ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN
MUDHARABAH BERMASALAH DI BMT TUMANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
MITA RISTIASARI
NIM 64010150027
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
i
ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN
MUDHARABAH BERMASALAH DI BMT TUMANG
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah
(A.Md.E.Sy)
Disusun Oleh:
MITA RISTIASARI
NIM 64010150027
PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iii
PENGESAHAN
iv
PERNYATAAN KEASLIAN
v
MOTTO
ف ل ه س ا أ ت م نإ س س س ن م س س ن م نإ
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri”
(Q.s Al- Isra’: 7)
“Harga Kebaikan Manusia adalah di ukur menurut apa yang telah
dilaksanakan atau diperbuatnya”
(Ali Bin Abi Thalib)
vi
PERSEMBAHAN
1. Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan hidayahnya
sehinnga penulis bisa bertahan sampai saat ini.
2. Ayahanda, ibunda dan adeku tercinta yang telah memberikan dorongan,
semangat serta doa-doa tulus yang tiada henti.
3. Dosen-dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
4. Sahabat-sahabatku tercinta Mulyani, Ririh, Dina, Novinda dan Heni yang
tiada henti memberikan semangat.
5. Teman-teman seperjuamgku DIII Perbankan Syariah angkatan 2015 yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
memberi rahmat, taufik dan hidayah-NYA kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Analisis Penanganan
Pembiayaan MudharabahBermasalahdiBMTTumang”
Shalawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang senantiasa kita ikuti teladannya. Dan dengan bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, maka penulis Tugas Akhir ini dapat terselesaikan meskipun masih
jauh dari kesempurnaan.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas dan
melengkapi syarat ujian munaqosah, yang selanjutnya akan memperoleh gelar
Ahli Madya di Institut Agama Islam Negeri Salatiga, penulis juga menyadari
bahwa penulisan Tugas Akhir ini sulit terwujud tanpa adanya bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusinya baik
material maupun spiritual terutama kepada:
1. Bapak Dr. Rahmad hariyadi M.Pd selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Anton Bawono M. si selaku Dekan Fakultas ekonomi dan Bisnis
Islam.
3. Bapak Ari Setiawan, S.Pd., M.M. selaku Ketua Program Studi D III Perbankan
Syariah.
viii
4. Bapak Dr. H. Agus waluyo, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap penulis dalam menyusun
Tugas Akhir ini.
5. Bapak dan Ibu dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah memberikan ilmunya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
6. Bapak ibu serta kelurga saya yang telah memberikan dorongan dan semangat
baik spiritual, moril maupun materil, sehingga dapat menyelesaikan Tugas
Akhir ini.
7. Keluarga besar KSPPS BMT Tumang kantor pusat yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian ini.
8. Ibu wahyuning satriasih selaku manager BMT Tumang Cabang Tumang yang
telah membantu dalam perizinan dan wawancara dalam penulisan Tugas Akhir
ini.
9. Semua sahabat-sahabatku D III Perbankan Syariah angkatan 2015, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan semangat
kebersamaan, kekeluargaan, dan bantuan yang diberikan kepada penulis selama
ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendukung
dan turut serta dalam penulisan Tugas Akhir ini.
ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan Tugas Akhir
ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran selalu penulis harapkan.
Semoga dengan disusunnya Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, Juli 2018
Mita ristiasari
x
ABSTRAK
Ristiasari, Mita. 2018. Analisis Penanganan Pembiayaan Mudharabah
Bermasalah di BMT Tumang. Tugas Akhir, Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam Program Studi D III Perbankan Syariah IAIN Salatiga.
Pembimbing. Dr. H. Agus Waluyo, M.Ag.
Penelitian ini dilatar belakangi oleh banyaknya pengajuan pembiayaan di
BMT, salah satunya adalah pembiayaan mudharabah. Tentunya dari banyaknya
pembiayaan tersebut terdapat pembiayaan yang tidak lancar, diragukan serta
macet atau disebut dengan pembiayaan bermasalah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui prosedur pemberian pembiayaan mudharabah, faktor penyebab
pembiayaan mudharabah serta penaganan pembiayaan mudharabah yang
bermasalah di BMT Tumang. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah
kualitatif, digunakan untuk menjelaskan data-data yang ditemukan dari sebuah
objek penelitian, serta menggunakan data sekunder melalui studi dokumentasi:
Internet, buku-buku pustaka dan dari data mengenai profil BMT Tumang.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan secara langsung hasil
wawancara dan mencari data mengenai pembiayaan mudharabah bermasalah pada
BMT Tumang.
Hasil Penelitian ini adalah BMT tumang dalam posedur pemberian
pembiayaan mudharabah adalah menggunakan analisis 5 C + 1 S yaitu
(Character, Capacity, capital, Collateral, Condition dan Syariah). Faktor
penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah bermasalah lebih diakibatkan oleh
pihak anggota seperti kondisi usaha yang menurun serta karakter anggota yang
buruk. Sedangkan untuk penanganannya dengan pemberian surat peringatan atau
teguran selain itu dengan Rescheduling, Restructuring dan Reconditioning.
Kata Kunci: Penanganan Pembiayaan, Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan
Bermasalah di BMT Tumang.
xi
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL…............................................................................................i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERSEMBAHAN .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ...................................................................................... 5
E. Metode Penelitian .......................................................................................... 6
xii
F. Sistematika Penulisan .................................................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 10
A. Telaah Pustaka ............................................................................................. 10
B. Kerangka Teori ............................................................................................ 12
1. Baitul Maal Wattamwil .......................................................................... 12
2. Pembiayaan ............................................................................................ 16
3. Pembiayaan Mudharabah ....................................................................... 17
4. Sistem dan Prosedur Pembiayaan ........................................................... 24
5. Prinsip Analisis Pembiayaan .................................................................. 28
6. Pembiayaan Bermasalah ......................................................................... 30
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN ................................................... 35
A. Sejarah KSPPS BMT TUMANG ................................................................ 35
B. Profil Lokasi BMT Tumang ........................................................................ 40
C. Kelengkapan Organisasi .............................................................................. 41
D. Visi dan Misi BMT Tumang........................................................................ 42
E. Keunggulan BMT Tumang .......................................................................... 43
F. Susunan Organisasi ...................................................................................... 43
G. Produk BMT Tumang .................................................................................. 44
1. Produk simpanan BMT Tumang ............................................................ 44
2. Produk pembiayaan BMT Tumang ........................................................ 48
xiii
H. Standar Operasional Prosedur Pembiayaan Mudharabah ............................ 55
I. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang ............... 58
BAB IV ANALISIS DATA .................................................................................. 64
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang ............... 64
B. Penyebab timbulnya Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Tumang
71
C. Penanganan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Tumang ........ 72
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 77
A. Kesimpulan .................................................................................................. 77
B. Saran ............................................................................................................ 79
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 80
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Nisbah Simpanan Berjangka atau Deposito .......................................... 47
Tabel 4.2 Daftar Kolektibilitas Pembiayaan BMT Tumang Cabang Tumang...... 75
Tabel 4.3 Daftar Pembiayaan BMT Tumang ........................................................ 75
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah ...................................................... 23
Gambar 3.2 Logo BMT Tumang .......................................................................... 42
Gambar 4.3 Alur Prosedur Pemberian Pembiayaan .............................................. 64
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jawaban Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2. Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 3. Formulir Pengajuan Pembiayaan Baru atau Lanjutan
Lampiran 4. Slip Angsuran
Lampiran 5. Slip Penarikan
Lampiran 6. Slip Setoran
Lampiran 7. Brosur Produk-Produk BMT Tumang
Lampiran 8. Brosur Produk Akad Mudharabah
Lampiran 9. Brosur Akad Murabahah
Lampiran 10. Brosur Simpanan Mudharabah Berjangka
Lampiran 11. Brosur Simuda Mapan
Lampiran 12. Brosur Akad Ijarah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) merupakan suatu badan usaha
atau lembaga keuangan non bank yang prinsip operasionalnya berdasarkan
syariat Islam, dimana badan usaha ini menawarkan berbagai jenis produk
simpanan maupun produk pembiayaan. BMT juga merupakan lembaga
pendukung usaha-usaha produktif dan perekonomian masyarakat. Peranan
BMT sebagai salah satu lembaga keuangan tidak pernah lepas dari simpan
pinjam dan pembiayaan kepada masyarakat kecil sesuai produk dan akad
yang telah ditetapkan.
Koperasi simpan pinjam dan pembiayaan syariah (KSPPS) BMT
TUMANG adalah lembaga keuangan syariah yang bergerak di bidang
penyediaan jasa simpanan dan pembiayaan bagi para anggotanya. BMT
Tumang merupakan salah satu BMT yang sudah memiliki banyak kantor
cabang yakni kurang lebih 17 kantor cabang. Salah satu cabangnya adalah
kantor Cabang Tumang yang beralamatkan di Jl. Melati tumang cepogo
boyolali, merupakan salah satu lembaga alternatif yang menghimpun dana
langsung dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan
pada usaha mikro dan menengah yang berprinsip secara syariah di daerah
tumang dan sekitarnya.
2
Desa Tumang merupakan salah satu desa yang sebagian besar
masyarakatnya mempunyai usaha di sektor industri tembaga dan
perdagangan , dengan sebagian kemampuan modal yang masih terbatas.
KSPPS BMT Tumang Cabang Tumang salah satu lembaga
keuangan Syariah bukan Bank yang cukup besar menerima dan
menyalurkan dana dari masyarakat dibandingkan dengan cabang tumang
lainnya. Salah satu bentuk layanan syari’ah di BMT Tumang adalah
pelayanan pembiayaan.
Berbagai jenis pembiayaan ditawarkan oleh BMT untuk memenuhi
kebutuhan permodalan. Pembiayaan tersebut antara lain pembiayaan
mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah dan lain sebagainya. Diantara
pembiayaan tersebut terdapat pembiayaan yang paling banyak diminati
oleh anggota BMT Tumang Cabang Tumang yaitu pembiayaan
mudharabah.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha atau perniagaan antara
pihak pemilik dana (sahibul maal) sebagai pihak yang menyediakan modal
dana sebesar 100% dengan pihak pengelola modal (mudharib), untuk
diusahakan dengan porsi keuntungan akan di bagi bersama (nisbah) sesuai
dengan kesepakatan dimuka dari kedua belah pihak, sedangkan kerugian
(jika ada) akan ditanggung pemilik modal, kecuali jika diketemukan
adanya kelalaian atau kesalahan oleh pihak pengelola dana (mudharib),
seperti penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana.
3
Dalam hal ini, pembiayaan mudharabah merupakan pembiayaan
yang diberikan BMT untuk nasabah atau pemohon dana dengan sistem
bagi hasil usaha yang mana BMT bertindak sebagai shahibul maal dan
nasabah bertindak sebagai mudharib yang nantinya dana tersebut dapat
digunakan untuk meningkatkan usaha mereka.
Pembiayaan mudharabah di BMT Tumang Cabang Tumang
merupakan salah satu produk pembiayaan yang banyak diminati oleh
masyarakat tumang dan sekitarnya. Tidak sedikit anggota yang tertarik dan
mengambil pembiayaan mudharabah untuk menambah modal usaha
mereka. Tentunya dengan tidak sedikitnya jumlah anggota dan jumlah
dana yang diambil untuk pembiayaan mudharabah, tidak menutup
kemungkinan menimbulkan berbagai permasalahan atau resiko-resiko
yang timbul seperti pembiayaan macet atau angsuran tersendat-sendat
terhadap pembiayaan tersebut.
Dari pembiayaan tersebut tidak sedikit pembiayaan yang
disalurkan mengalami masalah. Karena nasabah atau anggota tidak
mampu menyelesaikan pembiayaan sebagaimana mestinya atau
melampaui batas waktu yang ditentukan sesuai perjanjian pembiayaan
yang telah disepakati bersama sehingga menyebabkan pembiayaan
bermasalah. Tentunya adanya pembiayaan yang bermasalah diperlukan
suatu upaya penyelamatan atau penanganan khusus dalam pembiayaan
mudharabah bermasalah di BMT Tumang Cabang Tumang. Terdapat
beberapa upaya penyelamatan atau penanganan yang dilakukan oleh Tim
4
Cabang Tumang dan apabila dari pihak cabang tidak mampu menangani
akan diserahkan kepada Tim Optimalisasi Pusat (TOP) yakni tim dari
pusat BMT Tumang yang menangani pembiayaan bermasalah. Maka dari
itu penulis tertarik untuk meneliti penanganan pembiayaan mudharabah
bermasalah yang berada di BMT Tumang Cabang Tumang.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
mengetahui lebih dalam tentang prosedur pemberian pembiayaan
mudharabah, penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah bermasalah
serta penanganan yang dilakukan oleh BMT Tumang cabang tumang
terhadap pembiayaan mudharabah bermasalah, yang di tuangkan dalam
tugas akhir ini dengan judul “ANALISIS PENANGANAN
PEMBIAYAAN MUDHARABAH BERMASALAH DI BMT
TUMANG”.
B. Rumusan Masalah
Agar pembahasan penelitian ini dapat terperinci dan terarah sesuai
dengan latar belakang permasalahan di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT
Tumang ?
2. Apa penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah bermasalah di
BMT Tumang ?
3. Bagaimanakah penanganan terhadap pembiayaan mudharabah yang
bermasalah di BMT Tumang ?
5
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka tujuan yang diharapkan yaitu:
1. Mengetahui prosedur pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di BMT
Tumang.
2. Mengetahui penyebab pembiayaan mudharabah bermasalah di BMT
Tumang.
