dona-skizofrenia paranoid dengan gangguan waham dan halusinasi
DESCRIPTION
makalah skizoTRANSCRIPT
Skizofrenia Paranoid dengan Gangguan Waham dan
Halusinasi
Dona Yuliyanti
102011442
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Pendahuluan
Skizofrenia merupakan istilah psikosis yang menggambarkan mispersepsi pikiran dan
persepsi yang timbul dari pikiran/imajinasi pasien sebagai kenyataan, dan mencakup waham dan
halusinasi. Banyak orang menyalah artikan skizofrenia sebagai kepribadian terbelah (split
personality) dimana seseorang dapat berperilaku normal namun tiba-tiba dapat berubah menjadi
aneh atau berbahaya. Skizofrenia ditandai oleh gejala psikotik yang secara berarti mengganggu
fungsi dan menyangkut gangguan dalam perasaan, berpikir, dan perilaku. Gangguan ini kronik
dan umumnya memiliki fase prodromal, fase aktif dengan delusi, halusinasi, atau keduanya, dan
suatu fase residual dimana gangguan itu mungkin dalam keadaan remisi.1
Kenyataannya, skizofrenia (pikiran terbelah/split mind) ditandai oleh ‘terbelahnya’
hubungan normal antara persepsi, mood, pikiran, perilaku, dan kontak dengan kenyataan1
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering terjadi. Gejalanya biasa muncul
pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Skizofrenia merupakan penyakit kronik dan sebagian
kecil penderitanya berada dalam kondisi akut. Gejala-gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh
orang lain.
Anamnesis
Pada pasien yang mengalami gangguan jiwa atau mental, cara yang tepat untuk mendapat
informasi mengenai status medisnya dapat dilakukan dengan wawancara psikatrik. Pasien yang
mengalami gangguan jiwa dapat datang ke klinik bersama orang lain (alloanamnesis) atau
1
datang sendiri (autoanamnesis). Oleh karena itu, informasi dapat juga di dapat dari saudara atau
rekan pasien. Hal-hal yang dapat ditanyakan dapat berupa :
Identitas penderita
Nama, alamat, tempat/tanggal lahir (tinggal di tempat endemik?), umur, jenis kelamin,
pekerjaan, pendidikan, status sosial ekonomi keluarga, anak pasien (jumlah, jenis kelamin,
dan berapa yang masih tinggal bersama penderita) serta lingkungan tempat tinggal.
Riwayat penyakit sekarang:
o Keluhan utama perlu diketahui, yaitu keluhan yang menyebabkan pasien dibawa berobat
dan untuk mengetahui indikasi perawatan
o Sejak kapan mulai keluhan? Keluhan memperberat dalam keadaan seperti apa? Faktor
yang mempengaruhi (organobiologik, psikososial)
o Dampak keluhan pada pekerjaan, fungsi sosial dan sehari- hari.
o Mulai dengan berbicara pada pasien tentang keadaan sebelum sakit, agar pasien merasa
santai dan untuk membandingkan keadaan pasien sebelum dan sesudah menderita
keluhan tersebut.
o Kronologik: manifestasi paling dini yang mengarah pada suatu awal mula penyakit
(prodorma), kemudian diikuti gejala fase aktif. Gangguan berpikir, tidak ada motivasi,
pikiran paranoid, dan tidak mempunyai daya tilik ke dalam diri sendiri.
o Tanyakan secara detail pengalaman yang aneh atau ajaib dan segala sesuatu yang
dirasakan pasien. Bila pasien tidak dapat melukiskan gejalanya, tanyakan tentang adanya
pengalaman yang amat spesifik, dimulai dengan pengalaman prapsikotiknya (déjà vu,
baal, derealisasi), kemudian halusinasi.
o Tanyakan tentang gagasan bunuh diri; 10% pasien skizofrenik mati karena bunuh diri,
biasanya pada masa dini perjalanan penyakit.2
Riwayat penyakit dahulu
o Adakah pasien pernah menderita keluhan yang sama? Pernah diobati/ dirawat di mana
sebelum dibawa ke RS
o Gangguan psikiatrik lain? Mulai dari sakit pertama kali, gejala, stressor, diagnosis, terapi,
lama sakit, sakit yang kedua, ketiga dan seterusnya.
