Download - 109976106-ALVEOPLASTI.doc
ALVEOPLASTI
Anggota :
Ummu Athiyah 8694
Firra Septyanti 8708
Budi Utomo 8713
Arum Lestari 8749
PSIKG 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2012
A. PENDAHULUAN
Tulang alveolar adalah bagian dari rahang atas dan rahang bawah yang membentuk dan
mendukung soket gigi (alveoli). Hal ini terbentuk ketika gigi erupsi, dalam rangka memberikan
perlekatan osseus untuk membentuk ligamen periodontal dan secara bertahap menghilang setelah
gigi hilang.
Alveoplasti adalah suatu tindakan bedah untuk membentuk prosesus alveolaris sehingga dapat memberikan dukungan yang baik bagi gigi tiruan immediate maupun gigi tiruan yang akan dipasang beberapa minggu setelah operasi dilakukan.
Alveoloplasti dilakukan dengan tujuan untuk membentuk prosesus alveolaris setelah tindakan pencabutan gigi; memperbaiki abnormalitas dan deformitas alveolar ridge yang berpengaruh dalam adaptasi gigi tiruan; membuang bagian ridge prosesus alveolaris yang tajam atau menonjol; membuang tulang interseptal yang terinfeksi pada saat dilakukannya gingivektomi; mengurangi tuberositas agar mendapatkan basis gigi tiruan yang baik, atau untuk menghilangkan undercut-undercut; serta memperbaiki prognatisme maksila sehingga didapatkan estetik yang baik pada pemakaian gigi tiruan
Indikasi Alveoplasti :
a.Bumbungan alveolus tidak rata, tajam atau ada undercut yang menyulitkan pemasangan protesa.
b.Penderita yang bibir atasnya pendek, sehingga tidak dapat menutupi gigi tiruan
Kerugian Alveoplasti :
1. Mempercepat resorbsi tulang (bone loss)
2. Meningkatkan keparahan luka setelah pencabutan
3. penggunaan gigi tiruan dapat berpengaruh untuk resorbsi ridge alveolar karena adaptasi gigi
tiruan yang tidak benar atau distribusi kekuatan oklusal yang tidak adekuat.
Kontra Indikasi Alveoplasti :
1. Pasien yang masih muda karena sifat tulangnya masih sangat elastis maka proses resorbsi
tulang lebih cepat dibandingkan pasien tua (Jangka waktu pemakaian gigi tiruan pada pasien
muda lebih lama dibandingkan pasien tua)
2. Pasien yang jarang melepaskan gigi tiruan karena malu sehingga jaringan pendukung gigi
tiruan menjadi kurang sehat Karena selalu dalam keadaan tertekan dan jarang dibersihkan.
Hal ini mengakibatkan proses resorbsi tulang dan proliferasi jaringa terhambat.
B. URAIAN KASUS
Seorang pasien dengan gambaran klinis seperti gambar di bawah ini datang ke dokter gigi
untuk mencabut gigi 44 yang sudah lama berlubang. Pasien juga bermaksud ingin
membuatkan gigi tiruan rahang bawah. Pasien tidak mengeluhkan sakit dan dalam keadaan
yang baik. Oleh karena itu dokter gigi akan melakukan tindakan pencabutan pada pasien
tersebut.
C. DISKUSI
Alveoplasti tunggal adalah alveoplasti yang dilakukan dengan pembuangan satu gigi.
Prosedur ini biasanya dilakukan pada gigi posterior yang berdiri sendiri. Hal ini dilakukan
karena gigi yang berdiri sendiri/island teeth sering mengalami ekstruksi atau supraerupsi,
tulang dan jaringan pendukungnya sering berkembang berlebihan untuk mendukung gigi
selain itu gigi yang ekstruksi pada maxilla juga diikuti dengan hiperaerasi sinus.
Sedangkan menurut waktu alveoplasti primer dilakukan segera setelah pencabutan gigi
(paling baik karena hanya memerlukan satu kali prosedur pembedahan, memudahkan
pencabutan gigi dan melindungi tulang). Alveoplasti sekunder dilakukan setelah linggir
alveolaris benar-benar sembuh setelah pencabutan gigi. Juga karena factor sistemik, infeksi
dan keraguan berkenaan dengan kebutuhan untuk alveoplasti.
