ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PAKAN TERNAK
DENGAN METODE EOQ (ECONOMIC ORDER QUANTITY) PADA KOERASI SAE
PUJON, MALANG
Oleh:
Nanda Setyanto
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Dosen Pembimbing:
Nur Prima Waluyowati
Abstract: The background of this research is concerned in the method that has not been
applied especially in managing the supply of raw materials for animal feed in Koperasi Susu
SAE Pujon. From that point, it is not only affect the company on the lack of raw materials
inventories in the storage warehouse, but also affect the number of orders whenever the
company ordering the raw materials. Therefore, the ordering costs and the storage costs are
under controlled. The use of EOQ method can show economical order quantities, optimal
purchase frequencies, ROP (Re-Order Points), and safety stock quantities. The objectives of
the research are to find out the processes of controlling raw materials inventories along with
the actual conditions of the company and to find out the effects of applying the EOQ method
to the total cost of raw materials inventories in Koperasi Susu SAE Pujon. In collecting the
data, the researcher used observation and interview techniques. Then, in analyzing the data,
the researcher used EOQ method by taking into TIC (Total Inventory Cost) account, ROP
(Re-Order Points), reorders frequency, and safety stock. The results show that the total
inventory costs are found less compared to the actual method of the company. Moreover,
EOQ method can also help companies to reduce the effect of the demand fluctuations, which
rarely happens in stable way.
Keywords: Inventory Control, livestock feed, Economic Order Quantity,
Total Inventory Cost, Re-Order Point, Safety Stock.
Abstrak: Latar belakang penelitian ini adalah belum diterapkannya metode dalam mengelola
persediaan bahan baku pakan ternak di Koperasi susu SAE Pujon yang mengakibatkan
kurangnya jumlah persediaan bahan baku di gudang penyimpanan dan jumlah pemesanan
setiap kali memesan bahan baku, sehingga biaya pemesanan dan biaya penyimpanan kurang
terkendali. Metode EOQ dapat menunjukan kuantitas pesanan ekonomis, frekuensi pembelian
optimal, waktu untuk melakukan pemesanan ulang/ ROP (Re-Order Point), dan jumlah bahan
baku pengaman/ safety stock. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses
pengendalian persediaan bahan baku dengan kondisi aktual perusahaan dan pengaruh
penerapan metode EOQ terhadap total biaya persediaan bahan baku KOP SAE. Pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara, sedangkan metode
analisis data yang digunakan adalah metode EOQ dengan memperhitungkan TIC (Total
Inventory Cost), ROP, frekuensi pemesanan kembali, dan safety stock. Hasil perhitungan dan
analisis data menggunakan metode EOQ menunjukan total biaya persediaan yang lebih
rendah jika dibandingkan dengan metode aktual perusahaan. Metode EOQ juga dapat
membantu perusahaan untuk mengurangi pengaruh fluktuatif permintaan yang tidak menentu.
Kata kunci: Pengendalian Persediaan, Pakan Ternak, Economic Order Quantity,
Total Inventory Cost, Re-Order Point, Safety Stock.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha dalam dunia peternakan di
Indonesia khususnya di Pulau Jawa
dewasa ini merupakan sebuah hal yang
semakin berkembang. Pertumbuhan usaha
ini didukung dengan program pemerintah
yang meluncurkan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) diatur dalam “Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian Nomor
11 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat” khusus
peternakan yang disalurkan melalui bank-
bank BUMN dengan suku bunga yang
rendah. Program ini membuat peternak
atau calon peternak mudah dalam
memperoleh modal, yang berdampak pada
meningkatnya peternak mikro yang berada
di setiap kota. Jumlah usaha peternakan
yang meningkat berpengaruh pada
perusahaan atau koperasi yang berada di
sektor produsen pakan ternak. Perusahaan
atau koperasi beroperasi untuk memenuhi
permintaan pakan ternak kualitas baik
sebagai pemenuh nutrisi ternak
pendamping rumput hijau.
Pada industri pakan ternak diperlukan
beberapa bahan baku untuk melakukan
proses produksinya. Jenis bahan baku yang
banyak membuat perusahaan kewalahan
dalam menyediakannya. Bahan baku yang
dibutuhakan agar selalu terpenuhi dan
menghindari stockout maka perusahaan
perlu melakukan pengendalian persediaan
bahan baku.
Proses produksi khususnya pada
penyediaan bahan baku merupakan faktor
yang sangat penting, karena diperlukan
pertimbangan dalam pengadaannya.
Perusahaan jasa maupun perusahaan
manufaktur, selalu memerlukan
persediaan. Para pengusaha akan
dihadapkan pada resiko bahwa
perusahaannya pada suatu waktu tidak
dapat memenuhi keinginan para
pelanggannya, ketika perusahaan tidak
mempunyai persediaan. (Rangkuti, 2004).
Pada proses manajemen logistik,
pengadaaan bahan baku memerlukan
banyak biaya yang terdiri dari perencanaan
produk, pengadaaan material produksi,
pengendalian persediaan, penyimpanan,
distribusi, transportasi, dan peramalan
kebutuhan (Swastha, 1990). Pengendalian
persediaan dapat mempermudah atau
memperlancar jalannya operasi perusahaan
yang harus selalu dilakukan secara
berturut-turut untuk mempertahankan
stabilitas kegiatan operasi perusahaan,
sehingga perusahaan dapat terus
memenuhi permintaan pasar.
