dominasi, hegemoni, dan kekuasaan dalam serat …

94
DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia Oleh Brigitta Gangga Tribuana NIM: 154114043 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 03-Dec-2021

28 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN

DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Brigitta Gangga Tribuana

NIM: 154114043

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

i

DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN

DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Brigitta Gangga Tribuana

NIM: 154114043

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 11 Januari 2019

Penulis

Brigitta Gangga Tribuana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

v

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah

untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Brigitta Gangga Tribuana

NIM : 154114043

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan

dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra.

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam

bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya

di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap

mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 11 Januari 2019

Yang menyatakan,

Brigitta Gangga Tribuana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

vi

PERSEMBAHAN

Jangan pernah ragu akan jarak.

Karena jarak menghasilkan rindu.

Jangan pernah takut akan waktu.

Karena waktu yang menyatukan kita.

Karya ini kupersembahkan kepada mamaku tercinta, M.G. Purwini Disriati.

Saudara-saudariku terkasih Padmo Adi dan Angela Padma Dewi.

Serta semua orang yang saya kasihi dan yang mengasihi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

vii

MOTTO

“Terjadilah padaku, menurut kehendak-Mu”

(Luk.1: 26-38)

“Hidup itu seperti pergelaran wayang, dimana kamu menjadi dalang atas naskah

semesta yang dituliskan oleh Tuhan mu.”

(Sujiwo Tejo)

“Bahagia adalah ketika kita lebih sering tersenyum, lebih berani bermimpi, lebih

mudah tertawa, dan lebih banyak bersyukur.”

(Merry Riana)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Yang Maha Sempurna. Berkat

bimbingan dan pertolongan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban

Karya Ki Padmasusastra dengan baik dan tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai dengan tepat waktu

jika tidak didasari dengan niat, memulai, dan menyelesaikan dengan penuh suka

cita yang terbangun dari diri penulis sendiri. Oleh karena itu, penulis ingin

mengucapkan rasa terima kasihnya kepada beberapa pihak yang sudah

memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan motivasi dalam penulisan

skripsi ini.

Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Susilawati Endah Peni

Adji, S.S., M.Hum. sebagai Dosen Pembimbing Akademik, Kaprodi, dan

sekaligus merangkap sebagai pembimbing I yang selalu memberikan banyak

masukan berharga dan dukungan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Yoseph Yapi Taum,

M. Hum. sebagai pembimbing II yang telah memberikan dukungan semangat dan

mengarahkan penyusunan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

ix

Ketiga, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu dosen Sastra

Indonesia Universitas Sanata Dharma (USD), Yogyakarta. Kepada Prof. Dr.

Praptomo Baryadi, M. Hum. sebagai dosen terfavorit bagi seluruh mahasiswa

Sastra Indonesia USD, kepada Sony Christian Sudarsosno, S.S., M.A. selaku

Wakil Ketua Program Studi Sastra Indonesia USD, Drs. B Rahmanto, M. Hum.,

Maria Magdalena Sinta Wardani, S.S., M.A., Dr.Paulus Ari Subagyo, M. Hum.

(alm), dan Drs. Hery Antono, M. Hum. (alm) yang sangat berjasa dan telah

bersedia memberikan ilmunya selama saya kuliah di Program Studi Sastra

Indonesia. Serta penulis mengucapkan terima kasih kepada Staf Sekretariat

Fakultas Sastra Indonesia atas pelayanan dan bantuan yang diberikan dengan baik

selama ini.

Keempat, ucapan terima kasih khususnya untuk mama saya, M.G Purwini

Disriati yang selalu memberikan semangat dan doa yang terbaik untuk penulis.

Terima kasih sudah bekerja keras dan mengizinkan penulis meraih mimpinya di

Kota Yogyakarta. Ucapan terima kasih pula untuk kedua kakak saya, Padmo Adi

dan Angela Padma Dewi, kedua kakak ipar saya Kartika Indah dan Antonius Adi,

serta untuk kedua keponakan saya Rama Sanjaya Padmakarna dan Kidung Ayunda

yang tak hentinya memberikan semangat dan dukungan psikologis kepada saya.

Terima kasih juga kepada saudara sepupu saya Adrianus Hendry yang sama-sama

kuliah di Jogja, dia selalu ada disaat saya kesepia dan selalu memberikan semangat

terlebih ketika saya mengerjakan skripsi ini. Tak lupa saya ucapkan terima kasih

kepada bapak saya, Hadrianus Denda Surono (alm) yang memberikan inspirasi

bagi saya dalam penulisan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

x

Kelima, untuk sahabat saya, yaitu Susana Saras dan Roswita Yostin yang

selalu setia menemani segala rasa selama saya kuliah di sini. Kalian selalu setia

menjadi tempat bercerita yang asyik dan menjadi tempat hiburan yang

membangkitkan semangat saya. Terima kasih juga untuk anak-anak JO LALI,

Saras, Yostin, Lana, Maya, Berta dan Anin yang menjadi teman terbaik selama

menjalani proses berdinamika di UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Grisadha

(Grup Tari Sanata Dharma). Serta untuk seluruh mahasiswa Prodi Sastra Indonesia

angkatan 2015, terima kasih atas bantuannya selama saya kuliah di sini, teruntuk

Erline, Grey, Ina, Laras, Phelvine, Amanda, Brigitta, Genjikable, Galih, Ditho dan

Semujur.

Terakhir, saya mengucapkan terima kasih kepada Ignatius Wahyu Aji

Wibowo, teman baik saya sewaktu dibangku SMP, yang sudah kembali hadir di

waktu yang sangat tepat, menjadi kado Natal 2018 yang tak terduga bagi saya,

pertemuan singkat kita sangat berarti dan terima kasih sudah membangkitkan

semangatku. Terima kasih juga untuk kedua sahabatku, Yosephine Pratita dan

Dika Sekar, yang meski diam mengamati saja, tetap memberikan perhatian dan

semangat untuk penulis. Serta ucapan terima kasih untuk kakak dan adek temu

gedhe ku, yaitu Andreas Eka Wijaya (Pongky) dan Dioda Yotam Paninggar yang

sangat berjasa dalam membangkitkan semangat dikala saya terpuruk ketika

pengerjaan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

xi

Serta ucapan terima kasih kepada semua pihak, yaitu Mbah Putri, om,

tante, saudara sepupu saya, teman-teman saya, dan orang sekitar yang mengenal

saya, yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu. Skripsi ini adalah bentuk

tanggung jawab saya sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan

dengan mengapresiasi karya beliau saya ingin megenalkan kepada dunia bahwa

ada sastrawan daerah dari Surakarta yang memiliki karya yang begitu luarbiasa

menginspirasi.

Yogyakarta, 12 Januari 2019

Penulis

Brigitta Gangga Tribuana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

xii

ABSTRAK

Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Dominasi, Hegemoni dan Kekuasaan dalam

Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusatra. Skripsi Strata Satu

(S-1). Yogyakarta: Sastra Indonesia. Fakultas Sastra. Universitas

Sanata Dharma.

Penelitian ini mengangkat topik tentang “Dominasi, Hegemoni, dan

Kekuasaan dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra”. Penelitian ini

bertujuan untuk (1) menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban

karya Ki Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar; dan (2)

mendeskripsikan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan menggunakan prespektif

Antonio Gramsci dan Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban karya Ki

Padmasusastra. Dalam menguraikan struktur cerita, penulis menggunakan kajian

strukturalis. Selain itu, untuk mendeskripsikan dan menganalisa serat tersebut,

penulis menggunakan teori dominasi dan hegemoni Antonio Gramsci, serta teori

kekuasaan menurut Johan Galtung. Penelitian sastra ini menggunakan paradigma

M. H Abrams, yaitu pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Metode

pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara metode studi pustaka, metode

analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data.

Tokoh utama dalam serat ini adalah Prabu Warsakusuma, Prabu

Warihkusuma, dan Raden Udakawimba. Sedangkan tokoh tambahan dalam serat

ini adalah Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki Patih

Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai

Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu,

Arya Toyatuli, Raden Lodaka, dan Rara Sendang. Analisis latar dalam serat ini

terbagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Latar tempat

dalam serat ini adalah di Negeri Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa

Sumbereja, Tirtakandas, dan Gunung Rancakarni. Latar waktu dalam serat ini

adalah tahun 1600-an, pada masa kerajaan Tuban, dan latar sosial yang terdapat

dalam serat ini adalah kehidupan masyarakat Jawa pada masa Mataram.

Penulis menemukan dominasi, hegemoni, dan kekuasaan di dalam serat

ini. Analisis dominasi yang terjadi berujung pada pemberontakan. Terdapat tiga

macam hegemoni dalam serat ini, yaitu: (1) hegemoni dalam kebijakan negara, (2)

hegemoni dalam pendidikan, dan (3) hegemoni dalam tata cara kenegaraan.

Analisis kekuasaan dalam penelitian ini terbagi atas tiga perbedaan, yaitu sebagai

berikut: (1) kekuasaan atas diri sendiri dan kekuasaan atas orang lain; (2)

kekuasaan ideologi, kekuasaan remeneratif, dan kekuasaan punitif; (3) sumber

kekuasan: “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan”. Sumber kekuasaan yang paling

dominan dalam serat ini adalah darah biru atau kebangsawanan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

xiii

ABSTRACT

Tribuana, Brigitta Gangga. 2019. Domination, Hegemony, and Power in

Romance Rangsang Tuban by Ki Padmasusastra. Undergraduate

Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature. Faculty of Literature.

University of Sanata Dharma.

This research talks about “Domination, Hegemony, and Power in

Romance RangsangTuban by Ki Padmasusastra”. The research wants to (1)

describe the srtucture of the story in romance Rangsang Tuban by Ki

Padmasusastra, which include personage, personification, and background;

and (2) using Antonio Gramsci and Johan Galtung‟s theories, the research

wants to describe the domination, hegemony, and power in this romance. To

describe the structure of the story, the writer uses structuralist study.

Moreover, to describe and to analyze the romance, the writer uses Gramsci‟s

theory of domination and hegemony, and Johan Galtung‟s theory of power.

This research uses the paradigm of M.H. Abrams, which is objective approach

and mimetic approach.The methods of data collecting in this research are

literature review, data analysis, and presentation of the results of data analysis.

The main characters of this romance are Prabu Warsakusuma, Prabu

Warihkusuma, and Raden Udakawimba. Meanwhile the additional characters

in this romance are Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki

Patih Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasenggara, Prabu Hertambang, Dewi

Wayi, Kyai BuyutWulusan or Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan,

Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden Lodaka, and Rara Sendang. There are

three backgrounds analysis of this romance, which are background of places,

background of time, and background of social. The background of places in

this romance areTuban Country, Mudal Mount, Banyubiru, Sumbereja

Village, Tirtakandas, and Rancakarni Mount. Background of time in this

romance is year 1600‟s, in the time of Tuban Kingdom. The background of

social in this romance is the life of Javanese people in the era of Mataram.

The writer finds domination, hegemony, and power in this romance.

There are three kinds of hegemony in this romance, which are (1) hegemony in

state policy, (2) hegemony in education, and (3) hegemony in state rules.

There are also three kinds of power in this romance, which are (1) the power to

oneself and the power to others; (2) the power of ideology, the power of

remunerative, and the power of punitive; (3) the source of power: “being”,

“having”, and “position”. The most domination source of power in this

romance is the power of being the royal blood.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ vi

MOTTO ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

ABSTRAK ............................................................................................................ xii

ABSTRACT ........................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 6

1.4 Manfaat Hasil Penelitian................................................................................ 6

1.4.1 Manfaat Teoretis ................................................................................ 6

1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................. 7

1.5 Tinjauan Pustaka ............................................................................................ 7

1.6 Kerangka Teori ............................................................................................ 11

1.6.1 Analisis Struktural ............................................................................ 11

1.6.2 Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan ............................... 15

1.7 Metode Penelitian ........................................................................................ 19

1.7.1 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 20

1.7.2 Metode Analisis Data ....................................................................... 21

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ............................................. 21

1.7.4 Sumber Data ..................................................................................... 22

1.8 Sistematika Penyajian .................................................................................. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

xv

BAB II ANALISIS STRUKTUR CERITA DALAM SERAT RANGSANG

TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ....................................................... 24

2.1 Pengantar ..................................................................................................... 24

2.2 Tokoh dan Penokohan ................................................................................. 24

2.2.1 Tokoh Utama .................................................................................... 25

2.2.2 Tokoh Tambahan ............................................................................. 31

2.3 Latar ............................................................................................................. 39

2.3.1 Latar Tempat .................................................................................... 39

2.3.2 Latar Waktu ...................................................................................... 44

2.3.3 Latar Sosial....................................................................................... 45

BAB III DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT

RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA ................................ 47

3.1 Pengantar ..................................................................................................... 47

3.2 Dominasi dan Hegemoni ............................................................................. 47

3.2.1 Dominasi .......................................................................................... 49

3.2.2 Hegemoni ......................................................................................... 53

3.2.2.1 Hegemoni dalam Kebijakan Negara ................................. 53

3.2.2.2 Hegemoni dalam Pendidikan ............................................ 55

3.2.2.3 Hegemoni dalam Tata Cara Kenegaraan........................... 56

3.3 Kekuasaan .................................................................................................... 58

3.3.1 Kekuasaan atas Diri Sendiri dan Kekuasaan atas Orang Lain ......... 58

3.3.2 Ideologis, Remuneraif, dan Punitif .................................................. 62

3.3.3 Sumber Kekuasaan ........................................................................... 64

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 69

4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 69

4.2 Saran ............................................................................................................ 72

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73

LAMPIRAN ......................................................................................................... 75

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra adalah karya cipta dari seorang penulis untuk tujuan

estetika kehidupan manusia. Salah satu karya sastra adalah novel. Menurut

Abrams dalam Nurgiyantoro (1995: 9), sebutan novel dalam bahasa Inggris

yang masuk ke Indonesia berasal dari bahasa Itali novella (yang dalam bahasa

Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti „sebuah barang baru yang

kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita pendek dalam bentuk prosa‟.

Menurut KBBI edisi V (2016), novel adalah karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Sedangkan

prosa sendiri adalah karangan bebas (tidak terikat oleh kaidah yang terdapat

dalam puisi), KBBI edisi V (2016).

Objek yang akan menjadi pokok pembahasan dalam skripsi ini adalah

sebuah prosa sastra Jawa modern yang berbentuk serat (bahasa Jawa), dalam

segi penceritaan hampir mirip dengan novel. Serat (bahasa Jawa) berarti

sebuah karya sastra yang berisi tentang ajaran-ajaran dari leluhur yang

bertujuan untuk kebaikan. Novel dan serat memiliki perbedaan, di mana

novel menceritakan secara detail bagaimana keadaan yang terjadi dalam

cerita tersebut, sedangkan serat hanya menceritaan pokok-pokok penting

dalam ceritanya saja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

2

Objek material pada penelitian ini adalah serat Rangsang Tuban karya

Ki Padmasusastra. Serat ini ditulis pertama kali pada tahun 1900

menggunakan tulisan tangan dalam bentuk aksara Jawa, namun baru di

publikasikan pada tahun 1912 oleh Budi Utomo di Surakarta. Pada tahun

1985 Balai Pustaka mengalih aksara Rangsang Tuban ke dalam bahasa Jawa

Latin, serta menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia supaya lebih

mudah dibaca dan dipahami oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra terbitan Balai

Pustaka (1985) yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia untuk

menjadi objek pada penelitiannya.

Ki Padmasusastra memproklamasikan dirinya sebagai, „Tiyang mardika

ingkang marsudi kasusastran Jawi ing Surakarta’, artinya „orang merdeka

yang menekuni kesusastraan Jawa di Surakarta‟. Ki Padmasusastra

menyatakan dirinya merdeka karena dia tidak terikat oleh aturan-aturan

keraton seperti gurunya, yaitu Ranggawarsita yang memang keturunan

keraton. Suwardi adalah nama kecil Ki Padmasusastra, beliau lahir di

Kampung Sraten, Surakarta tanggal 21 Maulud 1771 J atau tanggal 20 April

1841 Masehi dan meninggal pada hari Senin Wage tanggal 17 Rajab 1856 J

atau tanggal 1 Februari 1926 Masehi (85 tahun, mengikuti hitungan Jawa),

dengan meninggalkan puluhan karya yang berkualitas. Ki Padmasusastra

tidak hanya seorang penulis sastra fiksi dan sastra wulang (ajar), beliau juga

banyak memperhatikan dunia bahasa, sebenarnya beliau adalah seorang ahli

bahasa di masanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

3

Serat Rangsang Tuban, (Padmasusasta, 1985: 6) petikan dari kitab

Weddha, karya Empu Manehgunna, kemudian digubah oleh Ki

Padmasusastra. Serat Rangsang Tuban, (Padmasusastra, 1985: 6)

mengisahkan tentang dua orang pangeran dari Negeri Tuban yang bernama

Pangeran Warihkusuma dan Pangeran Adipati Anom Warsakusuma. Konflik

awal terjadi ketika Pangeran Adipati Anom Warsakusuma merasa iri kepada

kakaknya Pangeran Warihkusuma yang akan menikah dengan saudara

sepupunya yang bernama Endang Wresti. Kemudian terjadilah penyerangan

dari pangeran Warsakusuma untuk Pangeran Warihkusuma, namun Pangeran

Warihkusuma tidak melawan karena dia merasa malu jika harus berperang

dengan saudaranya sendiri, terlebih bila masalahnya hanyalah

memperebutkan Endang Wresti. Hal ini terdapat dalam kutipan (1) dan (2).

