iii
ABSTRAK
Mawardiana. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Minat Ibu UntukMemilih Implan Sebagai Alat Kontrasepsi di Wilayah UPTD PuskesmasPeureume Kecamatan Kaway XVI Kabuapen Aceh Barat. Dibawah BimbinganHj. Afifah, SKM, M.Kes dan Itza Mulyani, SKM.
Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang berkembangtermasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk dankurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk. Keadaan pendudukyang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan pemerataankesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin besar usahayang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan rakyat. DiUPTD Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI peserta KB aktif pada tahun2012 sebanyak 3351. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktoryang berhubungan dengan minat ibu untuk memilih alat kontrasepsi implant diUPTD Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.Populasi penelitian berjumlah 3328 aseptor KB dengan sampel 97 orang ibu-ibuyang menggunakan KB. Uji statistik menggunakan chi-square test pada tarafsignifikan 95 % dengan aplikasi pemprograman komputer. Hasil penelitiandiperoleh ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan penggunaanalat kontrasepsi implant dimana nilai p-value = 0,001 yang berarti lebih kecil dariα- value (0,05), Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan denganpenggunaan alat kontrasepsi implant dimana nilai p- value = 0,03 yang berartilebih kecil dari α-value =(0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara sikapdengan penggunaan alat kontrasepsi implant dimana nilai p-value = 0,004 yangberarti lebih kecil dari α-value (0,05). Tidak ada hubungan yang signifikanantara umur dengan penggunaan alat kontrasepsi implant dimana nilai p-value =0,372 yang berarti lebih besar dari α-value (0,05).
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, Pendidikan, Alat Kontrasepsi Implant
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah utama yang sedang dihadapi negara-negara yang sedang
berkembang termasuk Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan
penduduk dan kurang seimbangnya penyebaran dan struktur umur penduduk.
Keadaan penduduk yang demikian telah mempersulit usaha peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Semakin tinggi pertumbuhan penduduk semakin
besar usaha yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat tertentu kesejahteraan
rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2004).
Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa selama tiga
dasawarsa terakhir jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dengan pesat,
walaupun laju pertumbuhan penduduk (LPP), menunjukkan kecenderungan
menurun. Selama periode 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah 24,1 juta
jiwa, sehingga pada tahun 2000 menjadi 204 juta jiwa. Dengan laju pertumbuhan
penduduk tetap 1.27% per tahun, maka pada tahun 2010, penduduk Indonesia
diperkirakan akan bertambah jumlah penduduk sehingga 233 juta jiwa.
pertambahan jumlah penduduk ini memerlukan sumber daya tidak sedikit untuk
menunjang kehidupannya, dan akan menjadi beban bagi bangsa Indonesia
khususnya di masa krisis ini.
Penduduk Indonesia dibandingkan dengan negara lain di dunia, secara
kuantitas penduduk Indonesia merupakan yang terbesar keempat setelah China,
India dan Amerika Serikat. Jika Indonesia masih dapat mempertahankan
1
2
laju pertumbuhan penduduk seperti yang telah dicanangkan selama ini maka pada
tahun 2050, Indonesia masih akan berada pada posisi keempat, namun jika LPP
tersebut tidak dapat dipertahankan maka pada tahun tersebut jumlah penduduk
Indonesia akan melebihi jumlah penduduk Amerika Serikat, (BKKBN, 2009).
Program pengendalian kelahiran merupakan sebuah keharusan. Dengan
pencapaian program pengendalian penduduk melalui program KB. Keluarga
Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling
dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan
dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat
kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita harus menentukan pilihan
kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang
tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas
wanita atau biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 2005).
Apa yang terjadi jika Indonesia tidak mengendalikan kelahiran,
pertumbuhan penduduk utamanya dan kematian. Tidak ada negara yang ingin
penduduknya meninggal dalam jumlah banyak. Karena itulah program kesehatan
dijalankan.
Keadaan demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2002-2003
memperlihatkan proposi peserta KB untuk semua tercatat sebesar 60,3%. Bila
dirincikan lebih lanjut proposi peserta KB yang terbanyak menggunakan metode
suntik adalah (27,8%), diikuti oleh pil (13,2%), IUD (Intra Uterine Devices)
3
(6,2%), implant atau susuk KB (4,3%) sterilisasi wanita (3,7%), kondom (0,9%),
sterilisasi pria (0,4%), MAL (Metode Amenore Laktasi) (0,1%), dan sisanya
merupakan peserta KB tradisional masing-masing menggunakan cara tradisional,
pantang berkala (1,6%) maupun senggama terputus (1,5%) dan cara lain (0,5%).
(BKKBN, 2006).
Di Provinsi Aceh dengan jumlah kabupaten/kota 23 kabupaten/kota pada
tahun 2011 jumlah penduduk keseluruhan 4.494.410 dan tahun 2012 berjumlah
4.597.308 jiwa, dimana terjadi peningkatan 102.898 jiwa. Sedangkan jumlah
Penduduk Aceh Barat tahun 2010 dengan jumlah 173.558, dari 12 Kecamatan
pada tahun 2012 jumlah penduduk Aceh Barat 177.532 jiwa dimana terjadi
peningkatan 3.974 jiwa, (Aceh Dalam Angka BPS Provinsi Aceh, 2012).
Hasil data di BKKBN Aceh Barat pada tahun 2012 jumlah wanita usia
subur (15-49 tahun) sebanyak 54.546 jiwa, yang menjadi peserta KB aktif pada
2012 sebanyak 31.017 peserta, yakni peserta KB IUD sebanyak 639 peserta,
Metode Operasi Wanita sebanyak 368 peserta, Metode Operasi pria tidak ada
peserta, kondom 3791 peserta, Implant 445 peserta, suntik 15756 peserta dan pil
sebanyak 10018 peserta ( BKKBN Aceh Barat, 2012).
Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
statusnya merupakan Puskesmas Perawatan diwilayah kerja mencakup 44
gampong. Yang jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Peureume dengan
jumlah 19.339 jiwa, dimana jumlah laki-laki 9.702 dan perempuan 9.637 jiwa
dimana Jumlah Wanita Usia Subur (WUS) 4100 jiwa, dan Pasangan Usia Subur
(PUS) 2883 jiwa., (Propil Puskesmas, 2012).
4
Berdasarkan hasil data di Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI
pada tahun 2012 di Kecamatan Kaway XVI peserta KB aktif pada 2012 sebanyak
3351. Peserta KB tidak aktif adalah sejumlah 749 jiwa, yakni peserta KB IUD
sebanyak 25 peserta, kondom 301 peserta, Implant 23 peserta, suntik 1182
peserta dan pil sebanyak 1820 peserta, (Data Puskesmas Peureume, 2012). Di
puskesmas ini merupakan peserta yang sedikit menggunakan metode implant,
dibandingkan dengan puskesmas yang lain
Secara umum alasan utama tidak menggunakan alat kontrasepsi implan
dimasyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu terhadap minat memilih alat
kontrasepsi implan sebagai alat kontrasepsinya, pendidikan yaitu dimana masih
kurangnya tentang alat kontrasepsi baik manfaat maupun efek yang ditimbulkan
oleh implan, dan sikap masyarakat diakibatkan dari kurangnya penyuluhan
mengenai alat kontrasepsi, sehingga minat ibu di wilayah Puskesmas peureume
kecamatan kaway XVI masih sangat rendah terhadap alat kontrasepsi implant.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut yang menjadi perumusan
masalah dalam penelitian ini adalah faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
minat ibu untuk memilih implant sebagai alat kontrsepsi diwilayah Puskesmas
Peureume Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan minat ibu untuk
memilih implant sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Peureume Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap minat ibu dalam memilih
implant sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat.
2. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan terhadap minat ibu dalam memilih
implant sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway
XVI Kabupaten Aceh Barat.
3. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap minat ibu dalam memilih implant
sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
4. Untuk mengetahui pengaruh umur terhadap minat ibu dalam memilih implant
sebagai alat kontrasepsi di Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI
Kabupaten Aceh Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Untuk mendapatkan tambahan referensi tentang implant sebagai alat
kontrasepsi.
6
1.4.2 Manfaat Aplikatif
1. Sebagai bahan masukan dan informasi kepada Puskesmas dan Dinas
Kesehatan dalam meningkatkan pelayanan, khususnya pada program KB.
2. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan peneliti tentang minat ibu
untuk memilih alat kontrasepsi implat.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi KB ( Keluarga Berencana)
Menurut WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objek-objek
tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran
yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat-saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2004, h.27)
2.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi menurut Buku Petugas Pelayanan Keluarga Berencana.
Berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan Konsepsi
adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan, (Depkes RI, 2005).
Kontrasepsi menurut Buku Kapita selekta Kedokteran adalah upaya
mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap dan dapat
dilakukan tanpa menggunakan alat, secara mekanis menggunakan obat / alat
dengan operasi, (Buku Kapita selekta Kedokteran. 2001).
2.3 Macam-macam metode kontrasepsi :
2.3.1 Metode Sederhana
1) Tanpa alat
7
8
a) KB Alamiah (metode kalender, metode lender serviks).
b) Coitus Interuptus
Adalah suatu metode kontrasepsi dimana senggama diakhiri sebelum
terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia
eksterna wanita.
2) Dengan Alat
a) Mekanis (Barrier)
Terdiri dari kondom pria dan Barier Intra-vaginal : Cap serviks.
b) Kimiawi
Kimiawi adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa
didalam vagina (spermisid). seperti vaginal cream.
2.3.2 Metode Modern
1) Kontrasepsi Hormonal :
a) Per Oral seperti Pil Oral Kombinasi (POK).
b) Injeksi/ suntikan seperti DMPA, Microspheres, Microcapsule.
c) Sub Kutis : Implant (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit = AKBK)
- Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST- Implanon)
- Implant biodegradable (Capronor, Pellets)
2) Intra Uterine Devices (IUD, AKDR)
3) Kontrasepsi Mantap :
1. Pada wanita = Medis Operatif Wanita (MOW) adalah penyumbatan
atau pemutusan saluran tuba falopii.
2. Pada pria = Medis Operatif Pria (MOP) adalah penyumbatan
pemutusan saluran vas deferens.
9
2.4 Faktor – faktor dalam memilih metode kontrasepsi
Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks
dan memerlukan waktu yang relative lama. Secara teori perubahan perilaku atau
seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupan melalui
beberapa tahapan.
Menurut Green (1980) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), seseorang
melakukan perubahan perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu: faktor
predisposisi (predisposing factors) ini mencakup pengetahuan, tingkat pendidikan
dan social ekonomi, faktor pemungkin (enambing factors) mencakup sikap dan
perilaku tokoh masyarakat, peraturan pemerintah dan undang-undang.
Bahwa sampai saat ini kita mengetahui belumlah tersedia satu metode
kontrasepsi yang benar 100% ideal/ sempurna. Pengalaman menunjukan bahwa
saat ini pilihan metode kontrasepsi umumnya masih dalam bentuk supermarket/
toko, dimana calon akseptor memilih sendiri metode kontrasepsi yang
diinginkannya (Hartanto, 2004, h.36).
