ANALISIS PENGARUH TOTAL POPULASI, INFLASI, IPM, DAN
CORRUPTION PERCEPTION INDEX (CPI) TERHADAP KETIMPANGAN
PENDAPATAN PADA TAHUN 2010 – 2015
(STUDI KASUS 5 NEGARA BERKEMBANG ASEAN)
Oleh:
Faikar Zakky Hakim
NIM: 11140840000049
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018 M/1439 H
i
ANALISIS PENGARUH TOTAL POPULASI, INFLASI, IPM, DAN
CORRUPTION PERCEPTION INDEX (CPI) TERHADAP KETIMPANGAN
PENDAPATAN PADA TAHUN 2010-2015
(STUDI KASUS 5 NEGARA BERKEMBANG ASEAN)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Faikar Zakky Hakim
NIM. 11140840000049
Di bawah Bimbingan:
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TAHUN 1439 H/2018 M
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Faikar Zakky Hakim
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Juli 1996
Alamat : Komplek Batan Indah blok J no. 19 Serpong,
Tangerang Selatan
Telepon : 081297017919
Email : [email protected]
II. LATAR BELAKANG KELUARGA
Ayah : Erza Rustam
Tempat, Tanggal Lahir : Bukittinggi, 5 Mei 1957
Ibu : Darmiyetti
Tempat, Tanggal Lahir : Lubuk Basung, 1 Januari 1970
III. PENDIDIKAN
1. TK Bahrul Ulum 2000 – 2002
2. SD IT As-Salamah 2002 – 2008
3. SMP IT Insan Harapan 2008 – 2011
4. SMAN 6 Tangerang Selatan 2011 – 2014
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2014 – 2018
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) 2015 – 2016
2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) 2014 - sekarang
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze and obtain empirical evidence on the effect of total
population, inflation, Human Development Index (HDI), and Corruption Perception
Index (CPI) on the existence of income inequality.
The sample in this study are some developing countries in ASEAN, these are
Indonesia, Lao PDR, Philippines, Vietnam, and Timor-Leste from 2010 to 2015
processed using Fixed Effect Model.
The result showed that total population had positive but not significant effect to
income inequality, inflation had a significant positive effect to income inequality,
Human Development Index (HDI) had a significant negative effect to income
inequality, and Corruption Perception Index (CPI) had a significant negative effect to
income inequality in the five countries studied.
Keywords: total population, inflation, Human Development Index (HDI), Corruption
Perception Index (CPI), and income inequality.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh total populasi, inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), dan
Corruption Perception Index (CPI) terhadap adanya ketimpangan pendapatan.
Sampel dalam penelitian ini adalah beberapa negara berkembang di ASEAN,
yaitu Indonesia, Lao PDR, Philippines, Vietnam, dan Timor-Leste pada tahun 2010
sampai 2015 yang diolah menggunakan Fixed Effect Model.
Hasil penelitian menunjukkan total populasi berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, inflasi memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
berpengaruh negatif signifikan terhadap ketimpangan pendapatan, dan Corruption
Perception Index (CPI) berpengaruh negatif signifikan terhadap ketimpangan
pendapatan di kelima negara yang diteliti.
Kata Kunci: total populasi, inflasi, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Corruption
Perception Index (CPI), dan ketimpangan pendapatan.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh,
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta Rasulullah SAW yang telah memberi kita
syafa’atnya hingga kita dapat berubah dari zaman Jahiliyah hingga zaman yang penuh
ilmu pengetahuan ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“Analisis Pengaruh Total Populasi, Inflasi, Ipm, Dan Corruption Perception Index
(Cpi) Terhadap Ketimpangan Pendapatan Pada Tahun 2010-2015 (Studi Kasus 5
Negara Berkembang Di Asean)” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ekonomi
Pembangunan. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai
pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada
pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil, yaitu kepada:
1. Orang tua terkasih, Abi Erza Rustam dan Ummi Darmiyetti yang selalu
mencurahkan doa dan kasih sayang serta dukungan dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
2. Uni Azifah Hakim dan Adik Khalish Abdullah yang telah memberikan semangat
serta dukungan kepada penulis selama penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M. Si Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan dan Ibu Najwa
Khairina selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.
4. Bapak Zaenal Muttaqin, MPP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam penyelesaian skripsi ini.
ix
5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Ekonomi dan Bisnis
Cabang Ciputat.
7. Keluarga Besar HMJ Ekonomi Pembangunan Periode 2014 – 2015.
8. Kawan kawan ARENA Ibrahim, Kurniawan, Galih, Devan dan bilal yang setia
menemani dari bangku SMA sampai sekarang.
9. Wini Raharja, S.E, yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini dan
juga banyak memberikan semangat serta doa dan dukungan.
10. Teman teman KOTHOR (Kosan THORiq) Slamet, Jody, Wahyu, Thoriq, Hanif,
Riko, Iksan, dan raha yang telah menemani masa kuliah Strata 1 ini dengan penuh
canda tawa dalam pembelajarannya.
11. Kanda-kanda kosan Macan Aulia, Idham, Hilmi, Adnan, Azka, Faizul, Anto,
Naufal, dan Tanoe yang membantu mencari ilmu yang bermanfaat baik di dalam
maupun diluar kampus.
12. Teman-teman Ajag-Ijig Tajul, Majid, Elvan, Faraz, bang Fajar, dan Ari yang juga
menemani masa kuliah dengan permainan permainan serta candaan yang lebih
banyak tidak mendidiknya
13. Senior-senior maupun alumni Jurusan Ekonomi Pembangunan dan se-Fakultas
Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan kritik dan saran selama pembuatan
skripsi ini.
14. Keluarga HMI Ekonomi Pembangunan yang turut serta memberikan pengalaman
selama masa kuliah.
15. Terima kasih juga kepada teman teman perencanaan pembangunan 2014 atas
semua pembelajarannya
16. Kelompok KKN Asmara65 atas kerjasama dan pengalaman berharganya selama
pengabdian kepada masyarakat desa Cikuya.
17. Teman-teman satu angkatan Jurusan Ekonomi Pembangunan dan se-angkatan di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
x
18. Serta untuk orang orang yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak bias saya sebutkan satu persatu
Saya menyadari dalam penyusunan skripsi ini masih mempunyai banyak
kekurangan, karena tidak ada yang sempurna selain Allah SWT. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu dalam rangka mencerdaskan generasi penerus dan
mensejahterakan kehidupan bangsa.
Aamiin ya Rabbal ‘alamiin
Tangerang Selatan, 26 mei 2018
Penulis,
Faikar Zakky Hakim
xi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI…………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF…………………… ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH………………. iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………… iv
ABSTRACT…………………………………………………………………. v
ABSTRAK…………………………………………………………………… vi
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. vii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………………… 11
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 11
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur………………………………………………………… 13
1. Ketimpangan Pendapatan………………………………………………. 13
2. Total Populasi………………………………………………………….. 14
3. Inflasi…………………………………………………………………… 17
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)………………………………….. 18
5. Corruption Perception Index (CPI)…………………………………….. 19
B. Kerangka Pemikiran……………………………………………………… 21
C. Penelitian Terdahulu……………………………………………………… 22
D. Hipotesis………………………………………………………………….. 24
1. Pengaruh Total Populasi terhadap Ketimpangan Pendapatan………….. 24
2. Pengaruh Inflasi terhadap Ketimpangan Pendapatan…………………… 27
3. Pengaruh IPM terhadap Ketimpangan Pendapatan……………………… 28
4. Pengaruh CPI terhadap Ketimpangan Pendapatan………………………. 29
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………………………. 31
B. Populasi dan Sampel……………………………………………………… 32
C. Jenis Data………………………………………………………………… 34
D. Sumber Data……………………………………………………………… 36
E. Variabel Penelitian………………………………………………………. 36
F. Metode Analisis Data……………………………………………………. 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian………………………………………. 41
1. Gambaran Umum Indonesia……………………………………………. 41
2. Gambaran Umum LaoPDR……………………………………………… 42
3. Gambaran Umum Vietnam……………………………………………... 43
4. Gambaran Umum Philippines………………………………………….. 44
5. Gambaran Umum Timor Leste…………………………………………. 45
B. Interpretasi Data…………………………………………………………. 47
1. Regresi Linear Berganda……………………………………………….. 47
2. Persamaan Model Negara……………………………………………… 48
C. Hasil Uji Asumsi Klasik………………………………………………….. 51
1. Uji Normalitas………………………………………………………….. 51
2. Uji Multikolinearitas…………………………………………………… 52
3. Uji Heteroskedastisitas………………………………………………… 53
4. Uji Autokorelasi………………………………………………………… 53
D. Pengujian Hipotesis………………………………………………………. 54
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)………………………… 54
2. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)…………………….. 55
3. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………………………………… 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….. 58
B. Saran……………………………………………………………………… 59
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 60
LAMPIRAN………………………………………………………………….. 63
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Skor CPI 2017………………………………………………………….. 9
2.1 Jenis-jenis inflasi……………………………………………………….. 17
2.2 Indeks Pembangunan Manusia………………………………………… 19
2.3 Penelitian Terdahulu…………………………………………………… 19
4.1 Hasil Olah Data Panel dengan FEM…………………………………… 45
4.2 Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………….. 51
4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas…………………………………………… 52
4.4 Hasil Uji Autokorelasi…………………………………………………. 53
4.5 Koefisien Determinasi (Adjusted R2)………………………………….. 53
4.6 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)……………………. 54
4.7 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)………………………………… 56
xiv
DAFTAR GAMBAR
1.1 Kurva Lorenz…………………………………………………………. 2
1.2 Peta Klasifikasi IPM………………………………………………….. 7
2.1 Peta Klasifikasi Populasi Penduduk………………………………….. 16
4.1 Grafik Hasil Uji Normalitas………………………………………….. 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN I
Data – data ketimpangan, populasi, inflasi, HDI, dan CPI……………………. 63
LAMPIRAN II
Pooled Least Square (PLS)…………………………………………………… 65
Fixed Effect Model (FEM)……………………………………………………. 65
Uji Chow……………………………………………………………………… 66
Random Effect Model (REM)………………………………………………… 67
Uji Hausman………………………………………………………………….. 68
LAMPIRAN III
Hasil Uji Normalitas………………………………………………………….. 69
Hasil Uji Multikolinearitas…………………………………………………… 69
Hasil Uji Heteroskedastisitas………………………………………………… 69
Hasil Uji Autokorelasi……………………………………………………….. 70
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan sehari hari masyarakat bertujuan memenuhi kebutuhannya
melalui berbagai macam kegiatan, salah satunya adalah kegiatan perekonomian.
Istilah ekonomi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti aturan rumah
tangga atau manajemen rumah tangga, dan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai kegiatan yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
Guna memenuhi kebutuhannya masyarakat melakukan kegiatan ekonomi,
masyarakat bertujuan untuk mencari pendapatan, hal tersebut dapat terlihat
dalam indikator distribusi pendapatan, dimana pendapatan tiap individu atau
instansi berbeda-beda yang menyebabkan adanya ketimpangan distribusi
pendapatan. Distribusi pendapatan nasional adalah merata atau timpangnya
pembagian hasil suatu negara dikalangan penduduknya (Dumairy, 1999).
Ketimpangan pendapatan merupakan suatu keadaan dimana pendapatan yang
diterima oleh masyarakat suatu negara tidak merata.
Salah satu indikator dalam membaca ketimpangan adalah kurva Lorenz.
Kurva Lorenz menggambarkan hubungan antara distribusi penduduk dan juga
distribusi pendapatan. Dalam kurva Lorenz, semakin jauh garis yang
ditunjukkan dari garis optimum maka ketimpangan yang digambarkan oleh
kurva tersebut semakin besar.
2
Gambar 1.1
Kurva Lorenz
Sumber: Buku Todaro dan Smith
Menurut Todaro dan Smith (2006) menyatakan bahwa ketimpangan akan
menyebabkan beberapa hal, seperti menyebabkan inefisiensi dalam
perekonomian, ketimpangan dapat melemahkan stabilitas sosial dan solidaritas,
serta ketimpangan pendapatan umumnya dianggap tidak adil dalam kasus
ketimpangan pendapatan yang ekstrim.
Mengutip dari Irma Adelma dan Cynthia Morris (1997) terdapat 8 hal yang
menyebabkan ketimpangan distribusi pendapatan di negara sedang berkembang,
pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan menurunnya pendapatan per
kapita; inflasi dimana pendapatan uang bertambah tetapi tidak diikuti secara
proporsional dengan pertambahan produksi barang barang; ketidakmerataan
pembangunan antar daerah; investasi yang sangat banyak dalam proyek–proyek
yang padat modal (capital intensive), sehingga pemerataan pendapatan modal
dari harta tambahan lebih besar dibandingkan persentase pendapatan yang
berasal dari kerja, hal ini menyebabkan pengangguran bertambah; rendahnya
mobilitas sosial; pelaksanaan kebijakan industri substitusi impor yang
mengakibatkan kenaikan harga–harga barang hasil industri untuk melindungi
usaha–usaha golongan kapitalis; memburuknya nilai tukar bagi NSB dalam
perdagangan dengan negara-negara maju, sebagai akibat ketidak-elastisan
permintaan negara-negara maju terhadap barang – barang NSB; hancurnya
industri kerajinan rakyat seperti pertukangan, industri rumah tangga, dan lain-
3
lain. Sementara itu, ADB (2012) menyampaikan bahwa kekuatan pasar yang
mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat memperburuk ketimpangan dalam
masyarakat. Sebagai contoh, kemajuan teknologi yang tidak proporsional akan
menguntungkan kelompok penduduk kaya dan penduduk dengan pendidikan
yang lebih baik, yang lebih nyaman dengan teknologi baru. Demikian juga era
perdagangan bebas yang meningkatkan arus pertukaran barang dan jasa.
Solusinya adalah bukan dengan melambatkan kekuatan pasar yang mempercepat
pertumbuhan, tetapi dengan kebijakan yang membuat kesetaraan untuk setiap
orang memiliki kesempatan untuk mengambil keuntungan, sehingga dapat
tercipta pertumbuhan yang inklusif.
Dalam berjalannya kegiatan perekonomian suatu negara dibantu dengan
adanya intervensi pemerintah agar tidak terjadinya kegagalan pasar dan
tercapainya kesejahteraan masyarakat yang menyeluruh. Dalam konsep
pembangunan ekonomi yang menyeluruh/inklusif pemerintah akan melakukan
kebijakan-kebijakan yang membantu masyarakatnya untuk mencapai
kesejahteraan secara keseluruhan, tidak hanya memperhatikan hasil akhir
seperti konsep pertumbuhan ekonomi yang mengutamakan tingginya angka
output dan pendapatan per-kapita. Pembangunan ekonomi merupakan konsep
yang memperhatikan proses-proses yang dapat menyebabkan kenaikan output
negara dalam jangka panjang, salah satu manfaat yang dirasakan oleh
masyarakat dalam pembangunan ekonomi adalah naiknya tingkat kebahagiaan
masyarakatnya.
