dominansi (1)

14

Click here to load reader

Upload: iisislamiyah

Post on 14-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

fistum

TRANSCRIPT

DOMINANSI APIKAL

Oleh :

Egia riska FazrinB1J013048

Iis Islamiyah

B1J013092

Mufti Rahayu

B1J013098

Rombongan

: III

Kelompok

: 3

Asisten

: Risna WahyuningsihLAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

PURWOKERTO

2015I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meristem adalah jaringan yang sel-selnya tetap bersifat embrional artinya membelah diri tak terbatas untuk menambah jumlah sel tubuh. Sel penyusun meristem biasanya isodiometrik dan berdinding tipis serta mengandung lebih banyak protoplas dibandingkan dengan sel-sel jaringan dewasa (Wilkins, 1989). Meristem apikal berasal dari jaringan sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah meristem primer.Meristem apikal dibagi menjadi beberapa daerah penting yaitu, promeristem, prokambium dan meristem dasar. Promeristem akan menghasilkan sistem epidermal, meristem apikal daerah prokambium menghasilkan jaringan pengangkut primer, dan meristem dasar akan membentuk jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkim, sklerenkim, korteks, empulur dan kolenkim korteks (Lakitan, 2007).

Menurut Guritno dan Sitompul (1995), posisi meristem pada tumbuhan dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Meristem apikal, yang terdapat pada pucuk batang dan akar pokok serta cabangnya.

2. Meristem interkalar, yang terdapat diantara jaringan dewasa seperti jaringan pada pangkal ruas rumput-rumputan.

3. Meristem lateral, yang letaknya paralel dengan lingkaran organ tempat meristem tersebut ditemukan.

Dominansi apikal biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan tunas lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominansi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Filter dan Hay, 1991). Berdasarkan kekuatan dominansi apikal, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apikal yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoe dan Bryophyllum dan dominansi apikal yang lemah seperti pada Solanum tuberosum dan Solanum lycopersicum. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon.

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara dominansi apikal adalah mengetahui pengaruh zat pengatur IAA dan IBAterhadap pertumbuhan tunas lateral.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar (Tjitrosoepomo, 1998).

Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin. Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme (Hilman, 1997).

Auksin diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas, daun muda dan buah). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman, penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim. Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld = Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Dartius, 1991).

Meristem apikal berasal dari organ lain tidak berasal dari embrio tetapi berasal dari jaringan sekunder yang sudah dewasa seperti meristem sekunder meskipun struktur dan fungsinya adalah meristem primer. Meristem apikal dibagi menjadi dua daerah penting yaitu: promeristem, prokambium dan meristem dasar yang dapat dibedakan. Promeristem akan menghasilkan sistem epidermal, meristem apikal daerah prokambium menghasilkan jaringan pengangkut primer dan meristem dasar akan membentuk jaringan dasar pada tumbuhan seperti parenkima dan sklerenkima dan korteks dan empulur serta kolenkima korteks. Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan (Guritno dan Sitompul, 1995).

III. MATERI DAN METODEA. MateriBahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tanaman kacang hijau (Vigna radiata), zat pengatur tumbuh IAA dan IBA dengan konsentrasi 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, serta 100 ppm dan akuades.

Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beaker glass, kapas, gunting, batang pengaduk, karet, polybag dan timbangan analitik.

B. Metode

Cara kerja dalam praktikum kali ini :

1. Tanaman kacang hijau dipotong pada bagian pucuk.

2. Kapas yang telah diberi larutan IAA dengan konsenterasi 100 ppm dan diletakkan pada bagian yang telah dipotong.

3. Tanaman diamati selama 2 minggu.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Data Dominansi Apikal

Konsentrasi IAADOMINANSI APIKAL ROMB. 3Konsentrasi IBADOMINANSI APIKAL ROM. 7

M0M1M2M0M1M2

0 ppm-0 ppm-

20 ppm-20 ppm-

40 ppm-40 ppm-TTTT

60 ppm-TTTT60 ppm-TTTT

80 ppm-TTTT80 ppm-TTTT

100 ppm-100 ppm-TTTT

Keterangan Tabel:

TT : Tidak Tumbuh Tunas Lateral

B. Pembahasan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dominasi apikal menggunakan IAA dan IBA dengan berbagai macam konsentrasi yaitu 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm . Pemberian zat pengatur tumbuh IAA pada konsentrasi 0 ppm, 60 ppm, 80 ppm tdak didapatkan hasil pertumbuhan lateral sedangkan pada konsentrasi 20 ppm terjadi pertumbuhan tunas lateral pada minggu pertama dan kedua. Pemberian zat pengatur tumbuh IBA pada konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, dan 100 ppm tidak didapatkan hasil pertumbuhan tunas lateral sedangkan pada konsentrasi 20 ppm terjadi pertumbuhan tunas lateral pada minggu pertama dan kedua. Hal ini sesuai dengan fungsi IAA dan IBA sebagai hormon yang memicu pertumbuhan tunas apikal. Dominansi apikal dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormone. Dominasi apikal merupakan fenomena pertumbuhan ujung batang yang mendominasi pertumbuhan bagian lain sehingga pembentukan cabang lateral akan terhambat.Sebagian besar tanaman apabila pertumbuhan batang telah mencukupi maka secara alami cabang lateral akan tumbuh pada nodus bagian bawah yang cukup jauh dari ujung batang. Proses ini dapat disebabkan karena semakin jauh dari ujung batang pengaruh dominansi apikal semakin berkurang (Dwijoseputro,1983).Berdasarkan kekuatan dominansi apical, tanaman dibedakan menjadi dua yaitu dominansi apical yang kuat seperti pada tanaman Kalanchoedan Bryophyllum dan dominasi apical yang lemah seperti Solanum tuberosum dan Solanum lycopersicum. Dominasi apical dan pembentukan cabang lateral ini dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormone (Darmawati, 2014)Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan. Sedangkan menurut Chambell dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar.Dominansi apikal atau dominanis pucuk biasanya menandai pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral (Filter dan Hay, 1991).