2.5 Pengertian Kontrasepsi Implan
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang diinsersikan pada
bagian subdermal, yang hanya mengandung progestin dengan masa kerja panjang,
dosis rendah, dan reversibel untuk wanita (Speroff, 2005).
10
2.6 Cara Kerja Kontrasepsi Implan :
1. Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek nyata terhadap mucus
serviks. Mukus tersebut menebal dan jumlahnya menurun, sawar penetrasi
sperma.
2. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi.
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi siklik endometrium
yang diinduksi estradiol, dan akhirnya menyebabkan atrofi. Perubahan ini
dapat mencegah implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian,
tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi pada pengguna
implan.
3. Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan sedikit, sehingga
menghambat pergerakan sperma.
4. Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan luteinizing
hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun hipofisis, yang penting
untuk ovulasi.
11
Gambar 2.1. Cara kerja kontrasepsi implan
2. 7 Jenis – jenis Kontrasepsi Implan
1) Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga
dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg
levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya
berkisar antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan, kemudian
menurun sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima tahun berikunya. Saat ini
norplant yang paling banyak dipakai.
2) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi progestin generasi ketiga,
yang dimasukkan kedalam inserter steril dan sekali pakai/disposable,
dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, Pada permulaannya
Kontrasepsi Implan 1) Mengandung progestin dosis rendah2) Insersi subdermal3) Masa kerja panjang
Cara Kerja
1) Lendir serviks menjadi kental2) Mengganggu proses pembentukan
endometrium sehingga sulit terjadiimplantasi.
3) Mengurangi transportasi sperma4) Menekan ovulasi
12
kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari, yang perlahan-
lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama masa kerjanya.
3) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama
kerja 3 tahun.
4) Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm, yang mengandung
38 mg nomegestrol asetat dengan kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per
hari dan lama kerja 1 tahun.
5) Capronor
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable implan melepaskan
progestin dari bahan pembawa/pengangkut yang secara perlahan-lahan
larut dalam jaringan tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu
dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan pembawa
tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan lagi. Tingkat
penggunaan kontrasepsi implan dapat diperbaiki dengan menghilangkan
kebutuhan terhadap pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton. Mempunyai
diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran dengan panjang 2,5 cm
mengandung 16 mg levonorgestrel, dan kapsul dengan panjang 4 cm yang
mengandung 26 mg levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan
pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali lebih cepat
dibandingkan silastik.
13
2.8 Waktu mulai menggunakan Implant
1. Implant dapat dipasang selama siklus haid hari ke -2 samapai hari ke – 7
2. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat.
3. Saat menyususi antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan.
4. Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan.
5. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,
insersi dapat dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual
selama 7 hari.
2.9 Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan
2. 9.1 Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi :
1. Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi berkesinambungan
yang aman dan sangat efektif. Efektivitas penggunaan implant sangat
mendekati efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per 100
perempuan.
2. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang. Masa kerja
paling pendek yaitu satu tahun pada jenis implan tertentu (contoh :
uniplant) dan masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
3. Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi terlalu rendah untuk dapat
diukur dalam 48 jam setelah pengangkatan implan. Sebagian besar wanita
memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya dalam bulan pertama
14
setelah pengangkatan. Angka kehamilan pada tahun pertama setelah
pengangkatan sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk hamil. Tidak ada efek
pada jangka panjang kesuburan di masa depan.Kembalinya kesuburan
setelah pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan kehamilan berada
dalam batas-batas normal. Implan memungkinkan penentuan waktu
kehamilan yang tepat karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan
implan demikian cepat.
4. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
5. Bebas dari pengaruh estrogen
Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi implan mengandung
hormon progestin dosis rendah. Wanita dengan kontraindikasi hormon
estrogen, sangat tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
6. Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan sanggama, karena
diinsersikan pada bagian subdermal di bagian dalam lengan atas.
7. Tidak mengganggu ASI
Implan merupakan metode yang paling baik untuk wanita menyusui. Tidak
ada efek terhadap kualitas dan kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh
secara normal. Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya (dalam
tiga bulan), implan dapat diisersikan segera Postpartum.
8. Klien hanya kembali ke klinik bila ada keluhan
9. Dapat dicabut setiap saat
15
10. Mengurangi jumlah darah haid
Terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
11. Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah spotting dan hari perdarahan
di atas pola haid pra-pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna
implan meningkat karena terjadi penurunan dalam jumlah rata-rata darah
haid yang hilang.
2.9.2 Kerugian Kontrasepsi Implan, meliputi :
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), hipermenorea, atau meningkatkan jumlah darah
haid, serta amenorea.
Sejumlah perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama penggunaan,
kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut meliputi perubahan pada interval
antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak
perdarahan). Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering, kurang
dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak teratur dan memanjang
biasanya terjadi pada tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah
tahun kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun.Timbulnya
keluhan-keluhan, seperti :
1. Nyeri kepala
Sebagian besar efek samping yang dialami oleh pengguna adalah nyeri
kepala; kira-kira 20% wanita menghentikan penggunaan karena nyeri
kepala.
16
2. Peningkatan berat badan
Wanita yang meggunakan implan lebih sering mengeluhkan peningkatan
berat badan dibandingkan penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat
badan pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga, diet, dan
penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan dapat dihubungkan dengan
aktivitas androgenik levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya
tidakmempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan lanjutan
lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan implan Norplant dapat
menunjukkan tidak adanya peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga
tidak ada hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat
badan).
3. Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi minyak, merupakan
keluhan kulit yang paling umum di antara pengguna implan. Jerawat
disebabkan oleh aktivitas androgenik levonorgestrel yang menghasilkan
suatu dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam kadar
globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex hormonne binding globulin),
menyebabkan peningkatan kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun
testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral kombinasi yang
mengandung levonorgestrel, yang efek estrogen pada kadar SHBG-nya
(suatu peningkatan) menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang
tidak berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup pengubahan
makanan, praktik hygiene kulit yang baik dengan menggunakan sabun atau
pembersih kulit, dan pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel
17
klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan antibiotik lokal
membantu sebagian besar pengguna untuk terus menggunakan implan.
4. Perubahan perasaan (mood)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi pengalaman baru bagi
sebagian besar wanita. Sebagaimana dengan pengalaman baru manapun,
wanita akan menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta
kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat pemasangan implan
merupakan sumber kecemasan utama banyak wanita, nyeri yang sebenarnya
dialami tidak separah yang dibayangkan.
5. Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular seksual termasuk
AIDS. Implan tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit
menular seksual seperti herpes, human papiloma virus, HIV AIDS, gonore
atau clamydia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular seksual
harus mempertimbangkan untuk menambahkan metode perintang (kondom)
guna mencegah infeksi.
6. Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi.
Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan pengangkatan implan.
7. Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat tuberculosis (rifampisin)
atau obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom hati. Pada kasus ini,
penggunaan implan tidak dianjurkan karena cenderung menigkatkan risiko
kehamilan akibat kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
8. Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
18
Angka kehamilan ektopik selama menggunakan kontrasepsi implan adalah
0,28 per 1000 wanita per tahun penggunaan. Walaupun risiko terjadinya
kehamilan ektopik selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan
memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena kira-kira 30%
kehamilan pada saat menggunakan implan merupakan kehamilan ektopik.
2.10 Yang boleh menggunakan Kontrasepsi Implant
a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak
c. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
d. Pasca persalinan tidak menyusui
e. Pasca keguguran
f. Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi
g. Riwayat kehamilan ektopik
h. Tekanan darah <180/ 110 mmhg, dengan maslah pembekuan darah.
i. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung
estrogen.
j. Sering lupa menggunakan pil
2.11 Yang tidak boleh menggunakan Kontrasepsi Implant
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya
c. Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara
d. Miom uterus dan kanker payudara
19
e. Gangguan toleransi glukosa.
2.12 Pemasangan Kontrasepsi Implant
Pemasangan Implant biasanya dilakukan dibagian atas (bawah kulit) pada
lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal ), agar tidak menggangu
kegiatan. Implant dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan
oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan
kesehatan terlebih dahulu danjuga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas
pemasangan harus dijaga agar tetap bersih kering dan tidak boleh terkena air
selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah
pemasangan. Setelah itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun
implant harus diambil atau di lepas.
2.13 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Ibu Untuk Memilih Implant
Sebagai Alat Kontrasepsi
Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga minat ibu untuk memilih
implant sebagai alat kontrasepsi antara lain:
1. Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jadena, Indoplant, atau
Implanot.
2. Nyaman.
3. Dapat dipakai oleh semua Ibu dalam usia reproduksi.
4. Kesuburan segere kembali setelah implant dicabut.
5. Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan
amenorea.
20
6. Aman dipaki pada masa laktasi,(Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, Tahun 2012).
2.14 Domain Perilaku Kesehatan
Perilaku manusia itu sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang
sangat luar. Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam tiga domain dapat ini diukur dari :
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang terjadi melalui panca
indra manusia yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
(Notoadmodjo, 2005) Tingkat Pengetahuan yang dicakup di dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkat menurut Notoatmodjo, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Sehingga dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, tentang objek yang dipelajarinya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
21
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu stuktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesa menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang makin mudah dalam menerima informasi, sehingga
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan sikap sesorang terhadap nilai-niali yang
baru dikenal (Notoatmodjo, 2011).
3. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek
2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek
3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)
22
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :
1). Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2). Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3). Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
5. Sosial ekonomi
Sosial adalah variabel yang sering dilihat hubungannya dengan angka
kesakitan atau kematian, variabel ini mengambarkan tingkat kehidupan seseorang.
Kelas sosial ini ditentukan oleh unsur-unsur seperti pendidikan, pekerjaan,
penghasilan, dan banyak contoh yang ditentukan pula tempat tinggal. Karena hal-
hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan
kesehatan maka tidaklah mengherankan apabila kita melihat perbedaan-perbedaan
dalam angka kesakitan atau kematian antara berbagai kelas sosial.
Masalah yang dihadapi di lapangan ialah bagaimana mendapatkan
indikator bagi kelas sosial. Di inggris penggolongan kelas sosial ini didasarkan
atas dasar jenis pekerjaan seseorang, yakni:
23
a. Profesional
b. Menegah
c. Tenaga terampil
d. Tenaga setegah terampil
e. Tidak mempunyai keterampilan
Di indonesia penggolongan seperti ini sulit oleh karena jenis pekerjaan
tidak memberi jaminan perbedaan dalam penghasilan. Hubungan antara kelas
sosial dan angka kesakitan atau kematian kita dapat mempelajari dalam hubungan
dengan umur dan kelamin (Notoatmodjo, 2011).
6. Umur
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
ppenyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian di dalam
hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur. Dengan cara ini
dapat membaca dengan mudah dan melihat pola kesakitan atau kematian menurut
golongan umur. Persolan yang dihadapi adalah apakah umur yang dilaporkan
tepat, apakah panjangnya interval didalam pengelompokan cukup untuk tidak
menyembunyikan peranan umur pada pola kesakitan dan kematian, dan apakah
pengelompokan umur pada penelitian orang lain.
