Download - ANDI RISKI-FDIKOM.pdf
ANALISIS WACANA SYAIR PUISI
“BEGITU ENGKAU BERSUJUD” KARYA EMHA AINUN NADJIB
DALAM MENANAMKAN AJARAN ISLAM
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Andi Riski
NIM : 1110051000142
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
ANALISIS WACANA SYAIR PUISI "BEGITU ENGKAU BERSUJUD''
KARYA EMIIA AINUN NADJIB DALAM MENAN,A.MKAT{ AJARAN
ISLAM
SkripsiDiajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan MemperolehGelar Sarjana Komruriksi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Andi Riski
1110051000142
Dibawatr Bimbingan:
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PET\IYIARAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAII DAi\[ ILMU KOMTINIKASI
T]NIYERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H./2015 M.
Dr. Hj. Roudhonah, Ag
NIP: 195809101
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjurdul ANALISIS WACANA SYAIn PUISI "BEGITU ENGKAU
BIIRSUJUD'' I(ARYA EMHA AINUN NADJII} DALAM MENANAMKAN AJARAN
ISLAM telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwal-r dan Ihnu Kornunikasi
[.Jniversitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada l6 April 2015. Skripsi ini telah
cliterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I.)
pada Program Studi Komunikasi Penyiaran Isldm.
Jakarta, i6 April20l5
Sidang Munaqasyah
Kctua Scl<ertaris
Drs. .Iumroni. M. Si
NI P. I 963 0 5t 5t992203 I 006 NIP. 1 983 0 6 102009 1220 0 1
Anggota,
, NIP.197506062007101001
Pembimbing,
Pcnguji I
NIP.l9710 6t997032002
NrP.195809101
\
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
l. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sastra I (S.Kom.I) di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
l6 April2Q
i
ABSTRAK
Andi Riski
Analisis Wacana Syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” (karya Emha Ainun Nadjib)
Dalam Menanamkan Ajaran-ajaran Islam
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan sastra
yang paling kuat dibanding jenis sastra yang lain, kata-kata yang dimunculkan
mengandung pengertian yang bermakna dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi
merupakan sebuah kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam
pernyataan-pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya,
puisi juga merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima,
serta penyusunan lirik dan bait. Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama
atau cerita pendek. Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi kata yang ketat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana
teks dan wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau
Bersujud karya Emha Ainun Nadjib? Untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan
sebelumnya, maka dilakukan penelitian. Penulis dalam mewacanakan tulisannya
disesuaikan dengan struktur teks dan berdasarkan sesuatu yang melatarbelakanginya.
Adapun subjek penelitiannya adalah Emha Ainun Nadjib. Objek penelitiannya adalah
wacana syair puisi Begitu Engkau Bersujud. Penelitian dilakukan dengan
mengumpulkan data melalui observasi, wawancara kemudian dianalisa dengan metode
analisis wacana Teun A. Van Dijk.
Analisis wacana Teun A. Van Dijk yang membaginya kedalam tiga tingkatan,
yaitu: teks (bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk
menegaskan suatu tema). Kognisi sosial (dipelajari proses produksi teks melibatkan
kognisi individu). Konteks sosial (mempelajari bangunan wacana yang berkembang
dalam masyarakat). Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis
wacana merupakan bagian dari metode interperatif yang mengandalkan interpretasi dan
penafsiran peneliti dan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Teks dan
wacana yang disampaikan kepada pembaca dalam syair puisi Begitu Engkau Bersujud,
menampilkan bagaimana keyakinan dalam diri seseorang terhadap Allah SWT bisa
diwujudkan melalui ibadah, bersujud dengan tujuan mendapat ridha Allah SWT.
Ibadah atau sujud yang dilakukan sehari-hari harus didasari rasa ikhlas, karena ikhlas
merupakan kunci keimanan terhadap Allah SWT.
Kesimpulannya adalah sujud merupakan wadah bagi setiap individu untuk
memanjatkan doa-doa terhadap Allah SWT. Namun dalam hal tersebut ada tata cara
ataupun aturan-aturan yang diajarkan agar doa-doa yang dipanjatkan bisa tersampaikan.
Oleh karena itu Emha Ainun Nadjib menciptakan puisi begitu engkau bersujud agar
para pembaca bisa memahami arti dari bersujud dan juga agar para pembaca bisa
mengaplikasikan tata cara bersujud yang benar pada kehidupan sehari-hari.
ii
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya bagi kita semua, Shalawat
teriring salam semoga sesantiasa tercurah kepada junjungan baginda Nabi Besar
Muhammad SAW.
Syukur Alhamdulillah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya
Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam. Skripsi ini diajukan
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S1 di Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis nmenyadari kekurangan dan kelemahan yang melekat pada diri
penulis, khususnya pada penyelesaian skripsi ini. Namun, Alhamdulillah dengan
keterbatasan dan kekurangan yang ada, akhirnya penulis bisa menyelesaikan
penelitian ini. Hal ini tidak terwujud dengan sendirinya, melainkan karena adanya
dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Baik dari lingkungan keluarga, sahabat,
teman, akademik kampus dan lain-lain. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Bapak Dr. H. Arief
Subhan, MA, Wakil Dekan I Bidang Akademik Bapak H Suparto, M.Ed,
Ph.d, Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, Bapak, Drs. Jumroni,
M.si, serta Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Bapak Dr. H. Sunandar,
MA.
iii
2. Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bapak Rachmat
Baihaky, MA, yang selalu bersedia membantu penulisan memberikan
informasi serta waktunya kepada penulis untuk berkonsultasi mengenai
kegiatan kuliah.
3. Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Ibu Fita
Fathurakhmah M.Si. yang telah banyak membantu penulis dalam
kelancaran kuliah dan penulisan skripsi ini.
4. Dr. Hj. Roudhonah, M. Ag, selaku dosen pembimbing yang senantiasa
meluangkan waktunya, tenaga, dan pikiran untuk memberikan arahan
tentang skripsi yang penulis buat.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Terima kasih atas ilmu-ilmu yang telah diberikan.
6. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
yang telah menyediakan buku dan fasilitas untuk mendapatkan referensi
dan memperkaya isi skripsi ini.
7. Dosen pembimbing akademik Bapak Azwar Chatib yang telah banyak
membantu membantu penulis dalam kelancaran kuliah dan penulisan
skripsi ini.
8. Ayah dan Mamah tersayang, Bapak Sholeh dan Ibu Rusmiati. Karena
doa yang kalian berikan akhirnya dengan ini penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir yaitu skripsi.
iv
9. Bpk Helmi Mustofa dan keluarga dan seluruh jajaran Staf Redaksi
CakNun.com, selaku narasumber yang juga telah membantu penulis
dalam menyempurnakan tugas akhir ini yaitu berupa skripsi.
10. Widya Larassaty S. Far, Apt, yang telah banyak membantu penulis dari
mulai memberikan arahan dan motivasi agar tugas akhir yang berupa
skripsi bisa cepat selesai.
11. Sahabat seperjuangan keluarga besar KPI E 2010 Muhammad Imron,
Muhammad Iman, Robi Hakiardy, Firda Apriyani, Naziah, Siti Sudusiah,
Zahrotunisa, Kemal Pasha, Taufik Nurrahman, Ahmad Fadhilah Rosyadi,
Asep Syahroni, Tanto Fadly, Azan Leonardo, Astuti, Malik Saefudin,
Ahmad Fadly, Ababil yang telah sama-sama memberikan dukungan
moril terhadap penulis.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam
meyusun skripsi ini, dan penulis sangat terbuka sekali tentang saran dan
kritikannya yang membangun. Akhir sebuah kata dengan segala kerendahan hati,
penulis persembahkan skripsi ini yang berjudul “Analisis Wacana Syair Puisi
“Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan
Ajaran Islam”. Dengan segala kelebihan dan kekurangannya penulis mohon maaf,
semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.
Jakarta 16 April 2015
penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 7
D. Metodelogi Penelitian ............................................................. 8
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 13
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 14
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Analisis Wacana ....................................................................... 15
B. Syair………………………………………………………….. 25
C. Puisi .......................................................................................... 27
D. Ajaran-ajaran Islam ................................................................. 39
BAB III BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB
Biografi Emha Ainun Nadjib ................................................... 43
A. Latar Belakang Keluarga……………………………………... 43
B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib……………… 49
C. Karya-karya Emha………………………………………......... 54
vi
BAB IV HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI “BEGITU ENGKAU
BERSUJUD”
A. Teks Puisi “Begitu Engkau Bersujud” ..................................... 56
B. Kognisi Sosial .......................................................................... 78
C. Konteks Sosial………………………………………………... 81
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 85
B. Saran-saran .............................................................................. 92
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 93
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 .................................................................................................. 21
Tabel 2.2 .................................................................................................. 21
Tabel 4.1 ................................................................................................. 60
Tabel 4.2 .................................................................................................. 66
Tabel 4.3 .................................................................................................. 67
Tabel 4.4 .................................................................................................. 70
Tabel 4.5 .................................................................................................. 73
Tabel 4.6 .................................................................................................. 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di antara berbagai kekayaan seni dan budaya, syair merupakan ekspresi
kebudayaan yang sangat menonjol setelah pantun. Syair dilihat dari sudut
kebudayaan adalah termasuk salah satu seni dari hasil cipta oleh akal budi
manusia. Sastra ini dapat dipakai sebagai sarana komunikasi dan berfungsi sebagai
alat untuk menuangkan emosi jiwa, cita-cita ataupun keinginan dan nilai-nilai
dalam masyarakat. Sebagai cetusan kejiwaan terutama sebagai media dakwah
Islam pada kalangan masyarakat. Menilik pada sejarah kesasastraan syair telah
muncul dan berkembang pada saat masuknya Hindu/Budha dalam masyarakat.
Namun, hal itu semakin berkembang pesat setelah masuknya Islam di wilayah ini.
Maka tidak mengherankan, jika sebagian besar tradisi tulisan seperti halnya syair
merupakan peninggalan periode Islam.
Dakwah yang dilakukan dengan metode pendekatan budaya ini, menjadi
salah satu penyebab orang terdahulu banyak yang memeluk agama Islam. Sehingga
tanpa disadari, bahwa kebudayaan yang didalamnya terdapat ajaran Islam membuat
sendi adat istiadat itu sendiri mengacu pada aturan Islam. Nilai-nilai luhur budaya
tidak dapat dipisahkan dari ajaran Islam, karena Islam adalah sumber dan puncak
dari keseluruhan nilai-nilai luhur yang dimaksud. Dalam hal ini, pesan-pesan yang
terkandung di dalam syair dakwah juga harus mengikuti aturan-aturan ajaran
Islam.
Karya seni, khususnya puisi dipandang oleh para filsuf muslim terutama
Ibnu Sina dan Al Jurjani, sebagai persembahan yaitu ekspresi perasaan dan pikiran
2
seorang penyair yang mencoba mengungkapkan perasaan dengan menggunakan
pikiran dan imajinasi.1 Menciptakan karya seni digolongkan sebagai kegiatan
intelektual yang berhubungan dengan hikmah, informasi dan komunikasi.2 Puisi
ialah jenis karya sastra yang memiliki sifat puitis.3 Pada dasarnya puisi adalah
wujud representasi keadaan jiwa dalam bentuk lambang (kebahasaan). Kata-kata
yang dimunculkan dalam puisi mengandung pengertian yang mendalam dan penuh
simbol-simbol.
Pada hakikatnya puisi merupakan bentuk dari curahan pengalaman batin
sang penyair, dimana curahan tersebut mampu menunjukkan keadaan atau situasi
yang sedang dialami olehnya dan pada akhirnya dapat memberikan kesan yang
mendalam kepada pembaca. Meskipun demikian, banyak puisi yang ditulis tanpa
ada pesan moral yang akan disampaikan kepada pembaca. Dewasa ini, salah
seorang penyair yang dikenal banyak menyisipkan pesan moral dalam puisinya
adalah Emha Ainun Nadjib (Cak Nun). Selain sebagai seorang ulama terkenal
Emha juga seorang musisi, budayawan, sastrawan dan seorang penyair yang tidak
hanya bermain dengan kata-kata. Namun, banyak di antara coretan penanya yang
berbentuk puisi mempunyai makna religius, berisi pesan moral, dan nilai-nilai
pendidikan Islam, khususnya sebagai bentuk penghambaan sang penyair kepada
Allah SWT.
Bukan hanya dari segi religius saja, dari segi berbangsa dan bernegaraan
banyak karya-karya Emha yang menjadi kritikan-kritikan untuk bangsa ataupun
pemerintahan yang sedang berjalan. Dalam karya-karyanya Emha memiliki gaya
1 Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan
Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004), h. 36. 2 Abdul Hadi W.M, Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik dan
Seni Rupa, h. 36. 3 Soedjarwo, Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press., 1993), h. 3.
3
bahasa yang sangat bagus, sehingga sangat menarik banyak perhatian, selain itu
juga Emha banyak mengisi acara-acara seperti pengajian, yang banyak diminati
oleh masyarakat contohnya seperti kenduri cinta, padangmbhulan dan mocopat
syafaat. Dengan banyaknya kegiatan keagamaan tersebut membuat Emha jauh
lebih dikenal oleh masyarakat. Bukan hanya itu saja, bahkan kegiatan Emha diluar
negeripun cukup banyak. Selain itu, faktor istri yaitu Novia Kolopaking dan
anaknya Noe yang mempunyai profesi sebagai publik figur membuat Emha Ainun
Najib semakin banyak penggemarnya. Di antara beberapa karyanya yang sangat
terkenal yaitu karya yang terangkum dalam kumpulan puisi “seribu masjid satu
jumlahnya” karya Emha Ainun Nadjib, ada salah satu karya puisi Emha yang
merupakan karya terbaik dari beliau yaitu puisi “Begitu Engkau Bersujud”.
Secara istilah puisi adalah karya sastra yang bersifat imajinatif, bahasa
sastra yang bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna
lambang (majas).4 Syair “Begitu Engkau Bersujud” merupakan kumpulan puisi
karya Emha Ainun Nadjib yang diterbitkan pada tahun 1990; melalui judul
bukunya yaitu kumpulan puisi Seribu Masjid Satu Jumlahnya. Puisi ini banyak
mengandung pesan moral dan pesan religi didalamnya. Menurut Helmi Mustopa
selaku ketua redaksi Caknun.Com, banyak masyarakat yang memberikan
testimoninya ataupun komentar-komentar terhadap puisi ini, sehingga puisi ini
banyak digemari oleh masyarakat, selain itu puisi ini memiliki kata-kata yang
sangat bagus dan mudah dipahami dibanding dengan puisi-puisi karya Emha yang
lainnya.5
4 Herman J. Waluyo, Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.), h. 22. 5 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk Helmi Mustopa, tanggal 22 Desember 2014.
4
Muhammad Ainun Najib berasal dari daerah Jombang, nama Muhammad
disingkat menjadi M.H tetapi pada akhirnya sering disebut Emha.6 Emha adalah
anak desa, tepatnya desa santri, dari desa tersebutlah Emha banyak belajar
kesederhanaan, kebersahajaan, kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah
Emha mendapatkan pelajaran bahwa peran sosial bukan sebagai acuan
keberhasilan seseorang dalam menjalankan hidupnya, melainkan sebagai
kewajiban dan fungsi sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat,
karena pelajaran itu pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan
sederhana. Sesungguhnya Emha bisa saja menjadi pribadi yang berada di posisi
kelas menengah keatas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada
dikesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di
pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi.
Peraih bintang Medali of Islamic Excellence 2005 dari The Moslem News
(Inggris)7 yang juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun ini lahir pada
Rabu Legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo
adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan
Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan sepiritual.8
Anak ke-4 dari 15 bersaudara ini Pendidikan formalnya hanya berakhir di
semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Sebelum itu Emha pernah menjadi santri di Pondok Modern Gontor Ponorogo,
akan tetapi Emha dikeluarkan karena demo melawan Departemen Keamanan.
Kemudian Emha pindah ke Yogyakarta dan bisa tamat SMA Muhammadiyah I.
Setelah itu Emha lima tahun hidup menggelandang di Malioboro Yogyakarta
6 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1
7 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 10
8 Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta :
SIPRESS Januari 1995), cet ke, -3 h. 305
5
antara 1970-1975 ketika belajar sastra kepada guru yang dikaguminya yaitu Umbu
Landu paranggi yang juga seorang sufi di Jogjakarta yang hidupnya misterius dan
sangat mempengaruhi perjalanan Emha. Berikut ini beberapa karya-karya puisinya
Emha Ainun Nadjib antara lain:
“M” Frustasi (1976),· Sajak-Sajak Sepanjang Jalan (1978), Sajak-Sajak
Cinta (1978), Nyanyian Gelandangan (1982), 99 Untuk Allah SWTku (1983), Suluk
Pesisiran (1989),· Lautan Jilbab (1989), Begitu engkau bersujud ( 1990), Cahaya
Maha Cahaya (1991), Sesobek Buku Harian Indonesia (1993), Abacadabra
(1994), Syair Amaul Husna (1994), dll.9
Dari semua hal tersebut dapat di artikan bahwa menanamkan ajaran-ajaran
Islam dapat menggunakan berbagai macam cara, bahkan lewat syair puisi pun
dapat dilakukan, asalkan yang dituangkan dalam sajak puisi itu beralaskan akidah
Islam, dimana hal tersebut semakin membuat puisi di minati oleh masyarakat luas
khususnya umat Islam, bukan hanya itu saja dengan cara inovatif seperti ini,
diharapkan agar para pembaca maupun pendengar lebih tertarik lagi dengan puisi
religius, apa lagi seperti saat ini sangat dibutuhkan inovasi-inovasi yang menarik,
untuk mengajak dan menanamkan ajaran-ajaran Islam di kalangan para remaja
khususnya.
Salah satu ajaran Islam yaitu bersyukur dan bersujud, dimana hal tersebut
merupakan bagian dari syariah Islam yang merupakan ajaran pokok Islam, ajaran
pokok Islam dibagi menjadi dua yaitu akidah dan syariah, Akidah dengan syariah
itu tidak dapat dipisahkan, bisa dibedakan akan tetapi tidak bisa dipisahkan, akidah
sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan dahan-dahannya, maka dari itu
sebagai mahkluk ciptaan Allah SWT diwajibkan untuk selalu memiliki rasa syukur
9 Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 Oktober 2014
6
terhadap apa yang telah diberikan Allah SWT.10
Orang yang terlahir dalam kondisi
sempurna seharusnya lebih mensyukuri nikmat yang Allah SWT berikan. Sudah
diberi sepasang mata, apakah sudah digunakan untuk melihat hal-hal yang baik?
atau justru sebaliknya digunakan untuk berbuat maksiat. Diberi sepasang telingga.
apakah sudah digunakan untuk mendengarkan hal-hal yang baik? Sudahkah
menjadi orang yang pandai untuk bersyukur?
Dari puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan ungkapan syukur
yang dapat dilakukan kapan saja, di mana saja, dan dengan berbagai cara. Semua
dapat mengungkapkan rasa syukur sesaat setelah menerima nikmat, setiap selesai
shalat, ketika bangun tidur, setelah makan, setelah selesai buang hajat, dan
sebagainya. Dapat juga mengungkapkan rasa syukur ketika berada di rumah, di
jalan, di sekolah, bahkan ketika berada di lapangan sepak bola pun dapat
mengungkapkan rasa syukur. Cara mengungkapkan rasa syukur juga bermacam-
macam, seperti dengan mengucapkan alhamdulillah, melakukkan sujud syukur,
memberi sedekah, atau memperbanyak ibadah.
Puisi Begitu Engkau Bersujud menanamkan salah satu ajaran-ajaran Islam
yaitu mengenai sujud, dalam puisi ini ajakan ataupun informasi mengenai bersujud
kepada Allah SWT sangat jelas adanya, sehingga informasi yang ingin
disampaikan dalam puisi ini bisa dapat dipahami.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengkaji atas
permasalahan-permasalahan tersebut, dengan bentuk skripsi yang berjudul
Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha
Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam.
10
Abdullah al-Muslih, Pokok-Pokok Ajaran Islam Yang Wajib Diketahui Setiap Muslim,
(Riyadh: Islamic Foundation of America), 1998, h. 26.
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Puisi-puisi yang di tulis Emha begitu banyak, maka penulis membatasi
pada masalah hanya pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun
Najib yang terdiri dari 25 bait puisi, setiap baitnya terdiri dari 3 sampai 11 kata.
