Download - 06110040 nafi-fadilah-hayati
1
MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES
BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG
SKRIPSI
Disusun oleh :
Nafi’ Fadlilah Hayati
06110040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
2
MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES
BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
Oleh:
Nafi’ Fadlilah Hayati
06110040
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
Juli, 2010
3
HALAMAN PERSETUJUAN
MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES
BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG
SKRIPSI
Oleh:
Nafi’ Fadlilah Hayati
06110040
Telah disetujui oleh:
Dosen Pembimbing
Marno, M. Ag
NIP. 197208222002121001
Tanggal, 31 Juli 2010
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Drs. Moh. Padil, M. Pd.I
4
NIP. 196512051994031003
HALAMAN PENGESAHAN
MANAJEMEN KELAS DALAM MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PROS ES BELAJAR MENGAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA
MUHAMMADIYAH 1 KEPANJEN MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Nafi’ Fadlilah Hayati (06110040)
telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 31 Juli 2010 dengan nilai A
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan Islam (S.PdI)
pada tanggal: 31 Juli 2010
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
Dr. H. Farid Hasyim, M.Ag :
NIP. 19520309198303002
Sekretaris Sidang
Marno, M.Ag :
NIP. 197208222002121001
Pembimbing
Marno, M.Ag :
NIP. 197208222002121001
Penguji Utama
Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag :
NIP. 196712201998031002
Mengesahkan,
5
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 19620507 199503 1 001
HALAMAN PERSEMBAHAN Ku bersujud di atas sajadah seraya mengucapkan syukur alhamdulillah atas segala yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini. Karena, atas kehendak dan keridhloan-Mu maka akan ku persembahkan karyaku ini kepada: Ayahku Amiruddin (alm.) dan Bundaku Hutimah tercinta, yang telah mengayomi dan mengasihiku dengan kasih sayang, setulus hati mendoakan putrinya selama studi di UIN MALIKI Malang dan telah menjadikan dan mengajariku menjadi manusia dewasa dan lebih baik sebelumnya. Kakakku Mas Oo dan adik-adikku tersayang, Guling & Dadak, yang selalu memberiku motivasi agar aku selalu bersemangat. Mereka yang selalu menghiburku di saat aku gundah. Mereka adalah masa depanku dan harapanku. Seluruh keluarga dan saudara-saudaraku, yang tidak mungkin kusebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi dan doa yang telah diberikan untukku. Dosen pembimbingku, Pak Marno, yang senantiasa memberikan dukungan serta membimbingku dalam penulisan skripsi ini dengan penuh kesabaran. Terima kasih Pak Marno…… Para guru dan dosen-dosenku, yang selalu menjadi pelita dalam hidupku yang telah membimbing dan memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalaman yang sangat berarti. Jasamu tiada tara…… Sahabat-sahabatku (Bahak, Devi, Iqbal, Alfian, Berta, Iqro’, Luluk, Leli, Fidho, Nurul, Lia, Kemplu, Mieng2, Vina, Santi), yang dengan sabar dan setia telah menjadi tempat berbagi cerita dan berdiskusi untukku. Kalian telah mengajariku untuk mengenal arti kehidupan dan merasakan betapa indahnya sebuah persahabatan. Aku selalu merindukan canda tawa kalian di saat kita masih bersama……. Kawan-kawanku yang ceria di kos “Kavling 8“ (Pipiel, Emi, Iswatik, Mbak Cemcem, Mumuf, Popok, Mbak Rika, Itjah, Chenul, A’yun, Ari Sumi, Bundo Beti, Dwi, Nopreth, Zahra, Yeni, Chiko, Ima, Emak Widya, Fitri, Mbak Lia,), terima kasih atas
6
kekompakan dan motivasinya. Di saat aku tergoda oleh keputusasaan, kalian semua yang membangkitkan semangatku kembali. Ya Allah……kuhaturkan ucapan syukur pada-Mu yang telah menghadirkan orang-orang di sampingku yang selalu tulus mencintaiku, mengasihiku dan menyayangiku dengan sebening cinta dan sesuci doa.
MOTTO
������������������������ ������������ ��������
��������������������������������
���������������� ������������������������
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan
(Departemen Agama RI, 2003. AL-QURAN DAN TERJEMAHANNYA. Bandung:
Dipenogoro)
7
Marno, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) MALIKI Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Nafi’ Fadlilah Hayati Malang, 31 Juli 2010
Lamp. : 5 Eksemplar Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah
ini:
Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati
NIM : 06110040
Jurusan : PAI
Judul Skripsi : Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses
Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
8
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Marno, M.Ag
NIP. 197208222002121001
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Malang, 31 Juli 2010
Nafi’ Fadlilah Hayati
9
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahim,
Dengan kerendahan dan ketulusan hati yang paling dalam, penulis panjatkan
syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulisan skripsi yang berjudul ”Manajemen Kelas dalam
Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang” dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad saw, yang telah mengantar umatnya menuju
jalan kebenaran dan semoga kita diberi kekuatan untuk melanjutkan perjuangan
beliau.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
pengarahan dan bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ayahanda (alm.), Ibunda, kakak serta adik-adikku tercinta, yang dengan
kelembutan dan kesabaran hati telah memberikan perhatian, kasih sayang, dan
motivasi baik spiritual maupun material yang senantiasa mengiringi langkahku.
10
2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor UIN MALIKI Malang.
3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, M.A selaku Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI
Malang.
4. Bapak Drs. H. Moh. Padil, M.Pd.I selaku Ketua Jurusan Fakultas Tarbiyah UIN
MALIKI Malang.
5. Bapak Marno, M.Ag selaku Dosen Pembimbing skripsi yang dengan tulus ikhlas
dan penuh tanggung-jawab telah memberikan bimbingan di tengah-tengah
kesibukannya, petunjuk serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Jazakumullah Khoiron Katsiro.
6. Seluruh karyawan dan staf Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang, yang telah
melayani kami dengan baik.
7. Bapak Hari Mulyadi, S.Pd selaku Kepala SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Malang yang telah mengizinkan dan memberikan informasi dan data yang penulis
butuhkan selama penelitian berlangsung.
8. Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI selaku Guru Keislaman SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang yang telah memberikan informasi dan data yang penulis
butuhkan selama penelitian berlangsung.
9. Seluruh Guru dan staf karyawan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang yang
telah berkenan meluangkan waktunya dan mempermudah penulis dalam
melakukan penelitian.
10. Seluruh siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang yang telah ikut
membantu penulis dalam penelitian.
11
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak
membantu sehingga terselesainya penulisan skripsi ini.
Kepada semua pihak tersebut diatas, semoga Allah SWT memberikan imbalan
pahala yang sepadan dan balasan yang berlipat ganda di dunia dan di akhirat kelak,
amin.
Akhirnya dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa dalam penulisan
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak. Penulis berharap
semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi saya
pribadi khususnya, amin ya rabbal’alamin.
Malang, 31 Juli 2010
Penulis
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... .. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v
MOTTO .......................................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .............................................. vii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
ABSTRAK ...................................................................................................... xix
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
13
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 8
E. Batasan Masalah ................................................................................ 8
F. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 9
G. Sistematika Pembahasan .................................................................... 12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ....................................................................... 15
A. Pendidikan Agama Islam ................................................................... 15
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................ 15
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam ................................. 16
3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ........................ 18
4. Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI ........................ 20
B. Manajemen Kelas............................................................................... 22
1. Pengertian Manajemen Kelas ........................................................ 22
2. Pendekatan Dalam Manajemen Kelas ........................................... 26
3. Prosedur Manajemen Kelas ........................................................... 31
4. Tujuan Manajemen Kelas.............................................................. 38
5. Hambatan-hambatan Manajemen Kelas ........................................ 39
6. Perencanaan Manajemen Kelas ..................................................... 41
7. Pelaksanaan Manajemen Kelas ..................................................... 55
8. Evaluasi Manajemen Kelas ........................................................... 64
C. Efektifitas Proses Belajar Mengajar ................................................... 65
1. Pengertian Efektifitas Proses Belajar Mengajar ............................ 65
14
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses
Belajar Mengajar ........................................................................... 67
3. Unsur-unsur Efektifitas Proses Belajar Mengajar ......................... 73
4. Komponen Belajar Mengajar ........................................................ 75
5. Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar ..... 81
BAB III : METODE PENELITIAN ............................................................. 84
A. Lokasi Penelitian ............................................................................. 84
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 84
C. Kehadiran Peneliti ........................................................................... 86
D. Jenis Data ......................................................................................... 87
E. Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 87
F. Teknik Analisis Data ....................................................................... 90
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 91
H. Tahap-tahap Penelitian .................................................................... 92
BAB IV : LAPORAN HASIL PENELITIAN .............................................. 94
A. Latar Belakang Objek Penelitian .................................................... 94
1. Identitas Objek Penelitian ........................................................... 94
2. Sejarah Berdirinya Objek Penelitian ........................................... 94
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ........ 95
4. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ............. 98
5. Keadaan Guru & Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ... 99
6. Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .......... 100
15
7. Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ......... 100
8. Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .......... 101
B. Paparan dan Analisis Data ............................................................... 102
1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ........................................................................ 102
a. Analisis Masalah Manajemen Kelas ...................................... 102
b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar ........................................ 105
2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ........................................................................ 111
a. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas ......................... 112
b. Iklim/Suasana Kelas ............................................................... 113
c. Metode Pembelajaran ............................................................. 116
d. Penggunaan Media ................................................................. 117
e. Pola Interaksi .......................................................................... 118
3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ........................................................................ 119
a. Tujuan Evaluasi ...................................................................... 120
b. Bentuk Evaluasi ..................................................................... 122
c. Tindak Lanjut Setelah Diadakan Evaluasi ............................. 123
16
BAB V : PEMBAHASAN .............................................................................. 124
A. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ............................................................................. 125
B. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ............................................................................. 133
C. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang ............................................................................. 140
BAB VI : PENUTUP ...................................................................................... 143
A. Kesimpulan ...................................................................................... 143
B. Saran-saran ...................................................................................... 145
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
17
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Malang........................... 98
Tabel 1 : Keadaan Guru dan Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ......... 99
Tabel 2 : Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen ................... 100
Tabel 3 : Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .................. 100
Tabel 4 : Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen .... 101
18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Bukti Konsultasi
Lampiran 2 : Surat Penelitian dari Fakultas
Lampiran 3 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah
Lampiran 4 : Perangkat Pembelajaran Kelas XI
Lampiran 5 : Daftar Nilai Kelas XI
Lampiran 6 : Instrumen Penelitian
Lampiran 7 : Dokumentasi
Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup Penulis
19
ABSTRAK
Hayati, Nafi’ Fadlilah. Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) MALIKI Malang. Dosen Pembimbing: Marno, M.Ag
Untuk meningkatkan mutu pendidikan, diperlukan peningkatan dan penyempurnaan dalam pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu Proses Belajar Mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas. Oleh karena itu, diperlukan Manajemen kelas yang baik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Manajemen Kelas merupakan upaya mengelola siswa di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau kondisi kelas yang menunjang program pengajaran, agar siswa ikut terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah. Di samping itu, Proses Belajar Mengajar dapat terwujud dengan baik apabila terdapat interaksi yang komunikatif antara guru dengan siswa, sesama siswa maupun dengan sumber belajar lainnya. Dalam Manajemen Kelas, guru sebagai pemeran utama yang sangat menentukan berhasil tidaknya siswa dalam belajar, harus senantiasa memperhatikan dan menciptakan suasana kondusif di dalam kelas. Dengan adanya guru yang berkompeten dan berkualitas diharapkan mampu dalam menciptakan suasana belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, khususnya pada materi PAI.
Berpijak dari latar belakang di atas, maka penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, untuk mengetahui Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, dan untuk mengetahui evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen.
20
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Dalam rangka memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Peneliti menganalisis data dengan memaparkan dan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait kemudian data dianalisis lebih lanjut secara intensif. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1.Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Analisis Masalah Manajemen Kelas: 1) Masalah individual: siswa tidak mempunyai buku pegangan sendiri; kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran; siswa kurang aktif; menarik perhatian orang lain, 2)Masalah kelompok: sebagian siswa mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, beberapa kelompok siswa cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan dan semangat belajar rendah. b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar: 1) menyusun silabus disesuaikan dengan karakteristik materi; 2) menyusun RPP disesuaikan dengan karakteristik, potensi,, kebutuhan dan keinginan siswa, 3) Strategi pembelajaran: a) memilih cara belajar mengajar yang efektif; b) menggunakan metode yang bervariasi; c) memberikan contoh yang baik terhadap siswa, 4) pengembangan sumber belajar: memanfaatkan kelas dan masjid. 5) pengembangan bahan ajar: membuat buku diklat/rangkuman. 2.Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a.tindakan-tindakan dalam manajemen kelas: 1) membuat buku diklat/rangkuman; 2) memotivasi siswa agar konsentrasi pada pelajaran; 3) merangsang siswa agar aktif di kelas. b. Iklim/suasana kelas: 1) ruang kelas cukup memadai; 2) pengaturan tempat duduk dibuat bervariasi. 3) ventilasi, pengaturan cahaya serta penyimpanan barang-barang di dalam kelas baik. c.Metode: ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan, disesuaikan dengan kondisi waktu itu d. Media: buku, Lembar Kerja Siswa (LKS), LCD, dan OHP, memfasilitasi siswa dalam belajar. e. Pola interaksi: interaksi edukatif antara personal. 3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: meningkatkan hasil belajar siswa.
Dari hasil penelitian ini, saran-saran yang diharapkan penulis adalah: (1) Bagi seluruh warga SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen, baik Kepala Sekolah, para guru, dan siswa hendaknya selalu berupaya untuk ikut serta dalam meningkatkan kualitas pendidikannya semaksimal mungkin. (2) Bagi peneliti lanjutan, hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dan diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih baik dan lebih sempurna tentang Manajemen Kelas dalam meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI. Kata Kunci: Manajemen Kelas, Efektifitas Proses Belajar Mengajar, PAI
21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan,
baik secara konvensional maupun inovatif. Hal tersebut lebih terfokus lagi
dalam Undang-undang RI No. 20 Th. 2003 pada BAB II, Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab.1
1Redaksi Sinar Grafika, UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun. 2003) (Jakarta:
Sinar Grafika, 2008), hlm. 7
22
Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan peningkatan dan
penyempurnaan pendidikan, yang berkaitan erat dengan peningkatan mutu
proses belajar mengajar secara operasional yang berlangsung di dalam kelas.
Oleh karena itu, diperlukan manajemen kelas yang baik sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai. Karenanya, manajemen kelas memegang peranan
yang sangat menentukan dalam proses belajar mengajar. Manajemen kelas
menurut Sunaryo adalah masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru
menggunakannya untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas
sedemikian rupa, sehingga siswa dapat mencapai tujuan pengajaran secara
efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.2
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
formal dengan guru sebagai pemeran utama. Guru sangat menentukan suasana
belajar-mengajar di dalam kelas. Guru yang kompeten akan lebih mampu dalam
menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien di dalam kelas, sehingga
hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Keberhasilan tersebut,
dipengaruhi banyak faktor terutama terletak pada pengajar (guru) dan yang
diajar (siswa), yang berkedudukan sebagai pelaku dan subyek dalam proses
tersebut. Adapun kegiatan manajemen kelas dapat diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu (1) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat fisik, dan
2 Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (Malang: IKIP Malang, 1989), hlm.
62
23
(2) yang memfokuskan pada hal-hal yang bersifat non-fisik. Kedua hal tersebut
perlu dikelola secara baik dalam rangka menghasilkan suasana yang kondusif
bagi terciptanya pembelajaran yang baik pula.
Hal-hal fisik yang perlu diperhatikan dalam manajemen kelas
mencakup pengaturan ruang belajar dan perabot kelas, serta pengaturan
peserta didik dalam belajar. Sedangkan hal-hal yang bersifat non-fisik lebih
memfokuskan pada aspek interaksi peserta didik dengan peserta didik lainnya,
peserta didik dengan guru dan lingkungan kelas maupun kondisi kelas
menjelang, selama, dan akhir pembelajaran. Atas dasar inilah, maka hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam Manajemen Kelas adalah tingkah laku siswa
(aspek psikologis), susana belajar di kelas yang menyenangkan (sosial) dan
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan siswa dengan
siswa. Hal ini merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif.3
Menurut Mulyadi bahwa manajemen kelas adalah seperangkat
kegiatan untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,
mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang positif
3 Moh. Uzer Usman, Mejadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 97
24
serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang efektif dan
produktif.4
Usaha guru dalam menciptakan kondisi yang diharapkan akan efektif,
apabila: Pertama; diketahui secara tepat faktor-faktor mana sajakah yang dapat
menunjang terciptanya kondisi yang menguntungkan dalam proses belajar
mengajar. Kedua; diketahui masalah apa sajakah yang biasa timbul dan dapat
merusak suasana belajar mengajar. Ketiga; dikuasainya berbagai pendekatan
dalam manajemen kelas dan diketahui pula kapan dan untuk masalah mana
suatu pendekatan tersebut digunakan.5
Oleh karena itu, pengelola sekolah perlu menciptakan suasana
gembira/menyenangkan di lingkungan sekolah melalui manajemen kelas.
Karena, dengan menjalin keakraban antara guru-siswa, maka guru dapat
mengarahkan siswa dengan lebih mudah untuk mendorong dan memotivasi
semangat belajar siswa. Disamping itu, juga dimaksudkan untuk menciptakan
dan mempertahankan kondisi kelas secara kondusif yang memberi
kemungkinan tujuan proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan
efisien.6 Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang
4 Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 4
5 Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah
(Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm. 116
6 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hlm. 184
25
dilaksanakan oleh guru dan siswa dengan memanfaatkan sarana yang tersedia
untuk memperoleh hasil belajar secara optimal.
Jadi, proses belajar mengajar dapat terwujud dengan baik apabila ada
interaksi antara guru dan siswa, sesama siswa atau dengan sumber belajar
lainnya. Dengan kata lain “belajar dikatakan efektif apabila terjadi interaksi yang
cukup maksimal”. Namun, adapula kendala atau kesulitan yang dialami guru
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, misalnya keadaan siswa,
jumlah siswa, fasilitas yang kurang memadai, letak sekolah, dsb. Sehingga,
seorang guru dituntut mempunyai kemampuan/keahlian tertentu untuk dapat
menciptakan suasana kelas yang mendukung efektifitas belajar mengajar, agar
tercipta suasana/iklim belajar yang nyaman, kondusif, komunikatif, serta
dinamis yang diharapkan akan menghasilkan hasil belajar yang optimal dan
semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan dari pada pendidikan itu sendiri.
Manajemen kelas merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap guru
dalam rangka menciptakan suasana yang kondusif, agar proses belajar mengajar
dapat berjalan efektif.
Implementasi manajemen kelas melibatkan siswa di dalam kelas
untuk menentukan prinsip, prosedur, dan aturan bersama demi tujuan
bersama. Siswa dilibatkan melalui aktivitas-aktivitas belajar yang positif seperti
diskusi, laporan lisan, penelitian, simulasi, field trip, studi kasus, permainan
26
peran, penyajian multi-media, dan sebagainya. Melalui aktivitas belajar tersebut
dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk berpikir aktif, kritis dan kreatif. Selain
itu, aktivitas tersebut dapat meningkatkan interaksi antara siswa yang satu
dengan yang lainnya semakin baik.
Kecenderungan manajemen kelas sebagai upaya untuk meningkatkan
motivasi belajar siswa ini terlihat pada aspek potensi, bakat, dan minat siswa
dalam belajar. Dalam hal ini, potensi, bakat dan minat siswa akan berkembang
dengan optimal sesuai dengan yang diinginkan. Bahkan Manajemen Kelas yang
memotivasi siswa yang semakin aktif dalam belajar akan semakin baik prestasi
yang diraih.
Karena betapa pentingnya manajemen kelas dengan serangkaian
manfaatnya dalam kegiatan proses belajar mengajar, maka SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen mencoba mengimplementasikan manajemen kelas
ini, khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Meskipun
siswanya banyak yang minim tentang pengetahuan agama dan minimnya
alokasi waktu pembelajaran, guru PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
bersikeras dalam me-manage kelas agar pembelajaran sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
Kegiatan proses belajar mengajar dilakukan dengan berbagai metode
dan media yang bervariasi sesuai dengan materi yang diberikan pada saat itu.
27
Selain itu, suasana kelasnya pun tidak monoton. Sekali waktu pengaturan
tempat duduk dibuat bervariasi agar suasana kelas menyenangkan sehingga
membantu siswa dalam belajar di kelas. Pola interaksi antara guru PAI dan siswa
pun terlihat harmonis. Hal ini terbukti, di dalam dan di luar kelas komunikasi
antara keduanya seperti berjalan dengan baik.
Berpijak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis ingin
meneliti lebih lanjut mengenai upaya mengembangkan efektifitas
pembelajaran yang dilakukan guru dan aktivitas belajar yang dilakukan oleh
siswa melalui prosedur pengelolaan kelas dengan mengambil judul:
“Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah tersebut di atas, penulis akan merumuskan
masalah yang menjadi dasar pokok pembahasan skripsi ini. Adapun rumusan
masalah tersebut adalah :
1. Bagaimana Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?
28
2. Bagaimana Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?
3. Bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam meningkatkan
Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang ?
C. Tujuan Penelitian
Dalam pembahasan skripsi ini, tujuan yang ingin dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan tentang Perencanaan Manajemen Kelas dalam
Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang.
2. Untuk mendeskripsikan Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Malang.
3. Untuk mendeskripsikan bagaimana Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Kelas
dalam meningkatkan Efektifitas Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di
SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.
D. Manfaat Penelitian
29
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara
teoritis dan praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat
mengembangkan teori tentang manajemen kelas berikut inovasi yang terkait
dengan Manajemen Kelas. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Sekolah Lainnya
Sebagai contoh pemikiran dan pelaksanaan bagi perkembangan mutu
kegiatan proses belajar mengajar secara efektif melalui manajemen kelas
yang baik.
2. Peneliti Berikutnya
Sebagai dasar pengembangan penelitian berikutnya dengan meneliti
dimensi yang berbeda terkait dengan manajemen kelas yang dapat
menciptakan proses belajar mengajar secara efektif.
E. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada masalah-masalah yang berkaitan dengan
manajemen kelas dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang mencakup
analisis masalah manajemen kelas, desain kegiatan belajar mengajar, tindakan-
tindakan manajemen kelas, pengaturan suasana kelas, penggunaan metode dan
media, pola interaksi, dan evaluasi hasil belajar manajemen kelas.