(1) Ringkasnya, sri baginda saat itu masih mampu mempertahankan sikapnya

yang wajar terhadap kakaknya, akan tetapi kemudian menyatakan

keinginannya utuk langsung kembali ke istana tidak dapat menunggui

perkawinan kakaknya karena mendadak badannya merasa kurang enak

badan (Padmasusastra, 1985: 11).

(2) Pangeran Warihkusma tidak mau melaksanakan perlawanan karena

kuwatir akan menimbulkan kerusakan atau korban di kalangan rakyat.

Selain musuh terlampau besar, ia pun merasa malu bermusuhan dengan

saudara sendiri hanya karena berebut istri (Padmasusastra, 1985: 13).

Serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dipilih sebagai topik

dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut: (i) Novel Rangsang

Tuban merupakan serat Jawa yang membuka pintu sastra Jawa untuk

pembaca di Indonesia; (ii) Adanya persoalan dalam serat ini, yaitu domiasi,

hegemoni dan kekuasaan yang dapat dilihat dari tokoh-tokoh dalam serat

Rangsang Tuban; (iii) Peneliti tertarik dengan dominasi dan hegemoni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

4

prespektif Antonio Gramsci dan teori kekuasaan menurut Johan Galtung,

menurut peneliti serat Rangsang Tuban cocok dianalisis dengan kedua

pendekatan tersebut; (iv) Adanya manfaat terhadap hasil penelitian, di mana

peneliti menjadi jembatan antara penulis karya sastra, teks sastra, dan

pembaca sebagai penikmat karya sastra untuk dapat lebih mengenal karya

sastrawan, terutama sastrawan daerah; (v) Belum ada penelitian serat

Rangsang Tuban yang membahas dengan kedua pendekatan tersebut; (vi)

Novel Rangsang Tuban digubah oleh sastrawan yang berasal dari daerah

Solo, bukan dari pusat Jakarta; dan (vii) Penulis memiliki tanggung jawab

secara biologis, yaitu sebagai salah satu keturunan dari Ki Padmasusastra dan

secara akademis penulis ingin mengapresiasi hasil karya dari sastrawan

daerah, yaitu Ki Padmasusastra.

Dalam penelitian ini, hal pertama yang akan dibahas adalah struktur

cerita dalam serat Rangsang Tuban. Strukturalisme adalah suatu pendekatan

penelitian terhadap karya sastra terhadap unsur-unsur yang membentuknya.

Peneliti membatasi dalam mengidentifikasi dan mengkaji unsur intrinsik serat

Rangsang Tuban hanya dengan melihat dari tokoh, penokohan, dan latar

yang menjelaskan fungsi antar unsur yang memiliki keterkaitan hubungan

keseluruhan untuk mencapai pemahaman tentang estetik, makna keseluruhan

struktur karya sastra.

Setelah itu, hal kedua yang akan dibahas dalam penelitian tentang serat

Rangsang Tuban adalah keterkaitan tokoh-tokoh dengan dominasi dan

hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

5

Galtung. Secara literal hegemoni berarti “kepemimpinan”, (Faruk, 2010:

132). Konsep hegemoni menurut Gramsci adalah sesuatu yang lebih

kompleks. Konsep yang digunakan oleh Gramsci berfungsi untuk meneliti

bentuk-bentuk politik, kultural, dan ideologis tertentu. Namun, di dalam

penelitian ini peneliti juga akan mengkalaborasikan antara teori dominasi dan

hegemoni menurut Antonio Gramsci dengan teori kekuasaan menurut Johan

Galtung. Hal ini, karena peneliti menemukan adanya kekuasaan atau

dominasi yang diawali dari sebuah hegemoni dan di akhir cerita terdapat pula

sebuah hegemoni di dalam serat Rangsang Tuban. Perlu diketahui bahwa

dominasi adalah bagian dari hegemoni. Dominasi adalah sebuah perlawanan

dan membuat orang yang terdominasi menjadi dirugikan. Sedangkan

hegemoni di sini adalah sebuah tekanan yang mengharuskan pihak yang

terhegemoni menerimanya karena beranggapan bahwa itu merupakan sebuah

takdir dan tidak dapat dilawan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar

dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra?

1.2.2 Bagaimanakah dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,

serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban

karya Ki Padmasusastra?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

6

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, tujuan

makalah ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Menguraikan struktur cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki

Padmasusastra yang mencakup tokoh, penokohan, dan latar.

1.3.2 Mendeskripsikan dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci,

serta kekuasaan menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban

karya Ki Padmasusastra. Hal ini akan dibahas dalam Bab III.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat hasil penelitian atau kegunaan hasil penelitian dalam serat

Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra dibagi menjadi dua manfaat, yaitu

manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis, yaitu manfaat bagi perkembangan disiplin ilmu baik

ilmu bahasa, sastra dan budaya. Dalam penelitian ini peneliti mengemukakan

disiplin ilmu dalam bidang sastra. Beberapa manfaat teoretis yang ada dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1.1 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori dominasi dan

hegemoni prespektif Antonio Gramsci.

1.4.1.2 Memperkaya kajian sastra Jawa modern dengan teori kekuasaan

menurut Johan Galtung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

7

1.4.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis, yaitu berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan profesi

tertentu di luar bidang ilmu bahasa dan sastra (studi budaya dan studi gender).

Beberapa manfaat praktis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1.3 Penulis berharap setiap pembaca memiliki pengetahuan yang mendalam

tentang cerita dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.

1.4.1.4 Pembaca dapat mengapresiasi sebuah karya sastra Jawa modern, salah

satunya adalah serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra.

1.4.1.5 Menambah semangat membaca untuk mempelajari karya sastra,

terutama novel.

1.4.1.6 Peneliti mengharapkan bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan

sumbangan bagi siapa saja yang berprofesi dalam bidang pendidikan

maupun sastra untuk mengenal lebih mendalam tentang dominasi dan

hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan

Galtung.

1.4.1.7 Memperkenalkan sastrawan asal Surakarta era Hindia Belanda,

bernama Ki Padmasusastra

1.5 Tinjauan Pustaka

Berdasarkan pengamatan penulis sudah ada yang menganalisis serat

Rangsang Tuban karya Ki Padmasustra (versi novel dalam bahasa Jawa)

dalam bentuk penelitan berupa jurnal ilmiah, namun penelitian tersebut hanya

membahas analisis strukturnya saja. Peneliti juga menemukan sinopsis novel

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

8

Rangasang Tuban dalam daring. Serta beberapa skripsi yang membahas

tentang hegemoni dan kekerasan yang dapat membantu peneliti dalam

menganalisis penelitiannya tersebut. Berikut ini adalah beberapa jurnal ilmiah

dan skripsi yang menjadi bahan bacaan dari peneliti.

Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra dan

Pembelajarannya di SMA dalam jurnal yang disusun oleh Isrofi, Program

Studi Pendidikan dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Hasilnya adalah aspek struktural dalam novel Rangsang Tuban karya

Padmasusastra meliputi tema, alur atau plot, tokoh dan penokohan, latar,

judul dan sudut pandang. Pembelajaran novel Rangsang Tuban karya

Padmasusastra sesuai Kurikulum 2013 diterapkan pada siswa-siswi SMA

kelas XII semester gasal. Metode pembelajaran yang digunakan adalah

dengan metode diskusi dan tanya jawab. Dalam pelaksanaan pembelajaran,

siswa membaca sinopsis novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra,

selanjutnya siswa mendiskusikan secara berkelompok dan

mengemukakannya.

Kajian Sosiologi dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra

dalam jurnal yang disusun oleh Kurniawan, Program Studi Pendidikan dan

Sastra Jawa, Univeritas Muhammadiyah Purworejo. Hasilnya adalah unsur

intrisik novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra, yang terdiri dari tema

utama, tokoh dan penokohan, alur maju, latar. Aspek sosial dalam novel,

yang terdiri dari aspek kekerabatan, aspek perekonomian, aspek politik, aspek

religi atau aspek keperayaan. Namun dalam jurnal tersebut lebih ditonjolkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

9

ke dalam aspek kekerabatan dan aspek perekonomian. Serta ada pula

moralitas dalam novel Rangsang Tuban Karya Padmasusastra, yaitu

hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan antar manusia dengan

lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Bentuk-bentuk Counter-Hegemoni dalam Novel Kuil di Dasar Laut

Karya Seno Joko Suyono: Prespektif Antonio Gramsci, merupakan sebuah

Skripsi oleh Homba, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada Juli 2016.

Hasilnya adalah peneliti menemukan perlawanan keras yang dilakukan

dengan cara menerbitkan petisi dan aksi demonstrasi; perlawanan pasif yang

dilakukan melalui cara tapak tilas dan tirakat, menantang maut, dan mencari

ketenangan di luar negeri; perlawanan humanistik yang dilakukan melalui

negosiasi dengan penguasa; perlawanan metafisik yang dilaksanakan melalui

perjalanan spiritual ke pepunden-pepunden untuk mencari wahyu tandingan

melawan Soeharto.

Skripsi oleh Wiharjo, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada

tahun 2018 yang berjudul Bentuk-Bentuk Hegemoni dan Counter-Hegemoni

dalam Novel Entrok Karya Okky Mandasari Prespektif Antonio Gramasci.

Hasilnya adalah peneliti menemukan tahap bentuk-bentuk hegemoni

masyarakat sipil, para pemimpin yang berkuasa penuh terhadap masyarakat

sipil. Sementara tahapan bentuk hegemoni dalam masyarakat politik adalah

ancaman atasan terhadap bawahan, cara mempertahankan kekuasaan, dan

strategi untuk menyingkirkan penentang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

10

Skripsi oleh Utami, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada

Januari 2018 yang berjudul Kekerasan Struktural dan Personal dalam Novel

Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky. Hasilnya adalah peneliti

menemukan tiga jenis kekerasan struktural, yaitu (1) kekerasan strukturan

yang dialami oleh simpatisan PKI, (2) kekerasan struktural terhadap

masyarakt sipil pada masa orde baru, dan (3) kekerasa struktural terhadap

masyarakat sipil di Kamboja. Peneliti juga menemukan empat jenis kekerasan

persolan, yaitu (1) kekerasan personal terhadap anggota oraganisasi

kepemudaan, (2) kekerasan terhadap simpatisan PKI, (3) kekerasan personal

terhadap wanita, dan (4) kekerasan personal terhadap waga sipil di Kamboja.

Bentuk kekerasan yang mendominasi kekerasan personal pada novel tersebut,

yaitu (1) cara yang digunakan adalah menggunakan badan manusia itu

sendiri, (2) bentuk organisasinya adalah TNI, dan (3) sasaran pendekatannya

berbentuk anatomis.

Meski demikian, penulis ingin mendalami atau lebih fokus pada unsur

intrinsik, dominasi, hegemoni, dan kekuasaan yang terdapat dalam serat

Rangsang Tuban karya Padmasusastra, karena analisis sebelumya yang

ditemukan penulis sebagian besar menggunakan sosiologi sastra dan hanya

sebagian saja dan belum mencakup semua isi dalam serat tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

11

1.6 Kerangka Teori

1.6.1 Analisis Struktural

Sebuah karya sastra memiliki sebuah unsur pembangun yang tersusun

atas unsur-unsur intrinsik (intrinsic). Unsur intrinsik sebuah novel adalah

unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita

(Nurgiyantoro, 1998: 23). Struktur tersebut dapat dilakukan dengan analisis

struktural. Analisis Struktural karya sastra, dilakukan dengan mendefinisikan,

mengkaji, dan mendeskripsikan fungsi dan antar unsur intrinsik fiksi yang

bersangkutan.

Nugiyantoro (1998: 37) menjelaskan bahwa analisis struktural

bertujuan memaparkan secermat mungkin fungsi dan keterkaitan antar

berbagai unsur karya sastra yang secara bersama menghasilkan sebuah

kemenyeluruhan. Tahap awal dapat diidentifikasi dan dideskripsikan,

misalnya bagaimana keadaan peristiwa-peristiwa, plot, tokoh dan penokohan,

latar, sudut pandang. Barulah dijelaskan bagaimana fungsi-fungsi dari

masing-masing unsur itu dalam menunjang makna keseluruhan dan

membentuk totalitas kemaknaan yang padu.

Analisis struktural dalam serat Rangsang Tuban ini akan berfokus pada

tokoh dan penokohan; latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar

sosial. Hal ini bertujuan agar penelitian lebih efektif dan efisien, maka

diperlukan batasan-batasan sesuai dengan kebutuan penelitian. Hasil dari

analisis tokoh, penokohan dan latar akan memudahkan peneliti dalam

merumuskan ke dalam rumusan masalah selanjutnya, yaitu bagaimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

12

dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan

menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban.

1.6.1.1 Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang

mengalami sebuah peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa

cerita. Nurgiyantoro (1998: 165) istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya,

pelaku cerita, misalnya sebagai jawaban terhadap pertanyaan: “Siapakah

tokoh utama novel itu?”, atau “Ada berapa orang jumlah pelaku novel itu?”,

atau “Siapakah tokoh protagonis dan anatagonis dalam novel itu?”, dan

sebagainya.

Tokoh cerita (character), menurut Abrams (1981:20) dalam

Nurgiyantoro (1998: 165-166), adalah orang(-orang) yang ditampilkan dalam

suatu karya naratif, atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki

kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam

ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan. Dari kutipan tersebut juga

dapat diketahui bahwa antara seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat

berkaitan dalam penerimaan pembaca. Dalam hal ini, khususnya dari

pandangan teori resepsi, pembacalah sebenarnya yang memberi arti

semuanya. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan

berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). Pembedaan

antar tokoh yang satu dengan yang lain lebih ditentukan oleh kualitas pribadi

daripada dilihat secara fisik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

13

Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh. Meliputi

permasalahan karakterisasi penggambaran tokoh cerita, dan metode pelukisan

tokoh. Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang

yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Penokohan dan karakterisasi sering

juga diartikan dengan karakter dan perwatakan, menunjuk pada penerapan

tokoh-tokoh tertentu dengan watak tertentu dalam sebuah cerita.

Tokoh-tokoh cerita dalam sebuah fiksi dapat dibedakan ke dalam

beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu

dilakukan. Berdasarkan perbedaan sudut pandang dan tinjauan, seorang tokoh

dapat saja dikategorikan ke dalam beberapa jenis penamaan sekaligus,

misalnya sebagai tokoh utama-protagonis-berkembang-tipikal (Nurgiyantoro,

1998: 176).

Penelitian ini berfokus pada tokoh utamanya saja, hal tersebut karena

banyaknya tokoh yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban, namun tokoh-

tokoh tambahan dalam serat ini juga sangat berpengaruh terhadap jalannya

cerita. Dalam serat ini terdapat tiga tokoh utama yang menjadi pusat dan

penggerak dalam alur cerita secara keseluruhan.

1.6.1.1.1 Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan dalam sebuah penceritaan

novel yang bersangkutan. Tokoh utama selalu hadir atau paling banyak

dibicarakan sebagai pelaku yang dikenai kejadian dan konflik, mempengaruhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

14

perkembngan plot. Tokoh utama dalam sebuah novel bisa lebih dari satu

orang.

Sedangakan tokoh tambahan adalah tokoh yang memegang peran

sebagai pelengkap atau sebagai tambahan dalam seluruh jalan cerita novel.

Tokoh tambahan muncul menurut kebutuhan cerita dalam novel. Pemunculan

tokoh tambahan dalam keseluruhan cerita terbilang lebih sedikit, tidak terlalu

dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh

utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.

1.6.1.2 Latar

Latar atau setting mengandung pengertian sebagai tempat, hubungan

waktu, dan lingkungan sosial termpat terjadinya peristiwa yang diceritakan.

Latar dikelompokkan bersama dengan tokoh dan penokohan, ke dalam fakta

(cerita) karena ketiga hal tersebut yang akan dialami dan dapat menjadi

imajinasi pembaca secara faktual jika membaca sebuat cerita fiksi. Latar

memberikan kesan realistik dan sungguh-sungguh terjadi. Penelitian ini

berfokus pada latar tempat, latar waktu dan latar sosial saja.

1.6.1.2.1 Latar Tempat

Latar tempat adalah lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah cerita fiksi. Menurut Nurgiyantoro (1998: 227), penggunaan tempat

dengan nama-nama tertentu haruslah mencerminkan, atau paling tidak tak

bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

15

1.6.1.2.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar waktu

dalam cerita fiksi dapat menjadi dominan dan fungsional jika dikerjakan

dengan teliti, khususnya jika dihubungkan dengan waktu sejarah.

1.6.1.2.3 Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi (Nurgiyantoro, 1998: 233). Kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi,

keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir, dan bersikap merupakan masalah

dalam lingkup yang cukup kompleks.

Latar sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan,

seperti rendah, menenengah, dan atas. Latar sosial dapat dipandang atau

menggambarkan suasana kedaerahan, local color, warna setempat daerah

tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. Masalah penamaan tokoh-

tokoh juga berhubungan dengan latar sosial. Status sosial adalah salah satu

hal yang perlu diperhitungkan dalam pemilihan latar dalam cerita fiksi. Latar

sosial.

1.6.2 Analisis Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan

Peneliti menggunakan dua kajian dalam analisis serat Rangsang Tuban

karya Ki Padmasusastra, yaitu dengan teori dominasi dan hegemoni

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

16

prespektif Antonio Gramsci, serta teori kekuasaan menurut Johan Galtung.

Kedua teori tersebut digunakan untuk menganalisis beberapa strategi

kekuasaan yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban yang diawali dari

sebuah hegemoni, kemudian terdapat dominasi-dominasi kekuasaan yang ada

di dalamnya, dan diakhir cerita ditutup dengan hegemoni.

