SKRIPSI
PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI
PADA BALITA GIZI BURUK
Oleh :
DWI HASTUTI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2006
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
SKRIPSI
PENGARUH ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN, DAN STATUS GIZI
PADA BALITA GIZI BURUK
Oleh :
DWI HASTUTI
NIM. 100210947 I
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2006
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
PENGESAHAN
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan
diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Pada tanggal 26 Juli 2006
Mengesahkan Universitas Airlangga
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Dekan,
Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, SpOk NIP. 130517177
Tim Penguji : 1. Soedjajadi Keman, dr., M.S., Ph.D 2. Merryana Adriani, S.KM, M.Kes 3. Ine Indrati Sigit, Ir., M.PS
ii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)
Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga
Oleh :
DWI HASTUTI NIM. 100210947 I
Surabaya, 26 Juli 2006 Mengetahui, Menyetujui, Ketua Bagian Pembimbing Annis Catur Adi, Ir., M.Si Merryana Adriani, S.KM, M.Kes NIP. 132105901 NIP. 132092769
iii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “PENGARUH
ZINC SULFAT TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN, TINGGI
BADAN, DAN STATUS GIZI PADA BALITA GIZI BURUK (Studi Kasus di
Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya)”, sebagai salah satu
persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga.
Dalam skripsi ini dijabarkan mengenai pengaruh zinc sulfat terhadap
perubahan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk, sehingga
nantinya dapat menjadi bahan pertimbangan bagi petugas kesehatan untuk
memberikan suplemen zinc sulfat pada balita terutama balita dengan statsus gizi
buruk khususnya yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
Dengan tersusunnya skripsi ini, kami mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Ibu Merryana Adriani, S.KM, M.Kes, selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, petunjuk, koreksi, serta saran sehingga
terwujudnya skripsi ini.
Terimakasih dan penghargaan kami sampaikan pula kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH, Sp.OK selaku Dekan
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
2. Bapak Anis Catur Adi, Ir., M.Si, selaku Ketua Bagian Gizi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
3. Dinas Kesehatan Kota Surabaya yang telah memberikan ijin untuk
melakukan penelitian serta memberikan kemudahan dalam memperoleh data.
4. Kepala Puskesmas Sidotopo beserta stafnya yang telah memberikan ijin
untuk dapat melakukan penelitian dan memperoleh data di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidotopo Surabaya.
5. Bu Nurul selaku bidan di Puskesmas Sidotopo yang telah membantu dan
memberi kemudahan dalam penelitian serta pengumpulan data.
iv
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
6. Ibu-ibu kader Posyandu Kelurahan Sidotopo yang telah membantu dan
memberi kemudahan dalam pengumpulan data.
7. Ayah, Ibu, Mas Haris, dan Mbak Linda yang telah memberikan doa restu
serta dukungan sehingga terselesaikannya skripsi ini.
8. Sahabatku tercinta (Ririt, Ratna, dan Marita) dan semua teman-temanku
(Tyas, Sulis, Iir dan Erika) yang telah membantu dan memberikan masukan
serta saran untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
9. Semua teman-temanku angkatan ext’02 yang telah berjuang bersama-sama
baik suka maupun duka selama dibangku perkuliahan.
10. Dan semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian yang tidak
dapat kami sebut satu persatu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga skripsi ini berguna baik bagi diri kami sendiri maupun fihak
lain yang memanfaatkan.
Surabaya, Agustus 2006
v
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
ABSTRACT
Nowadays zinc role in growth and development has been found. Zinc deficiency can cause unhealthy baby and children and at the end can influence their growth and development. It’s presumed that zinc deficiency as a factor that cause Protein Energy Malnutrition (PEM) with infection. Economic crisis caused increasing of severe nutritional cases in Sidotopo 13,85 %. To overcome this problem is need an effort to increase children’s under five years nutritional status by giving zinc suplementation.
The aim of this research was to know the influence of zinc suplementation to weight, height and nutritional status changes at children under five years with severe nutritional status in Sidotopo sub district, Surabaya, 2006.
Thus research was a quasi experimental study with pre – post test control group design. 40 children under five years (6 – 60 month) was choosen as samples, 20 samples as control group and 20 samples as treatment group. Paired t test and independent t test was used to analyze statistical analysis.
The result showed there were 95 % samples in treatment group and 80 % samples in control group that increase there weight. Based on statistical test, there was weight difference before and after treatment and there was weight different between treatment and control group. 65 % samples in treatment group had height increasing, but 65 % samples in control group had height decline. Based on statistical test, there was height difference before and after treatment and there was height difference between treatment and control group.
It’s concluded suplementation of zinc sulfat in children under five years with severe nutritional status can increase weight and height. And it’s suggested to give suplementation of zinc sulfat with feeding suplementation to increase nutritional status of severe nutritional status patient. Key words : zinc suplementation, weight, height, children under five years with
severe nutritional status
vi
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
ABSTRAK
Peranan zinc dalam proses tumbuh kembang baru akhir-akhir ini ditemukan,
apabila kekurangan seng cenderung menyebabkan bayi dan anak kurang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi tumbuh kembangnya. Dapat diperkirakan bahwa kekurangan seng merupakan salah satu faktor hingga hampir semua penderita KEP-berat disertai infeksi. Terjadinya krisis ekonomi mengakibatkan kasus gizi buruk terjadi peningkatan yang sangat tinggi terutama di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo yaitu sebesar 13.85%. Untuk mengatasi hal ini maka perlu diupayakan peningkatan status gizi Balita dengan cara pemberian suplemen zinc sulfat.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh zinc sulfat terhadap perubahan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk di Wilayah Kerja Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006.
Penelitian ini menurut rancang bangunnya merupakan penelitian eksperimental semu dengan menggunakan pre post study design. Besar sampel penelitian sebanyak 40 Balita (6-60 bulan), yang terdiri dari 20 kelompok perlakuan dan 20 kelompok kontrol. Uji statistik yang digunakan adalah uji t test sampel berpasangan dan uji t test sampel bebas.
Dari hasil penelitian ini didapatkan pada kelompok perlakuan berat badan Balita mengalami kenaikan 95%, sedangkan pada kelompok kontrol 80% juga mengalami kenaikan berat badan. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan bahwa ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan uji statistik bahwa ada perbedaan antara berat badan balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Sedangkan pada kelompok perlakuan tinggi badan Balita mengalami kenaikan 65%, dan pada kelompok kontrol 65% tinggi badannya tetap. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan bahwa ada perbedaan tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada kelompok kontrol juga ada perpedaan tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan. Berdasarkan uji statistik bahwa tidak ada perbedaan antara tinggi badan balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan pemberian suplemen zinc sulfat pada Balita gizi buruk dapat meningkatkan berat badan maupun tinggi badan Balita. Oleh karena itu perlu dipertimbangkan pemberian zinc sulfat bersama dengan pemberian makanan tambahan (PMT) untuk peningkatan status gizi pada penderita gizi buruk. Kata kunci : Balita gizi buruk, zinc sulfat, berat badan, tinggi badan, dan status gizi.
vii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii KATA PENGANTAR .......................................................................... iv ABSTRACT ......................................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................... vii DAFTAR ISI ........................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xiv DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ............................. xv BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1
I.1. Latar Belakang ......................................................... 1 I.2. Identifikasi Masalah ................................................. 3 I.3. Perumusan Masalah ................................................. 6
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ................... 7 II.1. Tujuan Penelitian .................................................... 7 II.2. Manfaat Penelitian .................................................. 8
BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 9 III.1. Anak Balita ............................................................ 9
III.1.1. Pengertian Balita ...................................... 9 III.1.2. Kondisi Fisiologis Balita .......................... 9 III.1.3. Pertumbuhan dan Perkembangan ............. 10
III.2. Status Gizi ............................................................. 13 III.2.1. Pengertian Status Gizi ............................... 13 III.2.2. Klasifikasi Status Gizi ............................... 14 III.2.3. Penentuan Status Gizi ................................ 15
III.2.4. Indeks Yang Digunakan ............................ 16 III.2.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Status Gizi ................................................. 20 III.3. Pola Konsumsi dan Tingkat Konsumsi,
Serta Faktor-faktor Yang Mempengaruhi ............. 22 III.3.1. Pola Konsumsi ........................................... 22 III.3.2. Tingkat Konsumsi ..................................... 23
III.4. Seng (Zn) ............................................................... 29 III.4.1. Metabolisme Seng ................................... 30 III.4.2. Absorbsi Seng .......................................... 32
viii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
III.4.3. Kebutuhan Seng ....................................... 33 III.4.4. Bahan Makanan Sumber Seng dan Penghambat Penyerapan Seng ................. 34
III.4.5. Defisiensi dan Kelebihan Seng ................ 35 III.4.6. Penentuan Status Seng ............................. 37 III.4.7. Peranan Seng ........................................... 38 III.4.8. Interaksi Antara Seng Dan Gizi Buruk .... 39 III.4.9. Interaksi Anatar Seng Dan
Tumbuh Kembang ................................... 40 III.4.10. Interaksi Antara Seng Dan Vitamin A ..... 41
III.4.11. Suplementasi Seng ................................... 42 BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL ....................................... 43
IV.1. Model Hubungan Antar Variabel .......................... 43 IV.2. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ................ 44 IV.3. Hipotesis ................................................................ 45
BAB V METODE PENELITIAN ................................................ 46 V.1. Rancangan Bangun Penelitian ................................ 46 V.2. Populasi Penelitian ................................................. 46 V.3. Sampel, Cara Pengambilan Sampel, dan Besar Sampel Penelitian ................................................... 46 V.4. Lokasi Dan Waktu Penelitian ................................. 48 V.5. Variabel, Definisi Operasional, dan Cara Pengukuran .................................................... 48 V.6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............. 53 V.7. Teknik Analisis Data .............................................. 55 KERANGKA OPERASIONAL ...................................... 52
BAB VI HASIL PENELITIAN ..................................................... 56 VI.1. Gambaran Umum Puskesmas Sidotopo ................ 56 VI.2. Gambaran Umum Kelurahan Sidotopo ................. 56 VI.3. Karakteristik Orang Tua Balita ............................. 60 VI.4. Karakteristi Balita ................................................. 65 VI.5. Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Balita ...... 69 VI.6. KarakteristikTingkat Konsumsi Makanan Balita .. 84 VI.7. Perubahan Berat Badan Dan
Tinggi Badan Balita ............................................... 97
BAB VII PEMBAHASAN .............................................................. 99 VII.1. Karakteristik Orang Tua Balita ............................ 99 VII.2. Karakteristi Balita ................................................ 100 VII.3. Pola Konsumsi Makanan Balita ........................... 102 VII.4. Tingkat Konsumsi Zat Gizi Balita ....................... 110
ix
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
VII.5. Perubahan Berat Badan Dan Tinggi Badan Balita .............................................. 113
BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... 120 VIII.1. Kesimpulan ......................................................... 119 VIII.2. Saran ................................................................... 121
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 122 DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ 125
x
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman III.1. Penentuan Status Gizi Bagi Anak Balita Laki-laki Dan Perempuan Berdasarkan Z-Score Baku NCHS ................................................. 18 III.2. Nilai Rujukan Konsentrasi Seng ..................................................... 37 III.3. Distribusi Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ................... 56 III.4. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ............... 57 III.5. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ..................................... 57 III.6. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ............... 58 III.7. Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006 ..................................... 58 III.8. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 60 III.9. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............ 61 III.10. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 62 III.11. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengeluaran Pangan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................................................. 63 III.12. Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 64 III.13. Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ........................... 65 III.14. Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ........................... 66 III.15. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/U di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............ 66 III.16. Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/TB di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............ 67 III.17. Distribusi Balita Berdasarkan Frekuensi Makan Dalam Sehari di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 68 III.18. Distribusi Balita Berdasarkan Bentuk Makanan Sehari-hari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo
xi
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Kota Surabaya Tahun 2006 ............................................................. 69 III.19. Distribusi Balita Berdasarkan Susunan Makanan Sehari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................................................. 70 III.20. Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................................................. 73 III.21. Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................................................. 76 III.22. Distribusi Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............ 79 III.23. Distribusi Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............ 82 III.24. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 83 III.25. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 85 III.26. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 87 III.27. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Karbohidrat di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 88 III.28. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Besi (Fe) di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 90 III.29. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin A di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 92 III.30. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin B1 di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 93 III.31. Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin C di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ...................................................................................... 95 III.32. Distribusi Perubahan Berat Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ........................... 97 III.33. Distribusi Perubahan Tinggi Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006 ............................ 98
xii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Gambar Halaman
IV.1. Kerangka Konseptual Penelitian ...................................................... 42 IV.2. Kerangka Operasional Penelitian .................................................... 52
xiii
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Lampiran
1. Formulir Kuesioner 2. Formulir Pola Konsumsi (Food Frekuensi) 3. Formulir Recall 2x24 jam (Food Recall) 4. Formulir Frekuensi Makan Zat Seng 5. Output BB dan TB 6. Output Konsumsi Zat Gizi 7. Status Gizi Awal dan Akhir Balita Kelompok Perlakuan & Kelompok
Kontrol 8. Presentase Prevalensi Balita Gizi Buruk Di Kota Surabaya Yang
Dilaksanakan Oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2005 9. Peta Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya
xiv
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Daftar Arti Lambang
% = persen n = jumlah µg/dl = mikrogram per desiliter μg/l = mikrogram per liter
Daftar Singkatan
BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan KKal = Kilo Kalori mg = mili gram SD = Standar Deviasi BB/U = Berat Badan menurut Umur BB/TB = Berat Badan menurut Tinggi Badan Zn SO4 = Zinc Sulfat RDA = Recommended Dietery Allowance WHO = World Health Organization WKNPG = Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi DKBM = Daftar Komposisi Bahan Makanan KEP = Kurang Energi Protein RBP = Retinol Binding Protein Gilut = Gigi dan mulut Z-Score = Standar deviasi unit WHO-NCHS = World Health Organization-National Centre for Health Statistics NCHS = National Centre for Health Statistics ADN = Dinukleosida Adenosin ARN = Ribonukleosida Adenosin
xv
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat perhatian
yang cukup besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya lebih dari 70
macam enzim karena peranannya dalam sintesa ADN, ARN (keduanya unsur
utama genetika), dan protein. Maka defisiensi seng dapat menghambat
pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan (Olson et.al., dalam
Karyadi, 1996). Ada kemungkinan seng berinteraksi dengan defisiensi vitamin A
dalam proses terjadinya buta senja (Karyadi, 1996).
Sampai saat ini di Indonesia masih harus menghadapi masalah gizi
kurang yang pada umumnya terdapat di Negara-negara sedang berkembang,
yaitu masalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Anemia
Defisiensi Besi, serta masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Disamping masalah gizi kurang yang utama tersebut, juga harus menghadapi
masalah gizi lebih, serta masalah defisiensi gizi mikro yang lainnya, seperti
defisiensi seng (Zn) (Depkes RI, 2002).
Kekurangan zat gizi akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan yang mengakibatkan seseorang sulit menerima pendidikan,
menguasai informasi dan teknologi sehingga kualitas sumberdaya manusia jauh
dari harapan. Status gizi golongan rawan terutama anak Balita dapat digunakan
1
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
2
sebagai indikator kualitas hidup masyarakat (Widya Karya Nasional Pangan dan
Gizi, 1998).
Pemenuhan zat gizi pada masa janin merupakan modal dasar bagi tumbuh
kembang anak pada usia selanjutnya. Peran gizi pada tumbuh kembang sangat
jelas. Pertumbuhan dalam arti proses bertambahnya struktur dan ukuran tubuh
adalah hasil langsung pemenuhan kebutuhan zat gizi, khususnya energi dan
protein. Tidak jarang dari mereka mengalami gangguan tumbuh kembang karena
kekurangan energi dan protein, juga menderita kekurangan zat gizi mikro yaitu
vitamin dan mineral. Salah satu zat gizi mikro yang berperan dalam tumbuh
kembang adalah seng (Satoto, 1996).
Prevalensi status gizi Balita di provinsi Jawa Timur berdasarkan
SUSENAS 1995, yaitu sebesar 3,8% berstatus gizi lebih, sebanyak 63,7%
berstatus gizi baik, sebanyak 28,4% berstatus gizi kurang, dan sebanyak 4,2%
berstatus gizi buruk. KEP nyata tercatat sebanyak 32,6% (Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi, 1998).
Mineral seng (Zn) merupakan mineral mikro yang mutlak dibutuhkan
untuk memelihara kehidupan yang optimal meskipun dalam jumlah yang sangat
kecil. Peran terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat,
protein, lemak, asam nukleat, dan pembentukan embrio. Dalam hal ini, seng
dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur
membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan (Samsudin, 1995).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
3
Konsentrasi seng serum pada manusia menurun jika sedang menderita
infeksi seperti disentri, demam tifoid, tuberculosis. Sebaiknya konsentrasi seng
serum yang rendah berakibat menurunnya daya tahan tubuh, hingga keadaan
kekurangan seng memudahkan timbulnya berbagai macam infeksi. Diperkirakan
bahwa kekurangan seng merupakan salah satu faktor hingga hampir semua
penderita KEP-berat disertai infeksi (Pudjiadi, 2001).
Beberapa zat seperti asam sitrat, asam palmitat, dan asam pikolinat dapat
membantu meningkatkan absorbsi seng. Sedangkan fitat dan serat dapat
menghambat absorbsi seng dalam tubuh. Kelompok yang paling rentan terhadap
defisiensi seng adalah anak dalam masa pertumbuhan, masa produktif dan masa
penyembuhan.
I.2 Identifikasi Masalah
Defisiensi seng banyak ditemukan pada anak di Negara berkembang,
disebabkan kurangnya konsumsi bahan makanan sumber hewani terutama daging
dan produknya (susu, hati, telur), bioavailabilitas seng dalam diet setempat, dan
hilangnya seng akibat diare berulang. Tingginya insiden penyakit infeksi juga
dapat merupakan indikasi defisiensi seng, karena seng dapat menurunkan fungsi
kekebalan tubuh (Depkes RI Bogor, 2005).
Beberapa peneliti telah membuktikan dampak defisiensi seng,
diantaranya adalah terhambatnya pertumbuhan, terhambatnya proses
pendewasaan organ seksual laki-laki, gangguan kontrol selera, penurunan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
4
ketajaman rasa, lambatnya proses penyembuhan luka, impotensia, penurunan
daya kekebalan tubuh, gangguan neuropsikologis, kelainan kulit, penurunan
efisiensi makanan serta gangguan fungsi membrane. Defisiensi seng sering
terjadi pada kelompok usia rawan, yaitu anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu
hamil dan menyusui, serta orang tua.
Analisis data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 2004) dalam
rangka Proyek Community Health and Nutrition III di lima provinsi
menunjukkan tingginya jumlah anak pendek (stunted) ini mencapai 42,8% -
51,3% dari total anak Balita. Penyebabnya tidak lain adalah rendahnya asupan
pangan hewani yang kaya seng, serta tingginya konsumsi serealia atau kacang-
kacangan yang mengandung fitat sehingga mengganggu penyerapan seng.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi Buruk pada anak Balita yang
dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kotamadya Surabaya tahun 2005, didapatkan
bahwa prevalensi gizi buruk Balita sebanyak 13,85% di wilayah kerja Puskesmas
Sidotopo, sebanyak 7,9% di Puskesmas Benowo, sebanyak 6,18% di Puskesmas
Putat Jaya, sebanyak 5,12% di Puskesmas Dukuh Kupang, dan sebanyak 4,01%
di Puskesmas Sidosermo.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa prevalensi status gizi buruk
di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya sangat tinggi jika dibandingkan
dengan wilayah kerja Puskesmas lain yang berada dikota Surabaya yaitu sebesar
13.85%. Hal inilah yang menjadi pertimbangan bagi peneliti untuk memilih
daerah tersebut menjadi lokasi penelitian.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
5
Kebutuhan seng pada Balita menurut Angka Kecukupan Gizi yang
dianjurkan masing-masing sebesar 10 mg/hari. Bila ini tidak terpenuhi dari
makanan yang dikonsumsi selama jangka waktu tertentu akan dapat menurunkan
daya tahan tubuh Balita dan meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit
infeksi.
Peranan seng dalam proses tumbuh kembang baru tahun-tahun terakhir
ini ditemukan, dimana apabila kekurangan seng cenderung menyebabkan bayi
dan anak kurang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi tumbuh
kembangnya. Menurut hasil penelitian Mundiastuti (2002) yang dilakukan pada
anak usia 1-3 tahun di Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo dan Kelurahan
Bendul Merisi Kecamatan Wonocolo Kotamadya Surabaya, menunjukkan bahwa
ada perbedaan kenaikan BB/U yang bermakna antara anak yang diberi suplemen
seng dengan tidak, dan ada perbedaan TB/U yang bemakna antara yang diberi
suplemen seng dengan yang tidak. Pada kelompok perlakuan juga menunjukkan
adanya perbaikan selera makan pada anak.
Berbagai penelitian tentang gizi yang berhubungan dengan status gizi
pada Balita telah banyak dilakukan. Sedangkan yang meneliti pengaruh zinc
sulfat terhadap peningkatan berat badan, tinggi badan, dan status gizi pada Balita
gizi buruk masih jarang. Oleh karena itu dalam penelitian ini penulis ingin
meneliti apakah ada pengaruh zinc sulfat terhadap peningkatan berat badan,
tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk, yang akan dilaksanakan di
wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
6
I.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah yang
ingin diteliti adalah sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh zinc sulfat terhadap peningkatan berat badan, tinggi badan,
dan status gizi pada Balita gizi buruk ?
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
II.1 Tujuan Penelitian
II.1.1 Tujuan Umum
Mempelajari pengaruh zinc sulfat terhadap perubahan berat badan,
tinggi badan, dan status gizi pada Balita gizi buruk.
II.1.2 Tujuan Khusus
1. Mempelajari karakteristik Balita yang meliputi umur, dan jenis kelamin.
2. Mempelajari karakteristik keluarga yang meliputi pendidikan dan
pengetahuan gizi ibu, serta pendapatan keluarga.
3. Mempelajari pola konsumsi makanan Balita.
4. Mempelajari tingkat konsumsi makanan Balita yang meliputi konsumsi
energi, karbohidrat, protein, lemak, besi, vitamin A, vitamin B1, dan
vitamin C.
5. Menganalisis status gizi pada Balita gizi buruk.
6. Menganalisis peningkatan berat badan, dan tinggi badan pada Balita gizi
buruk selama pemberian zinc sulfat.
7
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
8
II.2 Manfaat Penelitian
II.2.1 Bagi Peneliti
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman menerapkan ilmu
yang telah diperoleh selama perkuliahan.
II.2.2 Bagi Masyarakat
Dapat memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat tentang
pentingnya konsumsi makanan sumber seng untuk dapat meningkatkan status
gizi terutama pada Balita gizi buruk.
II.2.3 Bagi Institusi
Sebagai informasi yang bisa digunakan untuk perencanaan atau
pelaksanaan upaya perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo
Surabaya.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Anak Balita
III.1.1 Pengertian Balita
Balita didefinisikan sebagai individu atau sekelompok individu dari
suatu penduduk yang berada dalam rentang usia tertentu. Menurut Moore
1997 usia balita bisa terbagi menjadi tiga yaitu : golongan usia bayi (0-2
tahun), golongan usia Balita (2-3 tahun), dan golongan usia pra sekolah (3-5
tahun). Sedangkan menurut WHO, kelompok usia Balita adalah 0-60 bulan
(Widya Karya Pangan dan Gizi VI, 1998).
III.1.2 Kondisi Fisiologis Balita
Pada usia balita sangat rentan terhadap penyakit gizi. Menurut Moore
(1997), pada kelompok usia Balita dan prasekolah kebutuhan kalori (per
kg/BB) tidak setinggi pada masa bayi dan nafsu makannya juga menurun.
Sumber lain menyebutkan bahwa kondisi anak pada masa Balita ini adalah
selektif terhadap makanan, tidak tergantung dengan makanan,
pertumbuhannya pelan dan tetap sehingga berat badannya cenderung turun,
anak sudah mempunyai perhatian lain, dan perkembangan kondisi emosional
serta sosialisasi.
