Download - ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM PENGISIAN …
1Universitas Indonesia
ANALISIS KEPATUHAN DOKTER DALAM PENGISIAN FORMULIR INSTRUKSI MEDIS FARMAKOLOGIS RAWAT INAP RSUP FATMAWATI TAHUN 2017
Fandru Gemi Nastiti Ziliwu1, Pujiyanto2
1. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia 2. Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat,
Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
E-mail : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini membahas kepatuhan dokter dalam pengisian formulir instruksi medis farmakologis di Rawat Inap RSUP Fatmawati tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengarui tingkat kepatuhan dokter dalam pengisian formulir instruksi medis farmakologis, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Data diperoleh menggunakan bantuan kuesioner dan melakukan telaah dokumen terhadap formulir instruksi medis pada rekam medis pasien pulang rawat inap dengan menggunakan daftar tilik. Hasil uji statistik (chi square) didapat nilai alpha (p <0.05) pada faktor, sikap, jumlah visit, dan faktor umpan balik artinya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dokter dalam mengisi formulir instruksi medis farmakologis. sedangkan faktor umur, jenis kelamin, masa kerja, pengetahuan, sistem penghargaan, dan alat&kebijakan didapat nilai alpha (p>0.05) artinya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dokter dalam mengisi formulir instruksi medis farmakologis. Kata Kunci: Kepatuhan Dokter, Instruksi Medis Farmakologis, Rumah Sakit. The Analysis of Doctoral Compliance on Filling Medical Instructions Pharmacological Inpatient
Form at RSUP Fatmawati 2017 Abstract
This research discusses about doctoral compliance on filling Medical Instructions Pharmacological Inpatient Form RSUP Fatmawati 2017. This research aimed to determine the factors that affect the level of doctoral compliance on filling medical instructions pharmacological form used quantitative research method with cross sectional approach. Data obtained using questionnaire support and conducted documents review of Medical Instructions Pharmacological Form on medical record of patient who go home after inpatient by using checklist. Based on the result of statics test (chi square) obtained alpha value (p<0.05) on factor, attitude, feedback and the amount of the visit means a significant relationship with doctoral compliance on filling medical instructions form, while age factor, sex, work, years of service, tool and policy factors and knowledge obtained alpha value (> p 0.05), it means no significant relationship with doctoral compliance on filling medical instructions form. Keywords: Doctoral compliance, Medical Instructions Pharmacological, Hospital.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
2Universitas Indonesia
Pendahuluan
Adanya era globalisasi menuntut rumah sakit harus memiliki keunggulan kompetitif di bidang pelayanan yang mengacu pada kebutuhan lokal dan berorientasi pada standar internasional (Adisasmito, 2008). Akreditasi rumah sakit merupakan wujud untuk meningkatan mutu layanan kesehatan. Salah satunya melalui JCI (Joint Commision International) sebagai pelaksana akreditasi internasional yang bertugas menetapkan dan menilai standar performa para pemberi pelayanan kesehatan. Akreditasi bertujuan menunjukkan proses evaluasi yang objektif menstimulasi perbaikan yang berkelanjutan dalam organisasi-organisasi pelayanan kesehatan dengan penerapan standar-standar konsensus internasional. Sasaran utama ialah keselamatan pasien yang didukung oleh pengukuran data. Rekam medis merupakan data dasar dari semua komponen yang ingin dicapai dalam akreditasi JCI dan memegang peranan penting dalam pendokumentasian baik bagi rumah sakit maupun pasien (Pedoman JCI, Edisi ke-4).
Mutu atau kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Goetsch & Davis, 1994). Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati telah mewujudkan komitmenya untuk menjaga mutu dan mewujudkan peningkatan pelayanan yang berorientasi pada standar internasional dengan keikutsertaan rumah sakit dalam Joint Commission Internasional (JCI) yang kedua kali dan sudah dinyatakan lulus akreditasi pada tanggal 1 Oktober 2016.
Rumah sakit adalah tempat untuk merawat pasien, untuk menyediakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan setiap pasien, dibutuhkan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Beberapa kegiatan yang mendasar dalam perawatan pasien, yaitu: merencanakan dan memberikan perawatan kepada setiap pasien, memantau untuk memahami hasil perawatan pasien, memodifikasi perawatan, menuntaskan perawatan, merencanakan tindak lanjut (Nasution, 2010). Hal ini diwujudkan dalam sebuah rekam medis pasien sebagai alat untuk dokter atau tenaga kesehatan lainya agar menjadi lebih komunikatif, dapat mendokumentasikan dengan lengkap dan ketepatan pasien sejak masuk dan berobat hingga keluar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, diketahui bahwa salah satu upaya RSUP Fatmawati menjaga mutunya dengan melakukan akreditasi JCI yang telah telah lulus untuk kedua kalinya pada bulan Oktober 2016. Namun surveyor JCI masih menemukan keberagaman cara penulisan instruksi pengobatan di Formulir Instruksi Medis Farmakologis di RSUP Fatmawati. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam menafsirkan instruksi medis farmakologis. Serta sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Hal ini dipengaruhi oleh kepatuhan dokter dalam pengisian formulir rekam medis.