1.6.2.1 Dominasi dan Hegemoni Perspekif Antonio Gramsci

Hegemoni adalah sebuah dominasi oleh satu kelompok yang lain, tanpa

ancaman kekerasan, sebagai ide-ide yang dituntun oleh kelompok dominasi

terhadap kelompok yang didominasi atau dikuasai, diterima sebagai sesuatu

yang wajar dan tidak memberatkan. Hegemoni membuat masyarakat percaya

dengan prinsip-prinsip, aturan-aturan dan hukum yang dianggap dapat

mensejahterakan bersama, meskipun sebenarnya tidak. Menurut Faruk (2010:

144), Gramsci berpegang teguh pada penyatuan kedua aspek tersebut secara

bersama-sama. Salah satu cara yang di dalamnya “pemimpin” dan “dipimpin”

disatukan adalah lewat “kepercayaan-kepercayaan populer”.

Istilah hegemoni diturunkan dari istilah Yunani, hegeisthai yang berarti

kepemimpinan (Sehandi, 2016: 188). Konsep hegemoni banyak digunakan

oleh sosiolog untuk menjelaskan fenomena terjadinya usaha untuk

mempertahankan kekuasaan oleh pihak penguasa. Penguasa tidak hanya

terbatas pada penguasa negara (pemerintah). Teori hegemoni digunakan

untuk memahami model kekuasaan, tetapi bukan atas dasar pemaksaan,

melainkan atas dasar kesepakatan, konsensus, dan masuk akal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

17

Hegemoni adalah suatu dominasi kekuasaan suatu kelas sosial atas

kepada kelas sosial lainnya melalui kepemimpinan intelektual dan moral yang

dibantu dengan dominasi atau penindasan. Hegemoni mendefinisikan sifat

kompleks dari hubungan antar masyarakat dengan kelompok-kelompok

pemimpin masyarakat. Pemimpin dan yang dipimpin disatukan lewat

kepercayaan-kepercayaan populer.

Ada tiga tahapan hegemoni menurut Gramsci dalam Faruk (2010: 137),

yaitu (1) dominasi, (2) kepemimpinan intektual, dan (3) hegemoni.

Kepemimpinan intelektual dan hegemoni di sini dapat diasatukan karena

memiliki arti yang hampir sama. Sedangkan dominasi berdiri sendiri karena

dominasi adalah bagian dari hegemoni tersebut. Menurut Faruk (2010: 135),

kekerasan adalah cara dominasi, yaitu penamaan kekuasaan dari kelas yang

berkuasa terhadap kelas yang tertindas dengan cara paksa, dengan melibatkan

aparat-aparat kekerasan seperti polisi dan sejenisnya, sedangkan kesetujuan

adalah cara hegemoni, yaitu penamaan kekuasaan yang sama, tetapi yang

dilakukan untuk mencapai kesepakatan dari kelas yang dikuasai, penerimaan

yang ikhlas dari kelas itu.

Menurut Gramsci dalam Taum (2015: 37), untuk melestarikan

kekuasaan, dominasi harus dilengkapi dengan hegemoni. Hegemoni adalah

asumsi-asumsi dan nilai-nilai yang membentuk makna dan mendefinisikan

realitas bagi mayoritas masyarakat dalam kebudayaan tertentu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

18

1.6.2.2 Teori Kekuasaan Menurut Johan Galtung

Kekuasaan adalah kemampuan atau wewenang untuk menguasai orang

lain, memaksa dan mengendalikan mereka sampai mereka patuh, mencampuri

kebebasannya, dan memaksakan tindakan-tindakan dengan cara yang khusus

(Windhu, 1992: 32). Kekuasaan (power) sebagai sebuah konsep yang paling

dasar dan kaya dalam ilmu politik.

Konsep kekuasaan dibangun dalam sebuah relasi yang tidak seimbang.

Hal ini, memperlihatkan perbedaan antara otoritas atau wewenang dengan

kekuasaan. Kekuasaan lebih cenderung menaruh kepercayaan kepada

kekuatan. Sedangkan, otoritas adalah sebuah kekuasaan yang dilegitimasikan

yang telah mendapat pengakuan umum. Konsep kekuasaan Galtung betolak

dari prinsip hidup manusia, yaitu “ada” (being) dan “memiliki” (having)

(Windhu, 1992: 34). Kekerasan terjadi karena ada relasi yang tidak seimbang.

Ketidakseimbangan itu terjadi karena adanya perbedaan dalam segi ada,

memiliki dan kedudukan dalam struktur sosial.

Kekuasaan sering disebut dengan dominasi. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia dalam daring, arti kata dominasi adalah penguasa oleh

pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lemah (dalam bidang politik,

militer, ekonomi, perdagangan, olahraga, dan sebagainya). Kekuasaan sama

halnya dengan dominasi namun berbeda arti dengan hegemoni.

Ada tiga dimensi kekuasaan yang dijabarkan oleh Galtung, (1)

“kekuasaan atas diri sendiri” dan “kekuasaan atas orang lain”, (2) tiga tipe

kekuasaan atas orang lain: ideologis, remuneratif dan punitif, serta (3) tiga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

19

sumber kekuasaan, yaitu “ada”, “memiliki”, dan “kedudukan” manusia dalam

struktur sosial.

1.7 Metode Penelitian

Metode berasal dari kata methodos (bahasa Latin), yang berakar dari

kata meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Metode

merupakan cara, strategi untuk memahami realitas, sebuah langkah-langkah

yang sistematis agar dapat memecahkan rangkaian sebab akibat. Secara

konkret, metode merupakan cara mengumpulkan data, menganalisis data, dan

menyajikan data yang dianalisis.

Paradigma penelitian sastra yang digunakan dalam penelitian ini adalah

paradigma M. H Abrams. Abrams membagi kritik sastra menjadi empat

pendekatan, yaitu: (1) pendekatan objektif, (2) pendekatan ekspresif, (3)

pendekatan mimetik, dan (4) pendekatan pragmatik. Dalam penelitian sastra

ini, penulis hanya memfokuskan pada dua pendekatan saja yaitu, pada

pendekatan objektif dan pendekatan mimetik. Pada pendekan objektif yang

membahas tentang struktur cerita yang mencakup tokoh, penokohan dan latar

yang terdiri dari latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Sedangkan

pendekatan mimetik yang mencakup dua teori, yaitu teori Antonio Gramsci

yang membahas tentang dominasi dan hegemoni, serta teori dari Johan

Galtung yang membahas tentang kekuasaan yang terdapat dalam serat

Rangsang Tuban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

20

Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang akan ditempuh oleh

peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian. Penelitian ini akan

melalui tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan

metode penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masing-

masing tahap serta sumber data yang diperoleh peneliti dalam melaksanakan

penelitian, kemudian akan dijabarkan pula sumber data yang diperoleh

peneliti dalam melaksanakan penelitian.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan proses pengambilan data, agar

data yang diambil dapat mewakili dan dapat memudahkan proses analisis

dalam sebuah penelitian. Metode yang digunakan dalam analisis serat

Rangsang Tuban adalah dengan studi pustaka. Peneliti menggunakan teknik

baca dan teknik studi pustaka. Teknik baca digunakan oleh peneliti untuk

membaca serat Rangsang Tuban dan teori-teori yang berkaitan dengan

penelitian. Hasil bacaan akan dicatat dan menghasilkan data. Hasil catatan

tersebut adalah poin-poin yang berkaitan dengan tokoh, penokohan, latar, dan

stategi kekuasaan hegemoni yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban.

Metode studi pustaka digunakan untuk mendapatkan data serta

beberapa referensi yang akurat untuk menganalisis serat Rangsang Tuban

dengan teori yang akan digunakan. Studi pustaka berkaitan dengan objek

penelitan, yaitu dominasi, hegemoni, dan kekuasan dalam serat Rangsang

Tuban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

21

1.7.2 Metode Analisis Data

Metode analisis data berupa deskripsi tentang tokoh, penokohan, dan

latar. Setelah data terklasifikasi, data tersebut akan dirumuskan dalam stategi

dominasi, hegemoni, dan kekuasaan. Analisis mengenai tokoh, penokohan,

dan latar (latar tempat, latar waktu dan latar sosial) yang sangat penting

untuk membantu peneliti dalam mengaitkan bentuk-bentuk strategi dominasi,

hegemoni, dan kekuasaan yang ada dengan konteks latar tempat, latar waktu,

dan latar sosial yang ada dalam serat Rangsang Tuban.

Metode analisis data dalam penelitian ini akan dirumuskan dengan

analisis isi dan analisis formal. Metode analisis isi atau analisis konten akan

mengungkapkan isi dari karya sastra yang dianalisis sebagai bentuk

komunikasi antara pengarang dan pembaca karya sastra. Sedangkan metode

formal atau struktural, peneliti menganalisis unsur-unsur yang ada dalam

karya sastra tersebut.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analalisis data dalam penelitian ini akan

dirumuskan secara deskriptif, kualitatif. Hasil analisis data akan berupa

pemaknaan sebuah karya sastra yang disajikan secara deskriptif. Metode

penyajian hasil analisis secara kualitatif merupakan cara penyajian hasil

analisis data dengan memanfaatkan penafsiran menggunakan menyajikan

sebuah penelitian ke dalam bentuk deskriptif. Fakta sosial yang sebagaimana

ditafsirakan oleh subjek.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

22

1.7.4 Sumber Data

Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sumber data

tertulis yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian.

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber data,

yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

1.7.4.1 Sumber Data Primer

Penelitian ini merupakan penelitian sastra, maka sumber datanya berupa

karya sastra Jawa modern (serat), yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa

Indonesia. Berikut ini rincian sumber datanya.

Judul : Rangsang Tuban

Pengarang : Ki Padmasusastra

Penerbit : Balai Pustaka

Tahun Terbit : 1985

Tebal Buku : 160 halaman

Alih Aksara : Mulyono Sastronaryatmo

Alih Bahasa : Sudibjo Z. Hadisutjipto

1.7.4.2 Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini meliputi karangan ilmiah

akademis baik dalam bentuk buku maupun daring (dalam jaringan). Sumber

data tersebut sangat berkaitan dan mendukung penelitian topik sastra ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

23

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan dibagi ke dalam empat (IV) bab. Pada Bab I berisi

pendahuluan yang terdiri atas, latar belakang, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode

penelitian, dan sistematika penyajian. Pada Bab II akan dibahas struktur cerita

secara pendekatan struktural yaitu unsur intrinsik yang terdiri dari tokoh,

penokohan, dan latar (tempat, waktu, dan sosial) dalam serat Rangsang

Tuban. Selanjutnya pada Bab III akan dianalisis mengenai dominasi,

hegemoni, dan kekuasaan yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban.

Terakhir adalah Bab IV berupa penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari

penulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

24

BAB II

ANALISIS STRUKTUR CERITA DALAM SERAT RANGSANG TUBAN

KARYA KI PADMASUSASTRA

2.1 Pengantar

Analisis Sturktural yang akan dipaparkan dalam serat Rangsang Tuban

ini akan berfokus pada tokoh dan penokohan; serta latar yang terdiri dari latar

tempat, latar waktu dan latar sosial. Hasil dari analisis unsur intrinsik tokoh,

penokohan, dan latar ini akan memudahkan peneliti merumuskan ke dalam

rumusan masalah selanjutnya, yaitu tentang dominasi dan hegemoni

prespektif Antonio Garamsci, serta teori kekuasaan menurut Johan Galtung.

2.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah pelaku cerita. Tokoh adalah individu rekaan yang

mengalami sebuah peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa

cerita. Penokohan adalah hal-hal yang berkaitan dengan tokoh. Meliputi

permasalahan karakterisasi penggambaran tokoh cerita, dan metode pelukisan

tokoh.

Tokoh-tokoh dalam serat Rangsang Tuban antara lain, Prabu Sindupati,

Prabu Warihkusuma, Prabu Warsakusuma, Kyai Umbul Mudal, Endang

Wresti, Raden Udakawimba, Ki Patih Toyamarta, Ki Tumenggung

Jalasengara, Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai Buyut Wulusan atau Kyai

Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

25

Lodaka dan Rara Sendang. Nama-nama tokoh dalam serat Rangsang Tuban

banyak menggunakan nama-nama orang Jawa pada masa Mataram.

2.2.1 Tokoh Utama

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel

yang bersangkutan sesuai dengan jalannya cerita. Tokoh utama selalu hadir

sebagai pelaku, atau yang dikenai kejadian dan konflik penting yang

mempengaruhi perkembangan plot. Terdapat tiga tokoh utama dalam serat

Rangsang Tuban yaitu Prabu Warsakusuma, Prabu Warihkusuma dan Raden

Udakawimba. Ketiga tokoh tersebut dikategorikan menjadi tokoh utama

karena intensitas kemunculan mereka cukup banyak dibanding dengan tokoh-

tokoh yang lain.

2.2.1.1 Prabu Warsakusuma

Prabu Warsakusuma merupakan anak kedua dari Prabu Sindupati

dengan seorang permaisuri, putri seorang raja. Prabu Warsakusuma berperan

sebagai tokoh utama yang digambarkan sebagai tokoh yang memicu

timbulnya konflik awal dalam cerita. Awalnya Prabu Warsakusuma sangat

sayang dan manja terhadap kakaknya Prabu Warihkusuma, menganggap

seolah-olah seperti ayahnya sendiri. Namun setelah Prabu Warsakusuma

bertemu dengan calon istri dari kakaknya, dia merasa jatuh hati kepada

Endang Wresti dan merasa iri terhadap kakanya. Seketika itu juga sikapnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

26

menjadi berubah dan sangat kejam terhadap Prabu Warihkusuma. Hal

tersebut terdapat dalam kutipan (3) dan (4).

(3) Sang Prabu seketika itu hatinya berubah menjadi benci terhadap

kakaknya. Ia merasa kalah tampan, dan merasa bahwa sang putri sama

sekali tidak mengimbangi perhatiannya. Bahkan melihatnya pun tidak

(Padmasusastra, 1985: 11).

(4) Matanya melotot, wajahnya merah membara memperhatikan

kebengisannya, seolah-olah akan menyala (Padmasusastra, 1985: 13).

Sikap egois dan jahatnya semakin terlihat ketika Raden Warsakusuma

melakukan segala cara untuk mendapatkan Endang Wresti, termasuk

menangkap kakaknya dan mengadakan pemberontakan. Bukan hanya itu,

Prabu Warsakusuma juga berniat untuk membunuh Parabu Warihkusuma

agar dia dapat memiliki Edang Wresti seutuhnya. Hal tersebut terdapat dalam

kutipan (5) dan (6).

(5) Sri baginda sangat murka, lalu memanggil senapati perang Ki

Tumenggung Jalasengara, diutus segera kembali ke Mudal membawa

bala tentaranya untuk menangkap Pangeran Warihkusuma, Kyai Umul

sekeluarga, dan membakar seluruh perumahan mereka. Dakwaannya

ialah: Sang Pangeran hendak mengadakan pemberontakan

(Padmasusastra, 1985: 12).

(6) “Uwa Patih. Pergilah engkau ke penjara, lalu bunuhlah kakanda

Warihkusuma. Karena saya sudah mendengar dengan jelas dari abdi

kekasih saya bahwa kakanda ingkar janji. Sikapnya berubah, dan berniat

melakukan pemberontakan melawan kekuasaanku. Pergilah segera!”

(Padmasusastra, 1985: 14).

Prabu Warsakusuma tidak dapat menahan asmaranya terhadap Endang

Wresti, niatnya ingin menghibur kesedihan Endang Wresti namun dia selalu

ditolak dengan kata-kata pedas. Keinginan Prabu Warasakusuma untuk

memiliki Endang Wresti sangat besar dia pun melakukan segala hal sampai

berbuat hal yang tidak sopan yaitu memperkosa Endang Wresti dan tanpa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

27

sengaja Prabu Warsakusuma terbunuh dengan cara tertusuk dengan patram,

karena memang pada saat itu Endang Wresti sedang menggenggam patram.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan (7) dan (8).

(7) “Kamu memang raja durhaka dan terkutuk di dunia. Kamu tidak tahu

malu, berwatak nista, sampai hati membunuh saudara karena hendak

merebut tunangannya. Kamu hanya akan menyentuh tubuhku jika aku

sudah menjadi bangkai. Nah, cobalah jika engkau bener-benar seorang

perwira. Terimalah patramku, sesudah itu podonglah aku.”

(Padmasusastra, 1985: 17).

(8) Sang dewi diperkosa dan tidak kuat melawan. Maklumlah tenaga

perempuan menghadapi laki-laki perkasa. Sang dewi semakin sedih dan

pilu karena pemerkosaan itu, ia terpaksa diam saja ambil memandang sri

baginda. Melihat dirinya selalu dipandang oleh sang dewi, sri baginda

mersa mendapat hati, dan lupa bahwa sang dewi masih menggenggam

patram di tangannya. Ketika sang dewi dipeluk dan dibantai dengan

tangan, ditikamnya sang baginda tepat di ulu hatinya, tembuh sampai ke

punggung, langsung meninggal tanpa mengeluh (Padmasusastra, 1985:

17).

2.2.1.2 Prabu Warihkusuma

Prabu Warihkusuma merupakan anak pertama dari Prabu Sindupati

dengan istri biasa. Prabu Warihkusuma merupakan salah satu tokoh utama

dalam novel Rangsag Tuban. Prabu Warihkusuma merupakan tokoh yang

sering muncul dalam penceritaan, dialah tokoh yang menjalankan alur dalam

cerita. Prabu Warihkusuma adalah seorang laki-laki yang tampan, tenang dan

berwibawa. Prabu Warihkusuma belum beristri, namun sejak kecil sudah

bertunangan dengan saudara sepupunya yang bernama Endang Wresti. Hal

tersebut terdapat dalam kutipan (9).