9
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
10
III.1.3 Pertumbuhan dan Perkembangan
Setiap manusia yang hidup mengalami proses tumbuh kembang,
tumbuh berarti berkaitan dengan perubahan ukuran, sedangkan kembang
berhubungan dengan aspek deferensiasi bentuk atau fungsi termasuk
perubahan emosi dan sosial. Tumbuh kembang merupakan proses continue
sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan (Santoso, 1999).
Ada beberapa macam pengertian pertumbuhan dan perkembangan,
diantaranya :
Tumbuh yang peristiwanya disebut pertumbuhan adalah proses yang
berhubungan dengan bertambah besarnya ukuran fisik karena terjadi
pembelahan dan bertambah banyaknya sel, disertai bertambahnya substansi
intersiil pada jaringan tubuh. Proses tersebut dapat diamati dengan adanya
perubahan-perubahan pada besar dan bentuk yang dinyatakan dalam nilai-
nilai ukuran tubuh, misalnya berat badan, tinggi badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas dan sebagainya (Narendra, 2002).
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Soetjiningsih,1995).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
11
Kembang yang peristiwanya disebut perkembangan adalah proses
yang berhubungan dengan fungsi organ atau alat tubuh karena terjadinya
pematangan. Pada pematangan ini terjadi diferensiasi sel dan maturasi alat
atau organ sesuai dengan fungsinya. Proses tersebut dapat diamati dengan
bertambahnya kepandaian ketrampilan dan perilaku (Narendra, 2002).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan
(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini
menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh,
organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Soetjiningsih, 1995).
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada
umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak
seusianya.
Pengertian anak sehat adalah anak yang dapat tumbuh kembang
dengan baik dan teratur, jiwanya berkembang sesuai dengan tingkat umurnya,
aktif, gembira, makannya teratur, bersih, dan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Santoso, 1999).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
12
Ciri-ciri Anak Sehat menurut Departemen Kesehatan RI dalam Santoso
(1999) adalah :
a. Tumbuh dengan baik, yang dapat dilihat dari naiknya berat dan tinggi
badan secara teratur dan proporsional.
b. Tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya.
c. Tampak aktif atau gesit dan gembira.
d. Mata bersih dan bersinar.
e. Nafsu makan baik.
f. Bibir dan lidah tampak segar.
g. Pernafasan tidak berbau.
h. Kulit dan rambut tampak bersih dan tidak kering.
i. Mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Bila ciri-ciri ini telah dimiliki oleh anak, maka pertumbuhan dan
perkembangan anak biasanya dapat dikatakan wajar atau normal.
Ciri anak sehat dapat dilihat dari tiga segi, yaitu :
1. Dari segi fisik, ditandai dengan sehatnya badan dan pertumbuhan jasmani
yang normal.
2. Dari segi psikis, anak yang sehat itu jiwanya berkembang secara wajar,
pikiran bertambah cerdas, perasaan bertambah peka, kemauan
bersosialisasi baik.
3. Dari segi sosialisasi, anak tampak aktif, gesit, dan gembira serta mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
13
III.2 Status Gizi
III.2.1 Pengertian Status Gizi
Berbagai konsep yang diungkapkan oleh pakar gizi tentang pengertian
status gizi. Dari berbagai konsep tersebut pada prinsipnya hampir sama.
Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara
makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan
tubuh (nutrient out put) akan zat gizi tersebut. Kebutuhan tubuh akan zat gizi
ditentukan oleh banyak faktor antara lain : tingkat metabolisme basal, tingkat
pertumbuhan aktifitas fisik, dan faktor yang bersifat relative, yaitu gangguan
pencernaan (ingestion), perbedaan daya serap (absorpsion), tingkat
penggunaan (afilization), dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran
(excretion and destruktion) dari zat gizi tersebut dalam tubuh (Supariasa,
2001).
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan
dan penggunaan zat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk,
kurang, baik, dan lebih. Zat gizi sangat berkaitan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar, dan produktifitas kerja serta daya tahan terhadap
penyakit infeksi (Almatsier, 2001).
Status gizi sebagai refleksi kecukupan zat gizi, merupakan salah satu
parameter penting dalam menilai tumbuh kembang anak dan kesehatan pada
umumnya. Kecukupan dari zat gizi terutama energi dihitung menurut
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
14
kebutuhan atas umur, jenis kelamin, aktifitas maupun kondisi dari individu
(Pudjiadi, 2001).
III.2.2 Klasifikasi Status Gizi
Berdasarkan Baku Harvard keadaan gizi di klasifikasikan ke dalam
empat keadaan, yaitu :
a. Gizi lebih untuk overweight, termasuk pada keadaan ini adalah
kegemukan atau obesitas.
b. Gizi baik untuk well nourished.
c. Gizi kurang untuk under weight, yang meliputi mild and moderate protein
malnutrition.
d. Gizi buruk, seperti marasmus, marasmic kwashiorkor dan kwashiorkor.
Status gizi lebih adalah keadaan patologis yang disebabkan oleh
kelebihan jumlah kalori dan zat-zat gizi lain dalam jangka waktu lama.
Kegemukan merupakan tanda pertama yang dapat dilihat dari keadaan gizi
lebih (Sukarjo, 1986).
Status gizi normal adalah suatu keadaan kesehatan akibat
keseimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi untuk memelihara
kehidupan, pemeliharaan fungsi normal tubuh dan untuk produksi energi.
Secara singkat status gizi baik adalah suatu keadaan kesehatan akibat
kesimbangan antara kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi dengan intake zat-zat
gizi (Prayitno, 1987).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
15
Status gizi kurang adalah suatu keadaan tidak sehat (patologis) yang
timbul karena tidak cukup makan dan dengan demikian konsumsi energi
kurang selama jangka waktu tertentu. Biasanya juga kurang dalam satu atau
lebih zat gizi esensial lainnya. Berat badan yang menurun adalah tanda umum
dari kurang gizi (Sukarjo, 1986).
Status gizi buruk adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kekurangan makanan sumber energi dan protein secara umum, yang
berdampak menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama
penyakit infeksi dan berakibat rendahnya tingkat kecerdasan, dan akhirnya
dapat menyebabkan kematian dini (Almatsier, 2001).
III.2.3 Penentuan Status Gizi
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu
pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangkan status gizi anak.
Dengan demikian penilaian pencapaian pertumbuhan (growth achievement)
atau ukuran fisik atau antropometri pada saat tertentu dapat memberikan
indikasi tentang status gizi seorang anak pada saat pengukuan. Jadi dengan
kata lain antropometri dapat digunakan sebagai indikator status gizi (Basuni,
2002).
Ada beberapa keuntungan menggunakan Antropometri untuk
penentuan status gizi, yaitu :
1. Caranya mudah, sederhana, aman, dan teknisnya tidak terlalu banyak
instruksi.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
16
2. Dapat digunakan pada posisi tidur, duduk, dan berdiri.
3. Sesuai untuk sampel besar.
4. Peralatan yang digunakan relative tidak mahal.
5. Bersifat portable (bisa dibawa kemana-mana).
6. Bisa dibuat atau dibeli oleh masyarakat atau instansi setempat.
7. Tidak memerlukan skill tinggi dalam menggunakannya.
8. Metode dapat memberikan hasil yang akurat, asal mengikuti cara yang
betul.
9. Hasil antropometri dapat mengggambarkan terjadinya sesuatu dalam
jangka waktu sebelumnya.
10. Dapat digunakan untuk screening test.
(Gibson, 1990).
III.2.4 Indeks yang Digunakan
Cara termudah untuk menilai status gizi dilapangan adalah dengan
pengukuran antropometri, karena sederhana, murah, dapat dilakukan siapa
saja dan cukup teliti. Data antropometri yang sering digunakan adalah berat
badan, tinggi badan, sedangkan indikator antropometri yang sering dipakai
untuk menilai status gizi yaitu berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi
badan terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB)
(Apriadji, 1993).
Penilaian status gizi yang ideal untuk balita sebaiknya adalah
menggunakan ketiga indeks antropometri (BB/U, TB/U, dan BB/TB), karena
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
17
dengan ketiga indeks ini dapat diketahui dengan jelas karakteristik individu
maupun masyarakat (Basuni, 2002).
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang penting
digunakan untuk mengukur status gizi. Berat badan merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
anak dan sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja (Soetjiningsih,
1995).
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick),
faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa, 2001).
Selama ini diketahui ada tiga cara penyajian penilaian status gizi,
yaitu :
a. Dalam bentuk persen terhadap nilai median rujukan.
b. Dalam bentuk nilai Z-score atau Standart Deviasi (SD) dari nilai median
rujukan.
c. Dalam bentuk nilai persentil dari sebaran nilai rujukan.
Selama ini pula penentuan status gizi di lapangan masih
menggunakan klasifikasi yang berbeda-beda sehingga sulit untuk dianalisis
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
18
lebih lanjut, baik untuk perbandingan, kecenderungan maupun analisis
hubungan (Basuni, 2002).
Beberapa klasifikasi penentuan status gizi bagi anak Balita baik laki-
laki maupun perempuan berdasarkan Z-Score baku NCHS yang disusun oleh
Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2004, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel III.1 : Penentuan Status Gizi Bagi Anak Balita Baik Laki-laki Dan Perempuan Berdasarkan Z-Score Baku NCHS
INDEK STATUS GIZI AMBANG BATAS
Berat Badan menurut Umur (BB/U)
Lebih Normal Rendah Sangat Rendah
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai ≥-3 SD <-3 SD
Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)
Jangkung Normal Pendek Sangat Pendek
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai ≥-3 SD <-3 SD
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)
Gemuk Normal Kurus (Wasted) Sangat Kurus
>+2 SD ≥-2 SD sampai +2 SD <-2 SD sampai ≥-3 SD <-3 SD
SD : Standar Deviasi
Baku rujukan antropometri dikenal ada dua jenis yaitu baku
internasional dan baku lokal. Rujukan antropometri lokal merupakan rujukan
yang paling sesuai dengan sifat genetik suatu populasi. Di Indonesia sekarang
ini baku rujukan WHO-NCHS sudah didasarkan pada populasi yang sehat
dan baik keadaan sosial ekonominya. Selain itu rujukan ini sudah mencakup
berbagai golongan etnis atau suku bangsa yang memungkinkan digunakan
secara internasional.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
19
Kelebihan indeks BB/U :
1. Sensitif untuk melihat perubahan status gizi jangka pendek
2. Dapat mendeteksi kegemukan
Kelemahan indeks BB/U :
1. Dapat terjadi kekeliruan interpretasi status gizi bila terdapat edema
2. Memerlukan data umur yang akurat
3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran
Untuk menjaga ketepatan timbangan selalu dikontrol keseimbangannya pada
titiknol setiap kali melakukan penibangan (Narendra , 2002).
Kelebihan indeks BB/TB :
1. Tidak memerlukan data umur
2. Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus)
Kelemahan indeks BB/TB :
1. Tidak dapat memberikan gambaran, apakah anak tersebut pendek, cukup
atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, karena faktor umur tidak
dipertimbangkan
2. Kesulitan dalam melakukan pengukuran tinggi badan pada balita
3. Membutuhkan dua macam alat ukur
4. Pengukuran relatif lebih lama
5. Membutuhkan dua orang untuk melakukannya
6. Sering terjadi kesalahan pembacaan hasil pengukuran, terutama pada
orang yang non-profesional (Supariasa, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
20
III.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Status gizi seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor
yang berperan dalam menentukan status gizi seseorang antara lain :
1. Pendapatan Keluarga
Menurut Berg (1986) pendapatan mempengaruhi daya beli
keluarga akan bahan makanan yang bergizi karena tingkat penghasilan
menentukan jenis pangan yang akan dibeli.
Rendahnya pendapatan sebagai rintangan lain yang menyebabkan
orang-orang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang
diperlukan. Ada pula keluarga yang berpenghasilan cukup tetapi sebagian
anaknya menderita gizi kurang, karena kurang baiknya pengaturan
belanja, mutu, dan keragaman pangan serta belum terbiasanya membuat
perencanaan pengeluaran keluarga yang baik (Sayogjo, 1986).
Menurut Apriadji (1993) pendapatan yang rendah merupakan
kendala untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang sehat yaitu
terpenuhinya zat gizi dari sudut kualitas maupun kuantitas, karena dengan
uang yang terbatas itu tidak banyak pilihan.
Bayi dari keluarga masyarakat dengan ibu yang sosial
ekonominya rendah, berat badan lahirnya lebih ringan dibanding yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang cukup ekonominya. Walaupun demikian,
bayi yang mendapatkan ASI cukup ternyata pertumbuhannya dapat
mengejar pertumbuhan dari ibu yang gizinya baik. Tetapi keadaan yang
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
21
memuaskan tersebut ternyata hanya sampai umur 4,6-6 bulan saja
(Pudjiadi, 2001).
2. Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu
Menurut Sayogjo (1986) menyebutkan bahwa tingkat pendidikan
rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya dikalangan wanita
merupakan salah satu masalah pokok yang berpengaruh terhadap masalah
kesehatan, khususnya untuk pendidikan ibu, pengaruhnya terhadap status
gizi anggota rumah tangganya sangat besar, karena biasanya ibu rumah
tangga menjadi penentu dan pengatur konsumsi makanan.
Pendidikan formal maupun informal diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dalam upaya mengatur dan mengetahui
hubungan antara makanan dan kesehatan, atau kebutuhan tubuh termasuk
kebutuhan zat gizi bagi anggota keluarganya. Seorang ibu dengan
pendidikan yang tinggi akan dapat merencanakan menu makanan yang
sehat dan bergizi bagi dirinya dan keluarganya dalam upaya memenuhi
zat gizi yang diperlukan (Sediaoetama, 1999).
Pengetahuan ibu rumah tangga yang kurang akan menimbulkan
beberapa macam permasalahan yang timbul seperti pemilihan bahan dan
jumlah makanan yang beragam salah, cara memperlakukan bahan
makanan dalam pengolahan terlalu berlebihan sehingga banyak zat gizi
yang hilang, serta cara memanfaatkan potensi alam kurang.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
22
Dengan demikian ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan
yang rendah akan menyebabkan pengetahuan yang terbatas sehingga
mempengaruhi kualitas perencanaan pola makan keluarga yang lebih
lanjut akan berpengaruh juga terhadap keadaan status gizi dan anggota
keluarga (Khumaidi M, 1984).
III.3 Pola Konsumsi, dan Tingkat Konsumsi, Serta Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi
III.3.1 Pola Konsumsi
Pola konsumsi adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok
orang yang memilih dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Suhardjo, 1989).
Sedangkan pola makan adalah kebiasaan makan yang terbentuk dari perilaku
makan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (Sediaoetama,
1999).
Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang anak dapat
memiliki kelebihan asupan makanan dan selera makan yang terbentuk dari
kebiasaan dalam masyarakatnya. Dalam menyusun hidangan untuk anak
perlu diperhaikan kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh
kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan
anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengolah makanan sehat untuk
anak adalah suatu hal yang amat penting (Santosa, 1999).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
23
Faktor-faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang adalah :
a. Faktor lingkungan, agama, kepercayaan dan sosial budaya
Faktor lingkungan dan sosial budaya bersama faktor-faktor lain seperti
pendidikan, agama dan kepercayaan, pendapat tentang kesehatan,
pengetahuan gizi, produksi pangan dan sistem distribusi akan membentuk
gaya hidup (life style) seseorang. Salah satu manifestasi adalah
menjelaskan kebiasaan makan seseorang, susunan hidangan makan
keluarga dan masyarakat.
b. Faktor kondisi kesehatan tubuh
Kondisi kesehatan tubuh seseorang akan mempengaruhi pola makan,
misalnya pola makan seseorang dengan penyakit kronis seperti Diabetes
Mellitus akan berbeda dengan pola makan orang yang sehat (Khosman,
2000).
III.3.2 Tingkat Konsumsi
Tingkat konsumsi akan menunjukkan keadaan kesehatan gizi
seseorang dimana tingkat konsumsi ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
makan yang dikonsumsi (Sediaoetama, 1999).
Keadaan kesehatan gizi tergantung pada tingkat konsumsi. Tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan
menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan
hidangan dan perbandingannya proporsional satu terhadap yang lain.
Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
24
tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan tubuh, secara kualitas
dan kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi kesehatan dan gizi
yang sebaik-baiknya (konsumsi adekuat). Sebaliknya bila susunan hidangan
tidak memenuhi kebutuhan tubuh maka akan menyebabkan kondisi kesehatan
gizi kurang atau defisiensi (Sediaoetama, 1999).
KEP seringkali ditemukan pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun,
dimana pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi itu tidak tercukupi, maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat makanan yang ada. Lama kelamaan cadangan itu akan habis
dan akan menyebabkan terjadinya perubahan dan akhirnya menimbulkan
kelainan anatomis (Agus, 2001).
Ada tiga macam tingkat kesehatan gizi sebagai hasil dari tingkat
konsumsi, yaitu :
1. Tingkat kesehatan gizi yang optimum
Dalam kondisi ini tubuh terbebas dari penyakit, mempunyai daya kerja
dan daya tahan tubuh yang optimum.
2. Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih
Dalam kondisi ini, tubuh mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah
dan dapat menimbulkan penyakit tertentu.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
25
3. Tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi yang kurang
Pada tingkat ini daya tahan tubuh menurun dan akan dapat menimbulkan
penyakit defisiensi gizi, seperti marasmus, kwashiorkor, dan marasmus
kwashiorkor.
Tingkat konsumsi makan pada anak dapat dikatakan terpenuhi apabila :
1. Dari pengamatan sehari-hari terlihat nafsu makan yang baik dan hidangan
yang disediakan dapat dihabiskan.
2. Kurve pertumbuhan memuaskan, khususnya kurve berat dan tinggi
badan.
3. Bentuk perawakan normal dengan tonus otot, jaringan lemak subkutan
dan pertumbuhan rambut yang cukup.
4. Perkembangan dan aktifitaas normal.
5. Pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, missal kadar hemoglobin,
protein serum, besi serum, feritin, dan lain-lain.
Untuk meneliti tingkat konsumsi seseorang dapat dilakukan
menggunakan tiga metode, yaitu :
1. Metode Recall
Metode recall merupakan metode wawancara, dimana pewawancara
menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Hasil wawancara
kemudian diolah kedalam bentuk makanan mentah kemudian dihitung
zat-zat gizinya dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
26
2. Metode Menimbang
Pelaksanaan metode ini dengan cara peneliti mengunjungi responden
untuk menimbang bahan makanan yang telah dikonsumsi oleh responden.
3. Metode Inventaris
Pada metode ini, responden diberi buku catatan untuk mencatat makanan
yang telah dikonsumsi oleh responden, mulai jenis makanan, ukuran, jam
dan tanggal. Hasilnya kemudian dianalisa dengan menggunakan daftar
komposisi bahan makanan.
Kemudian hasil dari ketiga metode itu dibandingkan dengan RDA
(Recommended Dietary Allowences) (Sediaoetama, 1999).
Beberapa kebutuhan zat gizi yang diperlukan bagi anak Balita adalah
sebagai berikut :
1. Energi
Energi diperlukan untuk pertumbuhan, metabolisme, utilisasi
bahan makanan dan aktifitas. Kebutuhan energi terutama disuplai oleh
karbohidrat dan lemak. Suplai energi untuk pemeliharaan sel bagi
pertumbuhan lebih diutamakan dari protein. Maka bila jumlah energi
dalam makanan sehari-hari tidak cukup, sebagian masukan protein
makanan akan dipergunakan sebagai energi, sehingga mengurangi bagian
yang diperlukan bagi pertumbuhan (Pudjiadi, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
27
Kebutuhan energi setiap orang berbeda, bagi anak ditentukan oleh
metabolisme basal, umur, aktifitas fisik, suhu lingkungan, serta
kesehatannya. Zat gizi yang mengandung energi disebut makro nutrient,
terdiri dari karbohidrat, protein, dan lemak. Setiap gram protein maupun
karbohidrat memberi energi 4 – 5 kilo kalori per 1 gramnya, sedangkan
lemak 9 kilo kalori per 1 gramnya. Dianjurkan supaya jumlah energi yang
diperlukan 50 – 60% diperoleh dari karbohidrat, 25 – 35% lemak,
selebihnya 10 – 15% protein (Apriadji, 1993).
2. Protein
Menurut Almatsier (2001), Protein adalah sumber asam
aminoyang mengandung unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Protein terdiri atas rantai-rantai panjang
asam amino, yang terikat satu sama lain dalam ikatan peptida. Asam
amino terdiri atas unsur-unsur karbon, hydrogen, oksigen dan nitrogen.
Beberapa asam amino disamping itu mengandung unsur-unsur fosfor,
besi, iodium, dan kobalt.
Kebutuhan protein khususnya pada balita perlu diperhatikan,
mengingat seringnya kejadian malnutrisi pada golongan umur ini.
Kecukupan protein yang dianjurkan bagi anak balita adalah 1,5 – 2,0
g/kgBB/hari.
Kebutuhan protein setiap kilo gram berat badan lebih tinggi pada
bayi karena pertumbuhannya cepat sekali, kemudian berkurang dengan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
28
bertambahnya umur. Disarankan 2,5 – 3 gram per kg BB bayi dan 1,5 – 2
gram per kg BB bagi anak sekolah sampai remaja (Pudjiadi, 2001).
3. Karbohidrat
Karbohidrat didefinisikan sebagai senyawa organik yang
mempunyai unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan umumnya
mempunyai rumus Cn H2n On.
Menurut WHO (1990) menganjurkan agar 55 – 75% konsumsi
energi total berasal dari karbohidrat kompleks. Nilai energi karbohidrat
adalah 4 kkal per gram (Almatsier, 2001).
4. Lemak
Lemak adalah sekelompok ikatan organic yang terdiri dari unsur-
unsur carbon (C), hydrogen (H), dan oksigen (O), yang mempunyai sifat
dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak), seperti
petroleum benzene, dan ether (Sediaoetama, 1999).
Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh. Besarnya energi
yang dihasilkan per gram lemak adalah 1 gram lemak menghasilkan 9
kkalori. Menurut WHO (1990) menganjurkan konsumsi lemak sebanyak
15 – 30% kebutuhan energi total dianggap baik untuk kesehatan. Diantara
lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 10% dari
kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3 – 7% dari lemak
tidak jenuh ganda (Almatsier, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
29
III.4 Seng (Zn)
Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat
perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya
lebih dari 70 macam enzim karena peranannya dalam sintesa AND, ARN
(keduanya unsur utama genetika), dan protein. Maka defisiensi seng dapat
menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan (Olson
et.al., dalam Karyadi 1996). Ada kemungkinan seng berinteraksi dengan
defisiensi vitamin A dalam proses terjadinya buta senja (Karyadi, 1996).
Seng merupakan trace elementi yang berperan luas pada metabolisme
tubuh. Seng berperan aktif dalam seluruh bagian tubuh sebagai konstituen
lebih dari 200 metaloenzim yang terlibat dalam metabolisme Karbohidrat,
Lemak, Protein serta sintesis dan pemecahan asam nukleat (Sunstead, 1985).
Seng merupakan bagian dari banyak metaloenzim dan bekerja sebagai
koenzim pada berbagai sistem enzim. Lebih dari 80 enzim dan protein yang
mengandung seng telah ditemukan (Pudjiadi, 2001).
Seng termasuk zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal, meski dalam jumlah yang sangat kecil.
Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam
masa pertumbuhan (Soegih, 1992).
Tubuh mengandung 2 – 2,5 gram seng yang tersebar dihampir semua
sel. Sebagian besar seng berada di dalam hati, pankreas, ginjal, otot, dan
tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian-bagian mata,
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
30
kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Di dalam cairan tubuh,
seng terutama merupakan ion intaseluler. Seng di dalam plasma hanya
merupakan 0,1% dari seluruh seng di dalam tubuh yang mempunyai masa
pergantian yang cepat (Almatsier,2001).