Persediaan bahan baku merupakan
salah satu aset perusahaan yang memiliki
peranan penting dalam operasi bisnis
sehingga pengendalian persediaan perlu
dilakukan dengan baik. Perusahaan ingin
menyimpan cukup persediaan bahan baku
yang cukup untuk dapat memenuhi proses
produksi, di sisi yang lain bahan baku
yang disimpan dalam waktu lama akan
meningkatkan biaya penyimpanan, bahan
baku kedaluarsa, dan adanya resiko harga
turun sewaktu-waktu. Perusahaan ingin
mengurangi biaya dengan cara mengurangi
tingkat persediaan bahan baku di tangan
yaitu persediaan bahan baku yang sudah
ada di gudang, tetapi kondisi ini
dikhawatirkan akan mengganggu jalannya
proses produksi jika tiba- tiba terjadi
peningkatan permintaan, yang berdampak
pada kekurangan atau kehabisan
persediaan bahan baku. Kekurangan atau
kehabisan bahan baku berakibat pada
proses produksi bisa terhenti, dan juga
akan berakibat bertambahnya biaya
pembelian yang dilakukan secara
mendadak. Pembeliaan secara mendadak
akan berdampak pada meningkatnya biaya
tambahan untuk mendapatkan persediaan
sehingga mengakibatkan penurunan laba
perusahaan.
Pengendalian persediaan bertujuan
untuk mengendalikan persediaan bahan
baku agar tidak terjadi kekurangan
persediaaan bahan baku maupun kelebihan
persediaan bahan baku sekaligus
meminimalkan biaya persediaan tersebut.
Perusahaan perlu melakukan pengendalian
persediaan bahan baku baik untuk poses
produksi maupun untuk perencanaan
proses produksi berikutnya agar persediaan
bahan baku tidak terlalu besar ataupun
terlalu sedikit yang dapat mengakibatkan
meningkatnya biaya persediaan serta
terjadinya kekurangan atau kehabisan
persediaan. Pengendalian persediaan bahan
baku ini akan menghasilkan jumlah
pembelian bahan baku yang tepat waktu
dan tepat jumlah. Oleh karena itu
pengendalian persediaan bahan baku perlu
dilakukan dengan baik agar tersedia dalam
jumlah dan waktu yang tepat sehingga
proses produksinya tidak terganggu dan
biaya-biaya persediaan bahan baku dapat
ditekan seminimal mungkin.
KOP SAE Pujon Malang merupakan
koperasi yang bergerak dalam menampung
susu anggotanya untuk
diteruskan/disetorkan ke Industri
Pengolahan susu. Koperasi ini mempunyai
beberapa unit penunjang untuk
meningkatkan produksi susu anggotanya
yang salah satunya adalah Unit Pakan
Ternak. Unit pakan ternak ini bertujuan
untuk menyuplai permintaan pakan ternak
semua anggota koperasi. Pakan ternak ini
didistribusikan pada anggota koperasi
untuk dapat menghasilkan susu yang tepat
waktu dalam proses produksi dan
berkualitas sesuai dengan spesifikasi dari
industri pengolahan susu.
Unit pakan ternak Koperasi Susu SAE
memproduksi sendiri pakan ternaknya,
bahan baku yang digunakan dalam proses
produksi pakan ternak berupa limbah
industri pengolahan hasil pertanian.
Limbah tersebut seperti limbah hasil
pengolahan jagung, tebu, singkong yang
diperoleh dari industri makanan yang
berbahan baku dari hasil pertanian.
Limbah tersebut merupakan sumber gizi
bagi ternak, sehingga bila dicampur
dengan metode tertentu dapat digunakan
sebagai pendamping rumput hijau dalam
pakan ternak. Bahan baku tersebut harus
selalu tersedia dan umumnya bersifat
konstan karena permintaan anggota di
lingkup KOP SAE cenderung konstan
dilihat dari lambatnya pertumbuhan hewan
ternak dan rendahnya tingkat mortality
hewan ternak anggota setiap tahun.
Kelancaran produksi pakan akan
berpengaruh pada produktivitas susu yang
dihasilkan peternak.
KOP SAE saat ini masih menggunakan
metode sederhana untuk melakukan
pengendalian persediaan bahan bakunya.
Kebijakan perusahaan dalam melakukan
pembelian bahan baku pakan adalah
dengan menyesuaikan permintaan dari
bagian produksi dan juga memperkirakan
jumlah persediaan yang masih tersisa
dalam gudang untuk bahan baku pakan.
Jumlah tersebut ditentukan dengan
menggunakan perkiraan yang didasarkan
pada pengalaman bulan-bulan sebelumnya.
Metode aktual perusahaan ini yang
mengakibatkan tingkat persediaan menjadi
tidak menentu dan biaya-biaya persediaan
yang harus ditanggung perusahaan masih
belum dapat dikendalikan. Perusahaan
juga tidak memiliki alokasi persediaan
yang berguna sebagai persediaan cadangan
untuk mengatasi kekosongan persediaan
atau melonjaknya permintaan.