30
F. Penelitian Terdahulu
Dalam pendidikan, manajemen dapat diartikan sebagai aktivitas
memadukan sumber-sumber pendidikan, agar terpusat dalam usaha mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditentukan sebelumnya. Disamping itu,
manajemen bertugas memadukan sumber-sumber pendidikan secara
keseluruhan dan mengontrol/mengawas agar tepat dengan tujuan pendidikan.
Dalam proses manajemen terlibat fungsi-fungsi pokok manajemen
yang terdiri dari: Planning, Organizing, Leading/Actuating, dan Controlling.7
Planning (perencanaan) adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.8 Organizing
(pengorganisasian) adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan
pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai
tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-
alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan
kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas tersebut.
Leading/Actuating/ Directing adalah pelaksanaan/pengarahan kepada semua
anggota, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.
7 Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 1
8 Ibid., hlm. 49
31
Controlling (pengawasan/pengendalian) merupakan pengukuran dan perbaikan
terhadap pelaksanaan kerja anggota, agar rencana yang telah dibuat untuk
mencapai tujuan dapat terselenggara.
Setelah diketahui deskripsi singkat beberapa fungsi manajemen
diatas, serta mengingat penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu terkait
dengan Manajemen Kelas, maka penulis menunjukkan permasalahan yang
berkaitan dengan perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), evaluasi
(controlling) dalam manajemen kelas. Permasalahan tersebut terkait dengan
perencanaan manajemen kelas dalam proses belajar mengajar Pendidikan
Agama Islam. Selanjutnya, tentang pelaksanaan manajemen kelas dalam proses
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam dan yang terakhir evaluasi
pelaksanaan manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam.
Pembahasan tentang manajemen kelas, belum terlalu banyak dibahas
dalam penelitian sebelumnya, sehingga penulis mengambil judul: ”Manajemen
Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.
Penelitian tentang manajemen kelas yang akan penulis bahas, masih
sangat jarang diteliti oleh peneliti-peneliti sebelumnya, walaupun ada itu hanya
beberapa peneliti saja dengan obyek yang berbeda. Salah satunya adalah
32
Husnul Khotimah, 2006, dalam skripsinya yang berjudul “Manajemen Kelas
dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Siswa (Studi Kasus di SMK
Negeri 1 Batu)”.
Penulis tersebut membahas tentang implementasi manajemen kelas
Pendidikan Agama Islam dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan
manajemen kelas Pendidikan Agama Islam di SMK Negeri 1 Batu. Hasil dari
penelitian tersebut adalah manajemen kelas yang diterapkan dalam
meningkatkan efektifitas pembelajaran di SMK Negeri 1 Batu meliputi
perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, disiplin kelas,
konflik kelas, evaluasi pembelajaran. Untuk faktor penghambatnya: kurangnya
kesadaran dan tanggung jawab siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran
PAI, kurangnya fasilitas dan media pembelajaran PAI yang ada di SMK N 1 Batu,
keadaan ekonomi orang tua yang kurang cukup, lingkungan siswa yang keras
serta keadaan keluarga yang broken home. Dan usaha-usaha yang dilakukan
dalam manajemen kelas terkait dengan pembelajaran PAI di SMK Negeri 1 Batu,
adalah: mempersiapkan tugas administratif, memberi motivasi kepada siswa,
membuat modul sesuai dengan materi, mengatasi setiap permasalahan siswa,
memilih metode, membentukan kelompok diskusi, meningkatkan kedisiplinan
siswa.
33
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
penelitian terdahulu yang dilaksanakan oleh Husnul Khotimah, sama halnya
dengan yang akan peneliti laksanakan, yaitu membahas tentang manajemen
kelas. Namun terdapat beberapa perbedaan dan beberapa alasan tentang
pengambilan judul ini, antara lain:
a. Lokasi
Lokasi penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti terdahulu terletak di
SMK Negeri 1 Batu, sedangkan lokasi yang akan diobservasi oleh peneliti
pada kali ini terletak di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.
b. Peneliti melihat pelaksanaan manajemen kelas belum seluruhnya
menyeluruh dan terlaksana dengan baik di setiap sekolah. Sehingga peneliti
ingin mengkaji lebih dalam dan mengkomparasikan pelaksanaan Manajemen
Kelas di kedua tempat tersebut. Dengan alasan berbagai faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan Manajemen Kelas di kedua tempat tersebut
sangat berbeda.
Untuk mengetahui pembahasan tentang judul tersebut maka penulis
akan menjelaskan mengenai Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar
Mengajar PAI.
G. Sistematika Pembahasan
34
Untuk memberi gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini,
maka pembahasan ini dibagi menjadi lima bab. Uraian masing-masing bab ini
disusun sebagai berikut:
Bab Pertama, berisi tentang Pendahuluan. Yang menggambarkan
tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, batasan masalah, penelitian terdahulu, dan sistematika
pembahasan.
Bab Kedua, berisi tentang Kajian Pustaka. Yang memaparkan tentang
Pendidikan Agama Islam terdiri dari; pengertian PAI, dasar dan tujuan PAI,
kedudukan dan fungsi PAI dan Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI.
Untuk Manajemen Kelas meliputi; pengertian Manajemen Kelas, prosedur
Manajemen Kelas, pendekatan dalam Manajemen Kelas, tujuan Manajemen
Kelas, hambatan-hambatan Manajemen Kelas, Perencanaan Manajemen Kelas,
Pelaksanaan Manajemen Kelas dan Evaluasi Manajemen Kelas. Sedangkan
Efektifitas Proses Belajar Mengajar meliputi; pengertian Efektifitas Proses
Belajar Mengajar, faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses Belajar
Mengajar, unsur-unsur efektifitas Proses Belajar Mengajar, komponen belajar-
mengajar dan Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar.
Bab Ketiga, berisi tentang Metode Penelitian. Dalam Bab ini, penulis
menjelaskan tentang lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian,
35
kehadiran peneliti, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data,
pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
Bab Keempat, berisi tentang Laporan Hasil Penelitian. Pada bab ini
penulis mengemukakan masalah-masalah yang diperoleh dari penelitian pada
obyek, meliputi: latar belakang obyek penelitian, penyajian data dan analisis
data.
Bab Kelima, Pembahasan. Pada bab ini penulis membahas tentang
laporan hasil penelitian.
Bab Keenam, Penutup. Pada akhir pembahasan, penulis akan
mengemukakan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan
dengan realita hasil penelitian, kata penutup serta pada bagian terakhir penulis
cantumkan Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran.
36
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat, pengertian Pendidikan Agama Islam adalah
pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang dilakukan secara
sadar untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh, serta menghayati tujuan, yang
37
pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai
pandangan hidup.9
Dalam Kurikulum PAI tahun 2002 seperti yang telah dikutip oleh
Abdul Majid, mengatakan bahwa Pendidikan agama Islam adalah upaya
sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang
dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam
hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.10
Sedangkan menurut Azizy, Pendidikan Agama Islam merupakan
proses transfer nilai, pengetahuan dan keterampilan dari generasi tua
kepada generasi muda yang mencakup dua hal yaitu, mendidik siswa untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak Islam dan mendidik siswa-
siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam.11
Sejalan dengan pendapat Ahmad Tafsir yang menyatakan bahwa
Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran
9 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan
Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 130 10
Ibid.. 11
Ibid., hlm. 131
38
Islam. Bila disingkat, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan terhadap
seseorang agar ia menjadi Muslim semaksimal mungkin.12
Jadi, Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan
pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini,
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam melalui kegiatan
bimbingan, pembelajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 13
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Hukum
Dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari peraturan
perundang-undangan. Yang secara langsung maupun tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama, di sekolah-
sekolah ataupun di lembaga-lembaga pendidikan formal di Indonesia.
b. Dasar Religi
Dasar religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam
ayat Al-Qur’an dan Hadits, yaitu:
1) Sumber dari al-Qur’an. Antara lain:
12
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 32
13
Abdul Majid dan Dian Andayani. Op. Cit., hlm. 132
39
a) Surat Al-Mujadalah ayat 11:
)11: المجادله(. . .. . .. . .. . .درجت العلم اوتوا والذين منكم امنوا الذين اهللا يرفع. . .
“. . . niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”. (Q.S. Al-Mujadalah: 11)
b) Hadist Riwayat Baihaqi:
)يهقىالب رواه( يمجسانه او اوينصرانه نهيهودا فابواه الفطرة على يولد مولود كل
“Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragam
(perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasrani atau Majusi”. (HR.
Baihaqi)
c. Dasar Sosial-Psikologi
Semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu
pegangan hidup, yaitu agama. Mereka merasakan, bahwa dalam jiwanya
ada suatu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa, tempat
mereka berlindung dan meminta pertolongan. Hal semacam ini terjadi
pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan
merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan
dan mengabdi kepada Zat Yang Maha Kuasa.14
14
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang:
Universitas Negeri Malang, 2004), hlm. 12
40
Adapun tujuan dari Pendidikan Agama Islam secara umum adalah
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan
peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, serta berakhlak mulia
dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Kedudukan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam mempunyai kedudukan dan peranan
penting dalam pembangunan negara dan masyarakat Indonesia. Sedangkan
fungsinya adalah untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga
dan digunakan sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
Secara khusus kurikulum Pendidikan Agama Islam untuk sekolah
berfungsi sebagai berikut:
a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta
didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan
keluarga.
b. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan di
dunia dan di akhirat.
41
c. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya
baik fisik maupaun sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai
dengan ajaran Islam.
d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-
kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan,
pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya
atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat
perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum, sistem
dan fungsionalnya.
g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat
khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang
secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan
orang lain.15
15
Ibid., hlm. 134-135
42
4. Standart Efektifitas Proses Belajar Mengajar PAI
a. Dapat melibatkan siswa secara aktif
Menurut William Burton mengajar adalah membimbing kegiatan
belajar siswa sehingga ia mau belajar.16
Dengan demikian, aktivitas murid
sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sehingga muridlah yang
seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subyek didik adalah yang
merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
b. Dapat menarik minat dan perhatian siswa
Kondisi belajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar
sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat siswa,
baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sehingga hal itu
akan menjadikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam berjalan secara
efektif.
c. Dapat membangkitkan motivasi siswa
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif
menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
16
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 21
43
mencapai tujuan, atau kesadaran dan kesiapan dalam diri individu yang
mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam bisa dikatakan
efektif apabila dapat membangkitkan motivasi siswa yang sedang belajar.
d. Prinsip individualitas
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam akan berjalan efektif jika
guru selalu memperhatikan keragaman karakteristik setiap siswa. Dengan
kata lain hendaknya guru mampu menyesuaikan proses belajar mengajar
dengan kebutuhan-kebutuhan siswa secara individual tanpa harus
mengajar siswa secara individual.17
Dengan demikian, maka siswa akan
merasakan perhatian guru dan pembelajaran juga akan terlaksana dengan
maksimal.
e. Peragaan dalam pengajaran
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau
pengalaman konkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak.
Dan apabila pembelajaran dilaksanakan dengan melaksanakan peragaan
yang sesuai maka akan dapat membantu siswa dalam pengajaran.18
f. Pembelajaran yang dapat menjadikan siswa antusias
17
Ibid., hlm. 30 18
Ibid., hlm. 31
44
Keantusiasan siswa dalam pembelajaran khususnya Pendidikan
Agama Islam akan berpengaruh pada efektifitas proses pembelajaran yang
dilakukannya.
B. Manajemen Kelas
1. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen Kelas berasal dari dua kata, yaitu dari kata manajemen
dan kelas. Manajemen dari kata Management, yang diterjemahkan pula
menjadi pengelolaan, berarti proses penggunaan sumber daya secara efektif
untuk mencapai sasaran.19
Dengan kata lain arti dari Manajemen adalah
pengelolaan usaha, kepengurusan, direksi, ketatalaksanaan penggunaaan
sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran yang diinginkan.20
Sedangkan pengelolaan adalah proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan. Maka,
dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses penyelenggaraan
atau pengurusan sekaligus pengawasan pada sesuatu yang terlibat dalam
19
Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 2
20
Pius A.Partanto dan M.Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.
434
45
pelaksanaan dan pencapaian tujuan agar sesuatu tersebut berjalan dengan
lancar, efektif dan efisien.
Sedangkan kelas menurut pengertian umum dapat dibedakan atas
dua pandangan, yaitu pandangan dari segi fisik dan pandangan dari segi
siswa. Hadari Nawawi juga memandang kelas dari dua sudut, yakni :
a. Kelas dalam arti sempit: ruangan yang dibatasi oleh empat dinding,
tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Kelas dalam pengertian tradisional ini, mengandung sifat statis
karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat
perkembangannya, antara lain berdasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
b. Kelas dalam arti luas: suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari
masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisir menjadi unit
kerja yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.21
Dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan
istilah kelas adalah sekelompok siswa yang belajar dalam waktu yang sama,
menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.22
21
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 176
22
Suharsimi Arikunto, Suhardjono & Supardi, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara,
2007), hlm. 3
46
Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa kelas diartikan sebagai ruangan
belajar dan atau sekelompok siswa yang belajar (rombongan belajar), dimana
guru mengajar, peserta didik belajar, dan tingkatan (grade) sebagai satu
kesatuan diorganisir menjadi unit kerja yang secara dinamis
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan.
Setelah berbicara tentang pengertian dari manajemen dan kelas di
atas, maka di bawah ini para ahli pendidikan mendefinisikan manajemen
kelas, antara lain:
a. Made Pidarta mengatakan, manajemen kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Guru
bertugas menciptakan, memperbaiki, dan memelihara sistem/organisasi
kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya,
bakatnya, dan energinya pada tugas-tugas individual.23
b. Moh. Uzer Usman mengatakan bahwa manajemen kelas adalah
keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar
yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.24
23
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka Cipta,
2000), hlm. 172
24
Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 97
47
c. Syaiful Bahri Djamarah berpendapat bahwa manajemen kelas adalah
suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal
mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan
pembelajaran.25
d. Johanna Kasin Lemlech, dalam bukunya Cecep Wijaya & A. Tabrani Rusyan
mengatakan bahwa Classroom management is the orchestration of
classroom life: planning curriculum, organizing procedures and resources,
arranging the environment to maximize efficiency, monitoring student
progress, anticipating potential problems.26
Menurut definisi ini, yang
dimaksud dengan manajemen kelas adalah usaha dari pihak guru untuk
menata kehidupan kelas dimulai dari perencanaan kurikulumnya,
penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya
untuk memaksimumkan efisiensi, memantau kemajuan siswa, dan
mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin timbul.
e. Menurut Mulyadi, bahwa manajemen kelas adalah seperangkat kegiatan
untuk mengembangkan tingkah laku siswa yang diinginkan dan
mengurangi atau meniadakan tingkah laku yang tidak diinginkan,
mengembangkan hubungan interpersonal dan iklim sosio emosional yang
25
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 173 26
Cece Wijaya, A.Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 113
48
positif serta mengembangkan dan mempertahankan organisasi kelas yang
efektif dan produktif.27
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa manajemen kelas merupakan upaya mengelola siswa
di dalam kelas yang dilakukan untuk menciptakan dan mempertahankan
suasana/kondisi kelas yang menunjang program pembelajaran dengan
jalan menciptakan dan mempertahankan motivasi siswa untuk selalu ikut
terlibat dan berperan serta dalam proses pendidikan di sekolah. Jadi
manajemen kelas harus mengacu pada penciptaan suasana atau kondisi
kelas yang memungkinkan siswa dalam kelas tersebut dapat belajar
dengan efektif.28
2. Pendekatan Dalam Manajemen Kelas
Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam manajemen
kelas akan sangat dipengaruhi oleh pandangan guru tersebut terhadap
tingkah laku siswa, karakteristik, watak dan sifat siswa, dan situasi kelas pada
waktu seorang siswa melakukan penyimpangan. Di bawah ini ada beberapa
pendekatan yang dapat dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam
upaya menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain sebagai berikut:
27
Mulyadi., Op.Cit., hlm. 4 28
Ibid., hlm. 2
49
a. Pendekatan Manajerial
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang manajemen yang
berintikan konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini, dapat
dibedakan menjadi :
1) Kontrol Otoriter
Dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, jika
perlu dengan hukuman-hukuman yang berat. Menurut konsep ini,
disiplin kelas yang baik adalah apabila siswa duduk, diam, dan
mendengarkan perkataan guru.
2) Kebebasan Liberal
Menurut konsep ini, siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya
untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Dengan cara seperti ini, aktivitas dan kreativitas
anak akan berkembang sesuai dengan kemampuannya. Akan tetapi,
sering terjadi pemberian kebebasan yang penuh, ini berakibat
terjadinya kekacauan atau kericuhan di dalam kelas karena kebebasan
yang didapat oleh siswa disalahgunakan.
3) Kebebasan Terbimbing
50
Konsep ini merupakan perpaduan antara kontrol otoriter dan
kebebasan liberal. Di sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan
aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Di satu pihak siswa diberi
kebebasan sebagai hak asasinya, dan dilain pihak siswa harus
dihindarkan dari perilaku-perilaku negatif sebagai akibat
penyalahgunaan kebebasan. Disiplin kelas yang baik menurut konsep
ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri-sendiri.
b. Pendekatan Psikologis
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi
psikologis yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin
kelas pada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain sebagai
berikut:
1) Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku (Behavior-Modification)29
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi behavioristik, yang
mengemukakan pendapat bahwa:
a) Semua tingkah laku yang baik atau yang kurang baik merupakan
hasil proses belajar.30
b) Ada sejumlah kecil proses psikologi penting yang dapat digunakan
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu
29
Ibid., hlm. 35 30
Ibid..
51
diantaranya penguatan positif (positive reinforcement) seperti
hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan
aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negative
reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak, dan ancaman.31
Penguatan tersebut masih dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Penguatan Primer, yaitu penguatan yang tanpa dipelajari seperti
makan, minum, menghangatkan tubuh, dsb.
2. Penguatan Sekunder, yaitu penguatan sebagai hasil proses
belajar. Penguatan sekunder ini ada yang dinamakan penguatan
sosial (pujian, sanjungan, perhatian, dsb), penguatan simbolik
(nilai, angka, atau tanda penghargaan lainnya) dan penguatan
dalam bentuk kegiatan (permainan atau kegiatan yang disenangi
oleh siswa yang tidak semua siswa dapat mempraktekkannya).
Dilihat dari segi waktunya, ada penguatan yang terus-menerus
(continue) setiap kali melakukan aktivitas, ada pula penguatan
yang diberikan secara periodik (dalam waktu-waktu tertentu),
misalnya setiap satu semester sekali, setahun sekali, dsb.
2) Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Socio-Emotional Climate)32
31
Ibid., hlm. 36 32
Ibid., hlm. 46
52
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling
yang mempradugakan:
a) Proses Belajar Mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan
sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan inter
personal yang harmonis antar guru dengan guru, guru dengan
siswa dan antara siswa dengan siswa merupakan kondisi yang
memungkinkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif.33
b) Guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim
sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus di
hadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai
manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandang siswa sendiri.
Dengan cara demikian, siswa akan dapat dikuasai tanpa
menutup perkembangannya. Sebagai dasarnya, guru dituntut
memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi yang efektif
dengan siswa, sehingga guru dapat mendeskripsikan apa yang
perlu dilakukannya sebagai alternatif penyelesaian.
c. Pendekatan Proses Kelompok (Group Process)34
33
Ibid.. 34
Ibid., hlm. 55
53
Pendekatan ini berdasarkan pada psikologi klinis dan dinamika
kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah:
1) Pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks kelompok
sosial.
2) Tugas pokok guru yang utama dalam manajemen kelas ialah membina
kelompok yang produktif dan efektif.35
d. Pendekatan Elektif (Electic Approach)
Ketiga pendekatan tersebut, mempunyai kebaikan dan kelemahan
masing-masing. Dalam arti, tidak ada salah satu pendekatan yang cocok
untuk semua masalah dan semua kondisi. Setiap pendekatan mempunyai
tujuan dan wawasan tertentu. Dengan demikan, guru dituntut untuk
memahami berbagai pendekatan. Dengan dikuasainya berbagai
pendekatan, maka guru mempunyai banyak peluang untuk
menggunakannya bahkan dapat memadukannya.
Pendekatan Elektik disebut juga dengan pendekatan pluralistik,
yaitu manajemen kelas yang berusaha menggunakan berbagai macam
pendekatan yang memiliki potensi untuk dapat menciptakan dan
mempertahankan suatu kondisi yang memungkinkan proses belajar
mengajar berjalan efektif dan efisien. Dimana guru dapat memilih dan
35
Ibid..
54
menggabungkan secara bebas pendekatan tersebut, sesuai dengan
kemampuan dan selama maksud dari penggunaannya untuk menciptakan
proses belajar mengajar berjalan secara efektif dan efisien.36
3. Prosedur Manajemen Kelas
Upaya untuk menciptakan dan mempertahankan suasana yang
diliputi oleh motivasi siswa yang tinggi, perlu dilakukan langkah-langkah
tertentu untuk me-manage kelas dengan baik. Langkah-langkah ini disebut
sebagai prosedur manajemen kelas. Adapun prosedur manajemen kelas ini
dapat dilakukan secara preventif (pencegahan) maupun kuratif
(penyembuhan).37
Perbedaan kedua jenis pengelolaan kelas
tersebut, akan berpengaruh terhadap perbedaan langkah-langkah yang perlu
dilakukan oleh seorang guru dalam menerapkan kedua jenis manajemen
kelas tersebut. Dikatakan secara preventif apabila langkah-langkah/upaya
yang dilakukan atas dasar inisiatif guru untuk mengatur siswa, peralatan
(fasilitas) atau format belajar mengajar yang tepat yang dapat mendukung
berlangsungnya proses belajar mengajar.38
Sedangkan yang dimaksud
dengan manajemen kelas secara kuratif adalah langkah-langkah tindakan
36
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
hlm. 184
37
Mulyadi. Op. Cit, hlm. 19 38
Ibid., hlm. 20
55
penyembuhan terhadap tingkah laku menyimpang yang dapat mengganggu
kondisi-kondisi optimal dan proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.39
a. Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Preventif meliputi :
1) Peningkatan Kesadaran Pendidik Sebagai Guru
Suatu langkah yang mendasar dalam strategi manajemen
kelas yang bersifat preventif adalah meningkatkan kesadaran diri
pendidik sebagai guru. Dalam kedudukannya sebagai guru, seorang
pendidik harus menyadari bahwa dirinya memiliki tugas dan fungsi
yaitu sebagai fasilitator bagi siswanya yang sedang belajar,40
serta
bertanggung-jawab terhadap proses pendidikan. Ia yakin bahwa
apapun corak proses pendidikan yang akan terjadi terhadap siswa,
semuanya akan menjadi tanggung-jawab guru sepenuhnya.