Tinjauan Teoritis
Globalisasi adalah peristiwa mendunia atau proses membuana dari keadaan lokal atau nasional yang lebih teratas sebelumnya. Artinya. Pembatasan antar negeri untuk menjadi tidak berarti atau malahan hilang sama sekali (Adisasmito, 2008).
Sedangkan Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan, pasien atau konsumen, dan seharusnya dapat dicegah (Cohen, 1999).
Salah satu faktor penyebab terjadinya medication error adalah kegagalan komunikasi (salah interpretasi) antara prescriber (penulis resep) dengan dispenser (pembaca resep). Kegagalan
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
3Universitas Indonesia
komunikasi ini dapat disebabkan oleh ketidakjelasan serta tidak lengkapnya penulisan resep (Hartayu & W, 2005)
Prescribing Error atau kesalahan dalam peresepan adalah Kesalahan pemilihan obat , dosis, bentuk sediaan obat, kuantitas, rute, konsentrasi, kecepatan pemberian, atau instruksi penggunaan obat, penulisan resep yang tidak jelas, dan lain-lain yang menyebabkan kesalahan pemberian obat kepada pasien (Windarti, 2008)
Instruksi Medis Farmakologis merupakan Instruksi dari dokter penanggung jawab pasien berupa peresepan obat serta catatan pengobatan oleh perawat selama pasien dirawat di ruang rawat inap (RSUP Fatmawati,2015)
Catatan pengobatan adalah proses penulisan terhadap tindakan dan dokumentasi pelaksanaan pemberian obat dan rencana pengobatan pasien rawat inap di RSUP Fatmawati.Ruang lingkup Instruksi Medis ini dimulai dari penulisan resep oleh Dokter yang berwenang/ DPJP sampai dokumen permintaan dikirim ke depo farmasi dan dilayani oleh petugas depo farmasi.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional dimana variabel bebas dan variabel terikat diukur secara bersamaan.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dengan menyebar kuesioner kepada responden yaitu seluruh dokter penanggung jawab pasien atau DPJP di rawat inap teratai, serta rekam medis pasien pulang yang diambil secara prospektif didapatkan dari rawat inap RSUP Fatmawati.
Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rawat Inap Teratai & Rawat Inap GPS RSUP Fatmawati. Waktu pelaksanaan penelitian ini pada Juni 2017.
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer. Data diperoleh dengan cara menyebar kuesioner kepada DPJP dan telaah dokumen Instruksi Medis Farmakolgis menggunakan cheklist atau daftar tilik untuk mengetahui gambaran pengisian Insruksi Medis Farmakolgis rawat inap RSUP Fatmawati. Analisis data yang dilakukan yaitu univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square. Hasil & Pembahasan
Kepatuhan Dokter Tabel 1 Kepatuhan Responden Terhadap Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
Kepatuhan Frekuensi Persentase (%) Rendah Tinggi
21 10
67.7 32.3
Berdasarkan data pada hasil, didapatkan bahwa nilai kepatuhan dokter dalam mengisi formulir
instruksi medis farmakologis di rawat inap RSUP Fatmawati masih rendah (67.7%). RSUP Fatmawati sebagai rumah sakit yang sudah terakreditasi JCI untuk yang kedua kalinya belum pernah melakukan penilaian terhadap kepatuhan dokter pengisi formulir instruksi medis farmakoogis, sehingga tidak ada data pembanding dalam penelitian ini.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
4Universitas Indonesia
Kepatuhan dokter yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu ketaatan dokter DPJP (umum ataupun spesialis) dan dokter gigi dalam penulisan resep yang kemudian tindakan tersebut didokumentaskan dalam formulir pemberian dan pemantauan obat pasien atau disebut dengan instruksi medis farmakologis rawat inap di RSUP Fatmawati (RSUP Fatmawati, 2017).
Terdapat beberapa kolom yang harus diisi dalam formulir instruksi medis farmakologis, yaitu nama obat, dosis, waktu & frekuensi, rute, tanggal mulai, nama/tanda tangan dokter mulai obat, informasi, tanggal stop, dan nama/tanda tangan dokter stop obat (28,7%). Dokter wajib mengisi setiap kolom yang ada pada formulir instruksi medis farmakologis untuk menghindari prescribing error, seperti yang kemukakan pada peneliatn (Wafiyatunisa, 2017) di RSD Mayjendhm Ryacudu Kotabumi bahwa 63.6% angka kejadian medication error diakibatkan oleh fase prescribing.