Penerapan kebijakan persediaan bahan
baku pada perusahaan salah satumya dapat
dilakukan dengan menggunakan analisis
“Economic Order Quantity” (EOQ). EOQ
adalah volume atau jumlah pembelian
yang paling ekonomis untuk dilakukan
pada setiap kali pembelian
(Prawirosentono, 2001). Metode EOQ
(Economic Order Quantity) adalah salah
satu teknik pengendalian persediaan yang
sederhana di mana konsep pengendalian
tersebut mampu untuk menentukan jumlah
(Q) setiap kali pemesanan sehingga biaya
total persediaan dapat diturunkan dan
untuk menjaga kelancaran produksi
dengan biaya yang efisien. Penggunaan
metode EOQ dapat mengetahui jumlah
pemesanan yang paling ekonomis
(optimal) untuk persediaan bagi
perusahaan, sekaligus dapat mengetahui
biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan
persediaan bahan baku yang dimiliki
(Total Inventory Cost) dan waktu yang
paling tepat untuk mengadakan
pembelian/pemesanan kembali bahan baku
dengan menggunakan perhitungan ROP
(Re-Order Point). Keuntungan dengan
adanya penerapan metode EOQ,
perusahaan akan mampu mengurangi biaya
penyimpanan, penghematan ruang, baik
untuk ruangan gudang dan ruangan kerja,
menyelesaikan masalah- masalah yang
timbul dari banyaknya persediaan yang
menumpuk sehingga mengurangi resiko
yang dapat timbul karena persediaan yang
ada di gudang seperti bahan pakan kering
yang rentan terhadap api. Analisis EOQ ini
dapat digunakan dengan mudah dan
praktis untuk direncanakan berapa kali
suatu bahan dibeli dan dalam kuantitas
berapa kali pembeliaan.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui proses pengendalian
persediaan bahan baku kondisi actual
perusahaan dan memeroleh hasil analisis
pengendalihan persediaan dengan
menggunakan metode EOQ (Economic
Order Quantity) serta pengaruhnya jika
diterapkan pada Koperasi SAE Pujon dan
perusahaan dapat menggunakan hasil dari
penelitian ini sebagai bahan evaluasi dan
penilaian serta penimbangan keputusan
yang berhubungan dengan pengendalian
bahan baku yang sesuai dengan kondisi
perusahaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen Operasional
Manajemen operasi menurut Pratama
(2009) adalah serangkaian aktivitas yang
menghasilkan nilai dalam bentuk barang
dan jasa dengan mengubah input menjadi
output. Kegiatan yang menghasilkan
barang dan jasa berlangsung di semua
organisasi, baik perusahaan manufaktur
maupun perusahaan jasa. Kegiatan
produksi dalam perusahaan manufaktur
terlihat dengan jelas (berwujud) untuk
menghasilkan barang, sementara dalam
perusahaan jasa, kegiatan produksinya
tidak terlihat dengan jelas dan tidak
menghasilkan produk secara fisik, namun
dirasakan manfaatnya oleh konsumen.
Harold (2011) menyatakan bahwa
pengambilan keputusan pada manajemen
operasional bertujuan untuk memudahkan
proses pemilihan alternatif atau
penggunaan peralatan analisis, bagi
penentuan keputusan, sehingga dapat
diketahui bagaimana keputusan yang
rasional harus diambil, dengan demikian
dapat ditentukan dan disusun rencana logis
dari keputusan-keputusan yang diambil
atau dasar peralatan ilmu pengetahuan dan
metematika, ataupun analisis kualitatif
ataupun realita yang terjadi di lapangan,
sehingga ketika melihat dari kondisi
perusahaan, makaperusahaan dapat
mengambil keputusan berdasarkan kondisi
yang terjadi.
Sepuluh Keputusan Manajemen
Operasional
Keputusan operasi (operation decisions)
adalah keputusan efektif yang dibuat oleh
manajer dalam sepuluh wilayah
manajemen operasional yang
memungkinkan perusahaan untuk dapat
melakukandiferensiasi, biaya rendah, dan
respons yang cepat (Heizer dan Render,
2015).
Perancangan Barang Dan Jasa
Kualitas
Perancangan Proses dan Kapasitas
Pemilihan Lokasi
Perancangan Tata Letak
Sumber Daya Manusia dan Rancangan
Pekerjaan
Manajemen Rantai Pasokan
Persediaan
Penjadwalan
Pemeliharaan
Persediaan
Menurut Sofyan Assauri (1980)
persediaan dapat diartikan sebagai suatu
aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual
dalam satu periode usaha yang formal atau
persediaan barang-barang yang masih
dalam pengerjaan atau proses produksi,
ataupun persediaan bahan baku yang
menunggu penggunaannya dalam suatu
proses produksi.
Suyadi Prawirosentono (2007)
persediaan adalah kekayaan lancar yang
terdapat dalam perusahaan dalam bentuk
persediaan bahan mentah (bahan baku/raw
material), barang setengah jadi (work in
process), dan barang jadi). Bahan baku
merupakan bahan utama dari suatu produk
atau barang. Barang setengah jadi adalah
barang yang masih dalam proses
pembuatan. Barang jadi adalah barang
yang telah siap digunakan atau dipakai
atau dikonsumsi oleh konsumen.
Definisi-definisi persediaan tersebut
menunjukan bahwa persediaan memiliki
peran yang penting dalam perusahaan di
mana peran utama persediaan adalah untuk
menjaga keberlangsungan proses produksi.
Bentuk dari persediaan berbagai macam
diantaranya dapat berupa bahan mentah
atau bahan baku yang nantinya diproses
menjadi barang jadi, komponen rakitan,
serta bahan pembantu lainnya.
