i
ANALISIS KELAYAKAN USAHA CAFÉ MARTABAK MINI
FAWWAZ DI KOTA KARAWANG
SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi
Diajukan Oleh:
DIANA CRUSITA RANI
NIM : 111510088
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI – 2019
ii
SURAT PERNYATAAN
Bersama ini saya :
Nama : Diana Crusita Rani
NIM : 111510088
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya ajukan ini adalah
hasil karya sendiri yang belum disampaikan untuk mendapatkan gelar pada
Program Sarjana ini ataupun pada program lain. Karya ini adalah milik Saya,
karena itu pertanggung jawabannya berada di pundak saya. Apabila dikemudian
hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka Saya bersedia untuk ditinjau dan
menerima sanksi sebagaimana mestinya.
Bekasi, 17 Oktober 2019
Diana Crusita Rani
NIM : 111510088
iii
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIVERSITAS PELITA
BANGSA
Nama : DIANA CRUSITA RANI
NIM : 111510088
Kelas : MA 15 D1
Konsentrasi : KEWIRAUSAHAAN
Judul Proposal : ANALISIS KELAYAKAN USAHA CAFE
MARTABAK MINI FAWWAZ DI KOTA
KARAWANG
Bekasi, 17 Oktober 2019
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skripsi
Junedi.,S.E.,M.M
NIDN : 0408627602
iv
ANALISIS KELAYAKAN USAHA CAFÉ MARTABAK MINI
FAWWAZ DI KOTA KARAWANG
Diana Crusita Rani
NIM : 111.510.088
Telah dipertahankan di depan dewan Penguji pada hari Kamis tanggal 17
Oktober 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai
Skripsi Program Studi Manajemen Universitas Pelita Bangsa
Ketua Tim Penguji Tanda Tangan
Nama : DR. Anna Wulandari.,S.E.,M.M
NIDN : 0313037903
.....................................
Anggota Penguji Tanda Tangan
Nama : Rensi Suryanti.,S.Kom.,M.M
NIDN : 0424068902
.......................................
Anggota Penguji Tanda Tangan
Nama : Junedi.,S.E.,M.M
NIDN : 0408627602
.......................................
Menyetujui,
Ketua Program Studi
Manajemen
Dekan Fakultas Ekonomi
Bisnis dan Ilmu Sosial
Yunita Ramadhani RDS.,S.E.,M.Sc
NIDN : 0406068402
Preatmi Nurastuti.,S.E.,M.M
NIDN : 0404046508
v
ABSTRAK
Bisnis kuliner merupakan salah satu bisnis yang sedang berkembang di karawang.
Tidak hanya makanan, beberapa cafe juga menyajikan makanan dan minuman
sebagai produk utamanya. Akan tetapi masih sedikit cafe yang menyajikan
martabak dengan olahan susu sebagai produk utama. Café Martabak mini fawwaz
merupakan salah satu cafe yang menyajikan olahan susu sebagai menu utama.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha Café Martabak Mini
Fawwaz. Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis kelayakan aspek non
finansial seperti aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, serta
aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Analisis kuantitatif digunakan untuk
menganalisis kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Aspek finansial
menunjukkan NPV sebesar Rp 38.453.727, Net B/C sebesar 2.57, IRR sebesar
17.7 persen, dan payback period selama 3 tahun. Hasil analisis kelayakan ini
menunjukkan bahwa Café Martabak Mini Fawwaz layak berdasarkan aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan lingkungan, serta aspek
finansial. Namun usaha ini belum layak berdasarkan aspek hukum.
Kata kunci: analisis nilai pengganti, aspek non finansial, kriteria investasi
vi
ABSTRACT
The culinary business is one of the growing businesses in Karawang. Not only
food, some cafes also serve food and drinks as their main products. But there are
still a few cafes that serve martabak with processed milk as the main product.
Mini Martawak Café Fawwaz is one of the cafes that serve dairy products as the
main menu. This study aims to analyze the business feasibility of Café Martabak
Mini Fawwaz. Qualitative analysis is used to analyze the feasibility of non-
financial aspects such as market aspects, technical aspects, management and legal
aspects, as well as socio-economic and environmental aspects. Quantitative
analysis is used to analyze eligibility based on investment criteria. The financial
aspect shows the NPV of IDR 38.453.727, Net B / C of 2.57, IRR of 17.7 percent,
and payback period for 3 years. The results of this feasibility analysis indicate that
Café Martabak Mini Fawwaz is feasible based on market aspects, technical
aspects, management aspects, social economic and environmental aspects, and
financial aspects. However, this business is not feasible based on legal aspects.
Keywords: replacement value analysis, non-financial aspects, investment criteria
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, puji syukur yang sedalam – dalamnya penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul : ANALISIS KELAYAKAN USAHA
CAFÉ MARTABAK MINI FAWWAZ DI KOTA KARAWANG
Tujuan daripada rancangan Skripsi adalah untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen Universitas
Pelita Bangsa.
Sehubungan selesainya karya akhir tersebut, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Junedi.,SE.,MM, yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam penyusunan Skripsi ini.
2. Yunita Ramadhani.,SE.,M.Sc Ketua Program Studi Manajemen
Universitas Pelita Bangsa.
3. Preatmi Nurastuti.,SE.,MM Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pelita Bangsa.
4. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Manajemen STIE Pelita Bangsa
angkatan 2015.
5. Keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan dorongan
semangat.
Penulis menyadari penyusunan skripsi (laporan praktek kerja nyata) ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu saran serta kritik yang membangun sangat
kami harapkan. Semoga karya akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Bekasi,17 Oktober 2019
DIANA CRUSITA RANI
viii
DAFTAR ISI
Hal.
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 6
1.3 Tujuan penelitian ........................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Penelitan Terdahulu ........................................................................................ 8
2.2Kajian Teori .................................................................................................. 11
2.2.Pengertian Kriteria Investasi.. .................................................................. 11
2.2.2 Pengertian Analisi Kelayakan Usaha ................................................... 13
2.2.3 Aspek-Aspek Kelayakan Usaha ........................................................... 14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian ............................................................................................. 22
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 22
3.3Kerangka Konsep ......................................................................................... 23
3.3.1 Desain Penelitian .................................................................................. 24
3.3.2 Desain Operasional……………………………………………………25
3.5Metode Pengumpulan Data .......................................................................... 28
3.6Metode Analisi
Data………………………………………………………...28
ix
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
4.1 Profil Café………………………………………………………………….32
4.1.1 Sejarah Café………………………………………………………….32
4.1.2 Struktur Organisasi Café……………………………………………..35
4.1.3 Kegiatan Operasional Café…………………………………………..39
4.2 Gambaran Umum Konsumen Café………………………………………...41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………….43
5.1.1 Hasil Uji Validitas dan Realibilita……………………………………43
5.1.2 Hasil Pengujian Analisis Data………………………………………..50
5.2 Pembahasan………………………………………………………………..63
5.2.1 Pembahasan Atas Uji Validitas dan Realibilita………………………64
5.2.2 Pembahasan Atas Uji Analisis Data………………………………….65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan………………………………………………………………..71
6.2 Saran………………………………………………………………………72
Daftar Pustaka……………………………………………………………………74
Lampiran…………………………………………………………………………75
x
DAFTAR TABEL
1 Jumlah tempat makan di kota karawang tahun 2006-2012
2 Format laporan laba rugi
3 Format laporan arus kas
4 Jumlah karyawan Café Martabak Mini Fawwaz
5 Hasil analisis laporan laba rugi Café Martabak Mini Fawwaz
6 Data penerimaan Café Martabak Mini Fawwaz bulan juni sampai
Desember 2013
7 Proyeksi penerimaan Café Martabak Mini Fawwaz tahun ke -2
Sampai ke-5
8 Biaya operasional Café Martabak Mini Fawwaz
9 Format Cash flow umur ekonomis
10 Format Net present value
11 Hasil analisis kriteria investasi Café Martabak Mini Fawwaz
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran Analisis Kelayakan usaha Café martabak mini
fawwaz
2 Omset penjualan Café martabak mini fawwaz pada bulan Juni-Desember
2013
3 Penyajian beberapa produk Café martabak mini fawwaz
4 Struktur organisasi Café Martabak Mini Fawwaz
xi
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tata letak Café Martabak Mini Fawwaz
2 Kondisi actual dan proyeksi kegiatan operasional Café Martabak Mini
Fawwaz
3 Proyeksi laporan laba rugi Café Martabak Mini Fawwaz
4 Rincian komponen biaya investasi dan reinvestasi Café Martabak Mini
Fawwaz
5 Proyeksi Arus kas Café Martabak Mini Fawwaz
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota karawang memiliki berbagai obyek wisata yang ramai dikunjungi
wisatawan domestik maupun mancanegara. Obyek wisata yang terdapat di Kota
karawang sangat beragam baik obyek wisata bersejarah seperti, museum-museum,
maupun obyek wisata yang sudah modern. Selain kunjungan ke obyek-obyek
wisata tersebut, aktivitas kunjungan wisata ke Kota karawang juga tercermin dari
keramaian di pusat-pusat perdagangan makanan jajanan dan buah-buahan serta
factory outlet pakaian dan tas seperti di Jalan taman bencong, Siliwangi, tuparev,
dan jajur terutama pada hari Sabtu, Minggu, dan hari-hari libur.
Dari berbagai bisnis yang ada di kota karawang, bisnis kuliner merupakan
salah satu bisnis yang sedang berkembang. Beragamnya bisnis kuliner di Kota
karawang menjadikan para wisatawan memperoleh berbagai alternatif makanan
dan minuman yang akan dikonsumsi. Namun disisi lain, dengan berkembangnya
usaha bisnis kuliner tersebut juga memicu persaingan yang ketat antara bisnis
kuliner yang satu dengan yang lainnya. Perkembangan bisnis kuliner di Kota
karawang ditunjukkan dengan beragamnya tempat makan (restoran dan rumah
makan) yang ada di kota ini.
Sejak tahun 2006 sampai 2012, jumlah tempat makan di kota karawang
cenderung berfluktuatif. Adanya peningkatan dan penurunan jumlah tempat
makan menunjukkan adanya persaingan yang ketat dalam bisnis kuliner.
2
Akibatnya, para pesaing yang tidak mampu bertahan dalam bisnis ini pun terpaksa
gulung tikar. Data perkembangan jumlah tempat makan di Kota karawang dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah tempat makan di Kota karawang tahun 2006-2012
Tahun Rumah makan Restoran Total
Jumlah % Jumlah % Jumlah &
2006 - 91 - 157 - 248
2007 8.06 93 2.20 175 11.46 268
2008 (21.27) 88 (5.38) 123 (29.71) 211
2009 6.64 88 0.00 137 11.38 255
2010 0.00 88 0.00 137 0.00 225
2011 (2.67) 88 0.00 131 (4.38) 219
2012 (0.91) 87 (1.14) 130 (0.76) 217
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Karawang 2013 .
Berdasarkan data pada Tabel 1 jumlah tempat makan di Kota karawang
cenderung berfluktuatif. Pada tahun 2008 jumlah tempat makan di karawang
mengalami penurunan yang cukup besar yaitu sejumlah 57 unit atau sekitar 21.27
persen. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah tempat makan di Kota karawang
mengalami peningkatan sejumlah 14 unit atau sekitar 6.64 persen. Kemudian pada
tahun 2010 jumlah tempat makan di Kota karawang sama seperti tahun
sebelumnya. Pada tahun 2011 dan 2012 jumlah tempat makan di Kota karawang
3
kembali mengalami penurunan namun penurunannya hanya sedikit yaitu masing-
masing 2.67 persen dan 0.91 persen. Penurunan yang terjadi dikarenakan adanya
kenaikan harga barang termasuk barang pangan akibat kenaikan bahan bakar
minyak dan persaingan usaha dibidang kuliner. Hal ini mengakibatkan beberapa
tempat makan di Kota karawang mengalami kebangkrutan.
Pajak restoran menjadi pemasukan tertinggi bagi PAD Kota karawang dari
sektor pariwisata bila dibandingkan dengan pajak hotel maupun pajak hiburan.
Selain itu, pajak restoran mengalami peningkatan setiap tahunnya sejak tahun
2010 sampai tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa restoran di Kota
karawang semakin berkembang dan memiliki peran yang cukup besar terhadap
perekonomian di daerah ini. Pemasukan pajak bagi PAD Kota karawang dari
sektor pariwisata dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Pemasukan pajak bagi Pendapatan Asli Daerah Kota karawang
dari sektor pariwisata dalam rupiah tahun 2010-2012
Jenis pendapatan 2010 2011 2012
Pajak restoran 19 393 960 174 27 252 809 195 39 510 789 644
Pajak hotel 6 403 876 082 15 704 258 353 27 528 683 203
Pajak hiburan 6 964 692 407 8 686 143 286 13 707 405 648
Total 32 762 528 663 51 643 203 834 80 746 878 495
Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota karawang 2013.
Berdasarkan data pada Tabel 2, pemasukan pajak restoran bagi PAD Kota
karawang dari sektor pariwisata meningkat sebesar 40.52 persen dari tahun 2010
ke tahun 2011. Kemudian meningkat kembali dari tahun 2011 ke tahun 2012
4
sebesar 44.98 persen. Secara keseluruhan pada tahun 2012, pajak restoran
memberikan kontribusi sebesar 48.93 persen terhadap PAD Kota karawang dari
sektor pariwisata. Pajak hotel dan pajak hiburan memberi kontribusi masing-
masing sebesar 34.09 persen dan 16.97 persen bagi PAD Kota karawang di tahun
2012.
Cafe yang terdapat di Kota karawang tidak hanya terfokus pada produk
makanan yang beragam. Banyak pula restoran yang lebih menonjolkan produk
minuman sebagai menu andalannya. Selain Starbucks yang sudah terkenal di Kota
karawang, banyak juga cafe yang berbentuk kedai atau café dengan menyajikan
minuman sebagai produk andalan seperti Tea and Coffee, dan lain sebagainya.
Akan tetapi umumnya usaha dengan produk utama minuman tersebut berbahan
dasar teh ataupun kopi.
Komoditas yang tergolong masih jarang untuk dijadikan bahan dasar
dalam pembuatan produk makanan ringan adalah martabak mini. Usaha café di
kota karawang yang menjadikan matabak mini sebagai produk utama tergolong
sedikit. Di Kabupaten karawang terdapat restoran dengan produk unggulan ayam
geprek yang sudah cukup dikenal masyarakat karawang dan sekitarnya.
Sedangkan di Kota karawang, usaha café dengan produk utama makanan ringan
yaitu café martabak mini fawwaz yang terletak di daerah pangahkaran. Meskipun
skala usaha café martabak mini fawwaz belum sebesar café lawang, namun usaha
ini sudah mulai berkembang dan dikenal oleh masyarakat Kota karawang.
5
Dengan skala usaha café martabak mini fawwaz yang belum sebesar café
lawang, menjadikan pemilik usaha menentukan segmen dan target pasar yang
berbeda pula. Kecenderungan pelajar dan mahasiswa yang membutuhkan hiburan
selain dari rekreasi, menjadi peluang pasar untuk café martabak mini fawwaz.
Pelajar dan mahasiswa merupakan konsumen yang dinilai memiliki selera
tersendiri dalam memilih cafe yang akan dikunjungi. Umumnya, mereka mencari
cafe yang menyajikan makanan dan minuman yang unik, lokasi yang dekat
dengan sekolah atau kampus, tempat yang nyaman, serta harga produk yang
terjangkau.
Pada awal berdirinya di tahun 2013, produk martabak mini dipasarkan
dengan membuka booth di lokasi seperti sekolah. Pemilihan cara memasarkan
produk dengan menggunakan booth dikarenakan modal pemilik usaha saat itu
masih terbatas serta dirasakan lebih mudah dan praktis. Sampai saat ini jumlah
booth martabak mini fawwaz yang masih beroperasi hanya tersisa 1 saja
dikarenakan beberapa booth sebelumnya tidak memberikan keuntungan sesuai
target.
Melihat perkembangan booth tersebut yang terus memberikan peningkatan
penjualan maka pemilik usaha melakukan pengembangan usaha dengan membuka
cabang baru. Cabang baru tersebut tidak berbentuk booth melainkan berbentuk
cafe yang terletak di daerah pangahkaran kota karawang. cafe ini baru berjalan
selama 7 bulan sejak Juni hingga Desember 2013 sampai sekarang dan sudah
memiliki penjualan yang cukup baik. Pemilik usaha juga lebih mudah untuk
menjangkau target pasar dengan memperkenalkan café martabak mini fawwaz
6
kepada kerabat-kerabatnya dan konsumen yang sudah sering membeli produk
martabak mini sebelumnya melalui booth yang dimiliki.
Kondisi lingkungan yang sangat dinamis dan intensitas persaingan yang
semakin ketat membuat seorang pengusaha tidak cukup hanya mengandalkan
pengalaman dan intuisi saja dalam memulai usahanya (Suliyanto 2010). Seorang
pelaku usaha harus melakukan analisis kelayakan terhadap ide bisnis yang akan ia
jalankan. Hal ini dilakukan untuk melihat keuntungan yang akan diperoleh atas
besarnya investasi yang telah dikeluarkan. Begitu juga dengan café martabak mini
fawwaz yang masih tergolong bisnis baru dimana diperlukan analisis kelayakan
untuk melihat seberapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta sebagai bahan
pertimbangan bagi para investornya.
Berdasarkan pemaparan dan uraian diatas, maka penelitian ini diberi judul
“ANALISIS KELAYAKAN USAHA CAFE MARTABAK MINI FAWWAZ DI
KOTA KARAWANG”
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Suliyanto (2010), keterkaitan antara aspek non finansial
dengan aspek finansial terlihat pada laporan keuangan bisnis tersebut.
Aspek pasar memiliki keterkaitan dengan nilai proyeksi penjualan.