3. Mengetahui penanganan terhadap pembiayaan mudharabah
bermasalah di BMT Tumang.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi Penulis
Sebagai bahan masukan untuk menambah dan memperluas
pengetahuan penulis, khususnya berkaitan dengan masalah
pembiayaan yang bermasalah, serta menumbuhkan sikap
profesionalisme kerja melalui berfikir dan meningkatkan daya
penalaran dalam melakukan penelitian dan pemecahan masalah secara
ilmiah.
2. Bagi IAIN Salatiga
Sebagai karya ilmiah yang dapat dijadikan sebagai referensi maupun
tambahan informasi bagi civitas akademika IAIN Salatiga.
3. Bagi Lembaga BMT
Dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat atau kegunaan sebagai
bahan pertimbangan bagi karyawan dan manajemen dalam
6
melaksanakan prosedur pembiayaan mudharabah serta penanganan
terhadap pembiayaan mudharabah yang bermasalah.
E. Metode Penelitian
Untuk menyusun tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa
metode penelitian sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Metode kualitatif digunakan untuk menjelaskan data-data yang
ditemukan dari sebuah objek penelitian. Menurut Chaer metode
kualitatif bertujuan untuk menemukan atau menyusun “teori-teori”
baru dari data-data penelitian yang digunakan, yaitu analisis
penanganan pembiayaan mudharabah bermasalah di BMT Tumang.
2. Metode penelitian
a. Observasi
Dalam penelitian, observasi diartikan sebagai pengamatan terhadap
pola perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan
informasi tentang fenomena yang diinginkan. Menurut Sugiyono
observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan
pertama dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan
penelitian. Peneliti mengamati secara langsung proses penanganan
pembiayaan mudharabah bermasalah yang berlangsung di BMT
Tumang.
7
b. Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana
pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan
pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu
pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara dalam
penelitian survey dilakukan oleh peneliti dengan dengan cara
merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan kepada
responden. Peneliti mengajukan pertanyaan kepada responden
dengan pedoman wawancara, mendengarkan atas jawaban ,
mengamati perilaku dan merekam semua respon dari yang di survei
( sugiyono, 2016: 224). Penulis melakukan wawancara kepada
manager di BMT Tumang Cabang Tumang.
c. Studi Pustaka
Studi pustaka adalah mendapatkan data atau informasi dari media
buku atau pustaka kemudian mengumpulkan pengertian dan
penjelasan yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini penulis
mengambil data dokumentasi dari pihak BMT yang berupa tabel-
kolektibilitas pembiayaan di BMT Tumang Cabang Tumang.
8
3. Sumber Data
a. Data Primer
Menurut sutrisno Hadi (2004:218) data primer adalah data yang
diperoleh secara langsung dari sumber yang diteliti, dengan
melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
masalah yang dihadapi. Penulis mendapatkan gambaran umum
tentang BMT Tumang Cabang Tumang dan mengetahui proses
pelaksanaan pembiayaan mudharabah. Data diperoleh penulis pada
saat melakukan wawancara dengan Manager atau Marketing
Finance BMT Tumang Cabang Tumang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari atau berasal dari
bahan kepustakaan. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
buku, internet, dan bahan acuan lainnya yang berhubungan erat
dengan pembiayaan mudharabah di BMT Tumang Cabang
Tumang. Misalnya data yang diperoleh penulis adalah data anggota
atau nasabah di BMT Tumang cabang tumang dalam hal yang
berkaitan dengan pembiayaan mudharabah bermasalah.
F. Sistematika Penulisan
Pada penelitian Tugas Akhir ini penulis akan membaginya dalam 5
(lima) Bab, setiap bab saling berkaitan satu sama lain.
BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini dibahas tentang
beberapa sub bab antara lain adalah latar belakang masalah, rumusan
9
masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika tugas
akhir.
BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan
pengertian-pengertian serta teori-teori secara lebih spesifik. Dalam bab ini
juga dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam melakukan penelitian.
BAB III GAMBARAN OBJEK PENELITIAN. Pada bab ini
menggambarkan mengenai gambaran umum mengenai objek penelitian
serta data-data deskriptif . gambaran umim ini menjelaskan tentang sejarah
singkat mengenai BMT Tumang, Visi dan Misi, struktur Organisasi BMT
Tumang cabang Tumang, serta produk-produk pada BMT Tumang.
BAB IV ANALISIS DATA. Dalam bab ini penulis memaparkan
tentang analisis prosedur pemberian pembiayaan mudharabah, faktor-
faktor penyebab pembiayaan mudharabah bermasalah serta penanganan
terhadap pembiayaan mudharabah yang bermasalah.
BAB V PENUTUP. Dalam bab ini berisi mengenai hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan dalam bentuk kesimpulan dan saran untuk
lembaga yang bersangkutan dan untuk penelitian sebelumnya.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Telaah Pustaka
Turmudi (2016), dengan judul : Manajemen Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah Pada lembaga Perbankan Syariah. Diperoleh
kesimpulan bahwa manajemen penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat
dilakukan dengan: pertama, menerapkan standar pengendalian risiko,
pencegahan risiko pembiayaan juga dilakukan melalui peganalisaan
terhadap character dan capacity. Kedua, dapat dilakukan dengan
langkahlangkah (1) penjadualan kembali (rescheduling), (2) persyaratan
kembali (reconditioning), (3) penataan kembali (restructuring), (4)
penyelesaian melalui jaminan, dan (5) write off (hapus buku dan hapus
tagih).
Riyadi (2017), dengan judul : Analisis Implementasi Penanganan
Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di KSPPS BMT Bina Ummat
Sejahtera Cabang Mijen Kudus. Diperoleh kesimpulan Penanganan
pembiayaan mudharabah bermasalah yang dilakukan oleh KSPPS BMT
Bina Ummat Sejahtera cabang Mijen Kudus meliputi pembiayaan
mudharabah, pemasaran pembiayaan mudharabah, prosedur pemberian
pembiayaan mudharabah, pengawasan dan pembinaan pembiayaan
mudharabah, pengelolaan pembiayaan mudharabah bermasalah dan
11
penyelesaian pembiayaan mudharabah bermasalah sudah sesuai dan
berdampak positif.
Arifah (2017), dengan judul : Analisis Pembiayaan Mudharabah
Bermasalah pada BMT Mitra Hasanah Semarang. Diperoleh kesimpulan
Pembiayaan mudharabah dapat menjadi bermasalah karena beberapa
faktor internal dan faktor eksternal. Dan Penanganan pembiayaan
bermasalah yang dilakukan adalah sering dan senantiasa datang ke
anggota, mencari penyebab permasalahan usaha yang ada, memberi solusi
dan jalan pemecahannnya dengan cara 3R (Rescheduling, Reconditioning,
Restructuring).
Kolistiawan (2014), dengan judul : Tinjauan Syariah Tentang
Pembiayaan Bermasalah Di Perbankan Syariah. Diperoleh Kesimpulan
Upaya yang dilakukan oleh Bank Syariah untuk menangani pembiayaan
bermasalah dengan melakukan penyelamatan pembiayaan bermasalah
dengan upaya restrukturisasi apabila nasabah masih mempunyai itikad
baik dalam arti masih mau diajak kerjasama dalam upaya penyelamatan
pembiayaan bermasalah, akan tetapi jika nasabah sudah tidak beritikad
baik dalam arti tidak dapat diajak kerjasama dalam upaya penyelamatan
pembiayaan bermasalah maka bank syariah akan melakukan upaya
penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Azhari (2012), dengan judul : Mekanisme Dan Cara Penyelesaian
Pembiayaan Bermasalah. Diperoleh Kesimpulan : Mekanisme dan cara
yang ditempuh terhadap pembiayaan yang bermasalah adalah dapat
12
menyelesaikan dilakukan dengan di luar pengadilan dan dapat pula
diselesaikan di pengadilan. Di luar pengadilan dengan menempuh;
Alternative Dispute Resolution (ADR) meliputi; Negosiasi; Mediasi;
Konsiliasi dan Semacam usaha berdamai (ishlah) dan atau Badan
Arbitrase Syariah. Adapun di Pengadilan, khusus untuk ekonomi syariah
adalah di Pengadilan Agama.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam Tugas
Akhir ini dengan penelitian terdahulu selain pada objek penelitian atau
lokasi penelitian, penelitian ini fokus terhadap prosedur pemberian
pembiayaan mudharabah, penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah
bermasalah serta penanganan BMT Tumang terhadap pembiayaan
mudharabah yang bermasalah.
B. Kerangka Teori
1. Baitul Maal Wattamwil
Baitul maal wattamwil (BMT) terdiri dari dua istilah, yaitu
baitul maal dan baitul tamwil. Baitul maal lebih mengarah pada usaha-
usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit, seperti
zakat, infaq dan shodaqoh (Sudarsono, 2003: 84). Sedangkan baitul
tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.
Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari BMT
sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil
dengan berlandaskan syariah.
13
Secara singkat, bait al-mal merupakan lembaga pengumpulan
dana masyarakatyang disalurkan tanpa tujuan Profit. Sedangkat bait
at-tamwil merupakan lembaga pengumpulan dana (uang) guna
disalurkan dengan orientasi profit dan komersial (Sumiyanto, 2008:
15). Baitul Maal wat Tamwil sebenarnya merupakan dua kelembagaan
yang menjadi satu, yaitu lembaga Baitul Maal dan lembaga Baitut
Tamwil yang masing-masing keduanya memiliki prinsip dan produk
yang berbeda meskipun memiliki hubungan yang erat antara keduanya
dalam menciptakan suatu kondisi perekonomian yang merata dan
dinamis (Yunus, 2009: 33).
Baitul Maal yang sudah mengalami penyempitan arti ditengah
masyarakat ini hanya memiliki prinsip sebagai penghimpun dan
penyalur dana zakat, infaq, dan shadaqah. Sedangkan Baitut Tamwil
tidak jauh berbeda dengan prinsip-prinsip yang digunakan oleh Bank
Islam. Ada 3 prinsip yang dilaksanakan oleh BMT yaitu: Prinsip bagi
hasil, Prinsip jual beli dengan mark-up, dan prinsip non profit.
Menurut Ridwan (2006: 5) Didirikannya BMT bertujuan untuk
meningkatkan kualitas usaha ekonomi untuk kesejahteraan anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Pengertian tersebut
dapat dipahami mengingat BMT berorientasi pada upaya peningkatan
kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota harus diberdayakan
supaya dapat mandiri.
14
Adapun mengenai produk inti dari BMT adalah sebagai
penghimpunan dana dan penyaluran dana ( Yunus, 2009: 36).
a. Produk Penghimpunan dana
Yang dimaksud dengan produk penghimpunan dana di sini, berupa
jenis jenis simpanan yang dihimpun oleh BMT sebagai sumber
dana yang kelak akan disalurkan kepada usaha-usaha produktif.
Jenis simpanan tersebut antara lain:
1) Al Wadi’ah
Penabung memiliki motivasi hanya untuk keamanan uangnya
tanpa mengharapkan keuntungan dari uang yang ditabung.
Dengan sistem ini BMT tetap memberikan bagi hasil, namun
nisbah bagi penabung sangat kecil.
2) Al-Mudharabah
Penabung memiliki motivasi untuk memperoleh keuntungan
dari tabungannya, karena itu daya tarik dari jenis tabungan ini
adalah besarnya nisbah dan sejarah keuntungan bulan lau.
3) Amanah
Penabung memiliki keinginan tertentu yang diaqadkan atau
diamanahkan kepada BMT. Misal, tabungan ini dimintakan
kepada BMT untuk pinjaman khusus kepada kaum dhuafa atau
orang tertentu.
15
b. Produk Penyaluran dana
Produk penyaluran dana dalam hal ini merupakan bentuk pola
pembiayaan yang merupkan kegiatan BMT dengan harapan dapat
memberikan penghasilan. Pola pembiayaan tersebut adalah:
1) Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan modal kerja yang diberikan oleh BMT kepada
anggota, dimana pengelolaan usaha sepenuhnya diserahkan
kepada anggota sebagai nasabah debitur. Dalam hal ini
anggota menyediakan usaha dengan sistem pengelolaannya
(manajemennya) Hasil keuntungan akan dibagi dua sesuai
dengan kesepakatan bersama (misal 70%:30% atau 65%:25%).
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan berupa sebagian modal yang diberikan kepada
anggota dari modal keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkan
dalam proses pengelolaannya. Pembagian keuntungan yang
proporsional dilakukan sesuai dengan perjanjian kedua belah
pihak.
3) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelian
barang-barang yang akan dijadikan modal kerja. Pembiayaan
ini diberikan untuk jangka pendek tidak lebih dari 6 sampai 9
bulan atau lebih dari itu. Keuntungan bagi BMT dipeoleh dari
harga yang dinaikan.
16
4) Pembiayaanbai’BitsamanAjil
Pembiayaan ini hampir sama dengan pembiayaan murabahah,
yang berbeda adalah pola pembayarannya yang dilakukan
dengan cicilan dalam waktu yang agak panjang. Pembiayaan
ini lebih cocok untuk pembiyaan investasi, BMT akan
mendapatkan keuntungan dari harga barang yang dinaikan.
5) Pembiayaan al-Qardhul Hasan
Merupakan pinjaman lunan yang diberikan kepada anggota
yang benar-benar kekurangan modal kepada mereka yang
sangat membutuhkan untuk keperluan-keperluan yang sifatnya
darurat nasabah (anggota) cukup mengembalikan pinjamannya
sesuai dengan nilai yang diberikan oleh BMT.