Kebanyakan tanaman pada daerah pucuk/ apeks tumbuhan menghambat perkembangan dari tunas ketiak, fenomena ini disebut dominasi apical. Penghapusan dari pucuk apeks menyebabkan pelepasan aktif ketiak- tunas axillar bawah untuk membentuk cabang. Dominansi apical memungkinkan tanaman untuk memfokuskan sumber daya ke poros utama pertumbuhan, sedangkan aktivitas tunas-tunas dorman memungkinkan untuk pemulihan setelah kerusakan atau hilangnya tunas utama. Telah diketahui sejak lama bahwa auksin adalah sinyal utama dominasi apical. Jika auksin diterapkan dipenggal di daerah apeks pucuk, dapat menggantikan bagian puncak dalam memulihkan penghambatan cabang ( Muller and Leyser, 2011).Mekanisme domansi lateral dimulai dari auksin yang disintesis pada bagian tanaman yang sedang aktif mengalami pertumbuhan antara lain di bagian apikal batang. Secara basipetal, auksin tersebut ditransport ke bagian bawah secara terus menerus sehingga konsentrasi auksin pada bagian nodus (ketiak daun) cukup tinggi. Konsentrasi auksin yang cukup tinggi ini akan menghambat aktifitas enzim isopentenil transferase yang merupakan katalisator pembentukan sitokinin, sehingga sintesis sitokinin dihambat. Keseimbangan konsentrasi sitokinin yang rendah dan auksin yang tinggi ini akan menghambat diferansiasi sel pada nodus untuk membentuk primordia cabang. Selain itu, konsentrasi IAA yang tinggi dan terhambatnya aktifitas enzim isopentenil transferase di nodus secara tidak langsung akan berakibat memacu sintesis ABA yang akan menghambat pertumbuhan cabang lateral (Hopkins, 1995).

Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tunas lateral antara lain perlakuan defoliasi yang berpengaruh mematahkan dominansi apikal, memacu pembentukan dan pertumbuhan tunas lateral tetapi menghambat pertumbuhan batang utama. auksin yang dihasilkan oleh ujung apikal tunas lateral sendiri dan sitokinin yang ditransport dari akar. Siokinin akanmerangsang pembelahan sel melalui peningkatan laju sintesis protein dengan adanya pembelahan sel maka jumlah sel akan menjadi banyak dan dengan adanya auksin sel dapat membesar dan memanjang. Faktor dari dalam mempengaruhi terjadinya dominansi apikal adalah zat pengatur tumbuh, faktor genetik, faktor lingkungan, dan dipengaruhi pula oleh usia fisiologis dari tanaman itu sendiri (Campbell et al., 2000).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa zat pengatur tumbuh IBA mempengaruhi tumbuhnya dominasi apikal lebih cepat dibanding zat pengatur tumbuh IAA.

2. Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang efektif memicu pertumbuhan tunas lateral adalah konsentrasi 20 ppm.

B. Saran

Sebaiknya data untuk seluruh kelompok tiap rombongan dapat dikoordinir sebelum pembuatan laporan sehingga tidak terjadi kesalahan data.DAFTAR REFERENSICampbell, N., A., Reece, J., B.,dan Mitchell, L., G., 2000. Biologi. Edisi 5: Jilid 2. Erlangga. Jakarta.Dartius. 1991. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. USU-Press. Medan.

Darmanti, S. 2008. Pembentukan Cabang Lateral Jarak Pagar (Jatropha curcas) Setelah perlakuan Girdling. BIOMA, 10(1), pp.7-11.Dwijoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.Filter., A. H., dan Hay, R., K., M., 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.

Guritno., B., dan Sitompul, S., M., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press.Hilman. 1997. Pertumbuhan Tanaman Tinggi. Yogyakarta: Cakrawala.Hopkins, W. G. 1995. Introduction to Plant Physiology.USA: John Wiley & Son. Inc.

Lakitan, B., 2007. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muller, D and O. Leyser. 2011. Auxin, cytokinin and the control of shoot branching. Annals of Botany 107: 12031212.

Tjitrosoepomo, H.S. 1998. Botani Umum. UGM Press. Yogyakarta.Wilkins, M., B., 1989. Fisologi Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar 1. Minggu Pertama