III.4.1 Metabolisme Seng
Seng dikeluarkan tubuh melalui usus, ginjal dan kulit. Pengeluaran
melalui usus berkisar antara 0,5 – 3 mg/hr tergantung dari asupan seng. Lebih
kurang 0,7 mg seng/hari dikeluarkan melalui urine manusia sehat. Keadaan
kelaparan dan katabolisme otot akan meningkatkan pengeluaran seng dalam
urine dan tinja. Ekskresi seng melalui kulit sekitar 0,5 mg/hr dan dipengaruhi
oleh asupan seng, latihan yang berlebihan serta suhu kamar.
Kira-kira 90% cadangan seng dalam tubuh berubah pelan-pelan dan
kemudian tidak langsung siap untuk dilakukan metabolisme. Sisa seng yang
mendasar disebut kelompok seng yang dapat berubah cepat, yang mana
diperkirakan menjadi penting untuk memelihara fungsi biologi pada manusia.
Seng yang dapat berubah cepat dapat pindah ke dalam dan keluar dari
kompartemen plasma dalam waktu sekitar 3 hari. Persediaan seng yang layak
dengan diet yang tetap dapat mencukupi kebutuhan seng yang normal untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan.
Kurang dari 0,2 % total isi seng dalam tubuh yang beredar di dalam
plasma dan konsentrasinya kira-kira 15 µ mol/L (± 100 µg/dl). Konsentrasi
seng didalam jaringan seperti hati dan otot lebih besar 50 kali dibanding di
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
31
dalam plasma. Perbedaan kecil di dalam pengambilan atau pelepasan seng
dari sekeliling tempat dapat mempunyai efek pada konsentrasi seng plasma,
konsentrasi seng plasma tidak dapat dipercaya menandai adanya total seng
dalam tubuh yang tersimpan di semua keadaan. Faktor lain yang dapat
mempengaruhi konsentrasi seng plasma adalah hypoalbuminemia yang dapat
mempengaruhi penyerapan dan pengangkutan seng, penyakit usus yang
bertentangan dengan penyerapan dan pengangkutan seng, kehamilan, infeksi,
dan bentuk tekanan lain seperti luka jaringan yang dikarenakan pembedahan
(Brown dan Sara, 2002).
Absorpsi seng diatur oleh metalotionin yang disintetis di dalam sel
dinding saluran cerna. Bila konsumsi seng tinggi, di dalam sel dinding
saluran cerna sebagian diubah menjadi metalotionein sebagai simpanan,
sehingga absorpsi berkurang. Bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-
sel dinding usus halus yang umurnya adalah 2-5 hari. Metalotionein di dalam
hati mengikat seng hingga dibutuhkan oleh tubuh. Metalotionein diduga
mempunyai peranan dalam mengatur kandungan seng di dalam cairan
intraseluler.
Jumlah seng yang dibutuhkan tubuh sangat sedikit, namun ternyata
penyerapan seng oleh tubuh manusia juga sangatlah kecil. Dari sekitar 4-14
mg/hari jumlah seng yang dianjurkan untuk dikonsumsi, hanya sekitar 10-
40% saja yang dapat diserap (Murbawani, 2004).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
32
III.4.2 Absorpsi Seng
Proses Absorbsi membutuhkan alat angkut dan terjadi dibagian atas
usus halus (duodenum). Seng diangkut oleh albumin dan transferin masuk ke
aliran darah dan dibawa ke hati. Kelebihan seng disimpan di dalam hati
dalam bentuk metalotionein, lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh
lain. Didalam pankreas seng digunakan untuk membuat enzim pencernaan,
yang pada waktu makan dikeluarkan kedalam saluran cerna. Dengan
demikian saluran cerna menerima seng dari dua sumber, yaitu dari makanan
dan dari cairan pencernaan yang berasal dari pankreas. Sirkulasi seng di
dalam tubuh dari pankreas ke saluran cerna dan kembali ke pankreas
dinamakan enteropankreatik.
Jika tubuh mengalami defisiensi seng akan menghambat sirkulasi
seng di dalam tubuh dari pankreas ke saluran cerna sehingga mengakibatkan
gangguan fungsi pankreas, gangguan pembentukan kilomikron, dan
kerusakan permukaan saluran cerna. Kondisi tersebut dapat menyebabkan
penurunan ketajaman indra rasa sehingga dapat menyebabkan nafsu makan
menurun.
Bahan makanan sumber seng ataupun suplemen seng dapat membantu
meningkatkan sirkulasi seng di dalam tubuh dari pankreas ke saluran
pencernaan, sehingga dapat memperbaiki pembentukan kilomikron dan
permukaan saluran cerna. Kondisi tersebut nantinya dapat meningkatkan
ketajaman indra rasa sehingga nafsu makan meningkat (Almatsier, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
33
Seng dikeluarkan tubuh terutama melalui feses. Disamping itu seng
dikeluarkan melalui urin, dan jaringan tubuh yang dibuang, seperti jaringan
kulit, sel dinding usus, cairan haid, dan mani.
Serat dan fitat menghambat ketersediaan biologik seng. Sebaliknya,
protein histidin tampaknya membantu absorpsi. Nilai albumin dalam plasma
merupakan penentu utama absorpsi seng. Albumin merupakan alat transpor
utama seng. Absorpsi seng menurun bila nilai albumin darah menurun,
misalnya dalam keadaan gizi kurang (Almatsier, 2001).
III.4.3 Kebutuhan Seng
Kebutuhan seng sangat bervariasi, tergantung pada :
1. keadaan fisiologis, yang menggambarkan banyaknya seng yang harus
diabsorpsi untuk menggantikan pengeluaran endogen, pembentukan
jaringan, pertumbuhan, dan sekresi susu, sehingga kebutuhan seng
secara fisiologis ini tergantung pada usia dan status fisiologis
seseorang.
2. Keadaan patologis, pada kondisi ini kebutuhan seng akan meningkat,
seperti infeksi, trauma, dan gangguan absorpsi (Golden, 1992;
Sandstron, 1993).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
34
Angka kecukupan seng yang dianjurkan Widya Karya Pangan dan Gizi tahun
1998 untuk Indonesia sebagai berikut :
a. bayi : 3-5 mg
b. 1-9 tahun : 8-10 mg
c. 10 - >60 tahun : 15 mg (baik pria maupun wanita)
d. Ibu hamil : + 5 mg
e. Ibu menyusui : + 10 mg
III.4.4 Bahan Makanan Sumber Seng dan Penghambat Penyerapan Seng
Pada umumnya diet tinggi protein mengandung banyak seng,
sedangkan makanan yang mengandung terutama karbohidrat konsentrasinya
rendah. Sumber utama seng terdapat pada bahan makanan berasal dari
hewani, seperti daging, ikan, kerang, ayam, telur dan sebagainya (Pudjiadi,
2001).
Sumber paling baik adalah sumber protein hewani, terutama daging,
hati, kerang, dan telur. Serealia tumbuk dan kacang-kacangan juga
merupakan sumber yang baik, namun mempunyai ketersediaan biologik yang
rendah (Almatsier, 2001).
Beberapa bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan seng
adalah asam sitrat (termasuk golongan vitamin C). Pada umumnya asam sitrat
hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang
asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat. Vitamin C
juga banyak terdapat di dalam sayuran, daun-daunan, dan jenis kol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
35
Beberapa bahan makanan yang dapat menghambat penyerapan seng
adalah serat dan fitat, seperti : beras, terigu, gandum, teh, kopi, kacang
kedele, kacang, tumbuhan polong, bayam, dan susu (Almatsier, 2001).
Penghambat absorpsi seng adalah myoinositol heksaphosphate
(phytat) yang banyak terdapat pada makanan yang berasal dari tanaman,
khususnya serealia dan biji-bijian. Daging hewan menyusui,unggas dan ikan
adalah makanan yang kaya akan seng dan makanan tersebut tidak
mengandung phytat, sehingga makanan tersebut merupakan makanan yang
kandungan sengnya mudah diserap. Telur dan produk susu juga bebas dari
phytat, namun kandungan sengnya lebih rendah dari daging. Beberapa
serealia dan gandum mengandung seng sedang, namun mengandung phytat
cukup tinggi, sehingga mengurangi jumlah seng yang dapat diserap. Bila
bahan makanan tersebut difermentasi, organisme perfermentasi memproduksi
phitase yang dapat memecah phytat, sehingga dapat meningkatkan absorpsi
seng (Brown dan Sara, 2002).
III.4.5 Defisiensi dan Kelebihan Seng
Gejala klinis kekurangan seng terdiri dari pertumbuhan yang
terlambat, dermatosis, hipogonadisme, oligospermi, adaptasi gelap yang
menurun, gangguan imunitas, rambut rontok, nafsu makan berkurang
(Pudjiadi, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
36
Menurut Murbawani 2004, gejala seseorang yang tidak
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat seng secara adekuat
akan cenderung mengalami gangguan pertumbuhan, anemia, dan kelelahan
berat. Juga terjadi perubahan pada rambut dan kulit, yakni kulit menjadi
kering, keriput, serta rambut mudah rontok. Selain itu, terjadi pula gangguan
perkembangan organ seksual, gangguan produksi sperma, infertilitas baik
pada wanita maupun pria, berkurangnya ketahanan tubuh sehingga mudah
terjadi infeksi, gangguan konsentrasi, dan depresi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi seng berpengaruh
terhadap hormone pertumbuhan, rendahnya tingkat Insulin like Growth
Factor 1 (1 GF-1), Growth Hormon (GH) Reseptor dan GH Binding Protein
RNA seringkali dihubungkan dengan defisiensi seng. Rendahnya sistem
regulasi dari hormone pertumbuhan dapat menghambat pertumbuhan linier
dan kadang sampai terhenti pertumbuhan berat badan (MC. Nall. AD, dalam
Sandstead H 1991).
Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan dan
kematangan seksual. Fungsi pencernaan terganggu, karena gangguan fungsi
pankreas, gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan
saluran cerna. Di samping itu dapat terjadi diare dan gangguan fungsi
kekebalan. Kekurangan seng kronis mengganggu pusat sistem saraf dan
fungsi otak. Karena kekurangan seng mengganggu metabolisme vitamin A,
sering terlihat gejala yang terdapat pada kekurangan vitamin A. kekurangan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
37
seng juga mengganggu fungsi kelenjar tiroid dan laju metabolisme, gangguan
nafsu makan, penurunan ketajaman indra rasa serta memperlambat
penyembuhan luka (Almatsier, 2001).
Kelebihan seng hingga dua sampai tiga kali AKG menurunkan
absorpsi tembaga. Kelebihan sampai sepuluh kali AKG mempengaruhi
metabolisme kolesterol, mengubah nilai protein, dan tampaknya dapat
mempercepat timbulnya arterosklerosis. Dosis sebanyak 2 gram atau lebih
dapat menyebabkan muntah, diare, demam, kelelahan yang sangat, anemia,
dan gangguan reproduksi. Suplemen seng bisa menyebabkan keracunan
(Almatsier, 2001).
III.4.6 Penentuan Status Seng
Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk menetapkan status
seng adalah: konsentrasi seng plasma atau serum, konsentrasi seng eritrosit,
konsentrasi seng lekosit dan netrofil, konsentrasi seng rambut, konsentrasi
seng urine, konsentrasi seng air liur, uji ketahanan pengecapan, studi isotop,
respon pertumbuhan dan perkembangan seksual terhadap suplementasi seng,
enzim yang tergantung pada seng.
Konsentrasi seng dalam serum atau plasma adalah parameter yang
paling sering digunakan sebagai parameter untuk menetapkan status seng
seseorang, karena mudah dilakukan dan cukup akurat, sedang pengukuran
konsentrasi seng dalam rambut dapat dipakai pada studi dilapangan
(Tjokronegoro, 1992).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
38
Nilai rujukan konsentrasi seng diberbagai cairan dan jaringan tubuh
yang dianjurkan WHO adalah seperti pada table berikut ini :
Tabel III.2 : Nilai Rujukan Konsentrasi Seng
Jaringan atau Cairan tubuh Nilai Susu ibu Darah (Whole Blood) Serum Urine Rambut
1000 – 2000 μg/l 6000 – 7000 μg/l 800 – 1100 μg/l 400 – 600 μg/l 150 – 250 μg/l
Dikutip dari : WHO, 1996. Zinc. In (WHO). Trace Elements In Human Nutrition and Health. Geneva : WHO, 72-104.
III.4.7 Peranan Seng
Sebagai salah satu komponen dalam jaringan tubuh, seng termasuk
zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang
optimal, meski dalam jumlah yang sangat kecil.
Peranan seng dari segi fisiologis :
1. Berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel.
2. Berperan sebagai zat antioksidan, yaitu bersatu dalam ikatan copper atau
zinc superoksida dismutase.
3. Berperan dalam respon imunitas tubuh, yaitu zat proteksi terhadap adanya
racun organik, logam berat, radiasi, dan adanya racun endotoksin yang
diproduksi oleh bakteri patogen.
Peranan seng dari segi biokimia :
1. Berperan sebagai komponen dari 200 macam enzim berperan dalam
pembentukan dan konformasi polisome.
2. Berperan sebagai stabilisasi membran sel.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
39
3. Berperan sebagai ion-bebas ultra-seluler.
4. Berperan dalam jalur metabolisme tubuh.
Peranan seng bagi makhluk hidup :
1. Berperan terhadap pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab seng berperan
pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan
pembentukan embrio.
2. Berperan terhadap sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator
potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi.
3. Berperan dalam berbagai fungsi organ. Misalnya, keutuhan penglihatan
yang merupakan interaksi metabolisme antara seng dan vitamin A.
4. Berperan dalam metabolisme tulang.
(Soegih, 1992).
III.4.8 Interaksi Antara Seng Dan Gizi Buruk
Konsentrasi seng serum pada manusia menurun jika sedang menderita
infeksi seperti disentri, demam tifoid, tuberculosis. Sebaiknya konsentrasi
seng serum yang rendah berakibat menurunnya daya tahan tubuh, hingga
keadaan kekurangan seng memudahkan timbulnya berbagai macam infeksi.
Diperkirakan bahwa kekurangan seng merupakan salah satu faktor hingga
hampir semua penderita KEP-berat disertai infeksi (Pudjiadi, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
40
III.4.9 Interaksi Antara Seng Dan Tumbuh Kembang
Sejak janin sampai masa akhir pertumbuhan sekitar 18 tahun, peran
seng dalam tumbuh kembang anak terutama terkait dengan peranannya pada
proses metabolisme, yaitu peranan seng sebagai komponen metaloenzim,
konformasi polymerase, dan berbagai fungsi sebagai ion bebas pada stabilitas
membran. Beberapa peran ini yang terpenting adalah peranan seng sebagai
komponen metalloenzim (Prassad, 1977).
Disamping itu peranan seng pada pertumbuhan anak dapat
ditunjukkan dengan terjadinya hambatan pertumbuhan, sampai gagal tumbuh
sebagai salah satu akibat dari anoreksia. Keadaan anoreksia ini penyebab
terjadinya kekurangan asupan gizi baik macronutrient maupun micronutrient
kedalam tubuh, dan juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme seluler (Weugard E, 1980).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa defisiensi seng berpengaruh
terhadap hormone pertumbuhan, rendahnya tingkat Insulin like Growth
Factor 1 (1 GF-1), Growth Hormon (GH) Reseptor dan GH Binding Protein
RNA seringkali dihubungkan dengan defisiensi seng. Rendahnya sistem
regulasi dari hormone pertumbuhan dapat menghambat pertumbuhan linier
dan kadang sampai terhenti pertumbuhan berat badan (MC. Nall. AD, dalam
Sandstead H 1991).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
41
III.4.10 Interaksi Antara Seng Dan Vitamin A
Banyak enzim bergantung pada seng dan diantaranya enzim tersebut
adalah retinol dehidrogenase yang penting pada fungsi rod. Pada beberapa
hasil kasus yang telah ditemukan mengatakan bahwa rabun senja yang
disebabkan karena kekurangan vitamin A memiliki hubungan dengan seng.
Kekurangan seng memiliki kemungkinan untuk berinteraksi dengan sintesis
retinol binding protein (RBP).
Sejumlah penelitian baru-baru ini terbukti bahwa suplementasi seng
mempunyai efek yang sama-sama berguna seperti vitamin A terhadap
terjadinya diare dan beberapa penyakit infeksi lainnya (Bhutta et al, dalam
Mc. Laren, 2001). Hal ini sepertinya akan menjadi semakin lebih kompleks
apabila penggunaan suplemen dengan kombinasi fariasi tiga mikronutrient,
yaitu vitamin A, Fe dan seng. Respon limfosit semakin meningkat dengan
vitamin A dan seng (Kramer et al, dalam Mc. Laren, 2001), sedangkan
pertumbuhan tinggi dan berat dipengaruhi oleh vitamin A tapi tidak oleh seng
(Smith et al, dalam Mc. Laren, 2001).
Menurut hasil laporan mengatakan bahwa respon hematology wanita
dengan anemia ketika vitamin A dan seng ditambahkan pada Fe dapat
meningkatkan level serum retinol, apabila dibandingkan dengan pemberian
Fe yang hanya ditambahkan dengan vitamin A saja (Kolsteren et al, dalam
Mc. Laren, 2001).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
42
III.4.11 Suplementasi Seng
Suplementasi seng adalah cara untuk memberikan tambahan seng.
Keuntungan penggunaan cara ini adalah biaya yang diperlukan relative tidak
tinggi dibandingkan dengan menyediakan sejumlah makanan kaya seng pada
sasaran.
Beberapa bentuk senyawa seng dapat dijadikan sebagai suplemen.
Pilihan tentu harus didasarkan pada kelarutannya dalam air, rasa, harga, dan
keamanannya. Beberapa publikasi ilmiah memakai dalam bentuk Zinc sulfat,
Zinc gloconate atau Zinc acetate yang semuanya tersebut larut dalam air dan
Zinc oxidate yang tidak larut dalam air. Senyawa seng biasanya dalam bentuk
larutan ber-pH netral. Karena larutan garam mempunyai rasa yang tidak
begitu disukai, maka biasanya akan lebih disukai apabila dicampur dengan
flavor (rasa) tertentu. Dalam hal penyerapan, seng lebih baik diserap dalam
bentuk larutan daripada dalam bentuk makanan.
Dosis yang digunakan untuk bayi baru lahir sekitar 2-4 mg/hari, 5-10
mg/hari dianjurkan untuk anak yang lebih besar, dosis yang lebih tinggi
sekitar 10-20 mg/hari bisa digunakan untuk anak yang agak besar dengan
kasus diare atau severe malnutrition (Borwn dan Sara, 2000).
Beberapa studi yang telah dilakukan memberikan dampak yang
positif terhadap pertumbuhan fisik atau kasus infeksi hanya pada jangka
waktu 2-4 minggu pada suplementasi seng tiap hari.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB IV
KERANGKA KONSEPTUAL
IV.1 Model Hubungan Antar Variabel
Karakteristik orang Tua Balita
- Pendidikan dan Pengetahuan Gizi
- Pendapatan keluarga
Karakteristik Balita
- Umur - Jenis Kelamin
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar IV.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Pola Konsumsi - Jenis makanan - Frekuensi makanan
Absorpsi
- Tingkat konsumsi Energi, KH, protein,lemak, Fe, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C.
- Frekuensi konsumsi : seng
Nafsu Makan
Ketajaman Indra Rasa
Permukaan Saluran Cerna
Kilomikron Enzim Pencernaan
Pankreas
Metalotionen
Hati
Pemberian suplemen seng
Faktor lain - Genetik - Lingkungan
Penyakit Infeksi
Status gizi - BB/U - BB/TB
43
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
44
IV.2 Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti
Pola konsumsi Balita merupakan gambaran kebiasaan konsumsi
makan pada Balita dengan status gizi buruk yang meliputi jenis bahan
makanan yang dikonsumsi serta frekuensi makannya. Pola konsumsi pada
Balita secara tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan
gizi ibu, dan pendapatan keluarga.
Pola konsumsi makan pada Balita akan mempengaruhi tingkat
konsumsi zat gizi dan frekuensi makan. Tingkat konsumsi zat gizi dan
frekuensi makan Balita juga dipengaruhi oleh pemberian suplemen zinc
sulfat, dengan pemberian suplemen zinc sulfat membantu meningkatkan
sirkulasi seng di dalam tubuh dari pankreas ke saluran pencernaan sehingga
dapat memperbaiki pembentukan kilomikron, dan permukaan saluran cerna.
Kondisi tersebut nantinya dapat meningkatkan ketajaman indra rasa sehingga
nafsu makan meningkat. Seiring dengan meningkatnya nafsu makan Balita
maka tingkat konsumsi zat gizi dan frekuensi makan sumber seng juga
meningkat. Konsumsi makanan sumber seng dapat menunjang daya tahan
tubuh dan pertumbuhan pada anak, disamping faktor lain yang dapat
mempengaruhi absorpsinya. Tinggi rendahnya konsumsi makanan yang
mengandung seng maupun konsumsi suplemen zinc sulfat akan berpengaruh
terhadap status gizi pada Balita terutama Balita dengan status gizi buruk.
Tinggi rendahnya konsumsi makanan sumber seng maupun suplemen
zinc sulfat sangat berpengaruh pada mekanisme imunologis Balita, yang
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
45
mana akan sangat mempengaruhi pada sering tidaknya balita menderita
penyakit infeksi dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap status gizi pada
Balita, disamping ada faktor lain yaitu lingkungan dan genetik.
Dalam penelitian ini yang diteliti adalah status gizi Balita, pola
konsumsi, tingkat konsumsi zat gizi dan frekuensi konsumsi, karakteristik
Balita, dan karakteristik orang tua Balita.
IV.3 Hipotesis Penelitian
Ada perbedaan secara bermakna antara berat badan, dan tinggi badan
sebelum dan sesudah perlakuan.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB V
METODOLOGI PENELITIAN
V.1 Rancang Bangun Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian experimental semu dengan
menggunakan “Pre Post Study Design” yang bertujuan untuk melihat
perubahan berat badan dan tinggi badan sebelum dan sesudah diberikan
suplemen zinc sulfat.
V.2 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Balita yang mempunyai
status gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
V.3 Sampel, Cara Pengambilan Sampel, Dan Besar Sampel Penelitian
V.3.1 Sampel Penelitian
Sampel yang diambil adalah semua Balita yang mempunyai status
gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sidotopo Surabaya.
V.3.2 Cara Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode Simple
Random Sampling adalah bahwa setiap anggota atau unit populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.
46
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
47
V.3.3 Besar Sampel Penelitian
Besar sampel ditentukan sesuai dengan Lemeshow S, et al, 1997,
dengan rumus sebagai berikut :
.n = f−1
1 . 2
22
)21()12/(
μμσβα
−−Ζ+Ζ
.n = 9,0
1 .2
2
2
)9,0()38,1()842,096,1( +
.n = 20
Keterangan :
.n = Besar masing-masing sampel
Z = Harga pada kurva normal
Zα/2 = Nilai Z pada kurva normal untuk tingkat kemaknaan yang
digunakan dalam pengujian sebesar 0,05 adalah 1,96
Z1-β = Nilai Z pada kurva normal untuk β error yang digunakan dalam
pengujian hipotesis sebesar 0,2 adalah 0,842
σ = Varians populasi yang diperoleh dari hasil penelitian orang lain
sebelumnya, yaitu sebesar 1,38
μ1-μ2 = Selisih rata-rata Z score antara masing-masing kelompok sebesar
0,9
F10% = Proporsi sampel yang diperkirakan hilang atau droup out selama
penelitian
Berdasarkan perhitungan maka sampel penelitian sebanyak 20 anak
yang mendapat perlakuan berupa pemberian suplemen zinc sulfat dan 20
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
48
anak yang tidak mendapat suplemen zinc sulfat atau sebagai kelompok
kontrol.
V.4 Lokasi Dan Waktu Penelitian
V.4.1 Lokasi
Lokasi penelitian ini dilakukan di wilayah Kelurahan Sidotopo Kota
Surabaya.
