90
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY “E” DI POLINDES
BIDAN “K” DESA KEDUNGBETIK KEC. KESAMBEN
KAB. JOMBANG
Siska Avia Anindita1, Siti Mudrikatin2, Zeny Fatmawati3
123StikesHusadaJombang
Email : [email protected]
Abstrak
Kesehatan ibu dan anak perlu mendapat perhatian karena ibu yang mengalami
kehamilan dan persalinan mempunyai resiko terjadinya masalah yang dapat menyebabkan
mordibitas dan mortalitas, maka dari itu dibutuhkan asuhan kebidanan secara
berkesinambungan (continuity of care). Tujuannya dalam laporan tugas akhir untuk
memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL
dan KB. Metode yang digunakan pada laporan ini adalah metode studi penelitian kasus
dengan pendekatan manajemen Varney dari pengumpulan data hingga evaluasi
perkembangan dalam bentuk SOAP. Memberikan Asuhan Kebidanan secara Continuity Of
Care kepada Ny “E” dari hamil Trimester III, bersalin, nifas, neonatus dan keluarga
berencana. Subyek yang diambil dari kasus ini adalah ibu hamil trimester III di POLINDES
Ny “K” Desa Kedungbetik Kecamatan Kesamben. Hasil asuhan kehamilan yaitu 3 kali
kunjungan berjalan patologis dengan indikasi post date dan hasil USG menunjukan adanya
lilitan tali pusat pada janin sehingga responden dirujuk dan dilakukan tindakan sectio
saecarea. Nifas dilakukan 3 kali kunjungan berjalan fisiologis. Kunjungan neonatus
dilakukan sebanyak 3 kali berjalan fisiologis. Kunjungan KB dilakukan 1 kali kunjungan.
Berdasarakan dari hasil kunjungan selama hamil sampai KB diharapkan dapat membantu
program pemerintah untuk menurunkan AKI dan AKB.
Kata kunci : Asuhan kebidanan secara komprehensif dari Kehamilan, Persalinan, Nifas,
BBL, keluarga Berenca.
91
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
PENDAHULUAN
Derajat kesehatan masyarakat
dapat dinilai melalui beberapa
indikator, salah satunya adalah dapat
dinilai melalui Angka Kematian Ibu
(AKI) dan angka Kematian Bayi
(AKB). Indikator tersebut tidak hanya
mampu menilai program kesehatan
ibu, tetapi juga mampu menilai
tingkat perbaikan pelayanan
kesehatan, baik dari sisi aksebilitas
maupun kualitas (Dinkes Jatim,
2017).
Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2017, cakupan ibu hamil K4
dari total keseluruhan jumlah ibu
hamil di Indonesia yaitu 5.320.550
jiwa yang mendapat pelayanan
Antenatal oleh tenaga kesehatan
mencapai 86,57 %. Kemudian untuk
ibu bersalin dan nifas di Indonesia
yang mendapat pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan di
fasilitas kesehatan sejumlah
4.222.506 dengan prosentase 83,14
%. Selanjutnya untuk BBL yang
mendapat Inisiasi Menyusui Dini
(IMD) sebesar 51,32 % dan untuk
ASI eksklusif sampai dengan 6 bulan
mencapai 35,73 %. Kemudian untuk
cakupan Kunjungan Neonatal KN 1
sejumlah 91,96 %. Selanjutnya untuk
Cakupan pasangan usia subur yang
sedang aktif ber – KB di Indonesia
mencapai 63,22%. Data dari Dinas
Kesehatan Jawa Timur tahun 2016
cakupan ibu hamil K4 mencapai
89,53%, Cakupan pertolongan
persalinan dan masa nifas yang
ditolong oleh tenaga kesehatan
mencapai 95,0 %, dan untuk
pelayanan kesehatan neonatal yaitu
cakupan KN lengkap mencapai 97,75
%, kemudian cakupan imunisasi dasar
lengkap sebesar 98,36 %. Selanjutnya
untuk cakupam peserta KB aktif
mencapai 68,79 %.
Data yang diperoleh dari profil
Dinas Kesehatan Jombang tahun
2017 untuk cakupan K4 sebesar 88,86
%. Cakupan persalinan ditolong oleh
tenaga kesehatan sebesar 91,78 %.
Cakupan pelayanan kesehatan ibu
nifas (cakupan KF3) yaitu sebesar
91,70 %. Kemudian untuk pelayanan
kesehatan neonatus yaitu KN lengkap
sebesar 95,38 %. Pelayanan
kesehatan bayi sebesar 95,74 %.