Berbeda dengan negara berkembang, nilai ketimpangan pendapatan di
negara maju tidak terlalu fluktuatif. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan
distribusi pendapatan di negara maju sudah cukup merata, tetapi kestabilan
ketimpangan pendapatan di negara maju secara tidak langsung mempengaruhi
ketimpangan pendapatan di negara sedang berkembang dari sisi lainnya.
Myrdal (1957), yang dikutip oleh Kuncoro (2013), menyebut adanya dampak
kurang menguntungkan untuk menjelaskan fenomena meningkatnya
ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Ia berpendapat,
backwash effect (Konsep yang pada dasarnya menjelaskan bahwa jika satu
wilayah tertentu mulai tumbuh atau berkembang, maka akan menyebabkan
4
orang, modal manusia serta modal fisik (infrastruktur, keuangan, mesin dll) dari
bagian lain untuk tertarik masuk ke dalam pusat pertumbuhan ini) lebih besar
daripada spread effect. Spread effect /dampak penyebaran merupakan efek
penyebaran pembangunan dari suatu pusat pertumbuhan ke daerah sekitarnya
(tetangga).
Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ketimpangan
pendapatan diantaranya adalah Total populasi penduduk, Inflasi, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), dan Corruption Perception Index (CPI).
Penduduk merupakan modal awal dari pembangunan ekonomi, jumlah
penduduk yang tinggi apabila tidak diiringi dengan kualitas manusia yang baik
maka hanya akan menyebabkan terhambatnya pembangunan ekonomi,
begitupun sebaliknya apabila jumlah penduduk yang banyak diiringi dengan
kualitas manusia yang baik maka akan menjadi nilai tambah yang mendorong
pembangunan menjadi jauh lebih baik. Bertambah banyaknya jumlah penduduk
akan berpotensi menaikkan tingkat kesenjangan di beberapa tingkat
masyarakat, salah satu yang menjadi penyebabnya adalah berkurangnya
kesempatan dalam mencari pekerjaan. Semakin banyak jumlah penduduk
tentunya seimbang dengan jumlah angkatan kerja yang tersedia di negara
tersebut, apabila jumlah kesempatan bekerja tidak seimbang dengan angkatan
kerja yang tersedia maka akan terjadi peningkatan angka kesenjangan dalam
masyarakat.
Populasi penduduk Asia Tenggara adalah 652.498.699 orang berdasarkan
perkiraan terakhir Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Populasi Asia Tenggara
setara dengan 8,59% dari total penduduk dunia, dengan Indonesia menjadi
negara penduduk terbanyak di Asia Tenggara sekaligus penduduk terbanyak
ke-empat di Dunia. Asia Tenggara menempati urutan ke 3 di Benua Asia
sebagai wilayah regional dengan jumlah penduduk terbanyak, dengan
kepadatan penduduk di Asia Tenggara adalah 149 per kilometer persegi serta
total luas wilayah Asia Tenggara adalah 4.340.700 kilometer persegi
(1.675.953 mil persegi). 48,7% penduduk Asia Tenggara atau 315.797.197
orang tinggal diperkotaan.
5
Menurut Murty (2000) agar proses pembangunan dalam suatu negara
dapat dicapai sesuai sasaran, partisipasi penduduk dalam perencanaan dan
pembangunan ekonomi negara dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
kebijaksanaan dalam meningkatkan efektivitas keputusan perencanaan
pembangunan ekonomi Selain jumlah penduduk juga distribusi penduduk yang
serasi diharapkan dapat menunjang pembangunan ekonomi nasional diukur dari
hasil produksi menurut sektor dan pembangunan kependudukan nasional dilihat
dari jumlah penduduk menurut wilayah dicerminkan oleh alokasi ekonomi
berbagai wilayah dan kapasitas penyerapan tenaga kerja pada berbagai sektor
(Adisasmita, 2005). Untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional
diperlukan sejumlah sumberdaya penduduk yang memiliki keterampilan dan
keahlian yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Antara pembangunan
ekonomi nasional dan pembangunan kependudukan nasional terdapat pengaruh
timbal balik atau mempengaruhi satu sama lainnya.
Dalam perekonomian, penduduk berfungsi ganda. Dalam literatur-
literatur klasik, umumnya penduduk dipandang sebagai penghambat
pembangunan. keberadaannya, yang dalam jumlah besar dan dengan
pertumbuhan yang tinggi, dinilai hanya menambah beban pembangunan.
Artinya, jumlah penduduk yang besar memperkecil pendapatan perkapita dan
menimbulkan masalah ketenagakerjaan, sedangkan dalam literatur-literatur
moderen, penduduk justru dipandang sebagai sesuatu yang sangat positif bagi
pembangunan, terutama karena: 1. Perkembangannya akan memperluas pasar.
2. Perbaikan dalam kemahiran dan mutunya dapat menciptakan berbagai akibat
yang positif kepada pembangunan. 3. Penduduk menyediakan pengusaha yang
inovatif yang akan menjadi unsur penting dalam menciptakan pembentukan
modal. Peningkatan konsumsi agregat memungkinkan usaha-usaha produktif
berkembang, begitu pula perekonomian secara keseluruhan (Dumairy, 1996).
Selain populasi, variabel lain yang dapat mempengaruhi ketimpangan
pendapatan adalah inflasi. Inflasi merupakan kenaikan harga barang-barang
secara menyeluruh. Menurut Sadono Sukirno (2002) inflasi adalah suatu proses
kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Inflasi dapat
diakibatkan terbukanya kesempatan kerja yang luas dan perekonomian yang
6
berkembang pesat akan mengakibatkan pengeluaran yang dilakukan
masyarakat meningkat, sedangkan produksi barang dan jasa belum bisa
memenuhi permintaan pasar.
Distribusi pendapatan pun dapat dipengaruhi oleh inflasi, yang diartikan
secara umum sebagai naiknya harga barang-barang yang bias disebabkan oleh
kegagalan pasar. Dalam inflasi terdapat 3 teori umum, yang pertama adalah
equity effect, efficiency effect dan output effect. Equity effect merupakan dampak
inflasi terhadap ketimpangan pendapatan, sedangkan efficiency effect
merupakan efek terhadap alokasi faktor produksi, dan efek inflasi terhadap
produk nasional disebut dengan output effects (Nopirin,1987). Efek terhadap
pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang
diuntungkan dengan adanya inflasi. Rendahnya inflasi di negara-negara sedang
berkembang masih lebih tinggi dibanding negara-negara maju. Dengan rata rata
inflasi yang lebih tinggi pada negara berkembang peneliti ingin meneliti lebih
lanjut adakah pengaruh yang signifikan antara inflasi dengan ketimpangan
pendapatan.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index
(HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia (Biro Pusat
Statistik dan UNDP, 1997). IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah
sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang
dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap
kualitas hidup. IPM juga pada umumnya dapat digunakan sebagai gambaran
mengenai tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara, UNDP juga
mendefinisikan IPM sebagai memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat suatu
negara, karena dalam konteks tersebut, masyarakat merupakan tujuan utama
sedangkan aktifitas pembangunan hanya sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
Seperti diketahui, beberapa faktor penting dalam pembangunan yang
sangat efektif bagi pembangunan manusia adalah pendidikan dan kesehatan.
Dua faktor penting ini merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu dimiliki
agar mampu meningkatkan potensinya. Umumnya, semakin tinggi kapabilitas
7
dasar yang dimiliki suatu bangsa, semakin tinggi pula peluang untuk
meningkatkan potensi bangsa itu. Di tengah eskalasi persaingan global, tuntutan
terhadap kapabilitas dasar itu dirasakan semakin tinggi. Jika tidak demikian
maka bangsa tersebut akan kalah bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang
lebih maju.
Gambar 1.2
Peta Klasifikasi IPM
Sumber: UNDP
Dari gambar diatas dapat dilihat negara negara dengan tingkat IPM
semakin tinggi atau semakin baik berwarna lebih gelap, sedangkan negara
dengan tingkat IPM lebih rendah memiliki warna lebih terang. Mayoritas
negara-negara yang berada di Tenggara asia memiliki warna yang lebih terang,
hal itu berarti negara-negara ASEAN sebagian besar memiliki tingkat IPM yang
masih rendah dibandingkan negara-negara lainnya.
Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995),
sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah Pembangunan
harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian. Pembangunan
dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk, tidak hanya
8
untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu konsep pembangunan
manusia harus terpusat pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya
pada aspek ekonomi saja. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya
pada upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam
upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.
Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu: produktivitas,
pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan. Pembangunan manusia
menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis
pilihan-pilihan untuk mencapainya.
Kemudian setelah beberapa variabel yang telah dikemukakan diatas ada
variabel yang dapat mempengaruhi ketimpangan pendapatan yaitu korupsi.
Menurut World Bank, korupsi adalah “the abuse of public power for private
benefit.” Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan
merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan
kenyataan seperti itu dikarenakan korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat
dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian faktor ekonomi dan
politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah
kekuasaan jabatannya Korupsi sangat berhubungan dengan penyalahgunaan
kekuasaan dan bertujuan baik untuk akumuluasi kekayaan maupun
pemeliharaan kekuasaan.
Secara umum, korupsi dipandang sebagai hal buruk bagi perkembangan
sistem politik dan ekonomi. Namun, dalam beberapa kasus, korupsi juga
dipandang sebagai fenomena positif yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi. Samuel Huntington meyakini bahwa korupsi dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan memungkinkan individu untuk membayar suap
agar terhindar dari aturan aturan yang tidak efisien dan lambatnya birokrasi.
Korupsi merupakan salah satu jenis kejahatan yang semakin sulit dijangkau
oleh aturan hukum pidana, karena perbuatan korupsi bermuka majemuk yang
memerlukan kemampuan berfikir aparat pemeriksaan dan penegakan hukum
disertai pola perbuatan yang rapi.
9
Korupsi merupakan salah satu penyebab kesejangan pendapatan dan
dipercaya memainkan peran penting dalam menimbulkan jebakan kemiskinan
(Blackburn et al.; 2006). Mungkin mengherankan bahwa beberapa orang
menganggap bahwa korupsi bersifat grease the wheel karena korupsi bersifat
menghambat perekonomian dengan naiknya kesenjangan ekonomi dimana
oknum yang melakukan tindak korupsi mempunyai pendapatan yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan yang tidak (Huntington, 1968; Lui, 1985). Hasil
yang sama ditunjukkan oleh Tanzi (1998) dan Guriev (2004) yang mengatakan
bahwa korupsi dapat menimbulkan biaya birokrasi yang besar dalam usaha
memberantasnya.
Tabel 1.1
Skor CPI 2017
Sumber: Transparency International
Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN sebagian besar merupakan
negara berkembang, hanya Malaysia dan Singapura yang dapat dikategorikan
sebagai negara maju, negara-negara ASEAN menarik untuk diteliti
dikarenakan peringkat korupsi pada negara berkembang rata-rata lebih rendah
dibandingkan dengan negara maju, skor CPI merupakan skala dari 0-100 yang
mana semakin besar skala yang ditunjukkan maka semakin “bersih” negara
no Negara Skor CPI Peringkat pada tahun
1 Singapore 84 6
2 Brunei Darussalam 62 32
3 Malaysia 47 62
4 Timor-Leste 38 91
5 Indonesia 37 96
6 Thailand 37 96
7 Vietnam 35 107
8 Philippines 34 111
9 Myanmar 30 130
10 Laos 29 135
11 Cambodia 21 161
10
tersbut dari tindak korupsi. Seperti yang terlihat pada tabel diatas nilai CPI di
negara Singapore, Brunei, dan Malaysia berada cukup jauh dibandingkan
dengan negara negara berkembang di Asia Tenggara lainnya.
Berbagai penelitian menunjukkan, dalam jangka menengah panjang,
korupsi berdampak negatif terhadap perekonomian. Hasil kajian Non-
Governtmental Global Organization atau organisasi nonpemerintah (NGO)
global menunjukkan semakin parah tingkat korupsi di suatu negara, semakin
tinggi ketimpangan pendapatan di negara itu. Hal itu sejalan dengan pandangan
Vito Tanzi, ekonom dari Universitas Harvard, yang menyatakan bahwa korupsi
menurunkan kemampuan pemerintah mencegah dan mengendalikan kegagalan
pasar. Penelitian D Treisman bertajuk "The Causes of Corruption: A Cross
National Study" (2000) menemukan bukti ada hubungan terbalik antara korupsi
dan pertumbuhan ekonomi. Semakin tinggi korupsi di suatu negara, maka
semakin rendah kinerja ekonomi negara itu. Terbukti, negara maju, seperti
Denmark, Selandia Baru, Singapura, dan Swiss, dikenal sebagai negara dengan
angka korupsi yang sangat rendah. Sebaliknya, negara miskin, seperti Sudan,
Afganistan, Korea Utara, dan Somalia, tingkat korupsinya tertinggi. Negara
yang mempunyai angka korupsi tinggi maka negara tersebut akan sulit untuk
mensejahterakan penduduknya. Oleh karena itu peneliti menggunakan negara
berkembang yang mempunyai angka korupsi cukup tinggi sebagai sampel
penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh korupsi terhadap
ketimpangan pendapatan.
Diantara banyak faktor yang dapat mempengaruhi angka ketimpangan
pedapatan peneliti memilih untuk menganalisa 4 variabel yaitu total populasi,
inflasi, IPM, dan coruption perception index (CPI) dan bagaimana pengaruh
dari keempat variabel tersebut terhadap angka ketimpangan pendapatan di 5
negara berkembang ASEAN yang menjadi objek penelitian ini.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel 5 negara
berkembang yang terdapat di asia tenggara, yaitu Indonesia, LaoPDR,
Philippines, Vietnam, dan Timor Leste. Peneliti memilih sampel 5 negara
tersebut dengan alasan penulis untuk meneliti negara ASEAN yang sedang
berkembang bukan ketimpangan pendapatan di negara maju. Jadi, peneliti lebih
11
tertarik untuk memilih sampel mengenai ketimpangan distribusi pendapatan di
negara berkembang yang memiliki indikator ketimpangan yang lebih fluktuatif
agar dapat dianalisis mengenai kebijakan selanjutnya yang lebih baik untuk
digunakan, khususnya di indonesia. Selain beberapa alasan yang telah
dikemukakan diatas, ada beberapa pertimbangan mengapa peneliti memilih
sampel negara berkembang ASEAN.