V.4.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih selama 6 bulan yaitu pada
bulan Januari sampai dengan Juni 2006.
V.5 Variabel, Definisi Operasional Variabel, dan Cara Pengukuran
V.5.1 Variabel Penelitian
Variabel yang diteliti meliputi :
Variabel terikat : Status gizi
Variabel bebas : a. Pola konsumsi balita
b. Tingkat konsumsi energi, karbohidrat, lemak,
protein, besi (Fe), vitamin A, vitamin B1, dan
vitamin C, serta frekuensi konsumsi seng.
c. Pemberian suplemen seng dalam bentuk cairan
zinci sulfas 0,37% selama 3 bulan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
49
V.4.2 Definisi Operasional Variabel dan Cara Pengukuran
No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran dan Klasifikasi
Skala Data
1.
2.
3.
Karakteristik balita : Umur Jenis kelamin Status Gizi Pola konsumsi makanan
Umur responden saat penelitian dilakukan jenis kelamin respon- den yang dikumpulkan menjadi Keadaan gizi balita yang diukur berdasarkan BB/U dengan standar WHO-NCHS dengan metode Z-score Keadaan gizi balita yang diukur berdasarkan BB/TB dengan standar WHO-NCHS dengan metode Z-score Gambaran kebiasaan makan balita yang meliputi jenis dan frekuensi makanan
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. 6 – 12 bulan 2. 12 – 24 bulan 3. 24 – 60 bulan
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. laki-laki 2. perempuan
Metode penimbangan Kategori :
1. lebih : > +2 SD 2. normal : -2 SD
s/d +2 SD 3. rendah : -3 SD
s/d -2 SD 4. sangat rendah :
<-3 SD
Kategori : 1. gemuk : > +2 SD 2. normal : -2 SD
s/d +2 SD 3. kurus : -3 SD s/d
-2 SD 4. sangat kurus :
<-3 SD
1. 1 x sehari 2. 1-3 x sehari 3. > 3 x sehari 4. 1-3 x seminggu 5. < 1 x seminggu 6. jarang (1x sebln) 7. tidak pernah
Ordinal Nominal Ordinal Ordinal
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
50
No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran dan Klasifikasi
Skala Data
4.
5. 6.
7.
8.
Pola konsumsi seng Tingkat konsumsi energi, Protein, KH,Lemak, Fe, Vit A, Vit B1, Vit C Suplemen seng Pendapatan keluarga Pengeluaran untuk pangan
Gambaran kebiasaan makan balita yang meliputi jenis bahan makanan sumber seng dan frekuensi makanan Semua jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi selama kurun waktu 24 jam yang diukur dengan recall dan dikonversi- kan menjadi zat gizi (E, KH, P, L, Fe, Vit A, Vit B1, dan Vit C) dengan bantuan DKBM dan bahan makanan pengukur (Supariasa, 2001) Cairan zinci sulfas dengan dosis 0.37 % per hari setiap hari sebelum tidur selama 3 bulan Besarnya penghasilan yang diperoleh orang tua balita tiap bulan dari pekerjaan utama atau sambilan (UMR, 2006) Jumlah pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan keluarga
1. 1 x sehari 2. 1-3 x sehari 3. > 3 x sehari 4. 1-3 x seminggu 5. < 1 x seminggu 6. jarang (1x sebln) 7. tidak pernah
Wawancara dengan kuesioner Dinyatakan dalam : E : kal KH, P, L : gram Fe, vit.A, vit.B1, dan
vit.C : mg Dinyatakan dalam :
1. baik : ≥100% RDA 2. sedang : 80-99%
RDA 3. kurang : 70-80%
RDA 4. defisit : <70%
RDA Pengukuran menggunakan sendok takar 5ml atau sebanyak 1 sendok teh Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. rendah jika < Rp 685.000
2. sedang jika Rp 685.000 – Rp 1.000.000
3. cukup jika > Rp 1.000.000
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. < Rp 300.000
Ordinal Ordinal Rasio Ordinal Ordinal
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
51
No. Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran dan Klasifikasi
Skala Data
9.
10.
11.
12.
13.
Pendidikan Pengetahuan Bentuk makanan Frekuensi makan balita dalam sehari Susunan makanan balita dalam sehari
Jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh ibu Tingkat pemahaman ibu tentang gizi Bentuk makanan pokok yang dikonsumsi balita sehari-hari Frekuensi makan balita sehari-hari di rumah Komposisi atau susunan menu yang dihidangkan untuk balita setiap hari
2. Rp 300.000 – Rp 500.000
3. > Rp 500.000
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. tdk sekolah 2. tdk tamat SD 3. tamat SD 4. tamat SLTP 5. tamat SLTA 6. tamat PT
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. baik : > 70 2. sedang : 60-70 3. kurang : < 60
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. Nasi 2. Nasi Tim
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. < 3x 2. ≥ 3x
Wawancara dengan kuesioner Kategori :
1. makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu
2. makanan pokok, lauk, buah, susu
3. makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah
4. makanan pokok, lauk pauk, sayur
Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal Ordinal
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
52
KERANGKA OPERASIONAL
3 bulan
Kelompok Kontrol
tidak diberikan Zinc Sulfat
∑Balita = 20 orang
Kelompok Perlakuan
diberikan Zinc Sulfat
∑Balita = 20 orang
Berat badan Tinggi badan
BB/U BB/TB
Penderita dengan status gizi buruk Kriteria :
- Umur 6 – 60 bulan
- ∑Balita = 40 orang
Gambar IV.2 Kerangka Operasional Penelitian
Pada penelitian ini diambil sebagai sampel balita dengan status gizi buruk
dengan kriteria balita umur 6 sampai 60 bulan, dengan jumlah 40 orang. Yang
dibedakan menjadi 20 kelompok perlakuan dan 20 kelompok kontrol, dimana pada
kelompok perlakuan diberikan suplemen zinci sulfas dan kelompok kontrol tidak
diberikan zinc sulfat dengan waktu 3 bulan. Penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dilakukan setiap 1 bulan sekali. Setelah 3 bulan dilakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
53
V.4.3 Cara Pengukuran Variabel
1. Berat badan dan tinggi badan : diukur dengan menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan, kemudian dibandingkan dengan menggunakan
metode Z-score berdasarkan BB/U dan BB/TB.
2. Pola konsumsi makan : diukur dengan menanyakan kepada responden
tentang kebiasaan makan meliputi jenis dan frekuensi makan.
3. Tingkat konsumsi energi, KH, lemak, protein, Fe, vitamin A, vitamin B1,
dan vitamin C : diukur dengan melakukan recall konsumsi makan
selama 2x24 jam kepada responden kemudian dikonversikan dengan
DKBM.
V.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
V.5.1 Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari data primer dan sekunder. Data primer yang
dikumpulkan meliputi :
1. Melakukan pengukuran dan pencatatan data antropometri, yaitu BB/U
dan BB/TB.
2. Melakukan pencatatan data mengenai karakteristik balita, meliputi umur
dan jenis kelamin.
3. Melakukan pencatatan data mengenai karakteristik orang tua balita,
meliputi pendapatan keluarga, serta pendidikan dan pengetahuan gizi ibu.
4. Melakukan pencatatan data pola konsumsi dan recall 2x24 jam.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
54
Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini
adalah :
1. Data balita yang menderita gizi buruk dari Dinas Kesehatan Kotamadya.
2. Data balita yang menderita gizi buruk dari wilayah kerja Puskesmas
Sidotopo Surabaya.
3. Data demografi.
V.5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan instrument :
1. Kuesioner untuk wawancara.
2. Formulir pola konsumsi makanan.
3. Formulir food recall selama 2x24 jam.
4. Timbangan balita (dacin) untuk mengukur berat badan balita.
5. Microtois untuk mengukur TB balita
6. Software SPSS
7. Buku catatan
8. Alat tulis
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
55
V.6 Teknik Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan editing, pemasukan data,
dan processing data dilakukan secara manual dan dengan menggunakan
bantuan komputer.
Data yang bersifat deskriptif disajikan dalam bentuk deskriptif dengan
tabel distribusi frequensi, dan narasi. Untuk mengetahui perbedaan berat
badan dan tinggi badan sebelum atau sesudah perlakuan untuk masing-
masing kelompok maka digunakan uji t pair test / uji t berpasangan,
sedangkan untuk mengetahui perbedaan berat badan dan tinggi badan antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol maka digunakan uji t independent
test / uji t bebas.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Tabel VI.20 Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Frekuensi Makan
1x sehari 1–3x sehari >3x sehari 1–3x seminggu >3x seminggu
Jarang Tidak Pernah
Total Bahan Makanan
n % n % n % n % n % n % n % n % A. Karbohidrat
1. Beras 2. Jagung 3. Mie 4. Roti/biskuit 5. Umbi/ketela
B. Protein Nabati 1. Tempe 2. Tahu 3. Kacang
C. Protein Hewani 1. Daging segar 2. Jerohan 3. Telur ayam 4. Ikan 5. Sea food 6. Daging ayam
D. Susu E. Sayur F. Buah G. Gula/minuman
manis F. Minyak
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
18 1 3 7 1
13 11 1 3 1 7 9 0 1 13 16 7 9 0
90 5 15 35 5
65 55 5
15 5 35 45 0 5 65 80 35 45 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0
0 2 5 6 4 3 3 0 8 3 5 5 11 6 0 0 1 1 0
0 10 25 30 20
15 15 0
40 15 25 25 55 30 0 0 5 5 0
0 0 2 1 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 10 5 0 5 5 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0
0 10 7 4 7 2 3 9 4 2 6 3 4 7 1 4 8 2 0
0 50 35 20 35
10 15 45
20 10 30 15 20 35 5 20 40 10 0
0 7 3 2 8 1 2 8 5 14 2 3 5 6 5 0 4 7 0
0 35 15 10 40 5 10 40
25 70 10 15 25 30 25 0 20 35 0
20 20 20 20 20
20 20 20
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20
100 100 100 100 100
100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
Data Primer Tahun 2006
83
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Tabel VI.21 Distribusi Pola Makan Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Frekuensi Makan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Frekuensi Makan
1x sehari 1–3x sehari >3x sehari 1–3x seminggu >3x seminggu
Jarang Tidak Pernah
Total Bahan Makanan
n % n % n % n % n % n % n % n % A. Karbohidrat
1. Beras 2. Jagung 3. Mie 4. Roti/biskuit 5. Umbi/ketela
B. Protein Nabati 1. Tempe 2. Tahu 3. Kacang
C. Protein Hewani 1. Daging segar 2. Jerohan 3. Telur ayam 4. Ikan 5. Sea food 6. Daging ayam
D. Susu E. Sayur F. Buah G. Gula/minuman
manis F. Minyak
0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
20
0 0 15 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
100
18 1 0 7 0
13 14 0 3 1 3 10 0 2 9 18 2 1 0
90 5 0 35 0
65 70 0
15 5 15 50 0 10 45 90 10 5 0
2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 4 6 8 0 5 5 10 7 2 6 4 5 6 1 0 1 1 0
0 20 30 40 0
25 25 50
35 10 30 20 25 30 10 0 5 5 0
0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0
0 0 0 0 10 0 0 0 0 0 5 5 0 0 5 0 5 0 0
0 7 9 4 7 1 1 3 7 4 6 5 11 9 3 2 16 8 0
0 35 45 20 35 5 5 15
35 20 30 25 55 45 15 10 80 40 0
0 8 2 1 11 1 0 7 3 13 4 0 4 3 6 0 0 10 0
0 40 10 5 55 5 0 45
15 65 20 0 20 15 30 0 0 50 0
20 20 20 20 20
20 20 20
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20
100 100 100 100 100
100 100 100
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
Data Primer Tahun 2006
83
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Tabel VI.22 Distribusi Balita Kelompok Perlakuan Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng
di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Frekuensi Makan 1x sehari 1–3x sehari >3x sehari 1–3x seminggu >3x seminggu Jarang Tidak Pernah Total
Bahan Makanan
n % n % n % n % n % n % n % n % A. Sumber Seng
1. Daging 2. Hati 3. Sea food 4. Unggas 5. Susu (olahannya) 6. Yogurt 7. Telur ayam 8. kacang-kacangan 9. Sayuran hijau 10. Serealia
B. Meningkatkan Penyerapan Seng 1. ASI 2. Asam sitrat
C. Menghambat Penyerapan Seng 1. Teh/kopi 2. Kedelai/gandum/jagung 3. Sayuran tinggi serat
Kalsium (susu)
0 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 15 0 0 0
15 0 0 0
2 1 9 1 10 0 3 1 2 6 1 0 2 14 0 10
10 5 45 5 50 0 15 5 10 30 5 0
10 70 0 50
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 0 0 0 0 0
8 0 4 4 3 0 5 8 12 11 0 0 0 6 4 3
40 0 20 20 15 0 25 40 60 55 0 0 0 30 20 15
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 6 6 11 4 0 8 5 4 3 0 0 8 0 15 4
30 30 30 55 20 0 40 25 20 15 0 0
40 0 75 20
4 13 1 4 3 20 4 6 0 0
17 20 7 0 1 3
20 65 5 20 15 100 20 30 0 0
85 100
35 0 5 15
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20 20
20 20 20 20
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100
100 100 100 100
n = jumlah, % = persen
83
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Tabel VI.23 Distribusi Balita Kelompok Kontrol Berdasarkan Pola Konsumsi Makan Dan Frekuensi Makan Makanan Sumber Seng
di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Frekuensi Makan 1x sehari 1–3x sehari >3x sehari 1–3x seminggu >3x seminggu Jarang Tidak Pernah Total
Bahan Makanan
n % n % n % n % n % n % n % n % A. Sumber Seng
1. Daging 2. Hati 3. Sea food 4. Unggas 5. Susu (olahannya) 6. Yogurt 7. Telur ayam 8. kacang-kacangan 9. Sayuran hijau 10. Serealia
B. Meningkatkan Penyerapan Seng 1. ASI 2. Asam sitrat
C. Menghambat Penyerapan Seng 1. Teh/kopi 2. Kedelai/gandum/jagung 3. Saturan tinggi serat
Kalsium (susu)
0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 5
2 3 9 1 9 0 7 2 6 8 0 0 2 14 4 9
10 15 45 5 45 0 35 10 30 40 0 0
10 70 20 45
0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 4 0 1 0 0 4
0 0 0 0 20 0 0 0 0 0
20 0 5 0 0 20
9 5 6 6 0 0 6 4 13 6 0 0 0 3 12 0
45 25 30 30 0 0 30 20 65 30 0 0 0 15 60 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 8 2 8 1 0 4 7 1 5 0 0 4 3 4 1
25 40 10 40 5 0 20 35 5 25 0 0
20 15 20 5
4 4 3 5 5 20 3 7 0 1
16 20
12 0 0 5
20 20 15 25 25 100 15 35 0 5
80 100
60 0 0 25
20 20 20 20 20 20 20 20 20 20
20 20
20 20 20 20
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100 100
100 100 100 100
n = jumlah, % = persen
83
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB VI
HASIL PENELITIAN
VI.1 Gambaran Umum Puskesmas Sidotopo
Puskesmas Sidotopo terletak di Surabaya, tepatnya di Kecamatan
Semampir dengan luas wilayah kerjanya 78 ha, dengan membawahi 2
kelurahan yaitu : kelurahan Sidotopo dan Ampel, namun pada penelitian ini
hanya mengambil sampel yang ada di Kelurahan Sidotopo.
Puskesmas Induk Sidotopo didirikan pada tahun 1992 yang
merupakan Pustu dari Puskesmas Pegirian yang terletak di Jl Sumbo 2/6.
Fasilitas pelayanannya antara lain imunisasi, sunat/khitan, pengobatan umum,
laboratorium sederhana, Gilut, KB, dan KIA.
VI.2 Gambaran Umum Kelurahan Sidotopo
VI.2.1 Lokasi
Letak Kelurahan Sidotopo yakni terletak sebelah utara dari pusat
Pemerintah Kota Surabaya. Kelurahan Sidotopo benar-benar sangat strategis
dan potensi dalam hal perdagangan karena merupakan jalur tengah kota
Surabaya. Ditinjau dari segi ekonomi sangat menguntungkan karena banyak
pabrik-pabrik industri untuk memproduksi barang-barang ekspor serta home
industri dan perdagangan.
56
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
57
Adapun batas-batas Kelurahan Sidotopo sebagai berikut :
1. Sebelah Utara : Kelurahan Peneleh
2. Sebelah Selatan : Kelurahan Sidotopo
3. Sebelah Barat : Kelurahan Kedung Cowek
4. Sebelah Timur : Kelurahan Kenjeran
Penjelasan mengenai keadaan alam, kependudukan dan keadaan
demografi di Kelurahan Sidotopo sebagai berikut :
1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanahnya
Untuk mengetahui luas wilayah Kelurahan Sidotopo menurut tanahnya
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel VI.3 Distribusi Luas Wilayah Menurut Penggunaan Tanah di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006
No. Luas Kelurahan Sidotopo Jumlah dalam km 2
1. 2. 3. 4.
5.
Perumahan dan Pemukiman Luas kuburan Luas pekarangan Luas prasarana umum kelurahan dan lainnya Luas perkantoran
27 -
2,4 8
2,6 Sumber data : Kelurahan Sidotopo Surabaya
2. Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut umur dan jenis kelamin
dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
58
Tabel VI.4 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006
Jenis Kelamin No. Umur
(Tahun) Pria Wanita Jumlah
(n) Persentase
(%) 1. 2. 3. 4. 5.
0 – 4 5 – 14 15 – 24 25 – 40
> 41
476 1.107 744
3.993 385
508 1.265 945
4.316 318
984 2.372 1.689 8.309 703
7 16,9 12
59,1 5
Total 6.705 7.352 14.057 100 Sumber data : Kelurahan Sidotopo Surabaya
3. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut pendidikan dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel VI.5 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006
No. Jenis Pendidikan Jumlah
(n) Persentase
(%) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak/Belum Sekolah Belum Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMU Tamat Perguruan Tinggi
700 614
1.740 1.881 3.963 1.874
6,5 5,7 16,2 17,5 36,7 17,4
Total 10.772 100 Sumber data : Kelurahan Sidotopo Surabaya
4. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sebagian besar kehidupan masyarakat perkotaan pada umumnya adalah
dagang. Namun untuk Kelurahan Sidotopo mempunyai macam-macam
pekerjaan atau profesi dari masyarakatnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
59
Tabel VI.6 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006
No. Jenis Mata Pencaharian Jumlah
(n) Persentase
(%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Karyawan/Pegawai Negeri Wiraswasta Pengrajin Pertukangan Pedagang Pengusaha Montir Pengemudi Dokter Sopir
731 6.931
45 65
2.168 30 167 122 4 20
7,1 67,4 0,44 0,63 21,1 0,3 1,6 1,2 0,03 0,2
Total 10.283 100 Sumber data : Kelurahan Sidotopo Surabaya
5. Jumlah Penduduk Menurut Agama
Untuk mengetahui jumlah penduduk menurut agama dapat disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel VI.7 Distribusi Jumlah Penduduk Menurut Agama di Kelurahan Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005/2006
No. Jenis Agama Jumlah
(n) Persentase
(%) 1. 2. 3. 4. 5.
Islam Kristen Katholik Hindu Budha
7.570 2.040 1.016
23 75
70,6 19 9,5 0,2 0,7
Total 10.724 100 Sumber data : Kelurahan Sidotopo Surabaya
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
60
VI.3 Karakteristik Orang Tua Balita
VI.3.1 Karakteristik Orang Tua Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pada kelompok perlakuan Ayah Balita berusia 24-56 tahun, dan Ibu
Balita berusia 20-46 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol Ayah Balita
berusia 25–55 tahun, dan Ibu Balita berusia 22–40 tahun. Distribusi orang tua
Balita berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.8 Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Ayah Ibu
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Kel. Perlakuan Kel. KontrolTingkat Pendidikan
n % n % n % n % Tidak Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT
1 1 4 8 6 0
5 5 20 40 30 0
1 0 2 8 9 0
0 0 10 40 45 0
7 1 4 4 3 1
35 5 20 20 15 5
0 1 4 8 6 1
0 5 20 40 30 5
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada kelompok perlakuan tingkat
pendidikan Ayah Balita sebagian besar yaitu 8 orang (40%) mempunyai
tingkat pendidikan SLTP, 6 orang (30%) mempunyai tingkat pendidikan
SLTA, 4 orang (20%) mempunyai tingkat pendidikan SD, 1 orang (5%)
mempunyai tingkat pendidikan tidak sampai tamat SD, dan 1 orang (5%)
tidak pernah sekolah. Sedangkan tingkat pendidikan Ibu Balita sebagian
besar yaitu 7 orang (35%) mempunyai tingkat pendidikan tidak pernah
sekolah, 4 orang (20%) mempunyai tingkat pendidikan SD, 4 orang (20%)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
61
mempunyai tingkat pendidikan SLTP, 3 orang (15%) mempunyai tingkat
pendidikan SLTA, 1 orang (5%) mempunyai tingkat pendidikan Sarjana, dan
1 orang (5%) mempunyai tingkat pendidikan tidak sampai tamat SD.
Pada kelompok kontrol tingkat pendidikan Ayah Balita sebagian
besar yaitu 9 orang (45%) mempunyai tingkat pendidikan SLTP, 8 orang
(40%) mempunyai tingkat pendidikan SLTA, 2 orang (10%) mempunyai
tingkat pendidikan SD, dan 1 orang (5%) mempunyai tingkat pendidikan
tidak pernah sekolah. Sedangkan tingkat pendidikan Ibu Balita sebagian
besar yaitu 8 orang (40%) mempunyai tingkat pendidikan SLTP, 6 orang
(30%) mempunyai tingkat pendidikan SLTA, 4 orang (20%) mempunyai
tingkat pendidikan SD, 1 orang (5%) mempunyai tingkat pendidikan Sarjana,
dan 1 orang (5%) mempunyai tingkat pendidikan tidak sampai tamat SD.
VI.3.2 Karakteristik Orang Tua Balita Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan yang dimiliki adalah sebagai pegawai negeri sipil, pegawai
swasta, pedagang atau wiraswasta, dan lain-lain (seperti penjahit, tambal ban,
kuli bangunan, bengkel dan TKI). Distribusi orang tua Balita berdasarkan
pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut :
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
62
Tabel VI.9 Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pekerjaan di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Ayah Ibu
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Kel. Perlakuan Kel. KontrolJenis Pekerjaan
n % n % n % n % PNS Pegawai swasta Pedagang/wiraswasta Tidak bekerja/IRT Lain-lain
0 14 1 0 5
0 70 5 0 25
0 15 1 0 4
0 75 5 0 20
1 1 1 17 0
5 5 5 85 0
0 2 2 16 0
0 10 10 80 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada kelompok perlakuan jenis
pekerjaan Ayah Balita sebagian besar yaitu 14 orang (70%) bekerja sebagai
pegawai swasta, 5 orang (25%) mempunyai pekerjaan lain-lain (seperti
penjahit, bengkel, kuli bangunan, dan TKI), dan 1 orang (5%) bekerja sebagai
pedagang/wiraswasta. Sedangkan jenis pekerjaan Ibu Balita sebagian besar
yaitu 17 orang (85%) ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, 1
orang (5%) bekerja sebagai PNS, 1 orang (5%) bekerja sebagai pegawai
swasta, dan 1 orang (5%) bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta.
Pada kelompok kontrol jenis pekerjaan Ayah Balita sebagian besar
yaitu 15 orang (75%) bekerja sebagai pegawai swasta, 4 orang (20%)
mempunyai pekerjaan lain-lain (seperti tambal ban, bengkel dan kuli
bangunan), dan 1 orang (5%) bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta.
Sedangkan jenis pekerjaan Ibu Balita sebagian besar yaitu 16 orang (80%)
ibu tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga, 2 orang (10%) bekerja
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
63
sebagai pegawai swasta, dan 2 orang (10%) bekerja sebagai pedagang atau
wiraswata.
