Download - 220353099 Penentuan Kadar Cl
A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Cl-
B. Waktu Percobaan : Jum’at, 11 April 2014, pukul 13.00 – 15.00 WIB
C. Tujuan Percobaan : Untuk Kadar Klorida Sampel Air
D. Dasar Teori :
Air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik manusia, hewan
maupun tubuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena semua
makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup. Manusia mungkin dapat
hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika
tidak minum karena sudah mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia
itu terdiri dari 73% adalah air. Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia
ini dapat terus berlangsung karena tersedianya Air yang cukup. Dalam usaha
mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya mengadakan air yang cukup
bagi dirinya sendiri. Berikut ini air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan
segala macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk:
a. Keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan
pekerjaan lainnya,
b. Keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkutan air
limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya.
c. Keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik.
d. Keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dll.
e. Keperluan pertanian dan peternakanKeperluan pelayaran dan lain sebagainya
Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk
hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu melestarikan
dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya dengan
melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan, tidak membuang sampah
dan limbah yang dapat membuat pencemaran air sehingga dapat menggangu
ekosistem yang ada.
1. Manfaat Air bagi Kehidupan Manusia
Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar
tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat
bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan
untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar
rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran,
tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang
manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya
dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. Volume air dalam tubuh manusia
rata-rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada
masing-masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian-bagian tubuh seseorang.
Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%,
tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83%. Setiap hari kurang lebih 2.272
liter darah dibersihkan oleh ginjal dan sekitar 2,3 liter diproduksi menjadi urine.
Selebihnya diserap kembali masuk ke aliran darah. Dalam kehidupan sehari-hari, air
dipergunakan antara lain untuk keperluan minum, mandi, memasak, mencuci,
membersihkan rumah, pelarut obat, dan pembawa bahan buangan industri.
Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang
terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat.Volume rata- rata kebutuhan
air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan
air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan
kebiasaan masyarakat.
2. Penjernihan Air
Penjernihan air merujuk ke sejumlah proses yang dijalankan demi membuat
air dapat diterima untuk penggunaan akhir tertentu. Ini mencakup penggunaan seperti
air minum, proses industri, medis dan banyak penggunaan lain. Tujuan semua proses
penjernihan air adalah menghilangkan pencemar yang ada dalam air atau mengurangi
kesadahannya agar air menjadi becomes layak untuk penggunaan akhirnya. Salah satu
penggunaan tersebut adalah mengembalikan ke lingkungan alami air yang sudah
digunakan tanpa berakibatkan dampak yang buruk atas lingkungan. Cara penjernihan
air antara lain:
a. Penyaringan dan perebusan
Meski tampak bersih, air yang akan diminum harus disaring dan direbus hingga
mendidih setidaknya selama 5-10 menit. Hal ini dapat membunuh bakteri, spora,
ova, kista dan mensterilkan air. Proses penyaringan ini juga menghilangkan karbon
dioksida dan pengendapan kalsium karbonat.
b. Disinfeksi kimia
Hal ini berguna untuk memurnikan air yang disimpan pada tempat seperti di
genangan air, tangki atau air sumur.
c. Bubuk pemutih
Proses ini merupakan diklorinasi kapur. 2,3 gram bubuk pemutih diperlukan untuk
mendisinfeksi 1 meter kubik (1.000 liter) air. Tapi air yang sangat tercemar dan
keruh tidak bisa dimurnikan dengan metode ini.
d. Tablet klorin
Dipasaran, tablet klorin dijual dengan nama tablet halazone. Senyawa ini mungkin
cukup mahal tetapi efektif untuk memurnikan air dengan skala kecil.
e. Filter
Ada beberapa jenis filter air, antara lain filter keramik ‘lilin’ dan UV filter. Bagian
utama dari sebuah filter keramik ‘lilin’ ini adalah lilin yang terbuat dari porselin
atau tanah infusorial. Permukaannya dilapisi dengan katalis perak sehingga bakteri
yang masuk ke dalam akan dibunuh. Metode ini menghilangkan bakteri yang
biasanya ditemukan dalam minum air, tetapi tidak efektif dengan virus yang bisa
lolos saringan.