Sedangkan aspek teknis, manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi
sosial lingkungan memiliki keterkaitan dengan proyeksi biaya pada
laporan laba rugi perusahaan. Proyeksi penjualan dikurangi dengan
proyeksi biaya menghasilkan proyeksi laba rugi. Proyeksi penjualan akan
berkaitan dengan proyeksi kas masuk pada laporan arus kas, sedangkan
7
proyeksi biaya akan berkaitan dengan proyeksi kas keluar. Proyeksi aliran
kas masuk dikurangi proyeksi aliran kas keluar akan menghasilkan
proyeksi aliran kas bersih. Aliran kas bersih inilah yang digunakan untuk
melakukan analisis kelayakan pada aspek keuangan.
Dari uraian latar belakang di atas dapat disimpulkan 3
permasalahan yaitu:
1. Apakah Café Martabak mini fawwaz dapat dikategorikan layak
berdasarkan aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial dan
lingkungan?
2. Apakah Café Martabak mini fawwaz dapat dikategorikan layak
berdasarkan aspek finansial dengan berdasarkan kriteria investasi
seperti Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP)?
3. Seberapa besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada peningkatan
harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat penjualan produk pada
usaha Café Martabak mini fawwaz agar masih tetap layak untuk
dijalankan?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis kelayakan usaha Café martabak mini fawwaz
berdasarkan aspek non finansial seperti aspek pasar, aspek teknis,
8
aspek manajemen dan hukum, serta aspek ekonomi sosial dan
lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan usaha Café martabak mini fawwaz
berdasarkan aspek finansial dengan berdasarkan kriteria investasi
seperti NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period.
3. Menganalisis besar perubahan maksimum yang boleh terjadi pada
peningkatan harga input susu pasteurisasi dan penurunan tingkat
penjualan produk pada usaha Café martabak mini fawwaz agar
masih tetap layak untuk dijalankan.
1.3 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang membutuhkannya yakni:
1. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemilik usaha dalam pengusahaan
Café martabak mini fawwaz.
2. Sebagai media bagi peneliti untuk belajar dan menambah pengalaman
serta penerapan ilmu yang didapatkan semasa kuliah.
3. Sebagai bahan referensi bagi mahasiwa yang akan melakukan
penelitian dalam hal analisis kelayakan usaha.
9
1.4 Sistematika penulisan skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang akan dilakukan peneliti berdasarkan
pada aturan sistematika yang sudah ditetapkan oleh Program Studi
Manajemen STIE Pelita Bangsa (Surya Bintarti, 2015:38-48), sehingga
dapat diuraikan sebagai berikut :
- Bab Pendahuluan, dimana pada bab ini menjelaskan tentang latar
belakang, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian,
manfaat/kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan skripsi
- Bab Kajian pustaka, dimana pada bab ini menjelaskan tentang landasan
teori meliputi pengertian kompetensi dan indikatornya, pengertian
motivasi dan indikatornya, pengertian kinerja guru dan indikatornya,
selanjtnya menjelaskan tentang penelitian terdahulu yang relevan dan
hipotesis.
- Bab metodologi penelitian, dimana pada bab ini menjelaskan tentang jenis
penelitian, tempat dan waktu penelitian, kerangka konsep yang meliputi
desain penelitian dan deskripsi operasional variabel penelitian,
selanjutnya menjelaskan tentang populasi dan sampel, metode
pengumpulan data, metode analisis data yang meliputi tahap pengolahan
data kuantitatif dan tahap pengujian instrumen penelitian.
- Bab gambaran umum obyek penelitian, dimana pada bab ini menjelaskan
tentang obyek penelitian yang meliputi visi, misi, target, sasaran,
selanjutnya menjelaskan tentang struktur organisasi yang terdiri dari
gambar struktur organisasi.
10
- Bab hasil penelitian dan Pembahasan, dimana pada bab ini menjelaskan
tentang hasil analisis data meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji
asumsi klasik, uji regresi, dan uji hipotesis, dijelaskan pula interpretasi
data/pembahasan.
- Bab penutup, dimana pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran bagi
pihak-pihak yang terkait.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.2 Landasan Terdahulu
Beberapa teori penunjang yang dipakai dalam kajian ini adalah
konsep studi kelayakan bisnis serta aspek-aspek yang dikaji dalam studi
kelayakan bisnis. Teori tersebut dikaitkan dengan penelitian terdahulu
yang memiliki topik yang serupa yaitu studi kelayakan usaha cafe. Aspek
yang dikaji dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, teknis,
manajemen dan hukum, ekonomi sosial lingkungan, serta aspek finansial.
Aspek finansial dikaji dengan menganalisis laporan laba rugi, analisis arus
kas, serta analisis sensitivitas. Selain itu kelayakan usaha berdasarkan
aspek finansial pada masing-masing penelitian terdahulu dianalisis dengan
menggunakan kriteria investasi diantaranya Net Present Value, Net B/C,
IRR, dan Payback Period.
Persaingan dalam dunia bisnis yang semakin ketat membuat pelaku usaha
tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman maupun intuisi bila ingin
membuat bisnis baru ataupun mengembangkan usahanya (Suliyanto 2010).
Pelaku usaha harus menganalisis kelayakan terhadap usahanya dari
berbagai aspek. Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian yang
bertujuan untuk memutuskan apakah sebuah ide bisnis layak untuk
dilaksanakan atau tidak (Suliyanto 2010). Menurut Umar (2005), studi
kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak
12
hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat
dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang
maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
menurut Nurmalina et al. (2010) studi kelayakan bisnis merupakan
penelaahan atau analisis tentang apakah suatu kegiatan investasi
memberikan manfaat atau hasil bila dilaksanakan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu analisis terhadap
bisnis baru maupun pengembangan sebuah bisnis yang bertujuan untuk
melihat apakah bisnis tersebut dapat memberikan manfaat bila
dilaksanakan dalam waktu yang tidak ditentukan.
Untuk memperoleh kesimpulan yang kuat tentang dijalankan atau
tidaknya sebuah ide bisnis, studi kelayakan bisnis yang mendalam perlu
dilakukan pada beberapa aspek kelayakan bisnis (Suliyanto 2010).
Suliyanto (2010) membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 6
aspek diantaranya aspek hukum, lingkungan, pasar dan pemasaran, teknis
dan teknologi, manajemen dan sumberdaya manusia, dan keuangan. Umar
(2005), membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 3 aspek
diantaranya aspek pasar, aspek internal 7 perusahaan (terdiri dari aspek
pemasaran, teknik dan teknologi, manajemen, sumberdaya manusia, dan
keuangan), serta aspek lingkungan (terdiri dari politik, ekonomi dan sosial,
lingkungan industri, yuridis, dan lingkungan hidup). Sedangkan Nurmalina
et al. (2010) membagi aspek-aspek studi kelayakan bisnis menjadi 6 aspek
13
yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, sosial ekonomi budaya,
lingkungan, dan finansial.
Kajian mengenai studi kelayakan usaha dipilih berdasarkan penelitian-
penelitian yang membahas mengenai analisis kelayakan usaha pada bisnis
yang bergerak dibidang kuliner. Beberapa penelitian terdahulu yang
melakukan analisis kelayakan usaha diantaranya dilakukan oleh
Heidyningsih (2009), Reakara (2009), Maulana (2010), dan Jeineiva
(2011). Keempat penelitian ini memiliki kesamaan yaitu sama-sama ingin
melihat kelayakan pada usaha dibidang kuliner yang dijalankan yang
berlokasi di daerah jakarta. Analisis kelayakan usaha yang mereka lakukan
tidak hanya dari sisi aspek finansial saja tetapi juga dari aspek non
finansial.
2.1 Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Non Finansial
Aspek non finansial yang dikaji pada penelitian Reakara (2009)
dan Jeineiva (2011) ini cenderung sama antara satu dengan yang lain yaitu
aspek pasar, teknis, manajemen, serta aspek ekonomi sosial lingkungan.
1. Aspek pasar
Aspek pasar dan pamasaran menempati urutan pertama dalam studi
kelayakan bisnis (Nurmalina et al. 2010). Pada tahap ini terdapat
beberapa hal yang perlu dianalisis seperti permintaan dan
penawaran produk, harga, program pemasaran yang mencakup
bauran pemasaran dan siklus kehidupan produk, serta market share
14
yang dapat dikuasai perusahaan. Menurut Suliyanto (2010),
analisis aspek pasar menganalisis jenis produk yang akan
diproduksi serta permintaan dan penawaran akan produk tersebut.
Sedangkan aspek pemasaran menganalisis apakah produk yang
dihasilkan dapat memberikan nilai yang lebih tinggi kepada
konsumen dibandingkan produk pesaing. Apabila harga produk
lebih tinggi dan kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan
pesaing maka produk tersebut akan ditinggalkan oleh konsumen.
Sedangkan menurut Umar (2005), aspek pasar dianalisis dengan
proyksi permintaan dan penawaran produk, identifikasi siklus
kehidupan produk, perkiraan penjualan yang dapat dicapai
perusahaan, serta perkiraan market share yang bisa dikuasai
perusahaan. Kemudian aspek pemasaran dianalisis dengan
menentukan segmentasi, sasaran dan posisi pasar, strategi bersaing,
dan bauran pemasaran.
Berdasarkan penelitian terdahulu, dilihat dari aspek pasar,
penelitian Reakara (2009) pada usaha Restoran Soto Kudus Di
Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat dikatakan layak untuk
dijalankan. Potensi pasar dan pangsa pasar dinilai berpotensi untuk
pemasaran produk. Jumlah permintaan soto kudus di Jabotabek
khususnya Jakarta Pusat sangat tinggi sedangkan penawarannya
masih rendah, sehingga permintaan pasar akan soto kudus sangat
potensial. Jika dilihat dari bauran pemasaran, produk yang
15
ditawarkan masih belum memiliki pesaing yang banyak, harga
yang ditetapkan juga setara dengan pesaing, lokasi usaha strategis,
serta promosi yang sudah tepat dengan menyebarkan brosur dan
kupon gratis. Begitu juga pada penelitian Jeineiva (2011), usaha
Restoran Pastel Pizza and Rijsttafel dikatakan layak karena jumlah
permintaan produk yang meningkat sejak tahun 2008 sampai 2010
meskipun yang membeli hanyalah konsumen yang loyal terhadap
restoran tersebut. Produk yang ditawarkan juga bervariasi sehingga
konsumen tidak akan merasa cepat bosan. Selain itu strategi
pemasaran yang dilakukan oleh restoran ini juga baik dimana harga
yang ditawarkan bervariasi serta adanya promosi dengan
melakukan penyebaran brosur, pemberian discount harga, serta
mempublikasikan produk di internet. Hasil analisis dari kedua
penelitian tersebut dapat ditarik sebuah indikator bahwa layaknya
usaha dibidang kuliner dari segi aspek pasar masih adanya
permintaan yang tinggi dari output yang dihasilkan serta strategi
pemasaran yang tepat untuk dapat menarik minat konsumen.
2. Aspek teknis
Aspek tenis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan
proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya
setelah bisnis tersebut selesai dibangun (Nurmalina et al. 2010).
Hal-hal yang perlu dianalasis dalam aspek bisnis seperti lokasi
usaha, besarnya skala, pemilihan mesin dan peralatan, proses
16
produksi, serta pemilihan teknologi. Berdasarkan analisis ini, dapat
diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi termasuk
biaya eksploitasinya. Serupa dengan teori tersebut, Suliyanto
(2010) mengemukakan bahwa hal-hal yang perlu dianalisis pada
aspek teknis dan teknologi adalah kelima hal yang sudah
disebutkan sebelumnya. Menurut Suliyanto (2010), meskipun
berdasarkan aspek pasar dan pemasaran suatu bisnis layak untuk
dijalankan, tetapi secara teknis tidak dapat dijalankan dengan baik
maka investasi sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan bisnis sering kali mengalami kegagalan karena tidak
mampu menghadapi masalah-masalah teknis. Menurut Umar
(2005), pengawasan kualitas produk perlu dianalisis dalam aspek
teknis selain dari kelima variabel yang telah disebutkan
sebelumnya. Kualitas produk perlu ditentukan karena perusahaan
perlu menyesuaikan kualitas produk dengan harapan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009), usaha
Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat
telah memilih lokasi yang tepat karena letaknya yang strategis.
Selain itu ruangan yang tersedia cukup memadai untuk sebuah
restoran. Sarana dan prasarana pendukung yang tersedia sangat
mendukung kelancaran operasional produksi. Oleh karena itu,
usaha Restoran Soto Kudus layak dijalankan dilihat dari aspek
teknis. Sedangkan pada penelitian Jeineiva (2011), pemilihan
17
lokasi usaha Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel didasarkan pada
kedekatan dengan lokasi pembelian bahan baku serta lokasi
produksi yang 1 bangunan dengan penjualan produk, mendukung
jalannya usaha. Tata letak telah diatur sedemikan rupa sehingga
dapat memperlancar kegiatan usaha. Sarana dan fasilitas yang
tersedia membantu kelancaran produksi. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam usaha ini diatur dengan baik dan dapat
berproduksi secara optimal karena peralatan dan perlengkapan
bahan baku merupakan faktor penting untuk memproduksi produk
restoran ini. Oleh karena itu usaha ini juga dikatakan layak untuk
dijalankan berdasarkan aspek teknis. Berdasrkan hasil analisis
aspek teknis dari kedua penelitian, indikator yang dikaji pada suatu
usaha umumnya dilihat dari lokasi usaha, sarana dan prasarana,
tata letak, dan kegiatan yang dilakukan. Apabila seluruh indikator
tersebut mendukung jalannya usaha, maka usaha tersebut dapat
dikatakan layak berdasarkan aspek teknis.
3. Aspek manajemen dan hukum
Pihak pengelola (manajemen) merupakan pihak yang
mengelola seluruh faktor produksi perusahaan sehingga bisnis
secara keseluruhan dapat mencapai berbagai macam tujuan yang
dikehendaki oleh berbagi pihak yang terlibat dalam kegiatan bisnis
(Nurmalina et al. 2010). Aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan manajemen
18
dalam masa operasi. Semasa pembangunan bisnis, hal yang
dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana jadwal
penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi masing-
masing aspek kelayakan bisnis tersebut. Sedangkan manajemen
dalam operasi hal yang dipelajari adalah bagaimana bentuk
organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi,
deskripsi masing-masing jabatan, jumlah tenaga kerja, dan
menetukan siapa anggota direksi dan tenaga inti.
Bisnis seringkali mengalami kegagalan karena terbentur
masalah hukum atau tidak memperoleh izin dari pemerintah daerah
setempat (Suliyanto 2010). Oleh karena itu, sebelum ide bisnis
dilaksanakan, aspek hukum perlu dianalisis secara mendalam.
Aspek hukum mengkaji legalitas usaha yang dijalankan, ketepatan
bentuk badan hukum dengan ide bisnis, kemampuan bisnis yang
akan diusulkan dalam memenuhi persyaratan perizinan, serta
jaminan-jaminan yang bisa disediakan jika bisnis akan dibiayai
dengan pinjaman. Selain keempat hal tersebut, Nurmalina et al.
(2010) mengemukakan bahwa aspek hukum dari suatu kegiatan
bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar
kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama dengan
pihak lain. Sedangkan Umar (2005) menambahkan bahwa dalam
aspek hukum perlu juga mempertimbangkan hak dan kewajiban
19
baik dari sisi konsumen maupun pelaku usaha serta sanksi hukum
bagi pelaku usaha.
Dilihat dari aspek manajemen, penelitian Reakara (2009)
menunjukkan bahwa Restoran Soto Kudus Di Jalan Garuda
Kemayoran Jakarta Pusat dikatakan layak untuk dijalankan.
Restoran ini merencanakan untuk membangun badan usaha berupa
Perseroan Terbatas untuk pengembangan usahanya yakni bekerja
sama dengan catering dan menjadi restoran waralaba. Struktur
organisasi yang sederhana memudahkan tugas, wewenang, dan
tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan. Sistem
ketenagakerjaan yang diterapkan perusahaan dinilai cukup
memadai. Begitu juga dengan Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel
pada penelitian Jeineiva (2011) dimana struktur organisasi dan
jenis-jenis pekerjaan tiap pekerja telah diatur dengan baik.
Pengaturan kegiatan digambarkan pada struktur organisasi yang
sederhana dengan tujuan memudahkan tugas, wewenang, serta
tanggung jawab dari masing-masing divisi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan berdasarkan
aspek manajemen. Indikator layak atau tidaknya suatu usaha pada
kedua penelitian berdasarkan aspek manajemen, dapat dilihat dari
struktur organisasinya. Meskipun struktur organisasi pada usaha
yang dijalankan sederhana, namun apabila para pegawai telah
20
menjalankan tugas dan wewenangnya dengan baik maka secara
manajemen usaha tersebut dapat dikatakan layak.
4. Aspek sosial ekonomi dan lingkungan
Sebagai titik tolak untuk melakukan analisis kelayakan bisnis,
diperlukan informasi lingkungan luar perusahaan untuk mengetahui
seberapa jauh lingkungan luar dapat memberi peluang atau ancaman
bagi bisnis tersebut (Umar 2005). Oleh karena itu analisis aspek sosial
ekonomi dan lingkungan dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan
tersebut. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang
dipelajari adalah apakah suatu bisnis dapat memberi efek bagi
perluasan penambahan kerja, pemerataan kesempatan kerja, serta
memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin
dialami oleh masyarakat sekitar lokasi bisnis. Selain itu, Umar (2005)
mengemukakan bahwa dalam aspek sosial perlu mengemban sisi
sosial kemasyarakatan agar bisnis dan masyarakat dapat hidup saling
menguntungkan.