2) Peningkatan Kesadaran Siswa
Kesadaran akan hak dan kewajibannya dalam proses
pendidikan ini baru akan diperoleh secara menyeluruh dan seimbang
jika siswa itu menyadari akan kebutuhannya dalam proses pendidikan.
Dalam hal proses pembelajaran, siswa harus menyadari bahwa
dia belajar adalah dengan tujuan tertentu. Keefektifan siswa dalam
39
Ibid., hlm. 25
40
Muhammad Saroni, Manajemen Sekolah (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 112
56
proses pembelajaran sebenarnya bergantung pada tingkat kesadaran
siswa tersebut di dalam proses. Semakin tinggi tingkat kesadarannya
semakin tinggi pula keefektifannya. Kondisi ini selanjutnya berdampak
pada tingkat penguasaan kemampuan dari siswa yang bersangkutan.41
Adakalanya siswa tidak dapat menahan diri untuk melakukan
tindakan yang menyimpang, karena ia tidak sadar bahwa ia
membutuhkan sesuatu dari proses pendidikan itu.
Untuk membangkitkan kesadaran siswa dalam peran sertanya
dalam proses pembelajaran kelas, tidak cukup hanya guru yang harus
berkutat pada metode-metode pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi kelas. Proses tersebut memerlukan keikutsertaan siswa yang
sebenarnya merupakan subyek yang sedang belajar,42
agar dapat
menimbulkan suasana kelas yang mendukung untuk melakukan proses
belajar mengajar.
3) Penampilan Sikap Tulus Guru
Guru mempunyai peranan yang besar dalam menciptakan
kondisi belajar yang optimal. Guru perlu bersikap dan bertindak secara
wajar, tulus dan tidak pura-pura terhadap siswa.43
Penampilan sikap
41
Ibid., hlm. 100 42
Ibid., hlm. 111-112
43
Mulyadi. Op. Cit, hlm. 23
57
guru diwujudkan dalam interaksinya dengan siswa yang disajikan
dengan sikap tulus dan hangat. Yang dimaksud dengan sikap tulus
adalah sikap seorang guru dalam menghadapi siswa secara berterus-
terang tanpa pura-pura, tetapi diikuti dengan rasa ikhlas dalam setiap
tindakannya demi kepentingan perkembangan dan pertumbuhan siswa
sebagai si terdidik. Sedangkan yang dimaksud dengan hangat adalah
keadaan pergaulan guru kepada siswa dalam proses belajar mengajar
yang menunjukkan suasana keakraban dan keterbukaan dalam batas
peran dan kedudukannya masing-masing sebagai anggota masyarakat
sekolah.
Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan
proses interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah
kepada suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan
pendidikan.
4) Pengenalan Terhadap Tingkah Laku Siswa
Tingkah laku siswa yang harus dikenal adalah tingkah laku baik
yang mendukung maupun yang dapat mencemarkan suasana yang
diperlukan untuk terjadinya proses pendidikan. Tingkah laku tersebut
bisa bersifat perseorangan maupun kelompok. Identifikasi akan variasi
tingkah laku siswa itu diperlukan bagi guru untuk menetapkan pola
58
atau pendekatan manajemen kelas yang akan diterapkan dalam situasi
kelas tertentu.
5) Penemuan Alternatif Manajemen Kelas
Agar pemilihan alternatif tindakan manajemen kelas dapat
sesuai dengan situasi yang dihadapinya, maka perlu kiranya pendidik
mengenal berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam
manajemen kelas. Dengan berpegang pada pendekatan yang sesuai,
diharapkan arah manajemen kelas yang diharapkan akan tercapai.
Selain itu, pengalaman guru yang selama ini dilakukan dalam
mengelola kelas waktu mengajar, baik yang dilakukan secara sadar
maupun tidak sadar perlu pula dijadikan sebagai referensi yang cukup
berharga dalam melakukan manajemen kelas.44
6) Pembuatan Kontrak Sosial
Kontrak sosial pada hakekatnya berupa norma yang dituangkan
dalam bentuk peraturan atau tata tertib kelas baik tetulis maupun tidak
tertulis, yang berfungsi sebagai standar tingkah laku bagi siswa sebagai
individu maupun sebagai kelompok. Kontrak sosial yang baik adalah
44
Ibid., hlm. 24
59
yang benar-benar dihayati dan dipatuhi sehingga meminimalkan
terjadinya pelanggaran.
Dengan kata lain, kontrak sosial yang digunakan untuk upaya
manajemen kelas, hendaknya disusun oleh siswa sendiri dengan
pengarahan dan bimbingan dari pendidik.
a) Prosedur Manajemen Kelas yang bersifat Kuratif meliputi :
1) Identifikasi Masalah
Pertama-tama guru melakukan identifikasi masalah dengan
jalan berusaha memahami dan menyidik penyimpangan tingkah
laku siswa yang dapat mengganggu kelancaran proses pendidikan
didalam kelas, dalam arti apakah termasuk tingkah laku yang
berdampak negatif secara luas atau tidak, ataukah hanya sekedar
masalah perseorangan atau kelompok, ataukah bersifat sesaat
saja ataukah sering dilakukan maupun hanya sekedar kebiasaan
siswa.
2) Analisis Masalah
Dengan hasil penyidikan yang mendalam, seorang guru dapat
melanjutkan langkah ini yaitu dengan berusaha mengetahui latar
belakang serta sebab-musabbab timbulnya tingkah laku siswa
60
yang menyimpang tersebut. Dengan demikian, akan dapat
ditemukan sumber masalah yang sebenarnya.
3) Penetapan Alternatif Pemecahan
Untuk dapat memperoleh alternatif-alternatif pemecahan
tersebut, hendaknya mengetahui berbagai pendekatan yang
dapat digunakan dalam manajemen kelas dan juga memahami
cara-cara untuk mengatasi setiap masalah sesuai dengan
pendekatan masing-masing.45
Dengan membandingkan berbagai alternatif pendekatan yang
mungkin dapat dipergunakan, seorang guru akan dapat memilih
alternatif yang terbaik untuk mengatasi masalah pada situasi
yang dihadapinya. Dengan terpilihnya salah satu pendekatan,
maka cara-cara mengatasi masalah tersebut juga akan dapat
ditetapkan. Dengan demikian, pelaksanaan manajemen kelas
yang berfungsi untuk mengatasi masalah tersebut dapat
dilakukan.
4) Monitoring
Hal ini diperlukan, karena akibat perlakuan guru dapat saja
mengenai sasaran, yaitu meniadakan tingkah laku siswa yang
45
Ibid., hlm. 26
61
menyimpang, tetapi dapat pula tidak berakibat apa-apa atau
bahkan mungkin menimbulkan tingkah laku menyimpang
berikutnya yang justru lebih jauh menyimpangnya. Langkah
monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat
dari apa yang telah terjadi.
5) Memanfaatkan Umpan Balik (Feed-Back)
Hasil Monitoring tersebut, hendaknya dimanfaatkan secara
konstruktif, yaitu dengan cara mempergunakannya untuk:
a) Memperbaiki pengambilan alternatif yang pernah ditetapkan
bila kelak menghadapi masalah yang sama pada situasi yang
sama.
b) Dasar dalam melakukan kegiatan manajemen kelas berikutnya
sebagai tindak lanjut dari kegiatan manajemen kelas yang
sudah dilakukan sebelumnya. Yakni untuk lebih menciptakan
dan mempertahankan kondisi yang optimal, dengan
diusahakannya pencapaian tujuan melalui kegiatan
pengaturan siswa, bahan/alat pelajaran dan format belajar
mengajar yang kesemuanya difokuskan pada penciptaan
62
kondisi belajar mengajar yang menunjang cara belajar siswa
aktif.46
4. Tujuan Manajemen Kelas
Tujuan manajemen kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam
tujuan pendidikan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum tujuan
manajemen kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual
dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa untuk belajar
dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana
disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap, serta apresiasi para
siswa.
Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah sebagai berikut:
a. Agar pembelajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
b. Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa
dalam pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah untuk melihat
dan mengamati setiap kemajuan/perkembangan yang dicapai siswa,
terutama siswa yang tergolong lamban.
46
Burhanuddin, Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 1994), hlm. 49
63
c. Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting
untuk dibicarakan di kelas demi perbaikan pembelajaran pada masa
mendatang.
Jadi, manajemen kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi di
dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang
memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian,
dengan manajemen kelas produknya harus sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
5. Hambatan-hambatan Manajemen Kelas
a. Faktor guru, faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal,
seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar
yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik,
pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta
didik yang kurang.47
b. Faktor peserta didik. Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi
tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi
masalah dalam pengelolaan kelas.
47
Ahmad Rohani & Abu Ahmadi, Op. Cit., hlm. 151-152
64
c. Faktor keluarga. Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan
pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan
tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di
dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penganggu dan pembuat
ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.
d. Faktor fasilitas. Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang
terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan
kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya,
ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang
membutuhkannya.48
e. Faktor sekolah sebagai lembaga pendidikan. Faktor ini meliputi:
pembagian ruangan yang adil untuk setiap tingkat atau jurusan,
pengaturan upacara bendera pada setiap hari Senin dan masalah-masalah
yang bertalian dengan disiplin.49
Misalnya, menegur peserta didik yang
selalu terlambat pada saat apel bendera, mengingatkan peserta didik yang
tidak mau memakai seragam sekolah, menasehati peserta didik yang
rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik
yang merokok di kelas atau sekolah dan suka minum-minuman keras,
48
Ibid., hlm. 153-154
49
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm. 135
65
sampai kepada mendamaikan peserta didik jika terjadi perselisihan antar
sekolah.
f. Faktor yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah. Dalam
mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang
tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna,
bahkan para pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.
6. Perencanaan Manajemen Kelas
a. Analisis Masalah Manajemen Kelas
Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok.50
Meskipun
seringkali terjadi perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan
perbedaan tekanan saja. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan
efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah
yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi dengan
penanggulangan yang tepat pula.
1) Masalah Individual
50
Ahmad Rohani, Op. Cit., hlm. 124
66
Dalam konteks ini dapat dibedakan menjadi empat kelompok
masalah manajemen kelas yang bersifat individual, yaitu:
a) attention-getting behaviors (tingkah laku menarik perhatian orang
lain).
b) power-seeking behaviors (tingkah laku mencari kekuasaan).
c) revenge-seeking behaviors (tingkah laku menuntut balas).
d) peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali
menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya
kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
2) Masalah Kelompok
Louis V Johson dan Mary A. Bany mengemukakan tujuh
kategori masalah kelompok dalam manajemen kelas,51
yaitu:
1) kelas kurang kohesif lantaran alasan karena jenis kelamin, suku, tingkat
sosial ekonomi, dan sebagainya.
2) penyebalan terhadap norma-norma tingkah laku yang telah disepakati
sebelumnya, misalnya sengaja berbicara keras-keras di ruang baca
perpustakaan.
51
Mulyadi, Classroom Management (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2009), hlm. 15
67
3) kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya
mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara, menyanyi
dengan suara sumbang.
4) membimbing anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok,
misalnya pembinaan semangat kepada badut kelas.
5) kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah dikerjakan.
6) semangat kerja rendah atau melakukan semacam aksi protes kepada
guru karena menganggap yang diberikan kurang fair.
7) kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru, seperti
gangguan jadwal, guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain
dan sebagainya.
b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar
Desain kegiatan belajar mengajar/desain pembelajaran merupakan
suatu perencanaan atau persiapan yang sistematis dalam suatu aktivitas
pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran serta
melalui langkah-langkah pembelajaran yang akan dimanifestasikan
bersama-sama pada peserta didik. Singkat kata, desain pembelajaran
merupakan alat yang dapat membantu guru dalam melaksanakan
68
kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.52
Kegiatan ini
merupakan tugas guru sebagai desainer dalam menyusun perangkat dan
instrumen pembelajaran.
1) Menyusun Silabus
Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai ”Garis besar,
ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi/materi pelajaran”. Silabus
digunakan menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa
penjabaran lebih lanjut dari standart kompetensi dan kemampuan
dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang
perlu dipelajari siswa dalam mencapai standart kompetensi dan
kemampuan dasar.
Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana
bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu,
sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian
materi kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan
kebutuhan daerah setempat.
52
Ibid,, hlm. 69
69
Dalam kurikulum 2004 yang dimaksud dengan silabus
adalah:53
• Seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran,
pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
• Komponen silabus menjawab: kompetensi apa yang akan
dikembangkan pada siswa?; bagaimana cara mengembangkannya?;
bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi sudah dikuasai oleh
siswa?.
• Tujuan pengembangan silabus adalah membantu guru dan tenaga
kependidikan lainnya dalam menjabarkan kompetensi dasar menjadi
perencanaan belajar mengajar.
• Sasaran pengembangan silabus adalah guru, kelompok guru mata
pelajaran di sekolah/madrasah kelompok guru, musyawarah guru
mata pelajaran dan dinas pendidikan.
Pada umumnya suatu silabus paling sedikit harus mencakup
unsur-unsur: tujuan mata pelajaran yang diajarkan; sasaran-sasaran
mata pelajaran; keterampilan yang diperlukan agar dapat menguasai
mata pelajaran tersebut dengan baik; urutan topik-topik yang
53
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 39
70
diajarkan; aktivitas dan sumber-sumber belajar pendukung
keberhasilan pembelajaran; berbagai teknik evaluasi yang digunakan.
Contoh Format Silabus54
Nama Sekolah : (diisi nama sekolah)
Mata Pelajaran : (diisi nama mata pelajaran)
Kelas : (diisi kelas berapa standar kompetensi tersebut harus
dicapai melalui proses belajar mengajar)
Semester : (diisi semester berapa standar kompetensi tersebut
harus dicapai melalui proses belajar
mengajar)
Standar Kompetensi : (diisi rumusan standar kompetensi yang akan
dikembangkan silabusnya)
Kompe
tensi
Dasar
Materi
Pokok
Pengalaman
Belajar
Indikator PENILAIAN Alokasi
Waktu
(menit)
Sumber
Bahan/ Alat Jenis
Tagihan
Bentuk
Instrumen
Contoh
Rumusan
Instrumen
Memu
at
kompe
tensi
dasar
hasil
penjab
aran
dari
standa
r
kompe
tensi
yang
telah
dirumu
Memu
at
materi
pokok
yang
diambil
/dikuti
p dari
buku
KBK.
Kemud
ian
diuraik
an
secara
agak
Memuat
alternatif
kegiatan
siswa dalam
berinteraksi
secara
langsung
dengan
objek/sumber
belajar.
Misalnya
tugas
mandiri,
tugas
kelompok,
melakukan
Berisi
penjabar
an
kompete
nsi dasar
yang
dirumusk
an
dengan
kata
kerja
operasio
nal yang
bisa
diukur
dan
Berisi
jenis-
jenis
tagihan
untuk
mencapai
indikator.
Jenis
tagihan
yang
dapat
digunaka
n antara
lain: kuis,
pertanya
an lisan,
Instumen
dikategorikan
menjadi dua,
yaitu tes dan
nontes. Tes
meliputi pilihan
ganda,uraian
objektif,
jawaban
singkat,
menjodohkan,
benar salah,
portofolio.
Nontes meliput:
wawancara,
angket,
Diisi
contoh
rumusan
sesuai
dengan
bentuk
instrume
n yang
digunaka
n
Memu
at
alokasi
yang
diperlu
kan
untuk
mengu
asai
masing
-
masing
kompe
tensi
dasar.
Memuat
nomor atau
kode jenis
sumber
bahan yang
digunakan
beserta
halaman
yang
dirujuk.
54
Marno, Siti Kusrini & Sutiah, Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL 1) (Malang: Fakultas Tarbiyah,
2009), hlm. 146
71
skan
dalam
KBK.
rinci
dalam
bentuk
materi
pembel
ajaran.
observasi. dibuat
instrume
n
penelitia
nnya.
ulangan
harian
blok,
tugas
individu,
tugas
kelompo
k, ujian
praktik,
laporan
kerja
praktik.
inventori, dan
pengalaman.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Pembelajaran atau proses belajar mengajar adalah proses
yang diatur dengan langkah-langkah tertentu, agar pelaksanaannya
mencapai hasil yang diharapkan. Langkah-langkah tersebut biasanya
dituangkan dalam bentuk perencanaan mengajar. Proses penyusunan
perencanaan memerlukan pemikiran-pemikiran sistematis untuk
memproyeksikan/memperkirakan mengenai apa yang akan dilakukan
dalam waktu melaksanakan pembelajaran.
Secara sistematis rencana pembelajaran dalam bentuk satuan
pelajaran adalah sebagai berikut:55
• Identitas mata pelajaran (nama pelajaran, kelas, semester, dan waktu
atau banyaknya jam pertemuan yang dialokasikan).
55
Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 97-98
72
• Standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang hendak
dicapai atau dijadikan tujuan dapat dikutip/diambil dari kurikulum
dan hasil belajar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
• Materi pokok (beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar).
• Media (yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran)
• Strategi pembelajaran/skenario/tahapan-tahapan proses belajar
mengajar yaitu kegiatan pembelajaran secara konkret yang harus
dilakukan oleh guru dan siswa dalam berinteraksi dengan materi
pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi.
Tahapan-tahapan kegiatan pembelajaran meliputi:
a) Kegiatan awal
Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan
motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui
apa yang telah dikuasai siswa berkaitan dengan bahan yang akan
dipelajari. Kegiatan pendahuluan ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, antara lain:
• Melaksanakan apersepsi atau penilaian kemampuan awal
Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan awal yang dimiliki siswa. Seorang guru perlu
73
menghubungkan materi pelajaran yang telah dimiliki siswa
dengan materi yang akan dipelajari siswa dan tidak
mengesampingkan motivasi belajar terhadap siswa.
• Menciptakan kondisi awal pembelajaran melalui upaya:
Menciptakan semangat dan kesiapan belajar melalui
bimbingan guru kepada siswa dan menciptakan suasana
pembelajaran yang demokratis dalam belajar, melalui cara dan
teknik yang digunakan guru dalam mendorong siswa untuk
berkreatif dalam belajar dan mengembangkan keunggulan yang
dimilikinya.
b) Kegiatan inti
Kegiatan inti adalah kegiatan utama untuk
menanamkan, mengembangkan pengetahuan, sikap dan
keterampilan berkaitan dengan bahan kajian yang bersangkutan.
Kegiatan ini setidaknya mencakup: 1) pencapaian tujuan
pembelajaran; 2) penyampaian materi/bahan ajar dengan
menggunakan pendekatan dan metode, sarana dan alat/media
yang sesuai dll.; 3) pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa;
4) melakukan pemeriksaan/pengecekan tentang pemahaman
siswa.
74
c) Penutup
Kegiatan penutup ini adalah kegiatan yang
memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap
penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti.
Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan atau bersama-sama dengan
siswa. Kegiatan yang harus dilaksanakan dalam kegiatan akhir dan
tindak lanjut ini adalah melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji
hasil penelitian; melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan
alternatif kegiatan diantaranya memberikan tugas atau latihan-
latihan, menugaskan mempelajari materi pelajaran tertentu, dan
memberikan motivasi/bimbingan belajar; dan mengakhiri proses
pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi informasi materi
pokok yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.
d) Menentukan jenis penelitian dan tindak lanjut
Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dari tahapan pembelajaran yang telah dilaksanakan
dan alternatif tindakan yang akan dilakukan. Beragam jenis
penilaian yang dapat digunakan misalnya tes tulis, kinerja, produk,
proyek/penugasan dan lain sebagainya tergantung dari aspek apa
75
yang hendak diukur. Teknik penyampaiannya dapat diajukan
kepada siswa baik secara lisan maupun tertulis.
e) Sumber bahan (yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai
dicantumkan).
Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran56
I. Identitas Mata Pelajaran
1. Mata Pelajaran
2. Materi Pokok
3. Kelas/Semester
4. Pertemuan minggu ke
5. Alokasi Waktu
II. Standar Kompetensi/Kompetensi Dasar
III. Materi Pembelajaran
IV. Indikator (mencakup ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif)
V. Tujuan Pembelajaran
VI. Media/alat Pembelajaran
Alat-alat
56
Marno, Siti Kusrini & Sutiah, Op. Cit., hlm. 147
76
VII. Strategi Pembelajaran/Tahapan Pembelajaran
No. Kegiatan Belajar Waktu
(menit)
Aspek life skill yang
dikembangkan
1. Pendahuluan
a. Prasyarat:
menanyakan tentang
b. Motivasi:
mengapa manusia
memerlukan?
Contoh:
- Kesadaran diri (kesadaran
eksistensi diri dan
kesadaran potensi diri)
2. Kegiatan inti - Kecakapan sosial
(kecakapan kerjasama)
- Kecakapan akademik
(melakukan percobaan)
- dst
3. Penutup
a. Menyimpulkan
b. Pemberian tugas
pokokbahasan berikutnya
- Kesadaran potensi diri
- Kecakapan akademik
VIII. Kriteria Keberhasilan
IX. Penilaian atau Tindak Lanjut
1. Prosedur Penilaian
2. Jenis Penilaian
3. Alat Penilaian (cantumkan alat penilaian yang digunakan secara utuh,
misalnya soal, tugas, atau lembar observasi)
X. Sumber Bacaan
77
3) Menyusun Perangkat dan Instrumen Lain
Selain menyusun silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran, seorang guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar
mengajar, maka perlu mengetahui sekaligus menyusun instrumen lain.
Instrumen tersebut dapat berwujud keras (hardware), seperti gedung
perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan juga
lunak (software), seperti kurikulum, bahan/program yang harus
dipelajari, pedoman belajar, prota, promes, dsb.
4) Analisis Strategi Pembelajaran dalam Manajemen Kelas
Keputusan untuk menskenariokan serangkaian kegiatan
pembelajaran secara tertentu merupakan keputusan strategis.
Maksudnya dilakukannya pengaturan pelbagai faktor yang komplek
guna pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Banyaknya
faktor yang harus dipertimbangkan di dalam mengambil keputusan
pembelajaran, secara sadar dilatarbelakangi oleh estimasi dampak yang
harus dicapai dan/atau dihindarkan adalah profesionalitas pekerjaan
mengajar yang mesti dipikul oleh guru sebagai seorang manajer
pembelajaran sekaligus sebagai desainer pembelajaran.
78
Dalam pendidikan, strategi merupakan cara-cara atau teknik
yang dikembangkan oleh guru guna menunjang berlangsungnya proses
belajar mengajar.