2. Pembiayaan
Pembiayaan atau financing merupakan pendanaan yang
diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung
investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga. Pembiayaan menurut kamus pintar ekonomi syariah,
pembiayaan diartikan sebagai penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: (a) transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah; (b) transaksi sewa menyewa dalam
bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bit tamlik;
(c) transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,
istish’na,(d)transaksipinjammeminjamdalambentukpiutangqardh;
17
dan (e) transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk
transaksi multijasa (Asiyah, 2014:1).
Menurut sifat penggunaanya, pembiayaan dapat dibagi
menjadi dua hal berikut:
a) Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk
memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk
peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun
investasi.
b) Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan (Antonio, 2001: 160).
3. Pembiayaan Mudharabah
a. Pengertian Mudharabah
Al mudharabah berasal dari kata dharaba yang berarti
memukul atau berjalan. Sedang yang dimaksud dengan memukul
atau berjalan, yaitu seseorang yang memukulkan tangannya untuk
berjalan di muka bumi dalam mencari karunia Allah SWT
(Ridwan, 2004:96). Mudharabah yang disebut juga muqaradhah
secara bahasa berarti bepergian untuk urusan dagang. Secara istilah
mudharabah ialah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana
pemilik dana (shahib al-mal) menyediakan dana kemudian
menyerahkannya kepada pengelola usaha (mudharib) untuk diputar
18
sebagai usaha yang keuntungannya dibagi menurut kesepakatan
bersama (Huda, 2016: 98)
Pembiayaan mudharabah ialah akad kerjasama usaha antara
dua pihak, dimana pemilik dana (shahibul mal) menyediakan dana
kemudian menyerahkannnya kepada pengelola dana (mudharib)
untuk diputar sebagai usaha yang keuntungannya dibagi menurut
kesepakatan bersama. Sementara itu menurut konteks ekonomi
syariah, mudharabah adalah bentuk kerjasama antara BMT selaku
pemilik dana dengan anggotanya yang bertindak sebagai pengelola
usaha yang produktif dan halal.
Pembiayaan Mudharabah yakni hubungan kemitraan antara
BMT dengan anggota atau nasabah yang modalnya 100% dari
BMT. Atas dasar proposal yang diajukan nasabah, BMT akan
mengevaluasi kelayakan usaha dan dapat menghitung tingkat
nisbah yang dikehendaki. Jika terjadi resiko usaha, maka BMT
akan menanggung seluruh kerugian modal selama kerugian
tersebut disebabkan oleh faktor alam atau musibah di luar
kemampuan manusia untuk menanggulanginya. Namun jika
kerugian terjadi karena kelalaian manajemen atau kecerobohan
anggota atau nasabah, maka mudharabah yang akan menanggung
pengembalian modal pokoknya.
19
Berikutinilandasansyar’imengenaimudharabahterdapat
dalam QS. Al – Muzammil (73): 20, QS. Al-Jumuah (62): 10, dan
QS. Al-Baqarah (2): 198 (Huda, 2016: 99).
Qs. Al Muzamil (73): 20
ن الض هل رأ نسإ إ اف إ ل نو
Dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian karunia Allah.
Qs Al Jumuah (62): 10
هل ار وا ن الض هل س رأ اٱ لل ااس ه اذو لض
إ ه س أ مه
Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di
bumi, carilah karunia Allah dan Ingatlah Allah banyak-banyak
agar kamu beruntung.
Qs Al Baqarah (2): 198
س ن ر نفن إ أنس الض س ه ي
Bukanlah suatu dosa bagimu mencari karunia dari tuhanmu.
b. Rukun Mudharabah
Kontrak mudharabah terjadi jika terpenuhi rukun kontrak
sebagai berikut:
20
1) Penyedia dana (Shahibul mal) dan pengelola (Mudharib)
harus cakap Hukum
2) Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak
untuk menunjukan kehendak mereka dalam mengadakan
kontrak (akad).
3) Modal aialah sejumlah uang atau aset yang diberikan oleh
penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan
syarat sebagai berikut:
1) Modal harus diketahui jumlah dan jenisnya.
2) Modal dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai.
3) Modal tidak dapat berbentuk piutang dan harus
dibayarkan kepada mudharib, baik secara bertahap
maupun tidak, sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
4) Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang di dapat
sebagai kelebihan dari modal.
5) Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai
perimbangan (muqabil) modal yang disediakan oleh
penyedia dana (Huda, 2016: 104)
c. Syarat Mudharabah
1. Pihak yang berakad, kedua belah pihak harus mempunyai
kemampuan dan kemauan untuk bekerjasama mudharabah.
2. Objek yang diakadkan:
a) Harus dinyatakan dalam jumlah atau nominal yang jelas
21
b) Jenis pekerjaan yang dibiayai, dan jangka waktu kerjasama
pengelolaan dananya
c) Nisbah (porsi) pembagian keuntungan telah disepakati
bersama, dan ditentukan tata cara pembayarannya.
3. Sighat :
a) Pihak-pihak yang berakad harus jelas dan disebutkan
b) Materi akad yang berkaitan dengan modal, kegiatan usaha
atau kerja dan nisbah telah disepakati bersama saat
perjanjian (akad).
c) Resiko usaha yang timbul dari proses kerjasama ini harus
diperjelas pada saat ijab qabul, yakni bila terjadi kerugian
usaha maka akan ditanggung oleh pemilik modal dan
pengelola tidak mendapatkan keuntungan dari usaha yang
telah dilakukan.
d) Untuk memperkecil resiko terjadinya kerugian usaha,
pemilik modal dapat menyertakan persyaratan kepada
pengelola dalam menjalankan usahanya dan harus di
sepakati secara bersama (Yudiana, 2017: 67).
d. Jenis-Jenis al-mudharabah
Akad Kerjasama Mudharabah ini dibedakan dalam 2 jenis
(Yuniana, 2017: 66), yakni:
1) Mudharabah Muthlaqah, akad ini adalah perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu
22
(investasi tidak terikat), misalnya dalam ijab si pemilik modal
tidak mensyaratkan kegiatan usaha apa yang harus dilakukan
dan ketentuan-ketentuan lainnya, yang pada intinya
memberikan kebebasan kepada pengelola dana untuk
melakukan pengelolaan investasinya.
2) Mudharabah Muqayyadah, akad ini mencantumkan
persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi dan
dijalankan oleh si pengelola dana yang berkaitan dengan
tempat usaha, tata cara usaha, dan obyek investasinya (investasi
yang terikat).
Penyaluran mudharabah mempunyai beberapa ketentuan
sebagaimana berikut :
1. Dana mudharabah disalurkan oleh BMT kepada anggotanya
untuk usaha yang produktif
2. BMT bertindak sebagai pemilik dana yang membiayai
seluruh kebutuhan usaha.
3. Anggota BMT adalah sebagai pengelola usaha.
4. Tata cara dan jangka waktu pengembalian modal usaha
ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak
(Huda, 2016: 100).
e. Risiko al-Mudharabah
Risiko yang terdapat dalam Al-Mudharabah, terutama pada
penerapannya dalam pembiayaan, relatif tinggi. Diantaranya:
23
1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti
yang disebut dalam kontrak
2. Lalai dan kesalahan yang disengaja
3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak
jujur (Antonio, 2001: 98).
Perjanjian Bagi Hasil
Keahlian atau Keterampilan
Modal 100%
Nisbah X% Nisbah Y%
Mengambil Modal Pokok
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mudharabah
Sumber: Huda, Baitul Maal Wat Tamwil
Anggota
(Mudharib) BMT
Proyek Usaha
Pembagian
Keuntungan
Modal
24
4. Sistem dan Prosedur Pembiayaan
Menurut Ridwan (2006:81) setiap permohonan dari anggota
BMT harus memenuhi berbagai tahapan dan persyaratan, sebagai
berikut:
a. Permohonan Pembiayaan
1) Surat permohonan pembiayaan anggota harus di isi lengkap
dan ditanda tangani oleh pemohon dan suami istri
2) Dalam kondisi tertentu, surat permohonan pembiayaan dapat
dimintakan tanda tangan dari pengurus RT atau takmir masjid
setempat
3) Daftar isian yang telah disediakan oleh BMT, di isi dengan
benar dang lengkap.
4) Mendapatkan persetujuan dari suami atau istri dengan
bermaterai 6.000,- untuk pembiayaan dalam kategori yang
besar.
5) Mendapatkan persetujuan dari bendaharawan pegawai, bagi
pembiayaan dalam kategori pegawai untuk pemotonan gaji.
6) Daftar lampiran-lampiran yang diminta oleh BMT telah
dipenuhi dengan baik. Daftar lampiran tersebut dapat berisi
dari:
a) Foto Copy KTP Suami Istri
b) Foto Copy Kartu Keluarga
25
c) Foto Copy jaminan berupa BPKB atau sertifikat tanah
beserta bukti pembayaran pajak terakhir.
d) Daftar struk gaji bagi pegawai atau SK pengangkatan atau
kenaikan golongan bagi pegawai negeri atau swasta yang
telah ber SK.
e) Bukti atau izinusaha seperti AD/ART, HO, SIUP, TDP,
TDUP, NPWP, SIUJK bagi plafon tertentu.
f) Laporan keuangan perusahaan dua tahun terakhir serta
bulan terakhir (bagi anggota yang sudah mampu.
Menurut Huda (2016: 134) menyatakan ada dua cara yang
dapat yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan untuk
memperoleh calon anggota penerima pembiayaan, yaitu walk in
client dan solitasi. Walk in client ialah calon anggota pembiayaan
datang sendiri ke kantor BMT untuk mendapatkan pelayanan dan
jasa. Solitasi adalah tindakan menjemput bola.
b. Penyelidikan dan analisa Pembiayaan
Setelah permohonan diisi dengan baik dan benar, maka
petugas BMT akan melakukan penelitian dan analisa (survey) atas
kewajaran dan konsistensi dari data dan informasi yang diterima
dari calon peminjam pada saat pengisian formulir permohonan
pembiayaan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya
kesimpulan dan keputusan yang kurang benar. Berkas-berkas dan
dokumen analisis harus diperlakukan sesuai dengan sifat
26
kerahasiaan, supaya berbagai kemungkinan yang akan terjadi
tidak tersebar keluar.
c. Keputusan atas permohonan pembiayaan
Setiap keputusan permohonan harus memperhatikan
penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum
dalam laporan pemeriksaan pembiayaan dan analisis pembiayaan.
Pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh
harus dibubuhkan secara tertulis.
d. Penolakan atas Permohonan Pembiayaan
Penolakan permohonan pembiayaan dapat terjadi karena
tidak memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh BMT atau
masih ada kekurangan-kekurangan yang tidak dilengkapi. Semua
keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada
calon peminjam dengan disertai alasan penolakan permohonan.
e. Persetujuan atas Permohonan Pembiayaan
Persetujuan atas permohonan pembiayaan adalah keputusan
BMT untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan
pembiayaan dari calon anggota atau anggota. Untuk melindungi
BMT dalam pelaksanaan keputusan tersebut, maka biasanya
ditegaskan lebih dahulu syarat-syarat fasilitas pembiayaan dan
prosedur yang harus ditempuh oleh anggota atau calon anggota.
Langkah-langkah yang harus diambil:
27
1) Surat penegasan persetujuan permohonan pembiayaan kepada
pemohon yang mencatumkan syarat-syarat seperti plafon
fasilitas pembiayaan, jangka waktu, bentuk pinjaman, tujuan
penggunaan, dan bagi hasil atau besarnya keuntungan BMT.
2) Pengikatan jaminan dengan cara yang kuat.
3) Penandatangan perjanjian atau akad pembiayaan
4) Asuransi barang jaminan jika diperlukan.
f. Pencairan fasilitas pembiayaan
Pencairan fasilitas pembiayaan adalah transaksi
pemanfaatan atau pencairan pembiayaan yang telah disetujui oleh
BMT. Dalam praktiknya pencairan pembiayaan ini berupa
pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban rekening
pinjaman atau fasilitas lainnya. Bmt hanya menyetujui pencairan
pembiayaan anggota atau calon anggota bila syarat-syarat yang
harus dipenuhi dilaksanakan.
g. Pelunasan fasilitas Pembiayaan
Pelunasan pembiayaan adalah dipenuhinya semua
kewajiban utang anggota atau calon anggota terhadap BMT yang
berakibat hapusnya ikatan perjanjian pembiayaan. Perhitungan
semua kewajiban anggota atau calon anggota harus segera
diselesaikan sampai dengan tanggal pelunasannya meliputi hutang
pokok, hutang bunga atau bagi hasil, denda-denda jika ada dan
administrasi.
28
Penyerahan kembali dokumen jaminan kepada anggota atau
calon anggota hanya dapat dilakukan setelah anggota atau calon
anggota benar-benar menyelesaikan semua kewajibannya.
Penyerahan dokumen jaminan tersebut harus dengan surat tanda
terima dan ditandatangani oleh yang berhak dan surat tanda terima
tersebut harus disimpan pada berkas pembiayaan (Huda, 2006:86).
5. Prinsip Analisis Pembiayaan
Penilaian pembiayaan oleh BMT dapat dilakukan dengan berbagai
cara untuk mendapatkan keyakinan tentang anggotanya, seperti
melalui prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Petugas
pembiayaan harus proaktif dalam mencari calon anggota yang sesuai
kriteria (5C) sehingga layak untuk dibiayai, penilaian dengan analisis
5C sebagai berikut :
1) Character (karakter atau Akhlak)
Karakter ini dapat dilihat dari interaksi kehidupan keluarga dan
para tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam adalah dengan
bertanya kepada tokoh masyarakat setempat atau para tetangga
tentang akhlak dari calon penerima pembiayaan.