3. Bahan-bahan Penyaringan
a. Batuan
Dalam geologi, batu adalah benda padat yang tebuat secara alami dari mineral
dan atau mineraloid. Lapisan luar padat Bumi, litosfer, terbuat dari batu. Dalam
batuan umumnya adalah tiga jenis, yaitu batuan beku, sedimen, dan metamorf.
Penelitian ilmiah batuan disebut petrologi, dan petrologi merupakan komponen
penting dari geologi. Dalam bangunan batu biasanya dipakai pada pondasi
bangunan untuk bangunan dengan ketinggian kurang dari 10 meter, batu juga
dipakai untuk memperindah fasade bangunan dengan memberikan warna dan
tekstur unik dari batu alam.
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia,
dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang membentuk mereka. Ciri - ciri
ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih
diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi.
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1) kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2) tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3) struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4) proses pembentukan
b. Kerikil
Batu Kerikil (Pebbles) sebenarnya menunjukkan besaran butir pasir, dapat
dikategorikan sebagai Batu Pasir yang banyak mengandung silika. Umumnya
bertekstur halus dan berbentuk bulat terbentuk akibat dari pecahan batu gunung
yang kemudian terseret air hingga ke laut dan selama ribuan tahun saling beradu
sesamanya dan terkikis air, karena itu diperoleh di daerah pesisir pantai. Tersedia
dalam beberapa warna, ukuran dan bentuk. Digunakan untuk ditaburkan pada
taman kering (Patio atau Taman Jepang) atau dicampur dengan adukan semen
(biasa disebut Beton/Koral Sikat) untuk jalan setapak atau driveways atau carport.
Untuk ukuran yang kecil sering juga disebut Batu Aras.
c. Arang
Arang adalah residu hitam berisi karbon tidak murni yang dihasilkan dengan
menghilangkan kandungan air dan komponen volatil dari hewan atau tumbuhan.
Arang umumnya didapatkan dengan memanaskan kayu, gula, tulang, dan benda
lain. Arang yang hitam, ringan, mudah hancur, dan meyerupai batu bara ini terdiri
dari 85% sampai 98% karbon, sisanya adalah abu atau benda kimia lainnya. Jenis-
jenis arang:
1) Arang kayu
Arang kayu adalah arang yang terbuat dari bahan dasar kayu. Arang kayu
paling banyak digunakan untuk keperluan memasak seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Sedangkan penggunaan arang kayu yang lainnya adalah sebagai
penjernih air, penggunaan dalam bidang kesehatan, dan masih banyak lagi.
Bahan kayu yang digunakan untuk dibuat arang kayu adalah kayu yang masih
sehat, dalam hal ini kayu belun membusuk.
2) Arang serbuk gergaji
Arang serbuk gergaji adalah arang yang terbuat dari serbuk gergaji yang
dibakar. Serbuk gergaji biasanya mudah didapat ditempat-tempat penggergajian
atau tempat pengrajin kayu. Serbuk gergaji adalah bahan sisa produksi yang
jarang dimanfaatkan lagi oleh pemilknya. Sehingga harganya bisa terbilang
murah.selain dapat untuk bahan bakar, arang serbuk gergaji biasanya
dimanfaatkan untuk campuran pupuk dan dapat diolah menjadi briket arang
3) Arang sekam padi
Arang sekam padi biasa digunakan sebagai pupuk dan bahan baku briket
arang. Sekam yang digunakan bisa diperoleh ditempat penggilingan padi. Selain
digunakan untuk arang, sekam padi juga sering dijadikan bekatul untuk pekan
ternak. Arang sekam juga bisa digunakan sebagai campuran pupuk dan media
tanam di persemaian. Hal ini karena sekam padi memiliki kemampuan untuk
menyerap dan menyimpan air sebagai cadangan makanan.
4) Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa adalah arang yang berbahan dasar tempurung
kelapa. Pemanfaatan arang tempurung kelapa ini ternasuk cukup strategis
sebagai sektor usaha. Hal ini karena jarang masyarakat yang memanfaatkan
tempurung kelapanya. Selain dimanfaatkan dengan dibakar langsung,
tempurung kelapa dapat dijadikan sabagai bahan dasar briket arang. Tempurung
kelapa yang akan dijadikan arang harus dari kelapa yang sudah tua, karena lebih
padat dan kandungan airnya lebih sedikit dibandingkan dari kelapa yang masih
muda. Harga jual arang tempurung kelapa terbilang cukup tinggi. Karena selain
berkualitas tinggi, untuk mendapatkan tempurung kelapanya juga terbilang sulit
dan harganya cukup mahal.
5) Arang serasah
Arang serasah adalah arang yang terbuat dari serasah atau sampah
dedaunan. Bila dibandingkan dengan bahan arang lain, serasah termasuk bahan
yang paling mudah didapat. Arang serasah juga bisa dijadikan briket arang,
karena mudah dihancurkan.
6) Briket arang
Jenis arang yang terakhir dan sudah banyak terdapat dimasyarakat adalah
Briket Arang. Briket arang adalah arang yang terbuat dari arang jenis lain yang
dihaluskan terlebih dahulu kemudian dicetak sesuai kebutuhan dengan
campuran tepung kanji. Tujuan pembuatan briket arang adalah untuk menambah
jangka waktu bakar dan untuk menghemat biaya. Arang yang sering dijadikan
briket arang diantaranya adalah arang sekam, arang serbuk gergaji, dan arang
serasah. Arang- arang tersebut terlalu kecil untuk digunakan langsung dan akan
cepat habis. Sehingga akan lebih awet jika diubah menjadi briket arang. Untuk
arang tempurung kelapa dapat dijadikan briket arang, tetapi hanya tempurung
yang sudah remuk.Sedangkan tempurung yang masih utuh tidak perlu dijadikan
briket arang.
7) Arang kulit buah mahoni
Arang kulit buah mahoni adalah arang dengan bahan dasar kulit buah
mahoni. Bila dilihat secara kasat mata, kulit buah mahoni memiliki tekstur yang
keras dan padat. Sayang jika hanya dibiarkan tertumpuk disekitar halaman.
Arang kulit buah mahoni diproses menggunakan tungku drum, sama halnya
dengan arang kayu. Arang jenis ini juga dapat diolah menjadi briket arang.
Arang yang dihasilkan dari kulit buah mahoni juga terbukti memiliki kualitas
yang cukup baik. Jika dibakar hanya mengeluarkan sedikit asap. Nilai kalor
yang dihasilkan saat dibakar sangat tinggi dan lebih tahan lama sehingga dapat
menghemat biaya pengeluaran.
d. Ijuk
Ijuk adalah serat alami berkarakter kuat, lentur dan tahan terhadap kelembaban
dan air asin.Ijuk terbuat dari pohon aren. Kelebihan ijuk diantaranya kuat tehadap
asan dan air asin, tahan lama, tidak lapuk. Pemanfaatan untuk atap, bahan sapu,
bahan tali, sebagai filter resapan air pada bangunan modern, dan tali untuk mengikat
bagian-bagian tertentu dari badan kapal atau perahu. Ijuk dimulai dari memanennya
dari batang aren yang sudah berumur lima tahun. Dengan sebatang tangga bambu
panjang yang diberi lubang-lubang, ijuk yang sudah di lepas lidi-lidinya mulai
dicongkel dengan parang agar terlepas dari batang. Setelah itu di bawa ke tempat
pengolahan untuk nanti di sisir menggunakan kawat baja runcing yang dipakukan
pada sebatang kayu. Gunanya selain membersihkan, agar serat-serat tertata rapi dan
bisa dipisahkan besar dan panjang serat. Kemudian di jemur dan setelah kering baru
diikat seperti cemara (bahan sanggul) ibu-ibu jaman dulu.
e. Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium
(biasa disebut "pohon"/tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah
tropika dan subtropika. Serat kapas menjadi bahan penting dalam industri tekstil.