Hal ini dengan alasan bahwa syair tersebut banyak mengandung pesan dakwah
dalam isi syairnya dan juga lebih memfokuskan kepada pembaca atau
pendengar puisi tersebut sebagai sebuah objek
2. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah:
a. Bagaimanakah kontruksi wacana yang disajikan pada syair puisi “Begitu
Engkau Bersujud”?
b. Bagaimanakah kognisi sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau
Bersujud”?
c. Bagaimanakah konteks sosial yang ada dalam puisi “Begitu Engkau
Bersujud”?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui konstruksi wacana yang disajikan oleh Emha Ainun
Nadjib.
2. Untuk mengetahui kognisi sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud.
3. Untuk mengetahui konteks sosial dari puisi Begitu Engkau Bersujud.
Sedangkan hasil penelitian pada intinya diharapkan dapat memberi manfaat
antara lain:
8
1. Memberikan wacana pemikiran bagi dunia pendidikan, khususnya
pendidikan Islam bahwa media pembelajaran pun dapat berupa karya sastra,
termasuk karya sastra puisi.
2. Membantu pembaca karya sastra, dalam menemukan dan mengapresiasi
keindahan dari kumpulan puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun
Nadjib.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode penelitian
Dalam penelitian ini bukan hanya ingin mengetahui bagaimana isi teks,
tapi juga bagaimana pesan tersebut disampaikan. Maka penelitian ini lebih pada
pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang di alami oleh subyek penelitian misalnya: prilaku,
motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistic dan dengan cara deskriptif
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.11
Dean J. Champion dalam bukunya mengatakan bahwa penelitian kualitatif
adalah penelitian yang berfungsi untuk mendata atau mengelompokan sederet
unsur yang terlihat sebagai pembentuk suatu bidang persoalan yang ada.12
Dengan mengunakan analisis wacana yang merupakan salah satu alternatif
lain akibat keterbatasan pada analisis isi. Jika analisis isi konvensional pada
umumnya hanya dapat digunakan untuk membedah isi teks komunikasi yang
bersifat nyata, sedangkan analisis wacana lebih memfokuskan pada pesan-pesan
yang tersembunyi didalam setiap teks. Yang menjadi titik perhatian bukan
11
Meleong, Lexi J, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 6. 12
Dean J Champion, Metode dan Masalah Penelitian, (Bandung: Refika Aditama, 1998), hal.
6.
9
hanya pada pesan tetapi juga pada makna yang terkandung didalamnya.13
Jika
analisis isi hanya dapat mempertimbangkan isi semata. Namun, tidak dapat
menyelidiki bagaimana seseorang menyampaikannya. Dalam konteks ini, yang
penting bukan hanya yang diucapkan atau dianggap penting oleh komunikator,
melainkan bagaimana cara komunikator mengungkapkannya.14
Analisis wacana secara teoritis memiliki prinsip yang hampir sama
dengan beberapa pendekatan metodologis, seperti analisis struktural. Dapat
dilihat dari beberapa ciri analisis struktural yang ada kesamaan tujuan dengan
analisis wacana.15
Dasar analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis
wacana merupakan bagian dari metode interpretatif yang mengendalikan
interpretasi dan penafsiran peneliti. Oleh karena itu, dalam proses kerjanya,
analisis wacana tidak memerlukan lembar koding yang mengambil beberapa
item atau turunan dari konsep tertentu.16
Metode penelitian analisis wacana yang akan dipakai dalam penelitian ini
adalah model teun A van Dijk. Sebenarnya ada beberapa model analisis wacana
yang diperkenalkan oleh para ahli, seperti model Theo van Leeuwen yang
mengemukakan bahwa teori wacana bertujuan untuk mendeteksi dan meneliti
bagaimana suatu kelompok atau seseorang dianalisa posisinya dalam suatu
wacana. Misalnya kelompok tani, buruh, nelayan, dan wanita. Sering kali
mereka dideskripsikan secara buruk, tidak berpendidikan, liar, mengganggu
ketentaraman dan kenyamanan, serta bertindak anarkis.
13
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing
Cemerlang), 2001, h. 20-21 14
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), h. 151-152 15
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis
ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 151-153 16
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 70
10
Dan juga Sara Mils yang lebih memusatkan perhatiannya pada wacana
tentang perempuan. Bagaimana perempuan ditampilkan dalam teks, dalam
novel, gambar, foto ataupun berita. Tetapi pada penelitian ini lebih memilih
model Teun A van Dijk karena model van Dijk paling banyak dipakai. Model
ini mengolaborasi elemen-elemen wacana sehingga dapat diaplikasikan secara
praktis. Modelnya kerap disebut sebagai kognisi sosial. istilah ini sebenarnya
diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk
menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks. Menurutnya, penelitian atas
wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis teks semata, karena teks
hanya hasil dari suatu praktek produksi yang harus diamati. Ia melihat suatu
wacana terdiri dari berbagai struktur atau tingkatan, yang masing-masing bagian
saling mendukung. Van Dijk membaginya dalam tiga tingkatan, yakni:
Pertama struktur makro merupakan gambaran umum dari suatu teks, atau
biasa disebut gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini
disebut dengan tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.
Kedua superstruktur yaitu alur dari bagian-bagian dalam teks disusun dan
diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti.
Ketiga struktur mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks
yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu
teks. Yaitu makna yang muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar
proposisi yang membangun makna tertentu dalam suatu bangunan teks.
2. Sumber dan Jenis Data
Sumber data adalah subyek darimana data bisa diperoleh. Ada dua macam
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
11
a. Sumber Data Primer
Data primer adalah data yang menjadi rujukan pokok dalam menyusun
skripsi. Data yang termasuk dalam kategori primer dalam ini adalah kumpulan
puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh dari peneliti dari subyek penelitian. Data ini diperoleh dari
dokumen-dokumen atau laporan yang telah tersedia.
3. Metode Pengumpulan Data
a. Teknik pengumpulan data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu
sebagai berikut:
1) Observasi / Pengamatan
Sebagai metode ilmiah, observasi adalah salah satu cara penelitian untuk
memperoleh data dalam bentuk pengamatan dan pencatatan dengan
sistematis sebuah permasalahan yang akan diselidiki.17
Metode ini digunakan untuk mengamati isi makna pesan yang terdapat
di dalam syair puisi Emha Ainun Nadjib, kemudian dilakukan pengamatan
dengan sistematis fenomena yang terdapat dalam teks tersebut sebagai objek
penelitian yaitu syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” pada buku kumpulan
puisi karya Emha Ainun Najib.
2) Interview (wawancara)
Wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi
dengan cara langsung bertatap muka dengan informan agar mendapat data
17
Sutrisno, Metodologi Researche, (Yogyakarta: Andi Offset 1989), h. 192
12
yang lengkap dan mendalam. Pada wawancara ini, pewawancara relatif tidak
mempunyai tugas menuntut waktu dan tenaga agar informan bersedia
memberikan jawaban-jawaban yang lengkap, mendalam, bila perlu tidak ada
yang disembunyikan. Wawancara seperti ini berlangsung secara informal,
seperti orang sedang mengobrol, tidak dibatasi adanya perbandingan antara
pewawancara dengan informan. 18
Pada penelitian ini, penulis akan melakukan wawancara dengan Cak
nun, nama yang kita ketahui sebagai panggilan dari Emha Ainun Najib
tentang syair puisi begitu engkau bersujud dalam kumpulan puisi.
3) Dokumentasi
Yaitu pemberian bukti-bukti dan keterangan-keterangan (seperti
kutipan-kutipan) transkrip, sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini adalah dokumen tertulis, metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data yang ada hubungannya dengan permasalahan.
b. Teknik pengolahan data
Dasar dari analisis wacana adalah interpretasi, karena analisis wacana
merupakan bagian dari metode interpretative yang mengandalkan interpretasi
dan penafsiran peneliti.
Dalam tahap ini penulis akan memperlihatkan data-data yang terdapat
dalam data utama yaitu puisi Begitu Engkau Bersujud, kemudian akan
ditafsirkan peneliti dengan disesuaikan pada kerangka dalam analisis wacana.
18
Rahmat Kriyanto, M.Si. Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, edisi ke-1, cet ke-3 (Jakarta
Kencana 2008), H 100.
13
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini, peneliti telah
terlebih dahulu melakukan tinjauan pustaka yang ada di perpustakaan utama UIN
Jakarta, ternyata judul ini belum ada yang membahasnya
Namun, ada beberapa skripsi yang masih berkaitan dengan judul tersebut, di
antaranya:
1. Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Group
Band Efek Rumah Kaca” karya Fahmi Mubarok (10805100007) mahasiswa
Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN) pada penelitian ini lebih fokus
terhadap sebuah album.
2. Analisis Wacana Terhadap Album Musik Anti Korupsi Group Band Slank”
karya Erdi Yulian (207051000225) Universitas Islam Negeri Jakarta (UIN)
penelitian ini juga lebih di fokuskan ke album dari sebuah band.
3. Analisi wacana berbakti kepada Ibu dalam lagu keramat karya roma irama”
karya Sutrisno Sugiono (109051000171) Universitas Islam Negeri Jakarta
(UIN) penelitian ini lebih di arahkan kepada lirik sebuah lagu.
4. Analisis unsur intrinsik dalam kumpulan puisi tirani dan benteng karya Tauik
Ismail”. Karya Syaiul Anwar (809018300082) Universitas Islam Negeri
Jakarta (UIN) penelitian ini meneliti sekumpulan puisi.
14
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran secara menyeluruh dari sisi skripsi ini yang akan
memudahkan bagi pembaca untuk memahami, penulis memberikan sistematika
beserta penjelasan secara garis besarnya bahasan dalam skripsi ini terdiri dari lima
bab yang mempunyai kaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang meliputi beberapa sub bab yang menguraikan
tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan skripsi, metode
penelitian skripsi yang meliputi jenis penelitian, metode pengumpulan data, metode
analisis data dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Merupakan landasan teori dari syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun
Najib dan dakwah islamiyah, berisikan tentang syair puisi sebagai media dakah
mencakup pengertian dakwah dan puisi secara garis besar.
Bab III Gambaran Umum
Berisikan profil pengarang puisi Emha Ainun Najib dan gambaran umum dari
kumpulan puisi tersebut.
Bab IV Temuan Hasil Penelitian
Merupakan hasil analisis puisi begitu engkau bersujud.
Bab V Penutup
Berisikan kesimpulan dan saran-saran yang membangun demi perkembangan dakwah
islam.
15
BAB II
KERANGKA TEORITIS
A. Analisis Wacana
1. Pengertian Analisis Wacana
Analisis wacana adalah suatu metode kajian terhadap teks, memiliki fungsi
untuk mengetahui struktur pesan dalam komunikasi suatu teks. Analisis wacana
menekankan pada, bagaimana pentingnya ideologi berita merupakan bagian paket
dari metode yang digunakan untuk memproses berita “ how the ideological
significance of news is part of parcel of the methods used to process news”.1
Analisis wacana menitik-beratkan pada penggambaran teks dan konteks
secara bersama-sama dalam suatu proses kognisi dalam komunikasi. Sebuah
produksi tulisan yang digunakan dalam sajak syair puisi ketika engkau bersujud,
sarat akan makna yang tidak hanya terdapat dalam serangkaian struktur kalimat.
Akan tetapi terdapat di seluruh badan teks. Serangkaian makna ini yang menjadi
tujuan analisis wacana, karena makna yang terdapat dalam suatu teks tidak
menutup kemungkinan menyimpan makna tersembunyi yang kerap menimbulkan
bias. Dalam makna tersembunyi inilah kemungkinan pergulatan idiologi.
Eryanto, mengungkapkan bahwa teks sendiri adalah sebuah praktek idiologi
atau paling tidak cerminan dari idiologi tertentu.2 Teks tidak akan terlepas dari
suatu idiologi-idiologi tertentu.
1 Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h.
48 2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Yogyakarta. PT: Lkis Printing
Cemerlang, 2001) , hal. 6.
16
2. Macam-macam analisis
a. Analisis Isi Pesan (content analisis)
Analisis isi pesan adalah suatu tahap dari pemrosesan informasi yang
menyangkut isi-isi komunikasi yang di transformasikan melalui aplikasi yang
sistematik dan objektif menurut ketentuan katagoris kedalam data yang dapat
diinterpretasi dan di bandingkan.3
Teknik ini merupakan strategi verifikasi kulitatif, teknik analisis data ini
dianggap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Artinya teknik ini
adalah yang paling abstrak untuk analisis data-data kualitatif. Secara teknik,
analisis isi mencakup upaya-upaya, klasifikasi lambang-lambang yang dipakai
dalam komunikasi, menggunakan kriteria dalam klasifikasi, dan menggunakan
teknik analisis tertentu dalam membuat produksi. Analisis ini sering digunakan
dalam analisis-analisis verifikasi.
Cara kerja atau logika analisis ini sesungguhnya sama dengan kebayakan
analisis data kualitatif. Peneliti memulai analisis dengan menggunakan lambang-
lambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu
serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula.
b. Analisis Domain
Digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara umum
atau ditingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek penelitian tersebut.
Analisis domain ini amat tekenal sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian
yang bertujuan eksplorasi. Maksudnya adalah analisis hasil penelitian ini hanya
ditargetkan untuk memperoleh gambaran sutuhnya dari objek yang diteliti tanpa
3 Andi Bulaeng. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta:Andi,
Yogyakarta), 2004 h. 64
17
harus diperinci secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek
penelitian tersebut.4
Dalam hubungan bagaimana peneliti menggunakan teknik analisis domain,
ada enam langkah yang saling berhubungan, antara lain:
1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar informasi atau fakta
yang tersedia dalam catatan harian peneliti dilapangan.
2. Menyiapkan kerja analisis domain.
3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian peneliti
dilapangan.
4. Mencari konsep-konsep induk dan katagori-katagori simbolis dari
domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola hubungan semantik.
5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-masing
domain.
6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang ada.5
jadi pada intinya, analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk
memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti, tanpa harus
diperincikan secara detail unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian
tersebut. Misalnya seorang peneliti menganalisa lembaga sosial sosial, maka
domain atau kategori simbolik dari lembaga sosial antara lain: keluarga,
perguruan tinggi, rumah sakit. Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya
domain, maka disarankan menggunakan hubungan semantik (semantik
relationship) yang bersifat unversal dalam analisis domain.
4 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan Kuantitatif.
(Surabaya: AUP), 2001, h. 293. 5 Sanipah Faisal, Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990, h. 97
18
c. Analisis Taksonomik
Secara keseluruhan, teknik taksonomik menggunakan “pendekatan non
kontras antara elemen”. Teknik ini terfokus pada domain-domain tertentu,
kemudian memilih domain tersebut menjadi sub-sub domain serta bagian-bagian
yang lebih khusus dan terperinci yang pada umumnya merupakan rumpun yang
memiliki kesamaan.6
Hal yang perlu dikethui pula bahwa banyak sedikit pecahan-pecahan
domain menjadi sub domain dan seterusnya, tergantung pada kompleksnya
domain itu sendiri atau tergantung pada peneliti mengembangkan kompleksitas
domain tertentu.
d. Analisis Komponensial
Analisis ini berbeda dengan analisis taksonomi yang menggunakan
“pendekatan non kontras antara elemen”. Analisis komponensial adalah teknik
yang cukup menarik dan mudah dilakukan karena menggunakan pendekatan
“kontras antar elemen”.
Analisis komponenensial digunakan dalam analisis kualitatif untuk
menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu
sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara
lebih terperinci.7
Teknik analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan kerja
dengan teknik analisis taksonomik, hal yang membedakan kedua teknik analisis
ini hanyalah pada pendekatan yang dipakai oleh masing-masing teknik analisis.
6Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis
kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 90 7Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis
kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 95
19
e. Analisis Koperatif Konstan
Analisis ini adalah analisis yang paling ekstrim menetapkan strategi analisis
deskriptif. Dikatakan ekstrim karena teknik ini betul-betul menerapkan logika
induktif dalam analisisnya, hal tersebut jarang kita jumpai dalam penelitian-
penelitian sosial. esensinya bahwa analisis komperatif adalah teknik yang
digunakan untuk membandingkan kejadian-kejadian yang terjadi disaat peneliti
menganalisa kejadian tersebut dan dilakukakan secara terus menerus sepanjang
penelitian itu dilakukan.8
3. Wacana Menurut Teun A. Van Dijk
Model van Dijk paling banyak dijadikan sebagai perangkat analisis terhadap
wacana. Model wacana ini disebut juga model kognisis sosisal karena banyak
terpengaruh oleh ilmu psikologi sosial. Teun A. van Dijk menganalisis wacana
melalui struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Dalam hal ini van Dijk
mengembangkan analisis wacana tidak hanya pada ranah teks,9 tetapi juga pada
tingkat kognisi sossial dan konteks sosial. secara singkat van Dijk membagi
struktur kedalam tiga tingkatan yaitu:
a. Struktur marko. Merupakan makna global atau umum dari suatu teks yang
dapat diamati, dipahami dengan melihat tipe dari suatu teks. Tema wacana
bukan hanya isi tetapi juga kondisi tertentu dari suatu peristiwa.
b. Superstruktur . adalah kerangka suatu teks. Bagaimana sstruktur elemen
wacana itu disusun dalam teks secara utuh
c. Struktur mikro. Makna wacana dapat diamati dengan menganalisis kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat prafase yang dipakai.
8Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif Pemahaman filosofis dan Metodologis
kea rah penguasaan Model aplikasi, 2003 h. 100-101 9Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 221
20
Idiologi kemudian yang akan mementukan suatu wacana. Karena
idiologilah yang menentukan mengapa sebuah wacana diproduksi. Penilaian
pembacapun akan lahir setelah mengetahui apa idiologi, setelah idiologi dapat
dibaca, maka akan diketahui untuk apa suatu wacana dibangun atau diproduksi.10
4. Kerangka Analisis Wacana Model Teun A. van Dijk
Model analisis wacana van Dijk seringkali disebut dengan “kognisi sosial”
karena analisis ini diadopsi dengan pendekatan lapangan psikologi sosial.
terutama untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya teks, sebagaimana
dikutip dalam bukunya Eriyanto, penelitian atas wacana tidak didasarkan hanya
pada teks semata, karena teks hanyalah hasil dari praktik produksi yang juga
harus diamati dan harus dilihat juga bagai mana teks itu diproduksi, sehingga kita
memperoleh pengetahuan kenapa teks semacam itu terbentuk,11
berikut ini adalah
penjabaran dari kerangka analisis wacana van Dijk:
a. Teks
Teun A. van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung, van Dijk membagi kedalam tiga
tingkatan;
Pertama, struktur mikro. Ini merupakan makna global/umum dari suatu teks
yang dapat diamati dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam
suatu berita (tulisan). Kedua, superstruktur. Ini merupakan struktur wacana yang
berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana bagian-bagian teks tersusun
ke dalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro. Ini adalah makna wacana
yang dapat diamati dari bagian kecil dari suatu teks yakni kita, kalimat, proposisi,
anak kalimat, paraphrase dan gambar.
10
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 13 11
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 221
21
Tabel 2.1
Struktur teks Teun A. van Dijk
Struktur makro
Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topic
atau tema yang diangkat oleh suatu teks
Superstruktur
Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi,
penutup, dan kesimpulan
Struktur mikro
Makna lokal suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata,
kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks
Menurut van Dijk, semua elemen merupakan satu kesatuan yang saling
berhubungan satu sama lain. Makna global suatu teks didukung oleh kerangka
teks dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Untuk elemen
wacana yang dikemukakan Van Dijk dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2.2
Struktur wacana Teun A van Dijk
Struktur Wacana Hal yang diamati Elemen
Struktur makro TEMATIK
(Apa yang dikatakan?)
Topik
Superstruktur SKEMATIK
(Bagaimana pendapat
disusun dan dirangkai?)
Skema
Struktur Mikro SEMANTIK
(Makna yang ingin
ditekankan dalam teks?)
Latar, Detil,
Maksud,
peranggapan
Struktur Mikro SINTEKSIS
(Bagaimana pendapat
disampaikan?)
Bentuk
kalimat,
kohrensi,
kata ganti
Struktur Mikro STALASTIK
(Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks
berita/buku?
Leksikon
Struktur Mikro RETORIS
(Bagaimana dan dengen
cara apa penekanan
dilakukan?)