2) Condition of Ekonomy (kondisi usaha)
Usaha yang dijalankan calon anggota pembiayaan harus baik.
Artinya, ia mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga,
menutupi biaya operasional usaha, dan memeiliki kelebihan dari
hasil usaha sehingga dapat menjadi penambah modal untuk
29
berkembang. Terlebih lagi jika kelak mendapat pembiayaan dari
BMT, usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan pada akhirnya ia
mampu melunasi kewajibannya.
3) Capacity (Kemampuan Manajerial)
Calon anggota pembiayaan mempunyai kemampuan manajerial,
andal, dan tangguh dalam menjalankan usaha. Biasanya wiraswasta
sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dari
usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun. Oleh karena
itu, kebijakan yang berlaku di BMT adalah apabila calon anggota
pembiayaan tersebut belum menjalankan usaha minimal dua tahun,
permohonan pembiayaannya tidak dapat diproses.
4) Capital (Modal)
Calon anggota pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya
dengan baik. Ia harus dapat menyisihkan sebagian keuntungan
usahanya untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat
ditingkatkan.satu hal yang perlu di waspadai adalah apabila usaha
calon anggota pembiayaan yang sebagian besar struktur
permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri), hal itu
rawan menimbulkan masalah.
5) Collateral (jaminan)
Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota
dan sumber keuangannya. Untuk mengatasi kemungkinan sulitnya
proses pelunasan, BMT memerlukan jaminan. Ada dua fungsi
30
jaminan. Pertama , sebagai pengganti pelunasan pembiayaan
apabila calon anggota sudah tidak mampu lagi. meskipun
demikian, BMT tidak dapat langsung mengambil alih jaminan
tersebut, tetapi memberikan tangguh atau tenggang waktu untuk
mencari alternatif lain yang disepakati bersama dengan
anggotanya. Kedua, sebagai pelunasan pembiayaan apabila
anggotanya melakukan tindakan wanprestasi ( Huda, 2016: 134-
135).
6. Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah merupakan suatu peminjaman dana
yang tertunda atau ketidakmampuan peminjam untuk mengembalikan
dana atau kewajiban yang telah dibebankan kepadanya. Atau
pembiayaan bermasalah adalah suatu kondisi pembiayaan dimana
terdapat suatu penyimpangan utama dalam pembayaran kembali
pembiayaan yang berakibat terjadi keterlambatan dalam pengembalian,
atau diperlukan tindakan yuridis dalam pengembalian atau
kemungkinan terjadinya kerugian bagi BMT.
Sebagian besar pembiayaan bermasalah timbul karena hal-hal
yang terjadi pada pihak debitur, antara lain:
a. Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan
merosotnya kondisi ekonomi.
31
b. Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan (
miss management).
c. Masalah pribadi debitur, misalnya perceraian, kematian, sakit, gaya
hidup yang boros dan lainnya.
d. Debitur memiliki banyak bidang usaha yang mengalami kegagalan
pada salah satu bidang bisnis sehingga berimplikasi pada bisnis
lainnya.
e. Kesalahan debitur dalam manajemen likuiditas di perusahaannya.
f. Faktor diluar kendali debitur misalnya bencana alam.
g. Karakter yang buruk sehingga tidak ada kemauan untuk membayar
angsuran pembiayaan (Susilo, 2017: 315).
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena
kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan
keuangan perusahaan nasabah dapat kita bagi dalam (a) faktor internal
dan (b) faktor eksternal (Arifin, 2009: 258).
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam perusahaan
sendiri, dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor
manajerial. Timbilnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan
yang disebabkan oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa
hal, seperti kelemahan dalam kebijakan pembelian dan penjualan,
lemahnya pengawasan biaya dan pengeluaran, kebijakan piutang
32
yang kurang tepat, penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap,
permodalan yang tidak cukup.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar
kekuasaan manajemen perusahaan, seperti bencana alam,
peperangan, perubahan dalam kondisi perekonomian dan
perdagangan, perubahan-perubahan teknologi, dan lain-lain.
Untuk menentukan langkah yang perlu diambil dalam
menghadapi kredit macet terlebih dulu perlu diteliti sebab-sebab
terjadinya kemacetan. Bila kemacetan disebabkan oleh faktor
eksternal seperti bencana alam, bank tidak perlu lagi melakukan
analisis lebih lanjut. Yang perlu adalah bagaimana membantu
nasabah untuk segera memperoleh penggantian dari perusahaan
asuransi. Yang perlu diteliti adalah faktor internal, yaitu yang
terjadi karena sebab-sebab manajerial. Bila bank telah melakukan
pengawasan secara seksama dari bulan ke bulan, dari tahun ke
tahun, lalu timbul kemacetan, sedikit banyak terkait pula dengan
kelemahan pengawasan itu sendiri. Kecuali bila aktivitas
pengawasan telah dilaksanakan dengan baik, masih juga terjadi
kesulitan keuangan, perlu diteliti sebab-sebab kemacetan tersebut
lebih mendalam. Mungkin kesulitan itu disengaja pengusaha
mengalihkan penggunaan dana yang tersedia untuk keperluan
kegiatan usaha lain di luar obyek pembiayaan yang disepakati.
33
Banyak cara yang dapat dilakukan oleh bank untuk
penyelesaian pembiayaan macet ini, tergantung pada berat
ringannya masalah yang dihadapi, serta sebab-sebab terjadinya
kemacetan. Apabila pembiayaan itu masih dapat diharapkan akan
berjalan baik kembali, maka bank dapat memberikan keringanan-
keringanan, misalnya menunda jadwal angsuran atau reschedulin
(Arifin, 2009: 260).
Secara umum penggolongan pembiayaan dibagi menjadi
empat kategori yakni, lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
Pembiayaan lancar tidak termasuk kategori bermasalah, sehingga
prosedurnya berlaku umum (Ridwan, 2006: 97).
Penyelesaian penaganan pembiayaan dilakukan sesuai
dengan kolektabilitas pembiayaan sebagai berikut (Yudiana, 2017:
133) :
1) Pembiayaan lancar, dilakukan dengan cara:
a) Pemantauan usaha nasabah.
b) Pembinaan anggota dengan pelatihan-pelatihan.
2) Pembiayaan potensial bermasalah, dilakukan dengan cara:
a) Pembinaan anggota
b) Pemberitahuan dengan surat teguran
c) Kunjungan lapangan atau silaturahmi oleh bagian
pembiayaan kepada nasabah
34
d) Upaya Preventif dengan penanganan rescheduling yaitu
penjadwalan kembali jangka waktu angsuran. Atau
reconditioning yaitu memperkecil margin keuntungan atau
bagi hasil.
3) Pembiayaan kurang lancar, dilakukan dengan cara:
a) Membuat surat teguran atau peringatan
b) Kunjungan lapangan
c) Upaya penyehatan dengan cara rescheduling dan
reconditioning
4) Pembiayaan diragukan atau macet, dilakukan dengan cara:
a) Rescheduling
b) Reconditioning
c) Dilakukan pengalihan atau pembiayaan ulang dalam
bentuk pembiayaan al qardhul hasan.
35
BAB III
GAMBARAN OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah KSPPS BMT TUMANG
Sistem perekonomian dan tatanan kehidupan yang dikedepankan
pada masa orde baru, ternyata tidak bisa memberikan jawaban akan
harapan terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sebagian besar dari
mereka tinggal diperkotaan, sehingga putaran uang dan aktivitas
perekonomian berpusat di kota. Sementara masyarakat desa, yang nota
bone merupakan mayoritas dari penduduk negeri ini, tidak mendapat
kesempatan dan perhatian yang proporsional, baik dari pemerintah
maupun dari para praktisi dunia usaha, sehingga masyarakat desa hanya
ditempatkan sebagai obyek pelengkap dari sistem pembangunan ekonomi
nasional.
Lembaga keuangan selama ini belum mampu diakses masyarakat
secara luas. Disamping itu belum adanya komitmen dari lembaga
perbankan untuk menciptakan usaha yang lebih adil untuk lebih
mensejahterakan masyarakat. Bunga Bank yang menjadi dasar operasional
perbankan (konvensional) juga masih menjadi perdebatan dikalangan umat
Islam.
36
Hal ini sangat dirasakan juga oleh masyarakat Desa Tumang,
termasuk beberapa orang yang dalam menjalankan ekonominya berkutat
dengan rentenir atau istilah masyarakat Desa Tumang bank plecit.
Menyadari akan hal itu timbul pemikiran oleh beberapa orang
untuk memberikan alternatif sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan masyarakat, yaitu dengan membentuk Baitul Maal wat-
Tamwil (BMT).
Awalnya, di sekitar bulan Februai 1997 bertempat dirumah dinas
Bpk. Suryanto, SH. di Kebayoran Baru Jakarta, telah berkumpul beberapa
orang Desa Tumang Yang bekerja di Jakarta, yaitu : Bpk. Mukhlas, SH;
Sdr. Adib Zuhairi, S.Sos; Sdr. Aris Munandar, SE; Sdr. Yunan AS., SH;
dan Sdr. Mulyadi, SE, yang berniat untuk berdiskusi membicarakan
perihal ide untuk membuat BMT di Desa Tumang. Dalam pertemuan
tersebut sepakat merekomendasikan Sdr. Adib Zuhairi membuat proposal.
Selanjutnya di rumah Bpk. Mukhlas, SH. di Tambun – Bekasi, Sdr.
Adib Zuhairi diminta untuk mensosialisasikan ke masyarakat Desa
Tumang dan mencari 3 (tiga) orang calon pengelola (harus S-1 sebagai
syarat pendirian BMT) yang rencananya akan diberikan pelatihan ataupun
magang di Jakarta.
Pada saat mencari calon, persoalan pertama timbul, yakni : ada
orang yang bersedia, tetapi kurang mempunyai kemampuan – dan ada
37
yang mempunyai kemampuan, tetapi tidak bersedia. Akhirnya selama
kurang lebih 1 (satu) tahun tidak ada perkembangannya.
Pada pertengahan Juni 1998, saat pulang ke Desa Tumang Sdr.
Adib Zuhairi beserta teman-teman saat bertemu di Jakarta maupun yang
dari kota lain membicarakan kembali tentang rencana pendirian BMT yang
digagas tahun lalu itu, salah satunya dengan Bpk. M Munir Asrori yang
memberikan dorongan sepenuhnya dan segera dimulai. Karena
berdasarkan pengalaman sebelum-sebelumnya ide sebagus apapun bila
hanya sekedar ide dan diserahkan pada orang lain (tidak diurus dan
ditangani sendiri) seringkali tidak akan menghasilkan.
Rupanya berdasarkan ikhtiar yang dilakukan Sdr. Adib Zuhairi
melalui istikharoh, sudah semakin bulat niatnya untuk tidak kembali ke
Jakarta (sebelumnya bekerja di Jakarta) dan akan menjalankan rencana
mendirikan BMT di Desa Tumang.
Bukan hal yang kebetulan, kalau Alloh Swt. ternyata
mempertemukanSdr.AdibdenganSdr.Rifa’iShalehH.(oranginiadalah
kakak dari teman sekolah Bpk. Muklhas dan telah lama bergerak dalam
pengelolaan BMT di Klaten) saat sengaja bermain ke kota Klaten untuk
mencari informasi perihal pendirian BMT. Sdr. Rifa’I ini sangat
mendorong agar Sdr. Adib tidak kembali ke Jakarta dan bersama tokoh
masyarakat Tumang mendirikan BMT.
38
Dorongan ini juga dibuktikan dengan kesiapan untuk membantu
mensosialisasikan dengan para tokoh masyarakat Tumang saat diadakan
pertemuan pada akhir bulan Juli 1998.
Bukan hal yang kebetulan pula, kalau Alloh Swt. juga memberikan
jalan melalui kondisi dimana pada saat yang bersamaan ada program P3T
(Proyek Penanggulangan Pengangguran Tenaga Terampil) dari Disnaker-
Boyolali, dan oleh Bpk. Hartono (Direktur PINBUK Boyolali) mendorong
agar calon pengelola mendaftar, yaitu : Sdr. Adib Zuhairi, Sdr. Agus
Wiratno, Sdr. Haris Darmawan, Sdr. Joko Sriyanto, dan Sdri. Yuni
Widiyati.
Alhamdulillah ke-5 orang calon tersebut diterima untuk mengikuti
pelatihan BMT se-Jawa Tengah di Donohudan-Boyolali. Setelah selesai
pelatihan ke-5 orang tersebut memperoleh gaji Rp. 300.000,-/bulan selama
7 (tujuh) bulan, dimana saat-saat tersebut BMT TUMANG sudah
beroperasi. Setelah 7 bulan selesai dan tidak memperoleh gaji dari P3T,
dan bekerja di BMT, pihak BMT hanya mampu memberikan honor
masing-masing sebesar Rp. 40.000,-
Selanjutnya pada hari Sabtu Pon, tanggal 1 Agustus 1998 diadakan
pertemuan lanjutan di rumah Bpk. Ali Sya’ni dengan beberapa warga
masyarakat yang dianggap sukses secara ekonomi untuk bergabung
menjadi anggota pendiri. Dalam pertemuan tersebut setuju untuk :
39
1. Membentuk BMT di Desa Tumang – Kel. Cepogo – Kec. Cepogo –
Kab.Boyolali, bahkan langsung menyepakati untuk memberikan nama
BMT TUMANG.