Fungsi Persediaan
Menurut Tampubolon (2004) yang
mengatakan bahwa mengefektifkan sistem
persediaan bahan, efisiensi operasional
perusahaan dapat ditingkatkan melalui
fungsi persediaan dengan mengefektifkan :
Fungsi Decuopling
Merupakan fungsi perusahaan untuk
mengadakan persediaan decouple,
dengan mengadakan pengelompokan
operasional secara terpisah-pisah.
Fungsi Economic Size
Penyimpanan persediaan dalam
jumlah besar dengan pertimbangan
adanya diskon atas pembelian bahan,
diskon atas kualitas untuk
dipergunakan dalam proses konversi,
serta didukung kapasitas gudang yang
memadai.
Fungsi Antisipasi
Merupakan penyimpanan
persediaan bahan yang fungsinya untuk
penyelamatan jika sampai terjadi
keterlambatan datangnya pesanan
bahan dari pemasok. Tujuan utama
adalah untuk menjaga proses konversi
agar tetap berjalan lancar.
Muslich (2009) mengatakan bahwa
persediaan barang mempunyai fungsi yang
sangat penting bagi perusahaan.
Perusahaan perlu melakukan penyimpanan
terhadap barang persediaannya, seperti
bahan baku, barang setengah jadi, dan
barang jadi, karena:
Penyimpanan barang diperlukan agar
perusahaan dapat memenuhi pesanan
pembeli dalam waktu yang cepat. Jika
perusahaan tidak memiliki persediaan
barang dan tidak dapat memenuhi
pesanan pembeli pada saat yang tepat,
maka kemungkinannya pembeli akan
berpindah ke perusahaan lain.
Untuk berjaga-jaga pada saat barang di
pasar sukar diperoleh, kecuali pada
saat musim panen tiba.
Untuk menekan harga pokok per unit
barang dengan menekan biaya-biaya
produksi per unit.
METODE PENELITIAN
Economic Order Quantity
Heizer dan Render (2015) menyebutkan
bahwa metode EOQ adalah salah satu
teknik pengendalian persediaan yang
sederhana untuk permintaan-permintaan
produk yang bersifat independen. Tujuan
metode pengendalian ini adalah untuk
menentukan jumlah barang atau bahan
baku (Q) setiap kali pemesanan (EOQ)
sehingga biaya total persediaan dapat
diminimalkan. Rumus dari EOQ adalah
sebagai berikut:
EOQ = √
Keterangan:
EOQ = Jumlah unit yang
dipesan
D = Jumlah permintaan (per
tahun)
S = Biaya pemesanan (per
pemesanan)
H = Biaya penyimpanan (per
unit per tahun)
Safety Stock
Nafarin (2004) persediaan pengaman
(safety stock) adalah persediaan inti dari
bahan yang harus dipertahankan untuk
menjamin kelangsungan usaha.
Persediaan pengaman tidak boleh
dipakai kecuali dalam keadaan darurat,
seperti keadaan bencana alam, alat
pengangkut bahan kecelakaan, bahan
dipasaran dalam keadaan kosong karena
huru hara, dan lain-lain. Persediaan
pengaman bersifat permanen, karena itu
persediaan bahan baku minimal
(persediaan pengaman) termasuk
kelompok aktiva. Dapat diformulasikan
sebagai berikut:
SS = Z x s
Di mana :
s = √∑
dan
=
Keterangan :
SS = Safety Stock
Z = Nilai tabel service level
s = Standar deviasi
D = Jumlah permintaan (per
tahun)
= Rata-rata permintaan per
bulan
n =Jumlah bulan dalam periode
hitung
Re-Order Point
Reorder Point berdasarkan paparan
Heizer dan Render (2015) diformulasikan
sebagai berikut:
ROP = SS + (d x L)
Keterangan :
ROP = Re-Order Point
SS = Safety Stock
d = Rata-rata permintaan per
hari
L = Lead Time
Total Inventory Cost
Dalam perhitungan biaya total
persediaan, bertujuan untuk
membuktikan bahwa dengan terdapatnya
jumlah pembelian bahan baku yang
optimal, yang dihitung dengan metode
EOQ akan dicapai biaya total persediaan
baku yang minimal. Total Inventory
Cost (TIC) sesuai dengan yang telah
dipaparkan oleh Heizer dan Render (2015)
dapat diformulasikan sebagai berikut:
TCEOQ = *
+ *
+
Keterangan :
TCEOQ = Total biaya persediaan dengan
metode EOQ
S = Biaya pemesanan (per pemesanan)
H = Biaya penyimpanan per unit (per unit
per tahun)
= Jumlah pemesanan per tahun
= Rata-rata persediaan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian
deskriptif, dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Menurut Menurut
Sugiyono (2005) menyatakan bahwa
metode deskriptif adalah suatu metode
yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian
tetapi tidak digunakan untuk membuat
kesimpulan yang lebih luas. Pendekatan
dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif, yaitu penelitian ini disajikan
dengan angka-angka. Arikunto (2006)
mengemukakakan bahwa penelitian
kuantitatif adalah pendekatan penelitian
yang banyak dituntut menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut, serta penampilan
hasilnya.
Jenis dan Sumber Data
Data primer dalam penelitian ini adalah :
Profil perusahaan Koperasi SAE
Pujon, termasuk didalamnya visi-misi
perusahaan, bisnis inti perusahaan,
klien yang memesan produk kepada
Koperasi SAE Pujon dan informasi
lainnya yang berhubungan dengan
Koperasi SAE Pujon, yang nantinya
data ini akan diperoleh menggunakan
metode wawancara secara mendalam
dengan orang-orang yang berkontribusi
pada Koperasi SAE Pujon.