Hasil dari telaah dokumen, peneliti menemukan kolom informasi adalah kolom yang paling jarang diisi (7,70%), selanjutnya kolom nama dan tanda tangan dokter pada stop obat. Selain ketidaklengkapan dalam pengisian kolom-kolom pada formulir, peneliti juga menemukan tulisan yang sulit untuk dibaca seperti yang dikemukakan oleh (Sokol, 2006) menyatakan bahwa tulisan tak terbaca sampai saat itu masih merupakan masalah yang signifikan dalam bidang kesehatan. RSUP Fatmawati memiiki standar warna tinta untuk pengisian rekam medis, yaitu hitam untuk dokter, biru untuk perwat, serta hijau untuk tenaga medis lainya seperi ahli gizi. Sehingga peneliti dapat dengan mudah membedakan apakah pengisian oleh dokter atau bukan.
Permasalahan dan kendala utama pada pelaksanaan rekam medis adalah dokter dan dokter gigi tidak menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis, baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya rekam medis dibuat tidak lengkap, tidak jelas dan tidak tepat waktu (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Selain faktor pemahaman dokter, tidak adanya monitoring dan tidak adanya evaluasi, lemahnya kebijakan, tidak adanya standar lengkap dan pedoman rekam medik di rumah sakit menjadi penyebab ketidaklengkapan rekam medis (Nurhadiah, Harjianto, & Djauhari, 2016). Menurut (KEPMENKES, 2008) tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, menyatakan bahwa standar kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam setelah selesai pelayanan adalah 100% dan standar JCI yang mengharuskan lembar instruksi medis farmakologis yang merupakan salah satu bagian dari rekam medis harus terisi 100% dan seragam dalam pengisianya. Hal ini diwujudkan dengan kebijakan yang dimiliki RSUP Fatmawati dalam Keputusan Direktur Utama No. HK.03.03/II/769/2015 tentang penyelenggaraan Rekam Medis dan Pusat Data Informasi di RSUP Fatmawati bahwa setiap pencatatan rekam medis harus diisi dengan tulisan yang jelas, lengkap, dan tepat waktu selambat-lambatnya 1x24 jam.
Namun, RSUP Fatmawati tidak memiliki Instruksi Kerja khusus dalam mengisi formulir instruksi medis farmakologis. Instruksi Kerja adalah dokumen mekanisme kerja yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu aktifitas yang hanya melibatkan satu fungsi saja sebagai pendukung Prosedur Mutu atau Prosedur Kerja (International Organization for Standardization, 2000). Instalasi rawat inap hanya memiliki pedoman pengisian rekam medis dan standar operasional prosedur yang bersi pedoman secara menyeluruh dalam pengisiannya.
Umur Dokter Tabel 2. Umur Respoden
Kategori Umur Frekuensi Persentase (%) ≤47 tahun >47 tahun
15 16
48.4 51.6
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
5Universitas Indonesia
Tabel 3. Hubungan Umur dengan Kepatuhan dalam pengisian instruksi medis farmakologis
Umur Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi n %
n % N % ≤47 tahun >47 tahun
11 10
73.3 62.5
4 6
26.7 37.5
15 16
100 100
1.650
0.519
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki umur ≤median (≤47 tahun) sebesar
51.6% relatif sama dengan proporsi umur responden > median (>47 tahun). Hasil uji bivariat denga chi square , didapatkan nilai p value sebesar 0.519 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan dokter yang berumur ≤47 tahun dan dokter yang berumur >47 tahun. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan umur dokter dalam mengisi instruksi medis farmakologis rawat inap RSUP Fatmawati.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Amalia, 2016) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara umur dokter dengan kepatuhan dia dalam mengisi salah satu lembar rekam medis yaitu formulir care plan, didukung juga dengan penelitian (Maryati, 2014) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antar umur dokter dengan pengisian salah satu lembar rekam medis yaitu lembar ringkasan keluar (resume dokter) penelitian lain juga menyatakan (Zaenal,2006) usia dokter tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengisian data rekam medis. Dalam hal ini teori Gibson yang menyatakan bahwa karakteristik demografis berupa umur dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan tidak berlaku dalam penelitian ini.
Jenis Kelamin Dokter Tabel 3. Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin n % Perempuan Laki-laki
15 16
48.4 51.6
Tabel 4. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kepatuhan dalam Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
Jenis Kelamin Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi n %
n % N % Perempuan Laki-Laki
10 11
66.7 68.8
5 5
33.3 31.2
15 16
100 100
0.909 0.901
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki jenis kelamin perempuan (48.4%)
relatif sama dengan proporsi jenis kelamin responden laki-laki orang (51.6%). Hasil uji bivariat dengan chi square , didapatkan nilai p value sebesar 0.901 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan responden yang berjenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan jenis kelamin dalam mengisi instruksi medis farmakologis rawat inap RSUP Fatmawati.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
6Universitas Indonesia
Menurut (Siagian, 2002) implikasi jenis kelamin para pekerja perlu mendapat perhatian secara wajar, dengan demikian perlakuan terhadap merekapun dapat disesuaikan sedemikian rupa sehingga mereka membuat anggota organisasi yang bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Berdasarkan pada hasil penelitian, secara desktiptif dokter berjenis kelamin perempuan cenderung memiliki kepatuhan yang lebih tinggi dibandingkan denga n dokter berjenis kelamin laki-laki. Seperti yang dikatan oleh Maccoby dan Jacklin (1974) dalam Idrus (2004) pada artikel yang berjudul Konstruksi Gender dalam Budaya mengungkapkan bahwa laki-laki memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bidang matemetika dan logika dibanding perempuan, sedangkan perempuan cenderung dicirikan dengan sikap ingin menyelesaikan sesuatu, hal ini dipertegas juga oleh Kartono (1974) dalam Idrus (2004) yang menyatakan bahwa perempuan lebih bersifat emosional dalam merespon suatu stimulus, sehingga menimbulkan sikap ingin menyelesaikan sesuatu dan cenderung patuh dalam mengerjakan suatu hal.