Peneliti memilih judul ini karena menurut peneliti judul ini penting untuk
diteliti karena ketimpangan pendapatan merupakan masalah penting tiap negara
dan peneliti ingin mengetahui apakah variabel-variabel yang digunakan oleh
peneliti benar-benar mempengaruhi ketimpangan pendapatan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh total populasi penduduk terhadap ketimpangan
pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan Timor-Leste?
2. Adakah pengaruh yang ditimbulkan oleh inflasi terhadap ketimpangan
pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan Timor-Leste?
3. Bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap ketimpangan
pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan Timor-Leste?
4. Adakah pengaruh tingkat Corruption Perception Index terhadap
ketimpangan pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan
Timor-Leste?
C. TUJUAN PENELITIAN
Dilihat dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian ini adalah:
A. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh total populasi penduduk terhadap
ketimpangan pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan
Timor-Leste.
B. Untuk menganalisa bagaimana pengaruh inflasi terhadap ketimpangan
pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines, Vietnam, dan Timor-Leste.
12
C. Untuk mengamati bagaimana pengaruh Indeks Pembangunan Manusia
terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines,
Vietnam, dan Timor-Leste.
D. Untuk menganalisa bagaimana pengaruh Corruption Perception Index
terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Philippines,
Vietnam, dan Timor-Leste.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi masyarakat Ilmiah, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
kemajuan dan pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan
tentang dampak yang ditimbulkan oleh indeks pembangunan manusia,
inflasi, korupsi, dan total populasi penduduk terhadap ketimpangan
pendapatan di masa yang akan datang dan sebagai bekal bagi masyarakat
umum mengenai topik perekonomian yang ingin menuntut ilmu di bidang
ekonomi.
2. Bagi pemerintah dan Instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam penentu kebijakan ekonomi
khususnya mengenai indeks pembangunan manusia, inflasi, korupsi, dan
total populasi penduduk terhadap ketimpangan pendapatan masyarakat.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN LITERATUR
1. Ketimpangan Pendapatan
Distribusi pendapatan pada dasarnya merupakan suatu konsep mengenai
penyebaran pendapatan di antara setiap orang atau rumah tangga dalam
masyarakat. Konsep pengukuran distribusi pendapatan dapat ditunjukkan
oleh dua konsep pokok, yaitu konsep ketimpangan absolut dan konsep
ketimpangan relatif. Ketimpangan absolut merupakan konsep pengukuran
ketimpangan yang menggunakan parameter dengan suatu nilai mutlak.
Ketimpangan relatif merupakan konsep pengukuran ketimpangan distribusi
pendapatan yang membandingkan besarnya pendapatan yang diterima oleh
seseorang atau sekelompok anggota masyarakat dengan besarnya total
pendapatan yang diterima oleh masyarakat secara keseluruhan (Ahluwalia
dalam Sukirno, 2006).
Distribusi pendapatan merupakan salah satu aspek kemiskinan yang
perlu dilihat karena pada dasarnya merupakan ukuran kemiskinan relatif. Ada
dua kategori tingkat kemiskinan yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan
relatif. Kemiskinan absolut adalah kondisi di mana tingkat pendapatan
seorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti pangan,
sandang, papan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan relatif adalah
perhitungan kemiskinan berdasarkan proporsi distribusi pendapatan daerah
(Sukino, 2013). Ketimpangan yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
berbagai konflik sosial, rapuhnya ikatan kebersamaan, pemogokan buruh,
tingginya angka kriminalitas, bahkan sampai pada hilangnya kepercayaan
terhadap berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah karena masyarakat telah
menjadi apatis. Kondisi ini akan berdampak buruk pada proses pembangunan.
Menurut Kuncoro (2006), ketimpangan mengacu pada standar hidup
yang relatif pada seluruh masyarakat, karena kesenjangan antar wilayah yaitu
14
adanya perbedaan endowment factor. Perbedaan ini yang membuat tingkat
pembangunan di berbagai wilayah dan daerah berbeda-beda, sehingga
menimbulkan gap atau jurang kesejahteraan di berbagai wilayah tersebut
(Sukirno, 2010). Ketimpangan sangat merugikan bahkan berbahaya bagi
semua pihak, termasuk kalangan yang tidak digolongkan miskin, kalangan
menengah hingga kalangan atas. Banyak dampak buruk kesenjangan
ekonomi terhadap kesehatan dan masalah-masalah sosial seperti yang diteliti
oleh Richard Wilkinson dan Kate Picket (The Spirit Level: Why More Equal
Society Almost Always Do Better, 2009). Keduanya menegaskan bahwa
meskipun tidak bersifat kausal, tidak bisa dihindari adanya dampak
merugikan ketimpangan terhadap kesehatan masyarakat dan berbagai
masalah sosial. Wilkinson dan Picket menunjukkan bahwa ketimpangan akan
memperburuk indikator-indikator kesehatan dan sosial antara lain melalui
peningkatan kasus kekerasan dan kriminalitas beserta berbagai penyakit dan
kematian yang diakibatkannya.
Distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua ukuran pokok yaitu
distribusi ukuran adalah besar atau kecilnya bagian pendapatan yang diterima
masing-masing orang dan distribusi fungsional atau distribusi kepemilikan
faktor faktor produksi (Todaro, 2006).
Menurut Sukirno (2006) distribusi pendapatan dibedakan menjadi dua
yaitu, distribusi pendapatan relatif dan distribusi pendapatan mutlak.
Distribusi pendapatan relatif adalah perbandingan jumlah pendapatan yang
diterima oleh berbagai golongan penerima pendapatan. Sedangkan distribusi
pendapatan mutlak adalah presentasi jumlah penduduk yang pendapatannya
mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu atau kurang dari padanya.
ADB (2012) melaporkan bahwa ketimpangan yang tinggi dan terus
meningkat, merupakan faktor yang menjadi penghambat pertumbuhan
ekonomi. Jika tidak ada upaya perbaikan kebijakan, akan menjadi suatu
lingkaran pertumbuhan yang tidak berkualitas akan menyebabkan
meningkatnya ketimpangan; dan ketimpangan yang tinggi akan mengganggu
proses pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Ketimpangan mempunyai
15
konsep yang lebih luas dibandingkan dengan kemiskinan, ketimpangan
merupakan ukuran bagi semua populasi, tidak hanya terfokus pada rumah
tangga miskin saja. Cara paling sederhana mengukur ketimpangan adalah
dengan mengurutkan populasi dari yang termiskin sampai dengan yang
terkaya berdasarkan pengeluaran (atau pendapatan).
2. Total Populasi
Pertumbuhan penduduk biasanya memicu timbulnya masalah lain
seperti struktur umur muda, jumlah pengangguran yang semakin lama
semakin tinggi, urbanisasi dan lain sebagainya. Lincolin (2010) juga
menambahkan bahwa masalah kependudukan yang mempengaruhi
pelaksanaan dan pencapaian tujuan pembangunan adalah pola penyebaran
penduduk dan mobilitas tenaga kerja yang kurang seimbang, baik itu dilihat
dari sisi antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan, antar pulau, antar
daerah, maupun antar sektor.
Menurut Sukirno (2006) mengatakan bahwa perkembangan jumlah
penduduk akan menjadi salah satu penghambat dari tujuan penting
pembangunan ekonomi setiap negara yaitu mewujudkan pemerataan bagi
penuduknya. Pertambahan penduduk yang tinggi akan menyebabkan
melebarnya kesenjangan di beberapa golongan masyarakat. Dari teori tersebut
dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk dapat mempengaruhi angka
kesenjangan di masyarakat, baik itu menaikkan atau menurunkan angka
ketimpangan pendapatan, tergantung apakah jumlah penduduk yang banyak
diiringi dengan kualitas manusia yang baik atau tidak.
Berdasarkan gambar dibawah, dapat dilihat semakin gelap warna suatu
negara, maka semakin banyak jumlah penduduk yang berada di negara
tersbut, begitupun sebaliknya, semakin terang warna suatu negara maka
semakin sedikit jumlah penduduk yang berada di negara tersebut. Dan dapat
kita lihat pada gambar dibawah tersebut bahwa negara-negara Asia Tenggara
memiliki warna yang cukup gelap terutama Indonesia, sehingga
16
menempatkan ASEAN menjadi Kawasan regional urutan ke-3 se-Asia
dengan jumlah penduduknya.
Gambar 2.1
Peta Klasifikasi Populasi penduduk
Sumber: UNDP
Menurut Mulyadi (2003), teori klasik menganggap bahwa manusialah
yang menjadi faktor produksi utama dan menentukan kemakmuran
negaranya. Alasannya adalah alam tidak akan ada artinya kalau tidak ada
sumber daya manusia yang pandai mengolahnya sehingga dapat bermanfaat
bagi kehidupan. Dalam hal ini teori klasik Adam Smith (1729-1790) juga
melihat bahwa alokasi sumber daya manusia yang efektif adalah awal dari
pertumbuhan ekonomi. Setelah ekonomi tumbuh, akumulasi modal (fisik)
baru mulai dibutuhkan untuk menjaga agar ekonomi tumbuh. Dengan kata
lain, alokasi sumber daya manusia yang efektif merupakan syarat penting bagi
perekonomian.
Jumlah penduduk yang tinggi di suatu daerah tidak akan menjadi suatu
masalah jika produktivitas penduduk daerah yang bersangkutan juga tinggi
sehingga tidak menyebabkan distribusi pendapatan menjadi timpang.
Permasalahan akan muncul ketika jumlah penduduk yang tinggi tidak diikuti
dengan kenaikan produktivitas serta diikuti dengan pengangguran dan
17
kemiskinan akan berakibat pada ketimpangan distribusi pendapatan. Selain
itu perbandingan antara jumlah penduduk muda dan tua juga akan
berpengaruh pada produktivitas penduduk. Rasio dependensi yang tinggi
akibat besarnya jumlah penduduk usia muda dan tua juga akan mempengaruhi
kondisi ekonomi suatu wilayah.
3. Inflasi
Boediono (1980) mengemukakan bahwa defenisi inflasi adalah
kecendrungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus
menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi,
kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada atau mengakibatkan kenaikan
sebagian besar dari harga-harga barang lain. Syarat adanya kecenderungan
naik yang terus menerus juga perlu diingat. Kenaikan harga-harga karena,
misalnya musiman, menjelang hari-hari besar, atau yang terjadi sekali saja
dan tidak mempunyai pengaruh lanjutan tidak disebut inflasi. Kenaikan harga
semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau “penyakit” ekonomi yang
tidak memerlukan kebijakan khusus untuk menanggulanginya. Untuk
tingkatannya sendiri inflasi terbagi kedalam 4 kategori seperti dalam tabel
berikut:
Tabel 2.1
Jenis-jenis Inflasi
Jenis inflasi Nilai inflasi
Inflasi Ringan 10% atau 20% setahun
Inflasi Sedang 20% s/d 30% setahun
Inflasi Berat 30% s/d 100% setahun
Hiper Inflasi > 100% setahun Sumber: BPS
Dornbusch dan Fischer (2001), menyebutkan bahwa inflasi merupakan
kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah
menghendaki. Inflasi ada dimana saja dan selalu merupakan fenomena
moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan moneter yang berlebihan
dan tidak stabil.
18
Menurut teori Keynes, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin
hidup diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut
pandangan ini tidak lain adalah proses perebutan bagian rezeki diantara
kelompok-kelompok sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar dari
pada yang bisa disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini
akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat
akan barang-barang selalu melebihi jumlah barang-barang yang tersedia
timbulah apa yang disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap ini
timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut berhasil
menterjemahkan aspirasi mereka menjadi permintan yang efektif akan
barang-barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana untuk
mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang-barang yang
didukung dengan dana.
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan terjadi
inflasi, yaitu:
a. Kenaikan harga, yaitu apabila harga suatu komoditas menjadi lebih
tinggi dari harga periode sebelumnya.
b. Bersifat umum, yaitu kenaikan harga komoditas secara umum yang
dikonsumsi masyarakat bukan merupakan kenaikan suatu komoditas
yang tidak menyebabkan harga naik secara umum.
c. Berlangsung terus menerus, kenaikan harga yang bersifat umum juga
belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat misalnya kenaikan
harga pada saat lebaran atau tahun baru bukan merupakan inflasi.
4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Upaya untuk menganalisis perbandingan status pembangunan sosial
ekonomi secara komprehensif dalam negara berkembang maupun negara
maju telah dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP)
dalam Human Development Report (HDR). HDI/IPM mencoba untuk
memberi peringkat semua Negara dari skala 0 (tingkat pembangunan manusia
terendah) hingga 1 (tingkat pembangunan manusia tertinggi) berdasarkan tiga
tujuan atau produk akhir. Produk akhir pembangunan tersebut yaitu: 1. Masa
19
hidup (longevity) yang diukur dengan usia harapan hidup; 2. Pengetahuan
(knowledge) yang diukur dengan kemampuan baca tulis orang dewasa secara
tertimbang (dua pertiga) dan rata-rata tahun bersekolah (sepertiga); 3. Ketiga
adalah standar kehidupan (standart of living) yang diukur dengan pendapatan
riil per kapita disesuaikan dengan paritas daya beli.
Tabel 2.2
Indeks Pembangunan Manusia
Peringkat Skala
Rendah 0.00 – 0.499
Menengah 0.50 – 0.799
Tinggi 0.80 – 1.00
Sumber: Todaro, 2003
Salah satu keuntungan terbesar dari IPM adalah sebuah negara dapat
berbuat jauh lebih baik pada tingkat pendapatan rendah dan bahwa
peningkatan pendapatan yang besar dapat berperan relatif kecil dalam
pembangunan manusia. IPM mengingatkan bahwa pembangunan yang
dimaksud adalah pembangunan dalam arti yang luas dan menyeluruh, bukan
hanya dalam bentuk pendapatan yang lebih tinggi.
Indeks yang disusun UNDP dapat meningkatkan pemahaman tentang
komponen-komponen penyusun pembangunan, berbagai negara yang berhasil
dalam pembangunan dan perbandingan kelompok dan kawasan di dalam
suatu negara. Dengan mengkombinasikan data sosial dan ekonomi, IPM
membuat banyak negara menerapkan standar yang lebih luas dalam
memperbaiki pembangunannya, dan untuk memfokuskan kebijakan ekonomi
serta sosialnya secara lebih mendalam ke berbagai bidang yang membutuhkan
perbaikan (Todaro, 2003).