Aspek ekonomi dalam suatu bisnis dapat memberikan
peluang peningkatan pendapatan masyarakat setempat, pendapatan
asli daerah, pendapatan dari pajak, dan menambah aktivitas
ekonomi (Nurmalina et al. 2010). Sedangkan menurut Umar
(2005), aspek ekonomi juga menganalisis bagaimana suatu bisnis
memberi kontribusi pada pembangunan nasional, nilai tambah dari
suatu bisnis yang berdampak bagi pihak yang terkait dengan bisnis
tersebut, hambatan dibidang ekonomi, serta dukungan dari
21
pemerintah. Perbedaan dari keduanya adalah ruang lingkup atas
hal-hal yang perlu dianalisis dalam aspek ekonomi apakah secara
sempit atau luas.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek lingkungan
menganalisis bagaimana pengaruh bisnis terhadap lingkungan
sekitar apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan
semakin baik atau buruk. Umar (2005), menganalisis aspek
lingkungan dengan menghubungkan bisnis dengan AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Suliyanto (2010),
menganalisis lingkungan bisnis tidak hanya dihubungkan dengan
faktor alam dengan kegiatan bisnis saja. Secara lebih kompleks
juga menganalisis lingkungan operasional yang dihubungkan
dengan pesaing dan pihak yang terkait dengan bisnis serta
lingkungan industri.
Berdasarkan hasil penelitian Reakara (2009) pada Restoran
Soto Kudus Di Jalan Garuda Kemayoran Jakarta Pusat, sistem
yang digunakan dalam memproduksi suatu produk menggunakan
sistem konsumsi yang sehat dan aman. Selain itu perusahaan ini
juga merekrut tenaga kerja yang berasal dari masyarakat sekitar
lokasi usaha. Restoran ini juga menaati peraturan pemerintah
dengan membayar pajak secara rutin. Sama seperti usaha Restoran
Pastel and Pizza Rijsttafel pada penelitian Jeineiva (2011),
kedekatan sosial antara perusahaan dan masyarakat dengan
22
mempekerjakan masyarakat sebagai pegawai sehingga dapat
menyerap tenaga kerja yang masih menganggur serta memberikan
beasiswa pendidikan bagi pegawai yang berprestasi dan loyalitas
tinggi terhadap perusahaan. Oleh karena itu, kedua usaha tersebut
dikatakan layak berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Dari kedua penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
layaknya usaha berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan
dilihat dari dampak yang ditimbulkan dari adanya usaha yang
dijalankan, penyerapan tenaga kerja dari adanya usaha, serta
bagaimana pengelolaan limbah yang dihasilkan dari usaha tersebut.
Apabila suatu usaha telah memenuhi ketiga faktor tersebut, maka
usaha dapat dikatakan layak berdasarkan aspek sosial ekonomi dan
lingkungan.
2.1.2 Kajian Studi Kelayakan Usaha berdasarkan Aspek Finansial
Aspek keuangan merupakan aspek yang paling akhir
disusun dalam sebuah penyusunan studi kelayakan bisnis karena
memerlukan informasi yang berkaitan dengan aspek sebelumnya
(Suliyanto 2010). Menurut Nurmalina et al. (2010) hal yang perlu
dikaji dalam aspek finansial adalah jumlah dana yang diperlukan,
sumber pendanaan, seberapa besar laba yang dapat diperoleh, dan
peranan bisnis dalam menyumbang pembangunan ekonomi dan
sosial daerah sekitar. Umar (2005), mengemukakan bahwa hal lain
23
yang perlu dianalisis adalah penetuan terhadap aktiva tetap yakni
sewa atau membeli serta proses pemilihan bisnis. Kemudian dalam
aspek finansial juga menganalisis kelayakan usaha dengan
berdasarkan kriteria investasi dengan menggunakan laporan arus
kas.
Kajian studi kelayakan pada penelitian Heidyningsih (2009)
dan Maulana (2010) melakukan analisis pada aspek finansial.
Kedua penelitian ini melakukan perhitungan semua biaya yang
dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari penjualan usaha
tersebut. Biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh
dimasukkan ke dalam arus kas (cash flow) dimana terdapat
komponen arus pengeluaran (outflow) serta arus penerimaan
(inflow). Hasil dari perhitungan arus kas tersebut akan dilakukan
analisis aspek finansial melalui analisis laba rugi, analisis kriteria
kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP), serta
dilakukan analisis nilai pengganti (switching value).
1. Analisis laporan laba rugi
Perhitungan laba rugi setiap tahunnya digunakan untuk
melihat pendapatan bersih sebuah usaha setelah dikurangi dengan
pengeluaran dan pajak. Heidyningsih (2009), melakukan analisis
finansial pada usaha Death by Chocolate & Spageti Restaurant
Kota Bogor, Jawa Barat. Penjualan produk per bulan dari restoran
24
ini cenderung berfluktuatif namun rata-rata laba bersih yang
diperoleh meningkat dari tahun 2007 ke tahun 2008. Berdasarkan
hasil penelitiannya, diperoleh rata-rata laba bersih pada tahun 2007
sebesar Rp22 534 460 per bulan. Pada tahun 2008 rata-rata laba
bersih meningkat menjadi Rp32 980 482 per bulan. Jika
dibandingkan dengan penelitian Maulana (2010) pada Rumah
Makan Waroeng Sederhana Kota Bogor, rata-rata laba bersih per
bulan yang diperoleh rumah makan ini lebih kecil daripada Death
by Chocolate & Spageti Restaurant. Berdasarkan hasil penelitian
Maulana (2010), rata-rata laba bersih yang diperoleh Rumah
Makan Waroeng Sederhana di tahun pertama yaitu Rp65 375 per
bulan. Sedangkan pada tahun kedua sebesar Rp2 172 200 dan pada
tahun ke-3 sebesar Rp5 279 919. Rata-rata laba bersih per bulan
Rumah Makan Waroeng Sederhana memang meningkat dari tahun
pertama hingga tahun ke-3, namun nilainya lebih kecil dibadingkan
dengan Death by Chocolate & Spageti Restaurant. Faktor
perbedaan laba bersih yang diperoleh dari kedua usaha ini yaitu
variasi dan penetapan harga produk yang disesuaikan dengan
segementasi pasar usaha tersebut. Laba bersih yang diperoleh pada
kedua penelitian tersebut merupakan keuntungan yang diperoleh
setelah dikurangi nilai pajak. Nilai pajak tersebut nantinya akan
dimasukkan kedalam analisis cashflow.
25
2. Analisis kriteria kelayakan investasi
Analisis kriteria kelayakan usaha diperoleh dari hasil
perhitungan cashflow. Penelitian Heidyningsih (2009) dan
Maulana (2010) melakukan analisis kriteria kelayakan usaha
dengan melihat hasil Net Present Value (NPV), Net B/C, Internal
Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP). Berdasarkan
analisis kriteria kelayakan finansial, Death by Chocolate & Spageti
Restaurant dikatakan layak untuk dijalankan (Heidyningsih 2009).
Pada tingkat diskonto 7 persen, diperoleh nilai NPV sebesar Rp632
626 892 atau lebih besar dari 0, Net B/C sebesar 3 yang
menunjukkan bahwa setiap pengeluaran biaya Rp 1 satuan unit
akan menghasilkan manfaat sebesar 3 kali dari biaya yang
dikeluarkan, nilai IRR sebesar 27 persen yang lebih besar
dibandingkan dengan tingkat diskonto artinya proyek yang
dilakukan oleh perusahaan memiliki tingkat pengembalian proyek
terhadap investasi yang dikeluarkan sebesar 27 persen, sedangkan
hasil analisis tingkat pengembalian investasi memperlihatkan
bahwa untuk memperoleh kembali nilai investasi yang telah
dilakukan perlu waktu selama 6 tahun 7 bulan dimana waktu ini
lebih singkat dibandingkan dengan umur usaha yaitu 10 tahun.
Begitu juga dengan penelitian Maulana (2010) pada Rumah Makan
Waroeng Sederhana yang dikatakan layak berdasarkan analisis
kriteria kelayakan finansial. Hal ini dikarenakan pada tingkat
26
diskonto 12 persen diperoleh nilai NPV sebesar Rp55 796 582
yang lebih besar dari 0, Net B/C sebesar 3.9 yang lebih besar dari
1, IRR 109 persen yang lebih besar dari tingkat diskonto 12 persen,
serta tingkat pengembalian investasi (payback period) selama 1
tahun 6 bulan yang lebih singkat dibandingkan dengan umur usaha
yaitu 3 tahun.
3. Analisis sensitivitas
Setelah dilakukan analisis kriteria kelayakan investasi,
maka selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas untuk mengetahui
kelayakan suatu usaha. Pada penelitian Heidyningsih (2009),
analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan faktor masa lampau
yang sudah pernah terjadi sebelumnya pada Death by Chocolate &
Spageti Restaurant seperti kenaikan harga BBM tahun 2007 yang
berdampak pada kenaikan harga input seperti bahan baku, biaya
transportasi, dan biaya lain sebesar 7 persen, serta adanya
penurunan jumlah output karena tingkat pembelian produk
berkurang sebesar 7 persen. Selain itu perusahaan melakukan
penurunan output sebesar 5 persen yang mengakibatkan produksi
tetap tetapi harga yang ditawarkan turun sebesar 5 persen.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas pada penelitian Heidyningsih
(2009), diperoleh kesimpulan bahwa Death by Chocolate &
Spageti Restaurant tidak sensitif terhadap kenaikan harga input,
penurunan jumlah output, serta penurunan harga ouput karena
27
usaha masih dikatakan layak berdasarkan analisis kriteria investasi.
Sedangkan pada penelitian Maulana (2010), analisis sensitivitas
dilakukan dengan menggunakan 2 skenario. Skenario I apabila
terjadi penurunan rata-rata penjualan sebesar 10 persen yang
menunjukkan bahwa faktor ini sangat sensitif terhadap kelayakan
usaha. Skenario II apabila terjadi kenaikan harga bahan baku
sebesar 6 persen yang menjadikan usaha Rumah Makan Waroeng
Sederhana tetap layak untuk dijalankan.
Penelitian ini mengambil topik yang serupa dengan kajian
penelitian terdahulu yaitu analisis kelayakan usaha. Subyek
penelitian ini serupa dengan penelitian terdahulu yaitu usaha cafe.
Perbedaannya dengan kajian penelitian terdahulu terletak pada
lokasi tempat dilaksanakannya. Penelitian ini dilakukan di café
martabak mini fawwaz yang berlokasi di pangahkaran Kota
karawang.
Aspek yang akan dianalisis pada penelitian ini umumnya
sama dengan penelitian terdahulu. Aspek non finansial yang akan
dianalisis diantaranya aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum,
serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Sedangkan pada aspek
finansial, jika penelitian terdahulu menggunakan analisis
sensitivitas maka penelitian ini akan menggunakan analisis nilai
pengganti (switching value) yang akan digunakan untuk melihat
besarnya perubahan maksimal yang boleh terjadi pada variabel-
28
variabel penting agar usaha tetap layak untuk dilaksanakan. Hal ini
dikarenakan berdasarkan data empirik pengeluaran cafe, harga
input susu pasteurisasi yang digunakan cenderung tidak mengalami
peningkatan yang signifikan.
2.1.3 Studi Kelayakan Usaha
Terdapat banyak peluang dan kesempatan bagi pelaku
usaha untuk melakukan kegiatan bisnis. Hal ini tentu menuntut
pelaku usaha untuk menilai sejauh mana kegiatan dan kesempatan
tersebut mampu memberikan keuntungan bila bisnis dijalankan.
Studi kelayakan bisnis merupakan penelaahan atau analisis apakah
suatu kegiatan investasi memberikan laba atau hasil apabila
dilaksanakan. Studi kelayakan bisnis dapat menjadi dasar untuk
menilai apakah kegiatan investasi atau suatu bisnis layak untuk
dijalankan. Dengan kata lain kelayakan dapat diartikan bahwa
usaha yang dijalankan akan memberikan keuntungan non finansial
dan finansial sesuai dengan tujuan yang mereka inginkan.
Kegiatan penyusunan studi kelayakan bisnis tidak hanya
dilakukan pada saat ide untuk merintis bisnis yang benar-benar
baru, tetapi studi kelayakan juga diperlukan ketika pelaku bisnis
akan melakukan hal-hal berikut (Suliyanto 2010):
29
1. Ketika seorang pelaku bisnis akan merintis usaha baru,
studi kelayakan bisnis dilakukan untuk mengetahui apakah
usaha yang akan dirintis layak atau tidak untuk dijalankan.
2. Ketika pelaku bisnis akan mengembangkan usaha, studi
kelayakan bisnis dilakukan untuk mengetahui apakah ide
pengembangan bisnis layak atau tidak untuk dijalankan.
3. Seringkali investor dan pelaku bisnis dihadapkan pada
masalah untuk menentukan pilihan jenis bisnis atau
investasi/proyek karena terbatasnya biaya untuk investasi.
Agar pilihan investasi dapat optimal maka diperlukan
adanya studi kelayakan bisnis untuk menentukan pilihan
dari berbagai alternatif investasi yang ada.
Menurut Nurmalina et al. (2010), tujuan yang ingin dicapai
dari konsep studi kelayakan bisnis tidak hanya memberikan
keuntungan bagi pihak perusahaan saja, namun juga pihak-pihak
terkait lain yang diantaranya:
1. Pihak investor: Investor merupakan pihak yang
menanamkan modal dalam suatu bisnis sehingga mereka
akan memperhatikan prospek bisnis tersebut
terutama tingkat keuntungan yang diharapkan. Oleh karena
itu, studi kelayakan bisnis dapat menjadi masukan bagi investor
untuk menilai apakah modal yang ditanamkan akan memberi
30
keuntungan atau tidak karena sudah dikaji dari berbagai aspek
studi kelayakan. Dengan demikian, investor dapat membuat
keputusan investasi secara objektif.
2. Pihak kreditor/bank: Studi kelayakan bisnis dapat dijadikan
penilaian terhadap segi keamanan dana yang dipinjamkan,
apakah bisnis mempunyai kemampuan untuk
mengembalikan atau tidak. Perhatian kreditor tidak hanya
pada aspek kelayakan namun juga periode pengembalian
investasi atau pinjaman.
3. Pihak analis: Studi kelayakan adalah suatu alat yang
berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran
tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu bisnis
baru, pengembangan bisnis atau menilai kembali bisnis
yang sudah ada.
4. Pihak masyarakat: Hasil studi kelayakan bisnis merupakan
suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan
perekonomian rakyat baik yang terlibat langsung maupun
muncul diakibatkan adanya nilai tambah sebagai akibat dari
adanya bisnis tersebut.
5. Pihak pemerintah: Studi kelayakan bisnis dapat dipakai
untuk menilai laba bisnis bagi perekonomian nasional. Dari
sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan berguna untuk
pengembangan sumberdaya baik pemanfaatan sumberdaya
31
alam maupun sumberdaya manusia. Selain itu hadirnya
bisnis baru dapat menambah pemasukan pemerintah baik
dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun pajak
penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perizinan,
biaya pendaftaran dan administrasi, dan lainnya yang layak
diterima sesuai ketentuan yang berlaku. Dari sudut pandang
makro, pemerintah dapat mengetahui apakah bisnis tersebut
dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah ataupun
nasional sehingga tercapai pertumbuhan PDRB dan
kenaikan pendapatan per kapita.
Umumnya, dalam menjalankan sebuah bisnis tentunya
setiap pelaku usaha membutuhkan sejumlah uang yang harus
dikeluarkan untuk membiayai kegiatan operasional maupun
investasi. Pelaku usaha tentu mengharapkan bahwa uang yang
dikeluarkan tersebut nantinya dapat memberikan laba bagi bisnis
tersebut. Sejumlah uang yang dikeluarkan untuk keperluan bisnis
harus diperhitungkan agar pelaku usaha dapat melihat apakah
bisnis tersebut memberikan laba atau tidak. Oleh karena itu, studi
kelayakan bisnis dilakukan untuk menilai sejauh mana laba yang
dapat diperoleh salama umur usaha tertentu. Penentuan panjangnya
umur usaha dapat berdasarkan tingkat kemampuan kegiatan bisnis
dapat dilihat dengan 3 cara (Nurmalina et al. 2010):
32
1. Umur ekonomis suatu bisnis merupakan ukuran umum
yang sering dipakai, ditetapkan berdasarkan jangka waktu
(periode) yang kira-kira sama dengan umur ekonomis dari
aset terbesar yang ada dibisnis.
2. Umur teknis suatu bisnis merupakan ukuran untuk
memudahkan perhitungan, biasanya digunakan untuk bisnis
yang besar atau bergerak diberbagai bidang sehingga akan
lebih mudah menggunakan umur teknis dari unsur-unsur
investasi. Umur teknis umumnya lebih panjang dari umur
ekonomis. Tetapi hal ini tidak berlaku apabila terjadi
keusangan teknologi.
3. Untuk bisnis yang umur teknis/ekonomis lebih dari 25 tahun
biasanya umur usaha ditentukan selama 25 tahun karena nilai-
nilai sesudah 25 tahun jika di discount rate dengan tingkat
suku bunga lebih besar dari 10 persen maka present value
akan kecil sekali karena nilai discount rate yang medekati nol.
Penilaian dalam studi kelayakan bisnis dilakukan secara
menyeluruh dari berbagai aspek sehingga diperlukan berbagai
informasi atau pengetahuan dari berbagai unsur atau disiplin ilmu.
Aspek yang perlu diperhatikan dalam studi kelayakan terbagi
dalam 2 kelompok yaitu aspek non finansial dan aspek finansial.
Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Banyaknya aspek yang perlu dikaji disesuaikan dengan
33
karakteristik masing-masing bisnis. Tiap-tiap aspek kelayakan
bisnis tidak berdiri sendiri melainkan harus saling berkaitan. Oleh
karena itu, kesalahan atau ketidakcermatan pada satu aspek akan
berpengaruh terhadap hasil analisis studi kelayakan secara
keseluruhan (Suliyanto 2010).
4. Kendala yang dihadapi oleh UKM: Dampak pada ukuran
perusahaan, akses ke keuangan dan pertumbuhan
Sementara bagian sebelumnya telah menunjukkan
bahwa mungkin sulit untuk membenarkan fokus UKM dengan
alasan pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan,
mereka bertanggung jawab atas sebagian besar perusahaan dan
‘‘ UKM adalah sektor swasta yang muncul di negara-negara
miskin, dan dengan demikian membentuk dasar untuk
pertumbuhan yang dipimpin sektor swasta '(Hallberg, 2001).