2
Riwayat obat-obatan:
o Pernah diberikan obat apa, bagaimana reaksinya, efek samping obat, kepatuhan
pengobatan, hasil pengobatan, gejala sisa, kegiatan setelah terapi
o Adakah pasien mengkonsumsi obat-obatan menahun?
o Obat-obatan psikoaktif/ narkoba/ NAPZA (diuraikan: zat yang pertama kali diguna,
kapan, dosis, frekuensi, cara pakai, dampak penggunaan, gejala putus zat, pemakaian
terakhir)
Riwayat penyakit keluarga:
o Identitas anggota keluarga, umur, pendidikan, status perkahwinan, gangguan jiwa, sebab
kematian)
o Adakah sanak keluarga dekat pasien pernah ada riwayat penyakit jiwa, mental atau
penyakit saraf yang lain
o Adakah ahli keluarga yang mengalami keluhan yang sama?
Riwayat kehidupan pribadi
o Riwayat perkembangan fisik: dari dalam kandungan, kondisi ibu saat hamil, saat partus,
pernah sakit/ kejang/ kecelakaan bermakna, operasi, dirawat.
o Riwayat perkembangan keperibadian: perkembangan psikomotor, kognitif, moral,
kualitas komunikasi asuh, pola pergaulan/ hubungan sosial, problem emosional, identitas
diri, tokoh idola, hobi.
o Riwayat pendidikan: dari TK, SD, SMP, SMA serta prestasi sekolah, pernah berhenti
atau pindah sekolah, kegiatan luar sekolah
o Riwayat pekerjaan: di mana, jenis, senang/ tidak, lama, alasan berhenti/ pindah,
hubungan dengan orang di tempat kerja
o Kehidupan beragama: sikap terhadap agama, taat beribadah, pengaruh agama dalam
hidup
o Riwayat kehidupan psikoseksual dan perkahwinan: pacaran, dijodohkan/ pilihan sendiri,
keharmonisan) 3
Riwayat sosial sekarang
Kondisi fisik tempat tinggal dan lingkungan, jumlah penghuni dalam rumah, interaksi
keluarga dengan pasien, sikap keluarga terhadap kondisi psikososial pasien, pencari nafkah
utama dalam keluarga.
3
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum: meliputi tingkat kesadaran ( seperti : compos mentis dan lainnya), ada
tidaknya defisit konsentrasi, tingkat kelemahan (keadaan penyakit) dan (status gizi) ada
tidaknya perubahan berat badan, gelisah/ tenang.
2. Pemeriksaan tanda vital adalah pemeriksaan umum yang dilakukan oleh dokter untuk
menilai kondisi pasien sama baik atau buruk. Antara pemeriksaan yang dilakukan ialah
memeriksa suhu tubuh,nadi,tekanan darah dan frekuensi nafas pasien.
Pemeriksaan Neuropsikologik
Tes apersepsi tematik (TAT) dan rorschach umumnya menunjukan respon yang aneh.Uji
projektif didapatkan bahwa bila dibandingkan orang tua dari kontrol normal, orang tua pasien
skizofrenia menunjukan lebih banyak deviasi dari normal.1
Halstead – reitan battery menunjukan adanya atensi dan intelegensi yang terganggu, turunnya
waktu retensi, dan gangguan kemampuan pemecahan masalah. Pasien skizofrenia memiliki IQ
lebih rendah dibandingkan pasien non skizofrenia. Penurunan IQ ini terjadi dengan progesi
penyakitnya.1
Klasifikasi tes neuropsikologik1
- Tes Proyektif
Tes proyektif memberikan stimuli yang artinya tidak segera jelas. Beberapa hal yang
berarti mendorong pasien untuk memproyeksikan kebutuhannya sendiri ke dalam situasi
tes. Tes proyektif kemungkinan tidak mempunyai jawaban benar atau salah.
Orang diuji harus memberikan arti terhadap stimulus sesuai dengan kebutuhan dalamnya,
kemampuan, dan pertahanannya. Contoh dari tes ini adalah Tes Apersepsi Tematik
(Thematic Appreception Test) (TAT), Draw-a-Person Test, Tes Rorschach, dan Sentence
Completion Test.