2. Mengadakan iuran per-orang Rp. 500.000,- sebagai simpanan pokok,
dan dapat diangsur
3. Menunjuk peserta pertemuan yang dianggap mempunyai kompetensi
dibidang masing-masing, yaitu : Bpk. MS. Zuhri sebagai Ketua; Ibu
Dwi Rochmawathy sebagai Sekretaris; Bpk. Busroni sebagai
Bendahara; dan Bpk. Soewandi, Bpk. Sunarno, Bpk. Supri Haryanto
sebagai Anggota. Serta Sdr. Adib Zuhairi sebagai Pengelola.
Simpanan pokok yang disepakati terkumpul sebesar Rp.
7.050.000,- dan BMT mulai beroperasi pada tanggal 1 Oktober 1998, yang
sehari sebelumnya yaitu tanggal 30 September 1998 diresmikan oleh
Kakandep Koperasi Kab. Boyolali dengan nama : Koperasi Serba Usaha
(KSU) BMT TUMANG, dan beralamat di Jl. Melati No.12, Desa Tumang-
Kel. Cepogo-Kec. Cepogo-Kab. Boyolali (menumpang di Kantor
Kalurahan Cepogo).
Selanjutnya untuk memperkuat permodalan dalam mengoperasikan
BMT, pengurus menghubungi beberapa orang lagi untuk diajak bergabung
menjadi Badan Pendiri.
40
B. Profil Lokasi BMT Tumang
a. Nama Lembaga : KSPPS BMT TUMANG
b. Tanggal Pendirian : 1 Oktober 1998
c. Alamat Kantor Pusat : Jl. Boyolali – Semarang Km. 1 Penggung
Boyolali Telp. (0276) 323034
d. Alamat Kantor Cabang :
1) Tumang : Jl. Melati, Tumang, Cepogo, Boyolali Telp. (0276)
323335.
2) Cepogo : Boyolali-Magelang Km 10 Cepogo, Boyolali Telp.
(0276) 323454.
3) Ampel : Boyolali – Semarang km. 10 gladagsari, ampel boyolali.
Telp (0276) 330626.
4) Andong : Jl. Raya Kacangan, Andong Boyolali (Barat Ps.
Kacangan). Telp (0271) 7893025.
5) Kartasura : Jl. Ahmad Yani No. 308 Pabelan Kartasura (Komplek
Assalam Hypermart). Telp (0271) 7452819.
6) Salatiga : Jl. Sukowati No. 9 Salatiga. Telp (0298) 312729.
7) Delanggu : Raya Solo- Jogja Km 21 (selatan Ps. Delanggu)
Delanggu Klaten. Telp (0272) 554358.
8) Selo : Jl. Boyolali – Magelang Km. 18 Selo, Boyolali. Telp (0276)
3295240.
9) Suruh : Jl. Raya Suruh – Karangnggede No. 07 Banggirejo Suruh
Semarang. Telp (0298) 317434.
41
10) Solo : Jl. Brigjend Sudiarto No. 73 D, Joyosuman, (utara Soto
Gading) Solo. Telp (0271) 2931242.
11) Grabag : Jl. Kh. Syiraj Grabag Magelang. Telp (0293) 310830.
12) Simo : Jl. Singoprono Raya 01 Pelem Simo Boyolali. Telp (0276)
3280086.
13) Karangpandan : Jl. Lawu no. 85 Karangpandan Karanganyar. Telp
(0271) 4990222.
14) Jatinom : Jl. Pasar Gabus, Krajan Jatinom, Klaten. Telp (0272)
3359690.
15) Musuk : Jl. Raya Boyolali – Drajitan Km. 5 Tampir Barat Musuk
Boyolali. Telp (0276) 3280340.
16) Sragen : Jl. Sukowati No. 323 Kauman, Sragen. Telp (0271)
8961279.
17) Wedi : Jl. Ahmad Yani No. 18 Pandes, Wedi, Klaten. Telp (0272)
3391140.
C. Kelengkapan Organisasi
1. No. Badan Hukum : 242/BH/KDK.11.25/IV/1999
2. NPWP : 02.014.0381.4-527.000
3. Waktu operasional : Senin – Jumat Pukul 08.00 – 16.00
4. Wilayah Kerja : Jawa Tengah
5. Perubahan anggaran dasar : 02/PAD/VIV/I/2011 (koperasi jasa
keuangan syariah) (KJKS) BMT TUMANG Tingkat Provinsi Jawa
Tengah.
42
6. Perubahan anggaran dasar :155/Lap-PAD/VII/2016 (koperasi simpan
pinjam pembiayaan syariah) (KSPPS) BMT TUMANG, Tingkat
Nasional.
7. Logo :
Gambar 3.2 Logo BMT Tumang
D. Visi dan Misi BMT Tumang
1. Visi
Menjadi Lembaga Keuangan syariah yang Mandiri, Modern, dan
Sejahtera.
2. Misi
a) Mewujudkan lembaga keuangan syariah mandiri, modern, amanah
dan sejahtera.
b) Mengembangkan SDM yang tangguh, profesional, dan berdaya saing
tinggi.
c) Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai untuk
mendukung operasional BMT.
43
E. Keunggulan BMT Tumang
1. Sistem dan kinerja BMT berpegang pada prinsip dasar yang
berlandaskan syariah
2. BMT menjauhkan dari sitem riba, maysir, gharar : yang melanggar
prinsip fiqh alghunmu bil ghurmi (keuntungan muncul bersama resiko)
atau al kharaj bi dhaman (hasil muncul bersama beban) yaitu dengan
sistem bagi hasil.
3. Dengan menitipkan dana di BMT Tumang dana aman, bermanfaat dan
insyaallah barokah.
4. Pelayanan maksimal, siap mengambil dan mengantar.
F. Susunan Organisasi
Adapun struktur organisasi KSPPS BMT Tumang Cabang Tumang
adalah sebagai berikut:
Manager Cabang Tumang : Wahyuning Satriasih
Admin : Atiqoh Retno D
BO : Rian Kurniasih
Customer Service : Heri Listiyawan
Teller/Kasir : 1. Diana Istiana
2. Muhammad Afif Muhtar
Marketing Finance :1. M Khoirudin
2. Budi ardiana
44
3. Asih Rohatin
4. Ika Kristiyana
Marketing Funding :1. Dwi Nyik Riyanti
2. Siti Komariah
3. Lailatul Khasanah
4. Utamiyatun
G. Produk BMT Tumang
1. Produk simpanan BMT Tumang
a. Simpanan Sukarela (Sikala)
Simpanan Mudharabah Al Mutholaqoh adalah Simpanan
berdasarkan kaidah syari’ah mudharabah al-muthlaqah, dimana
mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT TUMANG untuk
memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota yang lain secara halal dan profesional. Laba dari
pembiayaan dibagi antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi
hasil) yang disepakati di awal. Simpanan ini dapat diambil sewaktu-
waktu.
Simpanan Sikala adalah dana yang dihimpun oleh BMT dari anggota
dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu.
Manfaat:
1. Aman, Manfaat, Menguntungkan dan InsyaAllah Barokah
45
2. Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan
syariah
3. Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda
4. Bebas biaya administrasi
Syarat Pembukaan Rekening :
a. Menjadi anggota BMT TUMANG
b. Membayar simpanan pokok Rp. 10.000,- dan simpanan wajib
Rp.5.000,-
c. Setoran selanjutnya minimal Rp. 1.000,-
d. Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening
e. Perorangan melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri
lainnya
f. Lembaga menyerahkan identitas yang ditentukan oleh KJKS
BMT TUMANG
Bagi Hasil :
1) InsyaAllah halal dan barokah.
2) Anggota penyimpan akan mendapatkan bagi hasil simpanan
sesuai dengan kesepakatan.
3) Besarnya bagi hasil simpanan ditetapkan menurut keuntungan
KJKS BMT TUMANG dengan nisbah antara BMT : anggota
adalah 70 : 30.
46
4) Bagi hasil yang dimaksud akan diperhitungkan setiap akhir
bulan dan akan ditambahkan secara otomatis ke rekening
simpanan anggota setiap awal bulan.
b. Simpanan Mudharabah Berjangka
Simpanan mudharabah berjangka (Deposito) adalah simpanan
berdasarkan kaidah syariah mudharabah al-muthlaqah, dimana
mudharib memberikan kepercayaan kepada BMT Tumang untuk
memanfaatkan dana yang dapat digunakan dalam bentuk
pembiayaan secara produktif, dapat memberikan manfaat pada
anggota sesuai ketentuan syariah. Laba dari pembiayaan dibagi
antara anggota dengan BMT sesuai nisbah (bagi jasil) yang di
sepakati di awal.
Manfaat :
1) Aman, menguntungkan dan insyaallah barokah
2) Bagi hasil yang kompetitif (bersaing) sesuai dengan ketentuan
syariah.
3) Menolong sesama tanpa harus mengurangi keuangan anda.
4) Bebas biaya administrasi.
Ketentuan atau Persyaratan :
a. Menjadi anggota KJKS BMT Tumang.
b. Simpanan minimal Rp. 1.000.000,-
c. Mengisi dan menandatangani formulir pembukaan rekening.
d. Melampirkan fotocopy KTP atau identitas diri lainnya.
47
Nisbah
Tabel 3.1 Nisbah Simpanan Berjangka atau Deposito
Jangka Waktu Nisbah Penyimpan
1 Bulan 35 %
3 Bulan 40 %
6 Bulan 42,5 %
12 Bulan 45 %
Waktu dan nisbah bisa disepakati antara BMT dan Penyimpan
c. Simuda Mapan
Simuda Mapan adalah produk simpanan di KSPPS BMT Tumang
dengan prinsip akad mudhrabah mutlaqah, yaitu perjanjian
mudharabah yang tidak mensyaratkan perjanjian tertentu (investasi
tidak terikat). Simpanan tersebut direncanakan khusus untuk
kebutuhan anggota di waktu yang akan datang.
Manfaat Simuda Mapan:
1) Dengan akad mudharabah muthlaqah penyimpanan dapat
memperoleh bagi hasil dari hasil usaha KSPPS BMT Tumang
yang insyaallah halal dan barokah.
2) Bagi hasil yang diterima setiap bulannya akan ditambahkan ke
simpanan, sehingga akan meningkatkan saldo pokok simpanan,
yang secara otomatis akan menambah bagi hasil secara
proposional.
48
Ketentuan SimudaMapan
a) Menjadi anggota KSPPS BMT Tumang.
b) Setoran minimal setiap bulan Rp. 50.000,-
c) Jangka watu dan ketentuan nisbah bagi hasil penyimpan ( 1-2
tahun: 35%, 3-5 tahun 40%, diatas 5 tahun : 45%).
SimudaMapan Terdiri Dari :
1. Simpanan Idul Fitri
Simpanan yang digunakan untuk keperluan di hari raya idul fitri.
2. Simpanan Idul Qurban
Simpanan yang digunakan untuk keperluan di hari raya idul
qurban. Misalnya untuk pembelian hewan qurban.
3. Simpanan Pendidikan
Simpanan yang diperuntukan untuk biaya pendidikan
4. Simpanan Haji atau Umrah
Merupakan simpanan yang diperuntukan untuk calon jamaah haji.
2. Produk pembiayaan BMT Tumang
a. Pembiayaan Investasi
1) Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak,
dimana pihak pertama yang menyediakan seluruh modal (BMT)
dan pihak kedua yang bertindak selaku pengelola (Angoota).
Keuntungan usaha di bagi diantara mereka sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak.
49
Ketentuan Pembiayaan :
a) Pembiayaan disalurkan oleh BMT kepada pihak lain untuk
suatu usaha yang produktif.
b) BMT sebagai pemilik dana mempunyai 100% kebutuhan
usaha, sedangkan anggota bertindak sebagai pengelola usaha.
c) Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan
pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan
kedua belah pihak (BMT dengan Anggota).
d) Anggota boleh melakukan bebrbagai macam usaha yang telah
disepakati bersama dan sesuai dengan syariah dan BMT tidak
ikut serta dalam manajemen perusahaan atau proyek tetapi
emmpunyai hak untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan.
e) Jumlah dana pembiayaan harus dinyatakan dengan jelas
dalam bentuk tunai bukan piutang.
f) Biaya operasional dibebabnkan kepada anggota.
2) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan Musyarakah adalah akad kerjasama permodalan
usaha antara BMT dengan satu atau beberapa pihak sebagai
pemilik modala pada usaha tertentu untuk menggabungkan modal
dan melakukan usaha bersama dalam suatu keanggotaan, dengan
nisbah pembagian hasil sesuai kesepakatan para pihak, sedang
kerugian ditanggung oleh pemilik modal sepanjang bukan
50
merupakan kelalaian penerima pembiayaan, tetapi musyarik tetap
berkewajiban mengembalikan pokok pembiayaan.
Rukun dan Syarat Musyarakah antara lain:
1. Pihak yang berakad
a. Para pihak yang melakukan akad musyarakah harus dalam
kondisi cakap hukum
b. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan
perwakilan
2. Obyek yang diakadkan
a. Modal yang diberikan dalam bentuk uang tunai, emas,
perak atau yang nilainya sama,
b. Modal dapat pula berupa aset perdaganggan, yakni a.i.
barang-barang, properti, perlengkapan, dan sebagainya
termasuk pula aset tidak berwujud a.i. hak paten dan
lisensi.
c. Partisipasi para anggota dalam pekerjaan musyarakah
adalah sebagai hukum dasar, dan tidak diperkenankan bagi
salah satu dari mereka untuk mencantumkan
ketidakikutsertaan anggota lainnya, namun demikian
terhadap kesamaan kerja bukanlah syarat utama.
