LESSON STUDY SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN
PROFESIONALITAS GURU PAI DI SMP NEGERI 1
KRAMATWATU SERANG-BANTEN
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd. I)
Oleh
TUTI ALIAH
NIM 109011000097
\
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
v
ABSTRACTION
Tuti Aliah (NIM: 109011000097)
Lesson Study As Effort of Improvement Profesionalitas Teacher of Islamic
Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-
Banten
This research aim to tknow how process of execution of lesson study as
effort of Improvement Profesionalitas learn the Islamic Religion Education,
knowing impact of execution of lesson study MGMP conducted by teacher of
Islamic Religion Education, and to know the supplementary factor and resistor in
execution of lesson study. This research have been conducted at November 2013
in State Junior High School 1 Kramatwatu Serang-Banten.
To obtain get the information under consideration this Research, writer use
the descriptive research method. As for research type in this writing script is
qualitative. Later Then in technique of data collecting of writer conduct three
technique of data collecting namely observation, interview and documentation.
Later Then data which have been got from third the technique analysed to use the
analysis model told by Miles and Huberman namely model the data analysis emit
a stream of the (flow model the). Data collecting, reduce the data, presentation of
data and conclusion withdrawal.
Result of research of pursuant to data from observation, interview and
documentation indicate that the process of execution lesson study base on the
MGMP Islamic Religion Education in State Junior High School 1 Kramatwatu
Serang-Banten can be executed better and get the good support from all teachers,
student and also headmaster. Affect from execution of lesson study which have
been conducted by existence of partner which mutual of among teacher of subject
Islamic Religion Education with the other partner school teacher, giving
understanding to all teacher of about its his important is study study as base of is
Improvement of attitude profesionalitas which he own so that four interest:
interest pedagogik, social, professional, personality which dimliki teacher can
mount and expand. At subject of Islam education Learn the teacher of Islamic
Religion Education more inovatif, study method more varying and more relevant
to storey; level of student ability. While constraint faced in course of execution
start from planning phase (plan), come up with the phase refleksi (See) is problem
of time and expense limited for the melaksankan of return the activity of lesson
study chronically.
Keyword: Lesson Study, Profesionalitas, Teacher of Islamic Religion
Education
TUTI ALIAH (PAI)
v
ABSTRAK
Tuti Aliah (NIM: 109011000097).
Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP
Negeri Kramatwatu Serang-Banten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pelaksanaan
lesson study sebagai upaya peningkkatan profesionalitas guru PAI, mengetahui
dampak pelaksanaan lesson study MGMP yang dilakukan guru PAI, dan untuk
mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study.
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2013 di SMP Negeri 1
Kramatwatu Serang-Banten
Untuk memperoleh informasi dalam pembahasan skripsi ini, penulis
menggunakan metode penelitian deskriptif. Adapun jenis penelitian dalam penulisan
skripsi ini adalah kualitatif. Kemudian dalam teknik pengumpulan data penulis
melakukan tiga teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara dan
dokumentasi. Kemudian data-data yang telah didapat dari ketiga teknik tersebut
dianalisis menggunakan model analisis yang dikatakan oleh Miles dan Huberman
yakni model analisis data mengalir (flow model). Pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian berdasarkan data dari observasi, wawancara dan dokumentasi
menunjukkan bahwa proses pelaksanaan lesson study berbasis MGMP PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten dapat terlaksana dengan baik dan mendapat
dukungan baik dari para guru-guru, siswa serta kepala sekolah. Dampak dari
pelaksanaan lesson study yang telah dilakukan terjalinya kemitraan yang mutual
antara guru mata pelajaran PAI dengan guru sekolah mitra yang lain, memberikan
pemahaman bagi para guru tentang pentingnya pengkajian pembelajaran sebagai
dasar peningkatan sikap profesionalitas yang ia miliki sehingga empat kompetensi:
kompetensi pedagogik, sosial, profesional, kepribadian yang dimliki guru dapat
meningkat dan berkembang. Pada mata pelajaran pendidikan agama Islam Guru PAI
lebih inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap
tingkat kemampuan siswa. Sedangkan kendala yang dihadapi dalam proses
pelaksanaan mulai dari tahap perencanaan (plan), sampai pada tahap refleksi (see)
ialah persoalan waktu dan biaya terbatas untuk melaksankan kembali kegiatan lesson
study secara berkesinambungan.
Kata Kunci: Lesson Study, Profesionalitas, Guru PAI
TUTI ALIAH (PAI)
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang
menggenggam setiap kejadian, penyempurna setiap kebahagiaan, tempatku bersandar
dan bersyukur atas seluruh nikmat tanpa batas. Shalawat dan Salam senantiasa
menyelimuti baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, sahabat, dan
pengikut sampai akhir zaman.
Selama penulisan skripsi yang berjudul Lesson Study sebagai Upaya
Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
Menyadari bahwa dalam menghantarkan penyelesaian skripsi ini, banyak pihak yang
telah memberikan kesempatan bimbingan, dukungan serta bantuan baik moril
maupun materil kepada penulis. Sudah menjadi kepatutan sebagai ungkapan rasa
terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua pihak yang
berjasa, yaitu:
1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag dan Hj. Marhamah Saleh, Lc., MA., Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam beserta segenap dosen
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama
mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah beliau berikan mendapatkan
keberkahan dari Allah SWT.
3. Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag., Pembimbing skripsi yang penuh keikhlasan
dalam membagi waktu, tenaga dan pikiran beliau dalam upaya memberikan
bimbingan, petunjuk, serta mengarahkan penulis dalam proses mengerjakan
skrpsi ini dengan sebaik-baiknya.
4. Drs. Abdul Haris, M.Ag., Dosen penasihat akademik penulis yang telah banyak
memberikan nasihat sekaligus motivasi bagi penulis mulai dari semester pertama
hingga semester akhir.
vii
5. Yana Suryana, M.Pd., Kepala sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang
beliau pimpin.
6. Seluruh dewan guru SMP Negeri 1 Kramatwatu khususnya Detty Herawati, S.Ag
guru Pendidikan Agama Islam dan Rodiyah, S.Pd.I pengurus lesson study
MGMP PAI yang menjadi responden dalam wawancara tentang masalah
penelitian penulis.
7. Kedua orang tua, yang selalu penulis banggakan yang telah memberikan
dukungan secara moril dan materil. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
cinta yang mereka berikan kepada penulis.
8. Kakakku Herlina, Lukman Hakim, dan Muhammad Sulpan, terimakasih atas doa
dan dukungannya selama ini, serta telah memberi keceriaan yang mampu
menghilangkan penatku.
9. Sahabat-sahabatku, Uun Choerunnisa, Hilda, Newa, Karmila dan Lina.
Terimakasih atas doa, dukungan, bantuan dan kebersamaan selama ini yang
kalian berikan.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuan yang sangat bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “Jazakumullah Ahsanal
Jazaa” semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Jakarta, 19 April 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI .......................................... iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 11
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 12
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 12
F. Tujuan Penelitian ......................................................................... 13
G. Manfaat Penelitian....................................................................... 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori ............................................................................... 15
1. Classroom Action Research dan Lesson Study ....................... 15
a. Sejarah Lesson Study ......................................................... 20
b. Pengertian Lesson Study .................................................... 21
c. Konsep Lesson Study ......................................................... 23
d. Tahapan Lesson Study ........................................................ 26
1) Perencanaan (Plan) ...................................................... 26
2) Pelaksanaan (Do) ......................................................... 27
3) Refleksi (See) .............................................................. 27
ix
e. Manfaat Lesson Study .................................................... 29
f. Kelebihan Lesson Study ..................................................... 30
2. Profesionalisme Guru ............................................................. 31
a. Pengertian Profesi ............................................................. 31
b. Pengertian Profesionalisme .............................................. 33
c. Pengertian Profesional ...................................................... 34
d. Guru Profesional ............................................................... 35
e. Prinsip Profesional ............................................................ 36
f. Kompetensi Guru ............................................................... 37
1) Pengertian Kompetensi ................................................. 37
2) Macam-macam Kompetensi Guru ................................ 40
a) Kompetensi Pedagogik ............................................. 40
b) Kompetensi Kepribadian .......................................... 42
c) Kompetensi Sosial .................................................... 43
d) Kompetensi Profesional ........................................... 44
3. Pendidikan Agama Islam ....................................................... 45
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam ................................ 45
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam ..................................... 47
B. Penelitian yang Relevan ........................................................... 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 50
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 50
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data .............................. 51
1. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 51
2. Teknik Analisis Data .............................................................. 55
3. Pemeriksaan Keabsahan Data ................................................. 56
D. Teknik Penulisan ......................................................................... 57
x
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ............................................................................. 58
B. Lesson Study sebagai Upaya Penigkatan Profesionalisme Guru
PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ............... 61
1. Implementasi Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu
Serang-Banten .................................................................... 61
a. Tahapan Lesson Study ....................................................... 62
1) Perencanaan (Plan) ..................................................... 62
2) Pelaksanaan (Do) ........................................................ 63
3) Refleksi (See) .............................................................. 65
b. Manfaat Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramat
watu Serang-Banten ............................................................... 66
2. Dampak Lesson Study terhadap Profesionalitas Guru PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ........................................ 67
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Lesson
Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................... 73
B. Implikasi ....................................................................................... 74
C. Saran ............................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76
LAMPIRAN .................................................................................................... 81
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pendekatan Follow-Up IMSTEP ................................................. 10
Gambar 2.1 Siklus Pengkajian dalam Lesson Study di Indonesia .................... 29
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Data Model Mengalir ............... 55
Gambar 4.1 Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang
-Banten ......................................................................................... 58
Gambar 4.2 Hasil Observasi (Perencanaan) Plan ........................................... 58
Gambar 4.3 Hasil Observasi (Pelaksanaan) Do .............................................. 59
Gambar 4.4 Hasil Observasi (Refleksi) See .................................................... 59
Gambar 4.5Aktivitas Mengajar Guru .............................................................. 60
Gambar 4.6 Hasil Observasi Guru .................................................................. 60
Gambar 4.7 Hasil Wawancara ......................................................................... 60
Gambar 4.8 Aktivitas Belajar Siswa Kelas VIII A ......................................... 60
Gambar 4.9 Hasil Observasi Siswa Kelas VIII A ........................................... 60
Gambar 4.10 Gambaran Umum dan Tujuan Utama Lesson Study serta Hubungannya
dengan Kompetensi .......................................................................................... 70
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Profil Lembaga Sekolah ................................ 81
Lampiran 2 Lembar Observasi Guru .................................................................. 89
Lampiran 3 Lembar Observasi Siswa ................................................................ 91
Lampiran 4 Format Observasi Siswa ................................................................. 93
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru ................................................ 96
Lampiran 6 Laporan Lesson Study MGMP PAI SMP N 1 Kramatwatu ........... 98
Lampiran 7 RPP Pendidikan Agama Islam (Meningkatkan Keimanan kepada Rasul
Allah) .......................................................................................... 100
Lampiran 8 Lembar Uji Referensi .................................................................. 103
Lampiran 9 Surat Bimbingan Skripsi .............................................................. 108
Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 109
Lampiran 11 Surat Keterangan Observasi Sekolah ........................................ 110
Lampiran 12 Biodata Penulis .......................................................................... 111
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan di Indonesia dianggap masih rendah oleh banyak
kalangan. Upaya peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem. Subsistem dalam
suatu sistem mutu pendidikan adalah guru. Para guru di Indonesia menyadari
bahwa jabatan guru adalah suatu profesi terhormat dan mulia. Guru
mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia, serta menguasai IPTEK dalam mewujudkan
masyarakat yang berkualitas.
Guru sebagai pendidik mempunyai tuntutan untuk selalu berusaha
meingkatkan kualitas kompetensi. Peningkatan kualitas kompetensi ini dapat
terwujud pada saat ilmu pengetahuan yang guru miliki bisa berkembang dan
meningkat. Dalam hal ini terlihat jelas peran pendidikan sangatlah penting.
Dengan adanya pendidikan seseorang bisa meningkatkan keilmuan yang
dimlikinya. Pada dasanya manusia dilahirkan dalam keadaan yang belum
mengetahui apa-apa. Hal ini jelas tertulis dalam Firman Allah QS: An-Nahl
ayat 78.1
1Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 276.
2
“Dan Allah Mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu pandangan, pengelihatan,
dan hati nurani, agar kamu bersyukur (QS: An-Nahl 16: 78)
Dalam firman Allah SWT di atas dijelaskan bahwa, selain dari penciptaan
manusia yang dilahirkan dari rahim ibu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, namun Allah SWT memberikan panca indra dan hati nurani
kepada manusia. Bukti tanda syukur seorang hamba kepada Dzat yang telah
menciptakannya adalah senantiasa memanfaatkan sekaligus meningkatkan
apa yang sudah diberi oleh-Nya dengan sebaik mungkin dan manusia dapat
berusaha untuk mengubah keadaaan yang awalnya tidak mengetahui sesuatu
apa pun menjadi makhluk ciptaan Allah yang berilmu. Manusia yang berilmu
adalah manusia yang selalu ingin tahu tentang hal apapun dari apa yang
dilihat dan dirasa guna menambah dan meningkatkan pengetahuan yang
dimiliknya.2 Salah satu diantara dalil yang menunjukan keutamaan ilmu dan
orang yang berilmu terdapat dalam potongan ayat Al-Qur’an. Firman Allah
SWT dalam QS: Az-Zumar ayat 9.3
. . . . . . .
". . . . . . Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang
berakallah yang dapat menerima pelajaran".(QS: Az-Zumar 39: 9)
2Abu Zakaria, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui, “www.assunnahSurabaya.wordpress.com, 24 April 2014. 3Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 460.
3
Dalam potongan ayat di atas Allah menyuruh Rasulullah SAW untuk
bertanya “Apakah sama orang yang mengetahui dan orang yang tidak
mengetahui?” ini adalah pertanyaan yang tidak perlu dijawab karena sudah
pasti berbeda antara keduanya. Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
menjelaskan ayat di atas di awal bab “Keutamaan Ilmu” dalam “Kitabul
Ilmi” beliau. Diantaranya beliau berkata “tidak sama orang yang berilmu
dan tidak berilmu sebagaimana tidak sama orang yang hidup dengan yang
mati, yang mendengar dengan yang tuli, yang melihat dengan yang buta.
Ilmu adalah cahaya yang dengannya manusia keluar dari kegelapan
menuju cahaya. Dengan ilmu, Allah mengangkat/melebihkan siapa yang
dikehendakiNya dari para makhlukNya. Allah SWT menjamin derajat
seorang hamba yang beriman dan berilmu. Hal ini disebutkan dalam
firman Allah dalam QS: Al-Mujadilah ayat 11.4
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS: Al-
Mujadilah 58: 11)
“Manusia yang berilmu akan dapat bermanfaat bagi
dirinya dan orang lain. Manusia adalah makhluk sosial maka
keberadaan dari hadirnya harus bermanfaat, tidak hanya
manfaat untuk dirinya namun untuk orang lain. Sebagaimana
petikan hadits Rasullah SAW yang diriwayatkan oleh Jabir
sebagai berikut”:5
ر الناس انفعهم للناس )رواه الطبرني و الدارقطني(. خي . . . . .
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia
(HR: Thabrani dan Daruquthni).
Agar manusia dapat bermanfaat bagi sesamanyaa maka manusia
harus berilmu pengetaahuan. Ilmu pengetahuan tersebut bisa didapat dari
4
Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002), h. 544. 5Risalah Islam, dan Dasar-dasar Islam, http://www. RisalahIslam.com, 24 April 2014
4
pendidikan. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk
segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya
kualitas pembelajaran. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya
yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di
sekolah adalah mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta
didik dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang
berkelanjutan. Kegiatan belajar dan mengajar merupakan kegiatan paling
pokok dalam keseluruhan proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa
pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar
mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional. Setiap kegiatan
pembelajaran akan melibatkan dua pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru
sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain
secara sengaja, sistematis, dan berkesinambungan. Sedangkan siswa sebagai
peserta didik merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang
diciptakan guru.6
Depdiknas mengatakan yang dikutip oleh Ibrohim dalam modulnya yang
berjudul Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG /MGMP bahwa sampai
saat ini pembangunan Pendidikan Nasional belum mencapai hasil sesuai yang
diharapkan, terutama terkait dengan pemasalahan pemerataan akses dan
kualitas pendidikan. Secara eksternal, komponen pendidikan yang secara
signifikan berpengaruh terhadap rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
diantaranya ketersediaan pendidik dan tenaga kependidikan yang belum
memadai secara kuantitas dan kualitas dan proses pembelajaran yang belum
efesien dan efektif.7
Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil
pendidikan adalah guru. Sebagai pendidik profesional, guru memiliki peran
penting dalam pendidikan. Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru diakui sebagai jabatan
6Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 378.
7Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010),
h. 4.
5
profesional hal ini sekaligus mengangkat harkat dan martabat guru yang
sungguh luar biasa bila dibandingkan dengan profesi di kalangan pegawai
negeri sipil.8 Guru bukan hanya sebagai pengajar materi yang mengisi
kognitif siswa, tetapi juga sebagai pendidik yang mampu membimbing dan
mengembangkan siswa sesuai dengan bakat masing-masing. Di dalam kelas
terdiri dari tipe dan kemampuan siswa yang berbeda-beda, oleh sebab itu
tugas pendidik mengupaya mengembangkan siswa berdasarkan kemampuan
yang dimilikinya masing-masing dari segi kognitif, apektif, dan
psikomotorik. 9
Guru sebagai profesi, selain memiliki peran dan tugas sebagai pendidik
juga memilik tugas melayani masyarakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan
profesionalnya adalah memberikan layanan yang optimal dalam bidang
pendidikan kepada masyarakat. Lebih khusus, guru dituntut memberikan
layanan profesionalnya kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Keahlian guru dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan
diperoleh setelah menempuh pendidikan keguruan tertentu, dan kemampuan
tersebut tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak
pernah mengikuti pendidikan keguruan. 10
Para guru di Indonesia idealnya selalu tampil secara profesional dengan
tugas utamanya adalah mendidik, membimbing, melatih, dan
mengembangkan kurikulum (perangkat kurikulum), sebagaimana bunyi
prinsip “Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani.” Artinya seorang guru bila di depan memberikan suri teladan
(contoh) di tengah memberikan prakarsa di belakang memberikan
dorongan atau motivasi. Guru yang profesional merupakan faktor penentu
proses pendidikan yang berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional,
para guru harus mampu menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri
sesuai dengan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.11
Upaya guru mendidik, membimbing, mengajar dan melatih anak didik
bukan suatu hal yang mudah. Pekerjaan ini membutukan pengalaman yang
8Subjianto, Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen,
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 13, 2007, h. 696.
9Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 34.
10
Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik, (Bandung:
Ghalia Indonesia, 2010), Cet. I, h. 7.
11Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), h. 15.
6
banyak dan keseriusan, disana-sini masih juga terdapat kejanggalan dan
kekurangan, sang guru berupaya mengurangi sedikit mungkin kekurangan
dan kesalahan didalam mengembangkan tugas sebagai pendidik, pepatah
khusus sering diistilahkan sebagai “jiwa bagi tubuh” pendidikan.
Pendidikan tidak akan berarti apa-apa tanpa kehadiran guru. Apapun
model kurikulum dan paradigma pendidikan yang berlaku, gurulah pada
akhinya yang menentukan tercapainya progran tersebut. Sebuah
pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masing-masing guru
di kelas, tenaga pengajar yang profesional akan terukur dan sejauh mana
dia menguasai kelas yang diasuhnya, hingga mengantarkan peserta
didiknya mencapai hasil belajar yang optimal. Dalam pandangan
psikologi belajar, keberhasilan belajar itu lebih banyak ditentukan oleh
tenaga pengajarnya.12
Para ahli pendidikan, pada umumnya memasukan guru sebagai tenaga
profesional. Sebagai pendidik profesional, guru bukan saja dituntut
melaksanakan tugas upaya secara profesioanal, tetapi juga harus memiliki
pengetahuan dan kemampuan profesional karena itu guru sebagai pelaku
utama pendidikan harus berupaya agar dapat menjalankan tugasnya secara
profesional. Namun Peran guru sebagai pendidik profesional akhir-akhir ini
mulai dipertanyakan eksistensinya secara fungsional.13
Selama proses pendidikan masih ada, maka selama itu pula masalah-
masalah tentang pendidikan akan selalu muncul dan kita pun sebagai
pengajar tak akan henti-hentinya untuk terus menyelesaikan,
membicarakan dan memperdebatkan tentang masalah-masalah
kependidikan, mulai dari hal-hal yang bersifat fundamental-filsafah
sampai dengan hal–hal yang sifatnya teknis-operasional. Sebagian besar
permasalahan tentang pendidikan terutama tertuju pada bagaimana upaya
menemukan cara yang terbaik guna mencapai proses pendidikan yang
bermutu.14
Dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional, pemerintah khususnya
melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan terus menerus berupaya
melakukan berbagai perubahahan dan pembaharuan sistem pendidikan. Salah
satu upaya yang sudah dan sedang dilakukan yaitu berkaitan dengan faktor
guru. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
12Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Dapartemen Agama
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 29.