5. Corruption Perception Index (CPI)
Indeks persepsi korupsi merupakan hasil pengukuran yang pertama kali
dikeluarkan pada tahun 1995, yang dikenal baik sebagai alat Transparency
International (TI). TI membentuk sebuah komite yang bernama Index
Advisory Committee (IAC) pada tahun 1996 untuk memberikan masukan
20
dengan alat ukur korupsi yang global. Anggota dari komite (anggota IAC)
terdiri ahli ekonomi, statistik, dan ilmu sosial dan politik. Indeks persepsi
korupsi merupakan data yang menggambarkan tingkat peluang terjadinya
korupsi di negara tertentu. Data dikumpulkan dari persepsi para pegusaha dan
para ahli tentang kinerja pemerintah terutama berkaitan dengan pemberian
layanan yang bebas korupsi. Data indeks persepsi korupsi yang dikeluarkan
tiap tahun oleh TI dipercaya oleh banyak pihak sebagai data yang valid dalam
mengukur praktek korupsi di suatu Negara (Transparency International,
2003). Data indeks persepsi korupsi yang akan digunakan dalam penelitian
ini berasal dari Transparency International tahun 2010-2015.
Korupsi terjadi di negara berkembang karena tersedianya kesempatan
untuk elite memperkaya diri (Szeftel 2000). Teori mengenai biasanya
menghubungkan antara kesempatan untuk memperkaya diri dengan berbagai
variabel termasuk sejauh mana pembangunan ekonomi, khususnya sejarah
dan latar belakang budaya, perkembangan politik, tingkat pendidikan, dan
administrasi sistem hukum. Meskipun bervariasi, teori ini setuju bahwa
kesempatan untuk korupsi dalam suatu masyarakat ditentukan oleh sejauh
mana masyarakat mungkin menyeimbangkan antara risiko dengan
kemungkinan manfaat dari tindakan korupsi dalam konteks psikologis, sosial
dan finansial. Negara-negara yang memiliki sistem hukum, ekonomi, politik,
dan sosial yang dapat memaksimalkan kemungkinan risiko (seperti risiko
tertangkap dan dihukum) cenderung memiliki lebih sedikit korupsi. Dalam
hal ini, korupsi yang tinggi di negara-negara berkembang sering diasosiasikan
dengan adanya dominasi hirarki dan otoritas dari orang-orang tertentu yang
kebal hukum yang mengurangi efektivitas sistem mereka dalam melestarikan
tatanan sosial (Treisman 2000).
Praktek korupsi yang terjadi dianggap sebagai penyebab sulitnya
menurunkan angka kemiskinan. Adanya korupsi menyebabkan anggaran
yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
menyediakan fasilitas kesehatan, menyediakan infrastruktur dan memperluas
lapangan kerja menjadi berpindah kepada oknum pemerintah yang melakukan
21
tindak korupsi. Hal ini menyebabkan kondisi penduduk miskin semakin
terpuruk (Darmayadi, 2015).
22
B. KERANGKA PEMIKIRAN
Variabel Bebas
- Total Populasi
- Inflasi
- IPM
- Corruption
Perception Index
Variabel Terikat
Ketimpangan
Distribusi Pendapatan
Alat Analisis:
Panel Data
Pemilihan Model
Fixed Effect Model
Uji Hipotesis
• Uji R2
• Uji Adj
• Uji t
• Uji F
• Uji Asumsi klasik
Kesimpulan dan Saran
Analisis Pengaruh Total Populasi, Inflasi, IPM, dan Corruption
Perception Index (CPI), terhadap Ketimpangan Pendapatan pada
Tahun 2010-2015 (Studi Kasus 5 Negara Berkembang ASEAN)
23
C. PENELITIAN TERDAHULU
Tabel 2. 3
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Variabel Tehnik penelitian Hasil
1 Muhammad Haris
Hidayat
Analisis pengaruh pertumbuhan
ekonomi, investasi, dan IPM terhadap
ketimpangan pendapatan antar daerah
di provinsi jawa tengah tahun 2005-
2012
Pertumbuhan ekonomi,
investasi, IPM,
ketimpangan
pendapatan
Metode fix effect
model (FEM)
Pertumbuhan ekonomi dan
IPM tidak berpengaruh
signifikan, sedangkan investasi
berpengaruh negatif signifikan
terhadap ketimpangan
pendapatan
2. Masruri Analisis pengaruh pertumbuhan
ekonomi, IPM, TPAK dan
pengangguran terbuka, ketimpangan
pendapatan antar daerah di provinsi
jawa tengah tahun 2011-2014
Pertumbuhan ekonomi,
IPM, TPAK,
pengangguran terbuka,
dan Ketimpangan
pendapatan
Metode random
effect model (REM)
Pertumbuhan ekonomi dan
tingkat pengangguran
berpengaruh positif signifikan
sedangkan IPM berpengaaruh
negative signifikan dan TPAK
berpengaruh positif tidak
24
signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan
3. Nita tri hartini Pengaruh PDRB per kapita, investasi
dan IPM terhadap ketimpangan
pendapatan antar daerah di DI
Yogyakarta tahun 2011-2015
PDRB, investasi, IPM
dan ketimpangan
pendapatan
Metode fixed effect
model (FEM)
PDRB berpengaruh positif
signifikan, sementara inestasi
dan IPM berpengaruh negative
signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan
4. Sanjeev Gupta,
Hamid Davoodi
dan Rosa Alonso-
terme
Does corruption affect income
inequality and poverty
ICRG, CPI, GDP, Rasio
Gini
Metode Ordinary
Least Square
(OLS)
Korupsi berpengaruh positif
signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan dan
kemiskinan
5. Ani Nurlaili Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan di Pulau Jawa
Tahun 2007-2013
PDRB, Populasi
Penduduk, tingkat
pengangguran terbuka,
derajat desentralisasi
fiskal
Metode Fixed
effect model (FEM)
Secara Parsial Variabel PDRB
Per Kapita, Populasi
Penduduk, Dan Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT)
Berpengaruh Positif dan
Signifikan Terhadap
Ketimpangan Distribusi
25
Pendapatan, Derajat
Desentralisasi Fiskal Tidak
Berpengaruh Terhadap
Ketimpangan Distribusi
Pendapatan.
6. Joko Waluyo Analisis Hubungan Kausalitas Antara
Korupsi, Pertumbuhan Ekonomi, Dan
Kemiskinan: Suatu Studi Lintas
Negara
CPI, Kemiskinan,
Pertumbuhan Ekonomi
Metode, Seemingly
Unrelated
Regression (SUR)
Kemiskinan mempunyai
hubungan negatif signifikan
terhadap pertumbuhan
ekonomi, korupsi berdampak
negatif dan signifikan terhadap
kemiskinan, korupsi tidak
berdampak pada pertumbuhan
ekonomi.
7. Novita gustina Analisis Pengaruh Korupsi,
Pertumbuhan Ekonomi, Dan
Pembangunan Manusia Terhadap
Kemiskinan Di Negara Asean Tahun
2011-2015
Kemiskinan, Indeks
Persepsi Korupsi,
Pertumbuhan Ekonomi,
dan Indeks
Pembangunan Manusia.
Metode Fixed
effect model (FEM)
Korupsi berpengaruh negatif
dan tidak siginifikan terhadap
kemiskinan. Sedangkan
pertumbuhan ekonomi dan
indeks pembangunan manusia
berpengaruh negatif dan
26
signifikan terhadap kemiskinan
di 7 (tujuh) Negara-negara
ASEAN.
8. Galaxi Chrisamba,
Birgitta Dian
Saraswati
Analisis Ketimpangan Distribusi
Pendapatan 33 Provinsi Di Indonesia
Ketimpangan
Pendapatan, inflasi,
Pendidikan, dan
pengeluaran pemerintah
Metode Fixed
effect model (FEM)
Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan,
angka partisipasi pendidikan
berpengaruh positif signifikan
dan pengeluaran pemerintah
berpengaruh positif signifikan
terhadap ketimpangan
pendapatan
27
D. HIPOTESIS
1. Pengaruh Total Populasi terhadap Ketimpangan Pendapatan
Populasi penduduk merupakan keseluruhan penduduk yang tinggal di
wilayah tertentu, salah satu faktor penyebab ketimpangan distribusi
pendapatan adalah Total populasi penduduk. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Akai dan Sakata (2005) menunjukkan bahwa populasi penduduk
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap ketimpangan distribusi
pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan jumlah penduduk akan
berpengaruh pula pada ketimpangan distribusi pendapatan apabila tidak ada
kenaikan produktivitas tenaga kerja. Dengan kondisi demografi yang baik
cenderung menyebabkan produktivitas kerja meningkat, sehingga penduduk
dapat meningkatkan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi (Syafrizal
2012).
Menurut Hermanto Siregar (2009) kondisi-kondisi kependudukan, data
dan informasi kependudukan akan sangat berguna dalam memperhitungkan
berapa banyak tenaga kerja akan terserap serta kualifikasi tertentu yang
dibutuhkan dan jenis-jenis teknologi yang akan dipergunakan untuk
memproduksi barang atau jasa. Penduduk disatu pihak dapat menjadi pelaku
atau sumber daya bagi faktor produksi, pada sisi lain dapat menjadi sasaran
atau konsumen bagi produk yang dihasilkan. Adanya pengaruh positif
pertumbuhan penduduk terhadap pertumbuhan ekonomi dan kesenjangan
dimana kondisi dan kemajuan penduduk sangat erat terkait dengan tumbuh
dan berkembangnya usaha ekonomi.
Pada penelitian lain, semakin banyak jumlah penduduk menjadikan
kompetisi dalam memperoleh lapangan kerja menjadi lebih ketat. Penawaran
tenaga kerja yang lebih besar dari permintaannya akan menyebabkan pekerja
mau diberi upah dibawah standar yang telah ditentukan, dan juga apabila
lapangan pekerjaan masih belum mencukupi maka akan menyebabkan
banyaknya pengangguran, hal ini lah berdampak pada semakin tingginya
angka ketimpangan (Fulgsang, 2013).
28
2. Pengaruh Inflasi terhadap Ketimpangan Pendapatan
Inflasi adalah suatu kondisi dimana terjadi kenaikan harga secara umum
dan terus menerus, inflasi yang stabil dan terkendali merupakan stimulus bagi
perekonomian untuk tumbuh. Tingkat inflasi yang tinggi menurut Mankiw
(2003) akan menyebabkan tingkat bunga nominal yang lebih tinggi akhirnya
akan menurunkan keseimbangan uang riil. lnflasi juga akan menimbulkan
inefisiensi ekonomi. Tingkat harga yang berubah membuat rencana keuangan
individu menjadi tidak pasti, inflasi yang tidak diharapkan memiliki dampak
negatif yang lebih parah dari biaya inflasi yang diantisipasi.
Apabila inflasi yang terjadi dalam perekonomian itu tidak stabil dan
tinggi maka akan berdampak buruk terhadap perekonomian dikarenakan
inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli bagi masyarakat. Di sisi lain,
inflasi dapat menumbuhkan pasar tenaga kerja, pemotongan upah nominal
sulit dilakukan tetapi hal itu bisa dilakukan dengan membiarkan inflasi
melakukannya, Inflasi yang dibutuhkan untuk menumbuhkan pasar tenaga
kerja adalah inflasi rendah.
Susanti dkk (2007) menyatakan bahwa tingkat harga merupakan biaya
bagi rnasyarakat dalam memegang uang. Masyarakat akan rnemilih
memegang aset dalam bentuk riil dibanding aset finansial jika tingkat harga
lebih tinggi. lnflasi tinggi dapat menyebabkan memburuknya distribusi
pendapatan, berkurangnya tabungan domestik yang merupakan sumber dana
investasi, terjadinya defisit dalarn neraca perdagangan, dan timbulnya
ketidakstabilan politik.
Selain itu menurut Cardozo (1993), inflasi juga akan berdampak bagi
ketimpangan distribusi pendapatan. Meskipun demikian sebenarnya
pernyataan tersebut sangat bergantung pada kondisi awal inflasi di negeri
tersebut dimana jika kondisi awal inflasi rendah, maka pengaruhnya terhadap
ketimpangan distribusi pendapatan negatif sedangkan jika kondisi awal inflasi
tinggi maka pengaruhnya menjadi positif. Seperti dikemukakan oleh Yuyun
(2011) bahwa ketika inflasi naik, maka pengeluaran penduduk kota akan
mengalami kenaikan sedangkan di desa justru pendapatan naik sehingga
terjadi penurunan ketimpangan pendapatan.
29
3. Pengaruh IPM terhadap Ketimpangan Pendapatan
Indeks pembangunan manusia menjadi indikator penting untuk
mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia
yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.
Ketimpangan yang terjadi pada suatu wilyah akan berpengaruh pada tingkat
kesejateraan masyarakat di wilayah tersebut. Tingkat pembangunan manusia
yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi suatu bangsa tentu juga
tergantung pada kondisi masyarakat lainnya (Gustav, 2004).
Kualitas sumber daya manusia yang buruk juga dapat menjadi faktor
penyebab terjadinya penduduk miskin da kesenjangan antar penduduk. Pada
hakikatnya IPM memiliki hubungan saling keterkaitan dengan ketimpangan
ekonomi. Rendah atau tingginya IPM akan berdampak pada tingkat
produktivitas penduduk, semakin rendah IPM maka tingkat produktivitas
penduduk juga akan rendah kemudian akan berpengaruh pada rendahnya
pendapatan. Begitu pula sebaliknya, semakin tinggi IPM maka akan semakin
tinggi tingkat produktivitas penduduk yang kemudian mendorong tingkat
pendapatan menjadi semakin tinggi. Permasalahan yang terjadi adalah IPM
pada tiap daerah berbeda, hal ini menjadikan IPM salah satu faktor yang
mempengaruhi ketimpangan
Menurut Becker (Tirmidzi, 2012) menyatakan bahwa IPM berpengaruh
negatif terhadap ketimpangan, Becker mengkaji lebih dalam mengenai peran
pendidikan formal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi meyatakan
bahwa, semakin tinggi pendidikan formal seseorang, maka produktivitas
orang tersebut dalam bekerja akan semakin tinggi pula. Hal ini sejalan dengan
teori human capital, yang menyebutkan bahwa pendidikan memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi dan akan mengurangi ketimpangan
pendapatan karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas
tenga kerja. Teori ini menganggap pertumbuhan penduduk ditentukan oleh
produktivitas perorangan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Sara
Purnasihar (2012), IPM menjadi salah satu variabel yang signifikan sehingga
dalam mempengaruhi ketimpangan distribusi pendapatan.