Dibolehkan seorang anggota melaksanakan porsi
pekerjaan yang lebih besar dan banyak dibandingkan
dengan anggota lainnya, sehingga dalam hal ini anggota
51
tersebut dapat mensyaratkan bagian keuntungan tambahan
bagi dirinya,
3. Sighat
a. Berbentuk pengucapan yang menunjukan tujuan.
b. Akad dianggap sah jika diucapkan secara verbal, atau
dilakukan secara tertulis dandisaksikan.
b. Pembiayaan Jual beli
1) Pembiayaan Murabahah
Murabahah adalah menjual suatu barang dengan menegaskan
harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan
harga yang lebih sebagai laba.
Ketentuan Umum Murabahah: :
a) BMT Tumang dan Anggota harus melakukan akad murabahah
yang bebas riba.
b) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
islam.
c) BMT Tumang membiayai sebagian atau seluruh harga
pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.
d) BMT Tumang membeli barang yang diperlukan anggota atas
nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.
e) BMT Tumang harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara
hutang.
52
f) BMT Tumang kemudian menjual barang tersebut kepada
anggota dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dalam kaitan ini BMT Tumang harus
memberitahu secara jujur harga pokok brang kepada anggota
berikut biaya yang diperlukan.
g) Anggota membayar harga barang yang telah disepakati
tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.
h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan
akad tersebut, pihak BMT Tumang dapat mengadakan
perjanjian khusus dengan anggota.
i) Jika BMT Tumang hendak mewakilkan kepada anggota untuk
membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah
harus dilakukan setalah branag, secara prinsip, menjadi milik
BMT Tumang.
Kelebihan Pembiayaan murabahah di KSPPS BMT Tumang:
a) Akad murabahah sesuai syariah
b) Proses mudah
c) Angsuran fleksibel bisa tiap bulan atau per 3 bulan atau
akhir periode
d) Harga jual bersaing
e) Bisa pilih merk dan model sesuai selera
f) Asuransi / Taawun
g) Insyaallah berkah
53
h) Berupa perlengkapan rumah tangga (alat elektronok,
meubel), Investasi ( tanah, rumah), sarana kerja (
kendaraan, mesin produksi).
2) Pembiayaan Salam
Pembiayaan Salam adalah tagihan anggota terhadap BMT atas
transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan antara
penjual dan pembeli dengan pembayaran dimuka dan
pengiriman barang oleh penjual dilakukan di belakang atau
kemudian, dengan ketentuan bahwa spesifikasi barang di
sepakati pada akad transaksi salam.
3) Pembiayaan Istishna
Pembiayaan istishna adalah tagihan atas akad transaksi jual beli
barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli) dan penjual yang cara pembayarannya dapat dilakukan
di muka, diangsur, atau ditangguhkan sampai jangka waktu
tertentu.
c. Pembiayaan Jasa atau Sewa
1) Pembiayaan Ijarah
Pembiayaan ijarah adalah akad sewa menyewa antara muajir
(peyewa) dengan musta’jir (yang menyewakan) atas ma’jur
(objek sewa) untuk mendapatkan imbalan atas barang atau jasa
yang disewakannya. Ijarah meupakan akad pemindahan hak guna
54
(manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
memalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan. Kewajiban dalam pembiayaan Ijarah
antara lain:
a) BMT sebagai Pemberi Sewa :
1. Menyediakan aset yang disewakan
2. Menanggung biaya pemeliharaan aset
3. Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan
b) Kewajiban anggota sebagai penyewa
1. Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga
keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai
kontrak
2. Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan
(tidak materil)
3. Jika aset yang di sewa rusak, bukan karena pelanggaran dari
penggunaan dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak
penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab
atas kesusakan tersebut.
2) Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Pembiayaan Ijarah Muntahiyah Bittamlik adalah perjanjian sewa
beli suatu barang antara BMT dengan Anggota, calon anggota,
atau BMT lain yang di akhiri dengan perpindahan hak milik objek
sewa dari BMT kepada anggota, calon anggota atau BMT lain.
55
d. Pembiayaan Qordh
Pembiayaan Qardh adalah kegiatan transaksi dengan akad pinjaman
dana non komersial di mana si peminjam mempunyai kewajiban
untuk membayar pokok dana yang dipinjam kepada BMT yang
meminjamkan tanpa imbalan atau bagi hasil dalam waktu tertentu
sesuai kesepakatan. Secara Syariah peminjam hanya berkewajiban
membayar kembali pokok pinjamannya, walaupun syariah
membolehkan peminjam untuk untuk memberikan imbalan sesuai
dengan keikhlasannya, tetapi Lembaga Keuangan pemberi qard tidak
diperkenankan untuk meminta imbalan apapun.
H. Standar Operasional Prosedur Pembiayaan Mudharabah
1. Anggota
a. Menyampaikan tujuan untuk kebutuhan dana sebagai modal kerja
untuk suatu proyek tertentu. Anggota menjelaskan tentang proyek
yang akan dikerjakan, pihak pihak yang terlibat dan tujuan
proyek, pihak yang akan memanfaatkan proyek, pengalaman
anggota dalam melaksanakan proyek sejenis atau pengalaman
anggota dalam proyek lain, keuntungan yang dapat diraih dari
proyek ini dan sumber dana untuk mengembalikan modal
tersebut.
b. Menyertakan data-data perusahaan (Neraca, laba/Rugi) dan
spesifikasi proyek (cash flow, asumsi pendapatan, biaya
56
laba/rugi). Keseluruhan proposal harus dapat menggambarkan
kegiatan proyek secara lengkap dan akurat (SOP BMT Tumang).
2. Account Officer
Menganalisis kelayakan bisnis anggota, histori usaha atau anggota
baik dari segi kualitatif dan kuantitatif serta kelayakan proyek atau
usaha yang akan dikerjakan anggota.
3. Unit Support (Administrasi Pembiayaan, Legal) :
a. Menganalisis anggota dari segi yuridis maupun kelengkapan atau
perizinan dan keabsahan proyek, juga kelengkapan dokumentasi
perusahaan dalam bidang hukum dan kelayakan jaminan yang
diajukan oleh anggota.
b. Hasil pemeriksaan unit support akan disampaikan pada account
officer, selanjutnya berdasarkan informasi tersebut dan analisis
kualitatif atau kuantitatif account officer akan mempresentasikan
kepada komite.
4. Komite Pembiayaan
a. Bila permintaan anggota dianggap tidak layak, maka seluruh
permintaan ini dapat dianggap tidak layak untuk mendapat fasilitas
mudharabah. maka seluruh dokumen dikembalikan pada anggota,
account officer menyampaikan penolakan tersebut kepada
anggota.
57
b. Bila permintaan anggota dianggap layak serta memenuhi kriteria,
komite akan memberikan persetujuan yang khususnya
menyangkut:
1) Jumlah modal anggota
2) Jumlah modal BMT
3) Jangka waktu kerjasama
4) Nisbah bagi hasil dari keuntungan atau pendapatan proyek
5) Persyaratan lain yang harus dipenuhi anggota
5. Account Officer
a. Berdasarkan persetujuan komite, Account Officer mengirimkan
informasi persetujuan mudharabah kepada anggota.
b. Setelah meminta informasi persetujuan, bila anggota setuju maka
anggota akan mempersiapkan kelengkapan dokumen untuk akad.
c. Bagian administrasi pembiayaan mempersiapkan akad
mudharabah, yaitu perjanjian bagi hasil antara BMT dengan
anggota.
d. Setelah akad ditandangani, anggota diminta untuk menyerahkan
slip permohonan realisasi pembiayaan mudharabah kepada kasir.
e. Selama proyek berjalan account officer diwajibkan untuk turut
terlibat, monitoring perkembangan proyek, pendapatan proyek
serta biaya yang dikeluarkan.
f. Selama proyek berjalan anggota akan melakukan pembayaran bagi
hasil kepada BMT sesuai nisbah yang telah disepakati bersama.
58
g. Pembayaran pokok dilakukan secara angsuran atau di akhir
periode selesainya jangka waktu kerjasama sesuai akad perjanjian
(SOP BMT Tumang)
I. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang
Prosedur Pemberian pembiayaan mudharabah di BMT Tumang
cabang Tumang adalah sebagai berikut:
1. Pengajuan proposal atau permohonan pembiayaan
Anggota atau calon anggota datang ke kantor BMT Tumang
Cabang Tumang dengan membawa dokumen-dokumen sebagai syarat
untuk mengajukan permohonan pembiayaan mudharabah yang
diserahkan kepada Customer Service, dokumen tersebut diantaranya
Fotokopi KTP suami atau istri, fotokopi kartu keluarga (KK) , fotokopi
surat nikah bagi yang sudah menikah atau berkeluarga dan bagi yang
belum menikah dengan membawa surat persetujuan dari orang tua yang
bisa berupa KTP kedua orang tua , beserta membawa fotokopi surat
atau bukti jaminan. Dokumen-dokumen tersebut akan diperiksa telebih
dahulu oleh Customer Service sebelum diserahkan ke bagian
administrasi atau bagian tim Account Officer, beserta anggota mengisi
formulir permohonan pembiayaan mudharabah.
Persyaratan yang telah dilampirkan dan sesuai dengan ketentuan
beserta formulir permohonan pembiayaan mudharabah diserahkan
kebagian administrasi atau tim Account Officer dan menunggu proses
persetujuan permohonan pembiayaan mudharabah. Jika permohonan
59
pembiayaan mudharabah ditolak, pihak BMT Tumang akan
mengembalikan dokumen-dokumen yang telah diserahkan
2. Penyelidikan berkas jaminan tim Account Officer
Penyelidikan berkas jaminan bertujuan untuk mengetahui berkas
dokumen yang diajukan lengkap dan sesuai persyaratan. Jika menurut
pihak BMT belum lengkap maka calon anggota diminta untuk
melengkapinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kebenaran dan keaslian dari
berkas-berkas tersebut seperti KTP, kartu keluarga (KK), surat nikah
maupun surat-surat jaminan. Selain itu juga menilai apakah jumlah
pembiayaan yang diminta relevan dengan jaminan.
3. Pelaksanaan dan peninjauan ke lokasi (Survey)
Langkah selanjutnya adalah melakukan peninjauan ke lokasi
tempat pemohon pembiayaan mudharabah. Pada saat melakukan
peninjauan Account Officer harus mencari dan menggali informasi
sebanyak mungkin keadaan anggota atau calon anggota, baik tempat
tinggalnya, usaha atau pekerjaan anggota, aset yang dimiliki oleh
anggota atau calon anggota pembiayaan. Selain itu Account Officer juga
melakukan survey kondisi lingkungan tempat tinggal anggota, dengan
mencari informasi dari tetangga anggota pembiayaan atau masyarakat
sekitar. Bertujuan untuk memastikan bahwa objek yang dibiayai benar-
benar sesuai dengan apa yang ditulis anggota dalam formulir pengajuan
permohonan pembiayaan.
60
Dalam pelaksanan survey, Account Officer juga melakukan
penilaian layak atau tidaknya pembiayaan tersebut disalurkan atau biasa
disebut dengan analisis terhadap kelayakan pembiayaan, analisis
pembiayaan yang dilakukan oleh BMT Tumang Cabang Tumang
adalah:
a. Character (sifat atau watak)
b. Capacity (Kemampuan)
c. Capital (Modal)
d. Collateral (Jaminan)
Barang yang dapat dijaminkan diantaranya:
1) Kendaraan
Ketentuan kendaraan diantaranya memiliki kelengkapan surat
seperti STNK dan BPKB. Nomor polisi, BPKB atau STNK dan
nomor mesin sesuai dengan kendaraan yang dijaminkan, kondisi
fisik kendaraan lengkap dan mencukupi, kendaraan tersebut
dapat ditunjukan pada saat survey.
2) Tanah
Ketentuan jaminan atas tanah diantaranya tanah yang
dijaminkan milik sendiri atau atas nama peminjam, apabila atas
nama orang lain, maka orang lain tersebut ikut serta dalam
penandatanganan akad perjanjian.
3) Simpanan berjangka atau deposito
61
Simpanan berjangka atau deposito bisa digunakan sebagai
jaminan untuk pembiayaan. Dapat diterima apabila anggota
menyerahkan bilyet simpanan berjangka asli yang diterbitkan
oleh BMT Tumang Cabnang Tumang.
e. Condition (Kondisi Ekonomi)
f. Syariah
Untuk pengajuan pembiayaan lanjutan oleh anggota akan di survey
ulang apabila terdapat perubahan kondisi usaha dan jumlah Plafon
pembiayan.
4. Rapat Komite Pembiayaan
Hasil dari peninjauan ke lokasi atau survey yang dilaksanakan oleh
tim Account Officer serta setelah dilakukan analisis terhadap kelayakan
pembiayaan, akan dirapatkan dalam komite pembiayaan di cabang
tumang. Rapat komite pembiayaan diselenggarakan untuk membahas
menganalisis dan memutuskan usulan pembiayaan yang diikuti oleh
manager cabang, Account Officer atau marketing Finance beserta Teller
dan pengurus BMT Cabang tumang. Rapat komite pembiayaan
menghasilan keputusan pembiayaan yang mencakup antara lain akad
pembiayaan yang akan ditandatangani, jumlah uang yang akan
dicairkan, serta jangka waktu pembiayaan.
Apabila hasil survey sesuai dengan ketentuan yang ada maka
pembiayaan layak untuk diberikan dan jika layak maka anggota atau
calon anggota akan dihubungi oleh pihak BMT tentang pelaksanaan dan
62
penandatanganan akad. Jika hasil survey tidak bagus atau tidak memuhi
ketentuan maka cabang berhak untuk menolak pengajuan permohonan
tersebut dan memberitahu kepada anggota atau calon anggota tentang
penolakan permohonan pembiayaan.