Grafis,
Metafora,
Ekspresi
22
1. Struktur Makro
a) Tematik
Teun A. van Dijk mendefinisikan topik sebagai struktur makro dari suatu
wacana, topik memainkan peranan penting sebagai informasi sebuah wacana, dan
dapat mengetahui masalah atau tindakan yang diambil komunikator dalam
mengatasi suatu masalah, keputusan, atau pendapat dapat diamati pada struktur
makro dari suatu wacana.12
Gagasan utama dari van Dijk, wacana pada umumnya dibentuk dalam tata
aturan umum dan teks tidak hanya mencerminkan suatu pandangan tertentu, tetapi
merupakan suatu pandangan umum yang koheren. Jadi van Dijk memandang
suatu masalah didasari oleh mental atau pikiran tertentu, mental dan kognisi
tulisan tersebutlah yang akan dimunculkan kedalam sebuah tulisan dan kita
namakan sebuah topik.
b) Suprastruktur
Jika topik dapat menunujukan makna umum dari suatu wacana, maka
struktur skematis atau superstruktur menggambarkan bentuk umum dari suatu
teks. Skematik merupakan strategi dari komunikator untuk mendukung makna
umum dengan memberikan sejumlah alasan pendukung.13
Dalam hal ini,
peletakan informasi disesuaikan dengan otoritas penulis.
Dalam suprastruktur, hal yang perlu diamati adalah skematik, karena setiap
wacana memiliki alur atau jalan cerita yang sistematis, sebuah tulisan ilmiah
harus teratur dan mempunyai kaidah-kaidah tertentu biasanya dimulai dari
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 75 13
Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, 2006, h. 76
23
abstrak, latarbelakang masalah, tujuan, hipotesis, isi dan yang terakhir adalah
kesimpulan.
Menurut van Dijk suprastruktur merupakan suatu kesatuan yang
mendukung gagasan utama dalam berita, meskipun suprastruktur tidak ditemukan
secara utuh didalam sebuah tulisan, namun dalam hal ini membantu penulis untuk
memberikan pemaknaan peristiwa apa yang harus di tonjolkan dan apa yang harus
ditutup-tutupi.14
Selanjutnya van Dijk menganggap bahwa skematik adalah strategi
wartawan (penulis) untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan
dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan tertentu. Skematik memberikan
tekanan mana yang didahulukan dan mana yang bisa dijadikan sebagai strategi
untuk menyembunyikan informasi penting.
2. Struktur Mikro
Semantik merupakan studi tentang makna yang dimiliki objek bagi orang
yang berfikir dan menanggapi, dan bukan pencarian definisi kata yang intrinsik
dan universal, seperti studi linguistik konvensional, makna kata dihubungkan
dengan arti yang terdapat dalam kamus. Semantik dalam skema van Dijk
dikategorikan makna lokal, yakni makna yang muncul dari hubungan antar
kalimat, hubungan antar proposisis yang membangun makna dalam suatu
bangunan teks. Tetapi semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang
penting dalam struktur wacana, lebih dari itu menggiring kearah sisi tertentu dari
suatu peristiwa.
14
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h. 227
24
b. Kognisi Sosial
Model analisis wacana van Dijk tidak hanya dibatasi pada penelitian teks
semata, tetapi juga pada tingkat kognisis sosial pengarang, yaitu kesadaran mental
seorang pengarang dalam memahami sesuatu masalah dan menuangkannya ke
dalam suatu teks.
Dalam hal ini, bagaimana suatu teks diproduksi dan bagaimana cara penulis
memandang suatu reliatas sosial, sehingga dituangkan ke dalam sebuah tulisan
tertentu. Dimensi kognisi sosial memiliki hubungan erat dengan proses
pembuatan teks, di mana peristiwa atau informasi yang hendak ditonjolkan,
ditutup-tutupi, waktu, kejadian dan lokasi, keadaan yang relevan atau perangkat
tindakan yang dibentuk dalam struktur teks.
Banyak proses dan strategi yang terjadi seperti seleksi, reproduksi,
penyimpulan, dan transformasi. Di sini keputusan dan strategi tersebut menurut
van Dijk terjadi dan berlangsung dalam mental dan kognisi sosial seseorang.15
c. Konteks Sosial
Dimensi konteks sosial melihat bagaimana suatu teks dihubungkan lebih
jauh dengan struktur sosial yang berkembang dalam suatu masyarakat atas suatu
wacana, dalam artian melihat bagaimana wacana yang berkembang dalam
masyarakat, proses produksi dan reproduksi seseorang atau peristiwa yang
digambarkan. Dalam kerangka van Dijk, penelitian mengenai bagaimana wacana
diproduksi dalam masyarakat sangat diperlukan, karena dapat dijadikan acuan
dalam mengkaji teks yang dihubungkan lebih jauh dengan struktur sosial dan
pengetahuan yang berkembang atas suatu peristiwa.
15
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, 2001, h 262
25
B. Syair
Syair adalah salah satu jenis puisi lama, syair berasal dari Persia (sekarang Iran)
dan telah dibawa masuk ke Nusantara bersama-sama dengan kedatangan Islam, kata
syair berasal dari bahasa Arab syu‟ur yang berarti perasaan, kata syu‟ur berkembang
menjadi kata syi‟ru yang berarti puisi dalam pengertian umum.16
Syair dalam
kesusastraan Melayu merujuk pada pengertian puisi secara umum. Akan tetapi, dalam
perkembangannya syair tersebut mengalami perubahan dan modifikasi sehingga
menjadi khas Melayu, tidak lagi mengacu pada tradisi sastra syair di negeri Arab.
Penyair yang berperan besar dalam membentuk syair khas Melayu adalah Hamzah
Fansuri dengan karyanya antara lain:
1. Syair Perahu
2. Syair Burung Pingai
3. Syair Dagang
4. Syair Sidang Fakir
Adapun jenis-jenis syair sebagai berikut:
1. Syair Panji
Syair panji menceritakan tentang keadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-
orang yang berada atau berasal dari dalam istana. Contoh Syair panji adalah Syair Ken
Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang
dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
16
http://nawwafcom./2013/05/pengertian-syair-dan-jenis-jenis-syair.html di akses pada
tanggal 16 April 2015.
26
2. Syair Romantis
Syair romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara,
hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh Syair romantik yakni Syair Bidasari yang
menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa
lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya. Pertemuan
pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
3. Syair Kiasan
Syair kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buahbuahan. Percintaan
tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh Syair
kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang
gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan "seperti pungguk
merindukan bulan".
4. Syair Sejarah
Syair sejarah adalah Syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar Syair
sejarah berisi tentang peperangan. Contoh Syair sejarah adalah Syair Perang Mengkasar
(dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar
dengan Belanda.
5. Syair Agama
Syair agama merupakan Syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a)
Syair sufi, (b) Syair tentang ajaran Islam, (c) Syair riwayat cerita nabi, dan (d) Syair
nasihat.
27
C. Puisi
1. Pengertian Puisi
Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra yang memiliki pernyataan
sastra yang paling dalam. Kata-kata yang dimunculkan mengandung pengertian
yang mendalam dan penuh simbol-simbol. Membaca puisi merupakan sebuah
kenikmatan seni sastra karena pembaca dibawa serta ke dalam pernyataan-
pernyataan yang dicurahkan seorang penyair melalui baris-baris puisinya. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa puisi adalah ragam sastra yang
bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.17
Keterbatasan puisi tersebut berdasarkan keterikatan atas (1) Banyak baris
dalam tiap bait, (2) Banyak kata dalam tiap baris, (3)Banyak suku kata dalam tiap
baris, (4) Rima, dan (5) Irama.18
Apabila dilihat dari pengertian di atas, maka pengertian tersebut sudah tidak
cocok lagi dengan wujud puisi zaman sekarang. Keterikatan puisi sudah tidak
tervisualisasikan pada bentuk puisi-puisi modern pada saat ini.
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani "poeima"
membuat atau " pembuatan”, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.
Puisi diartikan "membuat" dan "pembuatan", karena lewat puisi pada dasarnya
seseorang telah menciptakan sesuatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan
atau gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.19
Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Shelley yang mengatakan
bahwa puisi merupakan rekaman detik-detik yang paling indah dalam hidup.
Misalkan saja peristiwa-peristiwa yang sangat mengesankan dan menimbulkan
17
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya), 1984 h. 74 18
Abdul Razak Zaidan, Kamus Istilah Sastra, (Jakarta : Balai Pustaka, 2004), h. 26 & 36 19
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press),
1987, h. 13
28
keharuan yang kuat, seperti kebahagiaan, kegembiraan yang memuncak,
percintaan, bahkan kesedihan karena kematian orang yang sangat dicintai.20
Menurut sejarahnya poeisis, yaitu penciptaan puisi dan seni (tetapi perhatikan
bahwa kata poeisis secara etimologi tidak lain artinya daripada hanya
“pembuatan” saja, tidak khas untuk seni) dapat pula diberikan sebagai
perwujudan gagasan manusia selaku pencipta, yang berkembang secara
berangsur-angsur. Baik dalam dunia klasik dengan karya seni sebagai bentuk
tekhnik yang tertinggi, tetapi masih dalam rangka peneladanan alam.21
Sebagai sebuah genre, puisi berbeda dari novel, drama atau cerita pendek.
Perbedaannya terletak pada kepadatan komposisi dengan konvensi yang ketat,
sehingga puisi tidak memberi ruang gerak yang longgar pada penyair dalam
berkreasi secara bebas. Wajar kalau puisi dikatakan sebagai the most condensed
and concentrated from of literature yang maksudnya adalah puisi merupakan
bentuk sastra yang paling padat dan terkonsentrasi. Kepadatan komposisi tersebut
ditandai dengan pemakaian sedikit kata, namun mengungkap lebih banyak hal.
Sebab itu, puisi dapat didefinifikan sebagai berikut:
Puisi dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang mengatakan lebih
banyak dan lebih intensif daripada apa yang dikatakan oleh bahasa harian.
Definisi di atas menyatakan secara implisit bahwa puisi sebagai bentuk
sastra menggunakan bahasa sebagai media pengungkapnya. Hanya saja bahasa
puisi memiliki ciri tersendiri yakni kemampuannya mengungkap lebih intensif
dan lebih banyak ketimbang kemampuan yang dimiliki oleh bahasa biasa yang
cenderung bersifat informatif praktis. Oleh sebab itu, pesan yang disampaikan
bersifat jelas dan tidak mengandung dimensi ambigu.
20
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h.76-77 21
Rachmat Djoko Pradopo, Pengkajian Puisi, h. 10
29
Hari ini Jakarta berawan; harga kebutuhan pokok menjelang puasa naik;
kereta Argo Lawu jurusan Solo-Jakarta anjlok di Cirebon, adalah sederet contoh
bahasa harian.22
Terlepas dari beberapa pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa sifat yang
terpenting dari puisi adalah puitis. Sesuatu disebut puitis bila hal itu
membangkitkan perasaan, menarik perhatian, menimbulkan tanggapan yang jelas.
Secara umum bila hal itu menimbulkan keharuan disebut puitis. Dalam hal
ini puitik bukanlah referensi, acuan di luar ungkapan bahasa itu yang penting,
tetapi kata-kata, pemakaian bahasa itu sendiri yang menjadi pusat perhatian itu
walaupun fungsi-fungsi lain bukan tak ada dalam puisi.23
Kepuitisan itu dapat dicapai dengan bermacam-macam cara, misalnya
dengan bentuk visual, tipografi, susunan bait, dengan bunyi persajakan, asonansi,
aliterasi,24
kiasan bunyi, lambang rasa, dan orkestrasi, dengan pemilihan kata
(diksi), bahasa kiasan, sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa
dan sebagainya.25
Di antara kemungkinan cara yang disediakan oleh sistem bahasa, dalam
bahasa puitik dipilih kemungkinan yang dari segi tertentu menonjolkan
ekuivalensi, ekuivalensi itu dapat terwujud dalam gejala yang sangat
beranekaragam: ekuivalensi bunyi, dalam bentuk rima, aliterasi, asonansi,; tetapi
pula dalam skema mantra seperti dalam kidung dan kakawin, yang mempunyai
kesejajaran, antara larik dengan larik, antara pupuh dengan pupuh dan di dalam
larik ada macam-macam kesejajaran; seluruhnya disebut sistem mantra ini juga
22
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra, 1984 h. 8 23
Aminuddin, Pengantar Sastra dan Budaya, h. 197 24
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Erlangga, 1997), h. 106 25
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 121
30
merupakan sesuatu yang jarang dipahami oleh masyarakat luas.26
Dari beberapa
penjelasan di atas, dapat dikatakan bahwa pemakaian bahasa yang tepat sangat
dibutuhkan dalam puisi, sehingga dapat menggetarkan jiwa, dengan keindahan
bahasa yang ada dalam puisi.
Karena puisi itu ialah keindahan yang terdapat dalam karya seni, keindahan
itu dirasakan sebagai rasa senang, gembira, bahagia, terharu, kagum dan takjub.
Dalam keindahan terkandung kebenaran. Kebenaran di sini ialah kebenaran
tentang arti kehidupan, kebenaran yang belum dispesialisasikan dalam bidang-
bidang ilmu tertentu. Kebenaran dalam puisi irepresentasikan melalui rangkaian
kejadian yang dialami oleh pelaku-pelakunya. Kebenaran yang sekaligus diserap
oleh cipta, rasa dan karsa ini dekat pengertiannya dengan kebijaksanaan, kearifan,
atau kelapangan dada (broad mindedness).27
Puisi dianggap lebih berhasil bila mampu memberikan manfaat dan hiburan.
Bermanfaat dapat diartikan mampu memberikan nilai-nilai yang mengarah pada
tujuan manusia hidup di dunia. Demikian pula dengan penelitian jenis sastra
seperti puisi misalnya, pokoknya diambil dari teori yang dikembangkan dalam
poetika tulisan Aristoteles. Sifat bermanfaat dan nikmat (utile dan dulce) sebagai
tujuan dari fungsi karya sastra, tetap merupakan tolak ukur sastra.28
Nilai-nilai itu
memunculkan hikmah-hikmah yang dalam dari suatu peristiwa maupun kisah-
kisah yang muncul dalam pernyataan-pernyataan puisi. Nilai puisi tersebut juga
mampu memberikan manfaat bagi pembaca dalam rangka membentuk pandangan
hidupnya, karena puisi sangat erat hubungannya dengan falsafah dan agama.29
26
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan
Arnoldus, Cet.II 1974), h. 88 27
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, h. 89 28
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi , h.125 29
Herman J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h. 130
31
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa puisi sebagai salah satu karya seni
memberikan gambaran kepada para pendengar, pembaca dan penikmat akan
maksud dan nilai yang ada pada bait yang diungkapkan oleh penyair.
Lalu dari beberapa definisi mengenai puisi oleh beberapa tokoh dapat
ditarik benang merah bahwa garis-garis besar tentang puisi itu sebenarnya
merupakan unsur-unsur yang berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada,
irama, kesan panca indera, susunan kata, kata kiasan, kepadatan, dan perasaan
yang bercampur-campur yang dituangkan pengarang (penyair) dalam prosesnya.
2. Hakikat Puisi
Struktur fisik puisi adalah medium untuk mengungkapkan makna yang
hendak disampaikan penyair. I.A. Richard menyebut makna atau struktur batin itu
dengan istilah hakikat puisi, ada empat unsur hakikat puisi, yakni: tema (sense),
perasaan penyair (feeling), nada atau sikap penyair terhadap pembaca (tone), dan
amanat (intention). Keempat unsur itu menyatu dalam wujud penyampaian bahasa
penyair.
a. Tema
Merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang di kemukakan
penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam
jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Jika desakan
kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Allah SWT, maka puisinya
bertema ke Allah SWT an.
Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, maka
puisi bertema kemanusiaan. Jika yang kuat adalah dorongan untuk memprotres
ketidakadilan, maka tema puisinya adalah protes atau kritik sosial. Perasaan
cinta atau hati yang kuat juga dapat melahirkan tema cinta, atau tema kedukaan
32
hati karena cinta. Latar pengetahuan mempengaruhi penafsir-penafsir puisi
untuk memberikan tafsiran tema yang sama bagi sebuah puisi, karena tema puisi
bersifat lugas, obyektif, dan khusus. Tema puisi harus dihubungkan dengan
penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Oleh sebab itu
tema bersifat khusus (penyair), tetapi obyektif (bagi semua penafsir), dan lugas
(tidak dibuat-buat).
b. Perasaan (feeling)
Perasaan penyair dalam menciptakan puisi ikut diekspresikan dan ikut
dihayati pembaca. Tema yang sama akan dituturkan perasaan penyair secara
berbeda, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Menghadapi tema
keadilan sosial atau kemanusiaan, penyair banyak menampilkan kehidupan
pengemis atau orang gelandangan.
c. Nada dan Suasana
Nada adalah apabila ada seseorang berbicara, pendengar menagkap apa
yang dibicarakan dan suara bicara kadang-kadang meninggi-merendah
(nadanya), mengeras-melembut (takanannya) atau mempercepat-memperlambat
(temponya).
Selain itu jiga pendengar menangkap bagaimana sikap pembicara terhadap
apa yang dibicarakannya.30
Penyair mempunyai sikap tertentu dalam
menuliskan puisi, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasehati, mengejek,
menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca.
Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi.
Jika nada merupakan sikap penyair kepada pembaca, maka suasana
adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi itu atau akibat psikologis
30
Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991 ) h.
69
33
yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Sikap pencipta yang dapat
ditangkap dari sajak, cerita atau drama disebut nada.31
Jika berbicara tentang sikap penyair, maka berbicara tentang nada, jika
berbicara tentang suasana jiwa pembaca yang timbul setelah membaca puisi,
maka berbicara tentang suasana. Nada dan suasana puisi saling berhubungan
karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya. Nada duka yang
diciptakan penyair dapat menimbulkan suasana iba hati pembaca. Nada kritik
yang diberikan penyair, dapat menimbulkan suasana penuh pemberontakan bagi
pembaca. Nada religius dapat menimbulkan suasana khusyuk.32
d. Amanat (pesan)
Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair dapat ditelaah setelah
memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Tujuan atau amanat merupakan hal
yang mendorong penyair untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat dibalik kata-
kata yang disusun, dan juga berada dibalik tema yang diungkapkan.33
Ahmadun Yosi Herfanda berpendapat bahwa karya sastra yang bagus
memang tidak hanya memancarkan pesona estetik (keindahan) tetapi juga
mampu memberikan pencerahan batin dan intelektual kepada para pembacanya.
Dalam bahasa pers karya sastra mampu membangun semacam opini publik. Jika
bangunan publik itu menguat dan meluas, maka dari situlah proses perubahan
social-budaya dapat digerakkan.34
Berdasarkan tujuan penciptaannya karya sastra dapat dikelompokkan ke
dalam empat orientasi. Pertama, karya sastra sebagai tiruan alam atau
31
Zainuddin Fanani, Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press, 2000) H.
77 32
Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, 1991, h. 69 33
Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press, 1994)
H. 56-60 34
S. Effendi, Bimbingan Apresiasi Puisi, 1974, h. 25
34
penggambaran alam. Kedua, karya sastra sebagai media untuk mencapai tujuan
tertentu pada pembacanya. Ketiga, karya sastra sebagai pancaran perasaan,
pikiran, ataupun pengalaman sastrawannya dan Keempat, karya sastra sebagai
sesuatu yang otonom, mandiri, lepas dari sekelilingnya, pembaca maupun
pengarangnya.
Sebenarnya apapun orientasi penciptaan karya sastra, karena merupakan
suatu sistem tanda yang menyimpan makna, maka ia akan memiliki kemampuan
yang tersembunyi (subversif) untuk mempengaruhi perasaan dan pikiran
pembacanya. Banyak orang misalnya, meyakini bahwa karya-karya besar
seperti Max Havelar (Multatuli), Uncle tom Cabin (Beecher Stower), dan sajak-
sajak Rabindranat Tagore telah menginspirasi perubahan sosial di lingkungan
masyarakat pembacanya masing-masing.