Serat itu dapat dipintal menjadi benang dan ditenun menjadi kain. Produk tekstil dari
serat kapas biasa disebut sebagai katun (benang maupun kainnya). Serat kapas
merupakan produk yang berharga karena hanya sekitar 10% dari berat kotor (bruto)
produk hilang dalam pemrosesan. Apabila lemak, protein, malam (lilin), dan lain-
lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa
ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan
(durabilitas), dan daya serap yang unik namun disukai orang. Tekstil yang terbuat
dari kapas (katun) bersifat menghangatkan di kala dingin dan menyejukkan di kala
panas (menyerap keringat).
4. Kadar Cl
Indonesia merupakan negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan. Air
laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan
partikel-partikel tak terlarut. Garam-garaman utama yang terdapat dalam air laut adalah
klorida (55%), natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium (1%), potasium
(1%) dan sisanya (kurang dari 1%) teridiri dari bikarbonat, bromida, asam borak,
strontium dan florida. Tiga sumber utama garam-garaman di laut adalah pelapukan
batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal (hydrothermal
vents) di laut dalam.
Gambar 1. diagram kandungan garam air laut
Gambar 1 merupakan diagram kandungan garam air laut yang memperlihatkan
bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Adapun garam-garam yang terkandung adalah
seperti yang telah diuraikan di atas. Untuk menentukan kandungan klorida dalam air laut
dapat dilakukan dengan titrasi argentometri. Titrasi argentometri disebut juga titrasi
pengendapan karena proses titrasi tersebut mengakibatkan terbentuknya endapan. Titrasi
argentometri ini dibedakan berdasarkan atas indikator yang digunakan. Berdasarkan
indikator yang digunakan maka titrasi argentometri dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Metode Mohr ; menggunakan indikator kalium kromat
b. Metode Volhard; menggunakan indikator larutan Fe+3
c. Metode Fajans; menggunakan indikator adsorpsi seperti fluoresein (C20H12O5) dan
tetrabromo fluoresein(C20H8Br4O5) (Selamat, dkk. 2008)
Untuk menentukan kandungan klorida sebagai NaCl dalam air laut digunakan titrasi
argentometri metode Mohr, karena metode Mohr biasanya dipergunakan untuk
mengendapkan ion-ion perak, tiosianat, dan ion-ion halogen yang salah satunya adalah
ion klorida. Titrasi argentometri metode Mohr menggunakan larutan kalium kromat
(K2CrO4) sebagai indikator. Untuk dapat dijadikan indicator, konsentrasi kalium kromat
harus ditentukan dengan cermat agar tidak terjadi reaksi antara ion kromat dengan titran
sebelum ion klorida habis bereaksi dengan titran. Berikut ini reaksi yang terjadi pada
titrasi argentometri metode Mohr:
Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa terjadi pengendapan bertingkat. Mula-
mula akan terbentuk endapan AgCl karena adanya reaksi ion klorida pada titrat dengan
ion perak pada titran. Setelah ion klorida habis bereaksi maka akan terjadi reaksi antara
ion perak dengan ion kromat dari indikator. Reaksi antara ion kromat dengan titran ini
akan mengakibatkan perubahan warna pada endapan menjadi merah kecoklatan. Pada
kondisi ini tercapai titik akhir titrasi. Agar tidak terjadi reaksi antara indikator dengan
titran sebelum ion klorida habis maka perlu ditentukan dengan pasti konsentrasi ion
kromat yang digunakan. Berdasarkan data hasil kali kelarutan maka pada titik ekivalen
konsentrasi ion perak sama dengan konsentrasi ion klorida yaitu:
Pada kondisi ini maka konsentrasi ion kromat yang diperlukan agar endapan Ag2CrO4
terjadi tepat pada titik ekivalen adalah:
Pada prakteknya digunakan konsentrasi ion kromat sekitar 2,5 × 10-3 M, sehingga titik
akhirtitrasi dapat diamati dengan jelas (Selamat, dkk., 2008). Titrasi dengan cara Mohr
harus dilakukan dalam suasana netral atau dengan sedikitalkalis, pH 6,5– 9,0. Dalam
suasana asam, ion kromat sebagian berubah menjadi Cr2O72- dan dalam suasana basa,
menyebabkan terbentuknya endapan AgOH yang lebih lanjut akan teruraimenjadi Ag2O
sehingga titran yang diperlukan akan menjadi lebih banyak. Reaksi yang terjadpada
suasana asam dan basa dapat dituliskan sebagai berikut:
Asam : 2H+(aq) + 2CrO4
2-(aq) ↔ Cr2O7
2-(aq) + H2O(l)
Basa : 2Ag+(aq) + 2OH-
(aq) ↔ 2AgOH(s) ↔ Ag2O(s) + H2O(l)
Selama titrasi Mohr, larutan diaduk dengan baik untuk menghindari terjadinya kelebihan
titran secara lokal. Hal ini dapat menyebabkan indikator mengendap sebelum titik
ekivalen tercapai dan oklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk kemudian. Akibat
selanjutnya adalah titik akhir menjadi tidak tajam.