Namun, secara statistic penelitian ini dan penelitian terdahulu (Amalia, 2016), (Maryati, 2014), (Zaenal,2006) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang berarti antara kepatuhan dokter dengan jenis kelamin dokter dalam mengisi formulir rekam medis. Sehingga, dalam hal penelitian ini teori Gibson yang menyatakan bahwa karakteristik demografis berupa jenis kelamin dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan tidak berlaku .
Masa Kerja Dokter Tabel 5. Masa Kerja Responden
Kategori Umur Frekuensi Persentase (%) ≤9 tahun >9 tahun
12 19
38.7 61.3
Tabel 0. Hubungan Masa Kerja Dengan Kepatuhan dalam Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
Masa Kerja Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi n %
n % N % ≤9 tahun >9 tahun
8 13
66.7 68.4
4 6
33.3 31.6
12 19
100 100
0.923 0.919
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki masa kerja > mean (>9 tahun) sebesar
61.3% lebih banyak dibanding dengan dokter dengan masa kerja ≤median (≤9 tahun). Hasil uji bivariat denga chi square , didapatkan nilai p value sebesar 0.919 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan responden yang memiliki masa kerja ≤9 tahun dan responden yang memiliki masa kerja >9 tahun. Secara umum masa kerja seorang dokter di RSUP Fatmawati tidak berhubungan dengan kepatuhan dokter DPJP dengan masa kerja dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati.
Menurut (Notoatmodjo, 2012) masa kerja merupakan salah satu faktor pada karakteristik tenaga kerja yang membentuk perilaku. Semakin lama masa kerja, akan membuat tenaga kerja lebih mengenal kondisi lingkungan tempat kerja. Namun penyataan tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian peneltian terkait masa kerja (Putri, 2015) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan dokter dengan pengisian formulir summary list sejalan dengan penelitian (Amalia,
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
7Universitas Indonesia
2016) yang menyatakan tidak ada hubungan kepatuhan dokter dengan masa kerja terhadap pengisian formulir care plan. Hasil penelitian lani juga menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antar kepatuhan dengan masa kerja dalam melakukan hand hygiene di rumah sakit Immanuel bandung (Damanik, et al., n.d.). Dapat disimpulkan bahwa masa kerja tidak selalu menjadi faktor penghubung dengan kepatuhan.
Pengetahuan Dokter Tabel 7.2 Pengetahuan Responden
Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Rendah Tinggi
15 16
48.4 51.6
Tabel 8. Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Dokter
Pengetahuan Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi n %
n % N % Rendah Tinggi
9 12
60 75
6 4
40 25
15 16
100 100
0.500
0.372
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki pengetahuan rendah sebesar 48.4%
relatif sama dengan proporsi masa kerja responden yang memiliki pengetahuan tinggi sebesar 51.6%. Hasil uji bivariat denga chi square, didapatkan nilai p value sebesar 0.372 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan responden yang memiliki pengetahuan rendah responden yang memiliki pengetahuan tinggi. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan pengetahuan dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati.
Pengetahuan seseorang sebagian besar dipengaruhi oleh pengindraan, persepsi dan intensitas perhatian seseorang terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2010). Kecenderungan jawaban responden setuju dengan persepsi terkait rekam medis sebagai mutu pelayanan serta responden setuju dengan pernyataan waktu hanya dokter yang boleh mengisi instruksi medis farmakologis.
Hasil penelitian (sari, et al., 2014) menyatakan bahwa responden yang memiliki pengetahuan tinggi memiliki tingkat kepatuhan yang lebih besar dari pada responden dengan pengetahuan kurang. Penelitian lainya (Amalia, 2016) dan penelitian (Putri, 2015) sejalan bahwa tidak ada hubungan antara kepatuhan dokter dengan pengetahuan dalam mengisi rekam medis.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tidak selalu menjadi faktor penghubung kepatuhan dokter, tegantung persepsi seseorang terhadap objek tersebut apakah menjadi perhatiannya atau tidak. Hasil penelitian ini juga tidak membuktikan teori Gibson yang menyatakan bahwa karakteristik individu latar belakang pengetahuan merupakan mempengaruhi kepatuhan.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
8Universitas Indonesia
Sikap Dokter Tabel 9. Sikap Responden
Sikap Frekuensi Persentase (%) Negatif Positif
13 18
41.9 58.1
Tabel 10. Hubungan Sikap Dengan Kepatuhan Dalam Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
Sikap Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi N %
n % N % Negatif Positif
10 11
76.9 61.1
3 7
23.3 38.9
13 18
100 100
2.121 0.353
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki sikap positif sebesar 58.1% lebih tinggi
dengan proporsi responden yang memiliki sikap negatif yaitu sebesar 41.9%. Hasil uji bivariat denga chi square , didapatkan nilai p value sebesar 0.353 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan responden yang memiliki sikap positif maupun responden yang memiliki sikap negatif. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan sikap dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati.
