Download - 31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika
mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun
pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus
memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh
makanan lain (Rosidah, 2003).
Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan
makanan tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi
kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang
diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah,
2003). Sehingga saat mulai diberikan makanan tambahan harus disesuaikan
dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya (Narendra, dkk,
2002).
Di negara-negara yang sudah maju seperti Eropa dan Amerika, makanan
padat sebelum tahun 1970 diberikan pada bulan-bulan pertama setelah bayi
dilahirkan, akan tetapi setelah tahun tersebut banyak dilaporkan tentang
kemungkinan timbulnya efek sampingan jika makanan tersebut diberikan terlalu
dini. Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada
umur 4 – 5 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut antara lain
1
1
adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
(Pudjiadi, 2003).
Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan
pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita, antara lain disebabkan
kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan
terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung
energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang
kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya (Supriyono, 2003).
Menurut Cesilia M. Reveriani, pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor
(IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping ASI
sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan
cair selain susu formula dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula
makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan
cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat tinggi sehingga dapat
membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak, yang dampaknya adalah
kerusakan pada usus bayi. Karena pada umur demikian usus belum siap mencerna
dengan baik sehingga pertumbuhan berat badan bayi terganggu, antara lain adalah
kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga ke obesitas dan malnutrisi.
Pada Indonesia sehat 2010, target ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 80%.
Penelitian di Kabupaten Lamongan Jawa Timur tahun 2003 menunjukkan
sebagian besar responden (59%) memberikan makanan tambahan sebelum bayi
2
berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat
bayi berusia 4 bulan atau lebih (Supriyono, 2003).
Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian
makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik
karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering
menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau
gangguan pertumbuhan anak, produksi ASI menurun (Narendra, dkk, 2002).
Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara
berlebihan yaitu diberi makanan tambahan dini karena akan berakibat
penambahan berat badan berlebihan (Behrman dan Vaughan, 1999).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa
dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan
sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi
(78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan
Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan
tambahan sebelum usia 4 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah :
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi?
3
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengidentifikasi pemberian makanan tambahan.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pertumbuhan berat badan bayi usia 4 bulan.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan.
1.4.2 Bagi BPS
Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI
eksklusif dan pemberian makanan tambahan.
1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menambah wawasan dalam bidang gizi mengenai hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.
4
BAB 2
LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan
2.1.1.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan selain ASI dan
PASI. Makanan lain ini disebut makanan tambahan (Rosidah, 2003).
2.1.1.2 Tujuan
Pemberian makan pada bayi / anak mempunyai suatu tujuan, yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup,
memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari.
2. Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal.
3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat,
memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak (Narendra,
dkk, 2002).
2.1.1.3 Jenis
Jenis makanan tambahan :
1. Makanan pendamping cair
Seperti sari buah.
2. Makanan lunak atau lembek
Seperti bubur susu, nasi tim saring, dan lain-lain
5
5
3. Makanan padat
Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan
Anwar, 2001).
2.1.1.4 Persyaratan
Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak belebihan /
kekurangan.
2. Mudah diterima dan dicerna.
3. Jenis makanan dan cara pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan
makan yang sehat.
4. Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit.
5. Susunan menu seimbang (berasal dari 10 – 15 % dari protein, 25 – 35% dari
lemak dan 50 – 65 % dari karbohidrat) (Narendra, dkk, 2002).
2.1.1.5 Waktu
Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan
adalah bahwa bayi tersebut :
1. Sekurangnya berusia 4 bulan karena pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah
mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih
banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.
2. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas makin bertambah,
sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan tambahan
makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 – 6 bulan untuk
membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI.
6
3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah
ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka
lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan
menelannya. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan
kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Dengan
bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai
belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan
kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan
kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat
menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi
diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang
dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga
dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.
Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh
orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan
menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan
tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan
menghambat ketrampilan makan bayi (Rosidah, 2003 dan Narendra, dkk,
2002).
7
2.1.1.6 Jadwal Pemberian Makan
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi
Umur (bulan) Makanan Jumlah Sehari
0 – 6
6 – 9
9 – 12
ASI saja
ASI
Buah
Bubur susu
Nasi tim saring
ASI
Buah
Nasi tim
Sesuka bayi
Sesuka bayi
2 kali
1 kali
2 kali
Sesuka bayi
2 kali
3 kali
Sumber : Perinasia, 2004
Tabel 2.2 Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai Menyusui Dalam Waktu 30 – 60 menit Setelah Melahirkan
Menyusui eksklusif
Makanan tambahan/
makanan pendamping
ASI (MP – ASI)
Berikan makanan
tambahan/MP ASI.