Dalam pembelajaran, istilah strategi diartikan sebagai suatu
pola umum tindakan guru-peserta didik dalam manifestasi kegiatan
pembelajaran.57
Pandangan strategi menekankan pada perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas. Strategi pembelajaran
ini berkaitan dengan kemungkinan variasi pola dan karakteristik yang
berbeda macamnya dan sekuensinya secara prinsipil antara yang satu
dengan yang lain.
5) Pengembangan Sumber Belajar dan Bahan Ajar58
Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan
dan disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu
siswa dalam belajar sebagai perwujudan dari kurikulum.
Sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) Tempat atau lingkungan alam sekitar, misalnya perpustakaan, pasar,
museum, sungai, gunung, kolan ikan, dll.
57
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 32
58
Abdul Majid, Op. Cit, hlm. 169
79
b) Segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah
laku terhadap peserta didik, misalnya internet, candi, benda-benda
peninggalan sejarah, dll.
c) Manusia/orang, yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu
dimana peserta didik dapat belajar sesuatu kepadanya, misalnya
guru, dokter, ahli geologi, polisi, ibu rumah tangga, dll.
d) Buku bacaan, misalnya buku pelajaran, kamus, ensiklopedi, buku
teks, buku fiksi, dll.
e) Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kriminal,
peristiwa bencana, peristiwa pemilu, dll.
Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik
maupun bagi guru jika sumber belajar diorganisir melalui satu
rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya
sebagai sumber belajar.
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Dengan
bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi
atau kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara
80
akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu.
Bentuk bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat59
,
yaitu:
a) Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar
kerja siswa, foto/gambar, brosur, model, leaflet, dll.
b) Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
c) Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact
disk, film,dll.
d) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material) seperti compact
disk interaktif.
7. Pelaksanaan Manajemen Kelas
a. Analisis Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas
Tindakan pengelolaan kelas adalah tindakan yang dilakukan
oleh guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses
belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru tersebut dapat
berupa pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik
59
Ibid, hlm. 174
81
maupun kondisi sosio-emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik
rasa nyaman dan aman untuk belajar.60
Tindakan lain dapat berupa
tindakan korelatif terhadap tingkah laku peserta didik yang menyimpang
dan merusak kondisi optimal bagi proses belajar mengajar yang sedang
berlangsung.
Dimensi korelatif dapat terbagi menjadi dua yaitu tindakan
yang seharusnya segera diambil guru pada saat terjadi gangguan (dimensi
pencegahan dan tindakan) dan tindakan penyembuhan terhadap tingkah
laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut
tidak berlarut-larut. Dimensi pencegahan dapat berupa tindakan guru
dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan
sosio-emosional.
b. Iklim/Suasana Kelas
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar
sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi
fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada
kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam
menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa.
60
Ibid,, hlm. 127
82
Suasana kelas ini mempunyai pengaruh positif terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Suasana kelas ini terkait dengan hal-hal
sebagai berikut:61
1) Ruang Tempat Berlangsungnya Proses Belajar Mengajar
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
harus memungkinkan siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan
dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruang kelas
tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan
kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya
menggunakan hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan. Dalam
pengaturan ruang kelas harus diusahakan memenuhi ukuran 8 m x 7
m.62
2) Pengaturan Tempat Duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk akan
mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di kelas. Ada
61
Abdul Majid, Op. Cit, hlm. 167
62
Ibid,, hlm. 169
83
berbagai macam bentuk pengaturan tempat duduk yang disesuaikan
denga kebutuhan aktivitas dalam proses belajar mengajar yaitu o-
shape, u-shape, v-shave, theater, dan acak.
O-shape, bentuk tempat duduk di dalam kelas dimaksudkan
agar peserta didik dapat mendengarkan informasi dari guru secara
utuh, karena suara guru lebih mudah dijangkau dan memudahkan guru
berinteraksi dengan semua siswa.
U-shape, bentuk pengaturan tempat duduk ini biasanya
digunakan pada saat diskusi panel dengan dibagi menjadi tiga
kelompok. Gunanya agar diskusi menjadi lebih efektif dan efisien.
V-shape, bentuk tempat duduk seperti ini cocok untuk
pembelajaran yang membutuhkan kreatifitas siswa, misalnya pelajaran
membaca al-Quran, seni lukis dan seni musik. Dengan pengaturan
seperti ini diharapkan siswa dapat mengikutinya dengan baik.
Theater, model tempat duduk ini model yang sering dijumpai
di dalam kelas. Model tempat duduk ini juga dapat digunakan dalam
ujian, karena memungkinkan siswa bekerja dengan hasil sendiri.
Acak, tempat duduk seperti ini digunakan pada saat kegiatan
belajar mengajar yang berlangsung tidak membutuhkan konsentrasi
tinggi, misalnya melihat film dan video (mempunyai nilai pendidikan).
84
Hal ini dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas sehingga siswa tidak
bosan dalam belajar.
SETTING KELASU-SHAPE
V-SHAPE
O-SHAPE
THEATER ACAK
3) Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan merupakan aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu, ventilasi
harus cukup menjamin kesehatan siswa.
4) Pengaturan Penyimpanan Barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang
mudah dicapaibila diperlukan dan akan dipergunakan bagi kepentingan
85
belajar. Selain itu, barang-barang seperti buku pelajaran, alat peraga,
pedoman kurikulum, jurnal kelas ditempatkan pada tempat yang tidak
mengganggu gerak kegiatan siswa.
Penataan ruang dan fasilitas yang ada di dalam kelas harus
mampu membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar,
sehingga siswa merasa senang untuk belajar.
c. Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui/dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam konteks pendidikan, metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mentransformasikan isi atau bahan pendidikan dari guru kepada
peserta didik.63
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh
karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode
63
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2008), hlm.
131
86
yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa
menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
d. Penggunaan Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara
harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab,
media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media. Dalam proses belajar mengajar, media
cenderung didefinisikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali
informasi visual atau verbal.64
Adapun penggunaan media dalam pembelajaran sebagai
berikut:
1) Media Berbasis Manusia
Media berbasis manusia merupakan media tertua yang
digunakan untuk mengkomunikasikan informasi. Media ini bermanfaat
khususnya bila tujuan kita adalah mengubah sikap atau ingin secara
langsung terlibat dengan pemantauan pembelajaran siswa.
64
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 3
87
2) Media Berbasis Cetakan
Materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum
dikenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan
lembaran lepas. Teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang
perlu diperhatikan pada saat merancang, yaitu konsisten, format,
organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan ruang (spasi)
kosong.
3) Media Berbasis Visual
Media berbasis visual memegang peran sangat penting dalam
KBM. Media visual dapat memperlancar pemahaman dan membantu
memperkuat ingatan. Visual dapat pula menumbuhkan minat siswa
dan dapat memberikan hubungan antara isi materi dan dunia nyata.
Bentuk visual bisa berupa (a) gambar representasi, misal
gambar lukisan, foto; (b) diagram; (c) peta; (d) grafik seperti tabel,
grafik, bagan. Lebih baik lagi, mengusahakan visual itu sesederhana
mungkin agar mudah diproses dan dipelajari.
4) Media Berbasis Audio-Visual
Media visual yang menggabungkan penggunaan suara
memerlukan pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Salah satu
pekerjaan penting yang diperlukan dalam media audio-visual adalah
88
penulisan naskah dan stroryboard yang memerlukan persiapan yang
banyak, rancangan, dan penelitian.
5) Media Berbasis Komputer
Dewasa ini komputer memiliki fungsi yang berbeda-beda
dalam bidang pendidikan dan latihan. Komputer berperan sebagai
manajer dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan nama
Computer-Managed Instruction (CMI). Ada pula peran komputer
sebagai pembantu tambahan dalam belajar; pemanfaatannya meliputi
penyajian informasi isi materi pelajaran, latihan, atau kedua-duanya.
Modus ini dikenal sebagai Computer-Assisted Instruction (CAI).65
e. Pola Interaksi
Interaksi merupakan bentuk komunikasi guru dan siswa dalam
proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Interaksi yang terjadi
haruslah interaksi edukatif66
yang menarik dan menyenangkan sehingga
kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam pengkomunikasian harus selalu terjalin antara guru dan
wali kelas dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang
dinamis. Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara
65
Ibid., hlm. 96-97
66
Ahmad Rohani. Op. Cit., hlm. 93
89
formal dalam acara rapat, musyawarah, diskusi dan dapat berlangsung
secara informal melalui kontak antar pribadi dalam setiap kesempatan di
dalam dan di luar sekolah.
Iklim hubungan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, guru dengan guru, dan antara pimpinan sekolah akan menciptakan
gairah dan kegembiraan belajar siswa sehingga mereka memiliki motivasi
kuat dan keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. Selain
interaksi antar personal, harus terjalin pula pola interaksi/hubungan yang
baik antar guru dengan materi pelajaran, yakni guru berkompeten dalam
mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung efektif, dan
interaksi antra siswa dengan materi pelajaran, yakni siswa aktif dan rajin
belajar.
Tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan oleh
guru dalam kegiatan formal di sekolah sangat bergantung pada kondisi
yang tercipta pada interaksi antarpersonal. Oleh karena itu, interaksi
antarpersonal tersebut harus dikondisikan dengan kondusif.67
67
Muhammad Saroni. Op. Cit., hlm. 111
90
8. Evaluasi Manajemen Kelas
Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan,
dan penentuan nilai.68
Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perubahan
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan
pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur kinerja
yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu keunggulan
yang memuaskan), serta penilaian program.69
Berbeda dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K., mengatakan
bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-luasnya,
sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna
mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong dan
mengembangkan kemampuan belajar.70
68
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op. Cit., hlm. 163
69
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 108
70
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 50
91
Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui tujuan
penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.
a. Tujuan Umum dari Evaluasi adalah:
1) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
2) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang
didapat.
3) Menilai metode mengajar yang digunakan.
b. Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah:
1) Merangsang kegiatan siswa.
2) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
3) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan
dan bakat siswa yang bersangkutan.
4) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
92
5) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode
mengajar.71
C. Efektifitas Proses Belajar Mengajar
1. Pengertian Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Jika dilihat dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang
berbeda, yakni efektifitas dan pembelajaran. Makna dari efektifitas itu
sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna, menunjang tujuan.72
Sedangkan Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, dimana
kegiatan guru sebagai pendidik harus mengajar dan murid sebagai terdidik
yang belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai
pembelajar, dapat ditemukan adanya perbedaan dan persamaan. Hubungan
guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik dan
pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa sama-
sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan guru dan
siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
Organisasi (pembelajaran di kelas) yang betul-betul efektif adalah
organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja
71
Ibid., hlm. 50-51
72
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op.Cit., hlm. 128
93
tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi
juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak
secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.73
Apabila pembelajaran dirancang untuk mencapai suatu tujuan belajar
tertentu (a specific learning objective), maka pembelajaran itu mungkin akan
lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Secara singkat, dapat kita katakan bahwa pembelajaran merupakan
serangkaian peristiwa yang dapat mempengaruhi si belajar sedemikian rupa,
sehingga akan mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan
oleh si belajar dapat dipermudah/difasilitasi.
Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat
memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si belajar melalui
penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu
memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang
diharapkan.
Selain itu pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang
mampu melahirkan proses belajar mengajar yang berkualitas, yaitu proses
73
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hlm. 8
94
belajar mengajar yang melibatkan partisipasi dan penghayatan peserta didik
secara intensif.74
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektifitas Proses Belajar Mengajar
a. Faktor raw input (yakni faktor murid itu sendiri), dimana tiap anak
memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :
1) kondisi fisiologis (tonus jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-
fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi pancaindera)75
2) kondisi psikologis (kondisi kejiwaan)
b. Faktor environmental input (yakni faktor lingkungan), baik itu lingkungan
alami maupun lingkungan sosial.
c. Faktor instrumental input, yang di dalamnya antara lain terdiri dari:
1) kurikulum
2) program/bahan pembelajaran
3) sarana dan fasilitas
4) guru (tenaga pengajar).
Faktor pertama disebut sebagai faktor dari dalam, sedangkan
faktor kedua dan ketiga sebagai faktor dari luar.
74
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006), hlm. 161
75
Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2008), hlm. 235
95
Adapun uraian mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor dari luar (Eksternal)
1) Faktor Environmental Input (Lingkungan)76
Kondisi lingkungan sangat mempengaruhi proses dan hasil
belajar. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik/ alam dan
lingkungan sosial.
Lingkungan fisik/ alami termasuk didalamnya adalah seperti
keadaaan suhu, kelembaban, kepengapan udara, dsb. Belajar pada
keadaan udara yang segar, akan lebih baik hasilnya daripada belajar
dalam keadaan udara yang panas dan pengap.
Lingkungan sosial, baik yang berwujud manusia maupun hal-hal
lainnya juga dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar. Seseorang
yang sedang belajar memecahkan soal yang rumit dan membutuhkan
konsentrasi tinggi, akan terganggu jika ada orang lain keluar-masuk,
bercakap-cakap didekatnya dengan suara keras,dsb.
2) Faktor-faktor Instrumental
Faktor-faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan
penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan.
76
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar (Bandung: Pustaka Setia, 2005),
hlm. 105
96
Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk
tercapainya tujuan belajar yang telah dicanangkan.
Faktor-faktor instrumental dapat berwujud faktor-faktor keras
(hardware), seperti gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum,
perpustakaan, dsb dan juga faktor-faktor lunak (software), seperti
kurikulum, bahan/ program yang harus dipelajari, pedoman belajar,
dsb.
b. Faktor dari dalam (Internal)
Diantara faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
adalah faktor individu siswa, baik kondisi fisiologis maupun psikologis
anak.
1) Kondisi Fisiologis Anak
Secara umum, kondisi fisiologis ini seperti kesehatan yang prima,
tidak dalam keadaan capai, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dsb
akan sangat membantu dalam proses dan hasil belajar. Disamping
kondisi yang umum tersebut, yang tidak kalah pentingnya dalam
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah kondisi
pancaindera, terutama indera penglihatan dan pendengaran.
97
Karena pentingnya penglihatan dan pendengaran inilah, maka
dalam lingkungan pendidikan formal, orang melakukan berbagai
penelitian untuk menemukan bentuk dan cara menggunakan alat
peraga yang dapat dilihat sekaligus didengar (audio-visual aids). Guru
yang baik, tentu akan memperhatikan bagaimana keadaan
pancaindera, khususnya penglihatan dan pendengaran anak didiknya.
2) Kondisi Psikologis Anak
Di bawah ini akan diuraikan beberapa faktor psikologis, yang
dianggap utama dalam mempengaruhi proses dan hasil belajar77
:
a) Minat
Minat sangat mempengaruhi dalam proses dan hasil belajar.
Kalau seseorang tidak berminat untuk mempelajari sesuatu, ia
tidak dapat diharapkan akan berhasil dengan baik dalam
mempelajari hal tersebut. Begitu pula sebaliknya, jika seseorang
mempelajari sesuatu dengan minat, maka hasil yang diharapkan
akan lebih baik. Maka, tugas guru adalah untuk dapat menarik
minat belajar siswa, dengan menggunakan berbagai cara dan
usaha mereka.
b) Kecerdasan
77
Ibid., hlm. 107
98
Telah menjadi pengertian relatif umum, bahwa kecerdasan
memegang peran besar dalam menentukan berhasil-tidaknya
seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program
pendidikan. Orang yang lebih cerdas, pada umumnya akan lebih
mampu belajar daripada orang yang kurang cerdas. Kecerdasan
seseorang biasanya dapat diukur dengan menggunakan alat
tertentu. Hasil dari pengukuran kecerdasan, biasanya dinyatakan
dengan angka yang menunjukkan perbandingan kecerdasan yang
terkenal dengan sebutan Intelligence Quetient (IQ).
c) Bakat
Disamping intellegensi, bakat merupakan faktor yang besar
pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar siswa. Secara
definitif, anak berbakat adalah anak yang mampu mencapai
prestasi yang tinggi, karena mempunyai kemampuan-kemampuan
yang tinggi. Anak tersebut adalah anak yang membutuhkan
program pendidikan berdiferensiasi dan pelayanan di luar
jangkauan program sekolah biasa, untuk merealisasikan
sumbangannya terhadap masyarakat maupun terhadap dirinya.
Seorang guru berkewajiban memberikan bimbingan kepada
99
peserta didik secara rutin dan berkesinambungan terkait dengan
bakat yang dimiliki peserta didik.78
d) Motivasi
Motivasi merupakan dorongan yang terbentuk di dalam
individu, tetapi munculnya motivasi yang kuat atau lemah, dapat
ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Artinya, motivasi terbentuk
oleh tenaga-tenaga yang bersumber dari dalam dan dari luar
individu.79
Oleh karena itu, dapat dibedakan menjadi dua motif,
yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
Motif Intrinsik adalah motif yang ditimbulkan dari dalam diri
orang yang bersangkutan, tanpa rangsangan atau bantuan orang
lain. Sedangkan motif ekstrinsik adalah motif yang timbul akibat
rangsangan dari luar. Pada umumnya, motif intrinsik lebih efektif
dalam mendorong seseorang untuk lebih giat belajar daripada
motif ekstrinsik.
e) Kemampuan-kemampuan Kognitif
Walaupun diakui bahwa tujuan pendidikan yang berarti juga
tujuan belajar itu meliputi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek
78
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 113
79
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 131
100
afektif, dan aspek psikomotorik. Namun tidak dapat diingkari,
bahwa sampai sekarang pengukuran kognitif masih diutamakan
untuk menentukan keberhasilan belajar seseorang. Sedangkan
aspek afektif dan aspek psikomotorik lebih bersifat pelengkap
dalam menentukan derajat keberhasilan belajar anak disekolah.
Oleh karena itu, kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor
penting dalam belajar siswa/peserta didik.
Kemampuan kognitif yang paling utama adalah kemampuan
seseorang dalam melakukan persepsi, mengingat, dan berpikir.
Setelah diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan
hasil belajar seperti diuraikan di atas, maka hal penting yang harus
dilakukan bagi para pendidik, guru, orang tua, dsb adalah
mengatur faktor-faktor tersebut agar dapat berjalan seoptimal
mungkin.80
3. Unsur-unsur Efektifitas Proses Belajar Mengajar
a. Bahan Belajar
Bahan belajar adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang
terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna membentuk siswa
80
Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya, Op. Cit., hlm. 111
101
seutuhnya.81
Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi
pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan
metode pemerolehan.
b. Suasana Belajar
Kondisi gedung sekolah, tata ruang kelas, dan alat-alat belajar
sangat mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi
fisik tersebut, suasana pergaulan di sekolah juga sangat berpengaruh pada
kegiatan belajar. Karena guru memiliki peranan penting dalam
menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa.
c. Media dan Sumber Belajar
Dewasa ini media dan sumber belajar dapat ditemukan dengan
mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata,
museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni,
sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan didekat sekolah. Disamping
itu, buku pelajaran, buku bacaan, dan laboratorium sekolah juga telah
tersedia semakin baik dan berkembang maju.
Secara singkat, dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat
program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar
81
Aan Komariah dan Cepi Triatna, Op. Cit., hlm. 3
102
diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut, dimaksudkan untuk meningkatkan
kegiatan belajar-mengajar, sehingga mutu hasil belajar semakin
meningkat.
d. Guru sebagai Subyek Pembelajar
Guru adalah subyek pembelajar siswa. Sebagai subyek pembelajar,
guru berhubungan/berinteraksi secara langsung dengan siswa.
Sebagaimana mestinya setiap individu mempunyai karakteristik, motivasi
belajar siswa yang berbeda-beda. Atas hal tersebut, maka guru dapat
menggolongkan motivasi belajar siswa dengan melakukan penguatan-
penguatan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi
berprestasi, dan motivasi intrinsik siswa. Selain itu, seorang guru perlu
memahami perannya di dalam pembelajaran. Peran-peran tersebut
diantaranya sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, penasihat, pelatih,
innovator dan tentunya sebagai suri tauladan bagi siswa-siswinya.82
4. Komponen Belajar Mengajar
a. Tujuan
Tujuan dalam pendidikan dan pembelajaran adalah suatu cita-cita
yang bernilai normatif. Dengan kata lain, dalam tujuan terdapat sejumlah
82
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 36
103
nilai yang harus ditanamkan kepada anak didik, baik dalam lingkungan
sosialnya maupun di luar sekolah.
Tujuan adalah suatu komponen yang dapat mempengaruhi
komponen pembelajaran lainnya seperti, bahan pelajaran, Kegiatan
Belajar Mengajar, pemilihan metode, alat, sumber, dan alat evaluasi. Dari
semua komponen tersebut, harus sesuai dan didayagunakan untuk
mencapai tujuan yang efektif dan efisien.
Tujuan pembelajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
(performance) siswa yang kita harapkan setelah mereka mempelajari
bahan pelajaran yang kita ajarkan.
b. Bahan Pelajaran
Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam
proses belajar mengajar. Tanpa bahan pelajaran, maka proses belajar
mengajar tidak akan berjalan. Ada dua persoalan dalam penguasaan
bahan pelajaran ini, yakni penguasaan bahan pelajaran pokok, dan bahan
pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pelajaran yang
menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan
profesinya (disiplin keilmuannya). Sedangkan bahan pelajaran pelengkap/
penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan
104
seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan
pelajaran pokok.
Bahan pelajaran ini merupakan segala bentuk bahan yang tertulis
maupun tidak tertulis yang menjadi salah satu informasi atau sumber
belajar bagi siwa.83
Bahan yang disebut sebagai sumber belajar
(pembelajaran) ini adalah sesuatu yang membawa pesan untuk tujuan
pembelajaran.
Oleh karena itu, kepada guru khususnya atau pengembang
kurikulum umumnya, harus memikirkan sejauh mana bahan-bahan yang
topiknya tertera dalam silabi berkaitan dengan kebutuhan anak didik pada
usia tertentu dan juga lingkungan tertentu pula. Minat anak didik, akan
bangkit bila suatu bahan diajarkan sesuai dengan kebutuhan yang mereka
inginkan.
c. Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan melibatkan semua komponen
pembelajaran, dan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan
anak didik terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai
83
Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 173
105
mediumnya. Dalam interaksi itulah, siswa yang lebih aktif dan guru hanya
berperan sebagai motivator dan fasilitator.
Dalam kegiatan belajar mengajar, guru sebaiknya memperhatikan
perbedaan individual anak didik, yaitu pada aspek biologis, intelektual,
dan psikologis. Kerangka demikian, dimaksudkan agar guru mudah dalam
melakukan pendekatan kepada setiap anak didik secara individual.