Menurut Wawan dan Dewi M. (2010) (dalam (Amalia, 2016) mengemukakan bahwa sikap dapat diposisikan sebagai hasil evaluasi terhadap obyek sikap yang diekspresikan ke dalam proses-proses kognitif, afektif (emosi) dan perilaku. Berdasarkan hasil isian kuesioner responden menjawab setuju dengan pernyataan Informasi yang lengkap dan akurat pada formulir instruksi medis farmakologis dapat menjamin kesinambungan Pelayanan kesehatan serta mutu pelayanan kesehatan. Namun pada kenyataanya dokter masih tidak mengisi formulir instruksi medis farmakologis. Seperti halnya penelitian (sari, et al., 2014) Faktor pengetahuan dan sikap pasien juga tidak berhubungan dengan kepatuhan.
Dapat disimpulkan, meskipun dokter memiliki sikap yang positif namun tidak mempengaruhi dokter untuk lebih patuh dalam mengisi instruksi medis farmakologis.
Jumlah Visit Tabel 11. Jumlah Visit Responden
Jumlah Visit Frekuensi Persentase (%) Sedikit Banyak
16 15
51.6 48.4
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
9Universitas Indonesia
Tabel 12. Hubungan Jumlah Visit Dengan Kepatuhan dalam Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
Jumlah Visit Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi N %
n % N % Sedikit Banyak
7 14
43.8 93.3
9 1
56.2 6.7
16 15
100 100
8.438 0.003
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki jumlah visit sedikit (51.6%) lebih
banyak dari responden yang memiliki jumlah visit yang banyak (48.4%). Hasil uji statistik menunjukan nilai p value sebesar 0.003 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan jumlah visit dokter. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan jumlah visit yang dimliki dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati. Hasil juga menunjukan nilai OR sebesar 8.438,yang artinya bahwa dokter dengan visit sedikit berpeluang lebih patuh dalam mengisi instuksi medis farmakologis sebesar 8 kali dibandingkan dengan dokter yang memiiki jumlah visit banyak.
Salah satu yang menjadi beban kerja dokter DPJP adalah visit pasien rawat inap. Kemampuan kerja merupakan kapasitas individu dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan (Muchlas, 1994). Besarnya jumlah pasien yang di visit menjadi beban kerja tersendiri bagi dokter. Hal ini menjadi terbukti dengan hasil uji statistic yang didapatkan p value <0.05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Putri, 2015) yang menyatakan bahwa jumlah kunjungan mempengaruhi kepatuhan dokter dalam mengisi formulir summary list. Semakin banyak jumlah visit seorang dokter semakin kecil kemungkinan untuk patuh mengisi instruksi medis farmakologis. Penelitian ini membuktikan teori Timpe yang menyatakan bahwa beban kerja dalam penelitian ini jumlah visit seseorang mempengaruhi kinerja seseoran dan berimbas pad kepatuhan seseorang menyelesaikan tugas.
Persepsi Dokter Tentang Sistem Penghargaan Tabel 13. Persepsi Responden Terhadap Sistem Penghargaan
Sikap Frekuensi Persentase (%) Tidak mendukung Mendukung
13 18
41.9 58.1
Tabel 14. Hubungan Sistem Penghargaan Dengan Kepatuhan Dokter dalam Pengisian Instruksi Medis
Farmakologis
Sistem Penghargaan
Kepatuhan Total OR (95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi N %
n % N % Tidak Medukung Mendukung
16 5
88.9 38.5
2 8
11.1 61.5
18 13
100 100
5.638 0.003
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki persepsi mendukung tentang sistem
penghargaan lebih banyak (58.1%) dari pada persepsi dokter tidak mendukung tentang sistem penghargaan yaitu sebesar 41.9%. Hasil uji bivariat dengan chi square , didapatkan nilai p value sebesar 0.003 yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
10Universitas Indonesia
instruksi medis farmakologis dengan responden yang memiliki persepsi penghargaan mendukung dan tidak mendukung. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan persepsi terhadap sistem penghargaan dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati. Hasil menunjukan nilai OR sebesar 5.638 yang artinya bahwa dokter yang memiliki persepsi mendukung berpeluang 5 kali memiliki kepatuhan tinggi dalam mengisi instuksi medis farmakologis dibandingkan dengan dokter yang memiiki persepsi tidak mendukung.