30
4. Pengaruh CPI Terhadap Ketimpangan Pendapatan
Pemikiran ekonomi konvensional mengatakan bahwa rendahnya tingkat
korupsi dapat menurunkan ketimpangan pemdapatan melalui beberapa cara
(Gupta dkk. 2002). Pada model ekonomi disebutkan bahwa korupsi dapat
menyebabkan ketimpangan pendapatan meningkat kemudian menyebabkan
kemiskinan meningkat juga dan pada model pemerintah disebutkan bahwa
korupsi dapat mengurangi kapasitas pemerintah sehingga kemiskinan
meningkat.
Pengaruh korupsi terhadap perekonomian terbagi menjadi 2 yaitu
pertama, selama korupsi menurunkan pertumbuhan ekonomi, yang lebih
cenderung meningkatkan bagian pendapatan orang miskin daripada orang
kaya, hal itu meningkatkan ketimpangan pendapatan dan kemiskinan. Kedua,
korupsi membuat sistem pajak yang efektif menjadi regresif, karena korupsi
mengarah pada bias sistem pajak yang menguntungkan orang kaya dan
berkuasa (Hendriks dkk 1998), yang berarti bahwa beban sistem pajak turun
secara tidak proporsional pada masyarakat miskin. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Chetwynd (2003) yang berjudul “Corupption an Poverty: A
Review of Recent Literatur” yang melihat dampak korupsi terhadap
kemiskinan melalui model pemerintahan dan model ekonomi.
Korupsi tidak dapat hanya dipandang sebagai permasalahan ekonomi
semata, di mana kekayaan negara menjadi berkurang. Permasalahan
sebenarnya lebih dari itu karena korupsi menyangkut aspek sosial budaya,
politik, dan hankam. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Mauro (2004)
menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif antara korupsi dengan
pertumbuhan ekonomi dan menghambat investasi yang ada, yang berarti jika
terdapat peningkatan korupsi maka investasi domestik akan terganggu dan
pertumbuhan ekonomi akan mengalami penurunan. Mauro (1997)
menunjukkan juga bahwa peningkatan korupsi akan menurunkan besaran
pengeluaran pemerintah terutama dibidang jaminan sosial dan pembayaran
kesejahteraan publik (social security and welfare payments).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Peran metodologi penelitian sangat menentukan dalam upaya
menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian, dengan kata lain
metodologi penelitian akan memberikan petunjuk terhadap bagaimana
penelitian ini akan dilakukan. Metodologi mengandung makna mengenai
prosedur dan cara melakukan pengujian terhadap data-data yang diperlukan
untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini.
Penelitian Deskriptif merupakan dasar bagi semua penelitian. “Penelitian
Deskriptif dapat dilakukan secara kuantitatif agar dapat dilakukan analisis
statistik” (Basuki 2006).
Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan masalah yang terjadi pada masa lampau maupun masa
sekarang atau keadaan yang sedang berlangsung ketika melakukan penelitian.
Ciri-ciri dari metode deskriptif seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(2003: 61) yaitu:
a) Memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa
sekarang atau masalah-masalah yang actual.
b) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
dianalisa, oleh karena itu metpde ini sering disebut dengan metode analisa.
Adapun yang menjadi landasan peneliti menggunakan metode deskriptif,
yaitu:
a) Penelitian ini mengungkapkan masalah-masalah aktual yang terjadi pada masa
sekarang.
b) Dengan metode ini dapat memberikan gambaran tentang hubungan pelaksanaan
sistem kearsipan dengan efektifitas pengambilan keputusan pimpinan.
Memudahkan peneliti dalam mengolah data karena data yang terkumpul
bersifat homogen atau sama.
32
c) Metode ini dapat mengumpulkan data, menyusun data, menginterpretasikan
data, dan datanya dapat disimpulkan.
Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan dengan cara
pencatatan data hasil penelitian secara eksak dengan menggunakan perhitungan
statistik. Menurut Sudjana (2004), penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang
menggunakan metode bilangan untuk mendeskripsikan observasi suatu objek
atau variabel dimana bilangan menjadi bagian dari pengukuran. Metode
penelitian deskriptif dengan pendekatan secara kuantitatif digunakan apabila
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan peristiwa atau suatu
peristiwa atau suatu kejadian yang terjadi pada saat sekarang dalam bentuk
angka-angka yang bermakna.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif karena
bertujuan untuk menjelaskan pengaruh adanya Populasi, inflasi, IPM, dan CPI
terhadap ketimpangan pendapatan dengan cara mendeskripsikan hasil
pengolahan data menggunakan eviews.
B. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Menurut Margono (2004), populasi adalah seluruh data yang menjadi
perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi
populasi berhubungan dengan data, bukan manusianya. Kalau setiap
manusia memberikan suatu data maka, maka banyaknya atau ukuran
populasi akan sama dengan banyaknya manusia.
Sugiyono (2001) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi
juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang
ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Nazir (2005) menyatakan bahwa populasi adalah kumpulan dari
individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau
33
ciri tersebut dinamakan variabel. Sebuah populasi dengan jumlah individu
tertentu dinamakan populasi finit sedangkan, jika jumlah individu dalam
kelompok tidak mempunyai jumlah yang tetap, ataupun jumlahnya tidak
terhingga. Margono (2004) pun menyatakan bahwa persoalan populasi
penelitian harus dibedakan ke dalam sifat berikut ini:
a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya
secara kuantitatif.
b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya
memiliki sifat atau keadaan yang bervariasi, sehingga perlu ditetapkan
batas-batasnya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian di bidang sosial yang objeknya manusia atau gejala-gejala
dalam kehidupan manusia menghadapi populasi yang heterogen.
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu beberapa negara
berkembang yang berada di kawasan Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan di
beberapa negara tersebut memiliki ketimpangan distribusi pendapatan yang
cukup tinggi.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristikyang dimiliki
oleh populasi seperti yang dijelaskan dalam buku Metode Penelitian oleh
Sugiyono (2012). Meskipun sampelnya hanya merupakan bagian dari
populasi, kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel itu harus dapat
menggambarkan dalam populasi, atau dapat dikatakan bahwa sampel harus
mewakili kondisi populasi. Pengambilan sampel dinilai dapat
mempermudah penelitian karena mampu memperkecil jumlah data
penelitian dari suatu populasi yang cukup besar.
Teknik pengambilan data sampel ini biasanya didasarkan oleh
pertimbangan tertentu, misalnya keterbatasan waktu, tenaga, dan data
sehingga tidak dapat mengambil sampel yang besar.
Adapun cara dalam penentuan sampel dalam penelitian ini, yaitu
dengan menggunakan purposive sampling. Hal ini dilakukan dengan cara
34
mengambil subjek bukan didasarkan atas strata atau tingkatan tertentu,
namun dengan metode random tetapi dengan didasarkan atas adanya tujuan
tertentu, seperti dalam buku Metode Penelitian Sugiyono (2012) yang
menjelaskan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu.
Dalam buku Prosedur Penelitian oleh Arikunto (2010) menjelaskan
bahwa terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menentukan
sampel berdasarkan tujuan tertentu, yaitu:
a) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat, atau
karakteristik yang merupakan ciri-ciri pokok populasi.
b) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek
yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi.
c) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam
studi pendahuluan.
Penelitian ini menggunakan negara Indonesia, LaoPDR, Philippines,
Vietnam, dan Timor Leste sebagai sampel, hal ini dikarenakan di negara-
negara tersebut terindikasi masih memiliki tingkat ketimpangan distribusi
pendapatan yang tinggi.
C. JENIS DATA
1. Data
Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang
menunjukkan fakta (Siregar, 2013). Data merupakan segala sesuatu yang
sudah dicatat (recorded), dan segala sesuatu tersebut merupakan beberapa
kejadian atau fakta-fakta. Semua fakta bisa menjadi data jika kita
mencatatnya (baik tertulis, rekam atau bentuk pengabadian lainnya). Oleh
karenanya, fakta merupakan bahan baku dalam suatu penelitian ilmiah.
Tetapi fakta saja tidak memiliki arti apa-apa jika tidak dicatat, dikelola dan
dianalisis dengan baik. Jika data telah diolah dan dinterpretasikan, maka
data ini akan berubah menjadi sebuah informasi.
35
Adapun beberapa jenis data menurut sumber dan cara
pengumpulannya:
a) Data Primer
Pengertian data primer adalah sumber data penelitian yang
diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,
jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil
observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda).
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara
menjawab pertanyaan riset (metode survei) atau penelitian benda
(metode observasi).
Kelebihan dari data primer adalah data lebih mencerminkan
kebenaran berdasarkan dengan apa yang dilihat.dan didengar langsung
oleh peneliti sehingga unsur-unsur kebohongan dari sumber yang
fenomenal dapat dihindari.
Kekurangan dari data primer adalah membutuhkan waktu yang
relatif lama serta biaya yang dikeluarkan relatif cukup besar.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2013). Data-data
tersebut dapat berasal dari beberapa badan atau lembaga atau bahkan
dari hasil penelitian orang lain. Dengan kata lain, pengertian data
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh melalui media
perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti
yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
dipublikasikan secara umum. Dengan kata lain, peneliti membutuhkan
pengumpulan data dengan cara berkunjung ke perpustakaan, pusat
kajian, pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan
dengan penelitiannya.
Kelebihan dari data sekunder adalah waktu dan biaya yang
dibutuhkan untuk penelitian untuk mengklasifikasi permasalahan dan
mengevaluasi data, relatif lebih sedikit dibandingkan dengan
pengumpulan data primer. Sedangkan kekurangan dari data sekunder
36
adalah jika sumber data terjadi kesalahan, kadaluwarsa atau sudah tidak
relevan dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Menurut cara pengambilan datanya, jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder.
D. SUMBER DATA
Berdasarkan jenis data yang digunakan yaitu data sekunder, sumber data
penelitian yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung
yang berupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Dengan kata lain, peneliti membutuhkan pengumpulan data dengan cara
berkunjung ke perpustakaan, pusat kajian, pusat arsip atau membaca banyak
buku yang berhubungan dengan penelitiannya.
Data-data yang digunakan berasal dari website World Bank (Bank Dunia),
Transparency International, dan UNDP (United Nations Development
Programme).
E. VARIABEL PENELITIAN
Variabel adalah sesuatu yang berbentuk yang ditetapkan oleh peneliti
dipelajari dengan seksama sehingga diperoleh informasi berupa data dan
diolah dengan statistik sehingga dapat ditarik kesimpulan (Sujarweni dan
Endrayanto, 2012:23). Menurut Sugiyono (2011:161), variabel penelitan
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu
variabel independen dan variabel dependen.
1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2011).
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini ialah income
inequality (ketimpangan pendapatan).
37
2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi dan yang
menjadi penyebab timbulnya variabel dependen (Sugiyono, 2011).
Adapun variabel-variabel bebas yang digunakan sebagai faktor-faktor
yang mempengaruhi ketimpangan pendapatan, yaitu:
a) Total populasi
b) Inflasi
c) Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
d) Corruption Perception Index (CPI)
F. METODE ANALISIS DATA
1. Uji Asumsi Klasik
Adapun uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Dalam
sebuah penelitian metode yang digunakan yaitu dengan melihat
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan menentukan garis lurus diagonal, dan
ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika
distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data
sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya (Ghozali, 2012).
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen (Ghozali, 2012). Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikolinearitas di dalam regresi maka dapat dilihat dari nilai tolerance
38
dan variance inflation faktor (VIF). Nilai tolerance yang rendah sama
dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukan tingkat multikolinieritas adalah nilai
tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai ≥ 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2012). Cara mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi
variabel terikat (depanden) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot anatara SRESID dan
ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah distudentized.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan korelasi pada tempat yang
berdekatan datanya yaitu cross sectional. Autokorelasi merupakan
korelasi time series (lebih menekankan pada dua data penelitian berupa
data rentetan waktu). Cara mendeteksi ada tidaknya gejala autokorelasi
adalah dengan menggunakan nilai DW (Durbin Watson) dengan kriteria
pengambilan jika D – W sama dengan 2, maka tidak terjadi autokorelasi
sempurna sebagai rule of tumb (aturan ringkas), jika nilai D – W diantara
1,5 – 2,5 maka tidak mengalami gejala autokorelasi (Ghozali, 2012).
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan. Model
39
persamaan regresi linier berganda yang digunakan adalah sebagai berikut
(Sugiyono, 2011):
Y = a + b1.X1 + b2.X2 + b3.X3 + b4.X4 + ε
Keterangan:
Y = ketimpangan distribusi pendapatan
a = Konstanta
b = Koefisien regresi
X1 = Populasi
X2 = Inflasi
X3 = IPM
X4 = CPI
b. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien regresi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu Ghozali (2012). Jika
dalam uji empiris didapat nilai adjusted R² negatif, maka nilai adjusted
R² dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R²= 1, maka
adjusted R²=R²= 1, sedangkan jika nilai R² = 0, maka adjusted R² = (1 –
k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted R² akan bernilai positif (Gujarati
dalam Ghozali, 2012).
c. Uji t (Uji Parsial)
Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara
variabel X dan variabel Y secara parsial atau dapat dikatakan uji t pada
dasarnya menunjukan seberapa jauh satu variabel independen secara
individual dalam menerangkan variasi-variasi dependen (Ghozali, 2012).
d. Uji F
Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-
40
sama terhadap variabel terikat, (Ghozali, 2012). Untuk menguji hipotesis
ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai
berikut:
1) Dengan membandingkan nilai F tabel dengan F hitung, Apabila Ftabel>
Fhitung, maka Ho diterima dan Ha ditolak, Apabila F tabel< F hitung,
maka Ho ditolak dan Ha diterima.
2) Dengan menggunakan angka probabilitas signifikansi Apabila
probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak
signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima, (Ghozali, 2012).
41
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
1. Gambaran Umum Indonesia
Indonesia merupakan negara yang tergabung kedalam ASEAN yang
dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia.
Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil di antara Samudra
Hindia dan Samudra Pasifik dengan luas daratan Indonesia adalah
1.922.570 km² dan luas perairannya 3.257.483 km². Dengan total populasi
pada tahun 2017 berjumlah 270.054.853 juta jiwa dan 17.504 pulau
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia adalah
negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia dan negara yang
berpenduduk muslim terbesar di dunia, dengan lebih dari 230 juta jiwa
penduduk muslim.
Dari sekian banyak penduduk Indonesia, tentunya terdapat berbagai
macam masalah sosial ekonomi yang mana salah satunya adalah
ketimpangan pendapatan. Masalah ketimpangan pendapatan memang suatu
masalah besar bagi Indonesia, pada tahun 2017 tingkat ketimpangan
pendapatan Indonesia berada pada angka 17,3 dan berada di peringkat 168
seluruh dunia yang mana angka tersebut menunjukkan masih tingginya
angka ketimpangan pendapatan antara penduduk di Indonesia.