(9) Keduanya adalah saudara sepupu, dan memang sudah saling menyatakan

kesetiaannya. Sang pangeran tidak akan beristri untuk selama-lamanya

jika tidak dengan Rara Wresti. Demikian pula sebaliknya

(Padmasusastra, 1985: 10).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

28

Prabu Warihkusuma tidak jadi menikah dengan Endang Wresti karena

Prabu Warsakusuma yang iri dengan dirinya. Prabu Warsakusuma akhirnya

membatalkan pernikahan kakaknya itu dengan cara melakukan pemberontakn

saat menjelang upacara temu pengantin. Melihat hal itu Prabu Warihkusuma

juga tidak melawan, dia merasa malu bermusuhan dengan saudaranya sendiri

hanya karena berebut istri. Hal tersebut sudah dipaparkan dalam latar

belakang pada kutipan (2) .

Prabu Warihkusuma dimasukkan ke dalam penjara dan dituduh akan

melakukan suatu pemeberontakan terhadap kekuasaan adiknya dan dia pun

hendak dibunuh oleh Ki Patih suruhan Prabu Warsakusuma. Pemikiran Prabu

Warihkusuma yang tenang, diapun pasrah dengan apa yang akan dihadapinya.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan (10) dan (11).

(10) Hati Sang Pangeran terasa pilu karena hendak dibunuh dengan tuduhan

melakukan pemberontakan. Dengan suara tersedat-sendat ia bertanya,

“Uwa. Apakah Anda berserta para menteri sudah mempertimbangkan

masak-masak mengenai tuduhan terhadap saya, yang dituduh

memberntak? Lagi pula apakah hasil musyawarah itu memutuskan

hukuman bagi saya?” (Padmasusastra, 1985: 15).

(11) “Kata-kata atau pertanyaan Sang Pangeran itu tidak ada manfaatnya.

Segala sesuatu yang sudah saya lakukan, lebih-lebih yang saya lakukan

secara pribadi, sudah pasti menggunakan pikiran yang tenang. Tidak

membabi buta. Tidak ngawur.” (Padmasusastra, 1985: 15).

Kembalinya Prabu Warihkusuma ke Negeri Tuban menyisakan dendam

terhadap adiknya dan dendam tersebut berimbas terhadap keturunan dari

Raden Warsakusuma, yaitu Raden Udakawimba. Dendam masalalu Prabu

Warihkusuma terhadap adiknya membuat dirinya menjadi tidak peduli

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

29

dengan Raden Udakawimba. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (12), (13),

(14), dan (15).

(12) Akan tetapi di dalam hati ia sangat tidak senang terhadap anak tirinya,

Raden Udakawimba. Putra Tirinya itu dianggap sebagai tunggal pohon

kemanduh. Walaupun demikian perasaannya itu dipendamnya sehingga

kemasgulannya tidak tampak (Padmasusastra, 1985: 40).

(13) Adapun keinginan raja ialah hendak melenyapkan Raden Udakawimba

(Padmasusastra, 1985: 41).

(14) Nyatanya ia sangat dibenci oleh ayahandanya, dan sering kali dikata-

katai dengan ucapan-ucapan yang menyakiti hati, yakni diumpat sbagai

keturunan raja angkara (Padmasusastra, 1985: 41).

(15) Prabu tidak menunjukkan perhatianya. Malah menyatakan agar para

utusan menutup mulut. Jangan lagi membicarakan hilangnya rajaputra

(Padmasusastra, 1985: 42).

Prabu Warihkusuma menjadi pengecut, dia melarikan diri dari Negeri

Tuban karena penyerangan yang dikakukan oleh Raden Udakawimba

terhadap Negeri Tuban. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (16).

(16) Kini diceritakan kembali Prabu Warihkusuma, yang melarikan diri dari

medan perang. Ia mengira negerinya sudah diduduki musuh. Apakah

musuhnya itu Raden Udakawimba atau orang lain belumlah pasti. Akan

tetapi ia sudah pasrah , dan sudah mengambil keputusan yang bulat

hendak menjadi seorang biku, lalu meneruskan perjalanannya dengan

menyimpang (Padmasusastra, 1985: 70)

2.2.1.3 Raden Udakawimba

Raden Udakawimba merupakan salah satu tokoh utama dalam novel

Rangsang Tuban. Raden Udakawimba adalah anak dari Dewi Endang Wresti

dengan Prabu Warsakusuma. Perbuatan Prabu Warsakusuma terhadap Dewi

Endang Wresti membuat sang dewi mengandung dan melahirkan bayi laki-

laki. Jika pencarian Pangeran Warihkusuma tidak berhasil, maka Raden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

30

Udakawimba yang akan menggantikan tahta ayahandanya, Parabu

Warsakusuma. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (17) dan (18).

(17) Dalam pada itu ternyata sang dewi mengandung. Setelah tiba waktunya

ia melahirkan seorang bayi laki-laki. Bayi itu diberi nama oleh Ki Patih:

Raden Udakawimba. Anak itu cepat menjadi besar. Hal itu membuat hati

Ki Patih Toyamarta merasa tenang, mengingat sang dewi telah

melahirkan anak laki-laki (Padmasusastra, 1985: 19).

(18) Pikir Ki Patih, jika sekiranya yang mencari Pangeran Warihkusuma tidak

berhasil menemukannya, kelak Raden Udakawimbalah yang diangkat

menggantikan ayahandanya, Prabu Warsakusuma, jika telah dewasa.”

(Padmasusastra, 1985: 19).

Raden Udakawimba memang kurang dekat dengan ibundanya. Sejak

kecil ia diasuh oleh Ki Patih Toyamarta. Kembalinya Prabu Warihkusuma ke

Negeri Tuban membuat Raden Udakawimba kebingungan, ia dibenci dan

sering dikata-katai dengan ucapan yang menyakti hati, hal tersebut sudah

dipaparkan dalam kutipan (13).

Raden Udakawimba merupakan anak yang memiliki wajah yang

menarik, cerdas, mahir dalam hal membangun, dan gagasannya sangat luas.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan (19), (20), (21), dan (22).

(19) “Kyai Penghulu senang melihat rupa Raden Udakawimba. Bagus,

walaupun masih anak-anak namun menarik hati.” (Padmasusastra, 1985:

43).

(20) “Raden Udakawimba memang mahir dalam hal bangun-bangunan.

Dalam hati ia berkata, seandainya ada biaya dan tenanganya ia akan

sanggup membuat sebuah benteng yang sentosa dan sulit dipecahkan

musuh. (Padmasusastra, 1985: 44).

(21) “Selagi masih kanak-kanan saja Raden Udakawimba sudh mempunyai

gagasan seperti itu.” (Padmasusastra, 1985: 44).

(22) “Raden Udakawimba duduk bersila dengan sopan. Kyai Ageng

Wulusan merasa senang melihat rupa Raden Udakawimba. Bagus,

menarik, raut wajahnya pun manis, beasusila, tajam pandangan

matanya.” (Padmasusastra, 1985: 44).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

31

Meskipun sudah menikah dengan Rara Sendang dan hidup sejahtera di

desa Sumbereja, Raden Udakawimba belum merasa puas jika belum

membalas perbuatan dari pamannya Prabu Warihkusuma. Hal tersebut

terdapat dalam kutipan (23).

(23) “Raden Udakawimba sudah hidup dengan sejahtera. Akan tetapi hatinya

belum merasa puas jika ia belum dapat membalas dendam kepada

uaknya. Lama sudah Raden Udakawimba mempersiapkan diri menyusun

kekuatan bala tentara.” (Padmasusastra, 1985: 67).

2.2.2 Tokoh Tambahan

Tokoh tambahan adalah tokoh yang memegang peran sebagai

pelengkap atau sebagai tambahan dalam seluruh jalan cerita novel. Tokoh

tambahan muncul menurut kebutuhan cerita dalam novel. Pemunculan tokoh

tambahan dalam keseluruhan cerita terbilang lebih sedikit, tidak terlalu

dipentingkan, dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan tokoh

utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tokoh tambahan dalam serat Rangsang Tuban ini terbilang cukup

banyak. Sebagian besar tokoh tambahan dalam serat ini sangat berpengaruh

dengan tokoh utamanya. Tokoh tambahan dalam serat ini yaitu Prabu

Sindupati, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti, Ki Patih Toyamarta, Ki

Tumenggung Jalasengara, Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai Buyut

Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu,

Arya Toyatuli, Raden Lodaka dan Rara Sendang. Berikut ini akan dipaparkan

analisis tokoh tambahan serat Rangsang Tuban.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

32

2.2.2.1 Prabu Sindupati

Prabu Sindupati merupakan seorang maharaja di Negeri Tuban. Prabu

Sindupati adalah orang yang keperwiraan, keberanian dan keahliannya

menerapkan siasat dalam perang, membuat para raja yang belum dikuasi oleh

Negeri Tuban merasa takut. Prabu Sindupati beristrikan sembilan puluh

sembilan orang, namun hanya mempunyai dua orang putra yang bernama

Raden Warihkusuma dan Raden Warsakusuma. Sri Baginda bertahta selama

lima puluh tahun, dan mencapai usia 75 tahun, sampai pada suatu ketika

seluruh tubuhnya merasa sakit. Sri baginda telah merasa akan akhir hayatnya,

dan akhirnya meninggal dunia.

2.2.2.2 Kyai Umbul Mudal

Kyai Umbul Mudal adalah ayah dari Endang Wresti. Meraka tinggal di

Gunung Mudal. Kyai Umubul Mudal sangat hormat kepada Raden

Warihkusuma dan Ki Patih Toyamarta. Hal tersebut terdapat dalam kutipan

(24).

(24) Kyai Umbul Mudal berdatang sembah, “Gusti. Hamba merasa beruntung

karena hadirnya raja keturunan dewa, hendak member karunia kepada

hamba. Hamba memberanikan diri menyampaikan selamat datang

kepada paduka serta kakanda paduka Sang Pangeran. Hamba

menghaturkan sembah ke bawah duli paduka.” (Padmasusastra, 1985:

10).

2.2.2.3 Endang Wresti

Endang Wresti adalah anak dari Kyai Umbul Mudal. Endang Wresti

merupakan tunangan dari Prabu Warihkusma, hal tersebut sudah dipaparkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

33

dalam kutipan (9). Endang Wresti merupakan gadis yang sederhana dan

cantik rupanya, membuat Sang Pangeran terpaku melihatnya. Hal tersebut

terdapat dalam kutipan (25), (26), dan (27).

(25) Sang dewi tidak berani membantah kemauan kakaknya, akan tetapi tidak

mau mengenakan pakaian yang indah. Ia hanya mengenakan kain harian

biasa untuk mandi, yakni belacu berwarna kuning buatan Kustasawit.

Bajunya dipeniti sehingga kutangnya tidak kelihatan (Padmosusastra,

1985: 10-11).

(26) Dengan cara demikian hanya kecemerlangan lehernya saja yang tampak

berkilauan bagaikan sinar kilat. Buah dadanya yang tampak baru mulai

bertumbuh kelihatan nyata karena terhimpit bajunya. Sinar matanya

bagaikan bintang kesiangan. Ditambah lagi karena rambut sinomnya

yang tidak teratur maka tampaklah ia seperti baru saja bangun tidur.” (Ki

Padmasusastra, 1985: 11).

(27) Gerak langkahnya seperti pohon pinang tertiup angin. Telapak kakinya

bersinar seperti meteor beralih. Melihat kecantikan sang dewi hati sang

raja berdebaran. Keringatnya bercucuran, nafasnya memburu, hingga

sulit ketika hendak berkata-kata karena mendadak terpaku melihat sang

putri (Padmasusastra, 1985: 11).

Endang Wresti yang tidak jadi menikah dengan Prabu Warihkuma dan

dibawa ke istana secara paksa oleh Prabu Warsakusuma, membuat hati

Endang Wresti menjadi sangat tidak tertarik terhadap Prabu Warsakusuma.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan (28).

(28) Tekad Endang Wresti, “Jika sri baginda mendekat, pasti akan kuserang

dengan patram.” Demikian tekad sang dewi yang diceritakan oleh

seorang abdi perempuan (Padmasusastra, 1985: 16).

Tidak hanya mengancam, namun Endang Wresti selalu menjawab

dengan kata-kata pedas dan tidak menggunakan bahasa yang sopan terhadap

Prabu Warsakusuma. Sikap Prabu Warsakusuama yang bringas membuat dia

terbunuh secara tidak sengaja oleh Endang Wresti, kedua hal tersebut sudah

dipaparkan dalam kutipan (7) dan (8).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

34

2.2.2.4 Ki Patih Toyamarta

Ki Patih Toyamarta adalah patih Prabu Sindupati, kemudian menjadi

Patih Prabu Warsakusuma. Ketika kekuasaan Prabu Warsakusuma menguasai

Negeri Tuban dan hendak membunuh Prabu Warihkusuma, Ki Patih

Toyamartalah yang menjadi penengah dan menyelamatkan nyawa dari Prabu

Warihkusuma, meski awalnya ia harus mengiyakan keinginan Prabu

Warsakusuma untuk membunuh kakaknya sendiri. Hal tersebut terdapat

dalam kutipan (29) dan (30).

(29) Ki Patih merasa kurang senang. Ia mengiyakan perintah raja sambil

berpikir: apa seyogyanya yang harus ia lakukan, lalu bersembah, “Gusti.

Rasanya lebih baik jika kakanda paduka dibunuh di dalam hutan saja

agar tidak diketahui oleh rakyat banyak. Kebaikkanya ialah, paduka tidak

akan dimasyurkan sebagai raja yang sampai hati membunuh saudaranya

sendiri. sayalah yang akan melaksanakan perintah paduka.”

(Padmasusastra, 1985: 14).

(30) Dengan suara tersendat Ki Patih menjawab, “Anaknda. Tenang kehendak

sri baginda yang tidak benar itu sudah kami bicarakan dengan teman-

teman saya delapan orang menteri, dan sudah dicapai kesempatan yang

bulat, Anaknda tidak akan kami bunuh. Namun pergilah Anaknda dari

wilayah Negeri Tuban. Tunggulah kehendak dewa atas Anaknda. Tadi

saya menangis pilu karena terpaksa harus berpisah.” (Padmasusastra,

1985: 16).

Ki Patih Toyamarta adalah orang yang mengasuh Raden Udakawimba

waktu kecil. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (31).

(31) “Barang tentu Ki Patih tidak pangling, karena Raden Udakawimba itu dia

asuh sejak kecil.” (Padmasusastra, 1985: 69).

2.2.2.5 Ki Tumenggung Jalasengara

Ki Tumenggung Jalasengara adalah senapati perang dari Negeri Tuban.

Dia sangat tunduk pada tuannya Prabu Warsakusuma meski perintah yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

35

diberikan terkadang tidak benar. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (32)

dan (33).

(32) Walaupun perintah itu tidak benar, akan tetapi Ki Tumenggung tidak

berpikir lain kecuali hendak melaksanakan perintah rajanya, menepati

kedudukannya sebagai seorang senapati. Walaupun dilempar ke gunung

batu sekalipun ia pasti tidak akan ingkar. Melawan musuh yang sakti

selalu menjadi dambaannya (Padmasusastra, 1985: 12).

(33) Begitulah beratnya menerima tugas dari raja, ditambah pula telah

menjadi tugas kewajiban seorang senapati, maka tidak ada pilihan lain

bagi Ki Tumenggung Jalasengara kecuali harus mengamuk sekuat tenaga

walaupun harus mengorbankan nyawanya (Padmasusastra, 1985: 12).

2.2.2.6 Prabu Hertambang

Parabu Hertambang merupakan penguasa di Negeri Banyubiru, gagah

berani di medan perang. Prabu Hertambang merupakan ayah dari seorang

putri yang bernama Retna Wayi. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (34) dan

(35).

(34) Di negeri itu yang bertahta sebagai raja bergelar Prabu Hertambang.

Masyur gagah berani di medan perang, banyak raja bawahannya yang

takluk kepada Negeri Banyu biru (Padmasusastra, 1985: 19).

(35) Tersebutlah Sang Prabu Hertambang itu hanya mempunyai putra seorang

bernama Retna Wayi, yang didambakan menjadi putri mahkota

(Padmasusastra, 1985: 23).

2.2.2.7 Dewi Wayi

Dewi Wayi atau Retna Wayi adalah anak dari Prabu Hertambang,

dialah yang didambakan menjadi putri mahkota kerajaan Banyubiru. Dewi

Wayi pintar dalam ketatanegaraan, karena Prabu Hertambang memang

menyiapkan Dewi Wayi untuk kelak menggantikan dirinya memimpin Negeri

Banyubiru. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (36).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

36

(36) Ia dijejali pelajaran tentang ilmu tatanegara, undang-undang negara, serta

kepandaian berperang sehingga sempurna dalam mentrampilkan siasat

yang rumit. Sebab kehendak Sang Prabu walaupun ia wanita namun

diharapkan dapat menggantikan tahta kerajaan (Padmasusastra, 1985:23).

Selain pandai dalam ketatanegaraan dan berperang ia juga ditakdirkan

menjadi wanita yang sempurna, tidak hanya itu Dewi Wayi juga pandai

dalam bermain catur. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (37), (38), dan (39).

(37) Pada waktu itu sang putri mengenakan kain harian. Yakni kain batik

corak Angreni yang sudah agak kusam. Kembennnya kain pelangi buatan

India Muka, tidak berbaju, mengenakan rimong berenda berwarna biru

langit. Tubuhnya seperti ikan terjerat jala, putih bak bunga melati. Bagian

buah dadanya yang membeludag seperti hendak menjebolkan baju

kutang yang merupakan bendungannya (Padmasusastra, 1985: 24).

(38) Hati Sang Pangeran selalu berdebar-debar melihat rupa sang dewi. Ia

banyak miripnya dengan Dewi Wayi, bahkan lebih padat dan mempesona

(Padmasusastra, 1985: 25).

