JURNAL PENELITIAN KUANTITATIF DIBIDANG ILMU EKONOMI STUDI
PEMBANGUNAN & ILMU MANAJEMEN STMT-TRISAKTI JAKARTA
JL.IPN No.2 Cipinang Besar Selatan, Jakarta 13410
Telp: (021) 856 9372, Fax: (021) 856 9340 LPMTL CENTER OF EXCELLENCE Email: [email protected], Website: www.stmt-trisakti.ac.id
Judul Penelitian
AGGREGATE EXPENDITURE EKONOMI SEKTORAL
(KAJIAN PERHITUNGAN EKONOMI 3 SEKTOR)
O
l
e
h
AMRIZAL
Sekolah Tinggi Manajemen Transportasi Trisakti
Jakarta, October 2001
2
KATA PENGANTAR
Membuat Karya Ilmiah atau melakukan penelitian sudah merupakan tugas pokok
yang harus dilakukan oleh staf pengajar suatu perguruan tinggi. Tugas ini dibuat dalam
rangka penyesuaian/persyaratan pengusulan Akreditasi Dosen atau jenjang kepangkatan
pada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (STMT TRISAKTI)
Jakarta. Meskipun tugas ini sepertinya tidak lebih dari hanya sekedar suatu persyaratan
saja, namun penulis telah berfikir berkali-kali tentang isi tulisan singkat “Jurnal” yang
dibuat ini harus benar-benar dikaji secara ilmiah pula sesuai dengan namanya, dan inipun
sebatas kemampuan yang penulis miliki hingga saat ini.
Alasan lain kenapa karya ilmiah ini harus dibuat demikian adalah
berkemungkinan kalau sekarang batas kemampuan penulis hanya sebatas yang mampu
penulis buat seperti ini, maka mungkin suatu saat tulisan singkat “Jurnal” ini bisa lebih
disempurnakan kearah pendewasaan secara “up to data” untuk disajikan secara umum
melalui Jurnal-jurnal ekonomi, mediamasa dan lain sebagainya. Agaknya tidaklah terlalu
berkelebihan kalau penulis katakan bahwa data yang digunakan bukanlah data main-
mainan, akan tetapi merupakan data resmi publikasi pemerintah sesungguhnya serta
badan-badan resmi pemerintah dan lainnya, yang telah menghimpun: Data-data Makro
Ekonomi dan Pembangunan Indonesia dari masa kemasa dengan rentang waktu tahun
1960-2006 seperti: Pendapatan Nasional Indonesia, APBN, Neraca Pembayaran,
Kependudukan dan Tenaga Kerja dan lain sebagainya.
Kemudian sebagai upaya menjaga keilmiahan sajian tulisan singkat “Jurnal” yang
penulis buat ini diperlukan wadah akurasi “Ilmu Ekonomi Terapan” sebagai
penuntun/pembanding, yaitu suatu wadah yang mencontohkan berbagai corak maupun
topik bahasan tulisan para ahli ekonomi papan atas menampilkan karya ilmiahnya melalui
berbagai Jurnal ekonomi domestik maupun asing. Tulisan singkat “Jurnal” ini belum
pernah diterbitkan dan hanya digunakan sebagai publikasi kepustakaan STMT
TRISAKTI agar dapat dibaca oleh mahasiswa atau pembaca ilmiah lainya yang
barangkali punya kepentingan sama dengan penulis.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ketua STMT
TRISAKTI Husni Hasan, A.MTrU, S.Sos, MM, bapak Puket I STMT TRISAKTI
H. Andri Warman, BSc, S.Sos.,MM dan Civitas Akademika lainnya STMT Trisakti
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Tidak terlupa salam
yang istimewa terhadap fihak DIKTI/Kopertis Wilayah III Jakarta tempat tujuan
penyesuaian/pengusulan Akreditasi Penulis untuk kedua kalinya, dan berbagai fihak yang
telah disibukkan atas penyesuaian/pengusulan akreditasi ini, demikian dan terima kasih.
Jakarta, Oktober 2001
( Amrizal )
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
1. PENDAHULUAN
2. METODOLOGI DAN PEMBENTUKAN MODEL
2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi
2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
3. HUBUNGAN ANTARA TABUNGAN, INVESTASI
DENGAN PENDAPATAN
4. PERHITUNGAN EMPIRIS SERTA ANALISIS TEORITIS
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Dengan Pendapatan
4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Jangka Panjang:
Tabungan Masyarakat Dan Pajak
5. KESIMPULAN
DAFTAR KEPUSTAKAAN
4
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana yang diungkapkan Hendra Esmara, kini timbul persoalan: mana
yang lebih baik dipergunakan selaku sumber pembiayaan pembangunan, pajak atau
tabungan masyarakat ?. Simposium internasional mengenai mobilisasi tabungan personal
di negara-negara sedang berkembang, yang diselenggarakan Perserikatan Bangsa-Bangsa
di Jamaica (1980), mengambil kesimpulan bahwa : "...There was no simple formula to
determine the optimum relationship among government savings, business savings and
personal savings". Dengan nada yang sama Higgins menyatakan: "There is no simple or
general answer to this question"( Hendra Esmara: 1987, h.11 ).
Sedemikian sulitnya menentukan pilihan antara pengerahan tabungan masyarakat
dan pemungutan pajak, maka dalam analisa jangka panjang kiranya tidak terdapat
alternatif lain, terkecuali melalui penekanan konsumsi secara umum. Hal yang jelas, baik
pendapatan maupun konsumsi yang tersisa setelah dipotong pajak tetap menjadi turun,
peningkatan tabungan selaku sumber pembiayaan pembangunan melalui pemupukan
tabungan masyarakat dan pemungutan pajak hanya dapat terjadi dengan melakukan
ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta pasar modal dan
kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan ability to pay.
Hasil penemuan yang kiranya cukup menonjol untuk diperhatikan adalah bahwa
potensi tabungan masyarakat nampaknya jauh lebih besar dibandingkan potensi tabungan
pemerintah terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat dan menaikan
pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan pajak akan merupakan trade-off terhadap kemungkinan kenaikan
tabungan. Peningkatan pajak yang terlalu tinggi akan dapat merugikan atau mengurangi
tabungan masyarakat, khususnya tabungan dunia usaha. Walaupun pajak akan dapat
memaksa masyarakat menciptakan tabungan melalui bentuk tabungan pemerintah tetapi
dilain pihak ia akan dapat mematikan inisiatif untuk menggerakan dunia usaha.
Dengan demikian, fungsi perpajakan disamping merupakan alat penciptaan
tabungan pemerintah, ia harus pula memberikan dorongan bagi peningkatan investasi
masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan mempergunakan perpajakan selaku alat
pemberian konsesi dan berbagai kemudahan lainnya di dalam mendorong dunia swasta (
Hendra Esmara: Op-cit, h.13).
Dilain pihak, analisis yang kiranya mendukung agar kedua tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah tersebut dapat naik secara bersamaan antara lain, bahwa upaya
memanfaatkan tabungan masyarakat sebagai sumber dana potensial bagi pembentukan
modal adalah dengan menyempurnakan pasar uang yang ada serta mengembangkan pasar
modal dengan segala peralatan yang diperlukan. Hal yang patut diperhatikan adalah
memperkecil segmentasi antara pasar uang dan pasar modal yang masih terpisah-pisah.,
bahkan kalau dapat dihilangkan segmentasi tersebut sama sekali.
5
Sedangkan upaya pemanfaatan tabungan pemerintah dari penerimaan pajak harus
dilakukan pada "tingkat optimum" hingga tidak memungkinkan lagi terjadinya aspek
yang saling meniadakan (trade-off) antara tabungan dengan pajak, antara lain harus
disesuaikan dengan kemungkinan serta kemampuan masing-masingnya, terkecuali kalau
memang kedua perangkat moneter dan fiskal yang ada semakin diperkaya secara
serempak dalam kebijaksanaan makro ekonomi Indonesia ( Sirajuddin Ahmad: 1989.
h.19 )
Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian
dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal
sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.
Sebahagian besar para ahli ekonomi pembangunan menyadari bahwa tindakan
memobilisasi tabungan pada suatu perekonomian, berkaitan langsung dengan besarnya
konsumsi yang dilakukan pada periode bersamaan sebagai skedul yang kembar siam,
hingga terbentuknya pendapatan disposibel sebagaimana halnya yang terdapat didalam
ekonomi dua sektor (two-sector's economy), bahwa penggunaan penting dari pendapatan
sesudah pajak adalah tabungan (saving) yang ditujukan untuk konsumsi sekarang, hingga
timbulnya pendapatan nasional netto.
Adapun demikian, disadari pula bahwa bahagian pendapatan yang tidak
digunakan untuk konsumsi pada periode tertentu, seringkali tidak seluruhnya dapat
digerakkan menjadi sumber dana untuk pembentukan modal (investasi) pada periode
yang sama. Didalam teori ekonomi terbuka atau ekonomi empat sektor (four-sector's
economy), terbukti dengan terdapatnya yang dinamakan dengan domestic private sector
sebesar tabungan dikurang investasi atau sebesar government budget ditambah dengan
net export.
Dikebanyakan negara berkembang, dimana sebahagian besar tabungan terbentuk
dalam unit-unit yang sangat kecil. Lembaga-lembaga keuangan bank, simpan pinjam dan
lembaga-lembaga keuangan non-bank yang biasa menjadi saluran bagi tabungan tersebut
untuk menjadi investasi, boleh dikatakan belum tersedia secara memadai, sehingga
tabungan yang terjadi untuk sebahagian besar lainnya masih tetap tinggal sebagai
tabungan saja (berbentuk hording dan semacamnya) dan tidak tersalur sebagai
pembentukan modal.