Persyaratan Kualitas Air Minum menurut PERMENKES no. 492/Menkes/Per/IV/2010
E. Alat dan Bahan :
Alat – alat :
1. Botol air kemasan 1 buah
2. Gunting 1 buah
3. Kertas saring secukupnya
4. Kasa filter secukupnya
5. Erlenmeyer 100 mL 3 buah
6. Stopwatch 1 buah
7. Penangas air 1 buah
8. Pipet volume 25 mL 1 buah
9. Pro Pipet 1 buah
10. Statif 1 buah
11. Klem 1 buah
12. Buret 1 buah
13. Gelas ukur 10 mL 1 buah
14. Pipet tetes 4 buah
15. Gelas kimia 1 buah
Bahan – bahan :
1. Arang aktif 20 gram
2. Batu kerikil 140 gram
3. Pasir 60 gram
4. Ijuk 15 gram
5. Aquanesa secukupnya
6. Akuades secukupnya
7. Air sampel secukupnya
8. Larutan K2Cr2O7 secukupnya
9. Larutan AgNO3 secukupnya
- dimasukkan ke dalam botol yang dasarnya sudah dipotong- ditambahkan kasa yang berfungsi sebagai filter- ditambahkan ijuk- ditambahkan pasir- ditambahkan batu kerikil- ditambahkan arang- digunakan untuk menyaring air sumur selama 30 menit
Kertas saring
Air sampel
- dimasukkan ke dalam erlenmeyer- ditambahkan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N- dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna menjadi jingga
12,5 mL aquanesa
Volume larutan AgNO3 0,01 N
- dimasukkan ke dalam labu ukur 100 mL- dilakukan pengenceran dengan penambahan akuades hingga tanda batas- diambil sebanyak 12,5 mL menggunakan pipet volume- dimasukkan ke dalam erlenmeyer- ditambahkan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N- dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna menjadi jingga
Volume larutan AgNO3 0,01 N
1 mL air sampel
F. Cara Kerja :
1. Penjernihan Air Sampel
2. Pembuatan Blanko
3. Penentuan Kadar Klorida dalam Air Sampel
G. Tabel Hasil Pengamatan :
No
.Sebelum Sesudah Dugaan/reaksi Kesimpulan
1.
Aquanesa : tidak
berwarna
AgNO3 0,01 N :
larutan tidak
berwarna
K2Cr2O7 0,01 N :
larutan kuning (++)
Larutan EDTA 0,01
M : tidak berwarna
Aquanesa + 0,5 mL
larutan K2Cr2O7 0,01 N :
kuning (+)
Setelah dititrasi dengan
larutan AgNO3 0,01 N :
larutan berwarna jingga
Reaksinya adalah :
1. AgNO3(aq) + Cl-(aq) AgCl(s) +
NO3-(aq)
2. K2Cr2O7(aq) + 2AgNO3(aq)
Ag2Cr2O7(s) + 2KNO3(aq)
Volume AgNO3 0,01 N titrasi blanko :
1,3 mL.
2. Akuades : tidak
berwarna
Air sampel : tidak
berwarna
AgNO3 0,01 N :
larutan tidak
berwarna
K2Cr2O7 0,01 N :
larutan kuning (++)
Air sampel setelah
diencerkan : tidak
berwarna
Air sampel + 0,5 mL
larutan K2Cr2O7 0,01 N :
kuning (+)
Setelah dititrasi dengan
larutan AgNO3 0,01 N :
larutan berwarna jingga
Rumus penentuan kadar Cl- :
Cl (mg /L)= (V titrasi sampel−blanko )× N × 35,45× 1000V sampel
×100
Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan no.