Teruskan pemberian
ASI
Umur 0 – 6 bulan pertama
Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan
(umur yang tepat bervariasi atau bila bayi
menunjukkan kesiapan neorologis dan
neoromuskuler)
Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6
bulan
Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih
Sumber : Perinasia, 2004
8
2.1.2 Pemberian Makanan Tambahan Dini
2.1.2.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan dini adalah memberikan makanan lain selain
ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003).
2.1.2.2 Dampak
Pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan :
1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh usus
bayi yang belum sempurna.
2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus
bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.
3. Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak karena zat essensial yang
diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan
mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan
keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh.
4. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan makanan
tambahan tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya
dapat menurunkan produksi ASI dan bayi kekurangan zat – zat yang
dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan yang tidak dapat diberikan
oleh makanan lain.
5. Tingginya solute load dari makanan tambahan yang diberikan, sehingga
dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal
6. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena bayi kekurangan protein yang
sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
9
7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak
peristaltik secara sempurna (Narendra, 2002).
2.1.3 Pertumbuhan
2.1.3.1 Definisi
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat
(Narendra, dkk, 2002).
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1. Faktor dalam (internal)
Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.
10
2. Faktor eksternal/lingkungan
1) Faktor pranatal
Yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu.
2) Faktor persalinan
3) Pasca natal
Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat. Pemberian makanan yang mengandung energi
berlebihan akan menimbulkan keadaan obesitas, sedangkan zat gizi
esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat
merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan)
dan mal absorbsi (gangguan penyerapan)), penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologi, endokrin, sosio–
ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (Narendra,
dkk, 2002 dan Pudjiadi, 2003).
2.1.4 Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
11
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein
menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,
antara lain :
2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia.
2.1.4.4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.
2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
indeks yang tidak tergantung pada umur.
2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat
(Supariasa, dkk, 2001).
12
2.1.5 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas (gangguan pertumbuhan berat badan) dan
dapat merupakan racun bagi tubuh (Pudjiadi, 2003).
Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan
pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita antara lain disebabkan karena
pemberian makanan tambahan terlalu dini (Supriyono, 2003).
13
2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.2.1 Kerangka Konseptual
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan
Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
14
Faktor InternalRas/etnik
KeluargaUmurJenis kelaminGenetikKromosom
Faktor EksternalGizi (pemberian makanan tambahan dini)MekanisToksin/zat kimiaEndokrinRadiasiInfeksiImunologiPenyakit kronis/kelainan kongenitalPsikologiSosio-ekonomiLingkungan pengasuhanStimulasi
Mal absorbsi dan Mal digesti
Pertumbuhan berat badan
bayi
Narasi Kerangka Konseptual
Pertumbuhan berat badan bayi berkaitan dengan masalah perubahan besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram) (Soetjiningsih, 1995).
Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi
antara lain :
1. Faktor Internal
Yang terdiri dari ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan
kromosom.
2. Faktor Eksternal
Yang terdiri dari gizi (pemberian makanan tambahan dini), mekanis, toksin/
zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, imunologi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan stimulasi.
Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan yang akan
menimbulkan keadaan obesitas, zat esensial yang diberikan secara berlebihan
untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi
dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan
pencernaan) dan mal absorbsi (gangguan penyerapan).
2.2.2 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar
atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2002).
15
Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi.
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancang Bangun Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan tambahan
dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Observasional yaitu pengukuran
penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang
dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study Cross
Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2002).
17
17
Desain :
Gambar 3.1 Rancang Bangun Penelitian Hubungan antara Pemberian Makanan
Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
3.2 Kerangka Kerja Penelitian
Ibu dan bayi usia 4 bulan
Ibu diberi kuesioner
Bayi ditimbang
Dianalisa
Identifikasi pemberian makanan
tambahan
Identifikasi pertumbuhan berat badan
bayi
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling
18
Pemberian Makanan Tambahan Dini
Pemberian Makanan Tambahan Sesuai Usia
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal
Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah
yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani,
2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan ibu-bayi yang berkunjung
ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni
2005.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini
sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya.
3.3.3 Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001). Pemilihan sampel
secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi
mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai
sampel.
3.3.3.1 Kriteria Sampel
Kriteria sampel terdiri dari 2, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
1. Kriteria Sampel Inklusi
1) Pasangan ibu-bayi bersedia diteliti.