Selain itu terdapat manajemen dalam memberikan pembiayaan
kepada anggota yang dilihat dari jumlah pengajuannya, antara lain:
a. Rp. 0 – Rp. 35.000.000,-
Musyawarah dengan Manager Cabang BMT Tumang.
b. Pembiayaan Lebih dari Rp.35.000.000 – Rp.75.000.000,-
Musyawarah dengan Manager Area BMT Tumang.
c. Pembiayaan Lebih dari Rp. 75.000.000 – Rp. 150.000.000,-
Musyawarah dengan Direktur Marketing.
d. Pembiayaan Lebih dari Rp. 150.000.000 – Rp. 350.000.000,-
Musyawarah dengan Direktur Utama.
e. Pembiayaan Lebih dari Rp. 350.000.000 – Rp. 500.000.000,-
Musyawarah dengan seluruh tataran pengurus BMT Tumang.
5. Penandatanganan akad perjanjian
Proses pendatanganan akad perjajian ini merupakan proses lanjutan
setelah diadakan rapat komite dan menghasilkan keputusan
pembiayaan. Setelah pembiayaan tersebut disetujui dan layak untuk
diberikan, maka akan dilaksanakan penandatanganan akad perjanjian
yang dilakukan oleh manager cabang dengan anggota atau calon
anggota sebelum pembiayaan tersebut dicairkan, kemudian mengikat
63
jaminan pembiayaan dengan Hak Tanggungan atau Fidusia tergantung
dari jenis jaminan yang dijaminkan baik sertifikat maupun jaminan
BPKB.
Akad perjanjian tersebut mencakup diantaranya pihak pertama
yaitu pihak BMT dan pihak kedua yaitu Anggota beserta istri atau
suami yang mengajukan pembiayaan, jumlah pembiayaan yang
diberikan, nisbah bagi hasil, jangka waktu pelunasan, jumlah angsuran,
jumlah administrasi, aturan-aturan yang harus dipatuhi, serta jaminan
pembiayaan.
6. Realisasi Pembiayaan atau Pencairan
Setelah proses penandatanganan akad tersebut dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah proses pencairan dana yang dilakukan oleh
kasir atau Teller.
7. Pelunasan Pembiayaan
Pelunasan pembiayaan pada pembiayaan mudharabah adalah
dengan sistem angsuran maupun sistem jatuh tempo.
64
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Prosedur Pemberian Pembiayaan Mudharabah di BMT Tumang
Ditolak
Berkas Dokumen Lengkap
Ditolak
Pembiayaan disetujui
1.
2.
Gambar 4.3 Alur Prosedur Pemberian Pembiayaan
Pengajuan proposal atau
permohonan pembiayaan
Penyelidikan Berkas Jaminan
tim Account Officer
Analisis kelayakan pembiayaan
dan pelaksanaan ke lokasi atau
survey
Pengajuan proposal atau
permohonan pembiayaan
Rapat Komite Pembiayaan
Penandatanganan Akad Perjanjian
Dilengkapi berkas-
berkas dokumen
Pihak BMT menghubungi
anggota atas penolakan
pembiayaan
Realisasi Pembiayaan Pelunasan Pembiayaan
65
Pelaksanaan pembiayaan di BMT Tumang sudah berjalan dengan
baik dan termasuk mudah dalam pelaksanaannya. Prosedur pemberian
pembiayaan di BMT Tumang antara lain sebagai berikut:
3. 1. Pengajuan proposal atau permohonan pembiayaan
Menurut Huda (2016: 134) menyatakan ada dua cara yang dapat
yang dapat dilakukan oleh bagian pembiayaan untuk memperoleh calon
anggota penerima pembiayaan, yaitu walk in client dan solitasi. Walk in
client ialah calon anggota pembiayaan datang sendiri ke kantor BMT
untuk mendapatkan pelayanan dan jasa. Solitasi adalah tindakan
menjemput bola. Dalam realitanya di BMT Tumang cabang tumang
95% anggota datang sendiri ke BMT untuk pengajuan permohonan
pembiayaan dengan membawa dokumen atau syarat permohonan
pembiayaan. Sedangkan untuk solitasi atau menjemput bola hanya
sekitar 5%. Dokumen yang harus dibawa pada saat pengajuan
pembiayaan diantaranya Fotokopi KTP suami atau istri, fotokopi kartu
keluarga (KK) , fotokopi surat nikah bagi yang sudah menikah atau
berkeluarga dan bagi yang belum menikah dengan membawa surat
persetujuan dari orang tua yang bisa berupa KTP kedua orang tua ,
beserta membawa fotokopi surat atau bukti jaminan, beserta anggota
mengisi formulir permohonan pembiayaan mudharabah.
66
2. Penyelidikan Berkas tim Account Officer
Menurut Ridwan (2006:82) Hal ini dilakukan untuk menghindari
terjadinya kesimpulan dan keputusan yang kurang benar. Berkas-berkas
dan dokumen analisis harus diperlakukan sesuai dengan sifat
kerahasiaan, supaya berbagai kemungkinan yang akan terjadi tidak
tersebar keluar.
Penyelidikan berkas di BMT Tumang bertujuan untuk mengetahui
berkas dokumen yang diajukan lengkap dan sesuai persyaratan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah kebenaran dan keaslian dari berkas-
berkas tersebut seperti KTP, kartu keluarga (KK), surat nikah maupun
surat-surat jaminan. Selain itu juga menilai apakah jumlah pembiayaan
yang diminta relevan dengan jaminan. Jika berkas dokumen yang
diajukan lengkap dan sesuai persyaratan maka akan dilanjutkan ke
proses berikutnya yaitu pelaksanaan survey ketempat usaha anggota dan
sebaliknya apabila menurut pihak BMT dokumen tersebut belum
lengkap maka akan dikembalikan kepada anggota dan diminta untuk
melengkapi berkas dokumen tersebut.
3. Analisis Kelayakan Pembiayaan dan Pelaksanaan ke lokasi atau Survey
Penilaian pembiayaan oleh BMT dapat dilakukan dengan berbagai
cara untuk mendapatkan keyakinan tentang anggotanya, seperti melalui
prosedur penilaian yang benar dan sungguh-sungguh. Petugas
pembiayaan harus proaktif dalam mencari calon anggota yang sesuai
67
kriteria 5C sehingga layak untuk dibiayai. Dalam pelaksanaanya di
BMT Tumang menggunakan prinsip Analisis 5 C + 1 S sebagai berikut:
a. Character (sifat atau watak)
Menggambarkan sifat atau karakter dari calon anggota, meliputi
sejauh mana tingkat kejujuran dari calon anggota. Tujuannya adalah
untuk mengetahui bahwa calon anggota benar-benar mempunyai
keinginan untuk memenuhi kewajibannya. Untuk mengetahui sifat
atau karakter dari anggota yang dilakukan oleh BMT Tumang
adalah dengan bertanya kepada tetangga atau tokoh masyarakat dari
tempat tinggal anggota tersebut.
b. Capacity (Kemampuan)
Analisis capacity ditujukan untuk melihat kemampuan calon
anggota dalam mengelola usahanya yang dapat dilihat dari
pendidikannya, pengalaman serta kemamapuan dalam mengelola
bisnis atau usahanya. Yang dilakukan oleh BMT Tumang yaitu
dengan mengetahui pengalamam atau kemampuan anggota dalam
mengelola usahanya tersebut serta mengetahui seberapa lama usaha
tersebut sudah dijalankan oleh anggota pembiayaan.
c. Capital (Modal)
Untuk melihat penggunaan dan besarnya modal, dapat dilihat dari
laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi). Yang dilakukan
oleh BMT adalah dengan mengetahui modal usaha dari anggota
apakah semua modal yg digunakan untuk usaha milik anggota atau
68
sebagian berasal dari luar bukan modal sendiri, karena apabila
terdapat modal dari luar, hal tersebut rawan menimbulkan
permasalahan.
d. Collateral (Jaminan)
Merupakan jaminan atau agunan yang diberikan calon debitur atas
pembiayaan yang diajukan. Jaminan merupakan pengganti
pelunasan pembiayaan apabila calon anggota sudah tidak mampu
lagi melunasi atau membayar angsurannya. Yang dilakukan oleh
BMT adalah memastikan bahwa barang yang dijaminkan sesuai
dengan ketentuan, seta barang jaminan tersebut relevan dengan
jumlah pembiayaan atau tidak. Barang yang dapat dijaminkan antara
lain Sertifikat tanah, BPKB Kendaraan, serta simpanan berjangka
atau deposito.
e. Condition
Merupakan analisis terhadap kondisi atau keadaan usaha calon
anggota. Pembiayaan yang diberikan perlu mempertimbangkan
usaha calon anggota, terdapat suatu usaha yang tergantung dari
kondisi perekonomian, oleh karena itu perlu mengaitkan kondisi
usaha dengan kondisi ekonomi. Yang dilakukan oleh BMT adalah
mengetahui kondisi ekonomi dan usaha anggota apakah usaha
tersebut berjalan dengan baik atau tidak.
69
f. Syariah
Syariah yang dimaksud dalam analisis pembiayaan berkaitan
dengan usaha yang dilakukan debitur adalah usaha yang halal. Yang
dilakukan oleh BMT dengan mengetahui bahwa usaha yang
dijalankan anggota benar-benar usaha yang halal dan tidak
melanggar syariah.
Untuk pengajuan pembiayaan lanjutan oleh anggota akan di survey
ulang apabila terdapat perubahan kondisi usaha dan jumlah Plafon
pembiayan.
4. Rapat Komite Pembiayaan
Komite pembiayaan merupakan tim yang terdiri atas orang-orang
yang ditunjuk untuk menilai apakah suatu pembiayaan layak atau tidak
untuk direalisasikan.Rapat komite pembiayaan diselenggarakan untuk
membahas menganalisis dan memutuskan usulan pembiayaan,
menentukan layak atau tidak pembiayaan diberikan kepada anggota.
Rapat Komite Pembiayaan yang dilakukan di BMT Tumang
cabang tumang diikuti oleh manager cabang, Account Officer atau
marketing Finance beserta Teller dan pengurus BMT Cabang tumang.
Dalam rapat pembiayaan tersebut akan menghasilkan sebuah keputusan
apakah pembiayaan tersebut layak untuk diberikan kepada anggota atau
tidak. Untuk pembiayaan yang layak diberikan pihak BMT akan
menghubungi anggota untuk pelaksanaan akad pembiayaan, dan
70
pembiayaan yang tidak layak pihak BMT juga akan menghubungi pihak
BMT.
5. Penandatanganan akad perjanjian
Penandatanganan akad perjanjian dilakukan oleh manager cabang
dengan anggota atau calon anggota. Apabila akad pembiayaan yang
dilakukan oleh pihak BMT dengan anggota telah disejutui dan
disepakati akan dilanjutkan pencairan dana pembiayaan.
Akad perjanjian di BMT Tumang mencakup diantaranya pihak
pertama yaitu pihak BMT dan pihak kedua yaitu Anggota beserta istri
atau suami yang mengajukan pembiayaan, jumlah pembiayaan yang
diberikan, nisbah bagi hasil, jangka waktu pelunasan, jumlah angsuran,
jumlah administrasi, aturan-aturan yang harus dipatuhi, serta jaminan
pembiayaan.
6. Realisasi Pembiayaan atau Pencairan
Setelah proses penandatanganan akad tersebut dilakukan maka
langkah selanjutnya adalah proses pencairan dana yang dilakukan oleh
kasir atau Teller.
7. Pelunasan Pembiayaan
Pelunasan pembiayaan adalah dipenuhinya semua kewajiban utang
anggota atau calon anggota terhadap BMT yang berakibat hapusnya
ikatan perjanjian pembiayaan. Pelunasan pembiayaan BMT Tumang
dengan sistem angsuran maupun sistem jatuh tempo. Cara yang
71
dilakukan anggota dalam membayar kewajibannya di BMT Tumang
diantaranya:
a. Datang langsung ke kantor BMT Tumang Cabang Tumang.
b. Ditangani oleh tim Marketing Finance atau Account Officer ke
tempat usaha anggota.
c. Pendebetan secara otomatis dari rekening tabungan anggota, apabila
anggota memiliki rekening tabungan di BMT Tumang Cabang
Tumang.
B. Penyebab timbulnya Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT
Tumang
Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah dapat ditimbulkan
dari pihak BMT maupun dari pihak anggota atau debitur. Berkaitan
dengan hal tersebut susilo (2017:315) menyatakan sebagian besar
pembiayaan bermasalah timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak
debitur.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan Manager BMT
Tumang Cabang Tumang penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah
bermasalah lebih diakibatkan oleh pihak anggota BMT sendiri. Penyebab
yang ditimbulkan oleh anggota atau nasabah diantaranya:
1. Kondisi usaha dari anggota menurun sehingga terjadi kesulitan
keuangan atau ekonomi yang menyebabkan anggota tidak mampu atau
telat untuk membayar dana pinjaman dan juga bagi hasilnya.
72
2. Watak atau karakter buruk dari anggota yang sering menunda-nunda
atau sulit untuk mengembalikan dana pinjaman di BMT Tumang
Cabang Tumang.
3. Masalah pribadi anggota yang dapat mengakibatkan keterlambatan
pengembalian atau membayar dana pinjaman ke BMT.