(39) Sang Putri diminta bermain catur melawan Sang Pangeran, sedangkan

Sang Prabu menjagoi. Sang Prabu dan Sang Pangeran seringkali berbeda

pendapat dalam menjalankan anak catur. Sang putri selalu tertawa,

seolah-olah menenrtawakan oran lain. Padahal dalam menjalankan anak

catur sang putri berlaku cepat sekali, seolah-olah tidak dipikirkan dulu.

sungguh menkjubkan. Sampai tiga kali bermain Sang Pangeran selalu

kalah (Padmasusastra, 1985: 29).

2.2.2.8 Arya Toyatuli

Arya Toyatuli merupakan anak tertua dari Ki Patih Toyamarta yang

sebenarnya kurang pandai sehingga ia hanya diangkat menjadi bupati daerah

perbatasan. Namun, karena kedatangan Prabu Warihkusuma akhirnya dia

dangkat menjadi patih dengan maksud agar tidak membantah kehendak sang

raja. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (40).

(40) Adapun maksud raja mengangkat Arya Toyatuli menjad patih ialah agar

tidak membantah kehendak raja. Sebab utamanya ialah karena raja masih

menyimpan rahasia, dan berharap jangan sampai keinginannya diketahui

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

37

atau gagal karena dihalang-halangi oleh patihya (Padmasusastra, 1985:

41).

2.2.2.9 Kyai Buyut Wulusan

Kyai Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan tinggal di Desa

Sumbereja, bekerja sebagai pejala ikan di sungai. Kyai Buyut Wulusan yang

menemukan bayi Prabu Warihkusuma dengan Dewi Wayi di sungai, dia

menamakan bayi itu dengan nama Rara Sendang karena bayi tersebut

ditemukan di air.

Kyai Ageng Wulusan meninggalkan Agama Budha dan memeluk

Agama Islam. Kyai Ageng Wulusan sangat rajin dan memperdalam ilmunya

sambil mengajar siswa pilihan. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (41) dan

(42).

(41) Karena tertariknya pada ilmu yang baru, Kyai Ageng Wulusan

meninggalkan agama Budha, termasuk keluarga dan semua teman-

temannya telah memeluk agama Ismlam. Mereka mendirikan salat Jumat

dan membangun mesjid besar (Padmasusastra, 1985: 42).

(42) Siang-malam Kyai Ageng tinggal di situ memperdalam ilmunya sambil

mengajar para iswa pilihan. Pelajaran bersama diadakan di serambi.

Gurunya ialah Kya Penghulu dan para khatib. Siang-malam tidak pernah

berhenti baca Kuran (Padmasusastra, 1985: 43)

2.2.2.10 Nyai Buyut Wulusan

Nyai Buyut Wulusan adalah istri dari Kyai Buyut Wulusan. Sudah tiga

kali melahirkan namun anaknya selalu saja mati. Nyai Buyut Wulusan sangat

sayang terhadap Rara Sendang dan menganggapnya seperti anaknya sendiri.

Hal tersebut terdapat dalam kutipan (43).

(43) Rara Sendang dipelihara dan disusui oleh Nyai Buyut Wulusandi desa

Sumbereja (Padmasusastra, 1985: 33).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

38

2.2.2.11 Kyai Penghulu

Kyai Penghulu merupakan guru dari Kyai Ageng Wulusan. Kyai

Penghulu yang pertama bertemu dengan Raden Udakawimba di mesjid,

meminta Raden Udakawimba untuk tinggal di rumahnya dan menggembala

kerbau. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (44).

(44) Demikian Raden Udakawimba tinggal di rumah Kyai Penghulu. Setiap

waktu para penggembala melepas ternaknya, ia pun turut menggembala

kerbau sambil membuat wayang dari rumput jaruman (Padmasusastra,

1985: 43-44).

2.2.2.12 Raden Lodaka

Raden Lodakan merupakan salah satu putra dari Ki Patih Toyamarta

yang menjadi senapati perang dan sudah diangkat menjadi menteri negara. Dia

juga menjadi patih Raden Warihkusuma ketika bertahta di Negeri Tuban.

2.2.2.13 Rara Sendang

Rara Sendang adalah anak dari Prabu Warihkusuma dengan Dewi

Wayi. Namun dirinya kurang beruntung, ibunya (Dewi Wayi) meninggal saat

melahirkan dia dan akhirnya dia dilabuh ke sungai oleh suruhan Prabu

Hertambang (kakeknya). Setelah dirinya dilabuh ternyata Dewi Wayi

mendapat karunia dari dewa dan hidup kembali, namun sayang Rara Sendang

sudah ditemu oleh Kyai Buyut Wulusan dan dijadikan anak dan tidak pernah

menyusahkan Kyai Buyut Wulusan dan Nyai Buyut Wulusan. Hal tersebut

terdapat dalam kutipan (45) dan (46).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

39

(45) “Anak itu cepat besar, dan tidak pernah sakit. Pertumbuhannya seperti

dimandikan dengan air gege, sehingga pertumbuhan Rara Sendang

sungguh luar biasa.” (Padmasusastra, 1985: 33)

(46) Sang dara sudah mulai berkembang birahinya, dan sdah mulai mencoba-

coba mengenakan kain kemben. Sebab jika hanya mengenakan mekak

atau baju pendek, buah dadanya sudah membeludag. Akan tetapi yang

dikenakannya masih sabuk wala, yakni kain kemben panjang yang hanya

selapis karena kalau mengenakan kain kemben panjang masik kikuk

sehingga sering kali lepas (Padmasusastra, 1985: 64).

2.3 Latar

Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran

pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Abrams, 1981: 175) dalam

Nurgiyantoro, 1995: 216. Unsur latar dapat dibedakan menjadi tiga bagian

pokok yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial.

2.3.1 Latar Tempat

Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang

diceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 227). Latar

tempat yang akan dianalisis dalam serat Rangsang Tuban antara lain, Negeri

Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa Sumbereja, Tirtakandas dan Gunung

Rancakharni.

2.3.1.1 Negeri Tuban

Negeri Tuban merupakan latar tempat awal penceritaan serat ini. Negeri

Tuban merupakan daerah kekuasaan seorang maharaja bergelar Prabu

Sindupati. Istri Prabu Sindupati yang berjumlah sembilan puluh sembilan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

40

orang, namun sri baginda hanya memiliki dua orang anak putra saja dari

permaisuri dan dari istri biasa. Kedua putranya yakni Raden Warihkusma dan

Raden Warsakusuma. Mereka hidup dengan rukun, yang tua sangat

mengemong, menghormati dan mencintai adiknya, menyadari akan tugas dan

kedudukannya sebagai seorang pangeran agung. Sang adik sangat sayang dan

merasa terlindungi oleh kakaknya.

Setelah Prabu Sindupati meninggal dunia, barulah malapetaka itu

dimulai. Negeri Tuban yang kini dikuasai Raden Warsakusuma menjadi

tidak nyaman lagi. Hanya karena Raden Warsakusuma iri terhadap kakaknya

yang akan menikah dengan Endang Wresti, ia pun merencanakan

pembantaian dan ingin membunuh kakaknya sendiri. Perbuatan Raden

Warsakusuma yang tidak sopan terhadap Endang Wresti membuat dia

mendapat akibatnya. Raden Warsakusuma tidak sengaja ditikam dengan

patram tepat pada ulu hatinya sampai tembus ke punggung dan langsung

meninggal dunia.

Hasil perbuatan Raden Warsakusuma terhadap Endang Wresti

menghasilkan buah daging, anak itu diberi nama Raden Udakawimba. Dialah

yang nantinya memberontak Negeri Tuban untuk membalas dendam terhadap

pamannya atau ayah tirinya yaitu Prabu Warihkusuma.

2.3.1.2 Gunung Mudal

Gunung Mudal merupakan tempat tinggal Kyai Umbul Mudal berseta

keluarganya. Tempat tersebut merupakan tempat Pangeran Warihkusuma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

41

menjenguk Endang Wresti tunangannya. Hal tersebut terdapat dalam kutipan

(47).

(47) Setiap delapan hari sekali Sang Pangeran pergi ke Mudal menjenguk

tunangannya (Padmasusastra, 1985: 10).

Gunung Mudal adalah tempat di mana PangeranWarihkusuma dan

Endang Wresti akan menikah, namun sebelum keduanya resmi menikah

pernikahan mereka dihancurkan oleh Prabu Warsakusuma. Bala tentara

perang Ki Tumenggung Jalasengara suruhan Prabu Warihkusuma menangkap

Pangeran Wrihkusuma beserta Kyai Umbul Mudal sekeluarga. Hanya sang

dewi yang dibawa ke istana. Perumahan mereka dibakar dan pembantaian

dimana-mana.

2.3.1.3 Banyubiru

Negeri Banyubiru terletak di sebelah barat daya Negeri Tuban. Hal

tersebut terdapat dalam kutipan (48).

(48) Dalam pada itu Sang Pangeran Warihkusuma berjalan ke arah barat

daya, seolah-olah dilempar oleh dewata sampai ke Negeri Banyubiru

(Padmasusastra, 1985: 19).

Di Negeri Banyubiru bertahta seorang raja yang bergelar Prabu

Hertambang. Negeri Banyubiru adalah tempat yang jauh di bawah Negeri

Tuban. Di Negeri Banyubiru adalah tempat orang-orang bodoh, berbeda

dengan Negeri Tuban yang banyak sarjana yang karanganya banyak ditiru

oleh raja-raja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

42

Negeri Banyubiru merupakan tempat pelarian Pangeran Warihkusuma

dari Negeri Tuban. Di tempat inilah dia mengabdi kepada Prabu Hertambang

dan akhirnya menikah dengan Rara Wayi anak dari Prabu Hertambang.

Setahun menikah akhirnya Pangeran Warihkusuma beserta Rara Wayi

dikarunia seorang anak perempuan. Namun nasib berkata lain, anak itu

selamat dan nyawa Rara Wayi tidak tertolong. Hal itu membuat Pangeran

Warihkumua harus diusir dari Negeri Tuban, karena Prabu Hertambang

mengira bahwa Pangeran Warihkusumalah yang menjadi penyebab

meninggalnya Rara Wayi.

Negeri Banyubiru juga menjadi saksi dipertemukannya Rara Wayi

dengan Rara Sendang. Diceritakan bahwa Rara Wayi hidup kembali setelah

anaknya dilarung di sungai. Bertahun-tahun mereka tidak bertemu dan setelah

Rara Wayi menangkap Raden Udakawimba terbongkarlah rahasia bahwa

Rara Sendang merupakan anaknya yang dilarung dulu. Akhirnya dosa Raden

Udakawimba diampuni dan ia tetap diakui sebagai menantu Rara Wayi.

2.3.1.4 Desa Sumbereja

Desa Sumbereja merupakan daerah tempat tinggal dari Kyai Buyut

Wulusan beserta istrinya Nyai Buyut Wulusan. Di Desa Sumbereja mereka

menemukan dan merawat Rara Sendang. Di Desa Sumbereja inilah Kyai

Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan mendirikan salat Jumat dan

membangun masjid besar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

43

Di Desa Sumbereja merupakan tempat Raden Udakawimba melarikan

diri dari Negeri Tuban. Dengan menyusuri aliran sungai, akhirnya raden

Udakawimba sampai di Desa Sumbereja. Di Desa Sumbereja Raden

Udakwaimba tinggal bersama Kyai Penghulu, selain ikut belajar mengaji

Raden Udakawimba juga mengembala kerbau. Di Desa Sumbereja ini juga

Raden Udakawimba bertemu dengan tambatan hatinya, yakni Rara Sendang.

2.3.1.5 Tirtakandas

Tirakandas merupakan sebuah istana yang sudah lama kosong namun di

dalamnya masih terdapat harta yang tersimpan. Awalnya Raden Udakawimba

merasa heran dengan pemandangan di dasar jurang. Dia pun menyelidiki ke

dasar goa, ternyata terdapat tangga batu hitam yang sudah tertutup rumput

merak. Raden Udakawimba semakin heran melihat ada tangga batu di jurang

itu. Sesampainya di bawah Raden Udakawimba dbuat menlongo melihat pasir

merah bercampur butiran-butiran emas serta permata aneka warna berkelip-

kelip.

Dia semakin heran, tidak mengira bahwa yang tampak merah itu adalah

pintu gerbang masuk istana. Raden Udakawimba memberanikan diri masuk

ke dalam istana tersebut dan ia heran karena tidak ada yang rusak, semuanya

masih utuh. Dibukalah khazanah istana, disitu adalah tempat seluruh harta

tersimpan (uang emas dan uang perak). Di tempat itulah mulai muncul

gagasan dalam hati Raden Udakawimba, salah satunya adalah mendirikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

44

sebuah istana di puncak gunung dan disekeliling gunung dibangun benteng,

serta dasar jurang itu tetap menjadi khazanah utama.

2.3.1.6 Gunung Rancakarni

Gunung Rancakarni merupakan tempat pelarian Prabu Warihkusuma

setelah Negeri Tuban diserang oleh Raden Udakawimba. Di kaki Gunung

Rancakarni dekat pesanggrahan Prabu Hertambang yang sekaligus sebagai

tempat pemberhentian jenazah. Prabu Warihkusuma berniat menjadi biku, dia

berniat untuk menetap disebuah goa untuk bertapa dan tak henti-hentinya

memusatkan indranya dalam samadi. Di goa Gunung Rincakarni inilah Prabu

Warihkusuma dan Rara Wayi dipertemukan kembali.

2.3.2 Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang dceritakan dalam sebuah karya fiksi (Nurgiyantoro,

1995: 230).

2.3.2.1 Pada Tahun 1600-an

Memang tidak dijelaskan atau dituliskan secara pasti kapan latar waktu

yang digunakan dalam serat ini. Namun, jika keluar dari kapan ditulisnya

serat Rangsang Tuban ini, secara penceritaan serat ini menceritakan tentang

kerajaan di tanah Jawa pada masa Mataram sekitar tahun 1600-an, di mana

kerajaan pada masa tersebut masih sangat kuno, salah satunya menceritakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

45

kejadian di Negeri Tuban. Sebuah cerita yang hanya menceritakan tentang

tahta, kekuasaan, dan perang.

2.3.3 Latar Sosial

Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya

fiksi (Nurgiyantoro, 1995: 233).

2.3.3.1 Masyarakat Jawa Mataram

Budaya dan kehidupan yang mendominasi dalam serat ini adalah

kehidupan masyarakat Jawa pada masa Mataram. Hal ini disebabkan karena

penyebutan nama setiap tokoh dalam novel yang menggunakan “Prabu”,

“Raden”, “Ki”, “Nyai”, dan “Rara”. Bukan hanya penamaan setiap tokoh,

namun dalam penggunaan pakaian untuk anak gadis yang digambarkan dalam

serat Rangsang Tuban ini masih kental dengan budaya Jawa yaitu

menggunakan kain batik, kemben, dan sabuk wala.

Rangkuman

Demikian analisis struktural dalam serat Rangsang Tuban karya Ki

Padmasusastra. Melalui analisis di atas dapat disimpulkan bahwa, dalam serat

tersebut terdapat tiga tokoh utama, yaitu Prabu Warsakusuma, Prabu

Warihkusuma dan Raden Udakawimba. Kehadiran mereka sangat penting

dalam jalannya cerita. Bukan hanya ada tokoh utama, namun dalam serat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

46

juga terdapat 13 tokoh tambahan, yaitu Prabu Sindupati, Kyai Umbul Mudal,

Endang Wresti, Ki Patih Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasengara, Prabu

Hertambang, Dewi Wayi, Kyai Buyut Wulusan atau Kyai Ageng Wulusan,

Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden Lodaka dan Rara

Sendang.

Dalam segi analisis latar dapat disimpulkan bahwa latar tempat dalam

serat ini, yaitu Negeri Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa Sumbereja,

Tirtakandas dan Gunung Rancakharni. Latar waktu dalam serat ini adalah

pada tahun 1600-an, kerajaan Jawa Mataram, yaitu di Negeri Tuban. Latar

sosial dalam serat ini adalah masyarakat Jawa Mataram.

Pemaparan pada bab II ini sudah begitu jelas tentang kekuasaan yang

terjadi di dalam serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra. Tindakan

kekuasaan itu bermula dari sebuah hegemoni yang berlanjut pada dominasi

yang terjadi pada setiap tokoh utama dalam novel tersebut, dan untuk dapat

meneyelesaikan persoalan mereka diakhiri dengan hegemoni. Hal-hal tersebut

akan lebih jelas dipaparkan dalam bab selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

47

BAB III

DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN

DALAM SERAT RANGSANG TUBAN KARYA KI PADMASUSASTRA

3.1 Pengantar

Pada bab sebelumnya sudah dipaparkan oleh penulis tetang struktur

cerita yang mencakup tokoh dan penokohan; serta latar yang terdiri dari latar

tempat, latar waktu, dan latar sosial. Dalam bab ini penulis akan membahas

tentang dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan

menurut Johan Galtung dalam serat Rangsang Tuban karya Ki

Padmasusastra.

Jika dilihat lebih lanjut, serat ini lebih banyak mengandung dominasi

yang diawali dari hegemoni, di mana sudah terlihat dengan jelas bahwa

kedudukan tahta yang lebih tinggi akan lebih berkuasa dari pada kedudukan

yang lebih rendah. Ketiga tokoh utama memiliki kesempatan dalam

mendominasi tokoh utama yang lain dan tokoh tambahan yang ada dalam

novel. Adanya sebuah peluang untuk membalaskan dendam masalalu, namun

berakhir dengan sebuah kesepakatan, yaitu hegemoni yang diterima oleh

semua tokoh yang ada dalam novel tersebut.