Prosedur Perawatan
i. Lakukan anestesi pada nervus alveolaris inferior dengan citoject yang bersudut +
lidokain
ii. Gunakan retractor untuk memudahkan melihat area operasi
iii. Untuk separasi gigi gunakan excavator untuk melonggarkan gigi dari gusi
iv. Mengekstraksi gigi dengan tang P1 rahang bawah
v. Setelah dilakukan pencabutan gigi, dibuat insisi berbentuk elips yang irisannya
meliputi leher gingival sebelah bukal dan lingual. Kedua ujungnya yang berbentuk
segitiga, terletak sebelah distal dan mesial dieksisi.
vi. Serpihan tulang atau tulang yang terpisah dari periosteum yang terjadi karena
pencabutan dibuang dulu, baru kemudian diikuti dengan undercut dan tonjolan tulang
lainnya dengan tang ronguer atau dengan bur yang disertai dengan irigasi larutan
saline steril.
vii. Permukaan tulang dihaluskan dengan bone file. Bagian yang dioperasi diirigasi saline
steril dan diamati. Apabila belum sempurna, lakukan molding dan kompresi dengan
jari.
viii. Setelah pembedahan, mukoperiosteum disatukan, jaringan yang berlebihan dikurangi.
Mukoperiosteum dilekaktkan dengan dua jahitan pada mesial dan distal.
Alat dan bahan yang digunakan
Alat :
1. Instrument Diagnostic (mouth mirror, cotton pliers, excavator)
Ciri khas :
Mouth mirror berukuran kecil untuk gigi posterior
Cotton pliers yang tiak beralur
Fungsi :
Mouth mirror untuk indirect vision
Cotton pliers untuk menempatkan kapas pada rongga mulut
Excavator untuk melonggarkan gigi dari gusi
Sterilisasi : menggunakan autoclave
2. Syringe (spoit)
Ciri khas :
Memiliki sudut pada needlenya untuk memudahkan penggunaan
Dapat berupa cytoject atau syringe konvensional
Fungsi : Untuk menganestesi bagian gingiva gigi yang akan diekstraksi
Pengaturan tray : hampir semua pengaturan bedah
Sterilisasi : Untuk syringe konvensional biasanya memakai yang disposable, untuk
citoject biasanya yang disposable adalah needlenya.
3. Tongue and cheek retractors
Fungsi : Meretraksi lidah dan pipi pada daerah operasi
Pengaturan tray : semua prosedur bedah
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
4. Tissue retractors
Ciri khas : bentuk L dengan satu ujung membulat dan satu ujung bergerigi
Fungsi : meretraksi jaringan lunak (pipi) dan flap mukoperiosteal
Pengaturan tray : semua prosedur bedah
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
5. Surgical Aspirating tip
Ciri khas :
membangun stylet untuk membersihkan pecahan tulang atau gigi
Tersedia dalam beberapa diameter
Fungsi :
Menjaga bidang kerja tetap bersih dengan menghilangkan saliva, darah dan
debris
Menghilangkan atau membersihkan pecahan tulang atau gigi
Pengaturan tray : semua prosedur bedah
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
6. Periosteal Elevator
Ciri khas :
Ujungnya mirip dengan spatula
Double ended with one round
Blunted end and one pointed end
Fungsi :
Meretraksi flaps
Melepaskan jaringan periosteum dari tulang
Pengaturan tray : Untuk seluruh pembedahan
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
7. Straight Elevator
Ciri khas :
Bentuk blade ada yang melengkung dengan diameter yang berbeda
disesuaikan dengan kondisi akar
Straight handle and working end
Fungsi : Melonggarkan gigi dengan cara diungkit Untuk maxilla dan mandibular
Pengaturan tray : Pengambilan gigi dan akar
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
8. Extraction Forceps Mandibular anterior and premolars
Ciri khas :
Terdiri dari 3 bagian : handle, engsel dan paruh (beak)
Paruhnya tidak memiliki takik
Sudutnya 90o ke bawah
Fungsi : Mengekstraksi gigi P1 rahang bawah
Pengaturan tray : Pengambilan gigi
Sterilisasi : Dengan autoclave atau oven (panas kering)
9. Surgical Curretes
Ciri khas :
Spoon-shaped scraping instrument
Biasanya double ended
Bersudut pada beberapa ukuran.
Fungsi : menghilangkan deposit keras jaringan granulasi dan jaringan fibrous.