Ayyagari et al. (dalam pers) menunjukkan bahwa pekerjaan di
UKM, didefinisikan sebagai perusahaan dengan hingga 250
karyawan, merupakan lebih dari 60% dari total lapangan kerja
di bidang manufaktur di banyak negara (Gbr. 2). Lebih lanjut,
defisiensi finansial dan institusional dapat mencegah
pertumbuhan UKM untuk ukuran optimal mereka dan dengan
demikian menjelaskan kurangnya hubungan sebab akibat
empiris antara UKM dan pembangunan ekonomi. Karena itu,
penting untuk memahami hambatan operasi UKM dan
34
pertumbuhan dan bagaimana mereka berbeda dengan faktor
negara.
Baik di negara berkembang dan negara maju,
perusahaan kecil ternyata kurang akses ke keuangan eksternal
dan untuk lebih dibatasi dalam operasi dan pertumbuhan
mereka (Berger dan Udell, 1998; Galindo dan Schiantarelli,
2003). Survei tingkat perusahaan lintas negara baru-baru ini
telah memungkinkan para peneliti untuk tidak hanya
mengeksplorasi perbedaan perusahaan di negara-negara
tertentu, tetapi juga untuk membandingkan perusahaan di
seluruh negara dan menghubungkan perbedaan dengan
karakteristik negara seperti pengembangan keuangan dan
kelembagaan. Survei Lingkungan Bisnis Dunia (WBES)
adalah survei tingkat perusahaan unik yang dilakukan pada
tahun 1999 dan 2000 untuk lebih dari 10.000 perusahaan di
Indonesia lebih dari 80 negara. Pertama, database ini
memberikan informasi tentang hambatan yang dirasakan oleh
perusahaan dan memungkinkan peneliti untuk menghubungkan
hambatan ini dengan pertumbuhan perusahaan yang
sebenarnya. Kedua, database berisi informasi tentang
penampang luas berbagai jenis perusahaan, termasuk sejumlah
besar perusahaan kecil dan menengah, perusahaan yang
berbeda kepemilikan dan struktur organisasi.
35
2.1.4 Aspek – Aspek Studi Kelayakan Usaha
Aspek Studi Kelayakan Usaha yang digunakan sebagai bahan
evaluasi pada analisis kelayakan investasi, yaitu :
1. Aspek Pasar & Pemasaran
Menurut Nurmalina et al. (2010), sebelum melaksanakan
bisnis hendaknya dilakukan analisis terhadap aspek pasar yang
akan dimasuki oleh perusahaan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui keberadaan pasar potensial yang dimaksud atau bisnis
akan mencoba menciptakan pasar potensialnya sendiri sehingga
produk dapat menjadi leader. Dari segi pemasaran kegiatan bisnis
dapat diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang
dihasilkan mampu mendapat tempat di pasaran serta menghasilkan
jumlah yang memadai dan menguntungkan. Oleh karena itu, agar
suatu bisnis dapat dikatakan layak secara aspek pasar maka
berbagai hal yang bersangkutan dengan pasar dan pemasaran
produk perlu ditelaah. Beberapa hal yang perlu dipelajari pada
aspek pasar dan pemasaran diantaranya:
a. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut
daerah, jenis konsumen, dan perlu diperkirakan tentang
proyeksi permintaan tersebut.
36
b. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri maupun
yang berasal dari impor. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penawaran ini seperti jenis barang yang bisa menyaingi,
kebijakan dari pemerintah, dan sebagainya perlu
diperhatikan.
c. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan penetapan
harga para pesaing serta dilihat dari harga pokok produksi.
d. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang
akan dipergunakan
2. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan
dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan
pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun.
Berdasarkan analisis ini pula dapat diketahui rancangan awal
penaksiran biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya. Hal-hal
yang penting untuk dikaji menyangkut aspek teknis adalah
(Nurmalina et al. 2010):
a. Lokasi bisnis, yakni dimana suatu bisnis dilaksanakan baik
untuk pertimbangan lokasi, apakah potensial untuk
didirikannya suatu bisnis.
37
b. Besarnya skala operasi/luas produksi yang ditetapkan untuk
mencapai suatu tingkatan ekonomis.
c. Kriteria pemilihan peralatan utama dan alat pendukung
serta konsep dari yang akan didirikan.
d. Cara proses produksi dilakukan untuk menghasilkan output
yang berkualitas.
e. Jenis teknologi yang digunakan.
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen
mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis
dan manajemen dalam masa operasi. Dalam masa pembangunan
bisnis, hal yang dipelajari adalah siapa pelaksana bisnis, bagaimana
jadwal penyelesaian bisnis, dan siapa yang melakukan studi
masing-masing aspek kelayakan bisnis. Manajemen dalam operasi
mempelajari bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih,
bagaimana struktur organisasi, jumlah tenaga kerja yang
digunakan, serta deskripsi pekerjaan masing-masing jabatan. Perlu
diketahui bahwa mengevaluasi aspek manajemen lebih sulit
dilakukan dengan aspek lain karena sifatnya yang tidak kasat mata
serta cenderung kepada hal-hal kualitatif.
38
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek hukum
mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan dan
mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan
menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta,
sertifikat, dan izin. Disamping itu aspek hukum diperlukan dalam
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat
menjalin jaringan kerjasama dengan pihak lain.
4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek sosial yang
dipelajari yaitu penambahan kesempatan kerja atau pengurangan
pengangguran. Selain itu, aspek ini juga mempelajari pemerataan
kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut bagi
lingkungan sekitar lokasi bisnis. Aspek sosial memperhatikan
manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh
masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Pertimbangan-pertimbangan
sosial lain harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan
apakah suatu bisnis yang diusulkan tanggap terhadap keadaan
sosial tersebut.
Nurmalina et al. (2010) menilai bahwa aspek ekonomi
suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan
masyarakat, pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak, dan
dapat menambah aktivitas ekonomi. Sebuah bisnis tidak akan
39
ditolak oleh masyarakat sekitar apabila secara sosial budaya dapat
member kesejahteraan. Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek
lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhdap
lingkungan, apakah dengan adanya bisnis dapat menciptakan
lingkungan yang semakin baik atau semakin merusak lingkungan.
Pertimbangan tentang sistem alami dam kualitas lingkungan dalam
analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu
bisnis sendiri, sebab tidak ada bisnis yang mampu bertahan lama
apabila tidak dapat bersahabat dengan lingkungan.
5. Aspek Financial
Banyak perusahaan yang menutup usahanya karena salah
dalam melakukan analisis keuangan (Suliyanto 2010). Kesalahan
dalam analisis keuangan dapat disebabkan karena salah dalam
memproyeksikan pendapatan, biaya investasi, maupun kesalahan
dalam memproyeksikan biaya operasional. Oleh karena itu, analisis
aspek keuangan dapat dipisahkan dari analisis pada aspek non
finansial. Menurut Suliyanto (2010) analisis pada aspek hukum
berkaitan dengan biaya untuk mengurus perizinan, aspek
lingkungan berkaitan dengan biaya sosial yang harus dikeluarkan
dalam rangka menjalin hubungan antara perusahaan dengan
lingkungan sekitar, analisis aspek pasar dan pemasaran berkaitan
dengan proyeksi penjualan/pendapatan, analisis aspek teknis dan
40
teknologi berkaitan dengan pembangunan serta biaya pengadaan
peralatan dan teknologi, dan analisis aspek manajemen berkaitan
dengan biaya operasional untuk membayar tenaga kerja.
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek finansial
mempelajari berapa jumlah dana yang dibutuhkan untuk
membangun dan kemudian mengoperasikan kegiatan bisnis.
Setelah diketahui jumlah dana yang dibutuhkan kemudian
dipelajari darimana kemungkinan dana tersebut diperoleh. Berapa
banyak investor yang bersedia menanamkan dananya dalam
kegiatan bisnis, darimana dan dalam jumlah berapa pinjaman yang
dapat diperoleh bila dana dari investor tindak mencukupi,
bagaimana persyaratan peminjaman, dan sejauh mana kemampuan
bisnis untuk memenuhi persyaratan di masa yang akan datang.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu, merupakan hasil-hasil penelitian
terdahulu yang memberikan informasi terkait dengan metode
penelitian, hasil, pembahasan yang digunakan sebagai dasar
perbandingan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian
terdahulu dari penelitian ini adalah sebagai berikut
1) Gerry Anugrah Dwiputra dalam artikel yang berjudul Analisis
Pengembangan Usaha Rumah makan Krebo Jantan, terbit di Jurnal
41
Sistem dan Manajemen Industri Vol 1 No 2 Desember 2017, 85-90
p-ISSN 2580-2887, e-ISSN 2580-2895 dengan mendapatkan
kesimpulan : Sesuai dengan Analisa SWOT yang telah dilakukan,
maka dari Aspek Pasar menunjukkan bahwa Rumah Makan Krebo
Jantan telah mampu memaksimalkan kekuatan (strength), dengan
memiliki Chef handal, kualitas karyawan yang handal serta tempat
yang nyaman. Menutupi kelemahan (weaknesses) dengan
mempersiapkan seluruh bisnis proses berdasarkan SOP, dan
Marketing Process perlu ditingkatkan kembali. Memanfaatkan
peluang (oppurtinities) dengan memanfaatkan peluang investasi
besar di daerah Cilegon dengan UMK yang besar, dan menawarkan
jenis keragaman makanan terhadap pelanggan. Menangkal semua
ancaman (threats) dengan menganalisa calon pesaing dan
menerapkan perbaikan secara terus menerus. Berdasarkan hasil
analisis Finansial menunjukkan bahwa semua kriteria kelayakan
secara Finansial sudah terpenuhi, maka penanaman modal untuk
pengembangan Rumah Makan Krebo Jantan adalah Layak untuk
dilaksanakan dengan kondisi yang masih normal.
2) Penelitian Abidatul Afiyah Muhammad dan Saifi Dwiatmanto
dalam artikel yang berjudul Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pendirian Home Industri terbit dijurnal Administrasi Bisnis (JAB)
Vol. 23 No. 1 Juni 2015 dengan mengasilkan kesimpulan: 1)
Analisis pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa prospek Home
42
Industry Cokelat “Cozy” cukup baik, hal ini dilihat dari
peningkatan jumlah permintaan setiap tahun. Ketersediaan bahan
baku dan bahan pembantu yang memadai, dan strategi terkait
bauran pemasaran yang cukup bagus. 2) Analisis teknis dan
produksi meninjukkan bahwa kondisi tempat serta perlatan
produksi tetap bersih dan terjaga kualitasnya, serta memenuhi
kapasitas produksi. 3) Analisis organisasi dan manajemen
menunjukkan bahwa pemilik usaha telah menjalankan fungsi-
fungsi manajemen dengan cukup baik, dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Bentuk struktur
organisasi garis atau lini menunjukkan pemilik usaha berupaya
untuk menjalin hubungan yang baik dengan karyawan, dan
membina solidaritas yang tinggi antar karyawan. 4) Analisis
finansial dengan menggunakan 100% modal sendiri dikatakan
layak berdasarkan hasil perhitungan kelayakan investasi yang
meliputi Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI), karena masing-
masing perhitungan memenuhi kriteria investasi, dimana nilai PP
atau jangka waktu pengembalian modal kurang dari umur investasi
(5 tahun), nilai NPV yang positif atau lebih besar dari nol, nilai
IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga deposito (7,75%),
dan nilai PI yang lebih besar dari satu.
43
3) Penelitian Amir Halid, Muh. Muhtar , dan Sri Yusnani
Mokodompit dalam artikel yang berjudul Financial feasibility
analysis, small business farm beef cattle livestock in Gorontalo
District terbit di jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan
Daerah Vol. 5. No.2, October – December 2017 ISSN: 2338-4603
(print); 2355-8520 dengan menghasilkan kesimpulan: 1)
Pengembangan bisnis sapi potong adalah industri agribisnis
dilapangan dalam kegiatan yang tidak terbatas, usaha ternak sapi
menyatakan budidaya ini dipotong untuk membawa keuntungan
tinggi. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kesejahteraan
masyarakat, dalam bisnis ini juga tidak memerlukan biaya yang
besar dari segi teknis (biaya sarana dan prasarana). 2) Berdasarkan
hasil analisa aspek keuangan ternak sapi perah yang layak untuk
dikembangan karena nilai NPV yang lebih tinggi (>) daripada hasil
analisa 1, IRR yang didapatkan lebih besar dari jumlah yang
ditentukan sebesar 12%. Sedangkan untuk nilai rasio R/C juga >1.
Adapun periode payback, waktu terpanjang ada;ah pada skala 3-4
sapi yaitu 8 tahun 11 bulan 26 hari.
4) Penelitian Abidatul Afiyah Muhammad dan Saifi Dwiatmanto
dalam artikel yang berjudul Analisis Studi Kelayakan Usaha
Pendirian Home Industri terbit dijurnal Administrasi Bisnis (JAB)
Vol. 23 No. 1 Juni 2015 dengan mengasilkan kesimpulan: 1)
Analisis pasar dan pemasaran menunjukkan bahwa prospek Home
44
Industry Cokelat “Cozy” cukup baik, hal ini dilihat dari
peningkatan jumlah permintaan setiap tahun. Ketersediaan bahan
baku dan bahan pembantu yang memadai, dan strategi terkait
bauran pemasaran yang cukup bagus. 2) Analisis teknis dan
produksi meninjukkan bahwa kondisi tempat serta perlatan
produksi tetap bersih dan terjaga kualitasnya, serta memenuhi
kapasitas produksi. 3) Analisis organisasi dan manajemen
menunjukkan bahwa pemilik usaha telah menjalankan fungsi-
fungsi manajemen dengan cukup baik, dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. Bentuk struktur
organisasi garis atau lini menunjukkan pemilik usaha berupaya
untuk menjalin hubungan yang baik dengan karyawan, dan
membina solidaritas yang tinggi antar karyawan. 4) Analisis
finansial dengan menggunakan 100% modal sendiri dikatakan
layak berdasarkan hasil perhitungan kelayakan investasi yang
meliputi Payback Period (PP), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), dan Profitability Index (PI), karena masing-
masing perhitungan memenuhi kriteria investasi, dimana nilai PP
atau jangka waktu pengembalian modal kurang dari umur investasi
(5 tahun), nilai NPV yang positif atau lebih besar dari nol, nilai
IRR yang lebih besar dari tingkat suku bunga deposito (7,75%),
dan nilai PI yang lebih besar dari satu.
45
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif, jenis penelitian
yang dignakan untuk meneliti pada objek alamiah, dimana peneliti
merupakan instrumen kunci (Sugiono,2005). Hal tersebut berdasarkan
pada judul yang di teliti yaitu “ ANALISIS KELAYAKAN USAHA
CAFE MARTABAK MINI FAWWAZ “
3.2 Tempat dan Waktu peneltian
Penelitian dilakukan di Café Martabak Mini Fawwaz yang
berlokasi di Jalan Pangahkaran Kota Karawang. Pemilihan lokasi
penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan
bahwa usaha Café Martabak Mini Fawwaz baru berjalan Desember 2013
sampai sekarang , namun ingin diidentifikasi apakah sudah memenuhi
kriteria kelayakan usaha. Dan waktu penelitian dilaksanakan di pada bulan
maret sampai dengan agustus 2019 dengan tabel sebagai berikut :
46
Tabel 3.1
No Uraian Maret
2019
April
2019
Mei
2019
Juni
2019
Juli
2019
Agustus
2019
1 Bimbingan
2 Kuesioner
3 Wawancara
4 Analisis
data
5 Pengolahan
data
sumber: peneliti
3.3. Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang usaha dibidang Cafe Martabak Mini Fawwaz terus
berkembang seiring dengan minat masyarakat untuk melakukan kegiatan
berwirausaha untuk mengembangkan usahanya sehingga menciptakan
persaingan yang semakin ketat. Pangahkaran adalah di sebuah kota
Karawang, Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha
Martabak Mini Fawwaz . Terdapat 2 aspek yang akan diteliti, yaitu aspek
non finansial dan aspek finansial. Aspek non finansial meliputi aspek
pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta aspek sosial ekonomi dan
lingkungan. Aspek pasar dapat dilihat dari potensi dan target pasar serta
startegi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola. Aspek teknis dapat
dilihat dari lokasi bisnis, proses produksi, dan tata letak Usaha Martabak
Mini Fawwaz.
47
Gambar 3 Kerangka pemikiran operasional analisis kelayakan usaha Café Martabak
Mini Fawwaz di Pangahkaran Kota Karawang.
3.4 Metode pengumpulan data dan Pengolahan data
Metode pengumpulan data primer yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu langsung ke lokasi cafe dengan melakukan
wawancara dengan pemilik cafe, manajer operasional, dan manajer
keuangan café martabak mini. Sedangkan pengumpulan data sekunder
ANALISIS KELAYAKAN USAHA CAFÉ MARTABAK
MINI FAWWAZ
Aspek Non Finansial Aspek Finansial
1. Analisi laporan
laba rugi
2. Analisis Arus
kas (Cash Flow)
3. Analisis Kriteria
Investasi
1. Customer Segment
2. Aspek Teknis
3. Aspek Manajemen dan
Hukum
4. Aspek Sosial Ekonomi
dan Lingkungan
Usaha Layak Usaha Tidak Layak
Implementasi
Hasil Penelitian
48
dilakukan dengan wawancara ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota karawang, penelusuran literatur dari berbagai sumber buku dan
artikel.
3.5 Metode Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif.
Data yang bersifat kualitatif dianalisis berdasarkan aspek non
finansial yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum, serta
aspek sosial ekonomi dan lingkungan. Sedangkan data kuantitatif
dianalisis berdasarkan aspek finansial dengan kriteria kelayakan
investasi dan analisis nilai pengganti.