3.2 Dominasi dan Hegemoni

Hegemoni didefinisikan sebagai dominasi oleh suatu kelompok

terhadap kelompok lainnya, dengan atau tanpa ancaman kekerasan, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

48

ide-ide yang didiktekan oleh kelompok dominan terhadap kelompok yang

didominasi diterima sebagai sesuatu yang wajar

(www.google.co.id/amp/s/sosiologibudaya.wordpress.com/2011/04/13/hegem

oni/amp. Diunduh: 30.05/2018, 09:42). Dominasi adalah bagian dari

hegemoni. Sebuah kekuasaan dapat berjalan dengan baik jika dominasi

melengkapi hegemoni yang terdapat dalam kedua kelompok tersebut

(kedudukan yang lebih tinggi terhadap kedudukan yang lainnya atau yang

lebih rendah). Dominasi menurut KBBI edisi V (2016) megandung arti

sebagai penguasaan oleh pihak yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah.

Menurut Gramsi (Faruk, 2012a: 144 dalam Sehadi, 2016: 189), kriteria

metodologis yang menjadi dasar studinya bertolak dari asumsi bahwa

supremasi suatu kelompok sosial ditunjukkan dalam dua cara, yakni (1)

sebagai dominasi, dan (2) sebagai kepemimpinan moral dan intelektual. Suatu

kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok antagonustik yang

cenderung ia hancurkan atau ia taklukkan dengan kekuatan tentara, atau

kelompok tersebut memimpin kelompok yang sama dan beraliansi

dengannya.

Suatu kelompok sosial dapat melaksanakan kepemimpinan sebelum

memenangkan kekuasaan pemerintah. Ia menjadi dominan apabila

menjalankan kekuasaan, tetapi apabila ia sudah memegang dominasi itu ia

harus meneruskan untuk memimpinnya. Kepemimpinan itulah yang oleh

Antonio Gramsci disebut sebagai hegemoni.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

49

3.2.1 Dominasi

Dominasi yang terdapat dalam serat Rangsang Tuban ini selalu

dilakukan oleh setiap penguasa yang lebih kuat. Kebanyakan dominasi yang

terjadi berujung pada pemberontakan untuk membalaskan dendam masa lalu.

Dominasi dimulai dari tokoh yang bernama Raden Warsakusuma terhadap

Raden Warihkusuma. Dominasi Raden Warihkusuma terhadap Raden

Udakawimba sebagai keturunan dari Raden Warsakusuma. Dominasi Raden

Udakawimba terhadap Raden Warihkusuma. Kemudian diakhir cerita

dominasi dari Dewi Wayi yang senantiasa membantu suaminya Raden

Warihkusuma untuk membalaskan perbuatan Raden Udakawimba. Mereka

adalah pemimpin yang mendominasi pihak yang lebih lemah, karena adanya

sebuah balasan dendam masa lalu yang masih terpendam dalam kehidupan

mereka.

Dominasi yang terlihat dalam serat Rangsang Tuban adalah kekuasaan

yang dimiliki oleh Raden Warsakusuma yang digunakan untuk merebut calon

istri dari Raden Warihkusuma, yaitu Endang Wresti. Hal tersebut pula yang

membuat Raden Warsakusuma mengikuti saran dari Kyai Patih untuk

menghabisi nyawa kakaknya, di mana sebenarnya Kyai Patih tidak benar-

benar menghabisi nyawa Raden Warihkusma, ia hanya ingin menyelamatkan

Raden Warihkusuma dari kekejaman Raden Warsakusuma.

Dalam hal tersebut Raden Warsakusuma menjadi orang yang

mendominasi Raden Warihkusuma, karena pada saat itu dia yang berkuasa di

Negeri Tuban menggantikan ayahnya Prabu Sidupati untuk menjadi Raja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

50

Dengan kekuasaanya Raden Warsakusuma bebas untuk melakukan hal apa

saja tanpa harus melakukan suatu persetujuan dengan pihak yang lain, jadi

apapun yang dilakukannya berasal dari niatnya sendiri tanpa memikirkan

penderitaan orang lain yang ia dominasi.

Raden Warsakusuma juga mendominasi Endang Wresti, namun sayang

Raden Warsakusuma terbunuh tanpa sengaja oleh Endang Wresti karena dia

telah melakukan hal yang tidak sopan sehingga menghasilkan buah daging.

Anak itu pun diberi nama Raden Udakawimba oleh Ki Patih dan

dibesarkannya, anak itu dipersiapkan untuk menggantikan tahta ayahandanya

yaitu Raden Warsakusuma.

Dominasi yang terlihat dalam serat Rangsang Tuban selanjutnya adalah

ketika Raden Warihkusuma kembali ke Negeri Tuban dan menjadi penguasa

di sana. Raden Warihkusuma mendominasi Raden Udakawimba sehingga

Raden Udakawimba bingung dengan sikap pamannya tersebut, karena Raden

Warihkusuma bersikap seolah dia sangat benci terhadap Raden Udakawimba.

Hal tersebut membuat Raden Udakawimba memutuskan untuk pergi

meninggalkan negeri Tuban dan menacari kedamaian dan sampailah Raden

Udakawimba di desa Sumbereja.

Kepergian Raden Udakawimba membuahkan hasil yang luar biasa.

Raden Udakawimba bertemu dengan Kyai Ageng Wulusan di desa

Sumbereja. Di sanalah Raden Udakawimba mengasah kemampuannya dalam

belajar ilmu batin (keagamaan dan bertapa) serta dalam belajar tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

51

strategi perang, hal tersebut bertujuan untuk memperisiapkan membalaskan

dendamnya terhadap pamannya, yaitu Raden Warihkusuma.

Raden Udakawimba sudah hidup dengan bahagia dan sejahtera dengan

istrinya yang bernama Rara Sendang. Namun hatinya belum merasa puas bila

belum membalas dendamnya kepada pamannya yang sudah membuatnya

tertekan sewaktu di Tuban. Akhirnya dia membentuk enam kelompok

prajurit. Prajurit Suralodra (bersenjata lembing dan perisai), prajurit

Surapanglawung (bersenjata tombak), prajurit Surawarastra (bersenjatakan

panah), prajurit Surapawaka (bersenjata senapan), prajurit Suradahan

(bersenjata meriam), dan prjurit Surapati (pasukan pilihan yang menjadi

pengawal pribadi). Prajurit-prajurit itulah yang nantinya akan menyerang

Negeri Tuban, terutama menjatuhkan kekuasaan Raden Warihkusuma.

Kepemimpinan moral dan intelektual yang tergambar dalam serat

Rangsang Tuban ini adalah ketika Raden Udakawimba menemukan sebuah

istana yang bernama Tirtakandas. Di dalam istana tersebut terdapat sebuah

khazanah yang menyimpan uang emas dan uang perak yang begitu banyak.

Disaat itu juga pemikiran intelektual dari Raden Udakawimba keluar. Hal

tersebut terdapat dalam kutipan (49).

(49) Raden Udakawimba berpikir dalam hati, “ Sekiranya harta sebanyak ini

tetap menjadi milikku, maka kekayaanku pasti melebihi para raja

sedunia yang terkenal kaya. Akan tetapi jika salah-salah langkah sampai

ketahuan oleh raja yang menguasai desa Sumbereja ini, aku tentu gagal

menjadi kaya. Harta ini dimiliki orang lain, diri sendiri hanya diperintah

belaka.” (Padmasusastra, 1985: 62).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

52

Raden Udakawimba yang mahir dalam hal bangun-bangunan, akhirnya

menghegemoni pikirannya ayahnya Kyai Ageng Wulusan untuk tidak

menghalangi dirinya dalam membangun desa Sumbereja untuk menjadi lebih

makmur. Raden Udakawimba mengaku kepada Kyai Ageng Wulusan bahwa

dia dapat mengubah pasir menjadi butiran emas, padahal Raden Udakawimba

hanya cukup mengambil butiran emas itu di dalam khazanah yang dulu

pernah ia temukan di jurang. Hal tersebut terdapat dalam kutipan (50).

(50) Pagi hari ia turun ke jurang, lalu masuk ke gua istana, membuka

khazanah. Sesudah mengambil butir-butir emas sekarung penuh lalu

pulang menemui ayahandanya (Padmasusastra, 1985: 63).

Selain Raden Udakawimba, ada pula Rara Wayi yang sudah menjadi

seorang raja ratu menggantikan tahta Prabu Hertambang, ayahnya. Sedari

dulu belajar tentang ketatanegaraan dan perang, membuat Rara Wayi

menyukai sebuah tantangan. Sebuah perjalanan menghantarkannya bertemu

dengan suaminya Raden Warihkusuma yang saat itu sedang bertapa di

Gunung Mudal. Mendengar cerita dari Raden Warihkusuma yang diserang

oleh prajurit Sumbereja, akhirnya Rara Wayi mau membantu menyelesaikan

masalah Raden Warihkusuma. Dengan pengetahuannya tentang bagaiamana

strategi dalam berperang membuat prajurit yang dipimpin oleh Rara Wayi

dapat mengalahkan Raden Udakawimba. Hal tersebut terdapat dalam kutipan

(51) dan (52).

(51) Melihat gelar dapat disusupi musuh, Sang Ratu merubah gelarnya

menjadi Gelar Setubanda Ambrol, yakni Formasi Bendungan Jebol.

Akibatnya pasukan Sumbereja hanyut terserap ke dalam gelar. Raden

Udakawimba kehabisan pasukan (Padmasusastra, 1985: 78).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

53

(52) Para prajurit yang lain menyerang dari arah belakang, dan berhasil

membuat kerusakan di pihak musuh. Raden Udakawimba gugup

karena terkejut dengan datangnya musuh yang sangat tiba-tiba dari

angkasa, yang kecepatannya laksana angin. Tata barisan Sumbereja

berantakan karena diserang mendakak dari arah belakang. Raden

Udakawimba sudah sangat terdesak, lalu ditangkap oleh senapati dan

dibelenggu dengan cindai, kemudian dbawa menghadap Sang Ratu

sekalian, yang waktu itu sudah duduk di pendapa besar

(Padmasusastra, 1985: 79).

3.2.2 Hegemoni

Setalah dipaparkan tentang dominasi dalam serat Rangsang Tuban,

berikut ini akan dipaparkan tentang hegemoni yang terdapat dalam serat

Rangsang Tuban. Hegemoni yang tergambar dalam serat ini yaitu, hegemoni

dalam kebijakan negara, hegemoni dalam pendidikan, dan hegemoni dalam

tata cara kenegaraan.

3.2.2.1 Hegemoni dalam Kebijakan Negara

Dalam serat ini, hegemoni dalam kebijakan negara terjadi ketika anak

dari seorang permaisuri lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan anak

dari seorang istri biasa meskipun ayah mereka adalah satu orang yang sama.

Jadi, hegemoni yang sudah tertanam dalam serat ini adalah bahwa seorang

anak dari seorang permaisuri yaitu Raden Warsakusuma lebih tinggi

derajatnya dibandingkan dengan Raden Warihkusuma yang hanya anak dari

istri biasa, meskipun ayah mereka adalah satu orang yang sama. Dengan

demikian yang berhak mewarisi tahta kerajaan atau yang akan berkuasa di

Negeri Tuban jika Prabu Sindupati meninggal dunia adalah Raden

Warsakusuma, meski dia adalah anak kedua setelah Raden Warihkusuma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

54

Hegemoni dalam kebijakan negara yang terlihat selanjutnya adalah

ketika Endang Wresti mengandung anak dari Raden Warsakusuma, secara

tidak langsung Endang Wresti sudah menjadi bagian dari seseorang yang

terhegemoni oleh kekuasaan Raden Warsakusuma, karena mau tidak mau

harus menjadi permaisuri dari Raden Warsakusuma. Meski akhirnya Raden

Warsakusuma tidak sengaja mati tertusuk patram yang sedang digenggam

oleh Endang Wresti, karena Raden Warsakusuma telah meluapkan rasa

cintanya secara paksa sehingga membuat Endang Wresti mengandung anak

laki-laki. Anak yang dilahirkan oleh Endang Wresti itu diberi nama Raden

Udakawimba, dan secara tidak langsung Raden Udakawimba yang akan

menjadi pewaris dari Negeri Tuban karena ayahandanya sudah tiada sejak ia

masih berada dalam kandungan. Namun, jika Raden Warihkusuma segera

kembali ke Negeri Tuban, makan dialah yang akan menggantikan kekuasaan

adiknya, karena usia Raden Udakawimba yang belum cukup dewasa untuk

memimpin suatu negeri.

Hegemoni dalam kebijakan negara atau kerajaan yang terlihat

selanjutnya adalah ketika wewenang Retna Wayi mengetahui bahwa istri dari

Raden Udakawimba adalah anaknya yang dulu dilarungkan ke sungai oleh

Raden Hertambang. Dengan mengetahui hal tersebut, akhirya segala

kesalahan dari Raden Udakawimba dimaafkan dan tetap diakui sebagai

saudara sepupu. Raden Udakawimba akhirnya kembali ke Negeri Tuban

bersama Rara Sendang dan bertahta di sana ditemani oleh Endang Wresti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

55

ibunya. Sedangkan Prabu Warihkusuma tidak kembali ke Negeri Tuban, dia

menemani Sang Ratu di Banyubiru.

3.2.2.2 Hegemoni dalam Pendidikan

Hegemoni dalam pendidikan yang terdapat dalam serat ini ketika

seorang anak keturunan bangsawan, yaitu Raden Udakawimba harus

mendapatkan pendidikan atau ajaran sejak dini dalam hal kerajaan dan ilmu

berperangan. Bukan hanya di Negeri Tuban saja, namun ketika Raden

Udakawimba kabur dari Tuban diapun tetap belajar mengenai kerajaan dan

keagamaan di desa Sumbereja. Raden Udakawimba memperbanyak menyepi

atau bertapa ke gunung-gunung dan jurang-jurang untuk mendapatkan

pengetahuan yang lebih dalam tentang ilmu batin. Gagasannya tentang

perkembangan kerajaan juga semakin luas, diapun berfikiran untuk

mendirikan sebuah kerajaan baru yang lebih kokoh dari negeri Tuban, dengan

hal itu memudahkan dia untuk menghancurkan atau membalaskan

dendamnya terhadap pamannya yaitu Raden Warihkusuma yang sudah

menindasnya karena pembalasan dendam dari perbuatan ayahnya Raden

Warsakusuma yang sudah tiada.

Hegemoni dalam pendidikan yang terlihat selanjutnya adalah ketika

satu-satunya Putri Mahkota dari Negeri Banyubiru yang harus mendapat ilmu

tentang perang dan kerajaan. Retna Wayi adalah anak sematawayang Raja

Hertambang dari Kerajaan Banyubiru. Retna Wayi diharapkan akan

menggantikan tahta kerajaan ayahandanya. Ilmu dalam perang sangat terlihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

56

ketika dia membantu suaminya Raden Warihkusuma dalam melawan

penyerangan dari Raden Udakawimba. Retna Wayilah yang memimpin

pasukan perang dan berhasil menangkap Raden Udakawimba dengan siasat

perangnya. Walaupun, pada kahirnya Retna Wayi memaafkan segala

kesalahan dari Raden Udakawimba.

3.2.2.3 Hegemoni dalam Tata Cara Kenegaraan

Hegemoni dalam tata cara kenegaraan yang terlihat dalam serat ini

adalah bahwa keturunan dari seorang raja yang akan mewariskan tahta

kerajaan, baik itu laki-laki atau bahkan perempuan. Namun, dilihat lagi dari

mana asal usul ibunya. Seperti halnya Raden Warihkusuma dengan Raden

Warsakusuma. Meski, kakak tertuanya adalah Raden Warihkusuma, namun

jika ibunya adalah seorang biasa tetap saja yang akan menjadi raja adalah

Raden Warsakusuma karena ibunya adalah seorang permaisuri yang sudah

pasti derajatnya lebih tinggi.

Setelah Raden Warsakusuma tewas dan Raden Warihkusuma telah

pergi dari Negeri Tuban. Endang Wrestilah yang menggantikan tahta kerajaan

untuk sementara waktu, karena dialah permaisuri dari mendiang Raden

Warsakusuma. Meskipun Raden Warsakusuma memiliki keturunan anak laki-

laki, namun belum saatnya Raden Udakawimba menggantikan tahta

ayahandanya. Sembari menunggu kembalinya Raden Warihkusuma ke Negeri

Tuban, pihak kerajaan tetap mencari keberadaan Raden Warihkusum. Namun

jika tidak berhasil menemukan dan membawa Raden Warihkusuma ke Negeri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

57

Tuban, kelak jika Raden Udakawimba sudah dewasa dan siap untuk

memimpin Negeri Tuban, maka Raden Udakawimbalah yang akan

menggantikan tahta ayahandanya, Raden Warsakusuma. Ternyata, sebelum

Raden Udakawimba menggantikan tahta ayahandanya, Raden Warihkusuma

sudah kembali ke Negeri Tuban dan secara langsung dialah yang menguasai

negeri tersebut dengan kekuasaannya, hal tersebut membuat Raden

Udakawimba tertekan dengan segala sikap yang diberikan oleh pamannya.

Sehingga Raden Udakawimba berniat untuk melarikan diri dari Negeri Tuban

karena tidak kuat dengan sikap pamannya.