Max havelar menginspirasi gerakan politik etis di Hindia Belanda, sajak-
sajak Tagore mendorong gerakan pembebasan bangsa India dari penjajahan
Inggris, dan Uncle Tom Cabin menginspirasi gerakan anti perbudakan di
Amerika Serikat. Dapat disebut juga sajak-sajak cinta tanah air Mohammad
Yamin dan Ki Hajar Dewantara yang ikut memupuk rasa kebangsaan anak-anak
muda generasi 1920-an dan 1930-an, serta sangatlah mungkin menjadi sumber
inspirasi lahirnya Sumpah pemuda.35
Dari pandangan bahwa sastra sebagai sumber inspirasi untuk perubahan
sosial-budaya, maka dapat dipahami bahwa sastra sebenarnya mempunyai
orientasi pada kebermanfaatan, yaitu sebagai media pencerahan dan
pencerdasan masyarakat.
3. Struktur Puisi
35
Ajip Rosidi, Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: Bina Cipta), 1969, h. 13
35
Struktur karya sastra khususnya puisi mencakup struktur intrinsic dan
struktur ekstrinsik .
a. Struktur Intrinsik
Intrinsik berarti unsur dalam. Dalam karya sastra berarti unsurunsur
yang secara langsung membangun karya sastra itu.36
Hal-hal yang
berhubungan dengan struktur ini seperti alur (plot), latar, pusat pengisahan
dan penokohan, kemudian juga hal-hal yang berhubungan dengan
pengungkapan tema dan amanat.juga termasuk ke dalam hal-hal yang
berhubungan dengan imajinasi dan emosi. Sedangkan unsur intrinsik sebuah
puisi meliputi: diksi, rima, ritme, bait, baris, dan tipografi.
b. Struktur Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah segala faktor luar yang melatarbelakangi
penciptaan karya sastra. Hal tersebut merupakan milik subjektif pengarang
yang bisa berupa kondisi sosial, motivasi, tendensi yang mendorong dan
mempengaruhi kepengarangan seseorang. Faktor-faktor ekstrinsik itu dapat
meliputi: (1) tradisi dan nilai-nilai, (2) struktur kehidupan social, (3)
keyakinan dan pandangan hidup, (4) suasana politik, (5) lingkungan hidup, (6)
agama dan sebagainya
Nyoman Thusthi Eddy menyatakan faktor-faktor ekstrinsik juga
meliputi: (1) sejarah, (2) sosiologi, (3) psikologi, (4) politik, ekonomi, dan
ideology.37
Sejalan dengan dua pendapat di atas Wellek dan Warren menyatakan di
dalam unsur ekstrinsik ini juga terdapat faktor seperti: 1) biografi pengarang,
36
Rachmat Djoko Pradopo, Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), Cet. III, h. 40 37
Nyoman Thusthi Eddy, Kamus Istilah Sastra Indonesia, h. 70
36
2) psikologi (proses kreatif), 3) sosiologis (kemasyarakatan) sosial budaya
masyarakat, dan 4) filosofis (aliran filsafat pengarang).38
Kemudian yang
termasuk ke dalam faktor sosiologis seperti, aspek-aspek profesi/institusi,
problem hubungan sosial, adat-istiadat dan antar hubungan masyarakat. Untuk
faktor hubungan historis, yaitu hubungan sastra dengan faktor sosial, yakni
menganggap sastra sebagai dokumen sosial.
4. Mencari Makna dalam Puisi
Kata-kata, frasa, dan kalimat dalam puisi biasanya mengandung makna
tambahan atau makna konotatif. Bahasa figuratif yang digunakan
menyebabkan makna dalam baris-baris puisi itu tersembunyi dan harus di
tafsirkan. Proses mencari makna dalam puisi merupakan proses pergulatan
penyair dan pendengar terus menerus. Bahasa puisi adalah bahasa figurative
yang bersusun-susun.
Sebuah kata memiliki kemungkinan makna ganda. Kata yang
nampaknya tidak bermakna diberi makna oleh penyair. Makna kata mungkin
diberi makna baru. Nilai rasa diberi nilai rasa baru. tidak semua kata, frasa,
dan kalimat bermakna tambahan. Kalau keadaannya demikian, puisi akan
menjadi sangat gelap. Sebaliknya, puisi tidak mungkin tanpa makna tambahan
(transparan), sehingga kehilangan kodrat bahasa puisi. Kata-kata dalam puisi
tidak tunduk pada aturan logis sebuah kalimat, namun tunduk pada rima larik
puisi. Hal ini disebabkan oleh kesatuan kata-kata itu bukanlah kalimat akan
tetapi larik-larik puisi itu. Kata-kata tidak terikat oleh struktur kalimat dan
lebih terikat pada larik-larik puisi.
Pertalian antara larik dengan larik, atau antar kata dalam sebuah larik,
akan lebih mudah terlihat apabila seseorang memunculkan penanda-penanda
38
Herman J. Waluyo, Pengkajian Cerita Fiksi, 1994, h. 62
37
pertaliannya. Penanda-penanda tersebut bisa berupa tanda kurung ( ) dalam
setiap kata dalam larik dengan memunculkan kata penghubung seperti, adalah,
di, dan, dalam, dan sebagainya. Dari cara di atas tentu akan memudahkan
seseorang dalam memahami pertalian makna dalam sebuah puisi serta
menyimpulkan makna dari puisi tersebut.
5. Macam-Macam Puisi
Ditinjau dari zamannya, puisi di Indonesia dikelompokkan menjadi:
a. Masa kelahiran atau masa penjadian (± 1900 – 1945), yang dapat dibagi
lagi menjadi beberapa periode, yaitu :
1) Periode awal hingga 1933
2) Periode 1933 – 1942
3) Periode 1942 – 1945.
b. Masa perkembangan (1945 hingga sekarang) yang lebih lanjut dapat
pula dibagi menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1) Periode 1945 – 11953
2) Periode 1953 – 1961
3) Periode 1961 – sekarang.
Sedangkan menurut Rahmat Djoko Pradopo, berdasarkan ciri-ciri tiap
periode, pembabakan waktu puisi Indonesia modern dapat disusun sebagai
berikut.
1) Periode Pra-Pujangga Baru : 1920 – 1933 - Periode Pujangga Baru :
1933 – 1942
2) Periode Angkatan 45 : 1942 – 1955
3) Periode 50 – 60an : 1955 – 1970, dan
4) Periode 70 – 80an : 1970 – 1990.
Ditinjau dari bentuk maupun isinya, ragam puisi ada bermacam-macam:
38
1) Puisi epik, yaitu puisi yang di dalamnya mengandung cerita
kepahlawanan, baik kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda,
kepercayaan, maupun sejarah.
2) Puisi naratif, yakni puisi yang di dalamnya mengandung suatu cerita,
dengan pelaku, perwatakan, setting, maupun rangkaian peristiwa tertentu
yang menjalin cerita.
3) Puisi lirik, yakni puisi yang berarti luapan batin individual penyairnya
dengan segala macam endapan pengalaman, sikap maupun suasana batin
yang melingkupinya.
4) Puisi dramatik, yakni salah satu jenis puisi yang secara objektif
menggambarkan perilaku seseorang, baik lewat lakuan, dialog, maupun
monolog, sehingga mengandung suatu gambaran kisah tertentu.
5) Puisi didaktik, yakni puisi yang mengandung nilai-nilai kependidikan
yang umumnya tertampil eksplisit.
6) Puisi satirik, yakni puisi yang mengandung sindiran atau kritik tentang
kepincangan atau ketidakberesan kehidupan suatu kelompok maupun
suatu masyarakat.
7) Romance, yakni puisi yang berisi luapan rasa cinta seseorang terhadap
sang kekasih.
8) Elegi, yakni puisi ratapan yang mengungkapkan rasa pedih seseorang,
9) Ode, yaitu puisi yang berisi pujian terhadap seseorang yang memiliki
jasa atau sikap kepahlawanan.
10) Himne, adalah puisi yang berisi pujian kepada Allah SWT, maupun
ungkapan rasa, cinta terhadap bangsa ataupun tanah air.
39
D. Ajaran-ajaran Islam
1. Pokok-pokok Ajaran Islam
Ajaran Islam terdiri dari 2 (dua) bagian pokok:
a) Akidah
Akidah/iman/faith terdiri dari 6 (enam) rukun iman, akidah Islamiah itu
berdasarkan atas landasan yang kuat (dalil qoth‟i: Quran dan Hadist Mutawatir).
Di luar rukun iman yang enam tersebut, orang Islam tidak wajib mempercayai,
akidah islamiah itu merupakan pokok dasar Islam dan pemersatu seluruh umat
Islam di dunia. Seseorang yang mempunyai kepercayaan yang bertentangan
dengan akidah islamiah yang berupa rukun iman tersebut adalah bukan orang
islam/keluar dari agama Islam.39
Kata “„aqidah” diambil dari kata dasar “al-„aqdu” yaitu ar-rabth (ikatan),
al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam (penguatan), at-tawatstsuq (menjadi kokoh,
kuat), asy-syaddu biquwwah (pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk
(pengokohan) dan al-itsbaatu (penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-
yaqiin (keyakinan) dan al-jazmu (penetapan). “Al-„Aqdu” (ikatan) lawan kata
dari al-hallu (penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: ”
„Aqadahu” “Ya‟qiduhu” (mengikatnya), ” „Aqdan” (ikatan sumpah), bahkan bisa
juga ” „Uqdatun Nikah” (ikatan menikah).
Dengan demikian Aqidah berarti ketetapan yang tidak ada keraguan pada
orang yang mengambil keputusan. Sedangkan pengertian aqidah dalam agama
maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan. Seperti, aqidah
dengan adanya Allah SWT dan diutusnya pada Rasullah SAW, bentuk jamak
39
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993) h. 6.
40
dari aqidah adalah aqa-id. Dan pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak
tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan
apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya;
yang tidak menerima keraguan atau prasangka. Jika hal tersebut tidak sampai
pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah. Dinamakan
aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.
b) Syariah
Syariah, mengatur 2 (dua) aspek kehidupan manusia yang pokok, ialah:
1) Mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT, disebut “Ibadah”.
2) Mengatur human relation dan human activity di dalam masyarakat,
disebut “Muamalah”.
Akidah Islamiah di dalam Quran dirumuskan dengan kata-kata “Iman”.
sedangkan Syariah dirumuskan dengan kata-kata “Amal Saleh”.
Pada dasarnya, pemaknaan kata syarii‟ah harus dikembalikan kepada
waadli‟al-lughah (pembuat bahasa) kata tersebut, yakni orang Arab. Sebab, kata
al-syarii‟ah adalah lafadz bahasa Arab yang digunakan oleh orang Arab untuk
menunjukkan makna tertentu. Pemaknaan atas lafadz tersebut tidak menerima
ijtihad atau istinbath. Namun, cukup merujuk kepada makna yang disasar oleh
orang Arab, sebagaimana kaedah bahasa menyatakan, “La mahalla li „aql” (tidak
ada tempat bagi akal).
41
“Lafadz al-Syarii‟ah bermakna masyra‟at al-maa‟ (maurid al-syaaribah:
sumber air). Kata al-syarii‟ah juga bermakna: agama yang disyariatkan Allah
SWT kepada hamba-hambaNya. Jika dinyatakan Allah SWT telah
mensyariatkan kepada mereka, maksudnya adalah sanna (menetapkan aturan
untuk mereka). Lafadz ini termasuk dalam wazan “qatha‟a”…Kata al-syir‟ah
bisa bermakna al-syarii‟ah. Pengarang Kitab al-„Ain mengatakan:
“al-Syarii‟ah wa al-syir‟ah: perkara agama yang Allah swt telah
menetapkannya, dan memerintahkan untuk selalu berpegang teguh dengannya,
seperti sholat, puasa, haji.40
Dan Allah swt telah mensyariatkan perkara tersebut,
maksudnya adalah Allah swt telah menetapkan perkara tersebut secara syar‟iy
(menurut hukum)”.
2. Hubungan Antara Akidah dan Syariah
Akidah dengan syariah itu tidak dapat dipisahkan (bisa dibedakan tetapi
tidak bisa dipisahkan), akidah sebagai akarnya dan syariah sebagai batang dan
dahan-dahannya, seseorang yang beriman tanpan menjalankan syariah adalah
fasik, sedangkan bersyariah akan tetapi berakidah yang bertentangan dengan
akidah islamiah adalah munafik, dan seseorang yang tidak berakidah dan
bersyariah islamiah adalah kafir.41
Ibadah berasal dari bahasa Arab, dari akar kata “abd” yang artinya
“hamba”, dan ini berarti penyeraahan dan ketaatan seseorang hamba kepada
Tuhannya, ibadah menurut Islam mempunya pengertian yang luas, tidak hanya
terbatas kepada shalat, puasa, akat dan haji saja, tetepi semua kegiatan manusia
40
Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dan-syariah-
dalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB. 41
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, h. 7.
42
yang tidak bertentangan dengan hukum Allah SWT dan dilakukan dengan niat
yang baik (untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT) adalah ibadah.42
Hukum Islam yang mengatur human relation dan human activity di
masyarakat disebut muamalah, konsepsi Islam tentang muamalah cukup
lengakap, sebab di dalam Quran dan Hadis yang merupakan sumber hukum
Islam yang pokok terdapat aturan hukum mengenai keluarga, perdata, pidana,
arisan, pemerintahan sosial, ekonomi, pendidikan, hukum internasional dan
sebagainya.
Al-Quran sudah tentu tidak mengatur segala sesuatu secara mendetail,
sebab al-Quran itu untuk seluruh umat manusia sepanjang masa, sedangkan
masyarakat adalah dinamis. Tetapi di dalam al-Quran terdapat cukup banyak
pentunjuk berupa prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan landasan untuk
mengahalau problema-problema yang mungkin dihadapi oleh umat manusia.
42
Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967), h. 1.
43
BAB III
BIOGRAFI EMHA AINUN NADJIB
A. Latar Belakang Keluarga
Muhammad Ainun Najib nama Muhammad disingkat menjadi M.H, tetapi
pada akhirnya sering disebut Emha.1 Emha adalah anak desa, tepatnya desa santri,
dari desa tersebutlah Emha banyak belajar kesederhanaan, kebersahajaan,
kewajaran dan kearifan hidup. Karena semua itulah Emha mendapatkan pelajaran
bahwa peran sosial bukan sebagai karir, melainkan sebagai kewajiban dan fungsi
sosial yang mampu memberikan contoh kepada masyarakat, karena pelajaran itu
pulalah Emha bertahan untuk tetap berada dalam keadaan sederhana, karena
sesungguhnya Emha mampu untuk menjadi pribadi yang berada di posisi kelas
menengah ke atas. Namun, semua itu tak Emha hiraukan Emha tetap berada pada
kesederhanaan hidup, bahkan setiap hari Emha sering makan di warung di
pinggiran jalan, sampai Emha sakit karena kekurangan gizi.2
Emha juga sangat dikenal dengan nama sapaan Cak Nun, Emha lahir pada
Rabu legi 27 Mei 1953 di Menturo, Sumobito, Jombang, Jawa Timur. Menturo
adalah pusat budaya dan tradisi yang cukup penting bagi penggambaran perjalanan
Emha, baik dari dimensi sosial, intelektual, kultural dan spiritual.3
1 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006), h. 1. 2 http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24Oktober
2014. 3 Emha Ainun Nadjib (Muhammad Ainun Nadjib), Repleksi Sepanjang Jalan, (Yogyakarta :
SIPRESS Januari 1995), cet ke-3 h. 305.
44
Emha adalah anak keempat dari lima belas bersaudara.4 Ayahnya bernama
Muhammad Abdul Latif, seorang kiai terpandang di desa Menturo, Sumobito,
Jombang, Jawa Timur. Sedang ibunya bernama Chalimah.5 Dari karakter kedua
orangtuanya inilah yang mempengaruhi terciptanya pembentukan watak intelektual
maupun perilaku kehidupan kesehariannya, terutama dalam bidang kesantrian
Emha kecil.
Keperibadiaan Emha yang sangat kritis terhadap ketimpangan-ketimpangan
sosial yang terjadi pada masyarakat sekitarnya sudah terlihat sejak Emha masih
anak-anak, Guru SD-nya pun pernah merasakan kekritisan seorang Emha ketika
Emha masih duduk di sekolah SD.
‟‟suatu ketika, Emha terlambat datang kesekolah. Kemudian Emha dihukum
gurunya: berdiri di depan kelas selama pelajaran berlangsung, Emha sangat
konsekuen dan sangat menjunjung tinggi peraturan yang ada, baginya aturan itu
harus dijunjung tinggi oleh siapa pun, maka ketika suatu saat gurunya terlambat
mengajar Emha pun tetap dengan pendiriannya yaitu konsekuen maka Emha
menghukum gurunya, dengan berkeliling lapangan memikul sepedanya, sang
gurupun merasa dilecehkan, sang guru marah dan kesal, pada akhirnya Emha
dikeluarkan dari SD tersebut yang dianggap telah menerapkan aturan yang tidak
adil”.6
Potongan kisah tersebut hanya sebagian kecil dari kritis dan kenakalan sikap
dari Emha yang mendorongnya untuk berlaku selalu adil dimanapun dan kepada
siapapun dan selalu menghindari ketidak adilan, termasuk terhadap ayah dan
4 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1.
5 Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303. 6 Emha Ainun Nadjib, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 303.
45
ibunya. Bisa dikatakan patokan pemahaman tentang Islam yang ada pada diri
Emha itu berasal dari kedua orangtuanya.
Dari kisah tersebut dapat ditelusuri mengenai pembentukan kepribadian
Emha, ketika Emha tumbuh dan berkembang dalam asuhan kasih sayang kedua
orangtuanya, tentang sosok kedua orang tuanya Emha mengungkapkan:
‟‟Ayah saya adalah seorang petani dan kiai yang memiliki sebuah surau,
tetapi Ayah adalah pemimpin masyarakat tempat bertanya dan mengadu para
penduduk desa dalam permasalahan yang mereka alami, begitu pula ibu saya.
Setiap permasalahan yang tidak dapat mereka pecahkan mereka ajukan ke orangtua
saya untuk dipecahkan, bahkan ketika saya masih dalam buaian dan kemudian
menjadi anak kecil, saya seringkali dibawa ibu untuk mengunjungi para tetangga
untuk menanyakan apa yang mereka masak, apakah mereka menyekolahkan anak-
anak mereka untuk bersekolah dan banyak masalah lain. Pengalaman ini
menumbuhkan kesadaran dan sikap sosial saya, dan nilai-nilai keluarga kami
didasarkan agama, karena ajaran Islam merupakan kunci untuk menolong sesama
manusia dari kemiskinan dan membuat mereka berfungsi sebagai manusia
seutuhnya‟‟.7
Berbagai macam peristiwa dan pengalaman yang Emha dapatkan dalam
keluarga ikut memproses sikap sosial Emha. Apalagi jika Emha melihat bagaimana
ibunya berusaha menangani permasalahan yang dialami ibu-ibu lain di desanya,
terutama masalah perekonomian. Melihat pengorbanan ibunya itu Emha
menuliskan:
‟‟ Ibu saya menjual barang-barang seperti TV, mebel, sepeda motor dan lain-
lain secara kredit karena Ibu kasihan kepada mereka. Padahal sebenarnya Ibu juga
7 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 7.
46
dalam keadaan kekurangan, Ibu hanya mempunyai sepasang pakaian, kain batik
dan kerudung. Jangan heran kalau Ibu terbelit hutang, akan tetapi kenaifanya
dalam pengelolaan merupakan suatu yang luhur bagi kami anak-anaknya‟‟.8
Keadilan menjadi titik kunci baginya. Artinya, keadilan menjadi titik pusat
dalam setiap aktualisasi peran sosial Emha. Atas nama keadilan pula, Emha merasa
wajib berperan dalam kehidupan sosial.‟‟ Saya tidak bisa asik sendiri dikamar,
tekun beribadah merayu Allah SWT agar masuk syurga sendirian, sementara
ketidak adilan bagai hujan lebat menikam bumi.9
Kalau mau, sebenarnya Emha mempunyai kemampuan untuk memasuki
wilayah kekuasaan. Tetapi Emha tetap bertahan sebagai orang pinggiran. Emha
tetap bertahan di kemah Jogja yang jauh dari hiruk pikuk perebutan kekuasaan
lokal, nasional maupun global.
Emha Ainun Najib mempunyai istri yang bernama Novia Kolopaking, Novia
Sanganingrum Saptarea Kolopaking, yang dikenal dengan nama Novia Kolopaking
(lahir di Bandung Jawa Barat 9 November 1972; umur 42 tahun) adalah seorang
seniman Indonesia keturunan Sunda-Minang. Novia banyak berkiprah di bidang
sastra, terutama puisi, sebagai pemain drama dan film, serta penyanyi.10
Sejak masih kanak-kanak nama Novia telah dikenal melalui sejumlah
majalah anak-anak dan penampilan di panggung, baik sebagai penyanyi atau
pemain sandiwara. Namun, namanya benar-benar naik ke pentas seni nasional di
saat Novia bermain sebagai "Emak" dalam film serial televisi Keluarga Cemara
dan berperan sebagai "Siti Nurbaya" dalam film televisi Siti Nurbaya. Walaupun
8 Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h.7.
9 Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 304.
10 http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober
2014.
47
banyak yang tidak menyadari, Novia juga pernah mengisi suara tokoh "Dewi
Anjani" dalam sandiwara radio Saur Sepuh.11
Dalam bidang tarik suara ia dikenal melalui sejumlah hit populer seperti
Kembali, Untukmu Segalanya, Dengan Menyebut Nama Allah, serta lagu "daur
ulang" Bunga Mawar.
Setelah vakum bermain sientron selama delapan tahun, ibu tiri vokalis Letto,
Noe ini kembali main sinetron bertemakan religi, Rinduku Cintamu (2008).
Emha Ainun Nadjib menikah dengan Novia pada tanggal 22 Maret 1997 dan
dikaruniai 4 orang anak. Walaupun tidak banyak muncul dalam pentas nasional,
Novia kerap mendampingi perjalanan kelompok Kiai Kanjeng mengunjungi
berbagai tempat di Indonesia dan juga dunia.
Salah satu anak Emha dari istri pertamanya Neneng Suryaningsih yaitu
bernama Sabrang Mowo Damar Panuluh lebih dikenal sebagai Noe (lahir di
Yogyakarta, 10 Juni 1979; umur 35 tahun) adalah vokalis band Letto. Noe
merupakan anak pertama budayawan, Emha Ainun Nadjib dan anak tiri bintang
sinetron dan penyanyi, Novia Kolopaking.
Noe lahir sebagai anak pertama dari budayawan, Emha Ainun Nadjib atau
Cak Nun dari istri pertamanya, Neneng Suryaningsih. Sayangnya saat dirinya
menginjak umur 6 tahun, orangtuanya memutuskan untuk bercerai. Noe
menghabiskan masa SD di SD 1 Yosomulyo, Lampung kemudian melanjutkan ke
SMP Xaverius Metro, Lampung.12
11
http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24 oktober
2014. 12
http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal 25
oktober 2014.
48
Saat Noe masih SMP, Noe mempunyai kumpulan lagu-lagu Queen. Setelah
mendengarkan berulang kali, akhirnya dia mempunyai pikiran bagaimana
membuat musik yang bisa menggerakkan rasa dan menggerakkan perasaan orang
lain. Mulailah Noe bersentuhan dengan keyboard, alat musik yang pertama Noe
sentuh.
Setelah lulus SMP, Noe kembali ke Yogyakarta dan meneruskan sekolah di
SMU 7 Yogyakarta. Noe bergabung dengan ayahnya dan bergaul bersama
komunitas ayahnya.
SMU 7 Yogyakarta-lah yang mempertemukan Noe dengan Ari, Dedy dan
Patub. Pada waktu itu mereka belum membentuk band. Pada tahun 1998 Noe
memutuskan untuk melanjutkan kuliah di University of Alberta, Kanada. Noe
mengambil dua jurusan sekaligus, yaitu matematika dan fisika. Lima tahun
kemudian, Noe pulang ke Yogya dengan membawa gelar Bachelor of Mathematic
dan Bachelor of Physics.
Setelah kembali ke tanah air dan bertemu kembali dengan kawan-kawan
karibnya, Noe sering bermain musik di studio Kiai Kanjeng, grup musik pimpinan
Novi Budianto yang selalu menjadi partner dan sahabat Cak Nun, ayahnya. Dari
studio Kiai Kanjeng, Noe bisa mengerti bagaimana mixing, mastering
memproduksi dan menulis musik. Noe mulai menulis lirik lagu, yang akhirnya
banyak tertuang dalam album perdana Letto, Truth, Cry, and Lie.
Pada tahun 2004, Musica tertarik pada lagu yang ditawarkan Noe dan kawan-
kawannya. Barulah mereka membentuk band yang diberi nama Letto. Pada tahun
2006, Letto mengeluarkan debut album berjudul Truth, Cry, and Lie. Keseriusan
bermusik membuahkan double platinum bagi Letto. Kesuksesan itu memacu Letto
untuk membuat album kedua, "Don't Make Me Sad" (2007).
49
Sejak 10 Juni 2008 mendirikan Production House Pick Lock Productions
bersama Dewi Umaya Rachman. Film perdananya Minggu Pagi di Victoria Park
dirilis 10 Juni 2010. Kini sedang mempersiapkan film keduanya; RAYYA, Cahaya
Di Atas Cahaya yang ditulis oleh bapaknya sendiri Emha Ainun Nadjib dan Viva
Westi.
B. Latar Belakang Pendidikan Emha Ainun Najib
Riwayat pendidikan Emha bisa dikatakan kurang mulus. Sepintas, Emha
menempuh jenjang pendidikan formal akademiknya dengan langkah
sempoyongan, bahkan bisa dikatakan agak kacau. Emha mengeyam pendidikan
SD di Jombang (1965) dan SMP Muhammadiyah di Jogjakarta (1968).13
Sempat masuk pondok modern (p.m) Darussalam Gontor Ponorogo. Jawa
Timur, tapi kemudian dikeluarkan karena melakukan demo atas ketidakadilan
qismul amn pada awal 1968 atau pertengahan tahun ketiga studinya. Tapi Emha
tidak merasa dendam atas kejadian tersebut, Emha bahkan menulis:
“Saya mensyukuri hikmah dari pengadilan subyektif itu, bahkan
penghormatan saya terhadap Gontorpun tidak pernah menurun, sejak itu saya
sangat rakus dengan metode bersikap, sangat keras bahkan kejam terhadap diri
sendiri dan menyeleksi cita-cita menjadi hanya sebiji, bekerja keras sampai titik
akhir hidup saya”.14
Selama di P.M Darussalam Gontor, Emha di didik bagaimana caranya hidup
sederhana. Baju hanya satu, tidak punya kasur apa lagi selimut. Dalam soal
kepemimpinan dan pergaulan, memang sejak di Gontor telah terlihat pada dirinya
13
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-
jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014. 14
Emha (Muhammad) Ainun Nadjib, Melihat Dunia Secangkir The (Ponorogo: Warta
Minguan Darussalam Pos 2002), h. 36.
50
bakat-bakat tersebut. Mas Kardi (salah seorang staf redaksi harian surya yang
menjadi teman dekat sewaktu di P.M Darussalam Gontor, berkomentar: “mas
Emha memang sejak dulu memiliki kepribadian menarik dan ngangenin baik itu di
kamar, di kelas, dan di kelompok olahraga khususnya, sepak bola)15
Drop-out dari pondok pesantren modern Darussalam Gontor Jawa Timur,
Emha melanjutkan studinya di SMA 1 Muhammadiyah Jogjakarta, setelah menjadi
alumni SMA 1 Muhammadiyah tersebut, Emha mencoba menambah ilmu
pengetahuan dan memilih kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada
(UGM) Jogjakarta, tetapi Emha tidak suka berlama-lama di sana.16
Salah satu hal yang menarik disini Emha tumbuh di keluarga Nahdatul
Ulama (NU), akan tetapi Emha selalu saja mengenyam pendidikan di sekolah-
sekolah Muhammadiyah. Dari sini dapat diketahui mengenai pembentukan
pemikiran Emha yang menerima kedua perbedaan tersebut sebagai suatu kekuatan
umat Islam di Indonesia.
Setelah menempuh pendidikan formal, Emha lebih memilih belajar
nonformal di Malioboro, Malioboro adalah jalan induk Jogjakarta yang sekarang
merupakan pusat industri turisme di sana.17
Emha langsung jatuh cinta pada kota
gudeg ini, bahkan Jogja menjadi ibukota hati dan ibukota budayanya yang kedua
sesudah Jombang. Emha pun membiasakan dirinya dalam realitas yang
sesungguhnya di Jogja, Emha pantang menyerah menghadapi kesusahan-
kesusahan hidup yang Emha alami pada periode ini.18
15
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 306. 16
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. 17
Ian Leonard Betts,. Jalan Sunyi Emha, h. 1. 18
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 306-
307.
51
Semua pengalaman itulah yang kemudian membantu memacu Emha untuk
menegakan tekad berguru pada alam: gurunya siapa saja, kampusnya dimana saja,
kurikulum atau mata kuliahnya apa saja, singkatnya, situasi dan kondisi darurat
yang Emha alami dalam kehidupannya telah mengantarkan Emha kedalam
kehidupan seperti sekarang ini.
Selama kurang lebih lima tahun (1970-1975) Emha belajar sastra. Emha
hidup luntang-lantung menggelandang hidup di Malioboro Yogyakarta, semenjak
akhir tahun 60-an Emha bergabung dengan kelompok penulis muda Persada Studi
Klub (PSK), di bawah asuhan guru yang sangat Emha kagumi yaitu Umbu Landu
Paranggi, beliau seorang sufi yang hidupnya sangat misterius yang popular dengan
sebutan Presiden Penyair Malioboro Yogyakarta dan sangat mempengaruhi
perjalanan Emha.19
Emha sendiri memberi gelar gurunya tersebut dengan istilah
Raja Penyair Malioboro, Emha makin menyadari potensi kepenyairan dan
kepenulisannya dari sini pula pengembaraan sosial, intelektual, kultural dan
spiritual Emha berlanjut.
Pada tahun 1970-an Emha, Persada Studi Klub (psk) dan teman-temannya
mengisi kehidupan sastra. Pada awalnya di sekitar lingkungannya sendiri, diskusi
antara sesama penyair, cerpenis, penulis atau wartawan yang hampir setiap minggu
diadakan di kantor surat kabar Pelopor Yogya. Sesekali kegiatan melebar dan
menjelajah kampung dan kampus. Beberapa nama berkibar bersama Emha seperti
Linus, Yuditira Adi Nugraha, Imam Budi Santosa, Suwarno Pragolapati, Bambang
Indra Basuki (alm), Bambang Darto dan Saiff Bakham.20
19
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 1 20
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-
jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
52
Kegelisahan senantiasa menawarkan alternatif nilai, menjadikan Emha
seseorang manusia yang selalu tidak kerasan untuk menetap dalam setiap
kemapanan institusi. Emha singgah dari suatu institusi untuk kemudian
ditinggalkannya. Emha pernah menjadi pengasuh ruang sastra di harian masa kini,
Yogyakarta. Kemudian menjadi wartawan / redaktur di harian masa kini,
Yogyakarta (1973-1976), sebelum menjadi pemimpin theater Dinasti
(Yogyakarta), Emha pernah menjadi sekertaris dewan kesenian Yogyakarta.
Pernah dinobatkan sebagai fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) dan pemimpin grup musik kiai kanjeng hingga saat ini. Penulis puisi dan
kolomnis di beberapa media. 21
Bagai udara, ayah dari vokalis grup band letto (NEO) ini terus beredar.
Singgah diberbagai ruang dan peristiwa, mengikuti berbagai festival dan lokakarya
puisi dan juga teater. Di antaranya mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980),
International Writing Program di Universitas Lowa, Amerika Serikat (1984),
festival penyair internasional (International Poetry Festival) di Rotterdam, Belanda
(1984) dan Festival Horizonte II di Berlin Barat, Jerman.22
Untuk menumbuhkan
potensi rakyat, bersama grup musik kiai kanjeng, Cak Nun rata-rata 10-15 kali
tampil perbulan berkeliling keberbagai wilayah nusantara, dengan acara yang
biasanya dilakukan diluar gedung.23
Bulan Maret 2011, Emha memperoleh Penghargaan Satyalancana
Kebudayaan 2010 dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, penghargaan diberikan berdasarkan
pertimbangan bahwa si penerima memiliki jasa besar di bidang kebudayaan yang
21
Emha Ainun Nadjib, Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan, h. 307. 22
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 9. 23
Ian Leonard Betts, Jalan Sunyi Emha, h. 3.
53
telah mampu melestarikan kebudayaan daerah atau nasional serta hasil karyanya
berguna dan bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Aktivitas dakwah Emha adalah aktifitas bergumulan dengan masyarakat
bawah, melalui forum-forum silaturahmi seperti:
1) Padhang Mbulan
Pengajian Padhang Mbulan (disebut demikian karena dilaksanakan sebulan
sekali setiap bulan purnama) dilaksanakan pertama kali pada tahun 1992 di desa
Menturo, kecamatan Sumobito, kabupaten Jombang.24
Kegiatan umat Muslim ini
pada awalnya diikuti hanya oleh penduduk sekitar desa Menturo. Namun, tiap
tahun jamaah yang hadir kian bertambah banyak. Konon saat ini umat Muslim
yang menghadiri pengajian Padang Mbulan berasal dari seluruh Indonesia.
Mengapa jamaah bertambah banyak? Salah satu alasannya adalah karena
pengajian ini tidak dibuat khusus untuk golongan umat Islam tertentu. Penggagas
kegiatan ini, Emha Ainun Najib, atau yang sering disapa Cak Nun,
mendedikasikan kegiatan pengajian sebagai bentuk kompilasi hati umat Islam dan
penyegar iman tanpa sekat-sekat golongan seperti NU, Muhamadiyah, Wachidiyah
dan lain-lain.
Secara bertahap jamaah bertambah dan para pengisi acara bukan hanya dari
dalam negeri. Sesekali juga mengundang tokoh luar negeri. Kebetulan Cak Nun
beristri Novia Kolopaking yang berasal dari kalangan publik figur sehingga tak
jarang pengajian ini melibatkan sejumlah artis ibukota. Inilah salah satu daya tarik
kegiatan yang dijadikan salah satu ikon kota Jombang ini.
24
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-
jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
54
Kegiatan pengajian Padang Mbulan sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
pengajian pada umumnya, yaitu berisi sholawat, hadrah dan tausiyah dari ulama.
Namun, ada yang istimewa disini yaitu kelompok gamelan Kyai Kanjeng yang
mengiringi musik selama acara berlangsung.25
Sebagai budayawan, sepertinya Cak
Nun tidak sepaham dengan kebanyakan kyai yang kalau ceramah diiringi orkes
santriawan santriwati yang modern dengan petikan gitar, bass, tabuhan drum dan
lain-lain.
Pengajian Padang Mbulan bukan sekedar ajang rekreasi jiwa, tapi juga jadi
sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar. Setiap perhelatan berlangsung, aneka
bentuk cinderamata mata khas Jombang dijual oleh para pengrajin lokal. Mulai
dari hiasan dari kuningan, besi, kayu, hingga aneka wisata kuliner lokal seperti
nasi pecel, nasi lodeh, nasi rawon, nasi soto jombang dan lain-lain.
2) Mocopat syafaat
3) Kenduri cinta
4) Gambang syafaat
C. Karya-karya Emha
Apapun yang pernah Emha capai di massa silam adalah sesuatu yang harus
kita capai di masa yang akan datang, meskipun tentu saja membutuhkan
reformulasi - reformulasi karya - karyanya menggambarkan Indonesia lewat mata
orang jawa timur, adapun karya-karyanya seperti:
1) Buku dan berbagai tulisan
1. 99 untuk Allah SWT
2. Melihat Dunia dari Secangkir Teh
25
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-di-
jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
55
3. Cahaya Maha Cahaya
4. Hikmah puasa, Mudik Dunia Akhirat
5. Kafir Liberal
6. Kiai Kocar-kocir
7. Mati Ketawa Cara Repotnasi, Menyorong Rembulan
8. Sedang Allah SWT pun Cemburu, Refleksi Sepanjang Jalan
9. Kumpulan cerpen BH
2) Album Kaset Maupun VCD/DVD
1. Konser Keduri Cinta vol 1 dan 2
2. Menyorong Rembulan
3. Perahu Nuh
4. Allah Merasa Heran
5. Wirid Padang Bulan
56
BAB IV
HASIL ANALISIS WACANA PADA PUISI BEGITU ENGKAU BERSUJUD
A. Teks Puisi Begitu Engkau Bersujud
Gagasan penting Van Dijk, wacana umumnya dibentuk dalam tata aturan
umum. Teks tidak hanya didefinisikan mencerminkan suatu pandangan tertentu,
tetapi suatu pandangan yang mempunyai makna. Van Dijk menyebut hal ini
sebagai koheren global, yakni bagian-bagian dalam teks kalau diurutkan merujuk
pada suatu titik gagasan umum, dan bagian-bagian itu saling mendukung satu sama
lain untuk menggambarkan topik umum tersebut.
Topik menggambarkan tema dari suatu berita, topik ini akan di dukung oleh
subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum.
Subtopik ini juga di dukung oleh serangkaian fakta yang ditampilkan yang
menunjuk dan menggambarkan subtopik, sehingga dengan subbagian yang saling
mendukung antara satu bagian dengan bagian yang lain, teks secara keseluruhan
membentuk teks yang koheren dan utuh.
Berikut teks puisi Begitu Engkau Bersujud:
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bangun selama hidupmu?
“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
57
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat”
“Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud”
“Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan”
“Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan”
“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”
“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat”
“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci”
“Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatollah”
“Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid”
58
1. Struktur Makro/Tematik
Struktur makro yaitu gambaran umum dari suatu teks, atau biasa disebut
gagasan inti, dan ringkasan yang utama dari suatu teks. Elemen ini disebut dengan
tematik, yaitu tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita.1 Dalam syair
puisi “Begitu Engkau Bersujud”, menggambarkan “sebuah keyakinan terhadap
Allah SWT”. Puisi bukan wadah atau seni yang hanya bisa digunakan atau hanya
bermanfaat untuk menuangkan isi hati saja, tetapi pada saat ini kegunaan puisi
dapat lebih ditingkatkan, terutama seperti sekarang ini yang membutuhkan inovasi.
Saat ini, puisi dapat dijadikan inovasi untuk dapat lebih menarik perhatian
khalayak, terutama dalam bidang dakwah karena belum banyak dakwah yang
dilakukan dengan menggunakan puisi sebagai medianya.
Dalam hal ini tema tersebut diperkuat dengan berbagai teks syair yang
mengarah ke tema tersebut misalkan:
“Begitu Engkau Bersujud”
Dalam hal ini, umat muslim diperintahkan untuk selalu beribadah bersujud
kepada Allah SWT dan menanamkan keyakinan pada diri pribadi, bahwa Allah
SWT selalu ada kapanpun dan dimanapun, bahkan terdapat hadist yang
mengatakan Allah SWT itu lebih dekat dengan diri hambaNya dibanding urat nadi
hambaNya itu sendiri, hal tersebut seharusnya dijadikan sebagai pedoman hidup
agar selalu berada dijalan yang benar. Saat bersujud niscaya Allah SWT berada
dekat pada hambaNya, oleh sebab itu sering-seringlah bersujud, bersembah,
berpasrah diri hanya kepada Allah SWT, dan jangan pernah kau bersujud kepada
selain Allah SWT karena itu akan menyebabkan murkanya Allah SWT, karena
1 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis Printing
Cemerlang), 2001, h. 229
59
Allah SWT sangat membenci hamba-hambaNya yang menyembah selain Allah
SWT.
Begitu bersujud panjatkan doa-doa dan ceritakan semua yang ada hanya
kepada-Nya, maka Allah SWT akan senantiasa memberikan rahmat serta hidayah-
Nya kepada orang-orang yang mau bersujud, berdoa, dan beribadah dengan hati
yang ikhlas. Melalui sebuah puisi, yang berjudul Begitu Engkau Bersujud ciptaan
Emha Ainun Nadjib ini, manusia diajak agar selalu bersujud hanya kepada Allah
SWT dalam menjalankan kehidupan, agar semua yang dilakukan di dunia ini dapat
diridhai oleh Allah SWT, sehingga manusia dapat selalu mengingat Allah SWT
dan selalu berada dijalan yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Dalam puisi ini
Emha pun mengajak masyarakat agar selalu berbuat baik terhadap sesama, yaitu
dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah SWT.
Keyakinan diri bahwa Allah SWT itu ada dan hanya satu dapat di wujudkan
dengan hal-hal seperti: selalu beribadah dengan ikhlas, berpasrah diri, berdoa
setiap waktu kepada-Nya, beramal saleh, bertakwa menjalankan perintah-Nya serta
menjauhi segala larangan-Nya. Semua itu merupakan bukti bahwa seseorang yakin
Allah SWT itu ada.
60
Tabel 4.1
Hal Yang Diamati Temuan Data
Tema atau topik yang
dikedepankan dalam suatu teks pada
syair puisi “Begitu Engkau
Bersujud” karya Emha Ainun
Nadjib.
Tema yang diambil dari judul puisi
tersebut adalah “sebuah keyakinan terhadap
Allah SWT”. Dalam hal ini, sebagai umat
muslim diperintahkan untuk selalu beribadah
bersujud kepada Allah SWT dan menanamkan
keyakinan pada diri, bahwa Allah SWT selalu
ada kapanpun dan dimanapun.
“Katakanlah olehmu (hai Muhammad):
Allah itu Maha Esa. Dialah tempat bergantung
segala makhluk dan tempat memohon segala
hajat. Dialah Allah, yang tiada beranak dan
tidak diperanakkan dan tidak seorang pun atau
sesuatu yang sebanding dengan Dia.” (QS. Al
Ikhlash (112): 1-4)
Inilah pokok pangkal akidah, puncak
dari kepercayaan. Mengakui bahwa yang
dipertuhan itu ALLAH nama-Nya. Dan itu
adalah nama dari Satu saja. Tidak ada Tuhan
selain Dia. Dia Maha Esa, mutlak Esa,
tunggal, tidak bersekutu yang lain dengan Dia.
Pengakuan atas Kesatuan, atau
Keesaan, atau tunggal-Nya Tuhan dan nama-
Nya ialah Allah, kepercayaan itulah yang
dinamai Tauhid. Berarti menyusun fikiran
yang suci murni, tulus ikhlas bahwa tidak
mungkin Tuhan itu lebih dari satu. Sebab
Pusat Kepercayaan di dalam pertimbangan
akal yang sehat dan berfikir teratur hanya
sampai kepada Satu.
Tidak ada yang menyamai-Nya, tidak
ada yang menyerupai-Nya dan tidak pula ada
teman hidup-Nya. Karena mustahillah kalau
Allah lebih dari satu. Karena kalau Allah
berbilang, terbahagilah kekuasaan-Nya.
Kekuasaan yang terbagi, artinya sama-sama
kurang berkuasa.
61
2. Superstruktur/Skematik
Tingkat kedua yaitu superstruktur, alur dari bagian-bagian dalam teks
disusun dan diurutkan sehingga membentuk suatu kesatuan arti.2 Dalam syair puisi
“Begitu Engkau Bersujud”, skema teks dibuat dengan alur cerita kisah yang ada
dalam Islam, dalam puisi ini Emha Ainun Nadjib memberi pelengkap hadist-hadist
dan Al-quran yang ada dalam Islam. Adapun alur dari puisi “Begitu Engkau
Bersujud” yaitu, pertama harus memahami arti syair dari puisi tersebut, kedua
masuk kedalam syair melewati konflik syair puisi, dan ketiga masuk ke penutup
atau resolusi.
Syair-syair yang ada dalam puisi ini ditarik ke jalur pengertian kronologis
dan konsistensi dalam membentuk kesatuan arti syair-syair tersebut dengan
gagasan inti.
Analisis teks dan temuan data dalam tingkat superstruktur dalam syair puisi
“Begitu Engkau Bersujud” sebagai berikut:
a. Awal syair puisi begitu engkau bersujud
Awal syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib,
mempunyai makna yang menarik yaitu Emha Ainun Nadjib menuliskan:
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bangun selama hidupmu?
2 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, h. 232
62
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat”
Dalam hal ini Emha Ainun Nadjib ingin memberitahukan kepada pembaca
ataupun masyarakat, bahwa ketika bersujud ataupun beribadah kepada Allah SWT
selain di masjid, tetap bisa menjadi tempat yang suci. Pada umumnya umat muslim
dianjurkan beribadah di masjid. Namun, agama Islam tidak pernah mempersulit
pemeluknya, karena dimanapun tempatnya tetap dapat beribadah, berdoa dan
bersujud kepada Allah SWT asalkan tempat tersebut bukan tempat yang terdapat
najis. Ketika seseorang dengan ikhlas bersujud dan beribadah kepada Allah SWT,
niscaya Allah SWT akan mempermudah segala urusan-urusannya dan keikhlasan
sesesorang dalam beribadah kepada-Nya sangat diharuskan, sebab jika seseorang
tidak mempunyai rasa ikhlas dalam bersujud dan beribadah, maka Allah SWT pun
enggan menurunkan rahmat dan hidayah-Nya terhadap hamba-Nya. Rasulullah
Shallallahu „Alaihi Wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba
dari rabbnya adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di
dalamnya).” (HR. Muslim).3
Dari hadist tersebut bisa dipahami bahwa sujud merupakan suatu yang
istimewa yang bisa dilakukan demi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Semakin
seseorang perbanyak sujud maka semakin besar pula kemungkinan doa akan di
kabulkan oleh Allah SWT.
b. Konflik/isi syair puisi begitu engkau bersujud
Di bagian kedua terdapat konflik ketika seseorang melakukan hal baik
dimanapun dan kapanpun atas dasar beribadah kepada Allah SWT. Puisi yang
3 https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-paling-
dekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014.
63
berjudul Begitu Engkau Bersujud, seolah-olah Emha menggambarkan bahwa,
ibadah pada dasarnya dapat dilakukan dimanapun asalkan tempat tersebut
terhindar dari najis dan di dalam puisi tersebut menggambarkan bahwa Allah tidak
pernah mempersulit hamba-Nya, jika hamba-Nya mau beribadah dan berusaha.
Dalam bait syair puisi tersebut dikatakan setiap gedung, rumah, bilik atau tanah,
seketika bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud, berikut sepenggal
puisi Begitu Engkau Bersujud yang menjadi konflik dari puisi:
“Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud”
“Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan”
“Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan”
“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”
“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat”
“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci”
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatollah”
64
jadi betapa Maha Besarnya Allah SWT, dengan segala keagungan-Nya
memberikan kemudahan hamba-Nya untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Dalam
Al-Quran surat An-Nahl ayat 49:
yang artinya "Dan kepada Allah sajalah bersujud segala apa yang ada di
langit dan semua makhluk yang melata di bumi dan juga para malaikat, sedang
mereka tidak menyombongkan diri."
Dalam ayat tersebut, jelas bahwa segala apapun yang ada di dunia ini, segala
apapun ciptaan Allah SWT, mereka semua hanya bersujud kepada Allah SWT
bahkan Malaikatpun tunduk patuh dan bersujud hanya kepada Allah.
c. Akhir/Penutup (resolusi)
Emha Ainun Nadjib menulis puisi “Begitu Engkau Bersujud” seakan
menggambarkan keadaan sekitar dan kondisi masyarakat. Emha Ainun Nadjib
bersajak dan berusaha mengingatkan pembacanya, bahwa keyakinan kepada Allah
SWT terutama umat muslim itu hukumnya mutlak. Emha menyuarakan seruan
moral melalui puisi, agar para pembaca terutama kaum muda, bisa menjalankan
syariat agama sesuai dengan peraturan yang sudah ditetapkan Allah SWT.
Emha Ainun Nadjib membantu para da‟i melalui sajak-sajak atau bait-bait
puisi kepada para pencinta sastra, akan tetapi di saat seperti sekarang ini, tidak
hanya pecinta sastra yang sukar akan membaca puisi, masyarakat umum sekarang
65
mulai terbiasa dengan puisi-puisi. Maka dari itu Emha menyelipkan sebuah
dakwah di dalam puisinya, dengan tujuan para pembaca yang terdiri dari berbagai
kalangan tersebut, bisa memahami setidaknya bisa mengetahui hakikat-hakikat
Islam, mana yang baik, mana yang buruk, mana yang musti dilakukan dan mana
yang musti dijauhi, semua itu dilakukannya hanya karena Allah SWT semata,
Emha tidak pernah ingin dirinya dikenal masyarakat luas, tapi Emha ingin dikenal
melalui karya-karyanya yang bisa bermanfaat untuk masyarakat luas.
“Kalau engkau bawa badan mu bersujud, engkaulah masjid.”
Sepenggal syair tersebut membuktikan atau memberitahukan bahwa jika
seseorang melakukan hal baik kepada Allah maka bisa di katakan orang tersebut
telah melakukan ibadah dan itu mendapatkan pahala dari Allah SWT, maka
perbanyaklah kebaikan-kebaikan diri, agar di yaumil-akhir nanti mendapatkan
syafaat dari Allah SWT. Berikut sepenggal akhir syair puisi Begitu Engkau
Bersujud:
“Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid”
66
Tabel 4.2
Hal Yang Diamati Temuan Data
Elemen ini menunjukan
bagaimana bagian-bagian dari
pendahuluan sampai akhir, dalam
teks disusun dan di urutkan
menjadi satu kesatuan arti
Dan apakah mereka tidak
memperhatikan, segala sesuatu yang Telah
diciptakan Allah, yang bayangannya berbolak-
balik ke kanan dan ke kiri dalam keadaan sujud
kepada Allah, sedang mereka berendah diri?
(QS. An-Nahl, 16: 48)
Ayat ini menyamakan bayangan sesuatu
yang jatuh ke tanah dan tertunduk dengan
kondisi sujud. Allah berfirman, tidak hanya
seluruh makhluk-Nya yang bersujud kepada-
Nya, tapi juga bayangan mereka tunduk dan
sujud di hadapan-Nya. Jelas, seluruh ciptaan
Allah mengikuti undang-undang dan aturan
ilahi dan tidak mungkin terjadi kesalahan
padanya. Dengan kata lain, mereka taat mutlak
kepada Sang Pencipta dan tidak mungkin
menyimpang dari jalur yang telah ditetapkan.
Itulah mengapa bayangan segala sesuatu
mengikuti zat aslinya yang mengikuti sunnah
ilahi.
67
3. Struktur Mikro
Struktur yang terakhir dalam kajian teks Teun Van Dijk adalah struktur
mikro. Menurut Van Dijk makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari
pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks.4 Yaitu makna yang
muncul dari hubungan antar kalimat, hubungan antar proposisi yang membangun
makna tertentu dalam suatu bangunan teks. Elemen-elemen dari strukur mikro
adalah semantik, sintaksis, stalitik dan retoris.
a. Semantik, merupakan studi linguistik yang mempelajari makna atau arti
bahasa. Secara singkat adalah studi tentang makna, dalam semantik makna
yang dicari adalah sesuatu yang ditetapkan dalam teks dan terlihat dari
hubungan antar kalimat, presepsi yang membangun makna tertentu dalam
suatu bentuk teks.
Tabel 4.3
Hal Yang Diamati Temuan Data
Semantik makna yang ingin
ditekankan dalam syair puisi
Begitu Engkau Bersujud karya
Emha Ainun Nadjib.
Dalam hal ini syair puisi Begitu Engkau
Berujud menekankan sebuah pola pikir dari
penulis untuk memberikan informasi,
bimbingan, arahan ataupun ajakan kepada
masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada
Allah SWT. Ada beberapa pengulangan kata
bersujud dalam puisi tersebut, hal itu
menunjukan adanya penekanan terhadap kata
bersujud yang berarti sebuah makna yang jelas
ingin disampaikan kepada khalayak.
4 Alex Sobur, Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006, h. 80.
68
“Sesungguhnya Aku ini Allah, tidak ada
Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah
Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat
Aku.” (QS. Thaha (20): 14)
Elemen-elemen dari semantik adalah latar, detail dan maksud. Berikut ini
kajian semantik dari syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” :
1) Latar, merupakan bagian teks yang mempengaruhi arti yang ingin
ditampilkan, biasanya mencerminkan idiologis sang penulis. Latar yang
menunjukan idiologis penulisnya dalam secarik syair puisi “Begitu Engkau
Bersujud” :
Judul puisi---------- “Begitu Engkau Bersujud”
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bangun selama hidupmu?
„Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat”
69
2) Detail, detail adalah suatu unsur elemen semantik yang mengemukakan
strategi penulis dalam mengekspresikan sikapnya dengan cara implicit atau
tersamar.
Sikap atau wacana yang dikembangkan oleh penulis atau pengarang
tidak selalu diungkapkan secara terbuka, akan tetapi seseorang bisa membaca
bagian mana yang diuraikan penulis dengan detail yang sedikit dan yang
diuraikan panjang lebar, detail yang diuraikan tersebut negatif dan positif.
Setiap bait syair puisi “Begitu Engkau Bersujud‟ sangat menyentuh sekali
karena betapa Allah SWT maha pemurah, memberikan kemudahan bagi
hambaNya yang mau bersujud hanya kepadanya, setiap kata ada
pengartiannya dan setiap makna ada kenyataanya.
3) Maksud, dalam detail penulis menuliskan sikap secara implicit, tetapi pada
eleman maksud ini, sikap penulis diekspresikan secara eksplisit. Informasi
yang ingin disampaikan diuraikan secara jelas, dengan kata-kata yang tegas
dan langsung menunjuk pada fakta.
Contoh elemen maksud pada syair puisi Begitu Engkau Bersujud antara lain:
“Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”
Dari secarik syair di atas sangat jelas bahwa informasi yang terdapat
dalam teks syair tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu pembaca
akan mudah dan cepat mengerti akan maksud dari teks syair tersebut.
b. Sintaksis, merupakan elemen struktur mikro yang kedua, berupa pembicaraan
mengenai bahasa dalam suatu kalimat. Sintaksis adalah bagian ilmu bahasa
yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa dan frase. Sintaksis
menerangkan bagaimana sebuah kata atau kalimat disusun sebagai sebuah
70
satuan arti. Elemen-elemen sintaksis adalah koherensi bentuk kalimat dan kata
ganti.
Tabel 4.4
Hal Yang Diamati Temuan Data
Bagaimana pendapat
disampaikan dalam suatu berita
ataupun wacana, sintaksis dibagi
menjadi tiga bagian yaitu:
koherensi, bentuk kalimat dan
kata ganti.
Dalam puisi ini, cara penyampaian, pemilihan
kata demi kata dan penggabungan kalimat dapat
mempengaruhi minat masyarakat untuk
membaca ataupun mengaplikasikan apa yang
diperintahkan atau diinformasikan puisi
tersebut. Penggabungan kata yang mudah
dimengerti dan pemilihan bahasa yang tinggi
membuat puisi tersebut semakin menarik.
1) Koherensi, merupakan pertalian antar kalimat, biasanya diamati dengan kata
memakai dan kata penghubung (konjungsi) : dan, akibat, tetapi, lalu, karena,
meskipun dan lain sebagainya. Hal ini terdapat pada sajak syair puisi “Begitu
Engkau Bersujud” :
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
Koherensi pada teks diatas ditunjukan pada kata “ yang“. Kata yang,
menghubungkan kalimat begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang yang kau
tempati itu menjadi sebuah masjid. Koherensi pada teks setiap kali engkau
bersujud, setiap kali pula telah engkau dirikan masjid. Sehingga kalimat tersebut
menjadi koheren.
71
Kemudian koheren pada bait syair selanjutnya terhadap syair puisi Begitu
Engkau Bersujud.
“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatollah”
Koherensi pada teks syair diatas ditunjukan pada kata “yang” dan “dan”
dalam kalimat tersebut kata yang disitu menunjukan kata penegasan kalimat
“mendengar yang didengar. Kemudian koherensi pada kalimat dan disitu
ditunjukan karena adanya kata penghubung antara kalimat yang satu dan kalimat
yang lain dengan menggunakan kata dan.
2) Bentuk kalimat, adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berikir logis,
yaitu prinsip kualitas, di mana Emha menanyakan apakah A menjelaskan B atau
kah B menjelaskan A. jika diterjemahkan kedalam bahasa menjadi susunan subjek
(yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Dalam ilmu bahasa bentuk
kalimat ini terbagi menjadi dua yaitu bentuk kalimat pasif dan bentuk kalimat
aktif. Dalam kalimat aktif seseorang merupakan subyek dari sebuah pernyataan.
Sedangkan dalam kalimat pasif seseorang merupakan sebuah obyek dari sebuah
pernyataan. Berikut mengenai bentuk kalimat dalam syair puisi “Begitu Engkau
Bersujud”:
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
kalimat di atas di tulis dalam bentuk kalimat aktif, dalam hal ini sangat jelas
bahwa kata engkau menunjukan seseorang yang melakukan pekerjaan, dalam
72
kalimat engkau disitu menerangkan bahwa seseorang sedang melakukan
pekerjaan bersujud.
Syair puisi selanjutnya:
“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat”
dari kalimat diatas dapat disimpulkan bahwa kalimat tersebut adalah kalimat pasif
dalam hal ini kata menara berada dalam posisi objek dari pernyataan, dan dalam
kalimat diatas terlihat jelas bahwa tak terbilang jumlahnya itu kalimat pelengkap
dari objek yaitu menara.
3) Kata ganti, menerangkan kekuatan karakter tokoh dalam suatu teks. Dalam
syair puisi Emha Ainun Nadjib yang berjudul “Begitu Engkau Bersujud” pada
cuplikan teks tersebut:
“Begitu engkau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
pada cuplikan syair di atas penulis memposisikan “engkau” sebagai tokoh
orang yang bersujud dan bersembah kepada Allah SWT, begitupun di bait
berikutnya, penulis mengulang kata “engkau” sehingga hal tersebut
mempertegas bahwa kata “engkau” lah yang jadi kata ganti disisni.
c. Stalistik
Stalistik adalah cara yang digunakan pengarang untuk menyatakan
maksud melalui pilihan kalimat syair yang digunakan. Dalam menyajikan
syair, pengarang menggunakan bahasa yang sederhana.
73
Tabel 4.5
Hal Yang Diamati Temuan Data
Stalistik
Cara komunikator dalam
menyampaikan maksudnya
dengan menggunakan gaya
bahasa yang diinginkan oleh
komunikator
Hal ini sangat penting diperhatikan, karena
tutur bicara, gaya bahasa sang pengarang sangat
mempengaruhi keberlangsungan dakwah itu
sendiri, dalam puisi ini pengarang
memperhatikan betul secara detail pemakaian
kata-kata yang mudah dimengerti dan diingat.
Sehingga hal tersebut, dapat memberikan
sugesti yang positif bagi pembacanya dan
memberikan manfaat bagi pembacanya, atau
pun sekedar menambah pengetahuan, itu semua
tergantung dari pembaca menyikapinya.
Pilihan sajak syair yang dipakai pengarang dalam puisi “Begitu ngkau
Bersujud” menunjukan kesederhanaan dan ajakan ataupun pemberitahuan.
Seperti pada syair berikut:
“Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bangun selama hidupmu?
“Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat”
itulah sebuah sajak syair puisi “Begitu Engkau Bersujud “ dari kalimat-
kalimat diatas menunjukan bahwa Emha Ainun Nadjib, ingin memberitahukan
kepada khalayak umum, bahwa betapa maha pemurahnya Allah SWT kepada
hamba-hambanya yang mau bersujud dan bersembah hanya kepada-Nya, maka
akan selalu ada balasan dari Allah SWT, berupa pahala yang kelak akan
74
membantu seseorang di akhirat nanti, sebesar kacang kebaikan yang dilakukan
maka sebesar kacang pula balasan yang di dapat, maka dari itu penulis
memberitahukan kepada khalayak apabila setiap sujud yang dilakukan secara
ikhlas maka setiap itu pula pahala yang di dapat, betapa besar dan banyaknya
pahala, apabila seseorang sering melakukan sujud secara ikhlas.
d. Retoris
Elemen yang terakhir diamati dalam teks adalah retoris, yang mempunyai
fungsi persuasive atau mempengaruhi.
Dalam hal ini, Van Djik membagi retoris dalam tiga elemen, yaitu:
1) Grafis
Elemen ini merupakan bagian untuk memeriksa, apa yang ditekankan
atau ditonjolkan oleh seorang, yang dapat diamati dari teks. Eleman grafis ini
biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibuat lain atau berbeda,
dibandingkan tulisan lainnya. Pemakaian huruf tebal, huruf miring,
pemakaian garis bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar,
termasuk di dalamnya adalah pemakaian caption, raster, grafik, gambar, atau
table untuk mendukung arti penting suatu pesan.
Elemen grafis itu juga muncul dalam bentuk foto, gambar, atau table
untuk mendukung gagasan, serta pemakaian angka-angka yang diantaranya
digunakan untuk mensugestikan kebenaran dan ketelitian.
Pada teks syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” tidak ditemukan
adanya grafis semua tulisan teks berukuran sama tidak ada yang berbeda dari
tulisan lain di dalam teks tersebut.
75
2) Metafora
Metafora adalah kiasan atau ungkapan yang dapat dijadikan sebagai
landasan berfikir alasan pembenar atau pendapat kepada publik. Metafora
yang terdapat pada syair puisi begitu engkau bersujud yaitu:
1. “Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid”
Pada hakikatnya dimanapun tempat yang orang-orang pergunakan untuk
bersujud akan menjadi “masjid” (tempat sujud). Ilustrasi “terbangunlah ruang
yang kau tempati menjadi sebuah masjid” ini hanya penggambaran kepada
suatu yang tidak tampak yang masih bersifat abstrak seperti “tempat sujud”
menjadi terasa nyata yaitu kata “masjid”. Dari ilustrasi ini maka diperoleh
keterangan bahwa, setiap kali seseorang bersujud maka setiap itulah
membangun kebaikan untuk diri sendiri dan orang lain. Bisa juga mengandung
arti pahala dari satu kali sujud itu sebanding dengan nilai pahala ketika
seseorang bersedekah membangun masjid. Masjid itulah yang nantinya akan
menjadi aset pahala.
2. “Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid”
“Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?”
Dari Gambaran yang Emha sampaikan jika seseorang mau menyempatkan
sekali saja, untuk bersujud maka itu sama saja dengan membangun satu buah
masjid. Bayangkan jika berkali-kali melakukan sujud, berapa banyak rumah
Allah yang dibangun.
76
3. “Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat.”
Tak terhitung jumlahnya, sampai-sampai mendekati kepada kursi Allah.
Memasuki alam makrifat berupa menjadi kekasih Allah. Seperti yang
digambarkan pada bait pertama baris terakhir sajak ini “memasuki alam
makrifat”. Dalam konsep maqam Islam, istilah makrifat berada satu tingkat
dalam ilmu tarikat berposisi tingkatannya diatas syariat. Dengan kata lain, dia
mengetahui apa yang orang lain tidak mengetahuinya atau tidak menyadarinya.
Dalam tingkatan ini, orang akan mencondongkan segala jiwa, hatinya, fikirnya,
kepada dzatullah.
4. “Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan”
Metafora “sajadah kemuliaan” mengiaskan jalan menuju Allah SWT. Ini
akan menjadi petunjuk jika seseorang mau bersedekah, membagi harta kepada
sesama dengan mengharap ridho Allah SWT. ”Harta” disini meliputi kekayaan
yang berbentuk harta dan ilmu. Karena sesungguhnya “terdapat harta orang
fakir dalam kekayaan yang kita miliki” dan dalam hal ilmu, Emha mengajak
pembaca membagi ilmu kepada orang lain. Ini sejalan dengan hadist Nabi
“Barang siapa yang menyembunyikan ilmu, maka pada hari kiamat, akan
dibelenggu tagannya dengan api neraka”.
5. “Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang”
“Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
77
cinta kasih ke-Allah SWT-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan.”
Emha menggambarkan dari simbol “setiap butir beras” yang diberikan
kepada orang yang membutuhkan “piring ke-ilahi-an” imbalan atau pahala
sebesar orang yang bersembahyang. Begitu juga dengan symbol “air”
kebaikan-kebaikan atau sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain akan mengajak
orang lain kepada kebaikan seperti hal nya “lahir menjadi kumandang adzan”.
6. “Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid”
“Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang Allah,
engkaulah kiblat”
“Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci”
“Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatollah”
Dari untaian bait diatas, Emha menuturkan jika seseorang mau
menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah. Maka itu sama artinya
kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang diperintahkan/yang
disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/ yang dibenci Allah.
Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan taqwa maka seseorang akan
mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait sajak diatas.
7. “Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi dan ramaimu
bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid”
78
Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-bait
sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait ini
digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”.
3) Ekspresi
Elemen ekspresi merupakan bagian untuk meriksa apa yang ditekankan
atau ditonjolkan oleh seseorang yang diamati dari teks, contohnya ekspresi
senang, sedih, marah, kesal, kecewa, tertawa, tersenyum dan gembira.
Tabel 4.6
Hal Yang Diamati Temuan Data
Retoris
Bagamana cara pengarang
menyampaikan pesan melalui
penekanan pada kalimat yang di
perkuat oleh kiasan, ungkapan
sehari-hari.
Dalam hal ini, pengarang sengaja memberikan
beberapa kiasan pada syair puisi tersebut,
seperti metafora yang dapat dijadikan sebagai
landasan berfikir pada masyarakat pembaca.
B. Kognisi Sosial
Analisis konteks sosial adalah kognisi sosial merupakan kesadaran mental
penulis yang membentuk teks tersebut. Pendekatan kognitif didasarkan pada
asumsi bahwa teks tidak mempunyai makna, tetapi pemaknaan itu diberikan
kepada pemakai bahasa sehingga disini diperlukan sebuah analisa guna mengetahui
bagaimana representasi penulis dalam memproduksi sebuah teks. Kognisi sosial
didasarkan pada anggapan umum yang tertanam akan digunakan untuk
memandang peristiwa
Pada puisi “Begitu Engkau Bersujud” yang di ciptakan Emha Ainun Nadjib
dijadikan sebagai wadah, untuk menyampaikan sebuah pesan dan juga nasihat
79
kepada masyarakat luas, untuk selalu bersujud kepada Allah SWT agar semua yang
dilakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar jalur dari arah yang sudah
ditentukan Allah SWT, Sujud itu umum dilakukan. Dalam Islam, sujud dapat
dilakukan dimana saja dan kapan saja. Sujud adalah lambang “kerendahan qalbu”.
Sujud adalah indikasi “tawadhu”. Tawadhu inilah yang sangat disukai oleh Allah.
Allah berfirman dalam ayatnya: “Fasjud waqtarib”, maka hendaklah kamu
bersujud dan mendekatkan diri (kepada-Nya)
Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena
jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan
Allah SWT dari orang-orang yang beriman. Bahkan secara khusus Allah SWT
menyuruh Maryam al-batul untuk sujud kepada-Nya (QS. Ali Imron(3): 43).
Hai Maryam, taatlah kepada Tuhanmu, sujud dan ruku'lah bersama orang-orang
yang ruku' shalatlah dengan berjama'ah.
Sujud itu memuji dan mengagungkan Allah SWT, dengan sangat „„mesra”
Allah meminta hal itu dari kekasihnya, habibullah Muhammad SAW.
”maka bertasbihlah dengan memuji Allah SWTmu dan jadilah kamu di
antara orang-orang yang bersujud” (QS. Al-Hijr (15): 98).
Sebenarnya sujud adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan umat. Karena
kesempurnaan seorang hamba terletak pada sujudnya. Kenikmatan itu sudah
80
dirasakan oleh nabi muhammad SAW. Makanya beliau menganjurkan kepada
umatnya, “Hendaklah engkau memperbanyak sujud. Karena tidaklah engkau sujud
satu kali untuk Allah, melainkan diangkat derajatmu satu tingkat, dan dihapuskan
satu kesalahanmu.” (HR. Muslim). Nabi Muhammad SAW, menganjurkan bahwa
kemuliaan dapat diraih lewat ketundukan jiwa, ketawadhu‟an qalbu, yakni
“sujud”.
Sujud merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui
sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud
berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga
merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu-
ribu nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah
mensyukuri dan berterimakasih kepada Allah SWT.5 Sesuai dengan hadist yang
diriwayatkan oleh abu hurairah rhadiyallahu anhu bahwa rasulallah shallallahu
alaihi wasallam bersabda: “Keadaan paling dekat seorang hamba dari rabbnya
adalah ketika dia dalam keadaan sujud, maka perbanyak doa (di dalamnya).”
Berdasarkan hasil temuan peneliti syair puisi yang diciptakan Emha Ainun
Nadjib bertemakan keyakinan kepada Allah SWT, syair tersebut diartikan sebagai
pembangun sebuah wacana untuk menginformasikan pengetahuan tentang sujud
kepada Allah SWT disemua lapisan masyarakat, dan tentunya hal tersebut tidak
terlepas dari pola pikir Emha Ainun Nadjib, yang selalu mengikuti firman-firman
Allah SWT dan hadist-hadist Nabi Muhammad SAW, untuk mengajak semua
manusia agar selalu bersujud kepada Allah SWT setulus hati.
Nikmat yang diberikan oleh Allah SWT begitu banyak, terkadang dalam
kehidupan nyata nikmat tersebut sangat mudah diabaikan dan dilupakan begitu
5Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
81
saja, sehingga terkesan bahwa manusia sekarang tidak mau berterimakasih kepada
sang pencipta, maka dari itu dengan adanya puisi ini, Emha Ainun Nadjib mencoba
mengingatkan masyarakat, untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa
yang sudah Allah SWT berikan terhadap hambaNya, baik itu kebahagiaan ataupun
cobaan sekalipun.6
Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia
ataupun masyarakat dalam hal bersujud melalui puisi, tapi dengan upaya yang
diridhai Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua
tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini membawa
banyak manfaat bagi para pembacanya.
C. Konteks Sosial
Analisis konteks sosial dimaksudkan untuk melihat konteks atau latar
belakang terbentuknya teks tersebut. Jadi ini berkaitan pula dengan keadaan
situasional yang terjadi pada tulisan atau sebuah teks dibuat.
Salah satu karya Emha Ainun Nadjib yaitu “Begitu Engkau Bersujud” yang
mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat
dirasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu bersujud,
engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-olah ingin
merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada Allah SWT.
Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha Allah SWT,
menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat untuk berbuat
baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu mensyukuri nikmat yang telah
diberikan oleh Allah SWT.
6 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
82
Sebuah puisi pasti mempunyai amanat yang terkandung didalamnya.
Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa badanmu
bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika seseorang bersujud maka
orang tersebut akan suci seperti masjid. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara
masjidmu meninggi, menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak
pembaca untuk terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah SWT sampai ajal
menjemput.
Banyak masyarakat yang sering melakukan hal yang dilarang oleh agama
Islam, misalkan masih banyak masyarakat yang datang jauh-jauh ke gunung atau
goa untuk meminta pertolongan kepada jin atau dukun, datang ke laut untuk
memuja, memuja yang mereka anggap dapat mengabulkan segala permintaan
didunia, sehingga semua itu dapat menyebabkan kegelapan jiwa dan menipisnya
kadar keimanan seseorang, bahkan banyak manusia atau masyarakat yang tidak
segan untuk mendatangi kuburan-kuburan, berharap agar petuah dari kuburan
tersebut bisa mengabulkan keinginan-keinginannya, semua itu akan celaka akan
sia-sia belaka, karena tidak ada yang mampu menyaingi kesempurnaan Allah
SWT.
Dari semua peristiwa itu jelas bahwa manusia ataupun masyarakat jaman
sekarang, masih banyak yang enggan bahkan tidak mau bersyukur kepada Allah
SWT, sehingga Allah murka dan kemurkaan Allah tersebut berimbas kepada
orang-orang yang berada disekitar, masyaallah betapa piciknya orang-orang yang
menduakan Allah SWT, mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan orang-
orang yang baik yang terkena murka Allah karena perbuatan tercelanya itu,
sungguh sangat disayangkan pada saat seperti sekarang ini masih banyak orang-
orang yang seperti itu.
83
Sebagai umat muslim harus saling mengingatkan dalam hal-hal kebaikan,
entah bagaimanapun caranya sebisa mungkin mengajak masyarakat luas, untuk
selalu bersyukur kepada Allah SWT dengan bersujud kepada-Nya dan menjauhi
semua larangan-larangan-Nya, begitupun juga Emha Ainun Nadjib menciptakan
puisi ini dengan tujuan mengajak, memberitahukan dan mengingatkan kepada
masyarakat luas untuk selalu beryukur kepada Allah SWT dan hanya bersujud
kepada Allah SWT. Dengan demikian kemudahan-kemudahan hidup di dunia
ataupun akhirat nanti akan di dapatkan.
Pada saat ini, permasalahaan yang timbul dalam kehidupan masyarakat
terkadang disikapi sebagai beban hidup yang sangat sulit untuk dipikul, bahkan
tidak jarang yang frustasi, yang merasa jenuh akan kehidupan dan cobaan yang
mereka hadapi sehari-hari yang begitu tidak memihak kepada mereka, yang pada
akhirnya menimbulkan perilaku yang menyimpang.
Dalam syair puisi “Begitu Engkau Bersujud” ini, ditemukan beberapa gejala-
gejala kehidupan sosial, gejala-gejala kehidupan sosial yang terjadi pada saat ini.
Seperti misalkan, sikap atau pengalaman seseorang dalam menghadapi cobaan,
kerinduan seorang hamba dan kecintaannya kepada Allah SWT begitu pun dengan
keyakinan seorang hamba terhadap Allah SWT, juga bagaimana menjadi pribadi
yang selalu bersyukur kepada Allah SWT.
Pesan yang ingin disampaikan adalah upaya peningkatan iman dan
pendekatan diri kepada Allah SWT. Sehingga tidak merasa jauh dari Allah SWT
dan dengan hal tersebut membuat perasaan selalu di awasi Allah SWT muncul dan
pada akhirnya selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya.
Kemudian juga bagaimana menghadapi dan menyikapi hikmah dari setiap kejadian
84
yang terjadi dimasyarakat, karena pada dasarnya setiap kejadian apapun pasti ada
hikmahnya.
Seseorang manusia harus memiliki rasa keyakinan yang kuat, yakni yakin
terhadap keberadaan Allah SWT dan tidak berikir negatif. Harus selalu berusaha
tawakal dalam menghadapi problema hidup sehari-hari sebab disetiap kesulitan
pasti ada kemudahan.7
Dalam setiap menghadapi permasalahan harus ada dukungan dari sekitar,
dengan saling bahu-membahu setiap permasalahan akan terasa lebih mudah dan
selalu mengingatkan satu sama lain bahwa Allah SWT selalu bersama seseorang
yang menyembah-Nya.
Jadi intinya, dalam menghadapi problematika keyakinan diri dan dalam
mencapai keimanan yang baik, harus didasari niat yang tulus dan ikhlas, serta
bertawakal kepada Allah SWT. Selain itu juga harus ada faktor interen dari dalam
diri (kemauan) dan dari faktor eksternal dari lingkungan sekitar.
Tema dari puisi “Begitu Engkau Bersujud” dapat disimpukan berisi ajakan
penyair kepada masyarakat/pembaca untuk selalu di jalan-Nya yaitu dengan
beribadah, beramal shaleh dan bertaqwa kepada Allah SWT merupakan keyakinan
bahwa Allah itu ada, Allah Maha Besar, Allah Maha Pengasih, Allah Maha
Penyayang dan Allah Maha Adil serta bisa diambil kesimpulan pula bahwa amanat
yang terkandung dalam puisi “Begitu Engkau Bersujud” adalah selalu beribadah
kepada Allah SWT kapan pun dan dimana pun berada akan membawa kebahagian
dunia dan akhirat.
7 Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember 2014
85
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan penelitian serta menganalisis berdasarkan data
yang penulis dapat dan juga berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya
yang telah penulis uraikan tentang “ Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau
Bersujud” Karya Emha Ainun Nadjib Dalam Menanamkan Ajaran Islam”.
Maka dapat di ambil kesimpulan yang mengarah pada suatu pencapaian dari
hasil penelitian mengenai struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Serta
bagaimana wacana dilihat dari segi kognisi sosial dan konteks sosial:
1. Pada teks syair puisi Begitu Engkau Bersujud karya Emha Ainun Nadjib
ingin menyampaikan wacana informasi nasihat yang penting yaitu ingin
mengajak masyarakat untuk senantiasa bersyukur kepada Allah SWT
dengan cara bersujud, serta berpasrah diri hanya kepada Allah SWT
memanjatkan doa-doa memohon pertolongan-Nya. Dan puisi ini juga
memberitahukan kepada masyarakat bahwa Allah SWT tidak akan
mempersulit hamba-hambanya yang ingin bersujud memohon ampunan
kepada-Nya, sekaligus menerangkan bahwa Allah SWT sangat
menyayangi hamba-hambanya, yang yakin bahwa Allah SWT maha
segala-galanya.
Bait pertama mengungkapkan bahwa begitu kita bersujud, yang
dimaksud bersujud di sini adalah shalat, maka kita telah mendirikan
sebuah masjid. Jadi jika kita berkali-kali melakukan shalat berarti sudah
86
berapa banyak kita mendirikan masjid? Tentu sangat banyak dan tak
terbilang jumlahnya. Sehingga kita mencapai alam makrifat. Jika kita telah
mencapai alam makrifat berarti kita telah menjadi kekasih Allah SWT.
Bait ke dua Tidak hanya dalam masjid saja kita melakukan
shalat, akan tetapi di manapun kita melakukan shalat berarti tempat yang
kita gunakan untuk shalat seketika menjadi sebuah masjid. Pada bait ke
dua ini pengarang mengajak kita untuk menyalurkan harta kita kepada
orang yang membutuhkan. Karena sesungguhnya sebagian dari harta kita
merupkan harta hak mereka.
Jika kita mau menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk
Allah maka, itu sama artinya kita telah melebur dengan Allah.
Menjalankan semua yang diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi
segala larangan Allah/ yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa
kepada Allah. Dengan taqwa maka kita akan mencapai apa yang
digambarkan Emha melalui bait ke tiga. Bait terakhir sebenarnya hanya
kesimpulan bait-bait sebelumnya yaitu bagaimana seharusnya sikap kita
terhadap Allah SWT.
Imajinasi kita ketika membaca dan menikmati sajak “Begitu
Engkau Bersujud” karya Emha Ainun Najib mampu membawa kita
menuju ke sebuah bayangan ketika kita melakukan ibadah yaitu
sembahyang (shalat). Dengan sembahyang tersebut kita melakukannya
salah satu rukunnya yaitu bersujud.
Simbol kata “sujud” menurut KBBI berarti berlutut serta
meletakkan dahi ke lantai (missal ketika shalat. secara harfiah kata “sujud”
berarti kita merendahkan kepala kita sampai menyentuh tanah. Selanjutnya
87
symbol “kepala” pada tubuh kita merupakan bagian yang terhormat dan
sangat terjaga. Maka dengan bersujud berarti kita benar-benar meletakkan
keakuan dan harga diri kita di depan sang pencipta. Dengan begitu kita
meninggikan derajad Allah SWT. Yang memang Maha tinggi. Pada puisi
Ainun Najib ini sujud dihubungkan dengan masjid,seperti pada kutipan
berikut ini.
Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Maksud dari kutipan tersebut adalah bahwa sesungguhnya tidak
hanya masjid yang sesungguhnya (tempat ibadah orang islam) disebut
sebagai masjid namun setiap tempat yang digunakan untuk bersujud oleh
orang islam dinamakan sebagai “masjid”. terbangunlah ruang yang kau
tempati itu menjadi sebuah masjid, menggambarkan suatu yang abstrak
pada awalnya namun menjadi jelas ketika tempat sujud di perjelas dengan
kata masjid. Setiap kali kita bersujud maka kita membangunn kebaikan
untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain. Masjid nantinya akan
menjadi sumber untuk kita mendapatkan pahala sekaligus tempat untuk
berteduh dan untuk berlindung.
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Maksudnya jika kita menyempatkan sekali saja bersujud kepada
Allah SWT. Maka sama saja kita telah membangun sebuah rumah Allah.
Maka dapat dibayangkan jika kita melakukan berkali-kali betapa banyak
88
masjid yang telah kita bangun. Masjid yang dapat meneduhkan rumah kita
sekaligus pahala kita yang berlipat ganda.
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat
Memasuki alam makrifat adalah symbol bahwa memasuki alam
yang berarti menjadi kekasih Allah SWT. Dia mengetahui apa yang tidak
diketahui orang lain dan menyadari apa yang orang lain tak menyadari.
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Symbol “harta” meliputi kekayaan dan ilmu. Karena sesungguhnya
terdapat harta orang fakir dalam kekayaann yang kita miliki, dengan
demikian dalam puisi tersebut pengarang mengajak kita untuk membagi
harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan.
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan
Symbol “setiap butir beras” yang diberikan kepada orang
membutuhkan, maka akan menjadi pahala sebesar satu rekaat orang yang
melakukan sembahyang shalat. Symbol “air” menandakan bahwa suatu
kebaikan dan hal-hal yang bermanfaat yang dialirkan kepada orang lain
maka orang pun akan terbawa kepada kebaikan tersebut. seperti halnya
lahir menjadi kumandang adzan.