Dengan kata lain, terdapatnya perbedaan antara dana yang tersedia (loanable
fund) dengan kemampuan untuk investasi (the ability to invest). Dengan demikian, maka
lembaga-lembaga keuangan bank, pasar uang dan pasar modal, asuransi dan lembaga-
lembaga keuangan non-bank dipandang sangat penting perannya bagi para ahli ekonomi
pembangunan sebagai salah satu unsur penggerak dalam pembangunan, menggerakan
keinginan untuk menabung, menyalurkan tabungan tersebut sebagai sumber dana efektif
dalam pembentukan modal dan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi.
Secara eksplisit terdapat dua faktor utama untuk menjaring potensi tabungan di
dalam masyarakat secara nasional. Faktor-faktor tersebut antara lain bersifat ekonomi dan
non-ekonomi. Perbedaan antara kedua faktor itu terletak pada mana membedakan antara
6
kemampuan menabung (the ability to save) dengan kemauan menabung (the willingness
to save) yang sama-sama menentukan besarnya tabungan sukarela (voluntary save) dari
masyarakat (Rustam Didong: 1987, h.52 ).
Kemampuan menabung masyarakat pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor
yang bersifat ekonomi, seperti : (1) Tingkat pendapatan bersih per kapita, (2) Distribusi
pendapatan bersih per kapita dan (3) Tingkat laba bersih pemilik modal. Sebaliknya,
kemauan menabung masyarakat disamping ditentukan oleh faktor-faktor diatas, lebih
banyak ditentukan oleh faktor-faktor yang bersifat non-ekonomi seperti : (1) Tersedia
atau tidaknya lembaga-lembaga yang memadai yang memudahkan masyarakat untuk
menabung, (2) Tinggi rendahnya tingkat bunga yang ditawarkan serta (3) Persepsi
masyarakat terhadap kegiatan menabung ( Rustam Didong: Ibid, h 53 ).
Walaupun secara historis adalah agak kurang seksama berbicara mengenai teori-
teori ekonomi makro yang berasal daripada ahli ekonomi Klasik, namun secara analitis
adalah bermanfaat untuk ditayangkan kembali oleh karena kebanyakan diantara teori-
teori tersebut masih bermanfaat, kendatipun tidak lengkap untuk dipakai dalam analisa
sekarang.
Hasil analisa yang mengherankan sebagaimana yang terdapat dalam buku Ben
Franklin yang berjudul "Poor Richard's Almanac" tidak jemu-jemunya mengotbahkan
doktrin tabungan dalam hubungannya dengan apa yang dinamakan Paradoks Kehematan
dan kini timbul suatu generasi ahli keuangan baru yang nampaknya berpendapat bahwa
kebajikan dimasa lampau mungkin menjadi dosa modern dimasa-masa depressi ( Paul P.
Samuelson: 1980, h.313 )
Dinamakan paradoks karena hampir semua kita terbiasa berpendapat bahwa
kehematan selalu merupakan hal yang baik. Dalam teori ekonomi, pertimbangan yang
dapat membantu kita menjelaskan paradoks secara ilmiah tanpa emosi adalah bahwa kita
harus berhati-hati dengan apa yang dinamakan "Logical fallacy of composition", yang
berarti apa yang baik bagi masing-masing orang secara sendiri-sendiri tidaklah dengan
sendirinya selalu baik bagi semua.
Dalam beberapa keadaan, kehati-hatian swasta (private prudence) mungkin
merupakan kebodohan sosial. Khususnya hal ini berarti bahwa usaha setiap dan masing-
masing orang untuk memperbesar tabungannya, mengakibatkan berkurangnya tabungan
aktuil keseluruhan orang dalam masyarakat bersangkutan ( Paul P. Samuelson: 1980,
Ibid, h.314 ).
Kenapa tidak hal semacam diatas dapat terjadi, sebab bila individu yang
menabung akan berarti mengurangi konsumsinya dan ini berarti pula bahwa ia
membelanjakan daya beli yang lebih kecil dari sebelumnya, sehingga bagian orang lain
pendapatannya bisa menjadi berkurang, oleh karena pengeluaran seseorang adalah
merupakan pendapatan bagi orang lain. Pertimbangan yang kedua menjelaskan paradoks
kehematan ini terletak pada pertanyaan "apakah pendapatan nasional yang bersangkutan
berada pada tingkat merosot atau tidak".
7
Jika perekonomian berada dalam keadaan full-employment, maka sudah jelas ada
kecenderungan semakin besar bahagian pendapatan yang digunakan untuk konsumsi
sekarang, semakin kecil bahagian yang tersedia bagi pembentukan modal. Bila pada
mana terdapatnya pengangguran (unemployment) yang sulit diatasi, maka konsumsi dan
investasi menjadi komplementer dan tidak saling bersaingan. Dalam hal semacam ini,
membantu yang satu dan juga membantu yang lain oleh karena konsumsi yang tinggi
mendorong investasi yang tinggi.
Dalam keadaan dimana berkomplementernya konsumsi dengan investasi, maka
tindakan yang mendorong pengencangan ikat pinggang (yaitu usaha untuk mengurangi
konsumsi guna memperbesar tabungan), hanya berakibat berkurangnya pendapatan. Pada
tingkat pendapatan yang rendah dan karena adanya induced-disinvestment, maka akan
menjadi rendahnya investasi. Dengan demikian, pendapatan dan investasi benar-benar
sudah berkurang oleh karena usaha memperbesar tabungan dalam masa pengangguran,
berakibat berkurangnya tabungan dan investasi yang benar-benar terlaksana.
Usaha pemulihan kiranya dapat ditemui melalui kebijaksanaan ekonomi makro
apabila paradoks kehematan sudah hilang dalam operasinya, sehingga usaha pengketatan
ikat pinggang yang mendorong kegiatan menabung guna meningkatkan investasi sebagai
sumber pembiayaan dapat terwujud dan tercapainya suatu lingkungan full-employment,
sehingga konsumsi dan investasi pasti saling bersaingan.
Hanya dalam keadaan seperti itulah kebajikan individual selalu sama dengan
kebajikan sosial (dan tidak lagi merupakan kebodohan sosial). Pendek kata didalam
kebijaksanaan ekonomi makro harus dihindarkan inflationary-gap atau deflationary-gap
sedemikian rupa, sehingga tabungan dan investasi full-employment persis sama besarnya
tanpa inflasi.
2. METODOLOGI DAN PEMBENTUKAN MODEL
Model keseimbangan perekonomian untuk ekonomi 3 sektor secara formal,
adalah sebagai berikut:
A = C + I + G ( 1 )
Y = C + S + T ( 2 )
A = Y ( ... Aggregate, Demand = Supply ) ( 3 )
bila dikelompokan dalam bagian-bagian tertentu, maka dapat didefinisikan sebagai
I + G = S + T ( 4 )
dimana terdapatnya gap oleh karena terjadinya kelebihan permintaan oleh kaum investor
dan pemerintah. Untuk mengimbangi permintaan tersebut, diperlukan Pajak lebih besar
daripada pengeluaran pemerintah.
8
Hubungan antara output dengan pendapatan disposibel ( disposible income ),
dimana sebagian dari pendapatan harus mengeluarkan pajak T dan sektor swasta
menerima Transfer R sebagai tambahan pada pendapatan nasional yang pada gilirannya
dialokasikan pada konsumsi dan tabungan, yaitu:
Yd = Yt + R – Tt ( 5 )
= Ct + St ( 6 )
Yt = Ct + St + Tt ( 7 )
dalam kaitanya persamaan (7) dengan indentitas produksi nasional (national product
identity ), dapat disusun sebagai
C + I + G = Yt = C + S + ( T – R ) ( 8 )
atau I + G = S + ( T – R ) ( 9 )
I = S + ( T – G – R ) (10 )
dimana I = total investasi, S = total tabungan yang disebut juga sebagai tabungan
masyarakat Sh dan berasal dari selisih total tabungan dengan tabungan pemerintah Sg =
( T - G - R), T = Penerimaan dalam negeri dan G = pengeluaran pemerintah dan R =
Transfer payment.
2.1. Identitas Keseimbangan Tabungan Dan Investasi
Penurunan pajak dapat meningkatkan tabungan masyarakat dan mempunyai efek
terhadap berkurangnya tabungan pemerintah oleh karena penerimaan pemerintah
berkurang. Setiap rupiah penerimaan pemerintah dari pajak, akan memperbesar defisit
anggaran belanja. Apabila tambahan defisit ini tidak dapat diimbangi oleh kenaikan
tabungan masyarakat, maka total tabungan maupun total investasi dapat turun.
Penurunan pajak dapat menaikan pembentukan modal, yang apabila penurunan
pajak tersebut dapat meningkatkan pendapatan nasional yang cukup besar, sehingga dapat
menutup pajak itu. Untuk menyederhanakannya, maka identitas keseimbangan
tabungandan investasi tersebut dapat ditulis sebagai berikut ( Nopirin: 1987, h.156 ):
St = Sh + Sg = It ( 11 )
dimana: Sh = - (C +G ) + ( 1 – c ) ( Yt – Tt ) ( 12 )
Sg = - (G +R ) + Tt ( 13 )
Tt = tYt ( 14 )
Sh = tabungan masyarakat, Sg = tabungan pemerintah dan Tt = penerimaan pajak.
Persamaan (11) adalah dalam keadaan full employment dan dapat ditulis dalam bentuk
St = - (C +G +R ) + ( 1– c ) ( Yt – tYt ) + tYt ( 15 )
9
dalam efek jangka pendek ini, bahwa pajak mempunyai hubungan positif dengan
tabungan domestik bruto. Dalam jangka panjang yang lebih populer disebut dengan efek
penawaran (supply side effect ) didalam jangka panjang sehingga, diasumsikan bahwa C
= G = R = 0 ,dan pendapatan dalam keadaan full-employment diasumsi pula sama
dengan produk domestik bruto.