492/Menkes/Per/IV/2010 tentang
Persyaratan Air Minum, kadar
maksimum Cl yang
diperbolehkan adalah 250 mg/L.
Data :
Replikas
i
Volume AgNO3
0,01 N (mL)
Kadar Cl
dalam sampel
(mg/L)
I 3,8 7090
II 3,6 6522,8
III 3,6 6522,8
Kadar Cl- rata-rata : 6711,9 mg/L.
H. Analisis Data dan Pembahasan :
Percobaan penentuan kadar Cl- atau klorida ini bertujuan untuk mengetahui kadar ion
klorida dari suatu sampel air yang didapatkan dari daerah Cupat yang berlokasi di dekat
dengan Pantai Kenjeran. Secara teori berdasarkan data salinitas air laut yang disebutkan
dalam sebuah blog bahwa air laut terdiri dari 3,5% garam. Telah diketahui sebelumnya
bahwa daerah tersebut secara geografisnya terletak di daerah dekat pantai sehingga
memiliki kandungan klorida yang cukup tinggi. Kerugian dari adanya klorida adalah ion
ini tidak memiliki daya desinfeksi sehingga tidak dapat membasmi mikroorganisme
seperti bakteri, amoeba, maupun ganggang dan lain – lain. Kelemahan lainnya adalah
karena klor telah direduksi menjadi klorida maka kemampuan untuk menoksidasi ion –
ion logam, dan memecah molekul organik seperti warna tidak dapat dilakukan lagi. Oleh
karena itu untuk mengetahui kelayakan air di daerah tersebut dilakukan pengujian kadar
Cl- atau klorida pada sampel air yang diambil dari salah satu sumur di daerah tersebut
dengan titrssi argentometri menggunakan metode Mohr. Sebelum melakukan pengujian
terhadap kadar ion klorida , langkah awal adalah melakukan penyaringan dengan alat
Water Purifier Sederhana. setelah penyaringan selama 45 menit, sampel kemudian
diambil dan dilakukan uji kadar ion klorida. Penentuan kadar ion klorida dilakukan
dalam 2 tahap, yaitu tahap awal adalah melakukan standarisasi larutan AgNO3 dengan
menggunakan Aquanesa sebagai pengganti sampel, dan tahap kedua yaitu penentuan
kadar io klorida yang terdapat dalam sampel.
1. Tahap Standarisasi
Pada tahap ini sebanyak 12,5 mL aquanesa dimasukkan dalam erlenmeyer 100 mL
kemudian ditambah dengan 0,5 mL larutan K2Cr2O7 0,01 N. Fungsi penambahan
larutan K2Cr2O7 adalah sebagai indikator dalam metode Mohr. Titrasi dalam
percobaan ini menggunkana titrasi argentometri dengan meode Mohr, karena metode
Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion – ion perak, tiosianat, dan ion-
ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Setelah penambahan indikator
terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi larutan berwarna kuning (+) , hal
ini karena warna indikatornya sendiri yaitu K2Cr2O7 adalah larutan berwarna kuning
(++). Langkah selanjutnya adalah titrasi dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N
hingga terjadi perubahan warna dari semula berwarna kuning (+) setelah dititrasi
dengan 1,3 mL larutan AgNO3 0,01 N berubah warna menjadi jingga. Setelah
diketahui bahwa volume AgNO3 yang digunakan untuk mentitrasi aquanesa sebanyak
1,3 mL, maka volume AgNO3 yang terstandarisasi tersebut digunakan untuk
menghitungan kadar ion klorida yang terdapat dalam sampel..