Pemahaman terhadap ketiga aspek tersebut, akan merapatkan hubungan
guru dengan anak didik, sehingga memudahkan melakukan pendekatan
Mastery Learning yang merupakan salah satu strategi belajar-mengajar
pendekatan individual.84
d. Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui/dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam konteks pendidikan, metode adalah suatu cara yang dipergunakan
untuk mentransformasikan isi atau bahan pendidikan dari guru kepada
peserta didik.85
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh
guru dan penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
84
E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Op. Cit, hlm. 132
85
A. Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam (Malang: UIN-PRESS MALANG, 2008), hlm.
131
106
melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh
karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode
yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa
menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
e. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru ketika
mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikannya kapada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada
diri siswa.86
Sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan dalam mencapai
tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yakni sebagai perlengkapan,
pembantu mempermudah usaha mencapai tujuan, dan alat sebagai
tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu alat dan alat bantu
pembelajaran. Yang dimaksud dengan alat adalah berupa suruhan,
perintah, larangan, dsb. Sedangkan alat bantu pembelajaran adalah
berupa globe, papan tulis, kapur tulis, gambar, diagram, slide, video, dsb.
f. Sumber Belajar
Drs. Sudirman N, dkk mengemukakan macam-macam sumber
belajar sebagai berikut:
86
Moh. Uzer Usman, Op. Cit., hlm. 31
107
1) Manusia (people)
2) Bahan (materials)
3) Lingkungan (setting)
4) Alat dan Perlengkapan (tool and equipment)
5) Aktivitas (activities) meliputi: pembelajaran berprogram, simulasi,
karyawisata, sistem pembelajaran modul. Sedangkan aktivitas sebagai
sumber belajar, biasanya meliputi: tujuan khusus yang harus dicapai
oleh siswa, materi (bahan pelajaran) yang harus dipelajari, aktivitas
yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran.87
g. Evaluasi
Arti dari Evaluasi adalah penaksiran, penilaian, perkiraan keadaan,
dan penentuan nilai.88
Jadi, evaluasi dalam pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk mengetahui perubahan
perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat
dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir
satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking (standar untuk mengukur
87
Syaiful Bahri Djamarah, Op. Cit., hlm. 49
88
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Op. Cit., hlm. 163
108
kinerja yang sedang berjalan, proses, dan hasil untuk mencapai suatu
keunggulan yang memuaskan), serta penilaian program.89
Berbeda dengan pendapat tersebut Ny. Roestiyah N.K.,
mengatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan mengumpulkan data seluas-
luasnya, sedalam-dalamnya, yang berkaitan dengan kapabilitas siswa guna
mengetahui sebab-akibat dan hasil belajar siswa yang dapat mendorong
dan mengembangkan kemampuan belajar.90
Dari kedua pengertian evaluasi tersebut, dapat pula diketahui
tujuan penggunaan evaluasi, yang dilihat dari dua segi, yaitu tujuan umum
dan tujuan khusus.
1) Tujuan Umum dari Evaluasi adalah:
a) Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan murid
dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
b) Memungkinkan pendidik/guru menilai aktivitas/pengalaman yang
didapat.
c) Menilai metode mengajar yang digunakan.
2) Tujuan Khusus dari Evaluasi adalah:
a) Merangsang kegiatan siswa.
89
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008),
hlm. 108
90
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Op. Cit., hlm. 50
109
b) Menemukan sebab-sebab kemajuan atau kegagalan.
c) Memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan,
perkembangan dan bakat siswa yang bersangkutan.
d) Memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan.
e) Untuk memperbaiki mutu pelajaran/cara belajar dan metode
mengajar.91
5. Manajemen Kelas dalam Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Organisasi (pembelajaran di kelas) yang betul-betul efektif adalah
organisasi yang mampu menciptakan suasana kerja dimana para pekerja
tidak hanya melaksanakan tugas yang telah dibebankan kepadanya, tetapi
juga membuat suasana supaya pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak
secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan.92
Ada asumsi bahwa manajemen kelas yang baik merupakan hasil sadar
atas peranan guru untuk mengintegrasikan manajemen interaksi (belajar
mengajar) dengan perencanaan interaksi pembelajaran. Perpaduan ini
seringkali menghasilkan persoalan dalam masalah disiplin. Interaksi belajar
mengajar dan manajemen hakikatnya tidak terpisah, tetapi lebih merupakan
91
Ibid., hlm. 50-51
92
Aan Komariah & Cepi Triatna, Op. Cit., hlm. 8
110
dua komponen utama yang harus dibangun satu dengan lainnya jika
menginginkan tercapainya kelas yang harmonis.
Dengan kata lain, manajemen kelas merupakan keterampilan guru
dalam menciptakan kegiatan-kegiatan yang dapat menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi
gangguan dalam proses belajar mengajar. Yang termasuk dalam hal ini
misalnya penghentian tingkah laku siswa yang menyelewengkan perhatian
kelas, pemberian ganjaran bagi ketepatan waktu penyelesaian tugas oleh
siswa, atau penetapan norma kelompok yang produktif.
Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai jika guru mampu
mengatur siswa dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam
suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga
hubungan interpersonal yang baik antara guru dan siswa, dan siswa dengan
siswa merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas
yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar
mengajar yang efektif.93
Jadi keterampilan guru yang efektif yaitu akan mengawasi perilaku
siswa dengan waktu yang baik, dengan memberikan pertanyaan yang baik,
atau jenis pengalaman pembelajaran. Pengawasan itu justru bisa efektif
93
Moh. Uzer Usman. Op. Cit., hlm. 97
111
sebagai tindakan manajemen kelas secara langsung. Meskipun pembelajaran
dan manajemen dilakukan berbeda, keduanya saling melengkapi dan
berinteraksi dalam cara-cara yang produktif. Guru juga menyusun
perencanaan pembelajaran. Selanjutnya memimpin dalam proses
pembelajaran, memotivasi dalam belajar, dan selanjutnya mengawasi atau
mengevaluasi hasil belajar. Semua itu adalah tindakan manajemen kelas yang
dipadukan untuk mencapai efektifitas pembelajaran.
112
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
1. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Status : Swasta ( terakreditasi )
2. Alamat Sekolah
Provinsi : Jawa Timur
Kabupaten/Kota : Malang
Kecamatan : Kepanjen
Desa : Kepanjen
Jalan : Jl. K.H.Akhmad Dahlan 34 Kepanjen
Kode Pos : 65163
Telpon/Fax : ( 0341 ) 395284
E-mail/Website: [email protected]/wwwsmamuhammadiyahkepanjen
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
113
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Bogdan & Taylor mendefinisikan metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menggunakan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis/lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.94
Selanjutnya,
penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah menghimpun informasi/pengumpulan data,
klasifikasi, dan analisis data, interpretasi, membuat kesimpulan dan laporan.95
Hal ini dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang
sesuatu keadaan secara obyektif dalam suatu deskripsi situasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan
metode deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan
pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Disamping itu
juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi, serta bersifat
komperatif dan korelatif. Maka, peneliti akan menggambarkan/memaparkan
data-data yang telah diperoleh berkaitan dengan “Manajemen Kelas dalam
Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam di
SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang”.
94
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
4
95
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 76
114
C. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen utama,
yaitu sebagai pelaksana, pengamat, dan sekaligus sebagai pengumpul data.
Sebagai pelaksana, peneliti melaksanakan penelitian ini di SMA Muhammadiyah
1 Kepanjen Malang pada manajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
Peneliti berperan sebagai pengamat untuk mengamati bagaimana perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
manajemen kelas dalam proses belajar mengajar.
Dalam penelitian kulitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang
lain merupakan alat pengumpul data utama. Sebagaimana dikatakan oleh Lexy
Moleong, kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit. Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.
115
Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena ia menjadi
segalanya dari keseluruhan proses penelitian.96
Dalam penelitian kuantitatif, peneliti sebagai human instrument,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya.
D. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data-data dari dua sumber,
yaitu:
1. Data primer adalah data yang langsung dan diperoleh dari sumber data oleh
peneliti untuk tujuan yang khusus.97
Data ini merupakan sumber asli yang
dapat memberikan data secara langsung dari tangan pertama, baik
berbentuk dokumen maupun sebagai peninggalan lain. Dalam hal ini, peneliti
memperoleh data secara langsung, mengamati dan mencatat kejadian/
peristiwa melalui observasi (pengamatan), interview (wawancara), serta
dokumentasi.
96
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
168
97
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah (Bandung: Tarsito, 1994), hlm. 163
116
2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari tangan kedua atau dari
tangan yang kesekian.98
Data ini sebagai hasil penggunaan sumber-sumber
lain, tidak langsung merupakan dokumen historis yang murni, ditinjau dari
kebutuhan penyelidikan. Maka, dalam hal ini peneliti memperoleh data dari
data-data yang telah ada dan mempunyai keterkaitan dengan masalah yang
akan diteliti lebih lanjut, melalui literature atau bibliografi.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, penulis menggunakan Field
Research (penelitian lapangan). Adapun dalam penelitian ini, penulis
menggunakan Observasi (pengamatan), Interview (wawancara), serta
Dokumentasi.
1. Observasi (Pengamatan)
Metode observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena-fenomena sosial, dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan
dan pencatatan. Di dalam pengertian psikologik, observasi (pengamatan)
meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan seluruh alat indera, baik itu melalui penglihatan, penciuman,
pendengaran, peraba dan pengecap. Dalam artian penelitian observasi dapat
98
Ibid., hlm. 163
117
dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, maupun rekaman
suara.99
Secara garis besar, dalam penelitian ini peneliti/pengamat sebagai
partisipan, artinya bahwa peneliti merupakan bagian yang integral dari
situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi
situasi tersebut dalam kewajarannya.100
Metode ini digunakan untuk
memperoleh data tentang manajemen kelas dalam proses belajar mengajar
PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.
2. Interview (Wawancara)
Metode interview merupakan suatu percakapan, tanya-jawab lisan
antara dua orang atau lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan
diarahkan pada suatu masalah tertentu. Interview (wawancara) dapat
dikatakan pula sebagai bentuk komunikasi verbal semacam percakapan yang
bertujuan memperoleh informasi.101
Wawancara dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.102
Maka, dengan interview tersebut diharapkan dapat memperoleh
jawaban/keterangan dari responden sesuai dengan tujuan penelitian. Ditinjau
99
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 128
100
S. Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 107 101
Ibid., hlm. 113
102
Lexy J. Moleong, Op. Cit., 186
118
dari pelaksanaannya, peneliti menggunakan model interview bebas terpimpin,
yang merupakan kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin,
dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja tetapi juga mengingat akan
data apa yang akan dikumpulkan dengan membawa sederetan pertanyaan,
serta berupaya untuk menciptakan suasana santai tapi tetap serius dan
sungguh-sungguh.103
Peneliti menggunakan metode ini untuk mendapatkan
informasi mengenai manajemen kelas dari Kepala Sekolah, Guru PAI, serta
siswa kelas XI yang mewakili.
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang berarti barang-barang
tertulis. Maka, metode dokumentasi dapat dikatakan sebagai teknik
pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa transkrip, buku-buku, majalah, dokumen, surat kabar, prasasti,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.104
Metode ini digunakan
untuk memperoleh data tentang latar belakang SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen Malang, yang meliputi sejarah singkat berdirinya, visi-misi dan
tujuan, struktur organisasi, keadaan guru dan staf, keadaan siswa-siswi, serta
keadaan sarana dan prasarana yang tersedia.
103
Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 128 104
Ibid., hlm. 131
119
F. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu metode yang digunakan untuk menganalisa
data-data yang diperoleh dari penelitian. Menganalisis data merupakan suatu
langkah yang sangat kritis dalam penelitian. Peneliti harus memastikan pola
analisis mana yang akan digunakan, apakah analisis statistik ataukah analisis
non-statistik. Pemilihan ini tergantung pada jenis data yang dikumpulkan. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan analisis non-statistik sesuai untuk data
deskriptif atau data textular yang tidak diwujudkan dalam bentuk angka.
Dalam penerapannya, metode deskriptif ini melalui beberapa
tahapan, yaitu identifikasi, klasifikasi, kemudian diinterpretasikan. Metode
deskriptif kualitatif, diartikan sebagai metode dengan memaparkan dan
menafsirkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
terkait serta pengamatan tentang situasi yang dialami berkaitan dengan
kegiatan, pandangan, sikap yang tampak maupun proses yang sedang bekerja.
Dalam hal ini, peneliti akan terjun secara langsung di lapangan dan
mengalami situasi yang terjadi selama proses belajar mengajar PAI berlangsung,
berkaitan dengan manajemen kelas di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Malang. Disamping itu, juga dilakukan beberapa kali dalam pengumpulan data,
dimana semua data yang telah diperoleh di lapangan dibaca, dipahami,
kemudian dibuat ringkasannya. Setelah data terkumpul, kemudian data
120
dianalisis lebih lanjut secara intensif. Maka, dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif ini, penulis dapat menyajikan data yang ada, baik dengan
informasi maupun analisis tanpa perlu merumuskan hipotesis.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, diantaranya yaitu tahap
pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih
kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak terjadi
pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat data yang tidak
relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data sekali lagi
di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas yang tinggi.
Moloeng berpendapat bahwa: Dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data105
. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan mengunakan teknik
sebagai berikut:
1. Presistent Observation (Ketekunan pengamatan) yaitu mengadakan observasi
secara terus menerus terhadap objek penelitian guna memahami gejala lebih
mendalam terhadap berbagai aktivitas yang sedang berlangsung di lokasi
penelitian.
105
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.
324.
121
2. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data.
3. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
data dengan cara membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
metode kualitatif.
4. Peerderieting (Pemeriksaan sejawat melalui diskusi), bahwa yang dimaksud
dengan pemeriksaan sejawat melalui diskusi yaitu teknik yang dilakukan
dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh
dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
H. Tahap –Tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis kebutuhan atau evaluasi
diri. Artinya peneliti mengamati kenyataan yang ada di lapangan. Dalam
analisis kebutuhan ini dilakukan pendataan mengenai mengapa, bagaimana
dan apa saja yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan Data
122
Pada tahap ini yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah:
1) Wawancara dengan Kepala Sekolah.
2) Wawancara dengan Guru Keislaman.
3) Wawancara dengan siswa kelas XI yang mewakili.
4) Observasi langsung dan pengambilan data langsung dari lapangan.
5) Menelaah teori-teori yang relevan.
b. Mengidentifikasi Data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara dan observasi
diidentifikasikan agar memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi.
b. Menganalisa data sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
123
BAB IV
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Latar Belakang Objek Penelitian
1. Identitas Objek Penelitian
a. Nama Sekolah : SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Status : Swasta ( terakreditasi )
b. Alamat Sekolah :
Provinsi : Jawa Timur
Kabupaten/Kota : Malang
Kecamatan : Kepanjen
Desa : Kepanjen
Jalan : Jl. K.H.Akhmad Dahlan 34 Kepanjen
Kode Pos : 65163
Telpon/Fax : ( 0341 ) 395284
E-mail/Website :
[email protected]/wwwsmamuhammadiyahkepanjen
2. Sejarah Berdirinya Objek Penelitian
124
Pada tahun 1977 pendidikan tingkat lanjutan (SMA) di wilayah
Kepanjen sangat minim. Lembaga pendidikan yang saat itu ada adalah SMA
Negeri Kepanjen dan SMAK. Melihat kondisi yang seperti itu maka muncul
keinginan atau gagasan dari PCM Kepanjen untuk mendirikan sekolah tingkat
menengah yaitu SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen yang terletak di Jl. KH. A.
Dahlan No. 34. Walau sebenarnya di Kepanjen sudah berdiri SPG
Muhammadiyah di perguruan Efendi. Namun berkat usaha yang maksimal
maka SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen dapat berdiri dan membuka
pendaftaran siswa baru pada tahun 1978.
Adapun Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen:
1. Periode 1978/1989 : Moh. Fadjer Syuaib, BA
2. Periode 1989/1994 : Drs. Samlah
3. Periode 1994/1996 : Drs. Wahyu Sutrisno,M.Pd
4. Periode 1996/2000 : Dra. Niniek Emawatie
5. Periode 2000/2004 : Drs. Moch. Nurfadholi
6. Periode 2004/…… : Hari Mulyadi, S.Pd
Itulah sejarah singkat berdirinya SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen,
yang terus berkembang seiring waktu berjalan dan kini SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen telah ditetapkan menjadi Rintisan Sekolah Standar Nasional (RSSN)
mulai tahun ajaran baru 2009-2010.
125
3. Visi, Misi, dan Tujuan SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
a. Visi
Perkembangan dan tantangan masa depan seperti:
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; globalisasi yang sangat
cepat, era informasi, dan berubahnya kesadaran masyarakat dan orang tua
terhadap pendidikan memicu sekolah untuk merespon tantangan sekaligus
peluang itu. SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen memiliki citra moral yang
menggambarkan profil sekolah yang diinginkan di masa datang yang
diwujudkan dalam visi sekolah sebagai berikut: ”Semangat Berinovasi
Kompetitif Melalui Keseimbangan Penguasaan Iptek dan lmtaq”.
b. Misi
Visi tersebut di atas mencerminkan cita-cita sekolah yang
berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian, sesuai
dengan norma dan harapan masyarakat. Untuk mewujudkannya, Sekolah
menentukan langkah-langkah strategis yang dinyatakan dalam misi
menyelenggarakan pendidikan yang seimbang baik di bidang IPTEK
maupun IMTAQ dengan mewujudkan:
1) Lingkungan pembelajaran yang kondusif, bersih, asri, nyaman, dan
agamis, dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.
126
2) PBM yang berorientasi pada Student Active Learning, Fullday Learning
dan bimbingan belajar serta efektifitas pembinaan ekstrakurikuler.
3) Pemberdayaan masjid sebagai laboratorium keagamaan, pembiasaan
sholat berjamaah, dan tartil Al-Qur`an.
4) Perilaku sopan dan kekeluargaan serta menjalin kerjasama dengan
perserikatan dan masyarakat.
5) Menumbuh kembangkan semangat keunggulan dan bernalar sehat
kepada para peserta didik, guru dan karyawan sehingga berkemauan
kuat untuk terus maju.
6) Meningkatkan profesionalisme, dan komitmen guru.
7) Mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pembelajaran dan administrasi sekolah.
8) Mengembangkan kewirausahaan sebagai keterampilan siswa.
c. Tujuan Sekolah
Tujuan sekolah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional
adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut. Adapun tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Mempersiapkan sarana dan prasarana serta peserta didik yang
bertaqwa kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia.
127
2) Mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang
berkepribadian, cerdas, berkualitas dan berprestasi.
3) Membekali peserta didik agar memiliki keimanan dan ketakwaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membekali peserta didik agar memiliki etika pergaulan baik kepada
guru dan lingkungan masyarakat.
5) Membekali peserta didik agar memiliki keterampilan teknologi
informasi dan komunikasi serta mampu mengembangkan diri secara
mandiri.
6) Menanamkan sikap ulet dan gigih dalam berkompetisi
7) Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
agar mampu bersaing dan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
8) Meningkatkan dan mengembangkan Sofskill siswa secara maksimal.
4. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Diknas Yayasan
Muhammadiyah
Kepala Sekolah
Hari Mulyadi, S.Pd
Komite
128
5. Keadaan Guru & Personil SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
NO NAMA TUGAS MENGAJAR STATUS
1 Hari Mulyadi, S.Pd Bahasa Indonesia GTY
2 Drs. Edy Wiyono PPkn GTY
3 Roufur Rozi, S.PdI Al Islam GTY
4 Drs. Moch. Nurfadloli Matematika PNS
5 Mas'amah, S.Pd Bahasa Inggris GTY
6 Gianto,S.Pd Penjaskes GTY
7 Dra. Titik Sri Endahwati Sosiologi GTY
8 Dra. Endang Sriwinarti Biologi GTY
9 Pribadi Luhur, S.Ag Bahasa Arab GTY
10 Nurul Rochmarini, S.Pd. Bahasa Indonesia GTY
11 Dra. Nyariati Geografi GTY
12 Sigit Dwi Purwanto, S.Pd PKn GTY
13 Drs. Suwardi, M.Pd Fisika GTY
14 Subekti Andarbeni, S.Pd. Matemaika GTY
15 Drs. Julianto Kimia GTY
16 Muh. Ibrahim, S.Ag Kemuhammadiyahan GTY
17 Dra. Jubaidah Efiati Ekonomi GTY
18 Mulyono TIK GTY
19 Drs. Moh. Sugeng W. Penjaskes GTY
Tata Usaha
Wk.
Kurikulum
Drs. Moch.
Fadholi
Wk.
Kesiswaan
Mas’amah,
S.Pd
Wk. Humas
Dra. Titik Sri
Endahwati
Wk. Sapras
Drs. Julianto
Bendahara
Sigit Dwi
Purwanto, S.Pd
Guru
Siswa-siswi
129
20 Rini Astini, S.Pd Seni Budaya GTY
21 Wildan Hamidy, S.Sn TIK GTY
22 Ai Mulyani Az zahra, S.Hum Bahasa Inggris GTY
23 Vickin Lukmanto, S.Pd Ekonomi GTY
24 Rupi'ani TU PTY
25 Putranto Arif TU PTY
26 Sarkam Adiono Pesuruh PTY
27 Amin Pesuruh PTY
28 Irul Muhaiminim Petugas Koperasi PTY
29 Diah Ayu Ermawati Petugas Perpustakaan PTY
30 Muhammad Hasanuddin Petugas Bank SMUMDA PTY
6. Keadaan Siswa-siswi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Kelas Jumlah Jumlah Laki-laki Perempuan
X 16 27 43
XI-IPA 2 29 31
XI-IPS 22 19 41
XII-IPA 15 19 33
XII-IPS 11 18 29
JUMLAH 64 109 178
7. Daftar Mata Pelajaran SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
MATA PELAJARAN KKM
Pendidikan Agama
a. Al - Islam
b. Kemuhammadiyahan
80
80
130
Pendidikan Kewarganegaraan 75
Bahasa Indonesia 75
Bahasa Inggris 75
Matematika 70
Fisika 70
Biologi 70
Kimia 70
Sejarah 70
Geografi 75
Ekonomi 75
Sosiologi 75
Seni Budaya 80
Penjaskes 80
TIK 75
Muatan Lokal
1. Bahasa Arab
2. Desaingrafis
75
80
Pengembangan Diri )* 75
8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen106
a. Tanah dan Halaman
Tanah sekolah sepenuhnya milik amal usaha. Luas areal seluruhnya
6.350 m2. Sekitar sekolah dikelilingi oleh pagar sepanjang 667 m.