13Abuddin, Nata, Manajement Pendidikan, (Jakarta: Kencana PMG, 2010), h. 156.
14
Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran
Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study, FMIPA
Universitas Malang.
7
pendidikan. Berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah
banyak dilakukan, baik oleh pemerintah maupun oleh berbagai pihak yang
peduli terhadap pembelajaran sekolah. Berbagai upaya tersebut anatara lain
dalam bentuk penataran guru, kulifikasi pendidikan guru, pembaharuan
kurikulum, implementasi model atau metode pembelajaran baru dan penelitian
tentang kesulitas dan kesalahan siswa dalam belajar atau yang sering
dilakukan guru seperti tindakan kelas.15
Keinginan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional harus dimulai
dengan peningkatan mutu guru dan tenaga kependidikan secara umum. Di sisi
lain, salah satu hal yang menyebabkan rendahnya mutu guru adalah karena
rendahnya tingkat kompetensi yang dimiliki guru. Ada empat kompetensi
yang harus dimliki oleh seoarng guru yang profesional meliputi: kompetensi
pedagogik, kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial.
Dalam kualitas guru dapat terlihat dari dua segi, yaitu segi proses dan segi
hasil. Dari segi proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan
sebagian besar peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, dan sosial dalam
proses pembelajaran. Disamping itu, dapat dilihat dari motivasi dan semanagat
mengajarnya, serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru
dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikannya mampu mengubah
prilaku sebagian besar peserta didik ke arah penguasaan kompetensi dasar yang
lebih baik. Untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan berbagai kompetensi
yang harus dimiliki sebagai seorang guru profesional. Dalam masyarakat
berkembang tuntutan terhadap profesionalisme disetiap bidang pekerjaan
menjadi keseharusan. Tuntutan ini diketahui dengan kewajiban memliki
sertifikasi-sertifikasi. Hal yang sama berlaku dibidang pendidikan dalam
rangka meningkatkan profesionalisme guru.16
15J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di
Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan Peningkatan
Kemendiknas, 4, 2011, h. 481. 16
Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012, h. 15, tidak dipublikasikan.
8
Sertifikasi profesi mencakup kompetensi pribadi, kompetensi sosial,
kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional sesuai dengan Pasal 28 PP
No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Pasal 10-11 UU No.
14/2005 tentang Undang-Undang Guru dan Dosen. Pendidikan Nasional yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.17
Melihat bahwa guru yang profesional diyakini sebagai salah satu faktor
yang menentukan terhadap keberhasilan pembelajaran peserta didik. Guru
sebagai pendidik, pengajar, dan pembimbing senantiasa dituntut untuk secara
profesional melaksanakan tugas utamanya sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni. Kualitas guru yang ditunjang oleh kinerja yang profesional
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
pendidikan secara nasional. Oleh karena itu, kedudukan dan peranan guru
sebagai pendidik sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku
peserta didik. Guru senantiasa dapat mempertahankan ketauladanan dan
profesionalismenya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia.
Kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru dan
siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai-nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan keterampilan. Kegiatan pembelajaran,
dalam implementasinya mengenal banyak istilah untuk menggambarkan cara
mengajar yang akan dilakukan oleh guru. Saat ini, begitu banyak macam
strategi ataupun metode pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Istilah model, pendekatan, strategi,
metode, teknik, dan taktik sangat familiar dalam dunia pembelajaran kita,
17
Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru, (Jakarta: GP Press, 2010), h. 26.
9
namun terkadang istilah-istilah tersebut membuat bingung para pendidik. 18
Keterampilan dasar mengajar (teaching skills), merupakan suatu
karakteristik umum dari seseorang yang berhubungan dengan pengetahuan
dan keterampilan yang diwujudkan melalui tindakan. Keterampilan dasar
mengajar (teaching skills) pada dasarnya adalah berupa bentuk-bentuk
perilaku bersifat mendasar dan khusus yang harus dimiliki oleh seorang guru
sebagai modal awal untuk melaksanakan tugas-tugas pembelajarannya secara
terencana dan professional. Keterampilan dasar mengajar guru secara
aplikatif indikatornya dapat digambarkan melalui Sembilan keterampilan
mengajar.19
Seorang guru yang memiliki loyalitas terhadap pekerjaannya senantiasa
akan berusaha meningkatkan kebutuhan akan kemampuan profesionalnya
guna mengimbangi tuntutan pendidikan yang harus berkembang. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, yang salah satunya melalui
peningkatan kompetensi guru, pemerintah Indonesia melaksanakan berbagai
bentuk pelatihan guru dalam jabatan (in-service teacher training) yang
bertujuan membantu guru memperbaiki kualitas mengajar untuk
meningkatkan sikap profesionalnya dengan mendorong mereka secara
kolaboratif agar dapat memperbaiki cara mereka.
Dalam mewujudkan kualitas sumber daya manusia seperti dikemukakan di
atas, adalah merupakan tanggung jawab fungsional Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) dalam mempersiapkan tenaga pendidik dan
kependidikan yang profesional. Tenaga pendidik sesuai dengan Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas
dikemukakan bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan
profesional. Untuk itu profesionalisme guru dituntut agar terus berkembang
sesuai dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang
18Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. III, h. 131. 19
Ibid., h. 80.
10
berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk mampu bersaing baik di forum
regional, nasional, dan internasional.20
Gambar 1.1
Pendekatan Follow-Up IMSTEP
(Sumber: Sumar Hendayana, 2007)
Berdasarkan gambar di atas, peningkatan mutu pendidikan akan dicapai
manakala terjadi kerjasama yang baik antara penyelenggara pendidikan pre-
service, sekolah on service, dan kelompok kerja guru in service. LPTK dapat
menghasilkan calon guru yang bermutu setelah mendapat masukan ke
sekolah untuk melakukan intervensi terhadap siswa sehingga siswa menjadi
aktif belajar. KKG merupakan forum untuk mendiseminasikan hasil inovasi
pembelajaran dan bersama LPTK diharapkan dapat meningkatkan
keprofesionalan guru. Kegiatan pembelajaran di sekolah piloting yang telah
dirintis pada fase IMSTEP terus dikembangkan pada fase follow-up program
IMSTEP melalui kegiatan lesson study. Lesson study yaitu suatu kegiatan
yang berkaitan dengan pembelajaran di sekolah yakni lesson study yang
muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi permasalahan praktik
pembelajaran yang selama ini dipandang kurang bahkan tidak efektif.
20
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas Guru,
(Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 86.
Pre-Service
On-Service
(Sekolah)
Enhancement of
Education
Quality
In-Service
(KKG)
11
Kegiatan pelaksanaanya dilakukan oleh guru yang sadar bahwa proses
pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji dari waktu ke
waktu agar dapat lebih meningkatkan hasil belajar sisiwa. Harapan ideal yang
ingin dicapai dalam kegiatan lesson study ini adalah membangun masyarakat
belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life long learning).
Berdasarkan penjelasan di atas, sangat penting sekali bagi para guru-guru
berusaha mengubah cara mengajar mereka yang konservatif menjadi
pengajaran yang inovatif dengan cara melaksanakan salah satu model
pembelajaran yang menjadi alternatif dalam mengatasi permasalahan praktik
pembelajaran. Model pembelajaran tersebut adalah lesson study. Hasil
observasi awal peneliti di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
menunjukan bahwa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam masih
terlihat proses pembelajaran yang konservatif dimana para guru belum
mencoba melakukan inovasi dengan cara menggunakan metode yang dapat
membuat siswa ikut aktif dalam pembelajaran sehinga terlihat proses
pembelajaran yang monoton dan kurang efektif. Hal ini disebabkan karena
sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru,
terlebih khusus para guru PAI. Dari permasalahan tersebut Kepala Sekolah
bekerja sama dengan guru-guru untuk melaksanakan model pembelajaran
lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (MGMP).
Berdasarkan penjelasan penulis di atas, maka penulis mengambil judul
“Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di
SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten”
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa
pernyataan yang dapat diidentifikasi antara lain sebagai berikut:
1. Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera
dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas
pembelajaran.
12
2. Pencapaian tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar
mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional.
3. Salah satu faktor esensial yang berpengaruh terhadap kualitas hasil
pendidikan adalah guru.
4. Mendidik adalah pekerjaan profesional, karena itu guru sebagai pelaku
utama pendidikan merupakan pendidik profesional.
5. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu
pendidikan.
6. Pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Negeri 1 Kramatwatu
Serang-Banten masih terlihat proses pembelajaran yang konservatif
7. Sikap profesionalitas yang masih kurang ditingkatkan oleh para guru-guru,
terlebih khusus para guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
8. Lesson study merupakan salah satu alternatif guna mengatasi
permasalahan praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang
bahkan tidak efektif
C. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah
Agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan sesuai dengan maksud penulis
yang akan dilakukan, maka perlu adanya pembatasan masalah. Penulis
membatasi masalah pada salah satu model pembelajaran yakni lesson study
sebagai model pembinaan profesi pendidik.
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
pesoalan/masalah yang akan diungkap oleh penulis yaitu:
1. Bagaimana Implementasi Lesson study dalam peningkatan profesionalitas
guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ?
2. Bagaimana dampak Lesson study terhadap peningkatan profesionalitas
guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten ?
3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson
study di SMP Negeri 1 Krmatwatu Serang-Banten ?
13
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
tujuan penulisan skripsi ini ialah :
1. Mengetahui implementasi lesson study dalam peningkatan profesionalitas
guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
2. Mengetahui dampak lesson study terhadap peningkatan profesionalitas
guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson
study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
E. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian kualitatif ini diharapkan akan memberi manfaat,
yaitu:
1. Secara formal untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana program
strata satu (S-1) pada jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Adapun tujuan non formal yaitu ingin memberikan sumbangsih untuk
merperkaya khazanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai pembinaan
salah satu kompetensi yang harus dimliki guru “kompetensi profesional”
melalui model pembinaan yang disebut Lesson study.
3. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan,
wawasan dan pengetahuan bagi penulis khususnya dan bagi yang membaca
umumnya mengenai salah satu model pembinaan profesi pendidik (Lesson
study).
4. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pendidik
maupun calon pendidik yang ingin menjadi guru yang profesional, serta
menjadi bahan informasi dan pengetahuan tentang proses pelaksanaan lesson
study yang merupakan salah satu model pembelajaran kontemporer.
5. Kegunaan bagi penulis adalah untuk memperkaya wawasan ilmu
khususnya dalam bidang pendidikan
14
6. Sebagai sumbangan data ilmiah mengenai model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru profesional.
7. Dengan penelitian ini penulis berharap para pendidik dapat memahami
lebih jauh tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat guna
meningkatkan kompetensi yang ia miliki.
15
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Classroom Action Research dan Lesson study
Classroom action research yang sering disebut dengan penelitian
tindakan kelas di Indonesia belum lama dikenal. Baru pada sekitar tahun
80-an pemerintah menggalakannya untuk dilaksanakan oleh guru sebagai
upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengertian tindakan kelas
berkembang dari penelitian tindakan. Oleh karena itu untuk memahami
pengertian classroom action research ini perlu kita telusuri pengertian
action research. Kemmis mengatakan action research adalah “suatu bentuk
penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi
sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka”.1
Pertama kali Classroom action research diperkenalkan oleh Kurt
Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen
Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt. Pada awalnya
classroom action research menjadi salah satu model penelitian yang
dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan
pekerjaannya, seperti pada bidang pendidikan. Salah ssatu contoh pekerjaan
utama pada bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani
bimbingan dan konseling serta mengelola sekolah. Dengan demikian yang
1Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 23.
16
menjadi subjek penelitian adalah situasi kelas, individu siswa atau di
sekolah.2
Classroom action research adalah action research yang dilakukan
dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.
Classroom Action Research berfokus pada kelas atau pada proses belajar
mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus, materi dan
lain-lain) ataupun output (hasil belajar). Classroom Action Research harus
tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Suharsimi mengatakan Classroom Action Research melalui paparan
gabungan definisi dari tiga kata, classroom + action + research sebagai
berikut:
a. Classsroom adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
b. Action adalah sesuatu gerak kegiatan yang disengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian
siklus kegiatan.
c. Research adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk meningkatkan mutu suatu hal yang
menarik minat dan penting bagi peneliti.
Jadi menurutnya Classroom Action Research adalah penelitian
tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki dan
meningkatkan mutu praktik pembelajaran.3
“Action research termasuk penelitian kualitatif walaupun data yang
dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif. Terdapat beberapa jenis action
research, dua diantaranya adalah penelitian tindakan perorangan
(individual action research) dan penelitian tindakan kelompok
(collaborative action research)”.4
2Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa,
2008), h. 42. 3Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007), h. 58. 4Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama, Mengenal PenelitianTindakan Kelas,
(Jakarta: PT. Indeks, 2009), h. 9.
17
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa classroom action research
merupakan proses yang mengevaluasi kegiatan proses belajar mengajar
yang dilaksanakan secara sistematik dan menggunakan teknik-teknik yang
relevan. Kegunaan classroom action research adalah untuk memecahkan
masalah yang teridentifikasi, meningkatkan tingkat efektivitas dalam proses
pembelajaran, prinsip kemitraan dan meningkatkan profesionalisme guru.
Esensi permasalahan guru sebenarnya di kelas, bagaimana menciptakan
proses pembelajaran yang berkualitas sehingga menghasilkan output yang
mempunyai daya saing, seringkali proses pembelajaran di kelas tidak
diteliti oleh guru sehingga tingkat keefektifan metode pembelajaran, media,
keterkaitan RPP sulit diukur. Dengan adanya classroom action research
diharapkan dapat meningkatkan segi koognitif, afektif maupun
psikomotorik siswa.5
Ada beberapa ahli yang mengemukakan model action research dengan
bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang
lazim dilalui, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan
(See), dan repleksi (reflecting). Keempat tahap dalam penelitian tindakan
tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus yaitu satu putaran
kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah
dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain
adalah evaluasi.6
Classroom action research adalah salah satu sarana yang dapat
mengembangkan sikap profesional guru. Melalui Classroom Action
Research guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuanya dalam
pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk
mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan
pengaruh perubahan dan perkembangan sosial. Tujuan utama Classroom
Action Research adalah peningkatan kualitas proses dan hasil belajar,
meningkatkan kualitas pembelajaran secara praktis, sehingga kadang-
kadang pelaksanaanya sangat situasional dan kondisional.7
5Nizar Alam H dan Dody Hermana, Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa,
2008), h. 44. 6Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Panduan Lengkap PTK, (Yogyakarta:Sabda
Media, 2011), h. 41. 7Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 32.
18
Classroom action research bukan hanya bertujuan mengungkapkan
penyebab dari berbagai permasalahan pembelajaran yang dihadapi sebagai
kesulitan siswa dalam mempelajari pokok-pokok batasan tertentu, tetapi
yang lebih penting lagi adalah memberikan pemecahan masalah berupa
tindakan tertentu untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
Atas dasar itu, terdapat tiga hal penting dalam pelaksanaan CAR yakni:
a. Classroom Action Research adalah penelitian yang
mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai
tindakan.
b. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran, evaluasi) dilakukan
berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang
mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya
memecahkan masalah yang terjadi.
c. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran
dilakukan dengan segera dan dilakukan dalam praktik pembelajaran.8
Sedangkan lesson study telah dilaksanakan dan cukup dikenal di
Indonesia sejak tahun 2006 melalui program SISTTEMS (strengthening in-
service teacher training of mathematics and science education at secondary
level) yang didukung Direktorat PMPTK, DIKTI dan JICA. Lesson study
awalnya dilakukan, terutama di tiga kota, yaitu Sumedang, berkolaborasi
dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Bantul
berkolaborasi dengan Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan Pasuruan
berkolaborasi dengan Universitas Negeri Malang (UNM) pelaksanaanya
ditekankan pada empat tahap, yaitu plan (merencanakan atau merancang),
do (melaksanakan), dan see (mengamati), dan sesudah itu merefleksikan
hasil pengamatan. Dalam perkembangan selanjutnya, lesson study di
Indonesia didefinisikan sebagai suatu model pembinaan profesi dan
pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan
8Komaidi, op. cit.., h. 55.
19
berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun learning community.9
Kerjasama antara 3 universitas (UPI, UNY, dan UM) dan sekolah-
sekolah piloting di Bandung, Yogyakarta, dan Malang makin dipererat
melalui perbaikan beberapa kelemahan dari implementasi kegiatan piloting
pembelajaran di sekolah mitra. Tahap observasi dan refleksi dari kegiatan
Lesson Study (plan-do-see) diperbaiki. Strategi observasi pembelajaran
diperbaiki pada fase Follow-up IMSTEP. Sebagai contoh, siswa tidak
terganggu dengan adanya observer di dalam kelas karena observer tidak
mengganggu siswa belajar tetapi lebih konsentrasi pada observasi aktivitas
siswa belajar. Hal ini tercermin dari kegiatan refleksi setelah pembelajaran.
Observer lebih banyak mengomentari aktivitas siswa dari pada gurunya.
Setelah bertukar pengalaman dan pengarahan dalam fase Follow-up
IMSTEP maka terjadi peningkatan kesadaran dalam melakukan observasi
pembelajaran.10
Kegiatan Lesson Study pada MGMP mendapat sambutan baik dari
guru-guru terutama guru-guru model. Guru model merasakan manfaat dari
kegiatan Lesson Study mereka menjadi lebih percaya diri dalam mengajar
dan berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah tingkat nasional.
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa classroom action
research dimodifikasi menjadi lesson study yang dalam pelaksanaan pun
melakukan empat tahap perencanaan (plan), pelaksanaan (do), pengamatan
(See), dan repleksi (reflecting). Dan keduanya pun mempunyai ciri-ciri
pokok yang sama seperti classroom action research dan lesson study
bersifat kolaboratif, inovatif dan bersiklus/siklusistis.
9Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: BayuMedia, 2011),
h. 32. 10
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 28.
20
a. Sejarah Lesson study
Membahas tentang sejarah lesson study yang pertama kali
dicetuskan di Jepang tidak bisa dilepaskan dari kata kounaikenshu yaitu
sebuah CPD (continuing professional development) bentuk
pengembangan profesional berkelanjutan. Kounaikenshu yang mulai
berkembang pada sekitar tahun 1960-an pada dasarnya adalah bentuk
pelatihan berkelanjutan berbasis sekolah (school-based in service
training) dimana setiap guru secara terus menerus melakukan workshop
bersama rekan-rekannya untuk meningkatkan kualitas profesional
mereka.11
Melalui kegiatan tersebut guru-guru di Jepang mengkaji
pembelajaran melalui perencanaan dan observasi bersama yang
bertujuan untuk memotivasi siswa-siswanya aktif belajar mandiri.
Lesson study merupakan terjemahan langsung dari bahasa Jepang
Jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata jugyo yang berarti lesson atau
pembelajaran, dan kenkyu yang berati study atau research pengkajian.
Dengan demikian lesson study merupakan study atau penelitian atau
pengkajian terhadap pembelajaran.12
Salah satu pakar yang mempopulerkan istilah jugyoukenkyu sendiri
dalah merupakan salah satu tokoh reformasi pendidikan Jepang yang
disebut sebagai suhu reformasi, yaitu Manabu Sato yang merupakan
dosen Universitas Tokyo. Beliau mengemukakan perlunya perubahan
dalam pola pembelajaran yang tertutup. Perubahan itu adalah penciptaan
masyarakat belajar di sekolah dan membuka seluas-luasnya proses
pembelajaran di kelas untuk diamati. Teknik pembelajaran yang terbuka
akan menerima masukan dari yang mengamatinya.13
11
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 1. 12
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 20. 13
Widhiartha, op. cit., h. 3
21
Di Indonesia sendiri lesson study berkembang melalui proyek
IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education
Project), yaitu sebuah proyek kerjasama antara tiga perguruan tinggi di
Indonesia JICA (Japan International Cooperation Agency) untuk
meningkatkan mutu pendidikan matematika dan IPA di Indonesia.