- Tes Objektif
Tes objektif adalah tes dengan pensil dan kertas yang tipikal didasarkan pada hal dan
pertanyaan spesifik. Tes memberikan skor dan profil numerik yang mudah dilakukan
4
perhitungan. Contoh dari tes ini adalah Minnesota Multiphasic Personality Inventory
(MMPI). 1
- Tes individual atau kelompok
Tes dapat diberikan secara individual atau diberikan secara bersama-sama dalam satu
kelompok. Tes individual mempunyai keuntungan dengan memberikan suatu kesempatan
bagi pemeriksa untuk menilai rapor dan faktor motivasional dan untuk mengamati dan
mencatat perilaku selama tes. Pencatatan waktu respon yang tepat juga dimungkinkan.
Tetapi, tes kelompok biasanya mudah untuk dilakukan dan dinilai.1
- Tes berderetan (battery test)
Sejumlah tes individual digunakan bersama-sama untuk membangun suatu urutan
psikologis atau neuropsikologis. Deretan tes dapat memberikan lebih banyak informasi
tentang berbagai daerah fungsi daripada yang diberikan pada tes individual dan dapat
meningkatkan tingkat keandalan jika terdapat korelasi positif di antaranya. Contoh dari
test ini adalah Halstead-Reitan.1
MRI (Magnetik Resonance Imaging) telah menghasilkan beberapa laporan bahwa
volume kompleks hipokampus-amigdala dan gyrus parahipokampus adalah menurun
pada pasien skizofrenia. Satu penelitian akhir menemukan suatu penurunan spesifik dari
daerah otak tersebut di hemisfer kiri dan bukan hemisfer kanan.1
Pemeriksaan Status Mental4
o Penampilan, sikap dan aktivitas motorik
Menilai pakaian, perawatan, tanda – tanda penyakit dan perilaku pasien
o Suasana hati dan afek
Menilai jangkauan dan labil atau tidaknya
o Tutur kata
Menilai kualitas dari tutur katanya
o Pemikiran – isi pikiran
Delusi, pandangan terhdapa pembunuhan dan obsesi
o Pemikiran – bentuk pikiran
Sifat terperinci, tangensial, kurangnya asosiasi, ide dan derealisasi, depersonalisasi,
peristiwa disosiatif, konkret, kebesaran (grandiosity)
5
o Persepsi – halusinasi dan ilusi
Diagnosis Kerja
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, “schizein”yang berarti “terpisah”atau “pecah”,
dan “phren” yang artinya “jiwa”. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau ketidakserasian antara
afeksi, kognitif dan perilaku.2
Menurut PPDGJ III, Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis atau “deteriorating”) yang
luas serta sejumlah akibat yang bergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, sosial
budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari
pikiran dan persepsi serta oleh efek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian.
Skizofrenia adalah diagnosis psikiatri yang menggambarkan gangguan mental yang
ditandai oleh kelainan dalam persepsi atau ungkapan realitas. Distorsi persepsi dapat
mempengaruhi semua lima indera, termasuk penglihatan, pendengaran, rasa, bau dan sentuhan,
tapi paling sering bermanifestasi sebagai halusinasi pendengaran, delusi paranoid atau aneh, atau
pidato teratur dan berpikir dengan disfungsi sosial atau pekerjaan yang signifikan. Studi
menunjukkan bahwa genetika, lingkungan awal, neurobiologi, proses psikologis dan sosial
merupakan faktor penyumbang penting. Peningkatan dopamin aktivitas di jalur mesolimbic otak
secara konsisten ditemukan pada individu skizofrenia. Andalan pengobatan obat antipsikotik,
obat jenis ini terutama bekerja dengan menekan aktivitas dopamin.2
Skizofrenia dapat di klasifikasikan :
1. Tipe paranoid
2. Tipe hebefrenik
3. Tipe katatonik
4. Tipe residual
5. Tipe simpleks
6. Tipe tidak tergolongkan
Namun disini kita akan membahas skizofrenia tipe paranoid yang sesuai dengan kasus diatas.
6
Skizofrenia Tipe Paranoid
Kriteria diagnostic menurut PPDGJ-III
Halusinasi dan waham harus menonjol
Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah atau halusinasi
auditorik tanpa bentuk verbal dan bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa
Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-lain perasaan
tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan atau passivity, dan
keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas Gangguan afektif,
dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative tidak nyata dan
tidak menonjol.