Keadaan Tanah SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Status : Milik Yayasan
Luas Tanah : 6.350 m2
Luas Bangunan : 2768 m2
Pagar : 667m
106
Data diperoleh dari Kepala Sekolah, Hari Mulyadi, S.Pd (Kamis, 18 Maret 2010, pukul 12.45-13.00 WIB)
131
Halaman : 450 m2
Lapangan Olah Raga : 324 m2
Lain – lain : 2,808 m2
b. Gedung Sekolah
Bangunan sekolah pada umumnya dalam kondisi baik. Jumlah
ruang kelas untuk menunjang kegiatan belajar memadai.
Keadaan Gedung SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Luas Bangunan : 2768 m2
Ruang Kepala Sekolah : 1 Baik
Ruang TU : 1 Baik
Ruang Guru : 1 Baik
Ruang Kelas : 7 Baik
Ruang Lab. IPA : 1 Baik
Ruang Perpustakaan : 1 Cukup
Ruang Serba Guna : 1 Baik
Masjid : 1 Baik
Ruang Lab. Komputer : 1 Baik
Ruang Multimedia : 1 Cukup
Ruang Musik : 1 Cukup
B. Paparan dan Analisis Data
1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
132
Manajemen kelas merupakan keterampilan yang harus dimiliki
oleh seorang guru dalam merumuskan, memahami, mendiagnosis, dan
kemampuan bertindak menuju perbaikan suasana kelas yang dinamis dengan
tujuan agar proses belajar mengajar berlangsung secara efektif. Manajemen
kelas sangat identik dengan salah satu fungsinya, yaitu perencanaan
(Planning) pembelajaran yang sangat membantu berlangsungnya proses
belajar mengajar. Adapun perencanaan pembelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen sebagai berikut:
a. Analisis Masalah Manajemen Kelas
Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan efektif apabila
ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang dihadapi,
sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi dengan
penanggulangan yang tepat pula.
1) Masalah individual
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 11 Maret 2010 dan hari Senin tanggal 15 Maret 2010 pukul
07.00-08.15 WIB, diperoleh hasil observasi mengenai masalah-masalah
yang terkait dengan individu masing-masing siswa, yaitu siswa tidak
133
mempunyai buku pegangan sendiri sehingga ia bergabung dengan
siswa lain yang mempunyai buku pegangan. Ada juga yang terpaksa
berdiam saja sambil mendengarkan penjelasan dari guru di bangku
tempat ia duduk. Masalah ini juga ditemukan dalam teori T. Raka Joni
yang menyatakan bahwa salah satu masalah individu yang terjadi di
dalam kelas ialah peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama
sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya
kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Yang kedua, kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap
pelajaran yang sedang dibahas. Ada yang melamun, ada juga yang
memainkan alat tulisnya dengan pelan-pelan. Kemudian selanjutnya,
siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung. Singkat kata, siswa pasif saat pembelajaran
berlangsung. Masalah-masalah ini sama halnya dengan yang
diungkapkan oleh Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI yaitu:
”Faktor-faktor penghambat yang ada di kelas ketika
pelaksanaan proses belajar mengajar yang paling utama
adalah kurangnya buku-buku pegangan dan penunjang,
kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap pelajaran dan
siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan”.107
107
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
134
Selain itu, ada juga yang berusaha menarik perhatian teman
sebangkunya untuk ikut kegiatan kecil yang dia lakukan saat itu. Entah
diajak berbincang-bincang, berbisik-bisik, menggoda teman
sebangkunya dengan menggelitik, mengajak temannya bercanda,
sengaja menjatuhkan alat tulis ke lantai sehingga dapat menarik
perhatian orang lain, dan sebagainya.
2) Masalah kelompok
Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada hari Kamis
tanggal 11 Maret 2010 dan hari Senin tanggal 15 Maret 2010 pukul
07.00-08.15 WIB, diperoleh hasil observasi mengenai masalah-masalah
kelompok di kelas, diantaranya sebagian siswa mereaksi negatif
terhadap salah seorang anggotanya, misalnya saja mengejek ketika
salah satu seorang yang membaca buku salah melafalkan
pengucapannya. Selain itu, terkadang beberapa kelompok siswa
cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah
dikerjakan dan semangat kerja rendah, artinya siswa malas
mengerjakan tugas dari guru.
b. Desain Kegiatan Belajar Mengajar
135
Pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi terkait dengan perencanaan
kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
”Sebelum mengajar seorang guru sebaiknya menyusun
perangkat pembelajaran, khususnya silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hal ini dilakukan untuk
mempermudah guru dalam mengajar dengan alasan ada
pedoman pembelajaran yang dijadikan alat bantu dalam
pembelajaran. Selain itu guru harus membuat prota, promes
dll”.108
1) Menyusun Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
tentang kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil
belajar. Pembuatan silabus ini disesuaikan dengan karakter materi yang
sesuai kurikulum dan dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan
daerah setempat. Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik,
potensi, dan kebutuhan peserta didik.
Silabus ini dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran
untuk membantu guru yang bersangkutan dalam menjabarkan
kompetensi dasar menjadi perencanaan belajar mengajar, yakni
menyangkut kompetensi apa yang akan dikembangkan pada siswa?;
108
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)
136
bagaimana cara mengembangkannya?; bagaimana cara mengetahui
bahwa kompetensi sudah dikuasai oleh siswa?.
2) Menyusun RPP
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih
dahulu sebelum mengajar merupakan bagian yang penting dalam
proses belajar mengajar. Dengan adanya RPP ini, seorang guru merasa
lebih percaya diri dan berwibawa dalam berinteraksi dengan siswa di
dalam kelas, karena mempunyai pedoman/panduan dalam mengajar.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ini
disesuaikan dengan karakter materi yang sesuai kurikulum dan
dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat.
Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan
peserta didik. Hal ini dilakukan sebelum pelaksanaan pengelolaan kelas
demi memperoleh dan mencapai tujuan pembelajaran yang sebaik-
baiknya.
3) Menyusun Perangkat dan Instrumen Lain (kurikulum, prota, promes,
bahan/program yang harus dipelajari, pedoman belajar, dsb)
Hal-hal yang juga dapat mempengaruhi pembelajaran PAI
adalah penyusunan perangkat pembelajaran diantaranya kalender
137
pendidikan, prota, promes, dan pedoman belajar. Berbicara terkait
dengan kurikulum yang digunakan, di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
menggunakan kurikulum yang baik dan seimbang yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dianggap sesuai dengan
kebutuhan siswa zaman sekarang. Pengembangan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan yang mengacu pada standar nasional pendidikan
dimaksudkan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Standar nasional pendidikan terdiri atas: standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan,
standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dua dari ke
delapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi
satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.
Melalui KTSP ini sekolah dapat melaksanakan program
pendidikannya sesuai dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan
peserta didik. Untuk itu, dalam pengembangannya melibatkan seluruh
warga sekolah dengan berkoordinasi kepada pemangku kepentingan di
lingkungan sekitar sekolah.
138
KTSP SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen disusun mengarah
pada kondisi sekolah dengan melibatkan seluruh komponen sekolah
mulai dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru, komite sekolah,
siswa, dan Dinas terkait. Keterlibatan semua komponen tersebut
dengan harapan agar KTSP yang sudah disusun dapat dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.109
4) Analisis Strategi Pembelajaran dalam Manajemen Kelas
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila terjadi
interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan bertujuan untuk
mencapai suatu tujuan belajar tertentu dengan cara memfasilitasi
pengetahuan dan keterampilan siswa melalui kegiatan/aktivitas yang
dapat membantu dan memudahkan siswa dalam belajar. Maka, untuk
menciptakan suasana yang harmonis, dan komunikatif, tugas guru
adalah meningkatkan prestasi belajar serta senantiasa memberikan
bimbingan dan pengarahan pada siswa dengan menggunakan berbagai
strategi pembelajaran. Tindakan pengelolaan kelas seorang guru akan
efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah
109
Wawancara dengan Kepala Sekolah, Hari Mulyadi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 12.45-13.00 WIB)
139
yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat pula.
Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:
”Strategi pembelajaran yang efektif yakni menggunakan
teknik-teknik yang disesuaikan dengan karekter siswa,
keinginan dan kebutuhan siswa yakni dengan cara memilih
cara belajar mengajar yang efektif dan menggunakan metode
yang bervariasi, serta memberikan contoh yang baik terhadap
siswa, misalnya disiplin dan datang di kelas tepat waktu”.110
Dari uraian di atas tergambar bahwa tiga hal penting yang
dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan Manajemen Kelas agar
kegiatan belajar mengajar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, memilih cara belajar mengajar yang efektif. Bagaimana guru
memandang suatu persoalan dan teori apa yang digunakan dalam
memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
Kedua, menggunakan metode yang bervariasi. Seorang guru
dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai
metode atau mengombinasikan beberapa metode yang relevan supaya
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung tidak membosankan. Perlu
110
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)
140
diingat, bahwa dalam pemilihan metode pembelajaran juga harus
memperhatikan kondisi emosional dan sosial siswa pada saat itu.
Ketiga, memberikan contoh yang baik terhadap siswanya.
Misalnya, datang di kelas tepat waktu. Hal ini senada dengan yang
dikatakan oleh Denik, Defri, Saiful Anwar, Agung, Widya, Riska, Kholil,
Elis, Irjila, dan Imam Zarkasih, yang mengatakan bahwa:
”Saat pengajaran Keislaman menyenangkan karena gurunya
asyik dan tidak cerewet, juga terbuka jika diajak sharing. Selain
itu, Pak Rozi selalu tepat waktu dan tidak bohong dengan apa
yang beliau katakan”.111
Penanaman sikap yang baik dimaksudkan untuk meningkatkan
perubahan tingkah laku siswa dimana tingkah laku siswa menjadi lebih
baik dari sebelumnya. Dengan demikian strategi yang ketiga ini menjadi
sarana spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Misalnya,
datang di kelas tepat waktu.
5) Pengembangan Sumber Belajar dan Bahan Ajar
Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:
111
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 09.45-10.10 WIB)
141
”Sumber belajar yang selama ini digunakan dalam
pembelajaran Keislaman terdiri dari kelas dan masjid,
penjelasan-penjelasan dari guru, dan buku diklat/rangkuman.
Untuk informasi dari internet, siswa dapat mengaksesnya
sendiri di ruang multimedia. Sedangkan bahan ajarnya berupa
buku, materi dari LKS dan penjelasan dari guru”.112
Pemanfaatan kelas dan masjid sebagai sumber belajar sangat
berperan aktif dalam pengelolaan kelas yang menunjang kegiatan
belajar mengajar PAI. Dengan adanya kelas sebagai ruang belajar setiap
hari dan masjid sebagai tempat untuk melaksanakan sholat dhuha
berjamaah sekaligus sebagai tempat peragaan/praktik sholat dari teori
yang telah didapat di dalam kelas. Keduanya saling berkaitan dan tidak
dapat dipisahkan. Keduanya saling melengkapi kekurangan yang satu
dengan yang lainnya.
Untuk bahan ajarnya, berupa buku, materi dari LKS, dan
penjelasan dari guru. Ketiga bahan ajar ini dapat dispesifikasikan dalam
bentuk-bentuk bahan ajar pembelajaran. Buku dan materi dari LKS
sebagai bahan cetak (printed). Penjelasan guru sebagai bahan ajar
dengar (audio).
112
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 18 Maret 2010 pukul 10.50-11.45 WIB)
142
2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Pelaksanaan Manajemen Kelas yang efektif dalam
pembelajaran ketika dimana mewujudkan kondisi kelas sebagai lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kemampuan seoptimal mungkin, menghilangkan berbagai hambatan yang
dapat menghalangi interaksi pembelajaran, menyediakan dan mengatur
fasilitas serta media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan
siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual
siswa, serta dapat membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar
sosial, ekonomi, budaya dan sifat/karakter siswa yang berbeda. Oleh karena
itu, dalam pelaksanaan pembelajaran perlu diketahui kondisi dan masalah
yang terjadi pada siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
a. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas
Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan
masalah ekstern lainnya, guru PAI berusaha untuk mencari solusinya agar
tanggung jawab guru berfungsi dengan maksimal. Dengan diterapkannya
konflik kelas maka akan mengurangi masalah yang terjadi dalam
pembelajaran PAI.
143
Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:
”Setiap pembelajaran berlangsung masalah itu selalu ada saja.
Jadi perlu adanya usaha-usaha preventif yang dilakukan untuk
mengatasi masalah-masalah tersebut. Usaha-usaha yang
paling utama yang perlu diberikan adalah membuat buku
diklat/rangkuman yang dijadikan hand out, memotivasi siswa
agar konsentrasi pada pelajaran dan merangsang siswa agar
bertanya dan aktif di kelas”.113
Tindakan guru tersebut dapat berupa pencegahan yaitu
dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosio-
emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa nyaman dan
aman untuk belajar. Sekaligus tindakan penyembuhan terhadap tingkah
laku yang menyimpang yang terlanjur terjadi agar penyimpangan tersebut
tidak berlarut-larut.
Guru juga perlu menyediakan dan mengatur fasilitas serta
media pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta
membina dan membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi,
budaya dan sifat/karakter siswa yang berbeda dengan sikap tulus dan
hangat. Dengan sikap yang tulus dan hangat dari guru, diharapkan proses
113
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
144
interaksi dan komunikasinya berjalan wajar, sehingga mengarah kepada
suatu penciptaan suasana yang mendukung untuk kegiatan pendidikan.
b. Iklim/Suasana Kelas
Lingkungan fisik tempat belajar dalam pengelolaan kelas
mempunyai pengaruh penting terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan
fisik yang menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung
meningkatnya intensitas proses pembelajaran dan mempunyai pengaruh
positif terhadap pencapaian tujuan pembelajaran. Lingkungan fisik yang
dimaksud meliputi:
1) Ruang Kelas
Menurut pernyataan yang dikemukakan Bapak Ro’ufur Rozi,
S.PdI bahwa:
”Keadaan kelas sebagai ruang tempat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar cukup memadai, memungkinkan
siswa bergerak leluasa, tidak berdesak-desakan sehingga
suasana kelas kondusif, tertib dan tenang saat kegiatan belajar
mengajar berlangsung”.114
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
harus memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-
114
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
145
desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan
kelas tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan
kegiatan. Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya
menggunakan hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
2) Pengaturan Tempat Duduk
Menurut pernyataan yang dikemukakan Bapak Ro’ufur Rozi,
S.PdI bahwa:
”Variasi tempat duduk siswa di dalam kelas perlu dilakukan
pada saat-saat tertentu, agar tidak monoton, sehingga siswa
tidak bosan. Terkadang pengaturan tempat duduk
dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin. Yang perempuan
duduk di deretan depan sedang yang laki-laki duduk di deretan
belakangnya. Atau yang laki-laki duduk di deretan sebelah
kanan sedang yang perempuan duduk di deretan sebelah
kiri”.115
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat
mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk yang
bervariasi, tidak monoton, dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas
115
Wawancara dengan guru PAI, Roufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
146
sehingga siswa tidak bosan dalam belajar. Pengaturan tempat duduk
akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar di kelas.
3) Ventilasi, Pengaturan Cahaya serta Penyimpanan Barang-barang di
dalam Kelas
Bapak Ro’ufur Rozi mengatakan bahwa:
“Ventilasi, pengaturan cahaya dan peletakan barang-barang di
dalam kelas yang cukup baik akan menciptakan suasana kelas
yang kondusif untuk proses belajar mengajar yang efektif,
karena tidak mengganggu gerak kegiatan guru maupun
siswa”.116
Ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi
harus cukup menjamin kesehatan siswa. Penataan ruangan yang baik
apabila menunjang efektifitas proses belajar mengajar yang salah satu
petunjuknya adalah bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru
dapat mengelola kelas dengan baik.
Penataan ruang tersebut bersifat fleksibel sehingga
perubahan dari satu tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut
oleh tujuan yang akan dicapai pada waktu itu. Penataan ruang dan
116
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
147
fasilitas yang ada di kelas harus mampu membantu siswa
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga mereka merasa
senang belajar. Indikator ini tentu tidak dengan segera diketahui, tetapi
guru yang berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa belajar
dengan senang atau tidak.
c. Metode Pembelajaran
Menurut pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru
PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:
”Metode yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar PAI
adalah ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan.
Metode-metode ini diterapkan untuk merangsang siswa dalam
belajar. Penggunaan metode disesuaikan dengan bahan
pelajaran yang akan disampaikan dengan tidak mengabaikan
keinginan siswa sehingga metode yang digunakan mampu
mencapai sasaran yang komprehensip yaitu dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik”.117
Dalam pengelolaan kelas, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
setelah pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya, bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh
117
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Kamis, 25 Maret 2010 pukul 14.30-16.05 WIB)
148
karena itu, di sinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode
yang tepat. Dengan menguasai dari berbagai macam metode dan bisa
menempatkan pada situasi dan kondisi yang sesuai dengan keadaan siswa.
Penggunaan metode harus mampu mencapai sasaran yang komprehensip,
yaitu menyentuh ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, sehingga
tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.
d. Penggunaan Media
Menurut pemaparan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru
PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen bahwa:
”Media yang digunakan pada proses belajar mengajar PAI
adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), LCD, dan OHP. Penggunaan
media ini sangat membantu dalam mengajar. Penggunaan
media juga membuat kondisi kelas kondusif saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Dengan penggunaan media
yang bervariasi siswa menjadi aktif dan antusias”.118
Penggunaan media memang memang turut mempengaruhi
iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
118
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
149
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membantu pengaruh-
pengaruh psikologis terhadap siswa.
Media yang digunakan sebaiknya tidak monoton agar siswa
tidak merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Adapun media yang
digunakan dalam Manajemen Kelas PAI di SMA Muhammadiyah 1
Kepanjen dapat digolongkan menjadi beberapa media, media berbasis
manusia yaitu guru itu sendiri, media berbasis cetakan yaitu berupa buku
dan LKS, media berbasis visual yaitu berupa OHP, dan media berbasis
komputer yaitu LCD. Media-media ini digunakan untuk memfasilitasi siswa
dalam proses belajar mengajar di kelas.
e. Pola Interaksi
Dalam Manajemen Kelas, suatu pembelajaran dapat dikatakan
efektif, apabila terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa dan
bertujuan untuk mencapai suatu tujuan belajar tertentu dengan cara
memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan siswa melalui
kegiatan/aktivitas yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam
belajar. Interaksi yang baik adalah interaksi yang terjadi tidak hanya di
dalam kelas, akan tetapi juga terjadi di luar kelas, karena keduanya dapat
membangkitkan semangat/motivasi belajar siswa.
150
Berdasarkan penuturan Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru
PAI SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen menyatakan bahwa:
”Interaksi antara guru dan siswa yang terjadi saat
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas berjalan dengan
baik, sehingga hal ini dapat membangkitkan
semangat/motivasi belajar siswa”.119
Iklim hubungan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan
siswa, guru dengan guru, dan antara pimpinan sekolah akan menciptakan
gairah dan kegembiraan belajar siswa sehingga mereka memiliki motivasi
kuat dan keleluasaan mengembangkan cara belajar masing-masing. Selain
interaksi antar personal yang edukatif, harus terjalin pula pola
interaksi/hubungan yang baik antar guru dengan materi pelajaran, yakni
guru berkompeten dalam mengajar sehingga proses belajar mengajar
berlangsung efektif, dan interaksi antra siswa dengan materi pelajaran,
yakni siswa aktif dan rajin belajar.
3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam
Manajemen Kelas, evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus.
Evaluasi tidak hanya sekedar menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi
119
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
151
yang lebih penting adalah sebagai dasar untuk umpan balik (feed back) dari
proses interaksi edukatif yang dilaksanakan dalam pembelajaran. Dengan
demikian, dengan adanya evaluasi akan memberikan tujuan kepastian
mengenai keberhasilan belajar dan memberikan masukan kepada guru
mengenai pengajaran yang dia lakukan dalam pembelajaran melalui
Manajemen Kelas. Setelah diadakan evaluasi pelaksanaan Manajemen Kelas
memang menunjukkan peningkatan terhadap hasil belajar siswa. Di bawah
ini akan diuraikan mengenai tujuan dari evaluasi.
a. Tujuan Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui
efektifitas pembelajaran dan pemahaman setiap siswa terhadap materi
yang telah disampaikan oleh guru. Dengan begitu maka efektifitas
pembelajaran akan terlihat. Di sana juga mengandung tujuan dari evaluasi
itu sendiri. Adapun tujuan dari evaluasi mata pelajaran PAI dikelompokkan
menjadi dua, yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Berikut ini tujuan
umum dan tujuan khusus dari evaluasi pembelajaran PAI di SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen.
1) Tujuan Umum
Menurut Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI, selaku guru PAI SMA
Muhammadiyah 1 Kepanjen mengatakan bahwa:
152
”Tujuan umum diadakannya evaluasi mata pelajaran
Keislaman adalah memberikan informasi terhadap pihak-
pihak yang terkait tentang hasil yang dicapai siswa baik dari
segi kognitif, afektif maupun psikomotorik”.120
Pendapat tersebut sesuai dengan beberapa tujuan evaluasi
yang menyatakan bahwa tujuan diadakannya evaluasi adalah untuk
memperoleh bahan laporan tentang perkembangan siswa yang
diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan yang pada akhirnya akan
diketahui data-data yang membuktikan taraf kemajuan siswa dalam
mencapai tujuan yang diharapkan, yakni untuk memperbaiki mutu
pelajaran, khususnya dalam pembelajaran PAI.
2) Tujuan Khusus
Demikian pula dengan tujuan khusus diadakannya evaluasi,
Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI mengatakan bahwa:
“Tujuan khusus evaluasi Keislaman adalah untuk bahan
instrospeksi/umpan balik bagi siswa maupun guru. Tujuan
khusus ini dibedakan menjadi dua evaluasi yaitu evaluasi bagi
siswa dan evaluasi bagi guru. Bagi siswa ialah untuk
mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga siswa
dapat memperbaiki diri dan sebagai motivasi belajar agar
lebih baik. Bagi guru ialah untuk melihat hasil belajar siswa
dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan
cara/metode mengajar”.121
120
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
121
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
153
Bila kita lihat kembali, tujuan khusus tersebut senada dengan
tujuan evaluasi yaitu sebagai penilaian hasil belajar siswa dan metode
guru yang digunakan saat kegiatan proses belajar mengajar
berlangsung, sehingga guru mampu memberikan bimbingan yang
sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan bakat siswa yang
bersangkutan.
b. Bentuk Evaluasi
Dari pelaksanaan Manajemen Kelas, maka perlu diadakan
evaluasi untuk mengetahui apakah pembelajaran yang efektif dapat
diraih. Evaluasi ini digunakan untuk mengevaluasi perilaku dan evaluasi
pembentukan kompetensi siswa, yang dapat dilakukan dengan
pengamatan perilaku, penilaian kelas, dan tes kemampuan dasar.