Proyek yang dimulai pada tahun 1998 ini melibatkan IKIP Bandung,
IKIP Yogyakarta dan IKIP Malang (saat ini ketganya telah berubah
menjadi Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Universitas Negeri
Yogyakarta, dan Universitas Negeri Malang). Ketiga perguruan tinggi
tersebut bersama JICA dan beberapa sekolah terpilih (piloting)
merumuskan serangkaian program untuk meningkatkan kualitas
pendidikan IPA dan Matematika di Indonesia. Penerapan lesson study
sendiri adalah salah satu program yang termasuk di dalamnya. Walaupun
proyek IMSTEP sendiri telah selesai namun saat ini ketiga perguruan
tinggi tersebut masih aktif mengembangkan lesson study di berbagai
sekolah.14
Pemerintah, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
(Dirjen Dikti) dan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan (Dirjen PMPTK) mengakui keunggulan dari
lesson study dalam mengembangkan kompetensi dosen dan guru. Oleh
karena itu, berbagai program dirancang dan diupayakan agar lesson
study segera tersebar ke seluruh pelosok tanah air, dosen dan guru.
Dengan demikian, yang menjalankannya dapat meningkatkan
kompetensinya sehingga mampu memenuhi tuntutan perkembangan
zaman.15
b. Pengertian Lesson study
Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas
pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara
14
Ibid., h. 7. 15
Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2011), h. 1.
22
tersebut, kata istilah itu lebih populer dengan sebutan “jugyokenkyu”
lesson study mulai dipelajari di Amerika sejak dilaporkannya hasil Third
Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 1996.
Dalam bahasa Indonesia disebut “Kaji Pembelajaran”. Lesson study
adalah suatu bentuk utama peningkatan kualitas pembelajaran dan
pengembangan keprofesionalan guru yang dipilih oleh guru-guru
Jepang.16
Menurut Sumar Hendayana mendefinisikan “Lesson study adalah suatu
model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran
secara kolaboratif dan berkelanjutan brdasarkan prinsip-prinsip
kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar”. 17
Menurut Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang
“Lesson Study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran yang
dilakukan oleh para guru secara kolaboratif, berkelanjutan membangun
masyarakat belajar sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life
long learning)”.18
Sedangkan menurut Cerbin dan Kopp yang dikutip oleh Putu
Ashintya Widhiartha dalam Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal bahwa Lesson study adalah
sebuah proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru
yang berasal dan dikembangkan secara sistematis dalam sisitem
pendidikan di Jepang dengan tujuan utama menjadikan
prosesnpembelajaran menjadi lebih baik dan efektif.19
Dengan demikian,
lesson Study bukan metoda atau strategi pembelajaran tetapi kegiatan
lesson Study dapat menerapkan berbagai metoda/strategi pembelajaran
sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru.
16
Ibid., h. 2. 17
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007, h. 10. 18
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di
Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011, h. 483. 19
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 9.
23
Dari beberapa pengertian lesson study di atas dapat diambil
beberapa kesimpulan, sebagai berikut:
1) Istilah lesson study merupakan penerjemahan dari istilah jugyou
kenkyuu, sebuah bentuk evolusi dari program pendidikan
profesional "kounaikenshu" yang tumbuh dan berkembang di
Jepang
2) Lesson study merupakan model pembinaan dan pendidikan
khusus bagi para pendidik, jadi bukan merupakan metode ataupun
strategi pembelajaran
3) Lesson study merupakan bentuk kolaborasi antarguru dalam
rangka melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran melalui
proses-proses merencanakan (plan), mengamati (observe), dan
melakukan refleksi (reflect) terhadap pembelajaran (lessons)
4) Prinsip lesson study adalah kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar
5) Proses lesson study dilakukan secara berkelanjutan
c. Konsep Lesson Study
Konsep dan praktik lesson study pertama kali dikembangkan oleh
para guru pendidikan dasar di Jepang yang dalam bahasa Jepang nya
disebut dengan istilah jugyokenkyuu. Makoto Yoshida orang yang
dianggap berjasa besar dalam mengembangkan jugyokenkyuu. di Jepang.
Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan lesson study tampaknya
mulai diikuti pula oleh beberapa Negara lain, termasuk di Amerika
Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh
Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang lesson study di
Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai
gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam
rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa
sekolah sudah mulai diperaktikan. Meski pada awalnya lesson study
dikembangkan pada pendidikan dasar namun saat ini ada
24
kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan
bahkan pendidikan tinggi.20
Lesson study adalah sebuah frasa yang berasal dari kata-kata to
study lesson, mempelajari pelajaran. Apa yang menjadi pelajaran dalam
hal ini adalah KBM (kegiatan belajar-mengajar). Lesson study pada
hakikatnya merupakan kegiatan perbaikan KBM melalui
studi/observasi/refleksi. Studi atau observasi adalah kegiatan
pengumpulan data untuk dapat kita pikirkan dalam rangka menarik suatu
penjelasan (eksplanasi).
Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif
pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa
yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson
study yang dikembangkan. Berikut tipe lesson study yang telah
dilakukan oleh para guru:21
1) Lesson study berbasis sekolah
Lesson study dengan tipe ini seperti ini dilaksanakan dengan tujuan
utama untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa
menyangkut semua bidang studi yang diajarkan. Karena kegiatan lesson
study meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi, maka setiap guru
terlibat secara aktif dalam ketiga kegiatan tersebut. Walaupun lesson
study tipe ini secara umum hanya melibatkan warga sekolah yang
bersangkutan, dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk melibatkan
fihak luar, misalnya para ahli dari universitas atau undangan yang
diperlukan karena kedudukannya.
2) Lesson study berbasis MGMP (bidang studi)
Lesson study tipe ini pada dasarnya sama dengan tipe yang
diuraikan sebelumnya. Perbedaannya hanya anggota komunitas yang
20
Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran
PAI, (tt.p: t.p., t.t), h. 3. 21
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h.47.
25
datang dari berbagai sekolah dengan spesialisasi yang sama. Dengan
demikian, lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencangkup
satu wilayah (misalnya satu wilayah MGMP), satu kabupaten atau lebih
luas lagi.
Kegiatan awal lesson study dimulai dari tipe Musyawarah Guru
Mata Pelajaran (MGMP) yang kemudian oleh masing-masing guru
MGMP dikembangkan di sekolahnya masing-masing untuk semua guru
mata pelajaran sehingga menjadi lesson study berbasis sekolah.
Selanjutnya diharapkan lesson study yang dikembangkan adalah lesson
study berbasis sekolah (LSBS), karena dapat diikuti oleh semua guru di
sekolah bersama kepala sekolah.
Jika kita perhatikan secara seksama, kedua tipe leson study di atas
pada dasarnya melibatkan sekelompok orang yang melakukan
perencanaan, implementasi, dan refleksi pasca pembelajaran secara
bersama-sama sehingga membentuk suatu komunitas belajar yang secara
sinergis diharapkan mampu menciptakanterobosan-terobosan baru dalam
menciptakan pembelajaran yang inovatif. Dengan langkah, cara serta
roses seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang terlibat sangat
potensial untuk mampu melakukan self-development sehingga memiliki
kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota
komunitas belajar lainya.22
Lesson study berbasis MGMP memiliki dua tujuan. Tujuan yang
pertama adalah agar para guru bisa saling belajar dari realita-realita
pembelajaran siswa dalam kelas yang nyata, mengapa mereka bisa atau
tidak bisa belajar dengan baik dalam situasi-situasi tertentu pada
pembelajaran yang diamati dan bagaimana sebaiknya guru-guru
menanggapi situasi semacam itu. Kedua, oleh karena MGMP adalah
perkumpulan guru-guru bidang studi yang sama, tujuan penting lainya
adalah memperkuat latar belakang mereka tentang materi pelajaran.
22
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 401.
26
Kelebihan dan keistimewaan lesson study berbasis MGMP adalah
mampu mempererat pertalian antar guru-guru di sekolah-sekolah yang
saling berdekatan.23
Sedangkan lesson study berbasis sekolah memiliki tiga tujuan,
pertama adalah pertama, agar semua guru dapat diobservasi dan refleksi
setidaknya satu kali dalam satu tahun. Kedua, agar guru dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran mereka dengan belajar dari rekan-
rekannya sesame guru. Ketiga, agar guru dapat membentuk kolegalitas
dengan cara berkolaborasi bersama sehingga terciptannya masyarakat
belajar, sesuai dengan prinsif sepanjang hayat (life long learning).24
d. Tahapan lesson Study
1) Perencanaan (Plan)
Beberapa hal sebagai tahapan pertama dari lesson study apa yang
direncanakan, bagaimana merencanakan, siapa yang merencanakan,
pemilihan guru model buku kelas, persiapan untuk open lesson dan dan
kebutuhan akan dukungan teknis. Kegiatan perencanaan ini dilakukan
sebanyak dua kali. Pertemuan pertama membahas tentang permasalahan
dalam pembelajaran siswa di kelas seperti, kesulitan belajar siswa, cara
pembelajaran materi yang sulit diajarkan dan penggunaan media
pembelajaran. Berdasarkan diskusi tersebut maka diidentifikasi materi
pelajaran yang akan dijadikan model RPP sekaligus dikembangkan
drafnya.25
Tahap perencanaan (Plan) bertujuan menghasilkan rancangan
pembelajaran yang diyakini mampu membelajarkan peserta didik secara
efektif dan membangkitkan partisipasi peserta didik dalam
pembelajaran. Sehingga tercipta suasana pembelajaran yang
menyenangkan, aktif dan kreatif. Perencanaan yang baik tidak
dilakukan sendirian tetapi dilakukan bersama (kolaboratif).
23
Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis
Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.6.
24Ibid., h. 68.
25Ibid., h. 3.
27
Perencanaan yang dilakukan secara kolaboratif oleh beberapa orang
guru yang termasuk dalam satu kelompok lesson study (jumlah
bervariasi 6-10 orang). Perencanaan diawali diawali dari analisis
permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran berupa materi bidang
studi atau bagaimana menjelaskan suatu konsep materi tertentu.
Permasalahan dapat juga menyangkut aspek pedagogi tentang metode
pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif.26
2) Pelaksanaan (Do)
Tahap kedua adalah open class atau tahap pelaksanaan yaitu
menerapkan RPP yang sudah dirancang dan didiskusikan pada tahapan
sebelumnya. Pada pelaksanaanya seorang guru disebut guru model
membuka kelas (Open Class) untuk menerapkan RPP yang telah dirancang
bersama, semetara guru lainya disebut observer mengamati dan mencatat
proses pembelajaran yang terjadi. Pada proses pelaksanaan lesson study hal
penting bagi para pengamat harus berdiri di posisi-posisi dimana mereka
bisa melihat wajah para siswa. Karena tujuan lesson study adalah untuk
belajar dari realita siswa (belajar dari pembelajaran).27
Tahap pelaksanaan
(Do), dimaksudkan untuk menerapkan rancangan pembelajaran yang telah
direncanakan. Salah satu anggota kelompok berperan sebagai guru model.
Sedangkan anggota kelompok lainnya mengamati.
3) Refleksi (See)
Tahap ketiga adalah refleksi. Setelah selesai pembelajaran
dilakukan diskusi antara guru model dan para pengamat yang dipandu
oleh kepala sekolah. Diskusi diawali oleh guru model dengan
menyampaikan kesan-kesan dari proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Selanjutnya pengamat diminta menyampaikan hasil
pengamatannya berupa komentar-komentar dan lesson learn dari proses
26
Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan
Kemitraan dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 11,
2009, h.55. 27
Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis
Sekolah (tt.p. : JICA, 2011), h.3.
28
pembelajaran yang baru saja dilakukan oleh guru model. Tahap refleksi
merupakan bagian terpenting dalam lesson study meski banyak orang
yang menganggapnya tidak begitu penting. Refleksi harus dimulai
dengan mengacu pada kenyataan atau bukti-bukti yang ditemukan oleh
pengamat dalam pengamatan.28
Tahap pengamatan dan refleksi (See) dimaksudkan untuk
menemukan kelebihan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran.
Kesempatan berikutnya diberikan kepada guru yang bertugas sebagai
pengamat. Selanjutnya pengamat dari luar juga mengemukakan apa
lesson learned yang dapat diperoleh dari pembelajaran yang baru
berlangsung.29
Agar proses observasi dalam pembelajaran dari suatu
lesson study dapat berjalan dengan baik, maka ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan baik oleh guru maupun observer sebelum proses
pembelajaran dimulai. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, guru
dapat memberikan gambaran secara umum apa yang akan terjadi di
kelas yakni meliputi informasi tentang rencana pembelajaran, tujuannya
apa, bagaimana hubungan materi ajar hari itu dengan mata pelajaran
secara umum, bagaimana kedudukan materi ajar dalam kurikulum yang
berlaku, dan kemungkinan respon siswa yang diperkirakan. Selain itu
observer juga perlu diberikan informasi tentang lembar kerja siswa dan
peta posisi tempat duduk yang menggambarkan seting kelas yang
digunakan.30
Di samping melibatkan guru sebagai kolaborator, dalam lesson
study juga melibatkan dosen LPTK dan pihak lain yang relevan dalam
mengembangkan program dan pelaksanaan pembelajaran yang efektif.
Secara lebih sederhana, siklus lesson study dapat dilakukan melalui
serangkaian kegiatan: Planning-Doing-Seeing (Plan-Do-See).
28
Ibid., h. 3. 29
Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, (Malang: Bayumedia
Publishing, 2011), h h. 34. 30
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 56.
29
SEE
Secara kolaboratif guru
merefleksikan
keefektifan
pembelajaran dan
saling belajar dengan
prinsip kolegalitas
Ketiga kegiatan tersebut diistilahkan sebagai kaji pembelajaran
berorientasi praktik. Kegiatan tersebut digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Siklus Pengkajian Pembelajaran dalam Lesson Study di Indonesia
(Sumber: Jurnal Pendidikan Dasar oleh Effendi Zulkily, dkk., 2009)
e. Manfaat Lesson Study
Sumar Hendayana menyebutkan dalam “Profesionalisme Pendidik
dan Lesson Study” yang dikutip oleh Yudhi Fachrudin dalam skripsinya
lesson study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan:31
1) Mendukung implementasi UU No. 14/2005 tentang guru dan dosen
untuk meningkatkan kompetensi-kompetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial.
2) Mendukung implementasi PP 19/2005 SNP Pasal 19 proses
pembelajaran harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
31Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson Study
di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010, h. 30, Tidak dipublikasikan.
PLAN
Secara kolaboratif guru
merencanakan
pembelajaran yang
berpusat pada peserta
didik berbasis
permasalahan di kelas
DO
Seorang guru
melaksanakan
pembelajaran yang
berpusat peserta didik.
Sementara itu guru lain
mengobservasi
kegiatan peserta didik.
30
memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai bakat, minat dan
perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
3) Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan selalu ada
celah untuk melakukan perbaikan dan inovasi. Lesson study membuat
guru menjadi terbuka menerima saran guna perbaikan pembelajaran.
4) Memungkinkan menghasilkan karya ilmiah berbasis penelitian kelas.
Selain dari beberapa alasan yang disebutkan di atas lesson study
pun memberikan asumsi positif akan manfaat model pembelajaran ini
jika dilakukan secara kolaboraif dan berkesinambungan. Berikut manfaat
lesson study :32
1) Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri
2) Lesson study melatih pendidik “melihat” peserta didik.
3) Lesson study menjadikan penelitian sebagai bagian integral
pendidikan.
4) Lesson study membantu penyebaran inovasi dan pendekatan baru.
5) Lesson study menepatkan para pendidik pada posisi terhormat
Lesson study bukan hanya memberi manfaat seperti yang telah
disebutkan di atas, lesson study juga memberikan keuntungan sekaligus
pembelajaran bagi para pendidik seperti:
1) Menumbuhkan sikap bekerjasama (kolaboratif)
2) Membiasakan melakukan refleksi pasca mengajar
3) Menciptakan RPP yang benar-benar tepat untuk peserta didik
4) Menumbuhkan kebiasaan melakukannpenelitian bagi pendidik
5) Mengembangkan budaya saling berbagi dan peduli (sharing and
caring)
6) Menciptakan pembelajaran yang berkualitas
7) Menemukan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
32
Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan
Mutu Pendidik Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya, 2009), h. 19.
31
Lesson study sangat bermanfaat bagi guru dalam pembelajaran di
kelas, sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kompetensinya. Dalam
kegiatan lesson study guru dituntut untuk dapat melakukan perencanaan
f. Kelebihan Lesson Study
Upaya untuk meningkatkan kualitas guru atau kualitas proses
pendidkan pada umumnya telah banyak dilakukan pemerintah melalui
berbagai kegiatan penataran baik bersifat regional maupun nasional.
Akan tetapi hasil-hasil penataran tersebut seringkali tidak bisa secara
langsung diterapkan di lapangan karena berbagai alasan antar lain tidak
tersedianya infrastruktur pendukung yang memungkinkan hasil
penataran tersebut bisa diimplementasikan. Lesson study sebagai strategi
peningkatan keprofesionalan guru di Jepang saat ini telah menyebar ke
berbagai Negara termasuk Negara maju seperti Amerika Serikat. Hal ini
terjadi terutama sejak diterbitkannya buku The Teaching Gap tahun 1999
yang memuat uraian tentang gambaran proses pembelajaran di Jepang,
Jerman, dan Amerika Serikat, buku tersebut mengulas tentang tradisi
guru-guru di Jepang untuk belajar dari proses pembelajaran aktual yang
kemudian dikenal dengan sebutan Lesson Study. Strategi lesson study
memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan model inservice
training guru lainya.33
Lesson study telah menjadi salah satu alternatif
yang dipilih guru-guru di Jepang dapat meningkatkan kualitas
keprofesionalan guru yang berdampak pada peningkatan kualitas proses
dan hasil pembelajaran yang nantinya akan dapat mengatasi rendahnya
mutu pembelajaran di Indonesia.
2. Profsionalisme Guru
a. Pengertian Profesi
Sebutan “guru profesioanl” juga dapat mengacu pada pengakuan
terhadap kompetensi penampilan untuk kerja seseorang guru dalam
melakasanakan tugasnya sebagai guru. Dengan demikian sebutan
33
Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007), h. 36.
32
profsioanal didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan
kompetensi penampilan untuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan
tertentu. Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen (pasal
1 ayat 4) dinyatakan bahwa “profesioanal adalah pekerjaan atau kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan
pendidikan profesi.34
Secara etimologi, istilah profesi berasal dari bahasa Inggris, yaitu
profession atau bahasa latin, profecus, yang artinya mengakui, adanya
pengakuan, menyatakan mampu, atau ahli dalam melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan secara terminologi, profesi berarti suatu pekerjaan
yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang
ditekankan pada pekerjaan mental, yaitu adanya persyaratan
pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan
praktis, bukan pekerjaan manual. Jadi suatu profesi harus memiliki tiga
pilar pokok, yaitu pengetahuaan, keahlian, dan persiapan akademik.35
Secara sederhana profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan
atau jabatan yang dilakukan seseorang sesuai dengan keahliannya
(expertise). Ini berarti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan harus
dikerjakan oleh orang yang sudah terlatih dan disiapkan untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Dengan kata lain, suatu profesi erat
kaitannya dengan pekerjaan yang spesifik terstandar mutunya dan dapat
menjadi sumber penghasilan sesuai dengan penghargaan
keprofesionalannya.36
Kunandar mendefinisikan “Profesi adalah suatu pekerjaan atau jabatan
tertentu yang mensyaratkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang
34
Muhammad Surya, Landasan Pendidiakan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor:
Ghalia Indonesia,2010), cet. 1, h. 76. 35
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 16. 36
Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru
dan Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007, h. 698
33
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif. Jadi, propesi adalah
suatu jabatan yang menuntut keahlian tetentu”. Artinya suatu jabatan
yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, tetapi
memerlukan persiapan melalui pendidikan dan pelatihan secra khusus.37
Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa profesi adalah suatu keahlian (skill) dan kewenangan dalam suatu
jabatan tertentu yang mensyaratkan kompetensi (pengetahuan, sikap, dan
keterampilan) tertentu secara khusus yang diperoleh dari pendidikan
akademis yang intensif. Dengan demikian, profesi guru adalah keahlian
dan kewenangan khusus dalam bidang pendidikan, pengajaran dan
pelatihan yang ditekuni untuk menjadi mata pencaharian dalam
memenuhi kebutuhan hidup yang bersangkutan.
b. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme berasal dari profession yang berarti pekerjaan.