Alur pengolahan bahan baku pakan
ternak.
Bukti transaksi bahan baku pakan
ternak.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah :
Data kebutuhan bahan baku pakan
ternak selama periode yang diteliti.
Data persediaan bahan baku pakan
ternak selama periode yang diteliti.
Data biaya persediaan bahan baku
pakan ternak selama periode yang
diteliti.
Biaya pemesanan bahan baku pakan
ternak.
Biaya penyimpanan bahan baku pakan
ternak.
Lead time pengadaan bahan baku
pakan ternak.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pengendalian Bahan Baku Metode
Aktual Objek Penelitian
Koperasi SAE Pujon melakukan proses
produksi pakan ternak di Unit Pakan
Ternak Koperasi SAE Pujon. Bahan baku
yang digunakan untuk memproduksi
produk-produk pakan ternak yaitu Katul,
Polar, Bungkil kelapa, Promix, DDGS,
Kulit kacang, Debintox, Molases, Choko,
CGFF, Superbrand, dan Mineral yang
selanjutnya akan di proses langsung di
pabrik Unit Pakan Ternak Koperasi SAE
Pujon menjadi produk pakan ternak berupa
Saeprofeed, Completefeed, dan Saepro
Yunior. Data bahan baku yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 12 bahan baku
yang terdiri dari katul, pollard, bungkil
kelapa, promix, DDGS, bungkil kacang,
limbah ulat, tumpi jagung, tepung kacang
hijau, debintox, tepung kedelai, tetes,
mineral, choco, CGF, dan superbrand
pembuatan pakan ternak. Data jumlah
bahan baku pakan ternak selama 2018
dijabarkan pada tabel berikut :
Tabel 1
Persediaan Seluruh Bahan Baku Pakan Ternak Koperasi Susu SAE Pujon
Tahun 2018
Bulan Persedian
Awal
Bulan (kg)
Pengadaan
(kg)
Penggunaan
(kg)
Sisa (kg) Total
Persediaan
(kg)
Januari 961,998 2,490,759 2,209,253 1,243,504 3,452,757
Februari 1,243,504 2,052,343 2,047,376 1,248,471 3,295,847
Maret 1,248,471 1,905,016 2,184,929 968,558 3,153,487
April 968,558 2,236,622 2,136,798 1,068,382 3,205,180
Mei 1,068,382 2,779,008 2,223,887 1,623,503 3,847,390
Juni 1,623,503 1,408,217 2,251,910 779,810 3,031,720
Juli 779,810 2,775,371 2,377,446 1,177,735 3,555,181
Agustus 1,177,735 2,268,600 2,312,097 1,134,238 3,446,335
September 1,134,238 2,177,165 2,225,722 1,085,681 3,311,403
Oktober 1,085,681 2,595,203 2,296,023 1,384,861 3,680,884
November 1,384,861 1,933,159 2,229,311 1,088,709 3,318,020
Desember 1,088,709 2,013,588 1,984,547 1,117,750 3,102,297
Total 26,635,051 26,479,299 40,400,501
Sumber : Data diolah, 2019.
Dari tabel 1 diatas diketahui bahwa
pengadaan bahan baku pakan ternak dalam
satu tahun adalah sebesar 26.635.051 kg.
Rata-rata jumlah pemesanan bahan baku
(Q) adalah sebagai berikut:
Dari tabel 1 juga diketahui bahwa
persediaan bahan baku pakan ternak dalam
satu tahun adalah sebesar 40.400.501 kg.
Rata-rata jumlah persediaan bahan baku
per bulan adalah sebagai berikut:
Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan dapat disajikan dalam
tabel berikut :
Tabel 2
Komponen dan Perhitungan Biaya Pemesanan
No. Komponen Biaya Jumlah Biaya Sekali Pesan
1. Biaya Telepon dan Internet Rp250.000,-
2. Biaya Bongkar Muat Rp39.952.600,-
Total Rp40.202.600,-
Dari tabel 2 diatas diketahui bahwa
biaya pemesanan bahan baku pakan ternak
yang dikeluarkan untuk satu kali
pemesanan adalah sebesar Rp40.202.600,-.
Biaya penyimpanan
Biaya penyimpanan dapat dijelaskan
lebih ringkas dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3
Komponen dan Perhitungan Biaya Penyimpanan
Dari tabel 3 diatas diketahui bahwa
biaya penyimpanan bahan baku pakan
ternak yang dikeluarkan untuk satu bulan
adalah sebesar Rp163.896.250,- atau
Rp1.966.755.000,- selama satu tahun.
Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost/TIC) Metode Aktual Perusahaan
Berdasarkan metode aktual perusahaan
diketahui bahwa biaya pemesanan (S) =
Rp40.202.600 per pemesanan, Biaya
Penyimpanan (H) =
Rp1.966.755.000/tahun : 40.400.501
kg/tahun= Rp48,6-/ kg/tahun, Jumlah
bahan baku setiap pemesanan (Q) =
2.219.587,58 kg, Jumlah rata-rata bahan
baku yang tersimpan di gudang (Qi) =
No. Komponen Biaya Jumlah Biaya
1. Biaya Listrik dan Mesin Rp3.006.250,-
2. Biaya Administrasi dan
Biaya Keamanan
Rp160.890.000,-
Total per Bulan Rp163.896.250,-
Total per Tahun Rp1.966.755.000,-
Sumber : Data diolah, 2019.