Pada umumnya pemberian penghargaan mendorong personel untuk mengubah atau menjadi motivasi seseorang dalam bekerja. Menurut Danim (2004) penghargaan dikatakan sebagai harapan setiap manusia bekerja, meskipun bentuk penghargaan tiap perusahaan berbeda. Pemberian penghargaan (reward) pada setiap orang harus disesuaikan dengan hak dan kewajibannya. Sistem penghargaan berbasis kinerja mendorong personel untuk mengubah kecendrungan mereka dari semangat untuk memenuhi kepentingan sendiri ke semangat untuk memenuhi tujuan organisasi (Setyawan, 2001). Sistem penghargaan maka akan menjadi suatu motivasi tenaga kerja untuk berperilaku aman dan melaksanakan pekerjaan dengan senang (Chandra, 2015). Seperti halnya dalam peneltian ini yang menunjukan bahwa dokter meiliki persepsi sistem penghargaan mendukung membuat dokter lebih patuh untuk mengisi instruksi medis farmakologis.
Persepsi Dokter Tentang Alat & Kebijakan
Tabel 15. Persepsi Responden Alat & Keijakan
Alat & Kebijakan Frekuensi Persentase (%) Tidak mendukung Mendukung
12 19
38.7 61.3
Tabel 16. Hubungan Alat Dan Kebijakan Dengan Kepatuhan dalam Pengisian Instruksi Medis
Farmakologis
Alat & Kebijakan Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi n %
n % N % Tidak Medukung Mendukung
7 14
58.3 73.7
5 5
41.7 26.3
12 19
100 100
0.500 0.373
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki persepsi mendukung terhadap alat &
kebijakan lebih tinggi (61.3%) dari responden yang memiliki persepsi tidak mendukung terhadap sistem pegnhargaa (38.7%). Hasil uji bivariat denga chi square, didapatkan nilai p value sebesar 0.373 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan responden yang memiliki persepsi mendukung ataupun tidak mendukung terhadap sistem penghargaan. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan persepsi terhadap sistem penghargaan dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati.
Sumber Peralatan yang digunakan untuk menunjang sistem pengelolaan rekam medis yang berkualitas diantaranya, ruang kerja, alat tulis, format rekam medis (SPO dan formulir rekam medis), computer beserta softwarenya dan tempat penyimpanan rekam medis (Tevarwerk G, 2008: Sevianty,
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
11Universitas Indonesia
2004; dalam Chairunnisa, 2016). Berdasarkan isian kuesioner, dokter menjawab bahwa ketersediaan formulir saat dibutuhkan selalu ada, hal ini dapat mempermudah kerja dokter karena tidak ada alasan dokter untuk tidak mengisi formulir karena ketidak tersediaan formulir instruksi medis farmakologis. Dalam penelitian ini terbukti bahwa alat&kebijakan yang mendukung membuat dokter lebih patuh. Hal ini juga membuktikan teori timpe yang menyatakan bahwa faktor sumberdaya yaitu alat & kebijakan mempengaruhi kinerja seseorang dan membuat lebih patuh dalam bekerja.
Persepsi Dokter Tentang Umpan Balik
Tabel 0.3 Persepsi Responden Terhadap Umpan Balik
Umpan Balik Frekuensi Persentase (%) Tidak Penting Penting
21 10
67.7 32.3
Tabel 0.4 Hubungan Umpan Balik Dengan Kepatuhan dalam Pengisian Instruksi Medis Farmakologis
UmpanBalik Kepatuhan Total OR
(95 % CI)
P Value
Rendah Tinggi N %
n % N % Tidak Penting Penting
18 3
85.7 30
3 7
14.3 70
21 10
100 100
14.00 0.002
Hasil uji uniariat didapatkan responden yang memiliki persepsi tidak penting tentang umpan
balik lebih banyak (67.7%) dari pada persepsi dokter penting tentang umpan balik yaitu sebesar 32.2%. Hasil uji bivariat denga chi square , menunjukan bahwa dokter yang memiliki persepsi penting tentang umpan balik cenderung memiliki kepatuhan yang tinggi. Hasil menunjukan nilai OR sebesar 14.00 yang artinya bahwa dokter yang memiliki persepsi mendukung berpeluang 14 kali lebih patuh dalam mengisi instuksi medis farmakologis dibandingkan dengan dokter yang memiiki persepsi tidak mendukung. Didapatkan nilai p value sebesar 0.002 yang berarti bahwa ada perbedaan bermakna antara kepatuhan dalam pengisisan instruksi medis farmakologis dengan persepsi penting ataupun persepsi tidak penting mengenai umpan balik. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang yang signifikan antara kepatuhan dokter DPJP dengan persepsi umpan balik dokter dalam mengisi instruksi medis farmakoogis rawat inap RSUP Fatmawati.