Cakupan ASI eksklusif pada bayi
sampai dengan usia 6 bulan sebesar
83,78 % dan pelayanan imunisasi
dasar lengkap mencapai 91,4 %.
Kemudian untuk pelayanan KB yang
menjadi peserta KB aktif mencapai
74,7 %.
92
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
Selama proses kehamilan
banyak sekali resiko yang muncul.
Oleh karena itu pentingnya
melakukan pemeriksaan rutin selama
masa kehamilan yaitu minimal
dilakukan 4 kali kunjungan. Yaitu
pada trimester pertama 1x kunjungan,
pada trimester kedua 1x kunjungan
dan pada trimester ketiga 2x
kunjungan . Pada proses persalinan
harus dilakukan di tenaga kesehatan
yang terlatih, dan kompeten, karena
sudah banyak kasus kematian ibu
pada saat proses persalinan
berangsung.
Melakukan persalinan di
fasilitas kesehatan untuk
meningkatkan kualitas pelayanan
ANC dan PNC. Kematian ibu terbesar
terjadi pada saat masa nifas yaitu
penyebab tertinggi adalah karena
perdarahan masa nifas yang tidak bisa
diatasi dengan baik. Kemudian
melakukan kunjungan atau kontrol
rutin untuk bayi baru lahir dan untuk
mendeteksi adanya komplikasi pada
bayi, mengetahui kondisi secara
umum dan perkembangan bayi.
Meakukan pemilihan alat kontrasepsi
yang baik dan benar sesuai dengan
kebutuhan pasien yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan terlatih (Dinkes
Jatim, 2017).
Masa kehamilan, persalinan,
bayi baru lahir, masa nifas, dan
pemilihan alat kontrasepsi merupakan
ruang lingkup kebidanan yang pada
umumnya bersifat fisiologis, namun
hal tersebut bisa bersifat patologis
yang bisa mengancam keselamatan
ibu dan bayi bahkan bisa
mengakibatkan kematian ibu dan
bayi.
Pemberian asuhan kebidanan
yang berkelanjutan selama masa
hamil sampai dengan masa nifas dan
pemilihan alat kontrasepsi sangat
penting untuk kelangsungan hidup
ibu dan bayinya, karena setiap proses
kehamilan, persalinan, masa nifas,
hingga penggunaan alat kontrasepsi
dapat menimbulkan resiko baik itu
dalam jangka pendek maupun jangka
panjang (Elisabeth, 2016).
METODE
Penelitian dengan judul
“Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
pada Ny. “E” di POLINDES Ny. “K”
Desa Kedungbetik Kecamatan
Kesamben Kabupaten Jombang
dimulai tanggal 10 Februari 30 April
2020” dilakukan dengan
menggunakan metode studi penelaan
kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal disini dapat berarti satu
orang ibu yang diberikan asuhan sejak
93
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
masa kehamilan hingga KB dengan
penerapan asuhan kebidanan dengan
menggunakan metode SOAP
(Subjektif, Objektif, Analisa Data,
Penatalaksanaan)
Laporan Tugas Akhir Ini
dilakukan dengan cara menganalisa
suatu permasalahan melalui suatu
kasus yang terdiri dari unit tunggal.
Unit tunggal di sini dapat berarti satu
orang. unit yang menjadi kasus
tersebut secara mendalam dianalisis
baik dari segi yang berhubungan
dengan keadaan kasus itu sendiri.
Meskipun didalam kasus ini yang
diteliti hanya berbentuk unit tunggal,
namun dianalisis secara mendalam,
meliputi berbagai aspek yang cukup
luas, serta penggunaan berbagai
teknik secara intergratif
(Notoatmodjo, 2011).
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kehamilan
Dari pengkajian yang penulis
lakukan, Ny. “L” sudah
melakukan pemeriksaan ANC
sebanyak 6 kali, yaitu TM I 2
kali, TM II 2 kali dan TM III 1
kali. Untuk menghindari resiko
komplikasi pada kehamilan dan
persalinan dianjurkan untuk
melakukan kunjungan antenatal
komprehensif yang berkualitas
minimal 4 kali, termasuk
minimal 1 kali kunjungan diantar
suami atau anggota keluarga
(Kemenkes RI, 2013). Menurut
asumsi penulis hal ini
menunjukkan bahwa kunjungan
kehamilan yang dilakukan Ny.