Sumber : Data diolah, 2019.
40.400.501 kg : 12 Bulan = 3.366.708,41
kg. Rumus yang digunakan adalah :
TCi = *
+ + *
+
TCi = *
+ +
*
+
TCi = [ ] +
[ ]
TCi = 479.610.120,17 + 81.811.014,36
TCi = 561.421.135
Total biaya persediaan yang harus
dikeluarkan Koperasi SAE Pujon untuk
bahan baku pakan ternak selama satu tahun
yaitu sebesar Rp561.421.135,-.
Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Komponen-kompinen yang dibutuhkan
dalam model EOQ sebagai berikut:
𝐒 = 𝐑𝐩40.202.600 𝐩𝐞𝐫 𝐩𝐞𝐬𝐚𝐧𝐚n
𝐇 = 𝐑𝐩48,6 𝐩𝐞𝐫 𝐤𝐠 𝐩𝐞𝐫 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐃 = 26.479.299 𝐤𝐠
𝐝 =
kg
𝐝 =
Menentukan waktu tunggu atau Lead
Time (L)
Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ = √
EOQ = √
EOQ = √
EOQ = 4.480.175,9 kg
Frekuensi Pemesanan Metode EOQ
F =
F =
F = 5,6
Persediaan Pengamanan (Safety Stock)
Persediaan pengamanan diperlukan di
dalam suatu persediaan perusahaan karena
memiliki fungsi untuk menjaga
ketersediaan bahan baku dalam keadaan
darurat serta menghindari terjadinya
kekurangan bahan baku. Koperasi SAE
Pujon diketahui pada Tabel 4.1. jumlah
penggunaan tiap bulan pada periode tahun
2018 tidak konstan, tetapi bervariasi antara
bulan yang satu dengan bulan yang
lainnya. Oleh karena itu, harus ada stok
pengaman untuk memberikan suatu tingkat
proteksi terhadap habisnya stok.
Perhitungan safety stock memerlukan
adanya analisis standard deviation, di
mana rata-rata bahan baku akan
dibandingkan dengan penggunaan atau
penjualan bahan baku sesungguhnya yang
kemudian dapat diketahui ada atau
tidaknya penyimpangan yang terjadi.
Perhitungan standar deviasi dilakukan
dengan langkah berikut:
s = √∑
s = √
s = √
s = 109.360,37
Nilai di atas perlu dikonversikan
menjadi nilai per hari untuk menyesuaikan
dengan nilai Lead Time, dilakukan dengan
perhitungan berikut:
s =
s = 4.374,4
Data selanjutnya yang diperlukan dalam
perhitungan safety stock adalah tingkat
pelayanan atau service level yang
ditetapkan perusahaan agar persediaan
mampu memenuhi kebutuhan produksi.
Asumsi yang digunakan Koperasi SAE
Pujon untuk mampu memenuhi kebutuhan
produksi yaitu sebesar 95%, maka nilai Z
dapat ditentukan dengan melihat tabel
distribusi Z. Dengan nilai Z=0.10 maka
dapat diketahui bahwa nilai Z tabel adalah
1.65. Setelah senua komponen perhitungan
safety stock dapat diketauhi, maka nilai
safety stock dapat dicari dengan rumus
berikut:
SS = Z x s x √
SS = 1,65 x 4.374,4 x √
SS = 19.096.39 kg
Berdasarkan perhitungan di atas, nilai
persediaan pengamanan (safety stock) yang
harus dimiliki Koperasi SAE Pujon untuk
meminimalkan resiko kehabisan stock
adalah 19.096,39 kg, atau dibulatkan
menjadi 19.097 kg.
Titik Pemesanan Ulang (Re-Order Point)
Penentuan jumlah kebutuhan bahan
baku per hari yaitu:
d =
d =
d = 88.264,33
Setelah kebutuhan bahan baku per hari
sudah diketahui, perhitungan ROP dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus
berikut:
ROP = SS + (d x L)
ROP = 19.096,39 + (88.264,33 x 7)
ROP = 19.096,39 + 617.850,31
ROP = 636.946,7 kg
Total Biaya Persediaan (Total Inventory
Cost/TIC) Metode Economic Order
Quantity (EOQ)
Perhitungan total biaya persediaan
menurut EOQ dapat dihitung sebagai
berikut:
TCEOQ = *
+ *(
) +
TCEOQ = *
+
+*(
) +
TCEOQ = 237.610.462 + 109.796.358,9
TCEOQ = 347.406.821
Besarnya biaya persediaan bahan baku
pakan ternak yang dikeluarkan Koperasi
SAE Pujon setelah menggunakan metode
EOQ adalah sebesar Rp347.406.821,-
dengan melakukan enam kali pemesanan
dalam satu tahun.
Perbandingan
Hasil perhitungan biaya persediaan
bahan baku pakan ternak menurut
perhitungan aktual Koperasi SAE Pujon
dan metode EOQ menunjukkan angka
yang berbeda. Perbandingan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Perbandingan Metode Aktual Koperasi
SAE Pujon dengan Metode EOQ
No. Uraian Metode
Aktual
Koperasi
SAE Pujon
Metode
Economic
Order
Quantity
(EOQ)
1. Unit yang
dipesan (kg)
4.480.176
2. Total biaya
persediaan
(Rupiah)
561.421.135 347.406.821
3. Biaya
pemesanan
(Rupiah)
479.610.120 237.610.462
4. Biaya
penyimpanan
(Rupiah)
81.811.015 109.796.359
5. Selisih biaya
(Rupiah)
214.014.314
6. Frekuensi
pemesanan
12 6
7. Safety Stock
(kg)
- 19.097
8. Re-Order
Point (kg)
- 636.947
Sumber : Data diolah, 2019.