Disamping itu, Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI menambahkan
bahwa:
”Bentuk evaluasi yang saya terapkan ketika mengajar bisa
tertulis dan praktik. Keduanya ada kelebihan dan
kekurangannya. Untuk evaluasi yang tertulis bisa hemat
154
waktu, namun kurang meratanya pemahaman siswa.
Sedangkan kelebihan dari evaluasi praktik siswa secara
langsung dapat meragakan apa yang mereka pelajari, tetapi
banyak menggunakan waktu”.122
Meskipun dalam evaluasi tertulis dan evaluasi praktik terdapat
beberapa kekurangan dan perbedaan, kedua bentuk evaluasi tersebut
tidak dapat dipisahkan. Sebelum praktik membutuhkan teori. Teori pun
juga perlu dipraktikkan agar bermanfaat dan dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari. Evaluasi juga tidak boleh dilakukan dengan
sekehendak hati guru, siswa yang cantik diberikan nilai tinggi dan siswa
yang tidak cantik diberikan nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan
pertimbangan-pertimbangan yang arif dan bijaksana, sesuai dengan hasil
kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh siswa. Menurut Bapak Ro’ufur
Rozi, S.PdI,
”Evaluasi tersebut juga sesuai dengan sistem evaluasi
terprogram berdasarkan program semester yang ada”.123
Artinya evaluasi yang dilaksanakan berdasarkan kriteria
tertentu, untuk mendapatkan evaluasi yang meyakinkan dan objektif
dimulai dari dari informasi-informasi kuantitatif dan kualitatif. Dalam
122 Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-
16.40 WIB)
123
Wawancara dengan guru PAI, Ro’ufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
155
kaitan ini penilaian dan pengukuran turut berperan di dalamnya.
Pengukuran terarah pada tindakan atau proses untuk menetukan
kuantitas sesuatu, karena itu biasanya diperlukan alat bantu. Sedangkan
penilaian terarah pada penentuan kualitas atau nilai sesuatu.
c. Tindak Lanjut Setelah Diadakan Evaluasi
Bapak Ro’ufur Rozi, S.PdI mengatakan bahwa:
”Setelah diadakan evaluasi, jika ada kekurangan, hasil evaluasi
tersebut perlu diperbaiki. Bagi siswa tindak lanjut dari evaluasi
adalah remidi/memperbaiki lagi hasil belajar. Sedangkan bagi
guru, setelah evaluasi perlu memperbaiki metode mengajar
yang telah diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar”.124
Perbaikan adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan
setelah diadakan evaluasi. Perbaikan tidak hanya sekedar dilakukan sekali
atau dua kali saja. Namun perbaikan harus dilakukan secara terus
menerus sama halnya denga evaluasi. Dengan terus menerus berusaha
memperbaiki kekurangan, sedikit demi sedikit sesuatu tersebut akan
menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya.
Tindak lanjut ini juga dapat dilakukan dengan istilah
Monitoring yaitu pengawasan yang objektif terhadap hasil evaluasi.
124
Wawancara dengan guru PAI, Roufur Rozi, S.PdI (Jumat, 26 Maret 2010 pukul 15.35-16.40 WIB)
156
Langkah monitoring ini pada hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat
dari apa yang telah terjadi. Apakah ada perkembangan setelah diadakan
evaluasi, ataukah sebaliknya. Maka dari itu, guru harus terus memantau
dan memberikan perhatian kepada siswa agar mengetahui perubahan dan
perkembangan kondisinya dengan memberikan bimbingan, pengarahan
dan memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai.
BAB V
PEMBAHASAN
A. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
157
1. Analisis Masalah Manajemen Kelas
a. Masalah Individual
Pertama, siswa tidak mempunyai buku pegangan sendiri dan siswa
yang terpaksa berdiam saja sambil mendengarkan penjelasan dari guru di
bangku tempat ia duduk. Masalah ini juga ditemukan dalam teori T. Raka
Joni yang menyatakan bahwa salah satu masalah individu yang terjadi di
dalam kelas ialah peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama
sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin hanya
kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Kedua, kurangnya konsentrasi/fokus siswa terhadap pelajaran yang
sedang dibahas. Siswa dapat berkonsentrasi/memusatkan pikirannya pada
pelajaran dengan baik, tergantung dari cara guru dalam mengelola kelas baik
secara fisik maupun non-fisik. Sehingga, apabila siswa sudah merasa
nyaman, tenang dan senang berada di dalam kelas dengan sendirinya akan
melupakan hal lain dan mulai berkonsentrasi pada pelajaran.
Ketiga, siswa kurang aktif dalam mengajukan pertanyaan saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Sikap siswa yang seperti ini biasanya
didukung dengan kondisi yang tidak bersahabat dengannya. Selain itu,
kurangnya motivasi dari dalam dirinya bahwasanya dia belajar di bangku
sekolah membawa segudang harapan. Kalau bermalas-malasan apa kata
dunia?.
158
Keempat, menarik perhatian orang lain, misalnya berusaha menarik
perhatian teman sebangkunya untuk ikut kegiatan kecil yang dia lakukan
saat itu. Entah diajak berbincang-bincang, berbisik-bisik, menggoda teman
sebangkunya dengan menggelitik, mengajak temannya bercanda, sengaja
menjatuhkan alat tulis ke lantai sehingga dapat menarik perhatian orang lain,
dan sebagainya. Tingkah laku pencari perhatian ini tergolong aktif. Tingkah
laku ini dapat dijumpai pada anak-anak yang suka pamer, membikin onar,
melawak, terus menerus bertanya, memperlihatkan kenakalan dan
sebagainya.
b. Masalah Kelompok
Kurangnya kohesifnya kelompok dalam suatu kelas ditandai dengan
adanya konflik di antara para anggota kelompok. Misalnya konflik antara
siswa-siswi dan kelompok yang disebabkan perbedaan jenis kelamin, suku,
dan agama. Dapat dibayangkan bahwa kelas terdiri dari siswa-siswi yang
tidak kompak akan beriklim tidak sehat yang diwarnai adanya ketegangan,
kekerasan dan konflik.
Masalah-masalah kelompok tersebut diantaranya sebagian siswa
mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, misalnya saja mengejek
ketika salah satu seorang yang membaca buku salah melafalkan
pengucapannya. Selain itu, terkadang beberapa kelompok siswa cenderung
159
mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah dikerjakan dan
semangat kerja rendah, artinya siswa malas mengerjakan tugas dari guru.
2. Desain Kegiatan Belajar Mengajar
a. Menyusun Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Pembuatan silabus ini disesuaikan dengan karakter materi yang sesuai
kurikulum dan dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah
setempat. Kemudian disesuaikan pula dengan karakteristik, potensi, dan
kebutuhan peserta didik.
Silabus ini dibuat oleh masing-masing guru mata pelajaran untuk
membantu guru yang bersangkutan dalam menjabarkan kompetensi dasar
menjadi perencanaan belajar mengajar, yakni menyangkut kompetensi apa
yang akan dikembangkan pada siswa?; bagaimana cara
mengembangkannya?; bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi
sudah dikuasai oleh siswa?.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
160
Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlebih dahulu
sebelum mengajar merupakan bagian yang penting dalam proses belajar
mengajar. Dengan adanya RPP ini, seorang guru merasa lebih percaya diri
dan berwibawa dalam berinteraksi dengan siswa di dalam kelas, karena
mempunyai pedoman/panduan dalam mengajar.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran ini disesuaikan
dengan karakter materi yang sesuai kurikulum dan dipertimbangkan
berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat. Kemudian disesuaikan
pula dengan karakteristik, potensi, dan kebutuhan peserta didik. Hal ini
dilakukan sebelum pelaksanaan pengelolaan kelas demi memperoleh dan
mencapai tujuan pembelajaran yang sebaik-baiknya.
c. Menyusun Kalender Pendidikan, Prota dan Promes
Selain menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran,
seorang guru sebagai manajer dalam kegiatan belajar mengajar, maka perlu
mengetahui sekaligus menyusun perangkat dan instrumen lain. Sebab,
perangkat-perangkat pembelajaran tersebut juga mempengaruhi
pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut diantaranya kalender
pendidikan, prota, promes, dan pedoman belajar.
d. Strategi Pembelajaran
Secara khusus, dalam kaitannya dengan belajar mengajar, istilah
strategi merupakan daya upaya guru dalam menciptakan suatu sistem
161
lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar. Maksudnya
agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat tercapai secara
berdaya guna dan berhasil guna. Strategi berupa pilihan pola kegiatan belajar
mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif.
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila di dalam
pembelajaran tercipta suasana yang harmonis dan komunikatif, yang dapat
membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga siswa senang belajar. Hal
ini merupakan tugas seorang guru terkait dengan prestasi belajar serta
senantiasa memberikan bimbingan dan pengarahan pada siswa dengan
menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Tindakan pengelolaan kelas
seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat
hakikat masalah yang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih
strategi pembelajaran yang tepat pula. Adapun strategi pembelajaran
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah
sebagai berikut:
1) Memilih Cara Belajar Mengajar yang Efektif
Pemilihan cara belajar mengajar yang paling efektif
dimaksudkan untuk mencapai sasaran. Bagaimana seorang guru
memandang suatu masalah dan teori apa yang digunakan dalam
memecahkan masalah tersebut guna mencapai hasil yang diharapkan.
Dalam memilih cara belajar mengajar yang efektif harus dapat
memotivasi siswa untu mau berfikir, ia mampu menerapakan
162
pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan suatu topik
permasalahan, mendorong siswa mampu berfikir bebas dan cukup
keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Dalam hal ini,
seorang guru dituntut untuk mampu memilih cara belajar mengajar yang
efektif dan tentunya relevan dengan masa sekarang.
2) Menggunakan Metode yang Bervariasi
Cara atau pendekatan dalam belajar mengajar yang bervariasi
harus disesuaikan dengan materi yang diperbincangkan saat itu. Suatu
topik materi tertentu dipelajari atau dibahas dengan cara menghafal, akan
berbeda hasilnya kalau dipelajari atau dibahas dengan caca diskusi atau
seminar, juga akan lain hasilnya andai kata topik materi yang sama
dibahas dengan menggunakan kombinasi berbagai teori. Perlu
digaribawahi, dalam memilih cara belajar yang efektif memang
disesuikan dengan topik materi yang dipelajari, akan tetapi hal itu
dilakukan dengan tanpa mengabaikan karekteristik siswa.
Jika beberapa tujuan pembelajaran ingin diperoleh, maka guru
dituntut memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau
mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang
satu mungkin lebih menekankan kepada peranan siswa, sementara metode
yang lain lebih terfokus kepada peranan guru atau pada alat-alat
pengajaran seperti buku, atau mesin komputer, dan lain-lain. Ada pula
metode yang lebih berhasil bila dipakai untuk siswa dalam jumlah
163
terbatas atau dalam mempelajari topik materi tertentu. Demikian juga bila
kegiatan balajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di perpustakaan, di
laboratorium, di masjid, atau di kebun, tentu metode yang diperlukan
berbeda.
3) Memberikan Contoh yang Baik terhadap Siswa
Pada dasarnya, di dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan hal-hal positif dan menghindarkan pemusatan perhatian
siswa pada hal-hal yang negatif. Salah satu caranya memberikan contoh
yang baik terhadap siswa. Semua itu dapat diterapkan dengan penanaman
sikap disiplin dengan datang di kelas tepat waktu. Penanaman sekaligus
pengembangan sikap disiplin siswa ini merupakan tujuan akhir dari
pengelolaan kelas. Untuk itu, guru harus selalu mendorong siswa untuk
melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi
contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung
jawab.
e. Pengembangan Sumber Belajar
Sumber belajar berfungsi sebagai informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam
belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Salah satu contoh
pengembangan sumber belajar memanfaatkan kelas dan masjid sebagai
sumber belajar.
164
Memanfaatkan kelas dan masjid sebagai sumber belajar sangat
berperan aktif dalam menunjang kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya
kelas sebagai ruang belajar setiap hari dan masjid sebagai tempat untuk
melaksanakan sholat dhuha berjamaah sekaligus sebagai tempat
peragaan/praktik sholat dari teori yang telah didapat di dalam kelas.
Keduanya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahan. Keduanya saling
melengkapi kekurangan yang satu dengan yang lainnya.
f. Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar berfungsi sebagai bahan yang digunakan untuk membantu
guru dalam kegiatan proses belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa
berupa bahan tertulis dan bahan tidak tertulis. Dengan bahan ajar
memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau kompetensi
dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu
menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu.
Salah satu pengembangan bahan ajar ini dapat dilakukan dengan
membuat buku diklat/rangkuman sebagai materi tambahan. Dalam
pengembangan bahan ajar ini, seorang guru dituntut kreatif memanfaat
sarana dan prasarana yang ada sesuai denga situasi dan kondisi lingkungan
belajar mengajar.
165
B. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Pelaksanaan manajemen kelas yang efektif dalam pembelajaran ketika
dapat mewujudkan kondisi kelas sebagai lingkungan pembelajaran yang
memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan seoptimal mungkin,
menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi interaksi
pembelajaran, menyediakan dan mengatur fasilitas yang mendukung siswa belajar
sesuai dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta dapat
membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi, budaya dan sifat/karakter
siswa yang berbeda. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran perlu
diketahui kondisi dan masalah yang terjadi pada siswa pada saat pembelajaran
berlangsung. Adapun upaya-upaya yang dilakukan guru dalam manajemen kelas
adalah:
1. Tindakan-tindakan dalam Manajemen Kelas
Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan masalah
ekstern lainnya, seorang guru berusaha untuk mencari solusinya agar tanggung
jawab guru berfungsi dengan maksimal. Dengan diterapkannya konflik kelas
maka akan mengurangi masalah yang terjadi dalam pembelajaran. Beberapa
usaha preventif yang dilakukan untuk mengatasi masalah adalah sebagai
berikut:
166
a. Membuat Buku Diklat/Rangkuman yang Dijadikan Hand Out
Guru perlu menyediakan dan mengatur fasilitas serta media
pembelajaran yang mendukung dan memungkinkan siswa belajar sesuai
dengan lingkungan sosial, emosional dan intelektual siswa, serta membina
dan membimbing siswa sesuai dengan latar sosial, ekonomi, budaya dan
sifat/karakter siswa yang berbeda dengan sikap tulus dan hangat. Dengan
membuat buku diklat/rangkuman yang dijadikan hand out diharapkan dapat
memudahkan siswa dalam belajar.
b. Memotivasi Siswa agar Konsentrasi pada Pelajaran
Siswa dapat berkonsentrasi/memusatkan pikirannya pada pelajaran
dengan baik, tergantung dari cara guru dalam mengelola kelas baik secara
fisik maupun non-fisik. Jadi, seorang guru harus selalu memberi semangat
terhadap siswanya agar konsentrasi dalam belajar.
c. Merangsang Siswa agar Bertanya dan Aktif di Kelas
Dalam hal ini, seorang guru dengan berbekal kesabaran, harus
senantiasa membuat siswa belajar lebih aktif, artinya guru memberikan
kebebasan bagi siswa untuk melakukan aktivitas yang disenanginya dalam
proses belajar mengajar. Guru tidak menuntut suasana kelas harus sepi,
tenang dan siswa hanya diam saja mendengarkan penjelasan dari guru, akan
tetapi dengan melibatkan seluruh siswa dalam kelas akan jauh lebih efektif
untuk menggali potensi yang dimiliki masing-masing siswa.
167
2. Iklim/Suasana Kelas
a. Ruang Kelas
Ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus cukup
memadai, memungkinkan semua siswa bergerak leluasa tidak berdesak-
desakan dan saling mengganggu antara siswa yang satu dengan siswa yang
lainnya pada saat melakukan aktivitas belajar. Besarnya ruangan kelas
tergantung pada jenis kegiatan dan jumlah siswa yang melakukan kegiatan.
Jika ruangan tersebut mempergunakan hiasan, hendaknya menggunakan
hiasan-hiasan yang mempunyai nilai pendidikan.
b. Pengaturan Tempat Duduk dibuat Bervariasi agar Tidak Monoton
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah memungkinkan
terjadinya tatap muka. Dengan demikian, guru dapat mengontrol tingkah
laku siswa. Pengaturan tempat duduk yang bervariasi, tidak monoton,
dimaksudkan agar ada variasi suasana kelas sehingga siswa tidak bosan
dalam belajar. Pengaturan tempat duduk akan mempengaruhi kelancaran
proses belajar mengajar di kelas.
c. Ventilasi, Pengaturan Cahaya serta Penyimpanan Barang-barang
Ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk terciptanya
suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu ventilasi harus cukup
menjamin kesehatan siswa. Penataan ruangan yang baik apabila menunjang
efektifitas proses belajar mengajar yang salah satu petunjuknya adalah
168
bahwa anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas
dengan baik.
Penataan ruang tersebut bersifat fleksibel sehingga perubahan dari satu
tujuan ke tujuan yang lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan dicapai pada
waktu itu. Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu
membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar sehingga
mereka merasa senang belajar. Indikator ini tentu tidak dengan segera
diketahui, tetapi guru yang berpengalaman akan dapat melihat apakah siswa
belajar dengan senang atau tidak.
3. Metode Pembelajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaannya yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pembelajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya,
bila tidak menguasai metode mengajar. Oleh karena itu, di sinilah kompetensi
guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat. Dengan menguasai dari
berbagai macam metode dan bisa menempatkan pada situasi dan kondisi yang
sesuai dengan keadaan siswa. Penggunaan metode harus mampu mencapai
sasaran yang komprehensip, yaitu menyentuh ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan
169
yang diharapkan. Di bawah ini beberapa metode yang digunakan dalam
pembelajaran, yaitu:
a. Ceramah
Ceramah adalah suatu penjelasan secara verbal yang bersifat satu arah.
Dalam aplikasinnya sebagai metode pengajaran, metode ceramah merupakan
sebuah interaksi melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru.
Dalam penerapan metode ceramah ini guru merupakan sumber yang
sangat penting dalam belajar mengajar, karena kedudukan guru sebagai
seorang informan yang pertama didalam kelas, sehingga dalam metode
cermah ini seorang guru harus mengetahui informasi-informasi yang
berhubungan dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa, sehingga
diharapkan akan menguasai, memahami materi yang disampaikan oleh guru
dengan mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa-siswanya.
b. Driil
Metode drill adalah satu kegiatan melakukan hal yang sama, berulang-
ulang secara sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu
asosiasi atau menyempurnakan suatu ketrampilan agar menjadi bersifat
permanen. Ciri yang khas dari metode ini adalah kegiatan berupa
pengulangan yang berkali-kali dari suatu hal yang sama. Dengan demikian
terbentuklah pengetahuan-siap atau ketrampilan-siap yang setiap saat siap
untuk dipergunakan oleh yang bersangkutan.
170
c. Tanya Jawab Interaktif
Metode tanya jawab adalah suatu cara mengajar dimana guru
mengajukan beberapa pertanyaan dan siswa memberikan jawaban
sebagaimana yang telah diajarkan. Penggunaan metode tanya jawab dapat
dinilai sebagai metode yang cukup wajar dan tepat, karena suasana/situasi
akan lebih hidup, karena siswa dirangsang untuk berfikir aktif. Kelebihan
dari metode tanya jawab ini adalah sebagai berikut:
1) Sebagai positif untuk melatih keberanian siswa mengemukakan
pendapatnya dengan lisan.
2) Memberikan dorongan aktifitas dan kesungguhan siswa, dalam arti siswa
yang biasanya segan mencurahkan perhatian akan lebih berhati-hati dan
aktif mengikuti pelajaran.
3) Walaupun prosesnya agak lambat namun secara pasti guru dapat
mengontrol pemahaman atau pengertian siswa sesuai pada masalah
yang dibicarakan.
4) Bila dibanding dengan metode ceramah, metode tanya jawab dapat
membangkitkan aktifitas siswa.
d. Peragaan/Praktik
Metode peragaan/praktek adalah metode pengajaran dimana guru atau
orang lain sengaja diminta atau siswa sendiri memperlihatkan kepada
171
seluruh kelas suatu proses atau suatu cara melakukan sesuatu. Dengan
menggunakan metode ini, siswa dapat menghayati dengan sepenuh hati
mengenai pelajaran yang diberikan, perhatian anak dapat terpusat pada hal
penting yang di demonstrasikan, mengurangi kesalahan dalm mengambil
kesimpulan dari apa yang diterangkan guru secara lisan maupum tulisan
karna siswa memperoleh gambaran melalui pengamatan langsung perhadap
suatu proses, masalah yang mungkin timbul dalam hati siswa dapat langsung
terjawab.
4. Penggunaan Media
Penggunaan media memang memang turut mempengaruhi iklim,
kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membantu pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa.
Media yang digunakan sebaiknya tidak monoton agar siswa tidak
merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Beberapa media yang digunakan dalam
pembelajaran dapat digolongkan menjadi media berbasis manusia yaitu guru itu
sendiri, media berbasis cetakan yaitu berupa buku dan LKS, media berbasis
visual yaitu berupa OHP, dan media berbasis komputer yaitu LCD.
172
5. Pola Interaksi
Suatu pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila terjadi interaksi
yang baik antara guru dengan siswa dan bertujuan untuk mencapai suatu tujuan
belajar tertentu dengan cara memfasilitasi pengetahuan dan keterampilan siswa
melalui kegiatan/aktivitas yang dapat membantu dan memudahkan siswa dalam
belajar. Interaksi yang baik adalah interaksi edukatif yang terjadi tidak hanya di
dalam kelas, akan tetapi juga terjadi di luar kelas, karena keduanya dapat
membangkitkan semangat/motivasi belajar siswa.
C. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang
Sebagai alat penilaian hasil pencapaian tujuan dalam pengajaran,
evaluasi harus dilaksanakan secara terus menerus. Evaluasi tidak hanya sekedar
menentukan angka keberhasilan belajar. Tetapi yang lebih penting adalah sebagai
dasar untuk umpan balik (feed back) dari proses interaksi edukatif yang
dilaksanakan dalam pembelajaran. Dengan demikian, dengan adanya evaluasi akan
memberikan tujuan kepastian mengenai keberhasilan belajar dan memberikan
masukan kepada guru mengenai pengajaran yang dia lakukan dalam pembelajaran.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai tujuan dari evaluasi.