2. Tahap Penetuan kadar ion Cl- dalam sampel air
Tahap selajutnya adalah melakukan penentuan kadar ion klorida dalam sampel air
sumur yang diperoleh dari daerah Cupat yang telah mengalami penyaringan dengan
water purifier sederhana selama 45 menit. Dapat dibedakan secara kualitatif warna
dan abu air sebelum dan sesudah disaring dengan water purifier sederhana memiliki
perbedaan yang signifikan yaitu warnanya lebih jernih, tidak berwarna dan baunya
sedikit berkurang dibandingkan sebelum mengalami penyaringan. Sampel yang telah
melalui tahap penyaringan kemudian diambil sebayak 12,5 mL kemudian dimasukkan
kedalam erlenmeyer 100 mL dan ditambah dengan 0,5 mL larutan K2Cr2O7. Sama
halnya dengan tahap standarisasasi dimana fungsi penambahan larutan K2Cr2O7 adalah
sebagai indikator dalam metode Mohr. Biasanya indikator yang digunakan adalah
larutan K2CrO4, akan tetapi karena pada kondisi pH tertentu ion kromat akan berubah
menjadi dikromat sehingga menyebabkan timbulnya endapaan yang sangat lambat
maka pada percobaan ini langsung digunakan larutan K2Cr2O7 sebagai indikator.
Titrasi dalam percobaan ini menggunkana titrasi argentometri dengan meode Mohr,
karena metode Mohr biasanya dipergunakan untuk mengendapkan ion – ion perak,
tiosianat, dan ion- ion halogen yang salah satunya adalah ion klorida. Setelah
penambahan indikator terjadi perubahan warna dari tidak berwarna menjadi larutan
berwarna kuning (+) , hal ini karena warna indikatornya sendiri, yaitu K2Cr2O7 adalah
larutan berwarna kuning (++). langkah selnjutnya adalah penitrasian dengan
menggunakan larutan AgNO3 0,01 N hingga terjadi perubahan warna dari semula
berwarna kuning (+)berubah warna menjadi jingga dengan endapan merah bata. Pada
titrasi ini dibutuhkan volume AgNO3 0,01 N sebanyak 23 mL untuk menitrasi sampel
tersebut. Banyaknya volume AgNO3 0,01 N yang dibutuhkan mengindikasikan bahwa
kandungan ion klorida pada sampel sangat besar. Sehingga dilakukan pengenceran
sebanyak 100 kali pada sampel sebelum di tambah dengan indikator dan dititrasi
dengan AgNO3 0,01 N. Sampel yang telah diencerkan sebanyak 100 kali kemudian
ditambahkan indikator K2Cr2O7 dan dititrasi dengan larutan AgNO3 0,01 N.
Dibutuhkan sebanyak 3,8 mL larutan AgNO3 0,01 N agar titik akhir titrasi terlihat.
Titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan dari kuning (+)
menjadi jingga dan apabila didiamkan beberapa saat akan terlihat endapan merah bata.
Dalam proses titrasi ini, AgNO3 dengan Cl- akan lebih dulu membentuk endapan
AgCl yang berwarna putih, setelah AgCl mengendap seluruhnya barulah mulai
terbentuk endapan Ag2Cr2O7 yang berwarna merah bata. Jika dilihat dari nilai Ksp-
nya, yaitu Ksp Ag2Cr2O7 (2 x 10-12) lebih kecil dari Ksp AgCl (1 x 10-10), sehingga yang
seharusnya terlebih dahulu mengendap adalah Ag2Cr2O7. Namun, karena AgCl
merupakan garam monovalen sedangkan Ag2Cr2O7 adalah garam divalen maka
Ag2Cr2O7 memerlukan lebih banyak titran untuk mengendap dibandingkan dengan
AgCl yang bervalensi satu. Adapun reaksi yang terjadi dalam titrasi ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
Cl- (aq) + Ag+ AgCl (s) Ksp = 1,2 x 10 -10
Cr2O7 (2-) +2 Ag+ (aq) Ag2Cr2O7. Ksp = 2 x 10 -12
Pada percobaan ini dilakukan 3 kali replikasi titrasi larutan AgNO3 0,01 N.