2) Bayi berusia 4 bulan yang memiliki KMS.
19
3) Bayi tidak sedang atau baru sembuh dari sakit.
4) Bayi tidak punya kelainan kongenital.
2. Kriteria Sampel Eksklusi
1) Pasangan ibu-bayi tidak bersedia diteliti.
2) Bayi tidak berusia 4 bulan dan tidak memiliki KMS.
3) Bayi sedang atau baru sembuh dari sakit.
4) Bayi punya kelainan kongenital.
3.3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel
(Nursalam dan Pariani, 2001).
Dengan penelitian ini sampel yang digunakan dihitung dengan
mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang
bermakna dengan menggunakan formula sederhana seperti dibawah ini :
(Windhu, 2002)
Keterangan :
n total = Besar sampel
Z 2 = Standar deviasi yang disesuaikan = 1,96
= Proporsi dari respon yang diharapkan = 78,23% = 0,7823
W = Besar simpangan = 20% = 0,2
Perhitungan :
20
= 65,4
= 65
Karena sampel terlalu banyak maka dikonversi menjadi :
(Windhu, 2002)
Keterangan :
n* = Besarnya populasi
n = Besar sampel = 65 bayi
N = Besar populasi dalam waktu 1 bulan = 55 bayi
Perhitungan :
= 30,09
= 30 bayi
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 bayi.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002).
3.4.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)
21
Adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah pemberian makanan tambahan dini.
3.4.1.2 Variabel Tergantung (Variabel Dependent)
Adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini variabel
tergantungnya adalah pertumbuhan berat badan bayi.
3.4.2 Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pemberian Makanan Tambahan Dini dan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
No Variabel Definisi Operasional KategoriSkala
Pengukuran1.
2.
Pemberian makanan tambahan dini
Pertumbuhan berat badan bayi
Memberi makanan lain selain ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan yang dilihat melalui kuesioner.
Berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu pada bayi yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) melalui timbangan bayi dan KMS.
- Pemberian makanan tambahan dini yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek sebelum berusia 4 bulan.
- Pemberian makanan tambahan sesuai usia yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek di atas usia 4 bulan
- Pertumbuhan berat badan bayi normal
bila berat badan berada di garis hijau KMS.
- Pertumbuhan berat badan bayi tidak normal bila berat badan berada di atas atau di bawah garis hijau KMS.
Nominal
Nominal
3.5 Instrumen Penelitian
22
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan
timbangan bayi.
3.6 Pengumpulan dan Analisa Data
3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden (self-administered questionnare) yaitu ibu yang mempunyai bayi
usia 4 bulan dan berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
serta hasil penimbangan berat badan dalam KMS. Kuesioner adalah sebagai
daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti yang perlu dijawab oleh
responden dengan pilihan jawaban yang telah tersedia. Bentuk kuesioner
dengan menggunakan pertanyaan tertutup.
Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data
primer berasal dari kuesioner meliputi jenis kelamin bayi, usia responden,
pendidikan terakhir responden, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI
eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum bayi berusia 4 bulan, usia
pemberian makanan tambahan pertama kali, jenis makanan tambahan pertama
kali diberikan, dan alasan pemberian makanan tambahan dini. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari hasil timbangan dalam KMS bayi.
Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dimana pengolahan
ini meliputi kegiatan editing, koding, dan tabulating yang kemudian data
dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total distribusi frekuensi. Masing –
masing variabel tersebut kemudian didiskripsikan.
23
3.6.2 Analisa Data
Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data
khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden, identifikasi
pemberian makanan tambahan dan identifikasi pertumbuhan berat badan bayi
usia 4 bulan. Data umum dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total
distribusi frekuensi kemudian masing-masing variabel didiskripsikan. Data
khusus akan menggambarkan hubungan antara variabel yang diukur yaitu
pemberian makanan tambahan dini dan pertumbuhan berat badan bayi dalam
tabel silang (Cross Tabulation) yang kemudian juga didiskripsikan.
Kemudian pada analisis hasil penelitian akan menggambarkan
hubungan antara variabel yang diukur, dan untuk memperoleh signifikasi
hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang sesuai yaitu uji Chi-Square (X2)
dengan bantuan program komputer (SPSS), dengan taraf signifikasi ≤
0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.
3.7 Etika Penelitian
3.7.1 Lembar Persetujuan
24
Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Tujuannnya adalah
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.