Pengaturan tray : Curetes dan sickle yang luas dan berat sering digunakan selama
pembedahan untuk menghilangkan jaringan granulasi, jaringan interdental fibrous
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
10. Tissue Scissor
Ciri khas : Ada yang bengkok, ada yang lurus dan bagian handlenya tidak ada
penguncinya
Fungsi :
Untuk memotong dan mencabut kelebihan jaringan
Digunakan untuk memotong jahitan setelah diikat simpul selama penempatan
jahitan.
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
11. Hemostat
Ciri khas : bersudut atau lurus dengan pengunci, pegangan seperti gunting
Fungsi : menahan secara kuat benda berukuran kecil, penjepit pembuluh darah dan
memindahkan potongan kecil gigi atau tulang.
Pengaturan tray: hampir semua pengaturan bedah
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
12. Scalpel
Ciri khas: seringkali disebut sebagai ”Bard- Parker” atau ”BP”. Dikemas secara steril
dan individual untuk penggunaan tunggal. Ukuran blade yang biasa digunakan: #11
(a), #12 (b), #15 (c).
Fungsi: untuk memotong, incise atau mengiris jaringan lunak- pisau bedah
Pengaturan tray: sebagian besar pengaturan bedah: impaksi, ekstraksi, biopsy,
frenectomy, gingivoplasty, alveoplasty, apicoectomy, penyayatan dan drainase.
Sterilisasi : Logam, handle dapat disterilisasi untuk blade yang bisa diganti (d).
Disposable scalpel terdiri dari handle plastik dengan attached blade (e).
13. Bone Chisel and mallet
Ciri khas : Berbentuk seperti pahat dan palu
Fungsi : Mengurangi tulang bukal
Pengaturan tray : Alveoplasti
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
14. Ronguers side-cutting
Ciri khas : Ada pegas pada bagian handle
Fungsi : Memotong tulang
Pengaturan tray : Setelah tahap pencabutan gigi
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
15. Bone File
Ciri khas :
Straight or curved working ends
Crosscut or straight cutting ridges
Double ended
Fungsi : Menghaluskan permukaan tulang dengan cara mengikir
Pengaturan tray : Impaksi memerlukan penghilangan tulang, alveoplasty
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
16. Needle Holder
Ciri khas : hampir sama dengan hemostat, hanya dengan area cekung pada bagian
dalam masing – masing paruh memungkinkan lengkungan jarum
Fungsi : Untuk memegang jarum pada saat suturing
Pengaturan tray: banyak prosedur bedah memerlukan sayatan akan membutuhkan
penempatan suture.
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
17. Suture Scissor
Ciri khas : One curved, hook-like tip to slip under suture
Fungsi: Untuk memotong jahitan atau menghilangkan jahitan
Pengaturan tray: suture removal
Sterilisasi : Menggunakan autoclave atau panas kering (oven)
Bahan :
1.Larutan Anestesi
Fungsi : Agar pada saat perawatan, pasien tidak merasa sakit.
2. Larutan irigasi steril
Fungsi : Sistem irigasi khusus untuk mengirigasi area bedah dengan larutan saline.
3. Suture
Ciri khas:
Bahan suture melekat dengan jarum stainless steel yang steril
Terdapat perbedaan ukuran dan desain jarum
Suture mungkin dapat terabsorbsi- usus polos atau kromat, asam poliglikolik
(PGA, Vicryl) atau tidak dapat diabsorbsi- silk, poliester, nilon,polipropilene.
Ukuran berdasarkan bahan suture: 3-0 (000), 4-0 (0000), 5-0 (00000).
Ukuran yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi (nomor kecil diameter
besar).
Fungsi:
Untuk menutup sisi sayatan.
”Stitches” atau mengatupkan jaringan secara kuat pada tempatnya selama
proses penyembuhan.
Perawatan Pasca Pembedahan :
Pasien kembali setelah 2 hari untuk kontrol
Luka dibersihkan, aplikasi gentian violet atau sejenisnya
Setelah 5 hari jahitan dapat dibuka
D. KESIMPULAN
Alveoplasti merupakan prosedur pembedahan untuk mempertahankan, pembentukan
kembali linggir yang tersisa supaya permukaannya dapat dibebani protesa dengan
baik.
Alveoplasti dapat dilakukan pada satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang
E. DAFTAR PUSTAKA
Aditya G, 1999, Alveoloplasti sebagai Tindakan Bedah Preprostodontik, Jurnal Kedokteran Trisakti Vol.18 No.1
Pedersen G.W., 1996, Buku Ajar Praktis Bedah Mulut, EGC, Jakarta
Riza A, 2002, Alveoplasti, Skripsi FKG USU Medan