Dari titrasi kedua dan ketiga didapatkan volume yang sama, yaitu 3,6 mL larutan
AgNO3 0,01 N. Dari ketiga volume tersebut dapat dilakukan penetnuan kadar ion
klorida pada sampel dengan menggunakan persamaan 1, yaitu :
Cl (mg /L)= (V titrasi sampel−blanko )× N × Ar Cl×1000V sampel
× 100
Dari persamaan di atas didapatkan hasil perhitungan kadar ion klorida untuk masing–
masing volume sebesar 7090 mg/L; 6522,8 mg/L; dan 6522,8 mg/L.
I. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
Berdasarkan hasil titrasi argentometri dengan metode Mohr didapatkan hasil bahwa
dengan volume titrasi 3,8 mL kadar ion klorida dalam sampel adalah sebesar 7090
mg/L. Sedangkan untuk volume titrasi 3,6 mL pada titrasi kedua dan ketiga, kadar ion
klorida pada sampel sebesar 6552,8 mg/L. Dari rata- rata kadar ion klorida pada
sampel didapatkan hasil sebesar 6711,9 mg/L. Secara teori, berdasarkan Permenkes
tahun 2010, dijelaskan bahwa kadar maksimum ion klorida adalah sebesar 250 mg/L
yang diperbolehkan untuk dikonsumsi atau digunakan sebgai pemenuh kebutuhan
sehari–hari. Berdasarkan data dan perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
air yang diperoleh dari daerah Cupat yang berlokasi di dekat pantai Kenjeran
Surabaya dan telah mengalami penyaringan selama 45 menit tidak layak untuk
dikonsumsi.
J. Daftar Pustaka :
Basset. J. etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik .
Jakarta: Erlangga.
Antonim. 2005. Salinitas Air Laut.
http://oseanografi.blogspot.com/2005/07/salinitas-air-laut.html (diunduh
pada tanggal 12 April 2014).
Day, R.A. Jr & A.L. Underwood. 1999. Kimia Analisis Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.
Fardiaz, Srikandi.1992. Polusi Air dan Udara.Yogyakarta: Kanisius.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Menkes. 2010. PMK No. 492 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.
SNI 01-3553-2006. 2006. Syarat Mutu Air.
http://xa.yimg.com/kQ/groups/9534928/152236470/name/SNI+01- 3553-
2006.pdf (diunduh pada tanggal 31 maret 2014).
TIM. 2014. Penuntun Praktikum Kimia Lingkungan. Surabaya: Jurusan Kimia
Universitas Negeri Surabaya.
LAMPIRAN
1. Perhitungan
Diketahui : Volume titrasi blanko : 1,3 mLNormalitas AgNO3 : 0,01 N V titrasi I : 3,8 mLV titrasi II : 3,6 mLV titrasi III : 3,6 mLAr Cl : 35,45 amμVsampel : 12,5 mL
Ditanya : Berapa kadar Cl- dalam air sampel ?Penyelesaian :
Cl (mg /L)= (V titrasi sampel−blanko )× N × Ar Cl×1000V sampel
× 100
Volume AgNO3 = 3,8 mL
Cl (mg /L)= (3,8−1,3 )× 0,01 ×35,45 ×100012,5
× 100
¿7090 mg /L
Volume AgNO3 = 3,6 mL
Cl (mg /L)= (3,6−1,3 ) ×0,01 ×35,45 ×100012,5
× 100
¿6522,8 mg /L
Volume AgNO3 = 3,6 mL
Cl (mg /L)= (3,6−1,3 ) ×0,01 ×35,45 ×100012,5
× 100
¿6522,8 mg /L
Maka, kadar Cl- mg/l rata-rata :
Cl(mg /L)−¿ rata−rata= (7090+6522,8+6522,8 )
3mg /L¿
¿ 20135,63
=6711,9mg /L
2. Foto
a. Pembuatan Blanko
Aquanesa K2Cr2O7 Aquanesa + K2Cr2O7
Setelah titrasi Setelah titrasi
(V = 0,9 mL) (V = 1,3 mL)
b. Penentuan Kadar Klorida dalam Air Sampel
Air sampel setelah pengenceran Air sampel + K2Cr2O7
(sebelum titrasi)
Air sampel + K2Cr2O7 Endapan terbentuk pada air sampel + K2Cr2O7
(setelah titrasi) (setelah titrasi berlebih)