3.6 Metode Analisis Data
1. Analisis Kelayakan Non Finansial
Subyek yang akan diteliti yaitu Café Martabak Mini
Fawwaz dengan tujuan untuk memperoleh gambaran kelayakan
usahanya melalui aspek non finansial dan finansial. Analisis
kelayakan aspek non finansial akan mengkaji kelayakan usaha dari
berbagai aspek yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan hukum,
serta aspek ekonomi sosial, dan aspek lingkungan. Pada aspek
pasar, variabel yang akan dianalisis meliputi potensi dan target
pasar serta strategi pemasaran yang dilakukan pihak pengelola.
Pada aspek teknis, variabel yang akan dianalisis meliputi lokasi
bisnis, proses produksi, dan tata letak Café Martabak Mini
49
Fawwaz. Pada aspek manajemen dan hukum variabel yang akan
dianalisis adalah bentuk badan usaha, struktur organisasi, deskripsi
pekerjaan masing-masing pegawai, dan sistem penggajian pegawai.
Sedangkan pada aspek ekonomi sosial dan lingkungan, variabel
yang akan dianalisis yaitu bagaimana dampak dari keberadaan
Café Martabak Mini Fawwaz terhadap lingkungan sekitar lokasi
cafe dan apakah keberadaan usaha menciptakan lingkungan yang
semakin baik atau semakin rusak.
2. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis kelayakan aspek finansial Café Martabak Mini
Fawwaz mengggunakan laporan laba rugi dan arus kas. Dasar
penilaian kriteria kelayakan finansial menggunakan metode kriteria
kelayakan investasi yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit
Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), Payback
Period (PP), serta analisis nilai pengganti untuk melihat kondisi
kelayakan finansial usaha jika terjadi peningkatan harga input susu
pasteurisasi dan penurunan harga jual produk Martabak Mini.
3. Laporan laba rugi
Salah satu langkah penting yang dilakukan dalam
pengelolaan bisnis adalah menyusun laporan laba rugi yang berisi
tentang total penerimaan pengeluaran dan kondisi keuntungan yang
diperoleh suatu perusahaan dalam satu tahun akuntansi atau
50
produksi (Nurmalina et al. 2010). Laporan laba rugi
menggambarkan kinerja perusahaan dalam upaya mencapai
tujuannya selama periode tertentu. Laporan laba rugi merupakan
ringkasan dari 4 jenis kegiatan dalam suatu bisnis. Keempat jenis
kegiatan tersebut terdiri dari pendapatan dari penjualan produk dan
jasa, beban produksi untuk mendapatkan barang atau jasa yang
akan dijual, beban yang timbul dalam memasarkan dan
mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen, serta beban
keuangan dalam menjalankan bisnis. Format penyusunan laporan
laba rugi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Format laporan laba rugi
No Uraian Keterangan
1 penerimaan A=B+C
Penerimaan usaha B
Penerimaan luar usaha C
2 Biaya variable D
3 Marjin kotor E=A-D
4 Biaya tetap F
5 Laba kotor (laba sebelum bnga pajak)G=E-F
6 Bunga (1%) H
7 Laba sebelum pajak I=G=H
8 Pajak (1%) J
9 Laba bersih K=I-J
Sumber : Nurmalina et al. 2010
aJumlah bunga yang dibayarkan = r% x total hutang
bJumlah pembayaran pajak = t% x laba sebelum pajak
51
A. Laporan arus kas
Menurut Nurmalina et al. (2010) aliran penerimaan dan pengeluaran
dalam bisnis dikenal dengan istilah aliran kas (cash flow), yakni aktivitas
keuangan yang mempengaruhi posisi/kondisi kas pada suatu periode tertentu.
Cash flow disusun untuk menunjukkan perubahan kas dalam satu periode tertentu
serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan
darimana sumber-sumber kas dan penggunaan-penggunanaanya. Pada studi
kelayakan bisnis, cash flow menjadi bagian terpenting yang harus diperhatikan
oleh pihak manajemen, investor, konsultan, dan stakeholder lainnya untuk
memperhitungakan kelayakan berdasarkan kriteria kelayakan investasi yang ada.
Penyusunan cash flow berbeda dari satu bisnis dengan bisnis lainnya karena
dipengaruhi oleh jenis bisnis itu sendiri, proses kegiatan produksi, serta keadaan
kesiapan dimulainya suatu bisnis. Unsur yang terdapat dalam laporan arus kas
yaitu inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran), laba bersih, dan laba
bersih tambahan bila diperlukan. Tabel 4 menggambarkan penyusunan laporan
arus kas.
Tabel 4 Format laporan arus kas
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
I Arus kas masuk
Penerimaan usaha
Penerimaan luar usah
Nilai sisa
Total arus kas masuk
52
II Arus kas keluar
Biaya investasi
Biaya variable
Biaya tetap
Biaya lainya
Pajak
Total arus kas keluar
III Net benefit=(I-II)
IV DF= 1 dengan i= DR(%/)
(1+i)t
V PV Net Benefit (NPV) = (III) (IV)
Sumber : Nurmalina et al.2010
B. Kriteria Kelayakan Investasi
1. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah selisih atara total present value laba
dengan total present value biaya, atau jumlah present value dari laba
bersih selama umur usaha (Nurmalina et al. 2010). Nilai yang dihasilkan
dari perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang. Rumus menghitung
NPV adalah sebagai berikut:
NPV = = 1 = = 1 = = 1
Sumber : Nurmalina et.al. 2010
Keterangan :
Bt = Laba pada tahun t
Ct = Biaya pada tahun t
t = Tahun kegiatan bisnis (t = 0, 1, 2, …., n)
i = Tingkat DR (%)
= discount factor (DF) pada tahun ke t
53
Kriteria investasi berdasarkan NPV yaitu:
a) NPV=0, artinya usaha tersebut mampu mengembalikan persis sebesar
modal sosial opportunities cost faktor produksi normal, dengan kata lain,
usaha tersebut tidak untung dan tidak rugi.
b) NPV>0, artinya suatu usaha sudah dinyatakan menguntungkan dan
dapat dilaksanakan.
c) NPV<0, artinya usaha tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang
dipergunakan, dengan kata lain usaha tersebut merugikan dan sebaiknya
tidak dilaksanakan.
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan angka perbandingan antara
jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan jumlah nilai sekarang yang
bernilai negatif (Nurmalina et al. 2010). Rumus untuk menghitung Net B/C
adalah:
Net B/C = dimana
Sumber : Nurmalina et.al. 2010
Keterangan :
Bt = Laba yang diperoleh tiap tahun
Ct = Biaya yang dikeluarkan tiap tahun
n = Jumlah tahun
i = tingkat DR (%)
Kriteria investasi berdasarkan Net B/C adalah:
a) Net B/C=1, maka NPV=0, usaha tidak untung dan tidak rugi.
b) Net B/C>1, maka NPV>0, usaha menguntungkan.
c) Net B/C<1, maka NPV<0, usaha merugikan.
54
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat rata-rata keuntungan internal
tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan
persen (Nurmalina et al. 2010). Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga
maksimal yang dapat dibayar oleh usaha untuk sumberdaya yang digunakan.
Suatu usaha dianggap layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku dan sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga
yang berlaku, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus untuk
menghitung IRR adalah:
IRR = + x ( – )
Sumber : Nurmalina et al. 2010
Keterangan :
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negative
4. Payback Period (PP)
Payback Period (PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu
metode dalam menilai kelayakan suatu usaha yang digunakan untuk mengukur
periode jangka waktu pengembalian modal. Bila nilai PP lebih pendek
dibandingkan dengan jangka waktu umur ekonomi usaha maka investasi yang
ditanamkan layak, begitu juga sebaliknya. Rumus yang digunakan untuk
menghitung jangka pengembalian investasi adalah :
55
Payback Period =
Sumber : Nurmalina et al. 2010
Keterangan :
I = Besarnya investasi yang dibutuhkan
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
5. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value)
Menurut Nurmalina et al. (2010), analisis nilai pengganti merupakan
perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan suatu
komponen inflow (penurunan harga output atau penurunan produksi) atau
perubahan komponen outflow (peningkatan harga input atau peningkatan harga
produksi) yang masih ditoleransi agar bisnis masih tetap layak. Maka dari itu,
perubahan yang terjadi jangan melebihi nilai tersebut. Bila melebihi maka bisnis
menjadi tidak layak untuk dijalankan. Perhitungan ini mengacu kepada berapa
besar perubahan yang terjadi sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV=0).
Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba
perubahan maksimum yang boleh terjadi akibat perubahan didalam komponen
inflow atau outflow.
56
BAB IV
GAMBARAN UMUM USAHA CAFÉ MARTABAK MINI
FAWWAZ
4.1 Sejarah Martabak Mini Fawwaz
Martabak Mini Fawwaz yang berlokasi di pangahkaran kota
.karawang oleh Wawan Hermawan. yang awal mulanya berjualan di booth
dan kemudian martabak mini fawwaz terus berkembang membuka dan
menjadikan Café Martabak Mini Fawwaz semakin luas.
Bentuk usaha yang digunakan oleh Café Martabak Mini Fawwaz
adalah usaha perorangan dan masih tergolong dalam kategori Usaha Kecil
Menengah .Modal berasal dari modal pribadi dan investor, Modal awal
yang dibutuhkan untuk membangun cafe ini sekitar 300 juta rupiah.
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membangun cafe ini dibantu
dengan adanya 3 investor dengan kepemilikan saham yang berbeda-beda
diantaranya Ratu 37.6 persen, Riki 1.4 persen, dan Yadi 0.6 persen.
Sebagian keuntungan yang diperoleh cafe akan dibagikan kepada para
investor sesuai dengan besarnya saham yang dimiliki oleh investor
tersebut. Para investor ini tidak memiliki hak untuk mengelola cafe,
mereka hanya berperan sebatas dalam penyediaan modal saja.
57
4.2 Lokasi Perusahaan
Café Martabak Mini Fawwaz berlokasi di Jalan pangahkaran Kota
Karawang. Status kepemilikan tempat usaha ini adalah sewa dengan
sistem bagi hasil. Alasan pemilik cafe menyewa bangunan dikarenakan
keterbatasan modal yang dimiliki. Pemilik bangunan merupakan kerabat
dari pemilik cafe yang sekaligus dijadikan sebagai sekretariat Himpunan
Pengusaha Muda Indonesia. Lokasi ini dipilih karena letaknya yang
strategis dimana tempat yang cukup dikenal masyarakat sebagai salah satu
pusat wisata kuliner Kota Karawang. Selain itu, kawasan ini juga
berdekatan dengan sekolah dan kampus sehingga semua kalangan dapat
dengan mudah mengakses cafe ini.
cafe ini memiliki desain yang bertema klasik ,produk utama cafe
yaitu martabak mini dengan susu. Bagian bangunan yang dijadikan
sebagai cafe tidak secara utuh melainkan hanya bagian teras bangunan
saja. Teras tersebut diubah sesuai dengan tema klasik dengan teras dibuat
dari bambu serta pada bagian bar dibuat dari kayu. Selain disesuaikan
dengan tema, pemilihan material pada bangunan cafe yang demikian juga
dikarenakan modal yang terbatas. Luas bangunan yang disewa yaitu seluas
185 m2 yang terdiri dari ruang makan, dapur, ruang cuci, dan kamar
mandi. Kapasitas dari ruang makan adalah 40 orang, terdiri dari 10 meja
dan masing-masing 4 bangku untuk setiap meja.
58
4.3 Visi dan Misi usaha Café Martabak Mini Fawwaz
1. Visi Martabak Mini Fawwaz
• Menjadi kuliner yang digemari semua usia dan kalangan
masyarakat.
• Menjadi salah satu cemilan yang sehat dan murah
2. Misi Café Martabak Mini Fawwaz
• Mengutamakan kualitas dalam hal rasa, penyajinan
makanan dan pelayanan.
• Mengembangkan usaha di beberapa tempat strategis.
Berbagai ide kretaif dilakukan pengelola untuk menumbuhkan
loyalitas dan kenyamanan konsumen terhadap Cafe Martabak Mini
Fawwaz tersebut. Untuk menghindari kejenuhan konsumen, pemilik
melakukan berbagai promosi unik serta menawarkan produk-produk yang
umumnya sudah dikenal konsumen namun disajikan dengan tampilan yang
berbeda dari yang lain. Pelayanan yang ramah juga menjadi salah satu
kunci pihak pemilik untuk menumbuhkan citra cafe yang baik dimata
konsumenya.
4.3 Deskripsi Usaha Martabak Mini Fawwaz
Pemilik usaha mencoba sesuatu yang baru untuk menghadapi
persaingan dibidang kuliner. Ditengah beragamnya usaha kuliner dikota
59
karawang. Pemilik juga menyajikan beberapa makanan seperti chicken
rice dan steak dan kuliner lainya , dengan produk unggulan tetap Martabak
mini.
Cafe Martabak Mini Fawwaz beroprasi pada hari senin sampai
minggu mulai pukul 10.00 s/d 21.00 WIB. ini menyajikan menu andalan
nya yaitu martabak dengan berbagai varian rasa serta beragam makanan
dan minuman lainya.
4.4 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Café Martabak Mini Fawwaz yang dimiliki
saat ini masih sederhana. Akan tetapi dengan adanya Struktur Organisasi
maka tugas,wewenang, dan tanggung jawab setiap bagian dalam
perusahaan dapat dilihat dengan jelas.
Struktur Organisasi Martabak Mini Fawwaz dapat dilihat pada Gambar 2.
60
Owner
Operational
Manager Accounting
Manager
Captain
Waiter
Coordinator
Barista
Barista
Storeman Cashier Head Chef
Assisten Chef
Cook
Steward
Gambar 3 Struktur Organisasi Martabak Mini Fawwaz
Sumber : Martabak Mini Fawwaz 2019
Kebijakan dan keputusan besar dipegang oleh pemilik cafe (owner).
Owner hanya bertindak sebagai evaluator dan pemegang kontrol serta pengambil
keputusan dengan melakukan rapat atau musyawarah dengan tim manajemen.
Owner tidak turun tangan langsung dalam kegiatan operasional namun akan
mendapatkan laporan operasional setiap bulan dari manajer operasional. Manajer
operasional bertanggung jawab atas semua kegiatan operasional di cafe termasuk
mengawasi kinerja pelayan, barista, serta bagian dapur produksi. Selain itu
61
manajer operasional , membuat desain daftar menu, serta mempromosikan cafe
melalui media sosial.
Manajer operasional bertanggung jawab atas bagian pelayanan, barista,
dan dapur produksi. Para pelayan (waiter) dikepalai oleh seorang kepala pelayan.
Para pelayan bertugas melayani para konsumen, mulai dari pemesanan menu
sampai penyajiannya serta memastikan kerapian dan kebersihan meja dan kursi.
Selain itu, pelayan juga berkewajiban menyampaikan informasi mengenai menu
spesial dan merekomendasikan menu favorit di cafe. Sedangkan bagian barista
bertugas untuk membuat minuman sesuai pesanan juga berkewajiban untuk
menjaga kebersihan dan umur pakai dari bar. Bagian dapur produksi dikepalai
oleh seorang kepala koki. Bagian ini bertugas untuk membuat makanan sesuai
dengan pesanan konsumen serta menjaga kualitas dan kehigienisan makanan.
Didalam bagian dapur produksi juga terdapat pegawai yang bertugas untuk
membersihkan peralatan makan dan dapur (steward).
Manajer keuangan bertugas untuk mengatur, memeriksa, dan bertanggung
jawab atas alur kas baik penerimaan maupun pengeluaran. Manajer keuangan juga
bertanggung jawab atas kinerja kasir serta bagian pembelian bahan baku. Kasir
bertugas dalam menerima transaksi pembayaran dari konsumen. Sedangkan
bagian pembelian bahan baku (storeman) bertugas untuk mencatat persediaan
bahan baku yang diperlukan dan membeli bahan baku yang diperlukan untuk
kegiatan operasional. Untuk bagian keamanan, petugas keamanan berasal dari
masyarakat sekitar namun tidak tergabung kedalam manajemen cafe.
62
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Kelayakan Non Finansial
1. Analisis Aspek pasar
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek pasar dan pemasaran
menempati urutan pertama dalam studi kelayakan usaha. Pada tahap ini
besar permintaan produk serta kecenderungan perkembangan permintaan
selama masa kehidupan bisnis yang akan datang perlu diperkirakan
dengan cermat. Dari segi pemasaran kegiatan bisnis diharapkan dapat
beroperasi secara sehat bilamana produk yang dihasilkan mampu
mendapat tempat di pasaran serta menghasilkan penjualan yang memadai
dan menguntungkan.
2. Strategi pasar
Produk yang dipasarkan agar dapat memasuki pasar sasaran maka
para pemasar menggunakan instrument yang dikenal dengan bauran
pemasaran (Laksana, 2008). Bauran pemasaran (Marketing Mix) meliputi
produk, harga, tempat, dan promosi.
a. Produk
Produk yang menjadi andalan di Café Martabak Mini Fawwaz
adalah berbagai olahan susu. Namun disamping itu, terdapat pula berbagai
minuman lain serta berbagai varian makanan. Presentasi makanan yang
disajikan di cafe ini tergolong unik karena menggunakan alat makan
seperti, talenan kayu yang digunakan untuk menyajikan roti bakar, gelas
63
cantik yang digunakan untuk menyajikan beberapa minuman lain. Hal ini
dikarenakan banyak konsumen yang mencari sesuatu yang unik dan
mewah saat berwisata kuliner. Pemilihan penggunaan alat makan ini juga
disesuaikan dengan tema cafe yaitu klasik. Penggunaan alat makan
tersebut termasuk kedalam strategi cafe disamping menjaga kualitas dan
melakukan inovasi terhadap produk-produk yang ditawarkan.
Gambar 5 Penyajian beberapa produk Café Martabak Mini Fawwaz Sumber: Café Martabak Mini Fawwaz 2019
Untuk menjaga agar konsumen tidak bosan dengan produk yang
ditawarkan, manajemen melakukan inovasi dengan menawarkan produk baru.