VI.3.3 Karakteristik Orang Tua Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga
Pendapatan mempengaruhi daya beli keluarga akan bahan makanan
yang bergizi. Distribusi orang tua Balita berdasarkan pendapatan keluarga
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.10 Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Pendapatan
n % n % < Rp 685.500
Rp 685.500 – Rp 1.000.000 > Rp 1.000.000
6 13 1
30 65 5
12 7 1
60 35 5
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada kelompok perlakuan sebagian
besar mempunyai pendapatan antara Rp 685.500 – Rp 1.000.000,- sebanyak
13 orang (65%), pendapatan < Rp 685.500,- sebanyak 6 orang (30%), dan
pendapatan > Rp 1.000.000,- sebanyak 1 orang (5%).
Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar mempunyai
pendapatan < Rp 685.500,- sebanyak 12 orang (60%), pendapatan antara
Rp685.500 – Rp 1.000.000,- sebanyak 7 orang (35%), dan pendapatan
>Rp1.000.000,- sebanyak 1 orang (5%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
64
VI.3.4 Karakteristik Orang Tua Balita Berdasarkan Pengeluaran Pangan
Keluarga
Jumlah pengeluaran yang digunakan untuk kebutuhan pangan
keluarga per bulan. Distribusi orang tua Balita berdasarkan pengeluaran
pangan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.11 Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengeluaran Pangan Keluarga di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Pengeluaran Pangan
n % n % < Rp 300.000
Rp 300.000 – Rp 500.000 > Rp 500.000
0 17 3
0 85 15
8 11 1
40 55 5
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pada kelompok perlakuan sebagian
besar pengeluaran pangan antara Rp 300.000 – Rp 500.000,- sebanyak 17
orang (85%), dan pengeluaran pangan > Rp 500.000,- sebanyak 3 orang
(15%). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar pengeluaran
pangan antara Rp 300.000 – Rp 500.000,- sebanyak 11 orang (55%),
pengeluaran pangan < Rp 300.000,- sebanyak 8 orang (40%), dan
pengeluaran pangan > Rp 500.000,- sebanyak 1 orang (5%).
VI.3.5 Karakteristik Orang Tua Balita Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan gizi ibu yang tinggi akan dapat merencanakan menu
makanan yang sehat dan bergizi bagi keluarganya. Distribusi orang tua Balita
berdasarkan pengetahuan gizi ibu dapat dilihat pada tabel berikut :
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
65
Tabel VI.12 Distribusi Orang Tua Balita Berdasarkan Pengetahuan Gizi Ibu di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Pengetahuan Gizi Ibu
n % n % Kurang Sedang
Baik
6 11 3
30 55 15
7 9 4
35 45 20
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa pengetahuan gizi Ibu Balita pada
kelompok perlakuan sebagian besar sedang sebanyak 11 orang (55%), kurang
sebanyak 6 orang (30%), dan baik sebanyak 3 orang (15%). Sedangkan
pengetahuan gizi Ibu Balita pada kelompok kontrol sebagian besar sedang
sebanyak 9 orang (45%), kurang sebanyak 7 orang (35%), dan baik sebanyak
4 orang (20%).
VI.4 Karakteristik Balita
Selama penelitian ada 40 responden dengan 20 responden sebagai
kelompok perlakuan dan 20 responden sebagai kelompok kontrol, dengan
karakteristik sebagai berikut :
VI.4.1 Karakteristik Balita Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin Balita dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu laki-laki dan perempuan. Distribusi Balita berdasarkan jenis
kelamin dapat dilihat pada tabel berikut :
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
66
Tabel VI.13 Distribusi Balita Berdasarkan Jenis Kelamin di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Jumlah
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Jenis Kelamin
n % n % Laki-laki
Perempuan 9 11
45 55
6 14
30 70
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa jenis kelamin Balita pada kelompok
perlakuan sebagian besar yaitu 11 Balita (55%) adalah perempuan, dan 9
Balita (45%) adalah laki-laki. Sedangkan pada Balita kelompok kontrol jenis
kelamin Balita sebagian besar yaitu 14 balita (65%) adalah perempuan, dan 6
Balita (30%) adalah laki-laki.
VI.4.2 Karakteristik Balita Berdasarkan Umur
Umur Balita dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 6-12 bulan,
12-24 bulan, dan 24-60 bulan. Distribusi Balita berdasarkan umur dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.14 Distribusi Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Jumlah
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Umur Responden
n % n % 6 – 12 bln 12 – 24 bln 24 – 60 bln
1 5 14
5 25 70
2 5 13
10 25 65
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa umur Balita pada kelompok perlakuan
sebagian besar yaitu 14 Balita (70%) adalah berumur antara 24 – 60 bulan, 5
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
67
Balita (25%) adalah berumur antara 12 – 24 bulan, dan 1 Balita (5%) adalah
berumur antara 6 – 12 bulan. Sedangkan pada Balita kelompok kontrol
sebagian besar yaitu 13 Balita (65%) adalah berumur antara 24 – 60 bulan, 5
Balita (25%) adalah berumur antara 12 – 24 bulan, dan 2 Balita (10%) adalah
berumur antara 6 – 12 bulan.
VI.4.3 Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi BB/U
Penilaian status gizi Balita dilakukan dengan menggunakan indeks
BB/U dengan standar baku WHO-NCHS dengan metode Z-score. Distribusi
Balita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.15 Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/U di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Status Gizi
n % n % n % n % Sangat Rendah
Rendah Normal
6 14 0
30 70 0
2 8 10
10 40 50
5 15 0
25 75 0
5 7 8
25 35 40
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa status gizi berdasarkan indeks BB/U
pada Balita kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan sebagian besar
adalah rendah sebanyak 14 Balita (70%), dan sangat rendah sebanyak 6
Balita (30%). Sedangkan status gizi Balita sesudah perlakuan sebagian besar
adalah normal sebanyak 10 Balita (50%), rendah sebanyak 8 Balita (40%),
dan sangat rendah sebanyak 2 Balita (10%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
68
Pada kelompok kontrol status gizi Balita sebelum perlakuan sebagian
besar adalah rendah sebanyak 15 Balita (75%), dan sangat rendah sebanyak 5
Balita (25%). Sedangkan status gizi Balita sesudah perlakuan sebagian besar
adalah normal sebanyak 8 Balita (40%), rendah sebanyak 7 Balita (35%), dan
sangat rendah sebanyak 5 Balita (25%).
VI.4.4 Karakteristik Balita Berdasarkan Status Gizi BB/TB
Penilaian status gizi Balita dilakukan dengan menggunakan indeks
BB/TB dengan standar baku WHO-NCHS dengan metode Z-score. Distribusi
Balita berdasarkan status gizi dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.16 Distribusi Balita Berdasarkan Status Gizi BB/TB di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Status Gizi
n % n % n % n % Sangat Kurus
Kurus Normal Gemuk
3 7
10 0
15 35 50 0
0 4 15 1
0 20 75 5
0 5 15 0
0 25 75 0
0 3 17 0
0 15 85 0
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa status gizi berdasarkan indeks BB/TB
pada Balita kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan sebagian besar
adalah normal sebanyak 10 Balita (50%), kurus sebanyak 7 Balita (35%), dan
sangat kurus sebanyak 3 Balita (15%). Sedangkan status gizi Balita sesudah
perlakuan sebagian besar adalah normal sebanyak 15 Balita (75%), kurus
sebanyak 4 Balita (20%), dan gemuk sebanyak 1 Balita (5%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
69
Pada kelompok kontrol status gizi Balita sebelum perlakuan sebagian
besar adalah normal sebanyak 15 Balita (75%), dan kurus sebanyak 5 Balita
(25%). Sedangkan status gizi Balita sesudah perlakuan sebagian besar adalah
normal sebanyak 17 Balita (85%), dan kurus sebanyak 3 Balita (15%).
VI.5 Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Balita
VI.5.1 Karakteristik Balita Berdasarkan Frekuensi Makan Dalam Sehari
Frekuensi makan Balita sehari-hari di rumah dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu < 3 kali dan ≥ 3 kali. Distribusi
Balita berdasarkan frekuensi makan dalam sehari dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel VI.17 Distribusi Balita Berdasarkan Frekuensi Makan Dalam Sehari di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Jumlah
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Frekuensi Makan
Dalam Sehari n % n %
< 3 kali ≥ 3 kali
2 18
10 90
0 20
0 100
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa frekuensi makan Balita dalam sehari
pada kelompok perlakuan sebagian besar yaitu 18 Balita (90%) frekuensi
makannya ≥ 3 kali dalam sehari, dan 2 Balita (10%) frekuensi makannya < 3
kali dalam sehari dikarenakan paginya hanya minum susu. Sedangkan pada
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
70
balita kelompok kontrol bahwa semua Balita yaitu 20 Balita (100%) rata-rata
frekuensi makannya ≥ 3 kali dalam sehari.
VI.5.2 Karakteristik Balita Berdasarkan Bentuk Makanan Sehari-hari Di
Rumah
Bentuk makanan pokok yang dikonsumsi Balita sehari-hari di rumah
dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu nasi, dan nasi
tim. Distribusi Balita berdasarkan bentuk makanan sehari-hari di rumah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.18 Distribusi Balita Berdasarkan Bentuk Makanan Sehari-hari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Jumlah
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Bentuk Makanan
n % n % Nasi
Nasi Tim 18 2
90 10
16 4
80 20
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa bentuk makanan pokok yang
dikonsumsi Balita sehari-hari di rumah pada kelompok perlakuan sebagian
besar yaitu 18 Balita (90%) mengkonsumsi nasi, dan 2 Balita (10%)
mengkonsumsi nasi tim. Sedangkan bentuk makanan pokok yang dikonsumsi
Balita sehari-hari di rumah pada kelompok kontrol sebagian besar yaitu 16
Balita (80%) mengkonsumsi nasi, dan 4 Balita mengkonsumsi nasi tim.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
71
VI.5.3 Karakteristik Balita Berdasarkan Susunan Makanan Sehari Di Rumah
Komposisi atau susunan menu yang dihidangkan untuk Balita setiap
hari. Distribusi Balita berdasarkan susunan makanan sehari di rumah dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.19 Distribusi Balita Berdasarkan Susunan Makanan Sehari Di Rumah di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Jumlah
Kel. Perlakuan Kel. Kontrol Susunan Makanan
n % n % Makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu
Makanan pokok, lauk pauk, sayur Makanan pokok, lauk pauk, buah, susu Makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah
10 2 2 6
50 10 10 30
7 9 1 3
35 45 5 15
Jumlah 20 100 20 100
Dari tabel diatas terlihat bahwa susunan menu yang dihidangkan
untuk Balita setiap hari pada kelompok perlakuan sebagian besar yaitu 10
Balita (50%) adalah makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu; 6 Balita
(30%) adalah makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah; 2 Balita (10%) adalah
makanan pokok, lauk pauk, sayur; dan 2 Balita (10%) adalah makanan
pokok, lauk pauk, buah, susu. Sedangkan susunan menu yang dihidangkan
untuk balita setiap hari pada kelompok kontrol sebagian besar yaitu 9 Balita
(45%) adalah makanan pokok, lauk pauk, sayur; 7 Balita (35%) adalah
makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu; 3 Balita (15%) adalah
makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah; dan 1 Balita (5%) adalah makanan
pokok, lauk pauk, buah, susu.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
72
VI.5.4 Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan
Pada Balita Kelompok Perlakuan
Berdasarkan frekuensi makan terhadap jenis makanan tertentu yang
biasa dikonsumsi Balita kelompok perlakuan setiap hari dapat dilihat pada
Tabel VI.20.
Dari Tabel VI.20 dapat dilihat frekuensi makan Balita kelompok
perlakuan terhadap berbagai jenis makanan, yaitu : makanan pokok sebagai
sumber karbohidrat yang dikonsumsi semua Balita sebagian besar adalah
beras sebanyak 18 Balita (90%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, 1 Balita
(5%) dengan frekuensi 1 kali sehari, dan 1 Balita (5%) dengan frekuensi >3
kali sehari. Sedangkan sumber karbohidrat lainnya seperti jagung, mie,
roti/biskuit, umbi/ketela pada umumnya dikonsumsi sebagai selingan.
Bahan makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi oleh
Balita adalah tempe yaitu 13 Balita (65%) dan tahu sebanyak 11 Balita
(55%), masing-masing dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Sedangkan untuk
jenis kacang-kacangan jarang dikonsumsi oleh Balita yaitu 9 Balita (45%).
Bahan makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi oleh
Balita adalah telur ayam yaitu 7 Balita (35%), dan ikan 9 Balita (45%),
masing-masing dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Begitu pula daging segar
dikonsumsi oleh 8 Balita (40%), sea food 11 Balita (55%), dan ayam 6 Balita
(30%), masing-masing dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Sedangkan 14
Balita (70%) tidak pernah mengkonsumsi jerohan.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
73
Susu atau olahannya dikonsumsi oleh 13 Balita (65%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari, 1 Balita (5%) dengan frekuensi >3 kali sehari, dan
1 Balita (5%) jarang mengkonsumsi susu. Sedangkan 5 Balita (25%) tidak
pernah mengkonsumsi susu.
Sayur sebagai sumber vitamin dan mineral dikonsumsi oleh 16 Balita
(80%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, dan 4 Balita (20%) jarang
mengkonsumsi sayur. Sedangkan buah-buahan dikonsumsi oleh 7 Balita
(35%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, dan 8 Balita (40%) jarang
mengkonsumsi buah-buahan.
Minyak dikonsumsi oleh sebagian besar Balita yaitu 20 Balita (100%)
dengan frekuensi 1 kali sehari yang digunakan untuk menggoreng pada
waktu memasak makanan yang akan dikonsumsi.
Gula atau minuman manis dikonsumsi oleh 9 Balita (45%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari, 1 Balita (5%) dengan frekuensi 1 – 3 kali
seminggu, 1 Balita (5%) dengan frekuensi >3 kali seminggu, dan 2 Balita
(10%) jarang mengkonsumsi gula atau minuman manis. Sedangkan 7 Balita
(35%) tidak pernah mengkonsumsi gula atau minuman manis.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
74
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
75
VI.5.5 Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan
Pada Balita Kelompok Kontrol
Berdasarkan frekuensi makan terhadap jenis makanan tertentu yang
biasa dikonsumsi Balita kelompok kontrol setiap hari dapat dilihat pada
Tabel VI.21.
Dari Tabel VI.21 dapat dilihat frekuensi makan Balita kelompok
kontrol terhadap berbagai jenis makanan, yaitu : makanan pokok sebagai
sumber karbohidrat yang dikonsumsi semua Balita sebagian besar adalah
beras sebanyak 18 Balita (90%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, dan 2
Balita (10%) dengan frekuensi >3 kali sehari. Sedangkan sumber karbohidrat
lainnya seperti jagung, mie, roti/biskuit, umbi/ketela pada umumnya
dikonsumsi sebagai selingan.
Bahan makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi oleh
Balita adalah tempe yaitu 13 Balita (65%) dan tahu sebanyak 14 Balita
(70%), masing-masing dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Sedangkan untuk
jenis kacang-kacangan dikonsumsi oleh 10 Balita (50%) dengan frekuensi 1 –
3 kali seminggu.
Bahan makanan sumber protein hewani yang sering dikonsumsi oleh
Balita adalah ikan yaitu 10 Balita (50%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari,
daging segar 7 Balita (35%) dan telur ayam 6 Balita (30%) masing-masing
dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Begitu pula sea food dikonsumsi oleh
11 Balita (55%), dan ayam 9 Balita (45%), masing-masing jarang
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
76
mengkonsumsinya. Sedangkan 13 Balita (65%) tidak pernah mengkonsumsi
jerohan.
Susu atau olahannya dikonsumsi oleh 9 Balita (45%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari, 1 Balita (5%) dengan frekuensi 1 – 3 kali
seminggu, 1 Balita (5%) dengan frekuensi >3 kali seminggu, dan 3 Balita
(15%) jarang mengkonsumsi susu. Sedangkan 6 Balita (30%) tidak pernah
mengkonsumsi susu.
Sayur sebagai sumber vitamin dan mineral dikonsumsi oleh 18 Balita
(90%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, dan 2 Balita (10%) jarang
mengkonsumsi sayur. Sedangkan buah-buahan dikonsumsi oleh 2 Balita
(10%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, dan 16 Balita (80%) jarang
mengkonsumsi buah-buahan.
Minyak dikonsumsi oleh sebagian besar balita yaitu 20 Balita (100%)
dengan frekuensi 1 kali sehari yang digunakan untuk menggoreng pada
waktu memasak makanan yang akan dikonsumsi.
Gula atau minuman manis dikonsumsi oleh 1 Balita (5%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari, 1 Balita (5%) dengan frekuensi 1 – 3 kali
seminggu, dan 8 Balita (40%) jarang mengkonsumsi gula atau minuman
manis. Sedangkan 10 Balita (50%) tidak pernah mengkonsumsi gula atau
minuman manis.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
77
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
78
VI.5.6 Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan
Makanan Sumber Seng Pada Balita Kelompok Perlakuan
Berdasarkan frekuensi makan terhadap jenis makanan sumber seng
yang biasa dikonsumsi Balita kelompok perlakuan setiap hari dapat dilihat
pada Tabel VI.22.
Dari Tabel VI.22 dapat dilihat frekuensi makan Balita kelompok
perlakuan terhadap berbagai jenis makanan sumber seng, yaitu : protein
hewani yang dikonsumsi semua balita sebagian besar adalah ikan laut 9
Balita (45%), dan susu 10 Balita (50%), masing-masing dengan frekuensi 1 –
3 kali sehari. Sedangkan daging segar dikonsumsi oleh 8 Balita (40%)
dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu, 8 Balita (40%) jarang mengkonsumsi
telur ayam, dan 11 Balita (55%) jarang mengkonsumsi unggas. Begitu pula
20 Balita (100%) tidak pernah mengkonsumsi yogurt, dan 13 Balita (65%)
tidak pernah mengkonsumsi hati.
Kacang-kacangan yang juga merupakan sumber seng dari protein
nabati dikonsumsi sebagian besar balita yaitu 8 Balita (40%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali seminggu, dan 6 Balita (30%) tidak pernah
mengkonsumsinya. Sedangkan sumber seng yang berupa sayuran hijau
(seperti bayam, dan kangkung) dikonsumsi oleh 12 Balita (60%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Begitu juga untuk serealia dikonsumsi oleh 11
Balita (55%) dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
79
Ada beberapa bahan makanan atau zat gizi yang dapat meningkatkan
penyerapan seng dalam tubuh antara lain ASI dan asam sitrat. Sebagian besar
Balita kelompok perlakuan yaitu 17 balita (85%) sudah tidak mengkonsumsi
ASI, dan 20 Balita (100%) juga tidak pernah mengkonsumsi asam sitrat
(seperti vitamin C).
Sedangkan beberapa bahan makanan atau zat gizi yang dapat
menghambat penyerapan seng dalam tubuh antara lain teh/kopi,
kedelai/gandum/jagung, sayur tinggi serat, dan kalsium (susu). Teh/kopi
dikonsumsi oleh 3 Balita (15%) dengan frekuensi 1 kali sehari,
kedelai/gandum/jagung dikonsumsi 14 Balita (70%) dengan frekuensi 1 – 3
kali sehari, untuk sayuran tinggi serat 15 Balita (75%) jarang
mengkonsumsinya. Sedangkan susu sebagai sumber kalsium dikonsumsi oleh
10 Balita (50%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
80
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
81
VI.5.7 Karakteristik Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan
Makanan Sumber Seng Pada Balita Kelompok Kontrol
Berdasarkan frekuensi makan terhadap jenis makanan sumber seng
yang biasa dikonsumsi Balita kelompok kontrol setiap hari dapat dilihat pada
Tabel VI.23.
Dari Tabel VI.23 dapat dilihat frekuensi makan Balita kelompok
kontrol terhadap berbagai jenis makanan sumber seng, yaitu : protein hewani
yang dikonsumsi semua Balita sebagian besar adalah ikan laut 9 Balita
(45%), telur ayam 7 Balita (35%), dan susu 9 Balita (45%), masing-masing
dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Untuk daging segar dikonsumsi oleh 9
Balita (45%) dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Sedangkan untuk hati
dan unggas jarang dikonsumsi oleh Balita yaitu 8 Balita (40%). Begitu pula
20 Balita (100%) tidak pernah mengkonsumsi yogurt.
Kacang-kacangan yang juga merupakan sumber seng dari protein
nabati sebagian besar Balita jarang mengkonsumsinya yaitu 7 Balita (35%).
Sedangkan sumber seng yang berupa sayuran hijau (seperti bayam, dan
kangkung) dikonsumsi oleh 13 Balita (65%) dengan frekuensi 1 – 3 kali
seminggu. Begitu juga untuk serealia dikonsumsi oleh 8 Balita (40%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Ada beberapa bahan makanan atau zat gizi yang dapat meningkatkan
penyerapan seng dalam tubuh antara lain ASI dan asam sitrat. Sebagian besar
Balita kelompok kontrol yaitu 16 Balita (80%) sudah tidak mengkonsumsi
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
82
ASI, dan 20 Balita (100%) juga tidak pernah mengkonsumsi asam sitrat
(vitamin C).
Sedangkan beberapa bahan makanan atau zat gizi yang dapat
menghambat penyerapan seng dalam tubuh antara lain teh/kopi,
kedelai/gandum/jagung, sayur tinggi serat, dan kalsium (susu). Teh/kopi
dikonsumsi oleh 2 Balita (10%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari,
kedelai/gandum/jagung dikonsumsi 14 Balita (70%) dengan frekuensi 1 – 3
kali sehari, untuk sayuran tinggi serat dikonsumsi oleh 12 Balita (60%)
dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Sedangkan susu sebagai sumber
kalsium dikonsumsi oleh 9 Balita (45%) dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
83
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
84
VI.6 Karakteristik Tingkat Konsumsi Makanan Balita
Tingkat konsumsi zat gizi Balita diperoleh dengan membandingkan
antara intake atau asupan zat gizi Balita dengan angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (RDA).
VI.6.1 Tingkat Konsumsi Energi Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi energi, distribusi Balita dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel VI.24 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Energi di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Energi n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
3 5 1
11
15 25 5 55
6 1 5 8
30 5 25 40
2 2 2 14
10 10 10 70
3 4 3 10
15 20 15 50
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
energi, dari konsumsi makanan yang mengandung energi. Pada Balita
kelompok perlakuan tingkat konsumsi energi sebelum perlakuan sebagian
besar adalah defisit sebanyak 11 Balita (55%), sedang sebanyak 5 Balita
(25%), baik sebanyak 3 Balita (15%), dan Kurang sebanyak 1 Balita (5%).
Sedangkan tingkat konsumsi energi sesudah perlakuan sebagian besar adalah
defisit sebanyak 8 Balita (40%), baik sebanyak 6 Balita (30%), kurang
sebanyak 5 Balita (25%), dan sedang sebanyak 1 Balita (5%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
85
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi energi sebelum
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 14 Balita (70%) dan untuk
tingkat konsumsi energi baik, sedang, kurang masing-masing sebanyak 2
Balita (10%). Sedangkan tingkat konsumsi energi sesudah perlakuan
sebagian besar adalah defisit sebanyak 10 Balita (50%), sedang sebanyak 4
Balita (20%), dan untuk tingkat konsumsi energi baik, kurang masing-masing
sebanyak 3 Balita (15%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,033 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi energi sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,165 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi energi sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,305 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi energi kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
86
VI.6.2 Tingkat Konsumsi Protein Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi protein, distribusi Balita dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel VI.25 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Protein di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Protein n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
15 2 1 2
75 10 5 10
17 1 0 2
85 5 0 10
13 0 2 5
65 0 10 25
16 3 0 1
80 15 0 5
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
protein, dari konsumsi makanan yang mengandung protein. Pada Balita
kelompok perlakuan tingkat konsumsi protein sebelum perlakuan sebagian
besar adalah baik sebanyak 15 Balita (75%), kurang sebanyak 1 Balita (5%),
dan untuk tingkat konsumsi protein sedang, defisit masing-masing sebanyak
2 Balita (10%). Sedangkan tingkat konsumsi protein sesudah perlakuan
sebagian besar adalah baik sebanyak 17 Balita (85%), defisit sebanyak 2
Balita (10%), dan sedang sebanyak 1 Balita (5%).