Tabungan adalah sumber pembentukan modal atau disebut juga sebagai investasi,
dan investasi tersebut adalah perubahan modal. Kalau besar kecilnya tabungan ditentukan
oleh pendapatan, sedangkan investasi atau perubahan modal dipengaruhi oleh perubahan
pendapatan atau untuk konsep ini harus dibedakan antara konsep COR = k = Kt/Yt dan
ICOR = It/Yt = Kt/Yt, atas dasar perbedaan tersebut maka modal mempunyai fungsi
sebagai berikut:
It = k Yt ( 16 )
Kt = k Yt ( 17 )
Kt - Kt-1 = k ( Yt - Yt-1 ) ( 18 )
Kt = k ( Yt - Yt-1 ) + Kt-1 ( 19 )
Kt = k Yt + Kt-1 ( 20 )
Kt = k Yt + k Yt-1 ( 21 )
2.2. Tabungan, Modal Dan Pertumbuhan Ekonomi Jangka Panjang
Pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, diasumsi bahwa ada hubungan
ekonomi langsung antara besarnya stok kapital K keseluruhan dengan PDB, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi ini, sebagaimana yang telah disusun Harrod-Dommar
sebagai berikut ( Michael P. Todaro: 1977, h.65 ):
St = s Yt ( 22 )
It = Kt ( 23 )
Kt/Yt = k ( 24 )
atau Kt/Yt = k ( 25 )
persamaan (22) s/d persamaan (25) setelah diolah menurut sementinya, maka model
sederhana pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar tersebut dapat ditulis sebagai
Yt/Yt = s/k ( 26 )
bahwa pertumbuhan ekonomi ditentukan secara bersamaan oleh pembagian antara
nisbah tabungan nasional s dengan nisbah kapital/output nasional k atau pembagian
antara MPS dengan ICOR.
Bagaimanapun juga, upaya peningkatan pajak tetap akan mengurangi kemampuan
untuk menabung, maka berkurangnya pendapatan masyarakat yang disebut sebgai
pendapatan disposibel ( disposible income ), dan antara tabungan dengan pajak terjadinya
10
trade-off, yaitu keadaan yang saling tumpang tindih, yaitu kenaikan pada satu fihak dan
menurunkan fihak lain. Namun demikian untuk kedua tabungan dan pajak tersebut sama-
sama bertujuan melakukan pembentukkan modal atau investasi bagi pembiayaan
ekonomi, dalam artiannya pada penelitian ini berkerjanya dua kebijaksanaan ekonomi
secara serempak "kebijaksanaan moneter dan kebijaksanaan fiskal".
Dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi yang kiranya mampu dicapai, sehingga
perlu dilakukan estimasi beberapa fungsi antara lain tiga buah fungsi pertama merupakan
penyelesaian (pemisahan) persamaan (15) untuk St, Sh dan Sg. Sedangakan fungsi yang
keempat merupakan penyelesaian (perbedaan penggunaan konsep COR dengan ICOR)
dari persamaan (16) s/d (21). Keempat fungsi tersebut ditulis sebagai berikut:
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27 )
Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28 )
Sg = - (G +R ) + t Yt ( 29 )
Kt = K + k Yt-1 ( 30 )
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 31 )
Sh = [s (1 – t )] Yt ( 32 )
Sg = t Yt ( 33 )
Kt = k Yt-1 ( 34 )
Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:
St = s Yt ( 35 )
Kt = k Yt-1 ( 36 )
MPC + MPS = 1 ( 37 )
c + s = 1
MPS = s = { St ( Yt )} ( 38 )
MPC = 1 – c = {[ 1 – St ( Yt ) ]} ( 39 )
Multiplier ( ): = 1/MPS = 1/s ( 40 )
Yt/Yt = s/k ( 41 )
Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:
St = Sh + Sg = It ( 42 )
= [s (1 – t )] Yt + tYt
= {[s (1 – t ) + t ]}Yt
Kt = k Yt-1 ( 43 )
11
MPC + MPS + MPT = 1 ( 44 )
c (1– t ) + s (1 – t ) + t = 1
MPS = [s (1 – t ) + t ] = { St ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 45 )
MPS + MPT = { Sh ( Yt ) [ 1 – Sg ( Yt ) ]} ( 46 )
MPC = {1 - [s (1 – t ) + t ]} = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 47 )
Multiplier (): = 1/ MPS ( 48 )
Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k ( 49 )
dimana:
St = tabungan tahun t, dalam milyar rupiah.
Sh = tabungan masyarakat tahun t, dalam milyar rupiah
Sg = tabungan pemerintah tahun t, dalam milyar rupiah
Kt = Stok Modal tahun t, dalam milyar rupiah
Yt = Produk Domestik Bruto tahun t, dalam milyar rupiah
Yd = Pendapatan disposibel ( disposible income )
Yt = Selisih produk domestik bruto tahun t dengan produk domestik
bruto tahun t-1, dalam milayar rupiah.
Yt/Yt = pertumbuhan ekonomi pada tahun t, dalam persentase.
MPC + MPS + MPT = 1 APC + APS + APT = 1
k = Incremental Capital-Output Ratio ( ICOR )
s = Marginal Propensity to Save ( MPS )
t = rate of taxes ( dihitung sebagai proportional taxes dari gross
domestic product ).
C = konsumsi otonom
G = pengeluaran pemerintah otonom
R = Transfer Payment
K = modal otonom
1 – t = bagian pendapatan yang tersisa setelah dipotong pajak
s (1 – t ) = (1 – c ) (1 – t )
= bagian dari tabungan (total tabungan) yang tersisa setelah
dipotong pajak.
1 - [s (1 – t )] = 1 - [(1 – c ) (1 – t )]
= bagian dari konsumsi (total konsumsi) yang tersisa setelah
dipotong pajak.
12
1 – c = s
= [s (1 – t ) + t ]
= 1 - c (1 – t )
= bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi, dimana
Sh (Yt) = [s (1 – t )] Yt , berarti s (1 – t ) = MPS + MPT
s (1 – t ) = bagian tabungan masyrakat yang tersisa setelah dipotong pajak,
s = MPS, t = MPT
c (1 – t ) = bagian dari pendapatan setelah konsumsi dan dipotong pajak,
c = MPC, t = MPT
1/[1 – c (1 – t )] = multiplier.
MPS / ICOR = Rate of Economy's growth
3. HUBUNGAN ANTARA TABUNGAN, INVESTASI
DENGAN PENDAPATAN
Dalam literatur ekonomi modern, dimana tabungan didefinisikan sebagai bagian
dari pendapatan yang tidak dikonsumsi pada periode yang bersamaan. Teori ini dikenal
sebagai teori Keynes yang pertama menghubungkan tabungan dengan pendapatan.
Kehadiran Keynes yang menghubungkan tabungan dengan pendapatan dan oleh
Keynes dianggap sebagai koreksi terhadap teori Klasik sebelumnya yang melihat
tabungan sebagai bagian dari teori kapital/modal dan menghubungkan tabungan bukan
dengan pendapatan, akan tetapi dengan tingkat bunga ( the interest rate of money ).
Sementara Keynesian, konsep tabungan sebagai fungsi dari pendapatan dianggap
sebagai salah satu sumbangan Keynes yang penting terhadap perkembangan ilmu dan
analisa ekonomi, yang tidak seperti pandangan Klasik sebelum dia, dianggap bahwa : (1)
Dapat mengaitkan (coupling) sektor moneter dengan sektor produksi dari perekonomian
secara makro dan (2) Menganggap bahwa kebijaksanaan fiskal dan kebijaksanaan
moneter dapat sama-sama efisien dalam mempengaruhi pertumbuhan ekonomi ( Rustam
Didong: 1987, Log-cit, h.52 ).
Para ahli ekonomi pembangunan (development economists) yang banyak
bermunculan terutama sejak permulaan tahun 50-an ( lihat G.M. Meiers: 1976) dalam
bukunya yang berjudul "Leading Issues in Economic Development" dan ( lihat Lewis A:
1984 ) dalam bukunya "The State of Development Theory", tidak begitu ingin untuk
mempertajam perbedaan kedua konsep tabungan tersebut.