Kemudian di kerajaan Banyubiru, pewaris tahta kerajaan adalah anak

perempuan, yaitu Retna Wayi. Dialah yang akan menggantikan tahta

ayahandanya, Prabu Hertambang. Berbekal ilmu perang dan ilmu tentang

kerajaan, Retna Wayi diharapkan dapat mempimpin kerajaan Banyubiru

dengan bijaksana, ditemani oleh suaminya yaitu Raden Warihkusuma. Pada

akhir cerita Retna Wayi yang berhasil mengkap dan mengintrogasi tujuan dari

pemberontakan yang diakukan oleh Raden Udakawimba terhadap Raden

Warihkusuma, suaminya. Dengan kekuasaannya di Banyubiru, akhirnya

Retna Wayi memaafkan dan membebaskan segala kesalahan dari Raden

Udakawimba, karena setelah diselidiki ternyata istri dari Raden Udakawimba

adalah anaknya yang dulu dihanyutkan oleh ayahandanya sewaktu Retna

Wayi dikatakan telah tiada.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

58

3.3 Kekuasaan

Kekuasaan menurut Galtung cenderung menaruh kepercayaan pada

kekuatan. Sebelum adanya sebuah relasi, kekuasaan itu belum terjadi.

Kekuasaan di sini sama halnya dengan dominasi.

Dimensi-dimensi kekuasaan yang terbagi menjadi tiga perbedaan. Tiga

dimensi kekuasaan yang dijabarkan oleh Galtung antara lain: (1) “Kekuasaan

atas diri sendiri” dan “kekuasaan atas orang lain”. Kekuasaan atas diri sendiri,

oleh Galtung disebut sebagai otonomi. Otonomi adalah sebuah kekuasaan

tandingan dari kekuasaan atas orang lain; (2) Tiga tipe kekuasaan atas orang

lain: ideologis, remuneratif dan punitif. Kekuasaan ideologis adalah

kekuasaan normatif. Kekuasaan remuneratif adalah sebuah kekuasaan yang

mempunyai barang untuk dapat ditawarkan. Kekuasaan punitif adalah sebuah

kekuasaan karena mempunyai kejahatan yang dapat menghancurkan; dan (3)

tiga sumber kekuasaan: (a) kekuasaan yang diperoleh karena pembawaan

sejak lahir dan berhubungan dengan “ada”, (b) kekuasaan yang diperoleh

karena “memiliki” sumber kemakmuran, (c) kekuasaan yang diperoleh karena

“kedudukan”-nya dalam suatu struktur.

3.3.1 Kekuasaan atas Diri Sendiri dan Kekuasaan atas Orang Lain

Kekuasaan atas diri sendiri dan kekuasaan atas orang lain dalam serat

ini dialami oleh setiap tokoh utamanya, yaitu Raden Warsakusuma, Raden

Warihkusuma, dan Raden Udakawimba. Ketiga tokoh utama dalam serat ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

59

selalu mengalami masa di mana mereka menguasai diri mereka sendiri dan

bahkan mereka menguasi orang lain baik itu untuk tokoh utama yang lain

atau untuk tokoh tambahan yang ada dalam cerita tersebut.

Raden Warsakusuma terlihat menguasai diri sendiri ketika ia

menggantikan tahta ayahandanya Prabu Sindupati yang telah tiada. Dengan

tahta tersebut dia berkuasa atas segalanya yang ada di Negeri Tuban,

termasuk untuk menguasai sikap egoisnya terhadap rasa cintanya kepada

calon istri dari kakaknya sendiri. Awalnya, Raden Warsakusuma masih dapat

bersikap bijaksana namun ketika ia bertemu dengan Endang Wresti untuk

pertama kalinya sikap egoisnya memuncak, ia merasa jatuh hati kepada

Endang Wresti. Raden Warsakusuma melakukan segala cara agar bisa

mendapatkan Endang Wresti seutuhnya, termasuk melakukan pemberontakan

terhadap kakaknya sendiri ketika mereka akan melangsungkan upacara

pernikahan di Gunung Mudal.

Raden Warsakusuma dalam melakukan kekuasaan atas orang lain

terlihat jelas ketika ia sudah menangkap kakaknya, yaitu Raden

Warihkusuma. Raden Warihkusuma ditangkap dan dipenjarakan karena

sempat terdengar kabar bahwa ia akan membalas perbuatan dari adiknya

tersebut. Bukan hanya itu, Raden Warsakusuma pun menyuruh patihnya

untuk segera membunuh Raden Warihkusuma. Seluruh keluarga Endang

Wresti juga ikut ditangkap dan di penjarakan. Kecuali Endang Wresti sendiri,

dia dibawa ke istan disambut dengan baik oleh Raden Warsakusuma. Namun,

sayang Endang Wresti selalu memberikan tanggapan yang kurang baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

60

terhadap sikap Raden Warsakusuma. Sampai suatu ketika Raden

Warsakusuma mati tertusuk patram yang ada di genggaman Endang Wresti.

Raden Warihkusuma, adalah salah satu tokoh utama yang ada dalam

novel ini. Kekuasaan atas diri sendiri yang terlihat dari Raden Warihkusuma

adalah ketika ia tetap tenang dan pasrah dengan segala keadaan yang akan

terjadi terhadap dirinya. Diberontak oleh adiknya sediri dan ia sama sekali

tidak melawan karena Raden Warihkusuma malu jika harus bermusuhan

dengan saudaranya sendiri hanya karena harus berebut istri. Ketika Raden

Warihkusuma dipenjara dan akan dibunuh oleh suruhan adiknya karena

dituduh akan melakukan pemberontakan setalah penyerangan dari Raden

Warsakusuma, sontak hatinya merasa sangat sedih. Raden Warihkusuma

tetap mengusai dirinya sendiri dengan mengharapkan sebuah kepastian akan

kesalahan yang ia perbuat dan apakah ia pantas mendapatkan hukuman mati,

walaupun akhirnya ia tidak jadi dibunuh dan memilih pergi menjauh dari

Negeri Tuban.

Sikap menguasai orang lain yang dimiliki Raden Warihkusuma dalam

serat ini, adalah ketika ia bertemu dengan Prabu Hertambang penguasa

Negeri Banyubiru. Di tempat itu Raden Warihkusuma sangat dihormati

karena kecerdasannya. Raden Warihkusuma mengambil hati Prabu

Hertambang dengan kebijaksanaannya dan kemahirannya dalam

membicarkan masalah pemerintahan dan negara. Hingga akhirnya Prabu

Hertambang menjodohkan Raden Warihkusuma dengan putri

sematawayangnya yang bernama Rara Wayi. Menikah dengan Rara Wayi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

61

adalah salah satu cari bagi Raden Warihkusuma untuk membalaskan

dendamnya terhadap adiknya dulu. Menikah dengan anak putri raja akan

mengangkat derajatnya, meski pada akhirnya dia harus diusir dari Negeri

Banyubiru karena seusai melahirkan Rara Wayi harus meninggal dunia. Mau

tidak mau Raden Warihkusuma harus meninggalkan Banyubiru, meski

ternyata Rara Wayi hanya mati suri. Namun, semua itu sudah terlambat.

Raden Warihkusuma sudah pergi dari Banyubiru dan kembali ke Tuban.

Anak yang dilahirkan Rara Wayi sudah dihanyutkan ke suangat oleh perintah

Prabu Hertamabang , sedangkan Rara Wayi sudah hidup kembali.

Sikap menguasai orang lain yang dimiliki oleh Raden Warihkusuma

yang lain adalah ketika ia kembali ke Negeri Tuban dan mulai menguasai

pemerintahan di sana. Upacara penghormatan yang besar dilaksanakan,

bergelarkan Sang Prabu Warihkusuma. Rasa sakit hati yang masih tertanam

dalam hatinya ia limpahkan kepada keturunan dari adiknya yang bernama

Raden Udakawimba. Selama Raden Udakawimba masih berada di Negeri

Tuban, selama itulah Prabu Warihkusuma akan bersikap benci terhadap

keponakannya itu.

Tokoh ketiga yang melakukan kekuasaan atas dirinya dan orang lain

adalah Raden Udakawimba. Sikapnya yang terlihat dalam menguasai dirinya

sendiri adalah ketika ia melarikan diri dari Negeri Tuban dan sampailah ia ke

Desa Sumbereja. Di sana Raden Udakawimba bertemu dengan Kyai Ageng

Wulusan, ia belajar tentang agama. Sejak ia masih kecil, Raden Udakawimba

sudah diajarkan dalam ilmu ketatanegaraan, ilmu perang dan ia pun sudah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

62

mahir dalam membuat kerajianan. Pemikirannya tentang mengembangkan

desa Sumbereja sangat tinggi. Raden Udakawimbapun sering bertapa

kegunung-gunung atau jurang-jurang untuk mendapatkan kekuatan ilm yang

lebih dalam dari dirinya.

Raden Udakawimba dalam menguasai orang lain terlihat ketika ia dapat

mengambil simpati Kyai Ageng Wulusan dengan kecerdasan yang

dimilikinya. Dengan kecerdasannya itu Kyai Ageng Wulusan berniat untuk

menjodohkan anaknya, yaitu Rara Sendang dengan Raden Udakawimba.

Hidup sejahtera bersama Rara Sendang dan membangun desa Sumbereja

menjadi lebih baik, tidak membuat hidupnya jadi merasa tenang. Masih ada

hal yang perlu ia selesaikan termasuk membalas dendam masa lalu dengan

pamannya Raden Warihkusuma. Sikap pamannya yang dulu sangat kasar

terhadapnya membuatnya harus memberi pelajar yang sama dengan apa yang

sudah dia dapatkan sewaktu tinggal di Tuban.

3.3.2 Ideologis, Remuneraif, dan Punitif

Kekuasaan ideologis atau kekuasaan normatif yang terdapat dalam serat

ini adalah ketika Raden Warsakusuma mendapat sebuah gagasan dari

patihnya untuk membunuh Raden Warihkusuma dan dia pun menyetujui

gagasan tersebut, namun Raden Warsakusuma tidak mengetahui bahwa

tindakan dari patihnya itu adalah untuk menyelamalamatkan Raden

Warihkusuma dari kekejaman Raden Warsakusuma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

63

Kekuasaan remuneratif yang terdapat dalam serat ini adalah ketika

Raden Udakawimba menemukan harta yang berlimpah di Tirtakandas.

Dengan harta yang ditemukan tersebut Raden Udakawimba dapat membuat

desa Sumbereja menjadi lebih baik dari kerajaan lainnya. Dengan

penemuannya tersebut, Raden Udakawimba akan menjadi penguasa yang

makmur dan dengan mudah dapat mendominasi pamannya, Raden

Warihkusuma.

Kekuasaan punitif yang terdapat dalam serat ini adalah ketika setelah

Raden Warishkusuma kembali ke Negeri Tuban dan bertemu dengan Raden

Udakawimba. Raden Warihkusuma sudah tidak senang dengan keberadaan

keponakannya tersebut. Raden Warihkusuma ingin menghancurkan

kehidupan keponakannya, sampai Raden Udakawimba melarikan diri dari

Negeri Tuban.

Kekuasaan punitif yang terlihat lainnya adalah ketika Raden

Udakawimba membangun kerajaan di desa Sumbereja. Mempersiapkan bala

tentara untuk menyerang Raden Warihkusuma di Negeri Tuban dengan tujuan

pembalasana dendam akan masalalunya. Pemberontakan tersebut membuat

Raden Warihkusuma takut dan melarikan dari Negeri Tuban. Raden

Warsakusuma menyembunyikan diri dan menjadi biku, dia bertapa digunung-

gunung, hingga akhirnya bertemu lagi dengan Rara Wayi.

Yang terakhir adalah ketika Raden Warihkusuma bersembunyi dan

bertapa di Gunung Rancakarni. Dia bertemu dengan istrinya, Rara Wayi yang

hidup kembali dan kini sudah menjadi raja ratu di Negeri Banyubiru. Raden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

64

Warihkusuma menceritakan yang sudah ia alami, akhirnya Rara Wayi

bersedia membantu untuk menangkap Raden Udakawimba. Akhirnya Raden

Udakawimba berhasil tertangkap dengan jebakan yang sudah dibuat oleh

Rara Wayi bersama bala pasukannya dari Banyubiru.

3.3.3 Sumber Kekuasaan

Sumber kekuasaan yang paling dominan di dalam serat Rangsang

Tuban adalah hegemoni darah biru atau keturunan bangsawan. Hegemoni

darah biru ini terlihat jelas ketika ketiga tokoh utama, yaitu Warsakusuma,

Warihkusuma, dan Udakawimba merupakan keturunan darah biru atau

bangsawan sejak mereka dilahirkan. Segala bentuk kekuasaan yang terdapat

dalam cerita ini selalu dimenangkan oleh tokoh yang memiliki derajat yang

lebih tinggi. Meski sama-sama keturunan darah biru atau bangsawan, namun

jika dilahirkan dari seorang istri biasa tetap saja derajatnya masih kalah

dengan keturunan yang dilahirkan oleh seorang permaisuri.

Sumber yang liannya adalah ketika tokoh utama memliki “ada”nya

sebuah kesempatan untuk saling menghancurkan satu sama lain karena

memiliki kekuasaan secara remuneratif di mana mereka memiliki harta yang

melebihi dari tokoh yang didominasi. Selain memiliki kekuasaan secara

remuneratif, tokoh tersebut juga “memiliki” sebuah “kedudukan” yang lebih

tinggi derajatnya membuat mereka berani untuk menghancurkan meski

mereka masih ada hubungan darah atau masih saudara. Tidak lagi

memandang dengan rasa kasihan terhadap orang lain, namun yang terpenting

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

65

adalah dengan mendominasi pihak yang lebih lemah, yang diawali oleh

sebuah hegemoni menjadikan sumber kekuasaan menjadi lebih lengkap.

Dominasi-dominasi kekuasaan yang dilakukan oleh setiap tokoh utama

terhadap tokoh utama yang lain atau bahkan untuk mendominasi tokoh yang

lain. Dominasi yang diawali dari sebuah hegemoni, di mana yang

menghegemoni menerima saja apa yang sudah dicetuskan oleh pihak yang

lebih berkuasa. Akhirnya segala pemberontakan yang terjadi disetiap daerah

baik itu di Tuban dan Sumbereja, kemudian dapat diselesaikan oleh bantuan

dari Rara Wayi, sebagai Raja Ratu di Negeri Banyubiru.

Rangkuman

Tabel 1

Berdasarkan paparan penelitian dari dominasi, hegemoni, dan kekuasaan pada

Bab III, dapat disimpulkan dalam tabel berikut.

Dominasi dan Hegemoni yang terdapat dalam tokoh utama:

No. Tokoh Dominasi Hegemoni

1. Warsakusuma

(Anak kedua dari

Prabu Sindupati

dengan

Permaisuri).

Warsakusuma

mendominasi

Warihkusuma.

Warsakusuma

mendominasi Endang

Wresti (calon istri dari

Warihkusuma).

Hegemoni dalam

kebijakan negara: Warsakusuma

menggantikan ayahnya

menjadi raja di Negeri

Tuban karena

derajatnya lebih tinggi

meski dia adalah adik

dari Warihkusuma.

Hegemoni dalam

kebijakan negara:

Endang Wresti yang

terhegemoni karena

sudah mengandung

anak dari

Warsakusuma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

66

Hegemoni dalam

pendidikan:

Setiap keturunan

bangsawan harus

mendapat pendidikan

dalam hal kerajaan dan

ilmu perang.

Hegemoni dalam tata

cara kenegaraan: Keturunan seorang raja

akan mewarisi tahta

kerajaan, meski kakak

tertuanya adalah

Warihkusuma namun

tetap saja yang menjadi

raja di Negeri Tuban

adalah Warsakusuma,

karena ibunya

merupakan seorang

permaisuri yang sudah

pasti derajatnya lebih

tinggi.

2. Warihkusuma

(Anak pertama

dari Prabu

Sindupati dengan

istri biasa).

Warihkusuma

mendominasi

Udakawimba.

Hegemoni dalam

pendidikan: Setiap keturunan

bangsawan harus

mendapat pendidikan

dalam hal kerajaan dan

ilmu perang.

Hegemoni dalam

tahta cara kerajaan: Kembalinya

Warihkusuma ke

Negeri Tuban dan

secara langsung dia

menjadi penguasa di

Negeri Tuban, karena

Udakawiba belum

cukup dewasa untuk

memimpin Negeri

Tuban.

3. Udakawimba

(Anak hasil

perkosaan dari

Warihkusuma

terhadap Endang

Wresti).

Udakawiba mendominasi

Warihkusuma. Hegemoni dalam

kebijakan negara:

Udakawimba yang

terhegemoni oleh Rara

Wayi, segala

kesalahannya diampuni

karena istrinya yang

ternyata adalah anak

dari Dewi Wayi dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

67

Warihkusuma.

Hegemoni dalam

pendidikan: Setiap keturunan

bangsawan harus

mendapat pendidikan

dalam hal kerajaan dan

ilmu perang.

4. Retna Wayi

(Anak Prabu

Hertambang

penguasa

Banyubiru.

Penerus dari tahta

ayahandanya dan

istri dari

Warihkusuma).

Retna Wayi membantu

Warihkusuma untuk

mendominasi

Udakawiba.

Hegemoni dalam

pendidikan:

Retna Wayi, harus

mendapat ilmu tentang

perang dan kerajaan,

karena kelak dialah

yang akan

menggantikan tahta

ayahandanya di

Banyubiru, meski dia

anak perempuan.

Hegemoni dalam tata

cara kenegaraan: Retna Wayi adalah

penerus tahta kerajaan

di banyubiru,

meskipun sebagai anak

perempuan dia sangat

diaharapkan dapat

menggantikan

ayahandanya.

Tabel 2

Sumber Kekuasaan:

No. Tokoh Darah Biru atau

Bangsawan

Remuneratif Ada, Mimiliki, dan

Kedudukan

1. Warsakusuma Anak kedua dari

Prabu Sindupati

dengan Permaisuri.

Pewaris tahta

Negeri Tuban

menggantikan

Prabu Sindupati.