“L” dari awal kehamilan nya
sampai menjelang persalinan
sudah memenuhi standar
kunjungan kehamilan.
Berdasarkan data-data kunjungan
ANC terpadu tersebut tidak
didapatkan penyimpangan atau
masalah apapun, bahwa Ibu
melakukan kunjungan ANC
secara rutin dan telah mengikuti
ANC Terpadu namun di usia
kehamilan ibu yang ke 36
minggu, ibu mengalami masalah
KPD (ketuban pecah dini)
2. Persalinan
Pada tanggal 19 – 01 – 2020
pukul 01.45 WIB Ibu dibawa
oleh suami ke Puskesmas dengan
keluhan kenceng – kenceng lalu
keluar lendir dan darah sejak jam
12.00 WIB, langsung dilakukan
pemeriksaan didapatkan hasil,
VT : pembukaan I, eff : 25%,
ketuban (-), dari hasil
pemeriksaan didapatkan bahwa
ketuban pecah dini, setelah itu
94
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
observasi dan tidak didapatkan
kemajuan pembukaan, Ibu
langsung dipersiapkan untuk
dirujuk ke RS Pelengkap
Kabupaten Jombang, pada jam
07.00 WIB ibu langsung dirujuk.
Persalinan dilakukan dengan
tindakan sectio caesarea.
Penyebab persalinan bedah
caesar bisa dilakukan karena
masalah Ibu maupun bayi.
Terdapat dua keputusan bedah
caesar. Yang pertama keputusan
bedah caesar yang sudah
didiagnosa sebelumnya
penyebabnya adalah keracunan
kehamilan, pre eklamsi dan
eklamsi, panggul sempit,
kelainan letak, riwayat SC dan
gemeli. Yang kedua adalah
keputusan yang diambil tiba –
tiba karena kondisi darurat. Jadi
terdapat keterkaitan antara teori
dan kasus yang diambil. Puri dan
Apriana (2015).
3. Nifas
Kunjungan masa nifas pada Ny.
“L” dilakukan sebanyak 3 kali,
yaitu dalam 6 jam – 3 hari, 6 hari,
2 minggu. Kunjungan pertama
tanggal 21 Januari 2020 (2 hari
postpartum), keadaan ibu baik,
tidak ada penyulit, perdarahan
dalam batas normal, Lochea
rubra, kontraksi baik,TFU 2 jari
dibawah pusat, kandung kemih
kosong, ibu belum memberikan
ASI pada bayinya karna bayinya
diinkubator. Nutrisi pada Ny. “L”
sudah dipenuhi dengan memberi
ibu makan dan minum, 2 jam
setelah operasi ibu tertidur
karena pengaruh anestesi, 4 jam
ibu bisa menggerakkan kaki, dan
mengangkat kepala, 6 jam ibu
sudah bisa miring kiri dan kanan.
1 hari Ibu sudah bisa bangun dan
duduk, dan sudah bisa kekamar
mandi sendiri, luka bekas jahitan
masih basah. Kunjungan nifas
yang kedua adalah 6 hari setelah
persalinan pada tanggal 28
Januari 2020, kunjungan ini
didapatkan hasil TFU
pertengahan pusat dengan
sympisis, kontraksi uterus baik,
Lochea Sanguilenta,luka.
Kunjungan nifas yang ketiga
yaitu pada 2 minggu pada tanggal
10 Februari 2020 setelah
persalinan. Asuhan yang
diberikan sama dengan asuhan
pada kunjungan 6 hari setelah
persalinan. TFU sudah tidak
teraba, ASI lancar, kebutuhan
nutrisi ibu terpenuhi, Lochea
95
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
Serosa, tidak ada tanda – tanda
infeksi dan luka bekas operasi
sudah kering. Asuhan yang
diberikan pada Ny. “L” sudah
sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa asuhan
kebidanan pada 2 minggu post
partum yaitu memastikan
involusi berjalan normal. Asuhan
yang diberikan pada saat
kunjungan 2 minggu post partum
yaitu sama dengan asuhan yang
diberikan kepada ibu pada
kunjungan 6 hari masa nifas serta
menanyakan kesulitan –
kesulitan yang dialami ibu
selama masa nifas, dan konseling
KB secara dini dan ibu telah
memilih untuk menggunakan
kontrasepsi MAL. Berdasarkan
asuhan dan pemantauan yang
dilakukan oleh penulis tidak
terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus. Pengeluran ASI
semakin lancar karena ibu
semangat menyusui bayinya
sesering mungkin, istirahat yang
cukup dan keluarga berusaha
untuk memenuhi nutrisi ibu
selama masa menyusui.