Tabel 1 . STRUKTUR EKONOMI INDONESIA: ARUS TABUNGAN DAN PEMBENTUKAN MODAL, TAHUN 1969-1995
( Dalam Milyar rupiah, Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 )
K o n s u m s i Inves tas i P erubaan L u a r N e g e r i T a b u n g a n P ajak Tidak P enyusutan Stok P roduk
Bruto Stok Langsung Modal Domestik
Rumah P emerintah Jumlah Ekspor P endapatan Masyarakat P emerintah Jumlah Netto Bruto Bruto
Tangga Netto Netto
Tahun Ch G Ct It Xt-Mt Fi Sh Sg St Ti Di Kt Yt
1969 44154.9 4409.6 48564.5 5984 0 14275.7 -68824.2 19576.2 683.5 20259.7 1616.7 -1616.7 0 68824.2
1970 44983.5 5154.1 50137.6 7959 0 15888.9 -73985.5 22546.5 1301.4 23847.9 1714.1 -1714.1 114089.6 73985.5
1971 46191.4 5520.5 51711.9 9645.8 0 17812.2 -79169.9 25755.4 1702.6 27458 1920.6 -1920.6 147299.0 79169.9
1972 47002.6 5974.2 52976.8 11482.8 0 22164.3 -86623.9 30743.9 2903.2 33647.1 2112 -2112 133443.1 86623.9
1973 50408 7626.2 58034.2 13441.1 0 24945.7 -96421 34743.9 3642.9 38386.8 2383.8 -2383.8 132284.5 96421
1974 57331.7 6827.4 64159.1 16022.5 0 23600.9 -103782.5 32472.2 7151.2 39623.4 2317.9 -2317.9 225885.4 103782.5
1975 60821.2 8899 69720.2 18360.2 0 20867.6 -108948 31400.2 7827.6 39227.8 3210.8 -3210.8 387243.6 108948
1976 62969.8 9550.8 72520.6 19462.9 0 24467.3 -116450.8 34321.8 9608.4 43930.2 2841.5 -2841.5 302083.3 116450.8
1977 65355.7 11124 76479.7 22559.5 0 27772.7 -126811.9 41098.4 9233.8 50332.2 5382.4 -5382.4 276110.9 126811.9
1978 71922.4 13081.7 85004.1 25957.6 0 25623.1 -136584.8 43181.1 8399.6 51580.7 3483.6 -3483.6 362780.1 136584.8
1979 83423.5 14325.7 97749.2 27104.8 0 20270.4 -145124.4 35435.9 11939.3 47375.2 4120.6 -4120.6 460626.7 145124.4
1980 101437.6 12670.5 114108.1 32223.1 0 13136 -159467.2 29825.8 15533.3 45359.1 4527.9 -4527.9 358265.3 159467.2
1981 115498.5 17478.4 132976.9 35811.4 0 3034.6 -171822.9 22195.2 16650.8 38846 4170.3 -4170.3 498006.5 171822.9
1982 127303.4 18917.4 146220.8 40464.6 0 -6739.2 -179946.2 17726.6 15998.8 33725.4 4542 -4542 896366.1 179946.2
1983 122095.3 18734.2 140829.5 43630.2 8820.7 -9927.1 -183353.3 28309.9 14213.9 42523.8 4840.5 -4840.5 2347961.9 183353.3
1984 125293.1 19373.6 144666.7 41004.9 13400.8 -3363.4 -195709 36918.9 14123.4 51042.3 5260 -5260 649500.1 195709
1985 124844.4 20853.8 145698.2 43961.6 20195.5 -9311 -200544.3 41843.4 13002.7 54846.1 6119.8 -6119.8 1823309.5 200544.3
1986 128827 21433.9 150260.9 48008.9 19413.3 -5207.8 -212475.3 52461 9753.4 62214.4 7056.4 -7056.4 854974.9 212475.3
1987 134965.9 21397.7 156363.6 50642.4 14982.2 610.3 -222598.5 58386.8 7848.1 66234.9 9644.8 -9644.8 1113573.0 222598.5
1988 141933.7 23018 164951.7 56478.6 3469.7 11104.1 -236004.1 66935.1 4117.3 71052.4 13870.1 -13870.1 994299.5 236004.1
1989 148783.1 25432.5 174215.6 64024.9 4390.8 10970.6 -253601.9 68511 10875.3 79386.3 17695.6 -17695.6 922662.8 253601.9
1990 162207.3 26248.9 188456.2 73355.6 10232.9 -76.6 -271968.1 65336.1 18175.8 83511.9 17869.3 -17869.3 1086255.4 271968.1
1991 176722.2 28093.7 204815.9 78142 6164.3 1748.4 -290870.6 68754.2 17300.5 86054.7 17792.3 -17792.3 1202444.7 290870.6
1992 183046.7 29731.9 212778.6 82001.5 7170 7709 -309659.1 78701.1 18179.4 96880.5 19655.6 -19655.6 1351492.2 309659.1
1993 192958.4 29756.7 222715.1 86667.3 10545.5 9847.9 -329775.8 91237.7 15823 107060.7 21171.1 -21171.1 1420748.8 329775.8
1994 208062.1 30442.6 238504.7 98589 14836 2711.1 -354640.8 95400.3 20735.8 116136.1 -6894.1 6894.1 1406140.4 354640.8
1995 234245.4 30850.6 265096 112386.4 15852.7 -9542.8 -383792.3 102638.7 16057.6 118696.3 23209.7 -23209.7 1479616.3 383792.3
Sumber : Diolah oleh penulis dari, Biro Pusat Statistik, Pendapatan Nasional Indonesia (Tabel-Tabel Pokok) dan Statistk
Ekonomi-Keuangan Indonesia, berbagai tahun penerbitan; Indikator Ekonomi, edisi 1996.
Bagi development economists yang dianggap lebih relevan dalam upaya mereka
memahami proses pembangunan ekonomi dari negara-negara berkembang, adalah
melihat tabungan sebagai sumber dana untuk pembentukan modal "capital formation".
Paling jauh, mereka hanya menilai perbedaan konsep Keynes dan Klasik mengenai
tabungan itu dalam konteks perbedaan antara apa yang disebut kemampuan menabung
"The ability to save" dan kemauan menabung "The willingness to save" ( Lihat Thirwall,
AP: 1972 ).
Hingga dewasa ini kenyataan bahwa dasar-dasar pokok umum yang semakin
dapat diterima oleh hampir semua ahli ekonomi pembangunan, sehubungan dengan teori
maupun analisa ekonomi yang terpakai dan kebanyakan bertumpu pada seorang ahli
ekonomi Inggeris seperti John Maynard Keynes. Dalam hubungan ini, yang menjadi
perhatian pokok untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah bagaimana tabungan itu
dapat dimobilisir sebanyak mungkin agar sumber pembiayaan investasi sebagai modal
produktif dalam proses pembangunan melalui kebijaksanaan fiskal dan moneter yang
saling mendukung.
Ditinjau dari segi pembiayaan pembangunan secara keseluruhannya, dan tanpa
mengingkari kenyataan yang telah dialami selama ini, dimana Indonesia masih dibarengi
beban dengan terdapatnya kesenjangan tabungan-investasi sebesar kelebihan impor dari
ekspor barang-barang dan jasa-jasa non-faktor pada sektor perdagangan luar negeri.
Dalam cakupan yang lebih luas, kerumitan segi pembiayaan tersebut dapat lebih
jelas terlihat bila pada mana dimasukkan unsur "pendapatan netto" terhadap luar negeri
dari faktor produksi yang selama ini bernilai negatif dengan kecenderungan yang semakin
meningkat sepanjang tahun, yang secara nyata telah membuat nilai PNB berada pada
jumlah yang rendah dibawah jumlah PDB atau bertanda terdapatnya kesenjangan
kebutuhan devisa yang semakin melebar sepanjang tahun dan berupa masalah utama yang
cukup menghambat usaha pembangunan selama ini.
Kesenjangan kebutuhan devisa semacam yang dimaksud, antara lain disebabkan
karena membesarnya pembayaran pandapatan netto terhadap luar negeri. Besarnya
pendapatan netto tersebut, dimana dalam neraca pembayaran dapat dilihat (khususnya
dalam neraca jasa-jasa non-migas) yang terutama berupa selisah dari pembayaran bunga
pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer tenaga kerja di luar
negeri. Khususnya dalam neraca jasa-jasa non migas, terutama berupa selisih dari
pembayaran bunga pinjaman serta transfer keuntungan PMA/Bank asing dengan transfer
tenaga kerja diluar negeri.
4. PERHITUNGAN EMPIRIS SERTA ANALISIS TEORITIS
4.1. Hasil Estimasi Beberapa Agregatif Ekonomi Dengan Pendapatan
Membuat perkiraan tentang perkembangan ekonomi Indonesia jangka panjang,
bagaimanapun juga tetap dianggap suatu pekerjaan yang sulit oleh karena banyak sekali
faktor-faktor yang tidak dapat diketahui secara pasti. Meramalkan sesuatu tidaklah
banyak faedahnya. Akan tetapi, membuat perkiraan secara kuntitatif maupun kualitatif
15
banyak kegunaannya, antara lain : Memperkirakan persyaratan-persyaratan potensi
pembangunan yang harus dipenuhi untuk mencapai suatu tingkat pertumbuhan ekonomi
tertentu dalam jangka panjang dan mengukur batas-batas kemampuan optimal prestasi
ekonomi yang telah dilalui hanya dengan pemanfaatan tabungan sebagai pembiayaan
pembangunan maupun pertumbuhan ekonomi.
Pada umumnya Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi: tabungan,
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal adalah significant secara
statistik pada tingak keyakinan yang tinggi, yaitu diatas 99 % dan berati kurang dari 1 %
pengaruh lain yang tidak sempat diestimasi. Hasil estimasi tersebut adalah sebagai
berikut:
St = 2370.857 + 0.295202 Yt ( 27a )
S(ai): (0.017369)
t(ai): (16.99542)
df = 25, SE = 8012, 593
r2 = 0.920342
r = 0.959344
r2 = 0.917156
F = 288.8443
D-W = 0.811351
Sh = 789.3590 + 0.246157 Yt ( 28a )
S(bi): (0.022072)
t(bi): (11.15223)
df = 25, SE = 10181.04
r2 = 0.832632
r = 0.912487
r2 = 0.825938
F = 124.3723
D-W = 0.305920
Sg = 1581.498 + 0.049045 Yt ( 29a )
S(ci): (0.008434)
t(ci): (5.814988)
df = 25, SE = 3890.782
r2 = 0.574931
r = 0.758242
r2 = 0.557929
F = 33.81408
D-W = 0.553495
16
Kt = - 138692 + 5.236756 Yt-1 ( 30a )
S(di): (0.860617)
t(di): (6.084879)
df = 25, SE = 399666.2
r2 = 0.596941
r = 0.772620
r2 = 0.580819
F = 37.02576
D-W = 0.562712
Statistical Table: t0.005 = 2.787 f0.01 (v1, v2) = 7.77
t0.01 = 2.485 f0.05 (v1, v2) = 4.24
t0.025 = 2.060
t0.05 = 1.708 d0.01 (dl, du) = 1.00 - 1.31
t0.10 = 1.316 d0.05 (dl, du) = 1.22 - 1.55
Significan atau tidaknya hasil estimasi suatu fungsi dapat dilihat dengan
memperbandingkan antara Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan
dengan melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan
pada f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson sebagimana yang
dapat diperbandingkan dengan statistical table yang tersedia diatas. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa semua hasil estimasi yang dilakukan relefan digunakan untuk
analisis ekonomi dan seterusnya.