Umpan balik atau feedback dari manajemen kepada karyawan sangat penting, menurut (Simamora,2004) bahwa umpan balik mengenai kinerja masa lalu menjadi pengaruh motivasi karyawan untuk bekerja, mengembangkan kemampuan pribadi, dan meningkatkan kemampuan di masa depan . Seperti halnya dalam penelitian ini, dokter yang meiliki persepsi umpan balik yang mendukung membuat dokter lebih patuh untuk mengisi instruksi medis farmakologis. Berdasarkan hasil kuesioner, umpan balik yang dianggap sangat penting adalah mengenai evaluasi dari atasan kepada dokter dan pertemuan secara berkala untuk sosialisasi pengisian formulir instruksi medis agar dokter memiliki persepsi “penting” untuk mengisi instruksi medis farmakologis.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
12Universitas Indonesia
Kesimpulan Diperoleh gambaran kepatuhan dokter Rawat Inap RSUP Fatmawati 2017 memiliki kepatuhan
rendah (67.7%). Hasil dalam penelitan ini menunjukan bahwa sebagian dokter memiliki kepatuhan rendah (67.7%), memiliki masa kerja >9 tahun (61.3%), berpengetahuan tinggi (51.6), bersikap positif (58.1%), memiliki jumlah visit yang sedikit (51.6%), menyatakan persepsi mendukung terhadap sistem penghargaan (58.1%), memiliki persepsi mendukung terhadap alat & kebijakan (61.3%), dan memiliki persepsi tidak penting terhadap umpan balik (67.7%).
Berdasarkan hasi uji statistik (chi square) didapat nilai alpha (p <0.05) pada, sikap jumlah, visit faktor dan umpan balik artinya memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dokter dalam mengisi formulir instruksi medis farmakologis. sedangkan faktor umur, jenis kelamin, masa kerja, sistem penghargaan, alat&kebijakan dan faktor pengetahuan didapat nilai alpha (p>0.05) artinya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kepatuhan dokter dalam mengisi formulir instruksi medis farmakologis. Dapat disimpulkan bahwa Faktor Individu yaitu pengetahuan, Faktor Organisasi yaitu Sistem Penghargaan dan Faltor umpan balik menjadi penyebab atau berhubungan dengan ketidak patuhan dokter dalam mengisi instruksi medis farmakologis di RSUP Fatmawati 2017.
Saran
Komite medis bekerja sama dengan IRMPDI untuk melakukan monitoring kepatuhan sebagai bentuk kontrol mutu rekam medis khususnya dalam pengisian instruksi medis farmakologis. Monitoring dilaksanakan oleh IRMPDI dengan membuat laporan setiap bulan mengenai angka kepatuhan pengisian instruksi medis farmakologis sebagai bahan evaluasi bagi komite medik yang kemudian akan menjadi bahan umpan balik bagi dokter pengisi instruksi medis farmakologis.
Pihak manajemen melakukan umpan balik kepada dokter pengisi instuksi medis farmakologis, seperti pengupayaan sasaran-sasaran organisasi yang lebih efektif hingga dokter merasakan motivasi untuk perbaikan kinerja atau dengan kata lain dokter memperoleh kepercayaan atas segala kinerja yang mereka lakukan.
Pihak manajemen lebih menekankan mengenai sistem penghargaan terkait pengisian rekam medis, dengan meningkatkan poin penilaian kelengkapan rekam medis dalam IKI yang akan didapatkan oleh dokter apabila mencapai target, serta memberikan punishment apabila dokter tidak mencapai target.
Membuat instruksi kerja pengisian formulir instruksi medis farmakologis agar terwujud deskripsi kerja yang jelas. Dan melakukan diskusi atau evaluasi terbuka bersama dokter untuk membahas hambatan dalam pengisian formulir instruksi medis farmakologis.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
13Universitas Indonesia
Referensi Adisasmito, W., 2008. Kesiapan Rumah Sakit Dalam Menghadapi Globalisasi. Depok: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Amalia, F. P., 2016. Analisis kepatuhan dokter dalam mengisi formulir care plan rekam medis pasien
rawat inap di RSUP Fatmawati tahun 2016. In: Skripsi. Depok: Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Mayarakat.
Anon., n.d. Undang - Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. s.l.:Presiden Republik Indonesia. Anon., n.d. UUD 1945 Pasal 34. s.l.:s.n. Bertram , G. K., Susan, . B. . M. & Anthony , J. T., 2009. Basic and Clinical Pharmacology. 11th
Edition ed. s.l.:McGraw Hill Professional. Bidang Medik RSUP Fatmawati, 2017. Standar Minimal Rekam Medis, s.l.: s.n. Budi, S. C., 2011. Manajemen Unit Kerja Rekam Medis. Yogyakarta: Quantum. Cahyono, B., 2008. Membangun Budaya Keselamatan Pasien (dalam praktik kedokteran).
Yogyakarta: Kanisius. Chandra, A., 2015. Hubungan Faktor Pembentuk Perilaku dengan Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Telinga Pada Tenaga Kerha di PLTD Ampenen. IAKMI Jawa Timur, Volume 4, pp. 83-92.