Pada tahun 2017 tingkat inflasi Indonesia berada pada tingkat 3,67%
yang mana tergolong sebagai inflasi rendah, tingkat inflasi Indonesia dapat
dikatakan pada level stabil kearena tidak ada perubahan yang signifikan
pada tingkat inflasi tahun tahun sebelumnya.
Dari total 200 juta lebih penduduk yang berada di Indonesia harus
didukung dengan berbagai macam fasilitas penunjang kehidupan yang baik,
salah satu indikator yang dipakai dalam melihat tingkat kualitas hidup
adalah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Pada tahun 2017
tingkat IPM Indonesia berada pada angka 0.7 yang mana sudah
menunjukkan angka yang cukup baik.
42
Dari berbagai macam persalahan ekonomi yang ada di Indonesia,
salah satu permasalahan yang berakibat signifikan pada pereknomian
Indonesia adalah korupsi. Skor Corruption Perception Index (CPI)
Indonesia tahun 2017 adalah 37 dan berada diperingkat 96 dari 180 negara
hal berarti skor CPI Indonesia berada pada poin yang sama dengan tahun
sebelumnya yang mana Indonesia merupakan tergolong negara yang korup.
2. Gambaran Umum LaoPDR
Republik Demokratik Rakyat LaoPDR adalah negara yang terapit
daratan di Asia Tenggara, negara LaoPDR berbatasan langsung dengan
Vietnam di timur, Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah barat
laut, Thailand di sebelah barat, dan Kamboja di selatan.
Luas total wilayah LaoPDR mencakup 236,800 km2 dan 2% dari
wilayah tersebut adalah berupa perairan. Negara LaoPDR mempunyai
lembah sungai subur sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan
perkebunan, terutama padi, kopi, dan tembakau. Memiliki sumber-sumber
tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak. Wilayahnya
didominasi perbukitan dan pegunungan yang tertutup hutan lebat, sehingga
menghasilkan kayu sebagai salah satu komoditasnya. Potensi Sosial Budaya
Terdiri atas berbagai macam suku bangsa dengan berbagai macam
budayanya, Masyarakatnya sebagian besar masih patuh pada tradisi.
LaoPDR merupakan salah satu dari lima negara komunis yang ada di
dunia. Luas wilayahnya sekitar 236.800 km2 dengan jumlah penduduk pada
tahun 2017 sekitar 6.858.160juta jiwa. Bergabung dengan ASEAN sejak
tahun 1997, tetapi negara yang terkurung daratan (landlocked country) ini
baru membuka diri seluas-luasnya dengan negara lain pada tahun 2004.
Langkah pertama yang diambil LaoPDR dalam membuka diri adalah
menarik modal asing.
Masalah ketimpangan pendapatan memang suatu masalah besar bagi
tiap negara, pada tahun 2017 tingkat ketimpangan pendapatan LaoPDR
berada pada angka 20% yang mana berarti 20% dari total penduduk
LaoPDR tidak menikmati dampak dari pertumbuhan ekonomi negaranya.
43
Tingkat inflasi LaoPDR pada tahun 2017 berada pada angka 1,75%
yang mana angka tersebut menunjukan bahwa tingkat inflasi negara
LaoPDR masih tergolong kedalam tingkat inflasi rendah.
Indikator untuk mengetahui tingkat kualitas hidup IPM negara
LaoPDR masih berada pada angka 0,6, yang mana angka tersebut
menunujukkan masih rendahnya tingkat kualitas hidup di negara LaoPDR.
Setelah indikator kualitas hidup, berikutnya adalah tingkat Corruption
Perception Index (CPI). Pada tahun 2017 angka CorruptionPerception Index
negara LaoPDR berada pada angka 29, yang mana menempatkan negara
LaoPDR di urutan 135 dari 180 negara yang ada.
3. Gambaran Umum Vietnam
Negara yang bernama resmi Republik Sosialis Vietnam adalah negara
yang berbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah utara,
LaoPDR di sebelah barat laut, Kamboja di sebelah barat daya dan di sebelah
timur berhadapan langsung dengan Laut China Selatan.
Luas Vietnam kurang lebih 332.698 km2 dengan jumlah penduduk
sebanyak 95.540.800 jiwa. Topografinya terdiri atas bukit-bukit dan
gunung-gunung berhutan lebat, dengan dataran rendah meliputi tidak lebih
dari 20% dari keseluruhan wilayahnya. Vietnam sekarang adalah produsen
kacang cashew terbesar dengan pangsa 1/3 dari kebutuhan dunia dan
eksportir beras kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Selain beras, kunci
ekspor adalah kopi, teh, karet dan produk-produk perikanan.
Masalah ketimpangan pendapatan juga terdapat di negara Vietnam ini.
Menurut indeks ketimpangan pendapatan 20% dari total penduduk Vietnam
tidak menerima dampak dari pembangunan ekonomi yang terjadi di negara
Vietnam.
Tingkat inflasi Vietnam pada tahun 2017 masih berada pada tingkat
2,75 yang mana angka tersebut menunujukkan bahwa tingkat inflasi
Vietnam tergolong kedalam tingkat inflasi rendah.
44
Tingkat kualitas hidup negara Vietnam yang tergambarkan melalui
IPM juga tergolong menjadi tingkat kualitas hidup yang tidak terlalu buruk,
IPM negara Vietnam pada tahun 2017 menunjukkan angka 0,683.
Setelah itu untuk selanjutnya adalah tingkat Corruption Perception
Index (CPI). Angka Corruption Perception Index negara Vietnam berada
pada angka 35 dan berada pada urutan 107 dari 180 negara.
4. Gambaran Umum Philippines
Philippines adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah
utara Indonesia, dan Malaysia. Negara yang tediri dari 7.107 pulau dengan
luas total daratan diperkirakan 343.448 km² ini merupakan sebuah negara
kepulauan yang terletak di Lingkar Pasifik Barat. Pada sisi timur Philippines
berbatasan dengan Laut Philippines, Laut Tiongkok Selatan pada sisi barat,
dan pada sisi selatan dengan Laut Sulawesi. Philippines memiliki garis
pantai sepanjang 36.289 km (22.549 mil) yang menjadikannya negara
dengan garis pantai terpanjang kelima di dunia. Populasi penduduk
Philippines saat ini berada di angka 104.918.090 jiwa yang membuat
Philippines mempunyai masalah kepadatan penduduk
Selain masalah kepadatan penduduk, Philippines juga mempunyai
angka ketimpangan pendapatan yang cukup tinggi dibandingkan dengan
negara berkembang ASEAN lainnya, nilai ketimpangan pendapatan
Philippines adalah 27% yang mana berarti 27% dari total penduduknya tidak
dapat mendapatkan dampak dari pertumbuhan ekonomi negaranya.
Selanjutnya melihat inflasi dari negara Philippines yang menunjukkan
angka 3% per tahunnya dapat digolongkan Philippines mempunyai tingkat
inflasi yang rendah, sehingga tingkat inflasi tersebut maih tergolong baik
bagi perekonomian.
Angka kualitas hidup negara yang biasa dilihat melalui IPM milik
Philippines menunjukkan angka 0.682 yang menunjukkan bahwa tingkat
kulitas hidup di flipina termasuk kedalam tingkat kualitas hidup yang tidak
terlalu buruk.
45
Kemudian melihat dari sisi pemerintahan Philippines masih terdapat
angka korupsi yang cukup tinggi, dilihat dari angka Corruption Perception
Index Philippines mendapat skor 34 dan membuat Philippines berada di
urutan 111 dari 180 negara.
5. Gambaran Umum Timor-Leste
Secara astronomis, Timor Leste terletak antara 8°LS -10°LS dan
124°BT – 127°30’BT. Negara ini berbatasan langsung dengan Indonesia
(Provinsi Nusa Tenggara Timur) di sebelah Barat. Sementara itu, di sebelah
Utara dibatasi oleh Selat Wetar dan di sebelah Timur dan Selatan dibatasi
oleh Laut Timor. Negara ini juga memiliki sedikit wilayah yang terpisah dan
berada di kawasan Pantai Utara Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Republik Demokratis Timor Leste merupakan sebuah negara yang
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Timor Timur
secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Negara timor leste
merupakan negara dengan luas 14.874 km² dan dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.296.311 jiwa.
Ketimpangan pendapatan juga terdapat pada negara yang dapat
diakatakan kecil ini, pada tahun 2017 tingkat ketimpangan pendapatan
Timor leste berada pada angka 18% yang mana berarti 18% dari total
penduduk timor leste tidak terkena dampak dari pertumbuhan ekonomi
negaranya.
Tingkat inflasi timor leste pada tahun 2017 berada pada angka 2%
yang mana angka tersebut menunjukan bahwa tingkat inflasi negara
LaoPDR masih tergolong kedalam tingkat inflasi rendah.
Selanjutnya adalah indikator untuk mengetahui tingkat kualitas hidup,
IPM negara Timor Leste masih berada pada angka 0,6 yang mana angka
tersebut menunujukkan masih rendahnya tingkat kualitas hidup di negara
Timor Leste.
Setelah indikator kualitas hidup, berikutnya adalah Corruption
Perception Index (CPI) atau indikator tentang tingkat korupsi. Pada tahun
2017 angka Corruption Perception Index negara Timor Leste berada pada
46
angka 38, yang mana menempatkan negara LaoPDR di urutan 91 dari 180
negara yang ada, dan juga merupakan negara dengan tingkat korupsi yang
rendah dibandingkan dengan negara berkembang ASEAN lainnya.
B. INTERPRETASI DATA
1. Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda merupakan hubungan secara linear antara
dua atau lebih variabel independent dengan variabel dependen. Analisis ini
digunuakan untuk mengetahui arah hubungan antara 2 jenis variable yaitu,
variabel independen dengan variabel dependen dan juga untuk mengetahui
apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif
dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan
biasanya berskala interval atau rasio.
Tabel 4.1
Hasil Olah Data Panel dengan Fixed Effect Model
Variable Coefficient Prob.
C -59.24828 0.0515
POPULATION? 0.138538 0.4701
HDI? -1.238182 0.0194
INFLATION? 0.302861 0.0095
CPI? -0.386901 0.0313
Fixed Effects (Cross)
_INDONESIA--C -28.14179
_LAOPDR--C 16.84913
_PHILIPPINES--C 2.692765
_TIMORLESTE--C 14.53643
_VIETNAM--C -5.936536
R-squared 0.873601
Adjusted R-squared 0.825449
S.E. of regression 2.047352
F-statistic 18.14253
Prob(F-statistic) 0.000000 Sumber: Hasil olah data menggunakan eviews
47
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan model terbaik,
yaitu Fixed Effect Model (FEM), yang dapat dijelaskan melalui persamaan
regresi sebagai berikut:
INEQ = -59,24828 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Dimana:
INEQ = Ketimpangan Pendapatan
POP =Total Populasi
INF = Inflasi
HDI = Human Development Index/ IPM
CPI = Corruption Perception Index
Berdasarkan persamaan regresi di atas, nilai konstanta (C) sebesar -
59,24828 ialah nilai variabel inequality (ketimpangan distribusi pendapatan)
ketika tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel lain.
Nilai probabilitas variabel POP (populasi) sebesar 0,4701, nilai
tersebut berada di atas α = 0,05. Hal ini berarti variabel populasi
berpengaruh tidak signifikan terhadap inequality. Hasil ini sejalan dengan
penelitian Akai dan Sakata (2005) yang menunjukkan bahwa populasi
penduduk berpengaruh positif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan.
Hal ini menunjukkan kenaikan jumlah penduduk akan berpengaruh pula
pada ketimpangan distribusi pendapatan apabila tidak ada kenaikan
produktivitas tenaga kerja.
Inflasi memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0095, yaitu berada di bawah
α = 0,05. Artinya, variabel inflasi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap inequality, hal itu sejalan dengan pendapat Cardozo (1993) yang
menyatakan bahwa inflasi juga akan berdampak bagi ketimpangan distribusi
pendapatan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di Brazil inflasi dan
pengangguran yang meningkat akan mengakibatkan ketimpangan semakin
tinggi.
48
Human Development Index (HDI) dengan probabilitas sebesar 0,0194
yang nilainya berada di bawah α = 0,05, artinya variabel HDI memiliki
pengaruh signifikan terhadap ketimpangan distribusi pendapatan. Ini sejalan
dengan teori dari Becker (Tarmidzi, 2012) menyatakan bahwa IPM
berpengaruh negatif terhadap ketimpangan, semakin tinggi pendidikan
formal yang diperoleh, maka produktivitas tenaga kerja juga menjadi
semakin tinggi. Hal tersebut juga sesuai dengan teori human capital, yaitu
bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan
akan mengurangi disparitas pendapatan.
Corruption Perception Index (CPI) yang memiliki nilai probabilitas
sebesar 0,0313 yang nilainya berada di bawah α = 0,05, artinya variabel CPI
berpengaruh secara signifikan terhadap inequality (ketimpangan). Hasil ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chetwynd (2003) yang
berjudul “Corupption an Poverty: A Review of Recent Literature” yang
melihat dampak korupsi terhadap kemiskinan melalui model pemerintahan
dan model ekonomi. Pada model ekonomi disebutkan bahwa korupsi dapat
menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan ketimpangan
pendapatan meningkat dan juga menyebabkan meningkatnya kemiskinan.
2. Persamaan Model Negara
Karena dalam penelitian ini menggunakan Fixed Effect Model (FEM)
dengan data cross-section, sehingga diperoleh persamaan model masing-
masing negara sebagai berikut:
a) Model Persamaan untuk Indonesia
INEQ = -28.14179 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Berdasarkan persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa apabila
variabel independen bernilai konstan, maka nilai ketimpangan di Indonesia
berkurang sebesar 28,14179 atau 28,14%. Variabel jumlah total populasi
sebesar 0,138538 berarti setiap kenaikan total populasi sebanyak 1 juta
jiwa akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,14% di
Indonesia. Nilai variabel inflasi sebesar 0,30286 berarti setiap kenaikan
49
inflasi sebesar 1% akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar
0,3% di Indonesia. Koefisien variabel HDI mempunyai nilai sebesar
1,238182 yang artinya setiap pertambahan nilai HDI sebesar 1 % akan
mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 1,24% di Indonesia.