4.2. Analisis Perhitungan Teoritis
Studi ini membahas analisa yang bersifat konferehensif, menghubungkan
beberapa fungsi tabungan: total tabungan, tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah
jangka panjang dengan pendapatan dalam versi perhitungan analisis ekonomi tiga sektor
dan sebagai pembandingnya adalah ekonomi dua sektor, apakah mampu menjelaskan
bahwa ekonomi dua sektor tidak berbeda dengan ekonomi tiga sektor.
Tentunya pembahasan tabungan tidak akan terlepas dengan investasi oleh karena
investasi sumbernya adalah tabungan. Berdasarkan prihal yang demikain pada analisis ini
perlu ditentukan berapa besarnya multiplier yang terjadi serta berapa pula besarnya
pertumbuhan ekonomi yang dihasilkannya oleh karena estimasi yang dilakukan bukan
hanya sekedar tabungan saja, tetapi juga perkiraan stok modal supaya mampu
memperlihatkan besarnya laju pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan.
Lebih menarik daripada itu, adalah kemampuanya menjawab berapa besarnya
trade-off dengan tingkat pajak pada tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, sebagai
sinyalemen analisis yang melihat kemampuan ekonomi tentang akumulasi tabungan
17
berupa tabungan masyarakat dan tabungan pemerintah. oleh karena semula telah
diketahui bahwa alokasi ekonomi Indonesia terdapatnya kemampuan menabung ( the
ability to save ) yang lebih tinggi dari kemauan menabung ( the willingness to save ) dan
berapa besrnya kemampuan menabung tersebut dan begitu juga kemampuan masyarakat
membayar pajak.
Aspek yang akan menonjol dalam pembahasan ini, adalah terletak pada sejauh
mana kemampuan menabung mampu menciptakan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Didalam keadaan nyata, banyak faktor yang menjadi penyebab timbulnya tabungan
didalam masyarakat. Sebagaimana definisi Keynes menyatakan bahwa tabungan adalah
bagian dari pendapatan periode tertentu yang tidak habis dikonsumsi pada periode
bersangkutan.
Fungsi-Fungsi Estimasi Jangka pendek:
St = -C + ( 1 – c ) Yt ( 27b )
= 2370.875 + 0.295202 Yt
Sh = - (C +G ) + [( 1 – c ) ( 1 – t )] Yt ( 28b )
= 789.3590 + 0.246157 Yt
Sg = -G + t Yt ( 29b )
= 1581.498 + 0.049045 Yt
Kt = K + k Yt-1 ( 30b )
= -138692 + 5.236756 Yt-1
Fungsi-Fungsi Hasil Estimasi Jangka Panjang
St = s Yt ( 27c )
= 0.295202 Yt
Sh = [s ( 1 – t )] Yt ( 28c )
= 0.246157 Yt
Sg = t Yt ( 29c )
= 0.049045 Yt
Kt = k Yt-1 ( 30c )
= 5.236756 Yt-1
Analisis Untuk 2 Sektor Ekonomi:
St = s Yt
Kt = k Yt-1
18
MPC + MPS = 1
c + s = 1
0.704797 + 0.295202 = 1
MPS = s = 0.295202 = { St ( Yt ) } ( 31 )
MPC = 1 - c = 0.704797 = { [ 1-St(Yt) ] } ( 32 )
Multiplier (): = 1/MPS = 1/s = 3.387500 ( 33 )
Yt/Yt = s/k = 0.056371 ( 34 )
Analisis Untuk 3 Sektor Ekonomi:
St = Sh + Sg = It
= [ s (1 – t )] Yt + t Yt
= {[s (1 – t ) + t ]} Yt
Kt = k Yt-1
MPC + MPS + MPT = 1
c (1 – t ) + s (1 – t ) + t = 1
0.670229 + 0.280724 + 0.049045 = 1
MPS = [s (1 – t ) + t ] = 0.295202 = { St ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )] ( 35 )
MPS + MPT = 0.329770 = { Sh ( Yt ) [1 – Sg ( Yt )]} ( 36 )
MPC = {1 - [ s (1 – t ) + t ]} = 0.670229 = {[1 – St ( Yt )][1 – Sg ( Yt )]} ( 37 )
Multiplier (): = 1/ MPS = 3.032414 ( 38 )
Yt/Yt = [ MPS + MPT ] / k = 0.056371 ( 39 )
4.2. Perkiraan Fungsi Tabungan Jangka Panjang:
Tabungan Masyarakat Dan Pajak
Melalui struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka tingkat tabungan (rate of
gross domestic saving) berupa bagian pendapatan yang tersisa setelah konsumsi adalah
sebesar 0,295202 (disebut juga dengan nisbah tabungan ), yang berari nisbah konsumsi
adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun untuk selama periode
penelitian ini. NIsbah tabungan sebesar 29,52 % rata-rata per tahun tersebut, dimana
sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh tabungan masyarakat dan sebesar
0.049045 atau 4,91 % rata-rata per tahun merupakan sumbangan dari tabungan
pemerintah.
Dengan demikian jelas keadaan tersebut memberikan indikasi bahwa tabungan
yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 0.280724 atau sebesar 28,07 % rata-
rata setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak
adalah sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati adalah sebesar selisih antara
0.280724 dengan 0.246157, yaitu sebesar 0.034567 atau sebesar 3,46 % kemampuan
pajak secara proporsional menentukan naik turunya tabungan masyarakat dan konsumsi
19
masyarakat yang disebut juga sebagai trade-off antara tabungan masyarakat dengan
pajak.
Namun semikian nampak analisiss ini membuktikan bahwa potensi tabungan
masyarakat jauh lebih ampuh dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam
pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
besarnya nisbah tabungan 0.295202 sama dengan penjumlahan tabungan masyarakat
yang tersisa setelah pajak sebesar 0.246157 ditambah dengan nisbah tabungan pemerintah
sebesar 0.049045. Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus langsung
diasumsi sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan antara
tabungan pemeintah dengan penerimaan pajak.
Tabungan pemerintah merupakan penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran
rutin dan penerimaan dalam negeri pun terdiri dari penerimaan pajak langsung ditambah
penerimaan pajak tidak langsung dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan penerimaan
pajak dalam penelitian ini mungkin dapat diasumsi sebagai penerimaan pajak langsung
yang ditambah penerimaan pajak tidak langsung dan nilai penerimaan pajak tersebut yang
dikatakan dalam penelitian ini sebagai penerimaan pajak secara proporsional terhadap
pendapatan, alasan ini didapatkan kerena penelitian yang dilakukan adalah tiga sektor
ekonomi dan sebagai pembanding hasil penelitian ini adalah ekonomi dua sektor.
Karena penelitian yang dilakukan adalah tiga sektor ekonomi, tentunya kalau
diidentikan dengan ekonomi dua sektor, bahwa yang dimaksudkan MPS adalah ( MPS +
MPT ) dan besarnya MPS untuk ekonomi tiga sektor ini adalah 0.329770 yang berati
mempunyai nilai pengganda (multiplier ) sebesar 3,032414. sementara itu multiplier
ekonomi dua sektor adalah sebesar 3,387500, sehingga untuk mencapai perubahan
pendapatan yang sama ekonomi tiga sektor harus melipatgandakan dengan angka yang
lebih tinggi karena angka perubahan investasi ekonomi tiga sektor lebih rendah daripada
angka perubahan investasi ekonomi dua sektor. Sementara laju pertumbuhan ekonomi
yang dicapai ekonomi dua sektor dan ekonomi tiga sektor harus sama, yaitu sebesar
0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata setiap tahun.
5. KESIMPULAN
Dalam jangka panjang, nampaknya tidak terdapat alternatif lain untuk
meningkatkan tabungan selaku sumber pembiayaan, terkecuali bila dilakukan penekanan
konsumsi secara umum. Peningkatan tabungan melalui pemupukan tabungan masyarakat
dan tabungan pemerintah hanya akan dapat terjadi masing-masing dengan melakukan
ekspansi kebijaksanaan moneter melalui pengembangan pasar uang serta pasar modal,
dan dengan melakukan kebijaksanaan fiskal yang progressif berdasarkan the ability to
pay.
Bagaimanapun juga, peningkatan pajak akan selalu membuat trade-off terhadap
kemungkinan kenaikan tabungan, yaitu karena dapat merugikan atau mengurangi
tabungan masyarakat. Namun demikian, analisis ini juga menunjukkan bahwa potensi
20
tabungan masyarakat jauh lebih besar dibandingkan dengan potensi tabungan pemerintah
terhadap ability and willingness to save dikalangan masyarakat selaku sumber
pembiayaan pembangunan.
Hasil estimasi beberapa fungsi agregatif ekonomi seperti tabungan, tabungan
masyarakat, tabungan pemerintah dan stok modal pada umumnya adalah significant
secara statistik pada tingak kepercayaan ( significant level ) = 1 % . Uji statistik
demikian dimana Ttest > Ttable. Pengujian empiris lainya juga dapat dilakukan dengan
melihat Ftest keempat fungsi semuanya jauh lebih besar dan berarti juga significan pada
f0.01 ( v1 , v2 ) = 7,77 dan begitu juga dengan uji Durbin-Watson. Dengan demikian bahwa
keempat fungsi yang diestimasi dapat digunakan secara logika dalam analisis ekonomi
yang tengah dilakukan.
Dari segi struktur fungsi hasil estimasi tabungan, maka bagian pendapatan yang
tersisa setelah konsumsi adalah sebesar 0,295202, yang lebih lanjur disebut juga sebagai
nisbah tabungan atau tingkat tabungan "rate of gross domestic saving" sebesar 29,52 %
rata-rata per tahun, antara lain sebesar 0.246157 atau 24,62 % disumbangkan oleh
tabungan masyarakat dan sebesar 0.049045 atau sebesar 4,91 % rata-rata per tahun
disumbangkan oleh tabungan pemerintah. Dengan demikian, berari nisbah konsumsi
adalah sebesar 0.704797 atau sebesar 70,48 % rata-rata per tahun.