Untuk keperluan perbandingan maka WHO menganjurkan pembagian-
pembagian umur sebagai berikut :
a. Menurut tingkat kedewasaan, yaitu
0-14 tahun : bayi dan anak-anak
15-49 tahun : orang mudan dan dewasa
50 tahun keatas : orang tua
24
b. Interval 5 tahun
Kurang dari 1 tahun
1-4 tahun
2.14 Kerangka Teori
Sarifuddin Azwar danLawrence Green(2008)
Pengetahuan
Pendidikan Minat Ibu MemilihImplant sebagia alat
KontrasepsiSikap
Sosial ekonomi
Umur
Gambar 2. 2 Kerangka
Teori
25
2.15 Kerangka Konsep
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sarifuddin azwar (2007) dan
Green (2008), Maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen
2.16 Hipotesis (Ha)
1. Adanya hubungan Pengetahuan dengan minat ibu memilih alat kontrasepsi
implant.
2. Adanya hubungan pendidikan dengan minat ibu terhadap alat kontrasepsi
implant.
3. Adanya hubungan sikap dengan minat ibu terhadap penggunaan alat
kontrasepsi implant.
4. Adanya hubungan umur ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant.
5. Adanya hubungan minat ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi
implant.
Minat ibu tentang alatkontrasepsi
Gambar 2.3 Kerangka
KonsepKonsep
Pengetahuan
Pendidikan
Sikap
Umur
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Rancangan dan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah analitik dengan desain crossectional dimana
variabel bebas dan variabel terikat yang terjadi pada objek penelitian diobservasi
dan diukur dalam waktu yang bersamaan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan dari keduanya.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway
XVI yang dilaksanakan pada tanggal 12 September 2012 sampai 19 Juli 2013.
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aseptor KB yang tidak
memakai implan yang ada di UPTD Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway
XVI yang berjumlah 3328 aseptor KB.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang tidak
menggunakan implan.
Rumus yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dari
buku Notoadmojo (2005).
23
27
Rumus Slovin :
n = N( )²+ 1n = 33283328(0,1) + 1= 332834,28N = 97 orang
keterangan :
N = Besar Populasi
n = Besar Sampel
d2 = Tingkat penyimpangan yang bisa ditolerir (0,1)
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data yang diperoleh langsung oleh peneliti di lokasi penelitian yang
didapatkan dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner.
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Puskesmas Peureume Kecamatan Kaway XVI,
laporan bulanan cakupan pelayanan aseptor KB yang ada di Puskesmas dan buku
yang berhubungan dengan penelitian.
28
3.5 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Variabel Penelitian
No VariabelIndependen
Keterangan
1. Pengetahuan Definisi Kemampuan ibu dalammemahami penggunaan alatkontrasepsi implant
Cara Ukur WawancaraAlat Ukur KuisionerHasil 1.Baik
2. KurangSkala Ukur Ordinal
2. Pendidikan Definisi Jenjang pendidikan yangdidapatkan dari pendidikanformal
Cara Ukur WawancaraAlat Ukur KuisionerHasil 1.Tinggi
2.Menengah3. Dasar
Skala Ukur Ordinal3. Sikap Definisi Padangan ibu terhadap
penggunaan kontrasepsi implantCara Ukur WawancaraAlat Ukur KuisionerHasil 1.Positif
2. NegatifSkala Ukur Ordinal
4. Umur Definisi Usia responden yang di ukurdari hari pertama kelahiransampai saat dilakukanpenelitian
Cara Ukur WawancaraAlat Ukur KuisionerHasil 1.Tua
2. MudaSkala Ukur Ordinal
Variabel Dependen5. Minat ibu tentang
alat kontrasepsiimplant
Definisi Keinginan ibu untuk memilihalat kontrasepsi implant
Cara Ukur WawancaraAlat Ukur KuisionerHasil 1.Berminat
2. Tidak BeminatSkala Ukur Norminal
29
3.6.Aspek Pengukuran Variabel
1. Pengetahuan ibu tentang minat untuk memilih alat kontrasepsi implant,
menurut (Notoadmojo, 2005)
a. Baik = apabila responden menjawab benar > 3
b. Kurang = apabila responden menjawab benar < 3
2. Pendidikan, diukur berdasarkan pendidikan formal yang ditempuh oleh
responden selama ini :
a. Tinggi jika memiliki ijazah Akademik/Perguruan Tinggi
b. Menengah jika memiliki ijazah SLTP/SMU
c. Dasar jika memiliki ijazah SD atau tidak tamat
3. Sikap ibu tentang minat untuk memilih alat kontrasepsi implant sebagai alat
kontrasepsi.
a. Positif = apabila responden menjawab benar > 3
b. Negatif = apabila responden menjawab benar < 3
4. Umur
a. Tua : Bila pada saat dilakukan wawancara ibu berusia > 35 tahun
b. Muda : Bila pada saat dilakukan wawancara ibu berusia < 35 tahun
5. Minat ibu tentang kontrasepsi sebagai alat kontrasepsi implan
a. Beminat = apabila responden menjawab benar > 2
b. Tidak berminat = apabila responden menjawab benar < 2
30
3.7.Teknik Analisis Data
3.7.1.Analisis Univariat
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil penelitian.
Dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
3.7.2.Analisis Bivariat
Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan
atau berkolerasi. Untuk uji statistik data dengan skala ordinal dan data ordinal
menggunakan uji statistik Chi Square karena sesuai dengan data yang digunakan.
Taraf kepercayaan 95% atau dengan alfa 5% (0,05), dikatakan bermakna apabila p
< 0,05 dan jika p > 0,05 dikatakan tidak ada hubungan yang bermakna.