Variabel CPI memiliki koefisien 0,386901 yang menjelaskan bahwa setiap
pertambahan nilai CPI sebesar 1 satuan, akan mengurangi ketimpangan
pendapatan sebesar 0,39% di Indonesia karena semakin besar nilai CPI
menandakan bahwa negara tersebut semakin bersih dari korupsi.
b) Model Persamaan Lao PDR
INEQ = 16.84913 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Berdasarkan persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa apabila
variabel independen bernilai konstan, maka nilai ketimpangan di LaoPDR
bertambah sebesar 16,84913 atau 16,9%. Variabel jumlah total populasi
sebesar 0,138538 berarti setiap kenaikan total populasi sebanyak 1 juta
jiwa akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,14% di
LaoPDR. Nilai variabel inflasi sebesar 0,30286 berarti setiap kenaikan
inflasi sebesar 1% akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar
0,3% di LaoPDR. Koefisien variabel HDI mempunyai nilai sebesar
1,238182 yang artinya setiap pertambahan nilai HDI sebesar 1 % akan
mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 1,24% di LaoPDR. Variabel
CPI memiliki koefisien 0,386901 yang menjelaskan bahwa setiap
pertambahan nilai CPI sebesar 1 satuan, akan mengurangi ketimpangan
pendapatan sebesar 0,39% di LaoPDR karena semakin besar nilai CPI
menandakan bahwa negara tersebut semakin bersih dari korupsi.
c) Model Persamaan untuk Philippines
INEQ = -2.692765 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Dengan hasil persamaan di atas, dapat dijelaskan bahwa apabila
variabel independen bernilai konstan, maka nilai ketimpangan di
50
Philippines berkurang sebesar 2,692765 atau 2,7%. Variabel jumlah total
populasi sebesar 0,138538 berarti setiap kenaikan total populasi sebanyak
1 juta jiwa akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,14%
di Philippines. Nilai variabel inflasi sebesar 0,30286 berarti setiap
kenaikan inflasi sebesar 1% akan menambah nilai ketimpangan
pendapatan sebesar 0,3% di Philippines. Koefisien variabel HDI
mempunyai nilai sebesar 1,238182 yang artinya setiap pertambahan nilai
HDI sebesar 1 % akan mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar
1,24% di Philippines. Variabel CPI memiliki koefisien 0,386901 yang
menjelaskan bahwa setiap pertambahan nilai CPI sebesar 1 satuan, akan
mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 0,39% di Philippines karena
semakin besar nilai CPI menandakan bahwa negara tersebut semakin
bersih dari korupsi.
d) Model Persamaan Vietnam
INEQ = -5.936536 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Persamaan di atas menjelaskan bahwa apabila variabel independen
bernilai konstan, maka nilai ketimpangan di Vietnam berkurang sebesar
5,936536 atau 5,9%. Variabel jumlah total populasi sebesar 0,138538
berarti setiap kenaikan total populasi sebanyak 1 juta jiwa akan menambah
nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,14% di Vietnam. Nilai variabel
inflasi sebesar 0,30286 berarti setiap kenaikan inflasi sebesar 1% akan
menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,3% di Vietnam.
Koefisien variabel HDI mempunyai nilai sebesar 1,238182 yang artinya
setiap pertambahan nilai HDI sebesar 1 % akan mengurangi ketimpangan
pendapatan sebesar 1,24% di Vietnam. Variabel CPI memiliki koefisien
0,386901 yang menjelaskan bahwa setiap pertambahan nilai CPI sebesar
1 satuan, akan mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 0,39% di
Vietnam karena semakin besar nilai CPI menandakan bahwa negara
tersebut semakin bersih dari korupsi.
51
e) Model Persamaan Timor-Leste
INEQ = 14.53643 + 0,138538POP + 0,30286INF – 1,238182HDI –
0,386901CPI + Ꜫ
Dengan menggunakan Cross-Section menghasilkan persamaan di
atas yang menjelaskan bahwa apabila variabel independen bernilai
konstan, maka nilai ketimpangan di Timor-Leste bertambah sebesar
14,53643 atau 14,5%. Variabel jumlah total populasi sebesar 0,138538
berarti setiap kenaikan total populasi sebanyak 1 juta jiwa akan menambah
nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,14% di Timor-Leste. Nilai
variabel inflasi sebesar 0,30286 berarti setiap kenaikan inflasi sebesar 1%
akan menambah nilai ketimpangan pendapatan sebesar 0,3% di Timor-
Leste. Koefisien variabel HDI mempunyai nilai sebesar 1,238182 yang
artinya setiap pertambahan nilai HDI sebesar 1 % akan mengurangi
ketimpangan pendapatan sebesar 1,24% di Timor-Leste. Variabel CPI
memiliki koefisien 0,386901 yang menjelaskan bahwa setiap pertambahan
nilai CPI sebesar 1 satuan, akan mengurangi ketimpangan pendapatan
sebesar 0,39% di Timor-Leste karena semakin besar nilai CPI menandakan
bahwa negara tersebut semakin bersih dari korupsi.
C. HASIL UJI ASUMSI KLASIK
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
berdistribusi normal atau tidak. Sebab model regresi yang baik memiliki
data yang berdistibusi normal. Ada 2 cara untuk mendeteksi adanya
normalitas, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam penelitian
ini menggunakan uji grafik dengan membandingkan nilai probabilitas.
52
Gambar 4.1
Grafik Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2015
Observations 30
Mean -3.55e-16
Median -0.268514
Maximum 3.543700
Minimum -4.036125
Std. Dev. 1.740689
Skewness 0.136526
Kurtosis 2.838562
Jarque-Bera 0.125775
Probability 0.939049
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
Berdasarkan gambar grafik hasil uji normalitas di atas yang
menunjukkan bahwa nilai probabilitas sebesar 0,939049 yang berada di atas
α = 0,05 yang artinya data tersebut terdistribusi normal, maka model regresi
dapat digunakan untuk pengujian berikutnya.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi
antara variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai tolerance > 0,1 dan
VIF < 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antar variabel
bebas.
Tabel 4.2
Hasil Uji Multikolinearitas
CPI HDI INF POP
CPI 1.000000 0.769159 -0.090535 0.544499
HDI 0.769159 1.000000 -0.036760 0.751713
INF -0.090535 -0.036760 1.000000 -0.070431
POP 0.544499 0.751713 -0.070431 1.000000
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
53
Hasil uji korelasi pada table di atas menunjukkan bahwa nilai
koefisien masing-masing variable bebas berada di bawah 0,8 yang artinya
model yang digunakan tidak mengandung multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada
ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model
regresi linear. Uji ini merupakan salah satu dari uji asumsi klasikyang harus
dilakukan pada regresi linear. Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak
terpenuhi, maka model regresi dinyatakan tidak valid sebagai alat
peramalan.
Tabel 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variable Coefficient Prob.
C 15.11245 0.1107
POP -1.18E-07 0.1003
INF 0.040433 0.4506
HDI -7.697746 0.6087
CPI 0.074425 0.2195
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
Dengan menggunakan uji glejser, didapatkan hasil seperti tabel di atas
yang dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel total populasi (POP), inflasi
(INF), indeks pembangunan manusia (HDI), dan Corruption Perception
Index (CPI) memiliki nilai probabilitas di atas α = 0,05 atau secara
signifikan tidak mempengaruhi residual absolute (resabs), maka data
tersebut tidak terindikasi adanya heteroskedastisitas.
4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi linier terdapat hubungan antara kesalahan pengganggu pada periode
t dengan kesalahan pada periode t-1 Autokorelasi muncul karena observasi
yang berurutan sepanjang waktu dan berkaitan satu dengan yang lainnya.
Masalah ini timbul karena adanya residual (kesalahan pengganggu) yang
tidak terbebas dari satu observasu dengan observasi lain.
54
Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya autokorelasi adalah
dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Nilai DW yang berada di
antara nilai DU dan 4 – DU menunjukkan model yang terbebas dari masalah
autokorelasi. Adapun hasil uji autokorelasi menggunakan eviews pada tabel
di bawah ini.
Tabel 4.4
Hasil Uji Autokorelasi
Durbin-Watson stat 2.066340
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
Berdasarkan tabel di atas, nilai Durbin-Watson sebesar 2,066340.
Nilai DU untuk jumlah variabel (k) = 5 dan jumlah data sebanyak 30
observasi ialah 1,8326. Agar terbebas dari adanya autokorelasi, harus
memenuhi syarat DU < DW < (4 – DU). Dapat dijelaskan bahwa 1,8326 <
2,066340 < 2,1674 yang artinya hasil pengujian autokorelasi memenuhi
syarat tersebut dan dapat dinyatakan bahwa model yang digunakan terbebas
dari adanya autokorelasi.
D. PENGUJIAN HIPOTESIS
1. Hasil Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Uji koefisien determinasi (Adjusted R2) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
independen.
Tabel 4.5
Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
R-squared 0.873601
Adjusted R-squared 0.825449
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
Hasil regresi di atas memiliki nilai Adjusted R2 sebesar 0,825449 yang
artinya sebesar 82,5% variabel-variabel total populasi, inflasi, IPM, dan
Corruption Perception Index berpengaruh terhadap ketimpangan
pendapatan di kelima Negara yang diteliti.
55
Sisanya sebesar 17,5% dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang
mempengaruhi ketimpangan pendapatan namun diluar dari penelitian ini.
2. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh masing-masing variabel terikat dalam menjelaskan variasi
variabel bebas yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05.
Tabel 4.6
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Variable Coefficient
POP 0.138538
INF 0.302861
HDI -1.238182
CPI -0.386901
C -59.24828
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
a. Pengaruh Total Populasi terhadap Ketimpangan Pendapatan
Variabel total populasi memiliki nilai koefisien sebesar 0,138538
yang dapat menjelaskan bahwa setiap pertambahan total populasi
sebesar 1 juta jiwa akan menaikkan nilai ketimpangan sebesar 0,14%.
Hal ini disebabkan oleh penyebaran distribusi pendapatan yang tidak
merata di Indonesia, LaoPDR, Vietnam, Philippines, dan Timor-Leste.
b. Pengaruh Inflasi terhadap Ketimpangan Pendapatan
Nilai koefisien inflasi sebesar 0.302861 yang artinya setiap
kenaikan tingkat inflasi sebesar 1% juga akan meningkatkan nilai
ketimpangan sebesar 0,30 % di kelima negara yang diteliti.
56
c. Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap Ketimpangan
Pendapatan
Besaran nilai koefisien Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu
sebesar -1,238182 yang dapat memberikan gambaran bahwa apabila
nilai IPM bertambah sebesar 1 satuan, maka akan mengurangi
ketimpangan pendapatan sebesar 1,24%. Hal ini dikarenakan kualitas
sumber daya manusia (SDM) yang semakin baik akan menyebabkan
semakin ratanya distribusi pendapatan di kelima negara tersebut,
sehingga akan mengurangi ketimpangan.
d. Pengaruh Corruption Perception Index (CPI) terhadap Ketimpangan
Pendapatan
Nilai koefisien CPI sebesar -0,386901 berarti bahwa setiap
kenaikan nilai CPI sebesar 1 satuan sebagai indikator yang
menunjukkan semakin baiknya kualitas negara tersebut dari korupsi,
maka akan mengurangi ketimpangan pendapatan sebesar 0,39% di
negara-negara yang diteliti. Hal ini dapat dijelaskan apabila negara
tersebut lebih mementingkan kebutuhan rakyat demi kesejahteraan
bersama dibanding kesejahteraan individu, maka dengan jelas dapat
menyebabkan pemerataan distribusi pendapatan.
3. Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Untuk menguji apakah terdapat pengaruh variabel bebas secara
simultan atau secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Maka
digunkan Uji F dengan cara membandingkan F-statistik dengan F-tabel.
Dengan hipotesis sebagai berikut:
H0: β1 = β2 = 0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara
semua variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
H1: β1 = β2 ≠ 0: Terdapat pengaruh yang signifikan antara semua
variabel bebas terhadap variabel terikatnya.
57
Dengan kriteria pengujian, jika nilai probabilitas (f-statistik) < nilai
signifikansi 0,05 maka tolak H0 dan terima H1 dan jika nilai probalitas (f-
statistik) > nilai signifikansi 0,05 maka terima H0 dan tolak H1.
Tabel 4.7
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
F-statistic 18.14253
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Data diolah menggunakan eviews
Nilai probabilitas (F-statistik) pada tabel di atas sebesar 0,000000 <
0,05 maka tolak Ho dan terima H1. Artinya variabel-variabel total populasi,
inflasi, indeks pembangunan manusia, dan CPI secara bersama-sama
berpengaruh terhadap ketimpangan pendapatan di negara Indonesia,
LaoPDR, Philipphines, Vietnam, dan Timor-Leste.
58
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian terhadap data-data ketimpangan pendapatan, total populasi,
inflasi, indeks pembangunan manusia, dan Corruption Perception Index di negara
Indonesia, LaoPDR, Vietnam, Philippines, dan Timor Leste pada tahun 2010 –
2015, dapat dihasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Total populasi berpengaruh secara positif namun tidak signifikan
terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia, LaoPDR, Vietnam,
Philippines, dan Timor-Leste, total populasi ke-5 negara tersebut
berdampak positif terhadap ketimpangan distribusi pendapatan apabila
tidak ada kenaikan kualitas manusianya hanya akan menambah angka
kesenjangan di negara tersebut.
2. Inflasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap adanya
ketimpangan pendapatan di kelima negara berkembang di ASEAN.
Peningkatan inflasi pada kelima negara berkembang ASEAN akan
mengurangi daya beli masyarakat di beberapa golongan sehingga
menurunnya angka perintaan barang dan jasa, maka produsen harus
mengurangi pekerja, dan meningkatnya angka pengangguran serta
kesenjangan pendapatan.
3. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berpengaruh negatif namun
signifikan terhadap adanya ketimpangan pendapatan di kelima negara
yang diteliti. Peningkatan kualitas hidup manusia yang mencakup aspek
kesehatan dan Pendidikan secara langsung meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam bekerja secala keseluruhan.
4. Variabel Corruption Perception Index (CPI) bepengaruh negatif
signifikan terhadap adanya ketimpangan pendapatan di negara-negara
yang diteliti. Korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintahan
meningkatkan angka pendapatannya, sehingga pengeluaran pemerintah
59
yang seharusnya dapat digunakan untuk subsidi kepada masyarakat harus
dialihkan untuk menangani korupsi yang terjadi.
B. SARAN
1. Bagi Pemerintah
a) Dapat menjadi rujukan dalam membuat kebijakan guna menurunkan
angka ketimpangan pendapatan,
b) Peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan cara mengadakan
pelatihan maupun pemberian subsidi pada sektor Pendidikan dan juga
pengembangan fasilitas kesehatan guna meningkatkan kualitas
masyarakat,
c) Memperbaiki sistem pemberantasan korupsi guna mengurangi
ketimpangan pendapatan.
2. Bagi Masyarakat:
a) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dari segi pendidikan
maupun pekerjaan,
b) Menyadarkan masyarakat betapa pentingnya menurunkan angka
ketimpangan pendapatan.
c) Masyarakat dapat mengambil pelajaran bahwa tingkat korupsi dapat
meningkatkan kesenjangan pendapatan antar penduduk,
3. Bagi Peneliti Selanjutnya:
a) Memperbarui tahun penelitian supaya lebih update dengan kondisi
perekonomian saat ini,
b) Menambah variabel-variabel bebas lain yang mempengaruhi
ketimpangan pendapatan agar penelitian lebih bervariasi,
c) Menciptakan inovasi-inovasi baru dalam mendorong pemerintah untuk
mengurangi ketimpangan pendapatan.
60
DAFTAR PUSTAKA
Adelman, Irma and Morris, Cynthia' Taft. 1973. Economic Growth and Social
Equity Developing Countries. Stanford: Stanford University Press.
Adisasmita, Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Penerbit Graha Ilmu.
Akai, Nobuo dan Masayo Sakata. 2005. Fiscal Decentralization, Commitment, and
Regional Inequality: Evidence fram Statel-level Cross-sectional Data for the
United States. CIRJE-F-315.
Ani Nurlaili, 2016 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketimpangan
Distribusi Pendapatan di Pulau Jawa TAHUN 2007-2013.Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Yogyakarta
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Rineka
Cipta.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta: BPFE
Basuki, Sulistyo. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Boediono, 1980, Ekonomi Moneter, Yogyakarta: BPFE.
Conventional economic thinking says that lower corruption reduces
Dornbusch, Rudiger, Stanley Fisher, Richard Startz. 2004. Makroekonomi, Edisi
Bahasa Indonesia. Terjemahan Yusuf dan Roy Indra Mirazudin. PT. Media
Global Edukasi: Jak
Dumairy, 1999, Perekonomian Indonesia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan
Fulgsang S, 2013. Determinants of Income Inequality: Sub-Saharan Perspective,
Aarhus.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta. Universitas Diponegoro.
Gupta et al., 2002. income inequality through various channels.
Gyimah-Brempong, 2002; Gyimah-Brempong and Muñoz de Camacho, 2006).
Hermanto Siregar dan Dwi Wahyuniarti, 2009. Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Terhadap Penurunan Jumlah Pendidik Miskin (Jurnal Ekonomi dan
Lingkungan), (Jurnal Ekonomi dan Lingkungan).
Hidayat, Muhammad Haris. 2014. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,
Investasi, Dan Ipm Terhadap Ketimpangan Pendapatan AntarDaerah Di
Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005-2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Kuncoro, Mudrajat, 2013. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi, Edisi Keempat,
Jakarta, Erlangga.
61
_______________. 2006. “Ekonomi Pembangunan”, Penerbit Salemba
Empat,Jakarta.
Lincolin Arsyad. 2010. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta:Rineka Cipta.
Masruri, Masruri,, 2016. Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Ipm, Tpak
Dan Pengangguran Terbuka Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar
Daerah Di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2011-2014. Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Brawijaya
Murty, S. 2000. Regional Disparities: Need and Measures for Belanced
Development In Regional Planning and Sustainable Development. New
Delhi: Kanishka Publishers
Myrdal, Gunna., 1957. Economic Theory and Underdeveloped Regions.
London:Duckworth.
Nasution. 2003. Metode Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nita tri hartini, 2017 Pengaruh PDRB per kapita, investasi dan IPM terhadap
ketimpangan pendapatan antar daerah di DI Yogyakarta tahun 2011-2015 ,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta
Sadono, Sukirno. 2010. Makroekonomi. Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT. Raja
Grasindo Perseda. Jakarta
Samuel P. Huntington dan Joan M. Nelson. 1997. No Easy Choice: Political
Participation In Developing Countries Cambridge, mass: Harvard University
Press
Sanjeev Gupta, Hamid Davoodi dan Rosa Alonso-terme, 2002. Does corruption
affect income inequality and poverty; Springer-Verlag Berlin
Siregar, Syofian. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta. PT Fajar
Interpratama Mandiri.
Sudjana, Nana, 2004. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian, Bandung: CV Alfa Beta.
________. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Alfabeta.
________. 2012. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sukino, S. 2013. Membangun Pertanian Dengan Pemberdayaan Masyarakat Tani
Terobosan Menanggulangi Kemiskinan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta.
62
Sukirno, Sadono. 2002. Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
_____________. 2006. Ekonomi Pembangunan (Proses, Masalah, dan Dasar
Kebijaksanaan). Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Szeftel, Morris. 1982. “Political Graft and the Spoils Sistem in Zambia: The State
as a Resource in It self”, dalam Review of African Political Economy, No.
24, The French Connection (May - Aug.,1982), pp. 4-21.
Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga.
Jakarta.
_______________. dan Stephen C. Smith. 2006. Pembangunan Ekonomi (edisi
kesembilan, jilid I). Jakarta : Erlangga
Transparency International Indonesia. 2003. Strategi Memberantas Korupsi
(Elemen System Integritas Nasional), Jakarta: Yayasan Obor Rakyat.
UNDP. 1995. Human Development Report. New York: Oxford University.
______. 1997. Human Development Report. New York: Oxford University.
63
LAMPIRAN I
Data-data
No. year country inequality pop inf HDI CPI
1 2010 INDONESIA 14.80
242,968,300 5.132755 0.66 28.00
2 2011 INDONESIA 17.70
245,613,000 5.3575 0.67 30.00
3 2012 INDONESIA 17.70
248,645,000 4.279512 0.68 32.00
4 2013 INDONESIA 17.70
251,160,100 6.413387 0.68 32.00
5 2014 INDONESIA 17.30
253,609,600 6.394925 0.69 34.00
6 2015 INDONESIA 17.30
258,316,000 6.363121 0.69 36.00
7 2010 LAOs 15.50
6,368,162 5.982348 0.54 21.00
8 2011 LAOs 15.50
6,477,211 7.576924 0.55 22.00
9 2012 LAOs 20.60
6,586,266 4.256942 0.56 21.00
10 2013 LAOs 16.80
6,695,166 6.364939 0.57 26.00
11 2014 LAOs 20.30
6,803,699 4.135226 0.58 25.00
12 2015 LAOs 20.30
7,019,073 1.276228 0.59 25.00
13 2010 PHILIPPINES 28.00
99,900,180 3.789836 0.67 24.00
14 2011 PHILIPPINES 30.00
101,833,900 4.647303 0.67 26.00
15 2012 PHILIPPINES 30.00
103,775,000 3.172086 0.67 34.00
16 2013 PHILIPPINES 25.20
105,720,000 2.997694 0.68 36.00
17 2014 PHILIPPINES 26.80
107,668,200 4.104478 0.68 38.00
18 2015 PHILIPPINES 26.80
102,624,200 1.433692 0.68 35.00
19 2010 VIETNAM 18.20
89,571,130 8.8616 0.66 27.00
20 2011 VIETNAM 11.40
90,549,390 18.67748 0.66 29.00
21 2012 VIETNAM 11.40
91,519,290 9.094216 0.67 31.00
22 2013 VIETNAM 14.60
92,477,860 6.592256 0.68 31.00
23 2014 VIETNAM 22.00
93,421,830 4.0859 0.68 31.00
24 2015 VIETNAM 21.40
95,261,020 0.878604 0.68 31.00
25 2010 TIMORLESTE 19.20
1,109,591 6.765977 0.61 25.00
64
26 2011 TIMORLESTE 17.80
1,131,523 13.49984 0.62 24.00
27 2012 TIMORLESTE 17.80
1,156,760 11.80031 0.62 33.00
28 2013 TIMORLESTE 17.80
1,184,366 11.15662 0.61 30.00
29 2014 TIMORLESTE 17.80
1,212,814 0.443548 0.60 28.00
30 2015 TIMORLESTE 17.80
1,240,977 0.634283 0.61 28.00
65
LAMPIRAN II
Hasil Olah Data
1. POOLED LEAST SQUARE
Dependent Variable: INEQUALITY Method: Panel Least Squares Date: 05/15/18 Time: 15:44 Sample: 2010 2015 Periods included: 6 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. POP -2.94E-08 1.20E-08 -2.456882 0.0213
INF 0.660022 0.180312 3.660440 0.0012 HDI -79.19436 31.42652 -2.519985 0.0185 CPI -0.118483 0.246204 -0.481240 0.6345 C -21.16482 15.56810 -1.359499 0.1861 R-squared 0.461250 Mean dependent var 19.51667
Adjusted R-squared 0.375050 S.D. dependent var 4.900393 S.E. of regression 3.873947 Akaike info criterion 5.697437 Sum squared resid 375.1866 Schwarz criterion 5.930969 Log likelihood -80.46155 Hannan-Quinn criter. 5.772146 F-statistic 5.350922 Durbin-Watson stat 0.635098 Prob(F-statistic) 0.002969
2. FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: INEQUALITY? Method: Pooled Least Squares Date: 05/15/18 Time: 15:46 Sample: 1 6 Included observations: 6 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -59.24828 28.68678 -2.065351 0.0515
POPULATION? 0.138538 0.188328 0.735619 0.4701 HDI? -123.8182 48.91129 -2.531485 0.0194
INFLATION? 0.302861 0.106073 2.855217 0.0095 CPI? -0.386901 0.167660 -2.307652 0.0313
Fixed Effects (Cross) _INDONESIA--C -28.14179
_LAOPDR--C 16.84913 _PHILIPPINES--C 2.692765 _TIMORLESTE--C 14.53643
_VIETNAM--C -5.936536 Effects Specification
66
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.873601 Mean dependent var 19.51667
Adjusted R-squared 0.825449 S.D. dependent var 4.900393 S.E. of regression 2.047352 Akaike info criterion 4.514297 Sum squared resid 88.02464 Schwarz criterion 4.934656 Log likelihood -58.71445 Hannan-Quinn criter. 4.648773 F-statistic 18.14253 Durbin-Watson stat 2.064309 Prob(F-statistic) 0.000000
3. UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 17.166411 (4,21) 0.0000
Cross-section Chi-square 43.546957 4 0.0000
Cross-section fixed effects test equation: Dependent Variable: INEQUALITY Method: Panel Least Squares Date: 05/15/18 Time: 15:47 Sample: 2010 2015 Periods included: 6 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. POP -2.94E-08 1.20E-08 -2.456882 0.0213
INF -0.660022 0.180312 -3.660440 0.0012 HDI 79.19436 31.42652 2.519985 0.0185 CPI -0.118483 0.246204 -0.481240 0.6345 C -21.16482 15.56810 -1.359499 0.1861 R-squared 0.461250 Mean dependent var 19.51667
Adjusted R-squared 0.375050 S.D. dependent var 4.900393 S.E. of regression 3.873947 Akaike info criterion 5.697437 Sum squared resid 375.1866 Schwarz criterion 5.930969 Log likelihood -80.46155 Hannan-Quinn criter. 5.772146 F-statistic 5.350922 Durbin-Watson stat 0.635098 Prob(F-statistic) 0.002969
67
4. RANDOM EFFECT MODEL
Dependent Variable: INEQUALITY Method: Panel EGLS (Cross-section random effects) Date: 05/15/18 Time: 15:48 Sample: 2010 2015 Periods included: 6 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 30 Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. POP -2.94E-08 6.32E-09 -4.652939 0.0001
INF 0.660022 0.095210 6.932283 0.0000 HDI -79.19436 16.59408 -4.772445 0.0001 CPI -0.118483 0.130003 -0.911391 0.3708 C -21.16482 8.220393 -2.574672 0.0163 Effects Specification S.D. Rho Cross-section random 0.000000 0.0000
Idiosyncratic random 2.045552 1.0000 Weighted Statistics R-squared 0.461250 Mean dependent var 19.51667
Adjusted R-squared 0.375050 S.D. dependent var 4.900393 S.E. of regression 3.873947 Sum squared resid 375.1866 F-statistic 5.350922 Durbin-Watson stat 0.635098 Prob(F-statistic) 0.002969
Unweighted Statistics R-squared 0.461250 Mean dependent var 19.51667
Sum squared resid 375.1866 Durbin-Watson stat 0.635098
68
5. UJI HAUSMAN
Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 68.665644 4 0.0000 ** WARNING: estimated cross-section random effects variance is zero.
Cross-section random effects test comparisons:
Variable Fixed Random Var(Diff.) Prob. POP 0.000000 -0.000000 0.000000 0.3607
INF -0.302983 -0.660022 0.002165 0.0000 HDI 122.399605 79.194361 2152.571955 0.3517 CPI -0.386766 -0.118483 0.010712 0.0095
Cross-section random effects test equation: Dependent Variable: INEQUALITY Method: Panel Least Squares Date: 05/15/18 Time: 15:50 Sample: 2010 2015 Periods included: 6 Cross-sections included: 5 Total panel (balanced) observations: 30
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -59.05620 28.56349 -2.067541 0.0512
POP 1.47E-07 1.93E-07 0.760953 0.4551 INF -0.302983 0.105969 -2.859159 0.0094 HDI 122.3996 49.27409 2.484056 0.0215 CPI -0.386766 0.166171 -2.327527 0.0300
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.873823 Mean dependent var 19.51667
Adjusted R-squared 0.825755 S.D. dependent var 4.900393 S.E. of regression 2.045552 Akaike info criterion 4.512538 Sum squared resid 87.86998 Schwarz criterion 4.932897 Log likelihood -58.68807 Hannan-Quinn criter. 4.647014 F-statistic 18.17908 Durbin-Watson stat 2.066340 Prob(F-statistic) 0.000000
69
LAMPIRAN III
Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4
Series: Standardized Residuals
Sample 2010 2015
Observations 30
Mean -3.55e-16
Median -0.268514
Maximum 3.543700
Minimum -4.036125
Std. Dev. 1.740689
Skewness 0.136526
Kurtosis 2.838562
Jarque-Bera 0.125775
Probability 0.939049
2. Hasil Uji Multikolinearitas
CPI HDI INF POP
CPI 1.000000 0.769159 -0.090535 0.544499
HDI 0.769159 1.000000 -0.036760 0.751713
INF -0.090535 -0.036760 1.000000 -0.070431
POP 0.544499 0.751713 -0.070431 1.000000
3. Uji Heteroskedastisitas
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 15.11245 9.075909 1.665117 0.1107
POP -1.18E-07 6.88E-08 -1.719054 0.1003
INF 0.040433 0.052599 0.768707 0.4506
HDI -7.697746 14.81100 -0.519732 0.6087
CPI 0.074425 0.058810 1.265512 0.2195
70
4. Uji Autokorelasi
Durbin-Watson stat 2.066340