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi protein sebelum
perlakuan sebagian besar adalah baik sebanyak 13 Balita (65%), defisit
sebanyak 5 Balita (25%), dan kurang sebanyak 2 Balita (10%). Sedangkan
tingkat konsumsi protein sesudah perlakuan sebagian besar adalah baik
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
87
sebanyak 16 Balita (80%), sedang sebanyak 3 Balita (15%), dan defisit
sebanyak 1 Balita (5%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,547 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi protein sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,091 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi protein sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,920 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi protein kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
VI.6.3 Tingkat Konsumsi Lemak Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi lemak, distribusi Balita dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel VI.26 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Lemak di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post
Tingkat Konsumsi Lemak
n % n % n % n % Baik
Sedang Kurang Defisit
0 0 0
20
0 0 0
100
0 1 0 19
0 5 0 95
0 1 0 19
0 5 0 95
0 0 0 20
0 0 0
100 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
88
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
lemak, dari konsumsi makanan yang mengandung lemak. Pada Balita
kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan, bahwa semua balita yaitu 20
Balita (100%) rata-rata mengkonsumsi lemak dalam jumlah defisit.
Sedangkan tingkat konsumsi lemak sesudah perlakuan sebagian besar adalah
defisit sebanyak 19 Balita (85%), dan sedang sebanyak 1 Balita (5%).
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi lemak sebelum
perlakuan sebagian besar adalah baik sebanyak 19 Balita (85%), dan sedang
sebanyak 1 Balita (5%). Sedangkan sesudah perlakuan, bahwa semua Balita
yaitu 20 Balita (100%) rata-rata mengkonsumsi lemak dalam jumlah defisit
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,131 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi lemak sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,331 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi lemak sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,179 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi lemak kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
89
VI.6.4 Tingkat Konsumsi Karbohidrat Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi karbohidrat, distribusi Balita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.27 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Karbohidrat di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Karbohidrat n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
0 0 0
20
0 0 0
100
0 0 0 20
0 0 0
100
0 0 0 20
0 0 0
100
0 0 0 20
0 0 0
100 Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
karbohidrat, dari konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat. Pada
Balita kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberi perlakuan, bahwa
semua Balita yaitu 20 Balita (100%) rata-rata mengkonsumsi karbohidrat
dalam jumlah defisit. Begitu juga pada balita kelompok kontrol sebelum dan
sesudah perlakuan, bahwa semua Balita yaitu 20 Balita (100%) rata-rata
mengkonsumsi karbohidrat dalam jumlah defisit
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,006 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi karbohidrat sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
90
0,890 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi karbohidrat sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,253 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi karbohidrat kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
VI.6.5 Tingkat Konsumsi Besi (Fe) Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi besi, distribusi Balita dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel VI.28 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Besi (Fe) di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Besi (Fe) n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
3 1 1
15
15 5 5 75
3 2 1 14
15 10 5 70
7 0 2 11
35 0 10 55
4 1 2 13
20 5 10 65
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
besi (Fe), dari konsumsi makanan yang mengandung besi (Fe). Pada Balita
kelompok perlakuan tingkat konsumsi zat besi sebelum perlakuan sebagian
besar adalah defisit sebanyak 15 Balita (75%), baik sebanyak 3 Balita (15%),
dan untuk tingkat konsumsi zat besi sedang, kurang masing-masing sebanyak
1 Balita (5%). Sedangkan tingkat konsumsi zat besi sesudah perlakuan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
91
sebagian besar adalah defisit sebanyak 14 Balita (70%), baik sebanyak 3
Balita (15%), sedang sebanyak 2 Balita (10%), dan kurang sebanyak 1 Balita
(5%).
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi zat besi sebelum
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 11 Balita (55%), baik
sebanyak 7 Balita (35%), dan kurang sebanyak 2 Balita (10%). Sedangkan
tingkat konsumsi zat besi sesudah perlakuan sebagian besar adalah defisit
sebanyak 13 Balita (65%), baik sebanyak 4 Balita (20%), kurang sebanyak 2
Balita (10%), dan sedang sebanyak 1 Balita (5%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,304 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi zat besi sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,527 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi zat besi sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,720 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi zat besi kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
92
VI.6.6 Tingkat Konsumsi Vitamin A Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi vitamin A, distribusi Balita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.29 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin A di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Vitamin A n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
18 0 0 2
90 0 0 10
20 0 0 0
100 0 0 0
18 0 0 2
90 0 0 10
19 0 0 1
95 0 0 5
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
vitamin A, dari konsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Pada Balita
kelompok perlakuan tingkat konsumsi vitamin A sebelum perlakuan sebagian
besar adalah baik sebanyak 18 Balita (90%), dan defisit sebanyak 2 Balita
(10%). Sedangkan sesudah perlakuan, bahwa semua Balita yaitu 20 Balita
(100%) rata-rata mengkonsumsi vitamin A dalam jumlah baik.
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi vitamin A sebelum
perlakuan sebagian besar adalah baik sebanyak 18 Balita (90%), dan defisit
sebanyak 2 Balita (10%). Sedangkan tingkat konsumsi vitamin A sesudah
perlakuan sebagian besar adalah baik sebanyak 19 Balita (95%), dan defisit
sebanyak 1 Balita (5%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
93
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,272 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,226 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi vitamin A sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,043 yang berarti bahwa ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi vitamin A kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
VI.6.7 Tingkat Konsumsi Vitamin B1 Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi vitamin B1, distribusi Balita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.30 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin B1 di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol
Pre Post Pre Post Tingkat Konsumsi
Vitamin B1 n % n % n % n %
Baik Sedang Kurang Defisit
9 2 2 7
45 10 10 35
10 2 1 7
50 10 5 35
6 3 1 10
30 15 5 50
8 2 1 9
40 10 5 45
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
94
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
vitamin B1, dari konsumsi makanan yang mengandung vitamin B1. Pada
Balita kelompok perlakuan tingkat konsumsi vitamin B1 sebelum perlakuan
sebagian besar adalah baik sebanyak 9 Balita (45%), defisit sebanyak 7 Balita
(35%), dan untuk tingkat konsumsi vitamin B1 sedang, kurang masing-
masing sebanyak 2 Balita (10%). Sedangkan tingkat konsumsi vitamin B1
sesudah perlakuan sebagian besar adalah baik sebanyak 10 Balita (50%),
defisit sebanyak 7 Balita (35%), sedang sebanyak 2 Balita (10%), dan kurang
sebanyak 1 Balita (5%).
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi vitamin B1 sebelum
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 10 Balita (50%), baik
sebanyak 6 Balita (30%), sedang sebanyak 3 Balita (15%) dan kurang
sebanyak 1 Balita (5%). Sedangkan tingkat konsumsi vitamin B1 sesudah
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 9 Balita (45%), baik
sebanyak 8 Balita (40%), sedang sebanyak 2 Balita (10%) dan defisit
sebanyak 1 Balita (5%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,181 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi vitamin B1 sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
95
0,884 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi vitamin B1 sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,142 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi vitamin B1 kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
VI.6.8 Tingkat Konsumsi Vitamin C Balita
Berdasarkan tingkat konsumsi vitamin C, distribusi Balita dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel VI.31 Distribusi Balita Berdasarkan Tingkat Konsumsi Vitamin C di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Perlakuan Kontrol Pre Post Pre Post
Tingkat Konsumsi Vitamin C
n % n % n % n % Baik
Sedang Kurang Defisit
2 1 0
17
10 5 0 85
4 0 1 15
20 0 5 75
0 1 0 19
0 5 0 95
1 0 2 17
5 0 10 85
Jumlah 20 100 20 100 20 100 20 100
Dari recall 24 jam didapatkan gambaran tentang rata-rata konsumsi
vitamin C, dari konsumsi makanan yang mengandung vitamin C. Pada Balita
kelompok perlakuan tingkat konsumsi vitamin C sebelum perlakuan sebagian
besar adalah defisit sebanyak 17 Balita (85%), baik sebanyak 2 Balita (10%),
dan sedang sebanyak 1 Balita (5%). Sedangkan tingkat konsumsi vitamin C
sesudah perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 15 Balita (75%),
baik sebanyak 4 Balita (20%), dan kurang sebanyak 1 Balita (5%).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
96
Pada Balita kelompok kontrol tingkat konsumsi vitamin C sebelum
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 19 Balita (95%), dan sedang
sebanyak 1 Balita (5%). Sedangkan tingkat konsumsi vitamin C sesudah
perlakuan sebagian besar adalah defisit sebanyak 17 Balita (85%), kurang
sebanyak 2 Balita (10%), dan baik sebanyak 1 Balita (5%).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,487 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna
antara tingkat konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah diberi perlakuan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat signifikan p =
0,276 yang berarti bahwa tidak ada perbedaan secara bermakna antara tingkat
konsumsi vitamin C sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,252 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara tingkat konsumsi vitamin C kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
97
VI.7 Perubahan Berat Badan Dan Tinggi Badan Balita
VI.7.1 Perubahan Berat Badan Balita
Distribusi perubahan berat badan Balita dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel VI.32 Distribusi Perubahan Berat Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Berat Badan
Pre Post Pre Post Rata-rata
Standar Deviasi Minimum Maximum
9.625 1.932 7.0 14.0
10.745 2.269 7.7 15.0
9.840 2.141 5.5 13.0
10.455 2.115 6.2 14.5
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara rata-rata pengukuran berat badan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan. Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara rata-rata pengukuran berat badan sebelum dan sesudah dilakukan
pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,028 yang berarti bahwa ada
perbedaan secara bermakna antara rata-rata pengukuran berat badan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
98
VI.7.2 Perubahan Tinggi Badan Balita
Distribusi perubahan tinggi badan Balita dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel VI.33 Distribusi Perubahan Tinggi Badan Balita di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol Tinggi Badan
Pre Post Pre Post Rata-rata
Standar Deviasi Minimum Maximum
81.850 10.624 65.0 102.0
83.750 11.050 65.0 105.0
81.300 12.083 54.0 97.0
82.950 10.733 61.0 99.0
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
berpasangan pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,002 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara rata-rata pengukuran tinggi badan sebelum dan sesudah diberi
perlakuan. Sedangkan pada Balita kelompok kontrol menunjukkan tingkat
signifikan p = 0,014 yang berarti bahwa ada perbedaan secara bermakna
antara rata-rata pengukuran tinggi badan sebelum dan sesudah dilakukan
pengamatan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji t dua sampel
bebas menunjukkan tingkat signifikan p = 0,480 yang berarti bahwa tidak ada
perbedaan secara bermakna antara rata-rata pengukuran tinggi badan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB VII
PEMBAHASAN
VII.1 Karakteristik Orang Tua Balita
Keluarga Balita sebagian besar tergolong keluarga muda dan
umumnya berpendidikan menengah. Mata pencaharian Bapak Balita sebagian
besar sebagai pegawai swasta, sedangkan tingkat pendapatan Bapak Balita
sebagian besar berkisar antara Rp 685.500 – Rp 1.000.000.
Adanya pendapatan keluarga yang rendah dapat mempengaruhi daya
beli keluarga akan bahan makanan yang bergizi, karena tingkat penghasilan
menentukan jenis pangan yang akan dibeli. Sehingga dengan uang yang
terbatas kebutuhan akan zat gizi tidak dapat terpenuhi baik secara kualitas
maupun kuantitas. Menurut Apriadji (1993) pendapatan yang rendah
merupakan kendala untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup yang sehat yaitu
terpenuhinya zat gizi dari sudut kualitas maupun kuantitas, karena dengan
uang yang terbatas itu tidak banyak pilihan.
Ibu Balita sebagian besar tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga
ini dikarenakan sebagian besar ibu balita berpendidikan rendah, maka ini
sangat berpengaruh terhadap status gizi Balita. Sedangkan tingkat
pengetahuan gizi ibu Balita sebagian besar adalah sedang atau cukup, yaitu
pada kelompok perlakuan sebanyak 11 orang (55%) dan kelompok kontrol
sebanyak 9 orang (45%).
99
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
100
Adanya pengetahuan ibu yang cukup, akan tetapi Balitanya berstatus
gizi buruk diduga karena ibu malas memodifikasi makanan untuk Balitanya,
jarak kelahiran anak yang terlalu dekat, serta adanya gangguan pencernaan
dan penyerapan sehingga mengakibatkan konsumsi makan Balita berkurang.
Hal ini juga dikemukakan oleh Khumaidi (1984) bahwa ibu rumah
tangga dengan tingkat pendidikan yang rendah akan menyebabkan
pengetahuan yang terbatas sehingga mempengaruhi kualitas perencanaan
pola makan keluarga yang lebih lanjut dan akan berpengaruh juga terhadap
keadaan status gizi dan anggota keluarga.
VII.2 Karakteristi Balita
Balita yang terpilih sebagai sampel dalam penelitian ini adalah Balita
yang berusia antara 6 – 60 bulan dengan status gizi sangat rendah dan rendah,
berdasarkan indeks BB/U dan BB/TB serta berada di wilayah kerja
Puskesmas Sidotopo Surabaya. Pada penelitian ini sampel berjumlah 40
orang Balita yang dibedakan menjadi 20 (100%) kelompok perlakuan dan 20
(100%) kelompok kontrol.
Umur Balita pada saat penelitian pada kelompok perlakuan sebagian
besar (70%) berusia antara 24-60 bulan, dan pada umumnya (55%) berjenis
kelamin perempuan. Sedangkan pada Balita kelompok kontrol sebagian besar
(65%) berusia antara 24-60 bulan, dan juga pada umumnya (70%) berjenis
kelamin perempuan. Pada usia Balita merupakan masa yang sangat rentan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
101
terhadap penyakit gizi. Menurut Moore (1997) menyebutkan bahwa pada
kelompok usia balita dan prasekolah kebutuhan kalori (per kg/BB) tidak
setinggi pada masa bayi dan nafsu makannya juga menurun. Disamping itu
anak pada masa balita selektif terhadap makanan, tidak tergantung dengan
makanan, pertumbuhannya pelan dan tidak tetap sehingga berat badannya
cenderung turun, anak sudah mempunyai perhatian lain, dan perkembangan
kondisi emosional serta sosialisasi.
Pada penelitian ini, status gizi Balita berdasarkan indeks BB/U pada
kelompok perlakuan sebelum diberi perlakuan sebagian besar (70%) adalah
rendah, sedangkan sesudah perlakuan sebagian besar (50%) adalah normal.
Untuk kelompok kontrol status gizi Balita sebelum perlakuan sebagian besar
(75%) adalah rendah, sedangkan sesudah perlakuan sebagian besar (40%)
adalah normal. Sedangkan status gizi Balita berdasarkan indeks BB/TB pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol sebagian besar adalah
normal. Menurut Pudjiadi (2001) bahwa status gizi sebagai refleksi
kecukupan zat gizi, merupakan salah satu parameter penting dalam menilai
tumbuh kembang anak dan kesehatan pada umumnya. Kecukupan dari zat
gizi terutama energi dihitung menurut kebutuhan atas umur, jenis kelamin,
aktifitas maupun kondisi dari individu.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
102
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada
umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak
seusianya (Santoso, 1999).
Berdasarkan hal diatas, maka pemenuhan akan kebutuhan gizi Balita
sangatlah perlu diperhatikan agar terpenuhi kebutuhan gizi Balita sesuai
dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan serta dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal.
VII.3 Pola Konsumsi Makanan Balita
Pola konsumsi adalah cara yang ditempuh seseorang atau sekelompok
orang yang memilih dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh
fisiologis, psikologis, budaya, dan sosial (Suhardjo, 1989).
Pola konsumsi makanan Balita (frekuensi makan) dalam sehari pada
kelompok perlakuan sebagian besar (90%) frekuensi makannya ≥ 3 kali
dalam sehari, walaupun ada beberapa Balita (10%) frekuensi makannya < 3
kali dalam sehari, hal ini disebabkan setiap pagi balita hanya minum susu.
Sedangkan pada kelompok kontrol semua Balita (100%) frekuensi makannya
juga ≥ 3 kali dalam sehari. Bentuk makanan pokok Balita sehari-hari pada
kelompok perlakuan sebagian besar (90%) adalah nasi dan pada kelompok
kontrol sebagian besar (80%) juga nasi. Sedangkan susunan makanan Balita
pada kelompok perlakuan sebagian besar (50%) adalah makanan pokok, lauk
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
103
pauk, sayur, buah, susu dan pada kelompok kontrol sebagian besar (45%)
adalah makanan pokok, lauk pauk, sayur.
Dari uraian diatas terlihat bahwa secara umum pola makan pada
sebagian besar Balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sudah baik,
namun pada Balita kelompok kontrol susunan makanannya masih kurang
bervariasi hal ini disebabkan responden menganggap susu dan buah bukan
merupakan menu makanan sehari-hari namun hanya sebagai selingan saja,
selain itu harga susu dan buah yang relatif mahal sehingga tidak
memungkinkan responden untuk membelinya.
Pola makan mempengaruhi penyusunan menu. Seorang anak dapat
memiliki kelebihan asupan makanan dan selera makan yang terbentuk dari
kebiasaan dalam masyarakatnya. Dalam menyusun hidangan untuk anak
perlu diperhaikan kebutuhan zat gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh
kembang. Kecukupan zat gizi ini berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan
anak, maka pengetahuan dan kemampuan mengolah makanan sehat untuk
anak adalah suatu hal yang amat penting (Santosa, 1999).
Menurut Sediaoetama (1999) menyatakan bahwa dengan
mengkonsumsi makanan yang bervariasi akan mempermudah untuk
terpenuhinya berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.
Oleh karena itu penyusunan menu pada Balita harus diperhatikan agar
selera makan anak terbentuk dan kebutuhan akan zat gizi terpenuhi, sehingga
anak dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
104
VII.3.1 Pola Konsumsi Makanan Berdasarkan Frekuensi Makan Pada Balita
Kelompok Perlakuan Dan Kelompok Kontrol
Pola makan adalah kebiasaan makan yang terbentuk dari perilaku
makan yang berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama (Sediaoetama,
1999).
Pada penelitian ini, pola konsumsi makanan berdasarkan frekuensi
makan pada Balita kelompok perlakuan terlihat bahwa makanan pokok yang
dikonsumsi semua Balita sebagian besar (90%) adalah beras dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Bahan makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah
tempe dan tahu dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, hal ini dikarenakan jenis
tahu dan tempe harganya lebih murah, mudah dijangkau, disukai, dan mudah
didapat disetiap waktu dan tempat. Jenis kacang-kacangan (45%) jarang
dikonsumsi. Sedangkan bahan makanan sumber protein hewani yang sering
dikonsumsi adalah telur ayam dan ikan segar dengan frekuensi 1 – 3 kali
sehari. Daging segar, sea food dan ayam dikonsumsi dengan frekuensi 1 – 3
kali seminggu.
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat.
Sayur sebagian besar Balita (80%) mengkonsumsinya dengan frekuensi 1 – 3
kali sehari, walaupun ada beberapa Balita (20%) jarang mengkonsumsi sayur,
hal ini disebabkan Balita tidak suka mengkonsumsi sayuran dan tidak pernah
dibiasakan oleh Ibunya. Sedangkan buah (40%) Balita jarang mengkonsumsi
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
105
buah-buahan, hal ini disebabkan responden menganggap buah bukan
merupakan menu makanan sehari-hari namun hanya sebagai selingan saja,
selain itu harga buah yang relatif mahal sehingga tidak memungkinkan
responden untuk membelinya.
Susu atau olahannya dikonsumsi oleh sebagian besar Balita (65%)
dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Minyak hampir semua Balita (100%)
mengkonsumsinya, yang digunakan untuk menggoreng pada waktu memasak
makanan yang akan dikonsumsinya. Gula atau minuman manis dikonsumsi
(45%) Balita dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Sedangkan pola konsumsi makanan berdasarkan frekuensi makan
pada Balita kelompok kontrol terlihat bahwa makanan pokok yang
dikonsumsi semua Balita sebagian besar (90%) adalah beras dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Bahan makanan sumber protein nabati yang sering dikonsumsi adalah
tempe dan tahu dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari, hal ini dikarenakan jenis
tahu dan tempe harganya lebih murah, mudah dijangkau, disukai, dan mudah
didapat disetiap waktu dan tempat. Jenis kacang-kacangan (50%) dikonsumsi
dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu. Sedangkan bahan makanan sumber
protein hewani yang sering dikonsumsi adalah ikan segar (50%) dengan
frekuensi 1–3 kali sehari. Daging segar dan telur ayam dikonsumsi dengan
frekuensi 1 – 3 kali seminggu.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
106
Sayur dan buah merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat.
Sayur sebagian besar Balita (90%) mengkonsumsinya dengan frekuensi 1 – 3
kali sehari, walaupun ada beberapa Balita (10%) jarang mengkonsumsi sayur,
hal ini disebabkan Balita tidak suka mengkonsumsi sayuran dan tidak pernah
dibiasakan oleh Ibunya. Sedangkan buah sebagian besar Balita (80%) jarang
mengkonsumsi buah-buahan, hal ini disebabkan responden menganggap buah
bukan merupakan menu makanan sehari-hari namun hanya sebagai selingan
saja, selain itu harga buah yang relatif mahal sehingga tidak memungkinkan
responden untuk membelinya.
Susu atau olahannya dikonsumsi oleh (45%) Balita dengan frekuensi
1–3 kali sehari. Minyak hampir semua Balita (100%) mengkonsumsinya,
yang digunakan untuk menggoreng pada waktu memasak makanan yang akan
dikonsumsinya. Sedangkan gula atau minuman manis (50%) Balita tidak
pernah mengkonsumsinya.
Dari uraian diatas terlihat bahwa secara umum pola makan pada
sebagian besar Balita kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dari segi
kualitas sudah bervariasi dan memenuhi pola makan menu seimbang, mulai
dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, dan susu. Namun ditinjau dari
segi kuantitas masih belum terpenuhi secara seimbang. Disamping itu
pengenalan pada buah dan sayur harus lebih ditingkatkan, karena buah
merupakan sumber vitamin dan mineral serta serat.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
107
Dengan mengkonsumsi makanan yang bervariasi akan mempermudah
untuk terpenuhinya berbagai macam zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
Sediaoetama (1999).
Menurut Sayogyo (1986) menyatakan bahwa faktor pengetahuan gizi
terutama ibu, kekurangtahuan dalam memilih setiap jenis pangan yang dibeli
dapat menyebabkan berkurangnya mutu dan keragaman pangan yang
diperoleh, walaupun bahan pangan yang dibeli dalam jumlah yang cukup.
Seperti halnya pada penyusunan menu, maka pola konsumsi makan
Balita juga harus diperhatikan agar kebutuhan zat gizi terpenuhi sesuai
dengan angka kecukupan yang dianjurkan. Kecukupan akan zat gizi sangat
berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak.
VII.3.2 Pola Konsumsi Makan Berdasarkan Frekuensi Makan Makanan
Sumber Seng Pada Balita Kelompok Perlakuan Dan Kelompok
Kontrol
Seng termasuk zat gizi mikro yang mutlak dibutuhkan untuk
memelihara kehidupan yang optimal, meski dalam jumlah yang sangat kecil.
Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam
masa pertumbuhan (Soegih, 1992).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa pola konsumsi makanan
sumber seng pada Balita kelompok perlakuan menunjukkan bahwa dari
golongan protein hewani yang sering dikonsumsi Balita adalah ikan laut dan
susu dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Telur ayam, unggas, yogurt dan hati
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
108
jarang dikonsumsi balita. Sedangkan dari golongan protein nabati seperti
kacang-kacangan, sayuran hijau (seperti bayam, dan kangkung), dan serealia
hanya dikonsumsi Balita dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu.