Kriteria diagnostic menurut DSM-IV
- Preokupasi dengan satu atau lebih waham atau halusinasi dengar yang menonjol. Tidak ada
yang berikut ini yang menonjol : bicara terdisorganisasi atau katatonik, atau afek yang datar
atau tidak sesuai3
- Waham persekutorik (waham kejar) atau waham kebesaran.
- Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama penyakitnya.
- Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya mencapai kehidupan social
yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya. Juga, kekuatan ego paranoid cenderung
lebih besar dari pasien katatonik dan terdisorganisasi.
- Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat dari kemampuan mentalnya,
respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe lain pasien skizofrenik.
- Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak ramah.
Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik paranoid kadang-
kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam situasi social. Kecerdasan
mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis mereka dan tetap intake.4
7
Diagnosis Banding
Gangguan Waham
Waham merupakan suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena bertentangan dengan
kenyataan (dunia realitas), serta dibangun atas unsur-unsur yang tak berdasarkan logika, namun
individu tidak mau melepaskan wahamnya walaupun ada bukti tentang ketidakbenaran atas
keyakinan itu. Keyakinan dalam bidang agama dan budaya tidak dianggap sebagai waham.4
Bentuk-bentuk waham dapat di bedakan sebagai berikut :
o Waham yang sistematik
Yaitu waham yang sesudah dianalisis, memperlihatkan suatu pola sentral tertentu yang
kemudian dibesar-besarkan atau ditambah-tambah secara rapi menjadi sistematik.
Walaupun unsur-unsur dasarnya salah dan tak logis, akhirnya diperoleh suatu waham
yang telah terbentuk dan berkembang secara konsekuen.
o Waham yang non sistematik
Waham yang bekembang secara luas, tetapi tidak memperlihatkan suatu pola sentral.
o Waham kebesaran (delusi megaloman)
Waham yang ekspansif, hendak meyakinkan orang tentang kebesaran daripada individu
bersangkutan (seperti jadi tuhan, presiden, panglima besar, dan sebagainya).
o Waham kehinaan (delusi nihilistic)
Waham yang hendak meyakinkan orang tentang sifat hina diri, rendah, miskin, hampa,
sia-sia dan sebagainya daripada individu yang bersangkutan, hal yang mana sama sekali
bertentangan dengan kenyataan.
o Waham tuduhan diri
Keyakinan berdosa dan bersalah yang irrealistik dan irrasional. Konsekuensinya adalah
kepercayaannya bahwa sudah selayaknya ia harus dihukum berat atau menjalani
hukuman mati sekalipun.
o Waham kejaran (delution of persecution)
Waham individu itu senantiasa dikejar-kejar oleh orang atau sekelompok yang
bermaksud berbuat jahat kepadanya.
o Waham sindiran
8
Waham bahwa individu yang bersangkutan itu selalu disindir oleh orang-orang
disekitarnya. Biasanya individu yang memiliki waham sindiran itu mencari-cari
hubungan antara dirinya dengan individu-individu sekitarnya yang bermaksud menuduh
atau menyindir hal-hal yang tak senonoh kepada dirinya.5
Psikosis Akut
Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh.
Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi
selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.5
Penyebabnya belum diketahui secara pasti, Satu atau lebih faktor stres berat, seperti
peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian
orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat.
Penegakan diagnosis gangguan psikotik singkat di Indonesia ditegakkan melalui
Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa Edisi ke III (PPDGJ III). Berikut kriteria
diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III:
(a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik
menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-
hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas)
(b) Adanya sindrom yang khas ( berupa “polimorfik” = beraneka ragam dan berubah cepat,
atau “schizophrenia-like” = gejala skizofrenik yang khas).