C. Penanganan Pembiayaan Mudharabah Bermasalah di BMT Tumang
Menurut Ridwan (2006:97) secara umum penggolongan
pembiayaan dibagi menjadi empat kategori yakni lancar, kurang lancar,
diragukan, dan macet. Pembiayaan lancar tidak termasuk kategori
bermasalah, sehingga prosedurnya berlaku umum. Penanganan yang
dilakukan oleh BMT Tumang cabang tumang sudah disesuaikan dengan
kategori pembiayaan bermasalah yang mencakup antara lain:
1. Kurang Lancar
Penyebab timbulnya pembiayaan bermasalah diantaranya adalah
karakter buruk anggota yang sering menunda-nunda mengembalikan
dana pinjaman dan terdapat masalah pribadi dari anggota yang
mengakibatkan pembiayaan tersebut kurang lancar. Penanganan yang
dilakukan pihak BMT dengan memberi surat peringatan atau teguran
kepada anggota untuk mengetahui tunggakan yang terjadi akibat
anggota tidak membayar kewajibannya. BMT juga melakukan
kunjungan ke tempat usaha anggota sebagai bentuk silaturahmi agar
anggota mau dan tertib untuk membayar kewajibannya kepada BMT.
73
2. Diragukan
Kondisi usaha anggota yang menurun merupakan salah satu
penyebab pembiayaan bermasalah yang berakibat anggota telat atau
mundur dari tanggal pengembalian dana pinjaman yang sudah
ditentukan. Penanganan yang dilakukan pihak BMT adalah
memberikan surat peringatan atau teguran kepada anggota, serta
melakukan kunjungan rutin ketempat usaha anggota untuk mengetahui
penyebab anggota tidak membayar kewajibannya. Selain itu dilakukan
upaya Rescheduling atau penjadwalan kembali, dengan mengubah
jangka waktu pembiayaan, (penanggalan, tenggang waktu). Account
Officer mengevaluasi dan menganalisis kembali seluruh kemampuan
usaha anggota sehingga cocok dan tepat dengan jadwal yang baru.
Selanjutnya Restructuring atau penataan kembali jadwal angsuran serta
Reconditioning yaitu memperkecil bagi hasil.
3. Macet
Penanganan yang dilakukan BMT untuk pembiayaan yang sudah
mengalami kemacetan yaitu dengan melakukan penagihan secara rutin
dan terus menerus kepada anggota. BMT tidak akan langsung
mengambil alih jaminan sebagai gantinya. Akan tetapi BMT
mengetahui penyebab pembiayaan tersebut mengalami kemacetan
terlebih dahulu, kemudian BMT mencari solusi dan melakukan
musyawarah untuk mengambil langkah yang tepat, apabila anggota
74
sudah tidak mampu membayar dan pembiayaan tersebut sudah benar-
benar macet.
Untuk pembiayaan yang bermasalah di setiap cabang, akan
ditangani dan diselesaikan oleh Account Officer atau pengurus cabang
terlebih dahulu,dengan langkah awal yang dilakukan yaitu:
a. Mendatangi anggota atau nasabah yang mengalami pembiayaan
bermasalah satu persatu, jadwal berbeda-beda tergantung kondisi di
lapangan.
b. Mengingatkan kepada anggota akan kewajibannya serta mengetahui
kondisi yang terjadi atau usaha anggota sehingga menyebabkan
anggota tidak dapat membayar kewajibannya.
c. Mencari jalan keluar atau solusi antara anggota dengan pihak BMT.
Apabila penanganan yang dilakukan oleh pengurus cabang
dirasa kurang mampu maka tim cabang akan meminta bantuan kepada
tim dari pusat BMT Tumang yaitu Tim Optimalisasi Pusat (TOP) untuk
membantu menangani pembiayaan mudharabah yang bermasalah
tersebut.
75
Tabel 4.2 Daftar Kolektibilitas Pembiayaan BMT Tumang Cabang
Tumang
Daftar Kolektibilitas Pembiayaan BMT Tumang Cabang Tumang
Per 31 Desember 2016
No Kategori
Tingkat kolektibilitas pembiayaan yang
disalurkan
Nominal %
1 Lancar Rp15.144.674.345 96.77
2 Kurang Lancar Rp94.003.330 0.60
3 Diragukan Rp74.073.523 0.47
4 Macet Rp337.900.000 2.16
Saldo
pembiayaan
yang diberikan
Rp15.650.651.198
Sumber: BMT Tumang
Jumlah Pembiayaan Bermasalah di BMT Tumang cabang tumang
adalah sebesar Rp. 505.976.853 atau sebesar 3.23% dari jumlah
pembiayaan yang disalurkan.
Tabel 4. 3 Daftar Pembiayaan BMT Tumang
DAFTAR PEMBIAYAAN BMT TUMANG
PER 31 DESEMBER 2015 dan 2016
No Kategori
Pembiayaan per 31 Des 2015
Jumlah
Anggota Nilai Pembiayaan %
1 Lancar 6625 Rp66.612.977.904 95.91
2 Kurang Lancar 100 Rp748.845.067 1.08
3 Diragukan 97 Rp641.958.216 0.92
4 Macet 103 Rp1.452.230.593 2.09
Jumlah 6.925 Rp69.456.011.780 100.00
76
T
Sumber: KSPPS BMT Tumang
Tabel diatas merupakan daftar pembiayaan untuk seluruh cabang di
BMT tumang. Tabel diatas menunjukan bahwa jumlah anggota
pembiayaan pada tahun 2015 dan 2016 mengalami kenaikan sebesar
1.541 yang mulanya sebesar 6.925 menjadi 8.466 anggota, diikuti dengan
jumlah nilai pembiayaan yang juga mengalami kenaikan. Disamping itu
untuk jumlah nilai pembiayaan yang bermasalah pada tahun 2015 sebesar
Rp. 2.843.033.876 (300 anggota) atau sebesar 4.09% mengalami
kenaikan di tahun 2016 sebesar Rp. 3.184.319.484 (331 anggota) atau
sebesar 3.17% dari jumlah pembiayaan yang disalurkan.
No Kategori
Pembiayaan per 31 Des 2016
Jumlah
Anggota Nilai Pembiayaan %
1 Lancar 8.466 Rp97.308.004.285 96.83
2 Kurang Lancar 94 Rp887.842.199 0.88
3 Diragukan 127 Rp791.321.948 0.79
4 Macet 110 Rp1.505.155.337 1.50
Jumlah 8.797 Rp100.492.323.769 100.00
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang didapat oleh peneliti berdasarkan teori
dan hasil analisis dari penelitian di BMT Tumang Cabang Tumang, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Dalam memberikan pembiayaan mudharabah kepada anggota terdapat
beberapa prosedur atau ketentuan yang harus dilaksanakan oleh pihak
BMT maupun anggota dari proses pengajuan sampai pencairan dan
pelunasan pembiayaan. Prosedur tersebut diantaranya adanya syarat
yang harus dipenuhi oleh anggota atau calon anggota untuk mengajukan
pembiayaan mudharabah ke BMT Tumang. Syarat tersebut diantaranya
membawa fotokopi KTP, fotokopi Kartu Keluarga (KTP), surat nikah
(bagi yang sudah menikah), serta membawa surat bukti jaminan,
jaminan tersebut bisa berupa BPKB Kendaraan ataupun Sertifikat.
Apabila berkas dokumen tersebut memuhi persyaratan dan ketentuan,
maka pengajuan permohonan pembiayaan mudharabah tersebut akan di
proses lebih lanjut oleh tim Account Officer seperti dilakukanya Survey
ke tempat usaha anggota serta menganalisis kelayakan pembiayaan
yang meliputi analisis 5 C + 1 S (Character, Capacity, capital,
Collateral, Condition dan Syariah),
78
dan jika pembiayaan tersebut layak diberikan pada saat rapat komite
pembiayaan maka akan dilanjutkan penandatanganan akad
pembiayaan sampai terealisasikannya atau pencairan pembiayaan
tersebut. Dari awal pengajuan permohonan pembiayaan sampai
pencairan kurang lebih membutuhkan waktu 2 sampai dengan 3 hari.
2. Faktor penyebab timbulnya pembiayaan mudharabah bermasalah di
BMT tumang Cabang Tumang lebih disebabkan oleh pihak anggota,
diantaranya kondisi usaha yang menurun dan tidak stabil. Selain itu,
karakter atau watak anggota yang buruk tidak mau membayar atau
menunda – nunda untuk melunasi pinjamannya ke BMT serta masalah
pribadi anggota yang mengakibatkan keterlambatan membayar atau
mengembalikan dana pinjaman ke BMT.
3. Terdapat beberapa penanganan pembiayaan mudharabah bermasalah
di BMT Tumang, diantaranya pemberian surat peringatan atau teguran
untuk anggota yang pembiayaannya kurang lancar. Kemudian untuk
pembiayaan yang diragukan di lakukan Rescheduling, Restructuring,
maupun Reconditioning. Sedangkan untuk pembiayaan yang sudah
mengalami kemacetan BMT akan melakukan kunjungan rutin dan
penagihan terus menerus kepada anggota pembiayaan. BMT tidak
akan langsung mengeksekusi atau mengambil alih jaminan, akan
tetapi BMT terlebih dahulu mencari solusi atau jalan keluar dengan
melakukan musyawarah dengan anggota .
79
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan pada lembaga
keuangan syariah BMT Tumang Cabang Tumang, ada bebarapa hal yang
perlu dipertimbangkan sebagai masukan yang bertujuan untuk kemajuan
BMT Tumang Cabang Tumang. Diharapkan dapat meningkatkan dan
memberdayakan anggotanya dalam mengembangkan usahanya terutama
pedagang kecil agar lebih maju dari sebelumnya, baik dari segi usahanya
mapun segi pemahaman pola ekomomi syariah.
Diharapkan pihak BMT juga dapat meningkatkan pelayanan-
pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat sesuai dengan perkembangan
zaman. Selain itu, idealisme produk-produk BMT yang berdasarkan
operasinal syariat islam harus tetap dipertahankan dalam lembaga
keuangan syariah, karena hal tersebut yang membedakan dengan lembaga
keuangan konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Huda, Nurul, dkk. 2016. Baitul Mal Wa Tamwil. Jakarta: Amzah.
Asiyah, Binti Nur. 2014. Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. Yogyakarta:
Teras.
Yudiana, Fetria Eka. 2017. Manajemen Pembiayaan Lembaga Keuangan Syariah.
Salatiga: LP2M-Press IAIN Salatiga.
Antonio,MuhammadSyafi’i.2001.Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:
Gema Insani Press.
Arifin, Zainul. 2009. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia
Publisher.
Ridwan, Muhammad. 2004. Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta:
UII Press.
Ridwan, Muhammad. 2006. Sistim dan Prosedur Pendirian Baitul Mal Wat-
Tamwil (BMT). Yogyakarta: Citra Media.
Susilo, edi. 2017. Analisis Pembiayaan dan Risiko Perbankan syariah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudarsono, Heri. 2003. Bank dan Lembaga keuangan Syariah deskripsi dan
ilustrasi. Jakarta: Ekonisia.
Yunus, Jamal Lulail. 2009. Manajemen Bank Syariah Mikro. Malang: UIN
Malang Press.
Sumiyanto, Ahmad. 2008. BMT Menuju Koperasi Modern. Yogyakarta: ISES
Publising.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.
Turmudi, Muhammad. 2016. Manajemen Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Pada Lembaga Perbankan Syariah. Jurnal Studi Ekonomi dan Bisnis
Islam, Vol.I. No 1: 95 – 106.
Riyadi, Fuad. dkk. 2017. Analisis Implementasi Penanganan Pembiayaan
Mudharabah Bermasalah di KSPPS BMT Bina Ummat Sejahtera Cabang
Mijen Kudus. Jurnal Bisnis dan Manajemen Islam, Vol. 5. No.2: 339 –
362.
Arifah, Odi Nur. 2017. Analisis Pembiayaan Mudharabah Bermasalah pada BMT
Mitra Hasanah Semarang. Jurisprudence, Vol. 7. No. 1: 40 – 46.
Kolistiawan, Budi. 2014. Tinjauan Syariah Tentang Pembiayaan Bermasalah Di
Perbankan Syariah. An Nisbah, Vol. 01. No 01: 186 – 208.
Azhari, Faturrahman. Mekanisme dan Cara Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah. At-Taradhi Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 03. No 1: 85-92.
Standar Operasional Prosedur (SOP) BMT Tumang No 50
https://bmttoemang.wordpress.com/2008/08/27/sejarah-pendirian-bmt-tumang/
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jawaban Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 2. Formulir Permohonan Pembiayaan
Lampiran 3. Formulir Pengajuan Pembiayaan Baru atau Lanjutan
Lampiran 4. Slip Angsuran
Lampiran 5. Slip Penarikan
Lampiran 6. Slip Setoran
Lampiran 7. Brosur Produk-Produk BMT Tumang
Lampiran 8. Brosur Produk Akad Mudharabah
Lampiran 9. Brosur Akad Murabahah
Lampiran 10. Brosur Simpanan Mudharabah Berjangka
Lampiran 11. Brosur Simuda Mapan
Lampiran 12. Brosur Akad Ijarah
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
Nama : Mita Ristiasari
Tempat, Tgl Lahir : Boyolali, 27 Juni 1997
Alamat : Bendo
RT/RW : 001/008
Desa/Kelurahan : Seboto
Kecamatan : Ampel
Kabupaten : Boyolali
Provinsi : Jawa Tengah
Agama : Islam
Status : Lajang
Kewarganegaraan : Indonesia
Nama Ayah : Ngateri
Nama Ibu : Biyanti
Nomor Hp : 085647282880
E-mail : [email protected]
B. RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
1. SD N 2 Kembang Kuning : Tahun 2003-2009
2. SMP Muhammadiyah 3 Ampel : Tahun 2009-2012
3. MAN 1 Boyolali : Tahun 2012-2015
C. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Patroli Keamanan Sekolah (PKS) MAN 1 Boyolali Tahun 2013-2014