4. Bayi Baru Lahir
Kunjungan Neonatal I dan dari
hasil pemeriksaan bayi Ny. “L”
lahir secara sectio caesaria
tanggal 19 Januari 2020 pukul
22.00 WIB, dengan berat badan
2200 gram. Bayi lahir dalam
keadaan kurang sehat dan
langsung dilakukan IMD serta
langsung diinkubator selama
seminggu. Kunjungan pertama
penulis laksanakan pada tanggal
28 Januari 2020 yaitu 7 hari
setelah bayi lahir dan
dipulangkan kerumah, saat
kunjungan dijumpai penyulit
seperti bayi masih terlihat lemah
saat menyusu dan tetap diberi
ASI Eksklusif ketika bayi
menangis dan bangun tidur, tali
pusat sudah lepas, tidak ada
tanda-tanda infeksi. Kunjungan
Neonatal II bayi mendapatkan
ASI ekslusif, tidak ada tanda-
tanda infeksi pada bayi baru
lahir. Bayi menyusu semakin
kuat dan berat badan bayi
semakin bertambah tiap minggu.
5. Keluarga Berencana
Ditinjau dari usia Ny. “L” yaitu
24 tahun dengan primigravida
alat kontrasepsi yang dianjurkan
adalah MAL, KB suntik 3 bulan,
Implan dan AKDR. Setelah
berdiskusi dengan keluarga dan
setelah mengisi informed choice
96
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
dan informed consent maka
Ny.“L” telah memutuskan ingin
menggunakan Metode
Amenorhea Lactase (MAL) dan
Ny. “L” juga telah memenuhi
syarat dalam penggunaan MAL
ini yaitu memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya dan
belum dapat haid, serta hasil
planotest (-). Sehingga dalam
pelaksanaan MAL ini tidak
didapatkan kesulitan ataupun
masalah. Setelah pelaksanaan
MAL ini Ny.“L” ingin
menggunakan alat kontrasepsi
yaitu Suntik KB 3 bulan karena
Ny. “L” ingin menjarangkan
kehamilannya. Ny.“L” telah
mendapat penjelasan tentang
keuntungan maupun kekurangan
dari metode MAL ini. Dari
praktik yang dilaksanakan
dilapangan, tidak ada
kesenjangan antara teori dan
praktik. dimana MAL adalah
suatu cara yang mengandalkan
pemberian ASI secara eksklusif,
artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau
minuman apa pun lainnya.
KESIMPULAN
1. Kehamilan
Menurut Depkes RI
kunjungan ANC selama
kehamilan minimal dilakukan
sebanyak 4 kali yaitu pada TM
I sebanyak 1 kali, TM II
sebanyak 1 kali dan TM III
sebanyak 2 kali. Dengan Pada
Ny “E” G2P10001. telah
melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin
sebanyak 14 kali, dengan
rincian pada Trimester I
sebanyak 3 kali, Trimester II
sebanyak 3 kali, Trimester III
sebanyak 8 kali. Peneliti mulai
mendampingi dan
memberikan asuhan
kebidanan continuity of care
pada Ny “E”.
Peneliti melakukan kunjungan
dan pemeriksaan pada
Trimester III sebanyak 3 kali.
Sehingga tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan
kasus, dimana ibu hamil
melakukan pemeriksaan ANC
pada Trimester III minimal
sebanyak 2 kali, sedangkan
pada NY “E” melakukan
kunjungan ANC sebanyak 1
kali pada Trimester III. saat
peneliti melakukan
pengkajian terdapat keluhan
97
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
pada kunjungan ke1, ke2 dan
ke3 ibu mengatakan
mengalami pinggang sakit.
Berdasarkan teori pada ini
merupakan perubahan fisik
umum yang terjadi pada ibu.
(Panduan lengkap kehamilan,
melahirkan & bayi ). Asuhan
yang diberikan untuk
mengatasi keluhan pinggang
sakit yaitu dengan
mengurangi aktifitas berat dan
menyarankan ibu untuk lebih
sering jalan jalan pagi guna
memberikan efek rilex pada
tubuh.