(c) Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter
tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut).Tidak ada gangguan dalam kelompok
ini yang memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu. Tidak
ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan
intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.5,6
9
Epidemiologi
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang paling sering. Hampir 1% penduduk di
dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Skizofrenia adalah salah satu kondisi
kesehatan mental serius yang paling umum. National Survey of Psychiatric Morbidity 2000 di
Inggris menemukan bahwa 5 di 1000 orang mengalami gangguan psikotik (termasuk skizofrenia
dan depresi manik). Pria dan wanita sama-sama dipengaruhi oleh kondisi tersebut. Pada pria,
skizofrenia biasanya dimulai antara usia 15 dan 30. Pada wanita, skizofrenia biasanya terjadi
kemudian, dimulai antara usia 25 dan 30. Prevalensi, morbiditas dan keparahan presentasi adalah
lebih besar pada area urban daripada rural, area industrialisasi dari nonindustrialisasi. Naiknya
prevalensi di golongan sosioekonomi rendah.1,5,6
Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita skizofrenia yaitu:
1) Faktor biologis : kemaknaan penemuan-penemuan di bawah ini belum diketahui pasti,
bagaimanapun, ini menunjukkan adanya dasar biologik dan heterogenitas skizofrenia.
— Tidak ada gangguan fungsional dan struktur yang patognomonik pada penderita
skizofrenia.
— Ditemukan beberapa gangguan organik seperti pelebaran ventrikel III dan lateral yang
stabil dan kadang-kadang sudah terlihat sebelum awitan penyakit.
— Atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik yaiti girus parahipokampus,
hipokampus dan amigdala
— Disorientasi spasial sel pyramid hipokampus
— Penurunan volume korteks prefrontal dorsolateral
— Komplikasi persalinan (premature, berat badan lahir rendah, lahir pada masa epidemic
influenza) lebih besar kecenderungan pada yang lahir pada akhir musim dingin atau awal
musim panas dan terdapat gangguan neurologi minor.
10
2) Biokomia 7
— Dapat berupa gangguan neurotransmitter (penyampai pesan secara kimiawi) dimana
terjadi ketidakseimbangan produksi neurotransmitter dopamine, apabila kadar dopamine
berlebihan atau kurang, penderita dapat mengalami gejala positif atau negatif. Gejala
positif adalah gejala yang berupa peningkatan atau distorsi dari fungsi yang normal
manakala gejala negative adalah berupa pengurangan atau kehilangan dari fungsi normal.
— Hipotesis yang paling banyak yaitu adanya gangguan neurotransmitter sentral yaitu
terjadinya peningkatan aktivitas dopamine sentral. Hipotesisi ini dibuat berdasarkan
penemuan bahwa pemberian obat-obat neuroleptika yang efektif pada pasien skizofrenia
karena ia bekerja menghambat reseptor dopamine pasca sinaps (tipe 2) dan penemuan
peningkatan jumlah reseptor D2 di nucleus kaudatum, nucleus akumben dan putamen
pada skizofrenia.
— Teori lain adalah peningkatan serotonin di susunan saraf pusat dan kelebihan norepinefrin
(NE) di forebrain limbik (hanya terjadi pada beberapa penderita skizofrenia).
3) Genetika
— Mempunyai komponen yang diturunkan secara bermakna, kompleks dan poligen.
— Skozofrenia adalah gangguan yang bersifat keluarga, semakin dekat hubungan
kekerabatan semakin tinggi risiko.
— Kembar monozigot mempunyai risiko 4-6 kali lebih sering dibandingkan dengan kembar
dizigot.
— Anak yang mempunyai orang tua skizofrenia diadopsi sewaktu lahir oleh keluarga yang
normal mempunyai peningkatan angka sakitnya sama dengan apabila anak tersebut
diasuh sendiri oleh orang tuanya yang skizofrenia.
4) Faktor psikologis
— Pola asuh yang dialami penderita, cara penderita menyelesaikan/menghadapi masalah,
respon penderita terhadap suatu keadaan yang akan membentuk kapasitas mental
penderita. Apabila mekanisme pertahanan mental penderita tidak matang atau lemah akan
memudahkan timbul skizofrenia.
11
— Keluarga memperlihatkan kecemasan yang berlebihan, sangat protektif terhadap pasien,
terlalu ikut campur, sangat pengeritik.
5) Faktor lingkungan/psikososial
Stress yang berlebihan dari lingkungan dapat jadi pemicu timbulnya skizofrenia
Manifestasi klinis
Skizofrenia merupakan penyakit kronik. Sebagian kecil dari kehidupan mereka berada
dalam kondisi akut dan sebagian besar penderita berada lebih lama (bertahun-tahun) dalam fase
residual yaitu fase yang memperlihatkan gambaran penyakit yang “ringan”. Selama periode
residual, pasien lebih menarik diri atau mengisolasi diri, dan “aneh”. Pemikiran dan pembicaraan
mereka samar-samar sehingga kadang-kadang tidak dapat dimengerti. Mereka mungkin
mempunyai keyakinan yang salah dan tidak dapat dikoreksi.