Arifin mengatakan yang dikutip oleh Rusman dalam bukunya “Model-
model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa
profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation atau
pekerjaan yang memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan
atau latihan khusus. Sedangkan menurut Kunandar pun mengatakan
dikutip oleh Rusman dalam bukunya “Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru” bahwa profesionalisme berasal
dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau
akan ditekuni oleh seseorang.38
Profesionalisme adalah suatu bidang pekerjaan yang berbasis pada
keahlian tertentu. Seorang profesional memahami apa, mengapa, dan
bagaimana suatu pekerjaan dilakukan. Mengetahui upaya dan langkah
37
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), h.
45. 38
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 18.
34
strategis serta memahami akibat dan resiko dari suatu pekerjaan yang
diembannya. Oleh sebab itu, seorang profesional bukan hanya dibekali
keahlian tertentu tapi juga ditopang oleh mental dan kepribadian yang
mendukung bidang keahlian dan pekerjaannya.39
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan profesionalisme
mengarah kepada komitmen para anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus-menerus
mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan
pekerjaan yang sesuai dengan profesi yang diembanya. Profesionalisme
guru merupkan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas, suatu keahlian
dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan pembelajaran yang
berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian.
c. Pengertian Profesional
Kata profesional berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian
dan sebagai kata benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian
(seperti guru, dokter, hakim, dan sebagainya). Dengan kata lain,
pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat
dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan.40
H.A.R Tilaar
mengatakan yang dikutip oleh Usman Uzer dalam bukunya “Menjadi
Guru Profesional” bahwa seorang yang profesional menjalankan
pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain
memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya.
Seorang profesional menjalankan kegiatannya berdasarkan
profesionalisme dan bukan secara amatiran. Seorang profesional akan
39
Dedy, Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 49. 40
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit (Jogjakarta: DIVA Press, 2010,
h. 20.
35
terus- menerus meningkatkan mutu karyanya secara sadar melalui
pendidikan dan pelatihan.41
d. Guru Profesional
Guru sebagai pendidik adalah tenaga profesional sebagaimana
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 Bab
XI pasal 39 ayat 2 bertugas merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan
dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.42
Mendidik atau mengajar merupakan tugas mulia. Orang yang
bertugas untuk mendidik, kita menyebutnya sebagai guru. Dalam UU
guru dan dosen (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi”.43
Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih menilai dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidkan formal, pendidikan
dasar.
Guru adalah orang yang bertugas sebagai pengajar dan pendidik
bagi siswa. Guru sebagai orang yang berwenang dan bertanggung jawab
terhadap pendidikan siswa, baik secara individual maupun secara
klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah minimal harus memiliki
dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dalam menjalankan
tugasnya.44
41 Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,
2011), h. 15 42
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Ciputat: Gaung
Persada Press, 2006), h. 35. 43
Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi
Pendidikan Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 15. 44
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study (Kasus di
Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kemendiknas, 4, 2011, h. 481.
36
Sementara itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki
kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pembelajaran. Guru profesional adalah yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan
tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Atau
dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang terdidik, dan
terlatih dengan baik serta memiliki pengalaman yang kaya
dibidangnya.45
Guru profesional selalu mengembangkan dirinya terhadap
pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru profesional
rajin membaca literatur-literatur sebagai sumber pengetahuan, buku-
buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya.
Maka dapat disimpulkan bahwa guru profesional adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan
sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan
kemampuan yang maksimal. Sedangkan Profesionalitas guru merupakan
sikap seorang profesional yang menjunjung tinggi kemampuan
profesinya, ia akan bekerja dan mengerjakan sesuatu sesiai bidangnya. 46
e. Prinsip Profesionalitas
Dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Profesi
guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:47
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.
45
Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja RosdaKarya,
2011), h. 15. 46
Rusman, Model-model pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Bandung: Rajawali Pers, 2011), h. 8. 47
Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun Profesionalitas Guru, (Jakarta: elSAS
Jakarta, 2006), h. 161.
37
3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas.
4) Memliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas.
5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan.
6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja.
7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan, dan
9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
f. Kompetensi Guru
1) Pengertian Kompetensi
Usman mengatakan yang dikutip oleh Kunandar dalam guru
profesional Implementasi Kuriklum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru bahwa Kompetensi adalah suatu hal yang
menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang baik kualitatif
maupun kuantitatif” pengertian ini mengandung makna bahwa
kompetensi itu dapat digunakan dalam dua konteks yakni pertama
sebagai indikator kemampuan yang menunjukan kepada perbuatan yang
diamati, kedua sebagai konsep yang mencangkup aspek-aspek kognitif,
afektif dan perbuatan serta tahap-tahap pelaksanannya secara utuh.
Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian
38
dari dirinya sehingga ia dapat melakukan prilaku-prilaku kognitif, afektif
dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.48
“Charles E. Johnson menagatakan yang dikutip oleh Wina Sanjaya
dalam Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi bahwa kompetensi merupakan prilaku rasional guna
mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan.
Dengan demikian suatu kompetensi ditunjukan oleh penampilan atau
unjuk kerja yang dapat dipertanggung jawabkan (rasional) dalam upaya
mencapai suatu tujuan.” 49
Pengertian dasar kompetensi yakni kemampuan atau kecakapan.
Istilah kompetensi sebenarnya memiliki banyak makna. Kompetensi
merupakan gambaran hakikat kualitatif dari prilaku guru yang tampak
sangat berarti. Kompetensi merupakan prilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang diisyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan dan ini
memungkinkan seorang guru berada pada wilayah dan keadaan
berwewenang atau memenuhi syarat sebagai seorang profesional.50
Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa
inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan.
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, prilaku, dan keterampilan
yang harus dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan, pelatihan dan
belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.
Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek,
tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual.
Mulyasa mengatakan, “Kompetensi guru merupakan perpaduan antara
kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang
48
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007), h. 51. 49
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 145. 50
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Banguntapan Jogyakarta:
DIVA Press, 2010), h. 19.
39
secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang
mencakup penguasaan materi, pemahaman, terhadap peserta didik,
pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi dan
profesionalitas”.51
Dalam pasal 2 PP No. 74 tahun 2008, komptensi merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan prilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktulisasikan oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud meliputi
kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi social,
kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.52
“Adapun kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan
yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya
secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi kompetensi
intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial,
kompetensi spiritual”.
Standar kompetensi meliputi empat komponen, yaitu pengelolaan
pembelajaran, pengembangan potensi, penguasaan akademik, sikap
kpribadian. Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari
tujuh kompetensi, yaitu penyusunan rencana pembelajaran,
pelaksanaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar
peserta didik, pelaksanaa tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
peserta didik, pengembangan profesi, pemahaman wawasan pendidikan,
penguasaan bahan kajian akademik (Direktorat tenaga Kependidikan
Depdiknas, 2003). 53
“Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal,
keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk
51
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27. 52
Dedy Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, (Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 50. 53
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2007), h.55.
40
kompetensi standar profesi guru, yang mencangkup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,
pengembangan pribadi dan profesionalitas”.54
“Kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewwajiban-kewajiban secara
bertanggung jawab dan layak. Dengan gambaran pengertian tersebut,
dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan
dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya”.55
Dengan demikian, kompetensi yang dimliki oleh setiap guru akan
menunjukan kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan
terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan maupun
sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
2) Macam-macam Kompetensi Guru
Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah merumuskan
empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam
penjelasan Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu kompetensi pedagogis,
kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapkan dapat
menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan
menguasai keempat kompetensi tersebut.
Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat
ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut.
(a) Kompetensi Pedagogik
Pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang
artinya anak laki-laki dan agogos yang artinya mengantar,
membimbing. Prof. Dr. J. Hoogeveld mengatakan, pedagogik
54
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 27. 55
Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2010), h. 20.
41
adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke
arah tujuan tertentu agar kelak mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld membedakan istilah
pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya
sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada
pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan
istilah pedagogi berarti pendidikan yang lebih menekankan
kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik,
membimbing anak. Berdasarkan pengertian yang disebutkan di
atas maka yang dimaksud pedagogik adalah ilmu tentang
pendidikan anak yang ruang lingkupnya terbatas pada interaksi
edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi
pedagogic adalah sejumlah kemampuan guru yang diberkaitan
dengan ilmu dan seni mengajar.56
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) yang
dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan
dalam pengeolaan peserta didik yang meliputi:
Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman
tentang peserta didik, pengembangan kurikulum/silabus,
perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran yang
mendidik dan dialogis, evaluasi hasil belajar dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktulisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.57
Guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran,
mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen
kurikulum, dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki
pemahaman tentang psikologi pendidikan terutama terhadap
56
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas
Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 32. 57
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan
Sumber Belajar Teori dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 30-31.
42
kebutuhan dan perkembangan pserta didik agar kegiatan
pembelajaran lebih bermakna.
(b) Kompetensi Kepribadian
Setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-
ciri pribadi yang mereka miliki. Cirri-ciri inilah yang
membedakan seorang guru dengan guru yang lainya.
Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah abstrak, hanya
dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara
berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.
Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari
unsur psikis dan fisik. Kompetensi kepribadian guru
mencangkup sikap (attitude), nilai-nilai (value), kepribadian
(personality) sebagai elemen perilaku (behavior) dalam
kaitannya dengan performance yang ideal sesuai dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi oleh latar belakang pendidikan,
peningkatan kemampuan dan pelatihan, serta legalitas
kewenangan mengajar.58
Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki
kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap
sebagai model atau panutan (yang harus digugu dan ditiru).
Kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan
kepribadian diantaranya:
Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran
agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya,
kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat
beragama, kemampuan untuk berprilaku sesuai dengan norma,
aturan dan system nilai yang berlaku di masyarakat,
58
Saudagar, op. cit., h. 40.
43
mengembangkan sifat-sifat terpuji misalnya: sopan santun dan
tata karma.59
(c) Kompetensi Sosial
Kompetensi ini merujuk kepada kemampuan guru untuk
menjadi bagian dari masyarakat, berkomunikasi, berinteraksi,
secara efektif dengan para siswa, para guru lain, orangtua dan
wali siswa serta masyarakat. Kompetensi ini diantaranya
meliputi:
Bersikap inklusif, bertindak obyektif, berkomunikasi secara
efektif, empatik dan santun dengan sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua, dan masyarakat, berkomunikasi dengan
komunitas profesi dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau
bentuk lain.60
Kompetensi sosial Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 adalah kemampuan pendidik
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Fachrudin mengutip perkataan Mukhlas
Samani yang mengatakan bahwa kompetensi sosial adalah
kemampuan individu sebagai bagian masyarakat yang
mencangkup kemampuan untuk berkomunikasi lisan, tulisan,
dan isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif, bergaul secara santun
dengan masyarakat sekitar, menerapkan prinsip-prinsip
persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.61
59
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik
Pengembangan KTSP, (Jakarta: Prenanda Media Group, 2008), h. 277. 60
Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: CV
Wacana Prima, 2009), h. 247. 61
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas
Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 75.
44
Bedasarkan pengertian yang disebutkan di atas inti dari
kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan
interaksi sosial melalui komunikasi, kemampuan guru untuk
menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja di lingkungan sekitar
pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
(d) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah kemampuan yang
berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan.
Kompetensi ini merupakan kompetensi ini merupakan
kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan
dengan kinerja yang ditampilkan. Kompetensi ini diantaranya:
Kemampuan untuk menguasai landasan kependidika,
pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, kemampuan
dalam penguasaan materi pelajaran sesuai bidang studi yang
diajarkannya, kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai
metodologi dan strategi pembelajaran, kemampuan merancang
dan memanfaatkan berbagai media dan sumber ajar.62
Kompetensi profesional merupakan salah satu kemampuan
dasar yang harus dimiliki seorang guru. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang
dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan
menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan.63
Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif
dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara utuh sosok
kompetensi guru meliputi:
62Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 18.
63Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesionlitas
Guru, (Jakarta:Gaung Persada, 2011), h. 48.
45
Pengenalan peserta didik secara mendalam, penguasaan bidang
studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan
ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content),
penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik meliputi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan
hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan
dan pengembangan kpribadian dan profesionalitas secara
berkelanjutan.64
Sedangkan Direktorat Tenaga Kependidikan Depdiknas
menyebutkan Standar Kompetensi Guru sebagai berikut:65
(1) Pengelolaan pembelajaran;
(2) Pengembangan potensi;
(3) Penguasaan akademik;
(4) Sikap kepribadian.
Secara keseluruhan standar kompetensi guru terdiri dari
tujuh komptensi, yaitu:
(1) Penyusunan rencana pembelajaran;
(2) Pelaksanaan interaksi belajar mengajar;
(3) Penilaian prestasi belajar peserta didik;
(4) Pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar
peserta didik;
(5) Pengembangan profesi;
(6) Pemahaman wawasan pendidikan;
(7) Penguasaan bahan kajian akademik.
3. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis menjelaskan mengenai pendidikan Agama Islam,
terlebih dahulu dijelaskan tentang pendidikan secara umum. Dalam
64J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson study
(Kasus di Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas, 4, 2011), h. 482. 65
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, 2007), h.56.
46
bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik yang yang
mendapat awalan pe-an yang meiliki arti proses perubahan sikap dan
tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.66
Agama berasal dari bahasa Sanskerta yang akar kata nya adalah
gam yang diberi awalan dan akhiran a sehungga menjadi asal kata a-
gam-a. gam berarti pergi. Namun setelah mendapat awalan dan
akhiran a Pengertiannya berubah menjadi jalan.67
“Menurut ilmu bahasa (etimologi), islam berasal dari bahasa Arab,
yaitu kata, salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari asal
kata itu dibentuk kata aslama, yuslimu, islaman, yang berarti
memeliharakan dalam keadaan selamat sentosa”.68
Menurut Moh Daud Ali Islam kata turunan (jadian) yang berarti
ketundukan, ketaatan, kepatuhan (kepada kehendak Allah)
berasaldari kata salama artinya patuh atau menerima; berakar dari
huruf sin lam mim, kata dasar nya adalah salima yang berarti
sejahtera, tidak bercela, tidak bercacat. Dari kata itu terbentuk kata
masdar salamat (yang dalam bahasa Indonesia menjadi selamat).
Dari akar kata itu juga terbentuk kata-kata salm, silm yang berarti
kedamaian, kepatuhan, penyerahan (diri). Dari Uraian tersebut
dapatlah disimpulkan bahwa arti yang terkandung dalam Islam
adalah: Kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri),
ketaatan dan kepatuhan.69
Selanjutnya mengenai definisi pendidikan agama islam, Prof. Dr.
Zakiah Darajat mengemukakan definisi pendidikan Agama Islam,
yaitu sebagai berikut :
1) Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan
asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikan
dapat memahami dan mengamalkan ajaran islam serta
menjadikannya sebagai pandangan hidup.
66Tim penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus
Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet I, h. 204.
67Moh Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2008) h. 35. 68
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2006) h. 91.
69Ibid., h. 49.
47
2) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan
berdasarkan ajaran Islam.
3) Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan melalui ajaran-ajaran
Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar
nantinya setelah selesai pendidikan ia dapat memahami,
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran islam itu sebagai
suatu pandangan hidup di dunia dan di akhirat.70
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diambil kesimpulan
bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam adalah usaha
sadar untuk membimbing, mengajar dan mengasuh anak didik untuk
mencapai kecerdasan sesuai dengan ajaran islam dan pada akhirnya
dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran agama tersebut
sebagai pedoman hidupnya, untuk meraih keselamatan dan
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang akan dicapai dengan
suatu kegiatan atau usaha. Sesuatu kegiatan akan berakhir, bila
tujuannya sudah tercapai, sedangkan tujuan pendidikan adalah suatu
yang hendak dicapai dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Menurut
Zakiah Daradjat pengertian tujuan pendidikan islam ialah membentuk
kepribadian yang seluruh aspeknya dijiwai oleh ajaran Islam. Orang
yang berkepribadian muslim dalam Al-Qur’an disebut “Muttaqin”
Karena itu pendidikan Islam berarti juga pembentukan manusia yang
bertaqwa.71
Mengutip pendapat Imam Al- Ghazali yang dikutip oleh Fathiyah
Hasan Sulaiman dalam bukunya menjelaskan tentang tujuan yang
ingin dicapai dalam pendidikan Agama Islam, yaitu tercapainya
kesempurnaan di dunia dan di akhirat. Manusia dapat mencapai
70
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara 1992), cet. II,
h.86. 71
Zakiyah Daradjat. dkk, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta : Bumi
Aksara, 1996) h. 72.
48
kesempurnaan melalui pencaharian keutamaan dengan menggunakan
ilmu. Keutamaan itu akan memberi kebahagiaan di dunia serta dapat
mendekatkannya kepada Allah SWT, sehingga ia akan mencapai
kebahagiaan pula di akhirat.72
Dengan demikian tujuan pendidikan Agama Islam adalah
memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang agama Islam
untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, dan
pengamalan mereka tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah serta, berakhlak
mulia dalam kahidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
B. Penelitian yang Relevan
Dalam penelitaian relevan yang telah dilakukan oleh Yudhi Fachrudin
dalam skripsinya yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model
Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2010.
Memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lesson study di SMA
Laboratorium UPI Bandung merupakan sekolah mitra dari Fakultas MIPA
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang telah bekerjasama
dengan JICA dalam mengembangkan lesson study di sekolah-sekolah yang
ada di Bandung. 2. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu
dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see memuat kompetensi-kompetensi
pedagogik, professional, sosial, dan kepribadian yang dapat
dikembangkannya. 3. Lesson study dengan tahapan-tahapan yang perlu
dilaksanakannya, mulai dari plan, do, dan see sebagai jalan yang dapat
menjadi model pembinaan kompetensi-kompetensi pedagogik, professional,
sosial, dan kepribadian. 4. Faktor pendukung pengembangan lesson study di
SMA Laboratorium UPI, selain karena di bawah koordinasi FMIPA UPI, lebih
karena adanya partisipasi dari guru-gurunya sendiri yang berani
mengembangkan lesson dalam pembelajarannya serta adanya dukungan
kepala sekolah yang mendorong warga sekolah untuk terus belajar dan
berprestasi. Sedangkan faktor penghambat yakni kurangnya motivasi guru
dalam meningkatkan kompetensi, keterbatasan sarana dan prasarana, dan
72
Fathiyah Hasan Sulaiman, Alam Pikiran Al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan
Ilmu, (Bandung: CV. Diponegoro, 1986), h.66.
49
kurangnya pemahaman tentang lesson study pembinaan sehingga guru masih
belum bisa mengaplikasikan hasilnya di sekolah.73
Kemudian Penelitian yang dilakukan oleh Astri Fitriani dalam skripsinya
yang berjudul “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru melalui Model
Lesson study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung, 2012.
Memberikan kesimpulan sebagai berikut:
Pembinaan kompetensi pedagogik guru melalui model lesson study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung telah berjalan dengan baik,
dan juga mendapat dukungan yang baik dari masyarakat sekolah (kepala
sekolah, guru, siswa). Sedangkan kendala yang dihadapi ialah persoalan
waktu dan biaya terbatas dalam pengembangan lesson study sebagai
sebuah model pembinaan guru di SMA Laboratorium Percontohan UPI
Bandung.74
Penulis belum menemukan penelitian yang membahas mengenai teori,
konsep lesson study secara utuh dan keseluruhan, serta belum ada penelitian
yang membahas lesson study dengan menggunakan penelitian kualitatif yakni
melihat kualitas adanya teori lesson study yang telah diterapkan oleh para guru
Indonesia.
73
Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson Study di SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2010, Tidak dipublikasikan. 74
Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson Study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2012, tidak dipublikasikan.