Tabungan yang tersisa setelah dipotong pajak adalah sebesar 28,07 % rata-rata
setiap tahun, sedangkan tabungan masyarakat yang tersisa setelah dipotong pajak adalah
sebesar 24,62 % rata-rata per tahun dan berati selisih sebesar 3,46 % rata-rata per tahun
merupakan kemampuan pajak secara proporsional yang merupakan trade-off antara
tabungan masyarakat dengan pajak dan menentukan naik turunya tabungan masyarakat
dan konsumsi masyarakat.
Dari indikasi demikian, analisis ini membuktikan bahwa potensi tabungan
masyarakat jauh lebih tinggi dibanding dengan potensi tabungan pemerintah dalam
pembentukan sumber pembiayaan ekonomi. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa
nisbah tabungan 29,52 % rata-rata per tahun adalah sama dengan penjumlahan tabungan
masyarakat yang tersisa setelah pajak yang benilai sebesar 24,62 % rata-rata per tahun
ditambah dengan nisbah tabungan pemerintah sebesar 4,91 % rata-rata per tahun.
Tabungan pemerintah dalam penelitian ini juga tidak harus langsung diasumsi
sebagai nisbah penerimaan pajak oleh karena memang ada perbedaan antara tabungan
pemeintah dengan penerimaan pajak. Kalau diidentikkan dengan ekonomi dua sektor,
maka ekonomi tiga sektor mempunyai nisbah tabungan sebesar 0.329770 atau sebesar
32,98 % rata-rata per tahun, dan berarti bagian dari konsumsi yang terjadi setelah
dikeluarkan pajak adalah sebesar 0.670229 atau sebesar 67,02 % rata-rata per tahun,
multiplier yang terjadi adalah sebesar 3,39 rata-rata per tahun dan pertumbuhan ekonomi
yang mampu dicapai adalah sebesar 0.056371 atau sebesar 5,64 % rata-rata per tahun.
21
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Abimanyu, Anggito.,"Minyak Bumi Dan Bantuan Luar Negeri Dalam Perekonomian
Indonesia" (Yogyakarta: STIE-YKPN,1988).
Ahmad, Sirajuddin., "Perangkat Kebijaksanaan Moneter dan Fiskal Indonesia Menjelang
Tahap Lepas Landas", Prisma 9 ( Jakarta: LP3ES, 1989 ).
Chenery, Hoolis B. dan Nicholas G. Carter.,"Foreign Assistance and Development
Performance 1960-1970", American Economic Review, Vol. 63, No.2 (Mei
1973).
Didong, Rustam., "Pengembangan Tabungan Dalam Negeri Dan Pembiayaan
Pembangunan", forum Ekonomi, Tahun IV, No. 41 (Maret 1987).
Esmara, Hendra., "Ekonomi Indonesia Dalam Transisi", Laporan Penelitian Proyek
SPP/DPP Universitas Andalas 1987/88, Kontrak No. 3/PPUA/03/1987.
Esmara, Hendra.,"Politik Perencanaan Pembangunan : Teori, Kebijaksanaan dan
Prospek" (Padang: Pidato Pengukuhan Sebagai Guru Besar Perencanaan
Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Andalas pada rapat senat terbuka, 27
Juli 1985).
--------------------------"Ekonomi Indonesia Dalam Transisi" (Padang: Pusat Penelitian
Universitas Andalas, 1987).
Heff, Nathaniel H. dan Kasuo Sato (1975)., "A Simultaneous Equations Model of Saving
in Developing Countries", Journal of Political Economy, 83 (b).
Kuharjo, Noorooso., "Ilmu Ekonomi Bagi Negara Sedang Berkembang" (Jakarta:
Akademika Pressindo, 1981).
Kuncoro, Mudrajad., "Dampak Arus Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan
Tabungan Domestik", Prisma 9 (Jakarta: LP3ES, 1989).
Lewis, W. Arthur., "The State of Development Theory", American Economic Review,
March 1984.
Mariakasih, Frans Kho.,"Praktek dan Teori Pembangunan Ketergantungan
(Dependencia)", analisa, No.9 (September 1982).
Meier, Gerald M., "Leading Issues In Economic Development", Oxford University Press,
3rd ed., 1976.
Nio, Thress.,"Utang Luar Negeri RI" (Jakarta : Harian Kompas, 12 Juli 1988).
Nopirin., "Efek Kebijaksanaan Pemerintah Terhadap Pembentukan Modal", dalam
Ekonomi Moneter (Editors), edisi pertama, buku II (Yokyakarta: BPFE-UGM,
1987).
Papanek G.F., "The Effect of aid and Other Resources Transfers on Savings and Growth
in Less Developed Countries", Economic Journal, Vol.82, No.327 (September
1972).
Pattisiana, Engelina., "Dampak-dampak Kegiatan Penanaman Modal Asing Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia", Analisa, No.9 (September 1982).
Rana, Pradumna B. dan J. Malcolm Dowling Jr., "The Impact of Foreign Capital on
Growth: Evidence From Asian Developing Countries", The Developing
Economies, Vol. XXVI, No.1 (March 1988).
Samuelson, Paul P., "Economics", eleventh edition (New York: Mc Graw-Hill
International Book Company, 1980).
22
Stoneman, Colins., "Foreign Capital and Economic Growth", World Development, Vol.
3, No.1 (January 1975).
Thirlwall, A.P., " Growth and Development: With Special Reference to Development
Economics", Second Edition, The MacMillan Press Ltd, 1977.
Todaro, Michel P., "Economics For Developing World" (London: Longman Group
Limited, 1977).
Wardhana, Ali., "Ekonomi Dunia dan Strategi Indonesia" (Jakarta: Harian Kompas, 29
Agustus 1987).
Wieskoff, Thomas E., "The Impact of Foreign Capital Inflow on Domestic Saving in
Underdeveloped Countries", Journal of International Economics, Vol 2 (February
1972).
Wirzon., "Perkiraan Kebutuhan Tabungan Dalam Pembangunan Ekonomi Indonesia", J
EM Vol.1, No.1 (Juni 1988).
------+++++------
Cara paling Mudah Meng-unduh (Downloads) secara GRATIS sejumlah TULISAN ILMIAH Dalam bentuk Files PDF sebagai berikut:
23
Daftar TULISAN ILMIAH Untuk PERGURUAN TINGGI, Terdiri:
Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN
JURNAL PENELITIAN Kuantitatif, BUKU AJAR MODUL SOAL DAN
PEMECAHAN SOAL, BUKU TEKS, Laporan Hasil & Jurnal Hasil
Penelitian Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, LAPORAN HASIL
& Jurnal Hasil Penelitian SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi
10 Macam Hasil Pegembangan KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Penelitian Survey dari 5 Hasil Penelitian SURVEY.
Dan Didapatkan 10 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF
Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI, termasuk 5 Proposal (Draft Hibah
DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 s/d 2016
12 Contoh/Bentuk PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN
TRANSPORTASI 2014 s/d 2017
I. Bidang UMUM: ILMU EKONOMI & STUDI PEMBANGUNAN, Serta
Jurusan Terkait Bidang EKONOMI:
02 27 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP I to KOPTIS Wilayah III Jakarta Files: 003 01 Perspektif Ekonomi Indonesia Dalam satu tahap pembangunan Jangka Panjang
004 02 Analisis Fungsi Tabungan Indonesia: Pengujian Model Hipotesa Pendapatan Permanen
005 03 Expor Kommoditi Primer Pulau Sumatera Lamam Perdagangan Luar Negeri Indonesia
006 04 Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi: Studi Kasus Indonesia 1969-1994 007 05 Pekiraan Pembentukan Modal Di Indonesia
008 06 Kebijaksanaan Deregulasi Perbankan Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
009 07 Instabilitas Perdagangan Luar Negeri Indonesia
010 08 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dan Ketergantungan Terhadap Dana Luar Negeri
011 09 Sumber Pertumbuhan Ekonomi Diantara Modal Dan Tabungan
012 10 Pengukuran Kondisi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Stedy-State Growth
013 11 Modal Asing Swasta Dan Pembentukan Investasi Produktif Dalam Pembiayaan Pembangunan
014 12 Trade-Off Antara Penerimaan Pajak Dan Kemampuan Menabung Masyarakat
015 13 Mobilisasi Tabungan Dan Investasi suatu Ekonomi Terbuka: Studi Kasus Indonesia 1969-1995
016 14 Pengaruh Pendapatan Permanen Dalam Pembentukan Tabungan
017 15 Peranan Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
018 16 Analisis Fungsi Konsumsi Indonesia Dengan Pendapatan Permanen 019 17 Pembiayaan Ekonomi Dalam Negeri Diantara Keinginan Dan Kenyataan
020 18 Sektor Perdagangan Luar Negeri Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Kegiatan Ekonomi
021 19 Reformasi Kebijaksanaan Makro Dan Pengaruh Ekonomi Sektor Terbuka
022 20 Keseimbangan Pendapatan Nasional: Investasi Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi
023 21 Analisis Pengaruh Pembentukan Tabungan Suatu Ekonomi Terbuka
024 22 Pengaruh Aliran Modal Asing Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
025 23 Perkiraan Kebutuhan Investasi Dan Pengukuran Tinggal Landas
026 24 Kemampuan Pembentukan Modal Domestik: Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
027 25 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Akumulasi Sumber Pembiayaan Pembangunan
028 26 Kualitas Pembangunan Ekonomi Indonesia Dan Dilema Ketergantungan Sumber Dana
029 27 Investasi Dan Pembiayaan Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
24
004 34 Jurnal Penelitian Kuantitatif TAHAP II to STMT Trisakti Files: 030 01 Standar Ukuran Tinggal Landas Perekonomian Suatu Negara
031 02 Pembentukan Modal Domestik Bruto Sektor Pemerintah Dan Masyarakat
032 03 Pembentukan Tabungan Dan Pembiayaa Ekonomi Jangka Panjang Indonesia
033 04 Prestasi Ekonomi Indonesia Dan Pencapaian Steady-State Growth
034 05 Aliran Modal Asing Swasta Dalam Pembentukan Investasi Produktif
035 06 Fungsi Konsumsi Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Permanen 036 07 Pendapatan Permanen Dan Pengaruhnya Terhadap Pembentukan Tabungan
037 08 Pengujian Model Tabungan Indonesia Dengan Hipotesa Pendapatan Permanen
038 09 Kebutuhan Tabungan Dan Sumber Pembiayaan Ekonomi Indonesia