3.7.2 Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh subyek, lembar hanya diberi nomor kode tertentu.
3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti (Nursalam, 2003).
3.8 Keterbatasan
3.8.1 Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan bayi
yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya.
3.8.2 Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat lahir
normal dan bayi berat lahir rendah).
3.8.3 Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya.
3.8.4 Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak dilakukan uji
validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum bisa valid
dan realibel.
25
3.8.5 Waktu yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian cukup
pendek, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
3.8.6 Pengetahuan dan pengalaman peneliti masih kurang.
BAB 4
HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
26
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar
kuesioner yang diperoleh pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005 di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya. Hasil penelitian meliputi data umum dan
khusus. Data-data hasil akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase)
dan diberikan uraian secara diskripsi.
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya,
yang ada di jalan Sutorejo Timur III/39 Surabaya, dan berada di bawah
naungan Puskesmas Mulyorejo. Tempat ini melayani pemeriksaan kehamilan,
Keluarga Berencana, imunisasi, pengobatan setiap hari dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan pukul 20.00 WIB, dan pertolongan persalinan normal selama
24 jam. Jumlah kunjungan rata-rata 40 orang perhari. Tenaga kerja di BPS ini
meliputi 2 orang bidan, 2 orang perawat kesehatan, 1 orang pembantu umum,
dan kolaborasi dengan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
4.1.2 Data Umum
Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan
terakhir, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan
pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini
pertama kali dan alasan pemberian makanan tambahan dini.
4.1.2.1 Jenis Kelamin Bayi
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin bayi Di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya Bulan Juni 2005.
27
27
No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1.
2.
Laki-laki
Perempuan
17
13
56,7
43,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai bayi laki-laki sebanyak 17 bayi (56,7%).
4.1.2.2 Usia Ibu
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Usia Ibu Jumlah Prosentase
1.
2.
3.
< 20 tahun
20 – 30 tahun
> 30 tahun
0
26
4
0
86,7
13,3
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 20 – 30 tahun sebanyak 26 orang (86,7%).
4.1.2.3 Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
28
No. Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
SD
SMP
SMA
Akademi/Perguruan Tinggi
8
15
4
3
26,7
50
13,3
10
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (50%).
4.1.2.4 Penghasilan Keluarga Perbulan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penghasilan keluarga responden perbulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Penghasilan Jumlah Prosentase
1.
2.
3.
< Rp. 500.000,00
Rp. 500.000,00–Rp. 1.000.000,00
> Rp. 1.000.000,00
4
18
8
13,3
60
26,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpenghasilan Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 perbulan
sebanyak 18 orang (60%).
4.1.2.5 Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
29
No. Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Prosentase
1.
2.
ASI eksklusif
Tidak ASI eksklusif
7
23
23,3
76,7
Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (76,7%).
4.1.2.6 Macam-macam ASI Tidak Eksklusif
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi macam-macam ASI tidak eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.Macam-macam ASI Tidak
EksklusifJumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
5.
PASI
ASI + PASI
ASI + PASI + PMT dini
ASI + PMT dini
PASI + PMT dini
1
7
9
1
5
4,3
30,4
39,1
4,3
21,9
Total 23 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sudah diberikan ASI +
PASI + PMT dini sebanyak 9 orang (39,1%).
4.1.2.7 Alasan Pemberian Susu Formula Sebelum Usia 4 Bulan
30
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 23 bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif, 18 bayi diantaranya sudah mendapat susu
formula (PASI) dengan alasan sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.Alasan Pemberian Susu
Formula Sebelum Usia 4 BulanJumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
ASI tidak keluar
ASI tidak lancar
Bayi masih rewel setelah menyusu
Ibu sibuk
1
7
7
3
5,5
38,9
38,9
16,7
Total 18 100
31
4.1.2.8 Pemberian Makanan Tambahan Dini
Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif, 15 bayi diantaranya sudah mendapat makanan
tambahan dini dengan jenis dan alasan sebagai berikut :
1. Jenis Makanan Tambahan Dini Pertama Kali
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jenis makanan tambahan dini pertama kali diberikan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.Jenis Makanan Tambahan Dini
Pertama KaliJumlah Prosentase
1.
2.
3.
4.
Bubur susu
Pisang kerok
Nasi tim
Nasi
10
5
0
0
66,7
33,3
0
0
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memberikan bubur susu sebelum bayinya berusia 4 bulan
sebanyak 10 orang (66,7%).