50
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian yang berjudul “Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan
Profesionalitas Guru PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten”.
Penelitian skripsi ini dilaksanakan dari bulan Oktober 2013 sampai bulan
Desember 2013 digunakan untuk pengumpulan data mengenai sumber-sumber
tertulis yang diperoleh dari buku-buku yang ada di perpustakaan, serta sumber
lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan salah satu
model pembelajaran “Lesson Study dan Profesionalitas Guru”. Adapun tempat
penelitian ini dilakukan di sekolah yakni SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang
yang telah melaksanakan open class dengan tipe lesson study berbasis
MGMP.
B. Metode dan Desain Penelitian
Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini,
digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara
mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku mengenai
model-model pembelajaran yang dapat meningkatkan profesionalitas guru,
buku-buku pendidikan, skripsi, jurnal dan lain sebagainya yang ada
relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan
kemampuan penulis. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini
adalah kualitatif.
51
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang ecara individual maupun
kelompok. Beberapa deskriptif digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip
dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan. Kebanyakan penelitian
kualitatif bersifat deskriptif dan eksplanatori. Beberapa penelitian memberikan
deskripsi tentang situasi yang kompleks, dan arah bagi penelitian selanjutnya.
Penelitian lain memberikan eksplanasi (kejelasan) tentang hubungan antara
peristiwa dengan makna terutama menurut persepsi partisipan.1
C. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data
1.Teknik Pengumpulan Data
Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang
mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian ini,
peneliti melakukan teknik pengumpulan data dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Setting penelitian ini dilakukan di
sekolah dengan tenaga pendidikan dan kependidikan. Adapun sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:2
a. Data Primer
Data primer merupakan literatur yang membahas secara langsung objek
permasalahan pada penelitin ini, yaitu
1) Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study
Berbasis Sekolah karya: JICA, IDCJ, Kemendiknas, Kemenag, UPI,
UNY, dan UNM
2) Lesson Study Suatu Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan
Pendidik karya Sumar Hendayana. dkk
3) Lesson Study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik
Pendidikan Nonformal, karya Putu Ashintya Widhiartha. Dkk
1Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 60.
2Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2010), h. 308.
52
4) Lesson Study Berbasis Sekolah karya Prof. Dra. Herawati Susilo,
M.Sc., Ph.D. dkk
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber penunujang yang dijadikan alat
untuk membantu penelitian, yaitu berupa buku-buku atau sumber-
sumber dari penulis lain yang berbicara tentang pendidikan berupa
hasil penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain (skripsi), jurnal
dan lain sebagainya yang ada relevansinya dengan masalah penelitian.
Sumber primer yang dijadikan oleh peneliti berupa buku-buku
yang membahas masalah penelitian yang diteliti oleh penulis sebagai
berikut:
1) Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru karya Dr. Rusman, M.Pd
2) Pokoknya Action Research karya A Chaedar Alwasilah
3) Pengembangan Profesionalitas Guru karya Drs. Fachruddin
Saudagar, M.Pd.
4) Membangun Profesionalitas Guru karya Asrorun Ni’am Sholeh
Selanjutnya bila dilihat dari segi cara, penelitian kualitatif ini
menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a. Obeservasi
Metode observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.
Penelitian Ini menggunakan dua macam observasi.
1) Observasi partisipatif dan non partisipatif
Observasi dapat dilakukan secara partisipatif dan non partisipatif.
Dalam observasi partisipatif (partisipatory observation), pengamat
ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung. Sedangkan dalam
observasi non partisipatif (non partisipatory observation), pengamat
ikut berperan serta pada kegiatan yang berlangsung.3
3 Nana Saodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007), h. 220.
53
Pada dasarnya observasi bertujuan untuk mendeskripsikan setting
yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang
terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif
mereka terlibat dalam kejadian yang diamati tersebut.4 Pada penelitian
ini peneliti menggunakan observasi non partisipan (Non Partisipan
Obseration), yakni peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen.5
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang
lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan
tujuan tertentu.6 Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya
langsung pada yang diwawancarai.7 Wawancara juga teknik
pengumpulan informasi melalui komunikasi secara langsung dengan
responden. Wawancara menggunakan seperangkat daftar pertanyaan
yang sudah disiapkan oleh peneliti sesuai dengan rumusan masalah
yang akan dijawab melalui proses wawancara.8
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak
terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face)
maupun dengan menggunakan telepon.9 Metode wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstruktur.
Wawancara tidak terstruktur artinya responden mendapat kebebasan
dan kesempatan untuk mengeluarkan pikiran-pikirannya, pandangan,
4Iin Tri Rahayu, Tristiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara, (Jawa Timur :
Bayumedia Publishing, 2004), Cet. I, h. 3. 5Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV
Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 145. 6Deddy Maulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Rosda, h. 180. 7Masri Singarimbun, Sofian Efendi, (Penyunting), Metode Penelitian Survai,
(Jakarta: LP3ES, 1989), h. 192. 8Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: GP Presss
Group, 2013), h. 20. 9Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, (Bandung: CV
Alfabeta, 2013), Cet. XVIII, h. 138.
54
perasaannya tanpa diatur ketat oleh peneliti. Akan tetapi kemudian,
setelah peneliti memperoleh keterangan-keterangan, peneliti dapat
mengadakan wawancara yang lebih berstruktur yang disusun
berdasarkan apa yang telah disampaikan oleh responden.10
c. Dokumentasi
Cara pengumpulan data dengan dokumentasi ini merupakan
sumber non manusia. Teknik pengumpulan data dengan menghimpun
dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar
maupun elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih yang
sesuai dengan tujuan dan fokus masalah.11
No Jenis Dokumen Rincian Dokumen
1 Profil
Lembaga/Sekolah
a. Identitas SMP Negeri 1
Kramatwatu Serang-Banten
b. Visi, misi, dan tujuan
c. Sarana dan Prasarana
d. Jumlah Siswa SMP N 1
Kramatwatu Serang Banten
Tahun Pelajaran 2012/2013
e. Data pendidik dan tenaga
kependidikan
2 Laporan Kegiatan
Proses pelaksanaan
Lesson study MGMP
PAI
Deskripsi Data Hasil
Intervensi Tindakan
10
S. Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito,
1988), h. 72. 11
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 221-222.
55
2. Teknik Analisis Data
Maksud utama analisis data adalah untuk membuat data itu dapat
dimengerti, sehingga penemuan yang dihasilkan bisa didokumentasikan
kepada orang lain. Pelaksanaan analisis data dilakukan pada saat peneliti
masih di lapangan, dan setelah data terkumpul. Dalam penelitian kualitatif,
jenis data yang dihasilkan adalah data lunak, yang berupa kata-kata, baik
yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi. Agar data
yang telah dikumpulkan sesuai dan fokus pada masalah penelitian maka
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah
model analisis data mengalir (flow model). Miles dan Huberman
mengatakan ada tiga langkah utama dalam menganalisis data.12
Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data model mengalir
(Miles dan Huberman)
(Sumber: Pedoman Penulisan Skripsi FITK UIN, 2013)
Berdasarkan gambar di atas berikut penjelasan singkat mengenai
komponen analisis data:13
a. Pengumpulan Data
12
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung:
Pustaka Cendekia Utama, 2010), h. 147 13
Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri, 2013), h. 70.
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penyajian
Data
Penarikan
Kesimpulan
56
Peneliti membuat catatan data yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi yang merupakan catatan
lapangan yang terkait dengan pertanyaan atau tujuan penelitian.
b. Reduksi Data
Reduksi data adalah proses memilih, menyederhanakan,
memfokuskan, mengabstraksi, dan mengubah data mentah yang
diperoleh dari hasil penelitian.
c. Penyajian Data
Sajian data merupakan suatu cara merangkai data dalam suatu
organisasi yang memudahkan untuk pembuatan kesimpulan dan
tindakan yang diusulkan.
d. Penarikan Kesimpulan
Setelah data yang terkumpul direduksi dan selanjutnya disajikan,
maka langkah yang terakhir dalam menganalisis data adalah menarik
kesimpulan atau verifikasi. Adapun verifikasi data adalah penjelasan
tentang makna data dalam suatu konfigurasi yang secara jelas
menunjukan alur kausalnya, sehingga dapat diajukan proposisi-
proposisi yang terkait dengannya.14
3.Pemeriksaan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data pada skripsi ini dapat dilakukan dengan empat
cara, yaitu:
a. Kredibilitas dan Transferabilitas Data
Kredibilitas dan Transferabilitas Data menunjukan tingkat
kejelasan fenomena hasil penelitian sesuai dengan kenyataan. Dalam
penelitian kualitatif menunjukan sejauhmana tingkat interpretasi dan
konsep-komsep yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara
partisipan dengan peneliti. Kriteria kredibilitas melibatkan penetapan
hasil penelitian kualitatif adalah kredibel atau dapat dipercaya dari
perspektif partisipan dalam penelitian tersebut. Strateginya meliputi
14
Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, (Bandung:
Pustaka Cendekia Utama, 2010), h.147.
57
perpanjangan pengamatan, ketekunan penelitian, triangulasi
(mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan berbagai sumber
dari luar data sebagi bahan perbandingan), diskusi teman sejawat,
analisis kasus negatif dan membercheking.
b. Reliabilitas
Dalam penelitian kualitatif, reliabilitas ditunjukan sejauhmana
kualitas proses dalam mengkonseptualisasikan penelitian, nilai, dan
pengumpulan data, interpretasi temuan dan pelaporan yang dimintakan
pihak-pihak atau orang-orang yang telah pakar atau ahli dalam
penelitian kualitatif. Reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan untuk
mempertajam uraian deskriptif kongkrit, yaitu pengungkapan data
wawancara dan dokumen dengan konfimasi berulang-ulang terhadap
responden.15
D. Teknik Penulisan
Secara teknis, skripsi ini mengacu pada Teknik Penulisan Makalah dan
Skripsi , Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullaah
Jakarta 2013.
15
Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri, 2013), h. 72-75.
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Langkah selanjutnya dalam analisis data adalah penyajian data atau
sekumpulan informasi yang memungkinkan peneliti melakukan penarikan
kesimpulan. Penyajian data yang umum dilakukan dalam penelitian kualitatif
adalah teks naratif yang menceritakan secara panjang lebar temuan penelitian,
Dalam bab IV ini akan dikemukakan deskripsi data hasil penelitian. Sesuai
dengan data yang diperoleh penulis, maka disajikan data sebagai berikut:
A. Deskripsi Data
(Gambar 4.2)
(Gambar 4.1)
HASIL OBSERVASI
(Perencanaan)
PLAN
Hasil observasi yang didapat penulis
terdapat 3 tahap kegiatan dalam
pelaksanaan lesson study yakni
perencanaan (plan), Pelaksanaan
(do), Refleksi (see). Berdasarkan
hasil dari tahap perencanaan yang
telah dilakukan pada tanggal 8
November 2013 oleh guru PAI secara
berkelompok telah dihasilkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Tersusunnya rencana waktu,
tempat open class beserta
guru model
2. Tersusunnya Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
yang sesuai dengan kegiatan
pembelajaran
3. Adanya lembar kerja siswa
dan soal-soal tes untuk
mengukur keberhasilan
4. Format lembar observasi
persiapan pelaksanaan
pembelajaran, lembar
Pelaksanaan
Lesson Study di
SMP Negeri 1
Kramatwatu
Serang-Banten
59
(Gambar 4.3)
(Gambar 4.1)
(Gambar 4.4)
HASIL OBSERVASI
(Pelaksanaan)
DO
Hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti dengan mengamati guru
model dan siswa selama proses
pembelajaran. Maka kegiatan lesson
study dilaksanakan pada hari Kamis
di kelas 8a Semester 1 tahun
2013/2014 pada SMP Negeri 1
Kramatwatu Kabupaten Serang. lebih
jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan.
Pelaksanaan
Lesson Study di
SMP Negeri 1
Kramatwatu
Serang-Banten
HASIL OBSERVASI
(Refleksi)
SEE
Hasil observasi yang dilakukan oleh
peneliti setelah mengamati guru
model dan siswa selama proses
pembelajaran. Maka kegiatan
refleksinya guru model terlebih
dahulu menyampaikan kesan yang ia
dapat selama proses pembelajaran
berlangsung sebelum para
observer/pengamat menyampaikan
saran dan kritik mereka. lebih
jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan.
60
(Gambar 4.7)
(Gambar 4.8)
(Gambar 4.9)
HASIL WAWANCARA
Hasil wawancara yang dilakukan
peneliti selama penelitian oleh guru
PAI yang menjadi guru model Detty
Herawati, S.Ag pada hari Selasa,
tanggal 19 November 2013 di ruang
guru SMP N 1 Kramatwatu adalah
setelah proses pelaksanaan lesson
study selesai guru bisa mengevaluasi
cara mengajarnya sehingga cara
mengajar yang awalnya terkesan
konservatif bisa lebih terlihat inovatif.
Dengan pelaksanaan lesson study
maka kompetensi yang dimiliki guru
dapat meningkat sehingga para guru
PAI bisa menjadi guru yang
profesional. lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan.
AKTIVITAS
MENGAJAR
GURU MODEL
(Gambar 4.5)
HASIL OBSERVASI
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti sebagai berikut:
Secara keseluruhan bahwa hasil
pelaksanaan kegiatan pembelajaran
yang dilakukan telah berjalan sesuai
dengan rencana dan boleh dianggap
berhasil dengan baik. Hal ini tampak
ketika dalam proses pembelajaran
siswa dapat mengikuti skenario pem-
belajaran yang telah dilakukan. lebih
jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan. (Gambar 4.6)
.
HASIL OBSERVASI SISWA
KELAS VIII A
Hasil observasi yang dilakukan
peneliti pada proses pembelajaran
siswa. Dalam proses pembelajaran
siswa dapat mengikuti skenario pem-
belajaran yang telah dirancang oleh
guru. Terciptanya proses
pembelajaran yang aktif, inovatif dan
menyenangkan. Siswa tidak mudah
jenuh dengan pembelajaran sehingga
selalu bersemangat
AKTIVITAS
BELAJAR SISWA
Kelas VIII A
61
B. Lesson Study sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru PAI di
SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
1. Implementasi Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-
Banten
Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif
pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa
yang melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson
study yang dikembangkan. Lesson study yang dilakukan di SMP Negeri 1
Kramatwatu adalah lesson study berbasis musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP). Pada kegiatan open class ini dilakukan pada mata
pelajaran pendidikan Agama Islam, jadi sekelompok guru pendidikan
agama Islam di wilayah Banten berkumpul untuk bermusyawarah dengan
tujuan meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.
Untuk mengetahui secara langsung bagaimana praktik lesson study
sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru PAI di SMP Negeri 1
Kramatwatu Serang-Banten, maka peneliti mengunjungi langsung ke SMP
Negeri 1 Kramatwatu dengan izin dari Kepala SMP Negeri tersebut.
Setelah mendapat izin peneliti ikut secara langsung dalam kegiatan lesson
study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten mulai dari tahap
perencanaan (plan), pelaksanaan (do), dan refleksi (See). Dalam mengikuti
kegiatan ini peneliti melakukan observasi dan wawancara terkait dengan
lesson study yang telah dilaksanakan.
Untuk memperjelas gambaran pelaksanaan lesson study sebagai
upaya peningkatan profesionalitas guru PAI, di bawah diuraikan secara
lebih rinci mengenai tahapan-tahapan kegiatannya mulai dari perencanaan,
sampai refleksi yang telah dilaksanakan di SMP Negeri 1 Kramatwatu
Serang-Banten pada tanggal 18 November 2013 Tahun Ajaran 2013-2014.
Berikut hasil pengamatan peneliti terkait kegiatan tahapan-tahapan yang
ada dalam lesson study.
62
a. Tahapan Lesson Study
1) Perencanaan (Plan)
Tahap awal persiapan dimulai dengan melakukan identifikasi
masalah pembelajaran yang meliputi materi ajar, teaching materials
(hands on), strategi pembelajaran, dan siapa yang akan menjadi guru
model. Materi ajar yang dipilih tentu harus disesuaikan dengan
kurikulum yang berlaku serta program yang sedang berjalan di SMP
Negeri 1 Kramatwatu. Hal yang dilakukan dalam tahap ini antara lain
meliputi identifikasi masalah pembelajaran, serta alternative solusi
yang mungkin dipilih. Menurut para guru PAI, materi yang harus
diajarkan pada semester yang sedang berlangsung adalah tentang
meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah. Berdasarkan
pengalaman, konsep tentang materi ini dipandang kurang menarik bagi
siswa karena mereka dituntut menghafal nama-nama Rasul, sifat-sifat
Rasul beserta arti sifat tersebut. Maka perlu dicari cara pembelajaran
yang dapat mengubah pandangan tersebut. Pada materi ini
direncanakan siswa melakukan proses diskusi yang terlebih dahulu
dibentuk kelompok tiap kelompok mendapat 5 nama rasul dan
diskusikan tentang sifat-sifatnya. Hasil diskusi tersebut disampaikan
dengan cara perwakilan tiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya
di depan siswa kelompok lain. Kegiatan belajar tersebut diharapkan
dapat mengubah pandangan siswa yakni siswa bukan hanya dituntut
untuk hafal nama-nama Rasul dan sifatnya namun siswa bisa lebih
menghayati, memahami serta meneladani tentang sifat Rasul yang
nantinya bisa mereka terapkan dikehidupan sahari-hari.
Langkah-langkah pembelajaran yang akan dilakukan di kelas VIII
dirancang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Bersamaan dengan perancangan RPP, dibuat juga lembar kerja siswa
(LKS) yang digunakan untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Pada
LKS berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa.
Selain mempersiapkan materi ajar dan strategi pembelajarannya, para
63
guru pun mempersiapkan fihak-fihak yang perlu diundang untuk
menjadi observer dalam implementasi pembelajaran yang dilanjutkan
dengan kegiatan refleksi. Disamping kelompok guru sebidang, dalam
pelaksanaan lesson study tidak tertutup kemungkinan untuk
mengundang guru-guru mata pelajaran lain, Kepala Sekolah, ahli
pendidikan bidang studi atau ahli bidang studi terkait, para pejabat
yang berkepentingan, atau masyarakat pemerhati pendidikan.
Kehadiran Kepala Sekolah dalam suatu lesson study sangatlah penting
karena informasi yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di kelas
dan refleksi pasca pembelajaran dapat menjadi masukan berharga bagi
peningkatan kualitas sekolah secara keseluruhan. Keragaman observer
yang hadir dalam kegiatan lesson study sangat menguntungkan karena
latar belakang pengetahuan yang berbeda-beda dapat menghasilkan
pandangan beragam sehingga bisa memperkaya pengetahuan para
guru.1
Pada tahap perencanaan (plan) dalam praktik lesson study yang
telah dilaksanakan diketahui bahwa dalam model lesson study setiap
guru dituntut untuk mampu membuat rencana pembelajaran yang
sesuai dengan kemampuan para siswa. Hal ini berarti guru secara tidak
langsung dapat meningkatkan kemampuan mengelola pembelajaran
dengan cara memahami karakteristik siswa yang ada. Menurut penulis
pada tahapan ini sudah menyentuh salah satu aspek kompetensi yang
harus dimliki guru yakni kompetensi pedagogik, karena guru sudah
berusaha mengelola pembelajaran dengan membuat rencana
pembelajaran dan dalam tahapan ini guru berusaha mengubah
pandangan siswa terhadap materi pembelajaran yang dianggap sulit.
2) Pelasanakaan (Do)
Tahapan ini dilakukan setelah semua perangkat pembelajaran siap
digunakan. Kegiatan pelaksanaan (do) dilaksanakan pada tanggal 18
November 2013 di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten mulai
1Dokumentasi Hasil Observasi Pada tanggal 8 November 2013.
64
dari jam 08:45 sampai jam 10:10 WIB. Pembelajaran dilakukan oleh
Detty Herawati, S.Ag di kelas 8a dengan mengambil materi tentang
meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah SWT. Banyaknya siswa
dalam kelas ada 28 siswa dan proses pembelajaran dilakukan secara
berkelompok, semuanya ada lima kelompok yang masing-masing
kelompok ada enam siswa. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di
kelas VIII.