Inovasi produk didasarkan atas permintaan dari konsumen, apabila permintaan
tinggi maka tidak menutup kemungkinan produk tersebut akan dijadikan menu
tetap di cafe. Selama beroperasi rcafe ini telah melakukan 2 kali inovasi produk.
Pertama, martabak mini yang ditambahkan dengan produk terkenal seperti Beng-
64
beng, Cadburry, dan Milo. Kedua, produk yang diberi nama Angry Fruit yaitu
susu dengan buah yang melimpah.
b. Harga
Sebagai pendatang baru, awalnya pihak manajemen menetapkan
harga berdasarkan harga pesaing di lingkungan sekitar cafe yaitu Sop
Buah Pak udin. Hal ini dikarenakan lokasi kedua cafe yang berdekatan
serta segmen pasar yang dituju serupa. Akan tetapi setelah dilakukan
perhitungan berdasarkan besarnya biaya produksi dan bahan baku,
diketahui bahwa penetapan harga awal tersebut tidak mampu memberikan
keuntungan maksimal sesuai target. Oleh karena itu, pihak manajemen
menaikan harga untuk beberapa produk makanan sekitar Rp1 000 sampai
Rp2 000. Khusus untuk Chicken Cordon Bleu terjadi kenaikan harga dari
Rp20 000 menjadi Rp26 000. Kenaikan harga ini disesuaikan dengan
harga Chicken Cordon Blue di pasaran dan pihak manajemen merasa harga
yang mereka tetapkan masih tergolong dibawah harga rata-rata makanan
tersebut. Kenaikan harga ini terjadi setelah 4 bulan café beroperasi.
Harga yang ditawarkan untuk makanan dan minuman di Café
Martabak Mini bervariasi (Lampiran 1). Untuk makanan berkisar antara
Rp11 000 sampai Rp26 000. Harga yang ditawarkan untuk cemilan
berkisar antara Rp6 000 sampai Rp17 500. Untuk produk minuman susu
seperti Freshmilk, Hot Milk dan Milkshake harga yang ditawarkan berkisar
65
antara Rp5 000 sampai Rp16 500. Sedangkan untuk minuman lainnya
berkisar antara Rp3 000 sampai Rp16 000.
c. Tempat
Café Martabak Mini Fawwaz berlokasi di Jalan pangahkaran kota
karawang. Alasan pemilihan lokasi ini dikarenakan lokasi ini masih berada
di dalam kawasan ramai Kota karawang. Selain itu kawasan ini juga dekat
dengan kampus dan sekolah sehingga dapat dengan mudah diakses oleh
mahasiswa dan pelajar yang merupakan target pasar utama cafe ini.
5.1.1 Hasil Analisis Aspek pasar
Berdasarkan analisis aspek pasar, Café Martabak Mini Fawwaz
dinilai memiliki potensi pasar yang baik, melihat jumlah café di kota
karawang yang menyajikan produk minuman berbahan dasar susu masih
sedikit. Selain itu, potensi cafe ini juga terlihat dari rata-rata peningkatan
penjualan produk selama bulan Juni hingga Desember 2015 sebesar 17.18
persen. Segmentation, targeting, dan positioning dari cafe ini juga sudah
ada. Dilihat dari strategi pemasarannya, cafe ini mampu menciptakan
produk yang kreatif, menawarkan harga yang terjangkau, pemilihan
tempat yang strategis, serta melakukan berbagai promosi yang unik dan
menarik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada aspek pasar, Café
Martabak Mini Fawwaz layak untuk dijalankan.
66
2. Aspek Teknis
Pada aspek teknis, dapat diketahui tahapan atau proses bagaimana suatu
produk dihasilkan. Aspek ini juga berhubungan dengan proses pembangunan
bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis itu dibangun (Nurmalina
et al. 2010). Beberapa bagian utama yang akan dianalisis pada aspek teknis
diantaranya lokasi bisnis, proses produksi, serta tata letak (layout) Café Martabak
Mini Fawwaz.
a. Lokasi Bisnis
Penelitian ini dilakukan di Café Martabak Mini Fawwaz yang terletak di
Jalan pangahkaran kota karawang dengan luas bangunan yang digunakan seluas
185 m2. Beberapa variabel utama yang dalam penentuan lokasi suatu bisnis antara
lain ketersediaan bahan baku, suplai tenaga kerja, tenaga listrik dan air, fasilitas
transportasi, dan letak pasar utama (Nurmalina et al. 2010).
b. Suplai tenaga kerja
Pengadaan sumberdaya manusia pada Café Martabak Mini Fawwaz
dikelola oleh seorang manajer operasional dan seorang manajer keuangan.
Manajer operasional bertanggung jawab atas kinerja bagian pelayanan, barista,
dapur produksi, serta graphic designer. Sedangkan manajer keuangan
bertanggung jawab atas kinerja bagian pembelian bahan baku dan kasir.
Pembagian jabatan dan jumlah pegawai pada Café Martabak Mini dapat dilihat
pada Tabel 5.
67
Tabel 5 Jumlah karyawan Café Martabak Mini Fawwaz berdasarkan jabatan dan
jenis kelamin.
Jabatan Jenis Total Jabatan Jenis Total
kelamin Kelamin
L P L P
Operational Manager 1 0 1 Barista 1 2 3
Accounting Manager 1 0 1 Co. Cashier 0 1 1
Graphic Designer 1 0 1 Cashier 0 2 2
Head Chef 1 0 1 Captain 1 0 1
Asistent Chef 1 0 1 Waiters 6 3 9
Cook 7 1 8 Storeman 1 0 1
Co. Barista 0 1 1 Steward 3 0 3
Sumber : Café Martabak Mini Fawwaz 2019
Berdasarkan data pada Tabel 5 diketahui bahwa terdapat 24 orang pegawai
laki-laki dan 10 orang pegawai perempuan. Sehingga total keseluruhan jumlah
pegawai di Café Martabak Mini Fawwaz adalah 34 orang. Hampir 40 persen
pegawai di Cafe merupakan pegawai yang berasal dari masyarakat yang
berdomisili di sekitar lokasi usaha. Pegawai tersebut menjabat pada bagian
pelayanan dan keamanan. Tidak ada kualifikasi khusus seperti tingkat pendidikan
bagi mereka, hal yang diutamakan adalah mau bekerja sama, memiliki loyalitas
yang tinggi, dan mampu bekerja dibawah tekanan.
c. Tenaga listrik dan air
Sumberdaya listrik dan air yang digunakan Café Martabak Mini Fawwaz
berasal dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Kapasitas maksimal penggunaan listrik yang dapat digunakan yaitu 4
68
000 watt dengan biaya jumlah yang harus dikeluarkan per bulannya Rp3 200 000.
Sistem pembayaran listrik di cafe ini merupakan sistem prabayar dimana
pembelian voucher dilakukan di Alfamart. Sedangkan untuk penggunaan air
PDAM, biaya yang dikeluarkan per bulannya sebesar Rp1 400 000. Sistem
pembayaran air PDAM dilakukan secara tunai yang dibayarkan langsung ke loket
PDAM.
d. Fasilitas Transportasi
Cafe ini memiliki fasilitas transportasi berupa 1 unit sepeda motor yang
digunakan untuk mengangkut bahan mentah dari pasar menuju cafe. Selain itu
sepeda motor ini juga berguna untuk mengantar pesanan konsumen menuju
alamat yang dituju (delivery order). Pemilihan alat transportasi ini karena dirasa
lebih efisien dan memudahkan di dalam perjalanan pegawai baik untuk membeli
bahan baku serta mengantar makanan yang dipesan konsumen.
5.1.2 Hasil Analisis Aspek Teknis
Analisis aspek teknis menunjukkan bahwa usaha Café Martabak Mini
Fawwz layak untuk dijalankan. Hal ini berdasarkan pada lokasi cafe yang
mendukung jalannya usaha, proses produksi dan tempat penjualan produk juga
berada didalam satu tempat yang sama. Tata letak telah diatur sedemikian rupa
dengan baik sehingga dapat memperlancar kegiatan usaha (Lampiran 2). Sarana
dan fasilitas yang tersedia juga menunjang kegiatan produksi. Selain itu kedekatan
cafe dengan tempat pembelian bahan baku juga dapat memperlancar kegiatan
produksi sekaligus dapat menjaga kualitas dan kesegaran bahan baku.
69
3. Aspek Manajemen dan Hukum
Menurut Nurmalina et al. (2010), aspek manajemen mempelajari tentang
manajemen dalam masa pembangunan bisnis dan dalam masa operasi. Selain itu,
bagi usaha yang baru dibangun diperlukan juga perizinan yang lengkap untuk
mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis. Pengelolaan usaha Café
Martabak Mini Fawwaz dalam manajemen dan hukum akan menganalisis bentuk
badan hukum usaha, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan masing-masing
pegawai, dan sistem penggajian tenaga kerja.
a. Bentuk badan usaha
Bentuk badan usaha di Café Martabak Mini Fawwaz ini adalah perusahaan
perseorangan dan masih tergolong dalam kategori Usaha Kecil Menengah
(UKM). Pemilik cafe juga merencanakan untuk membangun sebuah badan usaha
berupa Perseroan Terbatas (PT). Salah satu tujuan pemilik cafe ini membentuk
badan usaha ini dikarenakan adanya investor yang menanamkan modal di café
martabak mini fawwaz. Selain itu dengan mendirikan badan usaha Perseroan
Terbatas, cafe ini dapat lebih mudah dikenal secara luas oleh kalangan masyarakat
dan memungkinkan menarik minat investor lain untuk menanamkan modalnya di
Café Martabak Mini Fawwaz.
b. Sistem penggajian karyawan
Pada saat ini gaji sebagian besar pegawai Café martabak mini fawwaz
belum berdasarkan UMR (Upah Minimum Regional) Kota karawang, kecuali
manajer operasional dan manajer keuangan. Namun pemilk cafe berencana untuk
70
memberikan asuransi kepada para pegawainya sehingga apabila dikalkulasikan
bisa mencapai UMR Kota karawang. Untuk bagian keamanan, karena tidak
tergabung dalam manajemen cafe maka upah yang diperoleh berasal dari tarif
parkir yang diberikan oleh para konsumen.
5.1.3 Hasil Analisis Aspek Manajemen dan Hukum
Café Martabak Mini Fawwaz belum memiliki perizinan yang lengkap
sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan. Namun bila dilihat dari indikator
yang lain seperti struktur organisasi dan deskrpsi pekerjaan sudah dibuat cukup
sederhana sehingga memudahkan tugas, wewenang, dan tanggung jawab setiap
bagian dalam perusahaan. Sistem penggajian juga telah ditentukan dengan baik.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa usaha ini layak untuk
dijalankan berdasarkan aspek manajemen namun belum layak bila dijalankan
berdasarkan aspek hukum.
4. Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Adanya kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat maka Café
Martabak Mini Fawwaz mempekerjakan masyarakat dari sekitar wilayah lokasi
cafe sebagai pegawai. Hal ini berdampak positif karena dapat menyerap tenaga
kerja yang menganggur. Sebanyak 40 persen tenaga kerja di cafe berasal dari
masyarakat sekitar dan diposisikan sebagai pelayan dan penjaga keamanan. Tidak
ada kualifikasi khusus seperti tingkat pendidikan bagi mereka, hal yang
diutamakan adalah mau bekerja sama, memiliki loyalitas yang tinggi, dan mampu
bekerja dibawah tekanan. Pihak cafejuga melakukan kegiatan sosial seperti
71
memberi santunan kepada anak yatim pada saat cafe dibuka serta pemberian susu
gratis bagi anak-anak di sekitar lokasi usaha.
Pembayaran pajak kepada pemerintah tentu dapat menambah pendapatan
asli daerah (PAD) Kota karawang. Apabila skala usaha semakin besar, maka
pemerintah akan menerima pembayaran pajak yang semakin besar pula. Pada saat
ini pajak yang dibayarkan merupakan PP 1 sebesar 10 persen dari omset yang
diperoleh cafe Secara makro, adanya pajak akan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pembangunan.
Café Martabak Mini Fawwaz tetap menjaga kebersihan lingkungan sekitar
selama cafe ini beroperasi. Pada awalnya cafe ini membuang limbah sisa proses
produksi ke selokan di sekitar cafe. Akan tetapi, saat ini cafe membuat septic tank
yang berfungsi sebagai tempat pembuangan limbah dari proses produksi.
Meskipun biaya yang dikeluarkan untuk membuat septic tank cukup besar, hal ini
dilakukan demi menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
5.1.4 Hasil Analisis Aspek Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Kedekatan sosial antara perusahaan dengan masyarakat sekitar
ditunjukkan dengan dibukanya kesempatan bekerja bagi mereka sehingga dapat
menyerap tenaga kerja yang menganggur. Pembayaran pajak secara rutin juga
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pembangunan. cafe juga tetap memperhatikan kebersihan lingkungan dengan
tidak membuang limbah dari proses produksi secara sembarangan. Sehingga dapat
72
disimpulkan bahwa Café Martabak Mini Fawwaz layak diusahakan berdasarkan
aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
5.2 ANALSIS KELAYAKAN FINANSIAL
5.2.1 Café Martabak Mini Fawwaz merupakan suatu usaha dibidang
kuliner yang menggunakan sumberdaya dari modal sendiri dalam
menjalankan usahanya. Cafe ini tergolong dalam usaha baru sehingga
perlu dikaji perhitungan keuangannya secara terperinci tentang kelayakan
usaha dan diperlukan perhitungan yang tepat dalam penggunakan
sumberdaya yang ada. Analisis kelayakan ini berkaitan dengan keputusan
investasi agar mendapatkan keuntungan yang maksimal dan menghindari
adanya pemborosan sumberdaya.
Kriteria yang digunakan dalam perhitungan meliputi NPV, Net B/C, IRR,
Payback Period, serta analisis nilai pengganti (switching value).
Berdasarkan informasi yang didapat dari pihak manajemen cafe,
umur usaha pengusahaan cafe Martabak Mini Fawwaz yaitu selama 5
tahu. Hal ini didasarkan pada kesepakatan antara pihak pemilik café selaku
penyewa bangunan dengan pemilik bangunan. Atas dasar itu, umur usaha
disesuaikan dengan kesepakatan sewa dengan pemilik bangunan dengan
pertimbangan bahwa sewa bangunan merupakan faktor terpenting dalam
pengusahaan Café Martabak Mini Fawwaz. Tingkat diskonto yang
digunakan yaitu sebesar 17 persen. Hal ini disesuaikan dengan rata-rata
73
kepemilikan modal yang ditanamkan oleh ketiga investor Café Martabak
Mini Fawwaz.
Pada saat pembelian peralatan investasi dimulai pada tahun
pertama yaitu Januari sampai Mei 2014 dan pada bulan Juni 2015 usaha
mulai dapat dilakukan. Penghitungan penerimaan dan besarnya biaya
operasional yang dikeluarkan pada tahun pertama berdasarkan pada data
aktual cafe selama 7 bulan beroperasi (Juni sampai Desember 2014).
Untuk tahun ke-2 merupakan rata-rata penerimaan maupun biaya
operasional per bulan selama 7 bulan beroperasi dikalikan 9 bulan
dikarenakan adanya renovasi selama 3 bulan. Untuk tahun ke-3 sampai ke-
5 perhitungan sama dengan tahun ke-2 namun dikalikan dengan 12 bulan
dengan asumsi sampai tahun ke-5 umur usaha besar inflow dan outflow
disamakan dengan data tahun ke-2. Kondisi aktual cafe pada tahun
pertama hingga proyeksi kegiatan operasional pada tahun ke-5 dapat
dilihat pada Lampiran 3.
1. Analisis Laba Rugi Café Martabak Mini Fawwaz
Analisis laba rugi digunakan untuk melihat pekembangan laba
usaha setiap tahunnya. Laba rugi perusahaan dihitung berdasarkan jumlah
penerimaan dikurangi dengan biaya operasional dan pajak badan usaha.
Untuk melakukan penghitungan laba rugi pada Café Martabak Mini
Fawwaz, maka data penerimaan yang digunakan di tahun pertama
merupakan data aktual penerimaan café selama 7 bulan pertama
beroperasi. Data penerimaan setiap bulannya kemudian dirata-ratakan dan
74
dikalikan 9 untuk memperoleh proyeksi penerimaan di tahun ke-2 serta
dikalikan 12 untuk tahun ke-3 sampai ke-5 (diasumsikan tetap).
Data biaya operasional di tahun pertama merupakan data aktual
penerimaan cafe selama 7 bulan pertama beroperasi. Data pengeluaran
setiap bulannya kemudian dirata-ratakan dan dikalikan 9 untuk
memperoleh data penerimaan di tahun ke-2 serta dikalikan 12 untuk tahun
ke-3 sampai ke-5 (diasumsikan tetap). Data mengenai laporan laba rugi
Café Martabak Mini Fawwaz dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tabel 6 Hasil Analisis laporan laba rugi Café Martabak Mini Fawwaz
Tahun Ke- Nilai (Rp)
1 57 052 345
2 63 932 989
3 94 503 955
4 94 503 955
5 94 503 955
Total Keseluruhan laba 404 497 200
Rata-rata laba 80 899 440
Rata-rata laba selama 5 tahun umur usaha adalah sebesar Rp80 899 440.
Pada tahun pertama, Café Martabak Mini Fawwaz mendapatkan keuntungan
sebesar Rp57 052 345. Pada tahun ke-2, cafe diproyeksikan akan memperoleh
keuntungan sebesar Rp63 932 989. Perbedaan keuntungan yang diperoleh pada
tahun pertama dengan tahun ke-2 dikarenakan pada tahun pertama cafe hanya
beroperasi selama 7 bulan sedangkan pada tahun ke-2 beroperasi selama 9 bulan.