039 10 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi: Trade-Off Antara Pajak Dan Tabungan
040 11 Aggregate Expenditre Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 3 Sektor)
041 12 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Terbuka
042 13 Aggregate Expendiure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 4 Sektor)
043 14 Pengaruh Sektor Perdagangan Luar Negeri Terhadap Aktivitas Ekonomi Indonesia
044 15 Aliran Modal Asing Dan Pengaruhnya terhadap Pertumbuhan Ekonomi Dan Pembentukan Tabungan
045 16 Penafsiran Tingkat effisiensi Marginal Ekonomi Indonesia Dan Prakiraan Pembentukan Modal
046 17 Sumber-Sumber Pembentukan Investasi Dalam Struktur Ekonomi Sederhana
047 18 Aggregate Expenditure Ekonomi Sektoral (Kajian Perhitungan Ekonomi 2 Sektor) 048 19 Pembentukan Modal Domestik Bruto Dan Ketergantungan Terhadap Sumber Dana
049 20 Prestasi Ekonomi Dan Indeks Instabilitas Sektor Perdangan Luar Negeri Indonesia
050 21 Model Makro Keseimbangan Agregatif Pembentukan Tabungan Dan Investasi
051 22 Expor Kommoditi Primer Dan Pertumbuhan Ekonomi Regional Pulau Sumatera
052 23 Konstribusi Ekspor Dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
053 24 Pengaruh Variabel-variabel Agregatif Terhadap Pembentukan Tabungan Dan Pendapatan
054 25 Pengembangan Sumber Pembiayaan Pembangunan Yang Semakin Bertumpu Pada
Kemampuan Sendiri
055 26 Pengembangan Instrumen Kebijaksanaan makro Terhadap Pembentukan Investasi Dan Pendapatan
056 27 Kebutuhan Tabungan Dan Pembentukan Investasi Produktif Bagi Pembiayaan Pembangunan
057 28 Pengaruh Ekspor Terhadap Pendapatan Nasional Dan Pertumbuhan Ekonomi 058 29 Pengaruh Deregulasi Perbankan Bidang Ekspor Terhadap Devisa Pendapatan Nasional
059 30 Aliran Dana Luar Negeri Di Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
060 31 Strategi Indonesia Dan Manajemen Pembentukan Modal Bagi Peningkatan Pendapatan Masyarakat
061 32 Manajemen Perdagangan Internasional Pengurangan Distorsi Ekonomi Pasca Seleksi
Aliran Dana Luar Negeri
062 33 Manajemen Perbankan Pasca Deregulasi Dan Pengaruhnya Terhadap Produksi Di Indonesia
063 34 Refleksi Ekonomi Indonesia Setelah 34 Tahun Membangun: Diantara Kekuatan Dan Kelemahan
005 10 BUKU AJAR, MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Files: 064 01 BUKU AJAR Pengantar Teori Ekonomi
065 02 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Pengantar Teori Ekonomi
066 03 BUKU AJAR Teori Ekonomi 067 04 BUKU AJAR Ekonomi Pembangunan
068 05 BUKU AJAR Pengantar Ekonomi Mikro
069 06 BUKU AJAR Ekonomi Makro Perthitungan Pend Nasional
070 07 BUKU AJAR Teori Ekonomi Mikro
071 08 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Teori Ekonomi Mikro
073 09 BUKU AJAR Ekonomi Manajerial
074 10 MODUL SOAL DAN PEMECAHAN Ekonomi Manajerial
25
II. PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 006 3 VERSI Teks Book EKO MANAJERIALPernah Disumbang ke DIKTI Dan Dikirim Ke USA File 075 01 Buku Teks 681h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Hasil Estimasi
Atau 075 01 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Hasil Estimasi
File 076 02 Buku Teks 301h EKONOMI MANAJERIAL Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 076 02 EKONOMI MANAJERIAL Penerapan Konsep-Konsep Mikro Ekonomi Dengan Fungsi
Non-Estimasi
File 077 03 Buku Teks 509h EKO MANAJERIAL TRANSPORTASI Dengan Fungsi Non-Estimasi
Atau 077 03 EKONOMI MANAJERIALTRANSPORTASI Penerapan Konsep Mikro Ekonomi Dalam Bisnis Transportasi Dengan Fungsi Non-Estimasi
File 078 Ringkasan Isi Dan Surat Menyurat Pengiriman 3 Teks Book EKO MANAJERIAL Ke USA
Atau 078 Request for Coop in Publishing 3 Text Books in MANAGERIAL ECONOMICS to The USA
Subject: Request for Cooperation in Publishing Text Books in MANAGERIAL
ECONOMICS: Application of Microeconomic Concepts Using Estimation
Result Function (242 halaman)
008 3 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2010 Files: 079 01 Evaluasi Ekonomi Indonesia di Era Pembangunan Berkelanjutan
080 02 Evaluasi Ekonomi 50 Tahun Indonesia Membangaun 081 03 Kebutuhan Tabungan Sebagai Sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia
009 4 Jurnal Penelitian Kuantitatif PROFESIONAL Ilmu Ekonomi 2012 Files: 082 01 Pengembangan Ekonomi Dan Pengaruh POLIIK Di Era Kepemimpinan INDONESIA
083 02 Prestasi Ekonomi INDONESIA Jangka Panjang Dan Pencapaian Kondisi STEADY-
STATE GROWTH
084 03 Perkiraan Kebutuhan Tabungan Bagi Target Pertumbuhan Ekonomi Yang Hendak Dicapai
085 04 Pengendalian Ekonomi Ditengah Ancaman Krisis Dan Dilema Keterbatasan Sumber
Pembiayaan Yang Salaing Trade-Off
010 4 Laporan Penelitian Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI 2010 File 086 01 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 72h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 086 01 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 087 02 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI DARAT 2010
Atau 087 02 Kebutuhan Investasi Produktif Dan Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Jalan Raya Di
Indonesia
File 088 03 Laporan HASIL PENELITIAN Kuantitatif 77h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010 Atau 088 03 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
File 089 04 Jurnal HASIL PENELITIAN Kuantitatif 18h Dibidang TRANSPORTASI LAUT 2010
Atau 089 04 Produksi Jasa Angkutan Laut Indonesia Dan Akseleritas Pendapatan Nasional
26
011 3 Proposal P3M PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2010 File 090 01 Draft Proposal 21h Penelitian P3M MTD STMT Angkutan Jalan Raya DKI 2010
Atau 090 01 Kepadatan Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta: Trade off Antara Penguna
Kendaraan Pribadi Dan Umum
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Slutsky’s Theorem, TE = SE + IE)
File 091 02 Draft Proposal 26h Penelitian P3M MTL STMT Faktor Produksi PT PELNI 2010 atau 091 02 Pengaruh Beberapa Faktor Produksi Terhadap Produksi PT PELNI
(Studi Kasus: Penerapan Konsep Production Isoquant, TO = SE + OE)
File 092 03 Draft Proposal 25h Penelitian P3M MTU STMT Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan 2010
atau 092 03 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang Jakarta-Ujung
Pandang
012 14 Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANAJEMEN TRANSPORTASI, Tahun 2011 File 093 01 Proposal 11h Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia 2011
Atau 093 01 Produksi Jasa Angkutan Udara Indonesia Dan Investasi Produktif Yang Diperlukan
File 094 02 Proposal 10h Jasa Angkutan Rel 2011
Atau 094 02 Menasionalisasikan Jasa Angkutan Rel Dan Investasi Yang Dibutuhkan
File 095 03 Proposal 11h Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 095 03 Produktivitas Dan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 096 04 Proposal 11h Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia 2011
Atau 096 04 Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dalam Wililayah Teritorial Indonesia
File 097 05 Proposal 12h Produksi Jasa Angkutan Udara Penerbangan Domestik 2011
Atau 097 05 Produksi Jasa Angk Udara Komersial Penerbangan Domestik
File 098 06 Proposal 12h Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 098 06 Pengembangan Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Indonesia
File 099 07 Proposal 14h Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 099 07 Usaha Jasa Angkutan Udara Pada Penerbangan Domestik
File 100 08 Proposal 11h Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau 2011
Atau 100 08 Utilitas Penumpang Pengguna Jasa Pelayaran Antar Pulau
File 101 09 Proposal 13h Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik 2011
Atau 101 09 Angkutan Penumpang Udara Pada Penerbangan Domestik
File 102 10 Proposal 15h Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara 2011
Atau 102 10 Angkutan Penumpang Dom Dan Trade off Antara Laut dan Udara
File 103 11 Proposal 14h Kebutuhan Modal Pert Produksi Angkutan Udara Luar Negeri 2011
Atau 103 11 Kebutuhan Modal Pertumbuhan Produksi Angkutan Udara Luar Negeri
File 104 12 Proposal 12h Pengembangan Produksi Jasa Angkutan KAI 2011
Atau 104 12 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Kereta Api Indonesia
File 105 13 Proposal 15h Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Dom 2011
Atau 105 13 Angkutan Kargo Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan Domestik
File 106 14 Proposal 12h Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional 2011 Atau 106 14 Produksi Angkutan Kargo Udara penerbangan Internasional
27
10 Contoh PROPOSAL PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
013 5 CONTOH Hibah (Proposal DIKTI) Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 2009 -2016 File 107 01 Draf Hibah Kompetensi TAHAP 1 44h dgn Ir PRASAD TITA MM to DIKTI 2009
Atau 107 01 Analisis Pertambahan Pengguna Kendaraan Bermotor Roda Dua Dan Kepemilikan Mobil
Pribadi Di Jakarta
File 108 02 Draft Hibah Kompetensi 47h dgn PROF ERYUS To DIKTI 2010
Atau 108 02 Kepadatan Lalin Angkutan Jalan Raya Di DKI Jakarta Trade off Antara Peng Kend Pribadi
Dan Umum