Berdasarkan informasi perbandingan di
atas Tabel 4.5. dapat diketahui
perbandingan kedua metode tersebut,
metode EOQ menghasilkan kuantitas
optimal pemesanan sebesar 4.480.176 kg
yang menjadikan pemesanan bahan baku
menjadi lebih sedikit menjadi 6 kali dalam
satu tahun dibandingkan dengan metode
aktual perusahaan sebesar 2.219.588 kg
dengan 12 kali pemesanan. Hal ini
menjadikan biaya pemesanan pada metode
EOQ menjadi lebih rendah sebesar
Rp237.610.462 dibandingkan dengan
metode aktual perusahaan yaitu sebesar
Rp479.610.120.
Metode EOQ dapat meminimalisir total
biaya persediaan sekitar 38 % / tahun, atau
dengan perhitungan sebagai berikut biaya
persediaan aktual – biaya persediaan
metode EOQ = Rp 561.421.135 – Rp
347.406.821 = Rp 214.014.314 jadi
perusahaan dapat melakukan penghematan
sebesar Rp 214.014.314/tahun.
Metode pengendalian persediaan EOQ
lebih dinilai menguntungkan karena
perhitungan pada total biaya persediaan
KOP SAE memakai kuantitas persediaan
yang optimal (EOQ). Sedangkan pada
metode aktual KOP SAE, perhitungan
total biaya persediaan KOP SAE
menggunakan kuantitas pemesanan rata-
rata dan kuantitas penyimpanan rata-rata
yang menjadikan hasil perhitungan biaya
persediaan bahan pakan ternak dari metode
aktual lebih besar dibandigkan dengan
metode EOQ. Hal tersebut yang
mengakibatkan perhitungan total biaya
persediaan metode EOQ lebih dinilai
menguntungkan dibandingkan dengan
perhitungan total biaya persediaan metode
aktual KOP SAE.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Proses pengendalian bahan baku pakan
ternak yang dilakukan KOP SAE
masih menggunakan cara sederhana
dengan jumlah biaya persediaan yang
cukup besar.
Berdasarkan metode EOQ dapat
diketahui sebagai berikut :
1) Frekuensi pemesanan yang
dilakukan KOP SAE lebih sedikit
dilakukan, karena kuantitas
pemesanan yang dipesan lebih
banyak dibandingkan dengan rata-
rata kuantitas pemesanan pada
metode aktual perusahaan.
2) Metode EOQ dapat menentukan
banyaknya jumlah persediaan
pengamanan (safety stock) yang
dibutuhkan KOP SAE untuk
mengantisipasi kekurangan
persediaan bahan baku pakan
ternak di gudang.
3) Metode EOQ juga dapat
menentukan pemesanan kembali
(Re-Order Point) yang harus
dilakukan KOP SAE apabila
persediaan bahan baku pakan
ternak berada pada titik tertentu.
Penggunaan metode EOQ sebagai
dasar perhitungan dalam pengendalian
persediaan mampu membantu dalam
merencanakan pengadaan persediaan
pada bahan baku pakan ternak di KOP
SAE.
Saran
KOP SAE sebaiknya mulai
mempertimbangkan untuk menerapkan
metode EOQ (Economic Order
Quantity) dalam melakukan
pengendalian persediaan bahan baku
agar biaya persediaan bahan baku
dapat efisien sehingga perusahaan
dapat meminimalisir terjadinya
pemborosan biaya.
Metode EOQ juga harus
dipertimbangkan oleh perusahaan
karena memiliki safety stock dan dapat
mengetahui kapan harus memesan
kembali (re-order point). Keduanya
digunakan sebagai alat untuk
mengendalikan persediaan secara lebih
sistematis dan ilmiah, sehingga resiko-
resiko ketidakpastian dan kerugian
yang mungkin muncul dapat
diminimalisir.
Penambahan kapasitas gudang
diperlukan apabila metode EOQ bisa
diterapkan, hal tersebut dikarenakan
terjadinya penambahan stok bahan
baku dua kali lipat dari metode aktual
KOP SAE.
Terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan sebagai penunjang
kelancaran pelaksanaan metode EOQ
yaitu KOP SAE harus dapat mengatur
dan mengendalikan sistem pembelian
yang berkaitan dengan pengadaan
bahan baku untuk menjaga pemenuhan
bahan baku agar tetap terjamin dan
tidak terjadi keterlambatan dalam
pemenuhan kebutuhan bahan baku
yang diperlukan KOP SAE.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyemi,, S. L., dan Salami, A. O. 2010.
“Inventory Management: A Tool of
Optimizing Resources in a
Macnufacturing Industry, A case
Study of Coca Cola Bottling
Company Ilorin Plant” dalam Journal
of Social Sciences, Vol. 23 No. 2
Tahun 2010.
Ahyari,, A. 2002. Manajemen Produksi
Perencanaan Sistem Produksi Buku
1, Edisi 4. Yogyakarta : BPFE UGM.