Cohen, M., 1999. Medication Error. Wangsington DC: American pharmacist Acciation. Damanik, S. M., Susilaningsih, F. S. & Amrullah, A. A., n.d. Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah
Sakit Immanuel Bandung. Fakultas Ilmu Keperawatan universitas Padjajaran. Goetsch, D. & Davis, S., 1994. Introduction to Total Quality, Quality, Productivity, Competitiveness.
s.l.:Prentice Hall International Inc. Hartayu, T. S. & W, A., 2005. Kajian Kelengkapan Resep yang Berpotensi Menimbulkan Medication
Error di 2 rumah sakit dan 10 Apotek di Yogyakarta. Yogyakarta: s.n. Institute of Medicine, 2004. Health Literacy: A Prescription to End Confusion. Washington, DC: The
National Academies Press. International Organization for Standardization, 2000. Quality Management Systems Requirements.
s.l.:s.n. KEPMENKES 1027/MENKES/SK//IX/2004, 2004. Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
s.l.:Mentri Kesehatan Republik Indonesia. KEPMENKES, 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. s.l.:s.n. Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Manual Rekam Medis. Indonesia: Indonesian Medical Council. Maryati, W., 2014. Hubungan antra Karakteristik Doktet Dengan Kelengkapan Pengisian Lembar
Ringkasan Keluar. Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, Volume 1. Muladi, A., Tanpa tahun. Faktor- Faktor Penyebab Medication Errors. Akademi Keperawatn
Tujuhbelas Karanganyar. Nasution, M., 2010. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management). Jakarta: Ghalia
Indonesia. Notoatmodjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Pt. Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2012. romosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadiah, Harjianto, T. & Djauhari, T., 2016. Faktor-Faktor Penyebab Ketidaklengkapan Pengisian
Rekam Medis Rawat Inap di Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Malang. Jurnal Kedokteran Brawijaya.
Pedoman JCI, Edisi ke-4. Standar Akreditasi Rumah Sakit. s.l.:Joint Commission International. PERMENKES NO 1045/MENKES/PER/XI/2006, 2006. Pedoman Organisasi Rumah Sakit di
Lingkungan Departemen Kesehatan. Republik Indonesia: Menteri Kesehatan.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017
14Universitas Indonesia
Putri, H. E., 2015. Analisis Kepatuhan Dokter Terhadap Pengisian Formulir Summary List di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati tahun 2015. Depok: Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Putri, H. E., 2015. Analisis Kepatuhan Dokter Terhadap Pengisian Formulir Sunnari list di instalasi rawat jalan RSUP Fatmawati 2015. Depok: Universirtas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Robbins, S. P. & Coulter, M., 2010. Manajemen (edisi kesepulluh). Jakarta: Erlangga. RSUP Fatmawati, 2015. Peresepan dan Catatan Pengobatan Pasien Rawat Inap. In:
HK.03.05/II.1/2046/2015. Jakarta: s.n., p. 1. RSUP Fatmawati, 2017. RSUP Fatmawati. [Online]
Available at: www.fatmawatihospital.com [Accessed Mei 2017].
RSUP Fatmawati, 2017. SOP Peresepan dan Catatan Pengobatan pasien Rawat Inap HK.03.05/II.1/2046/2015, Jakarta: s.n.
Sandy, 2010. Studi kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di Apotek Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008. Surakarta: Skripsi.
sari, I. d., Mubasyiroh, R. & Supardi, S., 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Kepatuhan Berobat pada Pasien TB Paru yang Rawat Jalan di Jakarta Tahun 2014. Relationship between Knowledge and Attitude and Patient Compliance Among Outpatient Tuberculosis in Jakarta Province 2014.
Siagian, P., 2002. Kepemimpinan Organisasi & Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung Agung. Sokol, D. K., 2006. How the doctor’s nose has shortened over time; a historical overview of the truth-
telling debate in the doctor–patient relationship. JOURNAL OF THE ROYAL SOCIETY OF MEDICINE Vol 99.
Susanti, I., 2013. Identifikasi Medication Error pada fase Prescribing, Transcribing, dan Dispensing di Depo Farmasi Rawat Inap Penyakit Dalam Gedung Teratai, Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Periode 2013. In: F. K. d. I. K. P. S. Farmasi, ed. Skripsi. Jakarta: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA.
Tjuddin, R. S., Sudirman, I. & Maidin, A., 2012. Faktor Penyebab Medication Error di Instalasi Rawat Darutat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hassanuddin, Volume 15, pp. 182-187.
Wafiyatunisa, Z., 2017. Kejadian Medicatio Error pada fase Prescribing Error di poliklinik rawat jalan RSD MAYJENDHM RYACUDU KOTABUMI, Bandar Lampung: Skripsi Universitas Lampung.
Windarti, M., 2008. Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran. Yogyakarta: Ikappi.
Analisis kepatuhan ..., Fandru Gemi Nastiti Ziliwu, FKM UI, 2017