Aturan yang berlaku pada Chi Square adalah :
1. Bila tabel 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang
digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
2. Bila tabel 2x2 dan tidak ada nilai E>5, maka uji yang dipakai sebaliknya
Contiuty Correction
3. Bila tabel lebih dari 2x2 misalnya 2x3, 3x3 dan seterusnya, maka digunakan
uji Pearson Chi Square
Untuk memperoleh hubungan yang bermakna pada variabel penelitian ini
digunakan perangkat komputer dalam menganalisis Uji Chi-square.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Lokasi penelitian
UPTD Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh
Barat statusnya merupakan Puskesmas perawatan diwilayah kerja yang mencakup
44 gampong, selain Puskesmas Peureumeu (Puskesmas Induk) juga memiliki 8
(delapan) Puskesmas Pembantu, 5 (lima) Polindes dan dua Poskesdes dan 4
(Empat) Posyandu, dengan jumlah tenaga kerja yaitu dokter umum 2 orang,
sarjana Kesehatan Masyarakat 3 orang, Sarjana Ekonomi 2 orang, Sarjana
Psikologi 1 orang, D-III Keperawatan 15 orang, D-III Keperawatan Gigi 2 orang,
D-III Kebidanan 9 orang, Pekerya Kesehatan 3 Orang, SPAG 1 orang, Asisten
Apoteker 3 orang, Analisis Kesehatan 2 orang, SPK 3 Orang, Bidan 18 orang,
SMA 2 orang, Bidan PTT 15 orang, Sopir 2 orang, Honorer 2 orang, SMF 2
orang. Dengan batas-batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Peureumeu
Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat :
1. Utara dengan PTD Puskesmas Pante Ceureumen
2. Selatan dengan PTD Puskesmas Meureubo
3. Timur dengan PTD Puskesmas Pante Ceureumen dan Kabupaten Nagan Raya
4. Barat Kecamatan PTD Puskesmas Sama Tiga dan Kuta Padang Layung
Penelitian ini dilakukan di UPTD Puskesmas Peureumeu Kecamatan
Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Pengumpulan data penelitian dimulai tanggal
19 Juni sampai dengan 19 Juli 2013 terhadap 97 orang responden.
32
4.2 Analisis Univariat
4.2.1. Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuandengan Minat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi Implant diPuskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten AcehBarat
No Pengetahuan Frekuensi %12
BaikKurang
2968
29,870,1
Total 97 100,0Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
memiliki pengetahuan yang kurang, yaitu sebanyak 68 orang (70,1%), dan yang
pengetahuan baik sebanyak 29 orang (29,8%).
4.2.2. Pendidikan
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikandengan Minat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi Implant diPuskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten AcehBarat
No Pendidikan Frekuensi %123
TinggiMenengahDasar
184633
18,647,434,0
Total 97 100,0Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai
pendidikan tinggi yaitu 18 orang (18,6%), yang pendidikan rmenengah yaitu 46
orang (47,4%), dan yang pendidikan dasar sebanyak 33 orang (34,0%).
.
33
4.2.3.Sikap
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap denganMinat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi Implant di PuskesmasPeureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Sikap Frekuensi %12
PositifNegatif
5542
56,743,3
Total 97 100,0Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden positif
yaitu 55 orang (56,7), dan yang mempunyai sikap negatif sebanyak 42 orang
(43,3%).
4.2.4. Umur
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur denganMinat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi Implant di PuskesmasPeureumeu Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Umur Frekuensi %12
TuaMuda
1582
15,584,5
Total 97 100,0Sumber : Data primer diolah tahun 2013
Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
berumur muda yaitu 82 orang (84,5), dan yang berumur tua sebanyak 15 orang
(15,5%).
4.2.5 Minat Ibu
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Minat Ibu UntukMemilih Kontrasepsi Implant di Puskesmas PeureumeuKecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No Minat Ibu Frekuensi %12
BerminatTidak Berminat
3265
33,067,0
Total 97 100,0Sumber : Data primer diolah tahun 2013
34
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
tidak berminat memakai kontrasepsi implan yaitu sebanyak 65 orang (67,0%) dan
yang berminat yaitu sebanyak 32 orang (33,0%)
4.3. Ananlisis Bivariat
4.3.1. Hubungan Pengetahuan dengan Minat Ibu Memilih KontrasepsiImplan
Tabel 4.6 Hubungan Pengetahuan dengan Minat Ibu Untuk MemilihKontrasepsi Implant di Puskesmas Peureumeu KecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No PengetahuanMinat Ibu Jumlah
PValue
OR
Berminat Tidak Berminat
0,001 13,6f % f % f %
Baik 21 72,4 8 27,6 29 100Kurang 11 16,2 57 83,7 68 100Jumlah 32 65 97 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 29 orang yang pengetahuan baik
ternyata 72,4% yang berminat menggunakan alat kontrasepsi implant. Selanjutnya
68 orang yang pengetahuan kurang ternyata 16,2 % yang berminat menggunakan
alat kontrasepsi implant.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Diperoleh nilai p-value = 0,001 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan minat ibu
memilih alat kontrasepsi implant. Besarnya hubungan dapat nilai Odds Ratio
(OR).Yaitu 13,6 dimana responden yang pengetahuan baik mempunyai peluang
13,6 memilih alat kontrasepsi implant.