Berdasarkan teori asuhan
kebidanan yang diberikan
antara lain memberikan
konseling penanganan
pinggang sakit, menjelaskan
bahwa keadaan tersebut
merupakan hal yang
fisiologis, tanda bahaya
kehamilan timester III dan
persiapan persalinan (Ari
Sulistyawati, 2011).
2. Persalinan
Tanggal 30-03-2020 Pukul
06:00 wib pasien datang ke
Dr. SPOG untuk melakukan
USG, lalu dilakukan
pemeriksaan USG oleh dokter
pada pukul 07:02 wib dari
hasil pemeriksaan cairan
ketuban berkurang karena
sudah lewat tafsiran
persalinan dan terdapat lilitan
tali pusat dari hasil
pemeriksaan tersebut dokter
menyarankan untuk dilakukan
operasi. Setelah itu pasien
pulang, tanggal 30-03-2020
pukul 19:00 pasien ke
POLINDES untuk konsultasi
dengan Bidan karena hasil
pemeriksaan USG pasien
disarankan dokter untuk
operasi dikarenakan cairan
ketuban yang berkurang dan
adanya lilitan tali pusat. Pukul
20:00 pasien di rujuk bidan ke
RS Pelengkap untuk di
lakukan operasi. Dokter
menyarankan pasien berpuasa
untuk pro SC. Tanggal 31-03-
2020 pukul 17:00 Ibu
digantikan baju operasi dan
dilakukan pemeriksaan
leopold, DJJ. Pada pukul
18.45 wib ibu masuk ruang
operasi, dan pukul 19.40 wib
bayi lahir langsung menangis
dengan jenis kelamin
perempuan, BB 2600 gram,
PB 48 cm, lingkar kepala
98
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
33cm dan pasien dipindah
keruang pemulihan pada
pukul 20.20 wib setelah itu
pindah keruang Nifas tanggal
01-04-2020 pukul 07.00 wib.
Dimana asuhan yang
diberikan pada pasien yaitu
memberikan dukungan
kepada agar ibu tidak
khawatir dan cemas saat akan
menghadapi operasi.
3. Nifas
Keluhan yang dirasakan oleh
Ny “E” selama masa nifas
kunjungan 1 yaitu terasa
mules-mules. Berdasarkan
teori perut masih terasa mules
disebabkan oleh involusi
uterus yang merupakan proses
kembalinya uterus seperti
semula (ari sulistyowati,
2010).
Berdasarkan hal tersebut
sesuai dengan teori. Hal ini
dikarenakan bayi menyusu
pada ibu yang menyebabkan
keluarnya hormon oksitosin
secara alami yang akan
mengakibatkan terjadinya
kontraksi.
Pada kunjungan nifas di
POLINDES Bidan memeriksa
Luka jahitan tampak kering
jahitan tampak menyatu,
Bidan melihat luka bekas SC
hasilnya luka jahitan sudah
bagus dan tidak perlu ditutup
lagi, dokter menyarankan ibu
untuk tidak usah tarak makan.
Penulis melakukan asuhan
kebidanan sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh pasien,
memberitahu ibu hasil
pemeriksaan, memberikan
konseling tentang cara
menyusui yang benar,
menganjurkan ibu untuk
istirahat cukup, Berdasarkan
teori pada kunjungan nifas
yaitu mencegah perdarahan
masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi dan perawatan
penyebab tejadinya
perdarahan,memberikan
konseling pada ibu dan
keluarga tentang cara
mencegah perdarahan.
(Taufan nugroho, 2014).
4. Bayi Baru Lahir
Pada kasus ini bayi Ny ”E”
melahirkan secara operasi
lahir tanggal 31-03-2020
langsung menangis, BB 2600
gram. Dan pada kunjungan
neonatus pertama 11jam post
partum bayi sudah dapat
99
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
menyusu, dan sudah BAB
meconeal, BAK ≤3. Pada
kunjungan neonatus ke 2-7
hari control di POLINDES
bayi sehat BB 2900 gram dan
dokter menganjurkan bayinya
agar tidak perlu dijemur lagi
hanya dianjurkan untuk
menyusui bayinya sesering
mungkin. Pada kunjungan
neonatus ke 3 bayi sudah bisa
menyusu dengan benar dan
BAB, BAK normal dan ibu
mengatakan bayinya tidak ada
keluhan.