75
Pada tahun ke-3, cafe ini diproyeksikan mengalami peningkatan keuntungan yaitu
menjadi Rp94 503 955 yang diasumsikan tetap setiap tahunnya sampai tahun ke-
5. Peningkatan keuntungan di tahun ke-3 hingga ke-5 dikarenakan cafe beroperasi
selama 12 bulan setiap tahunnya. Keuntungan yang diperoleh Café Martabak Mini
Fawwaz ini merupakan keuntungan bersih setelah dikurangi dengan beban pajak
badan usaha sebesar 25 persen. Pada tahun pertama, cafe dikenakan pajak badan
usaha sebesar Rp19.017.448. Pada tahun ke-2 besarnya pajak yaitu Rp21.310.996
dan pada tahun ke-3 hingga ke-5 sebesar 31.501.318. Besarnya pajak tersebut
nantinya akan dimasukkan kedalam perhitungan cashflow.
2. Arus Kas (Cashflow) Café Martabak Mini Fawwaz
a. Arus Penerimaan (Inflow)
Arus penerimaan dari usaha Café Martabak Mini Fawwaz berupa
penerimaan dari hasil penjualan makanan, minuman, dan nilai sisa. Nilai
penjualan produk martabak di tahun pertama berasal dari data penjualan
aktual café selama 7 bulan beroperasi. Kemudian nilai penjualan produk di
tahun ke-2 berasal dari rata-rata penerimaan di tahun pertama dikalikan
dengan 9 bulan. Untuk tahun ke-3 sampai ke-5, perhitungan sama dengan
tahun ke-2 namun dikalikan 12 bulan untuk setiap tahunnya.
1. Penerimaan aktual penjualan produk pada bulan Juni sampai Desember
2014
Penerimaan penjualan produk makanan dan minuman didapat dari
hasil penjualan makanan dan minuman di Café Martabak mini fawwaz.
Selama 7 bulan beroperasi, manajemen cafe tidak memiliki data penjualan
76
setiap produk makanan dan minuman. Pihak manajemen hanya memiliki
data omset penjualan setiap bulannya selama 7 bulan cafe mulai
beroperasi. Data penerimaan café martabak mini fawwaz bulan Juni
sampai Desember 2014 dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Data penerimaan Café Martabak Mini Fawwaz bulan juni sampai
Desember 2014
Bulan Omset (Rp)
Juni 107 303 000
Juli 125 979 000
Agustus 231 404 000
September 258 101 000
Oktober 267 958 000
November 278 015 700
Desember 230 445 600
Total penerimaan tahun pertama 1 499 206 300
Rata-rata penerimaan per bulan 214 172 329
Berdasarkan data pada Tabel 7, terlihat bahwa omset penjualan Café
Martabak mini fawwaz pada bulan Juni sampai Desember 2014 cenderung
mengalami peningkatan. Peningkatan omset penjualan terjadi sejak bulan Juni
sampai November, sedangkan pada bulan Desember terjadi penurunan omset
sebesar 17.11 persen yang dikarenakan adanya libur selama 4 hari dan merupakan
musim penghujan.
77
2. Proyeksi penerimaan penjualan produk pada tahun ke-2 sampai ke-5
Proyeksi penjualan pada tahun ke-2 sampai ke-5 hanya dapat dilakukan
dengan mencari rata-rata penerimaan per bulan pada tahun pertama sebesar
Rp214.172.329. Hal ini dikarenakan tidak adanya data penjualan per unit produk.
Penerimaan penjualan produk makanan dan minuman pada tahun ke-2 dikalikan
dengan 9 bulan sehingga diperoleh penerimaan sebesar Rp1.927.550.957.
Kemudian untuk tahun ke-3 sampai ke-5, rata-rata penerimaan pada tahun
pertama dikalikan 12 bulan tiap tahunnya. Proyeksi total penerimaan pada tahun
ke-3 yaitu sebesar Rp2.570.067.943. Nilai proyeksi penerimaan pada tahun ke-3
diasumsikan sama hingga tahun ke-5. Proyeksi penerimaan Café Martabak Mini
Fawwaz pada tahun ke-2 sampai ke-5 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Proyeksi penerimaan Café Martabak Mini Fawwaz tahun ke-2 sampai ke-
5
Tahun ke- Jumlah bulan Rata-rata penerimaan (Rp) Total
(Rp)
2 9 214.172.329 1.927.550.957
3 12 214.173.329 2.570.067.943
4 12 214.172.329 2.570.067.943
5 12 214.172.329 2.570.067.943
Total penerimaan tahun ke-2 sampai ke-5 9.637.754.786
3. Nilai sisa
Nilai sisa adalah nilai peralatan yang tidak habis selama umur usaha dan
dinilai masih memiliki umur ekonomis karena belum terpakai seluruhnya. Nilai
sisa yang telah dihitung, dikalkulasikan dan dimasukkan kedalam komponen
78
inflow diakhir umur usaha. Perhitungan nilai sisa dilakukan dengan cara
mengalikan biaya penyusutan suatu produk dengan sisa umur ekonomisnya.
Umur ekonomis peralatan yang digunakan di Café Martabak Mini Fawwaz
terdiri dari 2 tahun, 3 tahun, dan 5 tahun. Hal ini akan mempengaruhi sisa umur
ekonomis peralatan dan nilainya. Untuk peralatan yang memiliki umur ekonomis
2 tahun dan 3 tahun memiliki sisa umur ekonomis 1 tahun. Peralatan dengan umur
ekonomis 5 tahun tidak memiliki sisa umur ekonomis. Peralatan yang dibeli
dimasukkan kedalam komponen outflow di tahun pertama. Renovasi yang
dilakukan pada bulan Januari sampai Maret 2014 memiliki nilai sisa sebesar 18
juta rupiah karena investasi tersebut dilakukan pada tahun ketiga. Sehingga total
nilai sisa dari peralatan yang digunakan di Café Martabak Mini Fawwaz adalah
Rp22.004.200.
b. Arus Pengeluaran (Outflow)
Arus pengeluaran dari usaha Café Martabak Mini Fawwaz berupa
pengeluaran dari biaya investasi, biaya reinvestasi, dan biaya operasional. Biaya
investasi merupakan biaya yang dikeluarkan 1 kali untuk memperoleh beberapa
kali manfaat sampai secara ekonomis kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan
lagi (Nurmalina et al. 2010). Biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan
untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam 1
periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya operasional Café Martabak Mini Fawwaz di tahun pertama berasal
dari data pengeluaran aktual cafe selama 7 bulan beroperasi. Kemudian biaya
operasional di tahun ke-2 berasal dari rata-rata pengeluaran di tahun pertama
79
dikalikan dengan 9 bulan. Untuk tahun ke-3 sampai ke-5, cara perhitungan sama
dengan tahun ke-2 namun dikalikan 12 bulan untuk setiap tahunnya.
1. Biaya investasi
Biaya investasi merupakan biaya yang dikeluarkan pada awal kegiatan dan
pada saat tertentu untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian
(Nurmalina et al. 2010). Biaya investasi yang dikeluarkan Café Martabak Mini
Fawwaz terdiri dari renovasi bangunan, peralatan dapur, peralatan makan,
peralatan lainnya, dan kendaraan. Biaya investasi tersebut dikeluarkan pada tahun
pertama yaitu bulan Januari hingga Mei 2013 sebesar 5 juta rupiah. Biaya
renovasi bangunan untuk perluasan kapasitas dikeluarkan pada tahun ke-2 yaitu
bulan Januari sampai Maret 2014 sebesar 90 juta rupiah.
Peralatan dapur yang digunakan terdiri dari kompor gas, wajan, pisau,
blender, freezer, dispenser susu, scoop es, gelas ukur 1 liter, gelas teh tarik, rice
cooker, container perasa, panci, coolbox, talenan, pemotong kentang, teko kopi,
botol sirup, baki kayu bulat, baki kayu segi, dan baskom. Total keseluruhan biaya
investasi peralatan dapur yaitu sebesar Rp16.097.500. Peralatan makan yang
digunakan terdiri dari mika kecil, gelas hotmilk, jar besar, jar kecil, pisau steak,
garpu steak, sendok makan, garpu makan, piring, piring segi 4, piring banana,
mangkok 6”, mangkok 4.5”, pitcher, dan talenan roti bakar. Total keseluruhan
biaya investasi peralatan makan yaitu sebesar Rp5.504.400.
Peralatan lain yang mendukung jalannya operasional Café Martabak Mini
Fawwaz terdiri dari meja dan kursi untuk konsumen, meja dan kursi kantor,
80
komputer, printer, loker bill, brangkas, alat kebersihan, speaker, karpet karet,
tempat sampah, nomor meja, kipas sangin, serbet, wadah tissue, nampan bon,
kalkulator, daftar menu, whiteboard, dan pembelian septic tank. Total keseluruhan
biaya investasi peralatan lain yang digunakan cafe yaitu sebesar Rp42.933.400.
Untuk sepeda motor, biaya investasi yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp14.000
.000. Sehingga total keseluruhan biaya investasi yang dikeluarkan Café Martabak
Mini Fawwaz yaitu sebesar Rp173.535.300. Rincian komponen biaya investasi
Café Martabak Mini Fawwaz dapat dilihat pada Lampiran 5.
2. Biaya reinvestasi
Biaya reinvestasi adalah biaya yang dikeluarkan kembali karena umur
ekonomis dari peralatan yang digunakan telah habis namun umur usaha masih
berjalan. Biaya reinvestasi yang dikeluarkan yaitu peralatan yang memiliki umur
ekonomis 2 tahun dan 3 tahun karena umur ekonomis peralatan tersebut kurang
dari umur usaha. Peralatan yang memiliki umur ekonomis 2 tahun diantaranya
blender, peralatan makan, serbet dan daftar menu. Total biaya reinvestasi yang
memiliki umur ekonomis 2 tahun yaitu Rp7.311.400. Reinvestasi peralatan
tersebut dilakukan pada tahun ke-3 dan ke-5.
Peralatan yang memiliki umur ekonomis 3 tahun diantaranya scoop es,
gelas ukur 1 liter, gelas teh tarik, container perasa, telanan, botol sirup, baskom,
alat kebersihan, tempat sampah, dan wadah tissue. Total biaya reinvestasi yang
memiliki umur ekonomis 3 tahun yaitu Rp1.045.500. Reinvestasi peralatan
tersebut dilakukan pada tahun ke-4. Rincian komponen biaya reinvestasi Café
Martabak Mini Fawwaz dapat dilihat pada Lampiran 7.
81
3. Biaya operasional
Menurut Nurmalina et al. (2010), biaya operasional merupakan biaya yang
diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional dalam mengolah bahan baku
menjadi produk yang siap untuk dijual. Biaya operasional meliputi biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel merupakan biaya yang besar kecilnya selaras
dengan perkembangan produksi atau penjualan setaip tahun (1 satuan waktu).
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun (1 satuan waktu).
Besarnya biaya operasional saat cafe beroperasi 7 bulan pertama yaitu Juni sampai
Desember 2013 dapat dilihat pada Lampiran 6. Rata-rata biaya operasional pada
bulan Juni sampai Desember tersebut akan dijadikan acuan untuk menghitung
proyeksi biaya operasional pada tahun ke-2 sampai tahun ke-5. Besarnya biaya
operasional Café Martabak Mini Fawwaz selama umur bisnis 5 tahun dapat dilihat
pada Tabel 9.
82
Tabel 9 Biaya operasional Café Martabak Mini Fawwaz
No Biaya Operasional Tahun
1 2 3 4 5
Biaya Variabel
1. susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2. Yoghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.7433
3.bahan baku lainya 586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437. 1.006.063.437
4.Biaya Gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variable 72.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya Tetap
1. sewa bangunan 142.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2.Gaji karyawan 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3. Dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4. Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5. Biaya Listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6. Biaya Telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7. Biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8. Biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9. Pajak café 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya tetap 683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
Total Biaya O 1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
Total biaya operasional yang dikeluarkan Café Martabak Mini Fawwaz
pada tahun pertama, kedua, dan ketiga berbeda-beda sesuai dengan lama cafe
beroperasi setiap tahunnya dan kebutuhan cafe. Untuk tahun ke-3 sampai ke-
10 diasumsikan sama untuk setiap tahunnya. Biaya variabel yang dikeluarkan
meliputi biaya untuk pembelian input seperti susu pasteurisasi, yoghurt, bahan
baku pelengkap, dan gas elpiji. Biaya tetap yang dikeluarkan meliputi biaya
untuk pembayaran sewa bangunan, deviden kepada investor, gaji karyawan,
PDAM, listrik, telepon, kebersihan, transportasi, serta pajak cafe 10 persen
dari omset penjualan.
83
Pada tahun pertama, total biaya operasional yang dikeluarkan oleh café
Martabak mini fawwaz yaitu sebesar Rp1.404 096.627. Pada tahun ke-2, total
biaya operasional yang dikeluarkan oleh café martabak mini fawwaz yaitu
sebesar Rp1.805.267.092. Peningkatan biaya operasional ini dikarenakan cafe
beroperasi selama 9 bulan pada tahun ke-2, sedangkan pada tahun pertama
hanya beroperasi selama 7 bulan. Kemudian pada tahun ke-3, diproyeksikan
café mengeluarkan biaya operasional sebesar Rp2.407.022.789 untuk
beroperasi selama 12 bulan. Besar biaya operasional pada tahun ke-3
diasumsikan tetap hingga tahun ke-5.
4. Biaya penyusutan
Penghitungan biaya penyusutan aset pertahun sesuai dengan perkiraan
umur ekonomis dari masing-masing aset. Untuk menghitung besarnya nilai
penyusutan digunakan metode garis lurus sehingga diasumsikan sama untuk
setiap tahunnya. Perhitungan biaya penyusutan pertahun adalah harga pembelian
peralatan investasi diawal dibagi umur ekonomis.
Pada perhitungan laba rugi tahun pertama, besar biaya penyusutan tidak
ditambah dengan renovasi yang dilakukan pada tahun ke-2 (Januari sampai Maret
2014). Besar biaya penyusutan pada tahun pertama yaitu sebesar Rp19.039.880.
Kemudian untuk tahun ke-2 sampai ke-5, biaya penyusutan ditambah dengan
renovasi yang dilakukan pada tahun ke-2 yaitu sebesar 18 juta rupiah. Total biaya
penyusutan pada tahun ke-2 sampai ke-5 yaitu sebesar Rp37.039.880 untuk setiap
tahunnya.
84
3. Analisis Kriteria Kelayakan Investasi
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Cash flow, NPV, Net B/C, IRR, dan Payback Period. Tingkat
diskonto yang digunakan merupakan rata-rata besarnya kepemilikan
modal dari ketiga investor yaitu sebesar 13.20 persen. Perhitungan
kelayakan investasi menggunakan manfaat bersih (net benefit) yang
diperoleh dari selisih antara biaya dan manfaat setap tahunnya dengan
dikurangi pajak badan usaha. Tarif pajak yang digunakan berdasarkan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 ayat 2a,
yang merupakan perubahan keempat dari Undang-Undang No. 7 Tahun
1983 tentang pajak penghasilan yaitu sebesar 25 persen, berlaku flat
hingga umur usaha.
a. Cash flow
Aliran kas merupakan arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.
Laporan arus kas merupakan revisi dari mana uang kas diperoleh perusahaan dan
bagaimana mereka membelanjakannya. Laporan arus kas merupakan ringkasan
dari penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan selama periode tertentu.
Kas bersih dapat diperoleh dari perhitungan kas masuk di kurangi kas
keluar di setiap periode atau tahun.
1 2 3 4 5
Pendapatan Rp.1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
Pengeluaran Rp.1404.096.627 1.805.207.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
Jumlah Rp.95.109.673 Rp.122.283.865 Rp.163.045.154 Rp.163.045.154 Rp.163.045.154
85
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa Cash flow pada usaha Café Martabak
Mini Fawwaz menunjukan kenaikan nilai setiap tahunnya.
b. Net Present Value (NPV)
Berdasarkan perhitungan nilai NPV menunjukan nilai positif, yaitu, Rp.
38.453.727 dengan suku Bungan atau discount factor sebesar 17% per tahun,
angka 17% ini didapat dari BI Rate untuk Usaha Kecil Menengah (UKM). Umur
investasi perusahaan yang dihitung adalah 5 tahun kebelakang, yaitu dari tahun
2014 sampai dengan 2018.
Tabel 9
Discount Factor
No Tahun EAT Penyusutan Kas bersih Discount
factor(17%)
PV kas bersih
1 2014 (41.617.972) 19.039.880 (22.578.092) 0,857 (19.349.424)
2 2015 35.485.308 37.039.880 72.525.188 0,730 52.943.387
3 2016 24.280.399 37.039.880 61.320.279 0,624 38.263.854
4 2017 18.677.583 37.039.880 55.717.463 0,533 29.697.407
5 2018 7.771.093 37.039.880 44.810.973 0,456 20.433.803
Jumlah PV kas bersih Rp.121.989.027
Sumber:data diolah,2019
86
Perhitungan Discount Factor :
Tahun 1= 1 =0,857
1+0,17%
Tahun 2= 1 =0,730
1+0,17%2
Tahun 3= 1 =0,624
1+0,17%3
Tahun 4= 1 =0,533
1+0,17%4
Tahun 5= 1 =0,456
1+0,17%5
NPV = Total PV Kas Bersih – Total PV Investasi
= Rp.121.989.027– Rp.83.535.300
= Rp. 38.453.727
c. Internal Rate Return (IRR)
Sebuah usaha dapat dilakukan layak dan menghasilkan keuntungan apabila
nilai IRR lebih besar dari discount factor. Discount factor yang ditentukan
sebesar 17% dan nilai IRR pada usaha ini adalah 17.7% ,ini berarti usaha akan
mendapatkan keuntungan bila di teruskan.
Adapun penyelesaian dapat dilihat dibawah ini.