Beberapa zat gizi yang dapat meningkatkan penyerapan seng dalam
tubuh antara lain ASI dan asam sitrat. Sebagian besar Balita (85%) sudah
tidak mengkonsumsi ASI, dan hampir semua Balita (100%) juga tidak pernah
mengkonsumsi asam sitrat (seperti vitamin C).
Zat gizi yang dapat menghambat penyerapan seng dalam tubuh antara
lain teh/kopi, kedelai/gandum/jagung, sayur tinggi serat, dan kalsium (susu).
Teh/kopi dikonsumsi oleh Balita dengan frekuensi 1 kali sehari,
kedelai/gandum/jagung dikonsumsi sebagian besar Balita (70%) dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari, sedangkan sayuran tinggi serat sebagian besar
(75%) jarang dikonsumsi balita. Susu sebagian besar (50%) dikonsumsi
dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Sedangkan pola konsumsi makanan sumber seng pada Balita
kelompok kontrol menunjukkan bahwa dari golongan protein hewani yang
sering dikonsumsi Balita adalah ikan laut, telur ayam, dan susu masing-
masing dengan frekuensi 1 – 3 kali sehari. Hati dan unggas sebagian besar
(40%) jarang dikonsumsi Balita. Begitu juga yogurt (100%) tidak pernah
dikonsumsi balita. Sedangkan dari golongan protein nabati seperti kacang-
kacangan (35%) jarang dikonsumsi Balita, untuk sayuran hijau (seperti
bayam, dan kangkung) dikonsumsi sebagian besar Balita (65%) dengan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
109
frekuensi 1 – 3 kali seminggu, dan untuk serealia (40%) dikonsumsi dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari.
Beberapa zat gizi yang dapat meningkatkan penyerapan seng dalam
tubuh antara lain ASI dan asam sitrat. Sebagian besar Balita (80%) sudah
tidak mengkonsumsi ASI, dan hampir semua Balita (100%) juga tidak pernah
mengkonsumsi asam sitrat (seperti vitamin C).
Zat gizi yang dapat menghambat penyerapan seng dalam tubuh antara
lain teh/kopi, kedelai/gandum/jagung, sayur tinggi serat, dan kalsium (susu).
Teh/kopi, kedelai/gandum/jagung, dan susu dikonsumsi Balita dengan
frekuensi 1 – 3 kali sehari. Sedangkan sayuran tinggi serat dikonsumsi
sebagian besar Balita (60%) dengan frekuensi 1 – 3 kali seminggu.
Dari uraian diatas, maka perlu diperhatikan kombinasi makanan
Balita sehari-hari terutama makanan sumber seng, baik makanan sumber seng
yang berasal dari hewani maupun nabati serta sumber zat gizi lain yang dapat
meningkatkan penyerapan seng didalam tubuh. Disamping itu juga perlu
diperhatikan makanan yang dapat menghambat penyerapan seng dalam
tubuh, hal ini disebabkan pada penelitian ini sebagian besar Balita banyak
yang mengkonsumsi bahan makanan yang dapat menghambat penyerapan
seng dalam tubuh.
Serat dan fitat menghambat ketersediaan biologik seng. Sebaliknya,
protein histidin tampaknya membantu absorpsi seng. Nilai albumin dalam
plasma merupakan penentu utama absorpsi seng. Albumin merupakan alat
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
110
transpor utama seng. Absorpsi seng menurun bila nilai albumin darah
menurun, misalnya dalam keadaan gizi kurang (Almatsier, 2001).
Menurut Murbawani (2004) gejala seseorang yang tidak
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat seng secara adekuat
akan cenderung mengalami gangguan pertumbuhan, anemia, dan kelelahan
berat. Juga terjadi perubahan pada rambut dan kulit, yakni kulit menjadi
kering, keriput, serta rambut mudah rontok.
Bahan makanan sumber seng harus benar-benar diperhatikan, baik
yang berasal dari hewani maupun dari nabati. Perlu dipertimbangkan pula
bahan makanan yang dapat meningkatkan penyerapan seng maupun yang
dapat menghambat penyerapan seng. Agar kebutuhan seng dalam tubuh
Balita terpenuhi serta dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
VII.4 Tingkat Konsumsi Zat Gizi Balita
Tingkat konsumsi akan menunjukkan keadaan kesehatan gizi
seseorang dimana tingkat konsumsi ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas
makan yang dikonsumsi (Sediaoetama, 1996).
Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar Balita pada
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberi perlakuan memiliki tingkat
konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi, dan vitamin C yang tergolong
defisit (< 70% RDA). Sedangkan untuk tingkat konsumsi protein, vitamin A,
dan vitamin B1 sebagian besar tergolong baik (≥ 100% RDA). Akan tetapi
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
111
sesudah diberi perlakuan tingkat konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi,
dan vitamin C menunjukkan adanya penurunan jumlah yang tergolong defisit
(< 70% RDA), sedangkan tingkat konsumsi protein, vitamin A, dan vitamin
B1 menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang tergolong baik (≥100%
RDA).
Pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberi perlakuan
memiliki tingkat konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi, vitamin B1, dan
vitamin C yang tergolong defisit (< 70% RDA). Sedangkan tingkat konsumsi
protein dan vitamin A sebagian besar tergolong baik (≥ 100% RDA). Namun
sesudah diberi perlakuan tingkat konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi,
vitamin B1, dan vitamin C menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang
tergolong defisit (< 70% RDA), sedangkan tingkat konsumsi protein, dan
vitamin A menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang tergolong baik (≥
100% RDA).
Selain hal tersebut, berdasarkan hasil analisa statistik menunjukkan
bahwa tingkat konsumsi energi, dan karbohidrat pada kelompok perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan yang cukup bermakna antara sebelum dan
sesudah diberi perlakuan. Sedangkan untuk tingkat konsumsi vitamin A
menunjukkan adanya perbedaan yang cukup bermakna antara kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dengan pemberian suplemen
zinc sulfat pada kelompok perlakuan dapat meningkatkan nafsu makan pada
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
112
anak. Hal ini disebabkan suplemen zinc sulfat pada tubuh Balita sudah mulai
bereaksi, sehingga menunjukkan adanya perbaikan selera makan pada anak,
serta peningkatan ketajaman indra rasa. Seiiring dengan meningkatnya nafsu
makan Balita maka tingkat konsumsi zat gizi juga akan meningkat, hal ini
terbukti bahwa sesudah diberi perlakuan tingkat konsumsi energi, lemak,
karbohidrat, besi, dan vitamin C menunjukkan adanya penurunan jumlah
yang tergolong defisit, sedangkan tingkat konsumsi protein, vitamin A, dan
vitamin B1 menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang tergolong baik.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol sesudah diberi perlakuan
tingkat konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi, vitamin B1, dan vitamin C
menunjukkan adanya peningkatan jumlah yang tergolong defisit. Hal ini
disebabkan adanya penurunan selera makan pada anak dan penurunan
ketajaman indra rasa sehingga menyebabkan nafsu makan Balita berkurang,
disamping itu juga Balita lebih suka jajanan chiki yang kandungan zat
gizinya jauh lebih sedikit. Dengan berkurangnya nafsu makan Balita maka
tingkat konsumsi zat gizi tidak dapat terpenuhi baik secara kualitas maupun
kuantitas.
Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan.
Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan
tubuh di dalam susunan hidangan dan perbandingannya proporsional satu
terhadap yang lain. Kuantitas menunjukkan kuantum masing-masing zat gizi
terhadap kebutuhan tubuh. Jika susunan hidangan memenuhi kebutuhan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
113
tubuh, secara kualitas dan kuantitas, maka tubuh akan mendapatkan kondisi
kesehatan dan gizi yang sebaik-baiknya (konsumsi adekuat). Sebaliknya bila
susunan hidangan tidak memenuhi kebutuhan tubuh maka akan menyebabkan
kondisi kesehatan gizi kurang atau defisiensi (Sediaoetama, 1999).
KEP seringkali ditemukan pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun,
dimana pada usia ini tubuh memerlukan zat gizi tinggi, sehingga apabila
kebutuhan zat gizi itu tidak tercukupi, maka tubuh akan menggunakan
cadangan zat makanan yang ada. Lama kelamaan cadangan itu akan habis
dan akan menyebabkan terjadinya perubahan dan akhirnya menimbulkan
kelainan anatomis (Agus, 2001).
Perbaikan gizi Balita tergantung pada pemberian makanan sehari-hari,
oleh karena itu orang tua harus memperhatikan makanan menu seimbang
pada Balitanya dan mengurangi makanan jajanan, agar kebutuhan zat gizi
terpenuhi serta dapat meningkatkan status gizi Balita.
VII.5 Perubahan Berat Badan Dan Tinggi Badan Balita
VII.5.1 Perubahan Berat Badan Balita
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang penting
digunakan untuk mengukur status gizi. Berat badan merupakan hasil
peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh antara lain
tulang, otot, lemak, cairan tubuh, dan lain-lain. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
114
anak dan sangat sensitif terhadap perubahan sedikit saja (Soetjiningsih,
1995).
Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa pada kelompok
perlakuan terdapat perbedaan yang cukup bermakna antara rata-rata
pengukuran berat badan sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol juga terdapat perbedaan yang cukup bermakna antara rata-
rata pengukuran berat badan sebelum dan sesudah perlakuan.
Berdasarkan hasil uji statistik juga terlihat bahwa terdapat perbedaan
secara bermakna antara rata-rata pengukuran berat badan pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dengan pemberian suplemen
zinc sulfat pada kelompok perlakuan dapat meningkatkan berat badan Balita.
Hal ini terbukti bahwa dari 20 Balita, ada 19 Balita yang berat badannya naik.
Berat badan yang meningkat disebabkan suplemen zinc sulfat pada tubuh
Balita sudah mulai bereaksi, sehingga konsentrasi seng didalam tubuh
meningkat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketajaman
indra rasa yang mengakibatkan nafsu makan meningkat, dan menstabilkan
struktur pembelahan sel. Dengan meningkatnya nafsu makan Balita, maka
tingkat konsumsi zat gizi dalam tubuh juga meningkat, sehingga berat badan
Balita akan tumbuh dan berkembang secara optimal.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol juga mengalami kenaikan
berat badan sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan, namun perubahan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
115
tersebut hanya pada 16 Balita saja, sedangkan 3 Balita berat badannya tetap
dan 1 Balita berat badannya turun. Hal ini dapat diperkirakan bahwa Balita
yang status gizinya kurang kemungkinan konsentrasi seng didalam tubuhnya
berkurang, sehingga dapat mengakibatkan pembelahan sel yang terhambat,
penurunan ketajaman indra rasa yang mengakibatkan nafsu makan berkurang,
daya kekebalan tubuh menurun sehingga memudahkan terkena infeksi, dan
mungkin juga karena penyakit yang menyertainya.
Setiap manusia yang hidup mengalami proses tumbuh kembang,
tumbuh berarti berkaitan dengan perubahan ukuran, sedangkan kembang
berhubungan dengan aspek deferensiasi bentuk atau fungsi termasuk
perubahan emosi dan sosial. Tumbuh kembang merupakan proses continue
sejak dari konsepsi sampai maturasi atau dewasa yang dipengaruhi oleh
faktor bawaan dan lingkungan (Santoso, 1999).
Seng (Zn) merupakan zat gizi yang esensial dan telah mendapat
perhatian yang cukup besar akhir-akhir ini. Seng berperan untuk bekerjanya
lebih dari 70 macam enzim karena peranannya dalam sintesa AND, ARN
(keduanya unsur utama genetika), dan protein. Maka defisiensi seng dapat
menghambat pembelahan sel, pertumbuhan dan pemulihan jaringan (Olson
et.al., 1984). Ada kemungkinan seng berinteraksi dengan defisiensi vitamin A
dalam proses terjadinya buta senja (Karyadi, 1996).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
116
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kebutuhan akan makanan
sumber seng serta makanan yang dapat meningkatkan absorpsi seng pada
Balita harus diperhatikan. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi selama
jangka waktu tertentu akan dapat menurunkan daya tahan tubuh Balita dan
dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai penyakit infeksi, disamping itu
juga dapat menghambat tumbuh kembang Balita.
VII.5.2 Perubahan Tinggi Badan Balita
Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang
telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat.
Disamping itu tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, karena
dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan (Quac stick),
faktor umur dapat dikesampingkan (Supariasa, 2001).
Berdasarkan hasil uji statistik terlihat bahwa pada kelompok
perlakuan terdapat perbedaan yang cukup bermakna antara rata-rata
pengukuran tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan. Sedangkan pada
kelompok kontrol juga terdapat perbedaan yang cukup bermakna antara rata-
rata pengukuran tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan.
Berdasarkan hasil uji statistik juga terlihat bahwa tidak terdapat
perbedaan secara bermakna antara rata-rata pengukuran tinggi badan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
117
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dengan pemberian suplemen
zinc sulfat pada kelompok perlakuan dapat meningkatkan kenaikan tinggi
badan Balita. Hal ini terbukti bahwa dari 20 Balita, ada 13 Balita yang tinggi
badannya naik. Tinggi badan yang naik disebabkan suplemen zinc sulfat pada
tubuh Balita sudah mulai bereaksi, sehingga mineral seng didalam tubuhnya
meningkat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan ketajaman indra
perasa yang mengakibatkan nafsu makan Balita meningkat, menstabilkan
struktur membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan, serta
mempercepat proses pertumbuhan.
Sedangkan pada Balita kelompok kontrol sebagian besar tinggi
badannya tetap sebelum dan sesudah dilakuan pengamatan. Hal ini
diperkirakan Balita yang status gizinya kurang kemungkinan mineral seng
didalam tubuhnya berkurang, sehingga dapat mengakibatkan terhambatnya
proses pertumbuhan, penurunan daya kekebalan tubuh, serta penurunan
ketajaman rasa yang mengakibatkan nafsu makan berkurang.
Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu
pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangkan status gizi anak.
Dengan demikian penilaian pencapaian pertumbuhan (growth achievement)
atau ukuran fisik atau antropometri pada saat tertentu dapat memberikan
indikasi tentang status gizi seorang anak pada saat pengukuan. Jadi dengan
kata lain antropometri dapat digunakan sebagai indikator status gizi (Basuni,
2002).
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
118
Mineral seng (Zn) merupakan mineral mikro yang mutlak dibutuhkan
untuk memelihara kehidupan yang optimal meskipun dalam jumlah yang
sangat kecil. Peran terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan
degradasi karbohidrat, protein, lemak, asam nukleat, dan pembentukan
embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses percepatan
pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon
pertumbuhan (Samsudin, 2005).
Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak
dalam masa pertumbuhan, maka dengan pemberian suplemen seng sulfat
pada Balita dapat menstimulus pertumbuhan agar mencapai pertumbuhan
yang optimal.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
BAB VIII
KESIMPULAN DAN SARAN
VIII.1 Kesimpulan
1. Umur balita pada kelompok perlakuan 70% berusia antara 24-60 bulan, dan
55% berjenis kelamin perempuan. Sedangkan pada balita kelompok kontrol
65% berusia antara 24-60 bulan, dan 70% berjenis kelamin perempuan.
2. Keluarga balita merupakan keluarga muda dengan tingkat pendidikan
menengah dan mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai swasta, tingkat
pendapatan berkisar antara Rp 685.500 – Rp 1.000.000. Ibu balita sebagian
besar sebagai ibu rumah tangga dengan tingkat pendidikan rendah, sedangkan
tingkat pengetahuan gizi ibu adalah cukup.
3. Pola makan pada balita kelompok perlakuan ataupun kelompok kontrol sudah
baik dan memenuhi pola makan menu seimbang secara kualitas, namun
belum secara kuantitas, terutama konsumsi buah dan vitamin C yang masih
kurang baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol. Konsumsi
makanan sumber seng masih belum diimbangi dengan konsumsi makanan
yang dapat meningkatkan penyerapan seng didalam tubuh. Akan tetapi,
konsumsi makanan sumber seng masih sering dikonsumsi secara bersamaan
dengan makanan yang dapat menghambat penyerapan seng didalam tubuh.
119
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
120
4. Tingkat konsumsi energi, lemak, karbohidrat, besi, dan vitamin C pada balita
kelompok perlakuan sebelum dan sesudah diberi perlakuan sebagian besar
tergolong defisit (< 70% RDA), sedangkan tingkat konsumsi protein, vitamin
A, dan vitamin B1 sebelum dan sesudah perlakuan tergolong baik (≥100%
RDA). Pada balita kelompok kontrol sebagian besar tingkat konsumsi energi,
lemak, karbohidrat, besi, vitamin B1, dan vitamin C tergolong defisit (< 70%
RDA), sedangkan tingkat konsumsi protein dan vitamin A tergolong baik
(≥100% RDA).
Berdasarkan uji statistik terlihat bahwa ada perbedaan tingkat konsumsi
energi dan karbohidrat pada kelompok perlakuan. Disamping itu juga ada
perbedaan tingkat konsumsi vitamin A antara balita kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
5. Status gizi balita berdasarkan indeks BB/U pada kelompok perlakuan
sebelum diberi perlakuan 70% adalah rendah, sedangkan sesudah perlakuan
50% adalah normal. Pada kelompok kontrol status gizi balita sebelum
perlakuan 75% adalah rendah, sedangkan sesudah perlakuan 40% adalah
normal
Status gizi balita berdasarkan indeks BB/TB pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol adalah normal.
6. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan ada perbedaan rata-rata
pengukuran berat badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada
kelompok kontrol juga ada perbedaan rata-rata pengukuran berat badan
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
121
sebelum dan sesudah perlakuan. Disamping itu juga ada perbedaan antara
rata-rata pengukuran berat badan balita kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol.
7. Berdasarkan uji statistik pada kelompok perlakuan ada perbedaan rata-rata
pengukuran tinggi badan sebelum dan sesudah perlakuan, sedangkan pada
kelompok kontrol juga ada perpedaan rata-rata pengukuran tinggi badan
sebelum dan sesudah perlakuan. Disamping itu tidak ada perbedaan antara
rata-rata pengukuran tinggi badan antara balita kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
VIII.2 Saran
1. Perlu dipertimbangkan pemberian suplemen zinc sulfat bersama dengan
pemberian makanan tambahan (PMT) untuk perubahan status gizi pada
penderita gizi buruk.
2. Perlu adanya sosialisasi bahan makanan sumber seng lokal dan terjangkau
oleh masyarakat, khususnya didaerah dengan angka prevalensi gizi buruknya
yang tinggi.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
DAFTAR PUSTAKA
Agus Krisno B. 2001. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Universitas Muhamadiyah Malang Press: Malang.
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta. Apriaji. 1993. Gizi Keluarga. Penebar Swadaya : Jakarta. Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. CV. Rajawali :
Jakarta. Basuni, A. 2003. Penilaian Status Gizi dengan Antropometri (BB dan TB), dalam
Prosiding Konggres Nasional Persagi dan Temuan Ilmiah XII. Jakarta. Brown K.H and Sara E.W. 2000. Zinc and Human Health Result of Recent Trials
and Implication for Program Intervention and Research. International Development Research Center : Ottawa, Canada.
Dinkes Kodya, 2005. Daftar Nama Anak Balita Gizi Buruk di Surabaya. Surabaya. Depkes. R.I., 2002. Pedoman Tata Laksanan KEP pada Anak di Puskesmas dan
Rumah Tangga. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta. Depkes. R.I., 2005. Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi. Bogor : Jawa Barat.
http : // www.yahoo.com (Sitasi 21 November 2005). Depkes. R.I., 1993. Ilmu Penyakit Infeksi pada Anak. Penerbit ECG : Jakarta. Gorrow, James. 1993. Human Nutrition and Dietetics. Produced by Longman
Singapore Publishers Pte ltd. Printed in Singapore. Gibson, Rosalind. 1990. Principle of Nutritional Assessment. Oxford Unyversity
Press : New York Oxford. Karyadi, D. 1996. Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan. Gramedia Pustaka Utama :
Jakarta Khumaidi, M. 1984. Gizi Masyarakat. BPK Gunung Mulia : Jakarta. Khomsan. 2000. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Raja Grafindo Persada : Jakarta. Khomsan, A. Defisiensi Micronutrients dan Nasib Bangsa Kita. http : //
www.gizi.net (Sitasi 25 September 2005).
122
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
123
Lemeshow, dkk. 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajahmada University Press : Yogyakarta.
Markum, AH. 1991. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. FKUI : Jakarta. Mary Courtney Moore. 1997. Terapi Diet & Nutrisi. Hipocrates : Jakarta. Mundiastuti L, 2002. Pengaruh Pemberian Suplemen Seng (Zn) terhadap Status Gizi
Anak Usia 1-3 tahun di Kelurahan Bendul Merisi, Kecamatan Wonocolo dan di Kelurahan Jagir, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya. Tesis. Program Pasca Sarjana UNAIR, Surabaya : 71-7.
Murbawani A. 2004. Zat Seng Dapat Cegah Cacat Lahir. http : // www.gizi.net
(Sitasi 25 September 2005). Mc. Laren, S. Donald dan Martin Frigg. 2001.Sight and Life Manual on Vitamin A
Deficiency Disorders (VADD). Edisi Kedua : Switzerland. Narendra B dan Hariyono S. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. CV Sagung
Seto : Jakarta. Profil Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2005. Profil Kelurahan Sidotopo Kecamatan Semampir Kota Surabaya Tahun 2005. Pudjiadi, Solihin. 2001. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta. Prassad, A. S. 1997. Zic in Human Nutrition. Devision of Hematology, Department
Medicine, Wayne State University School of Medicine. Detroit, Michigan.
Prayitno. 1987. Antropometri Gizi Dalam Penentuan Keadaan atau Status Gizi. Seminar Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya.
Rahayu. 2005. Perbedaan Zn (Seng) terhadap Status Gizi Anak SD di Kecamatan
Sedati Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. Tesis. Program Pasca Sarjana UNAIR. Surabaya : 30.
Samsudin, Sri S Nasar, Damayanti, R syarif. 1995. Masalah Gizi Ganda dan
Tumbuh Kembang Anak. Bina Rupa Aksara : Jakarta. Sukarjo. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Univrsitas Indonesia Press : Jakarta.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
124
Sayogyo. 1986. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan di Perkotaan. Gajah Mada University Press : Yogyakarta.
Soegeng Santoso. 1999. Ilmu Penyakit Infeksi pada Anak. Penerbit ECG : Jakarta. Sediaoetama Djaeni. 1985. Ilmu Gizi. Dian Rakyat : Jakarta. Sediaoetama Djaeni. 1999. Ilmu Gizi. FKUI : Jakarta. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Bagian Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana : Bali. Supariasa, I.D.N, Bachyar Bakri, Ibnu Fajar. 2002. Penilaian Status Gizi. Penerbit
Buku Kedokteran ECG : Jakarta. Sumarmi Sri, Anis C.A. 2001. Masalah Gizi di Indonesia. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Airlangga : Surabaya. Suhardjo. 1989. Pemberian Makanan pada Bayi dan Anak. Pusat Antar Universitas
Pangan dan Gizi IPB : Bogor. Sandstrom, B. 1993. Human Nutrition and Dietetics. Churchel Livingstone.
Medicine Division of Longman Group. U.k.,London. Sandstead H. 1991. Zinc Deficincy. A Public Health Problem? AJDC 145 : 853 – 8. Soegih, R. Peranan Mineral Khususnya Elemen Renik terhadap Kesehatan. http : //
www.gizi.net (Sitasi 21 November 2005). Tjokronegoro, A. 1992. Sistem Pertahanan Tubuh dan Pengaruh Defisiensi Seng
terhadap Kesehatan. http : // www.gizi.net (Sitasi 21 November 2005). WHO, 1996. Zinc. Trace Elements in Human Nutrition and Health. Geneva : WHO,
72-104. Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi. 1999. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. Wuegard E, Kirchgessner M. 1980. Total True Efficiency of Zinc Utilization :
Determination and Homeostatic Dependence Upon Zinc Supply Status in Young Rots. J Nutr 110 : 469-80.