File 109 03 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF HANANTO to DIKTI 2010
Atau 109 03 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PT PELNI
File 110 04 Draft Hibah Kompetensi 51h dgn PROF DIRK KOLEANGAN to DIKTI 2010
Atau 110 04 Penentuan Jumlah Alat Angkut Yang Sepadan Dengan Arus Penumpang JAKARTA-
UJUNG PANDANG
File 111 05 Draft Hibah PRODUK TERAPAN 67h dgn Dr HUSNI HASAN to DIKTI 2016
Atau 111 05 Analisis Penentuan Tarif Angkut Dua Jasa Angk Penumpang Udara Dan Laut Rute
JAKARTA-UJUNG PANDANG
014 3 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,Tahun 2014 File 112 01 Proposal Penelitian P3M MTL 13h Angk Pelayaran Antar Pulau PT PELNI 2014
Atau 112 01 PENGEMBANGAN PRODUKSI ANGKUTAN PELAYARAN DI INDONESIA
File 113 02 Proposal Penelitian P3M MTD 15h Effisiensi Produktivitas Jasa Angk PT KAI 2014
Atau 113 02 TINGKAT EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS JASA ANGKUTAN KERETA API
INDONESIA
File 114 03 Proposal Penelitian P3M MTU 21h Kebutuhan Modal Angk Penerb Domestik 2014
Atau 114 03 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN
PENERBANGAN DOMESTIK
015 2 CONTOH Proposal PENELITIAN Kuantitatif MANJEMEN TRANSPORTASI,
Tahun 2017, Sedang Digarap File 115 01 Proposal Terpadu P3M 28h atau Analisis Trade-Off Antara MTL Dengan MTU 2017
Atau 115 01 Pengembangan Produksi Jasa Angkutan Pelayaran Antar Pulau Dan Penerbangan
Domestik Indonesia: Trade-off Antara Angkutan Laut Dan Udara
File 116 02 Proposal Penelitian P3M 22h Dibidang TRANPORTASI UDARA Luar Negeri 2017
Atau 116 02 KEBUTUHAN MODAL DAN PERTUMBUHAN PRODUKSI ANGKUTAN UDARA
LUAR NEGERI
28
III. PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI 016 5 LAPORAN HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017
File 117 01 Laporan HASIL PENELITIAN 375h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 117 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 118 02 Laporan HASIL PENELITIAN 147h PERUM DAMRI 2015 Atau 118 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 120 03 Laporan HASIL PENELITIAN 172h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 120 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 122 04 Laporan HASIL PENELITIAN 165h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 122 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 124 05 Laporan HASIL PENELITIAN 353h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017 Atau 124 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
017 5 Jurnal HASIL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANJEMEN TRANSPORTASI 2014-2017 File 125 01 Jurnal HASIL PENELITIAN 41h Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014
Atau 125 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 126 02 Jurnal HASIL PENELITIAN 35h PERUM DAMRI 2015
Atau 126 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 128 03 Jurnal HASIL PENELITIAN 38h PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 128 03 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Thd
Keunggulan Bersaing Jasa Angk Mayasari Bakti
File 130 04 Jurnal HASIL PENELITIAN 36h GARUDA INDONESIA 2016
Atau 130 04 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 132 05 Jurnal HASIL PENELITIAN 40h Kereta Api PATAS Purwakarta 2017
Atau 132 05 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
018 10 Macam Prediksi Pengembangan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian Survey
Files: 133 01 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 20h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt 134 02 KA Eko Lokal Purwakarta 2014 23h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Panjang Alt
135 03 PERUM DAMRI 2015 15h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
136 04 Jurnal HASIL PENELITIAN PERUM DAMRI 2015 24h
137 05 Jurnal HASIL PENELITIAN Kereta Api Ekonomi Lokal Purwakarta 2014 30h
138 06 Jurnal HASIL PENELITIAN PT MAYASARI BAKTI 2016 31h
139 07 PT MAYASARI BAKTI 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
140 08 Jurnal HASIL PENELITIAN GARUDA INDONESIA 2016 31h
141 09 PT GARUDA INDONESIA 2016 19h KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
142 10 Jurnal HASIL PENELITIAN KA PATAS Purwakarta 2017 30h
29
12 BUAH BENTUK PROPOSAL PENELITIAN SURVEY Dibidang MANAJEMEN TRANSPORTASI
019 6 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2014-2017 File 143 01 Proposal 21h KERETA API EKONOMI LOKAL PURWAKARTA 2014
Atau 143 01 LOYALITAS PELANGGAN JASA ANGKUTAN KERETA API EKONOMI LOKAL
PURWAKARTA
File 144 02 Proposal 18h PERUM DAMRI 2015
Atau 144 02 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 145 03 Proposal 17h PERUM DAMRI Dgn KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 145 03 Analisis Kepuasan Konsumen Jasa Transportasi Perum Damri Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pelanggan
File 146 04 Proposal 28h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016
Atau 146 04 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
File 148 05 Proposal 28h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016
Atau 148 05 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 150 06 Proposal 27h KERETA API PATAS PURWAKARTA 2017
Atau 150 06 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN TRANSPORTASI KERETA API PATAS
PURWAKARTA
020 2 Contoh Proposal PENELITIAN SURVEY Hasil Pengembangan Model 2016 File 151 01 Proposal 33h Keunggulan Bersaing GARUDA INDONESIA 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 151 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik GIA Di Bandara Soeta
File 152 02 Proposal 26h Keunggulan Bersaing PT MAYASARI BAKTI 2016 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 152 02 Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Konsumen Dan Dampaknya Terhadap
Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Mayasari Bakti
021 2 Contoh Proposal Baru PENELITIAN SURVEY Dibidang Manajemen Transportasi 2017 File 153 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017
Atau 153 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 154 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017
Atau 154 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
File 155 01 Proposal 30h Keunggulan Bersaing LION AIR GROUP 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 155 01 Analisis Kualitas Pelayanan Dan Keunggulan Bersaing Jasa Angkutan Penerbangan
Domestik LION AIR GROUP Di Bandara Soeta
File 156 02 Proposal 30h Keunggulan Bersainng TRANSJAKARTA 2017 dengan MODEL &
KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Pendek Alt
Atau 156 02 Faktor Yang Mempengaruhi Keunggulan Bersaing Dan Implikasinya Terhadap Loyalitas
Konssumen Jasa Angkutan Transjakarta
30
Biasanya untuk mendapatkan sebuah TULISAN ILMIAH adalah secara kebetulan
didalam DOMAIN Google atau Bilamana sudah mengetahui judul TULISAN
ILMIAH tersebut cukup dengan menulis judul tersebut ke dalam Google dan akan
keluar TULISAN ILMIAH yang dimaksud.
KIAT CERDIK MEMBUAT TULISAN ILMIAH, dan sebagai langkah utama adalah
dengan cara Mengkoleksi sejumlah TULISAN ILMIAH yang akan berperan sebagai
MATERI PEMBANDING dengan MATERI YANG DIBUAT. Paling tidak agar
mengatahui bagaimana penyusunan MODEL & KERANGKA PEMIKIRAN
TEORITIS yang dibuat penulis lain. Selain bisa memperkuat “pondasi ilmiah” bahkan
juga memperkokoh “Kemampuan ilmiah” agar lebih mudah menyelesaikan berbagai
bentuk/beranekaragam Persoalan Ilmiah pada PENELITIAN KUANTITATIF Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI maupun PENELITIAN SURVEY Dibidang
MANAJEMEN TRANSPORTASI. Tentunya sebagai langkah berikutnya adalah
Meng-unduh (Downloads) sebanyak mungkin TULISAN ILMIAH dari penulis lain atau Meng-unduh secara keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File PDF
(pada posisi jumlah sekarang) sebagaimana tercantum dalam Lembaran Informasi, terkecuali TULISAN ILMIAH yang terdapat dalam kurung sebanyak 22 Files (hanya
bisa didapatkan melalui Email langsung dengan sejumlah harga tertentu yang disajikan
dalam sebuah Daftar Harga).
Ketentuan: Gantilah Lembaran Informasi (Daftar TULISAN ILMIAH yang disisipkan dalam wujud File PDF) menjadi (Daftar TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam File DOCUMENTS),
sehingga didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisikan Daftar dari semua tulisan
ilmiah yang disusun oleh Amrizal.
Selanjutnya, dengan cara memasukan/menuliskan 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal
ke dalam Google, maka akan didapatkan sebuah File DOCUMENTS yang berisi Daftar
TULISAN ILMIAH tersebut, dengan contoh berikut:
Google 000 Daftar Tulisan Ilmiah Amrizal Cari
Adapun tujuan selanjutnya agar lebih leluasa/Mudah meng-unduh (Downloads)
keseluruhan TULISAN ILMIAH yang dibuat dalam PDF (pada posisi jumlah sekarang),
cukup dengan cara meng-Copy masing-masing Nomor urut beserta nama file tersebut
ke dalam Google.
Diistilahkan dalam tanda petik “pada posisi jumlah sekarang” oleh karena posisi/jumlah
files PDF yang disajikan dalam Daftar TULISAN ILMIAH dapat berubah pada saat-saat
tertentu seiring dengan perjalanan waktu.......
-------- Jakarta, 14 September 2017--------