Sebelum melaksanakan proses open class perlu dilakukan
pertemuan singkat (briefing) yang dipimpin oleh Kepala Sekolah. Pada
pertemuan ini, setelah Kepala Sekolah menjelaskan secara umum
kegiatan lesson study yang akan dilakukan, selanjutnya sebelum guru
model memulai pembelajaran, guru model diberi kesempatan
mengemukakan rencananya secara singkat. Informasi ini sangat
penting bagi para observer terutama untuk merancang rencana
observasi yang akan dilakukan di kelas. Selesai guru menyampaikan
penjelasan, selanjutnya sebelum para observer dan Kepala Sekolah
masuk ke kelas 8a, Kepala Sekolah mengingatkan kepada para
observer untuk tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.2
Observer dipersilahkan untuk memilih tempat strategis sesuai
rencana pengamatannya masing-masing. Selanjutnya guru model
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan rencana. Awal
pembelajaran dimulai dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang
akan dilakukan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan singkat
tentang materi Meningkatkan Keimanan pada Rasul Allah SWT guru
model menggunakan media pembelajaran visual yakni materi
ditampilkan dalam tampilan Mc Power Point menggunakan proyektor
karena guru menggunakan model pembelajaran Somatic Auditory
Visualization Intellectualy (SAVI). Pembelajaran SAVI adalah
pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
2 Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 18 November 2013.
65
semua alat indra yang dimiliki siswa. Setelah guru selesai menjelaskan
siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok. Kemudian diberi tugas
untuk mendiskusikan beberapa nama-nama Rasul dan sifat-sifatnya.
Pada saat diskusi selesai, guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi yang telah ia lakukan
kepada siswa kelompok lain. guru member apresiasi bagi perwakilan
kelompok yang telah menyampaikan hasil diskusinya serta memberi
pembenaran. Pada akhir pembelajaran guru melakukan evaluasi
dengan cara memberikan LKS kepada tiap siswa. Kemudian
memberikan penilaian.
Kegiatan lesson study pada tahap implementasi ini dihadiri oleh
delapan orang observer dan tiga orang dari pengurus MGMP. Posisi
para observer di dalam kelas tersebar di pinggir kelas, serta di depan
dan di belakang. Observer melakukan pengamatan di kelas
berdasarkan pada lembar observasi kegiatan lesson study. Observasi
terutama ditujukan pada interaksi yang terjadi antara siswa dengan
siswa dalam kelompok, interaksi siswa antar kelompok dalam diskusi
kelas, interaksi antara guru dan siswa selama proses pembelajaran,
aktivitas siswa dalam belajar, kapan siswa mulai belajar, kapan siswa
mulai terlihat bosan belajar, dan kapan siswa selesai belajar. Para
observer tidak diperkenankan untuk melakukan intervensi pada
kegiatan yang dilakukan siswa, maupun yang dilakukan oleh guru.
Dengan cara seperti itu, siswa tidak terganggu dengan kehadiran para
observer yang jumlahnya melebihi jumlah siswa di dalam kelas
3) Refleksi (See)
Setelah selesai proses pembelajaran, selanjutnya dilakukan kegiatan
refleksi Pada awal kegiatan refleksi, guru model diberi kesempatan
menyampaikan kesan-kesan tentang aktivitas pembelajaran yang telah
dilaksanakannya. Dalam kasus kegiatan lesson study yang disajikan
ini, guru menyampaikan bahwa pada awalnya dia merasa gugup
(nervous) ketika melakukan pembelajaran dikarenakan banyaknya
66
jumlah observer yang mengamati ketika dia mengajar. Setelah guru
menyampaikan kesan-kesannya, para observer secara bergantian
menyampaikan tanggapan dan kesan-kesannya terhadap pembelajaran
yang telah mereka saksikan. Dari kegiatan refleksi terungkap beberapa
tanggapan dari para observer bahwa proses pembelajaran yang
dilakukan guru tersebut sudah sangat baik mulai persiapan sampai
implementasinya. Guru sudah membimbing siswa dengan baik dalam
upaya memahami konsep yang dipelajari yaitu meningkatkan
keimanan kepada Rasul Allah SWT.3
Beberapa hal yang masih perlu ditingkatkan adalah dalam hal
pengelompokan masih ada terlihat beberapa siswa yang kurang
merespon kegiatan yang ada di dalam pembelajaran sehingga siswa
tersebut terlihat tidak aktif dan guru model harus tetap melihat waktu
yang telah direncanakan yakni 2 x 40 menit. Sehingga jangan sampai
terulang waktu habis sebelum proses pembelajaran selesai.
b. Manfaat Pelaksanaan Lesson Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu
Serang-Banten.
Untuk mengetahui manfaat bagi guru yang telah melaksanaan
lesson study. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah
dilaksanakan salah satu guru menyatakan bahwa setelah mengikuti
pelaksanaan lesson study:4
1) Guru mampu menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan
strategi yang dipilih secara efektif dan efisien.
2) Guru mampu memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kolegalitas.
3) Guru melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4) Guru mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
berbagai potensi yang mereka miliki.
3Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013. 4Hasil Wawancara dengan guru model Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri
1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
67
5) Guru bisa lebih mengenal pribadi siswa, potensi bakat yang ia
miliki.
6) Guru bisa mengevaluasi cara mengajar yang telah dilakukan agar
cara mengajar bisa lebih baik
Selain itu guru juga mampu bersikap terbuka dalam menerima
kritik terhadap kekurangan dalam proses pembelajaran yang ia
lakukan. Guru bisa lebih mengevalusi dirinya secara objektif menurut
peneliti secara tidak langsung hal ini dapat dijadikan sebagai pelatihan
guru agar lebih profesional terhadap profesi yang ia miliki.
Menurut para guru pada awalnya terasa berat dan sulit untuk dapat
menerima kritikan yang diberikan oleh para observer/pengamat saat
lesson study, tapi sejalan dengan terus berkembangnya peserta didik
yang makin beragam maka guru harus mampu mengendalikan peserta
didik. Dengan adanya lesson study di sekolah maslah terkait cara
melakukan pembelajaran yang efektif untuk peserta didik dapat
terselesaikan. Menerima keritikan yang positif beserta saran dari para
observer saat proses lesson study maka guru akan memperoleh cara
atau inovasi pembelajaran yang mampu mengendalikan peserta didik
sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih efektif dan
efisien.
2. Dampak Lesson Study terhadap Profesionalitas Guru PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Upaya peningkatan guru
bukan hanya kegiatan sesaat, tatapi lebih merupakan kegiatan
berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan konsep
continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang
sangat tepat untuk dimaksudkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru
(KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran tidak lain dan tidak bukan
adalah lesson study. Mengapa? Karena dengan lesson study para guru akan
68
melakukan proses pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk
meningkatkan kompetensinya. Sehingga sikap profesionalitas yang
dimiliki guru dapat meningkat. Berdasarkan wawancara dengan guru
koordinator lesson study MGMP PAI yang telah melaksanakan lesson
study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang. Ada beberapa hal penting
yang dapat diperoleh melalui kegiatan lesson study.5
a. Terjalinya kemitraan yang mutual antara guru mata pelajaran dengan
sekolah mitra
b. Melalui kegiatan lesson study dapat dikembangkan pembelajaran yang
dapat mendorong siswa belajar secara aktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan melalui hands on dan mind on activity life, dan local
materials
c. Lesson study memberikan pemahaman bagi guru tentang pentingnya
pengkajian pembelajaran sebagai dasar peningkatan profesional
masing-masing.
Dengan demikian dapat disimpulkan Dampak yang terjadi pada guru
setelah melaksanakan lesson study adalah adanya peningkatan kompetensi
pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi
kepribadian. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam Guru PAI lebih
inovatif, metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan terhadap
tingkat kemampuan siswa, guru tidak segan saling berbagi pengalaman
dan ide, saling memotivasi dan mendapatkan umpan balik terhadap
pembelajaran yang dilaksanakan, adanya kepuasan dan keikhlasan dalam
bekerja. Dengan dilaksanakannya lesson study dapat meningkatnya
kualitas serta kuantitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bagi siswa adanya program lesson study menyebabkan terjadinya
peningkatan pemahaman terhadap materi pelajaran, peningkatan minat
siswa terhadap mata pelajaran, peningkatan motivasi belajar, peningkatan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Tidak ada rasa cemas, siswa
5Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013
69
gembira, dan siswa percaya diri, tidak takut bertanya, peningkatan
efektivitas hasil belajar, serta adanya kepuasaan dalam belajar.
Guru yang bermutu dan profesional adalah guru-guru yang memiliki
kompetensi dari semua aspek, yaitu aspek pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Undang-undang.
Dengan adanya persyaratan profesionalisme guru ini. Muncul paradigm
baru untuk profil guru Indonesia yang profesional yaitu memiliki
kepribadian matang dan berkembang, penguasaan ilmu yang kuat,
keterampilan untuk membangkitkan peserta didik kepada sains dan
teknologi, dan perkembangan profesi secara berkesinambungan.6
Tim Dosen UPI melukiskan gambaran umum tujuan utama lesson
study, dan hubungan dengan empat kompetensi guru yang diharapkan UU
No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen.
6Muhammad Surya, Landasan Pendidiakan: Menjadi Guru Yang Baik, (Bogor:
Ghalia Indonesia,2010), cet. 1, h. 9.
70
Gambar 4.10 Gambaran Umum dan Tujuan Utama Lesson Study
serta Hubungannya dengan Kompetensi7
(Sumber Tim Dosen UPI)
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwasannya pelaksanaan
lesson study mempunyai hubungan yang dapat meningkatkan empat
7Indonesia Center of Lesson Study, Kiat-kiat Lesson Study, dari
http://www.icls.upi.edu. h. 3. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2014.
Gambaran Umum
Lesson study
Merencanakan
pembelajaran berdasarkan
tujauan dan perkembangan
siswa
Mengobservasi
pembelajaran untuk
mengumpulkan data tentang
aktivitas belajar siswa
Menggunakan data hasil
observasi untuk melakukan
refleksi pembelajaran secara
mendalam dan luas
Jika perlu melakukan re-
planning dengan topic sama
untuk pembelajaran pada
kelas lain
Tujuan Utama Lesson
Study
Meningkatnya
pengetahuan tentang
materi ajar
Meningkatnya
pengetahuan tentang
pembelajaran
Meningkatnya
kemampuan
mengobservasi aktivitas
belajar
Semakin kuatnya
hubungan antara
pelaksanaan
pembelajaran sehari-hari
dengan tujuan jangka
panjang Meningkatnya
kualitas rencana
pembelajaran
Semakin kuatnya
hubungan kolegalitas
Semakin meningkatnya
motivasi untuk selalu
berkembang
Kompetensi
Profesional
Kompetensi
Pedagogik
Perbaikan
Mutu
pembelajaran
terus menerus
Kompetensi
Sosial
Kompetensi
Kepribadian
71
kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik agar dapat menjadi guru
yang profesional. Karena pada prinsip guru profesionalitas guru harus
Memliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas dan
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat. Apabila guru telah memiliki
keempat kompetensi tersebut di atas maka guru tersebut telah memiliki
hak profesional.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Lesson
Study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten.
Dalam praktik lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu terdapat
beberapa faktor pendukung terlaksananya kegiatan lesson study ini sebagai
pengupayaan peningkatan profesionalitas guru yaitu: Adanya dukungan
yang tinggi dari pihak pengelola sekolah, apresiasi yang tinggi diberikan
dari Kepala Sekolah pelaksanaan lesson study sebagai salah satu upaya
peningkatan profesionalitas guru sekaligus peningkatan mutu
pembelajaran di kelas. Selain itu sikap antusias dari para guru-guru SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang-banten yang tinggi untuk mengikuti dan
melaksanakan praktik lesson study. Sejaran dengan pelaksanaan lesson
study sebagai upaya peningkatan profesionalitas guru pendidikan agama
Islam terungkap beberapa faktor penghambat atau kendala yang dialami
pada saat proses yang dilaksanakanm. Kendala yang paling sering
dihadapi ialah keterbatasan waktu dalam melakukan lesson study dan
biaya yang terbatas yang ada di sekolah. Terkadang juga ditemukan
kendala yang datang dari guru itu sendiri, contohnya masih ada guru yang
kurang rajin dan tidak ingin untuk dievaluasi pembelajarannya dalam
tahapan lesson study. Kendala yang lainnya pun seperti adanya kesulitan
dalam mengatur jadwal untuk mengundang guru agar menjadi observer
dikarenakan jadwal guru yang penuh.8
8 Hasil Wawancara dengan ketua koorinator Lesson Study MGMP PAI di SMP
Negeri 1 Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
72
Terlepas dari faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan
lesson study di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang. Para guru sepakat
bahwasanya pelaksanaan lesson study sebagai pengupayaan peningkatan
profesionlitas guru pendidikan agama Islam berlangsung dengan baik dan
perlu dikembangkan secara berkelanjutan guna meningkatkan
profesionalitas keguruan yang dimliki guru. Untuk mendapat informasi
yang lebih mendalam terkait pengupayaan lesson study dalam peningkatan
profesionalitas guru pendidikan agama Islam, peneliti melakukan
wawancara dengan guru model yang sudah menerapkan lesson study.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut lesson study di SMP Negeri 1
Kramatwatu Serang mendapat banyak dukungan dari banyak kalangan
seperti seluruh civitas sekolah, para pegawas, kepala sekolah, guru-guru
yang menjadi pengurus lesson study MGMP dalam rangka pengupayaan
peningkatan profesionalitas guru sehingga saat ini guru tiap mata pelajaran
sudah mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dalam pembelajaran.9
9Hasil Wawancara dengan guru model Lesson Study MGMP PAI di SMP Negeri 1
Kramatwatu Serang pada tanggal 19 November 2013.
73
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Implementasi Lesson study dalam peningkatan profesionalitas guru
PAI di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
Sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan yang
idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Lesson study yang
dilakukan di SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah lesson study berbasis
musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Pada kegiatan open class ini
dilakukan pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Proses
pelaksanaannya pun berlangsung dengan baik, banyak yang mendukung
pelakasanaan kegiatan lesson study ini. Mulai dari kepala sekolah dan
para guru-guru serta para pengawas kegiatan lesson study. Setiap
tahapan lesson study mulai dari tahap perencanaan (plan), pelaksanaan
(do) sampai tahap refleksi (see) mampu memberikan makna yang dapat
meningkatkan sikap profesionalitas guru pendidikan agama Islam (PAI)
2. Dampak Lesson study terhadap peningkatan profesionalitas guru PAI
di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
Setelah proses kegiatan lesson study ini dilakukan maka dampak
yang dirasakan guru PAI adalah meningkatnya kemampuan kompetensi
pedagogic, komptensi sosial, kompetensi profesional dan kompetensi
kepribadian. Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam guru lebih
74
inovatif dengan metode pembelajaran lebih bervariasi dan lebih relevan
terhadap tingkat kemampuan siswa. Serta meningkatnya kualitas dan
kuantitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
3. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan lesson study
di SMP Negeri 1 Krmatwatu Serang-Banten
Peneliti menemukan beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan
lesson study MGMP PAI ini yakni adanya dukungan penuh dari
kepala sekolah, ketua koordinator pelaksanaan lesson study MGMP
PAI serta adanya sikap antusias para guru-guru untuk ikut
melaksanakan lesson study ini. Sedangkan faktor penghambat dalam
pelaksanaan lesson study MGMP PAI persoalan waktu dan biaya yang
terbatas untuk melaksankan kembali kegiatan lesson study secara
berkesinambungan dan adanya guru yang masih mempunyai sikap
tidak ingin dievaluasi cara pengajarannya.
B. Implikasi
Sebagaimana kesimpulan di atas, maka dalam penelitian kualitatif ini
implikasinya adalah program lesson study dapat dilaksanakan karena adanya
dukungan kerjasama guru yang dilibatkan dalam program pelaksanaan
kegiatan ini. Adanya koordinator yang berperan sebagai fasilitator dengan
menyusun jadwal adanya dana pendukung bagi penyelenggaranya, serta
dukungan kepala sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten. Selain itu
program ini sangat tepat dilakukan dalam kegiatan MGMP sehingga guru
dapat saling kerjasama, berbagi pengalaman dalam pembelajaran, serta
meningkatkan kemampuan kompetensinya.
C. Saran
Dari hasil temuan penelitian di atas, ada beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan dalam pelaksanaan lesson study dalam upayanya
meningkatkan profesionalitas guru PAI sebagai berikut:
1. SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten sebagai sekolah yang
pernah mempraktikan lesson study MGMP dapat membagi
75
pengalamannya kepada sekolah lain yang belum mengenal dan
mempraktikan lesson study agar dapat mempraktikannya di sekolah lain.
2. Dalam pelaksanaan lesson study sebaiknya mengambil jam terakhir
agar tidak terlalu mengganggu pada mata pelajaran yang lain dalam
pelaksanaan lesson study pun lebih memiliki waktu yanglebih leluasa.
3. Bagi kepala sekolah dapat terus memberikan dukungan, mendorong
dan memberikan penghargaan bagi para guru yang mempunyai keinginan
untuk meningkatkan profesionalitas yang ia miliki dengan melaksanakan
lesson study.
4. Perlu adanya sikap antusias dan keinginan yang kuat dari para guru
untuk berkeinginan dalam melaksanakan kegiatan lesson study.
5. Hendaknya kegiatan lesson study ini dilakukan dengan cara
berkelanjutan/berkesinambungan agar mendapat hasil yang maksimal.
Sehingga perbaikan cara mengajar dapat terwujud.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad. Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan, Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2010.
Arikunto, Suharsimi., dkk., Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2007.
Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Action Research, Bandung: PT.Kiblat Buku
Utama, 2011.
Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study untuk Meningkatkan Kemitraan
dan Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal Pendidikan Dasar, nomor
11, 2009.
Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru melalui Model Lesson study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta: 2010. “tidak dipublikasikan”.
Fakhruddin, Asef Umar. Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: DIVA Press, 2010.
Fitriani, Astri, “Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru Melalui Model Lesson
study di SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012. “tidak
dipublikasikan”.
Hakim, Lukmanul. Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima,
2009
Hamdani, Nizar Alam., dan Hermana, Dody. Classroom Action Research, Jakarta:
Rahayasa, 2009.
Hendayana, Sumar., dkk., Lesson study Suatu Strategi untuk Meningkatkan
Keprofesionalan Pendidik, Bandung: UPI Press, 2007.
77
Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di KKG/MGMP, Malang: t.p.,
2010.
J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study (Kasus di
Kabupaten Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Badan Penelitian dan
Peningkatan Kemendiknas, 4, 2011.
Komaidi, Didik., dan Wijayanti, Wahyu. Panduan Lengkap PTK,
Yogyakarta:Sabda Media, 2011.
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan
Profesi Guru, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010.
_ _ _ _ _, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007.
Kusumah, Wijaya., dan Dwitagama, Dedi. Mengenal PenelitianTindakan Kelas,
Jakarta: PT. Indeks, 2009.
Maulyana, Deddy. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya
Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson Study melaui Optimalisasi Peran
Pendamping, ” Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Lesson Study,
FMIPA Universitas Malang.
Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: GP Presss
Group, 2013.
Mulyasana, Dedy. Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011.
Musfah, Jejen. Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber
Belajar Teori dan Praktik, Jakarta: Kencana, 2011.
Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1988.
78
Nata, Abuddin. Manajement Pendidikan, Jakarta: Kencana PMG, 2010.
Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan Proses dan Hasil Pembelajaran
PAI, tt.p: t.p., t.t.
Rahayu, Iin Tri dan Tristiadi Ardi Ardani. Observasi dan Wawancara. Jawa
Timur: Bayumedia Publishing, 2004.
Rusman. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,
Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Sanjaya, Wina. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan
KTSP, Jakarta: Prenanda Media Group, 2008a.
_ _ _ _ _, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Jakarta: Kencana, 2008b.
_ _ _ _ _, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Kencana, 2011.
_ _ _ _ _, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana, 2010.
Saudagar, Fachruddin., dan Idrus, Ali. Pengembangan Profesionalitas Guru,
Jakarta: Gaung Persada, 2011.
Sholeh, Asrorun Ni’am. Membangun Profesionalitas Guru, Jakarta: elSAS
Jakarta, 2006.
Singarimbun, Masri. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES, 1989.
Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang menjanjikan Pasca UU Guru dan
Dosen, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2010.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
79
Surya, Muhammad., dkk., Landasan Pendidikan Menjadi Guru yang Baik,
Bandung: Ghalia Indonesia, 2010.