Wirjatmadi, B dan Merryana, A. 1998. Penentuan Status Gizi. Diktat kuliah. Bagian
Gizi FKM UNAIR : Surabaya.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 1
Kuesioner
Pengaruh Pemberian Zinc Sulfat Terhadap Perubahan Berat Badan, Tinggi Badan, Dan Status Gizi Balita Pada Balita Gizi Buruk
(di Kelurahan Sidotopo Puskesmas Sidotopo Kota Surabaya Tahun 2006)
A. Karakteristik Balita / Responden
Nama :
Alamat :
Tanggal lahir :
Umur : bulan
Jenis kelamin : L / P
Berat badan : kg
Tinggi badan : m
Status gizi :
Pewawancara :
Tgl wawancara :
B. Karakteristik Keluarga
I. Identitas orang tua
a. Kepala Keluarga (Ayah)
Nama :
Usia :
Pekerjaan : 1. PNS 5. Buruh
2. TNI / POLRI 6. Tidak bekerja
3. Pegawai swasta 7. Lain-lain, sebutkan ………
4. Pedagang / wiraswasta
Pendidikan: 1. Tidak sekolah 4. Tamat SLTP
2. Tidak tamat SD 5. Tamat SLTA
3. Tamat SD 6. Tamat Akademi / PT
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
b. Ibu
Nama :
Umur :
Pekerjaan : 1. PNS 5. Buruh
2. TNI / POLRI 6. Tidak bekerja
3. Pegawai swasta 7. Lain-lain, sebutkan ………
4. Padagang / wiraswasta
Pendidikan: 1. Tidak sekolah 4. Tamat SLTP
2. Tidak tamat SD 5. Tamat SLTA
3. Tamat SD 6. Tamat Akademi / PT
II. Pendapatan dan Pengeluaran Pangan Keluarga
a. Pendapatan Ayah per bulan :
1. < Rp 685.000,-
2. Rp 685.000,- - Rp 1.000.000,-
3. > Rp 1.000.000
b. Pengeluaran untuk pangan keluarga per bulan :
1. < Rp 300.000,-
2. Rp 300.000,- - ≤ Rp 500.000
3. > Rp 500.000
III. Pola makan keluarga
1. Apa bentuk makanan responden sehari-hari dirumah ?
a. Nasi d. Bubur
b. Nasi tim e. Bubur susu
c. Tim saring
2. Sehari-hari berapa kali responden makan dalam satu hari ?
a. 3x (pagi, siang, sore/malam) d. 2x (siang, sore/malam)
b. 2x (pagi, siang) e. 1x
c. 2x (pagi, sore/malam) f. lain-lain
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
3. Bagaimana susunan makanan dalam sehari ?
a. Makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah, susu
b. Makanan pokok, lauk pauk, sayur
c. Makanan pokok, lauk , buah, susu
d. Makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah
e. Makanan pokok, sayur, buah
IV. Pengetahuan Gizi Ibu
1. Sebaiknya sampai umur berapa ASI harus diberikan pada anak ?
a. Usia 1 hari sampai 1 tahun d. Dari lahir sampai usia 1 tahun
b. Dari lahir sampai usia 2 tahun e. Usia 2 minggu sampai 2 tahun
c. Usia 1 bulan sampai 2 tahun
2. Menurut ibu sejak umur berapa seorang bayi perlu diberikan makanan
lain selain ASI ?
a. 4 bulan c. 3 bulan
b. 1 tahun d. > 6 bulan
3. Sampai usia berapakah anak anda diberikan ASI ?
a. sampai usia 1 tahun d. sampai usia 8 bulan
b. sampai usia 2 tahun e. sampai usia 10 bulan
c. sampai usia 4 bulan
4. Apakah manfaat makanan yang diberikan pada anak ?
a. Agar anak cepat kenyang
b. Agar anak tidak menangis
c. Agar anak senang
d. Agar anak dapat berkembang dan bertumbuh sesuai dengan
kebutuhannya
e. Agar anak cepat besar
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
5. Apa manfaat mengkonsumsi makanan yang sehat dan simbang ?
a. Menjamin terpenuhinya zat gizi yang penting bagi tubuh dan tidak
mudah sakit
b. Agar selera makan meningkat
c. Agar menjadi gemuk
d. Agar tetap langsing
e. Tidak tahu
6. Apa akibatnya jika terjadi kekurangan gizi ?
a. Timbul penyakit gizi seperti busung lapar
b. Timbul penyakit kulit seperti gatal-gatal, panu, kudis
c. Timbul penyakit mata seperti mata juling
d. Timbul penyakit kronis degeneratif seperti kanker
e. Tidak tahu
7. Menurut ibu yang termasuk makanan sumber karbohidrat adalah ?
a. Nasi, jagung, kentang, mie, roti d. Roti, manisan, dodol, bakpia
b. Ayam, daging, telur, ikan, hati e. Tidak tahu
c. Apel, jeruk, kedondong, pepaya
8. Menurut ibu yang termasuk makanan sumber protein adalah ?
a. Nasi, jagung, kentang, mie, roti d. Roti, manisan, dodol, bakpia
b. Ayam, daging, telur, ikan, hati e. Tidak tahu
c. Apel, jeruk, kedondong, pepaya
9. Menurut ibu yang termasuk makanan sumber seng (Zn) adalah ?
a. Ikan, daging, hati, telur d. Sirup
b. Kopi, teh, coklat e. Tidak tahu
c. Air putih
10. Bahan makanan apa yang dapat menghambat seng (Zn) ?
a. Teh, kopi, sayur tinggi serat, serealia d. Sirup
b. Ikan, daging, hati, telur e. Tidak tahu
c. Air putih
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 2
Formulir Pola Konsumsi (Food Frekuensi)
Nama Sampel : No. Sampel :
Frekuensi Bahan Makanan 1x
sehari 1-3x
sehari > 3x
sehari 1-3x
seminggu> 3x
seminggu Jarang Tidak
pernah Sumber Karbohidrat
Beras Jagung Mie Roti/biskuit Umbi/ketela Sumber Protein
Tempe Tahu Kacang-kacangan
Unggas Daging segar Jerohan Telur ayam/bebek
Ikan Sea food Sayur Buah Susu/olahan Gula/minuman manis
Sumber Lemak
Minyak/santan Ayam Sumber Zat besi
Hati Daging Sumber Kalsium
susu
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 3
Formulir Konsumsi Makanan Sehari (Food Recall)
Nama Sampel : No. Sampel :
Banyak Banyak Makan Pagi Gram URT
Selingan Pagi Gram URT
Banyak Banyak Makan Siang Gram URT
Selingan Siang Gram URT
Banyak Banyak Makan Malam Gram URT
Selingan Malam Gram URT
Kal KH (gr)
Protein (gr)
Lemak (gr)
Zn (mg)
Rata-rata sehari
Kecukupan gizi
Persen
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 4
Formulir Frekuensi Makanan Zat Seng
Nama Sampel : No. Sampel :
Frekuensi Keterangan Bahan Makanan
1 2 3 4 5 6 7
Sumber Seng
Daging
Hati
Sea food
Unggas
Susu (olahannya)
Yogurt
Telur
Kacang-kacangan
Sayur hijau
Meningkatkan Penyerapan Seng
ASI
Asam sitrat
Menghambat Penyerapan Seng
Teh/kopi
Kedelai/gandum/jagung
Sayur tinggi serat
Kalsium (susu)
1 = 1x sehari
2 = 1-3x sehari
3 = > 3x sehari
4 = 1-3x seminggu
5 = < 1x seminggu
6 = jarang
7 = tidak pernah
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 5 T-Test Uji t Berpasangan (Kelompok Perlakuan BB 1 & 3)
Paired Samples Statistics
9.635 20 1.931 .43210.745 20 2.269 .507
SBL_PMT1SDH_PMT3
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .915 .000SBL_PMT1 & SDH_PMT3Pair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
T-Test TB 1 & 3
Paired Samples Statistics
81.850 20 10.624 2.37683.750 20 11.050 2.471
TB_PMT1TB_PMT3
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
-1.110 .927 .207 -1.544 -.676 -5.357 19 .000BB_SBL - BB_SDH Pair 1 Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of theDifference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Correlations
20 .977 .000TB_PMT1 & TB_PMT3Pair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
T-Test Kelompok Kontrol BB 1 & 3
Paired Samples Statistics
9.840 20 2.141 .47910.455 20 2.115 .473
SBL_PMT1SDH_PMT3
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .954 .000SBL_PMT1 & SDH_PMT3Pair 1N Correlation Sig.
-1.900 2.382 .533 -3.015 -.785 -3.567 19 .002TB_SBL - TB_SDH Pair 1 Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of theDifference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Test
T-Test TB 1 & 3
Paired Samples Statistics
81.300 20 12.083 2.70282.950 20 10.733 2.400
TB_PMT1TB_PMT3
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .978 .000TB_PMT1 & TB_PMT3Pair 1N Correlation Sig.
-.615 .645 .144 -.917 -.313 -4.264 19 .000BB_SBL- BB_SDH Pair 1 Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of theDifference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
Paired Samples Test
-1.650 2.739 .612 -2.932 -.368 -2.694 19 .014TB_SBL - TB_SDH Pair 1 Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of theDifference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 6 T-Test Uji t Sampel Berpasangan (Kelompok Perlakuan Pre dan Post)
Paired Samples Statistics
951.85 20 435.54 97.391114.65 20 542.33 121.27
PPRE_EPPOS_E
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .811 .000PPRE_E & PPOS_EPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-162.80 317.07 70.90 -311.19 -14.41 -2.296 19 .033PPRE_E - PPOS_EPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
T-Test Protein
Paired Samples Statistics
41.9200 20 27.3863 6.123847.0500 20 36.2529 8.1064
PPRE_PPPOS_P
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .336 .148PPRE_P & PPOS_PPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-5.1300 37.3805 8.3585 -22.6246 12.3646 -.614 19 .547PPRE_P - PPOS_PPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Lemak
Paired Samples Statistics
39.0390 20 19.7480 4.415847.7820 20 24.9056 5.5691
PPRE_LPPOS_L
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Correlations
20 .403 .078PPRE_L & PPOS_LPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-8.7430 24.7806 5.5411 -20.3407 2.8547 -1.578 19 .131PPRE_L - PPOS_LPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Karbohidrat
Paired Samples Statistics
97.6495 20 47.2300 10.5609117.7300 20 62.3058 13.9320
PPRE_KHPPOS_KH
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .892 .000PPRE_KH & PPOS_KHPair 1N Correlation Sig.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Test
-20.0805 29.3642 6.5660 -33.8234 -6.3376 -3.058 19 .006PPRE_KH - PPOS_KHPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Besi (Fe)
Paired Samples Statistics
4.9200 20 2.9382 .65706.3625 20 5.5662 1.2446
PPRE_FEPPOS_FE
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .073 .758PPRE_FE & PPOS_FEPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-1.4425 6.1003 1.3641 -4.2975 1.4125 -1.058 19 .304PPRE_FE - PPOS_FEPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
T-Test Vitamin A
Paired Samples Statistics
9175.7500 20 7141.9019 1596.977811939.25 20 8584.6764 1919.5920
PPR_VITAPS_VITA
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .044 .853PPR_VITA & PS_VITAPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-2763.50 10921.0525 2442.0216 -7874.71 2347.7099 -1.132 19 .272PPR_VITA - PS_VITAPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Vitamin B1
Paired Samples Statistics
.5597 20 .3008 6.726E-02
.6257 20 .3505 7.838E-02PPR_VITBPPS_VITB
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Correlations
20 .797 .000PPR_VITB & PPS_VITBPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-6.60E-02 .2127 4.757E-02 -.1656 3.351E-02 -1.389 19 .181PPR_VITB - PPS_VITBPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Vitamin C
Paired Samples Statistics
13.6325 20 19.5924 4.381018.1850 20 23.6557 5.2896
PPR_VITCPPS_VITC
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .130 .585PPR_VITC & PPS_VITCPair 1N Correlation Sig.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Test
-4.5525 28.6878 6.4148 -17.9788 8.8738 -.710 19 .487PPR_VITC - PPS_VITCPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Uji t Sampel Bepasangan (Kelompok Kontrol Pre dan Post)
Paired Samples Statistics
844.55 20 434.77 97.22964.60 20 350.84 78.45
KPRE_EKPOS_E
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .570 .009KPRE_E & KPOS_EPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-120.05 371.88 83.15 -294.09 53.99 -1.444 19 .165KPRE_E - KPOS_EPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
T-Test Protein
Paired Samples Statistics
33.5120 20 18.6404 4.168146.0000 20 29.4578 6.5870
KPRE_PKPOS_P
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .211 .372KPRE_P & KPOS_PPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-12.4880 31.3590 7.0121 -27.1645 2.1885 -1.781 19 .091KPRE_P - KPOS_PPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Lemak
Paired Samples Statistics
34.2450 20 24.7637 5.537338.8300 20 15.0551 3.3664
KPRE_LKPOS_L
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Correlations
20 .559 .010KPRE_L & KPOS_LPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
-4.5850 20.5675 4.5990 -14.2109 5.0409 -.997 19 .331KPRE_L - KPOS_LPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Karbohidrat
Paired Samples Statistics
95.9700 20 49.7414 11.122597.3050 20 48.0631 10.7472
KPRE_KHKPOS_KH
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .620 .004KPRE_KH & KPOS_KHPair 1N Correlation Sig.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Test
-1.3350 42.6794 9.5434 -21.3096 18.6396 -.140 19 .890KPRE_KH - KPOS_KHPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Besi (Fe)
Paired Samples Statistics
6.8495 20 6.1099 1.36625.8135 20 3.8917 .8702
KPRE_FEKPOS_FE
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 .019 .936KPRE_FE & KPOS_FEPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
1.0360 7.1808 1.6057 -2.3247 4.3967 .645 19 .527KPRE_FE - KPOS_FEPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
T-Test Vitamin A
Paired Samples Statistics
10456.25 20 10005.1661 2237.22316987.0500 20 6203.4536 1387.1344
KPR_VITAKPS_VITA
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 -.125 .601KPR_VITA & KPS_VITAPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
3469.2000 12411.7306 2775.3473 -2339.67 9278.0687 1.250 19 .226KPR_VITA - KPS_VITAPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Vitamin B1
Paired Samples Statistics
.4949 20 .2762 6.177E-02
.4840 20 .2341 5.235E-02KPR_VITBKPS_VITB
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Correlations
20 .174 .462KPR_VITB & KPS_VITBPair 1N Correlation Sig.
Paired Samples Test
1.090E-02 .3295 7.367E-02 -.1433 .1651 .148 19 .884KPR_VITB - KPS_VITBPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
T-Test Vitamin C
Paired Samples Statistics
6.9000 20 10.2320 2.287911.1200 20 13.1109 2.9317
KPR_VITCKPS_VITC
Pair1
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Paired Samples Correlations
20 -.023 .924KPR_VITC & KPS_VITCPair 1N Correlation Sig.
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Paired Samples Test
-4.2200 16.8148 3.7599 -12.0896 3.6496 -1.122 19 .276KPR_VITC - KPS_VITCPair 1Mean Std. Deviation
Std. ErrorMean Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 7
Status Gizi Awal dan Akhir Balita Kelompok Perlakuan
Status Gizi Awal Status Gizi Akhir No. Nama Umur
(Bulan) BB TB BB/U BB/TB BB TB BB/U BB/TB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
TRW DMS AIF LKM ANR FRD IDH OKS FBA ALF ANR NA MI SM ANG AV MRS SFD DW IMR
11 58 41 30 28 13 35 52 20 34 34 20 48 36 30 36 49 22 19 35
7 14 12 10 8
7.5 10 12 8.7 9.5 8.8 7.8 11.5 10.3 9.5 9
12.2 7.6
7.21/2
10.1
68 102 97 81 82 65 86 96 79 86 73 75 86 77 75 85 100 72 70 82
Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Sngt Rendah
Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Rendah
Sngt Rendah Sngt Rendah
Rendah
Normal Normal Kurus
Normal Sngt Kurus
Normal Kurus Kurus Kurus
Sngt Kurus Normal Kurus
Normal Normal Normal
Sngt Kurus Kurus Kurus
Normal Normal
8 15 13 11 11 9 12 15 10 11 8.2 8 12
10.8 5.8 11 14 8.1
7.71/2
10.3
68 105 100 83 82 65 87 97 83 87 78 75 90 81 83 85 102 70 73 81
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Rendah
Sngt Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Normal
Sngt Rendah Rendah Rendah
Normal Normal Kurus
Normal Normal Gemuk Normal Normal Normal Normal Kurus Kurus
Normal Normal Kurus
Normal Normal Normal Normal Normal
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Status Gizi Awal dan Akhir Balita Kelompok Kontrol
Status Gizi Awal Status Gizi Akhir No. Nama Umur
(Bulan) BB TB BB/U BB/TB BB TB BB/U BB/TB 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
MFT MTK MA ALF SVR FRM RD SA VL LA TR ANS SFR ELS MID VN VR TFC FRD ND
33 33 48 57 40 24 54 48 24 48 14 24 16 31 38 11 11 45 31 52
10 10
11.5 12.2 11 8.4 11.5 11 8.7 12.4 8.3 9
7.5 9.8 10 5.6 5.5 12.5 8.9 13
87 87 85 95 87 75 97 86 80 96 73 78 69 80 85 54 54 85 78 95
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Sngt Rendah
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Sngt Rendah
Rendah Sngt Rendah
Rendah
Kurus Kurus
Normal Normal Normal Normal Kurus
Normal Kurus
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kurus
Normal
10 12 12
12.5 11 8.7 11.6 10.6 10.0 12.4 9.2 10.2 8.0 10
11.6 6.2 6.6 13 9
14.5
87 87 90 95 87 75 99 86 80 96 73 78 69 80 88 63 61 90 80 95
Rendah Normal Rendah Rendah Rendah Rendah
Sngt Rendah Sngt Rendah
Normal Rendah Normal Normal Normal Rendah Normal
Sngt Rendah Sngt Rendah
Normal Sngt Rendah
Normal
Kurus Normal Normal Normal Normal Normal Kurus
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Kurus
Normal
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Lampiran 8
Presentase Prevalensi Balita Gizi Buruk Di Kota Surabaya Yang Dilaksanakan Oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya Tahun 2005
% BGM No. Puskesmas
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36.
Tanjung Sari Simomulyo Manukau K. Balongsari Asemrowo Semema Benowo Jeruk Lontar Lidah Kulon Peneleh Ketabang Kedung Doro Dr. Soetomo Tamba Dukuh Gundih Tambak Rejo Simolawang Perak Timur Pegirian Sidotopo Wonokusumo Kremb.Selatan Dupak Tanah Kali K. Sidotopo Wetan Kenjeran Rangkah Pacarkeling Gading Pucang Sewu Mojo Kalirungkut Medo’an Ayu Tenggilis Gunung Anyar
0 0.98 0.21
- 0
1.12 0 0
2.45 1.93 0.92 1.7 0.71 1.39 2.56 0.05 0.17 6.26
0 0.6 6.63 3.61 0.26 1.31 2.85 0.07 3.97 0.33 0.18 0.66
0 0.52 2.22 1.08 1.05
0
0 0.96
0 - 0
1.69 0 0
3.18 0
0.81 1.48 0.71 1.34 0.59
0 0.55 5.34
0 0.95 6.58 3.1 0.31 2.24 1.53 0.1 3.95 0.49 0.37 0.65
0 0.89 2.39 2.72 0.56
0
0.43 0.78 1.98
- 0
1.8 1.85 1.58 0.86
0 0.84 1.57 0.76 1.34 1.47
0 1.3 7.54 0.16 0.61 7.66 3.61 0.15 1.72 2.18 0.63 3.9 1.39 0.15 0.94
0 0.93 1.75 3.1 1.39
0
0.37 0.7 0.32 1.46
0 0.76 3.45 0.69 0.58 0.34 0.85 1.26 0.76 1.33 0.09
0 1.15 10.95
0 0.84 7.74 3.69
0 1.34 1.69 1.2 4.57 0.26
0 0.87
0 0.51 2.59 4.2 0.23 0.19
0.12 0.89 0.16 0.33 0.46 1.5 3.9 0.35 0.73 0.3 0.83 1.4 0.71 1.04
0 0.36 1.33 8.17 0.76 0.89 10.37 3.66
0 3.05 1.33 0.84 4.12 0.25
0 0.52 0.09 0.59 1.12 1.31
0 0.18
0.98 1.19 1.94 1.23 1.29 1.12 7.1 0.63 0.58 0.56
0 1.15 0.84 1.12 0.35 0.18 3.12 7.2 1.21 2.47 9.17 2.67
0 1.14 1.27 0.58 3.8 1.45
0 0.69 0.15 0.58 0.79 1.79
0 0.78
2.95 0.74
0 2.01 1.29 19.56 7.56 1.49 3.18 1.29 3.6 0.47 0.75 1.19
0 0
2.99 6.77 1.69 1.12 11.19 3.83 0.18 0.17 0.9 1.1 3.83 0.24 0.11 0.62 0.19 0.79 0.55 2.17
0 0.53
0.25 0.75 0.16 1.22 0.14 1.74 0.51 0.63 2.15 0.51
0 1.19 1.21 1.29 0.18
0 2.82 7.14 0.47 0.86 11.27 2.09
0 0.1 0.9 0.49 3.33 0.2 0.22 0.03 0.19 0.7 0.45 2.84 0.09 1.11
0 0.78 0.09 0.96 0.79 1.65 7.9 0.3 3.18 0.76
0 1.47 0.63 1.34 0.63
0 2.24 3.76 0.37 0.89 13.85 4.19
0 0..5 0.94 0.77 3.62 0.3 0.18 0.02 0.23 0.77 1.18 2.07
0 1.07
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
% BGM No. Puskesmas Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agst Sept
37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53.
Menur Klampis NG Mulyorejo Sawahan Putatjaya Pakis Banyo Urip Jagir Wonokromo Ngagel Rejo Kedurus Dukuh Kupang Wiyung Gayungan Jemur Sari Sidosermo Kebonsari
0 0.24 1.17 0.29 3.9 1.00 0.81 0.59 1.84 0.09 0.79
0 0
0.31 0.22 1.26 0.34
0 0.2 1.26 0.4 4.45 1.81 0.46 0.9 1.9 0.6 0.12 1.97
0 0.28 0.41 1.22 0.28
0 0.2 1.36 0.59 4.2 1.5 2.6 0.44 3.62 0.9 1.02 3.41
0 0
0.54 2.39 0.31
0 0
2.09 0.74 4.57 1.71 0.78 1.51 2.42 0.18
0 1.75 0.83
0 0.2 2.7 0.31
0.13 0.16 2.38 1.03 4.04 0.08 0.6 0.35 2.47 0.51 0.12 2.7 0
0.2 0.49
0 0.3
0.73 0
2.38 0.91 5.73 0.76 1.67 0.23 3.57 0.55 0.33 4.37 0.25
0 0.27 3.35 0.33
0.24 0
2.38 1.00 2.23 2.08 1.89 0.1 3.81 0.34 0.09 2.54 1.7 0.04 0.13 3.35 0.33
0.36 0
2.38 1.07 5.82 2.37 2.1 0.13 3.53 0.04
0 1.09
0 0
0.05 5.7 0.29
0.71 0
2.38 1.01 6.18 1.89 1.3 0.13 1.93 0.13 0.1 5.12 0.12 0.15
0 4.01 0.3
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti
Surat Pernyataan
Kesediaan Menjadi Responden Penelitian
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Alamat :
Nama anak :
Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden eksperimen dalam penelitian
yang dilakukan oleh saudari Dwi Hastuti, tentang : Pengaruh Pemberian Zinc Sulfat
(Zn SO4) Terhadap Perubahan Berat Badan, Tinggi Badan, Dan Status Gizi Pada
Balita Gizi Buruk.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh rasa kesadaran dan sukarela.
Surabaya, Februari 2006
Yang membuat pernyataan
(………………………...)
ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi Pengaruh zinc sulfat..... Dwi Hastuti