35
4.3.2. Hubungan Pendidikan dengan Minat Ibu Memilih Alat KontrasepsiImplant
Tabel 4.7 Hubungan Pendidikan dengan Minat Ibu Untuk MemilihKontrasepsi Implant di Puskesmas Peureumeu KecamatanKaway XVI Kabupaten Aceh Barat
No PendidikanMinat Ibu Jumlah
PValue
α
Berminat Tidak Berminat
0,03 0,05
f % f % f %Tinggi 3 16,7 15 83,3 18 100MenengahDasar
218
45,724,2
2525
54,375,8
4633
100100
Jumlah 32 65 97 100Sumber: data primer,2013 (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 18 orang yang pendidikan tinggi
ternyata 16,7% yang berminat menggunakan alat kontrasepsi implant. Selanjutnya
46 orang yang pendidikan menengah ternyata 45,7 % yang berminat
menggunakan alat kontrasepsi implant, dan 33 orang yang pendidikan dasar
ternyata 24,2% berminat menggunakan alat kontrasepsi implant.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Diperoleh nilai p-value = 0,03 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian kesimpulannya bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan minat ibu memilih
alat kontrasepsi implant.
36
4.3.3 Hubungan Sikap dengan Minat Ibu Memilih Alat Kontrasepsi ImplantTabel 4.8 Hubungan Sikap dengan Minat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi
Implant di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVIKabupaten Aceh Barat
No SikapMinat Ibu Jumlah
PValue
OR
Berminat Tidak Berminat
0,004 4,0f % f % f %
Positif 11 20,0 44 80,0 55 100Negatif 21 50,0 21 50,0 42 100Jumlah 31 65 97 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 55 orang yang sikap positif ternyata
20,0% yang berminat menggunakan alat kontrasepsi implant. Selanjutnya 42
orang yang sikap negatif ternyata 50,0 % yang berminat menggunakan alat
kontrasepsi implant.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Diperoleh nilai p-value = 0,004 yang
berarti lebih kecil dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan minat ibu memilih
alat kontrasepsi implant. Besarnya hubungan dapat nilai Odds Ratio (OR).Yaitu
4,0 dimana responden yang pengetahuan baik mempunyai peluang 4,0 kali
berminat memilih alat kontrasepsi implant.
37
4.3.4 Hubungan Umur dengan Minat Ibu Memilih Alat Kontrasepsi ImplantTabel 4.9 Hubungan Umur dengan Minat Ibu Untuk Memilih Kontrasepsi
Implant di Puskesmas Peureumeu Kecamatan Kaway XVIKabupaten Aceh Barat
No Umur
Minat Ibu JumlahP
ValueOR
TidakBerminat
Berminat
0,372 2,1f % f % F %
Tua 3 20,0 12 80,0 15 100Muda 29 35,4 53 64,6 82 100Jumlah 32 65 97 100
Sumber: data primer,2013 (diolah)
Dari tabel di atas dapat dilihat dari 15 orang yang umurnya tua ternyata
20,0% yang berminat menggunakan alat kontrasepsi implant. Selanjutnya 82
orang yang berumur muda ternyata 35,4 % yang berminat menggunakan alat
kontrasepsi implant.
Setelah dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square
dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05). Diperoleh nilai p-value = 0,372 yang
berarti lebih besar dari α-value (0,05). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan minat ibu
memilih alat kontrasepsi implant. Besarnya hubungan dapat nilai Odds Ratio
(OR).Yaitu 2,1 dimana responden yang umur tua tidak mempunyai peluang 2,1
memilih alat kontrasepsi implant.
38
4.4. Pembahasan
4.4.1. Pengetahuan dengan Minat Ibu Memilih Alat Kontrasepsi Implant
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 68 responden
berpengetahuan kurang 11 (16,2%) orang, berminat menggunakan alat kontrasepsi
implant. Sedangkan 29 responden yang berpengetahuan baik sebanyak 21 (72,4%)
responden berminat menggunakan alat kontrasepsi implant.
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,001 ternyata nilai p value lebih
kecil dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan minat ibu memilih alat kontrasepsi implant.
Dari penjelasan diatas maka peneliti menyimpulkan bahwa prilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih dari pada prilaku yang didasari tanpa
pengetahuan.
Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi implant dapat mempengaruhi
ibu dalam memilih alat kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin baik
pengetahuan ibu tentang manfaat yang didapatkan dengan menggunakan alat
kontrasepsi implan, maka seorang ibu akan memilih yang terbaik dari semua alat
kontrasepsi yang ada dan tidak membawa pengaruh pada kesehatannya
(Notoatmojo,2007).
Pernyataan itu sesuai dengan penelitian Nurkaidah (2008) hasilnya
mengatakan masing-masing variabel ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuan, pendidikan, sikap, dengan minat ibu menggunakan Implant.
Pengetahuan ibu adalah sebagai salah satu faktor yang mempermudah
(predisposing factor) terhadap terjadinya perubahan perilaku dalam hal ini
memilih alat kontrasepsi implan. Hal ini sesuai dengan pendapat L. Green dalam
39
buku Soekidjo Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa salah satu faktor
penentu terjadinya perubahan perilaku adalah adanya faktor pemudah
(predisposing factor) yang di dalam termasuk pengetahuan ibu.
Disamping itu pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi implant
juga dipengaruhi oleh persepsi yang kurang tepat sehingga kebanyakan responden
belum merasakan adanya manfaat dari pengetahuan dengan penggunaan alat
kontrasepsi implant. Keadaan ini sejalan dengan konsep yang dikemukanakn oleh
Notoatmodjo (2007) bahwa sebelum seseorang memutuskan untuk mengikuti
suatu perilaku tertentu (yang baru) ia harus tahu terlebih dahulu tentang apa arti
atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Sehingga dengan
sendirinya apabila seseorang tidak mengetahui tentang arti atau tidak mengetahui
manfaat dari sutau perilaku maka orang tersebut tidak akan menerima perilaku
tersebut.