Ambarwati,, Sri Dwi Ari. 2010.
Manajemen Keuangan Lanjut.
Yogyakarta :Graha Ilmu.
Anggraeni, R. 2007., Analisis Persediaan
Bahan Baku Produk Mie Instan di
PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk.
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream/
handle/123456789/15302/H07ran.pd
f) diakses 31 Juli 2019.
Arikunto, S., 2006. Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto., S.2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Assauri, Sofyan., 1980. Manajemen
Produksi dan Operasi. Jakarta :
LBFE UI.
Assauri, Sofyan., 2005. Manajemen
Produksi dan Operasi. Jakarta :
LBFE UI.
Basu, Swastha., 1990. Manajemen
Pemasaran Modern. Yogyakarta :
Liberty.
Basuki, Sulistyo., 2006. Metode
Penelitian. Jakarta: Widya Sastra.
Hanaristha, F. Elwidho., 2015.
Pengendalian Persediaan Bahan
Baku Menggunakan Metode EOQ (
Economics Order Quantity) Pada
Perusahaan Roti Bonasa. Kediri :
Fakultas Ekonomi, Universitas
Kediri.
Handoko, T, Hani., 1999. Manajemen.
Yogyakarta : BPFE Yogyakarta.
Handoko, T, H., 2000. Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta : BPFE UGM.
Harold, Koontz., 2011. Administracion.
New York : McGraw Hill USA.
Hasnah, Nur. 2017. Pengendalian
Persediaan Bahan Baku Jagung
Untuk Pakan Ayam Broiler Pada PT.
Japfa Comfeed Indonesia, TBK Unit
Makassar. Makassar : Fakultas
Peternakan, Universitas Hasanuddin
Makassar.
Heizer, Jay., dan Barry Render., 2011.
Operation Manajemen. Boston :
Pearson USA.
Heizer, Jay., dan Barry Render., 2015.
Manajemen Operasi – Manajemen
Keberlangsungan dan Rantai
Pasokan. Jakarta : Salemba Empat.
Indrajit, R. E. & Djokopranoto, R., 2003.
Manajemen Persediaan, Barang
Umum dan Suku Cadang Untuk
Pemeliharaan dan Operasi. Jakarta:
Grasindo.
Indrayati, Rike., 2007. Pengendalian
Persediaan Bahan Baku
Menggunakan Metode EOQ
(Economics Order Quantity) Pada
PT. Tipota Furnishings Jepara.
Semarang : Fakultas Ekonomi,
Universitas Negeri Semarang.
Muslich, M., 2009., Metode Kuantitatif.
Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Nafarin, M., 2004., Penganggaran
Perusahaan. Jakarta : Salemba
Empat.
Nafarin, M., 2007. Penganggaran
Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta:
Salemba Empat.
Nasution, A.H., 2006. Manajemen
Industri. Yogyakarta: Andi.
Nasution, A. H., dan Prasetyawan, Y.,
2008. Perencanaan dan
Pengendalian Produksi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Pemerintah Indonesia, Peraturan Menteri
Pertanian Nomor 48 / Permentan /
PK.210 / 10 / 2016 tentang Upaya
Khusus Percepatan Peningkatan
Populasi Sapi dan Kerbau Bunting.
Pemerintah Indonesia, Undang-Undang
Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha
Kecil.
Pemerintah Indonesia, Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 254 / / MPP / Kep / 6 / 1997
tentang Industri Kecil.
Pemerintah Indonesia, Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan
Nomor 257 / / MPP / Kep / 7 / 1997
tentang Industri Kecil Menengah.
Pratama, Billy Arma., 2009. Analisis
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kebijakan Penyaluran Kredit
Perbanakan (Studi pada Bank Umum
di Indonesia Periode Tahun 2005-
2009) Jurnal Bisnis Strategi, Vol 19,
No. 2 Tahun 2017.
Prawirosentono, Suyadi., 2001.
Manajemen Operasi. Jakarta : Bumi
Aksara.
Prawirosentono, Suyadi., 2007. Filosofi
Baru Tentang Mutu Terpadu Edisi 2.
Jakarta : Bumi Aksara.
Rangkuti, Freddy., 2004. Manajemen
Persediaan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Rangkuti, Freddy., 2007. Manajemen
Persediaan: Aplikasi di Bidang
Bisnis.. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Rasyaf, M., 2004. Beternak Ayam
Pedaging. Jakarta: Penebar Swadaya.
Riduwan., 2004. Metode dan Teknik
Menyusun Tesis. Bandung: Afabeta.
Ristono, Agus., 2013. Manajemen
Persediaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Slamet, Achmad., 2007. Penganggaran
Perencanaan dan Pengendalian
Usaha. Semarang : UNNES PRESS.
Sugiyono., 2005. Metode Penelitian
Bisnis. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono., 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
Sugiyono., 2014. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukamdiyo., 2004. Manajemen Koperasi.
Jakarta: Erlangga.
Sumayang, Lalu., 2012. Dasar-Dasar
Manajemen Produksi Operasi, edisi
pertama. Jakarta : Salemba Empat.
Tampubolon, Manahan. P., 2004.
Manajemen Operasional (Operation
Management). Jakarta : Ghalia
Indonesia.
Uma, Sekaran., 2006. Metodologi
Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4,
Buku 1. Jakarta : Salemba Empat.
Warmadewi, Dewi Ayu., 2017.
Manajemen Pabrik Pakan. Denpasar:
Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.