Gejala penyakit biasanya terlihat jelas oleh orang lain. Pasien dapat kehilangan pekerjaan
dan teman karena ia tidak berminat dan tidak mampu berbuat sesuatu atau karena sikapnya yang
aneh. Penampilan dan kebiasan mereka mengalami kemunduran serta afek mereka terlihat
tumpul. Meskipun dapat mempertahankan intelegensi yang mendekati nomal, sebagian besar
performa uji kognitifnya buruk. Selain itu juga dapat mengalami anhedonia yaitu ketidakmapuan
merasakan rasa senang. Pasien juga mengalami deteriorasi yaitu perburukan yang terjadi secara
berangsur – angsur.1
Episode pertama psikotik sering didahului oleh suatu periode misalnya perilaku dan
pikiran eksentrik pada fase prodormal. Kepribadian prepsikotik dapat ditemui pada pasien
dengan ditandai oleh penarikan diri dan terlalu kaku secara social, sangat pemalu, dan sering
mengalami kesulitan disekolah meskipun IQ nya normal. Suatu pola yang sering ditemui yaitu
keterlibatan dalam aktivitas antisosial ringan dalam satu sampai dua tahun sebelum episode
psikotik.
12
Komplikasi
Skizofrenia meningkatkan risiko terjadinya hal berikut, antara lain:8
- Penyalahgunaan alcohol atau obat – obatan (nikotin)
- Penyakit fisik seperti HIV karena gaya hidup yang berantakan.
- Depresi dan bunuh diri
Penatalaksanaan
Medikamentosa
a. Terapi biologik 2,9
Skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat ini dibagi dalam 2 golongan yaitu antipsikotik
generasi I (APG I) atau dopamine reseptor antagonis (DRA) dan anti psikotik generasi II
(APG II) atau serotonin dopamine antagonis (SDA) atau Pada awalnya pikirkan obat APG II
yakni klorpromazine yang dapat diberikan pada kisaran dosis ekuivalen 300-600 mg per hari.
Pemeliharaan dosis rendah antipsikotik diperlukan, setelah kekampbuhan pertama. Dosis
pemeliharaan sebaiknya dipertahankan selama beberapa tahun.2
Obat APG I berguna terutama untuk mengontrol gejala positif sedangkan untuk gejala
negative tidak bermanfaat. Obat APG II bermanfaat baik untuk gejala positif maupun
negative. Standart emas adalah APG II.9
Klozapin dipakai pada kasus resisten. Pada umumnya obat potensi tinggi maupun rendah
sama efektifnya, tapi salah satunya mungkin lebih manjur pada kasus individual. Gunakan
klorpromazin sebagai rujukan untuk potensi relative. Haloperidol dipakai untuk penangan
cepat (1-10mg peroral atau IM selama 30-60 menit); dosis harian dapat setinggi 100 mg.
Beberapa contoh obat APG I, antara lain:9
Fenotiazine ( chlorpromazine, thioridazine, perphenazine, trifluoperazine)
Tioxantine
Butirofenon (haloperidol)
Dibenzixazepine
Dihidronidol
Difenilbutil piperidine (pimozid)
13
Beberapa contoh obat APG II, antara lain:9
Clozapine
Risperidone
Olanzapine
Quetiapine
Ziprasidone
Pemeliharaan : sesudah tanda dan gejala reda dan pasien stabil (biasanya sesudah 4 minggu),
dosis dapat diturunkan ke tingkat rendah untuk menjaga pasien bebas gejala. Sesudah 6 bulan
remisi, obat dapat distop sementara masa percobaan apakah timbul relaps, jika kambuh obat
diberikan lagi. Sebagian pasien mungkin memerlukan terapi pemeliharaan seumur hidup
untuk mencegah relaps.10
b. Terapi kejang listrik(TKL)2
Bermanfaat untuk mengontrol dengan cepat beberapa psikosis akut. Beberapa pasien
skizofrenia yang tidak berespons dengan obat dapat membaik dengan TKL.