Adanya kesempatan

untuk mendominasi

Warihkusuma dan

Endang Wresti.

Adanya kesempatan

memliki tahta Negeri

Tuban, sehingga

dengan kekuasaan

tersebut dengan

mudah dia

mendominasi tokoh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

68

yang lebih lemah.

2. Warihkusuma Anak pertama dari

Prabu Sindupati

dengan istri biasa.

Warihkusuma

suami dari Dewi

Wayi, maka secara

tidak langsung

derajatnya naik,

karena Dewi Wayi

adalah penerus

tahta Negeri

Banyubiru.

Adanya kesempatan

untuk kembali ke

Negeri Tuban, di

sana Warihkusuma

mendominasi

Udakawimba.

Meski melarikan diri

dari serangan

Udakawimba,

Warihkusuma

mendapat bantuan

dari istrinya, Dewi

Wayi. Dewi Wayilah

yang berhasil

menangkap

Udakawimba dalam

pertempuran.

3. Udakawimba Anak hasil

perkosaan

Warsakusuma

terhadap Endang

Wresti.

Mengembangkan

desa Sumbereja

dengan harta yang

ditemukan di

Tirtakandas.

Membuat desa

Sumbereja lebih

unggul dari

kerajaan yang

lainnya.

Adanya kesempatan

besar dalam

menyiapkan

balatentara untuk

mendominasi atau

menyerang

Warihkusuma untuk

membalaskan

dendamnyaa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

69

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Penelian sastra ini berjudul Dominasi, Hegemoni, dan Kekuasaan

dalam Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra. Hal pertama yang

dibahas dalam penelitian ini adalah struktur cerita yang mencakup tokoh,

penokohan, serta latar yang terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar

sosial. Kemudian hal berikutnya membahas tentang dominasi dan hegemoni

prespektif Antonio Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan Galtung.

Struktur cerita dalam penelitian ini berfokus pada unsur intrinsik serat

Rangsang Tuban ini mengarah pada tokoh dan penokohan serta latar yang

terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Tokoh-tokoh yang

terdapat dalam serat Rangsang Tuban antara lain, Prabu Sindupati, Prabu

Warihkusuma, Prabu Warsakusuma, Kyai Umbul Mudal, Endang Wresti,

Raden Udakawimba, Ki Patih Toyamarta, Ki Tumenggung Jalasengara,

Prabu Hertambang, Dewi Wayi, Kyai Buyut Wulusan atau Kyai Ageng

Wulusan, Nyai Buyut Wulusan, Kyai Penghulu, Arya Toyatuli, Raden

Lodaka, dan Rara Sendang.

Sedangkan latar tempat dalam serat Rangsang Tuban antara lain, Negeri

Tuban, Gunung Mudal, Banyubiru, Desa Sumbereja, Tirtakandas dan Gunung

Rancakharni. Latar waktu dalam serat ini tidak dijelaskan secara pasti, namun

jika dilihat dari awal penulisan serat ini menceritakan tentang kejadian di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

70

tanah Jawa Mataram, sekitar tahun 1600-an, pada era Kerajaan Tuban. Latar

sosial dalam serat ini adalah masyarakat Jawa, pada masa Mataram.

Setelah mendeskripsikan tentang struktur ceritanya, pada bab III penulis

mendeskripsikan tentang dominasi dan hegemoni prespektif Antonio

Gramsci, serta kekuasaan menurut Johan Galtung yang terdapat dalam serat

Rangsang Tuban. Dominasi dan hegemoni yang tergambar dalam serat ini

begitu jelas, yaitu di mana kedudukan tahta yang lebih tinggi itulah yang akan

berkuasa. Barulah terjadilah dominasi-dominasi antar tokoh utama yang satu

dengan tokoh utama yang lainnya bahkan mendominasi tokoh yang lain, dan

akhirnya terjadi kesepakatan dengan melakukan sebuah hegemoni yang

membuat semua tokoh menyetuju kesepakatan tersebut. Dominasi adalah

bagian dari hegemoni. Sebuah kepemimpinan itulah yang disebut sebagai

hegemoni.

Hegemoni yang terdapat dalam serat ini terbagi menjadi tiga bagian,

yaitu (1) hegemoni dalam kebijakan negara atau kerajaan, (2) hegemoni

dalam pendidikan, dan (3) hegemoni dalam tata cara kenegaraan atau upacara

kenegaraan. Pertama, hegemoni dalam kebijakan negara atau kerajaan adalah

ketika seseorang anak dari permaisuri lebih tinggi derajatnya dibandingkan

dengan anak dari istri biasa, meski kedua ayah mereka adalah satu orang yang

sama. Raden Warsakusuma lebih tinggi derajatnya dari pada Raden

Warihkusuma. Ketika Endang Wresti terpaksa menjadi orang yang

terhegemoni oleh Raden Warsakusuma yang telah menghamili dirinya. Serta

ketika Rara Wayi menggunakan kekuasaannya untuk menghegemoni Raden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

71

Udakawimba dan memafkan segala kesalahan yang telah dilakukannya

terhadap Raden Warihkusuma. Kedua, hegemoni dalam pendidikan bahwa

setiap anak keturunan bangsawan harus mendapatkan ilmu tentang

ketatanegaraan dan ilmu tentang perang. Pendidikan itu diharuskan untuk

keturunan laki-laki ataupun perempuan yang ada dalam kerajaan tersebut.

Ketiga, hegemoni dalam tata cara kenegaraan atau upacara kenegaraan.

Dalam serat ini terdapat beberapa tata cara kenegaraan, yaitu dalam mewarisi

tahta kerajaan haruslah keturunan dari seorang raja. Kemudian jika pewaris

kerajaan adalah seorang anak perempuan itu tidaklah masalah, yang

terpenting adalah keturunan raja.

Terdapat pula dimensi-dimensi kekuasaan yang terbagi atas tiga

perbedaan: (1) Kekuasaan atas diri sendiri dan orang lain, hal tersebut dialami

oleh ketiga tokoh utama, yaitu Raden Warsakusuma, Raden Warihkusuma,

dan Raden Udakawimba. (2) Kekuasaan ideologis, remuneratif dan punitif.

Kekuasaan ideologis yang tergambar dalam serat ini ketika Raden

Warsakusuma menyetujui gagasan dari patihnya untuk membunuh Raden

Warihkusuma. Kekuasaan remuneratif yang tergambar dalam novel ini adalah

ketika Raden Udakawimba menemukan harta yang berlimpah di Tirtakandas.

Kekuasan punitive yang tergambar dalam novel ini adalah ketika Raden

Udakawimba membangun kembali desa Sumbereja menjadi lebih kokoh dari

kerajaan yang lainnya. (3) Sumber kekuasaan yang paling dominan dalam

serat ini adalah darah biru atau kebangsawanan, kemudian barulah “ada”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

72

kesmpatan untuk saling menghancurkan satu sama lain, serta “memiliki”

sebuah “kedudukan” yang derajatnya lebih tinggi.

4.2 Saran

Peneliti menganalisis serat Rangsang Tuban karya Ki Padmasusastra ini

menggunakan teori dominasi dan hegemoni prespektif Antonio Gramsci, serta

kekuasaan menurut Johan Galtung. Dalam menganalisis dominasi peneliti

mendeskripsikan dominasi-dominasi yang tergambar dalam serat tersebut.

Dalam menganalisis hegemoni yang terdapat dalam serat, peneliti menemukan

tiga bagian, yaitu hegemoni dalam kebijakan negara, hegemoni dalam

pendidikan, dan hegemoni dalam tata cara kenegaraan. Selanjutnya dalam

menganalisis tentang kekuasaan yang terdapat dalam serat, penulis

mengemukakan bahwa ada tiga dimensi kekuasaan menurut Johan Galtung,

yaitu kekuasaan atas diri sendiri dan orang lain, kekuasaan ideologis,

remuneratif, dan punitif, serta sumber kekuasaan. Peneliti menyarankan

bahwa, jika ingin melanjutkan penelitian ini, dapat menganalisis dengan lebih

fokus ke dominasi dan hegemoninya saja atau bisa menganalisisnya dengan

tindak kekerasan baik itu kekerasan struktural maupun kekerasan personal

menurut Johan Galtung.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

73

DAFTAR PUSTAKA

Faruk. 2010. Pengantar Sosiologi Sastra-dari Strukturalisme Genetik sampai

Post-modernisme. Yogyakarta: Puataka Belajar.

Homba,Carlos Venansius. 2016. “Bentuk-Bentuk Counter-Hegeoni Dalam Novel

Kuil di Dasar Laut Karya Seno Joko Suyono: Prespektif Antonio Gramsci”.

Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

Isrofi, Nur. 2015. “Analisis Struktural Novel Rangsang Tuban karya

Padamsusastra dan Pembelajarannya di SMA”. Jurnal, Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Muhammadiyah, Purworejo.

Kurniawan, Riyan Tri. 2014. “Kajian Sosiologi Novel Rangsang Tuban Karya

Padmasusastra”. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Unversitas Muhammadiyah, Purworejo.

Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Padmasusastra, Ki. 1985. Rangsang Tuban. Alih Aksara oleh Mulyono

Sastronaryatmo dan Alih Bahasa oleh Sudibjo Z. Hadisutjipto. Jakarta: Balai

Pustaka.

Sehandi, Yohanes. 2016. Mengenal 25 Teori Sastra. Yogyakarta: Ombak.

Semi, M.Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angaksa.

Supardi, Imam. 1961. Ki Padmosusastro. Surabaja: Panjebar Semangat.

Taum, Yoseph Yapi. 2015. Sastra dan Politik. Representasi Tragedi 1965 dalam

Negara Orde Baru. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Taum, Yoseph Yapi. 2017. “Kritik Sastra Diskursif: Sebuah Reposisi”. Kumpulan

Makalah Nasional Kritik Sastra. Kritik Sastra yang Memotivai dan

Menginspirasi.

Utami, Marcellina Ungti Putri. 2017. “Kekerasan Struktural dan Personal dalam

Novel Candik Ala 1965 Karya Tinuk R. Yampolsky”. Skripsi pada Program

Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

74

74

Wiharjo, Fransisaka Rini. 2018. “Bentuk-Bentuk Hegemoni dan Counter-

Hegemoni dalam Novel Entrok Karya Okky Mandasari Prespektif Antonio

Gramasci”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Windu, I. Marsana. 1992. Kekuasaan dan Kekerasan Menurut Johan Galtung.

Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sumber Daring:

Ataghaitsa. 2013. “Hegemoni dan Kekuasaan”. Strable URL:

www.google.co.id/amp/s/ataghaitsa.wordpress.com/2013/04/24/hegemoni-

dan-kekuasaan/amp. (Diunduh: 30/05/2018, 09:09.

kbbi.web.id/dminasi. https://kbbi.web.id. Diunduh: 12/12/2018, 03:19.

“Ki Padmosustro Pujopustoko,” Strable URL: https://www.geni.com/people/Ki-

Padmo-susastro-Pujopustoko-M-Ng/6000000000551445549.

NN. 2012. “Ki Padmosusastro dan Karya-karyanya,” Strable URL:

https://kalong.blogspot.co.id/2012/05/ki-padmosusastro-dan-karya-

karyanya.html?m=1. Diunduh: 21/03/2018, 14:17.

“Rangsang Tuban,” Strable URL:

https://ps://jv.wikipedia.org/wiki/Rangsang_Tuban. Diunduh: 21/03.2018,

18:38.

Sulcani, Ana, dkk. 2011. “Konsep Hegemoni”. Strable URL:

www.google.co.id/amp/s/sosiologibudaya.wordpress.com/2011/04/13/hegem

oni/amp. Diunduh: 30.05/2018, 09:42

2016. KBBI V. Strable URL: https://kbbi.kemdikbud.go.id. Diunduh: 21/03/2018,

13:05.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

75

Lampiran

Sinopsis Serat Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra

Novel Rangsang Tuban Karya Ki Padmasusastra mengisahkan tentang

dua orang pangeran dari Negeri Tuban yang bernama Pangeran Warihkusuma

dan Pangeran Warsakusuma. Konflik awal dimulai ketika Pangeran

Warsakusuma yang iri terhadap kakaknya. Dia pun menggagalkan pernikahan

kakaknya dengan Endang Wresti. Pangeran Warsakusuma melakukan

pembantaian, menangkap dan memenjarakan kakaknya serta berniat akan

membunuh kakaknya.

Pangeran Warihkusuma yang tidak jadi dibunuh, akhirnya pergi

meninggalkan Negeri Tuban dan sampalah ia ke Negeri Banyubiru. Raja yang

bertatahta di negeri itu adalah Prabu Hertambang. Pangeran Warihkusuma

mengabdi kepada Prabu Hertambang dan menikah dengan putrinya yang

bernama Rara Wayi.

Sebelum itu, di Negeri Tuban terjadilah pertumpahan darah, kejadian

itu tanpa unsur kesengajaan. Sri Baginda Warsakusuma yang tidak sabar

ingin memiliki Endang Wresti akhirnya melakukan perbuatan yang tidak

sopan. Akhirnya tanpa sengaja Pangeran Warsakusuma terbunuh oleh Endang

Wresti yang saat itu masih menggenggam patram di tangannya. Kejadian

tersebut membuahkan buah daging seorang anak laki-laki dan anak itu diberi

nama Raden Udakawimba oleh Ki Patih. Ki Patih berharap kelak jika anak itu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

76

sudah tumbuh dewasa dan Pangeran Warihkusuma belum juga kembali ke

Negeri Tuban, Raden Udakawimbalah yang nantinya akan menggantikan

tahta ayahnya (Pangeran Warsakusuma).

Setahun setelah Pangeran Warihkusuma menikah dengan Rara Wayi,

akhirnya mereka dikaruniai seorang anak permpuan. Namun sayang nyawa

Rara Wayi tidak dapat tertolong. Pangeran Warihkusuma akhirnya diusir dari

Negeri Banyubiru, karena dia dianggap sebagai penyebab dari kematian Rara

Wayi. Sedangkan anaknya dilabuh di sungai dan ditemukan oleh Kyai Buyut

Wulusan. Anak itu diberi nama Rara Sendang oleh Kyai Buyut Wulusan

karena anak itu ditemukannya di air.

Pangeran Warihkusuma yang telah diusir oleh Prabu Hertambang

akhirnya kembali ke Negeri Tuban dan menjadi sesembahan rakyat (Pangeran

Adipati) Negeri Tuban. Dalam hati Sang Pangeran tetap tidak senang dengan

adanya Raden Udakawimba. Ia sangat benci dan sering mengeluarkan ucapan

yang menyakiti hati Raden Udakawimba serta mengatakan kalau Raden

Udakawimba adalah keturunan raja angkara. Raden Udakawimba sangat

bngung dengan sikap ayahandanya itu dan pada suatu malam Raden

Udakawimba pergi meninggalkan Negeri Tuban. Ia pergi dan sampailah ia ke

Desa Sumbereja, daerah tempat tinggal Kyai Buyut Wulusan.

Di Desa Sumbereja, Raden Udakawimba tinggal bersama Kyai

Penghulu. Ia belajar mengaji dan setelah itu menggembalakan tanah. Setelah

selesai menghabiskan ajarannya, Raden Udakawimba menyepi ke gunung-

gunung dan jurang-jurang. Di sana Raden Udakawimba mendapat gagasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

77

dalam hatinya untuk membangun sebuah istana dengan benteng yang gagah.

Raden Udakawimba sudah merencanakan pemberontakan terhadap Prabu

Warihkusuma. Setelah menikah dengan Rara Sendang, dia mempersiapkan

bala tentara dan setiap hari berlatih.

Berita bahwa di Desa Sumbereja ada barisan perusuh sudah sampai

pada telinga Prabu Warihkusuma. Ki Patih Toyamarta mengetahui bahwa

pemimpin barisan itu adalah Raden Udakawimba. Saat pemberontakan itu

Prabu Warihkusuma melarikan diri dan tidak mau tahu dengan keadaan d

Negeri Tuban, ia pun memutuskan untuk bertapa dan mejadi biku (nama lain

dari biksu).

Diceritakan bahwa Rara Wayi hidup kembali dari kematiannya. Kini

dia menggantikan ayahnya Prabu Hertambang. Suatu hari pergilah Rara Wayi

ke sebuah gua dan bertemulah ia dengan Prabu Warihkusuma (suaminya).

Rara Wayilah yang membantu Prabu Warihkusma menangkap Raden

Udakawimba, karena memang Rara Wayi sangat pintar dalam hal

peperangan.

Setelah Raden Udakawimba ditangkap dan ditanya-tanyai, ternyata dia

sudah berkeluarga. Dipanggilan keluarganya ke hadapan Rara Wayi. Ternyata

istri dari Raden Udakawimba sangat mirip dengan Rara Wayi. Kyai Buyut

Wulusan ikut ditanyai tentang asal-usul anaknya tersebut, ternyata benar anak

itu adalah anak pungut yang ditemukan dalam keranda yang hanyut di sungai.

Setelah dselidiki, ternyata benar Rara Sendang adalah anak dari Rara Wayi

dengan Prabu Warihkumua.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: DOMINASI, HEGEMONI, DAN KEKUASAAN DALAM SERAT …

78

Akhirnya dosa Raden Udakawimba diampuni dan dia diakui sebagai

menantu dari Rara Sendang. Setelah kurang lebih dari setahun tinggal di

Banyubiru, Raden Udakawimba dinobatkan menjadi raja di Negeri Tuban

atas wewenang Sang Ratu. Sedangkan Prabu Warihkusuma tidak mau lagi

kemabali ke Tuban, dia tetap menjad pendamping istrinya Rara Wayi.

Sedangkan Endang Wresti bertugas mendampingi putranya Raden

Udakawimba di Tuban dan tetap diakui sebaga saudara sepupu.

TAMAT

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI