20/05/2013
1
ANCAMAN JENIS ASING INVASIF
DI KAWASAN HUTAN INDONESIA
Titiek Setyawati
Jambore Penyuluh Kehutanan
Jogyakarta, 15-18 Mei 2013
PUSAT LITBANG KONSERVASI DAN REHABILITASI
BADAN LITBANG KEHUTANAN
KEMENTERIAN KEHUTANAN
Invasif Alien Species bagian CBD Rio de Janeiro tahun
1992 => UU No 5 tahun 1994.
Artikel 8(h):
Contracting party as appropriate as possible shall prevent the
introduction, eradicate alien species that threaten
ecosystems, habitat and species
Proses invasi => manifestasi kompetisi antar species,dan
dapat saja terjadi pada species asing atau species lokal.
Invasi biologi dikonsepsikan sebagai proses bertingkat,
dimana tingkat atas hanya dapat dicapai kalau dapat
melewati tingkat di bawahnya
Jenis Asing belum tentu invasif vs Jenis lokal bisa menjadi
invasif
20/05/2013
2
Berbagai macam cara introduksi
baik sengaja maupun tidak
Jalan masuk: perdagangan, tukar
menukar spesimen (penelitian dll),
ornamen, media perhubungan,
turisme, dll
di P.Jawa tidak kurang dari 1936
tumbuhan asing (187 fam) 7 tahun
yang lalu, sekarang mungkin lebih
dari 2000 species => 330 spesies
invasif
Tantangan: persebaran IAS cepat
vs kebijakan masih lemah/kurang
45
30. Imperata cylindrica (L.) P. Beauv
Photo: Wikipedia
Originate: Native
Indonesia and Africa
Kind of Invasion:
Covering the savannas
Location:
1. Bukit Barisan Selatan National Park.
2. Lembah Anai Nature Reserve
Ecology and Control:
This species is endemic to Indonesia. Based on field visit in BBS national park, this
species become invasive due to excessive land opening and miss management of the
national park. It is invasive because it outcompetes native plant species, forms dense
stand, provides poor wildlife habitat and is highly flammable. The grass is encouraged by
burning, which does little damage to the underground rhizomes.
Control measure including spraying glyphosate in autumn. Burning several months
before spraying apparently enhances uptake of the herbicides. Planting trees can shade
out the grass.
Imperata cylindrica
55
39. Ageratum conyzoides L.
Photo: Wikipedia
Originate: Non Native
Central America, Tropical America, South America and the Caribbean
Kind of Invasion:
Disturbing to natural vegetation
Location:
1. Meru Betiri National Park.
Ecology and Control:
Ageratum conyzoides is a weed distributed in many tropical and subtropical countries
and is often difficult to control. It has been found that Ageratum significantly reduces
total biomass and species number, that is biodiversity. It also changes vegetation
community structure and modifies the soil regieme.
A. conyzoides is shallow-rooted and relatively easy to control using mechanical means.
As it is a prolific seeder, it is important to destroy plants before they flower. A wide range
of herbicides have been used to control the weed selectively in major crops.
Ageratum conyzoides
57
41. Acacia decurrens Willd. Syn: Mimosa angulata (Desv.) Poir.; Mimosa decurrens
Donn.; Mimosa decurrens Wendl.
Photo: Purwaningsih
Originate: Non Native
Australia
Kind of Invasion:
Disturbing to natural vegetation
Location:
1. Merapi National Park.
2. Merbabu National Park
3. Bromo Tengger Semeru National Park
Ecology and Control:
Under favourable conditions, A. decurrens has become a serious weed problem (e.g. in
Australia, Hawaii, New Zealand and South Africa) as it spreads rapidly via seed and
root suckers, and the development of dense thickets has negative consequences for
native biodiversity and obstructs water flow. If established in dense stands, the
accumulation of shed foliage from A. decurrens forms a thick ground cover which, over
time, eliminates the growth or establishment of other vegetation at the site (Ruskin,
1983). A. decurrens is one a number of invasive species in South Africa that obstructs
watercourses and reduces water flow (Hill et al., 2000).
Uses for it include chemical products, environmental management, and wood. The
flowers are edible and are used in fritters. An edible gum oozing from the tree's trunk
Acacia decurrenns
Mencapai lokasi
baru
3.Mencapai
MVP
2.Mampu tumbuh dan
berkembang biak secara
spontan
1.Imigrasi
Tahapan Invasi
Ada pada habitat
alami
1. Muncul di
stau lokasi
2. Berkembang
secara spontan
3. Menetap
permanen
4. Menyebar di
areal baru
Sumber: Soekisman, 2010
20/05/2013
3
-10 0 10 30 100
Kara
nti
na
introduksi Perkembangan
IAPS tak terdeteksi
Kontrol yang
kurang tepat
Era
dik
asi
Pen
ceg
ah
an
pen
yeb
ara
n
Kontrol
Biologis
POPULASI
WAKTU
Diagram kemungkinan persebaran IAS dan waktu yang dibutuhkan
untuk mengendalikannya (Sumber: Sukisman, 2010)
Introduksi ke Kebun Raya Bogor: eceng gondok (Eichhornia crassipes), Mikania micrantha => menjadi invasif.
Chromolaena odorata, M.micrantha, Lantana camara menyebar luas di Indonesia
Piper aduncum, Melastoma affine, Mimosa pigra, M.diplotricha banyak menyebar di berbagai daerah
Acacia nilotica => sangat invasif di Taman Nasional Baluran , disamping jarak merah (Jatropha gossypifolia) serta gulma invasif lainnya Thespesia lampas, Flemengia lineata, Abutilon sp., dan Abelmoschus moschatus.
20/05/2013
4
Austroeuptorium inulaefolium sangat
invasif di TNGGP termasuk Passiflora
edulis, Eupatorium sordidum,Cestrum
aurantiacum, Eupatorium riparium,
Brugmansia suaveolens
Di Taman Nasional Ujung Kulon =>
Opuntia engelmanii, Arenga obstusifolia
(lokal)
Merremia peltata menjadi invasif di
Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.
Impor tanaman hias - Widelia trilobata,
Ruvina humilis mungkin juga lainnya
seperti A.mangium, atau pohon
Spatodea campanulata dapat menjadi
invasif seperti dilaporkan di Costarica
Jenis lain belum invasif (istilah sleeper
weed sangat populer) karena kondisi
Sekitar 40% (± 10.000 ha) luas kawasan TNB berupa savana stok pakan herbivora
Areal savana (murni berupa padang rumput) terus menerus berkurang invasi Acacia nilotica
Pengendalian Acacia nilotica pembinaan habitat dan eradikasi
Berbagai metode dan teknik pemberantasan telah dicoba akan tetapi belum optimal hasilnya
20/05/2013
5
Periode Tahun.. Keterangan
… – 1969 • A. nilotica ditanam di Kawasan TN Baluran sebagai sekat bakar.
• kondisi savana sering terbakar (sebagai kontrol habitat savana).
• Ketika ada pertumbuhan vegetasi selain rumput akan mati terbakar sebelum
berkembang dewasa.
• Banteng dan satwa herbivora lainnya belum memanfaatkan polong/biji
akasia sebagai pakan alternatf di musim kemarau (belum berperan sebagai
vektor penyebaran biji).
… - 1980 A. nilotica mulai menunjukkan sedikit gangguan.
… - 1983 Berdasarkan pengamatan, A. nilotica mulai menjadi invasif, dengan asumsi :
•Banteng dan satwa herbivora (mamalia besar) lainnya mulai mengenal dan
menjadikan polong/biji Acacia nilotica sebagai pakan.
•Konsentrasi satwa mamalia besar berada di Bekol dan sekitarnya.
•Sesuai dengan wilayah jelajah dan peran sebagai vektor penyebaran biji A.
nilotica, terjadi invasi di savana Balanan, Bama, Drebus, Drebus, Kramat, Curah
udang dan Asam sabuk.
PERKEMBANGAN A. nilotica
Sumber: TNB, 2011
Periode
Tahun..
Keterangan
1990 – 93 Penyebaran A. nilotica menjadi perhatian karena telah menggantikan
penutupan lahan berupa rumput.
Dianggap dalam kondisi kritis, dilakukan upaya pemberantasan tegakan A.
nilotica dengan beberapa alternatif metode.
Metode yang dicoba dan dilaksanakan menjadi kegiatan pemberantasan
dengan sistem katrol.
1994 – 99 Dilakukan alternatif pemberantasan A. nilotica dengan bantuan alat berat
(secara mekanik).
Kegiatan dianggap cukup berhasil, akan tetapi ada aspek perubahan struktur
dan tekstur tanah sehingga berpengaruh kepada pertumbuhan jenis vegetasi
pioner yang tumbuh di lokasi bekas pemberantasan.
2000 – sekarang Dengan banyak pertimbangan, terutama biaya, teknik pemberantasan
diganti dengan metode manual (tebang dan bakar tunggul).
Dianggap lebih efektif dengan syarat ada kegiatan lanjutan berupa
pemerliharaan areal bekas pemberantasan (minimal 2 kali dalam 2 th)
PERKEMBANGAN A. nilotica
Sumber: TNB, 2011
20/05/2013
6
KETERANGAN :
Penyebaran
Acacia nilotica di
Kawasan Taman
Nasional
Baluran
SEBARAN A. nilotica
Sumber: TNB, 2011
METODE PEMBERANTASAN Acacia nilotica di TN Baluran
Sumber: TNB, 2011
20/05/2013
7
Aplikasi triclopyr dosis 1 lt/ha cukup berhasil
Thespesia lampas
Acacia nilotica Savanna yang di buldozer
Sejarah masuknya IAS: Kebun Aklitimasi, 1893; JA Teysman
KASUS IAS DI TN GUNUNG GEDE PANGRANGO
Sumber: TNGGP, 2011
20/05/2013
8
PROGRAM UTAMA:
1. Pencegahan masuknya jenis IAS baru di
TNGGP
2. Pengendalian penyebaran IAS di TNGGP
3. Restorasi melalui pemulihan habitat pasca
eradikasi
4. Pemantauan dan Evaluasi
5. Program pendukung
Rencana Strategis IAS TNGGP 2012 - 2016
Sumber: TNGGP, 2012
E R A D I K A S I
Eradikasi : pemusnahan secara mekanik/fisik dengan cara pencabutan / menebang / memotong batang pada pangkal akar hingga kedalaman 10-100 cm (tergantung pada kondisi IAS) di bawah permukaan tanah dan kemudian membawanya keluar dari dalam kawasan.
Sumber: TNGGP, 2011
20/05/2013
9
2. Pencacahan hasil eradikasi 1. Pembuatan lubang berukuran 2 mx 2m x 1m
3. Pemasukan hasil cacahan pada lubang untuk pengomposan
4. Pemotongan batang konyal untuk briket kayu bakar
Sumber: TNGGP, 2011
Restorasi mengembalikan kembali kondisi habitat bekas pemusnahan IAS dengan cara menanam kembali lokasi tersebut dengan tanaman asli/endemik TNGGP yang berada disekitar lokasi terutama jenis pioner yang pertumbuhannya cepat menyaingi pertumbuhan IAS dan bila dimungkinkan menghambat pertumbuhan IAS seperti: tepus, congkon, paku-pakuan dan rasamala.
Sumber: TNGGP, 2011
20/05/2013
10
Proposal ke GEF melalui UNEP (2009-
2010) PPG (2011)
FSP Document approved (end 2011)
Removing Barriers to Invasive Species Management in Production and
Protection Forest in SEA (launching 1
August 2012)
Removing Barriers
to Invasive Species
Management in Production and
Protection Forests
in South East Asia (FORIS-
Indonesia)
PUSAT PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
KONSERVASI DAN REHABILITASI
GEF-UNEP Project Trust Fund
0515 (2012-2016)
Country: Indonesia, Vietnam,
Kambodja, Phillippines
Implementing Agency:
UNEP/CABI
Duration 1 Des 2012 – 1 Des
2016
NEA => Puskonser
NPD => Kapus Litbang K&R
NPC=> Titiek Setyawati
20/05/2013
11
Tujuan: meningkatkan kapasitas di empat negara (Indonesia, Vietnam, Kambodja, dan Philippina) untuk mengelola IAS dalam rangka konservasi keanekaragaman genetika, jenis dan ekosistem di Asia Tenggara melalui penguatan kebijakan/peraturan yang sudah ada dan mendorong adanya kerjasama regional dengan menggunakan pendekatan multi-sektoral.
Sasaran: Mitigasi ancaman IAS terhadap ekonomi dan
keanekaragaman hayati lokal di SEA, terutama di hutan produksi dan hutan konservasi.
Kebijakan terkait pengelolaan species tumbuhan invasif di sektor kehutanan => National Forest Invasive Species Strategy and Action Plan (NFISSAP) => Draft STRANAS dan RA Jenis Invasif
Disahkannya Rencana Pengelolaan Lingkungan/Environmental Management Plan (EMP),
Prosedur/Pedoman Analisis Risiko (Risk Analysis),
Terbangunnnya Sistem Deteksi Dini (Early Detection System) dan Mekanisme Rapid Response (Rapid Response Mechanism)
Mekanisme Biaya Pemulihan (Cost Recovery Mechanism)
Terbentuknya Strategi Komunikasi Nasional (National Communication Strategy)
Membangun program pelatihan untuk meningkatkan kesadaran publik (Public Awareness) dalam memitigasi dampak negatif spesies invasif terhadap ekosistem alami di Indonesia.
20/05/2013
12
Strategi Nasional
1. Pencegahan
2. Deteksi dini dan respon cepat
3. Pengendalian dan Mitigasi
4. Restorasi
5. Pengelolaan data
6. Kelembagaan
Kementerian Pertanian
Karantina Tumbuhan
Kementerian
Kehutanan
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan
Rencana Aksi/Implementasi secari rinci
Keppres
Kepmen
Koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri, antar
kementerian Universitas, Lembaga Penelitian , NGO
dan masyarakat
20/05/2013
13
Informasi lengkap terkait program kegiatan Removing
Barriers to Invasive Species Management in South
East Asia – FORIS dapat diunduh melalui alamat situs
jejaring berikut :
http://www.gefforestinvasivessea.org/resources.asp
Pusatlitbang Konservasi dan Rehabilitasi
Jl. Gunung Batu No.5, Bogor
Phone: 7530067
Contact Person:
Dr. Titiek Setyawati
(email: [email protected],
20/05/2013
14