1. Tujuan Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas
pembelajaran dan pemahaman setiap siswa terhadap materi yang telah
173
disampaikan oleh guru. Dengan begitu maka efektifitas pembelajaran akan
terlihat. Di sana juga mengandung tujuan dari evaluasi itu sendiri.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum evaluasi untuk memperoleh bahan laporan tentang
perkembangan siswa yang diperlukan orang tua dan lembaga pendidikan
yang pada akhirnya akan diketahui data-data yang membuktikan taraf
kemajuan siswa dalam mencapai tujuan yang diharapkan, yakni untuk
memperbaiki mutu pelajaran.
b. Tujuan Khusus
Sebagai penilaian hasil belajar siswa dan metode guru yang digunakan
saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung, sehingga guru mampu
memberikan bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan, perkembangan dan
bakat siswa yang bersangkutan.
2. Bentuk Evaluasi
Bentuk evaluasi yang sudah umum adalah tertulis dan praktik.
Keduanya baik evaluasi tertulis maupun evaluasi praktik terdapat beberapa
kekurangan dan perbedaan, kedua bentuk evaluasi tersebut tidak dapat
dipisahkan. Sebelum praktik membutuhkan teori. Teori pun juga perlu
dipraktikkan agar bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Evaluasi juga tidak boleh dilakukan dengan sekehendak hati guru,
siswa yang cantik diberikan nilai tinggi dan siswa yang tidak cantik diberikan
174
nilai rendah. Evaluasi dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan yang arif
dan bijaksana, sesuai dengan hasil kemajuan belajar yang ditunjukkan oleh
siswa.
3. Tindak Lanjut setelah Diadakan Evaluasi
Perbaikan adalah salah satu langkah yang perlu dilakukan setelah
diadakan evaluasi. Perbaikan tidak hanya sekedar dilakukan sekali atau dua kali
saja. Namun perbaikan harus dilakukan secara terus menerus sama halnya
denga evaluasi. Dengan terus menerus berusaha memperbaiki kekurangan,
sedikit demi sedikit sesuatu tersebut akan menjadi jauh lebih baik dari
sebelumnya.
Tindak lanjut ini juga dapat dilakukan dengan istilah monitoring yaitu
pengawasan yang objektif terhadap hasil evaluasi. Langkah monitoring ini pada
hakekatnya ditujukan untuk mengkaji akibat dari apa yang telah terjadi. Apakah
ada perkembangan setelah diadakan evaluasi, ataukah sebaliknya. Maka dari
itu, guru harus terus memantau dan memberikan perhatian kepada siswa agar
mengetahui perubahan dan perkembangan kondisinya dengan memberikan
bimbingan, pengarahan dan memilih pendekatan yang dianggap paling sesuai.
175
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa:
Manajemen kelas (yang terdiri dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran) di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
terealisasi dengan baik sehingga dapat meningkatkan efektifitas proses belajar
mengajar Pendidikan Agama Islam.
1. Perencanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Analisis Masalah
Manajemen Kelas: 1) Masalah Individual: siswa tidak mempunyai buku
pegangan sendiri; kurangnya konsentrasi siswa terhadap pelajaran; siswa
kurang aktif; menarik perhatian orang lain. 2) Masalah Kelompok: sebagian
siswa mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya, beberapa
kelompok siswa cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang
tengah dikerjakan dan semangat kerja/belajar rendah. b. Desain Kegiatan
Belajar Mengajar: 1) menyusun silabus yang disesuaikan dengan karakteristik
materi; dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat;
176
2) menyusun RPP disesuaikan dengan karakteristik, potensi, kebutuhan dan
keinginan siswa. 3) strategi pembelajaran: a) memilih cara belajar mengajar
yang efektif; b) menggunakan metode yang bervariasi; c) memberikan
contoh yang baik terhadap siswa, 4) pengembangan sumber belajar:
memanfaatkan kelas dan masjid, 5) pengembangan bahan ajar: membuat
buku diklat/rangkuman.
2. Pelaksanaan Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan
Agama Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: a. Tindakan-tindakan
dalam Manajemen Kelas: 1) membuat buku diklat/rangkuman; 2) memotivasi
siswa agar konsentrasi pada pelajaran, 3) merangsang siswa agar aktif di
kelas. b. Iklim/suasana kelas: 1) ruang kelas cukup memadai; 2) pengaturan
tempat duduk dibuat bervariasi; 3) ventilasi, pengaturan cahaya serta
penyimpanan barang-barang di dalam kelas baik, c. Metode Pembelajaran:
ceramah, drill, tanya jawab interaktif, dan peragaan, disesuaikan dengan
kondisi pada saat itu. d. Media Pembelajaran: buku, Lembar Kerja Siswa
(LKS), LCD, dan OHP, memfasilitasi siswa dalam belajar. e. Pola interaksi: baik
(interaksi edukatif antara personal).
3. Evaluasi Manajemen Kelas dalam Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama
Islam SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen adalah: meningkatkan hasil belajar
siswa.
177
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memberikan saran-saran
sebagai berikut:
1. Bagi SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen
Penulis mempunyai harapan agar pelaksanaan manajemen kelas yang
ada di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen di masa yang akan datang akan
menjadi lebih baik dari masa sekarang yaitu dapat meningkatkan penerapan
pelaksanaan manajemen kelas yang lebih efektif lagi sesuai dengan situasi
dan kondisi tertentu.
2. Bagi Siswa-siswi
Diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran pada dirinya masing-
masing untuk dapat belajar dengan giat dan sungguh-sungguh sesuai dengan
cara/metode yang diberikan guru melalui bimbingan atau pengarahan.
Sebagai siswa yang baik, harus ikut bertanggung-jawab dan berperan aktif
dalam proses pendidikan agar manajemen kelas dapat berjalan efektif sesuai
dengan apa yang kita harapkan bersama.
178
3. Bagi Sekolah Lainnya
Diharapkan bagi sekolah lain menjadikannya sebagai contoh
pemikiran dan pelaksanaan bagi perkembangan mutu kegiatan proses belajar
mengajar secara efektif melalui manajemen kelas yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu & Joko Tri Prasetyo. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
____________, Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Bahri, Syaiful Djamarah. 2005. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
_________ & Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fattah, Nanang. 2009. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Komariah, Aan & Cepi Triatna. 2006. Visionary Leadership: Menuju Sekolah Efektif.
Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standart
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
179
Majid, Abdul & Dian Andayani. 2006. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi:
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Marno, Siti Kusrini & Sutiah. 2009. Ketrampilan Dasar Mengajar (PPL 1). Malang:
Fakultas Tarbiyah.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi. 2009. Classroom Management. Malang: UIN-MALANG PRESS.
Mulyasa. E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
________. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution S. 2006. Metode Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.
Partanto, Pius A & M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola.
Redaksi Sinar Grafika. 2008. UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No.20 Tahun.
2003). Jakarta: Sinar Grafika.
Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
__________& Abu Ahmadi. 1991. Pedoman Penyelenggaraan Administrasi
Pendidikan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Saroni, Muhammad. 2006. Manajemen Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Sunaryo. 1989. Strategi Belajar Mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Malang: IKIP
Malang.
Surachmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito.
180
Suryabara, Sumadi. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Uzer, Moh. Usman. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosdakarya. cet.IV.
Yasin, A. Fatah. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN-PRESS
MALANG.
Zuhairini & Abdul Ghofir. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Malang: Universitas Negeri Malang.
181
LAMPIRAN-LAMPIRAN
182
KEMENTERIAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MALANG (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULATS TARBIYAH
Jln. Gajayana 50 Tlpn. (0341) 551354 Faks (0341) 572533 Malang 65144
BUKTI KONSULTASI
Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati
NIM/ Jurusan : 06110040/ PAI
Pembimbing : Marno, M.Ag
Judul Skripsi : Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar
Mengajar PAI di SMA Muhammadiyah 1 Kepanjen Malang.
No. Tanggal Materi Konsultasi Ttd Pembimbing
183
1
4 Maret 2010 Konsultasi Awal (Proposal)
2
9 Maret 2010 Konsultasi Bab I, Bab II, Bab III
3
16 Maret 2010 Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab
III
4 17 Maret 2010
Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab
III
5 23 Maret 2010
Konsultasi Revisi Bab I, Bab II, Bab
III
6 24 Maret 2010
ACC Bab I, Bab II, Bab III
7 29 Maret 2010
Konsultasi Bab IV
8 30 Maret 2010
Konsultasi Revisi Bab IV
9 31 Maret 2010
Konsultasi Revisi Bab IV
10 8 April 2010
Konsultasi Bab V
11 9 April 2010
Konsultasi Revisi BabV
12 28 Mei 2010
Konsultasi Bab VI
13 12 Juni 2010
Konsultasi Revisi Bab VI
14 9 Juli 2010
Konsultasi Skripsi Keseluruhan
15 12 Juli 2010
ACC
Malang, Juli 2010
Dekan
184
Dr. H. M. Zainuddin, MA
NIP. 196205071995031001
KKEEMMEENNTTEERRIIAANN AAGGAAMMAA
UUNNIIVVEERRSSIITTAASS IISSLLAAMM NNEEGGEERRII MMAAUULLAANNAA MMAALLIIKK IIBBRRAAHHIIMM MMAALLAANNGG
FFAAKKUULLTTAASS TTAARRBBIIYYAAHH JJaallaann GGaajjaayyaannaa NNoo.. 5500 TTeelleeppoonn ((00334411)) 555522339988 FFaakkssiimmiillee ((00334411))
555522339988
Nomor : Un. 3.1/TL.00/114/2010 19 Pebruari 2010
Lampiran : 1 (satu) berkas proposal
Perihal : Penelitian
Kepada Kepala SMA Muhamadiyah I
Kepanjen-Malang
di
Malang
185
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini kami mengharap dengan hormat agar mahasiswa di
bawah ini:
Nama : Nafi’ Fadlilah Hayati
NIM : 06110040
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester/ Th. Ak : Genap, 2009/2010
Judul Skripsi : Implementasi Manajemen Kelas dalam
Meningkatkan Efektifitas Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam di SMA Muhamadiyah 1
Kepanjen Malang
dalam rangka menyelesaikan skripsinya, yang bersangkutan mohon
diberikan izin/kesempatan untuk mengadakan penelitian di
lembaga/instansi yang menjadi wewenang Bapak/Ibu.
Demikian atas perkenan dan kerjasama Bapak/Ibu disampaikan terima
kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Dekan,
Dr. H. M. Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001
186
KELAS XI IPA / Semester 1 AL ISLAM
NO Nama L/P
No Induk
NILAI RAPOR KKM /
SKM A B C
agk hrf
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Agung Dwi Pamungkas L 3441 85 80 80 B 80
2 Alen Anggraeni P 3443 86 85 85 B 80
3 Anisa Kasih Abadi P 3445 85 85 85 B 80
4 Arsita Fitri Suhartanti P 3448 85 85 85 B 80
5 Atik Wijayanti P 3449 81 80 80 B 80
6 Defri Sherujadi Felani L 3450 83 85 80 B 80
7 Denik Eva S P 3451 91 90 90 B 80
187
8 Devi Lestari P 3507 80 80 80 B 80
9 Eka Fasi Agustina P 3454 84 85 85 B 80
10 Elys Setyorini P 3456 80 80 80 B 80
11 Enis Elok Ainun Nisa P 3457 84 80 85 B 80
12 Farida Riska P 3458 84 85 85 B 80
13 Fifit Triani P 3459 91 90 85 B 80
14 Girlya Riki Rinenci P 3463 88 85 85 B 80
15 Kusti Chotimah P 3471 88 85 85 B 80
16 Linda Aprilia Setiorini P 3473 86 85 85 B 80
17 Linda Laila P 3474 82 85 85 B 80
18 Mega Himatul Habiba P 3476 86 90 90 B 80
19 Nita Anggraini P 3459 87 85 85 B 80
20 Nur Holilah P 3463 83 80 80 B 80
21 Prisma Anisa Sari P 3486 80 80 80 B 80
22 Reni Eka Purwanti P 3487 93 90 90 B 80
23 Rica Armilia P 3488 90 90 90 B 80
24 Rida Irjila P 3509 96 90 90 B 80
25 Sinta Winda Khotimah P 3494 88 90 85 B 80
26 Siti Robianida P 3496 93 90 90 B 80
27 Siti Rohima P 3497 93 90 90 B 80
28 Siti Rohma P 3498 93 90 90 B 80
29 Umi Nurjanah P 3501 86 85 85 B 80
30 Vokalia Meygawati P 3502 84 85 85 B 80
31 Widya Astutik P 3504 92 90 90 B 80
KELAS XI IPS / Semester 1
AL ISLAM
NO Nama L/P
No Induk
NILAI RAPOR KKM /
SKM A B C
agk hrf
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Ahmad Asrori Wibowo L 3442 81 80 86 B 80
2 Ana Rosdiana P 3444 82 85 84 B 80
188
3 Andri Setyo Suyono L 80 80 75 B 80
4 Ara Osiris P 3511 82 80 80 B 80
5 Arief Efendi L 3447 80 75 75 B 80
6 Ari Darmawangsyah L 3446 82 80 80 B 80
7 Desinta Putri Amalia P 3452 85 85 85 B 80
8 Diana Indrawati P 3453 85 80 85 B 80
9 Elok Eka Pertiwi P 3455 90 80 85 B 80
10 Farid Permana L 3510 80 75 70 C 80
11 Fitri Aprolia P 3461 87 80 85 B 80
12 Gatut Pringgo Utomo L 3462 80 75 75 B 80
13 Iga Maya Sari P 3465 86 85 80 B 80
14 Ika Kristiana P 3466 84 85 80 B 80
15 Ilham Bahrudin R L 3467 83 80 80 B 80
16 Imam Dzakarsih L 3468 80 70 70 C 80
17 Irfan Ardiansyah L 3469 85 85 80 B 80
18 Khoirul Rizal Imami L 3470 80 80 75 B 80
19 Lia Wulandari P 3472 85 85 80 B 80
20 Moh. Atok Illah L 3477 85 85 80 B 80
21 Murni Diah Puspita Sari P 3478 83 80 80 B 80
22 Nensi Wulandari P 3479 82 80 80 B 80
23 Nur Susilo Wati P 3483 84 85 85 B 80
24 Nurhadi Wijianto L 3481 80 70 70 C 80
25 Perri Setyopurnomo L 3484 84 80 80 B 80
26 Rega Randa Kurniawan L 3485
80 75 75 B 80
27 Rosi Lestiawan L 3489 80 85 80 B 80
28 Rudi Santoso L 3490 80 80 75 B 80
29 Sabti Desy Wulansari P 3491 87 85 85 B 80
30 Saiful Anwar L 3492 80 75 75 B 80
31 Siska Nurhayati P 3495 84 80 80 B 80
32 Sulistyowati P 3499 83 85 85 B 80
33 Tantyo Prawirahadi L 3500 80 80 75 B 80
34 Wawan Harianto L 3503 80 80 75 B 80
35 Yuli Prihandini P 3506 83 85 80 B 80
189
36 Zulfatul Khoiriyah P 3508 83 85 80 B 80
37 Satria Bagus L 80 70 70 C 80
38 Wahyu Ika P 85 85 85 B 80
39 Alif Safitri P 81 80 80 B 80
40 Sandi Prasetya Arisona L
80 70 70 C 80 41 Yusufa Ita Kumala P 3562 KS 80
INSTRUMEN PENELITIAN
A. INTERVIEW
a. Informan: Kepala Sekolah
1. Bagaimana profil SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
2. Bagaimana visi dan misi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
3. Bagaimana struktur organisasi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
4. Bagaimana keadaan guru SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
5. Bagaimana keadaan siswa-siswi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
6. Bagaimana keadaan sarana dan prasarana SMA 1 Muhamadiyah Kepanjen?
190
7. Kurikulum seperti apa yang digunakan pada pengelolaan kelas Pendidikan
Agama Islam?
8. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam?
9. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar Pendidikan Agama Islam?
b. Informan: Guru PAI
Rumusan Masalah 1
1. Bagaimana perencanaan manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan Agama
Islam di SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen?
2. Bagaimana perencanaan strategi mengajar Pendidikan Agama Islam?
3. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan
silabus?
4. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan RPP?
5. Bagaimana desain proses belajar mengajar terkait dengan penyusunan
perangkat dan instrumen lainnya yaitu instrumen keras (hardware), seperti
gedung perlengkapan belajar, alat-alat praktikum, perpustakaan, dsb dan lunak
(software), seperti kurikulum, prota, promes, bahan/program yang harus
dipelajari, pedoman belajar, dsb.?
6. Bagaimana pengembangan sumber belajar dan bahan ajar Pendidikan Agama
Islam?
Rumusan Masalah 2
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan Agama
Islam?
2. Apa saja masalah siswa yang terjadi ketika berlangsungnya proses belajar
mengajar di dalam kelas?
191
3. Bagaimana usaha preventif yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut?
4. Metode apa yang digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung?
5. Apakah metode yang digunakan mencapai sasaran yang komprehensip siswa?
6. Media apa yang digunakan ketika proses belajar mengajar berlangsung?
7. Bagaimana respon & reaksi siswa ketika proses belajar mengajar
berlangsung?
8. Kurikulum seperti apa yang dipergunakan pada pengelolaan kelas Pendidikan
Agama Islam?
9. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar mengajar?
10. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar?
11. Bagaimana suasana kelas ketika proses belajar mengajar berlangsung?
12. Bagaimana keadaan ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar?
13. Bagaimana pengaturan tempat duduk siswa ketika proses belajar mengajar
berlangsung?
14. Bagaimana ventilasi dan pengaturan cahaya serta pengaturan penyimpanan
barang-barang di dalam kelas?
15. Bagaimana pola interaksi yang terjadi di dalam kelas ketika proses belajar
mengajar berlangsung?
16. Bagaimana pula pola interaksi yang terjadi di luar kelas?
17. Apakah kedua interaksi tersebut dapat membangkitkan semangat/motivasi
belajar siswa?
Rumusan Masalah 3
1. Bagaimana sistem evaluasi manajemen/pengelolaan kelas Pendidikan
Agama Islam?
2. Jenis evaluasi apa yang Anda gunakan untuk mengevaluasi hasil belajar
siswa? Apa kelebihan dan kekurangannya?
192
3. Apakah tujuan umum diadakannya evaluasi?Mengapa?
4. Apakah tujuan khusus diadakannya evaluasi?Mengapa?
5. Bagaimana tindak lanjut dari hasil evaluasi?
Informan: Siswa Kelas XI
1. Bagaimana proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di kelas?
2. Apakah metode, sarana & prasarana yang digunakan guru mampu
membantu kelancaran proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam di
kelas?
3. Bagaimana pola interaksi antara siswa dan guru selama berlangsungnya
pelaksanaan proses belajar mengajar?
4. Apakah pola interaksi tersebut dapat membangkitkan semangat/motivasi
belajar?
5. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan proses belajar
mengajar?
6. Kendala-kendala apa saja yang muncul selama berlangsungnya pelaksanaan
proses belajar mengajar?
7. Bagaimana mengatasi setiap kendala yang muncul dalam pelaksanaan
proses belajar mengajar?
B. DOKUMENTASI
1. Profil SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
2. Visi dan misi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
3. Struktur organisasi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
4. Daftar guru SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
5. Daftar siswa-siswi SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
6. Daftar sarana dan prasarana SMA Muhamadiyah 1 Kepanjen
7. Daftar mata pelajaran
193
8. Kalender pendidikan
9. Perangkat pembelajaran (prota, promes, RPP, Silabus)
10. Kegiatan ekstrakurikuler
11. Daftar nilai siswa
DOKUMENTASI
Foto Wawancara dengan Kepala Sekolah
Foto Wawancara dengan Guru PAI/Keislaman
Foto Wawancara dengan Kepala Sekolah
Foto Wawancara dengan Guru PAI/Keislaman
194
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
195
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
196
Foto Wawancara dengan Siswa Kelas XIFoto Wawancara dengan Siswa Kelas XI
Foto Proses KBM di Kelas XI
197
Foto Proses KBM di Kelas XI
Foto Proses KBM di Kelas XI
198
Foto Proses KBM di Kelas XI
Foto Proses KBM di Kelas XI
199
Nafi’ Fadlilah
27 September 1987.
semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat
bersaudara, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya
dimulai pada taman sekolah anak
tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro
pada tahun 1994 sampai tahun
kecamatan Pasirian pada tahun 2000
SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang pada tahu
Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al
UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu
semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,
INOVASI UAPM (Unit Aktivitas Pers Mahasiswa) UIN
1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8
Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan
pendidikan, khususnya Pendidikan Islam.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nafi’ Fadlilah Hayati, S.PdI., lahir di Candipuro-Lumajang,
September 1987. Mahasiswi yang tengah menempuh S
semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat
ra, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya
dimulai pada taman sekolah anak-anak, TK Dharma Wanita pada tahun 1992 sampai
tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro
pada tahun 1994 sampai tahun 2000. Sekolah menengah pertama, SMP N 1 Pasirian
kecamatan Pasirian pada tahun 2000-2003, dilanjutkan pada tahun 2003
SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang pada tahun 2006-2010.
Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al
UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu
semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,
t Aktivitas Pers Mahasiswa) UIN MALIKI Malang. Setelah lulus S
1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8
Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan
pendidikan, khususnya Pendidikan Islam.
200
Lumajang,
Mahasiswi yang tengah menempuh S-1
semester akhir ini merupakan anak kedua dari empat
ra, dari pasangan Amiruddin (alm.) dan Hutimah. Jenjang pendidikannya
anak, TK Dharma Wanita pada tahun 1992 sampai
tahun 1994. Dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN Sumberejo 1 kecamatan Candipuro
2000. Sekolah menengah pertama, SMP N 1 Pasirian
2003, dilanjutkan pada tahun 2003-2006 di
SMA N 1 Lumajang. Pendidikan sarjana diselesaikan di jurusan Pendidikan Agama
Mahasiswi yang menetap selama dua tahun di Ma’had Sunan Ampel Al-Aly
UIN Maliki Malang ini pernah aktif di JDFI devisi kaligrafi Ma’had selama satu
semester. Saat menempuh semester tiga dan empat, aktif di omik jurnalistik,
Malang. Setelah lulus S-
1, mahasiswi yang kemudian menetap di Jl. Simpang Sunan Kalijaga Kavling 8
Malang ini akan kembali ke tanah kelahiran dengan membawa misi untuk kemajuan