89
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat
Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Dari untaian bait diatas, Ainun Najib menuturkan jika kita mau
menggunakan semua ruh dan tubuh hanya untuk Allah maka, itu sama
artinya kita telah melebur dengan Allah. Menjalankan semua yang
diperintahkan/ yang disukai Allah dan menjauhi segala larangan Allah/
yang dibenci Allah. Istilahnya adalah bertaqwa kepada Allah. Dengan
taqwa maka kita akan mencapai apa yang digambarkan Emha melalui bait
sajak diatas.
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid
Bait terakhir dalam sajak ini merupakan kesimpulan dari ide bait-
bait sebelumnya tentang bagaimana berprilaku kepada Allah. Dalam bait
ini digambarkan bahwa “menjadilah Engkau masjid”.
Dalam puisinya yang lain, seperti sajak “Seribu Masjid Satu
Jumlahnya” Emha pun mengatakan bahwa, jasad dan ruh manusia adalah
masjid. Mari cermati penggalan sajak “Seribu Masjid Satu Jumlahnya”
berikut ini:
90
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunya
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu
…
Sajak di atas semakin mengimplisitkan bahwa manusia yang di
dalamnya terdapat unsur ruh dan jasad, pada hakikatnya adalah sebuah
masjid. Maka disini kita menjadi masjid “menjadilah engkau masjid”
berarti jiwa dan raga kita dengan bersama-sama telah bersujud dan tunduk
kepada Allah SWT.
2. Dari segi kognisi syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini, Emha Ainun
Nadjib menjadikan puisi sebagai wadah untuk menyampaikan sebuah pesan
dan juga nasihat kepada masyarakat luas untuk selalu bersujud kepada Allah
SWT agar semua yang kita lakukan didunia ini tidak melenceng atau keluar
jalur dari arah yang sudah ditentukan Allah, Sujud itu umum dilakukan, ia
tidak “khusus” ada dalam shalat. Sujud itu merupakan bukti ibadah yang
ikhlas untuk Allah. Karena jiwa dan raganya tunduk dan patuh kepada Allah.
Itulah yang diinginkan Allah dari orang-orang yang beriman.
Adanya puisi ini Emha Ainun Nadjib mencoba mengingatkan kita
masyarakat untuk selalu bersyukur dan berterimakasih atas apa yang sudah
91
Allah berikan terhadap kita baik itu kebahagiaan ataupun cobaan sekalipun.
Memang begitu banyak hambatan-hambatan untuk mengingatkan manusia
ataupun masyarakat dalam hal bersujud. Tapi dengan upaya yang diridhai
Allah SWT, pesan yang ingin Emha Ainun Nadjib sampaikan sudah semua
tertuang dalam setiap kata-kata pada syair puisi ini dan semoga puisi ini
membawa banyak manfaat bagi para pembacanya.
3. Di lihat dari segi konteks sosial syair puisi Begitu Engkau Bersujud ini,
mengungkapkan tema tentang “Keyakinan kepada Allah SWT”. Hal ini dapat
kita rasakan dari beberapa bukti. Pertama, Kalau engkau bawa badanmu
bersujud, engkaulah masjid. Dari sepenggal puisi tersebut, penyair seolah-
olah ingin merangkul masyarakat dengan tujuan bersujud/beribadah kepada
Allah SWT. Kedua, Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada ridha
Allah SWT, menjelma jadi sajadah kemuliaan. Penyair mengajak masyarakat
untuk berbuat baik pada sesama yaitu dengan beramal serta selalu
mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Sebuah puisi pasti
mempunyai amanat yang terkandung didalamnya.
Gambaran amanat dari puisi ini adalah, pertama, Kalau engkau bawa
badanmu bersujud, engkaulah masjid. Penyair mengungkapkan jika kita
bersujud maka kita akan suci seperti masjid. Dari kesucian ini kita bisa
bahagia. Kedua, Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu meninggi,
menembus langit, memasuki alam makrifat, penyair mengajak kita untuk
terus menerus bersujud/beribadah kepada Allah sampai ajal menemui.
92
B. SARAN
1. Kepada H. Emha Ainun Nadjib diharapkan agar terus menciptakan karya-
karya indah, yang di dalamnya terdapat pesan-pesan religius ataupun pesan
moral, yang bisa membuat mata hati para pembaca atau pendengar bisa
merasakan makna dari sebuah karya tersebut, sehingga dapat dituangkan
kedalam kehidupan sehari-hari, agar kehidupan tersebut bisa menjadi jauh
lebih baik lagi sesuai dengan perintah Allah SWT.
2. Kepada para pendengar ataupun pembaca, semoga puisi Begitu Engkau
Bersujud karya Emha Ainun Nadjib ini, bisa meresap kerelung-relung hati
yang terdalam dan bisa menjadikan diri pribadi kita menjadi satu sosok yang
jauh lebih baik dari sebelumnya dan apa yang menjadi arti dari puisi tersebut
bisa kita aplikasikan dengan benar di kehidupan sehari-hari.
93
DAFTAR PUSTAKA
A. Teeuw, Sastra dan Ilmu, , (Jakarta: Dunia Pustaka Jaya 1984).
Ainun Nadjib, Emha. Sedang Allah SWT Pun Cemburu, Repleksi Sepanjang Jalan,
(Yogyakarta : SIPRESS Januari 1995).
Aminuddin. Pengantar Sastra dan Budaya, (Bandung : Bina Cipta 1969).
Bulaeng, Andi. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer, (Yogyakarta:Andi,
Yogyakarta), 2004.
Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, (Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, 2006).
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kualitatif dan
Kuantitatif. (Surabaya: AUP), 2001.
Data diakses pada 24 oktober 2014 dari www.Padhangmbulan.com
Djoko Pradopo, Rachmat. Beberapa Teori Sastra: Metode Kritik, dan Penerapannya,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005).
Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta. PT: Lkis
Printing Cemerlang), 2001.
Faisal, Sanipah. Penelitian Kualitatif, (Malang: YA3 Malang), 1990.
Fanani, Zainuddin. Telaah Sastra, (Yogyakarta: Muhammadiyah University Press,
2000).
Hadi W.M, Abdul. Hermeunetika, Estetika dan Religiusitas, Esai-Esai Sastra Sufistik
dan Seni Rupa, (Yogyakarta: Matahari, 2004).
Hasil wawancara pribadi dengan Redaksi Caknun.com
J. Waluyo, Herman. Pengkajian Cerita Fiksi, (Solo: Universitas Sebelas Maret Press,
1994).
Leonard Betts, Ian. Jalan Sunyi Emha (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, juni 2006).
Maududi, Abul A‟la. Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967).
94
Rosidi, Ajip. Ikhisar Sejarah Sastra Indonesia. (Bandung: Bina Cipta), 1969.
S. Effendi. Bimbingan Apresiasi Puisi, (Jakarta: Penerbitan Nusa Indah-Percetakan
Arnoldus, Cet.II 1974).
Sobur, Alex. Analisis Teks Media : Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framin, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2006.
Soedjarwo. Bunga-Bunga Puisi dan Taman Sastra Kita, (Yogyakarta: Duta Wacana
University Press., 1993).
Thusthi Eddy, Nyoman. Kamus Istilah Sastra Indonesia, (Yogyakarta: Nusa Indah,
1991 ).
Tuchman dalam Alex Sobur, Analisis Teks Media, (bandung: Remaja Rosda Karya,
2004).
Waluyo, Herman J. Teori & Apresiasi Puisi, (Jakarta : Erlangga, t.th.).
Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993)
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, bpk helmi mustopa, tanggal 22 desember
2014.
Di akses dari www.CakNun.com pada tanggal 24 oktober 2014
Di akses pada 21 oktober 2014 dari https://zbrownie.zahlaa /2013/01/08/aqidah-dan-
syariah-dalam-islam/ pada pukul 22:30 WIB.
Masjfuk Zuhdi, Studi Islam, Jilid 1: Akidah, (Jakarta: PT Raja Graindo Persada, 1993)
h. 6.
Abul A‟la Maududi, Toard Understanding Islam, (Lahore: Islamic Publication, 1967),
h. 1.
http://profil.merdeka.com/indonesia/e/emha-ainun-nadjib/ di akses pada tanggal 24
oktober 2014.
http://www.kapanlagi.com/indonesia/n/novia_kolopaking/ di akses pada tanggal 24
oktober 2014.
http://plettonicskendha.blogspot.com/2010/10/biografi-noe.html di akses pada tanggal
25 oktober 2014.
http://agussiswoyo.net/obyek-wisata/emha-ainun-najib-dan-pengajian-padang-mbulan-
di-jombang/ Data diakses pada 26 oktober 2014.
https://moslemsunnah.com/2012/01/06/perbaiki-sujud-anda-karena-itulah-keadaan-
paling-dekat-dengan-allah/ Di akses pada tanggal 2 november 2014.
Hasil wawancara dengan redaksi caknun, Emha Ainun Nadjib, tanggal 22 desember
2014
TRANSKIP WAWANCARA
Wawancara 1
Judul Skripsi : Analisis Wacana Syair Puisi “Begitu Engkau Bersujud” Karya Emha
Ainun Najib Dalam Menanamkan Ajran Islam
Nama Narasumber : Emha Ainun Nadjib
Tanggal Wawancara : 22 Desember 2014
Jenis wawancara : via email
Keterangan : T: Tanya
J: Jawab
A. Segi Teks
T: , apa si yang melatarbelakangi pengambilan tema begitu engkau bersujud ini?
J: yang melatarbelakangi terciptanya puisi ini sesungguhnya karena saya melihat
banyak masyarakat di luaran sana yang tak paham hakikat sujud dan masjid itu
menurut pribadi saya ya, ketika kita bersujud energi negatif yang ada dalam diri kita,
ditarik oleh energi bumi. Ini hakikat lain dari bersujud, . pelajaran seperti ini, memang
agak susah dicari dari para kiai atau ustaz yang hanya mengajari soal syariat dan tak
masuk ke ranah hakikat, maka dari itu terlintas dipikiran saya untuk membuat sebuah
karya dengan kata kunci sujud.
T: seinget cak nun, puisi ini dibuat dimana ya cak?
J: saya membuat puisi ini di Bantul Jogjakarta bersama kyai kanjeng
T: apa cak, masih sering membacakan puisi ini kalau lagi mengisi acara?
J: terkadang kalau saya memberikan nasihat kepada penonton dengan tema yang
mirip-mirip saya suka membaca puisi ini, hanya sekedar untuk mengingatkan kepada
penonton bahwasannya puisi juga bisa dijadikan alat untuk berdakwah.
T: kalau membicarakan soal aspek, aspek apa saja si cak yang dipertimbangankan
waktu pembuatan puisi ini?
J: owalah ya jelas banyak, bahkan sangat banyak yang harus dipertimbangkan untuk
pembuatan puisi ini, dari mulai pemilihan kata sampai koherensi kalimat yang harus
tepat agar tidak ada mis antara kata yang satu dengan kata selanjutnya, keadaan
sekitar juga menjadi aspek yang mempengaruhi sangat mempengaruhi, keadaan jiwa
juga sangat besar pengaruhnya begitu pula fenomena-fenomena yang muncul di
masyarakat.
B. Segi Kognisi Sosial
T: kalau pandangan cak sendiri tentang puisi begitu engkau bersujud ini itu
bagaimana ya cak?
J: kalau menurut pandangan saya puisi begitu engkau bersujud ini adalah sebuah
perwujudan dari apa yang seharusnya dilakukan oleh umat muslim agar meraka tetap
berada sesuai alur yang sudah ditentukan. Informasi-informasi bahkan ajakan yang
terselip didalam puisi ini merupakan hal yang seharusnya dilakukan umat muslim
sejak ia dini.
Sujud itu merupakan bukti ibadah yang ikhlas untuk Allah SWT. Karena jiwa dan
raganya tunduk dan patuh kepada Allah SWT. Itulah yang diinginkan Allah SWT dari
orang-orang yang beriman
Sujud juga merupakan suatu jembatan antara manusia dengan Allah SWT, melalui
sujud rasa lebih dekat kepada Allah SWT itu tercipta, maka dari itu disaat bersujud
berpasrah diri, semua yang bersujud dianjurkan berdoa dalam sujud itu. Sujud juga
merupakan rasa syukur terhadap sang pencipta yang sudah memberikan beribu-ribu
nikmat yang tidak ternilai harganya, dengan bersujud itu berarti telah mensyukuri dan
berterimakasih kepada Allah SWT.
T: saat cak menulis puisi ini apa saja si cak yang menjadi hambatan-hambatan?
J: didalam menciptakan sebuah puisi, untuk sampai kehati masyarakat. Pertama dia
harus enak di dengar, kedua maknanya harus bisa benar-benar menyentuh dan
memotivasi, untuk bisa menyentuh dan memotivasi para pendengar ataupun pembaca
maka antara teks atau lirik dan gaya bahasa itu harus kawin, harus benar-benar
menyatu. Sehingga lirik atau syair itu memiliki daya sentuh yang kuat untuk
masyarakat, yang jadi permasalahan bukan hanya yang tua saja atau yang muda saja
yang bisa membaca puisi ini, tetapi seluruh lapisan bisa dan boleh membaca puisi ini
sehingga pemilihan gaya bahasa harus benar-benar di sama ratakan di pilah dan di
pilih agar sesuai dengan apa yang ingin disampaikan puisi ini.
T: karena adanya hambatan-hambatan tersebut berapa lama cak sendiri
menyelesaikan puisi ini?
J: saya tidak ingat dengan pasti, proses penciptaan puisi itu relative ada yang sejam,
ada yang sehari, ada yang seminggu bahkan ada yang setahun, semua itu tergantung
mood, tergantung situasi dan kondisi, jadi saya lupa berapa tepatnya puisi ini selesai,
seingat saya pada saat pembuatan isi atau pertengahan puisi itu sempat terhenti karena
saya musti menyelesaikan karya saya yang sebelumnya.
T: apa si harapan cak sendiri terhadap puisi ini baik terhadap diri cak sendiri maupun
masyarakat?
J: harapan saya ya semoga saya bisa terus menjalankan apa yang sudah saya
tuangkan dalam karya ini, tidak hanya menbuat to saja sudah tetapi tetap melanjutkan
syariat-syariat yang tertuang pada puisi ini, kalau untuk masyarakat harapan saya
masyarakat tidak hanya menilai sebuah karya tetapi juga mengambil sebuah hikmah
dibalik karya tersebut agar ada manfaat yang bisa dipetik dan di bagikan ke orang
lain.
C. Segi Konteks Sosial
T: menurut cak bagaimana tanggapan masyarakat terhadap puisi ini?
J: tanggapan masyarakat cukup meyakinkan saya bahwa perlu ada lagi puisi-puisi
semacam ini, sekitar 15 tahun belakangan ini cukup banyak masyarakat ataupun
pelajar yang mencoba bertanya kepada saya mengenai puisi ini, itu artinya puisi ini
cukup menarik bagi masyarakat, walaupun saya akui puisi ini tidak sesempurna puisi
karya-karya seniman lainnya.
T: ada kah pengalaman menarik mengenai puisi ini cak yang orang lain belum tahu?
J: sebenarnya tidak terbesit sedikitpun niat untuk membuat puisi ini, pada awalnya
saya sedang bertakarub, dalam keadaan yang cukup lelah karena habis ada kegiatan
sampai jam 3 pagi di Bantul, sesaat setelah saya tahajjud saya teringat anak muda
yang bercerita bahwa ia seorang pemabuk dan penjudi tetapi suatu saat ia melihat
ibunya yang meninggal dalam keadaan sujud, sejak saat itu ia merubah dirinya kearah
yang lebih baik, dengan adanya cerita tersebut terlintas tentang penghambaan seorang
hamba terhadap tuhannya, lalu dengan begitu saja mengalir sedikit demi sedikit kata
yang akhirnya saya jadikan puisi.
Jakarta, 22 Desember 2014
Pewawancara Narasumber
(Andi Riski) (H. Emha Ainun Nadjib)
Redaksi CakNun.com
(Bpk Helmi Mustofa)
%We
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Website: w
NomorLampiranHal
Jl Ir H. JuandaNo 95 Ciputat l54l2Indonesia
: Un.01/FS/PP.00.9/: 1(satu) Berkas Sk: Ujian Skripsi
Kepada Yth. :
1. Drs. Jumroni, M.Si2. Fita Fathurokhmah, M.Si3. Umi Musyarrofah, MA4. Ade Masturi, MA5. Dr. Hj. Roudhonah, MAdiJakarta
Assal am u' ala i ku m Wr. Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah danJakarta menunjuk Bapak/lbu sebagai TimDakwah dan llmu Komunikasi,
Telepon/Fax '. (021)7432728 / 74'103580E-mail :
Jakarta April 2015
Ketua/PengujiSekretarisPengujiPengujlPembimbing
llmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahPenguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu
NamaTempat Tanggal lahirNIMJurusanJudul Skripsi
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Hari/TanggalWaktuTempat
Andi RiskiTangerang, 24 Oklober 19921110051000142Komunikasi dan Penyiaran lslam (KPl)Analisis Wacana Syair Puisi "Begitu Engkau Bersujud"
Karya Emha Ainun Najib dalam Menanamkan Ajaran lslam.
: Kamis, 16 April2015: Pk. 09.00 s.d. 10.00 WIB: Ruang Munaqasah (Lantai 78)
Untuk menunjang kelancaran.ujian dimaksud, bersama ini kami kirimkan naskahskripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini di sampaikan. Atas perhatian Bapak/lbu, kami ucapkanterima kasih
Wassalam,
an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik
Tembusan1. Dekan2. Kasubbag. UmumFakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Ajkd/Mr
Ph.D199803 I 004
Telepon/Fax : (02 l) 7 432728 / 747035 80
Jl. Ir. H. JuandaNo.95 Ciputat l54l2Indonesia website: wuu ldkrriniakarta.ac.id, E-nrail :dakrvahii4llk.uinirkrrta.ac.id
KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
$ nor+NomorLampiranHal
Un.01/F5/PP.00.9 Jakarta. November 2014
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Emha Ainun Najibdi
Tempat
As s alamu' al aikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif HidayatullahJakarta menerangkan bahwa :
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan"/KonsentrasiAlamat
Telp.
Tembusan :
1. Wakil Dekan Bidang Akadernik2. Ketua Jurusan/Prodi. Komunikasi dan Penviaran Islam
Andi Riski1i10051000142Tangerang, 24 Oktober 1991
IX (Sembilan)Komunikasi dan Penyiaran IslamJl. H. Poleng RT 002/01 Jurang Mangu Barat Pd.Aren tangsel08919970842
adalah benar mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UINSyarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitiarVmencari data dalamrangka penulisan skripsi.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima./mengizinkan mahasiswa kan-ri tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Was s a lamu' al a ikum Wr. Wb.
lrief Subhan, MA.a196601 t0 199303 1r004
KEMENTE,RIAN ACAMAUNIVITRSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF I{IDAYATIJLLAH JAKAIITA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Telp. : (62-021) 7432128 / 74703-580
at 15412 lndonesia Website-:w\vw...... Ernail. . .,..
SLJRAT I(E,TERANGANNornor : LIn. 01/F 5. 1/l(M 0lJl/lDDll 5't
Dekar.r Fakr-rltas Dakwah dan lln'rr-r Komunikasi UIN Syarif HidayatLrllah Jakarta
dengan ini nreneratrgkatr bahr.l'a.
: Andi Riski
: 1 1 10051000142
: I(omunil<asi dan Penyiarran Islam
adalal-r mahasiswa/i yang telah mernenuhi scnrua persy'aratan adrninistrasi untuk mengikr.rti
r.rjiar-r sltripsi dan yang bersangkutan dapat n'ienga.jLtl<an permohonan bebas SPP. SLtrat
Keterangan Bebas SPP ini han1,a berlakr-r pada Semester Genap TahLtn Akadernik 201412015.
Demikian surat keteraltgan ini harni buat agar dapat dipergunakan sebagaimana
mestinva.
.Takarta. 7 April 2015
a.n. DekanKa Tata Usaha.
Dra.NIP.
Mah ah Tasyrifatunl 9600 r e8701 2 00r
Tembusan :
Dekan Fakr-rltas Ih-rru Dakwah dan llntu Komr-rnikasi
I
Nama
NIM
.lurusan / Konsentrasi