4.4.2. Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 18 responden
berpendidikan tinggi 3 orang, beminat menggunakan alat kontrasepsi implant
(16,7%), 46 responden yang berpendidikan Menengah sebanyak 21 responden
berminat menggunakan alat kontrasepsi implant (45,7), dan 33 orang yang
pendidikan dasar sebanyak 24,2% orang berminat menggunakan alat kontrasepsi
implant.
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,03 ternyata nilai p value lebih kecil
dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan minat ibu menggunakan alat kontrasepsi implant.
40
Notoatmojo (2007), juga menambahkan bahwa pendidikan bertujuan
untuk mengubah pengetahuan / pengertian, pendapat, sikap dan persepsi serta
menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang baru bagi masyarakat yang masih
memakai adat istiadat lama serta meningkatkan pengetahuan yang kurang pada
masyarakat berpendidikan rendah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Handayani (2007) yang menyatakan
bahwa orang yang memiliki pendidikan tinggi lebih mudah mengerti dan
memahami informasi yang diterima bila dibandingkan dengan orang yang
berpendidikan lebih rendah.
4.4.3. Sikap
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 55 responden yang
mempunyai sikap positif 11 (20,0) orang, berminat menggunakan alat kontrasepsi
implant. Sedangkan 42 responden yang mempunyai sikap negatif sebanyak 21
(50,0) responden berminat menggunakan alat kontrasepsi implant.
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,004 ternyata nilai p value lebih
kecil dari nilai α berarti Ha diterima artinya ada hubungan yang signifikan antara
sikap dengan minat ibu memilih alat kontrasepsi implant.
Sebagaimana diketahui bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi
dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan
selama hidupnya. Pada manusia sebagai makhluk sosial, pembentukan sikap tidak
lepas dari pengaruh interaksi manusia satu dengan yang lain (eksternal). Di samping
itu, manusia juga sebagai makhluk individual sehingga apa yang datang dari dalam
dirinya (internal), juga mempengaruhi pembentukan sikap, (Notoatmodjo, 2003).
41
4.4.4. Umur
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 15 responden
berumur tua 3 orang, beminat menggunakan alat kontrasepsi implan (20,0%).
Sedangkan 82 responden yang berumur muda sebanyak 29 responden berminat
menggunakan alat kontrasepsi implant (35,4%).
Berdasarkan hasil statistik nilai p = 0,372 ternyata nilai p value lebih
besar dari nilai α berarti Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara umur dengan minat ibu menggunakan alat kontrasepsi implant.
Pada dasarnya umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi,
khususnya usia 20-25 tahun merupakan usia yang paling baik untuk hamil dan
bersalin. Kehamilan dan persalinan membawa resiko kesakitan dan kematian lebih
besar pada remaja dibandingkan pada perempuan yang telah berusia 20 tahunan,
terutama di wilayah yang pelayanan medisnya langka atau tidak tersedia (Yayasan
Pendidikan Kesehatan Perempuan, 2006).
Tetapi dalam hal minat ibu untuk memilih implan sebagai alat
kontrasepsi tidak dipengaruhi oleh faktor umur.
42
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan analisa data maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan antara lain:
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,001 < 0,05
artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan
penggunaan alat kontrasepsi implan. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 13,6
artinya responden yang pengetahuan baik 13,6 kali berminat
menggunakan alat kontrasepsi implant.
2. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,03 < 0,05
artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan
penggunaan alat kontrasepsi implan.
3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,004 < 0,05
artinya ada hubungan yang signifikan sikap dengan penggunaan alat
kontrasepsi implan. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 4,0 artinya responden
yang mempunyai sikap negatif 4,0 kali berminat menggunakan alat
kontrasepsi implant.
4. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa p value = 0,372 > 0,05
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan
penggunaan alat kontrasepsi implan. Bila dilihat dari nilai OR yaitu 2,1
artinya responden yang berumur tua 2,1 kali tidak berminat menggunakan
alat kontrasepsi implant.
42
43
5.2. Saran
1) Disarankan keluarga agar memberikan motivasi agar ibu-ibu
menggunakan alat kontrasepsi implant.
2) Disarankan kepada ibu-ibu untuk dapat meningkatkan pengetahuan
tentang kontrasepsi implant.
3) Diharapkan kepada pihak puskesmas hendaknya melakukan penyuluhan
untuk meningkatkan penggunaan alat kotrasepsi implant.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Saifuddin, 2007. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. PutakaPelajar. Yogyakarta.
BKKBN Aceh Barat, 2012. Data-data Program Keluarga Berencana (KB)
BKKBN, 2004. Advokasi dan KIA Program KB. Aceh
, 2006. KB Program Nasional. Jakarta
, 2009. KB Program Nasional. Jakarta
Data Provinsi, 2012. Aceh Dalam Angka BPS Provinsi Aceh. Badan PengawasanStatistik.
Depkes RI, 2005. Buku Petugas Pelayanan Keluarga Berencana. Aceh
Hartanto, Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinarharapan. Jakarta
Notoatmodjo, S, 2003, Promosi Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta
2005, Metodelogi Penelitian. Rineka Cipta Jakarta
2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka CiptaJakarta
2011, Kesehatan Masyarakat Ilmu & Seni. Rineka Cipta Jakarta
Pita Wulansari, 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. EGC. Jakarta
Prawirihardjo, 2003. Ilmu Kebidanan, Bina Pustaka: Jakarta
Puskesmas Peureumeu, 2012. Program KB (Keluarga Berencana)
Saifuddin, 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatus, Yayasan Bina Pustaka. Jakarta
Tridasa, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan BinaPustaka : Jakarta