Susilo, Herawati., dkk., Lesson study Berbasis Sekolah, Malang: Bayumedia
Publishing, 2011.
Uno, Hamzah B. Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi
Pendidikan Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Uzer, Usman. Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja RosdaKarya,
2011.
Yamin, Martinis. Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Ciputat: Gaung
Persada Press, 2006.
_ _ _ _ _, Standarisasi Kinerja Guru, Jakarta: GP Press, 2010.
Widhiartha, Putu Ashintya., dkk., Lesson study Sebuah Upaya Peningkatan Mutu
Pendidik Pendidikan Nonformal, Bandung: Guna Widya, 2009.
Al-Qur’an Terjemah (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2002)
Buku Panduan Implementasi Lesson Study, Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2010.
Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP dan Lesson Study Berbasis
Sekolah, tt.p. : JICA, 2011.
Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri, 2013.
Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, Jakarta: Dapartemen Agama
Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005.
Abu Zakaria, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang
tidak mengetahui, “www.assunnahSurabaya.wordpress.com, diunduh pada
tanggal 24 April 2014.
80
Mengapa Lesson Study, http://p4tkpknips.org/2012-04/meningkatkan-kompetensi-
guru-melalui-lesson-study.htm diunduh pada tanggal 14 Desember 2013.
Risalah Islam, dan Dasar-dasar Islam, http://www. RisalahIslam.com, diunduh
pada tanggal 24 April 2014
Herawati, Detty, wawancara, Serang, 19 November 2013.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
L A M P I R A N | 1
81
LEMBAR OBSERVASI PROFIL LEMBAGA SEKOLAH
1. Sejarah Singkat SMP Negeri 1 Kramatwatu
SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah lembaga pendidikan tingkat
Sekolah Menengah Pertama yang berwawasan global dengan ciri khas
keislaman. SMP Negeri 1 Kramatwatu mengacu pada kebutuhan nasional
yang unggul dalam prestasi dengan wawasan Islami dan berbasis ICT
menuju sekolah rintisan berstandar internasional.
SMP Negeri 1 Kramatwatu beralamat di Jalan Raya Cilegon Km.08
Kecamatan Kramatwatu Kabupaten Serang Provinsi Banten. Lokasi SMP
Negeri 1 Kramatwatu cukup strategis karena dekat dengan jalan raya
sehingga mudah ditempuh, baik dengan kendaraan roda empat maupun roda
dua, suasananya tenang cocok untuk mengadakan proses kegiatan belajar
mengajar dan aktivitas lainnya, sehingga kegiatan sekolah berjalan dengan
baik dan nyaman.
SMP Negeri 1 Kramatwatu mulai menerima siswa baru pada tahun
pelajaran 1982/1983. Pada tahun pelajaran 1982/1983 SMP Negeri 1
Kramatwatu masih dikelola oleh SMP Negeri 3 Serang. Mulai tahun
pelajaran 1983/1984 SMP Negeri 1 Kramatwatu ini mendapat keputusan
pendirian di Kramatwatu Kota Serang Provinsi Banten. Luas areal tanah
SMP Negeri 1 Kramatwatu ±21.395 m², saat ini SMP Negeri 1 Kramatwatu
telah membangun seluas ±5535,5 m², dan tanah siap bangun 15859,5 m².
Dalam bidang akademik adanya penyempurnaan dan pembinaan
proses belajar mengajar. Dengan pendekatan cara belajar aktif, LKS, dan
lain-lain. Selain itu kualitas guru-gurunya pun ditingkatkan, misalnya dengan
mengikut sertakan guru mata pelajaran pada kegiatan MGMP, CTL, PTK,
L A M P I R A N | 1
82
Lesson Study maupun penetaran-penataran lainnya dan memberi kesempatan
seluas-luasnya pada guru-guru untuk menambah ilmu melalui pelatihan-
pelatihan workshop dan lain sebagainya.
Perlu diketahui, SMP Negeri 1 Kramatwatu adalah sekolah
bertaraf/berstandar nasional dan sekolah ini memiliki sarana pengembangan
bakat dan minat yang baik, dan fasilitas olahraga yang cukup lengkap.
Semua usaha tersebut terlihat hasilnya manakala melihat prestasi siswa yang
sangat memuaskan, dan dari tahun ketahun prestasi yang diperoleh terus
meningkat sesuai dengan meningkatnya aktivitas siswa di sekolah dan di
lingkungan masing-masing, terutama dalam bidang olahraga dan upacara
bendera.
2. Visi dan Misi SMP Negeri 1 Kramatwatu
a) Visi SMPN 1 Kramatwatu
Terselenggaranya Pendidikan Berstandar Nasional yang Unggul
dalam Prestasi dengan Wawasan Islami dan Berbasis ICT menuju
Sekolah Rintisan Berstandar Internasional.
b) Misi SMPN 1 Kramatwatu
1) Mewujudkan keadaan sekolah yang aman, nyaman untuk
pelaksanaan PBM.
2) Mewujudkan keadaan yang asri, bersih, dan indah, serta sehat.
3) Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan dan mutahir serta
berbasis ICT.
4) Mewujudkan seluruh pendidik dan tenaga kependidikan yang
kompeten dan trampil mengoprasikan komputer/notebook.
5) Mewujudkan adanya kurikulum sekolah berbasis KTSP.
L A M P I R A N | 1
83
6) Terwujudnya prestasi siswa baik akademik maupun non
akademik.
7) Terwujudnya prestasi guru disekolah dan guru berprestasi di
kabupaten atau Propinsi.
8) Terwujudnya budaya disiplin untuk menunjang proses pendidikan
di sekolah.
9) Terwujudnya kegiatan-kegiatan keagamaan pada masyarakat
sekolah.
10) Terwujudnya prestasi-prestasi siswa dalam lomba: LPIR,
Matematika, Fisika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Volly ball,
Footsal, paduan suara, vocal group.
11) Terwujudnya siswa teladan tingkat kabupaten dan provinsi.
12) Terwujudnya PBM dengan berbasis ICT.
3. Sarana dan Prasarana
Sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar, SMP Negeri 1
Kramatwatu memiliki sarana dan prasarana:
Tabel 4.1
Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Kramatwatu
a. Data ruang belajar/kelas
Kondis
i
Jumlah dan ukuran Jumlah
ruangan
lainnya
yang
digunaka
n untuk
kelas
Jumlah
ruangan
yang
digunaka
n untuk
kelas
Ukura
n
7x9 m²
Ukura
n
>63 m²
Ukura
n
<63 m²
Jumla
h
Baik 18 9 27 - 22
Rusak
ringan
- - - - - -
L A M P I R A N | 1
84
Rusak
berat
- - - - - -
b. Data ruang belajar lainnya
Jenis ruangan Kebutuhan Tersedia Ukuran (p x
l) Kondisi
Perpustakaan 1 1 15 x 9 m Baik
Lab. IPA 2 1 10 x 8 m Baik
Keterampilan 1 1 9 x 7 m Baik
Multimedia 4 3 8 x 7 m Baik
Kesenian 1 1 9 x 8 m Baik
Lab.Bahasa 2 1 9 x 8 m Baik
Lab. Komputer 2 2 6 x 4 m Baik
PTD 1 1 Baik
Serbaguna 1 Baik
c. Data ruangan kantor
Jenis ruangan Jumlah Ukuran Kondisi
Kepala sekolah 1 5 x 4 m Baik
Wakil kepala
sekolah
Guru 1 10 x 8 m Baik
Tata usaha 1 9 x 4 m Baik
Ruang tamu
L A M P I R A N | 1
85
d. Data ruang penunjang
Jenis
ruangan
Jumlah Ukuran Kondisi Jenis
ruangan
Jumlah Ukuran Kondisi
Gudang 1 9 x 8 m Rusak PMR
Pramuka
1 4 x 2 m Rusak
KM/WC
guru
2 4 x 2 m Baik Osis 1 8 x 3 Rusak
KM/WC
siswa
6 3 x 2 m Rusak
ringan
Koperasi 1 8 x 4 m Baik
BK 1 8 x 3 Baik Rumah
penjaga
1 8 x 5 m Baik
e. Lapangan olahraga dan upacara
Jenis ruangan Jumlah Ukuran Kondisi Keterangan
Lapangan volley 1 9 x 18 m Baik Permanen
Lapangan bulu tangkis 1 15 x 9 m Baik Permanen
Lapangan futsal 1 20 x 11 m Sedang Semi
Permanen
Lapangan sepak
takraw
1 15 x 8 m Baik Semi
Permanen
Lapangan sepak bola 1 40 x 70 m Sedang Semi
Permanen
Lapangan basket 1 20 x 10 m Sedang Permanen
Lapangan upacara 1 50 x 40 m Baik Permanen
L A M P I R A N | 1
86
4. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kramatwatu Tahun
Pelajaran 2012/2013
Untuk mengetahui jumlah siswa dan siswi SMP Negeri 1
Kramatwatu Tahun Pelajaran 2012/2013 disajikan dalam bentuk tabel
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kramatwatu Tahun Pelajaran
2012/2013
No Kelas L P Jumlah
1
2
3
Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
102
112
120
186
171
152
288
283
272
Jumlah 843
5. Data Guru SMP Negeri 1 Kramatwatu
Untuk mengetahui data tenaga pengajar disajikan sebagaimana tabel
dibawah ini:
Tabel 4.3
Jenjang Pendidikan dan Status Guru SMP Negeri 1 Kramatwatu
No. Tingkat
Pendidikan
Jumlah dan status guru Jumlah
GT/PNS GTT/Guru Bantu
L P L P
1 S3/S2 1 2 3
2 S1 6 22 3 3 34
3 D-4 1
4 D3/Sarmud 1 5 6
L A M P I R A N | 1
87
5 D2
6 D1
7 SMA
Jumlah 8 29 3 4 43
Tabel 4.4
Jumlah Guru dengan Tugas Mengajar Sesuai dengan Latar
Belakang Pendidikan (Keahlian)
No Guru Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan sesuai
dengan tugas mengajar
Jumlah guru dengan
latar belakang
pendidikan yang tidak
sesuai dengan tugas
mengajar
Jumlah
DI/
D2
D3/
Sarmud
S1/
D4
S2/
S3
D1/
D2
D3/
sarmud
S1/
D4
S2/
S3
1 IPA 1 4 1 6
2 Matematika 5
3 Bahasa
Indonesia
1 5 1 7
4 Bahasa
Inggris
3 2 5
5 Pend.
Agama
Islam
2 2 4
6 IPS 2 3 5
7 Penjaskes 2 1 3
8 Seni
Budaya
1 1 2
9 PKN 1 1 1 3
10 TIK 1 1 2
11 BK 2 2
12 Lainnya 2 1 1 2 6
Jumlah 1 7 29 1 3 6 47
L A M P I R A N | 1
88
B. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan
1. Penelitian Pendahuluan
Penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan melakukan observasi
awal di SMPN 1 Kramatwatu. Kegiatan ini merupakan tahap awal yang
dilakukan peneliti untuk mengetahui kondisi sekolah, guru yang mengajar di
sekolah tersebut dan lingkungan sekolah agar peneliti tidak merasa asing
ketika melakukan penelitian di sekolah tersebut. Dalam kegiatan ini,
peneliti melakukan wawancara dengan guru mata pelajaran pendidikan
agama Islam, melakukan observasi dan mendiskusikan model pembelajaran
lesson study yang akan dilaksanakan oleh guru model mata pelajaran
pendidikan agama Islam.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara tersebut, diperoleh
informasi bahwa model pembelajaran yang digunakan oleh guru PAI pada
saat mengajar adalah dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab
saja. Guru menganggap jumlah siswa yang banyak dalam satu kelas
membuat guru sukar untuk mencoba metode lain. Selain itu diperoleh
informasi juga keaktifan siswa dalam belajar PAI khususnya materi Akidah
Akhlaq masih rendah, siswa cenderung merasa bosan dan hanya menghafal
materi yang telah disampaikan guru.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, ditentukan siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang – Banten Tahun Pelajaran 2013/2014
yang berjumlah 28 orang, terdiri dari 14 siswa putra dan 14 siswa putri
sebagai kelas yang cocok untuk penelitian, terkait dengan keaktifan dan
hasill belajar PAI siswa yang dianggap masih rendah. Penentuan ini
didasarkan pada pengamatan yang dilakukan oleh guru selama mengajar di
kelas VIII A.
L A M P I R A N |2
89
LEMBAR OBSERVASI GURU
Guru Model : Detty Herawati., S.Ag
Hari/tanggal : Senin, 18 November 2013
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VIIIa
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas mengajar guru
NO Aspek yang diamati Deskriptif
1
Menyampaikan inti konsep materi Guru menyampaikan
materi tentang nama-nama
malaikat beserta tugasnya
dengan baik, dan jelas.
2
Membentuk kelompok yang heterogen Guru membentuk siswa
menjadi beberapa
kelompok untuk
melakukan diskusi. Guru
melakuakan pembentukan
kelompok secara
heterogen dengan cukup
baik.
3
Membimbing siswa dalam diskusi kerjasama dalam
kelompok
Pada saat diskusi
berlangsung di tiap
kelompok, guru
mengontrol satu persatu
kelompok yang sedang
berdiskusi dan
memberikan bimbingan
pada siswa secara baik
4
Mengatur penyampaian hasil kerja kelompok Pada saat diskusi selesai
dilakukan siswa,
kemudiam guru member
kesempatan bagi tiap
kelompok untuk
menyampaikan hasil
diskusi mereka. Guru
mengatur perwakilan tiap
L A M P I R A N |2
90
kelompok untuk
menyampaikan hasil
diskusinya secara tertib.
Perwakilan tiap kelompok
sebanyak 2 orang dan
diberiwaktu 5 menit.
5
Membahas hasil kerja kelompok dan memberi
penghargaan kepada kelompok terbaik
Setelah perwakilan tiap
kelompok
mempresentasikan hasil
diskusi mereka, guru
membahas
6 Memberikan dan mengarahkan kepada siswa untuk
bertanya terkait materi
7 Mengarahkan siswa untuk menyimpulkan materi
dan guru menyempurnakan
18 November 2013
Observer
Tuti Aliah
L A M P I R A N |3
91
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Guru Model I : Detty Herawati., S.Ag
Hari/tanggal : Senin, 18 November 2013
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VIII
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
1. Kapan siswa mulai belajar ?
Pada saat guru memulai apersepsi dan memberi penjelasaan mengenai materi yang
diajarkan pada hari tersebut. Pada saat guru membuat siswa menjadi beberapa kelompok diskusi,
pada saat siswa menyimak hasil diskusi teman kelompok lainnya.
2. Kapan siswa bosen belajar ?
Ada beberapa Siswa terlihat bosan pada saat penjelasaan materi sudah hampir selesai
(bisa dilihat pada lembar observasi siswa)
3. Apa yang biasa anda pelajari dari proses pembelajaran tersebut ?
Saya sebagai guru model, merasa banyak pembelajaran yang saya dapatkan diantaranya
saya bisa lebih mengerti kebiasaan siswa dan cara bagaimana siswa dapat mengikuti
proses pembelajaran secara baik dan kreatif.
L A M P I R A N |3
92
LEMBAR OBSERVASI SISWA
Guru Model I : Detty Herawati., S.Ag
Hari/tanggal : Senin, 18 November 2013
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VIII
Tujuan : Untuk mengetahui aktivitas belajar siswa
Pengantar : 1. Perlu diingat bahwa yang menjadi fokus observasi
adalah proses belajar siswa.
2. Fokus pengamatan yang ditawarkan pada lembar
observasi ini hanya bersifat alternative. Para observer
bisa menambah atau menguranginya sesuai keperluan
masing-masing dengan tetap fokus pada kegiatan belajar
siswa.
Aspek yang diobservasi
1. Bagaimana interaksi yang terjadi antar siswa?
Interaksi antar siswa terlihat baik, siswa dilatih untuk berpikir kreatif pada saat
apersepsi disampaikan guru, siswa pun dilatih bekerja sama dengan siswa lainnya pada
saat diskusi berlangsung.
2. Bagaimana interaksi yang terjadi antar siswa dengan guru?
Interaksi siswa dan guru terlihat sangat harmonis, guru terlihat sangat bersahabat
dengan para siswanya. Adanya pembelajaran yang terlihat sangat menyenangkan (masih
ada beberapa siswa yang terlihat bosan, siswa seperti ini butuh penanganan khusus)
3. Bagaimana proses eksplorasi pemahaman materi ajar oleh siswa?
L A M P I R A N |3
93
Siswa sangat terlihat antusias, kreatif, semangat pada saat proses pembelajaran
berlangsung hingga pada saat guru dan siswa member kesimpulan materi yang telah
dipelajari.
L A M P I R A N | 4
93
FORMAT OBSERVASI SISWA
Guru model : Detty Herawati., S.Ag
Mata pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas : VIIIa
Materi : Meningkatkan Keimanan Pada Rasul Allah SWT
Waktu : 2 x 40 menit
Bagaimana proses belajar siswa (berinteraksi, memahami) Keterangan: tanda √ = Baik, tanda X = kurang baik
Pada saat apa ? Bagaimana situasinya ?
Waktu
(menit ke
)
Aktifitas Nama Siswa Ekspresi Interaksi
belajar Pemahaman
Apersepsi
(10 menit)
Aprsepsi
Guru memotivasi
siswa mengenai
nama-nama rasul
Allah, memahami
sifat-sifatnya,
memahami rasul
ulul azmi beserta
sifat rasul ulul
azmi.
ADIK NUR LUTHIYA
AFRIVAL RIZQY NAROMI
AHWANUR ROSA'IL
AISYATUL MARDHIAH
ANJELINA SON TA
ANTYO TEGAR PRASOJO
ARIF MULIAWAN
DICKY YENDRI NOVALDI
DINDA DEWISYAH Y. T
JEREMIA RUMUALDO W.. N
JOSEF RHEIN HARD PASARIBO
MAULANA SUYUTI
MIRA APRILIA
MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH
MUH. DANI WARDANA . K
NADIA ANNISA KAIRIYAH S.
PUTRI LISTIANTI
RADITA AZ-AZHARA
RAFLY FERNANDA
SHANIA FLOURENZA ROMADHON
SHEILA NAFIRA
SILMI RIZKI UTAMI
SUCI FATIKA ANANDHA
TIFANY AGUSTINA
VIRADITYA NADINE A.F
WILLIE ADRIAN
YUSIE AGUSTINA PRATIWIE
DINI FATIHATI
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ X √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ X X
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ X X
√ √ √
√ √ √
L A M P I R A N | 4
94
Kegiatan
inti
(55
menit)
Guru memberikan
penjelasan mengenai
nama-nama rasul
Allah, sifat-sifatnya,
rasul ulul azmi
beserta sifat rasul
ulul azmi.
Siswa menyimak,
bertanya, serta
menyimpulkannya.
bertanya jawab
tentang hal-hal yang
belum diktahui siswa
Guru membagi siswa
menjadi kelompok-
kelompok kecil
(small group).
Guru memberikan
Lembar Kerja
sebagai evaluasi
kepada Sisiwa
secaraKelompok
Guru bersama siswa
bertanya jawab
meluruskan
kesalahan
pemahaman,
memberikan
penguatan dan
penyimpulan )
Guru memberikan
Tes tulis kepada
siswa untuk di
kerjakan secara
Individu
ADIK NUR LUTHIYA
AFRIVAL RIZQY NAROMI
AHWANUR ROSA'IL
AISYATUL MARDHIAH
ANJELINA SON TA
ANTYO TEGAR PRASOJO
ARIF MULIAWAN
DICKY YENDRI NOVALDI
DINDA DEWISYAH Y. T
JEREMIA RUMUALDO W.. N
JOSEF RHEIN HARD PASARIBO
MAULANA SUYUTI
MIRA APRILIA
MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH
MUH. DANI WARDANA . K
NADIA ANNISA KAIRIYAH S.
