Nikmatur,2012).
Untuk memudahkan perawat mengevaluasi dan memantau
perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIE/ SOAPIER.
Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat. Pengertian SOAPIER
adalah sebagai berikut : (Nikmatur,2012)
a. S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
56
b. O : Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau
observasi secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien
setelah dilakukan tindakan keperawatan.
c. A : Analisis
Interprestasi dari data subjektif dan data objektif. Analisis
merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih
terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang
terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah
teridentifikasi datanya dalam dat subjektif dan objektif.
d. P : Planning
Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,
dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan
yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang telah
menunjukan hasil yang memuaskan dan tidak memerlukan
tindakan ulang pada umumnya dihentikan. Tindakan yang perlu
dilanjutkan adalah tindakan yang masih kompeten untuk
menyelesaikan masalah klien dan membutuhkan waktu untuk
mencapai keberhasilannya. Tindakan yang pelru dimodifikasi
adalah tindakan yang dirasa membantu menyelesaikan masalah
klien, tetapi perlu ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai
alternative pilihan yang lain yang diduga dapat membantu
57
mempercepat proses penyembuhan. Sedangkan, rencana tindakan
yang baru/sebelumnya tidak dapat ditentukan bila timbul masalah
baru atau rencana tindakan yang sudah tidak kompeten lagi untuk
menyelesaikan masalah yang ada.
e. I : Implementasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan
sesuai dengan intruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen
P (perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam
pelaksanaan.
f. E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan.
g. R : Reassesment
Reassessment adalah pengakjian ulang yang dilakukan
terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari
rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.
D. Pemberian Tarpi Oksigen pada klien dengan gangguan pola pernapasan
Ketidak efektifan pola nafas adalah ketidak mampuan klien mengalami
penurunan inspirasi dan ekspirasi yang tidak adeuat atau dimana pola nafas
tidak efektif atau sesak. (dewi wulandari, 2016)
Metode penelitian desktiftif dalam penelitian ini penulis ingin
menggambarkan dalam penelitian ini menggambarkan atau mendeskripsikan
58
tentang pemberian terapi oksigen pad pasien gangguan pola nafas, dalam
penelitian ini adalah pelaksanaan pemberian terapi oksigen pada pasien
gangguan pada system pernapasan, ada pun tindakan pemberian terapi
oksigen adalah kemampuan perawat dalam pemberian terapi oksigen yang
sesuai dengan SOP.