5. Keluarga Berencana
Ditinjau dari usia Ny. “E”
yaitu 27 tahun dengan
primigravida alat kontrasepsi
yang dianjurkan adalah MAL,
KB suntik 3 bulan, Implan dan
AKDR. Setelah berdiskusi
dengan keluarga dan setelah
mengisi informed choice dan
informed consent maka Ny.E
telah memutuskan ingin
menggunakan Metode
Amenorhea Lactase (MAL)
dan Ny. “E” juga telah
memenuhi syarat dalam
penggunaan MAL ini yaitu
memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya danbelum
dapat haid, serta hasil
planotest (-). Sehingga dalam
pelaksanaan MAL ini tidak
didapatkan kesulitan ataupun
masalah.
Setelah pelaksanaan
MAL ini Ny. “E” ingin
menggunakan alat kontrasepsi
yaitu Suntik KB 3 bulan
karena Ny. “E” ingin
menjarangkan kehamilannya.
Ny. “E” telah mendapat
penjelasan tentang
keuntungan maupun
kekurangan dari metode MAL
ini. Dari praktik yang
dilaksanakan dilapangan,
tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktik, dimana
MAL adalah suatu cara yang
mengandalkan pemberian ASI
secara eksklusif, artinya hanya
diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apa
pun lainnya. MAL dapat
dipakai sebagai kontrasepsi
bila menyusui secara penuh
dan lebih efektif bila
pemberian ≥ 8x sehari sampai
6 bulan, belum haid, umur
bayi kurang dari 6 bulan dan
harus dilanjutkan dengan
pemakaian metode
100
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
kontrasepsi lainnya (Mulyani,
2017).
KESIMPULAN
1) Kehamilan
Kunjungan pada TM III
dilakukan sebanyak 3 kali
kunjungan terdapat keluhan
pada kehamilan yaitu
pinggang sakit. Tetapi
keluhan yang dialami ibu
merupakan hal yang
fisiologis.
2) Persalinan
Pada asuhan persalinan
berjalan secara SC, karena
dari hasil pemeriksaan dapat
di simpulkan bahwa dapat
terjadi komplikasi pada bayi
apabila tidak segera
dilahirkan.
3) Nifas
Kunjungan nifas dilakukan
sebanyak 3 kali kunjungan.
Keluhan yang dirasakan ibu
yaitu perut terasa mulas pada
kunjungan pertama. Dari hasil
pemeriksaan tidak ada tanda-
tanda bahaya pada masa nifas
dan nifas berjalan dengan
normal/fisiologis.
4) Neontaus
Kunjungan neonatus
dilakukan sebanyak 3 kali
kunjungan. Pada kunjungan
tidak ditemukan komplikasi
pada
DAFTAR PUSTAKA
1. BUKU
Elisabeth. (2015) Asuhan
Kebidanan pada
Kehamilan. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Hartanto, d. (2015). Keluarga
Berencana dan
Kontrasepsi. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Marmi, & Rahardjo, K.
(2015). Asuhan neonatus,
bayi, balita, dan anak
prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Marmi. (2015) Auhan
Kebidanan pada Masa
Nifas. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Prawiroharjo, S. (2014). Ilmu
Kebidanan. Jakarta: PT
Bina Pustaka.
Romauli, s. (2011). Asuhan
Kebidanan 1 Konsep
Dasar Asuhan
Kehamilan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Susanto, & Fitriana. (2017)
Asuhan pada Kehamilan.
101
Jurnal Akademika Husada │Volume II Nomor 2 : September 2020
Yogyakarta : Pustaka
Baru Press.
2. ENSIKLOPEDI
Dinkes. (2018). Profil
Kesehatan Indonesia
Tahun 2017. Kementrian
Kesehatan RI 2018.
Dinkes. (2018). Profil
Kesehatan Kabupaten
Jombang Tahun 2017.
Dinas Kesehatan
Kabupaten Jombang, 82–
88.
Dinkes. (2018). Profil
Kesehatan Provinsi Jawa
Timur Tahun 2017.
Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Timur.
Kemenkes (2016). Asuhan
Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir.
Kementrian Kesehatan RI
2016.
Kemenkes (2019). Panduan
Pelayanan Pasca
Persalinan Bagi Ibu dan
Bayi Baru Lahir.
Kementrian Kesehatan RI
2019.
Kemenkes (2020). Panduan
Pelayanan Keluarga
Berencana dan
Kesehatan Reproduksi
dalam Situasi Pademi
COVID 19. Kementrian
Kesehatan RI 2020
Kemenkes. (2020) Petunjuk
teknis pelayanan
puskesmas pada masa
pandemi covid-19.
Jakarta. Kementerian
kesehatan RI.