PUTRI LISTIANTI
RADITA AZ-AZHARA
RAFLY FERNANDA
SHANIA FLOURENZA ROMADHON
SHEILA NAFIRA
SILMI RIZKI UTAMI
SUCI FATIKA ANANDHA
TIFANY AGUSTINA
VIRADITYA NADINE A.F
WILLIE ADRIAN
YUSIE AGUSTINA PRATIWIE
DINI FATIHATI
√
√
√
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ X X
√ √ √
√ X √
√ √ √
√ √ √
X X X
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
X X X
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ X
√ √ √
√ √ √
√ X √
√ √ √
Penutup
(15 Guru bersama siswa
melakukan refleksi
mengenai kegiatan
ADIK NUR LUTHIYA
AFRIVAL RIZQY NAROMI
AHWANUR ROSA'IL
√ √ √
√ √ √
√ √ √
L A M P I R A N | 4
95
menit)
belajar dalam KD ini.
Bermanfaat atau
tidak ?
Menyenangkan atau
tidak ?
AISYATUL MARDHIAH
ANJELINA SON TA
ANTYO TEGAR PRASOJO
ARIF MULIAWAN
DICKY YENDRI NOVALDI
DINDA DEWISYAH Y. T
JEREMIA RUMUALDO W.. N
JOSEF RHEIN HARD PASARIBO
MAULANA SUYUTI
MIRA APRILIA
MOCHAMMAD FAISAL AMRULLAH
MUH. DANI WARDANA . K
NADIA ANNISA KAIRIYAH S.
PUTRI LISTIANTI
RADITA AZ-AZHARA
RAFLY FERNANDA
SHANIA FLOURENZA ROMADHON
SHEILA NAFIRA
SILMI RIZKI UTAMI
SUCI FATIKA ANANDHA
TIFANY AGUSTINA
VIRADITYA NADINE A.F
WILLIE ADRIAN
YUSIE AGUSTINA PRATIWIE
DINI FATIHATI
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
√ √ √
18 November 2013
Observer
Tuti Aliah
L A M P I R A N | 5
96
PEDOMAN WAWANCARA DENGAN GURU
Nama Responden : Detty Herawati, S.Ag
Tempat/Tanggal lahir : Serang, 30 Januari 1975
Jabatan : Guru Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal : Selasa, 19 November 2013
Tempat : Ruang SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang
Tujuan : Untuk mengetahui pendapat guru model
tentang kegiatan lesson study yang telah
dilakukan dan hasil dari pelaksanaan
lesson study tersebut.
Berikut daftar pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan dalam wawancara:
1. Pertanyaan: Bagaimana awal mula Ibu mengenal dan menerapkan Lesson
Study ?
2. Pertanyaan : Sudah berapa kali Ibu mempraktikan Lesson study dalam
pembelajaran ?
3. Pertanyaan : Selama mempraktikan lesson study pengalaman berharga
yang dapat dibagikan kepada guru-guru lain yang berminat
mengembangkan Lesson study dalam praktik mengajarnya seperti apa?
4. Mengapa tertarik dan minat mengembangkan lesson study ?
5. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap lesson study pelatihan apa
saja yang pernah diikuti ?
6. Menurut Ibu, Lesson study itu seperti apa ?
7. Menurut Ibu Apakah Lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru ?
8. Apakah Lesson study dapat disebut sebagai sebuah model pembinaan
guru?
L A M P I R A N | 5
97
9. Jika dibandingkan dengan model –model pembinaan bagi guru seperti
penataran dan pelatihan-pelatihan lainya, apa keunggulan /keistimewaan
lesson study menurut Ibu?
10. Lesson study ada 4 tahapan, langkah-langkah seperti apa yang perlu
dilakukan dalam memperaktikan lesson study pada tahapan perencanaan
(Plan)?
11. Dalam setiap tahapan lesson study pembinaan kompetensi-kompetensi
seperti apa yang didapatkan?
12. Menurut Ibu, bagi guru yang ingin mengembangkan lesson study di
sekolahnya, langkah-langkah apa yang perlu dijalankan?
13. Peranan atau manfaat apa yang didapat darpenerapan lesson study dalam
pembelajaran ?
14. Dalam memperaktikan lesson study pihak mana saja yang ikut terlibat?
15. Kendala dan hambatan dalam penerapan lesson study bagi seorang guru?
16. Apa saran Ibu bagi guru-guru yang berminat mengembangkan lesson
study dalam pengajarannya?
Keterangan: Jawaban Responden direkam dengan Perekam Suara
L A M P I R A N | 6
98
LAPORAN LESSON STUDY (OPEN CLASS)
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DI SMPN 1 KRAMAT WATU SERANG
A. Perencanaan (Plan)
Kegiatan Lesson Study akan dilaksanakan di kelas 8a Semester 1 SMP Negeri 1
Kramat Watu Kab. Serang tahun pelajaran 2013/2014. Lesson Study akan dilaksanakan
pada kelas 8a jam pelajaran ke- 3,4 hari Senin, tanggal 18 November 2013. Dalam
kegiatan Lesson Study tersebut direncanakan untuk mengundang teman-teman sebagai
observer, dan pengurus MGMP PAI sebagai fasilitator dan pemantau pelaksanaan
kegiatan oleh guru model dan kegiatan observasi observer.
Berdasarkan hasil pelaksanaan perencanaan Lesson Study telah dihasilkan beberapa
hal, antara lain,
1. Tersusunnya rencana waktu, tempat open class beserta guru model
2. Tersusunnya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan
pembelajaran
3. Adanya lembar kerja siswa dan soal-soal tes untuk mengukur keberhasilan
4. Format lembar observasi persiapan pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi
aktivitas guru dan siswa selama proses kegiatan
5. Format data-data untuk hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran
B. DO
1. Sesuai dengan rencana atau persiapan, maka kegiatan Lesson Study dilaksanakan
pada hari Kamis di kelas 8a Semester 1 tahun 2013/2014 pada SMP Negeri 1
Kramatwatu Kabupaten Serang.
2. Secara rinci pelaksanaan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
Guru Model
a. Guru Model : Detty Herawaty, S.Ag.
b. Hari : Senin
c. Tanggal : 18 November 2013
L A M P I R A N | 6
99
d. Waktu : 8.45– 10. 10
e. Jam Ke- : 3-4
3. Ketika kegiatan Lesson Study dilaksanakan di kelas 8a sesuai rencana yang
menjadi guru model adalah Detty Herawaty, S.Ag. Hadir pula observer dari guru
PAI yaitu Dra. Saprah, Eli Murtopo, Uswatun Hasanah, Siti Nurlela, Asep Rihbi,
Aminah, S.Ag., Nursa’adah, Drs. Syarifudin. Adapun dari pengurus MGMP hadir
diantaranya Rodiyah, S.Pd.I., Sahruli, M.S.I., dan Bahaudin, M.Ag.
4. Setelah proses pembelajaran dan observasi proses pembelajaran dilakukan,
hasilnya dibahas dalam diskusi refleksi. Dengan menggunakan perangkat yang
telah disiapkan, maka diadakan kegiatan diskusi refleksi dengan hasil sebagai
berikut.
C. SEE (refleksi)
Guru Model
a. Detty Herawaty, S.Ag (Tanggapan Guru Model)
Saya sangat berterimakasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
mengemukakan refleksi terhadap apa yang telah saya kerjakan bersama siswa
pada saat pembelajaran IMAN KEPADA RASUL. Saya berharap masukan dari
teman-teman, Tentu setiap kita manusia punya kelebihan tetapi juga punya ke-
kurangan. Mohon jangan sungkan memberikan komentar karena kita sama-sama
ingin mengadakan perubahan ke arah perbaikan di masa yang akan datang. Di
sini saya ingin mengemukakan perasaan saya. Pada mulanya ketika saya belum
menggunakan SAVI yaitu model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar
harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa, yakni mendengar,
menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan
lain-lain. Pembelajaran ini juga menekankan pada pemberian suri tauladan dan
diskusi, sebelumnya terasa bahwa siswa tampak ragu dan pembelajaran kurang
menarik. Setelah penerapan model pembelajaran SAVI ternyata siswa lebih mu-
dah dan saya merasa siswa sangat proaktif dan pembelajaran sesuai dengan yang
telah direncanakan.
Demikian, kesan saya dan akhirnya kritik dan saran sangat saya harapkan dari
Bapak/Ibu sekalin.
b. Asep Rihbi (Observer)
Secara keseluruhan bahwa hasil pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan telah berjalan sesuai dengan rencana dan boleh dianggap berhasil
dengan baik. Hal ini tampak ketika dalam proses pembelajaran siswa dapat
mengikuti skenario pem-belajaran yang telah dilakukan. Namun demikian masih
dapat ditemukan beberapa siswa yang tidak respon terhadap pembelajaran.
c. Aminah, S.Ag. (Observer)
L A M P I R A N | 6
100
Saya hanya ingin menambahkan apa yang telah disampaikan oleh pak Asep
Rihbi, bahwa secara umum siswa sangat antusias ditambah dalam penyampaian
materi sangat menarik, yakni menggunakan lagu sehingga anak tidak merasa
bosan. Namun, saya melihat pada kelompok I, terdapat siswa yang kurang
respon.
d. Nursa’adah (Observer)
Secara umum proses pembelajaran telah berjalan dengan baik, terlebih media
penunjang telah dipersiapkan menggunakan berbasis ICT. Namun demikian,
dalam membaca dalil berkenaan dengan iman kepada Rasul, siswa pada dasarnya
sangat baik dalam membaca fasih, namun di sisi pemahaman ayat masih kurang.
e. Tanggapan Guru Pemandu (Sahruli, M.S.I)
Saya berharap masukan dari teman-teman, menjadi masukan yang berharga
untuk ibu Detty Herawaty, S.Ag sebagai guru model. Tentu setiap kita manusia
punya kelebihan tetapi juga punya kekurangan. Jangan sungkan memberikan
komentar karena kita sama-sama ingin mengadakan perubahan ke arah perbaikan
di masa yang akan datang. Saya juga bangga dan menghargai kreativitas
Bapak/Ibu dalam mengolah kegiatan pembelajaran dengan menerapkan berbagai
metode, teknik, dan media pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil
belajar.
Secara umum, saya sebagai pemantau melihat pembelajaran telah berjalan
dengan baik sesuai dengan yang direncanakan. Hal ini dapat dilihat dari
antusiasis siswa dalam berdiskusi dan melaksanakan pembelajaran secara
berkelompok. Sehingga ketika sesi presentasi semua kelompok tanpa ragu sangat
antusias memaparkan di depan kelas. Namun khusus Ibu Detty, guru model harus
tetap melihat waktu yang telah direncanakan yakni 2 x 40 menit. Sehingga
jangan sampai terulang waktu habis sebelum proses pembelajaran selesai.
Akhirnya, mari kita selalu belajar untuk memberikan PBM yang berkualitas
dengan selalu memberi masukan dan sharing dengan teman-teman kita seprofesi,
khususnya guru PAI.
Serang,18 November 2013
Pengurus MGMP PAI
Fasilitator
1. Sahruli, M.S.I.
2. Rodhiyah, S.Pd.I
L A M P I R A N | 7
100
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP Negeri 1 KRAMATWATU
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : VIII/2
Standar Kompetensi : 11. Meningkatkan keimanan kepada Rasul Allah
Kompetensi Dasar : 11.2. Menyebutkan nama dan sifat-sifat Rasul Allah
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 pertemuan)
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat dipercaya menyebutkan nama-nama rasul Allah, dengan Rasa hormat dan perhatian
memahami sifat-sifatnya, memahami dengan Tekun rasul ulul azmi beserta sifat rasul ulul azmi.
Materi Pembelajaran
Nama-nama rasul Allah SWT
Sifat-sifat rasul
Arti sifat-sifat rasul
Rasul ulul azmi
Nama-nama rasul ulul azmi
Sifat rasul ulul azmi
Metode Pembelajaran
Metode Suri Tauladan
Diskusi
Medel Pembelajaran
SAVI Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indra yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic yang bermakna
gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang
bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan penndepat, dan menanggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah
menggunakan indra mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan
media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui
bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan
menerapkan.
Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
Aprsepsi
Guru memotivasi siswa mengenai nama-nama rasul Allah, memahami sifat-sifatnya, memahami rasul
ulul azmi beserta sifat rasul ulul azmi.
Kegiatan Inti
Guru menggunakan Metode Suri Tauladan mengajar dengan cara memberikan contoh dalam ucapan,
perbuatan, atau tingkah laku yang baik dengan harapan menumbuhkan hasrat bagi anak didik untuk meniru
atau mengikutinya.
Guru menggunakan Metode diskusi adalah suatu cara mengelola pembelajaran dengan penyajian materi
melalui pemecahan masalah, atau analisis sistem produk teknologi yang pemecahannya sangat terbuka. Suatu
diskusi dinilai menunjang keaktifan siswa bila diskusi itu melibatkan semua anggota diskusi dan
menghasilkan suatu pemecahan masalah.
Jika metoda ini dikelola dengan baik, antusiasme siswa untuk terlibat dalam forum ini sangat tinggi. Tata
caranya adalah sebagai berikut: harus ada pimpinan diskusi, topik yang menjadi bahan diskusi harus jelas dan
menarik, peserta diskusi dapat menerima dan memberi, dan suasana diskusi tanpa tekanan.
L A M P I R A N | 7
L A M P I R A N | 8
102
LEMBAR UJI REFERENSI
Nama : Tuti Aliah
NIM : 109011000097
Judul : Lesson Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalias Guru PAI
di SMP Negeri 1 Kramatwatu Serang-Banten
No Referensi BAB
I
BAB
II
BAB
III
BAB
IV
Paraf Dosen
Pembimbin
1. Panduan untuk Lesson Study Berbasis MGMP
dan Lesson Study Berbasis Sekolah (tt.p. : JICA,
2011).
Nomor Footnote
4, 5, 14
2. Sumar Hendayana, dkk., Lesson study Suatu
Strategi untuk Meningkatkan Keprofesionalan
Pendidik, (Bandung: UPI Press, 2007).
1110,
112
17
2, 6, 8,
11, 12,
17, 26,
30, 32
3. Putu Ashintya Widhiartha, dkk., Lesson study
Sebuah Upaya Peningkatan Mutu Pendidik
Pendidikan Nonformal, (Bandung: Guna Widya,
2009).
11
13
14
19
10, 20,
23
4. Herawati Susilo, dkk., Lesson study Berbasis
Sekolah, (Malang: Bayumedia Publishing, 2011).
9,
15
,
16
13, 16,
21
5. Rusman, Model-model Pembelajaran
Mengembangkan Profesionalisme Guru,
(Jakarta: Rajawali Pers, 2011).
1,6 21
,
24
,
32
3, 7,
22, 35
6. A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Action
Research, (Bandung: PT.Kiblat Buku Utama,
18
L A M P I R A N | 8
103
2011).
7. Asrorun Ni’am Sholeh, Membangun
Profesionalitas Guru, (Jakarta: elSAS Jakarta,
2006).
33
8. Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus,
Pengembangan Profesionalitas Guru,
(Jakarta:Gaung Persada, 2011).
42
,
44,
47
49
9. Martinis Yamin, Standarisasi Kinerja Guru,
(Jakarta: GP Press, 2010).
4,12
10. Muhammad Surya, dkk., Landasan Pendidikan
Menjadi Guru yang Baik, (Bandung: Ghalia
Indonesia, 2010).
5 20 34
11. Abuddin, Nata, Manajement Pendidikan,
(Jakarta: Kencana PMG, 2010).
8
12. Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas,
(Jakarta: Kencana, 2011).
1,
7
13. Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan
Kelas, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007).
3
14. Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama,
Mengenal PenelitianTindakan Kelas, (Jakarta:
PT. Indeks, 2009).
4
15. Didik Komaidi dan Wahyu Wijayanti, Panduan
Lengkap PTK, (Yogyakarta:Sabda Media, 2011).
6,
8
16. Kunandar, Guru Profesional Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan
Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: PT
RajaGrafindo, 2007).
34
,
51
17. Dedy, Mulyasana, Pendidikan Bermutu dan
Berdaya Saing, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2011).
25
,
38
L A M P I R A N | 8
104
18. Asef Umar Fakhruddin, Menjadi Guru Favorit
(Jogjakarta: DIVA Press, 2010).
26
,
36
,
41
19. Usman, Uzer, Menjadi Guru Profesional,
(Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2011).
15
,
31
,
27
20. Hamzah B, Uno, Profesi Kependidikan
Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan
Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008).
29
21. Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru
Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori
dan Praktik, (Jakarta: Kencana, 2011).
37
,
40
,
43
22. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,
(Jakarta: Kencana, 2008).
35
23. Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran
Teori dan Praktik Pengembangan KTSP,
(Jakarta: Prenanda Media Group, 2008).
45
24. Lukmanul Hakim, Perencanaan Pembelajaran,
(Bandung: CV Wacana Prima, 2009).
46
25. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010).
48
26. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010).
2,
4,5
27. Mohammad Ali, Metodologi dan Aplikasi Riset
Pendidikan, (Bandung: Pustaka Cendekia Utama,
7, 9
L A M P I R A N | 8
105
2010).
28. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2011).
1,6
29. Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan
Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru,
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2010).
23
30. Nizar Alam Hamdani dan Dody Hermana,
Classroom Action Research, (Jakarta: Rahayasa,
2009).
2,
5
31. Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di
Indonesia, (Ciputat: Gaung Persada Press, 2006).
35
32. Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan
(Jakarta: Dapartemen Agama Direktorat Jendral
Kelembagaan Agama Islam, 2005).
7
33. J.M Tedjawati, Peningkatan Kompetensi Guru
Melalui Lesson Study (Kasus di Kabupaten
Bantul), Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,
Badan Penelitian dan Peningkatan Kemendiknas,
4, 2011.
10 18
,
30
,
50
34. Subjianto , Profesi Guru sebagai Profesi yang
menjanjikan Pasca UU Guru dan Dosen, Jurnal
Pendidikan dan Kebudayaan,13, 2007.
3 22
35. Effendi Zulkily, dkk., Implementasi Lesson Study
untuk Meningkatkan Kemitraan dan
Pengembangan Profesional Pendidik, Jurnal
Pendidikan Dasar, nomor 11, 2009.
15
36. Yudhi Fachrudin, “Pembinaan Kompetensi Guru
melalui Model Lesson study di SMA
Laboratorium Percontohan UPI Bandung”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2010.
52 9
L A M P I R A N | 8
106
Jakarta, 5 April 2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Dr. H. Akhmad Sodiq, M.Ag
NIP: 19710709 199803 1 001
37. Astri Fitriani, “Pembinaan Kompetensi
Pedagogik Guru Melalui Model Lesson study di
SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung”,
Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012.
11 53
38. Ibrohim, Panduan Pelaksanaan Lesson Study di
KKG/MGMP, (Malang: t.p., 2010).
2
39. Muhardjito, “Efektivitas Pelaksanaan Lesson
Study melaui Optimalisasi Peran Pendamping, ”
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional
Lesson Study, FMIPA Universitas Malang.
9
40 Nur’aini, dkk., Lesson Study untuk Meningkatkan
Proses dan Hasil Pembelajaran PAI, (tt.p: t.p.,
t.t).
1
41 Pedoman Penulisan Skripsi (Jakarta: FITK,
2013).
3,
8,
10
42 Buku Panduan Implementasi Lesson Study
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2010)
25
43 Detty Herawati, wawancara, Serang, 19
November 2013.
28, 33
44 Saltiyah, wawancara, Serang, 19 November 2013 27, 29,
31
45 Mengapa Lesson Study,
http://p4tkpknips.org/2012-04/meningkatkan-
kompetensi-guru-melalui-lesson-study.htm
diunduh pada tanggal 14 Desember 2013.
19, 24
PEMERINTAH KABUPATEN
SERANG
DINAS PENDIDIKAN
SMP NEGERI 1 KRAMATWATU Jl.Raya Cilegon KM.8 Serang (0254) 230 395
SURAT KETERANGAN Nomor: 422/129/SMPN1. KrWatu/2014
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Yana Suryana, S.Pd, M.Pd
NIP : 19610613 198303 1 008
Jabatan : Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Kramatwatu
Dengan ini menerangkan bahwa:
Nama : Tuti Aliah
NIM : 109011000097
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Semester : (Sembilan)
Fakultas : Imu Tarbiyah dan Keguruan
Tahun Akademik : 2013/2014
Telah mengadakan riset/penelitian di SMP Negeri 1 Kramatwatu pada bulan Oktober
sampai dengan bulan Desember 2013
Surat keterangan ini dibuat dalam rangka penyusunan skripsi yang merjudul: ”Lesson
Study Sebagai Upaya Peningkatan Profesionalitas Guru ”.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya.
L A M P I R A N | 12