2. Alasan Pemberian Makanan Tambahan Dini
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi alasan pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Alasan Pemberian Makanan Jumlah Prosentase
32
Tambahan Dini1.
2.
3.
Tidak rewel
Cepat gemuk
Tradisi
1
14
0
6,7
93,3
0
Total 15 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memberikan makanan tambahan dini supaya cepat gemuk
sebanyak 14 orang (93,3%).
4.1.3 Data Khusus
Penyajian data khusus meliputi variabel-variabel yang diukur yaitu
variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan dini dan variabel
tergantung adalah pertumbuhan berat badan bayi.
4.1.3.1 Pemberian Makanan Tambahan Dini
Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Pemberian Makanan Tambahan Dini
Jumlah Prosentase
1.
2.
Pemberian makanan tambahan sesuai usiaPemberian makanan tambahan dini
15
15
50
50Total 30 100
Sumber : Data Primer, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pemberian
makanan tambahan pertama kali besarnya sama antara lebih dari 4 bulan dan
kurang dari 4 bulan sebanyak 15 orang (50%).
4.1.3.2 Pertumbuhan Berat Badan Badan Bayi
33
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Jumlah Prosentase
1.
2.
Normal
Tidak normal
14
16
46,7
53,3
Total 30 100
34
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan berat
badan bayi sebagian besar responden tidak normal yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%).
4.1.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan
Berat Badan Bayi
Tabel 4.12 Hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
Pertumbuhan
Pemberian makanan tambahan dini
Berat badan normal
Berat badan tidak nomal
Total
n % n % n %
PMT Sesuai Usia
PMT Dini
11
3
36,7
10
4
12
13,3
40
15
15
50
50
Total 14 46,7 16 53,3 30 100
Sumber : Data Primer dan Data Sekunder, 2005
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian makanan
tambahan dini berhubungan dengan pertumbuhan berat badan bayi.
Terlihat bahwa dari 15 responden yang memberikan makanan tambahan
dini dengan pertumbuhan berat badan bayi tidak normal sebanyak 12 bayi (40%),
sedang bayi yang diberi makanan tambahan sesuai usia dengan pertumbuhan
berat badan badan normal sebanyak 11 bayi (36,7%).
4.2 Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui tingkat signifikasi hubungan variabel bebas yaitu
pemberian makanan tambahan dini dan variabel tergantung yaitu pertumbuhan
35
berat badan bayi dimasukkan dalam tabel frekuensi silang (cross tabulating)
yang kemudian dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat
kemaknaan = 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C)
maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka
H0 diterima.
Dari hasil penelitian melalui uji statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 menggunakan komputer pada program SPSS diperoleh hasil X2
hitung yaitu 6,563 lebih besar dari X2 tabel dengan df = (2 – 1) . (2 – 1) = 1 yaitu
3,84 dan nilai probabilitas () 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya
ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Identifikasi Pemberian Makanan Tambahan
Dari 30 bayi 15 bayi mendapatkan makanan tambahan dini, 10 bayi
mendapat bubur susu sebagian makanan tambahan pertama yang diterima,
sedangkan 4 lainnya mendapatkan pisang kerok. Alasan terbanyak bayi-bayi
tersebut diberi makanan tambahan dini supaya cepat gemuk yaitu 14 bayi
sisanya 1 bayi supaya tidak rewel.
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika
mungkin sampai usia 6 bulan, karena ASI terus memberikan faktor-faktor anti
infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. Dari 30 bayi hanya
36
7 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 23 lainnya tidak. Mereka
sudah mendapatkan susu formula dan makanan tambahan sebelum usia 4
bulan. Banyak alasan mengapa para ibu tidak memberikan ASI eksklusif
antara lain 7 orang karena ASI tidak lancar, 7 orang mengatakan bayinya
masih rewel setelah menyusu, 3 orang karena sibuk dan 1 orang karena ASI
tidak keluar serta 5 orang lainnya sudah diberi makanan tambahan. Padahal
sebagian besar responden pada dasarnya bisa memberikan ASI eksklusif
asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada
bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut
sudah kenyang sedangkan konsistensi payudara ibu masih keras, dan
memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara
terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI
dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air
panas.