87
Tabel 10
Net present value dengan suku bunga 17% dan 18%
Tahun Kas bersih DF
17%
PV Kas bersih
(Kas bersih x DF)
DF
18%
PV Kas bersih
(Kas bersih x DF)
1 (22.578.092) 0.857 (19,349,424) 0.847 (19,123,643)
2 72.525.188 0.730 52.943.387 0.718 38.013.351
3 61.320.279 0.624 38,263,854 0.608 37,282,729
4 55.717.463 0.533 29,697,407 0.515 28,694,493
5 44.810.973 0.456 20,433,803 0.437 19,582,395
Total PV Kas bersih 121.989.027 104.449.325
Total PV Investasi 83.535.300 83.535.300
Sumber:data diolah 2019
IRR = I1+ NPV1 X I2-I1
NPV1-NPV2
= 17 + 121.989.027 X (18-17)
121.989.027-104.449.325
= 17 + 121.989.027 X 1%
17.539.702
= 17 + 0.696 17,7%
d. Payback period (PP)
Metode ini digunakan untuk menghitung berapa lama jangka waktu
pengembalian modal tersebut dapat kembali. Dengan perhitungan sebagai berikut:
88
Total Investasi = Rp. 83.535.300
Kas bersih tahun ke 1 = Rp. (22.578.092) -
= Rp. 106.113.392
Kas bersih tahun ke 2 = Rp. 72.525.188 -
= Rp. 33.588.204
PP =Rp. 38.936.984 X 12 bulan
=Rp 61.320.279
= 7.62 12
Maka Payback period adalah 3 tahun.
e. Benefit cost ratio
PV positif = 103.395.398
PV negativ = 40.174.887
Net B/C = 2.57
Tabel 11 Hasil analisis kriteria investasi Café Martabak Mini Fawwaz
Kriteria Investasi Nilai
NPV Rp 38.453.727
Net B/C 2.57
IRR 17.7 persen
Payback Period 3 tahun
89
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai Analisis Kelayakan
Usaha Café Martabak Mini Fawwaz di Kota Karawang yaitu:
1) Café Martabak Mini Fawwaz layak untuk dijalankan berdasarkan aspek
pasar, teknis, manajemen, serta aspek sosial ekonomi dan lingkungan.
Berdasarkan analisis aspek pasar, cafe ini dinilai memiliki potensi pasar
yang baik, melihat jumlah cafe di Kota Karawang yang menyajikan
produk Makanan berbahan dasar susu masih sedikit. Berdasarkan aspek
teknis, lokasi, tata letak, dan sarana prasarana yang dimiliki cafe sudah
baik untuk mendukung jalannya usaha. Berdasarkan aspek manajemen,
cafe telah struktur organisasi yang sederhana dan sistem penggajian yang
baik. Sedangkan berdasarkan aspek sosial ekonomi dan lingkungan cafe
ini memiliki kedekatan sosial dengan masyarakat sekitar dan rutin
membayar pajak kepada pemerintah serta telah menjaga kebersihan
lingkungan. Namun, cafe ini tidak layak dijalankan berdasarkan aspek
hukum dikarenakan masih adanya perizinan usaha yang belum lengkap.
2) Berdasarkan analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa cafe
Martabak Mini Fawwaz layak untuk dijalankan karena telah memenuhi
kriteria investasi diantaranya NPV sebesar Rp 38.453.727, Net B/C
90
sebesar 2.57, IRR sebesar 17.7 persen, dan Payback Period selama 3
tahun.
6.2 Saran
Saran yang diajukan untuk manajemen Café Martabak Mini
Fawwaz diantaranya:
1) Dilihat dari aspek hukum, cafe ini belum layak untuk dijalankan. Oleh
sebab itu, disarankan bagi pemilik usaha untuk segera mengurus
perizinan ke pemerintah setempat. Selain untuk kelancaran usaha,
perizinan juga diperlukan apabila akan melakukan kerjasama dengan
pihak lain terutama untuk pengadaan dana.
2) Dilihat dari analisis finansial, Café Martabak Mini Fawwaz layak
untuk dilanjutkan. Usaha ini dapat terus dikembangkan dengan terus
meningkatkan penjualan produk agar mencapai target perusahaan.
3) Café Martabak Mini Fawwaz disarankan untuk memiliki data
penjualan produk per unit secara terperinci. Hal ini dimaksudkan agar
produk yang kurang diminati konsumen dapat diganti dengan menu
yang baru.
91
DAFTAR PUSTAKA
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Karawang. 2012. Data
pendapatan asli Kota karawang 2008-2012. karawang (ID): Dinas
Kebudayaan
dan Pariwisata.
[Disbudpar] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota karawang. 2012. Jumlah
tempat
makan di Kota karawang tahun 2006-2012. karawang (ID): Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata.
Gittinger JP. 1986. Analisa ekonomi proyek-proyek pertanian. Edisi 2. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Heidyningsih NA. 2009. Analisis kelayakan usaha Death by Chocolate and
Spageti Restaurant
Kota Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Jeineiva P. 2011. Analisis kelayakan usaha Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel di
Kota Bogor Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Laksana F. 2008. Manajemen pemasaran: pendekatan praktis.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mankiw NG. 2006. Makroekonomi. Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Maulana AF. 2010. Analisis kelayakan usaha rumah makan sederhana Waroeng
Jaya Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nurmalina R, Tintin S, Arif K. 2010. Studi kelayakan bisnis. Departemen
Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Bogor.
Reakara R. 2009. Analisis kelayakan pengusahaan Restoran Soto Kudus di Jalan
Garuda Kemayoran Jakarta Pusat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Suliyanto. 2010. Studi kelayakan bisnis: pendekatan praktis. Yogyakarta: Andi
Yogyakarta.
Umar H. 2005. Studi kelayakan bisnis : tenik menganalisis kelayakan rencana
92
bisnis secara komprehensif. Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Berger, A.N., Udell, G.F., 1998. The economics of small business finance: The
roles of private equity and debt markets in the financial growth cycle. Journal of
Banking and Finance 22, 613–673.
Galindo, A., Schiantarelli, F. (Eds.), 2003. Credit constraints and investment in
Latin America. Inter-American Development Bank, Washington, DC
Hallberg, K., 2001. A market-oriented strategy for small and medium-scale
enterprises. IFC Discussion Paper #48.
93
V
IV
Lampiran 1 Tata letak Café Martabak Mini Fawwaz
II
Keterangan
I : Pintu masuk
II : Ruang makan
III : Kasir
IV : Bar
V : Dapur
VI : Toilet
VI
III
I
94
Lampiran 3 proyeksi laporan laba rugi Café Martabak Mini Fawwaz
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
A PENERIMAAN
1 penjualan poduk 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
Total penerimaan 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
B PENGELUARAN
a Biaya variabel
1 susu pasteurisasi 104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 yoghurt 19.663.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 bahan baku lainnya 586.870.000 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 gas elpiji 10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya variable 721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Marjin kotor 778.163.012 1.000.495.301 1.333.993.735 1.333.993.735 1.333.993.735
b Biaya tetap
1 sewa bangunan 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 biaya gaji 256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440,400.000
3 dividen 86.412.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 biaya telpon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 biaya kebersihan 2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 biaya transportasi 4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 pajak café 10% 149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
10 Biaya penyusutan 19.039.880 37.039.880 37.039.880 37.039.880 37.039.880
Total biaya tetap 702.093.219 915.251.316 1.207.998.461 1.207.998.461 1.207.998.461
Laba kotor (sblm pjk) 76.069.793 85.243.985 126.005.274 126.005.274 126.005.274
Pajak 25% 19.017.448 21.310.996 31.501.318 31.501.318 31.501.318
Laba bersih setelah pjk 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
95
Lampiran 4 Rincian komponen biaya investasi dan reinvestasi Café Martabak
Mini Fawwaz No Jenis Jumlah Umur sisa harga total penyusutan Nila sisa
Ekonomis umur per investasi pr tahun akhir
(tahun) ekonomis unit (Rp) (Rp) tahun
(Rp)
Ke-5
A renovasi bangunan
1 renovasi awal 5 5.000.000 5.000.000 1.000.000 0
2 renovasi januari 5 1 90.000.000 90.000.000 18.000.000 18.000.000
2014
Jumlah 95.000.000 19.000.000 18.000.000
B.Peralatan dapur
1 Kompor gas 2 5 340.000 680.000 136.000 0
2 wajan 4 5 40.000 160.000 32.000 0
3 pisau 3 5 53.000 159.000 31.800 0
4 blender 4 2 1 365.000 1.460.000 730.000 73.000
5 frezzer 3 5 3.600.000 10.800.000 2.160.000 0
6 dispenser susu 1 5 170.000 170.000 34.000 0
7 scop es 1 3 1 120.000 120.000 40.000 40.000
8 gelas uk 1 ltr 2 3 1 19.500 39.000 13.000 13.000
9 gelas the Tarik 2 3 1 90.000 180.000 60.000 60.000
10 rice cooker 1 5 1.100.000 1.100.000 220.000 0
11 container perasa 15 3 1 5.500 82.500 27.500 27.500
12 panci 4 5 40.000 160.000 32.000 0
13 coolbox 1 5 202.000 202.000 40.400 0
14 talenan 1 3 1 61.500 61.500 20.500 20.500
15 pemotong kentang 1 5 115.000 115.000 23.000 0
16 teko kopi 1 5 46.000 46.000 9.200 0
17 botol sirup 10 3 1 9000 90.000 30.000 30.000
18 baki kayu bulat 3 5 53.000 159.000 31.800 0
19 baki kayu persegi 3 5 90.500 271.500 54.300 0
20 baskom 1 3 1 42.000 42.000 14.000 14.000
Jumlah 16.097.500 3.739.500 935.000
C Peraltan makan
1 piring martabak 48 2 1 20.000 960.000 480.000 480.000
2 botoh freshmilk 48 2 1 17.000 816.000 408.000 408.000
3 gelas coffe 24 2 1 5000 120.000 60.000 60.000
4 jar besar 25 2 1 22.000 550.000 275.000 275.000
96
5 jar kecil 25 2 1 20.000 500.000 250.000 250.000
6 pisau steak 24 2 1 6000 144.000 72.000 72.000
7 garpu steak 24 2 1 6000 144.000 72.000 72.000
8 sendok makan 48 2 1 2000 96000 48000 48000
9 garpu makan 48 2 1 2000 96000 48000 48000
10 piring 50 2 1 16000 800.000 400.000 400.000
11 piring segi 4 19 2 1 19.600 372.400 186.200 186.200
12 piring banana 15 2 1 21.000 31.5000 157.500 157.500
13 pitcher 12 2 1 8000 96000 48000 48000
14 talenan roti bakar 15 2 1 15000 225.000 112.500 112.500
Jumlah 5.504.400 2.752.200 2.752.200
D Peralatan lainnya
1 meja tamu 19 5 300.000 5,700.000 1.140.000 0
2 kursi tamu 76 5 90.000 6.840.000 1.368.000 0
3 meja+kursi kantor 1 5 4.417.000 4.417.000 883.400 0
4 komputer 1 5 4.680.000 4.680.000 9360.000 0
5 printer 1 5 1.289.000 1.289.000 257.800 0
6 loker bill 1 5 200.000 200.000 40.000 0
7 brangkas 1 5 399.000 399.000 79.800 0
8 alat kebersihan 1 3 1 60.000 60.000 20.000 20.000
9 speaker 1 5 330.000 330.000 66.000 0
10 karpet karet 7 5 113.000 791.000 158.200 0
11 tempat sampah 3 3 1 28.500 85.500 28.500 28.500
12 nomor meja 19 5 26.000 494.000 98.800 0
13 kipas angina 1 5 1.289.000 1.289.000 257.800 0
14 serbet 3 2 1 8000 24.000 12.000 12.000
15 wadah tissue 19 3 1 15.000 285.000 95.000 95.000
16 nampan bon 2 5 12.500 25.000 5000 0
17 kalkulator 1 5 72.000 72.000 14.400 0
18 daftar menu 19 2 1 17.000 323.000 161.500 161.500
19 whiteboard 1 5 179.900 179.900 35.980 0
20 septic tank 1 5 15.450.000 15.450.000 3.090.000 0
Jumlah 42.933.400 8.748.180 317.000
E Kendaraan
1 sepeda motor 1 5 14.000.000 14.000.000 2.800.000 0
Jumlah 14.000.000 2.800.000 0
Total keseluruhan investasi 83.535.300 37.039.880 22.004.200
97
Lampiran 5 Biaya operasional Café martabak mini fawwaz
No Biaya
operasional
Bulan
Juni Juli Agustus Sept Oktober November Desember Rata- rata
Biaya
variabel
1 Susu
paterisasi
8.687.500 9.625.000 18.312.500 19.091.200 14.636.800 18.304.000 15.769.600 14.918.086
2 Youghurt 2.299.500 2.467.500 2.673.150 3.514.500 3.621.000 3.972.450 1.118.250 2.809.479
3 Bahan
baku
lainnya
78.558.192 38.159.814 81.957.937 109.549.922 86.737.117 110.084.608 81.822.748 83.838.620
4 Gas elpiji 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Toal biaya
variabel
90.985.192 51.692.314 104.383.587 1.33.599.622 106.434.917 133.801.058 100.150.598 103.006.184
Biaya tetap
1 Sewa
bangunan
2 Gaji
karyawan
36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000 36.700.000
3 Deviden 5.715.153 6.151.574 10.768.579 16.206.205 15.763.691 19.767.676 12.039.201 12.344.583
4 Biaya
PDAM
1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000 1.400.000
5 Biaya
listrik
3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000 3.200.000
6 Biaya
telepon
200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
7 Biaya
kebersihan
300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Biaya
transportasi
600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
9 Pajak café
10%
10.730.300 12.597.900 23.140.400 25.810.100 26.795.800 27.801.570 23.044.560 21.417.233
Total biaya
tetap
60.287.241 62.687.367 79.028.317 88.334.605 88.940.221 94.961.084 80.523.964 79.251.828
Total biaya
operasional
151.272.43 114.379.681 183.411.904 221.930.227 195.357.138 228.762.142 180.674.562 182.258.012
98
Lampiran 6 Proyeksi arus kas Café Martabak Mini Fawwaz
No Uraian Tahun
1 2 3 4 5
1 INFLOW
1 Penjualan
produk
1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.570.067.943
2 Nilai sisa
Total Inflow 1.499.206.300 1.927.550.957 2.570.067.943 2.570.067.943 2.592.072.143
II OUTFLOW
A Biaya
investasi
Renovasi
awal
5.000.000
Renovasi
januari 2014
90.000.000
Peralatan
dapur
1 Kompor gas 680.000
2 Wajan 160.000
3 Pisau 159.000
4 Blender 1.460.000 1.460.000 1.460.000
5 Frezzer 10.800.000
6 Dispenser
susu
170.000
7 Scop es 120.000 120.000
8 Gelas uk 1 ltr 39.000 39000
9 Gelas the 180.000 180.000
10 Rice cooker 1.100.000
11 Container
perasa
82.500 82.500
12 Panic 160.000
13 Coolbox 202.000
14 Talenana 61.500 61.500
15 Pemotong
kentang
115.000
16 Teko kopi 46.000
17 Botol sirup 90.000 90.000
18 Baki kayu
bulat
159.000
19 Baki kayu
segi 4
271.500
20 Baskom 42.000 42.000
Peralatan
makan
5.504.400 5.504.400 5.504.400
Peralatan
lainnya
1 Meja tamu 5.700.000
2 Kursi tamu 6.840.000
3 Meja+kursi
kantor
4.417.000
4 Computer 4.680.000
5 Printer 1.289.000
6 Loker bill 200.000
99
7 Brangkas 399.000
8 Alat
kebersihan
60.000 60.000
9 Speker 330.000
10 Karpet karet 791.000
11 Tempat
sampah
85.500 85.500
12 Nomer meja 494.000
13 Kipas angina 1.289.000
14 Serbet 24.000 24.000 24.000
15 Wadah tissue 285.000 285.000
16 Nampan bon 25000
17 Kalkulator 72.000
18 Daftar menu 323.000 323.000 323.000
19 White board 179.900
20 Septic tank 15.450.000
kendaraan 14.000.000
Total biaya
investasi
83.535.300 90.000.000 7.311.400 1.045.500 7.311.400
B Biaya
operasional
Biaya
variable
1 Susu
pasterisasi
104.426.600 134.262.771 179.017.029 179.017.029 179.017.029
2 Youghurt 19.666.350 25.285.307 33.713.743 33.713.743 33.713.743
3 Bahan baku
lainya
586.870.338 754.547.577 1.006.063.437 1.006.063.437 1.006.063.437
4 Biaya gas
elpiji
10.080.000 12.960.000 17.280.000 17.280.000 17.280.000
Total biaya
variable
721.043.288 927.055.656 1.236.074.208 1.236.074.208 1.236.074.208
Biaya tetap
1 Sewa
bangunan
149.920.630 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
2 Gaji
karyawan
256.900.000 330.300.000 440.400.000 440.400.000 440.400.000
3 Dividen 86.413.079 111.101.244 148.134.993 148.134.993 148.134.993
4 Biaya PDAM 9.800.000 12.600.000 16.800.000 16.800.000 16.800.000
5 Biaya listrik 22.400.000 28.800.000 38.400.000 38.400.000 38.400.000
6 Biaya telepon 1.400.000 1.800.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Biaya
kebersihan
2.100.000 2.700.000 3.600.000 3.600.000 3.600.000
8 Biaya
transportasi
4.200.000 5.400.000 7.200.000 7.200.000 7.200.000
9 Pajak café
10%
149.920.000 192.755.096 257.006.794 257.006.794 257.006.794
Total biaya
tetap
683.053.339 878.211.436 1.170.948.581 1.170.948.581 1.170.948.581
Total biaya
operasional
1.404.096.627 1.805.267.092 2.407.022.789 2.407.022.789 2.407.022.789
Total outflow 1.487.631.927 1.895.267.092 2.414.334.189 2.408.068.289 2.14.334.189
III Net benefit
sebelum
11.574.379 32.283.865 155.733.754 161.999.654 155.733.754
100
pajak
Pajak 25% 57.052.345 63.932.989 94.503.955 94.503.955 94.503.955
IV EAT (41.617.972) 35.485.308 24.280.399 18.677.583 7.771.093
V DF (17%) 0,857 0,730 0,624 0,533 0,456
VI PV kas bersih (19.349.424) 52.943.387 38.263.854 29.967.407 20.433.803
NPV Rp 182.783.727
IRR 17.5%
Net B/C 2,57
Payback
period
3 tahun