Non- medika mentosa: 1 1
Psikososial
Terapi kelompok : focus pada dukungan dan pengembangan keterampilan sosial (aktivitas
sehari- hari). Kelompok khususnya berguna mengurangi isolasi sosial dan menambah uji
realita.
Terapi keluarga : dapat secara berarti mengurangi angka relaps untuk anggota keluarga
skizofrenik. Interaksi keluarga berekspresi emosi tinggi dapat dikurangi dengan terapi
keluarga.
Terapi seni : Terapi seni dirancang untuk mempromosikan ekspresi kreatif. Bekerja dengan
terapis seni dalam sebuah kelompok kecil atau individu dapat memungkinkan Anda untuk
mengekspresikan pengalaman Anda dengan skizofrenia. Beberapa orang menemukan bahwa
mengekspresikan hal-hal dalam cara non-verbal melalui seni dapat memberikan pengalaman
baru skizofrenia dan membantu mereka mengembangkan cara-cara baru berhubungan dengan
14
orang lain. Terapi seni telah ditunjukkan untuk mengurangi gejala negatif dari skizofrenia
pada beberapa orang.
Prognosis
a. Prognosis ke arah baik berkaitan dengan:
Onset lambat
Faktor pencetus yang jelas seperti stress
Onset akut
Riwayat sosial, seksual dan pekerjaan premorbid yang baik
Gejala gangguan mood (terutama gangguan depresif)
Menikah
Riwayat keluarga gangguan mood
Sistem pendukung yang baik
Gejala positif
Afek terpelihara dengan baik
b. Prognosis ke arah buruk berkaitan dengan :
Onset muda (timbul sebelum usia 20 tahun)
Tidak ada faktor pencetus
Onset tidak jelas umumnya timbul perlahan
Riwayat sosial dan pekerjaan premorbid yang buruk
Perilaku menarik diri atau autistic
Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda
Sistem pendukung yang buruk
Gejala negatif
Tanda dan gejala neurologist
Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan
Kesimpulan
15
Skizofrenia merupakan suatu sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit
yang luas serta sejumlah akibat yang cukup mengganggu. Perlunya pengobatan pada pasien
skizofrenia agar dapat mengurangi angka resiko, seperti bunuh diri, depresi, penyakit medis
lainnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman akan penyakit ini sangat penting dalam
membantu diagnosis dan penatalaksanaannya.
Daftar Pustaka :
1. Harold I Kaplan, Benjamin J.S. Buku Saku Psikiatri Klinik. Jakarta: Binapura
Aksara;2002.h.85-101.
2. Nurmiati A. Skizofrenia pada Buku Ajar Psikiatri. Jakarta:Badan Penerbit FK
UI;2010.h.170-196.
3. Richard GB. Manual of emergency medicine. 6th ed. USA: Lippincott Williams &
Wilkins; 2011.p.279.
4. Rusdi Maslim. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Jakarta:2003.h.46-52.
5. Larry JL, Anthony PW. Organic mental disorder. In: Harrison’s principles of internal
medicine. 18th ed. USA: The McGraw Hill Companies; 2011.ch 341.
6. Kumar V, Fausto N, Abbas A. Robbins & Cotran pathologic basis of disease. 7 th ed.
USA: Saunders; 2003. p. 914–7.
7. Ayu Maharatih. Ibrahim Nuhriwangsa. Aris Sudiyanto. Psikiatri komprehensif. Jakarta:
Penerbit buku kedokteran ECG; 2008. hal. 13-4, 47-53.
8. Morgan H G. Segi praktis psikiatri. Jakarta : Binarupa aksara ; 2005.h.40-52.
9. Leucht S, Corves C, Arbter D, Engel RR, Li C, Davis JM. Second-generation versus first-
generation antipsychotic drugs for schizophrenia: a meta-analysis. Lancet. 2009;373:31-
41. Epub 2008 Dec 6.
10. Stuart CY, Robert EH. Psychotic disorders. In clinical manual of neuropsychiatry.
Virginia: American Psychiatric Publishing; 2011. p.136-9.
11. John L, Stefano P. Basic science underlying schizophrenia. In clinical manual of
treatment for schizophrenia. Virginia: American Psychiatric Publishing; 2011.p.25-71.
16