Sebanyak 18 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000,00 –
Rp. 1.000.000,00, 8 responden berpenghasilan > Rp. 1.000.000,00 dan sisanya
4 responden berpenghasilan < Rp. 500.000,00. Jadi sebagian besar responden
berpenghasilan menengah. Sebanyak 15 responden berpendidikan SMP, 8
responden berpendidikan SD, 4 responden berpendidikan SMA dan sisanya 3
responden berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Jadi sebagian besar
responden berpendidikan SMP. Dan sebanyak 26 responden berusia 20 – 30
tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar
responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan
37
didukung oleh status ekonomi yang baik mendorong seseorang untuk
menyadari dan memahami kebutuhan akan kesehatan, sedangkan status
ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan dan penghasilan, dan usia
mempengaruhi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan mengambil
keputusan (Notoatmodjo, 2001). Hal-hal tersebut di atas kemungkinan
merupakan salah satu penyebab pemberian makanan tambahan dini.
4.3.2 Identifikasi Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 4 Bulan
Sebanyak 16 bayi dari 30 bayi mengalami pertumbuhan berat badan
tidak normal, sedangkan 14 bayi lainnya normal. Dalam KMS, bayi yang
berusia 4 bulan hendaknya memiliki berat badan antara 5200 gram sampai
7400 gram. Diluar itu pertumbuhan berat badan bayi dapat digolongkan tidak
normal. Banyak sebab yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan
pada awal masa kehidupan balita antara lain kekurangan gizi sejak bayi dalam
kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat,
makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan gizi mikro terutama
mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak
berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2003).
4.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa 15 bayi yang mendapat
makanan tambahan dini 12 bayi (40%) diantaranya mengalami pertumbuhan
berat badan tidak normal. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapat makanan
tambahan sesuai usia hanya 4 bayi (13,3%) yang mengalami pertumbuhan
38
berat badan tidak normal. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis
alternatif telah diterima, dengan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh X2
hitung 6,653 dan = 0,003. Terjadi peningkatan frekuensi pada pertumbuhan
berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan tambahan dini
daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia, sesuai dengan
literatur bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita
antara lain disebabkan oleh pemberian makanan tambahan terlalu dini atau
terlalu lambat (Supriyono, 2003).
Pemberian makanan tambahan dini di Indonesia terutama di daerah
pedesaan sering kita jumpai. Bayi-bayi yang mendapat makanan tambahan
dini memiliki kecenderungan lebih besar mengalami pertumbuhan berat badan
tidak normal daripada bayi-bayi mendapat makanan tambahan sesuai usia,
karena pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan bayi tersebut.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah termasuk ras/etnik, jenis
kelamin, genetik, penyakit, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan
stimulasi.
Semua orang tua harus diberitahu mengenai hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk
terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu
39
hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai
dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara
tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa
jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan
bayi. Sehingga saat mulai diberikan nutrisi harus disesuaikan dengan
maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.
40
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan
merupakan jawaban masalah dan tujuan penelitian.
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa :
5.1.1 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
setengahnya (50%) diberikan makanan tambahan dini.
5.1.2 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya
sebagian besar (53,3%) mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal.
5.1.3 Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi setelah dilakuka uji Chi-Square, didapatkan
hasil (0,003) < 0,05 maka H0 ditolak.
5.2 Saran
Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan
antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu
ditingkatkan :
5.2.1 Dalam memberikan asuhan hendaknya perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi
bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang.
41
Sehingga pertumbuhan berat badannya senantiasa dalam batas normal.
5.2.2 Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua
yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal
pemberian makanan, juga cara memantau pertumbuhan berat badan bayi
secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).
5.2.3 Ibu hamil dan menyusui hendaknya lebih meningkatkan gizi yang
dikonsumsinya agar produk ASI-nya berkualitas sehingga pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan cairan bayi terpenuhi. Belajar memantau pertumbuhan
berat badan bayinya secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).
5.2.4 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi agar hasil
penelitian lebih representatif.
5.2.5 Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, teori riset dan
metodologi penelitian harus diperdalam dan waktu pelaksanaan penelitian
perlu sedikit diperpanjang.
42
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I. Jakarta : EGC.
Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. 2001. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penetapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru.
Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rosidah, D. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. 2004. Faktor-faktor Pemberian ASI. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor sosial Ekonomi, Demografi dan Perawatan Kesehatan [Internet]. Available from : http//www.tempo.independen/medika/arsip [accesed January 6th, 2005].
Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun 2003. Majalah Kesehatan. 169 : 31-33.
Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.
43
42
Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Perinasia, 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Tim Penerbit Perinasia.
Windhu, P. 2002. Metodologi Penelitian. Surabaya.
Windhu, P. 2002. Statistika Kesehatan. Surabaya.
44